studi kasus pasien dewasarepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/manuscript indah...provinsi jawa...

15
1

Upload: others

Post on 26-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

1

Page 2: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

2

STUDI KASUS PASIEN DEWASA PNEUMONIA DENGAN MASALAH POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA

SAWAHAN MALANG Indah Chrishartanti

Program Studi D-III Keperawatan Program RPL STIKes Panti Waluya Malang

ABSTRAK, Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang timbul secara primer atau sekunder dengan manifestasi adanya sesak nafas, batuk, peningkatan produksi sputum, sehingga penderita pneumonia dapat mengalami pola nafas yang tidak efektif akibat adanya sumbatan sputum pada jalan napas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dewasa yang mengalami Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Subyek penelitian ini adalah seorang pasien yang mengalami Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23-25 Juli 2020 melalui pembimbing klinik. Pada pasien tersebut telah dilakukan implementasi selama 3 hari perawatan. Saat dilakukan evaluasi pada hari ke 3 perawatan, didapatkan hasil bahwa pasien masih mengeluh sesak dan masih menggunakan oksigen. Kepatenan jalan nafas dapat membantu untuk mempertahankan pola nafas yang efektif. Diharapkan dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien akan membuat pola nafas pasien menjadi normal kembali. Kata Kunci : Pneumonia, Pola Nafas

ABSTRACT, Pneumonia is an acute infection of lung tissue caused by bacteria, viruses or fungi that occurs primarily or secondary with manifestations of shortness of breath, coughing, increased sputum production, so pneumonia sufferers can experience ineffective breathing patterns due to sputum obstruction in the airway. The purpose of this study was to provide nursing care to adult patients who experience pneumonia with ineffective breathing pattern problems at Panti Waluya Sawahan Hospital Malang. The subject of this study was a patient who had pneumonia with an ineffective breathing pattern problem. When the study was conducted on July 23-25, 2020 through clinical supervisors. In these patients, it has been implemented for 3 days of treatment. When evaluated on the 3rd day of treatment, it was found that the patient was still complaining of tightness and was still using oxygen. Airway compliance can help to maintain an effective breathing pattern. It is hoped that the nursing care given to the patient will make the patient's breathing pattern return to normal.

Keywords: Breath Pattern, Pneumonia

Page 3: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

3

PENDAHULUAN

Pneumonia adalah suatu penyakit

peradangan akut pada parenkim paru

yang biasanya terjadi pada saluran

nafas bawah akut (Nurarif, 2015).

Infeksi ini berupa radang paru-paru

yang disertai dengan adanya

produksi sputum dan ditandai dengan

gejala batuk disertai sesak nafas.

Penyakit ini disebabkan oleh agen

infeksius seperti virus, bakteri,

mycoplasma dan substansi asing,

jamur dan aspirasi (Nurarif, 2015).

Faktor lain yang mempengaruhi

timbulnya pneumonia ialah daya

tahan tubuh yang menurun misalnya

akibat Malnutrisi Energi Protein

(MEP), penyakit menahun, trauma

pada paru, anestesia, aspirasi dan

pengobatan dengan antibiotik yang

tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).

Pneumonia hingga saat ini masih

tercatat sebagai masalah kesehatan

utama pada orang-orang dewasa di

negara berkembang. Pneumonia

merupakan salah satu penyebab

kematian terbesar di dunia. Angka

kematian akibat pneumonia sebesar

1,4 juta per tahunnya dan

menyumbang angka 7% penyebab

kematian (WHO, 2016). Kematian

akibat pneumonia. Berdasarkan

kelompok umur penduduk,

prevalensi pneumonia yang tinggi

terjadi pada 2 kelompok umur 1-4

tahun, kemudian mulai meningkat

pada umur 45-54 tahun dan terus

meningkat pada kelompok umur

berikutnya. Di Indonesia prevalensi

pneumonia selalu mengalami

peningkatan, dimana pada tahun

2013 angka kejadian pneumonia

sebesar 1,8 persen dan meningkat

pada tahun 2018 mencapai angka 2

persen (RISKESDAS, 2018).

Provinsi Jawa Timur angka kejadian

penyakit pneumonia masih 1,84

persen, sedangkan di kota Malang

yaitu 1,5 persen (RISKESDAS,

2018). Pada tahun 2019 penyakit

pneumonia menempati urutan ke

tujuh dari sepuluh penyakit

terbanyak yang ada di Rumah Sakit

Panti Waluya Sawahan Malang.

Kasus pneumonia di rumah Sakit

Panti Waluya Sawahan Malang

mencapai angka 210 kasus atau 7,82

persen dari sepuluh penyakit

terbanyak yang ada di Rumah Sakit

(Data Statistik Rumah Sakit Panti

Waluya Sawahan Malang, 2019).

Gambaran klinis pneumonia

bervariasi tergantung pada respon

Page 4: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

2

sistemik terhadap infeksi, agen

etiologi, tingkat keterlibatan paru dan

obstruksi jalan nafas. Adanya agen

etiologi yang masuk ke dalam paru-

paru akan menyebabkan proses

infeksi yang pada akhirnya terjadi

produksi sputum yang berlebih.

Sehingga, hal ini dapat menyebabkan

pola nafas menjadi tidak efektif pada

pasien dengan pneumonia (PPNI,

2017). Apabila masalah pola nafas

tidak efektif pada pasien pneumonia

tidak segera ditangani, maka dapat

mengakibatkan terjadinya

hipoksemia dan hipoksia pada pasien

(Bararah, T dan Jauhar, M, 2013).

Selain itu dampak dari adanya pola

nafas tidak efektif adalah adanya

dipsneu, penggunaan alat bantu

pernafasan terutama saat ekspirasi

sehingga nampak penderita bernafas

pendek oleh karena saluran nafas

menjadi sempit. Sehingga aliran

oksigen yang masuk ke dalam

saluran pernafasan juga akan

berkurang.(Wilkinson, 2016).

Sebagai perawat pertolongan

kesehatan yang dapat diberikan pada

pasien pneumonia dengan pola nafas

tidak efektif adala memberikan

asuhan keperawatan kepada klien

dengan pendekatan preventif, kuratif,

rehabilitatif dan kolaboratif. Upaya

preventif yang bisa dilakukan seperti

menjaga pola hidup sehat dan bersih

serta memberikan edukasi kepada

pasien dan keluarga tentang tanda

gejala dan faktor resiko dari penyakit

pneumonia. Upaya kuratif yang bisa

dilakukan adalah dengan

memberikan obat sesuai dengan

dosis yang telah ditetapkan oleh

dokter. Upaya rehabilitatif adalah

dengan memberikan latihan batuk

yang efektif dan melakukan

fisioterapi dada jika diperlukan.

Selain itu upaya kolaboratif dengan

tim kesehatan lainnya juga

diperlukan guna mempercepat proses

penyembuhan bagi penderita

pneumonia. Penatalaksanaan kasus

pneumonia menurut Mutaqin (2014)

antara lain: manajemen umum

(humidifikasi: atau nebulizer jika

sekret yang kental dan berlebihan,

oksigenasi: jika pasien memiliki

PaO2 <60 mmHg, fisioterapi:

berperan dalam mempercepat

resolusi pneumonia, pasien harus

didorong setidaknya untuk batuk dan

bernafas dalam untuk

memaksimalkan kemampuan

ventilator, hidrasi: pemantauan

asupan dan keluaran, cairan

Page 5: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

3

tambahan untuk mempertahanakan

hidrasi dan mencairkan sekresi,

operasi Thoracentesis dengan tabung

penyisipan dada mungkin diperlukan

jika masalah sekunder seperti

emfisema terjadi, terapi Obat :

pengobatan diberikan berdasarkan

etiologi uji resistensi tapi karena hal

itu perlu waktu dan pasien

pneumonia perlu diberikan terapi

secepatnya maka biasanya diberikan

oantibiotik golongan Penicillin G

untuk infeksi pneumonia virus,

Eritromicin, Tetrasiklin, derivat

tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.

Pada konsep Keperawatan yang

diberikan pada Asuhan Keperawatan

dengan Pneumonia dengan masalah

pola nafas tidak efektif adalah

manajeman jalan nafas dan

pemantauan respirasi. Intervensi

yang dipilih sesuai dengan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia

tahun 2017. Berdasarkan latar

belakang diatas maka penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus yang

berjudul “Asuhan Keperawatan

Pasien Dewasa Pneumonia dengan

masalah Pola Nafas Tidak Efektif di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang”

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan

pada asuhan keperawatan ini

menggunakan desain studi kasus

yang menggunakan batasan istilan

yaitu pada satu pasien dewasa

dengan 60 tahun dengan masalah

pola nafas abnormal dengan

perubahan frekuensi nafas lebih dari

20x/mnt, penggunaan otot bantu

pernafasan pada pasien saat respirasi,

adanya fase ekspirasi yang

memanjang, adanya pernafasan

cuping hidung. Lokasi dan waktu

penelitian dilakukan di Rumah Sakit

Panti Waluya Sawahan Malang di

ruangan Yosep Pavilliun pada

tanggal 23 sampai dengan 27 Juli

2020. Penelitian dilakukan selama 3

hari dengan menggunakan teknik

pengumpulan data berupa

wawancara, observasi, pemerriksaan

fisik dan studi dokumen yang

dilaksanakan melalui pembimbing

klinik di Rumah Sakit Panti Waluya

Sawahan Malang. Etika penelitian

yang mendasari penyusunan studi

kasus inimeliputi : anonimity (tanpa

nama) dan confidentiality

(kerahasiaan).

Page 6: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

4

HASIL

Pada hasil studi kasus ini didapatkan

hasil bahwa pada pengkajian pasien

mengatakan bahwa pada tanggal 23

Juli 2020 pukul 17.00 pasien merasa

sesak nafas dan batuk. Pasien juga

mengatakan kadang terasa sesak

pada saat melakukan aktifitas dan

pada saat berpindah tempat. Pukul

17.39 pasien berobat ke IGD RS

Panti Waluya . Pasien mengatakan

kalau 2 hari yang lalu yaitu pada

tanggal 21 Juli 2020 pasien

merasakan demam. Di IGD

kemudian dilakukan pengkajian dan

pemeriksaan fisik, klien mengeluh

sesak, GCS E:4 V:5 M:6 dan

dilakukan pengukuran TTV: TD:

155/99 mmHg, S: 37,5°C, N:

102x/menit, RR: 28 x/menit,

dilakukan pemeriksaan laboratorium

dan foto thorak , pasien mendapat

terapi cairan Asering 500ml 20 tpm,

serta injeksi IV Ceftriaxone 1 gr, inj

IV Dexamethasone 4 mg, N-ace 1

tablet, pasien juga diberikan oksigen

nasal 2 lpm. Pada pukul 19.00 pasien

di pindahkan ke ruang rawat inap YP

kamar 8. Pada pemeriksaan fisik

didapatkan bahwa pasien tampak

keadaan umum lemah, kesadaran

composmentis, GCS E4 V5 M6,

pasien tampak sesak, terdapat tarikan

pada dinding dada pada saat

bernafas, tampak pernafasan cuping

hidung, nadi teraba cepat, TD :

155/99 mmHg, N : 102 x/menit, RR

: 28 x/menit (reguler,spontan), S :

37,5 °C, SpO2 : 95%

Pada hasil foto X-Ray didapatkan

hasil : Kedua Sinus/Diafragma

Normal Bentuk dan besar Cor

membesar ke kiri, Pneumonia paru

kanan, Corakan Bronchovaskuler

paru Normal.

Setelah dilakukan pengkajian data

kepada pasien maka ditemukan

diagnosa keperawatan yaitu Pola

Nafas Tidak Efektif berhubungan

dengan hambatan upaya nafas yang

ditandai dengan pasien sesak, adanya

pernafasan cuping hidung, RR 28

x//mnt, sesuai dengan Standar

Diagnosa Keperawatan Indonesia

tahun 2017.

Setelah ditemukan diagnosa

Keperawatan maka pada pasien

tersebut ditetapkan rencana

keperawatan yaitu manajeman jalan

nafas dan pemantauan respirasi

sesuai dengan Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia tahun

2017.Intervensi tersebut meliputi :

Manajemen Jalan Nafas

Page 7: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

5

Observasi: monitor pola nafas

(frekuensi, kedalaman, usaha nafas),

monitor bunyi nafas tambahan (mis,

gurgling, mengi, wheezing, ronkhi

kering), monitor sputum (jumlah,

warna, aroma).

Teraupetik : posisikan semi fowler

atau fowler, berikan minum hangat,

lakukan fisioterapi dada (jika perlu),

berikan oksigen, jika perlu.

Edukasi : anjurkan asupan cairan

2000 ml/ hari, jika tidak ada kontra

indikasi, ajarkan teknik batuk efektif.

Kolaborasi : kolaborasi pemberian

bronkodilator, ekspsctoran,

mukolitik, jika perlu.

Pemantauan Respirasi (SIKI, 01014)

Observasi : monitor frekuensi ,

irama, kedalaman dan upaya nafas,

monitor pola nafas (seperti

bradipneu, takipneu, hiperventilasi,

kusmaul, cheyne-stokes, biot,

ataksik), monitor kemampuan batuk

efektif, monitor adanya produksi

sputum , auskultasi bunyi nafas,

monitor saturasi oksigen, monitor

hasil X Ray thoraks

Terapeutik : atur interval

pemantauan respirasi sesuai kondisi

pasien, dokumentasikan hasil

pemantauan

Edukasi : jelaskan tujuan dan hasil

pemantauan, informasikan hasil

pemantauan, jika perlu

Setelah ditetapkan rencana tindakan

kepada pasien Pneumonia dengan

masalah pola nafas tidak efektif

maka telah dilakukan implementasi

kepada pasien tersebut sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah

dibuat.

Tahap terakhir pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien adalah

dengan melakukan evaluasi kepada

pasien yang dilakukan selama 3 hari.

Evaluasi yang dilakukan terhadap

pasien adalah sesuai dengan kriteria

hasil yang sudah ditetapkan pada

rencana tindakan keperawatan yang

telah ditetapkan kepada pasien yaitu :

Pola Nafas (SLKI, L.01004) yang

meliputi dipsneu menurun,

Penggunaan otot bantu nafas

menurun, pernafasan cuping hidung

menurun, frekuensi nafas membaik,

kedalaman nafas membaik

Tingkat Keletihan (SLKI, L 05046)

yang meliputi mengi menurun,

gelisah menurun, frekuensi nafas

menurun, pola nafas membaik.

Page 8: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

6

PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Berdasarkan hasil pengkajian, pasien

mempunyai diagnosa pneumonia

dapat dibuktikan dengan adanya

hasil foto thorax yang menunjukkan

hasil pneumonia dengan masalah

pola nafas tidak efektif. Pada pasien

pengkajian dilakukan melalui

perantara pembimbing klinik karena

suatu kondisi tertentu. Dengan

keluhan utama yaitu pasien

mengatakan sesak nafas dan disertai

adanya batuk. Dan pada pemeriksaan

fisik ditemukan adanya pernafasan

cuping hidung , adanya otot bantu

pernafasan pada saat respirasi dan

pada auskultasi ditemukan adanya

wheezing serta frekuensi nafas yang

abnormal yaitu 28 x/mnt. Menurut

Mutaqin A, 2014 bahwa pada pasien

Pneumonia mengalami peradangan

pada paru-paru yang menyebabkan

adanya eksudat yang akan masuk

pada alveoli yang menyebabkan

manifestasi antara lain dipsneu,

batus, sianosis, yang akan

menyebabkan konsolidasi sehingga

menimbulkan masalah nyeri akut,

hipertermia, bersihan jalan nafas

tidak efektif, pola nafas tidak efektif,

gangguan tidur dan intoleransi

aktifitas serta defisit nutrisi. Pola

nafas tidak efektif ditandai dengan

adanya dipsneu, penggunaan otot

bantu pernafasan, pola nafas yang

abnormal dan pernafasan cuping

hidung. (PPNI, 2018).

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang ditemukan,

pasien memiliki masalah

keperawatan pola nafas tidak efektif

yang berhubungan dengan adanya

kelemahan otot nafas karena proses

infeksi pada paru-paru. Dengan

etiologi yaitu pasien mengalami

perubahan frekuensi pola nafas yang

lebih dari normal yaitu 28 x/mnt,

adanya pernafasan cuping hidung

pada pasien, SpO2 95%. Sehingga

peneliti menetapkan diagnosa

keperawatan polanafastidakefektif

b/d hambatan upaya nafas. Diagnosa

keperawatan yang dapat terjadi pada

pasien dengan pneumonia menurut

Nurarif, 2011 adalah salah satunya

pola nafas tidak efektif yang

dikarenakan adanya organisme yang

masuk ke dalam sistem pernafsan

bagian bawah yang mengakibatkan

adanya infeksi pada alveoli sehingga

menimbulkan adanya konsolidasi

pada alveoli yang menyebabkan

Page 9: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

7

bersihan jalan nafas tidak efektif dan

mengakibatkan pola nafas tidak

efektif. Menurut Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, pola nafas tidak efektif

adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi

yang tidak memberikan ventilasi

adekuat yang disebabkan oleh

depresi pusat pernafasan, hambatan

upaya nafas (mis. nyeri saat bernafas,

kelemahan otot pernafasan),

deformitas dinding dada, deformitas

tulang dada, gangguan

neuromuskuler, gangguan neurologis

(mis. elektroensefalogram (EEG)

positif, cedera kepala, gangguan

kejang), imaturitas neurologis,

penurunan energi, obesitas, posisi

tubuh yang menghambat ekspansi

paru, sindrom hipoventilasi,

kerusakan inervasi diafragma

(kerusakan saraf C5 keatas), cedera

pada medula spinalis ,efek agen

farmakologia, kecemasan. Yang

ditandai dengan gejala Mayor :

dipsneu, penggunaan otot bantu

pernafasan, fase ekspirasi

memanjang, pola nafas abnormal

(mis. takipneu, bradipneu,

hiperventilasi, kusmaull, cheyne

stokes). Gejala dan tanda Minor :

ortopneu, pernafasan pursed – lip,

pernafasan cuping hidung, diameter

thoraks anterior-posterior meningkat,

ventilasi semenit menurun, Kapasitas

vital menurun, tekanan ekspirasi

menurun, tekanan inspirasi menurun

, ekskursi dada berubah

3. Tujuan

Tujuan yang ditetapkan pada pasien

adalah untuk memberikan dan

memperbaiki pola nafas yang efektif

sehingga memberikan ventilasi yang

adekuat terhadap pasien yang dapat

memenuhi kebutuhan oksigen bagi

seluruh tubuh yang jika tidak

ditatalaksana lebih lanjut akan

mengakibatkan terjadinya

perburukan keadaan dan bahkan

kematian. Tujuan yang telah

ditetapkan pada pasien, sesuai

dengan teori Tim Pokja SLKI DPP

PPNI (2018) yang memaparkan

bahwa penetapan tujuan rencana

keperawatan bagi pasien Pneumonia

dengan masalah pola nafas tidak

efektif dapat memberikan ventilasi

yang adekuat setelah diberikan

asuhan keperawatan kepada pasien

dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Mutaqin (2014)

penatalaksanaan kasus Pneumonia

secara umum adalah humidifikasi

(pemberian nebulizer), oksigenasi,

fisioterapi dan hidrasi, operasi

Page 10: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

8

(diperlukan jika masalah emfisema

terjadi) dan terapi obat berupa

antibiotik.(Mutaqin, 2014)

4. Kriteria Hasil

Berdasarkan data yang ditemukan,

kriteria hasil yang ditetapkan pada

pasien bertujuan untuk mengevaluasi

apakah pada setiap tindakan atau

asuhan keperawatan pada pasien

dapat meningkatkan kondisi pasien.

Kriteria hasil yang telah ditetapkan

pada pasien sudah sesuai dengan

teori penulis pada tinjauan pustaka.

Diharapkan setelah dilakukan asuhan

keperawatan maka pola nafas pasien

menjadi adekuat. Kriteria hasil yang

ditetapkan pada pasien sesuai

dengan Tim POKJA SLKI DPP

PPNI (2018) yang menyatakan

bahwa pasien yang mengalami pola

nafas tidak efektif harus mencapai

kriteria hasil pola nafas sebagai

berikut, dipsneu menurun,

penggunaan otot bantu nafas

menurun, pernafasan cuping hidung

menurun, frekuensi nafas membaik,

kedalaman nafas membaik.(SLKI,

01004) Selain itu juga ditambahkan

kriteria hasil tingkat keletihan

sebagai berikut mengi menurun,

gelisah menurun, frekuensi nafas

menurun dan pola nafas membaik.

(SLKI, L 05046)

5. Intervensi

Pada pasien dilakukan tindakan

keperawatan dan asuhan

keperawatan yang sesuai dengan

tinjauan pustaka. Peneliti

merencanakan 21 intervensi untuk

pasien karena setiap intervensi yang

akan dilakukan disesuaikan dengan

keadaan dan kondisi terkini pasien

yang didapat saat pengkajian.

Intervensi tersebut bertujuan untuk

meningkatkan ventilasi yang

adekuat. Intervensi yang telah

ditetapkan bagi pasien telah sesuai

dengan teori menurut TIM POKJA

SIKI DPP PPNI (2017) yaitu dengan

manajemen jalan nafas. Menurut

Mutaqin (2014), penatalaksaan yang

bisa diberikan kepada pasien

Pneumonia meliputi humidifikasi

(pemberian nebulizer), oksigenasi,

fisioterapi, hidrasi, operasi

(diperlukan jika ada masalah

sekunder seperti emfisema paru) dan

terapi obat yang berupa antibiotik

6. Implementasi

Pada pasien intervensi yang telah

direncakan berjumlah 21, dan

dilakukan implementasi melalui

Page 11: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

9

perantara dari pembimbing klinik.

Menurut pembimbing klinik pasien

sangat kooperatif sehingga

memudahkan peneliti dalam

melaksanakan implementasi

keperawatan. Sesuai dengan

intervensi yang telah direncanakan.

sesuai dengan teori menurut Setiadi

(2012) Implementasi keperawatan

merupakan pengelolaan dan

perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada

tahap perencanaan. Adapun pedoman

implementasi keperawatan menurut

Dermawan (2012), yaitu tindakan

keperawatan yang dilakukan kosisten

dengan rencana dan dilakukan

setelah memvalidasi rencana

keperawatan, keamanan fisik dan

psikologis pasien dilindungi, serta

selama tahap implementasi perawat,

terus melakukan pengumpulan data

dan memilih asuhan keperawatan

yang paling sesuai dengan kebutuhan

pasien. Semua implementasi

didokumentasikan kedalam format

yang telah ditetapkan institusi.

Menurut Debora (2017),

implementasi merupakan tahap

perencanaan yang dibuat dan

diaplikasikan pada pasien. Tindakan

yang dilakukan mungkin sama,

mungkin juga berbeda, dengan

urutan yang telah dibuat pada

perencanaan. Aplikasi yang

digunakan pada pasien akan berbeda

disesuaikan dengan kondisi pasien

saat itu dan kebutuhan yang paling

dirasakan oleh pasien

7. Evaluasi

Pada pasien yang dirawat, setelah 3

hari dilakukan asuhan keperawatan,

masalah pola nafas tidak efektif pada

pasien masih belum teratasi. Hal ini

disebabkan karena ventilasi masih

belum adekuat. Namun karena

tindakan farmakologis yang telah

diberikan serta tindakan keperawatan

yang telah dilakukan oleh peneliti,

seperti memberikan Oksigen dan

melatih untuk batuk efektif dan

memberikan posisi semi fowler dapat

membantu untuk meringankan rasa

sesak yang diderita oleh pasien.

Setelah dilakukan tindakan tersebut,

pasien mengatakan bahwa sesak

nafas yang dialaminya masih ada

tetapi sudah berkurang. Menurut

Manurung (2011) evaluasi

keperawatan merupakan kegiatan

yang perlu dilakukan secara

berkelanjutan untuk mengukur

tingkat efektivitas dan keberhasilan

Page 12: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

10

rencana keperawatan serta

bagaimana rencana keperawatan

dilanjutkan, direvisi atau bahkan

dihentikan. Hal ini sesuai teori

menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI

(2018) bahwa hasil yang diharapkan

setelah dilakukan tindakan

keperawatan adalah; dipsneu

menurun, penggunaan otot bantu

nafas menurun, pernafasan cuping

hidung menurun, frekuensi nafas

membaik, kedalaman nafas

membaik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada pasien

dewasa Pneumonia dengan masalah

pola nafas tidak efektif di Rumah

Sakit Panti Waluya Sawahan Malang

dapat dilaksanakan pada pasien

selama 3 hari, berdasarkan data yang

diperoleh dari pembimbing 3, setelah

dilakukan pengkajian sampai dengan

evaluasi, pada pasien didapatkan

pola nafas masih belum adekuat.

Pada pasien dapat mencapai 9

kriteria hasil yang sudah ditetapkan

sesuai teori dan 1 kriteria yang

belum dicapai yaitu frekuensi nafas

membaik sehingga masalah

keperawatan pada pasien adalah

masalah pola nafas tidak efektif

belum teratasi.

Saran

Bagi Lahan Penelitian peneliti

berharap penelitian ini dapat

dijadikan sebagai salah satu bahan

referensi oleh tenaga perawat di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan

Malang dalam peningkatan

pelayanan dan perawatan yang

diberikan pada pasien, serta

peningkatan mutu pelayanan

kesehatan menjadi lebih baik dengan

begitu pasien merasa lebih puas dan

mutu Rumah Sakit Panti Waluya

Malang menjadi lebih baik. Bagi

Institusi Pendidikan diharapkan

penelitian ini dapat digunakan

sebagai salah satu sumber materi

asuhan keperawatan pada pasien

dewasa dengan Pneumonia dengan

masalah pola nafas tidak efektif,

memberikan pengetahuan kepada

mahasiswa, bukan hanya sebagai

sebuah bacaan terlebih sebagai

pengetahuan untuk memberikan

asuhan keperawatan yang baik,

rencana tindak lanjut, serta

menumbuhkan inovasi baru bagi

pasien terlebih pasien Pneumonia

dengan masalah pola nafas tidak

efektif, dengan memberikan asuhan

Page 13: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

11

keperawatan mandiri yang berupa

melakukan monitor pola nafas

(frekuensi, kedalaman, usaha nafas),

melakukan monitor bunyi nafas

tambahan (mis. gurgling, mengi,

wheezing, ronkhi kering), melakukan

monitor sputum (jumlah, warna,

bau), memberikan posisi fowler atau

semi fowler, memberikan minum

hangat, melakukan fisioterapi dada,

memberikan oksigen dan melakukan

kolaborasi untuk pemberian obat

obatan. Bagi Peneliti Selanjutnya

disarankan melakukan penelitian

studi kasus dengan topik yang sama,

diharapkan lebih mampu membina

hubungan saling percaya dengan

pasien, agar dalam asuhan

keperawatan lebih optimal serta

diharapakan mampu melanjutkan

atau mengembangkan penelitian

studi kasus “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Dewasa Pneumonia

dengan masalah Pola Nafas Tidak

Efektif” dengan metode

pengaplikasian intervensi yang lebih

terbaru dan efisien pada pasien

Pneumonia yang menderita pola

nafas tidak efektif dan diharapkan

hasil dari penelitian tercapai dengan

baik dalam waktu penelitian 3 hari

DAFTAR PUSTAKA

Bararah, T dan Jauhar, M 2013, Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional, Jakarta : Prestasi Pustakaraya

Data Statistik Rumah sakit Panti

Waluya Sawahan Malang, tentang 10 penyakit terbanyak tahun 2019, RSPW Malang

Debora , Odera (2017) Proses

Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta, Salemba Medika

Departemen Kesehatan RI, 2011,

Pneumonia penyebab kematian, dari www.depkes.go.id

Dermawan, D (2012) Proses

Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja, Yogyakarta, Gosyen Publishing

Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2017

Profil Kesehatan Indonesia Judith M Wilkinson, 2016,

Diagnosis Keperawatan ed 10, Jakarta Amanah Budaya (EGC)

Muttaqin, Arif, 2014, Asuhan

Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika

Ngastiyah 2015, Perawatan Anak

Sakit ed 2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

Nurarif AH & Kusuma AH 2015,

Aplikasi Asuhan

Page 14: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

12

Keperawatan BerdasarkanDiagnosa Medis, Jogjakarta : Penerbit Mediaction

PPNI Standar Diagnosis

Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1, cetakan 2, Jakarta

PPNI Standar Luaran Keperawatan

Indonesia, Definisi dan Kiteria Hasil Keperawatan edisi 1, cetakan 2, Jakarta

PPNI Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan

Keperawatan edisi 1, cetakan 2, Jakarta

Riskesdas, 2018, Badan Penelitian

dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/19707850 /Laporan-Hasil-Riset Kesehatan

Setiadi, (2012), Konsep dan

Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Yogyakarta,Graha Ilmu

World Health Organization, 2017

pneumonia di dunia,Jakarta: EGC

Page 15: STUDI KASUS PASIEN DEWASArepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/MANUSCRIPT Indah...Provinsi Jawa Timur angka kejadian penyakit pneumonia masih 1,84 persen, sedangkan di kota Malang

13