tabel 4.1 data subyek penelitian sd negeri beteng dan sd...
TRANSCRIPT
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksankan di SD Negeri Beteng dan SD Negeri
Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa SD Negeri Beteng dan SD Negeri Jebengsari
yang masing-masing berjumlah 238 Dan 115 siswa. Sementara sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Beteng (sebagai kelas kontrol) berjumlah 25 siswa dan siswa kelas IV SD
Negeri Jebengsari (sebagai kelas eksperimen) berjumlah 21 siswa.
Rekapitulasi jumlah siswa kedua SD tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut :
Tabel 4.1Data Subyek Penelitian SD Negeri Beteng dan SD Negeri Jebengsari Kec.
Salaman, Kab. Magelang
Kelas KelompokJenis Kelamin Jumlah
siswaLaki-laki Perempuan
IV SD Negeri
BetengKontrol 13 12 25
IV SD Negeri
JebengsariEksperimen 8 13 21
Jumlah Keseluruhan 46
4.2 Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian di SD Negeri Beteng dan SD Negeri
Jebengsari Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang semester genap
tahun pelajaran 2011/2012 dilakukan masing-masing 3 kali pertemuan.
Kegiatan yang dilakukan yaitu seperti pada tabel 4.2 berikut :
30
Tabel 4.2Jadwal Kegiatan Penelitian di SD Negeri Beteng dan SD Negeri Jebengsari
Kecamatan Salaman Kabupaten MagelangNo. Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1 Kamis,15 Maret 2012 • Perkenalan dengan siswa kelas
kontrol dan memberikan pretes.
2 Jum’at,16 Maret 2012 • Kegiatan pembelajaran 1 pada
kelas kontrol tentang pengaruh
kenampakan bumi.
3 Sabtu, 17 Maret 2012 • Kegiatan pembelajaran 2 pada
kelas kontrol tentang pengaruh
kenampakan benda langit.
• Memberikan posttest.
4 Kamis, 22 Maret 2012 • Perkenalan dengan siswa kelas
eksperimen dan memberikan
pretest.
5 Jum’at 23 Maret 2012 • Kegiatan pemebelajaran 1 pada
kelas eksperimen tentang
pengaruh kenampakan bumi.
6 Sabtu, 24 Maret 2012 • Kegiatan pemebelajaran 2 pada
kelas eksperimen tentang
pengaruh kenampakan benda
langit.
• Memberikan posttest.
4.3 Uji Prasyarat
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif, sehingga peneliti perlu memaparkan hasil dari analisis data
penelitian seperti, analisis validitas instrument, realibilitas instrument, uji
homogenitas, dan uji normalitas.
31
4.3.1 Analisis Validitas Instrumen Tes
Uji validitas dilaksanakan pada hari sabtu, 25 februari 2012 di SD
Negeri Beteng. Uji validitas ini dilaksanakan di kelas IV A dengan jumlah
siswa sebanyak 25 orang siswa. Berdasarkan hasil uji validitas tersebut,
hasil yang diperoleh pada tahap pertama pengolahan data dengan bantuan
SPSS 16.0 for windows adalah terdapat 20 dari 50 item soal yang tidak
valid karena memiliki koefisien corrected item to total correlation
dibawah 0,3 yaitu soal nomor 6, 7, 8, 17, 19, 20, 28, 31, 32, 33, 41, 42, 43,
44, 45, 46, 47, 48, 49, dan 50. Analisis selanjutnya, soal yang tidak valid
dikembalikan dan dilakukan pengolahan data kembali. Dari hasil analisis
kedua maka diperoleh hasil akhir setiap soal adalah valid karena memiliki
koefisien corrected item to total correlation diatas 0,3.
Dari hasil akhir pengolahan data tersebut dapat diketahui
banyaknya jumlah soal yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 30 item soal. Sebaran soal-soal yang valid dan tidak valid dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3Validitas Instrumen Pre Test dan Posttest
Valid Tidak Valid
1,2,3,4,5,9,10,11,12,13,14,15,16,18,21,
22,23,24,25,26,27,29,30,34,35,36,37,3
8,39,40
6,7,8,17,19,20,28,31,32,33,41,42,4
3,44,45,46,47,48,49,50
4.3.2 Analisis Reliabilitas Instrumen Soal
Uji reliabilitas digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode Alpha (Cronbch’s). Kriteria untuk menentukan
tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukakan oleh
George dan Mallery (1995) sebagai berikut:
α > 0,9 = Sangat bagus
α > 0,8 = Bagus
α > 0,7 = Dapat diterima
32
α > 0,6 = Diragukan
α > 0,5 = Jelek
α < 0,5 = Tidak dapat diterima
Analisis hasil realibilitas instrument (berupa soal tes) dapat dilihat
pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4Reliabilitas Instrumen Pretes dan Postest
Dari uji realibilitas soal pretest dan posttest, yang telah dilakukan
peneliti memperoleh angka reliabilitas sangat bagus karena Alpha lebih
dari 0,8 yaitu sebesar 0,903. Maka seluruh indikator empirik adalah
reliable. Karena instrumen valid dan reliable maka layak digunakan dalam
penelitian. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
4.3.3 Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan nilai hasil
pretest kedua kelas yang menjadi sampel penelitian yaitu kelas IV SD
Negeri Beteng (sebagai kelas kontrol) dan kelas IV SD Negeri Jebengsari
(sebagai kelas eksperimen). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut :
Tablel 4.5Uji Homogenitas
33
Setelah pengujian homogenitas, dapat dilihat pada tabel Test of
Homogeneity of Variances menunjukan nilai Sig (0,929) lebih besar dari
0,05. Hal tersebut mengindikasikan varian antara kelas eksperimen dan
kelas kontrol adalah sama. Hal ini ditunjukkan oleh angka levene statistic
sebesar 0,008 yang artinya semakin kecil nilai levene statistic maka
semakin besar homogenitas dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. df1 =
jumlah kelompok data-1 atau 2-1=1, sedangkan df2 = jumlah data –
jumlah kelompok data atau 46-2 = 44).
4.3.4 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah
penyebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan teknik One Sample Kolmogrov-Smirnov Test.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows.
Hasil normalitas dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :
Tabel 4.6Uji Normalitas
Tabel 4.6 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test diatas
mendeskripsikan hasil uji normalitas terhadap penyebaran data.
Kesimpulan dari hasil uji normalitas diatas adalah sebagai berikut:
34
1. Nilai pretest kelompok eksperimen dengan teknik One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test. Dari tabel tersebut nampak tingkat
signifikan asyiomotorik dua sisi dengan taraf kepercayaan 5% (Asyimp.
Sig. 2-tailed) adalah 0,439 jika dirumuskan hipotesis H1 adalah
distribusi normal, dan H0 adalah distribusi tidak normal. Maka H1
diterima apabila P > 0,05 dan H1 ditolak apabila P < 0,05. Pada tabel
4.6 menunjukkan bahwa S=P= 0,439. Berdasarkan perhitungan peluang
kesalahan 5% maka P > 0,05 atau 0,439 > 0,05 jadi H1 diterima.
Artinya nilai pretest kelompok eksperimen berdistribusi normal.
2. Nilai postest kelompok eksperimen dengan tehnik One Sample
Kolmogorov-Smirov Test. Dari tabel 4.6 tampak tingkat signifikan
asyiomotorik dua sisi dengan taraf kepercayaan 5% (Asymp. Sig. 2-
tailed) adalah 0,888 jika dirumuskan hipotesis H1 adalah distribusi
normal, dan H0 adalah distribusi tidak normal. Maka H1 diterima apabila
P > 0,05 dan H1 ditolak apabila P < 0,05. Pada tabel 4.6 menunjukkan
bahwa S=P= 0,888. Berdasarkan perhitungan peluang kesalahan 5%
maka P > 0,05 atau 0,888 > 0,05. Jadi H1 diterima, artinya nilai postest
kelompok eksperimen berdistribusi normal.
3. Nilai pretest kelompok kontrol dengan tehnik One Sample Kolmogorov-
Smirov Test. Dari tabel 4.6 tingkat signifikan asyiomotorik dua sisi
dengan taraf kepercayaan 5% (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah 0,819. Jika
dirumuskan hipotesis H1 adalah distribusi normal dan H0 adalah
distribusi tidak normal. Maka H1 diterima apabila P > 0,05 dan H1
ditolak apabila P < 0,05. Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa S=P=
0,819. Berdasarkan perhitungan peluang kesalahan 5% maka P > 0,05
atau 0,819 > 0,05. Jadi H1 diterima, artinya nilai pretest kelompok
kontrol berdistribusi normal.
4. Nilai postest kelompok kontrol dengan tehnik One Sample
Kolmogorov-Smirov Test. Dari tabel 4.6 tingkat signifikan asyiomotorik
dua sisi dengan taraf kepercayaan 5% (Asymp. Sig. 2-tailed) adalah
0,328. Jika dirumuskan hipotesis H1 adalah distribusi normal dan H0
35
adalah distribusi tidak normal. Maka H1 diterima apabila P > 0,05 dan
H1 ditolak apabila P < 0,05. Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa S=P=
0,54. Berdasarkan perhitungan peluang kesalahan 5% maka P > 0,05
atau 0,328 > 0,05. Jadi H1 diterima, artinya nilai postest kelompok
kontrol berdistribusi normal.
4.3.5 Analisis Data
4.3.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran
responden berkaitan dengan variabel yang digunakan. Analisis deskriptif
meliputi skor terendah (minimum), skor tertinggi (maximum), rata-
rata(mean), dan standar deviasi. Sebagai standar pengukuran masing-
masing variabel dilakukan dengan menggunakan rumus interval sebagai
berikut:
Interval =Hasil perhitungan dari data diperoleh jumlah interval yang
kemudian disusun dalam kategori seperti: sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah.
4.3.5.1.1. Analisis Deskriptif Pretest Kelas Eksperimen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest kelas
eksperimen adalah sebanyak 30 soal pilihan ganda. Analisis deskriptif
dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis
sebagai berikut :
Tabel 4.7Analisis Deskriptif Pretest Kelas Eksperimen
36
Pada tabel 4.7 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa
variabel pretest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak 21
siswa mempunyai nilai pretest rata-rata 62,5390 dengan nilai terendah
50,00 dan nilai tertinggi 83,33. Sedangkan standar deviasinya sebesar
10,42986.
Untuk menentukan interval tinggi rendahnya pretest kelas
eksperimen maka ada lima kategori mengikuti acuan penilaian yaitu :
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan
menggunakan rumus:
Interval =i = , , = 6,66
Dari hasil perhitungan yang telah didapat maka diketahui nilai
interval sebesar 6,66 sehingga dapat dilihat distribusi frekuensi nilai
pretest kelas eksperimen pada tabel berikut :
Tabel 4.8Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen
No Nilai Interval Frekuensi (f) Persentase (%) Kategori1. 50 – 56 10 47,61% Sangat rendah2. 57 – 63 2 9,52% Rendah3. 64 – 70 5 23,80% Sedang4. 71 – 77 1 4,76% Tinggi5. 78 – 83 3 14,28% Sangat tinggi
Jumlah 21 100%
Gambar 4.1Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen
48%
9%
24%
5% 14%
50 – 56 57 – 63 64 – 70 71 – 77 78 – 83
37
Dari Tabel 4.8 dan gambar 4.1 diketahui terdapat 10 siswa
yang mendapat nilai 50 – 56 dengan persentase 47,61%. Siswa yang
mendapat nilai 57 – 63 sebanyak 2 siswa dengan persentase 9,52%.
Siswa yang mendapat nilai 64 – 70 sebanyak 5 siswa dengan
persentase 23,80%. Siswa yang mendapat nilai 71 - 77 sebanyak 1
siswa dengan persentasi 4,76 %. Siswa yang mendapat nilai 78 – 83
sebanyak 3 siswa dengan persentasi 14,28%. Dapat disimpulkan
bahwa dari 21 siswa di kelas eksperimen, mayoritas siswa mendapat
nilai 50 – 56 dengan persentase 47,61%.
4.3.5.1.2. Analisis Deskriptif Postest Kelas Eksperimen
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil posttest kelas
eksperimen adalah sebanyak 30 soal pilihan ganda. Analisis deskriptif
dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis
sebagai berikut :
Tabel 4.9Analisis Deskriptif Posttest Kelas Eksperimen
Pada tabel 4.9 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat bahwa
Variabel posttest kelas eksperimen dengan jumlah data (N) sebanyak
21 siswa mempunyai nilai posttest rata-rata 83,4933 dengan nilai
terendah 70,00 dan nilai tertinggi 96,67. Sedangkan standar deviasinya
sebesar 8,33232.
Dan untuk menentukan interval tinggi rendahnya postest kelas
eksperimen maka ada lima kategori mengikuti acuan penilaian yaitu :
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan
menggunakan rumus:
Interval =
38
i = , , = 5,33Dari hasil perhitungan yang telah didapat maka diketahui nilai
interval sebesar 5,33 sehingga dapat dilihat distribusi frekuensi nilai
postest kelas eksperimen pada tabel berikut :
Tabel 4.10Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen
No Nilai Interval Frekuensi(f) Persentase (%) Kategori
1. 70 – 75 3 14,28 Sangat rendah2. 76 – 81 6 28,57 Rendah3. 82 – 87 7 33,33 Sedang4. 88 – 93 1 4,76 Tinggi5. 94 – 96 4 19,04 Sangat tinggi
Jumlah 21 100%
Gambar 4.2Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Postest Kelas Eksperimen
Dari Tabel 4.10 dan gambar 4.2 diketahui terdapat 3 siswa
yang mendapat nilai 70 – 75 dengan persentase 14,28%. Siswa yang
mendapat nilai 76 – 81 sebanyak 6 siswa dengan persentase 28,57%.
Siswa yang mendapat nilai 82 – 87 sebanyak 7 siswa dengan
persentase 33,33%. Siswa yang mendapat nilai 88 - 93 sebanyak 1
siswa dengan persentasi 4,76 %. Siswa yang mendapat nilai 94 – 96
sebanyak 4 siswa dengan persentasi 19,04%. Dapat disimpulkan
14%
29%33%
5%19%
70 – 75 76 – 81 82 – 87 88 – 93 94 – 96
39
bahwa dari 21 siswa di kelas eksperimen, mayoritas siswa mendapat
nilai 82 – 87 dengan persentase 33%.
4.3.5.1.3. Analisis Deskriptif Pretest Kelas Kontrol
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil pretest kelas
kontrol adalah sebanyak 30 soal pilihan ganda. Analisis deskriptif
dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis
sebagai berikut :
Tabel 4.11Analisis Deskriptif Pretest Kelas Kontrol
Pada tabel 4.11 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat
bahwa variabel pretest kelas kontrol dengan jumlah data (N)
sebanyak 25 siswa mempunyai nilai pretest rata-rata 64,7996
dengan nilai terendah 43,33 dan nilai tertinggi 86,67. Sedangkan
standar deviasinya sebesar 10,67523.
Untuk menentukan interval tinggi rendahnya pretest kelas
kontrol maka ada lima kategori mengikuti acuan penilaian yaitu :
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan
menggunakan rumus:
Interval =i = , , = 8,66
Dari hasil perhitungan yang telah didapat maka diketahui nilai
interval sebesar 8,66 sehingga dapat dilihat distribusi frekuensi nilai
pretest kelas kontrol pada tabel berikut :
40
Tabel 4.12Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
No Nilai Interval Frekuensi(f)
Persentase(%) Kategori
1. 43 – 51 3 12% Sangat rendah
2. 52 – 60 7 28% Rendah
3. 61 – 69 5 20% Sedang
4. 70 – 78 6 24% Tinggi
5. 79 – 86 4 16% Sangat tinggi
Jumlah 25 100%
Gambar 4.3Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
Dari Tabel 4.12 dan gambar 4.3 diketahui terdapat 3 siswa
yang mendapat nilai 43 – 51 dengan persentase 12%. Siswa yang
mendapat nilai 52 – 60 sebanyak 7 siswa dengan persentase 28%.
Siswa yang mendapat nilai 61 – 69 sebanyak 5 siswa dengan
persentase 20%. Siswa yang mendapat nilai 70 - 78 sebanyak 6 siswa
dengan persentasi 24%. Siswa yang mendapat nilai 79 – 86 sebanyak 4
siswa dengan persentasi 16%. Dapat disimpulkan bahwa dari 25 siswa
di kelas kontrol, mayoritas siswa mendapat nilai 52 – 60 dengan
persentase 28%.
12%
28%
20%
24%
16%
43 – 51 52 – 60 61 – 69 70 – 78 79 – 86
41
4.3.5.1.4. Analisis Deskriptif Posttest Kelas Kontrol
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil posttest kelas
kontrol adalah sebanyak 30 soal pilihan ganda. Analisis deskriptif
dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for windows. Hasil analisis
sebagai berikut :
Tabel 4.13Analisis Deskriptif Posttest Kelas Kontrol
Pada tabel 4.13 Descriptive Statistics di atas dapat dilihat
bahwa Variabel posttest kelas kontrol dengan jumlah data (N)
sebanyak 25 siswa mempunyai nilai posttest rata-rata 71,4668 dengan
nilai terendah 53,33 dan nilai tertinggi 93,33. Sedangkan standar
deviasinya sebesar 11,70844.
Untuk menentukan interval tinggi rendahnya potstest kelas
kontrol maka ada lima kategori mengikuti acuan penilaian yaitu :
sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah dengan
menggunakan rumus:
Interval =i = , , = 8
Dari hasil perhitungan yang telah didapat maka diketahui nilai
interval sebesar 8 sehingga dapat dilihat distribusi frekuensi nilai
posstest kelas kontrol pada tabel berikut :
42
Tabel 4.14Distribusi Frekuensi Postest Kelas Kontrol
No Nilai Interval Frekuensi(f)
Persentase(%) Kategori
1. 53 – 61 2 8% Sangat rendah2. 62 – 70 12 48% Rendah3. 71 – 79 1 4% Sedang4. 80 – 88 5 20% Tinggi5. 89 – 93 5 20% Sangat tinggi
Jumlah 25 100%
Gambar 4.4Diagram Lingkaran Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
Dari Tabel 4.14 dan gambar 4.4 diketahui terdapat 2 siswa
yang mendapat nilai 53 – 61 dengan persentase 8%. Siswa yang
mendapat nilai 62 – 70 sebanyak 12 siswa dengan persentase 48%.
Siswa yang mendapat nilai 71 – 79 sebanyak 1 siswa dengan
persentase 4%. Siswa yang mendapat nilai 80 - 88 sebanyak 5 siswa
dengan persentasi 20%. Siswa yang mendapat nilai 89 – 93 sebanyak 5
siswa dengan persentasi 20%. Dapat disimpulkan bahwa dari 25 siswa
di kelas kontrol, mayoritas siswa mendapat nilai 62 – 70 dengan
persentase 48%.
4.3.6. Hasil Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah ada atau tidak pengaruh hasil
pembelajaran IPA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka
8%
48%
4%
20%
20%
53 – 61 62 – 70 71 – 79 80 – 88 89 – 93
43
dilakukan penelitian terhadap kedua kelas tersebut. Masing-masing kelas
diberi perlakuan yang berbeda, yaitu kelas eksperimen diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student teams
achievement division (STAD) sedangkan di kelas kontrol menggunakan
metode konvensional tetapi dengan materi pembelajaran yang sama yaitu
“Kenampakan Bumi dan Benda Langit”.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan materi yang sama tetapi
dengan perlakuan yang berbeda, evaluasi diberikan kepada kedua kelas
tersebut dengan soal yang sama. Hasil evaluasi tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.15Hasil Nilai Posttest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
No
Nama Siswa SDNegeri Jebengsari
(KelasEksperimen)
NilaiPostestKelas
Eksperimen
No
Nama SiswaSD Negeri
Beteng (KelasKontrol)
NilaiPostestKelas
Kontrol
1. MWR 80 1. WAH 66.672. AAS 86.67 2. AS 73.333. CS 76.67 3. AS 66.674. DP 70 4. HAP 93.335. FA 76.67 5. MNL 83.336. FAP 93.33 6. MDA 63.337. R 96.67 7. NMS 808. LS 70 8. RDK 53.339. SF 90 9. AR 7010. ADS 76.67 10. AM 93.3311. DN 86.67 11. DAF 8012. EHW 86.67 12. DH 86.6713. FNA 83.33 13. IU 66.6714. LNH 86.67 14. MA 66.6715. LN 76.67 15. MPS 56.6716. LMH 73.33 16. MIKD 63.3317. LW 80 17. QA 56.6718. MOS 83.33 18. SMaS 63.3319. SA 86.67 19. SNH 66.6720. RA 96.67 20. SNB 7021. P 96.67 21. KS 70
22. SN 90
44
23. AAJ 66.6724. AR 56.6725. AP 83.33
Rata-rata 83,49 71,46Maksimal 96,67 93,33Minimal 70,00 53,33
Dari hasil pembelajaran yang dilakukan setelah treatmen, nilai tes
kedua kelompok tersebut dianalisis menggunakan T-Test. T-Test
digunakan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
student teams achievement division (STAD) terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri Jebengsari (kelas eksperimen). Hasil T-Test
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.16
Tabel 4.17
Berdasarkan tabel 4.17 Independent Samples Test dapat dilihat
bahwa nilai t hitung > t tabel (3,940 > 2,015) dan signifikansi (0,00<
0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen yaitu 83,49 dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu
45
71,46. Pada tabel 4.16 Group Statistics terlihat rata-rata (mean) untuk
kelas eksperimen adalah 83,49 dan untuk kelas kontrol adalah 71,46,
artinya bahwa rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih tinggi dari
pada rata-rata nilai posttest kelas kontrol. Pada perbedaan rata-rata (mean
difference) terlihat angka perbedaan rata-rata sebesar 12,02653, maka
secara statistik dapat disimpulkan bahwa kedua kelas (kelas eksperimen
dan kelas kontrol) tidak memiliki varian yang sama, sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa ada pengaruh dalam model pembelajaran
kooperatif tipe student teams achievement division (STAD) terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Jebengsari semester genap Tahun
2011/2012 diterima.
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data yang telah disajikan, berikut ini
akan diuraikan deskripsi dan interpretasi data hasil penelitian. Deskripsi
dan interpretasi data dianalisis berdasarkan model pembelajaran kooperatif
tipe student teams achievement division (STAD) pada mata pelajaran IPA
(ilmu pengetahuan alam) dengan pokok bahasan kenampakan bumi dan
benda langit terhadap hasil belajar siswa, hasil hipotesis penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student teams
achievement division (STAD) hasilnya lebih baik dari pada kelas kontrol
yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Hal ini terbukti berdasarkan hasil statistik yang sudah dianalisis
menunjukkan hasil yang sangat signifikan dengan probabilitas dibawah
0,05 yaitu 0,00 yang artinya bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas
eksperimen yaitu model pembelajaran kooperatif tipe student teams
achievement division (STAD) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hal tersebut juga dapat dilihat dari rata-rata nilai posttest siswa kelas
eksperimen yang lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest kelas kontrol,
yaitu 83,49 > 71,46 .
46
Sesuai dengan pendapat Slavin (2007) STAD (student teams
achievement division) merupakan model yang sangat mudah diadaptasi,
telah digunakan dalam Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan banyak
subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Gagasan utama STAD memacu siswa agar saling mendorong dan
membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan
guru. Dalam STAD, siswa dibagi dalam kelompok beranggotakan empat
orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru
memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswi di dalam kelompok itu bisa
menguasai pelajaran tersebut. karena dalam pembelajaran ini, siswa
didorong untuk bagaimana memecahkan sebuah masalah bersama-sama
dengan kelompoknya. Selain itu, siswa secara individu dapat terbentuk
menjadi siswa yang aktif dan mencintai belajar, karena sebagai individu,
siswa juga dipercayakan untuk ikut berkontribusi dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh kelompok. Semboyan yang terkenal dalam
pembelajaran model kooperatif STAD (student teams achievement
division) adalah kesuksesan seseorang adalah kesuksesan kelompok, dan
kesuksesan kelompok adalah kesuksesan orang per orang di dalam
kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student
teams achievement division) berpengaruh terhadap hasil belajar IPA kelas
IV SD Negeri Jebengsari. Hal yang sama dikemukakan oleh penelitian
yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Tintin Prihatiningsih pada
tahun 2006 tentang “ Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Matematika melalui model pembelajaran kooperarif tipe STAD (student
teams achievement division) pada pokok bahasan bilangan bulat kelas VII
A SMP Negeri 5 Depok Yogyakarta”. Penelitian tersebut menyimpulkan
bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(student teams achievement division) keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran pada pokok bahasan bilangan bulat dapat meningkat. Jadi
47
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student teams achievement
division) terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA
maupun Matematika baik untuk siswa sekolah menegah (SMP) kelas VII
A maupun siswa sekolah dasar (SD) kelas IV.