teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

22
i 1 TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI PENYULUH PERTANIAN Oleh Wasis Sarjono Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu Email: [email protected] BAB I PENDAHULUAN Peraturan MENPAN no. PER/02/MENPAN/2/2008 menerangkan bahwa Penyuluh Pertanian adalah jabatan fungsional yang memiliki ruang lingkup tugas, tanggung jawab, wewenang penyuluhan pertanian yang diduduki oleh PNS yang diberi hak serta kewajiban secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Sebaliknya penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama (petani, pekebun, peternak, beserta keluarga intinya) dan pelaku usaha (perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian) agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Memperhatikan Peraturan ini, peran penyuluh sangat penting dalam pembangunan pertanian, terutama terkait dengan upaya mencerdaskan petani dalam mengembangkan usahataninya. Untuk itu penyuluh harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, berpengetahuan luas, bersikap mandiri dan mampu menempatkan dirinya sesuai dengan karakteristik petani. Dalam hubungan ini penyuluh harus memiliki kemampuan menyusun rencana pembelajaran yang akan diimplementasikan melalui metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai dengan jumlah kebutuhan masyarakat.

Upload: bbppbatu

Post on 18-Jul-2015

887 views

Category:

Education


134 download

TRANSCRIPT

Page 1: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

1

TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH BAGI PENYULUH PERTANIAN

Oleh

Wasis Sarjono Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu

Email: [email protected]

BAB I PENDAHULUAN

Peraturan MENPAN no. PER/02/MENPAN/2/2008 menerangkan bahwa

Penyuluh Pertanian adalah jabatan fungsional yang memiliki ruang lingkup tugas,

tanggung jawab, wewenang penyuluhan pertanian yang diduduki oleh PNS yang diberi

hak serta kewajiban secara penuh oleh pejabat yang berwenang. Sebaliknya

penyuluhan pertanian adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama (petani, pekebun,

peternak, beserta keluarga intinya) dan pelaku usaha (perorangan warga negara

Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola

usaha pertanian) agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan

dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya

lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan,

dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup. Memperhatikan Peraturan ini, peran penyuluh sangat penting dalam

pembangunan pertanian, terutama terkait dengan upaya mencerdaskan petani dalam

mengembangkan usahataninya. Untuk itu penyuluh harus memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik, berpengetahuan luas, bersikap mandiri dan mampu

menempatkan dirinya sesuai dengan karakteristik petani. Dalam hubungan ini penyuluh

harus memiliki kemampuan menyusun rencana pembelajaran yang akan

diimplementasikan melalui metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien

sesuai dengan jumlah kebutuhan masyarakat.

Page 2: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

2

BAB II

PERMASALAHAN DAN PELUANG

Keberhasilan seorang penyuluh ditentukan oleh kompetensinya dalam

memberikan informasi yang dibutuhkan oleh petani, baik teknologi, harga, ases pasar

dan permodalan maupun kebijakan pembangunan pertanian di wilayah kerja penyuluh.

Kompetensi merupakan kemampuan yang dimiliki oleh penyuluh, baik kompetensi

teknis maupun kompetensi manajerial. Kompetensi penyuluh pertanian perlu didukung

oleh kemampuan intelektual (cognitif), kemampuan yang berkaitan dengan kejiwaan

(affectif), serta kemampuan gerak fisik (psychomotoric). Dengan adanya komptetensi,

seorang penyuluh diharapkan mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik

dalam melaksanakan penyuluhan pertanian.

Banyak hasil kajian yang melaporkan bahwa di lapangan masih banyak penyuluh

pertanian memiliki kompetensi yang rendah dalam melaksanakan tugasnya sebagai

agen perubahan di bidang pembangunan pertanian. Fakta ini antara lain disebabkan

oleh: (a) berbagai kebijakan di bidang pertanian yang menuntut seorang penyuluh

bekerja bukan pada bidang yang ditekuninya; (b) adanya pelaksanaan otonomi daerah

yang kurang memprioritaskan pembangunan pertanian; (c) banyaknya kegiatan yang

ditetapkan atasannya, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan tugas sebagai

penyuluh pertanian professional; (d) proses pembelajaran yang kurang bermutu, karena

penyuluh terjebak tuntutan formalitas untuk penyesuaian ijasah bagi jabatan fungsional

penyuluh; (e) bekal pengetahuan dan keterampilan sangat kurang sehingga

pelaksanaan penyuluhan tidak cocok dengan kebutuhan petani; (f) kurang disiapkan

dan kurang dilatih untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian; serta (g)

penyuluh sendiri tidak berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya sebagai seorang penyuluh yang professional.

Page 3: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

3

BAB III

KARYA TULIS ILMIAH

Dalam Peraturan MENPAN no. PER/02/MENPAN/2/2008, disebutkan bahwa

karya tulis ilmiah (KTI) adalah tulisan hasil pokok pikiran, pengembangan dan hasil

kajian/penelitian yang disusun oleh perorangan atau kelompok, yang membahas suatu

pokok bahasan ilmiah dengan menuangkan gagasan tertentu melalui identifikasi,

tinjauan pustaka, diskripsi, analisis permasalahan, kesimpulan dan saran-saran

pemecahannya. Secara substansial (isi), KTI adalah makalah yang berisi laporan hasil

penelitian, yang ditulis mengikuti format baku dan substansi tulisan mengutamakan

logika, kejelasan dan ketepatan (logic, clarity and precision). Tulisan ilmiah dibuat oleh

penulisnya, dengan maksud peneliti/pengkaji/penyuluh lain dapat mengulangi

penelitian/pengkajian/diseminasi dan mendapatkan kesimpulan yang sama, dan

publikasi itu diterbitkan pada jurnal, prosiding dan sebagainya.

1. Ciri-ciri Karya Tulis Ilmiah

Karya ilmiah mempunyai ciri-ciri seperti berikut ini:

a. Objektif

Keobjektifan ini tampak pada setiap fakta dan data yang diungkapkan

berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak dimanipulasi. Juga setiap pernyataan

atau kesimpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa

dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, siapa pun dapat mengecek (memverifikasi)

kebenaran dan keabsahannya.

b. Netral

Kenetralan ini bisa terlihat pada setiap pernyataan atau penilaian bebas dari

kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan pribadi maupun kelompok. Oleh

Page 4: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

4

karena itu, pernyataan-pernyataan yang bersifat mengajak, membujuk, atau

mempengaruhi pembaca perlu dihindarkan.

c. Sistematis

Uraian yang terdapat pada karya ilmiah dikatakan sistematis apabila mengikuti

pola pengembangan tertentu, misalnya pola urutan, klasifikasi, kausalitas, dan

sebagainya. Dengan cara demikian, pembaca akan bisa mengikutinya dengan mudah

alur uraiannya.

d. Logis

Kelogisan ini bisa dilihat dari pola nalar yang digunakannya, pola nalar induktif

atau deduktif. Kalau bermaksud menyimpulkan suatu fakta atau data, digunakan pola

induktif. Sebaliknya, kalau bermaksud membuktikan suatu teori atau hipotesis,

digunakan pola deduktif.

e. Menyajikan Fakta (bukan emosi atau perasaan)

Setiap pernyataan, uraian, atau simpulan dalam karya ilmiah harus faktual, yaitu

menyajikan fakta. Oleh karena itu, pernyataan atau ungkapan yang emosional

(menggebu-gebu seperti orang berkampanye, perasaan sedih seperti orang berkabung,

perasaan senang seperti orang mendapatkan hadiah, dan perasaan marah seperti

orang bertengkar), hendaknya dihindarkan.

f. Tidak Pleonastis

Maksudnya kata-kata yang digunakan tidak berlebihan alias hemat kata-katanya

atau tidak berbelit-belit (langsung tepat menuju sasaran).

g. Menggunakan ragam bahasa formal

Isi tulisan menggunakan bahasa tulisan yang formal, bukan bahasa lesan dsb

2. Kaidah Penulisan Ilmiah

Sering dijumpai tulisan ilmiah yang ditulis oleh peneliti/pengkaji/penyuluh

terdapat kelemahan dan kekurangan dalam hal mutu, bobot dan kejelasan isi tulisan.

Mutu berkaitan dengan kelengkapan informasi, format, struktur, tata bahasa,

Page 5: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

5

kelancaran kalimat dan kemanfaatan informasi yang terkandung dalam makalah. Bobot

berkaitan dengan kedalaman pembahasan, kelengkapan, keluasan dan keterkaitan

dengan makalah lain yang relevan. Sebaliknya kejelasan berkaitan dengan kemudahan

dimengerti, kejelasan informasi yang menjadi substansi makalah, kekinian informasi

serta ketuntasan bahasan.

Page 6: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

6

BAB IV

FORMAT BAKU TULISAN ILMIAH

Umumnya format baku dari tulisan ilmiah adalah: (1) Judul Naskah, (2) Nama

Penulis, (3) Abstrak, (4) Pendahuluan, (5) Bahan dan Metode, (6) Hasil dan

Pembahasan, (7) Kesimpulan, dan (8) Daftar Pustaka. Format tersebut dapat

mengakomodasi hampir semua tulisan ilmiah dari berbagai bidang area

penelitian/pengkajian/Diseminasi, sehingga digunakan sebagai format baku untuk

tulisan ilmiah.

1. Judul

Judul merupakan intisari indikatif dari isi makalah, dan ditulis pada halaman

pertama. Judul penelitian/pengkajian/diseminasi harus dibuat sesingkat-singkatnya,

tetapi jelas menunjukkan dengan tepat masalah yang hendak

diteliti/dikaji/didiseminasikan, dan tidak membuka peluang penafsiran yang beragam.

Dalam judul sedapat mungkin dihindari penggunaan rumus kimia, formula matematik,

bahasa singkatan atau bahasa tidak resmi.

Rumus kimia H2O, seharusnya ditulis air

Singkatan BPP seharusnya ditulis Balai Penyuluhan Pertanian

Bahasa tidak resmi, misalnya mes, kembang, tanduran dsb sebaiknya ditulis

pupuk, bunga, tanaman dsb

2. Nama Penulis

Nama yang diinginkan kelak untuk dapat disitir oleh penulis lain harus ditulis

dengan lengkap. Kualifikasi akademik dan posisi resmi atau tidak resmi di kantor

maupun di masyarakat tidak diperkenankan ditulis. Nama dan alamat atau unit kerja

penulis ditulis setelah nama penulis.

3. Abstrak

Abstrak ditempatkan sebelum pendahuluan, berisi tujuan, metode, hasil serta

kesimpulan suatu penelitian/pengkajian/diseminasi. Tujuan ditulis seperti tujuan di

pendahuluan dalam naskah. Metode disarikan dari bahan dan metode, serta

Page 7: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

7

kesimpulan ditulis seperti yang ditulis di kesimpulan dalam naskah. Abstrak berisi 200-

300 kata. Pada beberapa jurnal, abstrak dilengkapi dengan kata kunci (keywords) yang

ditulis di bawah abstrak. Jumlah kata dalam kata kunci biasanya tidak lebih dari 10 kata.

4. Pendahuluan

Pendahuluan memuat latar belakang, dan tujuan

penelitian/pengkajian/diseminasi. Latar belakang memuat perumusan masalah,

keaslian penelitian, dan manfaat yang diharapkan. Perumusan masalah memuat

penjelasan mengenai alasan-alasan mengapa persoalan yang dikemukakan dipandang

menarik, penting dan perlu untuk diteliti/dikaji/ didiseminasikan.

Keaslian penelitian/pengkajian/diseminasi dikemukakan dengan menunjukkan

bahwa persoalan yang diteliti/dikaji/didiseminasikan belum pernah

diteliti/dikaji/didiseminasikan oleh peneliti/pengkaji/penyuluh terdahulu, atau dinyatakan

dengan tegas beda penelitian/ pengkajian/diseminasi ini dengan yang pernah

dilaksanakan. Demikian juga dengan manfaat yang dapat diharapkan harus

dikemukakan manfaat bagi apa dan siapa. Untuk tulisan ilmiah tertentu, dalam

pendahuluan juga diuaraikan “luaran” yang diharapkan. Penulisan kalimat dalam

“tujuan” menggunakan kata kerja aktif (misalnya: mengetahui, mendapatkan,

mengadopsikan dsb), sedangkan dalam “luaran” menggunakan kata kerja pasif

(misalnya: diketahuinya, didapatnya, diadopsinya dsb).

Pendahuluan hanya merupakan pengantar sehingga masalah yang dikemukakan

harus dikemukakan dalam pernyataan yang rasional. Semuanya ditata dalam konteks

ilmiah sehingga setiap pernyataan penulis didukung oleh referensi. Hindari pembuatan

pendahuluan yang terlalu panjang, jika pendahuluan melampaui dua halaman cetak

sebaiknya disarikan kembali tanpa menghilangkan tiga butir penting di atas.

5. Bahan dan Metode atau Metode Penelitian/pengkajian/diseminasi

Dalam Bahan dan Metode atau Metode Penelitian/pengkajian/diseminasi

diuraikan secara terinci tentang jawaban atas pertanyaan dimana, kapan, apa yang

digunakan, apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Dimana

dilaksanakan terkait dengan tempat atau lokasi pelaksanaan

penelitian/pengkajian/diseminasi, kapan terkait dengan waktu atau musim saat

Page 8: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

8

penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan, apa yang digunakan terkait dengan

bahan dan alat yang digunakan, apa yang dikerjalan dan bagaimana cara

mengerjakannya terkait dengan pelaksanaan mencakup metode, data yang

dikumpulkan dan analisis data penelitian/pengkajian/diseminasi.

a. Lokasi

Lokasi kegiatan diuraikan secara jelas sesuai dengan masalah yang dipecahkan

dalam penelitian/pengkajian/diseminasi, meliputi desa, kecamatan dan kabupaten (bila

dilaksanakan di lapang) termasuk nama poktan bila melibatkan poktan, atau di rumah

kaca/laboratorium dengan menyebutkan institusi dan bidangnya. Uraian tersebut perlu

diberi alasan mengapa dipilih.

b. Waktu pelaksanaan

Waktu pelaksanaan mencerminkan periode mulai perencanaan, pelaksanaan

sampai penyusuna laporan. Apabila penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan

pada tanaman semusim seperti tanaman pangan (padi, jagung atau palawija) dan

kegiatannya dilaksanakan di lapang, sebutkan musim tanamnya termasuk alasan

mengapa dipilih musim tanam tersebut. Umumnya untuk tanaman pangan memiliki pola

tanam tertentu, dan bisa berbeda antar lokasi. Demikian juga tiap musim tanam,

biasanya permasalahannya juga berbeda.

c. Bahan atau materi

Bahan atau materi yang digunakan dalam penelitian/pengkajian/diseminasi yang

berbentuk populasi atau sampel, harus dikemukakn dengan jelas dan disebutkan sifat

atau spesifikasinya. Contoh penelitian/pengkajian/diseminasi menggunakan VUB, harus

disebutkan nama dan deskripsinya (yang utama). Untuk penelitian di laboratorium,

harus disebutkan asal, cara penyiapan, sifak fisik, dan susunan kimia bahan yang

dipakai.

d. Alat

Apabila alat yang digunakan belum populer dan penulis berkeinginan

memperkenalkan denagn jelas, maka alat tersebut perlu diuraikan dengan jelas

Page 9: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

9

spesifikasinya. Apabila diperlukan, dilengkapi dengan gambar dan keterangan-

keterangan yang diperlukan.

e. Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan diuraikan secara terinci tentang cara pelaksanaan

penelitian/ pengkajian/diseminasi, dan pengumpulan data (variable) termasuk jenisnya.

Apabila penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan melalui percobaan, harus

dicantumkan rancangan percobaan yang digunakan, perlakuan yang diuji (dicoba)

termasuk klasifikasinya, dan jumlah ulangannya. Apabila

penelitian/pengkajian/diseminasi dilaksanakan melalui survei, harus diterangkan jumlah

responden, dasar dan cara pemilihan responden, serta klasifikasi respondennya. Jika

metode yang digunakan merupakan sitiran dari suatu referensi atau penelitian lain,

harus dikemukakan dan dicantumkan dalam referensi. Bila dilakukan perubahan, maka

perubahan tersebut dikemukakan.

f. Variabel dan data

Variabel yang dipelajari dan data yang dikumpulkan, diuraikan dengan jelas dan

benar, termasuk jenis dan kisarannya. Variabel yang dipelajari dan data yang

dikumpulkan perlu dibatasi hanya yang terkait dengan topik dan tujuan

penelitian/pengkajian/diseminasi.

g. Analisis hasil

Berisi uraian yang lengkap tentang cara menganalisis hasil, baik secara kimiawi,

fisik, statistik, ataupun cara-cara lainnya.

6. Hasil dan Pembahasan

Ada penulis yang memisahkan bab hasil dari pembahasan, tetapi ada pula yang

langsung melakukan pembahasan pada saat menulis hasil

penelitian/pengkajian/diseminasinya. Hal ini tidak menjadi masalah, yang lebih penting

adalah pada bab hasil terjawab pertanyaan apa yang terjadi pada suatu

penelitian/pengkajian/diseminasi, sedangkan pada bab pembahasan dapat dijawab

pertanyaan apa arti hasil penelitian/pengkajian/diseminasi tersebut dan apa

Page 10: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

10

implikasinya. Apabila keduaa bab ini dipisahkan, maka yang terdapat pada masing-

masing bab adalah:

a. Hasil

Bab hasil biasanya dimulai dengan pernyataan yang menggambarkan deskripsi

umum hasil penelitian/pengkajian/diseminasi. Deskripsi umum ini disusun berurut

sesuai dengan tujuan penelitian/pengkajian/diseminasi yang telah disebutkan. Hindari

membeberkan hasil penelitian di luar tujuan semula. Hal-hal yang negatif jika harus

diungkapkan, tempatkanlah pada bagian terakhir. Di dalam bab hasil inilah diputuskan

untuk menggunakan ilustrasi secermat mungkin, tabulasi, analaisis statistic yang

diimbangin dengan interpretasi yang benar. Penguasaan pemakaian hal-hal ini harus

dimiliki oleh penulis.

Cara mengungkapkan hasil sangat besar pengaruhnya bagi pembaca. Jika ingin

melakukan pembandingan hasil, misalnya, dari beberapa perlakuan, perbandingan ini

harus terlihat pada akhir penulisan. Hasil Penelitian/pengkajian/diseminasi sebaiknya

disajikan dalam bentuk tabel, grafik, foto atau bentuk lain, dan ditempatkan sedekat-

dekatnya dengan uraian hasil. Sebelum pencantuman tabel, grafik atau foto, pada

uraian hasil disebutkan bahwa hasil tersebut dijumpai pada Tabel dan Gambar yang

nomernya disebutkan. Dalam naskah ilmiah, sangat jarang digunakan foto, apalagi

berwarna. Kalaupun ada, biasanya hanya untuk menujukkan gejala serangan hama

atau penyakit, dan kekurangan unsure hara.

Penelitian/pengkajian/diseminasi umumnya menghasilkan data, baik kualitatif

maupun kuantitatif. Data kuantitatif umumnya dianalisis statistik untuk mengetahui: (a)

apakah pengaruh perlakuan nyata atau tidak nyata; (b) apakah perlakuan yang dicoba

(diuji) pengaruhnya (hasilnya) lebih baik daripada pembanding; (c) di antara perlakuan-

perlakuan, perlakuan mana yang memberi pengaruh terbaik; (d) adakah hubungan

regresif atau korelatif antara perlakuan dengan respon yang diamati; dan sebagainya.

Jika pengolahan data menggunakan statistik, prinsip dasar metodenya

seharusnya diterangkan dan ditunjang oleh referensi. Analisis statistic yang benar

sangat penting artinya karena tingkat kebenaran dapat ditelusuri dan hasilnya bukan

dari meraba-raba. Di lain pihak, hasil penelitian/pengkajian/ diseminasi tidak

Page 11: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

11

dodominasi oleh analisis statistic tetapi hanya memberikan informasi statistic yang

diperlukan.

b. Pembahasan

Bab pembahasan adalah bagian yang paling sukar ditulis, karena penulis dituntut

untuk dapat menjawab pertanyaan apa arti hasil yang telah dicapai dan apa saja

implikasinya. Hasil yang diperoleh harus dapat diinterpretasi dan dijabarkan sehingga

pembaca dapat mengerti sebaik-baiknya. Hal-hal penting yang dikemukakan dalam bab

pembahasan adalah:

Dari hasil yang diperoleh, kemukakan hubungan-hubungan nyata dengan hasil

penelitian/peng-kajian/diseminasi sebelumnya. Tunjukkan hasil

penelitian/pengkajian/ diseminasi penulis berbeda dengan karya ilmiah serupa

yang dilakukan peneliti lainnya dan mengapa sapai demikian.

Kemukakan kemajuan penelitian/pengkajian/diseminasi (jika ada), serta

kemungkinan pengembangan selanjutnya. Di sinilah hasil

penelitian/pengkajian/diseminasi diinter-pretasi dan dihubungkan dengan

hipotesis dan tujuan seperti yang dikemukakan dalam pendahuluan. Dengan

demikian bab pembahasan mengandung fakta yang ditemukan dalam

penelitian/pengkajian/diseminasi dan diberi komentar tentang kenyataan

tersebut, serta kemungkinan implikasinya.

Kemukakan dan bahas hasil penelitian/pengkajian/diseminasi yang negatif (jika

harus diungkapkan) serta hubungkan satu sama lain melalui penelusuran

literature. Meskipun demikian, penelusuran literatur bukan merupakan ulasan

litertur.

7. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan sintesa dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan

penelitian, yaitu pernyataan singkat dan tepat yang disarikan dari hasil

penelitian/pengkajian/disemi-nasi dan pembahasan untuk membuktikan hipotesis.

Apabila kesimpulan tidak berlaku umum, harus diberi batasan berlakunya kesimpulan

tersebut.

Page 12: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

12

Sering dijumpai dalam tulisan ilmiah, kesimpulan diikuti dengan saran. Saran

tidak merupakaan suatu keharusan. Apabila ada saran, sebaiknya saran dibuat

berdasarkan pengalaman dan pertimbangan penulis, ditujukan kepada para

peneliti/pengkaji/penyuluh dalam bidang keilmuan yang sama, yang ingin melanjutkan

atau mengembangkan penelitian yang sudah diselesaikan. Saran yang sifatnya pesan

“sponsor” harus dihindari.

8. Daftar pustaka/referensi

Daftar pustaka hanya memuat pustaka yang diacu dalam tulisan, dan disusun ke

bawah menurut abjad nama akhir (nama keluarga) penulis pertama.

Contoh cara penulisan pustaka dalam daftar pustaka:

Buku: Nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, penerbit dan alamatnya, serta halaman

yang disitir.

Mardikanto, T. dan S. Sutarni. 1982. Pengantar penyuluhan pertanian. LSP3,

Surakarta. 178 hlm.

Jurnal: Nama penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama jurnal, volume dan nomer,

halaman yang disitir.

Mahfud, M.C., Z.A. Mior Ahmad, S. Meon and J. Kadir. 2006. In vitro and in vivo tests

for parasitism of Verticillium psalliotae Treschow on Hemileia vastatrix Berk. and

Br. Malaysian Journal of Microbiology 2 (1): 46-50.

Prosiding: Nama Penulis, tahun terbit, judul tulisan, nama prosiding, lokasi dan tanggal

seminar, penerbit, lokasi penerbit, halaman yang disitir.

Rosmahani, L., M.C.Mahfud, Handoko, D.Rahmawati, Sarwono, M. Soleh dan H.

Subagio. 2003. Uji penerapan teknologi PHT tingkat petani oleh petani pada kopi

Arabika rakyat di dataran tinggi. Prosiding Seminar dan Ekspose Teknologi BPTP

Jatim. Malang 9-10 Juli 2002. Puslitbang Sosial Ekonomi. Bogor. 441-453.

Page 13: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

13

BAB V

TATA CARA PENULISAN

Dalam membuat tulisan ilmiah, hendaknya didahului dengan membuat rencana

menyeluruh mengenai apa yang akan dikemukakan. Rencana ini dapat diumpamakan

sebagai suatu peta jalan (road map) yang akan membawa penulis sampai ke tempat

yang dituju. Ada ungkapan “meskipun hanya menancapkan sebuah tiang, seorang

pelaksana bangunan tidak akan mulai bisa membangun jika gambar rencana bangunan

belum tersedia (dibuat)”. Demikian juga dalam membuat tulisan ilmiah.

Menulis ilmiah adalah kerja berpikir, yang memerlukan ketekunan, ketelitian,

keberanian dan kedewasaan berpikir ilmiah. Ini sukar dijelaskan, tetapi dapat dirasakan,

diamati atau diketahui dari hasil tulisannya. Kemampuan menulis akan makin

bertambah tinggi apabila seseorang mau berlatih menulis. Tanpa mau mempraktekkan

dan berlatih menulis, seorang peneliti/pengkaji/penyuluh dijamin tidak mahir dalam

menulis KTI. Petunjuk dan pedoman penulisan ilmiah bermanfaat untuk bekal berlatih

sendiri. Makalah ini akan memberi petunjuk dan pedoman untuk mencapai penulisan

ilmiah yang benar.

1. Paragraf

Paragraf biasanya terdiri lebih dari satu kalimat, tetapi tidak ada batasan berapa

maksiumum banyaknya kalimat dalam satu paragraph. Karena satu paragraf

mengandung satu pengertian, maka kalimat-kalimat dalam satu paragraf harus: (a)

menyusun satu pengertian, (b) lengkap, (c) berurutan, (d) relevan dengan isi makalah,

(e) koheren-terpadu-utuh, serta (f) bersambungan dengan paragraph sebelum dan atau

paragraf berikutnya. Isi dalam satu paragraf dapat berupa salah satu dari hal-hal

beribut: (i) difinisi dan penjelasan, (ii) pembandingan atau pengkontrasan, (iii) ilustrasi

dan contoh-contoh, (iv) penggolongan, atau (v) uraian topic paragraf. Urutan kalimat

dalam satu paragraf dapat dipilih dari beberapa alternatif: (i) dari hal umum diikuti

penjelasan yang lebih spesifik, (ii) dari hal-hal spesifik diakhiri dengan yang lebih

umum, (iii) dari difinisi diikuti oleh ilustrasi dan contoh, atau (iv) dari kalimat topik ke

uraian komponen-komponennya.

Page 14: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

14

Contoh kalimat topik paragraf:

Dari hasil pengamatan lapang diketahui bahwa tingginya tingkat kematian

tanaman jagung hingga umur empat minggu setelah tanam disebabkan oleh: (a)

kualitas benih jelek, (b) kekurangan air, dan (b) infeksi penyakit bulai.

2. Kalimat

Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia yang baku, dan setiap kalimat

disusun sebagai berikut: subyek, predikat, obyek dan keterangan. Kalimat-kalimat tidak

boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua (saya, kami, engkau, mereka, dia

dsb), tetapi dibuat berbentuk pasif.

Beberapa contoh:

Judul: Peningkatan Kesejahteraan Petani Lahan Kering Melalui Pengembangan

Padi Gogo

Kalimat pembimbing:

Usahatani padi gogo di lahan kering umumnya masih tradisional, belum

menerapkan teknologi anjuran, dan masih bersifat subsisten.

Atau:

Usahatani tanaman pangan yang dikombinasikan dengan usaha peternakan,

memiliki peluang untuk dikembangkan di lahan kering guna meningkatkan produktivitas

lahan dan pendapatan petani.

Judul: Pemberdayaan Poktan Melalui Usaha Perbenihan Padi

Kalimat pembimbing:

Setiap musim tanam, petani selalu kesulitan untuk mendapatkan benih padi

berkualitas, menyebabkan petani menggunakan benih seadanya sehingga

produktivitasnya rendah.

Atau:

Usaha perbenihan padi oleh Poktan memiliki beberapa keuntungan, antara lain

meningkatkan ketersediaan benih tingkat petani, memudahkan petani mendapat benih

berkualitas, harganya lebih murah, tersedia saat diperlukan, dan varietasnya adaptif

dengan agroekosistem setempat.

Page 15: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

15

3. Bilangan dan satuan

Bilangan diketik dengan angka, misalnya 100 kg urea, kecuali pada permulaan

kalimat, bilangan harus dieja. Bilangan desimal ditandai dengan koma (,), misalnya

berat 1000 biji kedelai varietas Wilis 50,5 g. Apabila tulisan ilmiah dibuat dalam bahasa

Inggris, bilangan desimal ditandai dengan titik (.). Satuan dinyatakan dengan singkatan

resminya tanpa titik (.) dibelakangnya, misalnya m, g, kg, cal.

4. Jarak baris

Jarak antara dua baris dibuat 1,5 spasi, kecuali catatan kaki, judul tabel, judul

gambar, daftar pustaka, serta abstrak (abstract) dan ringkasan (summary) diketik satu

spasi.

5. Istilah

Istilah yang dipakai adalah istilah Indonesia atau yang sudah dirubah menjadi

istilah Indonesia, misalnya varietas, survei, kuisioner, komoditas dsb. Jika harus

memakai istilah asing, maka tulis menggunakan huruf miring untuk istilah latin, misalnya

El nino, In vitro, In vivo, et al., Nilaparvata lugens Stal, dsb.

6. Penulisan nama

a. Nama penulis yang diacu dalam tulisan ilmiah

Penulis yang tulisannya diacu dalam tulisan ilmiah hanya disebutkan nama

akhirnya. Apabila penulisnya lebih dari dua orang, hanya nama akhir penulis pertama

yang dicantumkan, diikuti dengan dkk atau et al.

Contoh penulisan:

Menurut Djauhari dan Malian (2012) produksi padi terbanyak di Indonesia

dihasilkan oleh Jawa Timur.

Tahun 2002 terjadi peningkatan luas penggunaan lahan sawah irigasi dan tadah

hujan untuk tanam padi masing-masing 10-15% dan 20-30% (Kasryno 2002)

Pola tanam padi-jagung-jagung pada lahan sawah tadah hujan, selain drainase

juga diperlukan tambahan irigasi dari sumber air tanah dangkal atau air

permukaan (Prabowo et al. 2010)

Yang membuat tulisan pada contoh terakhir berjumlah lebih dari dua penulis, yaitu: A.

Prabowo, B. Prastowo, I.U. Firmansyah, dan R.H. Anasiru.

Page 16: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

16

b. Nama penulis dalam daftar pustaka

Dalam daftar pustaka, nama semua penulis harus dicantumkan, tidak boleh

hanya mencantumkan nama penulis pertama ditambah dkk atau et al.

Contoh:

Prabowo, A., B. Prastowo, I.U. Firmansyah, dan R.H. Anasiru. 2010……………………

Tidak boleh ditulis:

Prabowo, A. dkk. 2010 atau Prabowo, A. et al.

2010………………………………………….

c. Nama penulis lebih dari satu suku kata

Jika nama penulis terdiri atas dua suku kata atau lebih, cara penulisannya

adalah nama akhir diikuti dengan koma, singkatan nama depan, tengah dan seterusnya

yang semuanya diberi titik.

Contoh:

Ida Bagus Oka ditulis Oka, I. B.

Moh. Cholil Mahfud ditulis Mahfud, M. C.

Wasis Sarjono

d. Nama dengan garis penghubung

Jika nama penulis terdiri atas dua suku kata, dan antara suku kata terdapat garis

penghubung, maka kedua suku kata tersebut dianggap satu kata, dan penulisannya

satu kata.

Contoh:

Gordonn-Kamm ditulis Gordonn-Kamm

Salim-Assegaf ditulis Salim-Assegaf

e. Nama yang diikuti dengan singkatan

Nama yang diikuti dengan singkatan, maka singkatan tersebut dianggap menjadi

satu dengan suku kata yang ada di depannya.

Contoh:

Mawardi A.I. ditulis Mawardi A.I

Baehaki S.E. ditulis Baehaki S.E.

Page 17: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

17

7. Tabel dan Gabar

Tabel dan Gambar diberi nomer urut dengan angka Arab. Judul tabel ditulis

simetris di atas tabel, tanpa diakhiri dengan titik. Judul Tabel mengungkapkan secara

ringkas data yang tertera pada table, diperoleh dari mana dan kapan. Judul tabel

maksimum dua baris, tidak boleh diberi satuan. Judul Gambar ditulis simetris di bawah

gambar.

Sering dijumpai pada table terdapat catatan kaki untuk memberikan penjelasan

singkat, kode atau penjelasan lain yang diperlukan. Catatan kaki menggunakan tanda

1), 2) 3) dan seterusnya, sesuai singkatan atau kode yang akan dijelaskan.

Contoh:

Tabel 1. Hasil padi dari percobaan pemupukan di tiga lokasi, Jawa Timur, MK 2013

Perlakuan Hasil padi (ton/ha) GKP1)

Pasuruan Jombang Nganjuk

Tanpa pupuk NPK 4,5 3,6 4,2

1)GKP = gabah kering panen

Page 18: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

18

BAB VI

TAHAPAN DALAM PEMBUATAN TULISAN ILMIAH

Proses penulisan ilmiah sebaiknya mengikuti tahapan berikut: (i) pengumpulkan

informasi data, pustaka dan observasi; (ii) pembuatan tabel data dan gambar; (iii)

pembuatan out line, dan pointers; (iv) penyusunan draf; (v) revisi; serta (vi) pembuatan

draf akhir (siap diserahkan pada redaksi atau penelaah).

1. Penyusunan Draf (konsep awal)

Sebelum menyusun draf, perlu dibuat out line dan pointers (kalimat pembina).

Out line merupakan penjabaran topik bahasan menjadi bagian-bagian yang lebih

spesifik, lebih kecil dan lebih rinci. Out line berusaha menjawab pertanyaan 5 W dan 1

H: what, where, when, who, why, how

Draf tulisan ilmiah adalah prosedur penulisan awal untuk menyusun data dan

informasi yang tersedia, menjadi makalah yang utuh dan padu. Draf mencoba

mengemukakan dan membahas ide berdasarkan informasi yang tersedia. Draf

mencoba menyusun urutan ide pada paragraf yang berurutan.

2. Revisi

Revisi pada dasarnya adalah menulis kembali draf sehingga makalah menjadi

lebih baik seperti berikut:

Kalimat lebih tegas

Kalimat memiliki tenaga (power) dan kekuatan (strength)

Kalimat tidak memiliki arti mendua (ambiguous), dan gramatiknya benar.

Paragraf lebih bernas, berisi uraian yang padat, jelas dan lengkap.

Informasi mengalir dengan lancar dari paragraf ke paragraph berikutnya.

Isinya (substansi makalah) berbobot, logis, dan tidak saling bertentangan.

Terdapat kesejajaran dan ketersambungan antara judul, masalah, tujuan,

perlakuan, data hasil, dan kesimpulan.

Pembahasan cukup mendalam dengan membandingkan pada informasi/literatur

sebelumnya.

Tidak terdapat kesalahan interpretasi data

Page 19: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

19

Kesimpulan sesuai dengan fakta/data

Tercermin jelas isi penting makalah

Bahasa, ejaan, sitiran pustaka dan lain-lain tidak ada kesalahan

Perbaikan penulisan kalimat bisa diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut:

Kalimat tanpa subyek (pokok kalimat)

Contoh:

- Metode pembuatan tepung beras merupakan modifikasi dari beberapa metode

yang sudah diuji cobakan

Direvisi menjadi:

+ Tepung beras dibuat menggunakan modifikasi beberapa metode yang sudah diuji

sebelumnya.

Kalimat salah predikat

Contoh:

- Pelaksanaan percobaan ditanam di KP Mojosari pada MK 2013 menggunakan

rancangan acak kelompok, enam ulangan.

Direvisi menjadi:

+ Percobaan dilaksanakan di KP Mojosari pada MK 2013 menggunakan rancangan

acak kelompok, enam ulangan.

Kalimat subyek ganda

Contoh:

- Tanaman di percobaan tumbuh kerdil, hal ini disebabkan oleh infeksi penyakit

kerdil rumput.

Direvisi menjadi:

+ Tanaman di percobaan tumbuh kerdil, disebabkan oleh infeksi penyakit kerdil

rumput.

Kalimat perbandingan yang mustahil

Contoh:

- Dosis pupuk 250 kg N/ha tidak berbeda nyata dengan 10.000 l Amina/ha

Direvisi menjadi:

+ Pengaruh pemupukan 250 kg N/ha terhadap hasil gabah tidak berbeda nyata

dengan pemupukan 10.000 l Amina/ha.

Page 20: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

20

Kalimat yang tidak paralel

Contoh:

- Tanaman dipupuk pada umur 15 hari setelah tanam, menyiang dua kali, dan

membumbun setelah disiang.

Direvisi menjadi

+ Tanaman dipupuk pada umur 15 hari setelah tanam, disiang dua kali, dan

dibumbun setelah disiang.

Anak kalimat yang tidak menyambung dengan subyek

Contoh:

- Semua perlakuan yang dicoba hasilnya tidak berbeda nyata, pertumbuhan

tanaman mendapat cekaman kekeringan disebabkan terjadi periode tanpa hujan

selama satu bulan, dari Februari hingga Maret 2007

Direvisi menjadi:

+ Semua perlakuan hasilnya rendah dan hasil antar perlakuan tidak berbeda nyata,

diduga karena adanya cekaman kekeringan yang terjadi selama satu bulan, dari

Februari hingga Maret 2007.

Kalimat yang tidak memiliki predikat sehingga lemah tanpa power

Contoh:

- Pelaksanaan kajian di danau Singkarak, berupa jala apung berukuran 2 m x 5 m.

Direvisi menjadi:

+ Kajian dilaksanakan di danau Singkarak menggunakan jala apung berukuran 2 m

x 5 m.

Penggunaan kata untuk awal kalimat salah

Contoh:

- Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan 20 petani anggota poktan

Sumber Makmur menggunakan daftar pertanyaan. Sedangkan data primer

berupa laporan tahunan diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten.

Direvisi menjadi:

+ Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan 20 petani anggota poktan

Sumber Makmur menggunakan daftar pertanyaan, sedangkan data primer

berupa laporan tahunan diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten.

Page 21: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

21

Atau:

+ Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan 20 petani anggota poktan

Sumber Makmur menggunakan daftar pertanyaan. Sebaliknya data primer

berupa laporan tahunan diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten.

Kesalahan menggunakan kata di dan ke

Kata di dan ke mempunyai dua fungsi, sebagai awalan dan penunjuk tempat.

Sebagai awalan, kedua kata tersebut diikuti oleh kata kerja, dan penggunaanya harus

disambung. Contoh: dilaksanakan, dianalisis, diamati, dikemukakan, dilaporkan,

disimpulkan dsb. Sebaliknya sebagai penunjuk tempat, kedua kata tersebut diikuti oleh

kata tempat, dan penggunaannya harus dipisah. Contoh: di lapang, di laboratorium, di

antara perlakuan, di antaranya, di mana, di samping itu, di samping sebagai …. juga

…..dsb.

Kesalahan lain yang sering ditemukan dalam tulisan

- Salah dalam menggunakan titik (.), misalnya: pada judul Tabel, judul Gambar,

sub judul, angka desimal yang ditulis dalam bahasa Indonesia, dsb.

- Salah dalam menggunakan koma (,), misalnya kalimat berikut:

Page 22: Teknik penulisan karya tulis ilmiah bagi penyuluh pertanian

i

22

BAB VII

BAHAN BACAAN

IPB. 1981. Panduan seminar Fakultas Pasca Sarjana. Pustaka IPB. Bogor. 11 hlm.

Mahfud, M.C. 1989. Petunjuk usulan penulisan dan penyusunan skripsi. Institut

Pertanian Malang. Malang. 28 hlm.

Sumarno. 1997. Analisis dan teknis penulisan ilmiah. BPTP Jatim. Malang. 31 hlm.

Sunarno, S., S. Dahlan, E. Setyorini dan P.I. Iskak. 1989. Penuntun penulisan ilmiah

ilmu pertanian dan biologi. Pusat Perpustakaan Pertanian dan Biologi. Bogor. 25

hlm.