tanam

79

Upload: harry-bagus-s

Post on 08-Feb-2016

38 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

plant

TRANSCRIPT

Page 1: Tanam
Page 2: Tanam

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

INDUSTRI TANAMAN HIAS

BANK INDONESIA

Page 3: Tanam

iBANK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional

memiliki peran yang penting dan strategis. Namun demikian, UMKM masih memiliki

kendala, baik untuk mendapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan

usahanya. Dari sisi pembiayaan, masih banyak pelaku UMKM yang mengalami

kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank, baik karena kendala teknis,

misalnya tidak mempunyai/tidak cukup agunan, maupun kendala non teknis, misalnya

keterbatasan akses informasi ke perbankan. Dari sisi pengembangan usaha, pelaku

UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk

komoditas tertentu. Di sisi lain, ternyata perbankan juga membutuhkan informasi

tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai.

Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka menyediakan rujukan bagi

perbankan untuk meningkatkan pembiayaan terhadap UMKM serta menyediakan

informasi dan pengetahuan bagi UMKM yang bermaksud mengembangkan

usahanya, maka menjadi kebutuhan untuk penyediaan informasi pola pembiayaan

untuk komoditi potensial tersebut dalam bentuk model/pola pembiayaan komoditas

(lending model). Sampai saat ini, Bank Indonesia telah menghasilkan 88 judul buku pola

pembiayaan komoditi pertanian, industri dan perdagangan dengan sistem pembiayaan

konvensional dan 21 judul dengan sistem syariah. Dalam upaya menyebarluaskan

lending model tersebut kepada masyarakat maka buku pola pembiayaan ini telah

dimasukkan dalam website Sistem Informasi Terpadu Pengembangan UKM (SI-PUK)

yang terintegrasi dalam Data dan Informasi Bisnis Indonesia (DIBI) dan dapat diakses

melalui internet di alamat www.bi.go.id.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

bersedia membantu dan bekerjasama serta memberikan masukan selama penyusunan

Page 4: Tanam

ii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

buku lending model. Bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukan

bagi kesempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku

ini dapat menghubungi:

Direktorat Kredit, BPR dan UMKMBiro Pengembangan UMKMTim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan UMKMJl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta PusatTelp. (021) 381.8922 atau 381.7794Fax. (021) 351.8951

Besar harapan kami bahwa buku ini dapat melengkapi informasi tentang pola

pembiayaan komoditi potensial bagi perbankan dan sekaligus memperluas replikasi

pembiayaan terhadap UMKM pada komoditi tersebut.

Jakarta, Desember 2008

Page 5: Tanam

iiiBANK INDONESIA

RINGKASAN POLA PEMBIAYAAN USAHA KECILINDUSTRI TANAMAN HIAS

No Unsur Pembiayaan Uraian1 Jenis usaha Industri Tanaman Hias2 Lokasi usaha Jakarta Barat dan Bogor3 Dana yang digunakan Investasi : Rp. 170.555.000

Modal Kerja : Rp. 68.490.000Total : Rp. 239.045.000

4 Sumber danaa. Modal Sendiri Rp. 95.618.000b. Kredit : Rp. 143.427.000 (1) Kredit Investasi : Plafond : Rp. 102.333.000 Suku Bunga : 14%

Jangka Waktu : 3 tahun (2) Kredit Modal Kerja Plafond : Rp. 41.094.000

Suku Bunga : 14%Jangka Waktu : 1 tahun

5 Periode pembayaran kredit Angsuran pokok dan bunga dibayarkan setiap bulan6 Kelayakan usaha

A Periode proyek 3 tahunB Produk Tanaman HiasC Skala proyek Penjualan per bulan :

9.000 polybag tanaman kecil 30 pohon tanaman sedang, 40 tanaman besar

D Teknologi Penanaman dengan cara penyetekan, pencangkokan atau pembelahan

E Pemasaran Produk Konsumen individu, perusahaan/industri, pedagang7 Kriteria kelayakan usaha

NPV Rp. 77.238.685IRR 29,23%Net B/C Ratio 1,32Pay Back Period 2,5 tahunBEP Penjualan rata-rata Rp. 667.876.812Penilaian Layak dilaksanakan

8 Analisis sensitivitas(1) Biaya variabela Biaya variabel naik 6,1 %

NPV Rp. 61.221

IRR 14,01%

Page 6: Tanam

iv POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

No Unsur Pembiayaan UraianNet B/C Ratio 1,0Pay Back Period 3 tahunPenilaian Layak

b Biaya variabel naik 6,2%NPV − Rp. 1.203.983IRR 13,76%Net B/C Ratio 0,99Pay Back Period 3,01 tahunPenilaian Tidak Layak

(2) Pendapatana Pendapatan turun 3,6%

NPV Rp. 420.682IRR 14,08%Net B/C Ratio 1,0Pay Back Period 3 tahunPenilaian Layak

b Pendapatan turun 3,7%NPV − Rp. 1.713.152IRR 13,66%Net B/C Ratio 0,99Pay Back Period 3 tahunPenilaian Tidak Layak

(3) Biaya variabel dan pendapatanBiaya variabel naik 2,27% dan pendapatan turun 2,27%NPV Rp. 80.528IRR 14,02%Net B/C Ratio 1,0 Pay Back Period > 3 tahunPenilaian LayakBiaya variabel naik 2,28% dan pendapatan turun 2,28%NPV − Rp. 259.376IRR 13,95%Net B/C Ratio 1,0Pay Back Period > 3 tahunPenilaian Tidak Layak

Page 7: Tanam

vBANK INDONESIA

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… iRINGKASAN …………………………………………………………………… iiiDAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vDAFTAR GAMBAR DAN DAFTAR PHOTO …………………….................. viiDAFTAR TABEL ………………………………………………........................ viii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………....................... 1

BAB IIPROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN INDUSTRI TANAMAN HIAS2.1 Profil Usaha …………………………………..................... 3

2.2 Pola Pembiayaan …..………………………...................... 4

BAB III ASPEK PASAR DAN PEMASARAN 3.1 Aspek Pasar …………………………………..................... 7

3.1.1 Permintaan ………………………………................. 73.1.2 Penawaran ………………………………................. 103.1.3 Analisis Persaingan dan Peluang Pasar ................... 12

3.2 Aspek Pemasaran …………………………….................... 133.2.1 Harga …………………………………..................... 133.2.2 Jalur Pemasaran Produk ..…………….................... 143.2.3 Kendala Pemasaran ……………………................... 15

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI 4.1 Lokasi Usaha ………………………………….................... 174.2 Fasilitas Produksi dan Peralatan ……………..................... 184.3 Bahan Baku …………………………….…….................... 194.4 Tenaga Kerja ………………………………....................... 194.5. Teknologi …………………………………………………... 204.6 Proses Produksi .……………………................................. 214.7 Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi ................................... 234.8 Produksi Optimum …………………………….................. 244.9 Kendala Produksi ………………………………................. 25

Page 8: Tanam

vi POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

BAB V ASPEK KEUANGAN Hal

5.1 Pemilihan Pola Usaha ………………………….................27

5.2 Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan ………. 285.3 Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya

Operasional ................................................................... 305.3.1 Biaya Investasi ………………………...................... 305.3.2 Biaya Operasional …………................................... 30

5.4 Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja ................... 315.5 Pendapatan ………........................................................ 325.6 Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point …......... 345.7 Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha ......................... 355.8 Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha ……...................... 355.9 Hambatan dan Kendala ……......................................... 39

BAB VI ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN 6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial ………………….................... 416.2 Aspek Dampak Lingkungan ………………...................... 42

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan ……….………………………….................... 437.2 Saran …………………………………………................... 44

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..................... 45

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………................... 48

Page 9: Tanam

viiBANK INDONESIA

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Skema Jalur Pemasaran Tanaman Hias ............................................ 14

DAFTAR PHOTO

Photo Hal

4.1 Contoh Lokasi Usaha Tanaman Hias ………………........................... 174.2 Contoh Tanaman yang Menggunakan Paranet ………………........... 214.3 Tanaman Cemara Batang Kecil ........................................................ 24

Page 10: Tanam

viii POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Persyaratan Kredit untuk Usaha Tanaman Hias…………….………… 53.1 Jumlah Rumah Tangga di Kota Jakarta Tahun 2006 ……………….... 83.2 Jumlah Kantor Bank, Perusahaan dan Hotel di Jakarta Tahun 2006 .. 83.3 Perbandingan Jumlah Instansi dari Tahun ke Tahun……………….… 93.4 Luas Panen Tanaman Hias Menurut Jenis Tanaman di Jakarta…….... 103.5 Jumlah Produksi Tanaman Hias Menurut Jenis Tanaman di Jakarta.... 103.6 Kisaran Harga Tanaman Hias……………………………………….….. 144.1 Komposisi Jumlah Tanaman Hias ………………………………….….. 255.1 Asumsi untuk Analisis Keuangan …………………………………...... 295.2 Komposisi Biaya Investasi (Rp) ………………………………..…....…. 305.3 Komponen Biaya Operasional (Rp)…………………………..………... 315.4 Komponen Dan Struktur Biaya Proyek ……………………………..... 315.5 Perhitungan Angsuran Kredit ……………………………………….... 325.6 Proyeksi Pendapatan ……………………………………………….….. 335.7 Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp) ..………………….... 345.8 Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha ……………………..………...…. 345.9 Kelayakan Industri Tanaman Hias …………………………………….. 355.10 Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik …………………………….... 365.11 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun ………..…………………....... 375.12 Analisis Sensitivitas Kombinasi …………..……………………………. 38

Page 11: Tanam

1BANK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN

Usaha tanaman hias merupakan jenis usaha yang belakangan ini banyak

ditemui, khususnya di daerah Bogor, Sawangan, dan Jakarta Barat. Usaha ini dapat

berupa budidaya tanaman hias, perdagangan tanaman hias, ataupun gabungan

keduanya. Pada umumnya usaha ini terletak di pinggir jalan dan membentuk sentra

usaha. terutama untuk pedagang tanaman hias. Keberadaan usaha tanaman hias di

pinggir jalan secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesejukan, keasrian

dan kebersihan udara di sekitar lokasi usaha, disamping dapat menjadi sumber

pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, usaha tanaman hias

dapat memperindah dan mempercantik kota.

Jika dilihat dari skala usaha dan jumlah tanaman yang dihasilkan dan dijual. pada

umumnya usaha tanaman hias masih tergolong usaha kecil. Pada umumnya, usaha

kecil merupakan usaha yang mempunyai peran cukup penting dalam perekonomian.

Usaha ini pula yang cukup bertahan pada masa krisis ekonomi yang pernah terjadi di

Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan bahan baku lokal, penyerapan

tenaga kerja yang cukup banyak karena masih mengandalkan tenaga manusia, dan

jumlah usaha kecil yang cukup banyak dibandingkan dengan usaha skala besar atau

sedang. Walaupun masih ada beberapa kelemahan dari usaha kecil, yaitu manajemen

usaha yang masih belum terlalu baik dan peluang mendapatkan pendanaan dari bank

yang belum terlalu besar.

Potensi peminat atau pasar tanaman hias dewasa ini cukup besar, mengingat

semakin banyaknya perumahan, perkantoran, ataupun hotel yang ada di Jakarta,

Bogor dan sekitarnya. Konsumen dari usaha ini meliputi konsumen individu, konsumen

perusahaan/industri atau pedagang. Tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias

taman di luar atau di dalam rumah, serta di halaman kantor ataupun di dalam kantor.

Selain itu, tanaman hias juga dapat digunakan sebagai dekorasi dalam berbagai acara,

baik bersifat formal maupun non formal. Usaha ini meliputi penjualan tanaman hias

yang dijual per pot atau per pohon, selain itu juga meliputi jasa pembuatan taman

ataupun dekorasi ruangan.

Page 12: Tanam

2 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Melihat potensi tanaman hias yang relatif mudah didapat, potensi pasar

yang cukup baik dan persaingan usaha yang relatif belum terlalu ketat, maka perlu

untuk dilakukan kajian mengenai kelayakan usaha tanaman hias, khususnya untuk

daerah yang disurvey, yaitu Jakarta Barat dan Bogor. Gambaran tentang industri

tanaman hias yang disajikan dalam buku lending model ini meliputi aspek pasar dan

pemasaran, aspek produksi, aspek keuangan, aspek ekonomi dan aspek lingkungan.

Dalam rangka menyebarluaskan hasil-hasil penelitian kepada masyarakat luas, maka

buku pola pembiayaan tanaman hias ini akan ditransformasi dalam Sistem Informasi

Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (SI-PUK) yang dapat diakses melalui website

Bank Indonesia.

PENDAHULUAN

Page 13: Tanam

3BANK INDONESIA

BAB II PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

2.1. Profil Usaha

Usaha budidaya dan perdagangan tanaman hias merupakan jenis usaha yang

saat ini banyak terlihat, khususnya di daerah Bogor dan Jakarta Barat. Pola usaha

yang mungkin ada adalah budidaya tanaman hias saja, pedagang tanaman hias saja,

atau gabungan antara budidaya dan perdagangan tanaman hias. Pola yang kedua

dan ketiga adalah pola yang banyak dilakukan oleh pengusaha tanaman hias. Mereka

melakukan budidaya tanaman, pembesaran tanaman dan menjual tanaman tersebut

ke konsumen. Selain itu, usaha jenis ini juga sering mendapatkan pesanan untuk

pembuatan taman, baik untuk acara-acara tertentu maupun untuk perumahan dan

perkantoran.

Pengusaha tanaman hias pada umumnya tergolong dalam kelompok usaha

mikro dan kecil. Hal ini terlihat dari modal usaha dan omzet penjualan yang dihasilkan.

Usaha tanaman hias ini dapat terdiri dari berbagai jenis tanaman. Diantaranya adalah

tanaman hias besar, tanaman hias kecil, tanaman obat dan jenis rumput-rumputan.

Contoh tanaman hias besar adalah palem kuning, palem putri, palem kamidoria,

pandan bali, glodokan tiang, kamboja, bougenville kawinan, cemara tretes, cemara

kipas, songkop India, palem sadeng dan pangkas kuning. Contoh tanaman hias kecil

adalah miana, euphorbia, bawang-bawangan, lili paris, lolia, suplir, pakis, chrysan,

petunia, puring teri dan cemara batang kecil. Contoh tanaman obat-obatan adalah

mahkota dewa, sambang dara dan jawer kotok. Contoh tanaman rumput-rumputan

adalah rumput golf, rumput peking dan rumput babat.

Usaha tanaman hias ini pada umumnya dimiliki oleh perorangan. Pada

umumnya usaha ini telah ada sejak 10 tahun yang lalu dan mengalami perkembangan

dari tahun ke tahunnya. Motivasi pendirian usaha ini diantaranya adalah karena

harga jualnya yang cukup baik, meneruskan usaha yang telah ada (usaha keturunan)

ataupun karena hobi atau minat pemilik usaha.

Page 14: Tanam

4 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Kelompok usaha atau koperasi untuk komoditi tanaman hias di beberapa

daerah sudah ada, diantaranya adalah Koperasi Maju Bersama (di daerah Sawangan

Bogor) dan kelompok Srikandi (di daerah Jakarta Barat). Adanya kelompok usaha ini

diharapkan dapat memajukan pengusaha tanaman hias, diantaranya yaitu sebagai

perantara antara pengusaha dan pihak perbankan (atau lembaga non keuangan) dalam

hal pemberian kredit usaha. Selain itu, peran kelompok usaha adalah sebagai lembaga

untuk saling bertukar pengetahuan dan pengembangan jaringan pemasaran.

Para pengusaha tanaman hias pada umumnya melakukan kemitraan dengan

petani, individu/perorangan, maupun industri. Kemitraan dengan petani yaitu dalam

hal pengadaan bibit atau tanaman yang siap tanam. Kemitraan dengan perorangan

yaitu dalam hal penjualan tanaman hias. Sedangkan kemitraan dengan instansi pada

umumnya dalam hal pembuatan proyek taman atau landscape.

Usaha tanaman hias yang dipilih pada kajian ini adalah jenis tanaman hias

non bunga potong (hanya daun dan pohon). Sedangkan pola usaha yang diterapkan

adalah kombinasi antara budidaya tanaman dan berdagang tanaman hias.

2.2. Pola Pembiayaan

Pola pembiayaan usaha tanaman hias dapat berasal dari pengusaha sendiri,

kredit bank, ataupun berasal dari lembaga lain yang non bank (dengan mekanisme

pencairan dana dan pembayaran kreditnya melalui bank). Proporsi pola pembiayaan

ini bervariasi antar pengusaha. Ada yang 100% modal sendiri dan ada yang pola

pembiayaannya menggunakan kombinasi antara modal sendiri dan kredit bank/non

bank. Pada umumnya, di awal pendirian usaha, seluruh pendanaan berasal dari pemilik

usaha, baik pribadi maupun patungan dengan mitra. Dalam perkembangannya,

beberapa pengusaha berhasil mendapatkan kredit dari bank dan dari Dinas. Bank

yang mengucurkan kredit untuk usaha tanaman hias adalah Bank Mandiri, sedangkan

kredit yang berasal dari dinas yaitu Dinas Pertanian DKI Jakarta.

Skim kredit yang diberikan oleh bank Mandiri adalah melalui PKBL Bank

Mandiri yang bekerjasama dengan koperasi Maju Bersama dalam penyaluran

kreditnya. Karena melalui skim PKBL, maka suku bunga yang diberlakukan relatif

PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN

Page 15: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

5BANK INDONESIA

rendah yaitu antara 6 - 8% per tahun. Sedangkan jangka waktu kredit adalah jangka

menengah yaitu 3 tahun. Besarnya total kredit dari Bank Mandiri yaitu Rp 2 milyar,

sehingga setiap pengusaha mendapat kredit antara Rp 10.000.000 – 20.000.000.

Kredit yang berasal dari Dinas Pertanian DKI Jakarta juga disalurkan melalui kelompok

usaha yaitu kelompok Srikandi, dimana penyetoran cicilannya yaitu melalui Bank DKI

Jakarta. Suku bunga yang berlaku yaitu 12 – 14% per tahun, dan jangka waktu kredit

selama 3 tahun. Besarnya dana kredit yaitu Rp 44.000.000, karena yang mendapat

kredit hanya 4 pengusaha, maka setiap pengusaha masing-masing mendapatkan Rp

11.000.000.

Penggunaan dana kredit yang diterima, oleh pengusaha ada yang digunakan

untuk membeli tanaman dan ada juga yang digunakan untuk membeli peralatan

produksi. Dengan demikian, kredit ini berupa kredit modal kerja dan kredit investasi.

Secara umum persyaratan kredit yang ditetapkan untuk usaha tanaman hias adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.1. Persyaratan Kredit untuk Usaha Tanaman Hias

Persyaratan kredit Bank Mandiri Dinas Pertanian DKI

Suku bunga per tahun 6 – 8 % 12 – 14 %

Jangka waktu kredit 3 tahun 3 tahun

Jenis kredit Modal kerja dan investasi Modal kerja dan investasi

Pihak Bank Mandiri dan Dinas Pertanian memberikan kredit melalui kelompok

dengan tujuan agar dana tersebut terdistribusi secara merata untuk setiap anggota

kelompok dan kelompok atau koperasi ikut bertanggung jawab dalam kelancaran

pengembalian kreditnya. Jadi dalam hal ini, kelompok usaha atau koperasi merupakan

jaminan bagi pemberi kredit. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, pada umumnya

pengusaha lancar dalam mengembalikan kreditnya. Kalaupun ada yang macet,

besarnya kurang dari 10%, dan hal tersebut lebih disebabkan pengusaha belum

memiliki dana untuk membayar kreditnya. Ketika pengusaha sudah memiliki dana,

kredit tersebut langsung dilunasinya.

Page 16: Tanam

6 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 17: Tanam

7BANK INDONESIA

BAB IIIASPEK PASAR DAN PEMASARAN

3.1. Aspek Pasar

3.1.1. Permintaan

Banyaknya pohon-pohon yang ditebang dan semakin tingginya tingkat polusi

udara dewasa ini menyebabkan masyarakat menginginkan suasana yang lebih sejuk

dan lebih asri. Semakin banyaknya rumah tangga, perkantoran dan hotel yang ada di

Jakarta, Bogor dan daerah lainnya merupakan pangsa pasar potensial bagi pengusaha

tanaman hias. Karena terdapat kecenderungan bahwa setiap rumah tangga,

perkantoran dan hotel akan menghiasi atau melengkapi rumah atau kantornya

dengan tanaman hias, baik untuk dalam ruangan maupun luar ruangan ataupun juga

pembuatan taman. Banyaknya acara-acara yang digelar baik berupa pesta pernikahan,

pesta ulang tahun, ataupun acara-acara formal lainnya yang diselenggarakan oleh

rumah tangga atau kantor, menimbulkan permintaan dalam hal pembuatan taman

dan dekorasi baik di dalam ruangan dan luar ruangan.

Sampai saat ini belum ada data pasti baik dari Deperindag maupun BPS mengenai

jumlah permintaan tanaman hias secara nasional maupun ekspor. Dari responden

pengusaha tanaman hias di Jakarta dan Bogor, dapat diketahui bahwa permintaan

akan tanaman hias secara umum mengalami peningkatan, yaitu sekitar 5-25 persen

setiap tahunnya. Daerah penjualan tanaman hias adalah daerah Pondok Gede, Depok,

Bekasi, Ciledug, Jakarta, Bogor, bahkan ada juga yang dijual ke Semarang, Kalimantan

dan Papua. Berikut ini adalah jumlah rumah tangga, kantor bank, jumlah perusahaan,

dan hotel di Kota Jakarta yang dapat digunakan sebagai gambaran kasar mengenai

pasar potensial dari rumah tangga yang dapat membeli tanaman hias.

Page 18: Tanam

8 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Tabel 3.1. Jumlah Rumah Tangga di Kota Jakarta Tahun 2006

Kotamadya Jumlah Rumah Tangga

Jakarta Selatan 510.624

Jakarta Timur 616.640

Jakarta Pusat 226.800

Jakarta Barat 526.112

Jakarta Utara 357.696

Kepulauan Seribu 4.480

Total 2.242.352

Sumber. BPS Jakarta. 2007

Tabel 3.2. Jumlah Kantor Bank, Perusahaan, dan Hotel di Jakarta Tahun 2006

Jenis Instansi Jumlah

Kantor bank 2.401

Perusahaan 1.955

Hotel 306

Total 4.662

Sumber. BPS Jakarta. 2007

Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, secara umum jumlah

instansi tersebut cenderung mengalami peningkatan (Tabel 3.3.) Selain itu, dilihat dari

pertumbuhan properti, gejolak pasar finansial global yang dipicu kredit perumahan di

Amerika Serikat diyakini tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan pasar

properti di Indonesia. Menurut wakil ketua umum bidang rumah sederhana sehat DPP

REI Preadi Ekarto, digelarnya pameran Real Estate Expo 2008 di Jakarta menunjukkan

bisnis properti Indonesia baik residensial maupun komersial, tetap eksis dan mampu

berperan serta mencetak pertumbuhan positif (Seputar Indonesia, 28 Oktober 2008).

Hal ini dapat menjadi salah satu indikasi adanya peningkatan permintaan akan

tanaman hias dari tahun ke tahun.

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 19: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

9BANK INDONESIA

Tabel 3.3. Perbandingan Jumlah Instansi dari Tahun ke Tahun

Tahun Kantor Bank Perusahaan Hotel2002 2046 1.952 3062003 2199 1.918 3102004 2235 1.842 3042005 2227 1.955 3072006 2401 306

Sumber. BPS Jakarta. 2007

Volume penjualan tanaman hias setiap bulan cukup berfluktuatif, walaupun

ada kecenderungan perbedaan intensitas penjualan untuk bulan-bulan tertentu.

Secara umum, permintaan akan tanaman hias lebih tinggi pada bulan Juli-Desember.

Namun demikian, di luar bulan-bulan tersebut permintaan akan tanaman hias tetap

ada. Walaupun demikian, sifat tanaman hias yang merupakan kebutuhan tersier juga

perlu diwaspadai oleh pengusaha tanaman hias. Jika daya beli masyarakat menurun,

mereka tentunya akan lebih mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder

dibandingkan dengan kebutuhan tersier. Oleh karena itu, pengusaha tanaman hias

perlu terus berupaya agar permintaan akan tanaman hias tetap ada.

Berdasarkan informasi dari responden yang disurvey, permintaan akan tanaman

hias dapat berupa pembelian tanaman hias, dan ada juga permintaan untuk membuat

taman. Untuk memenuhi permintaan dalam membuat taman, pada umumnya

pengusaha bekerjasama dengan pihak ketiga dalam mendesain taman tersebut. Jadi

pengusaha hanya menyediakan tanaman hias dan mendapatkan keuntungan dari

penjualan tanaman hias tersebut. Secara umum, permintaan tanaman hias dapat

berasal dari individu/rumah tangga (10%), landscape/perusahaan (30%), pedagang

(30%), lainnya/proyek (30%). Dapat terlihat bahwa nilai permintaan dari perusahaan

dan proyek memiliki persentase yang cukup besar. Oleh karena itu perlu untuk selalu

membina hubungan/jaringan dengan perusahaan atau landscaper.

Dilihat dari bervariasinya asal konsumen, jenis konsumen dan jumlah konsumen

potensial, maka dapat dikatakan permintaan untuk tanaman hias masih cukup baik.

Selama masih ada perumahan, perkantoran dan acara-acara tertentu, permintaan

akan tanaman hias masih akan tetap ada.

Page 20: Tanam

10 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

3.1.2. Penawaran

Sampai saat ini BPS dan Deperindag belum dapat menyajikan data mengenai

total penawaran pasti yang tersedia untuk tanaman hias khususnya untuk

daerah Jakarta dan Bogor. Data yang didapat dari Dinas Pertanian Jakarta hanya

menunjukkan luas panen dan produksi tanaman hias, yang dapat dilihat pada Tabel

3.4. dan Tabel 3.5.

Tabel 3.4. Luas Panen Tanaman Hias Menurut Jenis Tanaman di Jakarta

Jenis Tanaman Hias Luas Panen (m2)

Anggrek 175.745

Kuping Gajah 11.133

Pisang-pisangan 27.175

Mawar 5.159

Dracaena 15.245

Melati 7.257

Palem 11.138

Sumber. BPS Jakarta. 2007

Tabel 3.5. Jumlah Produksi Tanaman Hias Menurut Jenis Tanaman di Jakarta

Jenis Tanaman Hias Produksi (Tangkai)

Anggrek 1.761.340

Kuping Gajah 65.170

Pisang-pisangan 208.165

Mawar 16.080

Dracaena 114.400

Melati 47.075

Palem 16.900

Sumber. BPS Jakarta. 2007

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 21: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

11BANK INDONESIA

Berdasarkan informasi dari hasil survey dan dilihat dari jumlah petani dan

pedagang tanaman hias yang banyak terlihat di pinggir-pinggir jalan, maka potensi

penawaran tanaman hias di Jakarta dan Bogor akan mampu memenuhi permintaan

akan tanaman hias ini. Keunggulan budidaya dan pedagang tanaman hias di Jakarta

Barat dan Bogor adalah iklim yang sejuk dan cocok untuk pengembangan tanaman

hias, serta lokasi yang dekat dengan konsumen potensial (Jakarta dan kota besar

lain).

Menurut pengusaha tanaman hias, tingkat penyerapan pasar akan produk

yang dijual tidak dapat dipastikan. Hal ini tergantung dari jenis tanaman tersebut.

Ada tanaman yang dalam tiga hari sudah laku terjual, ada juga yang baru terjual

dalam satu bulan bahkan satu tahun. Pada umumnya jenis tanaman kecil dapat

lebih cepat terjual daripada jenis tanaman besar. Tetapi hal tersebut tidak menjadi

kendala atau merugikan pengusaha, karena setiap pengusaha tanaman hias sudah

mengetahui jenis-jenis tanaman apa yang cepat laku dan jenis-jenis tanaman apa yang

terjual dalam waktu yang lama. Tanaman yang belum terjual pun tidak akan menjadi

rusak, bahkan dapat tumbuh dan menimbulkan akar atau anakan baru sehingga

menjadi lebih banyak (dapat dipisah dalam jumlah pot atau polybag yang lebih

banyak). Selain itu, tanaman yang belum terjual juga berfungsi sebagai penyejuk dan

menambah keasrian kota. Dengan demikian, penawaran atau supply tanaman hias

masih dapat memenuhi permintaan yang ada. Jika permintaan berlebih, pengusaha

tanaman hias dapat memenuhinya dengan mendapatkan pasokan dari petani yang

cukup banyak jumlahnya yang terdapat di beberapa daerah seperti Puncak, Cipanas,

Ciapus, Parung, Sawangan, dan Bandung, atau mendapatkannya dari pedagang lain

di sekitar lokasi usahanya. Tetapi jika permintaan sedang berkurang pun tidak ada

resiko yang ditanggung oleh pengusaha karena tanaman hias tersebut tidak cepat

rusak dan masih tetap dapat dijual pada waktu-waktu mendatang. Tanaman hias

yang belum terjual tersebut tetap memiliki kontribusi positif bagi lingkungan sekitar

yaitu menjadikan udara menjadi lebih sejuk dan asri.

Page 22: Tanam

12 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

3.1.3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Persaingan usaha yang terjadi pada industri tanaman hias dapat dikatakan

cukup tinggi khususnya di sentra-sentra tanaman hias. Hal ini tercermin dari jumlah

pengusaha tanaman hias yang cukup banyak tetapi cenderung mengelompok

(membentuk sentra tanaman hias). Jumlah pengusaha tanaman hias pada daerah yang

disurvey adalah sekitar 15 pengusaha besar, dan 20 pengusaha kecil. Tetapi menurut

data dari koperasi Maju Bersama, tercatat bahwa anggota koperasi adalah sekitar 100

orang. Walaupun anggota koperasi tersebut merupakan gabungan antara petani dan

pedagang dengan skala usaha yang bervariasi. Menurut data yang dikeluarkan oleh

Dinas Pertanian DKI Jakarta, terdapat Himpunan Petani dan Pecinta Adenium (HPPA)

Jakarta Raya, dengan jumlah anggota 1747 orang. Sedangkan data nama petani

tanaman hias di Kelurahan Meruya Utara dan Meruya Selatan Jakarta Barat berjumlah

256 petani. Jumlah ini menunjukkan bahwa petani tanaman hias di wilayah penelitian

yaitu Bogor dan Jakarta Barat, sudah cukup banyak, hal ini mengindikasikan tingginya

minat pengusaha untuk mengembangkan usaha tanaman hias ini. Tetapi jumlah

pengusaha yang cukup banyak tersebut tidak menyebabkan persaingan yang terlalu

ketat. Persaingan yang terjadi bersifat sehat dan saling melengkapi. Artinya antar

pengusaha saling membangun jaringan, contohnya jika pengusaha tidak memiliki

jenis tanaman yang diminta konsumen, maka dapat mencarinya ke pengusaha yang

lain. Antar pengusaha juga saling menginformasikan jika ada pesanan tanaman

tertentu.

Usaha tanaman hias masih memiliki prospek yang cukup menjanjikan,

khususnya di daerah-daerah yang belum terdapat sentra tanaman hias. Selama masih

ada perumahan, perkantoran, dan acara-acara khusus, permintaan akan tanaman

hias akan tetap ada. Apalagi kondisi udara saat ini yang relatif berpolusi membuat

kebutuhan akan tanaman hias akan tinggi. Selain menjual tanaman hias, pengusaha

dapat menjual produk lain seperti pupuk dan pot. Hal ini dapat menjadi peluang

karena dapat memberikan potensi pendapatan tambahan.

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 23: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

13BANK INDONESIA

3.2. Aspek Pemasaran

3.2.1. Harga

Menurut responden yang disurvey, kenaikan harga tanaman hias dari tahun

ke tahun adalah sekitar 5 - 10 %. Kenaikan harga ini lebih kecil dari kenaikan harga

bahan baku (medianya). Tetapi karena banyak pengusaha yang juga menerima

pesanan tanaman dalam pembuatan taman untuk perkantoran ataupun acara-acara

tertentu, maka pengusaha tetap mendapatkan keuntungan.

Dalam menetapkan harga jual tanaman, pengusaha mempunyai formula

sendiri, yaitu dengan memperhatikan kualitas tanaman dan ketersediaan jenis tanaman

tersebut di pasar (jenis tanaman tersebut langka atau tidak). Faktor trend tanaman

juga dapat menentukan mahal atau murahnya harga tanaman. Banyak pengusaha

yang lebih mementingkan perputaran penjualan dan harga yang murah. Walaupun

marjin keuntungan per unitnya kecil tetapi volume tanaman yang terjual banyak.

Harga jual untuk tanaman kecil bervariasi dari mulai Rp 1.000 – Rp 7.000 per

polybag. Tetapi harga rata-rata atau harga yang paling banyak untuk tanaman kecil

adalah Rp 2.500 per polybag. Harga untuk tanaman besar juga bervariasi, tergantung

dari jenis tanaman, usia tanaman, langka atau tidak di pasaran, serta sedang trend

atau tidak. Variasi harga untuk tanaman besar adalah antara Rp 1.000.000 hingga

Rp 5.000.000 per pohon. Bahkan ada tanaman yang harganya Rp 20.000.000 untuk

satu pohon, walaupun kondisi seperti ini jarang terjadi. Jika dirata-ratakan, harga

yang paling sering terjadi untuk tanaman besar adalah Rp 1.200.000 per pohon.

Sedangkan untuk tanaman besar yang masih kecil (usianya masih muda) dinamakan

tanaman sedang, variasi harganya adalah Rp 250.000 – Rp 500.000 per pohon.

dimana harga rata-ratanya adalah Rp 300.000 per pohon atau per pot. Secara umum,

harga jual tanaman hias dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 24: Tanam

14 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Tabel 3.6. Kisaran Harga Tanaman Hias

Jenis Tanaman Hias Kisaran Harga (Rp)/unit Harga Rata-rata (Rp)/unit

Tanaman kecil 1.000 – 7.000 2.500

Tanaman sedang 250.000 - 500.000 300.000

Tanaman besar 1.000.000 – 5.000.000 1.200.000

3.2.2. Jalur Pemasaran Produk

Rantai tata niaga atau jalur pemasaran produk dalam perdagangan tanaman

hias cukup pendek yaitu melibatkan petani, pedagang, industri dan konsumen rumah

tangga. Pengusaha tanaman hias mengambil bibit atau tanaman siap jual dari petani.

Terdapat tiga jenis konsumen, yaitu konsumen individu/rumah tangga, konsumen

industri/perusahaan dan konsumen pedagang. Konsumen Industri/perusahaan dapat

membeli tanaman hias ataupun membuat taman. Demikian pula halnya dengan

konsumen individu, walaupun pada umumnya konsumen individu hanya membeli

tanaman hias saja. Selain itu ada juga konsumen pedagang walaupun jumlahnya

tidak terlalu banyak. Secara umum, jalur pemasaran produk tanaman hias dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Skema Jalur Pemasaran Tanaman Hias

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Petani Pengusaha tanaman hias konsumen individu

Industri/perusahaan

Pedagang

Page 25: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

15BANK INDONESIA

Lokasi petani yang menjadi pemasok tidak terlalu jauh dari Bogor dan Jakarta,

yaitu dari Sawangan, Parung, Ciapus, Puncak, Mega-mendung, Jakarta dan Bandung.

Masing-masing lokasi tersebut menawarkan jenis tanaman yang berbeda-beda.

Karena lokasinya tidak terlalu jauh, pengusaha tanaman hias dapat mengambil sendiri

langsung dari petani sehingga dapat memilih jenis tanaman yang akan dibelinya,

tetapi ada juga pembelian yang diantar oleh petani. Khusus untuk tanaman besar,

pemasoknya berasal dari Cilacap, Kediri, Bali, dan Bogor. Untuk penjualan, daerah

penjualan tanaman hias cukup luas, yaitu meliputi daerah Pondok Gede, Bekasi,

Ciledug, Jakarta, dan Bogor. Selain itu juga ada yang dijual ke Semarang, Kalimantan,

dan Papua, bahkan ada yang diekspor ke Jepang. Konsumen dapat datang sendiri

untuk membeli tanaman, tetapi ada juga yang diantar ke konsumen.

Pada umumnya proses distribusi dilakukan melalui jalan darat. Kendala dalam

distribusi adalah adanya daerah yang sering macet, seperti di wilayah Depok dan

Puncak. Walaupun kemacetan tersebut sudah diprediksi oleh pengusaha, tetapi

untuk kasus-kasus tertentu hal ini dapat menjadi kendala yang cukup merugikan.

Misalnya jika ada pesanan dari konsumen yang mendadak atau mendesak, pengusaha

terkadang mengalami kesulitan untuk memenuhi pesanan tanaman hias sesuai

waktunya, sehingga proses pengantaran ke konsumen menjadi terhambat/tertunda

atau adanya ketidakpastian kedatangan tanaman dari petani. Walaupun di daerah

Jakarta, Bogor dan Puncak kemacetan adalah hal yang umum dan dapat diprediksi,

tetapi secara umum kemacetan ini merugikan pengusaha dari sisi biaya transportasi

yang meningkat maupun waktu kedatangan dan pengiriman tanaman hias yang

menjadi lebih lama, dimana hal ini dapat mengurangi komitmen pengusaha kepada

konsumen.

3.2.3. Kendala Pemasaran

Kendala pemasaran yang dihadapi oleh pengusaha tanaman hias adalah

peningkatan harga jual tanaman hias yang tidak secepat peningkatan biaya produksi

untuk budidaya tanaman. Misalnya peningkatan harga jual hanya 5-10%, tetapi

Page 26: Tanam

16 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

peningkatan biaya produksi (media tanam) lebih besar dari peningkatan harga jual

(bahkan dapat mencapai 50%). Untuk menyiasati hal tersebut, pengusaha melakukan

kombinasi usaha antara budidaya tanaman, pedagang tanaman dan mengerjakan

proyek pembuatan taman. Kendala lain adalah adanya pencurian oleh masyarakat

karena lokasinya yang terbuka walaupun hal ini jarang terjadi. Selain itu, pengusaha

perlu memperhatikan mekanisme pembayaran dari konsumen. Sedapat mungkin

konsumen membayar secara tunai, kalaupun ditunda perlu didukung dengan

dokumen-dokumen yang terkait.

Hal penting lain yang harus diperhatikan oleh pengusaha dalam memasarkan

tanaman hias adalah pengetahuan akan tanaman yang berkualitas bagus, transfer of

knowledge pada karyawan, komitmen dan kepercayaan kepada petani dan karyawan,

serta komitmen dan pelayanan kepada konsumen.

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

Page 27: Tanam

17BANK INDONESIA

BAB IV

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.1. Lokasi Usaha

Lokasi usaha untuk perdagangan tanaman hias harus berada pada daerah

yang strategis, di tempat yang terlihat oleh umum. Sedangkan lokasi untuk budidaya

tanaman hias harus berada pada daerah yang sesuai dengan iklim untuk syarat tumbuh

tanaman. Untuk usaha perdagangan tanaman hias, kedekatan dengan kebun petani

juga cukup menjadi pertimbangan, agar tanaman hias tidak rusak dalam perjalanan.

Untuk tanaman kecil, pada umumnya jarak lokasi usaha dengan pemasok adalah 3 –

5 km. Sedangkan untuk tanaman besar, jarak dengan pemasok tidak terlalu menjadi

masalah karena potensi kerusakannya tidak terlalu besar. Contoh lokasi usaha

tanaman hias dapat dilihat dibawah ini.

Photo 4.1. Contoh Lokasi Usaha Tanaman Hias

Page 28: Tanam

18 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

4.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan

Luas lahan yang digunakan untuk usaha tanaman hias bervariasi, tergantung

dari kemampuan dan skala usaha pengusaha. Luas lahan dan skala usaha akan

menentukan jumlah fasilitas produksi dan peralatan yang dibutuhkan. Jenis fasilitas

yang dibutuhkan untuk budidaya dan pedagang tanaman hias pada umumnya

adalah:

Mobil bak- Sepeda motor- Saung kebun-

Mobil bak dan sepeda motor digunakan sebagai sarana transportasi untuk

mengambil bibit dan tanaman hias dari petani, ataupun mengantar/mengirim

tanaman hias ke konsumen. Selain itu juga berfungsi sebagai sarana transportasi dalam

operasional lainnya. Sedangkan saung kebun berfungsi sebagai tempat berteduh,

beristirahat ataupun menerima konsumen/klien yang datang ke tempat usaha.

Peralatan produksi yang dibutuhkan untuk budidaya tanaman adalah

sebagai berikut :

Cangkul- Parang- Garpu- Gunting pangkas- Ember plastik- Pisau- Linggis- Selang air- Mesin air- Tangki penyemprot hama-

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Page 29: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

19BANK INDONESIA

Peralatan tersebut lebih banyak digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman.

Tetapi peralatan tersebut juga bermanfaat untuk tanaman yang tujuannya untuk

diperdagangkan (tidak dilakukan budidaya tanaman dari awal) tetapi belum terjual

pada konsumen, jadi fungsi peralatan tersebut adalah untuk pemeliharaan tanaman.

4.3. Bahan Baku

Bahan baku yang diperlukan untuk usaha budidaya tanaman hias adalah bibit

ataupun tanaman yang harus dibesarkan lagi. Sedangkan bahan baku untuk usaha

perdagangan tanaman hias adalah tanaman yang siap jual. Sumber utama bahan

baku untuk tanaman kecil mayoritas berasal dari Puncak, Sawangan dan Bandung.

Sedangkan bahan baku untuk tanaman besar banyak yang didatangkan dari Kediri,

Cilacap dan Bali.

4.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam industri tanaman hias ini adalah sebanyak

10 orang tenaga tetap (di luar pemilik). Tidak ada pembagian kerja yang khusus antar

tenaga kerja tersebut kecuali supir. Tenaga kerja di lapangan bertugas untuk melakukan

budidaya tanaman, pemeliharaan tanaman dan melayani konsumen. Tenaga kerja

tersebut tidak perlu memiliki keahlian yang tinggi, karena pengetahuan mengenai

tanaman dapat dipelajari dan diajarkan. Karena tidak perlu memiliki keterampilan

yang tinggi, maka tenaga kerja tersebut mudah didapat.

Gaji tenaga kerja bervariasi antara Rp 400.000 – Rp 700.000 per bulan.

Besarnya gaji karyawan dipengaruhi oleh lamanya bekerja, jabatan, keterampilan

kerja, dan kejujuran. Selain gaji bulanan, karyawan juga menerima bonus jika berhasil

menjual kepada konsumen. Besarnya bonus penjualan bervariasi tergantung dari nilai

penjualan, tetapi rata-rata setiap karyawan mendapatkan bonus penjualan sebesar

Rp 25.000 per hari. Jadi rata-rata bonus penjualan setiap harinya adalah Rp 250.000

Page 30: Tanam

20 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

(10 karyawan @ Rp 25.000) atau Rp 7.500.000 per bulan (asumsi 1 bulan adalah 30

hari). Untuk pemesanan pembuatan taman, rata-rata satu bulan mendapat empat

kali pemesanan, dimana bonus kepada karyawan untuk satu kali pemesanan taman

(satu proyek) adalah Rp 150.000. Besarnya bonus ini dihitung per proyek bukan per

karyawan. Jadi yang mendapatkan bonus tersebut hanya karyawan yang terlibat

dalam pembuatan taman saja.

4.5. Teknologi

Dalam budidaya tanaman, diperlukan teknologi pembibitan dan pembesaran

tanaman. Pembibitan tanaman merupakan lokasi atau tempat pelaksanaan

perbanyakan tanaman (propagasi) baik dilakukan secara vegetatif (setek, cangkok,

okulasi, sambung hingga ke teknik kultur jaringan), atau secara generatif (pembiakan

dengan biji), serta melakukan pembesaran tanaman. Teknologi yang dilakukan oleh

pengusaha tanaman hias tidak menggunakan teknologi khusus. Teknologi atau cara

penanaman yang dilakukan adalah pembelahan, pencangkokan, atau penyetekan.

Budidaya tanaman hias pada umumnya ditanam secara mendatar. Tanaman ditanam/

ditancapkan dulu pada area tertentu, jika sudah muncul tunas baru dipindahkan ke

media tanam/polybag. Setelah tanaman berumur 2 – 3 minggu, tanaman dibongkar

dan siap ditempatkan di lahan panas. Media tanam yang digunakan adalah tanah

dan sekam. Setelah itu dilakukan pembesaran tanaman dengan mengatur kebutuhan

lingkungan tanaman, penyiraman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,

serta penyiangan gulma. Untuk perdagangan tanaman, tidak ada teknologi khusus

yang digunakan. Sama dengan pembesaran tanaman, tanaman hanya dipelihara

dengan melakukan penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit,

dan mengatur kebutuhan lingkungan tanaman agar sesuai dengan kondisi yang

dibutuhkan oleh tanaman tersebut.

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Page 31: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

21BANK INDONESIA

4.6. Proses Produksi

Semua tanaman sangat tergantung pada lingkungannya untuk dapat tumbuh

dengan baik. Namun demikian, lingkungan yang dibutuhkan oleh setiap tanaman

berbeda satu sama lain. Persyaratan lingkungan untuk tanaman meliputi cahaya,

suhu, kelembaban dan udara. Berdasarkan kebutuhan cahaya, tanaman hias dapat

dikelompokkan menjadi tanaman teduh, tanaman setengah teduh, tanaman yang

suka cahaya dan tanaman yang memerlukan cahaya langsung. Untuk tanaman yang

memerlukan panas matahari tetapi tidak secara langsung, dapat digunakan paranet

(dapat dilihat pada Photo 4.2). Setiap jenis tanaman menghendaki suhu yang berbeda-

beda. Kisaran suhu untuk tanaman bersuhu rendah adalah 15 – 22OC pada siang

hari dan suhu terendah 7OC pada malam hari. Kisaran suhu untuk tanaman bersuhu

sedang adalah 18 – 22OC pada siang hari dan suhu terendah 10 – 12OC pada malam

hari. Kisaran suhu untuk tanaman bersuhu tinggi adalah 21 – 24OC pada siang hari

dan suhu terendah 15 – 18OC pada malam hari. Untuk kelembaban, kelembaban

relatif yang dibutuhkan tanaman adalah 40 – 50%. Udara yang dibutuhkan oleh

tanaman hias adalah udara segar.

Photo 4.2. Contoh Tanaman yang Menggunakan Paranet

Page 32: Tanam

22 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Pengusaha tanaman hias pun menyesuaikan kondisi lingkungan tempat

tumbuh tanaman dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman. Penyesuaian

kondisi lingkungan ini diberlakukan sama, baik untuk tanaman yang dibudidayakan

maupun tanaman yang diperdagangkan.

Budidaya tanaman hias dapat dilakukan di lahan maupun di dalam pot/

polybag. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain

adalah iklim, tanah atau media, air dan ketersediaan unsur hara. Untuk tanaman

dalam pot, hal yang harus diperhatikan adalah (1) persiapan tanam yang terdiri dari

pemilihan bibit, persiapan pot dan persiapan media tanam; (2) penanaman dan

(3) pemeliharaan. Hal pertama yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan bibit

adalah asal bibit yang baik. Bibit yang baik berasal dari tanaman induk yang segar

dan sehat. Penampilan batang dan daun harus diperhatikan. Dalam hal persiapan

pot, ukuran pot disesuaikan dengan sosok dan umur tanaman. Tanaman cenderung

tumbuh dengan baik bila menggunakan pot yang berukuran sesuai. Dasar pot harus

dilubangi untuk membuang kelebihan air, Jumlah lubang yang baik berkisar antara

4 – 6 buah.

Media tanam untuk tanaman pot beragam jenis dan variasinya. Umumnya

media yang digunakan berupa tanah, humus, kompos atau pupuk kandang, pasir,

serbuk gergaji, sekam, arang dan batu kerikil. Formulasi yang digunakan berbeda-beda

tergantung jenis tanaman dan preferensi masing – masing orang. Setelah separuh

dari isi pot dipenuhi media, baru tanaman dimasukkan ke dalam pot. Kemudian

ditambahkan lagi media tanam sampai mencapai permukaan dekat bibir pot. Setelah

tanaman ditanam. tanah di sekeliling tanaman dipadatkan dengan ujung jari. Tahap

yang berikutnya adalah pemeliharaan tanaman, yaitu dengan melakukan pemupukan

dan penyiraman.

Proses pemeliharaan tanaman dilakukan dengan cara menyiramnya dan

menyemprotkan obat-obatan. Pengusaha tanaman hias melakukan penyemprotan

obat-obatan satu bulan sekali, yaitu dengan mencampur antara fungisida (Durakron)

dan atonik/vitamin B1. Atonik ini diperlukan untuk menguatkan daun dan akar.

Sedangkan fungisida diperlukan untuk mencegah tanaman dari jamur atau hama

dan penyakit.

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Page 33: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

23BANK INDONESIA

4.7. Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Jenis tanaman hias yang dihasilkan dan dijual meliputi berbagai jenis, hal ini

untuk menghindari resiko tanaman tidak terjual. Namun secara umum dapat dibagi

menjadi jenis tanaman hias besar, tanaman hias kecil, tanaman obat, dan jenis rumput-

rumputan. Jenis tanaman yang dihasilkan dan dijual oleh pengusaha tanaman hias

yang disurvey adalah tanaman hias besar (termasuk jenis tanaman besar yang masih

kecil atau disebut tanaman sedang) dan tanaman hias kecil.

Untuk keseluruhan area/lahan, komposisi pada umumnya adalah 15%

lahan diperuntukkan untuk tanaman pohon (tanaman besar), 40% untuk tanaman

sedang, sisanya adalah untuk tanaman kecil. Pada kajian ini juga sebagian besar lahan

diperuntukkan bagi tanaman kecil. Untuk tanaman kecil, lamanya waktu sejak ditanam

hingga terjual rata-rata adalah satu bulan. Untuk tanaman besar, sejak dibeli sampai

dijual rata-rata adalah 3 bulan. Kalaupun lebih dari 3 bulan, paling lama dalam waktu

6 bulan tanaman sudah dapat dijual. Tidak semua tanaman memerlukan budidaya

dan pembesaran. Karena jenis usahanya juga mencakup perdagangan, maka tanaman

yang dibeli dari petani atau pedagang lain dapat langsung dijual. Kalaupun belum

terjual, pada tanaman tersebut hanya dilakukan pemeliharaan tanaman saja.

Ada beberapa jenis tanaman hias yang penjualannya mengikuti trend atau

jenis tanaman yang sedang diminati oleh konsumen. Untuk tanaman hias yang sedang

trend, harga jualnya dapat sangat mahal. Untuk mengurangi kerugian jika tanaman

tertentu sudah lewat masa trend-nya, maka sebaiknya pengusaha menyediakan jenis

tanaman yang beragam atau diversifikasi tanaman.

Menurut data dari Dinas Pertanian Jakarta, standar mutu yang telah ada

adalah standar mutu untuk jenis bunga potong dan daun potong. Sedangkan standar

mutu untuk tanaman hias non bunga potong (jenis tanaman pada kajian ini) belum

ada. Oleh karena itu, standar mutu tanaman hias pada kajian ini berasal dari informasi

pengusaha dan standar yang diterima secara umum. Mutu tanaman hias yang baik

adalah yang berwarna cerah, segar, tidak kering dan tidak berpenyakit. Pengusaha

tanaman hias selalu menjaga agar kualitas tanaman yang dihasilkan dan dijualnya

Page 34: Tanam

24 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

berada dalam keadaan baik. Dengan demikian konsumen akan merasa puas dan

tidak dirugikan. Contoh tanaman hias dapat dilihat pada gambar berikut.

Photo 4.3. Tanaman Cemara Batang Kecil

4.8. Produksi Optimum

Kapasitas produksi optimum untuk tanaman hias sulit untuk ditentukan secara

pasti, karena tergantung pada ukuran tanaman, jarak antar tanaman, penataan

tanaman dan lain-lain. Jenis usaha ini merupakan kombinasi antara budidaya dan

perdagangan tanaman dengan proporsi 60% perdagangan dan 40% budidaya.

Untuk lahan seluas 600 m2, diasumsikan kapasitas optimum per bulannya adalah

9.000 polybag/pot tanaman kecil, 30 pohon/pot tanaman sedang dan 40 pohon/

pot tanaman besar. Karena prosentase budidaya adalah 40%, maka tanaman kecil

yang dibudidayakan adalah 3.600 polybag/pot, tanaman sedang adalah 12 pohon/

pot dan tanaman besar adalah 16 pohon/pot, sedangkan sisanya adalah jumlah

tanaman dengan pola perdagangan (Tabel 4.1). Jumlah tersebut adalah jumlah yang

terjual dalam satu bulan. Jumlah tanaman yang dipajang di lahan usaha bisa jauh

ASPEK TEKNIS PRODUKSI

Page 35: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

25BANK INDONESIA

lebih banyak, terutama jika usaha tanaman hias sudah lama dilakukan, karena dapat

berasal dari anakkan atau pembiakkan tanaman.

Tabel 4.1. Komposisi Jumlah Tanaman Hias

Jenis Tanaman Pola BudidayaPola

PerdaganganTotal

Tanaman kecil 3.600 polybag/pot 5.400 polybag/pot 9.000 polybag/pot

Tanaman sedang 12 pohon/pot 18 pohon/pot 30 pohon/pot

Tanaman besar 16 pohon/pot 24 pohon/pot 40 pohon/pot

4.9. Kendala Produksi

Dalam melakukan proses budidaya dan perdagangan tanaman hias tidak ada kendala produksi yang berarti. Faktor penting yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air dan kualitas air, serta persyaratan tumbuh tanaman dan kecocokan dengan lingkungan. Faktor hama dan penyakit tanaman serta kekeringan juga dapat menyebabkan terjadinya kegagalan produksi. Tetapi dengan pengetahuan dan pengalaman yang cukup di bidang tanaman hias, resiko ini dapat teratasi.

Page 36: Tanam

26 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 37: Tanam

27BANK INDONESIA

BAB VASPEK KEUANGAN

Analisis aspek keuangan suatu usaha perlu dilakukan untuk mengetahui

gambaran umum mengenai pendapatan dan pengeluaran atau biaya, kemampuan

melunasi kredit (jika usaha tersebut mendapatkan pendanaan secara kredit dari

lembaga perbankan atau non bank), serta kelayakan usaha ditinjau dari beberapa

criteria kelayakan keuangan seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Pay Back Period (PBP) dan Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Analisis keuangan

suatu usaha terdiri dari proyeksi penerimaan dan proyeksi pengeluaran selama periode

proyek.

5.1. Pemilihan Pola Usaha

Pola usaha yang dipilih adalah usaha tanaman hias non bunga potong, yang

merupakan kombinasi antara budidaya tanaman dan perdagangan tanaman hias.

Komposisinya adalah 40% budidaya tanaman dan 60% perdagangan tanaman

hias. Pola seperti ini dipilih karena bentuk kombinasi seperti ini adalah yang lebih

menguntungkan. Jika hanya sebagai petani saja dan hanya melakukan budidaya

tanaman, keuntungan yang diperoleh relatif kecil dan pengusaha tidak memiliki

kemampuan untuk melunasi kredit kepada perbankan. Sedangkan jika dikombinasikan

dengan usaha perdagangan tanaman hias dan pembuatan taman, maka keuntungan

yang diperoleh relatif lebih besar. Hal itu pula yang mendasari mengapa proporsi

perdagangan tanaman hias lebih besar dibandingkan budidaya tanaman hias.

Berdasarkan kapasitas optimum untuk lahan seluas 600 m2 terdiri dari 9.000

polybag tanaman kecil, 30 pohon/pot tanaman sedang, dan 40 pohon/pot tanaman

besar untuk setiap bulannya. Dengan proporsi 40% budidaya tanaman dan 60%

perdagangan tanaman, maka kebutuhan bibit adalah 40% dari total tanaman kecil

yaitu 3600 unit per bulan (dibudidayakan sebentar dan baru dijual), sedangkan

sebesar 60% nya adalah membeli tanaman kecil dari petani dan dapat langsung dijual

yaitu 5.400 polybag per bulan. Untuk tanaman besar. kebutuhan tanaman besar yang

Page 38: Tanam

28 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

masih berusia muda (tanaman sedang) untuk pola perdagangan adalah 18 pohon per

bulan dan tanaman besar adalah 24 pohon per bulan (masing-masing 60%).

Pada bulan pertama, tanaman ini tidak langsung dijual tetapi dibudidayakan

atau dibesarkan dulu (melalui pencangkokan, penyetekan atau pembelahan), baru

pada bulan-bulan selanjutnya dapat dijual sebagai tanaman sedang ataupun tanaman

besar, yang diasumsikan merupakan penjualan dari pola budidaya (40% atau 12

pohon untuk tanaman sedang dan 16 pohon untuk tanaman besar). Sedangkan

untuk bulan kedua dan seterusnya, perdagangan tanaman sedang dan tanaman

besar sebesar 60%, tanaman tersebut dibeli pada bulan tersebut dan dapat langsung

dijual. Diasumsikan dalam 3 bulan pertama usaha ini dijalankan, penjualan tanaman

sedang dan tanaman besar dari budidaya belum dapat dilakukan. Penjualan tanaman

sedang dan tanaman besar dari pola budidaya baru terjadi mulai bulan keempat dan

seterusnya, yaitu tanaman yang berasal dari pembesaran tanaman dari bulan-bulan

sebelumnya.

Kebutuhan tenaga kerja untuk menjalankan usaha pada kapasitas ini adalah

10 orang di luar pemilik. Persentase penjualan tanaman hias pada tahun pertama

diasumsikan 90% dari tanaman yang tersedia, hal ini adalah untuk mengkompensasi

belum terjualnya tanaman sedang dan tanaman besar dari pola budidaya maupun

perdagangan pada bulan pertama, serta belum terjualnya tanaman sedang dan

tanaman besar dari pola budidaya pada bulan kedua dan ketiga. Prosentase penjualan

pada tahun kedua dan ketiga diasumsikan masing-masing 100%.

5.2. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan

Dari pemilihan pola usaha di atas, ditetapkan asumsi dan parameter yang akan

digunakan untuk analisis kelayakan usaha dari sisi keuangan. Asumsi dan parameter

ini diperoleh berdasarkan kajian terhadap industri tanaman hias di Bogor dan Jakarta

Barat serta informasi yang diperoleh dari pengusaha dan pustaka. Asumsi untuk analisis

keuangan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 dan selengkapnya pada Lampiran 1.

ASPEK KEUANGAN

Page 39: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

29BANK INDONESIA

Tabel 5.1. Asumsi untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Nilai / Jumlah1 Periode proyek tahun 32 Bulan kerja tahun bulan 123 Tenaga kerja bersifat tetap orang 10

Pemilik orang 14 Sewa tanah Rp/bulan 5.000.0005 Sifat usaha a. Budidaya (Nursery) % 40 b. Perdagangan % 606 Jumlah tanaman terjual per bulan a. Tanaman kecil polybag 9.000 b. Tanaman sedang pohon 30 c. Tanaman besar pohon 407 Harga bahan baku tanaman a. Bibit Rp/Unit 1.000 b. Tanaman kecil Rp/Polybag 2.000 c. Tanaman sedang Rp/Pohon 200.000 d. Tanaman besar Rp/Pohon 600.000

Penentuan umur proyek selama 3 tahun didasarkan atas pertimbangan

bahwa investasi peralatan selain kendaraan, mesin air dan tangki penyemprot hama

yang digunakan dalam industri tanaman hias, memiliki umur ekonomis selama 3

tahun, sehingga pada saat proyek selesai maka perlu dilakukan investasi kembali

untuk peralatan tersebut. Jenis tanaman yang terjual diasumsikan dibagi menjadi tiga

kelompok besar, yaitu tanaman kecil, tanaman sedang dan tanaman besar. Pengertian

tanaman sedang adalah tanaman besar yang masih relatif berusia muda tetapi sudah

bisa dijual. Harga bahan baku tanaman dan harga jual tanaman hias didasarkan pada

harga konstan yaitu harga yang berlaku pada saat proyek akan dimulai (harga tahun

pertama). Suku bunga yang berlaku diasumsikan 14% per tahun. Sedangkan proporsi

modal adalah sebesar 60% berasal dari kredit bank, sedangkan sisanya (40%) berasal

dari pengusaha sendiri. Jangka waktu kredit diasumsikan tiga tahun untuk kredit

investasi dan satu tahun untuk kredit modal kerja.

Page 40: Tanam

30 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

5.3. Komponen dan Struktur Biaya Investasi dan Biaya Operasional

Komponen biaya dalam analisis kelayakan usaha tanaman hias dibedakan

menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya operasional atau modal kerja. Biaya

investasi adalah komponen biaya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

dana awal pendirian usaha yang meliputi lahan/areal usaha, peralatan budidaya dan

kendaraan. Biaya operasional atau biaya modal kerja adalah seluruh biaya yang harus

dikeluarkan dalam proses produksi, baik yang bersifat tetap maupun variabel.

5.3.1. Biaya Investasi

Biaya investasi yang dibutuhkan pada tahap awal industri tanaman hias terdiri

dari biaya tanah, mobil bak, sepeda motor, dan peralatan produksi/budidaya. Biaya

investasi yang diperlukan untuk usaha tanaman hias adalah sebesar Rp 170.555.000.

Komponen terbesar adalah untuk kendaraan yaitu sebesar 87,9%. Sedangkan biaya

investasi untuk peralatan tidak terlalu besar yaitu 4,7%. fasilitas saung kebun 5,9%

dan perizinan yaitu 1,5% (Tabel 5.2). Komponen biaya investasi secara lebih lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi (Rp)

No Komponen Biaya Jumlah Persentase

1 Perizinan 2.500.000 1,5

2 Kendaraan 150.000.000 87,9

3 Peralatan 8.055.000 4,7

4 Saung kebun 10.000.000 5,9

Jumlah 170.555.000 100

5.3.2. Biaya Operasional

Biaya operasional dalam industri tanaman hias meliputi biaya tetap dan biaya

variabel. Total biaya operasional untuk tahun pertama adalah sebesar Rp 821.880.000

(Tabel 5.3.). Selengkapnya rincian kebutuhan biaya tetap dan biaya variabel ditampilkan

pada Lampiran 3 dan 4.

ASPEK KEUANGAN

Page 41: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

31BANK INDONESIA

Tabel 5.3. Komponen Biaya Operasional (Rp)

No Komponen Biaya Perbulan Pertahun

1 Biaya Variabel 46.890.000 562.680.000

2 Biaya Tetap 21.600.000 259.200.000

Jumlah Biaya Operasional 68.490.000 821.880.000

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Total kebutuhan biaya proyek (untuk investasi dan modal kerja) adalah sebesar

Rp 239.045.000. Diasumsikan 60% dari biaya tersebut merupakan kredit dari bank

dan sisanya adalah modal sendiri. Biaya investasi yang diperlukan dalam industri

tanaman hias ini adalah Rp 170.555.000. sebesar Rp 102.333.000 diasumsikan berasal

dari kredit bank (60%) sedangkan Rp 68.222.000 (40%) berasal dari modal sendiri.

Kredit investasi ini berjangka waktu pinjaman selama tiga tahun dengan suku bunga

14% pertahun (Tabel 5.4).

Modal kerja untuk satu bulan yang dibutuhkan untuk budidaya dan

perdagangan tanaman hias adalah sebesar Rp 68.490.000. Sebesar Rp 41.094.000

(60%) diperoleh dari kredit bank dengan jangka waktu pinjaman selama satu tahun

dan suku bunga 14% pertahun. Sedangkan sebesar 40% atau Rp 27.396.000 berasal

dari modal sendiri.

Tabel 5.4. Komponen dan Struktur Biaya Proyek

No Komponen Biaya Proyek Persentase Total Biaya (Rp)

1 Biaya Investasi 170.555.000

Kredit a. 60% 102.333.000

Modal Sendirib. 40% 68.222.000

2 Biaya Modal Kerja 68.490.000

Kredit a. 60% 41.094.000

Modal Sendirib. 40% 27.396.000

3 Total Biaya Proyek 239.045.000

Kredit a. 60% 143.427.000

Modal Sendirib. 40% 95.618.000

Page 42: Tanam

32 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Karena ada biaya proyek yang berasal dari kredit bank, maka pengusaha

tanaman hias mempunyai kewajiban dalam melakukan angsuran pokok dan angsuran

bunga setiap bulan selama jangka waktu kredit yaitu selama tiga tahun untuk kredit

investasi, dan satu tahun untuk kredit modal kerja. Ringkasan jumlah angsuran kredit

pertahun dapat dilihat pada Tabel 5.5, sedangkan perhitungan jumlah angsuran kredit

perbulan selengkapnya ditampilkan pada Lampiran 6 dan 7.

Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit

TahunAngsuran

PokokAngsuran

BungaTotal

AngsuranSaldo Awal Saldo Akhir

143.427.000 143.427.0001 75.205.000 15.254.126 90.459.126 143.427.000 68.222.0002 34.111.000 7.362.291 41.473.291 68.222.000 34.111.0003 34.111.000 2.586.751 36.697.751 34.111.000 0

5.5. Pendapatan

Dalam satu bulan, usaha tanaman hias diasumsikan dapat menjual 9.000

polybag tanaman kecil, 30 pohon tanaman sedang, 40 pohon tanaman besar, dan 10

karung pupuk kandang. Pengusaha tanaman hias sebenarnya tidak sengaja menjual

pupuk kandang. Pupuk kandang yang dibelinya adalah digunakan sebagai pupuk

untuk menyuburkan tanaman. Hanya pada prakteknya banyak konsumen yang juga

membeli pupuk kandang tersebut. Pengusaha tanaman tetap melayani penjualan

pupuk kandang karena mendapat keuntungan dari penjualan tersebut, dimana harga

beli adalah Rp 5.000/karung (Lampiran 3) sedangkan harga jual adalah Rp 10.000/

karung (Lampiran 5). Rata-rata penjualan pupuk kandang untuk satu bulan adalah 10

karung. Sedangkan dari pupuk yang berasal dari limbah tanaman (batang dan daun

kering), tidak ada yang dijual.

ASPEK KEUANGAN

Page 43: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

33BANK INDONESIA

Pendapatan dari pembuatan taman bagi pengusaha tanaman hias berasal dari

penjualan tanaman hias yang digunakan untuk membuat taman tersebut. Pendapatan

jasa dari desain taman tidak diterima oleh pengusaha tanaman hias, karena pada

umumnya melibatkan pihak ketiga untuk mendesain taman tersebut. Dengan demikian,

proyeksi pendapatan setiap bulannya adalah Rp 79.600.000 dan untuk setiap tahunnya

adalah Rp 955.200.000 (Tabel 5.6.). Untuk tahun pertama, diasumsikan penjualan

hanya 90%. Hal yang menjadi pertimbangan adalah pada bulan pertama, tanaman

sedang dan tanaman besar (baik dari pola budidaya maupun perdagangan) belum

dapat dijual, yang dapat dijual pada bulan pertama hanya tanaman kecil. Tanaman

sedang dan tanaman besar dari pola budidaya baru dapat dijual pada bulan keempat.

Sedangkan dari pola perdagangan, tanaman sedang dan tanaman besar sudah dapat

dijual mulai bulan kedua. Nilai dari tidak terjualnya tanaman sedang dan tanaman

besar pada bulan pertama hingga bulan ketiga besarnya adalah sekitar 10% dari total

penjualan. Oleh karena itu diasumsikan penjualan pada tahun pertama hanya 90%.

Untuk tahun kedua dan ketiga penjualan sudah dapat mencapai 100% karena seluruh

seluruh jenis tanaman baik dari pola budidaya maupun pola perdagangan sudah dapat

dijual. Proyeksi biaya produksi variabel, biaya produksi tetap dan pendapatan dapat

dilihat pada Lampiran 3, 4, dan 5.

Tabel 5.6. Proyeksi Pendapatan

No Produk Volume UnitHarga Jual

(Rp)Penjualan

1 Bulan (Rp)Penjulan

1 Tahun (Rp)

1 Tanaman kecil 9.000 polybag 2.500 22.500.000 270.000.000

2 Tanaman sedang 30 Pohon 300.000 9.000.000 108.000.000

3 Tanaman besar 40 Pohon 1.200.000 48.000.000 576.000.000

4 Pupuk kandang 10 Karung 10.000 100.000 1.200.000

TOTAL 79.600.000 955.200.000

Page 44: Tanam

34 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

5.6. Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point

Hasil proyeksi laba rugi usaha menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha

tanaman hias ini dapat menghasilkan laba (setelah pajak) sebesar Rp 57.282.243

dengan nilai profit on sales senilai 6,66%, dan mengalami peningkatan laba pada

tahun kedua dan tahun ketiga seperti terlihat pada Tabel 5.7. atau Lampiran 8.

Tabel 5.7. Proyeksi Pendapatan dan Laba Rugi Usaha (Rp)

No UraianTahun

1 2 3

1 Total Penerimaan 859.680.000 955.200.000 955.200.000

2 Total Pengeluaran 792.289.126 852.887.291 848.111.751

3Laba/Rugi Sebelum Pajak

67.390.874 102.312.709 107.088.249

4 Pajak (15%) 10.108.631 15.346.906 16.063.237

5 Laba Setelah Pajak 57.282.243 86.965.803 91.025.012

6 Profit on Sales 6,66% 9,10% 9,53%

7 BEP: Rupiah 661.213.203 677.019.271 665.397.963

Seperti terlihat pada Tabel 5.8. selama kurun waktu 3 tahun proyek industri

tanaman hias secara rata-rata akan menghasilkan keuntungan bersih per tahun

sebesar Rp 78.424.353 dan profit margin rata-rata 8,43%. Dengan membandingkan

pengeluaran untuk biaya tetap terhadap biaya variabel dan total penerimaan. maka

BEP rata-rata untuk usaha ini terjadi pada penjualan senilai Rp 667.876.812.

Tabel.5.8. Rata-rata Laba Rugi dan BEP Usaha

Uraian NilaiLaba per tahun Rp. 78.424.353Profit Margin 8,43%BEP: Rp. 667.876.812

ASPEK KEUANGAN

Page 45: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

35BANK INDONESIA

5.7. Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Usaha

Untuk arus kas (cash flow) dalam perhitungan ini dibagi menjadi dua, yaitu

arus masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow). Arus masuk diperoleh dari

penjualan tanaman hias selama satu tahun. Nilai sisa proyek di akhir tahun ketiga juga

dihitung sebagai arus masuk. Artinya di akhir umur proyek, usaha ini masih memiliki

aset tetap/investasi senilai Rp 133.120.000. Untuk arus keluar meliputi biaya investasi,

biaya variabel, biaya tetap, angsuran pokok, angsuran bunga, pajak penghasilan, dan

biaya pemasaran.

Evaluasi profitabilitas rencana investasi dilakukan dengan menilai kriteria

investasi untuk mengukur kelayakan pendirian industri yaitu meliputi NPV (Net

Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C Ratio (Net Benefit-Cost Ratio).

Dengan menggunakan asumsi yang telah diuraikan sebelumnya, industri tanaman

hias menghasilkan NPV sebesar Rp 77.238.685 pada tingkat bunga 14% dengan nilai

IRR adalah 29,23% dan Net B/C Ratio 1,32 dan Pay Back period selama 2,5 tahun.

Kriteria kelayakan tersebut menunjukkan bahwa usaha tanaman hias ini layak untuk

dilaksanakan, Proyeksi arus kas untuk kelayakan industri tanaman hias secara lengkap

dapat dilihat pada Lampiran 9

Tabel 5.9. Kelayakan Industri Tanaman Hias

No Kriteria NilaiJustifikasi Kelayakan

1, NPV Rp. 77.238.685 > 02, IRR 29,23% > 14%3. Net B/C Ratio 1,32 > 1,004. Pay Back Period 2,5 tahun < 3 tahun

5.8. Analisis Sensitivitas Kelayakan Usaha

Dalam analisis kelayakan suatu proyek, biaya produksi dan pendapatan

biasanya dapat dijadikan patokan dalam mengukur kelayakan usaha karena kedua

hal tersebut merupakan komponen inti dalam suatu kegiatan usaha, terlebih lagi

Page 46: Tanam

36 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

bahwa komponen biaya produksi dan pendapatan juga didasarkan pada asumsi dan

proyeksi tertentu sehingga memiliki tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi, Untuk

mengurangi resiko ini maka diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk

menguji tingkat sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun output.

Dalam pola pembiayaan ini digunakan tiga skenario sensitivitas, yaitu:

(1). Skenario I

Sensitivitas kenaikan biaya variabel dimungkinkan dengan melihat

perkembangan ekonomi yang terjadi dan kenaikan harga-harga atau inflasi

yang berpengaruh terhadap komponen biaya sehingga memunculkan asumsi

peningkatan biaya produksi yang bersifat variabel, sedangkan pendapatan

dianggap tetap/konstan. Kenaikan biaya produksi terjadi karena biaya bahan

baku media tanam, pupuk, obat-obatan, dan biaya pendukung mengalami

kenaikan. Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel ditampilkan

pada Tabel 5.10 serta perhitungan arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya

pada Lampiran 10 dan 11

.

Tabel 5.10. Analisis Sensitivitas Biaya Variabel Naik

No Kriteria Naik 6,1 % Naik 6,2 %

1. NPV Rp.61.221 - Rp.1.203.983

2. IRR 14,01% 13,76%

3. Net B/C Ratio 1,0 0,99

4. Pay Back Period (tahun) 3 3,01

Berdasarkan analisis sensitivitas dengan Skenario I, biaya variabel mengalami

kenaikan 6,1% dengan asumsi pendapatan tetap. Pada kenaikan biaya variabel

sebesar 6,1%. NPV bernilai positif, IRR lebih dari 14%, Net B/C Ratio sama dengan

satu, serta PBP sama dengan umur proyek. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pada suku bunga 14% dengan kenaikan biaya variabel sebesar 6,1%

ASPEK KEUANGAN

Page 47: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

37BANK INDONESIA

maka proyek ini masih layak dilaksanakan. Namun pada kenaikan biaya variabel

mencapai 6,2% ternyata proyek ini tidak layak dilaksanakan karena NPV bernilai

negatif, IRR kurang dari tingkat suku bunga, Net B/C Ratio kurang dari satu dan

PBP lebih dari umur proyek.

(2). Skenario II

Sensitivitas penurunan pendapatan dimungkinkan karena penurunan jumlah

tanaman hias yang dapat terjual atau penurunan harga jual per polybag atau per

pohonnya, sedangkan biaya/pengeluaran dianggap tetap/konstan. Hasil analisis

sensitivitas akibat penurunan pendapatan ditampilkan pada Tabel 5.11 serta perhitungan

arus kas untuk sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 12 dan 13.

Analisis sensitivitas berdasarkan Skenario II, pada saat pendapatan turun sebesar

3,6% diperoleh NPV positif, IRR mencapai 14,08% atau lebih dari suku bunga

14%, Net B/C Ratio sama dengan satu dan PBP sama dengan umur proyek. Dapat

disimpulkan bahwa pada penurunan pendapatan sebesar 3,6%, proyek tersebut

masih layak dilaksanakan. Sedangkan pada penurunan pendapatan sebesar 3,7%

menyebabkan NPV bernilai negatif, IRR 13,66% atau di bawah suku bunga, Net B/C

Ratio kurang dari satu, walaupun PBP yang diperoleh sama dengan umur proyek.

Dengan demikian pada penurunan pendapatan 3,7% menyebabkan usaha tidak

layak untuk dilaksanakan.

Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun

No Kriteria Turun 3,6 % Turun 3,7 %

1. NPV Rp. 420.682 - Rp. 1.713.152

2. IRR 14,08% 13,66%

3. Net B/C Ratio 1,0 0,99

4. Pay Back Period 3 tahun > 3 Tahun

Page 48: Tanam

38 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

(3). Skenario III

Analisis sensitivitas ini adalah dengan melakukan kombinasi terhadap sensitivitas

pada skenario I dan II, yaitu peningkatan biaya variabel dan penurunan pendapatan.

Hasil analisis sensitivitas akibat kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan

secara bersamaan ditampilkan pada Tabel 5.12 serta perhitungan arus kas untuk

sensitivitas ini selengkapnya pada Lampiran 14 dan 15.

Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Kombinasi

No Kriteria

Biaya Variabel Naik 2,27 % dan

Pendapatan Turun 2,27 %

Biaya Variabel Naik 2,28 % dan

Pendapatan Turun 2,28 %

1. NPV Rp. 80.528 - Rp. 259.376

2. IRR 14,02% 13,95%

3. Net B/C Ratio 1,0 < 1,0

4. Pay Back Period 3 tahun > 3 tahun

Analisis sensitivitas menurut Skenario III mengasumsikan terjadi penurunan

pendapatan dan kenaikan biaya variabel. Pada penurunan pendapatan dan kenaikan

biaya variabel masing-masing sebesar 2,27%, usaha ini masih layak dilaksanakan

karena menghasilkan NPV positif, IRR lebih besar dari suku bunga, Net B/C Ratio sama

dengan satu, dan PBP sama dengan umur proyek. Namun apabila biaya variabel naik

menjadi 2,28% dan pendapatan juga turun sebesar 2,28%, maka usaha ini menjadi

tidak layak dilaksanakan karena NPV negatif, IRR lebih kecil dari suku bunga, Net

B/C Ratio sama dengan satu dan PBP sama dengan umur proyek (Penentuan kriteria

kelayakan lebih melihat pada kriteria NPV dan IRR).

ASPEK KEUANGAN

Page 49: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

39BANK INDONESIA

5.9. Hambatan dan Kendala

Hambatan atau kendala yang dihadapi oleh pengusaha tanaman hias

terkait dengan keuangan adalah kenaikan biaya produksi untuk budidaya tanaman

yang tidak sebanding dengan kenaikan harga jualnya. Oleh karena itu, pengusaha

menyiasatinya dengan melakukan kombinasi usaha perdagangan tanaman hias,

sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar.

Page 50: Tanam

40 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 51: Tanam

41BANK INDONESIA

BAB VIASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN

DAMPAK LINGKUNGAN

6.1 Aspek Ekonomi dan Sosial

Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap pengusaha tanaman hias, selama

menjalani profesinya, mereka dapat menyisihkan sebagian pendapatannya dalam

bentuk tabungan. Besarnya tabungan tersebut senantiasa mengalami peningkatan

dari waktu ke waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha tanaman hias ini dapat

meningkatkan kondisi ekonomi bagi individu pengusahanya.

Bagi masyarakat sekitar, dampak ekonomi yang dirasakan dengan adanya

usaha tanaman hias ini adalah munculnya usaha-usaha baru yang menunjang

usaha tanaman hias ini ataupun masyarakat pada umumnya. Seperti misalnya usaha

warung yang dibuka oleh karyawan, usaha penjual fungisida atau obat pembasmi

hama dan penjual rumput. Penyerapan tenaga kerja pada usaha tanaman hias juga

dapat mengurangi pengangguran, khususnya di daerah sekitar lokasi usaha tanaman

hias. Masyarakat juga dapat menjadi penghubung antara pengusaha dengan

konsumen dalam hal pemesanan tanaman. Untuk kondisi tersebut, masyarakat akan

mendapatkan komisi dari pengusaha.

Pengusaha tanaman hias selalu memberikan sedekah dan sumbangan kepada

mesjid, masyarakat yang tidak mampu, ataupun kegiatan-kegiatan sosial lainnya.

Dengan demikian keberadaan usaha ini memberikan dampak sosial yang positif

kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Page 52: Tanam

42 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

6.2. Aspek Dampak Lingkungan

Limbah yang dihasilkan dari usaha tanaman hias adalah berupa limbah

padat, seperti daun atau batang tanaman yang kering. Limbah dari daun dan batang

tersebut biasanya dihancurkan dan diayak untuk dibuat pupuk. Dengan demikian,

limbah padat tersebut tidak merugikan tetapi dapat mendatangkan manfaat bagi

pengusaha. Jika ada limbah polybag/plastik, pembuangan limbah tersebut adalah

dengan cara dibuang atau dibakar. Dari usaha tanaman hias ini tidak dihasilkan limbah

cair maupun gas.

Dampak lingkungan yang sangat terasa dengan keberadaan usaha tanaman

hias ini yaitu lingkungan sekitar yang menjadi lebih sejuk, lebih hijau dan lebih asri.

Adanya usaha tanaman hias ini akan membantu mengurangi polusi udara. Dengan

demikian banyak dampak positif dari aspek lingkungan yang terjadi dengan adanya

usaha tanaman hias ini.

ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Page 53: Tanam

43BANK INDONESIA

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Usaha tanaman hias merupakan usaha yang cukup potensial untuk dikembangkan, a.

yaitu usaha dengan pola gabungan antara budidaya/nursery (40%) dan

perdagangan tanaman (60%).

Usaha ini memiliki permintaan pasar yang cukup baik dan selalu ada, baik b.

permintaan berupa tanaman hias, maupun jasa pembuatan taman. Persaingan

usaha tergolong cukup tinggi khususnya di daerah sentra tanaman hias, dan jenis

konsumen adalah individu/rumah tangga, konsumen industri/perusahaan, dan

konsumen pedagang. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam memasarkan

tanaman hias adalah pengetahuan akan tanaman yang berkualitas bagus, transfer of knowledge pada karyawan, komitmen dan kepercayaan kepada petani dan

karyawan, serta komitmen dan pelayanan kepada konsumen.

Lokasi usaha ini sebaiknya berada pada tempat yang strategis agar terlihat c.

oleh konsumen. Proses produksi dan budidaya tanaman yang dilakukan relatif

mudah dan tidak menggunakan teknologi khusus. Teknologi yang digunakan

adalah pembelahan, pencangkokan, atau penyetekan. Faktor penting yang

perlu diperhatikan dari sisi produksi adalah ketersediaan dan kualitas air, serta

persyaratan tumbuh tanaman dan kecocokan dengan lingkungan.

Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk industri tanaman hias adalah d.

Rp 170.555.000. yang dibiayai dari kredit bank adalah 60% (Rp 102.333.000)

dan biaya sendiri sebesar 40% (Rp 68.222.000), dengan bunga pinjaman 14%,

dan masa pinjaman kredit investasi selama 3 tahun. Biaya modal kerja yang

dibutuhkan untuk satu bulan adalah sebesar Rp 68.490.000 yang dibiayai dari

kredit bank adalah 60% (Rp 41.094.000) dan dari dana sendiri sebesar 40%

(Rp 27.396.000), dengan bunga pinjaman sama dengan kredit investasi yaitu

14%, sedangkan jangka waktu pinjaman selama 1 tahun.

Page 54: Tanam

44 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Berdasarkan analisis keuangan dan kelayakan usaha sesuai dengan asumsi yang e.

digunakan, industri tanaman hias layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV

sebesar Rp 77.238.685. IRR 29,23%. Net B/C 1,32 dan PBP 2,5 tahun. Dengan

demikian usaha ini juga mampu melunasi kewajiban angsuran kredit kepada

bank.

Usaha tanaman hias ini cukup sensitif terhadap kenaikan biaya variabel maupun f.

penurunan pendapatan. Usaha ini masih layak bila kenaikan biaya variabel sampai

6,1%. Sedangkan bila kenaikan biaya variabel sebesar 6,2% menjadi tidak layak

(dengan asumsi pendapatan konstan). Bila terjadi penurunan pendapatan,

penurunan sampai 3,6% masih dinyatakan layak, tetapi jika penurunan hingga

3,7% usaha ini tidak layak dengan asumsi biaya konstan. Sedangkan bila terjadi

kenaikan biaya variabel dan penurunan pendapatan secara bersama-sama, usaha

ini masih layak hingga perubahan masing-masing 2,27%. Jika kenaikan biaya

variabel dan penurunan pendapatan secara bersama-sama adalah masing-masing

2,28%, maka usaha ini menjadi tidak layak.

Pengembangan usaha tanaman hias dapat memberikan manfaat/dampak yang g.

positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja,

munculnya usaha baru serta peningkatan pendapatan masyarakat. Dilihat dari

aspek lingkungan, usaha ini tidak menghasilkan limbah yang merugikan, bahkan

memberikan dampak positif dengan semakin hijau dan segarnya lingkungan

sekitar, serta dapat mengurangi polusi udara.

7.2. Saran

Berdasarkan prospek pasar yang baik, kemudahan proses produksi dan kelayakan a.

menurut kriteria keuangan, usaha tanaman hias ini layak untuk dibiayai atau

diberikan kredit.

Kombinasi pola usaha antara budidaya dan perdagangan, baik untuk diterapkan b.

untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dan menjamin ketersediaan

produk tanaman hias.

KESIMPULAN DAN SARAN

Page 55: Tanam

45BANK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, H.S. 2004. Tanaman Hias Tampil Prima. Penebar Swadaya. Depok.

BPS Jakarta. 2007. Jakarta dalam Angka.

Palungkun, R., Indriani, Y.H., Widyastuti. Y.E 2004. Menghijaukan Ruangan. Penebar

Swadaya. Depok.

Seputar Indonesia, 28 Oktober 2008. 108 Pengembang Tampil di Real Estate Expo

2008.

Stone, P. 2004. The Ultimate Business Plan – Perencanaan Bisnis yang Sempurna. PT.

Elex Media Komputindo, Jakarta.

Touchie, R.D. dan B. Comm. 1997. Membuat Rencana Bisnis yang Jitu. Terjemahan.

Arcan, Jakarta.

Page 56: Tanam

46 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

Page 57: Tanam

47BANK INDONESIA

LAMPIRAN

Page 58: Tanam

48 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1 Asumsi Untuk Analisis Keuangan ........................................................ 49

2 Biaya Investasi …………………………………………………………….. 50

3 Biaya Variabel …………………………………………………………...... 51

4 Biaya Tetap ………………………………………………........................ 52

5 Proyeksi Pendapatan Kotor ................................................................. 53

6 Angsuran Kredit Investasi (Suku bunga 14%)………………….............. 54

7 Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku bunga 14%)…………………….... 55

8 Proyeksi Laba Rugi Usaha ……………………………………………...... 56

9 Proyeksi Arus Kas ……………………………………………………….... 57

10 Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 6,1% ….........………...... 58

11 Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 6,2% …………….......….... 59

12 Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 3,6% ………………........... 60

13 Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 3,7% ………………........... 6114 Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 2,27% dan Penurunan

Pendapatan 2,27% …………………..................................................... 6215 Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 2,28% dan Penurunan

Pendapatan 2,28% …………………..................................................... 63

16 Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan............... 64

LAMPIRAN

Page 59: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

49BANK INDONESIA

Lampiran 1. Asumsi Untuk Analisis Keuangan

No Asumsi Satuan Nilai / Jumlah1 Periode proyek tahun 32 Bulan kerja tahun bulan 123 Tenaga kerja bersifat tetap orang 10

Pemilik orang 14 Sewa tanah Rp/bulan 5.000.0005 Sifat usaha a. Budidaya (Nursery) % 40 b. Perdagangan % 606 Jumlah tanaman terjual per bulan a. Tanaman kecil polybag 9.000 b. Tanaman sedang pohon 30 c. Tanaman besar pohon 407 Persentase penjualan a. Tahun 1 % 90 b. Tahun 2 % 100 c. Tahun 3 % 1008 Harga bahan baku tanaman a. Bibit Rp/Unit 1.000 b. Tanaman kecil Rp/Polybag 2.000 c. Tanaman sedang Rp/Pohon 200.000 d. Tanaman besar Rp/Pohon 600.0009 Harga jual tanaman a. Tanaman kecil Rp/polybag 2.500 b. Tanaman sedang Rp/Pohon 300.000 c. Tanaman besar Rp/Pohon 1.200.000

10Pada bulan pertama tidak ada penjualan dari tanaman sedang dan tanaman besar dari proses budidaya dan perdagangan

11Pada bulan kedua dan ketiga tidak ada penjualan dari tanaman sedang dan tanaman besar dari proses budidaya

12 Suku Bunga per Tahun % 14.00%13 Proporsi Modal : a. Kredit % 60.00% b. Modal Sendiri % 40.00%14 Jangka waktu Kredit : a. Kredit investasi tahun 3 b. Kredit modal kerja tahun 1

Page 60: Tanam

50 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lam

pira

n 2.

Bia

ya In

vest

asi

No

Ko

mp

on

en B

iaya

Satu

anJu

mla

h

Fisi

k

Har

ga

per

Sat

uan

Rp

Jum

lah

Bia

ya(R

p)

Um

ur

Eko

no

mis

(tah

un

)

Nila

iPe

nyu

suta

n(R

p)

Nila

iSi

sa d

i akh

ir

um

ur

pro

yek

(Rp

)

1Pe

rizin

an1

2.50

0.00

02.

500.

000

2K

enda

raan

a. M

obil

Bak

unit

260

.000

.000

120.

000.

000

156.

666.

667

100.

000.

000

b.

Sep

eda

Mot

orun

it3

10.0

00.0

0030

.000

.000

102.

800.

000

21.6

00.0

00

3 A

lat

prod

uksi

dan

bu

dida

ya

a. C

angk

ulun

it10

35.0

0035

0.00

03

116.

667

0

b. P

aran

gun

it3

30.0

0090

.000

330

.000

0

c. G

arpu

unit

230

.000

60.0

003

20.0

000

d.

Gun

ting

pang

kas

unit

525

.000

125.

000

341

.667

0

e. E

mbe

r pl

astik

unit

525

.000

125.

000

341

.667

0

f. P

isau

unit

1040

.000

400.

000

313

3.33

30

g.

Lin

ggis

unit

335

.000

105.

000

335

.000

0h.

Sel

ang

30 m

unit

115

0.00

015

0.00

03

50.0

000

i.

Sel

ang

50 m

unit

125

0.00

025

0.00

03

83.3

330

j.

Mes

in a

irun

it3

2.00

0.00

06.

000.

000

1060

0.00

04.

200.

000

k.

Tan

gki p

enye

mpr

ot

ham

aun

it1

400.

000

400.

000

1526

.667

320.

000

4Fa

silit

as la

in

a. S

aung

keb

unun

it2

5.00

0.00

010

.000

.000

101.

000.

000

7.00

0.00

0

Jum

lah

170.

555.

000

11.6

45.0

0013

3.12

0.00

0

Sum

ber

dan

a in

vest

asi d

ari *

) :

Jum

lah

(R

p)

a. K

redi

t

60%

102.

333.

000

b. D

ana

send

iri

40%

68.2

22.0

00

LAMPIRAN

Page 61: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

51BANK INDONESIA

Lam

pira

n 3.

Bia

ya V

aria

bel

No

Stru

ktu

r b

iaya

Satu

anJu

mla

h

Fisi

k

Bia

ya

per

satu

anR

p

Jum

lah

b

iaya

1 b

ula

nR

p

Jum

lah

bia

ya1

tah

un

Rp

1B

ahan

bak

u

a.

Bib

itU

nit

3.60

01.

000

3.60

0.00

043

.200

.000

b.

Tan

aman

kec

ilPo

lyba

g5.

400

2.00

010

.800

.000

129.

600.

000

c.

Tan

aman

sed

ang

Poho

n18

200.

000

3.60

0.00

043

.200

.000

d.

Tan

aman

bes

arPo

hon

2460

0.00

014

.400

.000

172.

800.

000

2M

edia

tan

am

a.

Sek

am

Kar

ung

200

4.00

080

0.00

09.

600.

000

b.

Tan

ahK

arun

g40

3.50

014

0.00

01.

680.

000

c.

Pol

ibag

Uni

t9.

000

350

3.15

0.00

037

.800

.000

d.

Pot

(17

cm)

Uni

t18

15.0

0027

0.00

03.

240.

000

e.

Pot

(30

cm)

Uni

t24

40.0

0096

0.00

011

.520

.000

3Pu

pu

k

a.

Pup

uk k

anda

ngK

arun

g80

5.00

040

0.00

04.

800.

000

4O

bat

-ob

atan

a. A

toni

kBo

tol

4010

.000

400.

000

4.80

0.00

0

b. D

urak

ron

(Fun

gisi

da)

Boto

l1

20.0

0020

.000

240.

000

5Pe

nd

uku

ng

a. T

ali r

afia

Gul

ung

2010

.000

200.

000

2.40

0.00

0

b. P

last

ik k

rese

kPa

k5

10.0

0050

.000

600.

000

6B

iaya

kar

yaw

an

a.

Bon

us p

enju

alan

Frek

uens

i30

025

.000

7.50

0.00

090

.000

.000

b.

Bon

us p

roye

kFr

ekue

nsi

415

0.00

060

0.00

07.

200.

000

Tota

l Bia

ya V

aria

bel

46.8

90.0

0056

2.68

0.00

0

Page 62: Tanam

52 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lampiran 4. Biaya Tetap

No Uraian Jumlah Unit Biaya Per Unit

Total Biaya 1 Bulan

Total Biaya 1 Tahun

1 Tenaga Kerja a. Pemilik 1 Orang 2.000.000 2.000.000 24.000.000 b. Supervisor 2 Orang 800.000 1.600.000 19.200.000 c. Karyawan 1 Orang 700.000 700.000 8.400.000 d. Karyawan 3 Orang 600.000 1.800.000 21.600.000 e. Karyawan 3 Orang 500.000 1.500.000 18.000.000 f. Karyawan 1 Orang 400.000 400.000 4.800.0002 Sewa tanah 1 Bulan 5.000.000 5.000.000 60.000.0003 Bensin a. Bensin untuk motor 180 liter 6.000 1.080.000 12.960.000 b. Bensin untuk mobil 960 liter 6.000 5.760.000 69.120.0004 Listrik 1 Bulan 200.000 200.000 2.400.0005 Telepon 1 Bulan 300.000 300.000 3.600.0006 Biaya kuli angkut 1 Bulan 150.000 150.000 1.800.0007 Administrasi 1 Bulan 100.000 100.000 1.200.0008 Iuran 1 Bulan 10.000 10.000 120.0009 Biaya sosial 1 Bulan 400.000 400.000 4.800.00010 Perawatan Kendaraan 1 Bulan 300.000 300.000 3.600.00011 Biaya lain-lain 1 Bulan 300.000 300.000 3.600.000 Total Biaya Tetap 21.600.000 259.200.000

Total Biaya Produksi 68.490.000 821.880.000

Sumber dana modal kerja dari *) :a. Kredit 60% Rp. 41.094.000b. Dana sendiri 40% Rp. 27.396.000

Page 63: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

53BANK INDONESIA

Lampiran 5. Proyeksi Pendapatan Kotor

No Produk Volume UnitHarga Jual (Rp)

Penjualan 1 Bulan

(Rp)

Penjualan 1 Tahun

(Rp)1 Tanaman kecil 9.000 polybag 2.500 22.500.000 270.000.000

2 Tanaman sedang 30 Pohon 300.000 9.000.000 108.000.000

3 Tanaman besar 40 Pohon 1.200.000 48.000.000 576.000.000

4 Pupuk kandang 10 Karung 10.000 100.000 1.200.000

TOTAL 79.600.000 955.200.000

Page 64: Tanam

54 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lampiran 6. Angsuran Kredit Investasi (Suku Bunga 14%)

Periode KreditAngsuran

TetapBunga Total Saldo Awal Saldo Akhir

Tahun-0 102.333.000 102.333.000 102.333.000Bulan -1 2.842.583 1.193.885 4.036.468 102.333.000 99.490.417Bulan -2 2.842.583 1.160.722 4.003.305 99.490.417 96.647.833Bulan -3 2.842.583 1.127.558 3.970.141 96.647.833 93.805.250Bulan -4 2.842.583 1.094.395 3.936.978 93.805.250 90.962.667Bulan -5 2.842.583 1.061.231 3.903.814 90.962.667 88.120.083Bulan -6 2.842.583 1.028.068 3.870.651 88.120.083 85.277.500Bulan -7 2.842.583 994.904 3.837.488 85.277.500 82.434.917Bulan -8 2.842.583 961.741 3.804.324 82.434.917 79.592.333Bulan -9 2.842.583 928.577 3.771.161 79.592.333 76.749.750Bulan -10 2.842.583 895.414 3.737.997 76.749.750 73.907.167Bulan -11 2.842.583 862.250 3.704.834 73.907.167 71.064.583Bulan -12 2.842.583 829.087 3.671.670 71.064.583 68.222.000Tahun-1 34.111.000 12.137.831 46.248.831Bulan -1 2.842.583 795.923 3.638.507 68.222.000 65.379.417Bulan -2 2.842.583 762.760 3.605.343 65.379.417 62.536.833Bulan -3 2.842.583 729.596 3.572.180 62.536.833 59.694.250Bulan -4 2.842.583 696.433 3.539.016 59.694.250 56.851.667Bulan -5 2.842.583 663.269 3.505.853 56.851.667 54.009.083Bulan -6 2.842.583 630.106 3.472.689 54.009.083 51.166.500Bulan -7 2.842.583 596.943 3.439.526 51.166.500 48.323.917Bulan -8 2.842.583 563.779 3.406.362 48.323.917 45.481.333Bulan -9 2.842.583 530.616 3.373.199 45.481.333 42.638.750Bulan -10 2.842.583 497.452 3.340.035 42.638.750 39.796.167Bulan -11 2.842.583 464.289 3.306.872 39.796.167 36.953.583Bulan -12 2.842.583 431.125 3.273.708 36.953.583 34.111.000Tahun-2 34.111.000 7.362.291 41.473.291Bulan -1 2.842.583 397.962 3.240.545 34.111.000 31.268.417Bulan -2 2.842.583 364.798 3.207.382 31.268.417 28.425.833Bulan -3 2.842.583 331.635 3.174.218 28.425.833 25.583.250Bulan -4 2.842.583 298.471 3.141.055 25.583.250 22.740.667Bulan -5 2.842.583 265.308 3.107.891 22.740.667 19.898.083Bulan -6 2.842.583 232.144 3.074.728 19.898.083 17.055.500Bulan -7 2.842.583 198.981 3.041.564 17.055.500 14.212.917Bulan -8 2.842.583 165.817 3.008.401 14.212.917 11.370.333Bulan -9 2.842.583 132.654 2.975.237 11.370.333 8.527.750Bulan -10 2.842.583 99.490 2.942.074 8.527.750 5.685.167Bulan -11 2.842.583 66.327 2.908.910 5.685.167 2.842.583Bulan -12 2.842.583 33.163 2.875.747 2.842.583 0Tahun-3 34.111.000 2.586.751 36.697.751

LAMPIRAN

Page 65: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

55BANK INDONESIA

Lampiran 7. Angsuran Kredit Modal Kerja (Suku Bunga 14%)

Periode KreditAngsuran

TetapBunga Total

Saldo Awal

Saldo Akhir

Tahun-0 41.094.000 41.094.000 41.094.000

Bulan -1 3.424.500 479.430 3.903.930 41.094.000 37.669.500

Bulan -2 3.424.500 439.478 3.863.978 37.669.500 34.245.000

Bulan -3 3.424.500 399.525 3.824.025 34.245.000 30.820.500

Bulan -4 3.424.500 359.573 3.784.073 30.820.500 27.396.000

Bulan -5 3.424.500 319.620 3.744.120 27.396.000 23.971.500

Bulan -6 3.424.500 279.668 3.704.168 23.971.500 20.547.000

Bulan -7 3.424.500 239.715 3.664.215 20.547.000 17.122.500

Bulan -8 3.424.500 199.763 3.624.263 17.122.500 13.698.000

Bulan -9 3.424.500 159.810 3.584.310 13.698.000 10.273.500

Bulan -10 3.424.500 119.858 3.544.358 10.273.500 6.849.000

Bulan -11 3.424.500 79.905 3.504.405 6.849.000 3.424.500

Bulan -12 3.424.500 39.953 3.464.453 3.424.500 -

Tahun-1 41.094.000 3.116.295 44.210.295

TahunAngsuran

PokokAngsuran

BungaTotal

AngsuranSaldo Awal Saldo Akhir

143.427.000 143.427.0001 75.205.000 15.254.126 90.459.126 143.427.000 68.222.0002 34.111.000 7.362.291 41.473.291 68.222.000 34.111.0003 34.111.000 2.586.751 36.697.751 34.111.000 0

Page 66: Tanam

56 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lampiran 8. Proyeksi Laba Rugi Usaha (Rp)

No Uraian Tahun1 2 3

A Penerimaan 90% 100% 100% Total Penerimaan 859.680.000 955.200.000 955.200.000 B Pengeluaran i. Biaya Variabel 515.790.000 562.680.000 562.680.000 ii. Biaya Tetap 237.600.000 259.200.000 259.200.000 iii. Depresiasi 11.645.000 11.645.000 11.645.000 iv. Angsuran Bunga 15.254.126 7.362.291 2.586.751 v. Biaya Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Pengeluaran 792.289.126 852.887.291 848.111.751 C R/L Sebelum Pajak 67.390.874 102.312.709 107.088.249D Pajak (15%) 10.108.631 15.346.906 16.063.237E Laba Setelah Pajak 57.282.243 86.965.803 91.025.012F Profit on Sales 6,66% 9,10% 9,53%G BEP: Rupiah 661.213.203 677.019.271 665.397.963

LAMPIRAN

Page 67: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

57BANK INDONESIA

Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas

No Uraian Tahun0 1 2 3

A Arus Masuk 1. Total Penjualan 859.680.000 955.200.000 955.200.0002. Kredit a. Investasi 102.333.000 b. Modal Kerja 41.094.0003. Modal Sendiri a. Investasi 68.222.000 b. Modal Kerja 27.396.0004. Nilai Sisa Proyek 133.120.000 Total Arus Masuk 239.045.000 859.680.000 955.200.000 1.088.320.000

Arus Masuk untuk Menghitung IRR

- 859.680.000 955.200.000 1.088.320.000

B Arus Keluar 1. Biaya Investasi 2. Biaya Variabel 170.555.000 - - - 3. Biaya Tetap 46.890.000 515.790.000 562.680.000 562.680.000 4. Angsuran Pokok 21.600.000 237.600.000 259.200.000 259.200.000 5. Angsuran Bunga 75.205.000 34.111.000 34.111.000 6. Pajak 15.254.126 7.362.291 2.586.751 7. Biaya Pemasaran 10.108.631 15.346.906 16.063.237 Total Arus Keluar 12.000.000 12.000.000 12.000.000

Arus Keluar untuk Menghitung IRR

239.045.000 865.957.757 890.700.197 886.640.988

C Arus Bersih (NCF) 239.045.000 775.498.631 849.226.906 849.943.237

DCash Flow untuk Menghitung IRR

E Discount Factor (14%) - (6.277.757) 64.499.803 201.679.012F Present Value (239.045.000) 84.181.369 105.973.094 238.376.763G Cummulative PV 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750

H Analisis Kelayakan Usaha

NPV (Rp) 77.238.685 IRR (%) 29,23 Net B/C Ratio 1,32 PBP 2,5 tahun

Page 68: Tanam

58 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 6,1%

No UraianTahun

0 1 2 3

A Arus Masuk 1. Total Penjualan 859.680.000 955.200.000 955.200.0002. Kredit a. Investasi 102.333.000 b. Modal Kerja 41.094.0003. Modal Sendiri a. Investasi 68.222.000 b. Modal Kerja 27.396.0004. Nilai Sisa Proyek 133.120.000 Total Arus Masuk 239.045.000 859.680.000 955.200.000 1.088.320.000Arus Masuk untuk Menghitung IRR

- 859.680.000 955.200.000 1.088.320.000

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 170.555.000 - - - 2. Biaya Variabel 46.890.000 547.253.190 597.003.480 597.003.480 3. Biaya Tetap 21.600.000 237.600.000 259.200.000 259.200.000 4. Angsuran Pokok 75.205.000 34.111.000 34.111.000 5. Angsuran Bunga 15.254.126 7.362.291 2.586.751 6. Pajak 10.108.631 15.346.906 16.063.237 7. Biaya Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Arus Keluar 239.045.000 897.420.947 925.023.677 920.964.468Arus Keluar untuk Menghitung IRR

239.045.000 806.961.821 883.550.386 884.266.717

C Arus Bersih (NCF) - (37.740.947) 30.176.323 167.355.532

DCash Flow untuk Menghitung IRR

(239.045.000) 52.718.179 71.649.614 204.053.283

E Discount Factor (14%) 1,0000 0,8772 0,7695 0,6750F Present Value (239.045.000) 46.244.017 55.132.051 137.730.154G Cummulative PV (239.045.000) (192.800.983) (137.668.932) 61.221

H Analisis Kelayakan Usaha

NPV (Rp) 61.221 IRR (%) 14,01 Net B/C Ratio 1,00 PBP 3,00 tahun

LAMPIRAN

Page 69: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

59BANK INDONESIA

Lampiran 11. Analisis Sensitivitas Kenaikan Biaya Variabel 6,2%

No UraianTahun

0 1 2 3A Arus Masuk

1. Total Penjualan 859.680.000 955.200.000 955.200.0002. Kredit a. Investasi 102.333.000 b. Modal Kerja 41.094.0003. Modal Sendiri a. Investasi 68.222.000 b. Modal Kerja 27.396.0004. Nilai Sisa Proyek 133.120.000Total Arus Masuk 239.045.000 859.680.000 955.200.000 1.088.320.000

Arus Masuk untuk Menghitung IRR

- 859.680.000 955.200.000 1.088.320.000

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 170.555.000 - - - 2. Biaya Variabel 46.890.000 547.768.980 597.566.160 597.566.160 3. Biaya Tetap 21.600.000 237.600.000 259.200.000 259.200.000 4. Angsuran Pokok 75.205.000 34.111.000 34.111.000 5. Angsuran Bunga 15.254.126 7.362.291 2.586.751 6. Pajak 10.108.631 15.346.906 16.063.237 7. Biaya Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Arus Keluar 239.045.000 897.936.737 925.586.357 921.527.148Arus Keluar untuk Menghitung IRR

239.045.000 807.477.611 884.113.066 884.829.397

C Arus Bersih (NCF) - (38.256.737) 29.613.643 166.792.852

DCash Flow untuk Menghitung IRR

(239.045.000) 52.202.389 71.086.934 203.490.603

E Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750F Present Value (239.045.000) 45.791.569 54.699.087 137.350.361G Cummulative PV (239.045.000) (193.253.431) (138.554.344) (1.203.983)

H Analisis Kelayakan Usaha

NPV (Rp) (1.203.983) IRR (%) 13,76 Net B/C Ratio 0,99 PBP 3,01 tahun

Page 70: Tanam

60 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lampiran 12. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 3,6%

No Uraian Tahun0 1 2 3

A Arus Masuk 1. Total Penjualan 828.731.520 920.812.800 920.812.8002. Kredit a. Investasi 102.333.000

b. Modal Kerja 41.094.0003. Modal Sendiri a. Investasi 68.222.000 b. Modal Kerja 27.396.0004. Nilai Sisa Proyek 133.120.000 Total Arus Masuk 239.045.000 828.731.520 920.812.800 1.053.932.800Arus Masuk untuk Menghitung IRR

- 828.731.520 920.812.800 1.053.932.800

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 170.555.000 - - - 2. Biaya Variabel 46.890.000 515.790.000 562.680.000 562.680.000 3. Biaya Tetap 21.600.000 237.600.000 259.200.000 259.200.000 4. Angsuran Pokok 75.205.000 34.111.000 34.111.000 5. Angsuran Bunga 15.254.126 7.362.291 2.586.751 6. Pajak 10.108.631 15.346.906 16.063.237 7. Biaya Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Arus Keluar 239.045.000 865.957.757 890.700.197 886.640.988Arus Keluar untuk Menghitung IRR

239.045.000 775.498.631 849.226.906 849.943.237

C Arus Bersih (NCF) - (37.226.237) 30.112.603 167.291.812

DCash Flow untuk Menghitung IRR

(239.045.000) 53.232.889 71.585.894 203.989.563

E Discount Factor (14%) ,0000 0,8772 0,7695 0,6750F Present Value (239.045.000) 46.695.517 55.083.021 137.687.144G Cummulative PV (239.045.000) (192.349.483) (137.266.463) 420.682

H Analisis Kelayakan Usaha

NPV (Rp) 420.682 IRR (%) 14,08 Net B/C Ratio 1,00 PBP 3,0 tahun

LAMPIRAN

Page 71: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

61BANK INDONESIA

Lampiran 13. Analisis Sensitivitas Penurunan Pendapatan 3,7%

No UraianTahun

0 1 2 3A Arus Masuk

1. Total Penjualan 827.871.840 919.857.600 919.857.6002. Kredit a. Investasi 102.333.000 b. Modal Kerja 41.094.0003. Modal Sendiri a. Investasi 68.222.000 b. Modal Kerja 27.396.0004. Nilai Sisa Proyek 133.120.000 Total Arus Masuk 239.045.000 827.871.840 919.857.600 1.052.977.600Arus Masuk untuk Menghitung IRR

- 827.871.840 919.857.600 1.052.977.600

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 170.555.000 - - - 2. Biaya Variabel 46.890.000 515.790.000 562.680.000 562.680.000 3. Biaya Tetap 21.600.000 237.600.000 259.200.000 259.200.000 4. Angsuran Pokok 75.205.000 34.111.000 34.111.000 5. Angsuran Bunga 15.254.126 7.362.291 2.586.751 6. Pajak 10.108.631 15.346.906 16.063.237 7. Biaya Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Arus Keluar 239.045.000 865.957.757 890.700.197 886.640.988Arus Keluar untuk Menghitung IRR

239.045.000 775.498.631 849.226.906 849.943.237

C Arus Bersih (NCF) - (38.085.917) 29.157.403 166.336.612

DCash Flow untuk Menghitung IRR

(239.045.000) 52.373.209 70.630.694 203.034.363

E Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750F Present Value (239.045.000) 45.941.411 54.348.025 137.042.412G Cummulative PV (239.045.000) (193.103.589) (138.755.563) (1.713.152)

H Analisis Kelayakan Usaha

NPV (Rp)

(1.713.152)

IRR (%) 13.66 Net B/C Ratio 0.99 PBP > 3.0 tahun

Page 72: Tanam

62 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 2,27% danPenurunan Pendapatan 2,27%

No UraianTahun

0 1 2 3A Arus Masuk

1. Total Penjualan 840.165.264 933.516.960 933.516.9602. Kredit a. Investasi 102.333.000 b. Modal Kerja 41.094.0003. Modal Sendiri a. Investasi 68.222.000 b. Modal Kerja 27.396.0004. Nilai Sisa Proyek 133.120.000 Total Arus Masuk 239.045.000 840.165.264 933.516.960 1.066.636.960Arus Masuk untuk Menghitung IRR

- 840.165.264 933.516.960 1.066.636.960

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 170.555.000 - - - 2. Biaya Variabel 46.890.000 527.498.433 575.452.836 575.452.836 3. Biaya Tetap 21.600.000 237.600.000 259.200.000 259.200.000 4. Angsuran Pokok 75.205.000 34.111.000 34.111.000 5. Angsuran Bunga 15.254.126 7.362.291 2.586.751 6. Pajak 10.108.631 15.346.906 16.063.237 7. Biaya Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Arus Keluar 239.045.000 877.666.190 903.473.033 899.413.824Arus Keluar untuk Menghitung IRR

239.045.000 787.207.064 861.999.742 862.716.073

C Arus Bersih (NCF) - (37.500.926) 30.043.927 167.223.136

DCash Flow untuk Menghitung IRR

(239.045.000) 52.958.200 71.517.218 203.920.887

E Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750F Present Value (239.045.000) 46.454.561 55.030.177 137.640.790G Cummulative PV (239.045.000) (192.590.439) (137.560.262) 80.528H Analisis Kelayakan Usaha

NPV (Rp) 80.528 IRR (%) 14.02 Net B/C Ratio 1.00 PBP 3.00 tahun

LAMPIRAN

Page 73: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

63BANK INDONESIA

Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas Kenaikan Biaya Variabel 2,28% danPenurunan Pendapatan 2,28%

No UraianTahun

0 1 2 3A Arus Masuk

1. Total Penjualan 840.079.296 933.421.440 933.421.4402. Kredit a. Investasi 102.333.000 b. Modal Kerja 41.094.0003. Modal Sendiri a. Investasi 68.222.000 b. Modal Kerja 27.396.0004. Nilai Sisa Proyek 133.120.000 Total Arus Masuk 239.045.000 840.079.296 933.421.440 1.066.541.440Arus Masuk untuk Menghitung IRR

- 840.079.296 933.421.440 1.066.541.440

B Arus Keluar

1. Biaya Investasi 170.555.000 - - - 2. Biaya Variabel 46.890.000 527.550.012 575.509.104 575.509.104 3. Biaya Tetap 21.600.000 237.600.000 259.200.000 259.200.000 4. Angsuran Pokok 75.205.000 34.111.000 34.111.000 5. Angsuran Bunga 15.254.126 7.362.291 2.586.751 6. Pajak 10.108.631 15.346.906 16.063.237 7. Biaya Pemasaran 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Arus Keluar 239.045.000 877.717.769 903.529.301 899.470.092Arus Keluar untuk Menghitung IRR

239.045.000 787.258.643 862.056.010 862.772.341

C Arus Bersih (NCF) - (37.638.473) 29.892.139 167.071.348

DCash Flow untuk Menghitung IRR

(239.045.000) 52.820.653 71.365.430 203.769.099

E Discount Factor (14%) 1.0000 0.8772 0.7695 0.6750F Present Value (239.045.000) 46.333.906 54.913.381 137.544.142G Cummulative PV (239.045.000) (192.711.094) (137.797.713) (253.571)

H Analisis Kelayakan Usaha

NPV (Rp) (259.376) IRR (%) 13.95 Net B/C Ratio 1.00 PBP 3.00 tahun

Page 74: Tanam

64 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

Lampiran 16. Rumus dan Cara Perhitungan untuk Analisis Aspek Keuangan

1. Menghitung Jumlah Angsuran.

Angsuran kredit terdiri dari angsuran pokok ditambah dengan pembayaran bunga

pada periode angsuran. Jumlah angsuran pokok tetap setiap bulannya. Periode

angsuran (n) adalah selama 36 bulan untuk kredit investasi dan 12 bulan untuk

kredit modal kerja.

Cicilan pokok = Jumlah Pinjaman dibagi periode angsuran (n).

Bunga = i% x jumlah (sisa) pinjaman.

Jumlah angsuran = Cicilan Pokok + Bunga.

2. Menghitung Jumlah Penyusutan/Depresiasi dengan Metode Garis Lurus

dengan Nilai Sisa 0 (nol).

Penyusutan = Nilai Investasi /Umur Ekonomis.

3. Menghitung Net Present Value (NPV).

NPV merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari

biaya. Adapun rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut:

n B1 – Ct

NPV = ∑ –––––––––

t = 1 (1 + i)t

Keterangan :

Bt = Benefit atau manfaat (keuntungan) proyek yang diperoleh pada tahun

ke-t.

Ct = Biaya atau ongkos yang dikeluarkan dari adanya proyek pada tahun ke-t.

tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap merupakan modal atau

dana rutin/operasional.

i = Tingkat suku bunga atau merupakan social opportunity cost of capital.

n = Umur Proyek.

LAMPIRAN

Page 75: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

65BANK INDONESIA

Untuk menginterpretasikan kelayakan suatu proyek. dapat dilihat dari hasil

perhitungan NPV sebagai berikut:

a. Apabila NPV > 0 berarti proyek layak untuk dilaksanakan secara finansial;

b. Apabila NPV = nol berarti proyek mengembalikan dananya persis sama besar

dengan tingkat suku bunganya (Social Opportunity of Capital-nya).

c. Apabila NPV < 0 berarti proyek tidak layak untuk dilanjutkan karena proyek

tidak dapat menutupi social opportunity cost of capital yang digunakan.

4. Menghitung Internal Rate of Return (IRR).

IRR merupakan nilai discount rate i yang membuat NPV dari proyek sama dengan

0 (nol). IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi

bersih dari suatu proyek. sepanjang setiap benefit bersih yang diperoleh secara

otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat

keuntungan i yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Cara

perhitungan IRR dapat didekati dengan rumus dibawah ini :

NPV1

IRR = i1 + (i2 – i1) X –––––––––––––

(NPV1 – NPV2)

Keterangan :

IRR = Nilai Internal Rate of Return dinyatakan dalam %.

NPV1 = Net Present Value pertama pada DF terkecil.

NPV2 = Net Present Value kedua pada DF terbesar.

i1 = Tingkat suku bunga /discount rate pertama.

i2 = Tingkat suku bunga /discount rate kedua.

Kelayakan suatu proyek dapat didekati dengan mempertimbangkan nilai IRR

sebagai berikut:

a. Apabila nilai IRR sama atau lebih besar dari nilai tingkat suku bunganya maka

proyek tersebut layak untuk dikerjakan.

Page 76: Tanam

66 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

b. Apabila nilai IRR lebih kecil atau kurang dari tingkat suku bunganya maka

proyek tersebut dinyatakan tidak layak untuk dikerjakan.

5. Menghitung Net B/C.

Net benefit-cost ratio atau perbandingan manfaat dan biaya bersih suatu proyek

adalah perbandingan sedemikian rupa sehingga pembilangnya terdiri atas present

value total dari benefit bersih dalam tahun di mana benefit bersih itu bersifat

positif. sedangkan penyebut terdiri atas present value total dari benefit bersih

dalam tahun di mana benefit itu bersifat negatif.

Cara menghitung Net B/C dapat menggunakan rumus dibawah ini:

NPV B-C Positif

Net B/C = ––––––––––

NPV B-C Negatif

Keterangan :

Net BC = Nilai benefit-cost ratio.

NPV B-C Positif = Net present value positif.

NPV B-C Negatif = Net present value negatif.

Hasil perhitungan Net B/C dapat diterjemahkan sebagai berikut:

a. Apabila nilai Net B/C > 1 maka proyek layak dilaksanakan.

b. Apabila nilai Net B/C < 1 maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

6. Menghitung Titik Impas (Break Even Point).

Titik impas atau titik pulang pokok atau Break Even Point (BEP) adalah suatu

keadaan dimana tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama dengan

besarnya pengeluaran pada suatu proyek. sehingga pada keadaan tersebut

proyek tidak mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

Terdapat beberapa rumus untuk menghitung titik impas yang dapat dipilih.

namun dalam buku ini digunakan rumus pada huruf a. b dan c di bawah ini :

LAMPIRAN

Page 77: Tanam

INDUSTRI TANAMAN HIAS

67BANK INDONESIA

Biaya Tetap

a. Titik Impas (Rp.) = —————————————

Total Biaya Variabel

1 - —————————

Hasil Penjualan

Titik Impas (Rp)

b. Titik Impas (satuan) = ——–———————

Harga satuan Produk

c. Jika biaya variabel dan biaya tetap tidak dipisahkan maka pencarian titik

impas dapat menggunakan prinsip total pendapatan = total pengeluaran.

Total Pendapatan = Harga x Jumlah produk yang dihasilkan.

Total Pengeluaran = Jumlah semua biaya yang diperlukan proyek.

Jadi harga produk x jumlah produk yang dihasilkan = Total Pengeluaran.

Titik Impas (Rp.)

d. Titik Impas (n) = —————————— X Total Produksi

Hasil Penjualan (Rp.)

7. Menghitung PBP (Pay Back Period atau Lama Pengembalian Modal).

PBP digunakan untuk memperkirakan lama waktu yang dibutuhkan proyek untuk

mengembalikan investasi dan modal kerja yang ditanam.

Cara menterjemahkan PBP untuk menetapkan kelayakan suatu proyek adalah

sebagai berikut:

a. Apabila nilai PBP lebih pendek dari jangka waktu proyek yang ditetapkan

maka suatu proyek dinyatakan layak.

b. Apabila nilai PBP lebih lama dari jangka waktu proyek maka suatu proyek

dinyatakan tidak layak.

Page 78: Tanam

68 POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL

8. Menghitung Discount Factor (DF).

DF dapat didefinisikan sebagai: “Faktor yang dipergunakan untuk

memperhitungkan nilai sekarang dari suatu jumlah yang diterima di masa

dengan mempertimbangkan tingkat bunga yang berlaku atau disebut juga faktor

nilai sekarang (present worth factors)” DF diperhitungkan apabila suatu proyek

bersifat multi-period atau periode lebih dari satu kali. Dalam hal ini periode lazim

diperhitungkan dengan semester atau tahun. Nilai dari DF berkisar dari 0 sampai

dengan 1.

Cara memperhitungkan DF adalah dengan rumus sebagai berikut :

1

Rumus DF per tahun = ———— , dimana

(1+ r) n

r = suku bunga

n = tahun 0, 1, ……….. n ; sesuai dengan tahun proyek

LAMPIRAN

Page 79: Tanam