5. jurnal dp tyas - kapasitas saluran drainase di jalan p.pdf

12
ISSN: 1829-6025 37 INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 KAPASITAS SALURAN DRAINASE DI JALAN P. SURYANATA SAMARINDA Daru Purbaningtyas Staff Pengajar Politeknik Negeri Samarinda Jurusan teknik Sipil Intisari Jalan P. Suryanata merupakan ruas jalan yang padat lalu lintas dengan perkembangan perekonomian dan pemukiman yang cukup pesat. Salah satu jalan penghubung Kota Samarinda dan Tenggarong dan beberapa kawasan tambang di sekitarnya. Saat terjadi hujan yang deras terutama bila bersamaan dengan pasang sungai, genangan banjir muncul di beberapa titik. Dalam situasi yang parah, genangan ini dapat melumpuhkan kegiatan perekonomian dan mengganggu kesehatan. Maka, kemampuan saluran drainase untuk menampung debit banjir di kawasan ini perlu ditinjau karena merupakan hal utama dalam pencegahan terjadinya genangan. Analisa diawali dengan pendataan peta topografi, tata guna lahan, genangan tertinggi, kondisi saluran dan sungai serta kependudukan. Dilanjutkan dengan perhitungan hidrologi untuk hujan rencana yang menghasilkan debit banjir kawasan dan debit buangan rumah tangga (penduduk). Keluaran debit ini digunakan untuk menghitung penampang saluran yang diperlukan. Dimensi saluran hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan penampang saluran eksisting termasuk kondisi sedimentasinya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara umum penampang saluran yang ada tidak mencukupi. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah meminimalisasi perubahan tata guna lahan dan penghijauan, memperbesar saluran dan mengoptimalkan kapasitas sungai yang ada dengan penyadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan, serta melakukan studi perencanaan tampungan air sementara (retarding basin). Kata kunci : dimensi saluran, kapasitas saluran, pencegahan banji, saluran drainase LATAR BELAKANG Samarinda sebagai Ibukota Propinsi Kalimantan Timur mengalami perkembangan dan pertumbuhan pesat di segala sektor. Perkembangan industri/ perekonomian diiringi oleh pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan terjadinya pembukaan lahan baru untuk pemukiman, perkantoran, pusat perekonomian, termasuk kegiatan pertambangan seperti penambangan batu, tanah, pasir dan batu bara. Kondisi tersebut memaksa sebagian daerah resapan dan tampungan air berubah fungsi serta mengakibatkan meningkatnya limpasan permukaan. Kapasitas tampung sungai maupun drainase yang ada tidak mencukupi sehingga menimbulkan beberapa genangan baru di kawasan pemukiman bahkan sampai di badan jalan. Dalam situasi yang parah, genangan banjir ini dapat melumpuhkan kegiatan perekonomian dan mengganggu kesehatan. Jalan P. Suryanata merupakan salah satu ruas jalan penghubung antar kota yang padat lalu lintas dengan perkembangan perekonomian dan pemukiman yang cukup pesat. Jalan ini menghubungkan Kota Samarinda dengan Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Tenggarong, selain itu juga menghubungkan beberapa kawasan tambang di sekitarnya. Di kawasan ini terdapat Daerah Aliran Sungai Manggis dan Air Putih yang bermuara di Sungai Karang Asam Kecil. Pada hampir setiap kejadian hujan yang deras terutama bersamaan dengan terjadinya pasang sungai, genangan banjir muncul di beberapa titik dalam kawasan ini. Pemeliharaan sistem drainase yang terarah sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya banjir yang akan menghambat perekonomian dan aktivitas warga setempat. Tidak stabilnya sistem drainase dalam mengendalikan air merupakan masalah yang harus segera diatasi mengingat kondisi umum kota Samarinda yang bertopografi rendah dan dipengaruhi pasang surut air sungai. Saluran drainase merupakan sarana utama untuk menampung air yang meluap ke permukaan akibat hujan selain konstruksi tampungan sementara seperti boezem, waduk dan sebagainya. Pendataan kondisi saluran yang

Upload: doanmien

Post on 15-Dec-2016

244 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

ISSN: 1829-6025 37

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 KAPASITAS SALURAN DRAINASE DI JALAN P. SURYANATA SAMARINDA

Daru Purbaningtyas

Staff Pengajar Politeknik Negeri Samarinda Jurusan teknik Sipil

Intisari

Jalan P. Suryanata merupakan ruas jalan yang padat lalu lintas dengan perkembangan perekonomian dan pemukiman yang cukup pesat. Salah satu jalan penghubung Kota Samarinda dan Tenggarong dan beberapa kawasan tambang di sekitarnya. Saat terjadi hujan yang deras terutama bila bersamaan dengan pasang sungai, genangan banjir muncul di beberapa titik. Dalam situasi yang parah, genangan ini dapat melumpuhkan kegiatan perekonomian dan mengganggu kesehatan. Maka, kemampuan saluran drainase untuk menampung debit banjir di kawasan ini perlu ditinjau karena merupakan hal utama dalam pencegahan terjadinya genangan.

Analisa diawali dengan pendataan peta topografi, tata guna lahan, genangan tertinggi, kondisi saluran dan sungai serta kependudukan. Dilanjutkan dengan perhitungan hidrologi untuk hujan rencana yang menghasilkan debit banjir kawasan dan debit buangan rumah tangga (penduduk). Keluaran debit ini digunakan untuk menghitung penampang saluran yang diperlukan. Dimensi saluran hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan penampang saluran eksisting termasuk kondisi sedimentasinya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa secara umum penampang saluran yang ada tidak mencukupi. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah meminimalisasi perubahan tata guna lahan dan penghijauan, memperbesar saluran dan mengoptimalkan kapasitas sungai yang ada dengan penyadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan, serta melakukan studi perencanaan tampungan air sementara (retarding basin). Kata kunci : dimensi saluran, kapasitas saluran, pencegahan banji, saluran drainase LATAR BELAKANG

Samarinda sebagai Ibukota Propinsi

Kalimantan Timur mengalami perkembangan dan pertumbuhan pesat di segala sektor. Perkembangan industri/ perekonomian diiringi oleh pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan terjadinya pembukaan lahan baru untuk pemukiman, perkantoran, pusat perekonomian, termasuk kegiatan pertambangan seperti penambangan batu, tanah, pasir dan batu bara.

Kondisi tersebut memaksa sebagian daerah resapan dan tampungan air berubah fungsi serta mengakibatkan meningkatnya limpasan permukaan. Kapasitas tampung sungai maupun drainase yang ada tidak mencukupi sehingga menimbulkan beberapa genangan baru di kawasan pemukiman bahkan sampai di badan jalan. Dalam situasi yang parah, genangan banjir ini dapat melumpuhkan kegiatan perekonomian dan mengganggu kesehatan.

Jalan P. Suryanata merupakan salah satu ruas jalan penghubung antar kota yang padat lalu lintas dengan perkembangan

perekonomian dan pemukiman yang cukup pesat. Jalan ini menghubungkan Kota Samarinda dengan Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara yaitu Tenggarong, selain itu juga menghubungkan beberapa kawasan tambang di sekitarnya. Di kawasan ini terdapat Daerah Aliran Sungai Manggis dan Air Putih yang bermuara di Sungai Karang Asam Kecil. Pada hampir setiap kejadian hujan yang deras terutama bersamaan dengan terjadinya pasang sungai, genangan banjir muncul di beberapa titik dalam kawasan ini.

Pemeliharaan sistem drainase yang terarah sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya banjir yang akan menghambat perekonomian dan aktivitas warga setempat. Tidak stabilnya sistem drainase dalam mengendalikan air merupakan masalah yang harus segera diatasi mengingat kondisi umum kota Samarinda yang bertopografi rendah dan dipengaruhi pasang surut air sungai.

Saluran drainase merupakan sarana utama untuk menampung air yang meluap ke permukaan akibat hujan selain konstruksi tampungan sementara seperti boezem, waduk dan sebagainya. Pendataan kondisi saluran yang

ISSN: 1829-6025 38

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 ada beserta permasalahannya merupakan hal yang penting dilakukan untuk menganalisa penyebab banjir dan melakukan penanganan yang sesuai dengan kondisi setempat.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi kondisi saluran drainase

tepi jalan. 2. Menghitung debit air hujan yang jatuh di

kawasan tersebut dan debit buangan penduduk serta debit yang harus ditampung oleh saluran.

3. Membandingkan kapasitas saluran eksisting dan sungai alam yang ada dengan saluran yang diperlukan dari hasil perhitungan.

4. Memberikan alternatif pencegahan banjir yang mungkin terjadi.

DASAR TEORI

Dalam Standar Tata Cara Perencanaan

Umum Drainase Perkotaan, drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air dan atau ke bangunan resapan buatan. Sedangkan drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak mengganggu masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia. Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui. Sebaliknya, kala ulang (return period) adalah waktu hipotetik dimana hujan dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Dalam hal ini tidak berarti bahwa kejadian tersebut akan berulang secara teratur setiap kala ulang tersebut (Sri Harto, 1994).

Tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadiannya melalui penerapan distribusi kemungkinan. Besaran statistik yang dihitung :

Berdasar nilai statistik tersebut, diperkirakan agihan yang sesuai dengan ketentuan pemilihan jenis sebaran (Normal: Cs~0 ; log normal:(Cs/Cv)~3.0 ; Gumbel: Cs~1.14; Ck~5.4; log pearson) kemudian diuji kesesuaian distribusinya dengan Uji Smirnov-Kolmogorov: Dengan : ∆ maks = Selisih data probabilitas toritis dan

empiris Sn = Peluang teoritis (Probabilitas) PX = Peluang empiris

(Suripin. 2004) Dan Uji Chi kuadrat dengan

menggunakan persamaan :

Agar distribusi frekuensi yang dipilih

dapat diterima, maka harga X2<X2cr. Harga X2

cr dapat diperoleh dengan menentukan taraf signifikasi α dengan derajat kebebasannya (level of significant).

Apabila jenis distribusi yang dipilih memenuhi kedua uji kesesuian, maka selanjutnya dihitung besar hujan rencana dengan kala ulang T menggunakan persamaan distribusi terpilih. 1. Distribusi E. J. Gumbel

Persamaan yang digunakan adalah

KSXXT Dengan :

X = Rerata curah hujan S = Standar deviasi atau simpangan baku K = Faktor frekuensi XT = X yang terjadi dalam kala ulang T

2. Distribusi Log Person Type III Hitung logaritma hujan atau banjir dengan periode ulang T dengan rumus :

n3

i

1/2n

1i

2i

n

1ii

)x(xn

xSCv,variasiKoefisien

)x(x1n

1S,deviationStandard

xn1xrata,rataNilai

PXSnΔmaks

K

1i

2

Hit2

EFOFEFHΧ

KnEF

logXKXLogXLog T S

ISSN: 1829-6025 39

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Keterangan :

Slog X= Simpangan baku dari log X n = Jumlah data (Suripin, 2004) Untuk menentukan kala ulang dapat

digunakan ketentuan sebagai berikut : Saluran. Kuarter dengan periode ulang 1 tahun, Saluran Tersier dengan periode ulang 2 tahun, Saluran Sekunder dengan periode ulang 5 tahun dan Saluran Primer dengan kala ulang 10 - 25 tahun. (SNI, 1994)

Apabila hujan yang jatuh diperkirakan besar, maka debit lintasan / debit banjir yang akan dipakai dapat digunakan sebagai pedoman untuk memperkirakan besarnya saluran yang akan direncanakan. Untuk memperoleh nilai intensitas hujan rencana pada suatu periode ulang tertentu dapat menggunakan Metode Mononobe dengan rumus :

I = R24

24TC

23

Dimana : Tc= t1+ t2

t1 = 23

×3,28×L0×nd√S

0,167 dan t2 = L60×V

Keterangan : I = Intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)

R = Curah hujan (mm) Tc = Waktu konsentrasi (Jam)

t1 = Waktu yang diperlukan air dari titik yang terjauh ke saluran (menit) t2 = Waktu yang diperlukan air dari

pangkal saluran ke titik yang ditinjau (menit)

L0 = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas saluran (m )

L = Panjang saluran (m) S = Kemiringan daerah v = Kecepatan air rata – rata (m/dtk) nd = Koefisien hambatan

(SNI, Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. 1994)

Metode untuk memperkirakan laju aliran permukaan (limpasan) puncak yang umum dipakai adalah metode Rasional USSCS (1973). Metode ini simpel dan mudah penggunaannya, namun terbatas pada DAS ukuran kecil yaitu kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986). Bentuk persamaan Metode Rasional Modifikasi dinyatakan sebagai berikut (Imam Subarkah. 1980):

Q = 0,002778.Cs.C.I.A

Keterangan : Q = Debit Air Hujan ( m3/dtk ) Cs = Koefisien penampungan ( 2Tc/(2Tc+ts)) ts = t2 C = Koefisien Limpasan Pengaliran A = Luas daerah pengaliran ( km2 )

Dalam pengambilan standar kebutuhan air bersih per orang Perusahaan Air Minum Daerah ( PDAM ) adalah sebesar 135 lt / jw/hari. Untuk menghitung debit air buangan penduduk besarnya diperhitungkan 90% dari standar kebutuhan air bersih tiap penduduk menggunakan Formula Degreemont (Imam Subarkah, 1980).

Qpeak= P×Qm×Pn Keterangan : Qpeak = Debit air buangan penduduk (m3/dtk ) P = Peak factor Qm = Debit buangan air maksimal rata – rata (m3/dtk ) Pn = Jumlah penduduk

Perhitungan luas penampang basah aliran yang melalui saluran menggunakan Persamaan Kontinuitas sebagai berikut:

Q = A. v atau vQA

Keterangan : A = Luas penampang berdasarkan debit air

dan kecepatan (m2) Q = Debit Air ( m3/detik) v = Kecepatan Aliran ( m/detik ) 1. Penampang basah saluran berbentuk persegi

Dimana : A = b. y P = (b + 2y) R = = h/2

v =1n

R ⁄ . S ⁄ Keterangan :

w

y h

b

Gambar 1 Saluran Bentuk Persegi ( Suripin, 2004 )

ISSN: 1829-6025 40

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 A = Luas penampang (m2) b = Lebar saluran (m) y = kedalaman air saluran (m) P = Keliling basah (m) R = Jari-jari hidrolis (m) S = Kemiringan dasar saluran W = Tinggi jagaan (m)

2. Penampang basah saluran berbentuk trapesium

Dimana :

A = (b + my)y P = b + 2y 1 + m T = b + 2my Keterangan : m = Perbandingan kemiringan talud (m) T = Lebar puncak saluran (m) (Ven Te Chow, 1992)

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian adalah saluran

sepanjang tepi jalan P. Suryanata, dimulai dari Bukit Pinang sampai Air Putih yaitu

Perempatan Jalan P. Suryanata – Ir. H. Juanda – P. Antasari – MT. Haryono

.

Gambar 3 Lokasi Penelitian

Data curah hujan harian yang tercatat di

stasiun pengukuran hujan Badan Meteorologi

dan Geofisika (BMG) Temindung Samarinda dari tahun 1991 sampai 2010 ditampilkan dalam tabel berikut:

w

T

y h

m

1

b

Jalan P. Suryanata

Gambar 2 Saluran Bentuk rapesium (Suripin, 2004)

ISSN: 1829-6025 41

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013

Tabel 1 Hujan Harian Maksimum Tahunan No. Tahun Hujan Maks (mm) No. Tahun Hujan Maks (mm) 1 1991 105.3 11 2001 101.6 2 1992 94.3 12 2002 66.3 3 1993 90.2 13 2003 16.3 4 1994 141.8 14 2004 118.2 5 1995 82 15 2005 108 6 1996 79.1 16 2006 132.1 7 1997 94.6 17 2007 94.4 8 1998 85 18 2008 73 9 1999 117.1 19 2009 60.2 10 2000 83.8 20 2010 86.5

Sumber : BMG Temindung Samarinda Data Penduduk Kelurahan Air Putih

dan Bukit Pinang disusun dalam tabel berikut: Tabel 2 Jumlah Penduduk di Kec. Samarinda

Ulu Tahun Air Putih Bukit

Pinang 2008 21.808 5.705 2009 21.806 6.159 2010 21.912 6.757

Sumber: Kec. Samarinda Ulu dalam Angka Tahun 2010

Adapun tahap penelitian yang dilakukan ditunjukkan dalam gambar berikut:

Pembahasan

Data lokasi rawan banjir (sosial, genangan, saluran eksisting dan

penampang sungai)

Data sekunder (hujan harian, peta topografi, tataguna

lahan)

Perhitungan hujan rencana dengan kala ulang tertentu.

Perhitungan kapasitas saluran serta sedimentasinya dan kapasitas sungai

eksisting.

Perhitungan dimensi saluran yang diperlukan.

Gambar 4 Tahap penelitian

ISSN: 1829-6025 42

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari perhitungan statistik data hujan harian maksimum tahunan , diperoleh nilai Cs = -0,7022 dan Cv = 0,2979. Berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan, maka menggunakan distribusi Log Pearson Type III.

Pengujian kesesuian jenis distribusi memberikan hasil sebagai berikut:

n Seg 1 Seg 2 Seg 3 Seg 4 Seg 5 Seg 6 Seg 7 5 722 7089 4778 1627 7629 7244 3063 10 1067 7173 4835 2404 11268 7330 3099 25 3437 7433 5010 7743 36296 7596 3211

1. Uji Smirnov-Kolmogorov

Δ maks < Δ kritis = 0,06 < 0,29 ... Ok, artinya distribusi Log Person III sesuai.

2. Uji Chi-squre χ 2 < χ kritis = 5,26 < 7,81 .. Ok, artinya

distribusi Log Person III memenuhi. Besaran hujan rencana dihitung dengan kala

ulang 5, 10 dan 25 tahun menggunakan rumus : Tabel 3 Hujan rencana dengan kala ulang T

Log XT = Log X + ( K . Slog X ) Hasil perhitungan hujan rencana disajikan pada tabel di bawah ini:

No T (Tahun) K Log XT XT (mm)

1 5 0.666 2.0607 115.009

2 10 0.702 2.0677 116.870

3 25 0.712 2.0696 117.392 Sumber : Hasil Perhitungan

Luas daerah tangkapan air dibagi menjadi 7 segmen seperti ditunjukkan dalam Gambar 5 berikut.

Perhitungan luas daerah tangkapan air menggunakan metode luas polygon tertutup dan hasilnya adalah: Luas segmen 1 = 0,49070247

km2,, segmen 2= 0,896694197 km2, segmen 3 = 0,604338831 km2, segmen 4 = 1,105371879 km2, segmen 5 = 5,181818078 km2, segmen 6 = 0,916322296 km2 dan segmen 7 = 0,387396686 km2

.

Gambar 5 Catchment Area (P.Suryanata)

0123456789

10111213141516

0 2 4 6 8 10

23

4

6

7

1

5

ISSN: 1829-6025 43

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Jumlah penduduk diasumsikan terbagi

merata sesuai luas daerah tangkapan air yang ada. Ada 2 kelurahan yang termasuk di dalam area ini yaitu Ruas Gunung Pinang sampai Ringroad termasuk dalam Kelurahan Bukit Pinang, sedangkan ruas selanjutnya sampai Perempatan Air Putih termasuk dalam Kelurahan Air Putih. Dari hasil perhitungan, laju pertumbuhan penduduk (r) Kelurahan Bukit Pinang 8,11 % dan Kelurahan Air Putih sebesar 0,24%.

Untuk menghitung jumlah penduduk digunakan persamaan geometrik (pertumbuhan) sebagai berikut:

Pn = Po ( 1+r )n Besar penduduk untuk masing-masing segmen di akhir umur rencana disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4 Penduduk di akhir umur rencana (Pn)

n Seg 1

Seg 2

Seg 3

Seg 4

Seg 5

Seg 6

Seg 7

5 722 7089 4778 1627 7629 7244 3063

10 1067 7173 4835 2404

11268 7330 3099

25 3437 7433 5010 7743

36296 7596 3211

Sumber : Hasil Perhitungan Maka besar debit yang berasal dari buangan rumah tangga (Q penduduk) berdasarkan jumlah penduduk dalam Tabel 4 disusun dalam Tabel 5 berikut. Tabel 5 Debit buangan penduduk

Seg Qp untuk kala ulang T (m3/det) 5 tahun 10 tahun 25 tahun

1 0.00291 0.00430 0.01385 2 0.02857 0.02891 0.02996 3 0.01925 0.01948 0.02019 4 0.00656 0.00969 0.03120 5 0.03075 0.04541 0.14628 6 0.02919 0.02954 0.03061 7 0.01234 0.01249 0.01294

Sumber : Hasil Perhitungan Kondisi wilayah masing-masing segmen secara umum terdiri dari empat kemanfaatan yaitu jalan dengan perkerasan aspal kondisi cukup baik (C = 0,85), pemukiman penduduk (C = 0,65),

lahan terbuka sisa galian material atau tambang (C = 0,20) dan sedikit hutan (C = 0,40).

Tabel 6 Koefisien C masing-masing segmen

Seg Luas (m2)

C Total Jalan

Pemuki man Lahan Hutan

1 0.4907 12227.27 159491.7 159491.7 159491.7 0.43 2 0.8966 7181.818 296504.1 296504.1 296504.1 0.42 3 0.6043 4772.727 399710.7 199855.4 0 0.50 4 1.1053 9204.545 365389.1 0 730778.2 0.49 5 5.1818 10909.09 1723636 1723636 1723636 0.42 6 0.9163 4136.364 304062 304062 304062 0.42 7 0.3873 5272.727 382124 0 0 0.65

Sumber : Hasil Perhitungan Perhitungan waktu konsentrasi diperlukan untuk mendapatkan besaran intensitas hujan yang turun

ISSN: 1829-6025 44

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 di suatu wilayah untuk kala ulang tertentu. Besaran Tc ini dipengaruhi oleh dua nilai yaitu t1

(inlet time) dan t2 (conduit time).

Tabel 7 Waktu konsentrasi tiap segmen

Seg Lo (m) nd S t1 (men) L1 (m) t2 (menit) Tc (meni) 1 227.27 0.4 0.020 3.355 2454.55 27.273 30.628 2 590.91 0.6 0.005 4.728 1090.91 12.121 16.849 3 1090.91 0.2 0.005 4.360 863.64 9.596 13.956 4 181.82 0.4 0.010 3.425 2045.45 22.727 26.152 5 2045.45 0.8 0.008 5.869 409.09 4.545 10.414 6 2590.91 0.2 0.005 5.037 727.27 8.081 13.118 7 454.55 0.2 0.005 3.767 1227.27 13.636 17.403

Sumber : Hasil Perhitungan Besar debit yang mengalir di sepanjang saluran dianggap menerus tanpa ada perpindahan aliran dari ruas kiri ke kanan atau sebaliknya. Dengan demikian maka aliran air dari segmen 1 menuju ke segmen 2 dan seterusnya mengalir ke segmen 3. Sedangkan pada ruas kiri, air dari segmen 4 mengalir ke segmen 5 kemudian menuju ke segmen 6 dan berakhir di segmen 7.

Perhitungan debit menggunakan Persamaan Rasional Modifikasi dengan intensitas hujan dihitung dengan Persamaan Mononobe. Koefisien pengaliran dan waktu konsentrasi menyesuaikan untuk ruas kedua dan seterusnya dengan menghitung C rerata dan Tc gabungan. Hasil perhitungan debit masing-masing ruas untuk tiap kala ulang dapat dilihat pada tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 8 Debit hujan rencana kala ulang 5 tahun Seg A C ts Tc Cs I Q5 (m3/det) 1 0.49 0.427 0.454 0.510 0.691 62.424 2.517 2 1.38 0.423 0.656 0.712 0.684 49.982 5.574 3 1.99 0.447 0.816 0.872 0.681 43.670 7.357 4 1.10 0.486 0.378 0.435 0.697 69.357 7.221 5 6.28 0.430 1.186 1.244 0.677 34.471 17.513 6 7.20 0.428 1.321 1.378 0.676 32.188 18.647 7 7.59 0.440 1.435 1.492 0.675 30.533 19.117

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 9 Debit hujan rencana kala ulang 10 tahun

Seg A C ts Tc Cs I Q10

(m3/det) 1 0.4907 0.427 0.4545 0.5105 0.6919 63.434 2.557 2 1.3874 0.423 0.6566 0.7125 0.6846 50.791 5.665 3 1.9917 0.447 0.8165 0.8724 0.6812 44.376 7.476 4 1.1054 0.486 0.3788 0.4359 0.6971 70.479 7.337 5 6.2872 0.430 1.1869 1.2440 0.6770 35.029 17.796 6 7.2035 0.428 1.3215 1.3786 0.6760 32.709 18.948 7 7.5909 0.440 1.4352 1.4923 0.6753 31.027 19.426

Sumber : Hasil Perhitungan

ISSN: 1829-6025 45

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Tabel 10 Debit hujan rencana kala ulang 25 tahun

Seg A C ts Tc Cs I Q25

(m3/det)

1 0.4907 0.427 0.4545 0.5105 0.6919 63.718 2.569 2 1.3874 0.423 0.6566 0.7125 0.6846 51.017 5.690 3 1.9917 0.447 0.8165 0.8724 0.6812 44.574 7.510 4 1.1054 0.486 0.3788 0.4359 0.6971 70.794 7.370 5 6.2872 0.430 1.1869 1.2440 0.6770 35.186 17.876 6 7.2035 0.428 1.3215 1.3786 0.6760 32.855 19.033 7 7.5909 0.440 1.4352 1.4923 0.6753 31.165 19.513

Sumber : Hasil Perhitungan Debit yang ditampung saluran berasal dari debit hujan setempat dan debit buangan penduduk. Perhitungan debit saluran mengikuti pergerakan aliran sehingga debit di bagian hulu akan ditampung oleh saluran di bagian hilir. Besaran debit yang digunakan adalah debit kala ulang 5 tahun untuk jenis saluran sekunder. Hasil perhitungan debit saluran disajikan dalam tabel

11. Penampang saluran dicoba bentuk trapezium dan segi empat dengan menggunakan persamaan penampang saluran ekonomis. Untuk penampang trapezium dipakai m = 1/√3 dengan penampang persegi menggunakan b = 2d. Perhitungan kemiringan dasar saluran memakai Persamaan Manning dengan koefisien n yang sesuai demikian juga tinggi jagaannya

Tabel 11 Debit rencana saluran

Segmen Q5 Qp5 Qsal. Segmen 1 2.517 0.0029 2.520 Segmen 2 5.574 0.0315 5.606 Segmen 3 7.357 0.0507 7.408 Segmen 4 7.221 0.0066 7.227 Segmen 5 17.513 0.0373 17.550 Segmen 6 18.647 0.0665 18.713 Segmen 7 19.117 0.0788 19.196

Sumber : Hasil Perhitungan Tabel 12 Dimensi saluran bentuk trapezium

Segmen 1 2 3 4 5 6 7 Q (m3/det) 2.520 5.606 7.408 7.227 17.550 18.713 19.196 v (m/det) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 A (m2) 2.520 5.606 7.408 7.227 17.550 18.713 19.196

b/d 2.5 3 4 4 8 8 8 m 0.5774 0.5774 0.5774 0.5774 0.5774 0.5774 0.5774

b (m) 2.26 3.76 5.09 5.03 11.44 11.82 11.97 d (m) 0.90 1.25 1.27 1.26 1.43 1.48 1.50 w (m) 0.60 0.75 0.75 0.75 1.00 1.00 1.00 h (m) 1.50 2.00 2.02 2.01 2.43 2.48 2.50 T (m) 4.00 6.07 7.42 7.34 14.25 14.68 14.85 P (m) 4.35 6.65 8.03 7.93 14.75 15.23 15.42 R (m) 0.579 0.843 0.923 0.912 1.190 1.229 1.245

n 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 i 0.00083 0.00050 0.00045 0.00045 0.00032 0.00030 0.00030

Sumber : Hasil Perhitungan

ISSN: 1829-6025 46

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Tabel 13 Dimensi saluran bentuk persegi

Segmen 1 2 3 4 5 6 7 Q (m3/det) 2.520 5.606 7.408 7.227 17.550 18.713 19.196 v (m/det) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

A (m2) 2.520 5.606 7.408 7.227 17.550 18.713 19.196

b/d 2 2 2 2 2 2 2 b (m) 2.24 3.35 3.85 3.80 5.92 6.12 6.20 d (m) 1.12 1.67 1.92 1.90 2.96 3.06 3.10 w (m) 0.60 0.75 0.75 0.75 1.00 1.00 1.00

h (m) 1.72 2.42 2.67 2.65 3.96 4.06 4.10 P (m) 4.49 6.70 7.70 7.60 11.85 12.24 12.39 R (m) 0.561 0.837 0.962 0.950 1.481 1.529 1.549

n 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02

i 0.00086 0.00051 0.00042 0.00043 0.00024 0.00023 0.00022 Sumber : Hasil Perhitungan Maka ukuran Segmen 1 yang diperlukan dalam bentuk trapezium dan persegi seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 6 Penampang Saluran Rencana

Segmen 1 Dari hasil perhitungan debit dan penampang saluran terlihat mulai segmen 5, segmen 6 dan segmen 7 terjadi kenaikan debit yang cukup besar.

Hal ini disebabkan adanya aliran Sungai Manggis yang menuju S. Karang Asam Kecil. Sampai saat ini aliran sungai ini masih terlihat walaupun terjadi perubahan lebar penampang yang semakin kecil di bagian hilir karena melalui wilayah pemukiman dan perkotaan. Apabila penampang sungai dipertahankan maka debit yang dapat ditampung sungai tersebut untuk dapat mengalirkan air dengan kecepatan 1,5 m/det dan tinggi jagaan yang dipertahankan sebesar 20 cm adalah: Q = (8+4)/2.(2-0,2).1,5 = 16,2 m3/det Maka besar debit yang harus ditampung oleh saluran di segmen 5,6 dan 7 menjadi sebesar 1,35 m3/det, 2,513 m3/det dan 2,996 m3/det dan dimensi saluran diperkecil menjadi :

Tabel 14 Dimensi saluran di hilir sungai Penampang Trapesium Persegi

Segmen 5 6 7 5 6 7 Q (m3/det) 1.350 2.513 2.996 1.350 2.513 2.996 v (m/det) 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0

A (m2) 1.350 2.513 2.996 1.350 2.513 2.996 b/d 2.5 2.5 2.5 2 2 2 m 0.5774 0.5774 0.5774 - - -

b (m) 1.66 2.26 2.47 1.64 2.24 2.45 d (m) 0.66 0.90 0.99 0.82 1.12 1.22 w (m) 0.5 0.6 0.6 0.5 0.6 0.6 h (m) 1.16 1.50 1.59 1.32 1.72 1.82 T (m) 3.00 4.00 4.30 1.64 2.24 2.45 P (m) 3.19 4.35 4.75 3.29 4.48 4.90 R (m) 0.424 0.578 0.631 0.411 0.560 0.612

n 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 i 0.00126 0.00083 0.00074 0.00131 0.000866 0.00077

Sumber : Hasil Perhitungan

ISSN: 1829-6025 47

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 Berdasarkan perhitungan dimensi saluran yang diperlukan dan kapasitas sungai yang ada serta penampang eksisting saluran maka terlihat bahwa secara umum penampang saluran yang ada tidak mencukupi. Mengingat wilayah ini adalah wilayah yang cukup pesat perkembangannya terutama di Kelurahan Bukit Pinang, sementara Kelurahan Air Putih adalah wilayah yang cukup padat penduduk, maka memperbesar penampang saluran tentunya memerlukan biaya yang cukup besar untuk pembebasan lahan. Penanganan masalah banjir oleh pemerintah kota sebenarnya terbagi dalam tiga konsep yaitu : 1. Konsep pengendalian banjir daerah hulu, yaitu

dengan memperbaiki kondisi DAS yang rusak dan meningkatkan resistensi DAS untuk reduksi potensi banjir di daerah hulu sehingga beban banjir di daerah hilir menjadi lebih ringan.

2. Konsep pengendalian banjir daerah tengah, yaitu mereduksi banjir dengan meminimalisasi perubahan tata guna lahan, termasuk penertiban penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan Tata Ruang Kota Samarinda

3. Konsep pengendalian banjir daaerah hilir, yaitu dengan memperlancar aliran drainase yang ada melalui peningkatan kapasitas air saluran drainase dan proteksi aliran di saluran dari pengaruh pasang air sungai Mahakam.

Dari ketiga konsep tersebut, wilayah studi yang ditinjau (Jalan P. Suryanata) merupakan wilayah tengah hilir sehingga pengendalian banjir yang sebaiknya dilakukan adalah meminimalisasi perubahan tata guna lahan dan memperlancar aliran drainase. Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain, pembatasan areal tambang, penghijauan, mempertahankan pemakaian bentuk rumah panggung, penampang saluran alam dipertahankan tanpa diganggu oleh pemanfaatan yang lain, penertiban dan penyadaran masyarakat akan kebersihan khususnya membuang sampah di tempatnya (tidak di badan air, jalan dan sebagainya), serta melakukan studi pembuatan tampungan air sementara (retarding basin) di tempat yang masih tersedia seperti di wilayah Ringroad dan sebagainya untuk mengantisipasi debit banjir dengan kala ulang yang lebih besar. KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan, perhitungan dan pembahasan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Kondisi saluran secara umum mengalami

sedimentasi setinggi 10 – 20 cm dengan kedalaman saluran rata-rata 70 - 80 cm. Penampang saluran berbentuk trapezium dengan ukuran lebar atas 1,3 – 1,5 m di Bukit Pinang sampai Pertigaan Kadrie Oening, sementara lebar mengecil menjadi 0,7 m mulai pertigaan tersebut sampai Perempatan Air Putih.

2. Debit air hujan dan debit buangan penduduk serta debit yang harus ditampung oleh saluran sebagai berikut:

Segmen Q5 Qp5 Qsal. Segmen 1 2.517 0.0029 2.520 Segmen 2 5.574 0.0315 5.606 Segmen 3 7.357 0.0507 7.408 Segmen 4 7.221 0.0066 7.227 Segmen 5 17.513 0.0373 17.550 Segmen 6 18.647 0.0665 18.713 Segmen 7 19.117 0.0788 19.196

3. Penampang sungai yang ada dengan lebar

atas 8 m, lebar bawah 4 m dan kedalaman 2 m apabila mengalirkan air dengan kecepatan 1,5 m/det dan tinggi jagaan 20 cm maka debit yang dialirkan sebesar 16,2 m3/det. Hal ini dapat mengurangi debit yang harus ditampung saluran sebesar 17, 55 m3/det menjadi 1,35 m3/det sehingga penampang saluran trapesium yang diperlukan menjadi: lebar atas 3,0 m, lebar bawah 1,66 m dan tinggi 1,16 m. Ukuran ini masih jauh lebih besar dari dimensi eksisting yaitu lebar atas 0,7 m, lebar bawah 0,6 m dan tinggi 0,7 m.

4. Penanganan yang dapat dilakukan adalah membatasi areal tambang, penghijauan, mempertahankan pemakaian bentuk rumah panggung, mengoptimalkan kapasitas eksisting sungai yang ada, memperbesar penampang saluran, menjaga kebersihan saluran dan daerah sekitar serta melakukan studi perencanaan tampungan air sementara untuk mengantisipasi debit banjir dengan kala ulang yang lebih besar.

ISSN: 1829-6025 48

INERSIA Vol. V No. 1, Maret 2013 REFERENSI Chow Ven Te, Open Channel Hydraulics (Hidrolika Saluran Terbuka), Edisi Ketiga, Erlangga, 1992

Dinas Pekerjaan Umum, SNI Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan, Jakarta, 1994

Soemarto CD, Hidrolika Teknik, Usaha Nasional, Surabaya, 1986

Subarkah Imam, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air, Idea Dharma, Bandung, 1980

Suripin, Sistem Drainase Perkotaan Yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta, 2004

Sri Harto, Analisis Hidrologi, Penerbit Gramedia, Jakarta, 1996