surat nf

Upload: onny-khaeroni

Post on 14-Jul-2015

205 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Masukan kepada Bimbingan dan Konsultasi Belajar Nurul Fikri

TRANSCRIPT

Yth. BKB Nurul Fikri Di Jakarta

Assalaamu alaikum Wr. Wb.

Puja dan puji syukur senantiasa kita ucapkan secara sadar atas segala nikmat yang telah Allah berikan, dan segala rizki yang telah dan akan Dia berikan kepada kita semua. Shalawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW, semoga kita selalu berada pada millah Nabi kita sampai akhir hayat.

Tulisan ini sebagai bagian dari respon positif atas keputusan yang baru saja saya ketahui. Pun, juga mewakili beberapa pendapat yang muncul atas keputusan tersebut. Tetapi, saya lebih menggariskan bahwa semua yang saya tuliskan ini merupakan hasil analisis pribadi saya. Mohon maaf jika kurang berkenan, tidak ada maksud apapun selain menyampaikan pendapat secara tertulis dan tidak emosional.

Latar Belakang Hari Jum at, tanggal 15 Juli 2011, di lokasi NF Serang. Saat itu beberapa lokasi di Kota Serang terjadi pemadaman listrik oleh PLN, termasuk diantaranya adalah lokasi NF Serang. Kontan staf lokasi langsung mencatat jam hadir saya, dan tidak meminta saya untuk AMANO . Staf pun berujar, bahwa hari itu kami cukup beruntung karena tidak perlu dipotong Rp 5000 per sesi. Saya bertanya, kenapa? Ternyata ada aturan baru yang MENGHARUSKAN setiap PENGAJAR menggunakan LCD TV dan OHP sebagai media penyampaian materi. Jika tidak digunakan maka honor mengajar dipotong Rp 5000 untuk setiap PELANGGARAN yang dilakukan. Hal pertama yang melintas di pikiran saya adalah PERATURAN YANG ANEH ... Tepat lima menit sebelum jam masuk, listrik kembali menyala. Saya pun langsung menanyakan ke Staf lokasi, apakah perlu AMANO? Karena beberapa bulan lalu saya lupa (tidak sempat, karena waktu itu menggantikan pengajar

yang berhalangan jadi datangnya telat) AMANO, dan ketika menerima gaji ternyata berkurang sejumlah sesi yang saya jalani hari itu (4 sesi, 1 insentif). Saya kemudian komplain ke staf lokasi, dan katanya sudah disampaikan ke wilayah karena catatannya ada di lokasi. Informasi berikutnya menyatakan bahwa kekurangan tersebut akan di bayarkan bulan berikutnya. Saya kemudian menghitung setiap sesi yang saya jalani. Di bulan berikutnya, tetap TIDAK ADA perubahan. Sampai saat ini, belum dibayarkan. Ya sudahlah.

Analisis Masalah Agar tidak telalu melebar, saya fokuskan pembahasan saya pada ATURAN baru tersebut. Baiklah, saatnya kita flashback. Saat LCD TV pertama kali dihadirkan, saya menyambut positif keberadaannya karena menambah value bagi kredibilitas NF dimata konsumen. Apakah konsumen menyambut baik? Saya rasa NF perlu melakukan survey untuk menjawab ini. Beberapa kali saya menggunakan LCD TV, persiapan dilakukan sangat baik sampai saya menyiapkan animasi-animasi. Tapi, karena laptop saya laptop jadul, tidak bisa terkoneksi ke LCD TV (No Signal terus). Akhirnya saya menyerah, dan memilih menggunakan flashdisk. Alhasil, tidak ada animasi yang dapat ditayangkan, semuanya statis. Saat tanda tangan absen, saya selalu ditanya oleh staf, apakah saya menggunakan LCD TV? Saya bilang ya (saat saya menggunakan). Dan diberi tanda ya pada absensi. Mereka bilang, kalau tidak digunakan akan ditarik... mereka juga bilang, nanti dipikirkan akan ada kompensasi bagi yang menggunakan (ini kita sebut dengan motivasi intrinsik dan konstruktif positif).

Awalnya saya menyambut baik keberadaan LCD TV dan termotivasi untuk menggunakan karena nantinya akan dipikirkan tambahan insentif atau kompensasi bagi yang menggunakan. Kebetulan saya mengajar juga di STMIK Banten Jaya. Setiap kali saya menerima gaji, disana tertulis selain honor mengajar, dituliskan juga insentif penggunaan multimedia. Tidak besar, hanya Rp 3000,00 per SKS. Tapi bagi saya itu adalah penghargaan yang sangat baik. Terlihat bagaimana pimpinan memberikan penghargaan bagi karyawannya yang ingin meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dengan menggunakan media pembelajaran berupa in focus. Saya juga berharap saat itu NF melakukan hal serupa.

Namun, seolah saya terkena bom ranjau. Dalam teori pembelajaran yang saya pahami, penggunaan media merupakan salah satu upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan media, diharapkan peserta didik dapat lebih menangkap esensi materi lebih banyak. Namun, media yang digunakan haruslah tepat. Sebagai contoh, saat saya mengajarkan Microsoft Word, media yang tepat adalah komputer PC atau laptop dengan jumlah yang cukup sehingga sebagian besar atau seluruh peserta didik dapat menggunakan dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Tidak mungkin saya hanya menggunakan LCD TV dengan ukuran diagonal 38 inci, karena interaksi yang terjadi hanya satu arah. Saat seorang guru fisika menjelaskan mengenai pegas, mungkin siswa lebih memerlukan pegas asli daripada media visual yang ada.

Proses pembelajaran yang efektif, menyenangkan, menarik, dan bermakna bagi siswa dipengaruhi oleh berbagai unsur antara lain guru yang memahami secara utuh hakikat, sifat, dan karakteristik siswa, metode pembelajaran yang berpusat pada kegiatan siswa, sarana belajar siswa yang memadai, tersedianya berbagai sumber belajar dan media yang menarik dan mendorong siswa untuk belajar, dan lain-lain. Secara khusus, tersedianya berbagai sumber belajar akan mendukung terhadap penciptaan kondisi belajar siswa yang menarik dan menyenangkan.

Implikasi Rasional Saya lalu mencoba merasionalisasi kebijakan tersebut. Pertama, form pesan mengajar harus diubah, dan apabila via telepon juga ada tambahan. Pihak penjadwalan harus secara rigid menyebutkan urutan jam mengajar, kelas yang diajar, materinya apa, sub bab-nya dari mana sampai mana. Semuanya harus dituliskan. Jika tidak, mana mungkin pengajar dapat menyiapkan materi ajar untuk ditayangkan di LCD TV. Pun, penjadwalan benar-benar menghubungi pengajar yang akan dijadwalkan pada saat-saat yang rasional. Artinya, minimal 24 jam sebelum mengajar dan bukan sore atau malam hari dihubungi untuk mengajar (kecuali pengajar Full Time atau Tetap). Hal ini dimaksudkan agar pengajar dapat menyiapkan materi ajar dalam jangka waktu yang rasional. Terus terang, bagi saya lebih baik dipotong Rp 5000,00 dari pada harus meluangkan waktu untuk membuat materi ditengah menumpuknya pekerjaan yang sedang saya coba untuk selesaikan.

Kedua, asumsikan pengajar telah menyiapkan materi ajar untuk ditayangkan via LCD TV. Kemudian ketika di dalam kelas, ternyata siswa meminta materi ajar yang lain dan itu belum dipersiapkan oleh pengajar. Namun, pengajar tersebut memaksa untuk menyampaikan materi semula, dengan alasan materi yang diminta siswa belum dipersiapkan medianya, walau sebenarnya menguasai. Dengan demikian, sebuah pemaksaan akan menimbulkan pemaksaan yang lain. Kelas pun berjalan sangat hambar, tidak ada esensi materi yang ditangkap oleh siswa karena siswa tidak mengingkan itu. Dari sini kita bisa menyimpulkan, bahwa media bukanlah satu-satunya unsur kesuksesan dalam pembelajaran. Lalu mengapa dipaksakan penggunaannya?

Ketiga, NF harus menyediakan perangkat penyusunannya, misalkan laptop, komputer, dan koneksi internet. Kadang, ketika saya melihat staf mengerjakan pekerjaan kantor menggunakan laptop pribadi, saya berpikir KOK mau? . Padahal staf bisa saja menunda pekerjaannya karena perangkat kantor terbatas jumlahnya. Resource pribadi menurut saya tidak untuk digunakan untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Mungkin ada yang berpikir, kenapa saya menggunakan laptop pribadi untuk mengerjakan pekerjaan pekerjaan saya. Jangan salah, di kantor saya disediakan PC, printer, meja, dan koneksi internet. Namun, karena mobilitas saya tinggi, saya tidak dapat menggunakan perangkat kantor. Bukan berarti tidak disediakan, tapi karena memang saya tidak menggunakan. Kembali ke pokok permasalahan. Yah, saya berpikir dengan diterapkannya kebijakan tersebut, seharusnya NF menyediakan perangkat untuk membuatnya. Baiklah kita berpikir rasional. Media LCD menerima input berupa berkas yang dapat dihasilkan melalui perangkat komputer, HP, atau kamera digital. Lalu apakah semua pengajar memiliki perangkat yang kompatibel? Jika tidak, maka selamanya pengajar tidak pernah bisa membuat bahan ajar untuk LCD.

Keempat, saya melakukan perhitungan matematis. Misalkan NF sama sekali tidak menyediakan perangkat yang saya sebutkan di atas. Lalu terpaksa pengajar mengadakan laptop secara kredit, modem, dan biaya internet. Kemudian kita lakukan kalkulasi seperti ini:

1. Angsuran laptop 2. Biaya internet 3. Pengadaan modem 4. Snack lembur Total biaya per bulan

Rp 500.000,00 Rp 100.000,00 Rp 50.000,00 Rp 10.000,00 Rp 660.000,00

Sekarang asumsikan seorang pengajar mengajar sebanyak 40 sesi per bulan dan dari 40 sesi tersebut sama sekali tidak menggukan LCD TV, sehingga potongan perbulan adalah sebesar

5.

Potongan (40 x 5000)

Rp 200.000,00

Saya lebih memilih dipotong Rp 5000 per sesi selama 40 sesi per bulan atau dipotong Rp 200000 per bulan dari pada saya harus mengeluarkan dana Rp 660.000,00 per bulan.

Kelima, NF harus memberikan pelatihan pembuatan media ajar berbasis LCD TV dengan segala keterbatasan kemampuannya kepada setiap pengajar, baik yang sudah bisa ataupun belum bisa. Karena bisa jadi pengajar tidak menggunakan media tersebut karena tidak bisa membuatnya.

Berpikir Terbalik

Mungkin beberapa pemikiran perlu dibalik. Motivasi menghindari potongan, sama sekali tidak berimplikasi terhadap meningkatnya efektivitas belajar atau kualitas belajar mengajar. Keadaan ini sungguh sangat tidak menguntungkan khususnya bagi NF sendiri. Penggunaan media dalam pembelajaran adalah sebuah pilihan untuk peningkatan, bukan keharusan, apalagi ketakutan akan potongan. Sistem pembelajaran merupakan sebuah kesatuan mengenai pemahaman daya tangkap peserta didik dengan pemahaman materi ajar.

Evaluasi Permasalahan utama di NF Serang adalah berkurangnya jumlah siswa setiap semester secara gradual. Sebenarnya banyak usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menghambat laju tersebut. Pemasaran adalah modal utama. Perlu dibuatkan kemasan yang lebih menarik dan juga penguatan isi. Artinya, secara kemasan menarik, dan isi dari kemasannya juga sangat menggiurkan. Perlu ada kerjasama yang baik antara staf dan pengajar. Sumber daya yang ada adalah aset yang tetap harus dipertahankan keberadaannya. Selain itu juga perlu dikelola dengan baik agar menghasilkan produk yang lebih baik. Paket layanan juga perlu evaluasi agar sesuai dengan kebutuhan pasar.

Wasssalaamu alaikum Wr. Wb.

Visit My Web Site : http://www.khaeroni.net