tafsir al baqarah 1 5

8
16 SUARA MUHAMMADIYAH 12 / 97 | 26 RAJAB - 10 SYAKBAN 1433 H Pendahuluan Menurut kesepakatan (ijma’) ulama, seluruh surah Al-Baqarah tergolong madaniyyah atau turun setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Sebagi- an ulama berpendapat bahwa sebagian ayat yang terdapat pada surah Al-Baqa- rah diturunkan pada waktu Rasulullah saw melaksanakan haji wada’ (haji perpi- sahan), dan menurut suatu riwayat, seba- gian besar surah Al-Baqarah diturunkan pada permulaan hijrah. Surah ini termasuk surah yang ter- panjang, terdiri dari 286 ayat, sebagaimana tertulis dalam mushaf Al-Qur’an. Surah ini diletakkan di permulaan Al-Qur’an sesudah surah Al-Fatihah. Kemudian disusul dengan tujuh surah yang panjang, yaitu: Ali ‘Imran (madaniyyah), An-Nisa’ ( madaniyyah), al- Maidah ( madaniyyah), Al-An‘am ( makkiy- yah), Al-A‘raf ( makkiyyah), Al-Anfal (madaniyyah) dan At-Taubah (madaniy- yah). Tema pokok surah Al-Baqarah ini, sesuai dengan namanya, dapat dilihat pada kandungan ayat-ayatnya yang mengu- raikan kisah Al-Baqarah, kisah seekor sapi betina dan Bani Israil. Kisah yang terkan- dung dalam surah Al-Baqarah ini mene- gaskan bukti kekuasaan Allah dalam SURAH AL-BAQARAH 1-5 (1) menghidupkan kembali orang yang sudah mati, dan bukti kekuasaan-Nya menjatuh- kan sanksi bagi orang yang melakukan kesalahan, meskipun kesalahan itu dilaku- kan secara sangat tersembunyi. Kandungan surah al-Baqarah juga menjelaskan tentang kebenaran kitab suci Al-Qur‘an sebagai petunjuk yang layak dikuti untuk kebahagiaan hidup manusia. Kesesuaian surah Al-Baqarah dengan surah sebelumnya yaitu surah Al-Fatihah, dapat dilihat bahwa pada bagian akhir surah Al-Fatihah tercantum permohonan akan petunjuk menuju jalan yang lurus, sedangkan pada awal surah Al-Baqarah dinyatakan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya yang merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa menuju jalan lurus yang didambakannya. Di samping itu, surah Al-Baqarah, dan juga surah-surah sesudahnya, memuat sejumlah rincian mengenai beberapa pokok bahasan yang tercantum dalam surah Al-Fatihah. (As- Suyuthi, Tanasuq al-Durar fi Tanasub al- Suwar (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1986), hlm. 64-65). Sebelum memulai penafsiran surah Al-Baqarah ini, kita lihat lebih dahulu kandungan surah tersebut secara garis besar. Kandungan surah tersebut antara lain ialah: 1. Akidah, sebagaimana diungkapkan pada ayat: 110, 178, 179, 181, 182, 183, 187, 188, 189, 190, 195, 196, 203, 215, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 237, 241, 252, 275, 280, 282, 283, dan pada ayat lainnya. 2. Syari’ah, sebagaimana disebutkan pada ayat: 110, 178, 179, 181, 182, 183, 187, 188, 189, 190, 195, 196, 203, 215, 216, 218, 219, 220, 221, 222, 223, 224, 225, 226, 227, 228, 237, 241, 252, 254, 262, 275, 280, 282, 283, dan ayat lainnya. 3. Kisah-kisah umat terdahulu dan lain- lain, sebagaimana disebutkan pada ayat: 124 s.d. 141, 243 s.d. 251 dan 258 s.d. 260. Al-Qur’an Petunjuk bagi Orang Bertakwa Ayat 1 – 5 Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah Memenuhi harapan warga yang menginginkan Muhammadiyah mempunyai Tafsir Al-Qur’an lengkap dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nash, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah telah memulai kerja besar mewujudkan harapan warga tersebut. Sebagian hasil dari kerja besar ini, pada tahun 2009 Suara Muhammadiyah telah menerbitkan tafsir Surat Al-Fatihah (SM nomor 01-08 tahun 2009). Adanya beberapa saran dan masukan tentang tafsir surat Alfatihah yang sudah diterbitkan, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah kemudian menyempurnakan naskah-naskah yang belum diterbitkan (surat Al-Baqarah dan selanjutnya). Alhamdulillah, mulai nomor 12 tahun 2012 ini, Suara Muhammadiyah melanjutkan menerbitkan tafsir tahlili tersebut. (Redaksi Suara Muhammadiyah)

Upload: muhammad-abduh

Post on 31-Dec-2014

525 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tafsir Al Baqarah 1 5

16 SUARA MUHAMMADIYAH 12 / 97 | 26 RAJAB - 10 SYAKBAN 1433 H

PendahuluanMenurut kesepakatan (ijma’) ulama,

seluruh surah Al-Baqarah tergolongmadaniyyah atau turun setelah NabiMuhammad hijrah ke Madinah. Sebagi-an ulama berpendapat bahwa sebagianayat yang terdapat pada surah Al-Baqa-rah diturunkan pada waktu Rasulullahsaw melaksanakan haji wada’ (haji perpi-sahan), dan menurut suatu riwayat, seba-gian besar surah Al-Baqarah diturunkanpada permulaan hijrah.

Surah ini termasuk surah yang ter-panjang, terdiri dari 286 ayat, sebagaimanatertulis dalam mushaf Al-Qur’an. Surah inidiletakkan di permulaan Al-Qur’an sesudahsurah Al-Fatihah. Kemudian disusul dengantujuh surah yang panjang, yaitu: Ali ‘Imran(madaniyyah), An-Nisa’ (madaniyyah), al-Maidah (madaniyyah), Al-An‘am (makkiy-yah), Al-A‘raf (makkiyyah), Al-Anfal(madaniyyah) dan At-Taubah (madaniy-yah).

Tema pokok surah Al-Baqarah ini,sesuai dengan namanya, dapat dilihat padakandungan ayat-ayatnya yang mengu-raikan kisah Al-Baqarah, kisah seekor sapibetina dan Bani Israil. Kisah yang terkan-dung dalam surah Al-Baqarah ini mene-gaskan bukti kekuasaan Allah dalam

SURAH AL-BAQARAH 1-5 (1)

menghidupkan kembali orang yang sudahmati, dan bukti kekuasaan-Nya menjatuh-kan sanksi bagi orang yang melakukankesalahan, meskipun kesalahan itu dilaku-kan secara sangat tersembunyi. Kandungansurah al-Baqarah juga menjelaskan tentangkebenaran kitab suci Al-Qur‘an sebagaipetunjuk yang layak dikuti untuk kebahagiaanhidup manusia.

Kesesuaian surah Al-Baqarahdengan surah sebelumnya yaitu surahAl-Fatihah, dapat dilihat bahwa padabagian akhir surah Al-Fatihah tercantumpermohonan akan petunjuk menuju jalanyang lurus, sedangkan pada awal surahAl-Baqarah dinyatakan bahwa Al-Qur’anadalah kitab yang tidak ada keraguan didalamnya yang merupakan petunjuk bagiorang yang bertakwa menuju jalan lurusyang didambakannya. Di samping itu,surah Al-Baqarah, dan juga surah-surahsesudahnya, memuat sejumlah rincianmengenai beberapa pokok bahasan yangtercantum dalam surah Al-Fatihah. (As-Suyuthi, Tanasuq al-Durar fi Tanasub al-Suwar (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,1986), hlm. 64-65).

Sebelum memulai penafsiran surahAl-Baqarah ini, kita lihat lebih dahulukandungan surah tersebut secara garis

besar. Kandungan surah tersebut antaralain ialah:1. Akidah, sebagaimana diungkapkan

pada ayat: 110, 178, 179, 181, 182,183, 187, 188, 189, 190, 195, 196,203, 215, 218, 219, 220, 221, 222,223, 224, 225, 226, 227, 228, 237,241, 252, 275, 280, 282, 283, danpada ayat lainnya.

2. Syari’ah, sebagaimana disebutkanpada ayat: 110, 178, 179, 181, 182,183, 187, 188, 189, 190, 195, 196,203, 215, 216, 218, 219, 220, 221,222, 223, 224, 225, 226, 227, 228,237, 241, 252, 254, 262, 275, 280,282, 283, dan ayat lainnya.

3. Kisah-kisah umat terdahulu dan lain-lain, sebagaimana disebutkan padaayat: 124 s.d. 141, 243 s.d. 251 dan258 s.d. 260.

Al-Qur’an Petunjuk bagi Orang BertakwaAyat 1 – 5

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Memenuhi harapan warga yang menginginkan Muhammadiyah mempunyai Tafsir Al-Qur’anlengkap dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nash, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyahtelah memulai kerja besar mewujudkan harapan warga tersebut. Sebagian hasil dari kerja besar ini,pada tahun 2009 Suara Muhammadiyah telah menerbitkan tafsir Surat Al-Fatihah (SM nomor 01-08tahun 2009). Adanya beberapa saran dan masukan tentang tafsir surat Alfatihah yang sudahditerbitkan, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah kemudian menyempurnakan naskah-naskahyang belum diterbitkan (surat Al-Baqarah dan selanjutnya). Alhamdulillah, mulai nomor 12 tahun2012 ini, Suara Muhammadiyah melanjutkan menerbitkan tafsir tahlili tersebut.(Redaksi Suara Muhammadiyah)

Page 2: Tafsir Al Baqarah 1 5

17SUARA MUHAMMADIYAH 12 / 97 | 16 - 30 JUNI 2012

“Alif lam mim. Kitab (Al-Qur`an) initidak ada keraguan padanya; petunjukbagi mereka yang bertakwa, (yaitu)mereka yang beriman kepada yang gaib,yang mendirikan salat, dan menafkahkansebahagian rezki yang Kami anuge-rahkan kepada mereka, dan merekayang beriman kepada Kitab (Al-Qur`an)yang telah diturunkan kepadamu danKitab-kitab yang telah diturunkansebelummu, serta mereka yakin akanadanya (kehidupan) akhirat. Merekaitulah yang tetap mendapat petunjuk dariTuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

Alif lam mim ( ) merupakan huruf-

huruf abjad yang terletak pada permulaansurah, seperti terdapat pada permulaansurah Al-Baqarah. Sehubungan denganitu, huruf-huruf tersebut dinamakan jugafawatihus-suwar (pembuka surah).Huruf-huruf sejenis itu merupakan cirikhas golongan surah makkiyyah (surah-surah yang diturunkan sebelum Nabi sawhijrah ke Madinah).

Dalam Al-Qur‘an terdapat beberapabentuk fawatihus-suwar yang berbeda-beda. Di antaranya terdiri dari satu huruf,dan ada yang terdiri dari dua huruf, tigahuruf, empat huruf serta lima huruf. Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskanbahwa huruf-huruf tersebut mempunyaimakna tanbih (peringatan), untuk mem-bangkitkan perhatian orang sehinggamudah dipahami apa yang akandisampaikan kepadanya. (Al-Maraghi,Tafsir al-Marâghi, (Beirut: Dâr al-Fikr),jilid I, hlm. 39)

Pada ayat tersebut digunakan isimisyarah (kata penunjuk) dzalika (itu) yangbiasanya dipergunakan untuk benda,

waktu atau hal yang jauh, padahal Kitabyang ditunjuk adalah dekat. Redaksi sepertiini mengandung makna pengagungan dan

pemuliaan terhadap al-Kitab ( ),

sebab al-Kitab tersebut adalah kitab suciyang diterima dari Allah SwT.

Kata al-Kitab ( ) yang

tercantum pada ayat 2 merupakan katabenda bentuk mashdar, dengan arti al-maktub (yang ditulis). Dimaksudkandengan al-Kitab pada ayat tersebut, ialahal-Kitab yang dikenal oleh Nabi saw, yangdijanjikan Allah untuk memperkuatrisalahnya dan memberikan petunjukkepada orang yang mencari kebenaranserta memberikan bimbingan menujukepada kebahagiaan di dunia danakhirat.

Dalam Al-Qur‘an, kata tersebut de-ngan berbagai kata turunannya diulangsebanyak 261 kali. Makna al-Kitab

( ) dalam ayat tersebut adalah Al-

Qur’an, yaitu kitab ilahi yang merupakanmukjizat terbesar bagi Rasulullah saw,sebagai pembenar atas risalah yangdibawanya, penyempurna kitab-kitabsebelumnya, serta petunjuk hidup bagiumat manusia untuk memperolehkebahagiaan baik di dunia maupun diakhirat.

Mengapa pada ayat tersebut dise-butkan al-Kitab, padahal wahyu Allahbelum diturunkan secara keseluruhan?Rasyid Ridha berpendapat bahwa yangdemikian itu untuk memberikan isyaratbahwa Allah akan memenuhi janjinyauntuk menyempurnakan al-Kitab .Sebenarnya tidaklah menjadi masalahmenyebutkan al-Kitab, sekalipun belumsempurna turunnya, sebab ternyatasebelum diturunkannya permulaansurah al-Baqarah, telah diturunkansejumlah besar dari ayat-ayat Al-Qur‘an,dan Rasulullah saw telah menyuruh agarditulis dan dihafalkan. (Rasyid Ridha danMuhammad Abduh, Tafsir al-Manâr (Kairo: Dâr al-Manâr, 1947), jilid 1, hlm.

123)Pada ayat tersebut ditegaskan bahwa

tidak ada keraguan tentang diturunkannyaAl-Qur‘an dari Allah dan tentang hidayah-nya bagi seluruh manusia, sebagaimanaditegaskan dalam firman-Nya:

“Turunnya Al-Qur’an yang tidak adakeraguan di dalamnya, (adalah) dariTuhan semesta alam.” (Qs. As-Sajdah[32]: 2).

Sebagai bukti bahwa Al-Qur’anadalah wahyu dari Allah SwT, antara lainialah, ketinggian dan keindahan baha-sanya yang tidak dapat ditandingi olehsiapa pun hingga sekarang, dan ketika ituorang-orang musyrikin telah ditantanguntuk membuat satu surah yangsebanding dengan Al-Qur’an, namunsama sekali tidak mampu membuatnya,sebagaimana diungkapkan dalamfirman-Nya:

“Dan jika kamu (tetap) dalam kera-guan tentang Al-Qur’an yang Kami wah-yukan kepada hamba Kami (Muham-mad), buatlah satu surah (saja) yang se-misal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamuorang-orang yang benar.” (Qs. Al-Ba-qarah [2]: 23).

Menurut pakar tafsir Rasyid Ridha,ketinggian dan keindahan bahasa Al-Qur’an, maknanya, dan pengaruhnyaterhadap jiwa orang yang beriman sertahidayahnya tidaklah mungkin diragukan.(Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh,Tafsir al-Manâr (Kairo: Dâr al-Manâr,1947), jilid 1, hlm. 124).• Bersambung

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Page 3: Tafsir Al Baqarah 1 5

16 SUARA MUHAMMADIYAH 13 / 97 | 11 - 25 SYAKBAN 1433 H

SURAH AL-BAQARAH 1-5 (2)

Ayat 2 surah Al-Baqarah ditutupdengan kalimat: hudan lil mut-

taqin ( ) petunjuk bagi

orang-orang yang bertakwa). Kata al-

muttaqin ( ) adalah bentuk jamak

dari al-muttaqi (orang yang bertakwa),berasal dari al-ittiqa’ (batas antara duabenda). Orang yang bertakwa seakan-akan membuat batas antara perintah Allahdan larangan-Nya, membuat batas antaradia dan siksa Ilahi. Dalam Al-Qur‘an, katatersebut dengan berbagai kata turunannyadiulang sebanyak 258 kali, dengan artiyang bervariasi sesuai dengansusunannya. Jelaslah bahwa hidayahatau petunjuk yang dimaksudkan dalamayat tersebut ialah bimbingan Allah kepadamanusia ke jalan yang lurus denganpertolongan yang sangat khusus dariAllah SwT.

Adapun yang dimaksudkan dengan

al-muttaqin ( ), ialah orang-orang

yang menjaga diri dari sebab-sebab sik-saan Allah, baik di dunia maupun di akhir-at. Menurut jumhur ulama, cara menjagadiri yang paling efektif ialah dengan me-ngerjakan semua perintah Allah dan me-ninggalkan semua larangan-Nya, denganikhlas hanya mencari keridlaan AllahSwT.

Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelas-kan bahwa cara menjaga diri dari siksaanduniawi harus dengan cara menguasaiilmu tentang sunnah Allah, yaitu aturan-aturan Allah yang telah ditetapkan untukmengatur alam ini, yang oleh para ahli di-sebut hukum alam. Misalnya, api itumempunyai daya pembakar, mataharimemancar sinar, dan sebagainya. Makaorang yang mengetahui bahwa api itu ber-bahaya, pasti ia akan berhati-hati terhadap

api, jika ia mengetahui bahwa dalam pe-perangan harus mempersiapkan kekuat-an, maka ia harus mempersiapkan me-sin-mesin perang, di samping harus me-masang siasat dan strategi perang, seba-gaimana diungkapkan dalam firman-Nya:

“Dan siapkanlah untuk menghadapimereka kekuatan apa saja yang kamusanggupi dan dari kuda-kuda yang ditam-bat untuk berperang (yang dengan per-siapan itu) kamu menggentarkan musuhAllah dan musuhmu... .” (Al-Anfal [8]: 60)

Adapun untuk menjaga siksaan diakhirat, kita harus beriman, bertakwa, ber-tawakkal, bertauhid, beramal saleh, sertamembersihkan diri dari segala macamkemusyrikan dan kemaksiatan. (al-Ma-raghi, 1969, I: 41).

Pada surah al-Baqarah ayat 2 dinya-takan bahwa Al-Qur‘an merupakan kitabpetunjuk bagi orang bertakwa. Selain se-bagai petunjuk bagi orang yang bertakwa,Al-Qur‘an juga menyatakan dirinya seba-gai petunjuk bagi segenap manusia, seba-gaimana tercantum dalam surah Al-Ba-qarah 185:

“Bulan Ramadlan yang di dalamnyaditurunkan Al-Qur’an sebagai petunjukbagi manusia dan penjelasan-penjelasanmengenai petunjuk itu dan pembeda (an-tara yang hak dan yang bathil)”

Pada hakikatnya Al-Qur‘an dimak-sudkan sebagai petunjuk bagi seluruh

umat manusia, sebagaimana agama Is-lam dan diutusnya Nabi Muhammad pa-da hakikatnya dimaksudkan sebagai rah-mat bagi alam semesta. Hal ini, dinyatakandalam surah Al-Anbiya‘ ayat 107:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu,melainkan untuk (menjadi) rahmat bagisemesta alam.”

Dari ayat-ayat di atas tampak jelasbahwa pada hakekatnya Al-Qur‘an meru-pakan petunjuk bagi seluruh umat manu-sia, di samping sebagai petunjuk bagiorang-orang yang bertakwa. Semua ma-nusia, baik yang bertakwa maupun yangtidak bertakwa, memiliki peluang dan po-tensi untuk meraih petunjuk-petunjuk yangterdapat dalam Al-Qur‘an. Dengan kei-manan dan ketakwaan yang dimiliki olehorang-orang bertakwa, tentunya merekamemiliki potensi yang lebih besar untukmeraih petunjuk dan pesan-pesan Al-Qur‘an, dibandingkan dengan orang-orang yang tidak bertakwa.

Menurut Sayyid Qutub dalam kitabtafsirnya Fi Zhilâl Al-Qur‘an, kata hudan

( /petunjuk) digandengkan dengan

kata lil muttaqin ( /untuk orang-

orang bertakwa) pada surah al-Baqarahayat 2 mengisyaratkan bahwa orang-orang yang betul-betul menginginkanpetunjuk Al-Qur‘an hendaknya menghiasidirinya dengan sifat atau perilaku takwa.(Sayyid Qutub, Fi Zhilâl Al-Qur‘an, jilid 1,hlm. 9). Ketika menafsirkan surah al-Ba-qarah ayat 2, Prof DR Hamka menyata-kan dalam bukunya, Tafsir Al-Azhar,bahwa petunjuk Al-Qur‘an sulit diraih olehorang-orang yang belum memiliki hati

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Page 4: Tafsir Al Baqarah 1 5

17SUARA MUHAMMADIYAH 13 / 97 | 1 - 15 JULI 2012

yang bersih. (Hamka, Tafsir Al Azhar (Ja-karta: Pustaka Panjimas, 1987), jilid, 1,hlm. 115).

Pada ayat berikutnya (ayat 3 dan 4),Allah berfirman:

“Mereka yang beriman kepada yanggaib, yang mendirikan shalat, dan menaf-kahkan sebahagian rizki yang Kami anu-gerahkan kepada mereka, dan merekayang beriman kepada Kitab (Al-Qur‘an)yang telah diturunkan kepadamu danKitab-kitab yang telah diturunkan se-belummu, serta mereka yakin akan ada-nya (kehidupan) akhirat.”

Pada ayat sebelumnya, Allah mene-gaskan bahwa tidak ada sedikit pun kera-guan pada Al-Qur‘an, baik mengenai tu-runnya dari Allah maupun tentang hidayah-nya bagi orang yang bertakwa. Kemudianpada ayat 3 dan 4 ini, Allah menjelaskansebagian tanda-tanda orang yangbertakwa kepada Allah SwT, sebagaiberikut:

1. Beriman kepada yang gaib;

Kata yu‘min-n ( ) yang ter-

cantum pada ayat ketiga merupakan ben-tuk mudari (kata kerja masa sekarangdan yang akan datang) dari kata al-Iman(iman, percaya). Iman yang diwajibkanAllah kepada hamba-Nya, yang dijanjikandengan pahala surga dan selamat darineraka, ialah meyakini kebenaranRasulullah saw dengan keyakinan yangpasti tentang ajaran yang dibawa dari Allahdan mengetahui ajaran yang dibawanyadengan keyakinan serta ketundukan hati,seperti: iman kepada Allah SwT, paraMalaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-ra-sul-Nya, Hari Akhir, Qada dan Qadar, ke-

wajiban shalat dan ibadah-ibadahIslamiyah lainnya, seperti: zakat, puasa,haji bagi yang mampu, keharamanmembunuh manusia yang dilindungisecara zalim, zina dan perbuatan dosalainnya. (Husein Afandi, al-Husun al-Hamidiyah, 1959, hlm. 7).

Dengan demikian, beriman berartimeyakini adanya sesuatu atau dzat yangdi luar jangkauan indra, apabila ada pe-tunjuk dari dalil yang kuat atau akal yangsehat. Orang yang mempunyai keyakinanseperti itu, akan mudah baginya membe-narkan adanya Pencipta alam semesta.Dan apabila Rasul menjelaskan adanyasesuatu yang hanya diketahui oleh Allah,seperti, Malaikat atau hari kiamat, makatidaklah sulit baginya membenarkannya,karena telah meyakini kebenaran Nabisaw.

Orang yang tidak meyakini adanyasesuatu atau dzat yang berada di luar jang-kauan indera, sulitlah baginya meyakiniadanya Pencipta alam semesta, danamat kecil kemungkinannya menemukanjalan untuk mengajaknya kepada kebe-naran. (Al-Maraghi, I: 41).

Rasyid Ridha menjelaskan dalam bu-ku tafsirnya bahwa orang yang tidak ber-iman kepada Allah, tidaklah mungkinmemperoleh hidayah dari Al-Qur‘an.Orang itu harus diberi penjelasan denganargumentasi yang rasional mengenaiadanya Pencipta alam semesta ini. Ke-mudian dimantapkan keyakinannyabahwa Al-Qur‘an adalah wahyu dari AllahSwT. Oleh karena itulah pada ayat yangsedang dibahas ini Allah menegaskan,orang yang bertakwa adalah orang yangberiman kepada yang gaib. (RasyidRidha, I: 127).

2. Mendirikan shalat;Dalam bahasa Arab, as-salah

( ), berarti ad-du‘a’ (doa), seperti

disebutkan dalam firman-Nya: fa shalli

‘alaihim ( /berdoalah untuk

mereka). (At-Taubah [9]: 103). Berdoa

kepada Allah, baik dengan perkataanmaupun dengan perbuatan atau dengankeduanya, memberikan pengertian bah-wa orang yang berdoa mempunyai ke-perluan kepada-Nya sebagai rasa syukurterhadap kenikmatan yang telah dikaru-niakan kepadanya atau sebagai permo-honan agar terhindar dari bencana.

Shalat yang dilakukan menurut carayang telah disyariatkan oleh Islam, me-rupakan cara yang paling baik untukmengungkapkan rasa keagungan Allahdan kebutuhan yang amat besar kepada-Nya, jika dilakukan sesuai dengan carayang telah ditetapkan, yaitu dilakukan de-ngan khusyu‘ (merendah) dan khudu‘(merunduk), Jika dilakukan tanpakhusyu‘ dan tanpa khudu‘, maka shalattersebut kosong dari ruh, sekalipun bentukdan caranya telah memenuhi rukun dansyaratnya.

Pada ayat di atas dipergunakan istilah

yuqimunassalah ( men-

dirikan shalat), mengandung pengertianbahwa shalat harus dilakukan dengansempurna, tanpa kekurangan apa pun,seperti mendirikan batang kayu dengantegak lurus, tidak condong sedikit pun. (Al-Maraghi, Tafsir al-Marâghi, (Beirut: Dâral-Fikr), jilid I, hlm 42).

Maka ketika mendirikan shalat harusmenghadirkan hati dalam semua bagian-bagiannya, ketika berdiri, ketika ruku‘, ke-tika sujud, ketika duduk, dan disertai rasatakut kepada azab-Nya serta berusahamendekatkan diri kepada-Nya, Allah,Pencipta alam semesta, seakan-akanmelihat-Nya, sekalipun tidak dapat meli-hat-Nya, sebagaimana disebutkan dalamsebuah Hadits:

“Hendaklah menyembah Allah se-akan-akan kamu melihat-Nya, sekalipunkamu tidak dapat melihat-Nya, tetapi Al-lah melihatmu.” (HR. al-Bukhariy riwayatdari Abu Hurairah, I: 11).

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Page 5: Tafsir Al Baqarah 1 5

18 SUARA MUHAMMADIYAH 13 / 97 | 11 - 25 SYAKBAN 1433 H

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Maka mendirikan shalat harus me-menuhi dua unsur: unsur ruh shalat yaitukhusyu‘ dan khudu‘, dengan menghadir-kan hati dalam semua geraknya, dan un-sur tubuh shalat, yaitu: berdiri, ruku’, sujuddan duduk dengan sempurna.

Di samping itu, Allah juga memerin-tahkan agar shalat dilakukan secara terusmenerus, sebagaimana ditegaskan da-lam firman-Nya:

“Yang mereka itu tetap mengerjakanshalatnya.” (Al-Ma‘arij [70]: 23).

Juga memerintahkan agar shalat dila-kukan tepat waktu:

“Sesungguhnya shalat itu adalahkewajiban yang ditentukan waktunyaatas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa’ [4]: 103)

Allah bahkan memerintahkan agarshalat selalu dilakukan secara berjamaah,sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlahzakat dan ruku‘lah beserta orang-orangyang ruku‘.” (Al-Baqarah [2]: 43)

Dalam suatu Hadits Rasulullah sawbersabda:

“(Pahala) shalat berjamaah melebihishalat sendirian dengan dua puluh tujuhderajat.” (HR al-Bukhariy riwayat dariAbdullah bin Imran, I: 78)

Shalat yang sempurna itulah yangmampu menjaga seseorang dari per-

buatan keji dan munkar, sebagaimanadiungkapkan dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar...” (Al-Ankabut [29]: 45)

Apabila akhir-akhir ini kita menyak-sikan sebagian besar koruptor, pencuri,penipu, perampok, pencopet dan pelakukejahatan lainnya adalah orang-orangyang rajin mengerjakan shalat, maka ke-mungkinan besar mereka tidak mela-kukannya sesuai dengan petunjuk AllahSwT. Karena itulah Allah juga mengancamorang-orang yang shalat dengan ancam-an yang sangat menakutkan, seperti dite-gaskan dalam firman-Nya:

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orangyang lalai dari shalatnya, orang-orangyang berbuat riya, dan enggan (menolongdengan) barang berguna.” (Al-Ma‘un[107]: 4-7]

3. Memberikan InfakPara mufassir berpendapat bahwa

yang dimaksudkan dengan infak padaayat 3 Al-Baqarah, adalah infak dalam artiumum, mencakup infaq wajib dan infaq

tatawwu‘ (sunnah). Huruf min ( ) yang

terdapat pada kalimat min ma razaq-

nahum ( ), mengandung mak-

na ba‘dhiyah (sebagian), maka nafkahyang diperintahkan untuk dikeluarkanhanyalah sebagian harta yang dimiliki,tidak semuanya. Yang demikian itudimaksudkan agar pemberian nafkah itudilakukan dengan ikhlas, hanya mencari

keridlaan Allah semata dan karena ber-syukur kepada Allah, bukan karena riya’(pamer) atau mencari popularitas. (Ra-syid Ridha dan Muhammad Abduh, Tafsiral-Manâr ( Kairo: Dâr al-Manâr, 1947),jilid 1, hlm. 130).

Mengeluarkan infaq atau zakat me-mang belum mendapat perhatian dari ka-um Muslimin, padahal apabila infaq atausadaqah dikelola dengan baik, insya Allahdapat mengurangi jumlah kemiskinan,sebab jumlah orang Muslim yang tergo-long mampu di Indonesia tidak sedikit. Na-mun mereka masih merasa berat me-ngeluarkan infaq, padahal sebagian hartamereka adalah milik orang-orang miskin.Sebagian besar kaum Muslimin, sangatringan mengerjakan shalat, puasa,bahkan menunaikan ibadah haji, yangbiayanya sangat besar. Tetapi apabiladiajak untuk menginfaqkan sebagianrizkinya di jalan Allah, misalnya untukmembantu anak yatim, orang miskin, ataukemaslahatan umum lainnya, merekamerasa sangat berat.• Bersambung

AGEN SUARAMUHAMMADIYAH

DI SUBANG

YUS EDIYANA HELMIYUS EDIYANA HELMIYUS EDIYANA HELMIYUS EDIYANA HELMIYUS EDIYANA HELMIJl. Kaum PabuaranNo. 2 RT.06/RW.02

Desa PabuaranKec. PabuaranKab. Subang

Jawa Barat 41262Hp. 0817228589

Page 6: Tafsir Al Baqarah 1 5

17SUARA MUHAMMADIYAH 14 / 97 | 16 - 31 JULI 2012

SURAH AL-BAQARAH 1-5 (3)Tanda-tanda orang yang bertakwakepada Allah SwT yang ke-4 adalahBeriman kepada Kitab-kitab Allah initerdiri dari:a. Beriman kepada al-Kitab (Al-Qur‘an)

yang diturunkan kepada Nabi Mu-hammad saw, Kitab Suci yang ter-akhir. Pada ayat tersebut digunakankata unzila / diturunkan), karenawahyu (al-Kitab) itu diturunkan dariyang Maha Tinggi, Allah SwT, Penciptaalam semesta. (Rasyid Ridha, I: 132).Menurut al-Maraghi, yang dimaksud-kan dengan bima unzila ilaika( ) ialah Al-Qur‘an danpenjelasan-penjelasan dari Nabi saw,seperti jumlah rakaat dalam shalat danhukuman kejahatan, sebab penjelas-an dari Nabi saw adalah wahyu,sekalipun tidak termasuk Al-Qur‘an.(Al-Maraghi, I: 43). Pendapat ini ber-dasarkan firman Allah SwT:

“Dan ia tidak berkata menurut ke-inginan hawa nafsunya. (Perkataannya)tiada lain hanyalah wahyu yang diwah-yukan (kepadanya).” (An-Najm [53]: 3-4)

Dan berdasarkan firman-Nya padaayat yang lain:

“Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur‘an, agar kamu menerangkan padaumat manusia apa yang telah diturunkankepada mereka dan supaya mereka

memikirkan.” (An-Nahl [16]: 44)b. Beriman kepada Kitab-kitab yang

diturunkan sebelum Nabi saw. Ber-iman kepada Al-Qur‘an harus secararinci, meliputi semua bagian-bagian-nya. Sedang beriman kepada Kitabsebelumnya, seperti Taurat, Injil dansebagainya cukup secara garis be-sar. (Rasyid Ridha dan MuhammadAbduh, Tafsir al-Manâr (Kairo: Dâral-Manâr, 1947), jilid 1, hlm. 131).

Ada perbedaan konsekuensi ke-imanan antara iman kepada AI-Qur’andan iman kepada Kitab Suci sebelumnya.Iman kepada Al-Qur’an membawa kon-sekuensi yang lebih luas, seperti kewa-jiban mempelajarinya, mengamalkannyadan mendakwahkannya Sedangkan ter-hadap Kitab Suci sebelum Al-Qur‘an, se-orang Muslim hanya mempunyai kewa-jiban mengimani keberadaan dan ke-benarannya, tanpa kewajiban mempe-lajari, mengamalkan dan mendakwahkankandungannya, karena Kitab-kitab Sucitersebut berlaku untuk umat dan masatertentu yang telah berakhir dengan ke-datangan Kitab Suci yang terakhir, yaituAl-Qur’an.

5. Yakin akan adanya Hari AkhirYakin ialah pembenaran dengan pasti

yang tidak bercampur dengan keraguansedikit pun. Dengan demikian, meyakiniadanya kehidupan di Hari Akhir berartimembenarkan dengan pasti adanya sur-ga, neraka, balasan dan sebagainyayang terjadi di Hari Akhir kelak. Jika se-seorang masih melakukan atau melang-gar larangan-larangan Allah, seperti mi-num khamr, berzina, mencuri, korupsi,menipu dan melakukan kejahatan-keja-hatan lainnya, maka imannya dan keya-

kinannya akan adanya Hari Akhir hanya-lah khayalan belaka, sebab tidak ada pe-ngaruhnya sama sekali terhadap jiwa danperilakunya.

Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelas-kan bahwa iman dapat dicapai dengansalah satu dari dua jalan:a. Dengan penalaran dan pemikiran ter-

hadap hal-hal yang memerlukan pe-mikiran, seperti wujud Allah, dan risa-lah Rasul.

b. Melalui berita dari Rasul saw, atau be-rita dari para sahabat yang langsungmendengar dari Rasul secara muta-watir, yang tidak terdapat keraguannyasama sekali. (Al-Maraghi, Tafsir al-Marâghi, (Beirut: Dâr al-Fikr), jilid I,hlm. 44).

Pada ayat 5 Al-Baqarah, ditegaskanbahwa orang-orang yang beriman kepadayang gaib, mendirikan shalat, menginfaq-kan sebagian hartanya, beriman kepadaAl-Qur‘an dan kepada Kitab-kitab sebe-lumnya serta beriman akan adanya HariAkhir, adalah orang-orang yang memper-oleh hidayah dan keberuntungan, yaitu se-lamat dari siksaan di akhirat dan masuksurga yang dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman.

Surah Al-Baqarah ayat 2 hingga 5,yang menjelaskan sifat orang-orang yangbertakwa, dapat diklasifikasi menjadi duaaspek, yakni aspek teologis dan aspeksosiologis. Aspek yang pertama mengacupada, antara lain, iman kepada hal yangghaib, kitab-kitab sebelumnya, dan imanpada hari akhir. Sementara aspek sosio-logis mengacu pada, antara lain, shalatdan infaq. Aspek pertama berorientasi pa-da “iman” dan aspek kedua berorientasipada “amal shalih”. Iman dan amal shalihmerupakan ajaran penting dalam Al-

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Page 7: Tafsir Al Baqarah 1 5

18 SUARA MUHAMMADIYAH 14 / 97 | 26 SYAKBAN - 12 RAMADLAN 1433 H

Tafsir Tahlily ini disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Qur’an. Iman, dalam kehidupan sehari-hari diartikan sebagai “nilai”, sementaraamal shalih diartikan sebagai “perilakudan perbuatan”. Ajaran Islam sendiri ber-orientasi pada keseimbangan keduanya,artinya nilai harus selalu diikuti denganperilaku, dan begitu sebaliknya perbuatandan perilaku harus didasarkan pada nilai.

Dalam kehidupan sehari-hari, nilaimenjadi bagian tak terpisahkan. Kita dapatmengetahui sesuatu itu baik atau buruk,layak atau tidak layak, benar atau salah,maslahat atau tidak, memberdayakanatau tidak, dari ukuran-ukuran nilai Al-Qur’an. Standar ini akan menjadi penentubagi seluruh perilaku dan perbuatan se-hari-hari. Artinya, nilai itu harus tercermindalam perilaku sehari-hari. Misalnya nilaisosiologis infaq adalah kepedulian danpemberdayaan, maka umat Islam harusmempunyai etos memberdayakan danmemperdulikan sesama manusia, terle-bih orang-orang yang lemah. Untuk itu,generasi yang kuat (An-Nisa: 9) harusdisertai dengan etos pemberdayaan. Se-hubungan dengan itu, agar aspek sosio-logis infak dapat terwujud dalam kontekskeseharian, umat Islam harus menye-diakan sebuah lembaga pemberdayaanyang memperhatikan nasib orang-orangyang lemah. Hal ini terkait dengan unsur-unsur ajaran zakat (At-Taubah: 60) yangseluruhnya diorientasikan pada pem-berdayaan orang-orang lemah.

Dengan demikian, orang berimanyang disebutkan di atas adalah orangyang memiliki etos memberdayakan dansarat dengan kepedulian terhadapsesama manusia. Upaya pemberdayaanitu merupakan cerminan dari keyakinankita akan eksistensi Allah yang disertaidengan keyakinan akan adanya hariakhir, tempat kita menuai amal perbuatankita di dunia. Sikap ini layak dimiliki olehorang beriman.

Surah Al-Baqarah ayat 1-5 di atasmemberi penegasan kepada kita bahwaAl-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Oleh sebab itu, da-

lam kehidupan sehari-hari orang ber-takwa selalu menerapkan petunjuk-pe-tunjuk Al-Qur’an pada setiap aktivitasnya.Beberapa hal berikut dapat dijadikan pa-rameter sederhana untuk mengetahuiapakah seseorang mampu menghadir-kan petunjuk Al-Qur’an dalam kehidupansehari-hari:1. Senantiasa merasakan kehadiran

Allah dalam setiap aktivitas kehidupan,sehingga tidak mungkin melakukanperbuatan-perbuatan buruk lagi meru-gikan dan selalu terdorong untuk me-lakukan perbuatan-perbuatan baik lagimanfaat. Kehadiran Allah menjadi mo-tivasi utama dalam segenap aktivitas-nya. Ketika mempunyai niat buruk,bukan resiko atau hukuman duniayang dipikirkan, melainkan keyakinanbahwa Allah pasti melihatlah yangmembuat seseorang urung melaku-kannya. Sebaliknya, ketika mempu-nyai niat baik, bukan imbalan jasa ataupujian yang dipikirkan, melainkan ke-yakinan bahwa Allah pasti menge-tahuilah yang membuat seseorangtermotivasi untuk melakukannya.

2. Shalat yang ditegakkan secara mak-simal akan memberi pengaruh positifdalam produktivitas seorang Muslim.Keteraturan waktu-waktu shalat yangtelah ditentukan menjadi cermin untukmendisiplinkan diri dalam beraktivitas.Ketekunan menjalankan shalat berja-maah menjadi acuan untuk menjalinkerjasama dan kebersamaan de-ngan sesama. Kesempurnaan shalatmenjadi rujukan untuk senantiasamenyelesaikan segala aktivitas de-ngan keseriusan dan berujung ke-manfaatan.

3. Infaq dalam beragam bentuknya, se-perti sedekah, zakat, hibah, wakaf danlain-lain, sudah seharusnya dapatmemberikan dampak positif bagi ma-syarakat. Ketaatan seorang Muslimmengeluarkan hartanya untuk kepen-tingan agama tidak bisa menjamin da-pat memberi manfaat bagi masya-

rakat luas, jika tidak dikelola secaramaksimal. Oleh sebab itu, sangat di-perlukan adanya lembaga yangmampu mengelola harta infaq ini agardapat memberi kemanfaatan yang le-bih luas. Infaq yang diberikan secarapersonal hampir pasti akan habis un-tuk kebutuhan konsumtif orang yangmenerimanya. Namun, jika infaq itudikelola dengan baik, di samping dapatmemenuhi kebutuhan sehari-hari me-reka yang membutuhkan, dapat puladikembangkan untuk memberi ban-tuan modal usaha, beasiswa, jaminankesehatan dan kepentingan-kepen-tingan lain yang lebih luas.

4. Lima karakter takwa dalam ayat-ayattersebut pada dasarnya menegaskanadanya pandangan hidup seorangmuslim dan jalan hidup (way of life)yang ditempuh seorang muslim me-nuju keberhasilan, kesuksesan, men-dapatkan keberuntungan dan hidayahdari Allah. Pandangan hidup tercermindalam kesadaran dan keyakinanbahwa Allah satu-satunya Ilah yanghaq (benar), wahyu Allah yang terko-difikasi dalam kitab Al-Qur‘an sebagaisatu-satunya sumber ajaran yanghaq, dan Islam sebagai satu-satunyadin (agama) yang haq. Pandanganhidup diekspresikan dalam wujudpandangan hidup yang mencermin-kan keshalihan individual sebagaiekspresi dari penegakan shalat dankeshalihan sosial sebagai ekspresipenunaian infak.

Sikap Orang-orang KafirAyat 6-7

“Sesungguhnya orang-orang kafir,sama saja bagi mereka, kamu beri pe-

Page 8: Tafsir Al Baqarah 1 5

19SUARA MUHAMMADIYAH 14 / 97 | 16 - 31 JULI 2012

KOLOMKOLOM

ringatan atau tidak kamu beri peringatan,mereka tidak akan beriman. Allah telahmengunci-mati hati dan pendengaranmereka, dan penglihatan mereka ditutup.Dan bagi mereka siksa yang amat be-rat.”

Hubungan ayat 6 dan 7 surah al-Ba-qarah di atas dengan ayat-ayat sebe-lumnya dan sesudahnya dapat dilihat darikandungan ayat 6 dan 7 yang menerang-kan sikap orang-orang kafir, sedangkanayat-ayat sebelumnya (1–5) menjelaskanbahwa Al-Qur’an merupakan petunjukbagi orang bertakwa, dan kelompok ayatsesudahnya (8–20) menerangkan sikaporang-orang munafik. Dengan demikian,dari ayat 1 sampai dengan ayat 20 Al-Qur’an menerangkan tiga kelompokorang: orang-orang bertakwa, orang-orang kafir, dan orang-orang munafik.

Kata kafaru ( ), yang berasal darikata kafara ( ), adalah kata kerja yangmenurut bahasa berarti menutup. Kemu-dian ia menjadi istilah untuk menyebutorang-orang yang menutup atau meng-ingkari kebenaran. Istilah lain yang mak-nanya sama atau mirip dengannya antaralain jahada ( ) dan ankara ( )

Kata yang artinya menutup bisadibentuk menjadi kata kufr ( /kufur).(Kata kufur sudah masuk ke dalam ba-hasa Indonesia. Pada Kamus Besar Ba-hasa Indonesia, tercantum bahwa arti ku-fur adalah: (1) tidak percaya kpd Allahdan Rasul-Nya; kafir; (2) ingkar; tidakpandai bersyukur. Lihat Tim Penyusun

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengem-bangan Bahasa, Kamus Besar BahasaIndonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995),hlm. 537)., kafir ( /orang kafir), kaffara( /menutupkan). Secara literal, katakufr ( ) itu bermakna netral, bisa ber-makna baik dan bisa bermakna buruk.Kufr untuk arti baik misalnya kata kaffir‘annâ ( ) dalam firman Allah:

“Ya Tuhan kami ampunilah bagi ka-mi dosa-dosa kami dan hapuskanlah darikami kesalahan-kesalahan kami, dan wa-fatkanlah kami beserta orang-orang yangberbakti” (Ali Imran [3]: 193).

Di sini kata kaffir ( ) yang arti asal-nya “tutupkanlah” diartikan dengan “ha-puskanlah” karena menutupkan kesalah-an diharapkan agar yang bersangkutantidak menerima balasan atas kesalahan-nya, seolah-olah menutupkan itu samadengan menghapuskan. Ungkapan ini di-kuatkan dengan kalimat yang berbunyi

“Maka orang-orang yang berhijrah,yang diusir dari kampung halamannya,yang disakiti pada jalan-Ku, yang berpe-rang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan merekadan pastilah Aku masukkan mereka kedalam surga yang mengalir sungai-su-ngai di bawahnya.” (Ali Imran [3]: 195).

Di sini kata laukaffiranna ( )yang artinya “sungguh Aku akan menu-tupi” diterjemahkan menjadi “pastilah Akuakan menghapuskan.”

Dalam ungkapan lain kita memahamibahwa kebaikan itu mengusir keburukansebagaimana disebutkan

(sesungguhnya kebaikan itu membawapergi kejahatan) sehingga jahat yang per-nah dilakukan itu tidak melekat pada diripelakunya, kedudukannya digantikan olehkebaikan. Menutupkan dosa itu dapatmengambil bentuk menggantikannya de-ngan kebaikan sebagaimana disebutkandalam firman Allah:

“Maka mereka adalah orang-orang yangAllah menggantikan keburukan merekadengan kebaikan-kebaikan.” (Al-Furqan[25]: 70).• Bersambung

KELUARGA BESAR SUARA MUHAMMADIYAHMENGUCAPKAN TURUT BERDUKA CITA ATAS MENINGGALNYA

Bapak Imam Zuhdi (Usia 61 tahun)PADA HARI AHAD, 6 MEI 2012

(Agen Majalah Suara Muhammadiyah di Candi Lontar 2 Blok 41i/19 Surabaya)Beliau wafat dalam musibah kecelakaan Bus Pariwisata di Pasuruan, Jawa Timur

Semoga khusnul khotimah, diampuni segala dosa-dosanyaditerima amal ibadahnya serta diberikan tempat yang layak disisiNya.

Keluarga yang ditinggalkan selalu diberikan keikhalasan dan kesabaran. Amin.