studi biaya tenaga kerja badan usaha milik negara (bumn...
TRANSCRIPT
Studi Biaya Tenaga Kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN):
Kontribusi Pegawai dan Eksekutif Terhadap Kinerja Perusahaan
Oleh: Wiratmoko Prasidhanto
Abstrak
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan bukti empiris mengenai kontribusi pegawai
dan eksekutif terhadap kinerja perusahaan. Hipotesis dari penelitian ini adalah biaya
tenaga kerja yang dikeluarkan BUMN berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Hipotesis tersebut diuji dengan melibatkan sampel 60 BUMN dengan periode
pengamatan Tahun 2006-2010. Pengujian dilakukan terhadap tiga model dan empat
hipotesis alternatif. Variabel bebas dalam model tersebut adalah kompensasi pegawai
dan kompensasi eksekutif. Variabel terikat yang digunakan untuk masing-masing model
adalah pendapatan, laba operasi, dan laba bersih perusahaan. Adapun hasil regresi data
panel menggunakan metode common effect, fixed effect, dan random effect memberikan
hasil yang konsisten dalam arah maupun besaran koefisien variabel bebas. Pada tingkat
keyakinan 95% (α=5%), ditemukan bukti adanya pengaruh positif kompensasi eksekutif
terhadap pendapatan maupun laba perusahaan. Pada tingkat yang sama, kompensasi
pegawai non eksekutif juga memberikan pengaruh positif terhadap laba perusahaan.
Penelitian ini tidak menemukan adanya pengaruh positif kompensasi pegawai non
eksekutif terhadap pendapatan perusahaan.
Kata kunci: biaya tenaga kerja, BUMN, pendapatan, laba operasi, laba bersih,
kompensasi eksekutif, kompensasi pegawai.
I. Pendahuluan
Dalam praktik umum, perusahaan milik Negara merupakan suatu entitas yang
mandiri dan beroperasi di jalur komersial tetapi kepemilikannya berada sepenuhnya atau
sebagian di tangan Negara (Garner (1970) dalam Ramamurti, 1987). Hal ini tidak
berbeda dengan konteks Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, Undang-
undang (UU) menyatakan bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian
besar modalnya dimiliki oleh Negara Indonesia melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan (UU nomor 19 Tahun 2003 tentang
BUMN, pasal 1). Perusahaan milik Negara, seperti di China, Malaysia, Brazil, dan India,
terbukti ikut berperan besar dalam ekonomi nasional suatu bangsa. Di Indonesia sendiri
peran BUMN semakin hari semakin dominan dalam ekonomi nasional. Keterlibatan
BUMN dalam Ketahanan Nasional, khususnya dalam bidang ekonomi sangat besar
pengaruhnya, dimana BUMN menjadi pemain utama dalam mendukung ketahanan
pangan, ketahanan energi, kesehatan dan industri pertahanan (Kementerian BUMN,
2011)1. Dengan perkembangan ini, sangat penting bagi Pemerintah untuk memastikan
bahwa BUMN dapat beroperasi seefisien mungkin sehingga dapat meningkatkan
kinerjanya dan pada akhirnya memperbesar kontribusi BUMN dalam ekonomi nasional.
Untuk menilai kinerja dan operasi BUMN, tujuan dari pembentukan BUMN
harus selalu menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan. Sementara optimalisasi laba
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pemegang saham diyakini secara luas sebagai
tujuan perusahaan yang seharusnya, Laba hanya menjadi salah satu dari tujuan
pembentukan suatu perusahaan milik Negara. Akademisi berpendapat bahwa perusahaan
milik Negara selain mengejar laba diharapkan dapat menyediakan lapangan pekerjaan,
membantu mendukung pertumbuhan daerah tertinggal dan meratakan pembangunan,
melaksanakan operasi yang kurang menguntungkan, membangun kapabilitas teknologi
nasional, menstabilkan harga, atau bahkan memperoleh mata uang asing
(Anastassopoulos (1981), Grassini (1981), Ramamurti (1987)). BUMN sendiri didirikan
untuk melaksanakan tujuan tertentu yang secara garis besar terdiri atas tujuan terkait
dengan korporasi serta tujuan terkait dengan pelayanan publik2, mengejar keuntungan
secara eksplisit dinyatakan hanya menjadi salah satu dari lima tujuan pendiriaan BUMN
dan tujuan terkait dengan pelayanan publik serta peningkatan ekonomi nasional lebih
dominan.
Namun demikian, masih banyak kritik terkait dengan kinerja perusahaan milik
Negara di seluruh dunia dan BUMN di Indonesia sendiri. Banyak argumen yang
menyatakan bahwa kinerja perusahaan milik Negara inferior dibandingkan kinerja
perusahaan swasta (Dewenter dan Malatesta, 2001). Argumen ini didasarkan oleh
beberapa rasionalisasi seperti beban politis yang terlalu besar sehingga BUMN harus
mempekerjakan karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya baik dalam kuantitas
1 Disampaikan oleh Menteri BUMN dalam acara “Managing the Nation” yang disiarkan di Metro TV tanggal 15 Juli
2011. 2 Maksud dan tujuan pendirian BUMN berdasarkan Undang-undang BUMN, UU nomor 19 tahun 2003 pasal 2,
meliputi (1) untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; (2) mengejar keuntungan; (3) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; (4)
menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; serta (5)
turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan
masyarakat.
dan kualitas (Boycko et.al, 1996), mempekerjakan personil yang lebih mempunyai
koneksi politis dibanding personil yang mempunyai mempunyai kualifikasi (Krueger,
1990). Di samping itu, lebih umum lagi terkait dengan tujuan pembentukan BUMN
sendiri dimana BUMN cenderung lebih mementingkan tujuan terkait pelayanan publik
dan melepaskan kemungkinan untuk memperoleh laba (Dewenter dan Malatesta, 2001)
juga diyakini menjadi sebab tertinggalnya kinerja BUMN apabila dibanding perusahaan
swasta.
Walaupun begitu, anggapan bahwa BUMN masih kurang efisien dibanding
dengan perusahaan swasta pada umumnya juga tidak inklusif. Ha-Joon Chang (2007)
menyatakan bahwa BUMN bisa menjadi perusahaan yang efisien dan berkinerja baik,
lebih lanjut dinyatakan bahwa inferioritas BUMN dapat terjadi karena dua alasan yaitu
masalah keagenan dan masalah “free rider”. Namun demikian, kedua akar masalah
tersebut juga sering terjadi pada perusahaan swasta dan karena itu tidak menjadikan
BUMN menjadi inferior dibanding perusahaan swasta.
Terkait dengan fakta tersebut, perlu dilakukan suatu pengujian empiris terhadap
kinerja BUMN. Apabila BUMN berjalan dengan baik dan efisien, maka dapat
diharapkan, beban biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pegawainya akan
berkontribusi positif pada kinerja perusahaan.
Biaya tenaga kerja dalam penelitian ini akan dilihat dari besarnya kompensasi
atau remunerasi yang diterima oleh karyawan maupun eksekutif perusahaan. Kompensasi
tersebut dapat berupa gaji, tunjangan, bonus, maupun kenikmatan lain yang diberikan
perusahaan. Menyinggung mengenai remunerasi yang diterima eksekutif BUMN,
Kementerian BUMN telah mengatur pemberian remunerasi eksekutif tersebut dalam
bentuk Peraturan Menteri Negara BUMN. Peraturan tersebut telah beberapa kali
mengalami perubahan, dan yang terakhir dengan Peraturan Menteri Negara BUMN
Nomor: PER-07/MBU/2010 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan
Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN. Dalam peraturan tersebut remunerasi eksekutif
BUMN telah diatur jenis, komposisi, besaran serta faktor yang dipertimbangkan dalam
penentuan besaran gaji dan tantiem/insentif kinerja. Secara garis besar, remunerasi
eksekutif BUMN terbagi menjadi gaji atau honorarium yang merupakan komponen tetap
serta tantiem atau insentif kinerja yang diterima berdasarkan variabel tertentu.
Determinan dari komponen tetap tersebut meliputi ukuran perusahaan, sektor industri,
dan kompleksitas usaha termasuk persaingan bisnis. Sedangkan determinan dari
komponen variabel remunerasi adalah kinerja perusahaan yang dinilai berdasarkan key
performance indicator dan tingkat kesehatan perusahaan. Pemberian tingkat remunerasi
eksekutif dimaksud harus mempertimbangkan kemampuan keuangan perusahaan (PER-
07/MBU/2010 pasal 2 dan 5). Sedangkan besaran kompensasi untuk pegawai BUMN
ditentukan oleh Direksi BUMN bersangkutan. Untuk BUMN yang telah memiliki Serikat
Pekerja (SP) yang aktif sebagai perwakilan pegawai, maka besaran kompensasi yang
diterima merupakan hasil negosiasi antara manajemen BUMN dengan SP. Hasil
negosiasi tersebut dituangkan di dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB).
Apabila biaya tenaga kerja diukur berdasarkan kompensasi yang diterima oleh
eksekutif dan pegawai BUMN, maka kinerja perusahaan dalam penelitian ini akan dilihat
dari dua hal. Pertama, efektivitas atau produktivitas dalam memanfaatkan sumber daya
perusahaan yang diukur melalui pendapatan tahun berjalan. Kedua, efisiensi pemanfaatan
sumber daya perusahaan yang diukur melalui laba tahun berjalan.
Di Indonesia sendiri, penelitian yang dilakukan untuk menelusuri hubungan
antara kompensasi dengan kinerja karyawan penelitian telah banyak dilakukan. Siwi
(2007), Damayanthi dan Wahyudin (2007), dan Retnaningsih (2007), menemukan adanya
hubungan dan pengaruh yang positif antara kompensasi (bersama dengan faktor lainnya)
dengan kinerja karyawan. Penelitian di atas seluruhnya menggunakan kuesioner sebagai
alat ukur baik variabel kompensasi maupun kinerja karyawan. Tinggi rendahnya
kompensasi atau adil tidaknya kompensasi yang diterima karyawan diukur berdasarkan
persepsi responden. Begitu halnya dengan kinerja karyawan, diukur berdasarkan persepsi
responden.
Melihat perbedaan alat ukur dan ruang lingkup penelitian, penelitian ini
diharapkan bukan hanya memberikan bukti empiris mengenai kinerja BUMN. Di sisi
lain, penelitian ini juga diharapkan dapat mengisi kesenjangan dari penelitian mengenai
hubungan kompensasi karyawan dengan kinerja perusahaan.
II. Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Penelitian mengenai pengaruh kompensasi yang diterima karyawan terhadap
produktivitas telah banyak dilakukan di Indonesia. Siwi (2007) dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa kompensasi bersama-sama dengan motivasi kerja memiliki
pengaruh positif terhadap produktivitas karyawan. Hal ini berarti semakin tinggi
kompensasi yang diberikan, maka produktivitas akan semakin meningkat. Senada dengan
penelitian tersebut, Damayanthi dan Wahyudin (2005) menyampaikan bahwa
kompensasi, bersama-sama dengan tingkat pendidikan dan senioritas berpengaruh positif
terhadap produktivitas pegawai. Retnaningsih (2007) merangkum hasil penelitian
Babakus (1996) dan Gilder (2004) yang menyatakan bahwa keadilan kompensasi dengan
variabel intervening komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
Penelitian Retnaningsih (2007) sendiri menyimpulkan bahwa keadilan kompensasi
mampu meningkatkan komitmen organisasi yang berdampak pada peningkatan kinerja
karyawan.
Mengacu pada penelitian-penelitian tersebut, hipotesis penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut:
Ha : Kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap
pendapatan perusahaan.
Hb : Kompensasi yang diterima oleh pegawai BUMN berpengaruh positif terhadap
pendapatan perusahaan.
Hc : Kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap laba
perusahaan.
Hd : Kompensasi yang diterima oleh pegawai BUMN berpengaruh positif terhadap laba
perusahaan.
III. Metode penelitian dan Data
1. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh BUMN. Sedangkan sampel dari
penelitian ini adalah BUMN Tahun 2006-2010. BUMN yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah BUMN yang menyerahkan data biaya tenaga kerja. Data tersebut
disampaikan oleh BUMN dalam bentuk tabel maupun rekapitulasi potongan pajak
penghasilan pasal 21. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut, diperoleh sampel
BUMN sebanyak 60 perusahaan.
Jumlah BUMN : 141 perusahaan
Tidak menyampaikan data : 81 perusahaan
Jumlah BUMN sampel : 60 perusahaan
2. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data biaya tenaga kerja,
pendapatan dan laba perusahaan. Data biaya tenaga kerja diperoleh langsung dari
perusahaan, sedangkan data pendapatan dan laba perusahaan diperoleh dari Ikhtisar
Laporan Keuangan Perusahaan Negara (LKPN) yang merupakan lampiran dari Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Ikhtisar LKPN sendiri diperoleh dari Kementerian
BUMN. Untuk perusahaan dengan status laporan di ikhtisar LKPN masih belum diaudit,
maka data keuangan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit.
Data biaya tenaga kerja yang disampaikan oleh manajemen di-validasi terlebih
dahulu sebelum dimasukkan ke dalam perhitungan. Adapun validasi dilakukan dengan
membandingkan total biaya pegawai dalam laporan keuangan terhadap data yang
disampaikan. Kriteria yang digunakan adalah jumlah tertinggi dari nilai dalam laporan
atau data yang disampaikan. Memperhatikan persamaan data sebagai berikut:
Total Biaya Pegawai = Biaya Eksekutif + Biaya Pegawai Non Eksekutif
maka urut-urutan validasi biaya pegawai adalah :
a. Mencari nilai tertinggi untuk biaya eksekutif
b. Mencari nilai tertinggi untuk total biaya pegawai
c. Menentukan nilai biaya pegawai non eksekutif
3. Model Penelitian
Untuk menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan tiga model dengan
prediktor utama kompensasi pegawai dan kompensasi eksekutif. Ketiga model tersebut
adalah sebagai berikut :
REVENUEit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + β3 RATA_AKTit + error (1)
OPINCit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error (2)
NIit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error (3)
dimana:
REVENUEit : Pendapatan perusahaan i pada tahun t
OPINCit : Laba operasional perusahaan i pada tahun t
NIit : Laba bersih perusahaan i pada tahun t
EXCit : Biaya pegawai eksekutif perusahaan i tahun t
EMPit : Biaya pegawai non eksekutif perusahaan i pada tahun t
RATA_AKTit : Rata-rata aktiva perusahaan i pada akhir tahun t dan t-1
error : simpangan penelitian
α : Konstanta
β1, β2, β3 : Koefisien variabel bebas
4. Variabel Penelitian
Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan, laba operasi, dan laba
bersih. Data pendapatan diperoleh dari ikhtisar LKPN atau laporan keuangan perusahaan.
Penelitian ini tidak menggunakan angka laba kotor karena penelitian ini melibatkan
perusahaan non manufaktur, yang laba kotornya tidak tepat digunakan di dalam
penelitian ini. Angka laba operasional dan laba bersih, diambil langsung dari ikhtisar
LKPN laporan laba rugi Perusahaan.
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompensasi eksekutif dan kompensasi
pegawai non eksekutif . Keduanya diukur dengan data survei biaya tenaga kerja BUMN
yang telah divalidasi dengan laporan biaya pegawai pada laporan laba rugi.
Variabel Pengendali
Variabel pengendali data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata
aktiva. Variabel pengendali digunakan pada model 1, dimana pendapatan menjadi
variabel terikat. Hubungan antara aktiva dengan pendapatan perusahaan juga telah
dibuktikan oleh Prasidhanto (2011). Variabel rata-rata aktiva diukur dengan :
RATA_AKTit = (AKTIVAit + AKTIVAit-1) / 2
dimana AKTIVAit merupakan nilai total aktiva yang dimiliki perusahaan i pada tahun t
dan AKTIVAit-1 merupakan nilai total aktiva yang dimiliki perusahaan i pada tahun t-1.
Nilai AKTIVAit dan AKTIVAit-1 diambil dari ikhtisar LKPN atau neraca perusahaan.
5. Metode Pengolahan Data
Dilihat dari waktu pengambilan data, sifat data dalam penelitian ini adalah data
panel. Artinya data cross section BUMN dikelompokkan berdasarkan tahun selama
periode 2006-2010. Untuk itu, pengolahan data untuk pengujian hipotesis dilakukan
dengan menggunakan progress data panel. Adapun metode yang dilakukan adalah
common effect, fixed effect, maupun random effect.
Pengujian nilai t digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
parsial terhadap variabel terikatnya.
IV. Analisa Hasil dan Pembahasan
1. Analisa Hasil
Tabel 1. Hasil Regresi Data Panel Model 1
REVENUEit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + β3 RATA_AKTit + error
Keterangan Koefisien (Prob t)
Common Effect Fixed Effect Random Effect
const 2.08E+12 2.07E+12 2.08E+12
(0.0004)* (0.0004)* (0.0004)*
EXCOMPit 133.1373 134.1743 133.1373
(0.0000)* (0.0000)* (0.0000)*
EMPCOMPit -19.7063 -19.8729 -19.7063
(0.0000)* (0.0000)* (0.0000)*
RATA_AKTit 0.3786 0.3802 0.3786
(0.0000)* (0.0000)* (0.0000)*
R square 0.8287 0.8308 0.8287
Adj R Square 0.8267 0.8261 0.8267
Durbin-Watson stat 1.9496 1.9810 1.9496
F-statistic 412.8873 176.8092 412.8873
Prob(F-statistic) (0.000)* (0.000)* (0.000)*
Sumber: data diolah penulis menggunakan Eviews.
* signifikan pada α = 0,05.
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahasa variabel bebas EXCit dan Variabel
pengendali RATA_AKTit berpengaruh positif terhadap variabel terikat REVENUEit.
Disisi lain Variabel Bebas EMPit berpengaruh negatif terhadap variabel terikat
REVENUEit. Pengujian hipotesis dilakukan dengan nilai α = 0,05. Koefisien variabel
EXCit adalah positif atau searah dengan hipotesis alternatif Ha. Nilai probabilitas t<0,05
dengan demokian H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya kompensasi eksekutif
berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Koefisien variabel EMPit
adalah negatif. Ini berarti berlawanan arah dengan hipotesis Hb. Dengan probabilitas
t<0,05, maka data menunjukkan bahwa kompensasi pegawai non eksekutif berpengaruh
negatif terhadap pendapatan perusahaan. Dengan demikian Hb ditolak dan kompensasi
pegawai non eksekutif tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan.
Untuk menguji hipotesis ketiga dan keempat, penelitian ini menggunakan model
2 dan model 3. Model-model ini menunjukkan pengaruh kompensasi eksekutif dan
kompensasi pegawai non eksekutif terhadap laba perusahaan, yaitu laba operasi dan laba
bersih. Hasil pengujian regresi data panel model 2 dan 3 dapat dilihat pada tabel 2
sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Regresi Data Panel Model 2
OPINCit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error
Keterangan Koefisien (Prob t)
Common Effect Fixed Effect Random Effect
const 6.64E+10 6.68E+10 6.64E+10
(0.4607) (0.4603) (0.4626)
EXCit 20.5876 20.5535 20.5876
(0.0000)* (0.0000)* (0.0000)*
EMPit 1.5186 1.5196 1.5186
(0.0000)* (0.0000)* (0.0000)*
R square 0.8439 0.8449 0.8439
Adj R Square 0.8427 0.8413 0.8427
Durbin-Watson stat 1.6500 1.6609 1.6500
F-statistic 708.1321 234.2373 708.1321
Prob(F-statistic) (0.000)* (0.000)* (0.000)*
Sumber: data diolah penulis menggunakan Eviews.
* signifikan pada α = 0,05.
Hasil regresi data panel pada model 2, sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 2 di
atas. Kedua variabel bebas EXCit dan EMPit memiliki koefisien yang positif. Artinya
kedua variabel bebas tersebut diduga berpengaruh positif terhadap variabel terikat
OPINCit. Nilai probabilitas t untuk variabel EXCit < 0,05. Dengan demikian pengaruh
kompensasi eksekutif terhadap laba operasi perusahaan adalah positif dan signifikan. Di
samping itu, nilai probabilitas t untuk variabel EMPit < 0,05 sehingga pengaruh
kompensasi pegawai non eksekutif juga positif dan signifikan terhadap laba operasi
perusahaan. Kedua hasil regresi data panel pada model 2 di atas mendukung hipotesis
alternatif Hc dan Hd. Namun demikian, kesimpulan penolakan H0 atas hipotesis alternatif
di atas masih bergantung pada konsistensi hasil regresi data panel untuk model 3 di
bawah.
Tabel 3. Hasil Regresi Data Panel Model 3 NIit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error
Keterangan Koefisien (Prob t)
Common Effect Fixed Effect Random Effect
const -1.29E+10 -1.34E+10 -1.32E+10
(0.8796) (0.8744) (0.9090)
EXCit 8.6820 8.5759 8.6310
(0.0000)* (0.0000)* (0.0000)*
EMPit 1.0851 1.0936 1.0892
(0.0000)* (0.0000)* (0.0000)*
R square 0.6308 0.6405 0.6332
Adj R Square 0.6280 0.6321 0.6304
Durbin-Watson stat 1.2828 1.3176 1.2993
F-statistic 223.8317 76.60605 226.1876
Prob(F-statistic) (0.000)* (0.000)* (0.000)*
Sumber: data diolah penulis menggunakan Eviews.
* signifikan pada α = 0,05.
Tabel 3 di atas menunjukkan koefisien variabel bebas EXCit dan EMPit memiliki
nilai positif. Sehingga diduga variabel EXCit maupun EMPit memberikan pengaruh positif
terhadap variabel terikat NIit. Arah dari pengaruh positif tersebut sesuai dengan hipotesis
ketiga dan keempat. Probabilitas t untuk variabel EXCit < 0,05. Dengan demikian
variabel EXCit secara signifikan berpengaruh positif terhadap variabel NIit. Di sisi lain,
probabilitas t untuk variabel EMPit < 0,05. Maka variabel EMPit juga secara signifikan
berpengaruh positif terhadap variabel NIit.
Melihat hasil pengujian nilai t pada hasil regresi data panel model 2 dan 3 di atas,
keduanya secara konsisten mendukung hipotesis ketiga dan keempat. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa H0 pada hipotesis ketiga ditolak, dan hipotesis alternatif Hc
diterima. Hal ini berarti, kompensasi eksekutif berpengaruh positif terhadap laba
perusahaan. Begitu juga halnya dengan hipotesis keempat. H0 pada hipotesis ketiga
ditolak, dan hipotesis alternatif Hd diterima. Hal ini berarti, kompensasi pegawai non
eksekutif berpengaruh positif terhadap laba perusahaan.
2. Pembahasan
Dari analisa hasil regresi pada model 1,2, dan 3, dapat disimpulkan bahwa data
mendukung seluruh hipotesis pada penelitian ini, kecuali untuk hipotesis kedua. Hasil
tersebut menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif BUMN secara
konsisten berpengaruh terhadap pendapatan maupun laba perusahaan. Sedangkan
kompensasi yang diberikan kepada pegawai non eksekutif BUMN tidak berpengaruh
positif terhadap pendapatan perusahaan, tetapi berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap laba perusahaan.
Pengaruh positif dan signifikan dari kompensasi eksekutif terhadap pendapatan
maupun laba perusahaan, setidaknya mengindikasikan bahwa peraturan mengenai
pemberian remunerasi kepada eksekutif (terakhir dengan Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: PER-07/MBU/2010) telah tepat sasaran. Pemberian remunerasi kepada
eksekutif BUMN selama ini diarahkan untuk mengatasi masalah agency cost melalui:
a. keseimbangan reward & punishment;
b. penghargaan yang seimbang (equal pay for equal work);
c. kesetaraan penghasilan profesional pengurus BUMN dengan badan usaha lain di
bidang/industri yang sama;
d. penggunaan perhitungan yang baku sehingga dapat memberikan rasa keadilan dan
motivasi yang tinggi dalam pencapaian kinerja perusahaan; dan
e. penciptaan sistem penghasilan yang memenuhi prinsip-prinsip transparansi,
akuntabilitas, kewajaran dan dapat dipertanggungjawabkan guna menghindari
penyimpangan dalam pengurusan dan pengawasan perusahaan.
Selain itu, remunerasi eksekutif di BUMN juga diarahkan untuk menjaring talenta
terbaik dan peningkatan kinerja serta kontribusi BUMN kepada pemangku
kepentingan.
Terbuktinya hipotesis pertama (Ha) dan hipotesis ketiga (Hc) dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa para eksekutif BUMN telah berusaha menyusun strategi untuk
mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu para
eksekutif juga mengimplementasikan strategi untuk melakukan efisiensi terhadap sumber
daya yang dimiliki perusahaan. Hal ini terbukti dari pengaruh positif yang signifikan
terhadap pencapaian laba perusahaan, yang diukur melalui laba operasi dan laba bersih.
Satu hal yang harus dicatat untuk penelitian di masa depan, bahwa laba akuntansi yang
dipergunakan di dalam penelitian ini menggunakan basis akrual. Adapun total akrual
terdiri dari akrual non diskresioner dan akrual diskresioner. Prasidhanto (2009)
menemukan bahwa dalam laporan keuangan BUMN Tahun 2007 juga terdapat akrual
diskresioner. Nilai akrual diskresioner BUMN tersebut tidak berbeda secara signifikan
dengan nilai akrual diskresioner yang dilaporkan oleh perusahaan tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode yang sama. Penelitian di masa depan, dengan melibatkan
akrual non diskresioner atau laba perusahaan setelah dikurangi akrual diskresioner, akan
mengkonfirmasi kesimpulan mengenai masalah agency cost dalam penelitian ini.
Apabila hipotesis penelitian mengenai kompensasi eksekutif didukung oleh data
dalam penelitian ini, tidak demikian halnya dengan kompensasi pegawai non eksekutif.
Data dalam penelitian ini hanya mendukung hipotesis keempat yaitu pengaruh positif
kompensasi non eksekutif terhadap laba perusahaan. Sedangkan hipotesis kedua
mengenai pengaruh positif kompensasi pegawai non eksekutif terhadap pendapatan
perusahaan tidak didukung. Terhadap hasil pengujian hipotesis kedua dan keempat
tersebut, ada baiknya untuk berhati-hati dalam mengambil kesimpulan. Kehati-hatian
dibutuhkan untuk tidak segera mendukung argumen Dewenter dan Malesteta (2001),
Boycko (1996), dan Krueger (1990). Argumen tersebut pada intinya menunjukkan
adanya perekrutan pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi
pekerjaan. Perekrutan pegawai tersebut dilakukan karena adanya tekanan politis yang
besar.
Kembali kepada pendapat Ha-Joon Chang (2007) yang mengelompokan
permasalahan di BUMN menjadi dua, yaitu masalah keagenan dan “free rider”. Masalah
keagenan yang terjadi pada tingkatan eksekutif, telah teratasi sesuai bagian sebelumnya
dari penelitian ini. Bagian sebelumnya juga membebaskan masalah “free rider” pada
tingkatan eksekutif. Masalah yang masih tersisa adalah “free rider” pada tingkatan
pegawai non eksekutif. Merujuk pada pengaruh positif kompensasi pegawai non
eksekutif terhadap laba perusahaan, muncul satu indikasi bahwa permasalahan “free
rider” tidak terjadi pada level pegawai non eksekutif. Namun, karena hipotesis penelitian
kedua ditolak, maka perlu mendalami hubungan antara pegawai non eksekutif dengan
pendapatan BUMN.
Pendapatan perusahaan merupakan fungsi dari jumlah dan harga barang atau jasa
yang diterima oleh konsumen. Persamaan tersebut secara sederhana dapat dinotasikan
sebagai berikut:
Total Pendapatan = Kuantitas Penjualan x Harga Jual
Komponen harga jual pada notasi di atas, merupakan bagian dari strategi yang
dirumuskan oleh tingkat eksekutif. Bahkan terkadang, harga jual produk BUMN diatur
sedemikian rupa oleh Pemerintah sehingga fokus diarahkan pada faktor terkendali yang
mempengaruhi kuantitas penjualan. Selain sumber daya yang langsung menangani
penjualan dan pemasaran, kuantitas penjualan juga dipengaruhi oleh ketersediaan produk
untuk dijual.
Menyediakan produk untuk dijual akan melibatkan mata rantai yang cukup
panjang dan beragam. Keragaman tersebut tergantung pada sektor dimana BUMN
tersebut beroperasi. Sebagai contoh, pada BUMN manufaktur, proses tersebut dimulai
sejak pemesanan, penerimaan dan inspeksi bahan mentah sampai dengan proses produksi
selesai dijalankan. Pada BUMN perkebunan, sedikit mirip dengan proses pada BUMN
manufaktur. Hanya saja proses diawali dari menghitung kebutuhan bahan baku, serta
penyiapan lahan dan bibit. Contoh lain adalah BUMN perdagangan, proses dimulai sejak
pemesanan, penerimaan, dan inspeksi persediaan yang akan dijual sampai dengan
persiapan proses penawaran barang yang akan dijual. Sedangkan pada BUMN
infrastruktur, proses tersebut bahkan dimulai pada saat persiapan pembebasan lahan
sampai dengan proses pembangunan infrastruktur selesai. Sedikit berbeda pada BUMN
yang bergerak di bidang jasa konsultasi atau sertifikasi, proses tersebut justru dimulai
pada saat pemesanan diterima, dan selesai pada saat pekerjaan yang diminta oleh
konsumen telah siap untuk diserahkan. Pada BUMN sektor transportasi, proses tersebut
dimulai dari penentuan jumlah konsumen yang akan dilayani, penentuan spesifikasi alat
angkut, sampai dengan penentuan rute yang akan dilayani. Begitu juga dengan sektor-
sektor BUMN lainnya.
Benang merah dari keragaman tersebut bahwa untuk memenuhi target
pendapatan perusahaan, terdapat berbagai fungsi yang harus dijalankan oleh pegawai di
perusahaan tersebut. Fungsi tersebut ada yang berhubungan langsung dengan perolehan
pendapatan perusahaan, ada yang bersinggungan (seperti fungsi produksi), maupun yang
berhubungan tetapi tidak langsung (fungsi backoffice atau administrasi). Meskipun
seluruh aktivitas tersebut mengarah pada perolehan pendapatan, tetapi target kinerja pada
fungsi selain penjualan dan pemasaran umumnya tidak berasosiasi kepada pendapatan.
Sebagai contoh, target kinerja pada fungsi produksi pada umumnya adalah kuantitas dan
kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu target kinerja pada fungsi keuangan (secara
kualitatif) pada umumnya adalah penyajian laporan keuangan yang terbebas dari salah
saji material dan tepat waktu. Fakta bahwa pegawai non eksekutif terbagi dalam
kelompok berdasarkan fungsi dan tidak seluruhnya berhubungan langsung dengan
pendapatan perusahaan, akan disimpan untuk pengambilan kesimpulan lebih lanjut.
Kembali pada jumlah kompensasi pegawai non eksekutif. Besaran jumlah
kompensasi tersebut merupakan fungsi dari jumlah pegawai dan besaran kompensasi t iap
pegawai. Keduanya merupakan kewenangan dari manajemen perusahaan. Setiap
perusahaan akan memiliki strategi dan kebijakan yang berbeda dalam penetapan
kompensasi bagi pegawainya. Namun demikian, kebijakan yang dikeluarkan harus
mentaati Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam
memberikan kompensasi kepada pegawai non eksekutif, manajemen BUMN
mempertimbangkan kinerja perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terlihat pada tabel
pertumbuhan kompensasi beserta pembandingnya sebagai berikut.
Tabel 4. Perbandingan Rerata Pertumbuhan Kompensasi Eksekutif,
Kompensasi Pegawai, Pendapatan, serta Laba Per Saham
Tahun Pendapatan Kompensasi Laba
Per
Saham Pegawai Eksekutif
2005 -- 2006 0,13 0,14 0,09 0,97
2006 -- 2007 13,85 0,13 0,12 -0,29
2007 -- 2008 0,43 0,13 0,18 0,30
2008 -- 2009 0,10 0,37 0,54 0,92
2009 -- 2010 0,11 0,06 0,06 0,45
Rerata tahunan 2,97 0,17 0,20 0,47
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa secara rerata, kenaikan kompensasi yang diterima
pegawai non eksekutif naik 17 persen pertahun selama periode Tahun 2005 – 2010.
Kenaikan tersebut lebih kecil dibandingkan kenaikan rerata kompensasi eksekutif (20
persen pertahun), pendapatan (297 persen pertahun), dan laba perlembar saham (47
persen pertahun) selama periode dimaksud. Tidak tersedianya data akurat mengenai
jumlah pegawai selama periode pengamatan tersebut, menyebabkan kesulitan dalam
menganalisa pertumbuhan biaya di atas. Apakah pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh
pertumbuhan jumlah pegawai atau pertumbuhan rerata besaran kompensasi perpegawai.
Pertumbuhan besaran kompensasi perpegawai juga perlu diperbandingkan dengan tingkat
inflasi dan pertumbuhan perusahaan. Hal-hal tersebut dapat menjadi perhatian dalam
penelitian selanjutnya.
Dalam pelaksanaan survei biaya tenaga kerja, ditemukan adanya biaya tenaga
kerja yang diperuntukkan bagi pensiunan perusahaan. Biaya tersebut utamanya
digunakan untuk jaminan kesehatan pegawai yang telah memasuki masa pensiun.
Kembali kepada fakta di atas, pegawai non eksekutif terbagi ke dalam kelompok
fungsi, memiliki pertumbuhan kompensasi rerata tahunan yang lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan rerata tahunan pendapatan dan laba perlembar saham, serta
memiliki pengaruh positif terhadap laba perusahaan. Garis besar yang dapat diambil dari
fakta tersebut adalah pegawai non eksekutif BUMN telah bekerja efisien dalam
menggunakan sumber daya yang tersedia. Efisiensi tersebut pada akhirnya
memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian laba perusahaan, meskipun tidak
berkontribusi positif kepada pendapatan perusahaan. Tidak ditemukannya kontribusi
positif kompensasi pegawai terhadap pendapatan perusahaan, diduga kuat karena rasio
kelompok pegawai yang menjalankan fungsi penjualan dan pemasaran serta fungsi lain
yang bersinggungan lebih kecil daripada kelompok pegawai yang tidak berhubungan
langsung dengan fungsi penjualan, pemasaran, dan produksi tersebut. Dugaan ini
diperkuat dengan adanya biaya pegawai yang manfaatnya diperuntukan bagi kelompok
pegawai yang telah memasuki masa pensiun. Dengan demikian, kesimpulan lain
berdasarkan data-data di atas adalah, memperkecil namun tidak menutup
kemungkinan adanya “free rider”3, sebagai mana disampaikan oleh Ha-Joon Chang
(2007), pada tingkat pegawai non eksekutif.
V. Kesimpulan
1. Dengan menggunakan regresi data panel terhadap 60 sampel BUMN, hasil pengujian
hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Hipotesis pertama, yaitu kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN
berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan diterima pada α=0,05.
b. Hipotesis kedua, yaitu kompensasi yang diterima oleh pegawai non eksekutif
BUMN berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan ditolak pada α=0,05.
c. Hipotesis ketiga, yaitu kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN
berpengaruh positif terhadap laba perusahaan diterima pada α=0,05.
d. Hipotesis keempat, yaitu kompensasi yang diterima oleh pegawai non eksekutif
BUMN berpengaruh positif terhadap laba perusahaan diterima pada α=0,05.
2. Hasil pengujian pada hipotesis pertama dan ketiga, yang membuktikan adanya
pengaruh positif kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN terhadap
pendapatan dan laba perusahaan, mengindikasikan bahwa pemberian remunerasi
kepada eksekutif telah tepat sasaran dalam mengatasi masalah agency cost,
penjaringan talenta terbaik, dan peningkatan kontribusi kepada pemangku
kepentingan.
3. Hasil pengujian pada hipotesis kedua dan keempat, yang membuktikan bahwa
kompensasi pegawai berpengaruh positif terhadap laba, tetapi tidak berpengaruh
3 Pegawai BUMN yang telah memasuki masa pensiun, dan masih memperoleh manfaat dari biaya tenaga kerja
BUMN tidak dikategorikan sebagai “free rider”.
positif terhadap pendapatan perusahaan, mengindikasikan bahwa bahwa pegawai non
eksekutif di BUMN telah bekerja efisien dalam menggunakan sumber daya yang
tersedia. Namun demikian, meskipun telah memperkecil namun tidak menutup
kemungkinan adanya “free rider” pada tingkat pegawai non eksekutif.
VI. Saran
1. Bagi penelitian yang akan datang,
Penelitian ini melibatkan 60 BUMN sebagai sampel. Untuk mengukur keterlibatan
pegawai dan eksekutif, digunakan kompensasi yang jumlahnya ditentukan
berdasarkan survei atau laporan keuangan perusahaan.
Penelitian lebih lanjut dengan tema serupa dapat memperluas sampel penelitian,
menggunakan ukuran yang berbeda untuk keterlibatan pegawai dan eksekutif,
melibatkan nilai akrual non diskresioner sebagai ukuran laba, serta melengkapi data
jumlah tenaga kerja di BUMN. Hal tersebut akan memperkaya dan melengkapi
kesenjangan penelitian yang telah ada.
2. Bagi pemegang saham BUMN,
Sistem remunerasi untuk eksekutif ditetapkan terakhir kali dengan Peraturan Menteri
Negara BUMN Nomor: PER-07/MBU/2010 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan
Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara. Hasil
penelitian ini mengindikasikan bahwa sistem remunerasi tersebut dapat mengatasi
masalah agency cost. Namun demikian, mengingat konsep mengenai remunerasi terus
berkembang, seyogianya pemegang saham jika diperlukan juga melakukan
penyesuaian terhadap sistem remunerasi yang telah berlaku.
3. Bagi manajemen BUMN,
Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada
pegawai berpengaruh positif terhadap laba perusahaan, tetapi tidak untuk pendapatan
perusahaan. Indikasi yang muncul dari fenomena ini adalah , bahwa pegawai non
eksekutif di BUMN telah bekerja efisien dalam menggunakan sumber daya yang
tersedia. Namun demikian, meskipun telah memperkecil namun tidak menutup
kemungkinan adanya “free rider” pada tingkat pegawai non eksekutif. Untuk itu,
dalam proses departementalisasi (dan pembentukan struktur organisasi), serta proses
staffing (dan seleksi serta rekruitmen) senantiasa merujuk pada strategi jangka
panjang perusahaan. Pemberian remunerasi seyogianya mengacu pada analisa beban
kerja, dan pencapaian target unit/individu. Hal tersebut untuk menjaga kepuasan dan
motivasi pegawai BUMN. Melengkapi hal tersebut, konsep remunerasi less for less
and more for more sebaiknya tetap mempertahankan adanya batas bawah (bogey) dan
batas atas (cap).
REFERENSI
Anastassopoulos, Jean Pierce C. 1981. The French Experience: Conflicts With
Government.Vernon and Aharoni 7, pp 99-116.
Boycko, Maxim, Shleifer, Andrei, and Vishny, Robert, W. 1996. A Theory of Privatization. The
Economic Journal 106, pp 309-319.
Chang, Ha-Joon. 2007. Bad Samaritans: Rich nations, poor policies and the threat to the
developing world. London: Random House.
Damayanthi, Diniah., Wahyuddin. 2005. Pengaruh Kompensasi, Pendidikan, dan Senioritas
Terhadap Produktivitas Kerja di Lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
DeWenter, Kathryn L., and Paul H. Malatesta. 2001. State-Owned and Privately Owned Firms:
An Empirical Analysis of Profitability, Leverage, and Labor Intensity. American Economic
Review, 91(1): pp 320–334.
Gujarati, Damodar N., Porter, Dawn C. Alih Bahasa: Carlos Mangunsong. 2010. Dasar-Dasar
Ekonometrika Edisi 5.Jakarta: Salemba Empat.
Grassini, F. 1981. The Italian Enterprises: The Political Constraint. Vernon dan Aharoni 5, pp
70-84.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2009. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara
Tahun 2008. Jakarta: Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2010. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara
Tahun 2009. Jakarta: Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2011. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara
Tahun 2010. Jakarta: Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant dan Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting
Twelfth Edition.New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Krueger, A. O., 1990. Government Failures in Development. Journal of Economic Perspectives
4, pp 9-23.
Nandakumar Ankarath, T.P. Gosh, Kalpesh J. Mehta, Yass A. Alkafaji. Alih bahasa: Priyo
Darmawan.2012. Memahami IFRS Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Jakarta:
PT Indeks.
NN. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan.
NN. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Prasidhanto, RM Wiratmoko.2009. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap
Manajemen Laba: Studi Empiris pada Badan Usaha Milik Negara dan Perusahaan yang
Tercatat pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007. Skripsi tidak dipublikasikan. Depok:
Fakultas Ekonomi Indonesia.
Prasidhanto, Wiratmoko.2011. Faktor Yang Memengaruhi Remunerasi Eksekutif Perusahaan :
Studi Empiris Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun
2010. Jurnal Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Jakarta : Kementerian Badan Usaha
Milik Negara.
Prihatiningtyas, Lailly. 2011. Kontribusi Pendapatan Pada Badan Usaha Milik Negara: Where
The Money Flows. Paper tidak dipublikasikan. Disampaikan pada rapat Bidang Riset dan
Penyajian Informasi Kementerian BUMN di Jakarta tanggal 4 November 2011.
Ramamurti, Ravi. 1987. Performance Evaluation of State-Owned Enterprises in Theory and
Practice. Management Science, Vol. 33, No. 7 (Jul., 1987), pp. 876-893.
Retnaningsih, Sudarwanti. 2007. Analisis Pengaruh Keadilan Kompensasi, Peran
Kepemimpinan, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Dalam
Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus: Pada Sentral Pengolahan Pos Semarang).
Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Siwi, Tri Peni. 2007. Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja
Karyawan Bagian Operasional PT. Jakarta International Container Terminal. Skripsi
tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro.
Vidyatmoko, D., B. Sanim, H. Siregar, dan M. Said Didu. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Remunerasi Eksekutif dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan: Kasus BUMN
Perkebunan. Paper tidak terpublikasikan, 2010.
Lampiran 1. Daftar BUMN Sampel
1 PERUM DAMRI
2 Perum Jamkrindo
3 Perum Jasa Tirta I
4 Perum JASA TIRTA II
5 Perum PNRI
6 Perum PPD
7 PT Adhi Karya Tbk
8 PT Asabri (Persero) 9 PT Asuransi Jasa Rahardja (Persero)
10 PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero)
11 PT Bank BNI Tbk
12 PT BANK BTN Tbk
13 PT Bank Mandiri Tbk
14 PT Batan Teknologi (Persero)
15 PT Bhanda Ghara Reksa (Persero)
16 PT Bio Farma (Persero)
17 PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero)
18 PT Brantas Abipraya (Persero)
19 PT DAHANA (Persero)
20 PT Dirgantara Indonesia (Persero) 21 PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero)
22 PT Dok Kodja Bahari(Persero)
23 PT Garuda Indonesia Tbk
24 PT Hotel Indonesia Natour (Persero)
25 PT IGLAS (Persero)
26 PT Inhutani II (Persero)
27 PT Inhutani IV (Persero)
28 PT Inhutani V (Persero)
29 PT Inti (Persero)
30 PT Industri Sandang Nusantara (Persero)
31 PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) 32 PT Kereta Api Indonesia (Persero)
33 PT Kertas Kraft Aceh (Persero)
34 PT LEN Industri (Persero)
35 PT Nindya Karya (Persero)
36 PT Pelabuhan Indonesia III (Persero)
37 PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero)
38 PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam (Persero)
39 PT Perikanan Nusantara (Persero)
40 PT Perkebunan Nusantara X (Persero)
41 PT Permodalan Nasional Madani (Persero)
42 Perum Perusahaan Film Nasional
43 PT PLN (Persero) 44 PT RUKINDO (Persero)
45 PT Sang Hyang Seri (Persero)
46 PT Semen Baturaja (Persero)
47 PT Surveyor Indonesia (Persero)
48 PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko (Persero)
49 PT Telkom Indonesia Tbk
50 PT Varuna Tirta Prakasya (Persero)
51 PT Wijaya Karya Tbk
52 PT Yodya Karya (Persero)
53 PT. PP Berdikari (Persero)
54 PT Perkebunan Nusantara II (Persero)
55 PT Perkebunan Nusantara IV (Persero)
56 PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)
57 PT Perkebunan Nusantara V (Persero)
58 PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero)
59 PT Perkebunan Nusantara XI (Persero)
60 PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero)
Lampiran 2. Hasil Regresi Data Panel Model 1
REVENUEit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + β3 RATA_AKTit + error
Metode Common Effect
Dependent Variable: REVENUE?
Method: Pooled Least Squares
Sample (adjusted): 2 60
Included observations: 52 after adjustments
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 260 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.08E+12 5.82E+11 3.572189 0.0004
EXC? 133.1373 7.356571 18.09774 0.0000
EMP? -19.70626 1.120720 -17.58357 0.0000
RATA_AKT? 0.378567 0.012094 31.30259 0.0000 R-squared 0.828724 Mean dependent var 6.22E+12
Adjusted R-squared 0.826717 S.D. dependent var 2.13E+13
S.E. of regression 8.88E+12 Akaike info criterion 62.48343
Sum squared resid 2.02E+28 Schwarz criterion 62.53821
Log likelihood -8118.845 Hannan-Quinn criter. 62.50545
F-statistic 412.8873 Durbin-Watson stat 1.949637
Prob(F-statistic) 0.000000
Metode Fixed Effect
Dependent Variable: REVENUE?
Method: Pooled Least Squares
Sample (adjusted): 2 60
Included observations: 52 after adjustments
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 260 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.07E+12 5.83E+11 3.561141 0.0004
EXC? 134.1743 7.397204 18.13852 0.0000
EMP? -19.87290 1.126846 -17.63586 0.0000
RATA_AKT? 0.380214 0.012156 31.27795 0.0000
Fixed Effects (Cross)
06--C -1.43E+11
07--C 1.33E+12
08--C 8.78E+11
09--C -7.93E+11
10--C -1.28E+12 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.830834 Mean dependent var 6.22E+12
Adjusted R-squared 0.826135 S.D. dependent var 2.13E+13
S.E. of regression 8.90E+12 Akaike info criterion 62.50180
Sum squared resid 2.00E+28 Schwarz criterion 62.61135
Log likelihood -8117.233 Hannan-Quinn criter. 62.54584
F-statistic 176.8092 Durbin-Watson stat 1.981026
Prob(F-statistic) 0.000000
Metode Random Effect
Dependent Variable: REVENUE?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Sample (adjusted): 2 60
Included observations: 52 after adjustments
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 260
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.08E+12 5.83E+11 3.566212 0.0004
EXC? 133.1373 7.368900 18.06747 0.0000
EMP? -19.70626 1.122599 -17.55415 0.0000
RATA_AKT? 0.378567 0.012114 31.25022 0.0000
Random Effects (Cross)
06--C 0.000000
07--C 0.000000
08--C 0.000000
09--C 0.000000
10--C 0.000000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 8.90E+12 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.828724 Mean dependent var 6.22E+12
Adjusted R-squared 0.826717 S.D. dependent var 2.13E+13
S.E. of regression 8.88E+12 Sum squared resid 2.02E+28
F-statistic 412.8873 Durbin-Watson stat 1.949637
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.828724 Mean dependent var 6.22E+12
Sum squared resid 2.02E+28 Durbin-Watson stat 1.949637
Lampiran 3. Hasil Regresi Data Panel Model 2
OPINCit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error Metode Common Effect
Dependent Variable: OPINC?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1 60
Included observations: 53
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 265 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.64E+10 8.99E+10 0.738856 0.4607
EXC? 20.58756 1.067822 19.27996 0.0000
EMP? 1.518572 0.122824 12.36379 0.0000 R-squared 0.843886 Mean dependent var 8.91E+11
Adjusted R-squared 0.842695 S.D. dependent var 3.51E+12
S.E. of regression 1.39E+12 Akaike info criterion 58.77441
Sum squared resid 5.09E+26 Schwarz criterion 58.81494
Log likelihood -7784.610 Hannan-Quinn criter. 58.79070
F-statistic 708.1321 Durbin-Watson stat 1.650006
Prob(F-statistic) 0.000000
Metode Fixed Effect Dependent Variable: OPINC?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1 60
Included observations: 53
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 265 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.68E+10 9.03E+10 0.739382 0.4603
EXC? 20.55354 1.074544 19.12769 0.0000
EMP? 1.519570 0.123494 12.30477 0.0000
Fixed Effects (Cross)
06--C -1.41E+11
07--C 3.33E+10
08--C -1.18E+11
09--C 8.47E+10
10--C 1.42E+11 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.844898 Mean dependent var 8.91E+11
Adjusted R-squared 0.841291 S.D. dependent var 3.51E+12
S.E. of regression 1.40E+12 Akaike info criterion 58.79810
Sum squared resid 5.05E+26 Schwarz criterion 58.89266
Log likelihood -7783.748 Hannan-Quinn criter. 58.83609
F-statistic 234.2373 Durbin-Watson stat 1.660857
Prob(F-statistic) 0.000000
Metode Random Effect
Dependent Variable: OPINC?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Sample: 1 60
Included observations: 53
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 265
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.64E+10 9.03E+10 0.735582 0.4626
EXC? 20.58756 1.072574 19.19453 0.0000
EMP? 1.518572 0.123371 12.30901 0.0000
Random Effects (Cross)
06--C 0.000000
07--C 0.000000
08--C 0.000000
09--C 0.000000
10--C 0.000000 Effects Specification
S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 1.40E+12 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.843886 Mean dependent var 8.91E+11
Adjusted R-squared 0.842695 S.D. dependent var 3.51E+12
S.E. of regression 1.39E+12 Sum squared resid 5.09E+26
F-statistic 708.1321 Durbin-Watson stat 1.650006
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.843886 Mean dependent var 8.91E+11
Sum squared resid 5.09E+26 Durbin-Watson stat 1.650006
Lampiran 4. Hasil Regresi Data Panel Model 3
NIit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error Metode Common Effect
Dependent Variable: NI?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1 60
Included observations: 53
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 265 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.29E+10 8.53E+10 -0.151627 0.8796
EXC? 8.681961 1.013215 8.568727 0.0000
EMP? 1.085100 0.116543 9.310720 0.0000 R-squared 0.630811 Mean dependent var 4.64E+11
Adjusted R-squared 0.627993 S.D. dependent var 2.17E+12
S.E. of regression 1.32E+12 Akaike info criterion 58.66943
Sum squared resid 4.58E+26 Schwarz criterion 58.70995
Log likelihood -7770.699 Hannan-Quinn criter. 58.68571
F-statistic 223.8317 Durbin-Watson stat 1.282834
Prob(F-statistic) 0.000000
Metode Fixed Effect
Dependent Variable: NI?
Method: Pooled Least Squares
Sample: 1 60
Included observations: 53
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 265 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -1.34E+10 8.48E+10 -0.158279 0.8744
EXC? 8.575880 1.009421 8.495844 0.0000
EMP? 1.093626 0.116010 9.427001 0.0000
Fixed Effects (Cross)
06--C -7.29E+10
07--C -1.15E+11
08--C -2.99E+11
09--C 2.31E+11
10--C 2.56E+11 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.640486 Mean dependent var 4.64E+11
Adjusted R-squared 0.632126 S.D. dependent var 2.17E+12
S.E. of regression 1.31E+12 Akaike info criterion 58.67306
Sum squared resid 4.46E+26 Schwarz criterion 58.76762
Log likelihood -7767.180 Hannan-Quinn criter. 58.71105
F-statistic 76.60605 Durbin-Watson stat 1.317615
Prob(F-statistic) 0.000000
Metode Random Effect
Dependent Variable: NI?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Sample: 1 60
Included observations: 53
Cross-sections included: 5
Total pool (balanced) observations: 265
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1.32E+10 1.15E+11 -0.114397 0.9090
EXC? 8.630974 1.008460 8.558565 0.0000
EMP? 1.089199 0.115950 9.393714 0.0000
Random Effects (Cross)
06--C -3.51E+10
07--C -5.52E+10
08--C -1.44E+11
09--C 1.11E+11
10--C 1.23E+11 Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 1.74E+11 0.0172
Idiosyncratic random 1.31E+12 0.9828 Weighted Statistics R-squared 0.633246 Mean dependent var 3.34E+11
Adjusted R-squared 0.630446 S.D. dependent var 2.16E+12
S.E. of regression 1.31E+12 Sum squared resid 4.52E+26
F-statistic 226.1876 Durbin-Watson stat 1.299315
Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.630807 Mean dependent var 4.64E+11
Sum squared resid 4.58E+26 Durbin-Watson stat 1.282918