teknik penyutradaraan.doc

7
TEKNIK PENYUTRADARAAN PERAN DAN TANGGUNG JAWAB SUTRADARA Seorang sutradara dalam perannya sebagai seniman, diharapkan dapat menghasilkan gambar dan suara video televisi, yang tidak semata-mata menyampaikan pesan yang sudah direncanakan secara harafiah juga menyampaikan dengan gaya tertentu. Harus mampu memberikan titik pandang atau tanggapannya yang khas terhadap suatu keadaan atau naskah, cepat menangkap arti isinya yang penting, lalu memilih dan memerintahkan unsur-unsur produksi untuk membantu memperjelas, meningkatkan arti dan memberikan interpretasi pada khalayak pemirsa. Beberapa peran pokok seorang sutradara patut diperhatikan, seperti berikut ini. 1. Peran Untuk Penyajian Peran sutradara pada kategori pertama adalah menyajikan ke layar televisi, suatu rangkaian gambar-gambar dan suara hasil perencanaan produser. Segala sesuatu yang dilakukan dalam penyajian ini, tidak terlepas dari syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam pengolahan acara, yang bersasaran : isi acara yang menarik dan dapat diterima dengan baik dan dibenarkan oleh pemirsa. 2. Peran Yang Selektif Disini sutradara lebih ditingkatkan dari pada pekerjaan pada kategori pertama, ialah memimpin kelompok kerabat kerja produksi yang terdiri dari ahli-ahli pada bidangnya masing- masing. Pada saat permulaan perencanaan acara tersebut, para

Upload: rm-khadafi-satrianie

Post on 10-Aug-2015

154 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

TEKNIK PENYUTRADARAAN

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB SUTRADARA

Seorang sutradara dalam perannya sebagai seniman, diharapkan dapat menghasilkan gambar

dan suara video televisi, yang tidak semata-mata menyampaikan pesan yang sudah direncanakan

secara harafiah juga menyampaikan dengan gaya tertentu. Harus mampu memberikan titik

pandang atau tanggapannya yang khas terhadap suatu keadaan atau naskah, cepat menangkap arti

isinya yang penting, lalu memilih dan memerintahkan unsur-unsur produksi untuk membantu

memperjelas, meningkatkan arti dan memberikan interpretasi pada khalayak pemirsa. Beberapa

peran pokok seorang sutradara patut diperhatikan, seperti berikut ini.

1.      Peran Untuk Penyajian

Peran sutradara pada kategori pertama adalah menyajikan ke layar televisi, suatu

rangkaian gambar-gambar dan suara hasil perencanaan produser. Segala sesuatu yang

dilakukan dalam penyajian ini, tidak terlepas dari syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan

dalam pengolahan acara, yang bersasaran : isi acara yang menarik dan dapat diterima

dengan baik dan dibenarkan oleh pemirsa.

2.      Peran Yang Selektif

Disini sutradara lebih ditingkatkan dari pada pekerjaan pada kategori pertama, ialah

memimpin kelompok kerabat kerja produksi yang terdiri dari ahli-ahli pada bidangnya

masing-masing. Pada saat permulaan perencanaan acara tersebut, para ahli ini

memberikan pemikiran, pendapat dan tenaganya (dalam bidang-bidang teknik video,

audio, pencahayaan, set dekorasi, busana dan teknik operasional lainnya). Sutradara akan

menilai saran-saran tersebut untuk dibenarkan pelaksanaannya, sedemikian hingga

akhirnya dapat di konsentrasikan perhatiannya pada dinamika acting pemain, dialog,

operasional kamera dan transisi visual dalam acara tersebut. 

3.      Peran Yang Originator

Sebagai originator, sutradara akan merancang dan memikirkan seluruh pelaksanaan

produksi, diantaranya : penyempurnaan naskah asli sesuai tuntutan media, membuat

kerangka pementasan (staging treatment), mengarahkan tim ahlinya dan memimpin

operasi produksi. Buah pikiran sutradara akan direalisasikan menjadi suatu kenyataan

oleh anggota tim. Mereka akan membantu dan mengatur segala sesuatunya yang

diperlukan.

Sedangkan pemahaman tentang peran seorang Sutradara Televisi menurut Naratama adalah

sebagai berikut.

1.      Sutradara sebagai Pemimpin

Jiwa kepemimpinan! Itulah modal utama seorang Sutradara. Tanpa leadership, seorang

sutradara tidak pernah bisa menciptakan karya seni sesuai yang diinginkan. Dalam

memimpin sebuah tim produksi  yang terdiri dari berbagai macam latar belakang, kadang

kala seorang sutradara harus bersikap rendah hati dan menghargai orang-orang yang telah

bekerja sama dalam proses produksi.

2.      Sutradara sebagai Seniman

Sebagai kreator yang bertanggung jawab terhadap karya akhir tayangan audio

visualseorang sutradara dituntut untuk menjadi seorang seniman yang mempunyai cita

rasa tinggi tentang nilai kesenian dan kebudayaan. Di sinilah seorang sutradara perlu

mempunyai pemahaman atas nilai keindahan terhadap seni rupa yang merupakan

kebutuhan utama, selain wawasan dan pengetahuan secara umum. Kecintaan akan suatu

budaya adalah  faktor yang akan menyentuh  setiap sendi-sendi imajinasi seni visual baik

dalam bentuk dramatic maupun nondramatik. Selanjutnya, karya seni itu sendiri akan

memuaskan dahaga para penikmat kesenian atau penonton.

3.      Sutradara sebagai Pengamat Program dan Pemasaran

Sebagai seorang seniman dengan imajinasi tanpa batas maka selanjutnya seorang

sutradara harus berperan menjadi seorang pengamat pasar. Disinilah uniknya menjadi

sutradara yang tidak hanya dituntut untuk berkreasi, tetapi juga dituntut untuk menjadi

pengamat yang mengerti kondisi dan kebutuhan pasar yang akan menilai karyanya.

Intinya menjadi sutradara tidaklah hanya membicarakan persoalan seni visual dan

imajinasi personal, tetapi juga membicarakan dampak karya audio visual terhadap

penonton. Jadi seorang sutradara harus kreatif mencari keseimbangan antara idealisme

dan kebutuhan komersial.

4.      Sutradara sebagai Penasehat Teknik

Seorang Sutradara harus siap menjalankan tugas sebagai Penasehat Teknik Produksi baik

untuk produksi single maupun multi kamera. Kemampuan teknik ini harus didukung

dengan pengetahuan dan wawasan broadcast yang memadai, mulai dari unsur video,

unsure audio, unsure tata cahaya hingga ke unsure peralatan editing untuk paska

produksi. Sutradara adalah partner terbaik bagi Technical Director, untuk menciptakan

karya yang sesuai dengan pangsa penonton.

TEKNIK PENYUTRADARAAN

Sebagai seorang sutradara memiliki tugas untuk menerjemahkan atau mengintrepretasikan

sebuah skenario dalam bentuk imagi/gambar hidup dan suara. Pada umumnya, seorang sutradara

harus memiliki kepekaan terhadap rumus 5-c, yakni close –up (pengambilan gambar jarak

dekat), camera angle (sudut pengambilan camera), composition (komposisi), cutting (pergantian

gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar). (Hartoko, 1997:17)

Kelima hal itulah yang harus diperhatikan oleh seorang sutradara berkaitan dengan tugasnya

dilapangan nanti. Maka dari itu untuk lebih memahami kelima teknik tadi, maka di bawah ini

diuraikan lima teknik tersebut, yaitu:

1.      Close-up (Pengambilan jarak dekat)

Unsur ini diartikan sebagai pengambilan jarak dekat. Sebelum produksi harus dipelajari

terlebih dahulu skenario, yang kemudian diuraikan dalam bentuk shooting script, yakni

keterangan rinci mengenai shot-shot yang harus dijalankan juru kamera. Terhadap unsur

close up, harus betul-betul memperhatikan, terutama berkaitan dengan emosi tokohnya.

Gejolak emosi, perasaan gundah sering harus diwakili dalam shot-shot close up. Bagi

seorang kritikus film , sering unsur ini menjadi poin tersendiri ketika menilai sebuah film.

2.      Camera Angle (Sudut pengambilan kamera)

Unsur ini juga sabngat penting untuk seorang sutradara untuk memperlihatkan efek apa

yang harus muncul dari setiap scene (adegan). Jika unsur ini diabaikan bias dipastikan

film yang muncul cenderung monoton dan membosankan sebab camera angle dan close

up sebagai unsur visualisasi yang menjadi bahan mentah dan harus diolah secermat

mungkin. Biasanya pengambilan gambar long shot dan close up dibagi dalam pembagian

kerja untuk kemudian diolah dalam proses editingnya. Variasi pengambilan gambar

dengan camera angle dapat mengayakan unsur filmis sehingga film terasa menarik dan

memaksa penonton untuk mengikutinya terus.

3.      Composition (Komposisi)

Unsur ini berkaitan erat dengan bagaimana membagi ruang gambar dan pengisiannya

untuk mencapai keseimbangan dalam pandangan. Composition merupakan unsur

visualisasi yang akan memberikan makna keindahan terhadap suatu film. Pandangan

mata penonton sering sering harus dituntun oleh komposisi gambar yang menarik. Dalam

pandangan presensi film tidak jarang unsur ini diberikan penilaian karena unsur inilah

yang akan menjadikan pertaruhan mata penontonnya. Maka dari itulah aspek ini

merupakan aspek keindahan yang tidak dapat diabaikan bagi kepuasan mata

penontonnya. Seorang sutradara harus mampu mengendalikan aspek ini kepada juru

kamera agar tetap menjadi komposisi secara proporsional berdasarkan asas komposisi.

4.      Cutting (Pergantian gambar)

Diartikan sebagai pergantian gambar dari satu scene ke scene lainnya. Cutting termasuk

dalam aspek pikturisasi yang berkaitan dengan unsur penceritaan dalam urutan gambar-

gambar. Sutradara harus mampu memainkan imajinasinya ketika menangani proses

shooting. Imaji yang berjalan tentunya bagaimana nantinya jika potongan-potongan scene

ini diedit dan ditayangkan di monitor.

5.      Continuity (Persambungan gambar-gambar)Unsur terakhir yang menjadi teknik yang

harus diperhatikan sutradara adalah continuity, yakni unsur persambungan gambar-

gambar. Sejak awal, sutradara bias memproyeksikan pengadegan dari satu scene ke scene

yang lainnya. Unsur ini tentunya sangat berkaitan erat dengan materi cerita atau video.

Proses kerja produksi video klip bisa diketahui dengan melihat operasional kerja

dari pra produksi sampai dengan pasca produksi. Dalam hal ini sutradara memegang

peranan penting untuk berjalanannya sebuah produksi video klip dengan baik. Sutradara

harus selalu menjalin komunikasi yang intensif dengan semua kerabat kerja yang terlibat

dalam produksi video klip itu, agar tercapai sebuah tujuan seperti yang diharapkan. Selain

itu pelaksanaan produksi pun dapat berjalan dengan maksimal. Dalam organisasi

produksi sebuah film atau televisi telah dikenal istilah

Standard Operation Procedure yang secara umum dibagi menjadi:

1. Pra Produksi

2. Persiapan Produksi

3. Produksi

4. Pasca Produksi