struktur wajah, aksesoris serta pakaian wayang kulit …

23
Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315 e-ISSN 2615-3289 33 STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT PURWO Jati Widagdo Desain Produk UNISNU Jepara Email : [email protected] Abstrak Wayang merupakan kebudayaan yang akrab dengan masyarakat. Wayang adalah salah satu segi kebudayaan yang merangkum berbagai macam bidang seni. Salah satu dari jenis wayang tersebut diatas, yang timbul saat kebudayaan Islam, adalah wayang kulit purwo. Wayang kulit purwo pada dasarnya dibuat dari kulit sapi/lembu”. Wayang kulit purwo menggunakan boneka berbentuk 2 dimensi. Wayang kulit purwo yang menceritakan cerita Ramayana maupun cerita Mahabarata, dinamai wayang purwo karena wayang ini adalah wayang yang pertama kali menggunakan kulit sebagai media bonekanya. Wayang terdapat pada budaya Indonesia sejak jaman Majapahit, namun ceritanya masih berkisar cerita Jawa, sedangkan cerita Mahabarata populer pada era kerajaan Kediri pada era raja Jayabaya di mana cerita Mahabarata digubah kembali oleh Empu Sedah kemudian dilanjutkan oleh Empu Panuluh. tetapi masuknya Islam di Indonesia terjadi kolaborasi budaya di mana cerita wayang digunakan sebagai siar agama oleh para sunan. Maka pada era kasunanan ini, sunan Kalijaga membuat boneka wayang dengan kulit sapi/lembu yang diberi nama wayang purwo. Abstract Wayang is a form of puppet theatre art found in Indonesia and other parts of Southeast Asia. It is one cultural art which is very popular around the world. It is involved all parts of art. Wayang kulit Purwo or Purwo shadow puppet is popular in Islamic culture era. Basically it is made from leather. Wayang kulit purwo uses two dimensial puppets. It tells about Ramayana and Mahabarata. It is named as wayang purwo because it is the first shadow puppets used leather as a media. Wayang was born as one part of Indonesian culture since Majapahit era. But the story was talking about Javanese until the story of Mahabarata was popular in the era of Kediri kingdom led by a king of Jayabaya. In the past, the story is about Javanese story. Meanwhile, Mahabarata story was popular in Kediri Kingdom era, it is Jayabaya Kingdom era in which Mahabarata was adapted by EmpuSedah, then it was Keywords: wayang, culture, Indonesian culture, wayang kulit purwo Kata Kunci : wayang, kebudayaan, budaya Indonesia, wayang kulit purwo

Upload: others

Post on 31-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

33

STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT PURWO

Jati Widagdo Desain Produk UNISNU Jepara Email : [email protected]

Abstrak

Wayang merupakan kebudayaan yang akrab dengan masyarakat. Wayang adalah salah satu segi kebudayaan yang merangkum berbagai macam bidang seni. Salah satu dari jenis wayang tersebut diatas, yang timbul saat kebudayaan Islam, adalah wayang kulit purwo. Wayang kulit purwo pada dasarnya dibuat dari kulit sapi/lembu”. Wayang kulit purwo menggunakan boneka berbentuk 2 dimensi. Wayang kulit purwo yang menceritakan cerita Ramayana maupun cerita Mahabarata, dinamai wayang purwo karena wayang ini adalah wayang yang pertama kali menggunakan kulit sebagai media bonekanya.

Wayang terdapat pada budaya Indonesia sejak jaman Majapahit, namun ceritanya masih berkisar cerita Jawa, sedangkan cerita Mahabarata populer pada era kerajaan Kediri pada era raja Jayabaya di mana cerita Mahabarata digubah kembali oleh Empu Sedah kemudian dilanjutkan oleh Empu Panuluh. tetapi masuknya Islam di Indonesia terjadi kolaborasi budaya di mana cerita wayang digunakan sebagai siar agama oleh para sunan. Maka pada era kasunanan ini, sunan Kalijaga membuat boneka wayang dengan kulit sapi/lembu yang diberi nama wayang purwo.

Abstract

Wayang is a form of puppet theatre art found in Indonesia and other parts of Southeast Asia. It is one cultural art which is very popular around the world. It is involved all parts of art. Wayang kulit Purwo or Purwo shadow puppet is popular in Islamic culture era. Basically it is made from leather. Wayang kulit purwo uses two dimensial puppets. It tells about Ramayana and Mahabarata. It is named as wayang purwo because it is the first shadow puppets used leather as a media.

Wayang was born as one part of Indonesian culture since Majapahit era. But the story was talking about Javanese until the story of Mahabarata was popular in the era of Kediri kingdom led by a king of Jayabaya. In the past, the story is about Javanese story. Meanwhile, Mahabarata story was popular in Kediri Kingdom era, it is Jayabaya Kingdom era in which Mahabarata was adapted by EmpuSedah, then it was

Keywords: wayang, culture, Indonesian culture, wayang kulit purwo

Kata Kunci : wayang, kebudayaan, budaya Indonesia, wayang kulit purwo

Page 2: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

34

continued by Empu Panuluh. Islam entered in Indonesia when collaboration of culture in a story of puppet theatre is used to proselytize by Sunans. Then, in Kasunanan era, Sunan Kalijaga made pupets from leather of cow and bull which is called wayangpurwo.

Pendahuluan

Wayang merupakan kebudayaan

yang akrab dengan masyarakat.

Hampir tiap hari orang bertemu

dengannya. Dalam sarasehan, per-

kumpulan dan pertemuan lainnya orang

membicarakan masalah wayang.

Ditinjau dari sudut kebudayaan Daru

Suprapto menjelaskan bahwa (Daru

Suprapto: 1; 1972) :

“Wajang adalah salah satu seni

kebudayaan jang merangkum berbagai

macam bidang seni: ukir / pahat,

sungging / lukis, gerak / tari, karawitan /

musik, vokal maupun instrumental, dan

sastra; memuat isi padat dan bermutu

penuh, mencakup segi religi dan

filsafat, etika dan estetika, psikologi dan

pedagogik. Sampai sekarang tetap

langsung daja hudupnya di dalam

perkembangan budaya bangsa tetap

mendapat tanggapan luas didalam

berbagai lapisan masjarakat”.

Demikian juga wayang merupakan

puncak kesenian klasik dan bersifat

adiluhung. Dari zaman dahulu sampai

sekarang wayang tidak bisa lepas

dengan tradisi kehidupan masyarakat

Indonesia, karena wayang merupakan

kebudayaan nasional seperti diuraikan

oleh Singgih Wibisono sebagai berikut

(Singgih Wibisono: 57; 1983) :

Wayang dikenal dan didukung oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia,

memiliki corak dan sifat yang khas dan

bermutu tinggi sehingga dapat disebut

sebagai salah satu kebudayaan

nasional.

Di samping itu daya tarik yang

diwujudkan dalam bentuk wayang

salah satunya adalah aspek

proporsinya yaitu dilihat secara

keseluruhan mempunyai variasi sendiri-

sendiri sesuai dengan karakter dari

masing-masing peranannya.

“Sukasman mengatakan bahwa,

bentuk wayang itu unik, tangannya

panjang, tubuhnya terlalu ceking, bibir

melipat, hidung over mancung dan lain-

lain.Tapi jika diurai masuk akal”. Lebih

lanjut dijelaskan bahwa “Seni wayang

benar-benar seni budaya khas

Indonesia yang tinggi nilainya di negara

lain tidak ada yang menyamai.

(Sukasman: 11; 1988).

Jenis wayang dalam berdasarkan

jenis bahan pembuatnya dibagi menjadi

5, yaitu:

1. Wayang kulit : dibuat dari kulit

kerbau atau lembu.

2. Wayang golek: dibuat dari kayu.

Page 3: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

35

3. Wayang wong: dimainkan oleh

orang.

4. Wayang beber: cerita wayang yang

dibuat gambar pada lembaran

kain/kertas

5. Wayang suket: wayang yang dibuat

dari rumput. .

Salah satu dari jenis wayang

tersebut di atas, yang timbul saat

kebudayaan Islam, adalah wayang

porwo. Wayang porwo dipopulerkan

Sunan Kalijaga, digunakan untuk

mengembangluaskan agama Islam di

Tanah Jawa (Bambang Suwarno: 6;

1980). Sedangkan wayang kulit cerita

Mahabarata & Ramayana dinamai

wayang porwo karena wayang ini

adalah wayang yang pertama kali

menggunakan kulit binatang.

Hal ini sangat menarik penulis

meneliti mengingat wayang adalah

kebudayan Hindu namun digunakan

media dakwah agama Islam, maka seni

kerajinan wayang porwo dijadikan

sebagai objek penelitian.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana jenis dan golongan

wayang kulit purwo.

2. Bagaimana penerapan hiasan dan

warna pada wayang kulit purwo.

Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi jenis dan

golongan wayang purwo.

2. Memahami penerapan hiasan dan

warna pada wayang purwo.

Landasan Teori

Pada hakekatnya wayang

merupakan seni budaya bangsa

Indonesia, lahir dan berkembang sejak

zaman raja-raja di Jawa. Hal demikian

itu jelas terlihat dari fungsi dan dimensi

wayang dalam kehidupan masyarakat

yang telah menjiwai dan meresap di

hati serta digemari masyarakat, kalau

dilihat dari asal-usulnya wayang

menurut Kesusastraan Jawa II, oleh S.

Padmosoekotjo yang dikutip oleh Amir

Mertosedono sebagai berikut:

Pada tahun 939 Masehi, Sri

Jayabaya, raja Kediri-lah yang memulai

dengan membuat wayang Purwa,

berwujud rontal. Baru kemudian

dibangun kembali oleh Raden Panji di

Jenggala pada tahun 1223. Waktu itu,

suluknya masih menggunakan bahasa

Kawi. Bahannya masih rontal. Sejak

Lembu Amiluhur dari Pajajaran, putera

sang Panji-lah yang mulai membuat

wayang dari kertas, yaitu pada tahun

1244 Masehi:, dengan menggunakan

gamelan Slendro. Pada tahun 1283,

wayang yang dibuat dari kertas

dinamakan wayang beber.Sang prabu

Brawijaya mulai gemar memberi warna

pada wayang. Mulai zaman Sunan Giri,

memberikan sumbangan yang wayang

berwujud raksasa yang diberi dua biji

mata. Pada tahun 1400 lebih, Raden

Patah membuat Gunungan. Wayang

Purwa makin menanjak, sedang

Page 4: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

36

wayang beber kalah terkenal. Mulai

zaman Sultan Amangkurat, timbul

wayang Krucil. Seperti sejarah

Majapahit. Lakonnya Damarwulan

dengan gamelan Slendro. Juga timbul

wayang orang, yakni tahun 1910.

Dengan uraian di atas, wayang porwo

juga sudah dikenal sebelum wayang

krucil ada. Wayang golek pada tahun

1584 Masehi atau 1506 (wayang sirna

gumulunging wisma) Sunan Kudus

membuat wayang golek (Sri Mulyono:

37:1978).

Dengan demikian, dalam

masyarakat tradisional wayang porwo

menempati kedudukan yang sangat

penting, serta dapat memadukan hal-

hal atau nilai-nilai dari kepercayaan dan

pemujaan terhadap para leluhur. Nilai-

nilai Hindu dan Budha terkandung

dalam wayang kulit purwa, nilai-nilai

Kristen ada pada wayang golek Wahyu

dan nilai-nilai Islam terkandung dalam

wayang golek Menak, hal ini secara

keseluruhannya mendapat pengolahan,

pengadaptasian yang serasi, luwes

disuatu pementasan wayang.

Pada mas pemerintahan Sultan

Agung, bentuk dan pertunjukan wayang

porwo mengalami banyak kemajuan

antara lain:

1. Pakaian wayang disempurnakan

misalnya raja memakai mahkota /

tropong. Satria memakai “gelung”

atau “ngore”, memakai “kain dodot”

dan memakai celana.

2. Dibuat bermacam-macam senjata

misalnya gada, bindi, alugara dan

sebagainya.

3. Pada masa Sultan Agung pula

wayang yang dulunya menghadap

ke depan dengan dua tangan di

belakang diubah menjadi bentuk

menyamping dengan yang terlihat

lebih panjang dari sewajarnya.

Wayang kulit purwo pada dasarnya

dibuat dari kulit lembu, yang disebut

dengan Wayang kulit purwo

menggunakan boneka berbentuk 2

dimensi disungging dan diberi tatahan.

Metodologi

Metode penelitian yang

digunakan adalah metode kualitatif

yakni metode yang berdasarkan pada

kondisi objek yang alami dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci

pengambilan sampel sumber data

silakukan secara porposif dan

snowbaal serta teknik penggabungan,

analisis data bersifat induktif/ kualitatif

dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada

generalisasi. Tujuannya adalah untuk

memahami fenomena dalam konteks

sosial secara alamiah dan

mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara

peneliti dengan fenomena yang diteliti.

Peneliti kualitatif percaya bahwa benar

Page 5: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

37

adalah dinamis serta dapat ditemukan

melalui penelaahan terhadap orang-

orang melalui interaksinya dengan

situasi sosial mereka.

Metode Observasi

Metode observasi adalah metode

pengambilan data yang dilakukan

dengan cara pengamatan dengan

menggunakan pencatatan secara

sistematis, pengamatan dilakukan

dengan cara ikut melibatkan diri dalam

proses guna mendapatkan data-data

yang sesuai.

Arikunto (1993:112) menjelaskan

pengertian observasi adalah:

“pengamatan langsung yang

berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang

mungkin timbul dan akan diamati

dengan memberikan tanda-tanda pada

kolom, tempat-tempat peristiwa

muncul, observasi melibatkan

penyusun untuk berinteraksi secara

langsung dengan obyek yang akan

diteliti, secara terbuka dan terlibat

didalamnya secara aktif dalam upaya

memperoleh data”.

Metode Pustaka

Metode pustaka ialah metode

dengan cara mengumpulkan data-data

dari sumber tertulis yang validitasnya

dapat diyakini kebenarannya serta

sumber tersebut sesuai dengan obyek

penelitian. Sumber tersebut dapat

diperoleh dari buku, jurnal ilmiah,

wikipedia, serta sumber-sumber tertulis

lainnya yang sudah dipublikasikan.

Lokasi Penelitian

Pada penelitian lokasi yang dipilih

adalah desa dusun Dendeng Bangun

Jiwo, Kecamatan Kasihan Bantul DI.

Yogyakarta, dipilih lokasi tersebut

karena disitulah terdapat pusat

kerajinan wayang kulit salah satu

sanggar yang terkenal adalah bapak

Sagio Pupet ( sanggar).

Obyek penelitian merupakan wayang

kulit purwo yang sampai sekarang ini

masih diproduksi oleh beberapa

pengrajin wayang kulit purwo di desa

tersebut .

Wayang Kulit Porwo dan Sejarahnya

Banyak pengertian yang

dikemukakan oleh para ahli, namun

pada prinsipnya tidak jauh berbeda.

Sehubungan dengan hal tersebut

diuraikan pengertian wayang secara

umum. Menurut Kusumajadi (1970)

bahwa: Mengenai arti wayang tadi dari

suku kata Wa dan Yang. Wa = trah

yang berarti turunan, Yang = hyang

yang berarti eyang, kakek atau leluhur

yang telah meninggal, misalnya:

Pandawa dari kata Pandu-wa yang

artinya turunan Pandu. Dari

kesemuanya itu maka wayang ialah

gambar yang telah meninggal.

Selanjutnya Sri Mulyono menjelaskan

sebagai berikut: Wayang dalam bahasa

Jawa kata ini berarti “bayangan”.

Page 6: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

38

Dalam bahasa Melayu disebut bayang-

bayang. Dalam bahasa Aceh : bayeng.

Dalam bahasa Bugis : wayang atau

bayang. Dalam bahasa Bikol dikenal

dengan kata baying artinya “barang”,

yaitu apa yang dapat dilihat dengan

nyata. Akar kata dari wayang adalah

yang. Akar kata ini bervariasi dengan

yung, yong, antara lain terdapat dalam

kata layang – “terbang”, doyong –

“miring” tidak stabil, royong – selalu

bergerak dari satu tempat ketempat

lain; “poyang-payingan” berjalan

sempoyongan, tidak tenang dan

sebagainya.

Dari pengertian “tidak stabil”

tersebut di atas dalam bahasa Jawa

Wayang mengandung pengertian “

berjalan kian kemari”, tidak tetap,

sayup-sayup (bagi substansi bayang-

bayang). Demikian juga ditegaskan

oleh Amir Mertosedono yang

menyebutkan:

a. Bahasa Jawa : perkataan wayang

artinya wayangan (layangan).

b. Bahasa Indonesia : bayang-bayang,

samar-samar, tidak jelas.

c. Bahasa Aceh : bayang artinya

bayangan.

d. Bahasa Bugis : wayang atau

bayang-bayang.

Selanjutnya dijelaskan oleh R.T.

Yosowidagdo bahwa: Kata wayang

dalam bahasa Jawa berasal dari kata

ayang-ayang (bayangan), karena yang

dilihat berupa bayangan dalam kelir

(tabir kain putih sebagai gelanggang

permainan wayang).

W.J.S. Poerwadarminta (1976)

mengatakan, wayang merupakan

gambar atau tiruan orang dan sebagai-

nya yang dibuat dari kayu, kulit dan lain

sebagainya untuk mempertunjukkan

suatu lakon.

Berdasarkan uraian di atas, dapat

disimpulkan bahwa wayang mengalami

perkembangan baik bahan, bentuk,

jenis serta cerita yang ada, seperti

pada sekarang ini.

Sesuai dengan fungsinya

pemunculan wayang purwo yang

dipergunakan sebagai sarana

penyebaran agama Islam, dan sering

dengan meluas daerah penyebarannya

seperti Cirebon, Sunda, Tegal, Kudus,

Surakarta, Yogyakarta dan lain

sebagainya, maka tidak mengherankan

kalau bentuk dan penampilan wayang

porwo mengalami perubahan sesuai

dengan adat dan kebudayaan daerah

masing-masing.

Proses Produksi Wayang purwo

a. Jenis dan Golongan Wayang

Ditinjau dari produksi wayang

porwo terdiri dari 4 (empat)

golongan dengan cirinya sebagai

berikut:

1) Golongan Putri : terdiri dari tokoh-

tokoh perempuan, berukuran kecil,

rambut terurai, hanya, mata agak

Page 7: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

39

sipit, anting-anting terletak dibagian

bawah telinga, dada menonjol.

Tokoh-tokohnya: Betari durga,

Kumoratih, Sembodro, Srikandi,

Sinta dan lainnya.

2) Golongan Pria atau Bambang:

golongan ini berukuran lebih besar

dari putri, berkumis baik tebal

maupun tipis, antingnya terletak

diatas telinga, dada datar. Penutup

kepala bukan mahkota dengan

jamang berjumlah dua.

3) Golongan Raja atau Gagahan :

berukuran lebih besar dari pada

bambang, bermahkota dengan

jamang berjumlah tiga, bagian-

bagian lain sama dengan bambang.

4) Golongan Raksasa atau Buto :

ukurannya paling besar, wajahnya

seram, matanya lebar, giginya

kelihatan dan kadang-kadang

memakai taring, hidungnya besar,

berkumis lebat (tebal), rambutnya

digimbal.

5) Dewa dan dewi: ciri menonjol pada

dewa atau dewi adalah memakai

sepatu (trompah)

Selain jenis dan golongan tersebut di

atas sebagai ciri dari pada wayang

porwo, maka ciri-ciri khusus dari pada

tiap tokoh wayang porwo adalah

“Wanda”. Wanda ini yang menentukan

watak atau sikap dari tokoh wayang

tersebut

b. Bentuk

Dalam penelitian ini bahan yang

digunakan dalam pembuatan

wayang kulit porwo adalah:

1) Kulit binatang: digunakan

sebagai bahan utama pembuatan

kepala, badan, lengan dan tangan.

kulit yang digunakan harus

memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

(a) Kulit yang bagus adalah kulit

kerbau atau sapi jantan dengan

warna yang jernih apabila kulit

kerbau atau sapi betina sebaik-

nya yang belum melahirkan,

karena sapi yang sudah

melahirkan seratnya banyak

yang putus (sudah mengalami

setritmat)

(b) Mudah dikerjakan, lunak,

seratnya halus padat serta

sejajar dan tidak terdapat serat

yang putus..

(c) Kering, penyamaannya

sempurna serta tidak berjamur.

Adapun jenis kulit yang bisa untuk

pembuatan wayang kulit adalah:

(1) Kulit kambing

(2) Kulit domba

(3) Kulit kelinci

(4) Kulit banteng dan lain-lain

Perajin wayang kulit biasanya lebih

suka menggunakan kulit kerbau/lembu,

karena selain kulit tersebut memenuhi

persyaratan juga sangat mudah untuk

mendapatkannya.

Page 8: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

40

2) Cat : digunakan untuk mewarnai

kulit dengan tehnik sungging adalah

jenis cat yang tahan terhadap jamur.

Sedangkan macam jenis cat yang

digunakan adalah:

(a) Cat tembok, zink white yang

berwarna putih yang digunakan

sebagai dasar (cat dasar).

(b) Acrilic, cat poster, Sunday Color,

digunakan untuk warna atau

menyungging.

(c) Tinta Cina atau tinta rapido untuk

kontur pada wajah dan topi

(memberi isen-isen, Jawa)

dicampur dengan menggunakan

warna putih, untuk mendapatkan

warna lebih gelap dicampur

dengan warna hitam.

(d) Vernis: untuk mengkilapkan

wayang yang sudah diwarnai

semua.

(e) Tanduk dan tempurung penyu:

sebagai bahan pembuat tangkai

badan dam tuding tangan, serta

mengikat sendi-sendi anggota

badan wayang.

c. Desain

Dalam hal ini desain dipergunakan

dalam pembuatan wayang purwo

adalah desain:

1) Kepala

Pada dasarnya bentuk kepala

wayang kulit porwo sama dengan

bentuk kepala manusia, dengan

bagian-bagian sebagai berikut: mata,

hidung, mulut, telinga dan lain

sebagainya. Sedangkan penutup

kepala pada wayang kulit disebut “irah-

irahan”. Kepala wayang kulit terdiri dari

tiga bagian pokok yaitu:

a. Muka

Raut muka wayang kulit pada

dasarnya sama antara tokoh satu

dengan yang lainnya, misalnya

kelompok wayang alusan, gagahan

dan lain sebagainya, kesamaan disini

sesuai dengan kelompok tersebut.

Sesuai dengan kelompok diuraikan

warna muka, bentuk mata, hidung,

mulut, pada wayang kulit. Setiap

bentuk dan warna pada muka wayang

kulitk mengandung makna dan

penanda tersendiri:

a) Warna muka

Warna muka pada wayang kulit terdiri

dari lima warna yaitu:

1. Kuning atau emas untuk kesatria.

2. Hijau atau biru untuk raksasa, yang

rakus (ludukan, Jawa).

3. Merah untuk pemarah (brangasan,

Jawa).

4. Hitam untuk tokoh licik, lugu,

ataupun yang memakai topeng.

5. Putih untuk rakyat jelata atau abdi.

b) Mata

Bentuk mata wayang porwo

mempunyai lima belas besutan yaitu :

1. Gabahan untuk alusan.

2. Blarak mlirit untuk alusan.

3. Jaitan untuk alusan

Page 9: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

41

4. Delen untuk kantongan

5. Dondongan untuk gagahan, patih,

raksasa, yaksi, keparak/ limbukan

dan punokawan (Jiwing dan

Blandu).

6. Kriyip-kriyip untuk, Pendeta, dan

Raksasa.

7. Kelingan untuk cakil

8. Rembesan untuk kolodiju

9. Plirikan untuk sorowito

10. Plerokan

11. Telengan

12. Pecicilan

13. Plelengan untuk raksasa

14. Keran

15. Belis

16. Plolongan untuk punokawan

Toples.

2) Hidung

Bentuk hidung wayang porwo

mempunyai tiga belas besutan yaitu :

a. Ambangir digunakan untik satria

lugon /watak polos seperti

Puntadewa, arjuna

b. Sembodo digunakan untik satria

yang bersifat sembodoyaitu sifat

yang tidak tanduk dan hatinya sama

seperti Baladewa ataupun Arya

Sencaki

c. Mbengker digunakan untuk

kesatria bersifat luduk seperti

Burisrowo

d. Dempok digunakan untuk kesatria

gagahan seperti Ontoseno

e. Mengkel gerang digunakan untuk

kesatria gagahan seperti namun

berbadan besat Bima Seno

f. Nyunti digunakan untuk kesatria

bersifat langak seperti Dursosono

g. Medang digunakan untuk kesatria

bersifat langak tapi tidak seportif

seperti Sangkuni

h. Nyentang digunakan untuk para

gagahan wondo langak atau raja

raksasa bersifat berani seperti

Prabu Pancatnyono.

i. Nyantik palwo digunakan untuk

para gagahan wondo langak atau

raja raksasa bersifat luduk atau

suka makan seperti Kumbokarno

j. Irung janmo digunakan dewa

Yanmo Dipati

k. Bunder digunakan untuk Nolo

Gareng

Page 10: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

42

l. Nerong digunakan oleh Buto

Terong

m. Nemlik digunakan untuk Sono atau

kera

3) Mulut

Bentuk mulut pada tokoh wayang

golek ada 12 yaitu:

a. Damis untuk alusan.

b. Copet lugon

c. Nyawet satrio wondo ruruh

d. Gusen untuk gagahan

e. Mrenges untuk rahwono

f. Mringis untuk buto cakil

g. Anjeberuntuk kera/ sono

h. Gugut untuk dagelan ,sorowito

i. Mingkem satrio gagahan alus

j. Mesem dagelan

k. Mangap dagelan

l. Ngablak untuk rasekso

4) Muka/peraen

Page 11: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

43

Bentuk muka wayang porwo dibagi

menjadi 3 kelompok yaitu : Satria,

Denowo dan Dewo

a. Muka Satrio

Paraen satrio sendiri 6 kelompok

yaitu:

1) Raden Palugon, para satria yang

mempunyai watak jujur dan lugu

dengan wondo ruruh seperti

arjuna, pandu ataupun Punta

Dewa.biasanya bersuara lembut

2) Sapar Tirtolo ialah satria yang

tetap menjujung watak satrianya

tetapi bersifat lebih luwes dalam

menghadapi hidup namun tetap

bersuara lembut seperti Nakula,

Sadewa

3) Pusponjali ialah satria dengan

nada suara suara tegas

4) Pusponjari adalah satria dengan

watak tegas dan biasanya

bersuara lantang dengan wondo

langak seperti Baladewa, Aria

Sencaki

5) Swolosongko adalah satria yang

selalu mempunyai suara tegas

dengan sifat penuh pemikiran

atau sangkaan tokohnya antara

lain Suyudano/Duryudono

6) Suwologati adalah satria yang

selalu mempunyai suara tegas

dengan sifat selalu menjalankan

perintah biasanya pada tokoh ini

bukan raja, tokohnya antara lain

Buris Rawa, Dursasana.

Paraen/muka denawa terdiri dari 6 jenis

yaitu:

1) Kala Diju yaitu jenis raksa atau

butu laki laki tokoh nya antara lain

Kala Srenggi, Kumbokarno.

2) Kolo Wanodyo yaitu jenis raksa

atau butu perempuan tokohnya

antara lain Durga.

3) Denowo Cakil adalah tokoh

bambangan dalam cerita wayang

sebagai selingan dalam cerita

Mahabarata agar penonton tidak

terlalu tegang memperhatikan alur

cerita.

4) Kolo Dondro adalah tokoh

raksaksa bambangan dalam cerita

wayang sebagai prajurit ataupun

anak buah bagi tokoh Kolo Diju.

5) Wijo Mantri adalah tokoh

bambangan laki- laki dalam cerita

Page 12: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

44

wayang sebagai pamomong

dalam cerita Mahabarata maupun

Ramayana bagi kesatria berwatak

jahat tokohnya adalah Togok.

6) Derete adalah tokoh bambangan

laki-laki sebagai anak buah

Wijomantri dalam cerita wayang

sebagai pamomong dalam cerita

Mahabarata maupun Ramayana

bagi kesatria berwatak jahat.

7) Punakawan adalah tokoh

bambangan laki-laki dalam cerita

wayang sebagai pamomong

dalam cerita Mahabarata bagi

kesatria berwatak baik yang

dipimpin semar dengan ketiga

anak angkatnya Petruk, Gareng,

dan Bagong.

No Nama Gambar Muka

1 Betoro

Girinoto

2 Betoro

Wisnu

3 Betoro

Asmoro

4 Betoro

Suryo

5 Betoro

Panjarika

n

6 Betoro

Wreko

7 Betoro

Swalando

ro

8 Betoro

Sasondro

9 Betoro

Sambu

10 Betoro

Bayu

11 Betoro

Yomodip

ati

12 Betoro

Narodo

5) Driji/ jari wayang porwo terdiri dari

12 jenis yaitu:

a. Driji janmo yaitu driji/jari para

kesatria seperti Gatotkaca ,

Abimanyu, Permadi.

Page 13: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

45

b. Driji wanoro yaitu driji/jari para

sebangsa kera seperti Sugriwa,

Subali, Cacing Kanil.

c. Driji raseksodriji yang dipakai

para raksaksa seperti Betari

durga, Betara kala, kala

serenggi.

d. Ponconoko adalah jenis driji/ jari

yang pada ujung kuku

jempolnya mempunyai kuku

yang amat panjang kuku ini

dipakai oleh, dewaruci, dewa

bayu, bima dan anoman.

e. Tuding dagelan adalah jenis-jari

depan yang dipakai oleh para

dagelan salah satunya adalah

petrok kantong bolong.

f. Gengeman dagelan adalah

jenis-jari belakang yang dipakai

oleh para dagelan salah satu-

nya adalah petrok kantong

bolong.

g. Driji dagelan adalah jenis-jari

belakang yang dipakai oleh

para dagelan salah satunya

adalah gareng

h. Gelang dagelan adalah jenis-jari

depan yang dipakai oleh para

dagelan salah satunya adalah

sorowito

i. Genggeman denowo adalah

tangan depan yang dipakai

oleh para denowo

j. Genggeman putrena dalah

tangan yang dipakai untuk para

putri dalam wayang porwo.

dipakai untuk tokoh Sinta,

srikandi, sembadra dan lain lain

k. Gelang wadyoa dalah gelang

yang dipakai oleh para prajurit

atau para kesatria.

6) Kelat Bau/lengan

Lengan wayang purwo terdiri dari

dua bagian, yaitu lengan atas dan

lengan bawah. Lengan atas dari bahu

sampai siku, sedangkan dari siku ke

Page 14: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

46

bawah bentuknya bulat memanjang

lengkap dengan jari-jarinya. Sedangkan

Kelat bau pada wayang porwo dibagi

menjadi 6 yaitu:

a. kelat bau satrio, kelat bau yang

dipakai para satria

b. Kelat bau bolo,Kelat bau bolo

adalah kelat bau yang dipakia oleh

golongan orang kebanyakan tetapi

bukan satria

c. Kelat bau denawo

d. Kelat bau sena,dinamai kelat bau

seno karena kelat bau ini dipakai

oleh Brotoseno/Werkudoro

e. Kelat bau denowo kiwoadalah kelat

bau yang dipakai oleh Denowo

pada tangan kiri atau pada tangan

bagian belakang.

f. Kelat bau rojo denowoadalah kelat

bau yang dipakai oleh raja

Denowo pada tangan kiri atau

pada tangan bagian belakang.

No Nama Gambar Kelat Bau

1 Satrio

2 Bolo

3 Denowo

4 Seno

5 Denowo

kiwo

6 Rojo

denowo

7) Pangabedan/bagian badan

wayang porwa

Badan wayang porwo pada

dasarnya sama dengan bentuk badan

manusia. Dibagi menjadi tiga bagian

yaitu: bahu (bagian atas), bokongan /

pinggul (bagian bawah) dan tengah

badan wayang terdiri dari 33 jenis yaiti:

1. Dewo birowo dipakai para dewa

seperti dewa Bayu

2. Wanoro kalung dipakai kera seperi

Anoman

3. Wanoro ulur-ulur dipakai oleh Subali

4. Wanoro slendang dipakai dewa kera

5. Wanoro probo dipakai Sugriwa

6. Badan wadyo dipakai para prajurit

7. Badan bungkuk dipakai para prajurit

dengan usia lanjut

Page 15: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

47

8. Dewo rojo dipakai oleh dewa yang

menjadi raja seperti Kumojoyo

9. Satrio birowo dipakai oleh satria

muda seperti Dorsosono

10. Birowo ulur-ulur digunakan oleh

Birowo yang berambut panjang

11. Birowo lugas digunakan untuk

Ontoseno

12. Birowo Rojo digunakan para sartria

yang menjadi raja seperti Duryudana

13. Badan pandito digunakan untuk para

pendita seperti pandita Durna.

14. Detyo prepat digunakan oleh

rasaksa yang bukan raja seperti

Prabu Pancatnyono

15. Detyo rojo digunakan para raja

raksaksa seperti Betara Kala

16. Detyo rojo nemneman digunakan

para pangeran dari krajaan rasaksa

17. Dewo kasepuhan digunakan para

dewa tua seperti Betara Surya

18. Semar badan khusus buat semar

19. Badan togok badan khusus buat

togok

20. Bagong Badan khusus buat bagong

21. Badan cantrik dipakai untuk badan

dagelan seperti Gareng

22. Badan limbuk digunakan khusus

tokoh Limbuk

23. Badan cangik digunakan untuk

badan Cangik

24. Badan narodo badan khusus untuk

Narada

25. Badan yomo dipati badan khusus

dewa Yamadipati

26. Satrio sariro digunakan untuk satria

alusan seperti Arjuna.

27. Putro sariro digunakan untuk

pangeran satria alusan seperti

Abimanyu

28. Ulur ulur sariro digunakan untuk

satria yang memakai ulur ulur seperti

Nakula

29. Kalung probo digunakan oleh Ramo

Wijaya

30. Putri rasukan dipakai dewi-dewi

seperti Kumoratih

31. Putri selendang dipakai oleh Dewi

Sinta

32. Putri sariro putri yang tidak memakai

perhiasan seperti Sembadra

33. Putri kalung dipakai oleh Srikandi

34. Putri ulur-ulur dipakai oleh Banowati.

No Nama Gambar

Pangabedan

1 Dewo

Birowo

2 Wanoro

Kalung

3 Wanoro

ulur-ulur

4 Wanoro

slendang

Page 16: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

48

5 Wanoro

probo

6 Badan

wadyo

7 Badan

bungkuk

8 Dewo rojo

9 Satrio

birowo

10 Birowo

ulur-ulur

11 Birowo

lugas

12 Birowo Rojo

13 Badan

pandito

14 Detyo

prepat

15 Detyo rojo

16 Detyo rojo

nemneman

17 Dewo

kasepuhan

18 Semar

19 Badan

togok

20 Badan

bagong

Page 17: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

49

21 Badan

cantrik

22 Badan

limbuk

23 Badan

cangik

24 Badan

narodo

25 Badan

yomodipati

26 Satrio sariro

27 Putro sariro

28 Ulur ulur

sariro

29 Kalung

probo

30 Putri

rasukan

31 Putri

selendang

32 Putri sariro

33 Putri kalung

34 Putri ulur-

ulur

8) Irah-Irahan/penutup kepala

Penutup kepala muka wayang

porwo dibagi menjadi kelompok yaitu :

gelung satrio, gelung putri, makuto

topong, sirah gelung. dan Ketu.

a. Gelung Satrio

Page 18: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

50

Gelung satrio dibagi menjadi enam

jenis

1. Gelung Satrio Polos ini dipakai oleh

para satria yang dipakai bima

2. Gelung Satrio Leleh ini dipakai oleh

para satria berwondo ruruh seperti

arjuna.

3. Gelung Keling ini dipakai oleh

punto dewo.

4. Gelung Minongkoro ialah gelung

yang dipakai Lesmono

5. Gelung Sangga rialah gelung

gelung yang dipakai oleh sadewa

6. Gelung Gembel

a. Gelung Putri

1) Gelung Kelingialah gelung yang

dipaka Banowati

2) Gelung. Gondel ialah gelung

yang dipakai Kunti

3) Gelung Putri ialah gelung yang

dipakai Kumoratih, Dewi sinta

dan lain lain

4) Gelung Putri polos ialah gelung yang

dipakai srikandi

5) Gelung Udel ialah gelung yang

dipakai sembadra

6) Gelung Sekar ialah gelung yang

dipakai Trijoto.

9) Topong makuto ialah penutup

kepala yang dipakai oleh adipati

Karnoirah-irahan dibagi menjadi 6

enam jenis yaitu:

Page 19: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

51

a. Jangkung polos ialah penutup

kepala yang dipakai.

b. Jangkung lungsen ialah penutup

kepala yang dipakai oleh Ontorjo

Pandu Dewo Srani.

c. Jangkung probo ialah penutup

kepala yang dipakai oleh raden

Suyudono

d. Makuto ialah penutup kepala yang

dipakai oleh raden raden kresno

atau raja dalam wayang porwo.

e. Topong „ialah penutup kepala yang

dipakai oleh

10) Ketusendiri terdapat tiga jenis

yaitu :

a. Ketu Dewo ialah ketu yang dipakai

oleh paradewa

b. Ketu Pendeto ialah ketu yang

dipakai oleh pendeto

c. Ketu Udeng ialah ketu yang dipakai

oleh Sangkuni,.

No Nama Gambar Irah-

Irahan Ketu

1 Ketu

dewo

2 Ketu

pendet

o

3 Ketu

udeng

11) Bagian bawah wayang porwo

terdiri dari 3 jenis yaitu:

a. Bokongan, sendiri terdiri dari 6

jenis yaitu:

1. Bokong Satrio

Bokong satrio, bentuk bokongan ini

di pakai oleh raden Arjuna

2. Bokongan Putran

Bokong putran, bentuk bokongan

putran di pakai oleh raden Ongko

Wijoyo

3. Bokongan Ratu

Bokong Ratu, bentuk bokongan

putran di pakai oleh raden Kresno

4. Bokongan Lembekan

Bokongan lembekan bentuk

bokongan lembekandi pakai oleh

raden Puntodewo.

5. Bokongan Lembekan

Bokongan lembekan bentuk

bokongan lembekandi pakai oleh

Sangkuni atau Udowo.

6. Bokongan Dewo

Bokongan dewo bentuk bokongan

dewo di pakai oleh para dewa

Page 20: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

52

No Nama Gambar Bokongan

1 Bokongan

satrio

2 Bokongan

putran

3 Bokongan

ratu

4 Bokongan

lebekan

5 Bokongan

rapekan

6 Bokongan

dewo

b. Dodot

Dodot sendiri terdiri dari 6 jenis

yaitu:

1) Rapakan

Rapakan bentuk rampakan di

pakai oleh para prajurit rasekso

2) Rapakan bolo

Rapakan bolo bentuk rampakan

bolo di pakai oleh para prajurit

atau punggawa para kesatria

3) Dodot putren

Dodot putren bentuk dodot

putren di pakai oleh para putri

atau tokoh wanita

4) Rapekan pendito

Rapekan pendito bentuk

rapekan pendito di pakai oleh

para pandito seperti pandito

dorno dan lain lain

5) Rapekan dagelan 1

Rapekan dagelan 1bentuk

rapekan dagelan 1 di pakai oleh

punokawan gareng.

6) Rapekan dagelan 1

Rapekan dagelan 2 bentuk

rapekan dagelan 2 di pakai oleh

togok.

No Nama Gambar Dodot

1 Rapakan

2 Rapakan

bolo

3 Dodot

putren

4 Rapekan

pendito

5 Rapekan

dagelan 1

Page 21: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

53

6 Rapekan

dagelan 2

c. Suku

Suku sendiri terdiri dari 6 jenis yaitu:

1) Suku bambang biasanya dipakai

oleh prajurit bambangan

2) Suku putran biasanya dipakai oleh

anak anak raja semisal raden

wisanggeni

3) Suku kantongan biasanya dipakai

oleh prajurit kantongan

4) Suku seno adalah suku yang

dipakai oleh broto seno/ bima.

5) Suku denowo ratu nemneman

biasanya dipakai oleh denowo atau

buto/ rasaksa yang bukan raja

semisal kumbokarno,pancatnyono

dan lain lain

6) Suku denowo ratu biasanya

dipakai oleh ratu rasaksa raja

semisal rahwana, betara kala dan

lain-lain

No Nama Gambar Suku

1 Suku

bambang

2 Suku

putran

3 Suku

kantongan

4 Suku seno

5 Suku

denowo

ratu

nemneman

6 Suku

denowo

ratu

KESIMPULAN

1. Cerita wayang purwo (Mahabarata

ataupun Ramayana) berasal dari

budaya India tetapi masuknya Islam

di Indonesia terjadi kolaborasi

budaya di mana cerita yang berasal

India tidak sekedar diceritakan

diceritakan, namun diceritakan

menggunakan boneka sehingga

lebih menarik dan lebih mudah

dipahami ceritanya.

2. Pada cerita Mahabarata ataupun

Ramayana standar etika dalam

cerita itu menggunakan standar

etika India (Hindu atau Buda)

namun pada wayang porwo yang

digunakan sebagai alat dakwah

umat islam maka setandar etikanya

pun mengikuti budaya islam.

3. Wayang porwo adalah wayang

yang mengambil babad cerita dari

india namun gaya pakaiaanya

pakaiannya tidak menggunakan

gaya berpakaian India seutuhnya

namun dikolaborasikan dengan

gaya pakean jawa pada masa itu

dan pada pakaian tersebut tetap

Page 22: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

54

didasarkan pada kasta sesuai

dengan kebudayaan Hindu.

Daftra Pustaka

A.G. Pringgodigdo. 1977. Ensiklopedi

Umum. Yogyakarta: PN Yayasan

Kanisius

Amir Mertosedono. 1986. Sejarah

Wayang, Asal-Usul,, Jenis dan

Cirinya. Semarang: Dahara Prize

Atik Soepadi. 1978. Pengetahuan

Pendalangan Jawa Barat.

Bandung: Lembaga Kesenian

Bandung

Atik Soepadi. 1984. Pagelaran Wayang

Golek Purwa Gaya Priangan.

Bandung: Pustaka Buana

Bambang Suwarno. 1981. Pembuatan

Wayang Golek Menak Putihan.

Surakarta : Proyek Pengembangan

ASKI

Daru SUprapto. 1972. “Wayang dan

Kesusastraan Djawa”, Kumpulan

Karangan Tentang Pewajangan.

Yogyakarta : Panitia Pameran

Wayang

Edi Sedyawati. 1981. Pertumbuhan

Seni Pertunjukan. Jakarta : PT

Sinat Harapan

Efendy Zarkasi. 1977. Unsur-Unsur

Islam Dalam Pewayangan.

Bandung : PT Alam Arif

HM Bakir, dkk. 1989. “Laporan

Penelitian Pemetaan Seni Kriya Di

Yogyakarta”, Laporan Penelitian.

Yogyakarta : ISI FSRD Yogyakarta

Kusnadi. 1983. “Peran Seni Kerajinan

(Tradisi dan Baru) Dalam

Pembangunan)”. Yogyakarta :

STSRI “ASRI”

Kusumajadi. 1970. “Wayang Kulit Buto

Terong Gaya Yogyakarta”, Sani.

Yogyakarta : STSRI “ASRI”

MA. Salmun.1977. Pengembangan

Media Kebudayaan Jawa Barat.

Jakarta : Balai Pustaka

Masjukuri,1982. Sejarah Daerah

Istimewa Yogyakarta.Yogyakarta :

Dep. Pend. Dan Kebud.

Yogyakarta

Mardiko. 1988. Darso Sumarto, Dalang

dan Pengrajin Wayang Golek.

Sinar Pagi

Ny. Umar Wirahadikusuma. 1983. Hasil

Kerajinan Warisan Nenek Moyang

yang perlu DIlestarikan. Majalah

Kartika

Oka A Yoeti. 1985. Pengantar Ilmu

Pariwisata. Bandung : PN Angkasa

RM. Ismunandar K. 1985.Wayang Asal-

usul dan Jenisnya.Semarang :

Dahara Prize.

RS.Subalidinata. 1986. Purwakandha

Sumber Cerita Wayang Purwa.

Yogyakarta : Dep. Pend. Dan

Kebud. Yogyakarta

Sri Mulyono. 1987. Wayang dan

Karakter Manusia. Jakarta: PT

Gunung Agung

Sri Mulyono. 1978. Wayang Asal-usul,

Filsafat dan Masa Depannya.

Jakarta: PT Gunung Agung

Singgih Wibisono. 1983. Seni Dalam

Masyarakat Indonesia.Jakarta :

Gramedia

Sajid RM. 1958. Bauwarna Wayang.

Yogyakarta : PT Percetakan

Republik Indonesia

Page 23: STRUKTUR WAJAH, AKSESORIS SERTA PAKAIAN WAYANG KULIT …

Jurnal SULUH p-ISSN 2615-4315

e-ISSN 2615-3289

55