studi kelayakan bisnis
TRANSCRIPT
STUDI KELAYAKAN BISNIS
NAMA PROYEK :
USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG
Anggota Kelompok :
1. AYU EFRIZAL (1010532013)2. YUDHA AULIA (1010533062)3. RINDANG DESMANTA (1210532010)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daging sapi sebagai sumber protein yang berasal dari ternak
hewan sudah dikenal sebagai bahan pangan yang hampir
lengkap dan sempurna. karena didalamnya terkandung berbagai
macam zat gizi yang diperlukan tubuh termasuk didalamnya
protein hewani. Indonesia sebagai salah satu negara dengan
jumlah penduduk terbesar keempat di dunia memiliki tingkat
konsumsi protein yang masih relatif rendah dibanding negara
lain, terutama dari daging sapi.
Konsumsi rata-rata daging sapi masyarakat Indonesia saat ini
hanya mencapai 1,75 kg/kapita/tahun. Namun seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan
pendidikan yang semakin baik, maka meningkat pula
permintaan daging sapi di Indonesia.
Dengan kondisi seperti tersebut diatas maka potensi usaha
peternakan memiliki peluang sangat besar untuk lebih
dikembangkan di Indonesia. Pengembangan usaha tersebut di
Indonesia khususnya ternak sapi difokuskan dalam rangka
memenuhi konsumsi daging sapi potong dalam negeri dan
meningkatkan produksi daging dari dalam negeri. Hal tersebut
sejalan dengan Program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan
Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan oleh pemerintah sejak
tahun 2005.
Melalui segala upaya yang dilakukan pemerintah bersama-sama
dengan masyarakat, diharapkan bangsa Indonesia mampu
menjadikan sektor pertanian, termasuk didalamnya subsektor
peternakan sebagai leading sector dalam rangka membangun
kehidupan bangsa yang lebih sejahtera, sehingga Indonesia bisa
bangkit dari keterpurukan dan menjadi negara yang maju dalam
segala bidang termasuk dalam hal ekonomi.
Sumatera Barat beberapa tahun lalu di tunjuk sebagai salah
satu provinsi sentral swasembada daging 2014. Sejumlah
langkah strategis sudah dilaksanakan oleh pemerintah Sumatera
Barat mulai dari program Satu Petani Satu Sapi dan pemberian
bantuan sapi ke sejumlah nagari. Namun sayang sejumlah data
statistik populasi sapi potong di Sumatera Barat dari tahun ke
tahun masih saja kian memprihatinkan.
Tahun 2010 lalu populasi sapi potong Sumbar mencapai
513.255 ekor, akan tetapi jumlah ini di tahun 2011 turun drastis
menjadi 327.013 ekor, tahun 2012 populasi sapi potong mulai
sedikit naik ke angka 349.001.
Banyak hal yang melatarbelakangi turunnya populasi sapi
potong di Sumbar. Salah satunya, masih terjadinya pemotongan
sapi betina produktif apalagi jika sapi betina yang di sembelih
dalam kondisi bunting, ini malah membuat kita rugi dua
kali. Sekarang pada prinsipnya sapi lokal harus menjadi tulang
punggung untuk tercukupinya pasokan daging nasional. Apa lagi
pemerintah hanya mengandalkan impor daging sapi fresh.
Kemungkinan penyebab kedua turunnya populasi sapi potong,
dikarenakan pengalihan sapi perah menjadi sapi potong yang
disebabkan mahalnya harga daging di bandingkan harga susu.
Jika mengacu proyeksi Kementerian Pertanian dalam cetak biru
Swasembada Daging Sapi 2014, populasi sapi potong 2013 ini
harusnya mencapai 16,6 juta ekor. Naik 2 juta ekor dibandingkan
2011 yakni 14,6 juta ekor karena peningkatan populasi. Populasi
16,6 juta ekor itu juga sudah memperhitungkan pasokan daging
sapi ke pasar dalam negeri yang terus naik setiap tahun. Melihat
proyeksi populasi sapi pada sensus 2013, dibandingkan proyeksi
sesuai cetak biru, terjadi selisih populasi hingga lebih dari 5 juta
ekor.
Populasi ternak sapi potong di Sumatera Barat menurun sejak
tahun 2001 sampai 2006. Dengan rata-rata penurunan sebesar
0,31 persen per tahun, sementara jumlah pemotongan
meningkat rata-rata sebesar 9,35 persen per tahun (BPS
Sumatera Barat 2007). Hal ini disebabkan rendahnya produksi
dan produktivitas ternak sapi potong. Beberapa karakteristik
produksi yang belum optimal antara lain rendahnya tingkat
kelahiran (< 50%), tingginya angka kematian (> 2%), rendahnya
pertambahan bobot badan (0,4-0,5 kg/ekor/hr), tingginya angka
pemotongan ternak betina produktif (28%) (Dinas Peternakan TK
I Sumatera Barat, 2007). Untuk memperbaiki keadaan tersebut
diperlukan kontribusi dari berbagai pihak termasuk bantuan
pemerintah untuk berupaya mengembangkan sapi potong
antara lain melalui program peningkatan produksi dan
produktivitas ternak sapi potong, penurunan angka kematian,
dan mengendalikan pemotongan ternak betina produktif.
BAB II
ASPEK EKONOMI
2.1 Rencana Pembangunan / Program Pemerintah
Program Swasembada Daging Sapi Tahun 2014 (PSDS-
2014) merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan
ketahanan pangan hewani asal ternak berbasis sumberdaya
domestik khususnya ternak sapi potong. Pencapaian
swasembada daging sapi sudah lama didambakan oleh
masyarakat agar ketergantungan terhadap impor baik sapi
bakalan maupun daging makin menurun dengan
mengembangkan potensi dalam negeri.
Dengan berswasembada daging sapi tersebut akan diperoleh
keuntungan dan nilai tambah meliputi:
1. Akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
peternak;
2. Penyerapan tambahan tenaga kerja baru;
3. Penghematan devisa negara;
4. Optimalisasi pemanfaatan potensi ternak sapi
lokal; dan
5. Makin meningkatnya peyediaan daging sapi yang
Aman, Sehat, Utuh dan Halal bagi masyarakat
sehingga ketenteraman lebih terjamin.
Untuk menuju swasembada daging sapi pada tahun 2014,
pemerintah melakukan sejumlah upaya dan strategi
diantaranya, menurunkan kuota impor daging dari 100 ribu ton
menjadi 38 ribu ton sehingga mencapai 10% dari kebutuhan
konsumsi masyarakat, meningkatkan populasi sapi potong
menjadi 14,2 juta ekor tahun 2014 dengan rata-rata
pencapaian pertumbuhannya sebesar 12,48%, dan
meningkatkan produksi daging dalam negeri sebesar 420,3 ribu
ton pada tahun 2014 atau meningkat 10,4% setiap tahunnya.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian
mengeluarkan Pedoman Umum (Pedum) Program Swasembada
Daging Sapi sebagai acuan bagi para pengelola kebijakandi
tingkat pusat dan daerah. Perdum di antaranya menurunkan
kuota impor daging dari 100 ribu ton menjadi 38 ribu ton
sehingga mencapai 10% dari kebutuhan konsumsi masyarakat,
meningkatkan populasi sapi potong menjadi 14,2 juta ekor
tahun 2014 dengan rata-rata pencapaian pertumbuhannya
sebesar 12,48%, dan meningkatkan produksi daging dalam
negeri sebesar 420,3 ribu ton pada tahun 2014 atau meningkat
10,4% setiap tahunnya.
2.2. Penawaran dan Permintaan Daging Sapi
2.2.1 Harga Daging Sapi Internasional (Amerika Serikat)
Harga daging sapi di luar negeri cenderung mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data United States
Departement of Agriculture Economic Research Service (USDA-
ERS) selama periode tahun 2000 sampai dengan 2012, harga
daging sapi internasional mengalami kenaikan sebesar 51,5
persen dengan rata-rata kenaikan per tahun sebesar 4,3
persen. Jika diamati pola perkembangannya, harga daging sapi
internasional mengalami lonjakan yang relatif tinggi terjadi
pada tahun 2003, kemudian tahun 2008 dan tahun 2011.
Selama tahun 2003, harga daging sapi mengalami kenaikan
sebesar 23,6 persen, dengan harga pada awal tahun 2003
sebesar US$6,79/kg dan akhir tahun mencapai US$8,49/kg.
Kenaikan harga daging sapi internasional tahun 2003 seiring
dengan ditemukan pertama kalinya kasus penyakit sapi gila
(Mad Cow) di Amerika Serikat.
Meat Price, Sumber : United States Departement of Agriculture Economic
Research Service (USDA-ERS)
Setelah mengalami kenaikan yang relatif tinggi pada
tahun 2003, harga daging sapi internasional kembali naik pada
tahun 2008, dengan tingkat kenaikan selama tahun tersebut
sebesar 6,3 persen dan selama tahun 2011 harga daging sapi
international mengalami kenaikan sebesar 12,4 persen. Pada
awal tahun 2012 harga daging sapi internasional mencapai
US$10,2/kg dan pada bulan September 2012 sedikit turun
menjadi US$9,89/kg.
2.2.2. Harga Daging Sapi Produksi Dalam Negeri
Harga daging sapi dalam negeri dari tahun ke tahun
menunjukkan trend naik. Hal ini terlihat dari harga daging
selama sepuluh tahun terakhir yang selalu naik setiap
tahunnya. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan,
rata-rata kenaikan harga daging sapi per tahun mencapai 9,0
persen. Dengan kenaikan harga tertinggi terjadi pada tahun
2008 yang mencapai 14,4 persen dibandingkan tahun
sebelumnya, yaitu dari Rp 50.036/kg menjadi Rp 57.259/kg.
Harga daging sapi (periode tahun 2003-2012) mengalami
gejolak harga dengan koefisien variasi sebesar 27,3 persen.
Rata-Rata Harga Daging Sapi Nasional, Kemendag
Secara nasional, situasi harga daging sapi pada tahun
2012 (sampai dengan bulan September 2012) berangsur-
angsur naik dari awal Januari dan mulai mengalami lonjakan
pada Juli 2012 (menjelang puasa), yaitu mencapai 3,36 persen
dari Rp 74.393/kg menjadi Rp 76.895/kg dan Agustus 2012 naik
3.78 persen dari Rp 76.895/kg menjadi Rp 79.800/kg.
2.2.3. Perkembangan Harga Daging Sapi di Beberapa Daerah
Sentra Produksi
Berdasarkan pemantauan di beberapa daerah sentra
produksi,terjadi fluktuasi harga daging sapi tingkat konsumen
antar waktu dan antar provinsi. Fluktuasi harga terbesar antar
waktu terjadi pada tahun 2012. Sementara itu juga terdapat
fluktuasi harga antar wilayah atau provinsi di Indonesia. Harga
daging sapi tertinggi terjadi di Provinsi Aceh dan terendah
terjadi di Nusa Tenggara Timur.
Tingginya harga daging sapi di Provinsi Aceh disebabkan
oleh adanya tradisi meugang yang sudah dilakukan secara
turun temurun oleh masyarakat Aceh untuk membeli daging
bagi keluarganya menyambut Ramadhan. Daging sapi disajikan
sebagai lauk utama, sehari sebelum Ramadhan tiba atau Hari
Raya. Tak peduli kaya atau miskin, setiap kepala keluarga
harus berusaha membeli minimal satu atau dua kilo daging
untuk keluarganya. Bagi keluarga mampu, bahkan akan
membeli sampai lima kilo untuk dihabiskan selama bulan
Ramadhan sebagai menu sahur.
Kenaikan harga daging sapi signifikan terjadi pada
waktu/periode Hari Besar Keagamaan nasional (HBKN).
Setidaknya selama empat tahun terakhir, harga daging sapi
tertinggi terjadi disaat HBKN, yaitu menjelang puasa hingga
Idul Adha. Hal ini dikarenakan permintaan yang tinggi dari efek
psikologis konsumen yang cenderung membeli daging lebih
banyak pada periode tersebut serta adanya ekspektasi dan
perilaku pedagang yang cenderung meningkatkan harga secara
tidak wajar. Pada tahun 2009, harga daging sapi tertinggi
terjadi pada saat menjelang lebaran hingga lebaran dan tahun
2010, harga daging sapi tertinggi terjadi pada saat menjelang
Idul Adha. Tahun 2011, harga daging sapi tertinggi terjadi pada
saat Bulan Puasa. Sementara itu, harga daging sapi untuk
tahun 2012 terus merangkak naik dari awal tahun hingga
lebaran dan tetap berada pada posisi tinggi setelah lebaran
sehingga diperkirakan menjelang Idul Adha harga daging sapi
naik mencapai Rp 110.000/kg-Rp 120.000/kg.
2.2.4. Produksi Daging Sapi Nasional
Produksi daging sapi di Indonesia selama dua belas tahun
terakhir cenderung naik dengan kenaikan sebesar 37 persen,
yakni dari 339.941 ton menjadi 465.823 ton. Rata-rata
kenaikan produksi per tahun sebesar 3,6 persen dengan
kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2004, yakni sebesar
21,06 persen dengan total produksi sebesar 447.573 ton. Pada
tahun 2011, produksi sapi nasional mencapai 465.823 ton atau
naik 6,73 persen dibandingkan tahun sebelumnya. pada tahun
2012 diperkirakan total produksi daging sapi nasional sebesar
516.950 ton atau diperkirakan naik 5,32 persen dibandingkan
tahun 2011.
Produksi daging sapi di Indonesia beberapa tahun terakhir
masih tetap bersumber utama dari tiga provinsi yakni, Jawa
Timur, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Provinsi Jawa Timur
merupakan produsen daging sapi terbesar yang nilai
produksinya di tahun 2011 mencapai sekitar 4,73 juta ekor,
selanjutnya diikuti oleh Jawa Tengah dengan 1,94 juta ekor dan
berikutnya Sulawesi Selatan dengan 983 ribu ekor.
2.2.5 . Impor Daging Sapi
Ketidakmampuan produksi nasional dalam mencukupi
kebutuhan daging sapi di Indonesia mengakibatkan pemerintah
sampai saat ini masih melakukan impor daging sapi dari
beberapa negara penghasil sapi antara lain Australia, dan
Selandia Baru. Selama kurun 2004-2011, impor daging sapi
mengalami kenaikan sebesar 99 persen dengan rata-rata per
tahun sebesar 14,16 persen. Kenaikan impor tertinggi terjadi
pada tahun 2008,
Perkembangan Impor Daging Sapi
Pada tahun 2010, impor daging sapi sekitar 299.090 yang
terdiri dari 209 ribu ton sapi bakalan dan 90 ribu ton daging
sapi. Sementara itu pada tahun 2011, impor daging sapi turun
38 persen menjadi sekitar 184 ribu ton yang terdiri dari 118
ribu ton sapi bakalan dan 65 ribu ton daging sapi. Pengurangan
kuota impor terkait dengan upaya pemerintah mensukseskan
swasembada daging sapi di tahun 2014.
2.3. Peluang Proyek di Sumatera Barat
Tingkat konsumsi daging sapi masyarakat Sumatera Barat
ternyata lebih tinggi dibanding rata-rata nasional. Setidaknya
tiap tahun konsumsi daging masyarakat Sumatera Barat
mencapai 7,3 Kg/kapita. Jumlah itu melebihi target nasional
yang hanya sekitar 6,23 kg per kapita per tahunnya. Karena itu
pula, tiap hari masyarakat Sumbar membutuhkan 188 ekor sapi
potong dan sekitar 38 ekor sapi di antaranya merupakan sapi
impor.Sumbar merupakan salah satu provinsi yang tingkat
konsumsi daging sapinya melebihi target nasional. Hal tersebut
terkait dengan masakan khas orang Sumbar yang identik
dengan daging, serta kulinernya, (Kepala Dinas Peternakan
Sumbar, Edwardi). Sementara, jumlah populasi sapi dan kerbau
di Sumbar saat ini sekitar 800 ribu ekor dari 3,2 juta ekor
sapi yang diperkirakan berpotensi untuk dikembangkan.
Artinya, masih ada sekitar 2,7 juta ekor sapi dan kerbau lagi
yang berpeluang untuk diternak warga.
Sumatera Barat sangat berpotensi untuk menjadi sentra sapi
nasional khususnya Indonesia bagian Barat. Alasannya, kondisi
alam di Sumatera Barat sangat mendukung dan
memungkinkan untuk peternakan sapi. Baik sapi untuk
penggemukan maupun untuk sapi perah. Jika melihat kepada
potensi pasar yang tersedia, peluang proyek peternakan sapi
ini sangat terbuka lebar. Jangankan untuk diekspor, kebutuhan
daging di wilayah Sumatera Barat saja belum terpenuhi oleh
produksi yang sudah ada.
2.4. Excess Demand & Supply
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Peternakan
Propinsi Sumatera Barat, maka dapat dilihat excess demand
terhadap daging sapi serta populasi ternak dan produksi daging
ternak di Sumatera Barat.
Tabel 2.5.1. Populasi Ternak di Sumatera Barat (Ekor)
N
o
Jenis
Ternak2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Sapi Perah 606 714 608 688 768 826 857 550 646 1.101
2 Sapi Potong597,29
4
419,35
2
440,64
1
446,47
3
469,85
9
492,27
2
513.25
5
336.80
6
361,48
7
326.67
4
3 Kerbau322,69
2
201,58
3
211,53
1
190,01
5
196,85
4
202,99
7
207.64
8
105.95
4
113,37
086.330
4 Kuda 4,783 4,599 4,123 4,466 3,726 3,467 3.191 2.385 2,148 1.947
5 Kambing195,17
6
210,53
2
223,33
4
221,27
6
227,56
1
254,44
9
259.03
4
248.08
2
257,36
1
256.70
4
6 Domba 5,130 6,052 6,806 5,874 5,335 4,567 5.737 4.656 3,581 5.537
7 Babi 29,247 29,847 14,258 12,920 12,870 12,403 47.465 45.986 47,906 31.621
8Ayam Ras
Petelur
5,337,
255
5,608,
482
6,396,3
11
6,347,3
37
6,684,0
13
7,203,3
19
7.801.3
17
7.816.
396
8,130,5
85
8.519.
893
9Ayam Ras
Pedaging
12,804
,118
11,357
,881
12,847,
327
12,648,
143
14,202,
592
13,495,
318
14.946.
984
15.117
.321
17,439,
623
15.357
.013
1
0Ayam Buras
7,737,
703
5,725,
515
5,107,2
78
4,529,1
06
4,638,9
08
5,873,4
80
5.130.6
60
5.023.
666
4,872,1
90
4.919.
283
1
1Itik
852,14
1
985,44
2
1,050,7
52
1,003,4
45
1,054,9
57
1,106,0
46
1.147.8
48
1.123.
264
1,201,2
65
1.167.
620
Tabel 2.5.2. Produksi Daging Ternak di Sumatera Barat (Kg)
N
o
Jenis
Ternak2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1
Sapi
Perah 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2
Sapi
Potong
13,543,
468
14,715,
643
15,561,
671
16,367,
892
17,609,
374
18,322,
309
20.611.
200
20.287.
056
22,637,
970
23.099.
340
3 Kerbau
3,042,2
70
3,067,2
18
2,922,6
32
2,828,4
88
2,649,8
47
3.1346.
664
2.608.5
41
2.459.1
83
2,452,2
16
2.589.8
56
4 Kuda 30,720 9,140 11,550 16,154 6,897 70.967 87.300 20.263 8,580 22.200
5
Kambin
g
2,534,4
00
1,251,6
90
935,37
6
2,168,5
45
2,589,3
46
1,901,5
06
876.11
4
780.00
3
450,36
0
646.49
1
6 Domba 13,455 14,055 43,742 21,184 48,739 17.354 12.641 12.172 3,354 6.190
7 Babi
421,82
0
309,05
0
381,66
0
922,46
6
941,99
9
973,02
4
1.085.9
65
469.42
4
460,00
9
505.29
9
8
Ayam
Ras
Petelur
2,935,4
91
3,084,6
66
3,904,9
48
4,650,0
59
4,896,7
08
5.255.5
59
5.473.7
09
5.702.8
59
5,932,2
02
6.218.3
63
9
Ayam
Ras
Pedagin
g
13,661,
996
12,118,
753
11,651,
882
13,004,
712
14,602,
984
16,145,
030
16.256.
110
16.441.
364
18,967,
066
16.703.
571
1
0
Ayam
Buras
8,937,0
46
6,612,9
71
5,505,6
44
4,882,3
76
5,000,7
43
7.193.1
22
6.130.2
67
6.152.3
74
5,966,8
64
6.027.2
24
1
1 Itik
468,67
7
541,99
6
658,82
1
629,16
0
661,45
8
617,15
9
659.27
4
657.11
9
705,52
1
686.59
6
Sumat
era
Barat
34,648,
840
33,890,
156
40,535,
252
45,589,
343
41,725,
182
41,577,
926
45,491,
037
53.660,
582
57.584.
142
56.505.
130
Sumber : Dinas Peternakan Prop. Sumatera Barat (2013)
Tabel 2.5.3. Excess demand dari Produksi dan Konsumsi daging
Sapi (kg)
Tahun Konsumsi Produksi Excess
2010 35885379,84 20.611.200 15.274.180
2011 36135571,82 20.287.056 15.848.516
2012 36385763,81 22.637.970 13.747.794
2013 36636000,00
23.099.3
40 13.536.660
2014 36886147,78 24.197.333 12.688.815
2015 37136339,76 25.295.326 11.841.013
2016 37281929,03 26.393.320 10.888.609
2017 37427518,29 27.491.313 9.936.205
2018 37573107,56 28.589.306 8.983.802
2019 37718696,82 29.687.299 8.031.398
2020 37864286,08 30.785.292 7.078.994
2021 37960185,10 31.883.286 6.076.899
2022 38056084,11 32.981.279 5.074.805
2023 38151983,13 34.079.272 4.072.711
2024 38247882,14 35.177.265 3.070.617
2025 38343781,16 36.275.258 2.068.523
Sumber : Dinas Peternakan Prop. Sumatera Barat (2013)
Rata-rata excess demand tahun 2010-2014:
(15274180+15848516+13747794+13536660+12688815) : 5
= 14.219.193
Dari perkiraan excess demand dari tahun 2010 sampai 2014 terdapat excess demand
terhadap daging sapi sebanyak 14.219.193 kg daging sapi. Jika berat seekor sapi adalah 1 ton, berarti
terdapat peluang untuk mengisi pasar penjualan sapi sebanyak 14.219 ekor sapi di Sumatera Barat
setiap tahunya.
BAB III
ASPEK PEMASARAN
3.1. Produk yang Ditawarkan
Dari seekor sapi dapat diambil beberapa bagian tubuhnya
yang bisa dimanfaatkan, seperti daging, kulit, bahkan
kotorannya bisa dijadikan pupuk. Dalam studi kelayakan ini
difokuskan pada produksi daging sapi, diamana daging sapi
ini manjadi salahsatu pilihan makanan yang paling disukai,
khususnya di daerah Sumatera Barat.
1.Daging Sapi
Daging sapi mempunyai beberapa kelabihan, diantaranya:
Daging sapi tanpa lemak mengandung 60 persen dari
nilai kecukupan harian untuk protein hanya dalam 100
gram.
Sumber vitamin B12 dan sumber vitamin B6. Vitamin
B12 adalah hanya ditemukan dalam produk hewani dan
sangat penting untuk metabolisme sel, menjaga sistem
saraf yang sehat dan produksi sel darah merah dalam
tubuh.
Daging sapi tanpa lemak memiliki zinc (seng) enam kali
lebih tinggi dari pada daging lainnya. Zinc membantu
mencegah kerusakan pada dinding pembuluh darah
yang berkontribusi terhadap penyempitan pembuluh
darah. aterosklerosis.
Sumber zat besi yang baik serta mengandung selenium
dan fosfor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daging adalah :
1.Pakan.
Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang optimal akan
berpengaruh baik terhadap kualitas daging. Perlakuan pakan
dengan NPB akan meningkatkan daya cerna pakan terutama
terhadap pakan yang berkualitas rendah sedangkan pemberian
VITERNA Plus memberikan berbagai nutrisi yang dibutuhkan
ternak sehingga sapi akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
2.Faktor Genetik.
Ternak dengan kualitas genetik yang baik akan tumbuh dengan
baik/cepat sehingga produksi dagingmenjadilebihtinggi.
3.Jenis Kelamin.
Ternak jantan tumbuh lebih cepat daripada ternak betina,
sehingga pada umur yang sama, ternak jantan mempunyai
tubuh dan daging yang lebih besar.
4.Manajemen.
Pemeliharaan dengan manajemen yang baik membuat sapi
tumbuh dengan sehat dan cepat membentuk daging, sehingga
masa penggemukan menjadi lebih singkat.
2.Kulit Sapi
Kulit sapi dapat dimanfaatkan untuk membuat sepatu,
jaket, dan perlengkapan sandang lainnya. Di daerah Sumatera
Barat sampai saat ini belum ada perusahaan yang berfokus
pada pengolahan kulit sapi. Namun di daerah Jawa Barat,
tepatnya di Cibaduyut sudah tersebar usaha-usaha pembuatan
sepatu kulit dan jaket kulit, yang mana produk dari Cibaduyut
ini sudah terkenal di pasar nasional. Berdasarkan data dari
BloombergTV Indonesia, Cibaduyut masih kekurangan pasokan
kulit sapi sebagai bahan baku produksi sepatu dan baju kulit.
3.Pupuk Kompos
Proses pembuatan kompos aerob sebaiknya dilakukan di
tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik. Karakter dan
jenis bahan baku yang cocok untuk pengomposan aerob adalah
material organik yang mempunyai perbandingan unsur karbon
(C) dan nitrogen (N) kecil (dibawah 30:1), kadar air 40-50% dan
pH sekitar 6-8. Contohnya adalah hijauan leguminosa, jerami,
gedebog pisang dan kotoran unggas. Apabila kekurangan
bahan yang megandung karbon, bisa ditambahkanarang sekam
padi ke dalam adonan pupuk.
Cara membuat kompos aerob memakan waktu 40-50 hari.
Perlu ketelatenan lebih untuk membuat kompos dengan
metode ini. Kita harus mengontrol dengan seksama suhu dan
kelembaban kompos saat proses pengomposan berlangsung.
Secara berkala, tumpukan kompos harus dibalik untuk
menyetabilkan suhu dan kelembabannya. Berikut ini cara
membuat kompos aerob:
Siapkan lahan seluas 10 meter persegi untuk tempat
pengomposan. Lebih baik apabila tempat pengomposan
diberi peneduh untuk menghindari hujan.
Buat bak atau kotak persegi empat dari papan kayu
dengan lebar 1 meter dan panjang 1,5 meter. Pilih papan
kayu yang memiliki lebar 30-40 cm.
Siapkan material organik dari sisa-sisa tanaman, bisa juga
dicampur dengan kotoran ternak. Cacah bahan organik
tersebut hingga menjadi potongan-potongan kecil.
Semakin kecil potongan bahan organik semakin baik.
Namun jangan sampai terlalu halus, agar aerasi bisa
berlangsung sempurna saat pengomposan berlangsung.
Masukan bahan organik yang sudah dicacah ke dalam bak
kayu, kemudidan padatkan. Isi seluruh bak kayu hingga
penuh.
3.2. Gambaran Pasar Produk
Pasar dari hasil proyek peternakan sapi dalam lingkup
domestik mencakup aspek masyarakat kelas menengah ke
atas, karena harga daging sapi relatif lebih mahal dibandingkan
dengan harga pangan lainnya, sehingga kurang terjangkau oleh
masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah. Daging sapi
ini juga ditawarkan kepada masyarakat yang memiliki usaha
kuliner seperti rumah makan dan pedagang sate yang tersebar
di Sumatera Barat. Untuk saat ini, tujuan pemasaran daging
sapi berfokus di Sumatera Barat saja, karena potensi
peternakan sapi di daerah ini masih tersedia sebanyak 2,7 juta
ekor. Namun tidak menutup kemungkinan, pemasaran bagian
lainnya seperti kulit sapi juga akan merambah ke luar
Sumatera Barat, karena belum ada perusahaan yang
menjadikan kulit sapi sebagai bahan baku utama di daerah ini.
Peluang pasar daging sapi juga akan berkembang pesat
pada hari-hari tertentu, seperti pada bulan Ramadhan, hari
raya Idul Fitri, dan yang paling besar adalah penjualan sapi
sebelum hari raya Idul Adha. Khusus pada hari raya Idul Adha,
penjualan berupa akan berupa sapi utuh, dimana sapi-sapi
yang dijual akan dijadikan hewan qurban oleh pembeli. Seperti
yang telah diketahui, bahwa di Sumatera Barat yang paling
dominan adalah umat Islam, dan dalam agama Islam setiap
orang yang sudah mampu, diwajibkan untuk berqurban pada
hari raya Idul Adha. Maka dari itu, peluang penjualan sapi
diperkirakan akan meningkat.
Berikut adalah sasaran pasar penjualan :
- Pasar utama penjualan daging : Sumatera Barat
- Pasar utama penjualan kulit : Jawa Barat
- Kompos : Sumatera Barat
3.3.Pemasaran Khusus
Pamasaran khusus ini akan diisi ketika menjelang Idul Adha,
dimana permintaan akan sapi akan meningkat pesat yang
diperuntukkan sebagai hewan qurban. Jadi, penjualan
menjelang Idul Adha tidak berupa daging sapi, namun langsung
sapi hidup yang dijual langsung ke pelanggan yang akan
berqurban.
Setiap mesjid di Sumatera Barat diperkirakan akan
menyemblih 5 ekor sapi. Data jumlah rumah ibadah di
Sumatera Barat sebagai berikut :
Tabel 3.3.1. Jumlah Masjid di Sumatera Barat
No Kabupaten/Kota Masjid Agung Masjid Jami' Jumlah
1 Kab. Padang Pariaman 6 311 317
2 Kab. A g a m 7 501 508
3 Kab. Tanah Datar 8 350 358
4 Kab. S o l o k 6 295 301
5 Kab. 50 k o t a 13 388 401
6 Kab. Pesisir Selatan 7 165 172
7 Kab. Pasaman 8 395 403
8 Kab. Sijunjung 7 276 283
9 Kab. Kep.. Mentawai 1 43 44
10 Kota P a d a n g 11 572 583
11 Kota Bukittinggi 3 35 38
12 Kota Padang Panjang 3 31 34
13 Kota Sawah Lunto 4 42 46
14 Kota Payakumbuh 5 72 77
15 Kota Solok 3 41 44
16 Kota Pariaman 4 57 61
17 Kab. Solok Selatan 6 149 155
18 Kab. Pasaman Barat 8 191 199
19 Kab. Dharmasraya 7 158 165
Jumlah 117 4072 4189
Dari data di atas, diperkirakan setiap masjid menyemblih
5 ekor sapi setiap Idul Adha, maka dapat diperolah data
sebagai berikut :
Tabel 3.3.2. Jumlah Sapi Qurban Propinsi Sumatera Barat Per-
Tahun.
NoTahun
Jumlah
Masjid
Jumlah Sapi
Qurban Total
1 2015 4189 5 20945
2 2016 4189 5 20945
3 2017 4189 5 20945
4 2018 4189 5 20945
5 2019 4189 5 20945
6 2020 4189 5 20945
7 2021 4189 5 20945
8 2022 4189 5 20945
9 2023 4189 5 20945
10 2024 4189 5 20945
Jumlah 209450
3.4 Profil Pasar Sasaran dan Peluang Pasar yang Diisi
Pasar dan peluang pasar yang akan diisi adalah pasar
domestik, khususnya di wilayah Sumatera Barat. Belum masuk
ke ekspor karena peluang pasar di Sumatera Barat masih
sangat besar, dan lahan yang tersedia untuk peternakan saja
masih belum bisa mengisi seluruh peluang pasar di Sumatera
Barat. Untuk sasaran pasar pertama yang dituju adalah seluruh
golongan masyarakat Propinsi Sumatera Barat, mulai dari
rumah tangga, restoran, rumah makan Padang, sampai penjual
sate. Sasaran pasar kedua adalah untuk sapi qurban, dimana
biasanya yang membeli sapi yang dikhususkan untuk qurban
adalah masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas.
Sedangkan masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan
memelihara sapi qurbannya sendiri untuk beberapa tahun.
Untuk daerah Sumatera Barat sendiri sudah ada beberapa
industri atau usaha yang bergerak dalam usaha peternakan
sapi, namun hanya dalam bentuk industtri kecil sehingga hanya
memenuhi sebagian kecil peluang pasar. Itulah mengapa
konsumsi daging sapi masih bergantung pada impor daging
sapi, seperti dari Australia. Karena peternakan tersebut hanya
mengisi pasar yang sangat kecil, peluang untuk memasarkan
daging sapi sangat besar, mengingat bahwa excess demand
daging sapi di Sumatera Barat adalah 14.219.193 kg daging sapi
pertahunnya, itupun belum termasuk peluang pasar sapi qurban sebanyak 209450 ekor sapi
setiap hari raya Idul Adha setiap tahunnya di Sumatera Barat.
Sedangkan untuk pemasaran nasional dan luar negeri, masih belum direncanakan,
mengingat bahwa peluang di Propinsi Sumatera Barat saja masih sangat besar. Selain itu,
lahan yang tersedia masih belum besar. Lahan untuk bisnis ini direncanakan di daerah
Kabupaten 50 Kota, tepatnya di desa Taram yang di sana tersedia sebesar 15 hektar lahan.
3.5 Strategi Pemasaran
Pemasaran produk akan dilakukan melalui berbagai media, seperti media internet,
radio, dan surat kabar. Dalam hal ini, juga akan melakukan edukasi pentingnya
mengkonsumsi daging sapi sebagaimana telah dijelaskan pada awal bab 3. Mengingat
bahwa masyarakat Sumatera Barat sudah sering mengkonsomsi daging sapi, bahkan
masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah, diharapkan bahwa calon konsumen akan
mudah menerima edukasi ini, dan mereka akan seakin terbiasa mengkonsumsi daging sapi.
Dalam bisnis ini juga akan dihasilkan produk sampingan, yaitu kulit dan pupuk
kompos. Pasar sasaran dari kulit sapi adalah pabrik sepatu dan jaket kulit di daerah
Cibaduyut, Jawa Barat. Berdasarkan informasi dari bloomberg tv Indonesia, pabrik di
Cibaduyut ini masih kekurangan baha baku kulit untuk produksinya. Ini menjadi peluang
bagi pemasaran kulit sapi dalam bisnis ini. Untuk pupuk kompos, yang akan dijual adalah
kotoran sapi murni tanpa diolah. Target pasarnya adalah petani setempat, di Kabupaten 50
Kota. Para petani di daerah ini biasanya memakai kotoran sapi murni sebagai pupuk
tananmannya seperti kakao, cabe, dan tananman lainnya.
3.6 Sumber Daya Manusia Pemasaran
Pemasaran produk akan dipimpin oleh manajer marketing
yang akan menentukan pilihan terbaik media promosi yang
paling menguntungkan, dan sebaiknya mempunyai link yang
luas dengan berbagai profesi yang berhubungan dengan
daging sapi. Manajer marketing dibantu oleh asisten manajer
dan beberapa staf pemasaran. Staf peasaran ini akan terjun
langsung dalam penjualan produk, baik produk utama maupun
produk sampingan.
Tabel 3.6.1 Sumber Daya Manusia bidang pemasaran
No Jabatan Jumlah
1 Manajer Pemasaran 1 orang
2 Asisten Manajer Pemasaran 1 orang
3 Staf Pemasaran 4 orang
Untuk staf pemasaran, 1 orang ditugaskan khusus untuk
menngelola website. Jadi juga diperlukan staf yang ahli di
bidang IT.
3.7 Sarana Pemasaran
Sarana pemasaran terdiri dari media internet, radio, dan
surat kabar. Media-media ini dipilih karena bisa mencapai
cakupan yang luas, mudah dan cepat mencapai masyarakat.
Media internet digunakan lebih kepada edukasi tentang
pentingnya mengkonsumsi daging sapi serta semua informasi
berkaitan dengan sapi. Internet ini sebagian besarnya
mencapai kalangan muda, jadi ini akan menjadi promosi jangka
panjang, dimana para pemuda sejak dini sudah mulai
mengenal berbagai hal tentang daging sapi.
Untuk media lainnya digunakan radio dan surat kabar
lokal, karena di Sumatera Barat banyak tersebar stasiun radio
dan penerbit surat kabar lokal yang telah berhasil menyentuh
sebagian besar masyarakat Sumatera Barat. radio dan surat
kabar lokal digunakan karena biayanya lebih rendah dari radio
dan surat kabar nasional. Pertimbangan lainnya karena target
pasar adalah masyarakat Propinsi Sumatera Barat, selain itu
radio dan surat kabar lokal bisa mencapai seluruh kalangan
masyarakat. Radio dan surat kabar ini lebih difokuskan pada
promosi tentang perusahaan.
3.8 Proyeksi Biaya Pemasaran
Kebutuhan untuk investasi pemasaran / biaya pemasaran
terdiri dari investasi peralatan kantor, kendaraan, dan
pembuatan website. Biaya pemasaran terutama berasal dari
promosi atau iklan. Selain itu diperhitungkan biaya tenaga kerja
pemasaran.
Tabel 3.8.1 kebutuhan biaya pemasaran (investasi)
No. Jenis Biaya Satuan Kuantitas Harga Satuan Total
1 Peralatan Kantor
Komputer unit 1 Rp 6.000.000 Rp 6.000.000
Printer unit 1 Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Kalkulator unit 3 Rp 300.000 Rp 900.000
Telepon unit 2 Rp 1.000.000 Rp 2.000.000
Meja dan Kursi unit 5 Rp 350.000 Rp 1.750.000
Modem unit 1 Rp 750.000 Rp 750.000
Total Rp 13.400.000
2 Kendaraan
Motor unit 2 Rp 16.000.000 Rp 32.000.000
Truk unit 1 Rp 200.000.000 Rp 200.000.000
Total Rp 232.000.000
3 Pembuatan Website unit 1 Rp 15.000.000 Rp 15.000.000
TOTAL BIAYA PEMASARAN (Investasi) Rp 260.400.000
Tabel 3.8.2 Biaya pemasaran per-tahun
Intrumen Biaya per-bulan Jumlah Biaya Tahunan
Manajer pemasaran Rp 8.000.000 1 orang Rp 96.000.000
Asisten manajer pemasaran Rp 5.000.000 1 orang Rp 60.000.000
Staf pemasaran Rp 3.000.000 4 orang Rp 144.000.000
Listrik Rp 700.000 1 unit kantor Rp 8.400.000
Air Rp 500.000 1 unit kantor Rp 6.000.000
Telepon Rp 1.000.000 1 unit kantor Rp 12.000.000
Alat tulis kantor Rp 200.000 1 unit kantor Rp 2.400.000
Transportasi Rp 3.000.000 3 unit Rp 108.000.000
Iklan dan Promosi Rp 2.000.000 Rp 24.000.000
TOTAL Rp 460.800.000
BAB IV
ASPEK TEKNIK DAN PRODUKSI
4.1. Model Peternakan
Dalam rencana usaha peternakan sapi potong ini terdapat
dua model peternakan yang direncanakan, yaitu ‘model
pembinaan rakyat (sosial)’ dan ‘model pengelolaan swasta
(bisnis)’. Penerapan masing-masing model didasarkan pada
beberapa pertimbangan, diantaranya :
1. Pertimbangan Keadaan Sosial
Keadaan sosial dari lokasi bisnis yang ditargetkan menjadi
faktor yang paling penting untuk dipertimbangkan. Hal ini tidak
terlepas dari aturan-aturan adat dan kebiasaan masyarakat
setempat, dimana masing-masing daerah di Sumatera Barat
mempunyai kebiasaan yang relatif berbeda.
2. Pertimbangan Keadaan Geografis
Keadaan geografis juga perlu dipertimbangkan, mengingat
bahwa peternakan sapi ini memerlukan lahan yang luas,
khususnya untuk lahan padang rumput sebagai tempat
penyebaran sapi.
3. Pertimbangan Keadaan Iklim
Peternakan sapi hanya akan berhasil jika dibuat pada
daerah yang mempunyai iklim yang sesuai dengan sapi. Sapi
tidak cocok hidup di daerah yang panas, seperti di sekitar
daerah pantai. Daerah yang sejuk menjadi tempat yang tepat,
sepeti di dataran tinggi. Di Sumatera Barat, daerah yang cocok
seperti di Solok, Payakumbuh, dan Kabupaten 50 Kota.
4. Pertimbangan Kebiasaan Penduduk Setempat
Kebiasaan yang dimaksud adalah kebiasaan beternak
masyarakat. Di beberapa daerah ada penduduk yang sudah
terbiasa beternak secara mandiri, dan di daerah lain ada
penduduk yang masih perlu dibimbing dalam beternak sapi.
Untuk menentukan model peternakan yang akan
diterapkan, empat hal di atas perlu dipertimbangkan. Bagi
daerah yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kebiasaan dan
adat, model pembinaan rakyat lebih cocok, dan untuk daerah
yang penduduknya heterogen, model pengelolaan swasta lebih
cocok. Bagi daerah yang mempunyai lahan yang
terpisah/heterogen, model pembinaan rakyat lebih cocok, dan
daerah yang mempunyai lahan yang luas dan homogen lebih
cocok dengan model pengelolaan swasta. Jika penduduk
setempat atau calon pekerja sudah terbiasa beternak sapi,
model pembinaan maupun model pengelolaan swasta bisa
diterapkan dengan mempertimbangkan keadaan geografis dan
keadaan sosial daerah setempat.
4.2. Proses Budidaya Sapi Potong
Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan
pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan
oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar dan
modern, dengan skala usaha kecilpun akan mendapatkan
keuntungan yang baik jika dilakukan dengan prinsip budidaya
modern. Hal yang terpenting dalam budidaya sapi potong
adalah pemilihan bakalan. Bakalan merupakan faktor yang
penting, karena sangat menentukan hasil akhir usaha
penggemukan. Pemilihan bakalan memerlukan ketelitian,
kejelian dan pengalaman. Ciri-ciri bakalan yang baik adalah :
Berumur di atas 2,5 tahun.
Jenis kelamin jantan.
Bentuk tubuh panjang, bulat dan lebar, panjang minimal
170 cm tinggi pundak minimal 135 cm, lingkar dada 133
cm.
Tubuh kurus, tulang menonjol, tetapi tetap sehat (kurus
karena kurang pakan, bukan karena sakit).
Pandangan mata bersinar cerah dan bulu halus.
Kotoran normal
4.2.1. Proses Pemeliharaan
1.Perkandangan.
Secara umum, kandang memiliki dua tipe, yaitu individu
dan kelompok. Pada kandang individu, setiap sapi menempati
tempatnya sendiri berukuran 2,5 X 1,5 m. Tipe ini dapat
memacu pertumbuhan lebih pesat, karena tidak terjadi
kompetisi dalam mendapatkan pakan dan memiliki ruang gerak
terbatas, sehingga energi yang diperoleh dari pakan digunakan
untuk hidup pokok dan produksi daging tidak hilang karena
banyak bergerak. Pada kandang kelompok, bakalan dalam satu
periode penggemukan ditempatkan dalam satu kandang. Satu
ekor sapi memerlukan tempat yang lebih luas daripada
kandang individu. Kelemahan tipe kandang ini yaitu terjadi
kompetisi dalam mendapatkan pakan sehingga sapi yang lebih
kuat cenderung cepat tumbuh daripada yang lemah, karena
lebih banyak mendapatkan pakan.
2.Pakan.
Berdasarkan kondisi fisioloigis dan sistem pencernaannya,
sapi digolongkan hewan ruminansia, karena pencernaannya
melalui tiga proses, yaitu secara mekanis dalam mulut dengan
bantuan air ludah (saliva), secara fermentatif dalam rumen
dengan bantuan mikrobia rumen dan secara enzimatis setelah
melewati rumen.
Penelitian menunjukkan bahwa penggemukan dengan
mengandalkan pakan berupa hijauan saja, kurang memberikan
hasil yang optimal dan membutuhkan waktu yang lama. Salah
satu cara mempercepat penggemukan adalah dengan pakan
kombinasi antara hijauan dan konsentrat. Konsentrat yang
digunakan adalah ampas bir, ampas tahu, ampas tebu, bekatul,
kulit biji kedelai, kulit nenas dan buatan pabrik pakan.
Konsentrat diberikan lebih dahulu untuk memberi pakan
mikrobia rumen, sehingga ketika pakan hijauan masuk rumen,
mikrobia rumen telah siap dan aktif mencerna hijauan.
Kebutuhan pakan (dalam berat kering) tiap ekor adalah
2,5% berat badannya. Hijauan yang digunakan adalah jerami
padi, daun tebu, daun jagung, alang-alang dan rumput-
rumputan liar sebagai pakan berkualitas rendah dan rumput
gajah, setaria kolonjono sebagai pakan berkualitas tinggi.
Penentuan kualitas pakan tersebut berdasarkan tinggi
rendahnya kandungan nutrisi (zat pakan) dan kadar serat
kasar. Pakan hijauan yang berkualitas rendah mengandung
serat kasar tinggi yang sifatnya sukar dicerna karena terdapat
lignin yang sukar larut oleh enzim pencernaan.Oleh karena itu
diperlukan suplemen khusus ternak yaitu VITERNA Plus, POC
NASA, dan HORMONIK. Produk ini, khususnya produk VITERNA
Plus menggunakan teknologi asam amino yang diciptakan
dengan pendekatan fisiologis tubuh sapi, yaitu dengan meneliti
berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak.VITERNA
Plusmengandung berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak,
yaitu :
Mineral-mineral sebagai penyusun tulang, darah dan
berperan dalam sintesis enzim, yaitu N, P, K, Ca, Mg, Cl
dan lain-lain.
Asam-asam amino, yaitu Arginin, Histidin, Leusin, Isoleusin
dan lain-lain sebagai penyusun protein, pembentuk sel
dan organ tubuh.
Vitamin lengkap yang berfungsi untuk berlangsungnya
proses fisiologis tubuh yang normal dan meningkatkan
ketahanan tubuh sapi dari serangan penyakit.
Asam – asam organik essensial, diantaranya asam
propionat, asam asetat dan asam butirat.
Sementara pemberian POC NASA yang mengandung
berbagai mineral penting untuk pertumbuhan ternak, seperti N,
P, K, Ca, Mg, Fe dan lain-lain serta dilengkapi protein dan lemak
nabati, mampu meningkatkan pertumbuhan bobot harian sapi,
meningkatkan ketahanan tubuh ternak, mengurangi kadar
kolesterol daging dan mengurangi bau
kotoran. Sedangkan HORMONIK lebih berfungsi sebagai zat
pengatur tumbuh bagi ternak. Di mana formula ini akan sangat
membantu meningkatkan pertumbuhan ternak secara
keseluruhan.
Cara penggunaannya adalah dengan dicampurkan dalam air
minum atau komboran pakan konsentrat. Caranya sebagai
berikut :
1. Campurkan 1 botol VITERNA Plus (500 cc) dan 1 botol POC
NASA (500 cc) ke dalam sebuah wadah khusus.
Tambahkan ke dalam larutan campuran tersebut dengan
20 cc HORMONIK. Aduk atau kocok hingga tercampur
secara merata.
2. Selanjutnya berikan kepada ternak sapi dengan dosis 10
cc per ekor. Interval 2 kali sehari, yaitu pagi dan sore hari.
Penggemukan sapi memakai Urea Molasses Multinutrient
Block (UMMB) memberikan hasil memuaskan. Itulah solusi di
musim kemarau lantaran pakan utama sapi seperti hijauan sulit
diperoleh. Istimewanya laju kenaikkan bobot sapi bisa
dipertahankan minimal 1 kg per hari. Nah pada pembuatan
UMMB yang perlu diperhatikan adalah kandungan nutrisinya
sehingga laju pertambahan bobot sapi bisa stabil. UMMB
biasanya dibuat dalam padat supaya disimpan dan diangkut.
UMMB padat dibuat dengan cara cara mempres bahan UMMB
menggunakan cetakkan. Berikut 4 formula UMMB yang telah
diujicobakan oleh Pusat Diseminasi Iptek Nuklir (PDIN) Batan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Formula 1 Jumlah bahan (kg/10 kg campuran)
Molase 3,300
Onggok 0,800
Dedak 1,800
Tepung kedelai 1,300
Tepung Tulang 0,600
Kapur 0,900
Urea 0,425
Lakta Mineral 0,125Garam dapur 0,750
Formula 2 Jumlah bahan (kg/10kg campuran)
Molase 3,900Onggok 0,500Dedak 1,350
Tepung daun singkong kering 1,450Tepung Tulang 0,900Kapur 0,430Urea 0,120Lakta Mineral 0,750Garam dapur 0,390
Formula 3 Jumlah bahan (kg/10kg campuran)
Molase 2,925Pollard 2,295Bungkil biji kapuk 2,275Tepung Tulang 0,490Kapur 0,650Urea 0,260Lakta Mineral 0,085Garam dapur 0,390
Formula 4 Jumlah bahan (kg/10kg campuran)
Molase 3,000Onggok 0,600Bekatul 0,210Tepung kedelai 1,150Ampas kecap 0,900Kapur 0,500Urea 0,100Mineral mix 0,700Garam dapur 0,390
Untuk menghasilkan anak sapi cukup kuat sehingga sapi
hamil selama minimal 6 minggu sebelum beranak dikeringkan
dan diberi makan sapi unik dan sangat baik kualitas dan
kuantitas. Setelah anak sapi lahir, merupakan periode yang
sangat kritis. Oleh karena itu pedet harus mendapat perhatian
terbaik.
Manajemen pemeliharaan sapi adalah bagian dari proses
menciptakan sapi berkualitas. Hal ini diperlukan untuk
pengobatan yang tepat dari sapi lahir sampai usia sapi. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Pengobatan.sapi.saat.lahir
Pengobatan betis saat lahir dilakukan ketika orangtua
tidak dapat beroperasi secara optimal. Hal ini untuk menjaga
sifat atau perilaku hewan itu tidak dirugikan. Bantuan dapat
diberikan dengan tindakan yang tepat perilaku hewan
tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada di
mulut dan hidung seperti yang ada dalam tubuh, menggunakan
handuk (kain) bersih.Buat pernapasan buatan jika daging sapi
tidak bisa bernapas. Kemudian memotong panjang tali pusar
10 cm dan dicat dengan yodium untuk mencegah infeksi dan
terhubung. Biarkan kering dasar jerami. Dan jangan lupa untuk
memberikan kolostrum sesegera mungkin dalam waktu 30
menit setelah lahir (Imron, 2009).
2. Makanan
Anak Makan Sapi / Calf diharapkan sebanyak mungkin
untuk mendapatkan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik
selama betis masih akan memberikan nilai positif menyapih,
perawan dan siap menjadi bibit prima. Jadi dapat mencapai
produktivitas yang optimal.
a. Sapi proses pencernaan betis.
Untuk dapat melaksanakan program-program di betis
makan, yang terbaik adalah bahwa kita harus terlebih dahulu
memahami struktur dan pengembangan saluran pencernaan
betis. Pengembangan saluran pencernaan yang akan
menyebabkan langkah-langkah nutrisi yang tepat. Sejak
kelahiran perut sapi sexsy'd seperti empat, yaitu: rumen
(lambung handuk), endoplasma (setelah dikurangi perut),
omasum (perut buku) dan abomasum (perut sejati). Pada awal
ketika dia lahir hanya abomasum sapi telah bertiup, kapasitas
abomasum sekitar 60% sampai 8% dan kenaikan.nanti.
Berbeda dengan aslinya Rumen 25% berubah menjadi
80% sebagai orang dewasa. Waktu hanya akan mengkonsumsi
susu sapi kecil sedikit demi sedikit dan secara bertahap
mengkonsumsi daging sapi pemula (berkonsentrasi untuk
pertumbuhan awal akan padat gizi, serat kasar rendah dan
tekstur lembut) dan kemudian belajar untuk mengkonsumsi
rumput.
Dalam budidaya sapi, ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi produksi daging, diantaranya :
1. Pakan.Pakan yang berkualitas dan dalam jumlah yang
optimal akan berpengaruh baik terhadap kualitas daging.
Perlakuan pakan dengan NPB akan meningkatkan daya
cerna pakan terutama terhadap pakan yang berkualitas
rendah sedangkan pemberian VITERNA Plus memberikan
berbagai nutrisi yang dibutuhkan ternak sehingga sapi
akan tumbuh lebih cepat dan sehat.
2. Faktor Genetik.Ternak dengan kualitas genetik yang
baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi
daging menjadi lebih tinggi.
3. Jenis Kelamin.Ternak jantan tumbuh lebih cepat
daripada ternak betina, sehingga pada umur yang sama,
ternak jantan mempunyai tubuh dan daging yang lebih
besar.
4. Manajemen.Pemeliharaan dengan manajemen yang baik
membuat sapi tumbuh dengan sehat dan cepat
membentuk daging, sehingga masa penggemukan
menjadi lebih singkat.
4.3 Pengendalian Penyakit
Dalam pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan
adalah pencegahan penyakit daripada pengobatan, karena
penggunaan obat akan menambah biaya produksi dan tidak
terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan. Usaha
pencegahan yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan
sapi adalah : a. Pemanfaatan kandang karantina. Sapi bakalan
yang baru hendaknya dikarantina pada suatu kandang
terpisah, dengan tujuan untuk memonitor adanya gejala
penyakit tertentu yang tidak diketahui pada saat proses
pembelian. Disamping itu juga untuk adaptasi sapi terhadap
lingkungan yang baru. Pada waktu sapi dikarantina, sebaiknya
diberi obat cacing karena berdasarkan penelitian sebagian
besar sapi di Indonesia (terutama sapi rakyat) mengalami
cacingan. Penyakit ini memang tidak mematikan, tetapi akan
mengurangi kecepatan pertambahan berat badan ketika
digemukkan. Waktu mengkarantina sapi adalah satu minggu
untuk sapi yang sehat dan pada sapi yang sakit baru
dikeluarkan setelah sapi sehat. Kandang karantina selain untuk
sapi baru juga digunakan untuk memisahkan sapi lama yang
menderita sakit agar tidak menular kepada sapi lain yang
sehat.b. Menjaga kebersihan sapi bakalan dan
kandangnya. Sapi yang digemukkan secara intensif akan
menghasilkan kotoran yang banyak karena mendapatkan
pakan yang mencukupi, sehingga pembuangan kotoran harus
dilakukan setiap saat jika kandang mulai kotor untuk mencegah
berkembangnya bakteri dan virus penyebab penyakit.c.
Vaksinasi untuk bakalan baru. Pemberian vaksin cukup
dilakukan pada saat sapi berada di kandang karantina.
Vaksinasi yang penting dilakukan adalah vaksinasi
Anthrax.Beberapa jenis penyakit yang dapat meyerang sapi
potong adalah cacingan, Penyakit Mulut dan Kuku (PMK),
kembung (Bloat) dan lain-lain.
4.2.2. Persiapan Kandang Ternak
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal,
tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada kandang tipe
tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda
penempatannya dilakukan pada dua jajaran yang saling
berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk.jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan
(kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas
ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang
harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat menampung
jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna mencegah
timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat
atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai
tanah dialasi dengan jerami kering sebagai alas kandang yang
hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai
harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan,
seperti creolin, lysol, dan bahan- bahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa
adalah 1,5x2 m atau 2,5x2 m, sedangkan untuk sapi betina
dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per
ekor, dengan.tinggi.atas.+.2-2,5m.dari.tanah.
Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C (rata-rata
33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat
dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran
tinggi (>500m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan tidak
lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa
persyaratan pokok yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan
perlengkapan.kandang.
1)Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi seperti rumah kayu. Atap kandang
berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya miring. Lantai
kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah
sekelilingnya dan agak miring kearah selokan di luar kandang.
Maksudnya adalah agar air yang tampak, termasuk kencing
sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu gelondongan/papan
yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh
tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara
didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah
air minum yang bersih. Air minum diberikan secara ad libitum,
artinya harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat.
Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak
minimal 10 meter, dan sinar matahari harus dapat menembus
pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan
secara berkelompok.di.tengah.sawah/ladang.
2)Ukuran.Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya diperhitungkan
lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang
untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan
untuk seekor sapi betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk
seekor anak sapi cukup 1,5x1 m.
3)Perlengkapan.Kandang
Termasuk dalam perlengkapan kandang adalah tempat
pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang,
tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih
tinggi agar pakan yang diberikan tidak diinjakinjak/ tercampur
kotoran. Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa
bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai.
Dengan demikian kotoran dan air kencing tidak tercampur
didalamnya. Perlengkapan lain yang perlu disediakan adalah
sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan sapi.
Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan
kandang agar sapi terhindar dari gangguan penyakit sekaligus
bisa dipakai untuk memandikan sapi.
4.3 Jenis Sapi Budidaya
Ada berbagai macam jenis sapi yang bisa dibudidayakan di Indonesia, diantaranya :
a.Sapi.Bali.
Cirinya berwarna merah dengan warna putih pada kaki dari lutut ke bawah dan pada pantat,
punggungnya bergaris warna hitam (garis belut). Keunggulan sapi ini dapat beradaptasi dengan baik
pada lingkungan yang baru.
b.Sapi.Ongole.
Cirinya berwarna putih dengan warna hitam di beberapa bagian tubuh, bergelambir dan berpunuk,
dan daya adaptasinya baik. Jenis ini telah disilangkan dengan sapi Madura, keturunannya disebut
Peranakan Ongole (PO) cirinya sama dengan sapi Ongole tetapi kemampuan produksinya lebih
rendah.
c.Sapi.Brahman.
Cirinya berwarna coklat hingga coklat tua, dengan warna putih pada bagian kepala. Daya
pertumbuhannya cepat, sehingga menjadi primadona sapi potong di Indonesia.
d.Sapi.Madura.
Mempunyai ciri berpunuk, berwarna kuning hingga merah bata, terkadang terdapat warna putih
pada moncong, ekor dan kaki bawah. Jenis sapi ini mempunyai daya pertambahan berat badan
rendah.
e.Sapi.Limousin.
Mempunyai ciri berwarna hitam bervariasi dengan warna merah bata dan putih, terdapat warna
putih pada moncong kepalanya, tubuh berukuran besar dan mempunyai tingkat produksi yang baik
Untuk proyek peternakan sapi ini, direncanakan akan memilih jenis sapi Simmental untuk
dibudidayakan. Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian
peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada
yang menyebut sapi Brahman.
Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland
(Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia
Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging.
Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya
800 kg. Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin,
merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan
menambah konsumsi diluar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat,
sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.
1.Jenis Ras dan bentuk tubuh.
Sejatinya semua jenis ras punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tentang hal ini
sudah banyak diulas di pelbagai literatur tentang sapi potong. Hanya kita sebagai Praktisi
peternakanseyogyanya perlu memperhatikan nilai-nilai praktis dan ekonomis dari jenis ras tersebut
baik dari sisi kekuatan finansial peternak, peruntukannya dan timing tepat penjualannya. Seperti kita
ketahui, untuk ADG (penambahan Berat harian) bolehlah diakui memang sapi jenis limosin dan
simmental F1 telah menjadi primadona yang mana ADGnya mampu mencapai 1,3-2kg/ harinya.
Disusul di belakangnya silangan SIMPO dan LIMPO dengan ADG 1-1,7kg/hari. Berlanjut kemudian PO
murni, Bali dan seterusnya yang lebih rendah penambahan berat hariannya dan struktur tubuhnya.
Namun poin terpenting untuk tidak kita lupakan dari semua itu tentunya adalah Fisiologi dan kriteria
performance sapi itu sendiri. Tampilan fisik yang ideal mencakup body frame, power depan dan
belakang sapi akan mempengaruhi ADG, kemudahan pemeliharaan,dan harga purna jualnya.
2.Umur dan berat badan.
Usia sapi yang ideal untuk digemukkan adalah mulai 1,5 sampai dengan 2,5 tahun. di sini
kondisi sapi sudah mulai maksimal pertumbuhan tulangnya dan tinggal mengejar penambahan
massa otot (daging) yang secara praktis dapat dilihat dari gigi yang sudah berganti besar 2 dan 4
buah. Sapi yang sudah berganti 6 gigi besarnya (3 tahun ke atas) juga cukup bagus. Hanya di usia ini
sudah muncul gejala fatt (perlemakan) yang tentunya akan berpengaruh dengan nilai jual dari pelaku
pemotongan ternak. Sapi apabila masih di bawah usia ideal penggemukan biasanya lebih lambat
proses gemuknya dikarenakan selain bersamaan pertumbuhan tulang dan daging juga sangat rentan
resiko penyusutan serta labil proses penambahan berat disebabkan adaptasi tempat yang baru,
pergantian pola pakan dan teknis perawatan serta penyakit. Tentang variabel berat tubuh, pastinya
akan kita lihat dulu dari jenis ras apa sapi yang akan kita pelihara. Sapi jenis limousin dan simmental
maupun silangannya dengan PO kala umur 1,5 tahun sudah berbobot rata-rata 350-400 kg, sedang
sapi PO murni hanya kisaran 185-275 kg.
3.Masa pemeliharaan.
Sesuai pengalaman kami yang baru sedikit ini, kami menyarankan pada mitra peternak kami
bahwa sapi yang akan digemukkan agar memakai mekanisme : apabila masa panen jangka
pendek (k.l 100 hari) pilihlah jenis limousin, simmental dan silangannya dengan berat mulai 390-500
kg. Jika proporsional pemeliharaannya, sapi tersebut akan mampu bertambah minimal 100kg saat
panennya. Namun kalau yang diinginkan masa panen jangka menegah dan panjang ( k.l 250 hari
hingga lebih dari 1 tahun) disarankan agar memilih jenis F1 simmental dan limousin yang murni
genetiknya dengan berat di bawah 350 kg. Kebanyakan peternak yang berpola seperti ini biasanya
untuk investasi, pemurnian genetik indukannya atau bahkan sebagai hewan kesayangan.
4.Perhitungan harga.
Sapi untuk pemeliharaan jangka menengah (k.l 250 hari) dengan berat di bawah 300 kg rata-
rata masih belum dapat mencapai rendemen karkas lebih dari 49%. Sehingga apabila ingin dijual,
pembeli barunya biasanya masih akan meneruskan penggemukannya lagi.Jika kita analisa, sapi F1
umur 5-8 bulan harga pasaran rata-rata per mei 2009 adalah 7,5-10 juta dengan bobot 250-325 kg.
Sapi dengan berat 380-525 kg seharga Rp.24.000/kg adalah untuk kriteria jenis BAKALAN. Jadi di
spek ini sudah mulai dapat diukur standar perhitungan baik umur sapinya, prosentase rendemen
karkasnya (berat daging tulang), capaian bobot maksimal, sampai dengan masa panennya. Beda
halnya dengan berat 300kg ke bawah; karena itu masih tergolong jenis BIBIT.
4.4 Kebutuhan Tenaga Kerja Produksi
Bagian produksi ini direncanakan akan dibagi menjadi beberapa unit, dan kebutuhan tenaga
kerja yang paling banyak adalah di bagian tenaga kerja langsung.
Manajer produksi : 1 orang
Tenaga ahli : 2 orang
Tenaga terampil (operator mesin) : 1 orang
Tenaga buruh pemeliharaan : 50 orang
Tenaga Pergudangan : 1 orang kepala unit pergudangan
4 orang staf
Tenaga keamanan : 1 orang kepala unit pengamanan
6 orang staf security
Administrasi produksi : 1 orang
Total tenaga kerja produksi : 67 orang
Berdasarkan kebutuhan tenaga kerja di atas dapat diproyeksikan biaya tenaga kerja yang
akan dikeluarkan, yaitu :
Jabatan Jumlah Gaji per orang Total
Manajer produksi 1 orang Rp 8.000.000 Rp 8.000.000
Tenaga ahli 2 orang Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
Operator mesin 1 orang Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
Buruh pemeliharaan 50 orang Rp 1.500.000 Rp 75.000.000
Kepala pergudangan 1 orang Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Staf pergudangan 4 orang Rp 1.000.000 Rp 4.000.000
Kepala pengamanan 1 orang Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Staf security 6 orang Rp 1.200.000 Rp 7.200.000
Administrasi produksi 1 orang Rp 4.000.000 Rp 4.000.000
TOTAL 67 orang Rp 115.200.000 4.5 Lokasi Pabrik
Pabrik direncanakan berlokasi di daerah Kabupaten 50 Kota, tepatnya di desa Taram,
Kecamatan Harau. Luas lahan yang tersedia sebesar 10 hektar, dengan pembagian lahan sebagai
berikut :
Tabel 4.5.1 Tabel pembagian lahan
Alokasi lahan Luas Biaya
Lahan penanaman pakan ternak (padang rumput) 95700 m2 Rp 30.000.000
Lahan operasional dan administrasi
Kandang 4000 m2 Rp 200.000.000
Rumah potong 100 m2 Rp 50.000.000
Kantor administrasi 100 m2 Rp 100.000.000
Gudang 100 m2 Rp 50.000.000
TOTAL BIAYA Rp 430.000.000
4.6 Kebutuhan Investasi dan Prasarana Produksi
Sarana dan prasarana peternakan sapi dinilai dan diperhitungkan berdasarkan harga pasar
atau nilai konstruksi yang dlaksanakan dan disusutkan dengan metode tertentu sesuai dengan jenis
aktiva dan metode yang cocok dengan memperhitungkan nilai sisa dan umur ekonomis yang ditaksir
atau dinilai sesuai dengan ketentuan perpajakan. Kebutuhan investasi dihitung mulai dari
pembukaan lahan.
Kebutuhan investasi sarana dan prasarana produksi antaralain:
Tanah dan bangunan, yang digunakan untuk lahan penanaman pakan sapi, kandang, rumah
potong, gudang, dan kantor administrasi. Pembagian luas lahan dan biaya masing-masingnya dapat
dilihat pada tabel 4.5.1 di atas.
Tanah
Nilai tanah sebesar 10 hektar diperkirakan Rp 500.000.000,-. Untuk biaya pembukaan
lahan mulai dari penebangan pohon hingga pembersihan lahan diperkirakan Rp
40.000.000,-. Untuk penenaman rumput sebagai pakan dasar sapi diperkirakan
membutuhkan biaya sebesar Rp 3.600.000.000,00 (lihat Tabel 4.7.2).
Bangunan
Bangunan yang direncanakan bersifat permanen. Nilai dari masing-masing bangunan
dapat dilihat pada tabel 4.5.1, dimana biaya yang dibutuhkan untuk bangunan sebesr
Rp 400.000.000,- . Bangunan ini akan disusutkan tiap tahun dengan menggunakan
metode penyusutan garis lurus, dan diperkirakan nilai sisa sebanyak 10%, dengan umur
ekonomis 20 tahun. Dari informasi tersebut dapat diperoleh nilai penyusutan gedung
dengan perhitungan :
Nilai Bangunan - Nilai sisa = Nilai penyusutan per-tahun
Umur ekonomis
400.000.000 – 10% (400.000.000) = 18.000.000
20
Dapat diketahui bahwa nilai sisa yang diperhitungkan adalah sebesar Rp 400.000.000,-.
Sementara beban penyusutan gedung keseluruhan yang dibebankan per-tahun adalah
Rp 18.000.000,-.
Tabel 4.6.1. Kebutuhan investasi sarana dan prasarana produksi
No Jenis Biaya Kuantitas Satuan Harga satuan Total
1 Tanah 10 Ha Rp 500.000.000 Rp 5.000.000.000
2 Bangunan dan Struktur
a. Persiapan lahan 10 Ha Rp 400.000.000 Rp 40.000.000
b. Kandang 4000 m2 Rp 50.000 Rp 200.000.000
c. Rumah potong 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000
d. Gudang 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000
e. Kantor administrasi 100 m2 Rp 1.000.000 Rp 100.000.000
f. Mesin pengolahan pakan 1 unit Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Total Rp 450.000.000
3 Truk 1 unit Rp 150.000.000 Rp 150.000.000
4 Tangki air 5 unit Rp 1.000.000 Rp 5.000.000
5 Peralatan kantor
a. Komputer 2 unit Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
b. Printer 1 unit Rp 900.000 Rp 900.000
c. Kalkulator 3 unit Rp 150.000 Rp 450.000
d. Telepon 1 unit Rp 200.000 Rp 200.000
e. Papan tulis 2 unit Rp 75.000 Rp 150.000
f. Infokus 1 unit Rp 7.000.000 Rp 7.000.000
g. Meja dan kursi kerja 7 unit Rp 3.500.000 Rp 2.450.000
h. Meja dan kursi tamu 1 unit Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Total Rp 23.150.000
6 Peralatan keamanan
a. Pos jaga keamanan 1 unit Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
b. Walkie talkie 4 unit Rp 100.000 Rp 400.000
c. Pentungan 4 unit Rp 50.000 Rp 200.000
d. Kamera CCTV 6 unit Rp 200.000 Rp 1.200.000
e. Monitor cctv 1 unit Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
Total Rp 7.800.000
Total Proyeksi Biaya Investasi Produksi Rp 5.635.950.000,-
Tabel 4.7.2 Harga Pokok Produksi Sapi
NOJenis Biaya/Komponen
BiayaSatuan Kuantitas Harga Satuan Total
1 Biaya Bahan Baku
a. Anakan Sapi Ekor 1000 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000.000
Total Rp 5.000.000.000
2 Biaya Tenaga Kerja
a. Operator Mesin Orang 1 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
b. Buruh Pemeliharaan Orang 50 Rp 1.500.000 Rp 75.000.000
Total Rp 78.000.000
3 Biaya Pakan Sapi
a. Bibit Rumput Meter 360000 Rp 10.000 Rp 3.600.000.000
b. Dedak Kasar Karung 36000 Rp 2.000 Rp 72.000.000
c. Nutrisi makanan Kantong 30000 Rp 18.000 Rp 540.000.000
Total Rp 4.212.000.000
4 Biaya listrik per-bulan 12 Rp 500.000 Rp 6.000.000
5 Biaya lain-lain per-bulan 12 Rp 2.000.000 Rp 24.000.000
Total Rp 9.320.000.000
BAB V
ORGANISASI DAN MANAJEMEN
5.1 Tim Manajemen Proyek
5.1.1 Persiapan dan Perizinan
Persiapan dan perizinan proyek dimulai dari tahun 2014, dimana total biaya persiapan dan
perizinan ini diperkirakan Rp 70.000.000,-.
5.1.2 Konsultan
Konsultan ang ditunjuk untuk merancang dan mengawasi pelaksanaan proyek adalah Dinas
Peternakan Propinsi Sumatera Barat yang berkedudukan di Padang. Mulai dari proses pembuatan
studi kelayakan peternakan sapi ini, Dinas Peternakan sudah bersedia membantu dalam mendorong
kelancaran, seperti menyediakan data-data yang diperlukan dan melayani konsultasi dalam
pembuatan studi kelayakan.
5.1.4 Skedul Pembangunan
Pembangunan direncanakan akan dilmulai pada pertengahan tahun 2015, dengan
pembagian sebagai berikut :
Tabel 5.1.4.1
NoTanggal
Jenis PembangunanMulai Selesai
1 01-Jan-15 28-Feb-15 Perizinan lahan peternakan
2 1-Mar-15 30-Mar-15 Pembersihan dan pembagian lahan
3 1-Apr-15 30-Agust-15 Penyelesaian fasilitas produksi dan administrasi
4 1-Sept-15 15-Nop-15 Penyelesaian seluruh fasilitas
5 16-Nop-15 31-Des-15
Persiapan bibit sapi
Persiapan bahan pendukung
Persiapan SDM
5.2 Struktur Organisasi dan Manajemen
5.2.1 Dewan Direksi
Dewan direksi terdiri dari empat orang manajer, yang terdiri dari satu orang Manajer umum
dan empat orang manajer fungsional.
Struktur organisasi sebagai berikut :
5.2.2 Kebutuhan Staf dan Karyawan
Jumlah staf dan karyawan yang dibutuhkan pada bagian pemasaran adalah sebanyak 5
orang, dan pada bagian produksi sebanyak 66 orang. Lebih rincinya dapat dilihat pada bab III dan
bab IV. Pada bagian keuangan dibutuhkan karyawan sebanyak 4 orang dengan satu orang manajer.
5.3 Kebutuhan Investasi Kantor/Umum
Kebutuhan investasi kantor dan umum yang diperlukan adalah :
Alat-alat elektonik seperti laptop dan printer. Laptop diperlukan sebanyak 4 unit, masing-
masing satu unit untuk Manajer Umum, Manajer pemasaran, Manajer produksi, dan
Manajer keuangan. Harga pasar laptop diperkirakan senilai Rp 10.000.000,-. Juga diperlukan
sebuah printer, dimana umur ekonomis laptop dan printer ini diperkirakan 5 tahun dengan
nilai sisa 10% dan akan disusutkan dengan metode garis lurus.
Peralatan kantor lainnya meja, kursi, lemari, kalkulator, dan papan tulis dengan perkiraan
biaya dapat dilihat pada tabel 4.6.1.
Biaya bangunan kantor administrasi dan umum sebesar Rp 100.000.000,- dengan perkiraan
nilai sisa 10% dari harga perolehan, dan umur ekonomis 20 tahun
Biaya perolehan tanah seluas 10 Ha, dengan harga Rp 50.000,- per-meter. Total biaya
perolehan senilai Rp 5000.000.000,-.
Manajer
Produksi
Manajer
Keuangan
Manajer
Pemasaran
Manajer
Umum
5.4 Proyeksi Biaya Administrasi dan Umum
Terdiri atas :
Gaji dewan direksi masing-masing adalah sebagai berikut :
General Manager Rp 10.000.00,00 / bulan
Manager Pemasaran Rp 8.000.000 / bulan
Manager Keuangan Rp 8.000.000,00 / bulan
Manajer Produksi Rp 8.000.000,00 / bulan
Gaji staf dan karyawan administrasi senilai Rp 3.000.000,-
Gaji karyawan bagian keamanan senilai Rp 1.200.000,- per orang
Biaya listrik dan administrasi per tahun diperkirakan Rp 6.000.000,-
Biaya alat tulis kantor senilai Rp 1.929.166,67,-
Tabel 5.4.1. Biaya kantor adminstrasi dan umum tahun 2016
Instrumen Biaya/bulan Satuan Jumlah Biaya/tahun
Gaji manajer umum Rp 10.000.000 orang 1 Rp 120.000.000
Manajer keuangan Rp 8.000.000 orang 1 Rp 96.000.000
Manajer produksi Rp 8.000.000 orang 1 Rp 96.000.000
Manajer pemasaran Rp 8.000.000 orang 1 Rp 96.000.000
Gaji staf administrasi Rp 3.000.000 orang 3 Rp 108.000.000
Listrik Rp 500.000 Rp 6.000.000
Alat tulis kantor Rp 1.929.167 Rp 23.150.000
Telepon Rp 1.000.000 Rp 12.000.000
Total Rp 557.150.000
Tabel 5.4.2. Proyeksi biaya kantor administrasi dan umum tahun 2016-2029
Instrumen 2017 2018 2019
Gaji manajer umum Rp 120.000.000 Rp 120.000.000 Rp 120.000.000
Manajer keuangan Rp 96.000.000 Rp 96.000.000 Rp 96.000.000
Manajer produksi Rp 96.000.000 Rp 96.000.000 Rp 96.000.000
Manajer pemasaran Rp 96.000.000 Rp 96.000.000 Rp 96.000.000
Gaji staf
administrasi Rp 108.000.000 Rp 108.000.000 Rp 108.000.000
Listrik Rp 6.000.000 Rp 6.360.000 Rp 6.741.600
Alat tulis kantor Rp 23.150.000 Rp 24.539.000 Rp 26.011.340
Telepon Rp 12.000.000 Rp 12.720.000 Rp 13.483.200
Total Rp 557.150.000 Rp 559.619.000 Rp 562.236.140
Instrumen 2020 2021 2022
Gaji manajer umum Rp 127.200.000 Rp 127.200.000 Rp 127.200.000
Manajer keuangan Rp 101.760.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000
Manajer produksi Rp 101.760.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000
Manajer pemasaran Rp 101.760.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000
Gaji staf administrasi
Rp 114.480.000 Rp 102.760.000 Rp 102.760.000
Listrik Rp 7.146.096 Rp 7.574.862 Rp 8.029.353
Alat tulis kantor Rp 27.572.020 Rp 29.226.342 Rp 30.979.922
Telepon Rp 14.292.192 Rp 15.149.724 Rp 16.058.707
Total Rp 595.970.308 Rp 590.190.927 Rp 593.307.983
Instrumen 2023 2024
Gaji manajer umum Rp 127.200.000 Rp 134.832.000
Manajer keuangan Rp 102.760.000 Rp 108.925.600
Manajer produksi Rp 102.760.000 Rp 108.925.600
Manajer pemasaran Rp 102.760.000 Rp 108.925.600
Gaji staf administrasi
Rp 102.760.000 Rp 108.925.600
Listrik Rp 8.511.115 Rp 9.021.782
Alat tulis kantor Rp 32.838.717 Rp 34.809.040
Telepon Rp 17.022.229 Rp 18.043.563
Total Rp 596.612.061 Rp 632.408.785
Instrumen 2025 2026
Gaji manajer umum Rp 134.832.000 Rp 134.832.000
Manajer keuangan Rp 108.925.600 Rp 108.925.600
Manajer produksi Rp 108.925.600 Rp 108.925.600
Manajer pemasaran Rp 108.925.600 Rp 108.925.600
Gaji staf administrasi
Rp 108.925.600 Rp 108.925.600
Listrik Rp 9.563.088 Rp 10.136.874
Alat tulis kantor Rp 36.897.583 Rp 39.111.438
Telepon Rp 19.126.177 Rp 20.273.748
Total Rp 636.121.248 Rp 640.056.459
BAB 6
BAB VI
ASPEK HUKUM
6.1 Perizinan
Untuk memperoleh legalitas usaha peternakan sapi ini ada beberapa izin yang diperlukan,
diantaranya:
1. Surat permohonan rekomendasi teknis kepada Menteri Pertanian c.q Pusat Perizinan dan
Investasi (PPI).
2. Surat permohonan pendirian perusahaan kepada Menteri Hukum dan HAM.
3. Permohonan Nomor Pendaftaran Wajib Pajak (NPWP) kepada Ditjen Pajak, Departemen
Keuangan.
4. Surat permohonan persetujuan dokumen AMDAL/ UKL/ UPL
5. Surat permohonan kepada Gubernur untuk memperoleh :
- Izin lokasi
- IUP (Izin Usaha Pabrik)
- Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
- Izin Undang-undang gangguan / HO
- Hak Guna Bangunan (HGB)
- Sertifikat tanah
6.2. Badan Hukum
Badan hukum dari usaha yang akan didirikan adalah berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
6.3. Biaya yang Dibutuhkan
Biaya yang dibutuhkan untuk pengurusan izin usaha atau untuk legalitas usaha diperkirakan
mencapai Rp 10.000.000,00.
BAB VII
ASPEK KEUANGAN
7.1. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja
7.1.1. Biaya Pra Operasi
Biaya pra operasi yaitu semua biaya yang diperlukan sebelum operasi dapat dimulai,
sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7.1.1. Biaya pra operasi.
No
.Jenis Biaya Total
1 Biaya perizinan Rp 10.000.000
2 Biaya konsultan Rp 5.000.000
3 Biaya perekrutan tenaga kerja Rp 1.000.000
4 Biaya pelatihan tenaga kerja Rp 5.000.000
Total Rp 21.000.000
7.1.2. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja
Kebutuhan investasi terdiri dari segala sesuatu yang dibutuhkan sebelum memulai operasi.
Kebutuhan investasi diambil dari kebutuhan setia divisi operasional perusahaan, sebagaimana
disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 7.1.2. Biaya kebutuhan investasi dan modal kerja.
No Jenis Biaya KuantitasSatua
nHarga satuan Total
1 Biaya pra operasi Rp 21.000.000
2 Tanah 10 Ha Rp 500.000.000 Rp 5.000.000.000
3 Bangunan dan Struktur
a. Persiapan lahan 10 Ha Rp 4.000.000 Rp 40.000.000
b. Kandang 4000 m2 Rp 50.000 Rp 200.000.000
c. Rumah potong 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000
d. Gudang 100 m2 Rp 500.000 Rp 50.000.000
e. Kantor administrasi 100 m2 Rp 1.000.000 Rp 100.000.000
f. Mesin pengolahan pakan 1 unit Rp 10.000.000 Rp 10.000.000
Total Rp 450.000.000
4 Truk 1 unit Rp 150.000.000 Rp 150.000.000
5 Tangki air 5 unit Rp 1.000.000 Rp 5.000.000
6 Peralatan kantor
a. Komputer 2 unit Rp 5.000.000 Rp 10.000.000
b. Printer 1 unit Rp 900.000 Rp 900.000
c. Kalkulator 3 unit Rp 150.000 Rp 450.000
d. Telepon 1 unit Rp 200.000 Rp 200.000
e. Papan tulis 2 unit Rp 75.000 Rp 150.000
f. Infokus 1 unit Rp 7.000.000 Rp 7.000.000
g. Meja dan kursi kerja 7 unit Rp 3.500.000 Rp 2.450.000
h. Meja dan kursi tamu 1 unit Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Total Rp 23.150.000
7 Peralatan keamanan
a. Pos jaga keamanan 1 unit Rp 5.000.000 Rp 5.000.000
b. Walkie talkie 4 unit Rp 100.000 Rp 400.000
c. Pentungan 4 unit Rp 50.000 Rp 200.000
d. Kamera CCTV 6 unit Rp 200.000 Rp 1.200.000
e. Monitor cctv 1 unit Rp 1.000.000 Rp 1.000.000
Total Rp 7.800.000
Total Rp 5.649.150.000
Kebutuhan modal kerja merupakan perkiraan biaya atau pengeluaran yang akan dikeluarkan
perusahaan selama suatu periode agar dapat beroperasi. Kebutuhan modal kerja dikelompokkan
berdasarkan divisi operasional perusahaan.
Untuk biaya pelatihan dikelompokkan kedalam biaya pra operasi karena semua pekerja harus
mengetahui tata cara peternakan sapi yang baik dan benar, agar dapat berjalan lancar pada proses
nantinya.
7.1.3. Sumber Pendanaan (modal Investasi dan modal Kerja)
Jumlah investasi yang dilakukan terhadap aset tetap ataupun kegiatan pra operasi adalah
sebesar Rp 5.649.150.000,00. dan biaya modal kerja yang dibutuhkan adalah Rp 9.320.000.000,00
pada tahun 2017.
Maka jumlah pendanaan yang dibutuhkan adalah sejumlah Rp 14.969.150.000,00
Proyek ini bekerjasama dengan Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Barat dan CSR Semen Padang.
7.1.4. Proyeksi Laporan Keuangan
a. Proyeksi Penjualan
Untuk penjualan sapi, perusahaan harus menunggu selama minimal 5 tahun, karena proses
penggemukan sapi memerlukan waktu ideal 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik, kami
memperkirakan bisa melakukan penjualan sapi pada tahun 2020, dimana jumlah sapi yang akan
dijual pada tahun tersebut sebanyak 20% dari total sapi. Perkiraan harga satu ekor sapi adalah
Rp 18.000.000,00.
Direncanakan jumlah anakan sapi setiap tahunnya, mulai dari tahun penjualan masuk, kami akan
membeli sebanding dengan jumalah sapi yang dijual. Jadi jumlah sapi yang dipelihara akan selalu
konsisten setiap tahunnya.
Untuk proyeksi penjualan dapat dilihat pada tabel berikut :
No. Keterangan 2020 2021 2022
1 Sapi konsumsi Rp 2.340.000.000 Rp 2.386.800.000 Rp 2.434.536.000
2 Sapi qurban Rp 1.260.000.000 Rp 1.285.200.000 Rp 1.310.904.000
Total Rp 3.600.000.000 Rp 3.672.000.000 Rp 3.745.440.000
No. Keterangan 2023 2024 2025
1 Sapi konsumsi Rp 2.483.226.720 Rp 2.532.891.254 Rp 2.583.549.079
2 Sapi qurban Rp 1.337.122.080 Rp 1.363.864.522 Rp 1.391.141.812
TotalRp 3.820.348.800 Rp 3.896.755.776 Rp 3.974.690.892
Kami memperkirakan harga sapi meningkat sebesar 2% per-tahun.
b. Poyeksi Cash Flow
Diprint terpisah ., terlampir
Dari proyeksi cash flow di atas, perusahaan belum bisa mendapatkan kas bersih dari arus kas
operasi, karena pemeliharaan sapi membutuhkan waktu minimal 3 tahun untuk bisa dijual, lama
pemeliharaan ideal adalah 5 tahun. Selama 5 tahun awal, perusahaan masih mengalami defisit
karena biaya operasi selalu berjalan setiap tahunnya. Namun pada tahun ke enam, perusahaan
sudah mendapatkan arus kas bersih dari arus kas operasi sebesar Rp 5.446.161.724,- dan akan
selalu meningkat setiap tahunnya. Untuk beban pajak, perusahaan baru menerima kewajiban bayar
pajak pada tahun 2026. Ini sesuai dengan perhitungan pembayaran wajib pajak berdasarkan undang-
undang perpajakan. Jadi butuh waktu yang cukup lama untuk balik modal dalam investasi di usaha
ini, namun dengan prospek dan profit yang besar.
c. Proyeksi Neraca
Neraca pada saat pendirian proyek :
Keterangan Jumlah Keterangan JumlahAKTIVA LANCAR KEWAJIBAN Kas Rp711.200.000
Aktiva lancar pada modal kerja Rp 8.600.000.000
Hutang jangka panjang
Rp 14.969.150.000
TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS
Total investasi Rp 5.636.950.000
AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp21.000.000
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp14.969.150.000 DAN EKUITAS Rp 14.969.150.000
Neraca tahun 2020 :
Keterangan Jumlah Keterangan JumlahAKTIVA LANCAR KEWAJIBAN
piutang dagang Rp17.021.313.146 Hutang jangka panjang Rp14.969.150.000 TOTAL AKTIVA LANCARAKTIVA TETAP EKUITASTotal investasi Rp5.264.911.300 Laba ditahan Rp7.708.013.146
Total penyusutan Rp372.038.700 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp18.900.000
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp22.677.163.146 DAN EKUITAS Rp22.677.163.146
Neraca tahun 2021 :
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN
piutang dagang Rp 10.019.389.263 Hutang jangka panjang Rp 13.472.235.000
TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.949.016.622 Laba ditahan Rp 1.829.075.563 Total penyusutan Rp 315.894.678 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 17.010.000
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp 15.301.310.563 DAN EKUITAS Rp 15.301.310.563
Neraca tahun 2022 :
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 4.106.772.698 piutang dagang Rp 2.904.221.680 Hutang jangka panjang Rp 11.975.320.000 TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.652.075.625 Total penyusutan Rp 296.940.997 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 15.309.000
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp 11.975.320.000 DAN EKUITAS Rp 11.975.320.000
Neraca tahun 2023 :
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 4.326.454.576
piutang dagang Rp 1.486.096.699 Hutang jangka panjang Rp 10.478.405.000
TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.372.951.087 Total penyusutan Rp 279.124.538 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 13.778.100
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp 10.478.405.000 DAN EKUITAS Rp 10.478.405.000
Neraca tahun 2024 :
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 11.674.949.376
Hutang jangka panjang Rp 8.981.490.000
TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 4.110.574.022 laba ditahan Rp 7.078.810.753 Total penyusutan Rp 262.377.065 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 12.400.290
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp 16.060.300.753 DAN EKUITAS Rp 16.060.300.753
Neraca tahun 2025 :
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 19.143.619.396
Hutang jangka panjang Rp 7.484.575.000
TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 3.863.939.581 laba ditahan Rp 15.780.778.679 Total penyusutan Rp 246.634.441 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 11.160.261
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp 23.265.353.679 DAN EKUITAS Rp 23.265.353.679
Neraca tahun 2026 :
Keterangan Jumlah Keterangan Jumlah AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN kas Rp 26.714.868.038 Hutang pajak Rp 20.000.000
Hutang jangka panjang Rp 5.987.660.000
TOTAL AKTIVA LANCAR AKTIVA TETAP EKUITAS Total investasi Rp 3.632.103.206 laba ditahan Rp 24.581.191.854 Total penyusutan Rp 231.836.375 AKTIVA LAIN LAIN Biaya Pra operasi Rp 10.044.235
TOTAL KEWAJIABAN
TOTAL AKTIVA Rp 30.588.851.854 DAN EKUITAS Rp 30.588.851.854
7.1.5. Analisis Sensitifitas dan Kelayakan Proyek
Tabel kalkulus Present Value:
TahunCash Out Flow
Cash In Flow NCFInvestasi Biaya Operasi PPH Total
2020 Rp 5.264.911.300
Rp 9.915.970.308 Rp -
Rp 9.915.970.308 Rp 12.600.000.000 Rp 2.684.029.692
2021 Rp 9.910.190.927 Rp -
Rp 9.910.190.927 Rp 12.852.000.000 Rp 2.941.809.073
2022 Rp 9.913.307.983 Rp -
Rp 9.913.307.983 Rp 13.109.040.000 Rp 3.195.732.017
2023 Rp 9.916.612.061 Rp -
Rp 9.916.612.061 Rp 13.371.220.800 Rp 3.454.608.739
2024 Rp 9.952.408.785 Rp -
Rp 9.952.408.785 Rp 13.638.645.216 Rp 3.686.236.431
2025 Rp 9.956.121.248 Rp -
Rp 9.956.121.248 Rp 13.911.418.120 Rp 3.955.296.872
2026 Rp 9.960.056.459 Rp 20.000.000 Rp 9.980.056.459 Rp 14.189.646.482 Rp 4.209.590.023
Nilai residu
Rp 3.632.103.206
TOTAL Rp 69.524.667.771 Rp 20.000.000 Rp 69.544.667.771 Rp 93.671.970.618 Rp 24.127.302.847
Berikut adalah analisis sensitivity untuk proyek. Dalam analisis ini diasumsikan tingkat bunga
normal adalah 9%. Untuk menguji sensitifitas proyek akan diuji pada tingkat bunga di atas normal
yaitu 9% dan tingkat bunga di bawah normal yaitu 4%.
Net Present Value (NPV
NPV = ∑ AFC t - IO
(1-i) t
Tabel NPV dengan tingkat bunga 6% :
Cash In Flow 6% NPV
Rp 2.684.029.692 0,94 Rp 2.522.987.910
Rp 2.941.809.073 0,89 Rp 2.618.210.075
Rp 3.195.732.017 0,84 Rp 2.684.414.894
Rp 3.454.608.739 0,792 Rp 2.736.050.121
Rp 3.686.236.431 0,747 Rp 2.753.618.614
Rp 3.955.296.872 0,705 Rp 2.788.484.295
Rp 4.209.590.023 0,665 Rp 2.799.377.365
Total Rp 18.903.143.275
NPV = Rp 18.903.143.275 - Rp 14.969.150.000
= Rp 3.933.993.275
Tabel NPV dengan tingkat bunga 4% :
Cash In Flow 4% NPV
Rp 2.684.029.692 0,962 Rp 2.582.036.564
Rp 2.941.809.073 0,924 Rp 2.718.231.583
Rp 3.195.732.017 0,889 Rp 2.841.005.763
Rp 3.454.608.739 0,855 Rp 2.953.690.472
Rp 3.686.236.431 o,822 Rp 2.249.033.200
Rp 3.955.296.872 0,79 Rp 3.124.684.529
Rp 4.209.590.023 0,76 Rp 3.199.288.417
Total Rp 19.667.970.528
NPV = Rp 19.667.970.528 - Rp 14.969.150.000
= Rp 4.698.820.528
Tabel NPV dengan tingkat bunga 9% :
Cash In Flow 9% NPV
Rp 2.684.029.692 0,917 Rp 2.461.255.228
Rp 2.941.809.073 0,842 Rp 2.477.003.239
Rp 3.195.732.017 0,772 Rp 2.467.105.117
Rp 3.454.608.739 0,708 Rp 2.445.862.987
Rp 3.686.236.431 0,65 Rp 2.396.053.680
Rp 3.955.296.872 0,596 Rp 2.357.356.936
Rp 4.209.590.023 0,547 Rp 2.302.645.743
Total Rp 16.907.282.930
NPV = Rp 16.907.282.930 - Rp 14.969.150.000
= Rp 1.938.132.930
Profitable Index (PI)
PI jika bunga 6% = Rp 18.903.143.275 : Rp 14.969.150.000
= 1,262806724
PI jika bunga 4% = Rp 19.667.970.528 : Rp 14.969.150.000
= 1,31390029
PI jika bunga 9% = Rp 16.907.282.930 : Rp 14.969.150.000
= 1,129475149
Dengan keadaan bunga sedang naik atau turun, profitability indeks masih dalam keadaan baik
karena PI selalu besar dari 1 dalam 3 kemungkinan tingkat bunga.
Break Event Point (BEP)
Analisis sensitifitas untuk BEP dengan mengasumsikan terjadinya kenaikan biaya secara keseluruhan
sebesar 10% dan terjadinya penurunan biaya 10%.
Tabel Break Even Point selama 7 tahun :
Tahun BEP Biaya naik 10% biaya turun 10%
2020 Rp 1.169.150.000 Rp 1.286.065.000 Rp 1.052.235.000
2021 Rp 1.239.299.000 Rp 1.363.228.900 Rp 1.115.369.100
2022 Rp 1.313.656.940 Rp 1.445.022.634 Rp 1.182.291.246
2023 Rp 1.392.476.356 Rp 1.531.723.992 Rp 1.253.228.721
2024 Rp 1.476.024.938 Rp 1.623.627.432 Rp 1.328.422.444
2025 Rp 1.564.586.434 Rp 1.721.045.077 Rp 1.408.127.791
2026 Rp 1.658.461.620 Rp 1.824.307.782 Rp 1.492.615.458
Perbandingan BEP dengan penjualan untuk tahun2020 :
(BEP : sales) x 100%
= (Rp 1.169.150.000 : Rp 12.600.000.000) x 100%
= 9,279%
Resiko dari proyek ini kecil karena perbandingan BEP dengan penjualan 9,279%. Proyek ini baik
karena perbandingan BEP dn penjualan kecil dari 50%.
Rasiio keuangan untuk tahun 2020
Gross profit margin = Laba kotor : penjualan
= Rp 12.442.823.925 : Rp 12.600.000.000
= 98,7%
Net Profit Margin = Laba bersih : penjualan
= Rp 5.393.985.649 : Rp 12.600.000.000
= 42,8%
Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan profit dalam proyek ini cukup lama, sehingga
dalam beberapa tahun awal memerlukan dana yang cukup banyak. Namun setelah sapi-sapi siap
dijual, keuntungan yang diberikan juga tinggi.
KESIMPULANA DAN REKOMENDASI
Bisnis peternakan sapi ini adalah jenis bisnis yang sangat prospektif. Berdasarkan data yang
tersedia di BPS dan Dinas Peternakan, sangat banyak permintaan untuk daging sapi, khususnya di
daerah Sumatera Barat. dengan banyaknya permintaan yang semakin meningkat tiap tahunnya,
tidak diiringi dengan peningkatan produksi daging sapi dalam negeri. Itulah sebabnya Indonesia
masih impor daging sapi, sedangkan kondisi geografis Indonesia sendiri sangat cocok untuk
peternakan sapi.
Untuk berinvestasi di bisnis ini, dibutuhkan kesabaran untuk mendapatkan profit, karena
pemeliharaan sapi membutuhkan waktu ideal 5 tahun untuk siap melakukan penjualan. Jadi selama
5 tahun pertama belum bisa mendapatkan untung. Tetapi hal ini bisa disiasati, karena kotoran sapi
juga bisa dijual sebagai pupuk kompos. Bagi beberapa petani lebih tertarik pada pupuk kompos
untuk tanamannya. Berarti pemasukan kas tidak berhenti begitu saja ketika penjualan sapi belum
dilakukan. Dalam jangka panjang, berinvestasi dalam bisnis ini menjanjikan keuntungan yang cukup
besar. Hal ini didukung dengan pangsa pasar yang masih terbuka lebar baik di dalam negeri maupun
di luar negeri.
Diharapkan untuk para calon investor agar dapat berinvestasi dalam bisnis peternakan sapi
ini. Bisnis ini membutuhkan modal yang lumayan besar, tetapi juga menjanjikan profit yang tidak
kalah besar. Dan juga diharapkan pemerintah bisa bekerjasama dalam berpartisipasi untuk
kelancaran bisnis peternakan sapi ini. Hal ini tidak terlepas dari pernyataan wakin presiden Republik
Indonesia, Bapak Jusuf Kalla bahwa beliau menargetkan adanya peningkatan jumlah sapi di
Indonesia sebanyak satu juta ekor setiap tahunnya.