suryakanta edisi 2, volume 3

24
Buletin STKIP Surya STKIP SURYA Kanta Laporan Utama Wawancara : Membumikan Penelian Laporan Utama Membangun Budaya Penelian di Kampus Edisi 2 Volume 3 September 2014

Upload: trinhthien

Post on 17-Jan-2017

242 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Buletin STKIP Surya

STKIP SURYAKanta

Laporan UtamaWawancara : Membumikan Penelitian

Laporan UtamaMembangun Budaya Penelitian di Kampus

Edisi 2 Volume 3 September 2014

Page 2: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Buletin STKIP SuryaSURYAKANTAISSN : 977 2339005001

PembinaMauritsius Tuga, Ph.D. (Ketua STKIP Surya)

Pengarah / Dewan Redaksi• Ir. Budi Tjusila, MM. (Pembantu Ketua

Bidang Kemahasiswaan)• Johannes H. Siregar, Ph.D. (Pembantu

Ketua Bidang Administrasi Umum)• Agus Purwanto, Ph.D. (Pembantu Ketua

Bidang Penelitian, Pengabdian dan Kemitraan)

Pemimpin Redaksi / Penanggung JawabAgus Purwanto, Ph.D.

Tim Redaksi• Rully Charitas Indra P., M.Pd.• Anne Sirait, M.Si.• Mira Rosalina, S.Pd. M.T.• Alfi Syukrina Amir, M.Pd.• Jayus Riyadi S, M.Pd.• Wiwik Wiyanti, M.Sc.• Fauzan Joko

Layout & DesainBiro Komunikasi, STKIP Surya

Foto CoverPelepasan mahasiswa PPL angkatan 1, STKIP Surya (Biro Komunikasi, STKIP Surya)

SekretariatBiro Komunikasi STKIP SuryaGedung SURE Center, Lt.3, Ruang 313.AJl. Scientia Boulevard Blok U/7Gading Serpong, Tangerang 15810 Banten, Indonesia

Email : [email protected]

PenerbitSTKIP Surya

Pembaca yang budiman,

Kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat merupakan pilar penting dalam pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, selain kegiatan pengajaran itu sendiri. STKIP Surya sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi sangat menyadari pentingnya hal tersebut dengan menerjemahkannya ke dalam kegiatan-kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang diharapkan dapat memberikan manfaat langsung maupun tak langsung bagi masyarakat secara luas. Laporan utama pada edisi ini kami berhasil melaku-kan wawancara dengan Pembantu Ketua 3 Bidang Penelitian, Pengabdian dan Kerjasama, Bpk. Agus Purwanto, Ph.D mengenai strategi penelitian di lingkungan STKIP Surya. Wawancara tersebut dapat disimak pada halaman 4-7. Pada halaman 8-11 kami juga menampilkan laporan utama perihal Mem-bangun Budaya Penelitian di lingkungan kampus.

Pada kolom sains, kami sajikan tulisan Anne Sirait, M.Sc tentang pentingnya kreativitas seseorang untuk mengantisipasi segala keterbatasan yang mung-kin akan dihadapi dalam tulisan yang berjudul Mengapa Perlu “Do It Yourself ?” pada halaman 12-13. Kegiatan Kemahasiswaan yang semakin aktif dan beragam juga tidak lupa kami sajikan di halaman 14 - 15. Kami sajikan pula sebuah tulisan karya mahasiswa tentang kebudayaan dan kuliner.

Pada rubrik penelitian di halaman 20 - 23, kami sajikan dua materi yaitu tentang penelitian mahasiswa yang didanai oleh Dikti melalui program PKM Karsa Cipta dan ikut dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke 27 di Se-marang, dan sebuah laporan penelitian yang dilakukan oleh dosen/peneliti STKIP Surya yaitu tentang pembelajaran perkalian bilangan.

Masih banyak artikel-artikel lain yang tidak kalah menariknya untuk disimak. Besar harapan kami agar Buletin SURYAKANTA ini dapat menjadi sarana penambahan wawasan dan media komunikasi kegiatan kampus STKIP Surya.

Salam,Tim Redaksi

EDITORIAL

Page 3: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

12 SAINS : Mengapa Perlu “Do It Yourself ?”14 Kegiatan Mahasiswa16 Suara Mahasiwa18 Gradasi 201419 Akreditasi Program Studi20 Penelitian Mahasiswa/PIMNAS 2722 Penelitian Dosen24 Rekam Peristiwa

Membumikan Peneli-tian dengan Pengab-dian Masyarakat

Membangun Budaya Penelitian di KampusSebagai pabrik para intelektual, sudah sewajarnya kampus memiliki per-anan yang sangat penting dalam melahirkan produk-produk akademis yang mampu bersaing dan bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya dengan menghasilkan ide atau gagasan untuk memerangi kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, baik itu berupa buku ataupun karya tulis ilmiah. Hal tersebut dapat terlaksana, jika kita tidak terperangkap dalam aturan kebija-kan dan birokrasi akademik yang sangat ketat, sehingga budaya akademik berupa berpikir kritis, inovatif, kreatif, dan berinisiatif dapat muncul dari se-luruh civitas akademi di lingkungan kampus.

Wawancara4

8

Laporan Utama

Penelitian merupakan kegiatan un-tuk menghasilkan pengetahuan yang dapat dibaca secara data, te-ori, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya ilmu pendidikan, pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pengabdian masyarakat merupakan kegiatan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR ISI

Page 4: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Sepenggal kalimat di atas dapat menjadi sebuah inspirasi bagi setiap akademisi di Indonesia,

tidak terkecuali di Sekolah Tinggi Ke-guruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Surya. Penggalan kalimat tersebut terasa istimewa karena sangat tepat dengan tema wawancara kali ini yaitu tentang penelitian dan peng-abdian masyarakat. Sebagai akademisi di STKIP Surya, sudah saatnya untuk “mem-bumikan” penelitian dengan peng-abdian masyarakat, sehingga man-faatnya bukan hanya dirasakan

untuk diri sendiri (peneliti) namun juga untuk masyarakat. Hal ini juga diamini oleh Agus Purwanto, Ph.D ketika diwawancarai Jumat 19 Sep-tember 2014 di STKIP Surya. Disela-sela kesibukan di ruang kerjanya, Agus Purwanto pe-nuh semangat menjawab beberapa pertanyaan yang redaksi ajukan seputar penelitian dan pengabdian masyarakat. Berikut cuplikan hasil wawancara tersebut.

Redaksi (Red) : Selamat siang Pak, saya dari redaksi Suryakanta ingin

mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang ada di STKIP Surya. Apakah bapak ada waktu 15 menit untuk menjawab beberapa pertanyaan yang akan saya ajukan?

Agus Purwanto (AP) : Selamat siang. Silahkan, dengan sangat senang hati.

Red : Pak, menurut pribadi bapak sebenarnya penelitian dan pengab-dian masyarakat itu apa?

MEMBUMIKAN PENELITIAN DENGAN PENGABDIAN MASYARAKATWawancara dengan Bpk. Agus Purwanto, Ph.D (Pembantu Ketua 3 Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama, STKIP Surya)

Oleh: Wiwik Wiyanti, M.Sc

“Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat untuk manusia lainnya” (HR. Thabrani dan Daruquthni)

Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 20144

WAWANCARA

Page 5: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

AP : Penelitian merupakan kegiatan untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat dibaca secara data, teo-ri, konsep, metodologi, model atau informasi baru yang memperkaya ilmu pendidikan, pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pengabdian masyarakat merupakan kegiatan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.

Red : Menurut bapak, seberapa pentingkah penelitian dan peng-abdian masyarakat di STKIP Surya sendiri?

AP : Sangat penting, dengan peneli-tian nantinya pengajaran bisa dia-rahkan ke dalam suatu penyelesaian masalah, begitu juga pengabdian, sangat penting karena pengajaran bisa ditujukan untuk hal-hal yang berguna bagi masyarakat.

Red : Apakah ruang lingkup peneli-tian dan pengabdian masyarakat di STKIP Surya sendiri dibatasi dalam bidang kependidikan atau kegu-ruan saja karena latar belakang STKIP sendiri adalah merupakan sekolah keguruan?

AP : Tentu saja tidak. Lingkup pe-nelitian sudah di atur dalam buku panduan penelitian dan pengabdian masyarakat STKIP Surya, yang mana lingkup penelitian sendiri dibagi menjadi tiga kategori, yaitu peneli-tian dasar, terapan dan pengem-bangan. Untuk lingkup pengabdian masyarakat sendiri mencakup kegia-tan perintis, pengembangan dan pe-nunjang, dan semuanya juga sudah dijelaskan dalam buku panduan.

Red : Baik pak, menarik sekali, dari penjelasan bapak berarti ada hubungan atau kaitan anta-ra penelitian dan pengabdian masyarakat, bisa dijelaskan?

AP : Iya, betul, ... hubungannya

adalah saling memperkuat, kurang lebih begitu, keluaran dari peneli-tian kalau tidak digunakan dan diaplikasikan untuk pengabdian masyarakat, maka penelitian yang dilakukan hanya buang-buang re-source atau sumber daya, kemudian untuk pengabdian sendiri menjadi umpan balik terhadap penelitian, sehingga penelitiannya itu bisa ber-daya guna, ibarat “ular yang meng-gigit ekornya” jadi akan berputar terus menerus.

Red : Siapa saja yang bisa terlibat

dalam penelitian dan pengabdian masyarakat di lingkup STKIP Surya?

AP : Seharusnya mahasiswa dan dosen.

Red : Apakah ada lembaga yang menaungi mengenai penelitian dan pengabdian masyarakat di STKIP Surya?

AP : Tentu saja ada. Namanya lem-baga penelitian dan pengabdian masyarakat atau biasa kita kenal dengan nama LPPM.

Berikut adalah rangkuman beberapa daftar hasil penelitian mahasiswa STKIP Surya dari tahun 2013 sampai 2014 yang telah diseminarkan di Seminar Na-sional maupun di Konferensi Nasional yang redaksi himpun dari staf kemaha-siswaan STKIP Surya. 1. Oryza Zafivani, 2013, Penerapan Matematika GASING untuk Penjumlahan

Bilangan Satu Angka dengan Satu Angka, dipresentasikan pada Seminar Nasional Matematika Universitas Indonesia, Prodi Pendidikan Matematika.

2. Ira Silviana Rahman dan Dwi Wulandari, 2014, MATHCHAN (Mathematics Dakocan) sebagai Media untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Siswa Kelas I Sekolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matema-tika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika.

3. Dyah Indah Adrelia dan Venny Kurniawati, 2014, Pemahaman Konsep Pembelajaran Kelipatan Persekutuan Terkecil Menggunakan Permainan Tradisional Boom Angka untuk Anak Kelas IV, dipresentasikan pada Kon-ferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika.

4. Fadila Hasmita dan Oryza Zafivani, 2014, Penggunaan Permainan Tradis-ional “Icak-icakan” dalam Pemahaman Materi Persentase Laba Rugi pada Siswa dengan Gaya Belajar Cenderung Kinestetik, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika.

5. Sari Juliana dan Sri Ratnadewi, 2014, Penggunaan Permainan Tradisional Yeye dalam Pemahaman Konsep Operasi Perkalian untuk Siswa Kelas III Se-kolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika

6. Yuannisya Walimun dan Yuli Pinasthika, 2014, Pentingnya Pengaruh Per-mainan Tradisional Layang-layang dalam Pembelajaran Phytagoras di Ke-las VIII Sekolah Menengah Pertama, dipresentasikan pada Konferensi Na-sional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika

7. Armianti dan Olanda Dwi Sumitra, 2014, Pembelajaran Operasi Pengu-rangan Bilangan Bulat Melalui Permaianan Tradisional Kelereng Kelas III Sekolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika

8. Novia Larosa dan Nurrochmah, 2014, Penanaman Konsep Materi Operasi Pembagian menggunakan Permaianan Tradisional Bola Bekel di Kelas II Se-kolah Dasar, dipresentasikan pada Konferensi Nasional Matematika ke XVII di Institut Teknologi Surabaya, Prodi Pendidikan Matematika

5Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

WAWANCARA

Page 6: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Red : Peran LPPM sendiri dalam kegiatan penelitian dan pengab-dian kepada masyarakat apa pak?

AP : LPPM melakukan kordinasi ke-giatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di lingkungan STKIP Surya dan tentu saja dengan bantuan pendampingan dari center-center yang ada di STKIP Surya .

Red : Bagaimana prosedur untuk melakukan penelitian dan pengab-dian masyarakat di STKIP Surya?

AP : Prosedurnya ada dua, yaitu in-ternal dan eksternal. Eksternal bi-asanya bisa seperti hibah penelitian, untuk mendapatkan hibah tersebut harus mengajukan proposal sesuai dengan jenis hibah yang akan diaju-kan. Peran LPPM dalam hal ini ada-lah melihat kelengkapan kemudian melihat laporannya apakah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Direktorat Jendral Pen-didikan Tinggi, Kemdikbud. Sedang-kan internal biasanya seperti peneli-tian yang tidak membutuhkan dana yang besar, sehingga untuk hal sep-erti ini bisa diawali langsung dari dosen yang melakukan penelitian, namun apabila STKIP Surya sudah cukup dananya akan dibantu oleh STKIP Surya.

Red : Nah berkaitan dengan dana penelitian nih pak, sistem pen-danaan bantuan penelitian dan pengabdian masyarakat sendiri bagaimana prosedurnya pak?

AP : Pengajuan dana penelitian dan pengabdian masyarakat diajukan melalui Prodi, kemudian diseleksi secara kolektif melalui LPPM sam-pai pelaporan hasil penelitian-pun di laporkan melalui LPPM juga.

Red : Karena bapak menyebutkan hasil penelitian, hasil dari peneli-tian yang diharapkan berupa apa saja?

Daftar penerima hibah penelitian yang telah diperoleh mahasiswa maupun dosen tingkat nasional maupun internasional.

1. Muthmainah, Dinna Cilvia Asri, Ichtiar Rizki Erianti dan Jefrid Taimenas (Hibah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), Dikti, 2014), Program Pengembangan Media Pembelajaran Visual Berbasis Open Source sebagai Penarik Benang Me-rah antar Rumus dan Fenomena Alam.

2. Chairunnisa, Marwinda Koen dan Muhammad Arif berhasil (Hibah PKM, Dikti, 2014) Program TA-SHIRT (Teknologi Air Track Sederhana Berbasis Sensor Ca-haya) sebagai Solusi Penyediaan Alat Praktikum Fisika Mekanika Sekolah Me-nengah Atas di Indonesia.

3. Eka Prihartini, Asri Gita, Marini Oktaria dan Putri Lestari, (Hibah PKM, Dikti, 2014), Program Futsuu Gakusei Store.

4. Ahmad Zulfakar Rahmadi, Marezhaq Salsabila, Muhammad Fauzi Ashari dan Syi-roja Isyatirrodiyah (Hibah PKM, Dikti, 2014), Program Hogu Electric untuk Pen-skoran Otomatis Pertandingan Taekwondo.

5. Trimahdania Ulandari, Bella Tania, Evin Kurniasih, Sari Yulli Safitri dan Sri Lestari, (Hibah PKM, Dikti, 2014), Program Martabak Manis dan Asin dari Kulit Pisang (Masin Kusang) sebagai Camilan Bergizi.

6. Rully Charitas Indra Prahmana, S.Si., M.Pd., dan Alberta Makur, S.Si., ( Hibah Dosen Pemula, Dikti, 2014), Penyebab Kecemasan Matematika Mahasiswa Calon Guru Asal Papua.

7. Rully Charitas Indra Prahmana, S.Si., M.Pd. dan Samsul Arifin, M.Sc., (Hibah Dos-en Pemula, Dikti, 2013), Desain Pembelajaran Operasi Bilangan dalam Matema-tika GASING untuk Pelajar Papua.

8. Yalun Arifin, MSc, PhD, AMIChemE., Dr. Ing Arbi Dimyati dan Dr. Ing. Pudji Un-toro, (Hibah Toray Science Foundation (ITSF), 2012), A Second Generation Bio-fuel from Cellulosic Agricultural by-product Fermentation using Clostridium Spe-cies for Electricity Generation.

9. Dr. Handri Santoso dan Jaha Nababan, Ed. M., (Hibah dari GOOGLE.COM melalui TIDES Foundation0, engembangan Metode Pembelajaran Interaktif mengguna-kan Google 3D Warehouse dan Augmented Reality.

10. Yalun Arifin, MSc, PhD, AMIChemE., dan Lies Dwiarti., M.Sc., Ph.D., (Hibah In-ternational Foundation for Science (IFS)), Itaconic Acid Production from Agricul-tural Waste in Escherichia Coli W.

11. Eddy Yusuf, Ph.D., (Hibah TWAS), Actin Cytoskeleton Dynamic and Morphology.

Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 20146

Mahasiswa STKIP Surya melakukan praktikum di laboratorium

WAWANCARA

Page 7: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

AP : Bisa dalam bentuk jurnal, mau-pun publikasi ilmiah, tentunya lebih bagus kalau bisa yang skala interna-sional, kemudian paten, kalaupun tidak dipatenkan setidaknya dapat menghasilkan suatu produk peneli-tian yang khas. Selanjutnya adalah pengabdian kepada masyarakat, yaitu hasil dari penelitian yang di-capai, diaplikasikan untuk memberi-kan manfaat kepada masyarakat.

Red : Harapan untuk STKIP Surya sendiri dari hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan berupa apa?

AP : Harapannya, berbagai peneli-tian yang telah dilakukan dapat menjadi umpan balik untuk penga-jaran. Dan dikemudian hari, sema-kin banyak lagi penelitian-penelitian yang dilakukan baik oleh dosen maupun mahasiswa.

Red : Perlukan mahasiswa STKIP Surya yang notabene calon guru melakukan penelitian?

AP : Sangat perlu. Penelitian itu kan suatu keterampilan, itu harus dibangun sejak dini, dan yang sering terjadi di Indonesia itu adalah rasa ingin tahu ketika masa kecil menjadi hilang setelah mereka berangkat de-wasa karena pengajaran di sekolah, dan ini harus dikembalikan ketika ada kesempatan di bangku kuliah.

Sebelum mengakhiri sesi wawan-cara, redaksi meminta pak Agus Purwanto untuk memberikan pesan kepada mahasiswa STKIP Surya.

Red : Sebelum saya mengakhiri wawancara dengan bapak, adakah pesan untuk Mahasiswa STKIP Surya terkait penelitian dan peng-abdian kepada masyarakat?

AP : Terus kembangkan keterampi-lan science, penelitian, kemudian tingkatkan dengan mengabdi ke-

Daftar hasil penelitian dosen dalam bentuk Jurnal Internasional

1. Rully Charitas Indra Prahmana dan Petra Suwasti, 2014, Local Instruction Theory on Division in Mathematics GASING, Journal on Mathematics Edu-cation (IndoMS-JME) Vol.5 No 1, pp 17-26, Palembang:IndoMS.

2. Josephine Kusuma dan Sulistiawati, 2014, Teaching Multiplication of Num-bers using Matematika GASING, Journal on Mathematics Education (In-doMS-JME) Vol.5 No 1, pp 66-84, Palembang:IndoMS.

3. Johannes, H., S., Wiwik, W., Nur, S., W., dan Ali., G., 2014, Learning the Criti-cal Points for Addition in Matematika GASING, Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME) Vol.5 No 2, pp 6160-169, Palembang:IndoMS.

4. Prahmana, Rully Charitas I, Zulkardi, Hartono, Yusuf, 2012, Learning Mul-tiplication Using Indonesian Traditional Game in Third Grade, Journal on Mathematics Education (IndoMS-JME) Vol. 3 No. 2, pp. 115-132, Palem-bang: IndoMS.

5. Md. Mamudur Rahman, Rifki Muhida, Md. Sazzad Hossein Chowdhury, Henry Setiyanto, Hishamuddin Zainuddin, Azmi Bin Zakaria, and Hideaki Kasai, 2012, Theoretical Investigation of a Benzene-Vanadium Multiple-Decked Sandwich Chain on a Gold Surface, J. Comput, Theor. Nanosci 9, 1063-1066.

6. Rifki Muhida, Md. Mamudur Rahman, Md. Sazzad Hossein Chowdhury, Henry Setiyanto, Hishamuddin Zainuddin, Azmi Bin Zakaria, and Hideaki Ka-sai, 2012, Theoretical Study of Atomic Level Understanding of the Reactive Ion Etching (RIE), J. Comput, Theor. Nanosci 9, 1067-1069.

7. Mun Teng Soo, Niki Prastomo, Atsunori Matsuda, Go Kawamura, Hiroyu-ki Muto, Ahmad Fauzi Mohd Noor, Zainovia Lockman, Kuan Yew Cheong, 2012, Elaboration and characterization of solgel derived ZrO2 thin films treated with hot water, Applied Surface Science 258 [13] 5250-5258.

8. Tyler Drake, Eddy Yusuf and Dimitrios Vavylonis, 2012, A Systems-Biology Approach to Yeast Actin Cables, in “Advances in Systems Biology”, Springer series Advances in Ex- perimental Medicine and Biology, 736:325-35.

9. Niki Prastomo, N. H. Zakaria, G. Kawamura, H. Muto, M. Sakai, and A. Mat-suda, 2011, High surface area BaZrO3 photocatalyst prepared by base-hot-water treatment, J. Eur. Ceram. Soc., 31 [1] 2699-2705.

10. Niki Prastomo, M. M. Ayad, G. Kawamura, and A. Matsuda, 2011, Synthesis and characterization of polyaniline nanofiber/TiO2 nanoparticles hybrids, J. Ceram. Soc. Japan, 119 [1] 342-345.

11. Yalun Arifin, Suriana Sabri, Haryadi Sugiarto, Jens O. Krömer, Claudia E. Vick-ers, Lars K. Nielsen, 2011, Deletion of cscR in Escherichia coli W improves growth and poly-3-hydroxybutyrate (PHB) production from sucrose in fed batch culture, Journal of Biotechnology 156 (4), 275-278.

12. Handri Santoso, Nomura Shusaku, Yajima Kuniaki, Ogawa Nobuyuki, Fu-kumura Yoshimi, Nakamura Kazuo, 2011, Student Attitude Identification Towards E-Learning Course Based on Biosensor Information, International Journal of Cyber Society and Education 4, 63-76.

13. Agung Alfiansyah, 2011, Deformable Models and Level Sets in Image Seg-mentation, in “Medical Image Processing”, Springer series Biological & Medical Physics, Biomedical Engineering 59-87.

14. Zainul Abidin, Herry J. Kwee, and Jong Tan Anly, 2011, Asymptotic Freedom in Holographic QCD, JHEP 12 026.

pada masyarakat untuk melatih kemandirian kalian. Bermanfaatlah untuk lingkungan di manapun kalian berada.

Red : Terimakasih sudah meluang-kan waktunya untuk wawancara pak.

AP : Terimakasih kembali, semoga apa yang saya sampaikan berman-faat, untuk lebih lengkapnya dan jelasnya mengenai pedoman peneli-tian dan pengabdian masyarakat bisa dilihat dan dibaca pada buku pedoman penelitian dan pengab-dian masyarakat STKIP Surya.

7Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

WAWANCARA

Page 8: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Kampus merupakan salah satu tempat yang paling ideal untuk melakukan aktifitas penelitian,

dikarenakan memiliki sarana dan prasarana yang sangat mendukung.

Selain itu, Direktorat Jenderal Pen-didikan Tinggi (Dikti), selaku lem-baga pemerintah yang mengayomi kampus-kampus di Indonesia, mem-berikan dukungan materi berupa

dana hibah yang jumlah nya sangat besar, bagi civitas akademik yang ingin melakukan penelitian, tidak ada alasan lagi untuk tidak segera bergegas melakukan penelitian.

Membangun Budaya Penelitian di Kampus

Oleh : Rully Charitas Indra Prahmana

Gambar : htt

p://iserotope.com/

Salah satu faktor penyebab Indonesia Jaya, suatu hari nanti, adalah tingginya animo masyarakat dalam bidang penelitian. Masyarakat

disini, lebih ditekankan kepada para civitas akademik yang bernaung dalam suatu payung yang bernama Kampus

Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 20148

LAPORAN UTAMA

Page 9: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Penelitian sebagai Nafas Kampus Sebagai pabrik para intelek-tual, sudah sewajarnya kampus me-miliki peranan yang sangat penting dalam melahirkan produk-produk akademis yang mampu bersaing dan bermanfaat bagi masyarakat, salah satunya dengan menghasil-kan ide atau gagasan untuk mem-erangi kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, baik itu berupa buku ataupun karya tulis ilmiah. Hal tersebut dapat terlaksana, jika kita tidak terperangkap dalam aturan kebijakan dan birokrasi akademik yang sangat ketat, sehingga budaya akademik berupa berpikir kritis, ino-vatif, kreatif, dan berinisiatif dapat muncul dari seluruh civitas akademi di lingkungan kampus. Selain itu, belum terben-tuknya budaya penelitian di kam-pus diduga bukan saja berhubungan dengan kebijakan dan birokrasi yang sangat ketat, tetapi faktor internal dari para civitas akademi, dalam hal ini para dosen, baik itu berupa interaksi sosiologis yang cenderung belum bisa menerima perbedaan pendapat, bersaing dan berambisi atas suatu hal, individualis, dan me-miliki pemikiran bahwa dosen itu tugasnya hanya mengajar alias acuh terhadap hal lain selain mengajar. Hal ini, jika dibiarkan secara terus menerus, akan berakibat hilangnya jati diri kampus sebagai lembaga ilmiah yang menjunjung tinggi tri dharma perguruan tinggi, yaitu pen-gajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyakarat. Tantangan berikutnya yang masih dihadapi adalah tradisi aka-demik berupa senioritas dan gelar oriented dari para civitas akademik, untuk menyatakan pendapat (ide) penelitian apa adanya namun ber-tanggung jawab masih belum dite-rima, dimana dosen-dosen muda, yang baru lulus magister, masih di-pandang sebelah mata oleh para

senior bergelar doktor dalam hal mengajukan ide atau gagasan pe-nelitian. Seharusnya, tidak perlu lagi ada dinding tebal yang menghalangi setiap dosen menyatakan penda-pat dan pemikiran-pemikirannya, sekalipun mungkin berbeda dengan kebanyakan penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya, asal didukung kaidah ilmiah yakni obyek-tif dan kebenaran, maka alangkah baiknya mereka dipercaya untuk melakukan penelitian tersebut. Selanjutnya, hasil dari ke-bijakan kampus, termasuk visi dan misi nya, juga perlu ditelaah kem-bali, dilihat dari sisi substansial mau-pun teknis operasionalnya, apakah sudah memuat unsur budaya pe-nelitian atau belum. Jangan sampai unsur-unsur non akademik dan san-gat teknis lebih mendominasi dalam membuat indikator keberhasilan kampus. Sudah seharusnya, ukuran keberhasilan suatu kampus adalah terbentuknya budaya meneliti dan menulis karya ilmiah yang menjadi rujukan masyarakat akademik se-cara global. Oleh sebab itu, kemam-puan kampus dalam menciptakan suasana nyaman dalam mengem-bangkan budaya penelitian harus lebih ditingkatkan, yang berakibat pada dihasilkannya teori baru, buku ilmiah, dan karya tulis dalam jurnal ilmiah yang berkualitas, dalam jum-lah besar, sehingga, istilah penelitian sebagai nafas kampus bukan hanya menjadi isapan jempol belaka.

Membangun Budaya Penelitian Budaya penelitian akan terbangun, jikalau kampus mampu memfasilitasi para civitas akademik dalam bentuk program dan kegiatan akademik yang berkesinambungan. Setiap dosen, tanpa memandang senioritas dan gelar akademik, ter-buka peluangnya untuk mengem-bangkan ide atau gagasan peneli-tiannya.

Budaya penelitian ini, harus memiliki karak-ter bahwa mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bentuk penelitian ada-lah manifestasi dari ibadah seseorang (me-nyebarkan ilmu yang bermanfaat dan men-jadi pribadi yang ber-manfaat buat banyak orang).

Selain itu, dibutuhkan kete-ladanan sebagai karakter sejati dari para senior, utamanya para guru besar, dalam membangun budaya penelitian ini, seperti berbagi pen-galaman dalam penelitian, menga-yomi para dosen-dosen muda, dan merekomendasikan mereka dalam berbagai kegiatan maupun publikasi ilmiah. Selanjutnya, para guru besar seharusnya mampu menjadi pa-nutan dalam hal pengalaman, wa-wasan keilmuan yang luas, berbudi pekerti luhur, dan profesional di bi-dangnya. Sehingga, budaya peneli-tian akan secara otomatis dan alami akan diikuti seluruh civitas akademik di kampus, baik oleh dosen muda maupun mahasiswanya. Bentuk budaya penelitian yang sifatnya substansial harus da-tang dari setiap civitas akademik, khususnya para dosen. Budaya pe-nelitian, mulai dari menelaah ba-han ajar yang terbaik untuk maha-siswanya (penelitian eksperimen atau pengembangan), diskusi keil-muan dan tinjauan teori-teori yang ada untuk mencari topik-topik apa yang lagi hangat di dunia penelitian, menulis buku dan jurnal ilmiah yang

9Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

LAPORAN UTAMA

Page 10: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

sifat lokal. Sehingga, penelitian dan publikasi yang berkualitas, bukan suatu hal yang mustahil untuk ter-laksana dan harapannya, jangan sampai ada kesan seorang dosen baru rajin menulis karya ilmiah, ke-tika sudah waktunya untuk meraih angka kredit jabatan akademik saja.

Peneliti sebagai Ruh Budaya Peneli-tian Ketika bercermin, maka cer-min akan merefleksikan apa yang ada di depannya, sehingga segala hal yang ada didepannya akan tam-pak sama apa adanya di dalam cer-min. Hal ini juga berlaku dalam pe-nelitian. Pada dasarnya, penelitian merupakan sebuah cermin yang paling jujur untuk mengetahui se-berapa besarkah kompetensi pene-liti dalam suatu displin ilmu tertentu dan seberapa besar penguasaaan peneliti pada ilmu tersebut. Dengan melakukan penelitian, maka peneliti akan mengetahui dimana letak kele-bihan dan kekurangannya. Dalam proses penelitian, seorang peneliti pada hakikatnya sedang merefleksikan dan mengek-spresikan keingintahuannya terha-dap sesuatu. Sehingga, akan timbul kepuasaan yang tidak ternilai, ketika ia dapat menyelesaikan penelitian-nya dengan baik. Terlebih, ketika pe-nelitiannya, dapat langsung berman-

faat bagi orang banyak. Selain itu, ketika sedang melakukan penelitian, maka ia sedang merefleksikan has-ratnya dan segenap pengetahuan yang dimilikinya untuk memecah-kan masalah yang ditelitinya. Oleh karena itu, peneliti yang baik, memi-liki cara berfikir skeptik, yang artinya selalu menanyakan dan memikir-kan bukti ilmiah yang ada dari per-masalahan yang ingin dipecahakan, berfikir runut dan sistematis serta terstruktur, dan kritis atas segala hal yang ditemukan. Sehingga, ketika ada fenomena dan permasalahan yang mesti dicari pemecahannya, maka seorang peneliti dituntut un-tuk mengembangkan logika ber-pikirnya secara holistik dan ilmiah. Selanjutnya, seorang pe-neliti harus mampu fokus untuk mencari solusi atas masalah yang akan dihadapi. Ini artinya, ia harus benar-benar menguasai apa yang menjadi permasalahan penelitian dan apa yang harus dilakukan un-tuk memecahkan masalah tersebut (kompeten atau ahli di bidangnya). Selain itu, peneliti harus memiliki sifat jujur, yaitu mampu mengung-kapkan fakta-fakta yang ditemukan dan dihasilkan apa adanya selama proses mengkaji penelitiannya. Ter-akhir, seorang peneliti juga harus objektif dalam melaksanakan penel-itian. Suatu kebenaran yang dicari

seharusnya sudah menjadi aktifitas keseharian, dan terakhir mengikuti forum atau konferensi ilmiah, mini-mal 1 semester sekali. Selanjutnya, ada baiknya dikembangkan perilaku atau ekspresi dalam budaya peneli-tian, yang diawali dari perenungan, perencanaan, penelitian, rekon-struksi/kontemplasi, penulisan, dan publikasi serta diseminasi karya ilmiah dalam bentuk seminar, pe-nulisan, dan publikasi ilmiah yang bersifat nasional maupun interna-sional. Di era modern seperti sekarang ini, kampus diharapkan mampu mengembangkan jejaring lintas kampus baik di dalam mau-pun luar negeri (lebih diprioritas-kan), agar terbangun joint research, yang menjadi nilai tambah dalam budaya penelitian yang telah ter-bangun di lingkungan kampus. Inter-aksi antar peneliti yang berasal dari berbagai kampus menjadi sangat penting dalam rangka menghasil-kan penelitian dan publikasi yang terstandarisasi dan menambah wa-wasan serta cara pandang seorang peneliti. Intinya adalah bagaimana memperoleh manfaat dan mengam-bil sisi baik suatu budaya penelitian yang berasal dari luar, dengan hara-pan budaya penelitian yang telah terbangun di kampus memiliki cara pandang global, namun tetap ber-

Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 201410

LAPORAN UTAMA

Page 11: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Pertamina, industri-industri swasta, dan sebagainya, dimana jumlah dana yang diberikan juga sangat bervariasi, mulai dari 10 Juta sam-pai dengan 500 Juta bahkan 1 Mil-yar dalam setiap tahunnya. Selain itu, pelaksanaan penelitian, kalau mengungkinkan, juga dapat diaju-kan kembali untuk tahun berikutnya sampai dua tahun ke depan yang biasanya dengan total biaya hibah yang mendekati tahun pertama. Pada dasarnya, untuk men-dapatkan dana penelitian itu sangat sederhana. Untuk sponsor yang be-rasal dari Negara, seperti DP2M Dik-ti, Menristek, Diknas, dan Balitbang, peneliti cukup membaca panduan yang mereka buat, ikuti dengan baik, dan submit proposal sesuai tanggal yang telah ditentukan. Apa-bila semua hal telah dilakukan den-gan baik, maka besar kemungkinan untuk mendapatkan dana hibah tersebut. Selanjutnya, pergunakan dana tersebut dengan sebaik-bai-knya, berikut laporannya, sehingga peneliti memiliki track record, yang

dari sebuah penelitian akan didapat dari seberapa objektifkah peneliti dalam melakukan penelitian. Ber-pikir terbuka terhadap segala ke-mungkinan yang muncul dalam pe-nelitian merupakan ketentuan lain yang mesti ada dalam diri peneliti. Dengan demikian, peneliti nantinya mampu menelaah dan memberi-kan penyelesaian jawaban terbaik atas permasalahan yang dihadapi selama proses penelitian. Sebagai tambahan, seorang peneliti juga merupakan seorang pembelajar se-jati. Ini artinya, ia tidak hanya puas dengan pengetahuan yang dimiliki sehingga tidak ada keinginan un-tuk menambah dan meningkatkan pengetahuan.

Dinamika penelitian se-lalu berkembang. Oleh karena itu, seorang peneliti harus selalu be-lajar dan belajar agar pengetahuan dan kom-petensinya tetap ter-jaga, dengan harapan ia dapat menjadi ruh dalam menumbuhkan budaya penelitian.

Menjemput Dana Penelitian Melihat dana atau biaya untuk melakukan penelitian sangat besar, tergantung kedalaman pe-nelitian yang akan dilakukan, maka sudah menjadi alasan klasik bagi para peneliti untuk tidak melaku-kan penelitian, dengan sebab tidak adanya dana penelitian untuk mem-biayai penelitiannya. Padahal, pada kenyataannya banyak sekali instan-si-instansi, bahkan industri-industri yang bersedia memberikan donatur dalam penelitian, misalnya DP2M Dikti, Menristek, Diknas, Balitbang,

baik. Akibatnya, pengajuan proposal dana hibah penelitian berikutnya, akan lebih mudah untuk didapat. Selain dari lembaga pemerintah, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan dana hibah dari spon-sor swasta, yang cara mendapatkan-nya juga cukup mudah, diantaranya dengan mengadakan perkenalan dengan donatur penelitian tersebut. Perkenalan dengan donatur dapat dilakukan dengan melakukan kun-jungan ke instansi donatur dengan memperkenalkan potensi peneliti dalam bidang yang tepat dengan pemberi dana penelitian. Dengan mengetahui potensi peneliti dalam segi penelitian yang relevan den-gan permasalahan mereka, maka tanpa adanya rayuan pasti mereka akan menghubungi peneliti, apa-bila mereka mengalami suatu per-masalahan yang perlu untuk diteliti. Oleh karena itu, pada dasarnya dana penelitian itu sesungguhnya ada dimana-mana, sehingga yang diper-lukan peneliti hanyalah usaha untuk menjemput, bukan mencarinya.

11Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

Mahasiswa STKIP Surya melakukan praktikum di laboratorium

LAPORAN UTAMA

Page 12: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Bayangkan jika suatu saat anda membutuhkan alat/barang, namun alat/barang yang anda perlukan tersebut tidak tersedia atau sangat langka (susah mendapatkannya) tapi anda punya

sedikit kemampuan teknis, apa yang bisa Anda lakukan?

Anda pastinya akan mencoba un-tuk merancang, membuat alat yang mirip dengan alat yang di-

inginkan atau butuhkan, atau malah lebih lagi, anda akan memodifikasi model yang ada hingga sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Hal yang lebih membanggakan lagi adalah ketika anda berhasil membuatnya, dan alat tersebut dapat berfungsi dan bekerja dengan baik.

Konsep diatas dikenal dengan sebutan “Do It Yourself”, suatu kegiatan membuat, memodifikasi atau memper-baiki alat atau instrumen secara sendiri tanpa bantuan ahli. Istilah “do-it-your-self” bermula dipakai pada tahun 1950-an untuk menyebut orang – orang yang melakukan perbaikan rumah, kerajinan tangan sederhana ataupun proyek–proyek konstruksi sederhana sebagai bagian dari kegiatan rekreasi kreatif.

Mengapa Perlu “DO IT YOURSELF ?”

Konsep DIY makin berkembang tidak hanya terbatas pada kegiatan 3R (re-duce, re-use, recycle) atau pada kegiatan perbaikan rumah atau kerajinan tangan, namun juga meluas pada kegiatan lain seperti merancang, dan memodifikasi kendaraan sendiri, pembuatan alat atau instrumen sederhana, berkebun, dan lain sebagainya. Istilah D.I.Y, juga dipa-kai untuk cakupan yang lebih luas baik untuk istilah pekerjaan kreatif, musik,

Oleh : Anne Sirait, M.Sc.

SAINS

Page 13: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

komunitas media dan jaringan, bahkan dalam militer. Seseorang berminat untuk melakukan kegiatan D.I.Y dapat didasar-kan karena beberapa hal seperti adanya ketertarikan untuk mencipta sesuatu yang bernilai ekonomi atau karena adanya keinginan untuk meningkatkan kemampuan mencipta, memodifikasi atau memperbaiki, ataupun dikarena-kan kelangkaan beberapa barang atau alat yang akhirnya memacu kreativitas untuk membuat alat sederhana dengan fungsi sama atau mendekati dengan alat aslinya. Sesuai dengan konsep D.I.Y. yang mengutamakan kemampuan diri sendiri, memungkinkan setiap orang un-tuk mencoba meniru, memodifikasi alat bahkan alat baru sesuai dengan yang dibutuhkan. Melalui kegiatan D.I.Y ini, banyak hal yang dapat diperoleh para penggiatnya, pengetahuan baru, keah-lian baru hingga kepuasan tersendiri yang diperoleh dari keberhasilan mem-buat alat sendiri. Misalnya, kita hendak membuat radio transistor sendiri, kegi-atan ini tidak hanya terbatas menyolder komponen elektronika ke papan sirkuit, namun kita juga belajar bagaimana merangkai komponen dengan benar, menggunakan komponen elektronik yang tepat. Mengerti fungsi dari mas-ing-masing komponen elektronik meru-pakan dasar dari mengerti elektronika itu sendiri. Contoh lain misalnya jika hendak membuat kebun hidroponik sendiri, tanaman bisa tumbuh tidak dengan menggunakan tanah tapi meng-gunakan air. Akar tanaman tidak hanya dialiri dengan air saja agar bisa tumbuh, namun penggiat kegiatan ini juga harus mengerti nutrisi yang tepat untuk tana-man yang tepat, debit aliran yang pas dimana akar tanaman bisa menyerap nutrisi dari air. Dalam prosesnya, kegiatan ini mungkin saja tidak berhasil pada percobaan pertama, mungkin setelah berkali-kali mencoba barulah berhasil. Rasa penasaran yang timbul dari setiap percobaan yang dilakukan, malahan mendorong penggiatnya untuk mencari

tahu lebih lagi dan belajar lebih dalam lagi. Kegiatan ini tidak hanya mengenai belajar, tapi juga melakukan. Bisa mela-kukan (doing) apa yang orang lain buat atau bahkan memodifikasi hal yang sudah umum atau lebih lagi, mencipta hal baru yang lebih baik dari yang se-belumnya merupakan suatu capaian tersendiri yang membawa kebanggaan. Mampu mencipta menimbulkan rasa bangga, pencapaian, sesuatu hal yang dapat “dipamerkan” dan mungkin saja menimbulkan ambisi baru untuk mel-akukannya lagi dan lagi dan lebih lagi. Hari ini menanam bibit dalam pot se-derhana dari botol bekas dengan sistem Wicks, besok mulai menanam berba-gai jenis bibit dengan sistem pengairan yang lebih efisien dan hemat. Mungkinkah STKIP Surya men-gajarkan konsep D.I.Y. ini kepada para mahasiswanya? Seperti yang diungkap-kan diatas, D.I.Y mengutamakan konsep membuat sendiri alat, atau instrumen atau sistem. STKIP Surya bisa meman-faatkan konsep ini untuk melatih ma-hasiswa, yang nantinya akan berkarya sebagai pendidik di daerah, untuk mampu berkreasi membuat sendiri alat atau instrumen yang nantinya mungkin diperlukan pada saat mereka menjadi pendidik. Dimulai dengan kegiatan meni-ru dari model atau alat yang sudah ada, mahasiswa dapat melatih ketrampilan dalam membangun atau membuat alat atau instrumen sederhana. Seiring den-gan terbiasanya mahasiswa membuat dan membangun alat atau instrumen, rasa ingin tahu disertai dengan ke-mampuan kreatif mahasiswa tersebut, akan membuat mahasiswa berkeingin untuk memodifikasi alat atau model yang sudah ada sesuai dengan yang mahasiswa inginkan. Dengan melatih kreatifitas dan mengembangkan bakat teknis mereka, nantinya mahasiswa dapat merancang alat-alat sederhana yang dibutuhkan dalam proses belajar - mengajar. Mereka dapat memodifikasi bahkan mencipta alat atau instrumen baru dengan memanfaatkan bahan – bahan sederhana ataupun bahan – ba-

han yang tersedia di daerah mereka. Permasalahan dana, kelangkaan bahan baku hingga minimnya fasilitas, yang mungkin nantinya mereka hadapi, tidak akan menjadi halangan bagi mereka un-tuk melengkapi diri dengan alat atau in-strumen yang memadai untuk kegiatan belajar mengajar. Beberapa mahasiswa bahkan dosen di STKIP Surya sudah mulai men-coba untuk membuat alat atau instru-men sederhana yang mungkin dapat membantu kegiatan belajar dan menga-jar di kelas.

Mesin gula – gula kapas sederhana

Pengamatan gula dan teh dengan menggunakan lup dan kamera hp

Anne Sirait, M.Sc.menyelesaikan pendidikan S2 di bidang Geofisika Reservoir pada Universitas In-donesia dan lulus tahun 2009. Bergabung dengan STKIP Surya sejak bulan Juli 2012 sebagai Dosen dan Peneliti pada Jurusan Pendidikan Fisika.

13Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

SAINS

Page 14: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

STKIP SURYA KEMBALI UTUS MAHA-SISWA DALAM FIM ke-16 130 Mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi se-Indonesia mengi-kuti Forum Indonesia Muda (FIM) 16 di Taman Wiladatika Cibubur, Jakarta, 30 April – 5 Mei 2014. Kegiatan yang rutin diselenggarakan ini bertujuan membekali kaum muda untuk menjadi pemimpin yang tangguh, dan mampu menggerakkan kaum muda lain di seki-tarnya. Asri Gita, mahasiswi STKIP Surya tahun 2013, berkesempatan diutus un-tuk menjadi duta di FIM 16 tersebut. FIM 16 mengangkat tema “Character Building dan Leadership Lifeskill Training: Penggerak Perubahan” FIM 16 merupakan forum independen yang mendidik dan membentuk karak-ter calon pemimpin bangsa melalui keg-iatan yang aktif, inovatif dan memberi-kan kontribusi nyata. Salah satu bentuk kegiatan yang akan diwujudnyatakan oleh para alumni FIM di STKIP Surya nantinya adalah menyelenggarakan seminar, pelatihan ataupun talk show yang dapat diikuti oleh seluruh maha-siswa STKIP Surya.

PRESTASI EMAS UKM TAEKWONDO Enam mahasiswa/i STKIP Surya telah berjuang dalam ajang Festival Taekwondo Tang City ke-2 pada 10 – 11 Mei 2014 yang lalu. Keenam mahasiswa mahasiswi tersebut adalah Ahmad Zul-fakar Rahmadi (Pend. Matematika), Bella Tania, Marezhaq Salsabilla, Syi-roja Istyatirrodiyah, Tassa Khairun Nisa (keempatnya dari prodi Pend. Fisika) dan Muhammad Fauzi Ashari (dari prodi Pend. TIK), Hasil selengkapnya yang diraih oleh tim STKIP Surya adalah :• Syiroja, Medali Emas Katagori Ky-

orugi kelas U-45. • Maeszhaq, Medali Emas Katagori

Kyorugi kelas U-56 senior • Bella Tania, Medali Perak, Katagori

Kyorugi kelas U-56 senior• Tassa Khairun Nisa, Medali Perak

Katagori Kyorugi kelas U-54 senior. • Muhammad Fauzi, Medali Emas

Katagori Kyorugi kelas U-62, • Ahmad Zulfakar Rahmadi, Medali

Perak Katagori Kyorugi kelas U-62, Keberhasilan UKM Takwondo ini menjadi bukti bahwa mahasiswa

mampu mengembangkan diri di banyak bidang selain mengutamakan penge-mbangan akademi.

KUNJUNGAN HIMAFI STKIP SURYA KE UNIV. NEGERI JAKARTA Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dapat diperoleh dari ber-bagai sumber dan kegiatan. Salah sa-tunya adalah dengan melakukan studi banding ke kampus lain. Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika (HIMAFI) mengunjungi kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada tanggal 31 Mei 2014 yang lalu. Kegiatan ini diikuti oleh 40 mahasiswa-mahasiswi STKIP Surya den-gan tujuan belajar berorganisasi, men-jalin solidaritas antar mahasiswa dan mengenal lebih jauh peran HIMAFI UNJ dalam pengembangan dunia pendidi-kan dan ilmu fisika bagi diri sendiri, pro-fesi dan masyarakat. Tujuan inilah yang diharapkan mampu dikembangkan oleh para mahasiswa di STKIP Surya di masa mendatang agar mampu menjawab persaingan bebas dan kebutuhan dunia pendidikan.

Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 201414

LAPORAN KEGIATAN MAHASISWA

KEMAHASISWAAN

Page 15: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

FLASH MOB UKM SENI TARI Ada yang berbeda pada perin-gatan Hari lahirnya Pancasila, 1 Juni di STKIP Surya. Peringatan tersebut dilaku-kan mahasiswa STKIP Surya, yang dimo-tori UKM Seni Tari dengan menyeleng-garakan Flash Mob, Kamis 5 Juni 2014 di Plaza SURE. Acara yang sebenarnya sederhana ini dikemas dengan apik se-hingga membuat banyak mahasiswa yang kebetulan berada di Plaza SURE bergabung dan ikut menari. Flash mob diawali dengan de-ringan alarm tanda bahaya dan kemu-dian muncul dua orang yang menari di area plaza SURE, secara berangsur penari semakin bertambah banyak ka-rena terprovokasi untuk terlibat menari bersama dan secara tiba-tiba tarian se-lesai dan kembali beraktifitas normal. Kegiatan ini juga melibatkan dua UKM Teater Atom dan UKM Voice. Dengan flash mob ini selain memperingati hari lahirnya Pancasila, mahasiswa diajak semakin mencintai Indonesia dengan kebhinnekaannya melalui seni tari.

PELATIHAN SURAT MENYURAT DAN TATA ADMINISTRASI ORMAWA Badan Eksekutif Mahasiswa STKIP Surya (BEM) mengadakan Pelati-han Sehari Surat Menyurat dan Tata Ad-ministrasi bagi seluruh Organisasi Ma-hasiswa (Ormawa) di STKIP Surya pada Sabtu, 7 Juni 2014. Pelatihan ini meru-pakan bentuk perhatian BEM yang akan membenahi tata kelola administrasi organisasi yang dipayungi BEM agar ter-laksana secara tertib, rapi dan benar. Kegiatan ini diikuti oleh 57 pe-serta perwakilan pengurus BEM, BLM dan UKM di lingkungan STKIP Surya. Setelah pelatihan ini peserta mulai me-mahami seperti apa administrasi yang baik itu dan besarnya manfaat apabila administrasi dilakukan dengan benar. TEMU AKRAB MAHASISWA FISIKA Kehidupan mahasiswa-maha-siswi STKIP Surya sangat berbeda den-gan kehidupan mahasiswa-mahasiswi di kampus lainnya. Di STKIP Surya ma-hasiswa-mahasiswi seluruhnya merupa-kan mahasiswa pilihan dari tiap pemer-intahan daerah (Pemda) yang harus

menempuh studi jauh dari orang tua dan tinggal di asrama. Kesibukan kuliah tak jarang memunculkan kerinduan ke-pada orang tua dan kampung halaman. “Di sini aku tak sendiri”, itulah tema kegiatan Temu Akrab Mahasiswa Prodi Fisika, Sabtu, 7 Juni 2014. Delapanpuluh mahasiswa dari berbagai daerah dan sejumlah dosen/tutor membaur dalam acara itu. Acara yang diketuai oleh Hamzah Kadir (2012) ini dimaksudkan untuk menghidupkan suasana sebagai saudara dan keluarga kedua di STKIP Surya dan saling memo-tivasi dalam perjuangan sebagai maha-siswa utusan daerah yang sedang mem-persiapkan diri menjadi guru.

KUNJUNGAN HIMAFI UNSRI KE STKIP SURYA STKIP Surya mendapat kehor-matan menerima kunjungan 70 maha-siswa HIMAFI Universitas Negeri Sri-wijaya, Palembang, Senin, 9 Juni 2014 yang lalu. Kunjungan ini bertujuan un-tuk saling mengenal berbagai kegiatan keilmuan yang diadakan dan pernah dicapai oleh HIMAFI di kampusnya ma-sing-masing. Bapak Dr. Ketang Wiyono, S.Pd, M.Pd dan Bapak Taufiq, M.Pd yang turut mendampingi para mahasiswa Unsri mengungkapkan bahwa kunjun-gan ini dapat menjadi ajang bersilatu-rahmi melalui kegiatan ilmu. Beberapa momen lain yang mempertemukan ma-hasiswa antar kampus seperti kejuaraan ataupun kunjungan studi banding di-harapkan dapat mengembangkan moti-vasi dan keilmuan para mahasiswa.

PELANTIKAN KOMANDAN MENWA SATUAN STKIP SURYA Eko Ebriyanto, mahasiswa Pro-di Matematika telah dilantik menjadi Komandan Menwa Satuan STKIP Surya oleh Pembantu Ketua III Bapak Agus Purwanto, Ph. D mewakili Ketua STKIP Surya. Pelantikan di laksanakan di Plaza SURE, 28 Juni 2014 disaksikan langsung oleh Kasmen Jayakarta Bapak Mahathir dan Bapak Rifki Muhida, Ph.D., Ibu Tju Suminar Ayu dan Bapak Muhammad Ir-van selaku pendiri resimen mahasiswa STKIP Surya.

Pelantikan ini menjadi babak baru bagi Menwa STKIP Surya yang baru terbentuk beberapa bulan lalu melalui proses seleksi dan pelatihan yang ketat. Kasmen Jayakarta berpesan, Menwa Jayakarta Satuan STKIP Surya, di bawah pimpinan Sdr. Eko Ebriyanto ini dihara-pkan terus membina dan menggiatkan peran serta seluruh anggotanya dalam tugas memupuk nasionalisme di kam-pus dan masyarakat sekitarnya.

MAHASISWA BARU IKUTI ORIENTASI HIDUP DI ASRAMA Mahasiswa baru perlu men-genal lingkungan baru tempat mereka akan tinggal selama beberapa tahun untuk belajar. Berbeda dari tahun sebe-lumnya, mahasiswa baru angkatan 2014 dari Kabupaten Pegunungan Arfak dan Kabupaten Yapen sebanyak 64 orang, mendapatkan dua kali masa orientasi, yakni orientasi keasramaan dan orien-tasi kampus (Gradasi) Mahasiswa baru dari Kab. Pe-gunungan Arfak mendapatkan masa orientasi lebih awal pada tanggal 1- 9 Agustus 2014 sedangkan mahasiswa baru dari Kab. Yapen harus mengikuti orientasi pada minggu pertama matri-kulasi dan seterusnya sesuai ketersedi-aan waktu. Orientasi keasramaan sangat penting untuk diikuti seluruh maha-siswa baru. Pembina asrama bekerja sama dengan Bag. Kemahasiswaan, dokter klinik dan konselor mahasiswa membekali para mahasiswa dengan berbagai materi yang penting untuk dipraktikkan selama di asrama.

15Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

KEMAHASISWAAN

Page 16: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

ditunjukkan oleh mereka yang tinggal dalam perlindungan Tuhan yang kuat dan perkasa. Bagian dalam Ume kbubu ter-diri dari dua unit yakni ruang atas dan ruang bawah. Ruang atas adalah loteng (pana), berfungsi sebagai tempat per-sediaan makanan. Tingginya sekitar 2 meter agar mudah dijangkau oleh pen-ghuninya. Ruang bawah (nanan) ada-lah tempat tinggal keluarga. Sisi kanan merupakan wilayah laki-laki, sedangkan sisi kiri wilayah perempuan. Di wilayah laki-laki terdapat tempat tidur bagi kaum laki-laki beserta semua peralatan yang sering mereka pakai, seperti ped-ang dan tombak (suni ma auni). Dua buah tiang di sebelah kanan yang me-nyangga rumah itu diberi nama laki-laki. Di sisi kiri adalah wilayah perempuan. Dua tiang rumah sebelah kiri diberi nama feminin. Di sana terdapat dipan (tempat tidur yang terbuat dari papan yang tidak berkelambu), tungku masak (tunaf), tempayan air, dan rak tempat perabotan. Antara pana dan nanan ter-dapat lubang (pintu loteng) sehingga orang dapat naik turun untuk mengam-bil jagung atau padi untuk dimasak bagi keluarga. Pintu loteng ada di ba-gian kiri (wilayah perempuan). Hal ini berarti yang bertugas untuk mengatur makanan bagi keluarga adalah kaum perempuan. Ibu adalah pemegang kunci loteng rumah. Dialah yang boleh

naik dan turun untuk mengambil bahan makanan. Adalah pantangan bagi suku Meto jika laki-laki naik ke atas loteng. Menurut kepercayaan suku Meto, apa-bila laki-laki yang membagi/mengukur bahan makanan, maka bahan makanan tidak akan cukup bagi mereka hingga tiba musim panen nanti atau semua persediaan makanan yang ada akan di-rusak oleh hama tikus. Hal yang perlu diketahui juga dari ume kbubu adalah dalam (nanan) dan luar (monê). Nanan merujuk ke-pada semua hal yang berhubungan di dalam, artinya bahwa semua yang ber-sifat pribadi adalah urusan kaum per-empuan. Di dalam rumah itu kaum per-empuan melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan status-nya seba-gai seorang ibu dan seorang istri. Monê merujuk pada semua hal yang ada di luar, artinya semua yang bersifat umum adalah urusan kaum laki-laki. Contohnya, menyediakan kayu bakar, mempersiapkan lahan untuk di-tanami dan lain-lain. Hubungan klasifikasi seperti feto-mone, olif-tataf, merupakan aliansi yang dapat keluar masuk di ume kbubu. Artinya, hanya orang-orang yang punya hubungan darah dengan keluarga inti yang bebas keluar masuk ume kbubu. Sedangkan tamu atau orang luar tidak dapat masuk ke ume kbubu. Kehidupan mereka berke-luarga dan beranak cucu di dalam ume kbubu. Dalam proses persalinan bife meto (perempuan Timor) akan disedia-kan satu tiang di wilayah kiri (wilayah perempuan) yang berfungsi sebagai penopang saat persalinan berlangsung. Setelah persalinan, bayi harus tetap tinggal di dalam ume kbubu selama 40 hari. Hal ini menandakan bahwa ume kbubu memegang peranan yang sangat penting dalam kelangsungan kehidupan mereka.

Oleh : Marwinda Koen

Suku Meto adalah salah satu suku yang ada di Nusa Tenggara Timur. Suku Meto merupakan penduduk

asli pulau Timor. Bagi mereka, rumah bukan saja merupakan tempat tinggal melainkan sebagai simbol tatanan so-sial. Penataan rumah tidak berpatokan kepada nilai seni atau fungsi melainkan oleh suatu makna yang hendak diung-kapkan. Artinya, bentuk, letak, maupun jumlah memiliki makna tersendiri. Ume kbubu (secara harafiah : rumah bulat) merupakan rumah tem-pat tinggal bagi keluarga suku Meto. Bangunan ini dindingnya berbentuk bu-lat yang terbuat dari anyaman bambu, tanpa jendela. Atap ume kbubu berben-tuk kerucut, terbuat dari alang-alang yang menutup seluruh tampilan rumah, mulai dari bumbungan sampai dasar ru-mah. Ume kbubu hanya memiliki satu pintu yang berukuran sempit dan le-taknya sangat rendah. Ukuran pintu di-maksudkan untuk menjaga kehangatan udara didalam rumah. Kehangatan juga dibutuhkan untuk menjaga persediaan makanan di loteng rumah agar tetap utuh. Ume kbubu adalah bangunan yang sangat tertutup bagi dunia luar. Hanya keluarga inti yang dapat keluar masuk secara bebas. Penghuni rumah ataupun tamu harus membungkuk agar dapat keluar masuk, sebagai tanda penghormatan. Sikap hormat dan tun-duk merupakan hal yang paling patut

Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 201416

Loteng tempat meyimpan bahan bakanan

SUARA MAHASISWA

Ume kbubu,Simbol Kehidupan Suku Meto

Page 17: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Gangan,Makanan Khas Belitong

Pantai Tanjung Tinggi, Belitung (sumber : http://untung09.wordpress.com/)

Belitong adalah negeri Laskar Pel-angi yang terkenal dengan pano-rama alamnya yang indah. Tidak

hanya panorama alamnya yang bisa kita temui disana, tetapi ada makanan khas Belitong yang tidak kalah nikmatnya, yaitu Gangan. Gangan adalah sup ikan kuah kuning dengan rasa asam dan gu-rih yang populer di kalangan masyarakat Belitong. Kuahnya yang kuning merupa-kan warna alami dari kunyit. Gangan terbuat dari bahan utama ikan yang segar dan nanas se-bagai sayur pelengkapnya. Semua ikan bisa dijadikan Gangan, tetapi ada ikan-ikan tertentu yang membuat rasa Gangan sedikit berbeda. Ikan yang se-ring digunakan untuk Gangan biasanya ikan ketarap, ikan kerisi, ikan bulat, ikan gabus, ikan bebulus, atau ikan bela-nak (terutama bagian kepala). Jika ada yang tidak suka dengan ikan karena bau

amisnya, hal ini tidak akan terjadi jika ikan tersebut dimasak menjadi Gangan, bau amisnya dapat hilang. Menurut orang Belitong, bau amis tersebut bisa hilang atau netral dengan menambah-kan kunyit, cabe rawit (cabe rawit asli belitong), serta potongan nanas. Cara memasak Gangan yaitu bahan utama dan semua bumbu yang telah dihaluskan langsung direbus. Bi-asanya bahan pelengkap ditambahkan dengan daun salam. Jika tidak terlalu suka dengan ikan, bahan utama bisa diganti dengan daging sapi, ayam, atau kancil (orang Belitong menyebutnya dengan pelandok). Tetapi, Gangan ini memiliki nama yang lain yaitu Gangan darat. Selain bahan utama yang berbe-da, Gangan darat juga tidak menambah-kan lengkuas sebagai bumbu masaknya. Sebagai sayurnya, biasanya Gangan darat menggunakan singkong yang dire-

bus. Selain itu, bahan pelengkap lainnya yang ditambahkan dalam menyajikan Gangan darat adalah pucuk daun ke-dondong dan daun nangka. Selain itu, ada juga yang namanya Gangan asam pedas. Beda Gangan asam pedas ini dengan Gangan biasa adalah pada bumbunya yang bi-asanya ditumis terlebih dahulu. Gangan dianjurkan pedas, karena semakin pe-das masakannya maka bau amis pada ikan juga mudah hilang. Masakan Gangan ini mudah ditemukan di Be-litong, karena ini merupakan makanan utama masyarakat Belitong dan hampir tiap hari makanan ini disajikan di ru-mah. Gangan juga memiliki banyak kandungan gizi. Terutama ikan yang merupakan sumber protein. Ikan kaya akan Omega 3 dan Asam Amino yang merangsang pertumbuhan sel otak. Selain itu ikan juga mengandung Vita-min A, Vitamin D, Vitamin B6, vitamin B12, Zat besi dan Yodium. Sedangkan kunyit, selain untuk menghilangkan rasa amis ternyata juga mengandung kurkumin, desmetoksin, vitamin C, pro-tein, zat besi, fosfor, dan masih banyak lagi. Kandungan zat yang ada dalam kunyit ini mampu meningkatkan keke-balan tubuh, menurunkan tekanan darah, menghambat penyakit pikun, serta mengurangi rasa nyeri karena ku-nyit memiliki sifat analgesik. Bahan lain yang digunakan dalam Gangan, yakni nanas muda mengandung vitamin C. Vitamin ini menjadikan nanas bisa ber-fungsi sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh terha-dap serangan radikal bebas. Jadi, meski sering menikmati Gangan kita tak perlu khawatir akan terkenal kolesterol sebab gangan ikan mengandung banyak gizi dan manfaat bagi kesehatan tubuh.

Sumber : • Gangan, Sup Ikan Dari Tanah Belitung.

(http://www.wacananusantara.org)• Mencicip Gangan Ikan, “Sup Kuning”

Lezat dari Belitung.(http://ranselhitam.wordpress.com)

• Gangan:Legenda Kuliner Khas Belitung.(http://www.indonesia.travel)

Oleh : Atika Sari

Foto

: htt

p://

mar

thas

ariw

ulan

.wor

dpre

ss.c

om/

SUARA MAHASISWA

17Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

Page 18: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Pada tahun ini, kegiatan Gradasi berlangsung selama 5 hari dimulai pada hari Selasa (2/9) sampai Sab-

tu (6/9) yang mengangkat tema “ Mem-bentuk Pribadi Cerdas untuk Menjadi guru Berkualitas“. Kegiatan ini diikuti oleh 37 orang peserta, gabungan maha-siswa baru STKIP Surya angkatan 2014 dan angkatan 2013 yang belum mengi-kuti Gradasi pada tahun sebelumnya. Gradasi kali ini dibuka Ketua STKIP, Bapak Drs. Mauritsius Tuga, M.S., Ph. D pada Rabu (3/9). Rangkaian acara Gradasi yang harus diikuti oleh peserta antara lain pembekalan materi men-genai pengenalan STKIP Surya, penge-nalan peraturan akademik, bahaya narkoba, minuman keras, dan kedisi-plinan mahasiswa serta kegiatan yang berkaitan dengan penalaran, minat, bakat mahasiswa. Ada juga pembekalan tentang Pemerataan Pendidikan di In-donesia, Guru dan Riset, Perkembangan Olimpiade Sains dan Matematika di In-donesia. Seperti halnya pada kepani-tiaan tahun sebelumnya, panitia pelak-sana merupakan mahasiswa utusan

dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMP), dan berbagai Unit Kegiatan Ma-hasiswa (UKM) yang ada di STKIP Surya. Kepanitiaan juga mendapatkan arahan dan bimbingan dari Steering Committee (SC) dari dosen dan tutor yang diketuai oleh Dr. Eng Wikky Fawwaz Al Maki. Menurut ketua pelaksana M. Raynaldo Sandita Powa, pada Gradasi kali ini ada kegiatan menarik yang di-berikan kepada peserta. Para peserta dibekali dengan berbagai kegiatan un-tuk membina kedisplinan dan kebera-nian mahasiswa berupa mentoring yang dibimbing oleh seorang mentor dari panitia. Program mentoring dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pagi sete-lah apel pagi, siang pada saat makan siang, dan sore pada saat penutupan kegiatan gradasi setiap harinya. Dalam mentoring diberikan materi-materi yang berguna untuk kehidupan sehari-hari di kampus, misalnya : etika menggunakan toilet yang baik, etika makan yang baik, selain itu juga penugasan membuat tu-lisan berupa karangan, dan materi lain-nya sebagai bekal bagi calon mahasiswa

GRADASI 2014

STKIP Surya dalam menjalani kehidupan kampus dengan baik ke depannya. Gradasi ditutup pada Sabtu (6/9) dengan berbagai rangkaian acara dan penampilan dari UKM STKIP Surya. Pada saat upacara penutupan, para pe-serta menuruni tangga putar dari lantai dua dan kemudian langsung membuat formasi berupa tulisan “STKIP Surya”, sebagai salah satu prosesi kelulusan pe-serta gradasi menjadi mahasiswa STKIP Surya. Pada saat penutupan, diumum-kan para peserta yang mendapatkan penghargaan. Antara lain : • Peserta terbaik : Clarissa Sariani To-

ban, • Peserta dengan IPK tertinggi : Ir-

wita Asriyanti B, • Peserta teraktif : Tri Aditya Putra, • Peserta terfavorit pilihan panitia :

Petrus Alberth Manuputty, dan • Peserta paling disiplin : Clarissa

Sariani Toban. ”Acara ini dapat terlaksana dengan lancar dan baik berkat kerja keras seluruh panitia dan dukungan dari dosen dan tutor serta berbagai pihak” ujar Ray menutup wawancara.

Program Adaptasi dan Orientasi (Gradasi) STKIP Surya merupakan kegiatan tahunan yang diadakan sebagai wadah pengenalan

STKIP Surya kepada mahasiswa baru.

KEGIATAN

Page 19: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Akreditasi merupakan salah satu syarat wajib setiap pendidikan ting-gi untuk dapat meluluskan maha-

siswanya. Untuk dapat diakreditasi, terda-pat dua hal penting yang harus dilakukan program studi yaitu pengajuan borang dan visitasi. STKIP Surya yang berencana untuk meluluskan mahasiswanya di tahun 2015 telah mengajukan akreditasi sejak tahun 2013. Akhirnya di tahun 2014 dua dari tiga progam studi telah divisitasi, yai-tu program studi fisika dan program studi TIK.

Visitasi Program Studi Pendidikan Fisika Program Studi Pendidikan Fisika kedatangan Asesor dari Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) tang-gal 11 - 12 Juni 2014. Asesor yang melaku-kan visitasi adalah Dr. H. Prabowo, M. Pd dari Universitas Negeri Surabaya dan Dr. Ing. Cuk Imawan dari Universitas Indone-sia. Visitasi Program Studi Pendidi-kan Fisika terbagi menjadi 6 sesi. Pada sesi pertama, asesor melakukan diskusi dengan pimpinan institusi. Diskusi ini membahas tentang buku IIIB (Borang in-stitusi) yang sebelumnya telah dilapor-kan ke Dikti. Asesor meminta bukti yang lebih lengkap jika terdapat pernyataan dalam borang yang belum terperinci den-gan baik. Pimpinan institusi menjelaskan kepada asesor terkait dengan informasi yang ada di dalam borang. Pada sesi kedua, para asesor mengunjungi sarana-prasarana program studi pendidikan fisika. Asesor mengun-jungi laboratorium fisika, ruang dosen, ruang kelas, dan perpustakaan. Selain mendokumentasikan ruangan-ruangan yang dikunjungi, asesor juga melakukan wawancara singkat dengan penanggung jawab ruangan. Selanjutnya di sesi ketiga, asesor meminta wawancara dengan tim akredi-tasi. Wawancara ini berkait penilaian yang

telah dilakukan oleh asesor pada saat as-esmen kecukupan (desk evaluation) dan kesesuaian dengan kondisi di lapangan. Tahap ini merupakan mediasi yang meru-pakan tahap terpenting dalam visitasi. Tim akreditasi memberikan argumen-argumen dan bukti-bukti yang kuat ketika terdapat pernyataan asesor yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan. Hal ini dilakukan tim demi mendapat poin mak-simal di setiap pernyataan. Sesi keempat, mahasiswa di-wawancarai oleh asesor. Prodi telah me-nyiapkan 15 mahasiswa yang merupakan perwakilan tiap daerah untuk wawancara dengan asesor. Berbagai pertanyaan ter-jawab dengan baik oleh mahasiswa. Ase-sor sempat bertanya tentang kurikulum 2013. Pertanyaan ini dapat dijawab den-gan baik oleh mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 yang telah mengambil kuliah kependidikan. Pada sesi kelima, asesor me-minta ruangan khusus untuk berdiskusi secara internal. Mereka menyiapkan te-muan-temuan yang ada saat melakukan visitasi. Di sesi terakhir, asesor menyam-paikan kesimpulan visitasi. Terdapat be-berapa hal perbaikan yang disampaikan asesor. Asesor sangat memuji keberadaan STKIP Surya karena ada kampus yang peduli terhadap daerah tertinggal. Setelah menunggu selama 2 bu-lan akhirnya prodi fisika mendapat kepu-tusan tentang akreditasi. Berdasarkan SK No 211/SK/BAN-PT/Akred/S/VII/2014 program studi fisika terakreditasi dengan nilai C dan berlaku hingga 18 Juli 2019.

Visitasi Program Studi Pendidikan TIK Pada tanggal 25 Agustus 2014 program studi TIK kedatangan dua orang assesor BAN PT, yaitu: 1) Prof. Dr. Aniati Murni, M, Sc dari Universitas Indonesia dan 2) Dr. Ir. Adang Suhendra, M, Sc dari Universitas Gunadarma. Visitasi dilakukan

satu hari penuh, mulai dari pukul 09.00 s.d. 20.00 WIB. Visitasi prodi TIK terbagi men-jadi 6 sesi, Pada sesi pertama, asesor me-lakukan diskusi dengan pimpinan institusi. Diskusi ini membahas tentang F5 (Borang institusi) yang sebelumnya telah dilapor-kan ke Dikti. Sesi kedua, asesor meminta untuk wawancara dengan dosen. Semua dosen TIK pun dikumpulkan dalam satu ruangan dan berdiskusi dengan asesor. Asesor memverifikasi informasi-informasi yang disampaikan dalam borang terkait dengan dosen dan kegiatan pembela-jaran. Diskusi berjalan dengan suasana hangat dan kondusif. Sesi ketiga, Prodi telah menyi-apkan beberapa mahasiswa yang merupa-kan perwakilan dari angkatan 2011, 2012, dan 2013 untuk wawancara dengan ase-sor. Asesor menanyakan tentang sarana prasarana yang tersedia, seperti adanya asrama, bis antar jemput, dan laborato-rium. Sesi keempat, asesor meminta untuk mengunjungi sarana-prasarana program studi pendidikan TIK. Asesor mengunjungi lab TIK, ruang dosen, ruang kelas, dan perpustakaan. Asesor berpen-dapat bahwa prodi TIK memiliki fasilitas yang memadai. Selanjutnya di sesi kelima, ase-sor meminta wawancara dengan prodi dan tim akreditasi. Kegiatan ini mendis-kusikan F4 (borang program studi). Tim akreditasi dan beberapa dosen yang ada di lab mengikuti kegiatan ini. Tahap ini merupakan mediasi yang merupakan ta-hap terpenting dalam visitasi. Sesi keenam, asesor menyam-paikan hal tentang hasil visitasi. Asesor berpendapat bahwa Prodi TIK sudah sa-ngat baik walaupun dalam proses akredi-tasi yang pertama. Mereka juga salut bahwa ada perguruan tinggi yang peduli terhadap daerah tertinggal.

AKREDITASI PROGRAM STUDI STKIP SURYA

19Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

KEGIATAN

Page 20: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Dahsyatnya PIMNAS 27Oleh : Chairunnisa

proposal yang kami buat dan 15 menit untuk sesi tanya jawab. Di awal pre-sentasi kami merasa gugup berada di hadapan juri dan peserta dari PTN/PTS se Indonesia dalam ruangan tersebut. Namun, berkat sambutan baik yang di-berikan oleh dewan juri membuat kami menjadi lebih tenang dan dapat segera menguasai keadaan. Dewan Juri menilai kelompok kami merupakan kelompok yang unik, dikarenakan cara presen-tasi yang kami berbeda dibandingkan dengan presentasi yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang lain yang cenderung terlalu formal dan membuat suasana dalam ruangan tesebut menja-di tegang. Komentar lain yang disampai-kan oleh juri adalah program yang diu-sung sangat bagus bagi sekolah-sekolah di daerah karena mereka bisa secara mandiri membuat media pembelajaran. Pagelaran poster dan produk yang diikuti oleh 440 kelompok PKM dilaksanakan di hari ketiga. Banyak dari mahasiswa dari PTN/PTS yang meli-hat poster dan produk yang kami buat, mereka tidak menyangka bahwa dari barang sederhana bisa dibuat menjadi media pembelajaran yang sangat luar biasa dan bermanfaat. Semoga ditahun berikutnya lebih banyak lagi proposal yang diterima dari STKIP SURYA yang diajukan ke DIKTI. Hari keempat adalah hari yang paling dinanti peserta PIMNAS 27, kare-na hari ini adalah saatnya bagi seluruh peserta untuk melepas semua kepenat-an selama kegiatan. Seluruh peserta PIMNAS mendapatkan hadiah city tour ke lokasi wisata di Semarang. Tempat-tempat yang kami kunjungi adalah :1. Lawang Sewu, ini merupakan sta-

siun kereta api zaman belanda. Arsitektur di Lawang Sewu sangat kental dengan nuansa kolonial. Hal ini bisa di lihat dari banyaknya pintu (konon junlah pintu di lawang sewu mencapai 1000 buah) yang beror-namen kolonial. Selain itu, disini juga terdapat banyak replika kereta

Alhamdulilah merupakan kata per-tama yang terucap dari kelompok PKM-KC yang beranggotakan :

Chairunnisa (Ketua, Prodi S1 Pendidikan Fisika STKIP SURYA, 2012), Muhammad Arif (Fisika, 2011), serta Marwinda Koen (Fisika, 2010). Saya merupakan satu-sa-tunya mahasiswi yang duduk di semes-ter 3 ketika mengetahui PKM yang kami ajukan ke DIKTI lolos PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional) ke 27 di UNDIP Sema-rang. PKM yang kami ikuti adalah Pro-gram Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta dengan judul “TA-SHIRT (Teknologi AIr Track Sederhana Berbasis Sensor In-fra Red Sebagai Solusi Penyediaan Alat Praktikum Fisika Mekanika)” Proposal kami merupakan salah satu PKM yang terpilih dari 44.000 proposal yang diajukan PTN/PTS se In-donesia kemudian disaring menjadi 7.800 proposal untuk didanai oleh DIKTI dan kemudian tersaring kembali menja-di 440 proposal yang akan dinilai di ting-kat nasional melalui ajang bergengsi di kalangan mahasiswa se Indonesia yakni PIMNAS (Pekan Ilmiah Nasional). Kegiatan PIMNAS ke-27 di- laksanakan di Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 25-29 Agus-tus 2014. Hari pertama kami disambut dengan kegiatan welcome dinner yang dilaksanakan di gedung Gradhika Bhakti Praja Jawa Tengah. Acara gala dinner acara tersebut dihadiri langsung oleh Bapak Ganjar Pranowo, S.H selaku Gu-bernur Jawa Tengah. Dalam kegiatan tersebut kami disuguhi berbagai macam hiburan mu-lai dari pementasan seni tari tradisi-onal dan pementasan musik dari Bank Jateng. Hari selanjutnya kami bergegas untuk melaksanakan presentasi di ha-dapan 3 orang dewan juri, dosen pem-bimbing dan kelompok PKM dari maha-siswa se Indonesia. Pada kesempatan presen-tasi kali ini kami mendapat undian no-mer 12, kegiatan presentasi diberikan waktu 15 menit untuk menyampaikan

PENELITIAN

api tahun 1800an, bahkan masih ada jejak dari rel kereta tersebut. Nah sayangnya tempat ini sudah tidak bisa beroperasi lagi.

2. Selanjutnya, rombongan melanjut-kan perjalanan ke kuil SAM POO KONG yang tempat suci umat budha terbesar di kota semarang. Di lingkungan SAM POO KONG semua kawasan identik dengan nuansa Tiongkok. Menurut ceri-ta masyarakat, konon tempat ini merupakan persinggahan yang per-tama dari kaisar Tiongkok bernama SAM POO KONG.

3. Hari sudah menjelang malam, tapi kami tetap melanjutkan perjalanan menuju “Kampoeng Semarang“. ini merupakan kawasan oleh-oleh ter-besar di kota semarang. Disinilah peserta PIMNAS berbondong-bondong membeli oleh-oleh untuk pulang kampung. Harga barang-barang disini cukup terjangkau se-hingga sangat sesuai dengan kan-tong mahasiswa.

Hari berikutnya adalah acara penutupan dan jadwal kepulangan selu-ruh peserta ke daerah masing-masing. Seluruh peserta pulang dengan mem-bawa sejuta cerita, tambahan penga-laman, wawasan dan persahabatan. Mengikuti kegiatan ini meru-pakan pengalaman yang sangat luar bi-asa bagi kami yang tidak akan mungkin bisa terlupakan. Dengan adanya kegi-atan PIMNAS tersebut banyak ilmu yang dapat kami peroleh dari berbagai juri maupun dari mahasiswa yang berasal dari berbagai macam PTN/PTS se Indo-nesia, semua ini tidak lepas dari doa be-serta dukungan dari semua pihak.

Page 21: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Pekan Ilmiah Mahasiswa ke-27 tahun ini diselenggarakan di Universitas Diponegoro, Semarang. STKIP Surya

mewakilkan salah satu timnya yaitu Chai-runnisa, Marwinda Koen, Muhammad Arif, dan dibimbing oleh Pak Djukarna. Penelitian yang disampaikan yaitu Desain Air-Track Berbasis Sensor Infra-Red seba-gai Media Pembelajaran Mekanika. Penelitian ini dilatarbelakangi banyaknya kendala selama proses pembe-lajaran materi fisika mekanika yang diajar-kan pada siswa SMA kelas X dan XI. Salah satu penyebabnya adalah penyampaian materi pelajaran menggunakan metode konvensional seperti ceramah. Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Pal-endeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembe-lajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan ber-pikir dan kreativitas secara optimal. Oleh karena itu, diperlukan media pembelaja-ran yang baik agar dapat membantu siswa selama eksperimen. Air track adalah salah satu media yang dapat digunakan untuk eksperimen mekanika gerak. Namun, masalah yang dihadapi sekarang adalah mahalnya harga air track. Menurut survei dari salah satu produsen alat-alat pen-didikan, harga satu set air track mencapai 10, 5 juta rupiah. Berdasarkan masalah tersebut, solusi yang diberikan adalah membuat media pembelajaran air track berbasis sensor infra-red yang murah dan berkualitas. Sehingga media pembelaja-ran berupa alat praktikum ini dapat dimi-liki oleh setiap sekolah. Metode penelitian yang dilaku-kan adalah perancangan prototipe, per-siapan alat dan bahan, pembuatan pro-totipe, uji coba dan analisis, finalisasi dan penyempurnaan. Tahap awal dalam pelaksanaan adalah perancangan prototipe, yang di-lakukan secara teoritis dan perincian ma-terial meliputi: pembuatan desain perang-kat utama berupa satu set air track, dan pemilihan sensor yang efektif dan efisien. Kemudian persiapan alat dan bahan. Se-lanjutnya pembuatan prototipe meliputi:

Setelah itu dilakukan uji coba alat, sehing-ga didapatkan data koefisien gesek:

Tabel Koefisien Gesek

Nomer Skala Angin

Koefisien Gerakan Kinetik

1 0.133752 0.1336063 0.1306784 0.125375 0.12924

Selanjutnya dilakukan finalisasi dan peny-empurnaan desain serta kinerja prototipe. Adapun Hasil yang telah tim capai selama kurun waktu pelaksanaan sampai pro-gram berakhir adalah: 1) Prototipe air track sebanyak 3 unit: • Prototipe pertama: 30 Januari 2014 –

10 Februari 2014 • Prototipe kedua: 27 Februari 2014 –

10 Maret 2014 • Prototipe ketiga: 20 Maret 2014

TA-Shirt di PIMNAS 27, Universitas Diponegoro Chairunnisa, Marwinda Koen, Muhammad Arif , Djukarna

2) Hasil uji coba koefisien gesekan yang terjadi antara glider dengan air track. Berdasarkan diagram diatas, terlihat bahwa koefisien gesekan terbe-sar terdapat pada skala angin 1 dan 2 ( μ𝑘 ≈ 0,133). Hal ini disebabkan oleh te-kanan udara yang diberikan kecil sehingga glider tidak terangkat. Pada skala angin 4, koefisien gesekan yang dihasilkan paling kecil (μ𝑘 ≈ 0,125) karena tekanan udarayang diberikan dapat mengangkat glider dengan sempurna. Sedangkan pada skala angin 5, koefisien gesekan yang dihasil-kan lebih besar dibandingkan skala an-gin 4. Hal ini dikarenakan tekanan udara yang diberikan terlalu besar sehingga menghambat laju glider. Oleh karena itu, tekanan udara pada skala angin 4 adalah skala yang paling efektif untuk menghasil-kan gerak benda tanpa gesekan. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan air track berbasis sen-sor infra-red layak digunakan karena gese-kan yang terjadi antara glider dan air track sangat kecil (μ𝑘 ≈ 0,12) . disamping itu,air track dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika khususnya mekanika gerak karena memudahkan siswa dalam memahami konsep.

Prototipe Pertama

Prototipe Kedua

Prototipe Ketiga

Koefisien Gesekan antara Glider dengan Air track

21Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

PENELITIAN

Page 22: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

Matematika GASING merupakan salah satu solusi dalam pemb-elajaran matematika yang me-

nekankan pada logika sehingga siswa tidak perlu menghafal atau bergantung pada rumus. Untuk belajar perkalian, siswa harus bisa perkalian bilangan 1 sampai 10 secara mencongak. Inilah yang disebut sebagai titik kritis GAS-ING perkalian. Titik kritis GASING diar-tikan sebagai hal-hal dasar yang harus dikuasai siswa agar dapat mengerjakan semua soal-soal dalam topik yang ber-sangkutan dengan lancar atau tidak ke-sulitan lagi. Penelitian ini bertujuan un-tuk mengetahui: 1) lintasan belajar un-tuk pembelajaran perkalian bilangan 1 sampai 10 kepada mahasiswa STKIP Surya, 2) kemampuan berhitung perka-lian bilangan 1 sampai 10 mahasiswa STKIP Surya, 3) kemampuan mengajar perkalian 1 sampai 10 mahasiswa STKIP Surya, semuanya dengan menggunakan Matematika GASING. Penelitian menggunakan me-tode design research yang dikembang-kan oleh van den Akker, Gravemeijer, dkk. Tujuan umum dari design research adalah untuk meneliti kemungkinan-kemungkinan untuk pengembangan edukasi dengan mewujudkan dan mem-pelajari bentuk pembelajaran yang baru. Ada tiga tahap dalam design research yang dilakukan secara beru-lang sampai ditemukannya teori baru: (1) preparation for the experiment or preliminary design, (2) teaching experi-

ment dan (3) retrospective analysis.

Tahap I: Preliminary design Pada tahap ini dilakukan kajian literatur berkaitan tentang perkalian bilangan 1 sampai 10 dan titik kritis perkalian dalam Matematika GASING dilanjutkan dengan menyusun konjektur aktivitas pembelajaran yang disesuaikan dengan cara berpikir mahasiswa yang dinama-kan sebagai Local Instruction Theory (LIT). LIT ini dapat dikembangkan dan diperbaiki seiring dengan pelaksanaan eksperimen. Setelah konjektur sele-sai disusun didiskusikan dengan guru pengampu mata kuliah Matrikulasi Matematika I. Pada tahap ini didesain juga learning trajectory dan juga Hy-pothetical Learning Trajectory (HLT). Apabila pembelajaran yang dilaksana-kan belum sesuai dengan desain yang disusun maka dilakukan kembali pende-sainan HLT (thought experiment) untuk kemudian dilakukan pengujian kembali terhadap HLT (instruction experiment).

Tahap II: Teaching experiment Tujuan dari teaching experiment ada-lah untuk mengeksplorasi, menyelidiki dan meneliti. Tahap ini adalah uji coba HLT yang diperoleh dari tahap I di atas. Selama tahap uji coba ini peneliti mel-akukan observasi dan analisa terhadap kejadian-kejadian yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung. Pros-es ini dimaksudkan untuk mengevaluasi konjektur aktivitas pembelajaran yang telah disusun. Untuk mendukung pros-es observasi dan analisa pembelajaran

didokumentasikan dalam foto dan juga video. Selain itu diberikan beberapa tes kecil untuk melihat penyerapan materi yang diajarkan oleh guru.

Tahap III: Retrospective analysisTahap retrospective analysis merupakan tahapan terakhir dari design research di mana dilakukan analisa data dari tahap teaching experiment. Hasil analisa ini digunakan untuk mengembangkan ran-cangan bagi pembelajaran berikutnya dan secara umum tahap ini bertujuan untuk mengembangkan Local Instruc-tion Theory (LIT). Adalah sangat penting LIT direvisi menjadi sedekat mungkin dengan kenyataan yang berlangsung se-lama proses pembelajaran.

Sumber data yang diteliti, diperoleh dari instrumen tes, catatan lapangan dan observasi terhadap pelak-sanaan pembelajaran. Tes yang diberi-kan berupa tes tertulis, tes mencongak, dan tes microteaching. Tes tertulis dan tes mencongak digunakan untuk men-guji kemampuan berhitung sedangkan tes microteaching diberikan untuk men-guji kemampuan mengajar. Jenis data

PEMBELAJARAN PERKALIAN BILANGAN 1 – 10 DENGAN MATEMATIKA GASING KEPADA MAHASISWA STKIP SURYAOleh: Josephine Kusuma & Sulistiawati, Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Surya

(Raharjo, Waluyati, Sutanti) menyatakan bahwa hingga saat ini siswa masih kesuli-tan dalam menerima pelajaran perkalian dan pembagian. Mereka tidak hafal perka-lian dasar (perkalian dua bilangan satu angka) yang berarti perkalian 1 sampai 10.

Gambar 1. Konjektur Local Instruction Theory (LIT)

Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | September 201422

PENELITIAN

Page 23: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data hasil tes mencongak, hasil tes tertulis, hasil tes microteaching, catatan lapangan dan hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. Analisa data dalam penelitian ini adalah melalui retrospective analy-sis. Data yang diperoleh selama proses pembelajaran dianalisis dan dibanding-kan bersama dengan HLT yang berfungsi sebagai pemandu. Pembelajaran pada tahap teaching experiment ini berlang-sung selama satu setengah hari atau sekitar 11,5 jam.

1. Lintasan Belajar Perkalian Bilangan 1 sampai 10

Guru menyampaikan bahwa titik kritis perkalian tersebut adalah perkalian 1 sampai 10. Untuk mencapai titik kritis tersebut ada lima tangga yang harus dikuasai yaitu: 1) konsep perkalian; 2) perkalian bilangan 1, 10, 9, 2, dan 5; 3) perkalian untuk bilangan yang sama, seperti 1 × 1, 2 × 2, 3 × 3, dst.; 4) perka-lian bilangan 3 dan 4, dan 5) perkalian 8, 7, dan 6. Berikut ini salah satu cuplikan pembelajarannya untuk konsep perka-lian.

Pembelajaran Konsep PerkalianBerikut salah satu dialog yang terjadi antara guru dan mahasiswa selama pembelajaran tersebut.

Guru : Apa sih perkalian?Mhs1 : Penjumlahan berulang

Disini mahasiswa setuju bahwa perka-lian adalah penjumlahan berulang.

Guru : Kalau 3 × 5 apa sih mak-sudnya?

Mhs1&2 : 3 ditambahkan sebanyak 5 kali.

Mhs 3 : 5 ditambahkan sebanyak 3 kali.

Disini terdapat dua pemahaman yang berbeda.

Guru : Kalau 4 × 6 sekarang, kira-kira apa?

Mhs 2 : 4 ditambahkan sebanyak 6 kali.

Mhs 4 : 6 ditambahkan sebanyak 4 kali

Mhs 5 : 4 kotak isinya 6

Dari dialog ini guru menjelaskan dengan mengambil gambar pisang untuk men-jelaskan 2 × 3.

Setelah beberapa contoh di-simpulkan bahwa 2 × 3 artinya 2 kotak yang isinya masing-masing 3. Selan-jutnya kata kotak digantikan dengan simbol □. Kemudian, 2 × 3 dapat ditulis 2□3, artinya 3+3=6. Sama halnya den-gan 3 × 5. Selanjutnya, guru meminta salah satu mahasiswa untuk menjelas-kan arti dari 5 × 2 menggunakan kartu di papan tulis. Kemudian dilanjutkan mahasiswa lain untuk menjelaskan 2 × 5. Di sini mahasiswa diarahkan untuk menyimpulkan bahwa hasil dari perka-lian sama tetapi artinya berbeda.

2. Kemampuan berhitung perkalian bilangan 1 sampai dengan 10 pada mahasiswa STKIP Surya mengguna-kan Matematika GASING.

Mahasiswa diberikan tes ter-tulis dan tes mencongak untuk meng-etahui kemampuan berhitung. Skor rata-rata tes tertulis sebesar 94% den-gan rata-rata waktu pengerjaan 5 menit 6 detik. Skor rata-rata tes mencongak adalah 84% dengan rata-rata waktu menjawab 3 menit 8 detik.

3. Kemampuan mengajar perkalian 1 sampai 10 mahasiswa STKIP Surya menggunakan Matematika GASING.

Topik yang diujikan untuk tes microteaching adalah perkalian bi-langan 10, 9, 4, 8, dan perkalian dua bi-langan yang sama. Mahasiswa diminta menjelaskan ulang satu topik yang ter-pilih selama 20 menit. Rata-rata skor microteaching adalah 83,04%.

Kesimpulan dari penelitian ini, Matematika GASING dapat mencipta-kan suasana yang asyik dan menyenang-kan dalam pembelajaran perkalian 1 sampai 10. Pada umumnya mahasiswa dapat mengerjakan perkalian 1 sampai 10 baik secara tertulis maupun mencon-gak dengan baik setelah pembelajaran dengan Matematika GASING. Selama penelitian dijumpai mahasiswa yang mempunyai masalah dengan kemam-puan menulis secara matematika, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor bahasa ataupun kemampuan menulis. LIT yang telah direvisi memuat aktivitas instruksional tambahan yaitu drilling di akhir semua sesi pembelaja-ran topik-topik perkalian 1 sampai 10. Penekanan mengenai cara menghafal perkalian 1 sampai 10 dengan Matema-tika GASING juga dapat ditambahkan dalam LIT revisi, selain itu penggunaan alat peraga yang nyata seperti buah atau benda konkret lainnya dapat digunakan sebelum menggunakan kartu bergam-bar untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata saat pembelajaran.

Pustaka• Ibrahim and Suparmi, 2012, Pem-

belajaran Matematika Teori dan Aplikasinya, SUKA-Press, Yogya-karta.

• Gravemeijer, K. and van Eerde, D., 2009, Design Research as a Means for Building a Knowledge Base for Teachers and Teaching in Math-ematics Education, The Elementary School Journal Vol. 109 No. 5, 510-524.

• Reys, B. J., 1985, Mental Computa-tion, The Arithmetic TeacherVol. 32 No. 6 (1985),43-46.

• Surya, Y., 2011, Buku Petunjuk Guru: Pintar Berhitung GASING Vol 1, PT. Kandel, Tangerang.

• Surya, Y. and Moss, M., 2012, Math-ematics Education in Rural Indone-sia, Proceeding in the 12th Interna-tional Congress on Mathematics Education: Topic Study Group 30, 6223-6229.

• van den Akker, J., Gravemeijer, K., McKenney, S., and Nieveen, N., 2006, Educational Design Research, Routledge, Taylor and Francis Group, Abingdon.

Gambar 2. 2 × 3 dan 3 × 5 menggunakan kartu

23Buletin STKIP Surya | Edisi 2 | Volume 3 | Septembern2014

PENELITIAN

Page 24: Suryakanta Edisi 2, Volume 3

REKAM PERISTIWA

Pada tanggal 22 Mei 2014, STKIP Surya menyelenggarakan Workshop “Cerdas dalam menerapkan kurikulum 2013 melalui pembelajaran inkuiri 5E (Engange, Explore, Explain, Elaborate, Evaluate) ” yang diikuti oleh kurang lebih 133 orang dari kalangan Mahasiswa, Guru dari SD-SMA di Jabodetabek, Banten, dan Yogyakarta, dan Dosen.

STKIP Surya menyelenggarakan workshop Kurikulum 2013 untuk para guru SD dan SMP disekitar tangerang sebagai bentuk pengabdian ke-pada masyarakat dari STKIP Surya. Workshop dilakukan pada tanggal 19 - 20 September 2014 diikuti oleh kurang lebih 70 orang guru.

STKIP Surya menyelenggarakan Workshop Penelitian Tindakan Kelas bertema ”Meningkatkan Budaya Penelitian Untuk Guru dan Calon Guru Demi Kemajuan Pendidikan Menuju Indonesia Jaya”. Menampilkan nara sumber ahli-ahli pendidikan dan juga dosen STKIP Surya. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2014 di Kampus STKIP Surya.

Pada 6 Oktober 2014, Program Studi Pendidikan Matematika kedatang-an tim asesor BAN-PT yaitu Bpk. Prof. Dr. Mega Teguh Budiarto, M.Pd. (UNESA) dan Bpk. Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd., M.Sc. (UNP) untuk melakukan akreditasi sesuai dengan permohonan yang telah diajukan beberapa waktu lalu.

Sejumlah 62 mahasiswa angkatan 2010 (Matematika : 33, Fisika : 18, TIK : 11) mengikuti Praktek Pengalaman Lapangan di berbagai sekolah SD dan SMP di wilayah Tangreang, sebagai salah satu kewajiban prasyarat kelulusan mahasiswa STKIP Surya. Upacara pelepasan dilakukan di hala-man kampus STKIP Surya bulan Agustus 2014 lalu.

Izin penyelenggaraan Program Studi Pendidikan Kimia STKIP Surya te-lah dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 134/E/O/2014 pada tanggal 3 Juni 2014. Ber-dasarkan hal tersebut, pada semester Ganjil 2014 secara resmi STKIP Surya memiliki mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia. (Foto:tim Prodi Kimia)

REKAM PERISTIWA