studi tentang hubungan persepsi dan sikap guru dengan .../studi... · sebagian besar penduduk...

110
1 Studi tentang hubungan persepsi dan sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar siswa sekolah dasar di kecamatan Jebres Surakarta tahun 2003 Oleh : Iis Setiyaningrum K.5199014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia sekarang ini sudah lebih maju bila dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari jumlah Sekolah Dasar yang semula berjumlah 69.910 menjadi 171.455 dengan jumlah murid 13.069.000 menjadi 29.598.790 (Balitbang dikbud,1994). Apalagi sejak dicanangkannya wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, maka sudah sebagian besar penduduk Indonesia pernah mengenyam pendidikan sampai pada tingkatan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Salah satu sasaran pembangunan di bidang pendidikan sebagaimana disebutkan dalam GBHN Tahun 1999 adalah melakukan pembaharuan sistem pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara profesional. Oleh karena itu sistem pendidikan perlu

Upload: trinhkhanh

Post on 07-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Studi tentang hubungan persepsi dan sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar siswa sekolah dasar

di kecamatan Jebres Surakarta

tahun 2003

Oleh :

Iis Setiyaningrum

K.5199014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia sekarang ini sudah lebih maju bila dibandingkan

dengan beberapa tahun yang lalu. Kemajuan tersebut dapat dilihat dari jumlah

Sekolah Dasar yang semula berjumlah 69.910 menjadi 171.455 dengan jumlah

murid 13.069.000 menjadi 29.598.790 (Balitbang dikbud,1994). Apalagi sejak

dicanangkannya wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, maka sudah

sebagian besar penduduk Indonesia pernah mengenyam pendidikan sampai pada

tingkatan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama

Salah satu sasaran pembangunan di bidang pendidikan sebagaimana

disebutkan dalam GBHN Tahun 1999 adalah melakukan pembaharuan sistem

pendidikan termasuk pembaharuan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum

untuk melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku

nasional dan lokal sesuai dengan kepentingan setempat, serta diversifikasi jenis

pendidikan secara profesional. Oleh karena itu sistem pendidikan perlu

2

ditingkatkan terutama hal-hal yang berkaitan dengan kesesuaian pendidikan yang

dibutuhkan oleh masing-masing anak didik.

Kurikulum dalam suatu pendidikan merupakan komponen yang sangat

penting. Hal ini dikarenakan kurikulum merupakan panutan dalam

penyelenggaraan proses belajar mengajar di sekolah. Komponen kurikulum yang

lengkap terdiri dari : tujuan instruksional umum dan khusus, struktur program,

garis-garis program pengajaran, dan satuan acara pengajaran atau satuan

pelajaran. Mengingat begitu pentingnya kurikulum, maka penyusunannya harus

disesuaikan dengan kebutuhan serta ciri khas satuan pendidikan yang

bersangkutan.

Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan sangat diperlukan fasilitas

pendukung yang sesuai dengan materi pelajaran. Kegiatan belajar mengajar akan

berjalan baik apabila antara teori dengan praktek dapat seimbang. Sebab menurut

penelitian siswa akan lebih mudah dalam memahami isi materi bila disertai

dengan praktek. Harus diakui bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia

sangat lamban dan hal tersebut salah satunya dikarenakan kurangnya sarana dan

prasarana yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.

Kemampuan guru khususnya guru SD dalam menangani siswanya masih

terbatas. Kebanyakan dari mereka cenderung hanya memberikan pelajaran sesuai

dengan isi kurikulum tanpa memperhatikan kebutuhan anak didiknya, apakah

anak tersebut sudah menguasai materi, mampu memahami atau bahkan

mengalami suatu masalah selama mengikuti proses belajar mengajar. Padahal

problem yang dialami oleh anak didik tidaklah sesederhana seperti apa yang orang

bayangkan.

Dalam proses belajar mengajar kemampuan dasar atau kemampuan awal

peserta didik juga perlu diperhatikan. Suatu sekolah akan mampu mencetak

lulusan yang baik apabila murid yang diterimanya mempunyai kualitas. Murid

yang mempunyai kemampuan dasar yang baik atau paling tidak berkondisi normal

maka akan mudah menguasai materi. Sebaliknya bila suatu sekolah banyak

terdapat anak yang mengalami suatu problem, misalnya kesulitan belajar, maka

3

akan susah untuk menghasilkan lulusan yang bermutu apabila penanganannya

tidak tepat.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 tentang Pendidikan Luar

Biasa, tidak memasukkan anak berkesulitan belajar sebagai salah satu jenis anak

luar biasa. Karenanya anak yang berkesulitan belajar dimasukkan ke dalam

sekolah-sekolah umum. Mereka terpaksa harus mengikuti proses belajar mengajar

yang bersifat klasikal, padahal metode tersebut kurang memperhatikan perbedaan

individual murid. Anak berkesulitan belajar di Indonesia belum mendapatkan

layanan yang semestinya, tidak seperti halnya yang terjadi di negara-negara maju.

Harus diakui bahwa sampai sekarang ini belum setiap orang termasuk guru

khususnya guru sekolah dasar mengetahui hal yang berkaitan dengan kesulitan

belajar atau dalam bahasa asing Learning Disability. Istilah tersebut masih awam

dan jarang digunakan ataupun bila ada mereka belum tahu makna sebenarnya. Hal

itu berakibat persepsi mereka terhadap anak berkesulitan belajar juga berbeda-

beda. Bagi yang belum mengerti benar siapa dan bagaimana anak berkesulitan

belajar, mereka dimungkinkan akan mempunyai persepsi yang negatif.

Seseorang yang mengartikan anak berkesulitan belajar sebagai anak yang

bodoh dalam segala hal adalah sangat keliru. Karena sebenarnya anak berkesulitan

belajar rata-rata mempunyai intelegensi normal dan hanya mempunyai kesulitan

dalam beberapa bidang saja. Jadi masih ada kemungkinan untuk diperbaiki. Anak

yang mengalami keterbelakangan mental atau mentally retarded mempunyai

intelegensi yang rendah, sehingga dalam segala hal mereka pun tidak bisa

mengerjakan sesuatu dengan baik. Walaupun penanganannya juga intensif, anak

yang mengalami keterbelakangan mental tetap saja tidak sanggup sejajar dengan

anak normal dalam hal kemampuan akademiknya.

Dalam menanggapi suatu permasalahan atau suatu keadaan yang sedang

dihadapi seseorang akan mempunyai persepsi yang berbeda-beda dengan yang

lainnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya pengetahuan dan pengertian yang

berbeda antara satu sama lain. Dengan perbedaan persepsi tersebut, akan

berpengaruh pula pada sikap serta perilaku yang akan diberikan terhadap suatu

permasalahan yang terjadi di lingkungan sekelilingnya. Sama halnya dengan

4

masalah yang berkaitan dengan anak berkesulitan belajar, guru akan mempunyai

persepsi yang berbeda apalagi masyarakat umum yang belum mengetahui dengan

benar tentang anak berkesulitan belajar.

Persepsi mempunyai kaitan erat dengan kehidupan bermasyarakat, karena

dapat mempengaruhi pembentukan sikap dan perilaku. Seorang guru yang

mempunyai persepsi yang salah terhadap anak didiknya, maka akan

menumbuhkan atau menghasilkan sikap dan perilaku yang tidak baik. Hal ini

tentu saja bisa membuat kondisi belajar mengajar tidak menyenangkan.

Sedangkan persepsi yang positip seorang guru terhadap anak didiknya

sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru yang mengerti kondisi

anak didik akan bersikap bijaksana sehingga dapat membuat perasaan anak

menjadi lebih percaya diri. Dengan persepsi yang baik terhadap anak berkesulitan

belajar diharapkan akan dapat menumbuhkan dan membentuk sikap yang baik

pula dan juga dalam perilaku dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian

pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan

Predikat sebagai anak berkesulitan belajar merupakan suatu hal yang

sangat tidak diinginkan oleh setiap anak. Mereka tentu saja ingin hidup seperti

anak lainnya bisa dengan mudah mengerjakan apa saja yang mereka inginkan.

Sebutan anak berkesulitan belajar akan berdampak negatif bagi dirinya sendiri

maupun lingkungan sosial. Perasaan tidak berguna bagi orang lain, rendah diri,

tidak percaya diri, dan bersalah yang menyebabkan mereka merasakan adanya

jarak dengan lingkungan. Salah satu dampak serius yang mereka alami adalah

tekanan batin sehingga menimbulkan perasaan yang merusak diri mereka sendiri.

Bila mereka kurang mendapat perhatian dan penanganan secara tepat, maka

mereka akan semakin terperosok dan jarak yang memisahkan mereka dengan

lingkungan sosial akan semakin bertambah lebar.

Perlunya perhatian dan penanganan khusus terhadap anak yang

berkesulitan belajar semakin terasa penting, karena ternyata jumlah mereka cukup

besar. Prevalensi anak berkesulitan belajar menurut beberapa literatur

rentangannya berkisar 1% - 30 %. Di negara-negara industri seperti Amerika dan

Eropa Barat diperkirakan mereka mencapai 15% dari populasi anak-anak SD

5

(Wiyono, 1999 : 27). Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, prevalensi

anak berkesulitan belajar diperkirakan lebih besar.

Dengan adanya fenomena tersebut, maka upaya yang penting dilakukan

terhadap anak berkesulitan belajar di sekolah umum khususnya sekolah dasar

adalah pemberian perhatian dan perlakuan yang lebih khusus dari para guru

sekolah dasar. Atas dasar latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul : “STUDI TENTANG HUBUNGAN

PERSEPSI DAN SIKAP GURU DENGAN PERILAKU GURU DALAM

MENANGANI ANAK BERKESULITAN BELAJAR SISWA SEKOLAH

DASAR DI KECAMATAN JEBRES SURAKARTA TAHUN 2003”.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka

permasalahan yang timbul dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Istilah sekaligus makna dari kesulitan belajar belum banyak dikenal oleh

masyarakat termasuk guru sehingga dapat menimbulkan perbedaan persepsi.

2. Persepsi yang negatif kepada anak berkesulitan belajar dapat menumbuhkan

dan membentuk sikap serta perilaku yang negatif pula. Hal tersebut dapat

mempengaruhi proses kegiatan belajar mengajar dan prestasi belajar peserta

didik.

3. Pemberian layanan terhadap anak berkesulitan belajar di sekolah-sekolah

umum belum optimal.

C. Pembatasan Masalah

Untuk mempertegas ruang lingkup penelitian agar tidak menyimpang dari

pokok permasalahan dan untuk mempertegas inti permasalahan, maka di dalam

suatu penelitian perlu adanya pembatasan masalah. Adapun dalam penelitian ini

penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Persepsi dan sikap guru terhadap perilaku dalam menangani anak berkesulitan

belajar siswa sekolah dasar di Kecamatan Jebres Surakarta

6

2. Persepsi yang penulis maksud adalah tanggapan atau respon terhadap

sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan siswa berkesulitan belajar yang

tergambar dalam skor tertentu.

3. Sikap yang penulis maksud adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan

guru dengan adanya anak berkesulitan belajar, apakah mendukung/ memihak

ataukah sebaliknya melalui kuesioner khusus yang disiapkan untuk itu.

4. Perilaku yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan yang diberikan

oleh guru terhadap anak berkesulitan belajar baik yang dilaksanakan di dalam

kelas maupun di luar kelas.

D. Perumusan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang penulis

angkat dan untuk mempermudah pembahasan agar lebih terarah dan mendalam

sesuai sasaran yang ditentukan, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Adakah hubungan antara persepsi guru dengan perilaku guru dalam

menangani Anak Berkesulitan Belajar ?

2. Adakah hubungan antara sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani

Anak Berkesulitan Belajar ?

3. Adakah hubungan antara persepsi dan sikap guru dengan perilku guru dalam

menangani Anak Berkesulitan Belajar ?

E. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara persepsi guru dengan

perilaku dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar.

2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara sikap guru dengan

perilaku guru dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar.

7

3. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara persepsi dan sikap guru

terhadap perilaku guru dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar.

F. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai suatu tujuan, suatu penelitian juga diharapkan

mempunyai manfaat, baik manfaat praktis maupun manfaat teoritis. Adapun

manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

a. Dapat mengetahui hubungan antara persepsi guru dengan perilaku dalam

menangani Anak Berkesulitan Belajar.

b. Dapat mengetahui hubungan antara sikap guru dengan perilaku dalam

menangani Anak Berkesulitan Belajar.

c. Dapat mengetahui hubungan antara persepsi dan sikap guru terhadap

perilaku dalam menangani Anak Berkesulitan Belajar.

2. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian sejenis.

b. Menambah khasanah kepustakaan, khususnya tentang persepsi, sikap dan

perilaku guru terhadap anak berkesulitan belajar siswa siswa sekolah

dasar.

BAB II

LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka

Persepsi

Pengertian Persepsi

8

Sejak individu dilahirkan, maka sejak itu pula individu secara langsung

berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu secara langsung

menerima stimulus atau rangsangan dari luar di samping dari dalam diri sendiri.

Individu mengenali dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya.

Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya, hal

ini berkaitan dengan persepsi.

Menurut Daviddoff sebagaimana dikutip Bimo Walgito (1997 : 53)

“Persepsi adalah stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan, kemudian

diintepretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti apa yang diindera itu”.

Sedangkan Slameto (1995 : 102) berpendapat bahwa :

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium. Persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh seseorang untuk

menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. (James L. Gibson, John M.

Ivancevich, James H. Donnelly, 1995 : 56 )

Sedangkan Dimyati Mahmud (1990 : 34) berpendapat bahwa persepsi

adalah “Menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak”

Kartini Kartono (1990 : 61) mendefinisikan bahwa persepsi adalah

“Pengamatan secara global, belum disertai kesadaran, sedang subjek dan

objeknya belum terbedakan satu dari lainnya (baru ada proses “memilih”

tanggapan)”.

Persepsi adalah penelitian bagaimana kita mengintegrasikan sensasi ke

dalam percepts objek dan bagaimana kita selanjutnya menggunakan percepts itu

untuk mengenali dunia (Percepts adalah hasil dari proses perseptual). (Rita L.

Atkinson, Richard L. Atkinson, Edward E. Smith, Daryl J. Bem, Edisi Kedua Jilid

Satu)

Yusmar Yusuf, (1991 : 108) mengemukakan bahwa “Persepsi merupakan

“Pemaknaan hasil pengamatan”, termasuk persepsi tentang lingkungan yang

9

menyeluruh, lingkungan dimana individu berada dan dibesarkan, dan kondisi

merupakan stimuli untuk suatu persepsi”.

Miftah Thoha (1983 : 138) berpendapat bahwa “Pada hakekatnya persepsi

adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami

informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,

penghayatan, perasaan dan penciuman”.

Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri

manusia bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba

(kerja indera) di sekitar kita. (Tri Rusmi Widayatun, 1999 : 110).

Sedangkan William James seperti yang dikutip oleh Tri Rusmi Widayatun

(1999 : 110) mengemukakan bahwa “Persepsi adalah suatu pengalaman yang

terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indera, hasil pengolahan otot dan

ingatan”.

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan. (Jalaluddin Rakhmat, 2001 : 51).

Sondang P. Siagian (1989 : 100) mengemukakan bahwa “Persepsi dapat

dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses melalui mana seseorang

mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan sensorinya dalam

usahanya memberikan sesuatu makna tertentu kepada lingkungannya”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu

proses yang memungkinkan seseorang sadar dan mengerti akan objek atau

peristiwa di sekelilingnya sehingga ia mampu mengkategorisasikan atau

membedakan antara objek yang satu dengan yang lain berdasarkan rangsang yang

diterima.

Unsur-unsur Persepsi

Persepsi merupakan keadaan yang integrated dari individu terhadap

stimulus yang diterimanya. Karena persepsi merupakan keadaan yang integrated

dari individu yang bersangkutan, maka apa yang ada dalam diri individu,

pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif dalam persepsi. Agar individu

10

menyadari dapat mengadakan persepsi maka ada beberapa syarat yang perlu

diketahui, yaitu :

Adanya objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor),

dapat datang dari dalam yang langsung mengenai saraf penerima (sensoris),

yang bekerja sebagai reseptor.

Adanya alat indera atau reseptor

Yaitu merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada

pula saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima

reseptor ke pusat susunan saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran dan

sebagai alat untuk mengadakan respons yang diperlukan saraf motoris.

Adanya perhatian

Adanya perhatian merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam

mengadakan persepsi, tanpa perhatian tidak terjadi persepsi.

Prinsip-prinsip Dasar Persepsi

Prinsip itu relatif bukannya absolut

Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu

persis seperti keadaan sebenarnya. Dalam hubungannya dengan kerelatifan

persepsi ini, dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan

lebih besar daripada rangsangan yang datang kemudian.

Persepsi itu selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak

rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu.

Persepsi itu mempunyai tatanan

Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan

menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan/ kelompok-kelompok.

Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri

sehingga hubungan itu menjadi jelas.

11

Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan (penerima rangsangan)

Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang

akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih itu

akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.

Persepsi seseorang/ kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang/

kelompok lain sekalipun situasinya sama.

Perbedaan persepsi ini dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan

individual, perbedaan-perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam

sikap/ perbedaan dalam motivasi. (Slameto, 1995 : 103).

Proses Terjadinya Persepsi

Bimo Walgito (1997 : 54) dalam bukunya “Pengantar Psikologi Umum”

mengemukakan bahwa :

Proses terjadinya persepsi adalah objek minimbulkan stimulus dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses ini dinamakan proses kealaman (fisik). Stimulus yang diterima oleh alat indera dilanjutkan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologis. Kemudian terjadilah suatu proses di otak, sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses yang terjadi di dalam otak atau pusat kesadaran itulah yang dinamakan proses psikologis. Dengan demikian taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu yang menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indera atau reseptor.

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya persepsi

melalui tiga tahapan, yaitu : tahap pertama, yang dinamakan tahap fisik atau

kealaman, tahap kedua, yang disebut sebagai tahap fisiologis, dan

tahap ketiga yaitu tahap psikologis yang merupakan proses terakhir yang

menyadari apa yang individu terima melalui otak.

Sedangkan Tri Rusmi Widayatun (1999 : 111) mengemukakan bahwa :

Proses terjadinya persepsi karena adanya objek/ stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera (objek tersebut menjadi perhatian panca indera), stimulus/ objek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya “Kesan” atau jawaban (response) adanya stimulus, berupa kesan atau response dibalikan ke indra kembali berupa “Tanggapan” atau persepsi atau hasil kerja indra berupa pengalaman hasil pengolahan otak.

12

Karakteristik Persepsi Sosial

Hubungan langsung.

Antara individu dan objek terdapat hubungan langsung melalui indera

penglihatan tanpa indera pendengaran ditutup dan tidak ada gangguan

terdapatnya interpretasi dan pikiran.

Memiliki struktur

Manusia mempersepsikan objek sebagai suatu kesatuan yang memiliki

organisasi tersendiri dan melihat objek ini sebagai keseluruhan (bukan

melihat objek sebagai gabungan dari elemen-elemen yang lepas).

Memiliki stabilitas

Manusia mempersepsikan objek dengan posisi yang menetap sehingga objek

yang dipersepsikan selalu sama dan stabil dalam posisinya.

Memiliki arti

Objek yang dilihat mempunyai arti bagi pengamat berdasarkan pengalaman.

Selektif

Dalam melihat objek tersebut sifatnya selektif berarti individu menaruh

perhatian secara aktif. (Mar’at, 1981 : 33).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Persepsi :

Miftah Thoha (1983 : 143) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain :

Psikologi

Persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di dalam dunia sangat

dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari

diwaktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang

yang kelabu bagi seseorang yang buta warna.

Objek Stimulasi

Sensoris Deproses Indra (input)

Output Indra di otak (pusat syaraf)

Berupa persepsi Rangsangan Pengalaman/ respon

13

Famili

Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua

yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus di dalam memahami dan

melihat kenyataan di dunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka

yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu tidak ayal lagi kalau

orang tuanya memilih suatu partai maka anak-anaknya juga akan memilih

partai yang sama.

Kebudayaan

Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu

faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang

memandang dan memahami keadaan di dunia ini.

Sedangkan menurut Sondang P. Siagian (1989 : 100), persepsi dipengaruhi

oleh tiga faktor yaitu :

1) Orang yang bersangkutan sendiri

Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan

interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh

karakteristik individual yang turut berpengaruh seperti sikap, motif,

kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya.

2) Sasaran persepsi tersebut

Sasaran itu mungkin berupa benda, orang atau peristiwa. Sifat-sifat

sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang

melihatnya. Misalnya seseorang yang suka berbicara banyak akan lebih

menarik perhatian meskipun tidak selalu dalam arti positif.

3) Faktor situasi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi

mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi

merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan persepsi

seseorang. Misalnya, kehadiran orang berpakaian renang di tepian

pantai karena persepsi orang tentang orang yang berada di tepi pantai

adalah untuk berenang.

14

Sikap

Pengertian Sikap

Menurut Thurstone yang dikutip oleh Daniel J. Mueller (1997 : 4) “Sikap

adalah pengaruh atau penolakan, penilaian suka atau tidak suka atau kepositifan

atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis”. Berdasarkan pengertian

tersebut, sikap merupakan derajat afek positif/ afek negatif yang dikaitkan dengan

suatu objek psikologis.

Berkowitz, sebagaimana dikutip oleh Saifuddin Azwar (1988 : 4)

mengemukakan bahwa “Sikap merupakan suatu bentuk evaluatif atau reaksi

perasaan. Sikap terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favorabel) ataupun perasaan tidak mendukung (tak favorabel) objek tersebut”.

Sedangkan W.S. Winkel (1991 : 77) berpendapat bahwa “Sikap adalah

menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu,

berguna/ berharga baginya atau tidak”.

Menurut Petrus Sardjonoprijo (1982 : 147) “Sikap adalah disposisi

perasaan yang tertuju kepada objek tertentu”.

W.J Thomas, sebagaimana dikutip oleh Abu Ahmadi (1991 : 162),

memberi batasan “Sikap adalah suatu kesadaran individu yang menentukan

perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam

kegiatan-kegiatan sosial”.

Menurut Newcomb, sebagaimana dikutip oleh Mar’at (1981 : 11) “Sikap

merupakan satu kesatuan kognisi yang mempunyai valensi dan akhirnya

berintegrasi ke dalam pola yang lebih luas”.

Gerungan (1996 : 149), berpendapat bahwa :

Pengertian attitude itu dapat kita terjemahkan dengan sikap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi itu. Jadi attitude tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap suatu hal.

Sedangkan M. Ngalim Purwanto (1990 : 141), berpendapat bahwa :

Sikap atau dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecendrungan untuk bereaksi

15

dengan cara tertentu terhadap sesuatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Bagaimana reaksi seseorang jika ia terkena sesuatu rangsangan baik mengenai orang, benda-benda ataupun situasi-situasi yang mengenai dirinya.

Menurut Bruno seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah (1995 : 120)

“Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi

dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu”.

Mar’at, (1984 : 12) berpendapat bahwa “Sikap merupakan kesiapan untuk

bereaksi terhadap objek ini di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek tersebut”.

Sedangkan Krech dan Cruthfield seperti yang dikutip oleh David O. Sears,

Jonatahan L. Freedman, L. Anne Peplau (1999 : 137) mengemukakan bahwa

“Sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional,

emosional, perceptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu”.

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon

individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Tri Rusmi

Widayatun, 1999 : 218).

Zimbardo dan Ebbesen dalam Abu Ahmadi (1991: 163) mendefinisikan

bahwa “Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap

seseorang, ide atau objek yang berisi komponen-komponen cognitie, affective dan

behaviour”.

Louis Thurstone mendefinisikan sikap sebagai jumlah seluruh

kecenderungan dan perasaan, kecurigaan, dan prasangka, prapemahaman yang

mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang sesuatu hal yang

khusus. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996 : 7)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

sikap adalah predisposisi yang dipelajari yang mempengaruhi tingkah laku,

berubah dalam hal intensitasnya, biasanya konsisten sepanjang waktu dalam

situasi yang sama dan komposisinya hampir selalu kompleks terhadap orang

maupun barang.

16

Komponen-komponen Sikap

Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yang saling

menunjang yaitu :

Komponen kognitif

Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai objek

sikap. Kepercayaan datang dari apa yang telah kita lihat atau apakah

yang telah kita ketahui dan juga dari pengalaman pribadi. Sekali

kepercayaan itu terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan

mengenai apa yang dapat diharapkan dan mengenai apa yang tidak

diharapkan dari objek tersebut. Tentu saja kepercayaan sebagai

komponen kognitif tidak selalu akurat, kadang-kadang kepercayaan itu

terbentuk justru dikarenakan tidak adanya informasi yang tepat

mengenai objek yang dihadapi.

Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap. Pada umumnya reaksi emosional yang

merupakan komponen afektif ini banyak ditentukan oleh kepercayaan

atau apa yang kita percayai sebagai benar bagi objek tersebut.

Komponen konatif (perilaku)

Komponen konatif atau perilaku dalam sikap menunjukkan bagaimana

perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang

berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Asumsi dasar adalah

bahwa kepercayaan dan perasaan mempengaruhi perilaku karena itu

adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang akan

cenderung dicerminkan dalam bentuk perilaku terhadap objek.

(Saifuddin Azwar, 1988 : 24).

Sedangkan Mar’at (1984 :13) menerangkan bahwa komponen sikap

adalah :

1. Komponen Kognisi yang hubungannya dengan beliefs, ide dan konsep;

2. Komponen Afeksi yang menyangkut kehidupan emosional seseorang;

3. Komponen Konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

17

Karakteristik dan Ciri-ciri Sikap

Suatu sikap mempunyai karakteristik dan ciri-ciri tertentu. Adapun

karakteristik tersebut adalah :

Suatu sikap mempunyai arah

Artinya sikap akan menunjukkan apakah seseorang menyetujui atau

tidak menyetujui, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah

memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap.

Suatu sikap mempunyai intensitas

Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama. Dua

orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu

mungkin tidak sama intensitasnya, dalam arti yang satu bersikap positif

tapi yang lain bersikap lebih positif dari pada yang lainnya.

Suatu sikap mempunyai keluasan

Keluasan sikap menunjuk kepada luas tidaknya cakupan aspek objek

sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Seseorang

dapat mempunyai sikap favorabel terhadap objek sikap secara

menyeluruh.

Sikap mempunyai konsistensi

Konsistensi sikap ditunjukkan oleh kesesuaian antara pernyataan sikap

yng dikemukakan oleh subjek dengan responnya terhadapp objek sikap.

Konsistensi sikap juga ditunjukkan oleh tidak adanya kebimbangan

dalam bersikap.

Suatu sikap mempunyai spontanitas

Yaitu sejauh mana kesiapan subjek untuk menyatakan sikapnya secara

spontan. Suatu sikap dikatakan mempunyai spontanitas yang tinggi

apabila sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau

desakan agar subjek menyertakan sikapnya. (Abu Ahmadi, 1991 : 176).

Menurut Saifuddin Azwar (1995 : 87) sikap mempunyai ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir

18

Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk dan

dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungannya

dengan objek. Sikap berbeda dengan sifat manusia yang berupa sifat

biogenetis yang dibawa sejak lahir, seperti lapar, haus, kebutuhan

istirahat serta penggerak kegiatan manusia yang menjadi pembawaan

baginya sejak ia dilahirkan.

Sikap dapat berubah-ubah

Perubahan sikap seseorang dikarenakan sifat tersebut dapat dipelajari.

Dengan demikian salah satu cara atau faktor pembentukan sikap adalah

melalui pendidikan, baik pendidikan dalam lingkungan keluarga,

sekolah maupun masyarakat.

Sikap itu tidak berdiri sendiri

Sikap adalah selalu ada hubungan antara individu dan objek. Berarti

sikap tidak dapat berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi

tertentu terhadap suatu objek.Objek berupa suatu hal tertentu, tetapi

dapat juga berupa perkumpulan dari hal-hal tersebut

4) Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan

Sikap atau ciri inilah yang membedakan sikap dengan kecakapan

ataupun pengetahuan. Pengetahuan suatu objek tidak sama dengan

sikap terhadap objek. Pengetahuan saja belum menjadi penggerak

seperti halnya sikap.

Sedangkan Abu Ahmadi (1991 : 178) mengemukakan bahwa ciri-ciri

sikap adalah :

1) Sikap itu dipelajari (learnability)

Sikap merupakan hasil dari belajar sehingga perlu dibedakan dengan

motif-motif psikologi yang lain. Lapar dan haus adalah contoh dari

motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan memilih jenis

makanan adalah sikap.

19

2) Memiliki kestabilan (stability)

Sikap berawal dari dipelajari, kemudian melalui pengalaman sehingga

sikap menjadi lebih kuat, tetap dan stabil.

3) Personal – societal significance

Sikap tidak berdiri sendiri akan tetapi melibatkan pihak lain misalnya

antara seseorang dengan orang lain, antara seseorang dengan barang

atau situasi.

4) Berisi kognisi dan afeksi

Komponen kognisi dari sikap adalah informasi yang faktual atau nyata

misalnya sesuatu tersebut menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5) Aproach – avoidance directionality

Jika seseorang bersikap favorabel kepada objek, maka dia akan

mendekati dan sebaliknya apabila orang tersebut tak favorabel maka dia

akan menghindarinya.

Onong Uchjana Effendy (1989 : 124) mengemukakan bahwa ciri-ciri sikap

adalah :

1. Sikap bukan merupakan pembawaan manusia sejak dilahirkan, melainkan terbentuk selama perkembangannya, sebagai akibat hubungannya dengan objek-objek di lingkungannya. Sikap tersebut berbeda dengan sifat motif biogenetis yang merupakan pembawaan sejak manusia dilahirkan.

2. Sikap dapat berubah sebagai hasil interaksi antara seseorang dengan orang lain. Karena itu, sikap adalah hasil pelajaran dari lingkungan dan dapat dipelajari oleh lingkungan.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi dengan suatu objek. Objek ini tidak hanya satu jenis, melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang menjadi perhatian orang yang bersangkutan.

4. Sikap bersangkutan dengan dimensi waktu, yang berarti sikap hanya cocok untuk situasi pada waktu tertentu, yang belum tentu sesuai dengan waktu lain. Karena itu sikap dapat berubah menurut situasi.

5. Sikap tidak menghilang walupun kebutuhan sudah dipenuhi. Hal ini berbeda dengan motif boigenetis seperti motif lapar, motif dahaga, dan sebagainya.

6. Sikap mengandung faktor-faktor motivasi dan emosi. Sifat inilah yang membedakan sikap dengan pengetahuannya yang terdapat pada seseorang.

20

Fungsi Sikap

Menurut Samsi Haryanto (1993 : 21), sikap mempunyai fungsi sebagai

berikut :

Fungsi pengetahuan (a knowledge function)

Sebagai fungsi pengetahuan sikap membantu mengorganisasikan dan

menggolongkan dunia dalam suatu ragam atau bentuk yang penuh arti

dan konsisten, mengandung tata, kejelasan, dan stabilitas dalam

kerangka referensi seseorang.

Fungsi penyesuaian diri (adjustive function)

Sebagai fungsi penyesuaian diri sikap dapat menjembatani hubungan

antar individu.

Fungsi manfaat (utilitarian function)

Sebagai fungsi manfaat sikap juga membantu memaksimalkan

ganjaran atau penghargaan dan menimbulkan hukuman dari

lingkungan.

Fungsi pengekspresian nilai (value ex-pressive function)

Sebagai fungsi pengekspresian nilai, sikap dapat mengekspresikan

nilai yang penting bagi konsep diri seseorang.

Sedangkan menurut Theodore M. Newcomb, Ralph H.Turner, Philip E.

Converse (1978 : 66) fungsi dari sikap adalah :

1) Fungsi penyesuaian

Secara esensiil fungsi ini merupakan pengakuan atas kenyataan bahwa

orang-orang berusaha untuk menaikkan sebanyak mungkin hadiah-

hadiah di lingkungan luar mereka dan mengurangi sampai sekecil

mungkin hukuman-hukuman. Sikap-sikap yang diperoleh guna

keperluan fungsi keperluan merupakan alat untuk mencapai tujuan yang

diinginkan atau menghindarkan tujuan yang tidak diinginkan maupun

berupa asosiasi-asosiasi afektif yang didasarkan atas pengalaman-

pengalaman dalam mencapai kepuasan-kepuasan motif.

2) Fungsi pertahanan ego

21

Mekanisme-mekanisme yang dipakai individu untuk melindungi

egonya terhadap impuls-impulsnya yang tidak dapat diterima dan

terhadap pengetahuan tentang kekuatan-kekuatan yang mengancam dari

luar dan cara-cara yang dipakainya untuk mengurangi kecemasan-

kecemasannya yang ditimbulkan oleh persoalan-persoalan yang

demikian, dikenal sebagai mekanisme-mekanisme pertahanan ego.

3) Fungsi menyatakan nilai

Dimana banyak sikap-sikap mempunyai fungsi untuk menghalangi

subjek mengungkapkan sifat yang sebenarnya pada diri sendiri dan

kepada orang lain, sikap-sikap lain mempunyai fungsi memberikan

ekspresi yang positif kepada nilai-nilai sentralnya dan kepada tipe orang

sebagai mana ia menanggapi dirinya.

4) Fungsi pengetahuan

Individu-individu tidak saja memperoleh kepercayaan-kepercayaan

guna kepentingan memuaskan pelbagai kebutuhan tertentu, mereka juga

mencari pelbagai kebutuhan tertentu, mereka juga mencari pengetahuan

untuk memberi makna kepada hal-hal yang kalau tidak, akan

merupakan suatu alam semesta yang tidak terorganisir dan kacau.

Tri Rusmi Widayatun (1999 : 223) berpendapat bahwa fungsi sikap

adalah :

1. sebagai instrumental 2. pertahanan diri 3. penerima objek, ilmu, serta memberi arti 4. nilai ekspresif 5. social adjustment 6. eksternalisasi 7. aktifitas adaptif dalam memperoleh informasi 8. reflek kehidupan Sedangkan menurut Abu Ahmadi (1991 : 179) fungsi (tugas) sikap dapat

dibagi menjadi empat golongan, yaitu :

1) Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat comminicabel, artinya

sesuatu yang menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.

2) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku.

22

Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil dan binatang pada umumnya

merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya.

3) Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar

sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, artinya semua

pengalaman yang berasal dari dunia luar itu tidak semuanya dilayani

oleh manusia, tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan

mana-mana yang tidak perlu dilayanai. Jadi semua pengalaman ini

diberi penilaian, lalu dipilih.

4) Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang, karena sikap tidak

pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu

dengan melihat sikap-sikap pada objek-objek tertentu, sedikit banyak

orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.

Sedangkan Smith, Bruner dan White sebagaimana yang dikutip oleh

Mar’at (1984 : 49) mengemukakan bahwa fungsi sikap adalah :

1. Social adjustment yang diarahkan pada social relationship (penyesuaian diri pada lingkungan).

2. Externalization, reaksi-reaksi yang menuju pada objek-objek luar. 3. Object appraisal, aktivitas adaptif dalam memperoleh informasi dari

hari ke hari. 4. Quality of expression – reflect the deeperlying patern of his or her life

(kedalaman refleksi kehidupan)

Pembentukan dan Perubahan Sikap

Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap

tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Adapun faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap adalah :

Pengalaman pribadi

23

Untuk dapat mempunyai tanggapan daan penghayatan seseorang harus

mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Tidak

adanya pengalaman sama sekali dengan sesuatu objek psikologis

cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Agar

dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus

melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk

apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting.

Pada masa remaja dan anak-anak, orang tua biasanya menjadi figur

yang paling berarti bagi anak. Namun biasanya apabila dibandingkan

dengan pengaruh teman sebaya, maka pengaruh sikap orang tua jarang

menang. Bila terjadi pertentangan antara sikap orang tua dan sikap

orang sebaya dalam kelompok, maka anak cenderung untuk mengambil

sikap yang sesuai dengan sikap kelompok.

Pengaruh kebudayaan

Kebudaayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan sikap kita. Kebudayaan telah menanamkan

garis pengarah sikap terhadap berbagai masalah. Hanya kepribadian

individu yang kuat dapaat memudarkan dominasi kebudayaan dalam

pembentukan sikap.

Media masa

Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan

sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan

memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah

arah sikap tertentu. Dalam pemberitaan di surat kabar maupun di radio

atau media komunikasi lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya

disampaikan secara objektif seringkali dimasuki unsur subjektifitas. Hal

24

ini sering kali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya

sehingga dengan hanya menerima berita yang sudah dimasuki unsur

subjektif itu terbentuklah sikap tertentu.

Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap. Hal tersebut dikarenakan

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri

individu. Apabila terdapat suatu hal yang bersifat kontroversial, pada

umumnya orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi

sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap

memihak. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat

menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau

pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam

pembentukan sikap individu.

Pengaruh faktor emosional

Suatu bentuk sikap kadang-kadang merupakan pernyataan yang didasari

oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi

telah hilang. Akan tetapi dapat pula hal tersebut merupakan sikap yang

lebih tahan lama. (Saifuddin Azwar, 1995 : 30).

Sedangkan Tri Rusmi Widayatun (1999 : 220) berpendapat bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sikap adalah :

1) Kepribadian

2) Inteligensia

3) Minat

Menurut Slameto (1995 : 189), pembentukan sikap terjadi sebagai

berikut :

1) Melalui pengalaman yang berulang-ulang, atau dapat pula melalui suatu

pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam (pengalaman

traumatik).

25

2) Melalui imitasi

Peniruan dapat terjadi tanpa disengaja, dapat pula dengan sengaja.

3) Melalui sugesti

Seseorang membentuk suatu sikap terhadap objek tanpa suatu alasan

dan pemikiran yang jelas, tapi semata-mata karena pengaruh yang

datang dari seseorang/sesuatu yang mempunyai wibawa dalam

pandangannya.

4) Melalui identifikasi

Seseorang meniru orang lain atau suatu organisasi atau badan tertentu

didasari suatu keterikatan emosional sifatnya meniru dalam hal ini lebih

banyak dalam arti berusaha menyamai.

Gerungan (1996 : 155) berpendapat bahwa “Pembentukan attitude tidak

terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Pembentukannya

senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan objek

tertentu”.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain :

1) Faktor intern

Yang dimaksud dengan faktor intern adalah faktor dari dalam diri pribadi

manusia itu yakni selektifitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau minat

perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang

datang dari luar dirinya itu.

2) Faktor ekstern

Faktor ekstern adalah hasil buah kebudayaan manusia yang sampai

kepadanya melalui alat-alat komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi,

buku, risalah, dan lain-lain.

Menurut Kelman, sebagaimana diuraikan oleh Saifudin Azwar (1984 : 64),

ada tiga hal yang dapat mempengaruhi perubahan sikap yaitu :

1) Kesediaan (compliance)

Terjadinya proses yang disebut dengan kesediaan adalah ketika individu

bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain

26

dikarenakan ia berharap untuk memperoleh reaksi atau tanggapan

positif dari pihak lain itu.

2) Identifikasi (identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru perilaku atau sikap

seseorang atau sikap kelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai

dengan apa yang dianggapnya sebagai hubungan yang menyenangkan

antara dia dengan pihak lain tersebut.

3) Internalisasi (internalization)

Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia

bersikap menuruti pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai

dengan apa yang ia percayai dan sesuai dengan sistem nilai yang

dianutnya.

Sedangkan Slameto (1995 : 190) berpendapat bahwa hal-hal yang

mempengaruhi perubahan sikap adalah :

1) Adanya dukungan dari lingkungan terhadap sikap yang bersangkutan

2) Adanya peranan tertentu dari suatu sikap dalam kepribadian seseorang

3) Bekerjanya asas selektivitas

4) Bekerjanya prinsip-prinsip mempertahankan keseimbangan

5) Adanya kecenderungan seseorang untuk menghindari kontak dengan

dasar yang bertentangan dengan sikap-sikapnya yang telah ada

6) Adanya sikap yang tidak kaku pada sementara orang untuk

mempertahankan pendapat-pendapatnya sendiri.

Adapun mengenai faktor-faktor yang menunjang dan menghambat

perubahan sikap menurut Mar’at (1984 : 28) adalah :

1. Faktor-faktor yang menunjang : a. dasar utama terjadinya perubahan sikap adalah adanya imbalan dan

hukuman, dimana individu mengasosiasikan reaksinya yang disertai dengan imbalan dan hukuman;

b. stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi perubahan dalam sikap;

27

c. stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap semula.

2. Faktor-faktor yang menghambat : a. stimulus bersifat indeferent, sehingga faktor perhatian kurang

berperan terhadap stimulus yang diberikan; b. tidak memberikan harapan untuk masa depan (arti psikologik); c. adanya penolakan terhadap stimulus tersebut, sehingga tidak ada

pengertian terhadap stimulus tersebut (menentang). Sedangkan menurut Saifudin Azwar (1995 : 72) perubahan sikap

disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal atau faktor-faktor dari luar yaitu :

1) Komunikator sebagai sumber komunikasi

Penelitian menunjukkan bahwa efektifitas komunikator dalam

menyampaikan pesannya (dalam hal ini pesan yang bertujuan untuk

pengubahan sikap) akan tergantung pada beberapa hal antara lain

kredibilitas komunikator, daya tarik, dan kekuatan komunikator itu.

2) Efektifitas komunikasi

Efektifitas komunikasi dan pengaruhnya terhadap perubahan sikap

dapat dilihat dari paling tidak dua aspek, yaitu organisasi komunikasi

dan isi komunikasi atau pesan yang disampaikan. Seorang komunikator

yang bermaksud menyampaikan pesan persuasif guna mengarahkan

sikap tertentu, harus mempertimbangkan apakah suatu komunikasi yang

emosional akan lebih efektif daripada suatu komunikasi rasional,

ataukah sebaliknya.

3) Model komunikasi persuasif

Dalam proses persuasif terdapat dua langkah lanjutan, yaitu retensi atau

pengendapan posisi yang disetujui dan tindakan yang sesuai dengan

posisi tersebut. Dengan demikian, persuasi dapat dianggap melibatkan

langkah-langkah perhatian, pemahaman, penerimaan, pengendapan, dan

tindakan .

Pengukuran Sikap

28

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu secara

langsung dan tidak langsung.

Secara langsung

Dalam teknik pengukuran langsung ini, subjek mengetahui bahwa dirinya

sedang diukur.

Secara tidak langsung

Dalam teknik tidak langsung ini subjek tidak mengetahui kalau dirinya

sedang diteliti.

Beberapa metode yang digunakan untuk mengukur sikap menurut Tien

Supartinah (1996 : 92) adalah :

1) Metode perbandingan pasangan (method of paired comparisons)

Metode perbandingan pasangan adalah suatu cara untuk memperoleh

frekuensi empiris seringnya stimulus atau pernyataan a diperkirakan

sebagai lebih favorabel daripada pernyataan b. Jadi suatu lambang fab

berarti frekuensi seringnya pernyataan a lebih favorabel daripada

pernyataan b.

2) Metode interval tampak setara (method of equal appearing intervals)

Penggunaan metode interval tampak setara sering disebut juga Metode

Penskalaan Thurstone disebut juga Skala Thurstone. Perkiraan yang

dilakukan bagi setiap pernyataan hanya dilakukan satu kali, yaitu

mereka diminta untuk memperkirakan derajad favorabel atau tak

favorabelnya masing-masing pernyataan, dan bukan menyatakan

kesetujuan dan ketidaksetujuan mereka terhadap pernyataan-pernyataan

itu.

3) Metode interval berurutan (method of successive intervals)

Metode ini dilakukan dengan memaksa dispersi pada ujung-ujung

kontinum agar lebih menyebar jarak skalanya, sehingga penskalaannya

mempunyai hubungan linear dengan penskalaan perbandingan

29

pasangan. Hanya akibatnya adalah tidak samanya jarak skala atau

interval-interval yang ada pada kontinum psikologis tersebut.

4) Metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings)

Metode rating yang dijumlahkan lebih populer dengan nama Skala

Model Likert atau disingkat dengan nama Skala Likert. Dalam metode

ini tidak diperlukan kelompok pengira, karena nilai skala setiap

pernyataan tidak ditentukan oleh derajat favorabelnya masing-masing,

tetapi ditentukan oleh distribusi jawaban setuju atau tidak setuju dari

kelompok yang hendak diukur sikapnya.

5) Teknik diskriminasi skala (scale discrimination technique)

Teknik diskriminasi skala dikembangkan oleh Edwards dan Kilpatrick

tahun 1948, merupakan contoh pengembangan skala sikap yang

menggunakan pendekatan kombinasi metode judgment dan metode

respon. Menurut mereka suatu kombinasi cara penskalaan dan cara

analisis item akan memungkinkan kita memilih suatu kumpulan

pernyataan terbaik yang jumlahnya tidak perlu banyak akan tetapi

masih memenuhi persyaratan.

6) Teknik beda semantik (semantic differential technique)

Teknik beda semantik dikembangkan oleh Osgood, Suci dan

Tannenbaum pada tahun 1975, dalam studi mereka mengenai

pengukuran arti atau makna kata. Menurut mereka teknik beda semantik

dapat juga digunakan sebagai salah satu sarana pengukuran psikologis

dalam berbagai aspek, seperti kepribadian, komunikasi, sikap dan lain-

lain.

Perilaku

a. Pengertian Perilaku

30

Skinner sebagaimana dikutip oleh A. Suhaenah Suparno (2000 : 65)

mengemukakan bahwa “Perilaku adalah gerakan dari suatu organisme yang

kerangkanya diatur oleh dirinya atau oleh kekuatan-kekuatan dari luar”. Ia

menyimpulkan dari analisis hasil-hasil eksperimennya tentang perilaku, terbanyak

merupakan hasil proses penguatan (reinforcement). Perilaku dapat dibentuk oleh

usaha penguatan yang sesuai.

Mengenai tingkah laku manusia J.B. Watson, sebagaimana dikutip oleh

Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare (1978 : 218) berpendapat bahwa :

Tingkah laku manusia tidak lain dari refleks-refleks yang tersusun. Setiap tingkah laku manusia adalah susunan refleks-refleks belaka dan merupakan reaksi terhadap perangsang. Perbuatan yang kompleks ini termasuk reaksi terhadap perangsang; sedangkan gerakan yang sederhana merupakan reaksi dari perangsang dan berlangsung secara reflekstif, otomatis . Saefudin Azwar (1995 : 9) mengemukakan bahwa “Psikologi memandang

manusia (human behavior) sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun

bersifat kompleks”.

Tingkah laku dibagi menjadi dua yaitu :

1) Tingkah laku yang refleksi

Tingkah laku refleksi merupakan tingkah laku yang terjadi atas reaksi

secara spontan terhadap stimulus yang mengenai organisme tersebut.

Misalnya reaksi gerak lutut bila terkena palu. Stimulus yang diterima oleh

organisme atau individu tidak sampai ke pusat susunan saraf/ otak sebagai

pusat kesadaran dan sebagai pusat pengendali dari tingkah laku manusia.

2) Tingkah laku non refleksi

Tingkah laku non refleksi merupakan tingkah laku yang dikendalikan atau

diatur oleh pusat kesadaran/ otak. Stimulus diterima oleh reseptor kemudian

diteruskan ke otak sebagai pusat saraf, pusat kesadaran, baru kemudian

terjadi respon melalui afektor.

b. Konsep Tingkah Laku

Rotter sebagaimana yang dikutip oleh Sanapiah Faisal dan Andi Mappiare

(1978 : 226) berpendapat bahwa konsep-konsep tingkah laku individu adalah :

31

1) Tingkah laku merupakan suatu peristiwa dalam mana organisme

individu yang hidup itu sebagai subjeknya.

Individu sebagai subjek tingkah laku mengandung pengertian bahwa

individulah yang menentukan apakah lingkungannya memberi arti bagi

individu atau social. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di setiap individu

dinilainya berdasarkan ukuran keberartian lingkungan tersebut bagi

individu.

2) Tingkah laku sebagai satu fungsi bagi system kepribadian itu

berlangsung dalam ruang dan waktu

Ruang dan waktu sebagai tempat berlangsungnya tingkah laku dapat

diartikan bahwa antara waktu satu dengan waktu lainnya, antara situasi

satu dengan situasi lainnya, individu sebagai subjek itu dapat bereaksi

yang berbeda terhadap lingkungan sosialnya.

3) Tingkah laku selalu mempunyai aspek arah tujuan dan tujuan ini

mendapatkan pengaruh besar dari kondisi-kondisi reinforcement

Tingkah laku selalu mempunyai arah dan tujuan dan tujuan ini

mendapatkan pengaruh besar dari kondisi-kondisi reinforcement.

Reinforcement merupakan situasi yang menyenangkan yang diterima

individu dari lingkungan soaialnya ataupun dari hasil yang dicapai

melalui kegiatannya.

4) Tingkah laku ditentukan pula oleh adanya harapan-harapan

(expectancy) berdasarkan pengalaman-pengalaman di samping

pentingnya motif, tujuan dan besarnya reinforcement

Tingkah laku ditentukan pula oleh adanya harapan-harapan

(expectancy) yang diperoleh individu berdasarkan pengalaman-

pengalamannya. Seseorang mau melakukan suatu kegiatan tertentu,

walaupun saat itu nampaknya belum mempunyai hasil-hasil/ perasaan

senang dan sebagainya akan tetap dikerjakannya juga berdasarkan

adanya harapan-harapan.

Anak Berkesulitan Belajar

Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

32

Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris

learning disability. Terjemahan tersebut sesungguhnya kurang tepat karena

learning artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan, sehingga

terjemahan yang benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar.

Munawir Yusuf, Sunardi, Mulyono Abdurrahman (2003 : 11) berpendapat

bahwa :

Anak berkesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus maupun umum, baik disebabkan oleh adanya disfungsi neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak tersebut beresiko tinggi tinggal kelas”. Tentang Definisi kesulitan belajar The United States Office of Education

(USOE) seperti yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1996 : 5)

mengemukakan bahwa :

Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tuna grahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Sedangkan The National Joint Committee for Learning Disabilities

(NJCLD) sebagaimana dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1996 : 6)

mengemukakan bahwa :

Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan dengan adanya kondisi lain yang mengganggu (misalnya gangguan sensoris, tuna grahita, hambatan sosial dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran

33

yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik), berbagai hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesulitan belajar

tidak dikaitkan secara eksklusif dengan anak-anak, menghindari ungkapan proses

psikologi dasar, memisahkan gangguan mengeja dengan kesulitan

mengekspresikan bahasa tertulis dan kesulitan belajar mungkin terjadi bersamaan

dengan kondisi-kondisi lain.

Sedangkan The Board of the Association for Children and Adulth with

Learning Disabilities (ACALD), seperti yang dikutip oleh Mulyono

Abdurrahman (1996 : 7), memberi batasan kesulitan belajar sebagai berikut :

Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara selektif mengganggu perkembangan, integrasi, dan atau kemempuan verbal dan atau non verbal. Kesulitan belajar khusus tampil sebagai suatu kondisi ketidakmampuan yang nyata pada orang-orang yang memiliki intelegensia rata-rata hingga superior, yang memiliki sistem sensoris yang cukup, dan kesempatan untuk belajar yang cukup pula.berbagai kondisi tersebut bervariasi dalam perwujudan dan derajatnya. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap harga diri, pendidikan, pekerjaan, sosialisasi, dan atau aktivitas kehidupan sehari-hari sepanjang kehidupan.

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kesulitan belajar

disebabkan karena adanya disfungsi neurologis dan anak tersebut mengalami

kesulitan tugas-tugas akademik serta adanya kesenjangan antara prestasi belajar

dengan potensi.

Prevalensi Anak Berkesulitan Belajar

Prevalensi anak berkesulitan belajar terkait erat dengan definisi yang

digunakan karena alat identifikasi dan asesmen untuk menentukan prevalensi

didasarkan atas definisi tertentu.

Menurut Lerner, Hallahan, Kauffman dan Lloyd sebagaimana dikutip oleh

Mulyono Abdurrahman (1996 : 8) “Prevalensi anak usia sekolah yang

berkesulitan belajar membentuk suatu rentangan dari 1% hingga 30%”.

Hasil penelitian terhadap 3.125 murid kelas satu hingga kelas enam SD di

DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 16,52% yang oleh guru dinyatakan

34

sebagai murid berkesulitan belajar. (Mulyono Abdurrahman dan Nafsiah Ibrahim,

1994)

Menurut Kazuhito dalam Takeshi Fuji Shima et al sebagaimana yang

dikutip oleh Mulyono Aburrahman (1996 : 8) “Estimasi prevalensi anak

berkesulitan belajar adalah 1 % hingga 4 %, dengan perbandingan anak laki-laki

dan anak perempuan antara 4 berbanding 1 hingga 7 berbanding 1”.

Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar

Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua)

kelompok yaitu :

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental

learning disabilities)

Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup

gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi,

dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.

Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities)

Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan

pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang

diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup penguasaan

keterampilan dalam membaca, menulis, dan atau matematika.

Penyebab Kesulitan Belajar

Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal yaitu kemungkinan

adanya disfungsi neurologis. Disfungsi neurologis sering tidak hanya

menyebabkan kesulitan belajar tetapi juga dapat menyebabkan tuna grahita dan

gangguan emosional.

Faktor yang dapat menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya

dapat menyebabkan kesulitan belajar antara lain adalah :

1. Faktor genetik 2. Luka pada otak karena trauma fisik atau karena kekurangan oksigen

35

3. Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk memfungsikan saraf pusat).

4. Biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna dalam makanan)

5. Pencemaran lingkungan (misalnya pencemaran timah hitam) 6. Gizi yang tidak memadai 7. Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan

perkembangan anak (deprivasi lingkungan). Mulyono Aburrahman (1996 : 10)

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar, menurut Abu Ahmadi dan

Widodo Supriyono (1991 : 75) dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu :

1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi : a. Faktor Fisiologi b. Faktor Psikologi

2. Faktor Ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi : a. Faktor-faktor non sosial b. Faktor-faktor sosial

Peranan Guru terhadap Anak Berkesulitan Belajar

Menurut Lerner yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1996 : 87),

ada 9 (sembilan) peranan guru khusus bagi anak berkesulitan belajar yaitu :

Menyusun rancangan program identifikasi, asesmen dan pembelajaran

anak berkesulitan belajar.

Berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen, dan evaluasi anak berkesulitan

belajar

Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait dan mengintepretasikan

laporan mereka

Melaksanakan tes, baik tes formal maupun informal

Berpartisipasi dalam penyusunan program pendidikan yang

diindividualkan

Mengimplementasikan program pendidikan yang diindividualkan

Menyelenggarakan pertemuan dan wawancara dengan orang tua

36

Bekerja sama dengan guru reguler atau guru kelas untuk memahami anak

dan menyediakaan pembelajaran yang efektif

Membantu anak dalam mengembangkan pemahaman diri dan memperoleh

harapan untuk berhasil serta berkeyakinan kesanggupan mengatasi

kesulitan belajar.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan pola pikir yang melandasi konsep peneliti

dalam upaya mengacu pengkajian hipotesis. Adapun kerangka pemikiran yang

penulis kemukakan adalah :

Bahwa semakin positif persepsi guru terhadap anak berkesulitan belajar, maka

akan semakin baik perilaku guru terhadap anak berkesulitan belajar.

Sebaliknya, semakin negatif persepsi guru terhadap anak berkesulitan belajar,

maka akan semakin buruk perilaku guru terhadap anak berkesulitan belajar.

Bahwa semakin positif sikap guru terhadap anak berkesulitan belajar, maka akan

semakin baik pula perilaku guru terhadap anak berkesulitan belajar.

Sebaliknya, semakin negatif sikap guru terhadap anak berkesulitan belajar,

maka akan semakin buruk perilaku guru terhadap anak berkesulitan belajar.

Bahwa persepsi dan sikap guru berpengaruh terhadap perilaku guru dalam

menangani anak berkesulitan belajar.

Dari pemikiran di atas dapat disederhanakan menjadi kerangka pemikiran

dengan skema kerangka berpikir sebagai berikut :

Persepsi Guru terhadap Anak Berkesulitan Belajar

Sikap Guru terhadap Anak Berkesulitan Belajar

Perilaku Guru dalam Menangani

Anak Berkesulitan Belajar

37

Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu masalah yang sedang

diselidiki. Dengan demikian kebenarannya perlu diuji terlebih dahulu melalui

langkah-langkah penelitian.

Hal ini selaras dengan pendapat Sutrisno Hadi (1997 : 14) yang

mengemukakan bahwa “Hipotesis adalah pernyataan yang lemah kebenarannya

dan masih perlu dibuktikan kebenarannya”.

Bertitik tolak dari landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ada hubungan antara persepsi guru dengan perilaku guru dalam menangani anak

berkesulitan belajar di SD wilayah Kecamatan Jebres Surakarta.

Ada hubungan antara sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani anak

berkesulitan belajar di SD wilayah Kecamatan Jebres Surakarta.

Ada hubungan antara persepsi dan sikap guru dengan perilaku dalam menangani

anak berkesulitan belajar di SD wilayah Kecamatan Jebres Surakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini menyajikan data dari tiga variabel yaitu (1) persepsi guru,

(2) sikap guru dan (3) perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar

siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Jebres Surakarta tahun 2003, yang penulis

sajikan sebagai berikut :

1. Persepsi Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Dari hasil pengumpulan data tentang variabel persepsi guru diperoleh hasil

sebagai berikut : (1) skor tertinggi 85; (2) skor terendah 60; (3) mean sebesar

38

72,460; (4) standar deviasi sebesar 5,672. Adapun sebaran frekuesi skor persepsi

guru seperti pada tabel berikut:

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Skor Persepsi Guru dalam Menangani Anak

Berkesulitan Belajar

Interval Skor Frekuensi Prosentase Frekuensi Kumulatif

Prosentase Kumulatif

85 – 89 2 4 2 4

80 – 84 5 10 7 14

75 – 79 10 20 17 34

70 – 74 24 48 41 82

65 – 69 7 14 48 96

60 – 64 2 4 50 100

Total 50 100 - -

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa persepsi guru dengan

interval skor : (1) 60 – 64 sebanyak 2 orang atau sebesar 4%; (2) 65 – 69

sebanyak 7 orang atau sebesar 14,00%; (3) 70 – 74 sebanyak 24 orang atau

sebesar 48,00%; (4) 75 – 79 sebanyak 10 orang atau sebesar 20,00%; (5) 80 – 84

sebanyak 5 orang atau sebesar 10,00%; (6) 85 – 89 sebanyak 2 orang atau sebesar

4,00%.

Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik seperti berikut :

39

2

7

24

10

52

0

5

10

15

20

25

30

60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 - 79 80 - 84 85 - 89

Kelas Interval

Fre

kuen

si

Grafik 1. Grafik Skor Persepsi Guru dalam Menangani Anak

Berkesulitan Belajar

2. Sikap Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Dari hasil pengumpulan data tentang variabel sikap guru diperoleh hasil

sebagai berikut : (1) skor tertinggi 98; (2) skor terendah 65; (3) mean sebesar

76,080; (4) standar deviasi sebesar 7,594. Adapun sebaran frekuesi skor sikap

guru seperti pada tabel berikut :

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Sikap Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Interval Skor Frekuensi Prosentase Frekuensi Kumulatif

Prosentase Kumulatif

89 – 93 2 4 2 4

84 – 88 5 10 7 14

40

79 – 83 11 22 18 36

74 – 78 17 34 35 70

69 – 73 12 24 47 94

64 – 68 3 6 50 100

Total 50 100 - -

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sikap guru dengan interval

skor : (1) 64 – 68 sebanyak 3 orang atau sebesar 6,00%; (2) 69 – 73 sebanyak 12

orang atau sebesar 24,00%; (3) 74 – 78 sebanyak 17 orang atau sebesar 34,00%;

(4) 79 – 83 sebanyak 11 orang atau sebesar 22,00%; (5) 84 – 88 sebanyak 5

orang atau sebesar 10,00%; (6) 89 – 93 sebanyak 2 orang atau sebesar 4,00%.

Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik seperti berikut :

3

12

17

11

52

0

5

10

15

20

64 - 68 69 - 73 74 - 78 79 - 83 84 - 88 89 - 93

Kelas Interval

Fre

kuen

si

Grafik 2. Grafik Skor Sikap Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan

Belajar

3. Perilaku Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar Dari hasil pengumpulan data tentang variabel perilaku guru dalam

menangani anak berkesulitan belajar diperoleh hasil sebagai berikut : (1) skor

tertinggi 102; (2) skor terendah 49; (3) mean sebesar 75,280; (4) standar deviasi

sebesar 9,641. Adapun sebaran frekuesi skor perilaku guru dalam menangani anak

berkesulitan belajar sebagai berikut :

41

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Skor Perilaku Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Interval Skor Frekuensi Prosentase Frekuensi Kumulatif

Prosentase Kumulatif

94 – 102 1 6 1 8

85 – 93 6 18 7 26

76 – 84 19 36 26 62

67 – 75 20 30 46 92

58 – 66 2 4 48 96

49 – 57 2 4 50 100

Total 50 100 - -

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa perilaku guru dalam menangani

anak berkesulitan belajar dengan interval skor : (1) 49 – 57 sebanyak 2 orang atau

sebesar 4,00%; (2) 58 – 66 sebanyak 2 orang atau sebesar 4,00%; (3) 67 – 75

sebanyak 20 orang atau sebesar 40,00%; (4) 76-84 sebanyak 19 orang atau sebesar

38,00%; (5) 85 – 93 sebanyak 6 orang atau sebesar 12,00%; (6) 94 – 102

sebanyak 1 orang atau sebesar 2,00%.

Dari tabel tersebut dapat dibuat grafik seperti berikut :

2 2

20 19

6

10

5

10

15

20

25

49 - 57 58 - 66 67 - 75 76-84 85 - 93 94 - 102

Kelas Interval

Fre

kuen

si

Grafik 3. Grafik Skor Perilaku Guru dalam Menangani

Anak Berkesulitan Belajar

B. Uji Persyaratan Analisis

42

Dalam uji persyaratan analisis statistik parametrik diuji persyaratan

analisis normalitas, serta uji keberartian dan linieritas regresi. Adapun hasil uji

persyaratan sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

a. Uji Normalitas Skor Persepsi Guru

Uji normalitas skor persepsi guru dengan mempergunakan uji Chi

Kuadrat diperoleh hasil Xo = 7,596 dan Xt 5% = 15,086; karena itu

Xo < Xt 5% maka sebaran skor yang diteliti berdistribusi normal. Hasil

selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran.

b. Uji Normalitas Skor Sikap Guru

Uji normalitas skor perhatian orang tua dengan mempergunakan uji

Chi Kuadrat diperoleh hasil Xo = 6,974 dan Xt 5% = 15,086; karena

Xo < Xt 5% maka sebaran skor yang diteliti berdistribusi normal. Hasil

selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran.

c. Uji Normalitas Skor Perilaku Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan

Belajar

Uji normalitas skor perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan

belajar dengan mempergunakan uji Chi Kuadrat diperoleh hasil Xo = 5,478

dan Xt 5% = 15,086; karena itu Xo < Xt 5% maka sebaran skor yang

diteliti berdistribusi normal. Hasil selengkapnya dapat diperiksa pada

lampiran.

2. Uji Keberartian dan Linieritas Regresi

Dalam penelitian ini dianalisis dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

Yang termasuk variabel bebas adalah persepsi guru dan sikap guru, yang termasuk

variabel terikat adalah perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar.

43

Oleh karena itu dalam pengujian persyaratan linieritas ini dilakukan dua kali uji

linieritas antara variabel bebas dan variabel terikat.

a. Hasil Uji Keberartian dan Linieritas Regresi Hubungan Antara Persepsi Guru

dan Perilaku Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Hasil uji keberartian dan linieritas regresi hubungan antara persepsi guru

dan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar disajikan dalam

tabel berikut :

Tabel 7. Hasil Uji Keberartian dan Linieritas Hubungan Antara Persepsi Guru dan Perilaku Guru Dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Sumber JK db RK Fo Ft 5%

Regresi (a) 283052,880 1 283052,880 - -

Regresi (b|a) 1665,863 1 1665,863 26,589 4,04

Residu 3007,257 48 62,651 - -

Tuna Cocok 1440,948 18 80,053 1,533 1,93

Error 1566,309 30 52,210 - -

Total 287726,000 50 - - -

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Fo1 sebesar 26,589 dan pada

taraf signifikansi 5% serta db (1 ; 48) Ft = 4,04. Jadi Fo1 > Ft, sehingga

44

hubungan antara persepsi guru dan perilaku guru dalam menangani anak

berkesulitan belajar adalah berarti.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Fo2 sebesar 1,533 dan pada taraf

signifikansi 5% serta db (18 ; 30) Ft = 1,93. Jadi Fo2 < Ft, sehingga hubungan

antara persepsi guru dan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar

adalah linier. Hasil selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran.

b. Hasil Uji Keberartian dan Linieritas Regresi Hubungan Antara Sikap Guru

dan Perilaku Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Hasil uji keberartian dan linieritas regresi hubungan antara sikap guru dan

perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar disajikan dalam tabel

berikut :

Tabel 8. Hasil Uji Keberartian dan Linieritas Hubungan Antara Sikap Guru dan Perilaku Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Sumber JK Db RK Fo Ft 5%

Regresi (a) 283052,880 1 283052,880 - -

Regresi (b|a) 1684,535 1 1684,535 27,619 4,11

Residu 2988,585 48 60,991 - -

Tuna Cocok 576,634 12 48,053 0,717 2,03

Error 2411,951 36 66,999 - -

Total 287726,000 50 - - -

45

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Fo1 sebesar 27,619 dan pada

taraf signifikansi 5% serta db (1 ; 36) Ft = 4,11. Jadi Fo1 > Ft, sehingga

hubungan antara sikap guru dan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan

belajar adalah berarti.

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Fo2 sebesar 0,717 dan pada taraf

signifikansi 5% serta db (12 ; 36) Ft = 2,03. Jadi Fo2 < Ft, sehingga hubungan

antara sikap guru dan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar

adalah linier. Hasil selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran.

C. Pengujian Hipotesis

Dalam pengujian hipotesis ini akan digunakan teknik analisis regresi

ganda.

1. Hasil Uji Hipotesis Pertama dan Kedua

Dari hasil analisis korelasi product moment diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 9. Korelasi Variabel Bebas dan Variabel Terikat

Sumber Variasi ro rt 5% Keterangan

X1 – Y 0,655 0,278 Signifikan

X2 – Y 0,605 0,278 Signifikan

Dari tabel tersebut diketahui bahwa :

1. Korelasi antara X1 dan Y atau antara persepsi guru dengan perilaku guru

dalam menangani anak berkesulitan belajar sebesar 0,655. Dengan

menggunakan tabel r pada taraf signifikansi 5% diperoleh rt sebesar 0,278

maka ro > rt.

46

2. Korelasi antara X2 dan Y atau antara sikap guru dengan perilaku guru dalam

menangani anak berkesulitan belajar sebesar 0,605. Dengan menggunakan

tabel r pada taraf signifikansi 5% diperoleh rτt sebesar 0,278 maka ro > rt.

2. Hasil Uji Hipotesis Ketiga

Uji hipotesis ketiga dilakukan dengan teknik analisis regresi ganda. Dari

hasil analisis regresi ganda tersebut juga diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 10. Rangkuman Hasil Analisis Regresi Ganda

Sumber Variansi JK Db RK Fo Ft 5%

Regresi 2416,194 2 1208,097 26,559 3,19

Residu 2137,900 47 45,487 - -

Total 4554,094 49 - - -

Di samping itu juga didapatkan hasil analisis sebagai berikut :

1. Ry(1,2) = 0,728.

2. Persamaan garis regresi : Y = -18,122 + 0,798 X1 + 0,468 X2.

3. Sumbangan relatif X1 = 57,970% dan sumbangan relatif X2 = 42,030%

4. Sumbangan efektif X1 = 30,756%; sumbangan efektif X2 = 22,299% dan

sumbangan X1 dan X2 secara bersama-sama = 53,055%.

Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa korelasi ganda antara X1

(persepsi guru) dan X2 (sikap guru) secara bersama-sama dengan Y (perilaku

guru dalam menangani anak berkesulitan belajar) sebesar 0,728

signifikan dalam taraf signifikansi 5% karena dari hasil uji F diperoleh harga

Fo = 26,559 > Ft 5% = 3,19.

Hasil selengkapnya dapat diperiksa pada lampiran.

3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis

Dari hasil analisis tersebut dapat dirumuskan kesimpulan pengujian

hipotesis sebagai berikut :

47

1. Hipotesis pertama yang menyatakan “Ada hubungan persepsi guru dengan

perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar di Sekolah Dasar di

Kecamatan Jebres Surakarta tahun 2003” dapat diterima kebenarannya.

2. Hipotesis kedua yang menyatakan “Ada hubungan sikap guru dengan perilaku

guru dalam menangani anak berkesulitan belajar di Sekolah Dasar di

Kecamatan Jebres Surakarta tahun 2003” dapat diterima kebenarannya.

3. Hipotesis ketiga yang menyatakan “Ada hubungan persepsi guru dan sikap

guru dengan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar di

Sekolah Dasar di Kecamatan Jebres Surakarta tahun 2003” dapat diterima

kebenarannya.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Dari hasil analisis data terlihat ada korelasi antara persepsi guru dengan

perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar signifikan pada taraf

signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 30,756%. Hal ini berarti naik

turunnya skor perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar

berhubungan dengan naik turunnya skor persepsi guru dan naik turunnya skor

persepsi guru dapat mempengaruhi naik turunnya skor perilaku guru dalam

menangani anak berkesulitan belajar sebesar 30,756%. Sehingga semakin baik

persepsi guru akan semakin baik pula perilaku guru dalam menangani anak

berkesulitan belajar.

Dari hasil analisis data terlihat ada korelasi antara sikap guru dengan

perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar signifikan pada taraf

signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 22,299%. Hal ini berarti naik

turunnya skor perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar

berhubungan dengan naik turunnya skor sikap guru dan naik turunnya skor sikap

guru dapat mempengaruhi naik turunnya skor perilaku guru dalam menangani

anak berkesulitan belajar sebesar 22,299%. Sehingga semakin baik sikap guru

akan semakin baik pula perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar.

48

Dari hasil analisis data terlihat ada korelasi ganda antara persepsi guru dan

sikap guru dengan perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar

signifikan pada taraf signifikansi 5% dengan sumbangan efektif sebesar 53,055%.

Hal ini berarti naik turunnya skor perilaku guru dalam menangani anak

berkesulitan belajar berhubungan dengan naik turunnya skor persepsi guru dan

sikap guru secara bersama-sama serta naik turunnya skor persepsi guru dan sikap

guru secara bersama-sama dapat mempengaruhi naik turunnya skor perilaku guru

dalam menangani anak berkesulitan belajar sebesar 53,055%. Sehingga semakin

baik persepsi guru dan sikap guru secara bersama-sama akan semakin baik pula

perilaku guru dalam menangani anak berkesulitan belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 1991. Psikologi Sosial. Surabaya : Bina Ilmu.

Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Surabaya : Bina Ilmu.

Suhaenah Suparno A.. 2000. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Anton Sukarno. 2001. Statistik Lanjut. Surakarta : UNS Press.

Bimo Walgito. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.

Daniel J. Mueller. 1996. Mengukur Sikap Sosial. Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi. Alih Bahasa Eddy Soewardi Kartawidjaja. Bandung : Bumi Akasara.

David O. Sears, Jonathan L. Freedman, L. Anne Peplau. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Sikap Menghargai Waktu di Kalangan Pelajar dan Mahasiswa di Kota Jakarta. Jakarta :

Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Yogyakarta.

Gerungan. 1996. Psikologi Sosial. Bandung : PT. Eresco.

Hadari Nawawi. 1993. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Irawan Soehartono. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

49

Jalaluddin Rakhmad. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

James L. Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnelly Jr. 1995. Organisasi Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.

Kartini Kartono. 1990. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung : Mandar Maju

……………….. 1990. Psikologi Umum. Bandung : Mandar Maju.

Mar’at. 1984. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Miftah Thoha. 1983. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Muhammad Ali. 1982. Penelitian Deskriptif. Surabaya : Usaha Nasional.

Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyono Abdurrahman. 1994. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan .

Ngalim Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung : CV. Remaja Rosdakarya.

Munawir Yusuf, Sunardi, Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Onong Uchjana Effendy. 1989. Psikologi Manajemen dan Administrasi. Bandung : PT. Mandar Maju Petrus Sardjonoprijo. 1982. Psikologi Kepribadian. Solo : FAPERTA UNS.

Rita L. Alkinson, Richard L. Alkinson, Edward E. Smith, Daryl J. Bem. 1997. Pengantar Psikologi. Jakarta : Erlangga.

Saifudin Azwar. 1988. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Liberty.

Samsi Haryanto. 1993. Pengantar Teori Pengukuran Kepribadian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Sanafiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Menyusun Angket. Surabaya : Usaha Nasional.

Sanapiah Faisal, Andi Mappiare. 1978. Dimensi-dimensi Psikologi. Surabaya : Usaha Nasional.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.

Sondang P. Siagian. 1989. Managemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alpabeta

50

Suharsimi Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Sumardi Suryabrata. 1983. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Sutrisno Hadi. 1997. Metodologi Research. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajahmada (UGM).

Theodore M. Newcomb, Ralph H. Turner, Philip E. Converse. 1978. Psikologi Sosial. Bandung : CV. Diponegoro.

Tien Supartinah. 1996. Evaluasi Psikologi II. Surakarta : Universitas Sebelas Maret (UNS) Press

Tri Rusmi Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta : Sagung Seto.

Winarno Surakhmad. 1994. Metodologi Research. Edisi Ketujuh. Bandung : Jemers.

Wiyono. 1999. Jurnal : Rehabilitasi dan Remidiasi. Surakarta : UNS Press.

W.S. Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta : PT. Grasindo.

Yusmar Yusuf. 1991. Psikologi Antar Budaya. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Lampiran 1

Kepada :

Yth. Bapak/ Ibu Guru Sekolah Dasar Negeri

Di Kecamatan Jebres

Dengan hormat,

Bahwa dalam rangka mencari data guna penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di FKIP UNS, Saya sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB) FKIP UNS bermaksud mengadakan penelitian.

Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankanlah kami mohon pengorbanan sedikit waktu dalam kesibukan Bapak/ Ibu Guru sekalian untuk berkenan mengisi daftar pertanyaan yang saya sampaikan ini.

Daftar pertanyaan ini saya sampaikan dengan maksud untuk memperoleh

data-data yang berhubungan dengan persepsi, sikap dan perilaku Bapak/ Ibu Guru

dalam menangani anak berkesulitan belajar.

51

Saya berharap Bapak/ Ibu Guru bersedia memberikan jawaban atas

semua pertanyaan yang saya sampaikan ini dengan sejujur-jujurnya dan sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Perlu Bapak/ Ibu Guru ketahui, bahwa dari

hasil penelitian ini tidak akan berpengaruh terhadap nama baik atau reputasi

Bapak/ Ibu sebagai seorang guru.

Akhirnya, atas partisipasi dan kesediaan Bapak/ Ibu Guru sekalian saya

mengucapkan terima kasih.

Hormat Saya

IIS SETIYANINGRUM

ANGKET PERSEPSI GURU TERHADAP

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Petunjuk Pengisian :

1. Sebelum menjawab perntanyaan, Bapak/ Ibu diharapkan mengisi daftar/

identitas sebagaimana tertulis di bawah ini.

2. Berilah tanda chek ( √ ) pada jawaban yang sesuai dengan persepsi, sikap

dan perilaku Bapak/ Ibu Guru.

3. Keterangan jawaban :

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

IDENTITAS PRIBADI :

Nama : ……………………………………….

NIP : ……………………………………….

Jenis Kelamin : ……………………………………….

Instansi : ……………………………………….

52

A. PERSEPSI PERNYATAAN

PERSEPSI NO. DAFTAR PERTANYAAN SS S TS STS

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Anak berkesulitan belajar adalah anak yang

mempunyai IQ rendah.

Anak berkesulitan belajar selalu mengalami

kesulitan dalam semua bidang mata pelajaran.

Anak berkesulitan belajar hanya mengalami

kesulitan dalam bidang akademiknya saja

Anak berkesulitan belajar mempunyai prestasi

jauh di bawah kemampuan yang sebenarnya.

Anak yang bodoh biasanya disamakan dengan

anak yang berkesulitan belajar

Gangguan pemusatan perhatian biasanya dialami

oleh anak yang berkesulitan belajar.

Anak berkesulitan belajar biasanya juga

mengalami gangguan bicara dan impulsif.

Pada Anak Berkedulitan Belajar dijumpai

kesulitan belajar spesifik terutama keterampilan

akademik dasar..

Hiperaktif sering terjadi pada anak berkesulitan

belajar.

Kesulitan belajar di sebabkan karena adanya

kerusakan otak.

Faktor genetik tidak menjadi salah satu penyebab

kesulitan belajar.

Lingkungan tidak berpengaruh terhadap kesulitan

belajar seorang anak.

Guru yang tidak memadai dapat menyebabkan

kesulitan belajar.

Program Pengajaran Individual (PPI) merupakan

rencana pendidikan untuk seorang anak luar biasa.

PPI disusun oleh satu tim dari berbagai profesi

dan keahlian.

53

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

PPI mempunyai arti yang sama dengan satuan

pelajaran.

Guru sekolah dasar umum tidak memerlukan

adanya PPI.

Sekolah khusus memberikan kesempatan bagi

anak berkebutuhan khusus untuk mengikuti

pendidikan

Kurikulum untuk sekolah khusus tidak harus

dibedakan dengan sekolah umum.

Kelas khusus merupakan suatu bentuk layanan

pedidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang

berada di sekolah umum.

Semua anak yang bodoh sebaiknya dimasukkan ke

dalam kelas khusus.

Guru khusus merupakan guru yang khusus

bertugas di sekolah umum untuk membantu

memberikan bimbingan dan pelajaran kepada

ALB.

Guru khusus tidak harus berasal dari lulusan

Pendidikan Luar Biasa.

Guru khusus juga dapat mengajar kelas umum

lainnya.

Pelaksanaan program layanan khusus dilakukan

oleh guru pendidikan khusus.

Dalam mengajar kelas yang heterogen hanya

cukup dilakukan satu orang guru yang mengajar.

B. SIKAP GURU

PERNYATAAN SIKAP NO. DAFTAR PERTANYAAN

SS S TS STS

1.

Anak yang mengalami kesulitan belajar

memerlukan program penanganan secara

54

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

individual

Anak berkesulitan belajar tidak perlu penanganan

secara individual meskipun merasa bosan

menyelesaikan sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

Guru tidak perlu memahami keadaan pada diri

anak yang mengalami kelainan sangat individual.

Seorang guru tidak sepantasnya untuk membeda-

bedakan dalam memperlakukan anak didiknya.

Untuk mengetahui perkembangan pemahaman

siswa terhadap materi pelajaran, maka seorang

guru harus memperhatikan prestasi belajar siswa

secara individual.

Seorang guru tidak perlu memperhatikan

perbedaan individual siswa.

Apabila hasil test di bawah standar maka perlu

diadakan remidiasi.

Remidiasi dilaksanakan setelah guru mengetahui

hasil belajar siswa.

Remidiasi hendaknya dilakukan secepat mungkin

dan dilaksanakan di luar jam pelajaran sekolah.

Bagi anak berkesulitan belajar, remidiasi

memerlukan perhatian guru yang lebih cermat.

Untuk memacu kemampuan anak yang

mengalami kesulitan belajar, remidiasi tidak

perlu diberikan.

Remidiasi tidak perlu diberikan karena hanya

membuang waktu proses belajar mengajar.

Dalam kelas yang heterogen hanya cukup satu

guru yang mengajar tanpa guru bantu.

Dalam mengajar kelas antara anak normal dengan

anak berkesulitan belajar, guru umum

sebelumnya perlu mendapatkan penataran dan

pelatihan.

Antara guru sekolah umum dan guru khusus tidak

55

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

perlu adanya hubungan kerja.

Guru sekolah umum ditugaskan mengajar di

kelas antara anak normal dengan anak

berkesulitan belajar.

Guru khusus tidak harus berasal dari lulusan

sekolah guru pendidikan luar biasa.

Untuk anak berkesulitan belajar yang berada di

kelas biasa, pada mata pelajaran tertentu

sebaiknya dipindahkan ke kelas khusus.

Dalam kelas khusus anak berkesulitan akan

terisolir dari anak normal.

Pada saat proses belajar mengajar anak normal

duduk satu bangku dengan anak berkesulitan

belajar adalah hal yang biasa.

Pendidikan bagi anak normal sebaiknya

dipisahkan dari anak berkesulitan belajar

Dibutuhkan tenaga yang terampil dan kreatif

untuk penyelenggaraan kelas khusus, khususnya

untuk memodifikasi kurikulum.

Bagi anak berkesulitan belajar, sekolah khusus

akan lebih efektif daripada sekolah umum

Sekolah khusus banyak merugikan siswa,

terutama bagi siswa yang mempunyai tingkat

intelektual yang cukup tinggi

Sekolah khusus tidak harus mempunyai fasilitas

yang memadai bagi anak berkesulitan belajar

Antara guru umum dengan guru khusus tidak

perlu adanya jalinan kerja sama

C. PERILAKU GURU

Untuk pernyataan-pernyataan berikut, berilah tanda chek ( √ ) pada

kolom yang sesuai !

S = Selalu

56

K = Kadang-Kadang

P = Pernah

TP = Tidak Pernah

PERNYATAAN PERILAKU NO DAFTAR PERNYATAAN

S K P TP

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Saya melakukan pengamatan terhadap anak

yang memerlukan perhatian khusus

Saya membuat alat identifikasi untuk

menjaring anak berkesulitan belajar

Saya melakukan penjaringan sendiri terhadap

anak berkesulitan belajar di kelas

Pada saat setiap evaluasi , saya mengolah data

untuk mengetahui masing- masing kesulitan

anak

Saya mempunyai buku catatan khusus untuk

anak tentang kasus-kasus kesulitan belajar

Untuk mengetahui kedudukan masing-masing

anak di kelas, saya menganalisis hasil belajar

Saya membuat program penanganan secara

individual bagi siswa baru yang mengalami

kesulitan belajar

Bila ada perkembangan baru pada anak

berkesulitan belajar saya selalu memberi

perlakuan

Dalam memberikan materi pelajaran saya

membedakan antara anak berkesulitan belajar

dengan yang tidak

Saya memberikan layananan yang khusus

terhadap anak berkesulitan belajar

Saya memberi pekerjaan rumah tersendiri

bagi anak berkesulitan belajar

Dalam menangani anak berkesulitan belajar

saya menggunakan tutor sebaya

57

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

Jika hasil tes di bawah standar maka saya

mngadakan remidiasi

Dalam memberikan remidi terhadap anak

berkesulitan belajar saya memperhatikan

dengan lebih cermat

Apabila materi yang diberikan belum bisa

dimengerti anak maka saya akan

mengulanginya lagi

Dalam rangka membantu siswa yang

mengalami kesulitan belajar saya

mengadakan kerja sama dengan guru lain

Saya melibatkan seorang dokter dalam

menangani anak berkesulitan belajar

Setiap ada anak yang menunjukkan tanda-

tanda bermasalah akan saya rujuk ke tim PLB

Saya mendiskusikan dengan guru lain tentang

anak berkesulitan belajar

Saya biasa mengikuti seminar atau diskusi

tentang masalah anak berkesulitan belajar

Saya membaca buku-buku tentang anak

berkesulitan belajar untuk menambah

wawasan tentang anak berkesulitan belajar

Untuk membantu anak berkesulitan belajar

maka saya melakukan home visit dan

berbicara dengan orang tuanya

Untuk mengetahui kelemahan dan

kemampuan serta bidang-bidang yang belum

dikuasai anak maka saya melakukan tes

akademik

Untuk mengetahui gambaran tentang

kelemahan dan kemampuan umum saya

bekerja sama dengan seorang psikolog

mengadakan tes inteligensi

Saya melakukan observasi baik langsung

58

26.

maupun tidak lansung untuk mengetahui

perilaku sosial dan adaptif

Saya melakukan evalusi di setiap akhir bab

mata pelajaran.

Lampiran 2

DATA TRY OUT ANGKET PERSEPSI GURU DALAM MENANGANI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Butir Nomor Nomor

Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3

2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3

4 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3

5 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3

6 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2

7 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 4 4

8 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 4 4

59

9 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4

10 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3

11 4 4 2 2 3 4 4 3 4 3 2 3 4

12 4 4 2 2 3 4 4 3 4 3 2 3 4

13 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 4 4 4

14 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 4 4 3

15 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3

16 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3

17 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4

18 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3

19 4 4 2 3 4 4 4 3 4 4 2 3 4

20 4 3 2 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3

Butir Nomor Nomor

Subjek 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 3 2 4 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2

2 3 2 4 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2

3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3

4 3 2 4 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2

5 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2

6 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2

7 4 2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3

8 4 2 4 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3

9 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3

10 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2

11 4 3 3 4 3 2 3 3 2 4 3 2 4

12 4 3 3 4 3 2 3 3 2 4 3 2 4

60

13 4 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3

14 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3

15 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4

16 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2

17 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4

18 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2

19 4 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 2 4

20 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4

Lampiran 3

UJI VALIDITAS ANGKET PERSEPSI GURU DALAM MENANGANI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Tabel Persiapan Uji Validitas Butir Nomor 1

Nomor X1 Y X12 Y2 X1Y

1 2 73 4 5329 146

2 2 73 4 5329 146

3 3 81 9 6561 243

4 2 73 4 5329 146

5 2 71 4 5041 142

6 2 57 4 3249 114

7 3 84 9 7056 252

61

8 3 84 9 7056 252

9 3 88 9 7744 264

10 2 67 4 4489 134

11 4 82 16 6724 328

12 4 82 16 6724 328

13 3 93 9 8649 279

14 3 84 9 7056 252

15 4 91 16 8281 364

16 2 67 4 4489 134

17 4 90 16 8100 360

18 2 61 4 3721 122

19 4 87 16 7569 348

20 4 73 16 5329 292

Total 58 1561 182 123825 4646

Langkah-langkah perhitungan :

1. Penyajian Data

N = 20

∑X1 = 58

∑Y = 1561

∑X12 = 182

∑Y2 = 123825

∑X1Y = 4646

2. Menghitung besarnya korelasi antara skor butir 1 (X1) dan total skor (Y)

dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

rX1Y = ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }2221

21

11

YYN.XXN.

YXYXN.

∑−∑∑−∑

∑∑−∑

62

= ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }22 1561123825.2058182.20

1561584646.20

−−

= 0,719

3. Konsultasi dengan tabel

Dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% didapat harga rtabel sebesar 0,433.

Karena rX1Y = 0,719 > rt 5% maka soal nomor 1 valid.

4. Membuat rangkuman hasil perhitungan

Dengan cara yang sama seperti tersebut di atas, maka dapat dibuat rangkuman

hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Persepsi Guru

Butir Nomor ro rt 5% Keterangan

1. 0,716 0,433 Valid

2. 0,751 0,433 Valid

3. 0,559 0,433 Valid

4. -0,325 0,433 Tidak Valid

5. 0,732 0,433 Valid

6. 0,751 0,433 Valid

7. 0,751 0,433 Valid

8. 0,746 0,433 Valid

9. 0,716 0,433 Valid

10. 0,732 0,433 Valid

63

11. 0,599 0,433 Valid

12. 0,610 0,433 Valid

13. 0,751 0,433 Valid

14. 0,751 0,433 Valid

15. 0,732 0,433 Valid

16. 0,610 0,433 Valid

17. 0,751 0,433 Valid

18. 0,746 0,433 Valid

19. 0,599 0,433 Valid

20. 0,732 0,433 Valid

21. 0,610 0,433 Valid

22. 0,716 0,433 Valid

23. 0,751 0,433 Valid

24. 0,746 0,433 Valid

25. 0,599 0,433 Valid

26. 0,716 0,433 Valid

Lampiran 4 UJI RELIABILITAS ANGKET PERSEPSI GURU DALAM MENANGA NI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Tabel Data Try Out Belahan 1

Butir Nomor Nomor Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Jumlah

1 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 33

2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 33

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 37

4 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 4 3 33

5 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 32

6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 25

64

7 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 4 4 39

8 3 4 3 3 2 4 4 3 3 2 3 4 4 39

9 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 41

10 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 30

11 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 40

12 4 4 2 4 3 4 4 3 4 3 2 3 4 40

13 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 44

14 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 40

15 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 42

16 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 31

17 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 43

18 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 29

19 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 41

20 4 3 2 4 2 3 3 3 4 2 2 3 3 35

Tabel Data Try Out Belahan 2

Butir Nomor Nomor

Subjek 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Jumlah

1 3 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 35

2 3 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 35

3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 38

4 3 2 4 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 35

5 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 33

6 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 26

7 4 2 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 2 39

8 4 2 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 2 39

9 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 41

65

10 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 31

11 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 4 3 38

12 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 2 4 3 38

13 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 45

14 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 42

15 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 43

16 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 31

17 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 42

18 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 27

19 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 2 4 4 40

20 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 4 2 33

X : Jumlah skor butir belahan 1

Y : Jumlah skor butir belahan 2

Tabel Persiapan Uji Reliabilitas

Nomor X1 Y X2 Y2 XY

1 33 35 1089 1225 1155

2 33 35 1089 1225 1155

3 37 38 1369 1444 1406

4 33 35 1089 1225 1155

5 32 33 1024 1089 1056

6 25 26 625 676 650

7 39 39 1521 1521 1521

8 39 39 1521 1521 1521

66

9 41 41 1681 1681 1681

10 30 31 900 961 930

11 40 38 1600 1444 1520

12 40 38 1600 1444 1520

13 44 45 1936 2025 1980

14 40 42 1600 1764 1680

15 42 43 1764 1849 1806

16 31 31 961 961 961

17 43 42 1849 1764 1806

18 29 27 841 729 783

19 41 40 1681 1600 1640

20 35 33 1225 1089 1155

Total 727 731 26965 27237 27081

Langkah-langkah perhitungan :

1. Penyajian Data

N = 20

∑X = 727

∑Y = 731

∑X2 = 26965

∑Y2 = 27237

∑XY = 27081

2. Menghitung besarnya korelasi antara jumlah skor butir ganjil 1 (X) dan

jumlah skor butir genap (Y) dengan rumus korelasi product moment sebagai

berikut :

rXY = ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }2222 ..

.

Υ∑−Υ∑ΝΧ∑−Χ∑Ν

Υ∑Χ∑−ΧΥ∑N

67

= ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }22 73127237.2072726965.20

73172727081.20

−−

= 0,969

3. Menghitung besarnya koefisien reliabilitas dengan rumus Spearman Brown

sebagai berikut :

r11 = ( )1/2 1/2

1/2 1/2

r 1

r x 2

+

= ( )0,969 1

0,969 x 2

+

= ( )1,969

938,1

= 0,984

4. Konsultasi dengan tabel

Dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% didapat harga rtabel sebesar 0,433.

Karena r11 = 0,984 > rt 5% maka angket yang diujikan reliabel.

Lampiran 5

DATA TRY OUT ANGKET SIKAP GURU DALAM MENANGANI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Butir Nomor Nomor

Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2

2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2

3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2

4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2

5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2

6 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2

68

7 4 3 3 4 1 1 3 3 4 3 3 4 3

8 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3

9 4 3 3 4 4 4 2 3 4 2 3 3 2

10 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

11 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2

12 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2

13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

15 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

16 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3

17 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3

18 4 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3

19 2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3

20 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2

Butir Nomor Nomor

Subjek 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3

2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3

3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3

4 3 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3

5 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3

6 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2

7 1 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4

8 4 3 3 32 3 3 3 3 3 4 4 3 4

9 4 3 2 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3

10 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3

69

11 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3

12 3 3 3 4 2 2 2 2 2 3 2 3 3

13 4 4 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4

14 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4

15 3 4 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4

16 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3

17 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4

18 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2

19 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4

20 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3

Lampiran 6 UJI VALIDITAS ANGKET SIKAP GURU DALAM MENANGANI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Tabel Persiapan Uji Validitas Butir Nomor 1

Nomor X1 Y X12 Y2 X1Y

21 4 77 16 5929 308

22 4 77 16 5929 308

23 4 77 16 5929 308

24 4 77 16 5929 308

25 3 73 9 5329 219

26 3 65 9 4225 195

27 4 82 16 6724 328

70

28 4 88 16 7744 352

29 4 77 16 5929 308

30 4 73 16 5329 292

31 3 67 9 4489 201

32 3 67 9 4489 201

33 4 100 16 10000 400

34 4 101 16 10201 404

35 4 100 16 1000 400

36 4 74 16 5476 296

37 2 87 4 7569 174

38 4 67 16 4489 268

39 2 75 4 5625 150

40 3 67 9 4489 201

Total 71 1571 261 125823 5621

Langkah-langkah perhitungan :

1. Penyajian Data

N = 20

∑X1 = 71

∑Y = 1571

∑X12 = 261

∑Y2 = 125823

∑X1Y = 5621

2. Menghitung besarnya korelasi antara skor butir 1 (X1) dan total skor (Y)

dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

71

rXY = ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }2221

21

11

..

.

Υ∑−Υ∑ΝΧ∑−Χ∑Ν

ΣΥΧ∑−ΥΧ∑Ν

= ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }22 1571125823.2071261.20

1571715621.20

−−

= 0,298

3. Konsultasi dengan tabel

Dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% didapat harga rtabel sebesar 0,433.

Karena rX1Y = 0,298 > rt 5% maka soal nomor 1 tidak valid.

4. Membuat rangkuman hasil perhitungan

Dengan cara yang sama seperti tersebut di atas, maka dapat dibuat rangkuman

hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel : Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Sikap Guru dalam Menangani Anak berkesulitan Belajar

Butir Nomor ro rt 5% Keterangan 27. 0,298 0,433 Tidak Valid 28. 0,837 0,433 Valid 29. 0,903 0,433 Valid 30. 0,695 0,433 Valid 31. 0,469 0,433 Valid 32. 0,803 0,433 Valid 33. 0,697 0,433 Valid 34. 0,832 0,433 Valid 35. 0,695 0,433 Valid 36. 0,608 0,433 Valid 37. 0,879 0,433 Valid 38. 0,879 0,433 Valid 39. 0,786 0,433 Valid 40. 0,469 0,433 Valid

72

41. 0,832 0,433 Valid 42. 0,849 0,433 Valid 43. 0,697 0,433 Valid 44. 0,903 0,433 Valid 45. 0,903 0,433 Valid 46. 0,879 0,433 Valid 47. 0,608 0,433 Valid 48. 0,786 0,433 Valid 49. 0,695 0,433 Valid 50. 0,849 0,433 Valid 51. 0,837 0,433 Valid 52. 0,803 0,433 Valid

Lampiran 7

UJI RELIABILITAS ANGKET SIKAP GURU DALAM MENANGANI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Tabel Data Try Out Belahan 1 Butir Nomor Nomor

Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah

1 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 36

2 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 36

3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 36

4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 36

5 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 34

6 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 30

7 3 3 4 1 1 3 3 4 3 3 4 3 3 38

73

8 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 41

9 3 3 4 4 4 2 3 4 2 3 3 2 3 36

10 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 34

11 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 31

12 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 31

13 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 47

14 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 47

15 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 47

16 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 34

17 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 41

18 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 30

19 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 36

20 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 31

Tabel Data Try Out Belahan 2

Butir Nomor Nomor

Subjek 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Jumlah

1 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 35

2 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 35

3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 35

4 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 35

5 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 34

6 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 29

7 1 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 37

8 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 40

9 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 35

74

10 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 33

11 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 30

12 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 30

13 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 45

14 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 46

15 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 45

16 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 33

17 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 41

18 3 3 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 30

19 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 34

20 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 30

X : Jumlah skor butir belahan 1

Y : Jumlah skor butir belahan 2

Tabel Persiapan Uji Reliabilitas

Nomor X1 Y X2 Y2 XY

1 36 35 1296 1225 1260

2 36 35 1296 1225 1260

3 36 35 1296 1225 1260

4 36 35 1296 1225 1260

5 34 34 1156 1156 1156

6 30 29 900 841 870

7 38 37 1444 1369 1406

8 41 40 1681 1600 1640

9 36 35 1296 1225 1260

75

10 34 33 1156 1089 1122

11 31 30 961 900 930

12 31 30 961 900 930

13 47 45 2209 2025 2115

14 47 46 2209 2116 2162

15 47 45 2209 2025 2115

16 34 33 1156 1089 1122

17 41 41 1681 1681 1681

18 30 30 900 900 900

19 36 34 1296 1156 1224

20 31 30 961 900 930

Total 732 712 27360 25872 26603

Langkah-langkah perhitungan :

1. Penyajian Data

N = 20

∑X = 732

∑Y = 712

∑X2 = 27360

∑Y2 = 25872

∑XY = 26603

2. Menghitung besarnya korelasi antara jumlah skor butir ganjil 1 (X) dan

jumlah skor butir genap (Y) dengan rumus korelasi product moment sebagai

berikut :

rXY = ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }2222 ..

.

Υ∑−Υ∑ΝΧ∑−Χ∑Ν

ΣΥΧ∑−ΧΥ∑Ν

76

= ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }22 71225872.2073226190.20

71273226603.20

−−

= 0,996

3. Menghitung besarnya koefisien reliabilitas dengan rumus Spearman Brown

sebagai berikut :

r11 = ( )1/2.1/2

1/2.1/2

r 1

r x 2

+

= ( )0,996 1

0,996 x 2

+

= ( )996,1

992,1

= 0,998

4. Konsultasi dengan table

Dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% didapat harga rtabel sebesar 0,433.

Karena r11 = 0,998 > rt 5% maka angket yang diujikan reliabel.

Lampiran 8

DATA TRY OUT ANGKET PERILAKU GURU DALAM MENANGANI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Butir Nomor Nomor

Subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3

2 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3

3 2 4 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3

4 2 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3

5 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2

6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4

77

7 3 2 3 1 1 3 3 3 1 3 3 1 4

8 3 2 3 1 1 3 3 3 1 3 3 1 4

9 4 4 4 2 2 4 4 3 1 3 2 1 4

10 4 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3

11 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 3

12 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 2

13 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 3 3 4

14 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3

15 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 3

16 4 2 3 1 1 4 2 4 4 3 4 3 4

17 3 2 2 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4

18 4 2 3 1 1 4 2 4 4 3 4 3 4

19 4 2 3 1 1 4 2 4 4 3 4 3 4

20 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 2

Butir Nomor Nomor

Subjek 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4

2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4

3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4

4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

5 3 2 2 1 1 4 1 1 4 1 2 2 2

6 2 4 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 4

7 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 1 1 4

8 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 1 1 4

9 3 4 1 3 4 2 2 2 2 2 1 4 2

10 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3

11 3 3 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2

12 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2

78

13 2 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4

14 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4

15 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4

16 3 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 2

17 3 4 3 4 2 3 3 4 2 2 2 1 4

18 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 4

19 4 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 4

20 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2

Lampiran 9

UJI VALIDITAS ANGKET PERILAKU GURU DALAM MENANGANI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Tabel Persiapan Uji Validitas Butir Nomor 1

Nomor X1 Y X12 Y2 X1Y

1 2 78 4 6084 156

2 2 78 4 6084 156

3 2 78 4 6084 156

4 2 78 4 6084 156

5 2 43 4 1849 86

6 4 97 16 9409 388

7 3 73 9 5329 219

8 3 72 9 5184 216

79

9 4 72 16 5184 216

10 4 81 16 6561 324

11 3 57 9 3249 171

12 3 52 9 2704 156

13 4 90 16 8100 360

14 4 85 16 7225 340

15 4 85 16 7225 340

16 4 80 16 6400 320

17 3 79 9 6241 237

18 4 83 16 6889 332

19 4 83 16 6889 332

20 3 52 9 2704 156

Total 64 1453 218 115478 4817

Langkah-langkah perhitungan :

1. Penyajian Data

N = 20

∑X1 = 64

∑Y = 1453

∑X12 = 218

∑Y2 = 115478

∑X1Y = 4817 2. Menghitung besarnya korelasi antara skor butir 1 (X1) dan total skor (Y)

dengan rumus korelasi product moment sebagai berikut :

rX1Y = ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }2221

21

11

..

.

Υ∑−Υ∑ΝΧ∑−Χ∑Ν

ΣΥΧ∑−ΥΧ∑Ν

= ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }22 1453115478.2064218.20

1453644817.20

−−

80

= 0,463 3. Konsultasi dengan tabel

Dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% didapat harga rtabel sebesar 0,433.

Karena rX1Y = 0,463 > rt 5% maka soal nomor 1 valid.

4. Membuat rangkuman hasil perhitungan

Dengan cara yang sama seperti tersebut di atas, maka dapat dibuat rangkuman

hasil perhitungan sebagai berikut :

Tabel Rangkuman Hasil Uji Validitas Angket Perilaku Guru

Butir Nomor ro rt 5% Keterangan

1 0,463 0,433 Valid 2 0,494 0,433 Valid 3 0,649 0,433 Valid 4 0,938 0,433 Valid 5 0,650 0,433 Valid 6 0,888 0,433 Valid 7 0,693 0,433 Valid 8 0,938 0,433 Valid 9 0,828 0,433 Valid 10 0,496 0,433 Valid 11 0,869 0,433 Valid 12 0,765 0,433 Valid 13 0,827 0,433 Valid 14 0,049 0,433 Valid 15 0,820 0,433 Valid 16 0,671 0,433 Valid 17 0,933 0,433 Valid 18 0649 0,433 Valid 19 0,476 0,433 Valid 20 0,827 0,433 Valid

81

21 0,869 0,433 Valid 22 0,735 0,433 Valid 23 0,817 0,433 Valid 24 0,665 0,433 Valid 25 0,633 0,433 Valid 26 0,729 0,433 Valid

Lampiran 10 UJI RELIABILITAS ANGKET PERILAKU GURU DALAM MENANGA NI

ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Tabel Data Try Out Belahan 1 Butir Nomor Nomor

Subjek 1 2 3 5 6 7 8 9 10 11 12 14 Jumlah

1 2 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 35

2 2 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 35

3 2 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 35

4 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 34

5 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 17

6 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 46

7 3 2 3 1 3 3 3 1 3 3 1 4 33

8 3 2 3 1 3 3 3 1 3 3 1 4 33

9 4 4 4 2 4 4 3 1 3 2 1 4 38

10 4 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 35

11 3 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 3 26

82

12 3 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 2 25

13 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 45

14 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 46

15 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 3 46

16 4 2 3 1 4 2 4 4 3 4 3 4 40

17 3 2 2 2 3 4 4 3 3 4 4 4 40

18 4 2 3 1 4 2 4 4 3 4 3 4 40

19 4 2 3 1 4 2 4 4 3 4 3 4 40

20 3 3 3 3 2 2 2 1 3 1 1 2 25

Tabel Data Try Out Belahan 2

Butir Nomor Nomor

Subjek 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Jumlah

1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 36

2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 36

3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 36

4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 37

5 2 2 1 1 4 1 1 2 1 2 2 2 21

6 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 45

7 4 4 3 3 3 3 3 3 3 1 1 4 35

8 4 4 3 3 3 3 3 3 3 1 1 4 35

9 4 1 3 4 2 2 2 2 2 1 4 2 29

10 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 39

11 3 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2 23

83

12 2 2 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2 21

13 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 41

14 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 44

15 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 44

16 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 2 36

17 4 3 4 2 3 3 4 2 2 2 1 4 34

18 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 4 38

19 4 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 4 38

20 2 2 4 3 2 1 1 2 2 1 1 2 21

X : Jumlah skor butir belahan 1

Y : Jumlah skor butir belahan 2

Tabel Persiapan Uji Reliabilitas

Nomor X1 Y X2 Y2 XY

1 35 36 1225 1296 1260

2 35 36 1225 1296 1260

3 35 36 1225 1296 1260

4 34 37 1156 1369 1258

5 17 21 289 441 357

6 46 45 2116 2025 2070

7 33 35 1089 1225 1155

8 33 35 1089 1225 1155

9 38 29 1444 841 1102

10 35 39 1225 1421 1365

84

11 26 23 676 529 598

12 25 21 625 441 525

13 45 41 2025 1681 1845

14 46 44 2116 1936 2024

15 46 44 2116 1936 2024

16 40 36 1600 1296 1440

17 40 34 1600 1156 1360

18 40 38 1600 1444 1520

19 40 38 1600 1444 1520

20 25 21 625 441 525

Total 714 689 26666 24839 25623

Langkah-langkah perhitungan :

1. Penyajian Data

N = 20

∑X = 714

∑Y = 639

∑X2 = 26666

∑Y2 = 24839

∑XY = 25623

2. Menghitung besarnya korelasi antara jumlah skor butir ganjil 1 (X) dan

jumlah skor butir genap (Y) dengan rumus korelasi product moment sebagai

berikut :

rXY = ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }2222 ..

.

Υ∑−Υ∑ΝΧ∑−Χ∑Ν

ΣΥΧ∑−ΧΥ∑Ν

= ( ) ( )( )

( ) ( ){ }( ) ( ){ }22 68924839.2071426666.20

68971425623.20

−−

= 0,901

85

3. Menghitung besarnya koefisien reliabilitas dengan rumus Spearman Brown

sebagai berikut :

r11 = ( )1/2.1/2

1/2.1/2

r 1

r x 2

+

= ( )0,901 1

0,901 x 2

+

= ( )901,1

802,1

= 0,948

4. Konsultasi dengan tabel

Dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% didapat harga rtabel sebesar 0,433.

Karena r11 = 0,948 > rt 5% maka angket yang diujikan reliabel.

Lampiran 11

DATA PENELITIAN

NO. X1 X2 Y NO X1 X2 Y

1 73 76 68 26 83 70 70

2 86 74 69 27 60 93 91

3 78 69 68 28 69 69 78

4 71 74 82 29 84 88 91

5 76 77 69 30 70 81 82

6 74 76 69 31 82 80 88

7 71 76 69 32 79 72 85

8 77 64 77 33 76 88 86

9 71 75 80 34 70 72 73

10 71 79 81 35 73 81 75

11 69 80 78 36 70 83 77

12 72 75 82 37 78 77 78

86

13 71 80 78 38 69 77 80

14 73 70 78 39 83 88 89

15 66 79 77 40 75 70 82

16 78 65 48 41 73 85 75

17 78 66 48 42 70 78 68

18 85 92 102 43 74 79 74

19 71 75 75 44 71 70 69

20 70 75 82 45 69 70 71

21 74 83 68 46 66 80 70

22 64 69 59 47 68 76 69

23 73 72 80 48 71 74 76

24 75 70 71 49 70 77 68

25 83 86 62 50 70 76 77

Lampiran 12

DESKRIPSI DATA

1. Deskripsi Data Skor X1 : Persepsi Guru dalam Menangani Anak berkesulitan

Belajar

Tabel 1. Deskripsi Data Persepsi Guru Persepsi Guru dalam Menangani

Anak berkesulitan Belajar

X F FX fX2 86 1 86 7396 85 1 85 7225 84 1 84 7056 83 3 249 20667 82 1 82 6724 79 1 79 6241 78 4 312 24336 77 1 77 5929 76 2 152 11552 75 2 150 11250

87

74 3 222 16428 73 5 365 26645 72 1 72 5184 71 8 568 40328 70 7 490 34300 69 4 276 19044 68 1 68 4624 66 2 132 8712 64 1 64 4096 60 1 60 3600 Σ 50 3623 264099

Mn = 3623 : 50 = 72,460

SD = 672,5150

50

3623264099

2

=−

2. Deskripsi Data Skor X2 : Sikap Guru Persepsi Guru dalam Menangani Anak

Berkesulitan Belajar

Tabel 2. Deskripsi Data Sikap Guru Persepsi Guru dalam Menangani Anak

Berkesulitan Belajar

X F FX fX2 93 1 93 8649 92 1 92 8464 88 3 264 23232 86 1 86 7396 85 1 85 7225 83 2 166 13778 81 2 162 13122 80 4 320 25600 79 3 237 18723 78 1 78 6084 77 4 308 23716 76 5 456 34656 75 4 300 16875 74 3 222 16428 72 3 216 15552 70 6 420 29400 69 3 207 14283 66 1 66 4356

88

65 1 65 4225 64 1 64 4096 Σ 50 3804 292234

Mean = 3804 : 50 = 76,080

SD = 594,7150

50

3804292234

2

=−

3. Deskripsi Data Skor Y : Prestasi Belajar Matematika

Tabel 3. Deskripsi Data Perilaku Guru

X F fX fX 2 102 1 102 10404 91 2 182 16562 89 1 89 7921 88 1 88 7744 86 1 86 7396 85 1 85 7225 82 5 410 33620 81 1 81 6561 80 3 240 19200 78 5 390 30420 77 4 308 23716 76 1 76 5776 75 2 150 11250 74 2 148 10952 73 1 73 5329 71 2 142 10082 70 2 140 9800 69 7 483 33327 68 4 272 18496 62 1 62 3844 59 1 59 3481 49 2 98 4802 Σ 50 3764 287908

89

Mean = 3764 : 50 = 75,280

SD = 641,9150

50

3764287908

2

=−

Lampiran 13

UJI PERSYARATAN NORMALITAS A. Skor Persepsi Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar

Berdasarkan deskripsi data diperoleh :

N = 50

X = 72,460

SD = 5,672

Berdasarkan data tersebut dapat dibuat tabel persiapan perhitungan Chi Kuadrat

sebagai berikut :

Tabel Persiapan Perhitungan Chi Kuadrat

Interval

fo % fh fh fo-fh (fo-fh)2

h

2ho

f

)f(f −

(X + 2 SD) – (X + 3 SD) = 83,804 - 89,476

2 2 1 1 1 1,000

(X + 1 SD) – (X + 2 SD) = 78,132 - 83,804

5 14 7 -2 4 0,571

(X) – (X + 1 SD) = 72,460 – 78,132

10 34 17 -7 49 2,882

(X - 1 SD) – (X) 24 34 17 7 49 2,882

90

= 66,788 – 72,460 (X - 2 SD) – (X – 1 SD)

= 61,116 – 66,788 7 14 7 0 0 0

(X – 3 SD) - (X – 2 SD) = 55,444 – 61,116

2 2 1 1 1 1,000

Jumlah 50 100 50 - - 8,336

1. Menghitung besarnya Chi Kuadrat

xo = ( )

336,82

=−

∑h

ho

f

ff

2. Konsultasi dengan tabel

db = 6 - 1 = 5 Taraf signifikansi : 1% χt2 = 15,086

Jadi χo2 < χt

2

3. Kesimpulan pengujian

Karena χo2 < χt

2 maka sebaran skor persepsi guru adalah normal.

B. Skor Sikap Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar Berdasarkan deskripsi data diperoleh :

N = 50

X = 76,080

SD = 7,594

Berdasarkan data tersebut dapat dibuat tabel persiapan perhitungan Chi Kuadrat

sebagai berikut :

Tabel Persiapan Perhitungan Chi Kuadrat

Interval fo % fh fh fo-fh (fo-fh)

2 ( )

h

2ho

f

ff −

(X + 2 SD) – (X + 3 SD)

= 91,268 – 98,862 2 2 1 1 1 1,000

(X + 1 SD) – (X + 2 SD)

= 83,674 - 91,268 5 14 7 -2 4 0,571

(X) – (X + 1 SD) 11 34 17 -6 36 2,117

91

= 76,080 – 83,674

(X - 1 SD) – (X)

= 68,486 – 76,080 17 34 17 0 0 0

(X - 2 SD) – (X – 1 SD)

= 60,892 – 68,486 12 14 7 5 25 3,571

(X – 3 SD) - (X – 2 SD)

= 53,298 – 60,892 3 2 1 2 2 2,000

Jumlah 50 100 50 - - 9,259

1. Menghitung besarnya Chi Kuadrat

xo2 =

( )259,9

f

ff

h

ho =−

2. Konsultasi dengan tabel

db = 6 - 1 = 5 Taraf signifikansi : 1% χt2 = 15,086

Jadi χo2 < χt

2

3. Kesimpulan pengujian

Karena χo2 < χt

2 maka sebaran skor sikap guru adalah normal.

C. Skor Perilaku Guru dalam Menangani Anak Berkesulitan Belajar Berdasarkan deskripsi data diperoleh :

N = 50

X = 75,280

SD = 9,641

Berdasarkan data tersebut dapat dibuat tabel persiapan perhitungan Chi Kuadrat

sebagai berikut :

Tabel Persiapan Perhitungan Chi Kuadrat

Interval

fo % fh fh fo-fh (fo-fh)2

( )h

2ho

f

ff −

(X + 2 SD) – (X + 3 SD)

= 94,562-104,203 1 2 1 0 0 0,000

(X + 1 SD) – (X + 2 SD) = 84,921-94,562

6 14 7 -1 1 0,143

(X) – (X + 1 SD) 19 34 17 2 4 0,235

92

= 75,280–84,921 (X - 1 SD) – (X) = 65,639-75,280

20 34 17 3 9 0,529

(X - 2 SD) – (X – 1 SD) = 55,998-65,639

2 14 7 -5 25 3,571

(X – 3 SD) - (X – 2 SD) = 46,357-55,998

2 2 1 1 1 1,000

Jumlah 50 100 50 - - 5,478 1. Menghitung besarnya Chi Kuadrat

xo2 =

( )478,5

f

ff

h

ho =−

2. Konsultasi dengan tabel

db = 6 - 1 = 5 Taraf signifikansi : 1% χt2 = 15,086

Jadi χo2 < χt

2

3. Kesimpulan pengujian

Karena χo2 < χt

2 maka sebaran skor perilaku guru adalah normal.

93

Lampiran 14

UJI KEBERARTIAN DAN LINIERITAS REGRESI A. HUBUNGAN ANTARA X 1 DENGAN Y

Tabel Persiapan Pengujian :

Nomor X1 K N Y X12 Y2 X1Y

1 60 1 1 93 3600 8649 5580 2 64 2 1 59 4096 3481 3776 3 66 3 2 77 4356 5929 5313 4 66 80 4356 6400 5280 5 68 4 1 69 4624 4761 4692 6 69 5 4 78 4761 6084 5382 7 69 77 4761 5929 5313 8 69 70 4761 4900 4830 9 69 71 4761 5041 4899 10 70 6 7 82 4900 6724 5740 11 70 82 4900 6724 5740 12 70 73 4900 5329 5110 13 70 77 4900 5929 5390 14 70 68 4900 4624 4760 15 70 68 4900 4624 4760 16 70 77 4900 5929 5390 17 71 7 8 82 5041 6724 5822 18 71 69 5041 4761 4899 19 71 80 5041 6400 5680 20 71 81 5041 6561 5751 21 71 78 5041 6084 5538 22 71 75 5041 5625 5325 23 71 69 5041 4761 4899 24 71 76 5041 5776 5396 25 72 8 1 82 5184 6724 5904 26 73 9 5 68 5329 4624 4964 27 73 78 5329 6084 5694 28 73 80 5329 6400 5840

94

29 73 75 5329 5625 5475 30 73 75 5329 5625 5475 31 74 10 3 69 5476 4761 5106 32 74 68 5476 4624 5632 33 74 74 5476 5476 5476 34 75 11 2 71 5625 5041 5325 35 75 82 5625 6724 6150 36 76 12 2 69 5776 4761 5244 37 76 89 5776 7921 6764 38 77 13 1 77 5929 5929 5929 39 78 14 4 68 6084 4624 5304 40 78 48 6084 2304 3744 41 78 48 6084 2304 3744 42 78 78 6084 6084 6084 43 79 15 1 85 6241 7225 6715 44 82 16 1 88 6561 7744 7216 45 83 17 3 86 6889 7396 7138 46 83 70 6889 4900 5810 47 83 86 6889 7396 7138 48 84 18 1 91 7056 8251 7644 49 85 19 1 102 7225 10404 8670 50 86 20 1 69 7396 4761 5934

Jumlah 3633 50 3762 265719 287726 275052

Langkah-langkah uji linieritas X1 dengan Y

1. Penyajian data statistik

ΣX1 = 3633

ΣX12 = 265719

ΣY = 3762

ΣY2 = 287726

ΣX1Y = 275052

k = 20

n = 50

2. Menentukan persamaan regresi linier

b = ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )21

21

11

XXn

YXYXn

∑−∑

∑∑−∑

95

= ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )2363326571950

3762363327505250

−−

= 1319868913285950

1366734613752600

−−

= 87261

85254

= 0,977

a = ( )

( )( )

n

Xb

n

Y 1∑−∑

= 50

3633977,0

50

3762−

= 75,240 – 70,989

= 4,251

Persamaan regresi linier :

Y = a + b X1

Y = 4,251 + 0,977 X1

3. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)

JK(T) = ΣY2 = 287726

JKreg (a) = ( )

50

2Υ∑ =

( )50

3762 2

= 283052, 880

JKreg (b a) = ( )( )

∑∑

−∑n

ΥΧΥΧb 1

1

= ( )( )

50

37623633275052977,0

= 1665, 863

JKres = ( )

n

ΥJKΥ

2

a)reg(b!2 ∑−−∑

= 2877262 – 1665,863 – 283052,880

= 3007,257

96

JK(E) = ( )

−∑∑n

ΥΥ

2i2

ix

Tabel Persiapan Menghitung JK(E)

k N Yi ΣY i2 (ΣYi)

2/n ΣY2 - (ΣY)2/n 1 1 93 3844 3844 0,000

2 1 59 3481 3481 0,000

3 2 77 6928 6728 200,000 80 4 1 69 2304 2304 0,000 5 4 78 21674 21609 65,000 77 70 71 6 7 82 42386 42276,57 109,430 82 73 77 68 68 77 7 8 82 45552 45300,5 251,500 69 80 81 78 75 69 76 8 1 82 6084 6084 0,000 9 5 68 27510 27380 130,000 78 80 75 75

10 3 69 18109 18096,33 12,670 68 74

11 2 71 10386 10368 18,000

97

82 12 2 69 10100 10082 18,000 89

13 1 77 5041 5041 0,000 14 4 68 24639 24492,25 146,750 48 48 78

15 1 85 7744 7744 0,000 16 1 88 4900 4900 0,000 17 3 86 23598 23585,33 12,675 70 86

18 1 91 10404 10404 0,000 19 1 102 8281 8281 0,000 20 1 69 4761 4761 0,000

Jumlah 1566,309

JK(E) = 1566,309

JK(TC) = JKres - JK(E)

= 3007,257 – 1566,309

= 1440,948

4. Menghitung derajat kebebasan (dk)

dkT = n = 50

dkres = n - 2 = 50 - 2 = 48

dkTC = k - 2 = 20 - 2 = 18

dkE = n - k = 50 - 20 = 30

5. Menghitung nilai Fo

Sumber Variasi Dk JK RK Fo

Regresi (a) 1 283052,880 283052,880 -

Regresi (b|a) 1 1665,863 1665,863 26,589

Residu 48 3007,257 62,651 -

Tuna Cocok 18 1440,948 80,053 1,533

Error 30 1566,309 52,210 -

Total 50 287726,000 - -

98

6. Kesimpulan pengujian

Dengan derajat kebebasan (1 ; 48) dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga

Ft = 4,04. Maka Fo : Ft 5% = 26,589 : 4,04. Jadi Fo > Ft 5%, sehingga

hubungan antara X1 dengan Y berarti.

Dengan derajat kebebasan (18:30) dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga

Ft = 1,93. Maka Fo : Ft 5% = 1,533 : 1,93. Jadi Fo < Ft 5%, 5%, sehingga

hubungan antara X1 dengan Y linier.

B. HUBUNGAN ANTARA X 2 DENGAN Y Tabel Persiapan Pengujian :

Nomor X2 K N Y X2

2 Y2 X2Y 1 64 1 1 77 4096 5776 4928 2 65 2 1 48 4225 2304 3120 3 66 3 1 48 4356 2304 3168 4 69 4 3 68 4761 4624 4692 5 69 59 4761 3481 4071 6 69 78 4761 6048 5382 7 70 5 6 78 4900 6048 5460 8 70 71 4900 5041 4970 9 70 70 4900 4900 4900

10 70 82 4900 6724 5810 11 70 69 4900 4761 4830 12 70 71 4900 5041 5397 13 72 6 3 80 5184 6400 5760 14 72 85 5184 7225 6120 15 72 73 5184 5329 5256 16 74 7 3 69 5476 4761 5106 17 74 82 5476 6724 6068 18 74 76 5476 5776 5624 19 75 8 4 80 5625 6400 6000 20 75 82 5625 6724 6150 21 75 75 5625 5626 5625 22 75 82 5625 6724 6150 23 76 9 5 68 5776 4624 5168 24 76 69 5776 4761 5244 25 76 69 5776 4761 5244 26 76 69 5776 4761 5244 27 76 77 5776 5929 5852

99

28 77 10 4 69 5929 4761 5313 29 77 78 5929 6084 6006 30 77 80 5929 6400 6160 31 77 68 5929 4624 5236 32 78 11 1 68 6084 4624 5304 33 79 12 3 81 6241 6561 6399 34 79 77 6241 5929 6063 35 79 74 6241 5476 5846 36 80 13 4 78 6400 6084 6240 37 80 78 6400 6084 6240 38 80 88 6400 7744 7040 39 80 70 6400 7744 7040 40 81 14 2 82 6561 6724 6642 41 81 75 6561 5625 6075 42 83 15 2 68 6889 4624 5644 43 83 77 6889 5929 6391 44 85 16 1 75 7225 5625 6375 45 86 17 1 62 7396 3844 5332 46 88 18 3 91 7744 8281 8008 47 88 86 7744 7921 7568 48 88 89 7744 8281 7832 49 92 19 1 102 8464 10404 9384 50 93 20 1 91 8649 8281 8463

Jumlah 3804 50 3762 292234 287726 288395

Langkah-langkah uji linieritas X2 dengan Y

1. Penyajian data statistik

ΣX2 = 3804

ΣX22 = 292234

ΣY = 3762

ΣY2 = 287726

ΣX2Y = 288395

k = 20

n = 50

2. Menentukan persamaan regresi linier

100

b = ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )21

21

11

Χ∑−Χ∑

Υ∑Χ∑−ΥΧ∑

n

n

= ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )2380429223450

3762380428839550

−−

= 1447041614611700

1431064814419750

−−

= 141284

109102

= 0,772

a = ( )

( )( )

n

Χb

n

Υ 1∑−∑

= 50

3804772,0

50

3762−

= 75,24 – 58,734

= 16,506

Persamaan regresi linier :

Y = a + b X2

Y = 16,506 + 0,772 X2

3. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)

JK(T) = ΣY2 = 287726

JKreg (a) = ( )

n

Υ2

∑ =

( )50

3762 2

= 283052,880

JKreg (b a) = ( )( )

∑∑

−∑n

ΥΧΥΧb 2

2

= ( )( )

50

37623804288395 772,0

= 1684,535

JKres = ( )

n

ΥJKΥ

2

a)(b! reg2 ∑−−∑

= 287726 – 1684,535 – 283052,880 = 2988,585

JK(E) = ( )

−∑∑n

ΥΥx

212

i

Tabel Persiapan Menghitung JK(E)

101

K N Y i ΣY i2 (ΣY i)

2/n ΣY2 - (ΣY)2/n 1 1 77 2304 2304 0,000 2 1 48 2304 2304 0,000 3 1 48 5927 5929 0,000 4 3 68 12729 12675 54,000 59 78

5 6 78 33735 33600,17 134,830 71 70 82 69 71

6 3 80 15590 15552 38,000 85 73

7 3 69 14146 14145,33 0,670 82 76

8 4 80 25177 25122,25 54,750 82 75 82

9 5 68 31750 31680,8 69,200 69 69 69 77

10 4 69 21869 21756,25 112,750 78 80 68

11 1 68 4761 4761 0,000 12 3 81 17966 179411,333 24,667

77 74

13 4 78 24812 24649 163,000 78 88 70

14 2 82 12349 12324,5 24,500 75

15 2 68 10553 10512,5 40,500 77

102

16 1 75 5625 5625 0,000 17 1 62 3844 3844 0,000 18 3 91 23598 23585,333 12,667

86 89

19 1 102 10404 10404 0,000 20 1 91 8281 8281 0,000

Jumlah 2411,951

JK(E) = 2411,951

JK(TC) = JKres - JK(E)

= 2988,585 – 2411,951

= 576,634

4. Menghitung derajat kebebasan (dk)

dkT = n = 50

dkres = n - 2 = 50 - 2 = 48

dkTC = k - 2 = 20 - 2 = 18

dkE = n - k = 50 - 20 = 30

5. Menghitung nilai Fo

Sumber Variasi Dk JK RK Fo

Regresi (a) 1 283052,880 283052,880 -

Regresi (b|a) 1 1684,535 1684,535 27,619

Residu 48 2988,585 60,991 -

Tuna Cocok 18 576,634 48,053 0,717

Error 30 2411,951 66,999 -

Total 50 287726,000 - -

6. Kesimpulan pengujian

103

Dengan derajat kebebasan (1:30) dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga

Ft = 4,11. Maka Fo : Ft 5% = 27,619 : 4,11. Jadi Fo > Ft 5%, sehingga

hubungan antara X2 dengan Y berarti.

Dengan derajat kebebasan (18 :30) dan taraf signifikansi 5% diperoleh harga

Ft = 2,03. Maka Fo : Ft 5% = 0,717 : 2,03. Jadi Fo < Ft 5%, sehingga

hubungan antara X2 dengan Y linier.

104

Lampiran 15

ANALISIS REGRESI GANDA

A. Tabel Persiapan Analisis Regresi Ganda

NO X1 X2 Y X12 X2

2 Y2 X1Y X2Y X1X2

1 73 76 68 5329 5776 4624 4964 5168 5548

2 86 74 69 7396 5476 4761 5934 5106 6364

3 78 69 68 6084 4761 4624 5304 4692 5382

4 71 74 82 5041 5476 6724 5822 6068 5254

5 76 77 69 5776 5929 4761 5244 5313 5852

6 74 76 69 5476 5776 4761 5106 5244 5624

7 71 76 69 5041 5776 4761 4899 5244 5396

8 77 64 77 5929 4096 5929 5680 4928 4928

9 71 75 80 5041 5625 6400 5929 6000 5325

10 71 79 81 5041 6241 6561 5751 6399 5609

11 69 80 78 4761 6400 6084 5382 6240 5520

12 72 75 82 5184 5625 6724 5904 6150 5400

13 71 80 78 5041 6400 6084 5538 6240 5680

14 73 70 78 5329 4900 6084 5694 5640 5110

15 66 79 77 4356 6241 5929 5082 6083 5214

16 78 65 48 6084 4225 2304 3744 3120 5070

17 78 66 48 6084 4356 2304 3744 3168 5148

18 85 92 102 7225 8464 10404 8670 9284 7820

19 71 75 75 5041 5625 5625 5325 5625 5325

20 70 75 82 4900 5625 6724 5740 6150 5250

21 74 83 68 5476 6889 4624 5032 5644 6142

22 64 69 59 4096 4761 3481 3776 4071 4416

23 73 72 80 5329 5184 6400 5840 5760 5258

24 75 70 71 5625 4900 5041 5325 4970 5250

25 83 86 62 3969 7396 3844 3906 5332 5418

26 83 75 70 6889 5625 4900 5810 5250 6225

105

27 60 93 91 7225 8649 8281 7735 8463 7905

28 69 88 78 4761 4761 6084 5382 5382 4761

29 84 90 91 7056 7744 8281 7644 8008 7392

30 70 81 82 4900 6561 6724 5740 6642 5670

31 82 80 88 6724 6400 7744 7216 7040 6560

32 79 72 85 6241 5625 7225 6715 6205 5925

33 83 88 86 6889 7744 7396 7138 7568 7304

34 70 72 73 4900 5625 5329 5110 5475 5250

35 73 81 75 5329 6561 5625 5475 6075 6006

36 70 83 77 4900 6889 5929 5390 6391 5810

37 78 77 78 6084 5929 6084 6084 6006 5005

38 69 77 80 4761 5929 6400 5520 6160 5313

39 76 88 89 6889 7744 7921 7387 7832 7304

40 75 70 82 5625 4900 6725 6150 5740 5250

41 73 85 75 5329 7225 5625 5475 6375 6205

42 70 78 68 4900 6084 4626 4760 5304 5460

43 74 79 74 5476 6241 5476 5476 5846 5846

44 71 70 69 5041 4900 4761 4899 4830 4970

45 69 70 71 4761 4900 5041 4899 4970 4830

46 66 80 70 4356 6400 4900 4620 5600 5280

47 68 76 69 4624 5776 4761 4692 5244 5168

48 71 74 76 5041 5476 5776 5396 5624 5254

49 70 77 68 4900 5929 4624 4760 5236 5390

50 70 76 77 4900 5776 5929 5390 5852 5320

Σ 3633 3804 3762 265719 29234 287726 275052 288395 277442

A. Penyajian Data

106

N = 50

∑X1 = 3633

∑X2 = 3804

∑Y = 3762

∑X12 = 265719

∑X22 = 292234

∑Y2 = 287726

∑X1Y = 275052

∑X2Y = 288395

∑X1X2 = 277442

B. Menghitung Jumlah Kuadrat (JK)

1. Σx12 =

( ) ( )1576,438

50

3633 - 265719

Ν

ΧΧ

2212

1 ==∑−∑

2. Σx22 =

( ) ( )2825,688

50

3804 - 292234

Ν

ΧΧ

2222

2 ==∑−∑

3. ΣY2 = ( ) ( )

4554,094 50

3762 - 28726

Ν

222 ==Υ∑−Υ∑

C. Menghitung Jumlah Produk

1. Σx1y = ( )( ) ( )( )

1755,563 50

37623633 - 275052 1

1 ==Ν

Υ∑Χ∑−ΥΧ∑

2. Σx2y = ( )( ) ( )( )

2170,875 50

37623804 - 288395 1

2 ==Ν

Χ∑Χ∑−ΥΧ∑

3. Σx1x2 = ( )( ) ( )( )

1064,156 50

38043633 - 277442 21

21 ==Ν

Χ∑Χ∑−ΧΧ∑

107

D. Menghitung Koefisien Korelasi

1. rX1Y = ( )( ) ( )( )0,655

094,45541576,438

1755,563

yx

yx22

1

1 ==∑∑

2. rX2Y = ( )( ) ( )( ) 0,605 094,45542825,688

2170,875

yx

yx22

2

2 ==∑∑

E. Menghitung Koefisien Regresi Ganda Persamaan regresi yang dicari :

Y = a + b1X1 + b2X2

a = Y – b1X1 – b2X2

b1 = ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )221

22

21

22112

2

xxxx

yxxxyxx

∑−∑∑

∑∑−∑∑

= ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )2156,1064688,2825438,1576

875,2170156,1064563,1755688,2825

−−

= 0,798

b2 = ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )221

22

21

12122

1

xxxx

yxxxyxx

∑−∑∑

∑∑−∑∑

= ( )( ) ( )( )

( )( ) ( )2156,1064688,2825438,1576

563,1755156,1064875,2170438,1576

−−

= 0,468

a = Y – b1X1 – b2X2

a = 75,240 – 0,798 . 72,660 – 0,468 . 76,080

a = -18,122

Persamaan regresi yang dicari adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2

Y = -18,122 + 0,798 X1 + 0,468 X2

108

F. Menghitung Koefisien Korelasi Ganda (RY(1,2))

RY(1,2) = 2y

regresikuadrat Jumlah

= 2

2211

y

yxbyxb

∑+∑

= ( )( ) ( )( )

094,4554

875,2170498,0563,1755728,0 +

= 0,728

G. Uji Signifikansi RY(1,2)

1. Menghitung Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg)

JKreg = b1 ∑x1y + b2 ∑x2y

= (0,798) (1755,563) + (0,468) (2170,875)

= 2416,194

2. Menghitung Jumlah Kuadrat Residu (JKres)

JKres = ∑y2 – JKreg

= 4554,094 – 2416,194

= 2137,900

3. Menghitung derajat kebebasan (db)

a. dbT = N – 1 = 50 – 1 = 49

b. dbreg = m – 1 = 3 – 1 = 2

c. dbres = dbT – dbreg = 49 – 2 = 47

4. Menghitung Rerata Kuadrat (RK)

RKreg = JKreg : dbreg = 2416,194 : 2 = 1208,097

RKres = JKres : dbres = 2137,900 : 47 = 45,487

5. Menghitung Fo

Fo = RKreg : RKres = 1208,097 : 45,487 = 26,559

109

6. Membuat Rangkuman Uji F

Rangkuman Uji F

SUMBER JK db RK F

Regresi 2416,194 2 1208,097 26,559

Residu 2137,900 47 45,487 -

Total 4554,094 49 - -

H. Menghitung Sumbangan X atas Y

1. Menghitung Sumbangan Relatif

SR X1 = 100% x JK

yxb

reg

11∑

= ( )( )

100% x 2416,194

1755,5630,798

= 57,970%

SR = 100% x JK

yxb

reg

12 ∑

= ( )( )

100% x 194,2416

875,2170468,0

= 42,030%

2. Menghitung Sumbangan Efektif

SE X1 = SR X1 x R2

= 57,970 x 0,7282

= 30,756

SE X2 = SR X2 x R2

= 42,030 x 0,7282

= 22,299

110