suhartono kraftiadi f14061720 - repository.ipb.ac.id · saat ini minyak nyamplung umum digunakan...
TRANSCRIPT
ANALISIS ENERGI PADA PROSES PEMBUATAN
MINYAK NYAMPLUNG
SKRIPSI
SUHARTONO KRAFTIADI
F14061720
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Energy Analysis for Nyamplung Crude Oil Processing
Suhartono Kraftiadi
Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology,
Bogor Agricultural University, IPB, Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java,
Indonesia
Phone 62 856 97549952, email: [email protected]
ABSTRACT
Nyamplung crude oil has the potency for energy resources in rural area as substitution of
kerosene. The objectives of this study were to analyze the energy consumption, to calculate the cost
production and to analyze the mass balance of nyamplung crude oil processing. Two processing
methods were examined in order to analyze the energy and cost production, i.e. small scale industry
processing and laboratory scale processing. Both methods were analyzed based on the energy required
in process production. The results showed that energy required for nyamplung crude oil production for
small scale industry and laboratory scale were 46,671.62 and 343,210.20 kJ/l. The energy required for
laboratory scale was higher than that small scale industry due to the drying process of nyamplung
kernel was carried out using experimental dryer. The higher energy used in laboratory scale processing
has caused the cost production for nyamplung crude oil production was higher than that small scale
industry processing. The cost production for nyamplung crude oil in small scale industry was Rp.
3,296, and for laboratory scale was Rp. 32,219. It was found that the rendement of nyamplung crude oil
processing for small scale industry and laboratory scale were 15.6 and 14.56%.
. Keyword: energy, biofuel, nyamplung
Suhartono Kraftiadi. F14061720. Analisis Energi pada Proses Pembuatan Minyak Nyamplung. Di
bawah Bimbingan Y. Aris Purwanto dan Desrial
RINGKASAN
Energi merupakan sumber kebutuhan vital bagi masyarakat. Kondisi empiris menunjukkan
bahwa sebagian besar masyarakat masih tergantung pada sumber energi yang berasal dari fosil seperti
minyak dan gas. Penggunaan bahan bakar fosil saat ini mulai dikaji ulang karena ketersediaannya
mulai menipis dan butuh waktu yang relatif lama untuk terbentuk kembali. Sementara itu konsumsi
bahan bakar minyak (BBM) pada sektor transportasi untuk jenis gasoline oktan 88 (premium atau
bensin), gasoline oktan 92 (pertamax), dan biodiesel 5% (biosolar) juga meningkat tiap tahunnya.
Salah satu alternatif sebagai pengganti bahan bakar fosil adalah biofuel yang berasal dari
sumberdaya hayati yang bisa diperbarui berupa minyak nabati dan hewani. Salah satu sumber minyak
nabati yang dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah Nyamplung (Calophyllum inophyllum).
Kelebihan Nyamplung sebagai bahan bahan baku biofuel adalah menghasilkan rendemen yang cukup
tinggi, mencapai 72%, tersebar merata secara alami di Indonesia dan memiliki daya bertahan hidup
yang tinggi, produktivitasnya tinggi hingga 20 ton/ ha sedangkan jarak pagar 5 ton/ha, berbuah
sepanjang tahun, sebagai wind breaker yang melindungi tanaman pertanian agar tidak rebah terkena
angin besar, dan tidak berkompetisi dengan kebutuhan pangan. Biji nyamplung mengandung minyak
40-72%; air 25-35%; dan abu 1.1-1.3%. Minyak kasar mengandung asam resin 9.7-15% yang
menyebabkan minyak berwarna hijau, rasanya pahit, dan beracun. Berdasarkan jumlah tegakan pohon
nyamplung yang ada di Indonesia, potensi minyak nyamplung yang dihasilkan sebesar 39,405.6 ton/
tahun atau 43,784,000 kl/tahun
Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis energi yang digunakan dalam proses pembuatan
minyak nyamplung kasar, (2) menghitung neraca massa proses produksi minyak nyamplung, (3)
menganalisis biaya produksi proses produksi minyak nyamplung.
Saat ini minyak nyamplung umum digunakan untuk minyak nyamplung digunakan sebagai obat
oles dengan nama ndilo-olie. Minyak nyamplung di beberapa daerah digunakan untuk penerangan
Analisis energi bertujuan untuk menghitung nilai energi yang digunakan dalam setiap tahap di
dalam suatu proses produksi secara keseluruhan. Analisis energi digunakan untuk memahami dan
memperbaiki bagaimana, dimana, dan kapan energi digunakan secara efisien dan efektif. Proses
produksi minyak nyamplung terdiri dari proses pengupasan, pengeringan, dan pengepressan (ekstraksi
minyak).
Pada proses produksi dengan metode yang digunakan oleh industri kecil, untuk menghasilkan 1
liter minyak mentah diperlukan energi 46,671.62 kJ. Energi yang dibutuhkan terdiri dari energi
manusia, bahan bakar berupa cangkang dan solar, dan energi radiasi matahari. Rendemen pada
pembuatan minyak nyamplung dengan metode industri dari buah nyamplung adalah 15.60%.
Berdasarkan perhitungan biaya tetap dan variabel, diketahui harga pokok 1 liter minyak nyamplung
kasar adalah Rp 3,298.
Pada proses produksi dengan metode yang digunakan di laboratorium, untuk menghasilkan 1
liter minyak nyamplung diperlukan energi sebesar 343,210.20 kJ. Rendemen pada pembuatan minyak
nyamplung metode laboratorium dari buah nyamplung hingga menjadi minyak adalah 14.56%. Energi
pada proses produksi ini berasal dari manusia, listrik, dan energi radiasi matahari.. Harga pokok 1 liter
minyak nyamplung yang diproduksi pada skala laboratorium mencapai Rp 32,219.
ANALISIS ENERGI PADA PROSES PEMBUATAN MINYAK NYAMPLUNG
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknik Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
SUHARTONO KRAFTIADI
F14061720
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Energi pada Proses Pembuatan Minyak Nyamplung
Nama : Suhartono Kraftiadi
NIM : F14061720
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
(Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc) (Dr. Ir. Desrial, M.Eng)
NIP : 19640307 198903 1 001 NIP : 19661201 199103 1 004
Mengetahui :
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Desrial, M.Eng)
NIP : 19661201 199103 1 004
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Energi pada
Proses Pembuatan Minyak Nyamplung adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen
Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada pergurua tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Bogor, November 2010
Yang membuat pernyataan
Suhartono Kraftiadi
F14061720
©Hak cipta milik Suhartono Kraftiadi, tahun 2011
Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak,
Fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Suhartono Kraftiadi. Lahir di Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darusalam pada
tanggal 12 Nopember 1988. Penulis merupakan anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Tahmid dan Suharti. Penulis menyelesaikan
pendidikan dasar pada tahun 2000 di SDN 1 Brebes, kemudian tahun 2002
menyelesaikan studi di SLTPN 2 Brebes. Selanjutnya penulis melanjutkan
pendidikan di SMAN 1 Brebes dan lulus pada tahun 2006. Di tahun yang sama,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan
Seleksi Masuk IPB) dan setahun kemudian penulis diterima di mayor Teknik
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama
menjalani pendidikan perguruan tinggi, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, diantaranya
pada tahun 2007-2008 penulis menjadi Ketua Keluarga Pelajar dan Mahasiswa Daerah Brebes wilayah
Bogor. Penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian sebagai Kepala Biro Tahun 2008-2009.
Pada tahun 2009-2010, penulis menjadi Badan Pengawas Himateta Departemen Ristek. Pada tahun
2009, penulis melaksanakan praktek lapangan di PTPN VII Unit Usaha Cinta Manis, Ogan Ilir,
Sumatera Selatan dengan topik “Mempelajari Aspek Pengolahan pada Proses Produksi Gula di
PTPN VII Unit Usaha Cinta Manis, Ogan Ilir, Sumatera Selatan”. Penulis menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Energi pada Proses Pembuatan Minyak Nyamplung” dibawah bimbingan
Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Sc dan Dr. Ir. Desrial, M.Eng.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita. Hanya dengan pertolongan dan izin-Nya penelitian dan skripsi dapat
selesai dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisis Energi Proses Pembuatan Minyak Nyamplung”
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, MSc atas segala bimbingannya dalam penyusunan skripsi tugas
akhir ini.
2. Dr. Ir. Desrial, M.Eng atas segala bimbingan dan bantuan materi pada penelitian ini.
3. Ir. Sri Endah Agustina, M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyakl memberikan
masukan
4. Bapak tercinta atas usahanya yang tak terhenti untuk anaknya dan Almarhumah Ibu
tercinta.
5. Nurwan Wahyudi, Syelly Fathiya, dan Ahmad S. Hasibuan teman seperjuangan pada
penelitian ini.
6. Dwiyanto Kurniawan dan Ayu Arifiani yang selalu memberi semangat dan membantu saat
pengujian di laboratorium.
7. Pak Darma, Pak Firman dan Pak Harto yang telah membantu penelitian ini.
8. Bapak dan Ibu Samino yang telah memberikan kesempatan penulis melakukan penelitian di
Pabrik Nyamplung Koperasi Jarak Lestari, Kec. Kroya, Kab. Cilacap, Jawa Tengah.
9. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Cilacap.
10. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cilacap
11. Teman-teman Teknik Pertanian yang telah mendukung dan membantu dalam penyusunan
skripsi ini
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan-kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
Bogor, Desember 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 4
2.1 Tanaman Nyamplung .......................................................................................................... 4
2.2 Minyak Nyamplung ............................................................................................................ 4
2.3 Analisis Energi.................................................................................................................... 5
2.5 Proses Produksi Minyak Nyamplung .................................................................................. 6
2.6 Analisis Ekonomi Proses Produksi Minyak Nyamplung .................................................... 7
III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................... 8
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................................................. 8
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................................... 8
3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................................................. 9
3.3.1 Perhitungan Neraca Massa Nyamplung ..................................................................... 9
3.3.2 Analisis Energi Proses Produksi Minyak Nyamplung ............................................ 10
3.3.3 Pengukuran Nilai Kalor Minyak Nyamplung........................................................... 13
3.3.4 Pengukuran Karakter Fisik Minyak Nyamplung ...................................................... 13
3.3.5 Analisis Ekonomi ..................................................................................................... 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................. 15
4.1 Proses Produksi Minyak Nyamplung ............................................................................... 15
4.1.1 Proses Produksi Minyak Nyamplung Metode Industri Kecil ................................. 15
4.1.2 Proses Produksi Minyak Nyamplung Metode Laboratorium ................................. 18
4.1.3 Perbandingan Viskositas dan Densitas Minyak Nyamplung Metode
Laboratorium dengan Industri ................................................................................ 20
4.2 Neraca Massa Proses Produksi Minyak Nyamplung ........................................................ 21
4.2.1 Neraca Massa pada Proses Produksi dengan Menggunakan Metode Laboratorium
............................................................................................................................... 21
4.2.2 Neraca Massa Proses Produksi dengan Menggunakan Metode Industri ................ 22
4.2.3 Perbandingan Neraca Massa Metode Laboratorium dengan Industri .................... 23
4.3 Analisis Energi ................................................................................................................. 24
4.3.1 Tenaga Manusia ..................................................................................................... 24
4.3.2 Energi Bahan Bakar ............................................................................................... 25
4.3.3 Energi Listrik ......................................................................................................... 26
4.3.4 Energi Matahari ..................................................................................................... 26
4.3.5 Perbandingan Energi Skala Laboratorium Dengan Industri................................... 26
4.4 Analisis Ekonomi ............................................................................................................ 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................................................. 28
v
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................................. 28
5.2 SARAN ............................................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 29
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada sektor tranportasi ........................................ 1
Tabel 2. Luasan lahan bertegakan tanaman nyamplung .................................................................... 2
Tabel 3. Asam lemak penyusun minyak nyamplung ......................................................................... 4
Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung sebelum dan sesudah transesterifikasi ........................... 5
Tabel 5. Nilai energi untuk tingkat kegiatan yang berbeda ............................................................... 6
Tabel 6. Perbandingan viskositas dan densitas minyak nyamplung kasar ...................................... 20
Tabel 7. Uraian penggunaan energi pada proses produksi minyak nyamplung kasar ..................... 24
Tabel 8. Persesntase energi pada proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium ......... 27
Tabel 9. Persentase energi pada proses produksi minyak nyamplung metode industri ................... 27
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Biji Nyamplung ............................................................................................................. 6
Gambar 2. Diagram alir penelitian .................................................................................................. 9
Gambar 3. Bagan alir penggunaan energi pada proses pembuatan minyak nyamplung metode
industri ......................................................................................................................... 10
Gambar 4. Bagan alir penggunaan energi pada proses pembuatan minyak nyamplung metode
laboratorium ................................................................................................................ 11
Gambar 5. Buah nyamplung muda, buah nyamplung basah yang berisi, dan buah nyamplung
kering yang berisi ........................................................................................................ 15
Gambar 6. Bagan alir proses produksi minyak nyamplung metode industri kecil ........................ 15
Gambar 7. Palu untuk memecah cangkang buah nyamplung ........................................................ 16
Gambar 8. Proses pengukusan dan biji nyamplung setelah dikukus ............................................. 16
Gambar 9. Biji yang sudah kering ................................................................................................. 17
Gambar 10. Mesin kempa Single Screw .......................................................................................... 17
Gambar 11. Alat penyaring minyak hasil press ............................................................................... 18
Gambar 12. Bagan alir proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium ........................ 18
Gambar 13. Alat pengempa hidrolik berpemanas (hotpress) .......................................................... 19
Gambar 14. Proses penggilingan ..................................................................................................... 19
Gambar 15. Biji kering halus dibungkus kain saring ...................................................................... 20
Gambar 16. Neraca massa produksi minyak nyamplung metode laboratorium .............................. 21
Gambar 17. Neraca massa proses produksi minyak nyamplung ..................................................... 23
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Analisis Neraca Massa Proses Penggilingan dan Pengempaan dengan
Hotpress ........................................................................................................... 32
Lampiran 2. Analisis Neraca Massa Proses Pengupasan dan Pengukusan ........................... 33
Lampiran 3. Analisis Neraca Massa Pengeringan Biji Nyamplung ...................................... 34
Lampiran 4. Perhitungan Pada Proses Pengempaan Menggunakan Mesin Kempa Ulir
Tunggal ............................................................................................................ 35
Lampiran 5. Analisis Neraca Massa pada Proses Penyaringan............................................. 36
Lampiran 6. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengupasan .................................... 37
Lampiran 7. Perhitungan Enegi Manusia pada Proses Pengukusan ..................................... 38
Lampiran 8. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengeringan ................................... 39
Lampiran 9. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengempaan Menggunakan Mesin
Kempa Ulir Tunggal......................................................................................... 40
Lampiran 10. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Penyaringan ................................... 41
Lampiran 11. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Penggilingan .................................. 42
Lampiran 12. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengempaan dengan Hotpress ....... 43
Lampiran 13. Pengukuran dan Perhitungan Nilai Kalor Cangkang Nyamplung .................... 44
Lampiran 14. Perhitungan Energi Bahan Bakar pada Proses Pengukusan ............................. 46
Lampiran 15. Perhitungan Energi Listrik pada Produksi Minyak nyamplung skala
laboratorium ..................................................................................................... 47
Lampiran 16. Pengukuran Radiasi Matahari dan Luasan Pengeringan .................................. 48
Lampiran 17. Analisis Ekonomi Skala Industri Kecil ............................................................ 50
Lampiran 18. Analisis Ekonomi Skala Laboratorium ............................................................ 53
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan sumber kebutuhan vital bagi masyarakat. Kondisi empiris menunjukkan
bahwa sebagian besar masyarakat masih tergantung pada minyak bumi dan gas untuk sektor
transportasi, industri dan kebutuhan rumah tangga. Sementara penggunaan bahan bakar dari fosil
sendiri saat ini mulai dikaji ulang karena ketersediaan bahan bakar fosil mulai menipis dan butuh
waktu yang relatif lama untuk terbentuk kembali. Sementara itu konsumsi Bahan Bakar Minyak
(BBM) pada sektor transportasi untuk jenis gasoline oktan 88 (premium atau bensin), gasoline oktan
92 (pertamax), dan biodiesel 5% (biosolar) juga meningkat tiap tahunnya, hal tersebut ditampilkan
pada Tabel 1. Untuk itu perlu bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terutama di bidang transportasi.
Tabel 1. Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) pada sektor tranportasi
Tahun
Gasoline Oktan 88
(Premium)
Gasoline Oktan 92
(Pertamax)
Biodiesel 5%
(Bio Solar)
(kiloliter)
2000 12,059,026 0 0
2001 12,705,861 0 0
2002 13,323,304 0 0
2003 13,746,726 371,238 0
2004 15,337,655 487,562 0
2005 16,621,765 248,875 0
2006 15,941,837 505,730 217,048
2007 16,692,198 472,284 877,457
2008 18,653,344 297,982 929,393
Sumber : ESDM (2009)
Salah satu alternatif sebagai pengganti BBM adalah biofuel yang berasal dari sumberdaya
hayati yang bisa diperbarui berupa minyak nabati dan hewani. Umumnya bahan bakar hayati diproses
lebih lanjut terlebih dahulu untuk menjadi bioetanol atau biodiesel sehingga dapat diaplikasikan pada
motor bensin atau diesel tanpa harus memodifikasi mesin. Biofuel memiliki keunggulan komparatif
dibandingkan dengan sumber energi lain, yaitu lebih mudah ditransportasikan, memiliki nilai energi
per volume yang lebih tinggi, memiliki karakter pembakaran yang relatif bersih, dan ramah
lingkungan.
Salah satu sumber minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan bakar adalah buah
nyamplung (Calophyllum inophyllum). Nyamplung termasuk dalam marga Calophyllum yang
mempunyai sebaran cukup luas di Indonesia mulai dari bagian barat hingga timur Indonesia.
Kelebihan nyamplung sebagai bahan bahan baku biofuel adalah biji mempunyai rendemen yang cukup
tinggi, mencapai 74% (Departemen Kehutanan 2008). Sedangkan jika ditinjau dari prospek
pengembangannnya, nyamplung memiliki keunggulan antara lain : 1) tersebar merata secara alami di
2
Indonesia dan memiliki daya bertahan hidup yang tinggi sehingga tidak perlu perawatan yang intensif,
2) berbuah sepanjang tahun sedangkan jarak pagar panen sekali dalam setahun, 3) produktivitas tinggi
hingga 20 ton/ ha sedangkan jarak pagar 5 ton/ha (Hadi, 2009), 4) hampir seluruh bagian tanaman
nyamplung berdaya guna, 5) sebagai wind breaker yang melindungi tanaman pertanian agar tidak
rebah terkena angin besar, 6) nyamplung tidak berkompetisi dengan kebutuhan pangan.
Potensi tanaman nyamplung di Indonesia masih belum diketahui secara pasti, namun
berdasarkan Balitbang Kehutanan (2008), sebaran tanaman nyamplung berdasarkan pencitraan satelit
ditampilkan pada Tabel 2. Diasumsikan hanya 10% tanaman nyamplung yang produktif, jadi hanya
25,230 ha yang produktif. Dengan produktifitas tiap pohon minimal 10 ton/ha/tahun (Balitbang
Kehutanan, 2008), maka potensi nyamplung untuk seluruh Indonesia adalah 252,300 ton/tahun.
Dengan rendemen produksi nyamplung skala industri sebesar 15.60% maka potensi minyak
nyamplung yang dihasilkan sebesar 39,405.6 ton/ tahun atau 43,784,000 kl/tahun. Namun untuk
jumlah pasti tegakan nyamplung tidak diketahui karena luasan sebaran nyamplung hanya berdasarkan
foto satelit.
Tabel 2. Luasan lahan bertegakan tanaman nyamplung
No Wilayah Letak Luas wilayah tegakan nyamplung
(ha)
Total
(ha)
1 Sumatera luar hutan 6,800 14,200
dalam hutan 7,400
2 Jawa luar hutan 14,200 16,400
dalam hutan 2,200
3 Bali dan Nusa Tenggara luar hutan 13,500 29,200
dalam hutan 15,700
4 Kalimantan luar hutan 21,700 31,800
dalam hutan 10,100
5 Sulawesi luar hutan 5,600 8,700
dalam hutan 3,100
6 Maluku luar hutan 21,100 29,500
dalam hutan 8,400
7 Irian Jaya Barat luar hutan 5,300 33,300
dalam hutan 28,000
8 Papua luar hutan 9,400 89,200
dalam hutan 79,800
Total 252,300
Sumber : Balitbang Kehutanan, 2008
Proses produksi minyak nyamplung membutuhkan energi masukan walaupun pembuatan
minyak ini bertujuan untuk menghasilkan bahan bakar yang menghasilkan energi. Diharapkan energi
yang dibutuhkan pada pembuatan minyak tidak melebihi energi yang dihasilkan dari minyak
nyamplung. Sehingga perlu dilakukan analisis kebutuhan energi untuk mengetahui besarnya energi
yang dibutuhkan dalam produksi minyak nyamplung. Pada akhirnya energi yang dibutuhkan pada
proses pembuatan minyak nyamplung akan dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh minyak
nyamplung itu sendiri.
Agar dapat bersaing dengan harga BBM, khususnya diesel, maka harga minyak nyamplung
sebaiknya tidak jauh lebih tinggi daripada diesel. Harga dasar minyak nyamplung dapat ditentukan
dari perhitungan biaya produksi pada proses pembuatannya yang memperhitungkan biaya tetap dan
3
biaya variabel. Untuk itu perlu dilakukan analisis ekonomi untuk mengetahui harga dasar minyak
nyamplung yang dapat menjadi acuan dalam penentuan harga jual minyak nyamplung.
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian pemanfaatan minyak nyamplung untuk bahan
bakar motor diesel. Setelah penelitian ini, kemudian dilakukan penelitian mengenai pemurnian
minyak nyamplung. Rancang bangun alat pemanas minyak nyamplung dengan memanfaatkan panas
dari gas buang motor diesel merupakan penelitian untama pada rangkaian penelitian mengenai
pemanfaatan minyak nyamplung ini. Diharapkan minyak nyamplung dapat diaplikasikan di daerah
yang memiliki potensi tanaman nyamplung sehingga dapat membantu upaya mewujudkan Desa
Mandiri Energi (DME)
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah
1. Menganalisis energi yang digunakan dalam proses pembuatan minyak nyamplung.
2. Menghitung neraca massa proses produksi minyak nyamplung.
3. Analisis biaya produksi proses produksi minyak nyamplung.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Nyamplung
Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) termasuk dalam marga Calophyllum. Di Indonesia,
tanaman ini tersebar mulai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur hingga Papua. Sementara di
dunia, Nyamplung tersebar di beberapa wilayah dunia, yaitu Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan
dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat dan amerika Selatan.
Taksonomi Nyamplung adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyla
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Guttiferales
Suku : Guttiferae
Marga : Calophyllum
Jenis : Calophyllum inophyllum L.
Tempat tanaman ini biasanya tumbuh di tepi sungai atau pantai yang berudara panas sampai
dengan ketinggian 200 m dpl. Ciri-ciri pohon nyamplung antara lain batangnya berkayu, bulat, warna
coklat, daunnya tunggal, bersilang berhadapan, buahnya bulat memanjang atau bulat telur, ujung daun
tumpul, pangkal membulat, tepinya rata. Daun bertulang menyirip panjangnya 10-21 cm, lebar 6-11
cm dengan tangkai 1,5-2,5 cm (Kompas, 2008). Tanaman ini menghasilkan 100 kg buah
kering/pohon/tahun atau setara dengan 58 kg biji kering/pohon/tahun (Octarina, 2010).
2.2 Minyak Nyamplung
Biji nyamplung mengandung minyak 40-72%; air 25-35%; dan abu 1.1-1.3%. Minyak kasar
mengandung asam resin 9.7-15%. Resin menyebabkan minyak berwarna hijau, rasanya pahit, dan
beracun (Andyna,2009). Menurut Debaut et al., (2005) asam lemak penyusun minyak nyamplung
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Asam lemak penyusun minyak nyamplung
Asam Lemak Komposisi (%)
Asam Palmitoleat (C16:1) 0.5-1
Asam Palmitat (C16) 15-17
Asam Oleat (18:1) 30-50
Asam Linoleat (C18:1) 25-40
Asam stearat (C18:0) 8-16
Asam Arichidat (C20) 0.5-1
Asam Gadoleat (C19:1) 0.5-1
5
Menurut Heyne (1987), minyak nyamplung digunakan sebagai obat oles dengan nama ndilo-
olie. Minyak nyamplung di beberapa daerah digunakan untuk penerangan (Dweek dan Meadows,
2002) Menurut penelitian Andyna (2009), setelah diolah menjadi biodiesel dengan menggunakan
reaksi transesterifikasi, terjadi perubahan karakteristik minyak nyamplung seperti pada Tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik minyak nyamplung sebelum dan sesudah transesterifikasi
Karakteristik Crude Oil
Nyamplung
Biodiesel
Nyamplung
Massa jenis (kg/m3) 934.41 877.78
Viskositas 25°C (cp) 50.38 2.74
Angka penyabunan 215.60 213.64
Bilangan asam 3.58 2.23
Bilangan iod 109.42 105.51
Cloud Point (°C) - 11.50
2.3 Analisis Energi
Analisis energi bertujuan untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap
tahapan suatu proses produksi. Menurut Kamaruddin et al. (1998), analisis energi digunakan untuk
memahami dan memperbaiki bagaimana, dimana, dan kapan energi digunakan secara efisien dan
efektif. Menurut Richard, C dan Direlle (1980), metode yang digunakan dalam analisis energi ada
tiga, yaitu analisis statistik, input-output, dan proses. Analisis statistik yaitu menentukan energi
tersimpan per satuan output dengan menggunakan data statistik. Analisis input-output adalah analisis
secara langsung atau tidak langsung terhadap aliran bahan yang masuk ke dalam sistem untuk
menghasilkan bahan keluaran tertentu dimana aliran bahan ini dapat dinyatakan sebagai energi utama
untuk menghasilkan keluaran tersebut. Analisis proses adalah identifikasi terhadap suatu jaringan
kerja dan proses yang harus diikuti untuk memperoleh produk akhir. Analisis ini dilakukan pada
setiap tahapan proses atau kerja analisis untuk menentukan jumlah masukannya. Setiap masukan
menunjukan kebutuhan energi sehingga jumlahnya dapat dihitung
Menurut Kamaruddin et al. (1991) Energi yang berasal dari tenaga kerja manusia dan hewan
disebut energi biologis. Energi langsung yaitu energi yang digunakan secara langsung dalam proses
produksi, misal energi listrik, bahan bakar, dan matahari. Bahan yang diproses juga memiliki energi
yang dikenal sebagai energi bahan. Energi tidak langsung yaitu energi yang digunakan untuk
membentuk barang atau memberikan jasa. Contoh energi tak langsung adalah energi yang dibutuhkan
untuk membuat alat produksi biodiesel, menghasilkan bahan-bahan kimia yang dibutuhkan, dan
banyak lagi yang lainnya. Energi biologis (tenaga manusia), dipengaruhi beberapa faktor antara lain:
lamanya bekerja, kondisi lingkungan (suhu, kelembaban, cahaya, dan lain-lain), tingkat konsumsi
makanan dan oksigen, jenis pekerjaan dan kondisi fisik seseorang (umur, kekuatan, tingkat
ketrampilan, dan jenis kelamin). Rata-rata pengeluaran tenaga orang dewasa Indonesia sebesar 2,200
kkal per 8 jam (0.076 kkal/detik). Menurut James (1990), energi yang diperlukan manusia dalam
beberapa kegiatan ditampilkan dalam Tabel 5.
6
Tabel 5. Nilai energi untuk tingkat kegiatan yang berbeda
Jenis Kegiatan Nilai Energi
(kJ/menit)
Pekerjaan buruh
Memuat
Menumbuk
Memutar (beban berat)
Menyapu
Bekerja sambil berdiri
21.10
30.38
21.54
12.79
7.01
7.46
2.4 Proses Produksi Minyak Nyamplung
Proses pembuatan minyak nyamplung terdiri dari beberapa tahapan mulai dari pengupasan
buah, pengeringan, hingga pengemasan. Dalam buku yang diterbitkan Departemen Kehutanan tahun
2008, proses produksi minyak nyamplung terdiri dari proses pengupasan, pengeringan, dan
pengempaan (ekstraksi minyak). Buah nyamplung mula-mula dikupas dengan memecahkan cangkang
dan mengambil daging bijinya. Biji nyamplung berukuran kecil dan berwarna putih kekuningan
seperti pada Gambar 1. Dalam proses pengupasan menghasilkan produk samping berupa cangkang
yang memiliki nilai komersial karena mempunyai nilai kalor cukup tinggi sehingga bisa dimanfaatkan
sebagai pengganti kayu bakar untuk rumah tangga atau industri pertanian.
Biji Nyamplung yang sudah terpisah dari buahnya kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari selama kurang lebih 2 bulan dengan suhu 30-40 °C. biji dikeringkan hingga berwarna merah
kecoklatan dengan kadar air 8 sampai 12 persen (Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan,
2005). Proses pengeringan tidak boleh mencapai suhu diatas 80 °C karena akan mengeluarkan resin
yang berakibat meningkatnya viskositas minyak. Jika menggunakan alat pengering yang dengan suhu
80 °C maka pengeringan cukup dilakukan selama 2 hari.
Gambar 1. Biji nyamplung
Setelah biji dikeringkan maka dilakukan ektraksi minyak secara mekanik dengan alat kempa
tipe hidrolik atau dengan alat kempa tipe ulir (ekstruder). Tipe hidrolik lebih cocok digunakan pada
skala rumah tangga sedangkan untuk skala industri tipe ulir lebih efisien dengan kapasitas yang lebih
besar. Menurut Djatmiko (1985), diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak dipisahkan dari
bijinya antara lain, flacking, grinding, dan tempering atau pemasakan. Selain menghasilkan minyak,
7
proses ektraksi juga menghasilkan hasil samping berupa bungkil dari daging biji dan sisa minyak yang
tidak terekstrak dengan baik.
2.5 Analisis Ekonomi Proses Produksi Minyak Nyamplung
Tujuan melakukan analisis ekonomi adalah untuk pengambilan keputusan melalui perhitungan
biaya dan manfaat (De Garmo et al., 1999). Jadi untuk memperoleh keuntungan biaya tidak boleh
melebihi manfaat atau pemasukan. Menurut De Garmo et al (1999), biaya terdiri dari biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh tingkat kegiatan di atas
jangkauan pengoperasian yang layak untuk kapasitas atau kemampuan yang tersedia. Yang termasuk
dalam biaya tetap, yaitu asuransi, pajak, gaji manajemen umum dan administrasi, bunga, penyusutan,
dll. Sedangkan yang dimaksud biaya variabel adalah biaya-biaya yang dihubungkan terhadap
pengoperasian yang secara total berubah-ubah sesuai dengan banyaknya keluaran atau ukuran-ukuran
tingkat kegiatan yang lain. Yang ternasuk dalam biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya
buruh.
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan bulan April - Oktober 2010. Tempat penelitian ini adalah
Laboratorium Energi (Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB), Laboratorium Lemigas
(Lembaga Minyak dan Gas), Laboratorium Surya (Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, IPB),
Laboratorium Wageningen (Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, IPB), dan Pabrik Minyak
Nyamplung Cilacap.
3.2 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Termometer alkohol ( 150°C)
2. Stopwatch
3. Gelas ukur 1 liter
4. Timbangan analog 2 kg
5. Timbangan digital (AQT – 200)
6. Pengempa biji nyamplung tipe ulir tunggal
Merk : Hannen
Tipe : 6YL-65
Kapasitas : 65 kg/jam
7. Bom kalorimeter Adiabatik
Merk : Nenkei
8. Oven
Merk : Ikedariyka
Tipe : SS 204 D
9. Pyranometer
Merk : Eko
Tipe : MS – 401
Konversi : 7.0 mV/kW. M-2
10. Hot press kapasitas 5 kg
11. Blender
Merk : Quantum
Tipe : QBL-203
12. Viskometer Oswald (Poise)
13. Piknometer (kapasitas 0.92 ml)
14. Teko pemanas air
15. Statip dan lengan statip
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
1. Buah nyamplung
2. Air
3. Kawat nikel
4. Kertas tissue
9
3.3 Prosedur Penelitian
.
Gambar 2. Diagram alir penelitian
3.3.1 Perhitungan Neraca Massa Nyamplung
Pada setiap tahapan proses produksi minyak nyamplung metode industri ditimbang massa hasil
utama dari proses serta hasil sampingnya. Pada proses pengupasan buah, cangkang dan biji ditimbang
masing-masing massanya. Pada proses pengukusan ditimbang massa awal bahan sebelum dan sesudah
pengukusan. Pada tahapan pengeringan ditimbang massa bahan sebelum dan sesudah dikeringkan.
Dalam tahapan ekstraksi minyak dari biji nyamplung kering dilakukan penimbangan biji kering yang
digiling, massa dan volume minyak yang dihasilkan, dan massa ampas. Pada proses penyaringan
diukur volume minyak yang disaring dan hasil saringannya.
Pada metode laboratorium, pengukuran neraca massa mulai dari proses pengeringan dimana
ditimbang massa biji sebelum dan sesudah dikeringkan. Tahapan selanjutnya adalah grinding
(penggilingan) agar minyak mudah keluar saat diekstraksi. Pada tahap grinding ditimbang massa awal
bahan, massa akhir bahan yang digiling, dan kehilangan massa. Pada tahap ekstraksi ditimbang massa
minyak dan ampas yang dihasilkan. Perbedaan metode laboratorium dengan industri terletak pada
tahapan prosesnya dan alat pengempanya seperti dijelaskan pada gambar 3 dan 4..
Mulai
Persiapan bahan baku
Buah Nyamplung
Perhitungan neraca massa metode laboratorium dan
industri
Selesai
Analisis kebutuhan energi dan ekonomi pada proses
produksi minyak nyamplung metode laboratorium
dan industri
Pengukuran nilai kalor buah dan cangkang
nyamplung
Pengukuran nilai kalor minyak nyamplung di
Lemigas
10
Neraca massa yang dibuat berdasarkan pada rendemen produk pada tiap tahapan proses. Pada
tiap tahapan proses akan ditimbang massa awak bahan, massa produk dan hasil sampingnya. Dari data
massa produk dan hasil samping diproleh persentase massa terhadap massa awal.
3.3.2 Analisis Energi Proses Produksi Minyak Nyamplung
Analisis energi yang dilakukan menggunakan metode analisis proses. Analisis diawali dengan
mengidentifikasi tahapan-tahapan proses. Hal ini bertujuan untuk mengetahui aliran bahan dan
masukan energi yang digunakan pada tiap tahapan proses pembuatan minyak nyamplung. Satuan
input akan dikonversi ke dalam satuan energi yang sama, yaitu kilo Joule per liter minyak nyamplung
yang dihasilkan.
Dalam proses produksi minyak nyamplung metode industri, energi yang digunakan antara lain
tenaga manusia, bahan bakar (solar dan cangkang), dan matahari. Bagan alir dan jenis energi yang
digunakan pada proses pembuatan minyak metode industri dijelaskan pada Gambar 3. Sedangkan
pada metode laboratorium energi yang diperlukan adalah energi matahari, manusia, dan listrik yang
dapa dilihat pada Gambar 4. Tenaga manusia diperlukan pada semua proses produksi minyak
nyamplung. Bahan bakar cangkang digunakan dalam proses pengukusan dan diesel untuk
menggerakkan mesin kempa. Energi radiasi matahari selama pengeringan didapat dari pengukuran
dengan pyranometer.
Gambar 3. Bagan alir penggunaan energi pada proses pembuatan minyak nyamplung metode industri
Pengukusan
Tenaga Manusia
Bahan bakar
(cangkang)
Pengupasan
Pengeringan
Pengempaan
Penyaringan
Tenaga Manusia
Tenaga Manusia
Radiasi matahari
Tenaga Manusia
(solar)
Bahan bakar
Tenaga Manusia
11
Gambar 4. Bagan alir penggunaan energi pada proses pembuatan minyak nyamplung metode
laboratorium
3.3.2.1 Energi Bahan Bakar
Pada proses produksi minyak nyamplung kasar bahan bakar yang digunakan adalah cangkang
nyamplung untuk pengukusan dan diesel untuk menggerakkan mesin kempa. Untuk mengetahui
besarnya energi yang dikonsumsi untuk pengukusan yang berasal dari pembakaran cangkang
nyamplung, diukur nilai kalor yang terkandung dalam cangkang nyamplung. Dari data pengujian
menggunakan bom kalorimater adiabatik, besarnya nilai kalor dihitung dengan persamaan (1):
(1)
dimana :
Nk = Nilai kalor (J/g)
∆T = Perubahan suhu rata-rata dalam bejana sebelum dan sesudah pembakaran (°C)
m = Massa bahan (gram)
B = koreksi panas pada kawat besi (J/g)
Na = Nilai ekuivalen air (Na = 592.5 g)
Persamaan untuk menghitung energi bahan bakar cangkang (E cangkang) yang dibutuhkan
untuk memanaskan bahan pada proses pengukusan menggunakan persamaan 2. Sedangkan untuk
menghitung energi bahan bakar solar (E solar) yang dikonsumsi mesin kempa digunakan persamaan
3.
Listrik
Pengupasan
Pengeringan
Penggilingan
Pengempaan
Tenaga Manusia
Tenaga Manusia
Radiasi matahari
Tenaga Manusia
Listrik
Tenaga Manusia
12
(2)
dimana:
E cangkang = Energi spesifik pembakaran cangkang (kJ/kg)
m = massa cangkang (kg)
Nk = Nilai kalor (kJ/kg)
m nyamplung = massa nyamplung yang diproses (kg)
(3)
dimana:
E diesel = energi spesifik pembakaran solar (kJ/kg)
m = massa solar yang digunakan (kg)
Nk = Nilai kalor (kJ/kg)
m nyamplung = massa nyamplung yang diproses (kg)
3.3.2.2 Energi Manusia
Tenaga manusia yang dihitung sebagai energi manusia dihitung pada tiap tahapan produksi
dengan berbagai tingkatan jenis pekerjaan. Perhitungan energi manusia berdasarkan lama kerja efektif
manusia, dimana besarnya energi yang dikeluarkan berdasarkan lampiran 1 dengan beberapa asumsi
bahwa kegiatan tersebut membutuhkan energi yang sama. Untuk menghitung energi manusia yang
digunakan dalam proses produksi minyak nyamplung digunakan persamaan 4.
(4)
dimana:
Etm = energi manusia (kJ/kg atau kJ/liter)
Qm = Nilai energi manusia (kJ/menit)
K = kapasitas kerja (kg/menit atau liter/menit)
3.3.2.3 Energi Matahari
Energi matahari yang digunakan dalam proses pengeringan dihitung melalui persamaan 5.
Besarnya radiasi matahari (W/m2) diukur dengan pyranometer, luas pengeringan didapat dengan
melakukan pegukuran luas (Ap) pada massa nyamplung (m).
(5)
Dimana;
Es = energi matahari (kJ/kg)
I = radiasi matahari (W/m2)
Ap = luas pengeringan (m2)
m = massa biji yang dikeringkan (kg)
t = lama pengeringan (detik)
3.3.2.4 Energi Listrik
Energi listrik yang digunakan berdasarkan daya yang digunakan yang tercantum pada
spesifikasi alat. Energi listrik digunakan pada proses grinding dan ekstraksi dengan hotpress. Energi
listrik yang digunakan dapat digitung dengan persamaan (6).
13
(6)
Dimana;
E listrik = energi listrik (kJ/kg)
P = daya listrik (Watt)
t = lama penggunaan (detik)
m = massa bahan (kg)
3.3.3 Pengukuran Nilai Kalor Minyak Nyamplung
Pengukuran nilai kalor minyak nyamplung dilakukan untuk mengetahui besarnya energi yang
terkandung dalam minyak yang dihasilkan. Pengukuran nilai kalor minyak nyamplung kasar
dilakukan di Laboratorium Bagian Proses, Lemigas.
3.3.4 Pengukuran Karakter Fisik Minyak Nyamplung
Pengukuran karakter fisik minyak nyamplung yang dilakukan adalah pengukuran densitas dan
viskositas minyak nyamplung hasil pembuatan dengan metode laboratorium dan industri. Pengujian
densitas menggunakan piknometer 0.92 ml yang diisi minyak pada suhu 30°C kemudian ditimbang
massanya sehingga diperoleh densitas minyak (g/ml).
Pada pengukuran viskositas atau kekentalan minyak menggunakan viskometer Oswald dalam
skala Poise. Pengukuran viskositas minyak nyamplung dilakukan pada suhu minyak 30°C (suhu
kamar).
3.3.5 Analisis Ekonomi
Pada penelitian ini lingkup analisis ekonomi hanya sebatas pada penentuan harga pokok
minyak nyamplung metode industri dan metode laboratorium. Dalam penentuan harga pokok, yang
diperhitungkan adalah biaya variabel, biaya tetap, dan kapasitas produksi. Dalam penentuan biaya
tetap, harga alat pendukung, umur ekonomi alat, nilai akhir alat, dan biaya pemeliharaan berdasarkan
asumsi. Asumsi-asumsi tersebut antara lain:
a. Umur ekonomis tanah dan bangunan 10 tahun dan bernilai akhir 10% dari nilai awal bangunan
b. Biaya perawatan bangunan per bulan 0.5% dari nilai awal.
c. Nilai akhir peralatan dan mesin 10% dari nilai awal
d. Nilai sisa alat dan mesin 10% dari nilai awal dan biaya pemeliharaan tiap tahun 1% dari nilai alat
e. Kapasitas produksi berdasarkan kapasitas mesin kempa hotpress untuk metode laboratorium dan
alat kempa ulir tunggal untuk skala metode industri kecil.
f. Dalam 1 bulan hanya beroperasi 25 hari
g. Jam kerja manusia 8 jam/orang / hari.
Yang termasuk dalam biaya variabel pada penelitian ini adalah biaya bahan baku (buah
nyamplung), bahan bakar solar, dan tenaga kerja langsung. Perhitungan pada biaya variabel
menggunakan persamaan 7. Sedangkan elemen dalam biaya tetap antara lain penyusutan peralatan dan
mesin, penyusutan nilai tanah bangunan, dan biaya pemeliharaan. Untuk menghitung biaya
penyusutan menggunakan persamaan 8. Biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan tiap bulan
dihitung dengan persamaan 9. Untuk menentukan biaya total dalam suatu produksi maka dihitung
dengan persamaan 10 (Lypsey et al., 1985)
14
(7)
Dimana;
VC = biaya variabel
A = harga parameter per satuan output (Rp/kg atau Rp/liter)
X = kapasitas produksi (kg atau liter)
(8)
(9)
(10)
Dimana;
TC = Biaya total (Rp)
TVC = Biaya variabel total (Rp)
TFC = Biaya tetap total (Rp)
Harga pokok minyak nyamplung dihitung berdasarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel.
persamaan 11. Biaya yang diperhitungkan adalah biayaproduksi tiap bulan.
(11)
Dimana;
Biaya tetap = biaya tetap tiap bulan (Rp)
Biaya variabel = biaya variabel tiap bulan (Rp)
Jumlah produk = jumlah produk tiap bulan (liter)
Setelah melakukan perhitungan biaya maka akan didapat harga pokok produk. Kemudian
dibandingkan harga pokok antara minyak nyamplung metode industri dengan metode laboratorium.
Dari perbandingan tersebut akan diketahui proses produksi mana yang lebih rendah biaya
produksinya. Semakin rendah harga pokok minyak nyamplung akan mudah bersaing dengan bahan
bakar konvensional.
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PROSES PRODUKSI MINYAK NYAMPLUNG KASAR (CRUDE)
4.1.1 Proses Produksi Minyak Nyamplung Metode Industri Kecil
Buah nyamplung yang masih muda kebanyakan belum berisi biji, berwarna hijau kecoklatan
seperti pada Gambar 5 (a). Buah nyamplung yang siap untuk diproses adalah buah nyamplung tua dan
kering seperti Gambar 5 (c). Tanda-tanda buah tua dan berisi adalah masih ada kulit buah yang keriput
dan buah berwarna coklat kehitaman seperti pada Gambar 5 (b).
Gambar 5. (a) Buah nyamplung muda, (b) Buah nyamplung basah yang berisi, dan (c) Buah
nyamplung kering yang berisi.
Gambar 6. Bagan alir proses produksi minyak nyamplung metode industri kecil
Pengukusan
Pengupasan
Pengeringan
Pengempaan
Penyaringan
16
Proses produksi minyak nyamplung kasar diawali dengan proses pengupasan buah hingga
penyaringan seperti dijelaskan pada Gambar 6. Proses pengupasan dilakukan dengan memukul buah
dengan bantuan palu (Gambar 7) agar cangkangnya retak atau terbuka sehingga biji mudah diambil.
Pengupasan dilakukan oleh dua hingga enam orang yang bekerja dari siang hingga sore. Lama waktu
pengupasan tiap harinya tidak tentu, sehingga kapasitas proses pengupasan terbatas yang
mengakibatkan daging biji yang sudah dikupas busuk akibat terlalu lama disimpan.
Gambar 7. Palu untuk memecah cangkang buah nyamplung
Setelah biji segar yang disimpan mencapai 2 karung (±65 kg), biji dikukus dalam tong besi
selama 24 - 48 jam seperti pada Gambar 8 (a). Biji Nyamplung yang sudah mengalami pengukusan
akan berwarna coklat tua dan akan terbelah dua saat ditekan dengan jari seperti pada Gambar 8 (b).
Proses pengukusan ini menyebabkan resin yang ada dalam biji nyamplung keluar. Ini
mengakibatkan air lebih mudah menguap dari daging biji sehingga mempersingkat proses
pengeringan. Namun akibat pecahnya sel resin ini, meningkatnya viskositas minyak. Bahan bakar
dalam pengukusan biji nyamplung adalah cangkang nyamplung hasil samping dari proses pengupasan
buah nyamplung.
Gambar 8. (a) Proses pengukusan dan (b) Biji nyamplung setelah dikukus
Biji nyamplung yang sudah dikukus kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari selama 840
menit jika matahari bersinar terik. Pada sore hari sekitar pukul 16.00 biji nyamplung yang dijemur
17
dikumpulkan dan ditutup dengan plastik untuk melindungi dari hujan. Sebaliknya jika biji sudah
hampir kering maka pada sore hari biji dimasukkan ke dalam karung agar tidak basah lagi akibat
genangan air hujan pada laintai jemur atau akibat embun. Biji nyamplung yang sudah kering dan siap
untuk dikempa tandanya sangat keras bila ditekan dengan jari dan warnanya coklat kehitaman seperti
pada Gambar 9.
Gambar 9. Biji yang sudah kering
Sebelum melakukan proses pengempaan dikumpulkan biji-biji kering hingga diatas 200 kg. Hal
tersebut untuk menghemat waktu dan mengefektifkan kerja mesin kempa. Mesin kempa yang
digunakan adalah tipe single screw bertenaga mesin diesel seperti pada Gambar 10. Kapasitas kerja
mesin kempa tipe ulir adalah 66.35 kg/jam biji kering. Hasil samping dari proses pengempaan adalah
ampas (bungkil) yang masih mengandung sedikit minyak. Jumlah pekerja pada proses ini 2 orang,
dimana 1 orang berperan untuk memasukan biji-biji ke mesin press dan 1 orang lagi menjaga saluran
pembuangan ampas agar tidak tersumbat, mengisi air pendingin, dan mengisi solar mesin diesel.
Gambar 10. Mesin kempa single screw
Minyak nyamplung hasil pengempaan disaring dengan menggunakan kain saring yang ditekan
dengan alat pengempa hidrolik. Alat penyaringan dengan cara kempa tersebut dapat dilihat pada
Gambar 11. Minyak hasil press dimasukkan ke dalam kantong berbahan kain yang tebal, kemudian
dimasukkan ke dalam tong besi sebagai wadah proses penyaringan. Setelah kantong minyak diikat,
tutup besi dipasang diatas tong untuk menahan saat dipress (peras). Hasil perasan (penyaringan)
18
berupa minyak yang lebih bersih dari ampas kasar dan hasil sampingnya berupa ampas. Minyak
Nyamplung yang sudah lebih halus tersebut dikemas dalam jerigen sesuai pesanan.
Gambar 11. Alat penyaring minyak hasil press
4.1.2 Proses Produksi Minyak Nyamplung Metode Laboratorium
Proses produksi minyak nyamplung pada metode laboratorium dimulai dari proses pengupasan
buah nyamplung, pengeringan biji, penggilingan, dan pengempaan dengan alat kempa hidrolik seperti
dijelaskan pada Gambar 12. Alat kempa yang digunakan dilengkapai dengan pemanas (hotpress)
seperti pada Gambar 13. Alat hotpress ini berdaya 900 Watt. Proses dan kapasitas pengupasan buah
tiap orangnya pada metode laboratorium sama dengan metode industri. Pada proses pengeringan
dengan memanfaatkan panas matahari, lama pengeringan mencapai 3 minggu. Biji yang sudah kering
memiliki kadar air (3-4%) dan siap untuk digiling. Penggilingan bertujuan untuk membuka sel biji
sehingga minyak mudah keluar saat dikempa. Penggilingan menggunakan blender berdaya 350 Watt
yang dioperasikan oleh 1 orang seperti ditampilkan pada Gambar 14.
Gambar 12. Bagan alir proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium
Pengupasan
Pengeringan
Pengempaan
Penggilingan
19
Gambar 13. Alat pengempa hidrolik berpemanas (hotpress)
Gambar 14. Proses penggilingan
Setelah digiling, biji kering yang sudah halus kemudian dikempa dengan hotpress. Biji halus
dibungkus kain saring terlebih dahulu (Gambar 15) sebagai penyaring kotoran dan ampas kasar.
Setelah itu biji kering halus yang sudah dibungkus dikempa pada alat hotpress dengan suhu 80°C.
Tujuan pemanasan ini untuk menurunkan viskositas minyak sehingga lebih cepat dan mudah keluar
yang secara langsung akan meningkatkan rendemen.
blender
Kain saring
Biji nyamplung
20
Gambar 15. Biji kering halus dibungkus kain saring
4.1.3 Perbandingan Viskositas dan Densitas Minyak Nyamplung Metode
Laboratorium dengan Industri
Pada penelitian ini karakter fisik yang dibandingkan adalah viskositas dan densitas.
Pengukuran hanya dilakukan pada minyak nyamplung metode laboratorium. Sedangkan viskositas
dan densitas minyak nyamplung pada metode industri berdasarkan penelitian Fathiyah (2010).
Perbandingan sifat tersebut ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Perbandingan viskositas dan densitas minyak nyamplung kasar
Karakter Metode Laboratorium Metode Industri Kecil
(Fathiyah, 2010)
Viskositas (cP) pada 30°C 59 64
Densitas (gram /cm3) 0.91 0.93
Berdasarkan perbandingan pada Tabel 5, minyak nyamplung yang dibuat dengan
menggunakan metode laboratorium viskositasnya lebih rendah dibandingkan dengan minyak yang
dibuat dengan menggunakan metode industri. Yang menyebabkan kentalnya minyak nabati adalah
resin dan asam lemak bebas (Djatmiko, 1985). Proses pengukusan dengan suhu tinggi mencapai
110°C pada metode industri menyebabkan resin juga ikut terekstraksi sehingga mengakibatkan
meningkatnya viskositas minyak (Fathiyah, 2010). Jika minyak akan dimanfaatkan sebagai bahan
bakar pengganti diesel maka minyak yang dibuat dengan metode industri membutuhkan suhu
pemanasan lebih tinggi agar viskositasnya sama dengan diesel. Dari perbandingan densitas juga
diketahui bahwa minyak nyamplung metode laboratorium lebih rendah dibandingkan dengan minyak
yang dibuat dengan metode industri.
21
4.2 NERACA MASSA PROSES PRODUKSI MINYAK NYAMPLUNG
4.2.1 Neraca Massa pada Proses Produksi dengan Menggunakan Metode
Laboratorium
Proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium dimulai dari proses pengeringan biji
hingga proses pengempaan. Urutan dalam proses pengukuran neraca massa, yaitu mengukur
rendemen proses pengupasan, rendemen pengeringan dan rendemen proses pengempaan. Berdasarkan
perhitungan rendemen pada Lampiran 1, rendemen proses penggilingan adalah 100%. Hal tersebut
karena massa biji nyamplung yang digiling sedikit sehingga kehilangan massa pada saat penggilingan
tidak terukur. Rendemen proses pengempaan berdasarkan perhitungan pada Lampiran 1 adalah
40.82%. Aliran neraca massa pada proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium ini
ditampilkan pada Gambar 16.
Gambar 16 Neraca massa produksi minyak nyamplung pada metode laboratorium
Biji Nyamplung
Buah Nyamplung
Biji Nyamplung kering
Minyak nyamplung
Biji Nyamplung kering
halus
m : 1000 kg
KA : 36.60 %
m : 434.40 kg
KA : 26.90 %
m : 312.77 kg
KA : 3.69 %
m : 127.67 kg
V : 140.29 l
Air
Cangkang
Nyamplung
Bungkil
Pengupasan
Pengeringan
Pengempaan
Penggilingan
m : 565.6 kg
m : 121.63 kg
m : 312.77 kg
KA : 3.69 %
m : 186.10 kg
Keterangan:
m = massa
KA = kadar air
V = volume
R = rendemen
R = 43.44%
R = 72.00%
R = 40.82%
R = 100.00%
22
4.2.2 Neraca Massa Proses Produksi dengan Menggunakan Metode Industri
Urutan dalam proses pengukuran neraca massa, yaitu mengukur rendemen proses pengupasan,
rendemen proses pengukusan, rendemen pengeringan, rendemen proses pengempaan, dan terakhir
mengukur rendemen penyaringan.
Berdasarkan perhitungan neraca massa pada proses pengupasan pada Lampiran 2, dalam 1 kg
buah nyamplung terdapat 0.43 kg massa biji nyamplung dan sisanya cangkang dan kulit buah
nyamplung. Hal ini jika diasumsikan buah yang diambil berisi semua.
Setelah biji dikumpulkan biji-biji tersebut dikukus untuk mengeluarkan getah sehingga
mempercepat proses pengeringan. Setelah dikukus, massa biji kering akan meningkat karena dalam
proses pengukusan terjadi peningkatan kadar air biji. Perhitungan pada proses pengukusan dapat
dilihat pada lampiran 2. Setelah proses pengukusan massa biji naik 14.11 % dari massa awal.
Setelah biji dikukus, kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari hingga kering. Pengurangan
kadar air dalam biji akan menurunkan massa biji. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 3, dalam
proses pengeringan terjadi penurunan massa biji sebesar 28 % dari massa awal karena penurunan
kadar air.
Setelah dikeringkan biji siap untuk dikempa dengan mesin kempa tipe single screw extruder.
Dalam proses ini selain menghasilkan minyak, terdapat hasil samping berupa ampas. Berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 4, rendemen minyak dalam proses pengempaan sebesar 47.45 % dari
massa biji kering. Pada penelitian Andyna (2009), kadar minyak biji nyamplung antara 40 hingga
70%. Rendemen minyak bisa mencapai 70%, maka dalam proses pengempaan dengan menggunakan
alat kempa tipe single screw extruder ini masih terdapat minyak yang terbawa dalam ampas.
Minyak hasil pengempaan kemudian disaring dengan menggunakan kain saring yang yang
dikempa dengan mesin kempa hidrolik. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 5, dalam proses
penyaringan dapat dipisahkan kotoran sebanyak 8 % dari massa awal. Dari hasil pengukuran diperoleh
neraca massa seperti pada Gambar 12.
23
Gambar 17. Neraca massa proses produksi minyak nyamplung
4.2.3 Perbandingan Neraca Massa Metode Laboratorium dengan Industri
Dari analisis diatas dapat diketahui bahwa rendemen produksi minyak pada proses produksi
metode industri sebesar 15.60% sedangkan metode laboratorium sebesar 14.56%. Perbedaan
rendemen terlihat pada proses pengempaan, dimana rendemen pengempaan dengan mesin hotpress
Biji nyamplung
Buah nyamplung
Biji nyamplung kukus
Minyak kotor
Biji nyamplung kering
m : 1000 kg
KA : 36.60 %
m : 434.40 kg
KA : 26.90 %
m : 495.22 kg
KA : 35.93 %
m : 169.18 kg
V : 179.98 l
Air
Cangkang
Nyamplung
Bungkil
Pengupasan
Pengukusan
Pengempaan
Pengeringan
m : 565.6 kg
m : 60.82 kg
m : 356.56 kg
KA : 3.69 %
m : 187.38 kg
Keteramngan:
m = massa
KA = kadar air
V = volume
R = rendemen
R = 43.44%
R = 72.00%
R = 47.45%
m : 155.37 kg
V : 167.06 l
Penyaringan
Minyak nyamplung
R = 114.11%
Air
m : 138.66 kg
R = 91.84%
24
sebesar 40.82% dan dengan mesin kempa tipe ulir rendemennya 47.45%. Minyak yang keluar dari alat
kempa tipe ulir masih tercampur dengan kotoran kasar sedangakan dengan hotpress kotoran sudah
tersaring dengan kain saring.
Dari nilai rendemennya, proses produksi dengan menggunakan mesin kempa tipe ulir lebih
tinggi dibanding dengan mesin kempa tipe hidrolik. Namun dari mutu minyak, proses produksi
dengan mesin kempa hidrolik lebih baik dibanding dengan mesin kempa tipe ulir karena masih
banyaknya kotoran yang terbawa dalam minyak yang diproduksi. Pada kedua metode produksi
membutuhkan energi manusia sebagai operator dan proses pengeringan dengan matahari. Hanya saja
pada proses produksi metode laboratorium pengeringannya lebih lama.
4.3 ANALISIS ENERGI
Pada proses produksi minyak nyamplung kasar metode industri, energi yang digunakan dapat
dibagi menjadi 3, yaitu energi manusia, bahan bakar, dan energi radiasi matahari. Sedangkan dalam
proses produksi metode laboratorium, energi yang digunakan adalah energi radiasi matahari, manusia,
dan listrik. Dalam proses produksi ini energi manusia yang paling dominan. Penggunaan sumber
energi dalam produksi minyak nyamplung diuraikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Uraian penggunaan energi pada proses produksi minyak nyamplung kasar
Metode
produksi Proses
Sumber Energi
Manusia Bahan Bakar Matahari Listrik
Industri Pengupasan buah
Pengukusan
Pengeringan
Pengempaan
√
√
√
√
-
√
-
√
-
-
√
-
-
-
-
-
Laboratorium Pengupasan buah
Pengeringan
Penggilingan
Pengempaan
√
√
√
√
-
-
-
-
-
√
-
-
-
-
√
√
4.3.1 Tenaga Manusia
Pada proses produksi minyak nyamplung kasar (crude) tenaga manusia mendominasi pada tiap
tahapan proses. Tenaga manusia berperan pada awal dan akhir tahapan proses, misal pada
pengeringan yang hanya berperan untuk menjemur dan mengemas dalam karung. Jadi kerja efektif
manusia lebih singkat dibandingkan dengan lamanya proses, dan sisanya digunakan untuk menunggu
atau mengerjakan hal lain.
Pada proses pengupasan buah, dalam sehari tenaga pemecah buah hanya bekerja efektif antara
tiga hingga empat jam. Jumlah tenaga pemecah pun tiap harinya tidak menentu, jumlahnya antara dua
sampai tujuh orang. Tenaga pemecah menggunakan palu untuk memecahkan buah Nyamplung dan
mengambil biji di dalamnya. Berdasarkan perhitungan kapasitas pengupasan buah pada Lampiran 6,
kapasitas pengupasan buah nyamplung 0.79 kg biji/jam per orang. Jika untuk menghasilkan 1 liter
minyak kasar dibutuhkan biji nyamplung segar sebanyak 2.48 kg maka waktu yang dibutuhkan adalah
25
3.22 jam/orang. Jadi energi yang diperlukan untuk menghasilkan minyak 1 liter pada proses
pengupasan baik metode industri maupun metode laboratorium adalah 0.69 kJ.
Pada proses pengukusan pada produksi metode industri, energi manusia berperan dalam
mengumpan bahan bakar cangkang ke dalam tungku. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 7 maka
energi manusia yang diperlukan untuk menghasilkan hasil akhir 1 liter minyak pada proses
pengukusan adalah 233.80 kJ.
Setelah dikukus, minyak dikeringkan dengan panas matahari. Pekerjaan yang dilakukan adalah
menebar di lantai jemur, meratakan tumpukan biji, dan mengumpulkan biji jika sudah sore.
Berdasarkan Tabel 5, semua kegiatan dapat dikategorikan dalam jenis kegiatan menyapu. Berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 8, maka diketahui dalam memproduksi 1 liter minyak mentah diperlukan
energi manusia dalam proses pengeringan 55.81 kJ.
Pada proses ekstraksi atau pengempaan dengan mesin kempa tipe ulir, manusia yang berperan 2
orang dimana seorang sebagai pengumpan nyamplung ke hopper mesin press dan seorang lagi yang
mengisi bahan bakar dan membersihkan saluran ampas. Jika diklasifikasikan ke dalam kategori
kegiatan pada Tabel 5 maka seorang termasuk dalam kegiatan memuat dan seorang lagi dikategorikan
pekerjaan buruh. Sebelum memulai ekstraksi seorang operator menghidupkan mesin diesel dengan
memutar engkol, pekerjaan tersebut dikategorikan pekerjaan memutar beban berat. Berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 9, energi yang dibutuhkan dalam memproduksi 1 liter minyak mentah
pada proses pengepresan (ektraksi) adalah 104.44 kJ.
Untuk menjadi minyak yang bebas kotoran, maka minyak kotor hasil press disaring dengan kain
saring yang dikempa dengan mesin kempa hidrolik. Tenaga manusia hanya berperan dalam menuang
minyak ke dalam kain penyaring dan mendongkrak. Sehingga berdasarkan perhitungan pada
Lampiran 10, energi manusia yang digunakan dalam proses penyaringan adalah 21.88 kJ/liter minyak
nyamplung kasar.
Pada proses penggiliingan biji kering dalam produksi minyak nyamplung metode laboratorium,
tenaga manusia hanya berperan dalam mengoperasikan blender sambil berdiri. Pekerjaan ini
dikategorikan pekerjaan sambil berdiri. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 11 besarnya energi
manusia pada tahap ini untuk menghasilkan 1 liter minyak adalah 373.27 kJ.
Pada proses pengempaan dengan mesin hotpress, manusia hanya terlibat pada proses
mendongkrak yang dikategorikan pekerjaan buruh. Semakin besar massa bahan yang dikempa maka
akan semakin lama kerja efektif manusia. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 12, energi manusia
yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 liter minyak nyamplung metode laboratorium sebesar
4.3.2 Energi Bahan Bakar
Pada proses produksi minyak nyamplung bahan bakar yang digunakan berupa diesel dan
cangkang. Diesel digunakan untuk menggerakkan mesin kempa pada proses pengempaan. Sedangkan
cangkang dibakar sehingga menghasilkan panas untuk proses pengukusan biji nyamplung. Untuk
mengetahui konsumsi energi pada proses produksi minyak nyamplung maka perlu diketahui konsumsi
bahan bakar pada proses tersebut.
Konsumsi solar pada mesin kempa dibandingkan dengan minyak hasil pengempaan adalah 0.03
liter diesel/ liter minyak nyamplung. Jadi dengan nilai kalor diesel 38,937.6 kJ/liter (Pandey, 2009),
maka energi yang dikonsumsi per liter minyak hasil kempa adalah 1,168.13 kJ. Sedangkan untuk
menghasilkan 1 liter minyak nyamplung kasar dibutuhkan energi dari bahan bakar diesel sebesar
1,238.22 kJ.
Proses pengukusan memanfaatkan cangkang nyamplung sebagai bahan bakar. Selain untuk
penghematan biaya, hal ini juga dapat menghemat energi karena sumber energi berasal dari cangkang
26
buah nyamplung itu sendiri. Konsumsi cangkang nyamplung pada proses pengukusan adalah 57.2 kg.
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 13, nilai kalor cangkang 15,485.60 kJ/kg. Maka energi yang
diperlukan dalam proses pengukusan 69.41 kg biji nyamplung adalah 885,776.32 kJ. Sedangkan untuk
mengukus 2.70 kg biji yang natinya menghasilkan 1 liter minyak kasar adalah 34,456.07 kJ.
Perhitungan energi bahan bakar cangkang pada proses pengukusan dapat dilihat pada Lampiran 14.
Konsumsi cangkang nyamplung untuk pengukusan relatif tinggi. Dengan adanya proses
pengukusan menyebabkan energi yang terkandung dalam cangkang nyamplung menjadi
termanfaatkan. Cangkang nyamplung juga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kayu bakar.
4.3.3 Energi Listrik
Energi listrik hanya digunakan pada proses produksi metode laboratorium untuk proses
penggilingan dan pemanasan mesin hotpress. Energi listrik spesifik yang digunakan dihitung melalui
perkalian daya yang tercantum dengan spesifikasi alat dengan kapasitas alat. Pada mesin blender daya
yang tercantum sebesar 350 W sedangkan daya mesin hotpress sebesar 900 W. Berdasarkan
perhitungan pada Lampiran 15, energi listrik spesifik pada proses penggilingan adalah 473.31 kJ/kg
biji kering halus. Sedangkan energi listrik spesifik yang digunakan pada pemanasan hotpress adalah
3,789.16 kJ/kg biji kering halus.
Penggunaan energi listrik untuk menggerakkan blender relatif berbanding lurus terhadap massa
biji yang digiling. Namun penggunaan energi listrik pada pemanasan hotpress tidak berbanding lurus
terhadap kapasitas, karena waktu untuk memanaskan plat pertama kali relatif sama untuk semua
kapasitas. Hal yang membedakan hanya waktu tunggu hingga semua minyak dalam biji keluar semua.
Untuk mengefisienkan energi listrik, sebaiknya pengempaan dilakukan pada kapasitas maksimal
mesin.
4.3.4 Energi Matahari
Proses pengeringan biji Nyamplung memanfaatkan panas dari sinar matahari. Lama pengeringan
biji Nyamplung yang telah dikukus adalah 50,400 detik. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan
pada Lampiran 16 rata-rata radiasi matahari per hari sebesar 503.72 W/m2 dan massa hamparan biji
kering per luasan lantai adalah 5.25 kg/m2. Maka energi matahari yang digunakan untuk memproduksi
1 liter minyak nyamplung metode industri adalah adalah 29,335.61 kJ.
Pada proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium, biji nyamplung dikeringkan
dengan panas matahari selama 25 hari. Pengeringan ini sangat lama karena air yang terkandung dalam
biji segar tertahan oleh adanya sel resin dan getah pada kulit. Lama pengeringan pada proses ini
menyebabkan energi radiasi matahari yang digunakan semakin besar. Pengeringan berlangsung
selama 200 jam, maka besarnya energi radiasi matahari yang digunakan berdasarkan perhitungan pada
Lampiran 16 sebesar 338,161.34 kJ/liter minyak.
4.3.5 Perbandingan Energi Metode Laboratorium dengan Industri
Pada metode laboratorium, besarnya pemakaian energi manusia, matahari, dan listrik diuraikan
pada Tabel 8. Sedangkan besanya energi yang dibutuhkan pada proses produksi minyak nyamplung
metode industri ditampilkan pada Tabel 9.
Konsumsi cangkang pada proses pengukusan menyebabkan tingginya energi input yang
diperlukan dalam produksi minyak nyamplung. Terlihat pada Tabel 8 bahwa persentase energi
matahari mencapai 98.53% dari total kesuluruhan energi yang digunakan. Berdasarkan pengukuran
nilai kalor minyak nyamplung di laboratorium Lemigas, besarnya nilai kalor minyak nyamplung
adalah 37,998.17 J/gram. Dari hasil analisis energi pada proses pembuatan minyak nyamplung
27
diperoleh bahwa energi yang dibutuhkan dalam pembuatan minyak nyamplung lebih tinggi
dibandingkan nilai kalor yang dihasilkan.
Tabel 8. Persesntase energi pada proses produksi minyak nyamplung metode laboratorium
Proses Sumber Energi Jumlah
(kJ/liter)
Persentase
(%)
Pengupasan Manusia 0.64 0.00
Pengeringan Matahari
Manusia
338,161.34
379.67
98.53
0.11
Penggilingan Listrik
Manusia
473.31
373.27
0.14
0.11
Pengempaan Listrik
Manusia
3,789.16
32.79
0.10
0.01
Total 343,210.20 100
Tabel 9. Persentase energi pada proses produksi minyak nyamplung metode industri
Proses Sumber Energi Jumlah
(kJ/liter)
Persentase
(%)
Pengupasan Manusia 0.69 0.00
Pengukusan Bahan bakar (cangkang)
Manusia
33,813.34
233.80
72.54
0.50
Pengeringan Matahari
Manusia
11,541.88
55.61
24.73
0.12
Pengepresan Bahan bakar (diesel)
Manusia
1,238.22
104.44
2.65
0.22
Penyaringan Manusia 21.88 0.05
Total 46,671.62 100
4.4 Analisis Ekonomi
Dalam menentukan harga pokok suatu proses produksi membutuhkan biaya baik biaya variabel
mapun biaya tetap. Diharapkan dengan diketahuinya harga pokok produk minyak nyamplung dapat
ditentukan harga jual minyak nyamplung yang bisa bersaing dengan harga bahan bakar konvensional
seperti solar. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 17, harga pokok minyak nyamplung yang
diproduksi metode industri sebesar Rp 3,298 /liter. Sedangkan berdasarkan perhitungan pada
Lampiran 18, harga pokok minyak nyamplung yang diproduksi pada metode laboratorium sebesar Rp
32,219/liter.
Pada proses produksi metode laboratorium, biaya yang paling tinggi adalah tenaga kerja karena
kapasitas produksi perharinya kecil sedangkan upah pekerja perhari relatif sama dengan metode
industri. Untuk biaya variabel bahan baku dan biaya tetap metode industri jumlahnya hampir sama
dengan metode laboratorium. Jadi dari segi ekonomi labih disarankan menggunakan proses produksi
minyak dengan menggunakan mesin kempa tipe ulir dengan prosedur metode industri.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Rendemen dalam proses pembuatan minyak nyamplung metode industri sebesar 15.60%
sedangkan metode laboratorium sebesar 14.56%. Jadi dengan massa bahan baku 1 ton,
diperoleh 156,00 kg minyak nyamplung yang diproduksi dengan metode yang digunakan
industri atau 145.60 kg minyak nyamplung jika diproduksi dengan metode yang
digunakan laboratorium.
2. Energi yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 liter minyak nyamplung kasar dengan
metode industri adalah 46,671.62 kJ sedangkan jika digunakan metode laboratorium lebih
tinggi yaitu sebesar 343,210.20 kJ.
3. Biaya pokok untuk memproduksi 1 liter minyak nyamplung dengan metode yang
digunakan industri adalah Rp 3,241/liter sedangkan jika digunakan metode laboratorium
lebih mahal yakni Rp 32,219/liter.
5.2 SARAN
Dalam memperhitungkan rasio energi pada proses produksi minyak sebaiknya juga
memperhitungkan energi yang terkandung dalam cangkang dan bungkil nyamplung sebagai energi
output. Dengan kata lain, cangkang dan bungkil nyamplung harus dimanfaatkan juga sebagai sumber
energi alternatif agar semua hasil samping dalam proses pembuatan minyak nyamplung dapat
termanfaatkan dan lebih ramah lingkungan karena minim limbah.
29
DAFTAR PUSTAKA
Andyna, J.Y. Nurin. 2009. Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Biji Nyamplung (Calophyllum
inophyllum). Skripsi. FMIPA. ITB
[Balitbang Kehutanan] Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. 2008. Nyamplung
(Calophyllum inophyllum L.) Sumber Energi Biofuel yang Potensial. Departemen Kehutanan.
Jakarta.
Choirunnisa, N., C. 2008. Rasio Mol dan Rasio Energi Proses Produksi Biodiesel Minyak Jelantah
Secara Non-Katalitik dengan Reaktor Kolom Gelembung. Skripsi. Fateta. IPB.
Debaut, V.J, Y. B. Jean dan S. A. Greentech. 2005. Tamanol a Stimulan for Collagen Synthesis for
Use in anti Wrinkle and anti Stretch Mark Products Cosmetics and Toiletries Manufacture
World Wide. St. France. Greentech.
De Garmo, E.P. et al. 1999. Ekonomi Teknik. Jakarta: PT Prenhallindo
Departemen Kehutanan. 2008. Tanaman Nyamplung Berpotensi Sebagai Sumber Energi Biofuel.
http://www.dephut.go.id/index.php?q=id/node/4837. [2 Februari 2010]
Djatmiko, B dan A. Pandji Wijaya. 1985. Teknologi Minyak dan Lemak 1. Bogor: TIN, IPB.
Dweek, A. C. dan T. Meadows. 2002. Tamanu (Calophyllum inophyllum L.) the Africa, Asia
Polynesia and Pasific Panacea. International J. Cos. Sci., 24:1-8.
Fathiyah. 2010. Kajian Proses Pemurnian Minyak Nyamplung untuk Bahan Bakar Nabati. Skripsi.
Fateta. IPB
Hadi, Wahyudi A. 2009. Memanfaatkan Biji Nyamplung(Calophyllum inophyllum L) sebagai Bahan
Bakar Minyak Pengganti Solar. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/820910441052.pdf.
[5 Januari 2011]
Ismail. 2008. Uji Kinerja dan Analisis Energi Reaktor Tipe Static Mixer Untuk Produksi Biodiesel
Secara Katalitik. Skripsi. Fateta. IPB
James, W.P.T. dan Schofield, E.C. 1990. Human Energy Requirement. Oxford: Oxford University
Press
Joelianingsih, A.H. Tambunan, H. Nabetani, Y. Sagara, dan K. Abdullah. 2006. Perkembangan
Proses Pembuatan Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Nabati (BBN). Jurnal Keteknikan
Pertanian 20:205-216
Joelianingsih, H. Nabetani, S. Hagiwara, T.H. Soerawidjaya, Y. Sugara, Tambunan A.H., dan K.
Abdullah. 2007 Performance of a Bubble Column Reactor for Non-Catalytic Methyl
Esterification of Free Fatty Acids at Atmospheric Preesure. Journal of Chemical Enginnering
of Japan 9:780-785.
Kamaruddin A., Irwanto A.K., Siregar N., Agustina S.E., Tambunan A.H., Yamin M., Hartulistiyoso
E., Purwanto Y.A., Wulandani D., dan Nelwan L.O. 1998. Energi dan Listrik Pertanian.
JICA-DGHE/IPB PROJECT/ADAET: JTA-9a(132)
Kamaruddin, A. et al. 1991. Energi dan Listrik Pertanian. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Institut
Pertanian Bogor
30
Kompas. 2008. Nyamplung, Potensi Baru Biofuel.
http://www.biotek.lipi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=498:Nyamplu
ng,%20Potensi%20Baru%20Biofuel%20&catid=8&Itemid=53. [2 Februari 2010]
Lypsey, R.G. et al. 1985. Pengantar Mikro Ekonomi : Edisi ke Sepuluh. Jakarta : Binarupa Aksara
Kusdiana, D dan S. Saka. 2001. Kinetics of Transesterifikasi in Rapessed Oil to Biodiesel Fuel as
Tread in Supercritical Metanol. Fuel. 80:693-698.
Redaksi. 2009. Mengakrabi Bumi dengan Nyamplung. http://www.koran-jakarta.com/print-
berita.php?id=38796. [12 Agustus 2010]
Richard, C. dan C. Direlle. 1980. Agricurltural Energetics. Connecitut, USA : AVI, Inc.
[P3HH] Pusat Penelitian Dan Pengembangan Hasil Hutan. 2005. Penelitian Pembuatan Biodiesel dari
Biji Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.). www.dephut.go.id/files/Nyamplung_Ind.pdf.
[6 Januari 2010]
Octarina, Dian. 2010. Tanaman Pernghasil Biodiesel. Makalah. Fakultas MIPA.
Universitas Sriwijaya
Pandey, Ashok. 2009. Handbook of Plant Based Biofuel. Boca Raton. CRC Press
Kreatif Energi Indonesia. 2006. Biodiesel. http://www.indobiofuel.com/biodiesel.php. [5 Januari
2011]
Sigalingging,R. 2008. Analisis Energi dan Eksergi pada Produksi Biodiesel Berbahan Baku CPO
(Crude Palm Oil). Skripsi. Fateta. IPB
Yulistina, N.,D. 2001. Analisis Energi dan Biomassa dalam Proses Pembuatan Briket Arang. Skripsi.
Fateta. IPB
32
Lampiran 1. Analisis Neraca Massa Proses Penggilingan dan Pengempaan
dengan Hotpress
1. Data Neraca Massa Proses Penggilingan
Ulangan massa awal
(kg)
massa akhir
(kg)
massa yang hilang
(kg)
1 2.10 2.10 0
2 2.00 2.00 0
3 1.62 1.62 0
2. Data Neraca Massa Proses Pengempaan
Ulangan
massa bahan yg
dipress
massa
ampas
volume
minyak
Massa
Minyak rendemen
(kg) (kg) (liter) (kg) (%)
1 2.10 1.25 0.95 0.85 40.48
2 2.00 1.20 0.90 0.80 40.00
3 1.62 0.96 0.76 0.68 41.98
Rata-rata 40.82
33
Lampiran 2. Analisis Neraca Massa Proses Pengupasan dan Pengukusan
1. Proses Pengupasan
Ulangan Jumlah
buah
Massa buah
(g)
Massa biji
(g)
Massa cangkang
(g)
Rendemen
(%)
1 1 7.16 3.33 3.83 46.51
2 1 6.63 3.04 3.59 45.85
3 1 5.20 1.89 3.37 36.35
Jumlah 18.99 8.26 10.79 43.50
Rata-rata 6.33 2.75 3.59 43.44
Jadi rendemen pada proses pengupasan adalah 43.44%
2. Proses Pengukusan
Mulai dari 29 mei 2010 Pukul 17.10 hingga 1 juni 2010 Pukul 09.25 (64, 15 jam)
Sampel Massa awal biji
(kg)
Massa akhir biji
(kg)
Kenaikan Massa
(%)
1 0.21 0.24 14.30
2 0.21 0.24 14.30
3 0.25 0.29 16.00
Rata-rata 14.87
Keseluruhan
(1 tong)
61.4 kg Massa akhir:
61.4 x 0.1487 + 61.4 = 70.53
34
Lampiran 3. Analisis Neraca Massa Pengeringan Biji Nyamplung
Waktu
(menit)
Massa sampel
+wadah (g)
Suhu lingkungan (°C) Suhu bahan
(°C)
0 260 31 38
60 245 30 41
120 240 30 40
180 235 30 39
240 225 30 40
300 215 30 39
360 215 30 39
420 215 29 34
480 210 29 38
540 205 28 36
600 195 28 40
660 195 32 46
720 190 32 48
280 190 30 36
840 190 28 30
Massa wadah = 10 gram
Massa sampel awal = 250 gram
Massa sampel akhir = 180 gram
Pengurangan massa = (kadar air yang menguap)
Untuk menghasilkan biji nyamplung kering sebanyak 2.04 kg membutuhkan biji basah sebanyak
=
Jadi rendemen pada proses pengeringan adalah 72%.
35
Lampiran 4. Perhitungan Pada Proses Pengempaan Menggunakan Mesin
Kempa Ulir Tunggal
Massa Biji
(kg)
Minyak yang
dihasilkan
(liter)
Massa ampas
(kg)
Solar yang
dikonsumsi
(ml)
Rendemen
(%)
14.07 7.62 7.69 220 47.69
210.30 99.29 118.95 3000 47.21
Rata-rata 47.45
Jadi rendemen pada proses pengempaan dengan menggunakan mesin kempa ulir tunggal adalah
47.45%. Sehingga untuk menghasilkan 1 liter minyak hasil press diperlukan massa biji kering
sebanyak :
Massa biji = = 1.89 kg
Jadi untuk menghasilkan 1.06 liter minyak hasil pengempaan diperlukan 2.04 kg biji kering.
36
Lampiran 5. Analisis Neraca Massa pada Proses Penyaringan
Ulangan Vinput
(liter)
Vouput
(liter)
mampas
(kg)
Rendemen
(%)
1 13.05 12.07 92.50
2 14.10 12.71 90.15
3 11.99 11.34 94.58
Total 39.14 36.70 2.98 -
Rata-rata 92.41
Jadi rendemen pada proses pengyaringan adalah 92.41%
37
Lampiran 6. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengupasan
Perhitungan Kapasitas Pengupasan Buah
Ulangan Jumlah Pekerja
(orang)
Lama pengupasan
(jam)
Massa biji
(kg)
Kapasitas
(kg/jam.orang)
1 1 2.35 1.70 0.72
2 1 2.26 1.84 0.82
3 1 0.80 1.00 0.80
4 4 0.55 1.81 0.82
Rata-rata 0.79
Nilai energi manusia pada proses pengupasan sesuai lampiran 1 adalah 21.54 kJ/menit.
Energi manusia pada proses pengupasan per kg bahan :
= 21.54 kJ/menit x 0.79 kg/jam : 60 menit/jam = 0.28 kJ/kg
Jika untuk menghasilkan 1 liter minyak membutuhkan biji 2.48 kg maka energi manusia yang
diperlukan dalam proses pengupasan untuk menghasilkam 1 liter minyak kasar adalah :
Sedangkan pada skala laboratorium, untuk menghasilkan 1 lietr minyak dibutuhkan 2.29 kg biji
segar. Maka energi manusia yang dibutuhkan adalah
38
Lampiran 7. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengukusan
Pada proses pengukusan kegiatan yang dilakukan adalah mengumpan bahan bakar cangkang
ke dalam tungku, jadi berdasarkan lampiran 1 termasuk kegiatan memuat (feeding) dengan besar
energi manusia persatuan waktu adalah 30,38 kJ/menit.
Tanggal Lama waktu (detik)
29/05/2010 8,120
182
30/05/2010 316
155
238
136
131
31/05/2010 281
108
130
156
155
01/06/2010 643
681
Total 11,432
Energi manusia untuk mengukus 61.40 kg biji adalah:
Jika untuk menghasilkan 1 liter minyak membutuhkan biji 2.48 kg maka energi manusia yang
diperlukan dalam proses pengukusan 2.48 kg adalah:
39
Lampiran 8. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengeringan
Pengeringan biji kukusan massa 63 kg untuk menjadi 45.41 kg bij kering
Tenaga manusia untuk pengeringan biji kukus 2.83 kg adalah :
/ liter
Untuk menghasilkan minyak 1 liter pada skala laboratorium, maka dibutuhkan energi manusia
sebesar
Hari ke Energi Manusia
(kJ/menit)
Lama Kerja
(menit)
Total
kJ
1
2
3
4
7.01
7.01
7.01
7.01
43.18
45.53
44.30
44.25
302.69
319.17
310.54
310.19
1242.59
40
Lampiran 9. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengempaan
Menggunakan Mesin Kempa Ulir Tunggal
Energi yang diperlukan dalam proses pengepresan yang menghasilkan 99,29 liter minyak kotor.
Jenis Kegiatan Lama Pekerjaan
(menit)
Besar Energi
(kJ/menit
Total Energi
(kJ)
Memutar engkol
Mengumpan biji
Pekerjaan buruh
0.16
190.00
190.00
12.79
30.38
21.10
2.05
5772.20
4009.00
Total 9783.25
Sehingga untuk menghasilkan 1.06 liter minyak kotor adalah :
41
Lampiran 10. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Penyaringan
Penyaringan menjadi 39.14 liter minyak mentah
Pekerjaan Eenrgi
(kJ/menit)
Lama kerja
(menit)
Loading 30.38 3.58
3.25
6.83
Dongkrak dan geser pengganjal
(diasumsikan jenis pekerjaan buruh)
21.10 6.80
8.30
7.16
8.42
30.68
Sedangkan untuk memproduksi 1 liter minyak mentah,
42
Lampiran 11. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Penggilingan
Ulangan Massa Biji (kg) lama kerja (menit) Lama tiap kg (menit/kg)
1 2.10 46.58 22.18
2 2.00 44.29 22.15
3 1.62 37.73 23.29
Rata-rata 22.54
Jadi untuk menggiling 2.22 kg biji kering halus membutuhkan energi manusia sebesar
/ liter minyak
43
Lampiran 12. Perhitungan Energi Manusia pada Proses Pengempaan dengan
Hotpress
massa biji kering
(kg)
Lama
(menit)
lama efektif kerja manusia
(menit)
kerja manusia per massa
(menit/kg)
2.10 196 1.34 0.64
2.00 190 1.34 0.67
1.62 188 1.28 0.79
Rata-rata 191.33
0.70
Dalam proses pengempaan ini, dikategorikan ke dalam kegiatan buruh dengan besarnya
energi 21.10 kJ/menit. Maka dengan lama kerja efektif manusia 0.70 menit/kg biji kering, maka
energi manusia yang dibuthkan pada tahap pengempaan adalah
Jika untuk menghasilkan 1 liter minyak dibutuhkan 2.22 kg biji kering, maka energi
manusia spesifik adalah
44
Lampiran 13. Pengukuran dan Perhitungan Nilai Kalor Cangkang Nyamplung
Ulangan Massa
(g)
Sisa
(g) Massa yg terbakar (g)
Waktu
(menit)
Tin
(°C)
Tout
(°C) Ket
Δ T
(°C)
NK
(kal/gram)
1 1.02 0.06 0.96 0 33.17 33.20
1.15
3225.39
3 33.15 33.25
6 33.15 33.25
9 34.18 33.28 Burn
12 34.29 33.39
15 34.30 33.40
18 34.30 33.40 konstan
2 1.02 0 1.02 0 33.00 32.98
1.55
4091.54
3 33.00 33.02
6 33.00 33.04
9 33.00 33.04
12 34.48 34.40 Burn
15 34.55 34.51
18 34.55 34.52
21 34.55 34.52 konstan
44
45
Lampiran 13. Pengukuran dan Perhitungan Nilai Kalor Cangkang Nyamplung (lanjutan)
Ulangan Massa (g) Sisa
(g)
Massa yg terbakar (g) Waktu
(menit)
Tin (°C) Tout (°C) Ket Δ T
(°C)
NK (kal/gram)
3 1 0,51 0,49 0 32.47 32.68 Before
0.58
3187.04
3 32.48 32.71
6 32.48 32.71
9 32.81 33.02 Burn
12 33.02 33.24
15 33.05 33.25
18 33.06 33.26
21 33.06 33.26 konstan
Rata-rata 3501.33
Rata-rata dalam kJ/kg 14635.54
45
46
Lampiran 14. Perhitungan Energi Bahan Bakar pada Proses Pengukusan
Pengumpanan Cangkang ke Massa Cangkang
(kg)
1 13.40
2 5.40
3 4.90
4 5.70
5 4.80
6 4.10
7 5.10
8 8.50
9 5.30
Total 57.20
Berdasarkan perhitungan nilai kalor cangkang Nyamplung dalam Lampiran 13, maka energi
bahan bakar cangkang yang digunakan dalam proses pengukusan 61,40 kg biji adalah :
Sedangkan untuk menghasilkan minyak 1 liter dibutuhkan energi bahan bakar cangkang sebesar :
47
Lampiran 15. Perhitungan Energi Listrik pada Produksi Minyak nyamplung
skala laboratorium
Proses Penggilingan
Massa Biji
(kg)
lama kerja
(menit)
Lama tiap kg
(menit/kg)
Listrik
(kJ /liter)
2.10 46.58 22.18
2.00 44.29 22.15
1.62 37.73 23.29
Rata-rata 22.54 473.31
Proses Pengempaan
massa biji kering
(kg)
lama
(menit)
Lama efektif listrik
(menit) Lama Listrik (detik)
Energi listrik
(kW/kg)
2.10 196 136 8160 3497.14
2.00 190 131 7860 3537.00
1.62 188 130 7800 4333.33
Rata-rata 191.33 3789.16
Pada mesin hotprees penyalaan listrik hanya untuk menaikkan suhu sesuai pengaturan pada
termostat jadi listrik menyala tidak selama proses pengempaan. Jadi total energi listrik spesifik
yang dibutuhkan pada produksi minyak nyamplung skala indistri adalah
48
Lampiran 16. Pengukuran Radiasi Matahari dan Luasan Pengeringan
Pengukuran radiasi matahari pada proses pengeringan
Hari
ke
Lama
Pengeringan
(menit
Rata-rata
radiasi
(W/m2)
Massa awal sampel
(gram)
Massa akhir sampel
(gram)
1 2 3 1 2 3
1 567.72 52.06 53.69 73.08 46.13 47.72 66.11
2 661.64 47.85 47.28 63.79 42.77 43.68 60.22
3 310.39 41.05 42.26 59.08 40.29 41.46 58.12
4 440.48 39.93 40.99 57.52 37.16 37.94 53.57
5 538.39 36.88 37.45 52.85 35.05 35.53 50.72
Rata-
rata
503.72
Perubahan massa sampel
Sampel 1 = 52.06 – 35.05 = 17.01 g ; atau 32.67 % berat awal
Sampel 2 = 53.69 – 35.53 = 18.16 g ; atau 33.82 % berat awal
Sampel 3 = 73.08 – 50.72 = 22.36 g ; atau 30.59 % berat awal
Pengukuran luas pengeringan (Ap)
Ulangan Massa biji
(kg)
Luas Biji Kering
(m2)
Massa per satuan luas
(kg/m2)
1 46.01 x 10-3
8.8 x 10-3
5.23
2 46.93 x 10-3
9.0 x 10-3
5.21
3 81.18 x 10-3
15.3 x 10-3
5.31
Rata-rata 5.25
Untuk menghasilkan 1 liter minyak mentah dibutuhkan 2.04 biji kering
49
Lampiran 16. Pengukuran Radiasi Matahari dan Luasan Pengeringan
(lanjutan)
Maka energi matahari yang dibutuhkan dalam proses pengeringan adalah: (lama pengeringan 840
menit)
/ liter
Untuk skala laboratorium energi matahari yang digunakan adalah: (lama pengeringan 12,000
menit)
/ liter
50
Lampiran 17. Analisis Ekonomi Skala Industri Kecil
Kapasitas kempa 66.35 kg biji kering/jam 13,270.00 kg biji kering/bulan
Kebutuhan biji kukus 92.15 kg biji kukus/jam 18,430.56 Kg biji kukus/bulan
kebutuhan biji segar 80.84 kg biji segar/jam 16,167.15 Kg biji segar/bulan
Kebutuhan buah nyamplung 187.99 kg buah/jam 37,598.03 Kg buah/bulan
Konsumsi solar 0.95 liter/jam 189.27 Liter/bulan
kapasitas produksi minyak 31.48 liter/jam 6,296.62 Liter/bulan
Biaya variabel tenaga kerja
No Tenaga Kerja Waktu Jumlah
Fisik
Biaya
per Total Biaya per
hari bulan
Jam Rp Rp Rp
1 Tenaga pengukusan 8 1 30,000 30,000 750,000
2 Tenaga kerja pengeringan 8 1 30,000 30,000 750,000
3 Tenaga kerja pengempaan 8 2 30,000 60,000 1,500,000
4 Tenaga kerja penyaringan 8 1 30,000 30,000 750,000
Total
3,750,000
50
51
Lampiran 17. Analisis Ekonomi Skala Industri Kecil (lanjutan)
Biaya variabel total
No Struktur biaya Satuan Jumlah Fisik
(satuan/bulan)
Biaya per
satuan Total
Rp Rp
1 Buah Nyamplung kg 13270 500 6,635,000
2 Upah pengupas kg 16167 500 8,083,500
3 Solar liter 189.27 4,500 851,715
4 Tenaga kerja 3,750,000
Total biaya variabel 19,320,215
Biaya tetap
N
o Komponen
Nilai Umur Nilai Akhir Penyusutan Pemeliharaan Penyusutan
Rp tahun Rp Rp/tahun Rp / bulan Rp/bulan
1 Mesin Kempa single screw 25,000,000 10 2,500,000 2,250,000 250,000 187500
2 Mesin kempa hidrolik 5,000,000 10 500,000 450,000 50,000 37500
3 Tong pengukus 200,000 5 20,000 36,000 2,000 3000
4 Tungku 350,000 10 35,000 31,500 3,500 2625
5 Kain saring 150,000 10 15,000 13,500 1,500 1125
6 Palu kayu 25,000 5 2,500 4,500 250 375
7 Timbangan 500,000 10 50,000 45,000 5,000 3750
8 Tongkat penebar 35,000 5 3,500 6,300 350 525
9 Bangunan 100,000,000 10 10,000,000 9,000,000 500,000 24658
10 Tanah 50,000,000 10 5,000,000 4,500,000 375000
Total 16,336,800 812,600 636,058
Total Biaya tetap (pemeliharaan + penyusutan)
1,448,658
51
53
Lampiran 18. Analisis Ekonomi Skala Laboratorium
Kapasitas kempa maksimal 1.57 kg/jam 12.58 kg biji kering / hari 314.47 kg/bulan
kebutuhan biji segar 2.18 kg/jam 17.47 kg biji segar/hari 436.76 kg/bulan
Kebutuhan buah nyamplung 5.08 kg/jam 40.63 kg buah/hari 1,015.72 kg/bulan
Konsumsi listrik hotpress 900.00 Watt jam 7,200.00 Watt jam / hari 180,000.00 Watt jam/bulan
konsumsi litrik blender 350.00 Watt jam 2,800.00 Watt jam / hari 70,000.00 Watt jam/bulan
kapasitas produksi minyak 0.75 liter/jam 5.97 liter/hari 149.21 liter/bulan
Biaya variabel tenaga kerja
No Tenaga Kerja Jumlah
Fisik
Biaya per
hari Total
Upah per
waktu
Rp Rp Rp/bulan
1 Tenaga kerja
pengeringan 1 30,000 30,000 750,000
2 Tenaga kerja
penggilingan 1 30,000 30,000 750,000
3 Tenaga kerja
pengempaan 1 30,000 30,000 750,000
Total 2,250,000
53
54
Lampiran 18. Analisis Ekonomi Skala Laboratorium (lanjutan)
Biaya variabel total
No Struktur biaya Satuan Jumlah
Fisik
Biaya
per Total
satuan
Rp Rp
1 Buah nyamplung kg 1,015.72 500 507,860
2 Listrik hotpress Wh 180,000 0.80 144,000
3 Listrik blender Wh 70,000 0.80 56,000
4 Tenaga kerja 2,250,000
Total 2,957,860
Biaya tetap
No Komponen Nilai Umur Nilai Akhir Penyusutan Pemeliharaan Penyusutan
Rp tahun Rp Rp/tahun Rp / bulan Rp/bulan
1 Mesin kempa hidrolik 12,000,000 10 1,200,000 1,080,000 120,000 90,000
2 Blender 150,000 10 15,000 13,500 1,500 1,125
3 Kain saring 20,000 1 2,000 18,000 200 1,500
4 Palu kayu 25,000 5 2,500 4,500 250 375
5 Timbangan 500,000 10 50,000 45,000 5,000 3,750
6 Tongkat penebar 35,000 5 3,500 6,300 350 525
7 Bangunan 100,000,000 10 10,000,000 9,000,000 500,000 750,000
8 Tanah 50,000,000 10 5,000,000 4,500,000 375,000
Total 14,667,300 627,300 1,222,275
Total Biaya tetap (pemeliharaan + penyusutan)
1,849,575
54