studi evaluasi normalisasi saluran drainase tanjung sadari krembangan surabaya
DESCRIPTION
lingkunganTRANSCRIPT
STUDI EVALUASI NORMALISASI SALURAN DRAINASE TANJUNG SADARI
KREMBANGAN SURABAYA
Pendahuluan
Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang berlebih. Baik air permukaan,
maupun air bawah permukaan. Sampai saat ini kinerja penanganan drainase dinilai oleh
masyarakat masih sangat rendah. Hal ini beralaskan oleh masih banyaknya kota-kota besar yang
mengalami banjir di setiap musim hujan. Penanganan banjir kebanyakan masih bersifat local,
teknis, belum merupakan penanganan yang komprehensif untuk seluruh wilayah perkotaan.
Adanya permasalahan drainase salah satunya disebabkan oleh perkembangan perumahan dan
permukiman yang semakin pesat. Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat
sering kali tidak terkendali sehingga tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep
pembangunan berkelanjutan. Saat ini, kawasan rendah dan bantaran sungai telah dihuni oleh
penduduk. Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan drainase untuk mengeringkan kawasan
yang telah terbangun tersebut, akibatnya terjadilah banjir. Minimnya sarana dan prasarana
drainase di beberapa daerah juga menjadi penyebab banjir di setiap musim penghujan.
Paradigma Penanganan Drainase
Sampai saat ini masih banyak kota menangani masalah drainasenya dengan metode lama yaitu
mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run off) secepat cepatnya ke penerima air (badan
air). Penanganan dengan metode ini masih bersifat teknis tanpa mempertimbangkan faktor
lingkungan, social-ekonomi dan budaya, serta kesehatan lingkungan. Terdapat beberapaa
kendala yang ditemui dalam menangani masalah drainase:
1. Kurangnya perhatian pengelola pembangunan drainase dalam mengoperasikan dan
memelihara sarana prasarana drainase.
2. Kesadaran masyarakat masih rendah akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
3. Lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase
4. Ketidakmampuan menyusun program yang dibutuhkan
5. Rendahnya jumlah dan kualitas tenaga ahli dalam penanganan drainase
6. Kurangnya kesadaran bahwa pemeccahan masalah genangan harus melihat pada system
jaringan saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan tidak diperhitungkannya
pengaruh backwater akibat fluktuasi di hilir, dan adanya tambahan debit aliran dari beban
saluran di hulu.
7. Tidak menyadari bahwa system drainase kawasan harus terpadu dengan system badan air
regional
8. Kurang menyadari bahwa pmeliharaan saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat
penting untuk menurunkan resiko genangan.
9. Tidak ada ketegasan fungsi drainase, sebagai saluran air hujan saja atau juga dengan air
buangan.
10. Belum ada pengendalian debit puncak
11. Dan lain lain
Evaluasi Saluran Drainase Tanjung Sadari Krembangan Surabaya
Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang berlebih. Baik air
permukaan, maupun air bawah permukaan. Air berlebih yang umumnya berupa genangan,
disebut dengan banjir (Suhardjono, 2013). Beberapa faktor yang menyebabkan banjir
adalah ketidakmampuan saluran drainase menampung dan mengalirkan debit yang lewat.
Keti-dakmampuan saluran untuk mengalirkan air limpasan dari rumah tangga, air akibat
aktivitas industri maupun air limpasan dari hujan di suatu area ini dapat dian-tisipasi
dengan pembuatan bozem yaitu sebuah bangunan yang didesain untuk menampung sementara
air limpasan yang tidak bisa dibuang secara gravitasi oleh saluran drainase ke laut pada saat air
laut mengalami pasang. Hal ini dapat diantisipasi dengan pemasangan pompa pada muara
bozem, ketika daerah hulu mengalami hujan dengan intensitas yang tinggi bersamaan dengan
terjadinya kenaikan muka air laut akibat pasang, air dapat dikeluarkan atau dialirkan ke laut
dengan cara dipompa.
Saluran Tanjung Sadari merupakan saluran sekunder pada sistem drainase bozem
Morokrembangan Utara. Bentuk saluran drainase Tanjung Sadari adalah trapesium dengan
lebar dasar rata-rata saluran 2,5 m, tinggi rata-rata saluran 1,5 m memiliki panjang 762 m
sebelum dilakukanya normalisasi oleh PT.Pelindo III Cabang Tanjung Perak pada tahun
anggaran 2012. Setelah dilakukannya normalisasi sepanjang 277 m (P.18 sampai P.23A)
dengan pemasangan gutter berdimensi 2,2 m x 2,4 m x 1,2 m dan pemasangan pompa
banjir beserta instalasinya (P.23 sampai P.23A) masih belum menyelesaikan masalah
genangan yang terjadi di sekitar titik P.10 (Anonim, 2011).
Bozem Morokrembangan
Selain sungai, sistem hidrologi Surabaya juga ditentukan keberadaan beberapa Waduk,
Boezem dan Telaga. Ada 23 sistem hidrologi (waduk/boezem dan telaga) yang masuk dalam
rekapitulasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik Kota Surabaya tahun 2010. Boezem paling luas
adalah Boezem Morokrembangan, dibangun pada periode kolonial Belanda. Bozem berfungsi
mengurangi resiko banir sekitar kota lama serta mencegah intrusi air laut maupun gelombang
pasang yang masuk ke dalam kota Surabaya. Waduk/Boezem/Telaga di Surabaya banyak
dimanfaatkan untuk penampungan air, irigasi, dan sebagian dimanfaatkan untuk tempat budidaya
ikan. Pada tahun 2010 lalu, bozem Morokrembangan sempat menjadi tempat terkumuh di
Indonesia. Hal ini karena terdapat banyak sampah yang menggenang di sana. Drainase pun
sempat macet dan menyebabkan genangan air di sekitar bozem. Selain itu, kondisi bozem
Morokrembangan sempat mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan sampah. Akhirnya
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bersama dengan Pemkot
Surabaya membuat masterplan revitalisasi kawasan Boezem Morokrembangan. Revitalisasi
Boezem dengan melakukan pembangunan infrastruktur serta menata lingkungan permukiman
sekitar Bozem. Dengan demikian mampu menunjang keberlanjutan penghidupan masyarakat
serta fungsi Bozem Morokrembangan.
Kondisi Drainase di Tanjung Sadari Krembangan Surabaya
Saluran Tanjung Sadari merupakan saluran sekunder pada sistem drainase bozem
Morokrembangan Utara. Setelah dilakukan revitalisasi bozem Morokrembangan, saluran
Tanjung Sadari mengalami overload, sehingga di sekitarnya masih sering terjadi banjir.
Kemudian dilakukan normalisasi pada bagian saluran Tanjung Sadari untuk menanggulangi
masalah banjir, yaitu pada patok P.10 sampai P.6. Normalisasi yang telah dilakukan berupa
pembesaran dimensi saluran dan pemasangan 2 pompa banjir berkapasitas 0,5 m3/s dan 1 pompa
lumpur berkapasitas 0,25 m3/s. Namun masalah banjir masih belum terselesaikan, sehingga perlu
dilakukan alternative penanggualangan banjir di sekitar jalur Tanjung Sadari.