studi kapasitas saluran pembuang utama dan …
TRANSCRIPT
1
STUDI KAPASITAS SALURAN PEMBUANG
UTAMA DAN PEMBUANG SEKUNDER
PADA SISTEM DRAINASE V (DI KELURAHAN PEMOGAN, PEDUNGAN, DAN DAUH PURI KELOD)
KOTA DENPASAR
OLEH :
Ir. I KETUT SUPUTRA, MT
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
2
KATA PENGANTAR
Berkat asung kerta wara nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
maha Esa, yang telah melimpahkan sinar suciNya berupa kekuatan lahir dan
bathin, sehingga dapat diselesaikan laporan penelitian ini. Pada kesempatan ini,
peneliti tidak lupa mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak yang telah membantunya, sehingga hasil penelitian ini bisa terwujud.
Peneliti menyadari pada laporan penelitian ini terdapat kekurangan-
kekurangan, maka segala saran dan kritik peneliti harapkan.
Akhirnya semoga kebaikan yang telah diberikan oleh berbagai pihak
mendapatkan pahala yang sebesar-besarnya dari Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa.
Denpasar, Juli 2016
Peneliti
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................... 1
1.2 Permasalahan ........................................................... 2
1.3 Permasalahan Sistem Drainase v ............................... 3
1.4 Maksud dan Tujuan .................................................. 4
1.5 Lingkup Penilaian .................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian saluran Pembuang (drainase) .................... 5
2.2 Drainase Perkotaan ................................................... 7
2.3 Sistem Drainase v ..................................................... 11
BAB III METODOLOGI
3.1 Umum ..................................................................................... 13
3.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................ 13
3.3 Analisis data ............................................................ 14
3.4 Banjir Rencana ......................................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data ....................................................................................... 23
4.2 Analisa Curah Hujan Rencana ................................... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan............................................................................. 46
5.2 Saran ...................................................................................... 47
REFERENSI .................................................................................................... 9
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Denpasar sebagai pusat pemerintahan serta pusat perekonomian
merupakan tempat yang sangat menjanjikan bagi masyarakat pencari kerja
sehingga proses urbanisasi tidak dapat dihindari baik yang dating dari daerah-
daerah sekitarnya maupun yang berasal dari provinsi lain.
Sebagai konsekuensi logis dari urbanisasi ini maka Denpasar menjadi
daerah yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi di provinsi
ini. Disamping berpotensi menimbulkan kerawanan social serta criminal juga
akan muncul kantong-kantong pemukiman kumuh yang mana bila tidak ditangani
secara baik akan menimbulkan masalah banjir pada setiap musim hujan.
Kawasan yang dulunya merupakan tanah kosong atau daerah pertanian
sejalan dengan kebutuhan terhadap perumahan sekarang banyak beralih fungsi
menjadi komplek-komplek pemukiman baru sehingga mengakibatkan
terganggunya aliran air permukaan serta mengurangi resapan air ke dalam tanah.
Sungguh sangat ironis Provinsi Bali sebagai tujuan wisata utama di wilayah
Indonesia bagian tengah serta Denpasar sebagai ibukotanya. Pada setiap musim
hujan mengalami banjir serta genangan air di beberapa tempat.
Disamping dirasakan sangat mengganggu aktivitas masyarakatnya, juga
sangat berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit serta menelan kerugian
material.
5
1.2. Permasalahan
Permasalahan drainase kota Denpasar
Permasalahan yang ada akan penulis kelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu :
1. Permasalahan Umum
Yang dimaksud permasalahan umum adalah permasalahan yang tidak ada
hubungannya dengan perencanaan teknis drainase, akan tetapi sangat besar
kontribusinya terhadap gangguan teknis pada proses pembuangan air.
Permasalahan umum yang bisa menyebabkan banjir antara lain sebagai
berikut :
- Pemukiman yang padat
- Sampah
2. Permasalahan Teknis
Yang dimaksud dengan masalah teknis adalah masalah yang
berkaitan langsung dengan perencanaan teknis drainase, yang timbul
karena keadaan alam.
Salah satu permasalahan teknis yang dijumpai adalah masalah
topografi. Elevasi Denpasar berkisar antara 0,00 sampai dengan + 75,00m,
dari permukaan laut. Di bagian utara dengan kemiringan cukup besar,
I=0,002 dan di bagian selatan dengan kemiringan I = 0,0005. Data
topografi di atas dikutip dari Laporan Perencanaan Drainase Kota
Denpasar oleh Cv, Veygasi Disain.
6
1.3. Permasalahan Sistem Drainase v
Permasalahan drainase di Kelurahan Pemogan, Dauh Puri Kelod dan
Kelurahan Pedungan dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam antara lain :
1. Topografi
Pada umumnya daerah studi merupakan daerah dengan kemiringan landai
berkisar antara I=0,001 di bagian utara dan I = 0,0005 di bagian selatan
(Suwung).Hal ini dapat dimaklumi karena daerah studi merupakan daerah
dataran rendah.
2. Air Tanah
Karena daerah studi merupakan daerah dataran rendah, maka dapat
dimaklumi bahwa sangat dangkal yaitu 1,5m,pada musim kemarau dan
pada kedalaman 1m,pada musim hujan,bahkan di daerah hilirmuka
airtanah berada kurang lebih 1m pada musim kemarau dan 0,5m pada
musim hujan. Dengan kondisi seperti ini kemampuan tanah menyerap air
sangat terbatas dibandingkan dengan air yang adadi permukaan.
3. Belum ada Sistem Drainase yang jelas.
Sementara ini yang dipakai saluran pembuang adalah saluran irigasi, dari
segi teknis fungsi ini sangat bertentangan yang mana saluran irigasi
alirannya sangat lambat, semakin ke hilir semakin menyempit, muka
tangah yang dilayani lebih rendah dari muka air serta kemiringan yang
kecil. Sedangkan saluran pembuang menurut kondisi yang berlawanan.
7
1.4. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilakukannya studi ini adalah untuk mengetahui kapasitas
saluran pembuang primer dan skunder pada sistem drainase V saat ini, serta
memberikan alternatif pemecahan terhadap masalah banjir yang terjadi, dan
membuat alternatif pola aliran sistem drainase di daerah ini.
1.5. Lingkup Penilaian
Lingkup penelitian adalah mencakup kondisi saluran yang dipakai sebagai
saluran pembuang primer dan pada sistem drainase v.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian saluran Pembuang (drainase)
Drainase adalah istilah yang dipakai untuk sistem-sistem bagi penanganan air
kelebihan.
2.1.1. Pengertian Secara Teknis
Dalam pengertian teknis ada 2 (dua) sistem yang dikenal yaitu :
1. Sistem dengan jaringan drainase
Dalam sistem dengan jaringan drainase, pengeringan suatu tempat dilakukan
dengan mengalirkan air melalui sistem tata saluran yang dilengkapi dengan
bangunan-bangunan yang diperlukan.
2. Sistem resapan di lahan
Dalam sistem resapan,cara pembuangan air adalah dengan meresapkan air ke
dalam tanah sehingga tidak mengganggu kepentingan yang ada di atas
permukaan lahan.
Kedua sistem ini dapat bekerja secara bersama-sama (kombinasi0,ataupun
secara terpisah, (Staf Pengajar UGM dan Unram,1994).
2.1.1 Terbentuknya Drainase
Dari segi terbentuknya sistem jaringan drainase dapat dibedakan menjadi 2
(dua) yaitu :
9
1. Natural Drainase (Drainase Alamiah)
Yang dimaksud drainase alamiah adalah drainase yang terbentuk
secara alami yang berlangsung sejak bertahan-tahun, yang berupa
sungai beserta anak-anak sungainya dan membentuk suatu jaringan
alur aliran.
2. Artifical Drainase (Drainase Buatan)
Drainase buatan adalah drainase yang dibuat manusia dengan maksud
melengkapi kekurangan-kekurangan drainase alamiah dalam fungsinya
membuang kelebihan air yang mengganggu. (Staf UGM dan
Unram,1994)
2.1.3. Fungsi Drainase
Dari segi fungsinya drainase dapat dibedakan menjadi 2 (dua)yaitu:
1. Single purpose, saluran drainase yang melayani hanya satu kebutuhan
saja misalnya, untuk sarana pembuangan air limbah saja.
2. Multi purpose, saluran drainase yang melayani lebih dari satu
kebutuhan misalnya, untuk sarana pembuangan air hujan yang
bercampur dengan air limbah serta tidak menutup kemungkinan
dipakai untuk keperluan transportasi dan lain sebagainya.(Staf
pengajar UGM dan Unram,1994).
2.1.4. Bentuk saluran
Bentuk tampang saluran drainase disesuaikan menurut fungsinya antara
lain :
10
1. Trapesim
Terutama saluran dari tanah, aspek kestabilan dinding saluran harus
diperhitungkan secara cermat. Pada umumnya saluran tanah dipilih
bentuk trapezium(Staf Pengajar UGM dan Unram,1994).
2. Empat Persegi Panjang
Untuk memperkuat stabilitas dinding saluran yang terpaksa dibuat
tegak, maka sering dijumpai saluran bentuk empat persegi panjang
dengan perkuatan pada sisi-sisi dinding saluran. (Staf Pengajar UGM
dan Unram,1994).
3. Lingkaran, Parabola atau bulat telur
Untuk tujuan-tujuan khusus saluran sering dibuat dari pasangan
dengan bentuk lingkaran, parabola atau bulat telur. (Staf Pengajar
UGM dan Unram,1994).
4. Tersusun
Karena pertimbangan-pertimbangan tertentu yang terutama
menyangkut fungsi saluran maka bentuk tampang saluran dapat
merupakan gabungan lebih dari suatu bentuk yang disusun menjadi
satu kesatuan tampang saluran. (Staf Pengajar UGM dan Unram,1994)
2.2. Drainase Perkotaan
Untuk suatu daerah yang merupakan pusat kegiatan masyarakat seperti, pusat
perkantoran, daerah industri dan daerah pemukiman, pada umumnya
11
menghendaki pembangunan air hujan dan air limbah yang sangat cepat agar tidak
sampai terdapat genangan air yang dirasakan dapat mengganggu kegiatan
masyarakatnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas diperlukan sarana
pembuangan air hujan yang memadai baik dari segi sistem maupun dari segi
kepastiannya sesuai dengan analisa banjir rencana.
Keadaan tanah di daerah perkotaan seringkali tidak memungkinkan untuk
membuat saluran dengan ukuran yang memadai sehingga agak menyulitkan di
dalam merencanakan sistem drainase yang ideal. Untuk itu diperlukan partisipasi
semua lapisan masyarakat guna mengatasi masalah banjir tersebut.
2.2.1. Sistem Drainase Kota Denpasar
Di wilayah kota Denpasar mengalir 3(tiga) buah sungai yang selama ini
dimanfaatkan sebagai saluran pembuang utama disamping ada beberapa saluran
irigasi yang mengalami erosi ke dalam (vertical) sehingga menyerupai sebuah
erosi ke dalam (vertical) sehingga menyerupai sebuah sungai dan beberapa alur
rawa. Ketiga sungai utama dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tukad Ayung yang mengalir di bagian timur Kodya Denpasar dan bermuara di
pantai Padanggalak Sanur.
2. Tukad Badung membelah Kota Denpasar di tengah-tengah dan bermuara di
teluk Benoa Denpasar Selatan
3. Tukad Mati mengalir di bagian barat Kota Denpasar dan bermuara di pantai
selatan.
Sungai yang berasal dari alur rawa antara lain :
12
1. Tukad Loloan, yang mengalir di sekitar Blanjong Sanur atau Suwung Kangin
dan bermuara di pantai selatan
2. Tukad Ngenjung, mengalir di sebelah barat Tukad Loloan di Suwung Kangin
dan bermuara di pantai selatan.
3. Tukad Punggawa, mengalir sekitar Suwung Kangin antara Kerta Petasikan
dan Sidakarya.
4. Tukad Randa, mengalir mulai dari panjer, melalui kelurahan Sidakarya dan
bermuara di pantai selatan
Sungai yang berasal dari saluran yang tererosi sehingga seperti sungai antara
lain :
1. Tukad Oongan, berasal dari bending Oongan di Tukad Ayung lalu bermuara
di Tukad Bandung.
2. Tukad Abian Base, juga berasal dari kata bendung Oongan di Tukad Ayung
yang merupakan cabang dari Tukad Oongan dan bermuara di pantai
Padanggalak Sanur.
3. Tukad Panjer, merupakan saluran irigasi cabang dari Tukad Oongan dan
bermuara di Tukad Randa.
4. Tukad Pekaseh, juga merupakan cabang saluran Tukad Oongan dan bermuara
di Tukad Rangda.
5. Tukad Teba, berasal dari intake Tukad Badung merupakan saluran drainase
yang juga berfungsi sebagai saluran irigasi di daerah Ubung dan bermuara di
Tukad Mati.
13
Dalam Pola Dasar Perencanaan drainase Kota Denpasar yang telah
dirumuskan oleh Dinas Pekerjaan Umum Daerah Tingkat I Bali, sistem
pembuangan air hujan Kota Denpasar dapat dibagi menjadi lima kelompok
(sistem) yaitu:
1. Sistem pembuangan I, melayani khawasan Wangaya, Kesiman, Abian
Kapas,dan sekitarnya, dan kemudian ditampung melalui Tukad Guming,
Tukad Oongan, Tukad Badung dan kemudian dibuang ke laut.
2. Sitem pembuangan II, melayani daerah Niti Mandala, Renon, Panjer,
Sidakarya, Suwung kemudian ditampung melalui Tukad Rangda, Tukad
Punggawa dan Tukad Loloan dan kemudian bermuara ke laut.
3. Sistem pembuang III, melayani daerah Sanur, Kesiman bagian Timur, Tohpati
dan sekitarnya kemudian ditampung melalui saluran pembuang Tukad Ayung
dan Tukad Abian Base kemudian dialirkan ke Pantai Padanggalak Sanur.
4. Sistem pembuang IV, melayanai daerah sebelah barat Tukad Badung mulai
dari Ubung sampai ke Kuta, ditampung melalui Tukad Teba, Tukad Mati
kemudian bermuara di laut.
5. Sistem V, melayani kawasan Pemogan dan sekitarnya mulai dari jalan Teuku
Umar, Pedungan dan Suwung, yang ditampung melalui 4 saluran pembuang
yaitu, Saluran Pemogan Barat, Cabang Saluran Pemogan Barat, Saluran
Pemogan Tengah, dan Saluran PemoganTimur dan kemudian memotong jalan
By Pass Ngurah Rai melalui gorong-gorong.(CV Veygasi Disain,1986).
14
2.2.2. Saluran Pembuang Utama(saluran pembuang Primer)
Saluran pembuang utama adalah saluran yang menampung air lebih dari
saluran pembuang sekunder yang kemudian dibuang ke sungai atau ke laut.
Saluran pembuang utama biasanya berupa saluran alamiah seperti sungai, anak
sungai serta alur rawa.(Dept.PU,1986)
2.2.3. Saluran Pembuang Sekunder
Saluran pembuang sekunder adalah saluran yang menampung air buangan
dari saluran tersier yang kemudian dibuang ke saluran primer atau langsung ke
jaringan pembuang alamiah.(Dept.PU.1986)
2.2.4. Saluran Pembuang Tersier
Saluran pembuang tersier adalah saluran yang menampung air buangan
dari saluran pembuang kuarter yang kemudian membuang ke saluran pembuang
sekunder. Sedangkan saluran pembuang kuarter adalah saluran yang terletak pada
satu petak tersier yang menampung air buangan langsung dari sawah.
(Dept.PU.1986)
2.3. Sistem Drainase v
Kondisi yang ada pada sistem drainase v seperti telah disinggung dalam bab
sebelumnya ialah terjadinya genangan air (banjir) pada setiap musim hujan.
Melihat perkembangan pemukiman saat ini, kemungkinan besar lahan di daerah
ini akan segera beralih fungsi menjadi daerah pemukiman yang padat, sehingga
penyerapan air hujan akan menjadi berkurang dan akan memperbesar peluang
15
terjadinya banjir. Pada bagian hulu daerah studi yaitu di setiap musim hujan
disebabkan kurang memadainya saluran drainase baik dari segi kapasitasmaupun
sistemnya.
Disamping karena kondisi topografinya yang sangat landai, juga kepedulian
penduduknya terhadap kebersihan lingkungan sangat rendah. Hal ini dapat dilihat
dari tidak terpeliharanya saluran di sekitar daerah hulu serta banyaknya sampah
rumah tangga yang menyumbat saluran sehingga air akan tergenang sepanjang
hari. Pada daerah hilir aliran air terpotong oleh jalan By Pass Ngurah Rai yang
mana pasilitas gorong-gorong yang ada kapasitasnya kurang memadai.(CV.Adi
Ratna,1996)
16
BAB III
METHODOLOGI
3.1. Umum
Methode penelitian adalah salah satu cara kerja atau prosedur yang
digunakan untuk memahami suatu objek penelitian. Methode yang penulis
gunakan dalam penelitian tentang Sistem Drainase V kelurahan Pemogan dan
sekitarnya adalah methode deskriptif dalam jenis methode deskriptif adalah suatu
penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis,
factual dan akurat masalah masalah yang diselidiki. Methode Studi Kasus
memusatkan penelitian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail.
(Prf.dr.Winarno Surakhmad,M.Se.Ed.1994).
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Methode pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :
- Pengambilan sampel secara random atau probability sampling
- Pengambilan sampel secara kuota (tidak acak).
Dalam studi ini penulis meneliti kasus banjir yang terjadi pada sistem drainase
V di Kelurahan Pemogan dan sekitarnya yang merupakan bagian dari sistem
drainase Kota Denpasar. Berdasarkan sumbernya, data dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) sebagai berikut :
- Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data.
17
- Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak lain yang belum diolah
menjadi data yang diperlukan.
3.3. Analisis data
Data yang didapat baik data primer maupun data sekunder, kemudian
dianalisa berdasarkan teori yang ada, dan dari analisa data ini dapat ditarik suatu
kesimpulan terhadap penelitian /studi yang dilaksanakan. Dari data primer yang
didapat dengan pengamatan langsung pada saluran-saluran system drainase V
Kelurahan Pemogan, Pedungan dan Dauh Puri Kelod, dapat diketahui kondisi,
kapasitas serta masalah-masalah yang dihadapi saluran-saluran pada sistem ini.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, dianalisis berapa debit rencana
yang akan membebani saluran-saluran pada sistem ini dengan cara menganalisa
data curah hujan rencana dengan method Extreem Value, Iwai dan method grafis
dengan cara Extreem Value.
3.3.1. Methode ExtreemValue
Rumus Extreem Value:
Xt=X+[(Yt-Yn)/Sn]*S
Keterangan:
Xt = Curah hujan rencana untuk periode selama t tahun
X = Curah hujan rata-rata dari hasil pengamatan yaitu dari data yang
tersedia.
Yt = Reduced variate, yang tergantung dari periode ulang t tahun.
18
Yn = Reduced mean, yang tergantung dari jumlah tahun.
S = Standar deviasi, dimana:
Sn = (X² - X X)/(n-1)
X = Curah hujan pengamatan
n = Jumlah tahun pengamatan
X = Curah hujan harian rata-rata selama pengamatan
S = Reduced standard deviasi yang tergantung dari tahun pengamatan
seperti terlihat dalam table 3.3.
Yt = In [-In [(t01)/t)]
3.3.2. Methode Iwai
Dari kurve Gauss (kurve frekuensi dengan distribusi normal)akan
menghasilkan rumus sebagai berikut:
∑ = Variabel normal
X = Variabel kemungkinan
C,b,x= Konstanta
Untuk mendapatkan angka-angka tersebut di atas,Iwai mengusulkan rumus
sebagai berikut:
- Harga perkiraan pertama dari Xo:
Log xo=1/n ∑ log x……………………………….(2)
- Perkiraan harga b :
B= 1/m ∑ b: m= n/10……………………………..(3)
- Harga perkiraan Xo :
19
X=1/n∑ log (xo+b)………………………………….(4)
- Perkiraan harga c :
1/c = b))^2b)/(xo1)Σ)Σ(log2/(n
2/(n-1(x^2-x^2)………………………………(5)
X^2 = 1/n(log(x+b))^2……………………………..(6)
Dimana : x= Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terbesar.
x = Harga pengamatan dengan nomor urut m dari yang terkecil.
n = Banyaknya data.
m= n/10 angka bulat (dibulatkan ke angka yang terdekat).
Setelah didapatkan harga-harga perkiraan dari c,b,x, maka perhitungan
probilitas hidrologi tersebut dapat dinyatakan dengan rumus:
Log(x+b)=log(xo+b) ∑----------------(7)
Langkah-langkah perhitungan
1. Harga pendekatan pertama untuk konstanta x dihitung dengan
menggunakan rumus (2), dan harga b dengan menggunakan rumus (3).
2. Dengan didapatnya harga b, maka log (x+b) akan dapat dihitung dan harga
x dapat dicari dengan rumus (4)
3. Dengan demikian (log (x+b) 2bisa didapat dan selanjutnya harga x2 dapat
dihitung dengan rumus (6)
4. Harga 1/c akan bias didapat dengan rumus (5).
5. Harga probabilitas hidrologi tersebut akhirnya dapat dicari dengan angka
variable normal terhadap frekuensi perulangan t.
20
3.3.3. Methode grafis
Methode grafis yang digunakan adalah probability paper extreme value,
dimana dapat digunakan untuk menghitung pengulangan suatu kejadian dengan
data yang terbatas, dengan prosedur yang sederhana walaupunhasilnya sedikit
lebih besar tetapi cukup memadai untuk dipergunakan. Uji Smirnov-Kolmogorov
dilakukan dengan ploting posisi probabilitas data sesungguhnya dan hasil
perhitungan dengan menggunakan kaidah Weibul-Gumbel:
M/(n+1)*100%
Dimana :
m= nomor urut data
n= jumlah data
Hasil perhitungan diplot ke kertas probabilitas logaritmis kemudian ditarik garis
lurus melalui titik-titik yang diplot dan curah hujan yang mungkin yang sesuai
dengan periode ulangnya dapat ditentukan dengan garis lurus tersebut, hasil dari
cara ini dapat dikontrol dengan rumus Smirnov-Kolmogorov sebagai berikut :
Dn = Max Fn (x) – F
Dimana :
Dn = Selisih dari titik terjauh dari hasil ploting dengan titik terdekat
terhadap garis lurus yang ditarik.
Fn (x) = Posisi ploting.
Harga Dn yang dihasilkan harus lebih kecil dari Dn Smirnov-Kolmogorov.
21
3.4. Banjir Rencana
Tempat jatuhnya hujan yamg kemudian mengalir ke suatu tempat
konsentrasi dinamakan daerah pengaliran atau daerah tangkapan hujan (Catment
area),makin besar daerah tangkapan hujan, makin besar pula debit aliran yang
terjadi.
3.4.1. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran (c) merupakan perbandingan tinggi aliran dan tinggi
hujan untuk jangka waktu yang panjang. Koefisien pengaliran (c) dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti iklim, meteorologis dan faktor daerah aliran.
Koefisien pengaliran tidak dapat ditentukan secara tepat karena faktor-faktor
yang mempengaruhi sering berubah-ubah.
3.4.2. Debit air buangan
Perencanaan drainase ini diharapkan mempunyai keandalan sampai tahun
2010 dengan penduduk yang diproyeksikan pada saat itu. Menurut hasil penelitian
Scot & Furphy (1987) diasumsikan kebutuhan air perkotaan rata-rata di Indonesia
sekitar 100 liter/hari/orang dengan volume buangan 90%.
3.4.3. Debit Banjir Rencana
Dalam analisis hidrologi ada banyak cara pendekatan untuk menghitung
debit banjir rencana, antara lain method rational yang dikemukakan oleh
Melchior, der Weduwen, Hasper dan Mononobe-Rhiza maupun method rational
yang di modifikasi.
22
Dalam studi ini besarnya debit banjir rencana akan mempergunakan
methode rational yang dimodifikasi karena cara ini memungkinkan menghitung
besarnya debit aliran pada sembarang titik tinjauan pada suatu ruas saluran.
Perkiraan debit banjir rencana dengan methode rational berdasarkan
rumus :
Q =I :A
Dengan memperhatikan adanya kehilangan selama pengaliran maka rumus
tersebut disempurnakan menjadi :
Q = 0,278 C.I.A(M 3/dt)
Dimana :
Q = Debit banjir rencana
I = Intensitas hujan maksimum selama waktu yang sama dengan
waktu konsentrasi (mm/jam).
C = Koefisien pengaliran
A = Luas dengan pengaliran (km 2)
3.4.4. Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah ketinggian curah hujan yang terjadi persatuan waktu,
dimana air tersebut terkonsentrasi. Intensitas hujan biasanya dihubungkan dengan
kejadian dan lamanya curah hujan turun yang disebut Intensitas Durasi Frekuensi
(IDF).
Data yang diperlukan untuk membuat kurveIDF adalah data hujan jangka
pendek misalnya : 5 manit 30 menit dan jam-jaman. DR. Mononobe memberikan
rumus sebagai berikut :
23
I = R24/24 (24/t) 0.667
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
R24 = hujan harian maksimum (mm)
t = Lamanya hujan, (menit)
Persamaan lengkung kurve IDF dapat dicari dengan rumus DR. Ishiguro sebagai
berikut :
I = A/(Vt +ba)
Dimana :
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan(menit)
a,b = konstanta
Rumus empiris untuk menentukan waktu konsentrasi T diusulkan oleh Kepich
adalah sebagai berikut :
Tc = 0,00025 (L/S 0,5 0,8
S = ?H/ L total
Dimana :
Tc = Waktu konsentrasi (jam)
L = Jarak dari tempat terjauh ke lokasi pengamatan (M).
S = Kemiringan rata-rata daerah aliran.
?H = Selisih ketinggian antara tempat terjauh dengan tempat pengamatan
Untuk saluran fungsi ganda seperti pada daerah studi maka debit rencana
dihitung dari debit banjir karena hujan dan debit rencana karena air buangan
penduduk (limbah). Dengan debit rencana yang didapat maka akan dapat dihitung
24
dimensi saluran yang dibutuhkan serta system yang paling efektif guna dapat
mengalirkan air hujan dengan cepat dan lancar.
3.4.5. Analisis Penampang Saluran
3.4.5.1. Saluran
Perencanaan saluran bertujuan untuk menentukan dimensi /ukuran agar
dapat melewatkan air sesuai dengan debit rencana. Dalam merencanakan saluruan
drainase ada dua aspek yang harus diperhatikan yaitu :
1. Kestabilan saluran drainase terhadap erosi oleh aliran air
2. Kapasitas aliran harus mampu mengalirkan air sungai dengan
rencana
Ditinjau dari penggerak aliran, saluran drainase dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Pengaliran muka air bebas,aliran air digerakkan oleh gaya berat air itu
sendiri.
2. Pengaliran bertekanan,aliran yang digerakkan oleh beda tekanan di ujung
dan pangkal saluran.
Pada umumnya saluran saluran drainase dipergunakan pengaliran muka air bebas
sehingga berlaku rumus Manning sebagai berikut:
V = k.R ^2/3. I^1/2
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/dt)
K = Koeefisien kekasaran Strickler.(table 3.6)
R = jari-jari hidrolis
I = Kemiringan dasar saluran
25
Bentuk dari saluran yang akan direncanakan adalah merupakan antara trapezium
atau segi empat pada bagian atas dan bulatan atau segi tiga pada bagian bawah.
Bentuk ini lebih menguntungkan bila ditinjau dari segi hidrolika karena dapat
mengalirkan air pada saat debit kecil (minimum).
Untuk menghitung penampang melintang saluran dipergunakan persamaan
sebagai berikut :
A = (b + mh ) h
P = b+ 2h 1m̂ 2
R = A/P
Q = A.V
Dimana :
A = Luas penampang basah (m 2)
b = Lebar dasar saluran (m)
p = keliling penampang basah (m)
h = Tinggi muka air
m = Kemiringan talud
Q = Debit (m 3/dt
26
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS
4.1. Data
Seperti telah disinggunag pada bab sebelumnya bahwa berdasarkan cara
mendapatkannya, data diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekunder.
- Data primer
- Data sekunder
4.1.1. Data primer
Data primer yang berhasil dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Saluran primer yang dipakai sebagai saluran pembuang utama.
Di daerah studi mengalir 4 (empat) buah saluran irigasi yang sementara ini
dipakai sebagai saluran pembuangan ( drainase) yaitu :
- Saluran irigasi Subak Cuculan (Saluran pemogan Barat)
Saluran ini bersumber dari intake Bandung gerak Tukad Badung, yang
mengalir di Kelurahan Pemogan bagian Barat, dan kemudian bermuara di
pantai selatan melalui jalan By Pass Ngurah Rai. Pada bagian hulu saluran
ini berukuran lebar 4,0 meter dengan tinggi 1,50 meter dan makin ke hilir
ukurannya tidak beraturan hingga sampai di baypass ngurah rai berukuran
lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0 meter. Kondisi dinding saluran sebagian
sudah berupa pasangan dan sebagian lagi masih berupa saluran tanah, serta
di kanan kiri saluran banyak ditumbuhi pepohonan dan tumbuhan liar
sehingga sangat mengganggu kelancaran aliran air. Saluran ini melewati
27
jalan by pass ngurah rai melalui gorong-gorong dengan ukuran lebar 3,0
meter dengan tinggi 1,0 meter.
- Saluran Irigasi Subak Kepaon (Cabang Saluran Pemogan Barat)
Hulu saluran ini terletak pada bangunan bagi BKP 1 di desa pedungan
dengan kondisi kurang terpelihara serta ukuran saluran yang tidak teratur.
Pada bagian hulu saluran ini berukuran lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0
meter serta pada bagian tengah mengalami penyempitan karena desakan
pemukiman hingga berukuran lebar 2,0 meter dengan tinggi kurang dari
1,0 meter. Pada bagian hilir saluran ini menyatu dengan saluran Pemogan
tengah melewati jalan by pass ngurah rai melalui gorong-gorong
berukuran lebar 6,0 meter dengan tinggi 1,0 meter.
Saluran ini melalui daerah persawahan serta kawasan pemukiman
yang mempunyai daerah tangkapan yang cukup luas. Saluran ini
diharapkan mampu melayani daerah di debelah utara komplek ABRI.
Bersama-sama dengan saluran Pemogan Tengah, sehingga tidak terjadi
genangan di sekitar komplek ABRI, tersebut. Saluran irigasi Subak
Kerdung dan Subak Kepaon ( Saluran Pemogan Tengah). Saluran ini
berawal dari free intake batan Nyuh dengan kondisi sudah rusak, dimana
atap bangunan intake yang terbuat dari konstruksi kayu roboh. Pada bagian
hulu saluran ini berukuran lebar 1,50 meter serta tinggi 1,0 meter dengan
kondisi saluran berupa pasangan batu kali. Pada bagian tengah yaitu di
jalan P. Moyo saluran ini berukuran lebar 4,0 meter dengan tinggi 1,0
meter. Saluran ini memotong jalan Teuku Umar kemudian membelok ke
28
timur memotong jalan Patanta, jalan Pulau Ayu dan Pulau Adi dan
selanjutnya membelok ke selatan memotong jalan Pulau Bangka dan jalan
Pulau Bungin. Saluran ini mempunyai daerah tangkapan dengan batas
jalan Pulau Kawe di sebelah timur dan jalan Pulau Batanta di sebelah
barat, kemudian melalui daerah persawahan dan akhirnya bermuara di
teluk Benoa dengan memotong jalan By Pass melalui gorong-gorong
berukuran lebar 6,0 meter dengan tinggi 1,0 meter.
- Saluran Irigasi Subak Sesetan (Saluran Pemogan Timur )
Saluran ini berawal dari bangunan bagi (BKD 3) yang terletak di jalan
Pulau Bungin. Kondisi saluran sebagian masih berupa saluran tanah serta
dengan ukuran lebar 2,0 meter dan tinggi 1,0 meter di bagian hulu, hilir
berukuran lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0 meter. Saluran ini bermuara di
teluk Benoa dengan memotong jalan By Pass Ngurah Rai melalui gorong-
gorong berukuran lebar 3,0 meter dan tinggi 1,0 meter.
2. Saluran Pinggir Jalan
Disamping keempat saluran irigasi yang dipakai sebagai saluran pembuang
utama tersebut di atas, masih ada beberapa saluran dipinggir jalan yang secara
langsung melayani air buangan rumah tangga dan air hujan serta menampung
air yang berasal dari got-got kecil pinggir jalan. Saluran ini umumnya sudah
berupa pasangan dengan diplester, namun masih banyak dijumpai
pengendapan serta timbunan di beberapa tempat sehingga sangat mengganggu
kelancaran aliran air.
29
3. Gorong-gorong
Fasilitas gorong-gorong yang ada pada jalan By Pass Ngurah Rai berukuran
lebar 3,0 meter dengan tinggi 1,0 meter.
Data serta skema saluran sebagai berikut
30
Tabel 4.1
Data Saluran Yang ada
B A H I
atas bawa
hSaluran
(cm) (cm) (cm)
1 P. Buton 0425 60 60 40 0,003765 Persegi empat Pasangan Pasangan
2 Satelit 0429 70 40 70 0,006531 Trapesium Pasangan
3 Saelus 04210 70 60 65 0,001636 Trapesium Pasangan
4 Bungin 041 80 50 50 0,001462 Trapesium Pasangan
5 P Roti -Dk Sari 0431 50 50 50 0,004658 Persegi empat Pasangan Banji
6 Gurita 0432 60 40 60 0,000653 Trapesium Pasangan Banji
7 p Ambon 0422 60 40 50 0,00602 Trapesium Pasangan
8 N Ceningan 0424 65 40 60 0,00129 Trapesium Pasangan
9 P Rembulan 0426 50 30 50 0,00481 Trapesium Pasangan
10 P Serangan 0428 40 40 50 0,002201 Persegi empat Pasangan
11 P bacan 0427 50 30 60 0,010973 Trapesium Pasangan Banji
12 P Kawe-Pbungin 041 70 40 60 0,001 Trapesium Pasangan Banji
13 P Singkep 042 40 40 40 0,001706 Persegi empat Pasangan
14 Pedungan 043 60 60 60 0,001632 Persegi empat Pasangan
15 P Ayu 032 40 25 50 0,008785 Trapesium Pasangan
16 P Adi 033 40 25 50 0,011649 Trapesium Pasangan
17 P Batanta 031 50 40 50 0,002762 Trapesium Pasangan
KeteranganNoNama
Jalan/Saluran
Nomor
Saluran
Dimensi
Bentuk SaluranBahan
saluran
31
28
32
29
33
30
34
31
4.1.2. Data Sekunder
Data sekunder yang berhasil dikumpulkan adalah sebagai berikut :
1. Topografi
Pada umumnya daerah studi adalah merupakan daerah dataran rendah dengan
kemiringan I = 0,001 di bagian utara dan I = 0,0005 di bagian selatan.
Dengan kondisi seperti ini aliran air akan sangat lambat sehingga proses
pengeringan suatu daerah memerlukan waktu cukup lama. (CV. Veygasi
Disain, Denpasar)
2. Air Tanah
Karena daerah studi merupakan daerah dataran rendah, maka dapat dimaklumi
bahwa air tanah sangat dangkal sekali. Yang mana hal ini sangat berpengaruh
terhadap daya serap tanah terhadap air yang ada di atasnya. Di daerah huku
air tanah dengan kedalama 1,5 meter di musim kemarau dan 1 meter di musim
hujan, sedang di daerah hilir air tanah mencapai 1 meter pada musim hujan
dan 0,5 meter pada musim hujan (CV. Adi Ratna Denpasar).
3. Curah Hujan
Musim hujan dimulai pada bulan November dan berakhir pada bulan Maret.
Yang mana 75% hujan tahunan terjadi pada bulan-bulan tersebut. data curah
hujan dari tahun 1960 sampai dengan 1994 sebagai berikut:
ii
Tabel 4.2
Data Curah Hujan Stasiun
Denpasar dan Tuban
No Tahun Sta Denpasar Sta Tuban
Hujan 1 hr, mm Hujan 1 hr, mm
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1960
1961
1962
1963
1964
1965
1966
1967
1968
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1987
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994 1995
155
100
260
140
226
132
124
190
148
117
163
218
109
152
257
330
151
214
240
184
215
235
175
222
149
254
429
446
145
382
105
163
169
185
159
95
93
152
107
226
132
108
148
140
117
136
151
124
106
180
330
82
85
189
105
139
92
121
149
156
124
79
90
227
109
111
110
200
184
82
Sumber: Badan Meteorologi dan Geo Fisika Denpasar
iii
4. Luas wilayah dan jumlah penduduk
Wilayah sistem drainase V meliputi 3 (tiga)9 kelurahan di 2 (dua) kecamatan
yaitu: Kelurahan Dauh Puri Kelod Kecamatan Denpasar Barat, Kelurahan
Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, Kelurahan Pemogan Kecamatan
Denpasar Selatan. Berdasarkan data penduduk tahun 1990 sampai dengan
tahun 1995 jumlah penduduk dan luas wilayah masing-masing desa dapat
dilihat pada tabel 4.3 berikut:
TABEL 4.3
DATA KEPENDUDUKAN Nama Desa/Kecamatan Luas
Wilayah
(Km m2)
Jumlah Penduduk
1990 1991 1992 1993 1994 1995
Pedungan Denpasar Selatan
Pemogan Denpasar Seaton
Dauh Puri Kelod/Denpasar
Barat
7.49
9.71
1.88
9037
7303
7903
9220
7486
8012
9293
7769
8148
9384
8027
8432
9503
8246
8432
9604
10427
8556
Sumber: Kantor Kelurahan
Mengingat jumlah penduduk senantiasa berkembang, maka jumlah penduduk
akan diproyeksikan sampai dengan tahun 2020 agar perencanaan yang dibuat
memiliki keandalan sampai pada tahun tersebut. Batas wilayah studi dapat
dilihat pada gambar No. 5
iv
v
vi
vii
4.2 Analisa Curah Hujan Rencana
Untuk menghitung curah hujan rencana, digunakan metode : Extreem
Vlaue, Iwai dan Methode Grafis. Data curah hujan yang dipergunakan adalah data
curah hujan maksimum harian yang diperoleh dair Badan Meteorologi dan
Geofisika Denpasar.
4.2.1 Analisa Curah Hujan Rencana dengan Methode Extreem Value
n = 35
x = X/n
= 7744/35
= 201,257 mm
S = 1)-Xi/(nX-ΣXi2
= (1664798-1481051.01/(34)
= 73.514
Untuk mendapatkan Reduced mean (Yn) dan Reduced Standard Deviasi
(Sn) yang merupakan fungsi dari n dapat dilihat dari tabel 4.4 dan tabel 4.5
viii
Tabel 4.4
Yn = Reduced Mean, yang tergantung dari jumlah tahun pengamatan
n Yn n Yn
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
0.4952
0.4996
0.5035
0.5070
0.5100
0.5128
0.5157
0.5181
0.5202
0.5202
0.5236
0.5252
0.5268
0.5283
0.5296
0.5309
0.5320
0.5332
0.5343
0.5353
0.5362
0.5371
0.5380
0.5388
0.5396
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
55
60
65
70
75
80
90
100
0.5402
0.5410
0.5418
0.5424
0.5431
0.5442
0.5442
0.5448
0.5453
0.5458
0.5463
0.5468
0.5473
0.5477
0.5481
0.5485
0.5504
0.5521
0.5535
0.5548
0.5559
0.5569
0.5586
0.5600
Sumber: Direktorat Irigasi (perhitungan bendungan tetap oleh Ir.
Soernarno)
ix
Tabel 4.5
Yn = Reduced Standard deviasi, yang tergantung dari jumlah tahun pengamatan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
0.9496
0.9676
0.9833
0.9971
1.0095
1.0206
1.0316
1.0411
1.0493
1.0565
1.0628
1.0696
1.0754
1.0811
1.0864
1.0915
1.0961
1.1004
1.1047
1.1086
1.1124
1.1159
1.1193
1.1226
1.1255
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
55
60
65
70
75
80
90
100
1.1285
1.1313
1.1339
1.1363
1.388
1.1413
1.1436
1.1458
1.1480
1.1499
1.1557
1.1538
1.5570
1.1574
1.1590
1.1507
1.1681
1.1747
1.1803
1.1654
1.1898
1.1938
1.2007
1.2065
Sumber: Direktorat Irigasi (perhitungan bendungan tetap oleh Ir.
Soernarno)
x
Untuk n = 35
Yn = 0.5402
Sn = 1.1285
Hubungan waktu ulang (t) dengan reduced variate (Yt) dapat dilhat pada tabel 4.6
Tabel 4.6
T
(Tahun)
Yt
2
5
10
15
20
25
50
100
0.36655
1.49997
2.2504
2.67378
2.97023
3.19857
3.90197
4.60018
Hasil akhir dari perhitungan probabiltias curah hujan harian rata-rata atau
kemungkinan hujan harian rata-rata terbesar untuk satu periode dapat dihiutung
berdasarkan rumus:
Xt = X + (Yt-Yn)/Sn * S
Dimana :
n = 35 (banyaknya data)
X = 210.2571 (konstant/tetap)
S = 73.514 (konstant/tetap)
Yn = 0.5402 (konstant/tetap)
Sn = 1.1285 (konstant/tetap)
Yt = Variabel, fungsi return periode
xi
Probabilitas curah hujan harian rata-rata maksimum untuk waktu ulang t tahun,
seperti yang terlihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7
Probabilitas Curah Hujan Harian rata-rata maksimum untuk waktu ulang t tahun
No Waktu Ulang Reduced
Variate
Yt
Kemungkinan hujan
Xt
Dibulatkan
(mm)
1
2
3
4
5
6
2
5
10
20
50
100
0.36655
1.49997
2.25040
2.97023
3.90197
4.60018
198.945
272.78
321.66
368.56
429.25
474.736
199
273
322
369
430
475
4.2.2 Analisa Curah Hujan Rencana dengan methode Iwai
Data curah hujan harian maksimum dari stasiun pengamatan (Xi) diurut
dari terbesar ke terkecil seperti tabel 4.8
xii
TABEL 4.8
Perhitungan Curah Hujan Rencana Methode Iwai
No Xi
Log
Xi b (Xi+b)
Log
(Xi+b) (log(Xi+b)^2
1 446 2,649
-
58,84 387,159 2,599 6,754801
2 429 2,632
-
58,84 370,159 2,58 6,6564
3 382 2.582
-
58,84 323,159 2,522 6,360484
4 330 2,518
-
58,84 271,159 2,449 5,997601
5 260 2,414
-
58,84 201,159 2,324 5,400976
6 257 2,,41
-
58,84 198,159 2,318 5,373124
7 254 2,404
-
58,84 195,159 2,312 5,345344
8 240 2,38
-
58,84 181,159 2,281 5,202961
9 235 2,371
-
58,84 176,159 2,27 5,1529
10 226 2,354
-
58,84 167,159 2,249 5,058001
11 222 2,346
-
58,84 163,159 2,238 5,008644
12 218 2,338
-
58,84 159,159 2,228 4,963984
13 215 2,332
-
58,84 156,159 2,22 4,9284
14 214 2,33
-
58,84 155,159 2,218 4,919524
15 190 2,278
-
58,84 131,159 2,149 4,618201
16 185 2,267
-
58,84 126,159 2,134 4,553956
17 184 2,264
-
58,84 125,159 2,13 4,5369
18 175 2,243
-
58,84 116,159 2,1 4,41
19 169 2,227
-
58,84 110,159 2,079 4,322241
20 163 2,212
-
58,84 104,159 2,057 4,231249
xiii
21 163 2,212
-
58,84 104,159 2,057 4,231249
22 159 2,201
-
58,84 100,159 2,042 4,169764
23 155 2,19
-
58,84 96,159 2,026 4,104676
24 152 2,181
-
58,84 93,159 2,013 4,052169
25 151 2,179
-
58,84 92,159 2,009 4,036081
26 119 2,173
-
58,84 60,159 2 4
27 118 2,17
-
58,84 59,159 1,996 3,984016
28 145 2,161
-
58,84 86,159 1,983 3,932289
29 141 2,149
-
58,84 82,159 1,964 3,857296
30 132 2,12
-
58,84 73,159 1,92 3,6864
31 124 2,093
-
58,84 65,159 1,876 3,519376
32 117 2,068
-
58,84 58,159 1,833 3,359889
33 109 2,037
-
58,84 50,159 1,779 3,164841
34 105 2,021
-
58,84 46,159 1,749 3,059001
35 100 2
-
58,84 41,159 1,709 2,920681
7044 79,50 4984,56 74,413 159,873419
Harga perkiraan pertama dari X0 =
Log Xo = 1/35 Log Xi
= 1/35 * 79.506
X0 = 186.895
Perhitungan koefisien b seperti pada tabel 4.9
xiv
TABEL 4.9
Perhitungan Koefisien b
No Xi Xt XiXi Xi+Xt Xi Xi-X0 2X0-(Xi+ -56.1538
1
2
3
446
429
382
100
105
109
44600
45045
41638
546
534
491
960.25
10115.2
6708.25
-172.21
-160.21
-117.21
-56.1536
-63.1375
-57.2328
-176.524
b = -58.841
Besarnya curah hujan (X) yang mungkin terjadi dihitung dengan rumus:
Log (X+b) = log (X0+b) (1/c)
1/c = 2 X0-1)X2-2n/(n
X2 = 1/n [log (Xi+b)]2
= 1/35*159.8734
= 4.5678
X0 = 1/n log (xi+b)
= 1/35 * 74.413
= 2.126
1/c = (2*35)/34*(4.5678-4.5202)
= 0.3130
Angka variabel normal dapat dilihat pada tabel 4.10. perhitungan curah hujan
rencana methode Iwai seperti pada tabel 4.11
Tabel 4.10
Angka Variabel normal terhadap frekuensi perulangan T
xv
T (Tahun) 1/t
5
10
20
50
100
200
500
100
0.200
0.100
0.050
0.020
0.010
0.005
0.002
0.001
0.5951
0.0062
1.1031
1.4522
1.645
1.8214
2.0352
2.1851
Dikutip dari Ir. Suyono Sudarsono dan Kensaku Tekeda/Hidrologi untuk
Pengairan
Tabel 4.11
Tabel Curah Hujan Rencana Iwai
t (thn) 1/c Yo+1/c) X+b) X
(mm)
2
5
10
20
50
100
0.3045
0.5951
0.9062
1.1614
1.4522
1.645
0.095308
0.186266
0.283640
0.363518
0.454538
0.514885
2.22130
2.31226
2.40964
2.48951
2.58053
2.64088
166.4595
205.2420
256.8270
308.6869
380.6612
437.4063
225.30047
264.08303
315.66795
367.52790
439.50219
496.24727
xvi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
DARI uraian pada bab sebelumnya dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai
berikut:
1. Studi kapasitas saluran pembuang utama dan pembuang sekunder pada sistem
drainase V Kota Denpasar yang terletak di Kelurahan Dauh Puri Kelod
Kecamatan Denpasar Barat, Kelurahan Pedungan Kecamatan Denpasar
Selatan dan Kelurahan Pemogan Kecamatan Denpasar selatan bertujuan
memberikan alternatif pemecahan terhadap masalah banjir yang terjadi apda
setiap musim hujan di daerah tersebut.
2. Dari hasil perhitungan didapat bahwa sebagian saluran yang ada kapasitasnya
kurang memadai, maka diperlukan suatu rewkayasa guna dapat mengalirkan
debit air potensial.
3. Kondisi saluran pada umumnya kurang terpelihara, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya ruas saluran yang dipenuhi sampah serta terjadi pengednapan pada
dasar saluran.
4. Kemiringan berpotensi menimbulkan endapan pada dasar saluran.
5. Untuk sementara ini yang menjadi saluran pembuang utama adalah saluran
irigasi yang mana dari segi teknis kedua fungsi ini sangat berlawanan.
6. Dari hasil analisis, untuk mengatasi masalah banjir pada beberapa saluran
sistem drainse V dapat dilakukan sebagai berikut:
xvii
- Merekaysa kekasaran dinding saluran sehingga mampu menambah
kapasitas saluran.
- Melakukan modifikasi penampang saluran dengan tetap menyesuaikan
dengan keadaan di lapangan.
5.2 Saran
Untuk mengatasi masalah banjir yang terjadi pada sistem drainase V serta
berdasarkan kesimpulan yang ada, dapat disarankan sebagai berikut:
1. Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi, dapat dibatasi dengan
peningkatan kekasaran dinding saluran, dan memperbesar penampang saluran
dengan tetap memperhatikan keadaan di lapangan.
2. Bangunan pintu atau skat balok yang mudah dibuka dan ditutup.
3. Pemeliharaan terhadap saluran pembuang lebih ditingkatkan guna
menghindari terjadinya endapan serta penyumbatan oleh sampah.
4. Untuk mengantisipasi perkembangan pemukiman di kelurahan Pemogan dan
Kelurahan Pedungan, maka perlu direncanakan sarana drainase yang
memadai.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim, 1995, Perencanaan Drainase Kota Denpasar Sistem V- Daerah
Pemogan, CV. Adi Ratna, Denpasar.
2. Anonym, 1986, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian
Saluran (KP-03), CV. Galang Persada, Bandung.
3. Anonim, 1984, Perencanaan (Evaluasi Master Plan) Assainering Kota, Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Daerah Tingkat I Bali, Denpasar.
4. Anonim, 1995, Perencanaan Drainase Kota Madya Denpasar (Perencanaan
Master Plan), CV. Veygasi Disain, Denpasar.
5. Anonim, 1989, Petunjuk Penyusunan Program Pembangunan Prasarana Kota
Terpadu, Pemerintah Daerah Tingkat II Badung, Badung.
6. Chow Van Te, 1985, Open Chanel Hydraulice, Terjemahan Suyatman, Ir.
Kistanto, Sugiarto, VFX, Ir. Nensi Rosalina EV, Erlangga, Jakarta.
7. Linsly Ray K. Ir. Kohler Max A, Paulus Joseph L.H., 1986, Hidrologi Untuk
Insinyur, Erlangga, Jakarta.