surface active agent
TRANSCRIPT
SURFAKTAN
A. Definisi Surfaktan
Surfaktan merupakan bahan aktif permukaan. Surfaktan ini memiliki
gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik sehingga dapat mempersatukan campuran
yang terdiri dari air dan minyak. Aktivitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda
dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air
(hidrofilik) dan bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (hidrofobik).
Bagian polar molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat
rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-
air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus
hidrofilik berada pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak
dengan zat padat ataupun terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non
polar (hidrofobik) adalah merupakan rantai alkil yang panjang ”ekor”, sementara
bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil dan nampak sebagai
“kepala” surfaktan.
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa
dengan air, sedangkan gugus hidrofobik bersifat non polar dan mudah bersenyawa
dengan minyak. Pada suatu molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih
dominan jumlahnya. Molekul-molekul surfaktan akan diadsorpsi lebih kuat oleh
air dibandingkan dengan minyak apabila gugus polarnya yang lebih dominan. Hal
ini menyebabkan tegangan permukaan air menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinyu. Sebaliknya, apabila gugus non polarnya
lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diadsorpsi lebih
kuat oleh minyak dibandingkan dengan air. Akibatnya tegangan permukaan
minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase
kontinyu.
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya
tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan
permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila
surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi
Nama : Feni Alvionita
NIM : 03101003089
membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut critical micelle
concentration (cmc). Tegangan permukaan akan menurun hingga cmc tercapai.
Setelah cmc tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan
bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam
keseimbangan dinamis dengan monomernya.
Pada konsentrasi kritik misel terjadi penggumpalan atau agregasi dari
molekul-molekul surfaktan membentuk misel. Misel biasanya terdiri dari 50
sampai 100 molekul asam lemak dari sabun Sifat-sifat koloid dari larutan
elektrolit natrium dedosil sulfat
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai cmc, untuk deret homolog
surfaktan rantai hidrokarbon, nilai cmc bertambah 2x dengan berkurangnya satu
atom C dalam rantai. Gugus aromatik dalam rantai hidrokarbon akan
memperbesar nilai cmc dan juga memperbesar kelarutan. Adanya garam
menurunkan nilai cmc surfaktan ion. Penurunan cmc hanya bergantung pada
konsentrasi ion lawan, yaitu makin besar konsentrasinya makin turun cmc-
nya.Secara umum misel dibedakan menjadi dua, yaitu: struktur lamelar dan sterik
Karena pada cmc terjadi penggumpalan dari molekul surfaktan, maka cara
penentuan cmc dapat menggunakan cara-cara penentuan besaran fisik yang
menunjukkan perubahan dari keadaan ideal menjadi tak ideal. Di bawah cmc
larutan menjadi bersifat ideal. Sedangkan diatasnya cmc larutan bersifat tak ideal.
Besaran fisik yang dapat digunakan ialah tekanan osmosa, titik beku larutan,
hantaran jenis atau hantaran ekivalen, kelarutan solubilisasi, indeks bias,
hamburan cahaya, tegangan permukaan, dan tegangan antarmuka.
B. Jenis-Jenis Surfaktan
Berdasarkan muatannya terdapat empat kategori surfaktan, yaitu :
1) Surfaktan anionik
Surfaktan ini memiliki kepala yang bermuatan negatif. Surfaktan jenis ini
banyak digunakan pada industri laundri dan juga efektif dimanfaatkan dalam
proses perbaikan atau perawatan tanah yang tercemar minyak dan senyawa
hidrofobik lainnya. Surfaktan ini dapat bereaksi dalam air cucian dengan ion air
sadah bermuatan positif seperti kalsium dan magnesium. Reaksi ini menyebabkan
deaktifasi parsial pada surfaktan. Semakin banyak ion kalsium atau magnesium di
dalam air maka makin banyak pula surfaktan anionik yang akan dideaktifasi.
Surfaktan anionik yang banyak digunakan adalah senyawa alkil sulfat,
alkil etoksilat dan sabun.
2) Surfaktan kationik
Surfaktan jenis ini memiliki kepala yang bermuatan positif di dalam air.
Terdapat tiga kategori surfaktan kationik jika didasarkan pada spesifikasi
aplikasinya, yakni:
a. Pada industri pelembut dan deterjen, surfaktan kationik menybabkan
terjadinya kelembutan. Penggunaan utamanya adalah pada produk-produk
laundri sebagai pelembut. Salah satu contoh surfaktan kationik adalah
esterquat.
b. Pada laundri deterjen, surfaktan kationik (muatan positif) meningkatkan
packing molekul surfaktan anionik (muatan negatif) pada antarmuka air.
Contoh surfaktan ini adalah surfaktan dari sistem mono alkil kuartener.
c. Pada pembersih rumah dan kamar mandi, surfaktan kationik sebagai agen
disinfektan.
3) Surfaktan nonionik
Surfaktan ini tidak memiliki muatan, sehingga menjadi penghambat bagi
dekativasi kesadahan air. Kebanyakan surfaktan nonionik berasal dari ester
alkohol lemak. Contoh surfaktan ini adalah ester gliserin asam lemak, ester
sorbitan asam lemak, dan Nonyl Phenol Polyethoxyle
4) Surfaktan amfoter/zwiterionik
Surfaktan ini memiliki muatan positif dan negatif. Ia dapat berupa anionik,
kationik atau ninionik dalam suatu larutan tergantung pada pH air yang
digunakan. Surfaktan ini bisa terdiri dari dua gugus muatan dengan tanda yang
berbeda. Contohnya adalah Acyl Ethylenediamines.
Berdasarkan struktur kimianya, surfaktan dapat dibagi sebagai berikut:
1) Sabun
Yang termasuk dalam kategori ini, contohnya adalah Na-laurat, Na-
palmitat, Na-stearat, Na-oleat, dsb.
2) Minyak-minyak yang disulfatkan/disulfonkan
Contohnya adalah Minyak jarak yang disulfatkan (TRO).
3) Parafin atau olefin yang disulfurkan
Contohnya adalah senyawa sulfochlorida yang disabunkan (Mersolat),
olefin yang disulfatkan (Tepol).
4) Aralkil sulfonat
Contohnya adalah alkil benzo sulfonat, naftalin sulfonat seperti 1-iso
propil natalin 2-sulfonat-Na (Nekal A), dsb.
5) Alkil sulfat
Contohnya adalah Alkil sulfat primer/ dari alkil alkohol primer seperti
asam malonat anhidrat + alkohol dengan Na-bisulfit (Nacconol. LAL), Alkil sulfat
sekunder/ dari alkil alkohol sekunder.
6) Kondensat asam lemak
Contohnya adalah kondensat dengan gugus amino (Medialan A, Sapamine
A), kondensat mengandung gugus oksi (Immersol S, Soromin A), kondensat
dengan gugus inti aromatik (Melioaran F).
7) Persenyawaan polietilenaoksida (poliglikoeter)
Contohnya adalah Alkil amin poliglikol eter (Peregal OK), Dispersol E.
C. Sifat-Sifat Surfaktan
1) Sifat – sifat umum surfaktan
Sifat – sifat umum surfaktan adalah :
a) Sebagai larutan koloid
Mc. Bain telah membuktikan bahwa larutan zat aktif permukaan
larutan koloid. Molekul-molekulnya terdiri dari gugus yang hidrofil (suka air)
dan gugus yang hidrofob (tak suka air).
Pada konsentrasi tinggi partikel koloid ini akan saling menggumpal,
gumpalan ini disebut misel atau agregat baik berbentuk sferik/ ’S’ (daya
hantar listriknya tinggi) atau lamelar/ ’L’ (daya hantar listriknya kecil disebut
juga koloid netral) dan ada dalam kesetimbangan bolak – balik dengan
sekitarnya (pelarut atau dispersi larutan). Kesetimbangan ini akan mencapai
konsentrasi kritik misel menurut aturan Jones dan Burry.
b) Adsorpsi
Apabila larutan mempunyai tegangan permukaan lebih kecil daripada
pelarut murni, zat terlarut akan terkonsentrasi pada permukaan dan terjadi
adsorpsi positif. Sebaliknya adsorpsi negatif menunjukkan bahwa molekul-
molekul zat terlarut lebih banyak terdapat dalam rongga larutan daripada di
permukaan. Hubungan antara derajat penyerapan dan penurunan tegangan
permukaan dinyatakan dalam persamaan Gibbs.
c) Kelarutan dan daya melarutkan
Murray dan Hartly dalam pernyataanya menunjukkan bahwa partikel-
partikel tunggal relatif tidak larut, sedangkan misel mempunyai kelarutan
tinggi. Makin panjang rantai hidrokarbonnya, makin tinggi temperatur kritik
larutan.
2) Sifat – sifat khusus surfaktan
Jika pada sifat umum surfaktan lebih konsentrasi kepada daya
kelarutannya, maka selain sifat umum yang dimiliki, surfaktan juga memiliki
sifat khusus diantaranya adalah sebagai berikut.
Sifat – sifat khusus surfaktan adalah :
a) Pembasahan
Perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses
pembasahan dinyatakan oleh Hukum Dupre.
b) Daya Busa
Busa ialah dispersi gas dalam cairan dan zat aktif permukaan
memperkecil tegangan antarmuka, sehingga busa akan stabil, jadi surfaktant
mempunyai daya busa.
c) Daya Emulsi
Emulsi adalah suspensi partikel cairan dalam fasa cairan yang lain,
yang tidak saling melarutkan. Sama hanya dengan pembasahan, maka
surfaktan akan menurunkan tegangan antarmuka, sehingga terjadi emulsi yang
stabil. Surfaktan akan menurunkan tegangan antarmuka, sehingga terjadi
emulsi yang stabil. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar,
hilangnya kelembaban alami yang ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit
manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan
kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit.
D. Mekanisme Kerja Surfaktan
Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan
sejenisnya, surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up,
emulsifikasi dan solubilisasi.
a) Roll up
Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan
antarmuka antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam
larutan berair.
b) Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktanmenurunkan tegangan antarmuka minyak-
larutan dan menyebabkan proses emulsifikasi terjadi.
c) Solubilisasi
Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut), senyawa
secara simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih.
E. Toksisitas Surfaktan
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya
kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan
permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit
manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima dengan
kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan
surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam
deterjen dapat membentukchlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air
minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan
berbahaya bagi kesehatan.
Umumnya surfaktan berinteraksi dengan membran dan enzim. Pengaruh
ini dapat berdampak pada tumbuhan, dengan penyerapan surfaktan dan
imobilisasi pada dinding sel sehingga terjadi perubahan struktur ultra seluler.
Toksisitas timbul dari penghambatan enzim atau transmisi selektif ion – ion
melalui membran. Pengaruh lain yaitu penghambatan pertumbuhan dalam
tumbuhan, ikan, dan budding dalam hidra, kerusakan Lepomis gibbosus,
kerusakan organ sensoris luar yang peka sehingga dapat mengganggu pemilihan
makanan, mempengaruhi sinergis zat – zat dan surfaktan subletal menyebabkan
pengambilan zat lipofilik yang lebih cepat dan memperkuat toksisitas zat ini.
Toksisitas memperlihatkan suatu korelasi dengan tegangan permukaan menurut
jumlah atom karbon dalam homolog jenis surfaktan.
Toksisitas surfaktan ABS bertambah dengan kelinearan gugus alkil,
disebabkan oleh penerobosan gugus alkil linier yang lebih dalam. Interaksi
surfaktan – protein juga bertambah bila ekor hidrofobik bertambah dan
menyebabkan bertambahnya toksisitas. (Toksisitas surfaktan terhadap beberapa
makhluk perairan sesuai dengan tabel Lundahl & Cabridenc (1978)).
Sesuai dengan waktu ketahanan surfaktan yang cukup singkat dalam
daerah perairan, maka tidak diakumulasikan sampai batas manapun juga tidak
terjadi biomagnifikasi dalam rantai makanan. Air yang mengandung surfaktan (2
– 4 ppm), tidak dapat dideteksi perubahan apapun dalam struktur komunitas
(Hynes dan Roberts,1962).
F. Deterjen
Deterjen adalah surfaktan anionik dengan gugus alkil (umumnya C9 –
C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO3-
Na+ dan ROSO3- Na+) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi
(fraksi parafin dan olefin).
Deterjen sintetik mulai dikembangkan setelah Perang Dunia II, akan tetapi
karena gugus utama surfaktant ABS yang sulit di biodegradabel maka pada tahun
1965 industri mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu dengan gugus
utama surfaktant LAS. Proses pembuatan deterjen dimulai dengan membuat
bahan penurun tegangan permukaan, misalnya : p – alkilbenzena sulfonat dengan
gugus alkil yang sangat bercabang disintesis dengan polimerisasi propilena dan
dilekatkan pada cincin benzena dengan reaksi alkilasi Friedel – Craft Sulfonasi,
yang disusul dengan pengolahan dengan basa.
Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang
menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri
yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet, alat-
alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi.
Pada umumnya, deterjen mengandung bahan-bahan berikut:
1) Surfaktan (surface active agent)
Zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hydrophile
(suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan
tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada
permukaan bahan. Surfaktan ini baik berupa anionik (Alkyl Benzene
Sulfonate/ABS, Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein
Sulfonate/AOS), Kationik (Garam Ammonium), Non ionik (Nonyl phenol
polyethoxyle), Amfoterik (Acyl Ethylenediamines).
2) Builder (Pembentuk)
Zat yang berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan
cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Baik berupa Phosphates
(Sodium Tri Poly Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene
Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat (Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
3) Filler (Pengisi)
Bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan
memantapkan sehingga dapat menurunkan harga. Contoh : Sodium sulfate.
4) Additives (Zat Tambahan)
Bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih
untuk maksud komersialisasi produk. Contoh : Enzyme, Borax, Sodium chloride,
Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar kotoran yang telah dibawa oleh
deterjent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada waktu mencuci
(anti redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau
harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
DAFTAR PUSTAKA
Alex. 2012. Surfaktan. http://alexschemistry.blogspot.com/2012/09/surfaktan-
________surfaktan-merupakan-bahan.html, diakses tanggal 20 Oktober 2013
Anonim. 2010. Surfaktan Deterjen dan Sabun.
________http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/surfaktant-deterjen-sabun-
________revisi/, diakses tanggal 20 Oktober 2013
Anonim. 2010. Apa yang Dimaksud dengan Surfaktan.
_________http://webkimia.blogspot.com/2010/10/apa-yang-dimaksud-dengan-
_________surfaktan.html, diakses tanggal 20 Oktober 2013