teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian
TRANSCRIPT
i
1
TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI PENYULUH PERTANIAN
Oleh
Wasis Sarjono Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu
Email: [email protected]
BAB I PENDAHULUAN
Peraturan MENPAN no. PER/02/MENPAN/2/2008 menerangkan bahwa
Penyuluh Pertanian adalah jabatan fungsional yang memiliki ruang lingkup tugas,
tanggung jawab, wewenang penyuluhan pertanian yang diduduki oleh PNS yang diberi
hak serta kewajiban secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Sebaliknya
penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama (petani, pekebun,
peternak, beserta keluarga intinya) dan pelaku usaha (perorangan warga negara
Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola
usaha pertanian) agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan
dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya
lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,
dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Memperhatikan Peraturan ini, peran penyuluh sangat penting dalam
pembangunan pertanian, terutama terkait dengan upaya mencerdaskan petani dalam
mengembangkan usahataninya. Untuk itu penyuluh harus memiliki kemampuan
berkomunikasi yang baik, berpengetahuan luas, bersikap mandiri dan mampu
menempatkan dirinya sesuai dengan karakteristik petani. Dalam hubungan ini penyuluh
harus memiliki kemampuan menyusun rencana pembelajaran yang akan
diimplementasikan melalui metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien
sesuai dengan jumlah kebutuhan masyarakat.
i
2
BAB II
PERMASALAHAN DAN PELUANG
Keberhasilan seorang penyuluh ditentukan oleh kompetensinya dalam
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petani, baik teknologi, harga, ases pasar
dan permodalan maupun kebijakan pembangunan pertanian di wilayah kerja penyuluh.
Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh penyuluh, baik kompetensi
teknis maupun kompetensi manajerial. Kompetensi penyuluh pertanian perlu didukung
oleh kemampuan intelektual (cognitif), kemampuan yang berkaitan dengan kejiwaan
(affectif), serta kemampuan gerak fisik (psychomotoric). Dengan adanya komptetensi,
seorang penyuluh diharapkan mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik
dalam melaksanakan penyuluhan pertanian.
Banyak hasil kajian yang melaporkan bahwa di lapangan masih banyak penyuluh
pertanian memiliki kompetensi yang rendah dalam melaksanakan tugasnya sebagai
agen perubahan di bidang pembangunan pertanian. Fakta ini antara lain disebabkan
oleh: (a) berbagai kebijakan di bidang pertanian yang menuntut seorang penyuluh
bekerja bukan pada bidang yang ditekuninya; (b) adanya pelaksanaan otonomi daerah
yang kurang memprioritaskan pembangunan pertanian; (c) banyaknya kegiatan yang
ditetapkan atasannya, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan tugas sebagai
penyuluh pertanian professional; (d) proses pembelajaran yang kurang bermutu, karena
penyuluh terjebak tuntutan formalitas untuk penyesuaian ijasah bagi jabatan fungsional
penyuluh; (e) bekal pengetahuan dan keterampilan sangat kurang sehingga
pelaksanaan penyuluhan tidak cocok dengan kebutuhan petani; (f) kurang disiapkan
dan kurang dilatih untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian; serta (g)
penyuluh sendiri tidak berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya sebagai seorang penyuluh yang professional.
i
3
BAB III
KARYA TULIS ILMIAH
Dalam Peraturan MENPAN no. PER/02/MENPAN/2/2008, disebutkan bahwa
karya tulis ilmiah (KTI) adalah tulisan hasil pokok pikiran, pengembangan dan hasil
kajian/penelitian yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu
pokok bahasan ilmiah dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi,
tinjauan pustaka, diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran
pemecahannya. Secara substansial (isi), KTI adalah makalah yang berisi laporan hasil
penelitian, yang ditulis mengikuti format baku dan substansi tulisan mengutamakan
logika, kejelasan dan ketepatan (logic, clarity and precision). Tulisan ilmiah dibuat oleh
penulisnya, dengan maksud peneliti/pengkaji/penyuluh lain dapat mengulangi
penelitian/pengkajian/diseminasi dan mendapatkan kesimpulan yang sama, dan
publikasi itu diterbitkan pada jurnal, prosiding dan sebagainya.
1. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah
Karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini:
a. Objektif
Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan
berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan
atau kesimpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa
dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi)
kebenaran dan keabsahannya.
b. Netral
Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari
kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh
i
4
karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau
mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.
c. Sistematis
Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti
pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan
sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah
alur uraiannya.
d. Logis
Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif
atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data, digunakan pola
induktif. Sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis,
digunakan pola deduktif.
e. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan)
Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu
menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional
(menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung,
perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti
orang bertengkar), hendaknya dihindarkan.
f. Tidak Pleonastis
Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya
atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).
g. Menggunakan ragam bahasa formal
Isi tulisan menggunakan bahasa tulisan yang formal, bukan bahasa lesan dsb
2. Kaidah Penulisan Ilmiah
Sering dijumpai tulisan ilmiah yang ditulis oleh peneliti/pengkaji/penyuluh
terdapat kelemahan dan kekurangan dalam hal mutu, bobot dan kejelasan isi tulisan.
Mutu berkaitan dengan kelengkapan informasi, format, struktur, tata bahasa,
i
5
kelancaran kalimat dan kemanfaatan informasi yang terkandung dalam makalah. Bobot
berkaitan dengan kedalaman pembahasan, kelengkapan, keluasan dan keterkaitan
dengan makalah lain yang relevan. Sebaliknya kejelasan berkaitan dengan kemudahan
dimengerti, kejelasan informasi yang menjadi substansi makalah, kekinian informasi
serta ketuntasan bahasan.
i
6
BAB IV
FORMAT BAKU TULISAN ILMIAH
Umumnya format baku dari tulisan ilmiah adalah: (1) Judul Naskah, (2) Nama
Penulis, (3) Abstrak, (4) Pendahuluan, (5) Bahan dan Metode, (6) Hasil dan
Pembahasan, (7) Kesimpulan, dan (8) Daftar Pustaka. Format tersebut dapat
mengakomodasi hampir semua tulisan ilmiah dari berbagai bidang area
penelitian/pengkajian/Diseminasi, sehingga digunakan sebagai format baku untuk
tulisan ilmiah.
1. Judul
Judul merupakan intisari indikatif dari isi makalah, dan ditulis pada halaman
pertama. Judul penelitian/pengkajian/diseminasi harus dibuat sesingkat-singkatnya,
tetapi jelas menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak
diteliti/dikaji/didiseminasikan, dan tidak membuka peluang penafsiran yang beragam.
Dalam judul sedapat mungkin dihindari penggunaan rumus kimia, formula matematik,
bahasa singkatan atau bahasa tidak resmi.
Rumus kimia H2O, seharusnya ditulis air
Singkatan BPP seharusnya ditulis Balai Penyuluhan Pertanian
Bahasa tidak resmi, misalnya mes, kembang, tanduran dsb sebaiknya ditulis
pupuk, bunga, tanaman dsb
2. Nama Penulis
Nama yang diinginkan kelak untuk dapat disitir oleh penulis lain harus ditulis
dengan lengkap. Kualifikasi akademik dan posisi resmi atau tidak resmi di kantor
maupun di masyarakat tidak diperkenankan ditulis. Nama dan alamat atau unit kerja
penulis ditulis setelah nama penulis.
3. Abstrak
Abstrak ditempatkan sebelum pendahuluan, berisi tujuan, metode, hasil serta
kesimpulan suatu penelitian/pengkajian/diseminasi. Tujuan ditulis seperti tujuan di
pendahuluan dalam naskah. Metode disarikan dari bahan dan metode, serta
i
7
kesimpulan ditulis seperti yang ditulis di kesimpulan dalam naskah. Abstrak berisi 200-
300 kata. Pada beberapa jurnal, abstrak dilengkapi dengan kata kunci (keywords) yang
ditulis di bawah abstrak. Jumlah kata dalam kata kunci biasanya tidak lebih dari 10 kata.
4. Pendahuluan
Pendahuluan memuat latar belakang, dan tujuan
penelitian/pengkajian/diseminasi. Latar belakang memuat perumusan masalah,
keaslian penelitian, dan manfaat yang diharapkan. Perumusan masalah memuat
penjelasan mengenai alasan-alasan mengapa persoalan yang dikemukakan dipandang
menarik, penting dan perlu untuk diteliti/dikaji/ didiseminasikan.
Keaslian penelitian/pengkajian/diseminasi dikemukakan dengan menunjukkan
bahwa persoalan yang diteliti/dikaji/didiseminasikan belum pernah
diteliti/dikaji/didiseminasikan oleh peneliti/pengkaji/penyuluh terdahulu, atau dinyatakan
dengan tegas beda penelitian/ pengkajian/diseminasi ini dengan yang pernah
dilaksanakan. Demikian juga dengan manfaat yang dapat diharapkan harus
dikemukakan manfaat bagi apa dan siapa. Untuk tulisan ilmiah tertentu, dalam
pendahuluan juga diuaraikan “luaran” yang diharapkan. Penulisan kalimat dalam
“tujuan” menggunakan kata kerja aktif (misalnya: mengetahui, mendapatkan,
mengadopsikan dsb), sedangkan dalam “luaran” menggunakan kata kerja pasif
(misalnya: diketahuinya, didapatnya, diadopsinya dsb).
Pendahuluan hanya merupakan pengantar sehingga masalah yang dikemukakan
harus dikemukakan dalam pernyataan yang rasional. Semuanya ditata dalam konteks
ilmiah sehingga setiap pernyataan penulis didukung oleh referensi. Hindari pembuatan
pendahuluan yang terlalu panjang, jika pendahuluan melampaui dua halaman cetak
sebaiknya disarikan kembali tanpa menghilangkan tiga butir penting di atas.
5. Bahan dan Metode atau Metode Penelitian/pengkajian/diseminasi
Dalam Bahan dan Metode atau Metode Penelitian/pengkajian/diseminasi
diuraikan secara terinci tentang jawaban atas pertanyaan dimana, kapan, apa yang
digunakan, apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Dimana
dilaksanakan terkait dengan tempat atau lokasi pelaksanaan
penelitian/pengkajian/diseminasi, kapan terkait dengan waktu atau musim saat
i
8
penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan, apa yang digunakan terkait dengan
bahan dan alat yang digunakan, apa yang dikerjalan dan bagaimana cara
mengerjakannya terkait dengan pelaksanaan mencakup metode, data yang
dikumpulkan dan analisis data penelitian/pengkajian/diseminasi.
a. Lokasi
Lokasi kegiatan diuraikan secara jelas sesuai dengan masalah yang dipecahkan
dalam penelitian/pengkajian/diseminasi, meliputi desa, kecamatan dan kabupaten (bila
dilaksanakan di lapang) termasuk nama poktan bila melibatkan poktan, atau di rumah
kaca/laboratorium dengan menyebutkan institusi dan bidangnya. Uraian tersebut perlu
diberi alasan mengapa dipilih.
b. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan mencerminkan periode mulai perencanaan, pelaksanaan
sampai penyusuna laporan. Apabila penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan
pada tanaman semusim seperti tanaman pangan (padi, jagung atau palawija) dan
kegiatannya dilaksanakan di lapang, sebutkan musim tanamnya termasuk alasan
mengapa dipilih musim tanam tersebut. Umumnya untuk tanaman pangan memiliki pola
tanam tertentu, dan bisa berbeda antar lokasi. Demikian juga tiap musim tanam,
biasanya permasalahannya juga berbeda.
c. Bahan atau materi
Bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian/pengkajian/diseminasi yang
berbentuk populasi atau sampel, harus dikemukakn dengan jelas dan disebutkan sifat
atau spesifikasinya. Contoh penelitian/pengkajian/diseminasi menggunakan VUB, harus
disebutkan nama dan deskripsinya (yang utama). Untuk penelitian di laboratorium,
harus disebutkan asal, cara penyiapan, sifak fisik, dan susunan kimia bahan yang
dipakai.
d. Alat
Apabila alat yang digunakan belum populer dan penulis berkeinginan
memperkenalkan denagn jelas, maka alat tersebut perlu diuraikan dengan jelas
i
9
spesifikasinya. Apabila diperlukan, dilengkapi dengan gambar dan keterangan-
keterangan yang diperlukan.
e. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan diuraikan secara terinci tentang cara pelaksanaan
penelitian/ pengkajian/diseminasi, dan pengumpulan data (variable) termasuk jenisnya.
Apabila penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan melalui percobaan, harus
dicantumkan rancangan percobaan yang digunakan, perlakuan yang diuji (dicoba)
termasuk klasifikasinya, dan jumlah ulangannya. Apabila
penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan melalui survei, harus diterangkan jumlah
responden, dasar dan cara pemilihan responden, serta klasifikasi respondennya. Jika
metode yang digunakan merupakan sitiran dari suatu referensi atau penelitian lain,
harus dikemukakan dan dicantumkan dalam referensi. Bila dilakukan perubahan, maka
perubahan tersebut dikemukakan.
f. Variabel dan data
Variabel yang dipelajari dan data yang dikumpulkan, diuraikan dengan jelas dan
benar, termasuk jenis dan kisarannya. Variabel yang dipelajari dan data yang
dikumpulkan perlu dibatasi hanya yang terkait dengan topik dan tujuan
penelitian/pengkajian/diseminasi.
g. Analisis hasil
Berisi uraian yang lengkap tentang cara menganalisis hasil, baik secara kimiawi,
fisik, statistik, ataupun cara-cara lainnya.
6. Hasil dan Pembahasan
Ada penulis yang memisahkan bab hasil dari pembahasan, tetapi ada pula yang
langsung melakukan pembahasan pada saat menulis hasil
penelitian/pengkajian/diseminasinya. Hal ini tidak menjadi masalah, yang lebih penting
adalah pada bab hasil terjawab pertanyaan apa yang terjadi pada suatu
penelitian/pengkajian/diseminasi, sedangkan pada bab pembahasan dapat dijawab
pertanyaan apa arti hasil penelitian/pengkajian/diseminasi tersebut dan apa
i
10
implikasinya. Apabila keduaa bab ini dipisahkan, maka yang terdapat pada masing-
masing bab adalah:
a. Hasil
Bab hasil biasanya dimulai dengan pernyataan yang menggambarkan deskripsi
umum hasil penelitian/pengkajian/diseminasi. Deskripsi umum ini disusun berurut
sesuai dengan tujuan penelitian/pengkajian/diseminasi yang telah disebutkan. Hindari
membeberkan hasil penelitian di luar tujuan semula. Hal-hal yang negatif jika harus
diungkapkan, tempatkanlah pada bagian terakhir. Di dalam bab hasil inilah diputuskan
untuk menggunakan ilustrasi secermat mungkin, tabulasi, analaisis statistic yang
diimbangin dengan interpretasi yang benar. Penguasaan pemakaian hal-hal ini harus
dimiliki oleh penulis.
Cara mengungkapkan hasil sangat besar pengaruhnya bagi pembaca. Jika ingin
melakukan pembandingan hasil, misalnya, dari beberapa perlakuan, perbandingan ini
harus terlihat pada akhir penulisan. Hasil Penelitian/pengkajian/diseminasi sebaiknya
disajikan dalam bentuk tabel, grafik, foto atau bentuk lain, dan ditempatkan sedekat-
dekatnya dengan uraian hasil. Sebelum pencantuman tabel, grafik atau foto, pada
uraian hasil disebutkan bahwa hasil tersebut dijumpai pada Tabel dan Gambar yang
nomernya disebutkan. Dalam naskah ilmiah, sangat jarang digunakan foto, apalagi
berwarna. Kalaupun ada, biasanya hanya untuk menujukkan gejala serangan hama
atau penyakit, dan kekurangan unsure hara.
Penelitian/pengkajian/diseminasi umumnya menghasilkan data, baik kualitatif
maupun kuantitatif. Data kuantitatif umumnya dianalisis statistik untuk mengetahui: (a)
apakah pengaruh perlakuan nyata atau tidak nyata; (b) apakah perlakuan yang dicoba
(diuji) pengaruhnya (hasilnya) lebih baik daripada pembanding; (c) di antara perlakuan-
perlakuan, perlakuan mana yang memberi pengaruh terbaik; (d) adakah hubungan
regresif atau korelatif antara perlakuan dengan respon yang diamati; dan sebagainya.
Jika pengolahan data menggunakan statistik, prinsip dasar metodenya
seharusnya diterangkan dan ditunjang oleh referensi. Analisis statistic yang benar
sangat penting artinya karena tingkat kebenaran dapat ditelusuri dan hasilnya bukan
dari meraba-raba. Di lain pihak, hasil penelitian/pengkajian/ diseminasi tidak
i
11
dodominasi oleh analisis statistic tetapi hanya memberikan informasi statistic yang
diperlukan.
b. Pembahasan
Bab pembahasan adalah bagian yang paling sukar ditulis, karena penulis dituntut
untuk dapat menjawab pertanyaan apa arti hasil yang telah dicapai dan apa saja
implikasinya. Hasil yang diperoleh harus dapat diinterpretasi dan dijabarkan sehingga
pembaca dapat mengerti sebaik-baiknya. Hal-hal penting yang dikemukakan dalam bab
pembahasan adalah:
Dari hasil yang diperoleh, kemukakan hubungan-hubungan nyata dengan hasil
penelitian/peng-kajian/diseminasi sebelumnya. Tunjukkan hasil
penelitian/pengkajian/ diseminasi penulis berbeda dengan karya ilmiah serupa
yang dilakukan peneliti lainnya dan mengapa sapai demikian.
Kemukakan kemajuan penelitian/pengkajian/diseminasi (jika ada), serta
kemungkinan pengembangan selanjutnya. Di sinilah hasil
penelitian/pengkajian/diseminasi diinter-pretasi dan dihubungkan dengan
hipotesis dan tujuan seperti yang dikemukakan dalam pendahuluan. Dengan
demikian bab pembahasan mengandung fakta yang ditemukan dalam
penelitian/pengkajian/diseminasi dan diberi komentar tentang kenyataan
tersebut, serta kemungkinan implikasinya.
Kemukakan dan bahas hasil penelitian/pengkajian/diseminasi yang negatif (jika
harus diungkapkan) serta hubungkan satu sama lain melalui penelusuran
literature. Meskipun demikian, penelusuran literatur bukan merupakan ulasan
litertur.
7. Kesimpulan
Kesimpulan merupakan sintesa dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan
penelitian, yaitu pernyataan singkat dan tepat yang disarikan dari hasil
penelitian/pengkajian/disemi-nasi dan pembahasan untuk membuktikan hipotesis.
Apabila kesimpulan tidak berlaku umum, harus diberi batasan berlakunya kesimpulan
tersebut.
i
12
Sering dijumpai dalam tulisan ilmiah, kesimpulan diikuti dengan saran. Saran
tidak merupakaan suatu keharusan. Apabila ada saran, sebaiknya saran dibuat
berdasarkan pengalaman dan pertimbangan penulis, ditujukan kepada para
peneliti/pengkaji/penyuluh dalam bidang keilmuan yang sama, yang ingin melanjutkan
atau mengembangkan penelitian yang sudah diselesaikan. Saran yang sifatnya pesan
“sponsor” harus dihindari.
8. Daftar pustaka/referensi
Daftar pustaka hanya memuat pustaka yang diacu dalam tulisan, dan disusun ke
bawah menurut abjad nama akhir (nama keluarga) penulis pertama.
Contoh cara penulisan pustaka dalam daftar pustaka:
Buku: Nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, penerbit dan alamatnya, serta halaman
yang disitir.
Mardikanto, T. dan S. Sutarni. 1982. Pengantar penyuluhan pertanian. LSP3,
Surakarta. 178 hlm.
Jurnal: Nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama jurnal, volume dan nomer,
halaman yang disitir.
Mahfud, M.C., Z.A. Mior Ahmad, S. Meon and J. Kadir. 2006. In vitro and in vivo tests
for parasitism of Verticillium psalliotae Treschow on Hemileia vastatrix Berk. and
Br. Malaysian Journal of Microbiology 2 (1): 46-50.
Prosiding: Nama Penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama prosiding, lokasi dan tanggal
seminar, penerbit, lokasi penerbit, halaman yang disitir.
Rosmahani, L., M.C.Mahfud, Handoko, D.Rahmawati, Sarwono, M. Soleh dan H.
Subagio. 2003. Uji penerapan teknologi PHT tingkat petani oleh petani pada kopi
Arabika rakyat di dataran tinggi. Prosiding Seminar dan Ekspose Teknologi BPTP
Jatim. Malang 9-10 Juli 2002. Puslitbang Sosial Ekonomi. Bogor. 441-453.
i
13
BAB V
TATA CARA PENULISAN
Dalam membuat tulisan ilmiah, hendaknya didahului dengan membuat rencana
menyeluruh mengenai apa yang akan dikemukakan. Rencana ini dapat diumpamakan
sebagai suatu peta jalan (road map) yang akan membawa penulis sampai ke tempat
yang dituju. Ada ungkapan “meskipun hanya menancapkan sebuah tiang, seorang
pelaksana bangunan tidak akan mulai bisa membangun jika gambar rencana bangunan
belum tersedia (dibuat)”. Demikian juga dalam membuat tulisan ilmiah.
Menulis ilmiah adalah kerja berpikir, yang memerlukan ketekunan, ketelitian,
keberanian dan kedewasaan berpikir ilmiah. Ini sukar dijelaskan, tetapi dapat dirasakan,
diamati atau diketahui dari hasil tulisannya. Kemampuan menulis akan makin
bertambah tinggi apabila seseorang mau berlatih menulis. Tanpa mau mempraktekkan
dan berlatih menulis, seorang peneliti/pengkaji/penyuluh dijamin tidak mahir dalam
menulis KTI. Petunjuk dan pedoman penulisan ilmiah bermanfaat untuk bekal berlatih
sendiri. Makalah ini akan memberi petunjuk dan pedoman untuk mencapai penulisan
ilmiah yang benar.
1. Paragraf
Paragraf biasanya terdiri lebih dari satu kalimat, tetapi tidak ada batasan berapa
maksiumum banyaknya kalimat dalam satu paragraph. Karena satu paragraf
mengandung satu pengertian, maka kalimat-kalimat dalam satu paragraf harus: (a)
menyusun satu pengertian, (b) lengkap, (c) berurutan, (d) relevan dengan isi makalah,
(e) koheren-terpadu-utuh, serta (f) bersambungan dengan paragraph sebelum dan atau
paragraf berikutnya. Isi dalam satu paragraf dapat berupa salah satu dari hal-hal
beribut: (i) difinisi dan penjelasan, (ii) pembandingan atau pengkontrasan, (iii) ilustrasi
dan contoh-contoh, (iv) penggolongan, atau (v) uraian topic paragraf. Urutan kalimat
dalam satu paragraf dapat dipilih dari beberapa alternatif: (i) dari hal umum diikuti
penjelasan yang lebih spesifik, (ii) dari hal-hal spesifik diakhiri dengan yang lebih
umum, (iii) dari difinisi diikuti oleh ilustrasi dan contoh, atau (iv) dari kalimat topik ke
uraian komponen-komponennya.
i
14
Contoh kalimat topik paragraf:
Dari hasil pengamatan lapang diketahui bahwa tingginya tingkat kematian
tanaman jagung hingga umur empat minggu setelah tanam disebabkan oleh: (a)
kualitas benih jelek, (b) kekurangan air, dan (b) infeksi penyakit bulai.
2. Kalimat
Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku, dan setiap kalimat
disusun sebagai berikut: subyek, predikat, obyek dan keterangan. Kalimat-kalimat tidak
boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua (saya, kami, engkau, mereka, dia
dsb), tetapi dibuat berbentuk pasif.
Beberapa contoh:
Judul: Peningkatan Kesejahteraan Petani Lahan Kering Melalui Pengembangan
Padi Gogo
Kalimat pembimbing:
Usahatani padi gogo di lahan kering umumnya masih tradisional, belum
menerapkan teknologi anjuran, dan masih bersifat subsisten.
Atau:
Usahatani tanaman pangan yang dikombinasikan dengan usaha peternakan,
memiliki peluang untuk dikembangkan di lahan kering guna meningkatkan produktivitas
lahan dan pendapatan petani.
Judul: Pemberdayaan Poktan Melalui Usaha Perbenihan Padi
Kalimat pembimbing:
Setiap musim tanam, petani selalu kesulitan untuk mendapatkan benih padi
berkualitas, menyebabkan petani menggunakan benih seadanya sehingga
produktivitasnya rendah.
Atau:
Usaha perbenihan padi oleh Poktan memiliki beberapa keuntungan, antara lain
meningkatkan ketersediaan benih tingkat petani, memudahkan petani mendapat benih
berkualitas, harganya lebih murah, tersedia saat diperlukan, dan varietasnya adaptif
dengan agroekosistem setempat.
i
15
3. Bilangan dan satuan
Bilangan diketik dengan angka, misalnya 100 kg urea, kecuali pada permulaan
kalimat, bilangan harus dieja. Bilangan desimal ditandai dengan koma (,), misalnya
berat 1000 biji kedelai varietas Wilis 50,5 g. Apabila tulisan ilmiah dibuat dalam bahasa
Inggris, bilangan desimal ditandai dengan titik (.). Satuan dinyatakan dengan singkatan
resminya tanpa titik (.) dibelakangnya, misalnya m, g, kg, cal.
4. Jarak baris
Jarak antara dua baris dibuat 1,5 spasi, kecuali catatan kaki, judul tabel, judul
gambar, daftar pustaka, serta abstrak (abstract) dan ringkasan (summary) diketik satu
spasi.
5. Istilah
Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau yang sudah dirubah menjadi
istilah Indonesia, misalnya varietas, survei, kuisioner, komoditas dsb. Jika harus
memakai istilah asing, maka tulis menggunakan huruf miring untuk istilah latin, misalnya
El nino, In vitro, In vivo, et al., Nilaparvata lugens Stal, dsb.
6. Penulisan nama
a. Nama penulis yang diacu dalam tulisan ilmiah
Penulis yang tulisannya diacu dalam tulisan ilmiah hanya disebutkan nama
akhirnya. Apabila penulisnya lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama
yang dicantumkan, diikuti dengan dkk atau et al.
Contoh penulisan:
Menurut Djauhari dan Malian (2012) produksi padi terbanyak di Indonesia
dihasilkan oleh Jawa Timur.
Tahun 2002 terjadi peningkatan luas penggunaan lahan sawah irigasi dan tadah
hujan untuk tanam padi masing-masing 10-15% dan 20-30% (Kasryno 2002)
Pola tanam padi-jagung-jagung pada lahan sawah tadah hujan, selain drainase
juga diperlukan tambahan irigasi dari sumber air tanah dangkal atau air
permukaan (Prabowo et al. 2010)
Yang membuat tulisan pada contoh terakhir berjumlah lebih dari dua penulis, yaitu: A.
Prabowo, B. Prastowo, I.U. Firmansyah, dan R.H. Anasiru.
i
16
b. Nama penulis dalam daftar pustaka
Dalam daftar pustaka, nama semua penulis harus dicantumkan, tidak boleh
hanya mencantumkan nama penulis pertama ditambah dkk atau et al.
Contoh:
Prabowo, A., B. Prastowo, I.U. Firmansyah, dan R.H. Anasiru. 2010……………………
Tidak boleh ditulis:
Prabowo, A. dkk. 2010 atau Prabowo, A. et al.
2010………………………………………….
c. Nama penulis lebih dari satu suku kata
Jika nama penulis terdiri atas dua suku kata atau lebih, cara penulisannya
adalah nama akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya
yang semuanya diberi titik.
Contoh:
Ida Bagus Oka ditulis Oka, I. B.
Moh. Cholil Mahfud ditulis Mahfud, M. C.
Wasis Sarjono
d. Nama dengan garis penghubung
Jika nama penulis terdiri atas dua suku kata, dan antara suku kata terdapat garis
penghubung, maka kedua suku kata tersebut dianggap satu kata, dan penulisannya
satu kata.
Contoh:
Gordonn-Kamm ditulis Gordonn-Kamm
Salim-Assegaf ditulis Salim-Assegaf
e. Nama yang diikuti dengan singkatan
Nama yang diikuti dengan singkatan, maka singkatan tersebut dianggap menjadi
satu dengan suku kata yang ada di depannya.
Contoh:
Mawardi A.I. ditulis Mawardi A.I
Baehaki S.E. ditulis Baehaki S.E.
i
17
7. Tabel dan Gabar
Tabel dan Gambar diberi nomer urut dengan angka Arab. Judul tabel ditulis
simetris di atas tabel, tanpa diakhiri dengan titik. Judul Tabel mengungkapkan secara
ringkas data yang tertera pada table, diperoleh dari mana dan kapan. Judul tabel
maksimum dua baris, tidak boleh diberi satuan. Judul Gambar ditulis simetris di bawah
gambar.
Sering dijumpai pada table terdapat catatan kaki untuk memberikan penjelasan
singkat, kode atau penjelasan lain yang diperlukan. Catatan kaki menggunakan tanda
1), 2) 3) dan seterusnya, sesuai singkatan atau kode yang akan dijelaskan.
Contoh:
Tabel 1. Hasil padi dari percobaan pemupukan di tiga lokasi, Jawa Timur, MK 2013
Perlakuan Hasil padi (ton/ha) GKP1)
Pasuruan Jombang Nganjuk
Tanpa pupuk NPK 4,5 3,6 4,2
1)GKP = gabah kering panen
i
18
BAB VI
TAHAPAN DALAM PEMBUATAN TULISAN ILMIAH
Proses penulisan ilmiah sebaiknya mengikuti tahapan berikut: (i) pengumpulkan
informasi data, pustaka dan observasi; (ii) pembuatan tabel data dan gambar; (iii)
pembuatan out line, dan pointers; (iv) penyusunan draf; (v) revisi; serta (vi) pembuatan
draf akhir (siap diserahkan pada redaksi atau penelaah).
1. Penyusunan Draf (konsep awal)
Sebelum menyusun draf, perlu dibuat out line dan pointers (kalimat pembina).
Out line merupakan penjabaran topik bahasan menjadi bagian-bagian yang lebih
spesifik, lebih kecil dan lebih rinci. Out line berusaha menjawab pertanyaan 5 W dan 1
H: what, where, when, who, why, how
Draf tulisan ilmiah adalah prosedur penulisan awal untuk menyusun data dan
informasi yang tersedia, menjadi makalah yang utuh dan padu. Draf mencoba
mengemukakan dan membahas ide berdasarkan informasi yang tersedia. Draf
mencoba menyusun urutan ide pada paragraf yang berurutan.
2. Revisi
Revisi pada dasarnya adalah menulis kembali draf sehingga makalah menjadi
lebih baik seperti berikut:
Kalimat lebih tegas
Kalimat memiliki tenaga (power) dan kekuatan (strength)
Kalimat tidak memiliki arti mendua (ambiguous), dan gramatiknya benar.
Paragraf lebih bernas, berisi uraian yang padat, jelas dan lengkap.
Informasi mengalir dengan lancar dari paragraf ke paragraph berikutnya.
Isinya (substansi makalah) berbobot, logis, dan tidak saling bertentangan.
Terdapat kesejajaran dan ketersambungan antara judul, masalah, tujuan,
perlakuan, data hasil, dan kesimpulan.
Pembahasan cukup mendalam dengan membandingkan pada informasi/literatur
sebelumnya.
Tidak terdapat kesalahan interpretasi data
i
19
Kesimpulan sesuai dengan fakta/data
Tercermin jelas isi penting makalah
Bahasa, ejaan, sitiran pustaka dan lain-lain tidak ada kesalahan
Perbaikan penulisan kalimat bisa diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:
Kalimat tanpa subyek (pokok kalimat)
Contoh:
- Metode pembuatan tepung beras merupakan modifikasi dari beberapa metode
yang sudah diuji cobakan
Direvisi menjadi:
+ Tepung beras dibuat menggunakan modifikasi beberapa metode yang sudah diuji
sebelumnya.
Kalimat salah predikat
Contoh:
- Pelaksanaan percobaan ditanam di KP Mojosari pada MK 2013 menggunakan
rancangan acak kelompok, enam ulangan.
Direvisi menjadi:
+ Percobaan dilaksanakan di KP Mojosari pada MK 2013 menggunakan rancangan
acak kelompok, enam ulangan.
Kalimat subyek ganda
Contoh:
- Tanaman di percobaan tumbuh kerdil, hal ini disebabkan oleh infeksi penyakit
kerdil rumput.
Direvisi menjadi:
+ Tanaman di percobaan tumbuh kerdil, disebabkan oleh infeksi penyakit kerdil
rumput.
Kalimat perbandingan yang mustahil
Contoh:
- Dosis pupuk 250 kg N/ha tidak berbeda nyata dengan 10.000 l Amina/ha
Direvisi menjadi:
+ Pengaruh pemupukan 250 kg N/ha terhadap hasil gabah tidak berbeda nyata
dengan pemupukan 10.000 l Amina/ha.
i
20
Kalimat yang tidak paralel
Contoh:
- Tanaman dipupuk pada umur 15 hari setelah tanam, menyiang dua kali, dan
membumbun setelah disiang.
Direvisi menjadi
+ Tanaman dipupuk pada umur 15 hari setelah tanam, disiang dua kali, dan
dibumbun setelah disiang.
Anak kalimat yang tidak menyambung dengan subyek
Contoh:
- Semua perlakuan yang dicoba hasilnya tidak berbeda nyata, pertumbuhan
tanaman mendapat cekaman kekeringan disebabkan terjadi periode tanpa hujan
selama satu bulan, dari Februari hingga Maret 2007
Direvisi menjadi:
+ Semua perlakuan hasilnya rendah dan hasil antar perlakuan tidak berbeda nyata,
diduga karena adanya cekaman kekeringan yang terjadi selama satu bulan, dari
Februari hingga Maret 2007.
Kalimat yang tidak memiliki predikat sehingga lemah tanpa power
Contoh:
- Pelaksanaan kajian di danau Singkarak, berupa jala apung berukuran 2 m x 5 m.
Direvisi menjadi:
+ Kajian dilaksanakan di danau Singkarak menggunakan jala apung berukuran 2 m
x 5 m.
Penggunaan kata untuk awal kalimat salah
Contoh:
- Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan 20 petani anggota poktan
Sumber Makmur menggunakan daftar pertanyaan. Sedangkan data primer
berupa laporan tahunan diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten.
Direvisi menjadi:
+ Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan 20 petani anggota poktan
Sumber Makmur menggunakan daftar pertanyaan, sedangkan data primer
berupa laporan tahunan diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten.
i
21
Atau:
+ Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan 20 petani anggota poktan
Sumber Makmur menggunakan daftar pertanyaan. Sebaliknya data primer
berupa laporan tahunan diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten.
Kesalahan menggunakan kata di dan ke
Kata di dan ke mempunyai dua fungsi, sebagai awalan dan penunjuk tempat.
Sebagai awalan, kedua kata tersebut diikuti oleh kata kerja, dan penggunaanya harus
disambung. Contoh: dilaksanakan, dianalisis, diamati, dikemukakan, dilaporkan,
disimpulkan dsb. Sebaliknya sebagai penunjuk tempat, kedua kata tersebut diikuti oleh
kata tempat, dan penggunaannya harus dipisah. Contoh: di lapang, di laboratorium, di
antara perlakuan, di antaranya, di mana, di samping itu, di samping sebagai …. juga
…..dsb.
Kesalahan lain yang sering ditemukan dalam tulisan
- Salah dalam menggunakan titik (.), misalnya: pada judul Tabel, judul Gambar,
sub judul, angka desimal yang ditulis dalam bahasa Indonesia, dsb.
- Salah dalam menggunakan koma (,), misalnya kalimat berikut:
i
22
BAB VII
BAHAN BACAAN
IPB. 1981. Panduan seminar Fakultas Pasca Sarjana. Pustaka IPB. Bogor. 11 hlm.
Mahfud, M.C. 1989. Petunjuk usulan penulisan dan penyusunan skripsi. Institut
Pertanian Malang. Malang. 28 hlm.
Sumarno. 1997. Analisis dan teknis penulisan ilmiah. BPTP Jatim. Malang. 31 hlm.
Sunarno, S., S. Dahlan, E. Setyorini dan P.I. Iskak. 1989. Penuntun penulisan ilmiah
ilmu pertanian dan biologi. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Biologi. Bogor. 25
hlm.