studi kelayakan pendirian industri pengolahan...

85
STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI R. ADITYO ARANNUGROHO F24050077 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: vohuong

Post on 07-Sep-2018

310 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK

NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

R. ADITYO ARANNUGROHO

F24050077

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

FEASIBILITY STUDY ON ESTABLISHMENT OF JACKFRUITS CHIPS

PROCESSING INDUSTRIES IN SEMARANG REGENCY

R. Adityo Arannugroho

Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology, Bogor

Agricultural University, IPB Dramaga Campus, Bogor 16002, West Java, Indonesia.

ABSTRACT

Before make an investment, it would be good to make a feasibility study of

that investment. The result of this research is to know the feasibility of the the

establishment of the Jackfruits chips industries on Semarang regency. The result

of this reserach show that market aspect have stable market demand, prospective

market potential, and good market share. Analysis result of technical and

technology aspect, finanncial aspect indicate that jackfruit chip industry is

feasible to established. The analysis to the sensitivity on the increasing raw

material prices up to 13%, increasing fuel and electricity prices up to 68%, and

reduction in selling prices up to 4% is feasible to established.

Keywords : feasibility study,technic aspect, financial aspect

Page 3: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

R. Adityo Arannugroho. F24050077. Studi Kelayakan Pendirian Industri

Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang. Di bawah bimbingan

Darwin Kadarisman

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi

mengenai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di

Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai (a)

acuan bagi calon wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha keripik

nangka, (b) masukan bagi Pemerintah Kabupaten dalam melakukan pembinaan

terhadap petani nangka (c) masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman

dana.

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan,

pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan

adalah data primer dan sekunder. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis pasar,

analisis teknik dan teknologi, aspek finansial, serta yuridis. Proses analisis setiap

aspek saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya sehingga hasil analisis

tersebut menjadi terintegrasi.

Hasil penelitian aspek pasar produk keripik nangka menunjukkan bahwa

saat ini permintaan pasar cukup stabil, potensi pasar di masa mendatang cukup

baik karena kota Semarang banyak dikunjungi wisatawan, serta memiliki pangsa

pasar yang cukup baik. Ketersediaan bahan baku, teknologi pengolahan yang

menunjang, serta ketersediaan lokasi industri menunjukkan bahwa industri layak

dioperasikan secara teknis.

Dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di

kabupaten Semarang menunjukkan bahwa industri layak didirikan dengan BEP :

91.112.307,01, NPV : 56.749.889, IRR : 29,24%, Net B/C : 1,27, dan pay back

period 3,65 tahun.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga

bahan baku sampai dengan 13 %, kenaikan harga bahan bakar minyak dan listrik

sampai dengan 68 %, serta penurunan harga jual keripik nangka sampai dengan 4

%, maka industri pengolahan keripik nangka masih layak untuk didirikan.

Page 4: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KERIPIK

NANGKA DI KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian,

Institut Pertanian Bogor

Oleh

R. ADITYO ARANNUGROHO

F24050077

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 5: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Judul Skripsi : Studi Kelayakan Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka

di Kabupaten Semarang

Nama : R. Adityo Arannugroho

NIM : F24050077

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

( Ir. Darwin Kadarisman, M.S. )

NIP. 19470917 197403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

(Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.)

NIP. 19650814 19902 1 001

Tanggal lulus:

Page 6: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Studi Kelayakan

Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang adalah hasil karya

saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk

apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2011

Yang membuat pernyataan

R. Adityo Arannugroho

F24050077

Page 7: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

©Hak cipta milik R Adityo Arannugroho, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian

atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

Page 8: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat serta

salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Atas

kehendak dan karunia-Nya, penelitian dan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan

pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang” dapat

diselesaikan. Penelitian ini dilakukan sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar

sarjana pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini dapat diselesaikan atas sumbangan pemikiran dan masukan dari

pembimbing serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Ir. Darwin Kadarisman, M.S. selaku dosen pembimbing akademik dan

pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, bimbingan, masukan,

saran, bantuan dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ir. Subarna, M.S. dan Ir. Sutrisno Koswara, M.S., yang telah bersedia

mengalokasikan waktu sebagai dosen penguji.

3. Keluarga besar tercinta saya di rumah, Bapak, Ibu, dan kedua kakakku

tercinta. Terima kasih atas limpahan kasih sayang yang telah tercurahkan

tanpa henti kepada penulis selama ini. Berkat doa dan dukungan kalian semua

baik yang berupa materil maupun non materil.

4. Pak Pramono dari Dinas Perindustrian Kota Semarang, Pak Harry dan Bu

Dian dari Dinas Pertanian Kabupaten Semarang

5. Teman sebimbingan saya yang telah mendahului lulus, Eveline Septiana,

terima kasih atas sharing dan dorongan semangat untuk saling memberi

motivasi terutama dalam menghadapi seminar.

6. Teman-teman seperjuangan di ITP 42, terima kasih atas kebersamaannya

selama empat tahun lebih berjuang menuntut ilmu di IPB.

7. Teman-teman semua yang telah membantu penelitian, memberikan motivasi

dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini

Page 9: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, yang telah berkontribusi secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga Allah SWT menerima

dan membalas seluruh kebaikan yang telah dilakukan.

Bogor, April 2011

Penulis

Page 10: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 23 Maret 1987 sebagai anak

ketiga dari pasangan Drs. H.Z. Amri Amno,M.Sc. dan Hj. R.r. Winarni Sunariati,

S.H. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan di SD Negeri Kabluk 03 Kota

Semarang, SLTP Negeri 2 Semarang, dan SMA Negeri 3 Semarang. Kemudian

penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Partanian Bogor melalui jalur USMI

pada tahun 2005, dan masuk pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis pernah tergabung dalam beberapa

organisasi, diantaranya adalah Rohis A02 TPB, Rohis ITP 42 Embun, IKMT

(Ikatan Keluarga Muslim TPB), FBI Fateta, dan Omda PATRA ATLAS

Semarang.

Sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian, penulis

menyelesaikan skripsi dengan judul ”Studi Kelayakan Pendirian Industri

Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang”, di bawah bimbingan Ir.

Darwin Kadarisman, M.S.

Page 11: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................... xiv

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. STUDI KELAYAKAN .......................................................................................... 2

B. ASPEK PASAR ..................................................................................................... 2

C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI................................................................... 2

D. ASPEK FINANSIAL .............................................................................................. 2

E. BUAH NANGKA ................................................................................................... 3

F. KERIPIK NANGKA .............................................................................................. 4

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................... 6

B. METODE KERJA .................................................................................................. 8

C. ANALISIS DATA .................................................................................................. 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ASPEK PASAR ..................................................................................................... 14

B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI .................................................................. 19

C. ASPEK FINANSIAL .............................................................................................. 27

D. ASPEK YURIDIS .................................................................................................. 32

E. ASPEK SOSIAL ..................................................................................................... 34

F. ASPEK EKONOMI................................................................................................. 34

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN ............................................................................................................ 35

B. SARAN ................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 36

LAMPIRAN ............................................................................................................................ 38

Page 12: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Syarat mutu keripik nangka .................................................................................... 5

Tabel 2. Data primer ............................................................................................................ 9

Tabel 3. Data sekunder ........................................................................................................ 10

Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota Semarang

14

Tabel 5. Hasil survei produsen keripik nangka di sekitar kabupaten Semarang .................. 15

Tabel 6. Volume pasar keripik nangkadi kota Semarang ..................................................... 15

Tabel 7. Pangsa pasar ........................................................................................................... 18

Tabel 8. Klasifiksi mutu buah nangka .................................................................................. 19

Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka ............................................. 23

Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer ............................................................................. 24

Tabel 11. Kebutuhan kerja industri keripik nangka .............................................................. 27

Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka ........................................... 28

Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka ........................................... 29

Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka ........................................................................ 29

Tabel 15. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % dan 14 % .... 31

Tabel 16. Analisis sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 63 %dan 64

% ......................................................................................................................... 32

Tabel 17. Analisis sensitivitas untuk penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 % ................. 32

Page 13: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. (a) Buah nangka, dan (b) daging buah nangka .................................................... 3

Gambar 2. Keripik nangka ................................................................................................... 4

Gambar 3. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten

Semarang ........................................................................................................ 7

Gambar 4. Metode kerja ....................................................................................................... 8

Gambar 5. Grafik ketersediaan buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008

21

Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang ................................................. 22

Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2009 23

Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2 ............................................................................. 25

Gambar 9. Neraca bahani keripik nangka .............................................................................. 25

DAFTAR LAMPIRAN

Page 14: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Halaman

Lampiran 1. Data jumlah kunjungan wisatawan di kotaSemarang ....................................... 39

Lampiran 2. Data jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang

39

Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang pada tahun

2008/2009 .................................................................................................... 40

Lampiran 4. Data jumlah pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2006 .............. 41

Lampiran 5. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten

Semarang pada tahun 2007 ......................................................................... 42

Lampiran 6. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten

Semarang pada tahun 2008 .......................................................................... 43

Lampiran 7. Biaya bahan baku ............................................................................................. 44

Lampiran 8. Mesin dan peralatan yang dibutuhkan industri pengolahan keripik nangka ... 45

Lampiran 9. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung ................................................... 47

Lampiran 10. Biaya input industri keripik nangka ................................................................. 48

Lampiran 11. Penghitungan modal tetap industri keripik nangka ........................................... 49

Lampiran 12. Penghitungan nilai sisa dan biaya penyusutan .................................................. 50

Lampiran 13. Penghitungan biaya pemeliharaan dan asuransi ................................................ 51

Lampiran 14. Komposisi modal kerja dan total biaya investasi .............................................. 52

Lampiran 15. Struktur pembiayaan neraca pembayaran kredit ............................................... 53

Lampiran 16. Biaya operasional industri keripik nangka ....................................................... 54

Lampiran 17. Penghitungan margin keuntungan keripik nangka ........................................... 55

Lampiran 18a. Proyeksi laporan laba rugi industri keripik nangka ......................................... 56

Lampiran 18b. Penghitungan pajak penghasilan ..................................................................... 57

Lampiran 19. Proyeksi arus kas industri keripik nangka ........................................................ 58

Lampiran 20. Kriteria investasi ............................................................................................... 59

Lampiran 21. Kriteria investasi pada saat industri dioperasikan selama 12 bulan .................. 60

Lampiran 22a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13 % ......... 61

Lampiran 22b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 14 % ........ 62

Lampiran 23a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 %

63

Lampiran 23b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 69 %

64

Lampiran 24a. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 4 %

65

Lampiran 24b. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual keripik nangka sebesar 5 %

66

Page 15: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Lampiran 25. Peta kemiringan lahan kabupaten Semarang..................................................... 67

Lampiran 26. Daftar responden .............................................................................................. 68

Page 16: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemerintah Kabupaten Semarang menyatakan bahwa buah nangka merupakan produk

hortikultura unggulan yang potensial. Ditinjau dari segi produktivitas, berdasar data dari

Dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2008, produsi buah nangka di daerah ini

mencapai 17.593 kwintal/tahun. Mutu buah nangka yang baik dari segi rasa, ukuran, dan

ketebalan daging buah akan menjadi dukungan keunggulan bagi buah ini. Potensi buah di

daerah ini dapat memberikan nilai tambah apabila diolah menjadi keripik nangka.

Nilai tambah yang didapat jika buah nangka diolah menjadi keripik nangka diantaranya

adalah meningkatnya harga jual serta umur simpan produk menjadi lebih lama. Keuntungan

yang didapat dari usaha keripik nangka memberi peluang untuk didirikannya industri

pengolahan keripik nangka.

Sebelum keripik nangka dipasarkan di suatu wilayah, maka diperlukan penilaian

mengenai seberapa besar permintaan konsumen yang ada serta potensinya untuk dapat

berkembang di masa mendatang. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengurangi resiko

kegagalan produk yang dipasarkan.

Selain aspek pasar, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan operasional industri meliputi kelayakan jumlah dan mutu bahan-

bahan yang dibutuhkan untuk proses produksi, teknologi pengolahan yang digunakan, serta

beberapa hal yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan teknis kegiatan industri seperti

lahan, bangunan, dan tenaga kerja.

Dalam langkah pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan

pertimbangan yang berkaitan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan serta tingkat

penerimaan yang akan didapat sehingga tingkat resiko dari biaya yang diinvestasikan dapat

diukur tingkat kelayakannya.

Sebuah industri tidak dapat didirikan jika tidak mendapat izin dari pemerintah atau tidak

ada undang-undang yang mengatur tentang pendirian industri di suatu daerah. Maka dalam

studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka juga diperlukan analisis

mengenai peraturan dan perizinan mengenai pendirian industri.

Untuk menilai tingkat kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di

kabupaten Semarang, maka dibutuhkan studi kelayakan yang dalam dan komprehensif

sehingga hasil studi kelayakan dapat menggambarkan tingkat kelayakan pendirian industri

dengan baik. Informasi yang didapat dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan

keripik nangka di kabupaten Semarang mencakup gambaran ketersediaan pasar dan

perkiraanya, kebutuhan teknis industri, kelayakan finansial, dan syarat-syarat pendirian

industri.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai tingkat

kelayakan pendirian industri kecil keripik nangka di Kabupaten Semarang meliputi aspek

pasar, teknis dan teknologis, finansial, serta yuridis.

Manfaat penelitian ini diantaranya dapat digunakan sebagai acuan bagi calon

wirausahawan dan investor yang ingin melakukan usaha bisnis keripik nangka di kabupaten

Semarang, masukan bagi perbankan untuk pemberian pinjaman dan masukan bagi

pemerintah dalam melakukan pembinaan bagi para petani nangka di kabupaten Semarang,

Page 17: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. STUDI KELAYAKAN Kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan

suatu kegiatan usaha/proyek disebut dengan studi kelayakan bisnis. ,studi kelayakan bisnis

merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau

menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan (Ibrahim, 2009).

Menurut Gittinger (1986), proyek adalah kegiatan usaha yang menggunakan sumber-

sumber daya untuk memperoleh keuntungan atau manfaat. Perencanaan proyek yang baik

tergantung pada tersedianya berbagai informasi mengenai adanya investasi yang potensial

dan informasi mengenai pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan tujuan lainnya. Analisis

proyek menyediakan informasi proyek-proyek yang dipilih untuk dilaksanakan lalu menjadi

alat agar penggunaan sumber-sumber daya dapat menciptakan pendapatan.

Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, ada beberapa tahapan studi yang

hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan tersebut diantaranya adalah penemuan ide, tahap

penelitian, dan tahap pengurutan usulan yang layak (Umar, 2003).

B. ASPEK PASAR Pengertian pasar secara sederhana dapat diartikan sebagai tempat bertemunya para

penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian lebih luas tentang pasar adalah

himpunan pembeli nyata dan pembeli potensial atas suatu produk (Kasmir dan Jakfar, 2006).

Sutojo (1993) menyatakan bahwa dalam mengkaji aspek pasar, hal yang perlu

diperhatikan adalah kedudukan produk dalam pasar saat ini, komposisi dan perkembangan

permintaan produk di masa lalu dan sekarang, dan proyeksi permintaan produk di masa yang

akan datang, kemunginan adanya persaingan, dan peranan pemerintah dalam menunjang

perkembangan produk.

Menurut (Umar,2003), kondisi pasar saat ini dapat diketahui dengan melakukan identifikasi

terhadap pesaing dan mengestimasi penjualan mereka.

Kegunaan dari analisis aspek pasar adalah untuk menentukan besar, sifat, dan

pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, serta deskripsi tentang

produk dan harga jualnya (Edris, 1983).

C. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI Aspek teknik dan teknologi merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan

berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan operasi setelah industri

tersebut dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1991).

Analisis teknik secara spesifik mencakup analisis terhadap ketersediaan bahan baku,

proses produksi, mesin, dan peralatan, jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja,

dan penentuan luas pabrik (Husnan dan Suwarsono, 1994)

Studi aspek teknik dan teknologi menurut Umar (2003) meliputi rencana pengendalian

persediaan bahan baku, penentuan kapasitas produksi, serta proses pemilihan teknologi untuk

produksi.

D. ASPEK FINANSIAL

Analisis aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan,

baik untuk dana tetap maupun modal kerja awal. Analisis finansial adalah suatu analisis yang

membandingkan antara biaya-biaya dengan manfaat (keuntungan) untuk menentukan apakah

suatu proyek akan menguntungkan selama umur proyek (Sutojo, 1993).

Studi kelayakan terhadap aspek finansial perlu menganalisis bagaimana perkiraaan

aliran kas akan terjadi. Metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian

aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Break Event Point, Net Present Value, Internal

Rate of Return, dan Payback Period (Umar, 2003).

Break Event Point (BEP) adalah suatu cara untuk menetapkan tingkat produksi dimana

penjualan sama dengan biaya-biaya. Untuk memperoleh keuntungan, penerimaaan dari hasil

penjualan harus berada di atas titik pulang pokok (BEP) tersebut. Intisari pengkajian BEP

Page 18: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

adalah penyajian kenyataan bahwa bila tingkat produksi atau penjualan tidak dapat

melampaui titik ini maka proyek yang bersangkutan tidak dapat menghasilakan laba

(Kadariah et. al, 1978).

NPV merupakan selisih antara harga sekarang dari penerimaan dengan harga sekarang

dari pengeluaran pada tingkat bunga tertentu (Gray et al, 1992).

IRR adalah tingkat bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. IRR digunakan

untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang di harapkan

di masa datang, asalkan keuntungan yang diperoleh setiap satuan waktu di tanam kembali.

(Kadariah et. al, 1978).

E. NANGKA Tanaman nangka termasuk tumbuhan tahunan (perennial). Dalam sistematika

(taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman nangka dapat diklasifikasikan sebagai berikut

(Rukmana, 2008) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub-divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledenae

Ordo : Morales

Famili : Moraceae

Genus : Artocarpus

Spesies : A. Heterophyllus Lamk.

Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk) merupakan tanaman buah yang berasal dari

India dan menyebar ke daerah tropis termasuk Indonesia. Di Indonesia pohon ini memiliki

beberapa nama daerah antara lain nongko / nangka (Jawa, Gorontalo), langge (Gorontalo),

anane (Ambon), lumasa / malasa (Lampung), nanal atau krour (Irian Jaya), nangka (Sunda).

Menurut Rukmana (2008), kondisi optimum pertumbuhan nangka adalah pada kondisi

ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut, curah hujan 1.500-2.400 mm/tahun, serta suhu

16-32° C.

Di Indonesia terdapat lebih dari 30 kultivar. Di pulau Jawa terdapat lebih dari 20

kultivar. Berdasarkan sosok pohon dan ukuran buah nangka terbagi dua golongan yaitu

pohon nangka buah besar dan pohon nangka buah mini. Berdasarkan kondisi daging buah

nangka dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:

1) Nangka bubur: daging buah tipis, lunak agak berserat, beraroma keras mudah lepas

dari buah.

2) Nangka salak: daging buah tebal, agak kering aromanya kurang keras. (nangka celeng

dan nangka belulang).

3) Nangka cempedak: daging buah tipis, liat dan beraroma harum spesifik.Varietas-

varietas unggul nangka yang ditanam di Indonesia yaitu: nangka bilulang/nangka

celeng, nangka cempedak, nangka dulang, nangka kandel.

a b

Page 19: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Gambar 1. (a) Buah nangka., dan (b) Daging buah nangka

Nazaruddin dan Muchlishah (1996) menyatakan nangka varietas unggul di Indonesia

yang ditetapkan oleh menteri Pertanian salah satunya adalah nangka kunir. Nangka tersebut

memenangi lomba buah unggulan Jawa Timur pada tahun 1990. Ciri-ciri nangka kunir adalah

bobot perbuah mencapai 50 kg, diameter 40 cm, panjang 40-50 cm, buah bulat, berduri

jarang, dan tumpul, memiliki aroma wangi, daging buah manis, sedikit mengandung air, serta

daminya tipis. Widiastuti (1995) menyatakan ketebalan daging buah mencapai 1-1,5 cm dan

warnanya kuning keputihan.

Nangka varietas unggul lainnya di Indonesia adalah nangkadak. Tirtawinata (2008),

menyatakan bahwa nangkadak merupakan buah hasil persilangan antara buah nangka dan

buah cempedak. Proses penyilangan buah dilakukan dengan menggunakan benang sari buah

nangka (Artocarpus heterophyllus) sebagai induk jantan dan putik buah cempedak

(Artocarpus integer Merr) sebagai induk betina. Djonaziansyah (2008) menyatakan bahwa

rasa nangkadak mendekati rasa nangka namun dengan tingkat kemanisan yang lebih tinggi,

daging buahnya tebal, berukuran kecil, dan berwarna jingga. Pohon nangkadak hanya

memiliki tinggi 1-2 meter. Pohon ini tergolong cepat berbuah. Pada saat berusia 2,5 tahun,

pohon ini mampu berbuah sebanyak 30-50 buah.

F. KERIPIK NANGKA Menurut SNI-01-4269-1996, keripik nangka adalah makanan yang dibuat dari daging

buah nangka (Artocarpus integra) masak, dipotong/disayat, dan digoreng memakai minyak

secara vakum dengan atau tanpa penambahan gula serta bahan tambahan makanan yang

diizinkan.

Gambar 2. Keripik nangka

Page 20: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Berdasar SNI 01-4269-1996 syarat mutu keripik nangka adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Syarat Mutu Keripik Nangka

No. Kriteria uji Satuan Persyaratan

1

1.1

1.2

1.3

1.4

1.5

2

3

4

5

5.1

5.2

5.3

6

6.1

6.2

6.3

6.4

6.5

7

8

8.1

8.2

8.3

Keadaan

Bau

Rasa

Warna

Tekstur

Keutuhan

Air

Lemak

Abu

Bahan Tambahan Makanan

Pewarna

Pengawet

Pemanis buatan

-sakarin

-siklamat

Cemaran logam

Timbal (Pb)

Tembaga ( Cu )

Seng (Zn)

Timah (Sn)

Raksa (Hg)

Cemaran Arsen ( As)

Cemaran mikroba

Angka Lempeng Total / ALT

E. Coli

Kapang

-

-

-

-

% b/b

% b/b

% b/b

% b/b

Mg/kg

Mg/kg

Mg/kg

Mg/kg

Mg/kg

Mg/kg

Koloni/g

APM/g

Koloni/g

Khas

Khas

Normal

Renyah

Min. 90

Maks 5

Maks 25

Maks 3

Sesuai SNI. 01-0222-1987

Sesuai SNI. 01-0222-1987

Negatif

Negatif

Maks 2,0

Maks 5,0

Maks 40,0

Makls 40,0

Maks 0,03

Maks 1,0

Maks 10 4

< 3

Maks 50

Page 21: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka

di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan resiko kegagalan

dalam pengambilan keputusan pendirian industri. Dalam studi kelayakan suatu industri

dibutuhkan analisis dan peramalan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa

mendatang. Analisis yang dilakukan mencakup aspek pasar, teknis dan teknologis, finansial,

serta yuridis. Kerangka pemikiran pendirian industri pengolahan keripik nangka di

Kabupaten Semarang dapat dilihat pada gambar 3.

Hasil studi kelayakan ini dapat dipergunakan sebagai acuan dalam pembuatan

perencanaan bisnis pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang.

Dalam kegitan perencanaan bisinis, informasi studi kelayakan dapat membantu

mempermudah proses pembuatan strategi atau rencana yang harus dilakukan agar industri

keripik nangka dapat dijalankan dengan efektif dan efisien. Dengan adanya studi kelayakan

diharapkan dapat menarik investor dan perbankan untuk mengikutsertakan modal mereka.

Pendirian industri pengolahan keripik nangka merupakan salah satu langkah strategis

untuk menggerakkan perekonomian daerah serta pengembangan dunia usaha di kabupaten

Semarang. Dengan adanya industri berbasis bahan baku lokal dengan mutu serta

produktivitas yang tinggi, maka diharapkan adanya hubungan timbal balik menguntungkan

antara pihak industri dengan pemasok (masyarakat/petani/pengumpul bahan baku). Buah

nangka yang dihasilkan masyarakat/petani akan diserap untuk bahan baku industri keripik

nangka sehingga masyarakat/petani tetap terpacu untuk meningkatkan pembudidayaan.

Selain itu adanya spesifikasi bahan baku yang diperlukan untuk keperluan industri,

diharapkan mampu mendorong masyarakat/petani untuk melakukan seleksi varietas tanaman

nangka yang menghasilkan buah dengan spesifikasi yang dipersyaratkan. Adanya industri

pengolahan keripik nangka juga diharapkan dapat memperluas lapangan pekerjaan.

Page 22: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Gambar 3. Kerangka Pemikiran pendirian industri keripik nangka di kabupaten

Semaran

Industri Keripik

Nangka

Perencanaan Bisnis

Pembangunan Ekonomi

Daerah

Studi Kelayakan

Aspek Pasar

Aspek Teknik dan

Teknologi

Aspek Finansial

Aspek Yuridis

Pemasok

Investor/Perbankan

Produksi nangka

melimpah

Pengembangan Dunia Usaha

Page 23: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

B. Metode Kerja

1. Tahapan Kerja

Gambar 4. Metode Kerja

Mulai

Persiapan

Pengumpulan Data

Analisis Data

Pengolahan Data

Selesai

Penyusunan Laporan Studi

Page 24: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

2. Persiapan

Persiapan yang dilakukan pada awal penelitian diantaranya adalah penjajakan awal

ke lokasi penelitian dan pengurusan perizinan untuk melakukan penelitian.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh informasi, gambaran, dan

keterangan tentang hal-hal yang berhubungan dengan studi kelayakan, sehingga data

tersebut diharapkan dapat digunakan untuk pemecahan masalah dan pengambilan

keputusan.

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan pengamatan

langsung survei lapangan) seperti terlihat pada tabel 2. Teknik pengumpulan data

sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat data yang telah tersedia pada

instansi terkait.

Tabel 2. Data primer

Data yang dibutuhkan Sumber Data

Potensi pasar keripik nangka Rumah makan di kota Semarang,

pertokoan pusat oleh-oleh kota Semarang

, indomaret, DP Mall, pasar swalayan

ADA, Matahari, Gelael, stasiun Tawang,

bandara udara Ahmad Yani

Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan

sistem tata niaga bahan baku

Petani nangka, pedagang, dan pengumpul

buah nangka

Sistem produksi keripik nangka Produsen keripik nangka Tafied Rona

Chips

Harga beli tanah Pemilik tanah

Biaya mendirikan bangunan Kontraktor

Page 25: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Tabel 3. Data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan studi pustaka dan mencatat

data yang telah tersedia pada instansi terkait.

C. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis kuantitaif dan analisis kualitatif.

Analisis yang dilakukan terdiri atas analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, analisis

aspek financial, serta analisis yuridis. Proses analisis setiap aspek saling berkaitan antara satu

dengan yang lainnya sehingga hasil analisis tersebut menjadi terintegrasi.

1. Analisis pasar

Perkiraan jumlah pasar pada saat ini dilakukan dengan mengestimasi

penjualan aktual dan pangsa pasar. Perusahaan perlu mengetahui penjualan

sebenarnya dari industri keripik nangka yang terjadi di pasar dengan cara

mengidentifikasi potensi pasar pada :

1.) Jaringan pemasaran (distributor dan pengecer)

Sistem kredit perbankan yang berlaku dan tingkat

suku bunga

BPR Kabupaten Semarang

Data yang dibutuhkan Sumber Data

Jenis dan ketersediaan bahan baku, Harga dan

sistem tata niaga bahan baku

Dinas Pertanian Kabupaten

Semarang, Masyarakat dan

pedagang di Kabupaten Semarang

Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Semarang Bappeda Kabupaten Semarang

Peraturan perizinan pendirian industri Pemerintah Kabupaten Semarang,

Dinas Perindustrian Kabupaten

Semarang

Peraturan pajak Dinas Perindustrian

Jenis dan harga peralatan Produsen peralatan pengolahan

keripik nangka

Page 26: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

2.) Produsen keripik nangka di daerah kabupaten Semarang dan sekitarnya

Data permintaan pasar yang diidentifikasi meliputi volume penjualan,

penyebaran, dan harga. Dari analisis terhadap potensi tersebut akan disimpulkan

kondisi pasar di masa mendatang apakah masih bertambah, stagnan (jenuh), atau

sudah menurun.

2. Analisis teknik dan teknologi

a. Analisis bahan baku

Analisis bahan baku dilakukan untuk memproyeksikan ketersediaan

bahan baku yang sesuai dengan spesifikasi kebutuhan industri keripik nangka

di masa mendatang. Analisis bahan baku meliputi analisis spesifikasi dan mutu

bahan baku, jumlah ketersediaan bahan baku di masa yang akan datang, serta

tata niaga buah nangka. Peramalan bahan baku di masa yang akan datang

dapat dilakukan dengan menggunakan data jumlah bahan baku di masa lalu

kemudian dianalisis dengan menggunakan metode seasonal yang dijabarkan

sebagai berikut (Yusuf, 2009) :

b. Lokasi industri

Alternatif lokasi industri ditempatkan pada ibu kota kabupaten atau

kecamatan berdasarkan potensi bahan baku buah nangka.

c. Kapasitas dan proses produksi

Alternatif kapasitas produksi dan proses produksi ditentukan berdasarkan

berbagai jenis mesin dan peralatan yang saat ini ada di pasar. Untuk dasar pada

studi kelayakan ini adalah aspek mutu dan ekonomis (harga dan daya tahan).

3. Analisis Finansial

Analisis aspek ini meliputi perhitungan biaya proyek keseluruhan,

penentuan sumber dana, proyeksi laba rugi, proyeksi arus kas dan analisis

finansial yang terdiri :

a. BEP (Break Event Point)

BEP dihitung berdasar rumus sebagai berikut ( Kadariah et al., 1978)

:

Q (BEP) : Biaya tetap

Harga penjualan / unit – biaya variabel / unit

BEP Penjualan : Biaya tetap

1- ( biaya variabel/penjualan )

Page 27: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Dalam persentase : BEP penjualan

Penerimaan total penjualan

b. NPV (Net Present Value)

NPV dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Gray et.al 1992) :

Rumus NPV :

NPV = ∑

Keterangan :

Bt : benefit bruto proyek pada tahun ke-t

Ct : Biaya bruto proyek pada tahun ke-t

n : Umur ekonomi proyek

i : Social Opportunity cost of capital ( Discount Rate )

Bila NPV > 0 maka proyek dinyatakan go, jika NPV = 0 maka proyek

mengembalikan sebesar opportunity cost of capital, jika NPV < 0 maka

proyek ditolak. (Gray et.al 1992).

c. IRR (Internal Rate of Return)

IRR dihitung berdasar rumus sebagai berikut (Kadariah et.al

1978) :

IRR = i1 + NPV1 x ( i2-i1 )

NPV1 – NPV2

Keterangan :

NPV1 : NPV negative pada tingkat bunga i1

NPV2: NPV positif pada tingkat bunga i2

Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku

(IRR > i) maka maka perencanaan proyek dinyatakan go, demikian

sebaliknya jika IRR < i maka proyek dinyatakan no go (Kadariah et.al

1978).

d. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

n

t = 0

Bt - Ct

(1 + i) t

Page 28: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Net B/C adalah perbandingan antara present value total dari hasil

keuntungan bersih terhadap present value dari biaya bersih (Kadariah

et.al 1978). Jika Net B/C >1 maka proyek dinyatakan layak, Net B/C =1

berarti proyek mencapai titik impas dan jika Net B/C < 1 proyek

dinyatakan tidak layak.

Rumus menghitung Net B/C =

e. Pay Back Period (PBP)

PBP adalah suatu periode yang diperlukan proyek untuk menutup

kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas (Umar, 2003).

Rumus untuk menghitung PBP adalah :

PBP :

Dimana :

m : Nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir

Bn : benefit bruto pada tahun ke-n

Cn : biaya bruto pada tahun ke-n

n : periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang

terakhir (tahun).

f. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dihitung dengan menggunakan kriteria NPV, IRR,

dan Net B/C untuk perubahan parameter kenaikan harga bahan baku,

kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual.

Perubahan parameter dinyatakan layak jika NPV > 0, IRR > tingkat suku

bunga yang berlaku, Net B/C > 1. Perubahan parameter dinyatakan tidak

layak jika NPV < 0, IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, dan Net B/C <

1.

n

t= 0

( 1 + i )

Bt - Ct

( 1 + i )

Ct - Bt n

t= 0

m

Bn + 1 – Cn + 1 )

Page 29: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

4. Analisis Yuridis

Analisis yuridis dilakukan secara kualitatif dengan menganalisis faktor-

faktor kemudahan/kesulitan dari undang-undang/peraturan yang berlaku.

5. Analisis Sosial dan Ekonomi

Analisis sosial dan ekonomi dilakukan secara kualitatif dengan

mengidentifikasi keuntungan sosial dan ekonomi yang didapat dari pendirian

industri keripik nangka di kabupaten Semarang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ASPEK PASAR

1. Kondisi Pasar Penjualan keripik nangka sebenarnya telah ada di kota Semarang meskipun belum

tersebar luas. Dari pengamatan ke beberapa lokasi dapat dilihat keberadaan produk

keripik nangka di kota Semarang seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Keberadaan produk keripik nangka di beberapa tempat penjualan di kota

Semarang

Tempat Penjualan Keberadaan keripik nangka Jumlah keripik

nangka yang dijual

(Kw)

Supermarket DP Mall Pernah menjual, sekarang tidak -

Gelael supermarket Belum pernah menjual -

Pasar swalayan ADA Belum pernah menjual -

Supermarket Matahari Belum pernah menjual -

Page 30: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Stasiun Tawang Belum pernah menjual -

Bandara udara Ahmad Yani Pernah menjual, sekarang tidak -

Pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran

1. Toko Lumba-Lumba

2. Toko Bandeng Arwana

3. Toko Bandeng Bonafide

4. Toko Bandeng Presto

5.Toko Istana Buah Bandeng Djoe

6. Toko Bandeng Juwana

Pernah menjual, sekarang tidak

Pernah menjual, sekarang tidak

Menjual

Belum pernah menjual

Menjual

Pernah menjual, sekarang tidak

-

-

1

-

2,5

-

Hasil pengamatan di berbagai outlet pemasaran menunjukkan bahwa keripik nangka

merupakan produk yang masih jarang ditemui di kota Semarang. Dari tabel 4 terlihat

bahwa di supermarket DP Mall dan bandara udara Ahmad Yani, keripik nangka pernah

dijual tetapi saat ini tidak dijual lagi. Dari hasil wawancara diketahui sebabnya adalah

karena tidak adanya pasokan selanjutnya dari produsen. Berbagai supermarket maupun

minimarket dan stasiun Tawang bahkan belum pernah menjual keripik nangka. Hal ini

diduga karena tidak adanya pasokan dari produsen.

Dari tabel 4 terlihat juga bahwa keberadaan keripik nangka ada di beberapa toko di

pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Dari enam toko yang disurvei pada tahun 2010, hanya

ada dua toko yang menjual keripik nangka sebagai oleh-oleh yaitu toko Istana Buah

Bandeng Djoe dan Bandeng Bonafide. Menurut pedagang di toko Bandeng Bonafide,

keripik nangka sudah cukup lama dijual di tempat tersebut dan selama ini cukup diminati

konsumen yang pada umumnya adalah wisatawan yang datang ke Semarang dan warga

Semarang sendiri yang akan berpergian ke luar kota.

Hasil wawancara dengan Dinas Perindustrian kota Semarang menunjukkan bahwa

selama ini pemasaran terbesar keripik nangka baru di pusat penjualan oleh-oleh jalan

Pandanaran. Keripik nangka masih sangat jarang dijumpai di tempat-tempat lainnya.

2. Potensi Pasar Pasokan keripik nangka di pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran berasal dari kota Semarang,

kabupaten Kendal, dan kota Malang. Menurut penjual di toko pusat oleh-oleh Istana Buah dan

Bandeng Djoe, keripik nangka yang paling laku dijual adalah keripik nangka dengan merk

dagang Tafied Rona Chips dari kabupaten Kendal.

Hasil survei menunjukkan bahwa pada tahun 2010 telah terdapat produsen dan distributor

keripik nangka di wilayah kota Semarang dan sekitarnya. Industri tersebut berskala menengah dan

rumah tangga seperti yang terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil survei produsen dan distributor keripik nangka di sekitar kota Semarang

Nama

Perusahaan/distributor Lokasi

Tahun

Berdiri

Jumlah Produk

/tahun Fokus

Pemasaran

Tafied Rona Chips Kabupaten

Kendal

2001 1,8 ton Lokal

C.V. Berkah Jaya Abadi Kota

Semarang

2005 90 ton Ekspor dan

daerah lain

Fruit Eternity Kota

Semarang

2005 52 ton Ekspor dan

daerah lain

Dari tabel 5 terlihat bahwa hanya ada satu industri keripik nangka yang memiliki

fokus utama melayani pasar lokal yaitu perusahaan Tafied Rona Chips. Perusahaan C.V.

Berkah Jaya Abadi dan distributor Fruit Eternity memasarkan produk keripik nangka

dengan fokus utama pasar ekspor dan daerah lain. Jumlah permintaan pasar keripik

nangka untuk kota Semarang, daerah lain, serta ekspor dari C.V Berkah Jaya Abadi dan

distributor Fruit Eternity mencapai 142 ton/tahun. Jumlah permintaan pasar ekspor cukup

stabil selama lima tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pasar keripik

nangka untuk ekspor cukup baik.

Page 31: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips

menunjukkan bahwa selama sembilan tahun beroperasi, permintaan keripik nangka dari

kota Semarang selalu stabil. Permintaan terbesar datang dari distributor dengan jumlah

sebesar 1,62 ton/tahun. Distributor kemudian menyalurkan keripik nangka ke luar kota

Semarang.

Hasil wawancara dengan pedagang di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran didapat

informasi bahwa jumlah rata-rata permintaan pasar keripik nangka adalah sebesar 0,35

ton/tahun. Dari jumlah tersebut, pasokan kerpik nangka yang berasal dari Tafied Rona

Chips sebanyak 0,18 ton/tahun sedangkan pasokan keripik nangka sebanyak 0,17

ton/tahun berasal dari C.V. Berkah Jaya Abadi, distributor Fruit Eternity, serta produsen

keripik nangka di kota Malang. Dari uraian tersebut, maka dapat dihitung total

permintaan keripik nangka dari distributor dan penjual di pusat oleh-oleh jalan

Pandanaran rata-rata sebanyak 1,95 ton/tahun.

Menurut informasi dari pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips, keripik

nangka masih memiliki potensi pasar yang baik untuk dikembangkan di kota Semarang

mengingat masih adanya sejumlah permintaan dari distributor dan penjual di pusat oleh-

oleh jalan Pandanaran yang saat ini belum mampu dipenuhi. Volume pasar keripik

nangka yang belum dimanfaatkan untuk wilayah pemasaran kota Semarang pada tahun

2009 menurut pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips sebanyak 22 ton/tahun.

Peluang pasar keripik nangka dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Volume pasar keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009

Pembeli Sistem pembelian

Jumlah permintaan

pasar (ton/tahun)

Distributor kota Semarang Grosir 20

Pusat oleh-oleh jalan

Pandanaran

Eceran 2

Total 22

Potensi pasar keripik nangka di kota Semarang sangat besar, mengingat masih

banyaknya pembeli potensial di kota Semarang yang belum mendapatkan akses untuk

membeli keripik nangka. Tempat-tempat yang memiliki potensi pasar yang baik adalah

tempat yang masih jarang atau belum dijumpai produk sejenis. Beberapa tempat di kota

Semarang yang memiliki potensi pasar tebesar diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Pusat oleh-oleh kota Semarang Pusat oleh-oleh utama di kota semarang yang berlokasi di sepanjang jalan

Pandanaran cukup potensial untuk dijadikan sebagai pusat pemasaran oleh-oleh

karena tempat ini telah memiliki reputasi sebagai tempat penjualan oleh-oleh khas

Semarang seperti bandeng presto, wingko babat, lumpia, dan sebagainya.

Pusat oleh-oleh jalan Pandanaran diperkirakan semakin berkembang karena

jumlah wisatawan yang berkunjung ke kota Semarang dari tahun ke tahun cenderung

meningkat. Menurut data pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Semarang

dan Jawa Tengah, jumlah rata-rata wisatawan yang mengunjungi kota ini pada tahun

2006 hingga 2008 mencapai 962.692 orang. Pertumbuhan jumlah wisatawan di Kota

Semarang pada tahun 2007 dan 2008 masing-masing sebesar 56,21 % dan 20,21 %.

Pada umumnya setiap wisatawan yang ingin mencari oleh-oleh khas Semarang akan

datang ke pusat oleh-oleh tersebut.

Keripik nangka sebenarnya bukan oleh-oleh “khas Semarang” karena pertama

kali diperkenalkan sudah populer terlebih dahulu di kota Malang. Keripik nangka

memiliki pangsa pasar yang cukup baik di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran. Keripik

nangka yang memiliki harga relatif mahal tidak menghadapi hambatan pasar di

Page 32: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

tempat ini, karena secara umum pusat oleh-oleh di jalan Pandanaran ini telah

tersegmentasi untuk kalangan menengah atas. Menurut penjual di toko Bandeng

Arwana dan toko Lumba-Lumba di pusat oleh-oleh jalan Pandanaran (toko yang

dahulu pernah menjual keripik nangka), keripik nangka cukup prospektif untuk

dijual di tempat ini. Masalah yang dihadapi mereka adalah pasokan keripik nangka

yang tidak kontinu. Jumah pasokan sering mengalami fluktuasi, yang pada periode

bulan April-Juni jumlahnya kecil. Masalah lain menurut pedagang di pusat oleh-oleh

jalan Pandanaran adalah perputaran produk (turn over) yang masih lambat karena

belum terlalu populer di bandingkan produk khas Semarang seperti bandeng presto,

lumpia, dan wingko babat, akan tetapi dengan upaya promosi dan mencari titik

keunggulan buah nangka di Kabupaten Semarang masalah ini dapat diatasi. Dari

bahan baku yang unggul akan dihasilkan pula produk keripik nangka yang unggul

dalam mutu rasa, ukuran, serta warna.

b. Obyek wisata Kota Semarang memiliki beberapa obyek wisata terkenal seperti Masjid Agung

Jawa Tengah, pantai Marina, gedung batu, wonderia, dan lain-lain. Jumlah obyek

wisata di kota Semarang pada tahun 2008 mencapai 22 buah. Banyaknya jumlah

wisatawan yang datang ke tempat-tempat tersebut menunjukkan peluang pasar

keripik nangka cukup terbuka.

c. Hotel

Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata

namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan

seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Menurur data dari Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, jumlah rata-rata kamar hotel kelas

berbintang dan melati yang dipesan dari tahun 2004 hingga 2008 sebanyak 667.418

buah (lampiran 2) .

Penghuni hotel merupakan pembeli potensial produk keripik nangka, maka

dari itu jika produk keripik nangka mampu dipasarkan di tempat ini, peluang

penjualannya sangat besar.

d. Rumah Makan Menurut data dari BPS, kota Semarang pada tahun 2006 memiliki jumlah

penduduk sebesar 1.434.025 jiwa. Jumlah penduduk golongan ekonomi menengah

hingga atas sebesar 1.130.585 jiwa (78,84 % dari total populasi). Jumlah penduduk

yang besar ini menunjukkan potensi kota Semarang sangat besar sebagai tempat

pemasaran keripik nangka. Selama ini warga Semarang yang menjadi konsumen

keripik nangka diperkirakan hanya orang-orang yang akan membeli oleh-oleh untuk

dibawa pergi ke luar kota sehingga masih ada peluang besar untuk memasarkan

keripik nangka kepada masyarakat Semarang yang lain. Warga lain yang sedang

tidak berpergian ke luar kota, terutama golongan menengah ke atas, merupakan

konsumen potensial yang jumlahnya diperkirakan lebih besar dan sampai saat ini

segmen tersebut belum tergarap pasarnya.

Keripik nangka berpotensi dijual di rumah makan sebagai makanan cemilan.

Kota Semarang memiliki banyak rumah makan favorit untuk wisata kuliner. Jumlah

rumah makan tersebut mencapai 130 buah. Banyaknya jumlah rumah makan

menunjukkan potensi yang baik bagi perkembangan pasar keripik nangka.

e. Supermarket Tempat lain yang memiliki potensi pasar terbesar adalah supermarket. Namun

demikian, hasil wawancara dengan dinas Perindustrian kota Semarang

menunjukkan bahwa produk baru yang belum memiliki nama besar biasanya agak

sulit untuk dapat memasuki tempat-tempat seperti supermarket. Agar produk mampu

memasuki pasar supermarket, maka diperlukan upaya-upaya yang intensif seperti

Page 33: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

bantuan pembinaan dari instansi pemerintah agar tingkat dan konsistensi mutu

produk dapat dicapai.

f. Bandara udara Ahmad Yani

Keripik nangka juga memiliki potensi besar untuk dijual di bandara udara

Ahmad Yani. Pembeli potensial di tempat ini adalah para penumpang pesawat baik

yang akan pergi ke luar kota Semarang ataupun yang datang ke kota Semarang.

Jumlah penumpang pesawat di bandara udara Ahmad Yani mencapai 1.500 hingga

1.900 orang per hari. (koran.tempointeraktif, 2009). Hambatan pasar di tempat ini

diperkirakan kecil karena masih jarang dijumpai produk makanan khas di tempat ini

sehingga peluang pasar produk keripik nangka cukup terbuka.

g. Stasiun Tawang Stasiun Tawang juga merupakan tempat pemasaran yang potensial karena

wisatawan dari luar daerah yang berkunjung ke kota Semarang akan melewati tempat

tersebut. Jumlah penumpang kereta api di tempat tersebut pada tahun 2003 mencapai

634.438 orang. Jumlah penumpang kereta api per harinya mencapai 1.768 orang.

Dari uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa permintaan pasar keripik nangka

termasuk stabil. Pada masa mendatang, diperkirakan permintaan terhadap keripik nangka

akan meningkat jika perusahaan mampu memanfaatkan berbagai peluang pasar yang ada.

3. Pangsa Pasar Setelah mengetahui adanaya potensi pasar untuk produk keripik nangka, maka langkah

selanjutnya menganalisis besarnya pangsa pasar yang masih tersedia. Pangsa pasar yang tersedia

dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pesaing yang ada di pasar, serta jenis produk yang dipasarkan.

Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan beberapa tingkat persaingan

dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Perkiraan pangsa pasar yang dapat dicapai untuk bisnis baru dengan tingkat

persaingan berbeda-beda

Jumlah pesaing Banyak Sedikit Satu Tidak

ada

Ukuran pesaing L Sm L Sm L Sm

Jenis produk S D S D S D S D S D S D

Pangsa pasar

(%)

0-

2,5

0-5 5-

10

10-15 0-

2,5

5-10 10-15 20-30 0-5 10-15 30-

50

40-80 100

Keterangan : L : Besar, Sm : Kecil, S : Sama, D: Berbeda

Perusahaan dan distributor yang memasok keripik nangka ke kota Semarang hanya

berjumlah 3 yaitu P.T. Fruit Eternity, C.V. Berkah Jaya Abadi, dan Tafied Rona Chips.

Ukuran pesaing untuk pasar di kota Semarang digolongkan ke dalam ukuran pesaing yang

kecil karena dari ketiga pemasok keripik nangka hanya mampu menyalurkan keripik

nangka sebanyak 1,95 ton/tahun. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan perkiraan

volume pasar yang ada yaitu sebesar 22 ton/tahun (tabel 6). Jenis produk yang akan

dipasarkan sama dengan yang sudah ada sehingga pangsa pasar yang mungkin diraih

adalah sebesar 10-15% dari peluang pasar yang ada. Jumlah ini diperkirakan masih

mampu berkembang menjadi dua kali lipat. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi

peningkatan peluang pasar diantaranya adalah :

1. Meningkatnya permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang

Menurut Vita (2010), pemilik usaha keripik nangka U.D. Barokah dari

kota Malang, permintaan keripik nangka dari luar kota Semarang seperti daerah

Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan pulau Kalimantan cenderung meningkat

hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2010

permintaan keripik nangka dari daerah Jakarta, Bekasi, dan Tangerang

mencapai 5 ton/tahun. Sedangkan permintaan keripik nangka dari daerah

Page 34: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Kalimantan mencapai 15 ton/tahun. Dengan semakin meningkatnya permintaan

keripik nangka dari luar kota Semarang maka diperkirakan permintaan keripik

nangka dari distributor yang selama ini memiliki fokus pemasaran ke luar kota

Semarang juga meningkat.

2. Pengembangan areal pertokoan pusat penjualan oleh-oleh di sepanjang jalan

Pandanaran.

Areal pertokoan di sepanjang jalan Pandanaran pada tahun 2010 telah

meningkat menjadi 12 buah. Jumlah ini meningkat dua kali lipat dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya.

Jika diasumsikan volume pasar keripik nangka di kota Semarang meningkat dua kali

lipat pada masa mendatang menjadi 44 ton/tahun dan persentase pangsa pasarnya sebesar

15%, maka jumlah pangsa pasar yang mungkin dapat diraih sebanyak 6,6 ton/tahun.

B. ASPEK TEKNIK DAN TEKNOLOGI

1. Analisis Bahan Baku

a. Mutu bahan baku Mutu bahan baku merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena mutu

suatu produk pangan bergantung pada mutu input bahan bakunya. Mutu bahan baku yang

baik akan menghasilkan produk pangan yang baik pula jika proses pengolahan dilakukan

dengan baik dan benar.

Mutu produk keripik nangka dipengaruhi oleh tingkat kematangan bahan baku. Pada

studi kelayakan ini bahan baku yang akan digunakan adalah buah nangka (Artocarpus

heterophylus Lamk) segar yang telah/menjelang matang (tidak terlalu tua dan tidak terlalu

muda). Pada umumnya buah nangka yang telah matang memiliki aroma yang cukup kuat

dan rasa yang manis. Menurut Rukmanan (2008), buah nangka yang telah matang

ditandai dengan durinya yang jarang dan bila dipukul-pukul dengan benda keras akan

menimbulkan suara yang menggema serta timbul aroma khas. Menurut Taqi (1994),

tingkat kematangan buah nangka dapat mempengaruhi mutu warna dan rasa keripik

nangka yang dihasilkan. Nangka yang terlalu tua memiliki kadar gula yang tinggi

sehingga jika digoreng akan menyebabkan warna produk akhir menjadi lebih gelap

dibandingkan nangka yang masih muda. Sedangkan nangka yang terlalu muda memiliki

tekstur keras dan rasanya tidak manis sehingga jika digoreng menjadi keripik nangka

akan menghasilkan produk yang bermutu rendah baik dari segi cita rasa maupun tekstur.

Selain itu tingkat penyerapan minyak pada proses penggorengan nangka muda lebih

tinggi daripada nangka yang telah matang sehingga produk keripik nangka lebih mudah

mengalami ketengikan.

Hasil wawancara dengan pemilik usaha keripik nangka Tafied Rona Chips,

produsen keripik nangka di Kabupaten Kendal, bahwa mutu buah nangka diklasifikasikan

menjadi empat golongan seperti yang tersaji pada tabel 8.

Tabel 8. Klasifikasi mutu buah nangka

Kriteria

Golongan

KW I KW II KW III KW IV

Rasa Manis Manis Manis/tawar Manis/tawar

Warna Kuning/kuning

keputihan

Kuning/kuning

keputihan

Kuning/kuning

keputihan

Kuning/kuning

keputihan

Ukuran Besar Sedang Kecil/sedang Kecil

Ketebalan daging

buah 1-1,5 cm 1-1,5 cm < 1 cm < 1 cm

Page 35: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Dari tabel di atas, golongan buah yang memenuhi syarat yang baik untuk dijadikan

keripik nangka adalah golongan KW I dan KW II. Perbedaan buah nangka KW I dan KW

II adalah dalam hal ukuran. Ukuran buah merupakan aspek mutu yang perlu diperhatikan

karena proses penggorengan dapat mempengaruhi mutu ukuran keripik nangka yang

dihasilkan. Proses pengolahan keripik nangka (penggorengan vakum) dapat

mengakibatkan penyusutan ukuran buah karena adanya proses perpindahan air dari dalam

daging buah ke luar daging buah. Penggorengan bahan baku yang berukuran besar akan

menghasilkan produk keripik nangka dengan besar ukuran yang ideal (tidak terlalu besar

dan tidak terlalu kecil) serta penampakannya lebih menarik daripada keripik nangka yang

dihasilkan dari bahan baku denagn ukuran lebih kecil.

Berdasar hasil pengamatan dan wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten

Semarang, pedagang nangka di pasar Bandungan, pasar Ambarawa, serta pemilik usaha

keripik nangka Tafied Rona Chips, varietas nangka lokal yang banyak dijumpai di daerah

kabupaten Semarang sebagian besar tergolong KW I dan KW II. Buah nangka yang

banyak dijumpai di kabupaten Semarang mempunyai ciri-ciri berwarna kuning dengan

panjang 7,5-15 cm, ketebalan daging buah 1-1,5 cm, dan kering (kandungan air relatif

sedikit), serta memiliki rasa manis. Namun demikian, ada sebagian kecil buah nangka

yang tergolong KW III dan KW IV. Buah nangka KW I dan KW II secara umum dapat

dijumpai di setiap wilayah kecamatan di kabupaten Semarang.

Mutu buah nangka di Kabupaten Semarang lebih baik dibandingkan dengan mutu

buah nangka di beberapa daerah sentra nangka lainnya seperti Kota Malang dan

Kabupaten Batang. Menurut informasi yang diperoleh dari pemilik usaha keripik nangka

Tafied Rona Chips, bahan baku keripik nangka di kota Malang sebagian besar termasuk

golongan KW III dan IV. Total bahan baku dengan mutu KW III dan KW IV jumlahnya

mencapai 60 % dari total bahan baku yang digunakan oleh seluruh industri keripik

nangka di kota Malang. Sedangkan mutu buah nangka di kabupaten Batang sebagian

besar tergolong KW III. Kelemahan mutu buah nangka di kabupaten Batang adalah kulit

daging buahnya tipis. Keunggulan mutu bahan baku buah nangka yang berada di

kabupaten Semarang mengindikasikan bahwa daerah ini berpotensi untuk menjadi sentra

penghasil keripik nangka yang bermutu dan unggul di masa mendatang.

b. Ketersediaan bahan baku Kabupaten Semarang merupakan sentra penghasil nangka yang cukup besar. Data

yang diperoleh dari Dinas Pertanian kabupaten Semarang pada tahun 2007-2008

(lampiran 5 dan 6) menunjukkan bahwa setiap kecamatan di daerah ini memiliki banyak

pohon nangka dengan tingkat produktivitas yang berbeda antara kecamatan yang satu

dengan kecamatan lainnya. Jumlah pohon nangka produktif pada tahun 2006 mencapai

71.964 pohon. Total panen buah nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007

mencapai 13.690 kwintal. Total panen buah nangka pada tahun berikutnya meningkat

menjadi 17.593 kwintal (Lampiran 4 dan 5).

Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan beberapa pedagang di pasar

Ambarawa dan pasar Bandungan menunjukkan bahwa konsumen utama buah nangka di

wilayah kabupaten Semarang selama ini adalah masyarakat umum. Berdasar hasil

wawancara dengan dinas Perindustrian kabupaten Semarang pada tahun 2010, diketahui

bahwa di kabupaten Semarang belum ada industri besar pengolahan keripik nangka.

Menurut pengumpul buah di pasar Ambarawa, buah nangka yang paling banyak

permintaannya adalah yang bermutu KW III dan KW IV. Industri yang menyerap buah

tersebut adalah industri kecil keripik nangka di kota Salatiga dan industri wingko babat di

kota Semarang. Gambar 5 menunjukkan grafik ketersediaan buah nangka pada tahun

2007 dan 2008 yang disajikan setiap triwulan.

Buah nangka pada umumnya mengalami penurunan jumlah produksi secara drastis

pada triwulan ke 2 (bulan April-Juni) setiap tahunnya. Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa

bahan baku mengalami puncak produksi pada triwulan ke 4 (bulan September-

Desember), sedangkan ketika memasuki periode triwulan ke 2, bahan baku mulai

mengalami kelangkaan di pasar karena jumlah produksi pada saat tersebut mengalami

banyak penurunan.Kenyataan di lapangan mengindikasikan bahwa pada triwulan ke 2

buah nangka sangat sulit didapatkan. Pedagang dan pengumpul buah tidak bisa

Page 36: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

memenuhi permintaan konsumen pada saat itu. Grafik ketersediaan bahan baku buah

nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007 dan 2008 dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Ketersediaan Buah Nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007-

2008

Menurut petani nangka di kabupaten Semarang, pohon nangka di kabupaten

Semarang rata-rata memiliki umur 20-25 tahun. Pohon nangka masih mampu mengalami

peningkatan produksi hingga mencapai puncaknya berumur 35 tahun. Ketika umur pohon

menuju masa puncak produksi diperkirakan jumlah produksi buah mampu meningkat

menjadi beberapa kali lipat. Dari gambar 5 terlihat bahwa Pada triwulan ke 4 tahun 2008,

produksi nangka mengalami peningkatan produksi secara drastis dibandingkan pada

triwulan 4 di tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa pohon nangka sedang mengalami

proses peningkatan menuju puncak produksi.

Berdasarkan informasi yang didapat dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang

menunjukkan bahwa jumlah populasi pohon nangka mengalami peningkatan setiap

tahunnya. Pada tahun 2007 dan 2008, penambahan penanaman pohon tercatat masing-

masing sebanyak 882 pohon dan 767 pohon (lampiran 5 dan 6). Penambahan populasi

pohon tersebut terjadi secara alami dan buatan. Penambahan secara alami terjadi ketika

biji nangka terjatuh di tanah kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar. Penambahan

pohon secara buatan dilakukan oleh penduduk setempat yang sengaja menanam pohon

nnagka di halaman rumah atau pekarangan kosong.

Data yang diperoleh dari dinas Pertanian Kabupaten Semarang pada tahun 2006

menunjukkan bahwa pohon nangka yang belum menghasilkan buah tercatat sebanyak

19.076 pohon. Umur pohon-pohon tersebut belum memasuki usia produktif. Diperkirakan

pada beberapa tahun mendatang pohon tersebut sudah dapat diandalkan untuk menyuplai

bahan baku industri.

Menurut hasil wawancara dengan Dinas Pertanian Kabupaten Semarang, sebanyak

70% produksi buah nangka pada tahun 2008 (12.315,1 kw) merupakan hasil produksi

pohon nangka yang berasal dari biji (rata-rata usia 20-25 tahun). Dengan masa usia

produktif pohon nangka yang dimulai pada tahun ke 10 serta diperkirakan jumlah

produksi buah nangka mulai menurun ketika usia pohon mencapai 50 tahun, maka

diperkirakan produksi buah nangka di kabupaten Semarang masih mencukupi untuk

kebutuhan industri antara 25-30 tahun mendatang.

c. Tata Niaga Bahan Baku Buah nangka di kabupaten Semarang banyak dibudidayakan oleh masyarakat

setempat. Selama ini sebagian besar produksi buah nangka di kabupaten ini berasal dari

masyarakat setempat. Para pengumpul buah mengumpulkan buah nangka dari tiap pohon

yang dimiliki warga di sana kemudian disalurkan lagi ke pedagang atau konsumen

4708

1218 2013

5751 6798

2017

5336

12424

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

Triwulan1

Triwulan2

Triwulan3

Triwulan4

Triwulan1

Triwulan2

Triwulan3

Triwulan4

Jum

lah

Bah

an b

aku

( K

win

tal )

2007 2008

Page 37: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

langsung. Hasil wawancara dengan salah seorang warga di kecamatan Bergas

menunjukkan bahwa ada sebagian buah nangka milik penduduk yang tidak terdistribusi

hingga ke pasar baik pada masa panen raya maupun pada bulan-bulan biasa. Hal itu

diduga karena jumlah permintaan buah nangka lebih kecil dari jumlah ketersediaan buah

nangka. Selain itu para pengumpul buah juga memiliki keterbatasan dalam

mengumpulkan buah dikarenakan hingga saat ini belum ada masyarakat atau pihak lain

yang mengelola kebun nangka dalam skala besar sehingga selama ini sebagian besar buah

nangka merupakan hasil pengumpulan dari rumah ke rumah. Pengeluaran biaya yang

tidak efektif untuk mengumpulkan buah berpotensi menghambat aliran tata niaga buah

nangka dari petani/pemilik pohon nangka hingga ke konsumen.

Peran pengumpul buah nangka sangat penting untuk menunjang efektivitas

pengumpulan bahan baku bagi industri. Dengan bekerja sama dengan para pengumpul

bahan baku, maka industri dapat menghemat waktu dan biaya sehingga proses produksi

nantinya dapat berjalan dengan lebih efektif. Untuk memaksimalkan pengumpulan bahan

baku, hubungan kerja sama sebaiknya dilakukan dengan pengumpul buah di setiap

kecamatan. Efektivitas pengumpulan bahan baku juga akan lebih baik jika industri

bekerja sama dengan kelompok tani untuk mengantisipasi keterbatasan kinerja

pengumpul dalam memasok bahan baku. Tata niaga buah nangka dapat dilihat pada

gambar 6.

Gambar 6. Tata niaga buah nangka di kabupaten Semarang

Harga buah nangka dalam setahun cenderung mengalami fluktuasi tergantung oleh

besarnya jumlah produksi buah. Pada masa panen raya yang terjadi pada periode bulan

November hingga Januari, jumlah produksi buah nangka mengalami peningkatan lebih

banyak dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada masa ini harga buah nangka

mengalami penurunan harga secara drastis. Sebagai gambaran, pada tahun 2009, harga di

tingkat pengumpul/petani (sudah termasuk biaya transportasi bahan baku) hanya berkisar

rata-rata Rp 4.000,00/kg. Buah nangka mengalami penurunan jumlah produksi setelah

masa panen raya yaitu pada bulan Maret hingga Mei. Pada saat itu buah nangka harganya

mulai merangkak naik hingga menjadi rata-rata Rp 20.000,00/kg pada bulan Mei.

Peningkatan harga tersebut sangat drastis karena buah nangka pada masa-masa itu mulai

Petani / Pemilik pohon nangka

Pengumpul Buah Nangka Pedagang buah nangka

Konsumen

Page 38: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

jarang ditemui sehingga hukum penawaran ekonomi berlaku. Pada bulan Juni hingga

Agustus harga buah ini mengalami penurunan secara bertahap hingga menjadi rata-rata

Rp 6.000,00/kg. Harga tersebut masih menurun kembali secara bertahap hingga menjadi

rata-rata Rp 4.500,00/kg pada bulan Oktober. Kisaran perubahan harga buah buah nangka

dalam setahun di tingkat pengumpul buah dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik pergerakan harga buah nangka di kabupaten

Semarang pada tahun 2009

2. Lokasi Industri Lokasi industri pengolahan keripik nangka ditetapkan di kabupaten Semarang.

Beberapa kecamatan di kabupaten Semarang yang dijadikan alternatif lokasi industri

adalah kecamatan yang memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi seperti terlihat pada

tabel 9. Pemilihan lokasi industri yang dekat dengan bahan baku dimaksudkan untuk

meminimumkan biaya transportasi bahan baku. Kedekatan lokasi industri dengan bahan

baku juga dapat meminimalkan penurunan mutu bahan baku akibat benturan dan gesekan

yang terjadi selama pengangkutan. Selain itu seluruh alternatif lokasi industri juga

memiliki jarak yang dekat dengan pasar.

Tabel 9. Alternatif lokasi industri pengolahan keripik nangka

Kecamatan Letak Jarak dengan

bahan baku

dan pasar

Kemiringan

lahan (%)

Rata-rata jumlah

produksi

nangka/tahun (Kw)*

Bergas Pinggir kota Dekat 0-8 1.963,5

Tengaran Pinggir kota Dekat 0-8 1.941

Sumowono Pinggir kota Dekat 8-40 2.856,5

Ungaran Barat Pusat kota Dekat 0-8 2.114

Ungaran Timur Pusat kota Dekat 0-8 1.593

*) Sumber : Dinas Pertanian kabupaten Semarang

Menurut Gastya (2009), pada tahun 2015, diprediksi perbandingan jumlah penduduk

kabupaten Semarang yang tinggal di kota dengan di desa sebanyak 60% berbanding 40%,

sehingga pendirian pabrik-pabrik, gudang-gudang, dan piranti pendukungnya harus

dipindah ke pinggiran kota.

Pemilihan lokasi industri di area pinggiran kota (sub urban) juga disebabkan

beberapa pertimbangan diantaranya adalah sudah tercukupinya daya listrik PLN, sarana

jalan dan transportasi cukup baik, serta harga tanah relatif murah.

Diantara enam kecamatan yang dijadikan sebagai alternatif lokasi industri terdapat

empat kecamatan yang memenuhi persyaratan tata kota yaitu kecamatan Bergas,

Tengaran, dan Sumowono. Diantara kecamatan tersebut ditentukan kecamatan Bergas

sebagai lokasi industri karena daerah tersebut memiliki kemiringan lahan yang sesuai

untuk bangunan industri serta memiliki jumlah produksi nangka yang tinggi.

0

5000

10000

15000

20000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Rupiah/kg

Page 39: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

3. Sistem Produksi Dewasa ini teknologi pembuatan keripik nangka di Indonesia telah ada dan tersebar

ke masyarakat industri terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Teknologi ini pertama

kali dikembangkan oleh peneliti dari Universitas Brawijaya Malang sejak tahun 1993.

Vacuum fryer terbaru hasil penelitian staf pengajar Universitas Brawijaya Malang adalah

vacuum fryer tipe horizontal. Sistem pemvakuman mesin vacuum fryer tipe horizontal

menggunakan water jet. Untuk memvakumkan ruang penggorengan, ejector menghisap

uap air dalam tabung penggoreng sehingga menghasilkan efek sedotan (vakum) dalam

tabung penggoreng. Uap air yang terhisap kemudian didinginkan di dalam kondensor.

Pada prinsipnya pembuatan keripik nangka dilakukan dengan menggoreng buah

nangka segar dengan vacuum fryer selama kurang lebih 55-90 menit untuk kapasitas

produksi 8-12 kg. Proses pemvakuman akan mengakibatkan penurunan tekanan pada

ruang penggoreng sehingga titik didih air menurun. Hal ini menyebabkan kandungan air

di dalam bahan baku dapat dikurangi pada suhu di bawah 1000 C. Proses pengeringan

bahan pada suhu yang relatif rendah ini dapat mempertahankan mutu rasa, warna, dan

aroma buah yang digoreng.

Saat ini, vacuum fryer juga telah diaplikasikan untuk membuat keripik buah yang

lain seperti keripik salak, apel, nanas, dan sebagainya. Keripik salak kini telah menjadi

produk unggulan di kabupaten Sleman. Sedangkan keripik apel sudah populer terlebih

dahulu di kota Malang.

Teknologi vacuum fryer tipe horizontal banyak diaplikasikan oleh produsen mesin

pembuat keripik buah sehingga mesin jenis ini telah banyak dijumpai di pasaran.

Produsen yang menjual vacuum fryer tipe horizontal diantaranya adalah P.T. Agrowindo

Sukses Abadi dan C.V. Agrindo Cipta Mandiri. Kedua produsen tersebut berasal dari kota

Malang.

P.T. Agrowindo Sukses Abadi memproduksi vacuum fryer tipe PV-2, sedangkan C.

V. Agrindo Cipta Mandiri memproduksi tipe VFC-10, dengan spesifikasi teknis dan

harga seperti tercantum pada tabel 10.

Tabel 10. Spesifikasi mesin vacuum fryer

No Kriteria Jenis Mesin

VF-8 VFC-10 PV-2

1. Kapasitas (kg masukan /

proses) 9 12 10

2 Lama proses (menit) 60-90 55-75 55-75

3 Bahan bakar LPG LPG LPG

4

Volume minyak goreng

(liter) 80 `104 80

5

Kebutuhan LPG

(Kg/jam) 0,3-0,75 0,6-0,7 0,3-0,35

6 Kebutuhan daya (watt) 1300 2600 1500

7 Dimensi total ( cm³ ) 182 x 122 x 135 244 x 125 x 125 182 x 122 x 135

8 Harga ( Rp ) 26.750.000 38.750.000 26.750.000

Berdasarkan pertimbangan keunggulan waktu proses yang lebih singkat, kebutuhan

LPG/jam, serta harga, pada studi akan digunakan mesin tipe PV-2 produksi P.T.

Agrowindo Sukses Abadi. Penggantian minyak goreng pada mesin ini dapat dilakukan

setiap 130 kali proses karena proses pemvakuman ruang penggoreng dapat mencegah

kerusakan minyak goreng yang disebabkan oleh proses oksidasi udara. Mesin vacuum

fryer tipe PV-2 dapat dilihat pada gambar 8.

Page 40: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Gambar 8. Mesin vacuum fryer tipe PV-2

Pada proses penggorengan vakum keripik nangka, dari 10 kg daging buah nangka

segar diperoleh keripik nangka sebanyak 2 kg. Neraca bahan keripik nangka dapat dilihat

pada gambar 9.

Gambar 9. Neraca bahan keripik nangka

Tahapan proses pembuatan keripik nangka adalah sebagai berikut :

1. Proses Penanganan Bahan Baku

a. Sortasi

Proses sortasi merupakan salah satu proses penting yang

menentukan mutu akhir produk. Syarat daging buah nangka yang baik

untuk bahan baku adalah buah nangka harus berukuran besar, berwarna

kuning cerah, serta tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek. Menurut

Rukmana (2008), ciri-ciri fisik luar buah nangka yang layak dijadikan

keripik nangka adalah bila kulitnya ditepuk-tepuk maka buah tersebut

berbunyi nyaring berat. Buah nangka yang tidak terlalu tua dan tidak

terlalu muda biasanya berumur 7 bulan setelah pembungaan atau 1 bulan

sebelum matang. Proses sortasi memerlukan koordinasi dan kerjasama

dengan para pengumpul buah nangka agar perusahaan bisa mendapatkan

buah nangka yang sesuai dengan mutu yang telah dipersyaratkan.

b. Pencucian kulit dan pemisahan daging buah dari kulit

Pada proses ini, buah nangka dicuci terlebih dahulu dengan air

sebelum kulit buah dibelah. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan

kotoran yang menempel pada kulit buah. Proses pencucian dapat

mengurangi jumlah mikroba sehingga dapat meminimalisasi kotoran yang

menempel pada pisau yang digunakan untuk membelah kulit . pada

Buah Nangka

31,25 kg

Daging buah

nangka 10 kg Keripik nangka

2 kg

Biji

Air

Kulit

Dami

Penggorengan

vakum

Minyak goreng

Page 41: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

umumnya pisau tersebut mengalami kontak dengan sebagian daging buah

nangka. Proses selanjutnya adalah pemisahan daging buah dengan kulit

buah untuk mengeluarkan nyamplungnya ( buah nangka yang berisi satu

biji ) dan membuang kulit serta daminya (rongga yang berisi nyamplung)

ke tempat penampungan limbah. Seluruh pisau yang digunakan dalam

proses ini disterelisasi menggunakan alkohol.

c. Pemisahan biji dan pembelahan

Bagian buah nangka yang diperlukan dalam pembuatan keripik

nangka hanya daging buahnya, sehingga biji nangka dan selaput yang

menyelimutinya harus dipisahkan . biji nangka dikeluarkan dari daging

buah dengan cara membelah daging buah tersebut menjadi dua bagian.

Pisau yang digunakan sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu

menggunakan alkohol.

d. Penimbangan daging buah

Pada proses ini, daging buah nangka yang telah diiris dimasukkan ke

dalam baskom stainless steel yang telah dicuci bersih lalu ditimbang

seberat 10 kg. Jarak waktu tiap batch antara proses penanganan bahan

baku mulai pemisahan kulit nangka dari daging buah, pemisahan biji,

pembelahan, dan penimbangan dengan waktu penggorengan tidak boleh

terlalu lama karena jika bahan baku yang telah siap digoreng memiliki

jarak waktu yang lama untuk digoreng maka bahan baku dimungkinkan

dapat mengalami penurunan mutu. Penurunan mutu tersebut diantaranya

adalah jumlah load mikroba semakin meningkat serta terjadi pelunakan

pada bahan baku.

2. Penggorengan dan penirisan

a. Penggorengan

Penggorengan dilakukan menggunakan vacuum fryer. Bahan yang

digoreng seluruhnya terendam dalam minyak goreng (deep fat frying).

Dengan deep fat frying dapat diperoleh hasil yang lezat dengan flavor

yang enak dan mengurangi kadar air makanan sehingg memperpanjang

umur simpan. Selain itu dengan cara penggorengan tersebut, dapat

menghasilkan bahan makanan dengan sifat renyah (crispying). Minyak

goreng yang digunakan adalah minyak goreng kemasan karena mutu

minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Mutu

minyak goreng dapat mempengaruhi mutu produk dalam hal unur simpan.

b. Penirisan

Keripik nangka yang telah digoreng kemudian ditiriskan

menggunakan spinner. Fungsi penirisan adalah menghilangkan sebagian

minyak yang masih tersisa pada keripik nangka setelah proses

penggorengan.

3. Proses penimbangan dan pengemasan produk

a. Penimbangan dan pengemasan produk

Keripik nangka yang telah ditiriskan kemudian ditimbang seberat

100 gr dan selanjutnya dikemas dalam kemasan plastik PP ukuran 08

mikron. Pengisian keripik ke dalam kemasan dilakukan secara manual.

Kemasan yang digunakan untuk keripik nangka ini adalah plastik

transparan PP dengan ukuran ketebalan 08.

b. Penggudangan

Dalam perencanaan industri keripik nangka, aktivitas

penggudangan dilakukan seminimal mugkin agar produk tidak

mengalami penurunan mutu karena tersimpan lama di gudang.

Page 42: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Dalam kegiatan proses produksi keripik nangka, selain menggunakan vacuum fryer

sebagai alat penggorengan juga dibutuhkan peralatan penunjang lainnya. Daftar peralatan

lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan proses produksi keripik nangka dapat

dilihat pada lampiran 9.

4. Kebutuhan Bangunan dan Lahan Berdasarkan pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips di

kabupaten Kendal, bangunan untuk industri keripik nangka yang dibutuhkan adalah

bangunan permanen seluas 35 m². Dengan mempertimbangkan perkembangan usaha di

masa mendatang maka dibutuhkan lahan seluas 105 m².

5. Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk menjalankan usaha industri keripik nangka dengan kapasitas produksi 5

kg/batch, menurut pengamatan pada perusahaan keripik nangka Tafied Rona Chips.

diperlukan sebanyak 4 orang termasuk manajemen perusahaan. Jika dilakukan produksi

sebanyak 20 kg/batch per hari, maka dibutuhkan tambahan tenaga menjadi 11 orang.

Tabel 11. Kebutuhan tenaga kerja industri pengolahan keripik nangka

Jabatan/fungsi Jumlah ( orang ) Gaji/orang/bulan (Rp)

Manajer 1 1.800.000

Penanganan bahan baku 4 950.000

Operator Vacuum fryer 2 950.000

Pengemasan 4 950.000

Jumlah 11 -

C. Aspek Finansial Analisis finansial pendirian industri keripik nangka dilakukan dengan menggunakan

asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi disesuaikan dengan kondisi

pada saat penelitian berlangsung. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah :

a. Umur ekonomi proyek 6 tahun, dimulai pada tahun ke-0.

b. Harga-harga yang digunakan dalam analisis ini berdasar survei pada bulan Juni 2009

hingga Mei 2010.

c. Nilai sisa mesin dan peralatan 10 % dari nilai awal dan nilai asuransi adalah 1 % dari

biaya investasi.

d. Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek 80 % dari nilai awal.

e. Proyek dimulai pada saat panen raya buah nangka di kabupaten Semarang (antara

bulan Desember hingga Januari).

f. Produksi dilakukan dengan menggunakan dua buah mesin vacuum fryer

g. Kapasitas produksi perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan bahan baku:

Buah nangka :

27.000 kg/tahun atau 3.000 kg/bulan.

2. Produk akhir :

54.000 bungkus/tahun atau 6.000 bungkus/bulan.

3. Lama beroperasi : 9 bulan/tahun (bulan Januari-Maret dan Juli-Desember) .

4. Hari beroperasi : 25 hari/bulan.

5. Semua produk terjual habis

j. Seluruh modal investasi berasal dari pinjaman bank.

k. Tingkat suku bunga didasarkan pada tingkat suku bunga BPR yaitu sebesar 21,6 % per

tahun.

l. Biaya pemeliharaan bangunan dan peralatan 5 % dari harga awal.

m. Biaya investasi seluruhnya dikeluarkan pada tahun ke-0.

n. Besarnya pajak ditentukan berdasar undang-undang no. 17 tahun 2000 yaitu sebagai

berikut :

Page 43: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Jika pendapatan < 50.000.000 maka 10 % x pendapatan

50.000.000 < pendapatan < 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15 % x

(pendapatan-50.000.000))

Jika pendapatan > 100.000.000 maka (10% x 50.000.000) + (15% x 50.000.000) +

(30% x (pendapatan-100.000.000))

Asumsi yang digunakan dalam analisis finansial adalah perusahaan berproduksi selama 9

bulan/tahun karena hasil analisis finansial dengan produksi yang dilakukan selama 12

bulan/tahun menunjukkan bahwa industri tidak layak didirikan (lampiran 21). Penyebab utama

ketidaklayakan adalah tingginya harga bahan baku pada bulan April hingga Juni.

1. Biaya Investasi Biaya investasi merupakan besarnya biaya yang diperlukan untuk membangun

industri keripik nangka. Biaya investasi dalam pendirian industri keripik nangka terdiri

atas modal tetap dan modal kerja. Modal tetap yang diperlukan untuk pendirian industri

ini adalah Rp. 161.490.000 dengan komposisi biaya seperti terdapat pada tabel 12.

komposisi modal tetap secara lengkap disajikan pada lampiran 11.

Tabel 12. Komposisi modal tetap untuk industri keripik nangka

Komponen Jumlah Harga /Unit (Rp

Lahan ( M2 ) 35 21.000.000

Bangunan ( M2 ) 105 61.250.000

Perizinan 9,000,000

Fasilitas Penunjang 7.600.000

Mesin dan peralatan 62,640,000

Total Modal Tetap 161.490.000

Modal kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi keripik nangka pada

waktu beroperasi pertama kali. Besarnya modal kerja sangat tergantung pada biaya

operasional pabrik karena modal kerja yang digunakan untuk pembiayaan awal sampai

pabrik bisa berproduksi. Besarnya modal kerja perusahaan sebesar biaya yang dibutuhkan

perusahaan untuk melakukan aktivitas bisnis selama satu bulan. Hal itu berarti bahwa

pada bulan berikutnya biaya produksi sudah mampu ditutupi dari biaya penerimaan

(penjualan). Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka dapat dilihat pada tabel

13.

Tabel 13. Komposisi modal kerja untuk industri keripik nangka

Komponen Nilai ( Rp )

A. Biaya tetap

Tenaga kerja tak langsung 1.800.000

Pemeliharaan 730.500

Komunikasi 55.556

Asuransi 169.433

Promosi/pemasaran 821.870

Depresiasi 1.1199.468

Sub Total 4.177.359

B. Biaya Variabel

Bahan baku 12.000.000

Bahan kemasan 1.200.000

Tenaga kerja langsung 9.500.000

Bahan bakar dan listrik 3.177.778

Transportasi/distribusi produk 222.222

Bahan dan Peralatan Penunjang 22.222

Sub total 26.122.222

Page 44: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

C. Persediaan kas 10.000.000

Total Modal kerja 40.299.581

Dari tabel 12 dan 13 dapat ditentukan jumlah biaya investasi yaitu total jumlah

modal tetap dan modal kerja sebesar Rp 201.789.581,00.

2. Penentuan Harga Jual dan Margin Keuntungan Penetapan harga jual keripik nangka dilakukan dengan mempertimbangkan harga

produk pesaing yang dijual di kota Semarang. Hasil survei pasar terhadap harga produk

keripik nangka yang dijual di kota Semarang dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Harga pasar produk keripik nangka di kota Semarang pada tahun 2009

Pemasok keripik

nangka

Ukuran

(g)

Harga di tingkat

konsumen akhir

Harga jual

pabrik/distributor (Rp)

Distributor Fruit Eternity 100 12.500 8.500

C.V. Berkah Jaya Abadi 100 11.000 9.000

Tafied Rona Chips 100 10.500 8.500

Kota Malang 100 10.000 8.500

Harga jual produk keripik nangka di tingkat konsumen akhir ditetapkan sebesar Rp

8.500,00. Harga tersebut ditetapkan sesuai dengan harga minimal dari produk pesaing

yang ada di pasaran. Harga pokok produk adalah sebesar jual Rp 5.688,819/ bungkus

yang dihitung dengan menggunakan metode full costing (Kotler,1993) .

Harga pokok/unit : biaya tetap total + biaya variabel total

Jumlah (kapasitas) produksi

Besarnya margin keuntungan ditetapkan dengan mengurangi harga jual dengan

harga pokok produksi. Margin yang didapat adalah sebesar Rp 2.811,180 atau sebesar

49,41% dari harga pokok produksi. Penghitungan besar margin keuntungan dapat dilihat

pada lampiran 17.

3. Prakiraan Penerimaan Penerimaan tahunan industri keripik nangka didapatkan dari hasil penjualan tahun

tersebut dengan asumsi penerimaan setiap tahunnya konstan (tidak ada perubahan harga).

Perusahaan berproduksi dengan kapasitas 54.000 bungkus/tahun, sehingga penerimaan

yang diperoleh perusahaan per tahunnya sebesar Rp 459.000.000,00. Penerimaan industri

dapat ditingkatkan dengan mengolah buah-buahan lain pada bulan April hingga Juni.

4. Proyeksi Laba Rugi Proyeksi laba rugi untuk industri keripik nangka disajikan pada lampiran 18a. Dari

lampiran 19 terlihat bahwa pada tahun ke 1, 2, dan 3 diperoleh laba bersih/tahun sebesar

Rp 94.484.635,00. Setelah tahun ke 3, perusahaan tidak lagi berkewajiban untuk

membayar bunga angsuran pinjaman sehingga laba bersih pada tahun ke 4, 5, dan 6

meningkat menjadi Rp 123.762.637,00/tahun.

5. Proyeksi Arus Kas Aliran kas industri keripik nangka terdiri dari bagian pemasukan dan pengeluaran

yang selisihnya dinamakan aliran kas bersih. Tabel aliran kas menunjukkan jumlah kas di

awal dan di akhir tahun. Pemasukan dana pada tabel aliran kas terdiri dari laba bersih,

nilai sisa, modal sendiri, kredit investasi dan kredit modal kerja. Pengeluaran terdiri dari

pengeluaran modal kerja, investasi, dan angsuran pinjaman. Tabel aliran kas industri

keripik nangka menunjukkan selisih nilai kas telah bernilai positif pada tahun pertama.

Aliran kas bersih pada tahun ke 1, 2, dan 3 sebesar Rp 38.018.270,00. Pada tahun ke 4

dan 5 perusahaan tidak lagi berkewajiban membayar angsuran pinjaman sehingga aliran

kas bersih maningkat menjadi Rp 134.559.470,00/tahun. Pada tahun ke 6, aliran kas

bersih mengalami peningkatan lagi menjadi Rp 212.468.470,00. Hal tersebut dikarenakan

Page 45: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

adanya tambahan nilai sisa di akhir proyek sebesar Rp 77.909..000,00. Proyeksi arus kas

secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 19.

6. Titik Impas (Break Event Point) Titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama besarnya dengan

pendapatan. Titik impas (break event point) menunjukkan bahwa tingkat produksi telah

menghasilkan pendapatan yang sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

Selain dapat menghubungkan antara volume penjualan, harga satuan dan laba, analisis

titik impas juga dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara biaya tetap dan

biaya variabel.

Titik impas (BEP) industri keripik nangka pada kapasitas produksi adalah sebesar

Rp 91.112.307,01. Analisis titik impas dapat dilihat pada lampiran 20.

7. Payback Period Payback period merupakan suatu periode waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan atau

menutup ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. Hasil perhitungan periode

pengembalian menunjukkan bahwa proyek bisa mengembalikan modal dalam jangka waktu 3,65

tahun. Hal ini berarti industri keripik nangka layak untuk didirikan karena waktu pengembalian

modal lebih cepat dibandingkan umur proyek.

8. Kriteria Kelayakan Investasi Penentuan Kelayakan suatu proyek perencanaan pendirian industri diukur dengan kriteria

yang disebut kriteria investasi. Kriteria investasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

pendirian industry keripik nangka adalah net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),

dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio).

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara present value benefit dengan

present value biaya. Net Present Value (NPV) industri keripik nangka dengan

tingkat suku bunga 21,6% adalah sebesar Rp 54.204.713,00. NPV menunjukkan

nilai positif sehingga industri ini layak didirikan.

b. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan suatu nilai suku bunga yang membuat NPV proyek sama

dengan nol. Nilai IRR untuk industri keripik nangka adalah 29,24%. Nilai ini

lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitu 21,6% sehingga industri ini dinyatakan

layak untuk didirikan.

c. Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (Net B /C) merupakan perbandingan antara

keuntungan yang diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Proyek dinyatakan

layak untuk dilaksanakan jika Net B/C >1. Nilai Net B/C untuk industri keripik

nangka adalah sebesar 1,27 sehingga proyek dinyatakan layak.

9. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dalam analisis kelayakan industri digunakan untuk mengetahui

seberapa jauh proyek tetap layak jika terjadi perubahan pada parameter-parameter tertentu.

Analisis sensitivitas dilakukan terhadap tiga parameter yaitu kenaikan harga bahan baku,

kenaikan harga bahan bakar dan listrik, serta penurunan harga jual.Analisis sensitivitas dilakukan

terhadap bahan baku dan input karena harga bahan baku produk ini yaitu buah nangka selama ini

cenderung berubah sesuai dengan musim. Harga bahan bakar minyak juga dapat berubah sehingga

kemungkinan akan dapat mempengaruhi biaya operasional industri ini.

Berdasarkan hasil analisis, kenaikan harga untuk total bahan baku selama satu tahun (9 bulan

produksi) sampai 13% proyek masih layak untuk dilaksanakan sedangkan untuk kenaikan harga

bahan baku hingga 14% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan. Analisis sensitivitas untuk

kenaikan harga bahan baku dapat dilihat pada tabel 15. Analisis terhadap kenaikan harga bahan

bakar dan listrik hingga 68% masih layak untuk dilaksanakan, tetapi jika untuk kenaikan harga

Page 46: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

bahan bakar dan listrik sebesar 69% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai

NPV < 0, IRR di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Analisis

sensitivitas untuk kenaikan harga bahan bakar dan listrik dapat dilihat pada tabel 16. Analisis

terhadap penurunan harga jual hingga 4% masih layak untuk dilaksanakan, tetapi jika untuk

penurunan harga jual 5% proyek sudah tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV < 0, IRR

di bawah tingkat suku bunga dan Net B/C tidak lebih besar dari 1. Tabel 17 menunjukkan analisis

sensitivitas untuk penurunan harga jual.

Tabel 15. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13% dan

14%

Kriteria investasi

Nilai

13% 14%

NPV Rp 3.812.664 Rp -69.647

IRR 22,22 % 21,59 %

Net B/C 1,018 0,999

Tabel 16. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68

% dan 69 %

Kriteria investasi

Nilai

68% 69%

NPV Rp 223.034 Rp -570.815

IRR 21,64 % 21,51 %

Net B/C 1,001 0,997

Tabel 17 Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 4 % dan 5 %

Kriteria investasi

Nilai

4 % 5 %

NPV Rp 7.449.884 Rp -4.238.823

IRR 22,81 % 20,89 %

Net B/C 1,036 0,978

D. Aspek Yuridis

1. Badan usaha/perizinan Bentuk badan usaha yang sesuai untuk industri kecil keripik nangka ini adalah

Perseroan Terbatas (P.T.). Untuk mendirikan badan usaha yang berbentuk perseroan

terbatas, merujuk pada UU. No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan

Pemerintah no. 26 Tahun 1998, UU. No. 1 Tahun 1995 maka diperlukan persyaratan

sebagai berikut :

1. Foto kopi KTP para pendiri, minimal 2 orang

2. Foto kopi KK dan NPWP pribadi penanggung jawab / direktur

3. Foto kopi PBB terakhir tempat usaha/kantor, apabila milik sendiri, foto copy

surat kontrak, apabila status kantor kontrak

4. Pas foto berwarna penanggung jawab/ direktur ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar

5. Nama P.T.

6. Kedudukan dan bidang usaha

7. Jumlah modal dasar dan modal setor

8. Komposisi saham

Page 47: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

9. Susunan direksi dan komisaris

Dokumen yang diperlukan dalam pendirian perseroan terbatas adalah:

1. Akta notaris

2. Surat keterangan domisili perusahaan

3. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

4. SK Kehakiman

5. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)

6. TDI (Tanda Daftar Industri)

Untuk memperoleh Tanda Daftar Industri (TDI) dan atau Persetujuan Prinsip,

pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada bupati. Untuk mendapatkan

Tanda Daftar Industri (TDI), pemohon harus melampirkan persyaratan foto kopi sebagai

berikut :

1. Kartu tanda penduduk (KTP).

2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Nomor Pokok Wajib Retribusi

Daerah (NPWRD).

3. Akte Pendirian Perusahaan.

4. Surat Ijin Tempat Usaha atau Surat Ijin Gangguan.

5. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL) atau Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL).

6. Neraca Awal dan Akhir Perusahaan.

Berdasar Perda Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 2003 tentang izin

gangguan, satuan kerja yang memproses izin Gangguan adalah Dinas Lingkungan Hidup,

Pertambangan dan Energi dengan persyaratan sebagai berikut :

1. Foto kopi KTP pemohon;

2. Surat keterangan dari Kepala Desa /Kelurahan dimana usaha diselenggarakan

yang diketahui oleh camat.

3. Surat kuasa dan foto kopi KTP yang diberi kuasa bagi yang dikuasakan.

4. Foto kopi akte pendirian perusahaan bagi perusahaan yang berbentuk badan

hukum yang disahkan oleh instansi yang berwenang.

5. Keterangan yang jelas mengenai letak tempat usaha yang dimohonkan izin

gangguan yang dilampiri gambar situasi dan gambar denah yang asli rangkap 2

(dua) dengan perbandingan (skala) 1 : 200 atau 1 : 500.

6. Daftar mesin-mesin dan atau peralatan kerja yang akan digunakan.

7. Foto kopi IMB atau bukti telah mengajukan permohonan izin bangunan bagi

tempat usaha yang telah ada bangunannya.

8. Bukti pemilikan/pelimpahan/persetujuan penggunaan tempat usaha yang sah.

9. Pernyataan persetujuan dari tetangga terdekat dan atau pemilik tanah yang

berbatasan dengan tempat usaha yang diketahui oleh RT, RW, Kepala

Desa/Kelurahan dan Camat setempat.

10. Data personil yang dipergunakan.

11. Dokumen UKL, UPL dan SPPL.

12. Surat kuasa bagi yang menguasakan.

Berdasar Perda kabupaten Semarang Nomor 6 Tahun 2003 tentang Retribusi Surat

Izin Usaha Perdagangan (SIUP). Satuan kerja yang memproses SIUP adalah Dinas

Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Semarang dengan persyaratan sebagai berikut :

1. Pemohon mengisi blanko permohonan

2. Petugas meneliti berkas permohonan

3. Berkas permohonan yang tidak lengkap dan benar, saat itu juga dikembalikan

untuk dilengkapi

4. Berkas permohonhan yang lengkap dan benar diberikan tanda terima, sejak itu

hitungan waktu proses pelayanan dimulai

Page 48: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

5. Terhadap berkas pemohon yang ditolak selambat-lambatnya 5 (lima) hari harus

diterbitkan surat penolakan dengan mencantumkan alasan-alasannya

6. Pemohon membayar retribusi sesuai ketentuan yang berlaku

7. Penyerahan izin kepada pemohon.

Izin edar diperlukan sebagai jaminan bahwa usaha makanan yang kita jual memenuhi

standar keamanan makanan. Izin yang diperlukan adalah PIRT (Pangan Industri Rumah

Tangga). Pengurusan izin dapat dilakukan dengan mendaftarkan produk pangan ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Semarang. Persyaratan yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Fotocopy KTP

2. Pas phot 3 x 4 2 lembar

3. Surat Keterangan Domisili Usaha dari Kantor Camat

4. Surat Keterangan Puskesmas atau Dokter

5. Denah lokasi dan denah bangunan tempat usaha

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dari aspek yuridis pendirian industri

pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang relatif tidak terlalu rumit. Calon pengusaha

apabila bersungguh-sungguh akan dapat memenuhi semua persyaratan perizinan yang ditentukan.

Tidak ada persyaratan yang terlalu memberatkan yang dapat menjadi hambatan. Untuk menangani

perizinan diperlukan tenaga khusus yang berpengalaman menghadapi petugas instansi pemerintah

kabupaten.

E. Aspek Sosial

Pendirian industri keripik nangka dapat memberikan manfaat sosial bagi pihak-pihak di

sekitar lingkungan industri. Keuntungan sosial yang didapat dengan adanya industri keripik

nangka diantaranya adalah :

1. Menambah lapangan pekerjaan baru

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

3. Meningkatkan skill masyarakat

4. Membentuk mental pekerja yang handal di tengah masyarakat

F. Aspek Ekonomi Keuntungan yang didapat dari pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang

dari sisi ekonomi diantaranya adalah :

1. Adanya pemanfaatan sumber bahan baku lokal

2. Menumbuhkan industri atau usaha yang lain

3. Meningkatkan pendapatan daerah

Page 49: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di

kabupaten Semarang dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1.) Secara teknis pendirian industri keripik nangka di kabupaten Semarang

cukup layak karena pasar cukup prospektif, bahan baku tersedia dalam

jumlah dan mutu, menggunakan mesin vacuum fryer tipe PV-2 yang cukup

efisien untuk menghasilkan mutu produk yang baik dengan lokasi

kecamatan Bergas.

2.) Aspek finansial dinyatakan layak karena BEP : Rp 91.112.307,01, NPV :

Rp 54.204.713,00, IRR : 29,24 %, Net B/C : 1,27, Pay Back Period : 3,65

tahun.

3.) Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa industri masih layak

didirikan jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 13 %, kenaikan

harga bahan bakar minyak dan listrik sebesar 68%, atau penurunan harga

jual sebesar 4%.

B. SARAN

Memperhatikan hasil penelitian mengenai tingkat kelayakan pendirian industri

pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang, maka didapatkan saran untuk

memperbaiki beberapa hal sebagai berikut:

1. Diperlukan pengembangan areal produksi buah nangka serta pengembangan

varietas unggul buah nangka di kabupaten Semarang.

2. Diperlukan studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka untuk

pasar ekspor.

Page 50: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

3. Diperlukan studi kelayakan mengenai pengolahan buah-buahan lain pada bulan

April hingga Juni untuk meningkatkan penerimaan perusahaan.

Page 51: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2008. Data Jumlah Wisatawan Kota Semarang

2003-2008. Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

. 2008. Data Tingkat Hunian Hotel Kota Semarang 2004-2008.

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah.

Balikpapan Pos. Panen Perdana Nangkadak di Sungai Wain : Spesies Baru, Hasil

Silang Nangka dan Cempedak.

http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=26735. [1

Desember 2010].

Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang. 2009. Laporan

Tahunan Curah Hujan Kabupaten Semarang. Dinas Pertanian, Perkebunan,

dan Kehutanan Kabupaten Semarang.

. 2009. Laporan Tahunan Produktivitas Buah Nangka. Dinas

Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan Kabupaten Semarang.

Edris M. 1983. Penuntun Studi Kelayakan Proyek. Sinar Baru, Bandung.

Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi kedua. UI

Press. Jakarta.

Produk Unggulan Kabupaten Semarang .2009.http://www.semarangkab.go.id/. [28

Februari 2009].

Husnan S, Suwarsono. 1994. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan

Penyusunan Laporan. BPPE, Jakarta.

Husnan S, Suwarsono. 1997. Studi Kelayakan Proyek : Konsep, Teknik, dan

Penyusunan Laporan. AMP, Jakarta.

Ibrahim Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis : Edisi Revisi. Rineka Cipta, Jakarta.

Kadariah L, Karlina, Gray C .1978. Pengantar Evaluasi Proyek. UI Press, Jakarta.

Kasmir, Jakfar. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Kencana, Jakarta.

Nazarudin, Muchlisah F. 1996. Buah Komersial. Panebar Swadaya, Jakarta.

Panen Perdana Nangkadak di Sungai Wain Spesies Baru, Hasil Silang Nangka dan

Cempedak. 2008.

http://www.metrobalikpapan.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=26735 [28

Agustus 2010].

P.T. Angkasa Pura Kantor Cabang Bandara Ahmad Yani Semarang. 2007. Laporan

Tahunan. P.T. Angkasa Pura Kantor Cabang Bandara Ahmad Yani Semarang.

Rukmana R. 2008. Budi Daya Nangka. Kanisius, Yogyakarta

Sutojo S. 1993. Studi Kelayakan Proyek, Teori, dan Paraktek. Pustaka Binaman

Pressindo, Jakarta.

Page 52: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Taqi FM. Skripsi. Karakteristik Proses Pengeringan dan Penggorengan Hampa

Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus. lmk). Fakultas Teknologi Pertanian.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Husein U. 2003. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana

Bisnis secara Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widyastuti YE. 1995. Nangka dan Cempedak : Ragam Jenis dan Pembudidayan.

Panebar Swadaya, Jakarta.

Page 53: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

L A M P I R A N

Page 54: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang

Tahun Kamar terjual

2004 725.142

2005 772.728

2006 923.063

2007 885.784

2008 670.814

Rata-rata 667.418

Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%)

2003 807.702 -

2004 690.964 -14,45

2005 640.316 -7,33

2006 650.316 1,56

2007 1.016.177 56,26

2008 1.221.584 20,21

Page 55: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang tahun 2008-2009

Kecamatan Ketinggian tempat (m) Curah hujan/tahun (mm)

Getasan 1.450 2.460

Tengaran 729 1.415

Susukan 497 521

Suruh 660 2.174

Pabelan 584 2.185

Tuntang 480 2.109

Banyubiru 478 2.123

Jambu 572 1.665

Sumowono 900 2.157

Ambarawa 514 1.344

Bawen 650 1.107

Bringin 357 2.345

Pringapus 400 3.769

Bergas 400 1.193

Ungaran Barat 318 1.420

Page 56: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang
Page 57: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

39

Lampiran 1. Jumlah kunjngan wisatawan di kota Semarang

Lampiran 2. Jumlah kamar hotel berbintang dan melati yang terjual di kota Semarang

Tahun Kamar terjual

2004 725.142

2005 772.728

2006 923.063

2007 885.784

2008 670.814

Rata-rata 667.418

Tahun Jumlah wisatawan Pertumbuhan (%)

2003 807.702 -

2004 690.964 -14,45

2005 640.316 -7,33

2006 650.316 1,56

2007 1.016.177 56,26

2008 1.221.584 20,21

Page 58: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

40

Lampiran 3. Data ketinggian tempat dan curah hujan di kabupaten Semarang tahun 2008-2009

Kecamatan Ketinggian tempat (m) Curah hujan/tahun (mm)

Getasan 1.450 2.460

Tengaran 729 1.415

Susukan 497 521

Suruh 660 2.174

Pabelan 584 2.185

Tuntang 480 2.109

Banyubiru 478 2.123

Jambu 572 1.665

Sumowono 900 2.157

Ambarawa 514 1.344

Bawen 650 1.107

Bringin 357 2.345

Pringapus 400 3.769

Bergas 400 1.193

Ungaran Barat 318 1.420

Page 59: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

39

Lampiran 4. Data penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2006

No. Kecamatan Jumlah Tanaman

Sebelumnya ( Pohon

)

Tanaman yang ditebang (

Pohon )

Tanaman Belum

Menghasilkan (

Pohon)

Tanaman Produktif

( Pohon )

Tanaman Tua /

Rusak ( Pohon )

Jumlah Tanaman

Akhir

1 Getasan

16.501 174 1.900 13.005 1.422 16.327

2 Tengaran 4.841 6 205 4.630 - 4.835

3 Susukan 1.457 - 167 915 375 1.457

4 Kaliwungu 545 5 70 470 - 540

5 Suruh 3.812 60 565 3.164 23 3.752

6 Pabelan 5317 - 3.598 1.719 - 5.317

7 Tuntang 1.226 118 113 995 - 1.108

8 Banyubiru 5.217 - 2.810 2.407 - 5.217

9 Jambu 30.303 - 3.195 22.917 4.191 30.303

10 Sumowono 13339 442 - 9.512 3.385 12.897

11 Ambarawa 221 - 5 208 10 221

12 Bandungan 1.714 - 50 1.620 44 1.714

13 Bawen 1.101 - 67 941 - 1.101

14 Bringin 5.490 - 3.965 1.525 - 5.490

15 Bancak 172 - 60 - - 172

16 Bergas 2.787 - 248 2.516 6 2.787

17 Pringapus 781 7 50 724 - 774

18 Ungaran Barat 4.247 - 1.541 2.572 - 4.247

19 Ungaran Timur 2.472 - 467 1.770 235 2.472

Jumlah 101.543 812 19.076 65.385 9.691 100.731

41

41

Page 60: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

40

Lampiran 5. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2007

Keterangan :

TW : Tri Wulan

No Kecamatan

Tambah Tanam (pohon)

Jumlah 1

Tahun

Luas Panen ( Pohon ) Jumlah

1 Tahun

Produksi (Kw) Jumlah 1

tahun TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW

III

TW IV TW I TW II TW III TW IV

1 Getasan

- - - - - - - - - - - - - - -

2 Tengaran - - - - - 1.467 - 1.364 1.368 4.199 366 - 696 478 1.540

3 Susukan - - - - - - - 32 339 371 - - 25 254 279

4 Kaliwungu - - - - - - 150 100 - 250 - 75 40 - 115

5 Suruh - - - - - 1.510 - 141 189 1.840 370 - 70 92 532

6 Pabelan - - - - - 676 - - - 676 196 - - - 196

7 Tuntang - - - - - - - - 78 78 - - - 52 52

8 Banyubiru - - - - - - - - - - - - - - -

9 Jambu - - - - - 1.141 - 246 1.300 2.687 570 - 122 325 1.017

10 Sumowono - - - - - 1.520 - - 4.275 5.795 532 - - 2.137 2.669

11 Ambarawa - - - - - 190 45 45 299 579 28 6 7 164 205

12 Bawen - - - - - 1.125 1.125 1.139 1.139 4.528 337 337 350 141 1.165

13 Bringin - - - - - - - - 755 755 - - - 67 67

14 Bancak - - - - - - 93 - 93 93 - 15 - - 15

15 Bergas - - 15 - 15 1.572 1.571 1.529 1.529 6.201 864 785 688 460 2.797

16 Pringapus - - - - - 725 - 150 389 1.264 384 - 15 38 437

17 Ungaran Barat 867 - - - 867 2.654 - - 1.316 3.970 1.061 - - 658 1.719

18 Ungaran

Timur

- - - - - - - - 1.700 1.700 - - - 885 885

Jumlah 867 - 15 - 882 12.580 2.984 4.746 14.676 34.986 4.708 1.218 2.013 5.751 13690

42

Page 61: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

41

Lampiran 6. Data produktivitas buah nangka dan penanaman pohon nangka di kabupaten Semarang pada tahun 2008

No Kecamatan

Tambah Tanam (pohon)

Jumlah 1

Tahun

Luas Panen ( Pohon ) Jumlah 1

Tahun

Produksi (Kw) Jumlah 1

tahun TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW

III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

1 Getasan

- - - - - - - - 1.200 1.200 - - - 750 750

2 Tengaran - - - - - 865 1.065 2.135 2.465 6.530 304 383 768 887 2.342

3 Susukan - - - - - - - - 311 311 - - - 50 50

4 Kaliwungu - - - - - - - - - - - - - - -

5 Suruh - - - - - 3.111 225 215 340 3.891 1.860 101 65 93 2.119

6 Pabelan - - - - - 910 - - - 910 90 - - - 90

7 Tuntang - 448 - - 448 67 - - 137 204 45 - - 29 74

8 Banyubiru 218 - - - 218 2.370 - - 1.416 3.786 1.422 - - 354 1.776

9 Jambu - - - - - 298 42 - 741 1.081 74 10 - 176 260

10 Sumowono - - - - - 2.259 - - 3.831 6.090 1.129 - - 1.915 3.044

11 Ambarawa - - - - - - - 18 15 33 - - 12 4 16

12 Bandungan 76 - - - 76 1.125 - - - 1.125 956 - - - 956

13 Bawen - - - - - 55 55 50 50 210 8 9 9 7 33

14 Bringin - - - - - - - - 850 850 - - - 76 76

15 Bancak - - - - - - 112 - - 112 - 15 - - 15

16 Bergas - - - - - 480 624 650 812 2.566 192 281 292 365 1.130

17 Pringapus - - - - - 104 - 104 328 536 10 - 10 32 52

18 Ungaran Barat - - - 25 25 - - 2.654 2.147 4.801 - - 1.459 1.050 2.509

19 Ungaran

Timur

- - - - - 1.770 - 1.770 1.770 5.310 708 - 708 885 2.301

Jumlah 294 448 - 25 767 13.414 2.123 7.596 16.41

3

39.546 6.798 799 3.323 6.673 17.593

Keterangan :

TW : Tri Wulan

43

Page 62: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

42

Lampiran 9. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung industri pengolahan keripik nangka

Jabatan Jumlah (orang)

Gaji / orang / bulan (Rp ) Gaji/bulan ( Rp ) Gaji/tahun ( Rp )

Tenaga Kerja Tak Langsung

A. Direktur Utama 1 1.800.000 1.800.000 16.200.000

Sub Total 1 16.200.000

Tenaga Kerja Langsung

A. Staf produksi dan quality control

a. Bagian penanganan bahan baku 4 950.000 3.800.000 34.200.000

b. Bagian pengemasan 4 950.000 3.800.000 34.200.000

c. Operator Mesin 2 950.000 1.900.000 17.100.000

Sub Total 10 85.500.000

Total 11 101.700.000

Page 63: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

43

Lampiran 10. Perhitungan biaya dan input industri pengolahan keripik nangka

No Komponen Kebutuhan/tahun Biaya/Tahun

A. Bahan Kemasan

1. Kemasan Plastik 54.000 bungkus 10.000.000

2. Kardus dan label 800.000

Sub Total 10.800.000

B. Bahan Bakar dan Listrik

1. Minyak goreng 16.000.000

2. Gas 4.600.000

3. Listrik 8.000.000

Sub Total 28.600.000

C. Bahan dan peralatan penunjang

1 Alkohol, pisau , sarung tangan, penutup mulut,dan kepala 200.000

Sub Total 250.000

Total 39.650.000

Page 64: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

44

Lampiran 16. Biaya operasional industri keripik nangka

No komponen

Tahun ke ( Rp )

1 2 3 4 5 6

A Biaya Tetap

1 Tenaga Kerja tak Langsung 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000 16.200.000

2 Pemeliharaan 6.574.500 6.574.500 6.574.500 6.574.500 6.574.500 6.574.500

3 Komunikasi 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000 500.000

4 Asuransi 1.524.900 1.524.900 1.524.900 1.524.900 1.524.900 1.524.900

5 Depresiasi 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833

6 Promosi 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Sub Total 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233

B Biaya Variabel

1 Bahan Baku 142.500.000 142.500.000 142.500.000 142.500.000 142.500.000 142.500.000

2 Bahan Kemasan 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000

3 Tenaga Kerja Langsung 85.500.000 85.500.000 85.500.000 85.500.000 85.500.000 85.500.000

4 Bahan Bakar dan Listrik 28.600.000 28.600.000 28.600.000 28.600.000 28.600.000 28.600.000

5 Transportasi/distribusi produk 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000

6 Bahan dan peralatan penunjang 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

Sub Total 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000

Total 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233

Page 65: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

45

Uraian Tahun ke ( Rp )

1 2 3 4 5 6

A. Penerimaan

1. Penjualan Produk 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000

Total Penerimaan 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000 459.000.000

B. Pengeluaran

1. Biaya Tetap 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233 37.596.233

2. Biaya Variabel 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000 269.600.000

Total Pengeluaran 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233 307.196.233

Laba Operasi

C. Pembayaran Bunga

1. Bunga Modal Tetap 34.881.840 34.881.840 34.881.840

2. Bunga Modal Kerja 8.704.709 8.704.709 8.704.709

Total Pembayaran Bunga 43.586.549 43.586.549 43.586.549

Laba Sebelum Pajak 108.217.218 108.217.218 108.217.218 151.803.767 151.803.767 151.803.767

Pajak Penghasilan 13.732.583 13.732.583 13.732.583 28.041.130 28.041.130 28.041.130

Laba Bersih 94.484.635 94.484.635 94.484.635 123.762.637 123.762.637 123.762.637

Lampiran 18a. Proyeksi laporan laba rugi industri keripik nangka

56

Page 66: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

46

Lampiran 18b. Perhitungan pajak penghasilan

Perhitungan pajak 1 2 3 4 5 6

0,1 * 50.000.0000

5.000.000

0,15* 50.000.000

7.500.000

0,15 * (pendapatan-50.000.000)

8.732.583

8.732.583

8.732.583

0,3 * (pendapatan-100.000.000)

15.541.130

15.541.130

15.541.130

Jumlah

13.732.583

13.732.583

13.732.583

28.041.130

28.041.130

28.041.130

57

Page 67: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

47

Lampiran 19. Proyeksi arus kas industri keripik nangka

Uraian

Tahun Ke ( Rp )

0 1 2 3 4 5 6

A. Kas Masuk

1.Laba Bersih 94.484.635 94.484.635 94.484.635 123.762.637 123.762.637 123.762.637

2.Depresiasi 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833 10.796.833

3.Nilai Sisa 77.909.000

4.Modal investasi 201.789.581

Total Kas Masuk 201.789.581 105.281.468 105.281.468 105.281.468 134.559.470 134.559.470 212.468.470

A. Kas Keluar

1. Biaya Modal Tetap 161.490.000

2. Biaya Modal Kerja 40.299.581

3. Angsuran Pinjaman 67.263.194 67.263.194 67.263.194

Total Kas Keluar 201.789.581 67.263.194 67.263.194 67.263.194 - - -

Aliran Kas Bersih 38.018.274 38.018.274 38.018.274 134.559.470 134.559.470 212.468.470

Arus Kas Awal Tahun 38.018.274 38.018.274 38.018.274 134.559.470 134.559.470

Arus Kas Akhir Tahun 38.018.274 76.036.548 76.036.548 172.577.744 269.118.940 347.027.940

58

Page 68: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

48

Lampiran 20. Kriteria investasi

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (201.789.581) (201.789.581) 1 (201.789.581) 1 (201.789.581)

1 38.018.274 (163.771.307) 0,822368421 31.265.028 0,769230769 29.244.826

2 38.018.274 (125.753.033) 0,67628982 25.711.372 0,591715976 22.496.020

3 38.018.274 (87.734.759) 0,556159391 21.144.220 0,455166136 17.304.631

4 134.559.470 46.824.711 0,457367921 61.543.185 0,350127797 47.113.011

5 134.559.470 181.384.181 0,376124935 50.611.172 0,269329074 36.240.777

6 212.468.470 393.852.651 0,309313269 65.719.317 0,207176211 44.018.413

NPV 54.204.713

(5.371.903)

Kriteria Nilai

NPV 54.204.713

IRR 29,24%

Net B/C 1,268619977

PBP ( Tahun ) 3,65

Break Event Point

BEP: BT / ( 1- ( BV/R))

BEP: Rp 91.112.307,01

59

Page 69: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

49

Lampiran 21. Kriteria investasi jika perusahaan dioperasikan selama 12 bulan

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (209.114.686) (209.114.686) 1 (209.114.686) 1 (209.114.686)

1 (84.831.366) (293.946.052) 0,822368421 (69.762.637) 0,769230769 (65.254.897)

2 (84.831.366) (378.777.418) 0,67628982 (57.370.589) 0,591715976 (50.196.075)

3 (84.831.366) (463.608.784) 0,556159391 (47.179.761) 0,455166136 (38.612.365)

4 27.600.600 (436.008.184) 0,457367921 12.623.629 0,350127797 9.663.737

5 27.600.600 (408.407.584) 0,376124935 10.381.274 0,269329074 7.433.644

6 105.509.600 (302.897.984) 0,309313269 32.635.519 0,207176211 21.859.079

NPV

(327.787.250)

(324.221.562)

Kriteria Nilai

NPV (327.787.250)

IRR 1,60%

Net B/C 0,145113215

60

Page 70: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

50

Lampiran 22. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku

Lampiran 22a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 13 %

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (203.349.581) (203.349.581) 1 (203.349.581) 1 (203.349.581)

1 21.465.608 (181.883.973) 0,822368421 17.652.638 0,769230769 16.512.006

2 21.465.608 (160.418.365) 0,67628982 14.516.972 0,591715976 12.701.543

3 21.465.608 (138.952.757) 0,556159391 11.938.299 0,455166136 9.770.418

4 121.591.970 (17.360.787) 0,457367921 55.612.266 0,350127797 42.572.729

5 121.591.970 104.231.183 0,376124935 45.733.772 0,269329074 32.748.253

6 199.500.970 303.732.153 0,309313269 61.708.297 0,207176211 41.331.855

NPV

3.812.664

(47.712.777)

Kriteria Nilai

NPV 3.812.664

IRR 22,22%

Net B/C 1,018749309

61

Page 71: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

51

Lampiran 22b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan baku sebesar 14 %

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (203.469.581) (203.469.581) 1 (203.469.581) 1 (203.469.581)

1 20.192.326 (183.277.255) 0,822368421 16.605.531 0,769230769 15.532.558

2 20.192.326 (163.084.929) 0,67628982 13.655.865 0,591715976 11.948.122

3 20.192.326 (142.892.603) 0,556159391 11.230.152 0,455166136 9.190.863

4 120.594.470 (22.298.133) 0,457367921 55.156.042 0,350127797 42.223.476

5 120.594.470 98.296.337 0,376124935 45.358.587 0,269329074 32.479.597

6 198.503.470 296.799.807 0,309313269 61.399.757 0,207176211 41.125.197

NPV

(63.647) (50.969.768)

Kriteria Nilai

NPV (63.647)

IRR 21,59%

Net B/C 0,99968719

62

Page 72: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

52

Lampiran 23. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik

Lampiran 23a. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 68 %

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (203.950.470) (203.950.470) 1 (203.950.470) 1 (203.950.470)

1 20.370.438 (183.580.032) 0,822368421 16.752.005 0,769230769 15.669.568

2 20.370.438 (163.209.594) 0,67628982 13.776.320 0,591715976 12.053.514

3 20.370.438 (142.839.156) 0,556159391 11.329.210 0,455166136 9.271.934

4 120.945.870 (21.893.286) 0,457367921 55.316.761 0,350127797 42.346.511

5 120.945.870 99.052.584 0,376124935 45.490.757 0,269329074 32.574.239

6 198.854.870 297.907.454 0,309313269 61.508.450 0,207176211 41.197.999

NPV

223.034

(50.836.706)

Kriteria Nilai

NPV 223.034

IRR 21,64%

Net B/C 1,001093567

63

Page 73: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

53

Lampiran 23b. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga bahan bakar dan listrik sebesar 69%

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (203.982.248) (203.982.248) 1 (203.982.248) 1 (203.982.248)

1 20.110.911 (183.871.337) 0,822368421 16.538.578 0,769230769 15.469.932

2 20.110.911 (163.760.426) 0,67628982 13.600.804 0,591715976 11.899.947

3 20.110.911 (143.649.515) 0,556159391 11.184.872 0,455166136 9.153.806

4 120.745.670 (22.903.845) 0,457367921 55.225.196 0,350127797 42.276.415

5 120.745.670 97.841.825 0,376124935 45.415.457 0,269329074 32.520.320

6 198.654.670 296.496.495 0,309313269 61.446.525 0,207176211 41.156.522

NPV (570.815)

(51.505.307)

Kriteria Nilai

NPV (570.815)

IRR 21,51%

Net B/C 0,997201644

64

Page 74: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

54

Lampiran 24. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual

Lampiran 24a. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 4 %

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (201.789.581) (201.789.581) 1 (201.789.581) 1 (201.789.581)

1 22.412.274 (179.377.307) 0,822368421 18.431.146 0,769230769 17.240.211

2 22.412.274 (156.965.033) 0,67628982 15.157.193 0,591715976 13.261.701

3 22.412.274 (134.552.759) 0,556159391 12.464.797 0,455166136 10.201.308

4 121.707.470 (12.845.289) 0,457367921 55.665.092 0,350127797 42.613.168

5 121.707.470 108.862.181 0,376124935 45.777.214 0,269329074 32.779.360

6 199.616.470 308.478.651 0,309313269 61.744.023 0,207176211 41.355.784

NPV

7.449.884

(44.338.049)

Kriteria Nilai

NPV 7.449.884

IRR 22,81%

Net B/C 1,036919073

65

Page 75: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

55

Lampiran 24b. Analisis sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 5 %

Tahun Bt-Ct Akumulasi

0,216 0,3

DF PV DF PV

0 (201.789.581) (201.789.581) 1 (201.789.581) 1 (201.789.581)

1 18.510.774 (183.278.807) 0,822368421 15.222.676 0,769230769 14.239.057

2 18.510.774 (164.768.033) 0,67628982 12.518.648 0,591715976 10.953.121

3 18.510.774 (146.257.259) 0,556159391 10.294.941 0,455166136 8.425.477

4 118.494.470 (27.762.789) 0,457367921 54.195.569 0,350127797 41.488.208

5 118.494.470 90.731.681 0,376124935 44.568.725 0,269329074 31.914.006

6 196.403.470 287.135.151 0,309313269 60.750.199 0,207176211 40.690.127

NPV

(4.238.823)

(54.079.586)

Kriteria Nilai

NPV (4.238.823)

IRR 20,89%

Net B/C 0,978993847

66

Page 76: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

56

Lampiran 25. Peta kemiringan lahan kabupaten Semarang

Page 77: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

39

Lampiran 7. Penghitungan biaya bahan baku

Bulan Kebutuhan ( Kg ) Harga/Kg( Rp) Total ( Rp )

Januari 3.000 4.000 12.000.000

Februari 3.000 5.000 15.000.000

Maret 3.000 7.000 21.000.000

April - 15.000 -

Mei - 20.000 -

Juni - 10.000 -

Juli 3.000 7.500 22.500.000

Agustus 3.000 6.000 18.000.000

September 3.000 5.000 15.000.000

Oktober 3.000 4.500 13.500.000

November 3.000 4.500 13.500.000

Desember 3.000 4.000 12.000.000

Total Biaya/Tahun 142.500.000

Page 78: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

40

Lampiran 8. Mesin dan peralatan yang dibutuhkan industri keripik nangka

No. Nama Alat Fungsi Penjual

1 Pisau pembelah kulit buah Membelah kulit buah Pedagang pasar Bulu

kota Semarang

2 Pisau pembelah daging buah Memisahkan daging buah

dari kulit dan membelah

daging buah

Pedagang pasar Bulu

kota Semarang

3 Baskom perendaman Wadah untuk menampung

dan menimbang bahan baku

Supermarket Matahari

kota Semarang

4 Meja bahan baku Tempat menimbang dan

mencuci bahan baku

Toko mebel Piyan

5 Meja pengemasan Tempat menimbang dan

mengemas produk keripik

nangka

Toko mebel Piyan

6 Timbangan digital Menimbang bahan baku dan

produk

C.V. Nur Setya

7 Spinner Meniriskan minyak pada

produk

P.T. Agrowindo Sukses

Abadi

8 Hand sealer Mengemas produk P.T. Agrowindo Sukses

Abadi

45

Page 79: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

41

a. Timbangan 5 Kg

b. Spinner

c. Hand Sealer

46

Page 80: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

42

Lampiran 11. Perhitungan modal tetap industri kecil keripik nangka

No Komponen Jumlah Harga Unit ( Rp ) Sub Total ( Rp )

1 Lahan ( M² ) 105 200.000 21.000.000

Perizinan - 9.000.000 9.000.000

2 Bangunan ( M² ) 35 1.750.000 61.250.000

3 Fasilitas Penunjang

Handphone 1 500.000 500.000

Listrik 1 1.000.000 1.000.000

Instalasi air/pompa 1 1.500.000 1.500.000

Perlengkapan Kantor

Laptop dan printer 1 4.000.000 4.000.000

Lemari arsip 1 300.000 300.000

Meja dan kursi kantor 1 150.000 150.000

Alat tulis kantor 5 10.000 50.000

Lain-lain 1 100.000 100.000

4 Mesin, peralatan, dan bahan penunjang

produksi

Vacuum fryer, hand sealer, spinner 2 26.750.000 53.500.000

Genset 1 3.000.000 3.000.000

Meja pengemasan 1 150.000 150.000

Meja bahan baku 1 150.000 150.000

Timbangan 5 kg 2 500.000 1.000.000

Baskom 2 70.000 140.000

Tempat menyimpan produk 6 750.000 4.500.000

Jas kerja 4 50.000 200.000

Total Modal Tetap 161.490.000

49

Page 81: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

43

Lampiran 12. Perhitungan nilai sisa dan biaya penyusutan

No Komponen Nilai

Umur

Ekonomis Nilai Sisa Penyusutan per tahun

(Rp) ( tahun ) (Rp) (Rp)

1. Lahan ( M² ) 21.000.000 21.000.000

2. Bangunan ( M² ) 61.250.000 30 49.000.000 408.333

3. Fasilitas Penunjang

Handphone 500.000 6 50.000 75.000

Listrik 1.000.000 6 1.000.000

Instalasi air/pompa 1.500.000 6 150.000 225.000

Sub total

Perlengkapan Kantor

Laptop dan Printer 4.000.000 6 400.000 600.000

Lemari Arsip 300.000 6 30.000 45.000

Meja kursi kantor 150.000 6 15.000 22.500

Alat Tulis kantor 50.000 6 8.333

Lain-lain 100.000 6 16.667

Sub Total 7.600.000 1.645.000 992.500

4. Mesin dan Peralatan

Vacuum fryer 53.500.000 6 5.350.000 8.025.000

Genset 3.000.000 6 300.000 450.000

Meja bahan baku 150.000 6 15.000 22.500

Meja pengemasan 150.000 6 15.000 22.500

Timbangan 5 kg 1.000.000 6 100.000 150.000

Baskom 140.000 6 14.000 21.000

Tempat penyimpanan produk 4.500.000 6 450.000 675.000

Jas kerja 200.000 6 20.000 30.000

Sub Total 62.640.000 6.264.000 9.396.000

Total 152.490.000 77.909.000 10.796.833

50

Page 82: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

44

Lampiran 13. Perhitungan biaya pemeliharaan dan asuransi

Komponen Jumlah Nilai ( Rp) Pemeliharaan ( Rp) Asuransi ( Rp )

Lahan ( M² ) 105 21.000.000 210.000

Bangunan ( M² ) 35 61.250.000 3.062.500 612.500

Fasilitas Penunjang

Handphone 1 500.000 25.000 5.000

Listrik 1 1.000.000 50.000 10.000

Instalasi air/pompa 1 1.500.000 75.000 15.000

Perlengkapan Kantor

Komputer dan Printer 1 4.000.000 200.000 40.000

Lemari Arsip 1 300.000 15.000 3.000

Meja kursi kantor 1 150.000 7.500 1.500

Alat Tulis kantor 5 50.000 2.500 500

Lain-lain 1 100.000 5.000 1.000

Mesin dan Peralatan

Vacuum fryer 2 53.500.000 2.675.000 535.000

Genset 1 3.000.000 150.000 30.000

Meja bahan baku 1 150.000 7.500 1.500

Meja pengemasan 1 150.000 7.500 1.500

Timbangan 5 kg 2 1.000.000 50.000 10.000

Baskom 2 140.000 7.000 1.400

Tempat penyimpan 6 4.500.000 225.000 45.000

produk

Jas kerja 4 200.000 10.000 2.000

TOTAL 152.490.000 6.574.500 1.524.900

51

Page 83: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

45

Lampiran 14. Komposisi modal kerja dan total biaya investasi

Komponen Jumlah ( Rp )

Biaya Tetap

Tenaga Kerja tak langsung 1.800.000

Pemeliharaan 730.500

Komunikasi 55.556

Asuransi 169.433

Depresiasi 1.199.648

Promosi/pemasaran 222.222

Sub Total 4.177.359

Biaya Variabel

Bahan Baku 12.000.000

Bahan Kemasan 1.200.000

Tenaga Kerja langsung 9.500.000

Bahan Bakar dan listrik 3.177.778

Transportasi /distribusi produk 222.222

Bahan dan Peralatan Penunjang 22.222

Sub Total 26.122.222

Persediaan kas 10.000.000

Total 40.299.581

Total Biaya investasi Industri keripik nangka

Komponen Jumlah Harga /Unit (Rp )

Lahan ( M² ) 105 21.000.000

Bangunan ( M² ) 35 61.250.000

Perizinan 9.000.000

Fasilitas Penunjang 7.600.000

Mesin dan peralatan 62.640.000

Modal Kerja 40.299.581

Total Investasi 201.789.581

52

Page 84: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

46

Tahun Jumlah Kredit Angsuran Pokok Bunga Pembayaran

0 40.299.581

1 40.299.581 13.433.194 8.704.709 22.137.903

2 13.433.194 8.704.709 22.137.903

3 13.433.194 8.704.709 22.137.903

Lampiran 15. Struktur Pembiayaan Neraca Pembayaran Kredit

Struktur Pembiayaan Industri keripik nangka

Jenis Kredit Pinjaman ( Rp )

Modal Tetap 161.490.000

Modal Kerja 40.299.581

Jumlah 201.789.581

Angsuran untuk Modal Tetap ( Rp )

Tahun Jumlah Kredit

Angsuran

Pokok Bunga Pembayaran

0

161.490.000

1

161.490.000

53.830.000

34.881.840 88.711.840

2

53.830.000

34.881.840 88.711.840

3

53.830.000

34.881.840 88.711.840

Angsuran untuk Modal Kerja ( Rp )

53

Page 85: STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64381/1/F11raa.pdf · Pendirian Industri Pengolahan Keripik Nangka di Kabupaten Semarang

47

Lampiran 26. Daftar responden

Nama/jabatan responden Data wawancara

Umi/penjaga toko Bandeng Bonafide Jumlah permintaan pasar keripik

nangka

Penjaga toko Lumba-Lumba Potensi pasar keripik nangka

Bagian kasir toko Istana Buah Bandeng

Djoe

Jumlah permintaan keripik nangka

Penjaga toko Bandeng Arwana Potensi pasar keripik nangka

Penjaga toko Bandeng Juwana Potensi pasar keripik nangka

Penjaga toko Bandeng Presto Potensi pasar keripik nangka

Penjaga outlet makanan ringan DP Mall Potensi pasar keripik nangka

Suyatno/penjual makanan oleh-oleh di

stasiun Tawanag

Potensi pasar keripik nangka

Penjaga outlet makanan ringan di bandara

udara Ahmad Yani

Potensi pasar keripik nangka

Mustafid/pemilik usaha keripik nangka

Tafied Rona Chips

Potensi pasar dan jumlah

permintaan keripik nangka, mutu

bahan baku, biaya operasional

industri pengolhan keripik nangka

Pramono/pegawai Dinas Perindustrian Kota

Semarang

Potensi pasar keripik nangka

Dian/pegawai Dinas Pertanian Kabupaten

Semarang

Varietas/mutu buah nangka di

kabupaten Semarang

Pedagang buah nangka di pasar Ambarawa Mutu dan ketersediaan buah

nangka di kabupaten semarang

Pedagang buah nangka di pasar Bandungan Mutu dan ketersediaan buah

nangka di kabupaten Semarang

Pengumpul buah nangka Harga, mutu, dan ketersediaan

buah nangka di kabupaten

Semarang

68