tema cerpen

12
Tema Cerpen Sebuah karya tulis atau karangan sudah tentu memiliki tema begitu juga cerita pendek, sebab tema merupakan pokok utama yang menjadi dasar penulisan. Pendapat Keraf (1984:107) bahwa “Tema ialah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan.” Sebenarnya tema berasal dari bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti “menempatkan” atau “meletakkan”. Pengertian tema secara khusus dalam karangan-mengarang bisa dilihat dari dua sudut, yaitu sudut karangan yang telah selesai dan dalam proses penyusunannya. Menurut Sumardjo (1984: 57) mencari arti sebuah cerpen pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung dalam cerpen tersebut. Aminuddin (1987:91) mengatakan: “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.” Jadi, tema unsur yang paling penting dalam cerpen dan setiap cerpen pasti memiliki tema, sebab tema adalah amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Bahkan tema merupakan proses awal dalam kegiatan penulisan cerpen, karena penulis sebelum membuat karangan harus menetapkan terlebih dahulu tema yang akan ditulisnya. Latihan

Upload: ari-ibnu-umar

Post on 24-Jun-2015

4.035 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tema Cerpen

Tema Cerpen

Sebuah karya tulis atau karangan sudah tentu memiliki tema begitu juga cerita pendek,

sebab tema merupakan pokok utama yang menjadi dasar penulisan. Pendapat Keraf (1984:107)

bahwa “Tema ialah suatu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan.”

Sebenarnya tema berasal dari bahasa Yunani yaitu tithenai yang berarti “menempatkan” atau

“meletakkan”.

Pengertian tema secara khusus dalam karangan-mengarang bisa dilihat dari dua sudut,

yaitu sudut karangan yang telah selesai dan dalam proses penyusunannya. Menurut Sumardjo

(1984: 57) mencari arti sebuah cerpen pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung

dalam cerpen tersebut.

Aminuddin (1987:91) mengatakan: “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita

sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya.”

Jadi, tema unsur yang paling penting dalam cerpen dan setiap cerpen pasti memiliki tema,

sebab tema adalah amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Bahkan tema

merupakan proses awal dalam kegiatan penulisan cerpen, karena penulis sebelum membuat

karangan harus menetapkan terlebih dahulu tema yang akan ditulisnya.

 

Latihan

Baca cerpen di bawah ini! Apa tema cerpen ini?

Cerpen Aris Kurniawan

Dua Orang Ayah

Page 2: Tema Cerpen

Kita duduk di sana, di warung kopi tepi kanal yang sepi. Wajahmu keruh kelabu seperti

warna baju yang kaukenakan. Meneguk jeruk hangat yang disuguhkan pelayan dengan mata

lurus ke depan. Rambutmu yang agak keriting dan sehitam arang bergerak-gerak lembut

disentuh udara yang dihembuskan baling-baling kipas yang berputar terseok-seok di atas

ruangan. Aku dapat melihat keletihan dan perasaan putus asa di kedua bola matamu. Bibirmu

yang berkerut rapat terkatup, mengabaikanku. Aku senang merasa mendapat kejutan saat kau

menjemputku pulang sekolah tadi, dengan sepeda kau membawaku berputar melewati lapangan.

Sepasang kakimu yang kuat mengayuh pedal sepeda dengan lekas. Tubuhku berdiri terguncang-

guncang di boncengan.

Udara sore bulan Juni yang hangat. Permukaan kanal yang bening berkilauan memantulkan

matahari. Anak-anak berterjunan dari jembatan bambu. Aku mengurungkan niat bergabung

dengan mereka. Debur air dan suara gelak riang anak-anak sampai juga ke telingamu. Tapi itu

tak mampu menghiburmu. Matamu makin tampak gelisah. Sesekali ibu jari dan telunjukmu

menyeka pangkal hidungmu.

"Ada apa denganmu, Ayah?" Kau hanya sekejap menatapku. Lalu kembali dihanyutkan

pikiran yang membuatmu murung. Apa gerangan yang membuatmu begini rusuh? Aku tak

pernah melihatmu semurung ini. Adakah ulahku yang menjadi lantaran? Lihatlah, aku tak minta

kereta mainan yang berjalan melingkar di atas rel plastik yang dijual orang di pasar malam.

Aku juga tak lagi merengek menututmu membelikan benang dan layang-layang. Sudah cukup

layang-layang kau bikin sendiri untukku. Tak perlu pula kau belikan aku sepatu baru seperti

teman-teman. Aku jadi anak penurut sekarang. Sekuat tenaga kutahan hasratku berlari ke

jembatan bambu, melepas baju, terjun ke kanal.

Jeruk hangat yang telah tandas di gelas hendak kembali kau teguk. "Tolong buatkan segelas

lagi," pintamu pada pelayan. Tidak biasanya kau minum jeruk hangat sebanyak itu. Tapi aku

yakin kau tidak sedang marah pada ibu di rumah. Bukankah kalian baik-baik saja? Aku tak

pernah mendengar kalian saling berbantahan ataupun berkata-kata dengan nada tinggi dan

kasar. Kalian justru sering bercanda dan tertawa bersama-sama. Kau yang pendiam ternyata

tidak cuma mahir merayu tapi juga pandai melucu di depan ibu. Membuat rumah kita yang tidak

terlalu lebar dan berdinding anyaman bambu itu semarak.

Page 3: Tema Cerpen

Jadi apa yang membuatmu resah? Kau meneguk lagi jeruk hangat sampai separuh gelas.

Tapi jeruk hangat yang mengalir di kerongkongan tak mampu melarutkan gundahmu. "Ada apa

denganmu, Ayah?" ulangku. Matamu mengerjap, seakan baru sadar bahwa kau tidak seorang

diri. Menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya jauh-jauh. "Kau mau berenang

seperti mereka, Nak? Pergilah, Ayah mengawasimu dari sini." ujarmu mengalihkan perhatian.

Tapi kalimat itu tak berhasil memupus kisruh di matamu. Aku enggan beranjak. Aku kembali

meraih satu kembang gula yang direnceng di depan warung. Merobek bungkusnya, lalu

mengulumnya dengan nikmat. "Jangan banyak makan kembang gula, Nak, nanti gigimu rusak,"

ujarmu.

"Aku tak mau berenang. Aku ingin menemanimu. Tapi kenapa wajahmu murung, Ayah?"

cecarku. Bukankah kau selalu mengingatkanku untuk menjauhi perasaan sedih? Kesedihan

mengurangi nafsu makan, membuat daya tahan tubuh lemah sehingga gampang sakit. Sekarang

perbuatanmu tak sesuai dengan ucapan.

Aku bergelayut di pundakmu. Kau membelaiku. Menggeser letak duduk, memberi tempat

pada seorang pengunjung yang datang memesan gado-gado ke warung. Kau bercakap sebentar

sebelum kembali larut dalam pikiranmu. Menolak halus saat dia menawari rokok. Langit biru

terang, gumpalan awan putih menyisih. Angin seperti menepi pada batang-batang pohon

trembesi. Cuaca yang sangat bagus. Bertolak belakang dengan suasana hatimu.

"Ayah tidak bersedih, Nak. Buat apa bersedih," kilahmu seraya mengaduk jeruk hangat yang

tinggal separuh. Bunyi ujung sendok membentur dinding gelas menimbulkan suara khas yang

mengingatkanku pada sesuatu. Kau mencomot pisang goreng, lalu menggigitnya dengan malas.

Mengunyahnya perlahan-lahan. Kudengar decap bibirmu yang beradu.

"Apakah kakek yang membuatmu bersedih?" ujarku sekonyong-konyong. Aku ingat, kemarin

ketika baru tiba dari sekolah, aku melihat kakek keluar dari rumah dengan wajah memerah.

Lamat-lamat sempat kudengar kata-kata 'anak durhaka'. Ia tak menghiraukan aku yang hendak

meraih tangannya untuk kucium. Di ruang tengah kudapati kau dan ibu tertegun kaku laksana

sebatang kayu. Seperti ada kalimat yang nyangkut di kerongkongan, gagal terlontar keluar. Aku

Page 4: Tema Cerpen

berlari menghambur ke arahmu. Kurasakan telapak tanganmu yang basah oleh keringat

mengusap kepalaku.

Kakek memang sangat jarang berkunjung ke rumah kita. Sejak dia diusir dari rumah istrinya

karena enggan bekerja, dia tinggal di rumah bibi Jemah yang jaraknya tidak sampai sekilo dari

rumah kita. Hanya saat lebaran kau membawaku mengunjungi kakek. Itu pun sebentar saja,

untuk bersalaman dan berbasa-basi. Tak pernah kulihat kau bercakap-cakap lama dengan

kakek. Bahkan terkesan sengaja menghindarinya. Tapi kau tak melarang saat ibu membawaku

mengunjungi kakek.

"Tidak ada yang perlu dirisaukan dengan kakek. Semua baik-baik saja," tuturmu, berusaha

menenangkanku. Tapi aku telanjur tidak percaya. "Tapi kenapa Ayah bersedih," ujarku

bersungut-sungut.

"Pergilah berenang, Nak," katamu lagi. Aku bergeming. Kau mengusap kedua pipiku.

Kurasakan telapak tanganmu yang kasar, pertanda kerja keras yang kau jalani sejak kanak. Kau

pernah cerita, sejak kanak bekerja sebagai pembersih di rumah orang. Kakek tinggal di rumah

istrinya yang baru tak lama setelah nenek meninggal lantaran bekerja terlalu keras di pasar.

Dia terserang mag berat yang merusak lambung dan membuat livernya bengkak. Kakek tak

pernah membantu pekerjaan nenek. Di rumah selesai salat dan zikir kerjanya hanya ongkang-

ongkang kaki sambil mendengarkan siaran radio, lalu pergi nonton bioskop pada malam hari.

Kakek tak pernah menjenguk apalagi menghidupi dan membiayaimu sekolahmu. Susah payah

kau menghidupi diri sendiri dengan berjualan kantung plastik di pasar. Menjual jasa

membawakan barang belanjaan orang. Tapi kau tak putus melanjutkan sekolah sampai SMA

meski harus terkantuk-kantuk di kelas lantaran malamnya kau masih harus menjadi pelayan di

kedai sate.

Sore mulai redup. Angin bergerak perlahan. Di kanal yang tadi ramai anak-anak berenang

kini telah sepi. Mereka beriringan menyeberangi jembatan bambu, meninggalkan kanal, pulang

ke rumah masing-masing. Sebentar lagi tentulah kumandang azan bakal terdengar. Di rumah

ibu pasti sudah menunggu.

Page 5: Tema Cerpen

Sudah berapa lama kita duduk di warung ini, Ayah? Pelayan warung beberapa kali mencuri

tatap. Mungkin dia juga bertanya-tanya, kapan kita pulang. "Ayah, ayo kita pulang. Bukankah

kita harus mengandangkan ternak?" Kau beranjak memanggil pelayan, meminta dia menghitung

jumlah yang harus dibayar. Aku menggeleng saat kau menawariku lagi jajan. "Besok kita ke

rumah kakek," ujarmu.

* * *

Benar, ibu sudah menunggu di depan pintu. Begitu turun dari sepeda tanganku diraihnya, dia

membawaku ke kamar mandi. "Ke mana saja kamu, Nak, hampir maghrib begini baru pulang,"

kata Ibu seraya mengangsurkan handuk dan ember kecil berisi peralatan mandi. Sementara kau

bergegas ke belakang memasukkan ternak ke dalam kandang.

"Besok Ayah mengajak ke rumah kakek," ujarku di antara gejebur air mengguyur tubuh.

Terbayang lagi wajah kakek yang memerah. Tak pernah kulihat wajah kakek semerah itu.

Apakah yang sesungguhnya terjadi kemarin? Siapakah yang dimaksud anak durhaka? Aku tidak

bisa menduga-duga apa kiranya yang membuat kakek tampak demikian marah sehingga

wajahnya semerah bata. Jawaban ibu setali tiga uang denganmu waktu kutanya tentang

kejadian siang itu.

Esoknya kau tidak pernah jadi membawaku ke rumah kakek. "Maaf, Nak, kita tidak bisa ke

rumah kakek sekarang. Mungkin besok atau waktu yang lain," ujarmu, seraya bergegas ke

kandang memunguti telur untuk dijual ibu ke pasar. Kau menghindari bertatapan denganku,

berusaha menyembunyikan kekisruhan di matamu. "Kamu pergi ngaji saja. Kemaren bolos,

kan?" serumu dari dalam kandang. Aku kecewa sekaligus sedih melihat mendung itu belum

sepenuhnya berlalu dari wajahmu. Semangatku pergi ngaji pun surut bagai kanal di musim

kemarau.

Aku memang bergegas membawa iqro, merenggut sarung dan menyelempangkannya di

bahuku. Tapi tanpa sepengetahuanmu di ujung jalan itu aku berbelok ke kanan, ke arah jalan

beraspal, menuju rumah bibi Jemah.

Page 6: Tema Cerpen

Ia duduk di ruang tengah ditemani segelas teh. Rumah sepi sekali. Tak terdengar suara Lana

dan Saripah, anak-anak bibi Jemah yang biasanya ramai sekali. Wajah kakek tidak semerah

kemarin. Tapi jelas masih ada sisa kemarahan di matanya yang agak cekung. Kakek tak

bersuara seakan tidak melihat kemunculanku. Aku urung menghampiri dan meraih tangannya.

Entahlah, ekspresi wajahnya tiba-tiba mebuatku ciut. Aku terus bergerak ke dalam mencari bibi

Jemah, Lana dan Saripah yang mungkin sedang tidur di kamar.

Tetapi saat kubuka kamar mereka kosong melompong. Hanya tampak sobekan buku tulis

berserakan di lantai, di atas dipan kayu sprei terlihat kusut masai. Ketika aku kembali ke ruang

tengah aku melihat seorang perempuan yang tak kukenal duduk di samping kakek. Dia

mengenakan kebaya yang masih tampak baru. Rambutnya disanggul rapi. Bibirnya sedikit

merah. Sekilas dia melihatku. Umurnya kurasa lebih tua beberapa tahun dari ibu.

Aku menghambur keluar, disambut bibi Jemah dan dua sepupuku. Dia menggamit tanganku,

membawaku menjauh dari muka rumah. "Yasa, bilang ayahmu, kakek mau menikah. Dia minta

sumbangan," ujar bibi Jemah.***

Pondok Pinang, 16 Mei 2008.

Pengertian CerpenCerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Cerpen merupakan salah satu ragamdari jenis prosa. Cerpen, sesuai dengan namanya adalah cerita yang relatif pendekyang selesai dibaca sekali duduk. Proses sekali duduk dapat diartikan sebagaimemahami isi pula. Artinya, pada saat itu isi cerpen dapat kita pahami.Cerpen terdiri dari berbagai kisah, sepero kisah percintaan (roman), kasih sayang,jenaka, dll. Cerpen biasanya mengandung pesan/amanat yang sangat mudahdipahami, sehingga sangat cocok dibaca oleh kalangan apapun.2.2 Unsur-Unsur CerpenCerpen dilengkapi oleh unsur-unsur penting yang membangunnya. Unsur ituterdiri dari unsur intinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik antara lain, tema, alur,setting/latar/waktu, penokohan, watak, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsikantara lain, budaya, jenis kelamin, pekerjaan, dll.2.3 Tahapan Dalam CerpenCerpen terdiri dari empat tahapan, antara lain, pengenalan, insiden/masalah,konflik/rumitan, dan penyelesaian. Bagian banyak diminati pembaca yaitu konflikkarena merupakan puncak cerita

Page 7: Tema Cerpen

Menjelaskan Unsur-Unsur Intrinsik CerpenSebagaimana novel, cerpen juga dibentuk atas unsure ekstrinsik dan intrinsik.Meskipun bentuknya pendek, bahkan ada. Yang cuma 1 halaman, di dalamnyaterdapat unsur-unsur intrinsik secara lengkap, yaitu tema,amanat,tokoh, alur, latar,sudut padang pengarang,dan dialog.Unsure – unsure intrinsic cerpen mencakup : tema, alur, latar, perwatakan, sudutpandang, dan nilai – nilai yang terkandung didalamnya.a. Tema adalah ide pokok sebuah cerita, yang diyakini dan dijadikan sumbercerita.b. Latar . setting adalah tempat, waktu , suasana yang terdapat dalam cerita.Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana sertakeadaan ketika cerita berlangsung.c. Alur / plot adalah susunan peristiwa atau kejadian yang membentuk sebuahcerita.Alur meliputi beberapa tahap:1. Pengantar : bagian cerita berupa lukisan , waktu, tempat atau kejadian yangmerupakan awal cerita.2. Penampilan masalah : bagian yang menceritakan maslah yang dihadapi pelakucerita.3. Puncak ketegangan / klimaks : masalah dalam cerita sudah sangat gawat,konflik telah memuncak.4. Ketegangan menurun / antiklimaks : masalah telah berangsur – angsur dapatdiatasi dan kekhawatiran mulai hilang.5. Penyelesaian / resolusi : masalah telah dapat diatasi atau diselesaikan.6. Perwatakan :Menggambarkan watak atau karakter seseorang tokoh yang dapat dilihat dari tigasegi yaitu melalui:- Dialog tokoh

- Penjelasan tokoh

- Penggambaran fisik tokoh

7. Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin disampaikan pengarang emalalui

cerita.

Perbedaan antara Novel dan Cerpen :

Novel : Terjadi konflik batinCerpen : Tidak harus terjadiNovel : Perwatakan digambarkan secara detail

Page 8: Tema Cerpen

Cerpen : Perwatakan digambarkan secara singkatNovel : Alur lebih rumitCerpen : Akhir ceritanya sederhanaNovel : Latar lebih luas dan waktunya lebih lamaCerpen : Latar hanya sebentar dan terbatasNovel : Novel lebih panjang karangannya daripada cerpenCerpen lebih pendek karangannyaNovel : Unsur-unsur cerita dalam novel lebih kompleks dan beragam dibandingkan cerpenCerpen : Unsur cerita dalam cerpen relative sederhana dan pasti tunggalNovel : Novel minimal halamannya adalah 100 halamanCerpen : Cerpen halaman maksimal 30 kuartoNovel : Jumlah kata dalam novel minimal 35.000 kataCerpen : Jumlah kata dalam cerpen maksimal 10.000 kataNovel : Lama untuk membaca novel kira-kira 30-90 menitCerpen : Waktu yang dibutuhkan untuk membaca cerpen hanya 10 menit

Persamaan antara Novel dan Cerpen :1. Keduanya sama-sama prosa baru2. Mengandung unsur intrinsik3. Sama-sama termasuk karya sastra4. Sama-sama termasuk cerita fiksi

Lizsa, 2007 :190).

3.1.2 Penokohan/ Perwatakan/ Karakter

Penokohan merupakan proses yang digunakan pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh pelaku cerita serta sifat atau gambaran yang berkenaan dengannya.

Tokoh yang terdapat dalam suatu cerita memiliki peran yang berbeda-beda.

Menurut fungsinya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :

Tokoh Sentral yaitu tokoh yang menentukan gerak dalam suatu cerita.Tokoh Utama yaitu tokoh yang mendukung suatu cerita baik tokoh protagonis maupun antagonis.Tokoh Pembantu yaitu tokoh yang hanya berfungsi melengkapi terjadinya suatu cerita.

Menurut perannya, tokoh dibagi menjadi 3 yaitu :

Tokoh Protagonis yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga disenangi pembaca.Tokoh Antagonis adalah pelaku yang tidak disenangi pembaca karena memiliki watak yang tidak sesuai dengan apa yang diidamkan oleh pembaca.Tokoh Tritagonis adalah pelaku yang membantu dalam suatu cerita, baik tokoh protagonis maupun antagonis.

Page 9: Tema Cerpen

Penyajian watak dan tokoh serta penciptaan citra tokoh terdapat beberapa metode, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Ada kalanya Pengarang melalui penceritaan mengusahakan sifat-sifat tokoh, pikiran, hasrat dan perasaannya. Kadang menyisipkan komentar pernyataan setuju tidaknya akan sifat-sifat tokoh itu.

Secara garis besar dapat mengenal watak para tokoh dalam sebuah cerita yaitu melalui apa yang diperbuatnya melalui ucapan-ucapannya, melalui penggambaran fisik seorang tokoh, melalui pikiran-pikirannya dan melalui penerangan langsung dari pengarang.Penokohan adalah penampilan watak atau karakter para tokoh oleh pengarang.

Penampilan watak yang dilakukan oleh pengarang ada tiga macam cara yaitu :

Cara Analitik yaitu pengarang secara langsung memaparkan watak tokoh-tokohnya. Misalnya, pengarang menyebutkan watak tokoh yang pemarah, otoriter, sombong, kasar, dan sebagainya.

Cara Dramatik yaitu watak tokoh dapat disimpulkan dari pikiran, cakapan, perilaku tokoh, bahkan penampilan fisik, lingkungan atau tempat tokoh, cara berpakaian dan pilihan nama tokoh, dan sebagainya.

Cara Campuran yaitu gambaran watak tokoh menggunakan cara Analitik dan Dramatik secara bergantian.

3.1.3 Latar/ Setting

Latar adalah tempat suatu peristiwa dalam cerita yang bersifat fisikal biasanya berupa waktu, tempat dan ruang. Termasuk didalam unsur latar adalah waktu, hari, tahun, periode sejarah, dan lain-lain.Latar cerita mencakup kerengan-keterangan mengenai keadaan sosial dan tempat dimana peristiwa itu terjadi.

Fungsi latar selain memberi ruang gerak pada tokoh juga berfungsi untuk menghidupkan cerita. Dalam latar ini, pengarang menampilkan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa yang selain berkaitan untuk membangun cerita yang utuh.

Kemunculan latar dalam cerita disebabkan adanya peristiwa, kejadian, juga adanya tokoh. Tokoh dan peristiwa membutuhkan tempat berpijak, membutuhkan keadaan untuk menunjukkan kehadirannya.