studi kasus asuhan keperawatan nyeri...
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. K
DENGAN POST OPERASI APENDIKSITIS DI RUANG
KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FAHRUDIN
NIM. P.09033
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
�
i�
�
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. K
DENGAN POST OPERASI APENDIKSITIS DI RUANG
KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FAHRUDIN
NIM. P.09033
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI
KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
ii��
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : MUHAMMAD FAHRUDIN
NIM : P. 09033
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT
PADA TN. K DENGAN POST OPERASI
APENDIKSITIS DI RUANG KANTIL RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 28 April 2012
Yang Membuat Pernyataan
MUHAMMAD FAHRUDIN
NIM. P. 09033
iii
�
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :
Nama :Muhammad Fahrudin
NIM : P.09033
Program Studi : DIII Keperawatan
Judul : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA
TN. K DENGAN POST OPERASI APENDIKSITIS DI
RUANG KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KARANGANYAR.
Telah disetujui untuk diajukan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di :
Hari/Tanggal :
Pembimbing : Joko Kismanto, S. Kep, Ns (................................)
NIK. 200670020�
v �
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat,
hidayah serta karunia yang telah dilimpahkan-NYA, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN
KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. K DENGAN APENDIKSITIS DI
RUANG KANTIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR “
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.kep., Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
kusuma Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Joko Kismanto, S.Kep., Ns selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnanya
studi kasus ini.
4. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns selaku dosen penguji dua yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan – masukan, inspirasi,
vi �
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnanya
studi kasus ini.
5. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns selaku dosen penguji tiga yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan – masukan, inspirasi,
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnanya
studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikam bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku Bp Suyatno dan Ibu Suyati, yang selalu menjadi inspirasi
dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu - persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehan. Amin.
Surakarta,april 2012
Muhammad Fahrudin
NIM P.09033
vii �
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................. 5
C. ManfaatPenulisan ................................................................. 5
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ..................................................................... 7
B. Pengkajian ........................................................................... 7
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................ 10
D. Perencanaan Keperawatan .................................................... 10
E. Implementasi Keperawatan .................................................. 11
F. Evaluasi Keperawatan .......................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ......................................................................... 15
B. Kesimpulan .......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
viii �
LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup
2. Log Book
3. Format Pendelegasian
4. Lembar Konsul Karya Tulis Ilmiah
5. Lampiran Asuhan Keperawatan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Appendiks adalah salah satu kasus kegawatdaruratan di bidang
abdomen dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah yang menetap
dan semakin bertambah nyeri (Sander, 2011).
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung panjang dan
sempit. Panjangnya kira – kira 10 cm ( kisaran 3 – 15 cm) dan berpangkal
disekum. Appendiks menghasilkan lender 1 – 2 ml per hari. Lendir secara
normal dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke sekum.
Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah
satu penyebab terjadinya appendiksitis. Jaringan limfoid yang mula – mula
tampak pada usia 2 minggu akan meningkat jumlahnya secara bertahap
hingga mencapai puncaknya pada kisaran usia ini. Setelah umur 30 tahun
jaringan limfoid akan berkurang hingga setengahnya dan akan terus
berkurang hingga menghilang setelah usia diatas 60 tahun (Soybel, 2003).
Secara umum di Indonesia apendiks masih merupakan penyokong
terbesar untuk pasien operasi setiap tahunnya (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil survey data di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo
Semarang khususnya di ruang Anggrek yang dilakukan pada bulan Mei
2011 diketahui terdapat 10 (27,7%) klien apendisitis dari 36 tempat tidur
yang ada di ruangan. Dari data tersebut di ketahui bahwa 5 (13,8%) klien
2 �
�
dilakukan pembedahan apendiktomi, 4 (11,1%) klien dilakukan
pembedahan laparatomy, dan 1 (2,8%) klien tidak dilakukan pembedahan.
Sedangkan yang terjadi komplikasi perforasi dalam 1 bulan ada 1 (2,8%)
klien (Sander, 2011).
Appendiksitis adalah salah satu kasus kegawatdaruratan dibidang
abdomen dengan keluhan utama nyeri perut kanan bawah yang menetap
dari semakin bertambah nyeri. Keluhan awal penyakit ini hampir
menyerupai keluhan gastritis yaitu nyeri di ulu hati yang kemudian
berpindah dan penetap di perut kanan bawah. Diagnosa ditegakkan dengan
mengenalkan tanda dan gejala penyakit ini sejak dini untuk menghindari
perburukkan dari appendiksitis akut menjadi appendiksitis perforasi yang
menimbulkan peritonitis. Metode perhitungan skor dengan melihat tanda
dan gejala berdasarkan Alvarodo score sangat membantu para dokter
umum dan perawat yang bertugas dibaris terdepan dari pelayanan
kesehatan masyarakat untuk menegakkan diagnosa appendiksitis akut dan
segera melakukan rujukan ke rumah sakit yang terdapat spesialis bedah
untuk dilakukan pengangkat anappendiks. Penatalaksanaan appendiksitis
akut sampai sekarang adalah berupa appendiktomy yang invasive yaitu
laparoskopi ataupun bedah terbuka (Sander, 2011).
Manifestasi klinis gejala utama terjadinya appendiks adalah adanya
nyeri perut yang klasik pada appendiks adalah nyeri yang dimulai dari
uluhati, lalu setelah 4 – 6 jam akan dirasakan berpindahnya kedaerah perut
kanan bawah (sesuai dengan lokasi appendiks). Namun pada beberapa
3 �
�
keadaan tertentu (bentuk appendiks yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di
daerah lain (sesuai posisi appendiks). Ujung appendiks yang panjang dapat
berada pada daerah perut kiri bawah, punggung, atau dibawah pusar,
anoreksia (penurunan nafsu makan) biasannya selalu menyertai
appendiksitis. Mual muntah dapat terjadi, tetapi gejala ini tidak menonjol
atau berlangsung cukup lama, kebanyakan pasien hanya muntah satu atau
dua kali. Dapat juga dirasakan keinginan untuk buang air besar atau
kentut. Demam juga dapat timbul, tetapi biasanya kenaikan suhu tubuh
yang terjadi tidak lebih dari 10 C (370C – 38,8
0C). Jika terjadi peningkatan
suhu yang melebihi 38,80C, maka kemungkinan besar sudah terjadi
peradangan yang lebih luas di daerah perut (Peritonitis) (Sander, 2011).
Nyeri adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian - kejadian
dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry 2003).
Nyeri biasanya dibedakan menjadi dua tipe besar yaitu nyeri akut dan
nyeri kronis. Keduanya bisa dibedakan dari onset, durasi dan penyebab
nyeri. Nyeri akut terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat. Nyeri akut
biasanya peristiwa baru, tiba-tiba dan durasinya singkat. Hal ini berkaitan
dengan penyakit akut, operasi atau prosedur pengobatan atau trauma dan
rasa nyeri dapat membantu untuk menentukan lokasinya. Karakteristik
4 �
�
yang lain adalah rasa nyeri biasanya dapat diidentifikasi, rasa nyerinya
cepat berkurang / hilang, sifatnya jelas dan mungkin sekali untuk berakhir
/ hilang. Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung lama, intensitasnya
bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri kronis
adalah suatu situasi atau keadaan pengalaman nyeri yang menetap /
kontinyu selama beberapa bulan / tahun setelah fase penyembuhan dari
suatu penyakit akut / injuri. Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri
tidak mudah diidentifikasi, intensitas nyeri sukar diturunkan, rasa nyerinya
biasanya meningkat, sifatnya kurang jelas dan kemungkinan kecil untuk
sembuh / hilang.
Intensitas nyeri seseorang dapat diketahui dari alat-alat pengkajian
yang digunakan. Pada deskripsi verbal tentang nyeri, individu merupakan
penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta
untuk menggambarkan dan membuat tingkatannya. Intensitas nyeri didapat
diukur dengan menggunakan skala diantaranya : skala intensitas nyeri
deskriptif sederhana, skala intensitas nyeri numerik 0-10 dan skala analog
visual (VAS). Skala dipergunakan untuk mendeskripsikan intensitas /
beratnya rasa nyeri (Bruner dan Suddart 2008).
Berdasarkan data-data diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. K Dengan Post Operasi
Appendiksitis di Ruang Kantil Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar”.
5 �
�
B. TujuanPenulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus nyeri akut pada Tn. K dengan post operasi
appendiks di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
mampu :
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. K dengan post
operasi apendiks.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. K
dengan post operasi appendiks.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada
pasien dengan post operasi apendiks.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. K dengan post
operasi apendiks.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. K dengan post
operasi apendiks.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Tn. K
dengan post operasi apendiks.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai data dasar di keperawatan
dan menjadi informasi tambahan pada pembuatan intervensi keperawatan
6 �
�
dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada penatalaksanaan
nyeri post-operasi apendiks.
1. Bagi Rumah Sakit
Untuk menambah referensi mengenai penanganan gangguan rasa
nyeri akut pada post apendiks.
2. Bagi Penulis
Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta pengetahuan
tentang Penyakit Appendiksitis beserta penatalakasanaan secara medis
dan konsep keperawatannya, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan
wawasan oleh penulis.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional,
terampil,inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
Bab II ini akan menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan Rasa Nyeri
Akut dengan kasus pada pasien Tn. K dengan post operasi appendiksitis di
ruang Kantil Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar pada tanggal 05 April –
07 April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data,
perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 09.00 WIB, pada kasus ini
langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis, dan catatan perawat
dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien, bahwa klien
bernama Tn. K, umur 49 tahun, agama Islam, alamat Krandont 01 rw 04
Karanganyar, pendidikan SMP, pekerjaan wiraswasta, nomor register
237639,dirawat di bangsal Kantil Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar, diagnose medis Tn. K adalah menderita penyakit
Appendiksitis. Penanggung bertanggung jawab kepada klien adalah Ny. P,
umur 40 tahun, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, hubungan
dengan klien istri klien.
Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan
utama yang dirasakan oleh klien adalah nyeri pada abdomen kanan bawah.
Riwayat penyakit sekarang mulai muncul gejala pada saat masuk rumah
8
��
�
sakit Tn. K mengatakan mengeluh nyeri perut kanan bawah dekat dengan
daerah pusar sampai kebelakang, saat pasien batuk juga mengeluh.
Riwayat penyakit sekarang pada tanggal 5 april 2012 pasien
mengeluh nyeri perut kanan bawah dekat daerah pusar sampai kebelakang,
saat pasien batuk juga mengeluhkan nyeri, demam, suhu 380C terus
keluarga membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Pola aktivitas dan lingkungan, mandi perlu bantuan orang lain,
berpakaian perlu bantuan orang lain, eliminasi perlu bantuan orang lain
dan alat, mobilitas ditempat tidur perlu bantuan orang lain, berpindah perlu
bantuan orang lain, ambulasi atau rom perlu bantuan orang lain dan alat.
Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan tidur 7 jam
perhari malam jam 21.30 – 04.30 WIB dan jarang tidur siang, kondisi saat
bangun tidur segar, selama sakit pasien mengatakan bisa tidur 4 jam
perhari dan setiap malam selalu terbangun akibat nyeri.
Pola kognitif perceptual, sebelum sakit pasien mengatakan dapat
berbicara dengan jelas, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, tidak
menggunakan alat bantu pendengaran, selama sakit pendengaran jelas,
tidak menggunak analat bantu penglihatan, dan klien mengeluh nyeri pada
post operasi, terasa senut – senut dibagian abdomen dengan skala nyeri 6.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien
tampak lemas, compos mentis, tanda – tanda vital pasien dengan hasil
tekanan darah 110/70 mmHg, pernafasan 20 kali per menit, nadi 76 kali
per menit, suhu 360C.
9
��
�
Pemeriksaan Head to toe kepala messosepal, kulit kepala bersih,
tidak ada ketombe, tidak ada lesi, rambut lurus hitam beruban dan bersih.
Mata simetris kanan kiri, konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik,
penglihatan normal. Hidung simetris kanan dan kiri, tidak ada polip, dan
terlihat bersih. Gigi warna kekuning kuningan. Telinga simetris kanan kiri,
tidak ada serumen. Leher tidak ada pembesaran klenjar tyroid. Pada
pemeriksaan dada, jantung inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus
cordis teraba di SIC V, perkusi pekak, auskultasi tidak ada suara
tambahan. Pada paru inspeksi pengembangan dada sama kanan kiri,
palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi
vesikuler, tidak ada suara tambahan dan abdomen inspeksi bentuk simetris
dan ada jejas di abdomen, auskultasi bising usus 24 kali per menit, perkusi
dan palpasi tidak terkaji.
Ekstermitas atas di bagian tangan kiri terpasang infuse Rl 20 tetes
per menit, dan tangan kanan tidak terpasang infuse perabaan akral hangat
dan capillary refill < 3 detik kekuatan otot kanan kiri sama dan ekstermitas
bawah tidak terpasang apa apa, kekuatan otot kanan dan kiri sama,
capillary refill < 3 detik, perabaan akral hangat. Genetalia terpasang DC
sudah tiga hari dan system integument warna kulit coklat, turgor kulit
elastis.
Dari pemeriksaan penunjang, pemeriksaan laboratorium pada
tanggal 4 april 2012 didapatkan hasil WBC 19,1H 103/ul, RBC 4,36 10
6/ul,
HGB 12,8 g/dl, HCT 37,8 %, MCV 86,7 fc, MCH 29,4 pg, MCHC 33,9
10
���
�
g/dl, PCT 226 103/ul, 1% (10
3/ul, Ly 8,36 (10
3/ul), MO 1,3 0,36, GR 90.4
H 17.2, EO – 70.7, RDW 12.8 17%, PCT 0,09 %, MPV 4.4 fc,PPW 18.3H
%, dan dari pemeriksaan Radiologi didapatkan hasil kesan yaitu proses
peradangan di MC Burney.
Di ruangan kantil pasien mendapat kan terapi Infus RL20 tetes per
menit, Injeksi Cefotaxime 2 x 1 gram, Injeksi Antasit 2 x 1 gram, Injeksi
Ranitidin 2 x 150 mg, Pragesol 500 mg/ml, PCT Tablet 3 x 500 mg. Pasien
menjalani operasi tanggal 3 April 2012 dan penulis melakukan pengkajian
tanggal 5 April 2012.
B. Perumusan Masalah Keperawatan
Pada tanggal 5 April 2012 jam 09.00 WIB didapatkan Analisa Data
subyektif pasien mengatakan nyeri pada abdomen bekas operasi / jahitan
dan didapatkan P :nyeri akibat insisi, Q :senut – senut, R : Abdomen, Skala
: 6, T :saat digerakan dan didapatkan data obyektif pasien tampak
meringis, pasien tampak menahan sakit, pasien tampak pucat dan penulis
menegakan diagnose nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan.
C. Perencanaan Keperawatan
Berdasarkan diagnosa keperawatan prioritas utama diatas penulis
menyusun rencana keperawatan pada Tn. K dengan tujuan rencana keperawat
an adalah setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan masalah nyeri akut dapat terkontrol dengan kriteria hasil pasien
11
���
�
mengatakan nyeri berkurang atau hilang, skala nyeri 3, pasien tidak meringis
kesakitan, pasien tidak memegangi daerah perut kanan bawah, nadi rentang
80 – 90 kali per menit, suhu 360C, respirasi 16 – 24 kali per menit, tekanan
darah 120/80 mmHg. Rencana keperawatan, observasi tanda - tanda vital dan
kaji nyeri (P,Q,R,S,T) dengan rasional pasien mempengaruhi pilihan atau
pengawasan keefektifan intervensi, kenaikan tanda – tanda vital dapat
mempengaruhi kualitas nyeri, berikan lingkungan dan posisi yang nyaman
dengan rasional dapat member kenyamanan dan pengurangan rasa nyeri yang
dirasakan, ajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam dan distraksi dengan cara
mengobrol dengan orang lain rasional memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa control dan dapat meningkatkan kemampuan koping dan
kolaborasi pemberian analgesic rasional dibutuhkan untuk menghilangkan
spasme atau nyeri otot atau untuk menghilangkan ansietas dan meningkatkan
istirahat (Doengoes, 2000).
�
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi pada tanggal 5 April 2012, kamis pukul jam 09.00
WIB mengobservasi keadaan umum dan vital sign, respon subyektifnya
pasien mengatakan lemas, dan didapatkan data obyektif tekanan darah
110/70 mmHg, pernafasan 20 kali per menit, nadi 76 kali per menit, suhu
360C, jam 10.00 WIB mengkaji nyeri, respon subyektifnya pasien
mengatakan nyeri pada abdomen saat digerakan P : nyeri akibat insisi, Q :
senut – senut, R abdomen, S : 6, T : saat digerakan respon obyektifnya
12
���
�
pasien tamapk menahan sakit, jam 10.20 WIB memberikan posisi nyaman,
respon subyektifnya pasien mengatakan sudah merasa enak, respon
obyektifnya pasien tampak lebih rileks dengan posisi semi fowler, jam
11.00 WIB mengajarkan teknik relaksasi, respon subyektifnya pasien
mengatakan nyeri agak berkurang, respon obyektifnya pasien tampak
mendemontrasikannya dengan baik, jam 11.30 WIB kolaborasi obat
cefotaxime 1 gram, respon subyektifnya pasien mengatakan bersedia di
injeksi, pasien tampak kesakitan dan injeksi masuk melalui intravena.
Pada tanggal 6 April 2012 jam 08.00 WIB mengobservasi keadaan
umum dan keluhan utama, respon subyektifnya pasien masih mengeluh
lemas dan respon obyektifnya tekanan darah 120/80 mmHg, pernafasan 20
kali per menit, nadi 80 kali per menit, suhu 370C, jam 09.00 WIB
mengkaji PQRST respon subyektifnya pasien mengatakan masih nyeri
pada abdomen, P : nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R : abdomen, S :
5, T : saat digerakkan dan respon obyektifnya pasien masih kesakitan,
tampak cemas, 09.20 WIB mengganti balutan lama dengan balutan yang
baru atau Medikasi responnya pasien mengatakan mau diganti balutannya
dan obyektifnya pasien tampak kesakitan, jam 09.45 WIB injeksi
cefotaxime 1 gram respon subyektifnya pasien mengatakan mau untuk
disuntik dan respon obyektifnya pasien tampak kesakitan saat obat masuk,
jam 10.00 WIB memberikan posisi nyaman semi fowler respon
subyektifnya pasien mengatakan nyaman dan respon obyektifnya pasien
tampak rileks dengan posisi semi fowler.
13
���
�
Implementasi hari ketiga pada tanggal 7 April 2012 jam 08.45 WIB
mengobservasi keadaan umum dan keluhan utama, respon subyektifnya
pasien mengatakan mau untuk di tanda – tanda vital, respon obyektifnya
tekanan darah 120/70 mmHg, pernafasan 22 kali per menit, nadi 80 kali
permenit, suhu 370C, jam 09.10 WIB mengkaji nyeri PQRST respon
subyektif pasien mengatakan masih nyeri pada abdomen, P : nyeri akibat
insisi, Q : senut – senut, R : abdomen, S : 5, T : saat digerakkan dan respon
obyektifnya pasien tampak kesakitan, jam 10.00 mengajarkan pasien
teknik nafas dalam respon subyektif pasien mengatakan masih nyeri,
respon obyektifnya pasien tampak melakukan teknik nafas dalam.
E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan atau implementasi, maka
diperoleh evaluasi pada tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB respon
subyektif pasien mengatakan masih nyeri pada abdomen, P : nyeri akibat
insisi, Q : senut – senut, R : abdomen, S : 6, T : saat digerakkan, pasien
tampak meringis dan pasien tampak menahan sakit, masalah belum
teratasi, intervensi dilanjutkan observasi keadaan umum dan keadaan
umum, pantau karakteristik nyeri P Q R S T, memberikan posisi yang
nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam, kolaborasi pemberian obat
analgesik.
Pada tanggal 6 April 2012 jam 14.00 WIB pasien mengatakan masih
nyeri pada abdomen, P :nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R : abdomen,
14
���
�
S : 5, T : saat digerakkan,, pasien tampak cemas dan pasien tampak
menahan sakit , masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan observasi
keadaan umum dan keadaan umum, pantau karakteristik nyeri nyeri P Q R
S T, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam,
kolaborasi pemberian obat analgesik.
Pada tanggal 7 April 2012 jam 14.00 WIB pasien mengatakan masih
nyeri pada abdomen, P :nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R : abdomen,
S : 5, T : saat digerakkan,, pasien tampak meringis dan pasien tampak
menahan sakit , masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan observasi
keadaan umum dan vital sign, kaji nyeri P Q R S T, memberikan posisi
yang nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam, kolaborasi pemberian obat
analgesik.
�
15
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan
proses keperawatan “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. K dengan
post operasi Appendiksitis di Ruang Kantil Rumah Sakit Umum Daerah
Karanganyar”. Prinsip dari pembahasan ini dengan memfokuskan kebutuhan
dasar manusia di dalam asuhan keperawatan.
A. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan,
mengorganisir, dan mencatat data yang telah menjelaskan respon
manusia yang mempengaruhi pola - pola kesehatan klien (Potter & Perry,
2007).
Pengkajian terhadap Tn. K penulis menggunakan metode
wawancara, observasi, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik. Pada
metode pertama yaitu wawancara dengan Tn. K dilakukan wawancara
secara langsung. Hal ini penulis tidak menemukan kesulitan, karena Tn.
K dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik, selain itu Tn. K dapat
bekerja sama dengan baik dalam memberikan keterangan.
16
Pada hasil pengkajian pola kesehatan fungsional ditemukan
masalah pada pola aktifitas dan latihan yaitu setelah post operasi Tn. K
mengatakan mandi, berpakaian, perlu bantuan orang lain, eliminasi perlu
bantuan orang lain dan alat, mobilitas di tempat tidur dibantu oleh orang
lain, untuk ambulasi atau rom di bantu orang lain dan alat.
B. Perumusan Masalah Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon
pasien individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi
intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan
sesuai dengan kewenangan perawat (NANDA, 2010).
Berdasarkan data - data yang didapatkan penulis dari hasil
pengkajian tanggal 05 - 07 April 2010, pada Tn. K di ruang Kanthil
RSUD Karanganyar. Dari data pengkajian dapat disimpulkan bahwa
pasien mempunyai masalah keperawatan nyeri. Etiologi dari diagnosa ini
adalah insisi pembedahan (NANDA, 2010). Pembedahan merupakan
suatu kekerasan dan trauma bagi penderita, sedangkan anestesi dapat
menyebabkan kelainan yang dapat menimbulkan berbagai keluhan dan
gejala seperti nyeri (R. Sjamsuhidajat, 2005). Secara klinik nyeri ini
diklasifikasikan sebagai nyeri nosisepsi yaitu terjadi akibat kerusakan
atau cedera jaringan pada pasca bedah sehingga menyebabkan iritasi
pada ujung saraf sensorik di perifer, di mana lokasi nyeri yang jelas
17
terjadi. Secara otomatis etiologi diatas akan mengakibatkan hambatan
syaraf - syaraf yang mensyarafi sensasi nyeri pada organ yang
bersangkutan, sehingga rasa nyeri akan sangat dirasakan oleh pasien.
C. Perencanaan Keperawatan
Intervensi keperawatan meliputi penentuan prioritas masalah,
tujuan, kriteria hasil, dan intervensi. Tahap ini dimulai setelah
menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana
dokumentasi. Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini
merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan
(Potter & Perry, 2006).
Intervensi dilakukan selama 1 kali 24 jam untuk mengetahui
keadaan pasien. Intervensi disesuaikan dengan kondisi pasien dan
fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan
specific (jelas atau khusus), measurable (dapat diukur), achieveble (dapat
diterima), rasional and time (ada kriteria waktu), selanjutnya akan
dibahas intervensi dari masing-masing diagnosa yang ditegakkan.
Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi dengan
cara mengobrol dengan orang lain karena distraksi (pengalihan perhatian)
dapat menurunkan stimulus internal dan memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan koping
18
hal ini dilakukan karena dapat mengalihkan perhatian terhadap nyeri,
meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama
(Doenges, 2000). Teknik relaksasi napas dalam dipercaya dapat
menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme yaitu dengan
merelaksasikan otot-otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan
oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh
darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemik dan juga mampu merangsang tubuh untuk
melepaskan opoiod endogen yaitu endorphin dan enkefalin (Smeltzer &
Bare, 2002). Memberikan terapi injeksi pragesol 500 mg/ml, pragesol
adalah obat jenis analgesik yang dapat memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang (Muttaqin, 2011 : 509). Memberikan posisi yang
nyaman (Doengoes, 2000), posisi yang diberikan adalah supinasi karena
posisi tersebut tidak menekan bagian perut kanan bawah. Observasi tanda-
tanda vital, terutama tekanan darah, nadi, dan respirasi, karena merupakan
indikator penting terhadap adanya peningkatan intensitas nyeri. Mediator
nyeri, seperti prostaglandin, dapat memicu rangsangan saraf simpati yang
menimbulkan peningkatan tanda vital tersebut (Wolff, 2005).
D. ImplementasiKeperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan
dimana rencana keperawatan dilaksanakan dan melaksanakan intervensi
atau aktivitas yang telah ditentukan. Implementasi adalah kegiatan
19
pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional. Pembahasan implementasi meliputi rencana tindakan
yang dapat dilakukan dan tindakan yang tidak dapat dilakukan sesuai
dengan intervensi pada masing-masing diagnosa (Handayaningsih,
2007).
Implementasi pada tanggal 5 April 2012, kamis pukul 09.00 WIB
mengobservasi keadaan umum dan vital sign, respon subyektifnya pasien
mengatakan lemas, dan di dapatkan data obyektif tekanan darah 110/70
mmHg, pernafasan 20 kali permenit, nadi 76 kali permenit, suhu 360C,
10.00 WIB mengkaji nyeri, respon subyektifnya pasien mengatakan nyeri
pada abdomen saat digerakan P : nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R
abdomen, S : 6, T : saat digerakan, 10.20 WIB memberikan posisi
nyaman, respon subyektifnya pasien mengatakan sudah merasa enak,
respon obyektinya pasien tampak lebih rileks, 11.00 WIB mengajarkan
teknik relaksasi, respon subyektifnya pasien mengatakan nyeri agak
berkurang, respon obyektifnya pasien tampak mendemontrasikannya
dengan baik, 11.30 WIB kolaborasi obat, respon subyektifnya pasien
mengatakan mau disuntik, pasien tampak kesakitan saat obat
dimasukkan.
Pada tanggal 6 April 2012 jam 08.00 WIB mengobservasi keadaan
umun dan keluhan utama, respon subyektifnya pasien masih mengeluh
lemas dan respon obyektifnya tekanan darah 120/80 mmHg, pernafasan
20 kali permenit, nadi 80 kali permenit, suhu 370C, 09.00 WIB mengkaji
20
PQRST respon subyektifnya pasien mengatakan masih nyeri pada
abdomen, P : nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R : abdomen, S : 5, T :
saat digerakkan, 09.20 WIB mengganti balutan lama dengan balutan
yang baru atau Medikasi, 09.45 WIB injeksi cefotaxime respon
subyektifnya pasien mengatakan mau untuk disuntik dan respon
obyektifnya pasien tampak kesakitan saat obat dimasukkan, 10.00 WIB
memberikan posisi nyaman semi fowler respon subyektifnya pasien
mengatakan nyaman dengan posisi nyaman dan respon obyektifnya
pasien tampak rileks dengan posisi semi fowler.
Implementasi hari ketiga pada tanggal 7 April 2012 jam 08.45
WIB mengobservasi keadaan umum dan keluhan utama respon
subyektifnya pasien mengatakan mau untuk di tanda – tanda vital,
respon obyektifnya tekanan darah 110/70 mmHg, pernafasan 22 kali
permenit, nadi 76 kali permenit, suhu 370C, 09.10 WIB mengkaji
nyeri PQRST respon sbyektif pasien mengatakan masih nyeri pada
abdomen, P : nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R : abdomen, S : 5,
T : saat digerakkan. , jam 10.00 mengajarkan pasien teknik nafas
dalam respon subyektif pasien mengatakan masih nyeri, respon
obyektifnya pasien tampak melakukan teknik nafas dalam.
Penulis melaksanakan implementasi dari intervensi yang penulis
susun.
21
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan
yangsistematik pada status kesehatan klien. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan
dengan menggunakan format evaluasi SOAP meliputi data subyektif,
data obyektif, data analisa, dan data perencanaan (Handayaningsih,
2007).
Evaluasi diagnosa keperawatan yang utama yaitu diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen cedera fisik (insisi pembedahan), Setelah
dilakukan tindakan keperawatan atau implementasi, maka diperoleh
evaluasi pada tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB respon subyektif
pasien mengatakan masih nyeri pada abdomen, P : nyeri akibat insisi, Q :
senut – senut, R : abdomen, S : 6, T : saat digerakkan, pasien tampak
meringis dan pasien tampak menahan sakit, masalah belum teratasi,
intervensi dilanjutkan observasi keadaan umum dan keadaan umum, kaji
nyeri P Q R S T, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik
nafas dalam, kolaborasi pemberian obat analgesik (pragesol 500 mg/ml).
Padatanggal 6 April 2012 jam 14.00 WIB pasien mengatakan
masih nyeri pada abdomen, P :nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R :
abdomen, S : 5, T : saat digerakkan, pasien tampak cemas dan pasien
tampak menahan sakit , masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan
observasi keadaan umum dan vital sign, kaji nyeri P Q R S T,
22
memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam,
kolaborasi pemberian obat.
Pada tanggal 7 April 2012 jam 14.00 WIB pasien mengatakan
masih nyeri pada abdomen, P :nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R :
abdomen, S : 5, T : saat digerakkan,, pasien tampak meringis dan pasien
tampak menahan sakit , masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan
observasi keadaan umum dan vital sign, kaji nyeri P Q R S T,
memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan teknik nafas dalam,
kolaborasi pemberian obat analgesik.
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian pada Tn. K dengan nyeri akut akibat post operasia
pendektomi adalah klien mengeluh nyeri pada luka post operasi dengan
hasil P : nyeri akibat insisi, Q : senut – senut, R : abdomen, S : 6, T : saat
digerakkan, nyeri terasa seperti ditusuk jarum dan terasa saat badan
digerakkan, misalnya miring kanan atau miring kiri.
2. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan
dengan agen cidera fisik (post apendektomi).
3. Rencana asuhan keperawatan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam diharapkan masalah nyeri dapat teratasi dengan criteria
hasil skala nyeri berkurang dari 6 menjadi 5 dan ekspresi wajah klien
tampak rileks, intervensinya observasi tanda – tanda vital, kaji nyeri
23
PQRST, berikan posisi yang nyaman ajarkan teknik relaksasi, kolaborasi
obat.
4. Implementasi yang telah dilakukan pada Tn. K selama 3 hari dari tanggal
5 – 7 april 2012 adalah mengkaji tanda - tanda vital, mengkaji
karakteristik nyeri, memberikan posisi yang nyaman semifowler,
mengajarkan teknik relaksasi dan berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberi ananalgesik.
5. Evaulasi dari tindakan keperawatan pada Tn. K selama 3 hari mulai
tanggal 5 – 7 april 2012 yang telah dilakukan masalah belum teratasi.
6. Analisa kondisi Tn. K yaitu kaji nyeri PQRST dengan hasil P : nyeri
akibat insisi, Q : senut – senut, R : abdomen, S : 5, T : saat digerakkan.
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
appendiksitis, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif
khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim
kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien
appendiksitis khususnya. Dan diharapkan rumah sakit mampu
menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung
kesembuhan pasien.
24
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lain yakni
dokter, radiologi, dan ahli gizi dalam memberikan asuhan keperawatan
pada klien agar lebih maksimal, perawat diharapkan dapat memberikan
pelayanan profesional dan komprehensif.
3. Bagi institusi pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih
berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional,
terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan
keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Brasher Valentina L., (2008), APLIKASI KLINIS PATOFISIOLOGI &
PEMERIKSAAN MANAJEMEN, Edisi 2, Penerjemah dr. H. Kuncara,
PenerbitBukuKedokteran EGC, Jakarta, hal 351-362
B. Lubis, Delyuzar Bag Patologi Anatomi Fak. Kedokteran U.S.U. Medan, dari
Venkateswaran K. Iyer. Role of Fine Needle Aspiration Cytology in the
Management of Pediatric Renal Tumors. Journal of Indian Association of
Pediatric Surgeons. http://www.jiaps.com/article.asp?issn=0971-
9261;year=2007;volume=132;issue=3 Diakses 6 April 2012
Jerkin, D; Sonley M. Soft-Tissue Sarcomas in the Young. Medical Treatment
Advances in Perpective. Cancer. A Jour of Am cancer Society. 2011 ;
46:621-629 Posted on 8 February 2011 by ArtikelBedah, dari
www.ilmubedah.com, diakses 6 April 2012
Planta Martin Von, Georges Hartmann, (2003). BUKU SAKU DIAGNOSIS
BANDING ILMU PENYAKIT DALAM, Penerjemah dr. HuriawanHartanto,
PenerbitHipokrates, Jakarta, hal 7-8
SmeltzerSuzzanne C., Bare Brenda G., (2002), BUKU AJAR KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH BRUNER & SUDDARTH, Vol 1, Edisi 8,
PenerjemahAgungWahyuSKepdkk, PenerbirBukuKedokteran EGC, Jakarta,
hal 211-217
Stein Jay H. MD., (2001), PANDUAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM, Edisi
3, Penerjemah dr. E. Nugroho, PenerbitBukuKedokteran EGC, Jakarta, hal
377-379
Wilkinson. Judith M., (2007), BUKU SAKU DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DENGAN INTERVENSI NIC DAN KRITERIA HASIL NOC, Edisi 7,
PenerjemahWidyawatiSKep., Mkesdkk, PenerbitBukuKedokteran EGC,
Jakarta, hal 345-348
Wong CH, Khin LW, Heng KS, Tan KC, Low CO. The LRINEC (Laboratory risk
indicator for necrotizing fasciitis) score: a tool for distinguishing
necrotizing fasciitis from other soft tissue infections. Crit Care Med 2004;
32:1535–41 www.fkunmul.co.cc, Diakses 12 April 2012