sungai chao phraya thailand
DESCRIPTION
GeografiTRANSCRIPT
HOUSING RESOURCE CENTER
PERMUKIMAN TEPI SUNGAI
[Sungai Chao Phraya, Thailand]
Eka Dyana Yulandari
3/5/2015
Koridor sungai sejatinya adalah kawasan yang dianggap memiliki
kekayaan ekologis. Sungai yang ada dikawasan perkotaan (urban river) memiliki
peran yang penting bagi masyarakat, yaitu sebagai sumber air, konservasi alam,
perikanan, transportasi, serta rekreasi, selain itu sungai juga berfungsi untuk
menyediakan hubungan antara alam dan masyarakat, salah satunya yaitu tempat
tinggal di tepian sungai. Kondisi alam secara langsung akan berdampak kepada
kebiasaan manusia dan bentuk tempat tinggal yang mana merupakan bentuk
adaptasi manusia terhadap lingkungan alam.
Proses adaptasi manusia juga dipengaruhi oleh kebudayaan. Melalui
kebudayaan, manusia dapat beradaptasi dengan lingkungan alam. Kebudayaan
adalah suatu penyambung antara manusia dengan lingkungan alam. Kebudayaan
akan memberi sebuah ciri khusus pada sebuah permukiman, yang akan
membedakannya dengan permukiman ditempat lain.
Pengembangan kawasan tepian air (waterfront development) merupakan
tren yang melanda kota-kota besar dunia sejak tahun 80-an, dan tampak masih
akan digemari sampai dasawarsa mendatang. Jenis pengembangan ini dirintis
sejak tahun 60-an oleh kota-kota pantai di Amerika yang memanfaatkan lahan-
lahan kosong bekas pelabuhan lama untuk dikembangkan menjadi kawasan bisnis,
hiburan, serta permukiman.Sukses Amerika ini segera ditiru oleh kota-kota
pelabuhan Eropa dan kemudian menyebar ke segala penjuru dunia.
Dalam perancangan kawasan tepian air, terdapat dua aspek penting yang
mendasari keputusan-keputusan serta solusi rancangan yang dihasilkan. Kedua
aspek tersebut adalah faktor geografis serta konteks perkotaan (Wren, 1983 dan
Toree, 1989).
a. Faktor Geografis
Merupakan hal-hal yang menyangkut geografis kawasan dan akan
menentukan jenis serta pola penggunaannya. Termasuk di dalam aspek ini:
Kondisi perairan, yaitu jenis (laut, sungai, dst), dimensi dan
konfigurasi, pasang-surut, serta kualaitas airnya.
Kondisi lahan, yaitu ukuran, konfigurasi, daya dukung tanah, serta
kepemilikannya.
Iklim, yaitu menyangkut jenis musim, temperatur, angin, serta
curah hujan.
b. Konteks perkotaan (Urban Context)
Merupakan faktor-faktor yang akan memberikan identitas bagi kota yang
bersangkutan serta menentukan hubungan antara kawasan waterfront yang
dikembangkan dengan bagian kota yang terkait.
Termasuk dalam aspek ini adalah:
Pemakai, yaitu mereka yang tinggal, bekerja atau berwisata di
kawasan waterfront, atau sekedar merasa "memiliki" kawasan
tersebut sebagai sarana publik.
Khasanah sejarah dan budaya, yaitu situs atau bangunan bersejarah
yang perlu ditentukan arah pengembangannya (misalnya restorasi,
renovasi atau penggunaan adaptif) serta bagian tradisi yang perlu
dilestarikan.
Pencapaian dan sirkulasi, yaitu akses dari dan menuju tapak serta
pengaturan sirkulasi didalamnya.
Karakter visual, yaitu hal-hal yang akan memberi ciri yang
membedakan satu kawasan waterfront dengan lainnya. Ciri ini
dapat dibentuk dengan material, vegetasi, atau kegiatanl yang khas,
seperti "Festival Market Place" (ruang terbuka yang dikelilingi
oleh kegiatan pertokoan dan hiburan). Konsep festival ini pertama
kali dibangun di proyek Faneuil Hall, Boston, dan diilhami oleh
dua jembatan toko kuno di Italia, yaitu Ponte Vecchio di Firenze
dan Ponte Riaalto di Venezia.
Bangkok merupakan salah satu pusat perkembangan kegiatan ekonomi,
sosial, budaya, dan politik terbesar di Thailand. Kota Bangkok juga sedang
berkembang menjadi pusat regional yang diharapkan mampu bersaing dengan
kota-kota besar lainnya di Asia seperti Singapura dan Hongkong. Salah satu fitur
geografis yang paling tersohor dari Kota Bangkok adalah sungai sepanjang 372
km yang membentang di Negara Thailand yang dikenal dengan nama Chao
Phraya (chao phraya river). Sungai Chao Phraya menjadi salah satu penggerak
perkembangan wilayah baik itu dari segi ekonomi, sosial, dan budaya. Bahkan
dikatakan bahwa sungai Chao Phraya menjadi salah satu sumber pendapatan
paling penting di Thailand yaitu dengan berkembangnya sektor perdagangan dan
pariwisata (Wenika, 2013).
Kawasan tepian sungai Chao Phraya menjadi kawasan permukiman tidak
lepas dari pengaruh perkembangan kota modern Bangkok, permukiman ini
berkembang secara spontan. Tepi sungai tersebut dijadikan lahan membangun
rumah tinggal oleh pendatang dengan tetap berdasar dengan budaya bermukim
mereka, yaitu rumah-rumah dengan menghadap ke arah air. Konstruksi rumah-
rumah mereka berpijak pada tanah yang direklamasi oleh pemerintah kota
Bangkok.
Untuk kanal-kanal yang ada di kota Bangkok, pemerintah kota mendesain
kawasan kanal sebagai ruang publik, dengan memberikan pagar-pagar pengaman
pada tepian kanal serta membuat beberapa dermaga berupa anak tangga pada area-
area tertentu. Diantara ruang publik kanal juga diberi penghubung berupa
jembatan, dengan desain melengkung agar memudahkan perahu lalu lalang.
Lahan kota Bangkok pada dasarnya merupakan lahan berawa. Dalam
sejarahnya, budaya bermukim masyrakat Bangkok didasari dengan budaya
bermukiman diatas air. Dalam perkembangannya kawasan tepi sungai maupun
tepi kanal dinilai tidak menimbulkan atau ditemukan permasalahan. Hasil
reklamasi tepi sungai Chao phraya dalam perkembangannya berkembang sesuai
rencana penataan pemerintah yaitu tempat tinggal para pendatang, dan sebagian
besar menjadikan sungai sebagai “halaman” atau orientasi hadap bangunan.
Dengan adanya reklamasi ini kawasan tepi sungai berkembang secara mengikuti
proses budaya tradisi yang telah berjalan. Langkah yang dilakukan pemerintah
Bangkok dalam peremajaan kawasan permukiman spontan tepi sungai Chao
phraya dilakukan dalam pembentukan identitas budaya yang dicapai dengan cara
tetap melestarikan kehidupan dan kegiatan masyarakat tradisional pada sungai,
sehingga dapat tumbuh berdampingan dengan perkembangan perkotaan. Pemicu
berhasilnya tercipta identitas budaya di kawasan ini juga dengan meletakan pasar-
pasar tradisional yang di kawasan tepi sungai.