tajuk rencana -...

2
OJan OPeb o Senin o Selasa 0 Rabu 0 Kamis • Jumat o Sabtu 23 17 18 19 45678 9 10 11 20 21 22 23 24 25 26 12 @) 27 28 29 30 31 o Mar OApr OMei OJun • Jut OAgs OSep OOkt ONov ODes Tajuk Rencana Setop Komersialisasi PTN S udah bukan rahasia lagi pendidikan menjadi salah satu persoalan di ne- geri ini. Kesadaran itu membuat pemerintahan SBY lebih memperhatikan pendanaan pendidikan. Hal itu sejalan dengan amanat UUD 1945 yang menyebutkan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dalam APBN dan APBD. Dalam APBN Perubahan 2012, total anggaran pendidikan, termasuk hibah ke daerah, mencapai Rp 308 triliun atau sekitar 19,9 persen dari total belanja Rp 1.548 triliun. Hanya saja, anggaran sebanyak itu tak semuanya dikelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan(Kemdikbud). Kementerian yang bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan nasional ini hanya mengelola Rp 75,58 triliun. Sayangnya, anggaran yang meningkat signifikan itu ternyata belum sepenuh- nya dirasakan oleh rakyat. Indikatornya, biaya pendidikan masih dirasakan sa- ngat mahal, khususnya di perguruan tinggi negeri (PTN). Berdasarkan pengaku- an salah satu orangtua, sebelum SNMPTN digelar, anaknya dimasukkan ke jurus- an arsitektur Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung dengan biaya sekitar Rp 26 juta. Kemudian, ketika anaknya dinyatakan lolos SNMPTN di jurusan arsitektur Universitas Indonesia (UI), total biaya yang harus dibayar juga Rp 26 juta. Pada- hal, uang negara lebih banyak mengalir ke UI ketimbang Parahyangan. Kok bisa biaya masuk UI yang notabene perguruan tinggi negeri (PTN) hampir sama de- ngan Unpar yang merupakan perguruan tinggi swasta (PTS)? Urnurnnya, PTN yang mematok biaya kuliah mahal menyandang status Badan Hukum Milik Negara (BHMN), seperti UI, Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dasar hukumnya adalah UU 9/2009 tentang Ba- dan Hukum Pendidikan (BHP) yang akhirnya dibatalkan Mahkamah Konstitusi pa- da Maret 2010. UU tersebut memberi keleluasaan kepada PTN yang berstatus BHMN untuk menghimpun dana dari berbagai sumber, termasuk orangtua calon mahasiswa. PTN berstatus BHMN pun berlomba-Iomba menerima mahasiswa le- wat jalur mandiri ketimbang SNMPTN. Lewat jalur mandiri, uang masuk yang di- pungut dari calon mahasiswa mencapai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah. Akibatnya, anak-anak pandai dari keluarga miskin pun tersingkir. Beberapa PTN yang telanjur komersial tampaknya, sulit menghentikan kebia- saannya, meski UU BHP telah di- cabut. Untuk mengatasi keko- songan hukum setelah UU BHP dibatalkan, pemerintah mengaju- kan RUU Pendidikan Tinggi yang akan disahkan menjadi UU. Kita menilai RUU tersebut be- lum sepenuhnya menjamin PTN berubah menjadi PT yang tidak komersial. Pasal-pasal dalam RUU dinilai terlalu longgar. Selain itu, mengutip pendapat sejumlah guru besar, RUU tersebut juga di- khawatirkan meng<;lncam~tonomi " Program Bidik Misi yang digulirkan Ke~dikbud sudah cukup baik. Hanya saja diperlukan upaya lebih keras untuk menjaring siswa berprestasi dari berbagai pelosok Indonesia. Kllplng Humas Unpad 2012

Upload: lynga

Post on 27-May-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tajuk Rencana - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/suarapembaruan-20120713... · Tajuk Rencana Setop Komersialisasi PTN S udah bukan rahasia lagi pendidikan

OJan OPeb

o Senin o Selasa 0 Rabu 0 Kamis • Jumat o Sabtu2 3

17 18 194 5 6 7 8 9 10 1120 21 22 23 24 25 26

12 @)27 28 29 30 31

oMar OApr OMei OJun • Jut OAgs OSep OOkt ONov ODes

Tajuk Rencana

Setop Komersialisasi PTN

Sudah bukan rahasia lagi pendidikan menjadi salah satu persoalan di ne-geri ini. Kesadaran itu membuat pemerintahan SBY lebih memperhatikanpendanaan pendidikan. Hal itu sejalan dengan amanat UUD 1945 yang

menyebutkan negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya20 persen dalam APBN dan APBD.

Dalam APBN Perubahan 2012, total anggaran pendidikan, termasuk hibah kedaerah, mencapai Rp 308 triliun atau sekitar 19,9 persen dari total belanja Rp 1.548triliun. Hanya saja, anggaran sebanyak itu tak semuanya dikelola KementerianPendidikan dan Kebudayaan(Kemdikbud). Kementerian yang bertanggung jawabterhadap kemajuan pendidikan nasional ini hanya mengelola Rp 75,58 triliun.

Sayangnya, anggaran yang meningkat signifikan itu ternyata belum sepenuh-nya dirasakan oleh rakyat. Indikatornya, biaya pendidikan masih dirasakan sa-ngat mahal, khususnya di perguruan tinggi negeri (PTN). Berdasarkan pengaku-an salah satu orangtua, sebelum SNMPTN digelar, anaknya dimasukkan ke jurus-an arsitektur Universitas Parahyangan (Unpar) Bandung dengan biaya sekitar Rp26 juta. Kemudian, ketika anaknya dinyatakan lolos SNMPTN di jurusan arsitekturUniversitas Indonesia (UI), total biaya yang harus dibayar juga Rp 26 juta. Pada-hal, uang negara lebih banyak mengalir ke UI ketimbang Parahyangan. Kok bisabiaya masuk UI yang notabene perguruan tinggi negeri (PTN) hampir sama de-ngan Unpar yang merupakan perguruan tinggi swasta (PTS)?

Urnurnnya, PTN yang mematok biaya kuliah mahal menyandang status BadanHukum Milik Negara (BHMN), seperti UI, Universitas Gadjah Mada (UGM), danInstitut Teknologi Bandung (ITB). Dasar hukumnya adalah UU 9/2009 tentang Ba-dan Hukum Pendidikan (BHP) yang akhirnya dibatalkan Mahkamah Konstitusi pa-da Maret 2010. UU tersebut memberi keleluasaan kepada PTN yang berstatusBHMN untuk menghimpun dana dari berbagai sumber, termasuk orangtua calonmahasiswa. PTN berstatus BHMN pun berlomba-Iomba menerima mahasiswa le-wat jalur mandiri ketimbang SNMPTN. Lewat jalur mandiri, uang masuk yang di-pungut dari calon mahasiswa mencapai puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.Akibatnya, anak-anak pandai dari keluarga miskin pun tersingkir.

Beberapa PTN yang telanjur komersial tampaknya, sulit menghentikan kebia-saannya, meski UU BHP telah di-cabut. Untuk mengatasi keko-songan hukum setelah UU BHPdibatalkan, pemerintah mengaju-kan RUU Pendidikan Tinggi yangakan disahkan menjadi UU.

Kita menilai RUU tersebut be-lum sepenuhnya menjamin PTNberubah menjadi PT yang tidakkomersial. Pasal-pasal dalamRUU dinilai terlalu longgar. Selainitu, mengutip pendapat sejumlahguru besar, RUU tersebut juga di-khawatirkan meng<;lncam~tonomi

"Program Bidik Misi yangdigulirkan Ke~dikbud sudah

cukup baik. Hanya sajadiperlukan upaya lebih keras

untuk menjaring siswaberprestasi dari berbagai

pelosok Indonesia.

Kllplng Humas Unpad 2012

Page 2: Tajuk Rencana - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/07/suarapembaruan-20120713... · Tajuk Rencana Setop Komersialisasi PTN S udah bukan rahasia lagi pendidikan

akademik karena pernbuatan statuta perguruan tinggi harus diatur melalui per-aturan Mendikbud.

Untuk itu, kita mendesak pemerintah dan DPR tak perlu terburu-buru menge-sahkan RUU tersebut. Bila telanjur disahkan, kita ingin agar peraturan pemerintah(PP) atau peraturan Mendikbud harus mengatur secara terperinci aturan tentangpungutan kepada orangtua calon mahasiswa untuk menekan praktik komersiali-sasi pendidikan.

Kita sadar untuk mencetak seorang sarjana diperlukan biaya yang tak sedikit.Data yang ada menyebutkan rata-rata seorang mahasiswa dalam setahunmembutuhkan biaya Rp 18 juta atau minimal Rp 72 juta agar bisa menjadi sarja-na. Bagi calon mahasiswa dari keluarga kurang mampu, tentu saja biaya itusangat berat.

Untuk itu, sistem subsidi silang tetap diberlakukan. PTN tetap menerima sub-sidi pemerintah, serta dapat memungut uang dari calon mahasiswa dalam jumlahyang wajar, disesuaikan dengan kemampuan orangtua. Kita yakin calon mahasis-wa dari keluarga menengah ke atas tak keberatan membayar belasan juta rupiah,bahkan lebih, apabila PTN transparan memaparkan kebutuhan operasionalnya.Persoalannya, selama ini PTN tak pernah transparan dengan keuangannya, teta-pi memungut puluhan [uta hingga ratusan juta rupiah untuk penerimaan mahasis-wa baru lewat jalur mandiri.

Sejalan dengan itu, kita juga tetap mendorong pemberian beasiswa bagi rna-hasiswa berprestasi dari keluarga miskin hingga mereka lulus sarjana, bahkanmelanjutkan pendidikan hingga jenjang doktoral, Program Bidik Misi yang digulir-kan Kemdikbud sudah cukup baik. Hanya saja diperlukan upaya lebih keras untukmenjaring siswa berprestasi dari berbagai pelosok Indonesia.

Sedangkan terkait otonomi akademik kampus, sebaiknya memang pemerin-tah tak perlu ikut campur. Alasannya, para guru besar yang kini mengelola PTNmerupakan tokoh-tokoh pendidik yang mumpuni, sehingga tak perlu diragukanlagi komitmen mereka memajukan pendidikan nasional, Otonomi kampus yangdiberikan pasti akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memajukan pendidikantinggi, bahkan diharapkan ke depan PTN bisa bersaing dengan perguruan tinggiternama di Asia, Eropa, dan Arnerika.

Semua itu akan terwujud apabila RUU Pendidikan Tinggi betul-betul meng-akomodasi aspirasi pemangku kepentingan pendidikan yang menginginkan PTNtak lagi komersial, serta pemerintah ikut membantu membiayai PTS, sekaligusmenjunjung tinggi otonomi kampus.