studi kelayakan bisnis

91
STUDI KELAYAKAN BISNIS NAMA PROYEK : USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG Anggota Kelompok : 1.AYU EFRIZAL (1010532013) 2.YUDHA AULIA (1010533062) 3. RINDANG DESMANTA (1210532010) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

Upload: rindang-desmanta

Post on 12-Dec-2015

47 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kelayakan Bisnis

STUDI KELAYAKAN BISNIS

NAMA PROYEK :

USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG

Anggota Kelompok :

1. AYU EFRIZAL (1010532013)2. YUDHA AULIA (1010533062)3. RINDANG DESMANTA (1210532010)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2014

Page 2: Studi Kelayakan Bisnis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daging sapi sebagai sumber protein yang berasal dari ternak

hewan sudah dikenal sebagai bahan pangan yang hampir

lengkap dan sempurna. karena didalamnya terkandung berbagai

macam zat gizi yang diperlukan tubuh termasuk didalamnya

protein hewani. Indonesia sebagai salah satu negara dengan

jumlah penduduk terbesar keempat di dunia memiliki tingkat

konsumsi protein yang masih relatif rendah dibanding negara

lain, terutama dari daging sapi.

Konsumsi rata-rata daging sapi masyarakat Indonesia saat ini

hanya mencapai 1,75 kg/kapita/tahun. Namun seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan

pendidikan yang semakin baik, maka meningkat pula

permintaan daging sapi di Indonesia.

Dengan kondisi seperti tersebut diatas maka potensi usaha

peternakan memiliki peluang sangat besar untuk lebih

dikembangkan di Indonesia. Pengembangan usaha tersebut di

Indonesia khususnya ternak sapi difokuskan dalam rangka

memenuhi konsumsi daging sapi potong dalam negeri dan

meningkatkan produksi daging dari dalam negeri. Hal tersebut

sejalan dengan Program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan

Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan oleh pemerintah sejak

tahun 2005.

Page 3: Studi Kelayakan Bisnis

Melalui segala upaya yang dilakukan pemerintah bersama-sama

dengan masyarakat, diharapkan bangsa Indonesia mampu

menjadikan sektor pertanian, termasuk didalamnya subsektor

peternakan sebagai leading sector dalam rangka membangun

kehidupan bangsa yang lebih sejahtera, sehingga Indonesia bisa

bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara yang maju dalam

segala bidang termasuk dalam hal ekonomi.

Sumatera Barat beberapa tahun lalu di tunjuk sebagai salah

satu provinsi sentral swasembada daging 2014. Sejumlah

langkah strategis sudah dilaksanakan oleh pemerintah Sumatera

Barat mulai dari program Satu Petani Satu Sapi dan pemberian

bantuan sapi ke sejumlah nagari. Namun sayang sejumlah data

statistik populasi sapi potong di Sumatera Barat dari tahun ke

tahun masih saja kian memprihatinkan.  

Tahun 2010 lalu populasi sapi potong Sumbar mencapai

513.255 ekor, akan tetapi jumlah ini di tahun 2011 turun drastis

menjadi 327.013 ekor, tahun 2012 populasi sapi potong mulai

sedikit naik ke angka 349.001. 

Banyak hal yang melatarbelakangi turunnya populasi sapi

potong di Sumbar. Salah satunya, masih terjadinya pemotongan

sapi betina produktif apalagi jika sapi betina yang di sembelih

dalam kondisi bunting, ini malah membuat kita rugi dua

kali. Sekarang pada prinsipnya sapi lokal harus menjadi tulang

punggung untuk tercukupinya pasokan daging nasional. Apa lagi

pemerintah hanya mengandalkan impor daging sapi fresh.

Kemungkinan penyebab kedua turunnya populasi sapi potong,

dikarenakan pengalihan sapi perah menjadi sapi potong yang

disebabkan mahalnya harga daging di bandingkan harga susu. 

Page 4: Studi Kelayakan Bisnis

Jika mengacu proyeksi Kementerian Pertanian dalam cetak biru

Swasembada Daging Sapi 2014, populasi sapi potong 2013 ini

harusnya mencapai 16,6 juta ekor. Naik 2 juta ekor dibandingkan

2011 yakni 14,6 juta ekor karena peningkatan populasi. Populasi

16,6 juta ekor itu juga sudah memperhitungkan pasokan daging

sapi ke pasar dalam negeri yang terus naik setiap tahun. Melihat

proyeksi populasi sapi pada sensus 2013, dibandingkan proyeksi

sesuai cetak biru, terjadi selisih populasi hingga lebih dari 5 juta

ekor.

Populasi ternak sapi potong di Sumatera Barat menurun sejak

tahun 2001 sampai 2006. Dengan rata-rata penurunan sebesar

0,31 persen per tahun, sementara jumlah pemotongan

meningkat rata-rata sebesar 9,35 persen per tahun (BPS

Sumatera Barat 2007). Hal ini disebabkan rendahnya produksi

dan produktivitas ternak sapi potong. Beberapa karakteristik

produksi yang belum optimal antara lain rendahnya tingkat

kelahiran (< 50%), tingginya angka kematian (> 2%), rendahnya

pertambahan bobot badan (0,4-0,5 kg/ekor/hr), tingginya angka

pemotongan ternak betina produktif (28%) (Dinas Peternakan TK

I Sumatera Barat, 2007). Untuk memperbaiki keadaan tersebut

diperlukan kontribusi dari berbagai pihak termasuk bantuan

pemerintah untuk berupaya mengembangkan sapi potong

antara lain melalui program peningkatan produksi dan

produktivitas ternak sapi potong, penurunan angka kematian,

dan mengendalikan pemotongan ternak betina produktif.

Page 5: Studi Kelayakan Bisnis

BAB II

ASPEK EKONOMI

2.1 Rencana Pembangunan / Program Pemerintah

Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PSDS-

2014) merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan

ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumberdaya

domestik khususnya ternak sapi potong. Pencapaian

swasembada daging sapi sudah lama didambakan oleh

masyarakat agar ketergantungan terhadap impor baik sapi

bakalan maupun daging makin menurun dengan

mengembangkan potensi dalam negeri.

Dengan berswasembada daging sapi tersebut akan diperoleh

keuntungan dan nilai tambah meliputi:

1. Akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

peternak;

2. Penyerapan tambahan tenaga kerja baru;

3. Penghematan devisa negara;

4. Optimalisasi pemanfaatan potensi ternak sapi

lokal; dan

5. Makin meningkatnya peyediaan daging sapi yang

Aman, Sehat, Utuh dan Halal bagi masyarakat

sehingga ketenteraman lebih terjamin.

Untuk menuju swasembada daging sapi pada tahun 2014,

pemerintah melakukan sejumlah upaya dan strategi

diantaranya, menurunkan kuota impor daging dari 100 ribu ton

menjadi 38 ribu ton sehingga mencapai 10% dari kebutuhan

Page 6: Studi Kelayakan Bisnis

konsumsi masyarakat, meningkatkan populasi sapi potong

menjadi 14,2 juta ekor tahun 2014 dengan rata-rata

pencapaian pertumbuhannya sebesar 12,48%, dan

meningkatkan produksi daging dalam negeri sebesar 420,3 ribu

ton pada tahun 2014 atau meningkat 10,4% setiap tahunnya.

Pemerintah melalui Kementerian Pertanian

mengeluarkan Pedoman Umum (Pedum) Program Swasembada

Daging Sapi sebagai  acuan  bagi para pengelola kebijakandi

tingkat pusat dan daerah. Perdum di antaranya menurunkan

kuota impor daging dari 100 ribu ton menjadi 38 ribu ton

sehingga mencapai 10% dari kebutuhan konsumsi masyarakat,

meningkatkan populasi sapi potong menjadi 14,2 juta ekor

tahun 2014 dengan rata-rata pencapaian pertumbuhannya

sebesar 12,48%, dan meningkatkan produksi daging dalam

negeri sebesar 420,3 ribu ton pada tahun 2014 atau meningkat

10,4% setiap tahunnya.

2.2. Penawaran dan Permintaan Daging Sapi

2.2.1 Harga Daging Sapi Internasional (Amerika Serikat)

Harga daging sapi di luar negeri cenderung mengalami

kenaikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data United States

Departement of Agriculture Economic Research Service (USDA-

ERS) selama periode tahun 2000 sampai dengan 2012, harga

daging sapi internasional mengalami kenaikan sebesar 51,5

persen dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 4,3

persen. Jika diamati pola perkembangannya, harga daging sapi

internasional mengalami lonjakan yang relatif tinggi terjadi

pada tahun 2003, kemudian tahun 2008 dan tahun 2011.

Page 7: Studi Kelayakan Bisnis

Selama tahun 2003, harga daging sapi mengalami kenaikan

sebesar 23,6 persen, dengan harga pada awal tahun 2003

sebesar US$6,79/kg dan akhir tahun mencapai US$8,49/kg.

Kenaikan harga daging sapi internasional tahun 2003 seiring

dengan ditemukan pertama kalinya kasus penyakit sapi gila

(Mad Cow) di Amerika Serikat.

Meat Price, Sumber : United States Departement of Agriculture Economic

Research Service (USDA-ERS)

Setelah mengalami kenaikan yang relatif tinggi pada

tahun 2003, harga daging sapi internasional kembali naik pada

tahun 2008, dengan tingkat kenaikan selama tahun tersebut

sebesar 6,3 persen dan selama tahun 2011 harga daging sapi

international mengalami kenaikan sebesar 12,4 persen. Pada

awal tahun 2012 harga daging sapi internasional mencapai

US$10,2/kg dan pada bulan September 2012 sedikit turun

menjadi US$9,89/kg.

2.2.2. Harga Daging Sapi Produksi Dalam Negeri

Page 8: Studi Kelayakan Bisnis

Harga daging sapi dalam negeri dari tahun ke tahun

menunjukkan trend naik. Hal ini terlihat dari harga daging

selama sepuluh tahun terakhir yang selalu naik setiap

tahunnya. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan,

rata-rata kenaikan harga daging sapi per tahun mencapai 9,0

persen. Dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun

2008 yang mencapai 14,4 persen dibandingkan tahun

sebelumnya, yaitu dari Rp 50.036/kg menjadi Rp 57.259/kg.

Harga daging sapi (periode tahun 2003-2012) mengalami

gejolak harga dengan koefisien variasi sebesar 27,3 persen.

Rata-Rata Harga Daging Sapi Nasional, Kemendag

Secara nasional, situasi harga daging sapi pada tahun

2012 (sampai dengan bulan September 2012) berangsur-

angsur naik dari awal Januari dan mulai mengalami lonjakan

pada Juli 2012 (menjelang puasa), yaitu mencapai 3,36 persen

dari Rp 74.393/kg menjadi Rp 76.895/kg dan Agustus 2012 naik

3.78 persen dari Rp 76.895/kg menjadi Rp 79.800/kg.

Page 9: Studi Kelayakan Bisnis

 2.2.3.  Perkembangan Harga Daging Sapi di Beberapa Daerah

Sentra Produksi

  Berdasarkan pemantauan di beberapa daerah sentra

produksi,terjadi fluktuasi harga daging sapi tingkat konsumen

antar waktu dan antar provinsi. Fluktuasi harga terbesar antar

waktu terjadi pada tahun 2012. Sementara itu juga terdapat

fluktuasi harga antar wilayah atau provinsi di Indonesia. Harga

daging sapi tertinggi terjadi di Provinsi Aceh dan terendah

terjadi di Nusa Tenggara Timur.

Tingginya harga daging sapi di Provinsi Aceh disebabkan

oleh adanya tradisi meugang yang sudah dilakukan secara

turun temurun oleh masyarakat Aceh untuk membeli daging

bagi keluarganya menyambut Ramadhan. Daging sapi disajikan

sebagai lauk utama, sehari sebelum Ramadhan tiba atau Hari

Raya. Tak peduli kaya atau miskin,  setiap kepala keluarga

harus berusaha membeli minimal  satu atau dua kilo daging

untuk keluarganya.  Bagi keluarga mampu, bahkan akan

membeli sampai lima kilo untuk dihabiskan selama bulan

Ramadhan sebagai menu sahur.

Kenaikan harga daging sapi signifikan terjadi pada

waktu/periode Hari Besar Keagamaan nasional (HBKN).

Setidaknya selama empat tahun terakhir, harga daging sapi

tertinggi terjadi disaat HBKN, yaitu menjelang puasa hingga

Idul Adha. Hal ini dikarenakan permintaan yang tinggi dari efek

psikologis konsumen yang cenderung membeli daging lebih

banyak pada periode tersebut serta adanya ekspektasi dan

Page 10: Studi Kelayakan Bisnis

perilaku pedagang yang cenderung meningkatkan harga secara

tidak wajar. Pada tahun 2009, harga daging sapi tertinggi

terjadi pada saat menjelang lebaran hingga lebaran dan tahun

2010, harga daging sapi tertinggi terjadi pada saat menjelang

Idul Adha. Tahun 2011, harga daging sapi tertinggi terjadi pada

saat Bulan Puasa. Sementara itu, harga daging sapi untuk

tahun 2012 terus merangkak naik dari awal tahun hingga

lebaran dan tetap berada pada posisi tinggi setelah lebaran

sehingga diperkirakan menjelang Idul Adha harga daging sapi

naik mencapai Rp 110.000/kg-Rp 120.000/kg.

2.2.4.     Produksi Daging Sapi Nasional

Produksi daging sapi di Indonesia selama dua belas tahun

terakhir cenderung naik dengan kenaikan sebesar 37 persen,

yakni dari 339.941 ton menjadi 465.823 ton. Rata-rata

kenaikan produksi per tahun sebesar 3,6 persen dengan

kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2004, yakni sebesar

21,06 persen dengan total produksi sebesar 447.573 ton. Pada

tahun 2011, produksi sapi nasional mencapai 465.823 ton  atau

Page 11: Studi Kelayakan Bisnis

naik 6,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya. pada tahun

2012 diperkirakan total produksi daging sapi nasional sebesar

516.950  ton atau diperkirakan naik 5,32 persen dibandingkan

tahun 2011.

Produksi daging sapi di Indonesia beberapa tahun terakhir

masih tetap bersumber utama dari tiga provinsi yakni, Jawa

Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa Timur

merupakan produsen daging sapi terbesar yang nilai

produksinya di tahun 2011  mencapai sekitar 4,73 juta ekor,

selanjutnya diikuti oleh Jawa Tengah dengan 1,94 juta ekor dan

berikutnya Sulawesi Selatan dengan 983 ribu ekor.

  2.2.5 .     Impor Daging Sapi

Ketidakmampuan produksi nasional dalam mencukupi

kebutuhan daging sapi di Indonesia mengakibatkan pemerintah

sampai saat ini masih melakukan impor daging sapi dari

beberapa negara penghasil sapi antara lain Australia, dan

Selandia Baru. Selama kurun 2004-2011, impor daging sapi

mengalami kenaikan sebesar 99 persen dengan rata-rata per

Page 12: Studi Kelayakan Bisnis

tahun sebesar 14,16 persen. Kenaikan impor tertinggi terjadi

pada tahun 2008,

Perkembangan Impor Daging Sapi

Pada tahun 2010, impor daging sapi sekitar 299.090 yang

terdiri dari 209 ribu ton sapi bakalan dan 90 ribu ton daging

sapi. Sementara itu pada tahun 2011, impor daging sapi turun

38 persen menjadi sekitar 184 ribu ton yang terdiri dari 118

ribu ton sapi bakalan dan 65 ribu ton daging sapi. Pengurangan

kuota impor terkait dengan upaya pemerintah mensukseskan

swasembada daging sapi di tahun 2014.

2.3. Peluang Proyek di Sumatera Barat

Tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Sumatera Barat

ternyata lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Setidaknya

tiap tahun konsumsi daging masyarakat Sumatera Barat

mencapai 7,3 Kg/kapita. Jumlah itu melebihi target nasional

yang hanya sekitar 6,23 kg per kapita per tahunnya. Karena itu

pula, tiap hari masyarakat Sumbar membutuhkan 188 ekor sapi

Page 13: Studi Kelayakan Bisnis

potong dan sekitar 38 ekor sapi di antaranya merupakan sapi

impor.Sumbar merupakan salah satu provinsi yang tingkat

konsumsi daging sapinya melebihi target nasional. Hal tersebut

terkait dengan masakan khas orang Sumbar yang identik

dengan daging, serta kulinernya, (Kepala Dinas Peternakan

Sumbar, Edwardi). Sementara, jumlah populasi sapi dan kerbau

di Sumbar saat ini sekitar 800 ribu ekor dari 3,2 juta ekor

sapi yang diperkirakan berpotensi untuk dikembangkan.

Artinya, masih ada sekitar 2,7 juta ekor sapi dan kerbau lagi

yang berpeluang untuk diternak warga.

Sumatera Barat sangat berpotensi untuk menjadi sentra sapi

nasional khususnya Indonesia bagian Barat. Alasannya, kondisi

alam di Sumatera Barat sangat mendukung dan

memungkinkan untuk peternakan sapi. Baik sapi untuk

penggemukan maupun untuk sapi perah. Jika melihat kepada

potensi pasar yang tersedia, peluang proyek peternakan sapi

ini sangat terbuka lebar. Jangankan untuk diekspor, kebutuhan

daging di wilayah Sumatera Barat saja belum terpenuhi oleh

produksi yang sudah ada.

2.4. Excess Demand & Supply

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan

Propinsi Sumatera Barat, maka dapat dilihat excess demand

terhadap daging sapi serta populasi ternak dan produksi daging

ternak di Sumatera Barat.

Page 14: Studi Kelayakan Bisnis

Tabel 2.5.1. Populasi Ternak di Sumatera Barat (Ekor)

N

o

Jenis

Ternak2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1 Sapi Perah 606 714 608 688 768 826 857 550 646 1.101

2 Sapi Potong597,29

4

419,35

2

440,64

1

446,47

3

469,85

9

492,27

2

513.25

5

336.80

6

361,48

7

326.67

4

3 Kerbau322,69

2

201,58

3

211,53

1

190,01

5

196,85

4

202,99

7

207.64

8

105.95

4

113,37

086.330

4 Kuda 4,783 4,599 4,123 4,466 3,726 3,467 3.191 2.385 2,148 1.947

5 Kambing195,17

6

210,53

2

223,33

4

221,27

6

227,56

1

254,44

9

259.03

4

248.08

2

257,36

1

256.70

4

6 Domba 5,130 6,052 6,806 5,874 5,335 4,567 5.737 4.656 3,581 5.537

7 Babi 29,247 29,847 14,258 12,920 12,870 12,403 47.465 45.986 47,906 31.621

8Ayam Ras

Petelur

5,337,

255

5,608,

482

6,396,3

11

6,347,3

37

6,684,0

13

7,203,3

19

7.801.3

17

7.816.

396

8,130,5

85

8.519.

893

9Ayam Ras

Pedaging

12,804

,118

11,357

,881

12,847,

327

12,648,

143

14,202,

592

13,495,

318

14.946.

984

15.117

.321

17,439,

623

15.357

.013

1

0Ayam Buras

7,737,

703

5,725,

515

5,107,2

78

4,529,1

06

4,638,9

08

5,873,4

80

5.130.6

60

5.023.

666

4,872,1

90

4.919.

283

1

1Itik

852,14

1

985,44

2

1,050,7

52

1,003,4

45

1,054,9

57

1,106,0

46

1.147.8

48

1.123.

264

1,201,2

65

1.167.

620

Page 15: Studi Kelayakan Bisnis

Tabel 2.5.2. Produksi Daging Ternak di Sumatera Barat (Kg)

N

o

Jenis

Ternak2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1

Sapi

Perah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2

Sapi

Potong

13,543,

468

14,715,

643

15,561,

671

16,367,

892

17,609,

374

18,322,

309

20.611.

200

20.287.

056

22,637,

970

23.099.

340

3 Kerbau

3,042,2

70

3,067,2

18

2,922,6

32

2,828,4

88

2,649,8

47

3.1346.

664

2.608.5

41

2.459.1

83

2,452,2

16

2.589.8

56

4 Kuda 30,720 9,140 11,550 16,154 6,897 70.967 87.300 20.263 8,580 22.200

5

Kambin

g

2,534,4

00

1,251,6

90

935,37

6

2,168,5

45

2,589,3

46

1,901,5

06

876.11

4

780.00

3

450,36

0

646.49

1

6 Domba 13,455 14,055 43,742 21,184 48,739 17.354 12.641 12.172 3,354 6.190

7 Babi

421,82

0

309,05

0

381,66

0

922,46

6

941,99

9

973,02

4

1.085.9

65

469.42

4

460,00

9

505.29

9

8

Ayam

Ras

Petelur

2,935,4

91

3,084,6

66

3,904,9

48

4,650,0

59

4,896,7

08

5.255.5

59

5.473.7

09

5.702.8

59

5,932,2

02

6.218.3

63

9

Ayam

Ras

Pedagin

g

13,661,

996

12,118,

753

11,651,

882

13,004,

712

14,602,

984

16,145,

030

16.256.

110

16.441.

364

18,967,

066

16.703.

571

1

0

Ayam

Buras

8,937,0

46

6,612,9

71

5,505,6

44

4,882,3

76

5,000,7

43

7.193.1

22

6.130.2

67

6.152.3

74

5,966,8

64

6.027.2

24

1

1 Itik

468,67

7

541,99

6

658,82

1

629,16

0

661,45

8

617,15

9

659.27

4

657.11

9

705,52

1

686.59

6

 

Sumat

era

Barat

34,648,

840

33,890,

156

40,535,

252

45,589,

343

41,725,

182

41,577,

926

45,491,

037

53.660,

582

57.584.

142

56.505.

130

Sumber : Dinas Peternakan Prop. Sumatera Barat (2013)

Page 16: Studi Kelayakan Bisnis

Tabel 2.5.3. Excess demand dari Produksi dan Konsumsi daging

Sapi (kg)

Tahun Konsumsi Produksi Excess

2010 35885379,84 20.611.200 15.274.180

2011 36135571,82 20.287.056 15.848.516

2012 36385763,81 22.637.970 13.747.794

2013 36636000,00

23.099.3

40 13.536.660

2014 36886147,78 24.197.333 12.688.815

2015 37136339,76 25.295.326 11.841.013

2016 37281929,03 26.393.320 10.888.609

2017 37427518,29 27.491.313 9.936.205

2018 37573107,56 28.589.306 8.983.802

2019 37718696,82 29.687.299 8.031.398

2020 37864286,08 30.785.292 7.078.994

2021 37960185,10 31.883.286 6.076.899

2022 38056084,11 32.981.279 5.074.805

2023 38151983,13 34.079.272 4.072.711

2024 38247882,14 35.177.265 3.070.617

2025 38343781,16 36.275.258 2.068.523

Sumber : Dinas Peternakan Prop. Sumatera Barat (2013)

Rata-rata excess demand tahun 2010-2014:

Page 17: Studi Kelayakan Bisnis

(15274180+15848516+13747794+13536660+12688815) : 5

= 14.219.193

Dari perkiraan excess demand dari tahun 2010 sampai 2014 terdapat excess demand

terhadap daging sapi sebanyak 14.219.193 kg daging sapi. Jika berat seekor sapi adalah 1 ton, berarti

terdapat peluang untuk mengisi pasar penjualan sapi sebanyak 14.219 ekor sapi di Sumatera Barat

setiap tahunya.

BAB III

ASPEK PEMASARAN

3.1. Produk yang Ditawarkan

Dari seekor sapi dapat diambil beberapa bagian tubuhnya

yang bisa dimanfaatkan, seperti daging, kulit, bahkan

kotorannya bisa dijadikan pupuk. Dalam studi kelayakan ini

difokuskan pada produksi daging sapi, diamana daging sapi

ini manjadi salahsatu pilihan makanan yang paling disukai,

khususnya di daerah Sumatera Barat.

1.Daging Sapi

Daging sapi mempunyai beberapa kelabihan, diantaranya:

Daging sapi tanpa lemak mengandung 60 persen dari

nilai kecukupan harian untuk protein hanya dalam 100

gram.

Page 18: Studi Kelayakan Bisnis

Sumber vitamin B12 dan sumber vitamin B6. Vitamin

B12 adalah hanya ditemukan dalam produk hewani dan

sangat penting untuk metabolisme sel, menjaga sistem

saraf yang sehat dan produksi sel darah merah dalam

tubuh.

Daging sapi tanpa lemak memiliki zinc (seng) enam kali

lebih tinggi dari pada daging lainnya. Zinc membantu

mencegah kerusakan pada dinding pembuluh darah

yang berkontribusi terhadap penyempitan pembuluh

darah. aterosklerosis.

Sumber zat besi yang baik serta mengandung selenium

dan fosfor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah :

1.Pakan. 

Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan

berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan

dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama

terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian

VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan

ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat. 

2.Faktor Genetik. 

Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan

baik/cepat sehingga produksi dagingmenjadilebihtinggi. 

3.Jenis Kelamin.

Page 19: Studi Kelayakan Bisnis

 Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina,

sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai

tubuh dan daging yang lebih besar.

4.Manajemen. 

Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi

tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga

masa penggemukan menjadi lebih singkat.

2.Kulit Sapi

Kulit sapi dapat dimanfaatkan untuk membuat sepatu,

jaket, dan perlengkapan sandang lainnya. Di daerah Sumatera

Barat sampai saat ini belum ada perusahaan yang berfokus

pada pengolahan kulit sapi. Namun di daerah Jawa Barat,

tepatnya di Cibaduyut sudah tersebar usaha-usaha pembuatan

sepatu kulit dan jaket kulit, yang mana produk dari Cibaduyut

ini sudah terkenal di pasar nasional. Berdasarkan data dari

BloombergTV Indonesia, Cibaduyut masih kekurangan pasokan

kulit sapi sebagai bahan baku produksi sepatu dan baju kulit.

3.Pupuk Kompos

Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di

tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan

jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah

material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon

(C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan

pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami,

gedebog pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan

Page 20: Studi Kelayakan Bisnis

bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkanarang sekam

padi ke dalam adonan pupuk.

Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari.

Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan

metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan

kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung.

Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk

menyetabilkan suhu dan kelembabannya. Berikut ini cara

membuat kompos aerob:

Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat

pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan

diberi peneduh untuk menghindari hujan.

Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu

dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan

kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.

Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga

dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik

tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil.

Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik.

Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa

berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung.

Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak

kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga

penuh.

3.2. Gambaran Pasar Produk

Pasar dari hasil proyek peternakan sapi dalam lingkup

domestik mencakup aspek masyarakat kelas menengah ke

Page 21: Studi Kelayakan Bisnis

atas, karena harga daging sapi relatif lebih mahal dibandingkan

dengan harga pangan lainnya, sehingga kurang terjangkau oleh

masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Daging sapi

ini juga ditawarkan kepada masyarakat yang memiliki usaha

kuliner seperti rumah makan dan pedagang sate yang tersebar

di Sumatera Barat. Untuk saat ini, tujuan pemasaran daging

sapi berfokus di Sumatera Barat saja, karena potensi

peternakan sapi di daerah ini masih tersedia sebanyak 2,7 juta

ekor. Namun tidak menutup kemungkinan, pemasaran bagian

lainnya seperti kulit sapi juga akan merambah ke luar

Sumatera Barat, karena belum ada perusahaan yang

menjadikan kulit sapi sebagai bahan baku utama di daerah ini.

Peluang pasar daging sapi juga akan berkembang pesat

pada hari-hari tertentu, seperti pada bulan Ramadhan, hari

raya Idul Fitri, dan yang paling besar adalah penjualan sapi

sebelum hari raya Idul Adha. Khusus pada hari raya Idul Adha,

penjualan berupa akan berupa sapi utuh, dimana sapi-sapi

yang dijual akan dijadikan hewan qurban oleh pembeli. Seperti

yang telah diketahui, bahwa di Sumatera Barat yang paling

dominan adalah umat Islam, dan dalam agama Islam setiap

orang yang sudah mampu, diwajibkan untuk berqurban pada

hari raya Idul Adha. Maka dari itu, peluang penjualan sapi

diperkirakan akan meningkat.

Berikut adalah sasaran pasar penjualan :

- Pasar utama penjualan daging : Sumatera Barat

- Pasar utama penjualan kulit : Jawa Barat

- Kompos : Sumatera Barat

Page 22: Studi Kelayakan Bisnis

3.3.Pemasaran Khusus

Pamasaran khusus ini akan diisi ketika menjelang Idul Adha,

dimana permintaan akan sapi akan meningkat pesat yang

diperuntukkan sebagai hewan qurban. Jadi, penjualan

menjelang Idul Adha tidak berupa daging sapi, namun langsung

sapi hidup yang dijual langsung ke pelanggan yang akan

berqurban.

Setiap mesjid di Sumatera Barat diperkirakan akan

menyemblih 5 ekor sapi. Data jumlah rumah ibadah di

Sumatera Barat sebagai berikut :

Tabel 3.3.1. Jumlah Masjid di Sumatera Barat

No Kabupaten/Kota Masjid Agung Masjid Jami' Jumlah

1 Kab. Padang Pariaman 6 311 317

2 Kab. A g a m 7 501 508

3 Kab. Tanah Datar 8 350 358

4 Kab. S o l o k 6 295 301

Page 23: Studi Kelayakan Bisnis

5 Kab. 50 k o t a 13 388 401

6 Kab. Pesisir Selatan 7 165 172

7 Kab. Pasaman 8 395 403

8 Kab. Sijunjung 7 276 283

9 Kab. Kep.. Mentawai 1 43 44

10 Kota P a d a n g 11 572 583

11 Kota Bukittinggi 3 35 38

12 Kota Padang Panjang 3 31 34

13 Kota Sawah Lunto 4 42 46

14 Kota Payakumbuh 5 72 77

15 Kota Solok 3 41 44

16 Kota Pariaman 4 57 61

17 Kab. Solok Selatan 6 149 155

18 Kab. Pasaman Barat 8 191 199

19 Kab. Dharmasraya 7 158 165

Jumlah 117 4072 4189

Dari data di atas, diperkirakan setiap masjid menyemblih

5 ekor sapi setiap Idul Adha, maka dapat diperolah data

sebagai berikut :

Tabel 3.3.2. Jumlah Sapi Qurban Propinsi Sumatera Barat Per-

Tahun.

NoTahun

Jumlah

Masjid

Jumlah Sapi

Qurban Total

1 2015 4189 5 20945

2 2016 4189 5 20945

3 2017 4189 5 20945

4 2018 4189 5 20945

Page 24: Studi Kelayakan Bisnis

5 2019 4189 5 20945

6 2020 4189 5 20945

7 2021 4189 5 20945

8 2022 4189 5 20945

9 2023 4189 5 20945

10 2024 4189 5 20945

Jumlah 209450

3.4 Profil Pasar Sasaran dan Peluang Pasar yang Diisi

Pasar dan peluang pasar yang akan diisi adalah pasar

domestik, khususnya di wilayah Sumatera Barat. Belum masuk

ke ekspor karena peluang pasar di Sumatera Barat masih

sangat besar, dan lahan yang tersedia untuk peternakan saja

masih belum bisa mengisi seluruh peluang pasar di Sumatera

Barat. Untuk sasaran pasar pertama yang dituju adalah seluruh

golongan masyarakat Propinsi Sumatera Barat, mulai dari

rumah tangga, restoran, rumah makan Padang, sampai penjual

sate. Sasaran pasar kedua adalah untuk sapi qurban, dimana

biasanya yang membeli sapi yang dikhususkan untuk qurban

adalah masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas.

Sedangkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan

memelihara sapi qurbannya sendiri untuk beberapa tahun.

Untuk daerah Sumatera Barat sendiri sudah ada beberapa

industri atau usaha yang bergerak dalam usaha peternakan

sapi, namun hanya dalam bentuk industtri kecil sehingga hanya

memenuhi sebagian kecil peluang pasar. Itulah mengapa

konsumsi daging sapi masih bergantung pada impor daging

sapi, seperti dari Australia. Karena peternakan tersebut hanya

Page 25: Studi Kelayakan Bisnis

mengisi pasar yang sangat kecil, peluang untuk memasarkan

daging sapi sangat besar, mengingat bahwa excess demand

daging sapi di Sumatera Barat adalah 14.219.193 kg daging sapi

pertahunnya, itupun belum termasuk peluang pasar sapi qurban sebanyak 209450 ekor sapi

setiap hari raya Idul Adha setiap tahunnya di Sumatera Barat.

Sedangkan untuk pemasaran nasional dan luar negeri, masih belum direncanakan,

mengingat bahwa peluang di Propinsi Sumatera Barat saja masih sangat besar. Selain itu,

lahan yang tersedia masih belum besar. Lahan untuk bisnis ini direncanakan di daerah

Kabupaten 50 Kota, tepatnya di desa Taram yang di sana tersedia sebesar 15 hektar lahan.

3.5 Strategi Pemasaran

Pemasaran produk akan dilakukan melalui berbagai media, seperti media internet,

radio, dan surat kabar. Dalam hal ini, juga akan melakukan edukasi pentingnya

mengkonsumsi daging sapi sebagaimana telah dijelaskan pada awal bab 3. Mengingat

bahwa masyarakat Sumatera Barat sudah sering mengkonsomsi daging sapi, bahkan

masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah, diharapkan bahwa calon konsumen akan

mudah menerima edukasi ini, dan mereka akan seakin terbiasa mengkonsumsi daging sapi.

Dalam bisnis ini juga akan dihasilkan produk sampingan, yaitu kulit dan pupuk

kompos. Pasar sasaran dari kulit sapi adalah pabrik sepatu dan jaket kulit di daerah

Cibaduyut, Jawa Barat. Berdasarkan informasi dari bloomberg tv Indonesia, pabrik di

Cibaduyut ini masih kekurangan baha baku kulit untuk produksinya. Ini menjadi peluang

bagi pemasaran kulit sapi dalam bisnis ini. Untuk pupuk kompos, yang akan dijual adalah

kotoran sapi murni tanpa diolah. Target pasarnya adalah petani setempat, di Kabupaten 50

Kota. Para petani di daerah ini biasanya memakai kotoran sapi murni sebagai pupuk

tananmannya seperti kakao, cabe, dan tananman lainnya.

3.6 Sumber Daya Manusia Pemasaran

Page 26: Studi Kelayakan Bisnis

Pemasaran produk akan dipimpin oleh manajer marketing

yang akan menentukan pilihan terbaik media promosi yang

paling menguntungkan, dan sebaiknya mempunyai link yang

luas dengan berbagai profesi yang berhubungan dengan

daging sapi. Manajer marketing dibantu oleh asisten manajer

dan beberapa staf pemasaran. Staf peasaran ini akan terjun

langsung dalam penjualan produk, baik produk utama maupun

produk sampingan.

Tabel 3.6.1 Sumber Daya Manusia bidang pemasaran

No Jabatan Jumlah

1 Manajer Pemasaran 1 orang

2 Asisten Manajer Pemasaran 1 orang

3 Staf Pemasaran 4 orang

Untuk staf pemasaran, 1 orang ditugaskan khusus untuk

menngelola website. Jadi juga diperlukan staf yang ahli di

bidang IT.

3.7 Sarana Pemasaran

Sarana pemasaran terdiri dari media internet, radio, dan

surat kabar. Media-media ini dipilih karena bisa mencapai

cakupan yang luas, mudah dan cepat mencapai masyarakat.

Media internet digunakan lebih kepada edukasi tentang

pentingnya mengkonsumsi daging sapi serta semua informasi

berkaitan dengan sapi. Internet ini sebagian besarnya

Page 27: Studi Kelayakan Bisnis

mencapai kalangan muda, jadi ini akan menjadi promosi jangka

panjang, dimana para pemuda sejak dini sudah mulai

mengenal berbagai hal tentang daging sapi.

Untuk media lainnya digunakan radio dan surat kabar

lokal, karena di Sumatera Barat banyak tersebar stasiun radio

dan penerbit surat kabar lokal yang telah berhasil menyentuh

sebagian besar masyarakat Sumatera Barat. radio dan surat

kabar lokal digunakan karena biayanya lebih rendah dari radio

dan surat kabar nasional. Pertimbangan lainnya karena target

pasar adalah masyarakat Propinsi Sumatera Barat, selain itu

radio dan surat kabar lokal bisa mencapai seluruh kalangan

masyarakat. Radio dan surat kabar ini lebih difokuskan pada

promosi tentang perusahaan.

3.8 Proyeksi Biaya Pemasaran

Kebutuhan untuk investasi pemasaran / biaya pemasaran

terdiri dari investasi peralatan kantor, kendaraan, dan

pembuatan website. Biaya pemasaran terutama berasal dari

promosi atau iklan. Selain itu diperhitungkan biaya tenaga kerja

pemasaran.

Tabel 3.8.1 kebutuhan biaya pemasaran (investasi)

No. Jenis Biaya Satuan Kuantitas Harga Satuan Total

1 Peralatan Kantor

Komputer unit 1 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000

Printer unit 1 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Kalkulator unit 3 Rp 300.000 Rp 900.000

Telepon unit 2 Rp 1.000.000 Rp 2.000.000

Meja dan Kursi unit 5 Rp 350.000 Rp 1.750.000

Page 28: Studi Kelayakan Bisnis

Modem unit 1 Rp 750.000 Rp 750.000

Total Rp 13.400.000

2 Kendaraan

Motor unit 2 Rp 16.000.000 Rp 32.000.000

Truk unit 1 Rp 200.000.000 Rp 200.000.000

Total Rp 232.000.000

3 Pembuatan Website unit 1 Rp 15.000.000 Rp 15.000.000

TOTAL BIAYA PEMASARAN (Investasi) Rp 260.400.000

Tabel 3.8.2 Biaya pemasaran per-tahun

Intrumen Biaya per-bulan Jumlah Biaya Tahunan

Manajer pemasaran Rp 8.000.000 1 orang Rp 96.000.000

Asisten manajer pemasaran Rp 5.000.000 1 orang Rp 60.000.000

Staf pemasaran Rp 3.000.000 4 orang Rp 144.000.000

Listrik Rp 700.000 1 unit kantor Rp 8.400.000

Air Rp 500.000 1 unit kantor Rp 6.000.000

Telepon Rp 1.000.000 1 unit kantor Rp 12.000.000

Alat tulis kantor Rp 200.000 1 unit kantor Rp 2.400.000

Transportasi Rp 3.000.000 3 unit Rp 108.000.000

Iklan dan Promosi Rp 2.000.000 Rp 24.000.000

TOTAL Rp 460.800.000

Page 29: Studi Kelayakan Bisnis

BAB IV

ASPEK TEKNIK DAN PRODUKSI

4.1. Model Peternakan

Dalam rencana usaha peternakan sapi potong ini terdapat

dua model peternakan yang direncanakan, yaitu ‘model

pembinaan rakyat (sosial)’ dan ‘model pengelolaan swasta

(bisnis)’. Penerapan masing-masing model didasarkan pada

beberapa pertimbangan, diantaranya :

1. Pertimbangan Keadaan Sosial

Keadaan sosial dari lokasi bisnis yang ditargetkan menjadi

faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan. Hal ini tidak

terlepas dari aturan-aturan adat dan kebiasaan masyarakat

setempat, dimana masing-masing daerah di Sumatera Barat

mempunyai kebiasaan yang relatif berbeda.

2. Pertimbangan Keadaan Geografis

Page 30: Studi Kelayakan Bisnis

Keadaan geografis juga perlu dipertimbangkan, mengingat

bahwa peternakan sapi ini memerlukan lahan yang luas,

khususnya untuk lahan padang rumput sebagai tempat

penyebaran sapi.

3. Pertimbangan Keadaan Iklim

Peternakan sapi hanya akan berhasil jika dibuat pada

daerah yang mempunyai iklim yang sesuai dengan sapi. Sapi

tidak cocok hidup di daerah yang panas, seperti di sekitar

daerah pantai. Daerah yang sejuk menjadi tempat yang tepat,

sepeti di dataran tinggi. Di Sumatera Barat, daerah yang cocok

seperti di Solok, Payakumbuh, dan Kabupaten 50 Kota.

4. Pertimbangan Kebiasaan Penduduk Setempat

Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan beternak

masyarakat. Di beberapa daerah ada penduduk yang sudah

terbiasa beternak secara mandiri, dan di daerah lain ada

penduduk yang masih perlu dibimbing dalam beternak sapi.

Untuk menentukan model peternakan yang akan

diterapkan, empat hal di atas perlu dipertimbangkan. Bagi

daerah yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebiasaan dan

adat, model pembinaan rakyat lebih cocok, dan untuk daerah

yang penduduknya heterogen, model pengelolaan swasta lebih

cocok. Bagi daerah yang mempunyai lahan yang

terpisah/heterogen, model pembinaan rakyat lebih cocok, dan

daerah yang mempunyai lahan yang luas dan homogen lebih

cocok dengan model pengelolaan swasta. Jika penduduk

setempat atau calon pekerja sudah terbiasa beternak sapi,

model pembinaan maupun model pengelolaan swasta bisa

Page 31: Studi Kelayakan Bisnis

diterapkan dengan mempertimbangkan keadaan geografis dan

keadaan sosial daerah setempat.

4.2. Proses Budidaya Sapi Potong

Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan

pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan

oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan

modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan

keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya

modern. Hal yang terpenting dalam budidaya sapi potong

adalah pemilihan bakalan. Bakalan merupakan faktor yang

penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha

penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian,

kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :

Berumur di atas 2,5 tahun.

Jenis kelamin jantan.

Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal

170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133

cm.

Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus

karena kurang pakan, bukan karena sakit).

Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.

Kotoran normal

4.2.1. Proses Pemeliharaan

Page 32: Studi Kelayakan Bisnis

1.Perkandangan.

Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu

dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati

tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat

memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi

kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak

terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan

untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena

banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu

periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu

ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada

kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi

kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih

kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena

lebih banyak mendapatkan pakan.

2.Pakan.

Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya,

sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya

melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan

bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen

dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah

melewati rumen.

Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan

mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan

hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah

satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan

kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang

Page 33: Studi Kelayakan Bisnis

digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul,

kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan.

Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan

mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen,

mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan.

 

Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah

2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami

padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-

rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput

gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.

Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi

rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat

kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung

serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat

lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.Oleh karena itu

diperlukan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus, POC

NASA, dan HORMONIK. Produk ini, khususnya produk VITERNA

Plus menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan

dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti

berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.VITERNA

Plusmengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak,

yaitu :

Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan

berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl

dan lain-lain.

Page 34: Studi Kelayakan Bisnis

Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin

dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel

dan organ tubuh.

Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya

proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan

ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.

Asam – asam organik essensial, diantaranya asam

propionat, asam asetat dan asam butirat.

Sementara pemberian POC NASA yang mengandung

berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N,

P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak

nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan bobot harian sapi,

meningkatkan ketahanan tubuh ternak, mengurangi kadar

kolesterol daging dan mengurangi bau

kotoran. Sedangkan HORMONIK lebih berfungsi sebagai zat

pengatur tumbuh bagi ternak. Di mana formula ini akan sangat

membantu meningkatkan pertumbuhan ternak secara

keseluruhan.

Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air

minum atau komboran pakan konsentrat. Caranya sebagai

berikut :

1. Campurkan 1 botol VITERNA Plus (500 cc) dan 1 botol POC

NASA (500 cc) ke dalam sebuah wadah khusus.

Tambahkan ke dalam larutan campuran tersebut dengan

20 cc HORMONIK. Aduk atau kocok hingga tercampur

secara merata.

Page 35: Studi Kelayakan Bisnis

2. Selanjutnya berikan kepada ternak sapi dengan dosis 10

cc per ekor. Interval 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.

Penggemukan sapi memakai Urea Molasses Multinutrient

Block (UMMB) memberikan hasil memuaskan. Itulah solusi di

musim kemarau lantaran pakan utama sapi seperti hijauan sulit

diperoleh. Istimewanya laju kenaikkan bobot sapi bisa

dipertahankan minimal 1 kg per hari. Nah pada pembuatan

UMMB yang perlu diperhatikan adalah kandungan nutrisinya

sehingga laju pertambahan bobot sapi bisa stabil. UMMB

biasanya dibuat dalam padat supaya disimpan dan diangkut.

UMMB padat dibuat dengan cara cara mempres bahan UMMB

menggunakan cetakkan. Berikut 4 formula UMMB yang telah

diujicobakan oleh Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN) Batan

Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Formula 1 Jumlah bahan (kg/10 kg campuran)

Molase                        3,300

Onggok                        0,800

Dedak                        1,800

Tepung kedelai                        1,300

Tepung Tulang                        0,600

Kapur                        0,900

Urea                        0,425

Lakta Mineral                        0,125Garam dapur                        0,750

Formula 2 Jumlah bahan (kg/10kg campuran)

Molase                        3,900Onggok                        0,500Dedak                        1,350

Page 36: Studi Kelayakan Bisnis

Tepung daun singkong kering                        1,450Tepung Tulang                        0,900Kapur                        0,430Urea                        0,120Lakta Mineral                        0,750Garam dapur                        0,390

Formula 3 Jumlah bahan (kg/10kg campuran)

Molase 2,925Pollard 2,295Bungkil biji kapuk 2,275Tepung Tulang 0,490Kapur 0,650Urea 0,260Lakta Mineral 0,085Garam dapur 0,390

Formula 4 Jumlah bahan (kg/10kg campuran)

Molase 3,000Onggok 0,600Bekatul 0,210Tepung kedelai 1,150Ampas kecap 0,900Kapur 0,500Urea 0,100Mineral mix 0,700Garam dapur 0,390

Untuk menghasilkan anak sapi cukup kuat sehingga sapi

hamil selama minimal 6 minggu sebelum beranak dikeringkan

dan diberi makan sapi unik dan sangat baik kualitas dan

kuantitas. Setelah anak sapi lahir, merupakan periode yang

sangat kritis. Oleh karena itu pedet harus mendapat perhatian

terbaik.

Manajemen pemeliharaan sapi adalah bagian dari proses

menciptakan sapi berkualitas. Hal ini diperlukan untuk

pengobatan yang tepat dari sapi lahir sampai usia sapi. Ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

Page 37: Studi Kelayakan Bisnis

1.   Pengobatan.sapi.saat.lahir

Pengobatan betis saat lahir dilakukan ketika orangtua

tidak dapat beroperasi secara optimal. Hal ini untuk menjaga

sifat atau perilaku hewan itu tidak dirugikan. Bantuan dapat

diberikan dengan tindakan yang tepat perilaku hewan

tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada di

mulut dan hidung seperti yang ada dalam tubuh, menggunakan

handuk (kain) bersih.Buat pernapasan buatan jika daging sapi

tidak bisa bernapas. Kemudian memotong panjang tali pusar

10 cm dan dicat dengan yodium untuk mencegah infeksi dan

terhubung. Biarkan kering dasar jerami. Dan jangan lupa untuk

memberikan kolostrum sesegera mungkin dalam waktu 30

menit setelah lahir (Imron, 2009).

2.   Makanan

Anak Makan Sapi / Calf diharapkan sebanyak mungkin

untuk mendapatkan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik

selama betis masih akan memberikan nilai positif menyapih,

perawan dan siap menjadi bibit prima. Jadi dapat mencapai

produktivitas yang optimal.

a. Sapi proses pencernaan betis.

Untuk dapat melaksanakan program-program di betis

makan, yang terbaik adalah bahwa kita harus terlebih dahulu

memahami struktur dan pengembangan saluran pencernaan

betis. Pengembangan saluran pencernaan yang akan

menyebabkan langkah-langkah nutrisi yang tepat. Sejak

kelahiran perut sapi sexsy'd seperti empat, yaitu: rumen

Page 38: Studi Kelayakan Bisnis

(lambung handuk), endoplasma (setelah dikurangi perut),

omasum (perut buku) dan abomasum (perut sejati). Pada awal

ketika dia lahir hanya abomasum sapi telah bertiup, kapasitas

abomasum sekitar 60% sampai 8% dan kenaikan.nanti.

Berbeda dengan aslinya Rumen 25% berubah menjadi

80% sebagai orang dewasa. Waktu hanya akan mengkonsumsi

susu sapi kecil sedikit demi sedikit dan secara bertahap

mengkonsumsi daging sapi pemula (berkonsentrasi untuk

pertumbuhan awal akan padat gizi, serat kasar rendah dan

tekstur lembut) dan kemudian belajar untuk mengkonsumsi

rumput.

Dalam budidaya sapi, ada beberapa faktor penting yang

mempengaruhi produksi daging, diantaranya :

1. Pakan.Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang

optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging.

Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya

cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas

rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan

berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi

akan tumbuh lebih cepat dan sehat.

2. Faktor Genetik.Ternak dengan kualitas genetik yang

baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi

daging menjadi lebih tinggi.

3. Jenis Kelamin.Ternak jantan tumbuh lebih cepat

daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama,

ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih

besar.

Page 39: Studi Kelayakan Bisnis

4. Manajemen.Pemeliharaan dengan manajemen yang baik

membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat

membentuk daging, sehingga masa penggemukan

menjadi lebih singkat.

4.3 Pengendalian Penyakit

Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan

adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena

penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak

terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha

pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan

sapi adalah : a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan

yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang

terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala

penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses

pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap

lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya

diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian

besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami

cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan

mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika

digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu

untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru

dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk

sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang

menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang

sehat.b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan

Page 40: Studi Kelayakan Bisnis

kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan

menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan

pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus

dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah

berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.c.

Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup

dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina.

Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi

Anthrax.Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi

potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK),

kembung (Bloat) dan lain-lain.

4.2.2. Persiapan Kandang Ternak

Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal,

tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe

tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu

jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda

penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling

berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua

jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk.jalan.

Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan

(kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas

ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan

penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang

harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung

jumlah sapi yang lebih banyak.

Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah

timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat

Page 41: Studi Kelayakan Bisnis

atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai

tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang

hangat.

Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai

harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan,

seperti creolin, lysol, dan bahan- bahan lainnya.

Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa

adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina

dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per

ekor, dengan.tinggi.atas.+.2-2,5m.dari.tanah.

Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata

33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat

dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran

tinggi (>500m).

Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak

lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa

persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan

perlengkapan.kandang.

1)Konstruksi dan letak kandang

Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang

berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai

kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah

sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang.

Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing

sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.

Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan

yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh

Page 42: Studi Kelayakan Bisnis

tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara

didalamnya lancar. 

Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah

air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum,

artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat.

Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak

minimal 10 meter, dan sinar matahari harus dapat menembus

pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan

secara berkelompok.di.tengah.sawah/ladang.

2)Ukuran.Kandang

Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan

lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang

untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan

untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk

seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.

3)Perlengkapan.Kandang

Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat

pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang,

tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih

tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjakinjak/ tercampur

kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa

bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.

Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur

didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah

sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi.

Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan

Page 43: Studi Kelayakan Bisnis

kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus

bisa dipakai untuk memandikan sapi.

4.3 Jenis Sapi Budidaya

Ada berbagai macam jenis sapi yang bisa dibudidayakan di Indonesia, diantaranya :

a.Sapi.Bali.

Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat,

punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik

pada lingkungan yang baru.

b.Sapi.Ongole.

Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk,

dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut

Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih

rendah.

c.Sapi.Brahman.

Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya

pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.

d.Sapi.Madura.

Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih

pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan

rendah.

e.Sapi.Limousin.

Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna

putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik

Untuk proyek peternakan sapi ini, direncanakan akan memilih jenis sapi Simmental untuk

dibudidayakan. Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian

peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada

yang menyebut sapi Brahman.

Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland

(Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia

Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging.

Page 44: Studi Kelayakan Bisnis

Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya

800 kg. Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin,

merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan

menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat,

sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.

1.Jenis Ras dan bentuk tubuh.

Sejatinya semua jenis ras punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tentang hal ini

sudah banyak diulas di pelbagai literatur tentang sapi potong. Hanya kita sebagai Praktisi

peternakanseyogyanya perlu memperhatikan nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut

baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya dan timing tepat penjualannya. Seperti kita

ketahui, untuk ADG (penambahan Berat harian) bolehlah diakui memang sapi jenis limosin dan

simmental F1 telah menjadi primadona yang mana ADGnya mampu mencapai 1,3-2kg/ harinya.

Disusul di belakangnya silangan SIMPO dan LIMPO dengan ADG 1-1,7kg/hari. Berlanjut kemudian PO

murni, Bali dan seterusnya yang lebih rendah penambahan berat hariannya dan struktur tubuhnya.

Namun poin terpenting untuk tidak kita lupakan dari semua itu tentunya adalah Fisiologi dan kriteria

performance sapi itu sendiri. Tampilan fisik yang ideal mencakup body frame, power depan dan

belakang sapi akan mempengaruhi ADG, kemudahan pemeliharaan,dan harga purna jualnya.

2.Umur dan berat badan.

Usia sapi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 sampai dengan 2,5 tahun. di sini

kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar penambahan

massa otot (daging) yang secara praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah berganti besar 2 dan 4

buah. Sapi yang sudah berganti 6 gigi besarnya (3 tahun ke atas) juga cukup bagus. Hanya di usia ini

sudah muncul gejala fatt (perlemakan) yang tentunya akan berpengaruh dengan nilai jual dari pelaku

pemotongan ternak. Sapi apabila masih di bawah usia ideal penggemukan biasanya lebih lambat

proses gemuknya dikarenakan selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan

resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat yang baru,

pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit. Tentang variabel berat tubuh, pastinya

akan kita lihat dulu dari jenis ras apa sapi yang akan kita pelihara. Sapi jenis limousin dan simmental

maupun silangannya dengan PO kala umur 1,5 tahun sudah berbobot rata-rata 350-400 kg, sedang

sapi PO murni hanya kisaran 185-275 kg.

Page 45: Studi Kelayakan Bisnis

3.Masa pemeliharaan.

Sesuai pengalaman kami yang baru sedikit ini, kami menyarankan pada mitra peternak kami

bahwa sapi yang akan digemukkan agar memakai mekanisme : apabila masa   panen   jangka 

pendek (k.l 100 hari) pilihlah jenis limousin, simmental dan silangannya dengan berat mulai 390-500

kg. Jika proporsional pemeliharaannya, sapi tersebut akan mampu bertambah minimal 100kg saat

panennya. Namun kalau yang diinginkan masa panen jangka menegah dan panjang ( k.l 250 hari

hingga lebih dari 1 tahun) disarankan agar memilih jenis F1 simmental dan limousin yang murni

genetiknya dengan berat di bawah 350 kg. Kebanyakan peternak yang berpola seperti ini biasanya

untuk investasi, pemurnian genetik indukannya atau bahkan sebagai hewan kesayangan.

4.Perhitungan harga.

Sapi untuk pemeliharaan jangka menengah (k.l 250 hari) dengan berat di bawah 300 kg rata-

rata masih belum dapat mencapai rendemen karkas lebih dari 49%. Sehingga apabila ingin dijual,

pembeli barunya biasanya masih akan meneruskan penggemukannya lagi.Jika kita analisa, sapi F1

umur 5-8 bulan harga pasaran rata-rata per mei 2009 adalah 7,5-10 juta dengan bobot 250-325 kg.

Sapi dengan berat 380-525 kg seharga Rp.24.000/kg adalah untuk kriteria jenis BAKALAN. Jadi di

spek ini sudah mulai dapat diukur standar perhitungan baik umur sapinya, prosentase rendemen

karkasnya (berat daging tulang), capaian bobot maksimal, sampai dengan masa panennya. Beda

halnya dengan berat 300kg ke bawah; karena itu masih tergolong jenis BIBIT.

4.4 Kebutuhan Tenaga Kerja Produksi

Bagian produksi ini direncanakan akan dibagi menjadi beberapa unit, dan kebutuhan tenaga

kerja yang paling banyak adalah di bagian tenaga kerja langsung.

Manajer produksi : 1 orang

Tenaga ahli : 2 orang

Tenaga terampil (operator mesin) : 1 orang

Tenaga buruh pemeliharaan : 50 orang

Tenaga Pergudangan : 1 orang kepala unit pergudangan

4 orang staf

Page 46: Studi Kelayakan Bisnis

Tenaga keamanan : 1 orang kepala unit pengamanan

6 orang staf security

Administrasi produksi : 1 orang

Total tenaga kerja produksi : 67 orang

Berdasarkan kebutuhan tenaga kerja di atas dapat diproyeksikan biaya tenaga kerja yang

akan dikeluarkan, yaitu :

Jabatan Jumlah Gaji per orang Total

Manajer produksi 1 orang Rp 8.000.000 Rp 8.000.000

Tenaga ahli 2 orang Rp 5.000.000 Rp 10.000.000

Operator mesin 1 orang Rp 3.000.000 Rp 3.000.000

Buruh pemeliharaan 50 orang Rp 1.500.000 Rp 75.000.000

Kepala pergudangan 1 orang Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Staf pergudangan 4 orang Rp 1.000.000 Rp 4.000.000

Kepala pengamanan 1 orang Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Staf security 6 orang Rp 1.200.000 Rp 7.200.000

Administrasi produksi 1 orang Rp 4.000.000 Rp 4.000.000

TOTAL 67 orang Rp 115.200.000 4.5 Lokasi Pabrik

Pabrik direncanakan berlokasi di daerah Kabupaten 50 Kota, tepatnya di desa Taram,

Kecamatan Harau. Luas lahan yang tersedia sebesar 10 hektar, dengan pembagian lahan sebagai

berikut :

Tabel 4.5.1 Tabel pembagian lahan

Alokasi lahan Luas Biaya

Lahan penanaman pakan ternak (padang rumput) 95700 m2 Rp 30.000.000

Lahan operasional dan administrasi

Kandang 4000 m2 Rp 200.000.000

Rumah potong 100 m2 Rp 50.000.000

Kantor administrasi 100 m2 Rp 100.000.000

Gudang 100 m2 Rp 50.000.000

TOTAL BIAYA Rp 430.000.000

Page 47: Studi Kelayakan Bisnis

4.6 Kebutuhan Investasi dan Prasarana Produksi

Sarana dan prasarana peternakan sapi dinilai dan diperhitungkan berdasarkan harga pasar

atau nilai konstruksi yang dlaksanakan dan disusutkan dengan metode tertentu sesuai dengan jenis

aktiva dan metode yang cocok dengan memperhitungkan nilai sisa dan umur ekonomis yang ditaksir

atau dinilai sesuai dengan ketentuan perpajakan. Kebutuhan investasi dihitung mulai dari

pembukaan lahan.

Kebutuhan investasi sarana dan prasarana produksi antaralain:

Tanah dan bangunan, yang digunakan untuk lahan penanaman pakan sapi, kandang, rumah

potong, gudang, dan kantor administrasi. Pembagian luas lahan dan biaya masing-masingnya dapat

dilihat pada tabel 4.5.1 di atas.

Tanah

Nilai tanah sebesar 10 hektar diperkirakan Rp 500.000.000,-. Untuk biaya pembukaan

lahan mulai dari penebangan pohon hingga pembersihan lahan diperkirakan Rp

40.000.000,-. Untuk penenaman rumput sebagai pakan dasar sapi diperkirakan

membutuhkan biaya sebesar Rp 3.600.000.000,00 (lihat Tabel 4.7.2).

Bangunan

Bangunan yang direncanakan bersifat permanen. Nilai dari masing-masing bangunan

dapat dilihat pada tabel 4.5.1, dimana biaya yang dibutuhkan untuk bangunan sebesr

Rp 400.000.000,- . Bangunan ini akan disusutkan tiap tahun dengan menggunakan

metode penyusutan garis lurus, dan diperkirakan nilai sisa sebanyak 10%, dengan umur

ekonomis 20 tahun. Dari informasi tersebut dapat diperoleh nilai penyusutan gedung

dengan perhitungan :

Nilai Bangunan - Nilai sisa = Nilai penyusutan per-tahun

Umur ekonomis

400.000.000 – 10% (400.000.000) = 18.000.000

20

Page 48: Studi Kelayakan Bisnis

Dapat diketahui bahwa nilai sisa yang diperhitungkan adalah sebesar Rp 400.000.000,-.

Sementara beban penyusutan gedung keseluruhan yang dibebankan per-tahun adalah

Rp 18.000.000,-.

Tabel 4.6.1. Kebutuhan investasi sarana dan prasarana produksi

No Jenis Biaya Kuantitas Satuan Harga satuan Total

1 Tanah 10 Ha Rp 500.000.000 Rp 5.000.000.000

2 Bangunan dan Struktur

a. Persiapan lahan 10 Ha Rp 400.000.000 Rp 40.000.000

b. Kandang 4000 m2 Rp 50.000 Rp 200.000.000

c. Rumah potong 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000

d. Gudang 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000

e. Kantor administrasi 100 m2 Rp 1.000.000 Rp 100.000.000

f. Mesin pengolahan pakan 1 unit Rp 10.000.000 Rp 10.000.000

Total Rp 450.000.000

3 Truk 1 unit Rp 150.000.000 Rp 150.000.000

4 Tangki air 5 unit Rp 1.000.000 Rp 5.000.000

5 Peralatan kantor

a. Komputer 2 unit Rp 5.000.000 Rp 10.000.000

b. Printer 1 unit Rp 900.000 Rp 900.000

c. Kalkulator 3 unit Rp 150.000 Rp 450.000

d. Telepon 1 unit Rp 200.000 Rp 200.000

e. Papan tulis 2 unit Rp 75.000 Rp 150.000

f. Infokus 1 unit Rp 7.000.000 Rp 7.000.000

g. Meja dan kursi kerja 7 unit Rp 3.500.000 Rp 2.450.000

h. Meja dan kursi tamu 1 unit Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Total Rp 23.150.000

6 Peralatan keamanan

a. Pos jaga keamanan 1 unit Rp 5.000.000 Rp 5.000.000

b. Walkie talkie 4 unit Rp 100.000 Rp 400.000

c. Pentungan 4 unit Rp 50.000 Rp 200.000

d. Kamera CCTV 6 unit Rp 200.000 Rp 1.200.000

e. Monitor cctv 1 unit Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

Page 49: Studi Kelayakan Bisnis

Total Rp 7.800.000

Total Proyeksi Biaya Investasi Produksi Rp 5.635.950.000,-

Tabel 4.7.2 Harga Pokok Produksi Sapi

NOJenis Biaya/Komponen

BiayaSatuan Kuantitas Harga Satuan Total

1 Biaya Bahan Baku

a. Anakan Sapi Ekor 1000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000.000

Total Rp 5.000.000.000

2 Biaya Tenaga Kerja

a. Operator Mesin Orang 1 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000

b. Buruh Pemeliharaan Orang 50 Rp 1.500.000 Rp 75.000.000

Total Rp 78.000.000

3 Biaya Pakan Sapi

a. Bibit Rumput Meter 360000 Rp 10.000 Rp 3.600.000.000

b. Dedak Kasar Karung 36000 Rp 2.000 Rp 72.000.000

c. Nutrisi makanan Kantong 30000 Rp 18.000 Rp 540.000.000

Total Rp 4.212.000.000

4 Biaya listrik per-bulan 12 Rp 500.000 Rp 6.000.000

5 Biaya lain-lain per-bulan 12 Rp 2.000.000 Rp 24.000.000

Total Rp 9.320.000.000

BAB V

Page 50: Studi Kelayakan Bisnis

ORGANISASI DAN MANAJEMEN

5.1 Tim Manajemen Proyek

5.1.1 Persiapan dan Perizinan

Persiapan dan perizinan proyek dimulai dari tahun 2014, dimana total biaya persiapan dan

perizinan ini diperkirakan Rp 70.000.000,-.

5.1.2 Konsultan

Konsultan ang ditunjuk untuk merancang dan mengawasi pelaksanaan proyek adalah Dinas

Peternakan Propinsi Sumatera Barat yang berkedudukan di Padang. Mulai dari proses pembuatan

studi kelayakan peternakan sapi ini, Dinas Peternakan sudah bersedia membantu dalam mendorong

kelancaran, seperti menyediakan data-data yang diperlukan dan melayani konsultasi dalam

pembuatan studi kelayakan.

5.1.4 Skedul Pembangunan

Pembangunan direncanakan akan dilmulai pada pertengahan tahun 2015, dengan

pembagian sebagai berikut :

Tabel 5.1.4.1

NoTanggal

Jenis PembangunanMulai Selesai

1 01-Jan-15 28-Feb-15 Perizinan lahan peternakan

2 1-Mar-15 30-Mar-15 Pembersihan dan pembagian lahan

3 1-Apr-15 30-Agust-15 Penyelesaian fasilitas produksi dan administrasi

4 1-Sept-15 15-Nop-15 Penyelesaian seluruh fasilitas

5 16-Nop-15 31-Des-15

Persiapan bibit sapi

Persiapan bahan pendukung

Persiapan SDM

5.2 Struktur Organisasi dan Manajemen

Page 51: Studi Kelayakan Bisnis

5.2.1 Dewan Direksi

Dewan direksi terdiri dari empat orang manajer, yang terdiri dari satu orang Manajer umum

dan empat orang manajer fungsional.

Struktur organisasi sebagai berikut :

5.2.2 Kebutuhan Staf dan Karyawan

Jumlah staf dan karyawan yang dibutuhkan pada bagian pemasaran adalah sebanyak 5

orang, dan pada bagian produksi sebanyak 66 orang. Lebih rincinya dapat dilihat pada bab III dan

bab IV. Pada bagian keuangan dibutuhkan karyawan sebanyak 4 orang dengan satu orang manajer.

5.3 Kebutuhan Investasi Kantor/Umum

Kebutuhan investasi kantor dan umum yang diperlukan adalah :

Alat-alat elektonik seperti laptop dan printer. Laptop diperlukan sebanyak 4 unit, masing-

masing satu unit untuk Manajer Umum, Manajer pemasaran, Manajer produksi, dan

Manajer keuangan. Harga pasar laptop diperkirakan senilai Rp 10.000.000,-. Juga diperlukan

sebuah printer, dimana umur ekonomis laptop dan printer ini diperkirakan 5 tahun dengan

nilai sisa 10% dan akan disusutkan dengan metode garis lurus.

Peralatan kantor lainnya meja, kursi, lemari, kalkulator, dan papan tulis dengan perkiraan

biaya dapat dilihat pada tabel 4.6.1.

Biaya bangunan kantor administrasi dan umum sebesar Rp 100.000.000,- dengan perkiraan

nilai sisa 10% dari harga perolehan, dan umur ekonomis 20 tahun

Biaya perolehan tanah seluas 10 Ha, dengan harga Rp 50.000,- per-meter. Total biaya

perolehan senilai Rp 5000.000.000,-.

Manajer

Produksi

Manajer

Keuangan

Manajer

Pemasaran

Manajer

Umum

Page 52: Studi Kelayakan Bisnis

5.4 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum

Terdiri atas :

Gaji dewan direksi masing-masing adalah sebagai berikut :

General Manager Rp 10.000.00,00 / bulan

Manager Pemasaran Rp 8.000.000 / bulan

Manager Keuangan Rp 8.000.000,00 / bulan

Manajer Produksi Rp 8.000.000,00 / bulan

Gaji staf dan karyawan administrasi senilai Rp 3.000.000,-

Gaji karyawan bagian keamanan senilai Rp 1.200.000,- per orang

Biaya listrik dan administrasi per tahun diperkirakan Rp 6.000.000,-

Biaya alat tulis kantor senilai Rp 1.929.166,67,-

Tabel 5.4.1. Biaya kantor adminstrasi dan umum tahun 2016

Instrumen Biaya/bulan Satuan Jumlah Biaya/tahun

Gaji manajer umum Rp 10.000.000 orang 1 Rp 120.000.000

Manajer keuangan Rp 8.000.000 orang 1 Rp 96.000.000

Manajer produksi Rp 8.000.000 orang 1 Rp 96.000.000

Manajer pemasaran Rp 8.000.000 orang 1 Rp 96.000.000

Gaji staf administrasi Rp 3.000.000 orang 3 Rp 108.000.000

Listrik Rp 500.000 Rp 6.000.000

Alat tulis kantor Rp 1.929.167 Rp 23.150.000

Telepon Rp 1.000.000 Rp 12.000.000

Total Rp 557.150.000

Tabel 5.4.2. Proyeksi biaya kantor administrasi dan umum tahun 2016-2029

Page 53: Studi Kelayakan Bisnis

Instrumen 2017 2018 2019

Gaji manajer umum Rp 120.000.000 Rp 120.000.000 Rp 120.000.000

Manajer keuangan Rp 96.000.000 Rp 96.000.000 Rp 96.000.000

Manajer produksi Rp 96.000.000 Rp 96.000.000 Rp 96.000.000

Manajer pemasaran Rp 96.000.000 Rp 96.000.000 Rp 96.000.000

Gaji staf

administrasi Rp 108.000.000 Rp 108.000.000 Rp 108.000.000

Listrik Rp 6.000.000 Rp 6.360.000 Rp 6.741.600

Alat tulis kantor Rp 23.150.000 Rp 24.539.000 Rp 26.011.340

Telepon Rp 12.000.000 Rp 12.720.000 Rp 13.483.200

Total Rp 557.150.000 Rp 559.619.000 Rp 562.236.140

Instrumen 2020 2021 2022

Gaji manajer umum Rp 127.200.000 Rp 127.200.000 Rp 127.200.000

Manajer keuangan Rp 101.760.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000

Manajer produksi Rp 101.760.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000

Manajer pemasaran Rp 101.760.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000

Gaji staf administrasi

Rp 114.480.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000

Listrik Rp 7.146.096 Rp 7.574.862 Rp 8.029.353

Alat tulis kantor Rp 27.572.020 Rp 29.226.342 Rp 30.979.922

Telepon Rp 14.292.192 Rp 15.149.724 Rp 16.058.707

Total Rp 595.970.308 Rp 590.190.927 Rp 593.307.983

Instrumen 2023 2024

Gaji manajer umum Rp 127.200.000 Rp 134.832.000

Page 54: Studi Kelayakan Bisnis

Manajer keuangan Rp 102.760.000 Rp 108.925.600

Manajer produksi Rp 102.760.000 Rp 108.925.600

Manajer pemasaran Rp 102.760.000 Rp 108.925.600

Gaji staf administrasi

Rp 102.760.000 Rp 108.925.600

Listrik Rp 8.511.115 Rp 9.021.782

Alat tulis kantor Rp 32.838.717 Rp 34.809.040

Telepon Rp 17.022.229 Rp 18.043.563

Total Rp 596.612.061 Rp 632.408.785

Instrumen 2025 2026

Gaji manajer umum Rp 134.832.000 Rp 134.832.000

Manajer keuangan Rp 108.925.600 Rp 108.925.600

Manajer produksi Rp 108.925.600 Rp 108.925.600

Manajer pemasaran Rp 108.925.600 Rp 108.925.600

Gaji staf administrasi

Rp 108.925.600 Rp 108.925.600

Listrik Rp 9.563.088 Rp 10.136.874

Alat tulis kantor Rp 36.897.583 Rp 39.111.438

Telepon Rp 19.126.177 Rp 20.273.748

Total Rp 636.121.248 Rp 640.056.459

BAB 6

BAB VI

Page 55: Studi Kelayakan Bisnis

ASPEK HUKUM

6.1 Perizinan

Untuk memperoleh legalitas usaha peternakan sapi ini ada beberapa izin yang diperlukan,

diantaranya:

1. Surat permohonan rekomendasi teknis kepada Menteri Pertanian c.q Pusat Perizinan dan

Investasi (PPI).

2. Surat permohonan pendirian perusahaan kepada Menteri Hukum dan HAM.

3. Permohonan Nomor Pendaftaran Wajib Pajak (NPWP) kepada Ditjen Pajak, Departemen

Keuangan.

4. Surat permohonan persetujuan dokumen AMDAL/ UKL/ UPL

5. Surat permohonan kepada Gubernur untuk memperoleh :

- Izin lokasi

- IUP (Izin Usaha Pabrik)

- Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

- Izin Undang-undang gangguan / HO

- Hak Guna Bangunan (HGB)

- Sertifikat tanah

6.2. Badan Hukum

Badan hukum dari usaha yang akan didirikan adalah berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

6.3. Biaya yang Dibutuhkan

Biaya yang dibutuhkan untuk pengurusan izin usaha atau untuk legalitas usaha diperkirakan

mencapai Rp 10.000.000,00.

BAB VII

Page 56: Studi Kelayakan Bisnis

ASPEK KEUANGAN

7.1. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

7.1.1. Biaya Pra Operasi

Biaya pra operasi yaitu semua biaya yang diperlukan sebelum operasi dapat dimulai,

sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 7.1.1. Biaya pra operasi.

No

.Jenis Biaya Total

1 Biaya perizinan Rp 10.000.000

2 Biaya konsultan Rp 5.000.000

3 Biaya perekrutan tenaga kerja Rp 1.000.000

4 Biaya pelatihan tenaga kerja Rp 5.000.000

Total Rp 21.000.000

7.1.2. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan investasi terdiri dari segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum memulai operasi.

Kebutuhan investasi diambil dari kebutuhan setia divisi operasional perusahaan, sebagaimana

disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 7.1.2. Biaya kebutuhan investasi dan modal kerja.

No Jenis Biaya KuantitasSatua

nHarga satuan Total

1 Biaya pra operasi Rp 21.000.000

2 Tanah 10 Ha Rp 500.000.000 Rp 5.000.000.000

3 Bangunan dan Struktur

a. Persiapan lahan 10 Ha Rp 4.000.000 Rp 40.000.000

b. Kandang 4000 m2 Rp 50.000 Rp 200.000.000

c. Rumah potong 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000

d. Gudang 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000

Page 57: Studi Kelayakan Bisnis

e. Kantor administrasi 100 m2 Rp 1.000.000 Rp 100.000.000

f. Mesin pengolahan pakan 1 unit Rp 10.000.000 Rp 10.000.000

Total Rp 450.000.000

4 Truk 1 unit Rp 150.000.000 Rp 150.000.000

5 Tangki air 5 unit Rp 1.000.000 Rp 5.000.000

6 Peralatan kantor

a. Komputer 2 unit Rp 5.000.000 Rp 10.000.000

b. Printer 1 unit Rp 900.000 Rp 900.000

c. Kalkulator 3 unit Rp 150.000 Rp 450.000

d. Telepon 1 unit Rp 200.000 Rp 200.000

e. Papan tulis 2 unit Rp 75.000 Rp 150.000

f. Infokus 1 unit Rp 7.000.000 Rp 7.000.000

g. Meja dan kursi kerja 7 unit Rp 3.500.000 Rp 2.450.000

h. Meja dan kursi tamu 1 unit Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

Total Rp 23.150.000

7 Peralatan keamanan

a. Pos jaga keamanan 1 unit Rp 5.000.000 Rp 5.000.000

b. Walkie talkie 4 unit Rp 100.000 Rp 400.000

c. Pentungan 4 unit Rp 50.000 Rp 200.000

d. Kamera CCTV 6 unit Rp 200.000 Rp 1.200.000

e. Monitor cctv 1 unit Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

Total Rp 7.800.000

Total Rp 5.649.150.000

Kebutuhan modal kerja merupakan perkiraan biaya atau pengeluaran yang akan dikeluarkan

perusahaan selama suatu periode agar dapat beroperasi. Kebutuhan modal kerja dikelompokkan

berdasarkan divisi operasional perusahaan.

Untuk biaya pelatihan dikelompokkan kedalam biaya pra operasi karena semua pekerja harus

mengetahui tata cara peternakan sapi yang baik dan benar, agar dapat berjalan lancar pada proses

nantinya.

Page 58: Studi Kelayakan Bisnis

7.1.3. Sumber Pendanaan (modal Investasi dan modal Kerja)

Jumlah investasi yang dilakukan terhadap aset tetap ataupun kegiatan pra operasi adalah

sebesar Rp 5.649.150.000,00. dan biaya modal kerja yang dibutuhkan adalah Rp 9.320.000.000,00

pada tahun 2017.

Maka jumlah pendanaan yang dibutuhkan adalah sejumlah Rp 14.969.150.000,00

Proyek ini bekerjasama dengan Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat dan CSR Semen Padang.

7.1.4. Proyeksi Laporan Keuangan

a. Proyeksi Penjualan

Untuk penjualan sapi, perusahaan harus menunggu selama minimal 5 tahun, karena proses

penggemukan sapi memerlukan waktu ideal 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik, kami

memperkirakan bisa melakukan penjualan sapi pada tahun 2020, dimana jumlah sapi yang akan

dijual pada tahun tersebut sebanyak 20% dari total sapi. Perkiraan harga satu ekor sapi adalah

Rp 18.000.000,00.

Direncanakan jumlah anakan sapi setiap tahunnya, mulai dari tahun penjualan masuk, kami akan

membeli sebanding dengan jumalah sapi yang dijual. Jadi jumlah sapi yang dipelihara akan selalu

konsisten setiap tahunnya.

Untuk proyeksi penjualan dapat dilihat pada tabel berikut :

No. Keterangan 2020 2021 2022

1 Sapi konsumsi Rp 2.340.000.000 Rp 2.386.800.000 Rp 2.434.536.000

2 Sapi qurban Rp 1.260.000.000 Rp 1.285.200.000 Rp 1.310.904.000

Total Rp 3.600.000.000 Rp 3.672.000.000 Rp 3.745.440.000

No. Keterangan 2023 2024 2025

1 Sapi konsumsi Rp 2.483.226.720 Rp 2.532.891.254 Rp 2.583.549.079

2 Sapi qurban Rp 1.337.122.080 Rp 1.363.864.522 Rp 1.391.141.812

TotalRp 3.820.348.800 Rp 3.896.755.776 Rp 3.974.690.892

Kami memperkirakan harga sapi meningkat sebesar 2% per-tahun.

Page 59: Studi Kelayakan Bisnis

b. Poyeksi Cash Flow

Diprint terpisah ., terlampir

Page 60: Studi Kelayakan Bisnis

Dari proyeksi cash flow di atas, perusahaan belum bisa mendapatkan kas bersih dari arus kas

operasi, karena pemeliharaan sapi membutuhkan waktu minimal 3 tahun untuk bisa dijual, lama

pemeliharaan ideal adalah 5 tahun. Selama 5 tahun awal, perusahaan masih mengalami defisit

karena biaya operasi selalu berjalan setiap tahunnya. Namun pada tahun ke enam, perusahaan

sudah mendapatkan arus kas bersih dari arus kas operasi sebesar Rp 5.446.161.724,- dan akan

selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk beban pajak, perusahaan baru menerima kewajiban bayar

pajak pada tahun 2026. Ini sesuai dengan perhitungan pembayaran wajib pajak berdasarkan undang-

undang perpajakan. Jadi butuh waktu yang cukup lama untuk balik modal dalam investasi di usaha

ini, namun dengan prospek dan profit yang besar.

c. Proyeksi Neraca

Neraca pada saat pendirian proyek :

Keterangan Jumlah Keterangan JumlahAKTIVA LANCAR KEWAJIBAN Kas Rp711.200.000

Aktiva lancar pada modal kerja Rp 8.600.000.000

Hutang jangka panjang

Rp 14.969.150.000

TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS

Total investasi Rp 5.636.950.000

AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp21.000.000

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp14.969.150.000 DAN EKUITAS Rp 14.969.150.000

Neraca tahun 2020 :

Keterangan Jumlah Keterangan JumlahAKTIVA LANCAR KEWAJIBAN

 piutang dagang Rp17.021.313.146 Hutang jangka panjang Rp14.969.150.000 TOTAL AKTIVA LANCARAKTIVA TETAP EKUITASTotal investasi Rp5.264.911.300 Laba ditahan Rp7.708.013.146

Page 61: Studi Kelayakan Bisnis

Total penyusutan Rp372.038.700 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp18.900.000

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp22.677.163.146 DAN EKUITAS Rp22.677.163.146

Neraca tahun 2021 :

Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN

 

piutang dagang Rp 10.019.389.263 Hutang jangka panjang Rp 13.472.235.000

TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.949.016.622 Laba ditahan Rp 1.829.075.563 Total penyusutan Rp 315.894.678 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 17.010.000

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp 15.301.310.563 DAN EKUITAS Rp 15.301.310.563

Neraca tahun 2022 :

Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 4.106.772.698 piutang dagang Rp 2.904.221.680 Hutang jangka panjang Rp 11.975.320.000 TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.652.075.625 Total penyusutan Rp 296.940.997 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 15.309.000

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp 11.975.320.000 DAN EKUITAS Rp 11.975.320.000

Page 62: Studi Kelayakan Bisnis

Neraca tahun 2023 :

Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 4.326.454.576

piutang dagang Rp 1.486.096.699 Hutang jangka panjang Rp 10.478.405.000

TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.372.951.087 Total penyusutan Rp 279.124.538 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 13.778.100

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp 10.478.405.000 DAN EKUITAS Rp 10.478.405.000

Neraca tahun 2024 :

Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 11.674.949.376

Hutang jangka panjang Rp 8.981.490.000

TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.110.574.022 laba ditahan Rp 7.078.810.753 Total penyusutan Rp 262.377.065 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 12.400.290

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp 16.060.300.753 DAN EKUITAS Rp 16.060.300.753

Neraca tahun 2025 :

Page 63: Studi Kelayakan Bisnis

Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 19.143.619.396

Hutang jangka panjang Rp 7.484.575.000

TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 3.863.939.581 laba ditahan Rp 15.780.778.679 Total penyusutan Rp 246.634.441 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 11.160.261

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp 23.265.353.679 DAN EKUITAS Rp 23.265.353.679

Neraca tahun 2026 :

Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 26.714.868.038 Hutang pajak Rp 20.000.000

Hutang jangka panjang Rp 5.987.660.000

TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 3.632.103.206 laba ditahan Rp 24.581.191.854 Total penyusutan Rp 231.836.375 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 10.044.235

TOTAL KEWAJIABAN

TOTAL AKTIVA Rp 30.588.851.854 DAN EKUITAS Rp 30.588.851.854

7.1.5. Analisis Sensitifitas dan Kelayakan Proyek

Page 64: Studi Kelayakan Bisnis

Tabel kalkulus Present Value:

TahunCash Out Flow

Cash In Flow NCFInvestasi Biaya Operasi PPH Total

2020 Rp 5.264.911.300

Rp 9.915.970.308 Rp -

Rp 9.915.970.308 Rp 12.600.000.000 Rp 2.684.029.692

2021 Rp 9.910.190.927 Rp -

Rp 9.910.190.927 Rp 12.852.000.000 Rp 2.941.809.073

2022 Rp 9.913.307.983 Rp -

Rp 9.913.307.983 Rp 13.109.040.000 Rp 3.195.732.017

2023 Rp 9.916.612.061 Rp -

Rp 9.916.612.061 Rp 13.371.220.800 Rp 3.454.608.739

2024 Rp 9.952.408.785 Rp -

Rp 9.952.408.785 Rp 13.638.645.216 Rp 3.686.236.431

2025 Rp 9.956.121.248 Rp -

Rp 9.956.121.248 Rp 13.911.418.120 Rp 3.955.296.872

2026 Rp 9.960.056.459 Rp 20.000.000 Rp 9.980.056.459 Rp 14.189.646.482 Rp 4.209.590.023

Nilai residu

Rp 3.632.103.206

TOTAL Rp 69.524.667.771 Rp 20.000.000 Rp 69.544.667.771 Rp 93.671.970.618 Rp 24.127.302.847

Berikut adalah analisis sensitivity untuk proyek. Dalam analisis ini diasumsikan tingkat bunga

normal adalah 9%. Untuk menguji sensitifitas proyek akan diuji pada tingkat bunga di atas normal

yaitu 9% dan tingkat bunga di bawah normal yaitu 4%.

Net Present Value (NPV

NPV = ∑ AFC t - IO

(1-i) t

Tabel NPV dengan tingkat bunga 6% :

Cash In Flow 6% NPV

Rp 2.684.029.692 0,94 Rp 2.522.987.910

Rp 2.941.809.073 0,89 Rp 2.618.210.075

Rp 3.195.732.017 0,84 Rp 2.684.414.894

Rp 3.454.608.739 0,792 Rp 2.736.050.121

Rp 3.686.236.431 0,747 Rp 2.753.618.614

Rp 3.955.296.872 0,705 Rp 2.788.484.295

Page 65: Studi Kelayakan Bisnis

Rp 4.209.590.023 0,665 Rp 2.799.377.365

Total Rp 18.903.143.275

NPV = Rp 18.903.143.275 - Rp 14.969.150.000

= Rp 3.933.993.275

Tabel NPV dengan tingkat bunga 4% :

Cash In Flow 4% NPV

Rp 2.684.029.692 0,962 Rp 2.582.036.564

Rp 2.941.809.073 0,924 Rp 2.718.231.583

Rp 3.195.732.017 0,889 Rp 2.841.005.763

Rp 3.454.608.739 0,855 Rp 2.953.690.472

Rp 3.686.236.431 o,822 Rp 2.249.033.200

Rp 3.955.296.872 0,79 Rp 3.124.684.529

Rp 4.209.590.023 0,76 Rp 3.199.288.417

Total Rp 19.667.970.528

NPV = Rp 19.667.970.528 - Rp 14.969.150.000

= Rp 4.698.820.528

Tabel NPV dengan tingkat bunga 9% :

Cash In Flow 9% NPV

Rp 2.684.029.692 0,917 Rp 2.461.255.228

Rp 2.941.809.073 0,842 Rp 2.477.003.239

Rp 3.195.732.017 0,772 Rp 2.467.105.117

Rp 3.454.608.739 0,708 Rp 2.445.862.987

Rp 3.686.236.431 0,65 Rp 2.396.053.680

Rp 3.955.296.872 0,596 Rp 2.357.356.936

Rp 4.209.590.023 0,547 Rp 2.302.645.743

Page 66: Studi Kelayakan Bisnis

Total Rp 16.907.282.930

NPV = Rp 16.907.282.930 - Rp 14.969.150.000

= Rp 1.938.132.930

Profitable Index (PI)

PI jika bunga 6% = Rp 18.903.143.275 : Rp 14.969.150.000

= 1,262806724

PI jika bunga 4% = Rp 19.667.970.528 : Rp 14.969.150.000

= 1,31390029

PI jika bunga 9% = Rp 16.907.282.930 : Rp 14.969.150.000

= 1,129475149

Dengan keadaan bunga sedang naik atau turun, profitability indeks masih dalam keadaan baik

karena PI selalu besar dari 1 dalam 3 kemungkinan tingkat bunga.

Break Event Point (BEP)

Analisis sensitifitas untuk BEP dengan mengasumsikan terjadinya kenaikan biaya secara keseluruhan

sebesar 10% dan terjadinya penurunan biaya 10%.

Tabel Break Even Point selama 7 tahun :

Tahun BEP Biaya naik 10% biaya turun 10%

2020 Rp 1.169.150.000 Rp 1.286.065.000 Rp 1.052.235.000

2021 Rp 1.239.299.000 Rp 1.363.228.900 Rp 1.115.369.100

2022 Rp 1.313.656.940 Rp 1.445.022.634 Rp 1.182.291.246

2023 Rp 1.392.476.356 Rp 1.531.723.992 Rp 1.253.228.721

2024 Rp 1.476.024.938 Rp 1.623.627.432 Rp 1.328.422.444

2025 Rp 1.564.586.434 Rp 1.721.045.077 Rp 1.408.127.791

2026 Rp 1.658.461.620 Rp 1.824.307.782 Rp 1.492.615.458

Page 67: Studi Kelayakan Bisnis

Perbandingan BEP dengan penjualan untuk tahun2020 :

(BEP : sales) x 100%

= (Rp 1.169.150.000 : Rp 12.600.000.000) x 100%

= 9,279%

Resiko dari proyek ini kecil karena perbandingan BEP dengan penjualan 9,279%. Proyek ini baik

karena perbandingan BEP dn penjualan kecil dari 50%.

Rasiio keuangan untuk tahun 2020

Gross profit margin = Laba kotor : penjualan

= Rp 12.442.823.925 : Rp 12.600.000.000

= 98,7%

Net Profit Margin = Laba bersih : penjualan

= Rp 5.393.985.649 : Rp 12.600.000.000

= 42,8%

Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan profit dalam proyek ini cukup lama, sehingga

dalam beberapa tahun awal memerlukan dana yang cukup banyak. Namun setelah sapi-sapi siap

dijual, keuntungan yang diberikan juga tinggi.

KESIMPULANA DAN REKOMENDASI

Page 68: Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis peternakan sapi ini adalah jenis bisnis yang sangat prospektif. Berdasarkan data yang

tersedia di BPS dan Dinas Peternakan, sangat banyak permintaan untuk daging sapi, khususnya di

daerah Sumatera Barat. dengan banyaknya permintaan yang semakin meningkat tiap tahunnya,

tidak diiringi dengan peningkatan produksi daging sapi dalam negeri. Itulah sebabnya Indonesia

masih impor daging sapi, sedangkan kondisi geografis Indonesia sendiri sangat cocok untuk

peternakan sapi.

Untuk berinvestasi di bisnis ini, dibutuhkan kesabaran untuk mendapatkan profit, karena

pemeliharaan sapi membutuhkan waktu ideal 5 tahun untuk siap melakukan penjualan. Jadi selama

5 tahun pertama belum bisa mendapatkan untung. Tetapi hal ini bisa disiasati, karena kotoran sapi

juga bisa dijual sebagai pupuk kompos. Bagi beberapa petani lebih tertarik pada pupuk kompos

untuk tanamannya. Berarti pemasukan kas tidak berhenti begitu saja ketika penjualan sapi belum

dilakukan. Dalam jangka panjang, berinvestasi dalam bisnis ini menjanjikan keuntungan yang cukup

besar. Hal ini didukung dengan pangsa pasar yang masih terbuka lebar baik di dalam negeri maupun

di luar negeri.

Diharapkan untuk para calon investor agar dapat berinvestasi dalam bisnis peternakan sapi

ini. Bisnis ini membutuhkan modal yang lumayan besar, tetapi juga menjanjikan profit yang tidak

kalah besar. Dan juga diharapkan pemerintah bisa bekerjasama dalam berpartisipasi untuk

kelancaran bisnis peternakan sapi ini. Hal ini tidak terlepas dari pernyataan wakin presiden Republik

Indonesia, Bapak Jusuf Kalla bahwa beliau menargetkan adanya peningkatan jumlah sapi di

Indonesia sebanyak satu juta ekor setiap tahunnya.