surakarta 2010 - digilib.uns.ac.id/hubungan... · lampiran 3a kisi-kisi angket kebiasaan membaca...

113
HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENALARAN DAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK (Survai pada Siswa SMA Negeri Se- Kota Magelang) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Oleh : Suwarti S840209125 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA SURAKARTA 2010

Upload: doantram

Post on 12-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

1

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENALARAN DAN

KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

(Survai pada Siswa SMA Negeri Se- Kota Magelang)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh : Suwarti

S840209125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PROGRAM PASCASARJANA

SURAKARTA

2010

Page 2: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

2

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENALARAN DAN

KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN

KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK

(Survai pada Siswa SMA Negeri Se- Kota Magelang)

Disusun oleh:

Suwarti

S840209125

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M. Pd. Dr. Retno Winarni, M. Pd.

NIP 194403151197804 1 001 NIP 19560121198303 2 003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M.Pd.

NIP194403151197804 1 001

Page 3: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

3

PENGESAHAN

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Tesis Program

Pascasarjana Program Studi Bahasa Indonesia Universitas Negeri Sebelas Maret

dan diterima mendapatkan gelar Magister Pendidikan.

Pada hari : Kamis

Tanggal : 27 Mei 2010

Tim Penguji Tesis :

Jabatan Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Prof. Dr. St.Y. Slamet, M. Pd

NIP 19461208198203 1 001

Sekretaris : Dr. Andayani, M. Pd

NIP 19601030198620 1 001

Anggota I : Prof. Herman J. Waluyo, M. Pd

NIP 194403151197804 1 001

Anggota II Dr. Retno Winarni, M. Pd

NIP 19560121198303 2 003

Ketua Program Studi

Direktur PPs UNS Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Drs. Suranto, M. Sc., Ph.D. Prof. Dr. Herman J. Waluyo, M. Pd

NIP130472192 NIP 194403151197804 1 001

Page 4: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

4

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya

Nam : Suwarti

NIM : S840209125

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Hubungan

antara Kemampuan Penalaran dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra dengan

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek ( Survai pada Siswa SMA Se-Kota

Magelang) benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang

lain, baik sebagian atau seluruhnya. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini

diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari, ternyata pernyataan saya tidak benar, saya

bersedia, menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya

peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Mei 2009

Yang membuat Pernyataan,

Suwarti

NIM S840209125

Page 5: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

5

MOTTO

Seorang intelektual adalah orang yang pikirannya menjaga pikirannya sendiri

(Albert Camus)

Akhir terbesar dari kehidupan bukanlah pengetahuan, tetapi tindakan.

( Thomas Henry Huxley)

,

Page 6: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

6

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan tesis ini sebagai ungkapan cinta, kasih, sayang, dan

terima kasih kepada :

1. Ayah dan Ibuku Dalidja Sudihardjo yang selalu memberikan doa untukku.

2. Suamiku Drs. F.X. Samingin M. Hum. yang telah memberikan semangat,

dukungan, dengan penuh kesabaran dan kesetiaan dalam setiap langkah

hidupku.

3. Anak-anakku tercinta Domitianus Anggara Pramudita, S.T., Yohanes Yogi

Widita S.E., dan Rosa Riris Suciningtyas yang dengan setia membantu Ibu

dalam penyelesaian tesis ini, dan memberikan semangat dalam hidupku.

Page 7: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

7

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih atas

segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu. Tesis ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar magister Program

Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia di Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Berkat bantuan, dan dorongan, serta bimbingan berbagai pihak makalah ini

dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. dr. H.Much. Syamsulhadi, Sp. K.J.(K), selaku Rektor Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin untuk

melakukan penelitian.

3. Prof. Dr. Herman J. Walujo Ketua Program Pendidikan Bahasa Indonesia

sekaligus sebagai pembimbing, yang telah memberikan pengarahan,

dorongan semangat, petunjuk, serta bimbingan dengan penuh kesabaran.

4. Dr. Retno Winarni sebagai pembimbing yang telah memberikan

pengarahan, petunjuk,semangat, dan bimbingan dengan penuh ketelatenan.

5. Para dosen Program Studi Bahasa Indonesia yang telah membekali materi

sehingga dapat membantu dalam penyusunan tesis ini.

Page 8: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

8

6. Kepala Dinas Pendidikan Kota Magelang yang telah memberikan izin

belajar.

7. Kepala SMA El Shadai Magelang yang telah memberikan izin untuk

melanjutkan studi.

8. Kepala SMA Negeri 1, 3, dan 4 Magelang yang telah memberi kesempatan

untuk mengadakan penelitian.

9. Suami dan anak-anaku yang sangat perhatian dan pengertian, memberikan

semangat, dorongan dan bantuan dalam penyusunan tesis ini..

10. Rekan-rekan seperjuangan di Pascasarjana Program Bahasa Indonesia

yang telah memberikan masukan, dan semangat.

11. Rekan-rekan sekerja yang memberikan semangat, masukan, dan sebagai

teman diskusi dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mohon kritik dan saran.

Akhirnya, penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat baik bagi penulis

sendiri, maupun bagi pembaca.

Surakarta, Mei 2010

Penulis

Page 9: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

PENGESAHAN PEMBIMBING ii

PENGESAHAN TESIS iii

PERNYATAAN iv

MOTTO v

PERSEMBAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xvi

ABSTRAK xx

ABSTRACT xxi

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Perumusan Masalah 7

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 8

1. Manfaat Teoretis 8

2. Manfaat Praktis 9

Page 10: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

10

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG

RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR,

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 10

A. Kajian Teori 10

1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 10

a. Pengertian Kemampuan 10

b. Pengertian Apresiasi 11

c. Pengertian Cerita Pendek 13

d. Unsur Pembangun Cerita pendek 16

e. Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 27

f. Pengukuran Kemampuan Mengapresiasi

Cerita Pendek 27

2. Hakikat Kemampuan Penalaran 29

a. Pengertian Kemampuan 29

b. Pengertian Penalaran 29

c. Kemampuan Penalaran 36

d. Pengukuran Kemampuan Penalaran 36

3. Hakikat Kebiasaan Membaca Karya Sastra 37

a. Pengertian Kebiasaan 37

b. Pengertian Membaca 38

c. Pengertian Karya Sastra 42

Page 11: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

11

d. Pengertian Kebiasaan Membaca Karya Sastra 44

e. Pengukuran Kebiasaan Membaca Karya Sastra 45

B. Penelitian yang Relevan 46

C. Kerangka Berpikir 48

1. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dengan

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 48

2. Hubungan antara Kebiasaan Membaca dengan

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 48

3. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dan

Kebiasaan Membaca Karya Sastra Secara Bersama-sama

dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 49

D. Pengajuan Hipotesis 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51

A. Tempat dan Waktu Penelitian 51

B. Metode Penelitian 52

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 53

D. Teknik Pengumpulan Data 54

E. Instrumen Penelitian 55

F. Validitas dan Reliabilitas 59

G. Hasil Uji Coba Instrumen 63

H. Hipotesis Statistik 65

I. Uji Persyaratan Analisis 65

J. Teknik Analisis Data 70

Page 12: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

12

BAB IV HASIL PENELITIAN 73

A. Deskripsi Data 73

1. Data Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 73

2. Data Kemampuan Penalaran 74

3. Data Kebiasaan Membaca Karya Sastra 76

B. Pengujian Persyaratan Analisis 77

1. Uji Normalitas Data 77

2. Uji Linearitas dan Signifikansi Regresi 78

C. Pengujian Hipotesis 80

1. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dan

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 80

2. Hubungan antara Kebiasaan Membaca Karya Sastra

dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 80

3. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dan

Kebiasaan Membaca Karya Sastra Secara Bersama-sama

dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek 81

D. Pembahasan Hasil Penelitian 82

E. Keterbatasan Penelitian 84

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan 86

B. Implikasi 87

Page 13: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

13

C. Saran 89

DAFTAR PUSTAKA 91

LAMPIRAN 95

Page 14: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

14

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Kegiatan Penelitian 51

Tabel 2 Tabel ANAVA 69

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Apresiasi Cerpen 73

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kemampuan Penalaran 75

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membaca Karya Sastra 76

Page 15: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir 49

Gambar 2 Desain Penelitian 52

Page 16: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1a Kisi-kisi dan Instrumen Kemampuan Mengapresiasi

Cerpen (Tes Uji Coba) 95

Lampiran 1b Kisi-kisi dan Instrumen Kemampuan Mengapresiasi

Cerpen (Pengambilan Data) 112

Lampiran 2a Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penalaran

(Tes Uji Coba) 128

Lampiran 2b Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Penalaran

(Pengambilan Data) 145

Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra

(Uji Coba) 161

Lampiran 3b Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra

(Angket Penelitian) 172

Lampiran 4 Uji Validitas Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerpen

Tahap I 175

Lampiran 5 Uji Validitas Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerpen

Tahap II 179

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

(dengan Teknik Statistik Point Biserial) Tahap I 183

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

(dengan Teknik Statistik Point Biserial) Tahap II 187

Page 17: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

17

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Angket Kebiasaan

Membaca Karya Sastra (Teknik Statistik Product Moment)

Tahap I 191

Lampiran 9 Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Angket Kebiasaan

Membaca Karya Sastra (Teknik Statistik Product Moment)

Tahap II 195

Lampiran 10 Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Tes Kemampuan

Mengapresiasi Cerpen 199

Lampiran 11 Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Tes Kemampuan

Penalaran 203

Lampiran 12 Hasil Uji Reliabilitas Butir Soal Angket Kebiasaan Membaca

Karya Sastra 207

Lampiran 13 Data Induk Penelitian 218

Lampiran 14 Uji Normalitas Data Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 226

Lampiran 15 Uji Normalitas Data Kemampuan Penalaran 234

Lampiran 16 Uji Normalitas Data Kebiasaan Membaca Karya Sastra 240

Lampiran 17 Tabel Kerja Untuk Melakukan Analisis Data dengan

Teknik Statistik Regresi dan Korelasi

( Sederhana maupun Ganda) 246

Lampiran 18 Distribusi Frekuensi Kemampuan Penalaran 253

Lampiran 19 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membaca Karya Sastra 254

Page 18: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

18

Lampiran 20 Distriibusi Frekuensi Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 255

Lampiran 21 Analisis Regresi Linear Sederhana Y atas X1 256

Lampiran 22 Analisis Regresi sederhana Y atas X2 257

Lampiran 23 Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi

Sederhana Y atas X1 258

Lampiran 24 Tabel Kerja untuk Melakukan Analisis Data Deskriptif

maupun Inferensial dengan Teknik Statistik Regresi

dan Korelasi (sederhana maupun ganda) 260

Lampiran 25 Tabel Anava untuk regresi Ŷ = 17.0033 + 0.2686X1 266

Lampiran 26 Uji signifikansi dan Linearitas Regresi

Sederhana Y atas X2 268

Lampiran 27 Tabel Kerja untuk Melakukan Analisi Data Deskriptif

maupun Inferensial dengan Teknik Statistik Regresi

dan Korelasi (sederhana maupun ganda) 269

Lampiran 28 Tabel Anava untuk regresi Ŷ= 16.55 + 0.061X2 275

Lampiran 29 Analisis Regresi Linear Ganda Y atas X1X2 277

Lampiran 30 UJi Signifikansi Koefisien Korelasi dalam

regresi linear ganda Ŷ = 20.724 + 0.258X1 + 0.058X2 279

Lampiran 31 Uji signifikansi Regresi Linear Ganda 281

Page 19: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

19

Lampiran 32 Analisis Korelasi Sederhana X1 dengan Y 284

Lampiran 33 Analisis Korelasi Sederhana X2 dengan Y 285

Lampiran 34 Analisis Kontribusi Tunggal dan Bersama X1, X2 danY 286

Lampiran 35 Histogram Frekuensi 287

Lampiran 36 Gambar Grafik Persamam Regresi Sederhana 288

Page 20: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

20

ABSTRAK

Suwarti. S840209125. 2010. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek Survai pada Siswa SMA Negeri Se- Kota Magelang. Tesis. Surakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara (1) kemampuan penalaran dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, (2) kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dan (3) kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra secara bersam-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Objek penelitian adalah siswa kelas XI SMA Negeri se- Kota Magelang. Sampel yang digunakan untuk penelitian siswa kelas XI SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 4 Magelang yang berjumlah 120 . Cara pengambilan sampel dengan simple random sampling. Sedangkan instrumen untuk mengumpulkan data dengan menggunakan tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek, tes kemampuan penalaran, dan angket kebiasaan membaca karya sastra. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah regresi dan korelasi ( sederhana, dan ganda).

Hasil analisis menujukkan bahwa (1) ada hubungan positif yang signifikan antara kemampuan penalaran dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek

(����= 0.260 dengan p<α 0.05 , t0 = 2.9319033dan tt = 1.98); (2) ada hubungan

positif yang signifikan antara kebiasaan membaca karya sastra dengan

kemampuan mengapresiasi cerita pendek (����= 0.25476 dengan p < α 0.05, to=

2.8619 dan tt= 1.98); (3) ada hubungan positif yang signifikan antara kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek (����

� = 0.12767 dengan p > α 0.05, F0

= 8.5621 > Ft = 3.08).

Berdasarkan hasil peneltian di atas, maka guru bahasa Indonesia dalam pembalajaran sastra khususnya pembelajaran cerpen perlu memperhatikan kemampuan penalaran siswa, dengan memberikan pelatihan-pelatihan agar kemampuan penalaran meningkat, dan perlu memotivasi siswa agar mempunyai kebiasaan membaca terutama membaca karya sastra, supaya siswa dapat meningkatkan kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

.

Page 21: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

21

ABSTRACT

Suwarti. S840209125. 2010. The Correlation between Logical Ability and Literature Reading Habit with Ability to Appreciate Short Story (Survey in Magelang Senior High School Student). Thesis. Surakarta: The Study Program of Indonesian Education of Postgraduate Program, Sebelas Maret University.

The aim of this research are to know the correlation between (1) logical ability with ability to appreciate short story, (2) the literature reading habit with ability to appreciate short story, and (3) logical ability and the literature reading habit along with ability to appreciate short story.

The research object is the XI-grade of Senior High School student in Magelang. Samples that are used to the research are the XI-grade of SMA 1 Magelang and SMA 4 Magelang of 120 participants. The method of collecting samples is by simply random sampling. Meanwhile the instrument to collect data is by using ability test of appreciating short story, logical ability test, and questionnaire of literature reading habit. Techniques to analyze data are regression and correlation.

The result of the analysis shows that (1) there are significant positive

correlation between the logical ability with ability to appreciate short story (����=

0.260 with p<α 0.05, to=2.9319033 and tt=1.98); (2) there are significant positive correlation between literature reading habit with ability to appreciate short story

(����=0.25476 with p<α 0.05, to=2.8619 and tt=1.98); (3) there are significant

positive correlation between logical ability and literature reading habit along with ability to appreciate short story (����

� = 0.12767 with p>α 0.05, Fo=8.5621 >

Ft=3.08).

Based on the research’s result above, so the Indonesian teacher in literature learning especially on short story needs to pay more attention on student’s logical ability, by giving exercises in order to increase the logical ability, and needs to motivate the students to have a reading habit especially on literature, so that the students may increase the ability to appreciate short story.

Page 22: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sastra di sekolah bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam mengapresisiasi karya sastra. Di dalamnya terkandung maksud agar

siswa dapat menghargai dan membanggakan kesusastraan bangsa sendiri serta

dapat menikmati dan memanfaatkan secara langsung yaitu nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan

pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran sastra harus diikuti dengan

mewajibkan siswa untuk melakukan apresiasi sendiri karya-karya sastra terpilih

(Depdiknas, 2006: 261).

Boen S. Oemarjati (1996: 196) mengemukakan bahwa pengajaran sastra

bertujuan menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap

masalah-masalah manusiawi, pengenalan dan rasa hormat terhadap tata nilai baik

dalam konteks individual, maupun sosial. Tujuan ini perlu diwujudkan agar siswa

memiliki sifat-sifat luhur tersebut.

Tujuan pengajran sastra seperti di atas, belum tercapai seperti yang

diharapkan. Menurut Andayani (2008: 83) ada keprihatinan dalam pembelajaran

apresiasi sastra karena adanya sejumlah keterbatasan yang berkaitan dengan

pembelajaran sastra. Hal ini tentu merupakan penghambat tercapaimya tujuan

pengajaran sastra.

22

Page 23: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

23

Ada beberapa faktor penyebab tujuan pengajaran sastra belum memenuhi

harapan.. Faktor-faktor tersebut ialah guru, murid, dan lingkungan. Faktor dari

guru sebagai penyebab rendahnya kemampuan mengapresiasi sastra dapat

dimungkinkan kurangnya pemahaman guru terhadap sastra, kurang optimalnya

proses belajar mengajar, kurangnya penugasan siswa untuk membaca karya sastra.

Menurut J. Prapta Diharja, S.J. (2004: 145) pengajaran sastra masih

berorientasi pada penugasan materi hafalan. Pengajaran selama ini masih

merupakan transfer pengetahuan, bukan merupakan proses pengembangan potensi

bawaan anak didik. Hal ini tentu juga merupakan faktor penyebab belum

tercapainya tujuan pengajaran sstra.

Faktor siswa merupakan faktor terpenting dalam proses pembelajaran

sastra. Siswa merupakan subjek pada proses pembelajaran sastra. Faktor yang

diduga sebagai penyebab rendahnya apresiasi sastra adalah rendahnya minat baca

siswa terhadap karya sastra.

Untuk dapat mengapresiasi sastra siswa harus terlibat secara langsung

untuk mengakrabi, menggauli dan menikmati karya sastra. Guru harus melibatkan

siswa untuk mau mengakrabi karya sastra. Salah satu cara agar siswa mau

mengakrabi karya sastra adalah siswa membaca karya satra. Dalam beberapa hal,

membaca suatu bahan bacaan akan lebih melibatkan rasa dan pikiran sehingga

memungkiinkan si pembaca menafsirkan sendiri informasi yang didapatkannya

lewat bacaan itu. Oleh karena itu, kebiasaan membaca jangan sampai dibiarkan

surut, dan kebiasaan itu wajib dikembangkan di sekolah maupun di universitas (B.

Rahmanto. 1988: 67).

Page 24: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

24

Mengapresiasi sastra berarti memahami menafsirkan atau menanggapi

karya sastra dengan baik. Untuk itu diperlukan kemampuan penalaran dan

kebiasaan membaca karya sastra yang baik. Artinya untuk dapat mengapresiasi

karya sastra dengan baik maka siswa harus memiliki kemampuan penalaran dan

kebiasaan membaca karya dengan baik pula. Oleh karena itu, penelitian ini

mengkaji kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra.

Kemampuan penalaran merupakan salah satu komponen yang ikut andil

dalam menentukan kualitas kemampuan mengapresiasi karya sastra. Hal ini dapat

dipahami karena penalaran siswa merupakan salah satu kemampuan dalam proses

berpikir yang dibutuhkan untuk memutuskan sesuatu dengan memanfaatkan

bukti-bukti yang ada. Dengan penalaran yang baik, pembaca karya sastra akan

menghubung-hubungkan secara logis unsur-unsur yang membangun karya sastra

baik secara intrinsik maupun ekstrinsik sehingga pemahaman, penafsiran,

penerimaan, dan penanggapan terhadap karya sastra yang dibaca akan lebih tepat

sesuai dengan yang dikehendaki penulisnya.

Aspek lain yang ikut mendukung dalam kegiatan mengapresiasi karya

sastra adalah kebiasaan membaca karya sastra. Dengan membaca, siswa dapat

memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru melalui materi yang ada dalam

buku yang dibacanya. Semakin banyak membaca akan semakin banyak

pengetahuan dan pengalaman yang dipreroleh. Pengetahuan yang diperoleh siswa

akan menjadi skemata yang dapat membantu sisiwa dalam menganalisis karya

saatra. Brown dan Yule dalam bukunya Discource Analysis (terjemahan I

Soetikno 1996:247) mengatakan bahwa skemata merupakan pengetahuan latar

Page 25: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

25

belakang yang rapi dan menyebabkan kita menduga dan meramalkan segi-segi

dalam penafsiran wacana. Oleh karena itu, siswa perlu memiliki kebiasaan untuk

membaca. Khususnya dalam hal ini adalah membaca karya sastra, karena

berkaitan dengan apresiasi karya sastra.

Rene Wellek dan Austin Warren (1988: 276) mengatakan bahwa karya

sastra adalah suatu seleksi kehidupan yang direncanakan dengan tujuan tertentu.

Kita harus mempunyai pengetahuan di luar sastra untuk mengetahui hubungan

antara suatu karya satra tertentu dengan kehidupan. Dengan membaca akan dapat

diperoleh pengetahuan. Oleh karena itu, kebiasaan membaca harus ditingkatkan.

Menurut Kui Yan (2006: 99) dalam apresiasi cerita pendek, siswa harus

didorong untuk membaca cerita setidaknya dua kali. Di samping itu, kegiatan

apresiasi cerpen membutuhkan pengetahuan tentang sastra maupun pengetahuan

lain.

Kegiatan pembalajaran dirancang dari indikator untuk memberikan

pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi

antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan lingkungan,

dan peserta didik dengan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian

kompetensi dasar. Pengalaman yang dimaksud melalui penggunaan pendekatan

pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman

belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik (Depdiknas,

2007: 16).

Untuk memiliki kecakapan hidup dibutuhkan kemampuan bernalar.

Kemampuan bernalar akan mempengaruhi siswa dalam mengambil keputusan.

Page 26: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

26

Mengambil keputusan adalah salah satu kecakapan hidup yang akan dialami

siswa. Oleh karena itu, kemampuan penalaran harus mendapat perhatian dalam

proses pembelajaran.

Membaca dapat melatih siswa buntuk mengembangkan penalaran, karena

dengan membaca siswa akan banyak mendapat pengetahuan baru. Pengetahuan

dan pengalaman ini akan sangat berguna dan berpengaruh pada pengambilan

keputusan. Dengan demikian, maka kebiasaan membaca perlu ditingkatkan agar

dapar menunjang kemampuan penalaran.

Pengembangan materi pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian

kompetensi dasar dengan memperhatikan potensi peserta didik; kebermanfaatan

bagi peserta didik; aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

relevansi dengan kebutuhan peserta didik, sesuai dengan tuntutan lingkungan dan

alokasi waktu (Depdiknas, 2007 :17).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka pembelajaran sastra akan

lebih baik kalau siswa sudah banyak bergaul dengan karya sastra. Maka akan

lebih menguntungkan kalau siswa senang membaca satra. Oleh karena itu, dalam

merancang pembelajaran sastra, harus diperhitungkan yang dapat mendorong

minat siswa untuk membaca karya sastra.

Melalui membaca, orang dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman

baru. Pengetahuan baru atau pengalaman baru yang ditemukan atau yang dialami

oleh orang lain akan dapat diketahuinya. Kegiatan membaca merupakan jendela

dunia. Dengan banyak membaca berarti seseorang dapat memperoleh berbagai

informasi yang berkembang, baik yang sifatnya lokal, nasional maupun yang

Page 27: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

27

global. Melalui kegiatan membaca, seseorang dapat belajar mengenai berbagai hal

mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang kompleks. Tetapi yang

menjadi keprihatinan adalah kegiatan membaca masih belum menjadi kebiasaan

atau kebutuhan hidup masyarakat Indonesia. ( Sudirman Siahaan dan Rr.

Murtiningsih. 2008: 1). Hal ini akan memengaruhi cara menganalisis sesuatu,

termasuk menganalisis karya sastra yang dibacanya.

Kebiasaan membaca dapat ditingkatkan dan dikembangkan.Tampubolon

dalam bukunya Kemampuan Membaca (1990: 229) menjelaskan bahwa fundasi

kuat untuk membentuk kebiasaan membaca pada anak adalah menumbuhkan

minat membaca. Minat membaca dapat ditumbuhkan melalui proses belajar

mengajar di sekolah. Demikian juga minat membaca karya sastra dapat

ditumbuhkan, agar menjadi kebiasaan. Apabila siswa memiliki kebiasaan

membaca karya sastra diduga dapat meningkatkan kemampuan apresiasi sastra.

Jenis sastra ada prosa, puisi, dan drama. Prosa ada yang berbentuk cerpen,

novel, dan roman. Hal ini sesuai dengan pendapat Rene Wellek dan Austin

Warren yang mengatakan bahwa teori sastra modern membagi satra rekaan

menjadi fiksi (novel, cerpen, epik), drama, dan puisi. Dalam penelitian ini yang

dijadikan objek kajian adalah kemampuan penalaran, kebiasaan membaca karya

sastra, dan kemampuan mengapresiasi cerpen.

Page 28: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

28

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan penalaran dengan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek?

2. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan membaca karya sastra dengan

kemampuan mengapresiasi cerita pendek?

3. Apakah terdapat hubungan secara bersama-sama antara kemampuan penalaran

dan kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan mengapresiasi ceita

pendek?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai dua tujuan , yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus. Adapun kedua tujuan tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tentang kemampuan

penalaran,kebiasaan membaca karya sastra, dan kemampuan mengapresiasi

cerita pendek siswa SMA Negeri Kota Magelang.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya:

a. hubungan kemampuan penalaran dengan kemampuan mengapresiasi cerita

pendek.

Page 29: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

29

b. hubungan antara kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek.

c. hubungan antara kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya

sastra secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita

pendek.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat,baik secara teoritis maupun

secara praktis. Kedua jenis manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis ,hasil penelitian ini dapat memberi kelengkapan

khasanah teori yang berkaitan dengan kemampuan penalaran, kebiasaan

membaca karya satra, dan kemampuan pemahaman karya sastra. Dengan

mengatahui pengaruh kedua variabel tersebut dapat diketahui pentingnya

variabel-variabel itu terhadap kemampuan pemahaman karya sastra.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak,

antara lain sebagai berikut.

a. Bagi siswa

Bagi siswa penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang

kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan mengapresiasi cerpen

Page 30: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

30

dan kemampuan penalaran mereka terhadap kemampuan mengapresiasi

cerpen.

b. Bagi guru

Bagi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA (SMA negeri kota

Magelang) manfaat yang dapat dipetik melalui penelitian ini adalah dapat

digunakan membina, mempertahankan, dan mengembangkan sikap positif

terhadap mengapresiasi ceita pendek siswa.

c. Bagi Kepala Sekolah

Bagi Kepala Sekolah penelitian ini dapat digunakan untuk membina para

guru dalam meningkatkan pembelajaran mengapresiasi cerita pendek.

Page 31: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

31

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,

KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A.Kajian Teori

1. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

a. Pengertian Kemampuan

Istilah kemampuan apresiasi cerpen mencakup tiga kata yakni kemampuan,

apresiasi dan cerita pendek. Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan;

kekuasaan; keterampilan (Abdul Ghofur, 2004:83). Kesanggupan menunjukkan

kecakapan seseorang, kecakapan artinya kepandaian atau kemahiran untuk

melaksanakan tugas, kekuasaan maksudnya kemampuan orang untuk menguasai

sesuatu, sedangkan keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas.

Gagne melalui Ratna Wilis Dahar (1989: 134), mengemukakan bahwa

kemampuan adalah penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil

belajar. Ada lima macam yaitu (1) kemampuan yang berhubungan dengan

keterampilan intelektual, (2) kemampuan yang berhubungan dengan penggunaan

strategi kognitif, (3) kemampuan yang berhubungan dengan sikap, (4)

kemampuan yang berhubungan dengan informasi verbal, dan (5) kemamapuan

yang berhubungan dengan keterampilan motorik.

Menurut Woodworth dan Marquis melalui Sumadi Suryabrata (1987: 169)

kemampuan (ability) mempunyai tiga arti, yaitu: (1) achievement yang merupakan

31

Page 32: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

32

actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu, (2)

capacity yang merupakan potensi ability, yang dapat diukur secara tidak langsung

dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, kecakapan ini

berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan

pengalaman, (3) aptitude, yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/ diukur

dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah

kesanggupan individu untuk melakukan suatu kegiatan secara maksimum agar

mencapai hasil yang paling tinggi dan kemampuan merupakan hasil belajar.

Namun, harus diakui bahwa kemampuan seseorang ini belum tentu ditampilkan

secara maksimum pada setiap melakukan kegiatan. Banyak faktor yang

mempengaruhi kemampuan tersebut, di antaranya bagaimana orang tersebut

menyikapi objek kegiatan.

b. Pengertian Apresiasi

Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1986: 17) menyatakan bahwa kata

apresiasi dipinjam dari bahasa Inggris appreciation yang artinya penghargaan.

Apresiasi sastra berarti penghargaan terhadap karya sastra.

Apresiasi adalah mengenal, mamahami, menghayati, dan menghargai

karya sastra (Henry Guntur Tarigan, 1998: 36). Untuk dapat mengenal,

memahami, menghayati, dan mengahargai karya sastra diperlukan upaya untuk

menggauli karya sastra.Salah satu cara adalah dengan membaca karya sastra

secara sungguh-sungguh.

Page 33: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

33

Menurut S. Effendi (1974:18), apresiasi sastra adalah kegiatan menggali

cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga tumbuh pengertian, penghargaan,

kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

Menggali cipta satra berarti memahami cipta sastra. Untuk itu diperlukan usaha

untuk menyenangi karya sastra. Perasaan senang terhadap karya sastra akan

menumbuhkan keinginan untuk lebih mengerti, menghargai, dan akhirnya

memiliki kepekaan pikiran dan perasaan terhadap karya sastra.

Senada dengan pendapat S. Effendi, yaitu Jakob Sumardjo dan Saini

K.M.(1986: 173) mengatakan bahwa apresiasi mengandung pengertian

memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai. Apresiasi sastra yaitu

memahami, menikmati, dan menghargai atau menilai karya sastra.

Yus Rusyana (1984: 322) menyatakan bahwa apresiasi sebagai pengenalan

nilai-nilai yang lebih tinggi. Sedangkan apresiasi sastra adalah pengenalan dan

pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan kegairahan kepadanya, serta

kenikmatan yang timbul sebagai akibat semua itu. Dalam mengapresiasi sastra

seseorang merasakan pengalaman yang telah disusun oleh pengaranganya.

Apresiasi tingkat pertama, apabila seseorang mengalami pengalaman yang ada

dalam sebuah karya. Apresiasi tingkat kedua, apabila daya intelektual pembaca

bekerja lebih giat, misalnya pembaca mulai bertanya kepada dirinya tentang

makna pengalaman yang diperolehnya, tentang pesan yang disampaikan

pengarang, tentang hal tersembunyi di belakang alur, dan lain-lain.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa apresiasi satra yaitu upaya untuk mengenali, memahami, menikmati,

Page 34: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

34

menghargai, dan menilai karya sastra sehingga tumbuh rasa senang terhadap karya

satra, dan akhirnya dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam karya

satra yang dibacanya.

c. Pengertian Cerita Pendek

Menurut Dedi Pramono (2008: 1) cerita pendek yaitu cerita fiksi bentuk

prosa yang singkat padat, yang unsur ceritanya terpusat pada satu peristiwa pokok,

sehingga jumlah dan pengembangan pelaku terbatas, dan keseluruhan cerita

memberikan kesan tunggal. Dengan demikian, cerita pendek itu cerita yang

ringkas. Unsur-unsur intrisik seperti setting, penokohan, peristiwa dalam cerita

diungkapkan secara singkat.

Ahli lain mengemukakan, ceita pendek ialah karya sastra berbentuk prosa

yang isinya merupakan kisahan pendek yang mengandung kesan tunggal (Zaidan

Hendy,1989: 184). Kisahan pendek maksudnya cerita diungkapkan secara ringkas.

Secara ringkas maksudnya peristiwa-peristiwa diuraikan secara terbatas atau

secara tidak mendalam.

Jakob Sumardjo dan Saini K.M.(1986: 36) menjelaskan bahwa menurut

bentuk fisiknya, cerita pendek adalah cerita yang pendek. Tetapi dengan hanya

melihat fisiknya yang pendek saja, orang belum dapat menetapkan sebuah cerita

yang pendek, adalah sebuah cerpen. Ciri dasar lain adalah sebuah rekaan (fiction).

Cerita pendek bukan penuturan kejadian yang pernah terjadi, berdasarkan

kenyataan kejadian yang sebenarnya, tetapi murni ciptaan saja, direka oleh

pengarangnya. Meskipun cerpen hanya rekaan, namun ditulis berdasarkan

Page 35: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

35

kenyataan kehidupan. Apa yang diceritakan dalam cerpen memang tidak pernah

terjadi, namun dapat terjadi semacam itu.

Burhan Nurgiyantoro (2005: 9), menyatakan bahwa cerita pendek (Inggris:

short story) cerita yang pendek, namun panjang pendek cerita bervariasi. Cerpen

dibangun oleh unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik. Karena bentuknya yang

pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas, tidak sampai detail-

detail khusus yang “kurang penting”yang lebih bersifat memperpanjang cerita.

W.H. Hudson dalam Herman J. Waluyo dan Nugraheni E. W. (2009: 5)

mengemukakan “ a short story is a prose narrative” requiring from half to one or

two hours in its perusal”. Putting the same idea in to different phraseology, we

may say that a short story is a story that can be easily read at a single sitting.”

(Cerpen adalah sebuah prosa naratif, membutuhkan waktu satu setengah sampai

dua jam untuk membacanya. Menggunakan frasa yang sama, kita dapat

mengatakan bahwa cerpen mudah dibaca dalam sekali duduk).

Menurut Willam Kenney (1966: 103) cerpen terdiri dari seribu sampai

15000 kata ( “More specifically, the term “ short story” is normally applied to

works of fiction ranging in length from one thousand to fifteen thousand words).

Beliau juga memberi penjelasan tentang cerpen dalam perbandingannya dengan

novel yaitu

The short story, for instance, is not merely a truncated novel. Nor is it part of an unwritten novel. It’s true that work originally published as short stories later turn up as chapters in novel, but you’ll usually find that considerable revision has occourred in the process. The length of a good short story, is an essential part of the experience of the story.

Page 36: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

36

Sebuah ceita pendek bukan semata-mata novel yang dipendekkan, bukan

juga bagian novel yang tidak dituliskan.Memang benar sebuah cerita pendek

kadang-kadang menjadi bab dalam sebuah novel, namun Anda akan menemukan

revisi yang cukup berarti dalam proses itu. Panjang sebuah cerita pendek yang

baik merupakan bagian penting dari cerita itu.

Edgar Allan Poe dalam Kenney (1966:103) juga menjelaskan tentang

cerpen yaitu “settied the matter of a short story’s proper length when he said it

should be short enough to be read at one sitting. The story should be long enough

to produce the desired effect on the reader. Cerita pendek dapat dibaca dalam

sekali duduk. Dan cerita itu akan memberikan pengaruh sesuai yang diinginkan

pembaca.

Panjang sebuah cerpen bervariasi. Ada cerpen yang pendek (short short

story), bahkan mungkin pendek sekali: berkisar 500-an kata; ada yang panjangnya

cukupan (middle short strory), dan ada yang panjang (long short story), yang

terdiri dari puluhan ribu kata (Burhan Nurgiantoro, 2005: 10). Ian Reid

menyebutkan antara 1.600 kata sampai dengan 20.000 kata. S. Tasrif mengatakan

antara 500 sampai 32.000 kata, Nugroho Noto Susanto menyebutkan 5000 kata

atau 17 halaman kertas kuarto spasi rangkap (Herman J. Waluyo, dan Nugraheni

E.W.,2009: 6).

Ciri-ciri cerita pendek antara lain adalah (1) singkat, padu, dan ringkas; (2)

memiliki unsur utama berupa adegan, tokoh, dan gerakan; (3) bahasanya tajam,

sugestif, dan menarik perhatian; (4) mengandung impresi pengarang tentang

konsepsi kehidupan;(5) memberi efek tunggal dalam pikiran pembaca;(6)

Page 37: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

37

mengandung detail dan inseden yang betul-betul terpilih;(7) ada pelaku utama

yang benar-benar menonjol dalam cerita: dan (8) menyajikan kebulatan efek dan

kesatuan emosi Guntur Tarigan. 1998: 177).

Cerpen termasuk jenis cerita fiksi atau rekaan. Kata fiksi berasal dari

bahasa Latin fictio berarti membentuk, membuat, atau mengadakan. Dalam bahasa

Indonesia kata “fiksi”dapat diartikan sebagai yang dikhayalkan atau

diimajinasikan (Herman J. Waluyo dan Nugraheni E. W., 2009: 1). Menurut

Burhan Nurgiantoro (2005: 9), karya fiksi karya yang berbentuk prosa, prosa

naratif, atau teks naratif. Karya fiksi, seperti halnya dalam kesastraan Inggis dan

Amerika, menunjuk pada karya berwujud novel dan cerita pendek.

d. Unsur Pembangun Cerita Pendek

Unsur pembangun cerita fiksi menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni

E.W.(2009: 10) adalah: tema cerita, plot, atau kerangka cerita, penokohan dan

perwatakan, setting atau tempat kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut

pandang pengarang atau point of view, latar belakang atau back-ground, dialog

atau percakapan, gaya bahasa/gaya cerita, waktu cerita dan waktu penceritaan,

serta amamnat.

Burhan Nurgiantoro (2005: 23) mengemukakan bahwa unsur pembangun

fiksi dikelompokkan menjadi dua yaitu unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik. Unsur

ekstrinsik yaitu unsur dari luar karya sastra yang secara tidak langsung

mempengaruhi bangun cerita namun bukan bagian di dalamnya, walau demikian

unsur ekstrinsik cukup berpengaruh (tidak dikatakan :cukup menentukan).

Sedangkan unsur intrisik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra.

Page 38: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

38

Unsur-unsur ini yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-

unsur yang secara faktual akan dijumpai kalau seseorang membaca karya

sastra.Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun cerita..

Unsur-unsur tersebut adalah: peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut

pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa.

Menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M (1986: 37) unsur-unsur intrinsik

cerpen adalah peristiwa cerita (alur atau plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita,

suasana cerita (mood dan atmosfir cerita), latar cerita atau (setting) sudut

pandanagan pencerita (point of view), dan gaya (style) pengarangnya. Unsur-unsur

tersebut adalah unsur pembangun cerita.Sebagai unsur pembangun cerita maka

unsur-unsur tersebut harus hadir dalam cerita.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebutdi atas, maka dapat disimpulkan

bahwa unsur-unsur pembangun cerita rekaan termasuk cerita pendek adalah: (1)

tema; (2) plot atau alur cerita; (3) tokoh dan karakter; (4) point of view; (5) setting

atau latar; (6) gaya bercerita / gaya bahasa

Penjelasan mengenai unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Tema

Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra

dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang

menyangkut persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan. Tema disaring

dari motif-motif konkret yang menentukan urutan peristiwa atau situasi tertentu

(Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1986:142).

Page 39: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

39

Menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni E.W. (2009: 10-11), tema

adalah gagasan pokok. Tema cerita mungkin dapat diketahui melalui judul atau

petunjuk setelah judul, atau dengan melalui proses pembacaan karya sastra

berkali-kali, karena belum cukup dilakukan dengan sekali baca. Perbedaannya

dengan amanat cerita, dapat dinyatakan bahwa tema bersifat objektif, lugas, dan

khusus, sedangkan amanat cerita bersifat subjektif, kias, dan umum

William Kenney (1966: 91) menjelaskan tentang tema seperti berikut ini, “

If theme is not moral, not the subject, not a “hidden meaning” illustrated by the

story. Theme is the meaning the story releases; it may be the meaning the story

discovers. Tema bukan moral, bukan subjek, bukan makna yang disembunyikan

melalui ilustrasi cerita. Tema adalah makna yang dikemukakan cerita, dan dapat

ditemukan di balik cerita yang mendukungnya. Jadi, untuk menemukan tema

cerita harus dipahami dan ditafsirkan melalui cerita dan data-data yang lain(

unsur-unsur intrinsik).

Sedangkan Burhan Nurgianotro (2005: 70), mengemukakan tema adalah

dasar cerita, gagasan dasar umum cerita. Dasar (utama) cerita sekaligus berarti

tujuan (utama) cerita. Jika dilihat dari sudut pengarang, dasar cerita dipakai

sebagai panutan pengembangan cerita, dilihat dari sudut pembaca ia akan bersifat

sebaliknya. Berdasarkan cerita yang dibeberkan itulah pembaca berusaha

menafsikan apa dasar utama cerita itu, dan hal itu akan dilakukan berdasarkan

detail-detail unsur yang terdapat dalam karya yang bersangkutan. Tema sebuah

karya sastra selalu berkaitan dengan makna (pengalaman) kehidupan.

Page 40: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

40

Menentukan tema sebuah cerita tidaklah mudah. Untuk dapat menentukan

tema, pembaca harus memahami cerita secara sungguh-sungguh, maka diperlukan

membaca tidak hanya sekali. Di samping itu unsur-unsur pembangun lain harus

juga dipahami dan dikaitkan atau diarahkan dengan tema. Jadi, menentukasn tema

juga harus dilihat atau didasarkan pada unsur-unsur pembangun yang lain.

Cara menafsirkan tema cerita sesuai dengan pendapat Herman J. Waluyo

dan Nugraheni E.W. (2009: 13) adalah sebagai berikut: (1) jangan sampai

bertentangan dengan setiap rincian cerita; (2) harus dapat dibuktikan secara

langsung dalam teks; (3) penafsiran tema tidak hanya berdasarkan pikiran; dan (4)

berkaitan dengan rincian cerita yang ditonjolkan ( mungkin disebutkan sebagai

bagian dari judul).

(2). Plot atau alur cerita

Plot atau sering juga disebut kerangka cerita, yaitu jalinan cerita yang

disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan sebab dan akibat dan

memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-nebak peristiwa yang akan datang

(Herman J. Waluyo dan Nugraheni E. W., 2009.14). Plot atau alur merupakan

struktur naratif (Rene Wellek dan Austin Warren, 1988: 284). Plot adalah

serangkaian peristiwa drama atau cerita naratif dan peristiwa itu tersusun untuk

membawa pencapaian efek emosi dan seni secara khusus (Abrams, 1981: 127).

William Kenney (1966: 13-14) mengemukakan “plot reveals events to us,

not only in their temporal, but also in their causal relationships. Plot makes us

aware of events not merely as elements in a temporal series but also as an

Page 41: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

41

intricate pattern of cause and effect”.Jadi, plot menunjukkan peristiwa- peristiwa

yang merupakan hubungan sebab akibat.

Hukum plot berdasarkan pendapat Kenney (1966: 19-22) berupa

plausibility, surprise, suspense, unity, subplot, dan ekspresi. Plausibility yaitu

kebolehjadian, maksudnya cerita mungkin dapat terjadi dalam kehidupan nyata.

Surprise atau kejutan maksudnya kelanjutan cerita tidak dapat ditebak oleh

pembaca. Pembaca dikejutkan oleh rangkaian cerita berikutnya, sehingga

pembaca mempunyai keinginan untuk mengikuti cerita selanjutnya. Suspense

yaitu tegangan yang membuat pembaca ingin segera mengetahui kisah selanjunya

dari cerita. Unity maksudnya urutan kejadian cerita harus padu. Subplot yaitu

bagian cerita sebagai penjelas yang selalu berhubungan dengan plot utamanya.

Ekspresi yaitu ungkapan cerita, maksudnya cerita mengekspresikan pengalaman

tokoh sehingga dapat menghidupkan cerita. Jakob

Sumardjo dan Saini K.M. (1986: 48-49) menjelaskan bahwa apa yang disebut plot

dalam cerita memang sulit dicari. Plot tersembunyi di balik jalannya cerita.

Namun jalan cerita bukanlah plot. Jalan cerita hanyalah manifestasi, bentuk

wadah, bentuk jasmaniah dari plot cerita. Jalan cerita memuat kejadian. Tetapi

suatu kejadian ada karena ada sebabnya, ada alasannya. Yang menggerakkan

kejadian cerita tersebut adalah plot, yaitu segi rohaniah dari kejadian. Intisari plot

adalah konflik. Elemen –elemen plot adalah (1) pengenalan; (2) timbulnya

konflik; (3) konflik memuncak; (4) klimaks; (5) pemecahan masalah.

Pendapat Burhan Nurgiantoro (2005: 94) sama dengan pendapat Jakob

Sumardjo yaitu plot berbeda dengan cerita. Keduanya memang sama-sama

Page 42: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

42

mendasarkan diri pada rangkaian peristiwa, namun tuntuntan plot bersifat lebih

kompleks daripada cerita. Cerita sekedar mempertanyakan apa dan atau

bagaimana kelanjutan peristiwa, sedang plot lebih menekankan permasalahannya

pada hubungan kausalitas, kelogisan hubungan antarperistiwa yang dikisahkan

dalam karya naratif yang bersangkutan.

Menurut William Kenney (1966: 14-19) tahap-tahap plot yaitu: (1)

beginning atau exposition (2) the midle- conflict, complication, climax; (3) the

end.

Sedangkan, Herman J. Waluyo mengemukakan bahwa plot terdiri dari

rangkaian kejadian sebagai berikut: (1) eksposisi; (2) inciting moment; (3) rising

action; (4) complication; (5) climax; (6) falling action; (7) denaument

(penyelesaian).Unsur-unsur itu dijelaskan sebagai berikut.

Ekposisi yaitu paparan awal,pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh

cerita. Inciting moment artinya mulainya problem cerita. Rising action artinya

konflik dalam cerita meningkat. Complication menunjukkan konflik yang

semakin ruwet. Climax yaitu puncak cerita atau pucak penggawatan, merupakan

jawaban dari semua problem atau konflik yang tidak mungkin dapat atau dapat

lebih ruwet lagi.Sedangkan falling action dan denoument adalah bagian akhir

cerita yaitu peleraian dan penyelesaian cerita.

Simpulan yang dikemukakan William Kenny (1966: 23) tentang plot yaitu

plot merupakan faktor paling penting dalam sebuah pemahaman cerita fiksi (an

understanding of plot is the most important factor in the understanding of fiction).

Page 43: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

43

(3). Tokoh dan karakter

Tokoh adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau

drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan

tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan tindakan (Abrams, 1981:

21).Tokoh- tokoh memiliki watak yang menyebabkan terjadinya konflik dan

konflik itulah yang kemudian menghasilkan cerita.

Tokoh dibedakan menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh

protagonis adalah tokoh yang mendukung jalannya cerita sebagai tokoh yang

mendatangkan simpati atau tokoh baik. Tokoh antagonis merupakan kebalikan

tokoh protagonis adalah tokoh yang menentang arus atau yang menimbulkan

perasaan antipati atau benci pada diri pembaca. Kedua jenis tokoh ini

mendominasi cerita maka disebut juga tokoh sentral yang berarti tokoh yang

dipentingkan.dan menjadi pusat penceritaan. Yang menjadi kebalikan tokoh

sentral adalah tokoh bawahan atau tokoh sampingan. Tokoh laian adalah tokoh

wirawan yaitu tokoh penting termasuk sentral tetapi bukan tokoh protagonios dan

antagonis. Sedangkan tokoh bawahan yang dapat diandalkan disebut tokoh

andalan, dan tokoh tambahan adalah tokoh yang dijadikan latar belakang saja dan

tidak dipandang penting ( Herman J. Waluyo, dan Nugraheni E. W.,2009: 28-29).

Watak-watak dalam cerita oleh pengarang dideskripsikan melalui teknik-

teknik tertentu. Teknik atau cara penggambaran watak tersebut dinamakan

perwatakan atau penokohan. Penokohan ada yang menggunakan teknik langsung

yaitu pengarang langsung mendeskripsikan watak tokohnya, dan teknik tak

langsung, pengarang menggunakan berbagai cara. Jakob Sumardjo dan Saini

Page 44: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

44

K.M.(1986: 65) mengemukakan cara penggambaran tokoh yaitu dengan: (1)

melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia

bersikap dalam situasi kritis; (2) melalui ucapan-ucapannya; (3) melalui

penggambaran fisik tokoh; (4) melalui pikiran-pikirannya; (5) melalui penerangan

langsung.

Sedangkan menurut Herman J.Waluyo dan Nugraheni E.W.(2009:32),

penggambaran watak tokoh dengan: (1) secara langsung; (2) secara tidak langsung

dengan melalui a) pernyataan oleh tokohnya sendiri; b) dramatisasi; c) pelukisan

keadaan sekitar tokoh; d) analisis psikis pelaku; dan e) dialog pelaku-pelakunya

atau cerita orang lain.

(4). Point of View

Point of view menujukkan kedudukan atau tempat berpijak juru cerita

terhadap ceritanya ( Dick Hartoko dan B.Rahmanto, 1986: 108). Point of view

dinyatakan sebagai sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang digunakan

pengarang untuk berperan dalam cerita. Ada dua macam yaitu sebagai orang

pertama disebut akuan dan sebagai orang ketiga disebut diaan (Herman J. Waluyo,

dan Nugraheni E.W., 2009: 37).

Abrams (1981: 133) mengatakan bahwa point of view adalah “ signifies

the way a story gets rold”. Pengarang menggunakan berbagai cara untuk

menyajikan suatu cerita. Cara itu antara lain menggunakan orang pertama dan

oring ketiga. Sudut pandang orang pertama narrator bercerita sebagai saya dalam

karakter sebuah cerita. Sudut pangang orang ketiga narrator berada di luar cerita,

dan menunjukkan semua watak atau tokoh rerita tersebut dengan kata: ia, dia,

Page 45: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

45

mereka. Dalam hal ini Kenney (1966: 48), membedakan dua cara yaitu omniscient

narrator dan limited narrator.

Sementara itu Burhan Nurgiantoro (2005: 256-266) mengemukakan

bahwa sudut pandang ada tiga macam yaitu sudut pandang persona ketiga, gaya

“dia’. Sudut pandang ini ada dua macam yaitu sudut pandang “dia” mahatahu, dan

“dia” terbatas atau “dia” sebagai pengamat. Sudut pandang “dia” mahatahu dalam

literatur bahasa Inggris dikenal dengan istilah-istilah the omniscient point of view,

third- person omniscient, the omniscient narrator. Dalam sudut pandang ini,

cerita dikisahkan dari sudut “dia”, namun pengarang dapat menceritakan apa saja

hal-hal yang menyangkut tokoh “dia”. Narator mengetahui segalanya. Sudut

pandang “dia” terbatas pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami,

dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh

saja.

Sedangkan sudut pandang persona pertama disebut juga first-person point

of view , “aku” ada dua macam yaitu “aku” tokoh utama dan “aku” tokoh

tambahan. “Aku” tokoh utama, aku menjadi tokoh utama cerita praktis menjadi

tokoh protagonis. ‘Aku” sebagai tokoh tambahan aku muncul bukan sebagai

tokoh utama melainkan sebagai tokoh tambahan, first-person peripheral. Tokoh

aku hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh yang

dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai

pengalamannya.

Sudut pandang campuran yaitu pengarang berganti-ganti dalam teknik

penceritaan dari teknik satu ke teknik yang lain. Penggunaan sudut pandang yang

Page 46: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

46

bersifat campuran ini, campuran antara sudut pandang orang pertama dan orang

ketiga.

(5). Setting atau lattar

Setting adalah tempat kejadian cerita. Tempat kejadian cerita berkaitan

dengan aspek fisik, aspek sosiologis, dan aspek psikis. Namun setting juga

dikaitkan dengan tempat dan waktu ( Herman J. Waluyo dan Nugraheni E. W.,

2009: 34). Setting dalam fiksi tidak hanya sekedar background, artinya bukan

hanya menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya. Setting dapat berarti

banyak yaitu tempat tertentu, daerah tertentu , orang-orang tertentu dengan watak-

watak tertentu akibat situasi lingkungan atau zamannya, cara hidup tertentu, cara

berpikir tertentu ( Jakob Sumardjo dan Saini K.M., 1986: 76).

Rene Wellek dan Austin Werren (1988: 290) menyebut setting dengan

istilah latar. Latar adalah lingkungan, dan lingkungan—terutama interior

rumah—dapat dianggap berfungsi sebagai metonimia, atau metafora, ekspresi dari

tokohnya. Latar dapat menunjukkan ekspresi kehendak manusia. Latar juga dapat

berfungsi sebagai penentu pokok: lingkungan dianggap sebagai penyebab fisik

dan sosial.

(6). Gaya Bercerita dan Gaya Bahasa

Dalam cerita narasi ada gaya bercerita dan gaya bahasa. Keduanya tentu

ada hubungannya. Menurut Herman J. Waluyo dan Nugraheni E. W., ( 2009: 39),

gaya bercerita seorang pengarang akan dapat dilihat dari gaya bahasa yang

digunakan. Setiap pengarang mempunyai gaya bercereita yang khas. Pengarang

berusaha menciptakan bahasa yang khas, yang lebih hidup, ekspresif, dan estetis.

Page 47: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

47

Gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana

seseorang pengarang memilih dan menyusun kata-kata, tema, persoalan, meninjau

persoalan dan menceritakannya. Gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri. Gaya

pengarang adalah kaca bening jiwanya ( Jakob Sumardjo dan Saini K.M., 1986:

92)

Kenney (1966: 60-67) menjelaskan bahwa gaya ada tiga unsur yaitu:

diction, imagery, dan syntax. Diction atau diksi yaitu pilihan kata, imagery yaitu

citraan, sintax atau sintaks berarti efek yang ditimbulkan oleh penggambaran

cerita.

Jadi, gaya pengarang adalah cara pengarang memilih kata, kalimat, dan

majas. Pendek kata pemakaian aspek bahasa yang digunakan pengarang untuk

menghidupkan cerita. Dalam hal ini tentu menyangkut penggunaan gaya bahasa

misalnya personifikasi, hiperbola, paradoks, dan sebagainya.

Berpijak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek adalah

cerita rekaan yang melukiskan kehidupan manusia secara ringkas dan padat, yang

diceritakan hanya satu peristiwa pokok, sehingga cerita pendek dibaca hanya

dalam sekali duduk dan unsur-unsur pembangun cerpen yaitu tema, plot, tokoh/

karakter, point of view, setting atau latar, dan gaya bercerita atau gaya bahasa.

e. Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Berpijak pada berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ke-

mampuan mengapresiasi cerpen adalah kesanggupan individu untuk melakukan

kegiatan mengenali, memahami, menghargai, dan menilai atau menguasai secara

Page 48: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

48

sungguh-sungguh cerita rekaan yang melukiskan kehidupan manusia, secara

ringkas dan padat, dan yang diceritakan hanya satu peristiwa pokok.

f. Pengukuran Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Untuk mengukur kemampuan mengapresiasi cerpen menurut Moody

(Burhan Nurgiantoro, 2009: 340) ada empat kategori yaitu information

(informasi), concepts (konsep), prespectives ( perspektif), dan appreciation

(apresiasi). Tingkat informasi berkaitan dengan hafalan, tingkat konsep berkaitan

dengan persepsi siswa, tingkat perspektif berkaitan dengan pandangan siswa, dan

tingkat apresiasi berhubungan dengan kemampuan menganalisis, menilai karya

sastra.

Tes kesastraan tingkat informasi dimaksudkan untuk mengungkap

kemampuan siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan

sastra, baik yang menyangkut data-data tentang suatu karya maupun data-data lain

yang dapat dipergunakan untuk membantu menafsirkannya. Pertanyaan-

pertanyaan untuk tingkat informasi ini antara lain: apa yang terjadi, di mana,

kapan, berapa, nama-nama pelaku dan sebagainya.

Tes kesastraan tingkat konsep berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana

data-data atau unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Pertanyaan-

pertanyaan untuk tes ini: apa sajakah unsur-unsur yang terdapat dalam fiksi,

mengapa pengarang justru memilih unsur yang seperti itu, apa efek pemilihan

unsur itu, apa hubungan sebab-akibat unsur atau peristiwa-peristiwa itu, apa

konflik pokok yang dipermasalahkan, konflik apa sajakah yang timbul, faktor-

Page 49: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

49

faktor apa saja yang terlibat dalam atau mempengaruhi terjadinya konflik, dan

sebagainya.

Tes kesastraan tingkat perspektif berkaitan dengan pandangan siswa, atau

pembaca pada umumnya, sehubungan dengan karya sastra yang dibacanya.

Bagaimana pandangan dan reaksi siswa terhadap sebuah karya akan ditentukan

oleh kemampuannya memahami karya sastra yang bersangkutan. Pertanyaan-

pertanyaan untuk tes ini : apakah karya sastra ini berarti atau ada manfaatnya,

apakah sesuai dengan realitas kehidupan, apakah cerita ( juga: kejadian, tokoh,

situasi, konflik) bersifat tipikal, bersifat tipikal dalam realitas yang mana, apakah

ada kemungkinan cerita semacam itu terjadi di tempat lain, simpulan apakah yang

dapat diambil dari karya atau cerita itu, apa manfaat karya atau cerita itu, dan

sebagainya.

Tes kesastraan tingkat apresiasi terutama berkisar pada permasalahan dan

atau kaitan antara bahasa sastra dengan linguistik. Seperti apa bahasa sastra, atau

apa ciri khas bahasa satra. Pertanyaan untuk tes ini: mengapa pengarang justru

memilih bentuk, kata, atau ungkapan yang seperti itu, apakah pemilihan itu

memang lebih dibanding bentuk-bentuk linguistik yang lain, apa efek pemilihan

bentuk, kata, ungkapan, kalimat, dan gaya bagi karya itu secara keseluruhan, jenis

atau ragam bahasa apa yang dipergunakan dalam karya itu dan sebagainya.

Dalam tes tingkat ini siswa dituntut untuk mampu mengenali, menganalisis,

membandingkan, menggeneralisasikan, menggeneralisir, dan menilai bentuk-

bentuk kebahasaan yang dipergunakan dalam sebuah karya yang dibahas.

Page 50: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

50

Instrumen yang akan digunakan untuk mengetes kemampuan apresiasi,

diuji validitas dan reliabelitasnya, agar dapat digunakan untuk mengukur secara

benar. Uji validitas menggunakan rumus Point Beserial, uji reliabelitas

menggunakan rumus KR—20.

Melalui jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden dan dianalisis

menggunakan rumus yang telah ditentukan dapat diketahui apakah seseorang

mempunyai kemampuan mengapresiasi cerpen tinggi atau rendah.

2. Hakikat Kemampuan Penalaran

a. Pengertian Kemampuan

Seperti yang telah diuraiakan pada paragraf sebelumnya, kemampuan

adalah kesanggupan individu untuk melakukan suatu kegiatan secara maksimum

agar mencapai hasil yang paling tinggi, dan kemampuan merupakan hasil belajar.

b. Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir untuk menarik suatu kesimpulan.

Berpikir merupakan suatu aktivitas untuk menemukan pengetahuan yang benar

atau kebenaran (Burhanudin Salam, 1988: 4). Penalaran sebagai aktivitas berpikir

mempunyai dua ciri yaitu (1) adanya pola berpikir yang disebut logika atau proses

berpikir logis, (2) adanya sifat analitik. Jadi, dengan berpikir orang menggunakan

akal untuk mengolah pengetahuan yang telah diterima melalui panca indra, dan

ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran.

Hurley (1982: 1) mengemukakan bahwa logika adalah pengetahuan yang

mengevaluasi argumen. Tujuan dari logika, sebagai ilmu yang mengevaluasi

argumen, untuk mengembangkan metode dan teknik yang memungkinkan

Page 51: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

51

membedakan argumen yang baik dari yang buruk (argumen, dan argumen itu

adalah argumen yang benar. Logic may be defined as the science that evaluates

arguments. The purpose of logic, as the science that evaluates arguments, is thus

to develop methods and techniques that allow us to distinguish good arguments

from bad). Dengan demikian, di dalam berpikir orang menggunakan argumen, dan

argumen itu adalah argumen yang benar.

Menurut Jan Hendrik Rapar (1996: 16) penalaran adalah kegiatan

berpikir. Kegiatan berpikir ini tidak lepas dari bahasa. Dalam berpikir orang selalu

menggunakan bahasa, baik bahasa yang digunakan dalam pikiran, diucapkan

dengan mulut, maupun bahasa tertulis. Jadi, bahasa yang digunakan seseorang

dapat menunjukkan penalaran seseorang.

Jujun S. Suryasumantri (1984:42), menjelaskan bahwa penalaran

merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa

pengetahuan. Manusia pada hakikatnya makhluk yang berpikir, merasa, bersikap

dan bertindak. Sikap dari tindakannya yang bersumber pada pengetahuan yang

didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan

pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.

Meskipun demikian, patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berpikir

menyandarkan diri pada penalaran. Jadi, penalaran merupakan kegiatan berpikir

yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran

Penalaran mempunyai cirri-ciri tertentu. Ciri yang pertama, adanya pola

berpikir yang secara luas dapat disebut logika, maksudnya penalaran merupakan

suatu proses berpikir logis. Ciri yang kedua, adalah analitik, artinya sebagai

Page 52: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

52

kegiatan berpikir dengan alur atau langkah-langkah tertentu yang merupakan

konsekuensi dari adanya pola berpikir tersebut.

Pendapat Gorys Keraf (2001: 5) tentang penalaran (reasoning, jalan

pikiran) adalah proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta

atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan.

Lionel Ruby melalui Setya Yuwana Sudikan (1984: 21) mengemukakan

bahwa berpikir ilmiah adalah berpikir secara metodis, dan teratur. Cara berpikir

yang berguna bila kita menghadapi persoalan yang sulit untuk dipecahkan, dalam

hal ini ada dua cara yaitu cara deduktif dan cara induktif.

Menurut Alex Lanur (1991: 7) yang dimaksudkan dengan berpikir adalah

kegiatan pikiran, akal budi manusia, mengolah, mengerjakan pengetahuan yang

telah diperolehnya Pengolahan, pengerjaan ini terjadi dengan mempertimbangkan,

meng- uraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian satu dengan

pengertian lainnya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik simpulan bahwa terdapat ciri

penting dalam penalaran. Ciri-ciri itu adalah adanya fakta, alur berpikir (analitik),

ada tujuan yaitu simpulan berupa pengetahuan,dan kelogisan.

Sebagai suatu proses penarikan kesimpulan, secara umum penalaran

dibedakan atas (1) penalaran induksi dan (2) penalaran deduksi. Penalaran induksi

penalaran yang bertolak dari hal yang khusus menuju pada suatu simpulan umum.

Sebaliknya penalaran deduksi yaitu penalaran yang dimulai dari peristiwa umum

menuju pada peristiwa khusus,

Page 53: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

53

Menurut Gorys Keraf (2001: 37) untuk menurunkan suatu simpulan

induksi diperlukan bahan-bahan atau fakta-fakta terlebih dahulu. Semakin

banyak fakta yang dikumpulkan semakin baik ciri simpulan yang

diturunkan.Yang termasuk penalaran induksi yaitu generalisasi, analogi, dan

hubungan kausal.

Menurut Gorys Keraf (2001: 43-52), generalisasi adalah penalaran yang

bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi

yang bersifat umum yang mencakup semua fenomena tadi. Prinsip-prinsip dalam

menarik simpulan generalisasi yaitu: (1) peristiwa –peristiwa sebagai dasar

generalisasi harus cukup banyak, (2) peristiwa itu merupakan sampel yang baik,

(3) harus mem- memperhatikan kekecualian- kekecualian, (4) perumusan

generalisasi itu harus absah.

Analogi yaitu suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa

khusus yang mirip satu sama lain,sehingga apa yang berlaku untuk satu hal akan

berlaku pula untuk hal yang lain. Sebagai ilustrasi perhatikan contoh berikut.

Rina tamatan Fakultas Ekonimi Gajah Mada. Ia telah memberikan prestasi yang

luar biasa pada perusahaan Elindo tempat dia bekerja. Ketika penerimaan pegawai

baru, Direktur Perusahaan menerima Dinta alumnus Fakultas Ekonomi Gajah

Mada sebagai pegawai baru. Menurut logika direktur, Dinta memiliki kualitas

yang sama atau hampir sama dengan Rina.

Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola: sebab- akibat, akibat-

sebab, dan akibat ke akibat. Semua peristiwa mempunyai sebab yang mungkin

dapat diketahui bila manusia berusaha menyelidikinya. Seorang filsuf Yunani

Page 54: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

54

bernama Leucippus, mengatakan bahwa tidak ada sesuatu pun terjadi tanpa

sebab, tiap hal mempunyai sebab (Gorys Keraf. 2001: 50).

Hubungan sebab- akibat bertolak dari peristiwa yang dianggap sebagai

sebab, kemudian menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat. Efek

yang ditimbulkan oleh sebab dapat tunggal, atau dapat pula berupa sejumlah efek

bersama-sama.Misalnya menghidupkan lampu di sebuah ruangan gelap

menyebabkan ruangan menjadi terang. Hujan sebagai suatu sebab dapat

menimbulkan akibat bersama-sama jaitu tanah basah, tanah becek, sungai banjir,

petani dapat menanam tanaman, dan sebagainya.

Hubungan akibat - sebab merupakan proses berpikir yang bertolak dari

suatu peristiwa yang merupakan akibat, kemudian bergerak menuju sebab-sebab

yang mungkin telah menimbulkan akibat. Hubungan akibat-sebab ini dapat diuji

kebenarannya dengan pertanyaan : Apakah cukup terdapat sebab untuk

menghasilkan sebuah akibat?, Apakah tidak mungkin ada sebab lain yang

menimbulkan akibat itu? Contoh penalaran akibat–sebab yang benar misalnya,

“Para petani mulai menanam padi sebab musim penghujan telah tiba”.Penalaran

akibat-sebab yang salah misalnya, “Hari menjadi siang sebab ayam berkokok”.

Hubungan akibat- akibat adalah proses penalaran yang bertolak dari suatu

akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa menyebut sebab umum yang

menimbulkan kedua akibat tadi. Dalam penalaran ini, yang perlu diperhatikan

adalah apakah data yang merupakan sebab benar-benar dapat dipercaya. Data

yang merupakan sebab harus betul-betul data yang bersifat umum dan cukup kuat

untuk menghasilkan kedua akibat.( Gorys Keraf. 2001: 52). Contoh penalaran ini :

Page 55: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

55

Harga bahan bakar minyak naik. Akibatnya transportasi naik, harga barang-

barang kebutuhan pokok naik. Hal iu dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu,

pendapatan rakyat harus ditingkatkan.

Penalaran deduksi yaitu penalaran yang bertolak dari suatu proposisi yang

sudah ada, yang bersifat umum, menuju pada suatu proposisi yang bersifat

mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang bertalian dengan proposisi umum

tadi. Untuk menarik simpulan yang bersifat deduksi, fakta-fakta tidak perlu

dikumpulkan terlebih dahulu, tetapi yang diperlukan suatu proporsi yang bersifat

umum, dan suatu proporsi yang mengidentifikasi suatu peristiwa khusus yang

bertalian dengan proporsi umum tadi. Dengan demikian, apabila identifikasi yang

dilakukan benar, dan proporsi juga benar, maka dapat diharapkan suatu simpulan

yang benar. Penalaran deduksi ada beberapa corak yaitu: silogisme kategorial,

silogisme hipotetis, silogisme alternatif, entimem, rantai deduksi (Gorys Keraf,

2001: 58).

Burhanuddin Salam dalam bukunya yang berjudul Logika Formal (1988:

75) mengmukakan bahwa penalaran deduksi merupakan cara berpikir yang

bertolak dari pernyataan-pernyatan yang bersifat umum, untuk menarik simpulan

yang bersifat khusus. Penarikan simpulan secara deduktif biasanya menggunakan

pola berpikir silogisme.

Penalaran silogisme yaitu penalaran yang menghubungkan dua proposisi

(pernyataan) yang berlainan untuk menurunkan suatu kesimpulan. Kedua kalimat

yang pertama disebut premis, sedangkan yang ketiga disebut kesimpulan. Premis

Page 56: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

56

pertama disebut premis mayor, sedang premis kedua disebut premis minor.. .

Misalnya:

Premis mayor: Semua pengendara kendaraan bermotor harus memiliki SIM

Premis minor: Rudi pengendara kendaraan bermotor.

Simpulan : Rudi harus memiliki SIM.

Menurut Setya Yuwono Sudikan (1984: 23), silogisme kategoris berisi

suatu penggolongan silogisme ke dalam kelas-kelas seperti: Kambing binatang

menyusui. Kerbau binatang menyusui. Jadi, kambing dan kerbau binatang

menyusui.

Silogisme hipotesis disebut juga silogisme bersyarat yang belum tentu

terbukti, seperti: Kalau sedang lapar Murni menangis . Sekarang Murni sedang

lapar. Jadi, Murni sekarang sedang menangis.

Silogisme alternatif berarti memilih satu di antara premis yang ada seperti:

Kita pergi atau di rumah saja. Kita di rumah saja. Jadi, kita tidak jadi pergi.

Silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran tampaknya bersifat

artificial. Dalam kehidupan sehari-hari biasanya silogisme itu muncul hanya

dengan dua proposisi, salah satunya dihilangkan. Walaupun dihilangkan,

proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan dianggap diketahui pula oleh

orang lain. Bentuk semacam ini disebut entimem (Gorys Keraf, 2001: 72). Contoh

: Habibi pandai karena habibi seorang professor.

c. Kemampuan Penalaran

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disintesiskan bahwa pada

hakikatnya yang dimaksudkan dengan kemampuan penalaran dalam tesis ini

Page 57: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

57

adalah kesanggupan siswa untuk melakukan kegiatan berpikir secara maksimal

menurut suatu pola tertentu, atau sesuai dengan logika induktif, maupun deduktif

guna menghubung-hubungkan fakta atau bukti-bukti yang ada dengan langkah-

langkah yang teratur, sistematis (bersifat analitik), dan bertujuan untuk

menghasilkan simpulan.

d. Pengukuran Penalaran

Untuk mengetahui seberapa baik kemampuan penalaran siswa diperlukan

tes kemampuan penalaran. Tes ini dikembangkan dengan mengacu pada konsep

dan teori yang telah dipaparkan oleh Gorys Keraf. Adapun aspek-aspek

kemampuan penalaran yang diukur meliputi: (a) penalaran induktif dan (b)

penalaran deduktif. Masing-masing aspek di atas dijabarkan ke dalam indikator,

yaitu (a) untuk aspek penalaran induktif, di dalamnya mencakup: (1) generalisasi,

(2) analogi, dan (3) hubungan kausal; (b) untuk aspek penalaran deduktif, di

dalamnya meliputi: (1) silogisme kategorial, (2) silogisme hipotesis, (3) silogisme

alternatif, dan (4) entimem.

3. Hakikat Kebiasaan Membaca Karya Sastra

a. Pengertian Kebiasaan

Kata kebiasaan dalam bahasa Inggris “habit” merupakan salah satu dari

istilah-istilah teknis dalam psikologi. Menurut J.P. Chaplin (2000: 219) arti habit

atau kebiasaan sebagai berikut: (1) suatu reaksi yang diperoleh atau dipelajari; (2)

suatu kegiatan yang menjadi relatif otomatis setelah melewati praktik yang

panjang; (3) pola pikiran atau sikap yang relatif tetap terus menerus: (4) suatu

Page 58: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

58

bentuk karakteristik dari tingkah laku, ciri, sifat; (5) suatu dorongan yang

diperoleh atau dipelajari, seperti kecanduan obat bius.

Makna kebiasaan berasal dari kata biasa, yang mengandung arti

pengulangan atau sering melakukan.. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka

jika suatu perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan seseorang secara berulang-

ulang dalam hal yang sama, akan menjadi suatu kebiasaan. Kebiasaan biasanya

terjadi tanpa kesadaran pada pihak yang memiliki kebiasaan itu.

Kebiasaan adalah perilaku tetap individu yang akan tampil setiap kali ia

berada dalam situasi tertentu. Pengaruh lingkungan terhadap pembentukan

kebiasaan sangat besar. Adanya keuntungan atau imbalan yang menyenangkan

atas suatu perilaku atau cara bereaksi bisa membuat perilaku cara bereaksi

meneguh menjadi kebiasaan. Lingkungan kultural akan berusaha menumbuhkan

kebiasaan-kebiasaan baik pada individu (S.C. Utami, 1990: 28 ).

Tampubolon (1990: 227-228) menjelaskan bahwa kebiasaan adalah

kegiatan atau sikap, baik fisik maupun mental, yang telah membudaya dalam

suatu masyarakat. Kebiasaan itu merupakan bagian dari kebudayaan suatu

masyarakat. Dia juga mengatakan kebiasaan berkaitan dengan minat, dan

merupakan perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika

ada motivasi.

Dengan kebiasaan dimaksudkan cara berbuat yang seragam, seperti halnya

sikap adalah cara merasa atau berfikir yang seragam atau tetap. Umumnya

kebiasaan itu berlangsung agak otomatis dan dengan hanya sedikit atau tanpa

kesadaran (Yus Rusyana,1984: 192).

Page 59: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

59

Berpijak pada beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

kebiasaan merupakan suatu cara bertindak yang telah dikuasai, yang berlangsung

secara otomatis, mekanis, yang terjadi secara berulang-ulang, dan merupakan

tindakan yang diperoleh melalui belajar.

b. Pengertian Membaca

Berdasarkan pendapat Tampubolon (1990: 228) membaca adalah kegiatan

fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan. Membaca

merupakan kemampuan motoris berupa gerakan-gerakan mata, dan berupa proses

kognitif yang melibatkan kegiatan pikiran atau penalaran termasuk ingatan.

Dengan kegiatan penalaran dimaksudkan pembaca berusaha menemukan dan

memahami informasi yang dikomunikasikan oleh pengarang. Dalam membaca

lanjut, pembaca dapat memperoleh dua jenis pengetahuan,yaitu,informasi-

informasi baru dari bacaan, cara-cara pikiran dalam karangan. Jadi, membaca

dapat meningkatkan daya nalar.

Seni membaca merupakan proses pikiran tanpa bantuan apa pun kecuali

kata-kata dalam bahan bacaan itu, dapat meningkatkan pemahaman. Pikiran

bergerak dari kurang paham ke lebih paham. Semua tindakan yang menyebabkan

hal ini merupakan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi pembaca yang

berhasil (Mortimer J. Adler dan Charles Van Doren, 1987: 7).

Menurut Ahmad S. Harjasujana (1988: 3) membaca merupakan interaksi

antara pembaca dan penulis. Interaksi tersebut tidak langsung, namun bersifat

komunikatif. Komunikasi antara pembaca dan penulis akan semakin baik jika

pembaca mempunyai kemampuan yang lebih baik.

Page 60: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

60

Henry Guntur Tarigan (1989: 192) mengatakan bahwa membaca

mengandung pengertian sebagai suatu proses penafsiran dan pemberian makna

terhadap lambang- lambang oleh pembaca dalam usaha untuk memperoleh pesan

yang disampaikan penulis melalui kata-kata yang berupa tulisan. Membaca yang

dimaksudkan di sini adalah membaca pemahaman, maksudnya memahami arti

suatu bacaan, menguasai isi bacaan. Menurut Goodman (1980:15) membaca

pemahaman merupakan suatu proses merekonstruksikan pesan yang terdapat

dalam teks bacaan. Lebih lanjut ia menerangkan bahwa proses rekonstruksi pesan

itu berlapis, interaktif, dan di dalamnya terjadi proses pembentukan dan pengujian

hipotesis. Hasil pengujian hipotesis akan dipakai oleh pembaca sebagai dasar

kesimpulan mengenai pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis.

Jadi, pengertian kebiasaan membaca yaitu kegiatan yang dilakukan

seseorang secara otomatis , mekanis dan teratur / berulang-ulang dalam rangka

memahami, menafsirkan, dan memaknai teks. Kebiasaan membaca ini dapat

dilatih sehingga dapat menjadi sesuatu yang membudaya dalam diri seseorang.

Dengan demikian, membaca akan menjadi suatu kebutuhan bagi setiap orang..

Jika kebiasaan membaca telah membudaya dalam suatu masyarakat, yang

perlu dicapai ialah kebiasaan membaca yang efisien, yaitu kebiasaan membaca

yang disertai minat yang baik dan keterampilan membaca yang efisien telah sama-

sama berkembang dengan maksimal ( Tampubolon, 1990: 228).

Dalam usaha pembentukan kebiasaan membaca, Tampubolon mengatakan

ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu minat ( perpaduan antara keinginan,

kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca. Yang dimaksudkan

Page 61: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

61

keterampilan membaca ialah keterampilan mata dan penguasaan teknik-teknik

membaca. Kalau minat tidak berkembang, maka kebiasaan membaca sudah tentu

tidak akan berkembang. Oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk

meningkatkan minat dan kebiasaan membaca.

Kegemaran membaca, seperti kegemaran lain tidak timbul secara tiba-tiba.

Kegemaran membaca merupakan buah kebiasaan. Kebiasaan ini sebaiknya

diawali sejak kanak-kanak. Cara lain yang dilakukan untuk menumbuhkan

kegemaran membaca dengan menyediakan buku-buku yang sesuai atau yang

menarik bagi anak-anak ( Arman Duval, 2009: 1 dalam http: // group.

Yahoo.com/ group/ pasar buku/ message/ 18472.)

Menurut Yus Rusyana (1984: 201), kegiatan membaca itu bertambah

apabila ada dorongan kepada anak-anak untuk membaca. Dorongan itu akan

menambah kemauan anak-anak untuk membaca.

Kegiatan membaca dapat ditingkatkan dengan menggunakan perangkat

visual dalam mengajar. Kehadiran unsur-unsur visual dalam belajar mengajar

dapat meningkatkan integrasi sebagai gambar dan presentasi visual dengan teks

(Suzanne Stokes, Tanpa Tahun: 1).

Kegiatan membaca merupakan jendela dunia. Dengan banyak membaca

berarti seseorang dapat memperoleh berbagai informasi yang berkembang, baik

yang sifatnya lokal, nasional maupun yang global. Melalui kegiatan membaca,

seseorang dapat belajar mengenai berbagai hal mulai dari yang paling sederhana

sampai dengan yang kompleks. Tetapi yang menjadi keprihatinan adalah kegiatan

membaca masih belum menjadi kebiasaan atau kebutuhan hidup masyarakat

Page 62: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

62

Indonesia (Sudirman Siahaan dan Rr. Murtiningsih, 2008: 1).

Paulo Freire (1983: 5) dalam penelitiannya tentang membaca,

mengemukakan bahwa tindakan sebenarnya dari membaca teks dapat dilihat

sebagai bagian dari proses yang lebih luas dari pengembangan manusia dan

pertumbuhan yang berdasarkan pemahaman baik dari pengalaman sendiri dan

dunia sosial. Belajar membaca harus dilihat dari sebuah aspek tindakan untuk

memahami dan sebuah tindakan kreatif.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan

bahwa membaca adalah proses pemahaman, penafsiran, dan pemaknaan yang

melibatkan interaksi antara pembaca dan teks.

c. Pengertian Karya Sastra

Batasan sastra sangat relatif, karena pengertian sastra sangat tergantung

pada bagaimana karya itu dipandang (Nani Tuloli, 2000: 5). Definisi-definisi

sastra yang ada yang selama ini sering dijadikan patokan tentang pengertian

sastra, umumnya masih bersifat parsial sehingga belum mampu memberikan

gambaran pengertian sastra secara utuh (Zainudin Fananie, 200: 5). Mustahillah

memberikan suatu definisi mengenai sastra yang berlaku untuk semua lingkungan

kebudayaan dan semua zaman. Sifat-sifat yang pada zaman tertentu dianggap ciri

khas bagi sastra ( misalnya rekaan, kiasan), pada zaman lain dianggap tidak

relevan. Sastra berkaitan erat dengan perkembangan suatu bangsa ( Dick Hartoko

Page 63: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

63

dan Rahmanto, 1986: 124). Selanjutnya, berikut ini dikemukakan berbagai

definisi sastra dari pakar-pakar sastra..

Sastra menurut Retno Winarni (2009: 7) adalah hasil kreativitas

pengarang yang bersumber dari kehidupan manusia secara langsung atau melalui

rekaannya dengan bahasa sebagai medianya. Pendapat Zainudin Fananie (2000:

6) sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi

yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan

aspek kebahasaan maupun aspek makna. Sedangkan Rene Wellek dan Austin

Warren (1988: 3) mengatakan sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya

seni. Sementara itu, B. Rahmanto (1989: 10) mengemukakan bahwa sastra

mengandung kumpulan dan sejumlah bentuk bahasa yang khusus, yang digunakan

dalam berbagai pola yang sistemis untuk menyampaikan segala perasaan, dan

pikiran.

Yus Rusyana (1984: 311) menguraikan bahwa sastra sebagai seni adalah

kegiatan kreatif manusia yang dijelmakan dalam medium bahasa. Sastra berada

dalam dunia fiksi, yaitu hasil kegiatan kreatif manusia, hasil proses pengamatan,

tanggapan, fantasi, perasaan, fikiran, dan kehendak yang bersatu padu, yang

diwujudkan dengan menggunakan bahasa. Jakob Sumardjo dan Saini K.M.(1986:

3). juga mengemukakan pendapatnya tentang sastra yaitu, “satra adalah ungkapan

pribadi manusia yang berupa pengalaman , pemikiran, perasaan, ide, semangat,

keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona

dengan alat bahasa.

Page 64: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

64

Kesusastraan mempunyai tujuan dan kewajiban yang disebut tema dan

tugas. Sastra bukanlah sastra semata, tetapi sastra alat untuk mencapai tujuan ,

yaitu mempertajam pandangan manusia terhadap hidupnya, mempertinggi

kesadaran, dan memperkaya jiwa, mempertinggi tingkat peradaban manusia

(Azhar Ibrahim Alwee, 2008: 11).

Sastra pada dasarnya untuk dinikmati. Dari sastra diharapkan dapat

diperoleh kenikmatan ( Yus Rosyana, 1984: 312).

Sedangkan manfaat membaca karya sastra menurut Rene Wellek dan

Austin Warren (1988:27) yaitu untuk mendapatkan kesenangan. Kesenangan yang

dimaksudkan adalah kesenangan yang kontemplasi yang bersifat didaktis.

Maman S. Mahayana (2008:1) dalam penelitiannya tentang apresiasi satra

di sekolah menyebutkan bahwa siswa harus didorong untuk menghargai karya

sastra bukan untuk memahami konsep-konsep. Melalui karya sastra, siswa dapat

mengembangkan saling menghormati satu sama lain tentang pendapat masing-

masing berkenaan dengan karya sastra Jadi, apresiasi sastra di kalangan siswa

perlu ditingkatkan melalui berbagai cara.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah hasil

karya kegiatan kreatif manusia yang mengungkapkan penghayatan dan aspek

estetika dengan menggunakan bahasa.

d. Kebiasaan Membaca Karya Sastra

Menurut A.Teew (1983: 12-15), membaca karya sastra adalah proses

pemberian makna pada sebuah teks sastra tertentu, yang dipilih atau yang

dimintakan kepada pembaca untuk dibaca. Dalam membaca karya sastra

Page 65: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

65

diperlukan pengetahuan sistem kode, yakni kode bahasa, kode sastra, dan kode

budaya. .

B. Rahmanto ( 1988: 40-41) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran

sastra perlu disertai pembinaan minat serta kesenangan terhadap karya sastra itu

semaksimal mungkin.Untuk membina kesenangan membaca ini perlu pendekatan

membaca ekstensif dan membaca intensif. Kedua jenis membaca ini satu sama

lain saling melengkapi dan tentu saja, masing-masing memiliki keunggulan dan

kelemahannya sendiri.

Gerald C. Cupchik, dkk. (2003: 1) dalam penelitiannya tentang efek

membaca cerita pendek, menyimpulkan bahwa membaca cerita pendek dapat

memberikan efek positif kepada pembaca. Oleh karena itu kebiasaan membaca

cerita pendek ( sastra ) perlu ditingkatkan.

Berdasarkan kajian teoretis dan konsep di atas, dapat disentesiskan bahwa

kebiasaan membaca karya sastra adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

secara otomatis, mekanis dengan sengaja/ terencana dan teratur/ berulang-ulang

dalam rangka memahami, menafsirkan, memaknai karya sastra.

e. Pengukuran Kebiasaan Membaca Karya Sastra

Dalam mengungkap kebiasaan membaca, Utami Munandar (1982: 59-

67) mengungkapkan konsep kebiasaan membaca menjadi dua belas aspek. Kedua

belas aspek itu dapat dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan

kebiasaan membaca, yaitu (1) kesenangan membaca, (2) keseringan membaca, (3)

jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu (4) asal buku bacaan yang

Page 66: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

66

diperoleh, (5) keseringan mengunjungi perpustakaan, (6) macam buku yang

disenangi, (7) keseringan membaca, (8) hal berlangganan majalah, (9) bagian

surat kabar yang disenangi untuk dibaca, (10) hal berlangganan majalah, (11) jenis

majalah yang dilangganani, (12) majalah yang paling disenangi dibaca.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Sumadiyono ( 2002) tentang Hubungan

antara Kebiasaan Membaca dan Pemahaman terhadap Sastra dengan Kemampuan

Mengapresiasi Cerita Pendek Siswa Kelas III SLTP Negeri I Klaten dan SLTP

Negri I Karangdowo, menyimpulkan bahwa kebiasaan membaca dan pemahaman

terhadap sastra berhubungan positif dengan kemampuan mengapresiaasi cerita

pendek.

Penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Tukiman (2005) tentang

Kemampuan Meresepsi Teks Drama Ditinjau dari Kemampuan Penalaran dan

Kebiasaan Membaca Karya Sastra Siswa SMA Negeri Se- Kabupaten Sukoharjo,

hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara penalaran dan

kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan apresiasi teks drama.

Hubungan penelitian Sumadiyono (2002) dengan penelitian ini adalah

sama-sama bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengapresiasi cerita pendek

yang dipengaruhi oleh kebiasaan membaca karya sastra. Sedangkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Tukiman (2005) hubungannya yaitu sama-sama

menggunakan variabel kebiasaan membaca karya sastra, dan kemampuan

Page 67: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

67

penalaran sebagai variabel bebas yang mempengaruhi apresiasi karya sastra (

karya drama).

Perbedaan penelitian Sumadiyono (2002) dengan penelitian ini,terletak

pada salah satu variabel bebas yaitu penelitian Sumadiyono menggunakan

variabel pemahaman terhadap sastra, sedangkan dalam penelitian ini

menggunakan variabel kemampuan penalaran.

Penelitian ini dengan penelitian Tukiman (2005) perbedaannya terletak

pada variabel terikat (Y). Walaupun berbeda tetapi masih ada hubungan karena

sama-sama hasil sastra hanya beda bentuk saja. Sementara penelitian ini

menggunakan variabel terikat (Y) kemampuan mengapresiasi cerpen, sedangkan

penelitian Tukiman menggunakan variabel terikat (Y) kemampuan mengapresiasi

teks drama.

Penelitian yang dilakukan oleh Nor Shahriza Abdul Karim (2006: 1)

tentang sikap dan kebiasaan membaca mahasiswa Sarjana Seni dari Internasional

Islamic Universitas Malaysia, ditemukan ada perbedaan yang signifikan antara

dua kelompok mahasiswa dalam hal jenis bahan bacaan dan sumber daya yang

digunakan. Perbedaan sikap dan kebiasaan membaca juga diamati untuk peserta

laki-laki dan perempuan. Hasil studi dapat digunakan untuk membimbing

professional di perpustakaan dan peneliti lain yang berkaitan dengan bidang

membaca. Hubungannya dengan penelitian ini, yaitu berkaitan dengan kebiasaan

membaca. Kebiasaan membaca setiap orang itu berbeda-beda. Demikian juga,

dalam hal kebiasaan membaca sastra.

Page 68: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

68

Jadi, kalau dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan

terdahulu, penelitian ini memang bukan penelitian yang sama sekali baru, tetapi

dapat dikatakan sebagai penelitian kelanjutan. Pebedaan dengan penelitian

sebelumnya, terletak pada variabel bebas dan objek yang diteliti.

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dan Kemampuan Mengapresiasi

Cerita Pendek

Berdasarkan kajian teori dapat dirumuskan kemampuan mengaapresiasi

cerpen adalah kesanggupan individu untuk melakukan kegiatan untuk mengenali,

memahami, menghayati, dan menghargai karya sastra cerpen. Untuk kegiatan ini

dibutuhkan kemampuan penalaran yang baik agar dapat mengapresiasi karya

sastra dengan baik.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki

kemampuan penalaran baik mampu mengapresiasi karya sastra (cerita pendek)

dengan baik. Maka dari itu, diduga ada hubungan positif antara kemampuan

penalaran dan kemampuan mengaapresiasi cerpen.

2. Hubungan antara Kebiasaan Membaca Karya Sastra dan Kemampuan

Mengapresiasi Cerpen

Hakikat apresiasi cerpen adalah kesanggupan individu melakukan kegiatan

untuk mengenali, memahami, menghayati, dan menghargai cerita pendek.

Page 69: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

69

Kemampuan tersebut ada hubungannya dengan kebiasaan membaca karya sastra.

Kebiasaan membaca karya sastra dapat membantu siswa mengapresiasi cerpen.

Berdasarkan penjelasan tersebu, dapat dikatakan bahwa siswa yang

memilki kebiasaan membaca karya sastra akan memiliki kemampuan

mengapresiasi cerpen dengan baik. Berdasarkan konsep-konsep teori yang telah

dijabarkan dan dijelaskan tersebut maka diduga ada hubungan positif antara

kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan apresiasi cerpen.

3. Hubungan antara Penalaran dan Kebiasaan Membaca Karya Sastra secara

Bersama-sama dengan Kemampuan Mengapresiasi Cerpen

Berdasarkan uraian di atas diketahui dengan jelas bahwa kemampuan

penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra merupakan faktor penting

terhadap tingkat kemampuan apresiasi cerpen siswa. Siswa yang mempunyai

kebiasaan membaca karya sastra baik dan memilki kemampuan penalaran tinggi

diduga memilki kemampuan mengaapresiasi cerpen yang tinggi pula. Dengan

demikian, dapat diduga ada hubungan yang positif antara kemampuan penalaran

dan kebiasaan membaca karya sastra secara bersama-sama dengan kemampuan

mengaapresiasi cerpen. Gambaran kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

Page 70: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

70

3a

1a 2a

1b 2b

3b

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Keterangan

1.a Kemampuan penalaran yang tinggi berkecenderungan kemampuan

mengapresiasi cerpen siswa tinggi.

1.b Kemampuan penalaran yang rendah berkecenderungan kemampuan

mengapresiasi cerpen rendah.

2.a Kebiasaan membaca karya sastra yang tinggi berkecenderungan kemampuan

mengapresiasi cerpen siswa tinggi.

2.b Kebiasaan membaca karya sastra yang rendah berkecenderungan kemampuan

mengapresiasi cerpen siswa rendah.

3.a Kemampuan penalaran yang tinggi dan kebiasaan membaca karya sastra yang

tinggi berkecenderungan kemampuan mengapresiasi sastra siswa tinggi.

3.b Kemampuan penalaran yang rendah dan kebiasaan membaca karya sastra yang

rendah berkecenderungan kemampuan mengapresiasi sastra siswa rendah.

D. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka tersebut di atas, maka diajukan

tiga hipotesis penelitian sebagai berikut.

Kemampuan

Penalaran

Tinggi

Rendah

Kemampuan

apresiasi cerpen

Tinggi

Rendah

Tinggi

Rendah

Kebiasaan

membaca karya

sastra

Page 71: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

71

1.Terdapat hubungan positif antara kemampuan penalaran dan kemampuan

mengapresiasi cerpen.

2.Terdapat hubungan positif antara kebiasaan membaca karya satra dan

kemampuan mengapresiasi cerpen.

3.Terdapat hubungan positif antara kemampuan penalaran dan kebiasaan

membaca karya sastra secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi

cerpen.

Page 72: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

72

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri se–Kota Magelang, yang terdiri

dari lima sekolah yaitu SMA Negeri 1, SMA Negri 2, SMA Negeri 3, SMA

Negeri 4, dan SMA Negeri 5. Semuanya berada di wilayah kota Magelang.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama delapan bulan yaitu mulai bulan

Oktober 2009 sampai Juni 2010. Secara garis besar rencana kegiatan penelitian

yang ditempuh dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu

1. Penyusunan proposal Oktober 2009

2. Seminar dan revisi proposal Desember 2009

3. Permohonan izin penelitian Januari 2010

4. Penyusunan instrument penelitian Januari 2010

5. Uji coba instrumen dan menganalisis Februari 2010

6. Pengumpulan data Februari 2010 Minggu ke-4

7 Pengolahan dan analisis data Maret dan April 2010

72

Page 73: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

73

8. Penayangan abstrak Mei 2010 Minggu 1, 2

9. Ujian dan revisi Mei 2010 minggu ke-4

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dengan

pendekatan studi korelasional. Pemilihan metode tersebut dengan pertimbangan

bahwa tujuan penelitian ini dirancang untuk memperoleh informasi yang berkaitan

dengan gejala pada saat penelitian berlangsung. Pertimbangan lainnya mengapa

dipilihnya metode survai, karena melalui metode tersebut khususnya studi

korelasional dapat dipakai untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada

suatu faktor berkaitan dengan variasi –variasi pada satu atau lebih faktor lain

berdasarkan pada koefisien korelasi ( Sumadi Suryabrata, 1983: 26).

Hubungan antar variabel dalam penelitian ini digambarkan dalam desain

penelitian sebagai berikut.

Gambar 2. Desain Penelitian.

Keterangan:

X1 = Kemampuan Penalaran

X2 = Kebiasaan membaca karya sastra

Y = Kemampuan apresiasi cerpen

X1

X2

Y

Page 74: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

74

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X1 SMA Negeri se- Kota

Magelang tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah populasi ada 923 siswa.

2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah SMA Negeri 1 berjumlah 60 siswa, dan SMA

Negeri 4 berjumlah 60 siswa. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 120

siswa. Dari populasi, sampel penelitian ini berjumlah 13%.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah secara acak

sederhana (simple random sampling). Yang dimaksud sampel acak sederhana

adalah sampel yang teknik pengambilannya secara acak. Tujuannya agar semua

populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Cara

pengambilan anggota sampel dengan undian yaitu dengan mengundi seluruh

satuan elementer dalam populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Masri

Singarimbun dan Sofian Effendi (1984:111).

Dari kelima sekolah SMA Negeri yang berada di Kota Magelang,

kemudian diambil secara acak untuk dijadikan sampel. Dari cara undian ternyata

yang keluar SMA Negeri 1, dan SMA Negeri 4 sehingga yang digunakan sebagai

sampel penelitian adalah SMA Negari 1 Magelang dan SMA Negeri 4 Magelang.

Untuk kepentingan uji coba instrumen dipilih siswa SMA Negeri 3 Magelang.

Page 75: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

75

Secara rinci langkah-langkah pengambilan sampel dilakukan sebagai

berikut.

1. Dari lima sekolah negeri yang ada di wilayah Kota Magelang, diambil secara

acak dua SMA. Melalui pengacakan ini terambil SMA Negeri 1 dan SMA Negeri

4 Magelang.

2. Pengacakan terhadap kelas yang dijadikan sampel dari dua SMA Negeri yang

telah terundi, melalui perandoman ini terambil kelas XI SMA.

3. Dari kelas XI yang ada di kedua SMA Negeri tersebut, kemudian diacak

terambil kelas XI IPS1 dan IPS2 dari SMA Negeri 1 Magelang, kelas XI IPA dan

XI IPS2 dari SMA Negeri 4 Magelang.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan variabel penelitian ini terdapat tiga jenis data yang

dikumpulkan. Data kemampuan mengapresiasi cerpen dikumpulkan dengan

teknik tes. Data kemampuan penalaran diambil dengan teknik tes. Data kebiasaan

membaca karya sastra dikumpulkan dengan angket.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini ada dua macam yaitu tes dan nontes. Instrumen tes

berbentuk skor kemampuan mengapresiasi cerpen, dan skor kemampuan

penalaran. Sedangkan instrumen nontes berupa skor kebiasaan membaca karya

sastra.

Skor kemampuan mengapresiasi cerpen dan skor kemampuan penalaran

dijaring dengan instrumen yang berupa tes objektif, sedangkan skor kebiasaan

membaca karya sastra dijaring dengan kuesioner atau angket.

Page 76: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

76

1. Instrumen Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

a. Definisi Konseptual

Kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah kesanggupan individu

untuk melakukan kegiatan mengenali, memahami, menghargai, dan menilai atau

menguasai secara sungguh-sungguh cerita rekaan yang melukiskan kehidupan

manusia, secara ringkas dan padat , serta yang diceritakan hanya satu peristiwa

pokok.

b. Definisi Operasional

Secara operasional kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah nilai

yang diperoleh siswa setelah mengerjakan tes kemampuan mengapresiasi cerpen

yang berupa tes objektif.

Komponen-komponen pokok yang terdapat dalam kemampuan

mengapresiasi cerita pendek adalah (1) tema, (2) amanat (3) alur atau plot, (4)

perwatakan atau penokohan, (5) latar atau setting, (6) sudut pandang atau point of

view, (7 ) bahasa atau gaya bahasa.

c. Indikator

Indikator dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek adalah siswa

mampu menjawab soal yang berkaitan dengan aspek-aspek berikut: (1) amanat,

(2) alur atau plot, (3) perwatakan atau penokohan, (4) latar atau setting, (5) sudut

pandang atau point of view, dan (6) bahasa atau gaya bahasa.

Soal dibuat dalam bentuk tes objektif dengan skor nilai satu untuk jawaban

yang benar dan skor nilai nol untuk jawaban yang salah.

Page 77: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

77

2. Instrumen Kemampuan Penalaran

a. Definisi Konseptual

Kemampuan penalaran adalah kesanggupan siswa untuk melakukan

kegiatan berfikir secara maksimal menurut suatu pola tertentu, atau sesuai dengan

logika induktif, maupun deduktif guna menghubung-hubungkan fakta atau bukti-

bukti yang ada dengan langkah-langkah yang teratur, sistematis (bersifat analitik),

dan bertujuan untuk menghasilkan simpulan.

b. Definisi Operasional

Secara operasional kemampuan penalaran adalah skor yang diperoleh

siswa setelah mengerjakan tes kemampuan penalaran.

Komponen- komponen pokok yang terdapat dalam kemampuan penalaran

adalah: (1) penalaran induksi yang terdiri atas: a) generalisasi, b) analogi dan c)

sebab akibat atau hubungan kausal. (2) Penalaran deduksi yang terdiri atas: a)

silogisme, b) entimem. Silogisme ada bermacam-macam antara lain: silogisme

kategorial, silogisme hipotesis, dan silogisme alternatif.

c. Indikator

Indikator kemampuan penalaran adalah siswa mampu menjawab soal-soal

tes kemampuan penalaran yang meliputi: (1) penalaran induksi, aspek yang dinilai

adalah a) menarik kesimpulan dengan cara generalisasi, b) menghindari salah

nalar karena generalisasi sepintas, c) menarik kesimpulan analogi, d) menghindari

salah nalar karena analogi yang pincang, e) menarik kesimpulan dengan cara

hubungan kausal atau sebab- akibat, f) menghindari salah nalar karena salah

hubungan kausal.(2)Pe-nalaran deduksi, aspek yang dinilai a) menarik kesimpulan

Page 78: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

78

silogisme kategorial, b) menarik kesimpulan silogisme hipotesis, c) menarik

kesimpulan silogisme alternatif, d) menarik kesimpulan entimem, dan e)

menghindari salah nalar karena tidak mengerti persoalan.

3. Instrumen Kebiasaan Membaca Karya Sastra

a. Definisi Konseptual

Kebiasaan membaca karya sastra adalah suatu kegiatan yang dilakukan

seseorang secara otomatis, mekanis dengan sengaja/ terencana dan teratur/

berulang-ulang dalam rangka memahami, menafsirkan, memaknai karya sastra.

b. Definisi Operasional

Secara operasional kebiasaan membaca karya sastra adalah skor yang

diperoleh siswa setelah menjawab angket kebiasaan membaca karya sastra.

Komponen-komponen pokok yang terdapat dalam kebiasaan membaca

karya sastra yaitu, (1) kesenangan membaca, (2) keseringan membaca, (3) jumlah

buku yang dibaca dalam waktu tertentu (4) asal buku bacaan yang diperoleh, (5)

keseringan mengunjungi perpustakaan, (6) macam buku yang disenangi, (7)

keseringan membaca, (8) hal berlangganan majalah, (9) bagian surat kabar yang

disenangi untuk dibaca, (10) hal berlangganan majalah, (11) jenis majalah yang

dilangganani, (12) majalah yang paling disenangi dibaca.

c. Indikator

Indikator kebiasaan membaca karya sastra dalam penelitian ini yaitu siswa

dapat menjawab angket sesuai dengan keadaan siswa yang sesungguhnya. Aspek-

aspek yang digali melalui angket ini adalah: (1) kesenangan membaca, (2)

keseringan membaca, (3) jumlah buku yang dibaca dalam waktu tertentu (4) asal

Page 79: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

79

buku bacaan yang diperoleh, (5) keseringan mengunjungi perpustakaan, (6)

macam buku yang disenangi, (7) keseringan membaca, (8) hal berlangganan

majalah, (9) bagian surat kabar yang disenangi untuk dibaca, (10) hal

berlangganan majalah, (11) jenis majalah yang dilangganani, (12) majalah yang

paling disenangi dibaca.

Pengukuran kebiasaan membaca karya sastra menggunakan skala Likert,

dilaksanakan dengan menyediakan lima pernyataan yang disediakan. Skala

jawaban terdiri dari lima pernyataan yang disusun berturut-turut dari yang paling

positif ke negatif atau dari yang paling negatif ke yang paling positif. Jawaban

yang paling positif diberi skor 5, seterusnya 4, 3, 2, dan paling negatif skor 1.

F. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur yang mampu mengukur apa yang akan diukur.

Menurut Djaali,dan Pudji Muljono (2008: 49) validitas suatu instrumen adalah

seberapa jauh suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan

yang sesungguhnya dari objek ukur, akan tergantung dari tingkat tes yang

bersangkutan.

Reliabilitas maksudnya adalah seberapa jauh hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali

pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama, diperoleh hasil

pengukuran yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek

memang belum berubah ( Djaali dan Pudji Muljono, 2008: 55 ).

Page 80: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

80

Sebelum digunakan untuk penelitian, instrumen penelitian yang berupa tes

objektif yaitu kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dan kemampuan

penalaran, serta angket tentang kebiasaan membaca karya sastra diujicobakan

terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat validitas dan reliabilitas butir soal. Hal

ini dilakukan agar butir-butir soal yang tidak memenuhi syarat tidak digunakan

dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan di SMA Negeri 3 Magelang

dengan jumlah siswa 40.

1. Validitas dan Reliabilitas Tes Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

a. Validitas

Menurut Djaali dan Pudji Muljono (2008:53) instrumen penelitian yang

berbentuk tes yang memiliki skor dikotomis (1 atau 0) perhitungan validitas butir

digunakan rumus Korelasi Point Biserial ( Point Biserial). Berdasarkan pendapat

tersebut maka validitas butir tes kemampuan mengapresiasi cerpen menggunakan

rumus Korelasi Point Beserial.

Rumus Korelasi Point Biserial sebagai berikut :

����(�) =�� − ��

�����

��

Keterangan:

���� (i) : koefisien korelasi beserial antara skor butir soal nomor satu

dengan skor total.

xi : rerata skor untuk yang menjawab benar

xt : rerata skor untuk seluruhnya

Page 81: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

81

St : standar deviasi skor total semua responden

Pi : proporsi jawaban benar

qi : proporsi jawaban yang salah

(Djaali dan Pudji Muljono, 2008: 53 )

b. Reliabilitas

Reliabilitas tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek menggunakan

rumus KR-20. Adapun rumusnya sebagai berikut:

��� =�

����1 −

∑ ����

∑ ��� �

Keterangan:

��� : koofisien reliabilitas tes

k : cacah butir

���� : varian skor butir

�� : proporsi jawaban yang benar untuk butir nomor i

�� : proporsi jawaban yang salah untuk butir nomor i

��� : varian skor total

(Djaali dan Pudji Muljono, 2008: 93 )

2. Validitas dan Reliabilitas Kemampuan Penalaran

a. Validitas

Instrumen yang digunakan untuk kemampuan penalaran adalah tes yang

memiliki skor dikotomi 1 dan 0. Oleh karena itu, rumus yang digunakan sama

Page 82: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

82

dengan rumus yang dipakai dalam kemampuan mengapresiasi cerita pendek yaitu

rumus Korelasi Point Biserial.

b. Reliabilitas

Untuk reliabilitas tes kemampuan penalaran digunakan rumus KR-20

seperti pada tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

3. Validitas dan Reliabilitas Kebiasaan Membaca Karya Sastra

a. Validitas

Instrumen yang mempunyai skor kontinum ( berkisar antara 1-5)

digunakan rumus korelasi product moment, yaitu dengan mengorelasikan skor

item dengan skor total. Dengan demikian, validitas angket kebiasaan membaca

karya sastra menggunakan rumus korelasi product moment.

����� =� ∑ ���� − (∑ ��)(∑ ��)

�{� ∑ ��� − (∑ ��

��)�}{� ∑ ��� − (�∑ ���)

�}

Keterangan:

����� : koefisien korelasi antara skor butir pernyataan dan skor total yang dicari.

� : jumlah responden uji coba

xi : skor hasil butir pernyataan untuk butir ke –i

xt : skor hasil total

(Djaali dan Pudji Muljono, 2008: 53)

Page 83: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

83

b. Reliabilitas

Untuk uji reliabilitas angket kebiasaan membaca karya sastra dilakukan

dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach.

��� =�

� − 1�1 −

∑ ���

∑ ���

Keterangan:

��� : koefisien reliabilitas tes

k : jumlah butir pernyataan yang valid

��� : varian skor butir

��� : varian skor total

(Djaali dan Pudji Muljono, 2008: 89)

G. Hasil Uji Coba Instrumen

1. Hasil Analisis Validitas

Sebelum digunakan untuk penelitian insrumen ini diujicobakan di SMA

Negeri 3 Magelang, kelas X1. SMA Negeri 3 Magelang yang dipilih sebagai

subjek karena memiliki karakteristik yang setara dengan subjek yang menjadi

sampel dalam penelitian ini. Jumlah siswa yang dijadikan subjek uji coba 40

siswa.

Berdasarkan hasil uji coba validitas butir soal tes kemampuan

mengapresiasi cerita pendek yang dihitung dengan rumus korelasi point beserial,

ternyata dari 45 butir soal yang diujicobakan ada 40 butir soal yang dinyatakan

valid, sedangkan yang tidak valid ada 5 butir, yakni butir soal nomor 11, 13,18,

Page 84: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

84

30,38 karena koefisien validitas butir-butir tersebut hasilnya lebih kecil dari r-

kritis yakni 0,312 ( pada n = 40 taraf nyata 0,05) (lihat lampiran 4 hal 175).

Hasil analisis uji coba validitas butir soal tes kemampuan penalaran yang

dihitung dengan rumus korelasi point beserial, ternyata dari 45 butir soal yang

diujicobakan ada lima butir soal yang didrop, yakni butir soal nomor 6, 15, 21, 40,

41 karena koefisien validitas untuk kelima butir soal tersebut hasilnya lebih kecil

dari r- kritis, yakni 0,312 (pada n = 40 taraf nyata 0,05) ( lihat lampiran 6 hal 183

.)

Hasil analisis uji coba validitas butir angket kebiasaan membaca karya

sastra yang dihitung dengan rumus product moment ternyata dari 42 butir

pernyataan, yang dinyatakan valid ada 40 butir, yang drop ada satu butir yaitu

butir nomor 35, 36 karena koefisien validitas untuk butir nomor tersebut hasilnya

lebih kecil dar r- kritis, yakni 0,312 ( pada n = 40 taraf nyata 0,05) ( lihat lampiran

8 hal 191 ).

2. Hasil analisis Reliabilitas

Menurut Burhan Nurgiantoro ( 2009: 108) berdasarkan koefisien korelasi

tingkat keterpercayaan berkisar antara 0 sampai 1,0. Koefisien 0,800 sampai 1,00

= sangat tinggi. Koefisien antara 0, 600 sampai 0,799 = tinggi. Koefisien 0,400

sampai 0,599 = cukup. Koefisien 0,200 sampai 0,399 = rendah, dan koefisien 0,

00 sampai 0, 199 = sangat rendah.

Hasil uji reliabilitas tes kemampuan mengapresiasi cerita pendek

dinyatakan memiliki koefisien reliabilitas yang tinggi, sebab setelah dianalisis

dengan teknik KR- 20 diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,949.

Page 85: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

85

Hasil uji reliabilitas tes kemampuan penalaran dinyatakan memiliki

koefisien reliabilitas yang tinggi, karena setelah dianalisis dengan teknik KR- 20

diperoleh nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,899.

Untuk uji reliabilitas angket kebiasaan membaca karya sastra yang

dihitung dengan rumus Alpha Cronbach dihasilkan nilai koefisien sebesar 0,928

(lihat lampiran). Hal ini menunjukkan bahwa instrumen angket kebiasaan

membaca karya sastra juga reliabel.

H. Hipotesis Statistik

Hipotesis Statistik Penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut.

1. Hipotesis Pertama

Ho : ��� = 0

H� : ��� < 0

2. Hipotesis Kedua

�� : ��� = 0

�� : ��� > 0

3. Hipotesis Ketiga

�� : ���� = 0

�� : ���� > 0

I. Uji Persyaratan Analisis

Sebelum menguji hipotesis perlu dilakukan uji persyaratan analisis, yang

meliputi: 1) Uji normalitas, 2) Uji keberartian dan liniaritas regresi. Uji

Page 86: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

86

normalitas digunakan teknik Liliefors, sedangkan uji keberartian linearitas regresi

digunakan teknik Anava dalam regresi ganda.

1. Uji normalitas

Pengujian normalitas (kenormalan) ditempuh melalui prosedur atau

langkah-langkah sebagai berikut.

a. Pengamatan ��, �� …, �� dijadikan bilangan baku ��,�� … , �� dengan

menggunakan rumus �� =��� ��

�( x dan s masing-masing merupakan rata-

rata dan simpangan baku sampel)

b. Untuk tiap bilangan menggunakan daftar distribusi normal baku,

kemudian dihitung �(��)=�(� ≤ � �)

c. Selanjutnya dihitung proporsi ��, ��, … . �� , yang lebih kecil atau sama

dengan ��, jika proporsi ini dinyatakan oleh �(��), maka �(��) =

∑ ��,��…� �,��

d. Hitung selisih �(��)- �(��)kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih

tersebut. Harga Lo terbesar disebutkan untuk menolak atau menerima

hipotesis nol, bandingkan Lo dengan nilai kritis L yang diambil dari daftar

nilai kritis L untuk uji Liliefors untuk taraf nyata � yang dipilih.

Kriterianya adalah : tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi

normal jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi dari daftar.

Dalam hal ini hipotesis nol diterima (Sudjana, 1992 : 466)

Page 87: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

87

2. Uji linearitas dan keberartian regresi

Uji linearitas atau kelinearan dan keberartian regresi menggunakan

langkah-langkah yang dijelaskan oleh Sudjana (1992 : 15). Langkah-langkah

tersebut :

a. Menyususun tabel pasangan data (Xi Yi) dengan pengulangan pengamatan

terhadap X.

b. Menghitung jumlah kuadrat, disingkat JK untuk berbagai sumber variasi.

Sumber-sumber variasi yang JK nya perlu dihitung adalah sumber variasi

untuk total, koefisien (a, regresi(b/a), sisa, tuna cocok dan galat). Untuk

sumber-sumber variasi JK nya berturut-turut diberi symbol JK(T), JK(a),

JK(b/a), JK(S), JK(TC), JK(G) .

Rumus-rumus untuk menghitung sumber-sumber variasi tersebut adalah sebagai

berikut

JK(T) = ∑ ��

JK(a) = (∑ � )�

JK(b/a)= � �∑ �� −(∑ �)�

��

JK(S) = JK(T)-JK(a)-JK(b/a)

JK(G) = ∑ �� �∑ �� −(∑ �)�

���

JK(TC) = JK(S)-JK(G)

Page 88: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

88

c. Menentukan derajat kebebasan (dk) untuk setiap sumber variasi, yang besarnya

sebagai berikut :

1) dk total = n

2) dk koefisien(a) = 1

3) dk regresi (b/a) = 1

4) dk sisa = n-2

5) dk tuna cocok = k-2

6) dk galat = n-k

d. Menentukan kuadrat tengah disingkat KT yang diperoleh dengan jalan

membagi JK dengan dk nya, sehingga masing-masing sumber variasi KT hanya

diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

1) kuadrat tengah total, rumusnya KT(T) = ��(�)

2) kuadrat tengah galat, rumusnya KT(a) = ��(�)

3) kuadrat tengah regresi, rumusnya KT(b/a) = ��(�/�)

4) Kuadrat tenga sisa, rumusnya KT(S) = ��(�)

���

5) Kuadrat tengah tuna cocok, rumusnya KT(TC) = ��(��)

���

6) Kuadrat tengah galat, rumusnya KT(G) = ��(�)

���

Perlu diketahui untuk KT (b/a) dilambangkan pula dengan ����� ; KT(S)

dilambangkan pila dengan ����� ; KT(TC) dilambangkan pula dengan ���

� dan

KT(G) dengan dilambangkan pula ���.

Page 89: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

89

e. Menyusun besaran-besaran yang telah diperoleh pada butir d ke dalam tabel

varians (ANAVA) sebagai berikut .

Tabel 2. ANAVA

Sumber

Varians

dk JK KT F

Total N ∑ �� ∑ �� -

Koiefisien (a)

Koefisien (b/a)

Sisa

L

L

n-2

JK(a)

JK(b/a)

JK(S)

JK(a)

�� = ��(�)

�� = ��(�)

� − 2

�����

�����

Tuna cocok

Galat

k-2

n-k

JK(TC)

JK(G)

���� =

��(��)� − 2

��� =

��(�)

� − �

����

���

f. Untuk menguji hipotesis nol (i) dipakai statistik � =�����

����� dan selanjutnya

menggunakan distribusi F beserta tabelnya dengan dk pembilang satu dan dk

penyebut (n-2), sedangkan untuk menguji hipotesis nol (ii) dipakai statistik

Page 90: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

90

� =����

��� yang selanjutnya juga digunakan distribusi F beserta tabelnya dengan dk

pembilang (k-2) dan dk penyebut (n-k) ( Sudjana: 15-19).

J. Teknik Analisis Data

Analisis data dimaksudkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Dalam analisis data penelitian ini, mencakupi analisis data secara deskriptif dan

analisis data secara inferensial. Analisis deskriptif, meliputi pendeskripsian

tedensis sentral dan tedensi penyebaran, penyusunan distribusi frekuensi nilai dan

histogramnya. Sementara itu, analisis data secara inferensial digunakan untuk

keperluan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis, meliputi pengujian hipotesis I

dan II digunakan teknik korelasi sederhana. Adapun rumus korelasi sederhana

sebagai berikut:

��,�=� ∑ �� − (∑ �)(∑ �)

�{� ∑ �� − (∑ �)�}{� ∑ �� − (∑ �)�}

Keterangan :

��,� = koefisien korelasi antara skor X dan skor Y yang dicari

n = jumlah responden uji coba

Y = skor kemampuan apresiasi cerita pendek

X = skor kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa (Sudjana,

1992:47)

Sementara itu, rumus ganda adalah sbb:

ℛ��� = ���(���)

∑ ��

Page 91: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

91

Keterangan :

���� = koefisien korelasi ganda (bersama-sama)

JK(reg) = jumlah kuadrat regresi (Sudjana, 1992:107)

Selain digunakannya analisis data statistik dengan korelasi product moment

untuk mengetahui kadar atau derajat kekuatan hubungan antar variabel bebas

dengan terikat sebagaimana tersebut di atas, dalam analisis data ini pun perlu

diketahui model persamaan garis regresi yang hendak ditentukan. Adapun model

persamaan garis regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Terdapat dua model hubungan yang dicerminkan melalui persamaan garis

regresi linear sederhana dalam penelitian ini yakni :

1. Model Persamaan Garis Regresi Linear Sederhana Y atas �� yang

digambarkan sebagai �� = � + ���

2. Model Persamaan Garis Regresi Linear Sederhana Y atas �� yang

digambarkan sebagai �� = � + ���

Harga besaran a dan b dicari dengan rumus sebagai berikut :

� = (∑ �)(∑ ��

�) − (∑ ��)(∑ ���)

� ∑ ��� − (∑ ��)

� = �∑ ��� − (∑ ��)(∑ �)

� ∑ ���− (∑ ��)

(Sudjana, 1992:8)

Page 92: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

92

Keterangan :

a = bilangan konstanta

b = koefisien arah regresi

Disamping dua model persamaan garis regresi linear sederhana seperti

tersebut di atas, dalam analisis data ini pun juga ditentukan model persamaan garis

regresi ganda.

Adapun model hubungan dalam persamaan garis regresi linear ganda

tersebut dapat digambarkan modelnya sebagai berikut :

� � = �� + ��. �� + ��. ��

(Sudjana, 1992:70)

Koefisien ��: ��:dan �� dicari dengan rumus sebagai berikut :

�� = � � − ������� + ����

���

�� = (∑ ��

�)(∑ ���) − (∑ �� . ��)(∑ ���)

(∑ ���)(∑ ���) − (∑ �� . ��)�

�� = (∑ ��

�)(∑ ���) − (∑ �� . ��)(∑ ���)

(∑ ���)(∑ ���) − (∑ �� . ��)�

(Sudjana, 1992:76)

Page 93: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

93

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab IV ini akan diuraikan: A. deskripsi data setiap variabel yaitu

kemampuan penalaran, kebiasaan membaca karya sastra, dan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek, B. pengujian persyaratan analisis, C. pengujian

hipotesis, D. pembahasan hasil penelitian, dan E. keterbatasan penelitian.

A. DESKRIPSI DATA

1. Data Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek (Y)

Data kemampuan mengapresiasi cerita pendek diperoleh melalui tes

kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Data ini memiliki skor tetinggi 30 dan

skor terendah 14; mean sebesar 46.89 ; median sebesar 24; modus sebesar 26 .

Varians data ini adalah 10.19 , dengan simpangan baku sebesar 3.19 ( harga-harga

statistik ini, pengerjaanya dilakukan dengan program Microsoft Excel yang

hasilnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi data ini dapat dilihat

pada tabel dan histogram frekuensi dan poligonnya dapat dilihat pada gambar

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Apresiasi Cerpen

Interval F (absolut) F(relatif)

14-17 4 3.33

18-21 26 21.67

22-25 50 41.67

26-30 40 33.33

120 100

Histogram Frekuensi Apresiasi cerpen

93

Page 94: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

94

13,5 17,5 21,5 25,5 30,5

�� = 23.642, �� = 3.19 �� = 25 �o = 26

2. Data Kemampuan Penalaran (��)

Data kemampuan penalaran diperoleh melalui tes kemampuan penalaran.

Data ini menunjukkan skor tertinggi 31 dan skor terendah 14; mean sebesar

49.024 ; modus 23, dan median 25. ;varian 9.59 ; simpangan baku sebesar 3.09.

Harga-harga statistik deskriptif ini dihitung dengan Program Microsoft Excel,

yang hasilnya dapat dilihat pada lampiran. Distribusi frekuensi data ini dapat

dilihat pada tabel , dan histogram dan poligon frekuensinya dapat dilihat pada

gambar .

4

26

50

40

Page 95: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

95

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kemampuan Penalaran

Interval F(absolut) F (relatif)

14-16 1 0.833

17-19 5 4.166

20-22 23 19.166

23-25 41 34.16

26-28 38 31.66

29-31 12 10

Jumlah 120 100

Histogram frekuensi Kemampuan Penalaran

13,5 16,5 19,5 22,5 25,5 28,5 31,5

�� = 24.716, �� = 3.09 �� = 25 �o = 23

3. Data Kebiasaan Membaca Karya Satra ( ��)

Data kebiasaan membaca karya sastra diperoleh melalui angket kebiasaan

membaca karya sastra. Data ini menunjukkan skor yang diperoleh melalui angket

kebiasaan membaca karya saatra dengan skor tertinggi 147 dan skor terendah 87 ;

modus sebesar 123 ;varians 177.07 dan simpangan baku sebesar 13.31. Harga-

5

23

41

38

12

Page 96: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

96

harga statistik tersebut diperoleh dengan program Microsoft Exel yang hasilnya

dapat dilihat pada lampiran. Data distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel , dan

histogram serta polygon frekuensi dapat dilihat pada gambar.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kebiasaan Membaca

Interval F (absolut) F(relatif)

87-90 5 4.17

91-94 4 3.33

95-99 7 5.83

100-103 5 4.17

104-107 13 10.83

108-111 11 9.17

112-115 11 9.17

116-119 10 8.33

120-123 20 16.67

124-127 11 9.17

128-131 9 7.50

132-135 9 7.50

136-139 2 1.67

140-143 0 0.00

144-147 3 2.50

120 100 Histogram Frekuensi Kebiasaan Membaca

86,5 90,5 94,5 99,5 103,5 107,5 111,5 115,5 119,5 123,5 127,5 131,5 135,5 139,5 143,5 147,5

5 4

13

3

9 8

2

11 10

20

11

7

5

11

Page 97: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

97

�� = 115.89 �� = 13.31 �� = 116 �o = 123

B. Pengujian Persyratan Analisis

Sebelum analisis data secara inferensial, diadakan 1) uji normalitas, 2) uji

signifikansi dan linearitas regresi sederhana.

1. Uji Normalitas Data

Untuk menguji normalitas data menggunakan teknik Liliefors ( Sudjana, 1992:

446). Hasil pengujian normalitas data untuk kemampuan mengapresiasi cerita

pendek (Y) yaitu Lo maksimum sebesar 0.0546 ( lihat lampiran 14 hal 233).

Daftar nilai kritis L untuk Uji Liliefors dengan n = 120 dan taraf nyata � = 0,05

diperoleh Lt = 0.0808 dan Lo = 0.0546. Dari data tersebut terlihat bahwa Lt lebih

besar daripada Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa data kemampuan

mengapresiasi cerpen (Y) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji normalitas data untuk kemampuan penalaran( X1) menghasilkan Lo

maksimum sebesar 0.0755, ( lihat lampiran 15 hal 239). Nilai kritis L untuk uji

Liliefors dengan n = 120 dan taraf nyata � = 0,05 diperoleh Lt = 0.0808. Dari data

tersebut terlihat bahwa Lo lebih kecil dari Lt sehingga dapat disimpulkan bahwa

data kemampuan penalaran (X1) berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji normalitas data terhadap kebiasaan membaca karya sastra (X2

menunjukkan bahwa Lo maksimum sebesar 0.00410, ( lihat lampiran 16 hal 245) .

Dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors dengan n = 120 dan taraf nyata � =

0,05 diperoleh data Lt = 0.0808. Dari data tersebut terlihat bahwa Lo lebih kecil

dari Lt. Jadi, dapat disimpulkan bahwa data kebiasaan membaca karya sastra (X2)

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Page 98: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

98

2. Uji Linearitas dan Signifikansi Regresi

Pada sub bab ini akan diuji apakah persamaan regresi sederhana Y atas X1

dan Y atas X2 linier atau signifikan. Hasil analisis regresi sederhana Y atas X1

diperoleh persamaan �� = 17.0033 + 0.2686X1 (lampiran 21 hal 249). Tabel Anava

untuk uji linearitas dan signifikansi regresi Y masing-masing menghasilkan Fo

sebesar 8.596071 dan 0.760371 (lampiran 25 hal 266). Dari daftar distribusi F

pada taraf nyata � = 0,05 dengan dk pembilang 2 dan dk penyebut 118 untuk

hipotesis (1) bahwa regresi signifikan, diperoleh Ft : 3.07 , (2) bahwa regresi

bersifat linear diperoleh Ft sebesar 1.79. Jadi, hipotesis nol ditolak karena Fo lebih

besar daripada Ft. Sebaliknya, hipotesis nol (2) diterima karena Fo lebih kecil

darpada Ft. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa regresi Y atas X1

linier dapat diterima.

Analisis regresi sederhana Y atas X2 menghasilkan persamaan regresi

�� = 16.55 + 0.061X2 (lihat lampiran 22 hal 257) masing-masing menghasilkan Fo

sebesar 8.1906 dan 0.944 (lihat tabel Anava pada lampiran 28 hal 275). Dari

daftar distribusi F pada taraf nyata � = 0,05 dengan dk pembilang 2 dan dk

penyebut 118 untuk hipotesis (1) bahwa regresi tidak signifikan atau tidak berarti

diperoleh Ft = 3.07 dan dengan dk pembilang 45 dan dk penyebut 73 untuk

hipotesis (2) bahwa regresi bersifat linier diperoleh Ft sebesar 1.53. Terlihat

bahwa hipotesis nol (1) ditolak karena Fo lebih besar dari Ft. Dengan demikian,

koefisien arah regresi nyata sifatnya. Ternyata regresi Y atas X2 berbentuk linier

dapat diterima. Sedangkan persamaan regresi ganda Y atas �� �� menghasilkan

�� = 10.4482 + 0.258X1 + 0.058X2 masing-masing menghasilkan ��= 2.9015 dan

Page 99: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

99

�� = 2.831. Pada taraf nyata � = 0,05 diperoleh �� �..1.29. Ini berarti �� > �� dan

�� > �� sehingga signifikan.

C. Pengujian Hipotesis

1. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dan Kemampuan

Mengapresiasi Cerita Pendek (��dengan Y )

Analisis korelasi sederhana antara X1 dengan Y menghasilkan koefisien

korelasi sebesar ��� = 0.260 (lihat lampiran 32 hal 284) Pengujian signifikansi

(keberartian) koefisien korelasi dengan menggunakan uji-t menghasilkan

� ������ = 2.9319 (lihat lampiran 32 hal 284). Dari hasil analisis, ������� lebih

besar daripada nilai t yang terdapat pada tabel (� �) sebesar 1.98. Jadi, � ������

signifikan, maka koefisien korelasi sebesar 0.260 pun signifikan. Dengan

demikian, hipotesis nol ditolak; dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Dari analisis

tersebut dapat disimpulkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara

kemampuan penalaran dengan kemampuan mengapresiasi cerpen. Kontribusi X1

terhadap Y sebesar 6.79%. Hasil tersebut diperoleh dengan ruperhitungan rumus

����� − �����

�.

2. Hubungan antara Kebiasaan Membaca Karya Sastra dengan Kemampuan

Mengapresiasi Cerpen (�� dengan Y )

Analisis korelasi sederhana antara X2 dengan Y menghasilkan koefisien

korelasi sebesar ��� = 0.254 ( lhat lampiran 33 hal 285). Uji keberartian koefisien

korelasi ( uji t) menghasilkan ������� sebesar 2.8619 ( lihat lampiran 33 hal

285). Dari hasil analisis t untuk dk =118 dan taraf nyata � = 0,05 diperoleh ��

Page 100: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

100

sebesar 1.98. Terlihat bahwa nilai ������� lebih besar daripada �� . hal ini

menunjukkan bahwa ������� signifikan; dan koefisien korelasi sebesar 0.254 juga

signifikan. Dengan demikian, hipotesis nol ditolak; hipotesisi alternatif

�� diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang

signifikan antara kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan

mengapresiasi sastra. Kontribusi X2 terhadap Y yaitu sebesar 5.97%. Hasil

tersebut diperoleh dengan perhitungan rumus ����� − �����

�.

3. Hubungan antara Kemampuan Penalaran dan Kebiasaan Membaca

Karya Sastra secara Bersama-sama dengan Kemampuan Mengapresiasi

Cerpen

(��dan ��dengan Y)

Analisis korelasi ganda antara ��dan �� secara bersama-sama dengan Y

menunjukkan koefisien korelasi ( ��.�� ) sebesar 0.3573 ( lihat lampiran 30 hal

279). Uji keberartian koefisien korelasi ganda menghahsilkan ������� sebesar

8.562 ( lihat lampiran 30 hal 279). Dari hasil analisis F dengan dk pembilang 2

dan dk penyebut 118 pada taraf nyata � = 0,05 diperoleh �� sebesar 3.08. Terlihat

bahwa nilai � ℎ����� jauh lebih besar daripada ��. Jelaslah, bahwa �������

signifikan, dan koefisien korelasi ganda sebesar 0.3573 juga signifikan. Dengan

demikian, maka hipotesisi nol yang dinyatakan dalam penelitian ini gagal

diterima.. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan

antara kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra secara

bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerpen. Kontribusi X1 dan X2

Page 101: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

101

terhadap Y yaitu sebesar 0.51%. Hasil tersebut diperoleh dengan perhitungan

rumus ������

+ ������

- ����� .

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Ketiga hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu: terdapat

hubungan positif antara kemampuan penalaran dengan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek, terdapat hubungan positif antara kebiasaan membaca

karya sastra dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek, dan terdapat

hubungan positif antara kemampuan penalaran serta kebiasaan membaca karya

sastra secara bersama-sama dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek,

ternyata terterima.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan penalaran dan kebiasaan

membaca karya sastra baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama

mempengaruhi kemampuan mengapresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI

SMA Negeri se- Kota Magelang. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut.

Pertama, hasil analisis yang berkaitan dengan hubungan antara

kemampuan penalaran dan kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Terdapat

hubungan positif antara kemampuan penalaran dengan kemampuan mengapresiasi

cerpen. Hal ini mengandung makna bahwa semakin baik kemampuan penalaran

siswa semakin baik pula kemampuan mengapresisi cerpen. Kadar kekuatan

hubungan sebesar 0.260 dan sumbangan efektif sebesar 6,79%, dapat dikatakan

bahwa kemampuan penalaran memberikan kontribusi sebesar 6,79% terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa SMA Negeri Kota Magelang.

Page 102: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

102

Kedua, hasil analisis yang berkaitan dengan hubungan antara kebiasaan

membaca karya satra dengan kemampuan mengapresiasi cerpen. Terdapat

hubungan positif antara kebiasaan membaca karya sastra dengan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek. Maksudnya siswa yang memiliki kebiasaan

membaca karya sastra, akan memiliki kemampuan mengapresiasi cerita pendek

lebih baik.Kadar kekuatan hubungan sebesar 0,254 dan sumbangan efektif sebesar

5, 97%, dapat dikatakan bahwa kebiasaan membaca karya sastra memberikan

kontribusi sebesar 5, 97% terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek

siswa SMA Negeri kota Magelang.

Ketiga, hasil analisis yang berkaitan dengan hubungan antara kemampuan

penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra secara bersama-sama dengan

kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Kedua variabel bebas tersebut secara

bersama-sama mempengaruhi siswa dalam kemampuan mengapresiasi cerita

pendek. Maksudnya, semakin baik kemampuan penalaran siswa dan semakin

siswa mempunyai kebiasaan membaca karya sastra, maka siswa akan memiliki

kemampuan mengapresiasi cerita pendek semakin baik. Sumbangan efektif yang

diberikan kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra secara

bersama-sama terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek sebesar 0,51%.

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya

sastra secara bersama-sama memberikan kontribusi yang sangat kecil terhadap

kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa SMA Negeri Kota Magelang yaitu

sebesar 0, 51%. Berarti ada variabel lain yang mempengaruhi kemampuan

mengapresiasi cerita pendek siswa SMA Negeri Kota Magelang.

Page 103: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

103

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi ganda sebesar

0.3573 Hal ini berarti bahwa kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca

karya satra secara bersama-sama memberi sumbangan siswa dalam kemampuan

mengapresiasi cerpen. Kedua variabel yaitu kemampuan penalaran dan kebiasaan

membaca karya sastra memberikan sumbangan yang hampir sama yaitu 6,75%

dan 5,97%. Kemampuan penalaran memberikan kontribusi terhadap kemampuan

mengapresiasi karya sastra lebih besar 0,78% dibandingkan kebiasaan membaca

karya sastra.

Hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Sumadiyono di SLTP Negeri Klaten, dan SLTP Negeri

Karangdowo., dan yang dilakuakan oleh Tukiman di SMA Negeri Se- Kabupaten

Sukoharjo. Masing- masing menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara

penalaran dengan kemampuan mengapresiasi sastra (cerpen, drama) dan antara

kebiasaan membaca karya satra dengan kemampuan mengapresiasi sastra (

cerpen, drama).

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini sudah diupayakan sesuai dengan prosedur, dan dilaksanakan

dengan sungguh-sungguh dan hati-hati, namun tetap saja ada kekurangan.

Kekurangan ini desebabkan oleh keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan ini

menyangkut hal-hal berikut.

1. Hasil penelitian ini mengungkapkan kemampuan mengapresaiasi cerita

pendek siswa berkaitan dengan variabel penelitian kelas X1 SMA Negeri se-

Kota Magelang dengan sampel yang diambil secara acak, sehingga simpulan

Page 104: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

104

yang terdapat dalam penelitian ini hanya terbatas pada lingkup siswa SMA

Negeri Kota Magelang saja.

2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini bukan instrumen baku,

melainkan instrumen yang dibuat oleh peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini

masih banyak kekurangan. Di samping itu, uji coba instrumen hanya dilakukan

sekali, sehingga validitas dan reliabilitasnya masih mengandung kelemahan

jika dibandingkan dengan instrumen yang baku.

3. Instrumen kemampuan mengapresiasi cerita pendek dalam penelitian ini

menggunakan penggalan-penggalan cerita pendek. Mungkin ini merupakan

suatu kelemahan. Oleh karena itu, instrumen kemampuan mengapresiasi cerita

pendek munkin perlu menggunakan cerita pendek yang lengkap.

4. Suasana kelas kurang kesungguhan. Siswa dalam mengerjakan tes kurang

sungguh-sungguh, mengangagap bahwa hal itu tidak ada kaitannya dengan

nilai mata pelajran.Hal tersebut akan sangat berpengaruh pada simpulan

penelitian.

5. Salah satu variabel dalam penelitian ini adalah angket. Siswa dalam mengisi

angket sering kali tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, sehingga

kurang dapat mencerminkan keadaan yang sesungguhnya tentang diri siswa.

Hal ini sedikit banyak tentu berpengaruh pada simpulan akhir.

Page 105: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

105

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Sesuai dengan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan,

maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan penalaran

dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa Kelas XI SMA Negeri se-

Kota Magelang. Kemampuan penalaran memberikan sumbangan positif kepada

kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Keduanya terdapat hubungan seiring,

maksudnya semakin tinggi kemampuan penalaran semakin tinggi pula

kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Kedua, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kebiasaan membaca karya

sastra dengan kemampuan mengapresiasi cerita pendek siswa XI SMA Negeri se-

Kota Magelang. Kebiasaan membaca karya sastra memberikan sumbangan positif

kepada kemampuan mengapresiasi cerita pendek. Kedua variabel tersebut ada

hubungan seiring, artinya semakin tinggi frekuensi membaca karya sastra

semakin tinggi kemampuan mengapresiasi cerita pendek.

Ketiga, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kemampuan penalaran dan

kebiasaan membaca karya sastra secara bersama-sama dengan kemampuan

mengapresiasi cerita pendek siswa kelas XI SMA se- Kota Magelang. Semakin

tinggi kemampuan penalaran dan semakin tinggi frekuensi membaca karya sastra,

maka hasil kemampuan mengapresiasi cerita pendek semakin tinggi.

105

Page 106: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

106

B. Implikasi

Sesuai dengan penemuan dalam penelitian ini, maka ada beberapa

implikasi yang dapat dikemukakan , yaitu sebagai berikut.

Pertama, model konseptual teoretik yang dicerminkan melalui hubungan hipotetik

antarvariabel penelitian telah diuji kebenarannya secara empirik. Implikasinya

adalah kemampuan mengapresiasi cerita pendek dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra.

Kedua, implikasi teoretik tersebut selanjutnya terkait dengan kebijakan pokok

bahwa peningkatan kemampuan mengapresiasi cerita pendek dapat ditingkatkan

melalui peningkatan kemampuan penalaran dan kebiasaan membaca karya sastra.

Beberapa implikasi kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Upaya Meningkatkan Kemampuan Penalaran untuk Meningkatkan

Kemampuan Mengapresiasi Cerita Pendek

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan penalaran

merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan hasil mengapresiasi cerita

pendek. Oleh karena itu, penting diupayakan agar kemampuan penalaran siswa

meningkat. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan

penalaran adalah banyak membaca dan berlatih. Dengan banyak membaca maka

siswa akan memiliki banyak pengetahuan sehingga daya nalar akan meningkat.

Bernalar berarti menghubung-hubungkan data. Dengan memahami secara

lengkap sebuah data maka siswa dapat berpikir lebih jelas. Oleh karena itu, siswa

perlu dilatih menemukan data dan menggali secara lengkap data yang diperoleh.

Salah satu cara yaitu dengan membaca. Siswa diberi motivasi untuk banyak

Page 107: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

107

membaca, melalui tugas-tugas yang berkaitan dengan pembelajaran khususnya

pembelajaran sastra.

Guna berlatih bernalar secara benar siswa diperkenalkan dengan berbagai

cara membuat simpulan secara benar dan ditunjukkan berbagai jenis salah nalar.

Juga siswa perlu dilatih menganalisis dan menemukan kesalahan dalam bernalar,

sehingga siswa dapat mengetahui letak kesalahannya.

2. Upaya Meningkatkan Kebiasaan Membaca Karya Sastra untuk Meningkatkan

Kemampuan Mengapresiasi Ceita Pendek

Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa kebiasaan membaca sebagai salah

satu faktor yang mempengaruhi kemampuan mengapresisi cerita pendek, maka

perlu diupayakan agar siswa mempunyai kebiasaan membaca karya sastra. Upaya

yang dapat dilakukan adalah memberikan motivasi kepada siswa untuk membaca

karya sastra. Motivasi ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas-tugas yang

menuntut keterlibatan siswa untuk membaca karya sastra.

Untuk mewujudkan harapan tersebut perlu didukung oleh banyak pihak

antara lain keterlibatan pustakawan sekolah. Pustakawan hendaknya bekerja sama

dengan guru bahasa Indonesia untuk menyediakan buku-buku yang diperlukan

siswa, yang dapat menunjang kegiatan apresiasi sastra. Guru bahasa Indonesia

perlu memberikan informasi kepada pustakawan sekolah mengenai buku-buku

yang harus disediakan untuk menunjang kegiatan apresiasi sastra, sehingga ketika

siswa diberi tugas oleh guru , siswa mudah menemukan buku, karena tersedia di

perpustakaan. Buku-buku yang disediakan hendaknya yang disenangi siswa. Guru

Page 108: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

108

perlu juga memberikan informasi kepada siswa mengenai buku-buku sastra yang

ada diperpustakaan, supaya siswa terpancing untuk membaca.

C. Saran

Saran-saran yang diusulkan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah:

1. Untuk Siswa

a) Siswa perlu memiliki kesadaran akan pentingnya membaca. Khususnya

untuk meningkatkan apresiasi cerita pendek ,siswa harus banyak membaca

karya sastra.

b) Untuk meningkatkan kemampuan bernalar siswa perlu berlatih menganalisis

kesalahan bernalar, dan membandingkan dengan penalaran yang benar.

2. Untuk Guru

a) Guru harus dapat memotivasi siswa agar siswa memiliki kebiasaan membaca

khususnya membaca karya sastra. Misalnya dengan memberikan tugas yang

menuntut anak untuk membaca karya sastra.

b) Guru dalam mengajar sastra khususnya cerpen, membiasakan siswa untuk

membaca cerita lengkap bukan ringkasan.

c) Berikan tugas kepada siswa untuk mendorong siswa mengunjungi

perpustakaan. Dalam hal ini guru perlu menjalin kerja sama dengan petugas

perpustakaan, agar petugas perpustakaan menyediakan buku-buku yang

sesuai dengan tugas-tugas siswa.

d) Pilih metode yang menarik dalam pembelajaran sastra khususnya

pembelajaran cerita pendek, karena dengan metode yang menarik siswa

akan senang belajar. Perasaan senang akan mendorong siswa mau menggali

Page 109: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

109

lebih dalam karya sastra, sehingga akan meningkatkan daya apresiasi siswa

terhadap karya sastra.

e) Berikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan menganalisis karya

sastra sehingga siswa terlibat langsung dalam pembelajaran sastra.

f) Sesuai dengan hasil penelitian ini bahwa penalaran dan kebiasaan membaca

karya sastra berpengaruh terhadap kemampuan mengapresiasi cerita pendek,

maka guru harus memperhatikan kedua faktor tersebut dalam pembelajaran

agar kemampuan siswa mengapresiasi cerita pendek hasilnya meningkat.

3. Untuk Lembaga Sekolah

a) Sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai yang dapat

memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran khususnya yang berkaitan

dengan buku-buku dan ruang baca.

b) Menyelenggarakan lomba membaca, menulis, menganalisis, mementaskan

karya sastra dalam waktu - waktu tertentu.

4. Untuk Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya. Dengan memperhatikan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini

maka peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian lebih baik.

Page 110: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

110

Daftar Pustaka

Abdul Ghofur, dkk. 2004. Pola Induk Pengembangan Sistem Penilaian. Jakarta: Depdiknas.

Abrams, M.H. 1981. A Glosary In Literary Term. New York: Holt, Rinehart and

Winston. Ahmad S.Harjasujana, dkk. 1988. Membaca. Jakarta: UT.

Arman Duval. 2009. Kegemaran Membaca (Sastra) Versus Televisi. http://groups. Yahoo.com/ pasar buku/ message/18472. Diunduh 20 November 2009.

Andayani. 2008. “ Penerapan Model Sosial dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra

di Sekolah Dasar”. Dalam Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya UNS. Vol.6, No. 1 April 2008. hal. 83.

Alex Lanur. 1991. Logika. Yogjakarta: Kanisius.

A. Teeuw. 1983. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia.

Boen S. Oemarjati.1996.“ Dengan Sastra Mencerdaskan Siswa: Memperkaya Pengalaman dan Pengetahuan” dalam Muljanto Sumardi. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan. B. Rahmanto.1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Brown, Gillian dan George Yule. 1996. Discource Analysis. Terjemahan I. Soetikno. Cambridge: Cambridge University Press.

Burhanuddin Salam. 1988. Logika Formal. Jakarta: Bina Aksara. Burhan Nurgiyantoro. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. -----------------2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:

BPEE-Yogyakarta. Chaplin. J. P. 2000. Kamus Lengkap Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Cupchik, Gerald C.,dkk. 2003. Emotional Effects of Reading Excerpts from Short

Stories by James Joyce. Journal of Education. Canada: University of Toronto. pp. 1. Diunduh 5 Maret 2010.

110

Page 111: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

111

Djaali dan Pudji Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Dedi Pramono. 2008. Menghayati Karya Sastra dan Menggali Nilai-Nilai yang

Bermanfaat bagi Kehidupan. Yogjakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogjakarta..

Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Jakarta : BSNP. Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP.

Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1986: Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:

Kanisius. Goodman, Yetta M. 1980. Strategies Focus on Chomprehension. Singapore: B& J

Enterpries PTE. Ltd. Reading. Gorys Keraf. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: SUN.

Henry Guntur Tarigan.1984. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

----------------1989. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Ankasa.

----------------1998. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung. Angkasa.

Freire, Paulo. 1983. The Importance of The Act Reading. Journal of Education. Brazil: Catholic University. pp.5. Diunduh 5Maret 2010.

Herman J. Waluyo dan Nugraheni E.W. 2009. Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret. Ibrahim, Azhar Alwee. 2008. Perancangan ke Arah Pemberdayaan dalam

Pembelajaran Satra. Konferensi Internasional Kesusastraan XIX/Hiski. http: www.pusat bahasa. diknas. Go.id/ Diunduh 2 Februari 2010).

Hurley, Patrick J. 1982. A Concise Introduction to Logic. California: Wadsworth. Jakob Sumardjo dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:

Gramedia. Jan Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Logika. Yogyakarta: Kanisius.

84

Page 112: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

112

J. Prapta Diharja, S.J. 2004. “Pembelajaran Sastra yang Kreatif”. Dalam Gatra Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra, No. 27 Th. XIX. Januari 2004. hal.145.

Jujun S. Suriasumantri. 1984. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:

Sinar Harapan. Kenney, William. 1966. How to Analyze Fiction. New York: Monarch Press. Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1984. Metode Penelitian Survai. Jakarta:

Pt. Pertja. Maman S. Mahayana. 2008. Appreciating Indonesian Literature in Schools.

Journal of Education. Jakarta: University Indonesia.pp. 1. Diunduh 5 Maret 2010.

Mohammad Asrori. 2008. Psikologi Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Mortiner J. Adler, dan Charles van Doren. 1987.Cara Membaca Buku dan Memahaminya ( diterjemahan Budi Prayitno). Jakarta: Panca Simpati.

Nani Tutoli. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo: Nurul Jannah.

Noehi Nasution. 1994. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Depdiknas.

Ratna Wilis Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Retno Winarni. 2009. Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari.

Rositer, Marsha.2003. Narative and Stories in Adult Teaching and Learning. Eric Digest. ( Dalam http://www. Ericdigests. Org/2003-4/ adult teaching.htm.) Diunduh 1 Februari 2010.

S.C. Utami Munandar dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia.1990. Jakarta: Cipta

Adi pustaka. S. Effendi.1974 .Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende-Flores. : Nusa Indah.

Setya Yuwana Sudikan. 1984. Penuntun Penyusunan Karya Ilmiah. Semarang: Aneka Ilmu.

Shahriza, Nor Abdul Karim. 2006. Reading Habits and Attitude in Malaysia: Anlisis of Gender and Academic Programme Differences. Kekal Abadi, 25 (1/2). pp. 1. Diunduh 2Maret 2010.

Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Page 113: SURAKARTA 2010 - digilib.uns.ac.id/Hubungan... · Lampiran 3a Kisi-kisi Angket Kebiasaan Membaca Karya Sastra (Uji Coba) 161 ... Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Butir Soal tes Penalaran

113

---------. 1992. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi. Bandung: Tarsito.

Sudirman Siahaan dan Rr, Murtiningsih.2009. Mengapa Kebiasaan Membaca Masih Belum Berkembang? Dalam www. Depdiknas. go id. Pdf. Diunduh 2 Februari 2010.

Sumadi Suryabrata. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Stokes, Suzanne. Tanpa Tahun. Visual Literacy in Teaching and Learning: A

Literature Perspective. Electronic Journal for the Integration of Technology in Education. Troy State University. Vol.1. No. 1.Diunduh 15 April 2010.hal.1.

Syamsudin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Bahasa.

Bandung: Remaja Rosdakarya. Tampubolon.1990. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien.

Bandung: Angkasa. .Utami Munandar. 1982. Pemanduan Anak Berbakat: Suatu Studi Penjajagan.

Jakarta: Rajawali . Wellek, Rene dan Austin Warren.1988. Teori Kesusastraan (edisi terjemahan oleh

Melani Budianta) Jakarta: Gramedia. Yan, Kui. 2006. An Approach To Teaching Short Stories. International Journal of

Business and Management. Guangdong : Qinghai University. Dalam www. Ccsenet. Org.pdf.Diunduh 20 November 2009.

Yus Rusyana. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:

C.V. Diponegoro. Zaidan Hendy. 1989. Pelajaran Sastra Program Budaya. Jakarta: Gramedia.

Zainuddin Fananie. 2000. Telaah Sastra. Surakarta: Mohammadiyah University Press.