sudah saatnya dunia pendidikan kita menaruh perhatian kepada persoalan lingkungan yang mempengaruhi...

5
Sudah saatnya dunia pendidikan kita menaruh perhatian kepada persoalan lingkungan yang mempengaruhi proses pendidikan. Dalam beberapa waktu lalu beredar foto secara luas tentang anak- anak sekolah yang menyeberangi sungai dengan menggunakan kawat yang melintang di atas sungai. Karena letak sekolahnya berada di seberang sungai, maka anak-anak itu setiap hari harus meniti tali kawat itu untuk bisa sampai ke seberang. Dalam foto kantor berita Antara yang juga dirilis beberapa media massa lain, tampak beberapa bocah berseragam; ada yang memakai baju olahraga, semuanya bersandal jepit. Mereka berhati-hati memegangi kawat baja yang melintang di atas sungai selebar sekitar 40 meter. Ketinggian jembatan kawat baja dari atas sungai sekitar lima meter. Bahaya jelas mengancam mereka. Gambar ini tentu saja ironi dan menimbulkan perasaan miris bagi yang melihatnya. Karena untuk pulang pergi sekolah, anak-anak itu harus bertaruh nyawa. Mereka harus meniti kawat untuk menyeberangi sungai dengan arus deras sungai di bawahnya.tanpa perlindungan yang memadai s eperti halnya outbond . Jika terpeleset mereka bisa jatuh ke sungai dan terseret arus. Di sungai itu sebelumnya ada jembatan Leuwi Lember di Provinsi Banten yang ambruk gara-gara tergerus air Sungai Ciliman di Desa Cicaringin. Yang tertinggal hanya kawat yang tergantung dari satu sisi sungai ke sisi lainnya. Namun Jembatan itu tak kunjung diperbaiki kendati sudah diadukan tokoh masyarakat setempat ke DPRD Banten hingga Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Peristiwa meniti sungai dengan kawat untuk sekolah ini justru terjadi di tengah hiruk pikuk berbagai persoalan bangsa yang menelan anggaran Negara sangat banyak. Peristiwa jembatan gantung itu kemudian seperti terabaikan, tertelan riuh rendahnya berbagai ragam masalah yang mendera bangsa ini. Di level atas, para pemimpin, para politisi berkutat dengan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk membayar biaya politik. Sementara di tingkat bawah, masyarakat tidak meminta kemewahan. Mereka hanya meminta fasilitas umum yang bisa

Upload: spellcaster

Post on 16-Sep-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ut

TRANSCRIPT

Sudah saatnya dunia pendidikan kita menaruh perhatian kepada persoalan lingkungan yang mempengaruhi proses pendidikan.Dalam beberapa waktu lalu beredar foto secara luas tentang anak-anak sekolah yang menyeberangi sungai dengan menggunakan kawat yang melintang di atas sungai. Karena letak sekolahnya berada di seberang sungai, maka anak-anak itu setiap hari harus meniti tali kawat itu untuk bisa sampai ke seberang.Dalam foto kantor berita Antara yang juga dirilis beberapa media massa lain, tampak beberapa bocah berseragam; ada yang memakai baju olahraga, semuanya bersandal jepit. Mereka berhati-hati memegangi kawat baja yang melintang di atas sungai selebar sekitar 40 meter. Ketinggian jembatan kawat baja dari atas sungai sekitar lima meter. Bahaya jelas mengancam mereka.Gambar ini tentu saja ironi dan menimbulkan perasaan miris bagi yang melihatnya. Karena untuk pulang pergi sekolah, anak-anak itu harus bertaruh nyawa. Mereka harus meniti kawat untuk menyeberangi sungai dengan arus deras sungai di bawahnya.tanpa perlindungan yang memadaiseperti halnya outbond. Jika terpeleset mereka bisa jatuh ke sungai dan terseret arus.Di sungai itu sebelumnya ada jembatan Leuwi Lember di Provinsi Banten yang ambruk gara-gara tergerus air Sungai Ciliman di Desa Cicaringin. Yang tertinggal hanya kawat yang tergantung dari satu sisi sungai ke sisi lainnya. Namun Jembatan itu tak kunjung diperbaiki kendati sudah diadukan tokoh masyarakat setempat ke DPRD Banten hingga Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.Peristiwa meniti sungai dengan kawat untuk sekolah ini justru terjadi di tengah hiruk pikuk berbagai persoalan bangsa yang menelan anggaran Negara sangat banyak. Peristiwa jembatan gantung itu kemudian seperti terabaikan, tertelan riuh rendahnya berbagai ragam masalah yang mendera bangsa ini.Di level atas, para pemimpin, para politisi berkutat dengan mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk membayar biaya politik. Sementara di tingkat bawah, masyarakat tidak meminta kemewahan. Mereka hanya meminta fasilitas umum yang bisa menunjang kehidupan dan gerak ekonomi mereka. Ironisnya, kebutuhan dasar seperti itu saja tidak bisa dipenuhi pemerintah. Seperti masyarakat di Provinsi Banten itu, mereka hanya minta sebuah jembatan, transportasi untuk ke pasar. Namun hal seperti itu saja sulit dipenuhi saat ini.Karenanya banyak kalangan prihatin dengan para elit politik yang hanya menuntut kemewahan, sementara kondisi pembangunan infrastruktur berjalan sangat lambat. Hal ini tentu saja menimbulkan pertanyaan; bagaimana dengan tujuan pemerintah yang katanya ingin mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa?Di tengah pemberitaan yang luas belakangan ini, kemungkinan pemerintah daerah setempat menaruh perhatian untuk segera memperbaiki jembatan tersebut. Namun hal ini menjadi catatan, betapa kebutuhan rakyat kecil sering terabaikan, meski kebutuhan tersebut adalah hal-hal yang bersifat vital.KesalahanMengapa peristiwa tersebut bisa terjadi? Apa yang salah dalam penyelenggaraan penddikan kita? Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh pernah menyatakan, bahwa diperlukan adanya efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pendidikan.Efisiensi di antaranya dalam pengelolaan anggaran penyelenggaraan pendidikan, yaitu sekira 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dia menyayangkan kalau anggaran yang besar tidak kita kelola dengan baik. Pada kenyataannya, semua proses yang terjadi dalam dunia pendidikan adalah irreversible, atau tidak bisa dibalik. Karena itu, semua yang dilakukan harus tepat dan efektif. Kesalahan dalam dunia pendidikan akan menimbulkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan. Ini juga yang menyebabkan perbedaan antara negara berkembang (miskin) dan negara maju (kaya). Perbedaannya adalah pada sikap/perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk bertahun-tahun melalui kebudayaan dan pendidikan. Ketidakefisienan dan ketidakefektifan proses pendidikan akan memunculkan sikap perlaku tertentu.Pendidikan dalam hal ini adalah pendidikan dalam arti luas yang bersinergi berbagai bidang termasuk dalam proses pengadaan infrastruktur penunjang proses pendidikan itu. Karena kita bisa membayangkan, ketika para murid akhirnya menganggap wajar persoalan jembatan yang rusak tanpa ada perbaikan berlama-lama. Maka mereka kemudian akan merasa wajar untuk bertaruh nyawa untuk ke sekolah. Pada akhirnya mereka akan menganggap wajar hal-hal yang sebetulnya menyimpang dan merupakan suatu kesalahan. Ini adalah jenis pendidikan yang didapat secara langsung oleh anak-anak kita dari lingkungannya.Anak-anak perlahan mulai menerima bentuk-bentuk penyimpangan. Mereka mulai memakluminya sampai kemudian menjadikannya sebagai hal yang lumrah dan wajar. Sampai akhirnya mereka akan menjadi pelaku kelumrahan tersebut.Ini bukan sekedar isapan jempol semata, karena pendidikan non akademik seperti ini sejatinya banyak mempengaruhi tumbuh kembangnya generasi muda bangsa. Tanpa kita sadari, mereka menjadi orang-orang yang skeptis terhadap lingkungannya dan menjadi sangat apriori terhadap disiplin terhadap aturan.Rasa amanDalam dunia pendidikan dikenal Teori Hierarki Kebutuhan yang disampaikan Abraham Maslow. Rasa aman adalah salah satu kebutuhan manusia dalam hierarki kebutuhan tersebut. Dalam konteks pendidikan, aplikasi teori kebutuhan itu adalah pada pemenuhan rasa aman.Bentuk-bentuknya biasanya seperti sikap gurus yang menyenangkan dan tidak menunjukkan ancaman atau menghakimi; Adanya ekspektasi yang konsisten; Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistim pendisiplinan yang adil; Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian, reward atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif.Tapi lebih jauh dari itu, kebutuhan akan rasa aman ketika para siswa menghadapi kendalam dalam hal-hal yang terkait proses pendidikannya adalah sesuatu yang sering diabaikan. Misalnya, ketika seorang siswa sering mendapat perlakuan kurang menyenangkan sepanjang jalan menuju sekolahnya. Dia kerap diganggung orang hingga menimbulkan ketakutan dan tingkat stress atau tekanan secara psikologis. Akan lebih berbahaya jika ia bersifat terpendam.Hal seperti ini akan mengganggu proses belajar dalam diri siswa secara keseluruhan. Berbagai program yang dirancang di sekolah akan sia-sia bagi siswa yang memiliki masalah seperti ini. Dia akan menjadi pihak yang dirugikan akibat abainya proses pendidikan pada lingkungan yang mempengaruhi si anak didik.Tentu saja ini tidak bisa dikatakan dapat berlaku umum. Karena kondisi psikologis anak didik tidak selalu sama. Ada yang menanggapi berbagai hambatan yang mereka hadapi dengan enteng dan tidak terlalu serius. Tapi bisa menimbulkan beban psikologis berat bagi anak yang lain.Kasus meniti jembatan gantung untuk berangkat sekolah itu bisa menjadi suatu beban psikologis bagi siswa hingga bisa menghancurkan seluruh tujuan program pendidikan yang telah dirancang dengan matang di sekolah. Si anak bisa terjerumus kepada rasa ketidakpercayaan diri karena kebutuhan akan rasa amannya tidak terpenuhi.PenutupSudah saatnya dunia pendidikan kita menaruh perhatian kepada persoalan lingkungan yang mempengaruhi proses pendidikan. Karena bagaimanapun sektor pendidikan itu tidak bisa berdiri sendiri dan tidak hidup di ruang hampa tanpa nilai-nilai dan dinamika sosial di sekelilingnya. ***** (Dr Drs H.Ramli Lubis, MM : Penulis adalah Mantan Wakil Walikota Medan. )

http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=12076:pengaruh-lingkungan-pada-proses-pendidikan&catid=59:opini&Itemid=215