(telaah mammaama’’’’aaaa ...digilib.uin-suka.ac.id/5201/1/bab i,v, daftar pustaka.pdf ·...

39
HADIS TENTANG PERLINDUNGAN ANAK KECIL DI AWAL MALAM (Telaah Ma Ma Ma Ma’ ’a a a< < <ni ni ni ni< < < al al al al- - -H H H{ { {adi adi adi adi< < < < <s s s| | | ) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S. Th. I) Strata Satu dalam Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis Oleh: M. Hajir Mutawakkil NIM: 04531602 JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2010

Upload: others

Post on 17-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

HADIS TENTANG PERLINDUNGAN ANAK KECIL

DI AWAL MALAM

(Telaah MaMaMaMa’’’’aaaa<<<<<<<<<<<<<< <<<<<<<<<<<<<<nininini<< << alalalal----HHHH{{{{adiadiadiadi<< << <<<< <<<<ssss|| ||)

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin,

Studi Agama dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S. Th. I) Strata Satu dalam Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis

Oleh:

M. Hajir Mutawakkil NIM: 04531602

JURUSAN TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN,

STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA 2010

iv

MOTTO

Listen to Your Heart When Listen to Your Heart When Listen to Your Heart When Listen to Your Heart When

HeHeHeHe''''s Calling for Yous Calling for Yous Calling for Yous Calling for You

v

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi sederhana ini untuk Ayah dan (alm.) Ibu

yang tercinta

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, bersumber dari

pedoman Arab-Latin yang diangkat dari Keputusan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987

dan Nomor 0543 b/U/1987, selengkapnya adalah sebagai berikut :

A. Konsonan

Fonem konsonan bahasa Arab, yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan huruf, dalam tulisan transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan

huruf, sebagian dengan tanda, dan sebagian dengan huruf dan tanda sekaligus,

sebagai berikut :

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

ba’ b be ب

ta’ t te ت

sa S es (dengan titik di atas) ث

jim J je ج

ha H ha (dengan titik di bawah) ح

kha Kh ka dan ha خ

dal D de د

zal Z zet (dengan titik di atas) ذ

vii

ra R er ر

zai Z zet ز

sin S es س

syin sy es dan ye ش

sad S es (dengan titik di bawah) ص

dad D de (dengan titik di bawah) ض

ta T te (dengan titik dibawah) ط

za Z zet (dengan titik di bawah) ظ

ain ‘ koma terbalik (di atas)‘ ع

ghain G ge غ

fa F ef ف

qaf Q qi ق

kaf K ka ك

lam L el ل

mim M em م

nun N en ن

wau W we و

� ha H ha

hamzah ‘ apostrof ء

ya’ Y ya ي

viii

B. Vokal

1. Vokal tunggal :

Tanda Vokal Nama Huruf Latin Nama

Fathah a A

Kasrah i I

Dammah u U

2. Vokal Rangkap :

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan ya Ai a-i ي

Fathah dan Wau Au a-u و

Contoh :

haula ----- &%ل kaifa ---- آ"!

3. Vokal Panjang (maddah)

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fathah dan alif A A dengan garis di atas ا

Fathah dan ya A A dengan garis di atas ي

Kasrah dan ya I I dengan garis di atas ي

Dammah dan wau u U dengan garis di atas و

ix

Contoh :

qala *") ---- qila ---- ()ل

yaqulu ---- .-%ل rama ---- ر,+

C. Ta marbutah

1. Transliterasi Ta’ Marbutah hidup adalah "t".

2. Transliterasi Ta’ Marbutah mati adalah "h".

3. Jika Ta’ Marbutah diikuti kata yang menggunakan kata sandang " ال " ("al-"),

dan bacaannya terpisah, maka Ta’ Marbutah tersebut ditransliterasikan

dengan "h".

Contoh :

raudatul atfal, atau raudah al-atfal ------- رو34 ا012)ل

al-Madinatul Munawwarah, atau al-Madinah ------- ا36.978 ا678%رة

al- Munawwarah

3:;1 ------------ Talhatu atau Talhah

D. Huruf Ganda (Syaddah atau Tasydid)

Transliterasi syaddah atau tasydid dilambangkan dengan huruf yang sama, baik

ketika berada di awal atau di akhir kata .

Contoh :

nazzala ------ =>ل

al-birru ------- ا8?<

x

E. Kata Sandang "ال"

Kata sandang "ال " ditransliterasikan dengan "al" diikuti dengan tanda

penghubung "-", baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupun huruf

syamsiyyah.

Contoh :

al-qalamu -------- ا8-;@

A7B8ا ------ al-syamsu

F. Huruf Kapital

Meskipun tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi dalam transliterasi

huruf kapital digunakan untuk awal kalimat, nama diri, dan sebagainya seperti

ketentuan dalam EYD. Awal kata sandang pada nama diri tidak ditulis dengan

huruf kapital, kecuali jika terletak pada permulaan kalimat.

Contoh :

Wa ma Muhammadun illa rasul----- و,),:97 ا2رC%ل

xi

KATA PENGANTAR

ا���� ا����� ��� ا

Segala puji bagi Allah SWT, yang senantiasa memberikan karunia-Nya

bagi seluruh umat di dunia. Salawat serta salam, semoga tetap selalu tercurah

kepada para Nabi dan Rasul-Nya, serta keluarga, sahabat dan para pengikut

mereka sampai hari akhir.

Berkat rahmat dan inayah dari Allah SWT, penulis berhasil menyelesaikan

tugas akhir perkuliahannya di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berupa skripsi,

sebagai salah satu syarat meraih gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Tafsir Hadis.

Dan tak lupa, dengan setulus hati penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Sekar Ayu Aryani M. Ag, sebagai Dekan Fakultas Ushuluddin,

Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Suryadi, MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis UIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah menyadarkan penulis untuk segera

menyelesaikan studi.

3. Bapak Dr. Ahmad Baidhowi M. Si, selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadis

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah mempermudah administrasi

penulis selama proses penulisan skripsi.

4. Bapak Dr. M. Alfatih Suryadilaga M. Ag, selaku pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing penyelesaian skripsi

ini.

xiii

ABSTRAK

Dalam Islam, anak adalah amanat yang dititipkan Allah kepada makhluk-

Nya. Kecintaan yang besar dalam diri orang tua terhadap anak mereka melebihi yang lain, merupakan salah satu bekal yang ditanamkan, sebagai fitrah, agar orang tua sanggup untuk mengemban tugas tersebut sebaik mungkin. Nabi Muhammad saw. adalah salah satu sosok orang tua yang amat tampak kepedulian dan kecintaannya kepada anak-anak. Kalau membaca hadis-hadis yang berkaitan dengan anak, tampak di sana, pancaran kasih dan sayangnya yang besar itu tercermin. Seperti kala Nabi menegur salah satu sahabatnya yang mengambil kasar anaknya dari gendongan Nabi yang tahu-tahu kencing, mempercepat shalatnya ketika mendengar tangisan anak kecil, atau memperlama sujudnya ketika salah satu cucunya menaiki punggungnya saat shalat.

Berangkat dari hadis-hadis tersebut itu, skripsi ma’a<ni< al-h{adi<s|| bertemakan anak ini penulis bahas. Secara garis besar, hadis tersebut menerangkan bahwa apabila telah datang awal malam maka anak kecil dicegah ke luar sampai waktu isya’ menjelang, atau sampai awal kegelapan itu berlalu. Sebab pada waktu-waktu tersebut itu, banyak setan berkeliaran. Nah karena alasannya setan itulah, maka sering kali hadis ini dimaknai sebagai pemberitaan gaib semata. Sementara pesan moral yang dikandungnya akhirnya tak tersentuh. Akibatnya, hadis tersebut terkesan tak mendatangkan suatu manfaat bagi kehidupan umat Islam. Kecuali menimbulkan ketakutan pada kegelapan, khususnya bagi anak-anak. Bahkan menakut-nakuti anak dengan setan, oleh sebagian orang tua, dijadikan sebagai metode mendidik, yang untuk saat ini, sudah dinilai tidak baik bagi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Setelah mengkaji hadis tersebut melalui proses pemahaman hadis tawaran Musahadi HAM., yakni melalui kajian kebahasaan, realitas historis dan kajian praksis dengan terlebih dahulu menentukan bahwa hadis yang dikaji itu s{ah{i<h{ atau paling tidak h{asan, maka setelah melewati itu semua, didapatkan suatu kesimpulan bahwa, pesan moral dari hadis tersebut adalah bukan menitik beratkan pada pemberitaan hal gaib, dunia jin, melainkan tentang penjagaan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa dalam keluarga. Termasuk keselamatan fisik dan jiwa anak. Juga anjuran untuk menciptakan suasana religius di malam hari. Selanjutnya, apabila hadis tersebut dikontekstualisasikan pada realitas kekinian, yakni pada masyarakat modern Indonesia saat ini, maka perlindungan itu harus disesuaikan pada tiga aspek situasi: keamanan, kesehatan (fisik dan psikis) dan pendidikan anak. Ketiganya harus menyertai anak ketika berada di luar dan di dalam rumah. Untuk keamanan, maka yang perlu diperhatikan adalah bahaya seperti dari binatang dan penculikan. Untuk kesehatan, seperti dari kuman, virus, bakteri dan pertimbangan temperatur suhu iklim tropis Indonesia. Sementara untuk pendidikannya, dengan cara menghiasi malam dengan suasana religius, seperti mengajarkan anak tentang agama sesuai kemampuannya, atau mengisi waktu dengan kegiatan keagamaan, seperti mengaji, dan lain-lain. Tentu hal itu harus diiringi dengan metode pendidikan yang baik dan benar.

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v

TRANSLITERASI…………………………………………..……………… … vi

KATA PENGANTAR....................................................................................… xi

ABSTRAK........................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI.......................................................................................................xiv

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................................................... 8

D. Tinjauan Pustaka............................................................................... 8

E. Metode Penelitian............................................................................. 11

F. Sistematika Pembahasan................................................................... 15

BAB II. REDAKSIONAL HADIS TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

KECIL DI AWAL MALAM ................................ .............................. 17

A. Takhri<j H{adi<s| ….............................................................................. 17

B. Penilaian Hadis ............................................................................... 23

BAB III. PEMAKNAAN HADIS TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

KECIL DI AWAL MALAM................................ ............................. 25

xv

A. Analisis Matan ................................................................................ 25

1. Kajian Kebahasaan .................................................................... 26

2. Kajian Tematik Komprehensif ....................................................38

3. Konfirmasi dengan Ayat al-Qur’an ............................................ 45

B. Analisis Realitas Historis................................................................. 49

1. Konteks Mikro........................................................................... 49

2. Konteks Makro .......................................................................... 50

C. Analisis Generalisasi ....................................................................... 58

BAB IV. RELEVANSI HADIS TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

KECIL DI AWAL MALAM DALAM KONTEKS KEKINIAN .. 60

A. Gambaran Perkembangan Kebudayaan Indonesia......................... 61

B. Relevansi Hadis tentang Perlindungan Anak Kecil di Awal Malam

dengan Situasi Keamanan Anak di Malam Hari............................ 71

C. Relevansi Hadis tentang Perlindungan Anak Kecil di Awal Malam

dengan Situasi Kesehatan Anak di Malam Hari ............................ 76

D. Relevansi Hadis tentang Perlindungan Anak Kecil di Awal Malam

dengan Situasi Pendidikan Anak di Malam Hari........................... 81

BAB V. PENUTUP........................................................................................... 89

A. Kesimpulan ................................................................................ 89

B. Saran-saran................................................................................. 90

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 91

LAMPIRAN : Curriculum Vitae..................................................................... 95

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia, pada mulanya, adalah anak. Lahir dari rahim seorang ibu

setelah melewati kurun waktu sekitar sembilan bulan dalam masa kandungan.

Kelahirannya senantiasa dinanti-nanti, disambut, dan dirayakan dengan suka cita.

Ia mempunyai arti penting dalam kehidupan sebuah keluarga. Sebagai buah hati

dari cinta ayah ibunya. Juga sebagai generasi pelanjut dan penyambung keturunan

mereka.1

Dalam agama Islam, anak merupakan amanat yang dititipkan Allah SWT.

kepada makhluk-Nya. Diberikannya kepada setiap orang tua, bekal fitrah berupa

cinta kasih yang begitu mendalam pada anak mereka dibandingkan kepada yang

lain. Dengan fitrah tersebut itulah orang tua akan mengasuh dan menjaga anak

mereka.2 Digambarkannya pula dalam al-Qur’an, anak dengan penggambaran

yang paling indah, semisal sebagai “perhiasan”3, “nikmat”4 dan “permata hati”5.

Sehingga tampaklah dari penggambaran tersebut, anak menjadi sesuatu yang amat

1 H. Rohna Notoni Dogdo, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan al-Qur’an dan Hadis,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2002), hlm. 75. 2 Sri Harni dan Aba Firdaus al-Halwani, Mendidik Anak Sejak Dini, (Yogyakarta: Kreasi

Wacana, 2003), hlm.73.

3 QS. al-Kahfi [18]:46. 4 QS. al-Isra<’ [17]: 6. 5 QS. Al-Furqa<n [25] :74.

2

berharga, dan tak ada alasan apa pun yang paling tepat, selain merawat mereka

sebaik mungkin. Pemeliharaan anak merupakan suatu kewajiban, dan kelak akan

dipertanggungjawabkan.6

Setiap orang tua mendambakan anak-anaknya tumbuh baik dan sehat, fisik

maupun mentalnya. Mereka tidak ingin anak-anaknya tertimpa hal buruk, bahkan

tersakiti. Secara fisik, anak lahir dalam keadaan lemah. Segala tingkah lakunya

memerlukan bantuan dari orang dewasa di sekitarnya: ibu, ayah, nenek, dan

sebagainya. Sejalan dengan belum sempurnanya pertumbuhan fisik dan psikisnya,

maka anak yang baru lahir hingga menginjak dewasa, selalu mengharapkan aturan

orang-orang di sekelilingnya. Kemantapan dan kesempurnaan potensi manusia

yang dibawanya sejak kecil, memerlukan pengembangan melalui pemeliharaan,

pembinaan dan pelatihan.7

Sehubungan dari itu, maka, yang menjadi salah satu kebutuhan penting

anak adalah, kebutuhannya akan rasa aman.8 Jika sudah merasa aman dalam suatu

lingkungan, anak akan tumbuh berani untuk menjadi dirinya sendiri, tidak takut

dan akan selalu merasa percaya diri berada dalam situasi apapun, sebab ia yakin

ada seseorang yang akan selalu melindunginya dari mara bahaya.9 Ia akan

6 QS. at-Tah{ri<m [66]: 6. 7 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 64.

8 Ada lima pokok yang dibutuhkan oleh setiap anak menurut Zakiah Darajat. Pertama,

kebutuhan akan rasa kasih sayang. Kedua, kebutuhan akan rasa aman. Ketiga, kebutuhan akan harga diri. Keempat, kebutuhan akan rasa kebebasan. Kelima, kebutuhan akan rasa sukses. Keenam, kebutuhan akan mengenal. Zakiah Darajat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1979), hlm. 76-98.

9 Ganti. BP. “Kebutuhan Anak TK” dalam www.bintangbangsaku.com, diakses pada

tanggal 26 Maret 2010.

3

mendengarkan ayah ibunya tentang larangan yang ditujukan kepadanya, sebab ia

tahu, bahwa larangan tersebut adalah untuk kebaikan dan keselamatannya.

Sementara tugas bagi orang tua sebagai pelindung, adalah mencari tahu tentang

apa saja yang biasanya membuat anak merasa dalam bahaya. Mulai dari hal-hal

yang dapat membahayakan fisik anak, sampai pada yang membuat mentalnya

menjadi terganggu. Dari sana kemudian, orang tua menunjukkan rasa pedulinya

sebagai pelindung yang mencintai dan yang menyayangi. Sehingga dengan begitu,

anak akan merasa terlindungi dan merasa bahagia serta akan tumbuh lancar

sampai dewasa. Namun apabila perlindungannya tidak tepat, atau caranya tidak

benar, bisa jadi anak merasa tidak mendapatkan perlindungan. Malah sebaliknya,

ia merasa terancam oleh perilaku orang tuanya yang over protection.

Kebebasannya dibatasi, dan kepada orang tuanya, si anak merasa bahwa orang

tuanya tidak mengerti dan peduli.

Nabi adalah salah satu contoh teladan dalam hal ini. Beliau seorang Nabi

yang mengerti tentang dunia anak-anak, dan sangat peduli terhadap mereka.

Seperti dikisahkan tentang Nabi yang memperpanjang sujudnya ketika salah satu

cucunya menunggangi punggungnya di kala beliau sedang sujud waktu shalat.

Juga teguran beliau kepada salah seorang sahabat Ummu al-Fadl yang menarik

bayinya dengan kasar saat mengencingi Nabi.10 Di samping itu, Nabi juga

memberikan informasi tentang hal-hal gaib yang berkaitan dengan anak. Seperti

dikabarkan bahwa setiap anak yang baru lahir akan disakiti setan hingga

10 M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan,

1999), hlm. 268-274.

4

menangis, kecuali dua orang, Nabi Isa dan ibunya Maryam. Serta dianjurkan bagi

orang tua untuk meminta perlindungan kepada Allah.11 Demikian pula dengan

salah satu hadis Nabi yang akan penulis bahas, yakni hadis tentang perlindungan

anak kecil di awal malam disebabkan banyak setan berkeliaran.

Salah satu redaksi hadis tersebut berbunyi sebagai berikut:

��������� ���� ��� ������� ��� �� ��� ������� ��� � �� �� ��� �!��" #������ ��� $%��&�' �(�)�� ������ �� � �� ��' �*+,-� �#�.�� *+,-� ��)/ ��' �!��" 0!1��� �*+,-� 2+,�3 *+,-� �* 4�,�' �5+,���� ��6�� �7��8 9 � -��: 4+, ��� 5; 4�< =�� �1>?0@�A 50@����4 ��3 +7�B�A �C�D��4�E-� ��E�; ��F �G�H��4�� ��6�B�A I���J�6 KL�'��� ��= �: 4+,-� 5J1>,�M�A �10N�,OP���� �Q��1 ��RO-�

���08O6��� �5 �� �*+,-� +7�B�A �7��& 4�E-� ��- 9�;O?�� �S���� �TN�, U= Artinya: Ish{a<q bercerita kepada kami, Ru<h{ memberi kabar kepada kami, Juraij memberi kabar kepada kami, At{a<’ memberi kabar kepadaku, bahwa ia mendengar Ja<bir Ibn ‘Abdillah berkata: Rasulullah saw. bersabda “Pada awal malam atau pada saat kalian memasuki waktu petang, lindungilah anak-anak kalian karena setan berkeliaran pada saat itu. Apabila awal malam telah berlalu, biarkan mereka dan tutuplah pintu, dan sebutlah nama Allah karena setan tidak mampu membuka pintu yang tertutup”.12 Hadis di atas menarik untuk diteliti. Karena secara tekstual, hadis ini

berbicara tentang suruhan Nabi untuk melindungi anak kecil di awal malam.

Alasannya, karena ada banyak setan berkeliaran yang bisa menyakiti mereka.

Membaca hadis ini terasa tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia, khususnya

11

Hadis Riwayat Imam al-Bukha<ri<, S}ah}i<h} al-Bukha<ri<, Kita<b Tafsi<r al-Qur’a<n, Ba<b Wa Inni< U’i<z|uha< Bika wa Z|urriya<taha< min as-Syait{a<n ar-Raji<m, No. 4184, CD Mausu>'ah al-H}{{adi>s| al-Syari>f, Global Islamic Software, 1991-1997.

12 Hadis Riwayat Imam al-Bukha<ri<, Sah{{i<h{ al-Bukha<ri<, Kita<b Bad'u al-Khalqi, Ba<b Khairu

Ma<l al-Muslim, No. 309, CD Mausu>'ah al-H}adi>s| al-Syari>f , 1991-1997 .

5

di pulau Jawa, yang mengenal mitos13 tentang larangan anak kecil keluar malam

pada waktu magrib. Di mana dalam mitos tersebut diceritakan, ada makhluk

halus, semacam jin, yang berkeliaran, dan suka memangsa anak kecil. Dan demi

melindungi diri dari bahaya tersebut, maka orang tua melarang anak-anak mereka

untuk keluar rumah sampai datang waktu isya’.14

Terlepas dari membahas apakah mitos tersebut berasal dari hadis Nabi

yang dipahami secara kultural namun terkesan berlebihan. Bagi umat Islam, hadis

tersebut banyak dipahami sebagai pemberitaan alam gaib, khususnya tentang

dunia jin, sehingga redaksi hadisnya pun akhirnya dipahami “gaib” pula. Artinya,

hadis tersebut tidak perlu dipahami lebih jauh lagi. Cukup sebagai kabar berita

tentang alam gaib, yang harus diyakini, sebagai bukti keimanan pada yang gaib.

Di sinilah titik kegelisahan penulis terhadap pemahaman hadis yang bersifat gaib

tersebut. Ketika seseorang memahami hadis dengan cara seperti ini, maka lupalah

ia pada pesan moral yang terkandung dalam hadis tersebut. Sementara

sebagaimana yang diketahui bersama, hadis merupakan respons Nabi atas realitas

sosial masyarakat Arab pada masa dulu.

Akhirnya, mengamalkan hadis di atas secara tekstual saat ini, bagi

sebagian orang tua, akan terasa kesulitan. Sebab hadis yang dipahami sebagai

pemberitaan gaib tersebut kesannya mengajari ketakutan pada anak kecil, yakni 13 Secara bahasa, mitos berasal dari bahasa Yunani mythos yang berarti hikayat, legenda,

percakapan, ucapan, pembicaraan. Sedangkan menurut istilah adalah cerita yang asal-usulnya sudah dilupakan yang menyajikan sejarah pemikiran yang tidak ilmiah dari seorang yang menjelaskan dalam bentuk pomorfis serta animistik. Loren Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 1996), hlm. 658-659.

14 Afif Salim, “Candikolo Waktu Menjelang Magrib” dalam www.afifsalim.co.cc,

diakses tanggal 04 Januari 2010.

6

ketakutan berlebihan pada kegelapan, yang jika ditinjau dari perspektif psikologi

pendidikan, dapat menimbulkan dampak negatif pada perkembangan kejiwaan

anak-anak.15 Padahal pada masa kini, kegelapan sudah tidak dianggap lagi sebagai

sesuatu yang mengerikan, melainkan dipahami sebagai salah satu fenomena alam

dari pergantian siang dan malam. Di samping itu pula dengan semakin canggihnya

teknologi masa kini, kegelapan sudah dapat diatasi dengan, misalnya,

ditemukannya lampu listrik. Di sisi lain, dari pemberitaan itu pula, ada yang

menjadikannya sebagai metode pendidikan. Seperti, misalnya, untuk menyuruh

anak makan, mandi, minum obat, maka agar anaknya menurut ditakutilah ia kalau

tidak menolak dengan akan didatangi setan atau hantu. Sementara untuk saat ini

pendidikan yang seperti itu sudah tidak lagi relevan diterapkan.

Di samping itu pula, dari dalam redaksinya, hadis tersebut terasa ada

sesuatu yang memunculkan beberapa pertanyaan. Di antaranya: jika hadis tersebut

dipahami jin yang berkeliaran, mengapa hadis tersebut menggunakan kata setan

dan bukannya jin? Apakah benar setan mulai berkeliaran di awal malam?

Bukankah setan itu berada dalam diri manusia dan akan selalu mengganggu kapan

dan di mana pun? Bukankah setan itu makhluk halus yang kepada benda padat

seperti pintu, tembok, jendela, bisa masuk walau terkunci? Mengapa waktu awal

malam, waktu mulai terbenamnya matahari? Apakah waktu itu memang

merupakan saat-saat membahayakan diri anak kecil? Siapa saja yang disebut

“anak kecil” itu? Berapakah umurnya? Seperti apakah bentuk bahaya yang

dikhawatirkan akan menimpanya? Apakah yang dimaksud awal malam itu, hanya

15 Ma’ruf Zurayk, Aku dan Anakku: Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja,

trj. M. Syaifuddin dkk, (Bandung: Al-Bayan, 1998), hlm. 42.

7

pada waktu tertentu saja, ataukah setiap hari? Lalu, mengapa anak-anak yang

harus dilindungi? Bukankah setan tidak hanya merayu anak kecil, bahkan orang

tua sekali pun? Kalau benar anak kecil harus dilindungi, sesuaikah cara

melarangnya, yakni mencegahnya supaya jangan berada di luar rumah? Adakah

kaitannya dengan keadaan sosial budaya bangsa Arab saat itu? Atau ada suatu

pesan yang tersirat, “yang tak terkatakan” dalam hadis tersebut, yang diinginkan

oleh Nabi?

Pertanyaan-pertanyaan di atas itu mendorong penulis mengangkat hadis di

atas untuk perlu diteliti. Dan tidak ada kajian yang lebih memuaskan, selain hadis

ini dibedah secara intens dan mendalam dalam sebuah kajian khusus tentang

pemaknaan hadis, yakni kajian ma’a<ni< al-h{{adi<s|.16

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah penulis paparkan di atas, maka rumusan

masalah yang dapat dihimpun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

16

Imu Ma’a<ni< al-H{adi<s| adalah ilmu yang mengkaji bagaimana memaknai hadis Nabi saw. dengan mempertimbangkan struktur linguistik teks hadis, konteks munculnya hadis (asba<<<<<b al-wuru<d), kedudukan Nabi ketika menyampaikan hadis, dan bagaimana menghubungkan teks hadis masa lalu dengan konteks masa kini, sehingga diperoleh pemahaman yang relatif tepat, tanpa kehilangan relevansinya dengan konteks masa kini. Menurut Abdul Mustaqim, istilah ilmu Ma’a<ni< al-H{{adi<s| sepertinya dilatarbelakangi oleh keinginan memberikan imbangan terhadap istilah ilmu Ma’a<ni< al-Qur’a<n. Namun berbeda dengan ilmu Ma’a<ni<< al-Qur’a<n yang berbicara tentang makna-makna suatu huruf dalam al-Qur’an dan kata-kata yang dianggap sulit dipahami, ilmu Ma’a<ni< al-H{adi<s| dimaksudkan untuk meringkas disiplin ilmu-ilmu hadis yang terkait dengan objek kajian matan hadis yang telah diaplikasikan oleh para ulama zaman dulu seperti gha<rib al-h{{{{{{{adi<s|, nasi<kh mansu<kh, mukhtalif al-h{{adi<s|, tari<kh al-mutu<n, asba<b al-wuru<d, dan sebagainya. Tidak ditemukan istilah Ma’a<ni< al-H{adi<s|| dalam literatur atau kitab ulumul hadis, bahkan pada era mutaqaddimi<n sekali pun, yang ada hanya istilah Syarh{ H{adi<s| yaitu ilmu yang terkait tentang bagaimana menjelaskan maksud hadis Nabi dengan berbagai perangkat, proses dan prosedur yang ada ketika itu. Dan akhirnya, menurut Abdul Mustaqim, Syuhudi Ismail-lah orang pertama yang menyebut istilah ini secara eksplisit dalam bukunya Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual. Abdul Mustaqim, Ilmu Ma’a<nil Hadi<s: Paradigma Interkoneksi (Yogyakarta: IDEA Press, 2008), hlm. 5-11.

8

1. Bagaimana pemaknaan hadis-hadis tentang perlindungan anak kecil di awal

malam disebabkan banyak setan berkeliaran?

2. Bagaimana relevansi hadis-hadis tentang perlindungan anak kecil di awal

malam tersebut bila dikaitkan dengan konteks kekinian?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui makna hadis tentang

perlindungan anak kecil di awal malam, serta untuk mengetahui relevansinya

dengan realitas sosial masa kini.

Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat berguna memperkaya khazanah

intelektual Islam, khususnya di bidang kajian hadis, serta sebagai upaya

mewujudkan visi menghidupkan ajaran islam yang fleksibel, yang mampu

berdialog dengan perubahan zaman.

Selain itu, secara pribadi sebagai seorang mahasiswa, adanya skripsi ini

tidak lain dikarenakan kegunaannya sebagai salah satu syarat kelulusan, dan untuk

mendapat gelar Sarjana Theologi Islam di Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga Yogyakarta

D. Tinjauan Pustaka

Kajian hadis tentang perlindungan anak kecil di awal malam disebabkan

banyak setan berkeliaran, sejauh penulis telusuri, sudah ada beberapa tulisan yang

membahasnya, namun masih belum ada yang mengkajinya secara khusus, terlebih

9

kajian tentang relevansi hadis tersebut dengan masa kini. Kebanyakan hadis

tersebut dibahas dalam kitab-kitab syarh{ hadis. Juga dibicarakan dalam kajian

tentang dunia jin. Di antaranya dapat dipaparkan sebagai berikut.

Dalam kitab-kitab syarh{ hadis yang penulis dapatkan, dapat ditemukan

bahwa yang dimaksud awal malam dalam hadis tersebut, adalah saat malam mulai

tampak gelapnya. Selanjutnya cara melindungi anak, adalah dengan ada yang

melarang anak-anak keluar dan ada pula yang di samping melarangnya keluar

juga mengumpulkannya. Sedang yang dimaksud dengan setan yang berkeliaran,

ada yang menerangkan jenis setan yang tidak diterangkan seperti apa dan ada

yang menjelaskan jin.17

Dalam buku yang berjudul Misteri Alam Jin, Firyal Ulwan ketika

mengulas dunia jin menerangkan bahwa kadang-kadang jin disebut setan ketika ia

melakukan kedurhakaan dan sering melakukan kemaksiatan. Derajat setan jin

bertingkat-tingkat. Apabila berbuat jahat disebutlah setan. Apabila kejahatannya

melebihi setan disebutlah mari<d. Dan apabila kejahatannya melebihi marid

disebutlah ifrit . Sementara bila ditinjau dari tingkah lakunya, jin memiliki

beberapa sebutan. Jin yang suka menempel pada manusia, disebut ‘ammar, yang

17

Kitab syarh{ hadis yang menjelaskan tentang awal malam itu adalah sebagai berikut: Syarh{ an-Nawa<wi< ‘ala< al-Muslim, juz VII, hlm. 48 dan Kasyfu al-Musyki<l min H{adi<s| al-S{ah{i<h{ain, juz I, hlm 690. Kemudian yang menjelaskan cara melindungi anak dengan melarangnya keluar dan mengumpulkannya: Al-Diba<j ‘ala< al-Muslim, juz V, hlm. 64, Faid{ al-Qad{i<r, juz 1, hlm. 522, Marqa<tu al-Mafa<tih{ syarh{u Misyka<h al-Mas{a<bih{, juz XIII, hlm. 48, Syarh{ al-Suyu<t{i< 'ala< al-Muslim, juz X, hlm. 64, Syarh{ al-Nawa<wi< ‘ala< al-Muslim, juz XIII, hlm. 185, Attaisi<r bi al-Syarh{ al-Ja<mi’ al-S{agi<r li al-Mana<wi<, Harf al-Hamzah, hlm. 245, dan‘Umdah al-Qa<ri< Syarh{u S{ah{i<h{ al-Bukha<ri<, juz XXIII, hlm. 47. Sementara yang menjelaskan setan yang dimaksud adalah dari jenis setan jin adalah Syarh{ al-Suyu<t{{i< ala< al-Muslim, juz V, hlm. 64 dan Fath{ al-Ba<ri< Ibn H{ajar, juz VI, hlm. 356, CD Maktabah Sya<milah , 1997.

10

suka menampakkan diri pada anak-anak, disebut arwa<<<h{ dan h{inn adalah salah satu

golongan jin dari jenis binatang anjing atau golongan yang paling rendah.18

Menurut Ali Usman dalam bukunya Makhluk-Makhluk Halus Menurut al-

Qur'an, setan tidak hanya tertuju pada jin saja, manusia apabila memiliki sifat-

sifat setan, yaitu suka mengganggu, maka manusia itu disebut setan, bahkan

disebut iblis bila kedurhakaannya telah sedemikian besarnya. Di banding jin, setan

manusia lebih jahat disebabkan keberadaannya yang tampak nyata serta apabila

memiliki kedekatan dengan seseorang, maka hal itu dapat memudahkan untuk

menjerumuskan orang itu. Dan di antara perbuatan setan jin adalah mencari

mangsanya bila petang mulai gelap.19

Sementara dari penjelasan Quraish Shihab dalam Yang Tersembunyi Jin,

Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Qur’an-As-Sunnah, serta Wacana Pemikiran

Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, ketika membahas tentang setan dengan kajian

kebahasaan berpendapat, bahwa kata setan tidak terbatas pada manusia atau jin

saja, tetapi juga dapat berarti simbol atau lambang dari pelaku sesuatu yang buruk

atau tidak menyenangkan, atau sesuatu yang buruk dan tercela.20

Di dalam suatu artikel yang ditulisnya berjudul Penjagaan Si Kecil di

Awal Malam, Ummu Ashaq Zulfa Husein al-Atsarriyah saat membahas hadis di

atas, dengan merujuk Ibn Jauzi beralasan mengapa hanya anak saja yang

18 Firyal Ulwan, Misteri Alam Jin, (Bandung: Pustaka Hidayah), hlm. 18. 19 M. Ali Usman, Makhluk-Makhluk Halus Menurut al-Qur'an, (Jakarta: Bulan Bintang),

hlm. 172-186. 20 M. Quraish Shihab, Yang Tersembunyi Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Qur’an

As-Sunnah, serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 128.

11

mendapat perhatian, karena anak-anak pada umumnya belum dapat berzikir di

mana dengan zikir itu mereka dapat melindungi diri dari setan. Sebab setan, pada

saat berkeliaran, mencari tempat untuk bergantung, termasuk bergantung ke dalam

tubuh manusia. Hadis ini juga menjadi peringatan agar tidak menggendong bayi

walau di luar rumah pada waktu magrib tiba.21

Senada dengan Abdul Alim Ibrahim, yang juga mengutip pendapat Ibn

Jauzi dalam Rujukan Lengkap Masalah Jin dan Sihir, menjelaskan bahwa ada

hikmah dari penyebaran jin saat itu, bahwa mereka hanya bergerak di malam hari

dan tidak di siang hari. Karena kegelapan akan menambah kekuatan mereka di

banding yang lain. 22

E. Metode Penelitian

Bentuk skripsi ini adalah penelitian pustaka (Library Research). Bahan

mengkaji objeknya, penulis cari dan gali dari beragam kepustakaan seperti dari

kitab, buku, ensiklopedi, jurnal ilmiah, koran, majalah dan dokumen. Data

primernya, memakai kitab S{ah{i<h{ al-Bukha<ri<, S{ah{i<h{ Muslim dan kitab-kitab hadis

lain dalam Kutub at-Tis’ah, yang penulis rujuk lewat bantuan perangkat teknologi

komputer berupa CD ROM. Sementara data sekundernya, meliputi kitab syarh {

hadis, asba<b al-wuru<d, serta buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah

penulis angkat.

21 Ummu Ashaq Zulfa Husein al-Atsarriyah, “Penjagaan Si Kecil di Awal Malam”, Asy-

Syari’ah, Vol. II/No. 15/1426H/ 2005/, Rubrik Mutiara Kata, hlm. 76-78. Lihat juga di http:// akhwat.web.id.

22 Abdul Alim Ibrahim, Rujukan Lengkap Masalah Jin dan Sihir, (Jakarta: Pustaka al-

Kaustar, 2005), hlm. 32.

12

Dalam mengkaji sumber-sumber di atas tersebut, teknik pengumpulan

datanya, penulis dapat jabarkan sebagai berikut: Untuk bahan data primernya,

yaitu kumpulan hadis-hadis tentang larangan keluar malam bagi anak kecil,

penulis memakai bantuan CD Mausu<’ah al-H{adi<s|| al-Syari<f al-Kutub al-Tis’ah,

Maktabah Alfiyah dan Maktabah Sya<milah. Dan untuk bahan data sekundernya,

yaitu buku-buku atau tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah yang penulis

angkat, penulis kumpulkan dan susun sedemikian rupa untuk membantu

pendalaman dan analisis penulis terhadap isi hadis-hadis yang dibahas.

Setelah data-data primer dan sekunder terkumpul, untuk mengolahnya,

penulis menggunakan teknik deskiriptif-analisis.23 Khusus dalam menganalisa

matan hadis, penulis memakai tawaran metode Musahadi HAM.24 Dikarenakan

dalam prinsip hermeneutikanya, Musahadi HAM lebih berupaya menangkap nilai

etis suatu hadis daripada nilai legisnya,25 dan metodenya ini telah banyak dipakai

oleh banyak mahasiswa terdahulu, dan terbukti berhasil memecahkan

problematika pemaknaan hadis Nabi.

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Kritik Historis

Fokus kritik historis ini adalah mengetahui apakah sanad hadis s{ahi<h{

apa tidak. Jika hasil hadis yang diteliti tersebut menunjukkan kualitasnya

23 Suatu teknik yang cara mengolah datanya memakai tiga langkah kerja: memaparkan

data, menganalisanya, kemudian dilanjutkan dengan mengklasifikasinya. 24 Musahadi HAM, Evolisi Konsep Sunnah, (Implikasinya pada Hukum Islam)

(Semarang: Aneka Ilmu, 2000), hlm. 155-152. 25 Musahadi HAM, Evolisi Konsep Sunnah, hlm. 154.

13

adalah s{ah{i<h{26 atau h{asan,27 maka akan penelitian dilanjutkan pada analisis

matan hadis. Sedangkan untuk mengetahui nilai sanad hadis tersebut, penulis

merujuk pada pendapat para ulama dan ahli hadis. Hal ini penulis lakukan

dengan pertimbangan agar dalam skripsi ini penulis dapat memfokuskan diri

pada pemaknaan hadis dan efisiensi tenaga dan waktu. Namun sebelum itu,

penulis akan melakukan Takhri<j al-H{adi<s|,28 yaitu menelusuri hadis yang

bersangkutan ke berbagai kitab sumber hadis, yang di dalamnya dikemukakan

secara lengkap matn dan sanadnya. Dan metode yang penulis pakai dalam

penelitian ini adalah Takhri<j al-H{adi<s| bi al-Lafz||i melalui kata kunci: ا����

����� dengan menggunakan CD-ROM.

2. Kritik Editis

Fokus kritik editis ini adalah mengungkap pesan moral universal

hadis. Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan adalah:

26 Hadis yang bersambung sanadnya (sampai kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan

oleh (periwayat) yang ‘a<dil dan d{a<bit sampai akhir sanad, (di dalam hadis itu) tidak terdapat kejanggalan (syaz|) dan cacat (‘illah ). M. Mawardi Djalaluddin, “Hadis Sahih” dalam M. Alfatih Suryadilaga, ddk., Ulumul Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 244

27

Hadis yang bersambung sanadnya (sampai kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan oleh (periwayat) yang ‘a<dil yang rendah daya hafalnya tapi tidak rancu dan tidak bercacat. M. Rusdi “Hadis Hasan” dalam M. Alfatih Suryadilaga ddk., Ulumul Hadis, hlm. 261.

28

Secara bahasa, takhri<j dapat berarti al-z{uhu<r (tampak), al-buru<j (jelas), al-istimba<t{ (mengeluarkan), al-tadri<b (meneliti) dan tauji<h{ (menerangkan). Dalam ilmu hadis diistilahkan dengan: penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matn dan sanad hadis yang bersangkutan. Adapun metodenya, secara garis besar, terdiri dari dua macam. Pertama, takhri<j al-h{adi<s| bi al-lafz|i yaitu menyebutkan sebagian lafal hadis baik di awal, tengah atau akhir matannya. Kedua, tahri<j al-h{adi<s| bi al-mawdu<‘ yaitu menyebutkan topik masalah yang hendak dikaji. Sementara aplikasi dari langkah kerjanya, kegiatan takhri<j ini dapat memakai dua cara. Pertama, dengan cara konvensional yaitu dengan menggunakan kitab-kitab hadis atau kamus yang secara khusus dibuat untuk itu. Kedua, dengan menggunakan perangkat komputer melalui bantuan CD-ROM. Suryadi ddk, Metodologi Penelitian Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 38 dan M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2007), hlm. 41-47.

14

a. Analisis isi matan. Meliputi (1) Kajian Linguistik, yaitu menganalisis

matan hadis dengan menggunakan prosedur gramatikal bahasa Arab, mulai

dari s{arraf (pembentukan asal kata), nah{wu (struktur kalimat) sampai

dengan bala<gahnya (retorika) dengan merujuk kamus, kitab kaidah bahasa

Arab, dan penjelasan dari kitab syarh{ hadis. (2) Kajian Tematis

Komprehensif, yaitu mempertimbangkan teks-teks hadis lain yang setema

yang relevan dengan tema hadis. (3) Konfirmasi dengan ayat al-Qur’an,

yaitu makna hadis dikonfirmasikan dengan petunjuk al-Qur’an sebagai

sumber tertinggi ajaran.

b. Analisis realitas historis, yaitu memahami hadis dari segi konteks sosio

historisnya, baik konteks yang bersifat khusus saat hadis itu muncul

(mikro) maupun yang bersifat umum yakni keadaan sosial budaya

masyarakat Arab pada masa itu (makro).

c. Ketiga, analisis generalisasi, yaitu mengungkap pesan moral universal

yang menjadi esensi hadis tersebut dengan membuat generalisasi dari hasil

pemahaman-pemahaman khusus yang telah terungkapkan sebelumnya.

3. Kritik Praksis

Fokus kritik praksis ini adalah perubahan makna hadis yang diperoleh

dari proses generalisasi ke dalam realitas kehidupan kekinian, sehingga

memiliki makna praktis bagi problematika hukum dan kemasyarakatan

kekinian. Caranya dengan merumuskan pesan moral yang bersifat umum

tersebut, dan meletakkannya ke dalam konteks sosial historis yang konkret

saat ini.

15

F. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini secara keseluruhan akan disusun ke dalam lima bab.

Tiap bab terdiri dari beberapa subbab sesuai dengan yang diperlukan. Bab

pertama menjelaskan latar belakang dan rumusan masalah penelitian. Selanjutnya

dibahas pula mengenai tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode

penelitian serta sistematika pembahasan yang penulis rancang.

Bab kedua meneliti hadis dari segi redaksinya guna mengetahui dengan

jelas kualitas kes{ah{ihan hadis tersebut. Dimulai dari menghadirkan redaksi-

redaksi hadis beserta sanadnya dengan jalan takhri<j hadis, kemudian diteruskan

dengan menghadirkan penilaian para ahli hadis terhadap hadis tersebut. Dan

setelah diketahui bahwa hadis tersebut ternyata s{ah{i<h{, penelitian ini dapat

dilanjutkan pada pemaknaan hadis yang akan diulas pada bab selanjutnya.

Bab ketiga berisi tentang usaha pemaknaan hadis. Meliputi kajian

kebahasaan, kajian tematik komprehensif dan kajian konfirmasi hadis dengan

ayat-ayat di al-Qur’an. Kemudian dilanjutkan pada analisis historis yang

mencangkup analisis konteks mikro dan makro saat hadis itu hadir. Dan terakhir,

melakukan generalisasi dari jawaban-jawaban yang telah didapat untuk diketahui

pesan moral universal hadis Nabi tersebut.

Bab keempat mengandung uraian tentang relevansi hadis dengan

kehidupan masa kini. Dalam prosesnya nanti, akan dijelaskan bagaimana pesan

moral universal yang telah diungkap dari bab sebelumnya, diletakkan pada

kehidupan konkret masa kini. Sehingga dari usaha tersebut, akan terlihat bahwa,

hadis itu bisa dihidupkan di era masa kini.

16

Bab kelima adalah bab yang terakhir. Berisi kesimpulan dari uraian-uraian

yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya. Bahasan ini merupakan jawaban

dari rumusan masalah yang diajukan dalam pendahuluan. Diakhiri saran.

89

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah rangkaian pembahasan selesai dikerjakan, maka kesimpulan yang

dapat ditarik adalah sebagai berikut:

1. Pemaknaan hadis tentang perlindungan anak kecil di awal malam disebabkan

pada waktu itu banyak setan berkeliaran, tidak semata dipahami mengandung

kabar tentang dunia gaib, yakni jin, melainkan mempunyai pesan moral

berupa penjagaan dan perlindungan terhadap harta dan jiwa keluarga. Serta

anjuran untuk mengisi awal malam dengan kegiatan keagamaan. Hal ini dapat

terasa apabila hadis tersebut diteliti dengan melibatkan keseluruhan teks hadis

yang mengandung banyak tema yang diiringi dengan seruan untuk berzikir

beberapa kali.

2. Di masa kini, bentuk pengamalan hadis tersebut perlu ditinjau kembali dari

segi keamanan, kesehatan, dan pendidikan anak kecil tersebut. Apabila

keamanan terjamin, kesehatan terjamin, dan pendidikannya juga sudah

terjamin, maka tidak masalah membiarkan mereka di luar. Seperti

membiarkan anak keluar untuk mengaji, shalat di masjid, belajar di rumah

kawannya dan lain-lain. Namun alangkah baiknya, pada awal malam, seisi

rumah dihiasi dengan kegiatan keagamaan. Ini untuk menciptakan nuansa

religius kepada anak nanti pada masa dewasanya

89

90

B. Saran-Saran

Berdasarkan pengalaman mengkaji hadis tentang perlindungan anak kecil

di awal malam, yang redaksinya bernuansakan "gaib", yakni menceritakan dunia

jin, penulis mendapatkan suatu pelajaran berharga. Bahwa, dalam memahami

hadis-hadis seperti ini, alangkah baiknya, tidak terlalu terpusat pada pemberitaan

gaib saja, tetapi lebih mencari apa pesan moral yang terkandung dalam hadis

tersebut, yakni dengan mencari tahu fungsi hadis tersebut bagi kehidupan

masyarakat Arab pada masa lalu dan bagaimana pesan tersebut kemudian dapat

diaplikasikan secara kondisional dan relevan ke dalam kehidupan masa kini.

Sehingga dari hadis tersebut, seseorang dapat mengambil manfaat, tidak sekedar

pemberitaan semata.

Akhirnya, menurut penulis, inilah salah satu cara cerdas beriman kepada

yang gaib. Iman yang tidak sekedar percaya, tetapi yang terus diasah, diasuh dan

dimatangkan dengan kepekaan hati dan akal pikiran.

91

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Hadir, "Menikmati Musim Panas di Tanah Arab" dalam http://pks-arabsaudi.org diakses tanggal 27 Juni 2009.

Abror, Indal. "Kitab al-S{ah{i<h{ al-Bukhari" dalam M. Alfatih Suryadilaga (ed.), Studi Kitab Hadis. Yogyakarta: TH Press, 2003.

al-Albani, Nashiruddin, Muhammad. Silsilah Hadis Shahih, trj. Qadirun Nur. I. Jakarta: Qishthi Press, 2005.

al-As{fiha<ni<, ar-Ra<gib. Mu’jam Mufra<da<t Alfa<z{ al-Qur’a<n. Bairut: Dar al-Fikr.

Al-Atsarriyah, Husein, Zulfa, Ummu, Ashaq. “Penjagaan Si Kecil di Awal Malam” dalam Majalah Asy-Syari’ah. Vol. II. No. 15, 2005.

al-Halwani, Firdaus, Aba, dan Harni, Sri. Mendidik Anak Sejak Dini. Yoyakarta:

Kreasi Wacana, 2003.

Alisyahbana Takdir, S. Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat dari Jurusan Niali-Nilai. Jakarta: Idayu, 1997.

Aly, Noer, Hery. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Aqil, Wardah, Muhammad. “S{abi<” dalam Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa-Kata. III . Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Awaliyah, Sarti. “Konsep Anak dalam al-Quran dan implikasinya Terhadap

Pendidikan Islam Terhadap Keluarga”, Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1999, dikutip dari Muhammad Joni dan Zul Chaina Z, Aspek Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak. Bandung Citra Aditya Bakti, 1999.

Bagus, Loren. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1996. Dahlan, M. Djawad. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:

Remaja Rosdakarya, 2002. Damarsyah. Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional, 1986. Darajat, Zakiah. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1979. ______ Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 1995

Digital, al-Qu’ran. versi, 2.1, 2004.

91

92

Djalaluddin, M. Mawardi. “Hadis Sahih” dalam M. Alfatih Suryadilaga, ddk., Ulumul Hadis. Yogyakarta: Teras, 2010.

Dogdo, Notoni, H. Rohna. Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan al-Qur’an dan Hadis, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Elhady, Aminullah. “Sa<{‘ah” dalam Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa-Kata.

III. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

Halim, Ibrahim, Abdul. Rujukan Lengkap Masalah Jin dan Sihir. Jakarta: Pustaka

al-Kaustar, 2005.

HAM, Musahadi. Evolisi Konsep Sunnah, Implikasinya pada Hukum Islam. Semarang: Aneka Ilmu, 2000.

Hitti, K., Philip. History of The Arabs: Rujukan Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, trj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi. Jakkarta: Serambi 2005.

Husein, Thaha. al-Ayya<m. Qalyub-Mesir: Markaz al-Ahra<m Li al-Tarjamah Wa al-Nasyr, 1992.

Ibrahim, as-Sayyid, Madji. 50 Wasiat Rasulullah saw. bagi Wanita, trj. Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka Alkautsar 1997.

Indonesia, Statistik, Pusat, Badan “Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006” (PDF), Rilis Pers, dalam Indonesia. http://id.wikipedia.org diakses tanggal 20 Mei 2010.

Intan, “7 Aspek Perkembangan” dalam www.intangirls.multiply.com diakses tanggal 16 0ktober 2008.

Ismail, Syuhudi M. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual: Telaah Ma’ani al-Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal, dan Lokal. Jakarta: Bulan Bintang, 1994.

______ Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 2007.

al-Fa<da<ni<,‘Isa<, Ibn, Yasi<n, Muhammad. H{usn as{-S{iga<h Syarh{ Duru<s al-Bala<gah. Rembang: Ponpes an-Nu<r, 1992.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998. Khalaf, Wahab, Abdul. Ilmu Ushul Fiqh, trj. Masdar Helmy. Bandung: Gema

Press, 1998. Munawwir, Warson, Ahmad. Al-Munawwir. Yogyakarta: Progresisf, 1997.

93

Mustaqim, Abdul. Ilmu Ma’a<nil Hadi<ts: Paradigma Interkoneksi. Yogyakarta: IDEA Press, 2008.

Rahman, Fazlur. Tema-Tema Pokok al-Quran. Bandung: Pustaka, 1996.

Rifai, Sulastri, Sri, Melly. “Suatu Tinjauan Historis Prospektif tentang Perkembangan Kehidupan dan Pendidikan Keluarga” dalam Jalaluddin Rahmat, Muhtar Gandaatmaja (ed.). Keluarga dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993.

Ritonga, A Rahman. “Lail” dalam Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa-Kata. II. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

ROM CD Maktabah Alfiyah li as-Sunnah an-Nabawiyah, ver. 1.5, Team at-Turat{, Amman, 1999.

______ Maktabah Sya<milah. Global Islamic, 1997.

______ Mausu<’ah al-H{adi<s{ al-Syari<f al-Kutub al-Tis’ah. Global Islamic, 1991-1997.

Rusdi M. “Hadis Hasan” dalam M. Alfatih Suryadilaga, ddk., Ulumul Hadis. Yogyakarta: Teras, 2010.

Salim, Afif. “Candikolo Waktu Menjelang Maghrib” dalam www.afifsalim.co.cc. diakses tanggal 04 Januari 2010.

Shihab, M. Quraish. Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan. Bandung: Mizan, 1999.

______ Berbisnis dengan Allah: Tips Jitu Jadi Pembisnis Sukses Dunia-Akhirat. Jakarta: Lentera Hati, 2008.

______Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1992.

______Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati, 2004.

______Yang Tersembunyi Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Quran-As-Sunnah, serta Wacana Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Masa Kini. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Sodikin, Ali. Antropologi al-Qura’an: Model Dialektika Wahyu dan Budaya. Yogyakarta: ar-Ruzz Media, 2008.

Sumarwan ddk, “Perkembangan pada Manusia: Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII” (PDF) dalam www.scribd.com diakses pada anggal 26-05-2008.

94

Sya’roni, Malik A., Maman. “Peletakan Dasar-dasar Peradaban Islam Masa Rasulullah” dalam Siti Maryam ddk. (ed.), Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: LESFI, 2004.

Tiara. “Mitos-mitos Perawatan Bayi”, dalam www.tiarakasihbunda.blogspot.com. diakses tanggal 5 Juli 2007.

Ulwan, Firyal. Misteri Alam Jin. Bandung: Pustaka Hidayah, 1991. Ulwan, Nashih, Abdullah. Pendidikan Anak dalam Islam. trj. Jamaluddin Miri.

Jakarta: Pustaka Amani, 1995. Usman. K.H.M. Ali. Makhluk-Makhluk Halus Menurut al-Qur'an. Jakarta: Bulan

Bintang, 1977. Yanti.D.P. “Kebutuhan Anak TK” dalam www.bintangbangsaku.com. Diakses

pada tanggal 26 Maret 2010.

Yatim, Badri. “Juna<h” dalam Ensiklopedia al-Qur’an: Kajian Kosa-Kata. I. Jakarta: Lentera Hati, 2007.

______ Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press, 1999.

Zuhri, Masyfuk. Masail Fiqhiyah. Jakarta: Haji Mas, 19913. Zulkifli L. Psikologi Pekembangan. Bandung, Remaja Rosda Karya, 1987.

Zurayk, Ma’ruf. Aku dan Anakku: Bimbingan Praktis Mendidik Anak Menuju Remaja, trj. M. Syaifuddin dkk. Bandung: Al-Bayan, 1998.