targhib dan tarhib dalam pendidikan agama islam...

21
10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A. Targhib dan Tarhib 1. Pengertian dan fungsi Targhib dan Tarhib Targhib berasal dari kata dasar raghiba yang jika dikaitkan dengan fi memiliki arti gembira, cinta atau sesuatu yang disukai, tetapi jika dikaitkan dengan ‘an, maka artinya benci. 1 Menurut pengertian lain Targhib memiliki arti mendorong atau memotivasi diri untuk mencintai kebaikan. 2 Tarhib diartikan menimbulkan perasaan takut yang hebat kepada orang lain. 3 Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan, Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu maslahat,kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan sepintas yang mengandung bahaya atau perbuatan yang buruk. 4 Sedangkan Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah SWT, atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah, dengan kata lain Tarhib adalah ancaman dari Allah yang dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut pada hambanya dan memperlihatkan sifat-sifat kebesaran dan keagungan Ilahiyah, agar mereka selalu berhati-hati dalam bertindak serta melakukan kesalahan dan kedurhakaan. 5 1 Louis Ma’luf Yusa’I, Al-Munjid Fi Al-Lughah wa ‘Alam, (Beirut : Lebnon, Al- Katulikiah, 1965), hlm. 168. 2 Muhammad Thalib, Pendidikan Islam metode 30 T,(Bandung : Irsyad Baitus Salam 1996) hlm. 96. 3 Ibid., hlm 156. 4 Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Aslibuha, terj. Herry Noer Ali, Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam,( Bandung : Diponegoro, 1992) hlm 412. 5 Ibid

Upload: lenhan

Post on 12-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

10

BAB II

TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Targhib dan Tarhib

1. Pengertian dan fungsi Targhib dan Tarhib

Targhib berasal dari kata dasar raghiba yang jika dikaitkan dengan

fi memiliki arti gembira, cinta atau sesuatu yang disukai, tetapi jika

dikaitkan dengan ‘an, maka artinya benci.1 Menurut pengertian lain

Targhib memiliki arti mendorong atau memotivasi diri untuk mencintai

kebaikan.2 Tarhib diartikan menimbulkan perasaan takut yang hebat

kepada orang lain.3

Abdurrahman an-Nahlawi mengemukakan, Targhib adalah janji

yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu

maslahat,kenikmatan atau kesenangan akhirat yang pasti baik, serta bersih

dari segala kotoran yang kemudian diteruskan dengan melakukan amal

saleh dan menjauhi kenikmatan sepintas yang mengandung bahaya atau

perbuatan yang buruk.4 Sedangkan Tarhib adalah ancaman dengan siksaan

sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah SWT,

atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan

Allah, dengan kata lain Tarhib adalah ancaman dari Allah yang

dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa takut pada hambanya dan

memperlihatkan sifat-sifat kebesaran dan keagungan Ilahiyah, agar mereka

selalu berhati-hati dalam bertindak serta melakukan kesalahan dan

kedurhakaan.5

1 Louis Ma’luf Yusa’I, Al-Munjid Fi Al-Lughah wa ‘Alam, (Beirut : Lebnon, Al-

Katulikiah, 1965), hlm. 168. 2 Muhammad Thalib, Pendidikan Islam metode 30 T,(Bandung : Irsyad Baitus Salam

1996) hlm. 96. 3 Ibid., hlm 156. 4 Abdurrahman an-Nahlawi, Ushulut Tarbiyatil Islamiyah wa Aslibuha, terj. Herry Noer

Ali, Prinsip-prinsip dan metode Pendidikan Islam,( Bandung : Diponegoro, 1992) hlm 412. 5 Ibid

Page 2: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

11

Dari pengertian diatas ada bebarapa hal yang patut digaris bawahi,

yang merupakan hal pokok dalam Targhib dan Tarhib yaitu:

a. Janji dan ancaman

b. Perbuatan atau tindakan

c. Akibat atau hasil yang akan diterima

Ketiga hal ini bisa dijadikan ciri-ciri dari Targhib dan Tarhib.

Targhib dan Tarhib didasarkan pada fitrah yang diberikan Allah

kepada manusia, seperti keinginan terhadap kekuatan, kenikmatan,

kesenangan hidup dan kehidupan abadi yang baik serta ketakutan akan

kepedihan, kesengsaraan dan kesudahan yang buruk.6

Al Qur’an menggunakan Targhib dan Tarhib untuk

membangkitkan motivasi agar beriman kepada Allah dan rasulnya,

mengikuti ajaran Islam, melaksanakan ibadah wajib, menjauhi maksiat

dan hal yang dilarang oleh Allah dan berpegang pada istiqomah dan

takwa.7

Jadi Targhib dan Tarhib berfungsi untuk motivasi manusia.

Sebagaimana dalam masa awal berdakwah Rasulullah SAW. Beliau

memotivasi manusia dengan pahala yang besar diakhirat dan masuk surga

bagi yang teguh dalam berakidah tauhid dan memberantas kemusyrikkan.8

2. Targhib dan Tarhib dengan Ganjaran dan Hukuman

Dalam dunia pendidikan, baik pendidikan Islam Maupun umum,

dikenal istilah ganjaran dan hukuman. Sehingga timbul suatu pertanyaan,

apakah sama antara Targhib dan Tarhib dengan ganjaran dan hukuman?.

Sebelum mengetahuinya ada baiknya menengok masalah yang berkaitan

dengan ganjaran dan hukuman.

6 Ibid, hlm 410. 7 Muhammad Usman Najati, Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi, Terj. Irfan Salim,

(Jakarta : Hikmah, 2002), hlm. 156. 8 Ibid.

Page 3: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

12

Ganjaran menurut bahasa adalah hadiah atau balasan.9 Menurut

istilah adalah alat pendidikan yang diberikan kepada murid-murid yang

telah dapat mencapai prestasi baik.10

Hukuman memiliki arti secara harfiah yaitu siksa yang diletakkan

kepada orang yang melanggar undang-undang dan sebagainya.11 Menurut

pengertian lain yaitu suatu perbuatan dimana seseorang secara sadar dan

sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain dengan tujuan

memperbaiki atau melindungi dirinya dari kelemahan jasmani dan rohani,

sehingga terhindar dari segala macam pelanggaran.12

Mengacu pada pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

ganjaran adalah hadiah, balasan dan penghargaan yang diberikan kepada

seseorang atas prestasi yang telah dicapainya.Sedangkan hukuman adalah

balasan atau sanksi yang diberikan kepada seeorang atas pelanggaran yang

dilakukannya.

Janji pemberian ganjaran dan hukuman itu banyak difirmankan

Allah dalam Al Qur’an, surga dan neraka merupakan ganjaran dan

hukuman dari Allah.13

Islam telah menempatkan konsep imbalan dan hukuman sebagai

prinsip utama dalam pendidikan. Dengan imbalan, anak akan termotivasi

untuk melakukan kebaikan, dan dengan hukuman, anak akan berhati-hati

agar tidak terjerumus pada keburukan.14

a. Macam-macam Ganjaran dan Hukuman

Macam-macam ganjaran

9 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta : Balai Pustaka 1997) hlm. 296. 10 M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya : Usaha Nasional

1981) hlm.169. 11 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., hlm 364. 12 M. Sastrapradja, op.cit., hlm 201. 13 Irawati Istadi, Prinsip-Prinsip Pemberian Hadiah Dan Hukuman, (Jakarta : Pustaka

Inti 2003) hlm. 1. 14 Ahmad Ali Budaiwi, op.cit., hlm. V.

Page 4: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

13

Ganjaran sebagai alat pendidikan memiliki berbagai

macam bentuk. Ada beberapa perbuatan atau sikap endidik yang

dapat menjadi ganjaran bagi peserta didik, diantaranya:

1. Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan

suatu jawaban yang diberikan oleh seorang anak.

2. Guru memberikan kata-kata yang menggembirakan ( pujian )

3. Ganjaran bisa berupa memberikan pekerjaan yang lain, disaat

anak dapat mengerjakan suatu pekerjaan yang telah diberikan

kepadanya dengan baik.

4. Ganjaran bisa berupa cerita, nyanyian dan darmawisata, jika

ditujukan untuk seluruh kelas.

5. Ganjaran dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan

berguna bagi anak-anak. Tetapi dalam hal ini guru harus

sangat berhati-hati dan bijaksana, sebab dengan benda-benda

itu, ganjaran bisa berubah menjadi upah.15

Berdasarkan bentuknya ganjaran atau hadiah dibagi

menjadi dua yaitu primer, yang berupa makanan, alat-alat bermain

uang dan benda-benda nyata yang lain dan sekunder, yang berupa

pujian dari msyarakat perhatian.16 Berdasarkan sifatnya ganjaran

atau hadiah dibagi menjadi dua. Pertama, yang bersifat intrinsik,

tidakan atau perbuatan anak yang dengan sendirinya memuaskan

dan memenuhi tujuan dan kehendaknya. Kedua, yang bersifat

ekstrinsik, kepuasan atau kesenangan yang berasal dari sumber-

sumber luar.17

Dari macam-macam ganjaran tersebut dapat disimpulkan

bahwa bentuk-bentuk ganjaran dapat dikelompokkan menjadi dua

yaitu, ganjaran yang bersifat materi dan yang bersifat non materi.

15 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung : Remaja Rosda

Karya 2000) hlm. 183 16 Charles Schaefer, Cara efektif mendidik dan Mendisiplinkan Anak, terj. R. Turman

Sirait, (Jakarta : Mitra Utama 1994) hlm. 22 17 Ibid.

Page 5: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

14

Macam-macam Hukuman.

William Stern, membedakan hukuman yang disesuaikan

dengan tingkat-tingkat perkembangan anak-anak yang menerima

hukuman yaitu:

1. Hukuman asosiatif.

Umumnya orang mengasosiasikan antara hukuman dan

kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang

diakibatkan oleh hukuman dengan perbuatan pelanggaran yang

dilakukan. Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak atau

hukuman itu, biasanya orang-orang atau anak-anak menjauhi

perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang.

2. Hukuman logis.

Hukuman ini dipergunakan untuk anak-anak yang

sudah agak dewasa/besar. Dengan hukuman ini, anak mengerti

bahwa hukuman itu adalah akibat yang logis dari pekerjaan

atau perbuatan yang tidak baik.

3. Hukuman normatif.

Hukuman yang bermaksud memperbaiki moral anak-

anak. Hukuman ini diberikan terhadap pelanggaran-

pelanggaran mengenai norma-norma etika, seperti berdusta,

menipu dan mencuri.18

Disamping pembagian hukuman seperti tersebut diatas,

hukuman juga dibedakan menjadi:

a. Hukuman Alam.

Hukuman ini diajarkan oleh J.J Rousseau, menurutnya

anak-anak ketika dilahirkan adalah suci, bersih dari segala

noda dan kejahatan. Adapun yang menyebabkan rusaknya

anak itu adalah masyarakat manusia itu sendiri. Maka dari itu

dia menganjurkan supaya anak-anak dididik menurut alamnya.

18 Ibid, hlm. 190.

Page 6: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

15

Demikian juga mengenai hukuman Rousseau menganjurkan “

hukuman alam “ . Biarlah alam yang menghukumnya. Jika sang

anak yang bermain pisau kemudian tersayat jari tangannya,

atau anak yang bermain air kotor, kemudian masuk angin dan

gatal-gatal itu adalah hukuman alam, biarlah anak itu

merasakan sendiri akibat yang sewajarnya dari perbuatannya

itu. Nantinya anak akan insaf dengan sendirinya.

b. Hukuman yang disengaja.

Hukuman ini sebagai lawan dari hukuman alam.

Hukuman macam ini dilakukan dengan sengaja dan

bertujuan.19

Schaefer membagi bentuk-bentuk hukuman menjadi:

1. Restitusi yaitu membuat anak-anak itu melakukan suatu

perbuatan yang tidak menyenangkan.

2. Deprivasi yaitu mencabut dari anak suatu kegemaran atau

suatu kesempatan yang enak.

3. Menimpakan kesakitan berbentuk kejiwaan dan fisik terhadap

anak.20

b. Prinsip-prinsip pemberian ganjaran dan hukuman.

Ganjaran dan hukuman bisa menjadi metode pembelajaran

yang efektif dengan memperhatikan prinsip-prinsip pemberian

ganjaran dan hukuman.

1. Prinsip-prinsip pemberian ganjaran

Irawati Istadi mengemukakan beberapa prinsip yang harus

diperhatikan dalam memberikan ganjaran.

a. Penilaian didasarkan pada perilaku bukan pada pelaku.

Kebiasaan orang tua atau pendidik yang senantiasa

memandang baik kepada si pelaku seperti ini akan membuat

anak terpelihara citra diri positifnya. Sementara kualitas

19 Ibid, hlm. 190-191. 20 Charles Schaefer, op. cit., hlm. 96.

Page 7: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

16

perilakunya masih naik turun karena mereka sedang dalam

proses pembelajaran.21

b. Harus ada batasnya.

Pemberian hadiah tidak bisa menjadi metode yang

dipergunakan selamanya. Proses ini cukup difungsikan hingga

tahapan menumbuhkan kebiasaan saja. Manakala proses

pembiasaan dirasa telah cukup maka pemberian hadiah harus

diakhiri.22

c. Paling baik berupa perhatian.

Ide-ide kreatif bisa diberikan guru dan orang tua,

berupa pemberian hadiah dalam bentuk non materi.23

d. Hati-hati dengan uang.

Dibandingkan dengan bentuk hadiah materi lainnya

hadiah berupa uang justru memiliki banyak faktor negatif.

Persoalannya, benda ini benar-benar dirasakan sebagai benda

yang ajaib bagi anak. Dengan uang ditangan, mereka bisa

menukarnya dengan beragam benda menarik yang mereka

inginkan. Sehingga wajar jika anak cepat mengambil

kesimpulan bahwa uang bisa dijadikan kunci penyelesaian

untuk bisa mewujudkan apa saja keinginannya.24

e. Distandarkan pada proses, bukan hasil.

Begitu banyak orang lupa, bahwa proses jauh lebih

penting daripada hasil, proses pembelajaran yaitu usaha yang

dilakukan anak, adalah merupakan lahan perjuangan yang

sebenarnya. Sedangkan hasil yang akan diperoleh nanti tidak

bisa dijadikan patokan keberhasilannya, karena ada banyak

21 Irawati Istadi, Prinsip-Prinsip Pemberian Hadiah dan Hukuman, ( Jakarta : Pustaka

Inti 2003 ). hlm. 26. 22 Ibid, hlm. 29. 23 Ibid, hlm. 33. 24 Ibid, hlm. 38.

Page 8: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

17

faktor lain yang mempengaruhi selain dari pengasuh proses

atau usaha anak saja.25

f. Dimusyawarahkan kesepakatannya.

Jangan takut untuk bermusyawarah dengan anak, jika

anda tahu caranya. Karena sesungguhnya anak memiliki

kemampuan berdialog yang lebih hebat daripada apa yang

kerap dibayaangkan oleh kebanyakan orang tua.26

Pendapat lain, yaitu menurut Ngalim Purwanto, bahwa

memberi ganjaran bukan soal yang mudah. Ada beberapa syarat

yang perlu diperhatikan oleh pendidik.

1. Bentuk memberi ganjaran yang pedagogis perlu sekali guru

mengenal betul-betul murid-muridnya dan tahu menghargai

dengan tepat. Ganjaran yang salah dan tidak tepat dapat

membawa akibat yang tidak diinginkan.

2. Ganjaran yang diberikan kepada seorang anak hendaknya

janganlah menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi anak

yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi

tidak mendapat ganjaran.

3. Memberi ganjaran hendaknya hemat. Terlalu kerap atau terus

menerus memberi ganjaran dan penghargaan akan hilang arti

ganjaran sebagai alat pendidikan.

4. Janganlah memberi ganjaran dengan menjanjikan lebih dulu

sebelum anak-anak menunjukkan prestasi kerjanya, apa lagi

ganjaran yang diberikan kepada seluruh kelas. Ganjaran yang

telah dijanjikan lebih dulu hanya akan membuat anak-anak

berburu dalam bekerja dan akan membwa kesukaran-kesukaran

bagi anak yang kurang pandai.

25 Ibid, hlm. 41. 26 Ibid, hlm. 43.

Page 9: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

18

5. Pendidik harus berhati-hati memberikan ganjaran, jangan

sampai ganjaran yang diberikan kepada anak-anak diterimanya

sebagai upah jerih payah yang telah dilakukannya.27

Pemberian hadiah dapat disistemasikan sebagai barikut

1. Spesifik atau bersifat khusus. Ambillah hanya satu dua

perbuatan atau tingkah laku yang sangat spesifik, yang

kongkrit dan yang dapat diamati dengan hadiah.

2. Buatlah suatu catatan semakin anda ikuti dan tandai kemajuan

seorang anak dengan mengadakan suatu catatan dari seringnya

perbuatan yang dikehendaki tersebut, maka semakin sanggup

anda melihat kemajuan dan kekurangan anak.

3. Gantungkanlah dan pertalikanlah. Suatu hadiah diberikaan

hanya sesudah anak melakukan tingkah laku yang

dikehendaki. Tapi berilah hadiah itu segera sesudah terjadinya

perbuatan itu.

4. Gigih dan tekunlah. Tinjaulah secara teratur kesuksesan dan

kegagalan anda. Perbaharuilah cara dan prosedur anda jika

perlu. Umpamanya pergunakanlah hadiah yang lebih besar,

atau cobalah suatu perubahan kecil dari tingkah laku anak

anda. Bagaimanapun janganlah menyerah.28

2. Prinsip-prinsip pemberian hukuman

Sama halnya dengan pemberian hadiah atau ganjaran,

pemberian hukumanpun perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut;

a. Jelas dan terang.

b. Tunjukkan alternatif yang dapat diterima.

c. Tingkah laku yang dicela, bukan anak.

d. Konsistenlah.

27 M. Ngalim. Purwanto, Op. Cit, hlm. 184. 28 Charles Schaefer, Op. Cit, hlm 25-26.

Page 10: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

19

e. Kembangkan suatu yang hubungan umum yang bersifat kasih

sayang.

f. Kumpulkanlah semua fakta-fakta.

g. Penggunaan hukuman itu hanya sebagai usaha terakhir.

h. Waktu yang seceptnya.

i. Hadiahilah tingkah laku yang positif.

j. Perhaatikan dan carilah efek hukuman itu terhadap anak.

k. Melibatkan anak.

l. Tenang dan obyektiflah.

m. Adilah.

n. Tidak ada hukuman ganda.

o. Harus bersifat pribadi.

p. Usahakanlah pencegahan.

q. Gabungkanlah dengan sokongan.

r. Turut menyalami.

s. Berilah suatu peringatan.

t. Hindarilah kecenderungan untuk menjadi orang tua yang

sempurna.29

Pendapat lain mengemukakan tentang prinsip-prinsip

pemberian hukuman. Hukuman yang pedagogis harus memenuhi

syarat-syarat tertentu, diantaranya :

1) Tiap-tiap hukuman hendaklah dapat di pertanggungjawabkan.

Jadi hukuman tidak dilakukan dengan semena-mena.

2) Hukuman itu sedapat-dapatnya bersifat memperbaiki.

3) Hukuman tidak boleh bersifat ancaman ataupun pembalas

dendam yang bersifat perseorangan.

4) Jangan menghukum pada waktu kita sedang marah.

5) Tiap-tiap hukuman harus diberikan dengan sadar dan sudah

diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu.

29 Ibid, hlm. 99-111.

Page 11: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

20

6) Hukuman hendaknya dapat dirasakan oleh anak-anak sebagai

kedukaan atau penderitaan yang sebenarnya.

7) Jangan melakukan hukuman badan.

8) Hukuman tidak boleh merusaak hubungan baik antara

sipendidik dan anak didik.

9) Kesanggupan memberi maaf dari pendidik, sesudah

menjatuhkan dan setelah anak menginsafi kesalahannya.30

Irawan Istdadi juga mengemukakan prinsip-prinsip dalam

memberikan hukuman

1) Dijaga kesetimbangan hukuman dengan hadiah,

kesetimbangan disini bukannya harus sama dan seimbang

antara kedunya, namun perlu proposional dalam pemberian

ganjaran dan hukuman.31

2) Kepercayaan dulu baru hukuman, memberikan kepercayaan

kepada anak berarti tidak menyudutkan mereka dengan

kesalahan-kesalahannya untuk memberikan pengakuan bahwa

kita yakin mereka tidak sesungguhnya bernit melakukan

kesalahan tersebut.32

3) Distandarkan pemberiannya pada perilaku.33

4) Menghukum tanpa emosi, pada dasarnya anak tahu akan

kesalahan yang mereka perbuat . mereka hanya memerlukan

sedikit peringatan juga pengertian dan pemahaman terhadap

kesalahan yang mereka perbuat, selanjutnya bimbingan untuk

memperbaiki diri, sama sekali tidak diperlukan kemarahan dan

emosi berlebihan disini.34

30 M. Ngalim Purwanto, Op. cit, hlm 191-192. 31 Irawati Istadi, Op. Cit, hlm. 62. 32 Ibid, hlm. 66. 33 Ibid, hlm. 72. 34 Ibid, hlm. 76.

Page 12: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

21

5) Sudah disepakati sebelumnya. Pemberian hukuman harus

berdasarkan pada peraturan yang ada dan sudah disepakati

bersama.35

6) Pengabaian sebagai bentuk hukuman teringan. Hukuman

bertujuan untuk menumbuhkan perasaan tidak enak pada anak

akibat dari ketidak peduliannya orang disekitar kepada

dirinya.36

7) Tahan pemberian hukuman, tentunya dalam memberikan

hukuman harus melalui tahapan mulai yang teringan hingga

akhirnya menjadi yang terberat.37

8) Spesifik, hukuman yang diberikan harus jelas dan spesifik,

tanpa menimbulkan penafsiran lain yang bisa menimbuilkan

konflik pada diri anak.38

9) Fleksibel, maksudnya pemberian hukuman yang berbeda pada

siswa sesuai dengn perbuatan yang berbeda.39

Secara singkat Ngalim Purwanto menyimpulkan prinsi-

prinsip pemberian hukuman sebagai berikut :

1) Hukuman harus ada hubungannya dengan kesalahan.

2) Hukuman harus disesuaikan dengan kepribadian anak.

3) Hukuman harus diberikan dengan adil.

4) Guru sanggup memberi maaf setelah hukuman itu dijalankan.40

Dari uraian mengenai ganjaran dan hukuman dapat

disimpulkan bahwa didalamnya terdapat ciri-ciri dari ganjaran dan

hukuman yaitu:

- Adanya suatu perbuatan

- Adanya imbalan, baik berupa ganjaran maupun sanksi

35 Ibid, hlm. 79. 36 Ibid, hlm. 83. 37 Ibid, hlm. 87. 38 Ibid, hlm. 90. 39 Ibid, hlm. 91. 40 M. Ngalim Purwanto, Op. Cit, hlm. 192.

Page 13: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

22

Sehingga dari berbagi uraian diatas dapat disimpulkan

mengenai perbedaan antara Targhib dan Tarhib dengan ganjaran

dan hukuman. Kalau dilihat ciri-ciri keduanya dapat dibedakan

bahwa Targhib dan Tarhib baru pada janji maupun ancaman.

Sedangkan ganjaran dan hukuman merupakan sebuah tindakan

yang yang sudah dilaksanakan. Namun jika dihubungkan keduanya

merupakan suatu rangkaian yang saling melengkapi.

B. Targhib dan Tarhib dalam PAI

1. Targhib dan Tarhib sebagai Alat Pendidikan

Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang bisa menunjang

kelancaran pendidikan.41 Adapun Sutari Imam Barnadib menjelaskan

bahwa alat pendidikan adalah tindakan atau perbuatan atau benda yang

dengan sengaja diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan.42

Alat pendidikan bisa berupa benda dan bukan benda. Alat

pendidikan yang berupa benda seperti ruangan kelas, perlengkapan belajar

dan sejenisnya. Sedangkan yang berupa bukan benda seperti situasi,

pergaulan, perbuatan, teladan,nasihat, bimbingan, contoh, teguran,

anjuran, ganjaran, perintah, tugas, ancaman maupun hukuman.43

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa alat pendidikan

berfungsi sebagai penunjang keberhasilan tercapainya tujuan pendidikan.

Sedangkan alat pendidikan dibagi menjadi dua macam yaitu benda seperti

ruangan kelas, alat-alat peraga, media pengajaran dan sarana serta

prasarana penunjang pendidikan lainnya. Selanjutnya adalah yang berupa

bukan benda, seperti situasi, perbuatan, pergaulan,perintah, ganjaran, janji

(Targhib), ancaman (Tarhib), hukuman dan lain-lain, termasuk

didalamnya metode-metode dalam pendidikan.

41 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,( Jakarta : Bina Aksara, 1991), hlm. 181. 42 Sutari Imam Barnadib, Filsafat pendidikan : Tinjauan Mengenai Beberapa aspek dan

proses pendidikan,( Yogyakarta : Andi Offset, 1986) hlm. 113. 43 Jalaluddin dan Ali Ahmad Zen, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan,( Bandung : Al

Maarif, 1996) hlm. 18.

Page 14: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

23

Seperti yang telah disebutkan bahwa Targhib atau janji dan Tarhib

atau ancaman merupakan bagian dari alat pendidikan yang bukan benda.

Sehingga Targhib dan Tarhib dapat dijadikan sarana untuk menunjang

tercapainya tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan

tentunya dari sekian banyak alat pendidikan itu dapat dipilih secara

selektif, mana diantaranya yang lebih serasi dan efektif untuk digunakan

dalam mendidik anak.44

2. Targhib dan Tarhib dalam Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam dalam konteks UUSPN, berarti mata

pelajaran atau bidang studi agama Islam sebagai salah satu kurikulum

wajib bagi peserta didik muslim.45Dalam pengertian lain pendidikan

agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam

meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan

memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan

kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan

persatuan nasional.46

Pendidikan agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama

Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa

kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan agama disekolah

umum bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi

manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

44 Jalaluddin, Teologi Pendidikan,( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 109. 45 M. Chabib Toha dkk, Reformulasi pendidikan Islam,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

1996), hlm 301. 46 Marasuddin Siregar, Pengelolaan Pengajaran, dalam PBM PAI Di Sekolah,(

Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 178.

Page 15: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

24

bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

tinggi.47

Untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam tersebut, perlu

menggunakan alat yang tepat dan sesuai. Salah satu alat pendidikan yang

sesusai adalah Targhib dan Tarhib, karena alat pendidikan ini memiliki

keistimewaan- keistimewaan sebagai berikut :

1) Targhib dan Tarhib Qurani atau Nabawi bersandar kepada

argumentasi dan keterangan. Semua ayat yang mengandung Targhib

dan Tarhib akan salah satu urusan akhirat, mempunyai hubungan atau

mengandung isyarat – baik dekat maupun jauh – kepada keimanan

kepada Allah dan hari akhir pada umumnya atau mengandung

pengarahan khitab ( pembicaraan) kepada kaum Mu’min. Hal ini

mengandung anjuran, hendaknya kita menanamkan keimanan dan

aqidah yang benar kepada anak, agar kita dapat menjanjikan (Targhib)

surga kepada mereka dan mengancam (Tarhib) mereka azab Allah.

Sehingga mengundang anak untuk merealisasikannya dalam amal dan

perbuatan.48

2) Targhib dan Tarhib Qurani atau Nabawi itu disertai dengan gambaran

yang indah tentang kenikmatan disurga atau dahsyatnya azab neraka

jahanam, dan diberikan dengan cara yang jelas yang dapat dipahami

oleh seluruh manusia. Oleh karena itu pendidik hendaknya

menggunakan gambaran-gambaran dan makna-makna Qurani serta

Nabawi yang melukiskan dahsyatnya siksaan serta nikmatnya ganjaran

yang diberikan Allah. Gambaran-gambaran dan makna-makna itu

diselaraskan dengan pemahaman anak.49

47 Ibid, hlm.179. 48 Abdurrahman an-Nahlawi, op.cit., hlm. 413-414. 49 Ibid.

Page 16: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

25

3) Targhib dan Tarhib Qurani atau Nabawi bersandar kepada upaya

menggugah serta mendidik perasaan Rabbaniyyah, pendidikan

perasaan ini termasuk salah satu maksud syari’at Islamiyyah.50

4) Pendidikan dengan Targhib dan Tarhib bersandar pula kepada

penetapan dan keseimbangan antara kesan dan perasaan. Maka

hendaknya perasaan takut tidak melebihi perasaan harap, sehingga

orang yang berdosa berputus asa dari ampunan dan rahmat Allah.51

Demikianlah Targhib dan Tarhib dapat dipakai sebagai alat

pendidikan, yang dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan agama

Islam. Sebagaimana Allah serta Rasulullah menggunakannya untuk

memotivasi manusia untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan

mereka kepada Allah SWT.

Targhib dan Tarhib dalam pendidikan agama Islam dapat sebagai

pembangkit motivasi bagi siswa agar mau mempelajari serta

mengamalkan ajaran agama Islam.

3. Motivasi Relevansinya dengan Pendidikan Agama Islam

Seperti yang telah disebutkan bahwa Targhib dan Tarhib

merupakan alat pendidikan yang berfungsi untuk menumbuhkan motivasi

bagi siswa dalam mempelajari serta mengamalkan pendidikan agama

Islam. Maka perlu kiranya menelaah tentang relevansi antara motivasi

dengan pendidikan agama Islam.

Dalam dunia pendidikan belajar dan motivasi selalu mendapat

perhatian khusus bagi mereka yang belajar dan mengajar. Pertanyaan yang

sering kali muncul ialah bagaimana memotivasi seseorang mempelajari

apa yang harus dipelajarinya ? Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai

orang-orang dengan penuh antusias melaksanakan berbagai kegiatan

belajar. Sedang dipihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas.

Motivasi sendiri adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga

50 Ibid,hlm 415-420. 51 Ibid, hlm. 422.

Page 17: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

26

anak didik mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.52 Motivasi

sebagai suatu proses mengantarkan murid kepada pengalaman-

pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar dan bersemangat

dalam mencari ilmu, motivasi adalah unsur yang paling utama dalam

proses mencari ilmu tersebut.53

Hal yang menarik adalah bahwasanya motivasi menjadi salah satu

metode yang digunakan oleh Allah untuk merangsang manusia agar

berperilaku sesuai dengan kehendak dan ridlonya.

Menurut hemat penulis jika kita teliti, maka sebenarnya gaya

bahasa dan ungkapan dalam firman-firman Allah dalam Al-Qur’an

menunjukkan fenomena bahwa firman Allah itu sesungguhnya

mengandung nilai metodologis yang mempunyai corak dan ragam sesuai

tempat dan waktu serta sasaran yang dihadapi. Namun yang sangat

esensial adalah firmannya itu senantiasa mengandung hikmah

kebijaksanaan dan motivasi yang secara metodologis disesuaikan dengan

kecendrungan / kemampuan kejiwaan manusia yang hidup dalam situasi

dan kondisi tertentu yang berbeda-beda.54 Kecendrungan jiwa dalam

situasi dan kondisi yang berbeda itulah yang diperhatikan oleh Allah dan

mengarahkannya pada sasaran akal pikiran manusia. Jadi metode yang

dipergunakan oleh Allah adalah metode pemberian alternatif-alternatif

menurut akal pikiran yang masing-masing tidak sama. Dari seluruh

metode tersebut muaranya adalah penciptaan motivasi.

Sebagai contoh dalam memberikan perintah dan larangan

(imperatif dan prefentif) senantiasa diperhatikan kadar kemampuan

masing-masing hambanya, sehingga taklif (beban)nya berbeda-beda

meskipun dalam tugas yang sama.55 Demikian juga dalam konteks belajar

52 S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung : Jemmars, 1987), hlm. 34 53 Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, Metodik Khusus Pengajaran

Agama Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1981), hlm. 112 54 Mohammad Fadhil Al-Djamaly, Tarbiyah Al-Insan Al-Jadid, (Tunisia : Ma’tabah Al-

I’tihad Al-A’lam, 1967), hlm.11 55 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan

Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta : Bumi Akasara, 2000), hlm. 63

Page 18: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

27

mengajar pesan-pesan Targhib wa Tarhib harus dimplementasikan dalam

kerangka yang tepat.

Dalam pendidikan Islam sistem pendekatan metodologis yang

dinyatakan bersifat multi pendekatan yaitu;

1. Pendekatan Religius

Pendekatan ini menitik beratkan kepada pandangan bahwa

manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat

keagaman, sehingga motivasi dalam konteks ini digunakan sebagai

motivasi yang bersumber dari doktrin-doktrin agama seperti Al-

Qur’an dan Hadis, sebagaimana yang dituliskan dalam kitab Targhib

wa Tarhib, Hafidz Al-Mundziri.

2. Pendekatan filosofis

Pendekatan ini memandang bahwa manusia adalah makhluk

rasional sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangnnya

didasarkan pada sejauhmana kemampuan berpikirnya dapat

dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya. Dalam

hal ini motivasi bagi kecendrungan manusia yang rasional harus

digunakan pendekatan yang rasional pula atas sugesti-sugesti yang

dikemukakan. Karena sifat dari rasionalitas manusia itu sangat

terbatas. Bahkan seringkali manusia dengan rasionalitasnya tidak

mampu memecahkan berbagai persoalan yang muncul. Dalam konteks

inilah motivasi yang bersifat horizontal sangat dibutuhkan.

3. Pendekatan sosio kultural

Pendekatan ini berpandangan bahwa manusia adalah makhluk

yang berkebudayaan. Dalam konteks ini perkembangan dan kemajuan

serta kemudahan yang akan diperoleh manusia kreatif menjadi bagian

dari pemunculan motif bagi seseorang.

4. Pendekatan scientific

Titik beratnya terletak pada pandangan bahwa manusia

memiliki kemampuan menciptakan (kognitif) berkemauan dan merasa

(emosional atau afektif). Motivasi dalam pendidikan diarahkan untuk

Page 19: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

28

dapat mengembangkan kemampuan analitis-sintesis dan reflektif

dalam berfikir.56

Selanjutnya, terkait erat dengan motivasi relevansinya dengan

pendidikan Agama Islam yaitu bahwa; sebenarnya titik sentral dari fungsi

manusia dalam hidup di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah.

Dan fungsi demikian baru dapat berkembang dengan cukup baik bila mana

kemampuan-kemampuan ganda dalam diri pribadinya selaku makhluk

Allah, diberi bimbingan dan pengarahan yang baik pula melalui proses

kependidikan kearah jalan yang diridloi Allah.57 Oleh karena itulah dalam

kitab Targhib wa Tarhib, memandang wajib mempelajari ilmu agama atas

ilmu umum lainya. Ilmu agama harus terlebih dahulu dipunyai sebagai

pondasi dasar untuk beribadah kepada Allah baru kemudian ilmu umum

yang sifatnya mubah atau instrumental.

Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber ajaran Islam

mempunyai metode motivasi yang komprehenship dengan melalui

pendekatan multi dimensional sehingga diarahkan untuk melakukan

pendekatan yang bersifat komprehensip sebagai berikut :

1. Mendorong manusia untuk mencari ilmu dan menggunakan akal

pikirannya dalam menelah dan mempelajari gejala kehidupannya

sendiri dan gejala kehidupan alam sekitarnya. Dalam ruang lingkup

pengembangan akal pikiran inilah, Allah dan Sunnah mendorong

manusia untuk berfikir analitis dan sintetis melalui proses berpikir

induktif deduktif. Hal ditunjukkan misalnya dalam surat Al-Ghasiyah

17-21 yang berbunyi :

وايل . واىل السماء كيف رفعت . افال ينظرون اىل االبل كيف خلقت فذكر امنا انت .ىل االرض كيف سطحت وا. اجلبال كيف نصبت

) الغلشية (مذكر

56 Abu A’la Al-Maududi, Islam Sebagai Pandangan Hidup, (Bandung : Sinar Baru,

1983), hlm. 46-59 57 M. Arifin, op.cit., hlm. 64

Page 20: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

29

“Apakah mereka itu tidak melihat kepada unta-unta bagaimana dijadikan, dan melihat langit bagaimana ditinggikan. Dan melihat gunung-gunung bagaimana ditegakkan. Dan melihat kepada bumi ini bagaimana dihamparkan, maka berilah peringatan. Karena kamu

seorang penyeru (pemberi peringatan)” .58

Dari sini kemudian muncul beberapa hadis untuk lebih

menggali secara mendalam terhadap penekanan Al-Qur’an untuk

berfikir dengan hadis nabi sebagai berikut:

صلى اهللا رسول اهللاقال: عباس رضى اهللا عنهما قال وروى عن إبنمن جاءه أجله وهو يطلب العلم لقي اهللا ومل يكن بينه : عليه وسلم

) رواه الطرباىن(نبوة الوبني نبيني اال درجة

Rasulullah Saw bersabda: "barang siapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara Nabi kecuali derajat kenabian". (HR. Tabrani).59

2. Mendorong manusia untuk mengamalkan ilmu pengetahuan dan

mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam hidup sehari-

hari sebagaimana terkandung dalam perintah shalat, puasa serta haji

dan sebagainya. Metode yang digunakan dalam hal ini adalah

(perintah dan larangan), dimana nuansa perintah dan larangan tersebut

adalah Targhib dan Tarhib. Allah memerintahkan bersholat dengan

menunjukkan faedah/manfaatnya sebagai berikut:

اتل ما احي اليك من الكتاب واقم الصلوة ان الصلوة تنهي عن )٤٥ :العنكبوت .....(الفحشاء واملنكر

58 Depag RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara dan

Penterjemah Al-Qur’an, 1990), hlm. 1055 59 Imam Hafidz Zaqiuddin Abdul Adhim bin Abdul Qowi Al-Mundziri, Targhib wa

Tarhib, (Mesir : Dar Ulum, tth), hlm. 56

Page 21: TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/14/jtptiain-gdl-s1... · 10 BAB II TARGHIB DAN TARHIB DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM A

30

"Bacalah apa yang aku wahyukan kepadamu dari Al-Kitab ini dan dirikanlah sholat, karena sholat itu sesungguhnya mencegah dari perbuatan keji dan munkar…"(Al-Ankabut,45 ) 60

3. Mendorong berjihad, dengan melalui jihad fisabillah itu manusia akan

memperoleh jalan kebenaran Tuhan serta menjadi orang yang

beruntung. Berjihad disini berarti bersungguh-sungguh dalam

pekerjaan. Dengan sikap serius (sungguh-sungguh) itu ia akan

memperoleh hasil yang menguntungkan dirinya sendiri. 61

Selanjutnya motivasi dan tumbuh dari adanya metode mendidik

dengan cara bercerita yaitu dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup

manusia dan kehidupan yang akan datang serta akibat-akbiat perbuatan

manusia terdahulu yang diperhitungkan kelak dalam akhirat. 62 Selain itu

Allah menunjukkan bagaimana kisah Luqman Al-Hakim dalam memberi

pengetahuan sekaligus mendorong anaknya untuk tidak menyekutukan

Allah sebagaimana firmannya yang berbunyi:

واذ قال لقمان البنه وهو يعظه يا بين التشرك باهللا ان الشرك لظلم عظيم )١٣ لقمان(

"Dan ingatlah ketika Lukman berkata kepada anak lelakinya pada saat ia memberikan pelajaran kepadanya: wahai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Tuhan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah itu adalah benar-benar kedhaliman yang besar." (Lukman, 13) 63

60 Ibid. 61 Ada pepatah arab yang menyatakan ( ومن جد وجد. من اجتهد نال( barang siapa yang

bersungguh-sungguh pasti akan mendapat apa yang diinginkan. 62 H. Arifin Muzayin, Pendidikan Islam Dalam Arus Dinamika Massa, (Jakarta : PT.

Golden Terayon, 1987), hlm. 67 63 Depag RI., op. cit., hlm. 654