tanya jawab seputar pengukuran, penilaian, dan …

330
Oleh: Prof. Dr.Yusrizal, M.Pd SYIAH KUALAUNIVERSITY PRESS TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI PENDIDIKAN

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

Oleh: Prof. Dr.Yusrizal, M.Pd

SYIAH KUALAUNIVERSITY PRESS

TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN EVALUASI PENDIDIKAN

Page 2: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang keras memperbanyak, memfotocopy sebagian

Atau seluruh isi buku ini, serta memperjual belikannya

Tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit.

Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press

Darussalam – Banda Aceh, 23111

©2016, Penerbit Syiah Kuala University Press, Banda Aceh

ii 232 hlm. 15 cm x 23 cm

Judul Buku : Tanya Jawab Seputar Pengukuran, Penilaian, dan

Evaluasi Pendidikan

Penulis : Prof. Dr. Yusrizal, M.Pd

Editor Bahasa : Dr. Ramli, M.Pd

Penerbit: Syiah Kuala University Press

Telp (0651) 801222.

Email : [email protected]

Cetakan kesatu: 2015

ISBN :

Anggota IkatanPenerbit Indonesia (IKAPI)

Hp
Typewritten text
978-602-1270-44-8
Page 3: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat

rahmad, taufik, serta hidayah-NYA penulisan buku “Tanya

Jawab Seputar Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan”

ini dapat diselesaikan. Selawat dan salam semoga dilimpahkan

oleh Allah SWT kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW

yang senantiasa kita jadikan contoh dan suru teladan dalam

kehidupan kita.

Berdasarkan pengalaman mengajar mata kuliah Evaluasi

Pendidikan pada berbagai program studi magister pendidikan

PPs Unsyiah menunjukkan bahwa hampir semua mahasiswa

yang umumnya guru, pengetahuan tentang evaluasinya belum

memuaskan, pada hal dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007

tentang Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru

dinyatakan bahwa salah satu kompetensi inti guru adalah

menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar. Pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diajukan semisal

apa pengertian dari pengukuran, penilaian dan evaluasi, apa

perbedaan antara ketiga istilah tersebut; apa beda antara skor dan

nilai; apa yang dimaksud dengan penilaian acuan norma dan

acuan patokan; jawaban mereka belum benar. Untuk alasan-

alasan inilah buku ini diterbitkan dalam bentuk tanya jawab..

Buku tanya jawab ini dikelompokkan urutan tanya jawabnya

dalam 11 BAB yaitu: BAB I. Konsep-Konsep Dasar Evaluasi,

BAB 2. Taksonomi Tujuan Pendidikan, BAB 3. Alat Ukur Tes,

BAB 4.Penyusunan dan Penulisan Soal, BAB 5.Analisis Butir

Soal, BAB 6.Validitas Alat Ukur, BAB 7. Reliabilitas Alat Ukur,

BAB 8. Penilaian (Asesmen) BAB 9. Alat Ukur Nontes. BAB

10 Pengukuran dan Penilaian Sikap, dan BAB 11. Pengolahan

Tes Hasil.Belajar.

Page 4: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

Sebagai suatu usaha awal, penulis berharap buku ini dapat

bermanfaat dalam membantu para guru dan calon guru

memahami dan menggunakannya dalam proses pengajaran.

Tiada gading yang tak retak, demikian juga buku ini mengandung

banyak kekurangan dan kekurangsempurnaan. Karenaya, penulis

menerima dengan hati terbuka berbagai saran dan kritik-kritik

konstruktif yang dapat dijadikan dasar perbaikan dalam

penerbitan berikutnya,

Banda Aceh, Agustus 2015

Page 5: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

DAFTAR ISI

PRAKATA............................................................................. i

DAFTAR ISI.......................................................................... ii

BAB 1. Konsep Dasar Evaluasi ...................................................... 1

1. Pendahuluan.......................................................................... 1

2. Evaluasi ................................................................................ 5

3. Penilaian ............................................................................... 24

4. Pengukuran ........................................................................... 38

BAB 2. Taksonomi Tujuan Pendidikan ................................. 49

1. Pengertian ............................................................................. 49

2. Ranah Kognitif ..................................................................... 50

3. Ranah Afektif ....................................................................... 58

4. Ranah Psikomotor.................................................................63

BAB 3. Alat Ukur Tes ........................................................... 69

1. Pendahuluan.......................................................................... 69

2. Klasifikasi Tes ...................................................................... 75

3. Bentuk Tes ............................................................................ 84

BAB 4. Penyusunan dan Penulisan Soal................................111

1. Pendahuluan..........................................................................111

2. Kaedah Penulisan Soal .........................................................115

BAB 5. Analisis Butir Soal ....................................................129

1. Pengertian .............................................................................129

2. Tingkat Kesukaran Butir.......................................................139

3. Daya Beda Butir ................................................................... 142

4. Keefektifan Pengecoh ........................................................... 150

BAB 6. Validitas Alat Ukur Tes ............................................ 159

1. Konsep Dasar........................................................................ 159

2. Jenis-Jenis Validitas.............................................................. 160

BAB 7 . Reliabilitas Alat Ukur Tes ....................................... 181

1. Konsep Dasar........................................................................ 181

2. Jenis-Jenis Reliabilitas.......................................................... 182

Page 6: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

BAB 8 .Penilaian (Asesmen) ................................................. 207

1. Penilaian Berbasis Kelas....................................................... 208

2. Penilaian Autentik ................................................................ 241

BAB 9 Alat Ukur Nontes ...................................................... 247

1. Konsep Dasar Nontes ........................................................... 247

2. Observasi .............................................................................. 248

3. Wawancara ........................................................................... 253

4. Kuesioner (Angket) .............................................................. 256

5. Sosiometri ............................................................................. 259

BAB 10.Pengukuran dan Penilaian Sikap ............................. 261

1. Konsep Dasar........................................................................ 261

2. Skala Likert........................................................................... 271

3. Skala Guttman ...................................................................... 276

4. Skala Thrustone .................................................................... 279

5. Skala Semantik Diferensial................................................... 281

BAB 11. Pengolahan Tes Hasil Belajar ................................. 291

1. Pengertian dan Konsep ......................................................... 291

2. Penskoran.............................................................................. 295

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 315

Page 7: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

1

BAB 1. KONSEP – KONSEP

DASAR EVALUASI,

1 PENDAHULUAN 1. Mengapa seorang guru harus mampu menilai hasil

belajar siswa?

Jawab:

Seorang guru harus mampu menilai hasil belajar siswa

karena:

1) Dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga

kemampuan pokok yang dituntut dari seorang guru

yakni: kemampuan dalam merencanakan materi dan

kegiatan belajar-mengajar, kemampuan melaksanakan

dan mengelola kegiatan belajar-mengajar, serta

menilai hasil belajar siswa (Gagne, 1974)

2) Dalam Standar Nasional Pendidikan meliputi 8

standar yaitu: (1) standar isi, (2) standar proses, (3)

standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan

tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana,

(6) standar pengelolaan, (7) standar pembiayaan, dan

(8) standar penilaian. Setiap pendidik harus

memahami landasan yuridis maupun filosofis yang

melatarbelakangi munculnya standar penilaian,

mekanisme, dan prosedur evaluasi.

1) Dalam Permendiknas No.16 Tahun 2007 tentang

Kualifikasi Akademik dan Standar Kompetensi Guru

dinyatakan bahwa salah satu kompetensi inti guru

adalah menyelenggarakan penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

Page 8: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

2

2. Apa yang dimaksud dengan standar penilaian

pendidikan?

Jawab:

Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional

pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur,

dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

3. Jelaskan tiga jenis penilaian yang diamanatkan dalam

Peraturan Pemerintah (PP) No. 19 Tahun 2005!

Jawab:

Adapun tiga jenis penilaian yang diamanatkan dalam

Peraturan Pemerintah (PP) No.19 Tahun 2005 yaitu; (1)

penilaian oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan,

dan perbaikan hasil pembelajaran, (2) penilaian oleh

satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian

standar kompetensi lulusan untuk semua mata

pelajaran sesuai programnya sebagai bentuk

transparansi, profesional, dan akuntabel lembaga, (3)

penilaian oleh pemerintah bertujuan menilai

pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada

mata pelajaran tertentu.

4. Bagaimana teknik penilaian untuk memperoleh data

proses dan hasil belajar menurut Pedoman Umum

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) ?

Jawab:

Teknik penilaian yang dapat digunakan untuk memperoleh

data proses dan hasil belajar menurut pedoman umum

BSNP, digunakan antara lain yaitu:

a. Tes Kinerja

Tes Kinerja dalam hal ini adalah berbagai jenis tes

yang dapat berbentuk tes keterampilan tertulis, tes

identifikasi, tes simulasi, uji petik kerja, dan

sebagainya.

Page 9: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

3

b. Demonstrasi

Teknik demonstrasi dapat dilakukan dengan cara

mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif sesuai

dengan kompetensi yang dinilai.

c. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan

hasil belajar dapat dilakukan secara formal, yaitu

observasi dengan menggunakan instrumen yang

sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan

kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi

informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa

menggunakan instrumen.

d. Penugasan

Penugasan adalah bentuk evaluasi yang dapat

dilakukan dengan model proyek yang berupa sejumlah

kegiatan yang dirancang, dilakukan dan diselesaikan

oleh peserta didik di luar kegiatan kelas dan harus

dilaporkan, baik secara tertulis maupun lisan.

e. Portofolio

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya

peserta didik dalam karya tertentu yang

diorganisasikan untuk mengetahui minat,

perkembangan belajar dan prestasi siswa.

f. Tes tertulis

Tes tertulis merupakan teknik penilaian yang paling

banyak digunakan oleh pendidik, adalah tes yang bisa

berupa tes dengan jawaban pilihan atau isian, baik

pilihan ganda benar-salah ataupun menjodohkan, serta

tes yang jawabannya berupa isian ataupun uraian

g. Tes Lisan

Tes dapat pula berupa tes lisan, yaitu tes yang

dilaksanakan melalui komunikasi langsung dengan

bertatap muka antara peserta didik dengan satu atau

beberapa penguji.

h. Jurnal

Jurnal pada dasarnya merupakan catatan siswa selama

berlangsungnya proses pembelajaran, sehingga jurnal

Page 10: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

4

berisi deskripsi proses pembelajaran dengan kekuatan

dan kelemahan siswa terkait dengan kinerja ataupun

sikap.

i. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi

mendalam yang diberikan secara lisan dan spontan,

tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian

peserta didik.

j. Inventori

Inventori adalah skala psikologis yang digunakan

untuk mengungkap

sikap, minat dan persepsi peserta didik terhadap obyek

psikologis,

ataupun fenomena yang terjadi, antara lain berupa

skala Likert dan sebagainya.

k. Penilaian diri

Penilaian diri merupakan teknik penilaian yang

digunakan agar peserta didik dapat mengemukakan

kelebihan dan kekurangan diri dalam berbagai hal.

l. Penilaian antar teman (penilaian sejawat).

Penilaian antar teman ini dilakukan dengan meminta

siswa mengemukakan kelebihan dan kekurangan

teman dalam berbagai hal.

5. Sebutkan kompetensi guru mata pelajaran yang

berkaitan dengan penilaian dan evaluasi sebagai

bagian dari kompetensi pedagogik!

Jawab:

Adapun kompetensi guru mata pelajaran yang berkaitan

dengan penilaian dan evaluasi sebagai bagian dari

kompetensi pedagogik yaitu:

1) Memahami prinsip-prinsip penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik

mata pelajaran yang diampu.

2) Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar

yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai

dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu

Page 11: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

5

3) Menentukan prosedur penilaian dan evalusi proses

dan hasil belajar

4) Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi

proses dan hasil belajar

5) Mengadminstrasikan penilaian proses dan hasil belajar

secara berkesinambungan dengan menggunakan

berbagai instrumen

6) Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar

untuk berbagai tujuan

7) Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar

6. Mengapa seorang guru perlu memiliki pengetahuan

dan pemahaman tentang pencapaian hasil belajar

siswa ?

Jawab:

Seorang guru perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman

tentang pencapaian hasil belajar siswa karena dapat

membantu guru untuk mengadakan refleksi guna

memperbaiki kinerjanya pada masa pembelajaran

selanjutnya, sebab informasi tersebut sangat penting untuk

direncanakan

2. EVALUASI

7. Apa yang dimaksud dengan Evaluasi ?

Jawab:

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation

yang berarti tindakan atau proses untuk menentukan nilai

sesuatu.

1) Evaluation refer to the act or process to determining

the value of something. Evaluasi mengacu pada suatu

tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai

dari sesuatu (Wandt dan Brown, 1957)

2) Evaluation is “the systematic process of collecting,

analyzing, and interpreting information to determine

the extent to which pupils are achieving instructional

objectives. (Answers the question “How

Page 12: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

6

good?”).Evaluasi adalah proses untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan

informasi untuk menentukan sejauh mana siswa

mencapai tujuan instruksional. (untuk menjawab

pertanyaan bagaimana baik? ) (Gronlund & Linn,

1995)

3) Evaluation is a complex term that often is misused by

both teachers and students. It involves making

decicions or judgements about students based on the

extent to which instructional objectives are achieved

by them, evaluasi adalah suatu istilah kompleks yang

sering disalahgunakan oleh para guru dan para siswa.

Evaluasi melibatkan pembuatan keputusan tentang

para siswa didasarkan pada tingkat sasaran hasil yang

dicapai oleh mereka (Philips,1979)

4) Evaluation is process of delineating, obtaining, and

providing descriptive and judgmental information

about the worth and merit of some object’s goals,

design, implementation, and impact in order to guide

decision, serve needs for accountability, and promote

understanding of the insolved phenimena. Evaluasi

merupakan proses menyediakan, memperoleh, dan

menyajikan informasi tentang harga dan jasa dari

beberapa tujuan, desain implementasi, dan dampak

untuk membantu membuat keputusan

pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman

terhadap fenomena (Stufflebeam and Shienkfield,

1985) .

Jadi:

(1) Evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan

oleh seseorang (evaluator) untuk mengetahui sejauh

mana keberhasilan suatu program telah tercapai yang

dilakukan secara berkesinambungan.

(2) Evaluasi adalah proses mengukur dan menilai

terhadap suatu objek dengan menampilkan hubungan

sebab akibat diantara faktor yang mempengaruhi

objek tersebut. Juga dapat dinyatakan sebagai suatu

Page 13: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

7

proses untuk mengambil keputusan dengan

menggunakan informasi yang diperoleh melalui

pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan

instrumen tes maupun non tes.

(3) Evaluasi adalah kegiatan mengidentifikasi untuk

melihat apakah suatu program yang telah

direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau

tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi

pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan

keputusan nilai (value judgement).

8. Jelaskan ruang lingkup evaluasi itu!

Jawab:

Secara umum, ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang

pendidikan di sekolah mencakup 3 komponen utama,

yaitu:

1) Evaluasi program pengajaran

Evaluasi terhadap program pengajaran akan mencakup

3 hal, yaitu: evaluasi terhadap tujuan pengajaran,

evaluasi terhadap isi program pengajaran, dan evaluasi

terhadap strategi belajar-mengajar

2) Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran

Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran

akan mencakup: kesesuaian antara pembelajaran yang

berlangsung dengan program pembelajaran yang telah

ditentukan, kesiapan guru dalam melaksanakan

program pembelajaran, kesiapan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran, minat atau perhatian

siswa di dalam mengikuti pembelajaran, keaktifan atau

partisipasi siswa selama pembelajaran berlangsung,

peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa

yang memerlukannya, komunikasi dua arah antara

guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung,

pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa,

pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka

penerapan teori-teori yang diperoleh di dalam kelas,

Page 14: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

8

dan upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul

sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan di sekolah.

3) Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar merupakan langkah untuk

mengetahui seberapa jauh target pembelajaran dapat

dicapai. Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik

ini mencakup: evaluasi mengenai tingkat penguasaan

peserta didik terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai

dalam unit-unit program pembelajaran yang bersifat

terbatas, dan evaluasi mengenai tingkat pencapaian

peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum

pembelajaran.

Menurut Stuffebeam (1974), ruang lingkup evaluasi

pendidikan adalah::

1) Evaluasi masukan (input)

Evaluasi masukan atau input adalah evaluasi berkaitan

dengan kualitas masukan yang berupa calon siswa,

baik menyangkut faktor kemampuan intelektual

maupun aspek kepribadiannya

2) Evaluasi Proses

Evaluasi Proses adalah evaluasi yang sasarannya

adalah proses belajar mengajar

3) Evaluasi Produk

Evaluasi produk adalah evaluasi yang sasarannya hasil

akhir suatu proses pendidikan

4) Evaluasi Konteks

Evaluasi Konteks adalah evaluasi yang berkaitan

dengan masalah-masalah kompleks yang melibatkan

hal-hal di luar proses pendidikan, tetapi secara

langsung mempengaruhi proses maupun hasil

pendidikan

9. Jelaskan bagaimana kaitan antara Evaluasi dan

Proses Belajar Mengajar?

Evaluasi yang baik mempersyaratkan adanya keterkaitan

langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar

Page 15: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

9

(PBM). Demikian pula, PBM akan berjalan efektif apabila

didukung oleh evaluasi yang efektif yang dilakukan oleh

guru. Evaluasi merupakan bagian integral dari proses

belajar mengajar. Kegiatan evaluasi harus dipahami

sebagai kegiatan untuk mengefektifkan proses belajar

mengajar agar sesuai dengan yang diharapkan.

10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan objek Evaluasi

Pendidikan ?

Yang dimaksud dengan objek atau sasaran evaluasi

pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian dengan

kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik

pusat perhatian atau pengamatan, karena pihak penilai

ingin memperoleh informasi tentang kegiatan atau proses

pendidikan tersebut.

11. Bagaimana cara mengenal objek evaluasi pendidikan?

Jawab:

Salah satu cara untuk mengenal objek dari evaluasi

pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga

segi, yaitu dari segi input, transformasi dan output

(Sudijono, 2006). Adapun dari segi output, yang menjadi

sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat pencapaian

atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-

masing peserta didik, setelah mereka terlibat dalam proses

pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.

Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian atau

prestasi belajar yang diraih oleh peserta didik itu,

dipergunakan alat berupa Tes Hasil Belajar, yang dikenal

dengan istilah tes pencapaian (achievement test).

12. Jelaskan apa saja prinsip-prinsip evaluasi!

Jawab:

Evaluasi harus selalu dipandang sebagai suatu proses yang

dituntun oleh prinsip-prinsipnya. Menurut Asaad dan

Hailaya (2004) ada 7 (tujuh) prinsip yang mengatur proses

evaluasi, masing-masing adalah sebagai berikut.

Page 16: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

10

1) Evaluasi harus berdasarkan tujuan pengajaran

yang jelas.

Evaluasi kemampuan dan karakter siswa serta aspek-

aspek situasi belajar-mengajar lain dari harus

didasarkan pada tujuan-tujuan yang ditetapkan, sesuai

dengan tujuan sekolah dan Negara. Aspek-aspek

proses pendidikan harus menjadi baik dan

pertumbuhan siswa serta kemajuan harus menjadi

perioritas paling awal.

2) Prosedur dan teknik evaluasi harus terpilih

ditinjau dari sudut

tujuan.

Evaluasi harus selalu mempertimbangkan aspek-aspek

khusus kinerja siswa sebagaimana tercantum dalam

tujuan-tujuan dan sebagai dasar untuk pemilihan

langkah-langkah evaluasi harus relevan dan tjuan-

tujuan yang tepat.

3) Evaluasi harus komprehensif.

Evaluasi harus mencakup aspek-aspek luas tentang

pertumbuhan siswa. Evaluasi harus menilai

kemajuan-kemajuan siswa dalam semua hasil

pengajaran yang diinginkan. Evaluasi tidak hanya

didasarkan pada pengembangan kognitif seperti

pengetahuan, pemahaman atau memikir keterampilan

saja, tetapi juga pada pengembangan afektif dan

psikomotor, seperti perubahan-perubahan pada sikap,

perilaku-perilaku atau kinerja nyata.

4) Evaluasi harus kontinu.

Evaluasi harus secara terus menerus dilakukan untuk

memantau kemajuan siswa. Evaluasi harus selalu

sejajar dengan proses pendidikan, dimana sisva-siswa

dipertahankan dalam proses pertumbuhan dan

perubahan kontinu.

5) Evaluasi harus mendiagnosis dan fungsional.

Proses evaluasi harus mampu mengetahui jenis situasi

belajar mengajar dan juga penyebab timbulnya

Page 17: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

11

persoalan-persoalan yang mengacau proses

pembelajaran serta pertumbuhan siswa yang

semestinya di dalam kelas. Evaluasi harus menggali

beberapa informasi bernilai tinggi yang berguna dalam

perbaikan kondisi mengajar belajar dan aspek-aspek

lainnya yang menyangkut suasana ruang kelas.

Walaupun demikian, informasi yang dikumpulkan

melalui proses evaluasi tidak hanya digunakan untuk

merekam tujuan-tujuan belaka. Evaluasi haris

digunakan, diterapkan, atau ditindak lanjuti untuk

memperbaiki gaya-gaya belajar, model-model

mengajar, dan semua kondisi lain yang akan

mempengaruhi pembelajaran dan pengajaran dalam

ruang kelas.

6) Evaluasi harus berusaha menjadi kooperatif.

Evaluasi jangan menjadi beban seseorang atau

sebagian orang. Evaluasi harus menjadi kooperatif

pada semua orang yang terkait dalam program

pengajaran-pembelajaran sekolah. Agar evaluasi

menjadi efisien, efektif, dan berhasil, pelaksana, guru,

orang tua, siswa sendiri, dan bahkan masyarakat

umum, jika perlu, harus bekerja secara haromis dan

secara kooperatif untuk mengevaluasi lebih baik

kemajuan dan pertumbuhan siswa.

7) Evaluasi harus digunakan secara bijaksana.

Harus diakui sangat sulit untuk mendapatkan hasil-

hasil evaluasi yang sempurna dan lengkap.Hasil-hasil

evaluasi tidak selalu menghasilkan informasi tepat

karena instrument-instrumen evaluasi sungguh-

sunguh tidak akurat atau tepat setiap saat. Oleh karena

itu, dalam mengevaluasi suatu keputusan yang hati-

hati dan teliti harus selalu diperhatikan.

Page 18: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

12

13. Apakah tujuan evaluasi dalam bidang pengajaran ?

Jawab:

Tujuan evaluasi dalam bidang pengajaran, yaitu:

a) Menetapkan kompetensi isi pengajaran spesifik yang

dimiliki oleh siswa

b) Memperbaiki proses belajar-mengajar

14. Apakah tujuan evaluasi dalam bidang hasil belajar ?

Jawab:

Tujuan evaluasi dalam bidang hasil belajar, yaitu:

a) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan siswa

b) Untuk mengukur keberhasilan siswa, baik secara

individual maupun kelompok

c) Untuk melakukan diagnosis terhadap kesulitan belajar

siswa

15. Apakah fungsi evaluasi pendidikan bagi guru ?

Jawab:

Adapun fungsi evaluasi pendidikan bagi guru adalah:

a) Mengetahui kemajuan belajar siswa

b) Mengetahui kedudukan masing-masing individu siswa

dalam kelompoknya

c) Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam cara belajar

mengajar dalam Proses Belajar Mengajar

d) Memperbaiki proses belajar mengajar

e) Menentukan kelulusan siswa

16. Apakah fungsi evaluasi pendidikan bagi siswa ?

Jawab:

Fungsi evaluasi pendidikan bagi siswa adalah:

a) Mengetahui kemampuan dan hasil belajar

b) Memperbaiki cara belajar

c) Menumbuhkan motivasi dalam belajar

Page 19: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

13

17. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi formatif ?

Jawab:

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada

setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan/topik, yang

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses

pembelajarantelah berjalan sebagaimana yang

direncanakan.

18. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi sumatif?

Jawab:

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada

setiap akhir satu satuan waktu yang di dalamnya tercakup

lebih dari satu pokok bahasan, dan dimaksud- kan untuk

mengetahui sejauhmana siswa telah dapat berpindah dari

suatu unit ke unit berikutnya.

19. Sebutkan langkah-langkah pokok dalam evaluasi

pendidikan!

Jawab:

Langkah-langkah pokok dalam evaluasi pendidikan

meliputi:

1) Perencanaan dan perumusan kriterium

2) Pengumpulan data

3) Persifikasi data

4) Pengolahan data

5) Penafsiran data (Buchori, 1980)

20. Untuk apa hasil evaluasi digunakan?

Jawab:

Hasil evaluasi harus dapat digunakan untuk:

1) Memperjelas tingkat kemampuan siswa dalam belajar

2) Dapat memberikan informasi guna menyiapkan

pengalaman belajar siswa berikutnya

3) Memberikan informasi sebagai umpan balik guna

perbaikan proses belajar mengajar

4) Memberikan informasi tentang kesulitan-kesulitan

belajar yang dialami siswa

Page 20: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

14

5) Untuk pertanggungan jawab sekolah kepada orang tua

siswa

6) Untuk kenaikan kelas

7) Sertifikasi dan sebagainya

21. Apa yang dimaksud dengan hasil evaluasi sebagai

umpan balik dalam proses belajar mengajar ?

Jawab:

Yang dimaksud hasil evaluasi sebagai umpan balik dalam

proses belajar mengajar adalah pemberian informasi yang

diperoleh dari tes atau alat ukur lainnya kepada siswa

untuk memperbaiki atau meningkatklan pencapaian/hasil

belajarnya (Silverius, 1991)

22. Apa saja fungsi umpan balik itu ?

Jawab:

Adapun fungsi umpan balik di antaranya yaitu

a) Fungsi Informasional

Hasil tes memberi informasi tentang sejauh mana

siswa telah menguasai materi yang diterimanya dalam

proses belajar mengajar.

b) Fungsi Motivasional

Manfaat penyampaian hasil belajar, misalnya melalui

papan pengumuman tentu mempunyai dampak positif

dan negartif

c) Fungsi Komunikasional

Guru menyampaikan hasil evaluasi kepada siswa, dan

bersama siswa membicarakan upaya peningkatan atau

perbaikannya (Buis dalam Slameto, 2001)

23. Apa kelanjutan dari umpan balik itu ?

Jawab:

Adapun kelanjutan dari umpan balik adalah: (a) bagi

siswa yang sudah memperoleh nilai yang baik dalam

evaluasi diharapkan dapat berusaha (sendiri atau

bersama guru) meningkatkan pengetahuannya

Page 21: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

15

mengenai materi yang dievaluasi, Upaya ini dikenal

dengan istilah pengayaan (enrichment). Bagi Siswa

yang memperoleh nilai kurang/tidak baik diharapkan

dapat berusaha (sendiri atau bersama guru)

memperbaiki materi yang dievaluasi. Upaya ini

dikenal dengan istilah perbaikan (remedial)

24. Apa yang dimaksud dengan evaluasi program ?

Jawab:

Evaluasi Program adalah suatu kegiatan yang

menyediakan informasi untuk pembuat keputusan.

(Cronbach, l980).

Evaluasi program adalah proses pengumpulan dan

penelaahan data secara berencana, sistematis dan

dengan menggunakan metode dan alat tertentu untuk

mengukur tingkat keberhasilan atau pencapaian

tujuan program dengan menggunakan tolok ukur

yang telah ditentukan (Depdiknas, 2002)

Evaluasi Program adalah suatu kegiatan

pengumpulan dan pemberian data atau informasi baik

yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang

dipergunakan oleh para pengambil keputusan untuk

mempertimbangkan apakah suatu program/ proyek

perlu diperbaiki, dihentikan atau diteruskan.

(Gronlund, l982)

Evaluasi Program adalah suatu kegiatan yang

merinci apakah ada selisih/kesenjangan antara apa

yang direncanakan dengan suatu standar yang ada.

(Alkin, l979)

Evaluasi Program adalah suatu proses yang

memperlihatkan manfaat atau kegunaan suatu

proyek/program. (Stufflebeam, l974)

Page 22: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

16

Evaluasi program adalah “upaya untuk mengetahui

tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat

dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing

komponennya(Arikunto dan Cepi, 2004).

Jadi evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan

kegiatan yang bertujuan mengumpulkan informasi

tentang realisasi atau implementasi dari suatu

kebijakan, berlangsung dalam proses yang

berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu

organisasi yang melibatkan sekelompok orang guna

pengambilan keputusan.

25. Sebutkan tujuan umum dari evaluasi program itu !

Jawab:

Adapun tujuan evaluasi program adalah agar dapat

diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan

dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program

dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan

program dimasa yang akan datang.

26. Apa saja tujuan khusus evaluasi program ?

Jawab:

Adapun tujuan khusus Evaluasi Program terdapat 6

(enam) hal, yaitu untuk :

1) Memberikan masukan bagi perencanaan program;

2) Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang

berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau

penghentian program;

3) Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan

tentang modifikasi atau perbaikan program

4) Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor

pendukung dan penghambat program;

5) Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan

pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring)

Page 23: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

17

bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana program

dan.

6) Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi

evaluasi program pendidikan luar sekolah (Sudjana,

2006)

27. Apa manfaat evaluasi program itu ?

Jawab:

Manfaat dari evaluasi program yaitu

a) Memberikan masukan apakah suatu program

dihentikan atau diteruskan.

b) Memberikan masukan apakah suatu program

dihentikan atau diteruskan.

c) Memberitahukan prosedur mana yang perlu

diperbaiki.

d) Memberikan masukan apakah program yang sama

dapat diterapkan di tempat lain.

e) Memberikan masukan ke arah mana dana harus

dialokasikan.

f) Memberikan masukan apakah teori/ pendekatan

tentang program dapat diterima/ditolak.

28. Sebutkan macam-macam model evaluasi program!

Jawab

Adapun jumlah model evaluasi program adalah 8 macam,

yaitu:

. 1. Goal Oriented Evaluation Model dikembangkan oleh

Tyler.

. 2. Goal Free Evaluation Model dikembangkan oleh

Scriven.

. 3. Formative SumativeEvaluation Model dikembangkan

oleh Scriven.

. 4. Countinance Evaluation Model dikembangkan oleh

Stake.

. 5. Responsive Evaluation Model dikembangkan oleh

Stake.

Page 24: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

18

. 6. CSE-UCLA Evaluation Model menekankan pada kapan

evaluasi dilakukan.

. 7. CIPP Evaluation Model dikembangkan oleh

Stufflebeam.

. 8. Discrepancy Evaluation Model yang dikembangkan

oleh Provus. (Kaufman and Thomas, 1980)

29. Berikan penjelasan singkat masing-masing model

evaluasi program!

Jawab:

Adapun penjelasan singkat dari masing-masing model

evaluasi program adalah sebagai berikut:

1. Goal Oriented Eavaluation Model

Merupakan model yang paling awal muncul. Yang

menjadi objek pengamatan model ini adalah tujuan dari

program yang sudah ditetapkan jauh sebelum program

dimulai. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan,

terus menerus, mencek sejauhmana tujuan tersebut sudah

terlaksana di dalam proses pelaksanaan program.

2.Goal Free Evaluation Model

Dikembangkan oleh Michel Scriven. Model ini disebut

juga dengan evaluasi lepas dari tujuan khusus

program.Model ini hanya mempertimbangkan tujuan

umum yang akan dicapai oleh program, bukan secara rinci

atau perkomponen.

3.Formatif Summatif Evaluation Model

Model evaluasi ini dilaksanakan ketika program masih

berjalan (evaluasi formatif) dan ketika program sudah

selesai (evaluasi sumatif). Tujuan evaluasi formatif

tersebut ialah untuk mengeathui sejauh mana program

yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus

mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya

hambatan dan hal-hal yang menyebabkan program tidak

lancar, pengambil keputusan secara dini dapat

Page 25: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

19

mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran

pencapaian tujuan program. Evaluasi sumatik dilakukan

setelah program berakhir. Tujuannya adalah mengukur

ketercapaian program.

4. Countenance Evaluation Model (Model Stake)

Dikembangkan oleh Stake. Model ini juga disebut model

evaluasi pertimbangan. Model ini menekankan pada

adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu (1) deskripsi dan

(2) pertimbangan, serta membedakan adanya tiga tahap

dalam evaluasi program, yaitu: (1) anteseden

(antecedent/context), (2) transaksi (transaction/process),

(3) keluaran (out put-outcame).

5.Responsif Evaluation Model

Model ini kurang populer, tidak dijelaskan

6. CSE-UCLA Evaluation Model

Model evaluasi CSE-UCLA ini terdiri atas empat tahap,

yaitu a. Needs assessment, memusatkan pada penentuan

masalah hal-hal yang perlu dipetimbangkan dalam

program, kebutuhan uang dibutuhkan oleh program, dan

tujuan yang dapat dicapai. b.. Program planning,

perencanaan program dievaluasi untuk mengetahui

program disusun sesuai analisis kebutuhan atau tidak.

c. Formative evaluation, evaluasi dilakukan pada saat

program berjalan .d. Summative program, evaluasi untuk

mengetahui hasil dan dampak dari program serta untuk

mengetahui ketercapaian program.

7. CIPP Evaluation Model (Context Input Process

Product)

Model evaluasi ini adalah model yang paling banyak

dikenal, dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP

merupakan singkatan 4 buah kata, yaitu:

a. Contect evaluation to serve planning decision. Seorang

evaluator harus cermat dan tajam memahami konteks

Page 26: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

20

evaluasi yang berkaitan dengan merencanakan keputusan,

mengidentifikasi kebutuhan, dan merumuskan tujuan

program

b. Input Evaluation structuring decision. Segala sesuatu

yang berpengaruh terhadap proses pelaksanaan evaluasi

harus disiapkan dengan benar. Input evaluasi ini akan

memberikan bantuan agar dapat menata keputusan,

menentukan sumber-sumber yang dibutuhkan, mencari

berbagai alternatif yang akan dilakukan, menentukan

rencana yang matang, membuat strategi yang akan

dilakukan dan memperhatikan prosedur kerja dalam

mencapainya.

c. Process evaluation to serve implementing decision.

Pada evaluasi proses ini berkaitan dengan implementasi

suatu program. Ada sejumlah pertanyaan yang harus

dijawab dalam proses pelaksanaan evaluasi ini. Misalnya,

apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan

pelaksanaan di lapangan? Dalam proses pelaksanaan

program adakah yang harus diperbaiki? Dengan demikian

proses pelaksanaan program dapat dimonitor, diawasi,

atau bahkan diperbaiki.

d. Product evaluation to serve recycling decision. Evaluasi

hasil digunakan untuk menentukan keputusan apa yang

akan dikerjakan berikutnya. Apa manfaat yang dirasakan

oleh masyarakat berkaitan dengan program yang

digulirkan. Apakah memiliki pengaruh dan dampak

dengan adanya Evaluasi hasil berkaitan dengan manfaat

dan dampak suatu program setelah dilakukan evaluasi

secara seksama. Manfaat model ini untuk pengambilan

keputusan (decision making) dan bukti pertanggung

jawaban (accountability) suatu program kepada

masyarakat. Tahapan evaluasi dalam model ini yakni

penggambaran (delineating), perolehan atau temuan

(obtaining), dan penyediakan (providing) bagi para

pembuat keputusan.

Page 27: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

21

8. Discrepancy Model

Model ini ditekankan untuk mengetahui kesenjangan yang

terjadi pada setiap komponen program. Evaluasi

kesenjangan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat

kesesuaian antara standar yang sudah ditentukan dalam

program dengan penampilan aktual dari program tersebut.

30. Apa kelebihan Model Context Input Process

Product (CIPP)?

Jawab:

Adapun kelebihan Model Context Input Process

Product (CIPP) adalah karena model evaluasi CIPP lebih

komprehensif diantara model evaluasi lainnya, karena

objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata tetapi juga

mencakup konteks, masukan, proses, dan hasil

(Widoyoko, 2009).

31. Berapa macam pendekatan dalam evaluasi program!

Jawab:

Terdapat enam pendekatan yang digunakan dalam

mengevaluasi program (Tayibnapis, 2008) yaitu:

1. Pendekatan Eksperimental

Tujuan dari pendekatan ini adalah memperoleh

kesimpulan yang bersifat umum tentang dampak suatu

program dengan menciptakan situasi yang dikontrol,

seperti membandingkan kelompok yang menerima

program dan yang tidak. Pendekatan ini membuat

evaluator sebagai orang ketiga yang objektif dalam

menarik kesimpulan.

2. Pendekatan yang berorientasi pada pencapaian

tujuan

Pada pendekatan ini evaluator mencoba mengukur

sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai.

Evaluator juga dapat membantu klien menerangkan

rencana penerapan dan melihat proses pencapaian

Page 28: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

22

tujuan yang memperlihatkan kemampuan program

menjalankan kegiatan sesuai rencana.

3. Pendekatan yang berfokus kepada keputusan

Pendekatan ini menekankan peranan informasi yang

sistematik untuk pengelola program dalam

menjalankan tugasnya. Pada pendekatan ini evaluator

memerlukan dua macam informasi dari klien. Pertama

ia harus mengetahui butir-butir keputusan penting

pada setiap periode selama program berjalan. Kedua ia

perlu mengetahui macam informasi yang mungkin

akan sangat berpengaruh untuk setiap keputusan.

4. Pendekatan yang berorientasi kepada pemakai

Pada pendekatan ini evaluator lebih terlibat dalam

kegiatan program, mereka lebih bertindak sebagai

orang dalam daripada sebagai konsultan luar.

Pendekatan ini dilakukan dengan bersahabat, evaluator

mencari pengetahuan tentang fungsi program dan

keperluan orangorang yang mempengaruhi keputusan.

Pendekatan ini membuat evaluator dapat memberikan

ide kepada kelompok pemakai, menerima saran

mereka dan mengadaptasikan evaluasi sesuia dengan

kebutuhan pemakai atau klien. Evaluator harus

seorang yang komunikatif, karena interaksi dengan

orang-orang program dan klien mempengaruhi

kegunaan hasil evaluasi

.

5. Pendekatan yang responsif

Pendekatan ini berusaha mencari pengertian suatu isu

dari berbagai sudut pandang dari semua orang yang

terlibat, berminat, dan yang berkepentingan dengan

program. Evaluator bertujuan berusaha mengerti

urusan program melalui berbagai sudut pandang yang

berbeda. Evaluasi responsif memiliki ciri-ciri

penelitian yang kualitatif apa adanya. Evaluator harus

dilatih teknik-teknik penelitian kualitatif. Kelebihan

Page 29: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

23

dari Pendekatan ini adalah memiliki kepekaan

terhadap berbagai titik pandang.

6. Goal Free Evaluation (Evaluasi bebas tujuan)

Ciri-ciri evaluasi ini adalah: evaluator sengaja

menghindar untuk mengetahui tujuan program, tujuan

yang telah dirumuskan terlebih dahulu tidak

menyempitkan fokus evaluasi, berfokus pada hasil

yang sebenarnya dan bukan pada hasil yang telah

direncanakan, hubungan dengan orang-orang program

dibuat seminimal mungkin dan evaluasi dimungkinkan

akan ditemukannya dampak yang tidak diramalkan.

32. Komponen-komponen apa yang yang harus

diperhatikan dalam menyusun rencana evaluasi

program agar evaluasi itu layak dipakai ?

Jawab:

Adapun komponen-komponen yang harus diperhatikan

menyusun rencana evaluasi program agar evaluasi itu

layak dipakai adalah:

a) Kegunaan (Utility) : Mengarahkan evaluasi menjadi

jelas, tepat waktu, serta berpengaruh.

b) Kelayakan (Feasibility) : Mempertanyakan apakah

evaluasi dilaksana- kan dalam setting yang alami atau

di laboratorium.

c) Kepatutan (Apropriety: Illegacy & Ethically): Apakah

evaluasi berpengaruh pada orang dalam pelbagai cara

? ; Meyakinkan bahwa hak-hak manusia yang

dievaluasi dilindungi; Kebebasan pribadi, kebebasan

informasi terjamin; Tidak melanggar hukum: legal dan

etis.

d) Ketepatan (Accuracy) : Mempertanyakan apakah

Evaluasi Program/ Proyek menghasilkan informasi

yang rasional, dan komprehensif ?

Page 30: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

24

3. PENILAIAN

33. Apa yang dimaksud dengan penilaian?

Jawab:

Beberapa pengertian penilaian (assessment) yang

dikemukakan beberpa pakar, yaitu:

1) Penilaian adalah salah satu prosedur yang digunakan

untuk memperoleh informasi mengenai kinerja siswa

(Miller, Linn & Gronlund, 2009).

2) Penilaian adalah salah satu prosedur sistematik untuk

mengumpulkan informasi yang dapat digunakan

untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik

orang atau objek (Reynolds, at all, 2009).

3) Penilaian adalah proses yang memberikan informasi

tentang individu siswa, kurikulum atau program,

institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan

sistem institusi (Stark dan Thomas, 1994).

4) Penilaian adalah suatu proses mengumpulkan data

dengan tujuan agar dapat dilakukan keputusan

mengenai suatu objek (Salvia dan Ysseldike,1996).

5) Penilaian adalah suatu pertimbangan profesional atau

proses yang memungkinkan seseorang untuk

membuat suatu pertimbangan mengenai nilai sesuatu

(Mehrens and Lehmann, 1984).

6) Penilaian merupakan proses kegiatan untuk

mengambil keputusan berdasarkan informasi yang

diperoleh dari pengukuran hasil belajar baik melalui

instrumen tes maupun non tes (Suryabrata, 2000).

Jadi Penilaian (assessment) adalah:

1) penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam

alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang

sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian

kompetensi siswa. Penilaian menjawab pertanyaan

tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang

siswa.

Page 31: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

25

2) proses menentukan nilai, sifatnya kualitatif misalnya

lulus, tidak lulus; terpuji, memuaskan, cukup; atau A,

B, C, D, dll)

3) suatu kegiatan menafsirkan atau memaknai data hasil

pengukuran berdasarkan kriteria atau standar atau

tujuan penilaian.

34. Berikan contoh penilaian yang menafsirkan atau

memaknai hasil pengukuran !

Jawab:

Beberapa contoh penilaian yang menafsirkan atau

memaknai hasil pengukuran yaitu:

a) Kalau penilaian bertujuan untuk menentukan

kelulusan, maka berdasarkan skor hasil pengukuran

dapat diputuskan “lulus atau tidak lulus”

b) Kalau penilaian bertujuan untuk seleksi penerimaan,

maka berdasarkan hasil skor pengukuran dapat

diputuskan “dterima atau ditolak”

c) Kalau penilaian bertujuan untuk kualitas, maka

berdasarkan skor pengukuran dapat dimaknai “sangat

baik, baik, cukup, kurang, atau sangat kurang”

d) Kalau penilaian bertujuan untuk menentukan kualitas

kedisiplinan, berdasarkan skor pemgukuran dapat

ditafsirkan “sangat disiplin, disiplin, kurang disiplin,

sampai tidak disiplin” (Widoyoko, 2014):

35. Jelaskan apa saja prinsip-prinsip dari penilaian?

Jawab:

Adapun prinsip-prinsip penilaian adalah:

1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar

(prosedur dan criteria yang jelas) dan tidak

dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.

2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik

dilakukan secara terencana, menyatu dengan

kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan

efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

Page 32: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

26

4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria

penilaian, dan dasar pengambilan keputusan

dapat diakses oleh semua pihak.

5) Akuntabel, berarti penilaian dapat

dipertanggungjawabkan kepada pihak internal

sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,

prosedur, dan hasilnya.

6) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara

berencana dan bertahap dengan mengikuti

langkah-langkah baku

7) Edukatif, berarti penilaian bersifat mendidik dan

memotivasi peserta didik dan guru.

36. Apa perbedaan antara penilaian dan evaluasi ?

Jawab:

Adapun perbedaan antara penilaian dan evaluasi adalah

sebgai berikut.

No Dimensi

Perbedaan Penilaian Evaluasi

1 Fokus Kepada luaran

yang diinginkan

oleh siswa/

mahasiswa (yang

dinilai) dan pada

pertumbuhan

Kepada luaran

yang diinginkan

oleh guru/dosen

((evaluator) dan

pada kualitas

2 Pihak yang

memerlukan

Diperlukan,

diminta oleh

siswa.mahasiswa

Diperlukan,

diminta oleh

evaluator

3 Konten, timing

dan tujuan

pokok

Formatif,

berlangsung terus

untuk memper-

baiki pembelajaran

Sumatif: final

untuk

memperbaiki

kualitas

4 Konsekuensi Tidak memiliki

konsekuensi/resiko

Sering

mengandung

konsekuensi/resi

ko

5 Perbandingan

terhadap

kualitas

Tidak pernah

membandingkan

kualitas

Sering

membandingkan

kualitas

Page 33: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

27

No Dimensi

Perbedaan Penilaian Evaluasi

6 Pengembangan

standar

kualitas

Memiliki standar

kualitas yang

dikembangkan

oleh para

siswa/mahasiswa

dengan bekerja

sama dengan

penilai

Memiliki

standar kualitas

yang

dikembangkan

oleh evaluator

7 Orientasi

fokus dari

pengukuran

Berorientasi

proses: bagaimana

pembelajaran

berlangsung

Berorientasi

produk: apa saja

yang telah

dipelajari

8 Temuan dan

penggunaanya

Diagnostik,

mengidentifikasi

hal-hal yang perlu

perbaikan

Pertimbangan

sampai kepada

seluruh

nilai/angka

9 Standar

pengukuran

Mutlak

(individual0

komparatif

10 Hubungan

antara objek

dengan

penilaian/

evaluasi

Kooperatif Kompetitif

Baehr dalam Basuki & Hariyanto, 2014)

37. Bagaimana hubungan antara evaluasi dan penilaian?

Jawab:

Adapun hubungan antara evaluasi dan penilaian adalah

“bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian

terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen”

(Gabel, 1993)

Page 34: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

28

38. Berkaitan dengan penilaian, kompetensi apa saja

yang harus dikuasai oleh seorang guru ?

Jawab:

Adapun kompetesi yang harus dikuasi oleh seorang guru

berkaitan penilaian adalah:

1) Guru harus mampu memilih prosedur-prosedur

penilaian yang tepat untuk membuat keputusan

pembelajaran

2) Guru perlu memiliki kemampuan mengembangkan

prosedur penilaian yang tepat guna membuat

keputusan pembelajaran

3) Guru harus memiliki kemampuan dalam

melaksanakan, melakukan penskoran, serta

menafsirkan hasil penilaian yang telah dibuat

4) Guru harus memiliki kemampuan menggunakan hasil-

hasil penilaian untuk membuat keputusan-keputusan

di bidang pendidikan

5) Guru harus memiliki kemampuan mengembangkan

prosedur penilaian yang valid dan menggunakan

informasi penilaian

6) Guru harus memiliki kemampuan

mengkomunikasikan hasil-hasil penilaian (Kusaeri

dan Suprananto, 2012)

39. Apa prinsip-prinsip yang harus dipenuhi agar

penilaian itu berkualitas ?

Jawab:

Suatu penilaian (asesmen) yang berkualitas harus

memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut

a) Berfokus kepada perbaikan, bukan pertimbangan

b) Berfokus kepada kinerja , bukan yang mengerjakan

c) Suatu proses yang dapat memperbaiki setiap tataran

kinerja siswa

d) Umpan baliknya bergantung kepada kedua belah

pihak, baik kepada asesor maupun kepada siswa yang

dinilai

Page 35: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

29

e) Perbaikan yang dilandasi oleh umpan balik dari

asesmen adalah lebih efektif jika siswa yang dinilai

memerlukan penilaian tersebut

f) Memerlukan kesepakatan mengenai kriteria penilaian

g) Memerlukan analisis dari hasil observasi

h) Umpan balik asesmen hanya diterima jika ada saling

percaya dan saling menghargai antara asesor dan

siswa yang dinilai

i) Hanya digunakan jika ada kesempatan yang baik bagi

adanya perbaikan

j) Hanya efektif jika siswa yang dinilai menggunakan

umpan balik dari siswa (Baehr dan Beyerlein dalam

Basuki & Hariyanto, 2014)

40. Apa tujuan utama penilaian ?

Jawab:

Tujuan dari asesmen atau penilaian pada dasarnya adalah

untuk

(1) membantu belajar siswa;

(2) mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa;

(3) menilai efektivitas strategi pengajaran

(4) menilai dan meningkatkan efektivitas program

kurikulum;

(5) menilai dan meningkatkan efektivitas pengajaran;

(6) menyediakan data yang membantu dalam membuat

keputusan

(7) komunikasi dan melibatkan orang tua siswa (Weeden,

Winter & Broadfoot, 2002)

41. Jelaskan keterkaitan antara pengukuran, penilaian

dan alat ukur ?

Jawab:

Adapun keterkaitan antara pengukuran, penilaian dan tes

yaitu: Melakukan penilaian selalu diawali dengan

menyusun tes atau nontes sebagai alat ukur, hasil

pengukuran berupa angka bersifat kuantitatif belum

bermakna bila tidak dilanjutkan dengan proses penilaian

Page 36: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

30

dengan membandingkan hasil pengukuran dengan kriteria

tertentu sebagai landasan pengambilan keputusan dalam

pembelajaran. Sebaliknya, penilaian penentuan kualitas)

tidak dapat dilakukan tanpa didahului dengan proses

pengukuran

42. Apa yang dimaksud dengan penilaian Formatif ?

Jawab:

Penilaian formatif merupakan penilaian yang

menyediakan informasi kepada siswa dan guru untuk

digunakan dalam memperbaiki kegiatan belajar dan

mengajar. Penilaian formatif berguna untuk memperbaiki

metodologi mengajar dan pemberian masukan untuk

murid pada saat proses belajar mengajar. Hasil dari

berbagai Penilaian formatif digunakan untuk mengubah

dan memberikan validasi kepada proses pengajaran.

43. Apa yang dimaksud dengan penilaian Sumatif ?

Jawab:

Penilaian sumatif merupakan jenis penilaian yang

orientasinya adalah pengumpulan informasi tentang

pembelajaran yang dilakukan pada rentang waktu tertentu

atau pada akhir suatu unit pelajaran. Tujuan dari berbagai

Penilaian sumatif adalah untuk menilai kompetensi murid

pada saat satu tahap pengajaran telah selesai. Penilaian

sumatif digunakan untuk menentukan jika murid telah

menguasai kompetensi khusus dan mengidentifkasi bidang

ajar yang memerlukan perhatian lebih.

44. Bagaimana perbedaan antara penilaian formatif dann

penilaian sumatif ?

Jawab:

Adapun perbedaan antara penilaian formatif dena

penilaian sumatif adalah sebagai berikut.

Page 37: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

31

Karakteristik Penilaian

formatif

Penilaian

sumatif

Fungsi Untuk

memperbaiki

proses belajar

mengajar ke arah

yang lebih baik

Untuk

menentukan

posisi siswa ,

misalnya lulus

atau tidak lulus

Pelaksanaan Setelah selesainya

satu unit

pembelajaran

Pada akhir

semester atau

akhir tahun

Bentuk Informal Formal

Aspek yang

diukur

penguasaan

kemampuan

peserta didik

setelah selesai satu

unit pembelajaran,

perbandingkan

kemampuan

sebelum dan

sesudah mengikuti

pelajaran

mengukur

kempetensi dasar

yang telah

ditetapkan dalam

kurikulum

sebagai dasar

penetapan

kenaikan ke

jenjang keahlian

yang lebih tinggi

atau kelulusan

Teknik

Penilaian

tes lisan/tes

tertulis, observasi,

portofolio dan

sebagainya

seluruh teknik

penilaian yang

ada

Tujuan untuk memantau

kegiatan dan

kemajuan belajar

peserta didik

selama proses

pembelajaran

berlangsung

untuk

menetapkan

tingkat

keberhasilan

peserta didik

setelah mengikuti

pembelajaran

dalam kurun

waktu tertentu

45. Apakah keterbatasan pelaksanaan penilaian

pembelajaran ?

Jawab:

Keterbatasan -keterbatasan penilaian dalam pembelajaran

anatara lain yaitu:

Page 38: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

32

1. Untuk pengukuran konstruk psikologis termasuk

pembelajaran yang bersifat abstrak tidak ada

pendekatan tunggal yang dapat diberlakukan dan

diterima secara universal, sehingga harus digunakan

bermacam pendekatan dan dalam berbagai

kesempatan sepanjang rentang waktu berlangsungnya

proses pembelajaran.

2. Proses dan hasil pembelajaran pada umumnya

dikembangkan berdasarkan atas sampel tingkah laku

yang terbatas, sehingga untuk dapat menjadi sumber

informasi yang akurat, penilaian dilakukan dengan

perencanaan yang matang dan dilakukan dengan

cermat, dengan memperhatikan perolehan sampel

yang memadai dari domain tingkah laku dalam

pengembangan prosedur dan alat ukur yang baik.

3. Pengukuran dan nilai yang diperoleh dalam prnilaian

proses dan hasil belajar mengandung kekeliruan.

Angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran

(dengan menggunakan tes ataupun nontes) berupa:

Thrue score + Error, untuk itu kegiatan pengukuran

dalam prosedur asesmen yang baik harus dipersiapkan

sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil

kekeliruan (error).

4. Hasil belajar merupakan suatu kualitas pemahaman

siswa terhadap materi, sedang tes pengukuran hasil

belajar, pengajar diharuskan memberikan kuantitas

yang berupa angka-angka pada kualitas dari suatu

gejala yang bersifat abstrak.

5. Konstruk psikhologis termasuk proses dan hasil

pembelajaran tidak dapat didifinisikan secara tunggal,

tetapi selalu berhubungan dengan konstrukyang lain

46. Apa yang dimaksud dengan teknik penilaian ?

Jawab:

Teknik penilaian adalah cara-cara yang ditempuh untuk

memperoleh informasi mengenai proses dan produk yang

dihasilkan dari pembelajaran yang dilakukan siswa. Ada

Page 39: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

33

beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam rangka

penilaian ini, secara garis besar dapat dikategorikan

sebagai teknik tes & nontes.

47. Jelaskan ruang lingkup penilaian hasil belajar ?

Jawab:

Adapun ruang lingkup penilaian hasil belajar peserta didik

mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan yang dilakukan secara berimbang.

48. Apa yang menjadi target pencapaian hasil belajar ?

Jawab:

Adapun target pencapaian hasil belajar adalah

Pengetahuan, penalaran, produk, keterampilan dan afektif

(Stiggin, 1994)

1) Pengetahuan berhubungan dengan penguasaan materi

melalui ingatan. Pada target belajar ini, siswa diminta

menguasai fakta-fakta, informasi, prosedur, dan

hubungan antara konsep.

2) Penalaran berhubungan dengan cara-cara untuk

menggunakan pengetahuan dalam memecahkan

masalah.

3) Keterampilan berhubungan dengan kemampuan yang

harus dikuasai siswa untuk mengerjakan sesuatu

sebagai hasil penguasaan yang telah disajikan.

4) Produk, berhubungan dengan sesuatu yang harus

ditampilkan siswa

5) Afektif berhungan dengan perasaan yang dialami

siswa sebagai hasil belajar dan penerapannya tehadap

materi yang telah dikuasainya

49. Apa yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

teknik penilaian ?

Jawab:

Dalam memilih teknik penilaian perlu mempertimbangkan

ciri indikator, Misalnya. Jika tuntutan indikator melakukan

sesuatu, maka teknik penilaiannya adalah unjuk kerja. Jika

Page 40: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

34

tunturtan indikator berkaitan dengan pemahaman konsep,

maka teknik penilaiannya adalah tertulis Jika tuntutan

indikator memuat unsur penyelidikan, maka teknik

penilaiannya adalah proyek.

50. Bagaimana sistem penilaian menurut Kurikulum

2013?

Jawab:

Sistem penilaian menurut Kurikulum 2013 dilakukan

dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge),

kecakapan (skill), dan sikap (attitude).

(1) Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang

mencakup seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan

dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah

semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan.

(2) Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari

penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software,

hardware, maupun kemampuan perancangan dan

pengujian.

(3) Penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada

penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi

dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim,

dan kehadiran dalam pembelajaran.

51. Apa karakteristik penguatan proses penilaian yang

dikehendaki Kurikulum 2013?

Jawab:

Adapun karakteristik penguatan proses penilaian yang

dikehendaki kurikulum 2013 yaitu:

a) Mengukur tingkat berpikir siswa mulai dari rendah

sampai tinggi.

b) Menekankan pada pertanyaan yang membutuhkan

pemikiran mendalam (bukan sekedar hafalan)

c) Mengukur proses kerja siswa, bukan hanya hasil kerja

siswa

d) Menggunakan portofolio pembelajaran siswa

Page 41: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

35

52. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Acuan Patokan

(PAP) ?

Jawab:

Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Penilaian Acuan

Kriteria adalah pendekatan yang membandingkan proses

dan hasil belajar siswa dengan suatu patokan atau kriteria

tertentu yang biasanya telah ditetapkan sebelumnya.

Apabila siswa berhasil mencapai atau melewati patokan

tersebut, maka ia dianggap berhasil atau lulus.

53. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Acuan Norma

(PAN) ?

Jawab:

Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah pendekatan yang

membandingkan skor siswa dengan rerata skor

kelompoknya sebagai norma. Pendekatan ini pada

dasarnya bertitik tolak dari penggunaan kurva normal,

rerata (Mean) kelompok dan simpangan baku yang

menjadi acuannya.

54. Apa tujuan Penilaian Acuan Norma ?

Jawab:

Tujuan penilaian acuan norma adalah untuk mengetahui

kedudukan peserta didik dalam kelompoknya (dalam

kelas). Oleh karena itu, butir-butir soal yang dipakai dalam

ujian tidak boleh terlalu sukar atau terlalu mudah, sehingga

kisaran indeks kesukarannya 0,3 sampai 0,7. Di samping

itu, harus dapat membedakan mana peserta didik yang

pandai dan yang tidak pandai. (Mardapi, 2008)

55. Apa konsekuensi dari acuan kriteria (patokan) ?

Jawab:

Konsekuensi dari acuan kriteria adalah adanya program

remidi, program pengayaan, dan program percepatan.

Penafsiran hasil tes selalu dibandingkan dengan standar

atau kriteria yang telah ditetapkan dulu (Mardapi, 2004).

Page 42: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

36

56. Apakah karakteristik Acuan Norma ?

Jawab:

Adapun karakteristik peniaian acuan norma yaitu :

1) Terdapat unsur kompetitif

2) Sangat baik untuk penilaian afektif dan kognitif

3) Tidak dapat untuk menilai kemampuan skill atau materi

tertentu

4) Tidak dapat memberi interpretasi secara langsung pada

suatu skala

5) Nilai tidak mencerminkan kemampuan yang rinci

57. Apakah karakteristik Acuan Kriteria (Patokan) ?

Jawab:

Adapun karakteristik penilaian acuan kriteria (patokan)

yaitu:

1) Terdapat kemampuan kognitif minimal yang harus

dimiliki oleh peserta didik

2) Adanya kemampuan psikomotorik dan sikap mental

minimal sebagai prasyarat

3) Meletakkan perbedaan latar belakang peserta didik

sebagai unsur individual

4) Sebagai alat diagnosis kesulitan siswa

5) Dapat difungsikan sebagai embrio tes baku

6) Tidak komparatif terhadap kelompok sehingga dapat

melemahkan semangat kompetisi

58. Apa kelebihan Penilaian Acuan Norma (PAN) ?

Jawab:

Adapun kelebihan PAN adalah:

1. Dapat digunakan untuk menetapkan nilai secara

maksimal

2. Dapat membedakan kemampuan peserta didik yang

pintar dan kurang pintar. Membedakan kelompok

atas dan bawah.

3. Fleksibel, dapat menyesuaikan dengan kondisi yang

berbeda-beda

4. Mudah menilai karena tdk ada patokan

Page 43: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

37

5. Dapat digunakan untuk menilai ranah kognitif,

afektif dan psikomotor

59. Apa kelebihan Penilaian Acua Patokan (PAP) ?

Jawab:

Kelebihan PAP adalah:

1. Dapat membantu guru merancang program remidi

2. Tidak membutuhkan perhitungan statistic yang

rumit=7

3. Dapat mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran

4. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik

atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran

sudah tercapai atau belum.

5. Hasil penilaian dapat digunakan untuk umpan balik

atau untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran

sudah tercapai atau belum.

6. Banyak digunakan untuk kelas dengan materi

pembelajaran berupa konsep.

7. Mudah menilai karena ada patokan

60. Apa perbedaan antara PAP dan PAN dari segi

pengembangan tes ?

Jawab:

Adapun Perbedaan antara PAP dan PAN dari segi

pengembangan tes adalah sebagai berikut: No PAP No PAN

1 PAP hanya terdiri dari

soal-soal tes yang

didasarkan pada tujuan

khusus pembelajaran

1 Soal tes tidak hanya

berdasarkan pelajaran yang

diterima siswa

2 Setiap tes mempunyai

prasarat agar siswa

menunjukkan

“performance” seperti

yang tercantum dalam

Tujuan Pembelajaran

2 Tidak perlu terlebih dahulu

menentukan secara pasti

performance yang diharapkan

sebelum tes disusun

3 Dasar pertimbangan

untuk diterimanya

performance tertentu

3 Dasar pertimbangan

diterimanya performance

Page 44: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

38

harus berdasarkan pada

kriteria tertentu

berdasarkan hasil perolehan

nilai yang didapat oleh siswa

4 Mementingkan butir tes

sesuai dengan perilaku

(tujuan pembelajaran)

4 Membuat tes dalam kategori

sedang

4. PENGUKURAN

61. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengukuran ?

Jawab:

Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai

kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan

angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda,

sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka.

Pengukuran (measurement) adalah suatu proses atau

sistem yang digunakan untuk menentukan nilai kuantitatif

sesuatu hal, benda atau keadaan. Untuk memahami

pengertian pengukuran, berikut ini kita melihat beberapa

pendapat para ahli evaluasi.

1) Measurement is the act of process of measuring,

maksudnya suatu tindakan dari proses mengukur

(Wolf,1984)

2) Measurement is the assignment of numerals to objects

or events according to rules that give numeral

quantitative meaning”, yakni secara teknis,

pengukuran adalah pengalihan dari angka ke objek

atau peristiwa sesuai dengan aturan yang memberikan

makna angka secara kuantitatif (Wiersma dan Jurs,

1990)

3) Pengukuran adalah prosedur pemberian angka (biasa

disebut skor) untuk suatu atribut tertentu atau

karakteristik orang-orang sedemikian rupa untuk

menjaga hubungan dunia nyata antara orang-orang

berkaitan dengan atribut yang diukur (Lord and

Novick, 1974).

Page 45: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

39

4) Pengukuran adalah pemberian angka pada hasil suatu

tes atau jenis penilaian lain menurut aturan tertentu

(Gronlund dan Linn, 1995).

5) Pengukuran didefinisikan sebagai proses penetapan

bilangan-bilangan pada objek menurut aturan (Dizney,

1971)

Jadi pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau

upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka

pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil

pengukuran akan selalu berupa angka, jadi, sifatnya

kuantitatif (misalnya 100; 90; 80; dll). Pada proses

pengukuran, fenomena dari objek ditransfer ke dalam

suatu angka, agar para guru dapat memberikan makna

yang relevan.

62. Apa saja yang diukur dalam pengukuran

pendidikan?

Jawab:

Dalam bidang pendidikan, pengukuran dilakukan untuk

mengukur atribut atau karakteristik peserta didik atau

siswa, misalnya pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.

63. Apa yang menjadi objek dalam pengukuran

pendidikan ?

Jawab:

Objek-objek dalam pengukuran pendidikan adalah: (a)

Prestasi atau hasil belajar, (b) Sikap, (c) Motivasi, (d)

Inteligensi, (e) Bakat, (f) Kecerdasan emosional, (g)

Minat, dan (h) Kepribadian

64. Ada berapa macam kategori pengukuran ?

Jawab:

Ada dua macam kategori pengukuran, yaitu

1) Pengukuran Kuantitatif: menghasilkan data kuantitaif

2) Pengukuran Kualitatif : menghasilkan deskripsi atau

narasi label atau kategori

Page 46: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

40

65. Apa saja karakteristik pengukuran ?

Jawab:

Karakteristik dari pengukuran yaitu:

1) Perbandingan antara atribut yang di ukur dengan alat

ukurnya, maksudnya apa yang di ukur adalah atribut

atau dimensi dari sesuatu, bukan sesuatu itu sendiri;

2) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif artinya, hasil

pengukuran berwujud angka;

3) hasilnya bersifat deskriptif, maksudnya hanya sebatas

memberikan angka yang tidak diinterpretasikan lebih

jauh.

66. Apa yang dimaksud dengan pengukuran pendidikan

berbasis

kompetensi

Jawab:

Yang dimaksud dengan pengukuran pendidikan berbasis

kompetensi: pengukuran berdasarkan pada klasifikasi

observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik

dengan menggunakan suatu standar, melalui tes dan non-

tes, yang dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif.

67. Untuk apa digunakan informasi dari pengukuran ?

Jawab:

informasi dari pengukuran dapat digunakan untuk: 1)

memantau kemajuan peserta didik; 2) membantu peserta

didik dengan rencana masa depannya (karir); 3)

mengklasifikasikan dan menempatkan peserta didik

berdasarkan kepentingan, bakat, dan kesiapan; 4) menilai

program pendidikan; 5) memperbaiki kurikulum; dan 6)

menentukan pengajaran yang efisien. Pengukuran dalam

bidang pendidikan erat kaitannya dengan tes (Miller,

2008)

Page 47: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

41

68. Apa kegunaan dan tujuan pengukuran dan penilaian

dalam pendidikan?

Jawab:

Adapun Kegunaan dan tujuan pengukuran dan penilaian

dalam pendidikan, yaitu: (1) mengukur hasil perbuatan

mengajar, (2) mengadakan evaluasi terhadap perbuatan

belajar, (3) sebagai alat menimbulkan motivasi, (4)

menyadarkan anak pada kemampuannya, (5) sebagai

petunjuk usaha belajar, dan (6) dapat dijadikan dasar

dalam memberikan penghargaan (Masrun dan Martaniah,

1973)

69. Apa yang dimaksud dengan skala ?

Jawab:

Skala adalah seperangkat lambang atau angka yang dibuat

sehingga melalui aturan, lambang atau angka itu dapat

ditempatkan pada individu yang menjadi sasaran

penggunaan skala itu

70. Apa yang dimaksud dengan skala pengukuran ?

Jawab:

Skala pengukuran adalah seperangkat aturan yang

diperlukan untuk mengkuantitatifkan data dari pengukuran

suatu variabel.

71. Ada berapa macam jenis skala pengukuran ?

Jawab:

Ada empat macam skala pengukuran, yaitu: skala nominal,

skala ordinal, skala interval, dan skala rasio (Agung,

1992).

Skala nominal adalah pengukuran yang semata-mata

hanya membedakan satu atau lebih kategori dengan

kategori lainnya. Kategori-kategori tersebut bersifat

terpisah dan masing-masing kategori diberi nomor untuk

membedakannya

Page 48: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

42

Contoh: Pekerjaan:

PNS

TNI/POLRI

Pedagang

Petani

Wiraswata

5

4

3

2

1

Skala ordinal adalah skala yang disamping membedakan

antara satu kategori dengan kategori lainnya, juga

mempunyai ranking atau tingkatan kategorinya. Data

dapat disusun dari yang terendah ke yang tertinggi

Contoh: Tingkat kecantikan wanita

Sangat Cantik

Cantik

Cukup Cantik

Kurang Cantik

4

3

2

1

Skala interval memiliki ciri yang sama dengan skala

ordinal. Bedanya pada skala interval mempunyai jarak

yang sama antara satu data dengan data yang lain. Pada

skala interval hubungan urutan dan jarak antara angka-

angka itu mempunyai arti

Contoh: pada temperatur, nilai 0 derajat celcius tidak

berarti bahwa tidak ada temperatur, nol derajat celsius

berarti titik beku air dan merupaka suatu nilai. Pada skala

interval ini kita juga dapat mengatakan bahwa suhu 100

derajat celsius berati lebih panas dua kali lipat dari suhu 50

derajat celsius.

Skala rasio adalah skala pengukuran yang memiliki nilai

nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama. Menurut

Singarimbun dan Effendi (1989) skala rasio adalah suatu

bentuk interval yang jaraknya (interval) tidak dinyatakan

sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi antara

seorang responden dengan nilai nol absolut

Page 49: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

43

Contoh data jumlah persediaan barang menunjukkan

angka 0 (nol) ini berarti pada tidak terdapat barang

persediaan sama sekali.

72. Jelaskan bagaimana ciri-ciri pengukuran dalam

Pendidikan?

Jawab:

Adapun ciri pengukuran dalam pendidikan adalah: (a)

meniru model pengukuran dalam ilmu alam, (b)bersifat

tidak langsung, (c) menggunakan ukuran kuantitatif dan

(d) mengandung kesalahan.

a.Meniru model pengukuran dalam ilmu alam.

Pengukuran adalah cara yang digunakan dalam ilmu alam

untuk pengumpulan data. Cara ini kemudian diadaptasi ke

dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk tujuan yang

sama.

b.Bersifat tidak langsung. Pengukuran dalam pendidikan

bersifat tidak langsung. sebab perubahan perilaku yang

menjadi hasil pendidikan tidak dapat secara langsung

diukur. Berbeda dengan pengukuran benda-benda fisik

dalam ilmu alam seperti berat, tinggi, suhu dan sebagainya

dapat dilakukan secara langsung karena sifat yang diukur

dapat secara langsung dibandingkan dengan alat ukur

c.Menggunakan ukuran kuantitatif. Pengukuran dalam

pendidikan – sebagaimana pengukuran dalam ilmu alam

adalah menggunakan ukuran kuantitatif. Dalam proses

kuantifikasi, sifat kualitatif data pendidikan diubah dalam

bentuknya yang kuantitatif dengan aturan pengukuran

tertentu

d.Mengandung kesalahan. pengukuran dalam

pendidikan dilakukan atas kejiwaan manusia yang dapat

berubah-ubah. Misalnya : siswa yang diukur hasil

belajarnya dengan tes yang sama pada kondisi sehat,

gembira, ruang nyaman, pengawasan baik dan sebagainya

Page 50: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

44

akan berbeda apabila siswa diuji dalam kondisi sakit,

sedih, ruang tidak nyaman, pengawasan yang

menegangkan, dan sebagainya. Selain itu, kondisi di luar

tes hasil belajar juga dapat mempengaruhi hasil tes

sehingga hasil ukurnya mengandung kesalahan.

73. Bagaimana cara melakukan pengukuran ?

Jawab:

Pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan tes dan

non-tes.Tes adalah seperangkat pertanyaan yang memiliki

jawaban benar atau salah. Non-tes berisi pertanyaan atau

pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah

74. Bagaimana hubungan antara pengukuran, penilaian

dan evaluasi ?

Jawab:

Hubungan antara pengukuran, penilaian, dan evaluasi

adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil

pengamatan dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan

menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah

penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku (Griffin &

Nix (1991). Jadi kegiatan evaluasi didahului dengan

penilaian, sedang penilaian pada umumnya didahului

dengan kegiatan pengukuran.

75. Bagaimana contoh hubungan antara pengukuran,

penilaian dan evaluasi yang dikaitkan dengan hasil

belajar ?

Jawab:

Contoh hubungan antara pengukuran, penilaian dan

evaluasi dikaitkan dengan hasil belajar adalah sebagai

berikut.

No Nama

siswa Skor Nilai Keputusan

1 Abubakar 80 B Lulus baik

2 Dian 90 A Lulus sangat baik

3 Firdaus 75 B Lulus baik

Page 51: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

45

4 Nazar 85 B+ Lulus amat baik

5 Sari 88 A- Lulus paling baik

6 Siska 65 C Lulus cukup

7 Zakaria 89 A- Lulus paling baik

Adopsi dari Djaali dan Muljono (2008)

Keterangan:

1.Skor 80, 90, 75, 65 merupakan hasil pengukuran

(measurement)

2.Nilai B, A, C, B+ , A- merupakan hasil

penilaian(assessment)

3.Keputusan lulus baik, lulus sangat baik, lulus

sedang, dan sebagainya merupakan hasil evaluasi

(evaluation).

76. Apa perbedaan nntara pengukuran dan evaluasi ?

Jawab:

Pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu

ukuran tertenu, dan karena itu pengukuran bersifat

kuantitatif, sedangkan evaluasi adalah pengambilan

keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik-bukuk,

dan karenanya evaluasi bersifat kualitatif

77. Apa saja fungsi dari pengukuran dan evaluasi ?

Jawab: Melalui pengukuran dan evaluasi, prestasi, minat,

kesulitan dan bahkan pengajaran dapat dinilai secara

benar. Berikut ini adalah fungsi-fungsi pengukuran dan

evaluasi.

1.Mengukur prestasi siswa.

Dengan menggunakan pengukuran dan evaluasi, prestasi

siswa dalam kelas dapat ditentukan. Selain itu, gambaran

mengenai apakan siswa telah mencapai tujuan-tujuan

pokok materi atau tidak dapat diperkirakan melalui

pengukuran dan evaluasi.

Page 52: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

46

2.Memotivasi siswa belajar.

Pengukuran dan evaluasi dapat memberi semangat atau

mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Minat siswa

untuk mempelajari materi tertentu juga akan muncul.

3.Meramalkan keberhasilan siswa,

Keberhasilan dan kegagalan siswa dalam kelas pada tahun

atau di kelas berikutnya dapat diramalkan melalui

pengukuran dan evaluasi. Mendiagnosis kesulitan siswa,

Melalui pengukuran dan evaluasi juga, kelemahan-

kelemahan siswa dalam kelas dapat diidentifikasi dan

diremedial.Hasil-hasil pengukuran dan evaluasi dapat

digunakan untuk memperbaiki pembelajaran dan kinerja

siswa di kelas

4.Mengevaluasi pengajaran,

Pengukuran dan evaluasi dapat juga menilai pengajaran.

Melalui pengukuran dan evaluasi yang tak terpisahkan dari

proses, umpan balik tentang pengajaran, dapat bertindak

sebagai dasar penting untuk perbaikan dan peningkatan di

kelas.

78. Bagaimana kedudukan penilaian dan pengukuran

dalam evaluasi ?

Jawab:

Evaluasi merupakan suatu proses penetapan untuk

menyatakan baik atau buruk, berhasil atau gagal, sukses

atau tidaknya sesuatu. Agar dapat dilakukan proses

tersebut, maka harus ada data yang benar-benar dapat

dipercaya/akurat dijadikan dasar untuk penetapannya. Jika

salah datanya salah pula hasil penilaiannya dan akibatnya

salah pula keputusannya. Data yang diolah untuk penilaian

dan yang selajutnya untuk dasar evaluasi guna menetapkan

apakah berhasil atau gagal atau apakah baik atau buruk itu

harus data kuantitatif yang diperoleh melalui proses

pengukuran. Berdasarkan uraian di atas, terdapat istilah

pengukuran dan penilaian sebagai bagian dari evaluasi.

Page 53: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

47

Evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap

data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Jadi,

asesmen merupakan bagian dari evaluasi, jika

membicarakan evaluasi maka asesmen sudah termasuk

didalamnya. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi bersifat

bertahap (hierarkis), maksudnya kegiatan dilakukan secara

berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian

penilaian, dan terakhir (Gabel, 1993)

79. Apa persamaan antara pengukuran acuan norma dan

pengukuran acuan patokan ?

Jawab:

1) Kedua pengukuran acuan norma dan acuan patokan

memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik untuk

menentukan fokus item yang diperlukan

2) Kedua pengukuran memerlukan sampel yang relevan

yang digunakan sebagai subjek yang hendak dijadikan

sasaran evaluasi

3) Untuk mendapatkan informasi yang diinginkan

tentang siswa, kedua pengukuran sama-sama

memerlukan item-item yang disusun dalam suatu tes

dengan menggunakan aturan dasar penulisan

instrumen

4) Kedua pengukuran memerlukan persyaratan pokok,

yaitu validitas dan reliabilitas

5) Kedua pengukuran sama manfaatnya, yaitu alat

pengumpul data siswa yang dievaluasi (Sukardi, 2008)

80. Apa perbedaan pengukuran acuan norma dan

pengukuran acuan patokan ?

Jawab:

Pengukuran acuan normatif di antaranya sebagai berikut:

a) Merupakan tes yang mencakup domain tugas

pembelajaran dengan item pengukuran yang spesifik

b) Menekankan pembedaan antara individual siswa satu

dengan siswa lain dalam kelompok/kelas

c) Item-item yang memiliki tingkat kesulitan tinggi

cenderung menghilangkan item yang memiliki tingkat

kesulitan rendah

Page 54: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

48

d) Lebih banyak digunakan, khususnya pada kelas yang

memiliki kelompok-kelompok dengan pembedaan

antara siswa pandai, di atas rerata, di bawah rerata, dan

bodoh

e) Interpretasi evaluasi memerlukan adanya

pengelompokan atas kelompok-kelompok tertentu

secara jelas

Pengukuran acuan patokan di antaranya sebagai berikut:

a) Merupakan tipe pengukuran yang berfokus pada

penentuan domain tugas belajar dengan tingkat

kesulitan sejumlah item sesuai dengan tugas

pembelajaran

b) Menekankan penggambaran tugas apa yang telah

dipelajari oleh para siswa

c) Item kesulitan sesuai dengan tugas pembelajaran,

tanpa menghilangkan item atau soal yang memiliki

tingkat kesulitan rendah

d) Lebih banyak digunakan, khususnya untuk kelas

dengan tugas pembelajaran dengan konsep atau

penguasaan materi belajar

Page 55: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

49

BAB 2. TAKSONOMI

TUJUAN PENDIDIKAN

1. PENGERTIAN

81. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Tujuan

Pendidikan?

Jawab:

Taksonomi tujuan pendidikan (the taxonomy of

educational objective) adalah suatu kerangka untuk

mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan yang

digunakan untuk mempredikasi kemampuan peserta didik

dalam belajar sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran.

82. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi Tujuan

Pendidikan Bloom ?

Jawab:

Taksonomi tujuan pendidikan Bloom adalah struktur

hierarkhi yang mengidentifikasikan skills mulai dari

tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Taksonomi tujuan

pendidikan ini merupakan kerangka konsep kemampuan

berpikir yang dicetuskan oleh Bloom pada tahun 1956, dan

dinamakan Taxonomy Bloom. Taksonomi tujuan

pendidikan Bloom dibagi menjadi beberapa domain

(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi

kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan

hirarkinya. Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga

domain, yaitu: Ranah Kognitif berisi perilaku yang

menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, dan

keterampilan berpikir. Ranah afektif berisi perilaku terkait

dengan emosi, misalnya perasaan, nilai, minat, motivasi,

dan sikap. Ranah Psikomotorik berisi perilaku yang

menekankan fungsi manipulatif dan keterampilan

motorik/kemampuan fisik, berenang, dan mengoperasikan

mesin

Page 56: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

50

83. Bagaimana klasifikasi hasil belajar menurut Bloom ?

Jawab:

Menurut Bloom, klasifikasi hasil belajar peserta didik

dapat dikelompok kan ke dalam 3 (tiga) aspek/ranah,

yaitu:

1. Hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan

kognitif (pengetahuan).

2. Hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan

afektif (sikap dan nilai-nilai).

3. Hasil belajar yang berkaitan dengan perkembangan

keterampilan (psikomotorik).

(Ketiga aspek di atas dapat juga dikelompokkan

dengan istilah 3H: head, hand, and heart).

2. RANAH KOGNITIF

84. Bagaimana struktur ranah kognitif original

Taksonomi Bloom ?

Jawab:

Adapun struktur ranah kognitif original taksonomi Bloom

adalah:

1) Knowledge

(a) Knowledge of spesifics

Knowledge of terminology

Knowledge of spesific fact

(b) Knowledge of ways and means of dealing with

spesifics

Knowledge of conventions

Knowledge of trends and sequences

Knowledge of classifications and categories

Knowledge of criteria

Knowledge of methodology

(c) Knowledge of universals and abstraction in a field

Knowledge of principles and generalizations

Knowledge of theories and structures

Page 57: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

51

2) Comprehension

(a) Translation

(b) Interpretation

(c) Extrapolation

3) Application

4) Analysis

(a) Analysis of elements

(b) Analysis of relationship

(c) Analysis of organizational principles

5) Synthesis

(a) Production of a unique communication

(b) Production of a plan, or proposed set of operations

(c) Derivation of a set of abstract relation

6) Evaluation

(a) Evaluation in terms of internal evidence

(b) Judgments in terms of external criteria

Menurut taksonomi Bloom, keterampilan manusia

dalam berpikir diklasifikasikan dalam enam kategori.

1) Knowledge:

remembering or recalling appropriate, previously

learned information to draw out factual (usually

right or wrong) answers. Use words and phrases

such as: how many, when, where, list, define, tell,

describe, identify, etc., to draw out factual

answers, testing students' recall and recognition.

2) Comprehension:

grasping or understanding the meaning of

informational materials. Use words such as:

describe, explain, estimate, predict, identify,

differentiate, etc., to encourage students to

translate, interpret, and extrapolate.

3) Application:

applying previously learned information (or

knowledge) to new and unfamiliar situations. Use

words such as: demonstrate, apply, illustrate,

show, solve, examine, classify, experiment, etc., to

Page 58: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

52

encourage students to apply knowledge to

situations that are new and unfamiliar.

4) Analysis:

breaking down information into parts, or

examining (and trying to understand the

organizational structure of) information. Use

words and phrases such as: what are the

differences, analyze, explain, compare, separate,

classify, arrange, etc., to encourage students to

break information down into parts.

5) Synthesis:

applying prior knowledge and skills to combine

elements into a pattern not clearly there before.

Use words and phrases such as: combine,

rearrange, substitute, create, design, invent, what

if, etc., to encourage students to combine elements

into a pattern that's new.

6) Evaluation:

judging or deciding according to some set of

criteria, without real right or wrong answers. Use

words such as: assess, decide, measure, select,

explain, conclude, compare, summarize, etc., to

encourage students to make judgements according

to a set of criteria.

85. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah

Kognitif original Bloom ?

Jawab:

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Hasil belajar ranah kognitif adalah mencakup kegiatan

mental (otak). Dalam ranah kognitif itu terdapat enam

jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah

sampai jenjang yang tertinggi.yang meliputi 6 tingkatan:

1. Pengetahuan (Knowledge), yang disebut C1

Menekan pada proses mental dalam mengingat dan

mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah

Page 59: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

53

siswa peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah

mereka peroleh sebelumnya. Informasi yang dimaksud

berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi

dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-

prinsip

Contoh kegiatan belajar: mengemukakan arti,

menamakan, membuat daftar, menentukan lokasi,

mendeskripsikan sesuatu, menceritakan apa yang terjadi,

menguraikan apa yang terjadi

2. Pemahaman (Comprehension), yang disebut C2

Tingkatan yang paling rendah dalam aspek kognisi yang

berhubungan dengan penguasaan atau mengerti tentang

sesuatu. Dalam tingkatan ini siswa diharapkan mampu

memahami ide-ide matematika bila mereka dapat

menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa perlu

menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala

implikasinya.

Contoh kegiatan belajar: mengungkapkan

gagasan/pendapat dengan kata-kata sendiri, membedakan,

membandingkan, mengintepretasi data, mendiskripsikan

dengan kata-kata sendiri, menjelaskan gagasan pokok,

menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri

3. Penerapan (Aplication), yang disebut C3

Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu

mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan

dengan sebuah abstraksi matematika melalui

penggunaannya secara tepat ketika mereka diminta untuk

itu.

Contoh kegiatan belajar: menghitung kebutuhan,

melakukan percobaan, membuat peta, membuat model,

merancang strategi

4. Analisis (Analysis), yang disebut C4

Kemampuan untuk memilah sebuah informasi ke dalam

komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan

keterkaitan anta ride dalam informasi tersebut menjadi

tampak dan jelas.

Page 60: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

54

Contoh kegiatan belajar: mengidentifikasi faktor

penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan

untuk memperoleh informasi, membuat grafik, mengkaji

ulang

5. Sintesis (Synthesis) , yang disebut C5

Kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen

untuk membentuk sebuah struktur yang unik dan system.

Dalam matematika, sintesis melibatkan pengkombinasian

dan pengorganisasian konsep-konsep dan prinsip-prinsip

matematika untuk mengkreasikannya menjadi struktur

matematika yang lain dan berbeda dari yang sebelumnya.

Contoh kegiatan belajar: membuat desain, mengarang

komposisi lagu, menemukan solusi masalah,

memprediksi, merancang model mobil-mobilan, pesawat

sederhana, menciptakan produk baru

6. Evaluasi (Evaluation), yang disebut C6

Kegiatan membuat penilaian berkenaan dengan nilai

sebuah ide, kreasi, cara, atau metode. Evaluasi dapat

memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan

baru, pemahaman yang lebih baik, penerapan baru dan

cara baru yang unik dalam analisis atau sisntesis.

Contoh kegiatan belajar: mempertahankan pendapat,

beradu argumentasi, memilih solusi yang lebih baik,

menyusun kriteria penilaian, menyarankan perubahan,

menulis laporan, membahas suatu kasus, menyarankan

strategi baru

Page 61: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

55

Adapun Indikator penilaian level atau jenjang kognitif

menurut kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

No Jenis Hasil

Belajar

Indikator

Penilaian

Cara

Penilaian

1 Pengetahuan Dapat menyebutkan/

menunjukkan lagi

Pertanyaan/

tugas/tes

2 Pemahaman Dapat menjelaskan/

mendefifisikan

Pertanyaan/

tugas/tes

3 Penerapan Dapat memberi

contoh/ memecahkan

masalah

Tugas/permasalah

an/ tes

4 Analisis Dapat menguraikan/

mengklasifikasikan

Tugas/ analisis/

masalah

5 Sintesis Dapat menyimpulkan

kembali atau

menggeneralisasi

Tugas/

permasalahan

6 Evaluasi Dapat

menginterpretasi/

memberikan

pertimbangan/

penilaian

Tugas/

permasalahan

87. Jelakan bagaimana jenjang hasil belajar Ranah

Kognitif Bloom revisi ?

Jawab:

Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Krathwohl,

dkk memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai dengan

kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut dipublikasikan

pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.

Menurut Anderson dan Krathwohl (2001) dimensi proses

kognitif terdiri atas beberapa tingkat yaitu:

1) Remember (Mengingat)

Mengingat adalah kemampuan memperoleh kembali

pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

86. Jelaskan bagaimana indikator penilaian jenjang

kognitif menurut Kurikulum 2013 ?

Jawab:

Page 62: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

56

Kategori Remember terdiri dari proses kognitif

Recognizing (mengenal kembali) dan Recalling

(mengingat). Untuk menilai Remember, siswa diberi soal

yang berkaitan dengan proses kognitif Recognizing

(mengenal kembali) dan Recalling (mengingat).

2) Understand (Memahami)

Memahami adalah kemampuan merumuskan makna dari

pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya

dalam bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Siswa

mengerti ketika mereka mampu menentukan hubungan

antara pengetahuan yang baru diperoleh dengan

pengetahuan mereka yang lalu. Kategori Understand

terdiri dari proses kognitif Interpreting

(menginterpretasikan), Exemplifying (memberi contoh),

Classifying (mengklasifikasikan), Summarizing

(menyimpulkan), Inferring (menduga), Comparing

(membandingkan), dan Explaining (menjelaskan).

3) Apply (Menerapkan)

Menerapkan adalah kemampuan menggunakan prosedur

untuk menyelesaikan masalah. Siswa memerlukan latihan

soal sehingga siswa terlatih untuk mengetahui prosedur

apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.

Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses kognitif

kemampuan melakukan (Executing) dan kemampuan

menerapkan (Implementing).

4) Analyze (Menganalisis)

Menganalisis meliputi kemampuan untuk memecah suatu

kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan

bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu

dengan yang lain atau bagian tersebut dengan

keseluruhannya. Analisis menekankan pada kemampuan

merinci sesuatu unsur pokok menjadi bagian-bagian dan

melihat hubungan antar bagian tersebut. Di tingkat

analisis, seseorang akan mampu menganalisa informasi

Page 63: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

57

yang masuk dan membagi-bagi atau menstrukturkan

informasi ke dalam bagian yang lebih kecil untuk

mengenali pola atau hubungannya dan mampu mengenali

serta membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah

skenario yang rumit. Kategori Apply terdiri kemampuan

membedakan (Differentiating), mengorganisasi

(Organizing) dan memberi simbol (Attributing)

5) Evaluate (Menilai)

Menilai didefinisikan sebagai kemampuan melakukan

judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu.

Kriteria sering digunakan adalah menentukan kualitas,

efektifitas, efisiensi, dan konsistensi, sedangkan standar

digunakan dalam menentukan kuantitas maupun kualitas.

Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu

pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal, bersama

dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar

kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan

dengan memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori

menilai terdiri dari Checking (mengecek) dan Critiquing

(mengkritik).

6) Create (Berkreasi)

Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi ide baru,

produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian.

Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa

elemen dalam satu kesatuan yang menyeluruh sehingga

terbentuklah dalam satu bentuk yang koheren atau

fungsional. Siswa dikatakan mampu create jika dapat

membuat produk baru dengan merombak beberapa

elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang

belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses

create umumnya berhubungan dengan pengalaman

belajar siswa yang sebelumnya.

Page 64: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

58

Jawab:

Adapun perubahan jenjang taksonomi Bloom asli ke

taksonomi Bloom revisi adalah sebagai berikut:

Taksonomi Bloom

asli

→ Taksonomi Bloom

Revisi

1. Knowledge

(Pengetahuan) → Remembering

(Mengingat)

2. Comprehension

(Pemahaman) → Understanding

(Memahami)

3. Aplication

(Penerapan) → Applying

(Mengaplikasikan)

4. Analysis

(Analisis) → Analyzing

(Menganalisa)

5. Synthesis

(Sintesis)

Evaluating

(Mengevaluasi)

6. Evaluation

(Evaluasi)

Creating

(Membuat)

3. RANAH AFEKTIF

89. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah

afektif?

Jawab:

Ranah hasil belajar afektif adalah ranah yang berhubungan

dengan emosi seperti perasaan, nilai, apresiasi, motivasi

dan sikap. Menurut Krathwohl, et.all, 1964) ada lima

jenjang atau kategori dalam ranah afektif sebagai hasil

belajar; yaitu (a) Receiving/attending/menerima/

memperhatikan (b) Responding/menanggapi (c) Valuing/

penilaian (d) Organization/ Organisasi (e)

Characterization by a value or value complex/

karakteristik nilai atau internalisasi nilai

1) .Receiving (Menerima)

Merupakan tingkat afektif yang terendah, meliputi

penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi,

88. Jelaskan bagaimana perubahan jenjang taksonomi

Bloom asli ke jenjang taksonomi Bloom revisi ?

Page 65: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

59

gejala, nilai dan keyakinan. Pada tingkat receiving atau

attending, peserta didik memiliki keinginan

memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus,

Contoh: mendengar pendapat orang lain, mengingat nama

seseorang

1) Responding (Menanggapi)

Merupakan bagian afektif yang meliputi keinginan dan

kesenangan menanggapi atau merealisasikan sesuatu

sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Tingkat

responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu

sebagai bagian dari perilakunya. Pada tingkat ini peserta

didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus tetapi ia

juga bereaksi.

Contoh: berpartisipasi dalam diskusi kelas.

2) Valuing (Penilaian)

Mengacu pada nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau

stimulus tertentu. Reaksi-reaksi yang dapat muncul seperti

menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Valuing

melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang

menunjukkan derajat internalisasi dan komitmen. Derajat

rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya

keinginan untuk meningkatkan keterampilan, sampai pada

tingkat komitmen.

Contoh: mengapresiasi seni, menghargai peran,

menunjukkan keprihatinan, menunjukkan alasan perasaan

jengkel.

3) Organization (Organisasi)

Meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi satu sistem

nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten dapat

menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk

suatu sistem nilai internal. Pada tingkat organization, nilai

satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai

diselesaikan, dan mulai membangun sistem nilai internal

yang konsisten.

Page 66: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

60

Contoh: bertanggung jawab terhadap perilaku, menerima

kelebihan dan kekurangan pribadi, merenungkan makna

ayat kitab suci bagi kehidupan.

4) Characterization (Karakteristik)

Merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah

dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian

dan tingkah lakunya. Misalnya bersedia mengubah

pendapat jika ditunjukkan bukti-bukti yang tidak

mendukung pendapatnya. Characterization nilai

merupakan tingkat ranah afektif tertinggi. Pada tingkat ini

peserta didik memiliki sistem nilai yang mengendalikan

perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya

hidup.

Contoh: menunjukkan rasa percaya diri ketika bekerja

sendiri, kooperatif dalam aktivitas kelompok

90. Bagaimana contoh kata kerja kategori afektif

menurut Krathwohl ? Jawab:

Kategori Afektif Menurut Bloom & Krathwohl beserta

contoh kata lerja operasionalnya adalah sebagai berikut:

No Kategori

Afektif

Kata Kerja Operasional

1 Penerimaan

terhadap

fenomena

bertanya, memilih,

mengidentifikasi,

menentukan, menunjukkan

2 Tanggapan

terhadap

fenomena

menjawab, membantu,

memenuhi, mendiskusikan,

membantu, menunjukkan,

berlatih, mempresentasikan

3 Penilaian

membedakan, menjelaskan,

memulai, membenarkan,

mengusulkan, berbagi

4 Organisasi

mengatur,

mengkombinasikan,

membandingkan,

menggeneralisasikan,

menggabungkan,

Page 67: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

61

memodifikasi,

mengorganisasi, menyusun

5 Internalisasi

nilai-nilai

(karakterisasi)

menampilkan kepercayaan

diri, menjaga, bekerjasama

91. Apa saja jenis karakteristik afektif yang penting ?

Jawab:

Terdapat 5 (lima) jenis karakteristik afektif yang penting,

yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral.

92. Apa yang dimaksud dengan Sikap ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan sikap adalah suatu predisposisi

yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif

terhadap suatu objek, situasi, konsep, atau orang (Fishbein

& Ajzen dalam Mardapi 2008). Sikap adalah afeksi untuk

atau melawan, penilaian tentang, suka atau tidak suka,

tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek psikologis

(Thurstone dalam Mueller, 1986). Sikap adalah

kecenderungan untuk bertindak ke arah atau melawan

suatu faktor lingkungan (Bogardus dalam Mueller, 1986).

Jadi sikap adalah suatu kencendrungan untuk bertindak

secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek.

93. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi sikap ?

Jawab:

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

a. Pengalaman pribadi

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

c. Pengaruh kebudayaan

d. Media massa

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

f. Faktor emosional (Azwar, 2011)

Page 68: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

62

Yang dimaksud dengan minat adalah suatu disposisi yang

terorganisir melalui pengalaman yang mendorong

seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,

pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau

pencapaian (Getzel, 1966). Minat adalah keingintahuan

seseorang terhadap keadaan suatu objek yang terorganisasi

melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk

memperoleh objek, pemahaman, dan keterampilan untuk

tujuan perhatian atau pencapaian (Sunarti & Rahmawati,

2013)

95. Apa yang dimaksud dengan konsep diri ?

Jawab:

Yang dimaksud denan konsep diri adalah kepercayaan

individu tantang dirinya termasuk atribut personal tentang

siapa dan dirinya (Baumeister, 1999). Konsep diri

merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap

kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya.

96. Apa yang dimaksud dengan Nilai ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan nilai adalah suatu keyakinan

tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap

baik dan yang dianggap buruk (Rokeach, 1968).

97. Apa yang dimaksud dengan Moral ?

Jawab:

Moral adalah berkaitan dengan perasaan salah atau benar

terhadap kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap

tindakan yang dilakukan diri sendiri (Basuki &

Hariyanto,2914). Moral berkaitan dengan prinsip, nilai,

dan keyakinan seseorang.

94. Apa yang dimaksud dengan Minat ?

Jawab:

Page 69: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

63

Untuk menilai ranah afektif dapat dilakukan dengan

menggunakan skala, yaitu alat untuk mengukur nilai,

sikap, minat dan perhatian dan lain-lain yang disusun

dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan

hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan

kriteria yang ditentukan (Sudjana, 2004)

99. Bagaimana langkah-langkah dalam pengukuran

ranah afektif ?

Jawab:

Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam

pengukuran ranah afektif adalah (1) penentuan komponen

afeksi apa yang akan diiventori, misalnya apakah unsur

sikap, minat, motivasi, watak perilaku, perasaan, atau yang

lain, (2) penentuan cara inventori data afektif yang akan

dipilih, misalnya apakah lewat pengamatan, wawancara,

atau pemberian angket, dan misalnya kita memilih cara

pemberian angket, (3) pembuatan kisi-kisi pengujian dan

indikator (pertanyaan) tiap komponen afektif. (4)

pembuatan daftar pertanyaan angket yang sesuai dengan

kisi-kisi. Selain itu, juga ditentukan rentangan skala

penilaian (skala Likert), misalnya 1-5, 5 (sangat tinggi)

dan 1 (sangat rendah), (5) pelaksanaan pengisian angket

oleh peserta didik dan diikuti penskoran. Misalnya, jika

ada 10 buah pertanyaan, skor tertinggi 50 dan terendah 10,

dan (6) pembuatan pedoman posisi afektif siswa,

misalnya; 41-ke atas; tinggi, 26-40; sedang, 10-25; rendah

(Nurgiyantoro, 2010)

4. RANAH PSIKOMOTOR

Bloom tidak sempat merumuskan kategori/tingkatan

untuk ranah psikomotorik. Yang mengembangkan

kategori psikomotorik, adalah ahli psikologi lainnya,

yakni Dave (1967), Simpson (1972), dan Harrow (1972).

98. Bagaimana cara menilai ranah Afektif ?

Jawab:

Page 70: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

64

Jawab:

Dave (1967) mengemukakan bahwa hasil belajar ranah

psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap, yaitu:

imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.

Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatankegiatan

sederhana dan sama persis dengan yang dilihat atau

diperhatikan sebelumnya. Manipulasi adalah

kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum

pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau

petunjuk saja, Presisi adalah kemampuan melakukan

kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu

menghasilkan produk kerja yang tepat.

Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang

komplek dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan

sesuatu yang utuh.

Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan

secara reflek, yakni kegiatan yang melibatkan fisik saja

sehingga efektivitas kerja tinggi

101. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah

psikomotor menurut Simpson?

Jawab:

Menurut Simpson (1972) hasil belajar ranah psikomotor

:terdiri atasPersepsi (Perception), Kesiapan/Set, Respon

terpimpin (Guided respons), Mekanisme (Mechanism),

Complex Overt Respons, dan Originasi (Origination)

Persepsi (Perception)

Persepsi (Perception), adalah berhubungan dengan

penggunaan indera untuk mengarahkan kegiatan motorik.

Mulai dari kesadaran ada stimulus sampai kepada memilih

tugas yang relevan untuk menterjemahkannya ke dalam

suatu kegiatan (performance) tertentu. Contoh:

menurunkan suhu AC saat merasa suhu ruangan panas

100. Bagaimana jenjang hasil belajar ranah psikomotor

menurut Dave?

Page 71: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

65

Kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental,

fisik, dan emosi, dalam menghadapi sesuatu. Contoh:

melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima kelebihan

dan kekurangan seseorang

Respon terpimpin (Guided respons)

Respon terpimpin (Guided respons), adalah langkah

permulaan dalam mempelajari keterampilan yang

kompleks, meliputi: menirukan, trial and error. Ketetapan

dari performance ditentukan oleh instruktur atau oleh

kriteria yang sesuai. Contoh: Mengikuti arahan dari

instruktur.

Mekanisme (Mechanism)

Mekanisme (Mechanism), merupakan performance yang

menunjukkan bahwa respons yang dipelajari telah

menjadi kebiasaan dan gerakangerakan dapat dilakukan

dengan penuh kepercayaan dan kemahiran. Ini merupakan

performance dari bermacam-macam keterampilan.

Contoh: menggunakan computer.

Complex Overt Respons

Complex Overt Respons, yaitu performance yang sangat

terampil dan gerakan motorik yang memerlukan pula

gerakan kompleks. Kemahiranya ditunjukkan dengan

cepat, lancar, dan tepat dengan energi minimum, tanpa

ragu-ragu dan otomatis (dilakukan dengan mudah dan

terkontrol baik). Contoh: Keahlian bermain piano

Originasi (Origination)

Originasi (Origination), yaitu penciptaan pola-pola

gerakan yang baru untuk menyesuaikan dengan

situasi/masalah yang khusus. Hasil belajarnya ditekankan

pada kreativitas yang didasarkan pada keterampilan

tingkat tinggi.

Kesiapan/Set,

Page 72: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

66

Jawab:

Harrow (1972) mengemukakan bahwa ranah hasil belajar

psikomotot terdiri atas: Gerakan reflex, Gerakan-gerakan

fundamental, Kemampuan perceptual, Kemampuan fisis,

Gerakan keterampilan, dan Komunikasi tanpa kata-kata

Gerakan refleks, yaitu gerakan yang dilakukan tanpa

disadari yang tertuju kepada suatu rangsang tertentu,

(mengedipkan mata, menggeliat, menguap, ,

membegkokkan badan, dan meyesuaikan sikap badan).

Gerakan-gerakan fundamental. Merupakan pola-pola

gerakan yang terbentuk dari gabungan gerakan-gerakan

refleks dan menjadi dasar gerakan keterampilan yang

kompleks (berjalan, lari, melompat, meluncur,

membungkuk, melengkung, berputar, memegang,

menggerakan jari, dsb)

Kemampuan perseptual. Kemampuan menafsirkan

rangsangan dari berbagai cara untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya (‘mendengarkan’ mengikuti

perintah verbal, ‘gerakan terkoordinasi’, loncat tali,

menangkap, kinestetik discrimination, visual, auditory,

dan tactile discrimination).

Kemampuan fisis. Karakteristik organik yang esensial

untuk mengembangkan gerakan keterampilan tinggi,

termasuk ketahanan, kekuatan, fleksibilitas, dan

ketangkasan (lari jarak jauh, berenang, angkat berat, gulat,

ballet, membengkokkan/melengkungkan punggung,

menyentuh jari kaki, mengetik).

Gerakan keterampilan. Adanya tingkatan efisiensi pada

saat melakukan tugas-tugas gerakan kompleks secara utuh,

meliputi semua gerakan keterampilan yang terbentuk atas

pola-pola gerakan locomotor dan manipulatif, termasuk

keterampilan adaptif sederhana, adaptif majemuk, dan

adaptif kompleks

Komunikasi tanpa kata-kata. Komunikasi yang

dilakukan dengan cara gerakan-gerakan tubuh sampai

dengan koreografis yang canggih (sikap badan, gerak

tangan, ekspresi raut muka, gerakan dansa, gerakan tari)

102. Jelaskan bagaimana jenjang hasil belajar ranah

psikomotor menurut Harrow?

Page 73: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

67

Adapun bentuk tes untuk ranah psikomotor dapat berupa

tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes

unjuk kerja (Lunerta dalam Jihad & Haris, 2008).

1. Tes paper and pencil : meskipun berupa tes tulis,

namun sasarannya adalah kemampuan siswa dalam

menampilkan karya, se[erti desain alat, desain grafis,

atau lainnya

2. Tes identifikasi; tes ini dimaksudkan untuk mengukur

kemampuan siswa dalam mengidentifikasi sesuatu

hal, misalnya menemukan bagian yang rusak dari

suatu alat, dan sebagainya

3. Tes simulasi: tes ini dilakukan jika tidak ada alat

sesungguhnya yang dapat dipakai untuk

memperagakan penampilan siswa, sehingga melalui

simulasi dapat dinilai apakah siswa sudah menguasai

keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan ini

4. Tes unjuk kerja: tes ini dilakukan dengan alat yang

sesungguhnya dan tujuannya untuk mengetahui

apakah siswa sudah menguasai/terampil

menggunakan alat tersebu

Untuk mendapat data melalui tes tersebut dapat

digunakan daftar cek (check list) atau skala

penilaian/kiraan (rating scale).

104. Bagaimana langkah mengembangkan tes

psikomotor?

Jawab:

Adapun langkah mengembangkan tes psikomotor yaitu :

(1) Menyusun soal dengan mencermati kisi-kisi instrumen

psikomotor yang telah dibuat, menjabarkan indikator

dengan memperhatikan materi pokok dan pengalaman

belajar. (2) Menyusun Lembar Observasi dan Lembar

Penilaian yang mengacu pada soal

103. Jelaskan bagaimana bentuk tes untuk psikomotor ?

Jawab:

Page 74: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

68

105. Bagaimana contoh alat ukur yang digunakan untuk

mengukur keterampilan ?

Jawab:

Misalnya ingin diukur keterampilan siswa menggunakan

termometer badan, maka bentuk alat ukurnya adalah

Lingkari angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat,

angka 3 jika agak tepat, angka 2 jika tidak teopat dan

angka 1 jika santa tidak tepat

5 4 3 2 1 Cara mengeluarkan termometer

dari tempatnya

5 4 3 2 1 Cara menurunkan posisi air raksa

serendah-rendahnya

5 4 3 2 1 Cara memasang termometer pada

tubuh orang yang diukur suhunya

5 4 3 2 1

Lama waktu pemasangan

termometer pada orang yang

diukur suhunya

5 4 3 2 1 Cara mengambil termometer dari

tubuh orang yang diukur suhunya

5 4 3 2 1 Cara membaca tinggi air raksa

dalam pipa kapiler termometer

Page 75: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

69

BAB 3. ALAT UKUR TES

1. PENDAHULUAN

105. Bagaimana klasifikasi alat ukur pendidikan?

Jawab:

Alat ukur pendidikan dapat diklasifikasikan antara lain

sebagai berikut: (a) isian inventori (biasanya berbentuk

isian atau kuesioner), (b) tes (tes hasil belajar, tes kinerja,

tes inteligensi, tes bakat, tes kepribadian), (c) kuesioner

berisikan sejumlah butir yang ditanyakan kepada

responden), (d) wawancara (interviu atau wawancara

dilakukan oleh pewawancara kepada responden), (e)

observasi (pengamatan), (f) daftar cocok (chek list), (g)

skala (alat ukur kiraan atau rating), (h) studi kasus, (i)

riwayat hidup, (j) sosiometri, dan (k) asesmen portofolio

(Koyan, 2012)

106. Jelaskan apa yang dimaksud dengan tes, testing,

testee dan tester ?

Jawab:

Secara harfiah kata “test” berasal dari kata bahasa dari

bahasa latin “testum’ yaitu alat untuk mengukur tanah

(Fresch and Wheaton: 2002). Dalam bahasa Prancis kuno,

kata tes berarti ukuran yang dipergunakan untuk

membedakan emas dan perak dari logam-logam yang lain.

Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan tes yang

berarti ujian atau percobaan

Dari segi istilah:

1) A test Ia a systematic prosedure for observing a

person’s behavior and describing it with the aid of

numerical scale or catogory system (Tes adalah suatu

prosedur sistematik untuk mengamati tingkah laku

seseorang dan mendeskripsikannya dengan

menggunakan skala numerik atau sistem kategori

(Cronbach, 1970).

Page 76: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

70

2) Tes adalah suatu proses baku untuk memperoleh

sampel tingkah laku dari suatu ranah tertentu

(Crocker dan Algina, 1986).

3) Tes adalah suatu prosedur dimana suatu sampel

perilaku induvidu diperoleh, dievaluasi, dan diskor

dengan menggunakan prosedur standar (Reynold,

et.all, 2009).

4) Tes didefinisikan sebagai suatu instrumen prosedur

sistematis untuk mengamati dan menggambarkan

satu atau lebih karakteristik siswa yang

menggunakan skala numerik atau skema klasifikasi

(Nitko & Brookhart, 2007).

5) Tes adalah prosedur yang sistematik guna mengukur

sampel perilaku seseorang. Sistematik juga memiliki

pengertian obyektif, standart dan syarat-syarat

kualitas lainnya ( Brown, 1976).

Jadi tes adalah:

1) Suatu instrumen atau prosedur yang sistematis

untuk mengukur tingkah laku, yang dirancang

dan dilaksanakan kepada siswa pada waktu

dan tempat tertentu serta dalam kondisi yang

memenuhi syarat-syarat tertentu yang jelas.

2) Seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau

sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh

peserta didik untuk mengukur tingkat

pemahaman dan penguasaannya terhadap

cakupan materi yang dipersyaratkan dan

sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

Testing adalah saat pada waktu tes itu sedang

dilaksanakan atau berlangsung atau saat

pengambilan tes

Testee adalah responden yang sedang mengerjakan

tes. Jadi orang-orang inilah yang sedang dinilai,

diukur baik kemampuan, minat, pencapaian prestasi.

Tester adalah orang yang diserahi untuk

melaksanakan pengambilan tes terhadap para

responden atau testee.

Page 77: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

71

107. Apa fungsi tes dalam pendidikan ?

Jawab:

Fungsi tes dalam pendidikan adalah:

b) Sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa.

c) Sebagai motivator dalam pembelajaran.

d) Sebagai upaya perbaikan kualitas pembelajaran.

e) Sebagai penentu berhasil atau tidaknya siswa

sebagaisyarat untuk melanjutkan pendidikan ke

jenjang yang lebih tinggi (Djaali dan Muljono,

2008)

108. Apa kegunaan tes itu ?

Jawab:

Kegunaan dari tes adalah:

a) Memperoleh umpan balik terhadap hasil

pembelajaran

b) Memperbaiki kurikulum dan program pendidikan

c) Meningkatkan motivasi siswa

d) Melaksasnakan diagnoosis dan remedial

e) Melakukan penempatan

f) Melakukan seleksi

g) Mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan

109. Bagaimana cakupan tujuan tes?

Jawab:

Adapun cakupan tujuan tes adalah (1) atribut psikologis

yang hendak diukur, (2) populasi subjek yang akan

dikenai tes, dan (3) jenis skor dalam arti cara skor hasil

tes akan digunakan (Friendenberg dalamSupratiknya,

2014)

110. Bagaimana kriteria tes yang baik ?

Jawab:

Suatu tes dapat dikatakan baik bilamana tes tersebut

memiliki kriteria sebagai alat ukur yang baik.

Kriterianya antara lain :

Page 78: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

72

a) Memiliki Validitas (kesahihan) yang cukup tinggi

Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut mengukur

tujuan atau salah satu aspek tujuan yang peneliti

ukur. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang

validitas, dapat dibaca pada bahagian Bab 6

b) Memiliki Reliabilitas (keajegan / kestabilan) yang

baik Tes dikatakan reliabel jika mengukur secara

konsisten. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang

reliabilitas, dapat dibaca pada Bab 7

c) Memiliki Nilai Objektivitas

Objektivitas suatu tes ditentukan oleh tingkat atau

kualitas kesamaan skor-skor yang diperoleh dengan

tes tersebut meskipun hasil tes itu dinilai oleh

beberapa orang penilai.

d) Memiliki nilai Kepraktisan

Suatu tes dikatakan mempunyai kepraktisan yang

baik jika kemungkinan untuk menggunakan tes itu

besar

111. Bagaimana tingkatan kualitas objektivitas tes itu ?

Jawab:

Adapun tingkatan kualitas objektivitas suatu tes dapat

dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1) Tinggi, yaitu jika hasil-hasil tes itu menunjukkan

tingkat kesamaan yang tinggi.

2) Sedang, yaitu seperti tes yang sudah distandarisasi,

tetapi pandangan subjektif skor masih mungkin

muncul dalam penilaian dan interpretasinya.

3) Fleksibel, yaitu seperti beberapa jenis tes yang

digunakan oleh LBP (lembaga Bimbingan dan

Penyuluhan) untuk keperluan konseling (Thoha,

2001)

112. Apa yang dimaksud dengan model tes klasik?

Jawab:

Model tes klasik adalah sebuah model linear sederhana

yang mempostulatkan bahwa skor tampak (X) yang

dicapai oleh seorang peserta tes dapat diuraikan kedalam

Page 79: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

73

dua variabel yang tak teramati, yaitu skor murni (T)

dan skor kesalahan (E), sehingga diperoleh rumus:

X = T + E

Dalam pelaksanaan tes, kita hanya memiliki informasi

tentang skor tampak (X) saja dari peserta tes, sedang dua

macam skor lainnya tidak diketahui karena bersifat

laten.

113. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam

perencanaan tes ?

Jawab:

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan tes

adalah: (1) pengambilan sampel dan pemilihan butir

soal, (2) tipe tes yang akan digunakan, (3) aspek yang

akan diuji, (4) format butir soal, (5) jumlah butir soal,

dan (6) distribusi tingkat kesukaran butir soal (Asmawi

Z. dan Noehi Nasution, 2005)

114. Bagaimana kriteria mengukur praktis tidaknya

suatu tes ?

Jawab:

Adapun kriteria untuk mengukur praktis tidaknya suatu

tes dapat dilihat dari :

1) Biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan tes

itu.

2) Waktu yang diperlukan untuk menyusun tes itu.

3) Sukar- mudahnya menyusun tes itu.

4) Sukar-mudahnya menilai tes itu.

5) Sulit-tidaknya menginterpretasikan (mengolah)

hasil tes itu.

6) Lamanya waktu yang diperlukan untuk

melaksanakan tes itu (Thoha, 2001)

Page 80: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

74

115. Agar suatu tes hasil belajar dapat dikategorikan

baik, apa yang perlu diperhatikan oleh

guru/penulis soal tes ?

Jawab:

Agar soal tes yang ditulis guru dapat diktegorikan baik,

maka perlu diperhatikan adalah: kejujuran,

keseimbangan dan kejelasan tes.

1) Kejujuran

a. Bahan tes atau tugas sama dengan bahan yang diajarkan

(validitas bahan);

b. Bahan tes atau tugas sama dengan tujuan

pembelajaran/kopetensi;

c. Tingkat kesulitan test atau tugas sesuai dengan tingkat

kemampuan peserta test;

d. Tidak ada test atau tugas yang mencurangi atau menipu;

e. Bobot test atau tugas ditetapkan atau dinyatakan.

2) Keseimbangan

a. Bobot atau banyaknya test atau tugas berbanding

dengan waktu yang digunakan untuk mengajar;

b. Jumlah test atau tugas sesuai dengan waktu yang

tersedia untuk penyelesaian;

c. Kesulitan test atau tugas berurutan dari yang mudah

hingga yang sulit;

d. Urutan tingkat kognisi dan afeksi test atau tugas

berurutan dari yang rendah sampai yang tinggi;

e. Tipe tes atau tugas bervariasi.

3) Kejelasan

a. Perintah dan instruksi tes atau tugas jelas;

b. Urutan tes atau tugas sama dengan urutan bahan ajar;

c. Lay-out tes atau tugas jelas;

d. Jarak spasi dan margin tes atau tugas jelas;

e. Tampilan tes atau tugas profesional.

Page 81: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

75

2. KLASIFIKASI TES

116. Jelaskan bagaimana klasifikasi tes ?

Jawab:

1. Berdasarkan cakupan sasaran yang diukur

Tes diklasifikasikan atas dua kelompok besar yaitu tes

yang kinerja maksimum dan tes yang mengukur kinerja

tipikal (Fernandes, 1984)

a. Tes Kinerja Maksimum (Maximum

Perfoormance Test) adalah jenis tes yang

dirancang untuk mengungkap apa yang mampu

dilakukan oleh seseorang dan seberapa baik ia

mampu melakukannya (Azwar, 2010). Peserta tes

selalu didorong untuk berusaha sebaik-baiknya

agar memperoleh skor setinggi mungkin. Contoh

tes jenis ini yaitu: tes intelegensi, tes bakat, tes

prestasi belajar, dan sebagainya

b. Tes Kinerja Tipikal (Typical Performance Test)

adalah jenis tes yang dirancang untuk mengungkap

kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika

berada dalam situasi-situasi tertentu (Azwar, 2010).

Peserta tes didorong untuk memberi jawaban

sejujur-jujurnya. Contoh tes jenis ini misalnya: tes

minat, tes sikap, skala kepribadian, dan sebagainya.

2) Berdasarkan Tujuan Penyelenggaraannya,

Tes dibedakan atas :

a. Tes Seleksi (Selection Test) adalah tes yang

digunakan untuk memilih atau menyeleksi siswa

yang terbaik dari semua peserta tes, materinya

berupa materi prasyarat untuk mengikuti program

pendidikan yang akan diikuti oleh calon siswa.

b. Tes Penempatan (Placement Test) adalah tes untuk

mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh

anak didik; kemampuan tersebut dapat dipakai

untuk meramalkan kemampuan peserta didik pada

masa mendatang, sehingga kepadanya dapat

Page 82: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

76

dibimbing, diarahkan atau ditempatkan pada jurusan

yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.

c. Tes Hasil Belajar (Achievement Test) adalah tes

yang diujikan setelah peserta didik memperoleh

sejumlah materi sebelumnya dan pengujian

dilakukan untuk mengetahui penguasaan peserta

didik atas materi tersebut.

d. Tes Kemampuan (Proficiency Test) adalah tes

yang dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengungkap tingkat kemampuan atau ketrampilan

seseorang tanpa mengaitkannya dengan suatu

program pembelajaran tertentu

3) Berdasarkan fungsi dalam pembelajaran,

Tes dibedakan atas

a. Tes Formatif (Formative Test) adalah tes yang

dilakukan pada saat proses belajar mengajar

sedang berlangsung, digunakan untuk mencari

umpan balik guna memperbaiki proses belajar

mengajar bagi guru dan murid.

c. Tes Sumatif (Summative Test) adalah tes yang

dilaksanakan pada akhir program pembelajarn

atau semester digunakan untuk mengukur atau

menilai sampai dimana pencapaian peserta didik

terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan,

dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan

tingkat atau kelulusan peserta didik yang

bersangkutan.

d. Tes diagnostik (Diagnostic Test) adalah tes yang

dilaksanakan untuk menentukan secara tepat,

jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta

didik dalam suatu mata pelajaran tertentu

Page 83: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

77

4) Berdasarkan pelaksanaannya

Tes dibedakan atas:

a. Tes awal (Pre-Test)

Tes awal merupakan tes yang dilaksanakan sebelum

bahan pelajaran diberikan kepada siswa dengan

tujuan unyk mengetahui sejauh manakah materi atau

bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat

dikuasai oleh siswa.

b. Tes akhir (Post-Test)

Tes akhir merupakan tes yang dilaksanakan dengan

tujuan untuk mengetahui apakah semua materi

pelajaran yang tergolong penting sudah dikuasi

dengan sebaik-baiknya oleh siswa. Pada dasarnya

materi pre-test sama dengan materi post-test.

5) Berdasarkan cara menafsir skor,

Tes dibedakan atas:

a. Tes Acuan Norma

Tes Acuan Norma adalah skor seorang siswa

peserta tes ditafsirkan dengan cara

membandingkannya dengan skor-skor yang

diperoleh semua peserta yang lain yang telah

mengerjakan tes yang sama

b. Tes Acuan Kriteria

Tes Acuan Kriteria adalah penafsiran skor tes

yang mengacu kepada suatu criteria, yaitu

tingkat kemampuan minimum yang telah

ditetapkan sebelumnya.

1) Berdasarkan Cara Penyusunan,

Tes dibedakan atas:

e. Tes Terstandar (Standartzed Test) adalah tes

yang telah mengalami proses standarisasi, yakni

proses validasi dan keandalan sehingga tes

tersebut benar - benar valid dan andal untuk suatu

tujuan dan bagi suatu kelompok tertentu.

Page 84: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

78

f. Tes Tak Terstandar (Unstandarized Test)

adalah tes yang dibuat oleh pengajar atau guru

yang belum memiliki keahlian profesional dalam

penyusunan tes, atau mereka yang memiliki

keahlian tetapi tidak sempat menyusun tes secara

baik, mengujicobakan melakukan analisis

sehingga validitas dan reliabilitasnya belum dapat

dipertanggungjawabkan

2) Berdasarlan cara mengerjakan

Tes dibedakan atas:

a. Tes Tertulis (Written Test) adalah tes yang terdiri

dari serangkaian soal, pertanyaan (item) atau

tugas secara tertulis dan jawaban yang diberikan

juga secara tertulis

b. Tes Lisan (Oral Test) adalah tes dimana tester

dalam mengajukan butir-butir pertanyaan atau

soalnya dilakukan secara tidak tertulis (lisan) dan

testee memberikan jawabannya juga tidak tertulis.

c. Tes Tidakan (Performance Test) adalah suatu

bentuk tes yang peserta didiknya diminta untuk

melakukan kegiatan khusus dibawah pengawasan

penguji yang akan mengobservasi penampilannya

dan membuat keputusan tentang jaudah hasil

belajar (Stiggins (1994)

117. Apa yang dimaksud dengan tes prestasi belajar?

Jawab:

Tes prestasi belajar adalah suatu bentuk tes untuk

mendapatkan data, yang merupakan informasi untuk

melihat seberapa banyak pengetahuan yang telah

dimiliki dan dikuasai oleh seseorang sebagai akibat dari

pendidikan dan pelatihan (Anastasi dan Urbina, 1997).

Tes prestasi adalah tes yang mengukur tingkat mana

seseorang telah mencapai sesuatu dengan mempelajari

informasi tertentu atau menguasai kemampuan tertentu

Page 85: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

79

biasanya sebagai akibat dari petunjuk / perintah khusus

(Thoha, 2001).

118. Bagaimana prinsip-prinsip dasar tes hasil belajat?

Jawab:

Adapun prinsip-prinsip dasar tes hasil belajar yaitu:

1. Mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara

jelas sesuai dengan tujuan instruksional.

2. Mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil

belajar dan dari materi yang dicakup oleh tujuan

instruksional.

3. Harus berisi item-item/tugas dengan tipe yang paling

cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan.

4. Dirancang agar sesuai dengan tujuan penggunaan

hasilnya. (Gronlund, 1982).

119. Apa perbedaan antara tes terstandar dan tes tak

terstandar ?

Jawab:

Adapun perbedaan antara ter terstandar dengan tes tak

terstandar (tes buatan guru adalah sebagai berikut

(Sax, 1980).

Karakteristik Tes Terstandar Tes Tak Terstandar

1) Spesifikasi

tujuan

Tujuan tes

berlaku umum

untuk siswa

lintas kelas atau

sekolah

Tujuan tes spesifik

untuk keperluan

penilaian siswa

suatu kelas

2) Isi

Butir-butir soal

tetap dan tidak

dapat

dimodifikasi,

dan hany

mencakup suatu

muatan tertentu

dari kurikulum

Isi dapat diambil

dari dari berbagai

muatan kurikulum.

Butir-butir tes dapat

ditambah, dikurangi

dan dimodifikasi

sesuai

pertimbangan guru

3) Aturan

pengelolaan

dan penskoran

Aturan

bergantung

kepada pihak

yang membuat

Aturan bergantung

kepada guru.

Mereka dapat

melakukan tes

Page 86: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

80

Karakteristik Tes Terstandar Tes Tak Terstandar

tes (publisher),

mereka

menyajikan

aturan dan

petunjuk dalam

sebuah manual

secara seragam

untuk seluruh

siswa, tetapi dapat

juga diadaptasi

sesuai dengan

kondisi siswa

4) Norma

Norma

dikembangkan

oleh pembuat

tes (publisher)

untuk seluruh

guru untuk

membandingkan

kinerja suatu

kelas

berdasarkan usia

dan tingkatan

siswa

Tidak ada norma

yang menjadi

acuan, tetapi norma

itu dapat

dikembangkan

sendiri oleh guru

5) Penilaian tes

Data yang

berupa kualitas

dari suatu hasil

tes dikeluarkan

oleh pembuat

tes (publisher)

Kualitas dari tes

dapat dinilai sendiri

oleh guru

120. Bagaimana hubungan antara butir tes dengan tes hasil

belajar ?

Jawab:

Adapun hubungan antara butir dengan tes hasil belajar

adalah sebagai suatu totalitas, artinya semakin banyak

butir-butir tes yang dapat dijawab dengan betul oleh siswa,

maka skor-skor hasil tes tersebut akan semakin tinggi.

Sebaliknya, semakin sedikit butir-butir tes yang dapat

dijawab dengan betul oleh siswa, maka skor-skor total

hasil tes itu akan semakin rendah.

Page 87: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

81

121. Apa saja kelebihan tes tertulis ?

Jawab:

Kelebihan tes tertulis antara lain:

a) Kemampuan memilih kata-kata, kekayaan

informasi, kemampuan berbahasa, kemampuan

memilih ataupun memadukan ide-ide, dan proses

berpikir peserta tes dapat dilihat dengan nyata.

b) Kemampuan-kemampuan seperti disebutkan pada

butir a di atas dapat dibandingkan antara yang satu

dengan yang lain

c) Dalam waktu yang relatif terbatas dapat

dilaksanakan tes yang terdiri atas sejumlah besar

peserta tes sehingga ekonomis.

d) Memungkinkan dikoreksi oleh lebih dari seorang

korektor (jika bentuk tesnya esai) sehingga lebih

objektif.

122. Apa saja keterbatasan tes tertulis ?

Jawab:

Keterbatsan tes tertulis antara lain, yaitu:

a) Khusus untuk tes bentuk esai, tes tertulis itu menurut

peserta tes merupakan tugas yang terlalu berat.

b) Dalam hal tes bentuk esai khususnya, maka

ketunabahasaan akan merugikan peserta tes yang

bersangkutan apabila masalah bahasa

diperhitungkan di dalam memberi nilai.

c) Yang bersifat masal itu biasanya kurang baik

dibandingkan dengan yang individual.

d) Peserta tes cenderung menuliskan jawabannya

panjang-panjang, sehingga jawaban tersebut malah

menyimpang dari persoalannya, hal ini tak dapat

dikontrol oleh dosen/guru. Di samping itu karena

asyiknya terpaku pada salah satu butir, akhirnya

peserta tes lupa waktu sehingga pada waktu tes

habis peserta tes yang bersangkutan belum beranjak

ke butir tes yang lain

Page 88: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

82

123. Apa yang dimaksud tes lisan?

Jawab:

Tes lisan adalah tes yang berupa pertanyaan-pertanyaan

yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga siswa

merespons pertanyaann tersebut secara ucap (kata, frase,

kalimat maupun paragraf) juga.

124. Apa saja kelebihan tes lisan ?

Jawab:

Adapun kelebihan tes lisan antara lain:

a) Dapat dilaksanakan secara individual sehingga lebih

cermat sehingga penguji dapat mengetahui persis di

mana posisi hasil belajar peserta didik yang

bersangkutan.

b) Kemampuan-kemampuan seperti yang ada pada tes

tertulis dapat dipantau secara langsung oleh

dosen/guru yang mengujinya.

c) Dengan tes lisan memungkinkan terjadinya

komunikasi dua arah dan dialog aktif. Ini

mendorong peserta didik menyiapkan diri sebaik-

baiknya.

d) Peserta didik (mahasiswa/siswa) dapat

mengemukakan argumentasi-argumentasinya

secara lebih bebas sehingga dosen/guru yang

menguji mengetahui persis jalan pikiran peserta tes

125. Apa saja kelemahan tes lisan

Jawab:

Kelemahan tes lisan antara lain:

a) Tidak ekonomis.

b) Jika yang melaksanakannya hanya seorang, jadi satu

lawan satu maka dapat terjadi subyektivitas yang

sukar dikontrol.

c) Memungkinkan dosen/guru “main hakim sendiri”;

bahkan dendam pribadi dapat dilampiaskan di situ.

d) Bagi peserta tes yang “gagap” atau “grogi”

dirugikan oleh sistem ujian lisan ini

126. Apa kelebihan tes tindakan ?

Page 89: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

83

Jawab:

Kelebihan tes tindakan antara lain:

a) Terjadinya pengecekan terhadap terbentuk atau

tidaknya ketrampilan yang dirumuskan di dalam

tujuan pembelajaran

b) Membuat pergantian suasana sehingga kejenuhan

dapat dikurangi atau dihilangkan.

127. Apa kelemahan tes tindakan ?

Jawab:

Kelematan tes tindakan antara lain:

a) Tidak semua bahan dapat dapat diujipraktekkan.

b) Mahal dan dosen/guru dituntut lebih mampu dari

mahasiswa /siswanya yang hal ini mungkin tidak

dapat dipenuhi, terutama dalam bidang olah raga.

c) Jika prakteknya tidak dalam keadaan yang

sesungguhnya maka mahasiswa/siswa cenderung

main-main, atau kalau mereka juga sungguh-

sungguh maka kurang manfaatnya karena dalam

praktek di dalam kehidupan sehari-hari tidak sama

dengan situasi praktek “tiruan”. Dalam praktek

tiruan ini mahasiswa/siswa umumnya justru kikuk,

jadi tidak berlangsung wajar

128. Bagaimana contoh tes standar ?

Jawab:

Beberapa jenis tes standar yaitu tes inetelegensi, tes

bakat, tes prestasi akademik, tes minat dan sikap serta

tes kepribadian (Sax, 1980)

a. Tes Intelegensi (Intelligence Test): Tes intelegensi

adalah tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengungkapkan atau memprediksi kecerdasan

seseorang.

b. Tes Bakat (Aptitude Test) :Tes bakat adalah

pengukuran kognitif yang dirancang untuk

memprediksikan sejauh mana individu akan

mencapai kesuksesan sebelum mereke dilatih,

Page 90: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

84

dipilih dan di ditempatkan. Tes bakat yang

digunakan untuk memprediksi kesuksesan dalam

suatu program khusus disebut tes bakat khusus

c. Tes Prestasi Akademik (Achievment Test): Tes

yang mengukur kemampuan saat itu Tes prestasi

akademik disajikan memuat ukuran prestasi dalam

persentil, usia, tingkat, dan skor standar. Tes prestasi

akademik standar dapat digunakan untuk keperluan:

Seleksi dan penempatan , Diagnosis , Feedback, dan

Evaluasi program

b. Tes sikap (Attitude Test): Tes sikap merupakan tes

yang dilaksanakan dengan tujuan untuk

mengungkap predisposisi atau kecenderungan

seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu

terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-

individu maupun objek-objek tertentu

c. Tes kepribadian (Personality Test): Tes

kepribadian merupakan tes yang dilaksanakan

dengan tujuan mengungkapkan dengan ciri-ciri khas

dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat

lahiriyah, seperti gaya bicara, cara berpakaian, nada

suara, hobi, bentuk tubuh, cara bergaul, cara

mengatasi masalah, kesenangan, dan lain

sebagainya.

3. BENTUK TES 129. Ada berapa macam bentuk tes ?

Jawab:

Secara umum bentuk tes hasil belajar dapat dibedakan

atas a).Tes Subjektif dan b).Tes objektif (Gronlund,

1982).

a. Tes Subjektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya

banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif

b. Tes Objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya

dapat dilakukan secara objektif

Page 91: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

85

Jawab:

Tes subjektif adalah tes apabila penskoran hasil tes

peserta didik tidak mungkin dilakukan secara objektif

dan hanya dapat dilakukan secara subjektif

(Djiwandono, 2008). Butir-butir tes subjektif biasanya

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan terbuka seperti:

apa, bagaimana, mengapa, siapa, kapan dan sebagainya.

Contoh tes subjektif yaitu tes Esei atau uraian, yang

penskorannya hanya dapat dilakukan scara subjektif

131. Apa yang dimaksud dengan tes esai ?

Jawab:

Tes esai adalah sebuah tes yang memerlukan jawaban

yang disusun oleh peserta tes, biasanya dalam bentuk

satu kalimat atau lebih, bersifat yang bukan respon

tunggal atau pola respon dapat terdaftar sebagai benar,

dan akurat serta kualitas yang dapat dinilai

subjektifhanya hanya oleh orang trampil atau informan

subjek (Stalnaker, 1951).

132. Apa saja kelebihan tes esai ?

Jawab:

a. Tes esai mengukur hasil belajar yang kompleks yang

tidak dapat diukur dengan cara-cara lain

b. Tes esai memungkinkan pengukuran keterampilan

berpikir divergen dan terorganisir dengan penekanan

pada integrasi dan penerapan berpikir serta

keterampilan memecah masalah, kreativitas dan

orisinilitas.

c. Tes esai dapat dipakai untuk mengukur hasil-hasil

pembelajaran ranah kognitif pada tingkat-timgkat

tujuan pendidikan yang lebih tinggi seperti

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

d. Tes esai sangat mudah dan ekonomis untuk

dilaksanakan.

e. Tes esai mudah dikonstruksi (dikembangkan) dan

tidak memerlukan banyak waktu.

130. Apa yang dimaksud dengan tes subjektif ?

Page 92: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

86

f. Tes esai dapat digunakan untuk mengukur

pengetahuan yang mendalam terutama dalam pokok

materi sempit

g. Tes esai tidak mendorong siswa untuk menebak dan

melakukan kecurangan selama testing atau pengujian

133. Apa saja keterbatasa tes esai ?

Jawab:

Keterbatasan tes esai adalah sebagai berikut.

(1) Tidak konsistennya pembaca (reader reliability),

(2) Adanya efek dari kecenderungan menilai yang

dipengaruhi oleh keadaan lain (halo effect),

(3) akibat yang timbul karena adanya pengaruh pada

jawaban butir soal sebelumnya (item-to-item

carryover effects),

(4) Akibat yang timbul karena pengaruh hasil tes

sebelumnya (test-to-test carryover effects),

(5) Akibat yang timbul karena urutan penilaian (order

effects), dan

(6) Akibat yang timbul karena bentuk tulisan atau

bahasa (language mechanics effects) (Hopkins dan

Stanley, 1981)

134. Bagaimana klasifikasi tes esai ?

Jawab:

Tes esei atau tes uraian dikelompokkan menjadi dua

bentuk, yaitu tes uraian terbatas (restricted response

items) dan tes uraian bebas (extended respons items).

(Gronlund & Linn ,1995)

135. Jelaskan apa pengertian tes uraian terbatas

(restricted response items)?

Jawab:

Tes esai terbatas atau terstruktur yaitu peserta tes lebih

dibatasi pada bentuk dan ruang lingkup jawabannya,

karena secara khusus dinyatakan konteks jawaban yang

harus diberikan oleh peserta tes Hal ini membatasi

Page 93: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

87

kebebasan peserta tes untuk memilih, mengingat, dan

mensintesis semua yang diketahui dan menyajikannya

secara logis sebagaimana yang diinginkan (Mehrens dan

Lehmann, 1984)

136. Apa pengertian tes uraian bebas (extended respons

items)?

Jawab:

Tes esai bebas atau terbuka yaitu tes yang mengijinkan

peserta tes untuk mendemonstrasikan kecakapannya,

yaitu: (1) menyebutkan atas pengetahuan faktual, (2)

menilai pengetahuan faktualnya, (3) menyusun ide-

idenya, dan (4) mengemukakan idenya secara logis dan

koheren (Mehrens dan Lehmann, 1984)

137. Kemampuan-kemampuan apa yang tepat diukur

dengan tes esei terbatas?

Jawab:

Kemampuan-kemampuan yang tepat diukur dengan tes

esei terbatas antara lain adalah:

a. menjelaskan hubungan sebab akibat

b. melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip

c. mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan

d. merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat

e. merumuskan asumsi-asumsi yang tepat

f. melukiskan keterbatasan-keterbatasan data

g. merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat

h. menjelaskan metoda dan prosedur

i. dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa

untuk melengkapi jawabannya.

138. Ada juga yang membagi tes esei itu menjadi tes

uraian objektif dan tes uraian non-objektif, apa

perbedaannya?

Jawab:

Perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dengan

uraian non-objektif terletak pada kepastian pemberian

skornya. Pada soal bentuk uraian objektif, kunci

jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti.

Page 94: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

88

Sedangkan pada soal uraian non-objektif pedoman

penskoran dinyatakan dalam rentangan (0 – 4 atau 0 –

10), sehingga pemberian skor sedikit banyak akan

dipengaruhi oleh unsur subjektif si pemberi skor

139. Jelaskan bagaimana cara mengurangi subjektivitas

tes esai ?

Jawab:

Cara mengurangi subjektivitas tes esei dengan

mengikuti langkah-langkah sederhana berikut:

a) Menghindari pertanyaan-pertanyaan terbuka

b) Membiarkan siswa menjawab pertanyaan yang

sama, untuk menghindari pilihan

c) Menggunakan nomor siswa, bukan nama mereka,

untuk menyembunyikan identitas mereka

d) Menskor semua jawaban untuk setiap pertanyaan

untuk semua siswa pada suatu waktu

e) Jangan biarkan skor pada suatu pertanyaan

mempengaruhi

kita saat menskor berikutnya. Selalu mengatur ulang

kertas sebelum kita mengoreksi

f) Jangan biarkan perasaan atau emosi kita sehingga

mempengaruhi penskoran kita

g) Menghindari dari gangguan-gangguan ketika

mengoreksi

140. Bagaimana petunjuk praktis untuk menyusun tes

esai ?

Jawab:

Petunjuk praktis untuk menyusun tes esai yang baik

perlu memperhatikan langkah-langkah berikut.

(1) Siapkan secara pasti perlengkapan yang diperlukan

dalam menyiapkan peserta didik untuk mengikuti

ujian dengan tes esai.

(2) Yakinkan bahwa pertanyaan-pertanyaan telah

terfokus dan disiapkan secara hati-hati.

(3) Isi dan panjang pertanyaan perlu disusun

sedemikian rupa.

Page 95: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

89

(4) Gunakan teman-teman sejawat untuk memberi

masukan terhadap tes yang disusun.

(5) Hindari penggunaan pertanyaan pilihan.

(6) Kecuali untuk kemampuan menulis, batasi

penggunaan tes esai pada tujuan pembelajaran

yang sesuai.

(7) Pada umumnya beberapa pertanyaan singkat lebih

baik disiapkan untuk mengurangi pertanyaan-

pertanyaan yang digunakan untuk mengukur

prestasi secara umum (Hopkins dan Stanley, 1981)

141. Apa yang dimaksud dengan“hallo effect” dalam

evaluasi pendidikan?

Jawab:

Yang dimaksud dengan “hallo effect” dalam evaluasi

pendidikan adalah kesan guru atau penilai terhadap

siswa, bisa berasal dari guru lain, pengaruh hasil yang

terdahulu, atau kekeliruan menjumlahkan angka

142. Yang mana contoh“hallo effect” dalam evaluasi

pendidikan?

Jawab:

Adapun contoh halo effect dalam evaluasi pendidikan

yaitu jawaban soal dengan tulisan yang baik mendapat

skor lebih tinggi daripada jawaban soal yang tulisannya

lebih jelek padahal jawaban tersebut sama.

143. Bagaimana cara mengatasi halo effect dalam

penilaian tes esai ?

Jawab:

Cara mengatasi halo effect (pengaruh faktor-faktor

subjaktif) dalam penilaian tes esei yaitu:

(a) Sebelum diperiksa, nama-nama siswa pada kertas

jawaban dipotong dan diganti dengan kode

(b) Hindari pengaruh faktor luar, seperti tulisan,

kebersihan kertas jawaban, dan lain-lain

Page 96: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

90

144. Kapan guru menggunakan tes esai ?

Jawab:

Lazimnya guru akan menggunakan tes esei jika:

a) Guru ingin menguji kemampuan siswa dalam

pemikiran kritis dan kreatif.

b) Guru ingin mengevaluasi kecakapan komunikasi

tertulis

c) Guru memiliki waktu yang lebih leluasa dalam

memberikan skor suatu hasil ujian daripada waktu

untuk mengembangkan tes

d) Guru ingin meyakini bahwa para siswa tidak

sekadar membuat dugaan

e) Guru ingin tahu seberapa dalam pemahaman yang

dimiliki siswa

f) Guru ingin mengevaluasi seberapa baik para siswa

mengorganisasikan pemikirannya (Basuki &

Hariyanto, 2014)

145. Apa yang harus dilakukan guru dalam menyiapkan

tes esai , agar tesnya baik?

Jawab:

Hal yang harus dilakukan guru adalah:

a) Menjamin bahwa petunjuk pengerjaannya jelas

sehingga para siswa dapat berfokus kepada jawaban

tertulisnya

b) Mencocokkan pertanyaan yang disusun dengan

tujuan pembelajaran

c) Menentukan kriteria bagi evaluasi

d) Menyusun sistem pemberian skor yang objektif dan

menjelaskannya kepada siswa seberapa besar nilai

setiap pertanyaan

e) Memberikan waktu yang cukup kepada siswa.

f) Membuat pertanyaan yang mampu

mengembangkan berpikir tingkat tinggi siswa.

Page 97: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

91

146. Bagaimana cara pemberian skor tes esai ?

Jawab:

Untuk pemberian skor tes esei perlu diperhatikan

petunjuk-petunjuk berikut, yaitu: (1) siapkan garis besar

jawaban yang diharapkan dikuasai; (2) gunakan metode

pensekoran yang paling tepat, yakni dengan metode

analitik atau metode holistik; (3) tentukan bagaimana

menangani faktor-faktor yang tidak relevan dengan hasil

belajar yang akan diukur; (4) berikan penilaian untuk

semua jawaban peserta didik pada satu nomor

pertanyaan sebelum beralih pada nomor pertanyaan

berikutnya; (5) jika memungkinkan, berikan nilai pada

jawaban-jawaban peserta didik tanpa memperhatikan

identitas atau nama peserta didik; dan (6) Gunakan dua

atau lebih penilai bebas jika keputusan penting akan

diambil atau dibuat (Gronlund dan Linn, 1995)

147. Apa pengertian tes objektif ?

Jawab:

Tes objektif adalah tes yang penskorannya dapat

dilakukan secara objektif dengan meniadakan unsur

subjektivitas penilai atau setidak-tidaknya menekan

sampai yang terendah.

148. Apa keunggulan tes objektif ?

Jawab:

Keunggulan tes objektif adalah:

a. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif,

misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas

bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur

tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa

maupun segi guru yang memeriksa.

b. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena

dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil

kemajuan teknologi.

c. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang

lain.

d. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang

mempengaruhi.

Page 98: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

92

149. Apa kelemahan tes objektif ?

Jawab:

Kelemahan Tes Objektif :

a. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit

daripada tes uraian karena soalnya banyak dan

harus teliti untuk menghindari kelemahan-

kelemahan yang lain

b. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan

ingatan dan daya pengenalan kembali saja, dan

sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.

c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.

d. Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan

soal tes lebih tinggi

150. Kapan bentuk tes objektif itu digunakan ?

Jawab:

Bentuk tes objektif digunakan terutama untuk ujian

penentuan (judgmental testing) dalam rangka

menyeleksi dan mengevaluasi siswa (Fogarty, 1996)

151. Ada berapa jenis bentuk tes objektif ?

Jawab:

Tes Objektif dapat dibagi dalam dua kelompok besar

(Gronlund dan Linn, 1995) yaitu:

(1) bentuk butir tes yang meminta siswa untuk memilih

jawaban, yakni butir soal benar-salah (true-false),

menjodohkan, (Matching) dan pilihan ganda (multiple

choice)

(2) bentuk tes mengisi jawaban (supply type), yakni butir

soal jawaban singkat (short answer) dan butir soal

melengkapi (completion).

152. Bagaimana petunjuk operasional penyusunan tes

objektif ?

Jawab:

Beberapa petunjuk operasional penyusunan tes objektif

antara lain sebagai berikut

Page 99: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

93

a) Guru atau Pembuat soal harus membiasakan diri

sering berlatih

b) Setap kali tes obyektif itu selesai dipergunakan,

hendaknya di lakukan penganalisisan item, agar

dapat mengidenifikasi butir-butir item mana yang

termasuk baik dan buruk

c) Untuk mencegah timbulnya permainan spekulasi

dan kerjasama

yang tidak sehat di kalangan peserta tes, perlu di

siapkan terlebih dahulu suatu norma yang

memperhitungkan fakor tebakan. Misalnya sanksi

akan diberikan kepada peserta tes yang

bersangkuan, yaitu dikenai denda berupa

pengurangan skor

d) Agar tes obyekif di samping mengungkap aspek

ingatan atau hafalan juga dapat mengungkap aspek-

aspek berfikir yang lebih dalam, maka dalam

merancang dan menyusun butir-butir item tes

obyekif guru menggunakan kisi-kisi soal atau blue

print

e) Dalam menyusun kalimat soal-soal tes obyektif,

bahasa atau istilah yang digunakan hendaknya

cukup sederhana, ringkas, jelas dan mudah di

pahami oleh peserta tes

f) Untuk mencegah terjadinya silang pendapat antara

peserta tes dengan guru, maka dalam menyusun

butir-butir soal tes obyektif hendaknya di usahakan

sungguh agar tidak ada butir–butir yang

menghasilkan penafsiran ganda atau kerancauan

dalam pemberian jawabanya

g) Cara memenggal atau memutus kalimat,

membubuhkan tanda–anda baca seperti titik, koma

dan sebagainya hendaknya ditulis dengan benar,

usahakan agar tidak terjadi salah cetak, sehingga

tidak mengganggu konsentrasi peserta tes dalam

memberikan jawaban soal

Page 100: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

94

h) Guru hendaknya memberi pedoman atau petunjuk

secara jelas dan tegas dalam pengerjaan soal

153. Dalam kondisi bagaimana tes objektif digunakan ?

Jawab:

Tes objektif hendaknya digunakan dalam kondisi

sebagai berikut:

(1) kelompok yang diberikan tes jumlahnya besar atau

banyak, dan tes akan digunakan kembali,

(2) reliabilitas skor tes yang tinggi harus diperoleh

seefisien mungkin,

(3) kejujuran penilaian, keterbukaan, dan bebas dari

“halo effect”,

(4) pengajar atau pendidik lebih percaya akan

kemampuannya untuk menyusun butir-butir tes

objektif secara jelas dibandingkan dengan

kemampuannya untuk menilai jawaban tes esai

secara jelas, dan

(5) lebih menekankan pada kecepatan laporan skor tes

daripada kecepatan menyiapkan tes (Ebel, 1991).

154. Bagaimana klasifikasi bentuk tes objektif ?

Jawab:

Adapun klasifikasi bentuk tes objektif adalah sebagai

berikut:

(1) Tes Pilihan ganda (Multiple Choice Test), (2) Tes

Benar-Salah (True-FalseTest), (3) Tes Menjodohkan

(Matching Test). (4) Tes Melengkapi (Completion Test),

(5) Tes Jawaban Singkat (Short answer Test)

155. Apa yang dimaksud dengan tes Pilihan Ganda ?

Jawab:

Tes Pilihan ganda (Multiple Choice Test) merupakan tes

yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang

sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya

harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa

kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

Page 101: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

95

156. Ada berapa macam/ragam tes Pilihan Ganda ?

Jawab:

Tes Pilihan ganda terdiri atas 5 ragam, yaitu:

1) Pilihan Ganda biasa

Soal pilihan ganda ragam ini terdiri dari pokok soal

(stem) yang berupa pernyataan yang belum lengkap atau

suatu pertanyaan yang dilengkapi dengan 4 atau 5

kemungkinan jawaban yang disebut option. Tugas siswa

adalah memilih jawaban yang benar ( sesuai kunci )

Contoh:

Apakah kritik utama ahli psikologi terhadap tes ?

A. Tes meninbulkan kecemasan

B. Tes bebas dari budaya setemoat

C. Tes dapat mengukur semua hasil belajar siswa

D. Tes bebas dari unsur sukjektivitas pemeriksa

2) Pilihan Ganda analisis antar hal

Soal jenis ini terdiri dari 2 kalimat pernyataan, yang

dihubungkan dengan kata SEBAB. Kedua kalimat bisa

merupakan sebab akibat, bisa juga keduanya benar tetapi

tidak berhubungan, bisa salah satu benar, dan bisa juga

keduanya salah.

Petunjuk: Berilah tanda silang (X) pada huruf::

A. Jika kedua pernyataan benar, alasan benar dan

keduanya memiliki hubungan sebab akibat.

B. Jika pernyataan benar, alasan benar dan keduanya

tidak memiliki hubungan sebab akibat.

C. Jika pernyataan benar, tetapi alasannya salah

D. Jika pernyataan salah dan alasannya benar

E. Jika keduanya salah Contoh

Frekuensi detak nadi seseorang yang baru berlari cepat

akan naik.

SEBAB

Pada waktu lari cepat denyut jantung bertambah cepat

Page 102: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

96

3) Pilihan Ganda analisis kasus

Bentuk ragam analisis kasus sama dengan ragam biasa

(melengkapi atau menjawab pertanyaan), hanya isi yang

terkandung dalam pokok soal berupa kasus. Peristiwa

khusus, hasil kerja di laboratorium, atau kejadian di

sekitar kita dapat dijadikan kasus.

Contoh:

Kadit Lantas Polda Aceh menjelaskan jumlah

kecelakaann lalu lintas di Aceh bulan Januari-Juni 2013

sebanyak 5000 kasus atau meningkat 5,25% dibanding

tahun 2012. Meningkatnya kecelakaan itu antara lain

dikarenakan terhentinya Operasi Zebra menjadi operasi

rutin lalu lintas. Di samping itu pengguna jalan hanya

berdisiplin jika ada petugas.

Pertanyaan:

Meningkatnya kecelakaan lalu lintas di Aceh bukan

hanya disebabkan oleh terhentinya Operasi Zebra tetapi

juga disebabkan:

a. Pengawas lalu lintas yang tidak pernah kendor

b. Volume kendaraan di jalan makin bertambah

c. Angkutan yang terlibat dalam pengaturan lalu lintas

dikurangi jumlahnya

d. Potensi polisi lalu lintas belum dikerahkan secara

maksimal

4) Pilihan ganda kompleks (pilihan ganda asosiasi)

Soal ragam ini hampir sama dengan ragam soal pilihan

ganda biasa, hanya saja diikuti dengan empat

kemungkinan jawaban benar dan siswa diminta untuk

memilih jawaban-jawaban yang benar.

Untuk soal berikut pilihlah:

A. Jika hanya (1) , (2) dan (3) benar

B. Jika hanya (1) dan (3) benar

C. Jika hanya (2) dan (4) benar

D. Jika hanya (4) benar

E. Jika semua benar

Page 103: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

97

Contoh:

Kegiatan evaluasi terdiri dari:

(1) mengukur

(2) menguji

(3) menilai

(4) memberikan hasil

5) Pilihan ganda membaca diagram, gambar, grafik

atau tabel

Pilihan ganda menggunakan diagram, gambar, grafik

atau tabel pada prinsipnya sama dengan ganda biasa.

Yang harus diperhatikan adalah gambar atau grafik atau

tabel atau bentuk lain yang sejenis harus dibuat sejelas

dan sebaik mungkin

157. Jelaskan apa saja kelebihan tes pilihan ganda?

Jawab:

Kelebihan dari tes pilihan ganda yaitu:

(1) Dapat dikonstruksi dan digunakan untuk mengukur

setiap level tujuan pembelajaran, mulai yang paling

sederhana sampai paling kompleks.

(2) Dapat menggunakan jumlah butir soal yang lebih

banyak sehingga penarikan sampel pokok bahasan

yang akan diujikan dapat lebih luas dan dapat

mencakup hampir seluruh cakupan bidang studi.

(3) Penskoran hasil peserta tes dapat dilakukan secara

objektif.

(4) Tipe butir soal dapat dikonstruksi sehingga

menuntut kemampuan peserta tes untuk

membedakan berbagai tingkatan kebenaran secara

sekaligus

(5) Jumlah opsi jawaban yang disediakan lebih dari dua

(empat atau lima) sehingga mengurangi kesempatan

bagi peserta tes untuk menebak.

(6) Memungkinkan dilakukannya analisis butir soal

secara baik dengan melakukan uji coba terlebih

dahulu.

Page 104: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

98

(7) Tingkat kesukaran butir soal dapat dikendalikan

dengan hanya mengubah tingkat homogenitas

alternatif jawaban.

(8) Informasi yang diberikan lebih bervariasi terutama

bila butir soal memiliki homogenitas yang tinggi.

(9) Lebih fleksibel digunakan untuk menilai hasil

belajar: kemampuan, aplikasi, analisis, síntesis, dan

evaluasi.

(10) Siswa minimum menulis.

158. Apa saja kelemahan tes pilihan ganda?

Jawab:

(a) Sulit mengkonstruk item tes yang baik.

(b) Terdapat kecenderungan butir soal hanya

menguji/mengukur aspek ingatan.

(c) Sulit membuat pengecoh atau alternative jawaban

yang baik.

(d) Waktu lebih banyak dibutuhkan apabila opsi

semakin banyak

(e) Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk

membuat soal pilihan ganda

(f) Opsi yang ditampilkan secara otomatis dapat

mengurangi jumlah soal yang dapat dibuat.

(g) Semakin terbiasa seseorang dengan tes tipe pilihan

ganda semakin besar kemungkinan ia akan

memperoleh skor yang lebih baik.

159. Jelaskan bagaimana kriteria tes pilihan ganda yang

baik ?

Jawab:

Tes Pilihan Ganda yang baik/bermutu harus memiliki

dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1). Memiliki validitas yang tinggi. Artinya mampu

mengungkapkan aspek hasil belajar tertentu secara

tepat.

Page 105: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

99

(2). Memiliki reliabilitas yang tinggi. Artinya mampu

memberikan gambaran yang relatif tetap dan

konsisten tentang kemampuan yang dimiliki

seorang peserta didik.

(3). Tiap butir soal memiliki daya pembeda yang

memadai. Artinya tiap butir dalam tes itu dapat

membedakan peserta didik yang

belajar/menguasai bahan dan peserta didik yang

kurang menguasai bahan.

(4). Tingkat kesukaran tes berdasar kelompok yang akan

dites, kira-kira 30% mudah 50% sedang dan 20%

sukar.

(5). Mudah diadministrasikan. Artinya tes tersebut

memiliki petunjuk tentang bagaimana cara

pelaksanaannya, cara mengerjakannya, dan cara

mengoreksinya.

(6). Memiliki norma atau patokan penafsiran data.

Apakah norma mutlak (ditentukan sebelum ada

skor) ataukah norma relatif (ditentukan setelah

pemberian skor).

160. Apa kriteria Option kunci soal pilihan ganda

berfungsi secara efektif ?

Jawab:

Adapun kriteria option kunci soal pilihan ganda

berfungsi secara efektif yaitu

a) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak

daripada jumlah pemilih kelompok bawah, artinya

siswa yang pandai lebih banyak yang menjawab

benar daripada siswa yang bodoh.

b) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok

bawah lebih dari 0,25 tetapi tidak lebih dari 0,75

dari seluruh siswa pada kelompok atas dan

kelompok bawah.

Page 106: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

100

161. Apa yang perlu diperhatikan dalam penyusunan

pengecoh soal pilihan ganda ?

Jawab:

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam

menyusun pengecoh dengan baik adalah:

(1) Masing-masing pengecoh harus dibuat sama

panjang,

(2) Dapat dipikirkan sebagai gabungan beberapa

pernyataan untuk menjawab pertanyaan,

(3) Jika butir soal menghendaki jawaban ya atau tidak

maka alternatif jawaban harus disertai penjelasan,

(4) Perlu digunakan kombinasi dua elemen dalam

alternatif jawaban,

(5) Jika alternatif jawaban masih sukar dipahami perlu

dipertimbangkan kembali pokok soalnya (Ebel

dan Frisbie, !991)

162. Apa petunjuk praktis dalam menyusun tes pilihan

ganda?

Jawab:

Petunjuk praktis dalam menyusun tes pilihan ganda,

yaitu:

(01) definisikan tugas-tugas dalam stem secara jelas,

(02) tulis alternatif jawaban pada akhir pertanyaan,

(03) tempatkan sebanyak mungkin kata-kata dalam

stem,

(04) hindari penggunaan kata-kata negatif,

(05) hindari stem yang mengarah pada alternatif

jawaban yang salah atau benar,

(06) buat alternatif jawaban yang paralel,

(07) tulis alternatif jawaban secara vertikal,

(08) hindari jawaban “semua di atas”,

(09) buat alternatif jawaban sama panjang,

(10) hilangkan petunjuk ke arah jawaban benar,

(11) buat pengecoh yang masuk akal,

(12) usahakan stemnya dalam bentuk pertanyaan,

Page 107: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

101

(13) kontrol tingkat kesulitan soal sehingga persentase

jawaban benar kira-kira separuhnya,

(14) hindari kemungkinan menebak,

(15) gunakan jawaban “tidak ada jawaban benar” hanya

kalau tidak ada jawaban lain,

(16) susun alternatif jawaban sesuai dengan abjad atau

urutan lainnya,

(17) letakkan jawaban benar secara acak, dan

(18) usahakan memiliki empat sampai lima alternatif

jawaban (Hopkin dan Antes, 1990)

163. Apa yang dimaksud dengan tes Benar – Salah ?

Jawab:

Tes Benar-Salah (True-FalseTest) merupakan tes

yang berupa pernyataan-pernyataan (statement) yang

mengandung dua kemungkinan jawaban yaitu benar

atau salah, dan testee diminta menentukan

pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan

tersebut sesuai dengan petunjuk pengerjaannya.

164. Apa saja keunggulan tes benar-salah ?

Jawab:

Adapun keunggulan tes benar-salah adalah:

1) Mudah membuat soalnya karena jawaban yang

benar sudah diatur.

2) Siswa yang di atas rata-rata intelegensinya akan

dengan mudah menjawabnya karena soal dan

jawaban sudah tersedia .

1) Mudah membuat kunci jawaban

2) Penskorannya mudah

3) Soaldan logis

4) Membuat soal cepat karena tidak perlu pengecoh

Page 108: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

102

165. Apa saja keterbatasan tes benar- salah ?

Jawab:

Adapun keterbatasan bentuk soal dua pilihan seperti

berikut:B

1) Probabilitas menebak dengan benar adalah besar,

yakni 50%, karena pilihan jawabannya hanya

dua, benar dan salah atau ya dan tidak

2) Siswa yang kemampuannya kurang dalam

menjawab akan mengira –ngira saja

3) Kemungkinan asal jawab besar

4) Cenderung menitik beratkan kemampuan

menghafal

5) Bentuk soal ini tudak dapat digunakan untuk

menanyakan sesuatu konsep secara utuh karena

siswa hanya dituntut menjawab benar dan salah,

atau ya dan tidak

6) Apabila jumlah butir soalnya sedikit, indeks daya

beda soal cenderung rendah

7) Apabila ragu atau kurang memahami pernyataan

soal, siswa cenderung memilih jawaban benar

166. Ada berapa variasi tes benar-salah ?

Jawab:

Tes Benar-Salah terdiri atas enam variasi, yaitu:

benar-salah (true-false), ya-tidak (yes-no), betul-salah

(right-wrong), pembetulan atau koreksi (correction),

pilihan benar-salah jamak (multiple true-false), dan

ya-tidak dengan penjelasan (yes-no with explanation).

Variasi ”benar-salah” berbentuk proposisi yang harus

dinilai oleh peserta didik , apakah penyataan itu benar

atau salah.

Variasi bentuk “ya-tidak” menanyakan pertanyaan

langsung, terhadap mana peserta didik menjawab ya

atau tidak.

Variasi bentuk ”betul-salah,” dikemukakan

perhitungan, persamaan, atau kalimat yang harus

dinilai oleh peserta didik apakah betul atau tidak betul.

Variasi bentuk “koreksi atau pembetulan,” meminta

kepada peserta didik untuk menilai sebuah proposisi,

Page 109: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

103

seperti pada bentuk benar-salah, tetapi peserta didik

juga diminta untuk memperbaiki atau mengoreksi

setiap pernyataan yang salah dan membetulkannya.

Variasi bentuk pilihan “benar-salah” tampaknya sama

dengan butir pilihan ganda, malahan pada saat

memilih satu opsi yang benar, peserta didik

memperlakukan tiap opsi sebagai suatu pernyataan

“benar-salah” yang terpisah, yakni lebih dari satu

pilihan bisa benar.

Variasi “ya-tidak” dengan penjelasan, menanyakan

pertanyaan langsung dan meminta peserta didik untuk

menjawab “ya” atau “tidak,” dan dijelaskan mengapa

pilihannya benar (Nitko, 1996)

167. Apa yang dimaksud dengan tes menjodohkan ?

Jawab:

Tes Menjodohkan (Matching Test) merupakan tes

yang terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri

jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai

jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban.

Tugas testee adalah mencari dan menempatkan

jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan

pertanyaannya.

168. Apa saja keunggulan tes menjodohkan ?

Jawab:

Keunggulan tes menjodohkan adalah seperti berikut:

1) Relatif lebih mudah dalam perumusan butir soal,

terutama jika

dibandingkan dengan soal bentuk pilihan ganda.

2) Ringkas dan ekonomis dilihat dari segi rumusan

butir soal dan dari segi cara memberikan jawaban.

3) Dapat dilakukan penskoran dengan mudah, cepat,

dan objektif.

4) Cocok dalaam menyampaikan materi-materi

konsep

Page 110: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

104

5) Dapat memberikan kemudahan menjawab

pertanyaan karena jawaban sudah ada

6) Soal hemogen dan logis

7) Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

menghubungkan dua kejadian sebab akibat

8) Cocok untuk menguji kognitif hafalan dan

pemahaman

169. Apa saja keterbatasan tes menjodohkan ?

Jawab:

Keterbatasan tes menjodohkan adalah seperti berikut:

1) Cenderung mengukur kemampuan mengingat,

sehingga kurang tepat digunakan untuk mengukur

kemampuan kognitif yang lebih tinggi.

2) Kemungkinan menebak dengan benar relatif

tinggi, karena jumlah pernyataan soal (dalam lajur

sebelah kiri) dengan pernyataan jawaban (dalam

lajur sebelah kanan) tidak banyak berbeda.

3) Tidak semua materi/konsep dapat dibuatkan

bentuk soal menjodohkan.

4) Rentan saling menyontek

170. Apa yang dimaksud dengan tes melengkapi ?

Jawab:

Tes Melengkapi (Completion Test), adalah tes yang

butir soal yang meminta peserta didik atau siswa untuk

melengkapi suatu kalimat dengan satu frase, satu

angka atau satu formula.

171. Apa saja keunggulan tes melengkapi ?

Jawab:

Keunggulan tes melengkapi adalah:

1) Sangat mudah penyusunannya

2) Menghemat tempat

3) Persyaratan komprehensif dapat dipenuhi

4) Dapat mengukur berbagai taraf kompetensi

Page 111: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

105

172. Apa saja keterbatasan tes melengkapi ?

Jawab:

Keterbatasan tes melengkapi adalah:

1) Cenderung mengungkap daya ingat atau aspek

hafalan saja

2) Butir-butir tes kurang relevan untuk diujikan

3) Tester kurang berhati-hati dalam menyususn

soalnya

173. Apa saja keunggulan tes Isian ?

Jawab:

Keunggulan Tes Isian adalah:

1) Jawaban hanya satu yang benar.

2) Mudah dalam penskoran

3) Pembuatan soalnya relatif mudah

4) Pengoreksiannya mudah

5) Kunci jawabannya pasti

6) Jawaban yang diharapkan sudah jelas

7) Bentuk soalnya sederhana

174. Apa saja keterbatasan tes Isian ?

Jawab:

Keterbatasan Tes Isian singkat, yaitu

1) Pertanyaannya kadang kurang jelas.

2) Kurang disukai siswat

3) Cenderung bersifat hafalan

4) Panjang jawabannya kadang tidak sama panjang

5) Sulit mengukur pemahaman siswa terhadap suatu

masalah secara utuh

6) Siswa menjawab berdasarkan informasi yang

sudah baku, bukan pengembangan pemikiran

175. Apa yang dimaksud dengan tes jawaban singkat ?

Jawab:

Tes Jawaban Singkat (Short answer Test), adalah tes

yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban

singkat dengan cara mengisi berupa kata, frase, angka,

atau simbol.

Page 112: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

106

176. Apa keunggulan tes jawaban singkat ?

Jawab:

Keunggulan tes jawaban singkat yaitu:

1) Mudah memberi skor dan kuncinya pasti.

2) Jawaban terarah dan seragam

3) Dapat menguji secara luas

4) Hemat kertas karena soalnya sedikit

5) Tidak memberi kesempatan siswa berspekulasi

dalam menjawab

6) Kunci jawaban mudah dibuat

7) Tidak memerlukan pengecoh

8) Menghindari jawaban asal-asalan

9) Dapat dikoreksi oleh orang lain selain pe,buat

soal

177. Apa keterbatasan tes jawaban singkat ?

Jawab:

Keterbatasan tes jawaban singkat yaitu:

1) Tidak memiliki pengecoh

2) Tidak dapat mengukur ketrampilan siswa dalam

memecahkan masalah

3) Krang kompleks dan tidak menantang siswa

4) Siswa menjawab dengan baku.

178. Berapa macam variasi tes jawaban singkat ?

Jawab:

Tes Jawaban Singkat dibedakan atas tiga variasi, yaitu

bentuk pertanyaan, melengkapi, dan asosiasi. Variasi

bentuk pertanyaan, biasanya mengemukakan

pertanyaan secara langsung. Variasi bentuk tes

melengkapi meminta peserta didik untuk

menambahkan kata-kata untuk melengkapi suatu

pernyataan yang tidak lengkap. Sedangkan variasi

bentuk asosiasi terdiri dari daftar istilah-istilah atau

gambar terhadap mana peserta didik dapat

menyebutkan nomor-nomor, label, simbol, atau

bentuk lain

Page 113: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

107

179. Bagaimana perbandingan antara tes objektifi dan

tes esai?

Jawab:

Adapun perbadingan antara tes esei dan tes objektif

adalah seperti dalam tabel berikut (Gronlund dan Linn,

1995).

Tes Objektif Tes Esei

1.Hasil belajar

yang diukur

Baik untuk

mengukur hasil

belajar pada

tingkat

pengetahuan

tentang fakta,

pemahaman,

keterampilan

berpikir, dan hasil

belajar yang

kompleks. Tetapi

tidak mampu

untuk mengukur

kemampuan untuk

memilah dan

menyusun ide-ide,

kecakapan

menulis, dan

beberapa bentuk

keterampilan ntuk

memecahkan

masalah

Tidak efisien untuk

mengukur pengetahuan

tentang fakta. Dapat

mengukur pemahaman,

keterampilan berpikir, dan

hasil belajar yang kompleks

lainnya (khususnya sangat

berguna jika jawaban orisinil

yang diinginkan). Cocok

untuk memilih dan

menyusun ide-ide,

keterampilan menulis, dan

keterampilan untuk

memecahkan masalah yang

menuntut pemikiran yang

orisinil

2.Penyiapan

butir soal

Banyak

memerlukan

waktu untuk

menyusun butir

soal. Sukar

mempersiapkan

butir soal yang

baik dan

memerlukan

waktu lama

Hanya sedikit pertanyaan

yang diperlukan untuk

seperangkat tes.

Menyiapkan butir soal relatif

mudah, tetapi lebih sulit

daripada anggapan orang

3.Mengambil

sampel

materi

pelajaran

Dapat mewakili

semua materi

pelajaran dan

dapat memuat

Tidak dapat mewakili

seluruh materi pelajaran,

karena hanya sedikit

pertanyaan yang bisa

Page 114: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

108

Tes Objektif Tes Esei

butir soal yang

banyak dalam

seperangkat tes

dimasukkan dalam

seperangkat tes

4.Kontrol

terhadap

jawaban

peserta

didik

Tinggal memilih

jawaban yang

telah tersedia.

Menghindari

gertak sambal dan

pengaruh

keterampilan

menulis, bisa

menebak jawaban

Bebas menjawab atas dasar

katakatanya sendiri, dan

keterampilan menulis

mempengaruhi sekor,

berpikir menebak bisa

dikurangi

5.Pemberian

skor

Pensekoran secara

objektif dan cepat,

mudah, dan

konsisten

Pensekoran subjektif dan

lambat, sulit, dan tidak

konsisten

6.Pengaruh

pada

proses

pembela-

jaran

Biasanya

mendorong

peserta didik

untuk

mengembangkan

pengetahuan

tentang fakta-

fakta khusus dan

kemampuan untuk

pembedaan di

antara fakta

tersebut. Dapat

mendorong

pengembangan

pemahaman,

keterampilan

berpikir,

dan hasil belajar

yang kompleks

lainnya

Mendorong peserta didik

untuk memusatkan pikiran

pada sejumlah besar materi

pelajaran, dengan penekanan

khusus pada kemampuan

untuk menyusun,

mengintegrasikan, dan

mengemukakan ide-ide

secara efektif. Dapat

mendorong kebiasaan

menulis buruk jika waktunya

mendesak

7.Reliabilitas Reliabilitas yang

tinggi mungkin

dicapai,

khususnya jika tes

disusun secara

baik

Reliabilitasnya lebih rendah,

terutama karena pensekoran

yang tidak konsisten

Page 115: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

109

180. Jelaskan bagaimana prinsip penyusunan tes hasil

belajar ?

Jawab:

Adapun prinsip penyusunan tes hasil belajar adalah:

(1) Tes harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran.

(2) Tes terdiri dari butir-butir soal yang mewakili

materi yang telah dipelajari.

(3) Pertanyaan soal disesuaikan dengan

tingkattingkat berpikir peserta didik. (4) Tes disusun disesuaikan dengan tujuan tes. (5) Tes disesuaikan dengan pendekatan (norma atau

patokan). (6) Tes hendaknya dapat digunakan untuk

memperbaiki proses pembelajaran.

181. Bagaimana cara menilai tes yang dibuat sendiri ?

Jawab:

Adapun cara yang dapat dilakukan untuk menilai tes

yang dibuat sendiri adalah:

1) Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun

dengan cara mengajukan pertanyaan berikut:

a. apakah jamlah soal untuk tiap topik sudah

seimbang ?

b. apakah semua soal menanyakan bahan yang telah

diajarkan ?

c. apakah soal-soal itu sudah dimengerti ?

d. apakah soal itu dapat dikerjakan semua siswa ?

2) Melakukan analisis soal, kegunaannya

a. Membantu kita dalam megidentifikasi butir-butir

soal yang jelek

b. Memperoleh informasi yang akan dapat

digunakan dalam menyempurnakan soal-soal

untuk kepentingan lebih lanjut

c. Memperoleh gambaran selintas tentang keadaan

soal yang disusun

3) Melakukan cheking validitas

4) Melakukan checing reliabilitas

Page 116: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

110

182. Bagaimana contoh hubungan antara tes, pengukuran

dan evaluasi?

Jawab:

Contoh hubungan antara tes, pengukuran dan evaluasi

adalah seperti dalam tabel berikut

Tes Pengukuran Evaluasi

Soal Bahasa

Inggris dalam

bentuk

pilihan ganda

terdiri atas 25

butir

Ibu Sari

menghitung bahwa

Budi hanya dapat

menjawab 5 soal

dari 25 soal tes

Bahasa Inggris

Ibu Sari

memutuskan

bahwa Budi

perlu

mendapatkan

remedial

183. Bagaimana etika dalam pelaksanaan tes hasil

belajar?

Jawab:

Adapun etika dalam pelaksanaan tes hasil belajar yaitu:

1. Kerahasiaan hasil tes. Setiap dosen/guru wajib

menjaga kerahasiaan hasil tes baik secara individu

maupun kelompok.

2. Keamanan tes. Tes sebagai alat pengukuran yang

profesional harus ternjamin keamanannya, baik

sebelum maupun sesudah digunakan.

3. Interprestasi hasil tes. Jika hasil interprestasi tes tidak

layak, maka akan membahayakan masa depan peserta

tes..

4. Penggunaan tes. Tes hasil belajar haruslah digunakan

oleh dosen/guru secara patut dan tidak akan

merugikan bagi setiap peserta didik.

Page 117: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

111

BAB 4. PENYUSUNAN DAN

PENULISAN SOAL

1. PENDAHULUAN

185. Bagaimana langkah-langkah penyusunan tes ?

Jawab:

Langkah-langkah umum penyusunan/pengembangan tes

adalah sebagai berikut (Brennan, 2006)

1) Penentuan tujuan tes

Langkah awal dalam mengembangkan instrumen tes

adalah menetapkan tujuannya. Tujuan tes harus

dirumuskan secara jelas sehingga dapat memberikan

arah dan lingkup pengembangan tes selanjutnya

2) Penyusunan kisi-kisi tes

Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk

menentukan ruang lingkup dan sebagai petunjuk

dalam penulisan soal. Kisi-kisi dapat berupa format

atau matriks. Kisi-kisi tes adalah deskripsi mengenai

ruang lingkup dan isi dari apa yang akan diujikan,

serta memberikan rincian mengenai soal-soal yang

diperlukan oleh tes tersebut. Kisi-kisi pada umumnya

berisi (1) rincian materi pembelajaran/aspek yang

akan dievaluasi, (2) tingkah laku yang akan diukur

berikut deskripsi indikatornya, (3) proporsi dan

jumlah soal, serta (4) bentuk soal

3) Penulisan soal

Dalam penulisan butir soal, penulis harus

memperhatikan kaidah penulisan soal. Menulis soal

adalah penjabaran indikator kompetensi yang hendak

diukur menjadi pertanyaan-pertanyaan yang

karakteristiknya sesuai dengan kisi-kisi.

4) Penelaahan soal

Penelaahan soal adalah mengkaji secara teoritik soal

tes yang telah disusun. Penelaahan ini dilakukan

dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu aspek

materi, aspek konstruksi, dan aspek bahasa.

Page 118: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

112

Biasanya pada penelaahan soal dilakukan review dan

revisi oleh orang lain.

5) Uji coba soal termasuk analisisnya

Soal yang sudah dibuat dan sudsah direproduksi atau

diperbanyak itu diujicobakan kepada sejumlah

sampel yang telah ditentukan. Sampel uji-coba harus

mempunyai karakteristik yang kurag lebih sama

dengan karakteristik peserta tes sesungguhnya.

Berdasarkan data hasil uji-coba dilakukan analisis,

terutama analisis butir soal yang meliputi tingkat

kesukaran, validita butir, dan fungsi pengecoh.

6) Perakitan soal menjadi perangkat tes

Dalam perakitan tes perlu mengelompokkan butir

soal itu menurut bentuknya, bukan menurut jenis

materinya atau menurut jenjang pengetahuan yang

hendak diukur.

7) Penyajian tes

Setelah diperoleh tes terstandar, naskah tes siap

diberikan atau disajikan kepada peserta tes. Hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam penyajian tes adalah

waktu penyajian, petunjuk yang jelas mengenai cara

menjawab atau mengerjakan tes, ruangan dan tempat

duduk peserta tes

8) Penskoran

Penskoran dilakukan menurut bentuk tes atau soal.

9) Pelaporan hasil tes

Setelah pelaksanaan tes dan penskorannya, maka

hasil tes tersebut perlu dilaporkan, Laporan tersebut

misalnya kepada siswa yang bersangkutan, kepada

orang tua/wali siswa, kepada Kepala Sekolah, dan

sebagainya

10) Pemanfaatan hasil tes

Hasil tes yang tidak lain adalah hasil pengukuran

dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sistem, metode,

atau strategi belajar mengajar, di samping dapat

dimanfaatkan untuk penentuan kebijakan.

Page 119: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

113

186. Apa yang perlu dipertimbangkan dalam

perencanaan tes ?

Jawab:

Yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tes

adalah: pengambilan sampel dan pemilihan butir soal,

tipe tes yang akan digunakan, aspek yang akan diuji,

format butir soal, jumlah butir soal dan distribusi

tingkat kesukaran butir soal (Zainul, dkk :1997).

187. Bagaimana tahapan perencanaan dan penyusunan

tes ?

Jawab:

Adapun tahapan dalam perencanaan dan penyusunan

tes adalah

1) Pengembangan spesifikasi tes

2) Penulisan soal

3) Penelaahan soal

4) Pengujian butir-butir soal secara empirik

5) Administrasi tes bentuk akhir untuk tujuan

pembakuan (Suryabrta, 1987)

188. Apa yang dimaksud dengan spesifikasi tes ?

Jawab:

Spesifikasi tes adalah suatu uraian yang menujukkan

keseluruhan kualitas tes dan ciri-cirinya yang harus

dimiliki oleh tes yang akan dikembangkan

189. Apa yang dimaksud dengan kisi-kisi soal ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan kisi-kisi (test blue-print atau

table of specification) adalah matrik informasi yang

dapat dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit

soal menaji tes

Page 120: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

114

190. Apa tujuan penyusunan kisi-kisi soal Itu ?

Jawab:

Tujuan penyusunan kisi-kisi soal adalah merumuskan

setepat mungkin ruang lingkup, tekanan, dan bagian-

bagian tes sehingga perumusan tersebut dapat menjadi

petunjuk yang efektif bagi si penyusun tes

191. Apa saja yang harus diperhatikan dalam pemilihan

materi untuk penyusunan kisi-kisi ?

Jawab:

Yang harus diperhatikan dalam pemilihan materi

untuk penyusunan kisi-kisi adalah:

a) Urgensi, secara teoritis materi yang akan diujikan

mutlak harus dikuasai siswa

b) Relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan

untuk mempelajari atau memahami bidang lain

c) Kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi

lanjutan atau pendalaman materi dari yang

sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang yang

sama maupun antar jenjang

d) Kontekstual, materi memiliki daya terap dan nilai

guna yang tinggi dalam kehidupan sehari-hari

192. Pertimbangan apa yang perlu diperhatikan dalam

memilih tipe soal ?

Jawab

Pertimbangan yang perlu digunakan dalam memilih

tipe soal, yaitu:

a) Kesesuaian antara tipe soal dengan materi

pelajaran

b) Kesesuaian antara tipe soal dengan tujuan evaluasi

c) Kesesuaian antara tipe soal dengan skoring

d) Kesesuaian antara tipe soal dengan pengokahan

ahasil evaluasi

e) Kesesuaian antara tipe soal dengan administrasi

tes (penyelenggaraan dan pelaksanaan tes)

f) Kesesuain antara tipe soal dengandana dan

kepraktisan

Page 121: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

115

193. Apa yang perlu diperhatikan dalam

merencanakan banyak sedikitnya sebuah soal

pada suatu tes ?

Jawab:

Adapun yang perlu diperhatikan dalam merencanakan

banyak sedikitnya sebuah soal pada suatu tes, yaitu:

a) hubungan banyak bsoal anyak sedikitnya soal

dengan reliabilitas tes

b) hubungan banyak sedikitnya soal dengan bobot

keseluruhan bagian

c) hubungan banyak sedikitnya soal dengan wak tu

tes

d) hubungan banyak sedikitnya soal denganujicoba

siati tes (Suryabrata, 2000)

194. Kemampuan khusus apa yang harus dimiliki oleh

penulis soal ?

Jawab:

Secara umum kemampuan khusus yang harus

dimiliki oleh penulis soal adalah:

1) Penguasaan pengetahuan yang dites

2) Kesadaran akan tata nilai yang mendasari

pendidikan

3) Pemahaman akan karakteristik individu yang

dites

4) Kemampuan membahasan gagasan

5) Penguasaan akan teknik penulisan soal

6) Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan dalam

menulis soal

2. KAIDAH PENULISAN SOAL 195. Bagaimana aturan umum penulisan soal ?

Jawab:

Adapun aturan umum penulisan soal yaitu

1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami

2) Jangan mengutip langsung kalimat dari buku

Page 122: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

116

3) Bila merupakan pandangan seseorang, sebutkan

tokohmya

4) Tidak memberi isyarat jawaban bagi soal lain

5) Hindarkan hal-hal yang sepele

6) Hindarkan kebergantungan pada soal lain

196. Bagaimana kaedah penulisan soal pilihan ganda ?

Jawab:

Kaidah penulisan soal bentuk Pilihan Ganda adalah

sebagai berikut.

a. Materi

Soal harus sesuai dengan indikator (artinya soal

harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak

diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-

kisi), pengecoh harus berfungsi, dan setiap soal harus

mempunyai satu jawaban yang benar (artinya, satu

soal hanya mempunyai satu kunci jawaban).

b. Konstruksi

(1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan

tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang hendak

diukur/ ditanyakan harus jelas, tidak

menimbulkan pengertian atau penafsiran yang

berbeda dari yang dimaksudkan penulis. Setiap

butir soal hanya mengandung satu persoalan/

gagasan

(2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus

merupakan pernyataan yang diperlukan saja.

Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan

yang sebetulnya tidak diperlukan, maka rumusan

atau pernyataan itu dihilangkan saja.

(3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah

jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal

jangan sampai terdapat kata, kelompok kata,

atau ungkapan yang dapat memberikan petunjuk

ke arah jawaban yang benar.

(4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang

bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok soal

Page 123: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

117

jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang

mengandung arti negatif. Hal ini untuk

mencegah terjadinya kesalahan penafsiran

peserta didik terhadap arti pernyataan yang

dimaksud. Untuk keterampilan bahasa,

penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila

aspek yang akan diukur justru pengertian

tentang negatif ganda itu sendiri.

(5)...Pilihan jawaban harus homogen dan logis

ditinjau dari segi materi. Artinya, semua

pilihan jawaban harus berasal dari materi yang

sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,

penulisannya harus setara, dan semua pilihan

jawaban harus berfungsi.

(6) ..Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan

“Semua pilihan jawaban di atas salah" atau

"Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya

dengan adanya pilihan jawaban seperti ini, maka

secara materi pilihan jawaban berkurang satu

karena pernyataan itu bukan merupakan materi

yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi

tidak homogen.

(7) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif

sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya

kecenderungan peserta didik memilih jawaban

yang paling panjang karena seringkali jawaban

yang lebih panjang itu lebih lengkap dan

merupakan kunci jawaban.

(8) Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau

waktu harus disusun berdasarkan urutan besar

kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya

pilihan jawaban yang berbentuk angka harus

disusun dari nilai angka paling kecil berurutan

sampai nilai angka yang paling besar, dan

sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban

yang menunjukkan waktu harus disusun secara

kronologis. Penyusunan secara unit

Page 124: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

118

dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik

melihat pilihan jawaban.

(9) Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan

sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas

dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai

suatu soal yang ditanyakan harus jelas, terbaca,

dapat dimengerti oleh peserta didik. Apabila

soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik,

tabel atau sejenisnya yang terdapat pada soal,

berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak

berfungsi.

(10) Rumusan pokok soal tidak menggunakan

ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti

seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.

(11) Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal

sebelumnya. Ketergantungan pada soal

sebelumnya menyebabkan peserta didik yang

tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak

akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

c. Bahasa/budaya

Setiap soal harus menggunakan bahasa yang

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah

bahasa Indonesia dalam penulisan soal di

antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat: (1)

unsur subjek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat;

b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan

kata, dan c) pemakaian ejaan; (1) penulisan huruf,

(2) penggunaan tanda baca. Bahasa yang

digunakan harus komunikatif, sehingga

pernyataannya mudah dimengerti peserta didik.

Pilihan jawaban jangan mengulang kata/frase

yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian.

Letakkan kata/frase pada pokok soal.

Page 125: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

119

197. Bagaimana kaidah penulisan soal dua pilihan

jawaban (Benar-Salah, Ya-Tidak) ?

Jawab:

Kaidah penulisan soal dua pilihau adalah sebagai

berikut.

1) Hindari penggunaan kata: terpenting, selalu, tidak

pernah, hanya, sebagian besar, dan kata-kata lain

yang sejenis, karena dapat membingungkan

peserta tes dalam menjawab. Rumusan butir soal

harus jelas, dan pasti benar atau pasti salah.

2) Jumlah rumusan butir soal yang jawabannya

benar dan salah hendaknya seimbang.

3) Panjang rumusan pernyataan butir soal

hendaknya relatif sama.

4) Susunan pernyataan benar dan pernyataan salah

secara random, tidak sistematis mengikuti pola

tertentu. Misalnya: B B S S, atau B S B S, dan

sebagainya. Susunan yang terpola sistematis

seperti itu dapat memberi petunjuk kepada

jawaban yang benar.

5) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku

teks. Pengambilan kalimat langsung dari buku

teks lebih mendorong siswa untuk menghafal

daripada memahami dan menguasai konsep

dengan baik.

198. Bagaimana kaidah penulisan soal menjodohkan ?

Jawab:

Kaidah penulisan soal menjodohkan adalah sebagai

berikut.

1) Tulislah seluruh pernyataan dalam lajur kiri

sejenis, dan pernyataan dalam lajur kanan juga

sejenis. Dengan kata lain: pernyataan dalam lajur

sebelah kiri isinya homogen, demikian juga

pernyataan dalam lajur sebelah kanan isinya harus

homogen.

Page 126: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

120

2) Tulislah pernyataan jawaban lebih banyak dari

pernyataan soal. Hal ini penting, untuk

memperkecil probabilitas peserta tes menjawab

soal secara menebak dengan benar. Seperti contoh

berikut, pernyataan soal yang ada di lajur kiri

adalah lima butir, pernyataan jawaban yang ada di

lajur kanan adalah enam butir.

3) Susunlah jawaban yang berbentuk angka secara

berurutan dari besar ke kecil atau sebaliknya.

Apabila alternatif jawabannya berupa tanggal dan

tahun terjadinya peristiwa, maka susunlah tanggal

dan tahun tersebut berurutan secara kronologis,

seperti dalam penulisan soal pilihan ganda.

4) Tulislah petunjuk mengerjakan tes yang jelas dan

mudah dipahami oleh peserta tes. Oleh karena itu,

dalam perumusan kalimat dan penggunaan

kosakata perlu memperhatikan perkembangan

kemampuan bahasa peserta tes.

199. Bagaimana kaidah penulisan soal isian ?

Jawab:

Kaidah penulisan soal bentuk isian adalah seperti

berikut (Tim Puspendik, 2008):

1) Soal harus sesuai dengan indikator

2) Soal harus menggunakan bahasa yang baik dan

benar, serta kalimat singkat dan jelas, sehingga

peserta tes dapat memahami dengan mudah.

3) Jawaban yang dituntut oleh soal harus singkat dan

pasti yaitu berupa kata, frase, angka, simbol,

tempat, atau waktu.

4) Soal tidak merupakan kalimat yang dikutip

langsung dari buku.

5) Soal tidak memberi petunjuk ke kunci jawaban.

6) Bagian kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya

hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan

paling banyak dua bagian, supaya tidak

membingungkan siswa.

Page 127: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

121

200. Kriteria apa saja yang harus dipenuhi oleh penulis

soal ujian ?

Jawab:

Adapun kriteria yang harus dipenuhi oleh penulis soal

ujian adalah:

1) Adanya kesesuaian materi yang diujikan dan

target kompetensi yang dicapai melalui materi

yang diajarkan

2) Bahan ulangan atau ujian hendaknya

menghasilkan informasi atau data yang dapat

dijadikan landasan bagi pengembangan standar

sekolah, standar wilayah, atau standar nasional

melalui penilaian hasil proses belajar mengajar

(Depdiknas, 2008)

201. Bagaimana kaiedah penulisan soal Esai (uraian) ?

Jawab:

Kaidah penulisan soal uraian sebagai berikut.

a. Materi

Soal harus sesuai dengan indikator, setiap pertanyaan

harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan, materi

yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran,

dan materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang

dan jenis sekolah atau tingkat kelas.

b. Konstruksi

Soal menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut

jawaban terurai, ada petunjuk yang jelas tentang cara

mengerjakan soal, setiap soal harus ada pedoman

penskorannya, dan tabel, gambar, grafik, peta, atau yang

sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi

c. Bahasa

Rumusan kalimat soal harus komunikatif, menggunakan

bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku), tidak

menimbulkan penafsiran ganda, tidak menggunakan

bahasa yang berlaku setempat/tabu, dan tidak

Page 128: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

122

mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan

peserta didik.

202. Bagaimana kaidah penulisan soal jawaban singkat ?

Jawab:

Kaedah Penulisan soal jawaban singkat adalah sebagai

berikut:

1) Menggunakan kalimat pertanyaan langsung atau

kalimat perintah.

2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar mendapat

jawaban yang singkat.

3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab oleh

siswa pada semua soal diusahakan relatif sama.

4) Hindari penggunaan kata, kalimat, atau frase yang

diambil langsung dari buku teks, sebab akan

mendorong siswa untuk sekedar mengingat atau

menghafal apa yang tertulis dibuku.

5) Buatlah pedoman penskoran untuk digunakan pada

waktu menskor.

203. Bagaimana kaidah penulisan soal penalaran tinggi ?

Jawab:

Untuk menuliskan butir Penulisan soal yang menuntut

penalaran tinggi, perlu memperhatikan pedoman

berikut:

1) Materi yang akan ditanyakan diukur dengan

perilaku: C2/pemahaman, C3/penerapan,

C4/sintesis,C5/analisis, atau C6/evaluasi (bukan

hanya C1/ingatan saja). Ingat Taksonomi Bloom.

2) Setiap pertanyaan diberikan dasar pertanyaan

(stimulus). Agar butir soal yang ditulis dapat

menuntut penalaran tinggi, maka setiap butir soal

selalu diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang

berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks

bacaan, paragrap, teks drama, penggalan

novel/cerita/dongeng, puisi, kasus, gambar, grafik,

Page 129: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

123

foto, rumus, tabel, daftar kata/simbol, contoh, peta,

film, atau suara yang direkam (Depdiknas, 2007)

204. Apa yang dimaksud dengan berpikir kritis ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan berpikir kritis adalah cara

berpikir seseorang mengenai suatau masalah di mana

pemikir meningkatkan kualitas pemikirannya dengan

menangani secara terampil struktur-struktur yang

melekat dalam pemikiran dan menerapkan standar-

standar intelektual padanya (Nitko and Brookhart.

2007).

205. Bagaimana pedoman penulisan butir soal berpikir

kritis ?

Jawab:

Untuk penulisan soal berpikir kritis maka perlu

didasarkan 11 kemampuan yang menuntut penalaran

tinggi, yaitu: (1) memfokuskan pada pertanyaan, (2)

menganalisis argumen, (3) mempertimbangkan hal

yang dapat dipercaya, (4) mempertimbangkan laporan

observasi, (5) membandingkan kesimpulan, (6)

menentukan kesimpulan, 97) mempertimbangkan

kemampuan induksi, (8) menilai, (9) mendefinisikan

konsep, (10) mendefinisikan asumsi, dan (11)

mendeskripsikan

206. Bagaimana pedoman penulisan butir soal

keterampilan pemecahan masalah ?

Jawab:

Untuk penulisan soal Keterampilan Pemecahan

Masalah, maka perlu didasarkan pada 17 kemampuan

yang menuntut penalaran tinggi, yaitu: (1)

mengidentifikasi masalah, (2) merumuskan masalah

dalam bentuk pertanyaan, (3) memahami kata dalam

bentuk kontesks, (4) mengidentifikasi masalah yang

tidak sesuai, (6) mendeskripsikan berbagai strategi, (7)

Page 130: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

124

mengidentifikasi asumsi, (8) mendeskripsikan

masalah, (9) memberi alsan masalah yang sulit, (10)

membreri alasan solusi, (11) memberi alasan strategi

yang digunakan, (12) memecahkan masalah

berdasarkandata dan masalah, (13) membuat strategi

lain, (14) menggunakan analogi, (15) menyelesaikan

secara terencana, (16) mengevaluasi kualitas solusi,

dan (17) mengevaluasi strategi sistematika.

207. Bagaimana kaidah penulisan soal tes perbuatan ?

Jawab:

Kaedah penulisan soal tes perbuatan, yaitu:

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut

tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau

penugasan)

b. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus

sesuai.

c. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi,

relevansi, kontinuitas, keterpakaian seharihari

tinggi).

d. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan

jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi

a. Menggunakan kata tanya atau perintah yang

menuntut jawaban perbuatan/praktik.

b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara

mengerjakan soal.

c. Disusun pedoman penskorannya.

d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang

sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca

3. Bahasa/Budaya

a. Rumusan kalimat soal komunikatif

b. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang

baku.

Page 131: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

125

c. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang

menimbulkan penafsiran ganda atau salah

pengertian.

d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku

setempat/tabu.

e. Rumusan soal tidak mengandung

kata/ungkapan yang dapat menyinggung

perasaan peserta didik

208. Bagaimana kaedah penulisan soal nontes ?

Jawab:

Kaedah penulisan soal non tes, adalah:

1. Materi

a. Pernyataan harus sesuai dengan rumusan

indikator dalam kisi‐kisi.

b. Aspek yang diukur pada setiap pernyataan

sudah sesuai dengan tuntutan dalam kisi‐kisi

(misal untuk tes sikap: aspek kognisi, afeksi atau

konasinya dan pernyataan positif atau

negatifnya).

2. Konstruksi

a. Pernyataan dirumuskan dengan singkat (tidak

melebihi 20 kata) dan jelas.

b. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak

relevan objek yang dipersoalkan atau

kalimatnya merupakan pernyataan yang

diperlukan saja.

c. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang bersifat

negatif ganda.

d. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang

mengacu pada masa lalu.

e. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual

atau dapat diinterpretasikan sebagai fakta.

f. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat

diinterpretasikan lebih dari satu cara

Page 132: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

126

g. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang

mungkin disetujui atau dikosongkan oleh

hampir semua responden.

h. Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan

secara lengkap.

i. Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak

pasti sepertI semua, selalu, kadang-kadang,

tidak satupun, tidak pernah.

j. Jangan banyak mempergunakan kata hanya,

sekedar, semata‐mata. Gunakanlah seperlunya.

3. Bahasa/Budaya

a. Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai

dengan jenjang pendidikan peserta didik atau

responden.

b. Soal harus menggunakan bahasa Indonesia

baku.

c. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku

setempat/tabu

209. Apa yang harus diperhatikan pada saat

menyelenggarakan tes untuk siswa ?

Jawab:

yang harus diperhatikan pada saat menyelenggarakan tes

untuk siswa yaitu:

(1) Menjaga obyektivitas pelaksanaan tes:

Meskipun kegiatan pelaksanaan tes merupakan

kegiatan rutin, namun seorang guru/pendidik tetap

harus menjaga obyektifitas, baik dalam pengawasan,

menjaga kerahasiaan soal, dan berbagai kode etik

penyelenggaraan tes yang lain.

(2) Memberikan skor pada hasil tes:

Yaitu memeriksa hasil jawaban dari para siswa, untuk

memberikan skor/angka sebagai penghargaan

terhadap setiap poin soal yang dapat dikerjakan,

hasilnya berupa angka yang disebut skor mentah,

Page 133: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

127

angka yang menunjukkan berapa soal yang bisa

dijawab benar oleh siswa

(3) Melakukan analisis hasil tes

Setelah semua pekerjaan siswa dikoreksi langkah

berikutnya adalah melakukan analisis terhadap skor

hasil tes

210. Bagaimana kaitan antara teknik penilaian dan

bentuk instrumennya ?

Jawab:

Adapun kaitan antara teknik penilaian dan bentuk

instrumennya adalah seperti tabel berikut.

Teknik Penilaian Bentuk Instrumen

Tes tertulis • Tes pilihan: pilihan ganda,

Benar-salah,

menjodohkan, dll.

• Tes isian: isian singkat dan

uraian

Tes lisan • Daftar pertanyaan

Tes praktek (Tes

kinerja)

• Tes identifikasi

• Tes simulasi

• Tes uji petik kinerja

Penugasan individu

atau kelompok

• Pekerjaan rumah

• Projek

Penilaian portofolio • Lembar penilaian

portofolio

Jurnal • Buku cacatan jurnal

Penilaian diri • Kuesioner/lembar

penilaian diri

Penilaian antar teman • Lembar penilaian

antarteman

Page 134: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …
Page 135: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

129

BAB 5. ANALISIS BUTIR

SOAL

1 .PENGERTIAN

210. Tanya: Jelaskan apa pengertian analisis butir

soal?

Jawab:

Analisis butir soal didefinisikan sebagai suatu proses

sistematik untuk mengkaji kualitas butir-butir soal tes

terutama tes obyektif. Analisis butir tes adalah salah

satu kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka

meningkatkan mutu suatu tes, khususnya mutu tiap

butir soal yang menjadi bagian dari tes itu.

211. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kegiatan

analisis butir ?

Jawab:

Kegiatan analissis butir adalah proses pengumpulan,

peringkasan, dan penggunaan informasi dari jawaban

siswa untuk membuat keputusan tentang setiap

penilaian (Nitko, 1996).

212. Apa tujuan analisis butir ?

Jawab:

Tujuan dilakukannya analisis butir soal yaitu:

a. untuk mengkaji dan menelaah setiap butir soal agar

diperoleh soal yang bermutu sebelum soal

digunakan.

b. untuk membantu meningkatkan tes melalui revisi

atau membuang soal yang tidak efektif, serta untuk

mengetahui informasi diagnostik pada siswa

apakah mereka sudah/belum memahami materi

yang telah diajarkan (Aiken, 1994).

Page 136: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

130

213. Apa manfaat analisis butir itu ?

Jawab:

Manfaat dilakukannya analisis butir antara lain adalah:

(1) dapat membantu para pengguna tes dalam evaluasi

atas tes yang digunakan,

(2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan

lokal seperti tes yang disiapkan guru untuk siswa

di kelas,

(3) mendukung penulisan butir soal yang efektif,

(4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas, dan

(5) dapat meningkatkan validitas soal dan reliabilitas

(Anastasi dan Urbina, 1997)

214. Jelaskan untuk apa analisis soal digunakan ?

Jawab:

Analisis soal digunakan untuk menjawab hal-hal

berikut:

1) Apakah dalam tes acuan norma tiap-tiap soal

mempunyai daya beda yang memadai antara

kelompok siswa yang pandai dengan kelompok

siswa yang bodoh (high and low achievers) ?

2) Apakah dalam tes acuan patokan tiap –tiap soal

telah dapat mengukur dengan tepat hasil

pengajaran yang telah diberikan kepada siswa ?

3) Apakah tiap-tiap soal itu telah mempunyai tingkat

kesukaran yang memadai ?

4) Apakah tiap-tiap soal itu telah bebas dari

kelemahan-kelemahan ?

5) Apakah tiap-tiap pengecoh telah berfungsi secara

efektif ? (soal pilihan ganda)

215. Ada berapa cara melakukan analisis butir ?

Jawab:

Pada umumnya analisis butir tes dilakukan melalui

dua cara yaitu (1) analisis butir soal tes secara

kualitatif dan (2) analisis butir soal tes secara

Page 137: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

131

kuantitatif. Dalam analisis butir soal secara kualitatif,

aspek yang diperhatikan adalah setiap soal ditelaah

dari segi materi, konstruksi, bahasa, dan kunci

jawaban/pedoman penskorannya. Sedangkan analiis

butir soal secara kuantitatif adalah penelaahan butir

soal didasarkan pada data empirik dari butir soal yang

bersangkutan

216. Bagaimana cara analisis butir secara kualitatif ?

Jawab:

Pada analisis soal tes secara kualitatif (teoritik) yang

dikaji adalah kesesuaian antara butir-butir soal dengan

tujuan atau indikator dan apakah soal tes sudah

memenuhi validitas isinya. Soal tes juga dicermati

penggunaan bahasa, kejelasan dan kesingkatannya,

juga dilihat kejelasan dan kefungsian tabel dan atau

gambar. Pilihan jawaban juga dicermati homogenitas

dan kejelasannya. Caranya adalah kepada beberapa

penelaah diberikan butir-butir soal yang akan ditelaah,

format penelaahan, dan pedoman

penilaian/penelaahannya.

217. Bagaimana cara analisis butir secara kuantitatif ?

Jawab:

Terdapat dua pendekatan dalam analisis secara

kuantitatif, yaitu pendekatan secara klasik dan

pendekatan modern.

Analisis butir soal secara klasik adalah proses

penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban

peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang

bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.

Analisis butir soal secara modern yaitu penelaahan

butir soal dengan menggunakan Item Response Theory

(IRT) atau teori jawaban butir soal. Teori ini

merupakan suatu teori yang menggunakan fungsi

matematika untuk menghubungkan antara peluang

menjawab benar suatu scal dengan kemampuan siswa.

Page 138: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

132

218. Kapan analisis butir itu dilakukan ?

Jawab:

Analisis butir secara kualitatif biasanya dilakukan

sebelum soal digunakan /diujikan, sedangkan analisi

butir secara kuantitatif setelah soal diujikan.

219. Apa yang ingin diketahui dalam kegiatan analisis

butir ?

Jawab:

Yang ingin diketahui dalam kegiatan analsis butir

soal adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan:

(1) Apakah fungsi soal sudah tepat?

(2) Apakah soal ini memiliki tingkat kesukaran yang

tepat?

(3) Apakah soal bebas dari hal-hal yang tidak relevan?

(4) Apakah pilihan jawabannya efektif?

220. Bagaimana teknik analisis soal secara kualitatif ?

Jawab:

Untuk menganalisis butir soal secara kualitatif,

diantaranya adalah teknik moderator dan teknik panel.

221. Apa yang dimaksud dengan teknik moderator ?

Jawab:

Teknik moderator adalah teknik berdiskusi yang di

dalamnya terdapat satu orang sebagai penengah.

Berdasarkan teknik ini, setiap butir soal didiskusikan

secara bersama-sama dengan beberapa ahli seperti

guru yangmengajarkan materi, ahli materi,

penyusun/pengembang kurikulum, ahli penilaian, ahli

bahasa, berlatar belakang psikologi.

222. Apa yang dimaksud dengan teknik panel ?

Jawab:

Teknik panel adalah suatu teknik menelaah butir soal

yang setiap butir soalnya ditelaah berdasarkan kaidah

Page 139: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

133

penulisan butir soal, yaitu ditelaah dari segi materi,

konstruksi, bahasa/budaya, kebenaran kunci

jawaban/pedoman penskorannya yang dilakukan oleh

beberapa penelaah.

223. Bagaimana prosedur analisis butir soal secara

kualitatif ?

Jawab:

Prosedur untuk menganalisi butir secara kualitatif

adalah menggunakan format penelaahan soal

224. Jelaskan bagaimana bentuk format untuk analisis

butir soal pilihan ganda ?

Jawab:

Bentuk/contoh format analisis butir secara kualitatif

untuk soal Pilihan Ganda adalah sebagai berikut

FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK

PILIHAN GANDA

Mata Pelajaran : .................................

Kelas/semester : .................................

Penelaah : .................................

NO Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 ..

A

1

2

3

4

Materi

Soal sesuai dengan

indikator (menuntut tes

tertulis untuk bentuk

pilihan ganda

Materi yang ditanyakan

sesuai dengan

kompetensi (urgensi,

relevasi, kontinyuitas,

keterpakaian sehari-hari

tinggi)

Pilihan jawaban homogen

dan logis

Hanya ada satu kunci

jawaban

Page 140: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

134

NO Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 ..

B

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

C

15

16

Konstruksi

Pokok soal dirumuskan

dengan singkat, jelas, dan

tegas

Rumusan pokok soal dan

pilihan jawaban

merupakan pernyataan

yang diperlukan saja

Pokok soal tidak

memberi petunjuk kunci

jawaban

Pokok soal bebas dan

pernyataan yang bersifat

negatif ganda

Pilihan jawaban homogen

dan logis ditinjau dari segi

materi

Gambar, grafik, tabel,

diagram, atau sejenisnya

jelas dan berfungsi

Panjang pilihan jawaban

relatif sama

Pilihan jawaban tidak

menggunakan pernyataan

"semua jawaban di atas

salah/benar" dan

sejenisnya.

Pilihan jawaban yang

berbentuk angka/waktu

disusun berdasarkan

urutan besar kecilnya

angka atau kronologisnya

Butir soal tidak

bergantung pada jawaban

soal sebelumnya

Bahasa/Budaya

Menggunakan bahasa

yang sesuai dengan

kaidah bahasa Indonesia

Menggunakan bahasa

yang komunikatif

Page 141: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

135

NO Aspek yang ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 ..

17

18

Tidak menggunakan

bahasa yang berlaku

setempat/tabu

Pilihan jawaban tidak

mengulang kata/

kelompok kata yang

sama, kecuali merupakan

satu kesatuan pengertian

225. Bagaimana bentuk format untuk analisis butir soal

esai atau uraian ?

Jawab:

Adapun bentuk/contoh format analisis butir secara

kualitatif untuk soal Uraian adalah sebagai berikut

FORMAT PENELAAHAN SOAL BENTUK

URAIAN

Mata Pelajaran : .................................

Kelas/semester : .................................

Penelaah : ...........................................

NO Aspek Yang Ditelaah Nomor Soal

1 2 3 4 5 6 7 ..

A

1

2

3

4

Materi

Soal sesuai dengan

indikator (menuntut tes

tertulis untuk bentuk

Uraian)

Batasan pertanyaan dan

jawaban yang diharapkan

sudah sesuai

Materi yang ditanyakan

sesuai dengan kompetensi

(urgensi, relevasi,

kontinyuitas, keterpakaian

sehari- hari tinggi)

Isi materi yang ditanyakan

sesuai

dengan jenjang jenis

sekolah atau

Page 142: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

136

B

5

6

7

8

C

9

10

11

12

13

tingkat kelas

Konstruksi

Menggunakan kata tanya

atau perintah yang

menuntut jawaban uraian

Ada petunjuk yang jelas

tentang cara mengerjakan

soal

Ada pedoman

penskorannya

Tabel, gambar, grafik,

peta, atau

yang sejenisnya disajikan

dengan

jelas dan terbaca

Bahasa/Budaya

Rumusan kalimat coal

komunikatif

Butir soal menggunakan

bahasa

Indonesia yang baku

Tidak menggunakan

kata/ungkapan

yang menimbulkan

penafsiran ganda atau

salah pengertian

Tidak menggunakan

bahasa yang

berlaku setempat/tabu

Rumusan soal tidak

mengandung

226. Bagaimana prosedur/pendekatan nalisis butir

secara kuantitatif?

Jawab:

Untuk menganalisis butir secara kuantitatif dapat

dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu

(1) pendekatan secara klasik dan (2) pendekatan

secara modern

Page 143: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

137

227. Apa yang dimaksud analisis butir soal secara

teori klasik ?

Jawab:

Analisis butir soal secara klasik adalah proses

penelaahan butir soal melalui informasi dari jawaban

peserta didik guna meningkatkan mutu butir soal yang

bersangkutan dengan menggunakan teori tes klasik.

228. Apa kelebihan analisis butir soal dengan

pendekatan klasik ?

Jawab:

Adapun kelebihan analisis butir soal secara klasik

adalah murah, dapat dilaksanakan sehari-hari dengan

cepat menggunakan komputer, mudah, sederhana,

familier dan dapat menggunakan data dari beberapa

peserta didik atau sampel kecil (Millman dan Greene,

1993)

229. Apa kelemahan analisis butir soal dengan

pendekatan teori tes klasik ?

Jawab:

Kelemahan analisis butir dengan teori tes klasik

adalah:.

1) Karakteristik butir sangat tergantung pada sampel

siswa yang mengerjakannya. Butir tes akan

berubah karakteristiknya apabila dikerjakan oleh

sampel siswa yang berbeda.

2) Karakteristik siswa juga sangat tergantung kepada

sampel butir tes yang dikerjakannya.

230. Bagaimana cara mengatasi kelemahan analisis

butir yang menggunakan teori tes klasik itu?

Jawab:

Untuk mengatasi kelemahan teori tes klasik itu maka

dua hal yang harus dipertimbangkan: 1) Kelompok uji

coba hendaknya mempunyai karakteristik yang

semirip mungkin dengan karakteristik siswa yang

Page 144: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

138

hendak diukur hasil belajarnya menggunakan tes

tersebut. 2) Agar hasil analisis uji coba cermat dan

stabil maka siswa uji coba yang digunakan harus

berjumlah banyak sehingga distribusi skor lebih

bervariasi

231. Bagaimana proses/langkah analisis butir soal

secara klasik ?

Jawab:

Adapun proses analisis butir soal secara kuantitatif

adalah dengan langkah-langkah : pertama yang

dilakukan adalah menabulasi jawaban yang telah

dibuat pada setiap butir soal yang meliputi berapa

peserta didik yang:

(1) menjawab benar pada setiap soal,

(2) menjawab salah (option pengecoh),

(3) tidak menjawab soal.

Berdasarkan tabulasi ini, dapat diketahui tingkat

kesukaran setiap butir soal, daya pembeda soal,

alternatif jawaban yang dipilih peserta didik.

232. Bagaimana langkah konkrit analisis butir soal

secara klasik ?

Jawab:

Misalnya mau menganalisis 32 orang siswa, maka

langkahnya (1) urutkan skor siswa dari yang tertinggi

sampai yang terendah. (2) Pilih 10 lembar jawaban

pada kelompok atas dan 10 lembar jawaban pada

kelompok bawah, (3) Ambil kelompok tengah (12

lembar jawaban) dan tidak disertakan dalam analisis.

(4) Untuk masing-masing soal, susun jumlah siswa

kelompok atas dan bawah pada setiap pilihan jawaban.

(5) Hitung tingkat kesukaran pada setiap butir soal. (6)

Hitung daya pembeda soal. (7) Analisis efektivitas

pengecoh pada setiap soal (Linn dan Gronlund, 1995).

Page 145: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

139

233. Karakteristik butir apa saja yang diuji dalam

teori klasik?

Jawab:

Karakteristik butir yang diuji dalam teori klasik

adalah tingkat kesukaran setiap butir, daya

pembeda butir, dan penyebaran pilihan jawaban

(untuk soal bentuk obyektif) atau frekuensi

jawaban pada setiap pilihan jawaban.

234. Bagaimana dapat dikatakan butir itu baik?

Jawab:

Butir itu dapat dikatakan baik adalah butir yang

mempunyai tingkat kesukaran sedang, daya beda yang

tinggi dan pengecoh yang berfungsi efektif

2. TINGKAT KESUKARAN BUTIR

235. Apa yang dimaksud dengan tingkat kesukaran

atau indeks kesukaran ?

Jawab:

Tingkat kesukaran (difficulty index) didefinisikan

sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab

benar (Crocker dan Algina, 1986).

Indeks kesukaran adalah proporsi peserta ujian yang

menjawab benar (Sax, 1980). Jadi indeks kesukaran

adalah angka yang menunjukkan proporsi peserta tes

menjawab benar terhadap suatu butir soal tertentu

236. Berapa besar rentang indek tingkat kesukaran

tersebut?

Jawab:

Rentang indeks tingkat kesukaran berkisar 0,00 - 1,00

(Aiken (1994).

237. Bagaimana arti dari indek tingkat kesukaran

tersebut?

Jawab:

Jika suatu soal memiliki indeks Tingkat Kesukaran

(TK) = 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang

Page 146: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

140

menjawab benar dan bila memiliki indeks Tingkat

Kesukaran (TK) = 1,00 artinya bahwa siswa

menjawab benar

238. Bagaimana cara menghitung indek kesukaran

butir soal objektif ?

Jawab:

Untuk menghitung/menentukan tingkat kesukaran

butir soal objektif dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

Tingkat

Kesukaran= Jumah siswa yang menjawab benar butir soal

Jumlah siswa yang mengikuti tes

atau dalam bentuk rumus :

p = ∑ 𝐁

𝐍

dengan :

p = Proporsi menjawab benar atau Indeks tingkat

kesukaran

∑ B = banyaknya peserta tes yang menjawab benar.

N = jumlah peserta tes yang menjawab.

239. Adakah cara lain menentukan indek kesukaran

soal objektif ?

Jawab:

Ada, yaitu menggunakan rumus berikut (Gronlund,

1982).

p = R

T x 100 %

dengan P = Indeks kesukaran butir, R = jumlah

jawaban butir yang betul, dan T = jumlah total butir

yang di tes

240. Bagaimana cara menghitung indek tingkat

kesukaran butir soal esai atau uraian ?

Jawab:

Untuk menghitung/menentukan tingkat kesukaran

butir soal uraian dapat digunakan rumus sebagai

berikut:

Page 147: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

141

Mean = Jumah skor siswa peserta tes pada suatu soal

Jumlah siswa yang mengikutites

Tingkat Kesukaran = Mean

Skor maksimumyang ditetapkan

241. Bagaimana hubungan tingkat kesukaran dengan

tujuan tes ?

Jawab:

Untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal

yang memiliki tingkat kesukaran sedang, untuk

keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki

tingkat kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan

diagnostik biasanya digunakan butir soal yang

memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.

242. Bagaimana klasifikasi tingkat kesukaran itu ?

Jawab:

Beberapa klasifikasi tingkat kesukaran adalah sebagai

berikut:

1). Menurut Depdiknas (2010)

a. 0,00 - 0,30 soal tergolong sukar

b. 0,31 - 0,70 soal tergolong sedang

c. 0,71 - 1,00 soal tergolong mudah

2). Menurut Asaad dan Hailaya (2004)

a. 0,00 - 0,20 soal tergolong sangat sukar

b. 0,21 - 0,40 soal tergolong sukar

c. 0,41 - 0,60 soal tergolong sedang

d. 0,61 - 0,80 soal tergolong mudah

e. 0,81 - 1,00 soal tergolong sangat mudah,

243. Apa kegunaan hasil pengujian tingkat kesukaran

butir soal

Jawab:

Kegunaannya bagi guru adalah: (1) sebagai

pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan

memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar

Page 148: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

142

mereka, (2) memperoleh informasi tentang penekanan

kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang

bias

244. Apa saja keterbatasan pengujian tingkat

kesukaran secara klasik ?

Jawab:

Pengujian tingkat kesukaran secara klasik memiliki

keterbatasan, yaitu tingkat kesukaran sangat sulit

untuk mengestimasi secara tepat karena estimasi

tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna,

1999). Jika sampel berkemampuan tinggi, maka soal

akan sangat mudah (TK= > 0,90). Jika sampel

berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit

(TK = < 0,40)

245. Bagaimana cara menentukan tingkat kesukaran

perangkat soal ?

Jawab:

Untuk menentukan tingkat kesukaran perangkat soal

yaitu :

Menjumlahkan tingkat kesukaran semua butir soal

kemudian membagi dengan jumlah butir soal, atau

dalam bentuk rumus

p (tingkat kesukaran perangkat soal) = ∑ b

N

dengan: p = tingkat kesukaran naskah ujian

b = tingkat kesukaran butis soal

N = jumlah butir soal

3.DAYA BEDA BUTIR 246. Apa yang dimaksud dengan daya beda butir soal ?

Jawab:

Daya beda butir soal adalah kemampuan suatu butir

soal dapat membedakan antara warga belajar/siswa

yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan

warga belajar/siswa yang tidak/kurang/belum

menguasai materi yang ditanyakan

Page 149: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

143

247. Apa manfaat pengujian daya beda butir itu?

Jawab:

Manfaat pengujian daya beda butir soal adalah:

1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal

melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks

daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui

apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.

2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal

dapat mendeteksi/membedakan kemampuan

siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau

belum memahami materi yang diajarkan guru.

248. Bagaimana cara mengetahui daya beda butir ?

Jawab:

Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar

kecilnya indeks diskriminasi atau angka yang

menunjukkan besar kecilnya daya beda.

249. Apa fungsi daya beda butir ?

Jawab:

Adapun fungsi dari daya beda butir adalah mendeteksi

perbedaan individual yang sekecil-kecilnya di antara

para peserta tes.

250. Bagaimana cara menentukan daya beda butir ?

Jawab:

Daya beda butir biasanya ditentukan dengan

menggunakan indeks korelasi, Indeks diskriminasi,

dan indeks keselarasan item.

251. Apa yang dimaksud dengan indeks daya beda ?

Jawab:

Indeks daya beda adalah angka yang menunjukkan

kemampuan butir soal untuk membedakan kelompok

peserta tes yang berprestasi tinggi dan kelompok

peserta tes yang berprestasi rendah

Page 150: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

144

252. Bagaimana rumus untuk menentukan daya beda

soal pilihan ganda ?

Jawab:

Rumus untuk menentukan daya beda soal Pilihan

Ganda adalah:

D = KA−KB

1/2 N atau D =

2(KA−KB)

N atau D =

KA

NA -

KB

NB

Karena P = B

N , maka dapat rumus daya beda

dapat ditulis dalam bentuk:

= PA - PB

dengan

D = daya beda soal

KA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas

KB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

N = jumlah siswa yang mengerjakan tes

253. Adakah cara lain menentukan daya beda soal

pilihan ganda ?

Jawab:

Ada, yaitu rumus korelasi point biserial (rpbis)

(Miliman and Ireene, 1993), yaitu

rpbis =Xb−Xs

SD√p/q

keterangan

rbis = koefisien korelasi point biserial

Xb = rata-rata skor siswa yang menjawab benar bagi

butir yang dicari validitasnya

Xs = rata-rata skor total

SD = simpangan baku skor total

P = proporsi siswa yang menjawab benar , yaitu

banyak siswa yang

menjawab benar dibagi dengan jumlah siswa

q = proporsi siswa yang menjawab salah

( q = 1 – p)

Page 151: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

145

254. Bagaimana contoh menentukan daya beda yang

menggunakan

rumus korelasi point biserial?

Jawab:

Hasil uji coba 10 butir soal pilihan ganda pada 10

orang siswa, adalah sebagai berikut:

No Siswa Nomor Butir skor

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 A 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8

2 B 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8

3 C 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7

4 D 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7

5 E 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 7

6 F 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 5

7 G 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 6

8 H 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 5

9 I 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 5

10 J 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 4

∑ X 8 7 8 7 7 5 5 5 5 5 62

p 0,8 0,7 0,8 0,7 0,7 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

q 0,2 0,3 0,2 0,3 0,3 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Ingin dihitung daya beda butir 1,

Adapun langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

(1) Menentukan proporsi menjawab benar (p) dengan

rumus

p = ∑ X/N = 8/10 = 0,8

(2) Menentukan nilai q, dengan rumus:

q = 1- p

q = 1-0,8 = 0,2

(3) Menentukan rata-rata skor total dengan rumus

Mt = (62)/10 = 6,2

(4) Menentukan rata-rata skor siswa yang menjawab

benar, yaitu 8 orang (kecuali H dan I)

Mp = (8 + 6 +7 + 7 + 7 + 5 + 6 + 4)/8 = 6,50

Page 152: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

146

(5) Menentukan standar deviasi dengan rumus

SD = √N∑X2−(∑X)2

N(N−1) = √

10x 402−(62)2

10(10−1) = √

176

90 =

√3,357 = 1,398

∑𝑋2 = 82 + 82 + 72 + 72 + 72 + 52+62 + 52 +

52+42

∑𝑋2 = 402

(6) Menentukan korelasi dengan persamaan

rpbis =Xb−Xs

SD√p/q =

6,5−6,2

1,398 √0,80/0,20 = 0,496

Angka 0,496 disebut indeks diskriminasi (Suryabrata,

1997), dan menunjukkan derajat kecermatan soal tersebut

dalam membedakan siswa yang tinggi kemampuannya

dari siswa yang rendah kemampuannya.

Demikian dengan cara yang sama, maka indeks

diskriminasi butir-butir 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dapat

dihitung.

255. Bagaimana rumus untuk menentukan daya beda soal

esai ?

Jawab:

Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian

adalah dengan

menggunakan rumus (Zulaiha, 2007) berikut ini.

D = MeanA−MeanB

Skor Maks

dengan:

D = daya beda soal uraian

Mean A = rata-rata skor siswa pada kelompok atas

Mean B = rata-rata skor siswa pada kelompok bawah

Skor Maks = skor maksmum yang ada pada pedoman

penskoran

Page 153: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

147

256. Adakah rumus lain untuk mencari daya beda soal

esai ?

Jawab:

Ada, yaitu rumus berikut (adopsi dari Suherman, 2001)

D = KA−KB

N(SMaks−SMin)

keterangan :

D = Daya pembeda

KA = Jumlah skor kelompok atas

KB = Jumlah skor kelompok bawah

N = Jumlah siswa kelompok atas atau bawah

SMaks = Skor tertinggi setiap soal uraian

SMin= Skor terendah setiap soal uraian

257. Bagaimana cara membagi siswa menjadi kelompok

atas

dan kelompok bawah ?

Jawab:

Pengelompokan siswa menjadi kelompok atas atau

kelompok bawah dapat ditentukan sebagai berikut:

pertama, bila jumlah siswa kurang dari 100 orang

(kelompok kecil), maka jumlah siswa dibagi dua sama

besar 50% kelompok atas (BA) dan 50% kelompok

bawah (BB); kedua, bila jumlah siswa lebih dari 100

orang (kelompok besar), maka hanya diambil ke dua

kutubnya sebagai sample, yaitu 27% kelompok atas

(BA) yang memperoleh nilai tertinggi dan 27%

kelompok bawah (BB) yang memperoleh nilai

terendah.

258. Apa penyebabnya jika suatu butir soal tidak dapat

membedakan

kemampuan siswa antara yang telah memahami

dan belum

memahami materi ?

Page 154: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

148

Jawab:

Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan

kemampuan siswa di antara yang yang telah

memahami dan belum memahami materi, maka butir

soal itu dapat dicurigai "kemungkinan penyebabnya"

adalah:

Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.

Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban

yang benar

Kompetensi yang diukur tidak jelas

Pengecoh tidak berfungsi

Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga

banyak siswa yang menebak

Sebagian besar siswa yang memahami materi yang

ditanyakan berpikir ada yang salah informasi

dalam butir soalnya

259. Berapa besar rentang indeks daya beda sebuah soal

?

Jawab:

Rentang indeks daya pembeda soal berkisar antara -

1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya

pembeda suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu

260. Apa artinya jika indeks daya beda harganya

negatif (< 0) ?

Jawab:

Jika daya pembeda negatif (< 0) berarti lebih banyak

kelompok bawah (siswa yang tidak memahami materi)

menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas

(siswa yang memahami materi).

261. Bagaimana rentang daya beda itu ?

Jawab:

Adapun rentang daya beda adalah seperti berikut ini

(Crocker dan Algina,1986).

Page 155: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

149

0,40 - 1,00 soal diterima baik

0,30 - 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki

0,20 - 0,29 soal diperbaiki

0,19 - 0,00 soal tidak dipakai/dibuang

262. Bagaimana langkah-langkah menentukan daya

beda?

Jawab:

Adapun langkah-langkah menentukan daya beda

adalah sebagai berikut:

a) Susunlah urutan peserta berdasarkan skor yang

diperolehnya, mulai skor tertinggi sampai skor

terendah

b) Bagilah peserta tes tersebut menjadi 2 (dua)

kelompok:

- Kelompok A: 27% kelompok atas (skor tinggi

mulai yang paling atas)

- Kelompok B: 27% kelompok bawah (skor

rendah mulai paling rendah):

c) Hitung jumlah kelompok atas yang menjawab

benar terhadap butir soal yang yang akan dihitung

daya bedanya (BA)

d) Hitung jumlah kelompok bawah yang menjawab

benar terhadap butir soal yang yang akan dihitung

daya bedanya (BB)

e) Hitung proporsi peserta yang menjawab benar

terhadap butir soal tersebut untuk masing-pmasing

kelompok

f) Indeks Daya Beda = proporsi kelompok atas

dikurangi proporsi kelompok bawah

D = KA/N – KB/N = PA - PB

Page 156: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

150

4. KEEFEKTIFAN PENGECOH

263. Apa yang dimaksud dengan pengecoh atau

distraktor dalam

soal pilihan ganda ?

Jawab:

Pengecoh (distractor) yang juga dikenal dengan istilah

penyesat atau penggoda adalah pilihan jawaban

(option) yang bukan kunci, sebagai alternatif yang

mirip dengan kunci.

264. Apa yang dimaksud dengan efektivitas pengecoh

itu ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan efektifitas distraktor atau

pengecoh adalah seberapa baik pilihan yang salah

tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang

tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia

265. Bagaimana cara mengetahui berfungsi tidaknya

sebuah pengecoh soal pilihan ganda ?

Jawab:

Untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah

pengecoh dapat digunakan rumus:

Banyaknya pemilih pengecoh

Jumlah peserta ujian x 100 %

266. Apakan ada cara lain untuk menganalisis

keefektifan pengecoh ?

Jawab:

Ada, yaitu dengan cara menentukan indek pengecoh

yang menggunakan rumus (Arifin, 2009) berikut

IP = P

(N−B)/(n−1) x 100

%

Keterangan:

IP = Indek pengecoh

P = jumlah siswa yang memilih

pengecoh

N = jumlah siswa yang ikut tes

B = jumlah siswa yang menjawab

betul pada setiap soal

n = jumlah alternatif jawaban

Page 157: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

151

267. Bagaimana cara menafsirkan indeks pengecoh

tersebut ?

Jawab:

Adapun cara menafsirkan indeks pengecoh tersebut

(Arifin, 2009) yaitu:

Sangat Baik IP = 76 % - 125 %

Baik IP = 51 % - 75 % atau 126 % - 150%

Jurang Baik IP = 26 % - 50 % atau 151 % -175 %

Jelek IP = 0 % - 25 % atau 176 % - 200 %

Sangat Jelek IP = lebih dari 200 %n

268. Bagaimana cara lain untuk menentukann indek

pengecoh ?

Jawab:

Cara lain untuk menentukan indeks pengecoh adalah

dengan menggunakan rumus

Ip = Np (n−1

N− NB)

Keterangan:

Np = jumlah siswa yang memilih pengecoh

n = banyak option (pilihan)

N = jumlah siswa yang ikut tes

NB = jumlah siswa yang menjawab benar butir

soal ybs

Kriteria:

> 200% : sangat buruk

0 – 25% atau 176-200% : buruk

26%-50% atau 151-175% : kurang baik

51%-75% atau 126-150% : baik

76%-125% :sangat baik

269. Kapan sebuah pengecoh itu dikatakan baik atau

telah berfungsi?

Jawab:

Sebuah distraktor dikatakan baik apabila paling tidak

dipilih oleh 2 % dari seluruh peserta (Fernandes,

1984).

Page 158: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

152

Sebuah distraktor atau pengecoh dikatakan berfungsi

apabila paling tidak dipilih oleh seorang peserta tes

dari kelompok rendah (Nitko, 1996)

270. Kapan sebuah pengecoh itu ditolak ?

Jawab:

Sebuah pengecoh akan ditolak apabila tidak ada yang

memilih atau proporsinya 0,00 (Depdikbud : 1997).

271. Bagaimana contoh penentuan berfungsi tidaknya

sebuah

pengecoh ?

Jawab:

Adapun contoh penentuan berfungsi tidaknya sebuah

pengecoh adalah sebagai berikut:

Misalkan hasil analisis jawaban soal Sebuah butir

soal Pilihan Ganda yang diikuti 30 orang siswa

adalah

Jumlah

Pilihan

A B* C D E O Jumlah

Kelompok

Atas (BA)

1 13 1 - - - 15

Kelompok

Bawah (BB)

3 5 2 4 - 1 15

Jumlah 4 18 3 4 1 20

Penjelasan : Misalkan kunci butir itu B (B*)

O (omit) artinya tidak memberikan pilihan (kosong)

Berikut dihitung persentase pemilihan pengecoh:

Jumlah siswa yang memilih pengecoh A = 4 orang,

maka 4/30 x 100% = 13,33%

Jumlah siswa yang memilih pengecoh C = 3 orang,

maka 3/30 x 100% = 10 %

Jumlah siswa yang memilih pengecoh D = 4 orang,

maka 4/30 x 100% = 13,33%

Page 159: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

153

Jumlah siswa yang memilih pengecoh E = 0 orang,

maka 0/30 x 100% = 0 %

Jumlah siswa yang tidak memilih = 1 orang, maka

1/30 x 100% = 3,33%

Mengacu kepada ketentuan yaitu pengecoh itu

dikatakan baik/berfunsi bila dipilih paling tidak 5 %

siswa/peserta tes Karenanya pengecoh A, C, dan D

sudah baik/berfungsi, sedangkan pengecoh E

dikatakan tidak baik/tidak berfungsi.

272. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam

menyusun pengecoh?

Jawab:

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun

pengecoh adalah: (1) masing-masing pengecoh harus

dibuat sama panjang, (2) dapat dipikirkan sebagai

gabungan beberapa pernyataan untuk menjawab

pertanyaan, (3) jika butir soal menghendaki jawaban

ya atau tidak maka alternatif jawaban harus disertai

penjelasan, (4) perlu digunakan kombinasi dua elemen

dalam alternatif jawaban, (5) jika alternatif jawaban

masih sukar dipahami perlu dipertimbangkan kembali

pokok soalnya (Ebel dan Frisbie, !991).

273. Jelaskan apa saja ciri-ciri pengecoh yang baik ?

Jawab:

Adapun cici-ciri pengecoh yang baik adalah:

1. Ada yang memilih, khususnya dari kelompok bawah

2. Dipilih lebih banyak oleh kelompok rendah

daripada kelompok tinggi

3. Jumlah pemilih kelompok tinggi pada pengecoh itu

tidak menyamai jumlah kelompok tinggi yang

memilih kunci jawaban

4. Paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes

Page 160: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

154

274. Bagaiman langkah-langkah untuk mengetahui

berfungsi efektif atau

tidak sebuah alternatif jawaban ?

Jawab:

Adapun langkah-langkah untuk mengetahui berfungsi

afektif atau tidak sebuah pilihan jawaban atau opsi

adalah sebagai berikut (Arifin, 2009):

1) Menentukan jumlah siswa

2) Menentukan jumlah sampel (n) untuk kelompok

atas dan kelompok bawah

3) Membuat tabel pengujian efektivitas opsi seperti

berikut

Kelompok Opsi

a B c d e

Atas

Bawah

4) Menghitung jumlah alternatif jawaban yang

dipilih siswa, dari kelompok atas dan dari

kelompok bawah

5) Menentukan efektivitas fungsi opsi dengan

kriteria:

a. Untuk Opsi kunci

1) Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok

bawah berada di antara 25 % - 75 %.

Rumusnya adalah

∑ PKA + ∑ PKB

n1 + n2

Keterangan

∑PKA = jumlah pemilih

kelompok atas

∑PKB = jumlah pemilih

kelompok bawah

𝑛1 = jumlah sampel kelompok

atas (27 %)

𝑛2 = jumlah sampel kelompok

bawah (27 %)

Page 161: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

155

2) Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih

besar daripada jumlah pemilih kelompok

bawah

b.Untuk opsi pengecoh

1) Jumal pemilih kelompok atas dan kelompok

bawah tidak kurang

dari:

25 % x 1

2 (∑ d) x (KA

+ KB)

Keterangan:

d = jumlah opsi pengecoh

KA = kelompok atas

KB = kelompok bawah

3) jumlah pemilih kelompok bawah harus lebih

besar daripada kelompok atas

275. Bagaimana sebaiknya ukuran tingkat kesukaran

butir soal

dalam suatu naskah ujian ?

Jawab:

Untuk menyusun naskah ujian maka ukuran tingkat

kesukaran butir soal sebaiknya berkisar:

Mudah = 25%

Sedang = 50%

Sukar = 25%

276. Apakah prosedur analisis butir soal acuan norma

dapat digunakan

pada analisis soal acuan patokan ?

Jawab:

Analisis tingkat kesukaran dan daya beda soal yang

digunakan dalam soal tes acuan norma tidak dapat

digunakan dalam soal tes acuan patokan. Alasannya,

pada tes acuan norma digunakan untuk menempatkan

kedudukan individu dalam kelompoknya, dimana

standar prestasi belajar bersifat relatif, karena

Page 162: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

156

tergantung rata-rata prestasi kelompok. Sedangkan

pada tes acuan patokan standar prestasi belajar telah

ditetapkan sebelumnya.

277. Mengapa ada perbedaan antara analisis butir tes

acuan patokan

dengan analisis butir tes acuan norma ?

Jawab:

Tingkat kesukaran soal tes acuan patokan didasarkan

atas berapa jauh tingkat prestasi belajar yang akan

diukur. Apabila tingkat prestasi belajar yang harus

dicapai siswa tinggi, soal tes disusun dengan tingkat

kesukaran yang tinggi pula.

Daya beda soal pada acuan patokan tidak diperlukan,

karena tes acuan patokan bukan untuk menentukan

perbedaan siswa atas dasar prestasi belajarnya, tetapi

untuk menentukan berapa persen mereka telah

menguasai pelajaran yang telah diberikan

278. Apa yang dianalisis pada tes acuan patokan ?

Jawab:

Yang dianalisis pada tes acuan patokan adalah

mengukur efektivitas pengajaran, yaitu apakah

pengajaran yang diberikan betul-betul efektif, atau

sudah berapa persen siswa telah menguasai bahan

pelajaran yang diberikan ? Jadi yang dianalisis pada

tes acuan patokan adalah membandingkan hasil

pengukuran antara prestes dan postes, yang disebut

sebagai Indeks Efektivitas Pengajaran (Sensitivity to

Instructional Effect)

279. Bagaimana cara mengukur indeks efektivitas

pengajaran (indeks sensitivitas) ?

Jawab:

Untuk mengukur Indeks Efektivitas Pengajaran

digunakan rumus berikiut:

Page 163: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

157

E = Ba−Bb

T dimana : E = indeks efektivitas pengajaran

Ba = jumlah siswa yang menjawab

betul sesudah menerima

pengajaran

Bb = jumlah siswa yang menjawab

betul sebelum menerima

pengajaran

T = Total jumlah seluruh peserta tes

280. Bagaimana contoh analisis efektivitas

pengajaran ?

Jawab:

Satu contoh analisis efektivitas pengajaran adalah

sebagai berikut

Soal 1 2 3 4 5

Pretes

(PR)

Postes

(PT)

PR PT PR PT PR PT PR PT PR PT

1. A

2. B

3. C

4. D

5. E

6. F

-

-

-

-

-

-

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

+

+

+

+

+

-

-

-

-

-

-

-

+

-

-

+

-

+

+

+

+

+

-

Adopsi dari Joesmani, 1988-

+ = jawaban betul,

- = jawaban salah

Kesimpulan analisinya:

Soal 1 :adalah soal yang ideal, sebelum diajar semua

siswa menjawab salah, tetapi

setelah diajar semua siswa menjawab betul

Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:

E = 6−0

6 = 100

Soal 2 :adalah terlalu mudah untuk mengukur hasil

pengajaran, karena sebelum dan sesudah

diajar siswa telah memberi jawaban betul

Page 164: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

158

Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:

E = 5−6

6 = 0,00

Soal 3 :adalah terlalu sukar dan tidak berhasil

mengukur pengajaran, seakan- akan

pengajaran yang telah diberikan tidak ada

gunanya, sebab sebelum diajarkan jawaban

semua siswa salah, demikiasn pula sesudah

diajar.

Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:

E = 0−0

6 = ), 00

Soal 4 : adalah soal yang salah atau pengajaran yang

salah, sebab sebelum diajar semua siswa telah

memberi jawaban betul,tetapi setelah diajar

semua siswa menjawab salah

Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:

E = 0−6

6 = -1, 00

Soal 5 :adalah soal yang efektif, sebab proposisi siswa

yang memberi jawaban betul pada postes

lebih banyak daripada sebelum pretes

Indeks Efektivitas Pengajaran adalah:

E = 5−2

6 = 0,50

Page 165: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

159

BAB 6. VALIDITAS

ALAT UKUR TES

1.KONSEP DASAR

281. Apa yang dimaksud dengan validitas ?

Jawab:

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai

arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu

instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi

ukurnya.

1) Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan

dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang

seharusnya diukur (Supranata: 2004)

2) Validitas didefinisikan sebagai seberapa cermat

suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya

(American Psychological Association, 1999)

3) Validitas merupakan derajad sejauh mana tes

mengukur apa yang ingin diukur (Borg dan Gall,

1983).

4) Validitas berhubungan dengan interpretasi atau

makna dan penggunaan hasil pengukuran peserta

didik (Nitko, 1996).

Pengertian sahih (valid) mencakup dua konsep yakni:

(1) jitu, dan (2) teliti ( Hadi, 1979).

Jitu disebut juga tepat, mengandung arti alat ukur

yang mengukur sesuatu sesuai dengan sasarannya.

Timbangan jitu atau tepat untuk mengukur berat

bukan untuk mengukur panjang. Meteran tepat untuk

mengukur panjang bukan untuk mengkur suhu.

Teliti disebut juga seksama atau cermat. Dalam

pengukuran mengandung makna jika alat ukur itu

mempunyai kemampuan secara teliti menunjukkan

besar kecilnya gejala atau bagian gejala sesuatu yang

diukur. Benda yang panjangnya 5 meter ditunjukkan

Page 166: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

160

oleh alat ukur itu sepanjang 5 meter, bukan 4 meter

bulan pula 6 meter

Jadi validitas ialah tingkat di mana dengan

sesungguhnya sebuah tes dapat mengukur apa yang

hendak diukur.

2. JENIS – JENIS VALIDITAS 282. Berapa jenis validitas itu?

Jawab:

Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu

validitas tes dan validitas butir

283. Apa yang dimaksud dengan validitas tes ?

Jawab:

Validitas tes adalah kemampuan suatu tes untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Allen & Yen,

1979). Messick (1989) menjelaskan bahwa validitas

tes merupakan suatu integrasi pertimbangan evaluatif

derajat keterangan empiris yang mendasarkan

pemikiran teoritis yang mendukung ketepatan dan

kesimpulan berdasarkan pada skor tes

284. Apa yang dimaksud dengan validitas butir ?

Jawab:

Validitas butir dari suatu tes adalah, ketepatan

mengukur yang dimiliki oleh sebutir soal (yang

merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sabagai

suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya

diukur lewat butir soal tersebut

285. Bagaimana cara menentukan validitas butir ?

Jawab:

Validitas butir tes dapat ditentukan dengan rumus

korelasi. Jika datanya berbentuk polytomi, sebaiknya

menggunakan korelasi Product Moment dengan

rumus berikut:

Page 167: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

161

rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)

√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}

dengan

𝑟𝑥𝑦: koefisien korelasi product moment

X : skor tiap pertanyaan/ item

Y : skor total

N : jumlah responden

Jika data yang berbentuk dikotomi, sebaiknya

menggunakan teknik Korelasi Point Biserial, dengan

rumus sebagai berikut:

rbis = Mp − Mt

SD√

p

q

dengan:

rbis = koefisien korelasi point biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi

butir yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

SD = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab betul (banyaknya

siswa yang menjawab betul dibagi dengan

jumlah seluruh siswa)

q = proporsi peserta didik yang menjawab

salah (q = 1 – p)

286. Bagaimana contoh menentukan validitas butir yang

menggunakan rumus korelasi product moment ?

Jawab:

Contoh Penentuan validitas butir yang menggunakan

Rumus Korelasi Product Moment adalah sebagai berikut

Misalkan hasil Ujicoba 10 buah soal esei pada 7 orang

siswa (responden) diperoleh skornya adalah sebagai

berikut. Ingin diketahui validitas butir soal nomor 6.

Page 168: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

162

Siswa Nomor Butir

Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 3 5 4 3 4 5 3 4 5 4 40

B 4 5 5 3 5 4 4 5 5 4 44

C 2 3 4 2 3 4 4 3 4 4 33

D 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 29

E 3 4 5 3 4 3 3 4 3 4 36

F 1 2 3 2 1 2 1 2 3 2 19

G 3 3 4 2 1 3 2 2 3 3 26

Adapun langkah-langkahnya adalah sebagaiberikut:

a) Membuat tabel perhitungan (X adalah skor butir 6, Y

adalah skor total)

X Y X2 Y2 XY

5 40 25 1600 200

4 44 16 1936 176

4 33 16 1089 132

3 29 9 841 87

3 36 9 1296 108

2 19 4 361 38

3 26 9 676 78

Σ 24 Σ 227 Σ 88 Σ 7799 Σ 819

b) Selanjutnya nilai hasil penjumlahan (Σ) di atas

dimasukkan ke dalam rumus korelasi product moment

rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)

√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}

rxy =(7)(819) − (24)(227)

√{7(88) − (24)2}{7(7799 − (227)2}

rxy =(5733) − (5448)

√{(616) − (576)}{(54593) − (51529)}

rxy =(285)

√(40)(3064) =

285

350,1 = 0,814

Page 169: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

163

c) Korelasi yang diperoleh antara skor butir nomor 6 dan

skor total adalah 0,814

d) Korelasi tersebut dibandingkan dengan dengan nilai-

nilai produk momen yang ada pada tabel statistik.

Dalam hal ini, untuk N = 7 dan pada taraf signifikansi

5% = 0,754.

e) Jadi nilai rxy = 0,814 > r tab = 0,754

f) Kesimpulannya butir nomor 6 adalah valid.

287. Bagaimana contoh menentukan validitas butir

dengan rumus korelasi point biserial ?

Jawab:

Contoh Penentuan validitas butir yang menggunakan

Rumus Korelasi Point biserial adalah sebagai berikut

Misalkan hasil ujicoba 10 buah butir tes pilihan ganda

pada 8 orang siswa adalah sebagaimana dalam tabel

berikut. Ingin diketahu validitas butir soal nomor 6.

No Siswa Nomor Soal

Skor

Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

2 B 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 5

3 C 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3

4 D 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 5

5 E 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6

6 F 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 4

7 G 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7

8 H 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8

x 5 5 5 3 7 6 4 3 4 4 46

P 0,75

q 0,25

Andaikan ingin dicari validitas butir soal nomor 6

Langkah-langkah perhitungannya:

(1) Hitung p (butir 6), dengan rumus

P = x

N =

6

8 = 0,75

Page 170: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

164

(2) Hitung q, dengan rumus

q = 1 – p = 1 – 0,75 = 0,25

(3) Hitung rerata skor total sengan rumus

Mt = skor total

N =

46

8 = 5,75

(4) Hitung rerata skor pada tes dari siswa yang memiliki

jawaban benar (butir nomor 6) dengan rumus:

Mp = (8+ 3+5+6+7+8)

6 =

37

6 = 6,17

(5) Menghitung Standar Deviasi dengan rumus

SD = √N∑X2−(∑X)2

N(N−1) = √

8x 288−(46)2

8(8−1) = √

188

56 = √3,357

= 1,832

∑𝑥2 = (8)2 +(5)2 +(3)2 +(5)2 +(6)2 +(4)2 + (7)2

+(8)2

∑𝑥2 = 288

(6) Menghitung korelasi biserial dengan rumus:

rpbis = Mp−Mt

SD √

p

q

(7) rpbis = 𝟔,𝟏𝟕−𝟓,𝟕𝟓

𝟏,𝟖𝟑𝟐√

𝟎,𝟕𝟓

𝟎,𝟐𝟓 =

𝟎,𝟒𝟐

𝟏,𝟖𝟑𝟐 x √

𝟎,𝟕𝟓

𝟎,𝟐𝟓 = 0,229 x 1,732

= 0,396

(8) Kesimpulan: korelasi biserial butir 6 adalah 0,396

(9) Interpretasi: butir 6 tidak diterima karena rendah

288. Apa saja kelebihan korelasi point biserial ?

Jawab:

Kelebihan korelasi point biserial: (1) memberikan

refleksi konstribusi soal secara sesungguhnya terhadap

fungsi tes. Maksudnya ini mengukur bagaimana

baiknya soal berkorelasi dengan criterion (tidak

bagaimana baiknya beberapa/secara abstrak); (2)

Page 171: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

165

sederhana dan langsung berhubungan dengan statistik

tes, (3) tidak pernah mempunyai value 1,00 karena

hanya variabel-variabel dengan distribusi bentuk yang

sama yang dapat berkorelasi secara tepat, dan variabel

kontinyu (kriterion) dan skor dikotonius tidak

mempunyai bentuk yang sama (Millman and Greene,

1993)

289. Berapa macam jenis validitas tes itu ?

Jawab:

Menurut Messick (1993) bahwa validitas secara

tradisional terdiri atas: (1) validitas isi, (2) validitas

criterion‐related, (3) valitidas prediktif, (4) validitas

serentak (concurrent), dan (5) validitas konstruk.

Sedangkan menurut Oosterhof (1990:23) tipe validitas

adalah validitas: (1) content, (2) criterion, dan (3)

construction. Namun secara umum semua jenis

validitas itu bagian dari validitas logis dan validitas

empiris.

290. Apa yang dimaksud dengan validitas logis suatu

alat ukur ?

Jawab:

Validitas logis sebuah alat ukur adalah validitas yang

memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil

penalaran dan sudah dirancang secara baik, sesuai

dengan teori dan ketentuan yang berlaku.

291. Apa pula yang dimaksud dengan validitas empiris

suatu alat ukur Jawab:

Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah

validitas yang memiliki pengertian pengalaman,

sehingga sebuah instrumen dikatakan memiliki

validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.

Page 172: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

166

292. Berapa macam validitas logis ?

Jawab:

Validitas logis dibedakan atas dua macam, yaitu

validitas isi dan validitas konstruk

293. Apa yang dimaksud dengan validitas isi ?

Jawab:

Validitas isi suatu tes adalah validitas yang

mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur

tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu

yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan

pengajaran.

Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan,

tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu

mewakili secara keseluruhan dan proporsional

perilaku sampel yang dikenai tes tersebu (Gregory,

2000).

294. Kapan suatu tes itu dikatakan valid isi ?

Jawab:

Suatu tes hasil belajar dikatakan valid isi, apabila

materi tes tersebut benar-benar merupakan bahan-

bahan yang representatif terhadap bahan-bahan

pelajaran yang diberikan

295. Bagaimana cara mengetahui validitas isi suatu tes

hasil belajar?

Jawab:

Untuk mengetahui valid isi suatu tes hasil belajar

adalah dengan cara melakukan pencocokan antara

materi dengan butir tes yaitu mencocokkan isi butir tes

hasil belajar dengan indikator-indikator yang telah

ditetapkan pada setiap topik pembelajaran.

Page 173: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

167

296. Bagaimana cara menentukan atau menguji

validitas isi suatu tes?

Jawab:

Validitas isi dinilai melalui analisis rasional terhadap

isi suatu tes dan penentuannya didasarkan pada

penilaian subjektif dan individual (Allen dan Yen

1979). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan

meminta pertimbangan ahli (expert judgement).

Pertimbangan atau penilaian juga dapat dimintakan

kepada profesional (professional judgement).

297. Bagaimana cara mengetahui bahwa hasil

pertimbangan ahli menunjukkan valid atau

tidaknya butir itu ?

Jawab:

Ada beberapa cara untuk mengetahui valid isi atau

tidaknya sebuah butir, di antaranya (1) persentase butir

yang cocok dengan indikator, yaitu dengan

menghitung besarnya persentase kecocokan suatu

butir dengan indikator/tujuan berdasarkan penilaian

pakar. (2) perhitungan rasio validitas isi dari Lawshe

298. Bagaimana bentuk rumus untuk menghitung

persentase kecocokan antara butir dengan

indikator/tujuannya ?

Jawab:

Adapun bentuk rumus untuk menghitung persentase

kecocokan antara butir dengan indikator/tujuannya

adalah:

Persentase = f

∑ f x 100%

dengan : f = frekuensi cocok menurut penilai

∑f = jumlah penilai

Butir tes dikatakan valid jika kecocokannya dengan

indikator mencapai lebih besar dari 50 %. (Susetyo,

2011).

Page 174: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

168

299. Bagaimana contoh menghitung persentase

kecocokan antara butir dengan

indikator/tujuannya ?

Jawab:

Misalkan, hasil penilaian 5 orang penilai (dosen atau

guru) pada 5 butir adalah sebagai berikut.

Penilai Butir

1 2 3 4 5

A 1 0 1 1 0

B 1 1 0 1 0

C 1 0 1 1 1

D 0 0 1 1 0

E 0 0 1 1 1

Jlh cocok 3 1 4 5 2

Jlh tidak

cocok

2 4 1 0 3

Jika cocok = 1,

Jika tidak cocok= 0

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir, dihitung

sebagai berikut:

Butir 1: Persentase = 3

5 x 100% = 60%, butir 1

dinyatakan valid

Butir 2: Persentase = 1

5 x 100% = 20%, butir 2

dinyatakan tidak valid

Butir 3: Persentase = 4

5 x 100% = 80%, butir 3

dinyatakan valid

Butir 4: Persentase = 5

5 x 100% = 100%, butir 4

dinyatakan valid

Butir 5: Persentase = 2

5 x 100% = 40%, butir 5

dinyatakan tidak valid

Page 175: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

169

300. Bagaimana bentuk rumus perhitungan rasio

validitas isi dari Lawshe?

Jawab:

Adapun bentuk rumus perhitungan rasio validitas isi

(Content Validity Ratio) dari Lawshe (Azwar 2012 ,n

Susetyo, 2011) , yaitu

CVR = Mp−

M

2M

2

= 2 Mp

M - 1

dengan : Mp = jumlah ahli yang menyatakan penting

M = jumlah ahli yang memvalidasi

301. Bagaimana penilaian validitas isi yang dilakukan

dengan menggunakan rumus Lawshe ?

Jawab:

Penilaian validitas isi dengan rumus Lawshe yang

dilakukan oleh para ahli didasarkan pada penting atau

tidak pentingnya butir. Butir dinyatakan valid isi jika

terdapat kecocokan di antara penilai di atas 0,50.

Indek rasio berkisar diantara: - 1 ≤ CVR ≤ + 1

Mp < ½ M CVR < 0

Mp = ½ M CVR = 0

Mp > ½ M CVR > 0

302. Bagaimana contoh menentukan valid tidaknya

butir menggunakan rumus Lawshe ?

Jawab:

Misalkan, hasil penilaian 5 orang penilai (dosen atau

guru) pada 5 butir adalah sebagai berikut:

Penilai Butir

1 2 3 4 5

A 1 0 1 1 0

B 1 1 0 1 0

C 1 0 1 1 1

D 0 0 1 1 0

E 0 0 1 1 1

Penting 3 1 4 5 2

Tidak Penting 2 4 1 0 3

Page 176: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

170

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir, dihitung

sebagai berikut:

Butir 1: Mp = 3, M = 5

CVR = (2 Mp/M) -1

CVR = (6/5) – 1 = 0,20, jadi butir 1

dinyatakan tidak valid

Butir 2: Mp = 1, M = 5

CVR = (2 Mp/M) -1

CVR = (2/5) – 1 = -0,60, jadi butir 2

dinyatakan tidak valid

Butir 3: Mp = 4, M = 5

CVR = (2 Mp/M) -1

CVR = (8/5) – 1 = 0,60, jadi butir 3

dinyatakan valid

Butir 4: Mp = 5, M = 5

CVR = (2 Mp/M) -1

CVR = (10/5) – 1 = 1,0, jadi butir 4 dinyatakan

valid

Butir 5: Mp = 2, M = 5

CVR = (2 Mp/M) -1

CVR = (4/5) – 1 = -0,20, jadi butir 5 dinyatakan

tidak valid

303. Bagaimana cara menilai validitas isi sebuah alat

ukur/perangkat ukur, bukan butir per butir ?

Jawab:

Untuk menilai validitas isi sebuah alat ukur/perangkat

ukur sekaligus (bukan butir per butir) dapat dilakukan

dengan menggunakan rumus berikut (Azwar, 2012):

Validitas isi = D

A+B+C+D

Indeks validitas ditentukan oleh kecocokan hasil

penilaian di antara dua orang ahli terhadap keseluruan

butir tes. Perangkat atau alat ukur dinyatakan valid isi

jika diperoleh harga di atas 0,50

Page 177: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

171

Adapun bentuk kecocokan di anatar dua orang penilai

adalah seperti dalam matrik berikut.

Penilai/Kategori

Penilai 1

Kurang

penting

penting

Penilai 2

Kurang

penting

A B

penting C D

304. Bagaimana contoh menilai validitas isi sebuah

alat/perangkat ukur ?

Jawab:

Misalkan sebuah alat/perangkat ukur dinilai oleh dua

orang ahli diperoleh hasil sebagai berikut

Validitas isi =𝟏𝟔

𝟒+𝟑+𝟐+𝟏𝟔 = 0,64

305. Apa yang dimaksud dengan validitas tampilan (

face validity) dan validitas logis ( logical validity) ?.

Jawab:

Validitas tampilan (face validity) adalah validitas yang

berkaitan dengan format tampilan perangkat tes,

sedangkan validitas logis (logical validity) adalah

validitas yang berkaitan dengan sejauhmana isi tes

merupakan representasi dari aspek-aspek yang hendak

diukur.

Penilai/

Kategori

Penilai 1

Kurang

penting

penting

Penilai 2

Kurang

penting 4

3

penting 2

16

Page 178: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

172

306. Aspek apa saja yang perlu diperhatikan untuk

menganalisis validitas

tampilan (face validity) ?

Jawab:

Aspek –aspek perlu diperhatikan untuk menganalisis

validitas tampilan, yaitu:

a. Apakah bahasa dan susunan kalimat (redaksi) tiap

butir soal cukup jelas dan sesuai dengan

kemampuan siswa ?

b. Apakah isi jawaban yang diminta tidak

membingungkan ?

c. Apakah cara menjawab sudah dipahami siswa ?

d. Jangan sampai siswa tahu isi jawabannya tetapi

tidak tahu bagaimana cara menjawab soal

bersangkutan

e. Apakah tes itu telah disusun berdasar

kaidah/prinsip penulisan butir soal?

307. Apa kegunaan pengujian validitas tes itu ?

Jawab:

Kegunaan pengujian validitas adalah untuk

mengetahui kelayakan butir-butir pertanyaan dalam

suatu daftar (konstruk) pertanyaan

308. Bagaimana cara pengujian validitas tes hasil

belajar ?

Jawab:

Pengujian terhadap tes hasil belajar sebagai suatu

totalitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,

pegujian yang dilakukan dengan jalan berpikir secara

rasional atau penganalisisan dengan menggunakan

logika (logical analysis). Kedua, pengujian/

penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan

diri kepada kenyataan empiris, dimana penganalisisan

dilaksanakan dengan menggunakan empirical

Analysis

Page 179: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

173

309. Bagaimana contoh pengujian validitas prediktif ?

Jawab:

Sebagai contoh, misalnya: tes masuk bagi calon-calon

mahasiswa PT. Tes ini dikatakan memiliki validitas

prediktif yang tinggi apabila calon mahasiswa yang

mendapat nilai tinggi ternyata juga memiliki prestasi

akademik yang tinggi selama belajar di PT

310. Bagaimana cara pengujian validitas prediktif jika

kriterianya sudah

ditentukan ?

Jawab:

Pengujian validitas prediktif (ramalan) jika

kriteriumnya sudah ditentukan, adalah dengan cara

menerapkan teknik analisis Korelasional Product

Moment dari Karl Pearson

311. Bagaimana cara pengujian validitas konkuren

(bandingan) jika kriteriumnya sudah ditentukan ?

Jawab:

Pengujian validitas konkuren (bandingan) jika

kriteriumnya sudah ditentukan, adalah sama dengan

cara pengujian validitas prediktif/ (ramalan) yaitu

menerapkan Teknik Analisis Korelasional Product

Moment dari Karl Pearson

312. Kapan hasil pengujian butir dapal dapat

dinyatakan valid ?

Jawab:

Hasil pengujian butir soal dapat dinyatakan valid,

apabila skor butir yang bersangkutan terbukti

mempunyai korelasi yang positif yang signifikan

dengan skor totalnya

313. Bagaimana pengujian validitas dilakukan ?

Page 180: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

174

Jawab:

Pengujian validitas dilakukan pada setiap butir

pertanyaan, dan hasilnya dapat dilihat melalui hasil r-

hitung yang dibandingkan dengan r-tabel, dimana r-

tabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) =

n-2 (signifikan 5%, n = jumlah sampel)

314. Bagaimana keputusan valid tidaknya sebuah butir

tes itu ?

Jawab:

Untuk mengetahui valid tidaknya sebuah butir tes,

dapat dilakukan dengan dua cara:

1) Dengan berkonsultasi ke tabel harga kritik r

product moment sehingga dapat diketahui

signifikan tidaknya korelasi tersebut. Keputusan

valid atau tidak validnya sebuah butir tes adalah

berdasarkan ketentuan berikut:

Jika r-tabel < r-hitung maka valid

Jika r-tabel > r-hitung maka tidak valid

2) Dengan melihat harga r dan

iinterprestasinya,seperti berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi

Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi

Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup

Antara 0,200 sampai dengan 0,400 =rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,200 = sangat rendah

315. Apa makna penting validitas suatu instrumen ?

Jawab:

Validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai

beberapa makna penting di antaranya seperti berikut.

1. Validitas berhubungan dengan ketepatan

interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk

grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.

Page 181: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

175

2. Validitas diartikan sebagai derajat yang

menunjukkan kategori yang bisa mencakup

kategori rendah,menengah, dan tinggi.

3. Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas

suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para

pendidik adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu

tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi

fisika belum tentu valid untuk bidang yang lain

misalnya bidang matematika

316. Apa yang dimaksud dengan validitas konstruks ?

Jawab:

Validitas Konstruk adalah validitas yang

mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes

mampu mengukur apa yang benar-benar hendak

diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi

konseptual yang telah ditetapkan.

317. Bagaimana cara menguji validitas konstruk ?

Jawab:

Validitas konstruk diuji secara kualitatif (validity by

assumption), maupun kuantitatif dengan

mengujicobakan alat ukur kepada sejumlah subjek

ujicoba

318. Metode apa yang dapat digunakan untuk

menguuji validitas

konstruk secara empiris?

Jawab:

Beberapa metode dapat digunakan untuk menguji

validitas konstruk secara empiris yaitu dengan 1)

menelaah butir, 2) meminta pertimbangan ahli, 3)

konvergensi dan diskriminabilitas, 4) multitrait-

multimethod (MTMM), dan 5) analisis factor

Page 182: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

176

319. Kapan suatu alat ukur dikatakan memenuhi

validitas konstruk ?

Jawab:

Suatu alat ukur dapat dikataka memenuhi validitas

konstruk apabila butir-butir soal (item) pada instrumen

sesuai dengan indikator yang telah dibuat

320. Apa yang dimaksud dengan validitas kriteria ?

Jawab:

Validitas kriteria merupakan validitas yang selalu

dikaitkan dengan kriteria eksternal yang dijadikan

dasar pegujian skor tes

321. Bagaimana contoh pengujiam validitas kriteria

(kongkuren) yang

menggunakan rumus korelasional product

moment?

Jawab:

Misalkan, ingin diketahui validitas tes buatan guru

fisika, maka tes tersebut diujicobakan pada 10 orang

siswa. Sebagai kriteria digunakan soal fisika buatan

MGMP. Hasil ujicoba diperoleh data sebagai berikut.

Hasil tes fisika buatan guru dari 10 siswa sebagai

berikut:

66, 68, 46, 62, 50, 50, 51, 74, 70, 66

Hasil tes fisika soal buatan MGMP fisika:

50, 65, 41, 55, 44, 54, 25, 70, 65, 60

Langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

Buat Tabel persiapan untuk menghitung korelasi

Siswa X Y 𝐗𝟐 𝐘𝟐 XY

A

B

C

D

E

F

66

68

46

62

50

50

50

65

41

55

44

54

4356

4624

2116

3844

2500

2500

2500

4225

1681

3025

1936

2916

3300

4420

1886

3410

2200

2700

Page 183: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

177

Siswa X Y 𝐗𝟐 𝐘𝟐 XY

G

H

I

J

51

74

70

66

47

70

65

60

2601

5476

4900

4356

2209

4900

4225

3600

2397

5180

4550

3960

∑x

603

∑y

551

∑x2

37273

∑𝑦2

31217

∑xy

34003

Selanjutnya nilai hasil penjumlahan di atas

dimasukkan ke dalam rumus korelasinya

rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)

√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}

rxy =(10)(34003) − (603)(551)

√{10(37273) − (603)2}{10(31217 − (551)2}

rxy =(340030) − (332253)

√{(372730) − (363609)}{(312170 − (303601)}

rxy =(7777)

√(9121)(8569)

rxy =(7777)

√78157849 =

7777

8840,7 = 0,879

Jadi nilai rxy = 0,879 diuji dengan harga kritik nilai r

product Moment

dengan N = 10, maka menjadi:

0,879 adalah > 0,765 (99%).

Berarti tes fisika buatan guru tersebut memiliki

validitas kriteria (konkuren),

Page 184: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

178

322. Kapan Butir Soal dikatakan sudah memiliki

validitas yang tinggi?

Jawab:

Sebutir soal dikatakan sudah memiliki validitas yang

tinggi jika skor-skor pada butir soal yang bersangkutan

memiliki kesesuaian atau kesajajaran arah dengan skor

totalnya; atau dengan bahasa statistik : Ada korelasi

positif yang signifikan antara skor butir dengan skor

totalnya.

323. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi validitas ?

Jawab:

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes

evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara

garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu

faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor

yang berasal dari siswa yang bersangkutan.

1) Faktor yang berasal dari dalam tes

a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas

sehingga dapat mengurangi validitas tes.

b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur

instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.

c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.

d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan

materi pembelajaran yang diterima siswa.

e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini

termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu

longgar.

f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak

mewakili sampel.

2) Faktor yang berasal dari dalam tes

a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas

sehingga dapat mengurangi validitas tes.

b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur

instrumen evaluasi, tidak terlalu sulit.

Page 185: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

179

c. Item tes dikonstruksi dengan jelas.

d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan

materi pembelajaran yang diterima siswa.

e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini

termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu

longgar.

f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak

mewakili sampel.

g. Jawaban masing-masing item evaluasi bisa

diprediksi siswa.

3) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor

tes

a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa

dalam memberikan jawaban dalam situasi

tergesa-gesa.

b. Adanya kecurangan dalam tes sehingga tidak

membedakan antara siswa yang belajar dengan

melakukan kecurangan.

c. Pemberian petunjuk dari pengawas yang tidak

dapat dilakukan pada semua siswa.

d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.

e. Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang

diberikan dalam tes baku.

f. Adanya joki (orang lain bukan siswa) yang masuk

dalam menjawab item tes yang diberikan.

4) Faktor yang berasal dari jawaban siswa

Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-

item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi

oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item

pada tes evaluasi (Sukardi, 2008)

Page 186: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …
Page 187: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

181

BAB 7. RELIABILITAS

ALAT UKUR TES

1. KONSEP DASAR

324. Jelaskan pengertian reliabilitas itu ?

Jawab:

Reliability berasal dari kata rely yang artinya percaya

dan reliabel yang artinya dapat dipercaya.

Keterpercayaan berhubungan dengan ketetapan dan

konsistensi. Tes dikatakan dapat dipercaya apabila

memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang

relatif tetap secara konsisten. Beberapa ahli

memberikan batasan reliabilitas.

1) Reliabilitas berhubungan dengan akurasi

instrumen dalam mengukur apa yang diukur,

kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat

seandainya dilakukan pengukuran ulang

(Thorndike dan Hagen, 1977)

2) Reliabilitas adalah konsisten atau keajegan atau

ketetapan dari nilai yang diperoleh dari tiap

individu yang sama manakala diadakan tes ulang

dengan tes yang sama pada waktu yang berbeda

atau dengan butir soal yang sejenis (Anastasia dan

Urbina, 1997).

3) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran

dengan alat tersebut dapat dipercaya (Suryabrata,

2004)

4) Reliabilitas suatu tes adalah kesesuaian antara

dua upaya yang dilakukan untuk mengukur trait

yang sama melalui metode yang sangat serupa

(Bachman, 1990),

5) Reliabilitas merupakan derajat keajegan

(consistency) di antara dua buah hasil pengukuran

pada objek yang sama (Mehrens & Lehmann,

1984)

Page 188: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

182

Jadi, Reliabilitas sering diartikan dengan

keterandalan atau keajegan. Artinya suatu tes memiliki

keterandalan bilamana tes tersebut dipakai mengukur

berulang–ulang hasilnya sama

325. Apakah yang dimaksud dengan kata “ajeg” atau

“tetap” dari reliabilitas itu adalah hasil tes

berkali-kali itu harus tetap sama ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan ajeg atau tetap tidak selalu

sama, tetapi mengikuti perubahan secara ajeg.

misalnya; jika si A dalam sebuah tes mula-mula lebih

rendah dibandingkan dengan si B, maka jika diadakan

pengukuran ulang, si A juga berada lebih rendah dari

si B, itulah yang dikatakan ajeg atau tetap, yaitu sama

dalam kedudukan siswa di antara anggota kelompok

yang lain

326. Apa kegunaan dari reliabilitas itu ?

Jawab:

Kegunaan reliabilitas adalah untuk mengetahui atau

menunjukkan keajekan suatu tes dalam mengukur

gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang

berbeda

2. JENIS –JENIS RELIABILITAS 327. Berapa macam jenis pengukurann reliabilitas itu?

Jawab:

Adapun jenis-jenis ukuran Reliabilitas adalah:

a. Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada

keajegan (konsistensi) hasil yang ditunjukan alat ukur

dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang

berbeda;

b. Dependability, yaitu kriteria yang mendasarkan diri

pada kemantapan alat ukur atau seberapa jauh alat

ukur dapat diandalkan;

Page 189: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

183

c. Predictability, karena perilaku merupakan proses

yang saling berkait dan berkesinambungan, maka

kriteria ini mengidealkan alat ukur yang dapat

diramalkan hasilnya dan meramalkan hasil pada

pengukuran gejala selanjutnya.

328. Berapa macam jenis reliabilitas itu ?

Jawab:

Berdasarkan perbedaan dalam mendefinisikan

reliabilitas. Maka secara garis besar reliabilitas dapat

dikelompokkan menjadi menjadi dua kelompok

1) Reliabilitas adalah kestabilan hasil pengukuran

apabila tes diujikan beberapa kali (external

stability).

2) Reliabilitas merupakan konsistensi internal hasil

pengukuran butir-butir tes.

329. Apa yang dimaksud dengan reliabilitas sebagai

Stabilitas

Eksternal ?

Jawab:

Reliabilitas sebagai stabilitas eksternal ini

memandang bahwa tes dikatakan reliabel apabila

diujikan beberapa kali akan memberikan hasil

pengukuran yang relatif konsisten.

330. Apa pula yang dimaksud dengan reliabilitas

sebagai Konsistensi Internal ?

Jawab:

Reliabilitas sebagai konsistensi internal adalah tes

dikatakan reliabel apabila di antara butir tes

memberikan hasil pengukuran yang konsisten

(internal consistency).

Page 190: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

184

331. Bagaimana cara menguji reliabilitas stabilitas

eksternal itu ?

Jawab:

Adapun cara menguji reliabilitas stabilitas ekternal

itu adalah menggunakan metode tes ulang (test retest

method) atau metode paralel.

332. Apa yang dimaksud dengan metode tes ulang (test

retest method)?

Jawab:

Metode tes ulang (test retest method) adalah metode

pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan

mengujikan sebuah perangkat tes kepada kelompok uji

coba yang sama sebanyak dua kali. Hasil pengukuran

kedua pengujian selanjutnya dikorelasikan. Sebuah tes

dikatakan reliabel apabila dua kali pengujian

menunjukkan hasil yang stabil. Stabilitas ditunjukkan

oleh korelasi antara skor yang diperoleh dari kedua

pengujian

333. Bagaimana langkah-langkah uji reliabilitas test-

retest ?

Jawab:

Ada enam (6) langkah yang dapat ditempuh pada uji

reliabilitas test-retest sebagai berikut (Sudijono, 1999)

:

1) Menyusun sebuah tes yang akan diukur

reliabilitasnya.

2) Mengujikan tes yang tersusun tersebut (tahap I)

3) Menghitung skor hasil tes tahap I.

4) Mengujikan ulang tes yag tersusun tersebut (tahap

II).

5) Menghitung skor hasil tes ulang (tahap II).

6) Menghitungan reliabilitas tes tersebut dengan

jalan mengkorelasikan skor tes I dengan skor tes

II dengan rumus korelasi Product Moment

Page 191: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

185

334. Apa yang dimaksud dengan metode paralel

(equivalent / alternate form)?

Jawab:

Metode paralel (equivalent / alternate form) adalah

metode pengujian reliabilitas dengan cara membuat

dua perangkat tes yang paralel dan mengujikan

sekaligus. Selanjutnya koefisien reliabilitas dihitung

dengan mengkorelasikan skor responden pada kedua

perangkat.

335. Bagaimana langkah-langkah uji reliabilitas

metode paralel ?

Jawab:

Adapun langkah – langkah yang ditempuh dalam uji

reliabilitas metode paralel adalah sebagai berikut:

1) Menyusun dua buah tes yang ekuivalen.

2) Mengujikan kedua tes tersebut (dalam kurun

waktu yang beriringan)

3) Memberikan skor hasil tes yang sudah diujikan,

disusun dengan memisahkan antara tes A

dengan tes B.

4) Mencari koefisien stabilitas kedua tes (A dan B )

dengan jalan mencari korelasinya melalui rumus

korelasi Product Moment

336. Bagaimana prosedur menentukan reliabiltas suatu

alat ukur

jika menggunakan metode test- retes ?

Jawab:

Prosedur menentukan reliabilitas alat ukur jika

menggunakan metode tes-retes adalah dengan cara

memberikan yang sama dua kali pada sekelompok

siswa yang sama dengan selang waktu tertentu

(misalnya 7 hari – 1 bulan), kemudian hasil keduanya

dikorelasikan

Page 192: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

186

337. Apa kelemahan pengujian reliabilitas metode tes

retest ?

Jawab:

Kelemahan pengujian reliabilitas metode tes retes di

antaranya:

i. Sangat besar kemungkinannya para responden

masih ingat dengan materi soal tes yang pertama

(carry-over effect) sehingga akan mengulang

kembali jawaban yang pernah diberikan pada tes

kedua. Untuk itu selang waktu tes pertama dan

kedua perlu diperhatikan.

ii. Kemungkinan terjadinya perbedaan kesiapan

responden pada saat pengukuran pertama

dibandingkan dengan pengukuran kedua

338. Bagaimana prosedur menentukan reliabiltas alat

ukur jika menggunakan metode paralel?

Jawab:

Prosedur menentukan reliabilitas alat ukur jika

menggunakan metode paralel adalah dengan cara

memberikan dua tes yang sama (hanya berbeda

sedikit: redaksi dan kalimat) secara parallel pada

sekelompok siswa, hasilnya dikorelasikan

339. Apa yang dimaksud dengan metode belah dua

(Split-Half) ?

Jawab:

Metode belah dua adalah membagi banyaknya butir

dalam perangkat tes menjadi dua bagian

340. Bagaimana cara menguji reliabilitas konsistensi

internal

Jawab:

Untuk menguji reliabilitas konsistensi internal dapat

dilakukan dengan beberapa metode yaitu (1) metode

belah dua, (2) metode Kuder-Rechadson 20 (K-R 20),

(3) metode KR 21, dan (4) koefisien alfa Cronbach.

Page 193: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

187

341. Bagaimana prosedur menguji reliabiltas alat

ukur jika menggunakan Metode Belah Dua ?

Jawab:

Prosedur menentukan reliabilitas alat ukur jika

menggunakan metode belah dua adalah dengan cara

membelah dua suatu perangkat tes, misalnya yang

bernomor ganjil dan yang bernomor genap, kemudian

dihitung korelasinya dengan menggunakan rumus

korelasi produch momen. Koefisien reliabilitas

perangkat tes dihitung misalnya menggunakan

persamaan Spearman-Brown

342. Bagaimana langkah-langkah uji reliabilitas dengan

metode Belah Dua ?

Jawab:

Adapun langkah yang ditempuh untuk uji reliabilitas

tes metode belah dua adalah:

a) Menyusun sebuah tes yang jumlah butirnya

genap, sehingga bila dibelah jumlahnya sama.

b) Mengujikan tes tersebut pada satu sampel.

c) Menghitung skor masing – masing peserta tes

dalam dua kelompok skor, dapat dikelompokkan

skor ganjil dan genap; dapat pula dikelompokkan

skor belahan atas dan bawah.

d) Mencari reliabilitas setengah tes, dengan jalan

mengkorelasikan kedua skor tersebut dengan

rumus Product Moment, atau mencari deviasi

pada belahan ganjil genap.

e) Mencari reliabilitas satu tes penuh dengan

menggunakan salah satu dari rumus ini :

(1) Rumus Spearman-Brown

(2) Rumus Flanagan

(3) Rumus Rulon

Page 194: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

188

343. Bagaimana langkah-langkah menguji Reliabilitas

dengan menggunakan rumus Spearman-Brown ?

Jawab:

Adapun langkah-langkah yang dapat digunakan

untuk menentukan reliabilitas dengan menggunakan

rumus Spearman-Brown, yaitu:

1) Membelah hasil tes menjadi dua, yaitu belahan

ganjil dan genap

2) Skor ganjil sebagai variabel X, dan skor genaap

sebagai variabel Y

3) Menghitung koefisien korelasi ½ tes dengan

menggunakan rumus korelasi Product Moment

4) Menghitung koefisien korelasi suatu tes penuh

dengan rumus Spearman-Brown

r𝑥𝑥 = 2 x r1

212

1+ r12

12

Keterangan

𝑟𝑥𝑥 = reliabilitas,

r1

2

1

2

= korelasi diantara

dua belahan

5) Membandingkan nilai koefisien reliabilitas yang

diperoleh dengan batas reliabilitas

344. Bagaimana contoh menguji Reliabilitas tes jika

menggunakan metode Belah Dua Spearman-

Brown ?

Jawab:

Misalkan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan

10 butir soal pilihan ganda pada 5 orang siswa; sebagai

berikut.

Siswa Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

B 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1

C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

D 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

Adopsi dari Purwanto (2008)

Page 195: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

189

Misalkan pada contoh di atas dilakukan pembelahan

dengan membelah butir dalam ganjil dan genap maka

hasil pembelahan yang dihasilkan adalah sebagai

berikut :

No Butir Ganjil

Butir Genap

1 3 5 7 9 2 4 6 8 10

1 1 1 1 1 1 5 1 0 0 1 1 3 8

2 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 2 3

3 1 1 1 1 1 5 1 1 0 1 1 4 9

4 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 2

5 1 1 0 1 1 4 1 1 1 1 0 4 8

Jumlah skor kedua belahan selanjutnya

dikorelasikan. Data jumlah skor kedua belahan

adalah sebagai berikut :

Siswa X Y

A 5 3

B 1 2

C 5 4

D 0 2

E 4 4

Keterangan :

X = jumlah skor butir belahan ganjil

Y = jumlah skor butir belahan genap

Perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan

mengkorelasikan kedua belahan dengan tabel

persiapan perhitungan sebagai berikut :

No X Y X2 Y2 XY

1 5 3 25 9 15

2 1 2 1 4 2

3 5 4 25 16 20

4 0 2 0 4 0

5 4 4 16 16 16

Jumlah 15 15 67 49 53

Page 196: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

190

Korelasi dilakukan menggunakan rumus :

rxy =N∑XY − (∑X)(∑Y)

√{N∑X2 − (∑X)2}{N∑Y2 − (∑Y)2}

Keterangan :

X = skor butir belahan ganjil

Y = skor butir belahan genap

N = jumlah responden

rxy =(5)(53) − (15)(15)

√{(5)(67) − (225)}{(5)(49) − (225)}

rxy = 265 − 225

√(335 − 225)(245 − 225)

rxy = 40

√(110)(20) =

40

√2200 =

40

46,9 = 0,85

Hasil korelasi antara skor belahan ganjil dan genap

(rXY) menggunakan rumus korelasi product moment

adalah sebesar 0,85. Angka koefisien korelasi ini

merupakan korelasi antara setengah tes (r 1/2.1/2)

karena skor diperoleh dari hasil pembelahan butir

menjadi dua bagian.

Untuk mendapatkan koefisien reliabilitas tes penuh

(r11), maka koefisien reliabilitas setengah tes ini

harus diubah menjadi koefisien reliabilitas penuh

(r11) dengan menggunakan rumus: Spearman-

Brown.

𝑟𝑥𝑥 = 2 x r1

212

1+ r12

12

r11 =2 𝑥 0,85

1+0,85 =

1,7

1,85 = 0,918

Page 197: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

191

345. Bagaimana langkah-langkah menguji reliabilitas

jika menggunakan rumus Flanagan ?

Jawab:

Adapun langkah-langkah untuk menentukan

reliabilitas dengan menggunakan rumus Flanagan,

yaitu:

1) Membelah skor tes menjadi dua, yaitu belahan

ganjil dan belahan genap serta menghitung skor

total

2) Mencari varian belahan ganjil ,belahan genap dan

varian total dengan menggunakan rumus

SDi2 =

∑ Xi2−

(∑ xi2)

N

N

3) Menghitung besarnya reliabilitas tes dengan

rumus Flanagan

r11 = 2 (1 −

SD1

2+ SD22

SDt2 )

Keterangan: 𝑟11

= koefisien reliabilitas

SD12 = varians belahan pertama

SD22 = varians belahan kedua

SD𝑡2 = varias skor total

4) Membandingkan nilai koefisien reliabilitas yang

diperoleh dengan batas reliabilitas

346. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes jika

menggunakan metode Belah Dua Flanagan ?

Jawab:

Andaikan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan

10 butir soal pilihan ganda pada 5 orang siswa; sebagai

berikut.

Siswa Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

B 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1

C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

D 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

Adopsi dari Purwanto (2008)

Page 198: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

192

Dari data di tersebut, dan andaikan pembelahan butir

dilakukan ganjil – genap, maka perhitungan koefisien

reliabilitas dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1) Menyusun tabel persiapan

No Butir Ganjil

Xi Xi2 Butir Genap

Xi Xi2 Xt Xt2 1 3 5 7 9 2 4 6 8 10

1 1 1 1 1 1 5 25 1 0 0 1 1 3 9 8 64

2 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 2 4 3 9

3 1 1 1 1 1 5 25 1 1 0 1 1 4 16 9 81

4 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 2 4 2 4

5 1 1 9 1 1 4 16 1 1 1 1 0 4 16 8 64

15 67 15 49 30 222

2) Menghitung varians

Perhitungan varians dilakukan menggunakan rumus

sebagai berikut :

SDi2 =

∑ Xi2 −

(∑ xi2)

NN

Hasil perhitungan varians untuk masing-masing belahan

butir adalah:

Varian belahan ganjil

SD12=

67 − (𝟏𝟓)𝟐

𝟓

𝟓 =

67−45

5 = 3,8

Varian belahan genap

SD22 =

49− (15)2

5

5 =

49−45

5 = 0,8

Varian skor total

SDt2 =

222− (30)2

5

5 =

222−180

5 = 8,4

Page 199: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

193

r11 = 2 (1 − 𝑆1

2+ 𝑆22

𝑆𝑡2 )

𝑟11 = 2 (1 = 3,8+0,8

8,4)

r11 = 2 (1 − 4,6

8,4) = 2(1 − 0,547) = 2 – 1,094 = 0,906

347. Bagaimana langkah-langkah menguji reliabilitas

dengan menggunakan rumus Rulon ?

Jawab:

Adapun langkah-langkah untuk menentukan

reliabilitas dengan menggunakan rumus Rulon, yaitu:

1) Membelah hasil tes menjadi dua, yaitu belahan

ganjil, belahan genap

2) Menghitung skor total

3) Mencari varian beda dengan rumus

SDd2 =

∑d2 − (∑ d)2

NN

4) dan varian total dengan rumus

SDt2 =

∑xt2 −

(∑xt)2

NN

5) Menghitung reliabilitas dengan rumus Rulon

r11 = 1 - SDd

2

SDt2

Keterangan:

SD𝑑2 = varians beda

SDt2= varians total

6) Membandingkan nilai koefisien reliabilitas yang

diperoleh dengan batas reliabilitas

Page 200: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

194

348. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang

menggunakan

metode Belah Dua Rulon ?

Jawab:

Misalkan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan

10 butir soal pilihan ganda pada 5 orang siswa; sebagai

berikut.

Siswa Butir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

B 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1

C 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

D 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0

E 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0

Adopsi dari Purwanto (2008)

1) Membuat tabel persiapan

No Butir Awal

∑ Butir Akhir

∑ d d2 xt 𝑥𝑡

2

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 1 0 1 4 0 1 1 1 1 4 0 0 8 64

2 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 2 -1 1 3 9

3 1 1 1 1 1 5 0 1 1 1 1 4 1 1 9 81

4 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 2 4

5 1 1 1 1 0 4 1 1 1 1 0 4 0 0 8 64

0 2 30 222

2) Menghitung varians beda

SDd2 =

∑d2− (∑ d)2

N

N =

2− 02

5

5 =

2

5 = 0,40

3) Menghitung varians total

SDt2 =

∑xt2−

(∑xt)2

N

N =

222− 302

5

5 =

222−180

5 = 8,40

4) Menghitung reliabilitas dengan menggunakan rumus

Rulon

𝑟11 = 1 - SD𝑑

2

SD𝑡2

r11=1− 0,40

8,40= 1 − 0,047 = 0,952

Page 201: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

195

349. Kapan digunakan rumus Kuder-Richardson 20

(KR 20) untuk

pengujian reliabilitas ?

Jawab:

Rumus Kuder-Richardson 20 (KR20) digunakan

untuk menilai konsistensi internal item-item dalam

sebuah alat ukur secara keseluruhan, jika item-item

pertanyaan dalam bentuk respons dikotomi, misalnya

“benar-salah”, “ya-tidak”, “ada-tidak”

350. Bagaimana bentuk rumus Kuder-Richardson 20

KR20)

Jawab:

Adapun bentuk Rumus Kuder-Richardson 20 (KR 20)

adalah;

Rumus Kuder-Richardson 20 (KR20)

KR-20 =

(n

n−1) (

SDt2− ∑p q

SDt2 )

Keterangan

n = banyak butir soal

SDt2 = varians skor tes

total

p = proporsi jawaban

betul

q = (1-p) = proporsi

jawaban

salah

351. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang

menggunakan

Rumus KR-20 ?

Jawab:

Misalkan hasil tes pada mata pelajaran Fisika dengan

6 butir soal pilihan ganda pada 6 orang siswa sebagai

berikut.

Page 202: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

196

Siswa Soal

1 2 3 4 5 6

A

B

C

D

E

F

G

H

1

1

1

1

1

0

1

0

0

1

0

1

1

1

1

1

1

1

0

1

1

0

0

0

1

1

0

0

1

0

0

1

0

1

0

0

1

0

0

0

1

1

1

1

1

0

1

0

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari

reliabilitas dengan

rumus KR-20:

(1) Menyusun tabel perhitungan sebagai berikut.

Siswa Soal Skor

total

X ∑X2

1 2 3 4 5 6

A

B

C

D

E

F

G

H

1

1

1

1

1

0

1

0

0

1

0

1

1

1

1

1

1

1

0

1

1

0

0

0

1

1

0

0

1

0

0

1

0

1

0

0

1

0

0

0

1

1

1

1

1

0

1

0

4

6

2

4

6

1

3

2

0,5

2,5

-1.5

0,5

2,5

-2,5

-0,5

-1,5

0,25

6,25

2,25

0,25

6,25

6,25

0,25

2,25

∑ 6 6 4 4 2 6 28 24.00

p 0,75 0,75 0,50 0,50 0,25 0,75 3,50

q 0,25 0,25 0,50 0,50 0,75 0,25 2,50

pq 0,19 0,19 0,25 0,25 0,19 0,19 1,26

(01) Mencari jumlah jawaban benar untuk setiap siswa

(x)

(02) Mencari harga p dari setiap butir, yaitu

p = :∑ Xi

N, untuk butir 1, p1 =

6

8 = 0,75, untuk butir 3,

p3 = 4

8 = 0,50, dan seterusnya

(03) Mencari jumlah proporsi (∑p) , didapat ∑p = 3,50

Page 203: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

197

(04) Mencari harga q dengan rumus q = 1 – p

Untuk butir 1, q1 = 1- 0,75 = 0,25. untuk butir 3, q3

= 1 – 0,50 = 0,50, dan seterusnya

(05) Mencari jumlah q (∑ q), didapat :∑q = 2,50

(06) Mencari pq, yaitu: p x q, untuk butir 1, 0,75 x 0,25

= 0,1875, dan seterusnya

(07) Mencari jumlah pq (∑ pq), didapat ∑ pq = 1,26

(08) Mencari angka rata-rata (M) jawaban benar, yaitu

M = ∑X

N =

28

8 = 3,5

(09) Mencari penyimpangan dari rata-rata,

Untuk siswa A : 4 – 3,5 = 0,5, siswa B: 6 – 3,5 =

2,5, dan seterusnya

(10) Mencari kuadrat penyimpangan (x2)

Untuk siswa A kuadrat penyimpangan = (0,5)2 =

0,25, dan seetrusnya

(11) Mencari jumlah kuadrat penyimpangan (∑x2),

yaitu:

0,25 + 6,25 + 2,25 + 0,25 + 6,25 + 6,25 +0,25 +2,25

= 24,00

(12) Mencari varian, yaitu:

SDt2 =

∑X2

N =

24

8 = 3,0

(13) Mencari koefisien reliabilitas dengan rumus KR-20

r = (6

6−1) (

3,00−1,26

3,00) =

6

5 x 0,58 = 0,696

352. Jelaskan kapan rumus Kuder-Richardson 21

diguanakan

Jawab:

Rumus Kuder-Richardson- 21 digunakan untuk tes

yang dibuat sistematikanya menggunakan pilihan

ganda

Page 204: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

198

353. Bagaimana bentuk rumus Kuder-Richardson 21

(KR - 21) ?

Jawab:

Adapun bentuk Rumus Kuder-Richardson 21 (KR21)

adalah;

Rumus Kuder-Richardson 21 (KR21)

KR-21 =(n

n−1) (1 −

M(n−M)

n SDt2 )

Keterangan

n = jumlah butir

SDt2 = varians total

M = rerata skor total

354. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang

menggunakan

rumus KR-21 ?

Jawab:

Misalkan hasil tes fisika terhadap 10 orang siswa

menggunakan lima butir soal esei sebagai berikut.

Skor maksimum tiap butir adalah 20.

Siswa Butir

1 2 3 4 5

A 15 20 17 18 20

B 10 7 12 9 10

C 5 7 5 8 5

D 20 20 17 20 18

E 15 17 15 18 17

F 7 8 7 5 9

G 15 17 14 15 15

H 20 19 17 20 17

I 15 15 16 14 15

J 4 3 4 4 3

Adopsi dari Purwanto (2008)

Page 205: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

199

Langkah-langkah ‘yang dilakukan untuk mencari

reliabilitas dengan rumus KR-21 adalah:

(1) Menyusun tabel perhitungan sebagai berikut.

Siswa Butir Xi Xi2

1 2 3 4 5

A 15 20 17 18 20 90 8100

B 10 7 12 9 10 48 2304

C 5 7 5 8 5 30 900

D 20 20 17 20 18 95 9025

E 15 17 15 18 17 82 6724

F 7 8 7 5 9 36 1296

G 15 17 14 15 15 76 5776

H 20 19 17 20 17 93 8649

I 15 15 16 14 15 75 5625

J 4 3 4 4 3 18 324

∑ 643 48723

(2) Menghitung rata-rata skor total, yaitu

M = ∑𝑋𝑖

𝑁 =

643

10 = 64,3

(3) Menghitung varians total, yaitu:

SDt2 =

∑ Xt2−

(∑ t)

N

N =

48723− 6432

10

10 =737,81

(4) Menghitung koefisien reliabilitas dengan rumus

KR-21, yaitu:

KR-21 =(n

n−1) (1 −

M(n−M)

n SDt2 ) = (

5

5−1) (1 −

64,3(5−64,3

5 𝑥 737,81 )

Kr 21 =0.98

Page 206: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

200

355. Bagaimana teknik pengujian reliabilitas tes hasil

belajar bentuk esai atau uraian ?

Jawab:

Untuk Teknik Pengujian Reliabilitas Tes Hasil Belajar

Bentuk Uraian adalah dengan memggunakan Rumus

Alpha Cronbach yaitu

Rumus Alpha Cronbach

ᾶ =

(n

n − 1)

SDt2−∑(SDi

2)

SDt2

Keterangan:

n = jumlah butir

SDi2 = varians

butir

SDt2 = varians total

356. Bagaimana contoh menguji reliabilitas tes yang

menggunakan rumus Alpha Cronbach ?

Jawab:

Misalkan hasil tes fisika terhadap 10 orang siswa

menggunakan lima butir soal esei sebagai berikut.

Siswa Butir

1 2 3 4 5

A 15 20 17 18 20

B 10 7 12 9 10

C 5 7 5 8 5

D 20 20 17 20 18

E 15 17 15 18 17

F 7 8 7 5 9

G 15 17 14 15 15

H 20 19 17 20 17

I 15 15 16 14 15

J 4 3 4 4 3

Page 207: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

201

Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencari

reliabilitas dengan rumus alpha Cronbach

(1) Menyusun tabel persiapan sebagai berikut

Siswa Butir Skor

total

(xt)

Xt2

1 2 3 4 5

A 15 20 17 18 20 90 8100

B 10 7 12 9 10 48 2304

C 5 7 5 8 5 30 900

D 20 20 17 20 18 95 9025

E 15 17 15 18 17 82 6724

F 7 8 7 5 9 36 1296

G 15 17 14 15 15 76 5776

H 20 19 17 20 17 93 8649

I 15 15 16 14 15 75 5625

J 4 3 4 4 3 18 324

∑ 643 48723

∑X𝑖 126 133 124 131 129

∑Xi2 1890 2135 1778 2055 1967

(2) Menghitung varian butir

SD12 =

∑x12−

(∑x1)2

N

N =

1890− 1262

10

10 =

1890−1587,6

10 = 30,24

SD22 =

∑x22−

(∑x2)2

N

N =

2135− 1332

10

10 =

2135−1768,9

10 = 36,61

SD32 =

∑x32−

(∑x3)2

N

N =

1778− 1242

10

10 =

1778−1537,6

10 = 24,04

SD42 =

∑x42−

(∑x4)2

N

N =

2005− 1312

10

10 =

2005−1716,1

10 = 33,89

SD52 =

∑x52−

(∑x5)2

N

N =

1967− 1292

10

10 =

1967−1664,1

10 = 30,29

∑𝐒𝐢𝟐 = s1

2 + s22 + s3

2 + s42 + s5

2 = 155, 07

Page 208: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

202

(3) Menghitung varian total

SDt2 =

∑xt2−

(∑xt)2

N

N =

48732− 6432

10

10 =

48732−42344,9

10 = 737,71

(4) Mencari koefisien reliabilitas dengan rumus alpha

Cronbach

ᾶ = (n

n − 1)

SDt2−∑(SDi

2)

SDt2 = (

5

5−1)

737,71−155,07

737,71 =

4

5 x

582,64

737,71 = 9,99

357. Faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi

reliabilitas skor tes?

Jawab:

Faktor-faktor yang dapat memengaruhi reliabilitas

skor tes, di antaranya:

(a) Semakin banyak jumlah butir soal, semakin ajek

suatu tes.

(b) Semakin lama waktu tes, semakin ajek.

(c) Semakin sempit range kesukaran butir soal,

semakin besar keajegan.

(d) Soal-soal yang saling berhubungan akan

mengurangi keajegan.

(e) Semakin objektif pemberian skor, semakin besar

keajegan.

(f) Ketidaktepatan pemberian skor.

(g) Menjawab besar soal dengan cara menebak.

(h) Semakin homogen materi semakin besar keajegan.

358. Bagaimana keterkaitan nntara validitas dan

reliabilitas suatu tes?

Jawab:

Adapun keterkaitan antara validitas dan reliabilitas

adalah sebagai berikut Validitas menyangkut

ketepatan tes dalam mengukur gejala yang diukur,

sedangkan reliabilitas menunjuk pada konsistensi hasil

pengukuran dari waktu ke waktu maupun antar bagian

dari tes tersebut, sehingga tes yang valid yang dapat

mengukur apa yang seharusnya dapat diukur pasti akan

Page 209: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

203

menunjukkan hasil yang konsisten atau reliabel tetapi

hasil pengukuran yang konsisten tidak dapat

menunjukkan dukungannya terhadap validitas

359. Bagaimana cara menentukan batas reliabilitas

sebuah tes ?

Jawab:

Koefisien reliabilitas harus diusahakan setinggi

mungkin, namun koefisien yang tidak tinggi dapat

dianggap cukup dalam pengukuran tertentu yang tidak

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan yang

bersifat individual (Azwar,(1994). Jika skor

digunakan untuk menentukan apakah dua kelompok

berbeda signifikan maka koefisien reliabilitas 0,65

sudah memberikan kontribusi dalam keputusan. Akan

tetapi, jika skor digunakan untuk membandingkan

penampilan individu yang berbeda maka koefisien

reliabilitas paling tidak 0,85 (Aiken, 1994) Indeks

reliabilitas merupakan korelasi hitung maka batas

kriteria reliabilitas adalah tabel korelasi. Bila r hitung

> r tabel maka kedua skor hasil pengukuran tes

berkorelasi signifikan. Signifikansi korelasi

menunjukkan adanya konsistensi sehingga tes telah

dapat dikatakan reliable (Gronlund dan Linn ,1995)

360. Bagaimana acuan korelasi suatu tes ?

Jawab:

Acuan koefisien korelasi suatu tes (Mathews: 1963)

adalah sbb :

r = 0.90 - 0.99 berarti Sempurna / Sangat tinggi

r = 0,80 - 0.89 berarti Tinggi

r = 0.70 - 0.79 berarti Sedang / Cukup

r = 0.60 - 0.69 berarti Kurang

r = di bawah 0.59 berarti Sangat Kurang

Page 210: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

204

361. Apa yang dimaksud dengan kesalahan standar

pengukuran ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan kesalahan standar pengukuran

(Standard error of measurement atau SEM) adalah

ukuran yang mencerminkan tidak akuratnya skor dari

tes yang digunakan untuk mengukur.

362. Bagaimana cara menghitung Standar Kesalahan

Pengukuran itu?

Jawab:

Karena standar kesalahan pengukuran itu merupalan

fungsi dari reliabilitas tes dan variabilitas skor, maka

untuk mengukur Standar kesalahan pengukuran

adalah dengan menggunakan persamaan:

SEM = Sx√1 − rxx

dengan Sx = SD skor total tes

rxx = estimasi koefisien reliabilitas

363. Bagaimanakah cara membuktikan bahwa

semakin banyak butir soal (panjang tes) , akan

semakin tinggi indeks reliabilitas soal tersebut ?

Jawab:

Untuk membuktikan bahwa semakin banyak butir

soal, akan semakin tinggi koefisien reliabilitas soal

itu adalah sebagai berikut/

Sebuah tes bahasa Inggris terdiri atas 40 soal

memiliki indek reliabilitasnya 0,6. Jika stes Bahasa

Inggris tersebut ditambah butir soalnya 20 butir

sehingga panjang tes menjadi 60 butir atau 1,5 kali

panjang tes awal.

Page 211: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

205

Menggunakan rumus Spearman-Brown, indeks

reliabilitas tes menjadi:

𝐫𝐧 = 𝐧.𝐫

𝟏+ (𝐧−𝟏)𝐫 =

𝟏,𝟓 𝐱 𝟔𝟎

𝟏−(𝟏,𝟓−𝟏 )𝟎,𝟔= 0,692

Keterangan:

𝑟𝑛 = koefisien reliabilittas setelah ditambahkan soal

n = perkalian penambahan soal

r = koefisien reliabilitas awal

Penjelasan: Ketika jumlah butir soal 40, indek

reliabilitasnya adalah 0,6 setelah jumlah butir soalnya 60

indek reliabilitasnya 0,692

Page 212: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …
Page 213: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

207

BAB 8. PENILAIAN (ASESMEN)

364. Ada berapa macam teknik penilaian untuk menilai

hasil pembelajaran siswa ?

Jawab:

Secara umum ada sembilan macam teknik penilaian

untuk menilai hasil pembelajaran siswa. yaitu: (1)

tes, (2) observasi, (3) penilaian diri, (4) penilaian

antar teman, (5) penilaian kinerja, (6) penilaian

portofolio. (7) peniaian produk, (8) penilaian proyek,

dan (9) penilaian jurnal

365. Bagaimana hubungan antara teknik penilaian dengan

aspek penilaian?

Jawab:

Adapun hubungan antara teknik penilaian dengan aspek

penilaian adalah sebagai berikut:

Teknik

Penialain

Aspek Penilaian

Pengetahuan Ketrampilan Sikap

Tes √

Observasi √

Penilaian diri √

Penilaian antar

teman

Penilaian kinerja √ √

Penilaian

portofolio

Penilaian proyek √ √

Penilaian produk √

Penilaian jurnal √

Inventori √

Page 214: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

208

366. Bagaimana hubungan antara teknik penilaian dengan

instrumen penilaian?

Jawab:

Adapun hubungan antara teknik penilaian dengan

instrumen penilaian adalah sebagai berikut:

Teknik Penilaian Instrumen Penilaian

Tes Soal tes

Observasi Pedoman observasi

(check list, rating scale)

Penilaian diri Angket

Penilaian antar teman Angket

Penilaian kinerja Rubrik

Penilaian portofolio Rubrik

Penilaian proyek Rubrik

Penilaian produk Rubrik

Penilaian jurnal Rubrik

Inventori Skala

1.PENILAIAN BERBASIS KELAS

367. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Kelas ?

Jawab:

Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang

terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian

kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti

proses pembelajaran tertentu.

368. Jelaskan apa saja tujuan Penilaian Kelas ?

Jawab:

Adapun tujuan penilaian di kelas adalah:.

a) Penelusuran (Keeping track), yaitu untuk menelusuri

agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai

dengan rencana. Guru mengumpulkan informasi

sepanjang semester dan tahun pelajaran melalui

berbagai bentuk penilian kelas agar memperoleh

gambaran tentang pencapaian kompetensi oleh siswa.

Page 215: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

209

b) Pengecekan (Checking-up), yaitu untuk mengecek

adakah kelemahankelemahan yang dialami anak

didik dalam proses pembelajaran. Melalui penilaian

kelas, baik yang bersifat formal maupun informal

guru melakukan pengecekan kemampuan

(kompetensi) apa yang siswa telah kuasai dan apa

yang belum dikuasai.

c) Pencarian (Finding-out), yaitu untuk mencari dan

menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya

kelemahan dan kesalahan dalam proses

pembelajaran. Guru harus selalu menganalisis dan

merefleksikan hasil penilaian kelas dan mencari hal-

hal yang menyebabkan proses pembelajaran tidak

berjalan secara efektif.

d) Penyimpulan (Summing-up), yaitu untuk

menyimpulkan apakah anak didik telah menguasai

seluruh kompetensi yang ditetapkan dalam

kurikulum atau belum. Penyimpulan sangat penting

dilakukan guru, khususnya pada saat guru diminta

melaporkan hasil kemajuan belajar anak kepada

orang tua, sekolah, atau pihak lain seperti di akhir

semester atau akhir tahun ajaran baik dalam bentuk

rapor siswa atau bentuk lainnya (Chittenden dalam

Hayat, 2008)

369. Jelaskan fungsi Penilaian Kelas ?

Jawab:

Penilaian kelas yang disusun secara terencana dan

sistimatis oleh guru memiliki fungsi: motivasi, belajar

tuntas, efektivitas pengajaran, dan umpan balik (Hayat,

2008).

Fungsi Motivasi, penilaian yang dilakukan oleh guru di

kelas harus mendorong motivasi siswa untuk belajar

Fungsi Belajar Tuntas, penilaian di kelas harus diarahkan

untuk memantau ketuntasan belajar siswa.

Fungsi sebagai Indikator Efektivitas Pengajaran,

penilaian kelas dapat digunakan untuk melihat seberapa

jauh proses belajar mengajar telah berhasil.

Page 216: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

210

Fungsi Umpan balik, hasil penilaian harus dianalisis oleh

guru sebagai bahan umpan balik bagi siswa dan guru itu

sendiri.

370. Prinsip-prinsip apa yang harus dipedomani dalam

pelaksanaan Penilaian Kelas!

Jawab:

Adapun prinsip-prinsip penilaian kelas, yaitu:

Mengacu ke Kemampuan (competency referenced),

Penilaian kelas perlu disusun dan dirancang untuk

mengukur apakah siswa telah menguasai kemampuan

sesuai dengan target yang ditetapkan dalam kurikulum

Berkelanjutan (Continuous),

Penilaian yang dilakukan di kelas oleh guru harus

merupakan proses yang berkelanjutan dalam rangkaian

rencana mengajar guru selama satu semester dan tahun

ajaran. Rangkaian aktivitas penilaian kelas yang

dilakukan guru melalaui pemberian tugas, pekerjaan

rumah (PR), ulangan harian, ulangan tengah dan akhir

semester, serta akhir tahun ajaran merupakan proses yang

berkesinambungan dan berkelanjutan selama satu tahun

ajaran.

Didaktis,

Alat yang akan digunakan untuk penilaian kelas berupa

tes maupunnon-tes harus dirancang baik isi, format,

maupun tata letak (layout) dantampilannya agar siswa

menyenangi dan menikmati kegiatan penilaian.

Perancangan bahan penilaian yang kreatif dan menarik

dapat mendorong siswa untuk menyelesaikan tugas

penilaian, baik yang bersifat individual maupun kelompok

dengan penuh antusias dan menyenangkan.

Page 217: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

211

Menggali Informasi,

Penilaian kelas yang baik harus dapat memberikan

informasi yang cukup bagi guru untuk mengambil

keputusan dan umpan balik

Melihat yang benar dan yang salah,

Dalam melaksanakan penilaian, guru hendaknya

melakukan analisis terhadap hasil penilaian dan kerja

siswa secara seksama untuk melihat adanya kesalahan

yang secara umum terjadi pada siswa dan sekaligus

melihat hal-hal positif yang diberikan siswa.

371. Bagaimana karakteristik Penilaian Kelas ?

Jawab:

Adapun karakteristik penilaian kelas, yaitu:

Pusat belajar.

Penilaian kelas berfokus perhatian guru dan siswa pada

pengamatan dan perbaikan belajar, dari pada pengamatan

dan perbaikan mengajar

Partisipasi aktif siswa.

Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian kelas

memerlukan partisipasi aktif siswa. Kerjasama dalam

penilaian, siswa memperkuat penilaian materi mata

pelajaran dan skill dirinya

Formatif.

Tujuan penilaian kelas adalah untuk memperbaiki mutu

belajar siswa. Penilaian bukan hanya untuk memberi nilai

atau skor (grading) siswa, tetapi juga untuk mendapatkan

informasi bagi perbaikan mutu belajar siswa.

Kontekstual spesifik.

Pelaksanaan penilaian kelas adalah jawaban terhadap

kebutuhan khusus bagi guru dan siswa. Kebutuhan khusus

berada dalam kontekstual guru dan siswa yang harus

bekerja dengan baik dalam kelas.

Umpan balik.

Penilaian kelas adalah suatu alur proses umpan balik

(feedback loop) di kelas.

Page 218: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

212

Berakar dalam praktek mengajar yang baik.

Penilaian kelas adalah suatu usaha untuk membangun

praktek mengajar yang lebih baik dengan melakukan

umpan balik pada pembelajaran siswa lebih sistimatik,

lebih fleksibel, dan lebih efektif

372. Apa manfaat Penilaian Kelas ?

Jawab:

Adapun manfaat penilaian kelas antara lain sebagai

berikut:

1. Untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik

agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam

proses pencapaian kompetensi.

2. Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis

kesulitan belajar yang dialami peserta didik sehingga

dapat dilakukan pengayaan dan remedial.

3. Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki

metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar

yang digunakan.

4. Untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan

belajar.

5. Untuk memberikan informasi kepada orang tua dan

komite sekolah tentang efektivitas pendidikan.

6. Untuk memberi umpan balik bagi pengambil

kebijakan dalam mempertimbagkan konsep penilaian

kelas yang baik digunakan.

373. Jelaskan kriteria Penilaian Kelas?

Jawab:

Adapun kriteria penilaian kelas, yaitu:

a. Validitas

Validitas berarti menilai apa yang seharusnya dinilai

dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur

kompetensi. Dalam menyusun soal sebagai alat penilaian

perlu memperhatikan kompetensi yang diukur, dan

menggunakan bahasa yang tidak mengandung makna

ganda. Jadi, menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat

Page 219: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

213

penilaian yang digunakan sesuai dengan apa yang

seharusnya dinilai .

b. Reliabilitas

Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil

penilaian. Penilaian yang reliable (ajeg) memungkinkan

perbandingan yang reliable dan menjamin konsistensi.

Misalnya guru menilai dengan proyek, penilaian akan

reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila

proyek itu dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif

sama.

c. Terfokus pada kompetensi

Dalam pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan

yang berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada

pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan), bukan

hanya pada penguasaan materi (pengetahuan).

d. Keseluruhan/Komprehensif

Penilaian harus menyeluruh dengan menggunakan

beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi

peserta didik, sehingga tergambar profil kompetensi

peserta didik.

e. Objektivitas

Penilaian harus dilaksanakan secara obyektif. Untuk itu,

penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, dan

menerapkan kriteria yang jelas dalam pemberian skor.

f. Mendidik

Penilaian dilakukan untuk memperbaiki proses

pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar

bagi peserta didik ( Depdiknas, 2006)

374. Apa saja keunggulan penilaian kelas ?

Jawab:

Adapun keunggulan Penilaian berbasis kelas adalah:

a. Pengumpulan data kemajuan belajar baik formal

maupun informal dilaksanakan dalam suasana yang

menyenangkan, sehingga ada kesempatan yang terbaik

Page 220: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

214

bagi siswa untuk menunjukkan apa yang dipahami dan

mampu dikerjakannya.

b. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik tidak

untuk dibandingkan dengan hasil belajar siswa lain

ataupun prestasi kelompok, tetapi denganprestasi atau

kemampuan yang dimiliki sebelumnya; atau dengan

kompetensi yang dipersyaratkan.

c. Pengumpulan informasi dilakukan dengan

menggunakan variasi cara, dilakukan secara

berkesinambungan sehingga gambaran kemampuan

siswa dapat lebih lengkap terdeteksi, dan terpotret

secara akurat.

d. Siswa dituntut untuk mengeksplorasi dan memotivasi

diri mengerahkan potensinya dalam menanggapi dan

memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya

sendiri dan sesuai dengan pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki.

e. Siswa diberi kesempatan memperbaiki prestasi

belajarnya, dengan pemberian bantuan dan bimbingan

yang sesuai.

f. Penilaian tidak hanya dilaksanakan setelah proses

belajar-mengajar (PBM) tetapi dapat dilaksanakan

ketika PBM sedang berlangsung (penilaian proses)

375. Berapa jenis Penilaian Kelas itu ?

Jawab:

Ditinjau dari jenis jawaban (respons) yang ditagih,

penilaian dibedakan menjadi dua, yaitu (1) imposed

response tests dan (2) free response.

(1) Imposed response test adalah jawaban-jawaban

(respons) yang harus diberikan siswa di mana pilihan

respons itu sendiri telah ditentukan terlebih dahulu.

Contoh tes jenis ini adalah tes objektif. Semua bentuk tes

objektif sudah menyediakan pilihan jawaban untuk siswa,

siswa tinggal memilih saja.

(2) free response adalah memberikan kesempatan yang

luas bagi siswa untuk memberikan jawaban (respons)

Page 221: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

215

sesuai dengan kehendaknya. Contoh tes jenis ini yaitu

seperti tes kinerja, portofolio, esai dan sebagainya.Di sini

siswa bebas memberi jawaban (respons) dan dapat

menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya dan secara

nyata.

376. Berapa macam teknik Penilaian Kelas ?

Jawab

Ada tujuh macam teknik yang dapat digunakan ada

penilaian kelas, yaitu:,yaitu penilaian unjuk kerja,

penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian proyek,

penilaian produk, penggunaan portofolio, dan penilaian

diri

a. Penilaian Kinerja/Unjuk Kerja

377. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Kinerja ?

Jawab:

Penilaian Kinerja (Performance Assessmen) adalah suatu

penilaian yang menuntut peserta tes untuk

mendemonstrasikan dan mengaplikasikan

pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai

dengan kriteria yang diinginkan. Menurut Trespeces

(Depdiknas 2003), Performance Assessment adalah

berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta tes

diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan

mengaplikasikan pengetahuan yang mendalam, serta

keterampilan di dalam berbagai macam konteks sesuai

dengan kriteria yang diinginkan.

378. Apa saja Karakteristik Penilaian Kinerja itu ?

Jawab:

Penilaian Kinerja mempunyai dua karakteristik yaitu (1)

peserta tes diminta untuk mendemontrasikan

kemampuannya dalam mengkreasikan suatu produk atau

terlibat dalam suatu aktivitas (perbuatan),(2) produk dari

Performance Assessment lebih penting daripada

perbuatan (performance)-nya (Maertel, 1992) .

Page 222: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

216

379. Jelaskan bagaimana kriteria mengevaluasi

penilaian kinerja agar dapat dianggap

berkualitas baik ?

Jawab:

Untuk mengevaluasi apakah penilaian kinerja

(Performance Assessment) sudah dapat dianggap

berkualitas baik, terdapat tujuh kriteria yang harus

diperhatikan yaitu:

a. Generability, artinya apakah kinerja peserta tes

(students’ performance) dalam melakukan tugas yang

diberikan guru sudah memadai untuk

digeneralisasikan dengan tugas-tugas lain?

b. Authenticity, artinya apakah tugas yang diberikan

tersebut sudah sesuai dengan apa yang sering

dihadapinya dalam praktek kehidupan sehari-hari?

c. Multiple foci, artinya apakah tugas yang diberikan

kepada peserta tes sudah mengukur lebih dari satu

kemampuan-kemampuan yang diinginkan (more than

one instructional outcomes?)

d. Teachability, artinya apakah tugas yang diberikan

merupakan tugas yang hasilnya semakin baik karena

adanya usaha mengajar guru di kelas?

e. Fairness, artinya apakah tugas yang diberikan sudah

adil (fair) untuk semua peserta tes, tidak “bias” untuk

semua kelompok jenis kelamin, suku bangsa, agama,

atau status sosial ekonomi.

f. Feasibility, artinya apakah tugas-tugas yang diberikan

dalam penilaian keterampilan atau penilaian kinerja

(“Performance Assessment”) memang relevan untuk

dapat dilaksanakan mengingat faktor-faktor seperti

biaya, ruangan (tempat), waktu, atau peralatannya?

g. Scorability, artinya apakah tugas yang diberikan dapat

diskor dengan akurat dan reliabel?

Page 223: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

217

380. Mengapa penilaian kinerja atau unjuk kerja dianggap

lebih Autentik daripada tes tertulis ?

Jawab:

Penilaian kinerja atau unjuk kerja dianggap lebih autentik

daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih

mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya.

381. Langkah-langkah apa yang perlu diperhatikan dalam

membuat penilaian kinerja/unjuk kerja itu ?

Jawab:

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam

membuat penilaian keterampilan atau penilaian kinerja

yang baik antara lain adalah :

a. Identifikasi semua langkah-langkah penting yang

diperlukan yang akan mempengaruhi hasil akhir

(output).

b. Tuliskan perilaku kemampuan-kemampuan spesifik

yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan

tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang

terbaik.

c. Usahakan untuk membuat kriteria-kriteria kemampuan

yang akan diukur tidak terlalu banyak, sehingga semua

kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa

melaksanakan tugas.

d. Definisikan dengan jelas kriteria kemampuan-

kemampuan yang akan diukur berdasarkan

kemampuan siswa yang harus dapat diamati

(observable) atau karakteristik produk yang

dihasilkan.

e. Urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur

berdasarkan urutan yang akan diamati.

f. Jika ada, periksa kembali dan bandingkan dengan

kriteria-kriteria kemampuan yang sudah dibuat

sebelumnya oleh orang lain di lapangan

Page 224: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

218

382. Bagaimana perbandingan antara penilaian kinerja

dengan penilaian konvensional ?

Jawab:

Adapun perbandingan antara penilaian kinerja dengan

penilaian konvensional adalah sebagai berikut.

Penilaian kinerja Penilaian konvensional

1. Mementingkan

kemampuan siswa dalam

menerapkan

pengetahuannya menjadi

unjuk kerja yang dapat

diamati atau produk yang

dihasilkan

2. Membutuhkan waktu

yang banyak untuk

membuat dan

melaksanakan tetapi

menghasilkan format

penilaian yng dapat

digunakan berulang-ulang

pada siswa yang sama

atau siswa baru

3. Memungkinkan untuk

mendiagnosis dan

meremidiasi kinerja siswa

dan memeta-kan

kemajuan siswa sepanjang

waktu

4. Memfokuskan

pembelajaran pada unjuk

kerja siswa

1. Lebih mengutamakan

pemahaman konsep

siswa

2. Membutuhkan waktu

yang banyak untuk

pelaksanaannya, lebih

cepat dan dapat

digunakan untuk siswa

dengan jumlah banyak

secara serentak, tetapi

digunakan hanya sekali

untuk sekelompok

siswa

3. Memungkinkan

untuk mendiagnosis dan

meremidiasi kinerja

siswa tetapi hanya

untuk soal uraian

terbuka (open ended)

4. Memfokuskan

pembelajaran pada

materi pelajaran

Page 225: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

219

383. Bagaimana teknik penilaian unjuk kerja Itu ?

Jawab:

Untuk mengamati kinerja/unjuk kerja peserta didik

dapat menggunakan alat atau instrumen berikut:

a. Daftar Cek (Checklist)

b. Skala Lajuan (Rating Scale)

384. Bagaimana cara memberikan skor pada penilaian

kinerja?

Jawab:

Adapun cara memberikan skor pada penilaian kinerja

adalah:

1) Holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan

impresi penilai secara umum terhadap kualitas

peformansi

2) Analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap

aspek-aspek yang berkonstribusi terhadap suatu

peformansi,

3) Primary traits scoring, yaitu pemberian skor

berdasarkan beberapa unsur dominan dari suatu

peformansi

385. Bagaimana contoh Instrumen penilaian unjuk kerja

yang menggunakan daftar cek (Checklist) ?

Jawab:

Contoh (1) Instrumen Penilaian Unjuk kerja yang

menggunakan checklis adalah dalam penilaian pidato

Bahasa Inggris, seperti berikut:

Nama Siswa:...........................

Kelas:.....................

No Aspek Yang Dinilai Baik Tidak

Baik

1 Organization ( Introduction,

body, conclusion)

2 Content ( depth of knowledge,

logic)

3 Fluency

4 Language:

Page 226: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

220

Pronunciation

Grammar

Vocabulary

5 Performance ( eye contact,

facial expression, gesture)

Skor yang dicapai

Skor maksimum

Keterangan

Baik mendapat skor 1

Tidak baik mendapat skor 0

Contoh (2) Instrumen Penilaian Pidato yang

menggunakan Metode Ceklis sebagai berikut

Nama Siswa:

Petunjuk:

Tuliskan centang (V) di belakang huruf dimana

kemampuan siswa teramati pada waktu berpidato

I. Ekspresi Fisik

____ A. Berdiri tegak melihat pada penonton

____ B. Mengubah ekspresi wajah sesuai dengan

perubahan

pernyataan yang disajikan

____ C. Mata melihat kepada penonton

II. Ekspresi Suara

____ A. Berbicara dengan kata-kata yang jelas

____ B. Nada suaranya berubah-rubah sesuai pernyataan

yang ditekankan

____ C. Berbicara cukup keras untuk didengar oleh

penonton

III. Ekspresi Verbal

____ A. Memilih kata-kata yang tepat untuk menegaskan

arti

____ B. Tidak mengulang-ulang pernyataan

Page 227: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

221

____ C. Menggunakan kalimat yang lengkap untuk

mengutarakan satu pikiran

____D. Menyimpulkan pokok-pokok pikiran yang penting

Sumber: Setiadi, 2008

386. Apa saja kelemahan penilaian/penskoran metode

Checklis?

Jawab:

Ada beberapa kelemahan pada checklist yaitu (1)

penilai atau penskor hanya bisa memilih dua pilihan

yang absolut, yaitu teramati dan tidak teramati, jadi

tidak ada nilai di tengahnya, misalnya apabila

sebenarnya kemampuan siswa tersebut ada di

tengahnya; (2) sukar untuk menyimpulkan

kemampuan seseorang dalam satu skor, misalnya

untuk mengurutkan kemampuan beberapa siswa.

387. Bagaimana pendekatan dalam Penilaian

Kinerja/Unjuk kerja ?

Jawab:

Ada dua pendekatan dalam penilaian kinerja yaitu: (1)

metode holistic, dan (2) metode analytic.

Metode holistic digunakan apabila para penskor

(rater) hanya memberikan satu buah skor atau nilai

(single rating) berdasarkan penilaian mereka secara

keseluruhan dari hasil kinerja peserta tes. Sedangkan

pada metode analytic para penskor (rater)

memberikan penilaian (skor) pada berbagai aspek

yang berbeda yang berhubungan dengan kinerja yang

dinilai.

Page 228: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

222

388. Bagaimana contoh instrumen penilaian unjuk

kerja yang menggunakan skala kiraan (rating

scale)?

Jawab:

Contoh (1) Instrumen Penilaian Unjuk kerja yang

menggunakan Rating Scale adalah dalam penilaian

pidato Bahasa Inggris, seperti berikut:

Nama Siswa : .................

Kelas: .................

No Aspek yang dinilai Nilai

1 2 3 4

Organization (Introduction,

body, conclusion)

Content (depth of

knowledge, logic)

Fluency

Language:

Pronunciation

Grammar

Vocabulary

Performance ( eye contact,

facial expression, gesture)

Jumlah

Skor Maksimum

Keterangan penilaian:

1 = tidak kompeten

2 = cukup kompeten

3 = kompeten

4 = sangat kompeten

Kriteri penilaian dapat dilakukan sebagai berikut

Jika siswa memperoleh skor 26 – 28 , sangat kompeten

Jika siswa memperoleh skor 21 – 25 , kompeten

Jika siswa memperoleh skor 16 – 20 . cukup kompeten

Jika siswa memperoleh skor 0 – 15 , tidak kompeten

Page 229: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

223

389. Apa keuntungan penilaian kinerja yang

menggunakan metode rating scale ?

Jawab:

Penilaian kemampuan keterampilan/kinerja dengan

menggunakan rating scale. memungkinkan penilai

atau penskor untuk menilai kemampuan siswa secara

kontinum tidak lagi dikotomos. Rating scale

memberikan lebih dari dua kategori penilaian

390. Ada berapa macam rating scale itu ?

Jawab:

Terdapat tiga jenis rating scale yaitu:

(1) numerical rating scale;

Numerical rating scale terdiri dari deskripsi tentang

aspek kinerja yang disertai dengan angka yang

menunjukkan tingkatan kualitas kinerja yang diamati

(2) graphic rating scale;

Graphic rating scale sama dengan numerical rating

scale, hanya dalam graphic rating scale yang

digunakan bukan angka sebagai tanda kualitas kinerja,

tetapi dengan memberi tanda tertentu pada suatu

kontinum baris

(3) descriptive rating scale.

Descriptive rating scale sama dengan graphic rating

scale, tetapi pada setiap skala diberi deskripsi tentang

kualitas kinerja yang diamati.

391. Bagaimana contoh instrumen penilaian kinerja

yang menggunakan numerical rating scale ?

Jawab:

Contoh instrumen penilaian pidato yang menggunakan

Numerical rating scale adalah seperti berikut

Page 230: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

224

Nama Siswa:

Petunjuk:

Untuk setiap kemampuan berilah lingkaran pada nomor

1. bila siswa selalu melakukan

2. bila kadang-kadang

3. bila jarang, dan

4. bila tidak pernah

I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)

A. Berdiri tegak melihat pada penonton

1 2 3 4

B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan

pernyataan yang

disajikan

1 2 3 4

Sumber: Setiadi, 2008

392. Bagaimana contoh instrumen penilaian kinerja yang

menggunakan Graphic Rating Scale ?

Jawab:

Contoh instrumen penilaian kinerja (Pidato) yang

menggunakan Graphic Rating Scale adalah seperti

berikut

Nama Siswa:

Petunjuk:

Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa

teramati pada waktu

berpidato

I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)

A. Berdiri tegak melihat pada penonton

selalu kadang-kadang jarang tidak pernah

Page 231: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

225

B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan

pernyataan yang Disajikan

selalu kadang-kadang jarang tidak pernah

Sumber: Setiadi, 2008

393. Bagaimana xontoh instrumen penilaian kinerja

yang menggunakan

descriptive rating scale ?

Jawab:

Contoh instrumen penilaian Pidato yang

menggunakan descriptive rating scale adalah seperti

berikut

Nama Siswa:

Petunjuk:

Tulislah X pada garis dimana kemampuan siswa teramati

pada waktu berpidato

I. Ekspresi Fisik (Physical Expression)

A. Berdiri tegak melihat pada penonton

berdiri tegak, kadang-kadang berdiri tidak pernah berdiri

selalu melihat tegak, melihat ke langit- tegak, maka tidak

pada penonton langit kadang-kadang pernah kontak

melihat penonton dengan penonton

B. Merubah ekspresi wajah sesuai dengan perubahan

pernyataan yang disajikan

ekspresi wajah ekspresi wajah kadang- ekspresi wajah tidak

selalu berubah kadang berubah pernah berubah

sesuai dengan selama berpidato

suara

Sumber: Setiadi, 2008

Page 232: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

226

394. Apa saja yang menjadi sumber kesalahan

penskoran penilaian kinerja?

Jawab:

Terdapat tiga sumber kesalahan dalam penskoran

penilaian kinerja (Popham, 1995) yaitu

a. Scoring-instrument flaws (masalah dalam

instrumen)

Instrumen pedoman penskoran tidak jelas sehingga

sukar untuk digunakan oleh penilai

b. Procedural flaws (masalah prosedural)

Prosedur yang digunakan dalam penilaian

keterampilan atau penilaian kinerja tidak baik

sehingga juga mempengaruhi hasil penskoran

c. Teachers’ personal-bias errors (masalah penskor

yang bias)

Penskor (rater) cenderung untuk sukar menghilangkan

masalah “personal bias”. Sewaktu menskor hasil

pekerjaan peserta tes ada kemungkinan penskor

(rater) mempunyai masalah “generosity error” artinya

penskor cenderung memberi nilai yang tinggi-tinggi,

walaupun kenyataan yang sebenarnya hasil pekerjaan

peserta tes tidak baik

b. Penilaian Proyek

395. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Proyek ?

Jawab:

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian

terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam

periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu

investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.

Penilaian projek adalah penilaian yang dilakukan

dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk

melakukan suatu projek yang melibatkan

pengumpulan, pengorganisasian, analisis data, dan

pelaporan hasil kerjanya dalam kurun waktu tertentu.

Page 233: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

227

396. Apa yang harus dipertimbangkan dalam Penilaian

Proyek ?

Jawab:

Ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan dalam

penilaian proyek yaitu:

1) Kemampuan Pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,

mencari informasi dan mengelola waktu

pengumpulan data serta penulisan laporan.

2) Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan

mempertimbangkan tahap pengetahuan,

pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

3) Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus

merupakan hasil karyanya, dengan

mempertimbangkan kontribusi guru berupa

petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta

didik.

397. Bagaimana teknik Penilaian Proyek ?

Jawab:

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan,

proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk

itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang

perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan

data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.

398. Bagaimana contoh penilaian proyek itu?

Jawab:

Adapun contoh penilaian proyeh adalah sebagai

berikut:

Page 234: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

228

Mata Pelajaran : .........

Nama Proyek : ...................

Alokasi Waktu : ................

Nama Siswa: ...................

Kelas:...............

No Aspek* Skor (1 – 5)**

1 Perencanaan:

a. Persiapan

b. Rumusan Judul

2 Pelaksanaan

a. Sistematika Penulisan

b. Keakuratan Sumber

Data/Informasi

c. Kuantitas Sumber Data

d. Analisis Data

e. Penarikan Kesimpulan

3 Laporan Proyek

a. Performans

b. Presentasi / Penguasaan

Total Skor

* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan proyek dan

kondisi siswa/ sekolah

** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung

dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang

diberikan. Semakin lengkap dan tepat jawaban,

semakin tinggi perolehan skor

c. Penilaian Produk

399. Apa yang dimaksud dengan penilaian produk

( product assessment)

Jawab:

Penilaian hasil kerja (produk) adalah penilaian

terhadap keterampilan peserta didik dalam

mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki ke dalam

Page 235: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

229

wujud produk, dan penilaian terhadap kualitas produk

tersebut Penilaian produk merupakan penilaian yang

dilakukan terhadap proses (persiapan dan pembuatan)

serta hasil karya peserta didik.

400. Yang mana contoh penilaian produk ?

Jawab:

Beberapa contoh penilaiam produk:

a. Penilaian keterampilan melukis

b. Penilaian keterampilan menyulam

c. Penilaian keterampilan memanggang roti.

401. Apa tujuan penilaian produk itu ?

Jawab:

Adapun tujuan penilaian produk adalah:

a. Menilai penguasaan keterampilan siswa yang

diperlukan sebelum mempelajari keterampilan

berikutnya;

b. Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai

siswa pada akhir kelas;

c. Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki

institusi pendidikan kejuruan.

402. Bagaimana metode melakukan penilaian produk ?

Jawab:

Metode yang dapat digunakan untuk melakukan

penilaiam produk adalah:

a. Anecdotal : metode yang cocok untuk menilai

pada tahap produk.

b. Skala Penilaian Analitis : metode yang biasa

digunakan untuk tahap perencanaan dan tahap

akhir.

c. Skala Penilaian Holistik : metode penilaian pada

tahap akhir.

Page 236: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

230

403. Bagaimana teknik penilaian produk ?

Jawab:

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik

atau analitik.

a) Cara analitik, yaitu berdasarkan aspekaspek

produk, biasanya dilakukan terhadap semua

kriteria yang terdapat pada semua tahap proses

pengembangan.

b) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan

keseluruhan dari produk,

biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

404. Bagaimana contoh penilaian produk cara

analitik?

Jawab:

Adapun contoh penilaian Produk cara analitik adalah

sebagai berikut:

1 Perencanaan Bahan Skor (1 -

5)**

2 Proses Pembuatan

a. Persiapan Alat dan Bahan

b. Teknik Pengolahan

c. K3 (Keamanan, Keselamatan

dan Kebersihan)

3 Hasil Produk

a. Bentuk Fisik

b. Inovasi

Total Skor

* Aspek yang dinilai disesuaikan dengan jenis

produk yang dibuat

** Skor diberikan kepada peserta didik tergantung

dari ketepatan dan kelengkapan jawaban yang

diberikan. Semakin lengkap dan tepat

jawaban, semakin tinggi perolehan skor.

Page 237: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

231

d. Penilaian Portofolio

405. Apa yang dimaksud dengan portofolio ?

Jawab:

Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya

peserta didik dalam bidang tertentu yang

diorganisasikan untuk mengetahui minat,

perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik

(Popham, 1995).

Portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa,

sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang

ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru,

sebagai bagian dari uasaha mencapai tujuan

belajar, atau mencapai kompetensi yang

ditentukan dalam kurikulum.

406. Apa manfaat penggunaan portofolio untuk

penilaian?

Jawab:

Manfaat penggunaan portofolio untuk penilaian

dikarenakan hal-hal berikut:

1. Portofolio menyajikan atau memberikan:“bukti”

yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja

siswa daripada hasil tes di kelas

2. Portofolio dapat merupakan catatan penilaian

yang sesuai dengan program pembelajaran yang

baik

3. Portofolio merupakan catatan jangka panjang

tentang kemajuan siswa

4. Portofolio memberikan gambaran tentang

kemampuan siswa

5. Penggunaan portofolio penilaian memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan

keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau

kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas

Page 238: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

232

6. Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan

pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.

7. Portofolio memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar

8. Portofolio membantu guru dalam menilai

kemajuan siswa

9. Portofolio membantu guru dalam mengambil

keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan

pembelajaran

10. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap

untuk berdiskusi dengan orang tua siswa, tentang

perkembangan siswa yang bersangkutan.

11. Portofolio membantu pihak luar untuk menilai

program pembelajaran yang bersangkutan

407. Apa saja tujuan portofolio ?

Jawab:

Tujuan portofolio antara lain:

a. Mengetahui perkembangan yang dialami siswa;

b. Mendokumentasikan proses pembelajaran yang

berlangsung;

c. Memberi perhatian pada prestasi kerja siswa yang

terbaik;

d. Merefleksikan kesanggupan mengambil resiko dan

melakukan ekperimentasi

e. Meningkatkan efektifitas proses pembelajaran;

f. Bertukar informasi dengan orang tua.wali siswa dan

guru lain;

g. Membina dan mempercepat pertumbuhan konsep

diri positif pada siswa;

h. Meningkatkan kemampuan melakukan refleksi diri;

dan

i. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan.

Page 239: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

233

408. Prinsip-prinsip apa yang perlu diperhatikan dalam

penilaian Portofolio ?

Jawab:

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan

dijadikan sebagai pedoman dalam penggunaan

penilaian portofolio di sekolah, antara lain:

a. Saling percaya (mutual trust) antara guru dan

siswa. Dalam proses penilaian portofolio guru dan

siswa harus memiliki rasa saling mempercayai

b. Kerahasiaan bersama (confidentiality) antara

guru dan siswa

Kerahasiaan hasil pengumpulan bahan dan hasil

penilaiannya perlu dijaga dengan baik, tidak

disampaikan kepada pihak-pihak lain yang tidak

berkepentingan

c. Milik bersama (joint ownership) antara siswa dan

guru Guru dan siswa perlu merasa memiliki bersama

berkas portofolio.

d. Kepuasan (satisfaction) Hasil kerja portofolio

seyogyanya berisi keterangan-keterangan dan/atau

buktibukti yang memuaskan bagi guru dan siswa.

e. Kesesuaian (relevance). Hasil kerja yang

dikumpulkan adalah hasil kerja yang berhubungan

dengan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran dalam kurikulum.

f. Penilaian proses dan hasil. Penilaian portofolio

menerapkan prinsip proses dan hasil.

409. Apa alasan Penerapan Penilaian dengan

Portofolio?

Jawab:

Alasan Penerapan penilaian dengan portofolio adalah:

1. Sampai dengan sekarang yang dilakukan guru

hanya mencari kesalahan, bukan keunggulan

peserta didik, termasuk penilaian melalui UUB,

atau UN.

Page 240: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

234

2. Yang dinilai sifatnya sektoral: hanya ranah

kognitif, dan sedikit

psikomotoris, padahal cita-cita pendidikan adalah

pembentukan pribadi secara utuh.

3. Penilaian hanya merupakan hasil rekaman sesaat,

seperti suatu foto sesaat saja.

410. Apa fungsi portofolio ?

Jawab:

Portofolio dapat pula berfungsi sebagai alat untuk

melihat (a) perkembangan tanggung jawab siswa

dalam belajar, (b) perluasan dimensi belajar (c)

pembaharuan kembali proses belajar-mengajar, dan

(d) penekanan pada pengembangan pandangan siswa

dalam belajar.

411. Bagaimana cara menilai portofolio ?

Jawab:

Untuk menilai portofolio harus lebih dulu tersedia

rubrik (pedoman terperinci) penilaian. Penilaian

portofolio hendaknya tidak hanya ditekankan kepada

keberhasilan siswa dalam memperoleh jawaban yang

diinginkan oleh guru, tetapi lebih ditekankan kepada

proses berpikir siswa yang terdapat atau tersirat dalam

isi portofolio.

412. Bagaimana contoh rubrik untuk menilai

portofolio ?

Jawab:

Contoh rubrik penilaian portofolio adalah sebagai

berikut

Page 241: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

235

No Aspek Yang Dinilai Skor

Maksimal

Skor yang

Diperoleh

1 Kelengkapan isi portofolio 3 2

2 Kemampuan siswa dalam

menjelaskan isi

portofolionya

8 7

3 Usaha siswa dalam

menyusun portofolionya

9 3

4 Perkembangan kompetensi

siswa

12 10

jumlah 32 22

413. Bagaimana cara menentukan nilai dari rubrik

portofolio tersebut ?

Jawab:

Adapun cara menentukan nilai angka dari rubik

portofolio di atas adalah dengan rumus berikut:

Skor Yang Diperoleh

Jumlah Skor Maksimal x 100

414. Apa kelemahan penggunaan portofolio ?

Jawab:

Kelemahan Penggunaan Portofolio, antara lain:

1. Penggunaan portofolio tergantung pada

kemampuan siswa dalam

menyampaikan uraian secara tertulis. Selama

siswa belum lancar berbahasa tulis Indonesia,

penggunaan portofolio akan merupakan beban

tambahan yang memberatkan sebagian besar

siswa.

2. Penggunaan portofolio untuk penilaian

memerlukan banyak waktu dari guru untuk

melakukan penskoran; apalagi kalau kelasnya

besar

Page 242: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

236

415. Karya apa saja yang dapat dikumpulkan dalam

sebuah portofolio?

Jawab:

Beberapa contoh karya yang dapat dikumpulkan

dalam sebuah portofolio antara lain:

1. hasil proyek penyelidikan, atau praktik siswa

yang disajikan secara tertulis

2. hasil kerja siswa dengan menggunakan alat

rekam, atau komputer, atau disket/flashdisk

3. gambar atau laporan hasil pengamatan

4. deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah

5. laporan kerja kelompok

6. laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran

(Depdiknas, 2004),

7. penghargaan tertulis hasil karya berupa tulisan,

ringkasan (Surapranata dan Hatta, 2004)

416. Apa perbedaan tes dan penilaian portfolio sebagai

alat evaluasi ?

Jawab:

Perbedaan antara penilaian portofolio dan tes sebagai

alat evaluasi, adalah sebagai berikut:

Tes Portofolio

Menilai siswa

berdasarkan

sejumlah tugas

yang terbatas.

Yang menilai hanya

guru, berdasarkan

masukan yang

terbatas

Menilai siswa

berdasarkan seluruh

tugas dan hasil kerja

yang berkaitan dengan

kinerja yang dinilai

Siswa turut serta dalam

menilai kemajuan yang

dicapai dalam

penyelesaian berbagai

tugas, dan

perkembangan yang

berlangsung selama

proses pembelajaran

Page 243: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

237

Menilai semua siswa dengan

menggunakan satu

kriteria

Proses penilaian

tidak kolaboratif

(tidak ada kerja

sama terutama

antara guru, siswa,

dan orang tua)

Penilaian diri oleh

siswa bukan

merupakan suatu

tujuan.

Yang mendapat

perhatian dalam

penilaian hanya

pencapaian.

Terpisah antara

kegiatan

pembelajaran dan

testing.

Menilai setiap siswa berdasarkan

pencapaian masing-

masing, dengan

mempertimbangkan

juga faktor perbedaan

individual

Mewujudkan proses

penilaian yang

kolaboratif

Siswa menilai dirinya

sendiri menjadi suatu

tujuan

Yang mendapat

perhatian dalam

penilaian meliputi

kemajuan, usaha, dan

pencapaian

Terkait erat antara

kegiatan penilaian dan

pembelajaran

Sumber: Surapranata, 2008

417. Berapa macam jenis portofolio berdasarkan

tujuan penilaiannya ?

Jawab:

Berdasarkan tujuan penilaiananya, portofolio dapat

dibagi menjadi:

Page 244: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

238

1) portofolio untuk tujuan sumatif, 2) portofolio untuk

sertifikasi dan seleksi, 3) portofolio untuk tujuan

penilaian dan promosi, 4) portofolio untuk

mendukung pembelajaran dan pengajaran, 5)

portofolio untuk tujuan pengembangan profesional

(Klenowski, 2002)

418. Bagaimana cara mengetahui (menilai) validitas

portofolio itu?

Jawab:

Adapun cara untuk mengetahui (menilai) validitas

portofolio adalah :

a. untuk validitas isi portofolio antara lain ditunjukkan

apakah karya di dalam portofolio searah dengan

tujuan pembelajaran.

b. untuk validitas konstruk portofolio antara lain

ditunjukkan, apakah karya di dalam portofolio

mencerminkan keterampilan yang sesuai dengan

konstruk keterampilan.

c. untuk validitas kriteria ditunjukkan seberapa baik

korelasi atau prediksi pengukuran kriteria eksternal

dengan fokus penilaian.

419. Bagaimana cara yang perlu dilakukan agar

penskoran portofolio reliabel?

Jawab:

Adapun cara yang perlu dilakukan agar penskoran

portofolio reliabel, yaitu:

1) Penskoran harus terjadi pada kondisi yang sama.

2) Kriteria yang spesifik, dibuktikan oleh rubrik

penskoran, harus dipahami dan digunakan.

3) Contoh-contoh (eksemplar) harus tersedia untuk tiap

tingkat skala penskoran.

4) Pengecekan berkala untuk reliabilitas harus dilakukan.

5) Penilaian multipel harus digunakan dalam penskoran

Page 245: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

239

6) Pencatatan akurat dan evaluasi proses harus

dilakukan untuk memonitor hasilhasilnya (Garret

et al. dalam Widodo)

420. Bagaimana rumus untuk mengetahui reliabilitas

portofolio?

Jawab:

Salah satu bentuk rumus untuk mengetahui reliabilitas

portofolio adalah

(Garret et al., dalam Widodo)

Kesesuaian antar penilai = jumlah kesesuaian nyata

jumlah keseuaian

421. Apa yang dimaksud dengan penilaian diri ?

Jawab:

Penilaian diri adalah teknik penilaian dengan cara

meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan

dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian

kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar

penilaian diri

422. Langkah-langkah bagaimana yang harus dibuat

guru agar penilaian diri oleh siswa objektif ?

Jawab:

Agar Penilaian diri oleh siswa menjadi objektif, guru

harus melakukan langkah-langkah berikut:

1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan

yang akan dinilai

2) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan

3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa

pedoman penskoran, daftar cek, atau skala penilaian

4) Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri

5) Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak

6) Menyampaikan umpan balik kepada siswa

berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil

penilaian yang diambil secara acak

Page 246: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

240

423. Bagaimana contoh instrumen penilaian diri ?

Jawab:

Contoh Instrumen Penilaian Diri oleh siswa adalah

sebagai berikut:

Petunjuk:

1) Isilah semua pernyataan dengan jujur

2) Berilah tanda cek (√) pada kolom yang sesuai

dengan kenyataan

TP = Tidak pernah melakukan

JR = Jarang melakukan

KD = Kadang kadang melakukan

SR = Sering melakukan

SL = Selalu melakukan

No Pernyataan TP JR KD SR SL

1 Saya

menginformasikan

hal-hal yang

berkaitan dengan

fisika kepada

teman-teman

2 Saya bertanya

kepada guru hal-

hal yang

berhubungan

dengan pelajaran

fisika

3 Saya hadir setiap

ada jampelajaran

fisika di sekolah

4 Saya membuat

catatan yang rapi

untuk mata

pelajaran fisika

5 Saya menyerahkan

tugas-tugas fisika

tepat waktu

6 dan seterusnya

Page 247: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

241

424. Bagaimana cara penskoran hasil penilaian diri Itu ?

Jawab:

Penskoran untuk setiap pernyataan menggunakan rentang

1 – 5.

Skor 1 untuk TP, skor 2 untuk JR, skor 3 untuk KD , skor

4 untuk SR, dan skor 5 untuk SL

Berdasarkan jawaban, kegiatan setiap siswa untuk

pelajaran fisika dikelompokkan sebagai berikut

Amat Baik : Skor 37 – 45

Baik : Skor 28 – 37

Cukup : Skor 19 – 27

Kurang : < 19 (Depdiknas, 2009)

425. Apa yang dimaksud dengan penilaian antar teman ?

Jawab:

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta

didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan

perilaku keseharian peserta didik

3. PENILAIN AUTENTIK

426. Apa yang dimaksud dengan Penilaian Autentik ?

Jawab:

Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi

oleh guru tentang pengembangan dan pencapaian

pembelajaran yang dilakukan siswa melalui berbagai

teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau

menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran

telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Hayat, 2008)

Penilaian autentik adalah penilaian meminta siswa untuk

mendemonstrasikan keterampilan atau prosedur dalam

konteks dunia nyata (Johnson dan Johnson, 2002).

Penilaian autentik merupakan suatu bentuk tugas yang

menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di

dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan

esensi pengetahuan dan keterampilan (Mueller, 2008).

Jadi, penilaian autentik adalah penilaian yang secara

langsung bermakna, dalam arti, apa yang dinilai memang

Page 248: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

242

demikian yang sesungguhnya terjadi, dan dapat terjadi,

dalam kehidupan sehari-hari

427. Mengapa Penilaian Autentik mempunyai relevansi

terhadap pendekatan ilmiah ?

Jawab:

Penilaian autentik memiliki relevansi yang kuat terhadap

pendekatan ilmiah (scientific approach) karena penilaian

autentik mampu menggambarkan peningkatan hasil

belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi,

menanya, menalar, mencoba, dan membangun jejaring.

428. Apakah prinsip-prinsip Penilaian Autentik ?

Jawab:

Adpun prinsip-prinsip yang harus dterapkan dalam

penilaian otentik yaitu

a. Proses penilaian merupakan bagian yang tak

terpisahkan dari proses pembelajaran;

b. Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata,

bukan masalah dunia sekolah;

c. Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran,

metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik

dan esensi pengalaman belajar;

d. Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua

aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif,

psikomotor)

429. Apa saja karakteristik Penilaian Autentik itu ?

Jawab:

Penilaian (asesmen) autentik memiliki enam karateristik

yaitu:

1. Constructed response: siswa mengkonstruksi sebuah

respon, memberikan respon meluas, terlibat dalam

kinerja, atau menciptakan sebuah produk.

2. Higher-order Thinking: siswa secara tipikal

menggunakan pemikiran tingkat tinggi dalam

mengkonstruksi respon terhadap pertanyaan terbuka.

Page 249: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

243

3. Authenticity: tugas-tugas bermakna, menantang dan

aktivitas pembelajaran yang mencerminkan

pembelajaran yang baik atau konteks dunia nyata

lainnya dimana nantinya siswa diharapkan dapat

melakukannya.

4. Integrative: tugas-tugas harus mengintegrasikan

semua ketrampilan, dan dalam beberapa hal,

menyangkut integrasi pengetahuan serta

keterampilan-keterampilan lintas isi.

5. Process and Product: prosedur dan strategi yang

dipergunakan untuk mencari dan mendapatkan

jawaban yang benar atau untuk mengeksplorasi

beragam solusi dari tugas-tugas yang kompleks sering

dinilai dan begitu juga produknya yang berupa

jawaban yang benar.

6. Depth Versus Breadth: memberikan informasi yang

mendalam tentang ketrampilan seorang siswa atau

belajar tutas (mastery learning) seperti dikontraskan

dengan tes pilihan ganda dengan cakupan yang luas

tetapi kurang dapat melatih ketrampilan berfikir atau

daya nalar tingkat tinggi (O’Malley dann Pierce, 1996)

430. Apa tujuan penilaian autentik itu ?

Jawab:

Adapun tujuan penilaian autentik adalah:

1. Mengarahkan siswa untuk mengembangkan

kemampuannya dalam merespon daripada hanya

memilih dari jawabanya ynng telah tersedia;

2. Meningkatkan kemampuan berpikir lebih tinggi untuk

menambah kemampuan keterampilan dasarnya;

3. Menilai secara l ngsung terhadap proyek yang bersifat

holistik;

4. Mampu mensintesis pengajaran di kelas;

5. Menggunakan contoh pekerjaan siswa yang terkumpul

dalam jangka waktu yang cukup panjang;

6. Penentuan kriteria yang jelas diketahui oleh siswa;

Page 250: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

244

7. Memperkenankan berbagai cara untuk menilai

kemampuan seseorang;

8. Menjadikan penilaian lebih relevan dan dekat dengan

pembelajaran di kelas;dan

9. Mengajarkan siswa untuk mengevaluasi peerjaarn

mereka sendiri.

431. Bagaimana teknik penilaian autentik ?

Jawab

Adapun teknik penilaian autentik yaitu: a) asesmen

kinerja, b) penilaian sikap, c) penilaian tertulis, d)

penilaian proyek dan e) penilaian portofolio. (Badarudin

dalam Faraz, 2012)

432. Apa yang dimaksud dengan jurnal ?

Jawab:

Jurnal adalah catatan pendidik di dalam dan di luar kelas

yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan

dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap

dan perilaku. Jurnal adalah tulisan yang dibuat siswa

untuk mencatat apa yang telah dipelajarinya (Susilo,

2004)

433. Apa yang dimaksud dengan penilaian jurnal?

Jawab:

Penilaian jurnal adalah penilaian yang didasarkan pada

catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi

informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan

kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan

perilaku.

434. Kegiatan apa saja yang dapat digunakan untuk

membuat jurnal ?

Jawab:

Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengisi

jurnal yaotu:

Page 251: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

245

1. Memulai pertemuan di kelas atau memulai diskusi,

2. Meringkas pembelajaran,

3. Interupsi/memfokuskan kembali diskusi kelas,

4.Menanyakan persetujuan atas suatu pernyataan,

5. Mendiskusikan bagaimana pembelajaran hari ini

terkait dengan topik-topik lain,

6. Merespon suatu tugas,

7. Meningkatkan konsentrasi siswa,

8. Mencek kesiapan/pendapat siswa,

9. Mencatat hasil kerja laboratorium. (Moore ,1994):

435. Dalam melakukan penilaian autentik, hal apa saja

yang perlu diperhatikan oleh guru?

Jawab:

Adapun hal yang perlu diperhatikan oleh guru ketika

melakukan penilaian autentik adalah:

(1) Autentik dari instrumen yang digunakan

Guru harus menggunakan instrumen yang bervariasi

yang disesuaikan dengan karakteristik kompetensi

yang ada dalam kurikulum

(2) Autentik dari aspek yang diukur

Guru harus menilai aspek hasil belajar secara

komprehensif yang meliputi komponen sikap,

pengetahuan dan keterampilan

(3) Autentik dari aspek kondisi peserta didik

Guru perlu menilai input (kondisi awal) peserta didik,

proses (kinerja dan aktivitas peserta didik dalam

proses belajar mengajar), dan out put (hasil

pencapaian kompetensi dari ketiga

komponen)(Kunandar, 2013)

Page 252: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …
Page 253: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

247

BAB 9 . ALAT UKUR NONTES

1. KONSEP DASAR NONTES

437. Apa yang dimaksud dengan non tes ?

Jawab:

Nontes: penilaian menggunakan pertanyaan atau

pernyataan yang tidak menuntut jawaban benar atau

salah.

438. Apa yang dimaksud dengan penilaian nontes ?

Jawab:

Penilaian nontes adalah penilaian yang mengukur

kemampuan siswa-siswa secara langsung dengan

tugas-tugas yang riil

439. Kapan instrumen nontes digunakan?

Jawab:

Instrumen nontes digunakan terutama untuk mengukur

hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan

vocational skills, terutama yang berhubungan dengan

apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta

didik daripada apa yang diketahui atau dipahaminya.

Instrument ini biasanya digunakan terkait dengan

penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan

dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati

dengan panca indra (Widiyoko : 2009).

440. Apa kelebihan nontes dibanding dengan tes ?

Jawab:

Adapun kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya lebih

komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai

berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya

untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek efektif

dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran

berlangsung.(Sudjana, 2004)

Page 254: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

248

441. Alat penilaian apa yang tergolong teknik nontes ?

Jawab:

Alat penilaian yang tergolong teknik non-tes antara

lain: a) kuesioner/ angket, b) wawancara (interview),

3) daftar cocok (check-list), 4) pengamatan/observasi,

5) penugasan, 6) portofolio, 7) jurnal, 8) inventori, 9)

penilaian diri (self-assessment), dan 9) penilaian oleh

teman sejawat (peer assessment)

2. OBSERVASI

442. Apa yang dimaksud dengan observasi ?

Jawab:

Observasi adalah suatu teknik penilaian non-tes yang

menginventarisasikan data tentang sikap dan

kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya.

Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan dan

perilaku siswa secara langsung. Data yang diperoleh

dijadikan bahan penilaian

443. Ada berapa macam jenis observasi dari segi

pelaksanaannya?

Jawab:

Dari segi pelaksanaannya observasi dibedakan atas

tiga jenisi, yaitu:

(1) observasi langsung, yakni pengamatan yang

dilakukan terhadap proses yang terjadi dalam siatuasi

yang sebenarnya dan langsung diobservasi oleh

pengamat,

(2) observasi tidak langsung, yakni pengamatan yang

dilakukan dengan menggunakan alat bantu (misalnya,

dengan mikroskop untuk pengamatan bakteri), dan (3)

observasi partisipasi, yakni observasi yang dilakukan

dengan melibatkan diri pengamat pada kegiatan yang

diamati, sehingga pengamat dapat lebih menghayati,

merasakan dan mengalami sendiri.

Page 255: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

249

444. Apa saja kelebihan observasi ?

Jawab:

Adapun kelebihan observasi yaitu:

a) Memberikan informasi yang tidak mungkin

didapatkan melalui teknik lain

b) Memberi tambahan informasi yang sudah didapat

melaui teknik lain

c) Dapat menjaring tingkah laku nyata bila saat

observasi tidak diketahui

d) Observasi atau pengamatan bersifat selektif

e) Observasi mendorong perkembangan subjek

observasi

445. Apa saja kelemahan observasi ?

Jawab:

Adapun kelemahan observasi yaitu:

a) Observasi tidak dapat dilakukan terhadap

beberapa situasi atau beberapa siswa sekaligus

b) Hasil observasi pada suatu kejadian tidak dapat

diulang pada waktu lain

c) Untuk memdapatkan gambaran menyeluruh dan

ketepatan hasil, observasi perlu dilakukan

beberapa kali sehingga memerlukan waktu yang

panjang

d) Penafsiran terhadap hasil observasi sering kali

bersifat subjektif, sehingga diperlukan

keterlibatan beberapa orang observer

e) Sikap observer, jarak waktu yang panjang antara

satu situasi dengan situasi yang diamati, dan

objektivitas pencatatan akan sangat

mempengaruhi validitas hasil observasi

Page 256: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

250

446. Bagaimana model alat ukur observasi itu ?

Jawab:

Model alat ukur observasi: (1) pengamat lebih dari

seorang melakukan pengamatan, (2) pengamat membawa

pedoman atau lembar evaluasi yang terdiri atas banyak hal

yang harus diisi atau diconteng, (3) pengamatan dilakukan

pada suatu jangka waktu tertentu berkenaan dengan hal

yang sudah ditentukan terlebih dahulu.

447. Apa saja ciri observasi itu ?

Jawab:\

Adapun ciri observasi yaitu:

1). Observasi mempunyai arah yang khusus

2). Observasi ilmiah tentang tingkah laku adalah sistematis

3). Observasibersifat kuantitatif

4). Observasi mengadakan pencatatan dengan segera

5). Observasi meminta keadailan

6). Hasil-hasil observasi dapat dicek dan dibuktikan

untuk menjamin kesahihan (Good, at all dalam Arifin,

2009)

448. Bagaimana langkah penyusunan pedoman observasi?

Jawab:

Adapun langkah penyusunan pedoman observasi yaitu:

(1) Menetapkan tujuan observasi

(2) Menetapkan bentuk format pencatat hasil observasi

sesuai tujuan

(3) Membuat format pencatat hasil observasi (cek list atau

skala kiraan)

(4) Melakukan ujicoba untuk menguji reliabilitas

pedoman observasi dengan teknik interrater reliability

Page 257: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

251

449. Apa sifat-sifat yang harus dimiliki observasi sebagai

teknik penilaian ?

Jawab:

Observasi sebagai teknik penilaian harus memiliki sifat-

sifat:

(1) Harus dilakukan sesuai dengan tujuan pemelajaran

yang telah irumukan

(2) Direncanakan secara sistematis

(3) Hasilnya dicatat dan diolh sesuai dengan tujuan

(4) Dapat diperiksa validitas, reliabilitas dan ketelitiannya

450. Apa berapa macam alat penilaian observasi itu ?

Jawab:

(1) Daftar cek (Chek list)

Adalah alat obsevasi yang berupa daftar

kemungkinan-kemungkinan aspek tingkah laku

seseorang dengan cara memberikan tanda cek ( √)

pada aspek-aspek tingkah laku yang ada pada orang

yang akan dinilai lain atau yang ada pada dirinya

sendiri.

(2) Skala kiraan/lajuan (Rating Scale)

Adalah alat untuk memperoleh data yang berupa suatu

daftar yang berisi tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku

yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara

bertingkat

Page 258: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

252

451. Berikan sebuah contoh Chechlist (Daftar Cek)!

Jawab:

Contoh Chechlist (Daftar Cek), misalnya pedoman

observasi keaktifan siswa dalam diskusi kelompok

Kelompok :......................................

Kelas :................................

Tanggal Observasi :...............................

No Nama siswa SB B C K SK

1

2

3

4

5

Azizah

Dian wahyuni

Eva

Farmawati

Rosalia

Keterangan : SB = Sangat Baik

B = Baik

C = Cukup

K = Kurang

SK = Sangat Kurang

452. Berikan sebuah contoh skala kiraan/lajuan (Rating

Scale) itu!

Jawab:

Contoh skala kiraan/lajuan (Rating Scale), misalnya

pedoman observasi keterampilan menulis

Nama Siswa :.............................

Kelas :...............................

Tanggal Observasi :..............................

No Aspek yang dinilai Skor pilihan

1 Cara memegang pensil 1 2 3 4 5

2 Posisi duduk waktu menulis

3 Posisi tangan terhadap kertas

4 Letak kertas yang akan ditulis

5 Jarak mata dari kertas yang akan

ditulis

6 Bentuk huruf

7 Cara merangkai huruf

8 Kejelasan tulisan

9 Keindahan tulisan

10 Kebenaran tulisan

Keterangan: 5 = Sangat Baik, 4 = Biak, 3 = Cukup, 2

= Tidak Baik 1 = Sangat Tidak Baik

Page 259: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

253

3. WAWANCARA

453. Apa yang dimaksud dengan wawancara ?

Jawab:

An interview is a personal interaction between

interviewer (teacher) and one or more interviwees

(students) in which verbal questions are asked,

Wawancara adalah interaksi pribadi antara

pewawancara (guru) dengan satu atau beberapa yang

diwawancarai (siswa) ketika pertanyaan verbal

diajukan kepada mereka (Johnson and Johnson, 2002)

454. Ada berapa macam jenis wawancara sebagai alat

evaluasi ?

Jawab:

Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan

sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:

1) Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya

juga dikenal dengan istilah wawancara berstruktur

(structured interview) atau wawancara sistematis

(systematic interview), dimana wawancara ini selalu

dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih

dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview

guide). Jadi, dalam hal ini responden pada waktu

menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang

sudah disediakan.

2) Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview),

biasanya juga dikenal dengan istilah wawancara

sederhana (simple interview) atau wawancara tidak

sistematis (nonsystematic interview) atau wawancara

bebas, diamana responden mempunyai kebebasan

untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh

patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator

Page 260: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

254

455. Apa saja kelebihan wawancara ?

Jawab:

Beberapa kelebihan wawancara antara lain ; (1) dapat

secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai dengan

situasi yang dihadapi pada saat itu ; (2) mengetahui

perilaku nonverbal, misalnya rasa suka, tidak suka

atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan

dan dijawab oleh nara sumber ; (3) Pertanyaan dapat

diajukan secara berurutan sehingga nara sumber dapat

memahami maksud tujuan secara baik, sehingga dapat

menjawab pertanyaan dengan baik pula ; (4) Jawaban

tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh nara

sumber yang telah ditetapkan ; (5) Melalui

wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang rumit dan

mendetail.

456. Apa saja kelemahan wawancara ?

Jawab:

Beberapa kelemahan wawancara antara lain: (1)

memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga

mungkin biaya ; (2) dilakukan secara tatap muka,

namun kesalahan bertanya dan kesalahan dalam

menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi; (3)

keberhasilan wawancara sangat tergantung dari

kepandaian pewawancara

457. Bagaimana langkah-langkah penyusunan

pedoman wawancara ?

Jawab:

Langkah-langkah penyusunan pedoman

wawancara adalah:

(1) Menetapkan tujuan wawancara

(2) Menetapkan bentuk pertanyaan sesuai tujuan

(3) Merumuskan butir pertanyaan dengan bahasa

yang dipahami oleh orang diwawancara

Page 261: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

255

(4) Pertanyaan harus fokus agar yang orang

diwawancara dapat menjawab sesuai dengan

kebutuhan

(5) Rumusan pertanyaan hendaknya jangan memiliki

makna ganda

(6) Rumusan pertanyaan tidak mengandung SARA

atau menghakimi orang yang diwawncara dan

sebagainya

458. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan

wawancara?

Jawab:

Langkah-langkah pelaksanaan wawancara adalah:

(1) Menetapkan orang (interviewee) yang memikili

informasi

(2) Menetapkan jadwal dan tempat wawancara

(3) Menetapkan jumlah orang(interviewee) yang akan

diwawancara

(4) Menghubungi orang (interviewee) yang akan

diwawancara

(5) Melaksanakan wawancara dengan menggunakan

pedoman wawancara

(6) Melakukan pencatatan hasil wawancara dengan

menuliskan atau merekam dengan alat recorder

(7) Menutup wawancara dengan membuat kesimpulan

hasil wawancara dan menympaikan terima kasih aats

kesediaan diwawancara

459. Bagaimana cara menganalisis hasil wawancara ?

Jawab:

Adapun cara menganalisis hasil wawancara adalah:

(1) Hasil pencatan atau perekaman proses wawancara

diketik dalam bentuk dialog tanya jawab sebagaimana

adanya

Page 262: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

256

(2) Mengelompokkan jawaban orang yang diwawancara

yang sesuai dengan pokok pikiran yang ada pada

pedoman wawancara

(3) Menganalisis dan mensintesis hasil jawaban orang

yang diwawancara sesuai dengan tujuan wawancara

(4) Menarik kesimpulanberdasarkan hasil sisntesis dari

berbagai jawaban orang yang diwawancara

4.KUESIONER (ANGKET)

460. Apa yang dimaksud dengan kuesioner (angket) ?

Jawab:

Kuesioner (angket) adalah sebuah daftar pertanyaan

yang harus diisi oleh orang yang akan diukur

(responden).

Kuesioner (angket) adalah alat penilaian hasil belajar

yang berupa daftar pertanyaan tertulis untuk

menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya tentang

latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa,

tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran,

media, dan lain- lain

461. Apa tujuan pengembangan kuesioner/angket di

sekolah ?

Jawab:

Adapun tujuan dari pengembangan kuesioner atau

angket di sekolah adalah :

1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari

siswa tentang

pembelajaran

2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai

tingkat penguasaan tertentu.

3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam

belajar.

4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.

5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa

dalam pembelajaran

Page 263: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

257

462. Ada berapa macam jenis kuesioner/angket itu ?

Jawab:

Kuesioner atau angket dapat dibedakan atas 3 macam,

yaitu

(1) Berdasarkan bentuk pertanyaan atau pernyataan

a) Kuesioner/angket terbuka

b) Kuesioner/angket tertutup

c) Kuesioner/ngket semi terbuka

(2) Berdasarkan responden atau sumber datanya

a) Kuesioenr/angket langsung: diberikan kepada

responden

b) Kuesioer/angket tidak langsung: disampaikan

kepada orang lain yang dimintai pendapat tentang

kondisi orang lain

(3) Berdasarkan strukturnya

a) Kuesioner/angket terstrutur: bersifat tegas, konkrit

dengan pernyataan atau pertanyaan yang terbatas

dan mnghendaki jawaban yang tegas dan terbatas

a) Kuesuioner/angket tdak terstruktur: menginginkan

jawaban uraina lengkap

463. Bagaimana langkah penyusunan Kuesioner/angket?

Jawab:

Langkah penyusunan kuesioner/angket adalah:

(1) Menetapkan variabel yang akan dinilai

(2) Merumuskan definisi konseptual

(3) Merumuskan definisi operasional

(4) Menyusun kisi-kisi

(5) Menyusun butir-butir kuesioner/angket

464. Sebagai alat penilaian, untuk menilai apa saja

kuesioner/angket itu?

Jawab:

Kuesioner/Angket sebagai alat penilaian digunakan untk

menilai sikap, bakat, kemampuan, minat siswa dan

sebagainya

Page 264: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

258

465. Apa saja kelebihan penggunaan kuesioner/ angket

itu?

Jawab:

Adapun kelebihan penggunaan kuesioner/angket yaitu:

(1) Merupakan metode yang praktis untuk mengumpulkan

data dari responden yang banyak dalam waktu yang

singkat

(2) Merupakan metode yang ekonomis, dari segi tenaga

tenaga

(3) Setiap responden menerima sejumlah pertanyaan yang

sama

(4) Jika kuesioner/angket tertutup, memudahkan tabulasi

hasil

(5) Jika kuesioner/angket terbuka, memberi kebebasan

bagi responden untuk mengisinya memberi keterangan

(6) Responden mempunyai waktu yang cukup untuk

menjawab pertanyaan

(7) Pengaruh subjektif dapat dihilangkan

(8) Pengisian kuesioner/angket dapat dibuat anonim,

sehingga responden bebas, jujur untuk mengisinya

466. Apa saja kekurangan penggunaan kuesioner/ angket

itu?

Jawab:

Adapun kekurangan penggunaan kuesioner/angket yaitu:

(1) Responden sering tidak teliti dalam menjawab.

kadang-kadang ada yang tertinggal, sedangkan untuk

mengisi ulang sukar

(2) Sulit untuk mendapat jaminan bahwa responden akan

memberikan jawaban yang tepat

(3) Penggunaannya terbatas hanya pada responden yang

dapat membaca dan menulis saja

(4) Pertanyaan atau pernyataan dalm kuesioner/angket

dapat dapat ditafsirkan salah oleh rsponden

(5) Belum tentu semua responden mengembalikan angket

yang telah diisinya

Page 265: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

259

467. Ada berapa macam isi kuesioner/angket itu ?

Jawab:

Dari dari segi isi kuesioner dapat dibedakan atas 4

macam, yaitu:

1) Pertanyaan fakta adalah pertanyaan yang

menanyakan tentang fakta antara lain seperti

jumlah sekolah, jumlah jam belajar, dll.

2) Pertanyaan perilaku adalah apabila guru

menginginkan tingkah laku seseorang siswa

dalam kegiatan di sekolah atau dalam proses

belajar mengajar.

3) Pertanyaan informasi adalah apabila melalui

instrument itu guru ingin mengungkapkan

berbagai informasi atau menggunakan fakta.

4) Pertanyaan pendapat dan sikap adalah kuesioner

yang berkaitan dengan, kepercayaan predisposisi,

dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek

yang dinilai.

5. SOSIOMETRI

468. Apa yang dimaksud dengan sosiometri ?

Jawab:

Sosiometri adalah suatu teknik untuk mempelajari

atau mengetahui hubungan sosial peserta didik atau

subjek yang dinilai.

469. Bagaimana teknik melaksanakan sosiometri itu “

Jawab:

Adapun teknik melaksanakan sosiometri adalah

menugaskan kepada semua peserta didik di kelas

tersebut untuk memilih satu,dua atau tiga temannya

yang paling disukai atau paling akrab.

Page 266: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

260

470. Bagaimana bentuk hubungan dalam sosiometri

itu“

Jawab:

Adapun bentuk-bentuk hubungan dalam sosiometri,

yaitu:

1). Hubungan segitiga: menggambarkan intensitas

hubungan tiga orang individu yang cukup kuat

atau intim

2) Hubungan sosial terpusat: menggambarkan

tingkat popularitas seorang individu dalam

kelompoknya

3) Hubungan sosial intim: menggambarkan

hubungan beberapa orang yang saling memilih

satu dengan yang lain dengan intensitas hubungan

yang kuat

4)...Hubungan sosial berbentuk jala:

menggambarkan pola relasi yang bersifat

menyeluruh di mana setiap anggota saling

berelasi.

5)...Hubungan sosial berbentuk rantai:

menggambarkan pola hubungan searah atau

sepihak dan tidak menyeluruh. (Komalasari,

Wahyuni, dan Karsih, 2011)

471. Bagaimana contoh hubungan antara nontes

dengan pengukuran dan evaluasi?

Jawab:

Contoh hubungan antara nontes dengan pengukuran

dan evaluasi adalah seperti di bawah:

Non Tes Pengukuran Evaluasi

Siswa diberi tugas

oleh Pak Ahmad

untuk menyusun

laporan praktikum

fisika

Pak Ahmad

membandingkan laporan

praktikum yang dibuat

dengan kriteria dan

menghitung total perolehan

skornya. Dian memperoleh

skor 86.

Pah Ahmad

menilai bahwa

kemampuan Dian

sangat baik dalam

menyusun laporan

praktikum

Page 267: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

261

BAB 10. PENGUKURAN DAN

PENILAIAN SIKAP

1. KONSEP DASAR

472. Apa yang dimaksud dengan penilaian sikap ?

Jawab:

(1) Yang dimaksud dengan penilaian sikap adalah

proses pengumpulan dan pengelolaan informasi

yang berkaitan dengan ranah sikap untuk

menentukan proses dan hasil belajar peserta didik

pada mata pelajaran tertentu

(2) Yang dimaksud dengan penilaian sikap adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

mengukur sikap peserta didik sebagai hasil dari

suatu program pembelajaran.

473. Apa beda antara skala sikap dan skala penilaian ?

Jawab:

Beda antara skala sikap dan skala penilaian adalah:

Skala sikap adalah mengukur keadaan atau perasaan

atau penilaian yang bersangkutan

Skala Penilaian adalah mengukur penampilan atau

perilaku orang lain oleh seseorang melalui pernyataan

perilaku individu pada suatu rentang kontinum atau

suatu kategori yang bernama nilai (Djaali dan

Muljono, 2008)

474. Apa saja komponen sikap itu ?

Jawab:

Sikap itu memiliki tiga komponen yaitu :

1. Komponen afektif --- kehidupan emosional

individu, yakni perasaan tertentu (positif atau

negatif) yang mempengaruhi penerimaan atau

penolakan terhadap objek sikap, sehingga timbul

rasa senang-tidak senang, takun-tidak takut.

Page 268: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

262

2. Komponen kognitif --- aspek intelektual yang

berhubungan dengan bilief, idea atau konsep

terhadap objek sikap.

3. Komponen behavioral --- kecenderungan individu

untuk bertingkah laku tententu terhadap objek

sikap

475. Cakupan sikap mana yang dinilai dalam

Kurikulum 2013 ?

Jawab:

Dalam Kurikulum 2013 ada dua macam penilaian

sikap yang harus dilakukan, yaitu (1) sikap spiritual

dan (2) sikap sosial

1. Penilaian sikap spiritual yaitu: menghargai dan

menghayati ajaran agama yang dianut

2. Penilaian sikap sosial mencakup antara lain yaitu:

(1) jujur

(2) disiplin

(3) tanggung jawab

(4) toleransi

(5) gotong royong

(6) santun

(7) percaya diri

476. Selain sikap spiritual dan sosial, aspek sikap spalagi

yang perlu

dinilai dalam pembelajaran ?

Jawab:

Aspek Sikap lain yang perlu dinilai yaitu:

1. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran

2. Sikap peserta didik terhadap guru mata pelajaran

3. Sikap peserta didik terhadap terhadap nilai-nilai

mata pelajaran

4. Sikap peserta didik pada materi pembelajaran

5. Sikap peserta didik terhadap pembelajaran

Page 269: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

263

477. Bagaimana menilai sikap dalam Kurikulum 2013?

Jawab:

Sikap dapat dinilai melalui observasi, penilaian diri

(self assessment), penilaian “teman sejawat” (peer

assessment) oleh peserta didik, dan jurnal.

478. Apa yang dimaksud dengan observasi ?

Jawab:

Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan

secara berke- sinambungan dengan menggunakan

indera, baik secara langsung maupun tidak langsung

dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi

sejumlah indikator perilaku yang diamati

479. Bagaimana langkah mengembangkan instrumen

observasi itu ?

Jawab:

Adapun langkah mengembangkan instrumen

observasi adalah (1) menurunkan indikator dari sikap

yang mau dinilai, (2) membuat rubrik beradasarkan

indikator

480. Apa yang dimaksud dengan indikator ?

Jawab:

Indikator adalah tanda tercapainya suatu kompetensi.

Indikator harus terukur. Indikator adalah alat untuk

mengukur dan sebagai petunjuk Dengan demikian,

indikator merupakan suatu petunjuk atau acuan

sehingga memudahkan guru dalam melakukan

penilaian hasil pembelajaran. Dalam konteks penilaian

sikap, indikator merupakan tanda-tanda yang

dimunculkan oleh peserta didik, yang dapat diamati

atau diobservasi oleh guru sebagai representasi dari

sikap yang dinilai

Page 270: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

264

481. Bagaimana contoh indikator itu ?

Jawab:

Sebagai contoh, diturunkan indikator sikap toleransi

Sikap Toleransi

dan Pengertiannya

Contoh Indikator

toleransi

Toleransi adalah

sikap dan tindakan

yang menghargai

keberagaman latar

belakang,

pandangan, dan

keyakinan

teman yang berbeda

pendapat

meskipun berbeda dengan

pendapatnya

kekurangan orang lain

kesalahan orang lain

bekerja sama dengan

siapa pun yang memiliki

keberagaman latar

belakang, pandangan, dan

keyakinan

pendapat atau keyakinan

diri pada orang lain

482. Apa yang dimaksud dengan rubrik penilaian?

Jawab:

Rubrik penilaian adalah daftar kriteria yang

menunjukkan kinerja, aspek-aspek atau konsep-

konsep yang akan dinilai, dan gradasi mutu, mulai dari

tingkat yang paling sempurna sampai yang paling

buruk .

Rubrik penilaian adalah pedoman pemberian skor

dalam penilaian yang bersifat subjektif.

Page 271: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

265

483. Apa saja komponen rubrik penilaian itu?

Jawab:

Adapun komponen-kompone rubrik penilaian itu,

antara lain:

a) Dimensi kerja atau aspek penilaian yang akan

dijadikan dasar dalam menilai kinerja atau hasil

kerja siswa

b) Deskripsi mutu yang menunjukkan tingkatan mutu

dari setiap dimensiinerja atau aspeh penilaian

mulai dari yang paling sempurna sampai yang

paling buruk

c) Skor untuk tiap-tiap tingkatan mutu dari dimensi

kinerja atau aspek penilaian

d) Skala yang digunakan untuk menilai dimensi

kinerja atau aspek penilaian, muali dari skala 3,

4, atau skala 5

484. Bagaimana langkah-langkah menyusun rubrik

penilaian itu?

Jawab:

Langkah-langkah menyusun rubrik penilaian adalah:

1) Menentukan konsep atau mendefinisikan ketrampilan

dan kinerja yang akan diniai

2) Merumuskan atau mendefinisikan serta menentukan

urutan konsep dan atau keterampilan yang akan dinilai

ke dalam rumusan yang menggambarkan kinerja siswa

3) Menentukan tugas yang akan diniai

4) Meentukan skala yang akan digunakan

5) Mendeskripsikan kinerja muai dari yang diharapkna

sampai dengan kinerja yang tidak diharapkan

6) Melakukan ujicoba

7) Melakukan revisi berdasarkan hasil ujicoba (Widoyoko,

2014)

Page 272: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

266

485. Bagaimana contoh Rubrik ?

Jawab:

Contoh (1) Rubrik Sikap Santun :

Kriteria Skor Indikator

Sangat Baik (SB) 4 Selalu santun dalam bersikap

dan bertutur kata kepada guru

dan teman

Baik (B) 3 Sering santun dalam bersikap

dan bertutur kata kepada guru

dan teman

Cukup (C) 2 Kadang-kadang santun dalam

bersikap dan bertutur kata

kepada guru dan teman

Kurang (K) 1 Tidak pernah santun dalam

bersikap dan bertutur kata

kepada guru danteman

Contoh (2) Rubrik Kemampuan menulis Esai Grade Skor Indikator Kinerja

Sangat Kurang < 20 Tidak ada ide yang jelas untuk

menyelesaikan masalah

Kurang 21 - 40 Ada ide yang dikemukakan,

namunkurang sesuai dengan

permasalahan

Cukup 41 - 60 Ide yang dikemukakan jelas

dan sesuai, namun kurang

inovatif

Baik 61 - 80 Ide yang dikemukakan jelas,

mampu menyelesaikan

masalah, inovatif, cakupan

tidak terlalu luas

Sangat Baik > 81 Ide, jelas, inovatif, dan

mampu menyelesaikan

masalah dengan cakupan luas

Page 273: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

267

486. Bagaimana contoh instrumen observasi penilaian

sikap jujur ?

Jawab:

Adapun contoh instrumen observasi penilaian sikap

jujur adalah sebagai berikut

Pedoman Observasi Sikap Jujur

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial

peserta didik dalam kejujuran. Berilah tanda cek (v) pada

kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta

didik, dengan kriteria sebagai berikut :

4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan

3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan

kadang

kadang tidak melakukan

2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan

sering tidak melakukan

1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan

Nama Peserta Didik : ………………….

Kelas : ………………….

Tanggal Pengamatan : …………………..

Materi Pokok : …………………..

No Aspek Yang Diamati Skor

1 2 3 4

1 Tidak nyontek dalam mengerjakan

ujian/ulangan/tugas

2 Tidak melakukan plagiat ( mengambil/

menyalin karya orang lain tanpa

menyebutkan sumber) dalam

mengerjakan setiap tugas

3 Mengungkapkan perasaan terhadap

sesuatu apa adanya

4 Melaporkan data atau informasi apa

adanya

5 Mengakui kesalahan atau kekurangan

yang dimiliki

Jumlah Skor

Page 274: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

268

487. Bagaimana cara penskoran sikap jujur itu ?

Jawab:

(1) Bila menggunakan skala 1-4

Adapun cara penskoran sikap jujur itu adalah

sebagai berikut

Skor Akhir = Skor yang diperoleh/Skor tertinggi x

4 Misalkan skor yang diperoleh 14, skor tertinggi

4 x 5 pernyataan = 20, maka :

Skor Akhir = 14/20 x 4 = 28

(2) Bila menggunakan skala 1-100

Adapun cara penskoran sikap jujur itu adalah

sebagai berikut

Skor Akhir = Skor perolehan/Skor tertinggi x 100

Misalkan Skor yang diperoleh 14, skor tertinggi 4

x 5 pernyataan = 20, maka :

Skor Akhir = 14/20 x 100 = 70

488. Bagaimana rentang klasifikasi skor akhir ?

Jawab:

Adapun rentang klasifikasi skor akhir adalah:

Sangat Baik : apabila memperoleh skor

3,20 – 4,00 (80 – 100)

Baik : apabila memperoleh skor

2,80 – 3,19 (70 – 79)

Cukup : apabila memperoleh skor

2.40 – 2,79 (60 – 69)

Kurang : apabila memperoleh skor kurang

2.40 (kurang dari 60%)

Page 275: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

269

489. Bagaimana contoh instrumen observasi sikap

disiplin ?

Jawab:

Adapun contoh Instrumen observasi disiplin adalah

sebagai berikut

Pedoman Observasi Sikap Disiplin

Petunjuk :

Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial

peserta didik dalam kedisiplinan. Berilah tanda cek (v) pada

kolom skor sesuai sikap disiplin yang ditampilkan oleh

peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut :

Ya = apabila peserta didik menunjukkan perbuatan sesuai

aspek pengamatan

Tidak = apabila peserta didik tidak menunjukkan perbuatan

sesuai aspek pengamatan.

Nama Peserta Didik : ………………….

Kelas : ………………….

No Sikap Yang Diamati Melakukan

YA TIDAK

1 Masuk kelas tepat waktu

2 Mengumpulkan tugas tepat waktu

3 Memakai seragam sesuai tata

tertib

4 Mengerjakan tugas yang

diberikan

5 Tertib dalam mengikuti

pembelajaran

6 Mengikuti praktikum sesuai

dengan langkah yang ditetapkan

7 Membawa buku tulis sesuai mata

pelajaran

8 Membawa buku teks mata

pelajaran

Jumlah

Petunjuk: Jawaban YA diberi skor 1

Jawaban TIDAK diberi skor 0

Page 276: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

270

490. Bagaimana cara penskoran sikap disiplin itu ?

Jawab:

Adapun cara penskoran sikap disiplin itu adalah

sebagai berikut

(1) Menggunakan skala 1-4

Skor Akhir = Skor yang diperoleh/Skor

Tertinggi x 4 Misalkan jawaban YA sebanyak 6,

skor tertinggi 8 , karena ada delapan indikator

sikap disiplin yang diamati,

maka : Skor Akhir = 6/8 x 4 = 3,00

(2) Menggunakan skala 1-100

Skor Akhir = Skor yang diperoleh/Skor Tertinggi

x 100 maka: skor Akhir = 6/8 x 100 = 75

491. Apa yang dimaksud dengan jurnal ?

Jawab:

Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di

luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan

tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang

berkaitan dengan sikap dan perilaku.

492. Bagaimana cara mengukur/menilai sikap ?

Jawab:

Untuk mengukur/menilai sikap dapat dilakukan

dengan cara/teknik :

1. Measurement by scales --- pengukuran sikap

dengan menggunakan

skala sikap.

2. Measurement by rating --- pengukuran sikap

dengan meminta pendapat atau penilaian para

ahli yang mengetahui sikap individu yang dituju.

3. Indirect method --- pengukuran sikap secara tidak

langsung yakni mengamati (eksperimen)

perubahan sikap/pendapat ybs.

493. Ada berapa macam jenis skala sikap ?

Jawab:

Secara umum terdapat 4 macam skala sikap, yaitu:

1) Slaka Likert

Page 277: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

271

2) Skala Guttman

3) Skala Thrustone

4) Skala Differensial Semantik

2. SKALA LIKERT 494. Bagaimana penjelasan tentang Skala Likert ?

Jawab:

Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Rensis Likert

untuk mengukur masyarakat di tahun 1932. Di dalam

skala ini menggunakan ukuran ordinal. Skala sikap

Likert tersusun atas beberapa pernyataan positif

(favorable statements) dan pernyataan negatif

(unfavorable statements) yang mempunyai lima

kemungkinan jawaban (option) dengan kategori yang

continuum, dari mulai jawaban sangat setuju (strongly

agree) sampai sangat tidak setuju (strongly disagree).

Dalam skala Likert, responden (subyek) diminta untuk

membaca dengan seksama setiap pernyataan yang

disajikan, kemudian ia diminta untuk menilai

pernyataan-pernyataan itu. Penilaian terhadap

pernyataan-pernyataan itu sifatnya subyektif,

tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu.

Derajat penilaian siswa terbagi ke dalam 5 (lima)

kategori yang tersusun secara bertingkat, mulai dari

Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Netral

(N), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS) atau bisa pula

disusun sebaliknya.

Misalnya:

1. Untuk Pernyataan positif Persepsi responden Nilai Sikap

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Netral (N)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

5

4

3

2

1

Page 278: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

272

2. Untuk Pernyataan negatif Persepsi responden Nilai Sikap

Sangat Setuju (SS)

Setuju (S)

Netral (N)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

2

3

4

5

Contoh:

Sikap siswa terhadap pelajaran fisika No Sikap Siswa STS TS N S SS

1 Pelajaran fisika

bermanfaat

2 Pelajaran fisika

sulit

3 Tidak semua

siswa harus

belajar fisika

4 Pelajaran fisika

harus dibuat

mudah

5 Harus banyak

latihan pada

Pelajaran fisika

495. Apa yang dimaksud dengan pernyataan positif dan

pernyataan

negatif pada Skala Likert ?

Jawab:

Pernyataan positif adalah pernyataan yang mendukung

ide yang terkandung dalam variabel yang diukur.

Sebaliknya, pernyataan negatif adalah pernyataan

yang bertentangan dengan variabel yang diukur.

496. Berapa macam jenis kategori respon dalam

penyusunan skala ?

Jawab:

Dalam penyusunan skala ada 4 jenis kategori respon,

yaitu:

Page 279: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

273

1) Frekuensi (sering–tidak pernah)

2) Evaluasi (baik–buruk)

3) Persetujuan (setuju–tidak setuju)

4) Kesesuaian (sesuai–tidak sesuai)

497. Bagaimana prosedur penyusunan Skala Likert ?

Jawab:

Prosedur penyusunan skala Likert adalah:

a. Menentukan objek sikap yang akan

dikembangkan skalanya.

b. Menyusun kisi-kisi instrumen (skala sikap).

c. Menulis butir-butir pernyataan, dengan

memperhatikan kaidah sebagai berikut:

o menghindari kalimat yang mengandung

banyak interpretasi;

o rumusan pernyataan singkat;

o satu pernyataan hanya mengandung satu

pikiran yang lengkap;

o pernyataan dirumuskan dalam kalimat yang

sederhana;

o hindari penggunaan kata-kata: semua, selalu,

tidak pernah, dan sejenisnya;

o hindari pernyataan tentang fakta atau dapat

diinterpretasikan sebagai fakta

d. Butir pernyataan yang ideal diperlukan kurang

lebih antara 30 sampai dengan 40 butir.

e. Antara penyataan positif dan negatif hendaknya

relatif berimbang.

f. Setiap pernyataan diikuti skala sikap (bisa genap

atau ganjil).

498. Apa saja kelebihan Skala Likert ?

Jawab:

Adapun kelebihan Skala Likert yaitu:

a) Mempunyai banyak kemudahan. Menafsirkannya

relatif lebih mudah. Skor yang tinggi

Page 280: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

274

menunjukkan sikap yang lebih tinggi

dibandingkan dengan skor yang rendah

b) Mempunayi reliabilitas tinggi dalam mengurutkan

manusia berdasarkan intensitas sikap tertentu.

Skor untuk tiap pernyataan juga mengukur

intensitas sikap responden terhadap pernyataan

itu.

c) Luwes dan fleksibel

499. Apa saja kelemahan Skala Likert ?

Jawab:

Adapun kelemahan skala Likert yaitu:

a) Asumsi tiap pernyataan mempunyai nilai yang

sama tidak dapat dipertanggungjawabkan

b) Ada kemungkinan yang mempunyai sikap yang

sama intensitasnya memilih jawaban berbeda

c) Validitas item pernyataan dapat disangsikan

500. Bagaimana contoh analisis Skala Likert itu ?

Jawab:

Cara pertama:

Misalnya, ada 7 butir pernyataan skala Likert dengan

5 pilihan, maka langkah-langkah analisisnya adalah

sebagai berikut:

a. Menentukan skor maksimal, yaitu skor jawaban

terbesar di kali banyak item 5 x 7 = 35

b. Menentukan skor minimal, yaitu skor jawaban

terkecil dikali banyak item 1 x 7 = 7

c. Menentukan nilai median, yaitu hasil penjumlahan

skor maximal dengan skor minimal dibagi dua

(35 + 7) : 2 = 21

d. Menentukan nilai kuartil 1, yaitu hasil penjumlahan

skor minimal dengan median dibagi dua (7 + 21):

2 = 14

e. Menentukan kuartil 3, yaitu hasil penjumlahan

skor maksimal dengan median dibagi dua (35 +

21): 2 = 28

Page 281: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

275

Hasil analisis sebagai keputusan:

1. Kategori sikap sangat setuju, yaitu daerah yang

dibatasi oleh kuartil ketiga dan skor maksimal

(kuartil 3 x skor maksimal)

2. Kategori sikap setuju, yaitu daerah yang dibatasi

oleh median dan kuartil ketiga (median x <

kuartil 3)

3. Kategori sikap tidak setuju, yaitu daerah yang

dibatasi oleh kuartil 1 dan median (kuartil 1 x <

median)

4. Kategori sikap sangat tidak setuju, daerah yang

dibatasi oleh skor minimal dan kuartil kesatu (skor

minimal x < kuartil satu).

Cara kedua:

Misalnya ingin diketahui sikap siswa terhadap

pembelajaran guru fisika. Untuk tujuan itu digunakan alat

ukur skala Likert skala 5, dan terdiri atas 30 butir

pernyataan. Maka langkah analisisnya adalah sebagai

berikut:

a. Menetukan skor maksimal. yaitu skor jawaban

terbesar dikali banyak item

5 x 30 = 150

b. Menetukan skor minimal. yaitu skor jawaban terkecil

di kali banyak item

1 x 30 = 30

c. Menentukan nilai rata-rata, yaitu hasil penjumlahan

skor maksimal dengan skor minimal dibagi dua (150 +

30) : 2 = 90

d. Mencari skor mentah untuk setiap siswa dengan

rumus:

Skor mentah = jumlah frekwensi x bobot

e. Membandingkan skor mentah setiap siswa dengan nilai

rata-rata

f. Menentukan keputusan sebagai berikut:

Page 282: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

276

1. Jika skor siswa > nilai rata-rata, berarti siswa

tersebut mempunyai sikap yang baik (positif) terhadap

pembelajarn guru fisika

2. Jika skor siswa < nilai rata-rata, berarti siswa

tersebut mempunyai sikap yang tidak baik (negatif)

terhadap pembelajarn guru fisika

3. SKALA GUTTMAN 501. Bagaimana penjelasan lebih lanjut Skala

Guttman?

Jawab:

Skala Guttman dikembangkan oleh Louis Guttman. (1)

Skala Guttman merupakan skala kumulatif. Artinya

jika seseorang mengiyakan pertanyaan yang berbobot

lebih berat, maka ia juga akan mengiyakan pertanyaan

yang kurang berbobot lainnya. (2) Skala Guttman

ingin mengukur satu dimensi saja dari suatu variabel

yang multi dimensi, sehingga skala ini termasuk

mempunyai sifat idimensional.(3) Skala guttman

selain dapat dibuat dalam pilihan ganda juga dapat

dibentuk dalam chek list, jawaban yang dibuat skor

tertinggi satu dan yang terendah nol.(4) Pada skala

Guttman jawaban yang diberikan sangat tegas,

misalnya setuju atau tidak setuju, ya atau tidak, positif

atau negatif, dan sebagainya. Jawaban yang harus

diberikan pada skala Guttman dengan membubuhkan

tanda cek (√) pada kolom “setuju” atau “tidak Setuju”.

Jadi ada dua kategori yang dikothomi.

Contoh:

1) Pengguguran kandungan dapat diterima apapun

alasannya

2) Pengguguran kandungan dapat diterima bila

untuk alasan KB

3) Pengguguran kandungan dapat diterima bila

sebagai akibat perkosaan

Page 283: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

277

4) Pengguguran kandungan dapat diterima bila

ternyata bayi dalam kandungan mengalami cacat

serius

5) Pengguguran kandungan dapat diterima bila ibi

dalam keadaan bahaya Jika responden setuju

dengan pernyataan nomor 3 misalnya, maka

keseluruhan pernyataan nomor 4 dan 5 juga

dianggap sebagai disetujui. Dan dianggap pasti

tidak setuju dengan pernyataan di atasnya yaitu

nomor 2 dan 1 (Zainul & Nasution, 2005).

502. Bagaimana prosedur penyusunan Skala Guttman ?

Jawab:

Prosedur Penyusunan Skala Guttman adalah:

1. Susunlah sejumlah pertanyaan yang relevan

dengan masalah

yang ingin diselidiki.

2. Lakukan penelitiaan permulaan pada sejumlah

sampel dari populasi yang akan diselidiki, sampel

yang diselidiki minimal jumlahnya 50 orang

3. Jawaban yang diperoleh dianalisis, dan jawaban

yang ekstrim

dibuang. Jawaban yang ekstrim adalah jawaban

yang disetujui atau tidak disetujui oleh lebih dari

80% responden.

4. Susunlah jawaban pada tabel Guttman.

5. Hitunglah koefisien reprodusibilitas dan

koefisien skalabilitas.

503. Apa yang dimaksud dengan Koefisien

Reprodusibilitas ?

Jawab:

Koefisien Reprodusibilitas, adalah yang mengukur

derajat ketepatan alat ukur yang telah dibuat, yaitu daftar

pertanyaan dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

Page 284: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

278

Kr = 1 - e

n

di mana:

n = jumlah kemungkinan jawaban, yaitu jumlah

pertanyaan x jumlah responden.

e = jumlah error.

Kr = koefisien reprodusibilitas

Skala Guttman menghendaki nilai Kr > 0,90

504. Bagaimana rumus menghitung Koefisien

Skalabilitas?

Jawab:

Rumus untuk menghitung Koefisien Skalabilitas yaitu

Ks = 1 - e

p atau

Ks = 1 - e

c(n−Tn)

dengan:

Ks = koefisien skalabilitas.

e = jumlah error.

p = jumlah kesalahan yang diharapkan = c(n-Tn), dimana

c = kemungkinana mendapat jawaban yang benar.

Karena jawaban adalah “Ya” dan “ Tidak” maka c = 0,5.

n = jumlah total pilihan jawaban = jumlah pertanyaan x

jumlah responden

Tn = jumlah pilihan jawaban

Skala Guttman menghendaki nilai Ks > 0,60

505. Bagaimana cara skoring perhitungan responden

dalam skala Guttman?

Jawab:

Adapun cara skoring perhitungan responden dalam skala

Guttman adalah

Alternatif

Jawaban

Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

Ya 1 0

Tidak 0 1

Page 285: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

279

506. Apa saja kelemahan Skala Guttman ?

Jawab:

Kelemahan pokok dari Skala Guttman, yaitu:

1) Skala ini bisa jadi tidak mungkin menjadi dasar

yang efektif baik intuk mengukur sikap terhadap

objek yang kompleks atau pun untuk membuat

prediksi tentang perilaku objek tersebut.

2) Satu skala bisa saja mempunyai dimensi tunggal

untuk satu kelompok tetapi ganda untuk kelompok

lain, ataupun berdimensi satu untuk satu waktu dan

mempunyai dimensi ganda untuk waktu yang lain.

4. SKALA THRUSTONE

507. Bagaimana penjelasan lebih lanjut tentang Skala

Thrustone ?

Jawab:

Skala Thurstone atau sering juga disebut metode equal

appearing interval memuat sejumlah pernyataan yang

harus dipilih oleh responden, yang masing-masing

telah diberi skor (bobot) tertentu. Pernyataan yang

kontribusinya terhadap sikap lebih tinggi diberi skor

lebih besar, sebaliknya pernyataan yang kontribusinya

lebih rendah diberi skor lebih kecil. Cara penentuan

skor untuk setiap pernyataan yang disajikan

dipertimbangkan oleh pembuat angket, atau

(sebaiknya) meminta pertimbangan beberapa ahli agar

lebih obyektif.

Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)

pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak

diukur kemudian sejumlah ahli (20-40) orang menilai

relevansi pernyataan itu dengan konten atau konstruk

yang hendak diukur. Adapun contoh skala penilaian

model Thurstone adalah seperti gambar di bawah ini.

Page 286: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

280

Nilai 1 pada skala di atas menyatakan sangat tidak

relevan, sedangkan nilai 11 menyatakan sangat

relevan.

Contoh:

Berikan tanda√ pada nomor yang isinya disetujui

1. -------- Ruang kelas terbuka menjurus ke

kenakalan anak

2. -------- Saya tidak mau anak saya masuk ke

sekolah dengan ruang kelas terbuka

3. -------- Anak yang belajar di ruang kelas terbuka

menjadi lebih kreatif

4. -------- Ruang kelas terbuka terlalu tidak

berdisiplin untuk belajar maksimum

5. -------- Ruang kelas terbuka adalah tipu daya

kaum komunis

6. -------- Ruang kelas terbuka memperlancar

perkembangan afektif anak

7.

8.

9. -------- Suara di ruang kelas terbuka terlalu

nyaring untuk dapat memperlancar belajar

508. Apa perbedaan antara Skala Thrustone dan Skala

Likert ?

Jawab:

Adapun perbedaan antara skala Thurstone dan Skala

Likert ialah pada skala Thurstone interval yang

panjangnya sama memiliki intensitas kekuatan yang

sama, sedangkan pada skala Likert tidak perlu sama

Page 287: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

281

5. SKALA SEMANTIK DIFFERENSIAL

509. Bagaimana penjelasan lanjut tentang Skala

Differensial Semantik ?

Jawab:

Differensial Semantik dikembangkan oleh Charles E.

Osgood, G.J. Suci dan P.H. Tannenbaum. Metoda ini

terdiri dari sekumpulan skala peringkat dua kutub yang

biasanya sebanyak 7 skala. Skala differensial semantik

merupakan salah satu teknik self report untuk

pengukuran sikap dimana subjek diminta memilih satu

kata sifat atau frase dari sekelompok pasangan kata

sifat atau pasangan frase yang disediakan yang paling

mampu menggambarkan perasaan mereka terhadap

suatu objek. Skala differensial semantik ini menuntut

responden untuk memberikan penilaian tentang suatu

obyek atau keadaan dengan memberikan tanda (cek)

pada kontinum (selang) pernyataan yang ditulis

ekstrimnya, yaitu ekstrim negatif dan ekstrim positif.

Titik tengah kontinum itu sebagai titik netral (nol).

Yang biasa dipergunakan adalah

-3, -2, -1, 0, 1, 2, 3

atau sebaliknya. Misalnya mau melakukan sikap siswa

terhadap pelajaran fisikas. Skala yang telah dibuat

kemudian disebarkan pada suatu sampel responden.

Setiap responden diminta membaca seluruh frase

berkutup dua dan menandai angka yang paling mampu

menggambarkan perasaannya.

Contoh:

Petunjuk: Berilah tanda cek (√) di atas tanda (-)

sesuai dengan sikap anda terhadap pembelajaran guru

di kelas.

Page 288: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

282

Pelajaran Fisika

Pernyataan

Kiri

+3 + 2 +1 0 -1 -2 -3 Pernyataan

Kanan

Menyenangkan - - - - - - - Mombosankan

Sulit - - - - - - - Mudah

Bermanfaat - - - - - - - Sia-sia

Menantang - - - - - - - Menjemukan

Hafalan - - - - - - - Penalaran

Misalnya, bila responden memilih jawaban +3 untuk

pertanyaan no.1 berarti penilaiannya positif, bila 0

maka ia bersikap netral, dan bila jawabannya -3 maka

penilaiannya negatif. Hal yang sama untuk

pertanyaan-pertanyaan lainnya

510. Bagaimana prosedur penyusunan Skala

Diferensial Semantik ?

Jawab:

Prosedur penyusunan Skala Diferensial Semantik,

adalah sebagai berikut:

a. Menentukan objek sikap yang akan

dikembangkan skalanya.

b. Memilih dan membuat daftar dari konsep dan

kata sifat yang relevan dengan objek penilaian

sikap. Misalnya; menarik, penting,

menyenangkan, mudak dipelajari, dan

sebagainya.

c. Memilih kata sifat yang tepat dan akan digunakan

dalam skala.

d. Menentukan rentang skla pasangan bipolar dan

penskoranya.

511. Bagaimana kriteria penulisan pernyataan sikap?

Jawab:

Beberapa kriteria penulisan pernyataan sikap

(Edwards, 1957) adalah sebagai berikut.

1. Jangan menulis pernyataan yang membicarakan

mengenai kejadian yang telah lewat kecuali kalau

objek sikapnya berkaitan dengan masa lalu.

Page 289: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

283

2. Jangan menulis pernyataan yang berupa fakta atau

dapat ditafsirkan sebagai fakta.

3...Jangan menulis pernyataan yang dapat

menimbulkan lebih dari satu penfsiran.

4. Jangan menulis pernyataan yang tidak relevan

dengan objek psikologisnya.

5. Jangan menulis pernyataan yang sangat besar

kemungkinannya akan disetujui oleh hampir

semua orang atau bahkan hampir tak seorang pun

yang akan menyetujuinya.

6. Pilihlah pernyataan-pernyataan yang diperkirakan

akan mencakup keseluruhan liputan skala afektif

yang diinginkan.

7. Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam

bahasa yang sederhana, jelas, dan langsung.

Jangan menuliskan pernyataan dengan

menggunakan kalimat kalimat yang rumit.

8. Setiap pernyataan hendaknya ditulis ringkas

dengan menghindari kata-kata yang tidak

diperlukan dan yang tidak akan memperjelas isi

pernyataan.

9. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide

(gagasan) yang lengkap.

10. Pernyataan yang berisi unsur universal seperti

“tidak pernah”, “semuanya”, “selalu”, “tak

seorang pun”, dan semacamnya, seringkali

menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan

karenanya sedapat mungkin hendaklah dihindari.

11. Kata-kata seperti “hanya”, “sekedar”, “semata-

mata”, dan semacamnya harus digunakan

seperlunya untuk menghindari kesalahan

penafsiran isi pernyataan.

12. Jangan menggunakan kata atau istilah yang

mungkin tidak dapat dimengerti oleh para

responden.

13. Hindarilah pernyataan yang berisi kata negatif

ganda.

Page 290: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

284

512. Apa yang dimaksud dengan penskalaan (Skaling) ?

Jawab:

Penskalaan adalah merupakan prosedur untuk

menempatkan karakteristik objek pada titik-titik

sepanjang sebuah kontinum

513. Ada berapa macam penskalaan itu ?

Jawab:

Terdapat tiga macam penskalaan, yaitu

1) Penskalaan Subjek

Bertujuan untuk meletakkan individu dalam

sebuah kontinum.

Misalnya membandingkan individu berdasarkan

inteligensinya

2) Penskalaan Stimulus , contoh Skala Thurstone

Bertujuan untuk meletakkan stimulus dalam

sebuah kontinum. Misalnya penskalaan pada

sejumlah kata emosi berdasarkan intensitas

emosinya

3) Penskalaan Respon, contoh Skala Likert

Bertujuan untuk meletakkan respon dalam sebuah

kontinum.

Misalnya penskalaan respon kesesuaian

karakteristik individu pada pernyataan

514. Jelaskan perbedaan antara skala dan angket ?

Jawab:

Adapun perbedaan antara skala dan angket adalah

sebagai berikut:

Dimensi Skala Angket

Indikator Psikologi yang

diungkap

Aspek diri yang dipersepsi subjeki

Data faktual yang diketahui subjek

Arah Pernyataan Tidaklangsung Langsung

Kesadaran pada tujuan ukur

Tidak sadar sadar

Penilaian Respon Prosedur Penskalaan Klasifikasi

Page 291: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

285

Jumlah konstrak diungkap

Satu Konstruk Banyak Konstruk

Pengujian

reliabiltasi

Perlu diuji Tidak perlu diuji

Pengujian

validitas

Kejelasan Konsep Kejelasan tujuan

Jenis Data Interval Ordinal

515. Bagaimana contoh Skala ?

Jawab:

Adapun contoh Skala adalah sebagai berikut

CONTOH SKALA: Kepercayaan Diri

No Pernyataan Respon

SS S N TS STS

1 Saya merasa orang lain

memiliki kemampuan

lebih daripada saya

2 Saya senang berkumpul

dengan orang banyak

karena dari sana saya

dapa tmemperoleh

sesuatu yang baru

3 Saya akan

mengembangkan

kemampuan say asecara

maksimal

4 Saya sulit menjalin

kerjasama dengan orang

yang baru saya kenal

5 Yang terpenting adalah

kemampuan yang saya

miliki, bukan sekedar

penampilan fisik semata

6 Saya merasa tidak

nyaman bila bersama

orang-orangyang baru

saya kenal

Page 292: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

286

516. Bagaimana contoh Angket ?

Jawab:

Contoh Angket sebagai berikut

CONTOH ANGKET Aktivitas Guru No Pernyataan Jumlah Jam dalam seminggu

< 1 1-2 3-4 5-6 < 6

1 Perencanaan dan

Persiapan Materi

(Mengatur lab,

menyiapkan tayangan)

2 Menyelesaikan tugas

administratif

(Membuat Laporan)

3 Pertemuan atau rapat

4 Pengembangan profesi

(kursus, seminar,

lokakarya)

5 Kegiatan dengan

Siswa

(Bimbingan Ekskul,

Kelompok Belajar)

6 dan seterusnya

517. Bagaimana hubungan antara teknik penilaian dan

instrumen ?

Jawab:

Adapun hubungan antara teknik penilaian dan instrumen

adalah sebagai berikut:

Teknik

Penilaian

Bentuk Instrumen

Tes tertulis Tes pilihan: PG, B-S, menjodohkan

Tes isian : Isian singkat dan uraian

Tes praktek Tes ketrampilan, tes identifikasi, tes

simulasi, tes petik kerja (tes petik kerja

prosedur, tek petik kerja produk)

Observasi Lembar observasi (daftar cek, skala

likert, skala sikap, dll)

Penugasan Tugas rumah, proyek

Tes lisan Daftar pertanyaan

Page 293: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

287

Penilaian

portofolio

Lembar penilaian portofolio

Jurnal Buku catatan jurnal

Inventori Pedoman wawancara, angket, kuesioner

Penilaian diri Kuesioner/penilaian diri

Penilaian antar

teman

Lembar penilaian antar teman

a. Bagaimana langkah-langkah mengkonstruksi alat

ukur nontes untuk atribut psikologis ?

Jawab:

Langkah-langkah mengkonstruksi alat ukur non tes,

khususnya variabel psikologis adalah sebagai berikut

ini.

1) Menetapkan variabel yang akan diukur

2) Mengkaji teori-teori yang relevan dengan variabel

yang hendak diukur. kemudian dirumuskan

konstruk

3) Berdasarkan konstruk dikembangkan dimensi dan

indikator dari variabel yang akan diukur.

4) Membuat kisi-kisi instrument yang memuat

dimensi, indikator, nomor butir dan jumlah butir

untuk setiap dimensi dan indikator.

5) Menetapkan besaran atau parameter yang

bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari

suatu kutub ke kutub lain yang berlawanan,

6) Menulis butir-butir instrument yang dapat

berbentuk pernyataan atau pertanyaan.

7) Melakukan validasi teoretik, yaitu melalui

pemeriksaan pakar atau melalui panel.

8) Revisi atau perbaikan dilakukan berdasarkan

saran dari pakar atau berdasarkan hasil panel.

9) Uji-coba instrumen di lapangan yang merupakan

bagian dari proses validasi empirik.

10) Analisis data hasil uji-coba untuk menguji

validitas, butir-butir yang tidak valid dikeluarkan

atau diperbaiki untuk diuji-coba ulang.

11) Menguji/menghitung reliabilitas alat ukur

12) Perakitan butir-butir instrumen yang valid untuk

dijadikan alat ukur final.

Page 294: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

288

518. Bagaimana cara membuat kategorisasi jenjang ?

Jawab:

Kategori jenjang (ordinal) dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut (Azwar, 2003)

Untuk penggolongan ke dalam 3 kategori

X < (μ – 1,0 σ) kategori rendah

(μ -1,0 σ) < X < (μ +1,0 σ) kategori sedang

(μ +1,0 σ) < X kategori tinggi

Untuk penggolongan ke dalam 5 kategori

X < (μ - 1,5 σ) kategori sangat rendah

(μ - 1,5 σ) < X < (μ - 0,5 σ) kategori rendah

(μ - 0,5 σ) < X < (μ + 0,5 σ) kategori sedang

(μ + 0,5 σ) < X < (μ + 1,5 σ) kategori tinggi

(μ + 1,5 σ) < X kategori sangat tnggi

dengan μ = rata-rata teoritis, dan σ = estimasi

besarnya satuan deviasi standar populasi.

519. Bagaimana contoh menggunakan rumus

kategorisasi jenjang itu?

Jawab:

Contoh menggunakan rumus kategorisasi jenjang

adalah sebagai berikut.

Misalnya: ingin dibuat kategori jenjang variabel

‘Kinerja Guru” dari suatu Instrumen kinerja guru yang

terdiri atas 33 butir dengan 7 (skala) tingkatan,ke

dalam tiga kategori, maka langkahnya yaitu

a) Menghitung skala maksimal, yaitu

Skala maksimal: 33 x 7 =231

b) Menghitung skala minimal, yaitu

Skala minimal : 33 x 1 = 33

c) Menghitung rata-rata, yaitu Menghitung rata-rata μ =( 231 + 33) /2 = 264/2 = 132

d) Menghitung standar deviasi (σ) dengan cara:

σ = (231-33)/6 = 198/6 = 33

e) Mensubtitusikan nilai μ dan σ ke dalam rumus

X < (132 – 1,0 x 33)

X < 99

Page 295: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

289

jika jumlah skor yang diperoleh (X) < 99 maka

tingkat kinerja guru rendah

(132-1,0 x 33) < X < (132 +1,0 x 33)

99 < X < 165

jika jumlah skor yang diperoleh (X) berada diantara

99 dan 165

maka tingkat kinerja guru sedang

(132 + 1,0 x 33) < X

165 < X

jika jumlah skor yang diperoleh (X) diatas 165

maka tingkat kinerja guru tinggi

Page 296: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …
Page 297: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

291

BAB 11. PENGOLAHAN TES

HASIL BELAJAR

1. PENGERTIAN DAN KONSEP

520. Apa yang dimaksud dengan pengolahan hasil tes ?

Jawab:

Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan

pelaksanaan ujian, yaitu memeriksa hasil ujian dengan

mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban

521. Bagaimana cara menginterpretasikan hasil tes ?

Jawab:

Untuk menginterpretasikan hasil tes dapat dilakukan

dengan dua cara (metode), yaitu berdasarkan standar

absolut (criterion-referenced interpretation) yang

dikenal dengan PAP (Penilaian Acuan Patokan), dan

standar relatif (norm-referenced interpretation) yang

kita kenal dengan PAN (Penilaian Acuan Norma)

(Linn dan Gonlund, 1995).

522. Apa yang dimaksud dengan Skor ?

Jawab:

Skor adalah hasil pekerjaan menskor (memberikan

angka) yang diperoleh dengan jalan menjumlahkan

angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee

telah dijawab betul dengan memperhatikan bobot

jawaban betulnya.

523. Ada berapa macam jenis skor itu ?

Jawab:

Adapun jenis skor dibedakan atas 3 macam, yaitu :

i. Skor yang diperoleh (obtained score) adalah

sejumlah biji yang dimiliki oleh teste sebagai

hasil mengerjakan tes. Kelemahan-kelemaha

butir tes, situasi yang tidak mendukung,

Page 298: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

292

kecemasan dan faktor lainnya dapat berakibat

pada skor yang diperoleh.

ii. Skor sebenarnya (true score) atau skor univers-

skor alam (universe score), adalah nilai hipotetis

yang sangat tergantung dari perbedaan individu,

berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki

secara tetap

iii. Skor kesalahan (error score), perbedaan antara

skor yang diperoleh dan skor sebenarnya disebut

dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau

kesalahan skor, atau skor kesalahan

524. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi skor

Jawab:

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi skor, yaitu:

1 Karakteristik umum yang permanen peserta

tes,seperti kemampuan yang dimiliki siswa dalam

menghadapi tes

2. Karakteristik khusus yang permanen peserta tes,

misalnya yang berkaitan dengan atribut yang

diukur dalam tes, pengetahuan dan kemampuan

khusus yang berkaitan dengan soal, dan sebagainya

3. Karakteristik umum yang temporer, seperti:

kesehatan, kelelahan, motivasi, gangguan emosi,

Faktor panas, cahaya, ventilasi, ds

4. Karakteristik khusus yang temporer, misalnya

pengalaman/latihan menghadapi tes (terlebih lagi

dalam tes psikomotor), kebiasaan menghadapi

sebuah tes, fluktuasi ingatan yang dimiliki siswa

5. Faktor penyelenggaraan, yang mencakup: waktu,

bebas dari gangguan, dan petunjuk yang jelas,

pengawasan. dan penskoran

6. Faktor yang tidak pernah diperhitungkan, misalnya:.

Keberuntungan karena faktor menebak, mengingat

soal yang telah dilihatnya

Page 299: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

293

525. Jelaskan sumber-sumber kekeliruan pengukuran

hasil belajar

Jawab:

Adapun sumber-sumber kekeliruan dalam pengukuran

hasil belajar adalah:

1. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan

sampling, yaitu kekeliruan yang dibuat oleh tester

(yang memberikan tes) di dalam menentukan

butirbutir item sebagai sampel atau wakil dari materi

pelajaran yang seharusnya diujikan,

2. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan

scoring, yaitu kekeliruan dari pihak penguji dalam

memberikan skor terhadap jawaban-jawaban benar

yang telah diberikan oleh testee (yang melakukan

tes)terhadap butir-butir soal yang diajukan dalam tes,

3. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan

ranking, yaitu kekeliruan yang diperbuat oleh pemberi

skor (scorer) dalam menentukan urutan kedudukan

skor yang dimiliki oleh para siswa dalam suatu tes atau

ujian.

4. Kekeliruan pengukuran yang bersumber dari kekeliruan

guessing, yaitu kekeliruan yang terjadi sebagai akibat

permainan spekulasi atau menebak dalam

memberikan jawaban terhadap soal-soal yang diajukan

kepada mereka.

526. Jelaskan kekeliruan pengukuran hasil belajar oleh

guru

Jawab:

Kekeliruan pengukuran hasil belajar oleh guru antara

lain yaitu:

1. Suasana batin yang sedang dirasakan guru saat

mengukur hasil belajar, contohnya: sedih,

marah, dan sebagainya,

2. Sifat pemurah atau sifat pelit yang melekat pada

diri guru,

Page 300: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

294

3. Terjadi hallo effect, dimana guru terpengaruh

oleh berita, informasi, dan sebagainya tentang

siswa yang dinilai

4. Guru terpengaruh “kesan masa lalu” mengenai

hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh

siswanya.

527. Apa yang dimaksud dengan Nilai ?

Jawab:

(1) Nilai adalah hasil pengolahan skor (data mentah)

yang diolah lebih lanjut dengan menggunakan

aturan atau kriteria tertentu sehingga dapat

diinterpretasikan. Nilai dapat berupa bilangan

(kuantitatif) dan berupa huruf atau kategori

(kualitatif).

(2) Nilai adalah angka (bisa juga huruf) yang

merupakan hasil ubahan skor yang sudah

dijadikan satu dengan skor-skor lainya, serta

disesuaikan pengaturannya dengan standar

tertentu.

(3) Nilai adalah angka ubahan dari skor dengan

menggunakan acuan tertentu, yakni acuan

normal dan acuan standar

528. Apa yang dimaksud dengan pemberian skor ?

Jawab:

Pemberian skor atau penskoran (skoring) adalah

proses pengubahan atau jawaban – jawaban soal tes

menjadi angka-angka yang pasti.

529. Bagaimana cara merubah skor menjadi nilai ?

Jawab:

Contoh: Seorang siswa mendapat skor 90 dari skor

maksimal ideal 100, kemudian skor tersebut diolah

dengan menggunakan skala 1-10 diperoleh nilai 9.

Nilai 9 dapat diinterpretasikan bahwa siswa tersebut

tergolong pandai. Nilai 9 disajikan secara kuantitatif.

Page 301: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

295

Jika diolah ke dalam skala penilaian A, B, C, D, E, dan

diperoleh nilai B. Nilai B disajikan secara kualitatif

530. Apa yang dimaksud dengan bobot ?

Jawab:

Bobot adalah bilangan yang dikenakan terhadap

setiap butir soal yang nilainya ditentukan berdasarkan

usaha siswa (testi) dalam menyelesaikan soal itu.

2. PENSKORAN

531. Bagaimana cara penskoran soal pilihan ganda

ragam biasa?

Jawab:

Dalam penskoran untuk soal bentuk pilihan ganda

ragam biasa, ada 2 macam yaitu dengan hukuman dan

tanpa hukuman.

(1) Pemberian skor tanpa hukuman dengan rumus

berikut:

S = ∑R dengan : S = Score , ∑R =Right, W =Wrong

Skor yang diperoleh sebanyak jumlah soal yang

benar dikurangi dengan jumlah yang salah

(2) Pemberian skor dengan hukuman menggunakan

rumus, yaitu :

S = ∑R - ∑W

k−1

dengan:

S = skor yang dicari

∑R = jumlah jawaban benar

∑W = jumlah jawaban salah

k = jumlah pilihan jawaban (option)

Contoh:

- Banyaknya soal = 10 buah (T)

- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)

- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)

- Banyaknya pilihan = 4 buah (k)

- Maka skornya menjadi : 8 - {2 / (4 - 1)} = 8 - (2 / 3) = 7,33

Page 302: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

296

532. Bagaimana cara penskoran soal pilihan ganda

selain ragam biasa ?

Jawab:

Untuk penskoran (pemberian skor) soal pilihan ganda

selain ragam biasa (ragam-ragam: analisis antar hal,

analisis kasus, komolek, dan membaca diagram)

adalah menggunakan rumus pilihan ganda yang

dikalikan bobot. jadi

(1) Pemberian skor tanpa hukuman dengan rumus

menjadi:

S = ∑R x Wt dengan S = Score , ∑R = Right,

Wt = bobot yang diberikan guru pada setiap soal

(2) Pemberian skor dengan hukuman dengan rumus :

S = ∑R - (∑W

k−1 ) x Wt

533. Bagaimana cara penskoran soal yang pilihan

jawabannya hanya dua ?

Jawab:

Untuk penskoran soal yang hanya pilihan

jawabannya dua, dapat digunakan rumus:

Jika pemberian skor tanpa hukuman/denda

(1) S = ∑R – ∑W

Keterangan: S = skor yang dicari

∑R = jumlah jawaban betul

∑W = jumlah jawaban salah

Contoh:

- Banyaknya soal = 10 buah (T)

- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)

- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)

- Skornya menjadi (S) : 8 - 2 = 6

Jika pemberian skor dengan hukuman/denda

(2) S = T - 2W (T singkatan dari total, artinya

jumlah soal dalam tes)

Page 303: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

297

Contoh .

- Banyaknya soal = 10 buah (T)

- Banyaknya yang betul = 8 buah (R)

- Banyaknya yang salah = 2 buah (W)

- Skornya menjadi 10 - (2x2) = 10 - 4 = 6

534. Bagaimana cara Penskoran Soal Menjodohkan ?

Jawab:

Untuk penskoran soal menjodohkan dapat digunakan

rumus berikut:

S = R - ∑ W

(n1− 1)(n2− 1)

dengan : S = skor yang dicari

W = jumlah jawaban yang salah

n1 = jumlah butir pada lajur kiri (soal)

n2 = jumlah butir pada lajur kanan (jawaban)

Sekain itu sering juga penskoran

dengan cara

535. Bagaimana cara Penskoran Soal Jawaban

Singkat?

Jawab:

Untuk pemberian skor soal jawaban singkat sebaiknya

tiap soal diberi skor 2 (dua). Dapat juga skor itu sama

dengan skor pada bentuk betul salah atau pilihan

ganda jika memang jawaban yang diharapkannya

ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila

jawabarmya bervariasi rnisalnva lengkap sekali,

lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya dapat

dibuat bervariasi pula misalnya 2; 1,5; dan 1.

Page 304: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

298

536. Bagaimana metode penskoran soal Esai atau

uraian ?

Jawab:

Ada dua metode yang sering digunakan untuk

penskoran soal Esei,yaitu: a) Metode Analitik, dan b)

Metode Rating (Silverius, 1991)

a) Metode Analitik

Langkah-langkah pelaksanaan cara analitik

adalah:

(a) Tulislah/buatlah jawaban sempurna dari tiap

soal, yaitu jawaban yang dapat diberikan skor

tertinggi

(b) Analisislah dan tetapkan bagian-bagiannya

(c) Skor tertinggi yang hendak diberikan kepada

jawaban sempurna itu dibagi-bagi kepada tiap

bagian

(d) Baca jawaban tiap siswa dan berikan skor

pada tiap bagian

(e) Jumlahkan skor tiap bagian itu, dan ini

merupakan skor jawaban siswa untuk soal

tersebut.

b) Metode Rating

Dalam metode rating, jawaban sempurna tidak

dibagi-bagi kepada bagian-bagian. Guru yang

melakukan penskoran membaca dengan sekasama

setiap soal, dan menangkap ruang lingkup yang

ada dalam jawaban. Langkah-langkah

penskorannya adalah:

(a) Membaca jawaban siswa

(b) Mengelompokkan jawaban siswa ke dalam

salah satu kategori yang menunjukkan tingkat

kualitas jawaban (sangat baik, baik, sedang,

kurang, sangat kurang)

(c) Membandingkan jawaban dengan kategori

yang diberikan pada jawaban

(d) Skor yang diberikan sesuai dengan kategori

itu merupakan skor akhir jawaban siswa dari

soal tersebut.

Page 305: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

299

537. Mengapa dalam penskoran soal objektif

diberlakukan sistem denda (corection for

quessing) ?

Jawab:

Diberlakukan sistem denda pada penskoran soal

objektif adalah untuk menghilangkan atau

menetralisir kemungkinan menjawab secra benar

dengan hanya menerka

538. Apa kelemahan penggunaan sistem denda pada

penskoran soal objektif?

Jawab:

Adapun kelemahan penggunaan sistem denfa pada

penskoran soal objektif adalah:

a) Sulit untuk mengetahui jawaban terkaan baik

untuk yang benar maupun yang salahharus

mendapat denda

b) Dalam kehidupan sehari-hari orang sering

dihadapkan pada keadaan di mana harus menarik

kesimpulan tanpa memiliki informasi yang

lengkap, misalnya dokter, sehingga kemampuan

menggunakan pengetahuan yang tidak lengkap

perlu dikembangkan dan bukan didenda

c) Dari hasil penelitian soal Pilihan Ganda denan 4

atau 5 pilihan, sistem denda tidak menunjukkan

perbedaan yang berarti>

539. Bagaimana cara penskoran skor soal esai jika

tingkat kesukaran soalnya tidak sama?

Jawab:

Cara penskoran soal esei yang soal-soalnya tidak sama

tingkat kesukarannya adalah dengan sistem bobot

Misalnya, soal yang mudah diberi bobot 2, soal yang

sedang diberi bobot 3, dan soal sukar diberi bobot 4

Page 306: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

300

540. Bagaimana contoh perhitungan skor soal esai

dengan sistem bobot ?

Jawab:

Misalkan seorang siswa dites dengan soal bentuk esei.

Masing-masing soal diberi bobot sesuai tingkat

kesukarannya, yaitu bobot 4 untuk soal sukar, bobot 3

untuk soal sedang dan bobot 3 untuk soal mudah.

Perhitungan skornya adalah sebagai berikut:

Nomor

Soal

Tingkat

Kesukaran

Jawaban Skor

(X)

Bobot

(B)

X B

1 Mudah Betul 10 2 20

2 Sedang Betul 10 3 30

3 Sukar Betul 10 4 40

Jumlah 9 90

Skornya dihitung dengan rumus

Skor siswa = ∑ B

∑B =

90

9 = 9

541. Apa yang dimaksud dengan skor total ?

Jawab:

Skor total adalah jumlah skor yang diperoleh dari

seluruh bentuk soal setelah diolah dengan rumus

tebakan

542. Bagaimana cara penskoran skor soal campuran ?

Jawab:

Untuk penskoran soal campuran caranya adalah

sebagai berikut. Misalkan soal ujian terdiri dari n1 soal

pilihan ganda dan n2 soal uraian. Bobot untuk soal

pilihan ganda adalah Wt1 dan bobot untuk soal uraian

adalah Wt2. Jika seorang siswa menjawab benar n1

pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka siswa itu

mendapat skor:

S = Wt1[𝑛1

𝑛1 𝑥 100 ] + Wt2 [

n2

n2 𝑥 100]

dengan : Wt1 = bobot soal 1 dan Wt2 = bobot soal 2

Page 307: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

301

543. Bagaimana contoh pemberian skor soal

campuran?

Jawab:

Sebagai contoh: Suatu ujian terdiri atas 20 soal bentuk

pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4 buah soal bentuk

uraian. Sari dapat menjawab betul soal pilihan ganda

16 butir dan salah 4 butir, sedang bentuk uraian bisa

dijawab betul 20 dari skor maksimum 40. Apabila

bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian

0,60, maka skor yang diperoleh sari adalah sebagai

berikut.

a. Skor pilihan ganda tanpa hukuman: (16/20)x100 = 80

b. Skor bentuk uraian adalah : (20/40)x100 = 50

Maka skor akhir yang diperoleh Sari adalah : 0,4 x (80)

+ 0,6 x (50) = 62

544. Apa yang dimaksud dengan Konversi Skor ?

Jawab:

Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah

yang dicapai peserta didik (siswa) ke dalam skor

terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai hasil

belajar yang diperoleh (Arifin, 2009)

545. Bagaimana cara konversi skor hasil tes menjadi

nilai standar ?

Jawab

Untuk melakukan konversi skor (pengolahan dan

pengubahan skor hasil tes menjadi skor standar) dapat

ditempuh dengan dua cara:

1) Konversi skor dengan mengacu pada kriterium

atau patokan. Konversi ini sering disebut acuan

kriteria atau acuan patokan (PAP). Pada acuan ini

skor diinterpretasikan berdasarkan pencapaian

tujuan tertentu (Gronlund dan Linn, 1990)

Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah

sebagai berikut

Nilai = Skor Mentah

Skor Maksimum x 100

Page 308: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

302

2) Konversi skor dengan mengacu pada norma atau

kelompok.Konversi ini sering disebut acuan

norma (PAN). Pada acuan ini skor yang digunakan

bukan skor maksimum patokan tetapi posisi siswa

di antara kelompok normanya (Gronlund dan

Linn, 1990).

Rumus yang digunakan dalam penentuan nilai

yang mengacu pada norma adalah sebagai

berikut :

Nilai = Skor Mentah

Skor Tertinggi di Kelas x 100

546. Jelaskan skala-skala apa yang digunakan dalam

konversi skor mentah hasil tes menjadi nilai

standar ?

Jawab:

Untuk melakukan konversi skor (pengolahan dan

pengubahan skor mentah hasil tes) menjadi nilai dapat

menggunakan berbagai macam skala, diantaranya :

1) Skala lima (stanfive)

2) Skala sembilan (stannine)

3) Skala sepuluh

4) Skala seratus

5) Skala sebelas (eleven points standard)

6) Skala Z (Z score)

7) Skala T (T score)

547. Jelaskan apa yang dimaksud dengan skala lima ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan skala-5 adalah membagi nilai

standar menjadi lima skala, lima angka/huruf atau lima

kualifikasi. Cara menyusun skala lima dengan

membagi wilayah di bawah lengkung kurva normal

menjadi lima daerah.

Page 309: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

303

548. Bagaimana pedoman konversi skor Acuan

Patokan skala lima ?

Jawab:

Adapun pedoman konversi skor skala lima acuan

patokan adalah:

Tingkat Penguasaan Skor Standar

90 % - 100 %

80% - 89 %

70 % - 79 %

60 % - 69 %

0 % - 59 %

A

B

C

D

E

549. Bagaimana pedoman konversi skor acuan norma

skala lima ?

Jawab:

Adapun pedoman konversi pada norma relatif skala

lima adalah

M + 1,5 SD

M + 0,5 SD

M-+ 0,5 SD

M - 1,5 SD

550. Apa yang dimaksud dengan skala sembilan ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan skala sembilan adalah suatu

susunan tingkatan atau rentangan nilai yang terdiri atas

sembilan kategori, yang dinyatakan dengan angka 1

sampai 9 (tidak ada nilai 0 dan nilai 10).

551. Bagaimana pedoman konversi skor acuan

patokan skala sembilan ?

Jawab:

Adapun pedoman konversi skor skala sembilan acuan

patokan adalah:

A

B

C

D

E

Page 310: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

304

Tingkat Penguasaan Skor Standar

85 % - 100 %

75 % - 84 %

65 % - 74 %

55 % - 64 %

45 % - 54 %

35 % - 44 %

25 % - 34 %

15 % - 24 %

0 % - 14 %

9

8

7

6

5

4

3

2

1

552. Bagaimana pedoman konversi skor acuan norma

skala sembilan?

Jawab:

Adapun pedoman konversi skor skala sembilan acuan

norma adalah:

M + 1,75 SD

M + 1,25 SD

M + 0,75 SD

M + 0,25 SD

M - 0,25 SD

M - 0,75 SD

M - 1,25 SD

M - 1,75 SD

553. Apa yang dimaksud dengan skala sepuluh ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan skala sepuluh adalah suatu

susunan tingkatan atau rentangan nilai yang terdiri atas

sepuluh kategori, yang dinyatakan dengan angka 1

sampai 10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Page 311: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

305

554. Bagaimana pedoman konversi skor acuan patokan

skala sepuluh Jawab:

Adapun pedoman konversi skor skala sepuluh acuan

patokan adalah:

Tingkat Penguasaan Skor Standar

95 % - 100 %

85% -94 %

75 % - 84 %

65 % - 74 %

55 % - 64 %

45 % - 54 %

35 % - 44 %

25 % - 34 %

15 % - 24 %

05 % - 14 %

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

555. Bagaimana pedoman konversi skor acuan norma

skala sepuluh?

Jawab:

Adapun pedoman konversi skor skala sepuluh acuan

norma adalah:

M + 2,25 SD

M + 1,75 SD

M + 1,25 SD

M + 0,75 SD

M + 0,25 SD

M - 0,25 SD

M - 0,75 SD

M - 1,25 SD

M - 1,75 SD

M - 2,25 SD

9

8

7

6

5

4

3

2

1

10

0

Page 312: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

306

556. Apa yang dimaksud dengan skala sebelas ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan skala sebelas adalah suatu

susunan tingkatan atau rentangan nilai standar mulai

dari 0 sampai 10. Jadi akan ada 11 butir nilai standar,

yaitu nilai 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,dan 10.

557. Bagaimana pedoman konversi skor acuan patokan

skala sebelas Jawab:

Adapun pedoman konversi skor skala sebelas acuan

patokan adalah

Tingkat Penguasaan Skor Standar

95 % - 100 %

85 % - 94 %

75 % - 84 %

65 % - 74 %

55 % - 64 %

45 % - 54 %

35 % - 44 %

25 % - 34 %

15 % - 24 %

5 % - 14 %

0 % - 14 %

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0

558. Apa yang dimaksud dengan skala seratus?

Jawab:

Yang dimaksud dengan skala seratus (disebut juga

persentil) adalah suatu skala yang bergerak antara nol

sampai seratus

559. Bagaimana bentuk rumus atau persamaan

konversi skor acuan patokan skala seratus ?

Jawab:

Adapun rumus atau persamaan konversi skor mentah

menjadi skor standar skala seratus acuan patokan

(Nurkancana dan Sunartana, 1990) adalah:

Page 313: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

307

P = X

SMI x 100

dengan : p = persentil

X = skor yang dicari

SMI = skor Maksimal Ideal

Skor Maksimal Ideal (SMI) adalah skor yang

mungkin dicapai oleh siswa jika semua soal dapat

dijawab dengan betul

560. Bagaimana contoh menentukan Skor Maksimal

Ideal (SMI) itu ?

Jawab:

Adapun contoh untuk menentukan Skor Maksimal

Ideal (SMI):

Misalkan suatu tes hasil belajar terdiri atas :

10 item Benar-Salah masing-masing dengan bobot 1

15 item Pilihan Ganda masing-masing dengan bobot

3

15 item Menjodohkan ming-maing dengan bobot 2

1 item Uraian (esei) dengan bobot 5

Maka Skor Maksimal Ideal (SMI) dari tes tersebut

menjadi:

Skor untuk Benar - Salah = 10 x 1 = 10

Skor untuk Pilihan Ganda = 15 x 3 = 45

Skor untuk Menjodohkan = 15 x 2 = 30

Skor untuk Uraiana (esei) = 1 x 5 = 5

_______________

Jumlah = 90

Jumlah = 90 sebagai Skor Maksimal Ideal (SMI)

561. Bagaimana bentuk rumus atau persamaan

konversi skor Acuan Norma skala seratus ?

Jawab:

Adapun rumus atau persamaan konversi skor mentah

menjadi skor standar skala seratus acuan norma

(Nurkancana dan Sunartana, 1990) adalah:

Page 314: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

308

P = cfb+

1

2fb

N x 100

dengan : p = persentil

cfb = cumulatif frekuensi below yaitu

jumlah frekuenai yang mendapat skr di

bawah skor yang akan dicari

persentilnya

fb = frekuensi daerah persentil, yaitu jumlah

frekuensi yang mendapat skor sama

dengan skor yang akan dicari

persentilnya

N = jumlah subjek

562. Apa yang dimaksud dengan Z skor ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan skala Z (Z score) adalah:

a. Suatu ukuran yang menyatakan penyimpangan suatu

skor terhadap angka rata-rata dalam kelompok

tersebut dalam suatu standar deviasi.

b. Suatu ukuran yang menunjukkan berapa besarnya

simpangan baku siswa di bawah atau di atas rata-

rata dalam kelompok atau kelasnya

563. Bagaimana langkah konversi skor mentah

menjadi skor standar acuan patokan skala Z

skor?

Jawab:

Adapun langkah mengkonversi skor mentah menjadi

skor standar dengan menggunakan skala Z skor adalah

sebagai berikut:

(1) Mencari Skor Maksimal Ideal

(2) Mencari angka rata-rata ideal (Mi) dengan rumus

Mi = ½ x Skor Maksimal Ideal (SMI)

(3) Mencari standar deviasi ideal dengan rumus

SDi = 1/3 x MI

(4) Mengkonversikan Skor mentah menjadi skor

standar dengan rumus

Page 315: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

309

Z = X− M

SD

Keterangan:

X = skor yang dicapai

M = rata-rata

SD = standar deviasi

564. Apa faidah konversi skor mentah menjadi skor

standar Z ?

Jawab:

Adapun faidah korversi skor mentah menjadi skor

standar Z yaitu:

a. Untuk mengetahui kemampuan seorang siswa di

antara teman sekelasnya

b. Untuk membandingkan prestasi seorang siswa

dengan siswa yang lain.

565. Bagaimana contoh mengetahui kemampuan

seorang siswa dalam kelasnya yang menggunakan

konversi skor mentah menjadi skar Z ?

Jawab:

Adapun contoh untuk mengetahui kemampuan

seorang siswa dalam kelasnya yang menggunakan

konversi skor mentah menjadi skar Z adalah sebagai

berikut (adaptasi dari Harahap, 1982).

Misalkan Eva, siswa kelas 2 SMA, memperoleh

skor sebagai berikut

Fisika = 70

Matematika = 65

Bahasa Inggris = 55

Kalau melihat perolehan skor Eva dalam bahasa

Inggris kurang, matematika cukup, dan fisika

baik. Namun. hal ini belum tentu, karena skor-

skor yang diperoleh Eva tergantung pada skor

yang diperoleh teman-teman sekelasnya.

Untuk mengetahui kemampuan Eva yang

sebenarnya, perlu dibandingkan dengan skor-

skor teman sekelasnya. Caranya: mencari rata-

rata (mean) dan Standar Deviasi dari ketiga

pelajaran tersebut.

Page 316: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

310

Andaikan mean fisika, matematika dan bahasa

Inggris, adalah 75, 55, 45, dan Standar Deviasi

dari skor fisika = 5, matematika = 4 dan bahasa

Inggris = 4. Subtitusi ke rumus z skor.

Skor Z fisika:

Z = X− M

SD =

70−7,5

5 =

−5

5 = -1,0

Skor Z matematika:

Z = X− M

SD =

65−6

4 = 4 =+1,25

Skor Z bahasa Inggris:

Z = X− M

SD=

55−45

4 =

10

5 = 2,5

Kalau Skor Z Eva dibandingkan dengna teman

sekelasnya, adalah:

Fisika = 1 di bawah Standar deviasi

Matematika = 1,25 di atas Standra Deviasi

Bahasa Inggris = 2,25 di atas Standar Deviasi

Melihat hasilnya, dapat disimpulkan bahwa Eva

lebih pandai dalam bahasa Inggris dari pada

matematika.

566. Apa perbedaan penggunaan rumus Z skor antara

Acuan Patokan dan Acuan Norma ?

Jawab:

Adapun perbedaan penggunaan rumus Z skor antara

acuan patokan dan acuan norma adalah dalam mencari

Mean (M) dan Standar Deviasi (SD) nya.

Pada runus Z skor acuan patokan M dan Sdnya dicari

berdasarkan skor maksimal ideal suatu tes.

Pada rumus Z skor acuan norma M dan Sdnya dicari

berdasarkan distribusi skor yang riel dicapai oleh

peserta tes

Page 317: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

311

567. Apa yang dimaksud dengan T skor ?

Jawab:

Yang dimaksud dengan T skor adalah suatu skor

terjabar yang mempunyai rata-rata (M) = 50 dan besar

standar deviasi (SD) = 10..

568. Bagaimana bentuk rumus T skor?

Jawab:

Adapun bentuk rumsu T skor yaitu

T = 50 + {𝐗− 𝐌𝐢

𝐒𝐃} x

10

atau

T = 50 + 10 Z

Keterangan :

50 dan 10 bilangan tetap

X = skor mentah yang diperoleh

setiap siswa

M = rata-rata

SD = standar deviasi (simpangan

baku)

569. Bagaimana contoh penggunaan rumus T skor ?

Jawab:

Adapun contoh penggunaan rumus T skor adalah

sebagai berikut.

(adaptasi dari Harahap, 1982).

Akan dibandingkan prestasi Yanti dengan Eka

Skor yang diperoleh Yanti adalah:

Fisika = 70

Matematika = 65

Bahasa Inggris = 55

----------------------------

Jumlah = 190

Skor yang diperoleh Eka adalah:

Fisika = 80

Matematika = 60

Bahasa Inggris = 50

----------------------------

Jumlah = 190

Kalau dilihat hasil perolehan skor antara Yanti dan Eka

maka kemampuan mereka sama

Page 318: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

312

Sekarang kita akan merubah skor-skor mentah mereka

menjadi skor standar T.

Misalkan rata-rata dari pelajaran Fisika, Matematika,

dan Bahasa Inggris adalah 75, 55 dan 45,Misalkan pula

standar deviasi (SD) dari skor pelajaran Fisika,

matematika dan Bahasa Inggris masing-masing yaitu

5,0; 4,0;dan 4,0.

Untuk Yanti:

Fisika = (70−75)

5 x 10 + 50 = (-1,0) x 10 + 50 = 40,0

matematika = (65−60)

4 x 10 + 50 = (1,25) x 10 + 50 = 62,5

Bhs.Inggris = (55−45)

4 x 10 + 50 = (2,5) x 10 + 50 = 75,0

Untuk Eka:

Fisika = (80−75)

5 x 10 + 50 = (1,0) x 10 + 50 = 60,0

matematika = (60−60)

4 x 10 + 50 = (0,0) x 10 + 50 = 50,0

Bhs.Inggris = (50−45)

4 x 10 + 50 = (0,25) x 10 + 50 = 52,5

Dari haril perhitungan di atas dapat disimpulkan

bahwa untuk pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris

Yanti lebh mampu dibandingkan Eka. Untuk pelajaran

Fisika Eka lebih unggul dari pada yanti

570. Bagaimana contoh merubah tingkat penguasan

menjadi skor mentah pada Acuan Patokan ?

Jawab:

Sebagai contoh diambil skala sembilan

Tingkat Penguasaan Skor Standar

85 % - 100 %

75 % - 84 %

65 % - 74 %

55 % - 64 %

45 % - 54 %

35 % - 44 %

25 % - 34 %

15 % - 24 %

0 % - 14 %

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Dimisalkan Skor Maksimal Ideal (SMI) adalah 90.

Berdasarkan skor maksimal ideal, maka skor-skor

mentah untuk batas-batas kriteria menjadi:

Page 319: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

313

Penguasaan 85% = 85/100 x 90 = 76,5

Penguasaan 75% = 75/100 x 90 = 67,5

Penguasaan 65% = 65/100 x 90 = 58,5

Penguasaan 55% = 55/100 x 90 = 49,6

Penguasaan 45% = 45/100 x 90 = 40,5

Penguasaan 35% = 35/100 x 90 = 31,5

Penguasaan 25% = 25/100 x 90 = 22,5

Penguasaan 15% = 15/100 x 90 = 13,5

Berdasarkan batas-batas konversi tersebut maka

pedoman konversinya adalah:

Skor Mentah Skor Standar

76,5 – 90

67,5 – 75,5

58,5 –64,5

49,5– 57,5

40,5 –48,5

31,5 – 39,5

22,5 – 30,5

13,5 – 21,5

0,00 –12,5

9

8

7

6

5

4

3

2

1

Dengan menggunakan pedoman konversi tersebut

maka siswa yang mendapat skor mentah 45 akan

mendapat skor standar 5 dan soiswa mendapat skor

mentah 52 akan mendapat skor standar 6

571. Agar pemberian skor tes lisan lebih objektif, apa

saja yang perlu diperhatikan ?

Jawab:

Agar pemberian skor pada tes lisan lebih objektif ,

maka yang perlu diperhatikan a adalah:

1). Kelengkapan jawaban siswa yang di tes

2). Kelancaran mengemukakan jawaban dan buah

pikiran

3). Kebenaran jawaban yang dikemukakan, sesuai

dengan bahan pengajaran yang disajikan

4). Kemampuan mempertahankan pendapat

Page 320: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

314

5). Mengadakan perbandingan terlebih dahulu

terhadap soal-soal yang akan diajukan kepada

siswa, agar dapat diketahui sukar, sedang,

mudahnya soal tersebut, sehingga dapat dijadikan

sebagai edoman untuk memberikan skor.

Page 321: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

315

DAFTAR PUSTAKA

Agung. (1992), Metode Penelitian Sosial Pengertian dan Pemakaian

Praktis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Aiken, Lewis R. (1994). Psychological Testing and Assessment,(Eight Edition), Boston: Allyn and Bacon.

Allen, M.J. & Yen, W.M. (1979). Introduction to measurement

theory. Monterey, CA: Brooks/Cole Publishing Company.

Alkin, M.D., Daillak, R., and White, P. (1979). Using evaluations:

does evaluation make a difference? Beverly Hills, Cliff: Sage

American Psychological Association (APA). (1999). Standards for

Educational and Psychological Testing. Washington, D.C.:

American Educational Research Association.

Anastasi. Anne and Urbina, Susana. (1997). Psicoholological Testing.

(Seventh Edition). New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Anderson, L.W and D.R. Krathwohl (Eds). (2001). A Taxonomy for

Learning Teaching and Assessing.

Arifin, Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran,. Bandung: PT remaja

Rosdakarya

Arikunto.S & Cepi, S. A. J. (2004). Evaluasi program pendidikan:

Pedoman teoritis bagi praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Asaad, Abubakas,S and Hailaya, Wilham, M (2004), Measurement

And Evaluation, Manila: Rex Nbook Store

Azwar, Syarifuddin (2010). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan

Pengukuran Prestasi Belajar, edisi II, cetakan ke 4 :Pustaka Pelajar.

Azwar, Syarifuddin (2012), Reliabilitas dan Validitas, Yogyakrta:

Pustaka Pelajar

Page 322: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

316

Basuki, Ismet dan Hariyanto (2014), Asesmen Pembelajaran,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Baumeister, Roy, F (1999), The Self in Social Psychology,

Philadelphia: Psychology Press

Borg, Walter R dan Gall, Meredith Damien (1983). Educational

research an introduction. New York : Longman

Brennan, Robert L. (2006). Educational measurement. Fourth Editon.

Praeger Publishers, 88 Post Road West, Westport CT. 06881.

Brown, Frederick G (1976), Principles of Educational and Psychological Testing, New York: Holt, Rinehart and Winston

Buchori, Muchtar (1980), Teknik-Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan,

Bandung: Jemmars

Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and

Modern Test Theory_. New York: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Cronbach, L.I (1970), Essentials of psychological testing, New York:

Harper Collins

Cronbach, L., J., and others. (1980). Toward reform of program

evaluation: aims, methods, and institutional arrangements. San

Fransisco: Jossey-Bass

Dave, R.H. (1967). Taxonomy of educational objectives and

achievement testing. London: University of London Press.

Depdiknas (2009), Penilaian, Jakarta: Direktorat Jenderal

Peningkatan Mutu Pendidikan dan tenaga Kependidikan

Depdiknas (2008), Panduan Analisis Butir Soal, Jakarta: Direktorat

Pembinaan SMA

Depdiknas (2004). Kurikulum 2004: Pedoman Khusus

Pengembangan Portofolio untuk Penilaian.

Page 323: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

317

Dizney, Henry !1971), Classroom Evaluation for Teachers, Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Company Publisher

Djiwandono, Soenardi. (2008). Tes Bahasa Jakarta: PT Indeks

Djaali & Mulyono, Pudji. (2008). Pengukuran dalam Bidang

Pendidikan, Jakarta: Grasindo

Ebel, Robert L. & David A. Frisbie (1991) Essential Of Educational

Measurement (5th Edition).New Delhi: Prentice‐Hall, Inc.

Fernandes,H.J.X (1984), Testing And Measurement, Jakarta: National

Education Planning, Evaluation and Curriculum Development

Fogarty, R. (Ed.). (1996). Student Portfolios, A Collection of Articles.

Victoria, Australia: Hawker Brownlow Education.

Fresch, Mary Jo & Aileen Wheaton. (2002). Teaching and Assessing

Spelling. Ohio: Scholastic Inc.

Gabel, D.L. (1993). Handbook of Research on Science Teaching and

Learning. New York: Maccmillan Company.

Gagne, R. M. & Brigg, L. J. (1974). Principle of instructional design.

New York: Holt, Rinehart, and Wins, Inc.

Gregory, Robert J. (2000). Psychological Testing: History,

Principles, and Applications. Boston: Allyn and Bacon.

Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational Assessment and Reporting.

Sydney: Harcout Brace Javanovich, Publisher

Gronlund, N.E. (1982). Constructing Achievement Test, 3rd edition.

Eaglewood Cliffs, N.J: prentice–Hall inc.

Gronlund, Norman E. and Linn, Robert L. (1995). Measurement and

Assessment in teaching (Seventh Edition). Ohio: Merrill, an

immprint of Prentice Hall.

Page 324: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

318

Gronlund, Norman .E & Linn, Robert .L. (1995). Measurement and

Evaluation in Teaching. New York: McMillan Publishing Company

Hadi, Sutrisno. (2001). Metodologi Research, Jilid 2. Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Haladyna, Thomas M (1999). Developing and Validating

Multiple-Choice Items, (2 nd edition), Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum Associates

Haladyna, Thomas M. (1994). Developing and Validating Multiple-

Choice Test Items. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,

Publishers.

Harahap, Nasrun dk (1982), Teknik Penilaian Hasil Belajar, Jakarta;

Bulan Bintang

Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A

guided for developing behavioral objective. New York: David

Mc Key Company.

Hayat ,Bahrul (2008) Prinsip-prinsip dan Strategi Penilaian di Kelas

Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas

Hopkins, Kenneth D. and Julian C. Stanley. (1981). Educational and

Psychological Measurement and Evaluation. Englewood

Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.

Hopkins, Charles D. dan Richard L. Antes (1989). Classroom Testing

Construction. Illinois: F. E. Peacock.

Jihad, Asep dan Haris, Abdul (2008), Evaluasi Pembelajaran,

Yogyakarta: Multi Pressindo

Joesmani (1988), Pengukuran dan Evaluasi Dalam Pengajaran,

Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Johnson,D.W.& Johnson,R.T. (2002), Meaningful Assessment, a

Manageable and Cooperative Process, Boston: Allyn and

Bacon

Page 325: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

319

Kaufman, et.all (1980), Needs Assessment, Concept and Application,

New Jersey: Engelewood Clifts, Educational Technology

Publications

Kemendikbud. 2013. Konsep Kurikulum 2013 (Materi Pelatihan

Implementasi Kurikulum 2013). Jakarta: BPSDMPK dan PMP Kemendikbud.

Klewnoswaki, Val. (2002). Developing Portfolio for Learning and

Assessment. London: RoutledgeFalmer.

Komalasari, Gantina, Eka Wahyuni dan Karsih (2011).Asesmen

Teknik Nontes dalam Perspektif BK Komprehensif, Jakarta: PT Indes

Koyan, I Wayan (2012), Konstruksi Tes, Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha Press

Krathwohl, D. R. (2002). A Revision of Bloom’s Taxonomy: An

Review. Theory Into Practice. Volume 41, Number 4. College

Education. The Ohio State University.

Krathwohl, D. R. et.all (1964).Taxanomy of Educational Objectives,

Handbook II; Affective Domain, New York; McKay

Kunandar (2013), Penilaian Autentik, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada

Kusaeri dan Suprananto (2012), Pengukuran dan Penilaian

Pendidikan,Yogyakarta: Graha Ilmu

Lord, F.M. and Novick, M.R. (1974). Statistical Theories of Mental

Test Scores. Reading, MA: Addison-Wesley

Mardapi, Djemari (2008), Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan

Nontes, Jogyakarta: Mitra Cendekia

Mardapi, Djemari (2004) , Penyusunan Tes Hasil Belajar,

Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri

Yogyakarta,

Page 326: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

320

Masrun dan Martaniah, S.M (1973), Psikologi Pendidikan,

Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM

Mathew, Donal K., (1963), Measurement in Physical Education,

Second Edition, WB.Sounders Company, Philadelphia,

London.

Mehrens, W. A. & Lehmann, I. J. (1984). Measurement and

evaluation in education and psychology, Third edition. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Messick, S. (1989). “Validity” dalam Linn, R. L. (Eds.), Educational

measurement third edition. (pp. 13-103). New York: McMillan.

Miller, M.David, Robert l.Linn and Norman E. Gronlund (2009),

Measurement and Assessment in Teaching, New Jersey:

Pearson Education International

Millman, Jason and Greene, Jennifer. (1993).The Spesification and

Development of Tests of Achiievement and Ability in Robert

L. Lin (Editor). Educational Measurement, Third Edition.

Phoenix: American Council on Education, Series on Higher

Education Oryx Press.

Mueller, D. J. (1986). Measuring social attitudes. New York:

Teachers College, Columbia University.

Nitko, Anthony J,. & Brookhart, Susan M. (2007). Educational

assessment of student. Pearson Education Inc., Upper Saddle River, New Jersey,

Nitko, Anthony J.( 1996). Educational Assessment of Students.

Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Penilaian dan Pengajaran Bahasa dan

Sastra. Yogyakarta: BPFEE.

Nurkancana , Wayan & Sumartana (1990), Evaluasi Hasil Belajar,

Surabaya: Usaha Nasional

Phillips, Allen D. (1979). Measurement and Evaluation in physical

education. Canada: John Whiley & Sons, Inc.

Page 327: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

321

Popham, W. James. (1995). Classroom assessment: what teachers

need to know. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon, A

Simmon & Schuster Company.

Purwanto (2009). Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar

O'Malley, J. Michael, and Lorraine Valdez Pierce. (1996). Authentic

Assessment for English Language Learning: Practical

Approaches for Teachers. New York: Addison-Wesley

Publishing

Reynolds, Cecil.R, at.all (2009), Measurement and Assessment in Education, New Jersey: Upper Saddle River

Rokeach, Milton (1968), Beliefs, Attitudes, anf Values: A Theory of

Organiation and Change, San Fransisco: Jossey-Bass

Salvia, J. & Ysseldyke, J.E. (1996). Assessment. 6th Edition. Boston: Houghton Mifflin Company.

Sax, G. (1980). Principles of educational and psychological

measurement and evaluation. Belmont: Wadsworth Publishing Company.

Setiadi, Hari (2008), Penilaian Kinerja, Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan, Departemen Pendidikan Nasional

Simpson, E.J (1972), The Classification of Educational Objectives,

Psychomotor Domain, Ilinois: Teacher of Home Economic

Silverius, Suje (1991), Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik,

Jakarta: PT Grasindo

Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (Ed.). Metode Penelitian

Survai. Cetakan-2, Jakarta: UI-Press, 1993.

Slameto. (1998). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Stalnaker, J. M. (1951). The Essay Type of Examination. In E.

. Lindquist (Ed.), Educational Measurement (pp. 495

Page 328: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

322

530). Menasha, Wisconsin: George Banta.

Subali, Bambang (2010), Penilaian, Evaluasi dan Remediasi

Pembelajaran Biologi, Yogyakarta: Jurusan Biologi FMIPA,

Universitas Negeri Yogyakarta

Sudijono (2006), Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Sudjana, Nana, 2004, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,

Remaja Rosdakarya, Bandung.

Sudjana, Djudju (2006), Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah,

Rosdakarya.

Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Sukardi. (2008), Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya,

Jakarta: Bumi Aksara

Sunarti dan Rahmawati, Selly (2013),Penilaian Dalam Kurikulum

2013, Yogyakarta: penerbit Andi

Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta. 2006. Penilaian

Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Surapranata, Sumarna. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan

Interpretasi Hasil Tes. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Suryabrata, Sumadi. (2000),. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Suryabrata, Sumadi (1987). Pengembangan tes hasil belajar.

Jakarta:Rajawali

Susetyo, Budi (2011), Menyususn Tes Hasil Belajar, Bandung: CV

Cakra

Page 329: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

323

Stark, J.S. & Thomas, A. (1994). Assessment and program evaluation. Needham Heights: Simon & Schuster Custom Publishing

Stiggins,R.J (1994), Student Centered Classroom Assessment, New

York: Macmillan College Publishing Company

Stufflebeam, D. L. & Shienkfield, A. J. (1985). Systematic

Evaluation. Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.

Stufflebeam, Daniel L., (l974). Evaluation models. Boston: Kluwer-

nijhoff Publishing.

Supratinya, A (2014), Pengukuran Psikologis, Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma

Tayibnapis, Farida Yusuf( 2008). Evaluasi Program dan Instrumen

Evaluasi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Thoha, Chabib M (2001), Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Thorndike, Robert, L., & Hagen, Elizabeth. P. (1977). Measurement

and evaluation in psychology and education. New York: John

Wiley & Sons.

Wandt, Edwin and Brown, Gerald, W (1957), Essentials of

Educational Evaluation, New York: Holt Rinehart and Winston

Weeden, P., Winter, J., & Broadfoot, P. (2002). Assessment.

London; New York: RoutledgeFalmer.

Wiersma, W and Jurs (1990), Educational Measurement And Testing, Boston: Allyn and Bacon

Widoyoko, S. Eko Putra (2014), Penilaian Hasil Pembelajaran di

Sekolah, Yigyakarta: Pustaka Pelajar,

Widoyoko, S. Eko Putra (2009) Evaluasi Program Pembelajaran:

Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Didik, Yogyakarta:

Pustaka Belajar

Page 330: TANYA JAWAB SEPUTAR PENGUKURAN, PENILAIAN, DAN …

324

Wolf, Richard, M. (1984). Evaluation in Education. New York:

Praeyer Publishers.

Zainul, Asmawi dan Noehi Nasoetion (1997), Penilaian Hasil Belajar.

Pusat Antar Universitas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.