repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/jurnal teknodik... · ii editorial...

135
ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan ijin Allah SWT Jurnal Teknodik Volume XVI nomor 3 edisi September 2012 dapat hadir di hadapan Anda. Seperti biasa, dalam edisi ini disajikan 10 artikel yang erat kaitannya dengan masalah pendidikan pada umumnya dan teknologi pendidikan/pembelajaran pada khususnya. Sepuluh artikel tersebut meliputi baik yang berupa hasil penelitian maupun hasil kajian. Selamat menikmati, mudah-mudahan bermanfaat. Nyayu Khodijah melakukan penelitian tentang profesionalisme guru dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan di SMPN 9 Palembang, dengan menggabungkan faktor kualitatif dan faktor kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) profesionalisme guru dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif masih belum sesuai harapan. Hal ini terlihat baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan sebagian guru yang masih rendah dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif. Hasil lainnya ada dua faktor yang mempengaruhi penerapan model-model pembelajaran inovatif, yaitu rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diikuti dan rendahnya komitmen dan motivasi guru untuk menerapkan model-model pembelajaran inovatif. Karenanya, direkomendasikan pada pemerintah agar pemerintah meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan/ workshop bagi guru dan melakukan upaya-upaya nyata dalam meningkatkan komitmen dan motivasi guru untuk mau menerapkan model-model pembelajaran yang innovatif. Manikowati melaporkan hasil studi kelayakan tentang pengembangan model Multimedia Teaching Aids untuk PAUD. Tujuan studi untuk mengkaji layak tidaknya model multimedia teaching aids untuk PAUD. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dan informasi dikumpulkan melalui petikan hasil evaluasi program teaching aids yang telah dikembangkan pada periode sebelumnya dan dokumen hasil analisis kebutuhan teaching aids yang juga telah dilakukan pada tahap sebelumnya. Kedua hasil kajian tersebut selanjutnya dikomparasikan untuk mendapatkan simpulan. Hasil studi menunjukkan bahwa pengembangan model multimedia teaching aids yang dikembangkan pada periode sebelumnya kelemahanya terdapat pada format sajian. Hasil lainnya, multimedia teaching aids dibutuhkan oleh sekolah-sekolah PAUD untuk memotivasi dalam proses pembelajaran, untuk mewakili konten materi yang diajarkan, serta dibutuhkan untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran ( learning sources ). Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa perlu dikembangkan model multimedia teaching aids untuk PAUD dengan format sajian yang berbeda dari sebelumnya. Inayah melaporkan hasil penelitian tentang dongeng anak nusantara yang disiarkan melalui Radio Edukasi (RE) sebagai media untuk pendidikan Karakter Bangsa. Penelitian dilakukan melalui survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Cerita anak-anak Nusantara yang disiarkan oleh RE dapat dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai karakter anak. Hal ini disebabkan bahan yang terkandung dalam dongeng anak nusantara yang disiarkan tersebut berisikan pesan-pesan moral yang dibutuhkan untuk membangun karakter bangsa. b.Format dongeng anak nusantara pada RE merupakan format sajian audio yang dirancang cukup menarik melalui cerita yang menghibur sehingga anak merasa senang, terhibur dapat dan terangsang mengembangkan karakternya. M. Miftah melaporkan hasil ujicoba program Mobile Learning (M-Learning) untuk siswa SMA. Tujuannya untuk mendapatkan program M-Learning yang layak dan berkualitas yang dapat dijadikan media pendukung, pelengkap, maupun pengganti bagi keberhasilan kegiatan belajar siswa SMA.

Upload: others

Post on 25-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

ii

EDITORIAL

Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan ijinAllah SWT Jurnal Teknodik Volume XVI nomor 3 edisi September 2012 dapat hadir di hadapanAnda. Seperti biasa, dalam edisi ini disajikan 10 artikel yang erat kaitannya dengan masalahpendidikan pada umumnya dan teknologi pendidikan/pembelajaran pada khususnya. Sepuluhartikel tersebut meliputi baik yang berupa hasil penelitian maupun hasil kajian. Selamatmenikmati, mudah-mudahan bermanfaat.

Nyayu Khodijah melakukan penelitian tentang profesionalisme guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan faktor-faktor yangmempengaruhinya. Penelitian dilakukan di SMPN 9 Palembang, dengan menggabungkan faktorkualitatif dan faktor kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) profesionalisme guru dalampenerapan model-model pembelajaran inovatif masih belum sesuai harapan. Hal ini terlihat baikdari aspek pengetahuan maupun keterampilan sebagian guru yang masih rendah dalam menerapkanmodel-model pembelajaran inovatif. Hasil lainnya ada dua faktor yang mempengaruhi penerapanmodel-model pembelajaran inovatif, yaitu rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diikuti danrendahnya komitmen dan motivasi guru untuk menerapkan model-model pembelajaran inovatif.Karenanya, direkomendasikan pada pemerintah agar pemerintah meningkatkan kualitaspenyelenggaraan pelatihan/ workshop bagi guru dan melakukan upaya-upaya nyata dalammeningkatkan komitmen dan motivasi guru untuk mau menerapkan model-model pembelajaranyang innovatif.

Manikowati melaporkan hasil studi kelayakan tentang pengembangan model Multimedia TeachingAids untuk PAUD. Tujuan studi untuk mengkaji layak tidaknya model multimedia teaching aidsuntuk PAUD. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dan informasi dikumpulkan melaluipetikan hasil evaluasi program teaching aids yang telah dikembangkan pada periode sebelumnyadan dokumen hasil analisis kebutuhan teaching aids yang juga telah dilakukan pada tahapsebelumnya. Kedua hasil kajian tersebut selanjutnya dikomparasikan untuk mendapatkan simpulan.Hasil studi menunjukkan bahwa pengembangan model multimedia teaching aids yang dikembangkanpada periode sebelumnya kelemahanya terdapat pada format sajian. Hasil lainnya, multimediateaching aids dibutuhkan oleh sekolah-sekolah PAUD untuk memotivasi dalam proses pembelajaran,untuk mewakili konten materi yang diajarkan, serta dibutuhkan untuk melengkapi sarana danprasarana pembelajaran (learning sources). Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa perludikembangkan model multimedia teaching aids untuk PAUD dengan format sajian yang berbedadari sebelumnya.

Inayah melaporkan hasil penelitian tentang dongeng anak nusantara yang disiarkan melalui RadioEdukasi (RE) sebagai media untuk pendidikan Karakter Bangsa. Penelitian dilakukan melalui survei.Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) Cerita anak-anak Nusantara yang disiarkan oleh RE dapatdianggap sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai karakter anak. Hal ini disebabkan bahanyang terkandung dalam dongeng anak nusantara yang disiarkan tersebut berisikan pesan-pesanmoral yang dibutuhkan untuk membangun karakter bangsa. b.Format dongeng anak nusantarapada RE merupakan format sajian audio yang dirancang cukup menarik melalui cerita yang menghibursehingga anak merasa senang, terhibur dapat dan terangsang mengembangkan karakternya.

M. Miftah melaporkan hasil ujicoba program Mobile Learning (M-Learning) untuk siswa SMA.Tujuannya untuk mendapatkan program M-Learning yang layak dan berkualitas yang dapat dijadikanmedia pendukung, pelengkap, maupun pengganti bagi keberhasilan kegiatan belajar siswa SMA.

Page 2: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

iii

Ujicoba dilakukan di 16 SMA di 8 kota. Masing-masing sekolah diambil 15 orang sebagai responden,sehingga jumlah keseluruhannya 240 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakanteknik cluster random sampling. Model uji coba dilakukan dengan memodifikasi dari modelpengembangan Borg dan Gall. Metode pengumpulan data melalui lembar kuesioner yang berisi 20butir dan pertanyaan terbuka. Data dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan program SPSS,selanjutnya data dideskripsikan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 40 program mobile learningdengan materi matematika, fisika, dan biologi memiliki kriteria nilai rata-rata tergolong tinggi/baik.Hal ini menunjukkan bahwa, 40 program mobile learning yang diunggah ke situs m-edukasi.netlayak dan berkualitas sebagai media pembelajaran untuk peserta didik SMA.

Denis Irawan, I Made Astra, dan Fauzi Bakri melaporkan hasil eksperimen tentang Penerapanpenilaian portofolio berbasis online web terhadap hasil belajar fisika siswa SMA. Tujuannya untukmengetahui pengaruh dari metode tersebut terhadap hasil belajar fisika siswa SMA dalampembelajaran fisika. Eksperimen dilakukan di SMA Negeri 3 Depok kelas X pada bulan Januari -Februari 2012. Metode yang digunakan adalah quasi eksperimen. Adapun yang menjadi sampelpenelitian ini adalah siswa kelas X-4 dan X-5 yang masing-masing terdiri dari 40 siswa. Variabelbebas pada penelitian ini adalah penerapan penilaian portofolio online web based learning, danvariabel terikatnya adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika. Untuk mengukur variabelterikat digunakan instrumen berupa soal pilihan ganda dengan 5 pilihan sebanyak 25 soal. Uji validitasinstrument menggunakan korelasi produk moment dan uji signifikansi, sedangkan uji reliabilitasmenggunakan rumus Alpha. Kelas eksperimen diberikan perlakuan penerapan penilaian portofolioonline web based learning dalam proses pembelajaran fisika, sedangkan kelas kontrol menerapkanportofolio online dengan penilaian berupa komentar dalam proses pembelajaran fisika. Pengujiannormalitas menggunakan uji Chi Kuadrat dan Uji homogenitas menggunakan uji-F. Pada pengujianhipotesis digunakan uji parametrik (uji-t) dengan taraf sifnifikan á = 0,05. Dari hasil pengujiandiperoleh nilai thitung = 3, 74 dan ttabel = 1,667, thitung > ttabel sehingga diperoleh kesimpulan bahwapenerapan penilaian portofolio online web based learning berpengaruh signifikan terhadap hasilbelajar siswa SMA pada pembelajaran fisika.

Teguh Susanto melaporkan hasil studi kasus pada Anak Autisme Usia 12 Tahun di Desa Kedung,Kabupaten Tangerang yang bernama Jeje. Fokus studi untuk menjawab dua pertanyaan yaitu : 1)faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakmampuan Jeje dalam berbicara, dan 2)bagaimanakah cara penanganannya dalam membantu mengatasi ketidakmampuan Jeje dalamberbicara. Dengan demikian ditemukan cara penanganannya sehingga dapat membantu Jejemengatasi ketidakmampuan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengandesain penelitian studi kasus tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melatih pengucapankata-kata secara berulang-ulang dengan memperlihatkan objek gambar yang menarik dan bermacamwarna dapat membantu mengatasi ketidakmampuan Jeje dalam berbicara. Hal ini dapat terlihatdari perubahan dalam pengucapan katanya, misalnya yang awalnya hanya dapat mengucapkankata “endu” menjadi “ghondu”, meskipun pengucapannya tidak begitu lancar atau pelan-pelan karenaada kendala yang disebabkan oleh penyakit autisnya.

Oos M. Anwas melaporkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi media massasebagai media pembelajaran bagi para penyuluh pertanian. Tujuan penelitian untuk mengetahui: 1)intensitas pemanfaatan media massa, 2) kesesuaian substansi media massa dengan keperluanpenyuluhan pertanian, dan 3) faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan media massa sebagaimedia pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasi terhadap penyuluh pertanianPNS di kabupaten Karawang dan Garut Jawa Barat. Dengan menggunakan analisis deskriptif diketahuibahwa pemanfaatan media massa: koran, buku, radio, dan internet dalam katagori sangat rendah.

Page 3: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

iv

Pemanfaatan majalah dalam katagori sedang dan hanya intensitas pemanfaatan media televisi dalamkatagori tinggi. Substansi informasi media massa secara umum kurang sesuai dengan kebutuhanpenyuluhan pertanian. Hanya substansi majalah yang sesuai dengan kebutuhan penyuluhanpertanian. Hasil analisis regresi berganda dengan metode stepwise diketahui bahwa intensitaspemanfaatan media massa yang rendah dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan media komunikasidan informasi dan dukungan keluarga yang relatif rendah, meskipun tingkat pendidikan formalnyatinggi. Oleh karena itu dalam era informasi, media massa sudah menjadi kebutuhan bagi profesipenyuluh pertanian sehingga perlu dilakukan upaya dimulai dengan menumbuhkan kesadaran,menyediakan kemudahan akses media massa, serta meningkatkan substansi media massa yangsesuai dengan kebutuhan penyuluhan pertanian.

I Ketut Darma melaporkan hasil analisis kebutuhan terhadap buku ajar matematika terapan bagimahasiswa Politeknik untuk tahap I. Tahap I tujuannya untuk mendapatkan rumusan tentang StandarKompetensi, Kompetensi Dasar berikut indikator-indicator pencapaiannya. Studi dilaksanakan diPoliteknik negeri Bali dengan mengambil sampel dari mahasiswa jurusan Teknik Mesin dan 4 orangdosen Matematika terapan pada perguruan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa kompetensiyang dituntut dalam matematika terapan meliputi: aplikasi software matematika, aljabar, geometri,trigonometri, dan kalkulus, yang dituangkan dalam 13 standar kompetensi dan 51 kompetensi dasar.

Waldopo menyajikan tulisan tentang sebuah strategi pembelajaran yang bermanfaat untukmenyiapkan kemandirian peserta didik. Kemandirian dalam hal apa? yakni kemampuan untukmemecahkan masalah nyata/kongkrit yang kelak akan dihadapi oleh peserta didik dalam kehidupansehari-hari. Strategi pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran yang berbasis masalahatau Problem-based Learning yang disingkat PBL. Kemampuan ini sangat dibutuhkan terutamagenerasi yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsa Indonesia di masa yang akan datang.Melalui PBL peserta didik dilatih untuk mencari jalan keluar atas masalah-masalah nyata yangakan mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Agar penerapan PBL dapat berjalan seperti yangdiharapkan maka disarankan agar pemerintah (Kemdikbud) mencanangkan penerapan PBL dalamkegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah, melatih guru-guru dalam penerapan PBL serta dukungandalam bentuk kebijakan, anggaran dan sarana/prasarana. Khusus untuk PUSTEKKOM selakulembaga yang mengemban amanah dalam bidang penelitian, pengembangan dan penerapan TIKuntuk pendidikan, disarankan PUSTEKKOM memberikan dukungan dalam bentuk sumber belajaryang berbasis TIK.

Ika Kurniawati, menyumbangkan tulisan tentang digitalisasi buku sekolah. Digitalisasi buku sekolahatau lebih populer dengan sebutan buku sekolah elektronik (BSE) atau e-book. BSE merupakansalah satu alternatif yang ditawarkan oleh pemerintah untuk meringankan beban orang tua dalampengadaan buku sekolah bagi putra-putrinya yang harganya setiap tahun mengalami kenaikan.Dengan adanya BSE maka siswa akan memperoleh buku-buku pelajaran yang berkualitas denganharga relatif murah. BSE juga memudahkan siswa dalam pengemasan dan penyimpanan buku.Hanya dengan bermodal sebuah kaset DVD atau sebuah flashdisc yang berkapasitas 1GB, makabisa disimpan lebih dari 150 judul buku pelajaran. Pemanfaatannya juga begitu mudah, cukupmenggunakan I Pad atau laptop kecil yang bisa dibawa kemana-mana.

Demikian beberapa artikel yang dapat disajikan pada edisi ini, segenap dewan redaksi dan pengelolajurnal Teknodik mengucapkan selamat menikmati sajian kami (wdp).

Page 4: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

v

KUMPULAN ABSTRAK

PROFESIONALISME GURU DALAM PENERAPAN MODEL-MODELPEMBELAJARAN INOVATIF PADA RINTISAN SEKOLAH

BERTARAF INTERNASIONAL

PROFESSIONALISM OF TEACHERS IN APPLICATION OFINNOVATIVE LEARNING MODELS AT PIONEERING

INTERNATIONAL SCHOOL

Nyayu KhodijahFakultas Tarbiyah-IAIN Raden Fatah

Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikry Km. 3,5 Palembang([email protected])

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui profesionalisme guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif pada RSBI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan diSMPN 9 Palembang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penggabungan kualitatif dankuantitatif, sedangkan metode penelitiannya adalah metode deskriptif. Responden penelitiannya meliputiwakil kepala sekolah, kaur kurikulum, dan para guru. Teknik pengumpulan datanya adalah denganwawancara, angket, dan studi dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan secara kualitatif dankuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) profesionalisme guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif masih belum sesuai harapan. Hal ini terlihat baik dari aspek pengetahuan maupunketerampilan sebagian guru yang masih rendah dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif,dan 2) ada dua faktor yang mempengaruhi penerapan model-model pembelajaran inovatif, yaiturendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diikuti dan rendahnya komitmen dan motivasi guru untukmenerapkan model-model pembelajaran inovatif. Karenanya, direkomendasikan pada pemerintah agarpemerintah meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelatihan/workshop bagi guru dan melakukan upaya-upaya nyata dalam meningkatkan komitmen dan motivasi guru untuk menerapkannya.

Kata kunci: profesionalisme guru, model pembelajaran inovatif, RSBI

Abstract: This research is aims to determine the professionalism of teachers in the application ofinnovative learning models at Pioneering International School (RSBI) and the factors that influence it.The study was conducted in SMPN 9 Palembang. The research approach used is merging qualitativeand quantitative, while the method of research is descriptive method. Respondents’ research includesthe vice-principal, head of curriculum affairs, and teachers. Data collection techniques are interviews,questionnaires, and document analysis, while data analysis is conducted qualitatively and quantitatively.The results showed that: 1) the professionalism of teachers in the application of innovative learningmodels still does not meet expectations. This is evident both from the aspects of knowledge and skills ofsome teachers are still low in applying innovative learning models, and 2) there are two factors thataffect the application of innovative learning models, namely the poor quality of training / workshops thatfollowed and lack of commitment and motivation teachers to implement innovative learning models.Therefore, it is recommended to the government to improve the quality of training/workshop for teachersand make real efforts to improve the commitment and motivation of teachers to implement it.

Keywords: teacher professionalism, innovative instructional model, RSBI

Diterima tanggal: 31/07/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 15/08/2012; Disetujui tanggal: 01/09/2012

Page 5: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

vi

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN MODELMULTIMEDIA TEACHING AIDS PAUD

THE FEASIBILITY ON THE DEVELOPMENT OF EARLYCHILDHOOD MEDIA TEACHING AIDS

ManikowatiBalai Pengembangan Multimedia, Pustekkom Kemdikbud

Jl. Lamongan Tengah, Bendan Ngisor, [email protected]

Abstrak: Studi kelayakan ini bertujuan untuk mengkaji layak tidaknya model multimedia teaching aidsPAUD dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dan informasi dikumpulkanmelalui petikan hasil evaluasi program teaching aids yang telah dikembangkan pada periode sebelumnyadan dokumen hasil analisis kebutuhan teaching aids yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.Kedua hasil kajian tersebut selanjutnya dikomparasikan untuk mendapatkan simpulan. Dari hasil studiyang dilakukan diperoleh bahwa pada pengembangan model multimedia teaching aids yangdikembangkan pada periode sebelumnya, kelemahan yang signifikan terdapat pada format sajian. Sedangdari studi hasil analisis didapatkan bahwa multimedia teaching aids dibutuhkan oleh sekolah-sekolahPAUD dan dibutuhkan oleh pengguna untuk memotivasi dalam proses pembelajaran, untuk mewakilikonten materi yang diajarkan, serta dibutuhkan untuk melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran(learning sources). Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa model multimedia teaching aids untuk PAUDdengan format sajian yang berbeda dari sebelumnya layak dikembangkan.

Kata kunci: studi kelayakan, pengembangan, multimedia teaching aids, PAUD

Abstract: This feasibility study is to analyze whether the multimedia teaching aids model for learning ofthe early chilhoods is feasible or not. This reasearch used a qualitative method. Data and informationwere gathered from picking out a small portion of previous teaching aid programs evaluation result andof needs analysis result before. Those, then, were compared to get the decision. From the study, it wasgained that in the previous development of multimedia teaching aids, the most significant weakness wason the form used. Meanwhile, the needs analysis showed that teaching aids model was really needed forthe schools of learning of the early childhoods and for the users to motivate the learning process, to aidthe material contents taught, and to complete the learning facilities (learning resources). By the comparison,it was obtained that the multimedia teaching aids model for learning of the early chilhoods was feasibleto develop.

Keywords: feasibility study, development, multimedia teaching aids, learning of the early childhood.

Diterima tanggal: 31/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 08/08/2012; Disetujui tanggal: 16/08/2012

Page 6: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

vii

DONGENG ANAK NUSANTARA RADIO EDUKASI (RE) SEBAGAI MEDIAUNTUK PENANAMAN KARAKTER BANGSA

BUILDING A NATION CHARACTER THROUGH NUSANTARA-CHILDREN FOLKTALES BROADCASTED BY RADIO EDUKASI (RE)

InnayahBalai Pengembangan Media Radio Pendidikan, Pustekkom Kemdikbud

Jl. Sorowajan Baru 367 Yogyakarta([email protected])

Abstrak: Dongeng merupakan salah satu media pembelajaran alternatif bagi anak-anak. Dongengadalah bentuk bermain, hal itu dapat membawa sukacita ke dalam kehidupan anak, memenuhisemangat bermain masa kanak-kanak, memberikan anak kekuatan pengamatan yang teliti, memperkuatkekuatan emosi, mengembangkan daya imajinasi, melatih memori, dan wawasan, memperluas danmengintensifkan hubungan sosial anak. Dongeng anak-anak Nusantara disiarkan oleh RadioPendidikan (RE) adalah dongeng baik yang dapat memberikan pedoman moral. Isi program inidirancang agar maknanya dapat diserap oleh pendengar terutama oleh anak-anak karena muatanceritanya ditekankan pada pendidikan moral, sopan santun, dan menghindari kata-kata dan tindakanyang tidak baik dan tidak mendidik. Karakter moral tersebut diambil dari kurikulum pendidikan karakteryang dirumuskan oleh Pusat Kurikulum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) cerita anak-anakNusantara disiarkan oleh RE dapat dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai karakteranak. Hal ini disebabkan bahan yang terkandung dalam cerita rakyat menyampaikan pesan moral, b)Dongeng anak Nusantara disiarkan oleh RE memiliki karakteristik nilai karakter bangsa, c) formatdongeng anak nusantara pada RE merupakan format sajian audio yang dirancang semenarik mungkinmelalui cerita yang menghibur agar anak merasa senang dan terhibur sehingga dapat merangsangpengembangan karakternya.

Kata Kunci : Dongeng, Media, Radio Edukasi, Karakter

Abstract: Fairy tales is one of alternative learning media for children. Fairy tales are play forms, it canbring joy into child life, satisfy the play spirit of childhood, give the child a power of accurate observation,strengthen the power of emotion, develop the power of imagination, train the memory, and exercisethe reason, extend and intensify the child’s social relations. Fairy tales of Nusantara children broadcastedby Radio Education (RE) is a good fairy tale that can provide a moral compass. The contents of theprogram is designed to be absorbed its meaning for the listener especially by children because thecharge stories given emphasis on moral education, manners, and avoid words and actions that are notgood and do not educate. Characters of moral ? are taken from the curriculum of character educationformulated by the Curriculum Centre. The results of the study show that a) Fairy tales of Nusantarachildren broadcasted by RE can be considered as a means of developing character values of children.It is caused the materials contained in folk tales deliver a moral message, b) Fairy tales of Nusantarachildren broadcasted by RE have characteristics of nation character values, c) Nusantara-children folktales broadcasted by Radio Education can develop character of children. This program is attractivelypacked in accordance with the conditions of children in order to stimulate the development of children’scharacters.

Keywords : Fairy tales, Media, Radio Education, Character

Diterima tanggal: 01/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:08/08/2012; Disetujui tanggal: 16/08/2012

Page 7: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

viii

STUDI PENGEMBANGAN MOBILE ELEARNINGPADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

MOBILE LEARNING DEVELOPMENT STUDY INHIGH SCHOOL EDUCATION

M. MiftahPeneliti bidang pendidikan pada BPMP Pustekkom Kemdikbud

Jalan Lamongan Tengah, Bendan Ngisor, Semarang([email protected])

Abstrak: Pengembangan mobile learning pada pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Indonesiabertujuan untuk mendapatkan program media pembelajaran yang layak dan berkualitas yang dapat dijadikansebagai media pendukung (supplement), pelengkap (complement), pengganti (substitution), bagikeberhasilan kegiatan belajar peserta didik. Ujicoba program dilakukan pada 16 SMA di 8 kota denganmengambil 240 responden pada SMA se-Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakanteknik cluster random sampling. Model uji coba program yaitu modifikasi dari model pengembangan Borgdan Gall. Metode pengumpulan data melalui lembar kuesioner sebanyak 20 butir dan pertanyaan terbuka.Teknik analisis data yaitu, diolah dengan menggunakan program SPSS, selanjutnya data dideskripsikan.Hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 40 program mobile learning dengan materi matematika, fisika, danbiologi memiliki kriteria nilai rata-rata tergolong tinggi/baik. Hal ini menunjukkan bahwa, 40 program mobilelearning dalam situs m-edukasi.net layak dan berkualitas sebagai media pembelajaran peserta didik.

Kata kunci: mobile learning, uji coba, pengembangan, siswa SMA

Abstract: Development of mobile learning in high school education (SMA) in Indonesia aims to get a decentmedia programs and quality of learning that can be used as supplement media, substitution, for the successof learners and learning activities. Tests conducted on 16 high school programs in eight cities by taking the240 respondents in the high school in Indonesia. Sample selection was done by using random clustersampling. The model test program development model is a modification of the Borg and Gall. Methods ofdata collection through a questionnaire of 20 items and open questions. Data analysis techniques, namely,processed using the SPSS program, then the data is described. The trial results showed that of 40 mobilelearning program with a matter of mathematics, physics, and biology have an average value criterion is high/ good. This shows that, 40 mobile learning program in m-edukasi.net site worthy and qualified as a mediumof learning for learners.

Key words: mobile learning, testing, development, high school students

Diterima tanggal: 17/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 27/06/2012; Disetujui tanggal: 18/07/2012

Page 8: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

ix

PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN PORTOFOLIO ONLINE WEB BASED LEARNINGTERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA TINGKAT SMA

INFLUENCE OF IMPLEMENTATION ONLINE PORTFOLIO ASSESSMENT OF WEB BASEDLEARNING AGAINST THE STUDENTS LEARN PHYSICS FOR HIGH SCHOOL LEVEL

Denis Irawan, I Made Astra, Fauzi BakriJurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta,

Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220 ([email protected], [email protected], [email protected])

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan penilaian portofolio online webbased learning terhadap hasil belajar fisika siswa tingkat SMA dalam pembelajaran fisika. Metode yangdigunakan adalah quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Depok kelas X pada bulanJanuari - Februari 2012. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas X-4 dan X–5 yangmasing-masing terdiri dari 40 siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapan penilaian portofolioonline web based learning, dan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika.Untuk mengukur variabel terikat digunakan instrumen berupa soal pilihan ganda dengan 5 pilihan sebanyak25 soal. Sebelum soal digunakan pada kelas eksperimen dan kontrol, terlebih dahulu soal tes tersebut diujivaliditas dan reliabilitasnya. Uji validitas menggunakan korelasi produk moment dan uji signifikansi, sedangkanuji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Kelas eksperimen diberikan perlakuan penerapan penilaianportofolio online web based learning dalam proses pembelajaran fisika, sedangkan kelas kontrol menerapkanportofolio online dengan penilaian berupa komentar dalam proses pembelajaran fisika. Pengujian normalitasmenggunakan uji Chi Kuadrat yang menunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Uji homogenitasmenggunakan uji-F menunjukkan bahwa sampel bersifat homogen. Pada pengujian hipotesis digunakan ujiparametrik (uji-t) dengan taraf sifnifikan ? = 0,05. Dari hasil pengujian diperoleh nilai thitung = 3, 74 dan ttabel= 1,667, thitung > ttabel sehingga diperoleh kesimpulan bahwa penerapan penilaian portofolio online webbased learning berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa SMA pada pembelajaran fisika.

Kata Kunci: penilaian, portofolio, online, web based learning

Abstract:This research aims to determine the influence of the application of portfolio assessment online webbased learning to the student level results studied physics in high school physics learning. The method used isa quasi experiment. This research was conducted at SMA Negeri 3 Depok class X in January - February 2012.As for the sample of this research is a student of class X–4 and X–5, each of which consists of 40 students.Free variables in this research is the application of portfolio assessment online web based learning, and boundvariable is student learning outcomes in learning physics. To measure the variables bound in the form ofinstrument used multiple choice questions with 5 choices as much as 25 questions. Before the matter is usedin class experiments and control, first question tested the validity of the test and reliability. Test the validity ofusing the product moment correlation and significance tests, where as the reliability test using the formulaalpha. Experimental treatment of the application class is given an assessment portfolio online web basedlearning in learning process of physics, where as the control class implements an online portfolio assessmentin the process of learning with commentary assessment. Normality testing using Chi Square test that indicatesthat the data is distributed normally. Much of its homogeneity parametric test (test-t) with adequate ? = 0.05.From the test results obtained the value of tcount = 3,74 and ttable = 1,667, which tcount > ttable so that theapplication of valuation conclusions acquired a portfolio of online web based learning has effect significantly tostudent learning outcomes in high school physics learning.

Keywords: assessment, portfolio, online, web based learning

Diterima tanggal:14/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:23/08/2012; Disetujui tanggal: 01/09/2012

Page 9: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

x

KEMAMPUAN BERBICARA ANAK PENYANDANG AMNESTIK APHASIA(Studi Kasus pada Anak Autisme Usia 12 Tahun di Desa Kedung,

Kabupaten Tangerang)

THE ABILITY TO SPEAK OF CHILDREN WITH AMNESTIC APHASIA(Case Study of a twelve-year-old Child in Kedung Village,

Tangerang Regency)

Teguh SusantoUniversitas Muhammadiyah Tangerang

([email protected])

Abstrak: Seiring dengan perkembangan usianya, seorang anak dapat berbicara dengan baik (struktursintaksisnya) apabila proses pemerolehan dan pemelajaran bahasanya terus dilatih. Kemampuan berbicarasangat dipengaruhi oleh fungsi otak. Apabila fungsi otak tidak optimal maka saraf yang menghubungkan kealat pengucapan (komunikasi) pun terganggu atau gangguan bicara (aphasia). Berkaitan dengan gangguanberbicara pada anak, di Desa Kedung terdapat anak yang memiliki kelainan otak atau autisme yang sukarsekali dalam berbicara. Ia hanya dapat mengucapkan beberapa kata saja padahal usianya 12 tahun. Penelitianini berfokus pada dua pertanyaan penelitian, yaitu: 1) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhiketidakmampuan Jeje dalam berbicara, dan 2) bagaimanakah cara penanganannya dalam membantu mengatasiketidakmampuan Jeje dalam berbicara. Selanjutnya, tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ataumendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakmampuan Jeje dalam berbicara dan carapenanganannya dalam membantu mengatasi ketidakmampuan tersebut. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dengan desain penelitian studi kasus tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melatihpengucapan kata-kata secara berulang-ulang dengan memperlihatkan objek gambar yang menarik danbermacam warna dapat membantu mengatasi ketidakmampuan informan dalam berbicara. Hal ini dapat terlihatadanya perubahan dalam pengucapan katanya, misalnya yang awalnya hanya dapat mengucapkan kata “endu”menjadi “ghondu”, meskipun pengucapannya tidak begitu lancar atau pelan-pelan karena ada kendala yangdisebabkan oleh penyakit autisnya.

Katakunci: berbicara, amnestik aphasia, dan autisme.

Abstract: Along with the development of age, a child can speak well (syntactical structure) when the languageacquisition and learning continue to be trained. The ability to speak is influenced by the function of the brain. Ifthe brain does not function optimally the nerves that connect to the appliance pronunciation (communication)was disrupted or impaired speech (aphasia). Associated with speech impairment in children, in the villagethere Kedung children who have cerebral palsy or autism that difficult once the talking. He can only say a fewwords when he was 12 years old. This study focuses on two research questions, namely: 1) the factors thatinfluence the inability Jeje in speech, and 2) how do I handle Jeje in helping to overcome the inability to speak.Furthermore, the purpose of this research was conducted to determine or describe the factors that influencethe inability Jeje in speaking and ways to help overcome the inability to handle it.This study used a qualitativeapproach with a single case study research design. The results showed that the trained pronunciation of wordsover and over again by showing an interesting image objects and various colors can help to overcome theinability of informants to speak. It can be seen a change in the pronunciation he says, for example, whichinitially only able to say the word “endu” to “ghondu”, although the pronunciation is not good or slowly asproblems were caused by the disease of autism.

Keywords: speaking, amnestic aphasia, and autism.

Diterima tanggal:29/05/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 9/07/2012; Disetujui tanggal: 30/07/2012

Page 10: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

xi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN MEDIA MASSASEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

FACTORS THAT INFLUENCE THE UTILIZATION OF MASS MEDIAAS LEARNING MEDIA

Oos M. AnwasPustekkom Kemdikbud

Jalan RE. Martadinata, Ciputat -Tangerang Selatan, Banten([email protected])

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) intensitas pemanfaatan media massa, 2) kesesuaiansubstansi media massa dengan keperluan penyuluhan pertanian, dan 3) faktor-faktor yang mempengaruhipemanfaatan media massa sebagai media pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode eksplorasiterhadap penyuluh pertanian PNS di kabupaten Karawang dan Garut Jawa Barat. Dengan menggunakan analisisdekriptif diketahui bahwa pemanfaatan media massa: koran, buku, radio, dan internet dalam katagori sangatrendah. Pemanfaatan majalah dalam katagori sedang dan hanya intensitas pemanfaatan media televisi dalamkatagori tinggi. Substansi informasi media massa secara umum kurang sesuai dengan kebutuhan penyuluhanpertanian. Hanya substansi majalah yang sesuai dengan kebutuhan penyuluhan pertanian. Hasil analisis regresiberganda dengan metode stepwise diketahui bahwa intensitas pemanfaatan media massa yang rendahdipengaruhi oleh tingkat kepemilikan media komunikasi dan informasi dan dukungan keluarga yang relatif rendah,meskipun tingkat pendidikan formalnya tinggi. Oleh karena itu dalam era informasi, media massa sudah menjadikebutuhan bagi profesi penyuluh pertanian sehingga perlu dilakukan upaya dimulai dengan menumbuhkankesadaran, menyediakan kemudahan akses media massa, serta meningkatkan substansi media massa yangsesuai dengan kebutuhan penyuluhan pertanian.

Kata kunci: media massa sebagai media pembelajaran, penyuluh pertanian, intensitas pemanfaatan mediamassa.

Abstract: This study aimed to fine out: 1) the intensity of use of mass media, 2) the suitability of the substanceof the mass media with the purpose of agricultural extension agents, and 3) the factors that influence the use ofthe mass media as an intructional media. This study uses an exploration of the civil servants in the districtagricultural extension Garut and Karawang West Java. Using descriptive analysis it is known that the use of themass media: newspapers, books, radio, and the internet in the very low category. Utilization of the magazine inthe category of medium and only the intensity of use of television in the high category. The substance of themass media in general get less according to the needs of agricultural extension. Only substance MagazineSinar Tani and Trubus to suit the needs of agricultural extension. The results of multiple regression analysis withstepwise method is known that the intensity of the low utilization of the mass media is influenced by the level ofinformation and communication media ownership and family support is relatively low, although higher levels offormal education. Therefore, in the information age, the mass media has become a necessity for the professionso that agricultural extension efforts should be made starting with raising awareness, providing easy access tothe mass media, as well as improving the substance of the mass media according to the needs of agriculturalextension agents.

Keywords: mass media as a medium of learning, agricultural extension agents, the intensity of uses the massmedia.

Diterima tanggal: 08/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 07/07/2012; Disetujui tanggal:23/08/2012

Page 11: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

xii

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATEMATIKA TERAPANUNTUK MAHASISWA POLITEKNIK*)

TEXTBOOK DEVELOPMENT NEEDS ANALYSIS APPLIED MATHEMATICS FORPOLYTECHNIC STUDENTS

I Ketut DarmaPoliteknik Negeri Bali, Bukit Jimbaran

P.O. Box. 80364 Kuta Selatan, Tuban Badung, Bali([email protected])

Abstrak: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mendapatkan buku ajar yang sesuai dengan paradigmapembelajaran berbasis kompetensi sebagai upaya meningkatkan pencapain standar kompetensi padamahasiswa Politeknik. Pengembangan dilaksanakan selama dua tahapan waktu. Tahun pertama melakukananalisis kebutuhan untuk mendapatkan draf buku ajar. Pengembangannya menggunakan modelpengembangan Dick & Carey. Penelitian dilaksanakan di bidang rekayasa Politeknik Negeri Bali tahun 2012.Tahap pertama ini mendapatkan hasil, kompetensi yang dituntut dalam matematika terapan meliputi: aplikasisoftware matematika, aljabar, geometri, trigonometri, dan kalkulus, yang dituangkan dalam 13 standarkompetensi dan 51 kompetensi dasar. Karakteristik mahasiswa: 1) umur rata-rata 18-19 tahun; 2) pemahamanterhadap konsep matematika 62,16 % sedang, 3) motivasi belajar matematika mahasiswa 49,55% sedang,4) dan 81,98% berasal dari SMK. Kisi-kisi atau prototype buku ajar matematika terapan berbasis kompetensiuntuk meningkatkan pencapaian kompetensi, materinya dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi,kompetensi dasar, dan indikator pencapain kompetensi. Materi pokoknya meliputi 4 bidang, yaitu: 1) pengantarsoftware matematika dan aljabar, 2) geometri; 3) trigonometri; dan 4) kalkulus. Urutan materinya, disusundengan pendekatan hierarkis. Keempat materi tersebut dikemas menjadi 2 buku ajar, yaitu buku ajarmatematika terapan I diajarkan semester 1, buku ajar matematika terapan II diajarkan semester 2, Pendekatanpembelajaran di kelas menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi konstruktivisme dengan metode-metode pembelajaran student center learning (SCL). Tahapan pembelajarannya meliputi: 1) pendahuluan:oriantasi, menggali ide, pengetahuan awal ; 2) dan 3) pembelajaran inti: rekunstruksi ide dan aplikasi ide;dan pembelajaran penutup: review perubahan ide.

Kata Kunci: Pengembangan; Buku Ajar; Matematika; Kompetensi; Politeknik

Abstract: The research was intended to design book consistent with the paradigm in order for student toimprove their competence standard. The development was conducted in two periods. In the first year, theactivities were focused on analyzing students’ needs prior to the books draft designing. The developmentundertaken in 2012 was based on the theory proposed by Dick & Carey (1990) where engineering field atPoliteknik Negeri Bali was chosen to be the area in which the research was conducted. The first year activityresulted in a conclusion in accordance with competency required in the subject of applied mathematics,including mathematic software application, algebra, geometry, trigonometry, and calculus implemented into13 standards of competency and 51 basic competencies. Moreover, the study was also able to formulize anumber of students’ characteristic, such as 1) students’ average age is 18-19 years, 2) students’ comprehensiontoward mathematic concept: fair (62,16%); 3) students’ mathematic learning motivation: fair (49,55%), andstudents’ school origin: senior high school vocational high school (81,98%). The bue-print of books intendedto improve students’ competency achievement was referred to standards of competency, basic competence,and indicator of competence achieving. The main materials included in 4 areas, such as 1) introduction tomathematic software and algebra, 2) geometry, 3) trigonometry, 4) calculus. The materials were designedhierarchically. The four main materials were integrated into 2 books, i.e. Applied mathematics I taught insemester I and Applied Mathematics II taught in semester II. The approach used for the in-class instructionwas based on constructivism theory with student centered learning (SCL) method. The instruction stagesincluded; 1) introduction, i.e. orientation, elicitation, prior knowledge; 2) and 3) main instruction, i.e. ideareconstruction and application, and closing activity, i.e. review on idea change.

Key words: Development, texbook, mathematics, polytechnic.

Diterima tanggal: 17/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 06/07/2012; Disetujui tanggal: 25/08/2012

*) Penelitian ini didanai Program Desentralisasi Penelitian Hibah Bersaing tahun anggaran 2012.

Page 12: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

xiii

EMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, SEBUAH STRATEGI PEMBELAJARANUNTUK MENYIAPKAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

PROBLEM-BASED LEARNING, AN INSTRUCTIONAL STRATEGY IN PREPARINGSTUDENT’S AUTONOMY

WaldopoPustekkom Kemdikbud, Jakarta

Jl. RE. Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan-Banten,([email protected] atau [email protected])

Abstrak: Untuk mempersiapkan lahirnya generasi emas yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan bangsaIndonesia pada tahun 2045 pemerintah telah melakukan berbagai hal seperti: penyediaan SDM pendidik dantenaga kependidikan yang memenuhi syarat kualifikasi dan kompetensi, pengembangan kurikulum pendidikanhingga ke tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembangunan sarana/prasarana pendidikan yang memadahi,peningkatan anggaran pendidikan, layanan pendidikan yang berbasis TIK dan lain-lain. Persiapan lainnyauntuk dapat menghasilkan generasi diharapkan adalah melalui pendidikan karakter. Sudah banyak yangdihasilkan melalui usaha-usaha tersebut, namun juga masih banyak hal-hal yang harus dipersiapkan. Salahsatunya adalah mempersiapkan peserta didik agar menjadi generasi yang memiliki kemampuan untukmencarikan jalan keluar atas masalah-masalah riil yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Untukkepentingan ini, penerapan Strategi Pendidikan/Pembelajaran yang Berbasis Masalah atau Problem-BasedLearning yang disingkat PBL dianggap cocok untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Melalui PBL peserta didik dilatih untuk mencari jalan keluar atas masalah-masalah yang dihadapi.Agar penerapan PBL dapat berjalan seperti yang diharapkan maka disarankan agar pemerintah (Kemdikbud)mencanangkan penerapan PBL dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah, melatih guru-guru dalampenerapan PBL serta dukungan dalam bentuk kebijakan, anggaran dan sarana/prasarana. Sebagai lembagayang bertanggung jawab dalam bidang TIK untuk pendidikan, Pustekkom disarankan untuk memberikandukungan dalam bentuk sumber belajar yang berbasis TIK.

Kata kunci: Generasi emas, PBL, masalah, belajar aktif, dan aneka sumber belajar.

Abstract: To prepare for the birth of the golden generation that will continue to relay the leadership of Indonesiain 2045 the government has been doing various things such as: the provision of teachers and human resourcesthat meet the qualifications and competency requirements, curriculum development up to the level of theeducation (curriculum), development of facilities for educational infrastructure, increase education spending,education of ICT-based services and others. Other preparations to be able to produce the expected generationthrough character education. Already many are produced through these efforts, but also there are many thingsthat have to be prepared. One is to prepare students to be the generation that has the ability to find a solutionto real problems encountered in everyday life. For this purpose, the implementation of Problem-Based LearningStrategy (PBL) is abbreviated considered suitable for application in the learning activities in schools. ThroughPBL learners are trained to find solutions to the problems faced. In order for the application of PBL can be runas expected it is recommended that the Government (Ministry of Education and Culture) launched theimplementation of PBL in learning activities in schools, train teachers in the implementation of PBL as well assupport in the form of policies, budget and facilities/infrastructure. As the agency responsible for the field of ICTfor education, Pustekkom advised to provide support in the form of ICT-based learning resources.

Keywords: golden generation, PBL, problems, active learning, and a variety of learning resources.

Diterima tanggal: 20/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 07/07/2012; Disetujui tanggal: 21/08/2012

Page 13: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

xiv

DIGITALISASI BUKU SEKOLAH(Sebagai Solusi Alternatif Permasalahan Pengadaan Buku Sekolah)

DIGITIZING SCHOOL BOOKS(Procurement Issues Alternative Solutions for School Books)

Ika KurniawatiPustekkom Kemdikbud

Jl. RE. Martadinata, Ciputat-Tangerang Selatan, Banten([email protected])

Abstrak: Berbagai permasalahan terkait perbukuan nasional, mulai dari sering bergantinya buku pelajaran disekolah, mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertas yang mahal, maraknya penjualan buku disekolah yang menimbulkan berbagai kontroversi setidaknya beban biaya sekolah yang harus ditanggungorang tua menjadi cukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaan di sekolah menyebabkan pemerintahmengambil terobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah. Digitalisasi buku sekolah terkait juga dengankemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkan publikasi berbagai informasi dalam bentukelektronik tidak hanya cetak. Tujuan penulis membahas tema ini agar dapat memecahkan permasalahanbagi semua pihak baik itu pemerintah, masyarakat sebagai pengguna, serta pihak yang terlibat dalam industriperbukuan yang banyak mengalami dampak terkait digitalisasi buku khususnya buku sekolah seperti BSE.Terobosan pemerintah mendigitalkan buku sekolah melalui program BSE ternyata dapat menjadi alternatifsolusi dalam memecahkan permasalahan buku pelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil pembahasan, BSEakan efisien kalau dicetak secara kolektif bukan pribadi. Implementasi program ini akan efisien dan efektifapabila didukung oleh berbagai pihak. Selain dukungan pemerintah, perlu ada dukungan dari masyarakatbaik itu sebagai pengguna maupun masyarakat sebagai penyedia layanan pencetakan buku.

Kata Kunci: Digitalisasi, Buku Sekolah Elektronik

Abstract: National of Books related issues, ranging from frequent alternation in school textbooks, the high price ofthe book as a result of the expensive raw material for paper, the rampant sale of books at school that raises variouscontroversies at least the burden of school fees to be borne by the parents to be quite large, and limited libraryservices in schools led to the government taking a new breakthrough digitize textbooks. Digitizing textbooks alsorelated to the advancement of information and communication technologies that allow the publication of informationin electronic form not just print. Purpose of the author discusses this theme in order to solve the problem for allstakeholders, the government, society as a user, as well as those involved in the industry a lot of Books that havebeen affected by digitizing books specifically related to school books as BSE. Breakthrough government schoolsthrough a program to digitize books of BSE was found to be an alternative solution to solve problems in schooltextbooks. Based on the discussion, BSE will be printed collectively efficient if not personal. Implementation of thisprogram will be efficient and effective if it is supported by various parties. In addition to government support, thereneeds to be support from the community either as users or the public as a provider of printing services.

Keywords: Digitization, Electronic School Book

Diterima tanggal: 15/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:23/08/2012; Disetujui tanggal: 03/09/2012

Page 14: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

255

PROFESIONALISME GURU DALAM PENERAPAN MODEL-MODELPEMBELAJARAN INOVATIF PADA RINTISAN SEKOLAH

BERTARAF INTERNASIONAL

PROFESSIONALISM OF TEACHERS IN APPLICATION OFINNOVATIVE LEARNING MODELS AT PIONEERING

INTERNATIONAL SCHOOL

Nyayu KhodijahFakultas Tarbiyah-IAIN Raden Fatah

Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikry Km. 3,5 Palembang([email protected])

Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui profesionalisme guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif pada RSBI dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan di SMPN9 Palembang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penggabungan kualitatif dan kuantitatif,sedangkan metode penelitiannya adalah metode deskriptif. Responden penelitiannya meliputi wakil kepalasekolah, kaur kurikulum, dan para guru. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan wawancara, angket,dan studi dokumentasi, sedangkan analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa: 1) profesionalisme guru dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif masihbelum sesuai harapan. Hal ini terlihat baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan sebagian guruyang masih rendah dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif, dan 2) ada dua faktor yangmempengaruhi penerapan model-model pembelajaran inovatif, yaitu rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diikuti dan rendahnya komitmen dan motivasi guru untuk menerapkan model-modelpembelajaran inovatif. Karenanya, direkomendasikan pada pemerintah agar pemerintah meningkatkankualitas penyelenggaraan pelatihan/workshop bagi guru dan melakukan upaya-upaya nyata dalammeningkatkan komitmen dan motivasi guru untuk menerapkannya.

Kata kunci: profesionalisme guru, model pembelajaran inovatif, RSBI

Abstract: This research is aims to determine the professionalism of teachers in the application of innovativelearning models at Pioneering International School (RSBI) and the factors that influence it. The studywas conducted in SMPN 9 Palembang. The research approach used is merging qualitative and quantitative,while the method of research is descriptive method. Respondents’ research includes the vice-principal,head of curriculum affairs, and teachers. Data collection techniques are interviews, questionnaires, anddocument analysis, while data analysis is conducted qualitatively and quantitatively. The results showedthat: 1) the professionalism of teachers in the application of innovative learning models still does notmeet expectations. This is evident both from the aspects of knowledge and skills of some teachers arestill low in applying innovative learning models, and 2) there are two factors that affect the application ofinnovative learning models, namely the poor quality of training / workshops that followed and lack ofcommitment and motivation teachers to implement innovative learning models. Therefore, it isrecommended to the government to improve the quality of training/workshop for teachers and make realefforts to improve the commitment and motivation of teachers to implement it.

Keywords: teacher professionalism, innovative instructional model, RSBI

Diterima tanggal: 31/07/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 15/08/2012; Disetujui tanggal: 01/09/2012

Page 15: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

256

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

PendahuluanRintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalahSekolah Standar Nasional (SSN) yang menyiapkanpeserta didik berdasarkan Standar NasionalPendidikan (SNP) Indonesia dan bertaraf Internasionalsehingga diharapkan lulusannya memiliki kemampuandaya saing internasional. Pengembangan RintisanSekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang telahdilakukan sejak tahun 2006 merupakan salah satubentuk upaya awal Pemerintah -dalam hal iniKemendiknas RI-untuk mengembangkan SekolahBertaraf Internasional (SBI). SBI sendiri merupakansalah satu bentuk upaya pemerintah dalammeningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Iniberarti bahwa secara kualitas sekolah yang berlabelRSBI diharapkan memiliki keunggulan dibandingkandengan sekolah lainnya.

Salah satu keunggulan yang diharapkan dari RSBIadalah kualitas proses pembelajarannya yang sesuaidengan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). DalamPermendiknas Nomor 78 Tahun 2009 tentang SBI,dinyatakan bahwa salah satu asas yang digunakandalam pelaksanaan kurikulum dan prosespembelajaran di Sekolah Bertaraf Internasional adalahmengarahkan siswa untuk mampu berpikir kritis,kreatif dan analitis, memiliki kemampuan belajar(learning how to learn) serta mampu mengambilkeputusan dalam belajar. Penyusunan kurikulum inididasarkan prinsip ”understanding by design” yangmenekankan pemahaman jangka panjang (”enduringunderstanding”) dilihat dari 6 aspek, yaitu explain, in-terpret, apply, perspective, empathy, dan self knowl-edge.

Guna menjamin penggunaan asas tersebut dalamproses pembelajaran, Sekolah bertaraf Internasionaldiharapkan menerapkan azas-azas pembelajaranaktif yang mengakses 5 pilar pendidikan (religiousawareness, learning to know, learning to do, learningto be, and learning how to live together) dalampengelolaan pembelajaran. Salah satu wujud nyatanyaadalah guru di RSBI harus dapat menerapkan model-model pembelajaran yang inovatif seperti coopera-tive learning problem-based learning, dan contextualteaching and learning. Penelitian tentang profesionalisme guru dalam

penerapan model-model pembelajaran inovatif diRSBI menjadi penting dilakukan, mengingat saat inipengembangan RSBI telah mencapai tahun keenam.Artinya, telah memasuki tahapan terakhir, yaitu tahapmandiri. Selain itu, penerapan model-modelpembelajaran inovatif oleh guru di sekolah merupakansalah satu amanah Peraturan Pemerintah Nomor 19Tahun 2005 pasal 19 yang menyatakan bahwa“Proses pembelajaran pada satuan pendidikandiselenggarakan secara interaktif, inspiratif,menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didikuntuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruangyang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dankemandirian sesuai dengan bakat, minat, danperkembangan fisik serta psikologis peserta didik”.

Masalah yang dikaji adalah 1) Bagaimanaprofesionalisme guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif pada RSBI? dan 2) Apa sajafaktor yang mempengaruhi profesionalisme gurudalam penerapan model-model pembelajaran inovatifpada RSBI? Sejalan dengan rumusan masalahtersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuiprofesionalisme guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif pada RSBI dan faktor-faktoryang mempengaruhinya.

Kajian LiteraturPembelajaran merupakan salah satu sub sistem darisistem pendidikan (Reigeluth, 1983:6). MenurutMiarso (2004: 545), pembelajaran adalah suatu usahayang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar oranglain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetappada diri orang lain. Smith dan Ragan (1993: 4)menyatakan bahwa pembelajaran adalah desain danpengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu.Walter Dick seperti yang dikutip oleh Duffy danJonnasen (1992: 96-97) mendefinisikan pembelajaransebagai intervensi pendidikan yang dilaksanakandengan tujuan tertentu, bahan atau prosedur yangditargetkan pada pencapaian tujuan tersebut, danpengukuran yang menentukan perubahan yangdiinginkan pada perilaku. Denganmembandingkannya dengan istilah kurikulum,Snelbecker seperti yang dikutip oleh Reigeluth

Page 16: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

257

(1983:6) menyatakan bahwa perbedaan utama antarakurikulum dan pembelajaran adalah bahwa kurikulumberkaitan dengan apa yang diajarkan sedangpembelajaran berkaitan dengan bagaimanamengajarkannya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakanbahwa pembelajaran adalah segala usaha yangsengaja dilakukan baik dalam bentuk desain maupunpengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu.Dengan demikian, pembelajaran bukanmenitikberatkan pada “apa yang dipelajari”, melainkanpada “bagaimana membuat pembelajar mengalamiproses belajar”, yaitu cara-cara yang dilakukan untukmencapai tujuan yang berkaitan dengan carapengorganisasian materi, cara penyampaianpelajaran, dan cara pengelolaan pembelajaran. Sebagai sebuah sistem, pembelajaran terdiri darikomponen-komponen yang saling berhubungan satusama lain. Salah satu komponen penting dalampembelajaran adalah model pembelajaran. MenurutJoyce dan Weil (2000:24), model pembelajaran adalahkerangka konseptual yang digunakan sebagaipedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Modelpembelajaran adalah kerangka konseptual yangmelukiskan prosedur yang sistematis dalammengorganisasikan pengalaman belajar untukmencapai tujuan belajar tertentu. Dalam kegiatanpembelajaran, model dapat dimaknai sebagai suatupola atau gambaran yang menjelaskan tentangberbagai bentuk pandangan yang terkait dengankegiatan pembelajaran. Model pembelajaran dipandang punya peran pal-ing strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilanproses pembelajaran. Karena penerapan modelpembelajaran dilakukan dengan melihat kondisikebutuhan anak didik, sehingga guru diharapkanmampu menyampaikan materi dengan tepat tanpamengakibatkan siswa mengalami kebosanan. Namunsebaliknya, siswa diharapkan dapat tertarik dan terustertarik mengikuti pembelajaran, dengankeingintahuan yang berkelanjutan.

Penggunaan model pembelajaran secara tepatmerupakan salah satu bagian dari profesionalismeguru. Sebagai seorang profesional, para guru dituntut

memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikatpendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memilikikemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikannasional. Kualifikasi akademik diperoleh melaluipendidikan tinggi program sarjana (S1) dan programdiploma empat (D-IV), sedang kompetensi yang harusdimiliki seorang guru meliputi kompetensi pedagogik,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dankompetensi profesional.

Dalam lampiran Permendiknas Nomor 16 Tahun2007 disebutkan bahwa diantara standar kompetensiguru adalah kompetensi untuk menerapkan berbagaipendekatan, model, strategi, metode, dan teknikpembelajaran yang mendidik secara kreatif dalammata pelajaran yang diampu. Dengan demikian, setiapguru jika ingin disebut sebagai guru yang profesionalharus memiliki kompetensi/kemampuan menerapkanberbagai pendekatan, model, strategi, metode, danteknik pembelajaran.

Penelitian khusus tentang profesionalisme gurudalam penerapan model-model pembelajaran inovatifpada RSBI sepanjang pengamatan peneliti belumpernah dilakukan. Namun penelitian tentang RSBI danpenerapan model-model pembelajaran sudah cukupbanyak dilakukan. Salah satu penelitian tentang RSBIdilakukan oleh Dwi Fanda Larasati (2010) dalamtesisnya yang berjudul “Kontribusi KemampuanManajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Guru TerhadapMutu Pendidikan Rintisan Sekolah BertarafInternasional: Studi Kasus RSBI SD dan SMP di KotaBogor”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakontribusi kompetensi manajerial kepala sekolahterhadap mutu pendidikan adalah sebesar 37,21%,sedangkan kinerja guru berkontribusi sebesar 34,6%. Dengan uji regresi ganda diperoleh Y = 9,059 + 0,396X1 + 0,393 X2 yang artinya besarnya mutu pendidikanjika tidak mendapat pengaruh dari kompetensimanajerial kepala sekolah dan kompetensi guruadalah sebesar 9,059, ketika diberikan pengaruh darikompetensi manajerial kepala sekolah dankompetensi guru secara bersama-sama makaterdapat peningkatan mutu pendidikan sebesar 0,396dari besarnya kontribusi yang diberikan kompetensimanajerial kepala sekolah dan 0,393 dari besarnyakontribusi yang diberikan oleh kompetensi guru.

Nyayu Khodijah, Profesionalisme guru dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif pada rintisan sekolahbertaraf internasional

Page 17: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

258

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Penelitian tentang penerapan model pembelajarandiantaranya pernah dilakukan oleh WiwinSriwidaningsih (2012) dalam tesisnya yang berjudul“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Ex-ample Non-Example dalam Pembelajaran Menulisdengan Fokus Penggunaan Bahasa Indonesia Baku:Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMANegeri 3 Bandung”. Hasil penelitian ini menunjukkanbahwa persentase hasil prates dan pascates terdapatkenaikan yang signifikan. Hal ini dibuktikan denganmeningkatnya persentase rata-rata kemampuan siswakelompok eksperimen pada prates dari yang semula51.24% menjadi 75.90% pada pascates sehinggaterjadi peningkatan sebesar 24.67%. Adapunpeningkatan persentase rata-rata kemampuan siswakelompok kontrol pada prates dari yang semula56.48% menjadi 64.57% pada pascates sehinggaterjadi peningkatan hanya sebesar 8.10%. Artinyaterdapat perbedaan yang signifikan antarakemampuan kelompok eksperimen dengankemampuan kelompok kontrol. Dengan demikianmodel pembelajaran Kooperatif tipe Example non-Example meningkatkan hasil pembelajaran,sedangkan model pembelajaran konvensional kurangdapat meningkatkan hasil pembelajaran.

Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan penggabunganpendekatan kualitatif dan kuantitatif denganpendekatan kualitatif sebagai pendekatan utama dankuantitatif sebagai pelengkap. Sedang metodepenelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Responden penelitian adalah wakil kepalasekolah, kepala urusan kurikulum, dan para guru yangberstatus PNS. Data yang dikumpulkan meliputiprofesionalisme guru dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif serta faktor-faktor yangmempengaruhinya. Penelitian dilakukan di SMPN 9Palembang pada tahun 2012. Berdasarkan data tahun2012, guru bersatus PNS di SMPN 9 Palembangberjumlah 63 orang.

Teknik pengumpulan data yang digunakanmeliputi wawancara, angket, dan studi dokumentasi.Wawancara dilakukan terhadap wakil kepala sekolahdan kepala urusan kurikulum guna menggali data

utama yang berkaitan dengan profesionalisme gurudalam menerapkan model-model pembelajaraninovatif serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Angket disebarkan pada guru guna mengumpulkandata tentang profesionalisme guru dalam menerapkanmodel-model pembelajaran inovatif serta faktor-faktoryang mempengaruhinya dari perspektif guru. Studidokumentasi digunakan untuk trianggulasi data hasilwawancara maupun angket.

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan,analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.Analisis kualitatif dilakukan terhadap data hasilwawancara dan studi dokumentasi, sedangkananalisis kuantitatif dilakukan terhadap data hasilangket yang diisi oleh guru.

Hasil PenelitianProfesionalisme Guru dalam Penerapan Model-modelPembelajaran Inovatif

Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolahmaupun kaur kurikulum diketahui bahwa sebagianguru telah menerapkan model-model pembelajaraninovatif akan tetapi tidak tercermin dalam RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun.Namun tidak dijelaskan secara rinci berapa jumlahatau persentase guru yang telah menerapkan model-model pembelajaran inovatif. Hanya saja dinyatakanbahwa guru yang telah menerapkan model-modelpembelajaran inovatif adalah sebagian guru matapelajaran matematika, IPA, Bahasa Inggris, BahasaIndonesia, dan IPS. Sedangkan model-modelpembelajaran inovatif yang diterapkan meliputi Con-textual Teaching and Learning, Cooperative Learning,dan Problem Based Learning.

Belum diterapkannya model-model pembelajaraninovatif oleh semua guru disebabkan oleh rendahnyapemahaman guru. Berdasarkan hasil wawancaradengan kaur kurikulum, secara teoritis para gurukurang memiliki pemahaman yang cukup tentangmodel-model pembelajaran inovatif. Namun secaraumum mereka telah menerapkan inovasi dalampembelajaran, meski lebih banyak terfokus padapemanfaatan teknologi informasi dan komunikasidalam pembelajaran.

Page 18: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

259

Rendahnya pemahaman sebagian guru tentangmodel-model pembelajaran inovatif juga terlihat darijawaban mereka terhadap angket. Meski semua(100%) guru menyatakan telah menerapkan model-model pembelajaran inovatif, namun ketika ditanyatentang model-model pembelajaran inovatif apa sajayang pernah diterapkan, ada yang menjawab:pemanfaatan internet (16,35%), menggunakan powerpoint (13,46%), menggunakan diskusi kelompok danpresentasi (11,54%), menggunakan sumber belajarberbasis lingkungan (11,54%), menggunakan CDpembelajaran (6,73%), menggunakan media gambar(6,73%), menggunakan metode eksperimen (6,73%),menggunakan media radio (4,81%), media televisi(1,92%), dan media video (1,92%). Ini menunjukkanbahwa sebagian guru kurang memahami hakikatmodel-model pembelajaran inovatif yang sebenarnya.

Rendahnya pemahaman berakibat pada

rendahnya keterampilan guru dalam menerapkannya.Hasil angket menunjukkan bahwa guru yangmenerapkan model-model pembelajaran inovatifpersentase tidak banyak, di mana hanya 6,73% guruyang menerapkan model cooperative learning, 1,92%yang menerapkan permainan matematika, 1,92%yang menerapkan belajar sambil bermain, 1,92%yang menerapkan model active learning, 1,92% yangmenerapkan model inquiry, dan 1,92% yangmenerapkan model problem based learning.Sedangkan model-model pembelajaran inovatif yangsering diterapkan oleh guru, dari 30 jawaban yangdiberikan, 23,33% guru menyatakan seringmenerapkan cooperative learning dan 6,67%menyatakan sering menerapkan problem basedlearning. Data selengkapnya tentang penerapanmodel-model pembelajaran inovatif dapat dilihat padatabel 1 dan 2.

Nyayu Khodijah, Profesionalisme guru dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif pada rintisan sekolahbertaraf internasional

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Guru TentangModel-Model Pembelajaran Inovatif yang Pernah diterapkan

No. Model Pembelajaran Frekuensi Persentase

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.17.

Pemanfaatan internetPower pointDiskusi kelompok dan presentasiSumber belajar berbasis lingkunganCD pembelajaranMedia gambarMetode eksperimenCooperative learningMedia radioMedia televisiMedia videoPermainan matematikaBelajar sambil bermainActive learningDirect instructionInquiryProblem based learning

171412127777522222222

16,3513,4611,5411,546,736,736,736,734,811,921,921,921,921,921,921,921,92

Jumlah 104 100

Page 19: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

260

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Rendahnya keterampilan guru dalam menerapkanmodel-model pembelajaran inovatif juga terlihat darihasil studi dokumentasi terhadap dokumen RencanaPelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun olehguru yang menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil(kurang dari 25%) guru yang menerapkan model-model pembelajaran inovatif.

Adapun alasan guru menerapkan model-modelpembelajaran inovatif sangat beragam. Sebagianbesar menyatakan dengan penerapan model-model

No. Model Pembelajaran Frekuensi Persentase

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Guru TentangModel-Model Pembelajaran Inovatif yang Sering Diterapkan

Pemanfaatan internetCooperative learningCD pembelajaranMedia radioMedia videoProblem based learningDirect instruction

23,3323,3316,6716,676,676,676,67

1.2.3.4.5.6.7.

7755222

Jumlah 30 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Guru TentangAlasan Menerapkan Model-Model Pembelajaran Inovatif

No. Alasan Menerapkan Model Pembelajaran Frekuensi Persentase

1.2.3.4.5.6.7.

Membuat pelajaran menjadi menarikSiswa lebih mudah memahami pelajaranMengajar lebih menyenangkanMeningkatkan motivasi belajar siswaSiswa lebih enjoyInteraksi lebih baikPembelajaran lebih efektif

211597722

33,3323,8114,2911,1111,113,173,17

Jumlah 63 100

Mengenai manfaat yang dirasakan dari penerapanmodel-model pembelajaran inovatif, sebagian besarguru merasakan mengajar menjadi mudah (38,10%),siswa menjadi aktif (28,57%), hasil belajar siswamenjadi lebih baik (19,05%), meningkatkan tanggung

pembelajaran inovatif membuat pelajaran menjadimenarik (33,33%), siswa lebih mudah memahamipelajaran (23,81%), mengajar lebih menyenangkan(14,29%), meningkatkan motivasi belajar siswa(11,11%), siswa lebih enjoy (11,11%), interaksi lebihbaik (3,17%), dan pembelajaran lebih efektif (3,17%).Data selengkapnya tentang alasan guru menerapkanmodel-model pembelajaran inovatif dapat dilihat padatabel 3.

jawab siswa (9,52%), dan pembelajaran menjadilebih berkualitas (4,76%). Data selengkapnyatentang manfaat yang dirasakan guru daripenerapan model-model pembelajaran inovatifdapat dilihat pada tabel 4.

Page 20: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

261

Nyayu Khodijah, Profesionalisme guru dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif pada rintisan sekolahbertaraf internasional

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi ProfesionalismeGuru dalam Penerapan Model-model PembelajaranInovatif

Berdasarkan hasil wawancara dan angket,diketahui bahwa diantara faktor-faktor yangmempengaruhi profesionalisme guru dalam penerapanmodel-model pembelajaran inovatif di SMPN 9Palembang adalah:1. Rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diikuti

Berdasarkan hasil wawancara dengan wakil kepalasekolah diketahui bahwa dalam Rencana Kerja Sekolahmaupun dalam Rencana Strategis (Renstra) Sekolahtidak terdapat program yang secara khusus ditujukanuntuk mendukung peningkatan kuantitas maupunkualitas penerapan model-model pembelajaran inovatifseperti pelatihan atau workshop. Hal ini dikarenakanterkendala aturan bahwa sekolah tidak diperkenankanmengadakan pelatihan atau workshop untukpeningkatan kualitas guru, termasuk untuk peningkatankemampuan guru dalam penerapan model-model

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Guru TentangManfaat yang Dirasakan dari Penerapan Model-Model Pembelajaran Inovatif

No. Alasan Menerapkan Model Pembelajaran Frekuensi Persentase

Jumlah 63 100

1.2.3.4.5.

Mengajar menjadi mudahSiswa menjadi aktifHasil belajar siswa menjadi lebih baikMeningkatkan tanggung jawab siswaPembelajaran menjadi lebih berkualitas

24181263

38,1028,5719,059,524,76

pembelajaran inovatif. Namun pihak sekolah telahmenyelenggarakan berbagai program atau kegiatanyang secara tidak langsung mendukung penerapanmodel-model pembelajaran inovatif, seperti kegiatanpelatihan/workshop kurikulum setiap awal semester,kegiatan MGMP, penyediaan sarana/fasilitas LCD dankomputer di kelas, serta kegiatan pemberikan Laptopbagi guru. Hal ini sejalan dengan angket yang diisi oleh guruyang menunjukkan bahwa ada beberapa kegiatan yangdilakukan oleh pihak sekolah berkaitan denganpenerapan model-model pembelajaran inovatif,diantaranya: mengadakan pelatihan/workshopkurikulum setiap awal semester (42,86%), adanyakegiatan MGMP (19,04%), menyediakan sarana/fasilitas LCD dan komputer di kelas (14,29%),mengikutsertakan guru dalam kegiatan pelatihan/work-shop (14,29%), serta memberikan Laptop pada guru(9,52%). Data selengkapnya tentang program ataukegiatan sekolah yang mendukung penerapan model-model pembelajaran inovatif dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Guru TentangKegiatan Sekolah yang Mendukung Penerapan Model-Model Pembelajaran Inovatif

No. Kegiatan Sekolah yang Mendukung Frekuensi Persentase

Jumlah 63 100

1.

2.3.

4.

5.

Mengadakan pelatihan/workshop kurikulumsetiap awal semesterAdanya kegiatan MGMPMenyediakan sarana/fasilitas LCD dankomputer di kelasMengikutsertakan guru dalam kegiatanpelatihan/workshopMemberikan Laptop pada guru

27

129

9

6

42,86

19,0514,29

14,29

9,52

Page 21: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

262

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Hasil wawancara dengan wakil kepala sekolah jugamenunjukkan bahwa selama ini penyelenggaraanpelatihan atau workshop untuk peningkatan kualitasguru menjadi tanggung jawab Lembaga PenjaminMutu Pendidikan (LPMP). Namun lembaga ini dinilailamban dan memiliki tenaga nara sumber yang tidakcukup berkompeten. Bahkan mereka justru lebihbanyak belajar dari sekolah karena informasi yangmereka terima lebih lambat. Padahal masih banyakguru yang memiliki kompetensi yang belum memadaidalam melakasanakan proses pembelajaran yangberkualitas.

Rendahnya kualitas pelatihan/workshop yangdiikuti tampak dari hasil yang dicapai. Hasil angketmenunjukkan bahwa meski sebagian besar guru(88,89%) telah pernah mengikuti pelatihan/workshoppembelajaran dan sejenisnya, namun penerapannyadalam proses pembelajaran masih rendah sepertiyang digambarkan pada tabel 1 dan 2. Dengandemikian, patut diduga bahwa rendahnya penerapanmodel-model pembelajaran inovatif disebabkanrendahnya pemahaman guru, dan rendahnyapemahaman guru terhadap model-modelpembelajaran inovatif disebabkan rendahnya kualitaspelatihan/workshop yang diselenggarakan. Sehinggameski sudah sering mengikuti pelatihan/workshoptidak membuat guru menjadi meningkat pengetahuandan keterampilannya.

2. Rendahnya komitmen dan motivasi sebagian guruFaktor lainnya yang mempengaruhi profesionalismeguru dalam penerapan model-model pembelajaraninovatif di SMPN 9 Palembang adalah komitmen danmotivasi guru dalam menerapkan model-modelpembelajaran inovatif. Hasil wawancara dengan kaurkurikulum menunjukkan bahwa sebagian gurumemiliki komitmen dan motivasi yang rendah dalam

menerapkan model-model pembelajaran inovatif.Hal ini sejalan dengan hasil angket yang

menunjukkan rendahnya penerapan model-modelpembelajaran inovatif oleh sebagian guru seperti yangtelah dikemukakan pada tabel 1 dan 2. Selain faktorkualitas pelatihan/workshop yang diikuti, rendahnyapenerapan juga dapat disebabkan rendahnyakomitmen dan motivasi guru dalam menerapkanmodel-model pembelajaran inovatif.

PembahasanBerdasarkan paparan data di atas, dapat

dikatakan bahwa profesionalisme guru di SMPN 9Palembang dalam menerapkan model-modelpembelajaran inovatif masih belum sesuai harapan.Hal ini dapat dilihat baik dari aspek pengetahuanmaupun keterampilan sebagian besar guru yangmasih rendah dalam menerapkan model-modelpembelajaran inovatif.

Dari segi pengetahuan, sebagian guru memilikipemahaman yang rendah tentang model-modelpembelajaran inovatif. Hal ini nampak baik dari hasilwawancara dengan wakil kepala sekolah dan kaurkurikulum maupun dari hasil angket yang diisi olehguru. Hasil wawancara menunjukkan bahwa secarateoritis sebagian guru kurang memiliki pemahamanyang cukup tentang model-model pembelajaraninovatif. Hasil angket menunjukkan bahwa ketikaditanya tentang model-model pembelajaran inovatifapa saja yang pernah atau sering diterapkan, ada yangmenjawab: memanfaatkan internet, menggunakanpower point, menggunakan diskusi kelompok danpresentasi, menggunakan sumber belajar berbasislingkungan, menggunakan CD pembelajaran,menggunakan media gambar, menggunakan metodeeksperimen, serta menggunakan media radio, mediatelevisi, dan media video. Ini menunjukkan rendahnya

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Guru TentangKeiuktsertaan dalam Pelatihan/Workshop Pembelajaran dan Sejenisnya

No. Keikutsertaan dalam Pelatihan/Workshop Frekuensi Persentase

1.2.

PernahTidak Pernah

567

88,8911,11

Jumlah 63 100

Page 22: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

263

pemahaman guru tentang model-model pembelajaraninovatif. Dari segi keterampilan, hanya sebagian guru yangsudah menerapkan model-model pembelajaraninovatif. Hal ini nampak dari hasil wawancara dengankaur kurikulum yang menyatakan bahwa hanyasebagian guru mata pelajaran matematika, IPA,Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, dan IPS yangmenerapkan model-model pembelajaran inovatif.Hasil angket juga menunjukkan rendahnyakemampuan guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif, karena hanya 6,73% yangmenerapkan cooperative learning, sisanyamenerapkan permainan matematika, belajar sambilbermain, active learning, inquiry, dan problem basedlearning, masing-masing oleh 1,92% guru.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhiprofesionalisme guru dalam penerapan model-modelpembelajaran inovatif di SMPN 9 Palembang adalahrendahnya kualitas pelatihan/workshop pembelajaranyang diikuti oleh guru dan rendahnya komitmen/motivasi guru untuk menerapkan model-modelpembelajaran inovatif. Pengaruh rendahnya kualitaspelatihan/workshop pembelajaran yang diikuti olehguru terungkap dari hasil wawancara dengan wakilkepala sekolah yang menunjukkan bahwa selama inipenyelenggaraan pelatihan atau workshop untukpeningkatan kualitas guru menjadi tanggung jawabLPMP, namun lembaga ini dinilai lamban dan memilikitenaga nara sumber yang tidak cukup berkompeten.Hal ini didukung oleh hasil angket yang menunjukkanbahwa meski sebagian besar guru (88,89%) telahpernah mengikuti pelatihan/workshop pembelajarandan sejenisnya, namun penerapannya dalam prosespembelajaran masih rendah (kurang dari 10%).Rendahnya penerapan model-model pembelajaraninovatif oleh guru ini dapat disebabkan oleh rendahnyapemahaman guru dan dan rendahnya pemahamanguru disebabkan oleh rendahnya kualitas pelatihan/workshop yang diselenggarakan. Pengaruh komitmen/motivasi guru terungkap darihasil wawancara dengan kaur kurikulum yangmenyatakan bahwa sebagian guru memiliki komitmen/motivasi yang rendah dalam menerapkan model-model pembelajaran inovatif. Rendahnya komitmen/

motivasi guru juga nampak dari ketidaksesuaian antarapelatihan/workshop yang telah diikuti oleh sebagianbesar guru dengan penerapannya dalam prosespembelajaran. Seperti hasil angket yang telahdipaparkan pada tabel 1 dan 2, meski sebagian besarguru telah pernah mengikuti pelatihan/workshoppembelajaran dan sejenisnya, namun penerapannyadalam pembelajaran masih rendah (kurang dari 10%).Selain faktor rendahnya kualitas pelatihan/workshoppembelajaran yang diikuti, rendahnya penerapanmodel-model pembelajaran inovatif oleh guru jugadapat disebabkan oleh rendahnya komitmen/motivasiguru dalam penerapan model-model pembelajaraninovatif.

Simpulan dan SaranSimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapatdisimpulkan bahwa: 1) Profesionalisme guru di SMPN9 Palembang dalam menerapkan model-modelpembelajaran inovatif masih belum sesuai harapan.Hal ini terlihat baik dari aspek pengetahuan maupunketerampilan sebagian guru yang masih rendahdalam menerapkan model-model pembelajaraninovatif, dan 2) Ada dua faktor yang mempengaruhipenerapan model-model pembelajaran inovatif diSMPN 9 Palembang, yaitu rendahnya kualitaspelatihan/workshop pembelajaran yang diikuti olehguru dan rendahnya komitmen dan motivasi guruuntuk menerapkan model-model pembelajaraninovatif.

SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, rekomendasi yangdiajukan adalah agar pemerintah meningkatkankualitas penyelenggaraan pelatihan/workshop bagiguru, khususnya yang berkaitan dengan penerapanmodel-model pembelajaran inovatif dan jugamelakukan upaya-upaya yang lebih nyata dalammeningkatkan komitmen dan motivasi guru untukmenerapkan model-model pembelajaran inovatiftersebut.

Nyayu Khodijah, Profesionalisme guru dalam penerapan model-model pembelajaran inovatif pada rintisan sekolahbertaraf internasional

Page 23: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

264

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Pustaka AcuanDuffy, Thomas M. dan Jonassen, D.H. (Eds). 1992. “Constructivism and The Technology of Instruction. A.

Conversation”, Lawrence Erlbaum Associates, Inc., New Jersey.Jonnasen, David H. 1996. “Handbook of Research for Educational Communication and Technology”, Simon &

Schuster MacMillan, New York.Joyce, Bruce dan Weil, Marsha, with Emily Calhoun. 2000. “Models of Teaching”, Allyn & Bacon, Boston.Larasati, Dwi Fanda. 2010. “Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Guru Terhadap Mutu

Pendidikan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional: Studi Kasus RSBI SD dan SMP di Kota Bogor”, Tesis,Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Miarso, Yusufhadi. 2004. “Menyemai Benih Teknologi Pendidikan”, Jakarta.Prenada Media.Reigeluth, Charles M., (Ed). 1983. “Instructional Design, Theories and Models: An Overview of Their Current

Status”, Lawrence Erlbaum Associates Publishers, New Jersey.Smith, Patricia L. dan Ragan, Tillman J. 1993. “Instructional Design”, USA.Macmillan Publishing Company.Sriwidaningsih, Wiwin. 2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Example Non-Example dalam

Pembelajaran Menulis dengan Fokus Penggunaan Bahasa Indonesia Baku: Penelitian Eksperimen terhadapSiswa Kelas XI SMA Negeri 3 Bandung”, Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

*******

Page 24: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

265

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN MODELMULTIMEDIA TEACHING AIDS PAUD

THE FEASIBILITY ON THE DEVELOPMENT OF EARLY CHILDHOODMEDIA TEACHING AIDS

ManikowatiBalai Pengembangan Multimedia, Pustekkom Kemdikbud

Jl. Lamongan Tengah, Bendan Ngisor, [email protected]

Abstrak: Studi kelayakan ini bertujuan untuk mengkaji layak tidaknya model multimedia teaching aidsPAUD dikembangkan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dan informasi dikumpulkanmelalui petikan hasil evaluasi program teaching aids yang telah dikembangkan pada periode sebelumnyadan dokumen hasil analisis kebutuhan teaching aids yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.Kedua hasil kajian tersebut selanjutnya dikomparasikan untuk mendapatkan simpulan. Dari hasil studiyang dilakukan diperoleh bahwa pada pengembangan model multimedia teaching aids yangdikembangkan pada periode sebelumnya, kelemahan yang signifikan terdapat pada format sajian.Sedang dari studi hasil analisis didapatkan bahwa multimedia teaching aids dibutuhkan oleh sekolah-sekolah PAUD dan dibutuhkan oleh pengguna untuk memotivasi dalam proses pembelajaran, untukmewakili konten materi yang diajarkan, serta dibutuhkan untuk melengkapi sarana dan prasaranapembelajaran (learning sources). Dari hasil komparasi disimpulkan bahwa model multimedia teachingaids untuk PAUD dengan format sajian yang berbeda dari sebelumnya layak dikembangkan.

Kata kunci: studi kelayakan, pengembangan, multimedia teaching aids, PAUD

Abstract: This feasibility study is to analyze whether the multimedia teaching aids model for learning ofthe early chilhoods is feasible or not. This reasearch used a qualitative method. Data and informationwere gathered from picking out a small portion of previous teaching aid programs evaluation result andof needs analysis result before. Those, then, were compared to get the decision. From the study, it wasgained that in the previous development of multimedia teaching aids, the most significant weaknesswas on the form used. Meanwhile, the needs analysis showed that teaching aids model was reallyneeded for the schools of learning of the early childhoods and for the users to motivate the learningprocess, to aid the material contents taught, and to complete the learning facilities (learning resources).By the comparison, it was obtained that the multimedia teaching aids model for learning of the earlychilhoods was feasible to develop.

Keywords: feasibility study, development, multimedia teaching aids, learning of the early childhood.

Diterima tanggal: 31/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 08/08/2012; Disetujui tanggal: 16/08/2012

Page 25: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

266

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

PendahuluanBalai Pengembangan Multimedia Pendidikan(BPMP) sebagai institusi yang berbasis teknologiinformasi dan komunikasi yang mempunyai tugasdan fungsi diantaranya mengembangkan multime-dia pembelajaran interaktif, memandang perluuntuk melakukan inovasi terhadap teknologipembelajaran sebagai piranti pendukung untukmeningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Teknologi pembelajaran yang akandikembangkan tersebut akan mampumeningkatkan kualitas pendidikan jika mampumemberikan efekt iv i tas dan efesiensi bagipembelajaran di Indonesia. Teknologipembelajaran tersebut hadir sebagai saranapenunjang proses pembelajaran yang sedangberlangsung. Multimedia pembelajaran interaktifsebagai salah satu teknologi pembelajaran,kehadirannya diharapkan mampu menghidupkansuasana belajar mengajar yang lebih edukatif daninteraktif.

Dengan menimbang besarnya peran kehadiranmultimedia maka perlu kiranya pihak-pihak yangterkait dalam pembelajaran mengembangkannyasehingga mampu membantu keberhasilan prosesbelajar-mengajar.

Guru merupakan komponen penting dalampembelajaran. Meskipun, bukan satu-satunyakomponen sebagai sumber belajar. Akan tetapi,peranannya sebagai fasilitator dan dinamisatorkegiatan pembelajaran di kelas secara langsungmaupun tak langsung akan berdampak padakesuksesan belajar anak. Hal inilah yang menuntutperforma guru lebih baik saat memberikanpembelajaran. Kemampuan guru dalammenyalurkan i lmu dan pengetahuan sertamengelola kelas menjadi hal yang sangat penting.Agar tercipta suasana yang kondusif, kehadiranmedia terutama multimedia pembelajaran interaktifdiasumsikan akan mampu meningkatkan peranguru dalam mengajar. Guru membutuhkan alatbantu tersebut untuk memfasilitasi pembelajaranyang sedang dilakukannya bersama anak-anaksehingga suasana kelas menjadi lebih dinamis.

Peserta didik juga merupakan salah satukomponen penting dalam pembelajaran. Bersamadengan guru, peserta didik adalah pencipta kondisilingkungan belajar. Guru sebagai encoder danpeserta didik sebagai decoder i lmu danpengetahuan. Kedua subyek pembelajaran inimemiliki pertalian yang sangat kuat.

Anak-anak usia dini merupakan salah satupeserta didik. Dengan usianya yang berada padarentang empat sampai dengan enam tahun(menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 14) ,anak usia dini memiliki karakteristik yang unikdalam proses pembelajarannya. Dunia bermaindengan mencakup segala potensi fisik dan psikisserta nilai-nilai kehidupan yang harus diterima,merupakan tantangan tersendir i dalammenciptakan kondisi belajar yang aktif dandinamis.

Teaching aids adalah salah satu model darimultimedia pembelajaran interaktif. Model ini telahdikembangkan pada tahun sebelumnya. Akantetapi, pemanfaatannya dirasakan kurang efektifdan efisien bagi guru. Masih ada beberapakekurangan di dalam model teaching aids tersebut.Sebagai komparasi, dilaksanakan pula analisiskebutuhan. Dari pengkajian yang dilakukanterhadap kedua hal- tingkat kelemahan padamodel multimedia teaching aids sebelumnya dantingkat kebutuhan pengembangannya, diharapkanakan mendapatkan pertimbangan mengenai layaktidaknya model multimedia teaching aids untukPAUD ini dikembangkan.

Permasalahan dalam studi ini adalah sebagaiberikut: a) bagaimanakah tingkat kebutuhanpengembangan model multimedia teaching aidsPAUD? b) bagaimanakah tingkat kelayakan modelmult imedia teaching aids PAUD yangdikembangkan BPMP?

Mengacu pada rumusan masalah, tujuan studiini dimaksudkan untuk: a) Mengetahui tingkatkebutuhan pengembangan model multimediateaching aids untuk PAUD. b)Merumuskan tingkatkelayakan pengembangan model multimediateaching aids untuk PAUD.

Page 26: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

267

Kajian Literatur

Karakteristik Anak Usia Dini Usia 4 – 6 tahundan Pembelajarannya

Anak usia dini merupakan anak yang baru lahirsampai dengan usia enam tahun. Pada masarentang usia ini pertumbuhan dan perkembanganf is ik maupun psik is anak mengalamiperkembangan yang sangat pesat. Volume otakberkembang sangat pesat hingga membentukjaringan-jaringan yang kuat. Selain itu, organ-or-gan sensor motorik seperti organ penciuman,pendengaran, pengl ihatan, pengecap, danperabaan pun berkembang dengan dengan pesat.Masa ini selanjutnya disebut masa keemasan(golden age), sebuah masa yang akanmenentukan pembentukan karakter dankepribadian anak.

Anak usia dini merupakan individu yangpertumbuhan dan perkembangannya meningkatsecara khusus sesuai tahapan usianya. Berikutadalah beberapa karakteristik anak usia dini yangperlu diperhatikan. Richard D Kellough (1996)dalam sebuah situs menuturkan bahwa anak usiadini memiliki beberapa sifat sebagai berikut. a)Bersifat egosentris: Anak usia dini cenderungmemahami sesuatu dari sudut pandangannyasendir i . Untuk i tu pada set iap tahapanperkembangannya dibutuhkan pendampingan danstimulus yang sesuai dengan usianya. b). Memilikikecurigaan (curiousity) yang cukup tinggi. Anakberanggapan bahwa apa yang dijumpainya dalamkehidupan merupakan sesuatu yang menarik danmenakjubkan sehingga apapun yang dijumpai atautemukan merupakan sesuatu yang istimewa.Dengan karakteristik anak yang demikian, orangtua bisa memberikan rangsangan yang akanmembantu perkembangan jaringan otaknya. c)

Merupakan makhluk sosial: Sesuai denganpertumbuhannya, perkembangan anak untukmembangun konsep diri terhadap lingkungan pundilakukan. Bersama teman-teman sebaya, iamencoba mencari kepuasan dan penghargaan diri.Dalam hal ini diperlukan arahan dan bimbingan dariorang tua untuk mengoptimalkan perannya dalamlingkungannya. d) Merupakan individu yang unik:Bahwasanya anak yang satu akan berbeda dengananak lainnya. Setiap anak memiliki bawaan, bakat,minat, kapabilitas, dan lingkungan yang berbeda.Untuk itu setiap anak pun harus diperlakukansecara unik, ditangani berbeda antara satu denganlainnya. e) Kaya akan fantasi: Anak sering kalimemiliki kemampuan berceloteh atau berceritamelebihi pengalaman aktualnya. Bahkan, anaksering bercerita tentang sesuatu yang bersifatghaib. Anak, dalam hal ini, memiliki kemampuanimaginat i f yang sangat t inggi . Apabi lamendapatkan stimulus yang optimal, anak akanmampu mengembangkan kemampuan bahasa dankomunikasinya secara optimal pula. f) Memilikidaya konsentrasi yang pendek: Berg (1988)mengungkapkan bahwa anak usia dini, terutamasekitar 5 tahun, akan duduk secara sadar dannyaman hanya sekitar 10 menit. Selebihnya, anaktidak akan kuat duduk berlama-lama kecualidisajikan dengan hal-hal yang menarik.

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan danperkembangan anak usia dini maka diperlukan giziyang seimbang dan stimulus yang intensif dari or-ang-orang terdekat dengan tetap memperhatikankarakteristik mereka.

Sumantr i (2012) dalam salah satupresentasinya menggambarkan prosespembelajaran sebagai berikut:

Manikowati: Studi Kepalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD

Page 27: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

268

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Dari skema di atas, dapat dil ihat bahwapembelajaran itu dipengaruhi oleh beberapa hal,seperti kondisi bawaan anak, hubungan dengan or-ang-orang sekitar, strategi pembelajarannya, kontenmaterinya, atribut budaya, dan penggunaan bahasa.

Menurut Sri Maryati Deliana (2012), terdapatdelapan tanda esensial perkembangan anak usiarentang empat sampat delapan tahun. Kedelapantanda tersebut adalah: 1) kemampuan motorik anaksudah berkembang dengan baik; 2) koordinasi matadan tangan juga berjalan dengan baik; 3) anak telahdapat berbahasa dan mampu menyatakankeinginannya; 4) anak mengenal, membedakanserta memiliki rasa ingin tahu terhadap benda yang

dilihat dan atau suara yang didengar; 5) anak mulaimengert i ruang dan waktu; 6) anak mulaimemahami norma; 7) anak mempunyai kebutuhanuntuk aktif dan berperspektif terhadap masa depan;8) anak memiliki keinginan untuk bergaul denganteman-temannya.

Berdasarkan delapan tanda perkembangantersebut, hal-hal yang perlu diperhatikan dalammembelajarkan anak adalah: 1) pembelajarandilakukan dengan cara bermain; 2) pembelajaranberpusat pada kepada anak; 3) pembelajarandilakukan secara terpadu untuk mengembangkanmultiple intelegensi anak; 4) pembelajaran bersifatfleksibel dan tidak terstruktur; 5) memberikan

Gambar 1. Proses Pembelajaran Anak Usia Dini

Page 28: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

269

kesempatan untuk memil ih kegiatanpembelajarannya; 6) memberikan kesempatankepada anak untuk berinteraksi dengan lingkunganbelajarnya.

Media Pembelajaran untuk Anak Usia DiniPembelajaran merupakan sebuah aktivitas interaktifantara pendidik/pengajar/guru dan siswa/ pesertadidik, pendidik dan bahan ajar, peserta didik dan bahanbelajar yang berada pada suasana interaktivitasbelajar yang edukatif, yaitu interaktivitas yang sadarakan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.Pembelajaran tersebut juga akan menjadi efektif danefisien jika didukung oleh strategi pembelajaran yangbenar dan media yang tepat. Seperti diungkapkan olehSumantri (2012) bahwa ada beberapa komponen yangperlu diperhatikan dalam sebuah pembelajaran.Komponen-komponen tersebut yaitu terdapatnyatujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, mediapembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasipembelajaran.

Memperhatikan komponen tersebut, mediapembelajaran menjadi salah satu unsur utamakesuksesan pembelajaran yang diselengggarakan,termasuk pembelajaran untuk anak usia dini. Mediapembelajaran yang digunakan untuk anak usia diniharuslah media yang memiliki nilai efektivitas danefisiensi serta memiliki relevansi yang tinggi danbersifat kontekstual. Media pembelajaran yangdigunakan hendaknya lebih bisa memudahkan anakuntuk memahami sesuatu yang dipelajarinya,mengurangi biaya, jarak, dan waktu untukmembelajarkan sesuatu, memiliki kebermanfaatansesudah menggunakannya, dan tetap padakonteksnya.

Media pembelajaran sangat berguna sekali,terutama untuk anak usia dini. Dengan mediapembelajaran guru akan terbantukan dalammenjelaskan sesuatu kepada anak-anak, perhatiandan motivasi anak untuk mempelajari sesuatu punakan timbul. Di samping itu, media pembelajarandapat mengurangi verbalisme, semakin berkurangverbalisme dalam pembelajaran semakin berkurangkesempatan kepada anak untuk menginterpretasikansesuatu sesuai imajinasinya. Lebih lanjut, dengan

media pembelajaran proses dan hasil belajardiharapkan akan meningkat. Hal ini sepertidiungkapkan oleh Sumantri (2012) mengenai fungsimedia dalam pembelajaran anak usia dini. Dikatakanbahwa fungsi media adalah: 1) sebagai alat bantu,2) sebagai sub sistem komponen pembelajaran, 3)sebagai pengarah dalam pembelajaran, 4) sebagaipermainan membangkitkan perhatian dan motivasi,5) meningkatkan hasil dan proses belajar, 6)mengurangi verbalisme, 7) mengatasi keterbatasanruang, waktu, tenaga, dan daya indera.

Multimedia Pembelajaran InteraktifMultimedia pembelajaran interaktif merupakan me-dia pembelajaran yang terdiri dari gabungan duamedia atau lebih dan terdapat interaktivitas didalamnya dengan menggunakan komputer sebagaipirantinya. Sebagaimana dikatakan oleh Vaugan(2006, dalam Haryanto, 2011) bahwa multimediamerupakan kombinasi teks, seni, suara, animasi, danvideo yang disampaikan dengan menggunakankomputer atau peralatan manipulasi elektronik ataudigital yang lain.

Dari pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwamultimedia pembelajaran interaktif dapat:1)Menggabungkan dua atau lebih media: Sepertidiketahui bahwa dalam multimedia terdapat beberapamedia yang dapat dikembangkan. Media-mediatersebut antara lain adalah media gambar yang berupasketsa, still picture atau pun foto, animasi, suara,video, dan teks. Masing-masing media tersebut tidakharus berdiri sendiri. Dalam pengembangannya,materi tertentu mungkin akan membutuhkangabungan media teks dan animasi, animasi dan suara,atau bahkan animasi, teks, dan suara. 2) Bersifatinteraktif: Interaktif berarti saling berhubungan.Interaktif yang baik yaitu terdapat hubungan dua arah.Apabila diberikan stimulus maka akan terdapatrespon. Hal inilah yang terjadi pada multimediapembelajaran interaktif, yaitu adanya hubungan timbalbalik antara pengguna dan program yang digunakan.Apabila pengguna memberikan stimulus maka pro-gram akan meresponnya, dan sebaliknya.3) Berisipembelajaran: Hal yang mendasar dari multimediapembelajaran interaktif ini adalah bahwa program

Manikowati: Studi Kepalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD

Page 29: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

270

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

berisi pembelajaran, bukan bisnis atau infotaintmentlainnya. Program-program yang dikembangkandigunakan untuk pembelajaran, belajar-mengajar.Karena digunakan untuk pembelajaran maka pro-gram-program tersebut tidak dapat terlepas dariunsur-unsur pembelajaran. Program-programtersebut berisi materi pembelajaran yang dibutuhkandan butuh dimultimediakan, disajikan dengan formatdan susunan yang tepat sehingga mudah diterimaoleh pengguna, menggunakan media yang tepatyang sesuai dengan karakter materinya. 4)Dikembangkan dengan menggunakan pirantikomputer: Multimedia pembelajaran interaktif inidikembangkan dengan piranti komputer. Maksudnya,untuk mengembangkan program-program tersebutkomputer merupakan alat dasar yang digunakan,terutama untuk memproduksinya. Sedang untukmenggunakan program, pengguna bisamempergunakan komputer, laptop, CD, handphone,flashdisk, atau hardware lainnya. Keempat hal itulahyang menjadi karakteristik dari program-programmultimedia pembelajaran interaktif.

Multimedia Teaching AidsTeaching aids yang berbasis multimedia dalampengembangannya harus memiliki karakteristik yangakan mempermudah dan meningkatkan atmosferproses belajar mengajar. Karakteristik tersebut dapatdikembangkan dari unsur-unsur kandungan dalampembelajaran, ketepatan dan estetika media,interaktivitas pembelajaran yang kondusif, bentuknavigasi yang sesuai dan baik, dan intergritasketerampilan hidup. Sebagai mana disampaikan olehHaryanto (2011) bahwa pengembangan TeachingAids (yang dalam hal ini Multimedia) perlumemperhatikan kelayakan dan kualitas. Beberapaahli mutimedia berpendapat tentang kelayakan dankualitas multimedia. Yuhdi Munadi (2008)mengatakan bahwa dalam merancang danmemproduksi program multimedia, perlumemperhatikan kriteria untuk menilai program mul-timedia tersebut yaitu: 1) kriteria kemudahannavigasi; 2) kriteria kandungan kognisi; 3) kriteriaintegrasi yaitu dengan mengintegrasikan beberapaaspek dan keterampilan lainnya seperti keterampilan

berbahasa, mendengarkan, dan menulis; 4) estetika,untuk menarik minat minat user (peserta didik)dengan tampilan yang artistic; dan 5) penilaian fungsisecara keseluruhan. Dengan mempertimbangkankarakteristik-karakteristik tersebut diharapkan teach-ing aids berbasis multimedia menjadi mediapengajaran yang berkualitas. Haryanto (2011) mengutip pernyataan dari Chee& Wong (2003) mengatakan bahwa untukmengetahui kualitas multimedia berbasis komputerdapat ditinjau dari tiga hal yaitu: 1) Appropriateness,yaitu kesesuaian antara materi dengan karakterisiksiswa, sekolah, dan kurikulum. Oleh karena itu,materi yang terkandung dalam multimediapembelajaran harus sesuai dengan karakteristikpeserta didik, lembaga pendidikan, dan kurikulumsetempat, sehingga multimedia pembelajaran yangdikembangkan sesuai dengan kebutuhan pengguna;2) Accuracy, Currency, and Clarity, yaitu keakuratan,kemutakhiran, dan kejelasan materi yang disajikandalam multimedia pembelajaran. Oleh karena itu,materi yang disajikan dalam multimediapembelajaran harus akurat, mutakhir, dan jelas,sehinga multimedia pembelajaran yangdikembangkan dapat memberikan penjelasan materidengan valid, jelas, dan sesuai dengan tingkatkesulitan siswa; 3) Screen Presentation and Design,yaitu kesesuaian antara rancangan layar denganukuran fontasi dan media yang digunakan berikutdengan unsur pewarnaan yang berimbang.Rancangan tampilan yang baik akan meningkatkanmotivasi dalam pembelajaran.

Studi KelayakanStudi kelayakan dilaksanakan agar diperolehgambaran solusi suatu proyek yang dikembangkansehingga dapat mengantisipasi kegagalan. Denganmelakukan studi kelayakan diharapkan solusi yangdiusulkan dapat tercapai. Alam Santosa (2010)mendefinisikan studi kelayakan sebagai penelitianmengenai dapat tidaknya sebuah proyek dapatdilaksanakan dengan berhasil.

Peningkatan kualitas terhadap produk-produkyang telah dikembangkan dan permintaan pasarmerupakan beberapa hal yang memotivasi

Page 30: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

271

dilaksanakan studi kelayakan (Alam Santosa,2010). Mengevaluasi produk-produk multimediateaching aids yang telah dikembangkan akanmendapatkan gambaran kelemahan dan kelebihanproduk. Dari kelemahan-kelemahan tersebut akandilakukan peningkatan kualitas produk pada proyekyang baru. Sementara itu, permintaan pasarberupa kebutuhan akan produk multimedia teach-ing aids akan menjadi pelengkap sebuah proyekbaru dikembangkan. Dari gambaran kaj iantersebut, diharapkan adanya solusi yang lebih baik.

Metode PenelitianMetodologi yang digunakan dalam studi kelayakanpengembangan model multimedia teaching aids iniadalah metode kual i tat i f . Metode kual i tat i fdigunakan untuk mengumpulkan, mengolah danmenganalisa data hasil evaluasi program padamodel teaching aids yang telah dikembangkan dandata analisis kebutuhan teaching aids yang telahdilakukan.

Data dan informasi yang dikumpulkan berasaldari dua dokumen, yaitu hasil evaluasi programpada model teaching aids yang telahdikembangkan dan hasil analisis kebutuhan modelteaching aid PAUD yang telah dilaksanakan. Hasilevaluasi program pada sepuluh prototipe modelteaching aids yang telah dikembangkanmerupakan subjek kajian yang ditelaah. Demikianjuga dokumen hasil analisis kebutuhan teachingaids PAUD. Kebutuhan dari beberapa perspektif-pasar, pengguna, konten, dan sarana dan prasanadikumpulkan dan dikaj i untuk menunjangkesimpulan yang dihasilkan.

Instrumen yang digunakan untuk menjaringdata hasil evaluasi terhadap model teaching aidsyang telah dikembangkan adalah denganmenggunakan dokumen hasil. Dari dokumentersebut diharapkan kekurangefektifan model yangtelah dikembangkan dapat dikaji lagi sehinggadiperoleh kemungkinan layak t idaknyadikembangkan menjadi model dengan format yangberbeda. Begitu pula dengan penjaringan dataanalisis kebutuhan. Studi ini akan menggunakandokumen hasi l untuk menunjukkan t ingkat

kebutuhan model multimedia teaching aids bagipembelajaran anak usia dini.

Data kualitatif berupa deskriptif, yaitu berupakata-kata lisan atau tulisan tentang tingkah lakumanusia yang diamati. Demikian yang dikatakanoleh Taylor dan Bogdan (1984). Lebih lanjut,Patton (1990) membagi data kualitatif menjadi tiga,yaitu: a) hasil pengamatan, berupa uraian rincitentang situasi, kejadian, interaksi, dan tingkahlaku yang diamat i d i lapangan; b) hasi lpembicaraan, berupa kutipan langsung ataupernyataan dari orang-orang tentang pengalaman,sikap, keyakinan, dan pemikiran mereka pada saatwawancara; c) bahan tertulis, berupa petikan ataukeseluruhan dokumen, surat-menyurat, rekaman,dan kasus sejarah.

Dalam hal ini, data yang dikumpulkan adalahbahan tertulis yang berupa petikan dokumen danhasil pembicaraan. Adapun analisis data akandilakukan dengan tiga jalur, yaitu mereduksi data,menyajikan, dan kemudian menarik kesimpulan(Miles dan Huberman, 1992). Reduksi datamerupakan upaya pemilihan, pemusatan perhatianpada penyederhanaan, pengabstrakan, dantransformasi data kasar dari catatan dokumen.Penyajian data merupakan kegiatan memberikankemungkinan penar ikan kesimpulan danpengambilan tindakan setelah informasi selesaidisusun. Data dapat disajikan berupa teks naratif,matrik, bagan, grafik, dan atau jaringan.

Penelitian terhadap dokumen ini dilakukandalam kurun waktu seminggu, antara tanggal 9sampai dengan 16 Maret 2012 di BalaiPengembangan Multimedia Pendidikan.

Penelitian ini didasari oleh alur atau kerangkaberpikir berikut ini.

Manikowati: Studi Kepalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD

Page 31: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

272

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Hasil evaluasi program multimedia teaching aids yangtelah dikembangkan akan dikaji lebih lanjut untukmendapatkan kelemahan-kelemahan yang terdapatpada model sebelumnya sehingga diperoleh tingkatkebutuhan pengembangan teaching aids untuk saatsekarang ini. Hasil kajian model tersebut akan dikomparasikandengan hasil analisis kebutuhan yang telahdilaksanakan. Dari petikan data analisis kebutuhan,kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan selanjutnyadikaji sehingga mendapatkan simpulan mengenaitingkat kebutuhan pengembangan teaching aidsPAUD saat ini.

Berdasarkan hasil komparasi tingkat kebutuhanpengembangan model dari hasil pengkajian modelyang telah dikembangkan dengan hasil analisiskebutuhan, akan disimpulkan tingkat kelayakanpengembangan model multimedia teaching aidssekarang ini.

Hasil dan Pembahasan

Pengkajian Hasil Evaluasi Program MultimediaTeaching Aids yang telah Dikembangkanm-Kit guru merupakan nama model multimedia teach-ing aids yang telah dikembangkan oleh Balai

pengembangan Multimedia Pendidikan. Model yangtelah dikembangkan tersebut telah diunggah di Berikutini merupakan hasil ujicoba m-Kit Guru untuk PAUD/TK per satu judul program ditinjau dari tiga aspekpenilaian tersebut.

Judul Program: Ayamku yang LucuDitinjau dari aspek pembelajaran, program m-Kit Gurudinilai sesuai dengan kebutuhan pembelajaran anak(TK), kompetensi/tujuan pembelajaran yang disajikandengan jelas, contoh pendukung materi nilai tepat, materisesuai dengan tingkat kemampuan dan kebutuhanbelajar anak, serta pemberian latihan/tes dan umpanbalik yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Mediauntuk penunjang materi sesuai, bahasa yang digunakanefektif serta ejaan teks yang digunakan tepat.

Dilihat dari aspek tampilan, tata letak, daya tariktampilan, dan kemudahan penggunaan navigasi dinilaisudah tepat, memberikan pengalaman yang berbedabagi anak sehingga program dinilai mampumenyajikan informasi. Dengan belajar menggunakanm-Kit Guru anak-anak tertarik untuk menyimak materiyang disajikan karena tampilan menarik. Selain itu,untuk menuju materi yang diinginkan anak-anak, guruharus mengingat-ingat letaknya.

Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian

1. Tingkat Kebutuhan Pengembangan TA2. Tingkat Kelayakan Pengembangan TA

Studi KelayakanPengembangan TA

Kebutuhan Model Multimedia TeachingAids dari Beberapa Perspektif

Kelemahan-kelemahan programMultimedia Teaching Aids yang telah ada

Kajian Hasil EvaluasiProgram Teaching Aids

yang Telah dikembangkanKajian Hasil Analis

Kebutuhan Teaching Aids

Page 32: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

273

Judul Program: Sapi Sahabat ManusiaJudul dengan isi program sesuai dan materi sesuaidengan perkembangan mutakhir, serta milikikompetensi/tujuan pembelajaran jelas dan mencukupikebutuhan materi. Materi yang disajikan dalam pro-gram ini sesuai dengan tingkat kemampuan anak jugasesuai dengan kebutuhan belajarnya.

Media yang ditampilkan dalam program jelas dansangat menunjang materi, bahasa yang digunakanefektif dan menggunakan ejaan teks yang tepatsehingga mampu memberikan motivasi belajar anak.Ketepatan tata letak, kualitas gambar, daya tariktampilan dan kemudahan penggunaan navigasi dinilaibaik. Program ini juga dapat memberikan pengalamanbelajar yang berbeda dari biasanya dan memudahkananak untuk memahami materi yang diberikan. Akantetapi, materi yang terdapat pada program seolah-olahmenuntut untuk diselesaikan.

Judul Program: RadioJudul sesuai dengan isi program, kompetensi/tujuanpembelajaran terpapar dengan jelas dan sesuaidengan isi, serta memiliki kecukupan materi sesuaikebutuhan. Latihan yang diberikan sesuai dengantujuan pembelajaran, materi dinilai sesuai dengantingkat kemampuan dan kebutuhan belajar siswa.

Tata letak tampilan dan aspek kreativitas programini sudah baik. Adapun masukan terdapat padakeserasian pewarnaan. Disampaikan oleh respondenagar tampilan menggunakan latar belakang (back-ground) dengan warna-warna yang menarik(disesuaikan dengan jiwa anak TK). Respondenmenilai program ini sangat bermanfaat dalammemberikan pengalaman belajar yang berbeda daribiasanya serta mampu menyajikan informasi yangmempermudah pemahaman anak. Program inisebenarnya mudah dijelajahi tetapi membuat anakingin menyelesaikan semua bahasan.

Judul Program: Mobil KendaraankuTerdapat kesesuaian antara judul dengan isi program,kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran, danketepatan ejaan teks yang digunakan. Kecukupanmateri, kejelasan media yang digunakan, dankesesuaian umpan balik dinilai cukup. Media yang

ditampilkan, terutama gambar, beberapa terlihatsamar-samar (blur) sehingga anak kurang dapatmelihat jelas. Selain itu audio (musik) yang mengiringiprogram tidak sesuai dengan usia anak TK sehinggaterdengar menakutkan bagi anak.

Tata letak program ini sudah sesuai, navigasimudah dijalankan. Aspek kreativitas program sangatbaik. Responden menyatakan program ini dapatmemberikan pengalaman belajar yang berbeda daribiasanya dan mampu menyajikan informasi yangmempermudah pemahaman anak. Akan tetapi,dengan bentuk program yang terpaket menjadikanseolah program ini harus selesai dalam satu kalipertemuan pembelajaran.

Judul Program: Desaku yang KucintaJudul dengan isi program dan kejelasan kompetensi/tujuan pembelajaran sudah tepat. Ketepatan contohdengan materi mendapat nilai rendah karena mediayang digunakan dalam program kurang mendukung.Bahasa yang digunakan dalam program dinilai kurangefektif, kemampuan motivasi dalam belajar pun dinilaikurang. Selama digunakan, program ini kurangmemuaskan anak dalam belajarnya.

Responden menilai tata letak, pewarnaan, kualitasgambar, dan daya tarik tampilan kurang menarik untukanak TK. Warna yang disajikan dinilai terlalu lembutkurang menarik perhatian anak TK yang menyukaiwarna-warna cerah. Selain itu terdapat gambar yangbermakna ganda bagi anak TK, gambar yang disajikansapi atau kerbau menadi perdebatan diantara mereka.Begitu juga untuk penilaian aspek kreativitas, programini dikatakan kurang variatif. Selain itu, untuk kembalike materi yang diinginkan, guru pun harus mencari dululetaknya.

Judul Program: Yuk ke Kebun BinatangAspek pembelajaran pada program ini sebenarnyacukup baik. Akan tetapi, pada aspek ketepatan contohdengan materi dikatakan kurang sesuai. Hal inidikarenakan responden melihat gambar/tampilan padaprogram yang tidak sesuai dengan keadaan nyata.

Dari aspek tampilan, banyak tampilan yang belumberjalan dengan baik. Sedangkan untuk aspekkreativitas, program ini memberikan pengalaman yang

Manikowati: Studi Kepalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD

Page 33: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

274

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

berbeda dari biasanya. Program ini menyajikaninformasi yang mempermudah pemahaman siswa.Disampaikan akan lebih baik jika materi-materi padaprogram ini dibuat sendiri-sendiri sehinggamemudahkan guru untuk menjelaskannya.

Judul Program: Aku Suka Sayur dan BuahProgram ini dini lai memil iki kemampuanmemberikan motivasi belajar, materi yang diberikansesuai dengan tingkat kemampuan siswa, danmateri yang disajikan sesuai dengan perkembanganmutakhir yang. Keefektifan bahasa yang digunakan,kesesuaian pemberian latihan/tes dengan tujuanpembelajaran, dan kecukupan materi dalam pro-gram merupakan hal-hal yang perlu diperbaiki.

Dari aspek tampilan ketepatan tata letak dinilaikurang menarik untuk anak TK. Sound effect pro-gram juga dinilai kurang menarik perhatian anak.Selain itu, guru cukup menyita waktu saat harusmencarikan materi yang dikehendaki oleh anak.Aspek kreativi tas program ini dini lai dapatmemberikan pengalaman belajar yang berbeda daribiasanya dan mampu menyajikan informasi yangmempermudah pemahaman anak.

Judul Program: Sayur dan Buah yang BukanTemankuPada aspek pembelajaran, kesesuaian juduldengan isi program, kecukupan materi, ketepatancontoh dengan materi, kesesuaian latihan dengantujuan pembelajaran pada program, serta ketepatanejaan teks yang digunakan dirasa kurang sesuai.

Kualitas gambar dan daya tarik tampilan pro-gram ini dinilai kurang mampu menarik perhatiananak. Program ini dinilai mampu memberikanpengalaman belajar yang berbeda dari biasanya danmenyajikan informasi yang mempermudahpemahaman anak. Dikatakan bahwa jika programini digunakan sebagian maka anak ingin melihatmateri yang lainnya karena programnya terpaket.

Judul Program: Lingkungan SekitarPada aspek pembelajaran, kesesuaian materidengan tingkat kemampuan siswa sudah tepat.Judul sesuai dengan isi program, kompetensi/tujuan

pembelajaran dalam program jelas, ejaan teks yangdigunakan tepat sesuai dengan karakteristik anakTK. Media yang digunakan jelas dan mendukungmateri serta mampu memberikan motivasi belajar.

Dari aspek tampilan, responden mengatakan pro-gram ini cukup baik. Meskipun demikian, komposisiwarna dan tata letak dinilai kurang sesuai sehinggakurang menarik perhatian anak. Untuk aspekkreativitas, responden menilai program ini sudah baik.Program ini dinilai dapat memberikan pengalamanbelajar yang berbeda dari biasanya, juga mampumenyajikan informasi yang mempermudahpemahaman anak. Akan tetapi, anak dihentikan ketigamelihat materi-materi yang lainnya.

Judul Program: Matahari, Bulan, Bintang,BumiDari aspek pembelajaran program ini sebenarnyasudah baik. Namun, beberapa pernyataanmengatakan bahwa keefektifan bahasa dan ejaanteks yang digunakan kurang.

Penggunaan navigasi pada program ini, mudah.Namun, keserasian pewarnaannya dinilai kurang.Dari aspek kreativitas, responden menyatakanbahwa program dapat memberikan pengalamanbelajar yang berbeda dari biasanya dan mampumenyajikan informasi yang mempermudahpemahaman anak TK. Akan tetapi, anak sulitdiarahkan kemauannya untuk hanya mempelajarisalah satu materi saja. Hal ini dikatakan karena anakpenasaran dengan pull up/ pull down lainnya.

Dari paparan tersebut, jika disajikan ke dalammatriks, kelebihan dan kekurangan model multime-dia teaching aids (m-Kit Guru) yang telahdikembangkan dapat terlihat pada lampiran.

Dari matrik pada lampiran dapat kita cermatibahwa persoalan yang dominan yaitu pada bentukatau format sajian program. Dengan bentuknya yangterpaket, guru kesulitan untuk mengingat letak materisehingga membutuhkan cukup waktu untuk mencarimateri yang diinginkan. Belum lagi persoalan padaanak yang memiliki motivasi yang tinggi. Denganbentuknya yang terpaket, anak sulit diarahkan untukmempelajari materi tertentu. Mereka inginmempelajari materi dalam program secara

Page 34: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

275

keseluruhan. Padahal, guru mungkin hanyamerencanakan untuk membahas materi tertentu sajadari tema yang diajarkan. Program seolah-olah harusdiselesaikan dalam satu kali pertemuan.

Kekekurangan yang lain yaitu terletak padatampilan. Hampir sebagian besar program lemah dipewarnaan, background, keefektifan bahasa,kejelasan ejaan. Adapun kelemahan pada aspekpembelajaran terletak pada ketidaksinkronan antaramateri dengan media yang mewakili.

Kelebihan dari model ini adalah bahwasanya pro-gram sesuai dengan kebutuhan belajar anak. Merekasangat antusias dan tertarik ketika belajarmenggunakan multimedia teaching aids. Berdasarkan hal-hal tersebut maka model mul-timedia teaching aids PAUD perlu untukdikembangkan karena sesuai dengan kebutuhanbelajar anak. Di samping itu, dengan kelemahan ataukekurangan yang ada, diperlukan adanya inovasimodel multimedia teaching aids untuk PAUD yanglebih baik, terutama perubahan pada format sajian.

Pengkajian Hasil Analisis kebutuhan ModelTeaching AidsGambaran mengenai kebutuhan multimedia sebagaialat bantu mengajar guru anak usia dini denganrentang antara empat sampai enam tahun telahdiperoleh. Berikut gambaran tingkat kebutuhanpengembangan model multimedia teaching aids daribeberapa perspektif.

Pasar MultimediaSekolah merupakan segmen pasar untukmengimplementasikan program multimediapembelajaran. Saat ini, sekolah yang dapatmengimplementasikan program multimedia adalahsekolah-sekolah dengan kategori sosial menengah keatas. Sampel sekolah yang dapat dikumpulkanmemang belum mewakili daerah-daerah lain selainSemarang, Yogyakarta, dan sekitarnya. Akan tetapiberdasar informasi yang terkumpul, dari ketiga daerahyang telah memanfaatkan multimedia pembelajaran,ternyata cukup banyak sekolah-sekolah yang siapmenjadi pangsa pasar multimedia.

Pengguna MultimediaAnak-anak PAUD pada hakikatnya sangatmembutuhkan multimedia pembelajaran. Hal inidimaksudkan agar: 1) anak mengenal teknologi yangberkembang saat ini; 2) anak fokus terhadap materipembelajaran yang disampaikan; 3) anak memahamisecara konkret benda atau obyek yang tetapi sulitdiamati atau dihadirkan ke dalam kelas; 4) prosespembelajaran di kelas lebih efektif dan efisien; 5)guru dapat mengefisiensikan jarak, waktu, dan biaya;6) anak terstimulus untuk masuk dalam rangkaiankegiatan pembelajaran; 7) bakat &minat anakberkembang; 8) anak dapat mengasah kemampuanproblem solving; 9) anak terstimulus aspek-aspekperkembangannya; dan 10) agar anak dapatbekerjasama dalam sebuah tim.

Konten MultimediaSecara umum, semua area atau sentra pembelajarananak PAUD membutuhkan multimedia pembelajaransebagai alat bantu. Area atau sentra-sentra tersebutmembutuhkan multimedia pembelajaran karenamateri tersebut: a) sulit untuk diamati (mis. Prosesgunung meletus); b) sulit untuk dihadirkan di dalamkelas (mis. Transportasi); c) jaraknya jauh (mis.Lingkungan pedesaan, kota, pantai); dan d)membutuhkan rangsangan untuk masuk ke dalampembelajaran secara keseluruhan.

Sarana dan Prasarana PenunjangSebenarnya kondisi sarana dan prasarana yangmenunjang pembelajaran menggunakan multimediasangat diperlukan. Idealnya, yang dibutuhkan oleh gurusalah satunya adalah terdapatnya software-softwareyang bisa mengakomodir semua area pembelajaransesuai dengan usia dan aspek-aspek perkembangananak dan karakter bangsa.

Dari hasil analisis tersebut, secara ringkas dapatdiungkapkan dalam artikel ini sebagai berikut: 1)Kebutuhan pasar multimedia: Guru-guru di sekolahdengan status sekolah pinggiran sampai dengan sekolahmahal membutuhkan multimedia sebagai alat bantupembelajaran. 2) Kebutuhan pengguna: Baik gurumaupun anak usia dini membutuhkan multimedia dalam

Manikowati: Studi Kepalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD

Page 35: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

276

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

proses pembelajaran. Bagi guru, kehadiran multime-dia sebagai alat bantu sangat bermanfaat, diantaranyauntuk mengefisiensikan waktu, jarak, dan biaya sertauntuk mengefektifkan pembelajaran yang disampaikan.Sementara bagi anak, kehadiran multimedia dalampembelajaran sangat memotivasi mereka danmembantu penerimaan informasi yang sedang merekapelajari. 3) Kebutuhan konten: Pada hakikatnya semuaarea atau sentra pembelajaran membutuhkan multi-media. Hal ini dikarenakan ada beberapa materi dalamarea atau sentra tersebut akan lebih efektif jikadisampaikan dengan menggunakan multimedia. Materi-materi tersebut terkadang sulit diamati, dihadirkan dikelas, jaraknya yang jauh, dan lain-lain. 4) Kebutuhansarana dan prasarana: Guru-guru pada setiap sekolahmembutuhkan multimedia alat bantu pembelajaransebagai pelengkap pada proses pembelajaran. Multi-media teaching aids merupakan sarana penunjangketersediaan materi pembelajaran atau learning source.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwaberdasarkan hasil analisis kebutuhan yang dilakukan,baik dari perspektif pasar, pengguna, konten, maupunsarana dan prasarana membutuhkan multimediasebagai alat bantu guru pada proses pembelajaran.

Tingkat Kelayakan Pengembangan ModelTeaching Aids PAUDDisimpulkan dari hasil pengkajian tentang evaluasimodel teaching aids yang telah dikembangkan bahwamodel ini memiliki tingkat kebutuhan yang sangat tinggi.Hal ini terlihat dari pernyataan yang menyebutkanbahwa model teaching aids tersebut sesuai kebutuhanbelajar anak. Alasan lainnya adalah untukmeningkatkan kualitas performa model teaching aidsyang telah dikembangkan.

Disimpulkan pula dari pengkajian hasil analisiskebutuhan model teaching aids yang dilakukansebelumnya bahwa tingkat kebutuhan yang sangattinggi. Sekolah, para pelaku pembelajaran (guru dananak didik), materi/informasi sebagai kontenpembelajaran membutuhkan model teaching aids untukmelengkapi dan menunjang (sarana dan prasarana)pembelajaran untuk anak usia dini.

Berdasarkan komparasi tingkat kebutuhantersebut, dapat disimpulkan bahwa model teaching aids

untuk pembelajaran anak usia dini ini layak untukdikembangkan.

Simpulan dan SaranSimpulanAnak usia dini adalah pribadi yang unik dengankemampuan multiple intelegencies yang berkembangdengan pesat. Untuk itu, pendekatan pembelajaranyang digunakan untuk PAUD harus sesuai dengankarakteristik peserta didiknya. Adapun karakteristikpembelajaran anak usia dini adalah belajar melaluibermain, berbuat/learning by doing, panca indera,bahasa, gerakan, dan imitasi. Dengan karakteristikyang demikian maka pendekatan yang dilakukan adalahmemberikan pembelajaran dengan suasana yangmenyenangkan (joyful learning), memperhatikan aspek-aspek perkembangan/ DAP (Developmentally Appro-priate Practices), menerapkan intergrated learning, co-operative learning, student active learning, dan con-textual learning, menggunakan metode inquiry, danbekerjasama dengan orang tua.

Dengan karakteristik pembelajaran anak usia diniyang demikian, media yang digunakan pun, termasukmodel multimedia teaching aids harus dapat digunakansecara efektif dan efisien. Model tersebut hendaknyamudah digunakan oleh para guru untuk memotivasianak selama proses belajar mengajar sehingga dapatmeningkatkan kualitas pembelajaran anak usia dini.Untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pembelajarananak usia dini tersebut multimedia yang digunakansebagai teaching aids haruslah komunikatif danmenarik. Melalui media itu diharapkan ada interaktivitasatau hubungan timbal balik antara guru dengan pro-gram, guru dengan anak, atau antara anak dengan pro-gram. Di samping itu, desain tampilan yang dibuatharus menarik dan disesuaikan dengan karakteristikanak usia dini untuk memfokuskan perhatian anakterhadap pembelajaran yang sedang dilalui.

Faktanya, dari hasil kajian terhadap program mul-timedia teaching aids yang telah dikembangkanternyata format sajian program terutama, kurangmemudahkan guru berinteraksi dengan program.Akibatnya, interaksi kepada anak pun menjaditerhambat. Dengan kata lain, telah didapatkankelemahan yang signifikan dalam penggunaan model

Page 36: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

277

multimedia teaching aids yang telah dikembangkan.Berdasarkan hasil pengkajian ini disimpulkan bahwamodel multimedia teaching aids PAUD sangat butuhdikembangkan untuk memperoleh inovasi model baruyang lebih baik.

Sementara itu, dari pengkajian hasil analisiskebutuhan model teaching aids yang dilakukansebelumnya. Disimpulkan bahwa tingkat kebutuhanakan model teaching aids sangat tinggi. Sekolah, parapelaku pembelajaran (guru dan anak didik), materi/informasi sebagai konten pembelajaran membutuhkanmodel teaching aids untuk melengkapi dan menunjang(sarana dan prasarana) pembelajaran untuk anak usiadini.

Berdasarkan komparasi bahwa kelemahan yangterdapat pada model multimedia teaching aidssebelumnya merupakan inovasi yang perlu diperbaiki

pada pengembangan model multimedia teaching aidsPAUD saat ini dan bahwa model multimedia teachingaids sangat dibutuhkan peranannya untukpembelajaran anak usia dini, maka dapat disimpulkanbahwa model multimedia teaching aids PAUD layakuntuk dikembangkan.

SaranStudi kelayakan dilakukan agar pengembangan modelmultimedia teaching aids sesuai dengan tingkatkebutuhan, baik kebutuhan untuk melakukan inovasipengembangan model teaching aids yang lebih baikmaupun yang sesuai dengan kebutuhan lapangan.Untuk itu, kesimpulan yang dihasilkan dari studikelayakan ini agar bisa dijadikan sebagai pijakan untukmengembangan model multimedia teaching aids yangsesuai dengan kebutuhan pembelajaran anak usia dini.

Pustaka AcuanAlam Santosa. 2010. Studi Kelayakan (Feasibility Study): Pendahuluan. Persentasi.Berg. 1988. Karakteristik Anak Usia Dini. Diambil dalam www.infoini.com. Diunduh tanggal 19 Juni 2012.Haryanto. 2011. Karakteristik Teaching Aids. Makalah.Miles, MB dan AM Huberman. 1992. Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. SAGE. Baverly

Hills.Patton, MQ. 1990. Qualitative Evaluation Methods. SAGE. Baverly Hills.Richard D Kellough. 1996. Karakter Anak Usia Dini. Diunduh dari situs www.infoini.com. tanggal 19 Juni 2012Sri Maryati Deliana. 2012. Efektivitas dan Efisiensi Pembelajaran Anak Usia Dini. Persentasi.Sumantri. 2012. Karakteristik Pembelajaran Anak Usia Dini. PresentasiTaylor, SJ dan R. Bogdan. 1984. Introduction to Qualitative Research Methods: The Search for Meanings. Second

Edition. John Wiley and Sons. Toronto.Vaugan, T. 2006. Multimedia: Making It Work. Ed.6. Yogyakarta: Penerbit Andi.Yuhdi, M. 2008. Media Pembelajaran sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada.

UU 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.2012. Anak Usia Dini. www.docstock.com. Diunduh tanggal 19 Juni 2012.

Manikowati: Studi Kepalayakan Pengembangan Model Multimedia Teaching Aids PAUD

*******

Page 37: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

278

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

DONGENG ANAK NUSANTARA RADIO EDUKASI (RE) SEBAGAI MEDIA UNTUKPENANAMAN KARAKTER BANGSA

BUILDING A NATION CHARACTER THROUGH NUSANTARA-CHILDREN FOLKTALES BROADCASTED BY RADIO EDUKASI (RE)

InnayahBalai Pengembangan Media Radio Pendidikan, Pustekkom Kemdikbud

Jl. Sorowajan Baru 367 Yogyakarta([email protected])

Abstrak: Dongeng merupakan salah satu media pembelajaran alternatif bagi anak-anak. Dongeng adalahbentuk bermain, hal itu dapat membawa sukacita ke dalam kehidupan anak, memenuhi semangatbermain masa kanak-kanak, memberikan anak kekuatan pengamatan yang teliti, memperkuat kekuatanemosi, mengembangkan daya imajinasi, melatih memori, dan wawasan, memperluas dan mengintensifkanhubungan sosial anak. Dongeng anak-anak Nusantara disiarkan oleh Radio Pendidikan (RE) adalahdongeng baik yang dapat memberikan pedoman moral. Isi program ini dirancang agar maknanya dapatdiserap oleh pendengar terutama oleh anak-anak karena muatan ceritanya ditekankan pada pendidikanmoral, sopan santun, dan menghindari kata-kata dan tindakan yang tidak baik dan tidak mendidik.Karakter moral tersebut diambil dari kurikulum pendidikan karakter yang dirumuskan oleh PusatKurikulum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: a) cerita anak-anak Nusantara disiarkan oleh REdapat dianggap sebagai sarana untuk mengembangkan nilai-nilai karakter anak. Hal ini disebabkanbahan yang terkandung dalam cerita rakyat menyampaikan pesan moral, b) Dongeng anak Nusantaradisiarkan oleh RE memiliki karakteristik nilai karakter bangsa, c) format dongeng anak nusantara padaRE merupakan format sajian audio yang dirancang semenarik mungkin melalui cerita yang menghiburagar anak merasa senang dan terhibur sehingga dapat merangsang pengembangan karakternya.

Kata Kunci : Dongeng, Media, Radio Edukasi, Karakter

Abstract: Fairy tales is one of alternative learning media for children. Fairy tales are play forms, it can bringjoy into child life, satisfy the play spirit of childhood, give the child a power of accurate observation,strengthen the power of emotion, develop the power of imagination, train the memory, and exercise thereason, extend and intensify the child’s social relations. Fairy tales of Nusantara children broadcasted byRadio Education (RE) is a good fairy tale that can provide a moral compass. The contents of the programis designed to be absorbed its meaning for the listener especially by children because the charge storiesgiven emphasis on moral education, manners, and avoid words and actions that are not good and do noteducate. Characters of moral ? are taken from the curriculum of character education formulated by theCurriculum Centre. The results of the study show that a) Fairy tales of Nusantara children broadcasted byRE can be considered as a means of developing character values of children. It is caused the materialscontained in folk tales deliver a moral message, b) Fairy tales of Nusantara children broadcasted by REhave characteristics of nation character values, c) Nusantara-children folk tales broadcasted by RadioEducation can develop character of children. This program is attractively packed in accordance with theconditions of children in order to stimulate the development of children’s characters.

Keywords : Fairy tales, Media, Radio Education, Character

Diterima tanggal: 01/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:08/08/2012; Disetujui tanggal: 16/08/2012

Page 38: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

279

PendahuluanGlobalisasi yang didukung adanya kemajuanteknologi pada saat ini telah membawa dampak padaperilaku hidup anak. Anak lebih suka menggunakaninternet, games, menonton televisi dan bermainhandphone daripada membaca buku yang bisamenambah pengetahuan mereka. Kesibukan orangtua yang kurang maksimal dalam mendampingianak, juga menjadi salah satu penyebab sikap atauperilaku anak kurang terkontrol. Hal inilah yangakhirnya mendorong anak untuk berperilaku tidakbaik yang dapat melanggar tatanan moral dan aturansosial. Seperti halnya yang disampaikan Koyan(2000) bahwa saat ini banyak muncul bermacam-macam masalah sosial dan masalah-masalah moralyang timbul di Indonesia seperti: 1). meningkatnyapemberontakan remaja atau dekadensi etika/sopansantun pelajar, 2). meningkatnya ketidakjujuran,seperti suka bolos, nyontek, tawuran dari sekolahdan suka mencuri, 3). berkurangnya rasa hormatterhadap orang tua, guru, dan terhadap figur-figuryang berwenang, 4). meningkatnya kelompok temansebaya yang bersifat kejam dan bengis, 5)munculnya kejahatan yang memiliki sikap fanatik danpenuh kebencian, 6). berbahasa tidak sopan, 7).merosotnya etika kerja, 8). meningkatnya sifat-sifatmementingkan diri sendiri dan kurangnya rasatanggung jawab sebagai warga negara, 9). timbulnyagelombang perilaku yang merusak diri sendiri sepertiperilaku seksual premature, penyalahgunaanmirasantika/narkoba dan perilaku bunuh diri, 10).timbulnya ketidaktahuan sopan santun termasukmengabaikan pengetahuan moral sebagai dasarhidup, seperti adanya kecenderungan untukmemeras tidak menghormati peraturan-peraturan,dan perilaku yang membahayakan terhadap dirisendiri atau orang lain, tanpa berpikir bahwa hal itusalah (http://re-searchengines.com)

Berpijak dari hal tersebut di atas, makadibutuhkan suatu alternatif solusi baik secaralangsung maupun tidak langsung untuk mengatasipermasalahan tersebut. Solusi langsung bisa berupapemberian nasehat, pembekalan, suri tauladan, danperhatian. Sedangkan tidak langsung berupapemberian contoh perilaku yang berkarakter melalui

berbagai media dengan format sajian tertentu, salahsatunya dengan dongeng.

Dongeng atau cerita merupakan salah satualternatif media belajar dan penanaman moral ditengah banyaknya berbagai tayangan di media.Sampai saat ini sebagian besar anak Indonesiabelum dibiasakan dengan suasana yang kondusifuntuk mendengarkan dongeng, hal ini terlihat darikurangnya kesadaran orang tua akan pentingnyamembacakan cerita atau mendongeng masih sangatminim.

Kusumo Priyono (2001) maestro dongeng Indone-sia berpendapat bahwa dalam mendongeng biasanyaada sesuatu yang ingin disampaikan, terutama moraldan budi pekerti. Selain itu, yang tak kalah pentingadalah sarat nuansa hiburan bagi anak-anak (edukatifdan kreatif) sehingga anak merasa senang dan terhibur.

Pada zaman dulu dongeng disampaikan secaralangsung oleh orang tua kepada anaknya ketikamenjelang tidur. Namun saat ini dongeng banyakdikemas dalam berbagai media, diantaranya mediacetak, VCD, siaran televisi dan siaran radio. Melaluisiaran radio mendongeng dapat disampaikan secaralangsung. Radio Edukasi (RE) merupakan salah satumedia pendidikan yang dikembangkan oleh BalaiPengembangan Media Radio Pendidikan (BPMRP)Yogyakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) PusatTeknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Pustekkom-Kemdikbud). RE merupakan wadah untukmengimplementasikan hasil-hasil pengembangan pro-gram media audio/radio pendidikan yang diproduksioleh BPMRP Yogyakarta. RE menyiarkan berbagaimateri pendidikan yang dikemas dengan santun,cerdas dan menghibur serta disiarkan dalam berbagaibentuk program acara. Bahan siaran yang disajikan/disiarkan RE terdiri dari media audio pendidikan, baikuntuk pendidikan formal, non-formal maupun informal.Dongeng anak nusantara merupakan media audiountuk pendidikan non-formal, yang bertujuan untukpendidikan moral. Hal ini senada yang disampaikanLickona (1992) bahwa tujuan pendidikan moral tidaksemata-mata untuk menyiapkan peserta didik denganmenelan mentah konsep-konsep pendidikan moral,tetapi yang lebih penting adalah terbentuknya karakter

Innayah: Dongeng Anak Nusantara Radio Edukasi (RE) sebagai Media untuk Penanaman Karakter Bangsa

Page 39: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

280

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

yang baik, yaitu pribadi yang memiliki pengetahuanmoral, peranan perasaan moral dan tindakan atauperilaku moral (http://re-searchengines.com).Pelaksanaan pendidikan moral ini sangat penting,karena hampir seluruh masyarakat Indonesia saat inisedang mengalami patologi sosial yang amat kronis.Bahkan sebagian besar pelajar dan masyarakat kitaterlepas dari peradaban easternisasi (ketimuran) yangberadab, santun dan beragama.

Berdasarkan pemikiran diatas didapatkan pokokpermasalahan: a) Apakah siaran dongeng anaknusantara pada RE dapat mengembangkan karakterpada anak? b) Apa nilai-nilai karakter bangsa yangterkandung dalam dongeng anak nusantara RE? c)Bagaimana format dongeng anak nusantara pada RE?.

Tujuan penulisan ini yaitu ingin mengetahui: a)siaran dongeng anak nusantara pada RE dapatmengembangkan karakter pada anak, b) nilai-nilaikarakter bangsa yang terkandung dalam dongenganak nusantara RE. c) format dongeng anaknusantara pada RE.

Kajian Literatur dan PembahasanDongeng Anak Nusantara RE Sebagai SaranaMengembangkan Karakter Pada Anak

Dalam ilmu pendidikan, radio merupakan mediapembelajaran/pendidikan, sedangkan dalam ilmukomunikasi, radio merupakan media massa. Meskipundilihat dari sudut pandang ilmu yang berbeda, radiotetap merupakan media atau sarana komunikasi yangdigunakan untuk mengirim suatu sinyal dengan caramodulasi dan radiasi elektromagnetik. Gelombang inimelintas melalui udara dan dapat merambat lewatruang angkasa yang hampa udara (http://riswantohidayat.wordpress.com). Moedjijono (1980)menjelaskan bahwa media merupakan bentukperantara alat yang dipakai untuk menyebarkan idesehingga ide itu sampai kepada sasaran.

Radio merupakan suatu bentuk perantara atau alatyang dapat digunakan untuk menyampaikan pesanatau ide (pendidikan) kepada target sasaran melaluigelombang elektromagnetik. Radio Edukasimerupakan salah satu radio pendidikan yang khususmenyiarkan program-program pendidikan, diantaranyaprogram dongeng anak nusantara. Melalui seperangkat

alat ini, dongeng/cerita dapat disampaikan padapendengar secara langsung ke berbagai penjurusecara serempak dan dapat dinikmati secara santai.Seperti yang disampaikan Onong U. Effendi (1990)keuntungan dari radio siaran bagi pendengar ialahsifatnya yang santai. Orang bisa menikmati siaran ra-dio sambil makan, sambil tidur-tiduran, sambil bekerja,bahkan sambil mengemudikan mobil.

Dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat daripemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alurperjalanan hidup dengan pesan moral yangmengandung makna hidup dan cara berinteraksidengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakandunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorangyang kemudian diceritakan dari generasi ke generasi.Terkadang kisah dongeng bisa membawapendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi,tergantung cara penyampaian dongeng tersebut danpesan moral yang disampaikan (http://id.wikipedia.org/). Dongeng merupakan mediakomunikasi, dimana sejumlah nilai dan normadisampaikan dan ditanamkan pada pendengarnya. Nilaitersebut antara lain yaitu moral, agama, sosial, etika,budaya, kemandirian dan masih banyak lagi. Dalamdunia pendidikan anak usia dini, metode berceritamengambil peran penting dalam kegiatanpembelajaran. (http://rumahdongengindonesia.org/).Banyak ragam dongeng yang ada di nusantara ini,Kusumo Priyono (2001) mengelompokkan dongengsebagai berikut: 1) Dongeng yang berhubungandengan kepercayaan masyarakat (legenda), 2)Dongeng yang berkaitan dengan dunia binatang (fable),3) Dongeng yang berkaitan dengan fungsi pelipur lara,4) Dongeng yang berkaitan dengan kepercayaan nenekmoyang (mite), 5) Dongeng yang berkaitan dengancerita rakyat.

Melalui ragam dongeng tersebut pesan moral padapendidikan anak dapat dititipkan, karena dengan cerita,anak akan mudah menerima masukan dibandingdengan perintah atau ajakan secara langsung.Pendidikan moral pada anak sangat diperlukan sebagaidasar atau fundamen agar kelak menjadi generasipenerus bangsa yang bermoral dan dapat menjadikanbangsa bermartabat tinggi. Gagasan tersebutsependapat dengan John Locke seperti yang dikutib

Page 40: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

281

dalam wiwien D Pratisti (2008) dengan teori tabularasaatau kertas kosong, yakni pikiran seorang anakmerupakan hasil dari pengalaman dan proses belajar.Maksud teori kertas kosong yaitu seseorang lahir tanpaada isi mental bawaan (kosong) dan seluruhpengetahuan diperoleh melalui pengalaman danpersepsi alat inderanya. Dari teori tersebut diketahuibahwa seorang anak lahir pada dasarnya seperti kertaskosong, sedangkan hitam, putihnya perkembangananak tergantung orang tua dan lingkungan yang turutserta membesarkannya. Inilah yang membedakankepribadian anak satu dengan anak lainnya berbeda.Oleh karena itu betapa pentingnya dongeng untuk anaksebagai penanaman moral sejak dini yang nantinyakelak menjadi bekal perkembangan anak di masadepan.

Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lainyang dapat digali dari dongeng, yaitu: mengasah dayapikir dan imajinasi, menanamkan berbagi nilai dan etika,serta menumbuhkan minat baca (http://www.ubb.ac.id).Dengan dongeng yang diperdengarkan, anak dapatberimajinasi dengan membayangkan tokoh-tokohmaupun situasi yang muncul dalam dongeng tersebut.Dongeng juga merupakan media yang efektif untukmenanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak,bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Setelahanak tertarik untuk mendengarkan makamenumbuhkan ketertarikannya pada buku dankeinginan untuk membacanya. Dongeng anak nusantara pada RE sebagai mediapendidikan yang dirancang dengan tujuan untukmenanamkan pendidikan moral khususnya pada anak.Latar belakang dirancangnya program dongengtersebut adalah banyaknya arus informasi yang beredardi tengah masyarakat telah menuntut kepedulianberbagai pihak, terutama keberadaan orangtua sebagaitanggungjawab yang utama untuk memberikanbimbingan, dan keteladanan dalam menjalanikehidupan. Selain itu diketahui sejauh ini anak-anaklebih mengenal berbagai karakter tokoh imajiner yangmereka kenal melalui tayangan media televisi, dankomik. Sponge Bob Square Pant, Dora The Explorer,Doraemon, dan Sinchan, adalah sebagian dari karakterhero yang digandrungi anak-anak. Di sisi lain tokoh-tokoh imajiner “lokal” yang sarat dengan karakter

bangsa yang menjadi teladan dan contoh perilaku baik,makin jauh dari ingatan anak-anak. Radio Edukasisebagai lembaga penyiaran dengan khalayak khususmasyarakat pendidikan terpanggil untuk berbagisebagian dari tanggungjawab orangtua dalammembimbing putra-putrinya. Khususnya untukmenyampaikan pesan moral yang dapat menanamkankarakter pada anak sebagai generasi penerus bangsamelalui program dongeng anak nusantara. Programdongeng anak nusantara ini mempunyai tujuan untuk:1) Menyajikan program acara yang menarik danmenghibur bagi anak-anak, 2) Mengenalkan tokoh-tokoh dongeng anak nusantara, 3) Menanamkan pesanmoral dari karakter “hero” atau “baik” dari tokoh dalamdongeng, dan 4) Menanamkan keteladanan gunamendukung pembinaan kepribadian anak. Denganadanya program dongeng anak nusantara diharapkandapat memberikan manfaat antara lain: 1) Memberikanmotivasi pada anak untuk bersikap “baik”, 2)Memberikan pencerahan, dan 3) Menanamkankesadaran akan nilai-nilai luhur bangsa (karakterbangsa).

Nilai-Nilai Karakter Bangsa yang Terkandungdalam Dongeng Anak Nusantara RE

Pendidikan berbasis karakter telah dicanangkanoleh Kemdiknas pada tanggal 2 Mei 2011. Pendidikankarakter ini tertuang dalam Undang-Undang tentangSistem Pendidikan Nasional Pasal 3 (UUSisdiknas,2003) yaitu pendidikan nasional berfungsimengembangkan dan membentuk watak sertaperadaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggungjawab. Pendidikankarakter juga diposisikan pada misi pertama RencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- 2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17Tahun 2007), yaitu terwujudnya karakter bangsa yangtangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoralberdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watakdan prilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang

Innayah: Dongeng Anak Nusantara Radio Edukasi (RE) sebagai Media untuk Penanaman Karakter Bangsa

Page 41: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

282

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotong-royong,berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasiipteks. (http://www.e-dukasi.net). Begitu pentingnyapendidikan karakter sehingga menjadi landasan utamabagi pendidikan di Indonesia saat ini, karena karaktermerupakan watak yang terbentuk dari nilai, moral, dannorma yang mendasari cara pandang, berfikir, sikap,dan cara bertindak seseorang serta yang membedakandirinya dari orang lainnya. Dengan demikian karakterbangsa akan terwujud dari karakter seseorang yangmenjadi anggota masyarakat bangsa tersebut (Puskur,2009). Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektifkebangsaan yang khas-baik yang tercermin dalamkesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilakuberbangsa dan bernegara sebagai hasil olah pikir, olahhati, olah rasa dan karsa, serta olah raga seseorangatau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesiaakan menentukan perilaku kolektif kebangsaan Indo-nesia yang khas-baik yang tercermin dalam kesadaran,pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa danbernegara Indonesia yang berdasarkan nilai-nilaiPancasila, norma UUD 1945, keberagaman denganprinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen terhadapNKRI (Pemerintah RI, 2010). Penanaman pendidikan karakter yang dicanangkandi Indonesia mempunyai ruang lingkup antara lain:lingkup keluarga, lingkup satuan pendidikan, lingkuppemerintah, lingkup masyarakat sipil, lingkupmasyarakat politik, lingkup dunia usaha dan lingkupmedia massa. Dalam pendidikan karakter Media massamerupakan sebuah fungsi dan sistem yang memberipengaruh sangat signifikan terhadap publik, khususnyaterkait dengan pembentukan nilai-nilai kehidupan,sikap, perilaku, dan kepribadian atau jati diri bangsa.Media massa, baik elektronik maupun cetak memilikifungsi edukatif atau pun nonedukatif bergantung darimuatan pesan informasi yang disampaikannya. Fungsidan peran media massa dirasa makin penting dalamera globalisasi saat ini seiring dengan kemajuanteknologi komunikasi dan informasi (Pemerintah RI,2010). Djohar, MS, (2011) juga menyampaikan bahwapendidikan karakter dapat dilakukan dengan berbagaimacam cara dan kerjasama pemerintah daerah danmedia massa, karena tanpa kepedulian kedua lembaga

ini sangat sulit mencapai program pendidikan karakterBerkaitan dengan media massa sebagai fungsi dansarana pembentukan karakter, radio edukasi (RE)BPMR Yogyakarta telah berperan serta menanamkanpendidikan karakter melalui program dongeng anaknusantara. Program dongeng ini merupakan materisiaran dalam pendidikan non formal yang sengajadirancang dan disiarkan sebagai siaran pendidikandalam penanaman karakter khususnya anak. Hal inisependapat dengan Masduki (2001) bahwa media ra-dio dapat difungsikan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan, sesuai dengan peran ideal radiosebagai media publik yaitu sebagai informasi,pendidikan, dan hiburan.

Jati diri bangsa ini terdapat pada karakter setiapwarganya. Oleh karena itu pendidikan karakter yangsaat ini mulai luntur perlu ditanamkan kembali agarbangsa ini tidak kehilangan jati diri. Furqon Hidayatullah(2010) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalahkualitas moral, akhlak atau budi pekerti individu yangmerupakan kepribadian khusus yang membedakandengan individu lain. Dikemukakan lebih lanjut bahwakarakter individu adalah kualitas mental atau kekuatanmoral, akhlak atau budi pekerti yang merupakankepribadian khusus yang harus melekat padaseseorang yang mendorong dan penggerak dalammelakukan sesuatu. Individu dikatakan berkarakter jikamemiliki nilai dan keyakinan yang dilandasi hakikat dantujuan pendidikan serta digunakan sebagai kekuatanmoral dalam menjalankan tugasnya. Dengan demikianseseorang dikatakan berkarakter jika memiliki kualitasmental spiritual, berakhlak dan berbudi pekerti. Hal inisejalan dengan UU Sisdiknas tersebut. Masnur Muslich(2001) mendefinisikan pendidikan karakter sebagaipendidikan budi pekerti sebagai pendidikan nilaimoralitas manusia yang disadari dan dilakukantindakan nyata. Pada proses pendidikan karakter didalamnya terdapat unsur untuk membentuk karakterseseorang melalui pembelajaran. Lebih lanjutdikemukakan Masnur bahwa pendidikan karaktermemiliki empat ciri yaitu : keteraturan interior dimanasetiap tindakan diukur dengan nilai, koherensi yangmemberi keberanian sehingga membuat seseorangteguh prinsip tidak mudah terombang ambing padasituasi baru atau takut resiko, otonomi yaitu seseorang

Page 42: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

283

menginternalisasi aturan dari luar sampai menjadi nilaibagi pribadi dan keteguhan serta kesetiaan.

Zamroni (2011) yang mengemukakan bahwapendidikan karakter merupakan proses untukmengembangkan pada diri setiap peserta didiktentang kesadaran sebagai warga negara yangbermartabat, merdeka dan berdaulat danberkemauan untuk menjaga dan mempertahankankemerdekaan dan kedaulatan tersebut. Untuk itudiperlukan kesadaran dari peserta didik untukmewujudkan hal tersebut. Abdullah Munir (2010)mendefinisikan karakter sebagai sebuah pola, baikitu pikiran, sikap maupun tindakan yang melekatpada diri seseorang dengan sangat kuat dan sulitdihilangkan. Sosok pribadi yang berkarakter itu tidakhanya cerdas lahir batin tetapi juga memiliki kekuatanuntuk menjalankan sesuatu yang dipandangnyabenar dan mampu membuat orang lain memberikandukungan terhadap apa yang dijalankannya.

Pembentukan karakter seseorang tidaklahmudah oleh karena itu dibutuhkan strategi dalampendidikan karakter. Strategi dalam pendidikankarakter dapat dilakukan melalui sikap-sikap:keteladanan, penanaman kedisiplinan, pembiasaan,menciptakan suasana yang kondusif dan integrasidan internalisasi. Direktorat Ketenagaan PendidikanTinggi dalam Furqon Hidayatulloh (2010) disebutkanbahwa pembentukan karakter melalui strategi:keteladanan, intervensi, pembiasaan yang dilakukansecara konsisten, penguatan. Samsi Haryanto (2010)mengemukakan bahwa pendidikan karaktermenekankan kebebasan diri individu untukmenentukan pilihan sesuai penerangan budinya.Dijelaskan lebih lanjut bahwa penerangan budinyaberkaitan dengan nila-nilai yang wajib dilaksanakan,khususnya berpegang teguh pada nilai-nilai luhurbangsa Indonesia yaitu Pancasila. Hal ini sejalandengan yang dikemukakan oleh Doni Koesoema(2010) yang menjelaskan bahwa pendidikan karaktertermasuk sebuah pedagogi yang memberikanpenekanan pada nilai-nilai atau idealisme.

Dikemukakan lebih lanjut bahwa pendidikankarakter sebagai sebuah pedagogi memberikan tigamatra penting pada setiap tindakan edukatif maupuncampur tangan intensional bagi sebuah kemajuan

pendidikan, matra tersebut yaitu: individu, sosial danmoral. Pendidikan karakter berusaha menanamkannilai-nilai yang terkandung dan menempatkannyasecara integral dalam keseluruhan kehidupan.Pendidikan karakter bukan hanya ditambahkan tetapisesuatu yang hakiki yang menduduki tempat pentingdalam pendidikan. Dick Hartoko (1985)mengemukakan bahwa pendidikan adalah prosespemanusiaan, artinya manusia hanya akan menjadimanusia bila manusia tersebut memiliki budi, berhatidan berkehendak serta mengaktualisasikan danmengembangkan budi, hati dan kehendaknya. Haltersebut dikuatkan oleh Sardiman AM (2011) yangmendefinisikan pendidikan karakter sebagai prosespembudayaan dan pemanusiaan, pendidikankarakter senantiasa merupakan proses pemberianbimbingan dan fasilitasi kepada peserta didik agarmenjadi manusia seutuhnya, manusia yangberkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasadan karsa Herawati Susilo (2010) berpendapatbahwa pendidikan karakter merupakan individu muliayang memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya,yang ditandai dengan nilai- nilai seperti reflektif,percaya diri, rasional, logis, kritis, analistis, kreatif,inovatif, mandiri, hidup sehat, tanggung jawab, cintailmu, sabar, berhati- hati, rela berkorban, pemberani,dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendahhati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,setia, bekerja keras, tekun, ulet, gigih, teliti,berinisiatif, berpikir positif, disiplin,antisipasif, inisiatif,visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, efisien,menghargai waktu, dedikatif, pengendalian diri,produktif, ramah, cinta keindahan, sportif, tabah,terbuka, tertib. Dijelaskan lebih lanjut bahwapendidikan karakter merupakan sistem penanamannilai-nilai karakter pada siswa yang meliputikomponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan,tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai tersebut.

Program dongeng anak nusantara REmerupakan salah satu media massa yang yangmempunyai misi pendidikan dan turut sertamenanamkan pendidikan karakter. Nilai-nilaipendidikan karakter yang ada pada dongeng anakmerupakan nilai yang terkandung dalam pendidikankarakter pada Pusat Kurikulum meliputi: religiusitas,

Innayah: Dongeng Anak Nusantara Radio Edukasi (RE) sebagai Media untuk Penanaman Karakter Bangsa

Page 43: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

284

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, pedulilingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab(Puskur, 2009). Dengan pendidikan karakter yangdikemas dalam pesan moral dongeng anaknusantara pada RE diharapkan dapat menanamkannilai-nilai karakter pada anak sehingga dapatmewujudkan generasi bangsa yang siapmembangun bangsa ke arah bangsa yang memilikiperadaban seperti yang telah dicita-citakan dandiperjuangkan oleh para pejuang bangsa ini.Disampaikan Djohar MS (2011), bahwa ciri manusiaberkarakter dalam kontek dengan kehidupan bangsameliputi: setia kepada kemerdekaan 17 Agustus1945, setia kepada merah putih, setia kepadakemajemukan bangsa yang tercermin dalam BhinekaTunggal Ika, setia kepada lagu kebangsaan, setiakepada kepada pancasila, setia kepada UUD 1945,setia tidak melakukan disintegrasi bangsa, setiamenjaga persatuan dan persatuan, dan setiamengawal keselamatan tanah air dan bangsa.

Format Program Dongeng Anak Nusantara PadaRE

Dalam membuat sebuah program siaran,khususnya radio selalu dibutuhkan format programyang berfungsi sebagai acuan berlangsungnya pro-gram siaran agar sesuai dengan tujuan yang telahditetapkan. Darmanto (1998) mengemukakan bahwaformat program adalah rancang bangun penyajiansebuah program siaran berdasarkan pendekatan isimaterinya dengan titik berat bagaimana suatu materihendak diangkat ke dalam bentuk program acarasiaran radio. Selaras dengan pendapat tersebutmaka format program dongeng anak nusantara REmenyajikan materi pendidikan karakter denganmenitik beratkan pada pendidikan moral.

Agar pendidikan karakter yang dimuat dalam pro-gram dongeng anak nusantara tersebut tertanampada anak, maka diperlukan sajian dongeng yangmenarik dan membuat anak merasa senang danterhibur sehingga dapat merangsang pengembangankarakternya. Berikut deskripsi dan format dongenganak nusantara:

1. Nama Acara : Dongeng Anak Nusantara.2. Deskripsi program : Dongeng anak nusantara merupakan program dongeng yang bertujuan

untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada anak dengan penyajian bentukcerita meliputi: legenda, fabel dan cerita rakyat.

3. Kategori Program : Artistik.4. Frekuensi Penyiaran : 7 x per minggu.5. Hari & Jam : Minggu-Sabtu, pukul.16.40 WIB.6. Durasi : 15 menit.7. Format Program : Naratif/telling story pencerita.8. Format Produksi : Kombinasi narasi dan karakterisasi.9. Unsur Produksi : Kata, musik, dan sound effect.10. Sifat Produksi : Rekaman.11. Sasaran : Anak umur 2-12 tahun.12. Lingkup Masalah : Dongeng-dongeng dari berbagai daerah di tanah air.13. Kriteria Dongeng : a. Mengandung pesan moral dan keteladanan bagi anak.

b. Alur cerita mudah dipahami anak.14 Kriteria Program : a. Dongeng disajikan secara monolog oleh pencerita.

b. Penceritaan diselingi dengan musik dan sound effect pendukung ilustrasiatmosfer dongeng.

Tabel 1: Deskripsi dan format dongeng anak nusantara

Page 44: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

285

Sejalan dengan deskripsi format program tersebut,program dongeng anak nusantara menetapkan padatiga kategori jenis dongeng yaitu legenda, fabel dancerita rakyat. Sebagaimana dijelaskan oleh KusumoPriyono (2001) bahwa: Legenda adalah dongeng yangmenceritakan asal mula terjadinya suatu tempat,gunung dan sebagainya (misalnya terjadinya gunungtangkuban perahu asal mula kota banyuwangi). Fabeladalah dongeng tentang kehidupan binatang yangdigambarkan dan bisa bicara seperti manusia, biasanyabersifat sindiran atau kiasan (misalnya ayam dan kera).Cerita rakyat adalah dongeng yang terkait dengan ceritarakyat diciptakan dengan suatu misi pendidikan yangpenting bagi dunia anak-anak (misalnya kebo iwa dansumur majapahit). Dengan adanya format programdongeng tersebut digunakan sebagai acuan padapenyusunan materi yang telah dirancang melaluibeberapa tahap, yaitu analisis terhadap dongeng yangada di beberapa daerah di Indonesia, penulisan naskah,review materi, review media, bedah naskah, rekaman,preview dan pengendalian mutu. Dari beberapa tahapantersebut dongeng anak nusantara diharapkan mampumenarik pendengar khususnya anak-anak sehinggatanpa disadari pendidikan karakter akan tertanam padadiri anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.

Dengan demikian dapat disampaikan bahwadongeng anak nusantara yang disiarkan melalui Ra-dio Edukasi BPMR Yogyakarta merupakan mediapenanam karakter bangsa, karena materi yang dimuatdalam dongeng tersebut menekankan pada nilai-nilai

karakter yang selama ini menjadi nilai luhur bangsa,sehingga diharapkan dapat menjadi tauladan ataupanutan bagi anak yang kelak akan mengisi danmeneruskan cita-cita bangsa seperti yang tertuangdalam pembukaan UUD 1945 (2009) yaitu melindungisegenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darahIndonesia dan untuk memajukan kesejahteraanumum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikutmelaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosialberdasarkan Pancasila.

Simpulan dan SaranSimpulanDongeng anak nusantara RE merupakan media au-dio pendidikan yang dirancang dengan tujuan untukmenanamkan dan mengembangkan pendidikankarakter khususnya anak. Program dongeng inimemiliki karakteristik nilai-nilai karakter bangsa yangdiambil dari kurikulum pendidikan karakter yangdirumuskan oleh Pusat kurikulum, diantaranya:religiusitas, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangatkebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemarmembaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dantanggung jawab. Dengan pendidikan karakter melaluidongeng anak nusantara pada RE diharapkan dapatmenanamkan nilai-nilai karakter pada anak sehinggadapat mewujudkan generasi bangsa yang siap

15 Format sajian program:1. Id’s program : Id’s program dongeng anak nusantara2. Ear catcher : Melukiskan kejadian dari porotongan adegan dongeng3. Musik : Tema4. Narator : Menyapa, menyebutkan, institusi pengembang program dan judul dongeng.5. Musik/Sound effect : Tema cerita sesuai judul cerita, Ringan tidak terlalu banyak alat musik dan Sound

effect mudah dipahami anak.6. Penyajian cerita (monolog/dengan adegan): Cerita yang dikembangkan sesuai alur cerita lurus yang

meliputi: Awal cerita, muncul masalah, klimaks, muncul pahlawan, akhir ceritamenyenangkan.

7. Narator : Menyimpulkan dan menyampaikan pesan moral dari isi cerita dan menutup cerita.8. Id’s program : Id’s program dongeng anak nusantara.

Innayah: Dongeng Anak Nusantara Radio Edukasi (RE) sebagai Media untuk Penanaman Karakter Bangsa

Sambungan Tabel 1

Page 45: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

286

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

membangun bangsa ke arah bangsa yang memilikiperadaban seperti yang telah dicita-citakan dandiperjuangkan oleh para pejuang bangsa ini.

Agar nilai-nilai karakter yang dimuat dalam pro-gram dongeng anak nusantara tersebut menarik dandapat merangsang pengembangan karakter padaanak, maka format dongeng dirancang semenarikmungkin melalui format cerita yang menghibursehingga anak merasa senang dan terhibur. Dengandemikian melalui program dongeng anak nusantarayang disiarkan oleh radio edikasi dan radio mitraRE dapat menanamkan nilai-nilai karakter padaanak.

SaranDengan adanya dongeng anak nusantara RE, para

orang tua dapat mengajak putra-putrinya untukmendengarkan siaran dongeng anak nusantara melaluiRadio Edukasi pada frekuensi AM 2,51 KHz ataustreaming di http//:www.radioedukasi.com

Bagi pendengar yang tinggal di luar wilayahYogyakarta dapat mendengarkan dongeng anaknusantara melalui beberapa radio mitra yang telahbekerjasama untuk menyiarkan program tersebut

Adanya program dongeng anak nusantara yangtelah disiarkan dibeberapa radio mitra RE dapatmenjadi kebijakan pihak yang berwenang agarmenghimbau pada peserta didik mendengarkansiaran program dongeng anak nusantara.

Pustaka AcuanAbdullah Munir.2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: BiPADoni Koesoema.2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik.Jakarta: GramediaDarmanto.1998. Teknik Penulisan Naskah Acara Siaran Radio.Yogyakarta:Universitas AtmajayaDick Hartoko. 1985. Memanusiakan Manusia Muda. Yogyakarta: KanisiusDjohar MS,2011. Makalah: Menyiapkan Generasi Bangsa yang Kuat, Berakhlak, Mulia, Cerdas dan Terampil

Melalui Pendidikan Karakter. Disajikan dalam seminar nasional Teach The Children Well.Yogyakarta: BudiMulia

Kurikulum.2009. Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Puskur.Furqon Hidayatulloh. 2010. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter kuat dan Cerdas. Surakarta: Yuma PustakaHerawati Susilo. 2010. Strategi Pembelajaran Dalam Membentuk Manusia Yang Berkarakter dan Berakhlak

Mulia. Makalah. Madiun: IKIP PGRI MadiunKusumo Priyono.2001. Terampil Mendongeng. Jakarta: PT.GrasindoPemerintah RI.2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2012. Jakarta:Balitbang

KemdiknasOnong U. Effendy. 1991. Radio Siaran, Teori dan Praktek. Bandung: CV Mandar Maju

2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta : Kementerian Pendidikan NasionalSardiman AM. 2011. Praktik IPS Sebagai Wahana Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Universitas Negeri YogyakartaDepartemen Pendidikan Nasional. 2003.UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta:DepdiknasMasnur Muslich.2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Multidimensional. Jakarta: Bumi AksaraMasduki, 2001. Jurnalistik Radio.Yogyakarta : LkiS YogyakartaSamsi Haryanto.2010. Peran Pendidik Dalam Membentuk Manusia Yang Berkarakter dan Berakhlak Mulia.

Makalah. Madiun : IKIP PGRI MadiunUUD Negara Republik Indonesia.2009. Solo:CV.SafiraWiwien Dinar Prastisti.2008. Psikologi Anak Usia Dini.Bogor: PT IndeksWebsite: http://re-searchengines.com. Diakses tanggal 10 Januari 2012Website : http://kickandy.com. Diakses tanggal 21 Maret 2012Website : http://rumahdongengindonesia.org. Diakses tanggal 21 Maret 2012

Page 46: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

287

Website : http://id.wikipedia.org/wiki/Dongeng. Diakses tanggal 10 April 2011Website : http://re-searchengines.com. Merancang Pendidikan Moral dan Budi Pekerti. Diakses tanggal 21 Maret

2012Website : http://www.ubb.ac.id. Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak.Diakses tanggal 23 Mei

2012Website : http://www.e-dukasi.net. Serial Pendidikan Karakter (Arah dan Strategi ). Akses 4 Juni 2012.Zamroni.2011. Strategi dan Model Implementasi Pendidikan Karakter Di sekolah. Yogyakarta : UNY

*******

Innayah: Dongeng Anak Nusantara Radio Edukasi (RE) sebagai Media untuk Penanaman Karakter Bangsa

Page 47: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

288

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

STUDI PENGEMBANGAN MOBILE ELEARNINGPADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

MOBILE LEARNING DEVELOPMENT STUDY INHIGH SCHOOL EDUCATION

M. MiftahPeneliti bidang pendidikan pada BPMP Pustekkom Kemdikbud

Jalan Lamongan Tengah, Bendan Ngisor, Semarang([email protected])

Abstrak: Pengembangan mobile learning pada pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Indonesiabertujuan untuk mendapatkan program media pembelajaran yang layak dan berkualitas yang dapatdijadikan sebagai media pendukung (supplement), pelengkap (complement), pengganti (substitution),bagi keberhasilan kegiatan belajar peserta didik. Ujicoba program dilakukan pada 16 SMA di 8 kotadengan mengambil 240 responden pada SMA se-Indonesia. Pemilihan sampel dilakukan denganmenggunakan teknik cluster random sampling. Model uji coba program yaitu modifikasi dari modelpengembangan Borg dan Gall. Metode pengumpulan data melalui lembar kuesioner sebanyak 20 butirdan pertanyaan terbuka. Teknik analisis data yaitu, diolah dengan menggunakan program SPSS,selanjutnya data dideskripsikan. Hasil uji coba menunjukkan bahwa dari 40 program mobile learningdengan materi matematika, fisika, dan biologi memiliki kriteria nilai rata-rata tergolong tinggi/baik. Halini menunjukkan bahwa, 40 program mobile learning dalam situs m-edukasi.net layak dan berkualitassebagai media pembelajaran peserta didik.

Kata kunci: mobile learning, uji coba, pengembangan, siswa SMA

Abstract: Development of mobile learning in high school education (SMA) in Indonesia aims to get adecent media programs and quality of learning that can be used as supplement media, substitution, forthe success of learners and learning activities. Tests conducted on 16 high school programs in eightcities by taking the 240 respondents in the high school in Indonesia. Sample selection was done byusing random cluster sampling. The model test program development model is a modification of theBorg and Gall. Methods of data collection through a questionnaire of 20 items and open questions. Dataanalysis techniques, namely, processed using the SPSS program, then the data is described. The trialresults showed that of 40 mobile learning program with a matter of mathematics, physics, and biologyhave an average value criterion is high / good. This shows that, 40 mobile learning program in m-edukasi.net site worthy and qualified as a medium of learning for learners.

Key words: mobile learning, testing, development, high school students

Diterima tanggal: 17/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 27/06/2012; Disetujui tanggal: 18/07/2012

Page 48: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

289

PendahuluanPerkembangan teknologi informasi, khususnya dalambidang multimedia, banyak mempengaruhi sistembelajar-mengajar. Dulu proses belajar-mengajarmasih bersifat konvensional: guru, siswa, ruang kelasuntuk tatap muka, dan buku sebagai referensi. Saatini, proses belajar-mengajar bisa dilakukan dalamdunia maya (baca: online). Proses belajar-mengajarbisa dilakukan tanpa harus berada di dalam kelas,melainkan secara on-line. Demikian halnya, referensimenjadi lebih kaya, peserta didik tidak hanyamenggunakan buku sebagai referensi, tetapi referensidigital bersifat interaktif, yang dapat menampilkan pro-gram tutorial, simulasi dalam format animasi ataugame dapat digunakan sebagai suplemen, ataubahkan mungkin menggeser buku sebagai referensiprimer. Menurut Borg dan Gall, penelitian pendidikan danpengembangan merupakan suatu proses untukmengembangkan dan memvalidasi produk-produkpendidikan (Borg, dan Gall. 1983). BalaiPengembangan Multimedia Pendidikan sebagai salahsatu unit pelaksana teknis Pusat Teknologi Informasidan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) Kemdikbudmemiliki tugas pokok dan fungsi untukmengembangkan model dan format sajian multime-dia pembelajaran interaktif (MPI) perlu kiranyamengadakan follow up sebagai langkah penting daripengembangan media pembelajaran. Langkahpenting yang dimaksud adalah berupa uji coba pro-gram, out put yang akan diperoleh sangat bermanfaatuntuk menjadi bahan informasi yang nantinya dapatdijadikan sebagai data masukan bagi pengembanguntuk merevisi/memperbaiki program, agar menjadisuatu program yang unggul/layak. Sebagaimanadikatakan Suharsimi bahwa tujuan evaluasi programyaitu untuk mengukur ketercapaian program, yaitumengukur sejauh mana suatu kebijakan dapatterimplementasikan (Suharsimi. 2005). Dengandemikian, uji coba program mobile learning(mobiledukasi) merupakan langkah penting daripengembangan media pembelajaran agarmendapatkan suatu program yang layak untukpembelajaran.

Apabila ditelaah lebih lanjut mengenai penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sertapengembangan multimedia interaktif di berbagaijenjang pendidikan, terlihat bahwa adanya kelemahandari model dan paket software aplikasi khususnyamengenai pemecahan masalah masih belumterjamah oleh para peneliti sampai saat ini. Agar suatupembelajaran dapat memberikan hasil belajar yangoptimal serta aktif dan efisien, maka diperlukankehadiran suatu alat bantu belajar baru berupa multi-media pembelajaran interaktif yang sanggupmemberikan pemecahan masalah tersebut. Penelitianini sangat penting dan dibutuhkan bagi pengembangkhususnya multimedia pembelajaran berbasishandphone/mobile sebagai bahan referensi dansekaligus bertukar pikir dalam pengembangan pro-gram multimedia pembelajaran.

Tujuan dari penulisan artikel ini yaitu:1)mengetahui kekurangan dan kelebihan dari masing -masing program mobile learning (m-edukasi.net) yangselanjutnya dijadikan bahan untuk perbaikan program;dan 2) mendapatkan program mobile learning yanglayak dan berkualitas yang dapat dijadikan mediapendukung (supplement) bagi keberhasilan kegiatanbelajar-mengajar.

Kajian LiteraturKonsep Dasar Pembelajaran Mobile LearningMobile Learning merupakan model pembelajaranyang dilakukan antar tempat atau lingkungan denganmenggunakan teknologi yang mudah dibawa padasaat pembelajar berada pada kondisi mobile/ponsel.Dengan berbagai potensi dan kelebihan yangdimilikinya, Mobile Learning diharapkan dapat menjadisumber belajar alternatif yang dapat meningkatkanefisiensi dan efektifitas proses dan hasil belajarpeserta didik di Indonesia di masa datang. Programmobile learning yang dimaksud dalam tulisan ini yaituprogram media pembelajaran berbasis ponsel/HP/mobile yang terdapat pada situs m-edukasi.net. Menurut Clark Quinn (2000), Mobile Learningdidefinisikan: “The intersection of mobile computingand e-learning: accessible resources wherever youare, strong search capabilities, rich interaction,powerful support for effective learning, and perfor-

M.Miftah: Studi Pengembangan Mobile Learning pasa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Page 49: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

290

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

mance-based assessment. E-Learning independentof location in time or space”. Berdasarkan definisitersebut maka mobile learning merupakan modelpembelajaran yang memanfaatkan TeknologiInformasi dan Komunikasi. Pada konseppembelajaran tersebut mobile learning membawamanfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di aksessetiap saat dan visualisasi materi yang menarik.

Dari ilustrasi tersebut di atas, setidak-tidaknyadapat diambil tiga hal penting sebagai persyaratankegiatan belajar Mobile Learning, yaitu : a) kegiatanpembelajaran dilakukan melalui pemanfaatan jaringan(jaringan dalam hal ini dibatasi pada penggunaaninternet), jaringan dapat saja dengan Local Area Net-work (LAN) atau Wide Area Network (WAN); b)tersedianya dukungan layanan belajar yang dapatdimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya ponsel/HP, atau bahan cetak; dan c) tersedianya dukunganlayanan tutor yang dapat membantu peserta didikapabila mengalami kesulitan.

Fungsi dan Manfaat Mobile LearningTerdapat tiga fungsi Mobile Learning dalam kegiatanpembelajaran di dalam kelas (classroom instruction),yaitu sebagai suplemen (tambahan) yang sifatnyapilihan (opsional), pelengkap (komplemen), ataupengganti (substitusi). Sebagai suplemen (tambahan)yaitu peserta didik mempunyai kebebasan memilih,apakah akan memanfaatkan materi Mobile Learningatau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materiMobile Learning. Sekalipun sifatnya opsional, pesertadidik yang memanfaatkannya tentu akan memilikitambahan pengetahuan atau wawasan. Komplemen(pelengkap), yaitu: materinya diprogramkan untukmelengkapi materi pembelajaran yang diterimapeserta didik di dalam kelas. Di sini berarti bahwamateri Mobile Learning diprogramkan untuk menjadimateri reinforcement (penguatan) atau remedial bagipeserta didik di dalam mengikuti kegiatanpembelajaran konvensional. Substitusi (pengganti),yaitu: sepenuhnya secara tatap muka (konvensional),sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melaluiinternet, atau sepenuhnya melalui internet.

Mobile Learning mempermudah interaksi antara

peserta didik dengan materi pelajaran. Demikian jugainteraksi antara peserta didik dengan pendidik/instruktur maupun antara sesama peserta didik dapatsaling berbagi informasi atau pendapat mengenaiberbagi hal yang menyangkut pelajaran ataupunkebutuhan pengembangan diri peserta didik. Pendidik/instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajardan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh pesertadidik di tempat tertentu di dalam websites untukdiakses oleh para peserta didik. Sesuai dengankebutuhan, pendidik/instruktur dapat pula memberikankesempatan pada peserta didik untuk mengaksesbahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yanghanya dapat diakses oleh peserta didik sekali sajadan dalam rentangan waktu tertentu.

Berikut ini ada beberapa manfaat mengenai Mo-bile Learning dari dua sudut, yaitu dari sudut pesertadidik dan pendidik. Manfaat bagi peserta didik, dengankegiatan Mobile Learning dimungkinkanberkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi.Kegiatan Mobile Learning akan memberikan manfaatkepada peserta didik yang: belajar di sekolah-sekolahkecil di daerah miskin, mengikuti program pendidikdirumah (home schoolers), merasa phobia dengansekolah atau peserta didik yang dirawat di rumah sakitmaupun di rumah yang putus sekolah tetapi berminatmelanjutkan pendidikannya maupun peserta didikyang berada di berbagai daerah atau bahkan yangberada di luar negeri, dan tidak tertampung di sekolahkonvensional untuk mendapatkan pendidikan.Manfaat bagi pendidik, dengan adanya kegiatan Mo-bile Learning, beberapa manfaat yang diperolehpendidik/instruktur antara lain adalah: lebih mudahmelakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar,mengembangkan diri atau melakukan penelitian gunapeningkata wawasannya, mengontrol kegiatan belajarpeserta didik bahkan pendidik/instruktur juga dapatmengetahui kapan peserta didiknya belajar, mengecekapakah peserta didik telah mengerjakan soal-soallatihan setelah mempelajari topik tertentu, memeriksajawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnyakepada peserta didik.

Landasan Media PembelajaranMedia pembelajaran berasal dari kata media dan

Page 50: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

291

pembelajaran. Kata media berasal dari bahasa latinmerupakan bentuk jamak dari medium yang secaraharfiah berarti perantara atau pengantar sedangkanpembelajaran merupakan proses pengalaman belajarsiswa melalui suatu interaksi. AECT (Association ofEducation and Communication Technology) dalamArief Sadiman dkk (2003) mendefinisikan mediasebagai segala bentuk dan saluran yang digunakanorang untuk menyalurkan pesan atau informasi.Gagne (1970) mendefinisikan media adalah berbagaijenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapatmerangsangnya untuk belajar. Sementara Briggs(1970) berpendapat adalah segala alat fisik yang dapatmenyajikan pesan serta merangsang siswa untukbelajar. Berbeda dengan definisi diatas NEA (NationalEducation Association) mendefiniskan media adalahbentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun au-diovisual serta peralatanya. Media hendaknya dapatdimanipulasi, dilihat, didengar dan dibaca. Mediapembelajaran merupakan sumber belajar bagi siswadalam upaya peningkatan hasil belajarnya (AriefSadiman, dkk. 2003).

Association for Educational Communications andTechnology (AECT) (Seels & Richey, 1994) memberibatasan media sebagai segala bentuk dan satuanyang digunakan untuk mengeluarkan pesan daninformasi. Media dalam proses komunikasimerupakan saluran komunikasi yangmenghubungkan antara pesan ke penerima pesan.Media menurut AECT (1977); disebut juga perangkatlunak “software” yang berisikan pesan untukdisampaikan dengan menggunakan perlatan. MenurutJohn D. Latuheru (1988) sesuatu dapat dikatakansebagai media pembelajaran, apabila media tersebutdigunakan untuk menyampaikan pesan dengantujuan-tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, media yangdigunakan yaitu media berbasis ponsel/mobile.Disebut program mobile learning atau mobiledukasipada situs m-edukasi.net karena dalam programterkoneksi/akses melalui jaringan internet yang dapatdiakses kapan dan di manapun.

Cara Pendistribusian Mobile LearningSering kita melihat atau bahkan juga melakukan suatucara untuk membuang waktu kosong dengan bermain

game di HP atau mungkin sekedar update status diFaceBook. Hal ini juga sering dilakukan oleh pesertadidik sekolah di manapun mereka berada, seolah-olahperangkat yang bernama Handphone ini merupakannyawa ke dua yang tidak bisa lepas dari tangan. Dengan semakin berkembangnya teknologiterutama teknologi Handphone, maka semakinbanyak pula fasilitas-fasilitas hiburan dan informasiyang kita peroleh. Kita ketahui bersama bahwasaluran-saluran hiburan dan informasi yang dapat diakses melalui perangkat mobile itu semakin banyak.Dari situlah maka tercetuslah ide kenapa tidakdimanfaatkan untuk sarana pendidikan? Programmobile learning yang kami namakan m-edukasi.netyang memiliki semboyan “belajar singkat tanpa sekat”.Kenapa belajar singkat? Karena tujuan kami hanyalahuntuk mengisi waktu luang siswa agar lebihmenunjang pendidikan mereka. Selain itu, alasanbandwidth dan mahalnya pulsa data yangmengharuskan data yang disampaikan berukurankecil. Kenapa tanpa sekat? Kita tahu bahwa kontenini diaplikasikan dalam perangkat mobile yang sangatpopuler yaitu Handphone hingga untuk mengaksesnyadapat dilakukan di berbagai tempat dan berbagaisuasana. Untuk menunjang itu semua, konten yangdisediakan harus berukuran kecil, dengan materisingkat tetapi tetap bermanfaat bagi pendidikan.

Cara pendistribusian konten Mobile Learning,diantaranya dapat melakukan langkah-langkahsebagai berikut: 1) handphone langsung mengambilkonten dari internet (wap.m-edukasi.net) dan dapatdidistribusikan mengunakan infrared atau bluethoot;2) komputer mendownload dari www.m-edukasi.netlalu dikopikan ke beberapa HP kemudian dapatdidistribusikan mengunakan infrared atau bluethoot.Selanjutnya, HP dapat mendistribusikan dengan cara1; dan 3) komputer yang telah memiliki konten m-edukasi dapat mengkopikannya ke dalam flashdisk,diskette atau CD, kemudian dapat didistribusikan kesesama komputer hingga komputer dapat melakukandistribusi selanjutnya.

Pengembangan Produk Teknologi PembelajaranTeknologi adalah penerapan praktis dari pengetahuanilmiah. Teknologi boleh jadi menjangkau penemuan

M.Miftah: Studi Pengembangan Mobile Learning pasa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Page 51: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

292

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

baru atau metodologi baru. Saat ini, istilah teknologipendidikan dan teknologi pembelajaran digunakansecara bergantian. Teknologi pembelajaran adalahsuatu teori dan praktek mendesain atau merancang,mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, danmengevaluasi proses pembelajaran dan sumber-sumber belajar, yang merupakan satu himpunan dariproses terintegrasi yang melibatkan manusia,prosedur gagasan, peralatan dan organisasi, sertapengelolaan cara-cara pemecahan masalahpendidikan yang terdapat dalam situasi-situasi belajaryang bertujuan dan disengaja.

Dalam teknologi pembelajaran terdapat 5komponen yang membentuk hubungan yang sangaterat, kait-mengkait menuju satu tujuan yaknimemecahkan masalah belajar. Untuk lebih jelasnyakomponen teknologi pembelajaran dapat dilihat padagambar 1.

pengukuran beracuan kriteria, evaluasi formatif dansumatif. Hubungan antar domain yang ditunjukkan dalambagan di atas tidaklah linier. Dengan bagan itumenjadi lebih mudah untuk memahami bagaimanadomain itu saling melengkapi ketika daerahpenelitian dan teori dalam setiap domain disajikan.Pada bagan domain teknologi pembelajarantersebut, meringkas daerah utama dalam dasarpengetahuan untuk setiap domain. Sementara uji coba program mobile learning inipenelitiannya difokuskan pada satu domain, yaitupada domain pengembangan. Namun demikian, padakenyataannya sering memenuhi fungsi itu dalambeberapa atau semua domain. Meskipun bisamemfokuskan pada salah satu domain atau daerahdalam domain itu. Hubungan antara domain itubersifat sinergist ik, karena bekerja dalammengembangkan domain menggunakan teori daridomain lain, sepert i teori desain sistempembelajaran. Disisi lain, bekerja dalam domaindesain menggunakan teori tentang karakteritik me-dia dari domain pengembangan. Domain pemakaindan tentang analisis masalah dan pengukuran daridomain evaluasi. Sifat saling melengkapi dalamhubungan antardomain.

Metode PenelitianMetodologi penelitian yang digunakan adalahpengembangan, yaitu bertujuan untuk menghasilkanproduk berupa software pembelajaran berbasisponsel/mobile yang layak dan berkualitas untukkegiatan belajar mengajar. Sebagaimana dikatakanBorg dan Gall (1983). penelitian pendidikan danpengembangan adalah suatu proses untukmengembangkan dan memvalidasi produk-produkpendidikan. Adapun Gay (1990) mengungkapkanpenelitian pengembangan adalah suatu usaha untukmengembangkan suatu produk yang efektif berupamaterial pembelajaran, media, strategi pembelajaranuntuk digunakan di sekolah, bukan untuk mengujiteori. Jadi orientasi kegiatan ujicoba program iniadalah, panitia memfokuskan untuk memperolehsejumlah informasi dan masukan sebagai bahanuntuk memperbaiki program, sehingga dapat

Gambar 1. Bagan Kawasan Teknologi Pembelajaran(Seels & Richey, 1994)

Dari gambar 1 terlihat bahwa dalam teknologipembelajaran terdapat 5 kawasan (domain) yaitu: a).Desain, meliputi: desain sistem pembelajaran, desainpesan, strategi pembelajaran, dan analisiskarakteristik siswa, b). Pengembangan, meliputi:teknologi cetak, teknologi audio visual, teknologikomputer, dan teknologi terpadu, c). Pemanfaatan,meliputi: pemanfaatan media, difusi, inovasi,implementasi dan institusionalisasi, kebijakan danregulasi, d). Pengelolaan, meliputi: pengelolaanproyek, pengelolaan sumber belajar dan pengelolaaninformasi, dan e). Evaluasi, meliputi : analisis masalah,

Pengembangan

Desain

Evaluasi Manajemen

Teori&

PraktekPemanfaatan

Page 52: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

293

menghasilkan suatu produk berupa softwarepembelajaran berbasis mobile yang layak danberkualitas untuk kegiatan belajar-mengajar.

Kerangka pikir (alur kerja penelitian) yang meliputibeberapa tahap yaitu; tahap pertama, draf proposaldan desain penelitian yang dikoordinasikan denganbeberapa pihak terkait. Tahap kedua, yaitu tahappersiapan teknis meliputi surat menyurat, pengadaanATK, berkoordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat,dan lain-lain. Tahap ketiga, adalah tahap pelaksanaanpenelitian di masing masing lokasi/sekolah yangsebelumnya sudah dikoordinasikan ke masing-masing yang terlibat dalam pelaksanaannya. Prosedur uji coba program mobile learning dilapangan, yaitu tahap pertama mereview programoleh para ahli yang bertujuan untuk: a) mencocokkanhasil produksi dengan naskah dan b) mengetahuikebenaran isi materi dan kebenaran media. Para ahliyang berperanserta dalam kegiatan reviu yaitu ahlimateri dari perguruan t inggi (dosen), ahl ipengembang media dari Pustekkom, dan ahli bidangstudi yang berasal dari pihak guru/penulis naskahprogram media. Tahap kedua yaitu menganalisisdata dan informasi yang diperoleh dari para ahli.Kemudian dilanjutkan tahap ketiga yaitu melakukanrevisi program berdasarkan bahan/informasi yangdiberikan para ahli.

Program yang telah disempurnakan/direvisidibawa ke sampel sasaran yang akan memanfaatkanprogram (tahap keempat) yang dalam hal ini yaitupeserta didik di SMA. Tahap keempat inilah yangdisebut sebagai tahap ujicoba lapangan karenamelibatkan peserta didik SMA (end users) untukmenyampaikan penilaiannya baik yang berupapendapat maupun kesannya terhadap program.Pengumpulan data dan informasi dari respondenpeserta didik SMA dilakukan melalui pengisianinstrumen ujicoba. Berdasarkan data dan informasiyang diberikan oleh responden peserta didik SMA,dilakukanlah penyempurnaan/revisi akhir terhadapprogram (tahap kelima). Kemudian, tahap terakhir(keenam) yaitu mendistribusikan program kesekolah-sekolah untuk dimanfaatkan peserta didikdalam kegiatan pembelajaran. Secara visual, Gambar2 berikut ini tahapan/prosedur ujicoba yang dilakukan.

Pelaksanaan penelitian program Mobile Learning(mobil edukasi) tingkat SMA se Indonesia pada tanggal31 Oktober - 7 November 2010, dimulai dari koordinasipanitia dengan Balai Tekkom/Balai TKPS setempatdalam memilih sekolah sesuai kreteria sebagai tempatujicoba program, dilanjutkan koordinasi petugasdengan pihak sekolah yang menjadi lokasi ujicobaprogram dalam hal ini kepala sekolah dan panitia lokal/dengan bantuan pendampingan dari pihak BalaiTekkom setempat untuk kelancaran pelaksanaanujicoba. Saat pelaksanaan ujicoba program/pengisianlembar kuesioner diawali dengan penjelasan teknisdari petugas dihadapan para responden ujicoba pro-gram, dilanjutkan dengan menjalankan program, barudilakukan dengan pengisian lembar kuesioner oleh parasiswa.

Gambar 2.Prosedur Ujicoba Program Mobile Learning

M.Miftah: Studi Pengembangan Mobile Learning pasa Sekolah Menengah Atas (SMA)

TAHAP UJI AHLI / PREVIEW AHLI

Analisis Hasil Uji Ahli /Preview Ahli

Tahap REVISI I

Uji Coba LAPANGAN

ANALISISHasil Uji Lapangan

Tahap REVISI II

FINAL & DISTRIBUSI PRODUK

PreviewAhli

Materi

PreviewPengkajiMedia

PreviewGuru

BidangStudi

Page 53: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

294

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Penelitian pengembangan ini menyita waktu selama1 (satu) tahun yang mencakup serangkaian langkahkegiatan, yang dimulai dari kegiatan analisis kebutuhan,pemilihan topik, pembuatan garis-garis besar isi media,

Populasi dalam kegiatan ujicoba program ini yaitupeserta didik SMA se Indonesia. Populasi ujicoba inisecara khusus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: pesertadidik SMA se-Indonesia, berjenis kelamin laki-laki danperempuan, dan berusia antara 16 -18 tahun.Pengambilan sampel digunakan dengan teknikpengambilan sampel kluster (cluster sampling) (Ary,Jacob, & Razafieh, 1990). Melalui penggunaan tekniksampling kluster, sampel dipilih dari sekolah-sekolahyang terpilih secara sampling, kemudian dari setiapsekolah dipilih secara acak sebanyak 15 respondenterdiri atas peserta didik SMA se Indonesia, sehinggasecara keseluruhan terdapat 5 program yangdiujicobakan di masing-masing sekolah. Jumlahresponden yang dibagikan sebanyak 240 responden. Instrumen penelitian sebagai alat ukur harusmemenuhi dua syarat, yaitu validitas dan reliabilitas(A.Y Sorgeng Ysh. 2006). Validitas menunjuk sejauhmana instrumen mengukur apa yang ingin (harus)diukur, misalnya: mengukur berat dengan ”gram”,panjang, lebar, dan tinggi dengan ”meter”; isi dengan“meter kubik”; suhu dengan ”termometer”; dan lain

sebagainya. Reliabilitas menunjuk sejauh manapengukuran itu dilakukan beberapa kali oleh orangyang berbeda, hasilnya tetap sama. Valid adalahreliabel, tetapi reliabel belum tentu valid, misalnyamengukur panjang menggunakan tongkat, hasilnyadapat konsisten tetapi tidak valid; dan mengukurpanjang menggunakan ”udin, kilan, hasta, depa,pecak, langkah” (ukuran tradisional orang jawa zamandulu), hasilnya tidak konsisten (tidak reliabel), makajuga tidak valid. Reliabelitas alat ukur harus dilengkapidengan validitas. Peneliti harus memiliki pengetahuanumum tentang validitas dan reliabilitas sertabagaimana membuat suatu instrumen valid danreliabel. Instrumen yang digunakan untuk mengukurvariabel yang diteliti dalam program mobiledukasi iniyaitu menggunakan 20 butir dan kolom saran.

Teknik pengumpulan data dengan metodekuntitatif melalui lembar kuesioner setelah divalidasi.Lembar kuesioner terdiri atas lembar kuesioner untuksiswa. Masing-masing lembar kuesioner diberikansesuai responden untuk diisi saat pelaksanaan ujicobaprogram, kemudian lembar kuesioner dikumpulkan

penulisan naskah, pelaksanaan produksi, evaluasi danreview, dan finalisasi sebagaimana yang diperlihatkanpada Gambar 4 di bawah ini.

Gambar 3. Tahap Pengembangan Program Mobile Learning

Analisis Kebutuhan

Pemilihan Topik

Pembuatan Garis Besar isi

Penulisan Naskah

Pelaksanaan Produksi

Evaluasi dan Preview

Finalisasi

Page 54: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

295

dan diberi identitas/kategori, selanjutnya data diolah.Proses pengumpulan data ujicoba program dilakukandengan penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesionerdilakukan dalam jam pelajaran, sehingga sebagianbesar siswa yang diberi skala mengembalikanjawaban pengisian kuesioner kepada petugas.Sebelum menyebarkan kuesioner, para siswadiberitahu bahwa jawaban yang diberikan bersifatrahasia dan tidak berpengaruh terhadap prosesbelajar mengajar mereka. Para siswa juga diberitahubahwa mereka diminta memberikan data yang dapatberguna dalam membantu memperbaiki programmobiledukasi. Cara mengerjakan dan jumlah soal jugadijelaskan sebelum kuesioner diberikan, kemudiansiswa ditegaskan untuk merespon semua butir soalyang ada dalam kuesioner secara jujur dan seobyekmungkin, setelah mempelajari/menjalankan programmobiledukasi.

Proses pengumpulan data secara khususdilakukan dalam beberapa tahap, meliputi: 1)Pengantar, dalam tahap ini petugas selaku penyebarkuesioner mengenalkan diri dan memberitahukankepada subjek (responden) mengenai isi dan tujuandari pelancaran kuesioner ini. Di tahap ini juga diberipenjelasan untuk memberikan jawaban yang jujur dansesuai dengan kondisinya sebab kuesioner ini tidakmempengaruhi kegiatan belajar subjek dankerahasiaan data akan dijamin; 2) Menjalankan/mengakses program mobiledukasi; 3) Penyebaraninstrumen ujicoba program; 4) Penjelasan mengenaicara dan peraturan dalam mengerjakan instrumenujicoba. Instruksi pengerjaan instrumen dapatdiperiksa dalam kuesioner; 5) Pengerjaan instrumenujicoba oleh responden; 6) Pengumpulan lembarkuesioner oleh petugas; dan 7) Penutup danpenyampaian ucapan terima kasih atas kesediaansubjek mengisi instrumen ujicoba program.

Teknik analisis data yang digunakan dalamkegiatan ujicoba program mobiledukasi, yaitumenggunakan teknik analisis diskriptif kuantitatif.Dimulai dari pengumpalan data kuantitatif melaluilembar angket/kuesioner, kemudian data dihimpun/ditabulasi dalam program exel, kemudian data diolah/dianalisis dengan statistik deskriptif denganmenggunakan program SPSS versi 11.5 dan

didiskripsikan sesuai hasil masing-masing program.Setelah data ditabulasi dalam program exel

kemudian diolah dalam program SPSS, langkahselanjutnya mendiskripsikan data ke dalam bahasasederhana, yaitu mengkatagorikan program dalamkriteria berikut:

Hasil Penelitian dan PembahasanDeskripsi dataUji coba program mobiledukasi (mobile learning)berjumlah 40 program terdiri; 15 program untuk matapelajaran matematika, 14 program untuk matapelajaran biologi, dan 11 program untuk matapelajaran fisika. Responden uji coba adalah siswatingkat SMA berjumlah 240 siswa, dengan rincian tiapsekolah 15 responden/siswa. Adapun jumlah sekolah16 sekolah, 4 kota dalam jawa dan 4 kota luar jawayang masing-masing kota terdapat 2 sekolah. Diskripsidata hasil ujicoba dapat kita lihat pada tiap butirinstrumen, sebagai berikut: 1) Siswa memilikihandphone sebesar 99,6 %, artinya siswa memilikihandphone tergolong sangat tingggi/siswa banyakyang memiliki ponsel; 2) Siswa memiliki komputersebesar 95 %, artinya siswa memiliki komputer.Tergolong sangat tinggi/kebanyakan siswa memilikikomputer; 3) Siswa memiliki handphone/komputersebesar 77,1 %, artinya siswa memiliki handphone/komputer tergolong tinggi; 4) Siswa memilikihandphone/komputer yang memiliki fasilitas bluetoothsebesar 95,8 %, artinya siswa memiliki handphone/komputer yang memiliki fasilitas Bluetooth sangattinggi; 5) Siswa memiliki handphone sebesar 59,2 %,artinya siswa memiliki handphone yang didukungdengan flashlite player cukup tinggi; 6) Siswa memilikihandphone dengan memori yang cukup untuk

M.Miftah: Studi Pengembangan Mobile Learning pasa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Tabel1: Kategori Program

Skala Kriteria Persen

1 Sangat Tinggi 81 - 1002 Tinggi 61 - 803 Cukup Tinggi 41 - 604 Rendah 21 - 405 Rendah Sekali 0 - 20

Page 55: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

296

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

menyimpan file sebesar 84,2 %, artinya siswa memilikihandphone dengan memori yang cukup untukmenyimpan file tergolong sangat tinggi; 7) Siswamenggunakan handphone sebesar 98,3%, artinyasiswa menggunakan handphone tergolong sangattinggi; 8) Siswa mengetahui adanya informasi tentangmobiledukasi sebesar 66,7%, artinya siswamengetahui adanya informasi tentang mobiledukasitergolong tinggi; 9) Siswa mendownload kontenmobiledukasi dari internet sebesar 78,8%, artinyasiswa dapat mendownload konten mobiledukasi dariinternet tergolong tinggi; 10) Siswa menggunakaninternet dengan komputer sebesar 38,7%, artinyasiswa menggunakan internet dengan komputertergolong rendah; 11) Siswa dapat menggunakaninternet dengan handphone 56,7%, artinya siswamenggunakan internet dengan handphone cukuptinggi; 12) Siswa dapat memasang aplikasi baru dalamhandphone dalam seminggu sebesar 49,6 %, artinyasiswa dapat memasang aplikasi baru dalamhandphone tergolong cukup tinggi; 13) Siswa bermaingame dengan handphone dalam sehari sebesar37,9%, artinya siswa bermain game denganhandphone tergolong rendah. Hal ini menunjukkanbahwa siswa dimungkinkan menggunakan HP untukkeperluan selain bermain game; 14) Kontenmobiledukasi sesuai dengan kebutuhan belajar siswasebesar 65%, artinya konten mobiledukasi sesuaidengan kebutuhan belajar siswa tergolong tinggi; 15)Saya tertarik dengan konten mobiledukasi sebesar68,8%, artinya siswa tertarik dengan kontenmobiledukasi tergolong tinggi; 16) Siswa mudahmemahami penyajian konten mobiledukasi sebesar75%, artinya siswa mudah memahami penyajiankonten mobiledukasi tergolong tinggi; 17) Petunjukpenggunaan mobiledukasi jelas sebesar 70,8%,artinya siswa memahami petunjuk penggunaanmobiledukasi jelas tergolong tinggi; 18) Siswa dapatbertukar file dari handphone ke handphone maupundari komputer ke handphone atau sebaliknya sebesar88,7%, artinya siswa dapat bertukar file darihandphone ke handphone maupun dari komputer kehandphone atau sebaliknya tergolong sangat tinggi;19) Siswa dapat mendownload konten mobiledukasidari internet ke dalam handphone sebesar 74,2%,

artinya siswa kebanyakan dapat mendownloadkonten mobiledukasi dari internet ke dalamhandphone tergolong tinggi; 20) Siswa dapatmenyimpan materi mobiledukasi ke dalamhandphone sebesar 75,4%, artinya siswa dapatmenyimpan materi mobiledukasi kedalamhandphone tergolong tinggi.

PembahasanBerdasarkan data lapangan menunjukkan bahwa rata-rata peserta didik menjawab butir instrumen tergolongtinggi. Artinya, program telah memenuhi kriteria me-dia pembelajaran. Sebagaimana disampaikan AdeKusnandar (2006) media pembelajaran dikatakan baikjika memenuhi beberapa karakteristik media, antaralain; program sebagai media pembelajaran,memanfaatkan berbagai media secara terintegrasi,sengaja di rancang, terdiri atas beberapa segmen,tersusun secara logis, melibatkan respon daripengguna. Disamping itu, program disajikan denganpraktis dan sederhana yang memungkinkan usersenang/berminat belajar dengan program tersebut.Sejalan dikatakan Kenthut (2006) bahwapembelajaran mengandung ciri-ciri antara lain:menampilkan informasi, memberikan petunjuk &arahan (learning guidance), menciptakan kondisibelajar, memberikan kesempatan pengguna untukmencoba skill atau keahlian yang diperoleh (practice),dan menguji kemampuan pengguna.

Kelebihan program mobile learning untuk SMA,antara lain: program dirancang berdasarkan tujuaninstruksional/kurikulum yang berlaku, program dibuatdengan pendekatan topik, dibuat sesuai karakteristiksiswa, memaksimalkan interaktif, bersifat indvidual,dapat mempertahankan minat siswa, dirancangsesuai dengan pendekatan siswa, mampumemberikan berbagai macam umpan balik,tampilannya terlihat menarik, memanfakankemampuan komputer secara maksimal, dirancangsesaui prinsip desain intruksional, di evaluasi secarakeseluruhan dari berbagai segi yang meliputi; aspekmateri, kurikulum dan instruksional, serta tampilanprogram. Selain itu, program mobile learning telahmemenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasismultimedia interaktif yang antara lain; memperkuat

Page 56: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

297

respon peserta didik dengan cepat, memberikankesempatan kepada peserta didik untuk mengontrollaju kecepatan belajar sendiri (leanner control ataubronching), memberi perhatian pada peserta didikuntuk mengikuti suatu urutan yang koheren danterkendalikan (logic systematic), memberikankesempatan peserta didik untuk berpartisipasi aktif(simulatif atau interactive), serta terdapat implikasi dariprogram ini dapat meningkatkan pemahaman danmemotivasi untuk lebih menguasai materi.

Kekurangan program, antara lain meliputi; aspekmateri yaitu, cakupan materi yang dirasa masih sedikitdan terlalu singkat maka perlu diperbanyak dandiperdalam lagi, perlu dibuat link/tulisan berwarnauntuk menunjukkan penambahan/perluasanpemahaman dalam bacaan lain. Selain itu, dalamaspek tampilan yang perlu diperbaiki antara lain: perlumenampilkan gambar yang menjadi inti pembelajarandan sekaligus penjelasan cara kerjanya, pewarnaandi antara obyek/gambar dibuat lebih menarik dansebaiknya menghindari warna kontras, ukuran untukgambar dibuat lebih besar agar bisa dibaca dan diberiketerangan supaya tidak membingungkan dangunakan kata-kata yang mudah difahami. Sebaiknyaprogram didahului dengan petunjuk pengoperasian,teks yang penting sebaiknya diwarnai danmemperhatikan tipe huruf, ukuran huruf, dan Justifi-cation (pengaturan), simulasi masih kurang mewakilimateri, gambar sebaiknya dibuat seperti aslinyadengan pewarnaan yang menarik, tidak pecah danberukuran proporsional, pemberian soal sebaiknyadisesuaikan dengan isi materi dan sebaiknya soaldibuat acak.

Dari hasil data dan pemaparan kelebihan sertakekurangan program, pada dasarnya program secarakeseluruhan sangat baik, hal ini ditinjau dari sisi tingkatperkembangan sampel ujicoba program, mereka padaumumnya memberikan jawaban yang memilikikesamaan, yaitu semua aspek program dinilai dengandengan sangat baik. Jadi program mobile learningberjumlah 40 program di situs m-edukasi.net layakdigunakan dan disebarluaskan untuk mediapembelajaran bagi peserta didik untuk SMA.

Simpulan dan SaranSimpulanPada dasarnya program secara keseluruhan sangatbaik dan layak untuk digunakan sebagai mediapembelajaran bagi peserta didik, karena programmengandung karakteristik komediaan, sudah sesuaidengan kurikulum dan kebutuhan pembelajaranpeserta didik, program didesain berdasarkan desainpembelajaran yang mengacu pada kurikulum yangberlaku, program sudah mempertimbangkan masalahdesain instruksional yang meliputi: kelengkapankomponen instuksional, kejelasan tujuan, kejelasanuraian materi, pemberian latihan, pemanfaatan aspekpedagogis, ketepatan evaluasi, konsistensi antaratujuan, materi dan evaluasi, pemberian contoh dannon contoh, serta motivasi. Namun demikian, perluperbaikan dari aspek tampilan dan aspek materi,serta sisi tampilannya.

SaranBerdasarkan kesimpulan di atas, maka dapatdisarankan sebagai berikut: 1) Untuk BalaiPengembangan Multimedia Pendidikan (BPMP)Kemdikbud, pengembangan e-learning di institusipendidikan melibatkan banyak faktor dalamorganisasi, yaitu infrastruktur teknologi, sumber dayamanusia, dan l ingkungan yang mencakupkepemimpinan dan kultur. Model Mobile Learningmerupakan manifestasi dari kesiapan seluruhkomponen organisasi untuk mengadopsi e-learning;2) Ujicoba program lanjutan, antara lain: (a) agardipersiapkan lebih awal dan matang; (b)mengembangakan uj i coba dalam modelpengembangan yang lebih luas; (c) melaksanakanuji coba program yang memiliki nilai/bobot yanglangsung dapat dirasakan bagi sekolah-sekolah; dan(d) agar diperoleh dampak nyata, perlu dilakukantindak lajut setelah program kegiatan ujicoba pro-gram mobile learning (mobiledukasi) pada situs m-edukasi.net.

M.Miftah: Studi Pengembangan Mobile Learning pasa Sekolah Menengah Atas (SMA)

Page 57: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

298

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Pustaka AcuanAde Kusnandar. 2006. Karakteristik media pembelajaran. Diambil dari presentasi yang disajikan dalam kegiatan

lokakarya penyusunan instrumen analisis kebutuhan pada tanggal 14 Agustus 2006. Semarang: BPM Semarang.AECT. 1977. Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.Arief S. Sadiman. 2003. Media Pembelajaran pada proses pendidikan.http://indrockz.blogspot.com/2010/04/media-pembelajaran-pada-proses.html. Diakses 26 Juni 2012.Ary, D., Jacobs, L.C., & Razavieh A. 1990. Instruction to Research in Education. Fourt Worth: Harcourt Brace

Collage Publishers.A.Y Sorgeng Ysh. 2006. Dasar-dasar Penelitian bidang Sosial, Psikologi, dan Pendidikan. Semarang : IKIP

PGRI Semarang Press.Borg, W.R. dan Gall, M.D. 1983. Educational reaseacr: An introduction, fourth edition. New York: Longman.Clark Quinn. 2000, Mobile Learning. http://www.scribd.com/doc/76794549/Mobile-Learning-Didefinisikan-Oleh-Clark-

Quinn, di akses 25 Juni 2012.Gary J. Anglin. 1995. Instructional Technology. Englewood, Colorado: Libraries Unlimited, Inc.Gay, L.R. 1990. Educational research: Competencies analyses and application. 3rd.ed. Singapore: Macmillan

Publishing Company.John D. Latuheru. 1988. Media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar masa kini. Jakarta: Depdikbud.Kentut. 2006. Prinsip-prinsip penulisan naskah multimedia. Diambil dari presentasi yang disajikan dalam kegiatan

pelatihan penulisan naskah multimedia interaktif, pada tanggal 9 Agustus 2006. Semarang: BPM semarang.Seels, B.B., and Richey R.C. 1994. Instructional technology: the defenition and domains of the field. AECT-

Washington, DC.Suharsimi Arikunto. 2005. Manajemen Penelitian, edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

*******

Page 58: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

299

PENGARUH PENERAPAN PENILAIAN PORTOFOLIO ONLINE WEB BASEDLEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA TINGKAT SMA

INFLUENCE OF IMPLEMENTATION ONLINE PORTFOLIO ASSESSMENT OFWEB BASED LEARNING AGAINST THE STUDENTS LEARN PHYSICS FOR

HIGH SCHOOL LEVEL

Denis Irawan, I Made Astra, Fauzi BakriJurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Jakarta,

Jl. Rawamangun Muka, Jakarta 13220 ([email protected], [email protected], [email protected])

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan penilaian portofolio online webbased learning terhadap hasil belajar fisika siswa tingkat SMA dalam pembelajaran fisika. Metode yangdigunakan adalah quasi eksperimen. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Depok kelas X padabulan Januari - Februari 2012. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah siswa kelas X-4 danX–5 yang masing-masing terdiri dari 40 siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penerapanpenilaian portofolio online web based learning, dan variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa dalampembelajaran fisika. Untuk mengukur variabel terikat digunakan instrumen berupa soal pilihan gandadengan 5 pilihan sebanyak 25 soal. Sebelum soal digunakan pada kelas eksperimen dan kontrol,terlebih dahulu soal tes tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas menggunakan korelasiproduk moment dan uji signifikansi, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha. Kelaseksperimen diberikan perlakuan penerapan penilaian portofolio online web based learning dalam prosespembelajaran fisika, sedangkan kelas kontrol menerapkan portofolio online dengan penilaian berupakomentar dalam proses pembelajaran fisika. Pengujian normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat yangmenunjukkan bahwa data terdistribusi secara normal. Uji homogenitas menggunakan uji-F menunjukkanbahwa sampel bersifat homogen. Pada pengujian hipotesis digunakan uji parametrik (uji-t) dengan tarafsifnifikan ? = 0,05. Dari hasil pengujian diperoleh nilai thitung = 3, 74 dan ttabel = 1,667, thitung > ttabelsehingga diperoleh kesimpulan bahwa penerapan penilaian portofolio online web based learningberpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa SMA pada pembelajaran fisika.

Kata Kunci: penilaian, portofolio, online, web based learning

Abstract:This research aims to determine the influence of the application of portfolio assessment onlineweb based learning to the student level results studied physics in high school physics learning. Themethod used is a quasi experiment. This research was conducted at SMA Negeri 3 Depok class X inJanuary - February 2012. As for the sample of this research is a student of class X–4 and X–5, each ofwhich consists of 40 students. Free variables in this research is the application of portfolio assessmentonline web based learning, and bound variable is student learning outcomes in learning physics. Tomeasure the variables bound in the form of instrument used multiple choice questions with 5 choices asmuch as 25 questions. Before the matter is used in class experiments and control, first question testedthe validity of the test and reliability. Test the validity of using the product moment correlation andsignificance tests, where as the reliability test using the formula alpha. Experimental treatment of the

Diterima tanggal:14/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:23/08/2012; Disetujui tanggal: 01/09/2012

Page 59: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

300

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

PendahuluanSemakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan danteknologi memiliki pengaruh terhadap kehidupanmasyarakat. Masyarakat cenderung mengalamiperubahan pola pikir dan gaya hidup, bahkan kehidupanmasyarakat kini tidak lagi dapat dipisahkan dari keduaaspek tersebut. Masyarakat yang sedikit memiliki ilmupengetahuan dan kurang menguasai teknologi akanjauh tertinggal oleh masyarakat yang kaya akan ilmupengetahuan dan mahir dalam menggunakanteknologi. Untuk mengurangi jarak ketertinggalan,setiap orang harus menggali ilmu pengetahuan danteknologi sedalam mungkin dengan cara terus belajar.

Dalam upaya pembangunan nasional, sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modaldasar yang harus dimiliki oleh negara. Hal inimerupakan tantangan bagi dunia pendidikan terutamasekolah dalam membentuk generasi penerus bangsayang berkualitas. Upaya yang dilakukan untukmenghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu dengancara meningkatkan pendidikan.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi mutusuatu pendidikan yaitu dengan melakukanpengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP), meningkatkan kompetensi guru melaluipelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran, danperbaikan sarana prasarana pendidikan sertapeningkatan mutu manajemen sekolah.

Dalam menerapkan pembelajaran, siswa perludibekali dan dipersiapkan dalam menghadapi berbagaiperubahan, oleh karena itu pendidikan harus diletakkanpada empat pilar pendidikan yaitu belajar mengetahui(learning to know), belajar melakukan (learning to do),belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live to-gether), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be)

application class is given an assessment portfolio online web based learning in learning process ofphysics, where as the control class implements an online portfolio assessment in the process of learningwith commentary assessment. Normality testing using Chi Square test that indicates that the data isdistributed normally. Much of its homogeneity parametric test (test-t) with adequate ? = 0.05. From thetest results obtained the value of tcount = 3,74 and ttable = 1,667, which tcount > ttable so that theapplication of valuation conclusions acquired a portfolio of online web based learning has effectsignificantly to student learning outcomes in high school physics learning.

Keywords: assessment, portfolio, online, web based learning

(E. Mulyasa, 2002:5).Paradigma baru pendidikan fisika, menghendaki

dilakukan inovasi yang terintegrasi danberkesinambungan. Salah satu wujudnya adalahinovasi yang dilakukan oleh guru dalam kegiatanpembelajaran di kelas. Kebiasaan guru dalammengumpulkan informasi mengenai tingkatpemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi,pemberian tugas, dan tes akan sangat bermanfaatdalam menentukan tingkat penguasaan siswa dandalam evaluasi keefektifan proses pembelajaran.Informasi yang akurat tentang hasil belajar, minat dankebutuhan siswa hanya dapat diperoleh melaluipenilaian dan evaluasi yang efektif.

Menurut Dasim Budimansyah (2003:109), penilaianadalah upaya mencari informasi tentang pengalamanbelajar siswa dan informasi tersebut dipergunakansebagai balikan (feed back) untuk membelajarkansiswa kembali. Permendiknas nomor 20 tahun 2007tentang standar penilaian, mengamanatkan bahwapenentuan jenis penilaian harus mencakup penilaiandengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuktertulis maupun lisan, pengamatan kerja, pengukuransikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek,penggunaan portofolio dan penilaian diri. Permendiknasnomor 20 tahun 2007 tersebut memberikan gambaranbahwa sistem penilaian harus dilakukan secara berkaladan berkesinambungan disamping itu juga penilaianharus dapat menaksir kemampuan secara menyeluruhyang meliputi proses dan hasil pertumbuhan danperkembangan wawasan pengetahuan, sikap danketerampilan yang dicapai dalam belajar.

Salah satu teknik penilaian yang dapat dilakukanguru yaitu memberikan tugas yang kemudian dikoreksi,dikembalikan kepada siswa, dan didokumentasikan

Page 60: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

301

Portofolio jenis ini dinamakan Portofolio Elektronik(electronic portfolio) atau sering disebut E-Portfolio atauweb-portfolio, yaitu sebuah dokumen portofolio yangdisimpan dalam format elektronik. Isi portofolioelektronik sama seperti yang terdapat dalam bentukportofolio biasa, hanya saja informasi itu dikumpulkan,disajikan dan disusun secara elektronik berbasiskomputer.

Konsep E-Portfolio juga digunakan untukmenjawab tantangan dunia pendidikan terhadapglobalisai, dimana internet menjadi suatu sumberberagam informasi dan pembelajaran dalampendidikan. E-Portfolio merupakan kegiatan yangberkaitan erat dengan teknologi belajar atau ad-vanced learning technology (ALT). Teknologi inimengajarkan bagaimana menggunakan teknologiuntuk meningkatkan proses pembelajaran maupunpenilaian, antara lain via blog, web dan teknologimultimedia.

Sehingga dengan berkembangnya teknologi dankemudahan dalam mengakses internet, makapenilaian portofolio dapat dilakukan secara online yangdapat memudahkan guru dan siswa dalam melakukanpembelajaran dan penilaian.

Kajian Literatur

Penilaian PembelajaranPengertian PenilaianPenilaian merupakan bagian terpenting dari prosespembelajaran. Karena dari proses pembelajarantersebut guru perlu mengetahui seberapa jauh prosespembelajaran tersebut telah mencapai hasil sesuaidengan tujuan yang ditetapkan. Menurut Arikunto(2009:3) mengemukakan bahwa menilai merupakanmengambil suatu keputusan terhadap sesuatumengenai baik atau buruk. sehingga untuk dapatmengatakan baik, sedang, kurang, diperlukan adanyaukuran yang jelas bagaimana yang baik, yang sedang,dan yang kurang. Menurut Nana Sudjana (2004:3)penilaian adalah proses untuk menentukan nilai darisuatu obyek atau peristiwa dalam suatu kontekssituasi tertentu, dimana proses penentuan nilaiberlangsung dalam bentuk interpretasi yang kemudiandiakhiri dengan suatu “judgment“. Interpretasi dan

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

dalam map. Hal ini sangat bermanfaat untukmengidentifikasi letak kelemahan dan kelebihan siswaatau memberi nilai diagnostik yang berarti bagi guru.Bagi siswa penilaian berfungsi sebagai refleksi(perenungan) dan menilai dirinya sendiri tentangkualitas dan kuantitas pekerjaannya dan kemajuannyadalam mencapai tujuan pembelajaran.

Sistem penilaian yang demikian dikenal dengannama sistem penilaian berbasis portofolio. Dengandemikian sistem penilaian berbasis portofolio adalahsuatu usaha untuk memperoleh berbagai informasisecara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruhtentang proses dan hasil pertumbuhan danperkembangan wawasan pengetahuan, sikap danketrampilan siswa yang bersumber dari catatan dandokumentasi pengalaman belajar siswa (DasimBudimansyah, 2003:107).

Pada kenyataannya banyak pendidik dan satuanpendidikan yang enggan melakukan penilaianberbasis portofolio . Menurut Muhammad Hatta(2006:90) penilaian portofolio memerlukan kerja ekstradibandingkan dengan penilaian lain yang biasa gurulakukan. Memerlukan banyak waktu untuk mengakses,merupakan data statis, dan penilaian portofoliomemerlukan tempat penyimpanan yang memadai,apalagi bila jumlah peserta didik cukup besar(Muhammad Hatta, 2006:96). Sehingga dalampelaksanaan penilaian portofolio guru merasakerepotan ketika harus memeriksa bundel tugasportofolio dalam bentuk print out dari seluruh siswa.

Menghadapi permasalahan diatas maka diperlukansuatu media penilaian yang tidak hanya mampumemfasilitasi penilaian yang komprehensif menyangkutaspek pengetahuan, keterampilan dan sikap siswanamun juga simpel, efisien dan lebih dinamis. Simpelberarti mudah digunakan baik oleh siswa ketikamemasukan dokumen kerja maupun oleh guru padasaat memberi penilaian atas hasil kerja mereka. Efisienberarti media itu hanya memerlukan sedikit biaya dalamdokumentasi dan tempat penyimpanan dokumen (stor-age). Lebih dinamis berarti dapat memasukan tidakhanya dokumen tertulis tetapi juga dokumen video danaudio yang dapat diakses setiap waktu.

Media penilaian portofolio berbasis komputer dapatmenjadi solusi alternatif atas permasalahan diatas.

Page 61: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

302

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran(Sudjana, 2004:3).

Dengan demikian, berdasarkan uraian diataspenilaian adalah penerapan berbagai cara danpenggunaan beragam alat penilaian untuk dapatmengukur dan memperoleh informasi tentang sejauhmana hasil belajar peserta didik atau ketercapaiankompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didikdalam proses pembelajaran. Penilaian juga dapatmelihat sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorangpeserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilaikualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilaikuantitatif (berupa angka).

Fungsi PenilaianSecara umum pembelajaran dimaknai sebagai suatukegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahantingkah laku. Dengan pengertian demikian, makapembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatanyang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehinggatingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebihbaik (Darsono, 2000:24). Oleh sebab itu dalampenilaian hendaknya diperiksa sejauh manaperubahan tingkah laku siswa telah terjadi melaluiproses belajarnya. Dengan mengetahui tercapaitidaknya tujuan pembelajaran, dapat diambil tindakan

judgment merupakan tema penilaian yangmengimplikasikan adanya suatu perbandingan antarakriteria dan kenyataan dalam konteks situasi tertentu.Atas dasar itu maka dalam kegiatan penilaian selaluada objek/program yang dinilai, ada kriteria, dan adainterpretasi atau judgment.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberiannilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswadengan kriteria tertentu, dalam hal ini obyek yangdinilai adalah hasil belajar siswa. Nana Sudjana(2004:3) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswapada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yangmencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar rumusankemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasaisiswa (kompetensi) menjadi unsur penting sebagaidasar dan acuan penilaian. Penilaian prosespebelajaran adalah upaya memberi nilai terhadapkegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa

perbaikan proses pembelajaran dan perbaikan siswayang bersangkutan. Misalnya dengan melakukanperubahan dalam strategi mengajar, memberikanbimbingan dan bantuan belajar kepada siswa. Denganperkataan lain, hasil penilaian tidak hanya bermanfaatuntuk mengetahui tercapai tidaknya perubahantingkah laku siswa, tetapi juga sebagai umpan balikbagi upaya memperbaiki proses pembelajaran. Dalampenilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan prosespebelajaran dalam mengupayakan perubahan tingkahlaku siswa. Oleh sebab itu, penilaian hasil dan prosesbelajar saling berkaitan satu sama lain sebab hasilbelajar yang dicapai siswa merupakan akibat dariproses pembelajaran yang ditempuhnya (Sudjana,2004:3). Fungsi dari penilaian menurut Nana Sudjana,(2004:3)adalah sebagai berikut: 1) Alat untukmengetahui tercapai-tidaknya tujuan pembelajaran.

Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacupada rumusan-rumusan tujuan pembelajaran sebagaipenjabaran dari kompetensi mata pelajaran. 2) Umpanbalik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.Perbaikan mungkin dilakukan dalam hal tujuanpembelajaran, kegiatan atau pengalaman belajarsiswa, strategi pembelajaran yang digunakan guru,media pembelajaran, dll. 3) Dasar dalam menyusunlaporan kemajuan belajar siswa kepada para orangtuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakankemampuan dan kecakapan belajar siswa dalamberbagai bidang studi atau mata pelajaran dalambentuk nilai-nilai prestasi yang dicapainya.

Tujuan PenilaianSejalan dengan fungsi penilaian di atas maka tujuandari penilaian hasil belajar menurut Nana Sudjana(2004:4) adalah untuk : a) Mendeskripsikankecakapan belajar para siswa sehingga dapatdiketahui kelebihan dan kekurangannya dalamberbagai bidang studi atau mata pelajaran yangditempuhnya. Dengan pendeskripsian kecakapantersebut dapat diketahui pula posisi kemampuan siswadibandingkan dengan siswa lainnya. b) Mengetahuikeberhasilan proses pendidikan dan pembelajarandisekolah, dalam aspek intelektual, sosial, emosional,moral, dan ketrampilan yakni seberapa jauhkeefektifannya dalam mengubah tingkah laku para

Page 62: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

303

sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan padaakhir unit program, yakni akhir caturwulan, akhirsemester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untukmelihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakniseberapa jauh kompetensi siswa dan kompetensimata pelajaran dikuasai oleh para siswa. Penilaianini berorientasi kepada produk, bukan kepadaproses. c) Penilaian Diagnostik. Penilaian diagnostikadalah penilaian yang bertujuan untuk melihatkelemahan-kelemahan siswa serta faktorpenyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untukkeperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial(remedial teaching), menemukan kasus kasus, dll.Soal-soalnya disusun sedemikian rupa agar dapatditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi olehpara siswa. d) Penilaian Selektif. Penilaian selektifadalah penilaian yang bertujuan untuk keperluanseleksi, misalnya tes atau ujian saringan masuk kesekolah tertentu. e) Penilaian Penempatan.Penilaian penempatan adalah penilaian yangditujukan untuk mengetahui keterampilan prasyaratyang diperlukan bagi suatu program belajar danpenguasaan belajar seperti yang diprogramkansebelum memulai kegiatan belajar untuk programitu. Dengan perkataan lain, penilaian ini berorientasikepada kesiapan siswa untuk menghadapi programbaru dan kecocokan program belajar dengankemampuan siswa.

Dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapatdibedakan menjadi (a) tes dan (b) bukan tes(nontes). Tes bisa terdiri atas tes lisan (menuntutjawaban secara lisan), tes tulisan (menuntutjawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntutjawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tesada yang disusun dalam bentuk (a) objektif, adajuga yang disusun dalam bentuk (b) esai atauuraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat penilaianmencakup observasi, kuesioner, wawancara, skalapenilaian, sosiometri, studi kasus, portofolio, dll.

Portofolio

Pengertian PortofolioPengertian Portofolio, Secara etimologi, portofolioberasal dari dua kata, yaitu port (singkatan dari re-

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.Keberhasilan pendidikan dan pembelajaran pentingartinya mengingat peranannya sebagai upayamemanusiakan atau membudayakan manusia, dalamhal ini para siswa agar menjadi manusia yangberkualitas. c) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian,yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalamhal program pendidikan dan pembelajaran serta strategipelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasilbelajar yang dicapainya hendakmya tidak dipandangsebagai kekurangan pada diri siswa semata-mata,tetapi juga bisa disebabkan oleh programpembelajaran yang diberikan kepadanya atau olehkesalahan strategi dalam melaksanakan programtersebut. Misalnya kekurangtepatan dalam memilihdan menggunakan metode mengajar dan alat bantupembelajaran.d) Memberikan pertanggungjawaban(accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak yang dimaksudmeliputi pemerintah, masyarakat, dan para orangtua siswa. Dalam mempertanggungjawabkan hasil-hasil yang telah dicapainya, sekolah memberikanlaporan berbagai kekuatan dan kelemahanpelaksanaan sistem pendidikan serta kendala yangdihadapinya. Laporan disampaikan kepada pihakyang berkepentingan, misalnya dinas pendidikansetempat melalui petugas yang menanganinya.Sedangkan pertanggungjawaban kepadamasyarakat dan orang tua disampaikan melaluilaporan kemajuan belajar siswa (raport) pada setiapakhir program, semester.

Jenis–Jenis PenilaianDilihat dari fungsinya penilaian dibedakan menjadilima jenis yaitu penilaian formatif, penilaian sumatif,penilaian diagnostik, penilaian selektif, danpenilaian penempatan (Sudjana, 2004:5) yaitu: a)Penilaian Formatif. Penilaian formatif adalahpenilaian yang dilaksanakan guru pada saatberlangsungnya proses pembelajaran untuk melihattingkat keberhasilan proses belajar-mengajar itusendiri. Dengan demikian, penilaian formatifberorientasi kepada proses belajar mengajar untukmemperbaiki program pengajaran dan strategipelaksanaannya. b) Penilaian Sumatif. Penilaian

Page 63: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

304

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Penilaian PortofolioPenilaian portofolio adalah kumpulan karya ataudokumen peserta didik yang tersusun secarasistemaatis dan terorganisasi yang diambil selamaproses pembelajaran, digunakan oleh guru danpeserta didik untuk menilai dan memantauperkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikappeserta didik dalam mata pelajaran tertentu (Supranatadan Hatta, 2006:28). Portofolio dalam arti ini, dapatdigunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu

port) yang berarti laporan dan folio yang berarti penuhatau lengkap. Secara umum portofolio merupakankumpulan dokumen seseorang, kelompok, lembaga,organisasi, perusahaan atau sejenisnya yangbertujuan untuk mendokumentasikan perkembangansuatu proses dalam mencapai tujuan yang telahditetapkan. Menurut Paulson (1994:60)mendefinisikan portofolio sebagai kumpulanpekerjaan siswa yang menunjukkan usaha,perkembangan dan kecakapan mereka dalam satubidang atau lebih. Menurut Gronlund (1998:159)portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswayang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yangharus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuanpenggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa inimemberikan dasar bagi pertimbangan kemajuanbelajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa,orang tua serta pihak lain yang tertarik berkepentingan.

Sehingga portofolio dapat digunakan untukmendokumentasikan perkembangan siswa dalamsetiap kegiatan dan proses pembelajaran. Secaraumum, dalam dunia pendidikan portofolio merupakankumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenaisiswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur.Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yangdikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaanguru, catatan hasil observasi guru, catatan hasilwawancara guru dengan siswa, laporan kegiatansiswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.

Dari berbagai batasan di atas dapat dirumuskanbahwa portofolio adalah kumpulan dari dokumen-dokumen atau tugas-tugas terbaik yang dikerjakanoleh siswa untuk mengetahui tingkat perkembanganyang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran.

komponen dari instrumen penilaian, untuk menilaikompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa.Portofolio demikian disebut juga ‘portofolio untukpenilaian’ atau ‘portofolio penilaian’.

Penilaian portofolio merupakan satu metodepenilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkaninformasi atau data secara sistematik atas hasilpekerjaan seseorang (Pomham, 1984). Aspek yangdiukur dalam penilaian portofolio adalah tiga domain perkembangan psikologi anak yaitu kognitif, afektifdan psikomotorik.

Menurut Budimansyah (2003:1) portofolio dapatdiartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagaisuatu proses sosial pedagogis, maupun sebagaiadjektif. Sebagai suatu wujud benda fisik portofolioadalah bundel, yaitu kumpulan atau dokumentasi hasilpekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatubundel. Misalnya hasil tes awal (pre-test), tugas,catatan anekdot, piagam penghargaan, keteranganmelaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post-test) dan sebagainya. Sebagai suatu proses sosialpedagogis, portofolio adalah kumpulan pengalamanbelajar yang terdapat di dalam pikiran peserta didikbaik yang berwujud pengetahuan (kognitif),keterampilan (skill), maupun sikap (afektif).

Portofolio sebagai hasil pelaksanaan tugaskinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswabersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapaitujuan belajar, atau mencapai kompetensi yangditentukan dalam kurikulum. Portofolio dalam arti ini,dapat digunakan sebagai instrument penilaian atausalah satu komponen dari instrument penilaian, untukmenilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajarsiswa.

Berdasarkan pengertian tentang penilaian danportofolio, maka dapat disimpulkan bahwa penilaianportofolio dalam pembelajaran fisika dapat diartikansebagai suatu usaha untuk memperoleh berbagaiinformasi secara berkala, berkesinambungan, danmenyeluruh tentang proses, hasil pertumbuhan,perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, danketerampilan peserta didik yang bersumber daricatatan dan dokumen pengalaman belajarnya didalam pembelajaran fisika. Menggunakan penilaianportofolio dalam kegiatan pembelajaran, pemeriksaan

Page 64: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

305

kemajuan belajar siswa bagi dirinya, orang tua, ataulainnya.

Portofolio sangat bermanfaat baik bagi gurumaupun siswa dalam melakukan penilaian proses.Portofolio dapat berisikan laporan kegiatan praktikumyang diikuti siswa, tugas-tugas proyek, tugas-tugasindividu atau kelompok dan lain-lain.

Jenis–Jenis Penilaian PortofolioAda berbagai jenis portofolio,menurut Nitko danBrookhart (2007:249), yaitu: a) Showcase Portfolios:Portofolio Showcase menyoroti produk terbaik selamaperiode waktu tertentu. Misalnya, menampilkanportofolio di kelas komposisi mungkin termasukcontoh terbaik dari jenis penulisan yang berbeda,seperti esai, puisi, cerita pendek, sepotong biografi,atau analisis sastra. Dalam kelas bisnis, portofoliomenampilkan beberapa resume, surat sampel bisnis,sebuah proyek pemasaran, dan tugas kolaboratif yangmenunjukkan kemampuan individu untuk bekerjadalam sebuah tim. Siswa sering diperbolehkan untukmemilih apa yang mereka percaya untuk menjadikarya terbaik mereka, menyoroti prestasi danketerampilan mereka. Menampilkan bentuk refleksibiasanya berfokus pada kekuatan dokumen yangdipilih dan mendiskusikan bagaimana masing-masingmemenuhi atau melampaui standar yang diperlukan.b) Process Portfolios: Portofolio Proses, sebaliknya,lebih berkonsentrasi pada proses pembelajaran bukantujuan akhir atau produk akhir dari proses belajar.Dalam kelas komposisi, misalnya, tahapan yangberbeda dari proses-garis besar, konsep rekan,pertama dan tanggapan guru, revisi awal, dan dieditakhir rancangan-mungkin diperlukan. Sebuah refleksiproses dapat mendiskusikan mengapa strategitertentu digunakan, apa yang berguna atau tidakefektif bagi individu dalam proses menulis, danbagaimana siswa belajar tentang membuat kemajuandalam menghadapi kesulitan dalam memenuhipersyaratan. Sebuah refleksi proses biasanyaberfokus pada banyak aspek dari prosespembelajaran, termasuk dalam hal apa pendekatankerja terbaik, yang tidak efektif, informasi tentang dirisendiri sebagai pembelajar, dan strategi ataupendekatan untuk diingat dalam tugas masa depan.

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

dan pemberian umpan balik terhadap pekerjaan siswaharus dilakukan oleh guru dalam setiap kegiatanpembelajaranya. Artinya setiap kali siswa selesaimengerjakan tugas dan mengumpulkan, guru harussegera memeriksa dan memberikan penilaian yangbersifat sebagai umpan balik yang diperlukan siswa.

Tujuan dan Fungsi Penilaian PortofolioPortofolio tidak hanya merupakan tempatpenyimpanan hasil pekerjaan peserta didik tetapimerupakan sumber informasi untuk guru dan pesertadidik. Portofolio berfungsi untuk mengetahuiperkembangan pengetahuan peserta didik dankemampuan dalam pembelajaran serta pertumbuhankemampuan peserta didik. Portofolio dapatmemberikan bahan tindak lanjut dari suatu pekerjaaanyang telah dilakukan peserta didik sehingga guru danpeserta didik berkesempatan untuk mengembangkankemampuannya. Portofolio dapat berfungsi sebagaialat untuk melihat perkembangan tanggung jawabpeserta didik dalam belajar, perluasan dimensi belajar,pembaharuan kembali proses belajar mengajar danpengembangan pandangan peserta didik dalambelajar (Surapranata dan Hatta, 2006:73).

Menurut Berenson dan Carter (1995:184) fungsipenilaian portofolio antara lain sebagai berikut: 1)Mendokumentasikan kemajuan siswa dalam kurunwaktu tertentu. 2) Mengetahui bagian-bagian yangperlu diperbaiki. 3) Membangkitkan kepercayaan diridan motivasi untuk belajar. 4) Mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar.

Menurut Gronlund (1998:158) tujuan penilaianportofolio adalah sebagai berikut: a) Kemajuan siswadapat terlihat jelas. b) Penekanan pada hasil belajarterbaik siswa memberikan pengaruh positif dalambelajar. c) Membandingkan pekerjaan sekarangdengan pekerjaan yang lalu memberikan motivasiyang lebih besar daripada membandingkan denganmilik orang lain. d) Keterampilan penilaian sendirimengarah pada seleksi contoh pekerjaan danmenentukan pilihan terbaik. e) Memberikankesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaanindividu (misalnya siswa menulis sesuai dengantingkat level mereka tetapi sama-sama menuju tujuanumum). f) Menjadi alat komunikasi yang jelas tentang

Page 65: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

306

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Penilaian Portofolio Online dalam E- PortfoliosPortofolio elektronik merupakan suatu penemuan barupada awal tahun 1990 di bidang teknologi pendidikanyang mengkombinasikan teknologi elektronik untukmembuat dan menampilkan suatu portofolio yangdapat dibaca melalui komputer (Barrett, 2007). E-Portofolio adalah koleksi digital artifak- artifak yangmerepresentasikan indivisual, kelompok, komunitas,organisasi, atau institusi (Lorenzo & Ittelson, 2005).Koleksi ini dapat diletakkan pada media cakram padat(CD atau DVD) maupun web. Pada saat ini WorldWide Web (WWW) telah mempermudah berbagaipekerjaan, termasuk dalam pendidikan. Hypertextmarkup language (HTML) menyokong hyperlinking,

c) Evaluation Portfolios: Bentuk dokumen portofoliodapat bervariasi secara substansial dalam bentukevaluasi mereka. Tujuan dasar mereka, tetap untukmenunjukkan serangkaian evaluasi selama belajaratau prestasi siswa dalam kaitannya dengan kriteriaatau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Padadasarnya, jenis tes portofolio dokumen, pengamatan,catatan, atau dokumen penilaian lain yang diperlukanuntuk berhasil menyelesaikan pembelajaran. Sebuahportofolio dapat mencakup evaluasi tes matematika,kuis, dan penjelasan tertulis dari bagaimanaseseorang dapat memecahkan masalah ataumenentukan formula untuk digunakan, sedangkanevaluasi portofolio ilmu mungkin juga meliputipercobaan laboratorium, hasil proyek sains denganfoto atau dokumen lainnya, dan penelitian laporan,serta tes dan kuis. Berbeda dengan showcase port-folios, portofolio evaluasi tidak hanya meliputipekerjaan terbaik, melainkan sebuah pilihan jenisevaluasi yang menunjukkan kesulitan siswa danperjuangan keberhasilan mereka untukmenyelesaikan pekerjaan lebih baik. Siswa dapatmerenungkan atau mengevaluasi mengapa beberapapekerjaan berhasil dan lainnya kurang berhasil,dengan begitu mereka dapat mengembangkanketerampilan metakognitif mereka. d) Online or E-Portfolios: E-portofolio mungkin salah satu dari jenisportofolio di atas atau kombinasi dari berbagai jenisportofolio, persyaratan umum adalah bahwa semuainformasi dan dokumen dapat diakses secara online.

termasuk membuat bentuk web. Bentuk web mudahdibuat, diedit, disimpan, dan ditayangkan. Web jugadapat menyokong penilaian sehingga dapat menjadimedia pengganti kertas dalam penilaian tertulis.Dengan menggunakan bentuk web, siswa dapatmengumpulkan karya-karyanya yang terusberkembang. Suatu koleksi karya siswa ini akanmenunjukkan upaya, kemajuan, dan kemampuansiswa, dan ini merupakan portofolio siswa. Portofoliodalam bentuk web ini selanjutnya disebut portofolioelektronik, disingkat E-Portofolio.

Menurut University of British, E-Portofoliomerupakan koleksi berbasis web dan bersifat personaldari kerja, tanggapan terhadap kerja, danmerefleksikan penggunaan keterampilan kunci danprestasi untuk berbagai konteks dan periode. Di dalamE-Portofolio, siswa mengkoleksi, menseleksi, danmerefleksi (collect, select, and reflect)pembelajarannya di dalam dan di luar kelas (Lakin, etal., 2003). Melalui E-Portofolio, tanggungjawabpembelajaran dikomunikasikan kepada siswa danmenjadikan pembelajaran berpusat pada siswa. Halini sesuai dengan pernyataan Hewet (dalam Leah &Sharon, 2006), bahwa E-Portofolio membuat siswamerasa memiliki dan bertanggungjawab terhadappembelajarannya. Love dan Cooper (2004)menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan yangsignifikan dari penggunaan penilaian portofolio onlinedi dunia internasional untuk jenjang sekolah SD, SMP,SMA, dan perguruan tinggi. Sistem portofolio onlinemerupakan portofolio berbasis online yangmengkombinasikan manfaat dari portofolio tradisionaldengan sistem penyimpanan tugas dan berbagaimanfaat lain dari lingkungan yang bersifat online.

Keunggulan E-Portofolio dibandingkan denganportofolio tradisional berbasis kertas menurutBeetham (dalam Oersini-Jones dan De, 2007) adalah:1) Menggantikan media berbasis kertas yang tidakdapat mengakomodasi peningkatan jangkauanasesmen dan tidak fleksibel; 2) Telah memanfaatkanE-Learning secara ekstensif; 3) E-Portofolio denganmudah mempublikasikan dalam bentuk web dansecara profesional dapat ‘dilihat dan dirasakan’; 4)E-portofolio umumnya dirancang untuk mendukungPerencanaan Pengembangan Personal dan

Page 66: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

307

Elloumi, 2004:4) menyebutkan bahwa online learningsebagai “an innovative approach for delivering instruc-tion to a remote audience, using the web as the me-dium”. Menurut Khan pembelajaran online merupakanpendekatan inovatif untuk memberikan pembelajarankepada audiens yang terpencil, dengan menggunakanweb sebagai medium.

Pada prinsipnya online learning juga merupakanweb based learning, hanya lebih dispesifikasikan padapembelajaran dengan menggunakan internetterutama yang berupa website, web mail, mailing listdan bulletin board yang semua fasilitas tersebut masihberbasis web. Website sendiri adalah sejumlahhalaman yang dapat berupa isi (content) sesuaidengan jenis website tersebut. Isi websitedisampaikan dengan berbagai bentuk seperti text,audio, video, bahkan teknologi streaming.

Karakteristik atau potensi web based learningdipandang sudah memadai sebagai dasarpertimbangan untuk penyelenggaraan kegiatanpembelajaran melalui online. Sebagai mediapembelajaran terdapat tiga fungsi web based learn-ing (Munir, 2009:122) di dalam kegiatan pembelajaran,yaitu sebagai suplemen (tambahan), komplemen(pelengkap) dan subtitusi (pengganti). 1) Suplemen(Tambahan): Sebagai suplemen (tambahan) dari yaitupembelajar mempunyai kebebasan memilih, apakahakan memanfaatkan materi pembelajaran elektronikatau tidak. Tidak ada kewajiban/keharusan bagipembelajar untuk mengakses materi pemebelajaranelektronik. Walaupun materi pembelajaran elektroniksebagai suplemen, namun jika memanfaatkannyatentu saja pembelajar akan memiliki tambahanpengetahuan atau wawasan. Peran pengajar adalahselalu mendorong, menggugah, atau menganjurkanpara pembelajarnya mengakses materi pembelajaranelektronik yang telah disediakan. 2) Komplemen(pelengkap) : Sebagai komplemen (pelengkap) yaitumateri pembelajaran elektronik diprogramkan untukmelengkapi materi pembelajaran yang diterimapembelajaran di kelas. Materi pembelajaran elektronikdiprogramkan untuk menjadi materi reinforcement(penguatan) yang bersifat enrichment (pengayaan)atau remedial bagi pembelajar di dalam mengikutikegiatan pembelajaran konvensional. 3) Subtitusi

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

meningkatkan praktik keterampilan reflektif danmandiri (kunci sukses di dalam dunia akademik danprofesional); 5) E-portofolio memungkinkan adanyasharing dengan sejumlah antar-muka (interface).

Elektronik portofolio membuat siswamengekspresikan pengalaman belajarnya danmerupakan bentuk penilaian yang efektif untukmendorong siswa dan guru dalam mengaksesketerampilan-keterampilan yang tidak dapat diaksesoleh penilaian tradisional (Sweat-Guy & Buzzetto-More, 2006). Namun sebuah portofolio elektronik tidakserampangan koleksi dokumen (yaitu, sebuah lembarmemo digital atau presentasi multimedia) melainkanalat reflektif yang menunjukkan pertumbuhan dariwaktu ke waktu (Barret, 2007). Manfaat daripengembangan portofolio elektronik untuk baik siswaatau guru meliputi: 1) minimalisir tempat penyimpanandata; 2) mudah untuk membuat back-up data;3)mudah dibawa; 4) pembelajar berpusat pada siswa;5) meningkatkan keterampilan teknologi; 6) mudahakses terutama bentuk web portofolio (Barrett &Hartnell-Young, 2007)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkanbahwa melakukan penilaian portofolio menjadi onlinedalam proses pembelajaran dapat dilakukan di eraweb seperti sekarang ini, banyak aplikasi-aplikasi yangdapat digunakan sebagai media penilaian portofolioonline, misalnya melalui WordPress.com,Blogspot.com atau dagdigdug.com dan masih banyaklagi yang bersifat gratis.

Web Based LearningPembelajaran Online atau Online Learning merupakansalah satu bagian dari e-learning. Online Learningmemanfaatkan bantuan internet, intranet, atauekstranet dalam proses pembelajarannya. Carliner(Anderson dan Elloumi, 2004:4) mendefinisikan onlinelearning sebagai “as educational material that is pre-sented on a computer”. Bagi Carliner pembelajaranonline sebagai materi pendidikan yang disajikan padakomputer.

Online Learning juga dinamakan dengan sebutanweb-based learning karena fondasi dasar online learn-ing adalah pemanfaatan aplikasi web yang terhubungdengan jaringan internet. Khan (Anderson dan

Page 67: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

308

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

(pengganti): Pembelajar diberi beberapa alternatif modelkegiatan pembelajaran. Tujuannya untuk membantumempermudah pembelajar mengelola kegiatanpembelajarannya sehingga dapat menyesuaikan waktudan aktivitas lainnya dengan kegiatan pembelajarannya.Ada tiga alternative model kegiatan pembelajaran yangdapat dipilih oleh pembelajar, yaitu mengikuti kegiatanpembelajaran yang disajikan secara konvensional(tatap muka) saja, atau sebagian secara tatap muka.

Southward dan Rubens (2001) mengelompokanweb based learning ke dalam empat kelompok.Kategori kelompok tersebut adalah: 1) Web-based:Pemanfaatan web based dalam pembelajaransepenuhnya dilakukan secara online. Guru dan siswaberkomunikasi melalui web, biasanya dilakukan olehdistance learning. 2) Wed-intensive: Pertemuan fisikantara guru dan siswa dilakukan pada waktu yangditentukan dalam masa belajar. Pertemuan fisik inidilakukan hanya sesekali pada materi pendahuluandan selebihnya interaksi guru dan siswadilakukanmelalui web (email, chat, ruang diskusi ). 3)Web-supportive: Pembelajaran sebagian besardilaksanakan di kelas secara fisik (tatap mukalangsung). Pemanfaatan web dilakukan padabeberapa pertemuan saja. 4) Web-ephemeral: Prosesbelajar mengajar selalu di lakukan di kelas secara fisik,penggunaan web ini hanya sebagai tambahan danpenelitian dasar. Dengan digunakan web based learn-ing dalam pembelajaran, beberapa aktifitas yangdapat dilakukan antara lain adalah: a) Mencariinformasi (buku-buku, bibliografi, ensiklopedi, pro-gram, dan lain-lain). b) Distribusi materi edukasi (teks,program). c) Menyediakan kurikulum dan panduanbelajar serta latihan dalam format yang diinginkan,seperti hypertext, audio, video. d) Membentuk aktifitas-aktifitas kolaborasi (diskusi kelompok melalui e-maildan mailing list). e) Tanya jawab. f) Tutorial dansimulasi.

Jadi web based learning adalah suatu sistembelajar jarak jauh berbasis teknologi informasi denganantarmuka web. Berdasarkan media dan tingkatinteraktifitas web based learning terdiri dari: a) Teksdan Grafik Web Based Learning: Teks dan Grafikadalah bentuk yang paling sederhana dalam webbased training program. Instruktur hanya menyimpan

materi-materi kursus atau pelatihannya didalam web,dan murid dapat mengaksesnya dengan mudah.Karena hanya menampilkan teks dan grafik saja, levelinteraktifitas dari model web learning seperti ini sangatrendah. b) Interactive Web Based Learning: Modelweb based learning seperti ini memiliki levelinteraktifitas yang lebih tinggi dibanding model yangpertama. Biasanya model ini dilengkapi dengansarana-sarana latihan atau self-test, text entry, col-umn matching, dan lain-lain. c) Interactive Multime-dia Web Based Learning: Kebanyakan programpelatihan atau belajar dengan menggunakan modelseperti ini biasanya bisa membuat interaksi antaraguru dan murid secara real-time melalui audio danvideo streaming, interactive web discussion, bahkanaudio/video desktop conference. Level interaktifitasmodel ketiga ini paling tinggi diantara yang lainnyadan paling rumit dalam pelaksanaannya, tetapi modelini diharapkan dapat mencakup semua kondisi belajar-mengajar pada kelas tatap muka.

Dengan demikian web based learning dapatmenyokong pembelajaran dengan berbagai macamcara terutama dalam pembelajaran fisika. Bentuk webdapat meniadakan kertas dalam penilaian tertulis.Web memungkinkan karya siswa tersedia untuk setiaporang di dalam komunitas pembelajarannya, baiksiswa yang lain, guru, orang tua, maupun administra-tor, menyediakan sarana bagi guru atau siswa yanglain untuk mengomentari karya seorang siswa.Dengan menggunakan bentuk web, siswa dapatmengkompilasi karya-karyanya yang terusberkembang dan kemampuan bentuk web untuk haltanpa batas. Suatu koleksi karya siswa ini akanmenunjukkan upaya, kemajuan, dan kemampuansiswa, dan ini merupakan portofolio siswa.

Sehingga penerapan web based learning memilikipengaruh positif dalam penilaian portofolio online, halini dikarenakan selain lebih mudah dalam pembuatanportofolio, dengan berbasis web ini akan menambahwawasan bagi siswa dalam memahami konsep ilmufisika, serta meningkatkan kreativitas siswa dalampenyelesaian portofolio. Web yang digunakan untukmengoleksi portofolio oleh siswa, dapat denganmudah diakses oleh siswa lain, guru, orang tua, danberbagai pihak lain.

Page 68: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

309

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

Hasil BelajarBelajar dan mengajar merupakan konsep yang tidakbisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harusdilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.Sedangkan mengajar merujuk pada apa yangseharusnya dilakukan seseorang guru sebagaipengajar. Dua konsep belajar mengajar yangdilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satukegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksidengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dariproses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkanhasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpaadanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Olehkarena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalahkemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswasetelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil belajaradalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswasetelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana,2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsleydalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasilbelajar mengajar: (1). Keterampilan dan kebiasaan,(2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004:22). Dari pendapat di atas dapatdisimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuanketerampilan, sikap dan keterampilan yang diperolehsiswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikanoleh guru sehingga dapat mengkonstruksikanpengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi olehdua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktordari luar diri siswa. Dari pendapat ini faktor yangdimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahankemampuan yang dimilikinya seperti yangdikemukakan oleh Clark (1998:21) menyatakanbahwa hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhioleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi olehlingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswayakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitaspembelajaran (Sudjana, 2004:39). “Belajar adalahsuatu perubahan perilaku, akibat interaksi denganlingkungannya” (Ali Muhammad, 2004:14). Perubahanperilaku dalam proses belajar terjadi akibat dariinteraksi dengan lingkungan. Interaksi biasanyaberlangsung secara sengaja. Dengan demikian

belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahandalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadiperubahan dalam diri individu maka belajar tidakdikatakan berhasil.

Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajarsiswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individusiswa berupa kemampuan personal (internal) danfaktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengandemikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapaiatau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiranyang dapat dinyatakan dalam bentuk penguasaan,pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapatdalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampakpada diri indivdu penggunaan penilaian terhadapsikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yangterdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingganampak pada diri individu perubahan tingkah lakusecara kuantitatif hasil belajar siswa.

Cara untuk mencapai hasil belajar yang efektifyaitu siswa harus dijadikan pedoman setiap kalimembuat persiapan dalam mengajar (S. Nasution,1999:101). Hasil belajar akan tampak pada setiapperubahan pada aspek-aspek di bawah ini:pengetahuan; pengertian; kebiasaan; keterampilan;apresiasi; emosional; hubungan social; jasmani; etisatau budi pekerti; sikap.

Sedangkan menurut Bloom dalam Krathwohl(2002:212-218) belajar yang baik apabila telahmenguasai tiga ranah yaitu:

The Cognitive Domain (Ranah Kognitif)Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatanmental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yangmenyangkut aktivitas otak merupakan ranah kognitif.Dalam ranah kognitif terdapat enam proses berpikiryaitu: a) Knowledge (Pengetahuan): Pengetahuanadalah kemampuan seseorang untuk mengingatkembali atau mengenali kembali tentang nama, istilah,ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpamengharapkan kemampuan untuk menggunakanya.b) Comprehension (Pemahaman): Pemahaman adalahkemampuan seseorang untuk mengerti dan memahamisesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentangsesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.

Page 69: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

310

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Seorang peserta didik dapat dikatakan memahamisesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasanmengenai itu dengan menggunakan penjelasan sendiri.c) Application (Penerapan): Penerapan adalahkemampuan seseorang dalam menggunakan ide-ide,metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori, dan sebagainya dalam situasi yang baru ataudalam kehidupan sehari-hari. d) Analysis (Analisis):Analisis adalah kemampuan seseorang untukmenguraikan suatu bahan atau keadaan menjadi lebihterperinci dan mampu memahami hubungan antar faktoryang satu dengan faktor yang lainya. e) Create(Berkreasi): Berkreasi adalah kemampuan berpikiryang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.Sintesis merupakan suatu proses yang memadukanbagian-bagian atau unsue-unsur secara logis sehinggamembentuk pola yang terstruktur atau pola baru. f)Evaluation (Penilaian) : Penilaian adalah kemampuanseseorang untuk membuat pertimbangan terhadapsuatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorangdihadapkan pada beberapa pilihan, maka ia akanmampu memilih satu pilihan yang terbaik.

The Affective Domain (Ranah Afektif)Ranah Afektif adalah ranah yang berkaitan dengansikap atau nilai. Ranah afektif dapat dibagi menjadilima bagian yaitu: a) Receiving (menerima ataumemperhatikan) adalah kepekaan seseorang dalammenerima rangsangan (stimulus) dari luar yangdatang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi,gejala, dan lain-lain. Receiving juga sering diberipengertian sebagai kemauan untuk memperhatikansuatu kegiatan atau suatu obyek. b) Responding(menanggapi) adalah kemampuan yang dimilikiseseorang untuk ikut berperan aktif dalam suatukegiatan atau fenomena tertentu dan membuat reaksiterhadapnya. c) Valuing (menilai atau menghargai)adalah memberikan penghargaan terhadap suatukegiatan atau obyek. Dalam kaitanya dengan prosespembelajaran, peserta didik tidak hanya maumenerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telahberkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena,yaitu baik atau buruk. d) Organization (mengatur ataumengorganisasikan) artinya mempertemukanperbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang

lebih universal, yang membawa kepada perbaikanumum. Mengatur atau mengorganisasikanmerupakan pengembangan dari nilai ke dalam satusistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungansatu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritasnilai yang telah dimilikinya. e) Characterization by avalue or value complex (karakterisasi dengan suatunilai atau nilai komplek) yaitu keterpaduan semuasistem nilai yang telah dimiliki seseorang yangmempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

The Psycomotoric Domain(Ranah Psikomotorik)Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitandengan keterampilan atau kemampuan bertindaksetelah seseorang menerima pengalaman belajartertentu. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakanoleh Simpson (1956) yang mnyatakan bahwa hasilbelajar psikomotor ini tampak dalam bentukketerampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasilbelajar psikomotor ini sebenarnya merupakankelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahamisesuatu) dan hasil belajar afektif (bentuk kecendrunganuntuk berprilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajarafektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabilapeserta didik telah menunjukan prilaku atau perbuatantertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalamranah kognitif dan ranah afektifnya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkanbahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yangtelah dicapai oleh siswa yang dapat dilihat dariperubahan–perubahan yang terjadi pada siswa yangmencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorikyang dapat diterapkan dalam kehidupan. Hasil belajardi dalam kelas harus dapat dilaksanakan kedalamsituasi–situasi di luar kelas. Dengan kata lain, siswadapat mentransfer hasil belajar kedalam situasi-situasiyang sesungguhnya di dalam masyarakat.

Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah quasi eksperimen, yaitu suatu metodepenelitian untuk melihat suatu hasil, dalam hal ini hasilbelajar fisika dengan desain sebagai berikut:

Page 70: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

311

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

Tabel 1. Rancangan Desain Penelitian

Eksperimen YA XA YB

Kontrol YA XB YB

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

Populasi Target yaitu siswa SMA Negeri 3Depok yang terdaftar pada semester genap tahunajaran 2011/2012. Populasi Terjangkau yaitu siswa

Keterangan: XA = Penerapan Penilaian Portofolio Online

Web Based Learning XB = Penerapan Portofolio Online dengan

Penilaian Berupa Komentar YA = Hasil Belajar Sebelum Perlakuan YB = Hasil Belajar Setelah Perlakuan

Gambar 1. Bagan Alur Penelitian

Studi Literatur- Lembar tes hasil belajar siswa- Penerapan penilaian portofolio online- Materi SMA

Penyusunan Instrumen Soal

- Uji validasi butir soal- Uji reliabilitas butir soal

Tidak valid

Kelas Kontrol

Pembelajaran denganpenerapan portofolio

online dengan penilaianberupa komentar

Tes akhir

Kelas Eksperimen

Pembelajaran dengan penerapanpenilaian portofolio online web

based learning

Test akhir

Analisa Data

Taman dan Pembahasan

Penyusunan Laporan Akhir

kelas X SMA Negeri 3 Depok yang terdaftar padasemester genap tahun ajaran 2011/2012. Sampeldiambil dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas, yaitu kelas X–5 sebagai kelas eksperimen dankelas X–4 sebagai kelas kontrol.

Teknik Pengumpulan Data: Cara mendapatkandata mengenai hasil belajar siswa dari kelas sampelyang diteliti, diperoleh dari tes hasil belajar fisikaberupa soal pilihan ganda: 1) Variabel: Variabelbebas: Penerapan penilaian portofolio online webbased learning.Variabel terikat: Hasil belajar siswadalam pembelajaran fisika. 2) Sumber Data: Sumberdata adalah sampel yang terdiri dari:Kelas A: KelasX–5 dengan jumlah siswa 40 orang. Kelas B: KelasX–4 dengan jumlah siswa 40 orang. 3) RancanganPenelitian. Di dalam rancangan penelitian ini,perlakuan yang diberikan terhadap kelompok sampelyang diteliti adalah sebagai berikut (gambar 1):

Page 71: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

312

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi DataData hasil penelitian diperoleh dari hasil teskemampuan kognitif siswa berupa soal pilihan gandasebanyak 30 soal pada pokok bahasan alat-alat optik.Setelah dilakukan pengujian validitas, realibilitas,tingkat kesukaran, dan daya pembeda didapat 25 soaldapat dijadikan instrumen. Sehingga didapat data hasilbelajar siswa yang diperoleh dari 80 siswa yang terbagiatas 40 siswa kelas eksperimen, yaitu siswa yangbelajar dengan penerapan penilaian portofolio onlineweb based learning dengan menggunakan websitehttp://ruangfisika.com sebagai media penilaianportofolio dan 40 siswa kelas kontrol, yaitu siswa yangbelajar dengan pemberian tugas portofolio onlinedengan penilaian berupa komentar dapat dilihat padatabel berikut:

sebanyak 57,5% dan sebanyak 42,5% siswa yangmemperoleh nilai di bawah rata-rata.

Simpangan baku tes hasil belajar siswa kelaskontrol bernilai 10,39 dan simpangan baku tes hasilbelajar siswa kelas eksperimen bernilai 9,62. Halini menyatakan tes hasil belajar siswa kelas kontrollebih beragam daripada tes hasil belajar siswa kelaseksperimen.

Pengujian Persyaratan HipotesisUji Normalitas DataPengujian normalitas dilakukan dengan tujuan untukmengetahui kenormalan distribusi data. Pengujiannormalitas menggunakan uji Chi Kuadrat dengandata yang digunakan adalah tes hasil belajar siswakelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil pengujiankelas kontrol diperoleh nilai Chi Kuadrat hitung =8,481 dan kelas eksperimen diperoleh nilai ChiKuadrat hitung = 6,202, dengan nilai Chi Kuadrattabel = 11,070 pada taraf signifikan ? = 0,05 dan dk= n – 1 = 6 – 1 = 5. Berdasarkan hasil tersebut,diketahui nilai Chi Kuadrat hitung pada kedua kelas(eksperimen dan kontrol) lebih rendah dari nilai ChiKuadrat tabel. Kesimpulannya adalah makadistribusi data nilai post test pada kedua kelas(eksperimen dan kontrol) dapat dinyatakanberdistribusi normal.

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa kelas kontrolmemiliki rentang nilai sebesar 40 dengan nilai mini-mum 48 dan nilai maksimum 88. Rata-rata hasilbelajar siswa bernilai 66,9. Siswa yang memperolehskor hasil belajar di atas rata-rata sebanyak 52,5%dan siswa yang memperoleh skor di bawah rata-rata sebanyak 47,5%.

Kelas eksperimen memiliki rentang nilai sebesar40 dengan nilai minimum 52 dan nilai maksimum92. Rata-rata tes hasil belajar siswa bernilai 75,3.Kondisi ini lebih tinggi jika dibandingkan denganrata-rata tes hasil belajar siswa pada kelas kontrol.Siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata

n (banyak siswa) 40 40Nilai Minimum 48 52Nilai Maksimum 88 92Rentang 40 40Rata-Rata 66,9 75,3

Simpangan Baku 10,39 9,62

Tabel 2. Data Statistik Deskriptif Tes Hasil BelajarSiswa Kelas Kontrol Dan Kelas Eksperimen

Statistik Kelas KelasKontrol Eksperimen

Tabel 3. Distribusi frekuensi kelas eksperimen

1. 48 – 54 1 51 2,5%2. 55 – 61 3 58 7,5%3. 62 – 68 9 65 22,5%4. 69 – 75 5 72 12,5%5. 76 – 82 12 79 30%6. 83 – 89 8 86 20%7. 90 – 96 2 93 5%

. Kelas NilaiTengah(Xi)

Interval f0 (%)f0No

Page 72: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

313

Tabel 4. Distribusi frekuensi kelas kontrol

Gambar 2. Histogram Hasil Belajar Siswa KelasEksperimen dan Kelas Kontrol

Tabel 5. Hasil pengujian normalitas data

Eksperimen 6,202 11,070 Normal

Kontrol 8,481 11,070 Normal

Kelompok 2 tabel Keterangan

Uji HomogenitasUji homogenitas ragam atau uji kesamaan variansibertujuan untuk mengetahui sampel hasil belajarsiswa berasal dari populasi yang homogen atau tidak.Uji homogenitas menggunakan uji-F dengan taraf

Pembahasan Hasil PenelitianPada tahapan pertama untuk kelompok eksperimendan kelompok kontrol dilakukan tes awal (pre test)untuk mengetahui tingkat kemampuan awal merekasebelum dilakukan perlakuan. Setelah itu masih adasisa waktu pelajaran yang digunakan untukmensosialisasikan model penilaian portofolio onlineweb based learning untuk kelas eksperimen danpenilaian portofolio untuk kelas kontrol mengenai isidari portofolio, format penilaian tugas-tugas yang akandiberikan, penilaian presentasi dan laporan kelompok,serta penilaian pembuatan artikel. Terlihat sebagianbesar siswa masih bingung dengan ketentuan yangada dalam panduan portofolio, namun padapelaksanaanya siswa dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab.

Pada tahapan selanjutnya yaitu mendeskripsikantujuan pembelajaran yang akan dinilai denganportofolio. Tujuan pembelajaran merujuk kepadastandar kompetensi dan kompetensi dasar yangterdapat dalam kurikulum yaitu menerapkan prinsipkerja alat-alat optik dan menganalisis alat-alat optiksecara kualitatif dan kuantitatif. Kemudian membagikelompok belajar menjadi 8 kelompok yang terdiri dai5 orang dengan cara guru memberikan 8 temapersentasi yang akan dipilih oleh masing-masingkelompok. Selanjutnya yaitu pada kelompokeksperimen dan kontrol guru melakukan pencatatanalamat email siswa yang akan diundang secaraterpisah bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

signifikan ? = 0,05 dan dk pembilang = n – 1 = 40 – 1= 39, dk penyebut = n – 1 = 40 – 1 = 39. Hasil pengujiandiperoleh nilai Fhitung = 1,17 dan Ftabel = 1,69. NilaiFhitung lebih rendah dibandingkan Ftabel, maka datayang diperoleh dari tes hasil belajar siswa dari kelaseksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yangsama. Dengan demikian kedua kelas berasal daripopulasi yang homogen.

1. 48 – 54 5 51 12,5%2. 55 – 61 8 58 20%3. 62 – 68 10 65 25%4. 69 – 75 9 72 22,5%5. 76 – 82 4 79 10%6. 83 – 89 4 86 10%7. 90 – 96 0 93 0%

. Kelas NilaiTengah(Xi)

Interval f0 (%)f0No

Fhitung Ftabel Keterangan

1,17 1,69 Homogen

Tabel 6. Hasil pengujian homogenitas data

λ λ

frek

uens

i dat

a

A. Kelas Kontrol B. Kelas Eksperimen

Page 73: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

314

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

untuk masuk ke dalam grup belajar dengan alamatwebsite http://ruangfisika.com sebagai media portofolioonline dimana dalam website terdapat dua grup yangberbeda. Kemudian menjelaskan kepada siswalangkah-langkah dalam penggunaan media onlinemengenai pengiriman tugas, negosiasi penilaian tugas,informasi mengenai tugas, memberikan komentar danmengupload atau mendownload tugas. Namundemikian, penjelasan masih dirasa kurang optimalkarena terbatasnya jam pelajaran di sekolah sehinggaguru memberikan penjelasan lebih lanjut melaluiwebsite yang bisa mereka akses setelah pulang darisekolah.

Pada pelaksanaan penelitian, ada beberapacatatan penelitian dan kendala yang terjadidiantaranya yaitu pada kelas eksperimen, awal-awalpelaksanaan guru cenderung lebih aktif untukmengajak siswa berdiskusi dan mengomentarikiriman-kiriman yang terdapat pada website, selainitu belum semua siswa langsung masuk menjadianggota grup dikarenakan ada beberapa siswa yangmemiliki email yang lupa dengan password emailmereka sehingga mereka memberikan email yangbaru. Pelaksanaan negosiasi kriteria penilaian tugassebagai bahan penilaian portofolio belum terlaksanadengan baik, meskipun guru telah memberikannotifikasi kriteria tugas kepada seluruh siswa, hanyabeberapa siswa saja yang menanggapi danmemberikan komentar. Tanggapan yang diberikansiswa hanya menitik beratkan pada pertanyaantentang kriteria yang belum dipahami serta alamatwebsite yang dapat dijadikan rujukan pembuatantugas, sedangkan untuk proses negosiasi dalammengembangkan kriteria tugas tidak dilakukan. Halini dikarenakan siswa tidak terbiasa untuk melakukannegosiasi dengan guru, apalagi dilakukan secaraonline. Pada kelas kontrol siswa lebih sering bertanyamengenai format pembuatan tugas dan carapengiriman tugas.

Dalam pelaksanaan pengumpulan tugas dengantepat waktu masih belum terlaksana dengan baik.Berdasarkan catatan guru, untuk kelas eksperimenhanya ada lima kelompok yang mengumpulkan tugastepat pada waktunya, sementara yang lainyamengumpulkan lebih dari batas waktu yang telah

ditentukan sedangkan untuk kelas kontrol ada tigakelompok yang mengumpulkan tugas tepat waktu.Baik kelas kontrol maupun kelas eksperimen kendalayang dihadapi siswa selama mengerjakan tugas yaitukurangnya kontribusi anggota kelompok dalammengerjakan tugas laporan serta terlalu banyaknyatugas dari mata pelajaran yang lain sehingga sulituntuk menentukan waktu yang tepat untukmengerjakan laporan bersama-sama. Selain itu siswamasih merasa kesulitan untuk mengirimkan tugas.Sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut gurumemberikan penejelasan ulang dan memberikancatatan mengenai langkah-langkah pengiriman tugas.Kesulitan lainnya berkaitan dengan masalah teknis,yaitu ketika jaringan internet sedang kurang baik,maka pengirirman tugas berlangsung cukup lama,apalagi jika tugas dilengkapi dengan foto atau gambar-gambar. Hal ini tentu dapat menghambat pengirimantugas siswa terutama untuk kelas eksperimen yangbanyak melakukan pencarian website sebagai bahanrujukan tugas dan interaksi dengan guru melaluiwebsite.

Mengenai kesesuaian tugas siswa denganstandar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatorpencapaian hasil belajar, untuk kelas eksperimen dankelas kontrol berdasarkan catatan guru secara umumsudah sesuai walaupun ada beberapa yang tidaksesuai. Hal ini dapat disebabkan kurang fokus dalammendengarkan pengarahan tugas dari guru.

Interaksi yang terjadi pada pembelajaran di kelaspada kelas eksperimen lebih aktif dari interaksi padakelas kontrol. Keseriusan dalam mengerjakan tugaslebih terlihat pada kelas eksperimen bila dibandingkanpada kelas kontrol. Hal ini ditunjukkan dengan hasilpembuatan portofolio pada kelas eksperimencenderung lebih baik dan lebih variatif dari pembuatanportofolio pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telahdilakukan diketahui terdapat pengaruh terhadap hasilbelajar siswa dengan penerapan penilaian portofolioonline web based learning pada pembelajaran. Halini dibuktikan oleh hasil perhitungan uji t, diperolehthitung = 3,74, maka t hitung lebih besar dari ttabel yakni1,667. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata post-test kelaseksperimen bernilai 75,3 dengan nilai minimum 52

Page 74: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

315

dan nilai maksimum 92 sedangkan pada kelas kontrolrata-rata post-test kelas kontrol bernilai 66,9, dengannilai minimum 48 dan nilai maksimum 88.

Proses pembelajaran dengan menerapkanpenilaian portofolio online web based learning padakelas eksperimen adalah dengan melibatkan siswasecara aktif pada website untuk mendapatkan suatupengalaman belajar dalam upaya mendapatkanpenilaian guru dalam pembuatan portofolio secaraonline oleh siswa. Suasana pembelajaran fisika denganmenerapkan penilaian portofolio online web basedlearning membangkitkan semangat siswa untuk lebihaktif menemukan pengetahuan melalui website yangmereka dapatkan. Pada kelas kontrol yang dalamproses penerapan portofolio online dengan memberikankomentar mengenai portofolio siswa, siswa cenderungkurang aktif karena merasa portofolio hanya sebagaikumpulan tugas fisika saja sehingga siswa kuranguntuk mendapatkan suatu pengalaman belajar dalamupaya mendapatkan pengetahuan yang ingin dimilikioleh siswa. Hal ini mengakibatkan lebih rendahnya rata-rata tes hasil belajar siswa.

Simpulan dan SaranSimpulanBerdasarkan hasil pengolahan data hasil belajarsiswa, terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswaantara kelompok siswa yang menerapkan penilaianportofolio online web based learning (kelaseksperimen) dengan kelompok siswa yangmenerapkan portofolio online tanpa penilaian (kelaskontrol). Kelompok siswa yang menerapkan penilaian

portofolio online web based learning memilki nilai rata–rata 75,3 dengan nilai maksimum 92 dan nilai mini-mum 52. Kelompok siswa yang menerapkan portofolioonline tanpa penilaian memiliki nilai rata–rata 66,9dengan nilai maksimum 88 dan nilai minimum 48. Daridata tersebut dapat dilihat bahwa peningkatan hasilbelajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari hasilbelajar kelas kontrol.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwapenerapan penilaian portofolio online web based learn-ing memiliki pengaruh terhadap hasil belajar fisikasiswa lebih tinggi dari penerapan portofolio onlinedengan penilaian berupa komentar.

SaranModel penerapan penilaian portofolio online webbased learning dapat dijadikan salah satu referensibagi guru, khususnya bidang studi fisika dalammenggunakan penilaian kepada siswa sebagaialternatif cara untuk mengetahui perkembanganbelajar siswa. Namun hendaknya guru memahamikendala-kendala yang terjadi selama pelaksanaanpenilaian portofolio online. Beberapa yang perludiperhatikan yaitu: 1) perlu adanya pembiasaan gurudan siswa dalam pelaksanaan penilaian portofolioonline; 2) guru perlu memberikan penjelasan yangcukup dengan disertai catatan kepada siswamengenai penggunaan fitur dalam website sepertipengiriman tugas, upload gambar dan lain-lain; 3)perlu adanya peraturan yang tegas agar siswa ikutterlibat aktif dalam website serta menghindariterjadinya keterlambatan dalam pengumpulan tugas.

Pustaka AcuanAnderson, Terry dan Elloumni, F. 2004.Theory and Practice of Online Learning. Canada.Athabasca University.Ali, Muhammad. 2004.Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung. Sinar Batu Algesindo.Anderson, L.W.& Krathwohl, D.R. 2002.A Taxonomy For Learning, Teaching and Assessing. New York. Addison

Wesley Longman.Arikunto, Suharsimi. 2009.Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta.Bumi Aksara.Barrett, Helen.2007.Categorizing E-Portfolio Systems. Tersedia: http://www.electronicportfolio.org/portfoli os/

EPDevProcess.html. (26 Januari 2012).Berenson, S. B. Dan Carter, G. S. 1995.Changing Assesment Practises in Science and

Mathematics.School Science and Mathematics. 95(4), 183-186.Budimansyah, Dasim. 2003.Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung. Genesindo.

Denis Irawan, Imade Astra, Fauzi Bakrie: Pengaruh Penerapan Penilaian Portofolio Online Web Based Learning

Page 75: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

316

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.Rineka Cipta.Clark, Barbara. 1998. Growing up gited: developing the potential of Children at home and at school. Columbus.

OH Merril.Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang.IKIP Semarang Press. .Daryanto. 2005.Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.Depdiknas. 2006. Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Depdiknas.Depdiknas. 2008. Panduan Penilaian Diagnostic Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.Depdiknas.Dimyati dan Mudjiono.2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta.Rineka Cipta.Hadjerrouit, S. 2010. A Conceptual Framework for Using and Evaluation Web Based Learning Resource in School

Education.Journal of Information Technology Education,9,53-79.(Online).Tersedia:http://www.jite.org/documents/Vol9/JITEv9p053-079Hadjerrouit743.pdf. (17 September 2011)Gronlund, Norman E. 1998. Assessment of Student Achievement sixth edition. Boston. Allyn and Bacon.Lorenzo, G. & Ittelson, J. 2005. An Overview of E-Portfolio. Educause Learning Initiative. .Love, T dan Cooper, T. 2004. Designing Online Information Systems for Portfolio-Based Assessment :

Design Criteria and Heuristics. (Online). Tersedia: http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.77.6803&rep1&type=pdf. (18 September 2011)

Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung.RemajaRosdakarya.

Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung. Alfabeta.Nasution, S. 1999.Teknologi Pendidikan. Jakarta. Bumi Aksara.Nitko, AJ & Brookhart. 2007. Educational Assessment of Students. Pearson Education Inc. New Jersey.Oersini-Jones, M & De, M. Research-Led Curricular Innovation: Revisiting Constructionism Via E-Portfolio Shared

Assets and Webfolio. Prosiding Conventry iPED Converence 2007.Southward, Sherry dan Philip Rubens. 2001. Students Technological Difficulties in UsingWeb-based Learning

Environments. Virginia: Society for Technical Communication. Tersedia: http://www.stc.org/confproceed/2001/PDFs/STC48-000155.PDF (26 Januari 2012)

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. Remaja Rosda Karya.Sugiyono. 2009.Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung. CV AlfabetaSurapranata dan Hatta, Muhammad. Penilaian portofolio implementasi kurikulum 2004. Bandung. Remaja

Rosdakarya.Sweat-Guy,R.&Buzzetto-More,N. A. 2006. A Comparative Analysis of Common E-Portfolio Features and Available

Platforms.Tersedia:http://proceedings.Informingscience.org. (26 Januari 2012).

*******

Page 76: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

317

Diterima tanggal:29/05/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 9/07/2012; Disetujui tanggal: 30/07/2012

KEMAMPUAN BERBICARA ANAK PENYANDANG AMNESTIK APHASIA(Studi Kasus pada Anak Autisme Usia 12 Tahun di Desa Kedung,

Kabupaten Tangerang)

THE ABILITY TO SPEAK OF CHILDREN WITH AMNESTIC APHASIA(Case Study of a twelve-year-old Child in Kedung Village, Tangerang Regency)

Teguh SusantoUniversitas Muhammadiyah Tangerang

([email protected])

Abstrak: Seiring dengan perkembangan usianya, seorang anak dapat berbicara dengan baik (struktursintaksisnya) apabila proses pemerolehan dan pemelajaran bahasanya terus dilatih. Kemampuanberbicara sangat dipengaruhi oleh fungsi otak. Apabila fungsi otak tidak optimal maka saraf yangmenghubungkan ke alat pengucapan (komunikasi) pun terganggu atau gangguan bicara (aphasia).Berkaitan dengan gangguan berbicara pada anak, di Desa Kedung terdapat anak yang memiliki kelainanotak atau autisme yang sukar sekali dalam berbicara. Ia hanya dapat mengucapkan beberapa katasaja padahal usianya 12 tahun. Penelitian ini berfokus pada dua pertanyaan penelitian, yaitu : 1) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakmampuan Jeje dalam berbicara, dan 2) bagaimanakah carapenanganannya dalam membantu mengatasi ketidakmampuan Jeje dalam berbicara. Selanjutnya, tujuanpenelitian ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yangmempengaruhi ketidakmampuan Jeje dalam berbicara dan cara penanganannya dalam membantumengatasi ketidakmampuan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desainpenelitian studi kasus tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melatih pengucapan kata-katasecara berulang-ulang dengan memperlihatkan objek gambar yang menarik dan bermacam warna dapatmembantu mengatasi ketidakmampuan informan dalam berbicara. Hal ini dapat terlihat adanya perubahandalam pengucapan katanya, misalnya yang awalnya hanya dapat mengucapkan kata “endu” menjadi“ghondu”, meskipun pengucapannya tidak begitu lancar atau pelan-pelan karena ada kendala yangdisebabkan oleh penyakit autisnya.

Katakunci: berbicara, amnestik aphasia, dan autisme

Abstract: Along with the development of age, a child can speak well (syntactical structure) when thelanguage acquisition and learning continue to be trained. The ability to speak is influenced by thefunction of the brain. If the brain does not function optimally the nerves that connect to the appliancepronunciation (communication) was disrupted or impaired speech (aphasia). Associated with speechimpairment in children, in the village there Kedung children who have cerebral palsy or autism thatdifficult once the talking. He can only say a few words when he was 12 years old. This study focuses ontwo research questions, namely: 1) the factors that influence the inability Jeje in speech, and 2) how doI handle Jeje in helping to overcome the inability to speak. Furthermore, the purpose of this researchwas conducted to determine or describe the factors that influence the inability Jeje in speaking and waysto help overcome the inability to handle it.This study used a qualitative approach with a single case study

Page 77: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

318

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

PendahuluanPada hakikatnya manusia dilahirkan hidup secarabermasyarakat. Kegiatan ini akan menimbulkankomunikasi antara individu yang satu dengan yanglainnya. Komunikasi tersebut akan berjalan baik danlancar apabila antarindividu tersebut dapat salingmemahami ujaran-ujaran yang disampaikan, misalnyaseorang anak berbicara pada orang tuanya atausebaliknya. Seiring dengan perkembangan usianya, seoranganak dapat berbicara dengan baik (struktursintaksisnya) apabila proses pemerolehan danpemelajaran bahasanya terus dilatih. Kemampuanberbicara sangat dipengaruhi oleh fungsi otak. Apabilafungsi otak tidak optimal maka saraf yangmenghubungkan ke alat pengucapan (komunikasi) punterganggu atau gangguan bicara (aphasia). Berkaitandengan gangguan berbicara pada anak, di Desa Kedungterdapat anak yang memiliki kelainan otak atau autismeyang sukar sekali dalam berbicara. Ia hanya dapatmengucapkan beberapa kata saja misalnya kata ”ema”dan ”endu” padahal usianya 12 tahun. Berdasarkankasus tersebut, maka tujuan penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui atau mendeskripsikan faktor-faktorapa saja yang mempengaruhi ketidakmampuan Jejedalam berbicara dan cara penanganannya dalammembantu mengatasi ketidakmampuan tersebut.

Kajian TeoriBerbicaraBerbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan danperasaan (Tarigan, 1981). Selanjunya, pendapat senadajuga dikemukakan oleh Iskandarwassid dan Sunendar(2009) yang menjelaskan bahwa keterampilan berbicarapada hakikatnya merupakan keterampilan

mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untukmenyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan, dankeinginan kepada orang lain. Dengan demikian, dapatkita pahami bahwa dalam kegiatan berbicara tidakhanya mengujarkan kata-kata dengan artikulasi yangjelas saja, tetapi penutur pun harus memilikiketerampilan berbicara sehingga bentuk ekspresi,gagasan dan perasaan yang disampaikan dapatdipahami oleh orang lain (lawan tutur).

Berbeda dengan kedua pendapat di atas, padaanak-anak penyandang autis sangat kesulitan dalamberbicara. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwono(2009) mengatakan bahwa anak-anak autistik memilikikesulitan untuk berkomunikasi dalam bahasa,sekalipun dalam bahasa isyarat ataupun gesture. Olehkarena itu, anak-anak autis ini lebih senang bermaindengan dunianya sendiri tanpa interaksi sosial atauberbicara dengan orang lain.

Aphasia (afasia)Mar’at (2009) mengatakan bahwa aphasia menyangkutpersoalan dalam mendengarkan dan berbicara,sedangkan Dardjowidjojo (2005) mengemukakan bahwagangguan wicara yang disebabkan oleh strokedinamakan afasia (aphasia). Dari kedua pendapattersebut, adanya perbedaan pandangan mengenai apha-sia. Akan tetapi, menurut hemat penulis aphasia yangdibahas sebenarnya sama yakni gangguan berbicara,hanya saja perbedaannya bergantunmg pada jenispenyebabnya.

Menurut Lauria (Mar’at, 2009) mengemukakan adaenam bentuk aphasia, yaitu: sensory aphasia, amnes-tic aphasia, semantic aphasia, afferent motor aphasia,efferent motor aphasia, dan dynamic aphasia. Adapunjenis aphasia di atas dapat dijelaskan berikut ini.1).Sensory aphasia merupakan jenis aphasia yangmempunyai ciri-ciri, yaitu: tidak dapat membedakan

research design. The results showed that the trained pronunciation of words over and over again byshowing an interesting image objects and various colors can help to overcome the inability of informantsto speak. It can be seen a change in the pronunciation he says, for example, which initially only able tosay the word “endu” to “ghondu”, although the pronunciation is not good or slowly as problems werecaused by the disease of autism.

Keywords: speaking, amnestic aphasia, and autism

Page 78: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

319

fonem terutama pada fenem-fonem yang mirip (seperti/p/ dengan /b/), kegagalan untuk mengenal kembalisuatu kata, dan produksi bahasa lancar akan tetapisintaksis terganggu. 2). Amnestic aphasia merupakanjenis aphasia yang penderitanya mempunyaikesukaran dalam artikulasi, tetapi mereka terburu-burusehingga sukar mendapatkan kata-kata yang akandisusunnya dalam kalimat. 3). Semantic aphasiamerupakan jenis aphasia yang penderitanya tidak dapatmengerti suatu hubungan logika maupun spasial (con-ceptual relations). 4). Afferent motor aphasia merupakanjenis aphasia yang kerusakannya terletak pada tidakadanya umpan balik dalam artikulasi, sehingga suatukebingungan dalam pengucapan fonem-fonem yangmirip. 5). Efferent motor aphasia merupakan jenis apha-sia yang kerusakannya dalam hal keurutan bicara yangditandai dengan perseverasi, urutan yang terbalik danasimilasi. 6). Dynamic aphasia merupakan jenis apha-sia yang kerusaknnya dalam hal ketidakmampuanuntuk menyusun struktur sintaksis yang baru.

Berbeda dengan pendapat Lauria, Kaplan (dalamDardjowidjojo, 2005) membagi afasia (aphasia)menjadi lima macam, yaitu sebagai berikut: 1). Afasiabroca, yakni kerusakan yang terjadi pada daerahbroca yang mengakibatkan gangguan padaperencanaan dan pengungkapan ujaran. 2). Afasiawernicke, yakni kerusakan yang terjadi pada bagianbelakang dari lobe temporal yang menyebabkanpenderita afasia ini sering keliru dalam memilih kata-kata. 3). Afasia anomik, yakni kerusakan otak yangterjadi pada bagian depan dari lobe Parietal yangmenyebabkan ketidakmampuan penderita untukmengaitkan konsep dan bunyi atau kata yangmewakilinya. 4). Afasia global, yakni kerusakan terjaditidak pada satu atau dua daerah saja yangmengakibatkan gangguan fisikal dan verbal yangsangat besar. 5). Afasia konduksi, yakni kerusakanyang terjadi karena hubungan terputus antara daerahbroca di lobe frontal yang menangani produksi dengandaerah wernicke di lobe temporal yang mengakibatkanpenderita tidak dapat mengulang kata yang baru sajadiberikan kepadanya.

AutismeMenurut Wijayakusuma (2004) mengatakan bahwa

autisme merupakan suatu kumpulan sindrom akibatkerusakan saraf. Penyakit ini menggangguperkembangan anak karena otak tidak berfungsisecara optimal sebagai akibat banyaknya pengaruhnegatif dari fungsi tubuhnya. Pendapat yang senadajuga dikemukakan oleh Yuwono (2009) bahwa autistikadalah gangguan perkembangan neurobiologis yangsangat komplek/berat dalam kehidupan yang panjang,yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksisosial, komunikasi dan bahasa, serta gangguan emosidan persepsi sensori bahkan pada aspek motoriknya.Oleh karena itu, anak-anak autis biasanya sukar sekalidalam berbicara, mengalami gangguan prilaku, danketerbelakangan mental sehingga mereka senangbermain dengan dunianya sendiri dan tidak bisamengikuti teman-teman sebayanya yang normal.

Penelitian yang RelevanPenelitian yang relevan yang sudah dilakukan olehpeneliti lain dalam kaitannya dengan komunikasi anakautis, yakni penelitian yang dilakukan oleh Rika Sabri,dkk (2006) dengan judul ”Pengaruh Terapi Autisterhadap Kemajuan Anak Autis di Sekolah KhususAutisme di Kota Padang”. Selanjutnya, hasil penelitianyang diperoleh menunjukan bahwa dari 30 anak yangmelakukan terapi perilaku dengan baik yangmengalami kemajuan 25 anak (83,3%), dari 27 anakyang melakukan terapi okupasi yang baik, ada 25 anak(92,6%) yang mengalami kemajuan, dan dari 25 anakyang melakukan terapi wicara yang baik ada 22 anak(88,0%) yang mengalami kemajuan. Berdasarkananalisa statistik dengan derajat kemaknaan p<0,05berarti pemberian terapi perilaku, terapi okupasi danterapi wicara berpengaruh terhadap kemajuan anakautisme. Selain itu, ada juga penelitian yang hampir samadalam menganalisis komunikasi anak autis, yaknipenelitian yang dilakukan oleh Aulia P. Bayu, denganjudul penelitian ” Pola Komunikasi antara Terapisdengan Anak Autis di Pelangi School and TreatmentCenter Surabaya”. Penelitian ini menggunakanmetode kualitatif dengan depth interview denganinforman 2 orang. Kemudian, hasil analisis datamenunjukan bahwa pola komunikasi yang terjadi padaterapis dengan anak autis ADHD adalah pola

Teguh Susanto: Kemampuan Berbicara Anak Penyandang Amnestik Aphasia

Page 79: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

320

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

komunikasi yang dilakukan secara langsung ataudengan tatap muka (kontak mata), kemudian pesanatau materi itu disampaikan dengan menggunakanbahasa yang singkat, jelas serta lugas.

Berdasarkan penelitian di atas, perlu penelitipertegas kembali bahwa penelitian ini denganpenelitian sebelumnya sama-sama mengkajikemampuan berbicara anak autis. Akan tetapi, dalampenelitian ini perlakuan atau treatment terapinyadiberikan kepada anak autis yang tidak belajar disekolah berkebutuhan khusus.

Metode PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan kualitatifdengan desain penelitian studi kasus tunggal. Rasiodesain studi kasus tunggal menyajikan suatu kasusekstrem atau unik (Yin, 2008). Oleh karena itu,desain tersebut digunakan untuk mengamati danmeneliti kasus yang dialami Jeje yang memilikiketebatasan berbicara. Kehadiran peneliti dalaminstrumen penelitian tersebut sebagai human instru-ment, yakni 1) berfungsi menetapkan fokuspenelitian, 2) memilih informan sebagai sumberdata, 3) melakukan pengumpulan data, 4) menilaikualitas data, 5) analisis data, 6) menafsirkan data,dan 7) membuat kesimpulan atas temuan.Selanjunya, lokasi atau tempat penelitian inidilaksanakan di rumah Bapak Siman dan Ibu Jumi(otang tua informan) di Desa Kedung 1 RT.008/RW.002, Kecamatan Gunung Kaler, KabupatenTangerang. Adapun waktu penelitian dilaksanakanbulan Maret sampai dengan April 2012.

Pengumpulan data dilakukan melalui teknikobservasi partisipan dengan langkah-langkah, yaitu: 1) menetapkan informan yang ditel i t i , 2)menyiapkan daftar atau lembar observasi, 3)mengajak informan berbicara, 4) memberikanlatihan-latihan dalam pengucapan kata, 5) merekamsemua aktivitas informan dalam berbicara, 6)menulis hasil latihan dan rekaman informan, 7)mengidentifikasi kata-kata informan, dan 8) menarikkesimpulan. Kemudian, teknik analisis data dalampenelitian ini dilakukan sejak peneliti di lapangandengan studi analisis isi pada kata-kata/ujaran-ujaran anak penyandang aphasia, dan

menggunakan teknik penjodohan pola, pembuatanpenjelasan, dan analisis deret waktu.

Hasil Penelitian dan PembahasanBerdasarkan hasil diagnosis yang peneliti lakukanuntuk mengetahui faktor penyebab masalahtersebut yaitu ketidakmampuan berbicara yangdisebabkan faktor autis, yakni adanya kerusakansaraf dan fungsi otak yang tidak maksimal sehinggatidak bisa membuat konsep kata yang utuh strukturkalimatnya dalam berbicara. Hal ini ditandai denganciri-ciri Jeje yang mengalami keterlambatanberbicara padahal usianya 12 tahun, gangguanprilaku, dan kondisi mental. Gangguan-gangguanini dijelaskan oleh orang tua Jeje yang mengatakanbahwa ”Jeje memiliki penyakit steep dari bayisampai sekarang dan baru bisa berjalan ketikausianya 4 tahun”. Selain itu, faktor kurangnya pengetahuan orangtua mengenai cara mengajarkan anak autis dalamberbicara, ini terlihat ketika Jeje dibiarkan begitusaja mengucapkan kalimat yang tidak lengkapkosakatanya tanpa adanya latihan pengulangankata yang diucapkan. Adapun kata-kata yangdiucapkan oleh Jeje dalam data studi kasus inisebagai berikut:

1 Endu

2 Endok

3 Ana

4 Num

5 Kuku

6 Dhok

Tabel 1. Tuturan subjek

No. Tuturan Subjek

Selanjutnya, berdasarkan prognosis hasilpengamatan dapat disimpulkan bahwaketidakmampuan Jeje dalam berbicara tergolong jenisAmnestic aphasia sehingga penanganannya dapatdipecahkan dengan cara melatih pengucapan kata-katanya secara berulang-ulang dengan memperlihatkan

Page 80: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

321

objek gambar yang menarik dan bermacam warna ataumembiasakan untuk melafalkan kata-kata dengankalimat yang utuh. Dengan latihan pengucapan tersebutdiharapkan Jeje terbiasa untuk melafalkan kata-katayang utuh strukturnya sehingga orang lain dapatmemahami maknanya. Berikut ini adalah data kata-kata yang diucapkan oleh Jeje setelah perlakuan.

ternyata terlihat ada sedikit perubahan dalampengucapan katanya, misalnya yang awalnya hanyadapat mengucapakan kata “endu” menjadi “ghondu”,meskipun pengucapanya tidak begitu lancar atau pela-pelan karena ada kendala yang disebabkan olehpenyakit autisnya. Tidak lanjut kasus ini yaitumemberikan saran kepada orang tua dan tetangganyaagar senantiasa membantu perkembangan linguistiknyadengan cara melatih pengucapan katanya.

Simpulan dan SaranSimpulanHasil penelitian menunjukkan bahwa ada dua faktoryang mempengaruhi ketidakmampuan Jeje dalamberbicara, yaitu sebagai berikut. a) faktor autis, yakniditandai dengan ciri-ciri Jeje yang mengalamiketerlambatan berbicara padahal usianya 12 tahun,gangguan prilaku, dan kondisi mental. b)faktorkurangnya pengetahuan orang tua mengenai caramengajarkan anak autis dalam berbicara, ini terlihatketika Jeje dibiarkan begitu saja mengucapkan kalimatyang tidak lengkap kosakatanya tanpa adanya latihanpengulangan kata yang diucapkan. Carapenanganannya dapat dilakukan dengan melatihpengucapan kata-kata secara berulang-ulang denganmemperlihatkan objek gambar yang menarik danbermacam warna. Hal ini dapat terlihat adanyaperubahan dalam pengucapan katanya, misalnyayang awalnya hanya dapat mengucapaka kata “endu”menjadi “ghondu”, meskipun pengucapanya tidakbegitu lancar atau pela-pelan karena ada kendala yangdisebabkan oleh penyakit autisnya.

2. SaranBerdasarkan simpulan di atas, penulismengemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut:1) Penulis menyarankan kepada orang tua yangmemiliki anak penyandang Amnestic aphasia agarsenantiasa membantu perkembangan linguistiknyadengan cara melatih pengucapan katanya. 2) Hasilpenelitian ini diharapkan dapat dikembangkan danditindaklanjuti kembali oleh peneliti lain secarakomprehensif sehingga dapat diketahui secara lebihkhusus cara penanganan anak penyandang amnestikaphasia.

Teguh Susanto: Kemampuan Berbicara Anak Penyandang Amnestik Aphasia

Kasus atau masalah Jeje ini sebenarnya terjadidalam lingkungan keluarga sehingga peneliti melakukanremedial dengan dua cara, yaitu sebagai berikut: a)Remedial terhadap subjek atau Jeje, yakni dengan caramelakukan terapi pengulangan pengucapan denganmemperlihatkan gambar berwarna. Adapun langkah-langkanya: (1). Peneliti memperlihatkan gambarberwarna yang objeknya sudah dikenal oleh subjek,yaitu gambar kelereng, sendok, dan warung.Kemudian, subjek diminta untuk memilihgambarnya.(2). Peneliti mengucapkan kata-kata sesuaidengan gambar yang dipilih subjek, kemudian memintasubjek untuk mengulang kembali kata yang diucapkansampai benar pelafalannya, misalnya kata ”gondu”subjek mengucapkannya ”endu” kemudian secarapelan-pelan diulang kembali ”ghondu”.b) Remedialterhadap orang tua Jeje, yakni dengan cara memberikansaran dan contoh penanganan dalam melatihkemampuan berbicara pada Jeje, misalnya ketikapeneliti memberikan terapi atau treatment kepadasubjek, kemudian peneliti meminta orang tua Jejememperhatikan dan mempraktekannya.

Setelah peneliti melakukan terapi pengulanganpengucapan selama dua bulan tehadap subjek ini,

Tabel 2. Daftar kata yang diucapkan

1 Endu Gondu (kelereng)

2 Endok Sendok (sendok)

3 Ana Ning kana (di sana)

4 Num Nginung (minum)

5 Kuku Tuku (beli)

6 Dhok Dhodok (duduk)

No. Tuturan SubjekSesudah Perlakuan

Tuturan SubjekSebelum Perlakuan

Page 81: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

322

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Pustaka AcuanDardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.Mar’at, Samsunuwiyati. 2009. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.Tarigan, H.G. 1981. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.Wijayakusuma, Hembing. 2004. Anakku Sembuh dari Autisme. Jakarta: Dyatama Milenia.Yin, Robert K. 2008. Studi Kasus: Desain dan Metode. (Penerjemah M. Djauzi Mudzakir). Jakarta: RajaGrafindo

Persada.Yuwono, Joko. 2009. Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik dan Empirik). Bandung: Alfabeta.Sumber Internet:Sabri, Rika dkk. Pengaruh Terapi Autis terhadap Kemajuan Anak Autis di Sekolah Khusus Autisme di Kota

Padang. http://jurnal.dikti.go.idjurnaldetilid076098, diakses 16 Agustus 2012.Bayu, Aulia P. Pola Komunikasi Antara Terapis Dengan Anak Autis di Pelangi School and Treatment Center

Surabaya (Studi Kualitatif Pola Komunikasi Antara Terapis Dengan Anak Autis ADHD di Pelangi School andTreatment Center Surabaya.http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:19869, diakses 16 Agustus 2012.

*******

Page 82: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

323

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN MEDIA MASSASEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

FACTORS THAT INFLUENCE THE UTILIZATION OF MASS MEDIAAS LEARNING MEDIA

Oos M. AnwasPustekkom Kemdikbud

Jalan RE. Martadinata, Ciputat -Tangerang Selatan, Banten([email protected])

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) intensitas pemanfaatan media massa, 2)kesesuaian substansi media massa dengan keperluan penyuluhan pertanian, dan 3) faktor-faktor yangmempengaruhi pemanfaatan media massa sebagai media pembelajaran. Penelitian ini menggunakanmetode eksplorasi terhadap penyuluh pertanian PNS di kabupaten Karawang dan Garut Jawa Barat.Dengan menggunakan analisis dekriptif diketahui bahwa pemanfaatan media massa: koran, buku,radio, dan internet dalam katagori sangat rendah. Pemanfaatan majalah dalam katagori sedang danhanya intensitas pemanfaatan media televisi dalam katagori tinggi. Substansi informasi media massasecara umum kurang sesuai dengan kebutuhan penyuluhan pertanian. Hanya substansi majalah yangsesuai dengan kebutuhan penyuluhan pertanian. Hasil analisis regresi berganda dengan metode stepwisediketahui bahwa intensitas pemanfaatan media massa yang rendah dipengaruhi oleh tingkat kepemilikanmedia komunikasi dan informasi dan dukungan keluarga yang relatif rendah, meskipun tingkat pendidikanformalnya tinggi. Oleh karena itu dalam era informasi, media massa sudah menjadi kebutuhan bagiprofesi penyuluh pertanian sehingga perlu dilakukan upaya dimulai dengan menumbuhkan kesadaran,menyediakan kemudahan akses media massa, serta meningkatkan substansi media massa yangsesuai dengan kebutuhan penyuluhan pertanian.

Kata kunci: media massa sebagai media pembelajaran, penyuluh pertanian, intensitas pemanfaatanmedia massa,

Abstract: This study aimed to fine out: 1) the intensity of use of mass media, 2) the suitability of thesubstance of the mass media with the purpose of agricultural extension agents, and 3) the factors thatinfluence the use of the mass media as an intructional media. This study uses an exploration of the civilservants in the district agricultural extension Garut and Karawang West Java. Using descriptive analysisit is known that the use of the mass media: newspapers, books, radio, and the internet in the very lowcategory. Utilization of the magazine in the category of medium and only the intensity of use of televisionin the high category. The substance of the mass media in general get less according to the needs ofagricultural extension. Only substance Magazine Sinar Tani and Trubus to suit the needs of agriculturalextension. The results of multiple regression analysis with stepwise method is known that the intensity ofthe low utilization of the mass media is influenced by the level of information and communication mediaownership and family support is relatively low, although higher levels of formal education. Therefore, inthe information age, the mass media has become a necessity for the profession so that agriculturalextension efforts should be made starting with raising awareness, providing easy access to the massmedia, as well as improving the substance of the mass media according to the needs of agriculturalextension agents.

Keywords: mass media as a medium of learning, agricultural extension agents, the intensity of uses themass media

Diterima tanggal: 08/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 07/07/2012; Disetujui tanggal:23/08/2012

Page 83: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

324

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

PendahuluanDunia terus berubah. Perubahan tersebut pasti terjadisehingga sifatnya abadi. Perubahan ini seiring denganperkembangan ilmu pengetahuan dan teknologiterutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK).Perubahan tersebut sadar atau tidak telahmempengaruhi semua aspek kehidupan manusia,termasuk sektor pendidikan, pertanian, danpenyuluhan. Pengaruh perubahan itu juga telahmenuntut semua profesi untuk dapat menyesuaikandengan perubahan zaman. Salah satu profesi yanglangsung berhadapan dengan klien di lapangan adalahpenyuluh pertanian.

Penyuluh pertanian tugas utamanya adalahmemberdayakan petani sesuai dengan kebutuhan danpotensi klien/petani (Anwas, 2011). Dalamkenyataanya masyarakat atau klien tersebut adalahdinamis. Hampir setiap saat terjadi perubahan dantuntutan juga berkembang seiring perkembanganzaman. Perubahan tersebut menuntut setiap penyuluhuntuk terus mengikuti perubahan zaman tersebut.

Untuk mengikuti perubahan, penyuluh dituntutuntuk menyesuaikan dengan cara belajar. Belajardalam hal ini tidak terbatas dalam tataran pendidikanformal saja, tetapi dapat dilakukan dalam pendidikannon formal dan informal. Begitu pula sumber belajaratau bahan belajar tidak hanya terbatas pada bahanyang dirancang secara khusus untuk pembelajaran(by design), tetapi juga dapat memanfaatkan bahanyang tidak dirancang secara khusus untukpembelajaran (by utilization). Sumber belajar yangtidak dirancang secara khusus tersebut diantaranyaadalah media massa.

Dalam era informasi, media massa merupakansalah satu sumber belajar yang sangat diperlukan bagiprofesi seperti guru, dosen, atau penyuluh pertanian.Media massa menjadi penting karena merupakanmedia yang subtansinya aktual sesuai denganperkembangan yang terjadi di masyarakat. Perubahansetiap waktu yang terjadi seringkali menjadi acuandan substansi yang ada dalam media massa. Olehkarena itu penyuluh sangat penting untuk mengaksesdan memanfaatkan media massa secara kontinyu.Melalui pemanfaatan media massa ini, penyuluh dapatmengetahui perkembangan yang terjadi di

masyarakat, mulai dari perkembangan hasil-hasilinovasi, produk pertanian yang ada dan dibutuhkanmasyarakat, hama penyakit, perkembangan iklim,cuaca, serta berbagai trend perkembangan yangterkait dengan kegiatan penyuluhan pertanian.

Dengan demikian kegiatan penyuluhan yangdirancang dan dilaksanakan para penyuluh akanselaras dan menyesuaikan dengan perubahantersebut. Kegiatan penyuluhan menjadi dinamis sesuaidengan aspirasi dan kebutuhan dan perkembanganyang real terjadi pada saat penyuluhan dilakukan.Informasi dan tuntutan klien sangat penting diketauipenyuluh melalui media massa. Mengingat pentingnyapenyuluh untuk memanfaatkan media massa sebagaiupaya untuk merencanakan dan melaksanakankegiatan penyuluhan yang tepat, maka menarik untukdilakukan penelitian secara khusus tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyuluh dalampemanfatan media tersebut.

Secara lebih rinci masalah penelitian ini adalah:1) Bagaimana intensitas pemanfaatan media massasebagai upaya meningkatkan kemampuan penyuluh?2) Apakah substansi media massa sesuai dengankeperluan penyuluhan pertanian?, dan 3) Faktor-faktoryang mempengaruhi pemanfaatan media massasebagai media pembelajaran dalam upayameningkatkan kemampuan penyuluh?

Berdasarkan masalah tersebut, tujuan penelitianini adalah: 1) untuk mengetahui intensitaspemanfaatan media massa sebagai upayameningkatkan kemampuan penyuluh, 2) untukmengetahui substansi media massa yang sesuaidengan keperluan penyuluhan pertanian, dan 3) untukmengetahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikanterhadap pemanfaatan media massa sebagai mediapembelajaran.

Kajian TeoriBelajar adalah proses perubahan perilaku hasilinteraksi dengan lingkungan. Belajar ini tidak hanyaterbatas pada pendidikan formal saja. Belajar dapatdilakukan secara non formal dan informal. Belajar jugatidak hanya di dalam kelas. Belajar dapat dilakukandi luar kelas, dalam lingkungan, atau di manapunsetiap ada kesempatan. Begitu pula media

Page 84: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

325

pembelajaran tidak hanya media yang dirancangsecara khusus untuk pembelajaran. Media yang tidakdirancang untuk pembelajaran seperti media massadan lingkungan dapat dimanfaatkan untuk kegiatanbelajar dalam meningkatkan kemampuan dan kualitaskehidupan yang lebih baik.

Setiap individu dapat melakukan proses belajarmelalui media apapun, sekalipun media tersebut tidakdirancang khusus untuk proses belajar. Misalnyapenyuluh pertanian dapat mengikuti siaran televisitentang pencegahan Flu Burung. Dengan membacakoran misalnya, penyuluh dapat belajar budidayatanaman jagung yang berhasil dikembangkan di suatudaerah. Begitupun dengan media lainnya, penyuluhdapat belajar dengan cara, waktu, dan tempat yangsesuai dengan dirinya. Media massa seperti:suratkabar, majalah, buku, radio, televisi, dan internetdapat dimanfaatkan oleh siapapun yang bisamengaksesnya sebagai media belajar.

Dalam pemanfaatan media massa sebagai mediapembelajaran diperlukan adanya kemandirian darisetiap individu untuk belajar. Kemandirian (autonomy)diartikan sebagai kemampuan individu terhadapsesuatu dalam mengelola dirinya untuk bersikap danberperilaku tanpa ada tekanan dari pihak manapun(Anwas, 2009). Ini berarti kemandirian belajar penyuluhdiartikan bahwa penyuluh memiliki inisiatif ataukesadaran sendiri untuk mencari berbagai ilmupengetahuan melalui media dalam meningkatkankompetensinya tanpa harus bergantung padadukungan pihak lain termasuk lembaga penyuluhan.

Dalam teori-teori perubahan perilaku mazhabbehavioristik menekankan bahwa pola-pola perilaku itudapat dibentuk melalui proses pembiasaan danpengukuhan (reinforcement) dengan mengkondisikanstimulus (conditioning) dalam lingkungan(environmentalistik) individu yang bersangkutan(Makmun, 2005). Ini berarti media massa dengankarakteristiknya dapat mengkondisikan pembiasaan,memberikan menstimulus, dan memberikan penguatanterhadap penyuluh agar terjadi proses belajar dalammeningkatkan kemampuannya. Sebaliknya menurutmazhab holistik, perilaku itu bertujuan (purposive), yangberarti aspek instrisik (niat, tekad, azam) dari dalamdiri individu merupakan faktor-faktor penentu yang

penting untuk melahirkan perilaku tertentu meskipuntanpa adanya rangsangan (stimulus) yang datang darilingkungan (naturalistik). Artinya menurut mazhabholistik bahwa penentu keberhasilan belajar adalahfaktor intrinsik individu yang bersangkutan. Menurutmazhab ini karakteristik penyuluh seperti umur, tingkatpendidikan, pengalaman bekerja, dan karakteristikpribadi lainnya merupakan faktor yang mementukandalam pemanfaatan media massa untuk pembelajaran.

Secara umum media pembelajaran dapatdigolongkan dalam dua kelompok, yaitu: (1) mediapembelajaran yang memang dirancang secara khusus(by design) untuk kegiatan belajar, dan (2) media belajaryang tidak dirancang tetapi dapat dimanfaatkan (by uti-lization) untuk pembelajaran. Media pembelajaran bydesign antara lain: kegiatan modul pelatihan jarak jauh,modul pembelajaran, kaset video/VCD pembelajaran,serta acara-acara radio, atau siaran TV yang dirancanguntuk pembelajaran baik yang sifatnya utama maupunpengayaan. Media pembelajaran by utilization, misalnyamedia massa, lingkungan, dan lain-lain.

Media massa menurut teori agenda-setting dariMcCombs dan DL Shaw (Sendjaja, 1994) memilikipengaruh dan penekanan informasi tertentu terhadapmasyarakat. Namun teori ini diimbangi oleh teori Usesand Gratifications dari Katz (Severin dan Tankard,2001), bahwa pengguna (user) media atau khalayakadalah aktif dan selektif dalam menggunakan mediauntuk memenuhi kebtuuhan dan kepentingannya.

Dalam kontek pembangunan, media massamemiliki peran penting. Hasil studi Schramm (Nasution,2007) peran paling pokok media massa adalahmembantu menyebarluaskan informasi tentangpembangunan, dapat mengajar melek huruf, sertaketerampilan lainnya yang dibutuhkan untukpembangunan dan dapat menjadi penyalur suaramasyarakat agar turut ambil bagian dalam pembuatankeputusan. Media massa tidak hanya berperan dalammenimbulkan dan memberikan informasi, tetapi lebihjauh dapat mengarahkan untuk tujuan-tujuanpenyuluhan dan pembangunan (Oepen, 1988). Dalamperkembangannya terutama munculnya media internet,media juga memiliki fungsi interaktif dalam menciptakankomunitas maya dan budaya maya, membinahubungan sosial, termasuk dalam melakukan transaksi

Oos M. Anwas: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran

Page 85: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

326

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

bisnis. Dalam penelitian ini media massa yangdimaksudkan adalah surat kabar, majalah, buku, ra-dio, televisi, radio, dan internet.

Surat kabar, majalah, dan buku adalah mediamassa cetak.. Media ini menyajikan berbagai informasidan ilmu pengetahuan lainnya secara aktual. Kejaidan-kejadian, hasil-hasil penelitian, kajian, dan bentuklainnya dapat diperoleh melalui media tersebut. Dalamperkembangannya seiring perkembangan teknologiinformasi dan komunikasi, media ini suduah dilengkapidengan versi online. Koran adalah media yang sumberinformasi dalam bentuk cetak. Majalah ditulis olehmenggunakan bahasa yang populer. Majalah yang seg-mented dapat mengupas informasi secara mendalamterhadap suatu topik. Buku Perkembangan buku danmedia cetak lainnya sangat terkait dengan minat baca.Secara umum, minat baca masyarakat kita masihlemah. Oleh karena itu perkembangan media ini jugarelatif rendah.

Media radio, televisi, dan internet merupakan me-dia massa elektronik. Indonesia memiliki pengalamandalam pemanfaatan radio untuk pendidikan yaitudengan dikembangnanya Siaran Radio Pendidikan(SRP) yaitu sejak tahun 1951 yang ditujukan untukmantan Pelajar pejuang kemerdekaan. Tahun 1977dikembangkan SRP untuk membantu kegiatanpenataran guru SD. Program ini diprioritaskan bagiguru-guru di daerah terpencil (Anwas, 2000).

Media televisi dapat menyampaikan pesan audiovisual dan unsur gerak. Saat ini banyak siaran televisibaik by design maupun by utilization yang dapatdigunakan untuk pembelajaran. Siaran TV yang khususuntuk pembelajaran/pendidikan sudah dilakukan sejakpeluncuran Televisi Pendidikan Indonesia (TPI).Kemudian Dalam perkembangannya KementerianPendidikan dan Kebudayaan RI memiliki stasun televisiyang khusus menyiarkan program pendidikan baik for-mal, informal, ataupun non formal dengan nama TelevisiEdukasi (2004). Televisi ini dipancarkan melalui satelitsehingga bisa diterima melalui antene parabola, TVRIdalam jam-jam tertentu, atau antene biasa bagi daerah-daerah yang memiliki stasiun TV lokal yang sudahbekerjasama denga TVEdukasi.

Internet merupakan jaringan yang terdiri atas ribuanbahkan jutaan komputer, yang terhubungkan melalui

saluran satelit, telepon, ataupun kabel dan jangkauanyamencakup seluruh dunia. Banyak sumber informasi danfasilitas yang tersedia dalam internet yang dapatdigunakan untuk keperluan penyampaian materipendidikan. Banyak puila potrtal/web yang dirancanguntuk kepentingan pendidikan/pembelajaran, misalnyaportal Rumah Belajar (belajar.kemdikbud.go.id)merupakan kompilasi portal yang disiapkan untukmembantu pembelajaran. Begitu pula sangta banyakjumlahnya portal yang tidak dirancang untukpembelajaran tetapi dapat dimanfaatkan sebagai me-dia pembelajaran.

Pemanfaatan media massa sebagai mediapembelajaran, dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh dalam pemanfaatanmedia massa sebagai media pembelajaran adalahsebagai berikut: a) Pendidikan formal: Pendidikan adalahusaha untuk menghasilkan perubahan-perubahan padaperilaku manusia. Pendidikan memberikan nilai-nilaitertentu dalam berpikir dan berperilaku. Semakin tinggitingkat pendidikan seseorang, ada kecenderungansemakin tinggi pula pengetahuan, sikap danketerampilan (Slamet, 1992). Pendidikan yangdimaksudkan dalam penelitian ini adalah jenjangpendidikan formal yang pernah diikuti penyuluhpertanian. b) Pengalaman bekerja: Pengalamanadalah suatu kepemilikan pengetahuan yang dialamiseseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan(Padmowihardjo, 1994). Melalui pengalaman seseorangmendapatkan ilmu pengetahuan yang dapat mengubahpengetahuan, sikap, dan keterampilannya. Dengan katalain pengalaman merupakan hasil belajar. c) Kepemilikanmedia komunikasi dan informasi: Kepemilikan mediakomunikasi dan informasi adalah sejumlah alatkomunikasi dan informasi publik yang dimiliki penyuluhsaat penelitian dilakukan. Media yang dimaksudkanadalah: koran, majalah, brosur, radio, televisi, handpone,dan internet. Teknologi komunikasi dan informasi padadasarnya memungkinkan dan memudahkan penyuluhuntuk dapat mengakses berbagai informasi yangdiperlukan untuk mendukung kesuksesan penyuluhan.Menurut Slamet, salah satu falsafah dasar daripenyuluhan adalah proses demokrasi (Sumardjo, 1999).Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi juga telahmelahirkan perubahan dan demokratisasi dalam

Page 86: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

327

penyuluhan. Kondisi ini ditandai dengan adanyaperubahan dalam berkomunikasi dengan cepat danmudah baik dengan sesama penyuluh, pimpinanlembaga penyuluhan, klien (petani), peneliti/pakar, danpihak-pihak terkait dalam penyuluhan. Kemudahanakses informasi dan komunikasi dengan pihak terkaitini diduga akan berpengaruh terhadap intensitaspemanfaatan media. d) Dukungan Keluarga: Keluargaadalah unit terkecil dalam masyarakat memiliki peranyang fundamental bagi pembentukan individu secara per-sonal. Penelitian Poole et al. (1993) menyimpulkan bahwakesuksesan karir dipengaruhi oleh kultur dan struktursosial (melalui sosialisasi peranan menurut jenis kelamindan kepribadian), pengalaman peranan keluarga (sepertikualitas peranan orang tua) dan peluang serta hambatanorganisasi (seperti program pengembangan karir).Dalam hal ini dinyatakan bahwa pengalaman dalamkeluarga dan peranan organisasi akan mempengaruhirespon afektif terhadap hasil kerja (kepuasan kerja)dalam kesuksesan karir. Penelitian ini menunjukkanbahwa keluarga memiliki peran yang signifikan terhadappemanfaatan media massa sebagai media pembelajaran.e) Dukungan lingkungan yang kondusif untuk belajar:Dukungan lingkungan kondusif untuk belajar merupakansalah satu bentuk dukungan lembaga penyuluhan dalammeningkatkan kualitias SDM penyuluh. MenurutKlausmeier dan Goodwin (1977), salah satu faktor pentingdalam mencapai efektifitas belajar adalah dukunganfasilitas untuk belajar. Hakekat dari pendidikan danpelatihan ini tidak hanya terbatas pada pendidikan di dalamruangan khusus akan tetapi adalah bagaimanamenciptakan iklim belajar yang kondusif bagi penyuluh.

Lembaga penyuluhan perlu mendukung penyuluhuntuk terus belajar meningkatkan kemampuanya melaluisuatu kondisi lembaga yang kondusif untuk belajar.

Metodologi PenelitianPenelitian ini menggunakan paradigma kuantitatifdengan metode penelitian explorasi. Variabel yangditeliti sebagai variabel bebas adalah TingkatPendidikan Formal (X1), Pengalaman Bekerja (X2),Kepemilikan Media Komunikasi dan Informasi (X3),Dukungan Keluarga (X4), dan Dukungan Lingkunganuntuk Belajar (X5). Variabel terikatnya adalah intensitaspemanfaatan media massa (Y) yaitu intensitas

pemanfaatan media koran/ surat kabar, majalah, buku,radio, televisi, dan internet.

Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluhpertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) padi di kabupatenKarawang dan penyuluh sayuran di kabupaten GarutProvinsi Jawa Barat. Pertimbangan penentuan lokasipenelitian, antara lain: tantangan penyuluhan di daerahsayuran berbeda dengan daerah padi dan arusinformasi dan komunikasi di daerah sayuran lebihdinamis dibandingkan dengan daerah padi. Sampeldiambil secara random menggunakan teknik randomsampling dengan menggunakan rumus Slovin (Sevilladkk., 1993) pada persen kelonggaran sebesar 7persen. Hasil perhitungan dengan rumus Slovintersebut, ditetapkan jumlah sampel penelitian sebanyak170 orang, yang terdiri dari 80 orang penyuluh yangbertugas di pertanian padi dan 90 orang penyuluh yangbertugas di pertanian sayuran.

Instrumen penelitian sebelumnya dilakukan ujivaliditas dan reliabilitas. Validitas instrumen yang diujidalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity)dan validitas konstruk (construct validity). Uji validitaskonstruk dilakukan uji coba kuesioner terhadap sasaranyang relatif sama dengan objek penelitian. Uji coba inidilakukan terhadap 30 penyuluh di kabupaten Bogor.Selanjutnya skor tiap item dikorelasikan (KorelasiPearson Product Moment) antara skor tes dengan skorkriteria. Uji reliabilitas instrumen diolah denganmenggunakan teknik Alpha Cronbach. Instrumenpenelitian berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitassecara umum valid dan reliabel.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan padabulan Februari sampai dengan April 2009. Data yangdikumpulkan menggunakan beberapa cara yaitu:kuesioner (questioner), wawancara mendalam (indepthinterview), dan dokumentasi (documentation), yaitumengumpulkan data dengan cara penelusuran danpencatatan data, dokumen, arsif, maupun referensiyang relevan di instansi di yang ada kaitannya denganpenelitian.

Pengolahan data digunakan analisis kuantitatif.Untuk mendukung dan mempertajam analisis kuantitatifdilengkapi dengan informasi berdasarkan data kualitatif(Dey, 1993) (Moleong, 1991). Analisis kuantitatifmenggunakan statistik yang meliputi: analisis statistik

Oos M. Anwas: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran

Page 87: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

328

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

deskriptif, dan analisis regresi berganda (Kerlinger;Sarwono, 2007; Johnson dan Wichern, 2002).

Hasil dan PembahasanDeskripsi hasil penelitianVariabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkatpendidikan formal penyuluh pertanian, pengalamanyang dihitung dalam jumlah waktu selama menjadipenyuluh, kepemilikan media komunikasi dan informasidaalm bentuk sejumlah alat komunikasi dan informasipublik yang dimiliki penyuluh saat penelitian dilakukan,dukungan keluarga, serta dukungan lingkungan bekerjayang kondusif untuk belajar.

Hasil pengumpulan data diketahui bahwapendidikan formal penyuluh pertanian dapatdikelompokkan menjadi empat yaitu: tingkat pendidikanSLTA, Diploma III, sarjana atau D-IV, dan magister (S2)(Anwas, 2009). Pada gambar 1 menunjukkan bahwalebih dari setengahnya (55 persen) penyuluh sudahberpendidikan setingkat sarjana, bahkan 8 persensudah berpendidikan setingkat magister (S2). Ini berartisecara umum tingkat pendidikan formal penyuluhsudah cukup tinggi. Adanya prasyarat jenjangpendidikan minimal setingkat sarjana bagi JabatanFungsional Penyuluh Ahli menjadi pendorong bagipenyuluh untuk melanjutkan pendidikan setingkat S1.Jika mengacu pada persyaratan tersebut masih ada45 persen pendidikan formal penyuluh yang belummencapai jenjang pendidikan setingkat sarjana.

Gambar 1Prosentase Tingkat Pendidikan Formal Penyuluh

Pengalaman menjadi penyuluh yang diwujudkandalam hitungan tahun selama menjadi penyuluh PNS,secara umum menunjukkan sudah lama atauberpengalaman (Gambar 2). Pengalaman kerja di atas34 tahun ada 11%. Apabila dihitung keseluruhanpengalaman yang sudah di atas 17 tahun sudahmencapai 91 persen. Pengalaman bekerja yangsudah relatif lama ini menarik untuk dikaji apakahberpengaruh terhadap upaya dalam memanfaatkanmedia massa sebagai salah satu bentuk pembelajaranuntuk meningkatkan kemampuannya.

Gambar 2Pengalaman menjadi Penyuluh PNS

Kepemilikan media komunikasi dan informasidimaksudkan sebagai bentuk kepemilikan sejumlah alatkomunikasi dan informasi publik yang dimiliki penyuluhsaat penelitian dilakukan. Kepemilikan mediakomunikasi dan informasi tersebut adalah: koran,majalah/tabloid, brosur/leaflet, media radio, televisi,handpone, dan internet. Kepemilikan media komunikasidan informasi yang paling banyak (Gambar 3) adalahmajalah. Hasil pendalaman diketahui, majalah yangdimiliki penyuluh adalah Sinar Tani yang penerbitannyadirintis oleh Departemen Pertanian. Saat ini MajalahSinar Tani diterbitkan oleh PT Duta Karya Swasta yangbekerjasama dengan Departemen Pertanian.

Media massa lainnya adalah televisi yangmenunjukkan tingkat kepemilikan yang tinggi. Tingginyatingkat kepemilikan media televisi ini merupakan potensibesar untuk dimanfaatkan dalam meningkatkankemampuan penyuluh yang tersebar di berbagai pelosoktanah air. Di sisi lain kemajuan teknologi pertelevisiandari teknologi analog ke teknologi digital semakinmemudahkan peluang siaran pertanian melalui salurankhusus televisi. Kelebihan majalah sebagai media cetak

11%

47%

34%

9%

0% 10% 20% 30% 40% 50%

34> Th

26-33 th

18-25 th

< 1/ th

47% 34%

8% 11%

SLTA 11% S2 8%S1 47%Diploma III 34%

Page 88: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

329

dan televisi sebagai media elektronik dipadukan untukmeningkatkan kemampuan penyuluh, dapat salingmelengkapi kelebihan dan kelemahan media tersebut.

berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuanpenyuluh.

Kepemilikan media koran sebagai media cetak lebihsedikit dibandingkan dengan media lainnya kecualiinternet. Kurangnya memiliki media koran karenaumumnya penyuluh tinggal di desa atau kota kecamatanyang relatif sulit diakses koran yang terbit harian. Brosurlebih tinggi dibandingkan koran, karena penyuluh seringmenerima brosur dari perusahaan swasta, antara lainmengenai: bibit, obat-obatan, dan jenis lainnya.

Gambar 3. DiagramKepemilikan Media Komunikasi dan Informasi

Media televisi memiliki karakteristik yang mampumenampilkan pesan audio visual dan unsur gerak yangidentik dengan media hiburan dan informasi, sehinggawajar jika media ini banyak dimiliki oleh penyuluh.Sebaliknya internet merupakan media yang palingsedikit, hanya tiga persen penyuluh yang sudah memilikiinternet. Hal ini disebabkan media internet disampingrelatif baru juga memerlukan peralatan khusus dantambahan biaya untuk mengaksesnya. Di sisi lainlembaga penyuluhan seperti BPP/UPTD belum mampumenyediakan fasilitas akses media ini. Akibatnya me-dia ini sangat sedikit dimiliki penyuluh pertanian. Media radio dan handphone dimiliki penyuluh diatas 60 persen. Ini berarti kedua media ini memilikipotensi untuk dimanfaatkan dalam pembelajaranpenyuluh. Media radio memiliki kelebihan, antara lainbiaya relatif rendah dan pemanfaatanya lebih praktis,bisa didengarkan sambil bekerja.

Media handphone saat ini sudah menjadi alatkomunikasi yang praktis dan banyak digunakanmasyarakat. Seperti trend yang dalam masyarakat,penyuluh juga sudah sebagian besar memiliki handponesebagai media komunikasi dan informasi baik denganpetani, antar penyuluh atau dengan pihak-pihaklainnya. Kecanggihan handphone juga dapat menjadisumber informasi melalui akses internet. Apabila me-dia tersebut digunakan untuk mendapatkan informasiyang terkait dengan penyuluhan diduga akan

Gambar 4.Diagram Dukungan Keluarga Penyuluh

Koran Majalah Brosur Radio TV HP Internet

26

97

5863

94

73

3

54%

33%

11%

2 %

SedangRendahSangat Rendah Tinggi

Gambar 5.Dukungan Belajar di Lingkungan tempat Bekerja

Dukungan keluarga adalah dorongan istri/suami, anak,dan anggota keluarga (rumah tangga) lainnya terhadappekerjaan/profesi sebagai penyuluh. Dukungan keluargapenyuluh (Gambar 4) lebih dari setengahnya menunjukkankatagori sedang (54%). Sebagaimana hasil penelitianPoole et al. (1993) bahwa kesuksesan karir ditunjangoleh dukungan keluarga.

2 %

19 %

57 %

22 %

60%

50%

40%

30%

20%

10%

0%SangatRendah Rendah Sedang Tinggi

Oos M. Anwas: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran

Page 89: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

330

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

terlihat dari Gambar 5, menunjukkan bahwa lebih darisetengahnya (57%) responden menyatakan dukunganuntuk belajar di tempat bekerja adalah rendah. Kondisiini menunjukkan bahwa dukungan lembagapenyuluhan di tingkat kabupaten dalam menciptakaniklim belajar yang kondusif adalah rendah.

Pemanfatan Media MassaSecara umum intensitas pemanfaatan media massa(koran, majalah/ tabloid, buku, radio, televisi, daninternet) dalam katagori rendah dengan rataan skor35 seperti tergambar dalam Tabel 1 (Anwas, 2009).

Tabel 1Sebaran Persentase dan Rataan Skor Pemanfaatan Media Massa

Intensitas Sangat Rendah 66 22 77 14 71,8 18Pemanfaatan Rendah 20 17 18,2Koran Sedang 11 2 6,5(Y1.1) Tinggi 3 4 3,5

Intensitas Sangat Rendah 40 27 33Pemanfaatan Rendah 39 48 38 38Majalah Sedang 9 6 60 7 54(Y1.2) Tinggi 13 30 22

Intensitas Sangat Rendah 70 78 23 74 24Pemanfaatan Rendah 16 26 6 11Buku Sedang 9 14 12(Y1.3) Tinggi 5 2 4

Intensitas Sangat Rendah 76 18 74 17 75 17Pemanfaatan Rendah 16 24 21Radio Sedang 5 1 3(Y1.4) Tinggi 3 0 1

Intensitas Sangat Rendah 5 4 5Pemanfaatan Rendah 5 1 3Televisi Sedang 21 2 11(Y1.5) Tinggi 69 83 92 94 81 89

Intensitas Sangat Rendah 74 13 90 4 82 8Pemanfaatan Rendah 14 8 11Internet Sedang 11 2 7(Y1.6) Tinggi 1 0 1

Intensitas Sangat Rendah 16 8 12Pemanfaatan Rendah 71 35 87 35 79 35Media Massa Sedang 13 6 9(Y1) Tinggi 0 0 0

Keterangan: RS = Rataan Skor 0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 – 100 = Tinggi

Dukungan lingkungan yang kondusif untuk belajaradalah dorongan lembaga tempat penyuluh bertugasdalam menciptakan kemudahan untuk belajar gunameningkatkan kompetensinya. Lingkungan yangkondusif untuk belajar ini diukur di tingkat kabupatenyang diwujudkan melalui: tingkat dukunganmelanjutkan pendidikan formal, dukungan mengikutipelatihan, ketersediaan bahan belajar, kemudahanakses informasi, dukungan melaksanakan ujicobainovasi, dan dorongan memanfaatkan berbagaisumber belajar. Dukungan lembaga penyuluhan ditingkat kabupaten dalam menciptakan iklim belajaryang kondusif dinilai penyuluh masih rendah. Hal ini

PemanfaatanMedia massa Katagori Karawang

(n=80)Garut(n=90)

Rataan % Rataan Skor

% RS % RS

Page 90: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

331

Kondisi tersebut relatif sama bagi penyuluh yangbertugas di daerah pertanian padi (Karawang) danpertanian sayuran (Garut). Secara khusus pemanfaatanmedia: koran, buku, radio, dan internet dalam katagorisangat rendah. Pemanfaatan majalah dalam katagorisedang dan hanya intensitas pemanfaatan mediatelevisi dalam katagori tinggi. Di sisi lain substansimedia massa tersebut kurang sesuai denganpenyuluhan (Tabel 2). Secara lebih khusus intensitas pemanfaatan me-dia koran adalah 72 persen responden menyatakansangat rendah dengan rataan skor 18. Di kabupatenKarawang rataan skor lebih rendah dibandingkandengan di kabupaten Garut. Hasil uji beda (t-test)ternyata perbedaan tersebut signifikan (sig. 0,035)(Anwas, 2009). Ini menunjukkan bahwa intensitas

pemanfaatan media koran secara umum sangatrendah, dan intensitas pemanfaatan di kabupatenKarawang lebih tinggi dibandingkan dengan dikabupaten Garut. Hal ini terkait dengan kemudahanakses koran sebagai media massa harian, dimanawilayah kabupaten Karawang lebih mudah dan dekatdengan pusat informasi (Jakarta) dibandingkan dengandi wilayah kabupaten Garut. Substansi informasi yang diperoleh penyuluh dariterpaan (exposure) media koran (Tabel 2) bersifat umumyang kurang sesuai dengan kebutuhan penyuluhan.Informasi tentang pertanian yang dibutuhkan dalampenyuluhan ternyata hanya 25 persen saja. Ini berartisubstansi koran yang sering dibaca oleh penyuluhadalah informasi bersifat umum seperti: politik, hiburan,olahraga, ekonomi bisnis, dan informasi lainnya.

Intensitas pemanfaatan majalah (Tabel 1)menunjukkan katagori sedang. Secara khususpemanfaatan di Karawang dalam katagori rendahsedangkan di Garut dalam katagori sedang. Hasil ujibeda menunjukkan perbedaan yang signifikan (0,008).Hal ini berbading terbalik dengan pemanfaatan koran,yang mana di di Karawang lebih tinggi dibandingkandengan di Garut. Ini dapat ditafsirkan bahwa: (1) diKarawang alternatif pemanfaatan media massa relatif

lebih banyak dibandingkan di Garut sehingga adapilihan lain, (2) Penyuluh di daerah sayuran lebihtertarik terhadap media cetak yang memiliki substansiyang relevan dengan penyuluhan.

Majalah Sinar Tani dan Trubus merupakan majalahyang paling sering dibaca penyuluh. Kedua majalahtersebut substansinya secara spesifik merupakanmajalah pertanian, sedangkan majalah Tempo danGatra bersifat informasi umum. Majalah Sinar Tani yang

Oos M. Anwas: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran

Koran 22 35 29 32 25 24 18

Majalah 7 14 75 30 86 11 54

Buku 8 18 55 41 65 4 24

Radio 51 21 41 33 23 4 17

Televisi 76 61 64 52 43 7 89

Internet 14 0 7 0 2 2 8

*) Ket: Rataan pemanfaatan: 0 – 25 = Sangat rendah, 26 – 50 = Rendah, 51 – 75 = Sedang, 76 – 100 = Tinggi

Tabel 2Sebaran Presentase Jenis Informasi dan Rataan Pemanfaatan Media Massa

Jenis Media Jenis informasi yang diperoleh dari media RataanPemanfaatan*)

Hbr&OR Politik Ekbis Pend. Pertanian Lain2

Page 91: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

332

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

awalnya diterbitkan oleh Departemen Pertanian sebulandua kali. Saat ini Majalah Sinar Tani diterbitkan olehPT Duta Karya Swasta yang bekerjasama denganDepartemen Pertanian. Majalah ini didistribusikankepada seluruh penyuluh PNS di Indonesia denganpembiayaan dipotong dari penghasilan mereka. Olehkarena itu wajar apabila 98 persen (Gambar 6) penyuluh

memiliki majalah Sinar Tani dan hampir seluruhnyamembaca majalah ini. Topik-topik aktual yang terkaitdengan pertanian menjadi bahasan utama majalahSinar Tani. Majalah ini juga menyajikan inovasi atauteknologi baru, kajian permasalahan pertanian, shar-ing pengalaman, dan juga sebagai media komunikasi.

Hasil pendalaman juga diketahui bahwa melaluimajalah ini informasi yang sering dibaca penyuluh(Tabel 2) sebagian besar adalah informasi pertanian.Ada tiga jenis informasi tertinggi yang diperolehpenyuluh dari majalah, yaitu: informasi pertanian (86persen), informasi tentang ekonomi dan bisnis 75persen, dan informasi yang terkait dengan pendidikan30 persen. Ketiga jenis informasi tersebut sangatdibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan pertanian.Uraian data pendukung tersebut menunjukkan bahwakarakteristik majalah yang sering dibaca penyuluhadalah: (1) majalah yang spesifik tentang pertanian;(2) substansi yang diperoleh juga terkait denganpertanian dan keperluan kegiatan penyuluhan, serta(3) majalah tersebut (khususnya Sinar Tani) diperolehsecara kontinyu (dua kali dalam sebulan). Intensitas pemanfaatan buku secara umummenunjukkan katagori sangat rendah dengan rataanskor 24. Rataan skor di kabupaten Karawang lebih

tinggi dibandingkan dengan di Garut. Selisih rataanskor ini hasil uji beda ternyata tidak signifikan (0,466)(Anwas, 2009). Ini menunjukkan bahwa pemanfaatanbuku yang dilakukan penyuluh sebagai proses belajarbaik di daerah pertanian padi ataupun pertaniansayuran adalah sangat rendah. Rendahnya membacabuku ini terkait dengan isi buku yang ketertarikanyakalah dengan isi majalah. Isi majalah lebih up to date,sesuai dengan perkembangan yang ada, sehinggalebih menarik untuk dibaca. Di sisi lain secara umumbudaya baca bangsa Indonesia masih rendahtermasuk kaum terdidik seperti penyuluh ini. Adapunjenis buku yang sering dibaca penyuluh (Tabel 2)sebagian besar tentang pertanian (65 persen),ekonomi dan bisnis (55 persen), dan pendidikan (41persen).

Intensitas pemanfaatan radio juga sangat rendah(Tabel 1). Hal ini ditunjukkan dengan rataan skorhanya 17. Skor ini sama dengan yang terjadi di daerah

Gambar 6Nama Majalah yang dibaca Penyuluh

12345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567

12345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567

123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567

1234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567123456712345671234567

123456123456123456123456123456123456

123456712345671234567123456712345671234567

123456123456

123456712345671234567

Sinar Tani Trubus Gatra Tempo Majalah lain

Karawang Garut Gab

123456712345671234567123456712345671234567

12345671234567123456712345671234567123456712345671234567

123456123456123456123456123456

123456712345671234567123456712345671234567

Page 92: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

333

pertanian padi dan sayuran. Secara umum dimasyarakat, media radio sebagai media elektronik,daya tariknya kalah dengan media televisi yangmampu menyajikan pesan audio visual. Hal ini jugaterbukti di lingkungan penyuluh, bahwa pemanfaatanradio sangat rendah. Materi siaran radio atau acarayang diikuti penyuluh sebagian besar bersifat hiburan(Tabel 2).

Intensitas pemanfaaat media televisi ditunjukkandengan rataan skor tinggi yaitu 89, dengan 81 persenresponden menyatakan tinggi dalam pemanfaatanmedia ini (Tabel 1). Di kabupaten Karawang, rataanskor lebih rendah dibandingkan dengan di Garut.Hasil uji beda dua rata-rata menunjukkan perbedaanyang sangat signifikan (0,002) (Anwas, 2009) dalampemanfaatan media televisi di dua kabupatentersebut. Tingginya intensitas pemanfaatan mediatelevisi ini membuktikan bahwa media televisimenjadi media yang pal ing digemari olehmasyarakat, termasuk penyuluh. Hanya sajasubstansi acara didominasi oleh hiburan (Tabel 2).Media televisi juga memiliki karakteristik yangmampu menampilkan pesan audio visual dan unsurgerak yang identik dengan media hiburan daninformasi, sehingga wajar jika penyuluh 76 persenmenonton televisi acara hiburan dan olahraga, 64

persen acara tentang ekonomi bisnis, 61 persenacara yang terkait dengan politik, 52 persen masalahpendidikan, dan 44 persen tentang pertanian. Begitupula stasiun televisi yang sering ditonton penyuluh(Gambar 7) lebih banyak menyajikan acara yangsifatnya hiburan.

Gambar 7 menunjukkan stasiun televisi yangsering ditonton penyuluh menyiarkan acara yangbersifat umum. Intensitas pemanfaatan media televisisudah tinggi, tetapi substansinya kurang sesuaidengan kegiatan penyuluhan. Di Indonesia belumada stasiun televisi yang menyiarkan secara khusustentang pertanian. Acara-acara televisi yangbernuasa pertanian masih dilakukan secarainsidental, sehingga sasaran seperti penyuluh belumbisa optimal memanfaatkan siaran tersebut. Iniadalah tantangan dan sekaligus peluang bagaimanamenyediakan substansi yang terkait denganpenyuluhan melalui media televisi, atau membangunchannel khusus televisi yang bisa menyiarkansubstansi pertanian secara penuh dan kontinyu,seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah China(Pustekkom, 2006). Kemajuan pertelevisian dariteknologi analog ke teknologi digital dimungkinkanuntuk membuka saluran khusus siaran pertanian.

Oos M. Anwas: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran

Gambar 7 Stasiun Televisi yang sering diikuti Penyuluh

TV ONETVRI

INDOSIARR C T I

TRANS TVS C T V

A N T V T P IMETRO

GLOBALLAIN-2

TRANS 7

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

12345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345123451234512345

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456123456

123456123456123456123456

55

66 6570

58 5867

4945

78

38

5

Page 93: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

334

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Intensitas pemanfaatan media internet dilingkungan penyuluh sangat rendah. Terbukti secaraumum rataan skor hanya 8, bahkan 82 persenpenyuluh menyatakan belum pernah mengakses me-dia ini (Tabel 13). Artinya hanya 12 persen penyuluhyang sudah pernah mengakses internet denganintensitas yang sangat rendah. Di kabupaten Karawangada 74 persen penyuluh yang belum pernah mengaksesinternet, bahkan di kabupaten Garut mencapai 90persen. Rendahnya intensitas pemanfaatan media initerkait dengan keterbatasan sarana dan prasaranauntuk mengakses internet, termasuk di kantor BalaiPenyuluhan Pertanian (BPP) atau UPTD Pertanianbelum tersedia internet. Begitu pula jenis informasi(Tabel 2) yang sering diakses penyuluh adalah informasihiburan.

Dalam kajian teori dijelaskan bahwa internetmemiliki potensi besar sebagai media komunikasi daninformasi untuk memenuhi tuntutan perubahan dalampenyuluhan. Potensi ini bisa direalisasikan apabilalembaga penyuluhan atau pemerintah (pusat dandaerah) menyediakan kemudahan akses internet bagipenyuluh. Upaya ini penting dilakukan gunamenciptakan kebutuhan informasi dan komunikasikepada penyuluh melalui teknologi internet. MenurutLittlejohn (1996), kebutuhan merupakan sesuatu yangdatang dalam diri, akan tetapi bisa saja diciptakan atauditajamkan oleh budaya masyarakat sekitar ataukondisi sosial tertentu yang berada di luar kontrolindividu. Terobosan pemerintah melalui DepartemenKomunikasi dan Informasi dalam merealisasikanmenuju “Desa Pintar” yang mana setiap desa bisamengakses internet, merupakan bukti membangunbudaya pentingnya informasi dan komunikasi dimasyarakat (pedesaan). Dalam lingkunganpenyuluhan, upaya menciptakan kebutuhan informasimelalui internet perlu dibudayakan.

Faktor-faktor yang MempengaruhiPemanfaatan Media MassaVariabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah tingkatpendidikan formal penyuluh pertanian (X1),pengalaman yang dihitung dalam jumlah waktuselama menjadi penyuluh (X2), kepemilikan mediakomunikasi dan informasi (X3), dukungan keluarga

(X4), dukungan lingkungan bekerja yang kondusifuntuk belajar (X5), serta intensitas pemanfaatan me-dia massa sebagai variabel Y.

Untuk mengetahui faktor-faktor yangmempengaruhi intensitas pemanfaatan mediatersebut digunakan uji regresi berganda. Hasil analisisregresi berganda dengan menggunakan softwereSPSS versi 17 dengan pilihan metode stepwisediketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruhsignifikan terhadap pemanfaatan media massa secaraberurutan dari yang paling menentukan yaitu: (1)tingkat pendidikan formal, (2) dukungan keluarga, dan(3) tingkat kepemilikan media komunikasi daninformasi.

Media massa memiliki berbagai publikasi informasiup to date yang dapat memperkaya wawasan danmeningkatkan kemampuan. Ternyata tingkatpendidikan formal merupakan pengaruh yang palingdominan dalam pemanfaatan media massa. Hasil inisejalan dengan hasil penelitian Tichenor (Severin danTankard, 2001) yang menjelaskan bahwa dari waktuke waktu perolehan pengetahuan tentang topik yangbanyak sekali dipublikasikan akan berjalan pada tingkatyang lebih cepat di antara orang-orang yang mempunyaitingkat pendidikan yang lebih baik daripada di antaraorang-orang yang berpendidikan kurang. Hal ini dapatditafsirkan bahwa penyuluh yang memiliki tingkatpendidikan yang lebih baik memiliki kesadaran dankebutuhan terhadap informasi yang berkembang dimasyarakat melalui pemanfaatan media massa.

Kepemilikan media komunikasi dan informasiterkait dengan ketersediaan dan kedekatan dengan

Tabel 3Hasil Uji Regresi

Faktor-faktor yang MempengaruhiPemanfaatan Media Masssa

Pendidikan Formal 0,245 0,001

Dukungan Keluarga 0,175 0,016Kepemilikan Media 0,157Komunikasi danInformasi

Variabel Koef Reg P

0,034

Page 94: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

335

media massa itu untuk dimanfaatkan di lingkungankeluarganya. Kepemilikan media komunikasi daninformasi, adalah sejumlah alat komunikasi daninformasi publik yang dimiliki penyuluh saat penelitiandilakukan. Media yang dimaksudkan adalah: koran,majalah, brosur, radio, televisi, handpone, dan internet.Teknologi komunikasi dan informasi padadasarnya memungkinkan dan memudahkan penyuluhuntuk dapat mengakses berbagai informasi yangdiperlukan untuk mendukung kesuksesanpenyuluhan. Memiliki media TIK berarti penyuluhmemiliki kesempatan dan sarana untukmemanfaatkan media massa sebagai salah satumedia pembelajaran dalam meningkatkankemampuannya. Hal ini terbukti melalui uji regresidiketahui bahwa kepemilikan media komunikasi daninformsi berpengaruh nyata terhadap pemanfaatanmedia massa. Oleh karena untuk meningkatkanpemanfaatan media massa sebagai salaah satusumber untuk meningkatkan kompetensi penyuluh,perlu diupayakan kemudahan dalam kepemilikanteknologi informasi dan komunikasi.

Dukungan keluarga baik secara finansial maupunmoril memberikan dukungan adanya kemampuanmengakses media massa. Oleh karena itu tingkatkepemilikan media komunikasi dan informasi sertadukungan keluarga berpengaruh signifikan terhadapintensitas pemanfaatan media massa. Kondisikepemilikan media komunikasi dan informasi sertadukungan keluarga tersebut berkaitan erat dengantingkat sosial ekonomi dari penyuluh yang bersangkutan.Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tichenor (Severindan Tankard, 2001) bahwa dalam ekposure informasimedia massa, sistem sosial ekonomi yang lebih tinggirelatif untuk memperoleh informasi lebih cepatdibandingkan dengan populasi yang status sosialekonominya rendah, sehingga kesenjanganpengetahuan relatif melebar daripada menyempit.

Variabel yang diteliti lainnya adalah pengalamanmenjadi penyuluh PNS dan dukungan lingkunganbekerja yang kondusif untuk belajar ternyata tidakberpengaruh secara signifikan terhadap pemanfaatanmedia massa. Oleh karena itu secara statistik keduavariabel tersebut dapat diabaikan dalam pemanfaatanmedia massa sebagai salah satu media pembelajaran

untuk meningkatkan kompetensi penyuluh pertanian.Intensitas pemanfaatan media massa yang

rendah dipengaruhi oleh tingkat kepemilikan mediakomunikasi dan informasi dan dukungan keluargayang relatif rendah, meskipun tingkat pendidikanformalnya tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkanpemanfaatan media massa di kalangan penyuluh,pendidikan formal perlu didorong untuk terusditingkatkan sehingga memiliki kesadaran yang tinggiakan pentingnya pendidikan dan kemandirian belajarmelalui media massa. Yang lebih penting lagi adalahmengupayakan kemudahan akses media komunikasidan informasi oleh pemerintah dan lembagapenyuluhan agar penyuluh memanfaatkan mediamassa sebagai salah satu media belajar dalammeningkatkan kompetensinya. Di sisi lain substansimedia massa yang sesuai dengan penyuluhan perludiupayakan secara berkelanjutan.

Simpulan dan SaranSimpulanSecara umum intensitas pemanfaatan media massa(koran, majalah/ tabloid, buku, radio, televisi, daninternet) dalam katagori rendah. Kondisi tersebutrelatif sama bagi penyuluh yang bertugas di daerahpertanian padi dan pertanian sayuran. Secara khususpemanfaatan media: koran, buku, radio, dan internetdalam katagori sangat rendah. Pemanfaatan majalahdalam katagori sedang dan hanya intensitaspemanfaatan media televisi dalam katagori tinggi.

Secara umum substansi informasi media massayang diperoleh penyuluh dari terpaan (exposure)media massa adalah informasi yang bersifat umumseperti: politik, hiburan, olahraga, ekonomi bisnis, daninformasi lainnya yang kurang sesuai dengankebutuhan penyuluhan pertanian. Substansi mediamassa yang sesuai dengan kebutuhan penyuluhanpertanian adalah majalah yaitu majalah Sinar Tani.Majalah ini substansinya secara spesifik merupakanmajalah pertanian yang sesuai dengan kebutuhan dankegiatan penyuluhan pertanian, serta didistribusikansecara rutin kepada penyuluh langsung di ke tempatbekerjanya.

Hasil analisis regresi berganda diketahui bahwafaktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap

Oos M. Anwas: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran

Page 95: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

336

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

pemanfaatan media massa secara berurutan dari yangpaling menentukan yaitu: tingkat pendidikan formal,dukungan keluarga, dan tingkat kepemilikan mediakomunikasi dan informasi. Dengan demikian intensitaspemanfaatan media massa yang rendah dipengaruhioleh tingkat kepemilikan media komunikasi daninformasi dan dukungan keluarga yang relatif rendah,meskipun tingkat pendidikan formalnya tinggi.

SaranDalam era teknologi informasi dan komunikasi, me-dia massa sudah menjadi kebutuhan bagi profesipenyuluh pertanian untuk meningkatkankemampuannya sesuai tuntutan profesi. Pemanfaatanini perlu dimulai dengan menumbuhkan kesadaranakan pentingnya pemanfaatan media massa,menyediakan berbagai kemudahan media massa,kemudahan akses, serta meningkatkan subtansimedia massa yang sesuai dengan kebutuhanpenyuluhan pertanian.

Untuk meningkatkan pemanfaatan media massasebagai salah satu media pembelajaran di kalanganpenyuluh, tingkat pendidikan formal perlu didoronguntuk terus ditingkatkan sehingga memiliki kesadaranyang tinggi akan pentingnya pendidikan dankemandirian belajar melalui media massa. Yang lebihpenting lagi adalah mengupayakan kemudahan akses

media komunikasi dan informasi oleh pemerintah danlembaga penyuluhan agar penyuluh dapatmemanfaatkan media massa sebagai salah satu me-dia belajar dalam meningkatkan kompetensinya. Di sisilain substansi media massa yang sesuai denganpenyuluhan perlu diupayakan secara berkelanjutan.

Temuan lain dari penelitian ini adalah tingginyapotensi media televisi sebagai media yang dapatdigunakan untuk peningkatan kompetensi penyuluh.Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjutterutama secara operasional tentang kemungkinanmemanfaatkan media televisi sebagai media yangdapat mendukung kegiatan penyuluhan dan pertaniansecara konfrehensif. Bentuknya dapat melaluipembentukan Televisi Pembangunan Pedesaan yangmengudara selama 24 jam dan mudah diakses parapenyuluh dan perani di seluruh tanah air.

Hasil penelitian ini diketahui pula masih adavariabel-variabel lain yang belum dimasukan dalammodel tersebut. Untuk itu perlu dilakukan penelitianlebih lanjut dengan sasaran yang lebih luas. Selainitu juga perlu dilakukan kajian teoritis yang lebihmendalam lagi agar bisa mengidentifikasi variabel-variabel lain yang diasumikan bisa mempengaruhipemanfaatan media massa sebagai salah satusumber belajar untuk meningkatkan kompetensipenyuluh pertanian.

Pustaka AcuanAnwas, Oos M. 2000. Siaran Radio Pendidikan: Analisis Model Peningkatan Kualifikasi Guru SD. Jakarta: Jurnal

Teknodik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.________. 2009. Pemanfaatan Media dalam Pengembangan Kompetensi Penyuluh Pertanian. Disertasi: Program

Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatPascasarjana IPB Bogor.

________ 2011. Kompetensi Penyuluh Pertanian dalam memberdayakan Petani. Jurnal Sains, Jakarta: UniversitasTerbuka. Maret 2011.

Dey, Ian. 1993. Qualitatif Data Analisis: A User Frienly Guide for Social Sientists. New York: Routledge.Kerlinger, Fred N. 1993. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.Klausmeier, Herbert J., dan William Goodwin. 1977. Learning and Human Abilities: Edicational Psychology. Fourt

edition. New York: Harver and row Publisher.Littlejohn, SW. 1996. Theories of Human Communication. Wadsworth, Publishing Company. An International

Thomson Publishing Company.Makmun, Abin Syamsudin, 2005. Psikologi Kependidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja

Rosda Karya.Moleong, Lexy J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Page 96: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

337

Nasution, Zulkarimein. 2007. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: RajawaliPress.

Oepen, Manfred. 1988. Development Support Communication in Indonesia. Edisi Indonesia: Media Rakyat:Komunikasi Pembangunan Masyarakat. P3M Jakarta.

Padmowihardjo, S. 1994. Psikologi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.Poole, M.E., F. Langan, dan M. Omodei, 1993. Contrasting subjective and objective criteria as determinants of

perceived career success: A longitudinal study. Journal of Occupational and Organizational Psychology.Pustekkom, Depdiknas. 2006. Laporan Studi Banding Pemanfaatan Media Televisi untuk Pendidikan di China.

Jakarta: Pustekkom Depdiknas.Sarwono, Jonathan. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.Sendjaja, Sasa Djuarsa, dan Ilya Sumawinardi. 1994. Teori Komunikasi; Materi Pokok Modul Universitas Terbuka,

Jakarta: UT.Sevilla, C. G., J. A. Ochave, T. G. Punsalan, B. P. Regala, dan G. G. Uriarte. 1993. Pengantar Metode Penelitian.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.Severin, J. Werner dan James W. Tankard. 2001. Communication Theory: Origin, Methods, and Uses in The Mass

Media. Eddison Wesley Lngman, Inc.Sumardjo, 1999. Transformasi Model Penyuluhan Pertanian Menuju Pengembangan Kemandirian Petani. Disertasi

Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor

*******

Oos M. Anwas: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran

Page 97: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

338

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATEMATIKA TERAPANUNTUK MAHASISWA POLITEKNIK*)

TEXTBOOK DEVELOPMENT NEEDS ANALYSIS APPLIED MATHEMATICS FORPOLYTECHNIC STUDENTS

I Ketut DarmaPoliteknik Negeri Bali, Bukit Jimbaran

P.O. Box. 80364 Kuta Selatan, Tuban Badung, Bali([email protected])

Abstrak: Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mendapatkan buku ajar yang sesuai denganparadigma pembelajaran berbasis kompetensi sebagai upaya meningkatkan pencapain standarkompetensi pada mahasiswa Politeknik. Pengembangan dilaksanakan selama dua tahapan waktu.Tahun pertama melakukan analisis kebutuhan untuk mendapatkan draf buku ajar. Pengembangannyamenggunakan model pengembangan Dick & Carey. Penelitian dilaksanakan di bidang rekayasa PoliteknikNegeri Bali tahun 2012. Tahap pertama ini mendapatkan hasil, kompetensi yang dituntut dalammatematika terapan meliputi: aplikasi software matematika, aljabar, geometri, trigonometri, dan kalkulus,yang dituangkan dalam 13 standar kompetensi dan 51 kompetensi dasar. Karakteristik mahasiswa: 1)umur rata-rata 18-19 tahun; 2) pemahaman terhadap konsep matematika 62,16 % sedang, 3) motivasibelajar matematika mahasiswa 49,55% sedang, 4) dan 81,98% berasal dari SMK. Kisi-kisi atau prototypebuku ajar matematika terapan berbasis kompetensi untuk meningkatkan pencapaian kompetensi,materinya dikembangkan mengacu kepada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatorpencapain kompetensi. Materi pokoknya meliputi 4 bidang, yaitu: 1) pengantar software matematikadan aljabar, 2) geometri; 3) trigonometri; dan 4) kalkulus. Urutan materinya, disusun dengan pendekatanhierarkis. Keempat materi tersebut dikemas menjadi 2 buku ajar, yaitu buku ajar matematika terapan Idiajarkan semester 1, buku ajar matematika terapan II diajarkan semester 2, Pendekatan pembelajarandi kelas menggunakan pendekatan pembelajaran berorientasi konstruktivisme dengan metode-metodepembelajaran student center learning (SCL). Tahapan pembelajarannya meliputi: 1) pendahuluan: oriantasi,menggali ide, pengetahuan awal ; 2) dan 3) pembelajaran inti: rekunstruksi ide dan aplikasi ide; danpembelajaran penutup: review perubahan ide.

Kata Kunci: Pengembangan; Buku Ajar; Matematika; Kompetensi; Politeknik

Abstract: The research was intended to design book consistent with the paradigm in order for student toimprove their competence standard. The development was conducted in two periods. In the first year, theactivities were focused on analyzing students’ needs prior to the books draft designing. The developmentundertaken in 2012 was based on the theory proposed by Dick & Carey (1990) where engineering field atPoliteknik Negeri Bali was chosen to be the area in which the research was conducted. The first yearactivity resulted in a conclusion in accordance with competency required in the subject of appliedmathematics, including mathematic software application, algebra, geometry, trigonometry, and calculus

Diterima tanggal: 17/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 06/07/2012; Disetujui tanggal: 25/08/2012

*) Penelitian ini didanai Program Desentralisasi Penelitian Hibah Bersaing tahun anggaran 2012.

Page 98: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

339

implemented into 13 standards of competency and 51 basic competencies. Moreover, the study wasalso able to formulize a number of students’ characteristic, such as 1) students’ average age is 18-19years, 2) students’ comprehension toward mathematic concept: fair (62,16%); 3) students’ mathematiclearning motivation: fair (49,55%), and students’ school origin: senior high school vocational high school(81,98%). The bue-print of books intended to improve students’ competency achievement was referredto standards of competency, basic competence, and indicator of competence achieving. The mainmaterials included in 4 areas, such as 1) introduction to mathematic software and algebra, 2) geometry,3) trigonometry, 4) calculus. The materials were designed hierarchically. The four main materials wereintegrated into 2 books, i.e. Applied mathematics I taught in semester I and Applied Mathematics IItaught in semester II. The approach used for the in-class instruction was based on constructivism theorywith student centered learning (SCL) method. The instruction stages included; 1) introduction, i.e.orientation, elicitation, prior knowledge; 2) and 3) main instruction, i.e. idea reconstruction and application,and closing activity, i.e. review on idea change.

Key words: Development, texbook, mathematics, polytechnic.

pola pikir, dan ilmu pengetahuan. Peningkatan kualitaspembelajaran matematika akan berkonstribusi padapencapaian tujuan pembelajaran yang lain. Untukmencapai tujuan pembelajaran ini perlu dikembangkanbuku ajar yang mampu meningkatkan pencapaianstandar kompetensi. Salah satunya buku ajarmatematika terapan berbasis kompetensi. Buku ajar berbasis kompetenti adalah bahan ajaryang disusun dan dikembangkan mengacu kepadastandar kompetensi dan kompetensi dasar yangdiharapkan dikuasai oleh mahasiswa. Standarkompetensi tersebut meliputi standar materi ataustandar isi (content standard) dan standar pencapaian(performance standard). Standar materi berisikanjenis, kedalaman, dan ruang lingkup materiperkuliahan yang harus dikuasi mahasiswa,sedangkan standar penampilan berisikan tingkatpenguasaan yang harus ditampilkan mahasiswa.Kegiatan pembelajaran, penggunaan bahan ajarberbasis kompetensi memungkinkan mahasiswadapat mempelajari suatu kompetensi dasar (KD)secara runtut, sistematis, inovatif sehingga diharapkansemua kompetensi tercapai secara utuh dan terpadu(Unpad, 2010).

Selama ini, belum tersedia bahan ajar yang sesuaidengan paradigma pembelajaran yang dituntut olehKBK. Dosen mengajar berpedoman pada hand outberdasarkan kurikulum kovensional. Berdasarkanhasil observasi dilapangan baik di toko-toko buku

PendahuluanPembelajaran Ilmu dasar, khususnya matematikaterapan di Politeknik sangat berbeda denganmengajaran ilmu dasar di institusi pendidikan lainnya.Secara umum pengajaran matematika di Politekniklebih difokuskan pada pengajaran matematika bagipemakai (user) matematika. Selama ini dilihat dari hasilbelajar dan pengalaman belajar yang diberikan padamahasiswa, pembelajaran matematika terapan yangdilakukan dosen belum efektif. Dosen masih cenderungmenjejali mahasiswanya dengan materi dan kurangmengembangkan pemahaman terhadap konsep dankemampuan dalam memecahkan masalahmatematika. Akibatnya, mahasiswa lebih banyakmenghafal fakta dan konsep, dan miskin maknasehingga mahasiswa tidak dapat mengembangkanketerampilan intelektualnya. Pembelajaran matematikaseperti ini akan menjadi membosankan, kurangmenarik, miskin makna, dan mahasiswa menjaditerbiasa ”mengkonsumsi” pengetahuan. Suherman dkk(2003) menyatakan bahwa, belajar matematika bagipara siswa, merupakan pembentukan pola pikir dalampemahaman suatu pengertian maupun dalampenalaran suatu hubungan diantara pengertian-pengertian. Karenanya, dalam pembelajaranmatematika, para mahasiswa dibiasakan untukmemperoleh pemahaman melalui pengalaman tentangsifat-sifat yang dimiliki dan tidak dimiliki oleh darisekumpulan obyek. Matematika berfungsi sebagai alat,

I Ketut Darma: Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Matematika Terapan untuk Mahasiswa Politeknik

Page 99: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

340

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

maupun di perpustakaan tidak tersedia buku matematikaterapan untuk Politeknik. Buku matematika yangtersedia terbatas untuk keperluan kuliah matematikaUniversitas. Berdasarkan ini, perlu dikembangkan suatubahan ajar dalam bentuk buku ajar matematika terapanberbasis kompetensi.

Masalah pokok dari penelitian ini adalah,bagaimanakah bentuk buku ajar matematika terapanberbasis kompetensi yang dapat meningkatkanpencapaian kompetensi pada mahasiswa jurusanteknik mesin Politeknik Negeri Bali? . Untukpenyusunan buku ajar seperti ini perlu dilakukananalisis kebutuhan dengan rumusan masalah sebagaiberikut: 1) Kompetensi apakah yang dituntut dalampembelajaran Matematika Terapan di jurusan teknikmesin? 2) Bagaimanakah karakteristik mahasiswajurusan teknik mesin? 3) Bagaimanakah penilaianmahasiswa terhadap pembelajaran Matematikaterapan di jurusan teknik mesin saat ini? 4) Jenis bukuajar apa saja yang digunakan dalam pembelajaranMatematika Terapan di jurusan teknik mesin saat ini?5) Bagaimanakah draf kisi-kisi Buku Ajar MatematikaTerapan berbasis kompetensi yang mampumeningkatkan pencapaian standar kompetensi padamahasiswa di jurusan teknik mesin Politeknik NegeriBali?

Tujuan penelitian ini untuk, mengetahui: 1)kompetensi yang dituntut dalam pembelajaranmatematika terapan di jurusan teknik mesin, 2)karakteristik mahasiswa jurusan teknik mesin, 3) hasilpenilaian dan saran-saran mahasiswa terhadappembelajaran matematika terapan, 4) jenis-jenis bahanajar berbasis kompetensi yang diterapkan dalampembelajaran matematika terapan, dan 5) draf kisi-kisibuku ajar matematika terapan berbasis kompetensiyang dapat meningkatkan pencapaian standarkompetensi pada mahasiswa di jurusan teknik mesin.

Kajian LiteraturHakikat MatematikaIstilah mathematics (Inggris), atau mathematick(Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,mulanya diambil dari perkataan Yunani. Mathematike,berarti “relating to learning”. Perkataan mathematikeberhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya

yang serupa, yaitu mathanein yang mengandung artibelajar (berpikir) (Tinggih dalam Suherman, 2003).

Ruseffendi (1991) menyatakan, bahwa matematikaitu timbul karena pikiran-pikiran manusia yangberhubungan dengan ide, penalaran, dan proses.Matematika terdiri 4 wawasan yang luas, yaitu:Aritmatika, Aljabar, Geometri, dan Analisa. Selain itumatematika adalah ratunya ilmu, artinya bahwamatematika itu tidak tergantung pada bidang studi lain.

Hudoya (2001) mengatakan, bahwa matematikabersifat sangat abstrak yaitu berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secarahierarkis dan penalaran deduktif. Sedangkan Begle(dalam Hudoya,1991) mengatakan bahwa sasaran ataupenelaahan matematika adalah fakta, konsep danprinsip. Objek penelaahan tersebut menggunakan sym-bol-simbol yang kosong dari arti. Adanya ciri inimembuka matematika dapat memasuki wilayah bidangcabang ilmu lain

Berkaitan dengan objek matematika Ruseffendi(1991) membedakan bahwa matematika terdiri dari 2tipe yaitu objek langsung dan objek tidak langsung.Objek langsung dikelompokkan menjadi 4 kategori,yaitu: fakta, keterampilan, konsep, dan prinsip (aturan).Sedangkan objek tak langsung, berkaitan dengan hal-hal yang mempengaruhi hasil belajar. Misalnya,kemampuan memecahkan masalah, kemampuanmentransfer pengetahuan, bahan ajar dan sebagainya.

Teori Belajar KonstruktivismePiaget, dalam Katu (1999) menyatakan bahwa,pengetahuan bukan sebuah copy dari obyek, untukmengetahui sebuah gejala atau kejadian, bukansekedar membuat suatu “mental copy” atau bayangantentang sebuah obyek. Mengetahui adalahmemodifikasi, mentransformasi obyeknya, danmengerti transformasinya. Sebuah operasi adalah aksidalam pikiran yang memodifikasi obyek pengetahuan

Sedangkan Bruner (dalam Katu, 1999)mengemukan bahwa, proses belajar adalah prosesmencari pengetahuan atau disebutnya dengan “Inquiryor discovery learning”. Berdasarkan pandangan-pandangan berbeda dengan pandangan umum,muncul pandangan baru yang dikenal dengan teoribelajar konstruktivisme.

Page 100: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

341

Konstruktivisme merupakan teori belajar yangmenyatakan bahwa, pengetahuan tidak dapatdipindahkan begitu saja dari pikiran dosen ke pikiranmahasiswa. Artinya, mahasiswa harus aktif secaramental membangun struktur pengetahuannyaberdasarkan struktur kognitif yang dimilikinya(Suparno,1997)

Implikasi Teori Konstruktivisme dalamPembelajaran Matematika TerapanTeori belajar Bruner menyatakan bahwa, belajarmatematika akan lebih berhasil jika konsep-konsepdiarahkan kepada struktur-struktur yang termuat dalampokok bahasan dan hubungan terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur. Konsep-konsepmatematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logisdan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhanasampai pada konsep yang paling kompleks. Dalammatematika terdapat topik atau konsep prasyaratsebagai dasar untuk memahami topik atau konsepselanjutnya. Menurut konstruktivis secara substantif,belajar matematika adalah proses pemecahanmasalah. Fokus utama belajar matematika adalahmemberdayakan mahasiswa untuk berpikirmengkonstruk pengetahuan matematika yang pernahditemukan oleh ahli sebelumnya. Evaluasi dalampembelajaran matematika secara konstruktivis terjadisepanjang proses pembelajaran berlangsung (on go-ing assesment). Di samping itu, data kemampuansiswa dalam matematika harus memasukkanpengetahuan tentang konsep matematika, prosedurmatematika, kemampuan problem solving, reasoningdan komunikasi (Cobb, 1986; NCTM, 1990 dalamSuherman, 2003)

Hanbury dalam Hamzah (2006), mengemukansejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaranmatematika, yaitu: (1) mahasiswa mengkonstruksipengetahuan matematika dengan caramengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2)matematika menjadi lebih bermakna karenamahasiswa mengerti, (3) strategi mahasiswa lebihbernilai, dan (4) mahasiswa mempunyai kesempatanuntuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman ilmupengetahuan dengan temannya.

Suatu model pembelajaran konstruktivisme pada

prinsipnya berpijak pada kedua faham ini. Harlen (1992)mengembangkan model konstruktivisme dalampembelajaran di kelas. Pengembangan modelkonstruktivisme tersebut mengikuti langkah-langkahsebagai berikut: 1) Orientasi Elisitasi Ide, merupakanproses memotivasi dalam mengawali prosespembelajaran. Melalui elisitasi siswa mengungkapkanidenya dengan berbagai cara. 2) Restrukturisasi Ide,meliputi beberapa tahap yaitu tahap klarifikasi terhadapide, merombak ide dengan melakukan konflik terhadapsituasi yang berlawanan, dan mengkonstruksi danmengevaluasi ide yang baru. 3) Aplikasi, menerapkanide yang telah dipelajari. 4) Review, mengadakantinjauan terhadap perubahan ide tersebut.

Depdiknas (2004) menunjukkan padapembelajaran tatap muka strategi umum pembelajarankonstruktivisme meliputi tiga tahap yaitu:(1)pembelajaran pendahuluan, (2) pembelajaran inti, dan(3) pembelajaran penutup. Pada tahap pembelajaranpendahuluan dimanfaatkan untuk memberikan“orientasi dan penggalian ide” untuk prakonsepsimahasiswa. Pada Pembelajaran inti, merupakanbagian utama dari pembelajaran digunakan untukmemfasilitasi “rekonstruksi ide” mengarah ke perbaikankonsep. Evaluasi pada ahkir restrukturisasi akanmenilai apakah ide-ide itu sudah mendekati konsepilmiah yang sesungguhnya. Pada pembelajaranpenutup, dilakukan “review perubahan ide” untukmembandingkan ide yang telah dipelajari dengan ideawal yang muncul pada saat penggalian ide.

Hakikat Buku AjarBuku ajar adalah bahan ajar yang disusun secarasistematis dan menarik yang mencakup isi materi,metoda, dan evaluasi yang dapat digunakan secaramandiri (Dikmenjur, 2003). Buku ajar merupakan jenisbuku yang diperuntukkan bagi mahasiswa sebagaibekal pengetahuan dasar serta dipakai untukmenyertai bahan kuliah lain. Buku Ajar adalah bukuyang digunakan oleh dosen sebagai sumber acuandalam pelaksanaan proses pembelajaran bagimahasiswanya (Unibra, 2010). Buku ajar padadasarnya merupakan materi perkuliahan yang disusundan dirancang oleh dosen secara sistematis dandalam struktur dan format tertentu agar dapat

I Ketut Darma: Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Matematika Terapan untuk Mahasiswa Politeknik

Page 101: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

342

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

memfasilitasi mahasiswa dalam mengembangkan dayanalar dan keinginan untuk selalu mencari sumberinformasi lain yang akan melengkapi pengetahuannya.Oleh karena itu, buku ajar sering disusun berdasarkankarakteristik proses instruksional di mana pun prosesinstruksional dilangsungkan, baik dalam sistempembelajaran tatap muka maupun dalam sistempembelajaran jarak jauh.

Buku ajar menyediakan fasilitas bagi kegiatanpembelajaran mandiri, baik tentang substansinyamaupun tentang penyajiannya. Dengan demikian,buku ajar berfungsi memfasilitasi kegiatanpembelajaran mandiri mahasiswa, baik tentangsubstansi maupun tentang penyajiannya.memasukkan sejumlah prinsip yang dapatmeningkatkan standar kompetensi yang hendakdimiliki mahasiswa (Unpad, 2011)

Pemilihan Materi Buku Ajar BerbasisKompetensiBahan ajar atau materi pembelajaran (instructionalmaterials) adalah pengetahuan, keterampilan, dansikap yang harus dipelajari siswa dalam rangkamencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.Standar kompetensi adalah kecakapan ataukemampuan yang harus dicapai oleh peserta didiksetelah mengalami berbagai macam pembelajaran(http://akhmadsudrajat.wordpress.com) Materi pembelajaran memegang perananpenting dalam rangka membantu siswa mencapaistandar kompetensi. Oleh katena itu, materipembelajaran (bahan ajar) perlu dipilih dengan tepatagar hasil yang dicapai juga maksimal. MenurutDiknas (2006) dan Unpad (2011), prinsip-prinsippemilihan bahan ajar, yaitu: 1) prinsip relevansiartinya keterkaitan, 2) prinsip konsistensi artinyakeajegan, 3) prinsip kecukupan artinya materi yangdiajarkan hendaknya cukup memadai dalammembantu siswa menguasai kompetensi dasar yangdiajarkan. Bahan ajar secara garis besar bahan ajar terdiridari pengetahuan, keterampilan, dan sikap harusdipejari mahasiswa dalam rangka mencapai standarkompetensi yang telah ditentukan. Secara rinci jenismateri tersebut sebagai berikut.

Jenis materi pengetahuan mencakup: fakta,konsep, prinsip, dan prosedur. Materi fakta adalahnama-nama objek, peristiwa, sejarah, lambang, namatempat, nama orang, dan sebagainya. Misalnya,Negara RI merdeka tanggal 17 Agustus 1945.Termasuk materi konsep adalah pengertian, difinisi,klasifikasi, ciri khusus, komponen atau bagian suatuobjek. Contoh: Matriks adalah sekumpulan bilangan(atau elemen) riil atau kompleks yang disusun menurutbaris dan kolom sehingga membentuk jajaran persegipanjang. Termasuk materi prinsip adalah dalil, rumus,postulat, teorema, atau hubungan yangmenggambarkan “jika…maka…”. Misalnya, rumusmenghitung luas daerah segitiga adalah setengah alaskali tinggi, “jika logam dipanaskan maka akanmemuai”. Sedangkan termasuk materi proseduradalah materi yang berkenaan langkah-langkahsecara sistematis atau berurutan mengerjakansesuatu tugas. Misalnya, menghitung harga ekstrimsebuah fungsi kuadrat.

Jenis materi keterampilan adalah materi yangberkenaan dengan gerakan awal, semi rutin, dan ru-tin. Misalnya, mengukur besar suatu sudut,menggambar bangun bidang datar, mengoperasikandan menggambar vektor dengan rumus yang sesuai,dan lain sebagainya. Jenis materi afektif atau sikap adalah materi yangberkenaan dengan sikap atau nilai misalnya: nilaikejujuran, kasih sayang, tolong menolong, semangatdan minat belajar, semangat kerja dan sebagainya

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalahcakupan atau ruang lingkup, kedalaman dan urutanpenyampaian. Ketepatan dalam menentukancakupan, ruang lingkup, dan kedalam materipembelajaran akan menghindarkan pengajar darimengajarkan terlalu sedikit atau terlalu banyak, terlaludangkal atau terlalu dalam. Urutan bahan ajar, yaituurutan penyajian. Ketepatan urutan penjajian akanmemudahkan bagi peserta didik mempelajari materipembelajaran. Urutan penyajian materi disampaikansecara tepat. Tanpa urutan yang tepat, jika di antarabeberapa materi mempunyai hubungan yang bersifatprasyarat, akan menyulitkan mahasiswa. Urutanpenyajian dapat disampaikan dengan pendekatanprosedural atau hierarkis (Sugiharsono, 2010).

Page 102: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

343

Metode Penelitian

Tempat, Populasi dan Sampel PenelitianPenelitian ini termasuk program penelitian multitahunselama 2 tahun dari tahun 20012-2013 dalam duatahap pelaksanaan, tahun I dan tahun II.Pelaksanaannya di jurusan teknik mesin PoliteknikNegeri Bali. Populasi penelitian terdiri dari mahasiswasebanyak 268 orang terdistribusi pada tiga jurusan,yaitu teknik mesin, sipil, dan elektro. Sebagai sampelditetapkan 111 orang pada jurusan teknik mesin dan 4

orang staf dosen pengajar matematika terapan.Sebagai sampel ditetapkan mahasiswa jurusan teknikmesin dan dosen pengajar matematika.

Rancangan PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian pengembangandengan menggunakan model Dick & Carey dandirancang berlangsung dalam dua tahun. Saat inidilaksanakan tahun I

Ringkasan kegiatan utama, subjek dan produk yangingin dicapai dalam tahun I secara ringkas pada tabel 3.1

I Ketut Darma: Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Matematika Terapan untuk Mahasiswa Politeknik

Metode Pengembangan dan ProsedurPengumpulan DataPenelitian pengembangan dalam bentuk buku ajarmatematika terapan berbasis kompetensidirencanakan dilakukan selama dua tahun. Modelpengembangan mengacu pada model Dick & Carey(1990). Tahapan pengembangan terdiri dari limatahapan, yaitu: 1) tahap penetapan materi perkuliahan,2) tahap analisis kebutuhan, 3) tahap pengembanganbahan ajar, dan 4) tahap review/uji coba. Saat ini

dilaksanakan tahap 1 sampai dengan tahap 3,Sedangkan tahap 4 dilaksanakan tahun ke II

Prosedur PengembanganProsedur pengembangan buku ajar mencakup: 1)tahap penetapan materi, 2) tahap analisis kebutuhan,3) pengembangan buku ajar, dan 4) penyusunan drafbuku ajar Pengacu pada jenis data yang dikumpulkan padatahap I ini, metode dan instrumen yang digunakan sepertidisajikan pada tabel 3.2

Tabel 3.1Ringkasan Kegiatan dan Produk yang Diharapkan Pada Dua Tahun

Tahun Kegiatan Utama Subjek Produk

1. Mahasiswa2. Dosen

1. Tiga buah draf buku ajarmatematika terapan berbasiskompetensi untuk bidangrekayasa

2. Tiga buah draf pedomanpenggunaan buku ajar yangdilengkapi peragkatpembelajaran berbasiskompetensi untuk meningkatkanpencapaian kompetensi padamahasiswa

Pengembangan buku ajar matematikaterapan berbasis kompetensi1. Menetapkan materi perkuliahan2. Melakukan analisis kebutuhan

(need assessment)3. Merancang pengembangan

bahan ajar dan pedomanpenggunaanya

4. Menyusun draf (prototype)modul matematika terapanberbasis kompetensi danpedoman penggunaanya

Tahun I2012

Tabel 3.2Jenis Data, Metode dan Instrumen Penelitian Pada Tahun I

Pedoman pencatatan dokumenkurikulumSelf asessmentKuesionerPedoman wawancaraKuesionerPedoman wawancara

Metode Pengumpulan Data Instrumen Pengumpulan DataNo

1

2

34

Tuntutan Kompetensi

Pemahaman mahasiswa thdkonsep matematikaKarakteristik mahasiswaPenilaian thd pembelajaranModel pembelajaran yangditerapkan

Dokumentasi

Tes

Survey dan wawancaraSurvey dan observasi

Jenis Data

Page 103: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

344

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Prosedur Analisis DataAnalisis data dilakukan secara deskrptif dengan caramenyusun data secara sistematis, mengorganisasikanke dalam kategori, melakukan sintesa, menyusundalam pola tertentu, dan membuat kesimpulan. Hasilanalisis data disajikan secara mendalam dandigunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunanbuku ajar matematika terapan berbasis kompetensiuntuk meningkatkan pencapaian standar kompetensi.

Hasil dan PembahasanHasil PenelitianHasil analisis kurikulum pada masing prodi dijurusanteknik mesin mendapatkan rumusan standarkompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasilbelajar mahasiswa dalam pembelajaran matematikaterapan disajikan pada Tabel 4.2

Tabel 4.2Standar Kompetensi, dan Kompetensi Dasar Indikator Hasil Belajar Mahasiswa dalam

Pembelajaran Matematika Terapan Jurusan Teknik Masin Politeknik Negeri Bali.

Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) Indikator 1. Memiliki konsep

mengaplikasikan software matematika dalam memecahkan persoalan matematika teknik

1.1 Mengetahui beberapa software aplikasi matematika

1.1.1 Mengenal printah-perintah dalam aplikasi maple 1.1.2 Dapat mampenyelesaikan perhitungan-perhitungan

matematika dengan aplikasi maple 1.1.3 Dapat menggabar grafik dengan aplikasi spoftware

maple

1.2 Mampu mengalikasikan software maple dalam memecahkan persoalan matematika teknik

1.2.1 Mampu menyelesaiakan persoalan keteknikan dengan bantuan aplikasi program maple

2. Memiliki pengetahuan serta kemampuan untuk pengaplikasikan konsep operasi dasar alajabar dalam memecahkan masalah di bidang teknik

2.1 Menerapkan operasi pada bilangan riil

2.1.1 Mengoperasikan dua atau lebih bilangan bulat (menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, membagi) sesuai dengan prosedur

2.1.2 Mengoperasikan dua atau lebih bilangan pecahan, (menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, membagi) sesuai dengan prosedur

2.2 Menerapkan operasi pada bilangan ber-pangkat

2.2.1 Mengoperasikan bilangan berpangkat sesuai dengan sifat-sifatnya.

2.2.2 Menyederhanakan atau menentukan nilai bilangan berpangkat dengan menggunakan sifat-sifat bilangan berpangkat

2.2.3 Mengoperasikan bilangan bentuk akar sesuai dengan sifat-sifatnya.

2.3 Menerapkan operasi pada

bilangan irasional

2.3.1Menyederhanakan atau menentukan nilai bilangan bentuk akar dengan menggunakan sifat-sifat bentuk akar

2.3.2 Menerapkan konsep bilangan irasional dalam penyelesaian masalah.

2.4 Menerapkan konsep

logaritma 2.4.1Menyelesaikan operasi logaritma sesuai dengan sifat-

sifatnya. 2.4.2 Menyelesaikan soal-soal logaritma dengan

menggunakan tabel dan tanpa tabel 2.4.3Menyelesaikan permasalahan program keahlian

dengan menggunakan logaritma

3. Memiliki pengetahuan serta kemampuan untuk pengaplikasikan konsep persamaan dan pertidak samaan dalam memecahkan masalah di bidang teknik

3.1.Menentukan himpunan penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan linier

3.1.1Dapat menyelesaikan persamaan dan pertidaksamaan sederhana

3.1.2 Mampu menerapkan persamaan pada bidang keteknikan

Page 104: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

345

3.2.Menentukan himpunan

penyelesaian persamaan dan pertidaksamaan kuadrat

3.2.1Menyelesaian persamaan dan pertidaksamaan

kuadrat 3.2.2Menerapkan persamaan pada bidang keteknikan

3.3.Menerapkan persamaan dan pertidaksamaan kuadrat

3.3.1Menyelesaikan permasalahan program keteknikan dengan menggunakan persamaan kuadrat

3.3.2Menyelesaikan permasalahan program keteknikan dengan menggunakan pertidaksamaan kuadrat

3.4.Menyelesaikan sistem persamaan

3.4 1 Menyelesaiakan sistem persamaan linier 3.4.2 Menyelesaiakan sistem dua persamaan satu linier

lain kuadrat Menyelesaiakan sistem dua persamaan kuadrat

3.4.3 Menerapkan system persamaan pada bidang keteknikan

3.5.Menyelesaikan persamaan derajat tinggi

3.5.1 Menyelesaikan persamaan derajat 1, derajat 2 dan derajat 3

3.5.2 Menerapkan persamaan derajat 1, derajat 2 dan derajat 3 pada bidang keteknikan

3.6 Dapat menggunakan persamaan untuk memecahkan persoalan teknik

3.6.1 Dapat menyelesaikan suatu persoalan teknik dengan menggunakan persamaan

Memiliki pengetahuan serta kemampuan untuk pengaplikasikan konsep fungsi dan grafik dalam memecahkan masalah di bidang teknik

4.1.Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi

4.1.1 Mengetahui definisi relasi dan fungsi 4.1.2 Membedakan konsep relasi dan fungsi dengan jelas

4.2.Menerapkan konsep fungsi linier

4.2.1 Menggambar grafik fungsi linier 4.2.2 Menentukan persamaan fungsi linier jika diketahui

koordinat titik atau gradien atau grafiknya. 4.2.3 Menentukan fungsi invers dari suatu fungsi linier

4.3. Menggambar grafik fungsi kuadrat

4.3.1 Menggambar grafik fungsi kuadrat 4.3.2 Membuat sketsa grafik fungsi kuadrat

4.4.Menerapkan konsep fungsi kuadrat

4.4.1 Menentukan persamaan fungsi kuadrat 4.4.2 Menerapkan persamaan kuadrat pada bidang teknik

4.5.Menerapkan konsep fungsi eksponen

4.5.1Menggambar grafik fungsi eksponen. 4.5.2 Menentukan persamaan fungsi eksponen, jika

diketahui grafiknya 4.5.3 Menerapkan konsep fungsi eksponen pada bidang

teknik 4. 6 Menerapkan konsep fungsi

logaritma 4.6.1 Mendeskripsikan fungsi logaritma sesuai dengan

ketentuan 4.6.2 Menguraikan sifat-sifat fungsi logaritma 4.6.3 Menggambar grafik fungsi logaritma 4.6.3 Menerapkan konsep fungsi logaritma pada bidang

teknik Menerapkan geometri bidang dan ruang dalam pemecahan masalah teknik

5.1 Mampu melakukan pengukuran sudut dengan berbagai cara

5.1.1 Dapat menunjukan hubungan antara satuan derajat dengan radian

5.1.2 Mampu melakukan konversi satuan derajat ke radian dan sebaliknya

-

-

6. Menerapkan

perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah teknik

6.1 Mampu menyelesaikan masalah keteknikan dengan menggunakan dasar-dasar trigonometri

6.1.1 Mengetahui difinisi sinus,cosinus, secan, tangen dan cotangen

6.1.2 Dapat menghitung nilai sin,cos,tag,cotg, secan,dan cosecan

6.1.3 Mampu menulis perbandingan trigonometri untuk sdt lancip

6.2.3 Mampu menulis perbandingan sdt tumpul,dan negatif dari f trigonometri

6.2.4 Dapat menulis rumus sdt Identitas

5

4

5.2 Mampu menghitung kll dan luas bidang datar

5.2.1 Mengetahui sifat sifat segitiga5.2.2Dapat menghitung kll, dan luas segitiga5.2.3 Mengetahui sifat sifat segi empat5.2.4 Dapat menghitung luas segi empat5.2.5 Mengitung:kll,luas, dan luas bagian lingkaran 5.2.6 Menghitung luas daerah dengan aturan Trapesium

5.3 Dapat menghitung luas permukaan dan isi bangun ruang

5.3.1Mampu menghitung luas permukaan prisma kubus,baluk,tabung, limas, kerucut dan bola

5.3.2Mampu menghitung volume sebuah: prisma balok,tabung, kerucut, bola dan elipsoida

6.2.5 Dapat menghitung luas bidang datar menggunakan

fungsi trigonometri

I Ketut Darma: Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Matematika Terapan untuk Mahasiswa Politeknik

Sambungan Tabel 4.2

Page 105: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

346

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

6.2 Mampu menggu nakan aturan sinus dan cosinus untuk menyelesaikan persoalan keteknikan

6.2.1 Mampu menulis aturan sinus dan cosinus 6.2.2 Dapat metentukan komponen segitiga dengan

menggunakan aturan sin dan cosinus

6.3 Dapat menyelesaikan persa maan trigonometri dan dapat mengguna kannya dalamaplikasi bidang keteknikan

6.3.1 Mampu menyesaikan pers.yang sederhana 6.3.2 Mampu menyelesaikan per.dalam bentuk a cos x+b

sin x = c 6.3.3 Mampu menyelesaikan pers. Yang dapat diubah

kedalam bentuk a cosx + b sinx = c

6.4 Dapat menyelesaikan suatu persamaan ekstrim fungsi trigonometri dan dapat menggunakannya dalam aplikasi bidang keteknikan

6.4.1 Mampu menghitung hargaekstrim fungsi trigonometri

6.4.2 Mampu menghitung harga ekstrim bersyarat

6.5 Dapat menggambar dan membaca grafik fungsi trigonometri

6.5.1 Dapat menggambar grafik sin, cos, tag, cotg, sec, dan cosec

6.5.2 Dapat menggambar grafik gabungan beberapa fungsi trigonometri

7. Memecahkan masalah berkaitan dengan konsep matriks dalam bidang teknik

7.1.Mendeskripsikan macam-macam matriks

7.1.1 Menentukan unsur dan notasi matrikss 7.1.2 Membedakan matrikss menurut jenis dan relasinya

7.2. Menyelesaikan operasi matriks

7.2.1 Mampu menentukan hasil penjumlahan atau pengurangan dua matrikss atau lebih

7.2.2 Mampu menentukan hasil kali dua matrikss atau lebih

7.3.Menentukan determinan dan invers

7.3.1 Dapat menentukan determinan suatu matrikss 7.3.2 Dapat menentukan invers suatu matrikss 7.3.3 Dapat menentukan determinan dan invers materik

berorde lebih dari 2 7.4. Mampu menyelesaikan

sestem persamaan linear dengan menggunakan matrik

7.4.1 Mampu menyelesaiakan system persamaan liner dengan menggunakan invers matriks

7.4.2 Mampu menyelesaiakan system persamaan liner dengan menggunakan invers matriks

8. Matrik Menerapkan konsep vektor dalam pemecahan masalah teknik

8.1.Menerapkan konsep vektor pada bidang datar

8.1.1 Mampu mendeskripsikan konsep vektor pada bidang menurut ciri-cirinya

8.1.2 Dapat melakukan operasi vektor pada bidang datar dengan rumus yang sesuai

8.2 Menerapkan konsep vektor pada bangun ruang

8.2.1 Mampu mendeskripsikan konsep vektor pada bangun ruang menurut ciri-cirinya

8.2.2 Dapat melakukan operasi vektor pada bangun rung dengan rumus yang sesuai

9. Menyelesaikan masalah program linier dalam bidang teknik

9.1. Membuat grafik himpunan penyelesaian sistem pertidaksamaan linier

9.1.1 Dapat menentukan daerah penyelesaian pertidaksamaan linier

9.1.2 Dapat menentukan daerah penyelesaian sistem pertidaksamaan linier dengan 2 variabel

9.2.Menentukan model matematika dari soal ceritera (kalimat verbal)

9.2.1 Mampu menerjemahkan soal ceritera (kalimat verbal) ke bentuk kalimat matematika

9.2.2 Dapat membentuk model matematika suatu permasalah yang diberikan

9.2.3 Dapat menentukan model matematika suatu daerah penyelesaian

9.3.Menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linier

9.3.1 Dapat menentukan fungsi obyektif dari soal program linier yang diberikan

9.3.2 Dapat menentukan nilai optimum sebuah fungsi obyektif

9.4. Menerapkan garis selidik 9.4.1 Dapat menggambarkan garis selidik dari fungsi obyektif

9.4.2 Mampu menentukan nilai optimum dengan menggunakan garis selidik

10 Menerapkan konsep barisan dan deret dalam pemecahan masalah

10.1.Mengidentifikasi pola, barisan dan deret bilangan

10.1.1 Dapat mengidentifikasi pola bilangan, barisan, dan deret berdasarkan ciri-cirinya

10.1.2 Mampu menggunakan notasi sigma untuk menyederhanakan suatu deret

10.2.Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika

10.2.1 Dapat mengidentifikasi barisan aritmatika 10.2.2 Dapat mengidentifikasi deret aritmatika 10.2.3 Mampu menentukan nilai suku ke-n suatu barisan

aritmatika dengan m enggunakan rumus 10.2.4 Mampu menentukan Jumlah n suku suatu deret

aritmatika dengan menggunakan rumus

Sambungan Tabel 4.2

Page 106: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

347

10.3. Menerapkan konsep barisan dan deret geometri

10.3.1 Dapat mengidentifikasi barisan dan deret geometri 10.3.2 Dapat mengidentifikasi deret geometri 10.3.3 Mampu menentukan nilai suku ke-n suatu barisan

geometri dengan menggunakan rumus 10.3.4 Mampu menentukan Jumlah n suku suatu deret

geometri dengan menggunakan rumus 11. Menggunakan konsep

limit fungsi, kontinuitas fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah keteknikan

11.1. Menjelaskan secara intuitif arti limit fungsi di suatu titik dan di tak hingga

11.1.1 Dapat menjelaskan arti limit fungsi di satu titik melalui perhitungan nilai-nilai disekitar titik tersebut

11.1.2 Mampu menjelaskan arti limit fungsi di tak hingga melalui grafik dan perhitungan

11.2.Menggunakan sifat limit fungsi untuk menghitung bentuk tak tentu fungsi aljabar dan trigonometri

11.2.1 Mampu menggunakan sifat-sifat limit dalam menghitung nilai limit

11.2.2 Menentukan nilai dari bentuk tak tentu limit fungsi 11.2.3 Menghitung Limit fungsi aljabar dan trigonometri

dengan menggunakan sifat-sifat limit 11.3.Menggunakan konsep dan

aturan turunan dalam perhitungan turunan fungsi

11.3.1 Mampu menjelaskan konsep Arti fisis (sebagai laju perubahan) dan arti geometri dari turunan

11.3.2 Dapat Mementukan turunan fungsi yang sederhana dengan menggunakan definisi turunan

11.3.3 Dapat menjelaskan sifat-sifat turunan fungsi 11.3.4 Dapat menentukan turunan fungsi aljabar dan

trigonometri dengan menggunakan sifat-sifat turunan 11.3.5 Dapat menentukan turunan fungsi komposisi

dengan menggunakan aturan rantai 11.4.Menggunakan turunan

untuk menentukan karakteristik suatu fungsi dan memecahkan masalah

11.4.1 Dapat menentukan fungsi monoton naik dan turun dengan menggunakan konsep turunan pertama

11.4.2 Dapat menggambar sketsa grafik fungsi dengan menggunakan sifat-sifat turunan

11.5. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan ekstrim fungsi dan penafsirannya

11.5.1 Mampu menentukan koordinat titik ekstrim grafik fungsi

11.5.2 Menentukan persamaan garis singgung sebuah fungsi

11.6 Memahami pengertian

difrensial parsial

11.6.1 Menentukan diferensial parsial dari fungsi z = f(x,y)

11.6.2 Menetukan difensial parsial dari komposisi fungsi

11.7 Mampu menggunakan konsep difrensial total suatu fungsi

11.7.1 Menentukan difensial total fungsi z = f(x,y) 11.7.2 Mampu menetukan nilai maksimum/minimum

sebuah fungsi z = f(x,y) 11. 8 Mampu mengaplikasikan

salah satu soft ware matematika dalam dalam difrensia

11.8.1 Dapat menentukan difrensial parsial sebuah fungsi dengan aplikasi Maple

11.8.2 Mampu mendapatkan difrensial totol sebuah fungsi z = f(x,y) dengan aplikasi Maple

12. Menggunakan konsep integral dalam pemecahan masalah keteknikan

12.1. Memahami konsep integral tak tentu dan integral tentu

12.1.1 Mampu mengidentifikasi integral tak tentu 12.1.2 Mampu mengidentifikasi integral tertentu 12.1.3 Mentahui sifat-sifat integral tak tentu dan tertentu

12.2.Menghitung integral tak tentu dan integral tentu dari fungsi aljabar dan fungsi trigonometri yang sederhana

12.2.1 Mampu menggunakan teknik - teknik pengintegralan suatu fungsi

12.2.2 Mampu menentukan integral tak tentu fungsi aljabar dan trigonometri

12.2.1 Menentukan integral tertentu fungsi aljabar dan trigonometri

12.3.Menggunakan integral untuk menghitung luas daerah di bawah kurva, volum benda putar, usaha titik berat dan momen

12.3.1 Mampu menggunakan integral tertentu untuk Menghitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva dan/atau sumbu-sumbu koordinat menggunakan integral.

12.3.2 Mampu menghitung volume benda putar dengan menggunakan integral tertentu

12.3.3 Mampu menentukan titik berat dengan menggunakan konsep integral tertentu

12.3.4 Mampu menghitung momen dengan menggunakan konsep integral tertentu

13. Menerapkan konsep Persamaan Differensial dalam memecahkan masalah keteknikan

13.1 Dapat membentuk persamaan diffrenasial

13.1.1 Memahami pengertian PD 13.1.2 Dapat membentuk PD ordo satu 13.1.3 Dapat menyelesaikan PD orde dua homogen 13.1.4 Dapat menyelesaikan PD orde dua tak homogen 13.1.5 Mampu menyelesaikan PD orda dua tak homogen

I Ketut Darma: Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Matematika Terapan untuk Mahasiswa Politeknik

Sambungan Tabel 4.2

Page 107: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

348

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Karakteristik mahasiswa jurusan teknik mesin,yaitu: 1) umur rata-rata 18-19 tahun; 2) pemahamanterhadap konsep matematika: kategori baik 10,81%,sedang 62,16 %, dan terkategori kurang 27,03%;3) persepsi terhadap orientasi dalam pembelajaranmatematika: sangat penting 88,29%, kurangpenting 10,81%; 4) motivasi belajar matematika:tinggi 23,4%, sedang 49,55%, dan rendah 27,3%,4) dan asal sekolah: SMA 18,01% dan SMK 81,98%

Berdasarkan hasil observasi dan penyebarankuesioner terhadap 4 orang dosen pengajarmatematika di bidang rekayasa, mereka berlatarbelakang pendidikan matematika dan memilikipengalaman mengajar matematika dan fisikaterapan. Tiga orang telah mengajar kurang dari 10tahun dan satu orang lebih dari 10 tahun.Latarbelakang pendidikannya, S2 namun 2 orangbidang keahlian matemtika dan bidang keahlianlainnya 2 orang. Pengalamannya mengajarmetematika cukup. satu orang yang urutanpembelajarannya tidak dimulai dari penyampaiantujuan atau kompetensi yang diharapkan padamahasiswa dan sering melaksanakan orientasidalam pembelajaran. Sumber belajar yangdipergunakan dalam pembelajaran matematika,tidak ada dosen atau mahasiswa menggunakanmodul berbasis kompetensi, semua dosenmenuliskan Hand Out terbitan Politeknik sebagaibahan ajar. Buku ajar lainnya, EJ. Purcell & DaleVarberg. Kalkulus dan Geometri Analitis, Erlangga;KA. Stroud-Matematika Teknik., Erlangga

Orientasi mata kuliah matematika bersifatterapan. Sasaran pembelajarannya, yaitu: 1)menjelaskan kepada mahasiswa konsep dariperhitungan dasar aljabar, vektor, matriks dandeterminan, dasar geometri beserta beberapakomponennya, trigonometri, limit, diferensial, danintegral; 2) melatih mahasiswa menyelesaikanpersoalan yang berkaitan dengan materi, geometridan beberapa komponennya; 3) dan memberikan

pengalaman kepada mahasiswa bekerjamenggunakan konsep matematika pada bidangteknik

Pelaksanaan pembelajaran matematika:39.64% menyenangkan, 56,67% kurangmenyenangkan, sisanya tidak menyenangkan. Carapenyajian dosen: 53,15 menarik, 45,05% kurangmenarik, dan sisanya tidak menarik. Relevansimateri yang disampaikan: 6,31% sangat relevan,88,29% relevan, dan sisanya tidak relevan.Pelaksanaan orientasi dalam pembelajaranmatematika: 88,29% sering, 10,81% kadang-kadang, dan 0,9% tidak pernah melaksanakan.Saran mahasiswa: 10,81% pembelajaran lebihmenarik dan kreatif, 30,63% pembelajaran tidaktegang atau lebih santai, 25,23% diperbanyaklatihan soal dan penyelesaiaanya, sisanya lain-lainmencakup menyediaan modul, jam perkulihan, dankecepatan penyampaian. Penilaian mahasiswa terhadap pelakasanaanpembelajaran matematika: 1) pelaksanaanpembelajaran: menyenangkan 39,76%, kurangmenyenangkan 56,76%, tidak menyenangkan 3,6%; 2) cara penyajian: sangat menarik 53,15%,kurang menarik 45,05%, dan tidak menarik 1,8%;3) relevansi materi dengan kebutuhan: sangatrelevan 6,31%, relevan 88,29%, dan tidak relevan5,41%. Pendekatan pembelajaran yang paling seringdigunakan, yaitu pembelajaran berbasis masalah.Model pembelajaran yang paling sering digunakan,yaitu pembelajaran langsung.

PembahasanUmur mahasiswa semester I jurusan teknik mesinberkisar antara 18-19 tahun, merupakan rentang usiaremaja akhir bahkan menuju kesempurnaan remaja(Rumini & Sundari, 2004). Remaja pada tahapan inimemiliki 5 karakteristik cara berpikir, yaitu: 1) mampuberpikir tentang kemungkinan kemungkinan baik yang

13.2 Dapat menyelesaikan persoalan keteknikan dengan menggunakan persamaan diffrensial

13.1.3 Mampu menerapkan PD dalam menyelesaikan persolan keteknikan

13.1.3 Mampu menerapkan PD orda dua dalam menyelesaikan persolan keteknikan 13.2.3 Mampu menerapkan PD orda dua tak homogeny dalam menyelesaikan persolan keteknikan

Sambungan Tabel 4.2

Page 108: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

349

telah terjadi maupun kemungkinan yang akan terjadi;2) berpikir dengan hipotesis; 3) berpikir jauh ke depan,membuat rencana kedepan, dan merencanakanstrategi yang tepat; 4) mampu mengukur kemampuandiri, pengetahuan, tujuan, serta langkah langkah untukmancapainya; dan 5) mampu berfikir tanpa batas danbersifat abstrak (Kimmel,1990). Menurut teori belajarkognitif yang dikembangkan Piaget, rentang usia 11tahun dan seterusnya termasuk tahapan berpikiroperasi formal (Barry, 1977). Tahap ini merupakantahap akhir perkembangan kognitif secara kualitas.Mahasiswa pada tahap ini sudah mampu melakukanpenalaran dengan menggunakan hal-hal yangabstrak. Mereka juga telah memiliki kemampuanuntuk melakukan penalaran hipotetik-deduktif, yaitukemampuan untuk menyusun serangkaian hipotesisdan mengujinya (Child, 1977 dalam Suherman, 2003).Implikasi dalam pembelajaran adalah perlu digubahsuatu pembelajaran yang mendorong mahasiswaberpartisifasi aktif, baik aktif berpikir dan aktifmelakukan, sehingga terbentuk pola pikir sistematis,logis dan kritis dalam pemecahan permasalahan yangdihadapinya Mahasiswa cenderung menyatakan bahwaorientasi dalam pembelajaran matematika sangatpenting. Dalam proses pembelajaran matematika faseorientasi sangat perlu dilaksanakan. Adanya keinginanbahwa mahasiswa diberikan orientasi dalampembelajaran matematika, perlu dikelola dengan baikke arah positif. Setiap manusia mempunyai carabelajar berbeda. Menurut Wratcher & Scheirtan(1997) dan Grashal (1996) (dalam Arsytambay &Shamsuddin, 2011) orientasi pembelajaran adalahkualitas individu yang mempengaruhi upaya pebelajarmendapatkan pedoman untuk dapat berkomunikasidengan teman sebaya, dosen dalam prosespembelajaran. Orientasi sangat penting dalammenentukan tingkat pencapaian hasil belajar. Melaluiorientasi pembelajaran dapat dikenali kemampuanbukan bersifat kognitif seperti: motivasi, minat, bakat,perilaku, pengalaman belajar, kemampuan awal.Kemampuan-kemampuan tersebut menentukantingkat hasil belajar matematika (Maree & Claassen,1997; Anneke & Karel, 2001 dalam Arsytambay &Shamsuddin, 2011). Jadi dalam pembelajaran

matematika sangat perlu dilaksanakan orientasi,sebagai sarana menciptakan suasana kondusif,membangkitkan minat mahasiswa terhadap topikyang akan dibahas, dan memotivasi mahasiswa agarteribat aktif dalam memecahkan masalah yang akandibahas.

Hasil penilaian mahasiswa terhadap pembelajaranmatematika, 53,15% mahasiswa menyatakan sangatmenarik, 45,05% kurang menarik, dan ada 1,8% tidakmenarik. Suasana pembelajaran tersebut baik, perludipertahankan dan ditingkatkan efektifitasnyasehingga dapat tercipta suasana pembelajaran yangaktif, menyenangkan dan menarik. Pembelajaranaktif, dosen harus menciptakan suasana sedemikianrupa sehingga mahasiswa aktif bertanya,mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.Pembelajaran yang menyenangkan menyebabkanmahasiswa dapat belajar lebih mudah dan dapatmengembangkan potensinya secara optimal.

Pemahaman konsep matematika padamahasiswa, 10,81% baik, 62,03% sedang, dan27,03% kurang. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitaspembelajaran matematika terapan perlu ditingkatkanmelalui suatu reformasi pembelajaran baik berkaitandengan bahan ajar maupun strategi penyampaianmateri ajar. Bahan ajar dapat dikemas dalam bentukbahan ajar cetak seperti hand out, modul, buku ajar,atau buku teks. Untuk dapat mendorong mahasiswabelajar mandiri, bahan ajar dapat dikemas dalambentuk buku ajar yang ditulis sesuai dengan prosedurpenulisan buku ajar.

Motivasi belajar mahasiswa, 23,4% tinggi, 49,55%sedang, dan ada 27,3% rendah. Prosentasemahasiswa motivasi belajarnya rendah cukup tinggi.Hal ini menunjukkan bahwa motivasi mahasiswadalam belajar matematika sangat perludikembangkan.

Penilaian terhadap relevansi materi pembelajaranmenunjukkan bahwa 88,29% menyatakan relevan,namun masih ada 5,41% menyatakan kurang relevan.Relevansi ditunjukkan oleh adanya hubungan materiyang dipelajari dengan kebutuhan dan kondisimahasiswa. Mahasiswa akan termotivasi untuk belajarbila mereka menganggap apa yang dipelajarimemenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat dan

I Ketut Darma: Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Matematika Terapan untuk Mahasiswa Politeknik

Page 109: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

350

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

sesuai dengan nilai yang dipegang. Model pembelajaran yang umum digunakan olehdosen adalah pembelajaran langsung. Modelpembelajaran ini baik digunakan untuk menunjangproses belajar mahasiswa yang berkaitan denganpengetahuan procedural dan pengetahuan deklaratiftersetruktur dengan baik dan dapat dipelajari langkahdemi langkah. Pembelajaran langsung kurang cocokuntuk mengajarkan keterampilan sosial ataukreatifitas, proses berpikir tinggi, dan konsep-konsepabstrak. Model ini juga tidak cocok untuk mengajarkansikap atau pemahaman masalah-masalahmasyarakat (Arends dalam Harjono, 2006).

Ada 13 standar kompetensi dan 51 kompetensidasar yang dituntut dalam kuliah matematika terapan.Kompetensi dimaknai sebagai kebulatanpengetahuan, keterampilan dan sikap yag dapatdidemontrasikan atau ditampilkan oleh mahasiswadalam berpikir dan bertindak (Diknas, 2004).Kompetensi dasar adalah kompetensi minimal dalammata kuliah yang harus dapat ditampilan ataudilakukan oleh mahasiswa dari standar kompetensimata kuliah tersebut.

Menurut Wardani (2004) bahwa kompetensimahasiswa dalam belajar matematika selanjutnyadisebut kompetensi matematika meliputi: 1) memilikikonsep matematika yang dipelajari, 2) memilikikemampuan mengkombinasikan gagasan dengansymbol-simbol atau dan model matematika, 3) mampumenggunakan penalaran pada pola, sifat ataumelakukan manipulasi, menyusun bukti ataumenjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,4) menunjukkan kemanpuan strategik dalammembuat atau merumuskan, menafsirkan danmenyelesaikan madel matematika dalammemecahkan masalah, dan 5) memiliki sikapmenghargai matematika dalam kehidupan sehari-hari.Standar kempetensi pada tabel 4.2, telah nampaksebagai rincian kompetensi mahasiswa dalam belajarmatematika. Ketigabelas standar kompetensi yangdituntut dalam pembelajaran matematika terapan dipoliteknik telah sesuai dengan kompetensimahasiswa dalam belajar matematika.

Untuk mendukung pencapaian 13 standarkompetensi dalam pembelajaran matematika terapan

di Politeknik, ada beberapa bahan kajian menjadipokok materi pembelajaran. Dilihat dari isinya, materipokok tersebut dikelompokkan menjadi 5 (lima)bagian yaitu: Pengantar software matematika 1,Aljabar, Geometri, Trigonometri, dan Kalkulus.

Draf buku ajar matematika teparan berbasiskompetensi, materinya mengacu pada kurikulumsedang diterapkan, materi tersebut dipilah menjadi 2buku ajar, yaitu Buku Ajar Matematika Terapan I untukdi semester 1 dan Matematika Terapan II untuk se-mester 2. Materi Buku ajar matematika terapan I,mencakup: Pengantar software matematika 1, Aljabar,Geometri, dan Trigonometri. Materi Buku ajarMatematika Terapan II, Pengantar softwarematematika II, dan Kalkulus.

Matematika terapan, merupakan salah satu ilmudasar menjadi kelompok mata kualiah keahlian (MKK)di jurusan teknik mesin. Fungsi matematika di jurusanteknik mesin adalah sebagai penunjang pengajaranmata kuliah lain dan sebagai alat bantu pemecahanpersoalan sehari-hari di bidang teknik selama prosespendidikan maupun setelah bekerja. Matematikamerupakan pengetahuan yang universal, konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis,terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yangpaling sederhana sampai pada konsep yang palingkompleks. Dalam matematika terdapat topik ataukonsep prasyarat sebagai dasar untuk memahamitopik atau konsep selanjutnya.

Pemilihan materi buku yang sedangdikembangkan mengikuti prinsip-prinsip: relevansi,konsistensi, dan berkecukupan. Kedalaman materimengacu kepada aspek-aspek yang terdapat dalamstandar kompetensi dan kompetensi dasar,sedangkan urautannya berdasarkan pendekatanhierarkis.

Simpulan dan SaranSimpulan

Ada 13 standar kompetensi dan 51 kompetensidasar yang dituntut dalam kuliah matematika terapan.

Karakteristik mahasiswa jurusan teknik mesin,yaitu: umur rata-rata 18-19 tahun; pemahamanterhadap konsep matematika: 62,16 % sedang;persepsi terhadap orientasi dalam pembelajaran

Page 110: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

351

matematika: 88,29% sangat penting; motivasi belajarmatematika: 49,55%sedang, dan rendah 27,3%, danasal sekolah 81,98% dari SMK.

Penilaian mahasiswa terhadap pelakasanaanpembelajaran matematika: Pelaksanaanpembelajaran 56,76%, Cara penyajian: 53,15%sangat menarik, c) relevansi materi dengan kebutuhan88,29% relevan.

Bahan ajar yang digunakan adalah bahan ajarcetak bukan berbentuk modul , melainkan lebihbanyak buku umum dan Hand Out buatan dosen.

Kisi-kisi atau prototype buku ajar matematikaterapan berbasis kompetensi untuk meningkatkanpencapaian kompetensi mahasiswa, materinyadikembangkan berdasarkan standar kompetensi,kompetensi dasar, dan indikator pencapainkompetensi. Materi pokoknya meliputi 4 bidang, yaitu:a) bidang aljabar mencakup: sistem bilangan riil,persamaan dan pertidaksamaan, fungsi dan grafikfungsi, vektor, program linier, barisan bilangan danderet; b) bidang geometri mencakup: geometri bidangdatar, geometri ruang; c) bidang trigonometri; dasar-dasar trigonometri, aturan sisnus dan cosinus, rumusjumlah dan selisih dua sudut, sudut ganda/rangkap,persamaan trigonometri, dan grafik fungsitrigonometri; dan d. bidang kalkulus mencakup: limitdan kontinuitas, difrensial, integral, dan persamaandifrensial. Urutan materinya, disusun denganpendekatan hierarkis. Keempat materi tersebutdikemas menjadi 2 buku ajar, yaitu buku ajarmatematika terapan I diajarkan semester 1, buku ajarmatematika terapan II diajarkan semester 2,

Pendekatan pembelajaran di kelas menggunakanpendekatan pembelajaran berorientasikonstruktivisme dengan metode-metodepembelajaran student center learning (SCL). Evaluasipembelajaran menggunakan bentuk tes yang dikemasdalam tes uji kompetensi di setiap akhir sub bab danbab. Tahapan pembelajarannya meliputi: 1)Pendahuluan: oriantasi, menggali ide, pengetahuanawal; 2) dan 3) pembelajaran inti: rekunstruksi idedan aplikasi ide; dan pembelajaran penutup: reviewperubahan ide.

SaranUntuk meningkatkan kepiawaian-nya, dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran dosenmatematika terapan hendaknya lebih kreatif dalammengembangkan model-model pembelajaran yangjuga sekaligus merupakan upaya meningkatkankompetensi profesionalnya. Karena itu, ketikamerancang dan melaksanakan kegiatanpembelajaran tidak hanya terpaku pada buku-bukupaket atau pada buku-buku teks yang ada, tetapihendaknya secara kreatif dan bervariasimemanfaatkan hal-hal yang ada di lingkungan pesertadidik sebagai sumber belajar dan bahan ajar bagipeserta didiknya.

Sangat perlu dikembangkan materi pembelajaranyang dapat meningkatkan pencapaian kompetensipada mahasiswa, selain itu perlu dikembangkanprototipe buku ajar matematika terapan berbasiskompetensi, menjadi buku yang tervalidasi untukmeningkatkan pencapaian kompetensi mahasiswa.

Daftar PustakaAkhmad Sudrajat, 2009. Pengembangan Bahan Ajar, http://akhmadsudrajat.wordpres [online]Barry, W, (1977), Piaget’s Theeory of Cognitive Development, New York & London Longman.Dick, W & L.Carey. 1990. The Systematic Design of Instruction, 3rd USA: Harper LongmanDick, Walter & Lou Carey. 1996. The Systematic Design of Instruction, 3rd New York: Harper CllinsDepdiknas, 2003. Buku Pedoman Penulisan Modul. Derektorat Pendidikan Menengah Kejuruan Derektorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.Dikmenjur, 2003. Pengembangan Bahan Ajar Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Subdit Pembelajaran SMKDepdiknas. 2004. Dokumen Proses Pengajaran dan Pembelajaran, Kurikulum, Silabus, dan SAP/AP Jurusan

Teknik Mesin. Denpasar: Politeknik Negeri Bali.Depdiknas. 2004. Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Derektorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat

Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagan Perguruan Tinggi.

I Ketut Darma: Analisis Kebutuhan Pengembangan Buku Ajar Matematika Terapan untuk Mahasiswa Politeknik

Page 111: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

352

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Depdiknas, 2006. Pedoman dan Mimilih Bahan Ajar. Derektorat Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.Hanbury, L. 1996. Constructivism: So What? In J. Wakefield and L. Velardi (Eds.). Celeberating Mathematics

Learning (pp.3 - ). Melbourne: The Mathematical Assciation of Victoria.Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP MalangHarlen, W. 1992. The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher.Hudoyo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan TinggiHudoyo, H. 1998. “Pembelajaran Matematika Menurut Pandangan Konstruktivistik”. Makalah. Disajikan dalam

Seminar Nasional Upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Matematika dalam Menghadapi Era Globaliasasi.PPS IKIP Malang: Tidak Diterbitkan.

Harjono, A., 2006. “ Penerapan Strategi Belajar Pada Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)”.JurnalDinamika Pendidikan Vol. 2 No. 1 Mei 2006. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal [akses 10 Juni 2012]

Hamzah, Syakri. 2008. “Pengembangan Model Bahan Ajar Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Lokal DalamMata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial” Makalah. http//www. Puslitjaknov.ogr/data/tile/file/makalah_poster_sessien_pdf.

Kimmel Douglas C. 1990. Adulthood and Aging an interdisciplinary, developmental view. 3th ed. New York: JohnWiley & Sons Inc

Katu, Nggandi. 1999. Belajar Sebagai Kegiatan Aktif Setiap Individu Dalam Mengkonstruksi Pengetahuan. Makalah.Disajikan Dalam Seminar Penegmbangan Cara Pembelajaran di Bandung Tanggal 17-18 Juni 1999.

Universitas Brawijaya. 2010. Pedoman Umum Penulisan Bahan Ajar. Malang: Pascasarjana Unibra.Universitas Padjadjaran. 2011. Pedoman Penulisan Buku Ajar. Bandung: Unpad.Piaget, J. 1969. The Child’s Conception of Physical Causallity. New Jersy: Little Feild, Adm & Co.Russel, J. D. 1974. Modular Instroductional: a Guide to the Design, Selection, Utilization and Evaluation of

Modular Materials. Minneappolish, Minnesota: Burgess.Romiszowski. 1986. Developing Auto Intstructional Materials. Philedelphie: Niclas Publishing.Ruseffendi, E.T. 1988. Pengantar Kepada Menbantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran

Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: TarsitoRumini, Sri dan Siti Sundari. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. PT Rineka Cipta, Jakarta.Suherman, E., dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Teshnical Cooperation Project For

Development of Science and Mathematics Teaching for Primary and Secondary Education in Indonesia.Sugiharsono, 2010. “ Pengembangan Bahan Ajar Workshop Program PPG”. Makalah. Disajikan Dalam Rangka

Sosialisasi Program PPG Di Fakultas Keguruan dan llmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung MangkuratBanjarmasin Kalimantan Selatan Pada tanggal 31 Desember 2010

Wardani, Sri. 2004. “Penilaian Pembelajaran Matematika Berbasis Kompetensi”. Makalah. Disampaiakan padaDiklat Instruktur/Pengembang Matematika SMK, tanggal 7 s.d 20 Juli 2004 di PPPG Matematika Yogyakarta

*******

Page 112: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

353

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, SEBUAH STRATEGI PEMBELAJARANUNTUK MENYIAPKAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

PROBLEM-BASED LEARNING, AN INSTRUCTIONAL STRATEGY IN PREPARINGSTUDENT’S AUTONOMY

WaldopoPustekkom Kemdikbud, Jakarta

Jl. RE. Martadinata, Ciputat, Tangerang Selatan-Banten,([email protected] atau [email protected])

Abstrak: Untuk mempersiapkan lahirnya generasi emas yang akan melanjutkan estafet kepemimpinanbangsa Indonesia pada tahun 2045 pemerintah telah melakukan berbagai hal seperti: penyediaan SDMpendidik dan tenaga kependidikan yang memenuhi syarat kualifikasi dan kompetensi, pengembangankurikulum pendidikan hingga ke tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembangunan sarana/prasaranapendidikan yang memadahi, peningkatan anggaran pendidikan, layanan pendidikan yang berbasis TIKdan lain-lain. Persiapan lainnya untuk dapat menghasilkan generasi diharapkan adalah melalui pendidikankarakter. Sudah banyak yang dihasilkan melalui usaha-usaha tersebut, namun juga masih banyak hal-hal yang harus dipersiapkan. Salah satunya adalah mempersiapkan peserta didik agar menjadi generasiyang memiliki kemampuan untuk mencarikan jalan keluar atas masalah-masalah riil yang dihadapidalam kehidupan sehari-hari. Untuk kepentingan ini, penerapan Strategi Pendidikan/Pembelajaran yangBerbasis Masalah atau Problem-Based Learning yang disingkat PBL dianggap cocok untuk diterapkandalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Melalui PBL peserta didik dilatih untuk mencari jalankeluar atas masalah-masalah yang dihadapi. Agar penerapan PBL dapat berjalan seperti yang diharapkanmaka disarankan agar pemerintah (Kemdikbud) mencanangkan penerapan PBL dalam kegiatanpembelajaran di sekolah-sekolah, melatih guru-guru dalam penerapan PBL serta dukungan dalam bentukkebijakan, anggaran dan sarana/prasarana. Sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam bidangTIK untuk pendidikan, Pustekkom disarankan untuk memberikan dukungan dalam bentuk sumberbelajar yang berbasis TIK.

Kata kunci: Generasi emas, PBL, masalah, belajar aktif, dan aneka sumber belajar.

Abstract: To prepare for the birth of the golden generation that will continue to relay the leadership ofIndonesia in 2045 the government has been doing various things such as: the provision of teachers andhuman resources that meet the qualifications and competency requirements, curriculum developmentup to the level of the education (curriculum), development of facilities for educational infrastructure,increase education spending, education of ICT-based services and others. Other preparations to beable to produce the expected generation through character education. Already many are produced throughthese efforts, but also there are many things that have to be prepared. One is to prepare students to bethe generation that has the ability to find a solution to real problems encountered in everyday life. For thispurpose, the implementation of Problem-Based Learning Strategy (PBL) is abbreviated considered suitablefor application in the learning activities in schools. Through PBL learners are trained to find solutions tothe problems faced. In order for the application of PBL can be run as expected it is recommended that

Diterima tanggal: 20/06/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal: 07/07/2012; Disetujui tanggal: 21/08/2012

Page 113: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

354

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

the Government (Ministry of Education and Culture) launched the implementation of PBL in learningactivities in schools, train teachers in the implementation of PBL as well as support in the form ofpolicies, budget and facilities/infrastructure. As the agency responsible for the field of ICT for education,Pustekkom advised to provide support in the form of ICT-based learning resources.

Keywords: golden generation, PBL, problems, active learning, and a variety of learning resources.

PendahuluanDalam mempersiapkan lahirnya generasi emas bagi bangsa Indonesia, yaitu tepat 100 tahun kemerdekaanbangsa Indonesia pada tahun 2045 pemerintah Republik Indonesia telah mempersiapkan berbagai hal guna

pada tahun 2045 akan menempati berbagai posisipemegang tampuk pimpinan untuk menggantikanpara pemimpin dan pengendali bangsa yangsekarang ini sedang berkuasa. Agar kelak kitamenjadi bangsa yang bermartabat dan disegani olehbangsa-bangsa lain, maka mereka harus disiapkandari sekarang. Dengan demikian diharapkan kelakmereka menjadi generasi penerus yang bukan hanyacerdas secara intektual, tetapi juga memiliki karakterdan jati diri yang kuat.

Ada tiga hal penting yang ingin dicapai melaluipendidikan karakter (Republika: 2011) yaitupendidikan kharakter yang dapat menumbuhkankesadaran peserta didik sebagai makhluk sekaligushamba Allah Tuhan Yang Maha Esa, pendidikankharakter yang terkait dengan bidang keilmuan danpendidikan karakter yang dapat menumbuhkan rasacinta dan bangga sebagai sebagai sebagai bangsaIndonesia.

Hamad (2011) menegaskan bahwa selainberakhlak mulia, pendidikan karakter juga inginmembentuk peserta didik menjadi manusia (SDM)yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. SedangkanJalal (2011) menyatakan bahwa bangsa yangberkarakter adalah bangsa yang tangguh; kompetitif;berakhlak mulia; bermoral; bertoleran; bergotongroyong; berjiwa patriotik; berkembang dinamis; danberorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Banyak kemajuan pembangunan pendidikan yangtelah dilakukan oleh pemerintah selama ini, misalnyadalam hal pembangunan sarana/prasarana danpenyediaan infrastruktur, semakin meningkatnya dayatampung pendidikan dari SD hingga Perguruan Tinggi,semakin mudahnya berkomunikasi dan lain-lain.Namun demikian juga masih banyak masalah

tercapainya tujuan tersebut. Persiapan-persiapantersebut antara lain berupa: SDM tenaga pendidik dankependidikan yang memenuhi persyaratan kualifikasimaupun kompetensi, pengembangan kurikulum sampaidi tingkat satuan pendidikan (KTSP), pembangunansarana/prasarana yang mencukupi, pembangunan in-fra struktur yang berupa teknologi informasi dankomunikasi untuk pendidikan, serta mengembangkanberbagai strategi yang digunakan dalam melaksanakankegiatan pendidikan/pembelajaran.

Persiapan lainnya, yang kini dilakukan pemerintahuntuk mencetak lahirnya generasi emas bagi bangsaIndonesia di tahun 2045 adalah melalui pembangunankarakter (character building) melalui pendidikankarakter. Pembangunan karakter bangsa merupakansalah satu bidang pembangunan nasional yang sangatpenting, karena ia menjadi fondasi dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan bernegara.Pembangunan karakter bangsa merupakan sebuahkebutuhan asasi dalam proses berbangsa, karenahanya bangsa yang memiliki karakter dan jati diri yangkuat yang akan mampu menjadikan dirinya sebagaibangsa yang bermartabat dan disegani oleh bangsa-bangsa lain (Kemdiknas, 2010:1). SelanjutnyaMohammad Nuh (Dalam Pidato menyambutHardiknas : 2011) mempertegas bahwa arahpendidikan kharakter adalah untuk menyiapkangenerasi penerus bangsa Indonesia pada tahun 2045yang akan datang. Selanjutnya Nuh (2011)mempertegas untuk menyonsong 100 tahunkemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 2045,maka SDM yang akan meneruskan estafetkepemimpinan bangsa Indonesia harus sudahdisiapkan dari sekarang. Anak-anak yang sekarangduduk di bangku Taman Kanak-Kanak/PAUD dan SD;

Page 114: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

355

ataupun tantangan yang perlu diatasi melaluipendidikan/pembelajaran. Masalah-masalah tersebutantara lain masih banyak warga negara yang belummenyadari pentingnya menjaga kelestarianlingkungan, peduli pada kebutuhan rakyat kecil,pentingnya hidup damai dan serasi denganlingkungan, pentingnya menjaga kesehatan, bahayanarkoba, ketidak siapan lulusan lembaga pendidikandalam mengatasi masalah-masalah yang terjadidalam kehidupan sehari-hari, dan lain-lain. Hal inimenunjukkan bahwa pencapaian hasil pendidikan/pembelajaran belum seperti yang diharapkan, atauistilah lainnya kegiatan pendidikan/ pembelajaranbelum bisa terlaksana secara effektif dan efisien.Kesemuanya itu memerlukan suatu usaha dariberbagai pihak agar tercapai suatu kehidupan harmonidan siap mengatasi berbagai masalah yang dihadapidalam kehidupan sehari-hari dengan damai, aman dansejahtera yang didasari kepada rasa takwa kepadaAllah Tuhan Yang Mahaesa dan akhlakul karimah(akhlak mulia).

Generasi emas yang diharapkan lahir untukmenyambut 100 tahun Indonesia merdeka adalahgenerasi sebagaimana yang telah dirumuskan dalamUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Kemdiknas:2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitumanusia yang beriman dan bertakwa kepada TuhanYang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negarayang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satutuntutan/keterampilan yang harus dimiliki olehmanusia yang cakap, kreatif, mandiri dan bertanggungjawab adalah kemampuan untuk memecahkanmasalah-masalah riil yang dihadapi dalam kehidupansehari-hari.

Pendidikan merupakan salah satu usaha pentingyang dilakukan pemerintah untuk mempersiapkanlahirnya generasi yang akan melanjutkan estafetkepemimpinan bangsa Indonesia setelah 100 tahunIndonesia merdeka. Salah satu faktor yang harusdiperhatikan agar kegiatan pendidikan/pembelajarandapat berlangsung secara efektif dan efisien adalahmelalui strategi penyampaian materinya, atau strategikegiatan pendidikan/pembelajarannya. Sehubungandengan hal ini, Pemerintah telah bekerja sama dengan

berbagai pihak untuk mencari dan mengembangkanberbagai bentuk strategi kegiatan pendidikan/pembelajaran. Berbagai bentuk strategi kegiatanpendidikan/pembelajaran tersebut misalnya CTL(Contextual Teaching Learning) atau pembelajarankontekstual, PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif,Efektif dan Menyenangkan, Pembelajaran BerbasisKompetensi, dan PBL (Problem-Based Learnig) atauPembelajaran Berbasis Masalah.

Melalui tulisan ini, penulis ingin mengangkat PBL,yakni sebuah strategi pembelajaran yang berfokuspada masalah riil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui PBL diharapkan peserta didik akan terlatihdalam mengatasi masalah riil yang terjadi dalamkehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkankelak mereka menjadi generasi cerdas dan tangguhdalam menghadapi berbagai masalah yang terjadidalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

Kajian Literatur

Belajar dan PembelajaranSiapapun yang berkecimpung dalam duniapendidikan/pembelajaran tentu tidak asing denganistilah belajar dan pembelajaran. Untuk memaknaikedua istilah tersebut penulis ingin memberikanilustrasi sebagai berikut:

Ketika seorang anak belajar naik sepeda, makatidak serta merta anak tersebut langsung bisamengendarai sepeda bukan? Selama belajar mungkinia mengalami jatuh bangun, bahkan kadang sampaiterluka, meski demikian anak tidak pernah putus asa,belajar dan terus belajar sampai ia bisa mengendaarisepeda. Pada saat itu dapat dikatakan bahwa anaksedang belajar agar ia memiliki pengetahuan,pengalaman ataupun keterampilan untukmengendarai sepeda. Contoh lainnya coba Andaperhatikan ketika anak sedang belajar berjalan.Dimulai dengan belajar berdiri, berjalan pelan-pelandengan berpegangan sesuatu atau dengandipegangin orang lain. Selama proses belajar berjalantersebut anak sering mengalami jatuh-bangun;bahkan kadang sampai mengalami luka-luka.Namun anak tidak takut untuk terus belajar dan belajarsampai ia bisa berjalan sendiri dengan tanpa dibantu

Waldopo: Pembelajaran Berbasis Masalah, Sebuah Strategi Pembelajaran untuk Menyiapkan Kemandirian Peserta Didik

Page 115: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

356

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

orang lain. Dalam peristiwa tersebut dapat dikatakanbahwa anak sedang belajar berjalan. Dari keduacontoh di atas dapat dikatakan bahwa belajarmerupakan suatu aktivitas atau usaha yang dilakukanoleh seseorang secara sengaja dengan tujuan agarterjadi perubahan perubahan tingkah laku. Dalamkegiatan pembelajaran, perubahan di sini tentu harusbersifat positif. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidakbisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampildan seterusnya.

Lantas apa yang dimaksud dengan pembelajaran.Sering kita dengar nasehat seorang bijak yangmengatakan “biarlah ini menjadi pembelajaran bagikita semua, agar di masa-masa yang akan datangkita lebih berhati-hati”. Pembelajaran tentu eratkaitannya dengan belajar. Ia merupakan aktivitas yangdisengaja dan memiliki tujuan yaitu terjadinyaperubahan tingkah laku, sejalan dengan tujuan yangingin dicapai dalam belajar. Lantas di mana letakperbedaannya. Dalam Wikipedia (http://id.wikipedia.org), disebutkan bahwa “pembelajaranadalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikdan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.Jadi dalam kegiatan pembelajaran terjadi interaksiantara peserta didik dengan pendidik, interaksi jugabisa terjadi dengan sumber belajar lain sepertipengalaman, media belajar, alat, metode, lingkunganalam, infrastruktur dan lain-lain. Interaksi dilakukandi sebuah tempat yang telah didisain sebelumnya.Tujuannya tentu agar peserta didik dapat menyerapmateri yang disampaikan dalam kegiatanpembelajaran.

Hilgard (dalam Nasution, 1995) menjelaskanbahwa “Learning is the process by wich an activityoriginaites or is changed through training procedures(whether in the laboratory or in the environment) ”. Disini ditekankan bahwa terjadinya perubahan tingkahlaku ditempuh melalui sebuah pelatihan, baik dilaboratorium atau alam sekitarnya. SelanjutnyaNasution (1995:35) menekankan adanya ketidaksamaan seseorang antara sebelum dengan setelahpembelajaran. Peserta didik menjadi lebih sanggupuntuk menghadapi kesulitan memecahkan masalahatau menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Iatidak hanya bertambah pengetahuannya, tetapi juga

dapat menerapkannya secara fungsional dalamsituasi-situasi hidupnya.

Kembali pada nasehat orang bijak di atas, di sanakita memperoleh pembelajaran dari sebuah kejadian,dari sebuah pengalaman dari sebuah situasi atau yangdisebut sumber belajar lain yang mana situasi ataukejadian tersebut memberikan pengalaman berhargayang dapat kita jadikan pelajaran untuk masa yangakan datang. Melalui hasil pembelajaran kita akanberperilaku, bereaksi dan sekaligus memberikanrespon yang berbeda dengan perilaku-perilakusebelumnya.

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)Berbicara soal pembelajaran berbasis masalah atauProblem-Based Learning yang selanjutnya disingkatdengan PBL, tidak bisa terlepas dari masalah itusendiri. Apa itu masalah? Dalam Webster’s Dictio-nary of The American Language (1980) masalah atauproblem dirumuskan sebagai Difficult question, thatrequaires an unswer or solution. Di sini masalahdirumuskan sebagai suatu pertanyaan yangmengganjal atau pertanyaan yang mengganggu, iamembutuhkan jawaban atau jalan keluar. DalamWikipedia (http://id..wikipedia.org) dirumuskanbahwa problem atau masalah digunakan untukmenggambarkan suatu keadaan yang harusdiselesaikan atau dicari jalan keluarnya atau diatasi.Kalau tidak diatasi ia akan menjadi ganjalan. Daripengertian masalah dan pembelajaran seperti yangdiuraikan, pertanyaannya apa itu pembelajaranberbasis masalah atau problem based learning(PBL).Boud and Feletti (1997:15) mengemukakan bahwaProblem-based learning is an approach to structur-ing the curriculum which involves confronting stu-dents with problems from practice which provide astimulus for learning. Pada intinya PBL merupakankegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didikdengan stimulus yang berupa masalah-masalahpraktis untuk dicarikan jalan keluarnya.

Bob Ross mengutip pendapat Barrows andTamblyn dalam The Challenge of Problem-BasedLearning (1997:28) bahwa .... the learning which re-

Page 116: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

357

sults from the process of working towards the under-standing of, or resolution of a problem. Di sinitekanannya adalah memahami persoalan, kemudianmencari jalan keluar atas persoalan tersebut.

Secara umum dapat diartikan sebagai kegiatanpembelajaran yang didasarkan pada masalah-masalah tertentu yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses pembelajaran, masalah tersebutdicarikan jalan keluarnya. Dalam kegiatanpembelajaran model ini, tugas pendidik lebih banyakmembantu peserta didik untuk menemukan masalahsekaligus juga membantu peserta didik mencari jalankeluar untuk mengatasi masalah tersebut.Pemecahan masalah dilaksanakan melalui langkah-langkah atau tahap-tahap yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Lebih tegas lagiwww.sekolahdasar.net/ 2011/08/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html menyatakan bahwa PBLadalah suatu model pembelajaran yang melibatkanpeserta didik untuk memecahkan suatu masalahmelalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga pesertadidik dapat mempelajari pengetahuan yangberhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligusmemiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.

Tujuan dan Manfaat Diterapkannya StrtategiPembelajaran Berbasis Masalah (PBL).Dengan mendasarkan pada uraian sebelumnya,khususnya pengertian kegiatan pembelajaranberbasis masalah, maka dapat dikemukakanbeberapa tujuan sekaligus manfaat dari penerapanPBL dalam kegiatan pembelajaran sebagai berikut:1) Melatih peserta didik, baik secara individu maupunkelompok agar mereka terbiasa belajar secara aktif.Belajar secara aktif ini dalam kaitannya untukmencapai tujuan pembelajaran yaitu mencari jalankeluar atas masalah yang dihadapi. Karena ditantanguntuk memecahkan masalah, maka baik secaraindividu maupun kelompok peserta didik akanberusaha untuk aktif mencari berbagai informasi, baikmelalui diskusi, membaca buku, maupun melaluibrowsing, searching maupun downloading dari duniamaya. Hal ini tentu berpengaruh positif padaperkembangan intelektual maupun kedewasaanpeserta didik. 2) Melatih peserta didik agar mampu

memanfaatkan berbagai sumber belajar (termasuksumber belajar yang berbasis teknologi informasi dankomunikasi atau TIK). Karena ditantang untukmemecahkan masalah, maka peserta didik maupunpendidik akan terdorong mencari informasi dariberbagai sumber belajar, terutama sumber belajaryang berbasis TIK. Guru memanfaatkan berbagaisumber belajar untuk mencari bahan-bahan yangakan diangkat sebagai materi pembelajaran;sementara peserta didik memanfaatkan berbagaisumber belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang harus mereka selesaikan dalamproses pembelajaran. 3) Melatih peserta didik untukdapat bekerja sama dengan teman-temannya,terutama dalam mencari solusi atas masalah yangharus mereka pecahkan. Karena ditantang untukmemecahkan masalah, maka peserta didik akanberusaha untuk bekerja sama dengan teman-temannya, terutama teman-temannya harusmemecahkan masalah sejenis. 4) Melatih pesertadidik untuk mencari jalan keluar atas masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.Karena masalah yang diangkat dalam PBL adalahmasalah nyata yang dihadapi dalam kehidupansehari-hari, maka hal ini tentu menjadi bekal yangbagus bagi peserta didik untuk hidup bermasyarakat,mereka akan terbiasa untuk mengatasi masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kehidupannyata.

Pendapat yang hampir sama disampaikan dalamwww.slideshare.net/ shintiaminandar/2012. Di situditegaskan bahwa PBL membantu pesertamengembangkan kemampuan berfikir, pemecahanmasalah dan keterampilan intelektualnya. Disamping itu melalui keterlibatan langsung dalampengalaman nyata atau simulasi, peserta didik akanmenjadi pelajar yang otonom dan mandiri.

Karakteristik Kegiatan Pembelajaran BerbasisMasalah(PBL)Ada beberapa karakteristik dari kegiatanpembelajaran yang berbasis masalah (PBL).Karakteristik tersebut adalah sebagai antara lain: 1)Sesuai namanya, maka masalah yang dijadikan start-ing point (titik awal) dalam merancang sebuah kegiatan

Waldopo: Pembelajaran Berbasis Masalah, Sebuah Strategi Pembelajaran untuk Menyiapkan Kemandirian Peserta Didik

Page 117: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

358

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

pembelajaran. 2) Masalah yang diangkat adalahmasalah riil yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.3) Dalam mengorganisasikan kegiatan pembelajaranseperti merumuskan tujuan pembelajaran, merumuskanstrategi untuk mencapai tujuan, mengembangkan alatevaluasi untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan danlain-lain berfokus pada masalah itu sendiri. Dengandemikian mungkin diperlukan pendekatan dari berbagaidisiplin ilmu. Misalnya bagaimana cara memecahkanmasalah yang akan timbul sebagai dampak darimasuknya ritel semacam Alfamart, Indomart dan lain-lain ke desa-desa terhadap warung-warung kecil yangdikelola oleh penduduk setempat. 4) Karenamemerlukan berbagai pendekatan, maka peserta didikdituntut untuk bisa bekerja secara kelompok. Kelompokdi sini biasanya berupa kelompok kecil yangberanggotakan sekitar 4 atau 5 orang. 5) Pembelajaranberpusat pada peserta didik/diklat (student-centeredlearning). Karena fokus utama terpecahkannya masalah,maka peserta didik dituntut untuk berperan aktif dalamkegiatan pembelajaran. Tercapai tidaknya tujuanpembelajaran lebih banyak tergantung pada pesertadidik. Dalam PBL Guru (instruktur) lebih banyakberperan sebagai fasilitator dan evaluator. Bahkan dalammerumuskan masalah yang akan dipecahkan dalamkegiatan pembelajaran, peserta didik juga dibolehkanuntuk ikut berperan aktif.6) Peserta didik dituntut untuk mampu menyajikanataupun mendemonstrasikan hal-hal yang telah merekaperoleh dari kegiatan pembelajaran di hadapan oranglain terutama kepada guru dan teman-temannya sesamapeserta didik.

Demikian beberapa ciri utama yang ada padakegiatan pembelajaran yang berbasis masalah (PBL).

Pentingnya Pembelajaran Berbasis Masalah(PBL).Ada beberapa faktor yang menyebabkan pentingnyaPBL, antara lain yang berhubungan dengandicanangkannya pembelajaran yang bersifatkontekstual, PAKEM dan kegiatan pembelajaranmenekankan pemanfaatan aneka sumber.Pembelajaran KontekstualPembelajaran yang bersifat kontekstual dikenaldengan istilah constextual learning. Dalam sistem ini

dianjurkan agar pembelajaran yang dilaksanakan disekolah tidak terlepas dari konteks kenyataan yangterjadi dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapipeserta didik di masyarakat. Kenyataan itu misalnyaadanya saling keterkaitan antara satu faktor denganfaktor lain, antara satu disiplin ilmu dengan ilmu lain,teori-teori yang ditemukan dalam disiplin yang diapelajari belum tentu sesuai dengan kenyataan yangterjadi di masyarakat dan sebagainya. Dalamwww.sekolahdasar.net/2011/12/karakteristik-pembelajaran-kontekstual disebutkan bahwakarakteristik pembelajaran kontekstual antara lain: (a)siswa aktif dalam belajar baik secara kelompokmaupun individu, (b) siswa membuat hubungan didalam sekolah dengan di dalam kehidupan nyata, (c)siswa belajar dan melakukan pekerjaan sesuaidengan tujuan yang ingin dicapai, (d) siswa diharapkanmampu bekerja sama dalam pembelajaran kelompokmaupun dalam pembelajaran di kelas ……” Dari ciri-ciri tersebut semuanya dapat dicapai melaluipembelajaran yang berbasis masalah (PBL).

PAKEMSelain kontekstual, pembelajaran hendaknya bersifatPAKEM. Pakem menganjurkan bahwa dalamkegiatan pembelajaran hendaknya berlangsung aktif-kreatif-effektif dan menyenangkan. Aktif artinya guruhendaknya bisa menciptakan kondisi sekaligusmemotivasi siswa agar mereka aktif dalam dalammelaksanakan kegiatan pembelajaran. Aktif bertanya,aktif berdiskusi, aktif mengumpulkan informasi danaktif memecahkan masalah. Kreatif artinya pendidikdituntut untuk mampu membuat inovasi-inovasi barudalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yangbisa menginspirasi peserta didik untuk melakukanpengembangan lebih lanjut. Effektif artinya bagaimanatujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baiksesuai dengan target yang diinginkan. Kesemuanyaitu hendaknya dapat terlaksana dalam suasana yangmenyenangkan.

Tuntutan PAKEM, terutama mengenai pesertadidik yang harus aktif dalam melaksanakan kegiatanpembelajaran, juga menjadi tuntutan utama dalamPBL. Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwadalam PBL kegiatan pembelajaran berfokus siswa

Page 118: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

359

(pendidik hanya sebagai fasilitator) dan jugaterpecahkannya masalah yang dihadapi, melaluikedua hal tersebut diharapkan kegiatan pembelajaranakan berlangsung effektif. Karena siswa diberikankebebasan untuk berkreasi, maka diharapkan siswaakan lebih menjadi kreatif. Karena diberikankebebasan untuk berkreasi, tentunya siswa akanmerasakan kegiatan pembelajaran menjadi lebihmenyenangkan.

Pemanfaatan Aneka Sumber BelajarSecara umum dapat dikatakan bahwa kegiatanpembelajaran sulit untuk bisa terlaksana secara efektifdan efisien jika tidak memanfaatkan aneka sumberbelajar, terutama sumber belajar yang berbasisteknologi informasi dan komunikasi (TIK). Oleh karenaitu pemanfaatan aneka sumber belajar merupakan halyang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dengan demikiania menjadi salah faktor penyebab pentingnya PBL,Karena dalam mencari berbagai alternatif untukmemecahkan masalah yang dihadapi mutlakdiperlukan aneka sumber.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalamMenerapkan PBLSebagaimana telah disampaikan pada uraiansebelumnya, bahwa masalah menjadi fokus utama(starting point) dalam kegiatan pembelajaran yangberbasis masalah. Masalah tersebut akan dicarikanpemecahannya oleh peserta didik selamaberlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dalammencari cara pemecahan masalah, peserta didiklahyang paling dominan mengambil peran, sementarapendidik lebih berperan sebagai fasilitator, sebagaipemandu, memberikan pertanyaan-pertanyaan ataumelakukan dialog dan membantu peserta didik agarmenyadari akan peran utama mereka selama prosespembelajaran. Oleh karena itu, ada beberapa faktoryang harus diperhatikan pendidik jika ia inginmenerapkan PBL dalam kegiatan pembelajaran.Faktor-faktor tersebut antara lain:

MasalahMasalah di sini berkaitan dengan: keautentikan,kejelasan, kemudahan untuk dipahami, keluasan dan

manfaat (www.slideshare.net/shintiaminandar/2012).(a) Autentik: Masalah yang diangkat hendaknyamasalah nyata yang dihadapi peserta didik dalamkehidupan sehari-hari, misalnya kalau materi yangdiajarkan masalah IPS-Sosiologi bisa mengangkatmasalah penanggulangan narkoba, perkelahian antarwarga, mudahnya terjadi amuk massa dan lain-lain.Jadi sekali lagi masalah yang dirumuskan hendaknyamasalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, bukan masalah keilmuan. Karena masalahmenjadi titik awal dalam PBL, maka masalah menjadisalah satu faktor yang harus diperhatikan olehpendidik dalam menyelenggarakan kegiatan PBL. (b)Jelas: Masalah hendaknya dirumuskan secara jelas,jangan sampai menimbulkan penafsiran ganda ataumenimbulkan masalah baru bagi peserta didik sendiri.(c) Mudah dipahami: Masalah harus mudah dipahamioleh peserta didik. Oleh karena itu perumusanmasalah harus disesuaikan dengan tingkatkemampuan peserta didik dalam memahami suatumasalah. (d) Luas: Tingkat keluasan atau cakupanmasalah tentu harus dsesuaikan dengan tujuanpembelajaran. (e) Bermanfaat: Masalah akandipecahkan hendaknya masalah bermanfaat dalamkehidupan sehari-hari, misalnya pentingnya menjagakesehatan, bahaya narkoba, santun dalam pergaulandan lain-lain.

Kemampuan awal peserta didikKarena peserta didik yang akan mengambil peran aktifdalam memecahkan masalah. Oleh karena itu,pendidik harus tahu betul kemampuan awal yangdimiliki peserta didik. Sebagai contoh untuk dapatmemecahkan masalah perkalian dan pembagian,maka peserta didik harus sudah memiliki kemampuandalam bidang perkalian dan pembagian. Mereka tentuakan mengalami kesulitan mengatasi masalahperkalian dan pembagian jika tingkat kemampuannyabaru pada tingkat penambahan dan pengurangan.

Daya kreativitas peserta didikDalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP)khususnya tentang standar isi yang dikutip oleh http://contohmakalah.blogspot.com/2012/04/penerapan-model-pembelajaran dikatakan bahwa peserta didik

Waldopo: Pembelajaran Berbasis Masalah, Sebuah Strategi Pembelajaran untuk Menyiapkan Kemandirian Peserta Didik

Page 119: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

360

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

dituntut agar dapat kreatif dan mampumengembangkan kemampuan berfikir kritis dalammenghadapi pelajaran dan juga dalam menghadapimasalah-masalah yang sedang terjadi saat ini. Olehkarena itu, tingkat kreativitas peserta didik perluditingkatkan, karena tanpa adanya kreativitas daripeserta didik itu sendiri sulit rasanya tujuanpembelajaran dapat tercapai dengan effektif daneffisien. Oleh karena itu kepada peserta didik harusditanamkan tentang konsep yang harus merekapelajari dan wawasan untuk melakukan cara-carapemecahan masalah sesuai kaidah ilmiah.

Keberanian peserta didik untuk bertanya danmenjawab pertanyaanKarena peserta didik yang berperan aktif dalamkegiatan pembelajaran maka keberanian peserta didikuntuk bertanya dan menjawab pertanyaan menjadisalah satu faktor yang harus diperhatikan.Keeberanian bertanya sangat diperlukan untukmengumpulkan berbagai informasi yang dibutuhkandalam mencari solusi atas masalah yang harusdipecahkan. Di lain pihak karena mereka juga dituntutuntuk mampu menyajikan hasil temuannya di hadapanorang lain, maka mereka juga harus memilikikeberanian dan kemampuan untuk menjawabberbagai pertanyaan.

Daya dukung sekolahPelaksanaan PBL akan bisa berlangsung effektif bilapihak sekolah memiliki berbagai hal atau daya dukung.Daya dukung yang harus dimiliki sekolah terutamayang berkaitan dengan sumber belajar sepertiperpustakaan, fasilitas internet untuk searching,browsing, maupun dowloading berbagai informasiyang dibutuhkan, laboratorium untuk kepentinganpraktikum, ruang-ruang kelas yang kondusif untukdiskusi dan lain-lain.

Kebijakan Pimpinan Sekolah/LembagaSebagus apapun sebuah strtaegi pembelajaran akansulit diterapkan oleh pendidik bila tidak didukung olehpihak kepala sekolah (pimpinan lembaga). Olehkarena itu, untuk bisa menerapkan PBL dengan baikperlu adanya dukungan dari pihak pimpinan. Pimpinan

di sini meliputi Kepala Sekolah, Pengawas, Dinaspendidikan setempat dan juga komite sekolah.

Strategi Dalam Menerapkan KegiatanPembelajaran Berbasis Masalah (PBL)Penulis ingin tekankan sekali lagi bahwa, karenamasalah merupakan fokus utama dalam PBL, makamasalah yang akan diangkat hendaknya masalah riilyang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Masalahperlu dirumuskan pada langkah awal karena ia yangakan dijadikan umpan bagi peserta didik dalammelaksanakan kegiatan pembelajaran. Denganadanya masalah yang harus dipecahkan diharapkanpeserta didik terdorong untuk melaksanakan kegiatanpembelajaran secara aktif, kreatif dan kritis. Karenahanya dengan cara tersebut; pencarian solusi untukmemecahkan masalah dapat tercapai.

Berdasarkan uraian-uraian yang telahdikemukakan sebelumnya, maka untuk menerapkanPBL diperlukan strategi atau langkah-langkah sebagaiberikut: (a) Merumuskan masalah yang akandiselesaikan oleh peserta didik. (b) Menjelaskanmasalah kepada peserta didik. (c) Pelaksanaankegiatan pembelajaran (pemecahan masalah). (d)Menyajikan hasil, dan (e) Mengevaluasi kegiatanpembelajaran, uraiannya selengkapnya sebagaiberikut.

Merumuskan masalahMerumuskan masalah merupakan langkah pertamayang harus dilakukan. Masalah di sini adalah masalahriil yang dihadapi peserta didik dalam kehidupansehari-hari, bukan masalah keilmuan. Selain itumasalah yang dipilih hendaknya masalah yangbermanfaat bagi peserta didik, kemudian masalahdirumuskan secara jelas agar mudah dipahami.Pendidik bisa saja merumuskan sendiri masalahnya,tetapi pendidik juga dibolehkan melibatkan pesertadidik dalam merumuskannya. Sehingga masalah bisaberasal dari pendidik, bisa berasal dari peserta didikdan bisa juga berasal keduanya.

Menjelaskan masalahPada langkah ini pendidik memberikan penjelasankepada peserta didik tentang masalah yang harus

Page 120: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

361

mereka pecahkan tertmasuk di dalamnya tujuanpembelajaran yang ingin dicapai, strategi untukmencapai tujuan (memecahkan masalah), ruanglingkup konsep/materi yang harus mereka pelajariuntuk bisa memecahkan masalah, serta sumber-sumber belajar yang bisa diakses untuk memperolehinformasi yang diperlukan sebagai bahan untukmemecahkan masalah. Contoh masalah untukpelajaran IPS-Ekonomi: “Bagaimana meningkatkandaya tahan warung-warung sembako yang umumnyadikelola oleh penduduk setempat terhadap gempuranmasuknya ritel semacam Alfamart, Indomart dansemacamnya agar mereka tetap bisa bersaing. Untukpelajaran Kesehatan misalnya: Bagaimanameningkatkan daya tahan mental dan fisik anak-anakmuda agar tidak terpengaruh oleh penyalah gunaannarkoba, dan seterusnya.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaranSeperti telah disampaikan pada uraian sebelumnya,bahwa selama pelaksanakan kegiatan pembelajaranpeserta didiklah yang harus berperan aktif. Sedangkanpendidik lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator.

Dalam fase ini, pendidik hendaknya membimbingsekaligus memfasilitasi peserta didik untukmengumpulkan berbagai informasi/bahan-bahan yangdiperlukan. Bahan-bahan tersebut bisa diperoleh darimembaca buku/literatur, bertanya kepada pakar ataumelalui browsing- searching-downlouding di duniamaya (internet), berdiskusi, dan lain-lain.

Berdasarkan bahan-bahan yang telah terkumpul,peserta didik diminta untuk merumuskan hipotesis.Jika dalam perumusan hipotesis maupunpengumpulan bahan diperlukan adanya diskusi, makapendidik berkewajiban untuk menfasilitasinyamisalnya dengan membentuk kelompok diskusi,membimbing terjadinya pertukaran pendapat,menciptakan lingkungan kelas yang kondusif untukberdiskusi dan sebagainya.

Hipotesis yang telah dirumuskan perlu dibuktikan.Pembuktian hipotesis juga dilakukan oleh pesertadidik. Untuk membuktian hipotesis ini peserta didikbisa melakukan penyelidikan di laboratorium,penelitian di masyarakat, dan melalui expert judge-ment (pembuktian melalui penilaian dari beberapa

pakar yang ahli di bidangnya). Dari pembuktianhipotesis, maka peserta didik memperoleh sebuahkesimpulan yang bisa dipertanggung jawabkan secarailmiah. Kesimpulan ini berupa jalan keluar atau caramemecahkan masalah yang harus ditemukan olehpeserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Menyajikan hasilDisamping dituntut aktif dalam menemukan jalan

keluar/jawaban atas masalah yang dihadapi, pesertadidik juga dituntut untuk mampu menyajikan/mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannyakepada orang lain. Orang lain di sini terutama Gurudan teman-temannya.

Nyatalah di sini bahwa melalui PBL secara tidaklangsung peserta didik dididik untuk menjadi orangyang mampu mengkomunikasikan hasil pemikiranmaupun temuan-temuannya kepada orang lain,sekaligus juga dididik untuk menjadi dewasa.Mengapa? Karena mereka harus mempertanggungjawabkan hasil temuannya di hadapan guru danteman-temannya. Hal-hal yang perlu dilaporkan dalampada tahap ini meliputi: a) Pertanyaan-pertanyaanatau masalah yang akan dijawab/dicarikan jalankeluarnya. b) melalui kegiatan pembelajaran. c)Proses pengumpulan bahan/informasi untukmenjawab masalah. d) Jenis-jenis informasi yangberhasil dikumpulkan. e) Perumusan hipotesisberdasarkan bahan-bahan/informasi yang telahdikumpul-kan. f) Proses pembuktian hipotesis. g)Kesimpulan yang akan digunakan untuk mengatasi/menjawab masalah.

Mengevaluasi kegiatan pembelajaranPada langkah ini, pendidik berkewajiban untukmemberikan penilaian/evaluasi atas kegiatanpembelajaran yang telah dilakukan. Yang dievaluasidi sini bukan hanya hasil pembelajarannya, tetapi jugaprosesnya. Langkah demi langkah yang telahdilakukan peserta didik dievaluasi. Mulai dariperumusan masalah (jika masalah berasal daripeserta didik) hingga penyajian hasil. Jika ada hal-hal yang dianggap kurang tepat Anda berkewajibanmemberikan masukan mengenai hal tersebut, tetapijika peserta didik telah melaksanakan hal yang tepat,

Waldopo: Pembelajaran Berbasis Masalah, Sebuah Strategi Pembelajaran untuk Menyiapkan Kemandirian Peserta Didik

Page 121: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

362

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Pustaka AcuanBoud David and Feletti, I Grahame (Editor), 1997 “The Challenge of Problem-Based Learning”, 2nd Edition, Kogan Page Limited, London.Departemen Pendidikan Nasional, (UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional), Jakarta

Anda janganlah pelit untuk memberikan apresiasimeskipun hanya sekedar pujian.

Simpulan dan SaranSimpulanPBL merupakan sebuah strategi pembelajaran yangdianggap cukup effektif dan effisien untuk melatih danmempersiapkan peserta didik dalam mengatasimasalah-masalah riil yang terjadi dalam kehidupansehari-hari.

Karena melatih peserta didik untuk memecahkanmasalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari,maka PBL merupakan strategi pembelajaran yangdianggap cocok untuk menyiapkan peserta didiksebagai generasi yang akan melanjutkan estafetkepemimpinan pada tahun 2045.

Masalah yang diangkat dalam PBL adalahmasalah masalah riil yang terjadi dalam kehidupansehari-hari, untuk dicarikan jalan keluarnya melaluikegiatan pembelajaran. Selain itu masalah yangdiangkat adalah masalah yang bermanfaat sertadirumuskan secara jelas sehingga mudah dipahamioleh peserta didik.

Melalui PBL secara tidak langsung peserta didikakan terdorong untuk belajar secara aktif, kreatif danmemanfaatkan berbagai sumber belajar.

Dalam PBL kegiatan pembelajaran berfokus padapeserta didik. Peserta didik yang lebih banyakmengambil peran, sedangkan Pendidik lebih banyakberperan sebagai fasilitator, motivator dan evaluator.

Penerapan PBL akan dapat berjalan secaramaksimal jika didukung oleh pendidik yang memilikikompetensi dalam menerapkan PBL, sumber belajaryang memadahi, ruang belajar yang kondusif sertakebijakan pimpinan sekolah/lembaga yangmendukung.

SaranBerdasarkan simpulan seperti yang telah dikemukakan,penulis ingin menyampaikan beberapa saran sebagaiberikut:

Karena PBL merupakan strategi pembelajaranyang dianggap cocok untuk menyiapkan peserta didiksebagai generasi yang akan melanjutkan estafetkepemimpinan bangsa Indonesia pada tahun 2045,maka Pemerintah dalam hal ini KementerianPendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), perlumencanangkan penerapan PBL dalam kegiatanpembelajaran di sekolah-sekolah, minimal dimulai dariSLTP.

Agar penerapan PBL dapat berjalan sebagaimanayang diharapkan, maka Kementerian Pendidikan danKebudayaan perlu menjalin kerjasama denganberbagai pihak untuk memberikan pelatihan kepadapara Guru di seluruh Indonesia tentang PenerapanPBL dalam Kegiatan Pembelajaran.

Keberhasilan PBL memerlukan dukungan darisegenap pimpinan lembaga pendidikan baik di tingkatpusat maupun di daerah. Oleh karena itu, Kemdikbud,Dinas Pendidikan Propinsi, Dinas PendidikanKabupaten/ Kota, maupun Kepala Sekolah perlumemberikan dukungan positif terhadap penerapanPBL dalam kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah.Dukungan tersebut baik yang berupa kebijakan, SDM,pengadaan sumber belajar, pengadaan sarnan/prasarana, infrastruktur yang berbasis TIK maupundana operasional lainnya.

PUSTEKKOM selaku lembaga yang memiliki tusidalam bidang pengembangan dan pengelolaan TIKuntuk pendidikan perlu juga memberikan dukungan.Dukungan tersebut misalnya dalam bentuksumbangan bahan belajar yang berbasis TIK, ikutserta memberikan pelatihan kepada para guru dalampenerapan PBL dengan memanfaatkan, membuat filmtentang contoh kegiatan pembelajaran yangmenerapkan PBL dan lain-lain.

Page 122: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

363

*******

Waldopo: Pembelajaran Berbasis Masalah, Sebuah Strategi Pembelajaran untuk Menyiapkan Kemandirian Peserta Didik

Harian Umum Republika, “Tiga Kelompok Pendidikan Karakter”, Jum’at 20 Mei 2011, hlm 25 kol 1-5)._______________, “HARDIKNAS 2011: Mencanangkan Gerakan Pendidikan Karakter”, Jum’at tanggal 20 Mei 2011, hlm 25 kol. 1-6.Hamad, Ibnu. Juru Bicara Kementerian Pendidikan Nasional (Ibnu Hammad) dalam acara talk show di Metro TV bersama Tanri Abeng pada hari Rabu 4 Mei 2011jam 20.00 s/d 20.30Jalal, Fasli. Paparan Tentang Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa,Materi yang disajikan pada acara Rembuk Nasional Kementerian Pendidikan Nasional

tanggal 15 -18 Maret 2011 di Sawangan DepokMenteri Pendidikan Nasional, Sambutan Menteri Pendidikan Nasional Pada Upacara Hari Pendidikan Nasional, Senin 2 Mei 2011 di Jakarta.Nasution S, Prof. Dr. M.A., 1995 “Didaktik Asas-Asas Mengajar”, Jakarta. Bumi Aksara.Pusat Bahasa.Departemen Pendidikan Nasional.2008.Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta.Waldopo, 2005. “Membangkitkan Kemauan Siswa Bertanya dan Menjawab Pertanyaan” (makalah), Jakarta. PUSTEKKOM-KEMDIKNAS.Website (http://id.edukasiana.com /2/p=266) diunduh 2 Juni 2012Website (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/20/pembelajaran-berdasarkan- masalah)

diunduh 2 Juni 2012Website (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/20/pembelajaran-inkuiri)diunduh 2 Juni 2012Website (www.sekolahdasar.net/2011/08/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html) diunduh 2 Juni 2012Website (http://id.wikipedia.org/wiki/masalah) diunduh 2 Juni 2012Website (http://id.wikipedia.org/wiki/pembelajaran) diunduh 2 Juni 2012Website (http://www.sarjanaku.com/2011/03/pembelajaran-berbasis-masalah.html) diunduh 2 Juni 2012Website (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf) diunduh 2 Juni 2012Website (http://contohmakalahs.blogspot.com/2012/04/penerapan-model-pembelajaran -berbasis-masalah.

html) diunduh 2 Juni 2012Website (http://www.sekolahdasar.net/2011/08/model-pembelajaran-berbasis-masalah.html)

diunduh 2 Juni 2012Website (www.sliseshare.net/shintiaminandar/model-pembelajaran-berbasis-masalah)

diunduh 2 Juni 2012Website (www.undiksha.ac.id/images/img_item/641.doc) diunduh 2 Juni 2012Webster’s Dictionary of The American Language .

Page 123: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

364

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

DIGITALISASI BUKU SEKOLAH(Sebagai Solusi Alternatif Permasalahan Pengadaan Buku Sekolah)

DIGITIZING SCHOOL BOOKS(Procurement Issues Alternative Solutions for School Books)

Ika KurniawatiPustekkom Kemdikbud

Jl. RE. Martadinata, Ciputat-Tangerang Selatan, Banten([email protected])

Abstrak: Berbagai permasalahan terkait perbukuan nasional, mulai dari sering bergantinya buku pelajarandi sekolah, mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertas yang mahal, maraknya penjualanbuku di sekolah yang menimbulkan berbagai kontroversi setidaknya beban biaya sekolah yang harusditanggung orang tua menjadi cukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaan di sekolahmenyebabkan pemerintah mengambil terobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah. Digitalisasibuku sekolah terkait juga dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memungkinkanpublikasi berbagai informasi dalam bentuk elektronik tidak hanya cetak. Tujuan penulis membahastema ini agar dapat memecahkan permasalahan bagi semua pihak baik itu pemerintah, masyarakatsebagai pengguna, serta pihak yang terlibat dalam industri perbukuan yang banyak mengalami dampakterkait digitalisasi buku khususnya buku sekolah seperti BSE. Terobosan pemerintah mendigitalkanbuku sekolah melalui program BSE ternyata dapat menjadi alternatif solusi dalam memecahkanpermasalahan buku pelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil pembahasan, BSE akan efisien kalaudicetak secara kolektif bukan pribadi. Implementasi program ini akan efisien dan efektif apabila didukungoleh berbagai pihak. Selain dukungan pemerintah, perlu ada dukungan dari masyarakat baik itu sebagaipengguna maupun masyarakat sebagai penyedia layanan pencetakan buku.

Kata Kunci: Digitalisasi, Buku Sekolah Elektronik

Abstract: National of Books related issues, ranging from frequent alternation in school textbooks, the highprice of the book as a result of the expensive raw material for paper, the rampant sale of books at school thatraises various controversies at least the burden of school fees to be borne by the parents to be quite large,and limited library services in schools led to the government taking a new breakthrough digitize textbooks.Digitizing textbooks also related to the advancement of information and communication technologies thatallow the publication of information in electronic form not just print. Purpose of the author discusses thistheme in order to solve the problem for all stakeholders, the government, society as a user, as well as thoseinvolved in the industry a lot of Books that have been affected by digitizing books specifically related toschool books as BSE. Breakthrough government schools through a program to digitize books of BSE wasfound to be an alternative solution to solve problems in school textbooks. Based on the discussion, BSE willbe printed collectively efficient if not personal. Implementation of this program will be efficient and effective ifit is supported by various parties. In addition to government support, there needs to be support from thecommunity either as users or the public as a provider of printing services.

Keywords: Digitization, Electronic School Book

Diterima tanggal: 15/08/2012, Dikembalikan untuk direvisi tanggal:23/08/2012; Disetujui tanggal: 03/09/2012

Page 124: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

365

No. Jenis Buku Jumlah

1. Buku Sekolah 65%

2. Buku Perguruan Tinggi 15%

3. Buku Agama 15%

4. Buku lainnya 5%

Tabel 1Persentase jenis buku yang diterbitkan

PendahuluanTidak dapat dipungkiri lagi bahwa buku merupakansalah satu kebutuhan pokok bagi mereka yangbersekolah, bahkan di beberapa sekolah buku masihdijadikan satu-satunya sumber belajar disamping gurutentunya. Tidak salah kiranya ungkapan buku adalahjendela dunia. Dengan banyak membaca buku,seseorang seolah-olah telah menggemgam dunia.Banyak ilmu dan pengetahuan yang dapat diserapmelalui membaca buku.

Begitu pentingnya arti buku di sekolah sehinggabanyak penerbit yang menerbitkan buku untukkepentingan sekolah. Kalau dilihat persentase bukuyang diterbitkan oleh penerbit berdasarkan dokumendari Kongres Perbukuan tahun 1995, adalah sebagaiberikut:

kepada pihak sekolah asal sekolah yang bersangkutanmenggunakan buku tersebut. Untuk tahun berikutnyaseiring pergantian tahun pelajaran sekolah tersebutakan didatangi kembali oleh tenaga marketing bolehjadi dari penerbit yang berbeda yang menawarkankomisi yang lebih tinggi daripada tenaga marketingsebelumnya.

Hal inilah yang menjadi penyebab seringbergantinya buku pelajaran yang digunakan olehsekolah. Buku sekolah tidak lagi dapat dimanfaatkanturun temurun mulai dari kakak sampai adik. Padahalkalau diteliti buku yang diterbitkan oleh penerbit yangsama setiap tahun secara isi tidak banyak mengalamiperubahan, paling-paling hanya ada sedikit perubahanhalaman. Permasalahan yang muncul guru terkadangdalam mengajar hanya mengacu pada satu buku,bahkan dalam memberikan tes/ulangan benar-benardiambil dari satu buku dimana siswa terkadang tidakboleh salah titik komanya. Dengan kondisi seperti ini,pasti peserta didik hanya akan menggunakan bukuyang digunakan oleh gurunya.

Sering bergantinya buku menyebabkan beberapaorang tua merasa terbebani dengan biaya buku tiaptahunnya. Apakah memang peserta didik harusmembeli buku pelajaran baru tiap tahunnya? Lalu,dimana peran perpustakaan? Kalau pemanfaatanbuku sekolah tidak harus berganti tiap tahunnya,peserta didik dapat meminjam buku sekolah kepadasaudaranya (kakak) yang telah naik kelas atau lulus,bisa meminjam kepada tetangga, atau bahkan keperpustakaan.

Banyaknya penerbit yang menerbitkan bukukhususnya buku sekolah waktu itu dipengaruhi olehkebijakan pemerintah dimana pada era tahun 1990-an pemerintah menyerahkan pola pengelolaan bukukepada mekanisme pasar yang mendorong adanyakompetisi yang adil bagi para penerbit. Kebijakanpemerintah terkait perbukuan dapat dilihat pada tabelberikut:

Dari komposisi tersebut nampak bahwa buku yangbanyak diterbitkan adalah buku sekolah. Komposisiini tidak banyak berubah sampai dengan tahun 2003(Pusbuk, 2010).

Dengan banyaknya buku sekolah yang diterbitkan,maka banyak bermunculan pihak marketing dari parapenerbit yang membantu penjualan buku tersebut.Para penerbit tidak hanya mengandalkan toko buku,bahkan beberapa tenaga marketing mereka langsungmendatangi sekolah. Beberapa tenaga marketingtersebut ada yang menjanjikan dan memberikan komisi

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

Page 125: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

366

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

buku agar dapat dibagikan secara gratis kepadapeserta didik. Namun strategi ini kurang berjalan opti-mal karena terjadi krisis terkait naiknya harga minyakdunia (Setiawan, 2008:12).

Selanjutnya pemerintah mengeluarkanPermendiknas Nomor 2 dan Nomor 12 Tahun 2008tentang buku. Melalui Permendiknas ini Depdiknasmembeli hak cipta dari penulis dan distribusinyaberdasarkan ketentuan yang ditetapkan olehDepdiknas. Ada salah seorang penulis buku PPKnuntuk SD kelas IV menyatakan bahwa buku yang iatulis dihargai sebesar Rp. 100.000.000,- belumtermasuk potong pajak.

Buku-buku yang telah dibeli hak ciptanya olehDepdiknas ini dapat digandakan, dialih mediakanbahkan diperdagangkan baik secara perseoranganatau kelompok dengan harga yang telah ditentukanbatas maksimalnya oleh Depdiknas. Agar masyarakatluas memiliki akses terhadap buku ini, pemerintahmenelorkan program BSE (Buku Sekolah Elektronik).BSE merupakan upaya pemerintah untukmendigitalkan buku sekolah agar dapat menjangkauseluruh masyarakat dengan harga yang relatif murah.Kebijakan pemerintah ini ternyata memicu kontroversiantara lain: 1) Karena BSE menggunakan aksesinternet, masih banyak masyarakat yang tidak dapatmendownloadnya dengan berbagai alasan diantaranyakapasitas bandwidth yang belum memadai. Kalaupunbisa mendownload, prosesnya lama. 2) Prosespencetakan buku dari hasil download ini apabiladilakukan secara individu biaya yang dikeluarkan

Dengan dihapuskannya peran Balai Pustaka,dimana tata niaga buku diserahkan sepenuhnya padamekanisme pasar menyebabkan sering bergantinyabuku dengan harga yang relatif mahal. Hal ini jelasberdampak pada beban biaya sekolah yang harusditanggung oleh orang tua. Beban orang tua sangatterasa pada setiap tahun ajaran baru. Sebagai contohsatu kasus yang dialami orang tua murid di kawasanCiputat-Pamulang. Untuk memasukkan anak merekapada sekolah jenjang SD saja dia harus mengeluarkanbiaya buku sebesar antara Rp. 400.000,- s.d Rp.600.000,- belum lagi beban biaya lainnya di luar buku.Beberapa permasalahan lain yang muncul terkaitkebijakan pemerintah tersebut antara lain: 1) Umurbuku pelajaran yang relatif tidak berumur panjang,rata-rata hanya berumur setahun, tergantikan denganedisi yang terbaru walaupun secara isi tidak banyakperbedaan; 2) Maraknya jual beli buku di sekolah,bahkan terkesan sekolah banyak mengambil untung;3) Semakin mahalnya harga buku karena harga kertasyang mengalami kenaikan. Belum lagi kita dihadapkannantinya bahan baku kertas akan semakin langka.Berkenaan dengan permasalahan tersebut,pemerintah mengeluarkan Permen No. 11 tahun 2005tentang larangan praktek jual beli buku di sekolahsekaligus menetapkan buku berstandarisasi nasionalyang diatur oleh PP No. 19/2005 pasal 43. Masaberlaku buku ditetapkan selama 5 tahun.

Untuk mendukung peraturan ini, strategi yangditempuh oleh pemerintah antara lain mengeluarkankebijakan BOS yang dapat digunakan untuk pembelian

<1990 Ditentukan PN.Balai PustakaPemerintah

1993-1999 Depdiknas Penerbit yang lolos Seleksi

1999-2005 Pusbuk Penerbit yang bukunya dinilai layak

2005 > BSNP Penerbit yang bukunya dinilai layak

Tabel 2Kebijakan Pengelolaan Buku

Periode Pengelolaan Dasar HukumPenggandaan/DistribusiIsi Buku

PP 19/2005Permendiknas No 02/2008Permendiknas No 12/2008

Page 126: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

367

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

jatuhnya lebih mahal. 3) Pengaruhnya ternyata sangatdirasakan oleh industri perbukuan, karena banyakpenerbit merumahkan bagian marketing untuk bukusekolah. Terhitung hingga bulan Mei 2009 ada sekitar7000-an karyawan yang dirumahkan alias di PHK (BinaMahardika.com;2011).

Langkah pemerintah ini dengan mendigitalkan bukusekolah melalui program BSE dapat dibilang maju,apalagi di era teknologi digital serta semakin mahalnyabahan baku kertas. Beberapa hal yang perludiperhatikan barangkali, yaitu:

Apakah terobosan dari pemerintah ini benar-benarmenjadi alternatif solusi dalam memecahkanpermasalahan buku pelajaran di sekolah? Mengingatimplementasi di lapangan juga banyak mengalamikendala. Bagaimana seharusnya program inidiimplementasikan agar efisien dan efektif.Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskanpermasalahan sebagai berikut: 1) Apakah terobosanpemerintah mendigitalkan buku sekolah melalui pro-gram BSE benar-benar menjadi alternatif solusi dalammemecahkan permasalahan buku pelajaran di sekolah?2) Bagaimana seharusnya program inidiimplementasikan agar efisien dan efektif? 3)Bagaimana upaya pemerintah mensukseskandigitalisasi buku sekolah melalui BSE? Apa saja yangharus disiapkan baik dari sisi kebijakan, SDM, konten,maupun sarana prasarana? Bagaimana dengan perandinas pendidikan kabupaten/kota? 4) Dari sisipengguna, apa saja yang harus mereka persiapkan?Bagaimana seharusnya mereka memanfaatkan BSE?5) Bagaimana kelangsungan industri perbukuan terkaitdigitalisasi buku sekolah yang kedepannya mungkinhal ini menjadi suatu keharusan seiring dengankemajuan teknologi informasi dan komunikasi?

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengangkattema digitalisasi buku sekolah sebagai salah satusolusi alternatif pengadaan buku sekolah. Tujuanpenulis membahas tema ini agar dapat memecahkanpermasalahan bagi semua pihak baik itu pemerintah,masyarakat sebagai pengguna, serta pihak yang terlibatdalam industri perbukuan yang banyak mengalamidampak terkait digitalisasi buku khususnya bukusekolah seperti BSE.

KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASANBuku Sekolah Sebagai Salah Satu SumberBelajarSeperti telah dinyatakan sebelumnya bahwa bukumerupakan salah satu kebutuhan pokok bagi merekayang bersekolah, bahkan di beberapa sekolah bukumasih dijadikan satu-satunya sumber belajar disampingguru tentunya. Berkenaan dengan buku yang digunakandi sekolah, pemerintah mengeluarkan kebijakan yangtertuang dalam Permendiknas Republik IndonesiaNomor 11 Tahun 2005 tentang buku teks pelajaran.

Dalam Permendiknas ini dinyatakan bahwa bukuteks pelajaran adalah buku acuan wajib untukdigunakan di sekolah yang memuat materipembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan danketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuanpenguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dankesehatan yang disusun berdasarkan standar nasionalpendidikan.

Buku teks pelajaran ini digunakan sebagai acuanwajib oleh guru dan peserta didik dalam prosespembelajaran. Selain buku teks pelajaran, guru dapatmenggunakan buku panduan pendidik dan dapatmenggunakan buku pengayaan, serta buku referensidalam proses pembelajaran. Untuk menambahpengetahuan dan wawasan peserta didik, guru dapatmenganjurkan peserta didik untuk membaca bukupengayaan dan buku referensi. Dengan demikianbuku yang digunakan di sekolah, meliputi: a) Bukuteks pelajaran seperti dijelaskan sebelumnya sebagaiacuan wajib. b) Buku panduan pendidik yang memuatprinsip, prosedur, deskripsi materi pokok, dan modelpembelajaran yang akan digunakan oleh pendidik. c)Buku pengayaan, yaitu buku yang memuat materi yangdapat memperkaya buku teks pendidikan dasar,menengah, dan perguruan tinggi d) Buku referensi,yaitu buku yang dapat digunakan untuk memperolehinformasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni.

Penggunaan buku teks pelajaran dalam satuanpendidikan dasar dan menengah mengacu padapermendiknas ini dipilih melalui rapat guru denganpertimbangan Komite Sekolah dari buku-buku tekspelajaran yang telah ditetapkan oleh Mendiknas. Bukuteks pelajaran yang akan digunakan tidak berasal dari

Page 127: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

368

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

satu penerbit. Bagaimana implementasi di lapangan?Apakah penentuan buku teks pelajaran yang akandigunakan telah melalui mekanisme seperti ini?

Sementara itu, terkait mata pelajaran muatan lokalbuku teks pelajaran yang digunakan ditetapkan olehGubernur atau Bupati/Walikota sesuai kewenanganmasing-masing dengan berpedoman pada standarbuku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri.

Guru dapat menganjurkan (berarti tidak memaksa)kepada peserta didik yang mampu untuk memiliki bukuteks pelajaran yang dapat dibeli oleh orang tua/walinyadi pasar bukan di sekolah yang selama ini terjadi padamasyarakat. Untuk membantu peserta didik yang tidakmampu memiliki akses ke buku teks pelajaran, satuanpendidikan wajib menyediakan paling sedikit 10(sepuluh) eksemplar buku teks pelajaran untuk setiapmata pelajaran pada setiap kelas agar dapat dijadikankoleksi perpustakaan.

Buku teks pelajaran selain diupayakan oleh orangtua/wali murid bagi yang mampu, pihak sekolah jugawajib menyediakan buku teks pelajaran tersebutsebagai koleksi perpustakaan dan membantu pesertadidik yang tidak mampu membeli buku teks pelajaran.

Standarisasi BSNP terkait Perbukuan NasionalSalah satu upaya pemerintah untuk menjaminketersediaan buku teks pelajaran yang bermutu sesuaipasal 43 ayat 5 Permendiknas Nomor 19 Tahun 2005tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan StandarNasional Pendidikan (BSNP) dan Pusat Perbukuantelah melakukan penilaian buku teks pelajaran padasatuan pendidikan sekolah dasar, sekolah menengahpertama, dan sekolah menengah atas. BerdasarkanPermendiknas ini, BSNP bersama Pusat Perbukuanbertugas melakukan penilaian terhadap kelayakanbuku teks pelajaran sebelum diterbitkan.

Sebagai tindak lanjut dari hasil pekerjaan yangdilakukan oleh BSNP dan Pusat Perbukuan, Depdiknaspada waktu itu mengeluarkan Permendiknas Nomor46 Tahun 2007 dan Nomor 12 Tahun 2008 tentangPenetapan Buku Teks Pelajaran yang memenuhi syaratkelayakan digunakan dalam proses pembelajaran disekolah.

Kelayakan buku teks pelajaran antara lain meliputikelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan penyajian,

dan kelayakan kegrafikaan. (Bahan Sosialisasi BSNP,Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran)a. Kelayakan isi• Buku teks pelajaran yang baik seharusnya berisi

materi yang mendukung tercapainya SK (standarkompetensi) dan KD (kompetensi dasar) dari matapelajaran tersebut.

• Kelayakan isi buku teks pelajaran dapat dinilai darikelengkapan materi, keluasan, dan kedalaman.

• Uraian materi yang ada di dalam buku secara implisitmemuat materi yang mendukung tercapainyaminimum SK-KD yang lengkap (nilai 4) denganketentuan sebagai berikut:• KD <= 20, KD tidak ada maksimum 1 KD• 21 ? KD ? 40, KD tidak ada maksimum 2 KD• 40 ? KD ? 60, KD tidak ada maksimum 3 KD• Dan jika tidak memenuhi ketentuan di atas nilai 1

• SK-KD tidak dituliskan secara eksplisit di dalambuku teks

• Kedalaman materi: uraian materi mendukungtercapainya minimum KD dan sesuai dengan tingkatpendidikan peserta didik.

• Keluasan materi: materi yang disajikanmencerminkan jabaran yang mendukungpencapaian semua Kompetensi Dasar (KD) dansesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik.

b. Kelayakan bahasa• Ditulis mengikuti kaidah Bahasa Indonesia dan

peristilahan yang benar dan jelas.• Sesuai dengan Tingkat Perkembangan dan Jenjang

Pendidikan Peserta Didik;• Komunikatif,• Runtut dan memiliki kesatuan Gagasanc. Kelayakan penyajianKelayakan penyajian, meliputi:• Organisasi penyajian umum,• Organisasi penyajian per bab,• Mempertimbangkan kebermaknaan dan

kebermanfaatan,• Melibatkan siswa secara aktif• Mengembangkan proses pembentukan

pengetahuan.Selain itu:• Variasi dalam cara penyampaian informasi,• Kemampuan meningkatkan kualitas pembelajaran,

Page 128: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

369

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

• Memperhatikan kode etik dan hak ciptad. Kelayakan kegrafikaan.

Berdasarkan kriteria kelayakan buku yangditetapkan BSNP, tentunya kita berharap buku-bukuteks pelajaran yang telah melalui penilaian BSNP danditetapkan sebagai buku teks pelajaran yang dapatdipergunakan dalam proses pembelajaran benar-benarlayak dimanfaatkan, sehinga sangat disayangkan kalaubuku-buku tersebut tidak dimanfaatkan.

Rasional Digitalisasi Buku SekolahDalam penyelenggaraan pendidikan formal dannonformal, buku menjadi sumber belajar utama disamping guru. Bahkan di daerah yang kebutuhan akanguru belum terpenuhi atau mutu guru belum sepertiyang diharapkan, buku pelajaran menjadi sumberutama dan terutama. Kelangkaan atau ketiadaan bukupelajaran sering menjadi alasan proses dan hasilbelajar-membelajarkan tidak memenuhi standar yangdiperlukan. Tidak jarang pula terjadi, rendahnyapartisipasi anak usia sekolah dan tingginya angkaputus sekolah karena ketidakmampuan orangtua/siswa membeli buku pelajaran. Untuk mengatasikelangkaan buku pelajaran, beberapa negara sepertiCina dan India membuat buku murah dalam jumlahbanyak sehingga kesempatan memperolehpendidikan semakin merata di negeri itu (BP. Sitepu,2011).

Berbagai permasalahan terkait perbukuan nasional,mulai dari sering bergantinya buku pelajaran di sekolah,mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertasyang mahal, maraknya penjualan buku di sekolah yangmenimbulkan berbagai kontroversi setidaknya bebanbiaya sekolah yang harus ditanggung orang tua menjadicukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaandi sekolah (tidak semua sekolah khususnya jenjangSD memiliki perpustakaan, meskipun ada buku yangtersedia terbatas) menyebabkan pemerintah mengambilterobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah.

Digitalisasi buku sekolah terkait juga dengankemajuan teknologi informasi dan komunikasi yangmemungkinkan publikasi berbagai informasi dalambentuk elektronik tidak hanya cetak. Penggunaanteknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam industribuku mempengaruhi tata penulisan naskah,penerbitan, pencetakan, pendistribusian, danperdagangan buku. Buku dalam tampilan elektronik (e-book) dapat terbit dan tersebar mendahului versicetaknya. Dengan berkembangnya penerbitan bukuelektronik ini definisi buku yang selama ini mengacupada hasil cetak perlu dikaji kembali agar mencakupdidalamnya juga buku elektronik.(BP. Sitepu, 2011).Dengan kemajuan TIK mengubah paradigmaperbukuan seperti tabel 3 berikut ini:

Tabel 3Perbandingan Paradigma Perbukuan

Hak Cipta Penulis/Penerbit Kemdikbud, Penerbit buku digitalPencetak Penerbit Buku Siapa sajaMedia Pengganda Mesin Cetak Offset Komputer + Printer/ Mesin Cetak DigitalSarana Distribusi Transportasi Darat, Laut dan Udara Intranet, internet globalKecepatan Distribusi 1 minggu - 1 bulan 1 jam - 1 hariHarga Eceran Relatif mahal Relatif terjangkauFleksibilitas Dicetak - jilid per buku Dicetak perbab, dibaca online

Indikator Kenvensional Digital (e-book)

Buku Sekolah Elektronik (BSE) Salah Satu BentukDigitalisasi BukuBuku Sekolah Elektronik (BSE) sebagai salah satubentuk digitalisasi buku sekolah yang ditempuh olehpemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahanbuku nasional seperti umur buku yang kebanyakan

hanya berlangsung 1 tahun, maraknya penjualan bukudi sekolah, serta relatif mahalnya harga buku.Tujuan utama BSE ini: a) menyediakan sumber belajaralternatif bagi siswa, b) merangsang siswa untukberpikir kreatif dengan bantuan teknologi informasi dankomunikasi, c) memberi peluang kebebasan untuk

Page 129: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

370

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

Tabel 4Rincian Buku Sekolah Elektronik

1. SD : 502 Penjasorkes, IPS, IPA, Seni Budaya dan Keterampilan, Bhs. Indonesia,Kewarganegaraan, Matematika

2. SMP : 238 TIK, Seni Rupa, Seni Teater, Tari, Musik, Penjasorkes, IPA,Bhs.Indonesia, Kewarganegaraan, IPS, Bahasa Inggris

3. SMA : 338 TIK, Seni Tari, Kimia, Fisika, Biologi, Bhs. Indonesia, Ekonomi,Sosiologi, Geografi, Sejarah

4. SMK : 222 Struktur Bangunan, Otomotif, Grafis, Pertanian, Teknik Mesin, Seni Rupa,Agribisnis, Matematika, Fisika, Kimia, Kelistrikan, Seni Budaya

5. 2 buku Bahasa

No Jenjang dan Jumlah Buku Mata Pelajaran/Topik

Total Jumlah Buku: 1331

Harga cetak buku ini diharapkan tidak melampaui Rp. 8.000,- perbuku.

menggandakan, mencetak, memfotocopy,mengalihmediakan, dan/atau memperdagangkanBSE tanpa prosedur perijinan, dan bebas biaya royaltisesuai dengan ketentuan yang diberlakukan Menteri.d) memberi peluang bisnis bagi siapa saja untukmenggandakan dan memperdagangkan denganproyeksi keuntungan 15% sesuai dengan ketentuanyang diberlakukan Menteri.

BSE merupakan salah satu reformasi di bidangperbukuan dimana pemerintah membeli hak ciptadari penulis dan distribusinya berdasarkan ketentuanyang telah ditetapkan. Regulasi dari BSE ini tertuangdalam Permendiknas Nomor 2 dan Nomor 12 Tahun2008.

Dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008antara lain pasal-pasalnya mengatur tentangketentuan umum buku teks, penulisan buku,penilaian buku teks, pemilihan buku teks di satuanpendidikan, penggunaan buku di satuan pendidikan,penggandaan, penerbitan, dan pendistribusian buku.Disamping itu diatur juga masa pakai dari buku tekstersebut. Intinya bahwa penjualan buku di sekolahtidak diperkenankan. Peserta didik diminta membelibuku teks langsung ke pengecer, bukan di sekolah.Justru sekolah diminta agar meminjamkan buku tekskepada peserta didik melalui perpustakaan sekolah

bagi peserta didik yang tidak mampu membeli buku.Terkait masa pakai buku teks dalam PermendiknasNomor 2 Tahun 2008 disebutkan bahwa masa pakaibuku teks sesingkat-singkatnya adalah 5 tahun,kecuali ada kasus-kasus tertentu seperti adanyaperubahan dalam standar isi atau standar kelulusan,peredaran buku tersebut dilarang oleh kejaksaankarena mungkin mengandung hal-hal negatif.Melalui Permendiknas Nomor 12 Tahun 2008,Depdiknas membeli hak cipta dari penulis dandistribusinya berdasarkan ketentuan yang ditetapkanoleh Depdiknas. Dalam permen ini juga dinyatakanbahwa buku teks yang hak ciptanya dibeli olehDepdiknas tersebut dapat digandakan baik oleh or-ang perseorangan, kelompok orang, atau badanhukum. Selanjutnya buku teks tersebut dimuat dalamwebsite Depdiknas yang dilaksanakan oleh PusatTeknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom)Depdiknas.

Konten BSE dapat didownload di websiteKemdikbud dengan alamat bse.kemdiknas.go.id.BSE dilaunching oleh Presiden Susilo BambangYudhoyono pada tanggal 20 Agustus 2008. Saat initelah tersedia total jumlah buku sebanyak 1331 bukudengan rincian sebagaimana tabel 4 berikut:

Sumber: bse.kemdikbud.go.id

Page 130: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

371

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

Kontroversi BSEImplementasi BSE di lapangan ternyata banyakberdampak pada penerbit. Seperti dijelaskan padabagian pendahuluan, banyak penerbit merumahkanbagian marketing khususnya untuk buku sekolah.Belum lagi keluhan dari pengguna yang merasakesulitan mendownload BSE. Proses pencetakanbuku dari hasil download apabila dilakukan secaraindividu biaya yang dikeluarkan jatuhnya lebihmahal.

Berikut sebagian keluhan dari pengguna seputarBSE yang berhasil penulis ambil dari milis. MenurutBapak Asep Suhendar ia mengalami kesulitansetiap mendonwload buku pelajaran MatematikaSMP setelah mengisikan identitas yang keluarcuma menu kembali. Ia sudah mencobanyabeberapa kali tetapi hasilnya tetap sama.

Komentar senada disampaikan oleh BapakPhilip Rekdale, hari pertama ia mencoba masuk kebse.depdiknas.go.id beberapa kali gagal. Ia mengirainternet atau server jadi lambat. Bapak Philipsepertinya kurang tertarik dengan sistem e-bookkarena khawat i r buku onl ine hanya akanmembesarkan jarak antara yang punya dan yangtidak punya.

Apa yang dialami Bapak Asep, Bapak Philip jugadialami oleh Bapak Yakoeb. Ia mengalami kejadianyang sama, sampai ia mencoba mengakses BSEdi warnet mungkin speedy di rumah lambat.Hasilnya tetap sama. Permasalahan yang munculterkait implementasi BSE bisa jadi karena padasaat itu web bse.kemdiknas.go.id masih dalamtahap pengembangan. Persyaratan minimum yangharus dimi l ik i o leh pengguna agar dapatmendownload file BSE antara lain: a) Browser: IE6, Mozilla Firefox 2.b) OS: Windows XP, Linux. c) Processor: PentiumIII, Celeron. d) Bandwidth: 56 Kbps, idealnya viaJardiknas. d) Aplikasi: Adobe Acrobat Reader 6,Flash Player termutakhir).

Sementara itu IKAPI (Ikatan Penerbit Indone-sia), seperti dikutip Kompas edisi 19 Mei 2009meminta pemerintah mengeluarkan aturan tentanglarangan menggandakan atau memperbanyak isimateri dari BSE atau e-book. Menurut Ketua Umum

IKAPI Pusat Setia Dharma Madjid pemerintahmeskipun sudah membeli copyright isi atau materiyang di tampi lkan dalam BSE di larangmenggandakan is inya karena termasukpembajakan buku. J ika pemerintahmemperbolehkan masyarakat memperbanyak isimateri pada BSE, maka akan berdampak terhadapmenurunnya kreativitas penulis, tidak adanya tokoyang menjual buku pelajaran, dan banyak penerbityang gulung tikar. Pimpinan IKAPI ini memintaseharusnya pemerintah bekerjasama denganpenerbit untuk membuatkan buku pelajaran dengansistem pembel ian harga diskon, sehinggamenunjang kemajuan pemerintah, masyarakat danindustry penerbit buku dimana penerbit buku yangtergabung dalam IKAPI mencapai 920 industri.(www.kompas.com, Selasa 19 Mei 2009).

Apa yang disampaikan oleh Pimpinan IKAPI inimendapat tanggapan yang beragam, seperti dimuatdalam kompas.com dari bulan Mei-Desember 2009.a) Bapak anzious menyatakan bahwa guru-gurumasih bingung dengan standar isi BSE. Hal inimenyebabkan banyak buku BSE sampai sekaranghanya disimpan di perpustakaan sekolah. b) BapakAnto menyatakan dengan pemerintah membelicopyright buku-buku tersebut bukankah untukmenghargai karya kreatif para penulisnya? Merekadapat terus berkarya dan menawarkan kepemerintah untuk dibeli hak ciptanya. IKAPIseharusnya bisa tetap profit karena buku pelajarankhan hanya satu jenis dari berbagai macam buku.Apakah selama ini keuntungannya besar dari bukusekolah karena ada main dengan oknum sekolah?c) Menurut Bapak Amin, untuk IKAPI dananggotanya sekarang diwajibkan CSR untuk setiapperusahaan. Gunakan CSR ini untuk membuat bukudengan harga murah. d) Bapak Adi menyatakanbahwa jaman sudah canggih, jika pemerintahmenetapkan penerbitan e-book penerbit seharusnyalebih kreatif.

Mencermati kontroversi ini sebaiknya masing-masing pihak tidak mementingkan kepentingansendiri. Yang perlu diutamakan adalah bagaimanakontribusi masing-masing pihak dalam memajukanpendidikan di negeri ini. Dari sisi pemangku

Page 131: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

372

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

kebijakan jelas dengan memberikan solusi bukumurah melalui BSE diharapkan memudahkan aksesmasyarakat terhadap buku.

Kalau kita kaji tujuan utama dari BSE inisedik i tnya dapat mengurangi kontroversiimplementasi BSE di lapangan. BSE merupakansumber belajar alternatif dengan berbantuan TIKdiharapkan dapat merangsang siswa untuk berpikirkreatif. Tujuan lainnya memberikan peluangkebebasan kepada siapa saja untukmenggandakan, mencetak, memfotokopi ,mengal ihmediakan, dan ataumemperdagangkannya tanpa prosedur biayaperijinan. Maksud siapa saja bisa menggandakanini tidak bisa langsung kita pahami setiap orang(dalam pengertian individu) mendownload danmenggandakannya sendiri. Kalau hal ini dilakukanakan mahal dari sisi biaya, bahkan jatuhnya lebihmahal dari buku cetak yang biasanya. Perbandingandari sisi biaya akan dibahas pada bagian berikutnya.

BSE juga memberikan peluang bagi penerbit,d imana mereka dapat menggandakan danmenjualnya kembali dengan proyeksi keuntungan15% sesuai ketentuan yang diberlakukan olehMenteri. Masih banyak sebenarnya yang bisadilakukan oleh penerbit. Penerbit belum menggarapbuku-buku asing yang seharusnya diupayakanterjemahannya.

Perbandingan Buku Sekolah Cetak dan DigitalPada bagian sebelumnya telah dikemukakan bahwabuku yang dipergunakan di sekolah antara lain bukuteks pelajaran sebagai buku acuan wajib, bukupengayaan, dan buku referensi. Yang wajibdiusahakan kepemilikannya adalah buku tekspelajaran.

Selama ini pengadaan buku teks pelajaransering dibebankan kepada orang tua/wali muridkarena keterbatasan sekolah menyediakan bukuteks pelajaran melalui layanan perpustakaansekolah. Biaya yang dibebankan kepada orang tuabervariasi. Untuk buku teks pelajaran jenjang SDbiaya yang dikeluarkan antara Rp. 300.000,- – Rp.400.000,-; jenjang SMP berkisar antara Rp.

500.000,- – Rp. 600.000,- dan jenjang SMA berkisarantara Rp. 600.000,- – Rp. 800.000,-

Dengan adanya BSE dalam versi digitaldiharapkan akan diperoleh buku dengan kualitasbagus dan harga relatif murah dibandingkan denganbuku sekolah cetak yang biasanya dengan catatanBSE didownload dan digandakan menggunakanstrategi yang tepat. Mengapa BSE menjadi murahkarena dapat menekan biaya distibusi. Strategitepat yang dimaksud di sini:a) BSE (buku digital) hendaknya didownload,dicetak, dan digandakan oleh penerbit setempat(bisa bekerjasama dengan Pemda Kabupaten/Kota). Kalau daerah setempat belum ada penerbitdan percetakan bisa penerbit daerah yang terdekat.Bisa saja penerbitan dan pencetakannya dilakukandi tingkat propinsi. b) Biaya pencetakan BSE dapatditekan apabila jumlah yang dicetak minimal 3000eksemplar. Kalau dibawah 3000 eksemplar,jatuhnya biaya percetakan beda tipis dari hargapagu tertinggi yang ditetapkan sehingga keuntunganyang diraih tidak banyak bahkan cenderung merugikarena belum dipotong biaya macam-macam.

Memang kalau dilihat sepintas pemanfaatanbuku teks pelajaran yang biasanya bisa langsungdimanfaatkan daripada BSE yang harus didownloadterlebih dahulu. Namun kedepannya BSE dapatdijadikan alternatif pengadaan buku teks pelajaran,karena kalau pencetakannya secara kolektifternyata harga buku lebih murah dibandingkandengan buku teks pelajaran lainnya. Perbandingandari sisi biaya antara buku teks pelajaran yangbiasa dan buku digital (BSE) dapat dilihat pada tabel5 berikut.

Page 132: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

373

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

Tabel 5Perbandingan dari sisi biaya Buku Teks Pelajaran (versi cetak lama) dengan BSE (Buku Digital)

berdasarkan kajian lapangan

Download kolektif di sekolahdengan akses internet sekolah(schoolnet) atau memanfaatkansource BSE digital yang tersediadi Pustekkom sehargaRp. 15.000,-

Sangat menguntungkan kalaudicetak dalam jumlah > 3000buku.Buku dengan HET Rp. 15.000,-biaya cetak dengan jumlah 3000buku adalah Rp. 9.000.-Total biaya cetak+akses=Rp. 9.000,- + Rp. 1.000,- =Rp. 10.000,-Dengan tambahan biaya lain-lainbuku dapat dijual sehargaRp. 12.000,-

Buku Teks Pelajaran(versi cetak lama)

BSE (Buku Cetak Digital)

Cetak Pribadi Cetak Kolektif

SD : rata-rata harga Rp.25.000 – Rp. 40.000,-SMP - SMA: rata-rata hargabuku Rp. 30.000,- – Rp.50.000,-

1. Download dengan aksesinternet di rumah

- Biaya akses Rp. 250.000,-/bulan: waktu download 1buku 4 jam= Rp 1.500,-

- Cetak 200 halaman (rata-rata jumlah halaman 1buku) = Rp.125,- x 200 =Rp.25.000,-

- Hardcover = Rp. 14.000,-- Total biaya: Rp. 1.500,- +

Rp.25.000,- + Rp.14.000,-= Rp. 40.500,-

2. Download di warnet- Biaya cetak (Rp.25.000,- +

Rp.14.000,-)= Rp.39.000,-- Biaya warnet = 4 jam x

Rp. 3.000,- = Rp. 12.000,-- Total biaya: Rp. 39.000 +

Rp.12.000,-= Rp.51.000,-

Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa BSEakan efisien kalau dicetak secara kolektif bukan pribadi.Harga jual buku diperoleh Rp. 12.000,- hampir 50%lebih murah dari buku teks pelajaran versi cetak lama.Pemanfaatan buku dijamin tidak akan selalu bergantitiap tahunnya. Apabila dicetak pada kertas sepertikertas koran, harga 1 buku bisa mencapai hanya Rp.5000,-

Peran Pemerintah dan Masyarakat dalamImplementasi BSEPemerintah tidak tinggal diam terkait berbagai keluhanpengguna dalam mengakses BSE. Beberapa upayayang dilakukan oleh Kemdikbud melalui Pustekkomsesuai Permendiknas No. 12 Tahun 2008 antara lain:

a) Menyediakan aplikasi e-book (bse.depdiknas.go.id)b) Menyediakan akses dan koneksi internet danintranet baik kepada dinas pendidikan propinsi, dinaspendidikan kabupaten/kota, serta koneksi internet ke25.000 sekolah yang tersebar ke seluruh wilayah In-donesia. c) Menyediakan server khusus konten BSEserta memberikan bantuan server untuk konten kedinas pendidikan kabupaten/kota serta ke beberapasekolah yang tersebar di 250 kota. d) Menerima danmengolah materi dari Pusbuk yang sudah dalam bentukPDF. e) Mengkompres dan meng-upload konten BSE.f) Mensosialisasikan BSE ke daerah baik kepada pihakdinas pendidikan kabupaten/kota serta ke sekolahlangsung. Dalam sosialisasi selain mendemokan carapemanfaatan BSE juga membagi-bagikan DVD berisi

Page 133: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

374

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

konten BSE yang sudah dipilah berdasarkan jenjangpendidikan. g) Mengusahakan variasi skema perolehandan distribusi buku. Penggandaan dapat dilakukansecara komersial maupun non komersial. Penggandaankomersial dengan cara memperoleh source digitaldengan kualitas percetakan dari Pusbuk selanjutnyadigandakan dan dijualbelikan dengan harga di bawahHET. Penggandaan non komersial dengan cara down-load, cetak dan fotocopi untuk didistribusikan ke siswa,atau download untuk kebutuhan sendiri. h) Untukpendistribusiannya dengan cara mengunduh daribse.depdiknas.go.id. Kemudian source BSE disimpandi server intranet Dinas Pendidikan dan sekolah. Gurumaupun siswa dapat mendownload secara kelompokatau pribadi. Source BSE dapat disimpan juga di WANKota, selanjutnya didistribusikan ke sekolah sekitaryang terhubung secara nirkabel.

Yang masih belum tampak perannya disini adalahDinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Seharusnya DinasPendidikan Kabupaten/Kota dapat banyak berperanaktif antara lain mendistribusikan konten yang sudahtersimpan di server konten yang telah dibagikan olehKemdiknas kepada sekolah-sekolah di wilayahnya.Bisa juga membagikan DVD yang berisi konten BSEkepada sekolah-sekolah. Pihak dinas dapat jugamencetak buku BSE dengan biaya murah untukdibagikan kepada sekolah. Salah satu contohkerjasama seperti yang dilakukan Dinas PendidikanKota Surabaya yang bekerjasama dengan penerbitJawa Pos untuk mencetak BSE serta dijual denganharga yang relatif tidak mahal.

Sekolah-sekolah yang sudah mendapatkan serverkonten seharusnya ikut berperan aktif dalam mensharekonten BSE ke sekolah sekitar yang terdekat. Sekolahdapat juga mencetak BSE untuk lingkup sekolahnya,seperti yang dilakukan oleh MAN 2 Ciamis. Yangterpenting adalah dari pihak pengguna dalam hal inisekolah, terutama guru maupun siswa maumemanfaatkan BSE ini sehingga apa yang telahdiupayakan pemerintah tidak sia-sia.

Posisi dan Peran Industri Perbukuan dalam EraDigitalTidak dapat dipungkiri digitalisasi buku khususnyabuku sekolah cukup berdampak pada penerbit dalam

industri perbukuan. Beberapa penerbit telahmerumahkan banyak tenaga marketing khusus bukusekolah. Digitalisasi buku memang tidak dapatdihindari seiring dengan perkembangan TIK. Pihakpenerbit seharusnya mengubah strategi mereka.

Penerbit seharusnya tidak hanya menerbitkan bukudalam bentuk cetakan tetapi juga dalam bentuk digital(e-book). Dalam memperdagangkannya juga perlumemanfaatkan jaringan maya (e-commerce). Bukuyang diterbitkan tidak hanya didominasi oleh bukusekolah.Penerbit hendaknya aktif juga menterjemahkanbuku-buku terbitan luar negeri yang banyak diperlukanoleh peguruan tinggi. Dengan mengubah strategimereka, insya Allah industri perbukuan nasional tetapeksis untuk menghasilkan buku-buku yang berkualitas.

Simpulan dan SaranSimpulanBerbagai permasalahan terkait perbukuan nasional,mulai dari sering bergantinya buku pelajaran di sekolah,mahalnya harga buku sebagai akibat bahan baku kertasyang mahal, maraknya penjualan buku di sekolah yangmenimbulkan berbagai kontroversi setidaknya bebanbiaya sekolah yang harus ditanggung orang tua menjadicukup besar, serta keterbatasan layanan perpustakaandi sekolah (tidak semua sekolah khususnya jenjangSD memiliki perpustakaan, meskipun ada buku yangtersedia terbatas) menyebabkan pemerintah mengambilterobosan baru dengan mendigitalkan buku sekolah.

Terobosan pemerintah mendigitalkan buku sekolahmelalui program BSE ternyata dapat menjadi alternatifsolusi dalam memecahkan permasalahan bukupelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil pembahasan,BSE akan efisien kalau dicetak secara kolektif bukanpribadi. Harga jual buku diperoleh Rp. 12.000,- hampir50% lebih murah dari buku teks pelajaran versi cetaklama. Pemanfaatan buku dijamin tidak akan selaluberganti tiap tahunnya. Apabila dicetak pada kertasseperti kertas koran, harga 1 buku bisa mencapaihanya Rp. 5.000,-

Implementasi program ini akan efisien dan efektifapabila didukung oleh berbagai pihak. Selain dukunganpemerintah, perlu ada dukungan dari masyarakat baikitu sebagai pengguna maupun masyarakat sebagaipenyedia layanan pencetakan buku. Digitalisasi buku

Page 134: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

375

Ika Kurniawati: Digitalisasi Buku Sekolah

sekolah terkait juga dengan kemajuan teknologiinformasi dan komunikasi yang memungkinkanpublikasi berbagai informasi dalam bentuk elektroniktidak hanya cetak. Dengan digitalisasi buku sekolahsecara tidak langsung dapat menghemat anggaranuntuk biaya cetak seiring dengan naiknya bahan bakukertas. Bagi sekolah-sekolah yang belum memilikiperpustakaan karena keterbatasan ruangan dan bukuyang dimiliki sekolah, dapat menciptakan perpustakaandigital. Buku-buku pelajaran dapat mereka downloadsendiri untuk selanjutnya dimasukkan ke serversekolah.

Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untukmensukseskan digitalisasi buku sekolah melalui BSEsesuai Permendiknas No. 12 Tahun 2008 antara lain:menyediakan aplikasi e-book (bse.depdiknas.go.id);menyediakan akses dan koneksi internet dan intranetbaik kepada dinas pendidikan propinsi, dinaspendidikan kabupaten/kota, serta koneksi internet ke25.000 sekolah yang tersebar ke seluruh wilayah In-donesia; menyediakan server khusus konten BSE;menerima dan mengolah materi dari Pusbuk yangsudah dalam bentuk PDF; mengkompres dan meng-upload konten BSE; mensosialisasikan BSE ke daerah;mengusahakan variasi skema perolehan dan distribusibuku. Instansi yang masih belum tampak perannyadisini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.Seharusnya Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapatbanyak berperan aktif antara lain mendistribusikankonten yang sudah tersimpan di server konten yangtelah dibagikan oleh Kemdikbud kepada sekolah-sekolah di wilayahnya.Dari sisi pengguna, perlu mempersiapkan fasilitas yangmemungkinkan mereka dapat mengakses BSE, sepertikomputer dan layanan internet. Pengguna dapatmengakses langsung melalui webbse.kemdikbud.go.id, atau memanfaatkannya dalambentuk DVD yang disediakan oleh Kemdikbud. Apabilapengguna ingin mencetaknya akan lebih efektifapabila dilakukan secara kolektif.

Berkenaan dengan kelangsungan industriperbukuan terkait digitalisasi buku sekolah, tidak dapatdipungkiri digitalisasi buku khususnya buku sekolahcukup berdampak pada penerbit dalam industriperbukuan. Beberapa penerbit telah merumahkan

banyak tenaga marketing khusus buku sekolah.Digitalisasi buku memang tidak dapat dihindari seiringdengan perkembangan TIK. Pihak penerbit seharusnyamengubah strategi mereka. Penerbit seharusnya tidakhanya menerbitkan buku dalam bentuk cetakan tetapijuga dalam bentuk digital (e-book). Dalammemperdagangkannya juga perlu memanfaatkanjaringan maya (e-commerce).

SaranSaran yang dapat diajukan disini adalah saran kepadapenyedia layanan, pengguna layanan, dan penerbityang sedikit banyak mendapatkan dampak dengandigitalisasi buku sekolah. Pemerintah dalam hal iniKemdikbud sebagai salah satu penyedia layanan bukudigital (BSE) mengusahakan agar file dalam BSEmudah didownload dengan menyempurnakan aplikasimaupun kontennya. Di samping itu, dinas pendidikanmaupun sekolah yang telah mendapatkan bantuanakses internet gratis serta server konten agardioptimalkan dalam mensukseskan implementasiBSE di lapangan dengan ikut menyebarluaskankonten BSE yang ada di server mereka kepadasekolah-sekolah sekitar yang tidak mendapatkankesempatan memperoleh bantuan server.

Kemdikbud melalui Pustekkom hendaknyamengoptimalkan jaringan intranet melalui Jardiknasdalam mengakses BSE agar proses download file tidakmemakan waktu lama dibandingkan dengan internet.Pihak Kemdikbud sebagai penyedia layananhendaknya menambah konten BSE agarmenyediakan sumber bacaan yang lebih variatif baikdari sisi jumlah maupun jenis mata pelajaran, karenatidak semua mata pelajaran ada versi digitalnya. DinasPendidikan Kabupaten/Kota hendaknya lebih berperandalam menyebarkan konten BSE baik dalam bentuksoftcopy maupun hardcopy dengan harga yang relatifterjangkau.

Sekolah sebagai pengguna setidaknya denganmemanfaatkan dana BOS dapat mengupayakanperangkat minimum agar dapat mendownload BSEserta buku digital lainnya. Sekolah juga dapatmencetak sendiri konten BSE untuk lingkup internal.Untuk efisiensi pencetakan dan penggandaan, BSEsebaiknya dicetak dan digandakan oleh penerbit

Page 135: repositori.kemdikbud.go.idrepositori.kemdikbud.go.id/13191/1/Jurnal Teknodik... · ii EDITORIAL Rekan-rekan pembaca yang kami hormati, syukur alhamdulillah, atas berkat rahmat dan

376

Jurnal Teknodik Vol. XVI - Nomor 3, September 2012

*******

setempat (bisa bekerjasama dengan Pemda setempat).Apabila di daerah setempat belum ada penerbit danpercetakan, bisa memanfaatkan penerbit daerahterdekat. Bisa juga hal ini diupayakan oleh Pemda diTingkat Propinsi.

Saran bagi penerbit dengan adanya digitalisasibuku sekolah (contohnya BSE), dapat ikut berperanmenerbitkan dan menggandakannya dengan hargayang telah ditetapkan pagu tertingginya. Disamping itupenerbit seharusnya tidak hanya menerbitkan bukudalam bentuk cetakan tetapi juga dalam bentuk digital(e-book). Dalam memperdagangkannya juga perlumemanfaatkan jaringan maya (e-commerce). Bukuyang diterbitkan tidak hanya didominasi oleh bukusekolah. Penerbit hendaknya aktif juga

Pustaka Acuanbse.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 5 November 2012.B.P Sitepu. 2011. Urgensi Undang Undang Perbukuan (Bahan Makalah Seminar Masa Depan Buku Digital).ebookbrowse.com. BSNP: Bahan Sosialisasi Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran. Diakses tanggal 10 Februari2012.Jurnal Bina Mahardika.com,2011. Diakses tanggal 12 Februari 2012.Kemdikbud. 2005. Permendiknas RI Nomor 11 Tahun 2005 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2005. Permendiknas RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2007. Permendiknas RI Nomor 46 Tahun 2007 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2008. Permendiknas RI Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Kemdikbud. 2008. Permendiknas RI Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perbukuan. Jakarta: Kemdikbud.Pusbuk Balitbang Kemdikbud. (2010), Buku Sekolah Elektronik. Jakarta: Kemdikbud.Pustekkom, 2008. BSE (Bahan Sajian Sosialisasi BSE).Setiawan, Benni, Agenda Pendidikan Nasional, 2008, Jogyakarta: Arruz Media.www.kompas.com 2011, edisi Selasa 19 Mei 2009.

menterjemahkan buku-buku terbitan luar negeri yangbanyak diperlukan oleh peguruan tinggi. Denganmengubah strategi mereka, insya Allah industriperbukuan nasional tetap eksis untuk menghasilkanbuku-buku yang berkualitas.

Pemerintah hendaknya mengupayakan regulasi UUPerbukuan khususnya buku digital karena rentanpenyalahgunaan. Kepada Pemerintah melaluiKementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebaiknyaProgram BSE kedepannya tetap dilanjutkan denganmenambah konten serta menyempurnakan aplikasipendukungnya. Jangan sampai program ini hanyamenjadi booming sesaat, setelah itu ditinggalkanbegitu saja.