studi pemberian mp asi dini dan status gizi bayi · pdf filediare sesak nafas alergi dll...
TRANSCRIPT
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 MP-ASI, Status Gizi, Balita
STUDI PEMBERIAN MP–ASI DINI DAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0 – 6 BULAN DI KELURAHAN BOTANG KECAMATAN
MAKALE KABUPATEN TANA TORAJA
Siti Nur Rochimiwati1, Hikmawati Mas’ud
1, Jayanti Giringan
2
1Jurusan Gizi, Piliteknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2Alumni Jurusan Gizi, Piliteknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
Abstract
Background: Complementaryfood is additional food that given to infant after 6 month to 24 month. Mistake of complementary food gift is one of cause of growth disorder. Objectives: This research to know complementary food gift early and nutritional status of infant 0 to 6 month in Botang, Distric Makale, Regency of Tana Toraja. This research use observional and descriptif approach with samples 18 infants 0 to 6 month. Results: This research show that age of complementary food gift begin to 3 to 4 month, amount of 9 infants (50%) with kind of complementary food that give is stapple food, 13 infant (72,3%) with frequency of complementary food gift is twice frekuensi. From 18 infant there are 14 intant (77.8%) have normal of nutritional status and 4 infant (22,2%) have malnutrition. Conclucions: of complementary food gift early provided begin 3 to 4 month and nutritional status infant base of weight per age index amount 14 infant (77,7%) have normal of nutritional status. Suggestion: to health employee and all side to give inform to mother about important of good complementary food gift from frequency aspect, portion, kind (quality and quantity) base of infant’s age. Keyword : Complementary food gift early and nutritional status
LATAR BELAKANG
Perbaikan makanan bayi dan anak adalah bagian integral dari usaha perbaikan gizi keluarga, yang antara lain bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi (AKB) dan anak balita. Ketidaktahuan cara pemberian makanan bayi dan anak yang benar dan tepat serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak usia 0 – 24 bulan. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat.
Menurut laporan Bina Kesehatan Keluarga dan KB Dinkes Provinsi Sulsel tahun 2001 tercatat bahwa jumlah KEP sebesar 13,48% (PSG, 2004). Menurut hasil Survey Gizi Mikro Tahun 2006 balita gizi buruk tercatat
sebesar 9%, sedangkan KEP total sebesar 28,5%. (Profil Kesehatan Sulawesi Selatan, 2008). RISKESDAS tahun 2010 menunjukan prevalensi status gizi kurang di Sulawesi Selatan (18,6%) masih lebih tinggi dibanding Indonesia (13%).
Penelitian yang dilakukan oleh Verawaty pada tahun 2010 di Desa Madandan Kecamatan Rantetayo Kabupaten Tana Toraja terdapat 19 anak (54,3%) yang mendapatkan MP – ASI kurang dari 6 bulan sedangkan status gizi bayi yang dihitung dengan Z-Score menggunakan indeks BB/U, sebanyak 29 anak (82,9%) berstatus gizi baik dan sebanyak 6 anak (17,1%) berstatus gizi kurang. Selanjutnya, berdasarkan Pofil Kesehatan Kabupaten Tana Toraja Tahun 2008 persentase Balita dengan BGM sekitar 17,19%, Balita BGT 38,37% dan balita yang berat badannya naik 64,73%.
77
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 MP-ASI, Status Gizi, Balita
Pemberian ASI pemberian sesudah MP-ASI menyebabkan ASI kurang di konsumsi pada bayi umur 6-8 bulan. Jika hal ini terjadi maka zat – zat gizi yang diperlukan bayi yang bersumber dari ASI tidak terpenuhi, sehingga dapat berdampak pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Demikian juga MP-ASI diberikan terlalu dini akan menyebabkan konsumsi ASI berkurang, yang akan berakibat menurunnya produksi ASI.
Jika bayi sudah berumur 8 bulan MP-ASI dapat diberikan lebih dulu kemudian diberikan ASI. Perlu diberi jarak waktu yang cukup anatara memberikan MP- ASI dan menyusui agar lambung bayi tidak terlalu penuh (Aritonang, 2004).
Pemberian MP – ASI dini merupakan peluang masuknya berbagai jenis kuman apalagi jika diproses dan disajikan dengan tidak higienis. Hasil riset terakhir di Indonesia menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP – ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. (http://posyandu.org/kuliner/menu-balita/649-keluarga sehat,2008,diakses tg 17 Januari 2012).
WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yaitu ; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara ekslusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP – ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih.
Berdasarkan data tersebut, telah dilakukan penelitian tentang gambaran pemberian MP – ASI dini dan status gizi bayi Umur 0 – 6 bulan di kelurahan Botang kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian observasional dengan pendekatan deskriptif dan rancangan secara potong lintang (cross sectional study) yaitu untuk memperoleh gambaran tingkat pemberian MP – ASI dini dan status gizi bayi umur 0 – 6 bulan Di Kelurahan Botang Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. Yang dilaksanakan pada bulan Juni 2012.
Populasi adalah semua bayi yang berada di Kelurahan Botang Kecamatan
Makale sebanyak 57 bayi. Sampel adalah bayi yang berumur 0 – 6 bulan dengan kriteria sebagai berikut tidak sakit, bersedia menjadi sampel, tidak mempunyai kakak yang berbeda umur 1 tahun dan sudah diberikan MP–ASI. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yaitu semua populasi yang sesuai dengan kriteria dan diperolah 18 bayi.
Data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran antropometri dengan menimbang berat badan anak lalu dibandingkan dengan umur. Penimbangan berat badan menggunakan timbangan dacin dengan ketelitian 0,1 kg. Umur diperoleh dengan menanyakan tanggal lahir anak kepada orang tuanya. Data pemberian MP–ASI dikumpulkan dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner, data dianalisis secara deskriptif.
HASIL Karakteristik Responden
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Ayah Ibu
n % n %
SD SLTP SLTA
Perguruan Tinggi
1 3
12 2
5,5 16,7 66,7 11,1
2 3 10 3
11,1 16,7 55,5 16,7
Total 18 100% 18 100%
Pekerjaan
Petani PNS
Wiraswasta perawat
Sopir IRT
7 3 7 0 1 0
38,9 16,7 38,9
0 5,5 0
0 2 0 1 0 15
0 11.1
0 5,5 0
83,4
Total 18 100% 18 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
pendidkana orang tua mayoritas adalah SMU baik ayah maupun ibu sedangan pekerjaan adalah wiraswasta untuk ayah dan ibu sebagai ibu rumah tangga.
78
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 MP-ASI, Status Gizi, Balita
Karakteristik Sampel Tabel 5
Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Bayi
Umur (Bulan) n %
1 – 2 3 - 4 4 – 6
4 8 6
22,2 44,5 33,3
Total 18 100%
Jenis Kelamin
Laki – Laki Perempuan
5 13
27,8 72,2
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa umur tebanyak sampel 3-4 sebanyak 8 anak (44,%) dan berjenis kelamin terbanyak adalah perempuan 13 anak (72,2%).
Riwayat menyusui Proses Menyusui
Tabel 3 Distribusi Anak yang Masih Disusui
Kategori n %
Masih disusui Tidak disusui
12 6
66,7 33,3
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa dari 18 anak 12 anak (66,7%) yang masih disusui dan 6 anak (33,3) yang tidak disusui. Anak yang pernah disusui
Tabel 4 Distribusi Anak yang Pernah Disusui
Kategori n %
Pernah disusui Tidak pernah
disusui
18 0
100 0
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa dari 18 anak terdapat 18 anak (100%) yang pernah disusui.
Anak yang disusui 1 jam setelah lahir
Tabel 5 Distribusi Anak yang Disusui 1 Jam Setelah
Lahir
Kategori n %
Disusui 1 jam setelah lahir Tidak disusui 1 jam
setelah lahir
15 3
83,3 16,7
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa dari 18 anak terdapat 15 anak (83,3%) anak yang disusui 1 jam setelah lahir . Frekuensi menyusu anakyang masih menyusui saat ini
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Menyusui Anak dalam
Sehari
Frekuensi Pemberian
n %
1 – 3 kali 4 – 7 kali
Semau bayi
3 7 2
25 58,3 16,7
Total 12 100%
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa dari 18 anak terbanyak 7 anak (58,3%) anak yang disusui 4 – 7 kali sehari.
Pemberian MP-ASI dini Umur pemberian MP – ASI Dini
Tabel 7
Distribusi Usia Pemberian MP – ASI Dini
Umur Pemberian Makanan Selain ASI Dini
n %
1 – 2 bulan 3 – 4 bulan 5 – 6 bulan
6 9 3
33,3 50
16,7
Total 18 100%
79
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 MP-ASI, Status Gizi, Balita
Makanan yang pertama kali diberikan Tabel 8
Distribusi Makanan yang Pertama Kali Diberikan
Kategori n %
Air Tajin Nasi
Pisang / buah lain Bubur instan dari pabrik
Bubur beras Susu bubuk
Biskuit
5 0 8 3 0 0 2
27,8 0
44,4 16,7
0 0
11,1
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa makanan yang pertama kali diberikan pada umumnya sebanyak 8 anak (44,4%) diberikan pisang/buah lain . Makanan yang diberikan saat ini
Tabel 9
Distribusi Makanan yang Diberikan Saat Ini
Kategori n %
Nasi Pisang/buah lainnya
Biskuit Bubur instan dari pabrik Bubur beras dari tepung
0 8 3 7 0
0 44,4 16,7 38,9
0
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa 8 anak (44,4%) yang diberikan pisang atau buah lain.
Porsi pemberian MP – ASI Dini
Tabel 10
Distribusi Porsi Pemberian MP – ASI Dini
Porsi Pemberian
Pemberian MP – ASI Dini dalam Sehari
n %
1 – 2 sdt 2 – 3 sdt 3 – 4 sdt 4 – 5 sdt
8 6 4 0
44,5 33,3 22,2
0
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa porsi pemberian makanan MP – ASI dini 1 – 2 sdt sebanyak 8 anak (44,5%).
Konsistensi (bentuk) makanan pendamping ASI Dini
Tabel 11 Distribusi Konsistensi (Bentuk Makanan)
Pendamping ASI Dini
Konsistensi n %
Kental Agak kental Agak encer
Cair
3 10 5 0
16,7 55,5 27,8
0
Total 18 100%
Berdasarkan table diatas menunjukkan
bahwa konsistensi (bentuk makanan) pendamping ASI dini agak kental 10 orang (55,5%) Jenis makanan yang diberikan
Tabel 11
Distribusi Jenis Makanan yang Diberikan
Kategori n %
Makanan pokok + lauk pauk+ sayur + buah Makanan pokok + lauk pauk + sayur
Makanan pokok + lauk pauk Makanan pokok
2 4 3 9
11,1 22,2 16,7 50
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa 9 anak (50%) yang jenis makananya makanan pokok . Frekuensi pemberian MP – ASI Dini
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Pemberian MP – ASI Dini
Frekuensi pemberian
n %
3-4 kali Kurang 3 kali
5 13
27,7 72,3
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas
menggambarkan bahwa pemberian MP – ASI dalam sehari dengan frekuensi kurang 3 kali 13 anak (72,3%)
80
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 MP-ASI, Status Gizi, Balita
Alasan pemberian MP – ASI Dini
Tabel 13
Distribusi alasan pemberian MP – ASI Dini
Kategori n %
Pengaruh kebiasaan turun temurun dari nenek moyang Ibu terlalu sibuk dengan pekerjaanya Lihat dari orang lain (ikut – ikutan )
Asi tidak keluar
2 4 7 5
11,1 22,2 38,9 27,8
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas
menunjukkan bahwa 7 anak (38,9%) yang diberikan MP – ASI dini karena melihat orang lain ( ikut – ikutan ) Penyakit yang diderita
Tabel 14 Distribusi penyakit yang diderita pada saat
diberikan MP – ASI Dini di Kelurahan Botang Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja
Tahun 2012
Kategori n %
Flu Batuk Diare
Sesak nafas Alergi
Dll (penyakit lain )
0 0
13 2 0 3
0 0
72,2 11,1
0 16,7
Total 18 100%
Berdasarkan tabel 19 diatas
menunjukkan bahwa 13 anak (72,2%) yang menderita diare. Status Gizi
Tabel 15
Distribusi status gizi berdasarkan indeks BB/U di Kelurahan Botang Kecamatan Makale
Kabupaten Tana Toraja 2012
Status Gizi n %
Baik Kurang
14 4
77,8 22,2
Total 18 100%
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan
bahwa status gizi anak yang baik sebanyak 14 anak (77,8%) dan yang kurang sebanyak 4 anak (22,2%)
Frekuensi pemberian MP-ASI dini dan status gizi
Table 16 Distribusi frekuensi MP-ASI dini dan status gizi anak di Kelurahan Botang Kecamatan Makale
Kabupaten Tana Toraja 2012
Frekuensi pemberian
MP-ASI
Status gizi
Baik Kurang Jumlah
n % n % n %
3-4 kali 10 55.5 3 16,7 13 72,2
< 3 kali 4 22,3 1 5,5 5 27,8
Total 14 77,6 4 22,4 18 100
PEMBAHASAN Praktek Pemberian MP – ASI Dini
Makanan pendamping ASI (MP – ASI ) adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Merupakan proses untuk memperkenalkan makanan selain ASI kepada bayi dan anak yang diberikan secara bertahap mencakup, umurnya, jumlahnya frekwensi dan bentuknya agar kecukupan energi dan zat gizi lain terpenuhi dari makanan keluarga. Semakin meningkatnya usia bayi kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah, sedangkan ASI tidak dapat memenhui seluruh kebituhan gizi anak. Pemberian MP-ASI juga merupakan suatu proses peralihan dari makanan berbasis car ( susu) ke makanan yang lebih padat dalam bentuk makanan keluarg King SV, Burgerss A,2001). WHO merekomendasikan MP-ASI diberikan pada usia bayi 6 bulan. Sebelum usia 6 bulan pencernaan bayi belum siap menerima makanan semi padat sehingga dapat menyebabkan diare. Pengenalan dan pemberian MP – ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya maupun frekwesinya. Hal ini dimaksudkan
81
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 MP-ASI, Status Gizi, Balita
untuk menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP – ASI . Pemberian MP – ASI yang cukup dalam kualitas dan kuantitas sangat penting untuk mendukung pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan anak yang pesat pada periode ini.
Hasil penelitian diperoleh dari 18 sampel sebanyak 12 anak (66,7%) yang masih disusui. Dengan umur sampel masih berumur dibawah 6 bulan. Dari usia menyusui hal ini sesuai rekomendasi WHO tetapi sudah diberi MP-ASI yang tidak sesuai anjuran .
Umur Pemberian MP – ASI Dini
Pada penelitian ini pemberian MP – ASI sudah dimulai pada umur 1-2 bulan (33,3%) dan terbanyak pada umur 3-4 bulan (50%). Hal ini dapat dikatakan tidak baik karena tidak sesua rekomendasi WHO dan Depkes yang mengajurkan MP-ASI diberikan mulai umur anak 6 bulan. Pemberian MP-ASI yang dini memang memberikan tambahan energy dan zat gizi dari makanan tetapi kesiapan system percernaan belm siap sehingga anak dapat terkena diare diawal pemberiannya (72.2% ). Dilihat dari sudut kematangan fisiologi dan kebutuhan gizi, pemberian MP – ASI pada bayi sebelum usia 6 bulan biasanya belum diperlukan dan akan mengandung resiko, misalnya akan terserang diare. Semua kebutuhan gizi termasuk cairan dapat dipenuhi oleh ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Pendapat Latief (2000), bahwa tidak bijaksana untuk memberikan makanan tambahan kepada bayi sebelum berumur 6 bulan, karena adanya kontaminasi yang sangat tinggi terhadap bahaya gastroenteritis yang merupakan penyakit serius pada anak. Pemberian MP – ASI dibawah umur bayi 6 bulan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan dapat pula mengakibatkan terjadinya gizi kurang pada bayi. Alasan pemberian makanan tambahan yang terlalu dini pada penelitian ini adalah responden hanya ikut – ikutan atau lihat dari orang lain sebanyak 38,9%.Jenis MP – ASI adalah berbagai bentuk makanan atau minuman dari berbagai jenis bahan makanan yang diberikan sebagai MP – ASI yang merupakan pilihan ibu. Jenis MP – ASI yang biasa diberikan oleh ibu pada bayinya yaitu pisang/buah lain, biskuit, bubur instan dari pabrik dan bubur tepung beras. Dari hasil penelitian ini diperoleh gambaran bahwa makanan yang diberikan pertama kali dan makanan yang diberikan pada saat ini pada umumnya adalah pisang atau buah lain yaitu sebanyak 8 anak (44,4%).
Menurut suhardjo (1996), kebiasaan makan yang baik adalah tiga kali sehari, kalau hanya satu kali sehari, maka konsumsi pangan terutama bagi anak – anak mungkin sekali kurang dan kebutuhan zat gizinya tidak terpenuhi bagaimanapun cara penyiapannya. UNICEF (1996) memngemukakan bahwa frekuensi pemberian makanan kepada anak agar dilonggarkan (di beri selang waktu) dalam setiap periode jangan sekaligus, yang bisa mengakibatkan kemungkinan makanan rusak atau busuk karena sisa makanan yang terlalu banyak, sehingga makanan yang dikonsumsi bayi tidak lagi mencapai nilai gizi seperti diharapkan. Pendapat diatas sesuai dimana frekuensi pemberian MP – ASI 2 kali sebanyak 13 anak (72,3%).
Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat – zat gizi yang dipengaruhi oleh aspek pola makan dan aspek sosial budaya seperti lingkungan, agama dan pendidikan (Almatsier,2001).
Berdasarkan hasil penelitian jika status gizi dilihat berdasarkan indeks BB/U diperoleh gambaran bahwa dari 18 anak yang diambil sebagai sampel penelitian, didapatkan 14 anak (77,8%) berstatus gizi baik dan 4 anak (22,2%) berstatus gizi kurang. Dari hasil penelitian yang di lakukan dapat digambarkan bahwa jika ditinjau dari umur pemberian MP – ASI dengan status gizi pada umur 1 – 2 bulan 2 anak (11,2%) yang status gizinya kurang, ini biasanya disebabkan karena adanya penyakit yang diderita oleh anak tersebut sehingga usia status gizinya masih kurang misalnya diare. Pemberian MP – ASI dini dan Status Gizi
Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Secara fisik anak yang menderita gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami gangguan pertumbuhan dan mudah terkena penyakit infeksi. Penyebab gangguan pertumbuhan usia muda diantaranya disebabkan karena pola konsumsi makanan pendamping ASI (MP – ASI ) yang kurang benar dan kurang tepat (Rahmayanti,2007). Pada penelitian ini dilihat dari frekuensi pemberian MP – ASI dengan status gizi, dapat digambarkan bahwa 10 anak (55,5%) yang frekuensi pemberian makanannya baik dan status gizi baik dan 3 anak (16,7%) yang frekuensi pemberian makannya baik dan status gizi kurang.hal ini sejalan dengan porsi yang diberikan setiap kali bervariasi antara 1-
82
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 MP-ASI, Status Gizi, Balita
4 sendok, dengan bentuk bubur agak kental dengan menggunakan bahan makanan pokok. Disisi lain pemberian MP-ASI ini dini dimana teleh mulai diberikan pada umur 3-4 bulan. Umur pemberian MP_ASI ini kurang tepat ditinjau dari perkembangan system pencernaan yang belum siap menerima makanan semi padat dan hal ini terlihat dari banyaknya anak (72,2% ) yang terkena diare diawal pemberiannya. MP – ASI tidak diberikan pada waktu dan jumlah yang tepat maka dapat menurunkan status gizi anak yang terlihat sebanyak 22,2% menderita gizi kurang.
Dari hasil penelitian pemberian MP-ASI belum sesuai anjuran atau rekomendasi WHO dari segi umur. Tetapi dari sisi lain adalah anak masih menyusu sehingga sebagian zat gizi esensial diperoleh dari ASI.
KESIMPULAN 1. Umur pemberian makanan selain ASI (MP
– ASI ) dini umur 3 – 4 bulan sebanyak 9 anak (50%).
2. Jenis MP – ASI Dini yang diberikan pada umumnya adalah makanan pokok sebanyak 9 anak (50%).
3. Frekuensi pemberian MP – ASI Dini dalam sehari dengan frekuensi 2 kali sebanyak 13 anak (72,2%).
4. Status gizi anak berdasarkan indeks BB/U terdapat 14 anak (77,7%) yang berstatus gizi baik.
SARAN 1. Disarankan kepada ibu – ibu agar
pemberian MP – ASI kepada anak sebaiknya diberikan mulai pada umur 6 bulan keatas, jenis yang diberikan sesuai dengan potensi yang ada di dalam keluarga.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan dan semua pihak yang terkait untuk memberikan informasi kepada ibu balita tentang pentingnya pemberian MP – ASI yang tepat baik dari segi frekuensi, porsi (kualitas dan kuantitas) dan dari segi umur.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran. Apriadji H. Wied, 2006. Variasi Makanan
Sehat. Jakarta Aritonang irianton, 2004. Kebiasaan Makan
dan Gizi Seimbang. Yogyakarta Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Riskesdas 2010
Depkes. 2000. Aksi Pangan dan Gizi 2001 – 2005. Jakarta
Depkes. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping air Susu Ibu ( MP – ASI) Lokal Tahun 2006. Jakarta
Elvy. Makanan Pendampin ASI. http://keenanswardrobe.multiply.com/journal/ite
m/7/MPASI_Makanan_Pendamping_ASI( diakses, 7 Januari 2011)
http://posyandu.org/kuliner/menu-balita/649-pemberian-makanan-bayi-umur-0-bulan sampai-24-bulan.html ( diakses, 17 Januari 2012)
King, SV dan A, Burgess, 1997. Nutrition for Developing Countries. Oxford Universiti – USA – Tokyo
Latief, D.T, Surawang, 2000. Program ASI Ekslusif dan MP – ASI. 2000
Nuraeni. 2006. Gambaran Status gizi Dan Praktek Pemberian MP – ASI Anak Usia 0 – 24 Bulan Di Desa Garing Kecamatan Tompobulu Kabupaten Gowa. Makassar
Soekirman.2000 Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta
Sudarianto, Mursalim, Agusyanti, dkk. 2008. Profil Kesehatan Sulawesi Selatan. Makassar
Suhardjo. 1992. Pendidikan Gizi. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. IPB
Suhardjo, 1996. Pemberian Makanan Pada Bayi dan Anak. Kanisius. Yogyakarta
Supariasa. Dkk.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta; penerbit buku kedokteran
Suparyanto. 2010. Makanan Pendamping Air Susu Ibu .
Thaha. AR, 2004. Masalah Gizi dan Alternatif Penanggulangannya. ( Makalah Ilmiah yang Disajikan pada Rakor Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan dan Strategi Perbaikan Gizi, Kementrian Kesra RI, Makassar,21 Mei 2004)
Verawaty M. 2006. Gambaran Pola Asuh dan Status Gizi Bayi Usia 6 – 12 Bulan di Desa Madandan Kecamatan Rantetayo Kabupaten Tana Toraja. Makassar
Waryana, 2010. Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Jakarta
Widjaja MC. 2006. Gizi Tepat Untuk Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita.penerbit PT Kawasan Pustaka. Jakarta
83