takdir dalam perspektif badiuzzaman said nursi …

25
TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI (Studi Kritis Kitab Risâlah Nȗr) SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) dalam bidang Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir Oleh: Nurhasanah NIM. 11210447 PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA 2018 M/ 1439 H

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI

(Studi Kritis Kitab Risâlah Nȗr)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S. Ag) dalam bidang Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir

Oleh:

Nurhasanah

NIM. 11210447

PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 2: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI

(Studi Kritis Kitab Risâlah Nȗr)

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S. Ag) dalam bidang Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir

Oleh:

Nurhasanah

NIM. 11210447

Pembimbing:

Ali Mursyid, M. Ag

PRODI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 3: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ibarat sebuah bangunan, iman dapat dikatakan sebagai fondasinya.

Apabila fondasi iman ini tidak kuat, maka bangunan Islampun terancam

roboh. Karena itu, penting untuk mempelajari konsep iman yang benar,

termasuk enam rukunnya yang wajib diyakini satu demi satu, yang

menentukan sah tidaknya keimanan seseorang.

Qadar merupakan rukun iman keenam dalam Islam. Banyak orang

yang sering terbalik dalam mengartikannya bahkan tersesat dalam

memahaminya. Pertanyaan semacam “mengapa saya Islam, sementara

tetangga saya non muslim?; mengapa wajah saya jelek, sementara banyak

orang yang ganteng dan cantik?; mengapa saya hidup miskin sementara

teman saya kaya?, inikah suratan takdir?”. Pertanyaan tersebut menjadi

persoalan yang pelik jika mereka yang mempertanyakan hal semacam itu

tidak mengetahui makna takdir.

Banyak orang yang memperdebatkan masalah ini, ada yang berkata

bahwa apakah manusia melakukan keburukan sesuai dengan kehendak Allah

atau tidak, apakah manusia dapat menghentikan apa yang ingin dilakukannya

sesuai dengan keinginannya dan akhirnya manusia sampai pada kesimpulan

bahwa dirinya dapat menciptakan perbuatannya sendiri1. Oleh karena itu para

ulama shalafusshalihin menyimpulkan bahwa permasalahan takdir haruslah

disesuaikan dengan pandangan al-Qur’an dan sunnah yang shahih. Kalau

tidak, boleh jadi seseorang akan terjerumus pada kekafiran atau bisa juga

terjebak pada sikap apatis atau liberal.

1 Sayyidah Afaf Muhammad Baharits, Cahaya Tauhid, (Jakarta: Pustaka Afaf, 2005), h.

102

Page 4: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

2

Terlepas dari permasalahan itu, pandangan mengenai takdir

membawa dampak yang tidak kecil dalam kehidupan. Banyak orang

berkeyakinan salah mengenai takdir, menyalahkan Tuhan atas berbagai

kesulitan dan kemalangan yang menimpannya. Ini membuktikkan bahwa

pandangan mengenai takdir akan mempengaruhi sikap dan mental seseorang

dalam kehidupan. Setidaknya terdapat perbedaan dalam bersikap antara

orang yang mempercayai bahwa dirinya adalah wujud yang terbelenggu

dengan orang yang meyakini bahwa dirinya sendirilah yang berkuasa

sepenuhnya atas masa depan nasibnya.2

Problem pertama yang muncul dalam permasalahan takdir adalah

perbedaan pemaknaan terhadap takdir itu sendiri. Fethullah Gulen (L. 1941)

dalam bukunya Qadar menuliskan bahwa, adakalanya makna kata takdir

merupakan ketetapan Allah SWT yang berhubungan erat dengan kehendak

manusia. Maksudnya, manusia diberi kewenangan untuk berbuat sesuatu, dan

perbuatan yang merupakan hasil dari pilihan manusia itu sesuai dengan

kehendak Allah SWT. Adakalanya pula makna kata takdir merupakan

ketetapan akhir dari segala sesuatu yang diciptakan Allah dalam ilmunya

yang bersifat azali dan abadi baik sebelum takdir terwujud maupun setelah

terwujud.3

Pernyataan di atas menunjukkan adanya dua makna tentang takdir

yang seakan bertentangan. Makna pertama memberi pemahaman bahwa

takdir tidak lepas dari ketetapan Allah dan kehendak parsial manusia dan

makna yang lain menginformasikan tentang takdir merupakan ketetapan

akhir dari Allah. Jika demikian takdir tidak hanya berkisar pada ilmu Allah

semata sehingga kata takdir jika dimaknai sebagai sekedar kehendak Allah

dengan ilmuNya hanyalah pengertian secara sempit.

2Syahrin Harahap, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta: Tiara

Wacana Yogya: 1999), h. 29 3Fethullah Gulen, Qadar, (Jakarta: Republik 2015), Cetakan ke II, h. 4

Page 5: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

3

Membicarakan tentang makna takdir tidak luput dari pandangan aliran

yang sangat menonjol dalam pembahasan ini, yakni Jabariyah4 dan

Qadariyah5 serta Mu’tazilah. Menurut aliran Jabariyah semua kejadian itu

telah ditentukan oleh Allah dari awal, baik berupa nasib baik maupun nasib

buruk. Semua yang dilakukan atas kehendak Allah SWT dan manusia tidak

dapat menghindarinya, tanpa dapat berikhtiar untuk mengubahnya.

Dasar pemikiran aliran Jabariyah mengenai takdir adalah manusia

tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan

perbuatannya. Manusia dalam aliran ini terikat pada kehendak mutlak Tuhan.

Jadi nama Jabariyah berasal dari kata Jabara yang mengandung arti

memaksa. Memang dalam aliran ini terdapat faham bahwa manusia

melakukan pekerjaannya dalam keadaan terpaksa.6

Menurut aliran ini bahwa manusia terpaksa dan tidak memiliki pilihan

dan kekuasaan. Manusia tidak bisa berbuat lain dari apa yang telah

dilakukannya. Allah SWT, telah mentakdirkan atas dirinya segala amal

perbuatan yang mesti dikerjakannya, dan segala perbuatan itu adalah ciptaan

Allah sama seperti apa yang Dia ciptakan pada benda-benda yang tidak

bernyawa.7 Yang berarti segala perbuatan manusia tidak boleh lepas dari

skenario dan kehendak Allah. Segala akibat, baik dan buruk yang diterima

oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah.

Adapun aliran Qadariyah memaknai takdir dengan berpendirian

bahwa segala ketentuan yang terjadi dan akan terjadi ada di dalam kehendak

4Jabariyah adalah paham yang menafikan perbuatan dari hamba secara hakikat dan

menyerahkan perbuatan tersebut kepada Allah swt. artinya,manusia tidak punya

andil sama sekali dalam melakukan perbuatannya,Tuhanlah yang menentukan

segala-galanya. Lihat Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960) h.31 5Qadariyah adalah sebuah firqah yang mengingkari ilmu Allah terhadap perbuatan

hambaNya dan berkeyakinan bahwa Allah belum membuat ketentuan terhadap

makhlukNya. Lihat Harum Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960) h.31 6 Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986), Cet. 5, h. 31

7 Abdul Rozak, dkk, Ilmu Kalam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006), h. 42

Page 6: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

4

manusia. Mereka beranggapan bahwa apabila segala sesuatu ditentukan oleh

kehendak Allah, lalu untuk apa manusia berusaha?.

Ajaran aliran Qadariyah berpendapat bahwa manusia mempunyai

kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya.

Menurut faham Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan

sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Dengan demikian nama

Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau

kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari

pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada takdir Allah.8

Aliran ini sangat menekankan posisi manusia yang amat menentukan

dalam gerak laku dan perbuatannya. Manusia dinilai mempunyai kekuatan

untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau tidak melaksanakan

kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut

perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan tanpa campur tangan

Allah.9

Sementara aliran Mu’tazilah10

berpendapat bahwa Allah bersifat

bijaksana dan adil. Ia tak dapat berbuat jahat dan bersifat zalim. Tidak

mungkin Allah menghendaki supaya manusia berbuat hal-hal yang

bertentangan dengan perintah-Nya. Dengan demikian manusia sendirilah

sebenarnya yang mewujudkan perbuatan baik dan perbuatan jahatnya, iman

dan kufurnya, kepatuhan dan tidak kepatuhan kepada Allah. Atas perbuatan-

perbuatannya ini manusia memperoleh balasan-balasan. Dan untuk

terwujudnya perbuatan-perbuatannya itu Allah memberikan daya dan

8 Harun Nasution, Teologi Islam, h. 31

9 Abudin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1998), h. 37 10

Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan Teologi yang lebih

mendalam dan bersifat filosofis dari pada persoalan-persoalan yang dibawa kaum Khawarij

dan Murji’ah. Dalam pembahasan mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat

nama kaum Rsionalis Islam. Lihat Harum Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1960)

h.38

Page 7: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

5

kekuatan kepadanya. Tidak mungkin Allah menurunkan perintah pada

manusia untuk berbuat sesuatu kalau manusia tidak mempunyai daya dan

kekuatan untuk berbuat.11

Baik aliran Jabariyah, Qadariyah, maupun Mu’tazilah masing-

masing memiliki pandangan yang berbeda tentang takdir, dimana setiap

paham dari aliran ini saling bertolak belakang. Jika Jabariyah lebih

mengedepankan takdir dengan beranggapan segala sesuatu adalah kehendak

Allah dan menafikan ikhtiar, maka lain halnya dengan aliran Qadariyah yang

mengedepankan ikhtiar manusia dan menafikan kehendak Allah. Adapun

Mu’tazilah beranggapan bahwa Allah suci dari keburukan sehingga tidak

mungkin menciptakan keburukan, dan menisbatkan penciptaan keburukan

kepada manusia.

Berkaitan dengan pemikiran tersebut di atas, terdapat seorang tokoh

yang memiliki perhatian khusus mengenai masalah takdir. Beliau adalah

Badiuzzaman Said Nursi (w. 1960 M), seorang tokoh yang memiliki

pandangan berbeda dan dapat menyatukan pandangan dari aliran-aliran

tersebut. Karena pentingnya pembahasan tentang takdir ini beliau menulis

dan menempatkannya dalam bab khusus dalam salah satu kitabnya berjudul

Al-Kalimat (Sőzler). Beliau juga menafsirkan salah satu ayat yang

menurutnya berkaitan dengan takdir dalam karyanya yang berjudul Isyârât

al-I’jâz fî Madzhânnil Al-Îjâz (İşaratű’l İ’caz)

Ulama tersebut adalah Said Nursi lahir tahun 1877 di desa Nurs

Provinsi Bitlis, di sebelah selatan Danau Van di Anatolia timur. Ayah Nursi,

Sufi Mirza, memiliki sepetak kecil tanah. Bersama isterinya, Nuriye, mereka

dikenal sebagai sosok yang saleh dan teguh pendirian.

Said muda memulai studinya pada usia 9 tahun di bawah arahan

saudara tuanya, Abdullah. Karena tidak puas dengan metode pendidikan yang

11

Harun Nasution, Teologi Islam, h. 41

Page 8: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

6

ada, Nursi berpindah-pindah dari satu madrasah ke madrasah yang lain di

kawasan Nurs selama 5 tahun.

Dengan metodenya sendiri Said Nursi berhasil mencapai level yang

layak diganjar diploma ketika berusia 14 tahun. 90 jilid buku dipelajari dan

dihafalkan oleh beliau. Said muda mulai berkeliling dari satu tempat ke

tempat yang lain, menantang ulama setempat untuk melakukan debat publik

dan mampu mengalahkannya, sehingga beliau mendapat gelar Badiuzzaman

(Keajaiban Zaman).

Berkenaan dengan pembahasan tentang takdir, Badiuzzaman Said

Nursi menyimpulkan beberapa prinsip dasar untuk memahami takdir sebagai

bantahan terhadap paham aliran-alian teologi lainnya, sehingga menarik

untuk di bahas.

Dalam bukunya Sőzler atau Al-Kalimat, yirmialtıncı sőz (kalimat ke

26) Nursi menjelaskan bahwa takdir dan ikhtiar adalah dua bagian dari iman

yang bersifat aktual dan perasaan dimana keduanya menjelaskan batasan

Iman dan Islam. Menurutnya keduanya bukan kajian ilmiah dan teoritis.

Artinya, seorang mukmin menyerahkan segala sesuatu kepada Allah, dan

menyandarkan semua perkara kepada-Nya. Mukmin tersebut senantiasa

dalam kondisi seperti ini hingga mengembalikan aktivitas dan dirinya kepada

Allah. Akan tetapi, agar manusia tidak terlepas pada beban dan tanggung

jawab, maka dihadapannya nampak ikhtiar (usaha) dengan berkata engkau

bertanggung jawab, engkau mempunyai kewajiban. Kemudian agar tidak

sombong dengan kebaikan-kebaikan dan amal shalih yang dilakukannya,

takdir menghampirinya seraya berkata lihatlah batas kemampuanmu,

sesungguhnya bukan engkau yang melakukannya12

Dengan demikian takdir menyelamatkan manusia dari sifat sombong,

misalnya bangga terhadap amal-amal kebaikan yang telah dianugrahkan

12

Bediuzzaman Said Nursi, Sozler, (Istanbul, RNK. Nesriyet, 2009), h. 502

Page 9: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

7

kepadanya serta terbuai dengannya. Sedangkan ikhtiar menyelmatkannya dari

sifat tidak memiliki tanggung jawab. Karena manusia jika tidak baik maka

dia buruk.

Pada sisi yang lain, Said Nursi membantah pemikiran aliran teologi

lainnya. Said Nursi dalam bukunya İşaratű’l İ’caz mengatakan bahwa

penciptaan keburukan bukanlah keburukan karena penciptaan dari sisi

malakutiyyah terhitung baik. Itu karena penciptaannya demi

menyempurnakan berbagai kebaikan sehingga iapun menjadi baik dilihat dari

yang lain.13

Beliau juga menegaskan dalam karyanya tersebut: “Wahai para

pengikut Mu’tazilah! Sesungguhnya hamba bukanlah pencipta hasil

pekerjaan seperti apa yang dihasilkan dari sebuah pekerjaan tetapi merupakan

sumber pekerjaan semata karena tidak ada pemberi efek selain Allah dan

seperti itulah kehendak tauhid. Kemudian wahai para pengikut jabariyyah!

Seorang hamba tidaklah dipaksa tetapi manusia memiliki ikhtiar parsial

karena Allah Maha Bijaksana, karena itulah keinginan penyucian.14

Said Nursi memadukan takdir dan ikhtiar, sehingga dalam membahas

permasalahan takdir tak lepas dari bahasan ikhtiar. Dan Nursi membantah

pemikiran aliran teologi lainnya tentang takdir dengan bukti-bukti yang nyata

yang dirangkum dalam penafsirannya pada surat al-Baqarah: 7. Oleh karena

itu, penulis tertarik untuk menampilkan serta menguraikan pandangan Said

Nursi tentang takdir dalam kitabnya Risâlah Nȗr, dengan alasan bahwa

penulis ingin mengenal lebih dekat sosok Badîuzzaman Said Nursi, dan juga

pandangan pemikiran dan penafsiran Badîuzzaman Said Nursi tentang takdir.

Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang ditulis dalam bentuk

skripsi dengan judul: “Takdir Dalam Perspektif Badîuzzaman Said Nursi”

13

Bediuzzaman Said Nursi, Isyaratu’l İ’caz, (Istanbul, RNK Nesriyet: 2009), h. 80 14

Bediuzzaman Said Nursi, Isyaratu’l İ’caz, h.81

Page 10: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

8

B. Permasalahan

Melihat beberapa permasalahan yang muncul terkait dengan takdir,

maka penulis perlu untuk melakukan identifikasi, pembatasan, dan

perumusan masalah terhadap pembahasan yang dikaji.

1. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah dari judul yang dibahas oleh

penulis, terdapat beberapa masalah yang patut untuk dibahas, antara

lain adalah:

a. Masih banyaknya orang yang belum memahami mengenai

konsep takdir hingga akhirnya memunculkan paradigma untuk

menyalahkan Tuhan atas berbagai kesulitan dan kemalangan

yang menimpannya.

b. Adanya pertentangan dalam memaknai takdir khususnya jika

dikaitkan dengan faham-faham aliran teologi Islam.

2. Pembatasan Masalah

Dikarenakan studi ini merupakan studi pemikiran

Badiuzzaman Said Nursi mengenai takdir yang difokuskan pada

penafsirannya terhadap ayat-ayat al-Qur`an maka studi ini dibatasi

pada studi pemahaman Said Nursi tentang takdir dalam penafsirannya

terhadap surah al-Hijr : 21 pada kitab al-Kalimat dan penafsiran

surah al-Baqarah : 7 pada kitab İşaratű’l İ’caz yang oleh beliau

ditafsirkan ssebagai ayat yang membahas mengenai takdir. Dan

penulis membatasi penafsiran pada dua ayat tersebut karena

Badîuzzaman Said Nursi hanya menggunakan dua ayat ini dalam

pembahasannya tentang takdir. Berbeda dengan ulama yang lain, Said

Nursi tidak menumpulkan semua ayat yang berhubungan dengan

takdir tetapi hanya mengambil satu sampel ayat yang mewakili ayat

Page 11: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

9

yang lainnya dalam membahas mengenai takdir, lalu oleh beliau

ditafsirkan dengan argumentasi.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis menyusun

sebuah rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prinsip-prinsip memahami takdir perspektif

Badîuzzaman Said Nursi?

2. Bagaimana penafsiran Badîuzzaman Said Nursi pada surah Al-

Baqarah:7 ?

3. Bagaimana Badîuzzaman Said Nursi memadukan antara takdir dan

ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok-pokok permasalahan

seperti yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Mengungkap prinsip-prinsip memahami takdir perspektif

Badîuzzaman Said Nursi

2. Mengetahui penafsiran Badîuzzaman Said Nursi pada surah Al-

Baqarah:7

3. Mengungkap bagaimana Badîuzzaman Said Nursi memadukan antara

takdir dan ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dibedakan dalam dua bentuk yaitu:

1. Secara Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan

pengetahuan ilmiah di bidang ilmu agama Islam dan tafsir.

b. Penelitian ini dapat dijadikan penelitian selanjutnya yang serupa,

dan sedikit banyak penelitian ini akan memberikan kontribusi bagi

Page 12: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

10

pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang ilmu agama Islam

dan tafsir.

2. Secara Praktis

a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan setiap bagian dari

masyarakat mampu mengetahui prinsip dasar memahami takdir,

khususnya permasalahan takdir dalam pandangan Badîuzzaman

Said Nursi

b. Melalui penelitian ini diharapkan masyarakat lebih memahami

kekayaan intelektul umat Islam, dan mengetahui faham ahlu

sunnah wal-jama’ah serta lebih mendekati kebenaran ajaran

mengenai takdir sebagaimana yang dimaksudkan agama Islam.

E. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa kajian yang membahas mengenai takdir dan

Badiuzzaman Said Nursi, diantara kajian yang penulis temukan adalah

sebagai berikut:

Konsep Takdir dalam al-Qur`an, oleh Sulaiman Ibrahim. Tesis UIN

Syarif Hidayathullah Jakarta yang membahas takdir dalam ayat-ayat al-

Qur`an dengan menggunakan metode Maudhu’i15

. Persamaan skripsi ini

dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah sama-sama membahas tentang

takdir, jika skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir dalam al-

Qur’an maka dalam hal ini penulis membahas tentang takdir dalam

pandangan seorang tokoh, yakni membatasi hanya pada satu orang saja.

Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan Pembentukan

Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam, oleh Zunus Zafrudin

yang membahas takdir dalam pandangan Murtadha Mutahhari yang dapat

memberikan ketenangan jiwa kepada peserta didik dan dapat menekan jiwa

15

Sulaiman Ibrahim, “Konsep Takdir dalam Al-Qur`an”,Tesis, (Ciputat: UIN Syahid

Hidayathullah Jakarta: 2003), h. 6, (t.d)

Page 13: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

11

peserta didik untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.16

Persamaan

skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti adalah sama-sama

membahas tentang takdir, dan sama-sama memilih pemikiran salah satu

tokoh. Jika skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir menurut

Murthada maka dalam hal ini penulis lebih mengedepankan pandangan

Badiuzzaman Said Nursi.

Takdir dalam Pandangan Fakhr al-Din al-Razi, oleh Djaya

Cahyadi.17

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis teliti

adalah sama-sama membahas tentang takdir. Dalam skripsi ini Fakhr al-Din

al-Razi dalam penafsirannya terhadap ayat-ayat seputar takdir memiliki

kecenderungan determinis. Menurutnya perbuatan manusia dipengaruhi atau

bergantung pada faktor-faktor di luar kekuasaannya. Takdir dipandang

sebagai suatu ketetapan yang telah ditentukan sejak azali. Apa yang

diinginkan dan diperbuat manusia bergantung kepada kehendak Ketuhanan.

Sedangkan skripsi ini lebih menitikberatkan kepada konsep takdir dalam

Risâlah Nȗr karya Badiuzzaman Said Nursi, yang mengetengahkan

konsepnya tentang takdir yang tidak bisa dipisahkan dengan ikhtiar manusia.

Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran Badiuzzaman Said

Nursi, oleh Muhammad Labib Syauqi.18

Program Studi Tafsir Hadis UIN

Syarif Hidayathullah Jakarta tahun 2010, menyimpulkan bahwa negara Turni

adalah negara yang lahir dari negara Usmani yang berarti negara Islam.

Namun seiring berjalannya waktu Turki dengan segala problemanya bergeser

menjadi negara yang jauh dari agama dimana saat ini Turki dikenal dengan

negara sekuler. Dan terjadilah modernisasi di Turki. Badiuzzaman Said Nursi

16

Zunus Safrudin, “Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan Pembentukan

Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama Islam”, Skripsi, (Yogyakarta:UIN Sunan

Kalijaga, 2014), (t.d) 17

Djaya Cayadi, “Takdir dalam Pandangan Fakhr al_Din al-Razi”,Skripsi, (Jakarta: UIN

Syarif Hidayathullah, 2011), (t.d) 18

Muhammad Labib Syauqi, “Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran

Badiuzzaman Said Nursi”, Skripsi, (Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2010), (t.d)

Page 14: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

12

muncul sebagai sosok yang mempertahankan Islam di tengah-tengah

modernisasi yang terjadi di Turki terbukti dari banyaknya karya karya beliau

yang menyinggung tentang moralitas yang merupakan platform pemikiran

Nursi. Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang akan penulis kaji adalah

sama-sama menggunakan pemikiran Badiuzzaman Sadi Nursi dalam tulisan.

Adapun perbedaan skripsi yang akan penulis kaji dengan skripsi ini adalah

dari tema bahasan yang mengangkat pembahasan mengenai pengaruh

modernisasi di Turki atas penafsiran Badiuzzaman Said Nursi. Sedangkan

skripsi yang penulis kaji mengangkat tema mengenai konsep takdir dalam

pandangan Badiuzzaman Said Nursi.

Beberapa kajian ini telah banyak membahas persoalan tentang takdir

dan Said Nursi, agar menghindari kesamaan atau peniruan maka penulis

mencoba membahas dari sisi yang belum diungkapkan, yaitu dengan

mengemukakan Takdir dalam Perspektif Badiuzzaman Said Nursi

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang angat penting dari sebuah

penelitian sehingga metode penelitian tidak bisa dipisahkan dari sebuah

penelitian. Bahkan metode penelitian akan membentuk sebuah karakteristik

keilmuan dari penelitian, karena eksistensi metode dalam sebuah penelitian

ini berfungsi sebagai jalan bagaimana penelitian ini dapat diselesaikan.

Dalam pembahasan skripsi ini meliputi beberapa hal, sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan dalam skripsi ini adalah

penelitian kepustakaan (library research), yaitu serangkaian kegiatan

yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca

dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.19

Penelitian telaah

19

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2008), edisi ke-2, Cet. ke-1, h. 3

Page 15: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

13

pustaka ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dilakukan dengan mengumpulkan beragam data, analisis data bersifat

induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan

makna dari pada generalisasi.20

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi

dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

a. Sumber primer adalah sumber utama yang terdiri dari literatur-

literatur asli karangan Badiuzzaman Said Nursi yang terangkum

dalam master peace-nya Risâlah Nȗr. Yang dikhususkan pada

kitab Al-Kalimat dan İşaratű’l İ’caz

b. Sumber sekunder adalah ensiklopedi Al-Qur`an, kamus-kamus

bahasa, jurnal, dan buku-buku yang berkaitan dengan

pembahasan dalam skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dengan

cara penelusuran kepustakaan. Penelusuran kepustakaan penulis lakukan

dengan sistem manual maupun dengan sistem komputerisasi. Sistem

manual yang penulis maksud adalah dengan mengumpulkan data dari

berbagai sumber di beberapa perpustakaan. Adapun sistem komputerisasi

adalah penulis mencari informasi terkait dari berbagai data di internet.

Setelah menemukan bahan, selanjutnya akan ditelaah secara intens

sehingga dapat membantu dalam memberi penjelasan terkait.

20

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2009), Cet. ke-8, h. 9

Page 16: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

14

Metode ini juga disebut dengan teknik dokumentasi, yaitu

mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip,

buku, makalah seminar dan lain sebagainya. Teknik ini merupakan

penelaahan terhadap referensi-referensi yang berhubungan dengan

permasalahan penelitian.

4. Analisis Data21

Untuk menganalisa data pada penelitian ini, penulis

menggunakan metode deskriptif-analitis, yaitu penelitian yang

menguraikan dan menganalisa data-data yang ada. Dengan demikian

penelitian ini tidak terbatas hanya pada pengumpulan data, namun juga

menganalisa dan menginterpretasi data guna memunculkan sebuah

gagasan baru.

Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang tafsir, oleh

karenanya untuk mendukung proses penelitian terhadap pembahasan

yang dikaji dan untuk memperoleh kesimpulan yang maksimal, maka

dalam hal ini setelah penulis mendapatkan data-data yang berkaitan

dengan pembahasan takdir menurut Badiuzzaman Said Nursi, penulis

kemudian melakukan pendeskripsian terhadap data-data tersebut sesuai

dengan tema atau judul yang telah ditetapkan. Penulis mengumpulkan

dua ayat yang telah di tetapkan Said Nursi sebagai ayat yang berkaitan

dengan takdir yang kemudian dihimpun dan selanjutnya dikaji secara

mendalam sesuai dengan pendalaman Said Nursi baik penafsirannya

dengan metode tahlili maupun dengan penafsiran tematiknya. Semua itu

dijelaskan dengan rinci.

21

Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan,

memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan

berdasarkan focus atau masalah yang ingin dijawab. Lihat V. Sujarweni, Metodologi

Penelitian,(Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014), Cet. I, h. 34

Page 17: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

15

Setelah penulis memahami bagaimana gambaran tentang kondisi

ayat dan topik yang dibahas kemudian penulis menganalisa dalam

rangka pengembangan teori berdasarkan data yang diperoleh, sehingga

dapat membantu penulis untuk menemukan hasil penelitian yang akurat.

G. Teknik dan Sistematika Penulisan

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh IIQ

Jakarta Press tahun 2011 yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)

Jakarta.

Untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentang apa yang

diuraikan dalam skripsi ini dan agar pembahasan skripsi ini lebih terarah dan

sistematis, maka secara keseluruhan penyajian skripsi ini akan memuat lima

bab dengan perincian dan sistematika sebagai berikut:

Pada bab pertama dari skripsi ini penulis terlebih dahulu memuat

pendahuluan. Tujuan dari pendahuluan ini adalah sebagai gambaran umum

atas pembahasan pada bab-bab berikutnya atau sebagai pengantar untuk bab

berikutnya. Dalam pendahuluan ini, poin pertama yang dimunculkan adalah

uraian tentang latar belakang masalah, lalu beranjak kepada identifikasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika

penulisan.

Pada bab kedua ini berisi tentang pengenalan takdir yang meliputi

pengertian takdir, pandangan ulama tentang takdir dan urgensi mengetahui

makna takdir. Pengertian takdir sengaja didahulukan dalam bab ini karena

mengingat bahwa untuk mengetahui lebih mendalam mengenai takdir, maka

hal yang paling pertama dilakukan adalah dengan mengetahui arti secara

bahasa maupun secara istilah dari berbagai perspektif. Selanjutnya di dalam

Page 18: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

16

bab ini juga dibahas mengenai apa sajakah objek daripada takdir. Hal ini

dimaksudkan agar pemikiran tentang takdir lebih meluas.

Pada bab ketiga berisi tentang profil Kitab Risâlah Nȗr yang meliputi

biografi Said Nursi, karir Intelektual Said Nursi, pengenalan tentang kitab

Risâlah Nȗr khususnya kitab Al-Kalimat dan İşaratű’l İ’caz dan metodologi

penafsiran Said Nursi. Pengenalan tentang Badiuzzaman Said Nursi

merupakan bagian yang penting dalam penulisan skripsi ini, karena

pengetahuan tentang Said Nursi membantu untuk memahami cara

penafsirannya tentang takdir.

Pada bab keempat berisi prinsip memahami takdir menurut

Badiuzzaman Said Nursi, penafsiran Badiuzzaman Said Nursi terhadap surah

al Baqarah : 7 dan bagaimana Badiuzzaman Said Nursi memadukan antara

takdir dan ikhtiar dalam penafsirannya pada surah al-Hijr : 21. Sengaja

penulis uraikan dalam beberapa poin agar penafsiran tentang takdir lebih

terlihat jelas.

Pada bab terakhir, yaitu bab kelima berisi tentang kesimpulan dan

saran-saran. Kesimpulan tersebut merupakan jawaban dari perumusan

masalah yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga

disebutkan mengenai saran-saran, hal ini dimaksudkan agar peneliti

selanjutnya bisa mendapatkan informasi untuk penelitian mengenai takdir.

Page 19: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

103

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar kepada hasil penelitian penulis mengenai takdir perspektif

Badiuzzaman Said Nursi. Maka dalam rangka untuk menemukan hasil yang

sistematis, berikut penulis coba rangkum dalam sebuah kesimpulan.

1. Said Nursi merangkum beberapa dasar pijakan atau prinsip untuk

memahami hakikat takdir untuk menengahi perdebatan para teolog

mengenai takdir. Dan mempertemukan dua pemikiran aliran yang

berbeda pandangan tentang takdir, dengan berpegang pada konsep ahlu

sunnah wal jamâ’ah

2. Hasil penafsiran Said Nursi dari surah al-baqarah ayat 7 tentang takdir

bahwa ketika Allah menutup hati, mata dan pendengaran mereka

sesungguhnya bukanlah takdir Allah yang menginginkan hal itu untuk

mereka tetapi pilihan mereka sendiri dikarenakan buruknya ikhtiar

mereka.

3. Hubungan ikhtiar dan takdir bagi Said Nursi merupakan dua hal yang

tidak bisa dipisahkan dan untuk memahaminya tidak dengan akal tetapi

dengan perasaan. Jika orang yang berbicara tentang takdir dan ikhtiar

memiliki iman yang sempurna dan hati yang tenang serta merasakan

kehadiran Allah pasti akan menyerahkan semua urusan alam dan juga

dirinya kepada Allah. Ia percaya bahwa seluruh urusan berjalan di

bawah kendali dan pengaturan Allah. Ia memikul tanggung jawab

dengan merujuk kepada ikhtiar yang dipandang sebagai sumber

perbuatan dosa. Dengan demikian ia tetap menyucikan Tuhan, masih

berada di bawah wilayah penghambaan, serta tunduk dan menjalankan

Page 20: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

104

kewajiban Ilahi. Ia juga melihat takdir pada berbagai kebaikan dan

kemuliaan yang bersumber darinya agar tidak lupa diri dan bersyukur

kepada Tuhan. Ia juga melihat takdir pada sejumlah musibah yang

menimpanya sehingga bersabar.

4. Keistimewaan dari penafsiran takdir menurut Said Nursi adalah

penggunaan contoh atau permisalah dalam memaparkan hakikat takdir.

Sehingga tafsir ini tidak hanya bisa dinikmati oleh kaum ulama tetapi

juga untuk kaum awam.

B. Saran-Saran

Setelah melalui proses penelitian mengenai takdir persektif Badiuzzaman

Said Nursi dan berdasar kepada kesimpulan di atas, maka penulis

menyarankan beberapa hal, yakni:

1. Sebagai penulis saya berharap masyarakat pada umumnya

menyempatkan waktunya untuk membaca karya-karya tafsir tematik.

Seperti tafsir tematik karya Badiuzzaman Said Nursi

2. Saya juga berharap untuk kalangan akademisi dapat membaca dan

mengkaji tafsir tematik Risalah Nur yang syarat makna agar mampu

bersikap netral dan berwawasan lebih luas dalam memahami konsep

takdir dari berbagai sisi.

3. Saya sebagai penulis juga berharap pengkajian tentang takdir

perspektif Badiuzzaman Said Nursi ini masih diteruskan

pengkajiannya, karena tentu masih banyak kekurangan yang

dilakukan penulis dalam skripsi ini.

Page 21: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

105

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ahmadi, Musa ibn Muhammad ibn Milyani, Mu‟jam al-Muta‟addiyât bi

Harfin, Beirut: Dâr al-„Ilm al-Malâyîn, 1979

Al-„Aqqad, Abbas Mahmud, Filsafat Qur`an,Terjemah oleh Tim Pustaka

Firdaus, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996

Abbas, Nukman, Al-Asy‟ari: Misteri Perbuatan Manusia dan Takdir Tuhan,

Jakarta: Erlangga, tt

Afriantoni, Konsep Pendidikan Akhlak Badiuzzaman Said Nursi, Yogyakarta

: Pustaka Ilmu, 2015

Anis, Ibrahim, dkk, Al-Mu‟jam al-Wasit, Kairo: Majma‟ al-Lugat al-

Arabiyah, 1972

Azra, Azyumardi, Tema-Tema Pokok Al-Qur‟an tentang Ketuhanan,

Jakarta: Angkasa, 2008

Baharits, Sayyidah Afaf Muhammad, Cahaya Tauhid, Jakarta: Pustaka Afaf,

2005

Baidhan, Nashruddin, Metode Penafsiran Al-Qur`an, Kajian Kritis terhadap

Ayat-ayat yang Beredaksi Mirip, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2002, Cet. ke-1

, Nasaruddin, Prof. Dr., Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yoghyakarta, PT.

Dana Bhakti Prima Yasa, 2000

Cayadi, Djaya, “Takdir dalam Pandangan Fakhr al_Din al-Razi”,Skripsi,

Jakarta: UIN Syarif Hidayathullah, 2011

Fazlurrahman, Tema Pokok Al-Qur‟an, terjemah oleh Anas Mahyuddin dari

judul asli Major Themes of The Qur`an, Bandung: Penerbit

Pustaka, 1983

FORDIAN and Turk Kultur Cemiyeti, Visi Emansipator Al-Qur`an

Perspektif Said Nursi, Cairo: Sozler Publication, 2010

Fakhruddin, Muhammad al-Razi, Al-tafsir Al-Kabir wa mafatih al-Ghaib,

Jilid XVI, Bairut: Istiqlalul Kubra, 1963

Page 22: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

106

Al-Ghazali, Tahâfut al-Falâsifah, Beirut: D^ar al-Fikr al-Lubnâni, 1990

Al-Ghurabi,Ali Mustafa, Tarikh al-Firaq al-Islamiyah, Kairo: tp,th

Gulen, Fethullah, Qadar, Jakarta: Republik 2015, Cetakan ke-2

Harahap, Syahrin, Islam Konsep dan Implementasi Pemberdayaan,

Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya: 1999

Habanakah, Abdurrahman, Pokok-Pokok Akidah Islam, Jakarta: Gema Insani,

1998

Haqqi, Muhammad Safa‟ Syeikh Ibrahim, Ulum Al-Qur`an min Khilal

Muqaddimat al-Tafsir, Beirut: Muassasah al-Risalah, 2004

Hijazi, Muhammad Mahmud, Al- Tafsir al-Wadih, Juz 27, cet ke III, Mashr:

Matba‟ah al-Istiqlalul Kubra, 1963

Ibrahim, Sulaiman, “Konsep Takdir dalam Al-Qur`an”,Tesis, Ciputat: UIN

Syahid Hidayathullah Jakarta: 2003

Ilyas, Yunahar, Kuliah Aqidah Islam,Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam : 1995, Cet. Ke-3

Jami‟an, Arifin, Memahami Takdir, Gresik: CV. Bintang Pelajar, 1986

Al-Juhniy, Mani bin Hammad, al-Mausu‟ah al-Muyassarah fi al-adyan wa

al-Mazahib wa al-Ahzab al-Mu‟asyirah, Jilid 1, Dar al-Nadwah

al-„Alimiyah li al-Taba‟ah wa al-Nasyr,tt

Al-Khatib,Abdul Karim, al-Qadhâ‟ wa al-Qadar baina al-Falsafah wa ad-

Dîn, Kairo: Dar al-Fikt al-„Arabiy, 1979

Madjid, Nurcholish, Islam: Doktrin dan Peradaban, Bandung: Mizan, 1990

Ma‟luf, Louis, Al-Munjid fi Lughati wal Adabi wal „Ulum, Bairut: Matba‟ah

Katalukiyah, tt

Manzur, Jamaluddin Muhammad bin Mukram Ibn, Lisan al_arab, Jilid 5,

Beirut: Dar Sadir, 1994, Cet.3

Page 23: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

107

Mat, Mohamad Zaidin bin, Bediuzzaman Said Nursi Sejarah Perjuangan dan

Pemikiran, Malaysia: Malita Jaya Publisher, 2001

Mutawali, Hasan Al-Sayyid, Muzakkar al-Tauhid wa al-FiraI, Kairo:

Matba‟at Hijazi, 1955

Al-Munawwir, A.W., Kamus Al-Munawwir, Jogjakarta: Pondok Pesantren

Al-Munawwir, 1984

Nasution, Harun, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1960

, Harum, Teologi Islam: Aliran-aliran, Sejarah, Analisa,

Perbandingan, Jakarta: UI-Press, 1986

Nawawi, Syaikh, Kâsyifah as-Saja‟, Indonesia: Maktabah al-Madaniyyah,

t.th.

Nata, Abudin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1998

Nursi, Bediuzzaman Said, Sozler,Istanbul, RNK. Nesriyet, 2009

, Isyaratu‟l İ‟caz, Istanbul, RNK Nesriyet: 2009

, İşaratü‟l İ‟jaz, Istanbul, RNK Neşriyet, 2006

, Al-Isyarat al-I‟Jaz, (Cairo: Sozler Publications,2011)

, Al-Lama‟at, Jakarta: Risalah Nur Press, 2017, Cet. II

, Al-Kalimat, Jakarta: Anatolia, 2011

, Al-Lama‟at Membumikan Inspirasi Ilahi, Jakarta: Risalah Nur

Press, 2014

, Al-Matsnawi al-„Arabi an-Nuri, Jakarta: Anatolia, 2009

Rozak, Abdul, dkk, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2006

Sabiq, Sayyid, Al-„Aqâ‟id al-Islâmiyyah, Kairo: Dâr al-Fikr, 1992

Page 24: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

108

Safrudin, Zunus, “Konsep Takdir Murtadha dan Imprlikasinya dengan

Pembentukan Akhlak Peserta Didik dalam Pendidikan Agama

Islam”, Skripsi, Yogyakarta:UIN Sunan Kalijaga, 2014

Saleh, Ahmad Syukri, Metodologi Tafsir Al-Qur`an dalam Pandangan

Fazlur Rahman, Jakarta: Gaung Persada Teks, 2007

Salih, Ihsan Kasim, Said Nursi Pemikir & Sufi Besar Abad 20, Terj. dari

Bediuzzaman Said Nursi Nazrat al-„Ammah „an Hayatihi wa

Atsarihi oleh Nabilah Lubis, Jakarta: Murai Kencana, 2003

Shihab, M. Quraish, dkk, Ensiklopedi Al-Qur`an Kajian Kosa Kata dan

Tafsirnya, Jakarta: Yayasan Bimantara Jakarta, 2002, Jilid 2

, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati: 2000

, Wawasan al- Qur`an¸ Jakarta: Lentera Hati,2000

Ash-Shallabi, Ali Muhammad, Iman Kepada Qadar, Jakarta: Ummul Qura,

2014

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:

Alfabeta, 2009, Cet. ke-8

Sujarweni, V., Metodologi Penelitian, Yogyakarta: PT. Pustaka Baru, 2014,

Cet. I,

Syaltut, Mahmud, Al-Fatawa, Cet II, Mesir: Dar al-Qalam, 1970

Syauqi, Muhammad Labib, “Pengaruh Modernisasi di Turki atas Penafsiran

Badiuzzaman Said Nursi”, Skripsi, Jakarta: UIN Syarif

Hidayathullah, 2010

Sya‟rawi, Muhammad Mutawalli, Al-Fatâwâ, juz 1, Kairo: t.p., 1992

Al-Syahrastani, Muhammad Ibn „Abd al-Karim, Kitab al-Milal wa al-Nihal,

Jilid I, Beirut: Dar al-Fikr, 1997

Tebba, Sudirman , Nikmatnya Iman Menenangkan Hati Pikiran, Ciputat:

Pustaka Irvan, 2007

Page 25: TAKDIR DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI …

109

Vahide, Sukran, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, Transformasi

Dinasti Usmani menjadi Republik Turki, Jakarta: Anatolia, 2007

, Biografi Intelektual Badiuzzaman Said Nursi, Jakarta: Pernada

Media Grup, 2013

Al-Zamaksyari,Abu al-Qasim, Mahmud bin Umar, Al-Kasysyaf, Juz 4,

Teheran: tp,tt

Zakaria, Ahmad ibn Fâris ibn, Mu‟jam maqâyîs al-Lughah, juz 5, Kairo:

ittihâd al-Kitâb al-„Arab, 2002

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2008, edisi ke-2, Cet. ke-1

Zubaidi, Sujiat, Tafsir Kontemporer Bediuzzaman Said Nursi dalam Risale-i

Nur: Studi Konstruk Epistimolog