teknik explorasi
DESCRIPTION
ampai di penghujung tahun 2009, telah diketahui sedikitnya 265 lokasi sumber energi panasbumi di seluruh Indonesia dengan potensi 28,1 GWe. Sebagian besar potensi tersebut berasosiasi dengan jalur vulkanik, yang umumnya berentalpi tinggi dan dapat dikembangkan secara komersial untuk pembangkitan tenaga listrik. Sebagian kecil adalah sumber panasbumi yang berasosiasi dengan sistem non-vulkanik, biasanya memiliki suhu reservoir relatif rendah. Sistem panas bumi di Indonesia berdasarkan tatanan geologinya pada umumnya dapat dibedakan menjadi lima tipe: gunung api strato tunggal, komplek gunung api, kaldera, graben –kerucut vulkanik, dan non vulkanik. Tipe-tipe sistem panas bumi ini mencerminkan besarnya potensi yang dikandungnya: tipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut vulkanik pada umumnya mempunyai potensi energi yang jauh lebih besar dari pada tipe lainnya. Pemanfataan untuk pembangkit listrik hingga saat ini baru 1189 MWe atau sekitar 4 % dari potensi total. Semua sistem panas bumi yang telah dimanfaatkan bertipe komplek gunung api, kaldera dan graben-kerucut vulkanik. Sementara itu pemanfaatan langsung (direct use) masih jauh dari harapan.TRANSCRIPT
PENELITIAN GEOFISIKA TERPADU DAERAH PANAS BUMI TEHORU, P.SERAM,KABUPATEN MALUKU TENGAH, PROPINSI MALUKU
OlehDendi Surya Kusuma, Muhammad Kholid, Liliek R. Rosli
PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
SARI
Geologi daerah panas bumi Tehoru berada di lingkungan non vulkanik yang berasosiasi dengan batuan
malihan berumur Perm-Trias. Aktivitas panas bumi didaerah ini ditandai oleh adanya manifestasi berupa
pemunculan sekelompok mata air panas yang dikontrol sesar mendatar sinistral berarah relatif barat-timur
yang mengakibatkan pergeseran pada struktur- struktur yang telah terbentuk sebelumnya. Struktur
pengontrol pemunculan mata air panas inipun terlihat dari hasil geofisika (gaya berat, geomagnet, dan
geolistrik). Dari hasil kompilasi penelitian geofisika, menunjukkan daerah prospek panas bumi Tehoru
berada di bagian tenggara yang penyebarannya melingkupi kelompok mata air panas hingga menerus ke
sebelah barat dengan luas sekitar 5 Km2. Daerah prospek ini dibatasi oleh anomaly tahanan jenis rendah <
100 Ohm-m, anomali gaya berat rendah sedang dan tinggi, dan anomali geomagnet rendah < 10 nT.
Anomali gaya berat rendah memberikan informasi struktur depresi yang mengontrol keberadaan sistem
reservoir panas bumi Tehoru. Secara keseluruhan belum dapat menggambarkan sistem panas bumi yang
rinci, hal ini karena ada beberapa komponen utama dalam suatu sistem panas bumi yang ideal belum dapat
diketahui, seperti kedalaman dari lapisan atas reservoir dan sumber panas (heat source). Dari data-data
yang ada tidak ditemukan adanya aktivitas magmatisme di sekitar manifestasi dan juga tidak/belum
terceminkan adanya tubuh batuan intrusif di bawah permukaan hasil
gaya berat, sehingga diperkirakan sumber panas berasal dari aktvitas tektonik aktif dari
sesar-sesar yang berkembang di daerah penyelidikan atau pada batuan intrusif (?) yang tidak
muncul ke permukaan.
Kata Kunci : Panas Bumi, Intrusif, Anomali, Heat Sources
Pendahuluan
Penelitian Geofisika terpadu dilakukan untuk memperoleh data keprospekan (letak, delineasi dan besarnya
potensi) daerah panas bumi Tehoru dari tinjauan data geofisika. Data keprospekan ini kemudian akan
dijadikan sebagai data pendukung bagi evaluasi keprospekan kepanasbumian Tehoru secara terpadu
dengan hasil survei geologi dan geokimia. Secara administratif daerah penelitian termasuk ke dalam
wilayah Kecamatan Tehoru Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Daerah penelitian
(Gambar 1)
terletak pada koordinat antara 129o 26’ 06’’ Bujur Timur dan 3o 20’ 15” – 3 o 26’ 46” Lintang Selatan
pada sistem UTM Datum WGS 1984 Zona 52 S , dengan luas penelitian sekitar 15 X 15 km2.
Metodologi
Metode penelitian lapangan Geofisika terpadu terdiri dari dua tahap pekerjaan yaitu pekerjaan
pralapangan dan pekerjaan lapangan. Kegiatan pralapangan meliputi studi literatur dan analisis data
sekunder, serta penyiapan peralatan. Studi literatur dan analisis data sekunder merupakan kegiatan
pengumpulan dan analisis data pustaka melalui identifikasi terhadap hasil terdahulu yang berkaitan dengan
geofisik, berdasarkan informasi geologi regional, daerah penelitian yang ada atau yang pernah dilakukan di
daerah yang akan diselidiki. Sedangkan penyiapan peralatan dilakukan dengan cara kalibrasi peralatan
yang akan digunakan. Adapun penelitian lapangan meliputi pengukuran di titik-titik ukur, pengambilan
contoh batuan, pengolahan data hasil pengukuran dan pemodelan. Pengukuran Geofisika terpadu
(Gayaberat, Geomagnet, dan Geolistrik). dilakukan dititik yang telah ditentukan baik titik-titk lintasan
maupun acak (regional).
Tinjauan Geologi dan Geokimia
Pada tahun 2010, dalam waktu yang bersamaan, Pusat Sumber Daya Geologi -Badan Geologi juga
melakukan survey geologi detil dan geokimia pada daerah panas bumi Tehoru (Tim Survei Geologi dan
Geokimia Terpadu, 2010). Hasil survei tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: Geomorfologi daerah
survey dikelompokkan ke dalam dua satuan, yaitu satuan perbukitan bergelombang, satuan pedataran.
Stratigrafi batuan dikelompokkan ke dalam 4 satuan batuan
yang merupakan batuan malihan dan satuan endapan permukaan (alluvium). Urutan satuan batuan atau
stratigrafi dari
tua ke muda (Gambar 2) adalah satuan filit (PTf), sekis biotit (PTsb), sekis mika (PTsm), sekis kuarsa
(PTsk), dan alluvium (Qal). Berdasarkan hasil penelitian di lapangan teramati struktur geologi, yaitu :
a) Struktur lipatan berupa antiklin, dengan sumbunya relatif berarah baratlaut-tenggara. Struktur
perlipatan diperkirakan merupakan struktur geologi yang pertama terbentuk dan telah tersesarkan
berkali-kali sehingga bentuknya sudah mengalami pergeseran.
b) Struktur patahan yang terdiri dari dominan sesar mendatar, sesar obliq dan sesar normal. Sesar
mendatar pada umumnya berarah barat-timur, baratlaut- tenggara dan baratdaya-timurlaut. Sesar
obliq berarah relatif baratlaut-tenggara, sedangkan sesar normal berarah relative utara-selatan.
Aktivitas tektonik yahg mengakibatkan terbentuknya sesar mendatar sinistral berarah baratdaya
timur-laut. Sesar-sesar ini memotong sumbu antiklin dan sesar obliq sehingga mengakibatkan
pergeseran pada struktur tersebut. Sebagian dari strukur ini kemudian terpotong kembali oleh
struktur sesar mendatar dekstral berarah baratdaya-timurlaut yang terdapat di bagian selatan dan
barat daerah survey serta oleh struktur sesar normal berarah relatif utara-selatan di bagian selatan
daerah survei.
Daerah panas bumi Tehoru ini sangat menarik, karena berhubungan erat denganlingkungan geologi batuan
malihan
berumur Perm-Trias (non-vulkanik). Kemunculan manifestasi panas bumi diperkirakan berkaitan erat
dengan aktivitas plutonik berupa batuan intrusi muda yang tidak tersingkap ke permukandan aktivitas
tektonik kuat yang berkembang sebagai konsekuensi dari Benua Australia, Samudera Pasifik dan lempeng
Eurasia. Lapisan reservoir di daerah panas bumi Tehoru diduga terdapat pada batuan malihan Formasi
Taunusa yang terdiri dari sekis, genes, amfibolit, kuarsit, filit dan pualam yang kaya akan rekahan dan
bersifat permeabel. Tipe air panas dari manifestasi Tehoru adalah tipe air bikarbonat dengan lingkungan
berada pada batuan sedimen/sedimen laut. Konsentrasi kimiawi yang cukup tinggi merupakan indikasi
bahwa fluida panas yang berasal dari kedalaman pada temperatur dan tekanan tinggi yang membawa
senyawakimia terlarut sebagai hasil interaksi fluidapanas dengan batuan di kedalaman. Mata air panas
Tehoru berada pada zona “partial equilibrium”, hal ini menggambarkan kondisi air panas kemungkinan
berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi serta menunjukkan bahwa kondisi mata
air panas relatif sedikit sekali terpengaruh air permukaan atau pengenceran air meteorik. Hal ini
didukung oleh data isotop dari mata air panas dimana cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric
Water Line) yang mengindikasikan telah terjadinya pengkayaan 18O karena adanya interaksi fluida panas
dengan batuan di kedalaman. Perkiraan temperatur bawah permukaan untuk daerah manifestasi Tehoru
sebesar 115 - 143oC menggunakan geotermometer SiO2 (conductive cooling) sedangkan dengan
geotermometer Na-K menunjukkan estimasi temperatur sebesar 182 - 209oC dan termasuk ke dalam
entalpi sedang (intermediate-enthalphy). Secara umum dari hasil penelitian Geokimia (Gambar 3)
memperlihatkan pola penyebaran Hg terkonsentrasi sekitar lokasi manifestasi pemunculan mata air panas
Tehoru ke arah selatan dan timurlaut daerah survei. Dan berdasarkan data dari hasil analisis sampel tanah
dan udara tanah, pH tanah relatif netral, terdapat anomali Hg dan CO2 yang tinggi di sekitar manifestasi
dimana temperatur tanah juga relatif lebih tinggi sehingga diperkirakan bahwa tedapat zona-zona lemah di
bawah permukaan akibat dari sesar yang memungkinkan munculnya manifestasi panas bumi di daerah ini
letak geografis daerah Tehoru yang terletak pada zona pertemuan lempeng
Geofisika
Metoda Gaya Berat
Pola lineasi dari anomali Bouguer (Gambar 4) memperlihatkan arah umum baratlaut – tenggara,
serta di beberapa tempat seperti di bagian tengah, timurlaut, tenggara, baratdaya dan selatan terjadi
pembelokan dan pengkutuban anomaly rendah dan tinggi. Anomali Bouguer ini memperlihatkan
kecenderungan pola regional berarah baratlaut – tenggara dengan nilai gaya berat yang meninggi
ke arah selatan, baratdaya, dan tenggara. Arah pola regional ini sesuai dengan arah struktur
geologi yang membentang dari barat laut ke arah tenggara. Beberapa kelurusan dengan pola yang
kuat dan tegas, terutama di bagian baratlaut, tengah, timur, dan selatan daerah penelitian,
mempertegas keberadaan struktur-struktur berarah baratlaut- tenggara, barat - timur, dan
baratdaya - timurlaut, yang secara geologi dapat dikenali di permukaan dan merupakan struktur-
struktur tua di daerah ini. Zona anomali rendah yang terletak di sebelah timur, tengah, dan
timurlaut semakin terisolasi. Anomali rendah ini sebagian menunjukkan kesamaannya dengan
anomali Bouguer, hal ini mengisyaratkan kondisi struktur lokal searah dengan
struktur dalamnya. Sedangkan anomaly tinggi sangat terlihat jelas pada peta sebaran ini yang
membatasi zona anomaly rendah sehingga zona anomali tinggi yang berada tidak jauh dari
manifestasi air panas Tehoru semakin terfokus, ini memperlihatkan bahwa Anomali Bouguer Sisa
kemungkinan ditimbulkan oleh struktur-struktur dalam dan sangat patahan yang berarah baratlaut-
tenggara (F1). Struktur (F2) diperlihatkan di bagian utara memanjang ke arah tenggara
memperlihatkan jalur struktur yan berarah baratlaut – tenggara. Struktur di bagian tengah ke arah
timur terlihat memotong mata airpanas Tehoru, dan memperlihatkan jalur struktur yang berarah
barat – timur (F3), struktur ini diduga kuat sebagai penyebab munculnya manifestasi mata airpanas
Tehoru. Struktur (F4) berada dibagian timur yang berarah baratdaya – timurlaut. Struktur (F5),
berada dibagian timur mempunyai arah hampir barat – timur, diperkirakan struktur ini merupakan
bagian dari dampak dari struktur antiklin yang membentang dari bagian utara ke arah bagian
selatan daerah penelitian. Struktur (F6) berada di bagian paling tenggara, mempunyai arah hampir
barat – timur. Pola struktur yang berkembang pada daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh gaya
yang dihasilkan oleh pergerakan sesar-sesar tersebut, dimana arah gaya yang dihasilkan berarah
barat – timur, baratlaut – tenggara, dan baratdaya – timurlaut. Dari model dua dimensi pada
penampang A – B (Gambar 5) terdapat tubuh yang tidak muncul kepermukaan dengan kontras
densitas 2,98 gram/cm3 merupakan blok batuan dengan densitas yang relatif lebih tinggi dari pada
batuan yang ada di sekitarnya diperkirakan sebagai intrusi (?) yang berumur lebih muda dari pada
batuan di sekitarnya.
Metoda Geomagnet
Dari hasil Anomali Magnet Hasil Reduksi ke Kutub (RTP) dan Upward Continuation kompleks.
Jika hal ini memang benar, (UWC), Dimana proses upwa maka ada hal yang menarik dari zona
continuation dilakukan dengan variasi anomali tinggi tadi, apakah zona tinggi ini ditimbulkan oleh
blok batuan dengan densitas yang relatif lebih tinggi dari pada batuan yang ada disekitarnya atau
berupa ketinggian 50 m, 100 m, 200 m, 300 m, 400 m, dan 500 m, proses ini dimaksudkan untuk
memperoleh anomaly regional yang lebih smooth. Hasil upward batuan intrusi (?) yang berumur
lebih Continuation 100 meter dipilih untuk muda dari pada batuan disekitarnya dan berperan
sebagai sumber panas dari sistem panas bumi di daerah penelitian ini. Beberapa indikasi adanya
struktur atau patahan dari Anomali Bouguer sisa dapat dilihat di bagian tengah, timur–timurlaut,
dan utara daerah penelitian, dibagian utara hingga tengah terlihat pola anomaly dengan liniasi
kerapatan kontur antara anomali sedang dan anomali tinggi cukup tajam yang mengarah baratlaut
– tenggara, sebagai cerminan suatu struktur diinterpretasi karena pada ketinggian ini
memperlihatkan pola kontur anomaly paling smooth dan dianggap sebagai hasil yang paling
optimum untuk di interpretasi. Peta anomali hasil reduksi ke kutub dan upward continuation 100
meter (Gambar6) secara umum memperlihatkan anomaly magnet masih didominasi oleh anomaly
sedang 0 s/d 70 nT, dimana nilai anomaly magnet di daerah ini berkisar sekitar -90nT s/d 150 nT
yang secara umum pola delineasi anomali magnet berarah utara – selatan. Anomali magnet rendah
< 0 nT pada bagian timur mata air panas Tehoru membentuk kontur menutup berupa spot kecil
yang diperkirakan berhubungan erat dengan batuan malihan yang berumur timurlaut pola tahanan
jenis ini semakin meluas dan masih membuka kearah laut, tahanan jenis rendah ini menyatu
dengan yang dibagian selatan. Peta tahanan jenis AB/2= 1000m perm-trias (non-vulkanik) yang
telah (Gambar 7) memperlihatkan anomaly terubah akibat panas yang keluar dari sistem panas
bumi Tehoru. Anomali rendah pada bagian baratdaya dan tenggara yang membentuk pola
membuka kearah selatan ditafsirkan sebagai respon batuan malihan yang telah mengalami
pelapukan dan erosi. Anomali magnet sedang 0 nT s/d 70 nT hamper mendominasi daerah
penelitian yang berada di bagian utara, barat, timur, dan selatan daerah penelitian. Anomali ini
ditafsirkan sebagai respon batuan malihan yang sifat magnetisnya telah mengalami penurunan
akibat suhu atau akibat pelapukan. Anomali magnet tinggi > 70 nT terdapat di bagian tenggara,
yang kemungkinan masih membuka kearah timur, dimana hal ini disebabkan sebagai respon
batuan malihan yang sifat magnetisnya masih masif. Mata air panas Tehoru berlokasi pada daerah
transisi antara anomali magnet sedang dan tinggi, hal tersebut mengindikasikan telah terjadi proses
demagnetisasi yang lemah akibat proses hidrotermal di bawah permukaan. Struktur sesar yang
mengontrol kenampakan manifestasi air panas Tehoru adalah sesar yang berarah baratdaya –
timurlaut dan baratlaut – tenggara.
Metoda Geolistrik
Dari hasil peta tahanan jenis semu AB/2=250m memperlihatkan anomaly tahanan jenis rendah
menutup dibagian tengah dengan nilai < 100 Ohm m yaitu disekitar mata air panas Tehoru. Nilai
anomali tahanan jenis rendah disekitar mata air panas Tehoru diperkirakan akibat adanya batuan
ubahan akibat interaksi fluida hidrotermal dengan batuan disekitarnya. Berdasarkan pola-pola
kontur anomali dapat dilihat adanya pola kelurusan (lineament) yang relatif berarah barat-timur
dan utara-selatan. Pola-pola kelurusan tersebut diduga berkaitan dengan patahan-patahan yang ada
di daerah penelitian yang salah satunya mengontrol pemunculan mata air panas . Peta AB/2=
500m memperlihatkan anomali tahanan jenis rendah di sekitar kelompok mata air panas Tehoru
agak melebar kearah barat,sedangkan di rendah masih konsisten di daerah mata air panas Tehoru
dan dibagian tenggara penyebarannya sepanjang lintasan F terlihat semakin tegas dengan pola
kontur yang membuka ke tenggara. Nilai tahanan jenis tinggi masih berada di bagian baratdaya-
barat dengan sebaran makin luas kearah utara Anomali tahananan jenis semu pada AB/2= 1000m
memiliki pola yang hamper sama dengan bentangan AB/2=800m, tahanan jenis rendah yang
terdapat didaerah mata air panas tehoru masih konsisten keberadaannya, sebaran tahanan jenis
rendah disebelah tenggara memiliki kecenderungan meluas kearah baratlaut yaitu kearah mata air
panas Tehoru, kecenderungan ini mungkin dikarenakan sumber mata air panas tidak berasal dari
bawah manifestasi tapi outflow dari bagian tenggara daerah penyelidikan. Nilai tahanan jenis
sedang dan tinggi masih berada dibagian barat daerah penyelidikan. Penampang yang terlihat pada
(Gambar 8) memperlihatkan bahwa tahanan jenis rendah yang diperkirakan sebagai batuan
penudung dari sistem panas bumi Tehoru berada mulai titik D-8000 kearah selatan pada
kedalaman sekitar 500 m, sedangkan tahanan jenis tinggi dibagian utara diperkirakan batuan yang
lebih masif.
Zona tahanan jenis rendah < 100 Ohm-m pada bentangan AB/2=250 dan AB/2=500 m
yang terdapat disebelah timur laut daerah penyelidikan diperkirakan merupakan batuan
alluvium/intrusi air laut sedangkan tahanan jenis rendah yang terdapat disekitar
manifestasi Tehoru dengan penyebaran kearah tenggara diperkirakan adanya batuan
ubahan akibat interaksi fluida hidrotermal dengan batuan disekitarnya. Top reservoir dari
system panas bumi masih belum dapat diketahui kedalamannya, diperkirakan > 1000
meter.
Diskusi
Tahanan jenis rendah < 100 Ohm-m berada disekitar mata air panas Tehoru,
penyebarannya meluas ke arah tenggara. Berdasarkan pola-pola kontur anomaly dapat
dilihat adanya pola kelurusan
(lineament) yang relatif berarah barat - timur dan utara-selatan. Pola-pola kelurusan
tersebut diduga berkaitan dengan patahan-patahan yang ada di daerah penelitian yang
salah satunya mengontrol pemunculan mata air panas yang ada di daerah penyelidikan.
Anomali bouguer sisa memperlihatkan
kelurusan-kelurusan gayaberat berarah baratdaya - timurlaut, dan baratlaut - tenggara
yang secara tegas tampak di bagian tengah, timur, dan timurlaut daerah penyelidikan.
Kelurusan ini searah dengan
keberadaan struktur-struktur geologi yang dapat dikenali di permukaan dan dari
kelurusan kontur topografi.
Anomali bouguer sisa rendah umumnya ditempati oleh batuan yang telah mengalami
ubahan, dari tingkat lemah – kuat, akibat berkembangnya struktur dan akibat naiknya
larutan hidrothermal. Secara umum, di bagian timurlaut dari daerah penyelidikan di
mana manifestasi panasbumi Air panas Tehoru berada, dikontrol oleh struktur F3 yang
merupakan sesar pengontrol sistem panas bumi di daerah ini dan struktur ini
diperkirakan merupakan sesar yang aktif. Dari hasil anomali Bouguer, anomali Sisa, dan
penampang gaya berat memperlihatkan adanya anomali positif
tinggi yang berada disekitar manifestasi air panas agak menonjol dibandingkan dengan
anomali sekitarnya, mengindikasikan adanya sumber panas (heat source). Mata air
panas Tehoru berada pada
perbatasan anomali magnet sedang dan tinggi dengan pola kelurusan secara umum
mengarah utara – selatan yang membuka kearah selatan, hal ini mengindikasikan
terjadinya proses demagnetinasasi yang lemah baik akibat keberadaan struktur maupun
akibat naiknya larutan hidrotermal. Struktur yang dideteksi di sekitar mata air panas
berarah baratlaut-tenggara dan baratdaya - timurlaut yang saling besisi-an.
Potensi Energi Panas Bumi
Dari hasil penyelidikan terpadu geologi diketahui, yaitu dengan menggunakan metode
penghitungan volumetrik, melalui beberapa asumsi yaitu tebal reservoir = 1 km,
recovery factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan lifetime = 30 tahun, maka potensi
cadangan terduga energi panas bumi adalah : Q = 0,11585 x 5 x (210 – 150) = 34.755
MWe 30 MWe. Potensi energi pada tahap cadangan terduga dari reservoir panas bumi ≅
daerah Tehoru adalah sebesar 30 MWe.
Kesimpulan
Zona tahanan jenis rendah pada bentangan AB/2=250 dan AB/2= 500m yang terdapat
disebelah timur laut daerah penyelidikan diperkirakan merupakan batuan alluvium/
intrusi air laut sedangkan tahanan jenis rendah yang terdapat disekitar manifestasi
Tehoru dengan penyebaran kearah tenggara diperkirakan adanya batuan ubahan akibat
interaksi fluida hidrotermal dengan batuan disekitarnya. Top reservoir dari sistem
panas bumi masih belum dapat diketahui kedalamannya, diperkirakan > 1000 meter.
Dari hasil sebaran anomali Bouguer, anomali Regional, dan Sisa memperlihatkan arah
umum kelurusan baratlaut – tenggara dan baratdaya – timurlaut. Pola struktur yang
berkembang pada daerah penelitian sangat dipengaruhi oleh gaya yang dihasilkan oleh
pergerakan sesar-sesar, dimana arah gaya yang dihasilkan berarah barat – timur,
baratlaut – tenggara, dan baratdaya – timurlaut. Dari model dua dimensi pada
penampang A–B terdapat tubuh yang tidak muncul kepermukaan dengan kontras
densitas 2,98 gram/cm3 merupakan blok batuan dengan densitas yang lebih tinggi dari
pada batuan yang ada disekitarnya diperkirakan sebagai intrusi (?) yang berumur lebih
muda dari pada batuan disekitarnya, dan diperkirakan merupakan heat sources (sumber
panas) dari air panas Tehoru. Mata air panas Tehoru berlokasi pada dan geokimia
(Gambar 9), dimana daerah transisi antara anomali magnet temperatur reservoir
berdasarkan geothermometri diduga sebesar 210C, dengan temperatur cut-off sebesar
150°C dan luas daerah prospek hasil penyelidikan geofisika terpadu sekitar 5 km2 dan
dikompilasi dengan hasil geologi dan geokimia (Gambar 10), maka potensi sedang dan
tinggi, hal tersebut mengindikasikan telah terjadi proses demagnetisasi yang lemah
akibat proses hidrotermal di bawah permukaan.
Daftar Pustaka
1. Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol. I A. The Hague, Netherlands.
2. Telford, W.M et al, 1982 Applied Geophysics, Cambridge University Press. Cambridge.
3. Milsom, J., 1989. Field Geophysics, Open University Press and Halsted Press, John Wiley &
Sons, New York – Toronto.
4. Pusat Sumber Daya Geologi, 2009, Survei Pendahuluan Panas Bumi, Kabupaten Seram
Bagian Barat dan Maluku Tengah, Provinsi Maluku.
5. S.Tjokrosapoetro dkk,. (1993) Geologi Lembar Masohi, Maluku, skala 1 : 250.000
6. Yohana, T., dan Suhanto, E., 2004. Panduan Penggunaan Program GR2004.EXE. Untuk
Intern Subdit Panas Bumi. DIM, Bandung.