studio bu oka.doc
TRANSCRIPT
A. TAPAK DENGAN SITE YANG MIRING
Tapak miring merupakan sebuah site yang memiliki garis kontur yang terdapat pada daerah
daerah perbukitan, pegunungan dan daerah lainnya yang memiliki level kemiringan yang
bervariasi.
Tapak miring memiliki karakteristik seperti berikut :
Daerah yang datar yang cukup luas dapat dikatakan tidak ada.
Permukaan datar harus dibuat dengan metode cut and fill seperlunya agar tidak mengurangi
karakter dari tapak tersebut.
Dalam melakukan metode fill diperlukan pemadatan tanah yang dapat diukur berdasarkan
perhitungan sigma daya dukung tanah.
Pemadatan dapat dilakukan setiap 30 cm agar bangunan tidak terjadi penurunan pondasi secara
mekanis menggunakan alat pemadat tanah (stamper).
Tapak miring memiliki orientasi ke arah luar dan arah bawah sehingga memiliki potensi
peletakan bangunan yang langsung menghadap ke arah view.
Site yang miring mempunyai kualitas landscape yang dinamis sehingga dapat dibuat permainan
atas elemen elemen landscape sehingga berpengaruh pula pada elemen tampak bangunan yang
menuntut kreativitas positif seperti misalnya dengan membuat permainan garis garis yang kuat,
kombinasi dan komposisi dinamis serta pengolahan sudut denah yang yang bervariasi.
Site cocok untuk bentuk-bentuk yang dinamis dengan sifat bangunan yang informal.
Site yang miring memberikan view yang menarik seperti pemandangan alam dan lautan sehingga
dapat mempengaruhi suasana dalam ruangan misalnya dimensi pemandangan alam yang biru dan
hijau dapat menjadi unsur pelengkap dalam suatu ruangan melalui berbagai bukaan seperti teras
ataupun jendela kaca yang merupakan hubungan visual semata.
Site yang miring menimbulkan persoalan drainase sehingga diperlukan pengolahan drainase
yang khusus
Sistem drainase ada 2 jenis,drainase bawah permukaan dan drainase permukaan.
Sistem drainase tersebut harus diadakan secara memadai untuk mengumpulkan
Tipe-tipe saluran drainase :
1. Alamiah : Digunakan pada daerah yang tidak membutuhkan drainase sepenuhnya.
2. Duri ikan : Digunakan untuk lahan yang cekung dengan lereng di kedua sisinya.
3. Grid : Digunakan apabila pipa-pipa cabang masuk ke dalam pipa induk.
4. Interceptor : Digunakan di dekat tepi atas daerah basah untuk menghadang air yang
datang dari daerah di atasnya.
Air tanah yang turun dari atas harus dihindarkan dengan membelokkan jalur drainase air.
Pencapaian terhadap objek bangunan dapat dicapai melalui arah samping menyusuri garis
kontur.
Skema bangunan yang menempati tapak miring disarankan menggunakan pola “teras”.
Tata letak bangunan sebaiknya searah dengan garis kontur, sehingga bangunan diusahakan
memiliki lebar lebih kecil dari pada panjang bangunan.