tajdid

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam kehidupan kemasyarakatan yang sedang dihadapi. Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang politik, sosial dan pemdidikan. Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan kebangkitan masyarakat Islam 1

Upload: ridwan-batutah

Post on 06-Aug-2015

111 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: tajdid

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis

merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam

dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana

dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan

berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam

usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam

kehidupan kemasyarakatan yang sedang dihadapi.

Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-

sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan

yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman dan

pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa organisasi

atau gerakan islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang lebih dari 30

tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang bergerak di bidang

politik, sosial dan pemdidikan.

Muhammadiayah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan

kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai

hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika

dilihat dari amal usaha dan dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial

kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan dan kesehatan, maka

Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di

Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan sebagai terbesar di seluruh

dunia.

Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut amal usaha

dan konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual. Dengan usaha

Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran Islam dapat dirasakan

oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab dengan permasalahan

kehidupan manusia sehari-hari.

1

Page 2: tajdid

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian pembaharuan dalam dunia Islam?

2. Bagaimanakah latar belakang pembaharuan dalam Islam?

3. Apa sajakah landasan bagi pembaharuan dalam Islam?

4. Apakah tujuan pembaharuan dalam Islam?

5. Bagaimanakah ruang lingkup pembaharuan dalam dunia Islam?

6. Siapa sajakah tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide pembaharuannya?

7. Bagaimanakah gerakan pembaharuan Islam di Indonesia?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian pembaharuan dalam dunia Islam.

2. Untuk mengetahui latar belakang pembaharuan dalam Islam.

3. Untuk mengetahui landasan bagi pembaharuan dalam Islam.

4. Untuk mengetahui tujuan pembaharuan dalam Islam.

5. Untuk mengetahui ruang lingkup pembaharuan dalam dunia Islam.

6. Untuk mengetahui tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide pembaharuannya.

7. Untuk mengetahui gerakan pembaharuan Islam di Indonesia.

2

Page 3: tajdid

BAB II

PEMBAHASAN

PEMBAHARUAN DI DUNIA ISLAM

A. Pengertian Pembaharuan dalam Dunia Islam

Banyak sekali peristilahan yang digunakan para pe-nulis yang

dalam bahasa Indonesia berkonotasi pemba-haruan, umpamanya tajdid,

ishlah, reformasi, ‘ashriyah, modernisasi, revivalisasi, resurgensi

(resurgence), reassersi (reassertion), renaisans, dan fundamentalis.

Peristilahan seperti ini timbul, bukan sekedar perbedaan semantik belaka,

akan tetapi dilihat dari isi pembaharuan itu sendiri.

1. Tajdid, Ishlah, dan Reformasi

Tajdid sering diartikan sebagai ishlah dan reformasi ; karena itu,

gerakannya disebut gerakan tajdid, gerakan ishlah, dan gerakan

reformasi. Tajdid menurut bahasa al-i’adah wa al-ihya’, mengembalikan

dan menghidupkan. Tajdid al-din, berarti mengembalikannya kepada apa

yang pernah ada pada masa salaf, generasi muslim awal. Tajdid al-Din

menurut istilah ialah menghidupkan dan membangkitkan ilmu dan amal

yang telah diterangkan oleh al-Quran dan al-Sunnah.

Ulama salaf memberikan ta’rif tajdid sebagai berikut :

Menerangkan / membersihkan Sunnah dari bid’ah memperbanyak ilmu

dan memuliakannya, membenci bid’ah dan menghilangkannya.

Selanjutnya tajdid dikatakan sebagai penyebaran ilmu, meletakkan

pemecahan secara Islami terhadap setiap problem yang muncul dalam

kehidupan manusia, dan menentang segala yang bid’ah. Tajdid tersebut

di atas dapat pula diartikan sebagaimana dikatakan oleh ulama salaf

menghidupkan kembali ajaran salaf al-shaleh, memelihara nash-nash,

dan meletakkan kaidah-kaidah yang disusun untuknya serta meletakkan

metode yang benar untuk memahami nash tersebut dalam mengambil

makna yang benar yang sudah diberikan oleh ulama.

3

Page 4: tajdid

Dari definisi di atas nampak, bahwa tajdid tersebut mendorong

umat Islam agar kembali kepada Al-Quran dan sunnah serta

mengembangkan ijtihad. Inilah makna tajdid yang dianut oleh kaum

puritan yang selama ini suaranya masih bergema. Tajdid seperti ini pula

yang di-katakan sebagai ishlah atau reformasi dalam Islam. Reformasi

itu sendiri, berdasarkan sejarahnya, muncul akibat modernisasi dan

puritan muncul sebagai reaksi atas re-formasi. Reformasi adalah vis a vis

modernisasi. Reformasi sebagai akibat adanya penyimpangan agama dan

teologi yang disebabkan oleh adanya sekularisme modern (reformation

as a religious and theological and the cauce of modern secularism).

2. ‘Ashriyah dan Modernisasi

Istilah modernisasi atau ashriyah (Arab) diberikan oleh kaum

Orientalis terhadap gerakan Islam tersebut di atas tanpa membedakan isi

gerakan itu sendiri. Modernisasi, dalam masyarakat Barat, mengandung

arti fikiran, aliran, gerakan dan usaha-usaha untuk merubah faham-

faham, adat istiadat, institusi-institusi lama, dan sebagainya untuk

disesuaikan dengan suasana baru yang ditim-bulkan oleh kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi modern. Tatkala umat Islam kontak dengan

Barat, maka modernisasi dari Barat membawa kepada ide-ide baru ke

dunia Islam, seperti rasionalisme, nasionalisme, demokrasi, dan lain

sebagainya.

Penyesuaian ajaran seperti di atas disebut modern karena dalam

sejarahnya agama Katholik dan Protestan dahulu diajak menyesuaikan

diri dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern. Sayangnya,

modernisaai di Barat ini akhirnya membawa kepada sekularisasi. Jika

seandainya demikian ternyata perkataan modern tidak sedikit

dampaknya dan bahayanya dalam pemahaman agama, seandainya tidak

ada filter-filter tertentu untuk menyaringnya sebagaimana terjadi di

dunia Barat tadi. Itulah sebabnya barangkali Harun Nasution tidak begitu

sreg menggunakan kata modern sebagai gantinya dipilih kata

pembaharuan.

4

Page 5: tajdid

3. Revivalisasi, Resurgensi, Renaisans, Reasersi

Ke semua peristilahan di atas mengandung arti tegak kembali atau

bangkit kembali. Peristilahan revivalisasi, pada dasarnya, banyak sekali

digunakan oleh para penulis. Fazlurrahman, misalnya, menggunakan

istilah ini, bahkan ia membaginya kepada dua bagian yaitu revivalis pra-

modernis dan revivalis neo modernis.

Penulis lain mengungkapkan kebangkitan kembali dengan kata

resurgence. Chandra Muzaffar yang menge-mukakan istilah ini dalam

tulisannya Resurgence A. Global Vew menyatakan bahwa adanya

perbedaan antara istilah revivalis dengan resurgence.

Resurgence, adalah tindakan bangkit kembali yang di dalamnya

mengandung unsur :

a. Kebangkitan yang datang dari dalam Islam sendiri dan Islam

dianggap penting karena dianggap mendapatkan kembali prestisenya;

b. Ia kembali kepada masa jayanya yang lalu yang pernah terjadi

sebelumnya;

c. Bangkit kembali untuk menghadapi tantangan, bahkan ancaman dari

mereka yang berpengalam-an lain.

Revivalisme juga berati bangkit kembali, tetapi kembali ke masa

lampau, bahkan berkeinginan untuk menghidupkan kembali yang sudah

usang. Renaisans, jika hanya diartikan secara umum nampaknya

membangkitkan kembali ke masa-masa yang sudah ketinggalan zaman,

bahkan ada konotasi menghidupkan kembali masa jahiliyah,

sebagaimana renaisans di Eropa yang berarti meng-hidupkan kembali

peradaban Yunani. Jika istilah ini terpaksa digunakan, maka Renaisans

Islam harus berarti tajdid .

Karena itu, barangkali mengapa banyak para penu-lis

menggunakan Renaisans dalam menerangkan tajdid atau Pembaharuan

dalam Islam. Fazlurrahman, misalnya dalam bukunya Islam : Challenges

and Opportunities, menulis tentang Renaisans Islam : Neo Modernis.

5

Page 6: tajdid

Istilah ini pun digunakan pula oleh editor buku A History of Islamic

Phllisophy, M.M. Sharif, tatkala rnenerangkan tokoh-tokoh

pembaharuan dunia Islam, seperti Muhammad ibn Abd al-Wahab,

Muhammad Abduh dan lainnya di ba-wah judul Modern Renaissans.

Sementara itu reassertion berarti tegak kembali tetapi tidak mengandung

tantangan terhadap masalah sosial yang ada.

Demikianlah istilah tajdid, pembaharuan, yaitu dike-mukakan oleh

para ahli, mereka bukan hanya sekedar berbeda pendapat dalam hal

istilah yang digunakan, akan tetapi dalam makna dan isi pembaharuan

itu sen-diri. Itulah sebabnya orang sering mengatakan bahwa istilah

Pembahruan dalam Islam masih merupakan kontroversi yang

mengandung kebenaran. Dan itu pula se-babnya mengapa Harun

Nasution tidak banyak menggunakan peristilahan yang banyak itu,

kecuali menggu-nakan istilah pembaharuan, modern dan tajdid sewaktu-

waktu. Karena, yang penting adalah isi dan tujuan dari pembaharuan itu

sendiri kembali kepada ajaran-ajaran dasar dan memelihara ijtihad.

B. Latar Belakang Pembaharuan dalam Islam

Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat

Islam. Abad inilah daerah-daerah Islam meluas di barat melalui Afrika Utara

sampai Spanyol, di Timur Melalui Persia sampai India. Daerah-daerah ini

kepada kekuasaan kholifah yang pada mulanya berkedudukan di Madinah,

kemudian di Damaskus, dan terakhir di Bagdad. Di abad ini lahir para

pemikir dan ulama besar seperti ; Maliki, Syafi’i, Hanafi, dan Hambali.

Dengan lahirnya pemikiran para ulama besar itu, maka ilmu

pengetahuan lahir dan berkembang dengan pesat sampai ke puncaknya, baik

dalam bidang agama, non agama maupun dalam bidang kebudayaan lainnya.

Memasuki benua Eropa melalui Spanyol dan Sisilia, dan inilah yang

menjadi dasar dari ilmu pengetahuan yang menguasai alam pikiran orang

barat (Eropa) pada abad selanjutnya. Di pandang dari segi sejarah

kebudayaan, maka maka tugas memelihara dan menyebarkan ilmu

6

Page 7: tajdid

pengetahuan itu tidaklah kecil nilainya dibanding dengan mencipta ilmu

pengetahuan.

Di antara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan Islam

adalah:

» Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah bercampur

dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-tarekat,

pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang membawa

kepada kekufuran.

» Kedua, sifat jumud membuat umat Islam berhenti berfikir dan berusaha,

umat Islam maju di zaman klasik karena mereka mementingkan ilmu

pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam masih bersifat jumud dan

tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin mengalami kemajuan,

untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha memberantas

kejumudan.

» Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka umat Islam tidaklah akan

mengalami kemajuan. Umat Islam maju karena adanya persatuan dan

kesatuan, karena adanya persaudaran yang diikat oleh tali ajaran Islam.

Maka untuk mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu gerakan

pembaharuan.

» Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat.

Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami

kemunduran dibandingkan dengan Barat.

C. Landasan Bagi Pembaharuan Islam

Di antara landasan dasar yang dapat dijadikan pijakan bagi upaya

pembaruan Islam adalah landasan teologis, landasan normatif dan landasan

historis.

• Landasan Teologis

Menurut Achmad Jainuri dikatakan bahwa ide tajdid berakar pada

warisan pengalaman sejarah kaum muslimin. Warisan tersebut adalah

7

Page 8: tajdid

landasan teologis yang mendorong munculnya berbagai gerakan tajdid

(pembaruan Islam).

• Landasan Normatif

Landasan normatif yang dimaksud dalam kajian ini adalah landasan

yang diperoleh dari teks-teks nash, baik Al-Qur’an maupun Al-Hadits.

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar

Rad : 11)

• Landasan Historis

Sebagai pijakan bagi kontinuitas gerakan pembaruan Islam kini dan yang

akan datang.

D. Tujuan Pembaharuan dalam Islam

Tujuan pokok dari pembaharuan Islam adalah :

• Pertama, purifikasi ajaran Islam,

• Kedua, menjawab tantangan zaman.

Untuk mewujudkan kedua tujuan di atas, maka ijtihad dapat dipandang

sebagai metode pokok untuk berjalannya gerakan pembaruan Islam (tajdid).

E. Ruang Lingkup Pembaharuan dalam Dunia Islam

Secara inplisit ruang lingkup pembaharuan, pada dasarnya sudah

disinggung pada halaman-halarnan se-belumnya, namun kiranya akan lebih

baik jika diterang-kan secara eksplisit.

1. Pra Modernis

Kelompok pembaharu pra modernis dan yang seide dengannya

lebih menekankan pada aspek pemurnian ajaran Islam dalam bidang

aqidah, syariah, dan akhlaq dari subversi ajaran yang bukan Islam dan

ti-dak dapat di-Islamkan. Meskipun demikian mereka tidak melupakan

aspek politik dan sosial ekonomi.

8

Page 9: tajdid

2. Modernis Klasik

Kelompok modernis klasik sudah lebih jauh melangkah dari apa

yang diperjuangkan oleh kelompok pra-modernis. Mereka bukan hanya

sekedar merekontruksi bidang teologi, akidah, dan ibadah, akan teta-pi

sudah sampai pada tahap membicarakan mana yang disebut ajaran

dasar dan pokok dan mana pula yang tidak dasar atau hanya furu’.

Mereka melakukan reaktuali-sasi penafsiran dan pemahaman

Kitab suci dan juga melakukan kritik tentang keotentikan suatu hadis

secara tajam. Di antara mereka ada yang bersikap hati-hati terhadap

penerimaan hadis sebagai hujjah, seperti Muhammad Abduh misalnya,

dan ada yang menolak sama sekali hadis untuk dijadikan hujjah. Dari

kalangan mereka muncullah yang disebut golongan Quraniyah, seperti

Sayyid Ahmad Khan. Kelompok modernis ini berbicara banyak tentang

masalah eko-nomi, kenegaraan, penafsiran kontekstual dan mengambil

metode modern dalam kalian-kajiannya.

3. Pasca Modernis

Pasca modernis dapat pula kita katakan sebagai neo revivalisme

yang menekankan pembaharuan pada bidang politik dan pendidikan.

Mereka, para pembaharu ini ingin agar adanya identitas khusus yang

Islami; mereka berbeda dengan kaum modern klasik dan pra modernis.

Demikianlah pembaharuan dalam Islam, dengan berbagai

variasinya dapat membangkitkan umat Islam dari kevacuman Intelektual

dan kerusakan aqidah. Pembaharuan yang dimulai di dunia Arab

menghembuskan angin segar ke dunia Islam, sehingga kaum muslimin

menemukan kembali identitas dirinya dan mampu pula membe-baskan

dirinya dari penjajahan dan kolonialisme Barat.

9

Page 10: tajdid

F. Tokoh-Tokoh Pembaharu dan Ide-Ide Pembaharuannya

1. Ibnu Taimiyah (1263-1328)

Nama lengkapnya Taqiyuddin Abu Abbas Ahmad, lahir di Harran,

Turki pada 22 Januari 1263, dan meninggal pada 27 September 1328.

Adapun beberapa upaya pembaharuannya antara lain sebagai berikut :

• Pertama, sebagian besar aktivitasnya diarahkan untuk memurnikan

paham tauhid. Ia menentang segala bentuk bid’ah, takhyul dan

khurafat. Menurutnya, aqidah tauhid yang benar adalah aqidah salaf

aqidah yang bersumber dari teks al-Qur’an dan Al-Hadits, bukan

diambil dari dalil-dalil rasional dan filosofis.

• Kedua, ia menyampaikan seruan agar umat islam menghidupkan ruh

kembali menggali ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadits.

• Ketiga, menentang taklid. Taklid adalah sikap yang membuat umat

islam mundur, sebab taklid berarti menutup pintu ijtihad, membuat

otak menjadi beku.

• Keempat, di dalam berijtihad tidak terikat mazhab atau imam.

• Kelima, dalam bidang hukum Islam Ibnu Taimiyah menawarkan suatu

metode baru yaitu mempertimbangkan aspek-aspek hikmah dalam

keputusan / penerapan hukum Islam.

2. Muhammad bin Abdul Wahhab (1730-1791)

Muhammad bin Abdul Wahhaba lahir di Uyaynah pada 1730

M/1115 H. Inti gerakan pembaharuannya sebagai berikut :

• Pertama, pembaharuan Islam yang paling utama disandarkan pada

persoalan tauhid.

• Kedua, Wahhab sangat tidak setuju dengan pendukung tawassul.

• Ketiga, sumber-sumber syari’ah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah.

• Keempat, pentingnya negara dalam memberlakukan secara paksa

syari’ah dalam masyarakat.

10

Page 11: tajdid

3. Jamaluddin al-Afghani (1838/1839-1897)

Gagasan pembaharuannya meliputi :

• Pertama, dari sudut pandangan islam tradisional Jamaluddin

mengemukakan pentingnya kepercayaan pada akal dan hukum alam,

yang tidak bertentangan dengan kepercayaan pada Tuhan.

• Kedua, ia berhasil mendukung kebangkitan nasionalisme di Mesir dan

India.

• Ketiga, Jamaluddin menyatakan ide tentang persamaan antara pria dan

wanita dalam beberapa hal.

4. Muhammad Abduh (1848-1905)

Muhammad Abduh lahir pada 1848-1905 M di sebuah desa

provinsi Gharbiyyah, Mesir. Ada tiga pranata yang menjadi sasaran

pembaharuannya, yaitu pendidikan, hukum, dan wakaf.

• Pertama, pembaharuan di bidang pendidikan dipusatkan di Al-Azhar.

• Kedua, pembaharuan di bidang hukum. Usahanya adalah memperbaiki

kesalahan pandangan masyarakat. Bahkan pandangan para mufti

sendiri tentang kedudukan mereka sebagai hakim.

• Ketiga, ia membentuk majelis administrasi wakaf dan ia duduk sebagai

anggota. Ia berhasil memasukkan perbaikan masjid sebagai salah satu

sasaran rutin penggunaan dana wakaf.

5. Rasyid Ridha (1865-1935)

Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin

Al Qalmuni Al-Husaini (dikenal sebagai Rasyid Ridha; 1865-1935)

adalah seorang intelektual muslim dari Suriah yang mengembangkan

gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh Jamaluddin al-

Afghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-

kelemahan masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat

kolonialis Barat, dan menyimpulkan bahwa kelemahan tersebut antara

lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara buta (taqlid),

11

Page 12: tajdid

minat yang berlebihan terhadap dunia sufi dan kemandegan pemikiran

ulama yang mengakibatkan timbulnya kegagalan dalam mencapai

kemajuan di bidang sains dan teknologi. Ia berpendapat bahwa

kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar

Islam dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern.

Diantara ide-ide pembaharuannya adalah :

• Menumbuhkan sikap aktif dan dinamis dikalangan umat.

• Umat Islam harus meninggalkan sikap fatalisme (jabariyah).

• Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat maupun hadits

dengan tidak meninggalkan prinsip umum.

• Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.

• Kemunduran umat islam disebabkan karena banyaknya unsur bid’ah

dan khurafat yang masuk kedalam ajaran islam.

• Kebahagiaan di dunia dan di akhirat diperoleh melalui hukum alam

yang diciptakan Allah.

• Perlunya menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.

• Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi

bidang agama dan politik.

• Khalifah haruslah seorang mujtahid besar yang dengan bantuan para

ulama dalam menerapkan prinsip-prinsip hukum Islam sesuai dengan

tuntutan zaman.

6. Syekh Waliyullah

Imam Al-Kabir Sheikh Ahmad Abdur Rahim Ibn As-Shahid

Wajihuddin Ibn Mu’azzam Ibn Mansur Ibn Ahmad Ibn Mahmud

Dahlawi adalah nama sebenarnya tetapi beliau lebih dikenali dengan

gelaran Syekh Waliyullah. Shah Waliyullah adalah tokoh ulama’ yang

mahir dalam ilmu failosof, pujangga, seorang sufi, Muhaddis dan juga

Guru Tariqat.

12

Page 13: tajdid

Digelar juga sebagai seorang mujaddid (reformis atau pembawa

pembaharuan) oleh Syeikh Rashid Ridha. Lahirnya pada 21 Februari di

sebuah kampong kecil bernama Pulth, daerah Muzaffaragh, dekat Delhi,

India bersamaan, 4hb. Syawal 1114 H / 1702 Masihi 4 tahun sebelum

kematian Sultan Aurangzeb.

Beliau memperjuangkan pemikiran pembaharuan dalam beberapa aspek

yaitu :

• Akidah

Beliau menjelaskan betapa pentingnya akidah untuk membetulkan cara

berfikir, beramal dan bertindak.Banyak kesilapan berlaku di kalangan

umat Islam kerana salah faham dalam akidah.

• Berpegang kepada Al-Quran dan Sunah

Beliau menganjurkan supaya ilmu Al-Quran dan Sunah

dipelajari secara mendalam supaya umat Islam dapat memahami

rahsia-rahsia dan hikmah-hikmah dalam syariat Allah Ta’ala ,seperti

yang difahami oleh umat Islam terdahulu.Orang Islam hendaklah

mengutamakan Al-Quran dan Sunah sebagai panduan hidup, serta

meninggalkan taklid lepada pendapat-pendapat fuqaha melainkan

setelah dibahas,dihalusi dan difahami hujah-hujah mereka.

• Siasah dan pemerintahan

Beliau mengajak umat Islam mencontohi khulafa Ar-Rasyidin dalam

menegakkan syariat Allah melalui pemerintahan Negara Islam. Kitab

beliau, “Khilafatul khafa-i-an tarikhil khulafa-i” antaranya

menjelaskan tentang cirri-ciri Negara Islam, kewajiban dan

tanggungjawab menegakkan dan memeliharanya.

• Bahasa Arab

Kebanyakan orang Islam tidak memahami Bahasa Arab, ini

menyebabkan mereka tidak memahami Al-Quran dan Sunah secara

langsung. Setiap orang Islam sepatutnya tahu Bahasa Arab dan dapat

13

Page 14: tajdid

memahami makna Al-Quran sekurang-kurangnya secara umum apabila

membacanya.

• Masa depan Dunia Islam

Dalam perjuangan gerakan Islam, Syekh Waliyullah melihat umat

Islam perlu bersedia dengan kemampuan akal yang tinggi bagi

menghadapi kemajuan dunia. Mereka perlu dibekalkan dengan ilmu

dan kefahaman tentang hikmah-hikmah ajaran Islam dan syariat Allah.

Beliau menganjurkan, sekiranya sesebuah negara itu tidak dapat

dibaiki lagi kerana terlalu rusak, satu angkatan jihad bagi

menumbangkan pemerintahan itu hendaklah diujudkan supaya dapat

dibentuk sebuah Negara Islam baru yang dapat melaksanakan syariat

Allah.

7. Ahmad Khan

Sir Syed Ahmad Khan, KCSI (juga disebut Sayyid Ahmad Khan,

lahir 17 Oktober 1817 dan meninggal 27 Maret 1898 pada umur 80

tahun) adalah pendidik dan politikus India, serta reformer dan modernis

Islam. Sir Syed mempelopori pendidikan modern bagi komunitas

Muslim di India dengan mendirikan Muhammedan Anglo-Oriental

College, yang nantinya berkembang menjadi Aligarh Muslim University.

Jasanya telah melahirkan generasi kaum intelektual dan politikus

Muslim baru.

G. Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia

Gerakan pembaharuan di Indonesia mulai tumbuh pada awal abad

ke-20. Organisasi pembaharuan pertama yang didirikkan adalah Jamiatul

Khair pada 15 Juli 1905. Kegiatan yang menjadi perhatian organisasi ini

meliputi dua bidang yaitu pendirian dan pembinaan sekolah pada tingkat

dasar dan pengiriman anak-anak muda ke Turki untuk melanjutkan study.

14

Page 15: tajdid

Selanjutnya yaitu organisasi islam al-irsyad yang berjasa dalam

mendirikkan banyak lembaga sekolah dari tinggkat dasar hingga sekolah

guru. Ia juga menerbitkan buku-buku dan pamflet-pamflet. Organisasi sosial

Islam yang terpenting dan terbesar awal abad 20 hingga sekarang adalah

Muhammadiyah yang didirikkan oleh K.H. Ahmad Dahlan tanggal 18

Nopember 1912 atau 8 Dzulhijjah 1330.

Muhammadiyah adalah gerakan dakwah islam yang dari semula

gigih menentang praktek-praktek keagamaan muslim yang menyimpang dari

ajaran Islam yang murni dan utuh, sesuai dengan Firman Allah dalam Surah

Ali Imran ayat 105, yang artinya :

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung”.

Oleh karena itu seluruh bentuk bid’ah takhayul dan khurafat, baik

dalam bidang aqidah maupun ibadah di berantas oleh Muhammadiyah.

Sebagai gerakan yang berlandaskan agama, maka ide pembaharuan

muhammadiyah di tekankan pada usaha untuk memurnikan Islam dari

pengaruh tradisi dan kepercayaan lokal yang bertentangan dengan ajaran

Islam.

Upaya pembaharuan yang dilakukan antara lain Muhammadiyah

gigih mempertahankan pendapat bahwa pintu ijtihad masih tetap terbuka, di

bidang sosial muhammadiyah mempelopori pendayagunaan modal yang ada

yang berasal dari zakat, infaq dan sedekah kedalam bentuk amal usaha

seperti rumah sakit, panti asuhan, dan beberapa lembaga sosial yang lain.

Di bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikkan sekolah-

sekolah mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak atau Aisyiyah Bustanul

Athfal, SD atau Madrasah, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Sistem

pendidikan yang diperkenalkan oleh Muhammadiyah adalah suatu bentuk

pembaharuan yang memadukan antara unsur lama yaitu Islam sebagai dasar

pembaharuan dengan unsur baru yaitu metodologi yang diambil dari sistem

pendidikan modern. Pada intinya gerakan pembaharuan yang dilakukan

15

Page 16: tajdid

Muhammadiyah yakni memperbaharui cara pandang atau paham tentang

Islam guna menjawab persoalan-persoalan yang bersifat kekinian.

H. Pendapat Kelompok

Menurut pendapat kelompok kami, pembaharuan di dunia Islam

adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam dengan

perkembangan zaman yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang modern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam

bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambahi teks Al-Quran

maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas keduanya.

Pembaharuan dalam dunia Islam semata-mata bertujuanuntuk

purifikasi (pemurnian) ajaran Islam dari dari unsur-unsur asing (bid’ah,

takhyul dan khurafat) dan kembali kepada ajaran yang murni dan utuh,

sehingga iman menjadi suci karena terus diperbaharui serta untuk

melakukan pengembangan dalam aspek sosial, ekonomi, politik, pendidikan,

budaya dan lain-lain selama itu semua tidak bertentangan dengan dan di

bawah panduan Al-Qur’an dan Hadits.

16

Page 17: tajdid

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham

keagamaan Islam dengan perkembangan zaman yang ditimbulkan oleh

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern. Dengan demikian

pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi atau

menambahi teks Al-Quran maupun Al-Hadits, melainkan hanya

menyesuaikan paham atas keduanya.

Adapun yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan

Islam adalah : Pertama, paham tauhid yang dianut kaum muslimin telah

bercampur dengan kebiasaan-kebiasaan yang dipengaruhi oleh tarekat-

tarekat, pemujaan terhadap orang-orang yang suci dan hal lain yang

membawa kepada kekufuran. Kedua, sifat jumud membuat umat Islam

berhenti berfikir dan berusaha, umat Islam maju di zaman klasik karena

mereka mementingkan ilmu pengetahuan, oleh karena itu selama umat Islam

masih bersifat jumud dan tidak mau berfikir untuk berijtihad, tidak mungkin

mengalami kemajuan, untuk itu perlu adanya pembaharuan yang berusaha

memberantas kejumudan. Ketiga, umat Islam selalu berpecah belah, maka

umat Islam tidaklah akan mengalami kemajuan. Keempat, hasil dari kontak

yang terjadi antara dunia Islam dengan Barat.

Tujuan dari pembaharuan dalam dunia Islam yaitu :

mengembalikan ajaran Islam kepada unsur aslinya, dengan bersumberkan

Al-Qur’an dan Hadits, dan membuang segala bid’ah, khurafat, tahayul dan

mistik serta menyatakan dan membuka kembali pintu ijtihad.

17

Page 18: tajdid

B. Saran

Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan kita semua

dapat mengerti, memahami, dan mengetahui pengertian, latar belakang,

landasan, tujuan, ruang lingkup, tokoh-tokoh pembaharu dan ide-ide

pembaharuannya, serta gerakan pembaharuan Islam di Indonesia sehingga

dapat memaknainya dengan benar.

18