studi historis kebudayaan candi borobudur merupakan tempat wisata di indonesia

24
BAB II ISI 2.1 Melacak Sejarah Candi Borobudur 2.2.1 Pendiri Candi Borobudur Kehadiran candi-candi yang terbuat baik dari batu andesit, batu padas maupun batu bata, bentuknya sangat unik dan mirip bangunan kuil Hindu di India, telah menarik perhatian banyak pihak, termasuk para peneliti arkeologi. Dari hasil penelitian tersebut dapat ditelusuri kembali jejak-jejak historisitas keberadaan candi yang selama ini masih menjadi misteri. Berdasarkan hasil penelitian Santiko (2007) diketahui bahwa hubungan antara India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah lama terjalin dalam bentuk jalinan ekonomi. Hubungan yang bermotif komersial ini kemudian berkembang ke arah hubungan yang bersifat keagamaan. Hal itu dimungkinkan karena awal hubungan dagang India – Indonesia waktunya hampir bersamaan dengan perkembangan agama Budha, yang 6

Upload: mandiri4ever

Post on 05-Aug-2015

908 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

BAB II

ISI

2.1 Melacak Sejarah Candi Borobudur

2.2.1 Pendiri Candi Borobudur

Kehadiran candi-candi yang terbuat baik dari batu andesit, batu padas

maupun batu bata, bentuknya sangat unik dan mirip bangunan kuil Hindu di India,

telah menarik perhatian banyak pihak, termasuk para peneliti arkeologi. Dari hasil

penelitian tersebut dapat ditelusuri kembali jejak-jejak historisitas keberadaan

candi yang selama ini masih menjadi misteri.

Berdasarkan hasil penelitian Santiko (2007) diketahui bahwa hubungan

antara India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, telah lama terjalin dalam

bentuk jalinan ekonomi. Hubungan yang bermotif komersial ini kemudian

berkembang ke arah hubungan yang bersifat keagamaan. Hal itu dimungkinkan

karena awal hubungan dagang India – Indonesia waktunya hampir bersamaan

dengan perkembangan agama Budha, yang mewajibkan para pendetanya untuk

menyebarkan agama tersebut.

Salah satu usaha para biksu itu dilakukan dengan cara ikut kapal-kapal

dagang India. Kehadiran para biksu ini dibuktikan dengan penemuan arca-arca

Budha di situs-situs yang dekat dengan alur perdagangan, misalnya arca Budha

dari Sempaga di pantai Sulawesi Selatan yang berasal dari abad ke-2 Masehi. Di

Kota Bangun (Kutai) ditemukan pula arca-arca Budha gaya Gandhara yang

diperkirakan dari abad ke-2 atau abad ke-3 Masehi. Demikian pula sebuah arca

6

Page 2: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

7

Budha ditemukan di Bukit Siguntang, Palembang, dari masa yang sama dengan

kedua arca tersebut.

Berbeda dengan pendeta Budha, pendeta agama non-Budha, yakni agama

Veda dan Hindu, tidak menyebarkan agamanya seperti halnya para biksu, tetapi

mereka datang atas undangan para raja yang memerlukan pertolongan untuk

melaksanakan suatu upacara agama. Salah satu contohnya terdapat pada prastasi

yang disebut Yupa dari tepi Sungai Muarakaman. Para wipra (pendeta ahli Veda)

pernah diundang oleh raja-raja Kutai untuk menjalankan upacara agama di

lapangan suci (ksetra) yang disebut Vaprakesvara.

Di samping pendeta-pendeta India secara aktif menyebarkan agamanya di

Indonesia, terdapat orang-orang Indonesia yang pergi ke India untuk belajar

agama. Hal ini juga disebutkan minimal oleh dua buah prasasti. Bahkan, menurut

salah satu prasasti itu, seorang raja Sriwijaya telah meminta kepada raja dari

Dinasti Pala untuk membuatkan tempat tinggal para pelajar Indonesia tersebut di

Nalanda. Para pelajar inilah yang memegang peranan penting dalam pendirian

candi-candi di Jawa.

Para pelajar tersebut belajar membuat kuil dan kelengkapannya seperti

arca dan relief dari kitab Vastusastra. Selain itu, mereka juga mengunjungi pusat-

pusat kesenian agama dan berbagai kuil di India. Dari situlah mereka kemudian

membuat replika bangunan suci, dan hasilnya sangat terpengaruh oleh

pengetahuan serta kemahiran si pembuat. Replika-replika tersebut kemudian

dibawa pulang untuk dijadikan contoh candi yang akan didirikan di Indonesia

(Santiko, 2007). Oleh karena itu, para peneliti candi hingga sekarang belum

Page 3: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

8

pernah menemukan naskah Vastusastra baik di Jawa maupun di tempat-tempat

lain di Indonesia (bdk. Sukatno C.R., 2004).

Asumsi bahwa pembuatan Candi Borobudur dilakukan oleh para seniman

(siplin) Indonesia diperkuat dengan adanya beberapa bukti, seperti: pertama,

adegan pada relief-relief Candi Borobudur menggambarkan kehidupan sehari-hari

di Jawa. Misalnya, orang-orang yang berjualan di pasar, orang menanam padi di

sawah, memanen dan memikul padi, dukun menolong kelahiran bayi, dan

sebagainya. Kedua, Panil di atas relief Mahakarmawibhanga yang dipahat di kaki

Candi Borobudur yang tertutup, terdapat tulisan (inskripsi) yang berupa kata-kata

petunjuk bagi para seniman pemahat adegan pada panil-panil tersebut. Petunjuk

itu ditulis dengan aksara Jawa Kuno (bukan Deva-Nagari).

Kalaupun ada kata-kata Sanskerta, itu tidak ditulis secara benar,

maksudnya tidak diberi akhiran kasus tertentu. Misalnya, untuk pemahatan surga

hanya ditulis “swargga” tanpa disertai akhiran (ber-)kasus. Sebab, bila isnkripsi

itu ditulis oleh orang India, maka kalau yang digambarkan di surga harus diberi

akhiran kasus lokatif, yakni menjadi “swargge” ; atau makhluk surga, maka kata

swargga harus diberi akhiran kasus genetif, dan sebagainya. Petunjuk tanpa

akhiran kasus, bagi seniman Jawa Kuno tidak masalah, demikian pula aksara Jawa

Kuno adalah aksara mereka. Berbeda bagi para siplin atau seniman India,

petunjuk tanpa akhiran kasus akan membuat mereka kesulitan untuk memahatkan

adegan pada panil candi.

Terlebih lagi aksara Jawa Kuno bukanlah aksara yang mereka kenal.

Ketiga, ketika para arkelog melakukan penelitian di sekitar candi-candi, mereka

Page 4: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

9

tidak pernah menemukan sisa-sisa “kampoeng keling”. Apabila benar orang-orang

India yang mendirikan candi-candi di Indonesia, tentunya hal itu akan memakan

waktu lama dan dengan sendirinya mereka akan menetap di sekitar candi yang

sedang dibangunnya (Santiko, 2007).

2.2.2 Wangsasanjaya dan Wangsasailendra

Berdasarkan keterangan dalam naskah Pustaka Rajyawarnana i Bhumi

Nusantara yang merupakan parwa kedua dari Pustaka Rajyarajya i Bhumi

Nusantara susunan “Panitia Wangsakerta” dari Cirebon yang keseluruhannya

berjumlah 26 jilid diketahui bahwa mula-mula di Jawa Tengah hanya ada satu

wangsa, yaitu Kelingwangsa. Setelah wangsa itu “menyingkir” ke Jawa Timur,

muncul Sanjayawangsa yang masih ada tautan keluarga dengan Kelingwangsa,

karena istri Sanjaya yang bernama Dewi Sudhiwara berasal dari keluarga tersebut.

Melalui perkawinan Yasodhara dengan Dharaindra, keluarga Sailendra sebagai

menantu mulai memperoleh wilayah kekuasaan di bagian Selatan.

Pemisahan kekuasaan itu berlangsung selama 91 tahun (755 – 846), yaitu

sejak Dharaindra berkuasa sebagai raja daerah selatan, yaitu di Bhumisambara

(755 – 782), kemudian selama 19 tahun berikutnya (782 – 801), ia menjadi

maharaja Dharaindra, kemudian ia digantikan oleh anaknya, Samaratungga atau

Samaragrawira yang memerintah selama 45 tahun (801 – 846). Karya besar

kedua orang itu adalah memprakarsai pembangunan stupa Bhahadur yang

digambarkan “bagaikan gunung di pulau Jawa”.

Pada waktu yang bersamaan Rakai Panunggalan yang nama gelarnya

Dyah Panunggalan Bhimaparakrama Linggapawitra Jawabhumandala berkuasa

Page 5: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

10

di bagian utara, yaitu di daerah Mamratipura (=Medang) selama 18 tahun (782 –

800). Jika wangsa Sailendra di bagian selatan beragama Budha, wangsa Sanjaya

yang berkuasa di bagian utara beragama Shiwa. Panunggalan mempunyai dua

orang anak, yaitu Rakai Warak Dyah Watukura Lingganarottama Satyajayabhumi

dan Rakai Garung Dang Rakarayan Pu Palar. Rakai Warak yang menggantikan

ayahnya menjadi raja selama 19 tahun (800 – 819) tidak mempunyai anak

sehingga kemudian ia digantikan oleh adiknya, Rakai Garung, yang berkuasa

selama 21 tahun.

Samaragrawira mempunyai dua orang istri, seorang di antaranya menjadi

permaisuri. Dari permaisuri itulah lahir anak perempuan bernama

Pramordyawardhani yang juga dikenal sebagai Sri Kahulunan sedangkan dari

istrinya yang lain lahir anak laki-laki bernama Balaputradewa. Rakai Garung

yang tidak disebutkan nama istrinya mempunyai anak laki-laki, Rakai Pikatan

Dyah Kamulyan Sang Prabhu Linggeswara Sakabhumandala yang kemudian

menjadi raja selama 16 tahun (840 – 856).

Perkawinan antarwangsa kemudian terjadi lagi. Kali ini antara Rakai

Pikatan dan Pramodyawardhani. Dengan perkawinan itu, wilayah yang semula

terbagi ke dalam dua wangsa, bersatu kembali ke dalam keluarga Sanjayawangsa,

karena Pikatan berasal dari keluarga Sanjaya (Ayatrohaedi, 2005: 115 – 118; bdk.

Lombard,1996; Siagian, 2002; Sukatno C.R., 2004). Informasi naskah tersebut

juga menjelaskan bahwa wangsa Sailendra itu berasal dari Hujungmedini

(Semenanjung Melayu), sekaligus pula meluruskan pendapat Purbatjaraka dan

Page 6: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

11

Buchari yang selama ini berasumsi bahwa wangsa Sailendra berasal dari

Indonesia (Ayatrohaedi, 2005: 117).

2.2 Kebudayaan yang Berkembang di Candi Borobudur

Sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia, Candi Borobudur dibangun

dengan menggunakan +/- 55.000 m3 batu. Tinggi bangunan ini sampai kepuncak

adalah 42m, dengan lebar dasar 123 m. Tegak dan kokoh menjulang keangkasa

dan merupakan bagian dari sejarah yang telah berumur 12 abad. Kapan pastinya

candi ini didirikan tidak diketahui dengan pasti. Tidak adanya bukti-bukti tertulis

menyebabkan Borobudur penuh kegelapan. Penentuan umur dilakukan dengan

memperhatikan dasar corak bangunan candi dan ukir-ukirannya yang

menunjukkan corak Jawa tengah abad 8 masehi.

Sejak dibangun pada abad ke 8, sejarah borobudur timbul tenggelam.

Setelah selesai dibangun, borobudur menjadi pusat penelitian dan

pemngembangan agama budha. Para pemeluk agama ini, mengunjungi Borobudur

untuk mempelajari agama budha. Seluruh rangkaian relief borobudur berisi

ajaran-ajaran  agama budha. Pada jaman itu bangunan borobudur menjadi pusat

perhatian dan dipuja sebagai bangunan yang suci. Namun itu tidak berlangsung

lama. Bersamaan dengan surutnya agama budha, borobudur ditinggal para

pemeluknya. Setelah dinasti Cailendra (Caila=gunung, Indra=raja) lenyap,

borobudur tak ada kabar beritanya. Berabad-abad borobudur tertutup kegelapan.

Tidak ada tulisan ataupun berita tentang Borobudur.

Seiring dengan berpindahnya pusat kerajaan jawa ke Jawa Timur, praktis

borobudur menjadi tak terurus lagi. Bekas abu letusan gunung berapi yang

Page 7: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

12

menyelimuti borobudur menjadi media tumbuh bagi rumput dan semak belukar.

Pohon-pohon kecil mulai bertumbuhan menjadikan borobudur beralih rupa

menjadi gundukan batu yang tertutup semak belukar dan nampak angker sehingga

membuat orang takut untuk mendekat.

Pada awal abad ke 18, Gubernur Jendral Inggris bernama Sir Thomas

Stamford Raffles, menerima laporan tentang keberadaan candi besar yang tertutp

oleh semak belukar. Raffles kemudian mengutus perwiranya, H.C. Cornelius

untuk mengunjungi candi besar tersebut, yang ternyata adalah borobudur. Semak

belukar dibersihkan, sehinga nampaklahsebuah candi dengan patung-patung

budha yang banyak sekali jumlahnya. Keadaan candi memang menyedihkan,

karena banyak sekali bagian-bagian yang sudah runtuh. Banyak patung yang

rusak, kepalanya patah dan lengannya buntung. Sayang pemerintahan Inggirs

tidak berlangsung lama. Penelitian dan usaha memperbaiki borobudur menjadi

terbengkalai lagi. Namun sejak itu borobudur mulai diperhatikan. Dengan

dibukanya oleh raffles itu, banyak orang mengunjungi borobudur.

Pemerintah Belanda yang mulai berkuasa lagi, mulai tertarik. Sayangnya

tidak semua orang bermaksud baik. Patung dan bagian-bagian candi yang indah

banyak diambil orang atau pejabat pemerintah. Salah satu contoh adalah pada

tahun 1896, pemerintah Hindia Belanda, melalui Residen Kedu, mengambil

delapan gerobak penuh patung dan bagian borobudur yang indah untuk

dihadiahkan kepada Raja Siam. Raja Chulalangkon memang mengunjungi

Borobudur dan sangat tertarik akan patung-patung budha dari candi tersebut.

Page 8: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

13

Maka diangkutlah hadiah dari Belanda itu ke negaranya. Sampai sekarang benda

berharga dari borobudur itu tersimpan di Museum Bangkok, Thailand.

Pada tahun 1907 sampai 1911 borobudur direstorasi besar-besaran.

Pimpinan restorasi adalah Ir. Th. Van Erp, seorang insinyur belanda yang

berbakat dan memiliki perhatian besar akan nasib borobudur. Biaya yang sangat

besar telah tersedia, borobudur yang hampir runtuh dibongkar satu persatu.

Kemudian batu-batu yang tercecer dikumpulkan. Rangkaian-rangkaian yang

terpisah dicari dan disatukan. Percobaan menyusun rangkaian yang sama itu

sangat sukar dan lama. Perlu ketelitian dan kesabaran untuk melakukannya dan

tidak boleh terjadi kesalahan dalam proses tersebut agar bisa diperoleh bentuk

candi seperti semula saat dibangun.

Hasil kerja Van Erp akhirnya memuaskan, meskipun banyak bagian yang

sudah hilang, namun borobudur tampak luar biasa. Sayangnya proses alam tak

bisa dicegah. Hujan dan kotoran selalu menimpa borobudur, menjadikan lumut

tumbuh subur dan beberapa bagian candi mulai miring, renggang dan amblas.

Akhirnya pada tanggal 10 Agustus 1973 pemerintah Indonesia, dengan dibantu

dana dan tenaga-tenaga ahli dari berbagai penjuru dunia melakukan proses

pemugaran besar-besaran terhadap candi borobudur. Pemugaran tersebut

berlangsung hampir sempurna, dan hasilnya bisa dinikmati hingga sekarang.

Arsitektur candi Borobudur memang sangat menarik, terdiri dari tiga

bagian utama yakni kaki, badan dan kepala candi. Pada dinding-dinding

borobudur terpahat relief-relief. Relief merupakan rangkaian cerita yang

dilukiskan dalam satu bingkai (panel) untuk satu adegan. Terdapat ribuan bingkai

Page 9: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

14

pada candi ini ditambah dengan ratusan patung budha yang terdapat dalam stupa-

stupa maupun relung-relung yang ada pada bagian dinding candi.

Suatu hal yang unik, bahwa candi ini ternyata memiliki arsitektur

dengan format menarik atau terstruktur secara matematika. setiap bagain kaki,

badan dan kepala candi selalu memiliki perbandingan 4:6:9.

Penempatan-penempatan stupanya juga memiliki makna tersendiri,

ditambah lagi adanya bagian relief yang diperkirakan berkatian dengan astronomi

menjadikan borobudur memang merupakan bukti sejarah yang menarik untuk di

amati. Salah satu hasil pengkajian mengenai hal ini bisa dibaca pada situs.

2.3 Pembangunan Pariwisata di Candi Borobudur

Tidak ditetapkannya Candi Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia

dan penetapan larangan terbang bagi 51 maskapai Penerbangan Indonesia di

Wilayah Uni Eropa, sebenarnya merupakan sentimen negatif politik pasar

kapitalis yang memang cukup menyulitkan untuk pengembangan pariwisata di

Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya.

Bila dicermati dengan seksama, kedua hal itu sangat terkait dengan

gencarnya pemberitaan isu terorisme yang menurut sinyalemen Barat “bersarang”

di Indonesia. Dengan adanya sinyalemen tersebut banyak kedutaan besar negara-

negara Uni Eropa yang menjadi sekutu Amerika segera mengeluarkan travel

warning bagi seluruh warganya agar tidak berkunjung ke Indonesia.

Terbitnya larangan penerbangan dan travel warning Uni Eropa ini juga

tentu saja telah berakibat pada melonjaknya angka pembatalan kunjungan turis ke

Indonesia. Selain itu, bisa jadi negara lain seperti Cina, Jepang, Korea juga akan

Page 10: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

15

menerapkan ketentuan serupa. Potensi pembatalan kunjungan turis Jepang, Korea

serta negara Asia Pasifik lainnya jelas akan berdampak kepada penurunan jumlah

wisatawan asing selama beberapa tahun ke depan. Saat ini beberapa operator tur

di Jepang telah membatalkan kunjungan turisnya ke Bali dan beberapa daerah

tujuan wisata di kawasan timur Indonesia.

Hal ini semakin mempersulit posisi Indonesia karena dampak buruk

publikasi tentang masuknya maskapai penerbangan Indonesia dalam daftar hitam

penerbangan tidak aman di dunia. Bahkan, Uni Eropa bukan hanya mengeluarkan

daftar hitam penerbangan tidak aman, tapi juga mengeluarkan imbauan agar

wisman dari kawasan tersebut tidak menggunakan penerbangan domestik di

Indonesia.

Bahkan baru-baru ini Otoritas penerbangan Arab Saudi juga meminta

klarifikasi pemerintah Indonesia terkait dengan kondisi penerbangan nasional.

Padahal berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Aviation Safety Network (2007)

diketahui bahwa maskapai penerbangan Indonesia bukan pemegang rekor

kecelakaan transportasi udara Internasional.

Hal ini memang menjadi semacam “batu ujian” bagi seluruh stakeholder

pariwisata pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya. Lihat saja,

pengelolaan objek-objek wisata Jawa Tengah, seperti Candi Borobudur memang

belum optimal. Banyak hal yang harus dibenahi dan mulai ditangani secara

profesional, seperti ulah para pedagang asongan yang cenderung memaksa

pengunjung, terkadang membuat wisatawan risih, belum lagi masalah kebersihan

yang kurang, sarana transportasi yang belum memadai, kenyamanan, kelengkapan

Page 11: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

16

hotel, dan berbagai paket hiburan yang menarik lainnya. Belum lagi jika bicara

masalah promosi wisata, Indonesia masih jauh tertinggal, bahkan dengan negara

tetangga Malaysia yang gencar dengan promosinya serta perbaikan sarana dan

prasarana lainnya.

Namun, orang juga paham bahwa dalam peta politik bisnis tingkat global,

segala “derita” yang dialami dunia pariwisata Indonesia tidak terlepas dari

permainan bisnis tingkat tinggi. Sudah bukan rahasia lagi para investor bisnis

(pariwisata) sangat “ganas” dalam mengeruk kekayaan dan sumber daya negara

lain yang lemah dan baru berkembang.

Hal ini setidaknya pernah digambarkan dengan baik oleh Dennison Nash

dalam Tourism as a form of imperialism (1989). Nash menegaskan bahwa “…It is

this power over touristic and related development abroad that makes

metropolitan center imperialistic and tourism as a from imperialism…” (lihat pula

Gunawan, 1994).

Pertama, hotel-hotel bintang lima di Jakarta, Yogyakarta dan Bali—

tempat tujuan wisata bisnis internasional, seperti: Hyatt, Hilton, J.W. Marriot, dan

sebagainya—dikuasai oleh asing. Kedua, pembelian atau penyewaan pulau-pulau

di beberapa tempat di Indonesia juga dilakukan oleh investor asing dengan

menyulapnya sebagai surga dunia, ada hotel, area menyelam, area bermain jet sky,

wisata alam, dan sebagainya. Ketiga, berbagai paket kebijakan politik nasional,

misalnya perjanjian utang yang dibarengi dengan syarat-syarat penggunaan tenaga

kerja asing dan alat-alat asing juga menjadi sebab lain bisnis pariwisata di negeri

ini dikendalikan oleh bisnis internasional yang sangat kuat. Keempat, promosi

Page 12: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

17

yang dilakukan para investor dan pengusaha kelas internasional juga sangat kuat

karena mereka mampu menciptakan dan mempermainkan “citra” sebuah negara

atau tempat wisata. Seperti maraknya bom di Bali, Jakarta, dan Borobudur (Jawa

Tengah) beberapa tahun yang lalu, dapat dimanfaatkan untuk menurunkan citra

tempat-tempat tersebut. Kelima, agen-agen perjalanan internasional dapat

menentukan kapan dan di mana akan datang ke Indonesia dengan cara

meneriakkan travel warning seperti yang sering dilakukan oleh pemerintah

Amerika dan Australia.

Untuk itulah, pemerintah dan seluruh stakeholder pariwisata nasional

perlu mengubah strategi dan paradigma pengelolaan bisnis pariwisata. Bahwa

tidak melulu wisatawan asing yang dijadikan ujung tombak pemasaran bisnis

pariwisata, karena wisatawan domestik pun perlu digarap dengan baik. Padahal

bila dilihat dari segi pendapatan, ternyata wisatawan domestik pun memainkan

peran yang cukup signifikan. Terbukti pada tanggal 1—8 Juli 2007, dari 113.909

pengunjung Candi Borobudur, wisatawAan asing hanya 2.207 orang (1,94 %).

Selain itu, pemerintah pusat pun perlu berperan aktif membenahi situasi politik

dan melakukan lobi-lobi tingkat tinggi sehingga citra pariwisata negeri ini tidak

semakin buruk.

Dalam upaya pengembangan strategi pengelolaan pariwisata di Indonesia

agaknya para stakeholder perlu belajar dari negara tetangga, misalnya saja India,

pada lingkup pengelolaan Taj Mahal (Hadi, 2009). Pertama, sejak awal

pemerintah India sudah melakukan pencitraan bahwa Taj Mahal adalah

Monument to Love dengan sederet cerita tentang keagungan cinta. Bahkan secara

Page 13: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

18

eksplisit, buku panduan turis di sana menyebutkan tentang “kewajiban”

berkunjung ke Taj Mahal kalau ke India dengan slogan “No visit India is

completed without an expedition to this shrine of mystique and love”. (Kunjungan

ke India belumlah lengkap tanpa berekspedisi ke tempat suci mistis dan cinta ini).

Kedua, pemerintah India pun benar-benar peduli dan melindungi Taj

Mahal agar tidak dibuat replika detil atas bangunan tersebut. Karena membuat

replika monumen bersejarah dipandang sebagai pelanggaran hak cipta. Selain itu,

upaya pencitraan sebagai negara yang aman juga perlu ditingkatkan.

Ketiga, manajemen pengelolaan pun dibuat sangat profesional dan sejalan

dengan prinsip-prinsip konservasi. Dengan demikian, tidak akan ada lagi

pengelolaan bisnis pariwisata malah justru hanya mementingkan aspek

komersialnya saja tanpa mengedepankan aspek-aspek konservasi. Terbukti di Taj

Mahal, pemberhentian kendaraan pengunjung dilakukan pada 1,5 km sebelum

lokasi. Setelah itu, harus berganti bus bertenaga batere yang tidak menimbulkan

kebisingan dan polusi udara yang berlebihan. Selain bis, pengunjung juga

disediakan pilihan moda transportasi: dokar, becak atau berjalan kaki.

Memasuki kawasan Taj Mahal, pengunjung harus melepas alas kaki atau

membungkusnya dengan kantung kain berwarna putih yang disediakan petugas

setelah membeli tiket masuk. Hal ini dilakukan dengan maksud agar batuan dan

ornamen lantai tidak kotor. Begitu pula, telapak sepatu ribuan atau bahkan ratusan

ribu pengunjung dikhawatirkan akan melampaui daya dukung struktur batuan Taj

Mahal. Perlu diketahui bahwa arsitek Taj Mahal, yaitu seorang berkebangsaan

Iran bernama Ustad Ahmad Lahauri telah merancang bangunan tersebut dengan

Page 14: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

19

visi konservasi. Taj Mahal yang berdiri pada keluasan 35 hektare itu dikitari ruang

terbuka hijau dan taman yang sangat luas. Dengan kondisi seperti itu, pusat

perhatian pengunjung bisa terpencar. Di samping itu, masjid di sebelah timurnya

dan replika masjid pada sisi barat juga menjadi daya tarik tersendiri bagi

pengunjung. Demikian juga Sungai Yamuna di sisi selatannya yang memiliki

aliran air yang tenang dapat menjadi pusat keterpesonaan pengunjung. Akhirnya,

aktivitas pengunjung tidak terpusat pada bangunan utama dalam waktu yang

bersamaan. Lebih-lebih lagi, bentuk bangunan Taj Mahal yang simetris, membuat

semua sisinya tampak sama ketika dipandang. Jadi, pengunjung dapat

memandanginya dari berbagai penjuru secara terpencar.

Selain dikonservasi, keagungan Taj Mahal juga sangat berdaya untuk

kepentingan bisnis. Konon para tenaga yang membangun Taj Mahal berasal dari

suatu daerah yang disebut Makrana, tempat asal batuan marmer yang ada di situ.

Anak keturunan ahli pahat batu itu sekarang berjumlah 17 orang dan tinggal di

sekitar Taj Mahal. Merekalah yang diizinkan untuk menggunakan masjid di sisi

timur untuk bersembahyang Jumat.

Keahlian memahat orang-orang Makrana itu didayagunakan oleh

perusahaan marmer untuk mendongkrak nilai jual produknya. Pengunjung yang

datang melalui biro perjalanan pasti dibawa singgah danmelihat kepiawaian

pemahat ini mengasah batu menjadi berbagai komoditas seperti meja dan hiasan

dinding yang sangat artistik. Harganya mulai dari 300 sampai 1.500 dolar AS.

Kalau orang berkantung tebal dan membayangkan bisa memiliki meja marmer

Page 15: Studi Historis Kebudayaan Candi Borobudur Merupakan Tempat Wisata Di Indonesia

20

dan hiasan dinding mirip pahatan sekaliber Taj Mahal tentu akan tergiur

membelinya.

Komersialisasi seperti itu mengingatkan kita pada nasib Candi Borobudur

yang tidak kalah agung dengan Taj Mahal. Pada bangunan untuk Ratu Mumtaz

itu, komersialisasi tidak sampai mengorbankan nilai bangunan bersejarahnya,

tetapi tidak demikian dengan Borobudur. Upaya-upaya pemerintah untuk

meningkatkan nilai jual agar wisatawan betah lama tinggal di sekitar lokasi itu

pernah membuat candi kebanggaan bangsa Indonesia pernah beberapa kali

diancam bakal dicabut dari daftar warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Beberapa hal yang pernah ditegur UNESCO adalah pembangunan sarana

dan prasarana pertunjukan cahaya dan suara atau multimedia show (MMS) dengan

teknologi canggih dari Perancis pada sekitar 1997. Pertunjukan malam hari itu

berusaha menggambarkan kehidupan masa lalu di sekitar candi. Namun,

UNESCO mengkhawatirkan pertunjukan itu akan mempercepat pelapukan batuan

candi. Selain itu, getaran yang ditimbulkan oleh suara MMS akan mengganggu

struktur batuan candi.

Begitu pula pada 2002 dan 2003, Borobudur kembali heboh dengan

rencana pemerintah yang menata pedagang asongan dengan konsep Jagad Jawa

atau shopping street di zona 2. Padahal area itu merupakan zona penyangga dan

hanya diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan yang menunjang pelestarian candi

saja. Dengan demikian, kegiatan komersial seperti hotel dan kereta mini bermesin

seharusnya memang tidak berada di zona penyangga itu (Hadi, 2009).