tabung 1 berisi darah yang dilarutkan dalam larutan nacl 0

7
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. (Sonjaya, 2005). Pada praktikum preparat natif darah, dilakukan pengamatan preparat khusus yang mengguankan larutan fisiologis dan ditetesi darah. Pengamatan dilakukan untuk melihat bentuk… Sel darah merah adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti. Sel darah merah berbentuk pipih dan cekung pada bagian tengahnya, tidak memiliki inti. Ciri - ciri dan spesifikasi leukosit adalah memiliki inti atau nucleus. Hal ini ditunjang dengan pendapat Syaifuddin (2002) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah. Warna yang ditemukan pada sel darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa salah satu cirri dari sel darah putih tidak berwarna. Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang- benang halus. Jumlah sel darah merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia (Srikini, 2000). Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman- kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai 30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal sebagai leukositosis (Watson, R 1997).

Upload: nanda-finisa

Post on 05-Dec-2015

53 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

hemolisis

TRANSCRIPT

Page 1: Tabung 1 Berisi Darah Yang Dilarutkan Dalam Larutan Nacl 0

Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. (Sonjaya, 2005).

Pada praktikum preparat natif darah, dilakukan pengamatan preparat khusus yang mengguankan larutan fisiologis dan ditetesi darah. Pengamatan dilakukan untuk melihat bentuk…

Sel darah merah adalah salah satu contoh sel yang tidak berinti. Sel darah merah berbentuk pipih dan cekung pada bagian tengahnya, tidak memiliki inti. Ciri - ciri dan spesifikasi leukosit adalah memiliki inti atau nucleus. Hal ini ditunjang dengan pendapat Syaifuddin (2002) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah. Warna yang ditemukan pada sel darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa salah satu cirri dari sel darah putih tidak berwarna.

Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Jumlah sel darah merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia (Srikini, 2000).

Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai 30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal sebagai leukositosis (Watson, R 1997).

Sonjaya (2008), waktu koagulasi adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk

menggumpal dimana bervariasi untuk berbagai spesies.

Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat

mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah

yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan darah).

Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah

mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat

infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autonium

(Anonim, 2009).

Page 2: Tabung 1 Berisi Darah Yang Dilarutkan Dalam Larutan Nacl 0

Dalam percobaan waktu beku darah menurut Wibowo (2009) waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 sampai 5 menit. Hasil yang diperoleh pada percobaan gelas arloji berlapis parafin, waktu yang diperoleh sampai terbentuknya benang fibrin adalah 2 menit pada pengangkatan jarum yang ke empat. Pada percobaan di pipa kapiler waktu yang diperlukan sampai terbentuknya benang fibrin adalah 1 menit pada patahan pipa yang kedua. Pada percobaan di gelas arloji berlapis parafin dan pipa kapiler terjadi perbedaan waktu. Hal ini terjadi karena pada permukaan pipa kapiler terjadi kontak langsung dengan darah sehingga proses pembekuan lebih cepat dibandingkan dengan gelas arloji berlapis parafin. Pada gelas arloji berlapis parafin darah tidak kontak langsung dengan permukaan gelas arloji, melainkan darah kontak langsung dengan permukaan parafin yang lebih halus

Tabung 1 berisi darah yang dilarutkan dalam larutan Nacl 0,9%. Dilihat secara makroskopis berwarna merah keruh. Kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara mikroskopis berbentuk bulat licin. Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,9% memiliki konsentrasi yang sama dengan sel darah atau isotonis, karena itu darah yang diberi larutan NaCl 0,9% tidak mengalami perubahan atau tidak terjadi hemolysis.

Tabung 2 berisi darah yang dilarutkan dalam larutan Nacl 0,65%. Dilihat secara makroskopis berwarna merah keruh. Kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara mikroskopis berbentuk bulat licin, ukuranya sedikit lebih besar dibanding darah tabung 1. Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,65% memiliki konsentrasi hipotonis, sehingga ada sedikit perbedaan warna dengan tabung 1, masih belum terjadi hemolysis

Tabung 3 berisi darah yang dilarutkan dalam larutan Nacl 0,45%. Dilihat secara makroskopis berwarna merah keruh. Kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara mikroskopis berbentuk bulat licin, ukuranya lebih besar dibanding darah tabung 1 dan tabung 2. Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,45% memiliki konsentrasi hipotonis, sehingga ada perbedaan warna dengan tabung 2, masih belum terjadi hemolysis

Tabung 4 berisi darah yang dilarutkan dalam larutan Nacl 0,25%. Dilihat secara makroskopis berwarna merah cerah. Kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara mikroskopis terlihat tidak beraturan. Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,25% memiliki konsentrasi hipotonis. Perubahan warna tirlihat sangat jelas dianding tanung 1,2,3 sehingga tabung 4 te;ah terjadi hemolysis, darah tealh pecah atau lisis.

Tabung 5 berisi darah yang dilarutkan dalam larutan Nacl 0%. Dilihat secara makroskopis berwarna merah cerah. Kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara mikroskopis terlihat tidak beraturan. Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0% memiliki konsentrasi hipotonis. Perubahan warna tirlihat sangat jelas dianding tanung 1,2,3 sehingga tabung 4 te;ah terjadi hemolysis, darah tealh pecah atau lisis.

Tabung 6 berisi darah yang dilarutkan dalam larutan Nacl 0,25%. Dilihat secara makroskopis berwarna merah cerah. Kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop, secara mikroskopis terlihat tidak beraturan. Larutan NaCl yang memiliki konsentrasi 0,25% memiliki konsentrasi hipotonis. Perubahan warna tirlihat sangat jelas dianding tanung 1,2,3 sehingga tabung 4 te;ah terjadi hemolysis, darah tealh pecah atau lisis.

Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika meletakan sel darah merahdalam suatu larutan hipertonik (lebih

Page 3: Tabung 1 Berisi Darah Yang Dilarutkan Dalam Larutan Nacl 0

pekat), air yang terdapat dalam sel darahakan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebutkrenasi. Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutanyang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah. Proses ini disebuthemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garamtinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air. Hal inidapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut edema. (Hendrayani, 2007).

Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotic isi sel dengan mediumnya (cairan di sekitarnya) disebut hemolisis osmotik. Hemolisis yang lain adalah hemolisis kimiawi dimana medium eritrosit rusak akibat subtansi kimia. Zat-zat yang dapat merusak membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain) antara lain kloroform, aseton, alcohol, =). ).

Pada dasarnya semua eritrosit sudah mengalami hemolisis sempurna pada air suling. Hasil hemolisis sempurna eritrosit dalam air suling biasa dianggap sebagai larutan standar untuk menentukan tingkat kerapuhan eritrosit (Soewolo, 2000).

Peristiwa sebaliknya dari hemolisis adalah krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membran sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi eritrosit, misalnya untuk eritrosit hewan homoioterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,9 % NaCl, sedangkan untuk eritrosit hewan poikiloterm adalah larutan NaCl yang lebih pekat dari 0,7 % (Soewolo, 2000). Pada pengamatan toleransi osmotik eritrosit digunakan larutan NaCl yang berbeda konsentrasi yaitu 0,1%, 0,3%, 0,5%, 0,7%, 0,9%, 1%, 2%, 3% dan akuades. Pengamatan toleransi osmotik eritrosit dilakukan untuk mengetahui reaksi eritrosit setelah ditambah larutan NaCl dengan konsentrasi tertentu dan akuades sehingga dapat diamati adanya eritrosit yang mengalami hemolisis atau krenasi.. Pada konsentrasi NaCl 0,7% eritrosit tidak mengalami hemolisis karena larutan Nacl yang digunakan bersifat isotonis, sehingga hal itu digunakan sebagai kontrol terhadap reaksi menggunakan NaCl dengan konsentrasi lain yang berbeda dan akuades. Apabila eritrosit diberikan NaCl dengan konsentrasi 0,1%, 0,3%, 0,5% eritrosit cenderung mengalami hemolisis, dikarenakan cairan di luar sel (NaCl 0,1%, 0,3%, 0,5%) berdifusi ke dalam sel akibat adanya perbedaan potensial air (PA) dimana PA larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Jumlah air yang masuk ke dalam eritrosit semakin bertambah sampai akhirnya melampaui batas kemampuan membran eritrosit dan menyebabkan membran itu pecah sehingga sitoplasma eritrosit keluar.

Cormack. (2008) mengatakan bahwa Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma.

Lisis merupakan istilah umum untuk peristiwa menggelembung dan pecahnya sel akibat masuknya air ke dalam sel. Lisis pada eritrosit disebut hemolisis, yang berarti peristiwa pecahnya eritrosit akibat masuknya air ke dalam eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari dalam eritrosit menuju ke cairan sekelilingnya. Membran eritrosit bersifat permeabel selektif, yang berarti dapat ditembus oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat ditembus oleh zat-zat tertentu yang lain. Hemolisis ini akan terjadi apabila eritrosit dimasukkan ke dalam medium yang hipotonis terhadap isi sel eritrosit. Namun perlu diketahui bahwa membran eritrosit (termasuk membran sel yang lain)

Page 4: Tabung 1 Berisi Darah Yang Dilarutkan Dalam Larutan Nacl 0

memiliki toleransi osmotik, artinya sampai batas konsentrasi medium tertentu sel belum mengalami lisis. Kadang-kadang pada suatu konsentrasi larutan NaCl tertentu tidak semua eritrosit mengalami hemolisis. Hal ini menunjukkan bahwa toleransi osmotis membran eritrosit berbeda-beda. Pada eritrosit tua membran selnya memiliki toleransi rendah (mudah pecah), sedangkan membran eritrosit muda memiliki toleransi osmotik yang lebih besar (tidak mudah pecahUntuk penambahan 1 % ureum dalam larutan NaCl 0,9 %, 1 % ureum dalam aquadest terjadi hemolisis warna merah terang. Pada penambahan 1 % saponin dalam NaCl 0,9, 1 % saponin dalam aquadest terjadi hemolisis warna merah terang. Hal tersebut terjadi karena saponin dapat menurunkan tegangan permukaan larutan, sehingga larutan yang berada diluar sel masuk kedalam sel darah, sehingga terjadi hemolisis. Untuk penambahan larutan NaCl 3 % pada pengamatan secara makroskopis tidak terjadi hemolisis, sedangkan pengamatan secara mikroskopik terjadi proses krenase. Hal tersebut terjadi karena larutan NaCl 3 % bersifat hipertonis.

Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah.Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma. (Watson, 2007).

da dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 8 % belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 4 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan kedalam laritan NaCl 0, 3 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu. (Wulangi, 2009)

Srikini (2000) Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya. Apabila sel darah merah berada di dalam cairan yang hipertonis maka sel darah merah akan mengalami pengerutan (krenasi), apabila sel darah merah berada dalam cairan yang bersifat hipotonis maka sel akan pecah dan hemoglobin akan ke luar (hemolisis).

Bajpai. 2009. Kapita Selekta Hematologi, Edisi Empat. EGC : Jakarta.

Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.

Hendrayani. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

Page 5: Tabung 1 Berisi Darah Yang Dilarutkan Dalam Larutan Nacl 0

Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta.

Srikini. 2000. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.

Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.

Wulangi. 2009. Prinsip-Prinsip Fisiologo Hewan, Jurusan Biologi. ITB :

Bandung.