studi evaluasi normalisasi saluran drainase tanjung sadari krembangan surabaya

5
STUDI EVALUASI NORMALISASI SALURAN DRAINASE TANJUNG SADARI KREMBANGAN SURABAYA Pendahuluan Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang berlebih. Baik air permukaan, maupun air bawah permukaan. Sampai saat ini kinerja penanganan drainase dinilai oleh masyarakat masih sangat rendah. Hal ini beralaskan oleh masih banyaknya kota-kota besar yang mengalami banjir di setiap musim hujan. Penanganan banjir kebanyakan masih bersifat local, teknis, belum merupakan penanganan yang komprehensif untuk seluruh wilayah perkotaan. Adanya permasalahan drainase salah satunya disebabkan oleh perkembangan perumahan dan permukiman yang semakin pesat. Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat sering kali tidak terkendali sehingga tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep pembangunan berkelanjutan. Saat ini, kawasan rendah dan bantaran sungai telah dihuni oleh penduduk. Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan drainase untuk mengeringkan kawasan yang telah terbangun tersebut, akibatnya terjadilah banjir. Minimnya sarana dan prasarana drainase di beberapa daerah juga menjadi penyebab banjir di setiap musim penghujan. Paradigma Penanganan Drainase Sampai saat ini masih banyak kota menangani masalah drainasenya dengan metode lama yaitu mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run off) secepat cepatnya ke penerima air (badan air). Penanganan dengan metode ini masih bersifat teknis tanpa

Upload: elma-puspaningtyas

Post on 28-Dec-2015

60 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Evaluasi Normalisasi Saluran Drainase Tanjung Sadari Krembangan Surabaya

STUDI EVALUASI NORMALISASI SALURAN DRAINASE TANJUNG SADARI

KREMBANGAN SURABAYA

Pendahuluan

Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang berlebih. Baik air permukaan,

maupun air bawah permukaan. Sampai saat ini kinerja penanganan drainase dinilai oleh

masyarakat masih sangat rendah. Hal ini beralaskan oleh masih banyaknya kota-kota besar yang

mengalami banjir di setiap musim hujan. Penanganan banjir kebanyakan masih bersifat local,

teknis, belum merupakan penanganan yang komprehensif untuk seluruh wilayah perkotaan.

Adanya permasalahan drainase salah satunya disebabkan oleh perkembangan perumahan dan

permukiman yang semakin pesat. Perkembangan perumahan dan permukiman yang sangat pesat

sering kali tidak terkendali sehingga tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang maupun konsep

pembangunan berkelanjutan. Saat ini, kawasan rendah dan bantaran sungai telah dihuni oleh

penduduk. Kondisi tersebut berdampak pada kemampuan drainase untuk mengeringkan kawasan

yang telah terbangun tersebut, akibatnya terjadilah banjir. Minimnya sarana dan prasarana

drainase di beberapa daerah juga menjadi penyebab banjir di setiap musim penghujan.

Paradigma Penanganan Drainase

Sampai saat ini masih banyak kota menangani masalah drainasenya dengan metode lama yaitu

mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run off) secepat cepatnya ke penerima air (badan

air). Penanganan dengan metode ini masih bersifat teknis tanpa mempertimbangkan faktor

lingkungan, social-ekonomi dan budaya, serta kesehatan lingkungan. Terdapat beberapaa

kendala yang ditemui dalam menangani masalah drainase:

1. Kurangnya perhatian pengelola pembangunan drainase dalam mengoperasikan dan

memelihara sarana prasarana drainase.

2. Kesadaran masyarakat masih rendah akan lingkungan hidup yang bersih dan sehat.

3. Lemahnya institusi pengelola prasarana dan sarana drainase

4. Ketidakmampuan menyusun program yang dibutuhkan

5. Rendahnya jumlah dan kualitas tenaga ahli dalam penanganan drainase

6. Kurangnya kesadaran bahwa pemeccahan masalah genangan harus melihat pada system

jaringan saluran secara keseluruhan yang mengakibatkan tidak diperhitungkannya

Page 2: Studi Evaluasi Normalisasi Saluran Drainase Tanjung Sadari Krembangan Surabaya

pengaruh backwater akibat fluktuasi di hilir, dan adanya tambahan debit aliran dari beban

saluran di hulu.

7. Tidak menyadari bahwa system drainase kawasan harus terpadu dengan system badan air

regional

8. Kurang menyadari bahwa pmeliharaan saluran merupakan pekerjaan rutin yang sangat

penting untuk menurunkan resiko genangan.

9. Tidak ada ketegasan fungsi drainase, sebagai saluran air hujan saja atau juga dengan air

buangan.

10. Belum ada pengendalian debit puncak

11. Dan lain lain

Evaluasi Saluran Drainase Tanjung Sadari Krembangan Surabaya

Drainase adalah suatu tindakan untuk mengurangi air yang berlebih. Baik air

permukaan, maupun air bawah permukaan. Air berlebih yang umumnya berupa genangan,

disebut dengan banjir (Suhardjono, 2013). Beberapa faktor yang menyebabkan banjir

adalah ketidakmampuan saluran drainase menampung dan mengalirkan debit yang lewat.

Keti-dakmampuan saluran untuk mengalirkan air limpasan dari rumah tangga, air akibat

aktivitas industri maupun air limpasan dari hujan di suatu area ini dapat dian-tisipasi

dengan pembuatan bozem yaitu sebuah bangunan yang didesain untuk menampung sementara

air limpasan yang tidak bisa dibuang secara gravitasi oleh saluran drainase ke laut pada saat air

laut mengalami pasang. Hal ini dapat diantisipasi dengan pemasangan pompa pada muara

bozem, ketika daerah hulu mengalami hujan dengan intensitas yang tinggi bersamaan dengan

terjadinya kenaikan muka air laut akibat pasang, air dapat dikeluarkan atau dialirkan ke laut

dengan cara dipompa.

Saluran Tanjung Sadari merupakan saluran sekunder pada sistem drainase bozem

Morokrembangan Utara. Bentuk saluran drainase Tanjung Sadari adalah trapesium dengan

lebar dasar rata-rata saluran 2,5 m, tinggi rata-rata saluran 1,5 m memiliki panjang 762 m

sebelum dilakukanya normalisasi oleh PT.Pelindo III Cabang Tanjung Perak pada tahun

anggaran 2012. Setelah dilakukannya normalisasi sepanjang 277 m (P.18 sampai P.23A)

dengan pemasangan gutter berdimensi 2,2 m x 2,4 m x 1,2 m dan pemasangan pompa

Page 3: Studi Evaluasi Normalisasi Saluran Drainase Tanjung Sadari Krembangan Surabaya

banjir beserta instalasinya (P.23 sampai P.23A) masih belum menyelesaikan masalah

genangan yang terjadi di sekitar titik P.10 (Anonim, 2011).

Bozem Morokrembangan

Selain sungai, sistem hidrologi Surabaya juga ditentukan keberadaan beberapa Waduk,

Boezem dan Telaga. Ada 23 sistem hidrologi (waduk/boezem dan telaga) yang masuk dalam

rekapitulasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik Kota Surabaya tahun 2010. Boezem paling luas

adalah Boezem Morokrembangan, dibangun pada periode kolonial Belanda. Bozem berfungsi

mengurangi resiko banir sekitar kota lama serta mencegah intrusi air laut maupun gelombang

pasang yang masuk ke dalam kota Surabaya. Waduk/Boezem/Telaga di Surabaya banyak

dimanfaatkan untuk penampungan air, irigasi, dan sebagian dimanfaatkan untuk tempat budidaya

ikan. Pada tahun 2010 lalu, bozem Morokrembangan sempat menjadi tempat terkumuh di

Indonesia. Hal ini karena terdapat banyak sampah yang menggenang di sana. Drainase pun

sempat macet dan menyebabkan genangan air di sekitar bozem. Selain itu, kondisi bozem

Morokrembangan sempat mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan sampah. Akhirnya

Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bersama dengan Pemkot

Surabaya membuat masterplan revitalisasi kawasan Boezem Morokrembangan. Revitalisasi

Boezem dengan melakukan pembangunan infrastruktur serta menata lingkungan permukiman

sekitar Bozem. Dengan demikian mampu menunjang keberlanjutan penghidupan masyarakat

serta fungsi Bozem Morokrembangan.

Kondisi Drainase di Tanjung Sadari Krembangan Surabaya

Saluran Tanjung Sadari merupakan saluran sekunder pada sistem drainase bozem

Morokrembangan Utara. Setelah dilakukan revitalisasi bozem Morokrembangan, saluran

Tanjung Sadari mengalami overload, sehingga di sekitarnya masih sering terjadi banjir.

Kemudian dilakukan normalisasi pada bagian saluran Tanjung Sadari untuk menanggulangi

masalah banjir, yaitu pada patok P.10 sampai P.6. Normalisasi yang telah dilakukan berupa

pembesaran dimensi saluran dan pemasangan 2 pompa banjir berkapasitas 0,5 m3/s dan 1 pompa

lumpur berkapasitas 0,25 m3/s. Namun masalah banjir masih belum terselesaikan, sehingga perlu

dilakukan alternative penanggualangan banjir di sekitar jalur Tanjung Sadari.