tembakau stgah jadi

Upload: pusii

Post on 12-Jul-2015

188 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Tanaman Tembakau Tanaman tembakau (Nicotianae tabacum L) termasuk genus Nicotinae, serta familia Solanaceae. Spesies-spesies yang mempunyai nilai ekonomis adalah Nicotianae Tabocum L dan Nicotianae Rustica dengan rincian sebagai berikut :1. Nicotiana rustica L mengandung kadar nikotin yang tinggi (max n = 16%) biasanya

digunakan untuk membuat abstrak alkoloid (sebagai bahan baku obat dan isektisida), jenis ini banyak berkembang di Rusia dan India.2. Nicotiana tabacum L mengandung kadar nikotin yang rendah (min n = 0,6%) jenis ini

umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan rokok. Susunan taksonomi Nicotianae tabacum L sebagai berikut : Famili : Solanaceae Subfamili : Nicotianae Genus : Nicotiana Subgenus : Tabacum Sebagaimana diketahui tanaman tembakau merupakan merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis tanaman semusim Perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan. Berbagai jenis tembakau dengan berbagai kegunaannya diusahakan di Indonesia, baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan, secara garis besar berdasarkan iklim tembakau yang di produksi di Indonesia dapat dibagi antara lain: a) Tembakau musim kemarau/Voor-Oogst (VO), yaitu bahan untuk membuat rokok putih dan rokok kretek; b) Tembakau musim penghujan/Na-Oogst (NO), yaitu jenis tembakau yang dipakai untuk bahan dasar membuat cerutu maupun cigarillo, disamping itu juga ada jenis tembakau hisap dan kunyah.

Penerimaan negara dari komoditi tembakau sangat besar yaitu dari cukai dan setiap tahun terus meningkat, pada tahun 2007 sebesar 42 trilyun, tahun 2008 sebesar Rp. 50,2 trilyun dan tahun 2009 ditargetkan mencapai 52 trilyun, demikian juga pada periode 5 tahun terakhir devisa yang dihasilkan dari ekspor tembakau senilai US $ 100.627 (48.278 ton). Disamping itu komoditi tembakau juga merupakan komoditi yang kontroversial yaitu antara manfaat dan dampaknya terhadap kesehatan, sehingga dalam pengembangannya harus mengacu pada penyeimbangan supply dan demand, peningkatan produktivitas dan mutu serta peningkatan peran kelembagaan petani. Untuk memcapai usahatani tembakau yang profesional, maka telah dilakukan intensifikasi tembakau antara lain melalui ; 1. penggunaan benih unggul, baik berupa penggunaan benih introduksi maupun lokal ; 2. pengolahan tanah sesuai dengan baku teknis; 3. pengaturan air termasuk peramalan iklim ; 4. pemupukan tanaman 5. perlindungan tanaman dan6. panen serta pasca panen.

Areal pertanaman di Indonesia, rata-rata setiap tahun seluas 200.000 Ha dengan produksi 170.000 Ton dengan melibatkan sekitar 600.000 KK petani. Daerah utama penyebaran untuk memenuhi kebutuhan pabrik rokok terdapat di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, Lampung dan Sulawesi Selatan, selain itu daerah lainnya hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal di Provinsi NAD, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan NTT. Penggunaan benih unggul merupakan syarat utama untuk mendapatkan produktivitas dan mutu hasil yang baik. Beberapa varietas unggul, baik introduksi ataupun lokal yang dianjurkan dan telah dilepas antara lain sebagai berikut :

1.2 Persyaratan Tumbuh ( Tanah dan Iklim) a. Tanaman tembakau memiliki sistem perakaran yang relatif dangkal, namun sangat peka terhadap drainase yang kurang baik, sehingga persediaan air yang cukup didalam tanah sangat diperlukan. Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 6,5 pada umumnya tanah yang mudah meluluskan air lebih sesuai untuk pertanaman tembakau, namun tanah tersebut harus mempunyai kapasitas menahan air yang cukup. b. Iklim Keberhasilan usaha pertanaman tembakau sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim selama masa pertumbuhannya. Faktor-faktor iklim yang dipengaruh antara lain : curah hujan, kelembaban, penyinaran dan suhu. Diantara faktor-faktor tersebut curah hujan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya. Suhu optimum bagi pertumbuhan tembakau berkisar antara 18 27 0 C. Pada umumnya tembakau musim kemarau (VO) daunnya lebih tebal dari tembakau musim penghujan (NO). 1.3 Teknik Budidaya a. Benih yang dipakai berasal dari varietas unggul (introduksi/lokal) yang cocok dengan iklim dan tipe tanah dengan daya kecambah yang tinggi (80 %) dan disenangi konsumen (pengelola/pabrik rokok). b. Persemaian

Umur bibit yang baik untuk dipindahkan ke pertanaman antara 38 45hari, pencabutan bibit dapat dilakukan beberapa kali dan memilih bibit yang paling baik. Pencabutan bibit dilakukan pada pagi hari dan pada sore harinya harus segera ditanam (setelah jam 14.00) pada keadaan normal panjang bibit telah mencapai 20 cm. c. Pertanaman- Untuk memperoleh produktivitas dan kualitas yang baik, diperlukan pergiliran (rotasi)

tanaman, dengan tujuan mencegah perkembangan penyakit. Dalam rotasi jangan menggunakan tanaman yang termasuk famili Solanaceae. Tanaman yang dianjurkan dalam rotasi antara lain dari famili Graminase dan Leguminesa. - Pengolahan tanah yang baik (3x pencangkulan/pembajakan) dengan interval 1 - 2 minggu kemudian disekeliling tanah pertanaman dibuat got/saluran pembuangan air. - Penanaman, untuk jenis tembakau musim kemarau (VO) ditanaman antara Maret Juni, dan tembakau musim penghujan (NO) ditanaman antara Agustus - September. - Jarak tanam: - Jarak tanam sangat tergantung pada keadaan tanah dan jenis tembakau yang ditanam, Untuk tembakau NO jarak tanamnya 90 x 45 cm dan tembakau NO jarak tanamannya 90 -100 cm x 70 cm d. Pengaturan air peramalan iklim - Tembakau musim kemarau (VO) : membutuhkan air secukupnya (sekitar 100 mm perbulan) selama pertumbuhannya (3 bulan), namun pada saat panen tidak dikehendaki hujan sama sekali, agar dihasilkan mutu yang baik. - Tembakau musim penghujan (NO) : membutuhkan air secukupnya (90 mm perbulan) pada saat panen, hal ini agar diperoleh mutu yang baik (daun tipis, rata, lebar, elastis dan berwarna cerah). - Peramalan iklim (saat tanam dan panen) perlu dilakukan guna meminimalisir kegagalan penanaman. e. Pemeliharaan - Penyiraman dilakukan tiap hari (pagi dan sore) sampai tanaman cukup kuat. - Penyulaman - Pembumbunan tanah pada guludan, untuk merangsang perakaran yang baik. - Penggunaan pupuk yang tepat, baik berupa pupuk organik dan anorganik (M,P dan K)

- Pemangkasan - Hanya dilakukan pada jenis tembakau VO, dilakukan begitu kuncup bungan mulai keluar (80 %) dan dilakukan dengan tangan dengan cara dipetik. - Pemetikan - Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 -100 hari. Pemetikan dilakukan 1-3 helai daun dengan selang waktu 2-6 hari. Waktu pemetikan tembakau NO dilakukan pagi hari (sebelum fotosinthesis), sedangkan untuk tembakau VO dilakukan pada sore hari (setelah fotosinthesis). Komposisi daun tembakau terdiri dari : daun pasir (3-4 lembar), daun kaki (4-6 lembar), daun tengah (6-8 lembar) dan daun pucuk (2-4 lembar). Setelah dipetik daun disusun dalam keranjang dengan posisi berdiri untuk daun yang masih berembun dan diatur posisi tidur kalau daun sudah kering, proses selanjutnya adalah menunggu pengolahan berikutnya sesuai kegunaan dari masing-masing jenis tembakau.

BAB II PEMBAHASAN

Tembakau Tanjungsari Tanjungsari merupakan sentra penghasil tembakau mole di Kabupaten Sumedang yang sudah terkenal ke berbagai wilayah. Produk tembakau mole yang dihasilkan dari kedua kecamatan tersebut memiliki kualitas yang baik, sehingga diminati oleh pasar baik pasar lokal maupun nasional. Mayoritas masyarakat di Tanjungsari bermata pencaharian sebagai petani dan pengolah daun tembakau menjadi tembakau mole selain sebagai petani pada komoditi tanaman pangan, palawija dan hortikultura. Para petani dari desa-desa tersebut memperoleh daun tembakau segar dari hasil penanaman sendiri ataupun hasil pembelian dari daerah lain yaitu dari Kecamatan Wado, Situraja, Darmaraja dan Jatigede. Dikenal dua jenis tembakau mole, yaitu tembakau mole putih dan tembakau mole merah. Perbedaan dari kedua jenis tembakau mole tersebut adalah dari warna, rasa, dan kualitasnya. Kualitas tembakau mole merah lebih baik dibandingkan tembakau mole putih. Pengelolaan Pasca Panen Tembakau Tanjungsari Pengolahan daun tembakau mole melewati beberapa tahap kegiatan dan memerlukan cuaca yang mendukung untuk penjemuran, karena faktor cuaca sangat menentukan kualitas dari tembakau yang dihasilkan. Dikalangan petani dikenal istilah "Bako mah hirup sapoe, paeh sapoe", yang dalam bahasa Indonesia "Tembakau itu hidup sehari dan mati pun sehari". Maksud dari Istilah tersebut adalah bahwa tembakau mole yang dihasilkan, kualitasnya sangat ditentukan oleh faktor pengeringan atau penjemuaran pada hari pertama. Apabila proses penjemuaran daun tembakau pada hari pertama memperoleh penyinaran matahari yang cukup sehingga daun tembakau rajangan dapat kering, maka sudah dapat dipastikan kualitas tembakau mole yang dihasilkan akan baik. Namun sebaliknya, jika proses penjemuran pada hari yang pertama tidak mendapat penyinaran matahari yang cukup (daun rajangan masih basah) maka kualitas temabakau mole yang dihasilkan akan rendah.

Tahapan pengolahan tembakau mole yang dilakukan oleh petani pengolah daun tembakau di Keacamatan Sukasari dan Kecamatan Tanjungsari, diantaranya : 1. Sortasi daun

Sortasi dilakukan melalui pengelompokkan daun berdasarkan posisi daun; tingkat kemasakan; kelewat masak, daun tepat masak, daun kurang masak dan daun cacat/ rusak. Daun tembakau yang baik untuk diolah menurut para petani adalah daun tembakau yang sudah tua, yanmg dicirikan oleh warna daun yang hijau tua dengan pinggir daun sedikit berwarna kuning. Sebelum daun-daun tembakau di rajang, maka harus dipisahkan atau dibuang terlebih dahulu tulang-tulang daunnya. Istilah ini dikalangan petani dikenal dengan "Ngaroeh". Setelah daun tembakau diroeh, maka tahapan selanjutnya adalah menyusun atau menumpuk daun tembakau menjadi beberapa tumpukan kecil untuk memudahkan dalam proses perajangan daun. Istilah ini dikalangan petani dikenal dengan istilah "ngentep". 2. Pemeraman Proses pemeraman bertujuan untuk meningkatkan suhu agar aktivitas enzim dalam merombak klorofil dan pati sehingga diperoleh warna daun yang seragam, aroma yang khas dengan ciri daun berwarna kuning. Lama pemeraman 1-2 hari sehingga daun yang dihasilkan masih dalam keadaan segar. Cara pemeraman. Pemeraman dapat dilakukan dengan cara daun yang masih mempunyai tulang dau atau daun hasil panenan dilakukan pembuangan gagang, kemudian dilakukan penggulungan sesuai pengelompokkan daun dan tingkat kemasakan. Gulungan daun ditata/ ditumpuk dengan posisi ujung daun dibawah. 3. Perajangan

Perajangan dilakukan mulai pukul 23.00 WIB sampai dengan pukul 09.00 pagi. Perajangan dilakukan dengan cara mengiris daun rata dengan cara gulungan daun dimasukkan pada lubang alat perajang/ rimbagan yang selanjutnya dilakukan pengirisan dengan ketebalan irisan 0,5 1,0 mm. 4. Pengicisan

Rajangan daun ditata serta dihamparkan diatas sasag pengicisan yang bawahnya terlebih dahulu diberi landasan kain yang berfungsi sebagai cetakan lembaran/lempengan dan memudahkan pemindahan ke sasag penjemuran. Pengicisan terdiri dari icis lajur dan icis awut yang nantinya lembaran /lempengan tembakau mempunyai 2 muka yaitu bagian luar (tonggong) dan bagian dalam (beuteung). Ukuran lempengan tembakau terdiri dari tebalnya 0,5 1 cm, lebar 50-55 cm panjang 95 - 100 cm. 5. Penjemuran

Hasil rajangan yang telah di icis dalam sasag selanjutnya segera di jemur / dikeringkan agar didapat kualitas yang baik sehingga diadapat kering yang maksimal. 6. Penjemuran dan Pengembunan Penjemuran tahap pertama dilaksanakan untuk satu muka (tonggong) selama 15 Penjemuran tahap kedua yaitu membalikan bagian yang belum dijemur tahap Untuk mendapatkan pemasakan hasil olahan yang baik dilaksanakan hari berturut-turut sampai didapat kekeringan yang diinginkan. pertama (bagian dalam/beuteung) dijemur selama 10 hari sampai kering merata. pengembunan bagian dalam (beuteung) dimulai pada jam 05 pagi diteruskan dengan penjemuran hingga kering dapat dilakukan berulangkali hingga 4 hari. 7. Setelah seluruh bagian ( muka dalam dan muka luar ) selesai dilakukan pendinginan untuk memudahkan pembatekan pelipatan/ pengepakan. Pengepakan dan Penyimpanan Pengepakan dilakukan setelah tembakau masak /kering dan dalam keadaan dingin. Lembaran Tembakau dilipat 3 bagian lalu lipat dua, kemudian pak yang terdiri dari 20 lempengan/lembar, lalu di bungkus plastik atau gedebog pisang.

Hasil Wawancara Kepada Petani, Pedagang, dan Pengumpul1. Pak Wawan pedagang di pasar Tanjungsari

Pak Wawan adalah salah satu pedagang di pasar Tanjungsari. Pak Wawan menjual tembakau tradisional, ia membeli langsung tembakaunya dari petani di daerah Tanjungsari dan langsung menjualnya di pasar. Pak Wawan sehari-hari bekerja menjual tembakau di pasar Tanjungsari dari jam 6 sampai jam 10 pagi, pendapatannya pun tidak menentu, sekitar Rp. 60.000 - Rp. 70.000 per harinya. Ia menjual tembakau jenis:- Darmawangi Rp. 15.000 / 3 ons yang kemudian di ecerkan lagi/ di pilah-pilah

Rp. 2.000/ 1 bungkus, merupakan kelas no. 1- Parukpuk Rp. 4.000/ ons (keras) merupakan kelas no. 2 - Brongsong Rp. 4.000/ 2 ons merupakan kelas paling bawah

2. Pak Tirman (40 tahun) pedagang di Tanjungsari

Pak Tirman adalah salah satu pedagang eceran yang menjual tembakau di Tanjungsari. Pak Tirman ini menjual tembakau yang sudah diolah oleh pabrik. Terdapat berbagai macam jenis tembakau hasil olahan pabrik yang ia jual, baik berupa kretek maupun mole, seperti : Klas mole -

Mentol (Rp. 2.700) Putih (Rp. 2.700)

Laken (Rp. 2.700) Koboy Jaya (Rp. 1.800) Pareker ( ada yang Rp. 3.000 dan Rp. 4.500) ini merupakan yang paling laris

-

Malboro (Rp. 2.700) Domba Aki (Rp.2.200) Darmawangi (Rp. 2.700)

3. Pak Rohidin (44 tahun) petani tembakau

Pak Rohidin seorang petani temabakau yang melakukan persemaian dan penanaman sendiri. Setelah panen, ia menjual hasilnya ke pengumpul / bandar dengan harga Rp. 15.000 sampai Rp. 40.000. Menurut Pak Rohidin, proses dari mulai persemaian hingga penanaman membutuhkan waktu 40 hari, sedangkan proses penanaman hingga akhirnya panen mamakan waktu 3 bulan, Apabila kita melakukan pengolahan setelah panen, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses tanam diolah sendiri di jual akan memakan waktu 8 bulan. Hasil panennya sebanyak 30 bantal. Setiap bantal itu terdiri dari 20 lempeng, yang masing-masing lempeng tersebut beratnya sekitar 4,5 kg saat musim penghujan dan 5,5 kg saat kemarau.-

Disemai ditanam bakau (40 hari) (3 bulan)

-

Ditanam diolah sendiri dijual = 8 bulan Menurut Pak Rohidin, jenis tembakau yang terdapat di Tanjungsari ada 2 jenis,

tembakau merah yang berasal dari Parepuh dan temabaku putih yang berasal dari Jatinangor. Jenis tembakau merah merupakan jenis yang paling bagus, harga jual per bantalnya sebesar Rp 200.000. Sedangkan tembakau putih dijual seharga Rp 150.000 per bantal. Sebagian petani di Tanjungsari tidak melakukan penanaman tembakau di Tanjungsari, melainkan di daerah Kahuripan, Ujungberung. Kegiatan yang dilakukan di Tanjungsari adalah persemaian dan pengolahan setelah panen.

4. Pak Adip (50 tahun) pengumpul

Pak Adip merupakan salah satu pengumpul yang cukup besar di daerah Tanjungsari. Menurut Pak Adip, ia mendapatkan tembakau langsung dri petani sekitar. Biasanya ia menjual tembakau ke pasar dan Bandar lain yang datang ke tempatnya. Harga jual tembakau ke pasar maupun ke Bandar sama, tidak dibedakan. Biasanya Bandar akan datang ke tempat Pak Adip setiap 2x dalam seminggu. Tembakau juga memiliki waktu kadaluarsa. Menurtu Pak Adip, waktu kadaluarsa tembakau adalah 1 tahun. Pada saat penyimpanan kadang terjadi masalah, seperti tembakau rusak, tembakau berjamur. Maka dari itu, selama penyimpanan suhu ruangan harus diperhatikan, tembakau jangan disimpan di tempat yang lembab.