tekban

Upload: dayatpettasiri

Post on 06-Mar-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sepia

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangIkan merupakan bahan pangan yang mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk dikonsumsi, karena mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi, yang kandungan proteinnya tersusun oleh asam-asam amino esensial. Untuk menyediakan kebutuhan konsumsi, maka diperlukan adanya kegiatan akuakultur untuk memenuhi hal tersebut. Perkembangan akukultur selama 15 tahun terakhir seiring dengan penurunan produksi perikanan tangkap (FAO). Jika melihat data perikanan Indonesia, terjadinya pertumbuhan budidaya ikan yang sangat signifikan yaitu 28,1%, sedangkan pertumbuhan produksi melalui penangkapan hanya mencapai angka 2%. Saat ini Indonesia memiliki lahan untuk perikanan budidaya seluas 11.806.392 hektare (ha) dan baru dimanfaatkan 762,320 (ha) (6,46%). Sehingga masih tersisa lahan 11.044.072 ha (93,64%) yang belum dimanfaatkan. Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai57,7 juta ton/tahun dan baru dimanfaatkan 2,08%. Sedangkan potensi perikanan laut tangkap (laut dan perairan umum) hanya sebesar 7,3 juta ton/tahun dan telah dimanfaatkan sebesar 65,75%. Dengan meningkatnya produksi budidaya ikan total otomatis akan meningkatkan kebutuhan pakan ikan (Fahmi, 2010). Ketersediaan pakan yang memadai secra kualitas dan kuantitas akan berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya ikan. Pakan berkualitas harus memiliki kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ikan dan mudah dicerna sehingga dapat diserap oleh tubuh ikan (Afrianto, 2010). Dalam budidaya ikan, faktor pakan merupakan komponen biaya terbesar, sekitar 60-70% biaya untuk budidaya pembesaran ikan berasal dari pakan sehingga perlu pengelolaan yang efektif dan efisien salah satu upaya untuk meningkatkan produksi adalah dengan penyadiaan pakan berkualitas baik dan murah dari segi ekonomi maupun kualitasnya (Kusnadi, 2014). Untuk menyediaan pakan berkualitas dan murah, pengetahuan tentang proses pembuatan dan metode penggunaan alat sangat dibutuhnkan untuk menunjang penyediaan pakan tersebut.Berdasarkan beberapa masalah diatas, maka dilakukan praktikum tentang proses pembuatan pellet yang berkualitas bagi organisme akuatik B. Tujuan dan ManfaatTujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan pakan buatan dalam air (stability) dan tingkat ketertarikan ikan pada pakan (aktraktability) dengan menggunakan binder berbeda.Manfaat dilakukannya praktikum ini adalah menjadi salah satu sumber informasi dalam menyediakan pakan pada usaha budidaya agar pakan yang diberikan dapat sesuai dengan kebutuhan organisme.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Pengertian PakanPakan merupakan unsur penting dalam menunjang pertumbuuhan dan kelangsungan hidup ikan. Usaha pengembanagan budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup dalam jumlah dan kualitasnya untuk mendukung produksi yang lebih maksimal. Dalam membuat pakan buatan untuk ikan atau udang, hal pertama yang hatus dipertimbangkan adalah syarat bahan baku pakan, yaitu:1. Bahan baku tidak mengandung racun karena dapat menghambat perumbuhan ikan .2. Bahan baku pahan tidak boleh bersaing dengan bahan makana manusia.3. Bahan baku harus tersedia dalam waktu lama atau tersedia secara kontinu.4. Harga bahan baku. 5. Kualitas gizi bahan baku.B. Proses pengolahan PakanDalam proses pengolahan bahan pakan ada beberapa tahapan yaitu :1) Penerimaan Bahan pakan Dalam tahap penerimaan bahan pakan yang perlu diperhatikan adalah pengamatan fisik bahan dan konsistensi mutu bahan.2) SortasiSortasi bahan pakan bertujuan untuk memisahkan bahan mana yang layak diolah atau yang tidak layak di olah.3) Pembersihan/ Penyaringan (Screening)Pembersihan bahan pakan terdiri dari pembersihan secara fisik dengan cara pengayakan.4) Pengecilan Ukuran (grinding) dan pengayakan (Sieving)Pengecilan ukuran bertujuan untuk menghancurkan, menggiling atau menghaluskan. Sedangkan pengayakan bertujuan untuk menghasilkan hasil gilingan seragam.5) Penimbangan (Weighing)Penimbangan bahan baku dilakukan setelah perhitungan formulasi. Untuk bahan pakan makro seperti tepung jagung, tepung bungkil kedele, bekatul padi digunakan timbangan kasar (skala ratusan kilogram). Sedangkan untuk bahan pakan mikro/additives, seperti : methionin, minyak ikan, vitamin, mineral mix, premix, antioksidan, anti jamur digunakan timbangan analitis atau elektronik.6) Pencampuran/ pengadukan (Mixing)Proses pencampuran atau pengadukan bertujuan agar bahan tercampur secara merata(homogen) dan seluruh komponen bahan pakan yang di formulasi dapat tersebar secara seimbang7). Pemberian Uap Panas (steaming)Pemberian uap panas bertujuan untuk menimbulkan aroma pada pakan jadi dan juga bertujuan menstaerilkan bahan.8) Pembentukan pelet (pelletizing)Pelletizing bertujuan untuk membentuk suatu kesatuan pakan, atau pemadatan sehingga tidak mudah tercecer.9) Pembentukan Crumble (crumbling)Pembentukan crumble bertujuan untuk memotong atau memecah pelet hasil pengolahan pelletizer menjadi beberapa bagian.10) Pendinginan atau Penganginan (Cooling )Proses pendinginan atau penganginan (cooling) bertujuan untuk menghilangkan uap air yang terdapat pada permukaan luar pelet hasil palletizing. Proses cooling ini hanya berlangsung selama 5- 15 menit.11) Pengemasan ( Packaging )Proses pengemasan bertujuan untuk memudahkan pengangkutan hasil produk, dan untuk menjaga agar pakan tidak cepat mengalami penurunan mutu.12) Penjahit kemasan (sewing )Penjahitan kemasan dilakukan agar produk pakan terlindung, juga mencegah kontaminasi atau tercampurnya bahan dengan benda asing.13) Penyimpanan (Storage )Penyimpanan pakan sebaiknya ditempatkan pada tempat yang tidak terlalu gelap, hal ini bertujuan untuk mencegah timbulnya proses enzimatis pada pakan yang berakibat penurunan mutu produk. Untuk alat dan mesin pengolah pakan yang digunakan untuk keperluan sendiri, minimal diperlukan : Hammermill, Mixer, Pengering dan Timbangan.C. Tepung IkanTepung ikan merupakan bahan baku makan yang penting karena proteinnya tinggi mengandung mineral dan vitamin tetapi jika digunakan secara tungal tanpa dicampur sumber protein lain tidak memberikan pengaruh nyata bagi udang. Tepung ikan dapat dimanfaatkan untuk campuran makanan ternak seperti unggas, dan makanan ikan. Tepung ikan mengandung protein, mineral dan vitamin B. Protein ikan terdiri dari asam amino yang tidak terdapat pada tumbuhan. Kandungan gizi yang tinggi pada tepung ikan dapat meningkatkan produksi dan nilai gizi telur, daging pada ternak dan ikan (Siswati, 2010).D. Tepung Kepala UdangKepala udang merupakan limbah (hasil buangan) pada proses pengolahan udang untuk ekspor. Udang biasanya dipotong kepalanya sekitar 30% dari berat sluruh tubuhnya. Dalam percobaab di balai Balai. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan (BBPMHP) dapat diinformasikan bahwa tepung kepala udang mengandung cholesterol yang cukup tinggi Kepala udang juga dapat diolah menjadi tepung kepala udang. Dalam tepung kepala udang terdapat zat chitin yang sukar dicerna oleh udang. Untuk memperkecil jumlah chitin tersebut dapat dilakukan pengayakan untuk membuang bagian yang kasar. Analisa komposisi kimia tepung kepala udang adalah sebagai berikut protein 53,74%, lemak 6,65%, abu 7,72%, air 17,28%. Tepung kepala udang mengandung protein yang cukup tinggi di samping itu kandungan asam aminonya mirip dengan kandungan asam amino pada tubuh udang, untuk itu tepung kepala udang windu, serta diharapkan dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi udang windu.E. Aktraktan Aroma pakan ditentukan oleh jenis dan jumlah atraktan (attractant) yang ditambahkan selama proses pembuatan pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Penggunaan bahan atraktan yang tepat dalam pakan dapat meningkatkan penyerapan makanan secara cepat, mengurangi waktu pencampuran nutrisi pakan dengan air saat pakan berada dalam air, dan pada saat yang sama memberikan nutrisi tambahan untuk protein dan metabolisme energi (Yudiarto, 2012).F. BinderAgar diperoleh pakan dengan stabilitas dalam air yang baik, perlu digunakan bahan perekat (binder) ke dalam campuran bahan pakan tersebut. Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam formula pakan untuk menyatukan semua bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan. Penggunaan binder yang tepat dapat meningkatkan kualitas pakan (mulia, 2014). Binder sebagai bahan perekat bahan baku pakan, dikenal ada dua jenis, yaitu bahan perekat alami dan sintetis. Bahan perekat alami telah banyak digunakan sebagai bahan perekat untuk berbagai pakan, antara lain tepung tapioka (Nasution, 2006; Syamsu, 2007), tepung gaplek (Syamsu, 2007) tepung terigu, tepung jagung, tepung beras, onggok (Retnani et al., 2010; Setiyatwan et al., 2008), molasses (Setiyatwan et al., 2008), bungkil inti sawit dan solid ex decanter (Krisnan & Ginting, 2009), serta rumput laut (Saade & Aslamyah, 2009). Bahan perekat sintetis yang biasa digunakan antara lain CMC (Carboksil Metil Cellulosa). Namun, CMC harganya mahal, sehingga kurang ekonomis dan efektif apabila digunakan sebagai bahan perekat pada pakan ikan. Oleh karena itu, perlu dipilih bahan perekat alami yang memiliki potensi perekat yang baik, tetapi harganya murah dan tidak akan terlalu meningkatkan biaya pembuatan pakan.

Formulasi PakanFormulasi merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pembuatan pelet karena formulasi merupakan langkah awal penentuan berapa jumlah bahan yang digunakan untuk menghasilkan protein yang dikehendaki. Dengan subtitusi jumlah pada formulasi dapat berpotensi merubah kandungan nutrisi pelet dan mengurangi biaya untuk pakan (Sunardianto, 2013).

III. METODOLOGI PRAKTIKUMA. Waktu dan TempatPraktikum kunjungan tempat produksi pakan dilaksanakan pada hari minggu tanggal 21 Juni 2015 bertempat di Hatchery Abalon, Desa Tapulaga, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.B. Alat dan BahanAlat dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut :Tabel 1. Alat dan Bahan beserta KegunaannyaNo.Alat dan bahanKegunaan

1.Alat Panci presto

Panci pengukusan Kompor Timbangan Penggiling ikan Alat press

Baskom Sendok

Untuk melunakkan tulang ikan / kepala udangUntuk mengukus adonan pakanSebagai sarana pemasakanUntuk mengukur takaran bahanMenggiling ikanMengeluarkan kadar air dan lemak ikanSebagai wadah bahanSebagai alat untuk mencampur semua bahan

2.Bahan Tepung ikan rucah Tepung kepala udang Tepung kanji Tepung spirulina Vitamin mineral mix AirKomposisi bahan pakanKomposisi bahan pakanKomposisi bahan pakanKomposisi bahan pakanKomposisi bahan pakanMembantu pencampuran bahan hingga homogen

C. Prosedur Kerja Pengadaan bahan baku. Bakan baku berupa ikan rucah yang digunakan berasal dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kendari, sedangkan bahan baku berupa kepala udang diperolah dari PT. GMCP yang berada di Desa Tapulaga, dimana selama transportasi bahan baku tersebut disimpan di dalam sterofom untuk menjaga kesegaran bahan baku. Dan Kedelai diperoleh dari Andonohu Kendari. Melakukan pencucian untuk memisahkan kotoran yang berada pada ikan rucah dan kepala udang. Menimbang semua bahan baku yang akan digunakan. Mengukus bahan baku menggunakan panci kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Menyangrai tepung kedelai kemudian mengupas kulit kedelai tersebut untuk memudahkan dalam proses penggilingan. Menggiling semua bahan baku yang akan digunakan Memformulasi pakan agar sesuai dengan kebutuhan yang ditargetkan pada organisme. Mencampur semua bahan, mulai dari persentasi bahan terkecil hingga terbesar agar semua bahan bisa homogen dan menjadi adonan. mengukus adonan dimana kegiatan ini berfungsi untuk memaksimalkan fungsi binder. Mencetak adonan menjadi pellet (pelletising) Menjemur pellet sampai kering Menguji kualitas pellet (stabititas dan aktraktability).

Proses Pembuatan Tepung Ikan

Bahan BakuPengukusanPenimbanagan Pencucian

Proses SpiningMemasukkan ikan ke dalam SpinerHasil proses spiningPenggilinganPenjemuran

Tepung IkanProses Pembuatan Tepung Kedelai

Pengupasan kulit kedelaiPenyangraian KedelaiBahan Baku

Penggilingan

Tepung KedelaiProses Pembuatan Tepung Kepala Udang

PengukusanPencucianBahan Baku

Tepung Kepala UdangPenggilinganPenjemuran Pengayakkan tepung yang akan digunakan

Tepung Ikan

Tepung KedelaiTepung kepala udangPenimbangan bahan-bahan yang akan digunakan sesuai dengan yang telah diformulasikan, berdasarkan target 27% protein dalam 500 gr pakan yaitu sebagai berikut :Tepung ikan : 32,5 grTepung kedelai : 64,9 grTepung kepala udang : 156,3 grKasein : 31,3 grAgar : 50 grTerigu : 150 grVit.Min mix : 15 gr.

Pencampuran bahan-bahan yang telah di timbang hingga homogen

Terigu

Tepung kepala udangTepung KedelaiTepung Ikan

Vit.Min MixKasein Agar

Bahan yang telah tercampur homogen

Pengukusan bahan yang telah tercampur dengan homogen agar fungsi binder dapat dimaksimalkan

Pelletizing (memasukkan bahan pada alat pencetak)

Penjemuran pelet yang telah jadi

Kondisi Pellet setelah 30 menitUji Stabilitas Pellet di dalam Air

Respon ikan terhadap pellet yang diberikanUji aktraktability pellet pada ikan

IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil PengamatanAdapun hasil pengamatan yang dilakukan terhadap stabilitas dan atraktabilitas pakanadalah sebagai berikut:Tabel 2. Hasil pengamatan water stability pada kelompok 2 (terigu)No.Berat (gr)Waktu Berat setelah di rendam (gr)

1.5 30 menit1,8

2.5 1 jam3,21

3.5 1,5 jam0,66

4.5 2 jam2,90

5.5 2,5 jam1,63

6.5 3 jam1,98

Tabel 3. Hasil pengamatan water stability pada kelompok 1 (kanji) dan kelompok 3 (sagu)No.KelompokBerat (gr)Waktu Berat setelah di rendam (gr)

1.1 (kanji)5 30 menit2,68

2.3 (sagu)5 30 menit1,42

Tabel 4. Hasil pengamatan atraktabilitas pada kelompok 3Waktu pemberian pakan Berat pakan yang diberikan (gr)Lama konsumsi (menit)

Kel 159

Kel 257

Kel 357 menit 30 detik

B. PembahasanPakan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas hasil budidaya karena mempunyai kontribusi sebesar 70-80% terhadap keseluruhan biaya produksi (Sunardianto, 2013). Pada praktikum ini, pakan formulasi dengan target protein sebesar 27% digunakan untuk mengetahui tingkat ketahanan pakan buatan dalam air (stability) dan tingkat ketertarikan ikan pada pakan (aktraktability) dengan menggunakan binder berbeda. Beberapa bahan baku yang dapat dipakai sebagai bahan perekat pakan (binder) yaitu gandum, tepung terigu, dedak halus, dan tepung rumput laut (Ahmad, 2004 dalam Idris, 2011). Adapun binder yang digunakan adalah tepung terigu, tepung sagu dan tepung kanji. Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam formula pakan untuk menyatukan semua bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan (Saade & Aslamyah, 2009).Pembuatan pakan dimulai dengan menyiapkan bahan baku. Bahan baku yang digunakan adalah bahan yang masih segar dimana hal ini bertujuan agar kualitas pakan yang diformulasi baik. Setelah itu dilakukan proses pencucian bahan baku agar untuk membersihkan kotoran yang menempel pada bahan baku tersebut. Kemudian dilakukan penimbangan dan pencampuran bahan yang akan dijadikan pellet. Proses pencampuran bahan dimulai dari bahan yang kuantitasnya sedikit agar semua bahan bisa tercampur secara merata. Setelah itu dilakukan proses perebusan yang bertujuan untuk menginaktivasi enzim dan memaksimalkan fungsi binder sebagai perekat. Tahap selanjutnya adalah pelletising dimana berfungsi sebagai pencetak pakan yang memudahkan organisme untuk mengkonsumsi pakan yang diberikan. Setelah itu dilakukan pengeringan menggunakan sinar matahari sampai kadar air mencapai 10% yang kemudian dilakukan pengujian fisik dan biologis terhadap pellet tersebut.Dalam proses praktikum ini, pengujian pertama yang dilakukan adalah uji fisik (stabilitas pakan di dalam air). Dalam proses pembuatan pakan formulasi bagi organisme akuatik, hal yang harus diperhatikan adalah kondisi ketahanan pakan di dalam air. Oleh karena itu, penggunaan binder sebagai perekat mutlak diperlukan. Pada uji stabilitas pakan di dalam air menggunakan binder berupa tepung sagu lebih cepat larut di dalam air dibandingkan dengan binder yang menggunakan tepung terigu. Peristiwa tersebut dipengaruhi oleh sifat fisikokimia dan fungsional dari sagu itu sendiri. Tepung sagu merupakan pati yang diekstrak dari batang sagu (Tarwiyah, 2001). Selain itu juga dikarenakan sifat dari pati sagu yang kurang hidrofobik sehingga mudah larut di dalam air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jading, dkk, (2011) yang menyatakan bahwa karakteristik fisikokimia dan fungsional pati kurang bersifat hidrofobik.

V. PENUTUPA. SimpulanKesimpulan dari pengamatan terhadap uji stabilitas di dalam air menunjukkan bahwa tepung terigu merupakan binder (perekat) yang baik dalam pembuatan pakan formulasi dibandingkan dengan tepung kanji dan tepung sagu. Dimana, tepung terigu dapat stabil di dalam air lebih dari 3 jam.B. SaranSaran yang penulis sampaikan pada praktikum ini adalah perlu dilakukannya analisis proksimat terhadap pellet yang telah diformulasi agar dapat diketahui komposisi kimianya.

DAFTAR PUSTAKAFahmi, M, Rini. 2010. Manajemen Pengembanagn Maggot Menuju Kawasan Pakan Mina Mandiri. Balai Riset Budidaya Ikan. Posiding Forum Inovasi teknologi Akuakultur. Depok.Guaan, Daadi. 2010. Pedoman Pembangunan Pakan Skala Kecil Dan Proses Pengolahan Pakan. Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia.Jading, Abadi., E. Tethol., P. Payung., S. Gultom. 2011. Karakteristik Fisikokimia Pati Sagu Hasil Pengeringan Secara Fluidisasi Menggunakan Alat Secara Pengeringan Cross Flow Fluidized Bed Bertenaga Surya dan Biomassa. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua. Manokwari. Papua Barat. Reaktor, Vol. 13 No. 3, Juni 2011, Hal. 155-164.Kusnadi, Harwi. 2014. Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan Lele, Mas dan Nila. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Bengkulu.Mulia, D. Siswani., H. Maryanto. 2014. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang Menggunakan Bahan Perekat Alami. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Purwokwrto. Posiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP 2014. ISBN 978-602-14930-2-1.Retnani. Y., L. Herawati Dan S. Khusniati. 2011. Uji Sifat Fisik Ransum Broiler Starter Bentuk Crumble Berperekat Tepung Tapioka, Bentonit Dan Onggok. Departemen Ilmu Nutrisi Dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan Ipb. Bogor. Jitp Vol. 1 No. 2. Hal 88-97.Sunardianto, Eka., S. Kumalaningsih., A.F. Mulyadi. 2013. Pengaruh Subtitusi Tepung Kedelai dengan Tepung Kuli Ari Kedelai Terfermentasi Terhadap Kualitas Kimia Pellet Lele. Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.Sutikno, Erik. 2011. Embuatan Pakan Ikan Bandeng. Direktorat Jenderal Perikanan BudidayaBalai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Jepara.Sutikno, Erik., Abidin N. II., Akhmad, F. M.S. 2011. Pembuatan Pelet Apung Skala Rumah Tangga dengan Peralatan Sederhana. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Posiding Forum inovasi teknologi akuakultur 2011. Semarang. Siregar, Halomoan P. 2011. Drying Box Pelet Pakan Ikan Untuk Usaha Kecil Menengah. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lipi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan Issn 1693 4393. Yogyakarta.Yudiarto, Suryo., M. arief., agustono. 2012. Pengaruh Penambahan Aktraktan yang Berbeda dalam Pakan Terhadap Retensi Protein, Lemak dan Energi Benih Ikan Sidat (Anguila bicolor) dengan Stadia Elver. Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan .Universitas Airlangga. Surabaya. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 4 No. 2. November 2012.