tekstil

12
Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang . Tekstil dibentuk dengan cara penyulaman , penjahitan , pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain . Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang , sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan. Artikel bertopik industri ini adalah sebuah rintisan . Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya . Profil ekspor Indonesia telah berubah tidak lagi didominasi oleh 10 komoditi utama ekspor namun sudah mulai terdiversifikasi. Komoditas yang memiliki prospek ekspor tinggi antara lain ; tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, otomotif,kertas,kelapa sawit (CPO),kakao olahan dan biji kakao,Kopi,karet dan produk karet. Hingga kini produk ekspor Indonesia paling banyak dijual ke Jepang. Sementara data BPS menunjukan ekspor non migas Indonesia ke Jepang Maret mencapai angka terbesar yaitu 1,53 miliar Dolar AS disusul Amerika Serikat dan China Sayangnya, produk industri yang diekspor masih didominasi oleh barang mentah atau barang setengah jadi. Nilai ekspor tertinggi terdapat di komoditas kelapa sawit dengan nilai US$ 17,5 miliar , lalu disusul produk tekstil senilai US$ 11 miliar. Produk dengan nilai terbesar ketiga adalah olahan karet dengan nilai US$ 9,5 miliar. “Dulu profil ekspor nonmigas kita terdiri dari 60 persen 10 komoditi utama, sekarang porsinya turun menjadi 35 persen,” Semakin banyak komoditi potensial yang semakin kompetitif di pasar global seperti makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk

Upload: tiodora-wike-ds

Post on 25-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

bahan

TRANSCRIPT

Page 1: tekstil

Tekstil adalah material fleksibel yang terbuat dari tenunan benang. Tekstil dibentuk dengan cara penyulaman, penjahitan, pengikatan, dan cara pressing. Istilah tekstil dalam pemakaiannya sehari-hari sering disamakan dengan istilah kain. Namun ada sedikit perbedaan antara dua istilah ini, tekstil dapat digunakan untuk menyebut bahan apapun yang terbuat dari tenunan benang, sedangkan kain merupakan hasil jadinya, yang sudah bisa digunakan.

Artikel bertopik industri ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

Profil ekspor Indonesia telah berubah tidak lagi didominasi oleh 10 komoditi utama ekspor namun sudah mulai terdiversifikasi. Komoditas yang memiliki prospek ekspor tinggi antara lain ; tekstil dan produk tekstil (TPT), alas kaki, otomotif,kertas,kelapa sawit (CPO),kakao olahan dan biji kakao,Kopi,karet dan produk karet.

Hingga kini produk ekspor Indonesia paling banyak dijual ke Jepang. Sementara data BPS menunjukan ekspor non migas Indonesia ke Jepang Maret mencapai angka terbesar yaitu 1,53 miliar Dolar AS disusul Amerika Serikat dan China

Sayangnya, produk industri yang diekspor masih didominasi oleh barang mentah atau barang setengah jadi. Nilai ekspor tertinggi terdapat di komoditas kelapa sawit dengan nilai US$ 17,5 miliar , lalu disusul produk tekstil senilai US$ 11 miliar. Produk dengan nilai terbesar ketiga adalah olahan karet dengan nilai US$ 9,5 miliar.

“Dulu profil ekspor nonmigas kita terdiri dari 60 persen 10 komoditi utama, sekarang porsinya turun menjadi 35 persen,” Semakin banyak komoditi potensial yang semakin kompetitif di pasar global seperti makanan olahan, perhiasan, ikan dan produk ikan, kerajinan dan rempah-rempah, kulit dan produk kulit, peralatan medis, minyak atsiri, peralatan kantor dan tanaman obat. “Tapi produknya masih tradisional, belum benar-benar diolah,”

Diversifikasi tujuan ekspor juga sudah terjadi dengan berkurangnya porsi ekspor ke negara tujua utama seperti Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa dari sekitar 50 persen menjadi 30 persen. “Sekarang ekspor kita lebih banyak ditujukan ke Asia dan negara-negara berkembang lainnya, porsinya sekitar 45 persen,”

Sumber: BPS 2011

Page 2: tekstil

Solo (ANTARA News) - Peluang tekstil Indonesia di pasar internasional sekarang ini masih bagus dan tidak kalah dibandingkan dengan prodak serupa asal negara China dan India. "Untuk harga di pasar internasional sekarang ini bersaing, tetapi kita masih menang dalam kualitas".

"Perusahaan kami untuk meraih peluang pasar itu sekarang juga telah melakukan pengembangan usaha dengan modal yang ditanamkan sebesar 20 juta dolar Amerika Serikat," kata Direktur Garment PT Sritex Solo Iwan Kurniawan Lukminto, di Solo, Sabtu.

Pabrik tekstil PT Sritex di Sukoharjo yang menempati lahan seluas 150 hektare kini dikembangkan lagi untuk bagian pemintalan benang, tenun dan bagian garment, untuk pembangunan dibagian tersebut seluruhnya menelan dana 20 juta dolar Amerika Serikat.

Pengembangan pabrik tersebut untuk pembangunannya sampai sekarang telah selesai 90 persen dan akan mampu menyerap tenaga kerja di bagian pemintalan benang sebanyak 2.500 orang, tenun 1.500 orang dan dibagian garment sebanyak 2.500 orang. Sementara ini jumlah karyawan total di pabrik tekstil PT Sritex di Sukoharjo itu tercatat 18.000 orang.

Produksi tekstil PT Sritex sebanyak 70 persen di ekspor dan sisanya 30 persen untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Nilai ekspor tekstil dari PT Sritex untuk ke Amerika Serikat rata-rata pertahun mencapai 300 juta dolar Amerika Serikat sedangkan ke Eropa mencapai 200 juta dolar Amerika Serikat.

Menyinggung mengenai Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) Ke -66 yang bersamaan dengan HUT PT Sritex ke 45, Iwan mengatakan akan menggelar upacara bendera yang akan diikuti oleh seluruh karyawannya sebanyak 18.000 orang.

PT Sritex dalam acara tersebut juga memberikan bantuan sebanyak 1000 paket senilai Rp75 juta yang disalurkan lewat Solo Bersama Selamanya yang nantinya akan diberikan kepada mereka yang tidak mampu.

Editor: Ella Syafputri

COPYRIGHT © 2011

Ikuti berita terkini di handphone anda di m.antaranews.com

Page 3: tekstil

Metrotvnews.com, Jakarta: Meski terjadi penurunan akibat resesi, ekspor tekstil dan produk tekstil  Indonesia ke Amerika Serikat cenderung stabil. Potensi Indonesia menggaet pasar AS semakin besar setelah China menaikkan upah minimum buruh mereka. Kampanye Cinta Produk Dalam Negeri yang  sedang digalakkan di AS pun tak menyurutkan permintaan  produk buatan Indonesia.

Menurut Francisco Sanchez, Wakil Menteri Perdagangan AS, banyak sekali kesempatan untuk perusahaan-perusahaan Amerika untuk bekerja sama sebagai penyedia, baik di Indonesia maupun AS untuk menjual di kedua pasar. Selain Vietnam, diakui Indonesia kini menjadi fokus Amerika  karena harga  yang bersaing serta banyaknya tenaga kerja terampil.

Indonesia dinilai telah berhasil membuktikan proses manufaktur yang sangat efisien serta menyediakan produk yang sangat ekonomis bagi pelanggan. Durasi penjualan dari Indonesia jauh lebih  cepat dalam beberapa tahun terakhir. Atas dasar itu dan juga karena negara dengan ekonomi terbesar kelima di Asia, Indonesia pun terpilih sebagai leading country dalam pameran akbar tekstil dan produl  tekstil di Las Vegas. Terbukti animo masyarakat AS cukup tinggi akan produk-produk tekstil Indonesia.

Menurut Dutas Besar RI untuk AS Dino Patti Djalal, banyak warga AS memuji produk Indonesia. Mereka menilai Indonesia sebagai negara kreatif.

Bersama 800 perusahaan dari 40 negara lain, pameran ini membuka  kesempatan Indonesia menjadi terdepan dalam sourcing produk mancanegara.(DSY)

Page 4: tekstil

Daya Saing Tekstil Indonesia Terkuat di ASEAN

Ekonomi - | Kamis, 3 November 2011 18:07 WIB

Metrotvnews.com, Jakarta: Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan daya saing tekstil dan produk tekstil Indonesia paling kuat di ASEAN. "Kami siap menghadapi komunitas ekonomi ASEAN (AEC) 2015, tidak ada masalah," ujarnya pada forum grup diskusi tentang implementasi perdagangan bebas ASEAN (AFTA), yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika, di Jakarta, Kamis (3/11).

Ia mengatakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional paling lengkap dari hulu ke hilir. Indonesia, lanjut dia, akan menjadi produsen serat rayon terbesar di dunia pada 2012, menyusul perluasan kapasitas produk PT South Pacific Viscose sebesar 130 juta dolar AS. Selain itu, kata dia, produsen serat polyester yaitu Indorama juga menambah investasi sebesar 800 juta dolar AS, sehingga menjadi produsen terbesar.

Kondisi tersebut, lanjut Ade, akan memberi dampak efek berantai pada industri TPT hilir, seperti benang, kain, dan pakaian jadi (garmen). "Selain Indonesia, produsen TPT terbesar di ASEAN adalah Thailand, namun kapasitas produksi di Thailand lebih kecil. Satu lagi Vietnam, meski lebih kecil namun ekspor TPT ke dunia tinggi mencapai 14 miliar dolar," katanya.

Namun, Ade mengaku tidak khawatir bersaing dengan produsen TPT di negara ASEAN, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Ia optomis industri TPT akan mendapatkan banyak manfaat dari Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) 2015. "Apalagi bila pemerintah terus memanfaatkan momentum penambahan kapasitas produksi di sektor hulu TPT itu dengan memperbaiki infrastruktur, terutama menambah pembangkit listrik, pasti dalam 10 tahun ke depan industri TPT bisa menjadi juara di ASEAN, atau bahkan dunia," ujar Ade.

Pada 2011, ia memperkirakan ekspor TPT Indonesia ke kawasan ASEAN mencapai sekitar 1,8 miliar dolar AS naik sekitar 38,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1,3 miliar dolar AS. Tahun ini ia memproyeksikan ekspor TPT secara nasional ke dunia menembus angka di atas 13 miliar dolar AS.

Bahkan, Ade optimis dengan China pun TPT Indonesia bisa bersaing, karena negara tersebut mulai meninggalkan secara bertahap industri tekstilnya, disebabkan biaya produksi di China semakin mahal. "Impor TPT dari China sebenarnya hanya sekitar tujuh persen berupa garmen, sedangkan sisanya adalah kain yang diproduksi kembali oleh industri TPT kita," ujar menanggapi kekhawatiran maraknya impor TPT dari China.

Ade bahkan tidak khawatir dengan munculnya Kamboja dan Myanmar sebagai tempat tujuan investasi TPT yang menjanjikan seiring diberikannya fasiltas GSP oleh Amerika Serikat kepada Kamboja ataupun rencana Eropa memberi tarif khusus terhadap garmen dari Myanmar bila negara tersebut menjadi negara demokrasi.

Page 5: tekstil

"Memang saat ini, setiap hari di Kamboja tumbuh satu pabrik tekstil, karena mendapat perlakuan khusus di pasar Amerika mengingat negara itu masuk kategori 'less developing country.' Namun pasti itu tidak lama, karena begitu pendapatan perkapita Kamboja mencapai 1500 dolar AS, fasilitas akan dicabut," ujarnya.(Ant/BEY)

Duniaindustri (April 2012) -- Ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia selama kuartal I-2012 diperkirakan naik sekitar 5% berada di kisaran US$ 3 miliar sampai US$ 3,4 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, "Kami masih menghitung, tapi dari angka kasarnya naik 5% dibandingkan tahun lalu," kata Ade saat jumpa pers.

Nilai ekspor tersebut naik karena banyaknya pesanan dari sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Total ekspor tekstil Indonesia 2012 diperkirakan naik tipis menjadi US$ 14 miliar dari realisasi tahun lalu US$ 13,3 miliar.

Ade memperkirakan permintaan pasar tekstil dunia mencapai US$ 630 miliar, turun 11% dibandingkan 2011 sebesar US$ 700 miliar. "Pasar global slow down," ucapnya.

China pun mulai melirik Indonesia sebagai basis produksi tekstil mengingat negeri ini menjadi raksasa peringkat 9 terbesar dunia dengan nilai devisa ekspor sekitar US$ 19 miliar atau Rp 171 triliun pada 2015. Produsen tekstil nasional PT Sri Rejeki Isman (Sritex) menggandeng China Hi-Tech Group Corporation untuk membenamkan investasi US$ 6 miliar atau Rp 54,6 triliun untuk megaproyek tekstil di Wonogiri, Jawa Tengah. Megaproyek tekstil tersebut diperkirakan menyerap tenaga kerja baru sekitar 75.000 karyawan.

Presiden Direktur (Presdir) PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto menjelaskan investasi Rp 54,6 triliun itu akan digunakan untuk sejumlah proyek di Wonogiri, seperti membangun kawasan pabrik tekstil terintegrasi. Investasi tersebut digunakan untuk wilayah Jawa Tengah selatan sebagai bagian dari Master Plan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

“Investasi US$ 6 miliar tersebut bagian dari total investasi dari China ke Indonesia sebesar US$ 17 miliar dalam nota kesepakatan yang disaksikan oleh Presiden SBY,” kata Iwan Setiawan ketika perwakilan perusahaan China Hi-Tech Corporation berkunjung ke Sritex.(Tim redaksi 02)

RekomendasiIndonesia sebagai salah satu produsen tekstil dan produk tekstil skala besar di dunia memiliki potensi untuk meningkatkan peringkat di dunia. Potensi itu tercermin dari jumlah mesin pemintal benang yang dimiliki industri ini terbesar keempat di dunia, 7,85 juta mata pintal. Padahal, saat ini industri tekstil dan produk tekstil (TPT) RI menjadi raksasa peringkat 9 terbesar dunia untuk garmen (hilir), sedangkan di tekstil (hulu) peringkat 11 dunia. Hal itu didukung dengan adanya tren pengalihan order prinsipal tekstil asing dari China ke Indonesia karena lonjakan biaya tenaga kerja di Negara Tirai Bambu itu. Sekarang tinggal bagaimana produsen dan pemerintah

Page 6: tekstil

berkolaborasi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif untuk mencapai target tersebut. Mustahil atau realistis target tersebut tergantung upaya bersama.

SEMARANG, suaramerdeka.com - Masih melemahnya kondisi ekonomi di Eropa, Amerika, dan melambatnya ekspor di China, mulai berimbas pada ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Jawa Tengah. Sampai dengan akhir semester I 2012, ekspor tekstil dan produk tekstil provinsi ini merosot 36,9 persen.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jateng Ihwan Sudrajat mengatakan, dari total penurunan ekspor nonmigas pada semester I 2012 sebesar 12,28 persen, komoditas tekstil menurun paling banyak mencapai 36,9 persen. Untuk garmen penurunan sebesar 9,05 persen.

"Komoditas tekstil adalah komoditas unggulan untuk ekspor. Ia memegang peran 41 persen dari struktur ekspor di Jateng. Penurunan ekspor tekstil dan produk tekstil sampai dengan triwulan II 2012 sebesar 10,47 persen, dan pada triwulan I turun 14,02 persen," katanya, Rabu (5/9).

Menurunnya permintaan tekstil dan produks tekstil mempengaruhi kinerja ekspor nonmigas provinsi ini selama semester I 2012. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menyebutkan, nilai ekspor nonmigas pada Januari 2012 adalah 367,37 juta dolar AS, Februari 388,02 juta dolar AS, Maret 403,29 juta dolar AS, April 358,64 juta dolar AS, Mei 366,77 juta dolar AS, dan Juni 357,43 juta dolar AS.

"Masih ada defisit 2 juta dolar AS antara ekspor dan impor nonmigas sampai akhir semester I 2012. Nilai ekspor nonmigas semester I 2012 adalah 2,57 miliar dolar AS, naik 1,8 persen dibanding periode yang sama 2011 sebesar 2,53 miliar dolar AS. Sementara impor nonmigas mencapai 2,58 miliar dolar AS," ujarnya.

Menurutnya, ekspor tekstil melemah disebabkan oleh naiknya bahan baku kapas. Sampai saat ini Indonesia masih 100% impor kapas dari China. Selain itu pasar Eropa, China, dan Amerika Serikat masih melemah.

"Eropa melemah, Amerika tidak tumbuh seperti yang diharapkan, ekspor China juga melemah sehingga impor dari Indonesia menurun. Harusnya tidak ada penurunan. Sebab diasumsikan walaupun ada krisis ekonomi di Eropa dan Amerika belum pulih, kebutuhan sandang tetap jadi prioritas," tuturnya.

( Fani Ayudea / CN26 / JBSM )

Page 7: tekstil

Bagian II: Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) IndonesiaPosted on April 18, 2008 | 65 Komentar INDUSTRI TESKTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) INDONESIA secara teknis dan struktur terbagi dalam tiga sektor industri yang lengkap, vertikal dan terintegrasi dari hulu sampai hilir, yaitu:

1. Sektor Industri Hulu (upstream), adalah industri yang memproduksi serat/fiber (natural fiber dan man-made fiber atau synthetic) dan proses pemintalan (spinning) menjadi produk benang (unblended dan blended yarn). Industrinya bersifat padat modal, full automatic, berskala besar, jumlah tenaga kerja realtif kecil dan out put pertenagakerjanya besar.

2. Sektor Industri Menengah (midstream), meliputi proses penganyaman (interlacing) benang enjadi kain mentah lembaran (grey fabric) melalui proses pertenunan (weaving) dan rajut (knitting) yang kemudian diolah lebih lanjut melalui proses pengolahan pencelupan (dyeing), penyempurnaan (finishing) dan pencapan (printing) menjadi kain-jadi. Sifat dari industrinya semi padat modal, teknologi madya dan modern – berkembang terus, dan jumlah tenaga kerjanya lebih besar dari sektor industri hulu.

3. Sektor Industri Hilir (downstream), adalah industri manufaktur pakaian jadi (garment) termasuk proses cutting, sewing, washing dan finishing yang menghasilkan ready-made garment. Pada sektor inilah yang paling banyak menyerap tenaga kerja sehingga sifat industrinya adalah padat karya.

KOMODITI INDUSTRI TPT INDONESIA berdasarkan ekspor dengan harmonize system (HS) 6 digit adalah sebagai berikut:

Serat (fibres), yaitu serat alami (silk, wool, cotton) dan serat buatan (man-made fiber). Benang (yarn), yaitu silk, wool, cotton, filament, dan staple fiber. Kain (fabric), yaitu woven (silk, wool, cotton, filament, staple), felt, non-woven, woven

file fabric, terry towelling fabric, gauze, tulle and others net fabric, lace, narrow woven fabric, woven badges and similar, braids in the piece, woven fabric of metal thread, embroidery, quilted textile product, impregnated, coated covered or laminated textile fabric, knitted fabric.

Pakaian jadi (garment) dari knitted and non-knitted. Lainnya (others), yaitu carpet (floor covering, tapestry), wedding, thread cord, label,

badges, braid & similar, house/tube textile, conveyor belt, textile product of technical uses, others made up textile articles.

FASE PERKEMBANGAN INDUSTRI TEKSTIL INDONESIA diawali pada tahun 1970-an industri TPT Indonesia mulai berkembang dengan masuknya investasi dari Jepang di sub-sektor industri hulu (spinning dan man-made fiber making). Adapun fase perkembangannya sebagai berikut:

Page 8: tekstil

Periode 1970 – 1985, industri tekstil Indonesia tumbuh lamban serta terbatas dan hanya mampu memenuhi pasar domestik (substitusi impor) dengan segment pasar menengah-rendah.

Tahun 1986, industri TPT Indonesia mulai tumbuh pesat dengan faktor utamannya adalah: (1) iklim usaha kondusif, seperti regulasi pemerintah yang efektif yang difokuskan pada ekspor non-migas, dan (2) industrinya mampu memenuhi standard kualitas tinggi untuk memasuki pasar ekspor di segment pasar atas-fashion.

Periode 1986 – 1997 kinerja ekspor industri TPT Indonesia terus meningkat dan membuktikan sebagai industri yang strategis dan sekaligus sebagai andalan penghasil devisa negara sektor non-migas. Pada periode ini pakaian jadi sebagai komoditi primadona.

Periode 1998 – 2002 merupakan masa paling sulit. Kinerja ekspor tekstil nasional fluktuatif. Pada periode ini dapat dikatakan periode cheos, rescue, dan survival.

Periode 2003 – 2006 merupakan outstanding rehabilitation, normalization, dan expansion (quo vadis?). Upaya revitalisasi stagnant yang disebabkan multi-kendala, yang antara lain dan merupakan yang utama: (1) sulitnya sumber pembiayaan, dan (2) iklim usaha yang tidak kondusif.

Periode 2007 pertengahan – onward dimulainya restrukturisasi permesinan industri TPT Indonesia.

Sumber dan Bahan Bacaan.

1. Chamroel Djafri, “Gagasan Seputar Pengembangan Industri Dan Perdagangan TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)”, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) dan Cidesindo, Jakarta, 2003.

2. Gunadi, “Pengetahuan Dasar Tentang Kain-kain Tekstil dan Pakaian Jadi”, Yayasan Pembinaan Keluarga UPN Veteran, Jakarta, 1984.

3. Benny Soetrisno, ”Perspektik & Tantangan Industri Tekstil Nasional Pasca Kuota, Implikasi & Urgensinya Terhadap Perbankan”, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jakarta, 2004.

4. Direktorat Jenderal Industri Tekstil Departemen Perindustrian Republik Indonesia, “Buku Petunjuk Industri Tekstil”, Jakarta, 1976.

5. Badudu-Zain, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996.