suara politik pers medan prijaji: kajian terhadap...

131
SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP TULISAN R.M TIRTO ADHISOERJO TAHUN 1909-1910 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh : Asep Halimi 1111022000059 JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M/ 1437 H

Upload: duongdiep

Post on 11-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP

TULISAN R.M TIRTO ADHISOERJO TAHUN 1909-1910

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :

Asep Halimi

1111022000059

JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M/ 1437 H

Page 2: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :
Page 3: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :
Page 4: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :
Page 5: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

i

ABSTRAK

Skripsi ini berusaha untuk menganalisa pengaruh tulisan R.M. Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) dan kebijakan pemerintah terhadap pers. Dalam hal ini,

pers sebagai alat perjuangan pribumi berpotensi menjadi ancaman bagi

keberlangsungan politik kolonial Hindia Belanda. Selain itu skripsi ini juga ingin

melanjutkan kajian pers (surat kabar) yang belum banyak membahas secara

terperinci tentang pengaruh pers di abad ke-20 Masehi. Penelitian ini bersifat

analitycal history, karena itu, metode yang penulis gunakan adalah kajian

kualitatif, dan data penulis peroleh melalui penelusuran literatur dan dokumentasi.

Penulis mendasarkan analisa ini pada teknik penelitian sejarah: heuristik,

verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Dalam penelitian ini, penulis

mendapatkan temuan-temuan baru terkait dengan pengaruh pers di awal abad ke-

20 M. dengan mengkaji beberapa tulisan R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

dalam surat kabar Medan Prijaji. Selain itu, penulis juga menemukan fakta-fakta

terkait suara-suara politik tentang pemerintah dan masyarakat pribumi dalam surat

kabar Medan Prijaji. Dengan demikian, penelitian ini penulis harapkan dapat

melengkapi penelitian-penelitian terdahulu yang belum sempat menjawab

permasalahan yang menjadi fokus kajian skripsi ini.

Skripsi ini juga ingin meningkatkan kajian sejarah dari sudut pandang pers

dengan pendekatan politik dan sosial. Dari hasil analisa dengan menggunakan

pendekatan tersebut, penulis simpulkan bahwa tulisan-tulisan R.M Tirto

Adhisoerjo yang bermuatan politik dalam surat kabar Medan Prijaji menjadi

ancaman bagi keberlangsungan pemerintahan kolonial dan menjadi sarana

penyadaran politik bagi masyarakat pribumi.

Kata kunci : Pers, Medan Prijaji, R.M. Tirto Adhisoerjo, Pemerintah,

Pribumi

Page 6: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Yang Maha Pengasih Lagi

Maha Penyayang karena atas rahmat dan karuniaNya, sholawat serta salam

semoga selalu terlimpah kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW, beserta

keluarga, sahabat, dan para pengikutnya. Rasa syukur disertai dengan usaha yang

sungguh-sungguh serta tekad yang kuat akhirnya penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini dengan Judul “Suara Politik Pers Medan Prijaji: Kajian Terhadap

Tulisan R.M. Tirto Adhisoerjo Tahun 1909-1910”. Meskipun penulis sadar

betul akan banyaknya kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis

berkeyakinan karya ini dapat memberikan manfaat bagi para penggiat kajian

sejarah pers.

Terwujudnya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang

telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun

pemikiran yang diberikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2. Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A. selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora

3. H. Nurhasan, M.A Selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas Adab dan Humaniora.

Page 7: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

iii

4. Drs. Tarmizy Idris, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak nasihat, masukan dan arahan bagi penulis dalam

menyelesaikan penulisan skripsi.

5. Solikhatus Sa‟diyah, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan

Islam yang telah sabar mengurusi semua administrasi yang penulis butuhkan.

6. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim, M.A. selaku dosen penguji I sekaligus

penasihat akademik yang baik dalam memberikan, masukan, arahan dan

motivasi yang baik bagi penulis.

7. Usep Abdul Matin, S.Ag., M.A., M.A., Ph.D., selaku doen penguji II yang

telah membantu penulis dalam memperbaiki skripsi ini baik dari segi isi,

maupun kalimatnya. Dari perbaikan ini, penulis belajar bagaimana menulis

tulisan yang akademik, dan lebih enak dibaca.

8. Drs. H. Azhar Saleh, M.A selaku dosen pembimbing akademik yang telah

dengan sabar mengajari dan membimbing penulis.

9. Amil Sarmili dan Nafsiah, selaku orang tua penulis. Terimaksih atas motivasi,

cinta dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.

10. Ust. Abdullah Syafi‟i selaku orang tua dan guru spiritual yang banyak

mendoakan dan memotivasi penulis.

11. Kaka dan adik-adikku tercinta, M. Yunus, Nurjanah, Ma‟mun Nawawi, Dede

Nurhadi, Melinda dan Dzidane Abdillah. Trimakasih telah menjadikan rumah

sebagai lingkungan yang hangat dalam berdiskusi dan mengadu hati.

12. Seluruh Dosen Sejarah Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

iv

13. Jeanita Inayah Arifianingsih, „Alarm‟ terindah yang selalu mengingatkan

bahwa skripsi ini harus segera selesai. Semoga semuanya indah pada

waktunya

14. Mumu Muakhir, Hanna Nurjanah, Tomy Sutrisno. Terimakasih atas segala

masukan dan bimbingan yang tanpa pamrih terhadap penulis.

15. Jaka Samudri, Amalia Rahmadanty, Zahrul Muntaqo. kawan seperjuangan

dalam menggapai cita-cita, terimaksih telah menjadi sahabat yang baik dalam

hal saling mensupport dan mengkritik.

16. Segenap kawan-kawan GPPI (Gerakan Pemuda Patriotik Indonesia), yang

telah menuntun dan terus memberikan transformasi kesadaran menuju tugas

mulia yang seharunya sebagai pemuda patriotik untuk mampu menjadi

pelopor kemajuan dan kemandirian bangsanya.

17. Teman-teman seperjuangan SKI angkatan 2011 yang selalu memberi

dukungan dan masukan kepada penulis.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai ini mendapat keberkahan disisi

Allah SWT, Amiin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh Karen itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai

pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepannya. Amiin Ya

Rabbal „Alamin.

Jakarta, 23 Juni 2016

Penulis,

Page 9: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .........................................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................v

DAFTAR ISTILAH ..........................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................1

B. Identifikasi Masalah ....................................................................9

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..........................................10

D. Tujuan Penelitian .........................................................................11

E. Manfaat Penelitian .......................................................................11

F. Tinjauan Pustaka .........................................................................12

G. Metode Penelitian ........................................................................15

H. Sistematika Penulisan ..................................................................19

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA DAN

SEJARAH TEBENTUKNYA PERS MEDAN PRIJAJI

A. Kebijakan Politik Pemerintah Hindia Belanda di Awal

Abad ke-20 ..................................................................................20

B. Kebijakan Pemerintah Terhadap Pers .........................................23

C. Sejarah Perkembangan Pers di Hindia Belanda dan

Awal Kebangkitan Pers Pribumi .................................................34

D. Sejarah Terbentuknya Pers Medan Prijaji ..................................40

BAB III PERAN PERS MEDAN PRIJAJI TERHADAP PRIBUMI

A. Medan Prijaji sebagai Medan Perjuangan Masyarakat

Pribumi ........................................................................................57

B. Medan Prijaji sebagai Alat Tranformasi Politik Masyarakat

Pribumi ........................................................................................ 66

Page 10: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

vi

C. Medan Prijaji Pengawali Lahirnya Kesadaran Nasional ............ 74

BAB IV PENGARUH SUARA POLITIK R.M. TIRTO ADHISOERJO

DALAM MEDAN PERIJAJI

A. Suara Politik R.M. Tirto Adhisoerjo sebagai Kritik

Terhadap Sistem Pemerintah Kolonial ........................................85

B. Suara Politik R. M Tirto Adhisoerjo dalam Pembongkaran

Skandal Politik Pemerintah Hindia Belanda ...............................91

C. Suara Politik R.M. Tirto Adhisoerjo sebagai Penyalur

Advokasi Masyarakat Terhadap Pemerintah Hindia Belanda .....96

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................108

B. Saran ...........................................................................................110

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................112

LAMPIRAN…………………………………………………………………....115

Page 11: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

vii

DAFTAR ISTILAH

Algemeen Verslag Laporan umum

bervoedering van welvaart Memajukan kesejahteraan.

Culturestelsel Sistem tanam paksa

Drukpersreglement Peraturan Pers

Fiscus Pembendaharaan negeri

Landrente Sistem pajak yang dibuat oleh Stanford

Raflles

ontwikkeling Perkembangan

opvoeding Pendidikan

Patrimonial Sistem bentukan hubungan tuan dan anak buah

Pers Putih Pers yang dimiliki oleh orang kulit putih (Eropa)

Persdelict Kasus Pers atau pelanggaran pers

Politik Etis Politik balas budi

Preventif Sistem pencegahan

Pribumi Masyarakat asli Hindia Belanda (Indonesia)

Prijaji Kelas sosial dalam golongan bangsawan

Represif Sistem pengawasan yang ketat

vooruitgaang, opheffing Kemajuan

Page 12: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

viii

DAFTAR SINGKATAN

ANRI Arsip Nasional Republik Indonesia

ENOI Encyclopaedie van Nederlandsch Oost Indie

HB Hindia Belanda

IP Indische Partij

MP Medan Prijaji

PNRI Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

RR Regeerings Reglement

SDI Sarekat Dagang Islam

VOC Verenigde Oost-Indische Compagnie

Page 13: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Revolusi industri yang terjadi di Eropa berhasil mendorong terjadinya

perubahan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat.

Perubahan tersebut tidak hanya mempengaruhi kehidupan masyarakat Eropa,

akan tetapi juga masyarakat di belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia.

Apalagi dengan perubahan paradigma filsafat yang diterapkan oleh

imperialisme Barat pada saat itu. Daerah jajahan tidak hanya merupakan

daerah taklukan saja tetapi fungsinya lebih diberdayakan dari sekedar daerah

penghasil bahan baku dan pemasaran hasil industri, tetapi juga secara aktif

dijadikan sebagai tempat penanaman modal (investasi). Selain karena desakan

kebutuhan aman yang menuntut diikutinya arus revolusi industri, muncul pula

kritikan dari kaum humanis dan demokrat di negeri Belanda tentang

pemberlakuan sistem tanam paksa di Indonesia. Desakan desakan tersebut

pada akhirnya mendorong untuk dihapuskannya sistem tanam paksa pada

tahun 1870.1

Disamping derasnya arus Imperialisme dan kolonialisme di Nusantara

khususnya di Indonesia berkembang juga industri percetakan dan pers sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dari dampak revolusi industri. pada abad ke-19

berkembang juga Industri Persuratkabaran di Hindia Belanda sebagai

penopang jalannya ekspansi kolonial. Pada tahun 1860-1880 mulai

1 http://www.gurusejarah.com/2015/02/pengaruh-revolusi-industri-di-indonesia.html

Page 14: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

2

bermunculan geliat pers Belanda berbahasa pribumi yang digerakan oleh

swasta guna menunjang sistem ekonomi liberal pada masa diterapkan

kebijakan politik ekonomi pintu terbuka oleh Belanda. Pada masa sistem

politik kolonial liberal (1850-1870)2 pers berfungsi sebagai alat untuk

memasarkan hasil industri dan memuat informasi perdagangan di Hindia

Belanda.

Tahun 1870 Belanda memasuki kapitalisme modern. Dari hasil revolusi

industri selama dua dasawarsa sebelumnya dibuktikan dengan perkembangan

industri, perkapalan, perbankkan, dan alat komunikasi modern. Volume

perdagangan berkembang dengan pesatnya, sedangkan perkembangan modal

mununjukan jumlah perbandingan yang besar, sistem perdagangan yang

bebas mengatur hubungan perdagangan-perdagangan Belanda dengan negara

tetangga. Politik pintu terbuka di Hindia Belanda dan perkembangan

perusahaan-perusahaan milik swasta telah sampai pada kelebihan produksi

yang kemudian harus mencari pasaran di negara-negara lain di luar Belanda

sendiri. 3 Pada masa ini Pers memegang peranan penting sebagai bagian dari

alat komunikasi modern untuk menyuguhkan informasi pasar dan

perkembangan arus modal di Hindia Belanda. Di zaman ini pers sebagai

bagian dari dampak revolusi industri berfungsi sebagai penopang jalannya

ekspansi kolonial di Hindia Belanda, gerakannya sejalan dengan arus

perkembangan kondisi sosio-politik yang ditentukan oleh kebijakan

pemerintah kolonial. Hal ini terus berlanjut sampai pada tahun 1902 ketika

2 Anonimous, Politik Kolonial Hindia Belanda Abad k-XIX, tahun 1967, koleksi

perpustakaan Nasional Indonesia.h. 18 3 Anonimous, Politik Kolonial Hindia Belanda Abad Ke-XIX, h.19.

Page 15: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

3

diterapkannya kebijakan politik etis yang memberikan perubahan baru pada

kondisi sosio-poitik Hindia Belanda. Masa politik etis merupakan zaman

modern kedua yang memicu sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia.

Sejarah pergerakan Indonesia di mulai sejak diterapkan gagasan politik

etis4 atau politik balas budi yang di gagas oleh Van de Venter pada sekitar

tahun 1902. Ide ini yang kemudian melahirkan elit-elit modern di Indonesia.

Pemerintah Hindia-Belanda yang mencanangkan pengadaan dan perbaikan di

bidang pendidikan untuk pribumi tanpa disadari telah mengilhami kesadaran

kebangsaan dan memicu perubahan sosial pada masyarakat Hindia-Belanda.

Pada babak awal abad ke-20 ini banyak kaum pribumi terutama kaum elit

terdidik yang mulai memiliki kesadaran kebangsaan, hal ini dapat dilihat dari

langkah progresif yang dilakukan tokoh-tokoh pribumi dalam hal

mengorganisasikan diri dan menuangkan gagasan serta konsep

kebangsaannya melalui pers. Pers sebagai langkah positif yang dipergunakan

oleh tokoh-tokoh muda terpelajar pribumi sebagai sarana yang tepat untuk

menyebarluaskan gagasan kebangsaan bagi bangsa pribumi. Hal ini dapat

dilihat dari kemajuang pers milik pribumi pada abad ke-20 yang memberikan

warna baru bagi kehidupan sosio-politik Hindia Belanda.

Sejalan dengan itu, penulis tertarik untuk mengkaji suatu pembahasan

sejarah dari objek kajian yang berbeda. Melalui analisis terhadap sejarah pers

4 Takashi Siraishi menyebutkan bahwa zaman etis “pilitik eties” adalah zaman modern

yang merupakan zaman baru dalam politik colonial dimulai. Semboyan dari zaman baru ini adalah

“kemajuan”. Kata-kata yang menandakan kemajuan, seperti “vooruitgaan, opheffing (kemajuan)

ontwikkeling (perkembangan), dan opvoding (pendidikan), membubuhi bahasa saat itu bersama

bervoedering van welvaart (memajukan kesejahteraan). Takhasi Shiraishi, Zaman Bergerak,

Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, (Grafiti: Jakarta, 1997) cet. I, h. 35.

Page 16: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

4

pribumi yang memiliki peranan sangat besar pada era awal kebangkitan

nasional. Dalam skripsi ini penulis mendapatkan ketertarikan besar untuk

mengkaji bagaimana peran persuratkabaran atau pers pribumi memberikan

kontribusi dalam sejarah pergerakan di masa awal kebangkitan nasional.

Ditengah ketatnya peraturan pemerintah Hindia Belanda terhadap pers,

kehadiran pers yang digerakan oleh pribumi mampu bertahan dan

memberikan kontribusi yang luar biasa bagi lahirnya kesadaran nasional.

Sebagai pers yang berpihak dan membela kepentingan bangsa pribumi,

tentu kehadirannya menjadi ancaman bagi jalannya pemerintah kolonial

Hindia Belanda. berangkat dari asusmsi itu, penulis tertarik untuk menelisik

lebih jauh mengenai keberadaan dan fungsi pers di awal zaman pergerakan

Indonesia. Melalui telaah terhadap kajian sejarah pers, ditemukan kiprah

seorang tokoh muslim pelopor pers bernama R.M Tirto Adhisoerjo (1880-

1918) yang lahir dalam keluarga bupati Bojonegoro pada tahun 1880, tetapi

menolak masuk Pangrehpraja, bersekolah beberapa tahun di STOVIA

Batavia. Pada tahun 1903 ia mendirikan dan memimpin surat kabarnya

sendiri, Soenda Berita. Dengan bantuan keuangan dari Bupati Cianjur R.A.A.

Prawiradireja lalu bergabung dengan Pemberita Betawi sebagai redaktur pada

tahun 1906. Ia mendirikan Sarekat Prijaji yang bermaksud untuk memajukan

pendidikan anak-anak priyai dan bangsawan pribumi lainnya dengan

pemberian beasiswa. Pada tahun 1907, ia menerbitkan mingguan baru dengan

judul Medan Prijai dan tahun berikutnya bersama Haji Mohamad Arsad dan

Pengeran Oesman mendirikan perusahaan terbatas pertama milik pribumi,

Page 17: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

5

N.V Javasche Boekhandelen Drukkerijj “Medan Prijaji”. dan membeli salah

satu percetakan pertama milik pribumi. sebagai penopang modal untuk

Medan Prijaji ia juga mendirikan Sarekat Dagang Islamijah tahun 1909 yang

terdiri atas saudagar-saudagar muslim di Bogor. Sebagai perkumpulan kaum

Mardika, terjemahan bahasa Melayunya dari istilah Belanda Vrije Burgers

dan mengitkuti bentuk Siang hwee (kamar dagang Tionghoa), ini adalah suatu

bentuk Idea of Progress yang ditangkap oleh R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-

1918) pada zamannya untuk memajukan bangsa pribumi5

R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) adalah bangsawan muslim Jawa

pertama yang sadar memasuki dunia perniagaan dengan jurnalistik sebagai

sarana, ia juga orang yang pertama terjun di bidang jasa sosial, mula-mula

dikerjakan sebagai perorangan, mencarikan kerja, dan memberi bantuan

hukum bagi bangsa pribumi secara cuma-cuma. Semua kerja kerasnya

tersebut dapat ditemukan dalam pers Medan Prijaji yang ia dirikan. Ia adalah

motor gerakan kemajuan bangsa pribumi, dengan segala usahanya dalam

mendirikan Sarekat Prijaji, Sarekat Dagang Islamijah (1909), dan pers Soenda

Barita (1903-1906), Medan Prijaji (1907-1912), Soeloeh Keadilan (1909-

1912), Poetri Hindia (1909-19012).6 Dari usaha besarnya mumbuktikan

bahwa kemajuan atas bangsa pribumi telah dimulai, dengan kerjakerasnya

yang luar biasa, tokoh ini mampu menangkap tantangan zamannya dengan

baik serta mampu mengawal lahirnya kesadaran nasional.

5 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak; Radikalisme Rakyat di JAwa1912-1926, (Jakarta:

Perpustakaan Utama Grafiti, 1997) h. 43-44. 6 Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, (Jakarta: Hasta Mitra, 1985) h. 7-8.

Page 18: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

6

Terlepas dari besarnya peran tokoh R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

pada masa awal sejarah pergerakan Indonesia pada abad ke-20, dalam

penulisan skripsi ini penulis akan memfokuskan objek kajian pada pers

Medan Prijaji yang ia dirikan. Medan Prijaji adalah organnya yang

diterbitkan mula-mula sebagai mingguan (1907-1909) dan berubah menjadi

harian pada tahun (1910-1912). R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

menciptakan gaya jurnalistiknya tersendiri dalam Medan Prijaji dengan

bahasa yang penuh sindiran dan menggunakan kata-kata Melayu, Jawa,

Sunda, dan Belanda7, Medan Prijaji menjadi surat kabar yang terkemuka

pada saat itu , dengan pelanggan mencapai 2000 orang pada awal tahun 1911,

meskipun menggunakan nama Medan Prijaji, surat kabar ini tidak lagi

menjadi forum bagi priyai seperti Pewarta Prijaji dari Koesoemo Oetojo.

Seperti yang terungkap dalam mottonya” “ Soeara bagi sekalian Radja-radja,

Bangsawan asali dan fikiran, Prijaji dan Saudagar Boemiputra dan Officer-

officer serta Saudagar-saudagar dari bngsa jang terperentah lainnya jang

dipersamakan dengan anak negeri, di seloeroeh Hindia Olanda.8 “Bangsa”

kini dapat dibayangkan dengan jelas kata Tirto Adhisoerjo sendiri sebagai

anak Negeri Hindia Belanda (Indonesia).9

Medan Prijaji adalah surat kabar mingguan pertama di Jawa yang

mengambil peran sebagai corong kaum pribumi dan forum bagi pembaca

pribumi untuk mengekspresikan pandangan serta mendiskusikan berbagai isu

7 Lihat karangannya yang brjudul “Persdelict: Umpatan – A. Simon Kontra R.M. Tirto

Adhisoerjo.” Naskah aslinya ditrbitkan dalam Medan Prijaji, no. 19 (1909), h. 223-235. 8 Pramoedya Ananta Toer, sang Pemula, h. 49.

9 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak; Radikalisme Rakyat di Jawa1912-1926, h. 44-45.

Page 19: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

7

terkait ksejahteraan pribumi, terutama soal pendidikan bangsa pribumi dan

soal-soal sosial-politik seperti kritik terhadap priyai yang korup dan pejabat

pemerintah yang telah menyalahgunakan kekuasaan dan mengeksloitasi

rakyat kecil. Disini pandangan Medan Prijaji terlihat jauh lebih radikal dari

pendahulunya Soenda Barita . kritik blak-blakan R.M. Tirto Adhisoerjo

(1880-1819) kepada pejabat Belanda dan pribumi, serta sentiment

nasionalistisnya yang mencolok jelas menunjukan orintasi politik pers ini.10

Sebagai corong perjuangan bangsa pribumi, Medan Prijaji tetap konsisten

beridiri ditengah ketatnya peraturan terhadap pers yang dibuat oleh pemrintah

Hindia Belanda.

Keberhasilan R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) sebagai redaktur

penerbit pertama, sebagian karena hubungannya dengan Gubernur General

Van Heutsz yang memberinya perlindungan dari gangguan birokrasi dan

kehormatan diantara anak bangsanya yang terdidik.11

Karena pemikiran

etisnya membuat R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) mempunyai hubungan

yang spesial dengan Van Heutsz. Akan tetapi pada 1909 van Heutsz

meninggalkan jabatannya dan Gubernur Jenderal baru, A.W.F Idenburg tiba

di tanah Hindia dan ia segera kehilangan perlindungannya yang paling kuat

dan beberapa bulan harus menjalani hukuman pembuangan atas kritikan dan

tulisan-tulisannya terhadap penguasa dalam pers Medan Prijaji. Selepas

hilangnya perlindungan Gubernur Jenderal Van Heutsz berbagai serangan

datang dari lawan politiknya yang pernah ia bongkar skandal atas kasus-

10

Ahmat Adam, Seajarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonsiaan 1855-

1913, (Jakarta: Hasta Mitra, 2003), h. 188. 11

Lihat, Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h. 51-54.

Page 20: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

8

kasusnya.12

Dengan demikian, perjalanan pers Medan Prijaji dan R.M Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) mulai menemukan jalannya yang terjal sampai pada

akhir berehentinya terbitan Medan Prijaji tahun 1912.

Melalui kajian terhadap tulisan R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

dalam pers Medan Prijaji tahun 1909 dan 1910 (terbitan tahun 1907-1908 dan

1911-1912 tidak dapat ditemukan), dapat ditemui beberapa fakta mengenai

usaha-usaha Tirto untuk memperjuangkan bangsanya melalui dunia

jurnalistik. Suara-suara politiknya yang berani dan penuh sindiran telah

berhasil membuat gentar pemerintahan Hindia Belanda yang tidak

menjalankan kekuasaan dengan sebagaimana mestinya. Kehadirannya bahkan

berpotensi menjadi ancaman baru bagi jalannya pemerintahan kolonial Hindia

Belanda, dengan adanya pengetatan peraturan pemerintah terhadap pers dan

respons dari para penguasa yang menjadi lawan politiknya, ia tetap konsisten

meneruskan perjuangannya dalam Medan Prijaji. Disisi lain, tulisan-

tulisannya mampu menjadi stimulus lahirnya kesadaran kebangsaan bagi

bangsa pribumi, sebagai pers yang berpihak pada kepentingan rakyat pribumi,

Medan Prijaji dan R.M Tirto Adhisoerjo berhasil menjadi wadah bagi

perjuangan bangsa pribumi.

Berangkat dari kajian terhadap tulisan-tulisan Tirto Adhisoerjo dalam

Medan Prijaji yang memberikan dampak posisif bagi kemajuan masyarakat

pribumi, oleh karena itu, kehadirannya dianggap menjadi ancaman baru bagi

jalannya pemerintahan. Maka dari itu perlu kiranya ditelisik lebih dalam

12

Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak; Radikalisme Rakyat di Jawa1912-1926, h. 45.

Page 21: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

9

menganai kenapa pers Medan Prijaji tetap bertahan disaat menjadi ancaman

bagi jalannya pemerintahan Hindia Belanda, dan bagaimana respons

pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap kehadiran Medan Prijaji.

berangkat dari pertanyaan tersebut, penulisan skripsi ini akan berusaha

menjawab pertanyaan yang diajukan dan belum terjawab oleh peneliti sejarah

pers sebelumnya.

B. Identifikasi Masalah

Sejak diterapkannya kebijakan politik etis tahun 1901, muncul berbagai

perubahan yang signifikan dalam kehidupan sosial-politik di Hindia Belanda

Suatu zaman modern yang ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh pergerakan

nasional Indonesia. Pada zaman ini muncul dan berkembang pers yang di

gerakan oleh bangsa pribumi sebagai sarana perjuangan melawan sistem

kolonial Belanda. Sebagai pelopor perjuangan tersebut, muncul seorang tokoh

bernama R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) yang pertama menggunakan

pers sebagai senjata pembela keadilan bagi rakyat pribumi dengan mendirikan

surat kabar Medan Prijaji (1907-1912). Sejak kemunculan pers pribumi,

dalam hal ini pers Medan Prijaji dianggap sebagai ancaman bagi jalannya

pemerintahan kolonial Belanda. Terdapat beberapa permasalahan yang

berhasil penulis identifikasi dan perpotensi menjadi objek kajian terkait peran

pers di tengah ketatnya sistem pemerintahan Hindia Belanda, diantaranya:

Page 22: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

10

1. Kehadiran tulisan R.M. Tirto Adhisoerjo dalam surat kabar Medan Prijaji

menjadi ancaman bagi jalannya sistem pemerintahan kolonial Hindia

Belanda.

2. Kebiajakan pers internasional tidak berpihak pada pelaku pers di Negara-

negara jajahan seperti di Hindia Belanda.

C. Pembatasaan dan Perumusan Masalah

Dari dua permasalahan yang berhasil penulis identifikasi, akhirnya

penulis membatasi permasalahan dalam skripsi ini pada permasalahan seputar

tulisan-tulisan R.M Tirto Adhisoerjo dalam surat kabar Medan Prijaji

terhadap sistem pemerintahan Hindia Belanda. Penulis juga akan menelisik

lebih jauh mengenai dampak dari tulisan-tulisan R.M Tirto Adhioerjo bagi

pemerintahan Hinidia Belanda dan rakyat pribumi. Batas tahun yang

digunakan ialah tahun 1907-1912 dimana surat kabar Medan Prijaji berdiri.

Ruang lingkup yang digunakan adalah Hindia Belanda secara keseluruhan,

ditrutama di pulau Jawa dimana surat kabar Medan Prijaji berdiri.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, kemudian muncul beberapa

pertanyaan sebagai berikut:

1. Kenapa pers Medan Prijaji tetap bertahan disaat menjadi ancaman bagi

jalannya pemerintahan Hindia Belanda?

2. Bagaimana kebijakan dan respons pemerintah Hindia Belanda terhadap

pers Medan Prijaji?

3. Bagaimana peran surat kabar Medan Prijaji terhadap pribumi?

Page 23: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

11

4. Bagaimana pengaruh tulisan Tirto Adhisoerjo dalam surat kabar Medan

Prijaji?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan kenapa pers Medan Prijaji tetap bertahan disaat menjadi

ancaman bagi jalannya pemerintahan Hindia Belanda

2. Menjelaskan kebijakan dan respons pemerintah Hindia Belanda terhadap

pers Medan Prijaji?

3. Bagaimana peran pers Medan Prijaji bagi masyarakat pribumi

4. Bagaimana pengaruh tulisan Tirto Adhisoerjo dalam pers Medan Prijaji?

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari pnelitian ini adalah:

1. Memberikan gambaran bagaimana peran R.M Tirto Adhisoerjo dalam pers

Medan Prijaji terhadap pemerintahan Hindia Belanda dan masyarat

pribumi

2. Menambah khazanah penelitian terhadap surat kabar (pers) terutama pers

Medan Prijaji setelah sebelumnya pembahasan ini tidak banyak bahkan

belum sama sekali menjadi sorotan, terutama oleh mahasiswa Jurusan

Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas

Islam Syarif Hidayatullah Jakarta. Melihat pada peran dan manfaat

perkembangan pers di awal abad ke-20 yang signifikan dalam mengawali

Page 24: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

12

kesadaran nasional masyarakat pribumi seharusnya dapat menambah

gairah kajian sejarah khususnya bagi mahasiswa Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam kosentrasi Asia Tenggara.

3. Menjawab permasalahan sejarah yang belum terungkap secara terperinci

dengan menggunakan metode penelitian sejarah yang ilmiah. Untuk itu

penelitian ini juga bermaksud untuk memberikan tambahan terhadap

kajian sejarah pers agar kelak penelitian ini dapat menjadi sumbangan

yang berarti bagi kajian sejarah pers di Asia Tenggara. Khususnya bagi

mereka yang menaruh perhatian terhadap sejarah pers di Indonesia.

F. Tinjauan Pustaka

Penelitian mendalam mengenai suara politik Medan Prijaji belum

pernah dilakukan oleh para peneliti, kebanyakan penelitian yang dilakukan

oleh penulis lebih berorientasi pada tokoh R.M Tirto Adhisoerjo dan

pembahasan Medan Prijaji secara umum. Walaupun demikian, sedikit banyak

informasi dan kiprah Medan Prijaji tersebut telah dipaparkan. Adapaun

penilitian lebih mendalam terhadap aspek politis dalam tulisan yang di

terbitkan dalam Medan Prijaji baru pertama kali untuk penelitian sejarah ini.

Berikut beberapa literatur yang dijadikan tinjauan pustaka:

1. Terbitan Medan Prijaji tahun ke III dan IV (1909-1910) sebagai bahan

kajian teks mendalam. Sebagaimana fokus kajian Skripsi ini tentang suara-

suara politik Medan Prijaji dalam kajian tulisan-tulisan R.M Tirto

Adhisoerjo, data dan dokumen yang diterbitkan oleh redaksi pers ini

Page 25: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

13

menjadi bahan utama untuk membuktikan bagaimana Medan Prijaji

memberikan warna yang berbeda dalam dunia persuratkabaran di Hindia

Belanda. Pembahasaan redaksi yang berani, tegas dan penuh semangat

dapat ditemukan dari beberapa terbitan yang diedarkan pada tahun 1909-

1910.

2. Sang Pemula13

karya Pramoedya Ananta Tour. Buku ini lebih menitik

beratkan pada kiprah seorang tokoh R.M Tirto Adhisoerjo sebagai seorang

pemula dalam konteks perjuangan diawal zaman pergerakan. Namun,

dalam tulisannya tersebut sedikit banyaknya Pramoedya telah memberikan

informasi menyangkut Medan Prijaji sebagai pers pribumi yang didirikan

oleh Tirto Adhisoerjo (1880-1918) di tahun 1907-1912. Pembahasan pada

buku Sang Pemula, Pramoedya memberikan penjelaskan singkat tentang

bagaimana Tirto Adhisoerjo membangun Medan Prijaji, termasuk

didalamnya dibahas kelahiran, perkembangan sampai masa berakhirnya

Medan Prijaji.14

3. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan15

, karya

Ahmat Adam. Buku ini lebih menitikberatkan pada pembahasan

menyangkut sejarah awal pers dan pertumbuhannya, tetapi juga membahas

mengenai Medan Prijaji sebagai surat kabar mingguan pertama di Jawa

yang mengambil peran sebagai corong kaum terpelajar pribumi dan forum

bagi para pembaca pribumi untuk mengekspresikan pandangan mereka

13

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, (Hasta Mitra:Jakarta) 1985. 14

Informasi terkait Medan Prijaji dapat dilihat pada buku Pramoedya Ananta Toer, Sang

Pemula, (Hasta Mitra:Jakarta) 1985. 15

Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan 1855-

1913, (Jakarta: Hasta Mitra, 2003)

Page 26: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

14

serta mendiskusikan berbagai isu menyangkut kesejahteraanya, terutama

soal pendidikan dan politik seperti kritik terhadap para priyayi yang korup

dan kritik terhadap sistem kolonial yang menindas. Gaya tulisan dan kritik

balak-blakannya yang tegas menyangkut kebijakan pemerintah dan sistem

kolonial memberikan gambaran sentimen politik yang semakin radikal dan

berani untuk meningkatkan semangat nasionalisme rakyat pribumi16

.

4. Beberapa Segi Perkembangan pers di Indonesia, di susun oleh tim peneliti

Sejarah pers Indonesia. Dalam penlitian tersebut lebih menitik beratkan

pada aspek-aspek perkembangan pers Indonesia dalam lintas sejarah.

Dalam penelitian ini hanya sedikit informasi yang dituliskan menyangkut

pembahasan pers Medan Prijaji. Buku tersebut hanya memberikan

informasi singkat mengenai pers Medan Prijaji sebagai pelopor pers

nasional yang didiriakan oleh Tirto Adhisoerjo sejak tahun 1907 yang

awalnya terbit dalam skala mingguan dan kemudian pada tahun 1910 terbit

menjadi skala harian sampai akhirnya runtuh di tahun 1912. Namun

meskipun pembahasan menyangkut Medan Prijaji sangat minim informasi

yang lengkap mengenai segi-segi perkembangan pers dan kebijakan

pemerintah memberikan banyak informasi tentang bagaimana pers pribumi

mampu memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan bangsa

pribumi.17

17

Informasi terkait Medan Prijaji dapat ditemui dalam buku Abdurahman Surjomihardjo,

Hilman Adil, A.B. Lapian, dkk, Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia,(Jakarta:

Kompas,2002) . h. 76-78.

Page 27: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

15

Melalui komparasi beberapa buku sekunder dan kajian terbitan-

terbitan asli Medan Prijaji (1909-1910) ini penulis akan mengkaji lebih

mendalam tentang bagaimana suara politik R.M Tirto Adhisoerjo dalam

Medan Prijaji terhadap pemerintah Hindia Belanda maupun masyarakat

pribumi sehingga dapat memberikan gambaran informasi yang

komprehensip tentang bagaimana peran pers dalam perjuangan politik di

awal zaman pergerakan.

G. Metode Penelitian

Penelitian karya tulis ilmiah atau Skripsi ini penulis menggunakan

metode kualitatif berbasis pada kepustakaan dengan pendekatan deskriptif

analitik, yakni dengan memberi pemaparan umum tantang perkembangan

pers dan kondisi sosial politik di bawah pemerintahan Hindia Belanda serta

analisis lebih fokus menyangkut suara-suara politik Medan Prijaji terhadap

pemerintah Hindia Belanda. Sebagai faktor penting dari proses penelitian

tersebut tentu diperlukan data yang penulis dapatkan dari dua tipe data, data

Primer dan Skunder, data Primer merupakan data yang penulis peroleh berupa

terbitan asli Medan Prijaji pada tahun 1909 dan 1910 (masih tersimpan di

Arsip Perpustakaan Nasional Republik Indonesia), Sedangkan data Sekunder

adalah sumber diperoleh dari sumber seperti buku, jurnal, majalah, koran

yang berkaitan dengan topik penelitian, sejalan dengan metode penelitian

sejarah penulis menggunakan metode sebagai berikut :

Page 28: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

16

1. Heuristik (pengumpulan sumber-sumber), dalam proses pengumpulan

sumber Primer penulis melakukan pencarian pada Arsip Nasional

Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan dan Arsip Kota (KPAK)

Administrasi Jakarta Pusat dan Universitas Indonesia. Diantara sasaran

pencarian sumber tersebut, penulis tidak dapat menemukan terbitan surat

kabar Medan Prijaji sebagai bahan sumber Primer. Peninggalan surat

kabar Medan Prijaji hanya penulis temukan di Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia lantai tujuh. Berdasarkan atas pencarian catalog

Perpusnas ditemukan dua kumpulan terbitan Medan Prijaji dengan nomor

catalog (B:-376 3; 1909) adalah terbitan Medan Prijaji tahun 1909 dan

terbitan Medan Prijaji dengan nomor catalog (B: 376 4;1910) tahun 1910.

Semua sumber ini dapat ditemukan dalam format yang sudah dibukukan.

Sedangkan sumber data Sekunder didapatkan dari perpustakan Utama

UIN Jakarta, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Universitas Indonesia,

rekomendasi Dosen, rekomendasi teman, serta internet. Ada lima buku

skunder yang penulis gunakan sebagai bahan penunjang dan komparatif

bagi sumber primer, antaranya: Sang Pemula, Sejarah Awal Pers dan

Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan 1855-1913, Beberapa Segi

Perkembangan Pers di Indonesia, Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat

di Jawa, dan Pembredelan Pers Indonesia. Sementara selebihnya penulis

mengumpulkan sumber buku-buku, surat kabar Jurnal dan sumber internet

sebagai tambahan sumber dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Page 29: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

17

2. Verifikasi atau kritik sumber, pada tahap ini saya melakukan kritik

mengenai keabsahan sumber primer dan sekunder. Kritik sumber

dilakukan dengan metode kritik ekstern dan intern. Berdasarkan atas kritik

sumber terbitan surat kabar Medan Prijaji (1909-1910) dengan beberapa

aspek pendekatan, diantaranya:

2.1) Kritik intern yang digunakan untuk meneliti keabsahan tentang

kesahihan sumber. Kritik ini terdiri dari dua unsur:

2.1.a) Dari bentuk kertas yang digunakan. Dalam hal ini, terbitan

Medan Prijaji tahun 1909 memiliki diameter yang lebih kecil

dibandingkan dengan terbitan tahun 1910 menggunakan

kertas berwarna kecoklatan18

yang umumnya digunakan oleh

perusahaan perctakan pada abad ke-20.

2.1.b) Dari bahasa yang digunakan. Dalam hal ini, terbitan surat

kabar Medan Prijaji menggunakan ragam bahasa Melayu

rendah yang pada umunya dipergunakan sebagai bahasa

komunikasi masyarakat pribumi. kalimat dan ungkapan

dalam beberapa terbitannya mampu mewakili kondisi sosial-

politik pada abad ke-20 M.

18

Penggunaan kertas dalam terbitan surat kabar Medan Prijaji tahun 1909-1910 memiliki

kesamaan dengan lazimnya kertas yang digunakan oleh perusahaan percetakaan di Hindia Belanda

abad ke-19 dan 20. Sebagai bahan perbandingan, penulis membandingkan majalah dan surat kabar

yang terbit pada abad tersebut dan hasilnya kebanyakan memiliki kesamaan dengan kertas

kecoklatan yang digunakan dalam terbitan Medan Prijaji. kritik sumber terhadap bahan kertas ini

juga dikuatkan dengan kesaksian petugas Perpustakan Nasional Republik Indonesia yang

mengatakan bahwa dokumen terbitan surat Kabar Medan Prijaji adalah dokumen asli yang sudah

diberi pelindung agar terhindar dari gangguan rayap maupun gangguan kerusakan lainnya.

Page 30: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

18

2.2) Kritik eksternal: adalah merupakan kritik yang dilakukan untuk

meguji keakuratan sumber, hal ini dilakuakan dengan cara kritik

teks pada terbitan-terbitan Medan Prijai. Pengujian dilakukan

dengan pengumpulan beberapa terbitan yang beredar tahun 1909-

1910 melalui analisis dan perbandingan dapat ditemukan adanya

konsistensi tanggal, terbitan, tim redaksi dan perusahaan terbitan

yang dimuat sesuai dengan kondisi objektif, buku-buku sekunder

serta bukti sejarah peninggalan suarat kabar Medan Prijaji yang

lainnya. Melalui verifikasi atau kritik intern dan ekstern, otentisitas

dan kredibilitas Medan Prijaji sebagai sumber primer dapat diakui

keabsahannya.

3. Interpretasi19

: merupakan tahap lanjutan dari verifikasi, pada tahap ini saya

mencoba untuk menganalisis (menguraikan) sumber-sumber yang sudah di

verifikasi dan kemudian membuat sintesis (menyatukan) sumbr dan data

yang sudah diperoleh dalam satu hipotesa awal.

4. Historiografi, adalah tahap terakhir yang sangat penting, pada tahap ini

penulisan hasil dari beberapa tahap metode menjadi suatu karya tulis

penelitian sejarah.

19

Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subjektivitas. Sebagian itu benar,

tetapi sebagian salah. Benar karena, tanpa penafsiran sejarawan data tidak bisa berbicara.

Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan darimana data itu diperoleh. Orang

lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subjektifitas sejarah diakui,

tetapi dihindari. Interpretasi itu terbagi menjadi dua macam, yaitu: analisisi dan sintesis. Analisis

berarti menguraikan dan sintesis brarti menyatukan. Lebih jelas lihat: Kuntowijoyo, Pengantar

Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bnetang Budaya, 1995), h. 100-101.

Page 31: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

19

H. Sistematika Penulisan

Secara keseluruhan skripsi ini terbagai menjadi lima bab, adapun

susunan skripsi ini terdiri dari:

Bab I berisikan Pendahuluan yang terdiri atas penjabaran singkat

permasalahan yang menjadi focus kajian, identifikasi masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, metodelogi penelitian, tinjauan pustaka serta sistematika

penulisan.

Bab II membahas mengenai Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Dan

Sejarah Tebentuknya Medan Prijaji yang meliputi pembahasan tentang

Kebijakan politik pemerintah Hindia Belanda di awal abad ke-20, Kebijakan

pemerintah terhadap pers, Sejarah perkembangan pers di Hindia Belanda dan

awal kebangkitan pers pribumi, serta terbentuknya pers Medan Prijaji.

Bab III Membahas mengenai Peran Pers Medan Prijaji Terhadap Pribumi

yang meliputi pembahas terkait Medan Prijaji sebagai medan perjuangan

masyarakat pribumi, Medan Prijaji sebagai alat tranformasi politik

masyarakat pribumi dan Suara Medan Prijaji pengawal lahirnya kesadaran

Nasional.

Bab IV Peran Surat Kabar Medan Prijaji Terhadap Pribumi yang meliputi

pembahasan tentang Medan Prijaji sebagai medan perjuangan masyarakat

pribumi, Medan Prijaji sebagai alat tranformasi politik masyarakat pribumi,

Suara Medan Prijaji pengawal lahirnya kesadaran Nasional.

Bab V Kesimpulan yang berisi jawaban atas permasalahan yang menjadi

fokus kajian skripsi ini dan saran-saran dan masukan-masukan bagi perbaikan

penelitian selanjutnya.

Page 32: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

21

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAH HINDIA BELANDA DAN SEJARAH

TEBENTUKNYA MEDAN PRIJAJI

A. Kebijakan politik pemerintah Hindia Belanda di awal abad ke-20

Pada abad ke-20 sebuah zaman baru dalam politik kolonial dimulai,

yaitu zaman etis. Semboyan dari zaman ini adalah “kemajuan”. Kata-kata

yang menandakan kemajuan seperti vooruitgang, opheffing (kemajuan),

ontwikkeling (perkembangan), dan opvoeding (pendidikan), membubuhi

bahasa saat itu bersama bervoedering van welvaart (memajukan

kesejahteraan.1

Asumsi dasar tentang politik etis awalnya di gagas oleh Van de Venter

yang menerbitkan sebuah artikel yang berjudul “Een Ereschuld, “Suatu utang

kehormatan”, di dalam jurnal belanda de Gids, dia menyatakan bahwa negeri

Belanda berhutang kepada bangsa Hindia Belanda atas semua kekayaan yang

sudah di peras dari negeri mereka. Utang ini sebaiknya di bayar kembali

dengan jalan memberikan prioritas utama kepada kepentingan rakyat Hindia

Belanda di dalam kebijakan kolonial. 2

Sistem politik etis ini diterapkan pada tahun 1902. Setelah sebelumnya

pada 1901 Ratu Wilhemina melakukan penyelidikan tentang kondisi rakyat di

Jawa. Sistem politik etis ini mengandung tiga prinsip dasar yang diantaranya

adalah, pendidikan, pengairan, dan perpindahan penduduk atau sering juga di

sebutkan dalam literature lain “edukasi, irigasi dan emigrasi”. Kebijakan ini

1Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, (Jakarta:

Perpustakaan Utama Garffiti,1997), h. 35 2 M.C Ricklefs, Sejarah Modern Indonesia, h. 328.

Page 33: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

21

mulai diberlakukan sejak diangkatnya Alexander W.F Idenburg sebagai

menteri urusan jajahan.

Pada masa ini Hindia masuk pada zaman baru yang yang Furnivall

sebut dalam bukunya Nederlandsc India merupakan zaman “ekspansi,

efesiensi dan kesejahteraan.” Semua wilayah yang berada mulai dari sabang

sampai merauke kini berada dibawah kontrol Belanda sepenuhnya. Pada Era

politik etis banyak sarana dan prasarana yang kemudian didirikan untuk

menunjang kesejahteraan penduduk pribumi dan kesejahteraan Belanda pada

umumnya.

Zaman politik etis pada tahun 1902 mempunyai arti penting dalam

menandai kemajuan bagi kaum pribumi, pasalnya pada masa ini lahir kaum

terpelajar pribumi yang mulai bersentuhan dengan dunia percetakan.

Kebijakan politik etis pada abad ke-20 menjadi latar belakang lahirnya elit

modern (kaum terpelajar pribumi). semangat etis yang ditandai dengan

kebangkitan pers pribumi.

Tabel. 5. Surat kabar berbahasa anak negeri3

Nama surat kabar Tahu terbit Kota terbit Bahasa terbitan

Selompret Melajoe 1860 Semarang Melayu

Bientang Timoer 1862 Jawa Timur Melayu

Bromartani 1865 Surakarta Jawa

Tjahaja Siang 1868 Minahasa Melayu

Bintang Djohar 1873 Padang Melayu

Bentara Melajoe 1877 Sumatra Melayu

Wazir India 1878 Batavia Melayu

3 Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan 1858-1913,

(Hasta MItra: Jakarta), 2003, h. 25-65.

Page 34: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

22

Perkembangan pers berbahasa pribumi memang sudah ada pada

pertengahan abad ke-19 namun ketika dilihat pada tujuannya, surat kabar

berbahasa pribumi pada saat ini lebih beroerintasi pada perdagangan,

kristenisasi dan budaya. Sistem kepemilikan dan percetakannya masih

dikuasai oleh orang-orang Eropa. Keterlibatan bangsa pribumi atau Indo

dalam persuratkabaran belum terlihat pada masa ini, dari orientasi yang dapat

dilihat dari semua terbitan pers berbahasa pribumi pada masa ini belum ada

surat kabar yang berorintasi politik yang membela kepentingan bangsa

pribumi.

Tabel. 6. Surat Kabar yang lahir tahun 1980-1920

Nama surat kabar Tahun terbit Kota terbit Bahasa terbitan

Pemberita Behroe 1881 Surabaya Melayu

Tjahaja India 1882 Semarang Jawa

Tjahaya Mulia 1883 Surabaya Melayu dan jawa

Batara Indra 1885 Sumatra Melayu

Pewarta Prijaji 1909 Semarang Melayu rendah

Bintang Hindia 1902 Amsterdam Melayu

Pemberita Betawi 1902 Betawi Melayu

Soenda Barita 1903 Betawi Melayu

Medan Prijai 1907 Betawi Melayu

Pers yang murni dimiliki oleh pribumi sebenarnya belum ada sebelum

tahun 1900, sekalipun banyak surat kabar yang menggunakan bahasa Jawa

dan Melayu, orang-orang yang berdiri didalam redakturnya tetap orang

Belanda dan Eropa. Meskipun pada waktu itu sudah banyak orang Pribumi

yang terlibat didalam redaksi surat kabar seperti: Abdoel Rivai, Sosrokartono,

Wahidin Soediro Hoesodo, R. Dirjoatmojo, Datoek Soetan Maharaja dan

Page 35: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

23

lain-lain. Keterlibatan mereka dalam dunia Persuratkabaran masih berada di

bawah naungan bangsa Eropa. 4

Sampai akhirnya muncul surat kabar Medan Prijaji pada tahun 1907

sebagai pers yang didirikan, dikelola, dibiayai oleh orang pribumi. seperti

yang sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya Medan Prijaji didirikan oleh

R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) di Bandung dengan bantuan H.M. Arsad

dan pangeran Oetsman yang terbit setiap hari sabtu sebagai mingguan dan

beralih menjadi harian pada pertengahan tahun 1910 dan bertahan sampai

1912 adalah merupakan pelopor Pers Nasional yang gencar menyuarakan

keadilan untuk kaum pribumi.

B. Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda Terhadap Pers

Kemunculan pers sudah ada sejak Bataviasche Nouvelles yang

didirikan pada 1744. Namun, dalam perkembangannya pers hanya menjadi

pelengkap bagi ekspansi kolonial Belanda. Kebanyakan pers yang muncul

pada abad ke-20 masih didominasi oleh golongan pemerintah dan Eropa.

Motifnya lebih berfokus pada pemerintahan, ekonomi dan kristenisasi.

Pertumbuhan pers berbahasa anak negeri juga mulai bermunculan

pada tahun-tahun 1860-1873. Namun, meskipun pers-pers ini menggunakan

bahasa anak negeri sebagai bahasa pemberitaannya sistem kepemilikan dan

redakturnya tetap masih di pegang oleh orang-orang Belanda dan Eropa. Di

samping itu, banyak penggiat pers yang muncul dari orang-orang Tionghoa.

Sampai pada akhir abad ke-19 perkembangan pers banyak di dominasi oleh

orang Belanda, Eropa, orang Tionghoa. Muncul kemudian pers yang

4 Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, (Hasta MItra: 1858) Jakarta, h. 52-54.

Page 36: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

24

digerakan dan dirikan oleh bangsa pribumi. Pada tahap selanjutnya, kehadiran

pers milik bangsa pribumi menjadi kekuatan baru dalam dunia pers di Hindia

Belanda.

Keterlibatan orang Indo dan pemuda pribumi terpelajar dalam dunia

pers ini mulai menggeliat pada permulaan abad ke-20. Meskipun pada era

kebijakan politik Liberal sudah muncul peranakan Indo seperti Max Havelar

yang mengkritik pedas sIstem tanam paksa atau Culturestelsel, geliat pers

sebagai media untuk membentuk suara-suara persatuan bangsa pribumi baru

bermunculan setelah diberlakukannya kebijakan politik etis. Semangat etis

yang ditampilkan dalam tulisan-tulisan Pieter Brooshooft5 dan Van Deventer

sangat memperngaruhi perubahan sikap editor Indo dan Eropa yang

menerbitkan surat kabar. Hampir semua surat kabar pada masa itu

menemukan perubahan yang ditularkan dari semangat etis.

Geliat pers pribumi yang terus merambah hampir ke seluruh Hindia

Belanda, keterlibatan kaum muda terpelajar pribumi dalam dunia pers Hindia

Belanda telah menandakan semangat kemajuan baru. Dengan media pers ini,

para kaum muda terpelajar pribumi saling bertukar pengalaman, gagasan, ide,

maupun informasi tentang dunia. Pers telah berwujud menjadi sarana efektif

yang tanpa disadari menjadi alat transformasi kesadaran kebangsaan bagi

bangsa pribumi. Dalam hal ini, para kaum muda terpelajar pribumi menyadari

akan adanya satu kesamaan nasib bahwa mereka berada dalam satu

5 Pieter Brooshooft adalah editor surat kabar berbahasa Belanda “de Locomotief” pada

sekitar pergantian abad ke-19 ke abad ke-20. Pandangannya tentang politik etis diterbitkan dalam

buku kecilnya, “De Ethiesche Koers in de Koloniale Politiek”. Lihat Ahmat Adam, Sejarah Awal

Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. (Yogyakarta: Pt. Putaka Pelajar, 2013), h. 155.

Page 37: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

25

keterjajahan dan satu ketertindasan. Bangsa yang seharusnya menjadi raja

untuk negrinya sendiri, bukan menjadi budak dibawah cengkraman

kolonialisme. Oleh karena itu, banyak pers yang didirikan oleh kaum muda

pribumi terpelajar yang menyuarakan tentang kadilan, tentang persamaan

hak, bahkan secara tegas melawan kebijakan pemerintah kolonial yang

menindas.

Sejalan dengan semangat perjuangan pers pribumi kemudian muncul

reaksi keras dari pemerintah kolonial. Pers lambat-laun memberikan ancaman

yang serius bagi jalannya pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Bersamaan

dengan itu, kekhawatiran-khawatiran pemerintah Hindia Belanda yang

semakin meningkat terhadap perkembangan pers milik pribumi, membuat

pemerintah kemudian mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengatur etika

pers untuk melindungi keberlangsungan kekuasaannya atas negeri jajahan

Hindia Belanda. Sebetulnya peraturan pertama tentang pers telah dibuat pada

tahun 1856. Pemerintah Jajahan di Belanda mengeluarkan Undang-Undang

yang dijuluki “ciptaan kegelapan” (Drukpers-reglement) di Belanda, tetapi

karena asas hukum Hindia Belanda waktu itu mengikuti Belanda,

Undang_Undang itu juga berlaku di Hindia Belanda. Pemerintah Hindia

Belanda yang dalam Reglement op de Drukwerken in Nederlandsche-indie

pada tahun 1856 yang kemudian diperbaiki pada tahun 1906.6 Isinya adalah

pembatasan terhadap ruang gerak pers yang sangat ketat. Di ubah lagi pada

tahun 1932 dengan Persbreidel Ordonantie. Lalu pada tahun 1938 lahirlah

Undang-Undang Pers Breidel di tanah jajahan Belanda. Semua aturan itu

merupakan tekanan dan pengekangan terhadap kebebasan pers. Sanksinya

6 Abdurahman Surjomiharjo, ed., Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia,

(Jakarta: Kompas) h.171-174.

Page 38: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

26

cukup berat selain pencabutan atas penerbitan pers itu, juga ganjaran penjara

bagi pelakunya.7

Memang bisa dikatakan bahwa Drukpers-reglement tahun 1856 lebih

bersifat pengawasan prepentif, sedangkan ketentuan perundang-undangan

tahun 1906 mengenai pers bersifat pengawasan represif. Terbaca dalam RR

1856 (KB 8 April 1856 Ind.stb.no.74) antara lain: semua karya cetak sebelum

diterbitkan, satu ekslemplar harus dikirimkan dahulu kepada kepala

pemerintahan setempat, pejabat justisi dan Algemene Secretarie. Pengiriman

ini harus dilakukan oleh pihak pencetak atau penerbitnya dengan

ditandatangani. Kalau ketentuan itu tidak dipenuhi, karya cetak tersebut

disita. Tindakan ini bisa disertai dengan penyegelan percetakan atau tempat

penyimpanan barang-barang cetakan tersebut.

Dalam perubahan yang dilakukan tahun 1906 (KB 19 Maret 106 Ind.stb

no. 270) dihapuskan ketentuan yang bersifat preventif, sehingga penyerahan

ekslemplar kepada pejabat tersebut dilakukan dalam waktu 24 jam setelah

barang cetakan diedarkan. Ketentuan tersebut harus dijalankan dengan syarat

mencantumkan nama dan tempat tinggal penerbit dan pelanggaran atas hal itu

akan dikenakan denda f.10-f.100.8

Dalam dekade terakhir abad ke-19 dan dekade pertama abad ke-20,

khususnya setelah undang-undang pers yang baru diganti sensor preventif

menjadi sensor represif, jumlah penerbitan pers tetap saja terus meningkat.

Tercatat jumlah dan perdaran terbitan berkala berbahasa melayu dan daerah

7 Wina Armada, Menggugat Kebebasan Pers, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993), h. 51

8 Abdurahman Surjomiharjo, Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia, h.171-174.

Page 39: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

27

meningkat dari 8 judul pada 1890 menjadi 18 judul pada 1905, dan 36 judul

pada 1910. Walaupun tidak ada data statistik tentang peredarannya,

peningkatannya dapat dilihat dari bukti bahwa barang cetakan yang

dikirimkan lewat layanan pos meningkat jadi 370 persen meningkat pada

1910, jika dibandingkan dengan jumlah pada tahun 1890.9

Orang-orang pribumi pertama yang aktif dalam jurnalisme adalah orang

Indo10

, sampai pada tahun 1903 R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918), sorang

pribumi asli memimpin surat kabarnya sendiri, Soenda Barita. Kemudian

pada tahun 1907 ia menerbitkan Medan Prijaji. R.M Tirto Adhisoerjo (1880-

1918) menciptakan gaya jurnalistik tersendiri dalam Medan Prijaji dengan

bahasa yang penuh sindiran dan penuh ketegasan. Seperti yang terungkap

dalam mottonya “ Soeara bagi sekalian Radja-radja, bangsawan asali dan

fikiran, prijaji dan saudagar Bumiputera dan officer-officer serta saudagar-

saudagar dari bangsa yang terperentah lainnya yang dipersamakan dengan

Anaknegeri, diseloeroeh Hindia Olanda”.11

Dari mottonya saja sudah dapat dinilai bahwa Medan Prijaji memberi

batasan yang jelas terhadap kaum pribumi yang terperintah dan bangsa

Belanda yang memerentah. Menegaskan bahwa pribumi adalah pemilik asli

Hindia Belanda dan Belanda hanyalah orang asing yang mencoba

memperbudak kaum pribumi. Gaya jurnalistiknya yang tajam, membuat

9 Takashi Shiraishi, Zaman Bergerak; Radikalisme Rakyat di Jawa, h. 42.

10 Sebutan bagi seorang yang mempunyai garis keturunan Eropa dan Pribumi (Indonesia),

hasil dari perkawninan antara Eropa dan Indonesia yang kemudian dilahirkan di Hindia Belanda. 11

Bagian muka Medan Prijaji tahun ke III 1909, Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia lt. 7.

Page 40: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

28

Medan Prijaji menjadi ancaman serius bagi kelangsungan kekuasaan

pemerintah Belanda di tanah Hindia Belanda.

Pada abad ke-20 dimana kebijakan terhadap pers yang diterapkan oleh

Belanda adalah Drukpers-Reglement yang sudah diperbaiki pada tahun 1906

(pengawasan represif). Medan Prijaji adalah satu dari sekian banyaknya pers

yang giat mengkritisi jalannya pemerintahan kolonial Belanda di masa itu.

Medan Prijaji menjadi pembeda karena surat kabar mingguan ini adalah

murni milik pribumi, R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) yang bertindak

sebagai kepala redaksi dengan penuh semangat terus memajukan bangsanya

lewat media cetak. Medan Prijaji ini yang mula-mula menularkan kesadaran

kebangsaan pada rakyat pribumi. Melalui bahasa politik yang tegas dan tajam

serta keberpihakan pada bangsa pribumi, menandakan bahwa pers ini adalah

pers dari pribumi oleh pribumi dan untuk pribumi.

Berkaitan dengan peraturan pemerintah terhadap pers, Medan Prijaji

sebagai surat kabar milik pribumi yang gencar menyuarakan keadilan sering

kali membuat tulisan terkait para pemerintahan yang korup dan yang tidak

menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Pada tahuan 1909 Medan Prijaji

terjerat dalam kasus Persdelict karena terbitan-terbitannya yang mengritik

tajam pemerintah kolonial. Dalam terbitan Medan Prijaji tahun 1909 yang

berjudul “Presdelict: Oempatan”12

, dalam tulisannya ini Medan Prijaji

membongkar skandal politik Aspiran Kontrolir A. Simon yang telah

bersekongkol dengan Wedana dalam mengangkat seorang lurah untuk Desa

12

Tulisan ini diumumkan dalam Medan Prijaji No.19 Th. III, 1909 h. 223-235; lihat juga

Soeloeh Keadilan Th. III, jilid IV, 1909, h. 193-220.

Page 41: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

29

Bapangan, padahal dalam pemilihan tersebut ada calon yang memiliki suara

terbanyak dari masyarakat yang seharunya terpilih dan menjadi kepala desa

yang sah justru tidak terpilih dan malah dijatuhi hukuman krakal.

Terbakar oleh amarah atas penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan

oleh A.Simon, Trito Adhisoerjo yang berlaku sebagai redaksi yang

membongkar dan menulis kasus itu menyebut A. Simon sebagai “snot aap”

(monyet netek atau ingusan) sehingga pada akhirnya hal ini menjadi

persoalan ganda, di satu pihak Medan Prijaji berhasil membongkar skandal

politik yang dilakukan oleh pejabat pemerintah, disisi lain Medan Prijaji

dalam hal ini Tirto Adhisoerjo yang berlaku sebagai kepala redaksi dituntut

karena dianggap telah melakukan tidakan umpatan (pencorengan nama baik)

terhadap pejabat pemerintah. Akibat dari kasus tersebut akhirnya Medan

Prijaji terjerat dalam Persdelict yang mengharuskan R.M Tirto Adhisoerjo

(1880-1918) sebagai kepala redaksi Medan Prijaji menerima hukuman

pembuangan ke Teluk Betung, Lampung.

Dalam peninjauan kembali Drukpers-reglement 1856 (dilaksanakan

dalam tahun 1906, Ind Stbl. No. 770) pada bagian B tentang “Pengetatan

Pengawasan Atas Pers di Hindia Belanda Melalui Peninjauan kembali

Drukpers-reglement dalam tahun 1906:

“4.Vb.19-3-10-5

Nota (tanggal 26 Oktober 1908) dari Bagian AI Menteri

Daerah Jajahan Tentang:

1. Perubahan baru-baru ini atas Drukpers-reglement

2. Pertanyaan apakah di India Inggris ada kemerdekaan pers yang

tak terbatas. Nota (10 Maret1910) dari Bagian AI MvK tentang

Page 42: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

30

isi “Indian Pers Act” 1910 sebagai bahan perbandingan dengan

tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk Hindia Belanda.”

“5.Vb. 20-2-13-53

Retroacta (Vb 9-10-12-14

Nota bagian. AIMvK (13 Februari 1913); lanjutan dari nota yang

disebutkan dalam Vb sebelumnya. memberikan contoh dari surat-

surat kabar (Medan Prijaji, Warna Warta, Pewarta Soerabaja,

Kaoem Moeda, Sinar Djawa) tentang bahasa yang menghasut.

Menyimpulkan dari sini bahwa peraturan tentang pers pada tahun

1906 itu tidak memadai (pengawasan represif). Kita harus cari jalan-

jalan lain. Bag. AI adalah “Penentang yang yakin” dari sensor (atau

apa saja yang mirip dengan itu), dan lebih condong kepada sistem

pers Act India Inggris (1910) dan penerapan yang lebih luas dari apa

yang disebut “hak-hak esterbitan” Gubernur General (artikel 45-77

dari Reginering Reglement)”.13

Dari kutipan tentang Kebijaksanaan Pemerintah Belanda dan Hindia

Belanda Mengenai Pers dan Radio di Hindia Belanda diatas, Medan Prijaji

muncul dalam perhatian pemerintah sebagai salah satu dari pers-pers yang

menimbulkan kegelisahan bagi pemerintah atas segala terbitan-terbitannya.

Nama Medan Prijaji masuk sebagai pers yang berbahaya bagi jalannya

pemerintahan, hal ini menjadi wajar ketika kita melihat bagaimana Medan

Prijaji dengan bahasanya yang tegas, tajam dan berani mengkritik jalannya

pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsi sebagaimana mestinya.

Medan Prijaji telah berhasil menggetarkan pemerintah Hindia Belanda dan

disisi lain mampu menjadi corong bagi kaum pribumi dengan sentimen

nasionalistisnya yang tinggi Medan Prijaji tumbuh sebagai media perjuangan

bagi kaum pribumi.

13

Dikutip dari Abdurahman Surjomiharjo, ed., Beberapa Segi Perkembngan Pers di

Indonesia, (Jakarta: Kompas), h. 171-174.

Page 43: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

31

Sebelum terjerat dalam kasus Persdelict, Medan Prijaji pada tahun

1909 (terbitan tahun 1907 dan 1908) telah banyak menerbitkan suara-suara

politik yang menentang jalannya pemerintah kolonial, secara aktif Medan

Prijaji terus melakukan kritikan-kritikannya sekalipun kebijakan pemerintah

terhadap pers pada abad ke-20 ini mensyaratkan hukuman denda dan

pembuangan bagi siapapun pelaku pers yang tidak mematuhi hukum pers

yang diberlakukan oleh pemerintah kolonial. Diantara terbitan-terbitannya :

“Soerat dari Desa Bapangan”, “Satoe Poelitiek di Banjumas”, “Drejfusiana di

Madiun”, “Kekejaman di Banten”, “Oleh-oleh dari tempat pembuangan” dan

lainnya. Semua tulisan itu dapat ditemukan pada terbitan Medan Prijaji tahun

1909 dan 1910 yang masih tersimpan di Perpustakan Nasional Indonesia lt. 7.

Medan prijaji dengan tegas menunjukan garis pemisah antara kaum

terperentah dan kaum yang memerentah, pribumi sebagai bangsa yang

terperentah harus segera bangkit dari keterjajahannya, lewat tulisan-tulisan

diatas dapat dirasakan betapa Medan Prijaji ini memiliki usaha yang keras

untuk mentrasformasikan kesadaran tertindas bagi rakyat pribumi,

memberikan sarana bantuan hukum (advokasi bagi kaum pribumi yang

tertindas, mengritik dengan tegas para pemerintah kolonial yang tidak

menjalankan kekuasaan sebagaimana mestinya. Medan Prijaji adalah pelopor

pers perjuangan bagi kaum pribumi, bahasanya yang tajam dan berani dalam

mengritik sistem kolonial Hindia Belanda menjadi pembeda dari pers yang

berkembang pada abad ke-19 dan ke-20.

Page 44: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

32

Kebijakan pemerintah terhadap pers yang semakin ketat, semakin

berbahaya dan menimbulkan ancaman bagi para jurnalisnya. Namun dalam

hidupnya selama lima tahun, Medan Prijaji tetap konsisten menyuarakan

keadilan. Melalui transformasi kesadaran dan advokasi terhadap kaum

pribumi yang tertindas, Medan Prijaji menjadi tonggak awal perjuangan

melalui pers dan mengilhami para penerus perjuangan pers selanjutnya.

Pada tahun selanjutnya kebijakan pemerintah terhadap pers semakin

ketat. Lima tahun kemudian, yakni pada tahun 1931, Pemerintah kolonial

melahirkan Persbreidel Ordonantie (7 September 1931). Pemerintah

setempat melarang terbit atas penerbitan, percetakan, dan penyebaran media

cetak tertentu yang dinilainya bisa “: mengganggu keteriban umum”, selain

itu dikenal pula tindakan terhadap pers berdasarkan Haatzai Artikelen yang

berisi ancaman hukuman terhadap siapapun yang menyebarkan perasaan

permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap pemerintah Nederland atau

Hindia Belanda dan terhadap sesuatu atau sejumlah kelompok atau golongan

penduduk yang ada di Hindia Belanda baik berdasarkan ras, agama,

kebangsaan, keturunan, suku baik yang dilakukan lewat tulisan, lisan maupun

gambar. Hukuman atas pelanggaran pasal-pasal tersebut paling tinggi adalah

tujuh tahun atau denda paling banyak f300 (tiga ratus gulden).14

Hukuman pidana baru diberlakuan setelah G.J Van Heutsz (1851-1924)

meningggalkan jabatan gubernur jendralnya yang kemudian digantikan oleh

A.W.F Idenburg (1861-1935), Van Heutsz yang sebelumnya sedikit

melindungi Tirtoadhisoejo dalam aktivitas persnya dan memberikan

kemudahan baginya dalam urusan birokrasi kolonial, setelah jabatan Van

Heutsz (1851-1924) digantikan oleh A.W.F Idenburg (1861-1935), R.M

14

Abdurahman Surjomiharjo, Beberapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia, h.171-174.

Page 45: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

33

Tirtoadhisoerjo (1880-1918) segera kehilangan perlindungannya. Kasus

pembongkaran skandal politik A. Simon yang dilakukannya membuat Tirto

terjerat dalam hukum karena tuduhan Persdelict. Dengan begitu, tidak lama

setelah kehilangan perlindungannya, Tirto mendapatkan hukuman buang serta

diasingkan selama dua bulan. Semuanya disebabkan dari kritikan-kritikan

pedasnya terhadap pemerintah.15

Seperti dialami oleh para generasi penerusnya, hukuman pembuangan

tetap diterapkan bagi siapa saja yang berusaha mengusik pemerintahan Hindia

Belanda lewat tulisannya. Para pendiri Indische Partij yang lebih akrab

dipanggil tiga serangkai, Douwes Dekker, Tjiptomangun Kusumo, Soewardi

Soerjadiningrat atau Ki Hajar Dewantara mendpatkan hukuman buangan

karena tulisannya yang mengkritik dan mengecam sikap pemerintah kolonial

Belanda yang terus mengekspolitasi kaum pribumi. Lewat risalahnya yang

terkenal “Als ik eens Nederlander was….”(sekiranya saya orang Belanda…)

yang bernada Ironis yang mengatakan bahwa : “ Sekiranya ia sorang Belanda,

tak akan pernah ia menyuruh bangsa yang tertindas merayakan pembebasan

para penindasnya, karena dianggap tidak pantas dan berbahaya kemudian Ki

Hajar dewantara mendapatkan hukuman pembuangan atas risalahnya.

Kehadiran Medan Prijaji mampu menjadi stimulus bagi para pemuda

terlepajar pribumi di era pergerakan untuk mengikuti jejak langkahnya. Para

sarjana pribumi yang membentuk organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam,

Indische Partij dan lainnya, menggunakan media pers sebagai corong untuk

kemajuan, dan sebagai sarana transformasi politik bagi masyarakat pribumi.

15

Imas Emalia, op cit. h. 42-43.

Page 46: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

34

Sebagai pelopor pers nasional, Medan Prijaji mampu memberikan kontribusi

yang signifikan bagi lahirnya kesadaran nasional. Organisasi pergerakan dan

pers menjadi dua bagian penting yang tidak dapat terpisahkan, kehadirannya

mampu menjadi sarana yang efektif dalam menciptakan kesatuan dan

persatuaan masyarakat pribumi.

Seperti apapun bentuk pertentangan yang terjadi antara pers pribumi

dan kebijakan pemerintah Hindia Belanda, perlu diperhatikan garis penting

yang harus di pahami bersama, bahwa dalam perkembangannya pers milik

pribumi telah berhasil menjadi media pemersatu bangsa pribumi. Melalui

tulisan-tulisannya yang tajam dan persuasif Pers Medan Prijaji berhasil

membangkitkan semangat nasionalisme pribumi. Kehadirannya menjadi alat

transformasi kesadaran dan sarana yang sangat penting dalam mengawali

tumbuhnya kesadaran nasional.

C. Sejarah Perkembangan Pers di Hindia Belanda dan Awal Kebangkitan

Pers Pribumi

Sejarah pers berbahasa pribumi (Melayu, Jawa, Sunda dan bahasa

daerah lainnya) dimulai ketika muncul surat kabar Bromartani16

pada 29

Maret 1855 yang menggunakan bahasa Jawa kromo (rendah), terbit setiap

hari Kamis oleh penerbit Harteveld & Co. di Banjarsari dekat Sriwedari,

Surakarta. Mempunyai pelanggan sekitar 320-an dengan harga langganan

16

Sumber lain mengatakan kemunculan terbitan pertamanya 25 Januari 1855, mungkin ini

con toh untuk menguji respon para pembaca serta untuk mepublisitas luas ke penduduk local, guna

menarik langganan. Hamper semua penerbit atau pencetak surat kabar baru meniru cara

mengedarkan percobaan seperti itu sepanjang abad ke-19. Ahmat Adam, ibid,. h. 27.

Page 47: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

35

pertahun 12 Gulden atau 1 gulden perbulan.17

Secara simultan kemudian pada

tahun ini juga muncul surat kabar berbahasa daerah lainnya seperti Poespita

Pantjawarna yang dipimpin oleh Gustaf Winter yang menguasai bahasa dan

sastra Jawa. Pada tahun 1856, E. Fuhri, seorang penerbit di Surabaya

menerbitkan surat kabar pertama berbahasa Melayu di Hindia Belanda yaitu,

Soerat Kabar Bahasa Melaijoe. Terbitan ini lebih bersifat komersial dan

terbitan pada 5 Januari 1856.18

Tahun 1856 muncul terbitan berkala berbahasa Melayu Bintang

Oetara, terbitan perdana pada 5 Febuari 1856. Bintang Oetara adalah

terbitan berkala yang brorientasi pada pencerahan, pada halaman-halamannya

menyedikan hikayat Melayu dan Indo-Persia, pantun, artikel, pengetahuan

umum, dan reportasi berbagai peristiwa dari negeri-negeri yang jauh, seperti

Amerika dan Belanda. Muncul pula Soerat Cabar Betawi pada 3 April 185.

Seperti pendahulunya Soerat Kabar Bahasa Melaijoe terbitan ini juga terbit

mingguan, tertbit disetiap Sabtu, dicetak dalam huruf Rumi dan Jawi, setiap

halamannya dibagi kedalam dua kolom, dengan berita iklan yang sama dalam

dua versi tulisan. Tebalnya enam halaman dan menggunakan bahasa Melayu

rendah.19

Pada tahun 1863-187120

adalah titik balik yang menentukan dalam

kebijakan pemerintah Hindia Belanda dibidang pendidikan. Menjelang 1863,

17

Imas Emalia, Suara-Suara Pmbaharuan dalam Islam, Kajian atau Pers Islam di

Indonesia masa Hindia Belanda (1900-1930-an), (Jakarta: Puslitbang Lektur dan Khazanan

Keagamaan Badan Litbang Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia, 2012) h. 25-26. 18

Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, h. 32-34. 19

Ibid,. h.33. 20

Pada tahun 1871 pemerintah mengeluarkan UU pendidikan yang antara lain menetapkan

bahwa sekolah guru harus dibuka, tidak saja di pulau Jawa, tetapi juga di seluruh bagian HIndia

Belanda. Juga di paparkan prinsip bahwa “Pendidikan di sekolah-sekolah untuk orang pribumi

akan diberikan dalam bahasa darah”. Selanjutnya, Undang-Undang itu mendesak bahwa biaya

pendidikan di sekolah negeri seluruhnya dibebankan pada anggaran pemerintah. Seluruh ketetapan

Page 48: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

36

pendidikan untuk kalangan pribumi dipertanyakan oleh tokoh-tokoh liberal

seperti Thorbecke dan Fransen van de Putte, yang meminta upaya yang lebih

besar agar Gubrnur Jenderal memperjuangkan kondisi yang menciptakan

kesempatan yang luas bagi penduduk pribumi untuk memperoleh

pendidikan.21

Pada masa ini mulai masuknya pengaruh paham liberal ke Hindia

Belanda, fase ini yang kemudian menjadi pembeda bagi tatanan sosial dan

politik di Hindia Belanda. Pada masa ini kemudian banyak dari orang

pribumi, priyai-priyai Jawa dan orang Indo22

berkesampatan untuk

mengenyam pendidikan Barat. Suatu kondisi yang menentukan lahirnya elit

modern Indonesia. Bersamaan dengan perubahan kondisi sosial politik itu

banyak dari priyai-priyai Jawa dan orang Indo yang ikut terlibat dalam

industri pers di Hindia Belanda.

Pada 3 Februari 1860, muncul Koran Slompret Melayu yang terbit

mingguan di Semarang. Diterbitkan oleh G.T.C van Dorp & Co. kemudian

setahun berselang sejak kemunculannya Koran Slompret Melajoe, muncul

surat kabar berbahasa Melayu yang kedua, yaitu Bintang Timoor, terbit di

Surabaya pada 10 Mei 186223

. Pada 7 Desember 1864 dua orang pemilik toko

ini ditunjukan untuk mengatur sistem sekolah secara rinci. Pendek kata, berarti bahwa perhatian

yang lebih besar dipusatkan pada pendidikan untuk kalangan pribumi. lihat Ahmat Adam, Sejarah

Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan., h.36. 21

Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan., h.36., 22

Orang Indo adalah sebutan untuk para keturunan Eropa yang garis keturunannya di

dasarkan pada pertalian hubungan perkawinan antara seorang laki-laki Eropa dengan seorang

permpuan pribumi. Biasanya orang Indo ini termasuk kedalam lpisan masyarakat Eropa di Hindia

Belanda dan dipandang mmpunyai kedudukan dan derajat yang lbih tinggi dari pada kalangan

nmasyarakat pribumi. 23

pada bulan Mei 1862, Bintang Timoor meluncurkan nomor percobaan mingguannya

sedangkan edisi regulernya terbit pada 1 Juli 1862 di bawah arahan J.Z van den Berg. Sperti

Slompret Melajoe, Bintang Timoor juga bertujuan untuk melayani kalangan bisnis di kota

Surabaya daan Jawa Timur.

Page 49: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

37

buku dan percetakan di Padang, Zadelhofft dan Fabritius mendirikan surat

kabar berbahasa Melayu yang juga mereka namakan Bintang Timoor, yang

mulai terbit 4 Januari 1858.24

Bersamaan dengan munculnya Bintang Timoor di Padang, muncul surat

kabar berbahasa Jawa di Surakarta, Djoeroemartani terbitan yang bertujuan

memberikan pendidikan dan juga menyebarkan pengetahuan umum pada para

siswa di Surakarta. Edisi percobaannya muncul pada 1864, kemudian edisi

regulernya muncul mingguan pada 5 Januari 1865. Dicetak oleh De Groot,

Kolff & Co. di Surakarta dan di asuh oleh F.W. Winter.25

Surat kabar misionari juga banyak bermunculan kembali pada masa ini.

Pada tahun 11 September 1867 muncul terbitan Biang Lala, terbitan yang

semula terbit setiap Kamis dan berubah menjadi Sabtu pada tahun 1872.

Meskipun terbitan ini juga memuat berita-berita lokal dan luar negeri,

orientasinya lebih memfokuskan pada orientasi misionaris. Di Minahasa

kemudian juga muncul Koran misionari yang kedua, yaitu “Certas Chabar

Minahasa” (Surat Kabar Minahasa), tidak jauh berbeda dengan Biang Lala,

pada dasarnya terbitan-terbitannya lebih banyak memuat tentang orientasi

ajaran Kristen. Pada tahun 1868 muncul juga Tjahaja Siang yang diprakarsai

oleh Graafland. Tebitannya lebih banyak memuat tentang hal-hal yang

berisfat keagamaan dan pendidikan Kristen.26

24

Ahmat Adam, Sang Pemula, h.41. 25

F.W Winter, anggota keluarga C.F Winter Sr., juga seorang ahli bahasa Jawa. Sebagai

guru pembantu pada sekolah guru ia memperkenalkan tmbang kepada para siswa. Kemudian pada

1868, C.W. Winter Jr. menjadi editor dan pada 1869 digantikan oleh F.L. Winter (SM, 611-1869).

Ibid. h. 43. 26

Ahmat Adam, Sejarah Awal PErs dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, h. 34-52.

Page 50: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

38

Kemunculan pers maupun surat kabar pada tahun-tahun selanjutnya

tentu masih terus berlanjut, baik pers milik pemerintah maupun badan swasta

telah berhasil menjamur di berbagai daerah di Hindia Belanda. Geliat pers

pada babak kedua pers di Hindia Belanda telah banyak melibatkan orang

Tionghoa maupun Indo dalam Industri persuratkabaran. Kemunculan pers

berbahasa pribumi menjadi pertanda dimulainya babak baru sejarah pers di

Hindia Belanda, penggunaan bahasa Melayu rendah dan bahasa daerah

seperti “bahasa Jawa” dan sebagainya menujukan bahwa perkembangan pers

sudah berorientasi semakin luas. Dengan adanya pers-pers berbahasa pribumi

dan kebijakan politik eties disisi lain, memberikan sumbangan yang

signifikan dalam perkembangan masyarakat kolonial Hindia Belanda pada

masa ini.

Kemunculan pers berbahasa pribumi ini yang kemudian menjadi

pembeda dari perkembangan pers sebelumnya.27

Pada dasarnya

perkembangan pers di Hindia Belanda pada masa-masa awal, disebut dengan

babak putih28

karena dalam perkembangnnya, pers dimasa ini hanya dikuasai

oleh kalangan Eropa dan Belanda khususnya. Menggunakan bahasa Belanda,

ditujukan hanya untuk orang Eropa, muatannya berisikan berita-berita seputar

Belanda dan tidak ada sama sekali kaitannya dengan kehidupan pribumi.

Sementara babak kedua ditandai sejak kemunculan pers yang

menggunakan bahasa pribumi yang secara kasar dapat diagi menjadi:

27

Sejarah Indonesia terbagi dalam dua babak. Babak pertama berlangsung sejak di

datangkannya mesin percetakan dan munculnya surat kabar yang pertama sampai pada tahun 1854,

sedangkan babak kedua berlangsung sejak 1854 sampai era kebangkitan nasional yang bersamaan

dengan diberlakukannya politik etis. 28

Pramoedya ananta Toer, Sang Pemula, h. 34.

Page 51: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

39

1. Antara tahun 1854-1860: Periode ini surat kabar berbahasa Belanda tetap

menduduki tempat penting dalam pers Hindia Belanda, tetapi surat kabar

berbahasa melayu (Slompret Melayu) mulai muncul.

2. Antara tahun 1860-1880: surat kabar berbahasa pribumi mulai banyak,

tetapi kegiatan-kegiatan persuratkabaran pada masa ini masih dipimpin

oleh orang-orang Belanda dan peranakan Eropa

3. Antara tahun 1881 sampai Kebangkitan Nasional: periode ini mempunyai

ciri yang tersendiri, kerena para pekerja pers, terutama para redakturnya

tidak lagi orang peranakan Eropa, Tetapi mulai banyak orang peranakan

Tionghoa dan orang pribumi (Indonesia)29

Pada periode ketiga ini banyak pers yang digerakan oleh bangsa

pribumi bertumbuh, kaum muda terpelajar pribumi kemudian menggagas pers

milik sendiri. Lahirnya pers oleh pribumi menjadi titik awal lahirnya embrio

kesadaran kebangsaan bagi kalangan terpelajar, Idea of Progress tersebut

kemudian diterjemahkan dengan baik oleh seorang pionir revolusioner seperti

R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918). Sebagai seorang pribumi muslim

terdidik, ia mampu mendirikan pers sebagai alat untuk mentransformasikan

kesadaran politik dan kebangsaan lewat pers.

Munculnya R. M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) seorang tokoh

revolusioner yang membawa pengaruh besar pada awal zaman pergerakan.

Sebagai seorang jurnalis yang berani kemudian mendirikan pers “Medan

Prijaji”, terbit pada tahun 1907-1912 dicetak di Betawi dan berkantor pusat

29

Abdurahman Surjomihardjo, Bebrapa Segi Perkembangan Pers di Indonesia, h. 51-52.

Page 52: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

40

di Bandung. Surat kabar pertama yang dimiliki, dikelola, dan dijalankan oleh

seorang pribumi dan pelopor pers nasional yang pada masanya memberikan

pengaruh yang sangat besar bagi kesadaran politik bangsa pribumi.

D. Sejarah Terbentuknya Pers Medan Prijaji

Seperti yang sudah di jelaskan pada pembahasan sebelumnya, pada

babak ketiga perkembangan pers di Hindia Belanda mulai menyentuh

kalangan pribumi. Masuknya paham liberal ke Hindia Belanda serta

diterapkannya politik etis menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam

perkembangan pers saat itu, dimana kaum pribumi terpelajar berperan sebagai

aktor penting yang menentukan perubahan tatanan sosial dan budaya di

Hindia Belanda.

Zaman modern yang menandai embrio menuju kabangkitan nasional,

dimana pemuda pribumi terpelajar mulai menyadari dimana posisi mereka

seharusnya dan bagaimana seharunya mereka bersikap sebagai bangsa

pribumi. Hal tersebut kemudian menuntut mereka untuk menyatukan

kekuatan dan membentuk organisasi yang kemudian mereka aktualisasikan

dalam segala hal yang positif, dalam hal ini tentunya peranan pers merupakan

sarana efektif yang digunakan oleh kaum muda pribumi terpelajar untuk

berbagi pengalaman tentang dunia, gagasan serta kesamaan nasib yang

kemudian menjadi kekuatan pemersatu kaum pribumi.

Pada babak ketiga perkembangan pers ini, pers mulai berubah menjadi

alat pemersatu bagi kaum muda terpelajar pribumi, menjadi alat transformasi

kesadaran dan media menyampaikan gagasan. Begitupula dengan bahasa

Page 53: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

41

Melayu rendah yang ikut populer dalam industri persuratkabaran. Hal ini

menjadi pertanda bahwa sebelum kaum pribumi membentuk suatu organisasi,

kesadaran nasional sudah mulai tumbuh dan melahirkan sebuah “embrio

kebangkitan nasional” yang dilihat lewat lahirnya surat kabar milik pribumi.

Pers murni milik pribumi dapat dikatakan belum ada sebelum tahun

1990, walaupun banyak dari terbitan pers yang menggunakan bahasa pribumi,

bahasa Melayu, Jawa maupun bahasa daerah lainnya, sebelum tahun 1909

kepemilikan pers masih dikuasai oleh orang Eropa, Belanda dan Tionghoa.

Meskipun pada masa sebelum abad ke-20 banyak dari kaum pribumi yang

terlibat menjadi bagian dari team redaksi , pada masa itu pers boleh dikatakan

masih “dari mereka untuk pribumi” bukan dari pribumi untuk pribumi.

Masa sebelum munculnya pers milik anak negeri memang sudah

muncul nama-nama orang pribumi seperti, Abdul Rivai, Sosrokartono,

Wahidin Sudiro Husodo, F.D.J Pangemanann, Koesomo Oetoyo, Maharaja

salambuwe, Datoek Soetan Maharadja, Dja Endar Moeda. Raja Sampono, R.

Dirjoatmodjo, R Martodarsono dan lain-lain. Pada masa ini peran mereka

masih berkutat pada pedoman tulisan pers putih.30

Penulisannya belum pada

tahapan membentuk pemikiran umum atau gagasan asli yang dilahirkan dari

hasil pemikiran kaum pribumi.

Pers pribumi adalah pers yang dikelola, dimodali, dan dimiliki oleh

orang-orang pribumi sendiri walaupun kemunculannya tidak terlepas dari

perkembangan pers yang dimiliki oleh Belanda dan Tionghoa. Karena ketiga

30

Istilah per putih adalah merupakan analogi kata yang menunjukan kepemilikan pers dari

orang-orang berkulit putih, semisal Eropa khususnya Belanda. Lihat Pramoedya Ananta Toer, op.

cit, h. 23-15.

Page 54: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

42

golongan masyarakat yang ada pada saat itu menggunakan media pers

sebagai sarana yang efektif untuk mengekspresikan pandangannya baik untuk

kepentingan politik, ekonomi maupun agama.31

Lahirnya surat kabar Medan Prijaji tidak akan terlepas dari seorang

tokoh bernama R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918)32

sebagai seorang pelopor

dalam dunia pers pribumi yang kemudian mendirikan Medan Prijaji.

Gambar. 1. Raden Mas Djokomono Tirto Adhisoerjo (1880-1918), sorang

pelopor pers nasional dan merupakat pendiri surat kabar Medan Prijaji

tahun 1907-1912.33

31

Imas Emalia, op. cit,. h. 28. 32

Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo disebut pelopor dalam bidang jurnalistik

modern karena beliau melakukan pembaharuan dalam penyusunan isi surat kabar atau dalam

istilah lain sebagai perintis persuratkabaran dan kewartawanan nasional Indonesia.Beliau termasuk

salah satu tokoh kebangkitan nasional Indonesia, namanya sering disingkat T.A.S.. Raden Mas

Tirto Adhi Soerjo (TAS) lahir di Blora, Jawa Tengah, pada 1880 dengan nama masa kecilnya

Djokomono. Beliau adalah putra bangsawan Jawa.Sempat mengenyam pendidikan di sekolah HBS

Belanda lalu melanjutkan studinya di STOVIA Batavia sebagai mahasiswa kedokteran. Namun

Raden Mas Tirto Adhisoerjo tidak menyelesaikan sekolah kedokterannya karna dia lebih sibuk

menulis di media massa. Kemudian Beliau pindah ke Bandung dan menikah. Di Bandung Tirto

Adhisoerjo menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905) dan Medan Prijaji (1907) yang

beralamat di Jalan Naripan Bandung yaitu di Gedung Kebudayaan (sekarang Gedung Yayasan

Pusat Kebudayaan-YPK) dan dianggap sebagai surat kabar nasional pertama karena menggunakan

bahasa Melayu (bahasa Indonesia), dan seluruh proses produksi dan penerbitannya ditangani oleh

orang pribumi Indonesia asli, serta menerbitkan surat kabar Putri Hindia (1908).

http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/343-bapak-pers-nasional-qraden-mas-djokomono-

tirto-adhi-soerjoq diakses 04 Mei 2016. 33 Photo penulis ambil dari:

http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/343-bapak-persnasional-qraden-

mas-djokomono-tirto-adhi-soerjoq.

Page 55: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

43

Setelah pengembaraannya di Maluku, Tirto Adhisoerjo telah

menyiapkan rencana besar untuk mendirikan surat kabar lain dari yang lain

dan merupakan penggabungan antra suksesnya di dunia jurnalistik, maka

pada tahun 1907 terbitlah surat kabar Medan Prijaji dengan delapan butir

gagasan pokoknya, diantaranya:

1. Memberi informasi,

2. Pemberi penyuluh keadilan,

3. Memberi bantuan hukum,

4. Tempat orang bersia-sia mengadukan halnya,

5. Mencari pekerjaan bagi mereka yang mebutuhkan pekerjaan di Betawi,

6. Menggerakan bangsanya untuk berorganisasi atau mengorganisasikan diri,

Page 56: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

44

7. Membangunkan dan memajukan bangsanya, dan memperkuat usahanya

lewat perdagangan.34

Dicetak dalam format tabloid, Medan Prijaji adalah surat kabar

mingguan pertama di Jawa yang mengambil peran sebagai corong bagi kaum

terpelajar ptibumi dan forum bagi pembaca pribumi untuk mengekspresikan

pandangan mereka serta mendiskusikan berbagai isu terkait kesejahteraan

pribumi, terutama soal pendidikan bagi kaum pribumi dan soal-soal politik,

sperti kritik trhadap priyayi yang korup dan suka mempolitisasi rakyat kecil.

Pandangan Medan Prijaji jauh lebih radikal dari pada pendahulunya Soenda

Berita. Kritik blakblakan R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) kepada pejabat

Belanda dan pribumi, serta sentimen nasionalisme yang mencolok jelas

menunjukan orientasi politik surat kabar mingguan ini.35

Pada awalnya Medan Prijaji merupakan mingguan yang sangat

sederhana, 12,5 x19,5 cm., 22 halaman., dicetak pada percetakan Kho Tjeng

Bie yang berlokasi di Pancoran Jakarta Selatan. Rubrik tetapnya adalah

mutasi pegawai negeri, salinan lembaran negara, dan lampirannya, surat-surat

masuk dan jawabannya, cerita bersambung, surat-surat pembaca dan

jawabannya serta bantuan hukum sebagai bantuan jasa redaksi Medan Prijaji

kepada para langganan.

Modal pertama dalam penerbitan Medan Prijaji ini diprakarsai

oleh bantuan seorang Bupati Cianjur, R.A.A. Prawiradiredja yang juga pernah

memberi R.M Tirto Adhi Soerjo (1880-1918) tambahan modal pertama untuk

34

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h. 46. 35

Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, h. 188-

189.

Page 57: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

45

Soenda Barita. R.A.A. Prawiradiredja memberi tambahan modal sebesar f

1.000,- gulden dan kemudian mendapat tambahan lagi dari Oesman Sjah36

sebesar f 500,- gulden. Untuk mensiasati tetap berjalannya terbitan Medan

Prijaji dengan modal yang minim, R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

memberlakukan sistem pembayaran langganan di awal yang harus dibayarkan

terlebih dahulu selama setengah atau satu tahun.37

Suratkabar Medan Prijaji terbit di Bandung tepatnya di jalan Naripan,

Gedung Kebudayaan (sekarang Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan-YPK).

Dicetak pada percetakan Khong Tjeng Bie, Pancoran, Betawi. Motto majalah

ini semula berbunyi:

“Swara bagi sekalijan Radja2, Bangsawan Asali dan fikiran

saudagar- saudagar Anaknegeri, lid-lid Gemeente dan Gewestelijke

Raden dan saudagar bangsa yang terprentah lainnya.38

Kemudian

pada tahun 1909 menjadi: Swara Ontoeq Sekalian Radja-jadja

bangsawan asali, bangsawan pikiran, prijaji Prijaji dan kaum moeda

dari bangsa Priboemi serta bangsa jang di persamakan denganja di

seloeroerh Hindia-Olanda.39

Motto Medan Prijaji tahun 1910

mengalami perubahan redaksi tulisan seperti: SOERA bagai sekalian

Radja-radja, bangsawan asali dan fikiran, Prijaji dan saudagar

Boemiputra dan officer-officer serta saudagar-saudagar dari bangsa

36

Seorang putra mahkota dari raja bacan yang kemudian menjadi adik ipar Tirto

Adhisoerjo setlah menikahi putrid mahkota sultan Bacan. Pengembaraan yang dilakukan oleh

Tirto Adhisoerjo setelah sebelumnya berhasil membongkar sekandal kasus politik J.J. Donner

yang menyalahgunakan kekuasaannya telah mmbuat perskongkolan dengan patih dan jaksa kepala

Madiun, Mangun Atmojo dan Adipoetro dalam menurunkan Bupatio Madiun, Brotodiningrat. Hal

ini yang kemudian membuat popularitas yang pertama bagi Tirto Adhi Soerjo dalam dunia pers,

meskipun waktu itu ia masih menjabat di beintang betawi. Sebagai reakdi dari pemerintah atas

usikan yang dilakukan oleh Tirto kemudian pemerintah memutuskan untuk mngurangi kiprahnya

di bidang pers, setelah itu Tirto pergi ke Maluku dan menikahi seorang putrid Mahkota Bacan.

Sepeulangnya ia dari pengembaraan kemudian ia mendirikan surat kabar Medan Prijaji. 37

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h. 45-48. 38

Satrio Arismunandar,"Medan prijaji, Cendekiawan Indonesia, Masyarakat dan Negara:

Wacana Lintas Kultural" artikel yang tidak diterbitkan. h. 2-3. 39

Bagian muka surat kabar Medan Prijaji tahun ke III, tahun ke IV, N.V. Jav. Boekh En

Dreukkerij “ Medan Prijaji: Batavia), 1909.

Page 58: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

46

jang terperentah laenja jang dipersamakan dengan Anaknegri, di

seloeroeh Hindia Olanda.”40

Dari mottonya yang tegas Medan Prijaji berusaha membuat garis

pemisah antara bangsa yang memerentah (pemerintah Kolonial Belanda) dan

bangsa yang terperentah (bangsa pribumi) dengan bahasanya yang tegas dan

memihak kaum pribumi menunjukan sentimen nasionalisme rakyat pribumi.

Para pengelola Medan Prijaji, seperti yang terdapat pada halaman muka

terbitan ini tercantum nama: Directeur Hooft Red. R.M. Tirto Adhisoerjo

(1880-1918),41

Buitenzorg, Redacteur: Goenawan dan R.B Karta Diredja.

Redakteur en Vertegenwoordiger boeat Eropa: J.J. Meijer Qud Asst. Res.

Assendelfstr. Redacteur en Vertegenw, boeat Molokken: A. L. Wawo Runtu

Oud Major di Manado. Redacteur n Vertegenw. Boeat Priangan: R. Ng. Tjitro

adhi Winoto, aloen-aloen Bandung.42

40

Bagian muka surat kabar Medan Prijaji tahun ke IV, N.V. Jav. Boekh En Dreukkerij “

Medan Prijaji: Batavia), 1910. 41

Sebelum perubahan dan pembahasan pada NV. Medan Prijaji tahun 1910, kepala redaksi

dipimpin oleh H. M. Arsad sebagai donator utama dalam penerbitan Medan Prijaji. 42

Halaman muka surat kabar Medan Prijaji, nomor 16, tahun ke IV, N.V. Jav. Boekh En

Dreukkerij “ Medan Prijaji: Batavia)

Page 59: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

47

Gambar.2 Terbitan Medan Prijaji tahun 191043

Belum genap satu tahun terbitan Medan Prijaji terbit, R.M Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) telah tenggelam dalam hutang sebesar lebih dari

tujuh kali lipat modal pokok. Terlalu sedikit iklan yang masuk. Begitupun

daya beli masyarakat waktu itu masih sangat lemah dengan kondisi

perekonomian masyarakat pribumi yang jauh dari kesejahteraan. Nafsu R,M

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) yang terlalu besar dalam memajukan

bangsanya lewat media cetak menjadi penyebab terlilitnya hutang disisi lain.

Namun, kemudian datang bantuan dari H. M Arsad,44

seorang muslim yang

43

Surat kabar Medan Prijaji tahun 1910, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. 44

Tokoh yang memungkinkan terus terbitnya Medan Prijaji dan Soeleoh Keadilan ini

hanyalah lulusan sekolah dasar. Setelah menjadi juru tulis kantor kontrolir di luar Jawa dia bekerja

pada seorang Dokter Jerman, yang membawanya sampai keliling Hindia sampai ke Papua Jerman

(Papua Timurlaut). Karena bimbingan dokter trsebut H. M. Arsad berhasil mengumpulkan harta.

Ia adalah seorang administrator Medan Prijaji yang kemudian menjadi Komisaris Sarekat Dagang

Islam (SDI) dan merupakan anggota dari Budi Utomo cabang Walttevreden. Seorang tokoh yang

Page 60: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

48

maju pada masanya memberikan bantuan. Terjadi kerjasama dengan Firma H.

M. Arsad & Co. Pada hari senin tanggal 30 November 1908 H. M. Arsad,

Tirto Adhisoerjo dan Pengeran Oetsman datang pada Notaris Marien John

Smissaert di Betawi untuk membuat Medan Prijaji Menjadi NV. Perusahaan

itu diberi nama Naamloonze Vennootschap: Javaansche Boekhandel en

Drukkerij en Handel in Schrijfbehoeften (NV Medan Prijaji). Dengan adanya

bentuk hukum ini, Medan Prijaji tidak mudah untuk di hentikan. perusahaan

tersebut mulai mengumpulkan modal sebesar 75.000 gulden, yang dipecah

menjadi 3000 lembar saham, seharga 25 gulden setiap lembarnya. Semua

sahamnya dikelompokan menjadi tiga bagian yang masing-masing bernilai

25.000 gulden. Bagian pertama dibeli oleh para pendiri perusahaan,

sedangkan sisianya di jual kepada pihak luar, termasuk kalangan Tionghoa

dan Eropa.45

Badan hukum ini mendapat pengesahan pemerintah pada 10

Desember 1908. H. M Arsad diangkat menjadi Redaktur Medan Prijaji pada

tahun 1908 sementara Pangeran Oesman46

setelah pengesahan NV itu

berangkat ke Eropa.47

NV Javasche Boekhandel en Derukerij en Handel in Schrijf behoeften

“Medan Prijaji” beralamat di Djalan Naripan, Bandung, yaitu di Gedung

Kebudayaan (sekarang Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan-YPK) adalah NV

berjasa menolong Medan Prijaji yang terblit hutang dan kesulitan modal. Pada tanggal 30

November 1908 H.M Arsad beserta Tirto Adhisoerjo dan Oetsman Sjah mendirikan NV. Medan

Prijaji. 45

Ahmat Adam, op cit. h. 193-194. 46

Karena tuan Prins Oesmann soeda berangkat ke Europa liwat daratan Siberia dengan

biaya Medan Prijaji Maka yang ganti tempatnja R.M. Tirtoadhikoesoemo putra pngsiun regent

Magelang yang telah pernah ke Europa (Medan Prijaji, tahun ke III, 1909 NV Jav. Bokh. En

Drukerij on Handel in Schrijfb. Medan Prijaji: Batavia) hal. 125. 47

Pramoedya Ananta Toer, op. cit., h. 48-50.

Page 61: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

49

pribumi pertama. Modalnya adalah sebesar f 75.000,- terbagi atas 3000

lembar saham. Saham seri pertama sebesar f 25.000,- telah masuk48

.

NV Medan Prijaji dapat dikatakan adalah bentuk perseroan terbatas di

Hindia Belanda pertama yang didiriakan oleh kaum pribumi dalam

memajukan industri pers milik pribumi yang memiliki badan hukum.

Meskipun pada awal abad ke-20 sudah banyak bermunculan sarekat dagang

pribumi tapi diantaranya masih belum ada yang sampai berbadan hukum.

Adanya NV. Medan Prijaji ini, Medan Prijaji resmi sebagai badan usaha

berbadan hukum yang dimiliki oleh bangsa pribumi. hal tersbut juga

menegaskan posisi Medan Prijaji sebagai surat kabar pertama, yang dikelola,

dijalankan dan ditujukan untuk bangsa pribumi.

Dalam terbitan tahun ketiga, 1909, (terbitan tahun ke II dan III, 1907-

1908 tidak dapat ditemukan) Medan Prijaji berhasil membongkar skandal

politik Aspiran Controlieur A. Simon yang telah bersekongkol dengan

wedana dalam mengangkat seorang lurah untuk desa Bapangan, padahal ada

satu calon yang mendapat dukungan penuh oleh warga desa dan mendapatkan

suara terbanyak tidak tepilih dan malah dihukum dengan hukuman krakal.

Suara politik Medan Prijaji ini yang kemudian membuat gentar para

pemerintahan yang tidak menjalankan pemerintahan sesuai dengan

semestinya. 49

Atas tindakan pembongkaran kasus A. Simon, kemudian R.M Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) yang berlaku sebagai pemimpin redaktur Medan

48

Tirto Adhisoerjo: “Pendahuluan Medan Prijaji tahun 1909”, MP Th. III, 1909, hlm. 6 -14

dan “Keterangan dan Aturannya NV Medan Prijaji”, Poetri Hindia Th. IV No. ½, Januari 1911, h.

16-24. 49

Medan Prijaji, No. 19 tahun ke III, (Jav. Bokh. En Drukerij on Handel in Schrijft. Medan

Prijaji : Batavia) 1909, h. 223-235

Page 62: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

50

Prijaji diajatuhi hukuman pembuangan ke Teluk Betung, Lampung selama

dua bulan. Selama menjalani proses pembuangan R.M Tirto Adhisoerjo

(1880-1890) tetap menjalankan kegiatan Jurnalkistiknya, banyak dari tulisan-

tulisannya yang kemudian dikirimkan pada sk. Perniagaan (terbit: Batavia,

1903-1930, selanjutnya dengan nama Siang Po sampai 1942). Sekalipun

Medan Prijaji dapat terbit di Betawi. Namun, dalam masa pembuangan

tulisan-tulisan R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) dikirim dan diterbitkan

dalam sk. Perniagaan yang kemudian baru di kutif kembali dalam terbitan

Medan Prijaji tahun 1910 dengan judul “Oleh-oleh dari tempat

pembuangan.”50

Tulisan tersebut merupakan dokumen sosial tentang tata pemerintahan

dan politik dari kurun kebangkitan nasional, dan membuktikan betapa keras

dan tajam penanya, terutama keberaniannya dalam membongkar

penyalahgunaan kekuasaan mulai dari kepala kampung sampai residen

Lampung, sehingga hanya dalam waktu dua bulan pemerintah dipaksa

menampung akibat pembongkarannya. Pembongkaran tersebut disusul oleh

perubahan dan perbaikan tata pemerintahan.51

Menjadi beralasan kenapa R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

menerbitkan tulisan-tulisannya dalam masa pembuangan di sk. Perniagaan.

Ini dapat dilihat sebagai upaya Tirto Adhisoerjo untuk melindungi Medan

Prijaji selama ia masih dalam masa pembuangan. Namun, ketajaman dan

50

Kecuali pengantar tulisan ini diumumkan dalam harian Perniagaan, kemudian

diumumkan kembali dalam harian medan prijaji no. 20-24, Th.IV, 1910, hlm. 235-239, 246-257,

257-264, 265-273, 291-296). 51

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h. 57-58.

Page 63: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

51

tetegasannya dalam menulis tetap dilajutkan dengan adanya surat-surat yang

dikirimkannya ke harian sk. Perniagaan dan yang kemudian diterbitkan

kembali setelah R.M Tirto Adhisoerjo kembali dari tempat pembungannya

dalam harian Medan Prijaji.

Sepulangnnya dari pembuangan Tirto langsung membenahi NV Medan

Prijaji yang dirasakannya tidak berkembang sesuai dengan semakin besarnya

kepercayaan umum pada kemampuan, keberanian, ketepatan informasi, dan

kegentaran aparat kolonial terhadap Medan Prijaji. Hasil dari

pembenahannya adalah: saham teritinggi NV dimiliki oleh Raden Ajoe Tirto

Adhisoerjo, Siti Habibah. Dalam rapat kepemilikan saham diputuskan, H. M

Arsad digantikan oleh R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) sendiri sbagai

redaktur. Haji Anang Tajib, seorang saudagar besar, dan Haji Amir, seorang

saudagar kain yang dua-duanya tinggal di Bogor berlaku sebagai komisaris.

H. M. Arsad sendiri keluar dari perusahaan semenjak adanya poembongkaran

redaksi. Redaksi dan administrasi dipusatkan di Bogor sedangkan terbitan-

terbitannya dicetak di percetakan H. A Benjamins, Heerenstraat, Semarang.52

Pada paruh kedua tahun 1910 Medan Prijaji berubah merubah

bentuknya yang lama sebagai berkala dengan format kecil, diubah menjadi

harian dan dicetak di prcetakan Nix, Jalan Naripan no. 1, Bandung yang

berlaku sebagai kantor pusat NV Medan Prijaji, dengan demikian Medan

Prijaji Menjadi surat kabar harian pertama yang dimiliki oleh bangsa

pribumi. Kebutuhan dan keinginan Medan Prijaji dalam mempercepat

52

Pramoedya Ananta Toer , Sang Pemula, h. 59-60.

Page 64: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

52

memajukan bangsanya lewat terbitan dapat dilihat dalam tahun-tahun ini,

dengan berlakunya surat kabar Medan Prijaji sebagai terbitan harian,

menunjukan betapa besarnya keingainan pers ini untuk terus mempercepat

memajukan bangsa pribumi.

Tahun-tahun 1909-1911 dapat dikatakan sebagai masa jaya Medan

Prijaji. hal ini bukan tanpa alasan karena pada tahun 1909 Medan Prijaji

berhasil membongkar skandal politik A. Simon53

juga dengan berani Medan

Prijaji melakukan pembongkaran-pmbongkaran ditempat-tempat yang lain.

Terutama untuk kepentingan rakyat-rakyat kecil. Hal ini dapat di lihat dalam

terbitan-terbitan Medan Prijaji tahun 1909 dan 1910 dalam karya-karya non

fiksi R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918).

Tahun 1910 Jendral Van Heutz yang selama ini menjadi pelindung R.M

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) dalam terbitan-Terbitannya digantikan oleh G.J

Idenburg, dalam tulisan yang diterbitkan dalam Medan Prijaji Tahun ke III,

1909, hlm. 660-663. Ia menuliskan karangannya yang berisi:

a. Wali Oemoem (Goebernoer Djenderal) selaloe bertoedjoean oentoek

bangsa jang memerintah, tida memikirkn oentoek bangsa jang terperentah,

b. Ia soedah tidak kemadjoean berfikir penuh (kebebasan berfikir) dan harta

kekayaan kami

c. Ia telah bikin hamba baru ini seperti bangsa jang ditakluken dan tida

diindahken hak-hak dan kehormatantja,

d. Ia soedah roesak hak-hak kami jang tida boleh tergangoe atas kehoermatan

dan kepoentjaan kami (hak azasi),

53

A. Simon. Dari data arsip kolonial Belanda di Belanda dapat diketahui bahwa pada tahun

1906 ia diangkat menjadi asistn Kontrolir. Pada tahun 1907 (dalam hubungan dengan tulisan Tirto

Adhisoerjo) ditetapkan ia akan terus bekrja di Keresidenan Kedu. Pada 1909 diangkat menjadi

kontrolir BB, tetap di Keresidenan Kedu. Pada 1916 ditunjuk untuk belajar poada Nederlandsche

Indische Bestuursakademie (Akademi Pemerintahan Hindia Belanda) mninggal pada 1921. lihat

Pramodeya Ananta Toer, ibid. h. 74.

Page 65: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

53

e. Kami dilarang memboektikan kata merdeka kami akan kebenartan yjang

terucapken dengan daja cetak (Drukpers-reglment 1856),

f. Kami dipikoeli kewadjiban belandja negri jang berat dan tida ketentuan,

g. Korupsi officieel (resmi) didiamkan saja,

h. Bangsawan oesoel dan fikiran kami dianiaja oleh pembantingan martabat

dan deradjat.54

Pada tahun 1909 orang-orang yang telah bebas karena usaha pemberian

bantuan hukum oleh Medan Prijaji telah mencapai 225 orang. Gugatan

terhadap rsiden Bali karena kontrolir Praya telah melakukan pengusiran

terhadap golongan penduduk Timur Asing dari kawasannya juga berhasil

gemilang, begitu juga dalam menghadapi sekandal patih Bandung dan

skandal Brunsveld van Hulten juga berhasil secara gmilang. Dalam

bentukanya yang baru ini Medan Prijaji juga mendapatkan tambahan

pembantu di redaksi, yaitu Mas Marco Kartodikromo, dari darah kelahiran

yang sama dengan Tirto yang kemudian semakin membuat perjuangannya

semakin menggebu-gebu. Tiras Medan Prijaji melompat naik mencapai

2000, iklan semkin banyak Haji Mukti menyemarakan dalam kurun ini

dengan cerita bersambung Hikayat Siti Mariah mulai 7 November 1910

sampai Januari 1912 yang cukup memukau pembacanya.55

Sampai pada awal tahun 1912 Medan Prijaji memang berada dalam

masa jayanya, berbagai keberhasilan dalam hal pemberian advokasi hukum

bagi kaum pribumi yang membutuhkan, pemerian informasi umum terkait

kemajuan bangsa pribumi, karya non fiksi sebagai perlawanan rakyat kecil,

54

Tirto Adhisoerjo: “Sajian untuk Gubernur Jenderal baru”, Medan Prijaji, Th. III ,1909, h.

660-663. 55

Tirto Adhisoerjo: “Sajian untuk Gubernur Jenderal baru”, Medan Prijaji, Th. III ,1909, h.

660-663.

Page 66: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

54

dan juga pemasukan dari langganan iklan yang jadi penopang terbitan harian

ini. Dari semua keberhasilannya yang gemilang, tidak kemudian harian ini

terus berjalan mulus. Gaya tulisan yang tegas dan tajam serta suara politiknya

yang berani membuat pemerintahan kolonial geram dan mengambil tindakan

tegas. Peraturan pers yang termaktub dalam Drukpers-reglement 1856 yang

kemudian diperbaiki pada tahun 1906 menjadi salah satu upaya pemerintah

untuk membatasi ruang gerak pers pribumi. Medan Prijaji merupakan bagian

dari banyaknya pers yang berkembang diawal abad ke-20. Menjadi perhatian

pemerintah karena suara politiknya yang tajam. Meskipun pemimpin

redakturnya tidak pernah mengatakan bahwa terbitan Medan Prijaji adalah

terbitan politik, tapi dari beberapa tulisannya, dan bantuan hukum yang

diberikannya bagi rakyat pribumi menunjukan terbitan harian ini berwatak

politik.

Para pejabat Eropa yang tidak suka kekuasaannya telah diusik oleh

Medan Prijaji melakukan perlawanan balik. Hal ini dapat dilihat dari adanya

suatu gerombolan terror yang dipimpin oleh seorang jurnalis muda yang

lincah keturunan Itali, Dominique Willem Baretty (kelak menjadi pendiri

kaontor berita ANETA). Dominique yang menamakan dirinya sebagai “De

Zweep” (si cambuk) pada suatu kali mengawal Brunsveld van Hulten

mendatangi kantor redaksi Medan Prijaji yang menuntut kepada Medan

Prijaji untuk mencabut tulisan-tulisannya tertentu dikorannya. Serangan yang

kedua datang dari Dr. D.A. Rinkes yang mengirimkan surat rahasia kepada

Gubernur Jnderal tertanggal 19 Februari 1912. Bahwa Rinkes telah menulis

Page 67: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

55

tentang Medan Prijaji yang harus segera mendapatkan perhatian dari

pemerintah dan agar pemerintah segera mengambil tindakan tegas atas tebitan

Medan Prijai. Laporan Dr. D.A. Rinkes singkatnya adalah berupa nasihat

kepada pemerintah dengan jalan menyampaikan laporannya terhadap Medan

Prijaji.56

Medan Prijaji dalam lapooran Rinkes dianggap sebagai harian yang

lincah, energik, penuh bakat dalam menyampaikan kepentingan-

kepentingannya. Medan Prijaji dianggapnya sebagai sebuah pers modern

yang digunakan sebagai alat menyampaikan keluh kesah, dan kritikan

pedasnya terhadap pembesar sudah menimbulakan ketidaksenangan baru dan

terus menimbulkan ketidaksnangan yang lain.57

Adanya laporan Rinkes ini

memberi indikasi betapa berbahaya Medan Prijaji bagi pemerintahan kolonial

yang tidak menjalankan pemerintahan dengan semsetinya.

Adanya serangan dari Dominique Willem Baretty dan Dr. D.A Rinkes

merupakan konsekuensi yang harus dihadapi oleh Medan Prijaji sebagai surat

kabar harian yang berpihak pada kaum pribumi. Keberpihakan surat kabar

harian ini yang secara tegas memberikan garis pemisah antara bangsa yang

Memerintah (pemerintah kolonial) dan bangsa yang teperentah (penduduk

pribumi). dari laporan Rinkes dapat dipahami bagamana Medan Prijaji sudah

menjadi perhatian bagi pemerintahan Hindia Belanda. Dr. D.A. Rinkes yang

diam-diam mengamati dapur Medan Prijaji untuk kemudian dapat

mengumpulkan kekuatan dalam menghentikan laju terbitan pers ini.

56

Pramoedya Ananta Toer, op. cit. h. 66-68. 57

Lebih lengkap baca salinan surat laporan Rinkes yang ditujukan untuk Gubernur Jenderal

terhadap Medan Prijaji dalam, Pramodya Ananta Tor, op. cit. h. 66-68.

Page 68: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

56

Akhirnya Medan Prijaji berhenti terbit pada tanggal 22 Agustus 1912,

kematiannya diawali oleh publikasi-publikasi yang tidak menguntungkan oleh

dua berkala berbahasa Jawa di Jawa Tengah. Kemudian menyusul pukulan

dibidang perniagaan, perusahaan-perusahaan besar mendadak membatalkan

iklannya di Medan Prijaji, para finansir Eropa pun menolak memberi kredit.

Pada tahun 1912 NV Medan Prijaji failit dan kemudian muncul bahwa setiap

NV harus tunduk pada hukum Eropa. R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

selaku pendiri Medan Prijaji dan pemimpin Redaksi terlilit dalam hutang

yang tidak bisa dibayarnya, dia juga kemudian disudutkan dengan adanya

laporan dan serangan dari lawan politiknya di pemerintahan Hindia Belanda.

Dengan kondisi yang sangat memperihatinkan akhirnya R.M Tirto Adhisoerjo

(1880-1918) dijatuhi hukuman buang selama enam bulan ke Ambon.58

Kematian Medan Prijaji dapat tahun 1912 adalah merupakan suatu

rencana yang sudah di susun sedemikian rupa oleh para pemerintahan

kolonial, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya serangan Dar Dominique W.

Baretty dan Dr. Rinkes yang menggunakan orang untuk menyusupi dapur

Medan Prijaji. ada usaha yang dilakukan oleh lawan MP dengan cara

pemboikotan tehadap para finansir dan para pengiklan perniagaan. Medan

Prijaji disudutkan secara terncana dengan serangan terhadap R.M Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) sebagai penggerak terbitan ini. Membuat berkala

harian ini berhenti terbit pada tahun 1912.

58

Pramoedya Ananta Toer, op. cit. h. 68-77.

Page 69: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

58

BAB III

PERAN PERS MEDAN PRIJAJI TERHADAP

MASYARAKAT PRIBUMI

A. Medan Prijaji Sebagai Medan Perjuangan Masyarakat Pribumi

Sejauh perkembangan pers di Hindia Belanda sampai pada penghujung

abad ke-19 di dominasi oleh pers putih1, sampai pada akhirnya muncul usaha

percetakan atau pers yang digerakan oleh orang-orang Tionghoa di Hindia

Belanda. Hal ini pula yang kemudian menjadi lecutan semangat kaum muda

terpelajar pribumi untuk mengikuti jejak yang sama. Pada era politik etis

yang menjunjung tinggi nilai kemodernan, kemudian muncul sosok kaum

terpelajar pribumi yang mengawali kiprah pers milik bangsa pribumi.

Pers murni milik pribumi dapat dikatan belum ada seblum tahun 1900,

sekalipun banyak dari terbitan pers yang menggunakan bahasa pribumi

saperti Jawa, Melayu dan yang lainnya. Pada masa ini belum ada terbitan pers

yang dimiliki dan dikelola oleh kaum pribumi. Seperti yang dibahasakan

Pramoedya, pada masa ini perkembangan pers yang “dari pribumi untuk

pribumi”. Meskipun pada tahun-tahun tersebut sudah banyak koran pribumi

yang terlibat dalam redaksi, seperti : Abdoel Rivai, Soesrokartono, Wahidin

Sodirohoesodo, F. D.J Pangemanann, Koessoemo Oetoyo, Maharaja

1 Pers putih adalah nama lain bagi terbitan pers yang dimiliki oleh orang-orang Blanda dan

Eropa yang berada di Hindia Belanda. Pada masa awal perkembangannya pers di Hindia Belanda

didominasi oleh orang-orang Eropa dan Belanda khususnya. Dari mulai bahasa dalam tulisan

redaksinya, kepemilikan percetakan, dan orang-orang yang menjalankan sebuah terbitan pers di

kuasai sepenuhnya olh orang-orang berkulit putih. Ini yang kemudian yang disebut Pramoedya

dalam bukunya sang pemula sebagai “babak putih”, hal ini didasarkan pada kepemilikan dan

keberpihakan perss waktu itu yang hanya terpusat pada orang-orang berkulit putih yakni Eropa dan

Belanda. Namun dalam perkembangannya pers putih sendiri masih jauh tertinggal jika

dibandingkan dengan perkembangan pers di Eropa. Pramoedya Anata Toer, Sang Pemula,

(Jakarta: Hasta Mitra, 1985), h. 25.

Page 70: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

58

Sampono, R. Dirdjoatmodjo, R. Marto Darsono, dan lain-lain, “kiprah mereka

baru sampai pada tarap dari mereka untuk pribumi, bukan dari pibumi untuk

Pribumi”.2

Pada tahun-tahun awal kiprah kaum muda terpelajar pribumi di dunia

pers orientasinya masih sangat sederhana, dimana pergerakannya hanya pada

tarap kepentingan ekonomi yang fokus dalam hal perniagaan dan

perdagangan, tulisan-tulisan fiksi dan informasi-informasi yang juga banyak

yang masih di kutip dari pers putih, belum ada tokoh pers yang mampu

membangun pers sebagai medan perjuangan yang dapat membentuk pendapat

umum atau dapat mengawal pemikiran umum. Media pers yang kemudian

dapat menjadi medan perjuang kaum muda terpelajar bahkan seluruh bangsa

pribumi dalam melepaskan diri terhadap segala bentuk penindasan dan

penghisapan pemerintah kolonial.3

Semangat politik etis yang menjunjung tinggi kemodernan, kemajuan

dan kesejateraan pada saatnya ditangkap dan diterjemahkan dengan baik oleh

tokoh kaum muda terpelajar pribumi. Idea of Progress yang kemudian

dihadirkan oleh tokoh perintis pers Hindia Belanda bernama R.M. Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) dalam usahanya mendirikan pers milik pribumi dan

untuk pribumi. Pengaruh dari semangat politik etis dan bakat jurnalistik disisi

lain yang ia miliki melecutkan semangatnya untuk menghimpun bangsanya

sendiri. Melalui media pers yang didirikan, tirto menjadikan pers Medan

Prijaji sebagai sarana untuk mentrasformasikan keasadaran, dan menularkan

2 Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, (Jakarta: Hasta Mitra, 1985) h. 23-24.

3 Pramoedya Ananta Toer, Pemula, h. 26-27.

Page 71: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

59

semangat berjuangan bagi seluruh bangsa Hindia Belanda yang berada dalam

cengkraman pemerintah kolonial Belanda.

Medan prijaji adalah surat kabar mingguan pertama di Jawa yang

mengambil peran sebagai corong kaum terpelajar pribumi dan forum bagi

pembaca pribumi untuk mengekspresikan pandangan mereka serta

mendiskusikan berbagai isu menyangkut kesejahteraan pribumi, terutama soal

pendidikan bagi kaum pribumi dan soal-soal politik seperti kritik terhadap

priyai yang korup dan pejabat pemerintah yang menyalahgunakan kekuasaan

dan mengeksploitasi orang kecil. Dalam terbitan ini, pandangan Medan

Prijaji jauh lebih radikal dibanding pendahulunya Soenda Barita. Kritik blak-

blakan R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) kepada pejabat Belanda dan

pribumi, serta sentiment nasionalistisnya yang mencolok jelas menunjukan

orientasi politik mingguan ini.4 Selain membela kepentingan kaum pribumi

melawan ketidakadilan penguasa pribumi dan pejabat pemerintah yang korup,

Medan Prijaji juga sangat keras mengkritik sistem Kolonial Belanda.

4 Ahmat Adam, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Ksadaran Keindonsiaan, 1855-1913,

(Jakarta: Hasta Mitra, 2003), h. 188.

Page 72: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

60

Gambar. 1 Terbitan Medan Prijaji tahun 1910: Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia

Sentiment kebangsaan dalam medan prijaji sebenarnya sudah dapat di

lihat dari motto pada halaman depan terbitannya :

”SOEARA bagai sekalian Radja-Radja, Bangsawan asali dan fikiran,

Prijaji dan saudagar boemipoetra dan officer-officer serta saudagar-

saudagar dari bangsa jang terperntah lainja jang dipersamakan

dengan anaknegri, diseluruh Hindia Olanda.”

Dari motto yang digunakan menjadi jelas bahwa surat kabar ini

merupakan medan perjuangan bagi golongan “Priyayi” (bangsawan),

Page 73: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

61

“saudagar” (pedagang), dan “officier” (pejabat) untuk bersama-sama

memajukan penduduk bumiputera (priyai) yang tertinggal bila dibandingkan

dengan masyarakat Tionghoa, apalagi dengan masyarakat Belanda, di

Indonesia. Adapun sebutan “asali” dan “fikiran” bagi golongan “raja-raja” itu,

hanya untuk menunjukkan bahwa status golongan yang pertama didasarkan

atas asal-usul keturunan, sedangkan yang kedua berdasarkan atas

pendidikan.5

Dalam setiap redaksinya Medan Prijaji mencoba untuk memberikan

titik pemisah yang jelas antara kaum yang terperentah dengan kaum yang

memerentah. Tidak peduli seorang penduduk asli pribumi, peranakan

Tionghoa dan sebagainya. yang dipersamakan atas nama satu ketertindasan

oleh pemerintah kolonial, Medan Prijaji bermaksud mengakomodir semua

kalangan dengan bahasanya yang tajam dan persuasif serta terus

mentransformasikan keasadaran tertindas pada bangsa pribumi dengan

harapan mampu bersatu dan berjuang dalam memerdekakan bangsanya.

Surat kabar Medan Prijaji yang merupakan pers pribumi pertama ini

merupakan medan perjuangan bagi golongan Priyai (Bangsawan), Saudagar

(pedagang) dan Officer (pejabat bumiputra) untuk mensejahtrakan rakyat

bumi putra yang tertinggal dibandingkan masyarakat Tionghoa apalagi

Belanda. Surat kabar ini dianggap sudah modern pada masa itu dibanding

dengan surat kabar lainnya yang masih banyak berisi pengumuman, cerita dan

dongeng. R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) sebagai mengelola surat kabar

5 Andi Suwirta, “Zaman Pergerakan, Pers, dan Nasionalisme di Indonesia”, Jurnal Mimbar

Pendidikan No. 4 (Badung: Universitas Pendidikan Indonesia, 1999).

Page 74: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

62

ini turut menyajikan tulisan-tulisan dengan bahasa Melayu rendahan yang

berisi pandangan dan keinginan agar H.B (Hindia Belanda atau Indonesia

sekarang) maju serta mau mengejar ketinggalan terhadap bangsa-bangsa lain

di dunia.6

Medan Prijaji yang merupakan surat kabar berkala mingguan kemudian

benar-benar menjadi medan perjuangan sesungguhnya. Sikap tegas dan

kebernainnya dalam menyuarakan kadilan dapat dilihat dalam terbitan-

terbitannya, misalkan dalam terbitan Medan Prijaji Th. III “Satoe Poelitiek di

Banjumas”, menceritakan bagaimana orang desa yang menuntut haknya atas

pemimpinnya yang sewenang-wenang, seperti dalam kutipan:

“…Pembaca tahu betapa boedoh oerang desa, betapa pendek fikir

dan takut, namun djikalau soedah poenjai kehendak, kehendak jang

soedah menjadi kejakinan oemoem menoeroet kelajakan dan hak,

mereka tidak akan moendoer dalam ikhtirnja asalkan kehendaknja

ditoeroeti, biarpoen kehendaknja itu di kemoedian hari memberatken

pukulnja. Mereka oerang Pardikan itu bersedia di padjaki asal

diperkenankan memilih kepala desa. Demikian pengadoean orang-

oerang desa itoe kepada kita, jang semakin besar keperjayaanja

kepda kita. Dan Tuhan Allah taoe dari siapa tahu nama dan roemah

kita hingga moereka datang koepada kita dari tempat jang boegitu

djaoeh, mereka tida dari Cilacap sadja, toetapi djoega dari

koeresidenan Banten, Cirebon, Rembang, Madioen, Kediri, lebih

djauh lagi dari Palembang, dari Boerneo…”7

Terbitan tersebut berisi tentang keluhan masyarakat dari desa Pardikan

Kuncen Cilacap yang tidak setuju atas perlakuan Resident Banyumas atas

tindakannya menurunkan kepala desa yang sudah dipilih oleh masyarakat.

6 Andi Suwirta, Surat Dari Dua Kota: Revolusi Indonesia Dalam Pandangan Surat Kabar

Merdeka (Jakarta) dan Kedaulatan (Yogyakarta) 1945-1947, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000) h. 20-

22. 7R.M Tirto Adhisoerjo, Madan Prijaji, “Soatoe Poelitiek di Bajumas”, no III Th. 1909, h.

463-465.

Page 75: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

63

Tindakan Residen Banyumas yang kemudian mengganti kepala desa dengan

orang pilihannya memunculkan reaksi penolakan dan keluhan dari

masyarakat. Penolakan langsung yang dilakukan oleh masyarakat tidak

langsung dikabulkan. Namun, justru memberikan syarat yang berat bagi

masyarakat untuk siap membayar beban pajak yang besar ketika pengaduan

dan permohonannya ingin dikabulkan. Strategi politik pemerintahan Hindia

Belanda yang membuat marah masyarakat desa tersebut kemudian

menimbulakan tekad dan kehendak untuk mencari perlindungan dan bantuan.

Oleh karena itu, masyarakat desa Pardikan mendatangi redaktur Medan

Prijaji untuk meminta bantuan atas kondisi politik yang terjadi. Sebagai pers

yang berpihak pada masyarakat pribumi, Medan Prijaji berhasil menjadi

media perjuangan atas keluhan dan ketrtindasan yang terjadi pada masyarakat

pribumi. dalam tulisan itu juga dijelaskan bagaimana penduduk dari berbagai

daerah lain yang datang untuk meminta bantuan hukum dan perlindungan dari

kekejaman sistem pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Dari tulisan diatas dapat kita tafsirkan bahwa pada masa itu sebuah

pers, dalam hal ini Medan Prijaji telah menjadi medan atau sarana untuk

menampung segala keluhan dan tuntutan dari orang-orang kecil, orang-orang

pribumi yang kemudian dikerdilkan di tanah airnya sendiri, lewat kebijakan

pemerintah yang semena-mena yang mencoba meperlakukan bangsa pribumi

sebagai sapi perah yang harus terus membayar pajak dan dipimpin oleh

pemimpin yang bukan dari keinginan mereka sendiri.

Page 76: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

64

Jawaban atas kepercayaan bangsa pribumi terhadap redaktur Medan

Prijaji dapat dilihat ketegasan bahasanya dalam sambungan kutipan artikel:

“…Boegini singkatja regeerprogram8 itoe. Memang Djikalau seoerang

Radja Anak Negeri Begitoe alpa dan begitoe lalai atau kejam soehingga

rakjat tida bisa mendapatkan kesenangan dan kemadjuan, solaloe dip

eras dan dipijit, selaloe tida moendapatken ketentuan hokeoem dan

kemerdekaan, keradjaan haroes dihapoes, radjanja haros ditoereoenkan

dari tahta dengan mendapat tundjangan sebagei pengganti keroegian

sketika atau ditangggoehken smpai kematiannja…tetapi djika radja itoe

tida berdoesa dan diberhentikan, digantie dan digantinja tida atas

persoetoejoan rakjat atoe pembesar-pembesar keradjaan (rijkgrooten)

laloe rijksgrooten ini disoereoeh memasoekan permohoenan supaja

diganti radja lain dan kemodian jang memoengoet pajak adalah

Gubermen, apakah dalem hal ini Gobermen tida berlakoe mengindjak

hak kependoedoekan keradjaan itu boekan karen keadilan tetapi hanja

karna Fiscus9 alias Doeit?”

10

Dari redaksi yang digunakan dalam menyampaikan pendapat umum

tersebut yang kemudian memberikan bentuk wujud keberpihakan Medan

Prijaji terhadap bangsa pribumi, melalui bahasa sindiran yang tajam dalam

mengkritik pedas sistem pemerintahan Hindia Belanda yang menindas.

Medan Prijaji dengan berani tampil sebagai medan perjuangan yang

sebenarnya bagi masyarakat pribumi.

Dalam terbitan lainnya yang berjudul “Kekejaman di Banten”11

:

8 Regeerprogram berasal dari bahasa Belanda yang berarti program penaklukan.

9Ficsus berasal dari bahsa Belanda, Latin yang berarti Pembendaharaan negeri.

10 Madan Prijaji, ibid., h. 463-465.

11 Kekedjaman di Banten, sebuah cerita yang menggambarkan tentang kadaan sosial di

Banten Kidul, kondisi sosial di desa Nebol kabupaten Pandeglang yang selalu di pijit dan diperas

serta dianiyaya oleh lurahnya, dan berbulan-bulan penduduk desa itu mencari perlindungan.

Sampai pada akhirnya datang pada redaktur Medan Prijaji yang kemudian menceritakan keadaan

social yang sebenarnya yang diciptkan oleh kepala desa bernama Nada dengan brbagai tuntutan

.catatan tulisan ini diumumkan dalam terbitan Medan Prijaji tahun 1909. Th. III. h. 592-598.

Page 77: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

65

“…djangan kaget, pembaca kita di Nederland, djangan kaget, dan

djangan lantas terboeroe boeroe memaki dan mentjatji kita, karena kita

soedah berani bilang jang hal hal sebage ditjeritaken oleh Multatuli

masih di dapet pada masa kini di Kresidenan Banten, teroetama di

Banten kideoel, jang soedah bertahoen tahoen pendoedoek desa Nebol,

Onderdistrik12

Mandalawangi, Distrik Tjimanuk, Kabupaten

Pandeglang, dipidjit dan dip eras serta dianijaja oleh lurahntja, dan

berbolan bolelan pendoedoek desa itoe mencari perlindoengan, ja

sampe prig pada Residenja, semakin jadi brutal, semakin kedjam sperti

seeker binatang boeas…Sebagemana Multatuli soedah sia sia mentjari

kebenaran, karna dapet halangan dari Slijmering dan Droogstoppel,

begitu juga pendoedoek desa Nebol Soedah Lemah dan tiada kebenaran

terhadap kekedjaman loerahnja. Sampai pada soeatu masa doea tiga

oerang desa tersebot dapet tahoe bahwa di Bogor ada seboeah kantor

redaksi dari soerat kabar, jang pintoentja selaoe terboeka boeat

menolong oerang oerang desa atoe oemoemntja anak negeri jang

kelemahan…”

Kutipan “Kekedjaman di Banten” diatas berisikan tentang bagaimana

kondisi sosio-politik di desa Nebol yang di pimpin oleh seorang lurah yang

kejam dan korup. Didalamnya diterangkan pengaduaan tiga orang perwakilan

warga desa Nebol yang datang ke Bogor (kantor Redaksi Medan Prijaji) yang

menceritakan kekejaman kepala desanya yang bernama Nada. Dalam terbitan

tersebut terdapat 19 kasus lurah Nada yang sudah menyalahgunakan

kekuasaannya untuk menindas masyarakat desa Nebol. Dalam terbitan

tersebut dapat di lihat bagaiaman kondisi sosio-politik di Hindia Belanda

khususnya di Banten yang begitu kontras, dimana pemerintahan Hindia

Belanda dengan kekuasaannya mampu berbuat sewenang-wenang terhadap

masyarakat pribumi, tindakan korup, kejam, dan tanpa belaskasihan tetap

mendapatkan perlindungan dari pemrintahan diatasnya sedangkan masyarakat

pribumi yang lemah dipekerjakan dan dikerdilkan hak-haknya tanpa adanya

12

Onderdistrik (Belanda: Onderdistrict: Kcamatan).

Page 78: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

66

perlindungan hukum dan jaminan kesejahteraan. Hal ini yang kemudian

membuat masyarakat kecil berbondong-bondong mencari perlindungan

kepada Medan Prijaji. 13

Sebagai pers yang memihak rakyat kecil pribumi, Medan Prijaji

memberikan peran yang tepat bagi kebutuhan masyarakat pribumi pada masa

itu, sebagai medan perjuangan kaum pribumi, pers ini beperan terus

mengakomodir keluhan dan tuntutan masyarakat pribumi dari berbagai

daerah yang tidak mendapatkan perlindungan hukum dan haknya. Melalui

telaah tulisan R.M. Tirto Adhosoerjo (1880-1918) dalam pers Medan Prijaji

dapat disimpulkan bagaimana pers ini mampu menjadi pembela bagi kaum

pribumi, kehadirannya dapat menjadi pembeda dari pers sebelumnya di

Hindia Belanda. Masyarakat pribumi yang sebelumnya tidak memiliki

kekuatan dan alat untuk memperjuangkan kesejahteraannya mampu di

akomodir dengan baik dengan adanya pers Medan Prijaji di awal abad ke-20

M.

B. Medan Prijaji Sebagai Alat Transformasi Politik Masyarakat Pribumi

Dalam Bab sebelumnya sudah diulas bagaimana kemunculan pers

Medan Prijaji menjadi tonggak awal kemunculan media pers yang murni

milik bangsa pribumi, meskipun pada masa tahun 1900-an sudah banyak

keterlibatan orang-orang pribumi dalam dunia persuratkabaran. Namun,

keterlibatan mereka masih sebatas pembantu bagi pers Belanda dan

13

Informasi lebih jelas terkait pengaduan warga desa Nebol atas kekejaman lurahnya yang

kejam dan korup dapat dilihat pada R.M. Tirto Adhisoerjo, Medan Prijaji, Kekedjaman di Banten

tahun ke III, no. , h. 592-598.

Page 79: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

67

Tionghoa, keterlibatanya belum sampai pada tahap membentuk pendapat

umum. Medan Prijaji lahir sebagai pembeda dari media pers yang lain,

sebagai suratkabar yang didirikan, dikelola dan dikepalai oleh seorang

pribumi, pers ini mampu membentuk pendapat umum dan batasan yang jelas

antara pribumi dan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Medan Prijaji juga

mampu mengambil peran sebagai alat transformasi kesadaran bagi kaum

pribumi yang terperentah, hal ini bahkan dapat dirasakan sejak kita membaca

bahasa redaksi mottonya:

“…SOEARA bagai sekalian Radja-Radja, Bangsawan asali dan fikiran,

Prijaji dan saudagar boemi poetra dan officer-officer serta saudagar-

saudagar dari bangsa jang terperntah lainja jang dipersamakan dengan

anak negri, diseluruh Hindia Olanda…”

Motto yang diusung Medan Prijaji jelas menunjukan batas yang tegas

antara kaum pribumi (bangsa yang terperintah) dengan orang-orang Belanda

dan Eropa (bangsa yang memerintah) di Hindia Belanda. Bahasanya yang

menyebutkan “bangsa jang terperentah” merupakan sentimen bahasa yang

menegaskan keberpihakan pers ini bagi kaum pribumi. Kondisi objektif yang

ditangkap oleh R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) bahwa kaum pribumi dan

bangsa lain di Hindia Belanda yang terjajah oleh kebijakan pemerintah

kolonial harus segera bangkit dan berjuang dalam menemukan

kemerdekaannya.

Di samping menyajikan informasi terhadap berbagai perkembangan

dunia dan khususnya perkembangan kebijakan pemerintah kolonial di Hindia

Belanda Medan Prijaji juga menerbitkan tulisan dari berbagai pengalaman

Page 80: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

68

dan pandangan umum dengan maksud untuk transformasi kesadaran politik

bagi pembaca agar menyadari dimana posisi bangsa pribumi saat itu. Adanya

ketidaksesuaian yang sangat jelas antara kenyataan dan keharusan. Bangsa

pribumi yang sejatinya adalah pemawaris yang sah atas tanah Hindia

Belanda, kenyataannya hanya menjadi sapi perah bagi pemerintahan Hindia

Belanda. Sementara itu, bangsa Eropa yang datang ke Hindia Belanda

menjadi tuan yang memerintah bangsa pribumi dengan sewenang-wenang.

Negeri Belanda sebagai pendatang sudah menancapkan cengkramannya

di Hindia Belanda, berawal dari monopoli perdagangan yang di mulai sejak

datangnya VOC sampai pada hegemoni kekuasaan atas tanah Hindia Belanda

pada peralihan abad ke-20 Hindia Belanda telah sepenuhnya berada dalam

cengkraman kolonial Belanda. Kekuasaan tertinggi berada dipihak Asing

(Belanda) para pemimpin pribumi hanya sebagai pion yang juga diperalat

untuk melancarkan ekspansi Belanda saat itu. Kondisi ini yang kemudian

ditangkap dengan baik oleh para pemuda terpelajar pribumi, buah dari politik

etis telah nyata membuat blunder bagi pemerintah kolonial sendiri. Semakin

terdidik kaum pribumi semakin cerdas mereka menyadari ketertindasan yang

dialami oleh bangsanya.

Medan Prijaji yang di pelopori R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918)

sebagai perwujudan dari blunder Politik etis telah mampu menjadi sarana

perjuangan bagi kaum pribumi dan bangsa lainnya yang dipersamakan

dengan anak negeri atas dasar ketertindasan. Medan Prijaji mampu

mengambil peran sebagai sarana tranformasi politik bagi kaum pribumi, hal

Page 81: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

69

ini dapat dibuktikan dengan bahasanya yang berani dan memihak. Seperti

dalam tulisan yang diterbitkan Medan Prijaji pada tahun ke IV (1910) yang

berjudul “Deradjat Boemi Poetra”

”Kalo kita doedoek berpikir memikirkan keadaan kita pendoedoek di

tanah Djawa dan yang disamakan dengan dia, maka merasa gemaslah

hati kita. Ja, gemas yang tiada terbilang hebantja, hendakpoen

berloempat, kekoewatan tiada poenja sebab kaki terikat oleh soeatu

petjakit melarat, hendak berterak-tereak minta toeloeng tida

didengarnya oleh jang wadjib. Djadi dari sana sini selalu mendapat

halangan jang besar. Ada beberapa anak boemi jang ada maksoed dan

beroesaha agar bangsaja jangan slaloe djadi tendangan dan makian

bangsa sopa, jaitu bangsa eropa. Kita selaloe didjeromoeskan dalam

lembah kehinaan dan kesengsaraan. Sehingga habislah tenaga kita boeat

indar dari pada bahaja. Sekean lamaja kita djadi boedak dan patjitaan

(makanan) bangsa sopan. Soenoeh tahan sekali bangsa kita

menanggoeng seksaan dengan sabar kita menerima nasib jang tida enak

ini. Apa bangsa sopan tida merasa alan poeja belas kasihan jang dia

soedah mengindjak dan menghisap habis abisan aken bangsa kita? Ada

djoga bangsa sopan jang tjinta dan sajang pada anak boemi dan soeka

pimpin merekka itoe pada djalan jang lurus dan selamat...”14

Dalam tulisan “Deradjat Boemi Poetra” ini Medan Prijaji berupaya

untuk menggambarkan bagaimana kondisi sosial yang timpang saat itu,

ketimpangan strata sosial antara orang Eropa yang disebutnya sebagai bangsa

sopan dengan para boemiputra (pribumi). Disamping itu, ada segelintir para

pemimpin Jawa yang berada dibawah perintah bangsa Eropa yang bersikap

begitu penurut dengan bangsa sopan namun, sebaliknya begitu kejam dan

sombong terhadap bangsanya sendiri. Dalam tulisan ini Medan Prijaji secara

tegas menuangkan bagaimana kondisi derajat bangsa pribumi dan berupaya

14

Tirto Adhisoerjo, “Deradjat Boemi Putra” dalam Medan Prijaji terbitan tahun 1910. h.

88-90.

Page 82: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

70

untuk mentransformasikan kesadaran pada kalangan pribumi untuk segera

sadar dan bangkit akan ketertindasan yang terjadi.

Dengan bahasanya yang berani Medan Prijaji mampu menjadi corong

bagi perjuangan kaum pribumi. Kodisi sosial yang dituangkan dalam tulisan-

tulisannya mampu menggugah para pembaca dimasa itu, awal permulaan

abad ke-20 yang ditandai dengan kebangkitan pers mampu ditangkap dengan

baik sebagai sarana transformasi politik bagi kaum pribumi. Seperti yang

disebut Takhesi Shiraishi bahwa sebelum munculnya organisasi pergerakan

kesadaran tertindas sudah ada dalam setiap pikiran-pikiran tokoh yang

kemudian ditransformasikan dalam bentuk terbitan-terbitan persuratkabaran.

Penanaman embrio kesadaran nasional di awali oleh pers yang mereka

dirikan.15

Medan Prijajilah yang mengawali kiprah kebangkitan pers milik

pribumi serta mampu memberikan pembeda dari pers Belanda dan Tionghoa.

Medan Prijaji lahir sebagai corong perjuangan dan sarana transformasi politik

dalam menemukan kesadaran nasionalnya.

Dalam terbitan yang lain misalnya “oleh oleh dari tempat

pemboeangan”16

, terbitan yang merupakan berbagai rekaman sosial atas

pengalaman R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) selama pengembaraannya

dalam pembuangan di Teluk Betung. Pengalaman perjalanan yang ditangkap

15

Takashi Siraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, (Jakarta:

Perpustakaan Utama Garffiti, 1997), h. 42. 16

Kecuali kata pengantar tulisan ini diumumkan dalam harian perniagaan dan kemudian

diterbitkan kembali dalam terbitan Medan Prijaji No. 20 tahun 1910. h. 235-239,246-252, 257,

265, 265-273, 291-296. adalah merupakan sebuah catatan yang dihasilkan dari pengalaman R.

Tirto Adhisoerjo selama pembuangan yang di terimanya di Teluk Betung. Hukuman buangan yang

diterimanya akibat ulahnya dalam membongkar skandal politik seorang aspiran kontrolir A. Simon

dengan bahasa umpatan yang digunakannya yang kemudian membuatnya terjerat dalam

Persdelict. Pada 19 Mei 1910 Tito Adhisoerjo kembali ke tanah Jawa untuk kembali menuliskan

hasil pengalamannya itu dalam terbitan berkala Medan Prijaji.

Page 83: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

71

dan dicatat olehnya ini kemudian diterbitan dalam harian Medan Prijaji.

Dalam kutipannya:

“…Oerang oerang jang memegang pemerintahan sering berfikir ,

oentoek mendjalankan penmerintahan dengan sempoerna mesti

dilakoeken paksaan dan kekerasan, djadi boekan diberi toeladan jang

baik sehingga oerang melakoeken kewadjibanja dengan cinta dan

setia. Tida demikian halnja lakoe paksaan dan kekerasan, karna maski

baik djalannja pemerintahan, tetapi tida dilakoekan oleh bangsa jang

terperentah. Karna kesetiawanan dan kecintaan hanja dilakoeken

karna takoet, dan batinja tida terlepas dari pri kbentjian.

Tanah Hindia di masa ini adalah negri jang belum teratoer sebage

negri jang soedah beres, jang memberi kemerdekaan dan ketentoean

hoekoem sebagemana didjandjikan dalam fatsal 108 dalem Regeering

Reglerment boeat tanah Olanda, dimana didjadiken perlindoengan atas

harta benda dan badan pada segala pendoedoek di Hindia Olanda.

Dame lah rasa hati ini djika membatja djandji terseboet, dan

sesoenggoehnya dapet dirasaken kebenaranja oleh kita orang

penduduk di Hindia Olanda ini. Djika djandji dalam fatsal itu tida

terboekti itu disebabken kealpaan oerang oerang jang melakoeken

titah nagri. Berboeat sesoeka sndiri dan pilih kasih adalah penjakit

kebnjakan oerang jang berkuasa di Hindia ini. Setiap hari terdengar

hal hal jang menjataken bagemana oerang ta mempenjai kemerdekaan

dan dan ketentoean hoekoem…”17

Dari kutipan diatas terlihat keberanian Medan Prijaji dalam penanya

menyuarakan kondisi sosial politik yang dihadapi bangsa pribumi di masa itu.

Memberikan pandangan umum bagaimana sistem pemerintahan yang

dijalankan oleh para penguasa yang bukan berasal dari bangsa pribumi

sendiri, melainkan oleh bangsa yang memerintah. Kekuasaan yang dijalankan

atas dasar paksaan dan kekerasaan atas bangsa pribumi hanya melahirkan

kebencian. Kemerdekaan bangsa pribumi yang sangat jauh dari haknya

membuat bangsa pribumi pada masa ini jauh dari kesejahteraan.

17

Kutipan dari terbitan Medan Prijaji, Oleh oleh dari tempat pemboengan, tahun ke IV

1910.

Page 84: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

72

Dengan bahasanya yang berani dan tajam, Medan Prijaji mampu

menggambarkan bagaimana kondisi sosial politik yang sedang terjadi,

memberikan gagasan yang mampu mengawal kesadaran kaum pribumi atas

posisinya sebagai anak bangsa. Melalui telaah artikel diatas, Medan Prijaji

mampu menerangkan kenyataan objektif yang terjadi pada masa itu, melalui

terbitan ini kemudian Medan Prijaji bermetamorfosis sebagai sarana yang

efektif untuk transformasi politik bagi kaum pribumi yang harus segera sadar

dan bangkit atas tetertindasan.

Pembahasan yang cukup panjang dalam “oleh-oleh dari tempat

pembuangan” dapat disimpulkan disini beberapa nilai penting yang bisa

dianggap sebagai sarana transformasi politik bagi kaum pribumi, lewat

pengalaman dari tempat pembuangan Medan Prijaji menggambarkan betapa

menyedihkan kondisi sosial rakyat Hindia Belanda khususnya bangsa

pribumi, tidak mendapatkan keadilan dan perlindungan hukum sebagaimana

mestinya, pemungutan pajak yang dipaksakan dan bagaimana tumpulnya

hukum bagi kaum pribumi menujukan adanya ketidakadilan yang dilakukan

oleh pemerintah Hindia Belanda.

Disisi lain dalam terbitan itu juga digambarkan bagaimana sistem

pemerintahan yang dijalankan oleh para penguasa, terjadi begitu banyak

penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh para penguasa, pemungutan

pajak yang berlebihan, penegakan hukum tidak dijalankan sebagaimana

mestinya, dan tidak adanya usaha-usaha yang diberikan guna

mensejahterakan bangsa pribumi. Medan Prijaji menunjukan batas yang jelas

antara bangsa pribumi yang terperentah dan bangsa sopan (Eropa) yang

Page 85: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

73

memerintah. Melalui gambaran kondisi objektif yang dituangkan dalam

terbitan-terbitan tersebut, surat kabar ini mampu mengawal asusmsi publik

dan membentuk pikiran umum. Medan Prijaji dengan ketegasannya berusaha

mentrasformasikan kesadaran politik bagi kaum pribumi.

Seperti yang termaksud dalam delapan butir gagasannya:

1. Memberi informasi,

2. Menjadi penyuluh keadilan,

3. Memberikan bantuan hokum,

4. Tempat orang tersia-sia mengadukan halnya,

5. Mencarikan pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan pekerjaan di

Betawi,

6. Membangunkan dan memajukan bangsany, dan

7. Memperkuat bangsanya dengan usaha perdagangan.18

Dari delapan butir diatas dengan tegas Medan Prijaji didirikan sebagai

surat kabar murni milik pribumi yang berangkat dari kepentingan kaum

pribumi dan berkembang menjadi corong bagi kaum terpelajar pribumi untuk

menyampaikan gagasannya. Lewat bahasa jurnalistik yang memihak dan

tajam pers ini mempunyai peranan penting dalam transformasi politik bagi

bangsa pribumi. Dari poin ke enam dan ke tujuh misalnya, pers ini berusaha

menggiring para pemuda pribumi untuk sadar atas ketertindasan yang terjadi,

mengajak seluruh bangsa yang terperentah untuk memperjuangkan hak dan

kewajibannya.

18

Pramoedya Ananta Toer, op. cit. h. 46.

Page 86: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

74

Pada awal abad ke-20 ini lah geliat pers pribumi mulai memunculkan

penanya yang tajam, bahkan jauh sebelum munculnya organisasi gerakan

benih dari kesadaran nasional sudah ada pada pikiran kaum terpelajar pribumi

yang mereka tuangkan lewat pers. Banyak dari pers yang dikembangkan oleh

orang-orang pribumi yang memberikan kontribusi dalam mentrasformasikan

kesadaran bagi kaum pribumi diseluruh Hindia Belanda. Medan Prijaji lahir

sebagai pelopor pers pribumi yang murni dikelola oleh para pemuda

terpelajar pribumi. Melalui bahasanya yang tegas dalam membedakan antara

bangsa yang memerentah dan bangsa yang terperentah, jelas pers ini

menunjukan watak politiknya dalam melawan segala bentuk penindasan

terhadap kaum pribumi dari kesewang-wenangan pejabat pemerintahan.19

Meskipun penulis hanya mampu menemukan terbitan Medan Prijaji

pada tahun 1909 dan 1910, dirasai sudah cukup untuk menilai bagaimana pers

ini mampu mendongkrak semangat pada zamannya, memberikan informasi

dan gagasan-gagasan umum terkait nasib rakyat pribumi dimasa itu. Dengan

tidak mengesampingkan pers-pers sebelumnya dan yang muncul setelahnya,

Medan Prijaji mampu menjadi pelopor pers yang mengambil peran sebagai

sarana transformasi politik bagi kaum pribumi.

C. Suara Politik Medan Prijaji Sebagai Pengawal Lahirnya Kesadaran

Nasional

Awal abad ke-20 merupakan zaman baru bagi Hindia Belanda, zaman

penerapkan sistem politik etis yang ditandai dengan kemajuan berbagai aspek

19

Takeshi Siraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, (Jakarta:

Perpustakaan Utama Garffiti, 1997), h. .

Page 87: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

75

sosio-politik di Hindia Belanda. Hal ini dapat dilihat dengan kemajuan

pendidikan yang melahirkan kaum muda terpelajar pribumi, sebagai kaum

teperlajar mereka membentuk kesadaran “nasional” mebagai masyarakat

pribumi Hindia Belanda, dan bergerak bersama “bangsa-bangsa” lain dalam

garis waktu yang tidak terhingga menuju modernitas, , suatu titik yang hilang

di masa depan, yang memberikan makna pada keberadaan mereka saat itu.

Mereka tentunya tidak mengenal satu sama lain secara pribadi, tetapi mereka

tahu pasti kehadiran yang lain di Batavia, Bandung, Semarang, Solo,

Yogyakarta, Surabaya, dan seluruh Hindia. Mereka juga berbagi pengalaman

dan gagasan, dan asumsi tentang dunia, Hindia, dan zaman mereka. Untuk

sementara waktu “embrio bangsa” belum mendapatkan nama, dan mereka

tetap hanya bumiputra dan kaum muda. Pergerakan nasional yang dipahami

dalam historiografi ortodoks dari Indonesia pasca merdeka adalah perjalanan

“embrio bangsa” ini dalam mencari namanya-Indonesia. Akan tetapi sebelum

Indonesia ditemukan, “emrbrio bangsa” ini telah hadir dalam pikiran dan

gaya kaum muda, dan segera memperoleh alat kelembagaan untuk

mengungkapkan kesadaran “nasional”-nya. Alat itu adalah surat kabar

bumiputra (pribumi).20

Pada tahun-tahun awal ke-20, semua jurnalis bumiputra (pribumi) ini

bekerja pada penerbit Indo dan Tionghoa sehingga mereka tidak sepenuhnya

bebas memimpin “embrio bangsa”. Kemudian pada 1903, munculan R.M.

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) yang telah mnjadi wartawan pada usia sekitar

21 tahun, dan memimpin surat kabar pertamanya, Soenda Barita, dengan

20

Takeshi Siraishi, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, (Jakarta:

Perpustakaan Utama Garffiti, 1997), h. 40.

Page 88: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

76

bantuan keuangan dari bupati Cianjur R.A.A Prawiradirdja dan pada tahun

1907 mendirikan pers Medan Prijaji.21

R.M. Tirto Adisoerjo (1880-1918) mampu menjadi pengawal lahirnya

kesadaran nasional pribumi, melalui tulisan-tulisannya yang diterbitkan

dalam Medan Prijaji, pers ini mampu menjadi pengawal lahirnya kesadaran

nasional bagi masyarakat pribumi (Indonesia). Hal ini dapat dilihat bahkan

dari mottonya:

“…SOEARA bagai sekalian Radja-Radja, Bangsawan asali dan fikiran,

Prijaji dan saudagar boemi poetra dan officer-officer serta saudagar-

saudagar dari bangsa jang terperntah lainja jang dipersamakan dengan

anak negri, diseluruh Hindia Olanda…”

Bahasa redaksinya yang tegas dan berani memberikan batasan yang

jelas antara kaum terperentah (pribumi) dan kaum yang memerentah

(pemerintah Hinida Belanda). Dengan pemilihan redaksi yang termuat dalam

motto tersebut menegaskan betapa Medan Prijaji mengharapkan munculnya

kesadaran bersama bagi masyarakat pribumi di Hindia Belanda. Satu

kesamaan atas ketertindasaan oleh bangsa yang memerintah (pemrintahan

Hindia Belanda) diharapkan mampu menjadi “embrio kesadaran nasional”

bagi lahirnya persatuan masyarakat pribumi.

Melalui corong suara pergerakan bernama Medan Prijaji, R.M. Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) berupaya untuk menawarkan cara pandang khas

mengenai bangsa. Dalam gagasan tentang bangsa ia melakukan klasifikasi

kelompok manusia ke dalam dua kategori bangsa antara “jang terperentah”

21

Ibid., h. 43.

Page 89: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

77

dan “jang memerentah”. Cara pandang ini membuat penegasan yang jelas

antara kelas tertindas dan kelas yang menindas, hal ini merupakan buah

pemikiran yang maju, ia menuangkan cara pandang yang baru dalam surat

kabar Medan Prijaji dimana sebelumnya pada masyarakat pribumi masih

terpisah-pisah dengan ragam suku dan etnis, penamaan Jong Ambon, Jong

Selebes, Jong Java dan sebagainya, masih menjadi garis pemisah antara

masyarakat pribumi di pulau yang satu dengan pulau yang lainnya. Melalui

konsep pemikirannya itu, R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-1918) bermaksud

melebur gagasan sentimen kebangsaan dengan gagasan baru “gagasan

kebangsaan” yang merupakan konsep kesadaran Nasional.

Melalui konsep pemikirannya yang maju, R.M. Tirto Adhisoerjo (1880-

1918) menawarkan cara pandang dan konsep berpikir yang baru, konsepsi

bangsa yang terperentah dan bangsa yang memerintah setidaknya

mengegaskan dua makna penting, pertama: ia ingin menarik masyarakat

pribumi dari kesadaran kedaerahan menuju kesadaran kebangsaan (kesadaran

nasional). Kedua: ia iangin mengungkap selubung penghisapan yang

dilakukan oleh pemerintahan Hindia Belanda atas bangsanya, dengan garis

pemisah yang jelas, bahasa “jang memerentah” merupakan penegasan bahwa

kolonialisme sedang merongrong bangsa pribumi. melaui kedua pnegasan

tersebut ia bermaksud merespon kesadaran nasional dan menyadari

ketertindasan yang sedang terjadi atas bangsa pribumi.

Dalam terbitannya yang lain, Seperti dalam tulisan R.M. Tirto

Adhisorjo yang ditulis atas nama Diana. Melalui artikel ini kita akan melihat

Page 90: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

78

suatu gambaran bagaimana keadaan bangsa jang terperentah itu demikian

diremehkan oleh bangsa yang memerentah sebagai bangsa sopan.

“...demikianlah bangsa Tionghoa bisa djadi madjoe. Sekarang

betapakah halnja tentang orang Boemi poetera? ...oerang berkoeli,

jaitoe mentjeri makan dengan dapet opahan dari angkatken orang laen

punja barang...”

“ tjoba lihat, itoe disana ada koetsier, dan dinaiki seorang bangsa

sopan. Dogcart dibawa poeter kota, dari sini kesana, dari sana kemari,

barangkali soedah empat lima djam lamanja.. „sekarang berhenti disini

sir‟,‟saja toean‟, „ini sewanja‟... „een kwartje‟, „minta tambah, toean!‟,

„apa! Kaoe berani boeka moeloet!‟, „tida toean‟, „ini terlaloe sedikit

sebab dogcart dipake 4 djam lamanja‟, „Peng!‟. „Apa itu, soeara bedil!

Boekan! Itoe soeara tapak tangan jang jatoeh dipipinja koetsir jang

brutaal. Kasihan!”

“...lihat itoe disana!... seorang Opziender poekoel pada koeli. Apa

sebab? Oleh koeli tida maoe berhormat dan madoeka pada itoe

kandjeng toean besar Opziender.”22

Dari artikel tulisan diatas dapat di lihat betapa upaya penulis ingin

merespon membaca tulisan atas nama Diana tersebut akan menangkap

suatu gambaran bahwa laku semena atau penindasan benar-benar telah

terjadi. Baik itu hinaan, kekerasan fisik, atau eksploitasi. Dari tulisan tersebut

kita bisa memungut gambaran bahwa penindasan itu menghujani keseharian

rakyat dengan berbagai profesi mulai dari kusir, kuli, dan sebagainya yang

tak dituliskan sebab menurut penulisnya terlalu banyak jika harus dibeberkan

semua, “djikaloe disini haroes diseboetken roepa-roepa hinaan itoe, tentoelah

terlaloe makan banjak tempat.”23

Itulah potret dari bangsa pribumi yang diperlakukan sedemikian rupa

selayaknya binatang oleh bangsa “sopan” sebagaimana kata “sopan” itu

22

Diana, Mendjoendjoeng bangsa, dalam Medan Prijaji no.33 tahun III (NV Medan Prijaji:

Batavia, 1909) h. 764-769. 23

Diana, Mendjoendjoeng Bangsa...h. 769

Page 91: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

79

dipilih oleh penulis artikel untuk dikontraskan dengan laku semena atas

kusir yang dianggap brutal hanya karena berani menuntut haknya. Sebuah

satire yang menguak kesadaran sekaligus sentimen kebangsaan dalam upaya

merajut kesadaran nasional. Oleh sebab artikel semacam ini dapat

memberikan kabar menggantikan lisan untuk bertutur dan berbagi keluh

peluh atas penindasan yang dialami saudara sebangsa di belahan nusa yang

tak saling tatap mata. Dan lagi-lagi harus kita katakan bahwa di sinilah

suratkabar berperan melipat jarak, sehingga meski mata tak saling tatap

namun satu sama lain bisa saling pandang melalui kata dan berita. Namun

demikian, penulis artikel tersebut memberikan sikap sekaligus pandangannya

atas fenomena tersebut, bahwa keadaan seperti itu tidak bisa didiamkan.

Sebab menurutnya, binatang saja tidak boleh disakiti apalagi orang, dan

kebusukan dalam bentuk apapun harus di usir dari dunia.

Masih dalam tulisan yang sama, penulis menjelaskan bahwa ini semua

bukan hanya disebabkan oleh perkara uang dan pengetahuan yang dimiliki

kaum yang dipertuan saja. tapi juga oleh sebab mental minder atau rasa

rendah diri dari kaum pribumi yang merasa takut sejak awal. Dan oleh

karenanya, menurut artikel tersebut, maka “tiada lain, soepaja orang

Boemi terlepas dari penganiajaan, haroeslah orang Boemi Poetra djadi

koeat dan koeasa djoega”,24

dan jalan satu-satunya tiada lain adalah

dengan merebut kemerdekaan harkat sebagai sebuah bangsa terhormat.

Untuk itu dalam artikel yang membakar kesadaran ini, penulis kita

24

Diana, Mendjoendjoeng Bangsa, dalam Medan Prijaji no.33 tahun III, h. 770

Page 92: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

80

memberikan uraian mengenai apa saja langkah yang harus ditempuh untuk

melakukan upaya membebaskan bangsa dari penindasan. Menurut penulis

yang menggunakan nama Diana ini setidaknya ada tiga poin yang

digarisbawahi. Menurutnya, orang harus memperhatikan modal intelektual,

berkerja keras, dan menggaungkan persatuan bangsa agar mampu berdiri di

atas kaki sendiri, “berame-rame menoeloeng bangsanja, mengangkat dari

tempat jang rendah ketempat jang tinggi...”25

Dari telaah artikel yang ditulis atas nama Diana di Medan Prijaji

diatas, dapat disimpulkan betapa Medan Prijaji melalui bahasanya yang

tegas dengan sentimn kebangsaannya beruapaya untuk membangunkan

bangsanya “jang terperentah” untuk sadar akan ketertindasan yang

dilakukan olehbangsa “jang memerentah”. Melalui sentiment kebangsaan

yang tegas Medan Prijaji berupaya menyuntikan konsep atau gagasan

berfikir baru yang lebih universal. Masyarakat Hindia Belanda yang semula

tersegmentasi dalam sentiment kedaerahan masing-masing harus berfikir

lebih maju bahwa mereka adalah satu kesatuhan atas nasib yang sama

sebagai bangsa “jang terperentah”. Demikian juga dengan artikel-artikel

kritis Medan Prijaji yang seolah memanggil bangsa jang terprentah untuk

sadar. Dan ketika respon diberikan seperti halnya oleh orang desa Bapangan,

maka yang terjadi adalah terbentuknya rasa “kebangsaan” yang

25

Diana, Mendjoendjoeng Bangsa, h. 771

Page 93: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

81

tergambarkan betapa “senar-senarku telah ditarik dari tempat lain, oleh suara

yang bahkan tidak kukenal namun tampaknya kutaati”26

Dari dalam newsroom Medan Prijaji kita telah menyaksikan

bagaimana sekerumun aksara diatur sedemikian rupa sehingga berubah

wujud menjadi sekawanan berita yang memburu mengejar para penguasa

baik itu kolonial Belanda maupun penduduk bumiputera yang menjadi

hamba kolonial. Sejumlah artikel yang dilesatkan dari busur pemikiran kritis

membuat mereka yang bersalah tak nyenyak tidur. Selayaknya lambang dari

suratkabar pengusung Jurnalisme advokasi yang berupa pendekar pemanah,

berita yang dikandung Medan Prijaji seolah melesat seperti anak panah

mencari sasaran. Dalam bahasa yang berbau hiperbolis, dalam beberapa

literatur mengenai Medan Prijaji, kita akan mendapati ilustrasi betapa pena

tajam dari sang empunya mampu membuat para pejabat muntah darah

karena buah pikiran sang jurnalis. Watak yang selalu berpihak pada mereka

yang lemah inilah yang membuat Medan Prijaji tampil sebagai surat

kabar pembela kaum tertindas.27

Melalui pemilihan bahasa yang tegas berani dan tajam, Medan Prijaji

telah berhasil mngawal pikiran umum bagi bangsa pribumi untuk memahami

suatu konsep identitas nastion, dari sini embrio kesadaran nasional bangsa

pribumi mulai terbentuk. Melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh

Medan Prijaji dalam membambangunkan bangsanya, pers ini memiliki

26

Tony Thwaites, dkk, Introducing Cultural Studies... h.241-243. 27

Iswara N Raditya, Para Pemula Indonesia dalam Sang Guru (Jogjakarta: Ekspresi

Buku, 2006) h.228.

Page 94: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

82

sumbangan yang cukup signifikan dalam mengawal lahirnya kesadaran

nasional bangsa Indonesia di awal abad ke-20 M.

Namun demikian, Medan Prijaji ternyata tak hanya melahirkan berita-

berita pedas, artikel-artikel yang merongrong laku semena para penguasa,

maupun cerita bernada sinis. Dari ruang penggodokan berita itu, tergodok

pula pemikiran seorang anak muda yang merupakan hasil didikan R.M

Tirtoadhisoerjo (1880-1918). Adalah Mas Marco Kartodikromo yang

menganggap Medan Prijaji selayaknya sekolah yang mendidiknya tidak

hanya mengenai cara menyusun huruf selaku seorang letterzetter

(penyusun aksara), namun juga tempat di mana pikiran, gagasan, dan

kepiawaiannya di dunia jurnalistik diasah setajam anak panah pada lambang

Medan Prijaji. Berbagai literatur berkenaan dengan sosok R.M Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) seolah tak membiarkan kedua nama ini terpisah. Hal

serupa juga datang dari tulisan penulis muda, Iswara N Raditya, yang

menaruh perhatian dan meneliti cukup lama seputar Tirtoadhisoerjo dan

tentunya Medan Prijaji. Dalam karya yang merupakan himpunan tulisan

beberapa penulis muda itu ia menggambarkan betapa Marco mengakui

bahwa “lantaran pimpinannya saya bisa menjadi redaktur...”.28

Dalam paparan yang lebih panjang, Pramoedya Ananta Toer

menuliskan pengakuan Marco mengenai sang guru bahwa “...saya mesti

mengaku juga bahwa lantaran pimpinannya… saya bisa menjadi redacteur,

pada ketika saya ada di Bandung, kumpul serumah dengan beliau... seorang

28

Iswara N Raditya, Para Pemula Indonesia .....h.230

Page 95: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

83

journalist Jawa paling tua......mashur di seluruh Hindia lantaran

keberaniannya mengusik laku sewenang-wenang...” 29

Tulisan Marco ini

sejatinya merupakan suatu upaya melepas wafatnya sang guru. Marco

menulisnya di Sinar Hindia lima hari setelah sang Guru menghembus

nafas akhir.

Keterbatasan tema pada karya ini membuat ruang kita

membahas Marco harus dibatasi pula. Oleh karenanya saya tidak akan

berpanjang kalam dalam pembahasan Marco, hanya selintas sekadar

memberi petanda betapa hubungan guru murid itu ada dan berpengaruh

dalam dunia jurnalistik pergerakan. Berikut saya kutipkan syair Marco

Kartodikromo dalam surat kabar Sinar Hindia 14

Agustus 1918

berjudul “Awas! Kaoem Journalist!” sebagai suatu gambaran mengenai

sikap Marco sebagai seorang jurnalis yang dipelajarinya dari sang guru:

“Awas! Kaoem Journalist!”

“Jadi Journalist zaman sekarang

Berani dihukum dan di buang

Karena dia yang mesti menendang

Semua barang yang melangmalang

Journalist harus berani mati

Bekerja berat membanting diri

Sebab dia hendak melindungi

Guna mencari anak sendiri

Journalist harus bisa berdiri

Sendiri juga yang keras hati

Dan tidak boleh main komedi

Guna mencari enak sendiri

Koran itu tooneel umpamanya

Tuan membaca yang menontonnya

Journalisnya jadi pemainnya

29

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula (Jakarta: Hasta Mitra, 1985) h.7

Page 96: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

84

Hoofdredacteur jadi kepalanya.”30

30

Muhidin M Dahlan, Revolusi yang Lahir dari Cetak dalam majalah BASIS no. 01-02

Januari- Februari 2009. h. 4

Page 97: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

85

BAB IV

PENGARUH SUARA POLITIK R.M. TIRTO ADHISOERJO DALAM

PERS MEDAN PERIJAJI

A. Suara Politik R.M. Tirto Adhisoerjo Sebagai Kritik Terhadap Sistem

Pemerintah Kolonial

Pada pertengahan abad ke-19 sudah banyak bermunculan pers

berbahasa anak bangsa dan juga adanya keterlibatan bangsa pribumi dalam

redakturnya, pers pada masa ini lebih berorientasi pada perdagangan dan

iklan belaka, dalam terbitan-terbitannya masih banyak yang mengkuktif dari

pers putih. Pers yang berhaluan politik dan mengawal gagasan umum baru

dapat ditemukan pada awal abad ke-20 dengan munculnya Medan Prijaji

pada tahun 1907, pers yang pertama kali diterbitkan oleh seorang bumiputera

R.M Tirto Adisoeryo (1880-1918) yang sebelumnnya mendirikan SDI

(Sarekat dagang Islam) bersama H. Samanhudi. Pada awalnya ia mendirikan

Sarekat Prijaji yang mempunyai tujuan untuk memajukan dan

mensejahterakan penduduk bumi putera dengan memberikan beasiswa

pendidikan bagi mereka yang kurang mampu. Sebagai sarana untuk

mensosialisasikan tujuannya itu dengan menerbitkan Medan Prijaji pada

tahun 19051 dalam edisi mingguan yang kemudian berubah menjadi harian

pada tahun 1909.2

1Sepertinya ada kekeliruan yang dijelaskan dalam literatur yang penulis kutif, dalam

literature yang lain Medan Prijaji didirikan pada tahun 1907 sebagai berkala mingguan yang

sangat sederhana yang dicetak pada percetakan Kho Tjeng Bie, Pancoran Betawi. Rubric tetapnya

adalah: mutasi pegawai negeri, salinan lembaran Negara dan lampirannyasurat-surat masuk dan

jawabannya, cerita bersambung, surat-surat pembaca dan jawabannya serta pemberian bantuan

hukum sebagai pemberian jasa redaksi redaksi Medan Prijaji. lihat Pramoedya Ananta Toer, Sang

Pemula, Hasta Mitra: Jakarta, 1985. Hlm. 46. 2 Imas Emalia, Suara-Suara Pembaharuan Islam: Kajian Atas Pers Islam di Indonesia

Masa Hindia Belanda (1900-1930-an), Puslitbang Lektur dan Kazanah Keagamaan Badan

Penelitian dan Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia: Jakarta, 2012. Hlm. 28

Page 98: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

86

Sebagai pemimpin redaksi Medan Prijaji R.M Tirto Adisoerjo (1880-

1918) juga aktif dalam menyikapi kehidupan sosial-politik di Hindia Belanda.

Setelah beralihnya terbitan Medan Prijaji dari mingguan menjadi harian

berkala ini semakin gencar menyuarakan aspirasi dan membentuk gagasan

umum bagi para kaum bumiputra. Suara-suara Medan Prijaji yang berhaluan

politik dengan berani melakukan perlawanannya terhadap system

pemerintahan di Hindia Belanda yang sewenang-wenang. R.M Tirto

Adisoeryo (1880-1918) mengelola surat kabar dengan menyajikan tulisan-

tulisan dengan bahasa melayu rendahan yang berisi pandangan dan keinginan

agar HB (Hindia Belanda atau Indonsia sekarang) maju serta mau mengejar

ketinggalan terhadap bangsa-bangsa lain di dunia.3

Dalam kondisi ini R.M Tirto Adisoeryo (1880-1918) dan Medan Prijaji

seolah merupakan titik tolak pers kebangsaan yang “berdikari” sebab

ditangannyalah pers berperan sebagai media yang berpolitik. Sebagai seorang

yang sadar dan peduli pada keadaan bangsanya sebagai Bangsa yang

“terprentah”, ia menggunakan media pers sebagai alat perjuangannya. Jika

pada umumnya pahlawan dikenal sebagai orang yang berjuang dengan

senjata, maka yang menjadi senjata dalam perjuangan beliau melawan

kesewenangan Kolonial adalah pena tajamnya. Melalui Medan Prijaji yang

dipimpinnya tersebut ia lakukan pembelaan pada bangsanya atas perlakuan

semena-mena para pejabat belanda ataupun pejabat pribumi yang menjadi

kaki tangan penjajah.

3 Andi Suwirta, Surat Dari Dua Kota: Revolusi Indonesia Dalam PAndangan Surat Kabar

Merdeka (Jakarta) dan Kedaulatan (Yogyakarta) 1945-1947, Balai Pustaka: Jakarta, 2000 hal. 20-

22.

Page 99: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

87

Melalui Medan Prijaji, R.M Tirto Adisoeryo (1880-1918) menyebarkan

kesadaran kebangsaan. Sebagai media, Medan Prijaji memainkan peran

penting pada masanya dengan menjadi media yang berpolitik, Medan

Prijaji menggeliat sebagai alat propaganda yang menyebarkan kesadaran

tentang konsep “bangsa”, sebuah konsep kebangsaan yang di paparkan R.M

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) menggunakan bahasa yang sederhana dengan

membedakan antara bangsa yang “terprentah” dengan bangsa yang

“memerentah”.

Suara-suara R.M Tirto Adisoeryo (1880-1918) dalam Medan Prijaji

pun memberikan banyak pengaruh terhadap keberlangsungan pemerintahan

Hindia Belanda. Tirto berani mengkritik dan menyarakan permasalahan

pemertintahan yang selama ini tak pernah diungkapkan. Suara-suara Tirto

yang begitu kritis kerap merongrong penguasa juga dituangkan dalam ragam

yang berbeda. Dua diantaranya yang mencolok dan senafas adalah seputar

kritik terhadap penguasa di satu sisi dan “sentimen kebangsaan” di lain sisi.

Namun sebenarnya kedua sisi tersebut memiliki satu sasaran yang sama.

Kadang kedua tema tersebut termuat dalam satu artikel, kritik terhadap

“bangsa jang memerentah” yang kelak melahirkan konsekuensi berupa

lahirnya rasa ke”bangsa”an. Yakni, “kita” yakni, “bangsa jang terprentah”

berbeda, dan harus mengatakan tidak terhadap “mereka” yang tak lain

“bangsa jang memerentah”.

Berkenaan dengan itu, tidak satu dua permasalahan yang dicuatkan

oleh pers pembangkit bumiputra dari tidurnya ini. Tidak sedikit pula kasus

Page 100: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

88

yang disorotinya berkenaan dengan laku semena-mena para penguasa, baik

itu dari bangsa Eropa maupun bangsa pribumi yang bersatu dengan bangsa

jang memerentah. Boleh jadi watak konfrontatif dalam mengawal kasus

kaum lemah dan kritik atas penguasa ini yang membuat Medan Prijaji kerap

berurusan dengan hukum. Berikut kita akan melihat sebuah berita yang

dimuat Medan Prjiaji berkenaan dengan kritik-kritiknya terhadap

penguasa, salah satunya adalah kritisisme Medan Prijaji dalam upaya

menolong orang-orang desa Bapangan atas laku kuasa Aspirant Controleur

Purworedjo, A. Simon yang berbuntut panjang.

Gambaran dari peristiwa saat itu kira-kira sebagai berikut; “…kita

didakwa soeda mengoempat seakan akan kita ada toedoeh Asp. Controleur

itu terima smeer, tetapi toedoehan ini tida di terima olih en Raad van justitie

en olih Hof besar sehingga kita terlepas dari toedoehan itoe, akan hal ini

soerat-soerat kabar melaijoe jang ternama soeda menjatakan

kegirangannja”.4

Dalam tulisan lain, R.M Tirto Adisoerjo (1880-1918) yang menulis

dengan nama pena berupa inisial T.A.S, mengutipkan suatu keadaan

perkembangan kritisisme media yang diberitakan ulang Medan Prijaji dari

Java Bode No.226 bahwa pers bumiputera sudah menggeliat luarbiasa maju.

Dalam artikel itu, dikatakan bahwa “bagi kebaekannja gerakan boemi poetra

maka pers anak negeri ta‟akan moenkir lagi. Maka boemi poetra soedah

4 Tirtoadhisoerjo, Doenia Soerat-soerat Chabar Boemipoetra dalam Medan Prijaji

tahun III (NV. Medan Prijaji,1909) h.906

Page 101: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

89

berdiam diri sekian lamanja, tetapi sekarang soedah moelai hendak majoe,

dan pers-pers disini soedah berterejak pandjang lebar”.5

Semangat yang berapi-api nampaknya juga akibat disulut rasa simpati

dari “orang-orang kecil” yang menuliskan surat berisi dukungan mereka

untuk berhadapan dengan sang Aspirant yang juga dimuat dalam Medan

Prijaji sebagai berikut:

“…Dipersembahkan pada toeankoe Raden Mas Tirtohadisoerjo jang

berpangkat hoofdredakteur Medan Prijaji di Bogor. Hamba,

1.Soetodikromo, 2. Himan Djojo, 3. Mangoenkarso, 4. Matkarip,

mendengar kabar djikaloe padoeka didakwa olih toean Apirant

Controleur Poerworedjo perkara padoeka soeda toeloeng pada

hamba dan teman-teman semoea sedjoemblah 236 (orang). Hal itoe

djangan koewatir djikaloe padoeka toean didenda, hamba orang 236

jang bersanggoep bajar, memang itoe poetoesannja toean tida adil…”6

Seteru antara kedua pihak, Medan Prijaji kontra A. Simon ini

dipertajam dengan suatu kalimat sarkastik ketika Medan Prijaji menyebut A.

Simon sebagai Snot-aap alias monyet ingusan. Ini berawal dari

kecurangan persekongkolan politik dalam upaya memenangkan salah satu

calon Lurah yang sudah kalah suara pada pemilihan di distrik Cangkrep,

Bapangan.7

Tak melulu mengenai sistem pemerintahan, Medan Prijaji juga

menyoroti ketidakberesan lain yang menurutnya harus diwartakan. Seolah

5 Tirto Adhisoerjo, Doenia Soerat-soerat Chabar Boemipoetra.., h. 902

6 Soeratnja orang-orang desa Bapangan pada Hoofd Red M.P. dalam Medan Prijaji Th. III/

1909 h. 15 7 Perdelict. Oepatan dan Penistaan. Aspirant Controleur A. Simon Contra R.M. Tirto

Adhi Soerjo Hoofd Redacteur Medan Prijaji, dalam Medan Prijaji Th.III/1909 h. 224. Sebagai

catatan, Pramoedya Ananta Toer dalam Sang Pemula menuliskaannya dengan “Persdelict:

Umpatan, A. Simon Kontra R.M. Tirto Adhi Soerjo. Lih. Sang Pemula. h. 208. Dalam Sang

Pemula, Pramoedya juga kerap mengubah tidak hanya ejaan tapi juga redaksional yang berbeda

dari teks asli Medan Prijaji. Dan itu diakuinya agar membuat nyaman para pembaca.

Page 102: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

90

tak rela ketidakberesan itu terlanjur dianggap wajar, maka lekas-lekas ia

menghantamnya. Berikut adalah suatu kritik yang diwartakan menyangkut

perilaku hidup mewah seorang bupati yang “...soeda mendadak bisa bli

automobiel bebrapa sehingga arganja betreak seperti treaknja boereoeng

podang, ewoe, ewoe woe!!!”…usut punya usut ternyata kekayaan mendadak

itu datang setelah “...ada fabriek goela” yang dibuka di daerah sang Bupati.

Alhasil dengan segala kepemilikan bupati yang mewah itu “... orang ketjil

soeda takoet dan srahkan sawahnja pada paksa Bupati automobiel itoe akan

disewa boeat kebon teboe…”.

Dan tentunya, akibat nafsu sang Bupati memperoleh untung dari

upaya penanaman tebu itu, ia perluas ladang tebu sehingga “orang ketjil

betreak tida bisa tanam padi atau polowidjo”. Dengan gaya bahasa yang

sangat meledek, seperti menyisipkan suara burung Kepodang tadi, Tirto

menutup artikel itu “Eeee! Main Ewoe Ewoe sadja! Apa lagi nanti kalau

soeda giling, ewoe, ewoe orang dipaksa djadi koeli, sebab, ewoe ewoe soeda

masoek di kabopaten...”8

boleh jadi bunyi kepodang yang dimaksudnya

adalah bunyi mesin giling tebu. Kesulitan rakyat kecil semacam ini

digambarkan juga dalam Medan Prijaji dengan sebuah pantun mengenai

pemaksaan pemerintah pada rakyat untuk menanam sirih, dan jika

tidak, maka akan diancam hukuman, “melak seureuh di boeroehan, oi!.

Prentah ti kawedanaan, oi!. Abong menak pamarentahan, oi!. Henteu njaah

8 R.M.Tirto Adhisoerjo, Baoe Goela dalam Medan Prijaji tahun III (NV Medan Prijaji,

1909) h.787.

Page 103: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

91

kasamahan, oi!”, menanam sirih di halaman, perintah dari kewedanaan,

mentang-mentang pejabat negeri (prijaji), tidak kasihan pada orang kecil.9

B. Suara Politik R. M Tirto Adhisoerjo Sebagai Penyalur Advokasi serta

Pembongkaran Skandal Politik Pemerintah Hindia Belanda

Seperti yang dapat disimak di atas bahwa R.M Tirto Adisoeryo (1880-

1918) menjadi sangat berpengaruh setelah suara-suara kritikan terhadap

pemerintahan yang di tuangkan dalam Medan Prijaji. Sejak saat itu juga

Medan Prijaji seakan mejadi ancaman bagi para penguasa HB terutama bagi

mereka yang telah merugikan pribumi. Salah satu kesuksesan Tirto adalah

berhasil membongkar skandal politik HB. Seorang Aspiran Controlir A.

Simon telah bersekongkol dengan Wedana dalam mengangkat seorang lurah

untuk Desa Bapangan, pada hal jago yang mendapatkan suara terbanyak

ditangkap dan dikenakan hukum kerakal10

. R.M Tirto Adhisoerjo yang

terbakar amarahnya karena melihat penyalahgunaan wewenang ia namai

pejabat tersebut “snot aap” (monyet netek atau ingusan). Dalam

pembongkaran kasus ini R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) di dukung oleh

seluruh warga desa Bapangan. Perkara yang kemudian menjadi perkara

ganda: penyalah gunaan wewenang oleh A. Simon dan penghinaan oleh R.M

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) terhadapnnya.11

9 Kamerdikaannja Peladang Kita dalam Medan Prijaji tahun III, h. 713

10 Krakal (Jawa) , hukuman terpaksa menjalankan pekerjaan umum, terutama membikin

atau membetulkan jalan umum, hukuman yang ditakuti oleh pegawai karna menurunkan

pretigenya. Sebuah hukuman yang dijatauhkan yang berdasarkan atas lamanya kurang dari tiga

bulan. 11

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, Hasta MItra: Jakarta, 1985. Hlm. 50-51.

Page 104: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

92

Suara-suara politik yang kemudian di terbitkan dalam Medan Prijaji

tahun ke III 1909 dan di terbitan Soeloeh keadilan Th. III Jilid IV, 1909 hlm .

193-220. Yang membuat R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) terbelit dalam

kasusu Persdelict: Umpatan. Seperti yang diterbitkan dalam Medan Prijaji

tahun ke III 1909 halaman. 223-235. Berawal dari laporan Mas

Tjokrosentono, Wedono Cengkarep, Purworejo yang sudah lama menjadi

langganan Medan Prijaji memboikot dan menghentikan langganannya atas

Medan Prijaji yang kemudian disusul dengan pengaduan dari seorang warga

desa benama Soerodimedjo yang tinggal di Bapangan, distrik Cengkarp. Ia

datang untuk mengadukan halnya sudah dipilih menjadi lurah di desa tersebut

dengan tidak sebagaimana mestinya.

Dalam pemilihan kepala desa tersebut sebenarnya ada dua calon. Calon

nomor satu yang diusung oleh warga desa Bapangan dan calon kedua yang

diusung oleh seorang Eropa. Singkatnya kedatangang Soerjodimedjo dalah

untuk melaporkan ktidak adilan atau telah terjadinya kecurangan dalam

pemilihan desa Bapangan. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh Aspiran

Controlir bernama A. Simon sehingga terpilihnya calon no. 2 sebagai kepala

desa.

Terbakar dengan penyalahgunaan wewenang oleh Aspiran Controlir

tersebut kemudian kepala redaktur Medan Prijaji menyerukan suara-suara

politiknya dalam terbitan Medan Prijaji. seperti dalam penggalan

karangannya yang termaktub di terbitan Medan Prijaji:

Page 105: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

93

”…maka kwadjiban kita sekarang membicaraken seperlunja ini hal

dalam organ Radja-Radja, Bangsawan Oeseoel, Prijaji dll.(maksudnya

Medan Prijaji)ini, jang memadjukan tanah rakjat, itu sebabnja

perboeatan sperti jang soedah dilakoekn oleh Mas Tjocro dan Aspiran

Controleur dalam perkara Soerjodimedjo tiu tidak boleh

disembuntjiken, karna perpuatan begitoe tida layak bagi pegawai jang

diberikan kekeuasaan memerintah dan dipercaya menjadga keselamatan

anak negri jang bodoh itu. Perboeatan demikien mentjataken Tjokro dan

Asp. Controleur, doea-doeanja mebikin kesoesahan atau kekoesoetan

alias abtenaar broddelar12

atau abtenaar stumperaar.”13

Dengan bahasa yang tendensius dan sinis menunjukan Tirto ingin

menunjukan betapa kaum pribumi sudah geram dan marah atas pemerintahan

yang selalu menyalahgunakan kekuasaannya dan memimpin dengan jalan

yang tidak benar. Adanya Medan Prijaji menjadi angin segar bagi rakyat

kecil yang hendak menyalurkan pengaduannya, menjadi sarana advokasi

politik bagi kaum pribumi yang tertindas. Dengan semangat yang tinggi

dalam memajukan bangsa pribumi dalam berbagai bidang, suara-sura politik

ini telah mampu membuat para pemimpin pemerintahan Hindia Belanda yang

sewenang-wenang menjadi takut.

Suara-suara politik Medan Prijaji juga dapat kita temukan dalam

terbitannya yang lain, misalnya: dalam terbitan yang berjudul “Satoe Politiek

di Bnjumas14

” yang berangkat dari banyaknya pengaduan dari rakyat kecil

atas penghisapan oleh pemerintah, rakyat kecil dipimpin dengan paksaan dan

tanpa pri kemanusiaan, dengan adanya system pajak yang tidak sesuai dengan

system ekonomi yang ada pada masyarkat. Menyebabkan kemelaratan dan

kelaparan yang diterima oleh rakyat pribumi pada masa itu. Dari laporan dan

12

Broddelaar, Bahasa Belanda yang artinya penceroboh. 13

Stumperaar, maksudnya :stumperd (Belanda), orang yang patut dikasihani 14

Tulisan ini diumumkan dalam Medan Prijaji no.., Th. III, 1909,hlm. 463-465.

Page 106: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

94

pengaduan tersebut Medan Prijaji kemudian menyerukan suara-suara

politiknya dalam mengritik sistem pemerintahan yang menindas rakyat

bumiputra.

Suara-suara yang termuat dalam terbitan Medan Prijaji memang tidak

bisa dipisahkan dari tajamnya pena pemimpin redaksinya yaitu R.M Tirto

Adhisoerjo, sikapnya yang berani dan tegas dalam menyarakan keadilan

menjadi pembeda bagi Medan Prijaji dengan terbitan surat kabar yang lain

pada permulaan abad ke-20. Sebelum R.M Tirto Adisoeryo (1880-1918)

mendirikan Medan Prijaji Ia juga pernah membongkar skandal politik yang

dilakukan oleh Residen Madiun J.J. Donner yang telah membuat

persekongkolan dengan patih dan jaksa kepala madiun, Mangoenatmodjo dan

Adipoetro dalam usahanya menurunkan bupati Madiun, Brotodiningrat.15

Skandal politik J.J. Donner yang berhasil di bongkar oleh Tirto

Adhisoerjo ini pernah di muat dalam Surat Kabar Pemberita Betawi.

Pembongkran skandal politik ini yang kemudian menyebabkan hukuman

pembuangan pertama bagi Tirto Adhisoerjo (1880-1918) ke pulau Bacan.

Sekembalinya beliau dari Pulau Bacan ia langsung mendirikan Medan Prijaji

pada tahun 1907 sebagai pers milik pribumi yang dipergunakan untuk

melanjutkan suara-suara politiknya terhadap pemerintahan.

15

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, Hasta Mitra: Jakarta, 1985. Hal. 28-29.

Page 107: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

95

Dalam Medan Prijaji sekandal politik J.J. Donner kembali dimuat

dalam hariannya di tahun 1909, yang berjudul “Dreyfusiana di Madiun”16

,

suatu ketegasan dimana keadilan harus ditegakan. Dalam kutipan tulisan ini:

”…Biar dia mendapatken peladjaran betapa kongsi Resident-Patih-

Jaksa-Kepala soedah bikin Willekeur dan favorisme, ya ni dengan

menggoenakan kekuasaan yang diberikan kepadanja untuk merampas

sesoeka hatinja, kemerdekaan oerang (Personlijke Vrijheid) dan

menghilangken rechtszekerheid (ketentuan hoekeoem anak negri. Biar

doenia mendapatken peladjaran betapa satoe kongsi Residen-Patih-

Djaksa,Kepala soedah membinasaken Djasa dan kesetiakawanan

beberapa pegawai bangsa Eropa karena mereka tida mau menjadi

pembohoeng, penipoe, pendeknja tida maoe jadi anggoeta kaumja”

Dalam Dreyfusiana di Madiun ini Medan Prijaji secara tegas

menyuarakan perlawanannya terhadap penyalahgunaan kkuasaan yang

dilakukan oleh J.J. Donner yang telah besekongkol dengan patih dan Jaksa

kepala Madiun dalam menurunkan Bupati Madiun, Brotodiningrat.

Persekongkolan yang memebuat mereka menyalahgunakan wewnang atas

jabatan yang mereka miliki.

Lewat penulisan kembali tulisan ini pada terbitan Medan Prijaji, jelas

ini menunjukan keberanian dan ketegasan pers ini dalam menyuarakan suara-

suara politiknya. Suara-suara politik yang terus di terbitkan melalui pena-

penanya yang tajam akan menyerang siapapun pejabat pemerintah yang

sewenang-wenang dan berlaku tidak semestinya. Suara-suara politik yang

bermaksud untuk para pembaca, tentunya para priyai-priyai dan kaum

pribumi pada umumnya untuk bangkit dari tidurnya. Mentrasformasikan

16

Karangan ini diumumkan kembali dalam Medan Prijaji 1909, tahun III, hlm. 560-563

dangan kesalah tulisan: Dreyfusiana menjadi Drijvusiana, dalam penerbitan ulang ini kesalahan

dibetulkan.

Page 108: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

96

kesadaran lewat media tulis, memberikan stimulus bagaimana suatu keadilan

harus ditegakan. Suara-suara politik Medan Prijaji dalam perkembangannya

mmberikan dampak signifikan bagi kaum pribumi yang kemudian sadar atas

ketertindasan yang mereka alami, mulai mengorganisasi diri dan membentuk

kekeuatan untuk meraih kemerdekaannya.

C. Respon Terhadap Suara-suara R.M Tirto Adisoeryo dalam Pers Medan

Prijaji

Disamping sebagai kritikan terhadap Pemerintahan, Medan Prijaji pun

kerap tampil sebagai pers dengan semangat jurnalisme advokatif dengan

melakukan fungsi advokasi atas permasalahan yang dihadapi rakyat pribumi.

Berbagai upaya dilakukan sebagai aksi pendampingan pada warga yang

terjerat masalah, utamanya dalam perkara hukum. Ini dilakukan Tirto

dengan begitu lihai sebab memang ia memiliki pemahaman yang lumayan

baik seputar hukum. Melalui pengetahuannya itulah ia melakukan

pembelaan atas bangsanya, bangsa yang “terprentah”.

Sikap Medan Prijaji ini tergambar pada delapan azas yang dijadikan

garis pijakan bagi misinya; 1.Memberi informasi, 2.Menjadi penyuluh

keadilan, Memberikan bantuan hukum, 4.Tempat orang tersia-sia

mengadukan halnya, 5. Mencari pekerjaan bagi mereka yang membutuhkan

pekerjaan di Betawi, 6.Menggerakkan bangsanya untuk berorganisasi atau

mengorganisasi diri, 7.Membangunkan dan memajukan bangsanya, 8.

Memperkuat bangsanya dengan usaha perdagangan.17

17

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.46

Page 109: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

97

Keberhasialan R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) dalam keberaniannya

menyuarakan suara rakyat adalah karena kedekatannya dengan Gubernur

Jenderal van Heutsz yang memberikan perlindungan dari gangguan birokrasi

dan kehormatan diantara anak bangsanya yang terdidik. Berbeda halnya

ketika masa sebelum dan sesudahnya G.G van Heutsz, surat kabar tidak bisa

mencela pemerintahana yang dijalanakan dengan sepertinya oleh pegawai

pemerintahan. Pada masanya celaan terhadap birokrasi, asal tidak menyerang

kehormatan(eer) dan harga kesopanan (zedeliike waarde) orangnya, pegawai

yang dicela, meski dengan perkataan tajam dan pedas pun diluputkan dari

hukuman. Hal ini yang memberikan kelonggaran yang cukup untuk ikhtiar

pers dalam tidak membenarkan kelakuan orang-orang berpengaruh yang

berjalan semena-mena.18

Semakin pers berani menyatakan pikirannya,

semakin ia dimudahkan oleh pemerintah. Perindahan bagi pers adalah ikhtiar

G.G van Heutsz. Ia suka sekali menunjang pers dengan memperkenanannya

para jurnalis atau anggotaa pers untuk hadir dalam pesta-pesta resmi dan di

tempat-tempat yang ditutup oleh polisi, dan adanya pengurangan biaya kereta

api kompeni sebesar 25% untuk anggota pers.

Akan tetapi pada tahun 1909, setelah van Heutsz meninggalkan

jabatannya dan Gubernur Jenderal yang baru A.W.F. Idenburg tiba di tanah

Hindia, hal ini menjadikan R,M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) Tirto

kehilangan pelindungnya yang paling kuat. Dan benar saja beberapa bulan

keudian Tirto pun dibuang selama dua bulan karena tuntutann Persdelict. Hal

18

Takhasi Shiraishi, Zaman Bergerak, Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, (Grafiti:

Jakarta, 1997) cet. I, h. 45.

Page 110: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

98

ini jelas memperlihatkan bahwa Gubernur yang baru tidak berkenan

melindungi R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) seperti halnya van Heutsz.19

Setelah pembuangannya itu, Tirto berhasil bersuara dengan“oleh-oleh

dari tempat pemboeangan”20

, terbitan yang dibuahkan dari pengalaman R.M.

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) selama pengembaraannya dalam pembuangan

di Teluk Betung. Pengalaman perjalanan yang ditangkap dan dicatat oleh

R.M Tirto inilah kemudian di terbitan dalam harian Medan Prijaji. dalam

kutupannya:

”…oerang oerang jang memegang pemerintahan sering berpikir,

oentoek mendjalankan pemerintahan dengan sempoerna mesti

dilakoeken paksaan dan kekerasan, djadi boekan diberi toeladan jang

baik sehingga oerang melakoeken kewadjibanja dengan cinta dan setia.

Tida demikian halnja lakoe paksaan dan kekerasan, karna maski baik

djalannja pemerintahan, tetapi tida dilakoekan oleh bangsa jang

terperentah. Karna kesetiawanan dan kecintaan hanja dilakoeken karna

takoet, dan batinja tda tida terlepas dari pri kbentjian. Tanah Hindia di

masa ini adalah negri jang belum teratoer sebage negri jang soedah

beres, jang memberi kemerdekaan dan ketentoean hoekoem

sebagemana didjandjikan dalam fatsal 108 dalem Regeering

Reglerment boeat tanah Olanda, dimana didjadiken perlindoengan atas

harta benda dan badan pada segala pendoedoek di Hindia Olanda.

Dame lah rasa hati ini djika membatja djandji terseboet, dan

sesoenggoehnya dapet dirasaken kebenaranja oleh kita orang penduduk

di Hindia Olanda ini. Djika djandji dalam fatsal itu tida terboekti itu

disebabken kealpaan oerang oerang jang melakoeken titah nagri.

Berboeat sesoeka sndiri dan pilih kasih adalah penjakit kebnjakan

oerang jang berkuasa di Hindia ini. Setiap hari terdengar hal hal jang

19

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.235 20

Kecuali kata pengantar tulisan ini diumumkan dalam harian perniagaan dan kemudian

diterbitkan kembali dalam terbitan Medan Prijaji No. 20 tahun 1910. h. 235-239,246-252, 257,

265, 265-273, 291-296. Dalah merupakan sebuah catatan yang dihasilkan dari pengalaman R.

Tirto Adhisoerjo selama pembuangan yang di terimanya di Teluk Betung. Hukuman buangan yang

diterimanya akibat ulahnya dalam membongkar skandal politik seorang aspiran controlir A. Simon

dengan bahasa umpatan yang digunakannya yang kemudian membuatnya terjerat dalam

Persdelict. Pada 19 Mei 1910 Tito Adhisoerjo kembali ke tanah Jawa untuk kembali menuliskan

hasil pengalamannya itu dalam terbitan berkala Medan Prijaji.

Page 111: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

99

menjataken bagemana oerang ta mempenjai kemerdekaan dan dan

ketentoean hoekoem.”21

Suara-suara Tirto dalam Medan Prijaji dalam memberikan gambaran

tentang kondisi sosial politik yang dihadapi pribumi berhasil memberikan

pengaruh yang positif bagi masyarakat. Dengan adanya informasi-informasi

yang disuguhkan Medan Prijaji, bangsa pribumi mampu membentuk

pandangan umum mengenai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh para

penguasa yang bukan berasal dari bangsa pribumi sendiri, melainkan oleh

bangsa yang memerintah. Kekuasaan yang dijalankan atas dasar paksaan dan

kekerasaan atas bangsa bumiputra (pribumi) hanya melahirkan kebencian.

Kemerdekaan bangsa pribumi yang sangat jauh dari haknya membuat bangsa

pribumi pada masa ini jauh dari kesejahteraan.

Dengan bahasanya yang berani dan tajam, R.M Tirto Adhisoerjo (1880-

1918) mampu menggambarkan bagaimana kondisi sosial politik yang sedang

terjadi, memberikan gagasan yang mampu mengawal kesadaran kaum

pribumi atas posisinya sebagai anak bangsa. Medan Prijaji mampu

menerangkan kenyataan objektif yang terjadi pada masa itu, lewat terbitan

inilah kemudian surat kabar ini bermetamorfosis sebagai sarana untuk

transformasi politik bagi kaum pribumi yang harus segera sadar dan bangkit

atas tetertindasanya.

Pembahasan yang cukup panjang dalam oleh-oleh dari tempat

pembuangan telah menggambarkan pengalaman dari tempat pembuangan

21

Tirto Adhisoerjo, Medan Prijaji, Oleh oleh dari tempat pemboengan, tahun ke IV 1910,

hal. 235-239.

Page 112: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

100

betapa menyedihkannya kondisi sosial rakyat Hindia Belanda khususnya

bangsa pribumi, tidak mendapatkan keadilan dan perlindungan hukum

sebagaimana mestinya, pemungutan pajak yang dipaksakan dan tidak

sebagaimana mestinya dan bagaimana tumpulnya hukum bagi kaum pribumi

menujukan adanya ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia

Belanda. Disisi lain, dalam terbitan tersebut digambarkan bagaimana sistem

pemerintahan yang diajalankan oleh para penguasa, terjadi begitu banyak

penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh para penguasa, pemungutan

pajak yang berlebihan, tidak menegakan hukum sebagaimana mestinya, dan

tidak adanya usaha-usaha yang diberikan guna mensejahterakan bangsa

pribumi. dengan bahasanya yang tegas dan berani Medan Prijaji menunjukan

batas yang jelas antara bangsa pribumi yang terperentah dan bangsa sopan

(Eropa) yang memerentah. Dengan gambaran kondisi objektif yang

dituangkan dalam terbitan-terbitannya, pers ini mampu mengawal asusmsi

publik dan membentuk pikiran umum.

Tidak jarang akibat suara- suara atas pembelaan rakyat pribumi R.M

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) harus berhadapan dengan aksi kekerasan

berupa pencambukan, pemukulan, atau jerat hukum kolonial. Berbagai

tuduhan kerap diarahkan padanya. Persdelict, adalah satu dari sekian batu

sandungan yang kerap menghalang-halangi jejak langkahnya. Buah

akibat aksi kritisnya terhadap pejabat Belanda bernama A. Simon ini

tergambar dalam karyanya “Persdelict: Umpatan” yang dikutip Pramoedya

Page 113: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

101

dari Medan Prijaji.22

Contoh lain adalah penggerebegan kantor Medan Prijaji

oleh sekelompok orang di bawah pimpinan seorang jurnalis muda yang kelak

mendirikan kantor berita Aneta, Dominique Willem Beretty perihal kasus

skandal Van Hulten yang diungkap Medan Prijaji.23

Di lain pihak, ia pun kerap kali harus berhadapan dengan aksi intrik

busuk beberapa orang licik yang bermaksud membunuh karakternya. Semua

“karma” itu tentu buah akibat dari tajamnya anak panah surat kabar yang

berawal sebagai mingguan berukuran 12,5 x 19,5 cm pada 1907 ini.

Pada tahun 10 Desember 1908, tahun ke dua terbit, secara sah

berdasarkan akta notaris, berdiri sebuah perusahaan yang menaungi

penerbitannya, NV Javasche Boekhandel en Drukerij Schrijfbehoften

Medan Prijaji.24

Pada tahun ke tiga, 1909, Medan Prijaji telah memberi

pertolongan pada sedikitnya 225 orang. Mulai dari tukang ikan di pasar

hingga sultan di luar pulau Jawa ditolongnya.25

Panah yang mengarah pada

laku semena penguasa kulit putih maupun kulit berwarna itu mengubah diri

pada 1910 menjadi harian ditambah terbitan ekstra pada hari Minggu dengan

oplah mencapai dua ribu eksemplar.

Melalui media perslah mula-mula embrio perjuangan dan pergerakan di

mulai. Hal ini dapat dilihat dengan adanya suara-suara politik pers Medan

Prijaji yang tegas dalam memihak bangsa pribumi yang terjajah. Kehadiran

pers ini mampu memberikan goncangan bagi pemerintah yang kesewenang-

wenangan. Pemerintah yang memerintah tidak sebagaimana mestinya merasa

22

Perdelict. Oepatan dan Penistaan. Aspirant Controleur A. Simon Contra R.M. Tirto

Adhi Soerjo Hoofd Redacteur Medan Prijaji, dalam Medan Prijaji Th.III/1909, h. 224.

Bandingkan, Pramoedya Ananta Toer, “Persdelict: Umpatan, A. Simon Kontra R.M. Tirto

Adhi Soerjo. dalam Sang Pemula ,h. 208. Artikel lain berjudul Persdelict dalam Medan Prijaji

tahun III, h.669 juga memuat hal serupa. 23

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.63-64 24

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.49 25

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.64

Page 114: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

102

ketakutan dan mulai menyadari betapa pribumi sudah menemukan wadah

perjuangan melalui pers ini. Oleh karena itu, para pemerintah yang menjadi

sasaran politiknya, mulai merasakan bahayanya suara-suara politik dari pers

ini. Ha ini yang kemudian memicu perlawanan balik atas pers Medan Prijaji.

Seiring dengan tajamnya suara-suara politik yang disuarakan oleh

Medan Prijaji, terbitan ini dianggap berbahaya oleh pemerintahan Hindia

Belanda. Hal ini dapat diketahui dengan adanya surat-surat rahasia dari Dr.

D.A Rinkes kepada Gubernur Jendral tertanggal 19 Februari 1912. Bahwa ia

menulis tentang Medan Prijaji dan Tirto saja telah menjadi adanya perhatian

pemerintah. Sedang surat tersebut, yang resminya nasihat kepada pemerintah

pusat, hakikatnya adalah agar pemerintah memperhatikan, dan mengambil

tindakan bila perlu:

“Watak politik tidak dimiliki oleh berkala-berkala berumur pendek

itu, mereka terutama menyerang perorangan, yang cara dan

sepakterjangnya untuk sebagian berasal dari membaca Medan Prijaji,

yang di lingkungan setengah plajar cukup terpandang, dan selebihnya

harus di pandang sebagai cara yang modern untuk menyatakan keluh

kesah. Dulu dan juga sampai sekarang keluh kesah demikian lebih

banyak dilakukan oleh ki dalang dalam pertunjukan wayang dengan

selingan lelucon, dan seorang pembesar dikritik dengan cara demikian

sudah dapat mengendurkan prasaan tidak senang, untuk kemudian

menggunkan perasaan tidak senang baru.”26

Satu-satunya terbitan yang mendominasi semua terbitan tersebut,

kecuali Darmokondo, adalah Medan Prijaji, yang selain tidak keluar dari

watak umum tersebut juga banyak lebih energik, penuh bakat, tapi sementara

26

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.66

Page 115: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

103

itu lebih tidak terbuka dan lebih berbisa sepakterjangnya, dan menyatakan

seluruh Jawa sebagai medan geraknya.”27

Dari surat-surat rahasia tersebut Nampak bahwa ada tenaga Rinkes

yang ingin melaporkan Medan Prijaji yang berbahaya terhadap pemerintahan.

Hal ini menjadi wajar karena memang suara-suara politik Medan Prijaji telah

menggangu jalannya pemerintahan kolonial pada masa itu. Keberhasilan

terbitan berkala ini selama lima tahun telah membuat kemajuan yang

signifikan bagi tumbuhnya kesadaran politik bagi kaum pribumi, lewat

bahasanya yang berani dan tajam terbitan berkala ini mampu memberikan

transformasi kesadaran bagi kaum pribumi untuk segera bangkit dan

memajukan diri.

Dengan semakin beraninya Medan Prijaji menyerukan suara-suara

politiknya muncul perlawanan balik dari pihak pemerintah yang pernah di

kritik dalam menjalankan pemerintahan. Usaha Dr. D.A Rinkes yang terus

menyudutkan Medan Prijaji berhasil melaporkan sepak terjang terbitan ini

kepada Gubernur General melalui Direktur Justisi untuk segera mengambil

tindakan atas terbitan berkala tersebut.

Dengan rencana terselubung Dr. D.A Rinkes, akhirnya R.M Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) sebagai pemimpinan redaktur Medan Prijaji

berhasil disudutkan dengan pengumpulan kasus delik dan perdata. R.M Tirto

Adhisoerjo (1880-1918) dijatuhi hukuman buang selama 6 bulan ke Ambon,

pembuangan ini yang kemudian membuat keberlangsungan terbitan harian

27

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula. h. 66-68.

Page 116: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

104

Medan Prijaji terancam. Akhirnya pada tanggal 22 Agustus 1912 berhenti

terbit.

Sebelum berhenti terbit, dalam terbitan Medan Prijaji 17 Mei 1911,

suara politik harian berkala ini kembali mencuat dengan menuding Bupati

Rembang, Raden Adipati Djojodiningrat, suami almarhumah R.A Kartini

telah menyalah gunakan kekuasaan, dan sebagian dengan kerjasama Patih

Rembang, Raden Notowidjojo. Dalam Medan Prijaji 28 Mei 1912 dimuat

tulisan yang mengandung penghinaan terhadap dua orang residen, Ravensway

dan Boissevain, bertujuan menghalangi putra Djojodiningrat menggantikan

ayahnya menjadi Bupati. Dalam bulan Mei 1912 itu Bupati Rembang

meninggal karena serangan Jantung.28

Banyak dari terbitan-terbitan Medan Prijaji ditahun-tahun terakhir

menunjukan betapa beraninya terbitan ini dalam mengkritik pedas jalannya

pemerintahan kolonial. Dengan beberapa kajian tulisan R.M Tirto Adhisoerjo

(1880-1918) pada terbitan pers Medan Prijaji tahun 1909-1910, suara politik

pers ini dapat mengguncangkan sistem pemerintahan kolonial dan menjadi

pelopor perjuangan bangsa terpelajar pribumi di Hindia Belanda.

Akhir hayat Medan Prijaji pada 22 Agustus 1912 bukan disebabkan

oleh rasa takut pada penguasa. Bukan pula oleh sebab kehabisan anak panah

yang terkenal tajam. Melainkan sebaliknya, mereka yang pernah dibuat

“muntah darah” oleh panahan sang Jurnalis semakin banyak. Mulai dari

pejabat kecil hingga sang penguasa. dalam Gubernur Jenderal Idenburg tak

28

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, Hasta Mitra, 1985:Jkarta hlm. 65.

Page 117: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

105

luput dari pantauannya. Idenburg diserang dengan sebuah artikel yang

menyebutnya sebagai “kyaine” yang menggunakan uang rakyat bukan untuk

semestinya.29

Rupa-rupanya, serangan bertubi-tubi ini membuat para penguasa

geram dan memulai suatu upaya merontokkan Medan Prijaji. Dengan cara

yang serba misterius, Medan Prijaji dinyatakan pailit oleh sebuah operasi

tersembunyi. Ini akibat berita yang keras membuat pelanggan takut pada

penguasa dan menghentikan berlangganan. Sebagian dari mereka tidak

membayar sehingga Medan Prijaji digerogoti hutang. Ini membuat R,M

Tirto Adhisoerjo (1880-1918) disandera dan kemudian sekali lagi, dibuang.

Sedemikian beracun panah Medan Prijaji sehingga para penguasa

menghelat suatu permufakatan jahat untuk menyudahi teriakan protesnya

yang lantang. Betapa bahayanya surat kabar ini tampak dari pengakuan

Rinkes dalam surat rahasianya untuk Idenburg pada 1912 yang menyatakan

bahwa “..Dalam mingguan yang kemudian jadi harian itu, di bawah

pimpinan redaktur-kepala, direktur, R.M Tirto Adhis oerjo (1880-1918)

diserang dengan keras pemerintahan dan para pegawai pemerintah,

peraturan-peraturan pemerintah dihaja”. Ia juga menekankan betapa Medan

Prijaji “meracuni” kaum setengah terpelajar untuk mengupayakan

perbaikan nasib. Dan “semua ditulis dengan berani, dan dengan tegas,

sehingga mengesankan pada pembaca dan membuat mereka pertama-tama

29

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.65

Page 118: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

106

menyadari, harian itu sebagai pejuang untuk kepentingan mereka yang orang

harus menunjang dan mengikuti”.30

Berbahayanya pers ini dikukuhkan Rinkes sekali lagi pada 1915

dengan suatu pengakuan tentang pengamatannya mengenai dunia surat kabar

bahwa “pers pribumi di waktu-waktu belakangan sama sekali tidak

menimbulkan alasan serius tertentu untuk mengeluh, (di waktu-waktu semasa

R.M Tirto Adhisoerjo (1880-1918) hal itu lebih gawat).” 31

Kekhawatiran

serupa juga tampak dari suatu dokumen Kementerian Daerah Jajahan

Belanda mengenai tinjauan ulang atas Drukpers-reglement 1856 yang

dilaksanakan pada 1906 dalam Staatsblad no. 770, di mana salah satu

pasalnya menyebutkan bahwa Medan Prijaji termasuk berbahaya

dengan “...bahasa yang menghasut.”32

Sepertinya Medan Prijaji telah

benar-benar membuktikan diri sebagai ruang perlawanan. Mengutip Saleh

Abdullah bahwa perlawanan tidak sebatas ide. Melainkan ia memerlukan

ruang aktualisasi diri untuk menunjukkan bahwa resistensi itu ada.33

Pada abad ke-20 merupakan babak baru bagi sejarah Indonesia yang

ditandai oleh kemajuan pers milik bangsa pribumi. Dalam hal ini, Medan

Prijaji yang dikelola, dimodali, dan dimiliki oleh orang pribumi menjadi

salah satu surat kabar yang gencar menyuarakan suara-suara politik terhadap

pemerintahan kolonial. Melalui kritikan-kritikan tajam dan suara politiknya

30

Pramoedya Ananta Toer, Sang Pemula, h.67 31

Beginilah Tirto Adhi Soerjo dalam Majalah Seabad Pers Kebangsaan (Jakarta:

Indexpress, 2007) h. 17 32

Abdurrachman Soerjomihardjo,dkk, Beberapa Segi perkembangan sejarah Pers di

Indonesia, h. 303 33

Saleh Abdullah, Melawan Arus, Menguasai Ruang dalam Jurnal Wacana (Jogjakarta:

Insist Press, 2008) h. 7

Page 119: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

107

yang berani, pers ini berhasil membongkar skandal-skandal polotik yang

dilakukan oleh pemerintah kolonial. Disisi lain, pers ini berperan penting

dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan bagi bangsa pribumi.

Lahirya kesadaran kebangsaan bagi bangsa pribumi merupakan bagian

dari keberhasilan pers dalam memberikan pengaruhnya di abad ke-20. Pers

sebagai pengawal lahirnya kesadaran kebangsaan ini telah memberikan

perubahan yang signifikan bagi dinamika sosio-politik bangsa pribumi. Mula-

mula kesadaran beroganisasi dan mengorganisasi diri ditularkan melalui

media persuratkabaran, lalu diwujudkan dengan mendirikan organisasi-

organisasi seperti Budi Utomo, Idische Partij, SDI (Sarekat Dangang Islam)

dan lainnya. Munculnya organisasi pergerakan dan pers merupakan pertanda

dimulainya sejarah pergerakan bangsa pribumi (Indonesia). Pada abad ini

pers dan organisasi pergerakan menjadi satu kesatuan yang saling menopang

satu sama lain dalam gejolak perjuangan yang menjadi motor kemajuan

bangsa pribumi.

Page 120: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

108

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas tadi, penulis simpulkan bahwa ada tiga

alas an kenapa Medan Prijaji tetap bertahan ketika keberadaannya menjadi

ancaman bagi jalannya pemerinthan kolonial Hindia Belanda. Sebagai

berikut:

1. Kehadiran pers Medan Prijaji ditengah kehadirannya dianggap oleh

pemerintah Hindia Belanda sebagai ancaman karena, pada tahun 1907-

1909 R.M. Tirto Adhisoerjo sebagai kepala redaksi Medan Prijaji

mempunyai kesamaan pandangan dengan Gubernur Jendral Van Heutsz

terhadap kemajuan modernitas. Gagasan R.M Tirto Adhisoerjo yang ingin

melakukan perombakan besar dalam sistem pemerintahan, pembukaan

mata pencaharian baru bagi penduduk, meningkatkan pendidikan, dan

memajukan serta mensejahterakan bangsa pribumi. Hal ini sejalan dengan

“regeer program” (program penaklukan) Van Heutsz yang dipahaminya

sebagai gerakan kemajuan untuk membebaskan bangsanya dari kekuasaan

ningrat-priyai yang korup dan serakah. Kedekatan R.M Tirto Adhisoerjo

yang intens dengan van Heutsz membuatnya mendapatkan perlindungan

dan kemudahan birokrasi dalam menjalankan pers Medan Prijaji.

2. Pada tahun 1908 pers Medan Prijaji berubah menjadi perusahan yang

memiliki badan hukum. Dengan perubahan ini Medan Prijaji memiliki

nama: N.V. Javasche Boekhandelnen Drukkerij en Handel in

Page 121: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

109

Chrijfbehoeften “Medan Prijaji. Perubahan nama pers Medan Prijaji yang

sudah memiliki badan hukum ini, membuat pers tersebut tidak bisa dengan

mudah dihentikan.

3. pers Medan Priajji telah berhasil menumbuhkan kesadaran nasional di

kalangan masyarakat pribumi. Karena itu pers Medan Prijaji mendapatkan

dukungan penuh dari bangsa pribumi.

Kebijakan pers internasional dan pers Hindia Belanda lebih berpihak

pada kepentingan Negara penjajah melahirkan peraturan pers yang terkesan

menyudutkan pers milik bangsa pribumi. Semua pers di Hindia Belanda harus

patuh pada peraturan pers yang diterapkan pemerintah Hindia Belanda. Tetapi

di tengah ketatnya peraturan pemerintah Hindia Belanda terhadap pers,

Medan Prijaji tetap berjalan dan berhasil memberikan pembeda dari pers

sebelumnya. kehadirannya mampu memngakomodir bangsa pribumi menuju

kesadaran kebangsaan dan memicu lahirnya semangat pergerakan nasional

bangsa Indonesia pada abad ke-20 .

Geliat pers pada abad ke-20 berperan sangat penting dalam

memunculkan sejarah pergerakan di Indonesia, pers dan organisasi

pergerakan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan menjadi satu kesatuan

sebagai perwujudan dari perjuangan bangsa pribumi menuju kemerdekaan.

Bahkan, sebelum munculnya organisasi gerakan seperti Budi Utomo, Sarekat

Dagang Islamiyah (SDI), Indische Partij, dan sebagainya. Kesadaran nasional

telah ada pada pemikiran tokoh-tokoh pemuda pribumi yang ditularkan

melalui pers. Pers merupakan media yang sangat penting dalam menuangkan

Page 122: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

110

semangat kesadaran nasional, sebagai pers milik pribumi yang dibiayai,

dikelola, dan digerakan oleh bangsa pribumi, Medan Prijaji lahir sebagai

pelopor perjuangan bangsa pribumi lewat media cetak.

Medan Prijaji sebagai pelopor pers nasional berhasil menjadi ancaman

yang nyata bagi sistem kolonialisme Belanda di Indonesia. Kiprahnya yang

gemilang telah mewariskan semangat perjuangan bagi generasi selanjutnya.

Semangat yang ditularkan R.M. Tirto Adhisoerjo dalam pers Medan Prijaji

berhasil mengilhami tokoh-tokoh pergerakan Indonesia dalam menjadikan

pers sebagai media perjuangan yang efektif pada masa sejarah pergerakan

Indonesia. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari organisasi pergerakan

yang muncul pada abad ke-20, pers memiliki peranan yang vital dalam

mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan.

B. Saran

Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk menjadi penggiat

kajian sejarah pers, khususnya Medan Prijaji. Sebelumnya Penulisan sejarah

pers sepi dari perhatian penggiat sejarah, terutama di Jurusan Sejarah dan

Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta. Kajian terhadap sejarah pers belum banyak mendapatkan perhatian

dari para mahasiswa sejarah. Pembahasan mengenai sejarah pers memang

mendapatkan porsi yang sedikit dalam historiografi buku sejarah di

Indonesia. Namun, ketika melihat pada ralitas objektif pada arus sejarah abad

ke-20 atau yang lebih popular dengan zaman pergerakan, pers memiliki

Page 123: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

111

peranan yang sangat penting dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dengan orgnisasi pergerakan yang muncul. Karena itu penulis ingin

memberikan beberapa saran bagi peneliti sejarah pers, sebagai berikut:

1. Menjadikan pers sebagai bahan sejarah yang harus dikaji secara

komprehensif. Penulisan sejarah yang didominasi oleh sejarah sosial-

politik, sosial-ekonomi, biografi tokoh dan lainnya, sebaiknya segera

mencermati kajian sejarah yang mengkaji peranan pers. Sehingga

mobilitas sosial yang terjadi dalam kronologi sejarah dapat diketahui

secara lengkap dengan adanya informasi yang dituliskan dalam setiap

terbitan-terbitan pers.

2. Penulis sadar betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, baik pengumpulan sumber Primer maupun Skunder. Hal ini

dikarenakan keterbatasan waktu dan biaya. Selain itu terbitan Medan

Prijaji yang radikal terhadap pemerintah Hindia Belanda menyebabkan

peninggalan sumber ini menjadi terbatas. Namun, setidaknya penulisan

skripsi ini dapat menjadi penggugah bagi para penggiat dan peneliti pers

selanjutnya.

Page 124: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

112

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Koran, Majalah & Artikel:

A. Kardiat Wiharyatnto, Kebijakan Ekonomi Kolonial Tahun 1830-1901.

Abdurahman Surjomihardjo, 2002, Hilman Adil, A.B. Lapian, dkk, Beberapa Segi

Perkembangan Pers di Indonesia,Jakarta: Kompas.

Ahmad Adam, 2003, Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran

Keindonesiaan 1858-1913, Jakarta: Hasta Mitra.

Andi Suwirta, 1999, “Zaman Pergerakan, Pers, dan Nasionalisme di Indonesia”,

Jurnal Mimbar Pendidikan No. 4. Badung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Anonymous, 2007, Seabad Pers Kebangsaan, Jakarta: Indexpress.

Anonymous , 2000, Surat Dari Dua Kota: Revolusi Indonesia Dalam Pandangan

Surat Kabar Merdeka (Jakarta) dan Kedaulatan (Yogyakarta) 1945-

1947, Jakarta: Balai Pustaka.

Anonymous, Politik Kolonial Hindia Belanda abad ke-XIX, tahun 1967, koleksi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Diana, 1909. Mendjoendjoeng bangsa, Batavia: NV Medan Prijaji: Batavia

Edwar C. Smith, Pembredelan Pers Indonesia, Jakarta: Grafiti Pers.

Encyclopaedie Van Nederlandsch oost Indie (ENOI) supplement no. 22 April

1930.

Imas Emalia, 2012, Suara-Suara Pmbaharuan dalam Islam, Kajian atau Pers

Islam di Indonesia masa Hindia Belanda (1900-1930-an), Jakarta:

Puslitbang Lektur dan Khazanan Keagamaan Badan Litbang Diklat

Kementrian Agama Republik Indonesia.

Kuntowijoyo, 1995, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bnetang

Budaya.

M.C. Ricklefs, 2008, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta: Serambi

Ilmu Semesta.

Madan Prijaji, “Soatoe Poelitiek di Bajumas”, no III Th. 1909

Medan Prijaji No. 20-24, Th.IV, 1910.

Page 125: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

113

Medan Prijaji No.19 Th. III, 1909

Medan Prijaji, nomor 16, tahun ke IV.

Peter Boomgaard, 2004, Anak Jajahan Belanda Sejarah Sosial dan konomi Jawa

1785-1880, Jakarta: KITLV-Jakarta dan Jembatan.

Poetri Hindia Th. IV No. ½, Januari 1911.

Pramoedya Anata Toer, 1985, Sang Pemula, Jakarta: Hasta Mitra.

R,M Tirto Adhisoerjo, “Deradjat Boemi Putra” dalam Medan Prijaji terbitan

tahun 1910.

R.M Tirto Adhisoerjo, “Pendahuluan Medan Prijaji tahun 1909”, MP Th. III,

1909,

R.M Tirto Adhisoerjo, “Sajian untuk Gubernur Jenderal baru”, Medan Prijaji, Th.

III ,1909.

Raditya, Iswara, N. Karya-karya Lengkap Tirtoadhisoerjo; Pers Pergerakan

dann Kebangsaan. Jakarta: I:BOEKOE, 2008.

Saleh Abdullah, 2008, Melawan Arus, Menguasai Ruang,Jogjakarta: Insist

Press.

Satrio Arismunandar,"Medan prijaji”, Cendekiawan Indonesia, Masyarakat dan

Negara: Wacana Lintas Kultural" artikel yang tidak diterbitkan.

Soeloeh Keadilan Th. III, jilid IV, 1909.

Takashi Siraishi, 1997, Zaman Bergerak Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926,

Jakarta: Perpustakaan Utama Garffiti.

Tim Penyusun Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2011-2012. Jakarta: Biro Akademik

dan Kemahasiswaan UIN. 2012.

Wina Armada, 1993, Menggugat Kebebasan Pers, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan.

Page 126: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

114

Internet:

http://www.gurusejarah.com/2015/02/pengaruh-revolusi-industri-di-

indonesia.html. Diakses pada tanggal 27 Juni 2016.

http://muspen.kominfo.go.id/index.php/berita/343-bapak-pers-nasional-qraden-

mas-djokomono-tirto-adhi-soerjoq diakses 04 Mei 2016. diakes pada tanggal 13

Maret 2016.

http://indoprogress.com/2013/08/imperialisme-sebagai-tahap-monopoli-dari-

kapitalisme/ diakes pada tanggal 13 Maret 2016.

http://www.jabarsatu.com/2016/07/15/gedung-ypk-saksi-sejarah-koran-pribumi-

nasional-pertama/ diakses pada tanggal 23 Juni 20016.

Page 127: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

115

Lampiran 1 - Raden Mas Djokomono Tirto Adhisoerjo (1880-1918). Bapak

Pers Nasional pendiri dan radaktur kepala pers Medan Prijaji, Soenda Barita,

Soeloeh Keadilan, Poetri Hindia.sumber penulis ambil dari:

https://en.wikipedia.org/wiki/Tirto_Adhi_Soerjo diakses tanggal 23 Juni 2016.

Page 128: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

116

Lampiran 2 - Yohannes Benedictus van Heutsz (1851-1924). Gubernur Jendral

Hindia Belanda (1904-1909) yang memiliki kedekatan dengan R.M. Tirto

Adhisoerjo pendiri pers Medan Prijaji. Gambar diambil dari:

https://id.wikipedia.org/wiki/Yohannes_Benedictus_van_Heutsz diakses tanggal

:23 Juni 2016

Page 129: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

117

Lampiran 3 - Gedung YPK (Yayasan Pusat Kebudayaan) Bandung. Sebelum

menjadi Gedung Pusat Kebudayaan, gedung tersebut merupakan kantor N.V.

Javasche Boekhandelnen Drukkerij en Handel in Chrijfbehoeften “Medan Prijaji.

Sumber diambil dari: http://www.jabarsatu.com/2016/07/15/gedung-ypk-saksi-

sejarah-koran-pribumi-nasional-pertama/ diakses tanggal 23 Juni 2016.

Page 130: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

118

Lampiran 4 - Surat kabar Soenda Barita. Didirikan oleh R.M Tirto Adhisoerjo

tahun 1903-1904). Merupakan surat kabar pertama Tirto dalam perjuangan pers.

Sumber penulis ambil dari: http://www.kompasiana.com/etikafitri/time-travel-di-

festival-museum-2013_552e05886ea8347b1f8b459a diakse taanggal 23 Juni

2016.

Page 131: SUARA POLITIK PERS MEDAN PRIJAJI: KAJIAN TERHADAP …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/32192/1/asep... · penyadaran politik bagi masyarakat pribumi. Kata kunci :

119

Lampiran 4 - Eduard Douwes Dekker (1820 – 1887). Penulis Belanda yang

terkenal dengan Max Havelaar (1860), novel satirisnya yang berisi kritik atas

perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia Belanda.

Tokoh yang banyak menginspirasi R.M Tirto Adhisoerjo. Sumber penulis ambil

dari: https://id.wikipedia.org/wiki/Eduard_Douwes_Dekker diakses tanggal 23

Juni 2016