tari bugis kembar versi s. ngaliman (kajian kritik holistik)

13
1 Volume 16 No. 1 Juli 2017 TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik) Yunita Sari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Maryono Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Abstrak Tari Bugis Kembar merupakan hasil gubahan dan sudah dibakukan ke dalam kaset pita oleh S. Ngaliman pada tahun 1974. Tari Bugis Kembar termasuk jenis tari wireng yang bertemakan keprajuritan. Tari Bugis Kembar disajikan oleh dua penari putra dengan menggunakan gerak tari gagah gaya Surakarta dan gerak pencak silat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis makna Tari Bugis Kembar versi S. Ngaliman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kritik holistik. Adapun metode pengumpulan data yang ditempuh dengan cara studi pustaka, wawancara, dan observasi. Bentuk pembahasan Tari Bugis Kembar versi S. Ngaliman, peneliti menggunakan pendekatan teori kritik holistik pemikiran H. B Sutopo. Untuk mengupas hal-hal yang berkaitan dengan faktor objektif Tari, peneliti menggunakan teori bentuk dari Maryono. Berdasarkan hasil pembahasan keterkaitan ketiga faktor: genetik, objektif, dan afektif Tari Bugis Kembar versi S. Ngaliman, ditemukan maknanya bahwa Tari Bugis Kembar merupakan bentuk tari gagah bertemakan keprajuritan yang secara visual memberikan kesan enerjik, atraktif, ngglece cenderung gecul, humor dan banyak memperlihatkan gerak- gerak akrobatik merupakan sajian yang menghibur dan mengidukasi tentang nilai-nilai keprajuritan. Adapun nilai-nilai keprajuritan tersebut terdiri dari nilai-nilai semangat, ketegasan, keberanian dan daya juang sebagai patriotisme prajurit yang mengedepankan persatuan, kebersamaan dan perdamaian dalam bela negara. Kata Kunci: S. Ngaliman, Tari Bugis Kembar, Kritik Holistik, Makna. Abstract TheBugisKembardance is a composition that was standardized in cassette form by S. Ngaliman in 1974. BugisKembar is a form of wireng dance with a military theme. It is performed by two male dancers who use dance movements based on the masculine Surakarta style repertoire and pencaksilat. The goal of the research is to describe and analyze the meaning of S. Ngaliman’s version of the BugisKembar dance. A qualitative research method is used with a holistic critical approach. The method of data collection includes a library review, interviews, and observation. The discussion on S. Ngaliman’s version of the BugisKembar dance is presented using an ap- proach based on H.B. Sutopo’s holistic critical theory. In order to analyze the elements related to the objective factors of the dance, Maryono’s theory of form is used. Based on the results of the discussion concerning the relationship between the three factors – genetic, objective, and affective – ofS. Ngaliman’s version of the BugisKembar dance, it can be seen that the BugisKembar dance is a form of strong masculine dance with a military theme, which visually presents as an energetic,

Upload: others

Post on 01-Dec-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

1Volume 16 No. 1 Juli 2017

TARI BUGIS KEMBAR VERSIS. NGALIMAN(Kajian Kritik Holistik)

Yunita SariInstitut Seni Indonesia (ISI) SurakartaJalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

MaryonoInstitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Abstrak

Tari Bugis Kembar merupakan hasil gubahan dan sudah dibakukan ke dalam kasetpita oleh S. Ngaliman pada tahun 1974. Tari Bugis Kembar termasuk jenis tari wireng yangbertemakan keprajuritan. Tari Bugis Kembar disajikan oleh dua penari putra denganmenggunakan gerak tari gagah gaya Surakarta dan gerak pencak silat. Penelitian ini bertujuanuntuk mendeskripsikan dan menganalisis makna Tari Bugis Kembar versi S. Ngaliman.Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan kritik holistik.Adapun metode pengumpulan data yang ditempuh dengan cara studi pustaka, wawancara,dan observasi. Bentuk pembahasan Tari Bugis Kembar versi S. Ngaliman, penelitimenggunakan pendekatan teori kritik holistik pemikiran H. B Sutopo. Untuk mengupashal-hal yang berkaitan dengan faktor objektif Tari, peneliti menggunakan teori bentuk dariMaryono. Berdasarkan hasil pembahasan keterkaitan ketiga faktor: genetik, objektif, danafektif Tari Bugis Kembar versi S. Ngaliman, ditemukan maknanya bahwa Tari Bugis Kembarmerupakan bentuk tari gagah bertemakan keprajuritan yang secara visual memberikankesan enerjik, atraktif, ngglece cenderung gecul, humor dan banyak memperlihatkan gerak-gerak akrobatik merupakan sajian yang menghibur dan mengidukasi tentang nilai-nilaikeprajuritan. Adapun nilai-nilai keprajuritan tersebut terdiri dari nilai-nilai semangat,ketegasan, keberanian dan daya juang sebagai patriotisme prajurit yang mengedepankanpersatuan, kebersamaan dan perdamaian dalam bela negara.

Kata Kunci: S. Ngaliman, Tari Bugis Kembar, Kritik Holistik, Makna.

Abstract

TheBugisKembardance is a composition that was standardized in cassette form by S.Ngaliman in 1974. BugisKembar is a form of wireng dance with a military theme. It is performedby two male dancers who use dance movements based on the masculine Surakarta style repertoireand pencaksilat. The goal of the research is to describe and analyze the meaning of S. Ngaliman’sversion of the BugisKembar dance. A qualitative research method is used with a holistic criticalapproach. The method of data collection includes a library review, interviews, and observation.The discussion on S. Ngaliman’s version of the BugisKembar dance is presented using an ap-proach based on H.B. Sutopo’s holistic critical theory. In order to analyze the elements related tothe objective factors of the dance, Maryono’s theory of form is used. Based on the results of thediscussion concerning the relationship between the three factors – genetic, objective, and affective– ofS. Ngaliman’s version of the BugisKembar dance, it can be seen that the BugisKembar dance isa form of strong masculine dance with a military theme, which visually presents as an energetic,

Page 2: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

2 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Tari Bugis Kembar Versi S. Ngaliman (Kajian Kritik Holistik) Yunita Sari

PENDAHULUANTari Bugis merupakan salah satu jenis

tari gagah gaya Surakarta yang termasukdalam bentuk tari pasangan. Tari Bugis gayaSurakarta memiliki beberapa ragam bentukyaitu: Toh Joyo Bugis, Handogo Bugis danBugis Kembar. Berdasarkan macamragamnya, garap tari Bugis gaya Surakartamemiliki latar belakang susunan yangberbeda. Bentuk Tari Bugis Kembar gayaSurakarta ini termasuk genre tari wireng yangbertema keprajuritan. Menurut WahyuSantoso Prabowo, Tari Bugis Kembar gayaSurakarta merupakan hasil gubahan TariHandaga Bugis. Berpijak dari Tari HandagaBugis gaya Kasunanan Surakarta, S.Ngaliman dan S. Maridi menggubahnyamenjadi Tari Bugis Kembar (wawancara, 15Mei 2017). Dari dua versi Tari Bugis Kembarpeneliti tertarik dengan Tari Bugis Kembarversi S. Ngaliman karena tari tersebut sudahdibakukan kedalam kaset pita pada tahun1974 dan memiliki sebaran yang lebihluas.

Tari Bugis Kembar adalah tari yangmenceritakan atau menggambarkan prajuritBugis yang sedang berlatih perang. Karakteryang dimunculkan dalam figur Bugis tidaklepas dari wayang gedog yakni nggelece(wawancara, Suharto, 26 Mei 2017). Karakterdari Bugis yang nggelece, sigap, danpemberani tersurat dan tersirat dalam SeratKridhawayangga yang menjelaskan mengenaipatrap beksa mundhing mangundha untukkarakter tari Bugis.

Struktur penyajian Tari Bugis Kembardibagi menjadi lima bagian yaitu, majubeksan, beksan, perang tangkepan, peranggamandan mundur beksan. Ragam gerakyang digunakan dalam Tari Bugis Kembaradalah ragam gerak gagah bapang gayaSurakarta. Selain itu, Tari Bugis Kembar tidakhanya menggunakan gerak gagah gayaSurakarta melainkan juga menggunakanbentuk gerak pencak silat (wawancara,Silvester Pamardi, 11 April 2016). Rias danbusana yang digunakan pada penari TariBugis Kembar versi S. Ngalimanmenggunakan rias dan busana yang sama(wawancara, Bambang Tri Atmadjaya, 19April 2017).

Sebelum terjun dalam seni tari, S.Ngaliman lebih dulu terjun dalam senikarawitan. Hal ini membuat S. Ngalimandapat menguasai gendhing-gendhing Jawadan menjadi komposer Tari Bugis Kembar.Adapun susunan musik Tari Bugis Kembaryaitu: Ada-ada Srambahan laras pelog pathetnem, Kandhang Bubrah, lancaran laras pelogpathet nem, Puspanjala, ketawang laras pelogpathet nem, Kumuda laras pelog pathetnem,sampak, ayak-ayakan laras pelog pathet nem,dan sampak laras pelog nem pada penyajiannya.

Potensi Tari Bugis Kembar versi S.Ngaliman ini layak untuk diteliti. Kelayakansasaran objek penelitian ini didasarkan padapemikiran bahwa Tari Bugis Kembar versi S.Ngaliman memiliki frekuensi pementasanyang cukup tinggi dan memiliki kualitasyang mantap dan memadahi, diantaranya:

attractive, roguish, and humorous performance with acrobatic movements, providing entertain-ment but at the same time educating the audience about military values. These values includezeal, assertiveness, courage, and fighting power, characteristics of the patriotism of a soldier whoprioritizes unity, solidarity, and peace while defending his country.

Keywords: S. Ngaliman, BugisKembar Dance, Holistic Criticism, and Meaning.

Page 3: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

3Volume 16 No. 1 Juli 2017

pernah digunakan sebagai salah satu materilomba Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI)se-Provinsi tingkat Sekolah MenengahPertama (SMP) sekitar tahun 2007. Selain ituTari Bugis Kembar versi S. Ngaliman inimenjadi salah satu materi tugas akhir danpembawaan di Institut Seni IndonesiaSurakarta sampai saat ini. Hal ini dapat dilihatdari dokumentasi ujian yang dipentaskan diTeater Kecil atau Pendopo Institut SeniIndonesia Surakarta. Selain itu Tari BugisKembar versi S. Ngaliman sering dipentaskanpada acara-acara memperingati ulang tahunKemerdekaan RI.

Pembahasan Tari Bugis Kembar versiS. Ngaliman, peneliti menggunakanpendekatan kritik holistik. Untuk mengupashal-hal yang berkaitan dengan faktor objektifTari, peneliti menggunakan teori bentuk dariMaryono. Simpulan dari model ini dilakukandengan analisis yang menghasilkan sintesisdari informasi lengkap yang bersumber daritiga faktor: genetik, objektif dan afektif,mengingat tidak ada satu pun faktor yangmemiliki otoritas sebagai satu-satunyapenentu nilai dalam kritik holistik (Sutopo2006: 143-144).

FAKTOR GENETIK KEMUNCULANTARI BUGIS KEMBAR VERSI S.NGALIMAN

Terbentuknya sebuah karya ataugubahan tari tidak lepas dari adanya faktorgenetik yang terdapat dalam diri penggubahatau penyusun. Faktor genetik adalah hal-halyang berkaitan dengan latar belakangkesenimanan dan konsep karya seniman.Sesuai dengan pemikiran H.B Sutopo, faktorgenetik yaitu latar belakang yang berupasegala hal yang berkaitan dan terjadi sebelumkarya, konteks awalnya, sebelum program

terwujud, dan juga proses pembentukannya(2006: 144). Selain itu dalam buku AnalisaTari faktor genetik dalam seni tari menurutGotshalk (1996) yaitu faktor genetik terbagimenjadi dua yaitu faktor genetik yangbersifat subjektif dan faktor genetik yangbersifat objektif. Faktor genetik yang bersifatsubjektif terdapat dalam diri seniman.Sedangkan faktor genetik yang bersifatobjektif merupakan kondisi iklim budayalingkungan senimannya. Kedua faktorgenetik baik bersifat subjektif maupun yangbersifat objektif merupakan satu kesatuanmodal dasar seniman dalam membentuk,menentukan, dan menciptakan sebuah karyaseni (dalam Maryono, 2015: 117). Faktorgenetik sebuah karya tari tidak hanyamembahas mengenai ide garap atau konsepmelainkan membahas mengenai latarbelakang dari koreografer. Faktor genetikyang bersifat subjektif memiliki bentukgenetik berupa konsep atau gagasan darisetiap karya tari yang dihasilkan. Sedangkanfaktor genetik yang bersifat objektifmerupakan bentuk dari kondisi lingkunganseniman berada. Adapun faktor genetik yangbersifat objektif ataupun subjektif S.Ngaliman dalam Tari Bugis Kembar sebagaiberikut.a.Faktor Genetik Objektif

Faktor genetik bersifat objektif yangterkait pada iklim budaya S. Ngaliman yaknifaktor keluarga S. Ngaliman, lingkungan diKemlayan, lingkungan di Karaton, danSekolah. Adapun faktor-faktor tersebut dapatdiketahui sebagai berikut.1. Faktor Lingkungan Keluarga

Ngaliman atau lebih dikenal dengannama Supadi Ngaliman merupakan putrakeenam dari pasangan Wiryowidjoyo danSutarsi. Ngaliman yang dibesarkan di

Page 4: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

4 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Tari Bugis Kembar Versi S. Ngaliman (Kajian Kritik Holistik) Yunita Sari

kampung Kemlayan, lahir di Sragen 12 Maret1919 (Takariadi Saptodibyo, wawancara 12April 2017). Wiryowidjoyo tidak mendalamidalam bidang seni, akan tetapi beliau sangatmendukung untuk mengembangkan bakatseni yang dimiliki S. Ngaliman. Bakat seniyang dimiliki S. Ngaliman rupanyadipengaruhi oleh kakeknya R. NgMangunpangrawit, paman dan adikkandung dari kakeknya. Bakat senikarawitan yang diturunkan R. Ng.Mangunpangrawit, karena beliau sebagaiabdi dalem niyaga Karaton KasunananSurakarta.

Selain itu, S. Ngaliman belajar taridengan bimbingan R. Ng. Tedjopangrawit(kakaknya) yang seorang pengrawit danspesialis penari Handaga Bugis. Putrakeenam dari Wiryowidjoyo ini telah belajarseni karawitan dan tari secara beriringan sejakumur 10 tahun. Pengalaman pentas tari S.Ngaliman dimulai sejak tahun 1935 saatmemerankan tokoh Handaga dalam TariHandaga Bugis.2. Faktor Lingkungan Kampung

KemlayanS. Ngaliman dibesarkan di kampung

Kemlayan, yang sebagian besarpenduduknya merupakan abdidalem KaratonKasunanan Surakarta yang memiliki predikatempu dan tokoh-tokoh pesilat. Hal ini tidakmenutup kemungkinan S. Ngalimanterpengaruh untuk belajar dan mendalamikesenian maupun pencak silat. Sebelum S.Ngaliman belajar dibidang seni tari, terlebihdahulu belajar dibidang karawitan. Salah satukegiatan yang diikuti S. Ngaliman yaitumasuk dalam kelompok karawitanNgesthimoeljo yang bertempat di kampungKemlayan pada tahun 1934 dengan predikatanggota termuda.

Selain itu, S. Ngaliman belajar tari dariNoyodi Wignyosusastro dan SuriptoWignyosusastro yang kesemuanyabertempat tinggal di Kampung Kemlayan(Haryono, 2000). Kepiawaian S. Ngalimandalam pementasan perdananya mengambilperhatian R. M. Hardiman Sinduatmodjoyang merupakan seorang tokoh tari diSurakarta. Pengalaman pentas itu membuatS. Ngaliman lebih banyak belajar tari gagahgaya Surakarta kepada R. M. HardimanSinduatmodjo. R. M. Hardiman sendiribertempat tinggal di kampung Kemlayan(wawancara, Bambang Tri Atmadjaya, 19April 2017). Selain itu, S. Ngaliman jugabergabung dan berlatih dengan perguruanpencak silat yang berada di kampungKemlayan.3. Faktor Lingkungan Karaton

Selain faktor dari keluarga danlingkungan rumah, pengaruh lain jugadatang dari lingkungan budaya yaituKaraton. Dalam lingkup Karaton membuatS. Ngaliman lebih mengenal seni tradisiKaraton. Baik berupa seni tradisi tari ataupunkarawitan. Setelah belajar seni karawitan dantari S. Ngaliman mencoba untuk magangsebagai abdi dalem di Karaton Kasunanandibidang karawitan. Diterima sebagai abdidalem S. Ngaliman aktif mengikuti kegiatansebagai pengrawit. Selama 11 tahun magangsebagai abdi dalem niyaga S. Ngalimandiangkat sebagai abdi dalem pengepraktari bedaya dan srimpi di Karaton.Perkembangan S. Ngaliman dibidangkarawitan membuat S. Ngaliman jugadiangkat sebagai pengendang. Hal inimengharuskan S. Ngaliman menguasaitari.Sebagai abdi dalem Karaton KasunananS. Ngaliman mendapat gelarTjondropangrawit.

Page 5: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

5Volume 16 No. 1 Juli 2017

4. Faktor Lingkungan SekolahS. Ngaliman memiliki ketrampilan

yang didukung oleh bakat, lingkungan, sertakeluarga dan kemauannya untuk belajar seni.S. Ngaliman melanjutkan pendidikannya diKonservatori1 Karawitan Indonesia diSurakarta untuk memperdalam sertamengasah bakat dan kemampuan S.Ngaliman dibidang seni. Setelah lulus dariKonservatori Karawitan Indonesia S.Ngaliman diangkat menjadi guru karawitandi Himpunan Budaya Surakarta (HBS) danSekolah Guru Bagian A (SGB)Muhammadiyah Surakarta (setingkat SPG).Tahun 1956 S. Ngaliman diangkat sebagaipegawai negeri di Konservatori KarawitanIndonesia. Akhir tahun 1956 S. Ngalimansecara resmi mengundurkan diri sebagaiabdi dalem Karaton Kasunanan karenamenganggap dirinya tidak dapatmelaksanakan tugas dengan sepenuhnya.

b.Faktor Genetik SubjektifBentuk genetik yang bersifat subjektif

bagi seorang koreografer adalah berupakonsep atau gagasan yang menyertai setiapkarya tari yang dihasilkan (Maryono, 2015:118).Sesuai dengan pemaparan di atas berikutini merupakan faktor genetik yang bersifatsubjektif dalam Tari Bugis Kembar. Faktorsubjektif S. Ngaliman dibentuk dariketertarikan S. Ngaliman terhadap TariHandaga Bugis yang berada di Karaton.Bermula dari S. Ngaliman yang secarapribadi menyayangkan Tari Handaga Bugissudah jarang dimunculkan hingga hampirpunah. Adapun langkah yang ditempuh S.Ngaliman adalah melakukan pemadatan TariHandaga Bugis. Selain itu pada tahun 1960-an, S. Ngaliman mendapat kritikan daripresiden Soekarno yang meminta agar sajian

Tari Handaga Bugis yang hendak digunakanuntuk menjamu tamu istana untuk diubah.Perubahan sajian diminta agar tokoh Bugistidak dikalahkan. Hal ini dapatmenyinggung orang Bugis dan bisamenyebabkan perpecahan suku di Indonesia.Kedua unsur faktor subjektif tersebut padagilirannya mendorong S. Ngaliman untukmenggubah Tari Handaga Bugis menjadi TariBugis Kembar yang selanjutnya dilestarikanmelalui program rekaman gendhing-gendhingtari. Diharapkan dengan rekaman gendhing-gendhing tersebut, mempermudah banyakorang untuk mempelajari Tari BugisKembar.

FAKTOR OBJEKTIF TARI BUGISKEMBARVERSI S. NGALIMAN

Faktor objektif merupakan kondisi for-mal yang ada secara objektif, yang berupasegala hal yang terjadi dan bisa ditangkapdengan indera pada karya, peristiwa, atauprogram yang sedang dievaluasi (Sutopo,2006:144). Bentuk tari atau karya tari secaragaris besar terdiri dari komponen-komponendasar yang dapat dibedakan menjadi dua,yaitu: komponen yang bersifat verbal dankomponen nonverbal (Maryono, 2015: 24-25).Adapun komponen verbal Tari Bugis Kembarversi S. Ngaliman, berupa sastra tembangdalam bentuk garap Ada-ada SrambahanLaras Pelog Pathet Nem dan GeronganKetawang Puspanjala Laras Pelog PathetNem.Untuk mengetahui kandungan isi dariAda-ada Srambahan tersebut dapat dicermatiberikut.

Ada-ada Srambahan Laras PelogPathet Nem

Wus samekta prawira ing ngayudaAsikep penthung paris, o...

Page 6: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

6 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Tari Bugis Kembar Versi S. Ngaliman (Kajian Kritik Holistik) Yunita Sari

Anggen nya mangsah yudaPathing gladrah gawe girisKaya mbalekna mungsuh ana sakethi, o...TerjemahanKesatria sudah bersiap menghadapiperangSudah siap dengan senjataDalam menghadapi perangBarisan yang tidak memiliki rasa takutSeperti membalikan musuh ada seribu.

Gerongan Ketawang PuspanjalaLaras Pelog Pathet Nem

Kembang nipahSumebar tengah ing sawahNdongong bae ing pacak eKedhep tesma paman dengePratandha gedhe melikeKakang janaragaKembang salakSinebar aneng bebulakKethekeran pangaraeNora bias pratikeleWekasan kaku atineKakang janaraga

Ada-ada yang terdapat dalam TariBugis Kembar menunjukkan prajurit yangsiap untuk berperang. Segala sesuatuperbekalan sebagai prajurit telahdipersiapkan secara matang. Rupanya spiritdan semangat sebagai prajurit telahmenghasilkan keberanian sehingga tidak lagimemiliki rasa takut. Kekuatan maupunkemampuan prajurit digambarkan sepertidapat mengalahkan musuh yang sangatbanyak artinya prajurit dimaksud adalahsangat sakti. Bentuk patriotis dari prajuritsungguh digambarkan memiliki daya juangyang sangat tinggi. Secara garis besarmaksud dari Ada-ada Srambahan adalahuntuk menggambarkan nilai-nilai semangat,ketegasan, keberanian dan daya juangsebagai patriotisme prajurit. Sedangkan pada

Gerongan Ketawang Puspanjala tidak adaketerkaitan dengan tema Tari Bugis Kembarsecara substansi, namun memiliki keterkaitansecara musikal. Berdasarkan lagu daniramanya Gerongan Ketawang Puspanjaladengan Gendhing Ketawang Puspanjalaterdapat harmonisasi secara musikal sehinggasuasananya menjadi lebih sigrak dan dinamis.

Bentuk komponen nonverbal yangterdapat dalam Tari Bugis Kembar yaitu tema,penari, gerak, rias, busana, musik, danproperti.a. Tema

Tema dalam tari merupakan maknainti yang diekspresikan lewat problematikafigur atau tokoh yang didukung peran-peranyang berkompeten dalam sebuahpertunjukan (Maryono, 2015: 52). Tema padaTari Bugis Kembar menggunakan temakeprajuritan. Struktur dalam Tari BugisKembar dibagi menjadi lima bagian antaralain maju beksan, beksan, perang tangkepan,perang gaman, dan mundur beksan. Majubeksan menggambarkan pengenalan duaprajurit. Bagian beksan menggambarkankesiapan prajurit yang akan beraduketangkasan dan juga mengungkap karakterBugis. Bagian perang tangkepanmenggambarkan dua prajurit yang beraduketangkasan dengan tangan kosong danpada perang gaman menggambarkan aduketangkasan dengan menggunakan senjata.Bagian mundur beksan menggambarkan duaprajurit yang berdamai.b. Penari

Penari adalah seorang yangmenyajikan sebuah ide keindahan geraktubuhnya dengan melibatkan daya tafsir dariide estetik pada sebuah ide koreografi maupunimajinya (A. Tasman, 2008: 27). Tari BugisKembar merupakan tari pasangan dengan

Page 7: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

7Volume 16 No. 1 Juli 2017

genrewireng yang bertemakan keprajuritan.Dilihat dari ciri-ciri tari wireng, Tari BugisKembar dibawakan oleh 2 orang penari. TariBugis Kembar termasuk dalam tari putragagah yang berkarakter ngglece, hal ini sesuaidengan karakter bugis yang terdapat dalamceritawayang gedog. Penari dituntut mampumengekspresikan karakter prajurit melaluikualitas gerak agar dapat tersampai olehpenonton atau penghayat.c. Gerak

Gerak dalam tari menurut MatheusWasi Bantolo merupakan medium utamauntuk pengungkapan ekspresi dalammencapai keindahan, sehingga setiappembahasan mengenai tari tidak akanterlepas dari gerak (2002: 148). Gerak dalamtari tradisi memiliki arti dan kedudukan yangsangat sentral, lewat gerak kita dapatmengetahui dan memahami tentang maknasimbolis yang terkandung dalam pertunjukantari (Maryono, 2015: 90). Setiap gerak dalamtari mengalami stilisasi sehingga bentuknyasecara artistik memiliki daya pikat danmemberi kesan terhadap penonton. Kesanatau makna tari tidak selalu dengan mudahdicerna penonton tetapi sering terasa sulitdipahami. Hal ini bergantung pada jenis-jenisgerak yang digunakan sebagai saranaekspresinya. Secara garis besar jenis-jenisgerak dalam tari dapat dibedakan menjadidua kelompok yaitu gerak presentatif ataumurni dan gerak representatif atau gerakpenghadir (Maryono, 2015: 54-55).Berdasarkan dengan gagasan Maryonomengenai gerak presentatif dan gerakrepresentatif akan digunakan untuk mengkajijenis-jenis gerak yang terdapat dalamgubahan Tari Bugis Kembar versi S.Ngaliman.

Berdasarkan data dari rekapitulasikuantitas penyajian ragam gerak Tari BugisKembar menunjukkan bahwa gerakrepresentatif lebih dominan dibandingkandengan gerak presentatif. Jenis-jenis gerakrepresentatif yang terdapat dalam Tari BugisKembar yang terdiri dari gerak-gerak:bapangan yang dipadu gerak pencak silat,bapangan yang dipadu gerak ngglece,kambengan yang dipadu dengan gerakgeculan, Pukulan jep, Sikutan, Tendangan T,Bukaan, Jeblosan, Jotosan, Serampang kaki,Nyerampang kepala, Loncat harimau, Menepis,sodokan, Tangkisan, Endo kanan kiri,Tendangan, Tusukan dan Erek-erekan adalahuntuk mengambarkan prajurit yang sedangolah kanuragan, beradu ketangkasan danketrampilan memainkan senjata (olah gaman).Dominasi gerak representatif pada Tari BugisKembar tersebut bagi penonton ataupenghayat dapat lebih mudah untukmenangkap dan memahami gambaran jiwasemangat dan sikap prajurit. Gerak presentatifpada Tari Bugis Kembar, seperti: Sabetan,Sembah bumi, Ombak banyu, dan besutmerupakan penghubung antara gerakrepresentatif satu dengan satunya. Selain itukedua jenis gerak baik representatif maupunpresentatif pada Tari Bugis Kembar adalahmengekpresikan nilai estetik.d. Rias

Rias yang digunakan pada penyajianTari Bugis Kembar sama, hal ini dikarenakantidak adanya penokohan dalam sajiannyadan merupakan salah ciri dari tari wireng. TariBugisKembar versi S. Ngaliaman inimenggunakan rias putra gagah prajurit.Adapun bahan yang digunakan untuk riasyaitu foundation, bedak, eye shadow, blus on,pensil alis, dan lip stick.

Page 8: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

8 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Tari Bugis Kembar Versi S. Ngaliman (Kajian Kritik Holistik) Yunita Sari

e. BusanaBusana yang digunakan penari dalam

Tari Bugis Kembar sama yaitu, udheng gilig,brengos, kalung kace, sampur, poles, baju dancelana warna hitam, epek timang, boro samir,kain sarung dan binggel. Tidak ada maknakhusus yang diambil dari pemilihan warnapada busana Tari Bugis Kembar versi S.Ngaliman.f. Properti

Properti merupakan alat yangdigunakan sebagai media atau pelengkap daripementasa selain kostum. Properti yangdigunakan pada tari Bugis Kembar versi S.Ngaliman berupa toya, tekbi, pedang tamengdan stick. Penggunaan properti pada penaritidak disamakan, adapun contoh daripenggunaan properti pada penari yaitu tekbidengan toya, toya dengan stick. Penggunaanproperti juga disesuaikan dengankemampuan penari. Dari beberapapropertipenggunaan properti yang tingkatkerumitannya tinggi ialah properti tekbi, halini dikarenakan dalam penggunaannya tekbidiputar secara berlawanan arah.g. Musik

Musik merupakan salah satu cabangseni yang memiliki unsur-unsur baku yangmendasar yaitu nada, ritme, dan melodi.Dalam pertunjukannya tari hampir tidakpernah terlepas dengan kehadiran musik(Maryono, 2015: 64). Musik atau karawitanTari Bugis Kembar disusun oleh S. Ngalimandan dibakukan melalui kaset pita pada tahun1974 (wawancara, Wahyu Santoso Prabowo,26 April 2017). Tari Bugis Kembarmenggunakan gendhing Laras Pelog, inimerupakan ciri khas dari wayang gedok.Adapun gendhing Tari Bugis Kembar yaitupada bagian maju beksan menggunakan Ada-ada Srambahan Laras Pelog Pathet Nem dan

Kandhang Bubrah Lancaran Laras Pelog PathetNem pada bagian maju beksan. Bagian beksanmenggunakan gendhing Ketawang PuspanjalaLaras Pelog Pathet Nem. Perang tangkepan dangaman menggunakan gendhing Kumuda LarasPelog Pathet Nem, Sampak, Ayak-ayakan LarasPelog Pathet Nem. Bagian mundur beksanmenggunakan gendhing Sampak Laras PelogPathet Nem.

Bahasa verbal dalam pertunjukan taritelah tampak adanya koherensi antar aspek-aspek kebahasaan yang terakumulasimenjadi satu kesatuan saling berkaitansehingga mencerminkan kesatuan maknayang dapat mengarahkan penghayatterhadap kandungan isi (Maryono, 2010: 367).Berdasarkan paparan komponen verbal Ada-ada srambahan laras pelog pathet nem, secaragaris besar dapat ditarik makna sebagaikonsep Tari Bugis Kembar versi S. Ngalimanadalah untuk menggambarkan nilai-nilaisemangat, ketegasan, keberanian, dan dayajuang sebagai patriotisme prajurit.

Bentuk nilai-nilai dalam bahasa verbaltersebut selanjutnya diaktualisasikan dalambentuk nonverbal sebagai berikut. Nilaisemangat yang terdapat dalam Tari BugisKembar diungkapkan lewat garap musik dangarap tarinya terutama pada bagian majubeksan dan bagian akhir dari mundur beksan.Pada bagian maju beksan penggarapan musikdalam Tari Bugis Kembar memunculkan nilaisemangat dapat ditunjukkan daripenggunaan keprak. Penggunaan keprakdalam sajiannya tidak untuk sebagai isyaratpenari melainkan sebagai pembangunsuasana. Tampilan nilai semangat bagi penaridiekspresikan lewat gerak-gerak, diantaranyajangkahan masuk panggung, sembah bumi,berdiri, glebagan, tanjak tancep kiri, tendangan,bukaan, onclang 3x dan gapruk.

Page 9: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

9Volume 16 No. 1 Juli 2017

Nilai semangat pada bagian majubeksan juga diungkapkan penari dengangerak-gerak: sembah bumi, berdiri, sabetan,lumaksana bapang tranjalan 3x, ombak banyu,srisig dan besut yang dipadu dengan garapLancaran Kandhang Bubrah, laras pelog pathetnem yang iramanya dinamis dan cenderungcepat sehingga muncul semangat. Padabagian akhir mundur beksan, nilai semangatdibangun dari setelah kedua penari gapyukberangkulan saling memperlihatkan adanyakesan sebuah kesadaran bersama kemudiantimbul semangat baru untuk bertindak yangdiungkapkan dengan gerak-gerakdiantaranya ulap-ulap tawing, jengkeng,sembahan, sabetan, srisig, glebakan, penthangtangan kiri, tawing, dan onclang yang dipadudengan garap musik Sampak, Laras laras pelogpathet nem yang memberikan rasa semangat.Selain itu untuk bagian beksan dan bagianperangan, nilai semangat ditunjukan dengangerakan-gerakan penari yang penuh enerjikdan dinamis.

Nilai ketegasan yang muncul dalamTari Bugis Kembar ditunjukan pada sajiangerak-gerak yang tenang, gagah, dan antepkemudian berubah menjadi silat, ngglece, dankemaki yang mengarah gecul kemudiankembali ke gerak-gerak yang tenang, gagah,dan antep. Bentuk aktualisasinya dapatditunjukkan pada unsur-unsur gerakbapangan gebesan yang dipadu dengan gerakpencak silat seperti bukaan, sawut kanantrecet, bukaan, loncat pukulan jep kanan,sembah bumi, dan loncat sikutan kanan,kemudian gerak kambengan seretan. Hal itujuga ditampakkan pada unsur-unsur gerakkambengan seretan yang dipadu dengan gerakpencak silat seperti bukaan, sawut kanantrecet, bukaan, loncat pukulan jep kanan,sembah bumi, dan loncat sikutan kanan, ulap-

ulap tawing taweng kanan, lumaksana bapangtranjal, cekotan gejigan,tawengan, sempok,tendangan T, tangkisan dan kemudian gerakbapangan.

Selain itu, nilai ketegasan juga dapatdiungkapkan lewat garap pola-polakendhangan yang mungkus terhadap pola-pola gerak seperti bapangan gebesan,kambengan seretan, pukulan, tusukan,tendangan dan lainnya. Rias Tari BugisKembar juga dapat mencerminkanketegasan, hal ini dapat dilihat dari bentukalis yang sederhana tebal, ketajaman garispada bagian mata dan penggunaan brengosyang tebal. Bentuk rias Tari Bugis Kembaryang sederhana tersebut dapat memberikankontribusi pada tampilan sosok Bugis yangtegas.

Nilai keberanian pada Tari BugisKembar dapat dicermati pada bagianperangan, baik perang tangan kosongatau perang tangkepan dan perang senjataatau perang gaman. Pada perangtangkepan masing-masing penari mampumemperlihatkan kekuatan, ketangkasan, dankeberanian yang diungkapkan denganbeberapa ragam gerak diantaranya jeblosan,jotosan, sikutan,serampang kaki, pukulankanan, tangkisan, nyerampang kaki, roldepan, loncat harimau, pasang kuda-kuda,tendangan, dan loncat. Selain itu nilaikeberanian juga ditunjukkan pada bagianperang gaman, kedua penari menggunakansenjata yang berbeda. Kedua penari Bugisdalam menggunakan senjata, tampakmemperlihatkan ketrampilan, ketangkasan,ketangguhan, dan keberanian yangdiungkapkan dengan beberapa ragam gerak,diantaranya tusukan, menahan sodokan,jeblosan, tangkisan, pasang kuda-kuda, endhokanan – kiri, loncat, menahan toya, tusuk

Page 10: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

10 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Tari Bugis Kembar Versi S. Ngaliman (Kajian Kritik Holistik) Yunita Sari

kanan, sodokan ke arah kaki, sodokan jeblos,sodokan kanan – kiri, dan sodokan atas.

Nilai daya juang sangat tinggi dapatditunjukkan dari tampilan kedua penari Bugispada bagian perang tangkepan dan perangsenjata atau perang gaman. Ungkapan padabagian perangan tangkepan dan perangsenjata yang masing-masing penarimenunjukkan keuletan dan ketangguhansehingga tampak tidak mudah menyerah.Selain itu nilai daya juang dapat dimaknaidari peristiwa perubahan dari perang-perang tangkepan atau perang tangan kosongyang ditingkatkan menjadi perangmenggunakan senjata sepasang tekbi yangdilawan dengan senjata toya membuatpeperangan menjadi semakin sengit danberakhir masing-masing penari mampusaling melucuti seluruh senjata yangdigunakan lawan. Dari gambaran tersebuttampak bahwa bentuk peperangan sampaihabis-habisan sehingga nilai daya juang yangdisajikan kedua penari Bugis sungguh terasahadir dan terasa mantap.

Bentuk objektif pada bagian akhir daripeperangan senjata berakhir masing-masingpenari mampu saling melucuti seluruh senjatayang digunakan lawan. Setelah senjatamasing-masing penari terlepas, tampakkedua penari adanya kesadaran, kemudiansaling mendekat. Kedua penari berangkulanyang memberikan kesan adanya suatukesadaran sehingga tampak sebuahpersatuan dan perdamaian.

Realitanya secara visual Tari BugisKembar disajikan oleh dua penari yangmemiliki persamaan karakter, tata rias, desain,dan warna busana serta secara dominan polagerak yang digunakan (kecuali bagianperangan). Dilihat secara visual penari dapatdisebut kembar, hal ini menunjukkan bahwa

Tari Bugis Kembar memiliki nilaikebersamaan.

FAKTOR AFEKTIF TANGGAPANTERHADAP TARI BUGIS KEMBARVERSI S. NGALIMAN

Faktor afektif merupakan tanggapandari penghayat atau penonton terhadapkarya seni. Dari hasil wawancara mengenaitanggapan Tari Bugis Kembar di atas dapatdirangkum sebagai berikut. Pertama TariBugis Kembar pada prinsipnya adalahbentuk tari bertemakan keprajuritan.Tanggapan dari beberapa pakar tari danpenari bahwa tema pada tari tersebutmenggambarkan prajurit yang memilikikarakter semangat, patriotisme, nasionalisme,perjuangan, dan menjaga spiritkebersamaanuntuk mencapai satu harapan yaitu belanegara.

Kedua kehadiran Tari Bugis Kembardi tengah-tengah kehidupan masyarakatsecara visual memberikan kesan enerjik,atraktif, ngglece cenderung gecul, humor danbanyak memperlihatkan gerak-gerakakrobatik sehingga menjadi sebuah sajiantontonan yang memikat dan menghibur.Tari Bugis Kembar rupanya lebih menarikuntuk generasi muda terutama untuktari putra gagah. Hal ini dikarenakandalam penyajiannya terdapat pola-polagerak yang sigrak, tangkas, atraktif, dangagah yang secara psikologis rupanyaterdapat kesesuaian dengan jiwa pemudayang didominasi dengan sifat-sifatmaskulin.

Ketiga manfaat positif yang dapatdiambil dari kehadiran Tari Bugis Kembaradalah sebuah harapan ketika generasi mudabelajar atau menonton Tari Bugis Kembarakan terbangun kesadarannya bahwa betapa

Page 11: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

11Volume 16 No. 1 Juli 2017

pentingnya nilai-nilai patriotisme,nasionalisme, perjuangan, dan menjaga spiritkebersamaan.

MAKNA TARI BUGIS KEMBAR VERSIS. NGALIMAN

Model analisis kritik holistik dilakukandengan analisis yang menghasilkan sintesisdari informasi lengkap yang bersumber dariketiga faktor yaitu: genetik, objektif,danafektif secara menyeluruh dan dibahas salingketerkaitannyauntuk menemukan maknaakhir sebagai simpulan (Sutopo, 2006:144-145).

Bentuk keterkaitan tiga faktor tersebuttampak dari faktor genetik bermula darikemampuan dan bakat seni S. Ngalimanyang dibentuk dan dipengaruhi darilingkungan keluarga seni. Lingkungankampung seniman dan pesilat. Lingkungankaraton yang merupakan asal TariHandaga Bugis dan pusat kegiatannyadan lingkungan sekolah sebagaiajang pengembangan kreativitas danmemperdalam kemampuan seninya.Berbekal pengalaman tersebut kemampuanS. Ngaliman semakin berkembang, hal initerbukti S. Ngaliman melakukan pemadatanTari Handaga Bugis karena jarangditampilkan hingga hampir punah.Kemudian atas kritikan presiden Soekarno,S. Ngaliman menggubah Tari HandagaBugis menjadi Tari Bugis Kembar danberupaya melestarikannya melalui programrekaman gendhing-gendhing tari pada tahun1974.

Merujuk dari kegiatan seni yangdilakukan S. Ngaliman, secara genetikmemiliki konsep untuk menyajikan temakeprajuritan dalam gubahannya Tari BugisKembar supaya menjadi lebih menarik,

memikat, dan berkualitas serta berupayamelestarikan lewat rekaman gendhing-gendhing tari maupun mengembangkanpementasannya. Untuk itu konsepkeprajuritan tersebut tetap dilestarikan dandiaktualisasikan pada objektif Tari BugisKembar, baik dalam komponen yang bersifatverbal dan nonverbal.

Secara objektif berdasarkan kajianperpaduan komponen verbal dan noverbalTari Bugis Kembar versi S. Ngaliman dapatdimaknai bentuk tari yang menggambarkannilai-nilai semangat, ketegasan, keberanian,dan daya juang sebagai patriotisme prajurityang mengedepankan persatuan dankebersamaan dalam menjaga perdamaian.Kehadiran Tari Bugis Kembar versi S.Ngaliman di tengah-tengah masyarakat yangsecara visual memberikan kesan enerjik,atraktif, ngglece cenderung gecul, humor danbanyak memperlihatkan gerak-gerakakrobatik sehingga menjadi sebuah sajiantontonan yang memikat dan menghibur.Selanjutnya muncul beberapa tanggapandari pengamat dan kalangan seniman yangmencoba mencermati esensi utama dari sajianTari Bugis Kembar. Tanggapan dari beberapapakar tari dan penari, rupanya kehadiran TariBugis Kembar tidak sekedar hiburan semata.Secara keselruhan pakar dan penarimenyatakan bahwa tema pada tari tersebutmenggambarkan prajurit yang memilikikarakter semangat, patriotisme, nasionalisme,perjuangan, dan menjaga spiritkebersamaanuntuk mencapai satu harapan yaitu belanegara.

Dalam hayatan seni pada peristiwapertunjukan Tari Bugis Kembar,sesungguhnya terdapat sebuah komunikasiyang bersifat Pendidikan. Komunikasitersebut dibentuk dari S. Ngaliman yang

Page 12: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

12 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Tari Bugis Kembar Versi S. Ngaliman (Kajian Kritik Holistik) Yunita Sari

mencoba menawarkan sebuah sajiangubahan Tari Bugis Kembar yang memilikinilai-nilai keprajuritan, diantaranyasemangat, ketegasan, keberanian, dan dayajuang, kebersamaan, persatuan, danperdamaian sebagai patriotisme prajuritdalam bela negara, terhadap penontonmaupun pengamat. Bentuk Pendidikan yangdilakukan S. Ngaliman lewat sajian TariBugis Kembar tersebut merupakan bentukedukasi karakter terhadap masyarakat yangsifatnya tidak langsung karenamenggunakan perantara karya seni yangbersifat simbolis.

PENUTUPBerdasarkan pembahasan keterkaitan

tiga faktor genetik, faktor objektif, dan faktorafektif bahwa kehadiran Tari Bugis Kembarversi S. Ngaliman di tengah-tengahmasyarakat merupakan bentuk tari gagahbertemakan keprajuritan yang secara visualmemberikan kesan enerjik, atraktif, ngglececenderung gecul, humor dan banyakmemperlihatkan gerak-gerak akrobatikmerupakan sajian yang menghibur danmengidukasi tentang nilai-nilai keprajuritan.Adapun nilai-nilai keprajuritan tersebut terdiridari nilai-nilai semangat, ketegasan,keberanian dan daya juang sebagaipatriotisme prajurit yang mengedepankanpersatuan, kebersamaan dan perdamaiandalam bela negara.

Beragam jenis nilai-nilai keprajuritanyang teraktualisasi dalam objektif Tari BugisKembar versi S. Ngaliman ditangkap parapengamat pakar dan seniman sebagai bentuktari yang menggambarkan prajurit yangmemiliki karakter semangat, patriotisme,nasionalisme, perjuangan, dan menjagaspiritkebersamaan untuk mencapai satu

harapan yaitu bela negara. Sajian Tari BugisKembar rupanya lebih menarik memikatuntuk generasi muda karena dalampenyajiannya terdapat pola-pola gerak yangsigrak, tangkas, atraktif, dan gagah yangsecara psikologis rupanya terdapatkesesuaian dengan jiwa pemuda yangdidominasi dengan sifat-sifat maskulin.

Dalam peristiwa pertunjukan TariBugis Kembar sesungguhnya S. Ngalimanmemberikan sebuah edukasi yang bersifattidak langsung. Bentuk edukasinya terletakpada sebuah harapan ketika generasi mudabelajar atau menonton Tari Bugis Kembarakan terbangun kesadarannya bahwa betapapentingnya nilai-nilai patriotisme,nasionalisme, perjuangan, dan menjaga spiritkebersamaan dalam bela negara. Selain itusajian Tari Bugis Kembar bagi penontonsecara umum juga memberikan apresiasitetang nilai-nilai keprajuritan, seperti:semangat, ketegasan, keberanian, dayajuang, persatuan dan kebersamaan sertaperdamaian.

Catatan Akhir:1Konservatori adalah sekolah seni

yang saat ini menjadi SMKN 8 Surakarta.

DAFTAR PUSTAKABantolo, Matheus Wasi.2002. “Alusan Pada Tari Jawa.” Tesis S-2,

Institut Seni Indonesia Surakarta.Surakarta.

Haryono.2000. “S. Ngaliman Tjondropangrawit: Dari

Seorang Pengrawit Menjadi EmpuTari Sebuah Biografi.” Tesis S-2, Uni-versitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Maryono.2015. Analisa Tari. ISI Press. Surakarta.

Page 13: TARI BUGIS KEMBAR VERSI S. NGALIMAN (Kajian Kritik Holistik)

13Volume 16 No. 1 Juli 2017

Sutopo, H.B.2006. Metedologi Penelitian Kualitatif. Uni-

versitas Negeri Sebelas Maret.Surakarta.

Tasman, Agus.2008. Analisa Gerak Dan Karakter. ISI Press

Surakarta. Surakarta.Widyastutieningrum, Sri Rochana, dkk.2011. Koreografi I. Institut Seni Indonesia

Surakarta. Surakarta.

NARASUMBERAnggono K. W., (41 tahun), Dosen Seni Tari

ISI Surakarta, Perum Sapaan Raya Jl.Teratai no.12 rt. 3 rw. 10 MojolabanSukoharjo.

Bambang Triatmaja, Dosen Seni Tari ISIYogyakarta, Yogyakarta.

Silvester Pamardi, (58 tahun), Seniman danDosen Seni Tari ISI Surakarta, JatenKaranganyar.

Wahyu Santoso Prabowo, (64 tahun), DosenSeni Tari ISI Surakarta, MojosongoSurakarta.