sty

Upload: sherzalattha-kuchikielf

Post on 06-Mar-2016

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Enjoy it

TRANSCRIPT

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam Praktik di Perusahaan

PendahuluanSelalu ada resiko kegagalan (risk of failures) pada setiap aktifitas pekerjaan. Ketika kecelakaan kerja (work accident) terjadi, seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Karena itu sebisa mungkin dan sedini mungkin, potensi kecelakaan kerja harus dicegah atau setidak-tidaknya dikurangi dampaknya. Penanganan masalah keselamatan kerja di dalam sebuah perusahaan harus dilakukan secara serius oleh seluruh komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan diperlakukan sebagai bahasan-bahasan marginal dalam perusahaan.Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan keselamatan kerja yang tinggi. Meskipun ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur sedemikian rupa, tetapi dalam praktiknya tidak seperti yang diharapkan. Begitu banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja seperti faktor manusia, lingkungan dan psikologis. Masih banyak perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu banyak berita kecelakaan kerja yang dapat kita saksikan. KasusDi suatu perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, mempunyai proyek pembangunan mall di mana karyawan yang bekerja ada sekitar 500 orang terdiri dari berbagai bidang pendidikan dan jabatan. Ada sekitar 200 orang sebagai tenaga pelaksana kasar, yang pendidikannya hanya SD yang berasal dari desa. Dari laporan tenaga kesehatan di perusahaan tersebut, telah terjadi beberapa kecelakaan kerja, terutama yang tersering adalah kaki tertusuk, paku. Padahal, oleh perusahaan sudah ditetapkan setiap pekerja yang masuk ke kompleks pembagunan diharuskan memakai helm dan memakai sepatu khusus. Selain itu, sudah ada sekuriti yang mengawasi pekerja tersebut, tetapi sering kali para karyawan tidak mematuhi aturan untuk memakai Alat Pelindung Diri (APD) tersebut. Sebagai dokter di perusahaan tersebut, anda diminta untuk melakukan identifikasi kecelakaan kerja tersebut.

Rumusan MasalahBanyaknya kecelakaan kerja tertusuk paku akibat ketidakpatuhan karyawan dalam penggunaan alat pelindung diri (APD).PembahasanDefinisi Kecelakaan Kerja menurut para Ahli1Kecelakaan Kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) 03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda.Menurut Foressman, kecelakaan kerja adalah terjadinya suatu kejadian akibat kontak antara ernegi yang berlebihan (agent) secara akut dengan tubuh yang menyebabkan kerusakan jaringan/organ atau fungsi faal.Menurut Frank E. Bird Jr., kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki, dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta kerusakan harta benda dan biasanya terjadi sebagai akibat dari adanya kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas atau struktur.Menurut Sugandi mendefinisikan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusakan harta benda atau kerugian proses.Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang real.Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 golongan secara umum: Industrial Accident yaitu kecelakaan yang terjadi di tempat kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja. Community Accident yaitu kecelakaan yang terjadi di luar tempat kerja yang berkaitan dengan adanya hubungan kerja.

Teori penyebab kecelakaan kerja1,2Beberapa teori yang banyak berkembang adalah :a. Teori Kebetulan Murni (Pure ChanceTheory) mengatakan bahwa kecelakaan terjadi atas kehendak Tuhan, secara alami dan kebetulan saja kejadiannya, sehingga tak ada pola yang jelas dalam rangkaian peristiwanya.b. Teori Kecenderungan (Accident Prone Theory), teori ini mengatakan pekerja tertentu lebih sering tertimpa kecelakaan, karena sifat-sifat pribadinya yang memang cenderung untuk mengalami kecelakaan.c. Teori Tiga Faktor Utama (There Main Factor Theory), mengatakan bahwa penyebab kecelakaan adalah peralatan, lingkungan kerja, dan pekerja itu sendiri.d. Teori Dua Factor (Two Factor Theory), mengatakan bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh kondisi berbahaya (unsafe condition) dan perbuatan berbahaya (unsafe action).e. Teori Faktor manusia (Human Factor Theory), menekankan bahwa pada akhirnya semua kecelakaan kerja, langsung dan tidak langsung disebabkan kesalahan manusia.f. Teori Domino HeinrichMenurut penelitian yang dilakukan oleh Heinrich, 98% kecelakaan disebabkan oleh tindakan tidak aman. Maka dari itu, Heinrich menyatakan, kunci untuk mencegah kecelakaan adalah dengan menghilangkan tindakan tidak aman sebagai penyebab kecelakaan.Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, salah satu teori ternama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich terdapat lima penyebab kecelakaan, di antaranya:a. HereditasHereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang kurang atau mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.b. Kesalahan manusia Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang berkaitan dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.c. Sikap dan kondisi tidak amanSikap/tindakan tidak aman: seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja, tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan dengan risiko tinggi, dan sebagainya. Sedangkan, kondisi tidak aman: meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja kurang layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak tersedianya APD yang lengkap.d. Kecelakaan kerjaKecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja terjadi karena adanya kontak dengan sumber bahaya.e. Dampak kerugianDampak kerugian bisa berupa:Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia.Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung. Konsumen: ketersediaan produk.Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino yang di berdirikan. Hal ini berarti, jika satu kartu jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya.

Gambar 1. Teori domino HeinrichSumber: https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015Penjelasan1. Ancestry and social environment, yakni pada orang yang keras kepala mempunyai sifat tidak baik yang diperoleh karena faktor keturunan, pengaruh lingkungan dan pendidikan, mengakibatkan seseorang bekerja kurang hati-hati dan banyak membuat kesalahan.2. Fault of person, merupakan rangkaian dari faktor keturunan dan lingkungannya, yang menjurus pada tindakan yang salah dalam melakukan pekerjaan.3. Unsafe Act, tindakan berbahaya disertai bahaya mekanik dan fisik lain, memudahkan terjadinya rangkaian berikutnya.4. Accident, peristiwa kecelakaan yang menimpa pekerja dan umumnya disertai oleh berbagai kerugian.5. Injury, kecelakaan mengakibatkan cedera/luka ringan maupun berat menuju kecacatan dan bahkan kematian.Menurut Heinrich, kunci untuk mencegah kecelakaan kerja adalah menghilangkan sikap dan kondisi tidak aman (kartu ketiga). Sesuai dengan analogi efek domino, jika kartu ketiga tidak ada lagi, seandainya kartu kesatu dan kedua jatuh, ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu.Tercatat kontribusi terbesar penyebab kecelakaan kerja adalah berasal dari sikap dan kondisi tidak aman. Maka dari itu, untuk mengurangi kecelakaan kerja dan risikonya bisa dilakukan pencegahan dengan meminimalisasi tindakan dan kondisi tidak aman di tempat kerja, dengan cara:1. Mengatur kondisi kerja sesuai peraturan perundangan.2. Standarisasi, terkait syarat-syarat keselamatan, seperti pemasangan rambu-rambu keselamatan.3. Pengawasan agar peraturan dipatuhi.4. Pelatihan terkait keselamatan untuk karyawan.5. Laporan mengenai kecelakaan kerja, meliputi jenis kecelakaan kerja, jumlah kecelakaan kerja, kerugian akibat kecelakaan kerja, dan sebagainya.6. Program penghargaan atas prestasi karyawan dalam meminimalisasi kecelakaan kerja.7. Asuransi.8. Membuat program K3 di tingkat perusahaan.Untuk menguatkan Teori Domino Heinrich, konsep Piramida Kecelakaan juga menjelaskan hal yang sama. Studi yang dilakukan Frank E. Bird, Jr. pada tahun 1969 terhadap 1.753.498 kecelakaan kerja menunjukkan bahwa setiap kecelakaan serius atau cidera yang melumpuhkan dilaporkan, maka 9,8 cidera ringan, 30,2 kecelakaan yang menyebabkan kerusakan properti, dan 600 kecelakaan yang tanpa menimbulkan kerugiaan. Hasil studi tersebut tergambar dalam piramida kecelakaan tersebut.

Gambar 2. Piramida KecelakaanSumber: https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015Studi yang dilakukan oleh Heinrich menunjukkan biaya kerusakan properti yang tidak diasuransikan 5-50 kali lebih besar dibandingkan dengan biaya kompensasi dan pengobatan cidera akibat kerja. Hasil studi tergambar dalam gunung es biaya kecelakaan kerja berikut:

Gambar 3. Gunung Es Biaya Kecelakaan KerjaSumber: https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015

Teori Analisa Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja2

Teori Domino (Domino Seguence Theory). Thompkin (1982) memberikan gambaran di dalam teori domino Henirich.

Gambar 4. Gambaran Teori Thompkin Sumber: https://www.google.com; diunduh 10 Oktober 2015

Teori Faktor Manusia (Human Factor Theory), teori ini menganggap bahwa semua kejadian kecelakaan di sebabkan oleh manusia (Humam error). Kesalahan yang dilakukan berupa:a. Work over loaded.Work over loaded di sini adalah penjumlahan tugas yang harus dilaksanakan, lingkungan kerja, faktor internal (stress, emosi, perilaku) dan faktor eksternal (instruksi tidak jelaskompensasi).b. Reaksi yang tidak tepat (Inappropriate Respons), sikap mengabaikan standar keselamatan tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) mengabaikan petunjuk kerja

c. Aktifitas yg tidak tepat (Inappropriate Activities) salah dlm menilai besarnya resiko tidak ada pelatihan untuk pekerja Teori Accident/incident (Peterson)Teori ini merupakan pengembangan dari Theory Human Factor : dengan menambahkan faktor ergonomi salah dalam mengambil keputusan kegagalan sistem (termasuk kebijakan, pelatihan, inspeksi, koreksi dan standar). Teori EpidemiologiTerjadinya kecelakaan karena ketidak serasian antara: peran tenaga kerja (host), Alat kerja (agent), lingkungan kerja (enviroment). Teori SistemTeori ini melihat ouput/produk yang di hasilkan oleh berbagai komponen yang dirangkai dalam suatu sistem. Komponen yg menghasilkan kecelakaan adalah: tenaga kerja, alat kerja, lingkungan kerja, fasilitas kerja dan manajemen. Teori KombinasiTeori kombinasi merupakan dua atau lebih dari teori 2 di atas. Teori ini di perlukan jika suatu teori tidak cukup untuk menjelaskan suatu kejadian kecelakaan, di harapkan dengan melakukan gabungan beberapa teori mejawab mengapa terjadi kecelakaan.

Di dalam tempat kerja akan banyak dijumpai faktor-faktor pajanan yang apabila diabaikan akan sangat membahayakan keselamatan ketika bekerja.A. Fisika3,4Banyak pajanan yang berupa fisik yang dapat dijumpai di tempat kerja manapun. Pajanan bahaya potensial faktor fisik antara lain: kebisingan, suhu panas dan dingin, getaran, pencahayaan dan radiasi elektromagnetik. KebisinganBising adalah suara atau bunyi yang tidak dikehendaki. Kualitas bising ditentukan oleh: frekuensi bunyi (Hz) dan intensitas bunyi (db). Dengan NAB (Nilai Ambang Batas):85 dB per 8 jam/hari. Dampak kesehatan yang terlihat: kerusakan auditorik dan non-auditorik.Kerusakan auditorik: trauma akustik, ketulian sementara (Temporary Threshold Shift), dan ketulian menetap (Permanen Temporary Shift) dan akan menjadi NIHL (Noise Induced Hearing Loss) apabila dibiarkan dan tidak ada upaya pencegahan/preventif.Kerusakan non-auditorik: gangguan komunikasi, gangguan fisiologis dan juga gangguan perilaku. Untuk gangguan perilaku akan timbul paranoid dan depresi.Upaya pencegahan: program konservasi pendengaran (Hearing Conservation Program) dan penggunaan sumbat telinga (earplug), penutup telinga (earmuff) dan helm pelindung telinga(ear protective helmet). Suhu panas dan dinginTerdapat mekanisme control yang terlihat yakni: evaporasi, konveksi, radiasi dan juga vasodilatasi. Lalu dapat menciptakan tekanan panas yakni kombinasi dari suhu udara, radiasi, kelembaban dan pergerakan udara.Satuan: Indeks suhu basah dan bola (ISBB).Apabila tekanan panas secara terus-menerus terpajan maka akan mempengaruhi kesehatan pekerjanya, antara lain: heat fatique, heat rash, heat syncope, heat cramps, heat exhaustion dan heat stroke.Sedangkan untuk tekanan dingin yang terpajan terus-menerus juga dapat mempengaruhi kesehatan pekerjanya antara lain: Hipoterm, Frosbite, Trenchfoot dan Chillblain. Getaran/vibrasiSuatu fenomena dimana terjadi peningkatan dan penurunan dimensi terhadap suatu nilai dasar secara berulang-ulang sesuai waktu. Dimana dimensinya adalah jarak, kecepatan dan akselerasi.Unit akselerasi: m/s2. Dengan nilai ambang batas: 4 m/s2.Sumber vibrasi: segmental dan juga seluruh tubuh (kendaraan forklift).Efek getaran terhadap tubuh: motion sickness, penglihatan kabur, kelelahan dan ketidaknyamanan dan Hand-Arm Vibration (HAV) yang dimana memiliki beberapa gangguan. Gangguan pada sirkulasi darah berupa Vibration induced White Finger (VWF) yang dimana gejalanya seperti Raynauds syndrome: blanching, numbness, tingling dan sianosis. PencahayaanFaktor penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang baik dimana nantinya akan menimbulkan suasana nyaman dan tentunya meningkatkan produktivitas pekerja.Ada 2 jenis faktor yang mempengaruhi pencahayaan, yakni: intensitas cahaya (luks) dan juga tingkat kesilauan (brightness).Dan juga terdapat 2 kategori cahaya yang menyilaukan, yakni: discomfort glare (sudah menimbulkan rasa tidak nyaman) menimbulkan rasa yang tidak nyaman tapi belum menimbulkan keluhan organ) dan juga disability glare (selain menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan juga menimbulkan keluhan organ). Radiasi elektromagnetikRadiasi sinar ultraviolet, sumber: sinar UV, las. Dapat menimbulkan penyakit kulit yakni iritasi kulit dan mata. Terdapat upaya pencegahan yakni dengan menggunakan kacamata kobal saat las.Radiasi sinar infra merah bersumber: peleburan baja, peleburan gelas, dan bara logam. Tentunya dapat meningkatkan beban panas tubuh. Selain itu mempunyai efek terhadap mata yaitu katarak.Radiasi gelombang mikro, dapat mengakibatkan penyakit: konjungtivitis, gangguan sistem saraf, dan gangguan reproduksi.Radiasi pengion dan partikel berenergi tinggi, efek radiasi berupa: efek stokastik dan non-stokastik. Memiliki efek akut: eritema, depresi sumsum tulang, penurunan fertilitas sementara/permanen. Efek kronis: kemandulan, kanker, cacat kongenital dan juga katarak.B. Biologik3,4

Pajanan biologi adalah bahan biologi yang ada di sekitar manusia, dalam bentuk mikroorganisme (virus, bakteri, jamur, parasit), tumbuhan (debu organik), dan binatang. Pajanan biologi di tempat kerja sering tidak dapat dihindari. Harus dapat dibedakan penyakit akibat pajanan biologi di tempat kerja atau yang biasa terjadi di masyarakat luas.

Penggolongan pajanan biologi : Pajanan biologi akibat kerjaPajanan yang dialami akibat bekerja langsung dengan bahan biologi atau merupakan hasil langsung dari proses kerja yang dilakukan pekerja. Pajanan biologi lingkungan kerjaPajanan yang dialami akibat tercemarnya lingkungan kerja, dan merupakan akibat tidak langsung akibat proses kerja, seperti hygiene dan pemeliharaan tempat kerja yang kurang baik. Pajanan biologis alamiah/bukan akibat kerjaPajanan biologi yang secara alamiah berada di wilayah lingkungan tempat kerja, yang banyak menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat di tempat tersebut (daerah endemis) contoh: malaria.

Penyakit akibat pajanan biologi : Penyakit LegionaireTerjangkit melalui pernapasan dalam (menghirup) udara beraerosol yang tercemar. Tidak menular dari orang ke orang.Kuman ini dapat ditemukan di danau sungai tapi juga dapat pada alat-alat maupun tempat-tempat tertentu, seperti: sistem buatan manusia seperti AC, humidifier, sistem sirkulasi air hangat, kamar mandi sistem semprot, kran air, alat pembangkit uap, air mancur hias, peralatan pengobatan saluran pernafasan.Gejala: demam pontiak (gejala seperti flu), infeksi yang lebih serius termasuk pneumonia. Penyakit di sektor pertanian : AntraksPAK (Penyakit Akibat Kerja) pertama menurut ILO.Transmisi: udara, makanan dan kontak.Penyebab: Bacillus anthracis. Avian fluMenyebabkan pneumonia berat dan progresif.Transmisinya melalui udara dari unggas ke manusia.C. Kimia3,4Yang terpenting untuk mencegah PAK (Penyakit Akibat Kerja) karena bahan kimia diperlukan suatu kriteria yang dikatakan wajib ada pada bahan kimia tersebut. Hal yang terpenting tersebut adalah MSDS (Material Safety Data Sheet).Dari MSDS tersebut maka akan langsung diketahui semua informasi mengenai bahan kimia tersebut.MSDS adalah suatu Lembar Data Keselamatan Bahan (LDKB) memberikan informasi yang penting yang dapat digunakan perusahaan untuk mengoptimalkan penggunaan bahan kimia dan meningkatkan standar kesehatan dan keselamatan tempat kerja.MSDS meliputi: nama bahan kimia, informasi tentang komposisi bahan, sifat-sifat fisik dan kimiawi, kestabilan dan daya reaktif, identifikasi bahaya, tindakan P3K, tindakan pemadam kebakaran, tindakan penyelamatan kecelakaan, metode penanganan dan penyimpanan yang tepat, pengawasan dan perlindungan diri yang diperlukan, informasi tentang toksikologi (keracunan), informasi tentang ekologi (lingkungan), pertimbangan pembuangan, informasi tentang angkutan, informasi tentang peraturan, informasi tambahan.D. Ergonomik3,4Ilmu yang mempelajari kemampuan dan karakteristik manusia yang mempengaruhi rancangan peralatan, siystem kerja dan pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan dan kesejahteraan tenaga kerja. Definisi lain: ilmu seni dan penerapan teknologi untuk meyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruhan menjadi lebih baik.Unsur-unsur ergonomik yakni : AnatomiAntropometri (dimensi tubuh manusia) dan biomekanik (aplikasi tenaga). FisiologisFisiologis kerja: pengeluaran energi.Fisiologis lingkungan: efek lingkungan fisik. PsikologisPsikologi ketrampilan proses informasi dan pembuatan keputusanPsikologi kerja: training, usaha dan perbedaan individu.

Manfaat data antropometrik: merupakan data statistik mengenai ukuran manusia, massa dan bentuknya, yang dapat digunakan di tempat kerja, membuat tempat duduk serta untuk keperluan desain peralatan.Kriteria antropometrik : Jarak ruanganRuang untuk kepala, ruang kaki, ruang siku termasuk kemudahan melalui rintangan. JangkauanTermasuk lokasi control atau penyimpanan material, serta pelabgai situasi menjangkau melalui rintangan. Postur/sikap tubuhTermasuk lokasi displai dan kontrol ditempat ketinggian.

E. Faktor Psikologi3,4Faktor psikologi erat hubungan dengan stress akibat kerja dan stress di lingkungan kerja. Stress akibat kerja adalah gangguan perilaku dan jiwa yang terjadi karena berbagai faktor seperti: kepribadian, stress di lingkungan kerja yang dialami, coping mechanism dan mekanisme pertahanan. Stress di lingkungan kerja berkaitan dengan lingkungan fisik tempat kerja, bekerja dalam shift, beban kerja yang berlebihan, bekerja monoton, mutasi dalam pekerjaan, tidak jelasnya peran kerja, konflik dengan teman kerja dan lain-lain. Yang dapat lebih mudah mengalami stress dan akibat lainnya yaitu penyakit jantung adalah orang yang memiliki kepribadian tipe A. Kepribadian tipe A adalah tipe kepribadian dengan ciri seperti dorongan kompetisi yang tinggi, ketaatan yang tinggi akan waktu, ambisius, agresif, bekerja untuk pencapaian kinerja, selalu tergesa-gesa, dan relatif tidak sabar. Jenis kepribadian tipe A selalu dalam keadaan stress dan tegang. Sehingga orang yang memiliki kepribadian seperti ini sangat rentan sekali.Stress akibat kerja disebabkan oleh kondisi-kondisi di tempat pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang dan atau kesehatan fisik dan jiwanya. Stress merupakan problem kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan kerugian ekonomis. Stress kerja mempunyai aspek fisik, aspek perilaku dan emosi. Terdapat faktor-faktor yang menyebabkan stress kerja, 2 hal diantaranya adalah: gaya managemen (diri) yang buruk dan juga adanya faktor psikososial. Gaya managemen (diri) yang buruk, diantaranya : Kurangnya partisipasi pekerja untuk pengambilan keputusan. Komunikasi yang buruk di tempat kerja. Tidak ada/kurangnya kebijakan yang peduli keluarga. Hubungan interpersonal/ lingkungan sosial yang buruk. Jenjang karir yang tidak jelas. Kondisi lingkungan: sesak, bising, polusi udara, masalah ergonomik. Kurangnya dukungan dari rekan kerja maupun atasan.Adanya faktor psikososial juga dapat mengakibatkan stress kerja, antara lain: Gaji/upah yang lebih kecil dari Upah Minimum Regional (UPR)/ Upah Minimum Provinsi (UMP). Beban kerja yang tidak teratur. Beban kerja yang berat/banyak secara mendadak. Tidak prospek dalam jenjang karir. Kemampuan pekerja yang tidak digunakan secara optimal. Kurang penghargaan.Kecenderungan untuk CelakaKecenderungan untuk celaka adalah kenyataan bahwa pekerja tertentu cenderung untuk mengalami kecelakaan. Kecelakaan bertubi-tubi terjadi pada yang bersangkutan. Frekuensi kecelakaan pada pekerja tersebut jauh melebihi pekerja pada umumnya. Di sini jelas betapa pentingnya faktor manusia selaku individu pada terjadinya peristiwa kecelakaan termasuk kecelakaan di tempat kerja. Memang ada orang yang mempunyai sifat sembrono, berperilaku asal-asalan, berbuat semaunya, terlalu lamban mengambil sikap, berlaku masa bodoh, suka melamun, terlalu berani, selalu bergegas, gemar bermain-main terhadap risiko bahaya, dan sifat lainnya, sehingga orang itu berulang kali ditimpa kecelakaan dan oleh karenanya ia dinyatakan sebagai mempunyai kecenderungan untuk celaka. Pekerja yang terlalu lamban tentu tidak sesuai untuk melakukan pekerjaan yang memerlukan kegesitan. Jika pekerja dipaksakan untuk mengerjakan pekerjaan yang memerlukan kecekatan, dan hal itu tidak sesuai dengan sifat yang dimilikinya, cepat atau lambat pada akhirnya kecelakaan akan terjadi kepadanya. Demikian pula dengan pekerja yang kebiasaannya selalu tergesa-gesa, terburu-buru mengejar waktu, pekerja demikian cenderung pula untuk mengalami kecelakaan; mungkin ia akan terjatuh atau terpeleset atau tergelincir atau mungkin pula akan terlindas kendaraan bermotor di perjalanan. Kecenderungan untuk mengalami kecelakaan dapat pula bersumber kepada keadaan kesehatan pekerja. Kelambanan yang menjadi ciri pekerja mungkin dasarnya kurang gizi atau anemia, sedangkan ketergesaan seseorang dapat saja dikarenakan kelainan jiwa yang impulsif.Penelitian menunjukkan, bahwa 85% penyebab kecelakaan bersumber kepada faktor manusia. Apabila berbicara tentang faktor manusia, sebagai konsekuensinya persoalannya cukup rumit. Kita ambil contoh kecelakaan yang dikarenakan oleh keadaan emosi para pekerja, seperti rasa ketidakadilan, persengketaan dengan sesama pekerja atau keributan di rumah tangga dengan keluarga, atau peristiwa percintaan segitiga. Tanpa diduga dan benar-benar di luar perkiraan seseorang dapat saja dengan sengaja mencelakakan diri sendiri atau merekayasa terjadinya suatu kecelakaan, sehingga kata kecelakaan menjadi tidak tepat lagi. Mudah dipahami, bahwa dalam hal ini faktor kejiwaan memainkan peranan besar. Memang benar bahwa ada orang yang mempunyai dorongan kejiwaan untuk membuat nekad dan melakukan apa saja menurut gejolak batinnya. Sering pula bahwa kecelakaan disengaja guna memperoleh kompensasi terhadap cacat yang diakibatkan kecelakaan yang disengajanya. Juga terdapat berbagai hal unik lainnya yang berkaitan dengan faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan.Gaya hidup untuk selamat dan tidak mengalami kecelakaan adalah satu aspek pennting dalam budaya kerja dari kehidupan modern. Pada masyarakat industri keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan diwujudkan melalui ketentuan perundang-undangan di samping segala upaya lainnya ditingkatkan pelaksanaannya. Keselamatan kerja dan bebas dari kecelakaan kerja merupakan hak asasi manusia (HAM). Sehubungan dengan itu, tidak ada lagi tempat bagi siapa pun dengan dalih apa pun untuk mempunyai kecenderungan untuk mengalami kecelakaan.

Unsafe Action dan Unsafe Condition5,6Unsafe action adalah faktor perilaku manusia yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Suatu bentuk pelanggaran terhadap prosedur keselamatan yang telah ditetapkan dimana memberikan peluang untuk terjadinya kecelakaan kerja.Contoh: bekerja dengan tidak memperhatikan SOP (Standart Operational Procedure), mengangkut beban yang berlebihan, bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja, tidak memakai APD, menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai keahliannya. Tindakan yang diambil dapat berupa komunikasi, training, sanksi.Unsafe condition adalah suatu kondisi fisik ditempat kerja yang berbahaya memungkinkan secara langsung timbulnya kecelakaan. Contoh: terdapat pecahan kaca, paparan bising, lantai licin, pencahayaan yang kurang, peralatan yang sudah tidak layak pakai, paparan radiasi, kondisi suhu yang yang membahayakan. Analisa Kasus dengan metode fish bone

Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)7Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus diperhatikan terlebih bagi pmrakarsa supaya proses produksi, peningkatan kualitas dan kendali biaya dapat terus dioptimalkan. Fungsi managemen mengarah di aspek kualitas, produksi, kecelakaan/kerugian dan biaya. Terdapat 4 program K3 di tempat kerja yaitu:1) Komitmen manajemen dan keterlibatan pekerja2) Analisis risiko di tempat kerja3) Pencegahan dan pengendalian bahaya Menetapkan prosedur kerja berdasarkan analisis, pekerja memahami dan melaksanakannya Aturan dan prosedur kerja dipatuhi Pemeliharaan sebagai usaha preventif Perencanaan untuk keadaan darurat Pencatatan dan pelaporan kecelakaan Pemeriksaan kondisi lingkungan kerja Pemeriksaan tempat kerja secara berkala.4) Pelatihan buat pekerja, penyelia dan manager.SMK3 memiliki peran yang cukup penting dalam proses kerja dalam suatu perusahaan (pemrakarsa). Apabila SMK3 yang diberlakukan tidak cukup baik maka akibatnya dapat dilihat dari banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja dan juga proses produksi mengalami kemunduran. Tujuan umum dari SMK3 menurut Undang-Undang Kesehatan Kerja 1970 antara lain: melindungi tenaga kerja di tempat kerja; melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja agar selamat dan sehat, melindungi bahan dan peralatan produksi.Tujuan khusus dari SMK3 adalah mencegah atau mengurangi kecelakaan kerja, kebakaran, peledakaan dan PAK; mengamankan mesin instalasi, pesawat, alat, bahan dan hasil produksi; menciptakan lingkungan kerja yang aman, nyaman, sehat dan penyesuian antara pekerjaan dengan manusia atau antara manusia dengan pekerjaan.Dalam SMK3 memiliki tahapan-tahapan yang penting untuk diperhatikan yaitu: penerapan, pengukuran dan evaluasi dan tinjauan ulang dan peningkatan. Tahapan-tahapan tersebut akan membawa ke dalam suatu sistem yang benar-benar dibutuhkan untuk mencapai optimalisasi kerja. Tahap-tahap tersebut : Penerapan Jaminan kemampuan SDM, sumber daya, dana Integrasi SMK3 perusahaan Tanggung jawab dan tanggung gugat Konsultasi, motivasi dan kesadaran Pelatihan dan kompetensi Kegiatan pendukung Komunikasi; pelaporan; pendokumentasian Pengendalian dokumen Pencatatan dan manajemen informasi Identifikasi bahaya/penilaian dan pengendalian risiko Perancangan dan rekayas;administratif Kontrak ;pembelian Prosedur keadaan darurat;insiden Pemulihan keadaan darurat Pengukuran dan evaluasi Inspeksi dan pengujian Personil keahlian dan pengalaman Catatan dipelihara; dan tersedia Peralatan; metode untuk menjamin standar K3 Perbaikan segera ketidaksesuaian Penyelidikan permasalahan insiden Temuan di analisis dan ditinjau ulang Audit SMK3 Alat untuk mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerapan SMK3 di tempat kerja Pemeriksaan secara sistematik Dilakukan secara independen Dilakukan oleh Badan Audit independen minimal 1 kali/3 tahun Perbaikan dan pencegahan Tinjauan ulang dan peningkatan Evaluasi terhadap penerapan K3 Tujuan, sasaran; kinerja K3 Temuan audit Efektivitas penerapan Perubahan peraturan Tuntutan pihak terkait;pasar Perubahan produk; kegiatan Perubahan struktur organisasi Perkembangan iptek Pengalaman insiden Pelaporan Umpan balik dari tenaga kerjaPeraturan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)6K3 berlandaskan terhadap Undang-Undang yang berlaku. Pemerintah menerapkan undang-undang K3 karena memang penting dalam proses produksi dalam suatu perusahaan. Landasan undang-undang mengenai tenaga kerja, yaitu :i. UU No 14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.ii. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.iii. UU Kesehatan No 23 tahun 1992 pasal 23 tentang Kesehatan.iv. UU No 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.v. Permenaker No 05/Men 1996, setiap perusahaan yang mempekerjakan >100orang dan atau yang mengandung potensi bahaya wajib menerapkan sistem manajamen K3 (Bab III fasal 3)vi. PP No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatanvii. UU No 13 tahun 2003 tentang perundang-undanganTenaga Kerja.Semua peraturan dan sistem mengenai tenaga kerja dengan upaya meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sudah di tetapkan secara resmi oleh peraturan perundang-undangan, sehingga dapat dikatakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat wajib diberlakukan bagi semua orang yang terkait di dalamnnya.Investigasi Kecelakaan Kerja6Tujuan dari investigasi kecelakaan kerja:1. Memperbaiki kualitas keselamatan kerja2. Mengurangi kesempatan terjadinya kecelakaan serupa di masa datang3. Menyediakan atau membangun tempat lingkungan kerja yang amanMaksud dari investigasi kecelakaan kerja:1. Untuk mendapatkan kronologi kecelakaan besar dan menetapkan kritikal faktor2. Untuk menetapkan akar penyebab kecelakaan kerja (bukan menetapkan siapa yang salah)3. Menetapkan rekomendasi tindakan perbaikanUpaya Pencegahan7Beberapa upaya pencegahan1. Pemeriksaan kesehatan calon pekerja baik fisik maupun mental terkait dengan pekerjaan baru.2. Pemeriksaan berkala, evaluasi apakah faktor penyebab telah menimbulkan gangguan pada pekerja.3. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara kontinyu.4. Pemberian informasi tentang peraturan-peraturan yang berlaku di tempat kerja.5. Penggunaan APD.6. Isolasi terhadap operasi atau proses yang membahayakan.7. Substitusi bahan yang berbahaya dengan yang kurang berbahaya.Rekomendasi7 Sangat perlu diadakannya identifikasi hazard dan risiko yang adequate di tempat yang akan dijadikan area proyek pembangunan, guna mengetahui ancaman bahaya apa saja yang berpotensi terjadi sebelum, ketika, atau pun setelah pengerjaan pembangunan tersebut, lalu menetapkan serta melakukan solusi pencegahan dan pengendalian terbaik sebelum memulai proyek tersebut; Penting untuk menyelenggarakan training untuk calon pekerja pada proyek tersebut sebelum mereka diterjunkan ke lapangan agar mereka benar-benar memahami kondisi tempat kerja dan metode kerja yang baik dan aman; Penempatan material dan peralatan (mesin) kerja yang aman baik bagi pekerja maupun lingkungan sekitar; Menyertakan tindakan pengawasan di setiap tahap selama pengerjaan proyek berlangsung.HipotesisBanyaknya kecelakaan kerja tertusuk paku pada pekerja konstruksi diakibatkan oleh faktor perilaku individu terutama unsafe action berkaitan dengan pemakaian APD.KesimpulanKecelakaan kerja dalam kasus banyaknya pekerja konstruksi diakibatkan oleh faktor perilaku individu terutama unsafe action yang berkaitan dengan pemakaian APD tetapi perlu diinvestigasi lebih lanjut karena tidak menutup kemungkinan bahwa pelaksanaan SMK3 (Sistem Managemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja) yang diberlakukan tidak cukup baik sehingga membuat banyaknya pekerja yang mengalami kecelakaan.Daftar Pustaka1. Gyekye, S., Salminen, S. (2012). Organizational Safety Climate and Work Experience. International Journal of Occupational Safety and Ergonomics, 16 (4), 431-443.2. Aksorn, T., & Hadikusumo, B. (2011). Gap Analysis Approach for Construction Safety Program Improvement. Journal of Construction in Developing Countries, 12 (1), 77-97.3. Wirahadikusumah, R. D. (2012). Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia. Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (www.ftsl.itb.ac.id/konstruksi/reini-d-wirahadikusumah. pdf, diakses 10 Oktober 2015.4. Abduh, M., dkk. 2010. Pengelolaan Faktor Non-Personil untuk Pencegahan Kecelakaan Kerja Konstruksi.http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/manajemen_dan_rekayasa_konstruksi/wpcontent/uploads/2011/10/konteks-4-ma2.pdf (10 Oktober 2015).5. Kurniawidjaja, L.M. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. Jakarta: Universitas Indonesia Press;2011.h.309-15.6. Lestari MI, Yusuf E. Himpunan peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja Republik Indonesia. Jakarta: Penerbit AlK3.Com;2008.h.2-15.7. Suardi R. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen Risiko. Jakarta: Penerbit PPM; 2007.h.188-98.1