studi kasus pasien dewasarepository.stikespantiwaluya.ac.id/499/4/manuscript indah...provinsi jawa...
TRANSCRIPT
1
2
STUDI KASUS PASIEN DEWASA PNEUMONIA DENGAN MASALAH POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA
SAWAHAN MALANG Indah Chrishartanti
Program Studi D-III Keperawatan Program RPL STIKes Panti Waluya Malang
ABSTRAK, Pneumonia adalah infeksi akut jaringan paru yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur yang timbul secara primer atau sekunder dengan manifestasi adanya sesak nafas, batuk, peningkatan produksi sputum, sehingga penderita pneumonia dapat mengalami pola nafas yang tidak efektif akibat adanya sumbatan sputum pada jalan napas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dewasa yang mengalami Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang. Subyek penelitian ini adalah seorang pasien yang mengalami Pneumonia dengan masalah pola nafas tidak efektif. Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23-25 Juli 2020 melalui pembimbing klinik. Pada pasien tersebut telah dilakukan implementasi selama 3 hari perawatan. Saat dilakukan evaluasi pada hari ke 3 perawatan, didapatkan hasil bahwa pasien masih mengeluh sesak dan masih menggunakan oksigen. Kepatenan jalan nafas dapat membantu untuk mempertahankan pola nafas yang efektif. Diharapkan dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien akan membuat pola nafas pasien menjadi normal kembali. Kata Kunci : Pneumonia, Pola Nafas
ABSTRACT, Pneumonia is an acute infection of lung tissue caused by bacteria, viruses or fungi that occurs primarily or secondary with manifestations of shortness of breath, coughing, increased sputum production, so pneumonia sufferers can experience ineffective breathing patterns due to sputum obstruction in the airway. The purpose of this study was to provide nursing care to adult patients who experience pneumonia with ineffective breathing pattern problems at Panti Waluya Sawahan Hospital Malang. The subject of this study was a patient who had pneumonia with an ineffective breathing pattern problem. When the study was conducted on July 23-25, 2020 through clinical supervisors. In these patients, it has been implemented for 3 days of treatment. When evaluated on the 3rd day of treatment, it was found that the patient was still complaining of tightness and was still using oxygen. Airway compliance can help to maintain an effective breathing pattern. It is hoped that the nursing care given to the patient will make the patient's breathing pattern return to normal.
Keywords: Breath Pattern, Pneumonia
3
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah suatu penyakit
peradangan akut pada parenkim paru
yang biasanya terjadi pada saluran
nafas bawah akut (Nurarif, 2015).
Infeksi ini berupa radang paru-paru
yang disertai dengan adanya
produksi sputum dan ditandai dengan
gejala batuk disertai sesak nafas.
Penyakit ini disebabkan oleh agen
infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma dan substansi asing,
jamur dan aspirasi (Nurarif, 2015).
Faktor lain yang mempengaruhi
timbulnya pneumonia ialah daya
tahan tubuh yang menurun misalnya
akibat Malnutrisi Energi Protein
(MEP), penyakit menahun, trauma
pada paru, anestesia, aspirasi dan
pengobatan dengan antibiotik yang
tidak sempurna (Ngastiyah, 2015).
Pneumonia hingga saat ini masih
tercatat sebagai masalah kesehatan
utama pada orang-orang dewasa di
negara berkembang. Pneumonia
merupakan salah satu penyebab
kematian terbesar di dunia. Angka
kematian akibat pneumonia sebesar
1,4 juta per tahunnya dan
menyumbang angka 7% penyebab
kematian (WHO, 2016). Kematian
akibat pneumonia. Berdasarkan
kelompok umur penduduk,
prevalensi pneumonia yang tinggi
terjadi pada 2 kelompok umur 1-4
tahun, kemudian mulai meningkat
pada umur 45-54 tahun dan terus
meningkat pada kelompok umur
berikutnya. Di Indonesia prevalensi
pneumonia selalu mengalami
peningkatan, dimana pada tahun
2013 angka kejadian pneumonia
sebesar 1,8 persen dan meningkat
pada tahun 2018 mencapai angka 2
persen (RISKESDAS, 2018).
Provinsi Jawa Timur angka kejadian
penyakit pneumonia masih 1,84
persen, sedangkan di kota Malang
yaitu 1,5 persen (RISKESDAS,
2018). Pada tahun 2019 penyakit
pneumonia menempati urutan ke
tujuh dari sepuluh penyakit
terbanyak yang ada di Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang.
Kasus pneumonia di rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang
mencapai angka 210 kasus atau 7,82
persen dari sepuluh penyakit
terbanyak yang ada di Rumah Sakit
(Data Statistik Rumah Sakit Panti
Waluya Sawahan Malang, 2019).
Gambaran klinis pneumonia
bervariasi tergantung pada respon
2
sistemik terhadap infeksi, agen
etiologi, tingkat keterlibatan paru dan
obstruksi jalan nafas. Adanya agen
etiologi yang masuk ke dalam paru-
paru akan menyebabkan proses
infeksi yang pada akhirnya terjadi
produksi sputum yang berlebih.
Sehingga, hal ini dapat menyebabkan
pola nafas menjadi tidak efektif pada
pasien dengan pneumonia (PPNI,
2017). Apabila masalah pola nafas
tidak efektif pada pasien pneumonia
tidak segera ditangani, maka dapat
mengakibatkan terjadinya
hipoksemia dan hipoksia pada pasien
(Bararah, T dan Jauhar, M, 2013).
Selain itu dampak dari adanya pola
nafas tidak efektif adalah adanya
dipsneu, penggunaan alat bantu
pernafasan terutama saat ekspirasi
sehingga nampak penderita bernafas
pendek oleh karena saluran nafas
menjadi sempit. Sehingga aliran
oksigen yang masuk ke dalam
saluran pernafasan juga akan
berkurang.(Wilkinson, 2016).
Sebagai perawat pertolongan
kesehatan yang dapat diberikan pada
pasien pneumonia dengan pola nafas
tidak efektif adala memberikan
asuhan keperawatan kepada klien
dengan pendekatan preventif, kuratif,
rehabilitatif dan kolaboratif. Upaya
preventif yang bisa dilakukan seperti
menjaga pola hidup sehat dan bersih
serta memberikan edukasi kepada
pasien dan keluarga tentang tanda
gejala dan faktor resiko dari penyakit
pneumonia. Upaya kuratif yang bisa
dilakukan adalah dengan
memberikan obat sesuai dengan
dosis yang telah ditetapkan oleh
dokter. Upaya rehabilitatif adalah
dengan memberikan latihan batuk
yang efektif dan melakukan
fisioterapi dada jika diperlukan.
Selain itu upaya kolaboratif dengan
tim kesehatan lainnya juga
diperlukan guna mempercepat proses
penyembuhan bagi penderita
pneumonia. Penatalaksanaan kasus
pneumonia menurut Mutaqin (2014)
antara lain: manajemen umum
(humidifikasi: atau nebulizer jika
sekret yang kental dan berlebihan,
oksigenasi: jika pasien memiliki
PaO2 <60 mmHg, fisioterapi:
berperan dalam mempercepat
resolusi pneumonia, pasien harus
didorong setidaknya untuk batuk dan
bernafas dalam untuk
memaksimalkan kemampuan
ventilator, hidrasi: pemantauan
asupan dan keluaran, cairan
3
tambahan untuk mempertahanakan
hidrasi dan mencairkan sekresi,
operasi Thoracentesis dengan tabung
penyisipan dada mungkin diperlukan
jika masalah sekunder seperti
emfisema terjadi, terapi Obat :
pengobatan diberikan berdasarkan
etiologi uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien
pneumonia perlu diberikan terapi
secepatnya maka biasanya diberikan
oantibiotik golongan Penicillin G
untuk infeksi pneumonia virus,
Eritromicin, Tetrasiklin, derivat
tetrasiklin untuk infeksi pneumonia.
Pada konsep Keperawatan yang
diberikan pada Asuhan Keperawatan
dengan Pneumonia dengan masalah
pola nafas tidak efektif adalah
manajeman jalan nafas dan
pemantauan respirasi. Intervensi
yang dipilih sesuai dengan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia
tahun 2017. Berdasarkan latar
belakang diatas maka penulis tertarik
untuk melakukan studi kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan
Pasien Dewasa Pneumonia dengan
masalah Pola Nafas Tidak Efektif di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang”
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan
pada asuhan keperawatan ini
menggunakan desain studi kasus
yang menggunakan batasan istilan
yaitu pada satu pasien dewasa
dengan 60 tahun dengan masalah
pola nafas abnormal dengan
perubahan frekuensi nafas lebih dari
20x/mnt, penggunaan otot bantu
pernafasan pada pasien saat respirasi,
adanya fase ekspirasi yang
memanjang, adanya pernafasan
cuping hidung. Lokasi dan waktu
penelitian dilakukan di Rumah Sakit
Panti Waluya Sawahan Malang di
ruangan Yosep Pavilliun pada
tanggal 23 sampai dengan 27 Juli
2020. Penelitian dilakukan selama 3
hari dengan menggunakan teknik
pengumpulan data berupa
wawancara, observasi, pemerriksaan
fisik dan studi dokumen yang
dilaksanakan melalui pembimbing
klinik di Rumah Sakit Panti Waluya
Sawahan Malang. Etika penelitian
yang mendasari penyusunan studi
kasus inimeliputi : anonimity (tanpa
nama) dan confidentiality
(kerahasiaan).
4
HASIL
Pada hasil studi kasus ini didapatkan
hasil bahwa pada pengkajian pasien
mengatakan bahwa pada tanggal 23
Juli 2020 pukul 17.00 pasien merasa
sesak nafas dan batuk. Pasien juga
mengatakan kadang terasa sesak
pada saat melakukan aktifitas dan
pada saat berpindah tempat. Pukul
17.39 pasien berobat ke IGD RS
Panti Waluya . Pasien mengatakan
kalau 2 hari yang lalu yaitu pada
tanggal 21 Juli 2020 pasien
merasakan demam. Di IGD
kemudian dilakukan pengkajian dan
pemeriksaan fisik, klien mengeluh
sesak, GCS E:4 V:5 M:6 dan
dilakukan pengukuran TTV: TD:
155/99 mmHg, S: 37,5°C, N:
102x/menit, RR: 28 x/menit,
dilakukan pemeriksaan laboratorium
dan foto thorak , pasien mendapat
terapi cairan Asering 500ml 20 tpm,
serta injeksi IV Ceftriaxone 1 gr, inj
IV Dexamethasone 4 mg, N-ace 1
tablet, pasien juga diberikan oksigen
nasal 2 lpm. Pada pukul 19.00 pasien
di pindahkan ke ruang rawat inap YP
kamar 8. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan bahwa pasien tampak
keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, GCS E4 V5 M6,
pasien tampak sesak, terdapat tarikan
pada dinding dada pada saat
bernafas, tampak pernafasan cuping
hidung, nadi teraba cepat, TD :
155/99 mmHg, N : 102 x/menit, RR
: 28 x/menit (reguler,spontan), S :
37,5 °C, SpO2 : 95%
Pada hasil foto X-Ray didapatkan
hasil : Kedua Sinus/Diafragma
Normal Bentuk dan besar Cor
membesar ke kiri, Pneumonia paru
kanan, Corakan Bronchovaskuler
paru Normal.
Setelah dilakukan pengkajian data
kepada pasien maka ditemukan
diagnosa keperawatan yaitu Pola
Nafas Tidak Efektif berhubungan
dengan hambatan upaya nafas yang
ditandai dengan pasien sesak, adanya
pernafasan cuping hidung, RR 28
x//mnt, sesuai dengan Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia
tahun 2017.
Setelah ditemukan diagnosa
Keperawatan maka pada pasien
tersebut ditetapkan rencana
keperawatan yaitu manajeman jalan
nafas dan pemantauan respirasi
sesuai dengan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia tahun
2017.Intervensi tersebut meliputi :
Manajemen Jalan Nafas
5
Observasi: monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha nafas),
monitor bunyi nafas tambahan (mis,
gurgling, mengi, wheezing, ronkhi
kering), monitor sputum (jumlah,
warna, aroma).
Teraupetik : posisikan semi fowler
atau fowler, berikan minum hangat,
lakukan fisioterapi dada (jika perlu),
berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi : anjurkan asupan cairan
2000 ml/ hari, jika tidak ada kontra
indikasi, ajarkan teknik batuk efektif.
Kolaborasi : kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspsctoran,
mukolitik, jika perlu.
Pemantauan Respirasi (SIKI, 01014)
Observasi : monitor frekuensi ,
irama, kedalaman dan upaya nafas,
monitor pola nafas (seperti
bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
kusmaul, cheyne-stokes, biot,
ataksik), monitor kemampuan batuk
efektif, monitor adanya produksi
sputum , auskultasi bunyi nafas,
monitor saturasi oksigen, monitor
hasil X Ray thoraks
Terapeutik : atur interval
pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien, dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi : jelaskan tujuan dan hasil
pemantauan, informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Setelah ditetapkan rencana tindakan
kepada pasien Pneumonia dengan
masalah pola nafas tidak efektif
maka telah dilakukan implementasi
kepada pasien tersebut sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah
dibuat.
Tahap terakhir pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien adalah
dengan melakukan evaluasi kepada
pasien yang dilakukan selama 3 hari.
Evaluasi yang dilakukan terhadap
pasien adalah sesuai dengan kriteria
hasil yang sudah ditetapkan pada
rencana tindakan keperawatan yang
telah ditetapkan kepada pasien yaitu :
Pola Nafas (SLKI, L.01004) yang
meliputi dipsneu menurun,
Penggunaan otot bantu nafas
menurun, pernafasan cuping hidung
menurun, frekuensi nafas membaik,
kedalaman nafas membaik
Tingkat Keletihan (SLKI, L 05046)
yang meliputi mengi menurun,
gelisah menurun, frekuensi nafas
menurun, pola nafas membaik.
6
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengkajian, pasien
mempunyai diagnosa pneumonia
dapat dibuktikan dengan adanya
hasil foto thorax yang menunjukkan
hasil pneumonia dengan masalah
pola nafas tidak efektif. Pada pasien
pengkajian dilakukan melalui
perantara pembimbing klinik karena
suatu kondisi tertentu. Dengan
keluhan utama yaitu pasien
mengatakan sesak nafas dan disertai
adanya batuk. Dan pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya pernafasan
cuping hidung , adanya otot bantu
pernafasan pada saat respirasi dan
pada auskultasi ditemukan adanya
wheezing serta frekuensi nafas yang
abnormal yaitu 28 x/mnt. Menurut
Mutaqin A, 2014 bahwa pada pasien
Pneumonia mengalami peradangan
pada paru-paru yang menyebabkan
adanya eksudat yang akan masuk
pada alveoli yang menyebabkan
manifestasi antara lain dipsneu,
batus, sianosis, yang akan
menyebabkan konsolidasi sehingga
menimbulkan masalah nyeri akut,
hipertermia, bersihan jalan nafas
tidak efektif, pola nafas tidak efektif,
gangguan tidur dan intoleransi
aktifitas serta defisit nutrisi. Pola
nafas tidak efektif ditandai dengan
adanya dipsneu, penggunaan otot
bantu pernafasan, pola nafas yang
abnormal dan pernafasan cuping
hidung. (PPNI, 2018).
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang ditemukan,
pasien memiliki masalah
keperawatan pola nafas tidak efektif
yang berhubungan dengan adanya
kelemahan otot nafas karena proses
infeksi pada paru-paru. Dengan
etiologi yaitu pasien mengalami
perubahan frekuensi pola nafas yang
lebih dari normal yaitu 28 x/mnt,
adanya pernafasan cuping hidung
pada pasien, SpO2 95%. Sehingga
peneliti menetapkan diagnosa
keperawatan polanafastidakefektif
b/d hambatan upaya nafas. Diagnosa
keperawatan yang dapat terjadi pada
pasien dengan pneumonia menurut
Nurarif, 2011 adalah salah satunya
pola nafas tidak efektif yang
dikarenakan adanya organisme yang
masuk ke dalam sistem pernafsan
bagian bawah yang mengakibatkan
adanya infeksi pada alveoli sehingga
menimbulkan adanya konsolidasi
pada alveoli yang menyebabkan
7
bersihan jalan nafas tidak efektif dan
mengakibatkan pola nafas tidak
efektif. Menurut Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, pola nafas tidak efektif
adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi
adekuat yang disebabkan oleh
depresi pusat pernafasan, hambatan
upaya nafas (mis. nyeri saat bernafas,
kelemahan otot pernafasan),
deformitas dinding dada, deformitas
tulang dada, gangguan
neuromuskuler, gangguan neurologis
(mis. elektroensefalogram (EEG)
positif, cedera kepala, gangguan
kejang), imaturitas neurologis,
penurunan energi, obesitas, posisi
tubuh yang menghambat ekspansi
paru, sindrom hipoventilasi,
kerusakan inervasi diafragma
(kerusakan saraf C5 keatas), cedera
pada medula spinalis ,efek agen
farmakologia, kecemasan. Yang
ditandai dengan gejala Mayor :
dipsneu, penggunaan otot bantu
pernafasan, fase ekspirasi
memanjang, pola nafas abnormal
(mis. takipneu, bradipneu,
hiperventilasi, kusmaull, cheyne
stokes). Gejala dan tanda Minor :
ortopneu, pernafasan pursed – lip,
pernafasan cuping hidung, diameter
thoraks anterior-posterior meningkat,
ventilasi semenit menurun, Kapasitas
vital menurun, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun
, ekskursi dada berubah
3. Tujuan
Tujuan yang ditetapkan pada pasien
adalah untuk memberikan dan
memperbaiki pola nafas yang efektif
sehingga memberikan ventilasi yang
adekuat terhadap pasien yang dapat
memenuhi kebutuhan oksigen bagi
seluruh tubuh yang jika tidak
ditatalaksana lebih lanjut akan
mengakibatkan terjadinya
perburukan keadaan dan bahkan
kematian. Tujuan yang telah
ditetapkan pada pasien, sesuai
dengan teori Tim Pokja SLKI DPP
PPNI (2018) yang memaparkan
bahwa penetapan tujuan rencana
keperawatan bagi pasien Pneumonia
dengan masalah pola nafas tidak
efektif dapat memberikan ventilasi
yang adekuat setelah diberikan
asuhan keperawatan kepada pasien
dalam jangka waktu tertentu.
Menurut Mutaqin (2014)
penatalaksanaan kasus Pneumonia
secara umum adalah humidifikasi
(pemberian nebulizer), oksigenasi,
fisioterapi dan hidrasi, operasi
8
(diperlukan jika masalah emfisema
terjadi) dan terapi obat berupa
antibiotik.(Mutaqin, 2014)
4. Kriteria Hasil
Berdasarkan data yang ditemukan,
kriteria hasil yang ditetapkan pada
pasien bertujuan untuk mengevaluasi
apakah pada setiap tindakan atau
asuhan keperawatan pada pasien
dapat meningkatkan kondisi pasien.
Kriteria hasil yang telah ditetapkan
pada pasien sudah sesuai dengan
teori penulis pada tinjauan pustaka.
Diharapkan setelah dilakukan asuhan
keperawatan maka pola nafas pasien
menjadi adekuat. Kriteria hasil yang
ditetapkan pada pasien sesuai
dengan Tim POKJA SLKI DPP
PPNI (2018) yang menyatakan
bahwa pasien yang mengalami pola
nafas tidak efektif harus mencapai
kriteria hasil pola nafas sebagai
berikut, dipsneu menurun,
penggunaan otot bantu nafas
menurun, pernafasan cuping hidung
menurun, frekuensi nafas membaik,
kedalaman nafas membaik.(SLKI,
01004) Selain itu juga ditambahkan
kriteria hasil tingkat keletihan
sebagai berikut mengi menurun,
gelisah menurun, frekuensi nafas
menurun dan pola nafas membaik.
(SLKI, L 05046)
5. Intervensi
Pada pasien dilakukan tindakan
keperawatan dan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan
tinjauan pustaka. Peneliti
merencanakan 21 intervensi untuk
pasien karena setiap intervensi yang
akan dilakukan disesuaikan dengan
keadaan dan kondisi terkini pasien
yang didapat saat pengkajian.
Intervensi tersebut bertujuan untuk
meningkatkan ventilasi yang
adekuat. Intervensi yang telah
ditetapkan bagi pasien telah sesuai
dengan teori menurut TIM POKJA
SIKI DPP PPNI (2017) yaitu dengan
manajemen jalan nafas. Menurut
Mutaqin (2014), penatalaksaan yang
bisa diberikan kepada pasien
Pneumonia meliputi humidifikasi
(pemberian nebulizer), oksigenasi,
fisioterapi, hidrasi, operasi
(diperlukan jika ada masalah
sekunder seperti emfisema paru) dan
terapi obat yang berupa antibiotik
6. Implementasi
Pada pasien intervensi yang telah
direncakan berjumlah 21, dan
dilakukan implementasi melalui
9
perantara dari pembimbing klinik.
Menurut pembimbing klinik pasien
sangat kooperatif sehingga
memudahkan peneliti dalam
melaksanakan implementasi
keperawatan. Sesuai dengan
intervensi yang telah direncanakan.
sesuai dengan teori menurut Setiadi
(2012) Implementasi keperawatan
merupakan pengelolaan dan
perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada
tahap perencanaan. Adapun pedoman
implementasi keperawatan menurut
Dermawan (2012), yaitu tindakan
keperawatan yang dilakukan kosisten
dengan rencana dan dilakukan
setelah memvalidasi rencana
keperawatan, keamanan fisik dan
psikologis pasien dilindungi, serta
selama tahap implementasi perawat,
terus melakukan pengumpulan data
dan memilih asuhan keperawatan
yang paling sesuai dengan kebutuhan
pasien. Semua implementasi
didokumentasikan kedalam format
yang telah ditetapkan institusi.
Menurut Debora (2017),
implementasi merupakan tahap
perencanaan yang dibuat dan
diaplikasikan pada pasien. Tindakan
yang dilakukan mungkin sama,
mungkin juga berbeda, dengan
urutan yang telah dibuat pada
perencanaan. Aplikasi yang
digunakan pada pasien akan berbeda
disesuaikan dengan kondisi pasien
saat itu dan kebutuhan yang paling
dirasakan oleh pasien
7. Evaluasi
Pada pasien yang dirawat, setelah 3
hari dilakukan asuhan keperawatan,
masalah pola nafas tidak efektif pada
pasien masih belum teratasi. Hal ini
disebabkan karena ventilasi masih
belum adekuat. Namun karena
tindakan farmakologis yang telah
diberikan serta tindakan keperawatan
yang telah dilakukan oleh peneliti,
seperti memberikan Oksigen dan
melatih untuk batuk efektif dan
memberikan posisi semi fowler dapat
membantu untuk meringankan rasa
sesak yang diderita oleh pasien.
Setelah dilakukan tindakan tersebut,
pasien mengatakan bahwa sesak
nafas yang dialaminya masih ada
tetapi sudah berkurang. Menurut
Manurung (2011) evaluasi
keperawatan merupakan kegiatan
yang perlu dilakukan secara
berkelanjutan untuk mengukur
tingkat efektivitas dan keberhasilan
10
rencana keperawatan serta
bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, direvisi atau bahkan
dihentikan. Hal ini sesuai teori
menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI
(2018) bahwa hasil yang diharapkan
setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah; dipsneu
menurun, penggunaan otot bantu
nafas menurun, pernafasan cuping
hidung menurun, frekuensi nafas
membaik, kedalaman nafas
membaik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien
dewasa Pneumonia dengan masalah
pola nafas tidak efektif di Rumah
Sakit Panti Waluya Sawahan Malang
dapat dilaksanakan pada pasien
selama 3 hari, berdasarkan data yang
diperoleh dari pembimbing 3, setelah
dilakukan pengkajian sampai dengan
evaluasi, pada pasien didapatkan
pola nafas masih belum adekuat.
Pada pasien dapat mencapai 9
kriteria hasil yang sudah ditetapkan
sesuai teori dan 1 kriteria yang
belum dicapai yaitu frekuensi nafas
membaik sehingga masalah
keperawatan pada pasien adalah
masalah pola nafas tidak efektif
belum teratasi.
Saran
Bagi Lahan Penelitian peneliti
berharap penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan
referensi oleh tenaga perawat di
Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan
Malang dalam peningkatan
pelayanan dan perawatan yang
diberikan pada pasien, serta
peningkatan mutu pelayanan
kesehatan menjadi lebih baik dengan
begitu pasien merasa lebih puas dan
mutu Rumah Sakit Panti Waluya
Malang menjadi lebih baik. Bagi
Institusi Pendidikan diharapkan
penelitian ini dapat digunakan
sebagai salah satu sumber materi
asuhan keperawatan pada pasien
dewasa dengan Pneumonia dengan
masalah pola nafas tidak efektif,
memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa, bukan hanya sebagai
sebuah bacaan terlebih sebagai
pengetahuan untuk memberikan
asuhan keperawatan yang baik,
rencana tindak lanjut, serta
menumbuhkan inovasi baru bagi
pasien terlebih pasien Pneumonia
dengan masalah pola nafas tidak
efektif, dengan memberikan asuhan
11
keperawatan mandiri yang berupa
melakukan monitor pola nafas
(frekuensi, kedalaman, usaha nafas),
melakukan monitor bunyi nafas
tambahan (mis. gurgling, mengi,
wheezing, ronkhi kering), melakukan
monitor sputum (jumlah, warna,
bau), memberikan posisi fowler atau
semi fowler, memberikan minum
hangat, melakukan fisioterapi dada,
memberikan oksigen dan melakukan
kolaborasi untuk pemberian obat
obatan. Bagi Peneliti Selanjutnya
disarankan melakukan penelitian
studi kasus dengan topik yang sama,
diharapkan lebih mampu membina
hubungan saling percaya dengan
pasien, agar dalam asuhan
keperawatan lebih optimal serta
diharapakan mampu melanjutkan
atau mengembangkan penelitian
studi kasus “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dewasa Pneumonia
dengan masalah Pola Nafas Tidak
Efektif” dengan metode
pengaplikasian intervensi yang lebih
terbaru dan efisien pada pasien
Pneumonia yang menderita pola
nafas tidak efektif dan diharapkan
hasil dari penelitian tercapai dengan
baik dalam waktu penelitian 3 hari
DAFTAR PUSTAKA
Bararah, T dan Jauhar, M 2013, Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional, Jakarta : Prestasi Pustakaraya
Data Statistik Rumah sakit Panti
Waluya Sawahan Malang, tentang 10 penyakit terbanyak tahun 2019, RSPW Malang
Debora , Odera (2017) Proses
Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik, Jakarta, Salemba Medika
Departemen Kesehatan RI, 2011,
Pneumonia penyebab kematian, dari www.depkes.go.id
Dermawan, D (2012) Proses
Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja, Yogyakarta, Gosyen Publishing
Dinas Kesehatan Jawa Timur, 2017
Profil Kesehatan Indonesia Judith M Wilkinson, 2016,
Diagnosis Keperawatan ed 10, Jakarta Amanah Budaya (EGC)
Muttaqin, Arif, 2014, Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika
Ngastiyah 2015, Perawatan Anak
Sakit ed 2, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Nurarif AH & Kusuma AH 2015,
Aplikasi Asuhan
12
Keperawatan BerdasarkanDiagnosa Medis, Jogjakarta : Penerbit Mediaction
PPNI Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1, cetakan 2, Jakarta
PPNI Standar Luaran Keperawatan
Indonesia, Definisi dan Kiteria Hasil Keperawatan edisi 1, cetakan 2, Jakarta
PPNI Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan
Keperawatan edisi 1, cetakan 2, Jakarta
Riskesdas, 2018, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Diunduh dari http://www.docstoc.com/docs/19707850 /Laporan-Hasil-Riset Kesehatan
Setiadi, (2012), Konsep dan
Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan, Yogyakarta,Graha Ilmu
World Health Organization, 2017
pneumonia di dunia,Jakarta: EGC
13