“strategi yayasan semarak bengkulu dalam

117
“STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN PANCASILA DI ERA DIGITAL 4.0” SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam Oleh RAICITA DENARA NIM. 161 121 0120 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU TAHUN 2020

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

“STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN PANCASILA

DI ERA DIGITAL 4.0”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri

Bengkulu Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Gelar Sarjana (S.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam

Oleh

RAICITA DENARA

NIM. 161 121 0120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU

TAHUN 2020

Page 2: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM
Page 3: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

iii

Page 4: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

iv

Page 5: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

v

Page 6: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

vi

MOTTO

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam

keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya

berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia,

Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

(Ali-Imran : 191).

Kalau Kita Hidup Senang Tidak Usah Belajar Bagaimana Caranya Karena Kita Pasti Bisa Menjalaninya

Tetapi Kita Harus Belajar Hidup Susah Dan Penuh Dengan Perjuangan

Karena Disitulah Keberhasilan Akan Tercapai.

(Raicita Denara)

Page 7: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

vii

PERSEMBAHAN

Karya indah ini tidak dapat terwujud tanpa adanya doa dan harapan dari

orang-orang tercinta dan terkasih yang ada disekelilingku. Untuk itu peneliti

mengucapkan terima kasih dan mempersembahkannya kepada :

Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Orang tuaku tercinta, ayahanda Burman P dan ibunda Armadin yang sangat

kucinta, yang selalu rela berkerja keras banting tulang, bercucuran keringat,

tidak mengenal rasa lelah dan yang terus memberikanku dorongan dan

motivasi demi keberhasilanku dan selalu berdoa untuk keberhasilanku yang

menjadi inspirasi besar dalam hidupku semoga tetap dalam lindungan Allah

SWT.

Saudara kandungku Andri Sudrajad dan Saudari kandungku Ria Risatia yang

tidak bosan-bosannya memberikan dukungan, semangat dan motivasi untuk

menyelesaikan perkuliahan dan selalu menantikan keberhasilanku.

Calon imamku Wahyu Afrizal yang luar biasa baik setia menemani dan

banyak membantu dalam menyelesaikan perkuliahan, serta tak pernah bosan

mendengarkan keluh kesahku dan selalu memberikan semangat, dukungan

dan motivasi.

Kakak Tingkatku yaitu Tison Haryanto, M.Pd, Yuli Partiana, M.Pd yang

selalu memberikan motivasi sehingga aku bisa menyelesaikan Skripsi ini.

Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2016, khususnya teman-teman PAI

D 2016.

Kelompok 29 KKN IAIN Bengkulu Desa Pagar Dewa, Kecamatan Kota

Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.

Kepala Yayasan Semarak Bengkulu, Kepala Pondok Pesantren Pancasila,

Wakil Kepala Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu, Sekretaris, serta para

dewan guru yang lainnya, yang telah membantu saya dalam pembuatan

skripsi ini.

Page 8: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

viii

Para Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu yang telah membantu

dalam berbagai hal selama saya melakukan penelitian.

Semua dosen dan karyawan IAIN Bengkulu yang telah mengajari arti

perjuangan dan tidak lupa terima kasih banyak juga kepada pembimbingku

Bapak. Dr. Suhirman, M.Pd dan Adi Saputra, S.Sos, M.Pd yang sudah

membantuhku menyelesaikan perjuanganku .

Almamater kebanggaanku yang telah membuatku meraih keberhasilan.

Page 9: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

ix

ABSTRAK

Raicita Denara, NIM. 161 121 0120. Skripsi: “Strategi Yayasan Semarak

Bengkulu Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila di Era Digital 4.0”.

Program Studi Pendidikan Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah

Fakultas Tarbiyah dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Bengkulu. Pembimbing 1: Bapak. Dr. Suhirman, M.Pd, Pembimbing II: Adi

Saputra, S.Sos, M.Pd.

Kata kunci: Strategi Yayasan, Pengembangan Pondok, Era Digital 4.0

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi Pendidikan di

Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 Apa saja faktor

pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di pondok Pesantren Pancasila

Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 Metode dalam penelitian ini menggunakan

motode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi

observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah Editing,

Kategorisasi, dan Penafsiran data. Hasil penelitian ini adalah Strategi Pendidikan

di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 yaitu

Pertama, penguatan basis nilai dalam arti bahwa pondok pesantren Pancasila

Bengkulu harus tetap berpijak pada dasar dan tujuan asal pendidikan Islam.

Kedua, mempersiapkan sumber daya yang mumpuni wajib dilakukan oleh

Pesantren Pancasila Bengkulu. Kompetensi tersebut adalah kemampuan berpikir

kritis, inovatif, kreatif serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu

berkolaborasi dan memiliki kepercayaan diri. Ketiga, peningkatan infrastruktur

(sarana) yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Keempat, pengembangan

kurikulum pesantren yang tepat guna, berkesusaian dengan perkembangan zaman.

Adapun faktor pendukung dalam berkembangnya Pondok Pesantren antara lain

sebagai berikut: Faktor Internal, Kinerja pengurus dan tenaga pendidik yang baik,

Keunggulan Kurikulum, Biaya pendidikan terjangkau. Sedangkan Faktor

Eksternal adanya dukungan dari para Wali Santri dan Sebagian Masyarakat, Letak

Geografis yang Startegis. Sedangkan faktor penghambat pondok pesantren

pancasila ada dua yaitu Faktor Internal, Kurangnya Lahan Untuk Perluasan

Yayasan Semarak Bengkulu dan Kurangnya Tenaga Pengajar. Sedangkan faktor

eksternalnya Kurangnya Dukungan dari Masyarakat sekitar dan Kompetisi antar

Lembaga Pendidikan.

Page 10: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

x

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

Skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga Alah SWT, selalu mencurahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menegakan kebenaran

di muka bumi ini.

Skripsi berjudul : “Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam

Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Di Era Digital 4.0.” Skripsi ini

dibuat bertujuan guna memperoleh Gelar Sarjana Strata satu Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri IAIN Bengkulu. Untuk itu

izinkanlah peneliti menghaturkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :

1. Bapak. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag., MH, selaku Rektor Institut Agama

Islam Negeri IAIN Bengkulu yang telah memberikan berbagai fasilitas dalam

menuntut ilmu pengetahuan di IAIN Bengkulu.

2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.

Yang telah banyak memberikan bantuan dalam perkuliahan mahasiswa.

3. Bapak Dr. Suhirman, M.Pd selaku Pembimbing I skripsi program studi PAI,

yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing penulis.

4. Bapak Adi Saputra, S.Sos, M.Pd selaku kepala Prodi PAI dan Pembimbing II

skripsi program studi PAI, yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing

penulis.

Page 11: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

xi

5. Segenap staf perpustakaan dan karyawan IAIN Bengkulu yang telah

menyediakan fasilitas sehingga membantu penulis menyelesaikan proposal

skripsi.

6. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam

Negeri IAIN Bengkulu yang telah banyak memberikan bantuan dalam

penyusunan skripsi.

7. Bangsa, Negara dan Agama yang tercinta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karana

itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya bermanfaat

bagi kita semua terutama dapat memberikan kontribusi yang positif dalam

mengajar siswa. Aamiin.

Bengkulu, 24 Agustus 2020

Penulis

Raicita Denara

NIM. 161 121 0120

Page 12: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii

PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7

C. Batasan Masalah .................................................................................. 7

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 8

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8

F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Hakekat Strategi Pembelajaran ............................................................ 10

1. Pengertian Strategi Pembelajaran .................................................... 10

2. Pengertian Pondok Pesantren .......................................................... 11

3. Tujuan Pondok Pesantren ................................................................ 12

4. Karakteristik Pokok Pesantren......................................................... 14

5. Fungsi Pokok Pesantren .................................................................. 17

B. Pondok Pesantren Era Digital 4.0 ........................................................ 20

1. Karakteristik Sang Calon Santri dari Generasi Alfa ........................ 22

2. Tantangan dan Peluang Pesantren Dalam Pendidikan

di Era Digital 4.0 ............................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34

C. Data dan Sumber Data .......................................................................... 35

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 36

E. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 39

F. Uji Kredibilitas ..................................................................................... 40

G. Teknik Analisa Data ............................................................................. 43

Page 13: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah ................................................................................ 46

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu ........ 46

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu ............ 47

3. Sistem Pendidikan ........................................................................... 49

4. Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu .......... 51

B. Hasil Penelitian .................................................................................... 53

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu

di Era Revolusi Industri 4.0 ............................................................. 54

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksaaan teknologi

di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi

Industri 4.0 ...................................................................................... 64

C. Pembahasan .......................................................................................... 69

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu

Bengkulu Relevan dengan Era Revolusi Industri 4.0 ..................... 69

2. Faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan teknologi

di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi

Industri 4.0 ...................................................................................... 76

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 84

B. Saran-Saran ................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tantangan Industri 4.0 .................................................................. 29

Tabel 1.2 Jumlah Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu .................. 50

Tabel 1.3 Organisasi kelembagaan yang ada di pondok pesantren

pancasila Bengkulu ...................................................................... 52

Tabel 1.4 Jumlah Dewan Guru ...................................................................... 52

Page 15: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Uji Kredibilitas Dalam Penelitian Kualitatif ............................ 41

Page 16: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Foto Wawancara

Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi

Lampiran 4 Instrumen Penelitian

Lampiran 5 Berita Acara Penelitian

Lampiran 6 Surat Pemberitahuan Kelulusan

Lampiran 7 Surat Mohon Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Prodi

Lampiran 10 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian

Page 17: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi, pondok pesantren dihadapkan pada beberapa

perubahan sosial budaya yang tidak terelakkan, pondok pesantren tidak dapat

melepaskan diri dari perubahan-perubahan. Kemajuan teknologi informasi dapat

menembus benteng budaya pondok pesantren. Dinamika sosial ekonomi telah

mengharuskan pondok pesantren untuk tampil dalam persaingan dunia pasar

bebas (free market), belum lagi sejumlah perkembangan lain yang terbungkus

dalam dinamika masyarakat yang juga berujung pada pertanyaan tentang

resistensi (ketahanan), responsibilitas (tanggung jawab), kapabilitas

(kemampuan), dan kecanggihan pondok pesantren dalam tuntutan perubahan

besar. Usaha mencari alternatif jawaban itu relatif akan ditemukan bila. diketahui

dan dipahami secara persis antropologi internal dan eksternal pondok pesantren.

Upaya ini meniscayakan penelanjangan yang jujur dan rela melepaskan diri dari

segala asumsi negatif dan sikap apriori terhadap pondok pesantren.1

Pesantren, dengan teologi yang dianutnya hingga kini, ditantang untuk

menyikapi globalisasi secara kritis dan bijak. Pesantren harus mampu mencari

solusi yang benar-benar mencerahkan, sehingga pada pada suatu sisi, dapat

menumbuh kembangkan kaum santri untuk memiliki wawasan yang luas, yang

tidak gamang menghadapi modernitas, dan sekaligus tidak kehilangan identitas

1Abdul Kholiq Syafa‟at, Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Era

Globalisasi Di Kabupaten Banyuwangi, (Surabaya, Juni 2014), INFERENSI, Jurnal

Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1, h. 246-247.

1

Page 18: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

55

dan jati dirinya, dan pada sisi lain, dapat mengantarkan masyarakatnya menjadi

komunitas yang menyadari tentang persoalan yang dihadapi dan mampu

mengatasi dengan penuh kemandirian dan peradaban.2

Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama yang memiliki tugas

pokok yaitu transmisi ilmu-ilmu dan pengetahuan Islam, pemeliharaan tradisi

Islam, dan reproduksi (calon-calon) ulama telah dihadapkan pada tantangan

perubahan zaman dan karakter generasi yang hidup pada masa sekarang. Kajian

ini bersifat deskriptif eksploratif yang menganalis tantangan pesantren dalam

aspek pendidikan dan dakwah di era revolusi industri keempat (RI 4.0) dan

kehadiran peserta didik dari generasi alfa dengan segala karakteristik mereka

sebagai penduduk asli digital.3

Keberadaan pondok pesantren dalam sejarahnya, selain menjadi pusat kajian

ilmu-ilmu agama Islam, juga menjadi pusat kajian dakwah dan benteng aqidah

umat, bahkan pernah membuktikan dirinya sebagai pelopor pergerakan

kemerdekaan, pengawal budaya bangsa, serta penggerak ekonomi kerakyatan.

Selain itu pendidikan pesantren selama ini juga terbukti berhasil dalam

mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi manusia Indonesia dengan

seimbang dan profesional, baik potensi fisik, akal maupun hati (qaib), sehingga

akan lebih mampu melahirkan manusia-manusia yang tinggi kualitas

2Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan,

Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1, h. 351. 3Juhasz, & Horvath-Csikos, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS :

Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2, h.94.

Page 19: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

56

ketaqwaannya, baik dalam segi pemahaman agamanya dan manusia yang banyak

memberikan kemanfaatan kepada manusia lainnya.4

Fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak lepas dari tujuan

berdirinya pesantren itu sendiri yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada awalnya pendidikan pesantren menggunakan sistem tradisonal, sistem ini

sangat sederhana contohnya seperti sorogan, watona dan bandongan lebih maju

lagi sistem pendidikan pesantren menggunakan sistem modern karena sistem yang

lama dianggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman maka perlu adanya

inovasi di samping sistem tradisional sebagai ciri khas pesantren.5

Dengan adanya pengetahuan modern, industri, hasil teknologi dan

kebudayaan yang dibawa orang asing akan sangat berpengaruh baik positif

maupun negatif terhadap kehidupan bagai badai yang tak dapat dihindari lagi. Hal

itu bukan suatu hal yang mustahil bakal terjadi. Perkembangan teknologi dan

informasi yang disertai dengan nilai-nilai budaya Barat pada akhirnya akan

mengikis nilai-nilai Islam yang sudah mengakar di masyarakat. Sebagaimana

pengalaman dampak globalisai. Sementara budaya negatif semakin dominan

dengan merajalelanya perjudian, minuman-keras (alkohol), dan prostitusi.6

Pesantren yang menjadi harapan masyarakat dan tempat menuntut ilmu bagi

masyarakat dengan harapan mampu menghadapi permasalahan yang ada, ternyata

4Hasjim Munif, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1, h. 352. 5RZ. Ricky Satria Wiranata, Tantangan, Prospek Dan Peran Pesantrendalam

Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019), Jurnal

Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1, h.80. 6Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruhan,

Maret 2018), Jurnal Ja‟far, h.351.

Page 20: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

57

pesantren itu sendiri juga menghadapi problem adapun permasalahan yang

dihadapi pondok pesantren yaitu:

1. Problem kurikulum karena kebanyakan pesantren terutama yang salaf

kurikulumnya masih tetap menggunakan kurikulum tradisional sehingga

lulusannya maksimal guru ngaji atau penceramah sebagian ada yang jadi petani

dan jadi pengangguran.

2. Manajemen dan perencanaannya, banyak pesantren yang tanpa menggunakan

manajemen dan perencanaan pokoknya yang penting jalan sehingga pesatren

ini tidak ada perkembangan dan kemajuan.

3. Keuangan. Keuangan pesantren dihasikan dari iuran santri sementra

kebanyakan santrinya dari ekonomi rendah dan iurannya disesuaikan dengan

kemampuan akibat untuk biaya operasionalnya sering kekurangan.

4. Kesiswaan karena kebanyakan santrinya berasal dari pelosok desa dan bermata

pencaharian pertanian, ketika musim panen tiba wali santri meminta ijin untuk

meliburkan anaknya agar dapat membantunya tapi seiring dengan

perkembangan wali santri sudah mulai menerima perubahan.

Menyadari kompleksitas masalah yang dihadapi mengharuskan pondok

pesantren untuk berbenah diri mencari alternatif solusinya mengadakan

pembaharuan serta pengembangan dalam semua aspek pendidikan, sebab kalau

tidak eksistensi pondok pesantren akan terisolasi dari dunia pendidikan.7

Sementara pembelajaran yang bersifat konvensional dan dogmatis telah

lama menghadirkan nuansa kegersangan dan kehampaan bagi mereka. Model

7Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi…, h.352.

Page 21: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

58

pendidikan yang tidak kreatif sama saja membelenggu diri mereka untuk lebih

berkembang. Padahal derasnya pengaruh teknologi dan internet, telah

memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kalangan kaum muda muslim

dalam menentukan peran mereka untuk merespons perubahan global. Sehingga

pendidikan Islam menyadari pentingnya melakukan perubahan untuk merespons

euphoria teknologi yang sangat digandrungi generasi muda millenial.

Pondok ini bernama Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu. Nama tersebut

diberikan oleh Presiden RI Bapak Soeharto pada saat peresmian Pondok Pesantren

pada tanggal 18 November 1974 yang diwakili oleh Menteri Agama RI Bapak

Prof. Dr. H. Mukti Ali, MA. Salah satu syarat mendirikan lembaga pendidikan

swasta saat itu adalah adanya yayasan yang menaunginya, maka Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu didirikan dibawah naungan Yayasan Semarak

Bengkulu. Modal awal pembangunan pondok ini berasal dari masyarakat

Kelurahan Jembatan Kecil yang ketika itu bernama Pasar Jembatan Kecil berupa

tanah wakaf seluas + 9 Ha (sekarang tinggal + 6 Ha) dan uang bantuan dari

Presiden RI Bapak Soeharto sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

yang diserahkan kepada Pemda Provinsi (Bapak Gubernur H. Ali Amin, SH )

pada waktu kunjungan beliau ke Bengkulu tahun 1972. Pada awal berdirinya

Pondok Pesantren Pancasila dipimpin oleh Kyai yang penuh kharismatik yaitu K.

H. Nawawi alumni Darul Ulum Mekkah sebagai direktur dan Buya Muh Rusli

Alumni MTI Syeikh Angku Lakung Sumatera Barat sebagai wakil direktur, telah

berhasil meletakkan pilar-pilar pondok yang mempunyai ke khasan sebagai

lembaga pendidikan pondok dengan menyelenggarakan madrasah diniyah dari

Page 22: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

59

kelas 1 sampai kela IV, kepemimpinan berikutnya berlanjut kepada Buya H. Muh

Rusli kemudian Prof. KH. Jama‟an Nur, Drs. H. M. Asy‟ari Husein dan sampai

saat ini di pimpin oleh KH. Ahmad Suhaimi, S.Ag.8

Untuk menghadapi kemajuan di era digital 4.0 Pondok Pesantren Pancasila

Bengkulu, kini memiliki asrama baru yang megah. Berdiri di lahan seluas 570

meter persegi. Asrama berlantai 2 ini semakin terlihat lebih modern, elegan, serta

kekinian. di Sekretariat Pondok Pesantren Pancasila menjelaskan:

“Asrama ini dibangun di lahan ukuran 15X38 meter. Dengan nilai bangunan

Rp 6 miliar bersumber dari bantuan Kementerian Pekerjaan Umum

Perumahan Rakyat (PUPR).”9

Bangunan itu dibagi untuk 8 kamar. Masing-masing kamar berukuran 7X10

meter. Asrama ini ditargetkan bisa menampung sekitar 180 santri. Asrama ini juga

dilengkapi dengan fasilitas aula. Jadi asrama ini bukan hanya sebatas untuk

tempat tidur saja, tetapi juga untuk kegiatan yang sifatnya dapat mengasah

keterampilan para santri. Selain bangunan asrama, Kementerian PUPR juga

menyediakan fasilitas furnitur bagi para santri. Kehadiran asrama baru ini,

semakin menambah fasilitas bagus di Pondok Pesantren Pancasila. Diharapkan

bisa memberikan dampak postif timbulnya keinginan masyarakat di Provinsi

Bengkulu, menitipkan anaknya dididik di Pondok Pesantren Pancasila. Sekolah

yang lebih mendalami tentang ilmu agama. Dikesempatan sama, Kepala Asrama

Putra, mengutarakan:

8Muhammad Alfian, MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASA H

DINIYAH PONDOK PESANTREN (Studi Multi Kasus P ada Pondok Pesantren Pancasila

dan Pondok Pesantren Al-Quraniyah di Bengkulu), (UIN Raden Fatah Palembang, 2017),

CONCIENCIA, Jurnal Pendidikan Islam, h. 45 9Jhon Indri, Sekretaris Pondok Pesantren Pancasila kepada BE saat diwawancarai,

Kamis, 9 Februari 2019.

Page 23: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

60

“Dengan adanya bantuan pembangunan asrama dari pemerintah kepada

Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu ini, bisa mengatasi masalah

pengadaan tempat tinggal para santri. Kemudian, bisa memberikan

kenyamanan bagi para santri dengan bangunan asrama yang lebih bagus.”10

Di era Industri 4.0 merupakan fenomena tersendiri dalam dunia pendidikan

sehingga menimbulkan hipotesis untuk diteliti bahwa cara yang ditempuh dalam

pondok pesantren dalam mempertahankan eksistensi layak untuk diteliti, untuk itu

penulis mengangkat judul: “Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam

Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Di Era Digital 4.0.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya Sarana prasarana yang memadai.

2. Metode dan media pengajaran yang di terapkan di pondok pesantren Pancasila

Bengkulu masih kurang maksimal seperti media infokus hanya tersedia

masing-masing satu untuk satu lembaga formal.

3. Visi dan misi sekolah pesantren Pancasila Bngkulu yang masih kurang

mengikuti kebutuhan perkembangan zaman modern.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas. Maka penulis berfokus pada

permasalahan:

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi

Industri 4.0.

10

Nunu Nurahman, Kepala Asrama Putra Pondok Pesantren Pancasila kepada BE saat

diwawancarai, Kamis, 9 Februari 2019.

Page 24: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

61

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren

Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas dapat diketahui rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era

Revolusi Industri 4.0?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian Untuk mengetahui:

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi

Industri 4.0.

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren

Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan tentang hal-hal yang berkenaan dengan hakikat pesantren sebagai

sistem pendidikan Islam.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para Kyai akan lebih memperhatikan anak didiknya dalam strategi

untuk memajukan pondok pesantren.

Page 25: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

62

b. Bagi peneliti, dapat memperluas ilmu pengetahuan serta lebih mendalami

lagi dibidang spesifikasi pendidikannya.,

G. Sistematika Penulisan

Agar penulis tidak keluar dari ruang lingkup dan pengaruh inti persoalan,

maka pembahasan ini di bagi menjadi beberapa BAB yang terdiri:

BAB I yang merupakan BAB Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang

Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan

Penelitian dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

Kemudian ada BAB II Berisikan tentang Landasan Teori, yang

berhubungan dengan Strategi Yayasan Dalam Pengembangan Pondok Pesantren

di Era Digital 4.0.

Pada BAB III Berisikan tentang metode penelitian dengan menguraikan

jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Fokus Penelitian. kemudian

dilanjutkan dengan mencari sumber data, Teknik Pengumpulan Data dan

keabsahan data.

Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi wilayah

penelitian, dan penyajian Data.

Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Penutup.

Page 26: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

63

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Strategi Pembelajaran

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Srategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan

seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat dalam berperang, seperti dalam

angkatan darat atau angkatan laut. Secara umum, strategi merupakan suatu

teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi adalah ilmu

dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk

melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Strategi

adalah seperangkat alat yang melibatkan individu secara langsung untuk

mengembangkan bahasa kedua atau bahasa asing. Strategi sering

dihubungkan dengan .11

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk

menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu,

yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan

pengalaman belajar kepada siswa.12

Strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,

melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran.

Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan

11

O‟Malley dan Chamot, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam

Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: 2018), Mudarrisa: PENA LITERASI: Jurnal PBSI

Volume1No. 2 Bulan Oktober, h. 109. 12

Gerlach & Ely, Strategi Pembelajaran, PEFI 4201/MODUL 1, h. 13.

10

Page 27: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

64

prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan

pembelajaran tertentu.13

Strategi belajar antara lain:14

1. Strategi Utama dan Strategi Pendukung.

Strategi utama dipakai secara langsung dalam mencerna materi

pembelajaran. Strategi pendukung dipakai untuk mengembangkan sikap

belajar dan membantu pembelajar dalam mengatasi masalah seperti

gangguan, kelelahan, frustasi, dan lain sebagainya.

2. Strategi Kognitif dan Strategi Metakognitif.

Strategi kognitif dipakai untuk mengelola materi pembelajaran agar

dapat diingat untuk jangka waktu yang lama. Strategi metakognitif

adalah langkah yang dipakai untuk mempertimbangkan proses kognitif,

seperti monitoring diri sendiri, dan penguatan diri sendiri.

3. Strategi Sintaksis dan Strategi Semantik.

Strategi sintaksis adalah kata fungsi, awalan, akhiran, dan

penggolongan kata. Strategi semantik adalah berhubungan dengan objek

nyata, situasi, dan kejadian.

2. Pengertian Pondok Pesantren

Kata pesantren bersinonim dengan kata surau (di Sumatera Barat) dan

dayah (di Aceh), kata pesantren atau pondok pesantren lebih umum dikenal

masyarakat Jawa dan Kalimantan. Pesantren didefinisikan sebagai lembaga

13

Dick & Carey, Strategi Pembelajaran, Modul 1, h. 13 14Huda, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah

Atas, (Jakarta: 2018), Mudarrisa: PENA LITERASI: Jurnal PBSI Volume1 No. 2, h. 109.

Page 28: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

65

pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda

dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi

pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan

lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang

umumnya menetap di pesantren. Tempat dimana para santri menetap, di

lingkungan pesantren, disebut dengan istilah pondok. Lembaga pendidikan

Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana sosok kyai sebagai figur

sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran

agama Islam dibawah bimbingan sang kyai yang diikuti para santri sebagai

kegiatan utamanya.15

Oleh karena itu, pesantren merepresentasikan pendidikan yang unik

yang mensintesakan dimensi sosial, budaya dan agama. Akar dan sintesis ini

kemudian mempengaruhi fungsi pesantren baik secara internal maupun

eksternal. Pesantren muncul sebagai sebuah komunitas. Kehidupan yang

memiliki kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif yang

menggunakan pendidikan alternatif yang menggabungkan pendidikan dan

pengajaran dengan pembangunan komunitas.

3. Tujuan Pondok Pesantren

Tujuan yang hendak dibidik dalam pendidikan Islam yang dewasa ini

dikenal ialah untuk membimbing, mengarahkan, dan mendidik seseorang

untuk memahami dan mempelajari ajaran agama Islam sehingga diharapkan

mereka memiliki kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan

15

Wiryosukarto & Efendi, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (Februari 2018), OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian

Islam Vol. 2, No. 2. h. 97.

Page 29: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

66

memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju kesuksesan

dunia dan akhirat. Orientasi eskatologis terlihat begitu dominan dalam

diskursus tujuan pendidikan Islam. Sehingga, pola pemahaman yang

diterima oleh pembelajar cenderung melingkupi pemahaman kognitif ansich

walaupun aspek keceradasan emosional sudah diperhatikan.16

Fungsi tujuan pendidikan mencakup tiga aspek yang semuanya masih

bersifat normatif. Pertama, memberikan arah bagi proses pendidikan.

Kedua, memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan, karena pada

dasarnya tujuan pendidikan merupakan nilai-nilai pendidikan yang ingin

dicapai dan diinternalisasi pada anak didik. Ketiga, tujuan pendidikan

merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan.17

Adapun tujuan dibentuknya pondok pesantren adalah:

a. Mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama dalam hal ini Allah

SWT berfirman:

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

16

Miftahur Rohman, Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai

Sosial Kultural (Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I,

h. 22. 17Yasin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural

(Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I, h. 24-25.

Page 30: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

67

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada

kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya

mereka itu dapat menjaga dirinya.18

4. Karakteristik Pondok Pesantren

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam berbeda dengan

pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun unsur

pendidikan yang dimilikinya. Perpaduan dari sistem pendidikannya, terlihat

dari proses belajar mengajarnya yang cenderung kesederhanaan dan

tradisional, sekalipun juga terdapat pesantren yang bersifat memadukannya

dengan sistem pendidikan Islam modern. Yang mencolok dari perbedaan itu

merupakan unsur-unsur dominan dalam keberadaan pondok pesantren.

Bahkan unsur-unsur dominan itu merupakan ciri-ciri (karakteristik) khusus

pondok pesantren.

Ada beberapa tanda yang secara jelas dimiliki pondok pesantren

sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial yang

memberikan dukungan dalam pengembangan masyarakat. Ada lima bagian

pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi: pondok, masjid,

pengajaran kitab-kitab kuno, santri dan kyai.

Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan

pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu

lembaga pengembangan masyarakat.19

18

Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, surat At-taubah ayat 122. H 253. 19

Moh Hsjim Munif, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 356.

Page 31: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

68

Oleh karena itu pondok pesantren sejak semula merupakan ajang

mempersiapkan kader masa depan.20

a. Masjid

Masjid adalah institusi yang inheren dengan masyarakat Islam.

Keberadaannya dapat menjadi ciri bahwa disitu tinggal komunitas

muslim. Masjid, pada umumnya terlepas dari keragaman bentuk dan

ukuran besar atau kecilnya menjadi kebutuhan yang mutlak bagi umat

Islam sebagai tempat untuk menemukan kembali suasana religius yang

menjadi simbol keterikatan warga muslim tersebut satu sama lainnya.21

Penamaan Masjid itu sendiri sebagai suatu institusi dalam pranata

religius Islam diambil dari bahsa aslinya (Arab) yaitu dari sajada-sujud

yang berarti patuh taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.

Dan Masjid dimaknai sebagai tempat bersujud. Pemaknaan ini sejalan

dengan fungsi utama Masjid sebagai tempat bersujud (yaitu dalam sholat)

yang dilakukan oleh umat Islam.22

Masjid pada dasarnya adalah tempat untuk beribadah kepada Allah

dan sebagai pusat kebudayaan Islam. Masjid dalam pengertian ini

mengandung dua fungsi pokok yaitu sebagai tempat ibadah kepada Allah

dan sebagai pusat kebudayaan Islam. Masjid merupakan tempat mereka

berkumpul dan menghadiri pengajian-pengajian keagamaan. Di sekitar

20

George R.Terry, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 358. 21

Shihab, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-

Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV Nomor 11, h. 601. 22

Al Faruqi, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-

Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV Nomor 11, h. 601.

Page 32: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

69

masjid ini pula madrasah-madrasah didirikan, dan buku-buku keagamaan

ditulis atau didatangkan dari negeri Arab dan Persia, dikirim ke

pesantren, disalin, disadur atau diterjemahkan agar dapat disebar luaskan

kepada masyarakat. Di sini pula dirancang strategi penyebaran agama

mengikuti jaringan-jaringan yang telah mereka bina sejak lama.23

b. Pondok

Pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu pondok dan

pesantren. Pondok berasal dari bahasa Arab Funduq yang berarti tempat

menginap, atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari bahasa Tamil,

dari kata santri, diimbuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti para

penuntut ilmu. Menurut istilah pondok pesantren adalah lembaga

pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,

menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan

pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.24

c. Kyai

Kyai adalah orang yang selama hidupnya dengan khusus

menjalankan ibadah semata-mata karena Allah. Kyai merupakan tokoh

sentral di pesantren. Maju dan mundurnya pesantren turut ditentukan

pula oleh wibawa dan karisma seorang kyai.25

23

Sumalyo, Masjid sebagai Pelestari Tradisi, (Semarang: Juli-Desember 2011), Jurnal

“Analisa” Volume XVIII, No. 02, h. 230. 24

Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia, (Padang

sidimpuan : 2013), Jurnal Darul „Ilmi Vol. 01, No. 02, h. 166. 25

Sokamto, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan Pesantren (Penelitian di

Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012), Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol.

06, No. 01, h. 23.

Page 33: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

70

Kata kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yaitu :

Pertama Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

keramat, seperti kyai garuda kencana dipakai untuk sebutan kereta emas

yang ada di keraton Yogyakarta. Kedua Gelar kehormatan bagi orang tua

umumnya. Ketiga Gelar kehormatan yang diberikan oleh masyarakat

kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki pesantren dan mengajar

kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya.26

d. Santri

Santri adalah para murid yang belajar pengetahuan keislaman dari

kyai. Ada juga yang mengartikan santri sebagai orang yang sedang dan

pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali

informasi-informasi ilmu agama dari seorang kyai (pengasuh) selama

berada di asrama atau di pondok. Terdapat dua jenis santri yang belajar di

pesantren di antaranya yaitu santri mukmin serta santri kalong. Santri

mukmin yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap

dalam kelompok pesantren.27

5. Fungsi Pondok Pesantren

Pondok pesantren memiliki bebagai fungsi yang unik misalkan di

jaman penjajahan sampai sekarang tetap eksis meskipun dengan bentuk

yang sangat sederhana. Oleh karena itu perkembangan masyarakat

26

Sokamto, Haidar Putra Daulay, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan

Pesantren (Penelitian di Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012), Jurnal

Pendidikan Universitas Garut Vol. 06, No. 01, h. 23. 27

Dhofier, Pola Komunikasi Santri terhadap Kiai: Studi atas Alumni Pondok Modern

dan Alumni Pondok Salaf, (IAIN Surakarta : Januari - Juni 2017), Academica-Vol. 1 No. 1,

h. 10.

Page 34: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

71

sekitarnya tentang pemahaman keagamaan (Islam) lebih jauh mengarah

pada nilai-nilai normatif, edukatif, progresif. Nilai-nilai normatif pada

dasarnya meliputi kemampuan masyarakat dalam mengerti dan mendalami

ajaran-ajaran Islam dalam arti ibadah sehingga masyarakat menyadari akan

pelaksanaan ajaran agama yang selama ini dipupuk.28

Nilai-nilai pendidikan meliputi pengetahuan dan pemahaman

masyarakat muslim secara menyeluruh dapat dikategorikan terbatas, baik

dalam masalah agama maupun ilmu pengetahuan pada umumnya.

Sedangkan nilai-nilai progresif yang dimaksud adalah adanya kemampuan

masyarakat dalam memahami perubahan zaman seiring dengan adanya

tingkat perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam hal ini masyarakat sangat

terbatas dalam masalah perubahan itu sehubungan dengan arus

perkembangan desa ke kota.

Oleh karena itu adanya perubahan di pesatren memang sesuai harapan

dan sesuai dengan tujuan pondok pesantren yang sedemikian rupa maka

pesantren memiliki fungsi sebagai berikut:29

a. Pesantren sebagai lembaga pendidikan

Berawal dari bentuk pengajaran yang sangat sederhana, pada

akhirnya pesantren berkembang menjadi lembaga pendidikan formal

yang diikuti oleh masyarakat, dalam pengertian materi pelajaran secara

material maupun imaterial, yakni mengajarkannya bacaan kita-kitab

28

Sukamto, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan,

Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 367. 29

Bahari Ghazli, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 368.

Page 35: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

72

kuning. Titik tekan pola pendidikan semacam itu adalah diharapkan

setiap santri mampu menghatamkan kitab-kitab kuning sesuai dengan

tingkat yang dihadapkan, sedangkan pendidikan dalam pengertian

immaterial cenderung berbentuk suatu upaya perubahan sikap santri, agar

santri menjadi seorang pribadi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman fungsi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan

terletak pada persiapan pesantren dalam menyiapkan diri ikut serta dalam

pembangunan di bidang pendidikan dengan jalan adanya perubahan

sistem pendidikan sesuai dengan arus perkembangan zaman dan erat

tekhnologi secara global Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah.30

Pengertian sebagai lembaga dakwah terus melihat kiprah pesantren

dalam melakukan dakwah di kalangan masyarakat dalam arti melakukan

suatu aktivitas menumbuhkan kesadaran beragama atau melaksanakan

ajaran-ajaran agama secara konsekuen sebagai pemeluk agama Islam.

Sebenarnya secara mendasar seluruh gerakan pondok pesantren baik di

dalam maupun di luar pondok pesantren merupakan langkah-langkah

dakwah, sebab pada hakekatnya berdrinya pondok pesantren tidak lepas

dari tujuan agama secara total.

b. Pondok pesantren sebagai lembaga sosial

Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga sosial menunjukkan

keterlibatan pesantren dalam menangani masalah-masalah sosial yang

dihadapi oleh masyarakat atau dapat juga dikatakan bahwa pesantren

30

Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan,

Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 364.

Page 36: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

73

bukan saja sebagai lembaga pendidikan dan dakwah tetapi lebih jauh dari

pada itu ada kiprah yang besar dari pesantren yang telah disajikan oleh

pesantren untuk masyarakatnya. Pengertian masalah-masalah sosial yang

dimaksud oleh pesantren pada dasarnya bukan saja terbatas pada aspek

duniawi melainkan tercakup didalamnya masalah-masalah kehidupan

ukhrawi.31

B. Pondok Pesantren Era Digital 4.0

Di Abad ke-21 ini, bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba-lomba

mengembangkan berbagai teknologi strategis. Dampak pengembangan

teknologi ini menyebabkan kompetisi perekonomian di satu sisi menjadi

semakin tajam dan di sisi lain semakin meluas. Keadaan tersebut sebagai akibat

dari cepatnya perkembangan teknologi informasi dan transportasi yang

menyebabkan makin mudahnya bagi negara-negara untuk mengakses informasi

bisnis, industri dan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin canggih

dan arus modal yang semakin cepat berputar dan meluas memungkinkan

banyak orang memiliki, membeli dan menggunakannya, walaupun masih

belum mampu menguasai atau mengembangkan sendiri teknologi tersebut.

Kesempatan memanfaatkan dan menguasai teknologi dan bisnis juga bisa

diraih oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak dasawarsa

1980-an, kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri yang begitu pesat di

31

Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi…, h. 364.

Page 37: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

74

berbagai bidang telah berdampak dan secara dramatis mengubah pengertian

konseptual kita tentang jarak, waktu, budaya, gaya hidup dan perilaku.32

Dalam menghadapi era globalisasi dan informasi yang begitu cepat,

pesantren sebagai institusi pendidikan, keagamaan, dan sosial diharapkan

melakukan kebijakan strategis dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan

adaptif terhadap kebutuhan masyarakat Millennial terutama aspek pendidikan

dan pemberdayaan masyarakat yang lebih accessible dan kontekstual tanpa

harus mengorbankan watak aslinya sebagai penjaga tradisi dan budaya

pendidikan Islam yang khas Indonesia.33

Pendidikan 4.0 adalah respons terhadap kebutuhan revolusi industri 4.0

di mana manusia dan teknologi diselaraskan untuk menciptakan peluang-

peluang baru dengan kreatif dan inovatif. menjelaskan “that the new vision of

learning promotes learners to learn not only skills and knowledge that are

needed but also to identify the source to learn these skills and knowledge.”34

Ada sembilan tren atau kecenderungan terkait dengan pendidikan 4.0,

yakni sebagai berikut:35

Pertama, belajar pada waktu dan tempat yang berbeda. Siswa akan

memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar pada waktu dan tempat yang

berbeda. E-learning memfasilitasi kesempatan untuk pembelajaran jarak jauh

32

Pannen P, 2005, Perkembangan Pesantren Di Era Teknologi, (Tulungagung, 2013),

Vol. XXVIII No. 2, h. 116. 33

Tolbize , Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

IslamVol. 2, No.2, h. 98. 34

Delipiter Lase, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal

Sunderman, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx, h. 29. 35

Fisk, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal Sundermann,

pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx, h. 29.

Page 38: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

75

dan mandiri. Kedua, pembelajaran individual. Siswa akan belajar dengan

peralatan belajar yang adaptif dengan kemampuannya. Ini menunjukkan bahwa

siswa pada level yang lebih tinggi ditantang dengan tugas dan pertanyaan yang

lebih sulit ketika setelah melewati derajat kompetensi tertentu.

Aspek-aspek pendidikan di pesantren yang menjadi sorotan diantaranya

visi, misi tujuan, kurikulum, manajemen dan kepemimpinan pesantren yang

perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman era globalisasi. Oleh karena itu

kurikulum pesantren selain harus kontekstual dengan kebutuhan zaman juga

harus mampu merangsang daya intelektual kritis santri. Disisi lain tetap

mampu mempertahankan identitas dirinya sebagai penjaga tradisi keilmuan

klasik, tanpa harus larut sepenuhnya dengan modernisasi, serta mampu

mengambil sesuatu yang dipandang manfaat positif untuk perkembangan

pesantren.36

Gagasan modernisasi pesantren bertitik tolak dari modernisasi

pendidikan Islam yang mempunyai akar-akar dalam gagasan tentang

modernisasi pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan yaitu modernisasi

pemikiran dan kelembagaan Islam yang merupakan prasyarat bagi kebangkitan

kaum muslimin dimasa modern. Karena itu, pemikiran kelembagaan Islam

(termasuk pendidikan) harus dimodernisasi sesuai dengan kerangka

modernitas.37

36

Abdullah, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

IslamVol. 2, No.2, h. 99. 37

Solichin, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

IslamVol. 2, No.2, h. 104.

Page 39: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

76

1. Karakteritik sang calon santri dari generasi Alfa

Karakteritik sang calon santri dari generasi Alfa Kata generasi adalah

sekelompok orang yang dapat diidentifikasi berdasarkan tahun kelahiran,

usia, lokasi, dan peristiwa dalam kehidupan yang memberi pengaruh

signifikan terhadap tahapan perkembangan mereka. Anggota generasi saling

berbagi pengalaman yang mempengaruhi pikiran, nilai, perilaku, dan reaksi

mereka. Setiap Individu, tentu saja, membawa kepribadian mereka sendiri,

pengaruh, dan latar belakang tertentu dari ras, kelas sosial, jenis kelamin,

wilayah, keluarga, agama dan banyak lagi, tetapi beberapa generalisasi luas

dimungkinkan tentang karakteristik mereka yang lahir di sekitar tahun yang

sama.38

Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga

professional menurut ketentuan pasal 4 UU RI tentang guru dan dosen

adalah sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang berfungsi

meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran,

guru memiliki peran sentral dan cukup strategis antara lain sebagai

fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi

inspirasi belajar bagi peserta didik. Guru yang profesional pada intinya

adalah guru yang memiliki daya kreasi dan kompetensi dalam melakukan

tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi guru adalah seperangkat

38

Kunandar, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:

Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO. 2, h. 269.

Page 40: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

77

penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat

mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.39

Oleh sebab itu dalam berinteraksi melakukan kebiasaan, siswa tidak

dapat semaunya saja, tugas guru dalam kondisi ini adalah membelajarkan

dan mendidiknya. Tugas guru yang sesungguhnya bukanlah mengajarkan

ilmu atau kecakapan tertentu pada anak didiknya saja, akan tetapi juga

merealisir atau mencapai tujuan pendidikan khususnya tujuan pendidikan

Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan kepribadian

manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran,

perasaan, dan indra.40

Generasi Alfa atau disebut juga dengan Gen-A adalah penduduk bumi

yang terlahir di tahun 2010. Mereka adalah penerus dari generasi

sebelumnya yang dikenal dengan generasi Z. Generasi Alfa adalah anak-

anak yang lahir dari generasi Millennial, mereka tumbuh berinteraksi

dengan ragam teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan

robot yang layaknya manusia. Mereka akan bermain dengan mainan yang

terhubung yang akan merespon perintah dan juga mampu menunjukkan

kecerdasan emosional.41

Generasi Alfa akan menjadi generasi paling banyak di antara yang

pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alfa lahir setiap minggu. Membuat

39

Oemar Hamalik, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:

Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO.2, h. 269. 40

Ramayulis, Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK

Negeri 1 Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin,(Palembang: 2014), h. 36. 41

Williams, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

IslamVol. 2, No.2, h. 99.

Page 41: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

78

jumlahnya akan membengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025. Generasi

ini dianggap sebagai generasi milenium yang sesungguhnya, ia lahir dan

terbentuk sepenuhnya di abad 21, dan generasi pertama yang dalam jumlah

besar yang akan terlihat di abad ke-22. itulah mengapa dia menamainya

generasi Alfa. bukan kembali ke awal pasca munculnya Generasi X, Y, dan

Z, tetapi awal dari nomenklatur baru untuk generasi yang sepenuhnya baru,

di era Millennial baru ini. Istilah lain yang digunakan untuk

menggambarkan generasi ini adalah digital native. Julukan ini dimana siswa

masa sekarang sebagai Gen-N (Net/ jaringan Internet) atau Gen-D

(digital).42

Empat hal yang perlu disiapkan oleh guru sebelum siswa-siswa dari

generasi alfa memasuki ruang belajarnya:43

a. Fokus pada keterampilan, bukan isi materi (Focus on skills, not

content).

Bukan suatu berlebihan di era teknologi dengan akses informasi

yang terbuka saat ini bila kita nyatakan bahwa materi belajar dan

perangkat aksesnya sangat melimpah dan tersedia dimana saja dan kapan

saja. Ditopang pesatnya perkembangan perangkat teknologi dan

kecepatan internet yang dapat digunakan siswa untuk mengakses banyak

42

Mark Mc Crindle, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di

Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

IslamVol. 2, No.2, h. 100. 43

Zmuda, Alcock, & Fisher, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal

Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101.

Page 42: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

79

informasi termasuk materi-materi belajar. Karena itu, tugas guru harus

lebih memperhatikan keterampilan siswanya ketimbang pada isi materi.44

b. Memberikan pembelajaran dengan fleksibilitas dan tujuan yang

lebih besar (Provide learning with flexibility and a greater purpose)

Generasi Alfa akan tertarik pada keaslian dan menolak materi

pelajaran yang terpisah dengan konteks yang mereka alami. Mereka ingin

menciptakan produk bernilai yang memungkinkan mereka memadukan

materi yang mereka pelajari dengan pengalaman pengetahuan yang

mereka miliki dan menunjukkan apa yang mereka ketahui tersebut

dengan cara yang tidak tradisional. Guru perlu mempertimbangkan hasil

belajar yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan apa yang mereka

ketahui dan mampu lakukan dengan cara inovatif dan kreatif di berbagai

bidang materi dan berbagi kreasi tersebut dengan masyarakat virtual

(virtual community) baik lokal maupun global.45

c. Perencanaan untuk peningkatan kemampuan kolaboratif (Plan for

collaboration).

Dalam beberapa tahun terakhir, orientasi belajar mengarah pada

kemampuan berpikir kritis dan mengatasi masalah secara kreatif

(Learning innovationskills), khususnya melalui upaya kolaborasi dengan

siswa lain. Teknik ini akan terus berlanjut. Guru perlu memberikan

pengalaman kepada siswa berinteraksi secara digital atau interaksi virtual

44

Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan

di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah

Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101. 45

Gus Dur, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

IslamVol. 2, No.2, h. 101.

Page 43: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

80

(proses penyampaian dan penerimaan pesan menggunakan atau melalui/

ruang maya (cyberspace) yang bersifat interaktif), pembuatan prototipe,

permaianan edukatif virtual, memproduksi video, dan sebagainya.46

d. Mengembangkan soft skill (Cultivate soft skills).

Siswa generasi alfa membutuhkan pengalaman kelas dengan

menumbuhkan soft skill mereka, yaitu keterampilan non teknis yang

digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain (intrapersonal) dan

dirinya sendiri (interpersonal). Bagaimana berperilaku dengan orang

lain, pengaturan diri, dan penetapan tujuan hidup dan karir. Softskill

adalah keterampilan yang membutuhkan proses untuk dikembangkan.

Guru perlu melibatkan siswa dalamberbagai kesempatan untuk

membangun sumber daya manusia baik sebagai modal manusia (human

capital), modal sosial (social capital), dan modal putusan (decisional

capital).

2. Tantangan dan Peluang Pesantren Dalam Pendidikan Di Era Digital

4.0

Dampak Inovasi disrupsi bisa kita rasakan langsung dalam gaya hidup

dan bermasyarakat era revolusi digital, perkembangan sains dan teknologi.

Seperti kehadiran Internet of Things (IoT), big data, cloud data base,

blockchain, dan lain-lain telah mengubah pola kehidupan manusia.

Mobilitas semakin mudah dengan perkembangan sains dan teknologi. Akses

internet yang mudah mendorong pertumbuhan e-commerce yang melahirkan

46

Solichin, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian

IslamVol. 2, No.2, h. 101.

Page 44: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

81

transportasi online, niaga elektronik. Peralihan transaksi tunai ke e-cash

atau e-money perlahan mulai mengerus transaksi tunai di kehidupan era RI

4.0.47

Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di

semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia

fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan

interaksi manusia.48

Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas

manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari

pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidak

pastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki

kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat.

Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan

komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku

kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi,

hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola

menjadi peluang.

Tantangan industri 4.0 sebagai berikut:

a. Masalah keamanan teknologi informasi.

b. Keandalan dan stabilitas mesin produksi.

c. Kurangnya keterampilan yang memadai.

47

Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan

di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah

Kajian IslamVol. 2, No.2, h.102. 48

Tjandrawinata, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan

Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 6.

Page 45: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

82

d. Keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan, dan

e. Hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.49

Lebih spesifik, menjelaskan tantangan industri 4.0 sebagai berikut.50

Tabel 1.1

Tantangan Industri 4.0

Tantangan ekonomi 1. Globalisasi yang terus berlanjut:

a. Keterampilan antar budaya

b. Kemampuan berbahasa

c. Fleksibilitas waktu

d. Keterampilan jaringan

e. Pemahaman proses

2. Meningkatnya kebutuhan akan inovasi:

a. Pemikiran wirausaha

b. Kreativitas,

c. Pemecahan masalah

d. Bekerja di bawah tekanan

e. Pengetahuan mutakhir

f. Keterampilan teknis

g. Keterampilan penelitian

h. Pemahaman proses

3. Permintaan untuk orientasi layanan yang lebih

tinggi:

a. Pemecahan konflik

49Wolter, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan

Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 7. 50

Hecklau et al, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan

Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 7.

Page 46: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

83

b. Kemampuan komunikasi

c. Kemampuan berkompromi

d. Keterampilan berjejaring

4. Tumbuh kebutuhan untuk kerja sama dan

kolaboratif:

a. Mampu berkompromi dan kooperatif

b. Kemampuan bekerja dalam tim

c. Kemampuan komunikasi

d. Keterampilan berjejaring

Tantangan Sosial 1. Perubahan demografi dan nilai sosial:

a. Kemampuan mentransfer pengetahuan

b. Penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan

pekerjaan yang terkait (toleransi ambiguitas)

c. Fleksibilitas waktu dan tempat

d. Keterampilan memimpin

2. Peningkatan kerja virtual:

a. Fleksibilitas waktu dan tempat

b. Keterampilan teknologi

c. Keterampilan media

d. Pemahaman keamanan TI

3. Pertumbuhan kompleksitas proses:

a. Keterampilan teknis

b. Pemahaman proses

c. Motivasi belajar

d. Toleransi ambiguitas

e. Pengambilan keputusan

Page 47: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

84

f. Penyelesaian masalah

g. Keterampilan analisis

Tantangan Teknis 1. Perkembangan teknologi dan penggunaan data

eksponensial:

a. Keterampilan teknis

b. Kemampuan analisis

c. Efisiensi dalam bekerja dengan data

d. Keterampilan koding

e. Kemampuan memahami keamanan TI

f. Kepatuhan

2. Menumbuhkan kerja kolaboratif:

a. Mampu bekerja dalam tim

b. Kemampuan komunikasi virtual

c. Keterampilan media

d. Pemahaman keamanan TI

e. Kemampuan untuk bersikap kooperatif

Tantangan

Lingkungan

Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya:

a. Pola pikir berkelanjutan

b. Motivasi menjaga lingkungan

c. Kreativitas untuk mengembangkan solusi

keberlanjutan baru

Tantangan Politik

dan Aturan

1. Standarisasi:

a. Keterampilan teknis

b. Keterampilan koding

c. Pemahaman proses

2. Keamanan data dan privasi:

Page 48: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

85

a. Pemahaman keamanan teknologi informasi

b. Kepatuhan

a. Dakwah di era digital

Pada hakekatnya dakwah adalah segala upaya orang Islam yang

bersifat mengajak atau memotivasi umat manusia untuk menerima,

merealisasikan dan mengaktualisasikan ajaran Islam dalam setiap aspek

kehidupannya yang dilaksanakan secara teratur dan sungguh-sungguh

dengan menggunakan media dan metode tertentu. Dakwah yang

dimaksudkan adalah dakwah dalam dimensi kerisalahan dan dimensi

kerahmatan. Dakwah dalam dimensi kerisalahan ialah usaha seseorang

atau sekelompok muslim untuk meneruskan tugas Rasulullah SAW

menyampaikan dinul Islam kepada seluruh umat manusia agar mereka

lebih mengetahui, memahami, menghayati (mengimani) dan

mengamalkan ajaran Islam sebagai pandangan hidupnya.51

Dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan

yang demikian, maka dakwah sebenarnya mengarah pada perubahan

perilaku manusia pada tingkat individual maupun kelompok atau

masyarakat ke arah perilaku yang semakin Islami.

Metode dan strategi dengan cara yang bijaksana. Sebagaimana

firman Allah swt.

51

Abdul Karim Syeikh, Pola Dakwah Dalam Era Informasi, Jurnal Al-Bayan / VOL.

22, NO. 31, Januari-Juni 2015, h. 110.

Page 49: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

86

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.52

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan supaya dakwah di era

informasi tetap relevan, responsif, efektif dan produktif, yaitu:53

1. Jika selama ini makna da‟i dipahami dalam arti yang sangat sempit,

disamakan dengan muballigh, maka sekarang makna da‟i harus

diperluas.

2. Jika selama ini isi pesan (materi dakwah) agak terfokus pada

persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, kini

perlu diperluas mencakup segala aspek kehidupan umat manusia

sebagai realisasi dari ajaran Islam yang bersifat kaffah.

3. Di samping tidak mengenyampingkan penggunaan pendekatan

interpersonal, semua jenis media massa, seperti radio, video, audio

casset, televisi, surat kabar, internet dan lain-lain dapat digunakan

sebagai media dakwah.

52

Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, An-Nahl: 125. h. 364. 53

Abdul Karim Syeikh, Pola Dakwah Dalam Era Informasi…, h. 115-118.

Page 50: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

87

4. Lapangan dakwah sebagai tempat beradanya objek dakwah tidak

hanya dipusatkan di mesjid-mesjid, mushalla, dan balai-balai

pengajian, tetapi juga perlu diperluas kepada objek dakwah (warga

masyarakat) yang berada di tempat-tempat lain.

5. Evaluasi pelaksanaan dakwah sangat perlu diadakan oleh

penyelenggara dakwah untuk mengetahui umpan balik daripada objek

dakwah.

6. Pemahaman tentang paradigma dakwah sebagai suatu pemahaman

yang secara aktual terkait dengan kondisi masyarakat objek dakwah

perlu dipikirkan dan dipertimbangkan oleh penyelenggara dakwah.

7. Aktivitas dakwah harus dilakukan secara terus-menerus di setiap

waktu dan di semua tempat.

8. Orientasi dakwah harus mengacu pada kegiatan internalisasi,

sosialisasi dan pengaktualisasian ajaran Islam dengan menggunakan

pendekatan yang dapat menggugah aspek rasionalitas ranah kognitif

dan ranah afektif yang memungkinkan bertumbuhnya pemahaman

objek dakwah terhadap pesan yang telah diterimanya menjadi sikap

atau prilaku islami, yang selanjutnya tercermin dalam tingkah laku

dan perbuatannya sehari-hari.

Page 51: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

88

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan motode kualitatif, dengan pendekatan

deskriptif yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara

obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Kemudian lebih lanjut penelitian kualitatif berakar pada akar alamiah

sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat penelitian,

memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif,

mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar,

bersifat deskriptif.

Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode

deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan

masalah yang ada berdasarkan data-data, serta menyajikan data, menganalisis

dan menginterprestasi, serta bersifat koperatif dan korelatif.54

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini, mengambil tempat di Yayasan Semarak Kota Bengkulu.

Waktu penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu bulan 26 Juni 2020 s.d 6

54

Aan Prabowo Heriyanto, Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik ( E-Book ) oleh

pemustaka di perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Volume 2,

Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-9. Diakses pada hari senin, 1 Agustus 2019.

35

Page 52: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

89

Agustus 2020 dalam waktu 1 bulan dirasa cukup bagi peneliti untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan.

C. Data dan Sumber Data

Data penelitian adalah informasi yang terdapat pada segala sesuatu

apapun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian. Data penelitian dapat

digali dan dikumpulkan melalui berbagai sumber data, antara lain: dokumen,

narasumber (informant), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dan

benda.55

Berbagai sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga

sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk

mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara

langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data

primer antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi.56

Data ini berupa teks hasil pengamatan dan wawancara dengan

informan yang sedang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah Ketua

Yayasan Semarak Bengkulu, Pimpinan Pondok Pesantren Pancasila kota

55

Edi Subroto, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,

(Surakarta, 11 Juni 2014), h. 211. 56

Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Juni 2015), Literasi Media

Publishing, ISBN: 978-602-1018-18-7, Cetakan 1, h. 67.

Page 53: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

90

Bengkulu, Anak-anak yayasan dan Santri Pondok Pesantren Pancasila kota

Bengkulu.

b. Data Sekunder

Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat

diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.

Termasuk dalam kategori data dokumentasi.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data, dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non interaktif.

Teknik interaktif antara lain meliputi: wawancara mendalam (in depth

interviewing),dan observasi berperan (participant observation). Sementara itu,

teknik non interaktif meliputi: analisis dokumen (content analysis), dan

kuesioner terbuka (open ended questionnaire).57

Untuk memperolah data yang valid, dalam penelitian penulis

menggunakan beberapa metode yang diantaranya adalah sebagai berikut:58

1. Metode Observasi

Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang

hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi, dilanjutkan dengan

57LeComte, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,

(Surakarta, 11 Juni 2014), h. 213. 58

Aan Prabowo Heriyanto, Pemanfaatan Buku Elektronik ( E-Book ) oleh pemustaka di

perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Volume 2, Nomor 2,

Tahun 2013 Halaman 1-9. Diakses pada hari senin, 1 Agustus 2019.

Page 54: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

91

membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran

penelitian.59

Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan

menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non

participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan,

maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak

terstruktur. Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang

hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi, dilanjutkan dengan

membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran

penelitian.60

Adapun dalam penelitian ini yang menjadi objek pengamatan meliputi

tiga aspek yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang

ada di Yayasan Semarak Kota Bengkulu dalam Pengembangan Pondok

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.

2. Metode Wawancara

Teknik wawancara, merupakan teknik penggalian data melalui

percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau

lebih. Pewawancara (interviewer) adalah orang yang memberikan

pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai (interview) berperan

sebagai narasumber yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang

disampaikan. Wawancara dapat dilakukan untuk mengkonstruksi perihal

59

Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan

Keunggulannya, Penerbit PT Grasindo, Jalan Palmerah Selatan 22 - 28, Jakarta 10270, h.112. 60

Conny R. Semiawan, Metode Penelltlan Kualltatlf Jenis, Karakteristik, dan

Keunggulannya, (Penerbit PT Grasindo, Jakarta 10270), h.112.

Page 55: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

92

orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,

kepedulian, merekonstruksi kebulatan harapan pada masa yang akan datang,

memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi dari berbagai sumber,

dan mengubah atau memperluas konstruksi yang dikembangkan peneliti

sebagai triangulasi. Teknik wawancara dipilih peneliti untuk memperoleh

data yang lebih banyak, akurat dan mendalam.61

Wawancara ini merupakan teknik pengumpulan data yang esensial

dalam studi kasus. Wawancara mendalam merupakan wawancara yang

dilakukan dengan lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, dan tidak

dalam suasana formal. Wawancara ini dilakukan berulang pada informan

yang sama, dengan pertanyaan berbentuk open-ended, yaitu pertanyaan

tentang fakta dari peristiwa atau aktivitas, dan opini.62

Tujuan utama wawancara adalah untuk dapat menyajikan konstruksi

saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peritiwa,

aktivitas, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk

keterlibatan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam wawancara mendalam,

informant dapat mengemukakan pendapatnya, dan pendapat itu dapat

digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya63

Dalam wawancara terlebih dahulu perlu dipersiapkan pedoman

wawancara, sesuai dengan tujuan penelitian. Tanpa pedoman, wawancara

61

Lincoln dan Guba, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,

(Surakarta, 11 Juni 2014), h. 125. 62

Yin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, (Surakarta, 11

Juni 2014), h. 125. 63

Basrowi & Suwandi, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan

Bahasa, (Surakarta, 11 Juni 2014), h. 125.

Page 56: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

93

mendalam tidak akan terarah. Adapun yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:64

1) Kepala Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.

2) Wakil Kepala Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu

3) Direktur Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu.

4) Santri Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode penelitian dengan mencari

data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya.

Di bandingkan dengan metode lain, dokumentasi tidak begitu sulit, dalam

arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap atau belum

berubah.65

Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengumpulkan data yang

bersumber dari arsip yang terdapat di Yayasan Semarak Kota Bengkulu

dalam Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu yang

berkaitan dengan stretegi pengembangan Pondok Pesantren Pancasila dalam

menghadapi era digital 4.0.

E. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian sering ditekankan pada uji validitas

dan reabilitas. Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dapat dinyatakan

64

Sunyono, Teknik Wawancara (Interview) Dalam penelitian kualitatif, Program Studi

S3 Pendidikan Sains Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, (Surabaya: 2011),

h. 4. 65

Sugiono, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif, (Wacana Volume

XIII No.2, Juni 2014), h. 178.

Page 57: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

94

valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa

yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.66

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekkan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara, dan berbagai

waktu. Triangulasi di bagi menjadi 3, yaitu: Triangulasi Sumber. Triangulasi

sumber adalah pengujian untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan

cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi

Teknik, Triangulasi teknik adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji

kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang

sama dengan teknik dengan berbeda. Triangulasi Waktu, Waktu juga

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kredibilitas data. Data

yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid

sehingga lebih kredible.

Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber,

dalam hal ini peneliti mengecek kembali data-data yang telah diperoleh dari

beberapa sumber dan mengumpulkan sesuai yang dibutuhkan.

F. Uji Kredibilitas

Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data ditunjukan pada

gambar 2.1. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa uji kredibilitas data

atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan

dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,

66

Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 267

Page 58: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

95

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member

check.

Gambar 2.1

Uji Kredibilitas dalam Penelitian Kualitatif

a. Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Kepastian data dan urutan peristiwa akan

dapat direkam secara pasti dan sistematik. Meningkatkan ketekunan

diibaratkan kita sedang mengerjakan soal-soal ujian atau meneliti kembali

tulisan dalam makalah ada yang salah atau tidak. Meningkatkan ketekunan,

peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang ditemukan

itu salah atau tidak sehingga dapatmemberikan deskripsi data yang akurat

dan sistematis tentang apa yang diamati.67

67

Surya Dharma, Pengolahan Dan Analisis Data penelitian, Direktur Tenaga

Kependidikan Ditjen PMPTK..., h.21.

Peningkatan

Ketekunan

Trigulasi Member Check

Uji Kredibilitas

Data

Penggunaan

Bahan Referensi

Analisis Kasus

Negatif

Page 59: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

96

b. Triangulasi

Triangulasi dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai pengujian

keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber, berbagai metode, dan

berbagai waktu. Oleh karenanya terdapat teknik pengujian keabsahan data

melalui triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu.

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan

cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan teknik berbeda.

Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara kemudian dicek dengan

data hasil observasi, atau hasil analisis dokumen. Bila menghasilkan data

berbeda, peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang

bersangkutan untuk mendapatkan data yang dianggap benar. Atau mungkin

semuanya benar karena setiap sumber data memiliki sudut pandang yang

berbeda.68

Waktu pengambilan data seringkali mempengaruhi kredibilitas data.

Misalnya, data yang diperoleh melalui wawancara pada pagi hari, berbeda

dengan data yang diperoleh melalui wawancara pada siang hari atau sore

hari. Untuk itu, diperlukan pengujian pada waktu dan situasi yang berbeda.

Bila menghasilkan data berbeda pengambilan data perlu dilakukan berulang-

ulang sampai mendapatkan kepastian data.69

68

Mohammad Mulyadi, Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar

Menggabungkannya, Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni

2011), h.136 69

Olsen, Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi..., h. 78.

Page 60: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

97

c. Analisis Data Kasus Negatif

Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan

hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif

berarti peneliti mencari data yang bertentangan dengan data yang telah

ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan

hasil temuan maka hasil temuan tersebut sudah dapat dipercaya. Akan tetapi

bila masih terdapat data yang berbeda atau bertentangan dengan hasil

temuan terdapat kemungkinan peneliti harus merubah temuannya. Hal ini

tergantung pada seberapa besar kasus negatif yang muncul.

d. Member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti

kepada sumber datanya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian

data yang ditemukan dengan data yang diberikan oleh sumber data. Apabila

data yang ditemukan disepakati oleh sumber data maka data tersebut valid,

akan tetapi bila tidak disepakati perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan

sumber data. Member check dapat dilakukan setelah pengumpulan data

selesai, setelah mendapat temuan, atau setelah memperoleh kesimpulan.

G. Teknik Analisa Data

Setelah data dikumpul melalui metode di atas maka penulis mengolah

atau menganalisis data tersebut dengan menggunakan komponen analisis yaitu:

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.70

70

Marzuki. Metodologi Riset. (Yogyakarta: BPFE-UII, 2000), h. 87

Page 61: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

98

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,

semakin lama peneliti ke lapangan maka jumlah data akan semakin banyak

kompleks dan rumit, oleh karena itu perlu dilakukan analisis data melalui

reduksi data.71

Mereduksi data berarti merangkum, hal pokok memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dengan demikian data yang

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah

peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya

bila diperlukan. Proses transformasi data yang ada di lapangan dari

penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaykan data, Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat

dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya.

Melalui penyajian data tersebut maka terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami, penyajian data bisa

dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori dan

sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam

penelitian kualitatif adalah teks bersifat naratif.72

71

Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 247 72

Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 249

Page 62: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

99

Dari data yang ditemukan dapat dikatakan minimnya pemanfaatan

teknologi dapat dikatakan belum menyentuh kedalam substantifnya,

melainkan hanya sekedar sampai pada level pengenalan, konsumtif. Dalam

penelitian ini, peneliti memberikan pengertian dan pemahaman kepada para

pendidik terutama dikalangan santri tentang manfaat IT di era digital 4.0.

3. Penarikan kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.73

73

Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 252

Page 63: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

100

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Wilayah

1. Letak Geografis Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu

Pondok ini bernama Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu. nama

tersebut diberikan oleh presiden RI Bapak Soeharto pada saat persemian

pondok pesantren pancasila pada tanggal 18 November 1974 yang diwakili

oleh Menteri Agama RI Bapak prof. Dr. H. Mukti Ali, MA. Modal awal

pembangunan pondok ini berasal dari masyarakat kelurahan jembatan kecil

yang ketika itu bernama Jembatan Kecil berupa tanah wakaf seluas ± 9 Ha

(sekarang tinggal 6 Ha) dan uang bantuan dari presiden RI Bapak Soeharto

sebesar Rp. 50.000.000, yang diserakan pada pemda provinsi (Bapak

Gubernur H. Ali Amin, SH) pada tahun 1972. Pondok Pesantren Pancassila

Bengkulu yang luasnya 6 Ha ini terletak ditempat yang strategis, karena

perkembangan kota Bengkulu, sejak berdirinya beralamat di Jl. Rinjani

kelurhan Jembatan Kecil Kecamatan Gading Cempaka kota Bengukulu,

kemudian karena pemekaran kecaatan dalam kota Bengkulu sekarang

berada dalam wilayah kecamatan Singaran Pati kota Bengkulu dengan

nomor telpon 073620262.74

Sejarah berdirinya pondok ini tergolong unik tidak seperti pondok lain

(terutama pondok salfiah), yang dimulai dari seorang figur yang mempunyai

74

Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.

47

Page 64: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

101

kharisma tinggi. Akan tetapi pondok ini berdiri dilatar belakangi oleh parah

sepuh/kyai dan masyarakat Bengkulu untuk memeiliki sebuah lembaga

islam yang bertujuan mencetak kader-kader muslim, berilmu pengetahuan

dan memepunyai ketrampilan dalam berbagai bidang kehidupan, sebagai

peran serta nyata dalam mensuskseskan pembangunan nasional dalam

bidang pendidikan. Pada awal berdirinya pondok pesantren pancasila di

pimpin oleh kyai yang penuh kharismatik yaitu KH Nawawi Alumni Darul

Ulum Mekah, telah berhasil meletakan pilar-pilar pondok yang mempunyai

kekhasan sebaggai lembaga pendidik pondok. Kepemimpinan KH Nawawi

dilanjutkan oleh Buyah H. Muh Rusli alumni pondok pesantren krakyak

Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan oleh Prof. Dr. KH Djaman Nur dengan

wakil Buyah H. Muh Rusli seiring dengan perjalanan waktu Buyah H. Muh

Rusli pensiun maka pondok tettap dipimpin oleh Prof. Dr. KH Djaman Nur

dengan Wakil ust. H. Yakin Sabri. Hs kemudian dilanjutkan oleh Drs. H. M.

Asyahri Husien dengan ust. Rozian Kameli, MA. Oleh karena ust. Rozian

Karnedi, MA diangkat menjadi dosen tetap STAIN Bengkulu, maka pondok

teap dipimpin oleh Drs. H. M. Asyahri Husien dengan wakil ust. Rahman

Umar, M.Pd.I setelah 2 tahun menjabat wakil direktur ust. Rahman Umar

M.Pd.I diangkat menjadi PNS di kabupaten Muko-muko, selanjutnya wakil

direktur dijabat oleh ust. Syamsul Komar sampai tahun 2014. Setelah Drs.

H. M. Asy‟ari Husein habis masa jabatannya, maka diangkatlah KH. Ahmad

Page 65: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

102

Suhaimi, S.Ag seorang mantan qori‟ Nasional sebagai direktur setelah

pensiun sebagai Guru PNS di MAN Model Bengkulu. 75

Pada periode kepemimpinan KH. Ahmad Suhaimi, S.Ag ini

dimulailah kebangkitan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu dari tidur

panjangnya. Kebangkitannya dimulai dengan pembenahan di asrama dan

sekolah/madrasah dan menerapkan program-program yang diyakini bisa

membawa pondok pesantren pancasila pada puncak kejayaan seperti tahfizul

quran, berbahasa arab dan inggris secara aktif serta membangkitkan kembali

seni-seni budaya Islami. Dimunculkan juga program-program asrama yang

akan membentuk mental dan spiritual santri dengan mental pesantren dan

menjadikan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu sebagai kota santri serta

menggiatkan kembali baca kitab-kitab kuning salafiah, seperti : kitan

Nahwu, sorof, Tafsir, Hadist, Akhlak dan kitab-kitab salaf lainnya.76

2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila

a. Visi

Menjadi pusat pembinaan akidah, ibadah dan akhlaqul karimah dan

Terwujudnya Madrasah/Sekolah yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK.

b. Misi

Mencerdaskan putra putri muslim melalui Tafakuh Fiddin (pendalaman

ilmu keagamaan).

75

Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020. 76

Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.

Page 66: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

103

3. Sistem Pendidikan

1) Sekolah / Madrasah Pancasila

Sistem dan tipe pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila

Bengkulu bertipe kombinasi Khollaf dan salaf dengan sistem

menerapkan kurikulum Nasional Kementerian Agama untuk MTs

Pancasil dan MA Pancasila serta Nasional Kementerian Pendidikan

untuk SMP. BP pancasila dan SMA pancasila.

a. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pancasila, terakreditasi “B”.

MTs Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat menengah

dengan memakai kurikulum Nasional Kementerian agama yang

dipadukan dengan kurikulum Pondok Pesantren dengan Model

Salafiah.

b. Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pesantren (SMP.BP) Pancasila

terakreditasi “B”.

SMP.BP Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat

menengah dengan memakai kurikulum Nasional Kementerian

Pendidikan Nasional yang dipadukan dengan kurikulum Pondok

Pesantren dengan model Salafiah.

c. Madrasah Aliyah (MA) Pancasila terakreditasi “B”.

MA Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat atas

dengan memakai kurikulum Nasional Kementerian agama yang

dipadukan dengan kurikulum Pondok Pesantren dengan Model

Salafiah.

Page 67: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

104

2) Sekolah Menengah Atas (SMA) Pancasila, terakreditasi

SMA Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat atas dengan

memakai kurikulum Nasional Kementerian Pendidikan Nasional yang

dipadukan dengan kurikulum Pondok Pesantren dengan model Salafiah.

Asrama Sistem pendidikan di asrama, baik di asrama putra maupun

asrama putri lebih ditekankan kepada pembinaan mental, spiritual

karakter para santri agar berakhlakul karimah.Selain penerapan

pendidikan Nasional di sekolah/madrasah, para santri diajarkan untuk

menghafalkan al-quran dan kitab kuning seperti, nahwu, sorof, Kitab-

kitab Hadits, fiqh dan akhlak dengan model salafiah.

Tabel 1. 2

Jumlah Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu

NO Tahun

Pelajaran

Jumlah

MTs SMP.BP MA SMA JML

1 2003/2004 162 103 89 94 448

2 2004/2005 147 85 67 124 404

3 2005/2006 105 94 73 114 386

4 2006/2007 109 88 77 115 389

5 2007/2008 105 84 73 89 351

6 2008/2009 121 70 68 83 342

7 2009/2010 121 75 71 81 348

8 2010/2011 137 71 73 95 376

9 2011/2012 157 78 92 106 433

10 2012/2013 85 180 109 129 503

11 2013/2014 99 181 101 131 512

12 2014/2015 96 184 74 126 480

13 2015/2016 147 67 61 121 396

14 2016/2017 136 58 43 123 360

15 2017/2018 124 47 46 125 342

16 2018/2019 126 44 40 13 345

17 2019/2020 144 47 54 116 361

Sumber: Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.

Page 68: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

105

4. Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu

Pada awalnya berdiri pondok hanya memiliki satu sekolah (madrasah)

dan kelas I sampai IV, belum dikelompokan menjadi dua jejnjang

pendidikan. Baru 1977 dibentukla dua jenjang pendidikan yaitu Madarash

Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Kemudian pada tahun 1987

didirikan SMP dan SMA pondok pesantren pancasila. Tujuan agar

pendidikan yang didirikan lebih terarah dan lebih menguasai bidang

keilmuan masin-masing sesuai dengan jenjang pendidikan.77

Sejak berdirinya pondok ini secara perlahan tapi pasti terus berusaha

mengembangkan dirirnya, baik fisik maupun non fisik sampai saat ini

memiliki santri ± 480 orang santri putra dan puteri, namun demikian

kmajuan diikuti di bidang kuantitas ini belum sepenuhnya diikuti oleh

perkembangan fisik/bangunan pondok. Seiring dengan kemajuan zaman

alhamdulilah saat ini pondok telah dapat membangun sarana dan pra-sarana

pendidikan baik baik gedung sekolah/ madrasah semuanya telah bersifat

permanen, assrama juga permanen tinggal yang menjadi PR bagi pengelolah

pondok adalah perumahan guru dan karyawan yang bersifat semi permanen.

Selain itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di pondok ini telah

dilengkapi beberapa laboratrium seperti lab komputer, bahasa, biologi,

kimia, dan fisika yang telah dilengkapi dengan alat-alat teknologi sebagai

penunjang pendidikan. Dan pada tiap-tiap seekolah/ madrassah elah

memilki perpustakan masing-masing disamping perpustakan pondok

77

Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.

Page 69: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

106

sebagai wadah untuk mengembangkan wawasan santri tidak hanya dalam

bidang agama, tapi juga ilmu pengetahuann umum dan teknologi, yang

buku-bukunya diperoleh dari bantuan Diknas dan Depak serta wakaf dari

masyarakat yang peduli pendidikan.78

Pada tahun 2001-2003 pihak Diknas RI jakarta dengan dan Loan IDB

Jeddah, telah memberi bantuan sarana gedung Pada tahun 2001-2003 pihak

Diknas RI jakarta dengan dan Loan IDB Jeddah, telah memberi bantuan

ssarana gedung dan alat laboratriumn komputer, bahsa, biologi, kimi, fisika

dan alat perpustakaan yang moderen yang kesemuanya menambah

kemampuan bagi pondok pesantren pancasila untuk mengmbangkan dir dan

meningkatkan ilmu.79

Tabel 1. 3

Organisasi kelembagaan yang ada di pondok pesantren pancasila Bengkulu

No Nama Jabatan Status

1 K.H. Ahmad Suhaimi S.Ag Direktur PNS

2 KHALIDI, S.Pd.I Wakil Direktur PNS

3 Ust. Syamsul Komar Lurah Pondok PNS

4 Riki Jon Indri, S.H.I Ka. T.U Pondok PNS

5 Wahyudin, S. Pd.I Ka. Asrama Putra PNS

6 HJ. Nurhamna Ka. Asrama Putri PNS

7 Eki Andriani, A.Md Kabag Keuangan/Bendahara PNS

8 M. Yusub Mustakim Staf Administrasi PNS

Sumber: Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.

Tabel 1.4

Jumlah Dewan Guru

No

Tahun Pelajaran Jumlah

GTT PNS JML

1 2010/2011 63 orang 22 orang 85

2 2011/2012 64 orang 22 orang 86

3 2012/2013 44 orang 22 orang 66

78

Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020. 79

Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.

Page 70: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

107

4 2013/2014 45 orang 25 orang 70

5 2014/2015 68 orang 28 orang 96

6 2015/2016 68 orang 28 orang 96

7 2016/2017 68 orang 28 orang 96

8 2017/2018 57 orang 20 orang 77

9 2018/2019 60 orang 25 orang 85

10 2019/2020 58 orang 9 orang 67

Sumber: Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.

Pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah kepada guru

Pendidikan Agama Islam dalam bentuk pembinaan yang dilakukan kepala

sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI. Dimana bentuk

pelaksanaan Remedial Teching itu dilakuk ada pembinaan secara langsung

yang meliputi kepala sekolah meperhatikan guru Pendidikan Agama Islam

mengajar, melakukan kunjungan kelas dan menggantikan guru Pendidikan

Agama Islam yang kurang maksimal dalam mengajar. Pembinaan secara

tidak langsung yang meliputi kegiatan keIslamian di sekolah.

B. Hasil Penelitian

Pengajaran ilmu-ilmu keislaman di pesantren, pada umumnya

dilaksanakan melalui pengajian kitab-kitab Islam klasik. Namun pada sebagian

pesantren, khususnya pesantren shalafiyyah, pengajaran ilmu-ilmu keislaman

meskipun ada yang menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab namun tidak

tergolong ke dalam kitab-kitab klasik. Kitab-kitab Islam klasik yang lebih

populer dengan sebutan kitab kuning, ditulis oleh para ulama Islam zaman

pertengahan. Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari

kemampuannya membaca dan mensyarahkan (menjelaskan) isi kandungan

kitab-kitab tersebut. Agar bisa membaca dan memahami sebuah kitab, seorang

Page 71: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

108

santri dituntut terlebih dahulu memahami dan menguasai ilmu-ilmu alat/bantu

seperti: nahwu, sharaf, balaghah, ma’ani, dan bayan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui observasi, wawancara, yang

dilakukan peneliti kepada Ketua Yayasan, Pimpinan Pondok, dan Santri serta

dokumentasi sebagai pelengkap penyajian hasil skripsi ini maka dapat

diketahui sebagai berikut:

3. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era

Revolusi Industri 4.0

Yang pertama peneliti melakukan wawancara berkenaan dengan

sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu. Dari hasil wawancara

peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok yaitu sebagai berikut:

“Ada dua sistem pendidikan yang digunakan yaitu yang dilakukan di

sekolah dan diteruskan di asramah seperti dengan cara muhadarah,

pengajian dan mufradat”. 80

Hal yang sama disampaikan Direktur Pondok Pesantren sebagai

berikut.

“Di pesantren ini menyelenggarakan dua sistem pendidikan yaitu

pendidikan formal dan non formal, dimana pendidikan formal dimulai

pada pukul 07.15 WIB selsai pukul 13.30 WIB dan pendidikan non

formal dimulai pukul 14.00 WIB sampai pada malam hari”.81

Dan berdasarkan hasil dari pengamatan penulis melalui observasi dan

dari wawancara terkait lainya bahwa pondok pesantren pancasila kota

Bengkulu melakukan strategi pendidikan yang terbagi menjadi dua yaitu

mereka menerapkan pendidikan formal (madrasah/ sekolah) dan pendidikan

80

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 27 Juni 2020 di ruang kerja). 81

Ahmad Suhaimi, Direktur Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 27 Juni 2020 di ruang kerja).

Page 72: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

109

pondok yang diatur langsung dengan yayasan pondok itu sendiri. Dari

beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa di pondok pesantren

pancasila Kota Bengkulu tahun 2020 menerapkan strategi pendidikan

Madrasah/ sekolah umum pada Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah

Atas (SMA) dan sistem pendidikan kepondokan sperti mempelajari kitab-

kitab kuning, menghafal ayat-ayat, dan lain sebagainya.82

Peneliti kembali melakukan wawancara berkenaan dengan sistem

pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu masih relevan di Era

modern. Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok

yaitu sebagai berikut:

“Ada dua strategi pendidikan yang digunakan yaitu yang dilakukan di

sekolah dan diteruskan di asramah seperti dengan cara muhadarah,

pengajian dan mufradat”.83

Hal yang sama disampaikan Wakil Ketua Bidang Kepegawaian

sebagai berikut:

“Bahwa strategi pendidikan yang digunkan di pondok pesantren

pancasila bengkulu ini adalah masih sangat relevan sekali ya karena

kita menggunakan kurikulum DIKNAS yaitu dilakukan oleh SMP dan

SMA dan kurikulum dari kementerian agama yaitu yang dilakukan

oleh MTs dan MA yang mana jam belajarnya dimulai dari pukul

07.15-13.30 dan ditambah dengan kurikulum yang disusun sendiri

oleh pondok, dimana dilakukan mualai pada pukul 14.00 sampai

dengan malam hari yaitu seperti pengajian pada malam juma‟at,

Muhadarah pada malam sabtu, dan Mufradhat pada mlam minggu.

Dan pada hari libur pun sebenarnya tidak libur massih ada

kegiatankegiatan lainya, seperti kebersihan pondok pada pagi hari dan

siangnya mereka kembali beraktifitas seperti biasanya mengikuti

ekstrakulikuler masing-masing. Dan menuntut supayah lulusan

82

Hasil Observasi Rabu, 27 Juni 2020. 83

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 27 Juni 2020 di ruang kerja).

Page 73: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

110

pesantren ini ada nilai lebihnya daripada sekolah-sekolah lainnya,

kami selaku para pemimpin dan pengurus pondok pesantren pancasila

akan selalu berbenah diri dan akan selalu mengupayakan yang terbaik

untuk pesantren pancasila ini kedepannya”. 84

Dan berdasarkan hasil dari penulis amati selama penelitian bahwa

pondok pesantren pancasila kota Bengkulu melaksanakan dua strategi

pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal. Dari beberapa pendapat

dari informan di atas dan hasil pengamatan yang dilkukan oleh penulis,

maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan di pondok pesantren

pancasila Kota Bengkulu masih sangat relevan dengan era moderen

sekarang ini karena para santri belajar di sekolah/ madrasah dimulai dari

pukul 07.15-13.30 dan setelah itu dilanjutkan dengan program kepondokan

sampai malam hari seperti belajar kitab-kitab kuning dan pengajian serta

mengikuti ekstrakulikuler dan lain sebagainya.85

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Bpk. Sekretaris

Yayasan Semarak Bengkulu masih berkenaan dengan apakah teknologi di

perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, dari hasil

wawancara yaitu sebagai berikut:

“Saya sependapat apa yang dikatakan oleh bapak Ketua Yayasan di

atas, bahwa Pada era jaman sekarang teknologi itu sudah merambah

kedunia umum di dunia pendidikan. Jadi, dengan adanya perubahan

dan perkembangan revolusi industri 4.0 sangat dinamis. Sehingga

seorang santri yang sejatinya adalah seorang terpelajar, dituntut agar

dapat membaca situasi yang sedang terjadi untuk meraih peluang di

masa kemajuan zaman. Santri tidak boleh tertinggal dalam arus

perkembangan zaman. Walaupun notabenenya tinggal di pesantrean

yang identik dengan ilmu agama, namun di zaman milenial saat ini

84

Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,

(Wawancara pada tanggal, 28 Juni 2020 di ruang kerja). 85

Hasil Observasi Kamis, 28 Juni 2020.

Page 74: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

111

seorang santri harus mengenal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK)”.86

Peneliti kembali melakukan wawancara berkenaan dengan apakah

teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu. Dari

hasil wawancara peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok yaitu sebagai

berikut:

“Pada era jaman sekarang teknologi itu sudah merambah kedunia

umum terutama pesantren. Pesantren harus ada pengembangan karena

tanpa adanya teknologi kita akan ketinggalan jadi mungkin alangkah

lebih baiknya adalah teknologi di pondok pesantren harus ada

pengembangan selain kita menjaga nilai salafiyah kita tapi kita tetapi

harus berusaha menyesuaikan dengan jaman modern. Untuk saat ini

teknologi diperlukan , karena ini kaitannya dengan basic teknologi

seperti microsof office atau internet, tetapi juga harus dibatasi bagi

santri seperti facebookan, teknologi pemanfaatanya lebih ke skill,

seperti penulisan karena nanti kalau kita lulus kita perlu”. 87

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Direktur Pondok

masih berkenaan dengan apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu, dari hasil wawancara peneliti dengan Direktur

Pondok yaitu sebagai berikut:

“Saya sependapat apa yang dikatakan oleh bapak Ketua Yayasan di

atas, bahwa Pada era jaman sekarang teknologi itu sudah merambah

kedunia umum di dunia pendidikan. Jadi, dengan adanya perubahan

dan perkembangan revolusi industri 4.0 sangat dinamis. Sehingga

seorang santri yang sejatinya adalah seorang terpelajar, dituntut agar

dapat membaca situasi yang sedang terjadi untuk meraih peluang di

masa kemajuan zaman. Santri tidak boleh tertinggal dalam arus

perkembangan zaman. Walaupun notabenenya tinggal di pesantrean

yang identik dengan ilmu agama, namun di zaman milenial saat ini

seorang santri harus mengua Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(IPTEK)”.88

86

Nawawi Kadir, Sekretaris Yayasan Semarak Bengkulu, (Wawancara pada tanggal, 28

Juni 2020 di ruang kerja). 87

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 28 Juli 2020 di ruang kerja). 88

Ahmad Suhaimi, Direktur Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 28 Juni 2020 di ruang kerja).

Page 75: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

112

Setelah melakukan wawancara dengan kedua informan. Maka

selanjutnya penulis melakukan observasi dengan mengamati secara

langsung memang tidak bisa dipungkiri bahwa pondok Pesantren Pancasila

juga mulai mengikuti era digital. Pondok Pesantren Pancasila dalam hal ini

melakukan proses adaptasi. Adapatasi (adaptation) Talcott Parsons yang

menyatakan bahwa sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang

datang dari luar. Pondok Pesantren Pancasila harus bisa beradaptasi dengan

lingkungan dan kebutuhan-kebutuhannya. Pencapaian tujuan (Goal

Attainment), untuk mencapai tujuan tersebut Pondok Pesantren Pancasila

harus menentukan, mengatur, dan memfasilitasi pencapaian tujuan dan

kesepakatan dengan memiliki alat dan sumber daya.89

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Wakil Kepala Bidang

Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu berkenaan dengan cara memadukan

teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, dari hasil

wawancara yaitu sebagai berikut:

“Cara memadukannnya yaitu kita mencari waktu untuk

pengembangan teknologi jadi kita mengaji kitab tetap jalan dengan

pemanfaatan teknologi, dan terkait teknologi juga masih jalan seperti

yang ada di Pondok Pesantren Pancasila apalagi disaat pandemi covid

19 ini. Pondok Pesantren sudah menerapkan pembelajaran sistem

online. Meskipun masih terdapat kekurangan. Untuk saat ini, terkait

itu pondok pesantren sendiri punya web yaitu menampilkan kegiatan-

kegiatan terkait penyebaran informasi pondok. Terkait pengembangan

oleh para santri masih belum ada pemanfaatannya karena itu hanya

segelintir orang yang memang paham tentang teknologi”.90

89

Hasil Observasi Sabtu, 30 Juni 2020. 90

Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,

(Wawancara pada tanggal, 30 Juni 2020 di ruang kerja).

Page 76: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

113

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Kepala Tata Usaha

Pondok berkenaan dengan cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu, Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala

Tata Usaha Pondok yaitu sebagai berikut:

“Cara memadukannnya yaitu saat ini masih sedang didalami karena

pondok pesantren ini jika mau menerapkan sistem teknologi secara

utuh itu tidak mungkin karena pondok pesantren ini masih

menggunakan kurikulum tradisional, sebagai uji coba lebih kurang

satu bulan Pondok Pesantren menerapkan sistem belajar menggunakan

aplikasi android.” 91

Setelah melakukan wawancara dengan kedua informan. Maka

selanjutnya penulis melakukan observasi dengan mengamati secara

langsung memang benar adanya selama pandemik covid 19 yang sampai

saat ini masih mewaba. Sehingga pimpinan yayasan memberlakukan sistem

belajar secara virtual, dengan memberikan tugas kepada para santri untuk

mengerjakan tugas mereka lewat aplikasi android.92

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Wakil Ketua Bidang

Kepegawaian Pondok berkenaan dengan kurikulum/materi yang diajarkan di

Pondok pesantren pancassila kota Bengkulu, dari hasil wawancara peneliti

dengan Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu yaitu

sebagai berikut:

“Yaitu sesuai dan sama dengan materi atau isi dari kurikulum dari

sekolah-sekolah yang lainya karena tujuan kita tadi adalah untuk

menciptakan tamatan yang berakhlakul karimah dan mampu

menguasai IPTEK, supaya nantinya mereka bisa bersaing di era

moderen sperti sekarang ini, bahkan kita disini harus bisa lebih unggul

91

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 30 Juni 2020 di ruang kerja). 92

Hasil Observasi Rabu, 1 Juli 2020.

Page 77: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

114

dari sekolah-sekolah lain sebab kita mengadakan program unggulan

misalnya seperti plajaran mulok disini diisi dengan mata pelajaran

tahfis qur‟an, seni baca al-qur‟an dan lainnya”.93

Senada dengan yang disampaikan Kepala Tata Usaha Pondok:

“Di pesantren pancasila Bengkulu ini bukan hanya mengajarkan

pendidikan agamanya saja melainkan sama dengan sekolah-sekolah

lainnya yang ada diluar sana disini kita menyeimbangkan antara ilmu

agam dengan ilmu umum, karena ilmu umum tanpa di dampingi

dengan ilmu agama bagai kapal tanpa layar. Jadi disini santri kita

medapatkan materi pelajaran yang bersifat umum dimulai dari pagi

hari sampai siang hari yaitu pada sekolah-sekolah formal kita dan

setelah selesai mereka melanjutkan kependalaman ilmu keagamaan di

asramah. Dengan ilmu umum nantinya santri diharapkan bisa bersaing

dalam menentukan masa depannya dan dengan dibakali dengan ilmu

keagamaan maka mereka nanti tidak akan menyimpang dari akhidah

agama.”94

Berdasarkan hasil dari penulis amati selama penelitian bahwa pondok

pesantren pancasila kota Bengkulu memang mengajarkan materi-materi

pelajaran yang bersifat umum pada pendidikan formalnya dan setelah

selasai para santri melanjutkan pendalaman ilmu keagamaan di asramah

pesantren atau masijid dan tempat lainnya. Dari beberapa pendapat diatas

dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat penulis simpulkan

bahwa pondok Pesantren Pancasila tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu

keagamaan saja melainkan meraka sama dengan sekolah-sekolah lainnya

yang ada diluar sana dengan mengajakan plajaran yang bersifat umum pada

pendidikan formalnya dan diteruskan mempelajari dan mendalami ilmu

keagamaan pada pendidikan non-formalnya.95

93

Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,

(Wawancara pada tanggal, 1 Juli 2020 di ruang kerja). 94

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 1 Juli 2020 di ruang kerja). 95

Hasil Observasi Kamis, 2 Juli 2020.

Page 78: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

115

Peneliti kembali melakukan wawancara Kepala Tata Usaha Pondok

Pesantren berkenaan dengan materi/kurikulum diajarkan kepada para santri

untuk mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan modern, Dari hasil

wawancara peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren yaitu

sebagai berikut:

“Ya kita memasukan kedalam pelajaran tertentu untuk bisa bersaing

dalam kehidupan moderen seperti mempersiapkan mereka untuk

mencapai dan menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu dan, karena

itu, pembelajaran harus dapat membekalai peserta didik dengan

kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat

mereka mampu memainkan peran sosial-ekonomis dalam

masyarakat”.96

Begitu juga yang disampaikan oleh santri Pesantren Pancasila:

“Kami disini dituntut untuk bisa mengabdi kepada masyarakat dan

bisa mengikuti perkembangan zaman, seperti kami langsung terjun

kemasyarakat kami melaksanakan kegiatan tersebut berlangsung

beberapa hari yaitu langsung bersosialisasi dengan masyarakat

setempat dan melaksanakan beberapa acara dimasjid”. 97

Berdasarkan penulis amati pada saat penelitian bahwa pondok

Pesantren Pancasila telah membekali para santri dengan ilmu sosial-

ekonomi yaitu sperti kegiatan yang langsung terjun kemasyarakat dan santri

dituntut untuk bisa bersosialisasi kepda masyarakat setempat.98

Peneliti kembali melakukan wawancara Sekretaris Pondok Pesantren

berkenaan dengan materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk

mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan moderen, Dari hasil

wawancara peneliti dengan Sekretaris Pondok Pesantren yaitu sebagai

96

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 4 Juli 2020 di ruang kerja). 97

Ratna Ningsih, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 4 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 98

Hasil Observasi Senin, 6 Juli 2020.

Page 79: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

116

berikut:

“Kalau penggunaan media di sekolah pesantren pancasila untuk

sementara ini belum sepenuhnya menggunakan media yang

multimedia karena masih keterbatasan jumlah dan digunakan apabila

itu dianggap penting saja akan tetapi setiap apa yang disampaikan

sudah mengacu kepada kurikulum 2013 misalnya murid disuruh

memperhatikan apa yang disekiter mereka setelah itu mereka disuruh

menjelaskan apa yang mereka pahami tadi di depan kelas sesuai

dengan tuntutkan kurikulum 2013 itu sendiri. Begitu juga dengan

metode yang digunakan disisni menyesuaikan apa yang akan

disampaikan dan materi apa yang akan diajrkan, tidak hanya

menggunakan metode ceramah saja melainkan di iringi dengan

metodemetode lainya99

Hal serupa yang diutarakan oleh Wakil Ketua Bidang Kepegawaian

Yayasan Semarak Bengkulu, sebgai berikut:

“Dalam penyamapain materi pelajaran berlangsung biasanya guru-

guru disini menggunakan media sedehana dan menyesuaikan dengan

isi materi yang akan disampaikan karena disini penggunaan

multimedia beum sepenuhnya sempurnah sperti penggunaan alat

tersebut ada materi penting yang memang harus memakai alat

tersebut. Yang penting apa yang disampaikan dapat dipahami dan di

amalkan oleh peserta didik kita. Sama halnya dengan metode yang

digunkan masih cukup sederhana dan di gunakan menyesuaikan

dengan materi apa yang akan disampaikan.”100

Berdasarkan hasil dari penulis amati selama penelitian bahwa

penngunaan media nya masih terbilang sederhana karena peneliti melihat

penggunaan alat multimedia masih kurang karena keterbatasan di gunakan

apabila perlu saja begitu juga dengan penggunaan metode disana

menggunakan metode ceramah, berdiskusi, tanya jawab dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dan hasil pengamatan peneliti sendiri

dapt penulis simpulkan bahwa penggunaan media dan metode pelajaran

99

Erita suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,

(Wawancara pada tanggal, 6 Juli 2020 di ruang kerja). 100

NK, Sekretaris Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara pada

tanggal, 6 Juli 2020 di ruang kerja).

Page 80: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

117

pada pesantren pancasila tidak begitu tertinggal dari sekolah-sekolah lainnya

hanya saja mereka belum sepenuhnya merelisasikannya, tetapi untuk

bersaing di di era moderen sekarang ini tidak tertinggal dibelakang sebab

mereka juga melaksakan UNBK pada saat ujian lalu. 101

Peneliti kembali melakukan wawancara dengan Kepala Tata Usaha

Pondok Pesantren berkenaan dengan cara mengevaluasi hasil belajar peserta

didik di pesantren pancasila kota Bengkulu. Berikut hasil wawancaranya:

“Sama ya dengan sekolah lain karena kita juga sudah menggunkan

kurikulum 2013 juga meskipun masih ada kelas yang masih

menggunakan kurikulum KTSP yaitu dengan melakukan tes terulis

atau pun tes lisan sperti yang ada dalam silabus dan RPP yang lulus

kita berikan pengayaan dan yang belum kita berikan lagi remidial

untuk menunjang nilai yang tadinya anjlok”. 102

Senada dengan yang disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang

Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu, sebagai berikut.

“Cara mengevaluassi hasil belajar Siswa kita disini juga melakukan

beberapa latihan atau beberapa tes sperti tes tertulis atau tes lisan

bahkan kita sering ,elakukan fretes juga ya. Ya kita menyesuaikan

dengan panduan kurikulum yang kita gunkanla yang pastinya supaya

nanti kta tau seberapa jauh pemahaman peserta didika yang kita

ajarkan” 103

Berdasrakan hasil dari pengamatan yang dilakukan peneliti ditempat

bersangkutan bahwa memang guru-guru disana melakukan evaluasi hasil

belajar siswa dengan baik. Dari beberapa pendapat diatas dan hasil dari

observasi maka penulis dapat simpulkan bahwa pesantren pancasila kota

Bengkulu melakukan beberapa tes dan latihan seperti tes tertulis dan tes

101

Hasil Observasi Selasa, 7 Juli 2020. 102

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 7 Juli 2020 di ruang kerja). 103

Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu, (Wawancara pada tanggal, 7 Juli 2020 di ruang kerja).

Page 81: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

118

lisan serta fretes untuk mengevaluassi hasil belajar siswa supaya mereka tau

kelebihan dan kekurangan para peserta didik mereka. 104

4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0

Peneliti kembali melakukan wawancara dengan Kepala Tata Usaha

Pondok Pesantren berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat

pondok pesantren di era relolusi 4.0. Berikut hasil wawancaranya:

“Yayasan Semarak Bengkulu ini berdiri berkat kegigihan serta

dukungan dari kedua orang tua saya, sehingga pihak Yayasan

mempunyai tekad besar untuk mendirikan lembaga pendidikan, yang

tujuannya untuk mewadahi kebutuhan masyarakat yang heterogen dan

dinamis khususnya dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan.

Pada akhirnya saya dapat mendirikan sebuah yayasan yang saya beri

nama Yayasan Nurul Amanah Al Makky”.105

Dan senada dari pernyataan wakil Kepala Bidang Kepegawaian

Yayasan Semarak Bengkulu:

“Yayasan Semarak Bengkulu adalah salah satu lembaga pendidikan

sosial dan keagamaan, yang tentunya menaungi beberapa lembaga

pendidikan, diantaranya pondok pesantren, MTs, SMP, SMA. Disetiap

kegiatan pembelajarannya pasti terdapat pengurus dan tenaga pendidik

yang mempunyai peran aktif demi terlaksananya visi misi yayasan ini.

Fungsi tenaga pengajar sangalah penting bagi kelangsungan lembaga-

lembaga pendidikan tersebut, dengan adanya pengurus dan tenaga

pendidikan yang mempuni, Yayasan ini dapat berkembangan dengan

baik dan dapat diterima dengan baik pula oleh masyarakat sekitarnya

hingga saat ini”.106

Dari beberapa pendapat diatas dan hasil dari observasi maka penulis

dapat simpulkan bahwa pondok pesantren pancasila juga harus tetap perlu

waspada terhadapa isu-isu kontemporer yang membuat beberapa pesantren

104

Hasil Observasi Rabu, 8 Juli 2020. 105

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 7 Agustus 2020 di ruang kerja). 106

Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,

(Wawancara pada tanggal, 7 Agustus 2020 di ruang kerja).

Page 82: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

119

akhirnya kehilangan kharismatiknya di muka masyarakat, lebih parah lagi

kasus yang terjadi dibeberapa persantren digenalisir sehingga berdampak

kepada semua pesantren di Indonesia seperti munculnya berbagai gerakan

Islam yang mempunyai jenis lain dengan wataknya yang ekstrim, keras dan

kurang toleran dalam menghadapi perbedaan, hal tersebut pada gilirannya

menjadi tantangan dakwah yang harus dihadapi oleh pesantren. Sehingga

perlu kesadaran dari semua pihak khususnya pesantren agar segera bergerak

melakukan introspeksi terhadap ajaran dasarnya, sebagai upaya menghadapi

tantangan radikalisme, sehingga pesantren tidak terlalu kaku dalam

mentransfer serta mensikapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi saat

ini.107

Tantangan diatas harus menjadi warning bagi pesantren agar dapat

meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang berbasis pendidikan karakter,

sehingga problem global seperti pemberdayaan ekonomi, kesehatan, sosial

kemasyarakatan tidak menjadi beban bagi dunia pesantren saat ini.

Pesantren harus selalu optimis karena sejarah pesantren terbukti secara

konsisten mampu membentengi setiap pribadi santri terhadap derasnya

budaya Barat yang masuk ke Indonesia. Tentu sembari memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang selama ini terjadi. Selain itu konsep, peran

dan prospek pesantren kedepan sangat cerah karena mengingat pendidikan

karakter dalam pendidikan nasional akan selalu menjadi pilar utama bagi

pendidikan nasional, sehingga pesantren dapat mengambil peran sebagai

107

Hasil Observasi Kamis, 9 Juli 2020.

Page 83: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

120

lembaga pendidikan yang konsen dibidang Pendidikan Agama Islam yang

menjunjung tinggi konsep akhklaqul karimah.

Sebagaimana pernyataan Direktur Pondok Pesantren Pancasila

tantangan yang berat:

“yaitu menemukan perbedaan individu santri. Alat untuk memahami

kitab kuning berkaitan dengan hukum Islam (fiqh) yaitu dengan

mempelajari „Ilm al-nahw dan ‘ilm al-ṣarf, karena ilmu inilah

menjadi penyokong santri untuk dapat membaca kitab kuning

dengan mudah dan baik. Dengan adanya perbedaan individu ini,

diperlukan sebuah bimbingan khusus untuk santri yang masih

dibawah rata-rata atau cara membaca kitab kuning yang masih perlu

dibenahi. Bimbingan khusus yang dimaksud yaitu bimbingan yang

dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan santri dalam

memahami kitab kuning”.

Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa

Faktor pendukung dan penghambat yaitu kyai dan guru yang cukup

berkualitas, dukungan orang tua santri, ketersediaan kitab, metode yang

digunakan dan lomba-lomba yang diadakan merupakan faktor pendukung

peran kyai dan ustadz. Sedangkan, faktor penghambatnya yaitu kemampuan

bahasa Arab yang masih perlu dibenahi, perbedaan individu santri,

kurikulum madrasah dan fasilitas yang masih perlu ditingkatkan.

Peneliti kali ini melakukan wawancara kepada para santri, berkenaan

sistem pendidikan/pembelajaran di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu,

dari hasil wawancara ke pada beberapa santri sebagai berikut:

“Ratna Ningsih, menyatakan bahwa sistem pembelajaran disini adalah

tetap mengikuti zaman namun tidak meninggalkan sistem

pembelajaran salaf, beberapa tahun lalu saya pernah menerapkan

adanya penambahan sistem pembelajaran, seperti yang dilaksanakan

Page 84: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

121

pada saat pandemic mewabanya covid 19 ini para santri dilakukan

gaya belajar yang lebih modern”.108

“Bayu Prayoga, menyatakan sistem pembelajaran yang ada disini

adalah perpaduan antara salaf dan modern, di pondok ini sering ada

kegiatan seminar, adanya progam-progam yang diadakan sesuai

dengan minat santri, terkadang dalam proses pembelajaran

menghadirkan guru dari luar”.109

“Damar Anggara Putra, mengungkapkan sistem pembelajaran di

pondok ini berupa mengutamakan sistem salaf, namun tetap mengikuti

adanya sistem pembelajaran modern, tetapi ciri khas sistem salaf tetap

diutamakan dan dipertahankan”.110

Dari pernyataan para santri di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa di zaman seperti sekarang ini, ilmu dan teknologi secara bersamaan

semakin maju dan berkembang. Teknologi merupakan pendorong utama

globalisasi dalam berbagai bidang. Kemajuan teknologi yang sangat pesat

membawa dampak positif dan negatif terutama dalam bidang pendidikan.

Yayasan ini mengutamakan sistem salaf, namun tetap mengikuti adanya

sistem pembelajaran modern, tetapi ciri khas sistem salaf tetap diutamakan

dan dipertahankan.

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada para santri, berkenaan

strategi yang diterapkan di dalam pondok dalam menghadapi tantangan era

digital, dari hasil wawancara ke pada beberapa santri sebagai berikut:

“Cici Haryani, berpendapat bahwa stategi yang diterapkan sangatlah

berpengaruh, banyaknya kegiatan yang terdapat didalam pondok dapat

108

Ratna Ningsih, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 11 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 109

Bayu Prayoga, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 13 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 110

Damar Anggara Putra, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas

XII Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 13 Juli 2020 di depan Ruang Belajar).

Page 85: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

122

membentengi santri untuk tidak mengikuti kegiatan diluar pondok,

ketika santri melanggar maka akan dikenakan denda atau takziran”.111

“Bayu Prayoga, mengungkapkan bahwa stretegi yang diterapkan

berpengaruh terhadap santri, karena dengan adanya peraturan dan

takziran yang terdapat dipondok berefek jera terhadap santri, santri

tidak akan mengulangi kesalahan yang sama”.112

“Arbet Saputra, menyatakan bahwa stretegi yang diterapkan di

pondok sangatlah berpengaruh terhadap santri, santri lebih menaati

peraturan dan menjadikan santri lebih baik” 113

“Junianto, mengungkapkan bahwa strategi yang diterapkan di pondok

sangatlah berpengaruh, santriwati dapat mengkondisikan ketika

waktunya sholat, mengaji, belajar, ketika waktunya menggunakan hp,

ketika istirahat”.114

Dari pernyataan para santri di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa strategi yayasan dalam menghadapi era digital sudah cukup baik hal

ini bisa tergambar dari beberapa pernyataan para santri.

Peneliti kembali melakukan wawancara kepada para santri, berkenaan

Problematika pondok dalam menghadapi tantangan di era digital 4.0:

“Ratna Ningsih, menyatakan bahwa problematika yang terdapat

didalam pondok ini adalah adanya tantangan dari luar, jadi disini

ternyata bahwa minat dari santri dan keluarganya ada perubahan,

kalau dulu yang dicari adalah ciri khas yang ada dipondok ini, tetapi

yang dicari adalah letaknya yang mudah dijangkau, kegiatan yang ada

dipondok yang tidak terlalu padat, boleh membawa alat komunikasi.

Problematika yang lain berupa adanya kegiatan-kegiatan organisasi

dan komunitas diluar yang lebih menarik bagi santri dibanding dengan

kegiatan yang terdapat didalam pondok”.115

111

Cici Haryani, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 112

Bayu Prayoga, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas X

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 113

Arbet Saputra, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas X

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 114

Junianto, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas VII Tingkat

SMP, (Wawancara pada tanggal, 15 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 115

Ratna Ningsih, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 15 Juli 2020 di depan Ruang Belajar).

Page 86: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

123

“DA, mengungkapkan bahwa problematika yang terdapat dipondok

ini dalam menghadapi tantangan globalisasi adalah semakin

menurunnya jumlah santri, banyak orang tua yang lebih

mementingkan anaknya sekolah dibanding dengan anaknya mondok.

Banyaknya pondok baru terutama dekat dengan kampus maupun

sekolahan sehingga sebagian orang tua lebih memilih letak geografis

yang mudah dijangkau dibanding pondok yang sudah lama berdiri

kokoh dengan ciri khas yang dimiliki”.116

Dari pernyataan para santri di atas, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa problem yang sangat dirasakan oleh kalangan santri dengan

banyaknya pendirian sekolah-sekolah modern otomatis berkurangnya minat

anak-anak untuk mondok..

C. Pembahasan

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era

Revolusi Industri 4.0.

Dengan kedewasaan pesantren di kota Bengkulu sebagai lembaga

yang tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, pesantren telah

membuktikan eksistensinya selama bertahun-tahun. Keberadaannya telah

sepenuhnya membantu masyarakat di tengah-tengah gempuran problematika

hidup. Di tengah-tengah persoalan masyarakat yang makin komplek itulah,

pesantren justru menunjukkan kemapanannya. Kiprah para alumni pesantren

mampu menembus sendi-sendi kehidupan manusia di berbagai bidang,

seperti bidang keagamaan, sosial, politik, hukum, budaya dan sebagainya.

Untuk itu, setidaknya beberapa strategi Pendidikan di pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 sebagai berikut:

116

Damar Anggara, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII

Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar).

Page 87: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

124

1) Strategi pengembangan pendidikan pada pondok pesantren Pancasila

kota Bengkulu ada 2, yaitu:

a. Konsisten, dengan peluang dan kekuatan yang dimiliki oleh pesantren

berupa kepercayaan dari masyarakat sebagai lembaga pendidikan

berbasis pendidikan moral, sekaligus adanya kyai sebagai tokoh sentral

pesantren dengan kharisma serta kelebihan lain yang dimiliki mampu

menjadi daya tarik masyarakat untuk mendaftarkan putra-putrinya belajar

di pesantren, maka sudah seharusnya pesantren berupaya sedemikian

rupa mewujudkan asumsi masyarakat, bahwa pesantren layak

menyandang predikat The High Moral. Adapun caranya dengan

mempertahankan strategi pendidikan yang telah diselenggarakannya

selama ini yakni pendidikan berbasis keagamaan melalui madrasah

diniyah yang disebut sebagai ruhnya pesantren. Hal inilah yang selaras

dengan konsep almuhafadhotu ‘alaa al-qodiimi as-shoolih

(mempertahankan sitem lama yang baik).

b. Adaptif, untuk bersaing dengan lembaga pendidikan non pesantren baik

yang dibina oleh pemerintah maupun swasta, maka pesantren melalui

lembaga pendidikan Islam yang dikelolanya harus mau membuka diri

dengan cara transformasi pendidikan, misalnya dengan strategi

pendidikan yang berbasis IT yang memungkinkan lembaga pendidikan

Islam tersebut mampu menerapkan variasi metode pembelajaran dengan

media visual maupun audio visual dan pada akhirnya bisa menciptakan

suasanan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan

Page 88: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

125

(PAIKEM). Kondisi inilah yang sebenarnya selaras dengan konsep wa

al-akhdu bi al-jadiid al-ashlah (mengambil sistem baru yang lebih baik).

2) Strategi pembaruan manajemen pesantren selama ini pesantren sangat

kental dengan manajemen tradisionalnya. Hal ini tampak pada struktur

kepemimpinan pesantren serta personalia pengelolanya yang cenderung

atas restu dari kyai sepuh yang menjadi pengasuh utama pesantren.

Keadaan ini membawa dampak diantaranya: pengambilan

keputusan/kebijakan, penentuan ustadz/ustadzahnya, termasuk kinerjanya

hanya berorientasi pada pengabdian, sehingga berakibat pada

peningkatan kinerja yang rendah. Oleh karena itu untuk memperbarui

manajemen pesantren harus ada wacana baru yang berupa penerapan

manajemen profesional, diantaranya rekuitment pegawai harus melalui

tes kemampuan, kepemilikin latar belakang pendidikan yang mendukung

dengan ketrampilannya selain tingkat kepatuhan kepada kyai (mengikuti

aturan pesantren).117

ini membawa dampak diantaranya: pengambilan keputusan/ kebijakan,

penentuan ustadz/ustadzahnya, termasuk kinerjanya hanya berorientasi

pada pengabdian, sehingga berakibat pada peningkatan kinerja yang

rendah. Oleh karena itu untuk memperbarui manajemen pesantren harus

ada wacana baru yang berupa penerapan manajemen profesional,

diantaranya rekuitment pegawai harus melalui tes kemampuan,

kepemilikin latar belakang pendidikan yang mendukung dengan

117

Abdul Kholiq Syafa‟at, Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Era

Globalisasi Di Kabupaten Banyuwangi, (Surabaya, Juni 2014), INFERENSI, Jurnal

Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1, h. 267-268.

Page 89: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

126

ketrampilannya selain tingkat kepatuhan kepada kyai (mengikuti aturan

pesantren). Dengan demikian akan terbangun kualitas pelayanan

pendidikan yang baik sehingga bisa meningkatkan mutu lembaga

pendidikan Islam di pesantren.

3) Strategi peningkatan sumber daya pesantren ada 2, yaitu:

a. Peningkatan Sumber Daya Insani, diantaranya dengan memberikan

pembinaan mendatangkan tim ahli sesuai dengan bidang yang

dibutuhkan, mengadakan pelatihan yang mendukung pada

peningkatan kreatifitas sumber daya insani bahkan bisa dengan

memberikan rekomendasi beasiswa untuk melanjutkan pendidikan

melalui kerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta.

b. Peningkatan Sumber Daya Alam, pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam mandiri sudah seharusnya mampu mengoptimalkan

aset yang dimilikinya agar bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk

meningkatan eksistensinya. Diantara cara yang bisa ditempuh adalah

mengembangkan Koperasi Pesantren melalui berbagai unit usahanya

(berupa jasa pelayanan, baik untuk santri maupun masyarakat) dalam

rangka memenuhi operasional penyelenggaran pendidikan pesantren.

Adapun pengelolaan Koperasi Pesantren tersebut harus dengan

manajemen profesional dan berbadan hukum secara resmi agar

perkembangannya tidak mendapat hambatan, baik hambatan yang

datang dari pemerintah maupun swasta.

Page 90: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

127

Strategi pondok pesantren dalam mengadapi nilai-nilai peradaban

modern, harus tetap berkontribusi dalam menjaga peradaban umat.

Sebagaimana yang diketahui, bahwa pesantren adalah benteng terakhir

peradaban Islam di Indonesia. Hal memungkinkan bagi pesantren untuk

memainkan peran dan fungsinya, khususnya di Indonesia yang berideologi

pancasila dimana kebebasan beragama menjadi salah satu piranti dalam

menjaga keutuhan bangsa. Namun, bila negara tidak lagi mampu

memberikan jaminan ini, menurut konsep habitus, maka pondok pesantren

dapat berfungsi sebagai kerangka yang melahirkan dan memberi bentuk

kepada persepsi, representasi, dan tindakan seseorang dan karena itu

menjadi structuring structures.

Strategi berikutnya yang kini dikembangkan oleh pondok pesantren

yang ada di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu adalah mulai bergerak

membuat kerja-kerja integrasi ilmu. Meskipun secara metodologis, Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu mulai mengembangkan pengajarannya.

Namun Pada level tertentu, kerja-kerja integrasi ilmu antar fardhu„ain dan

fardhu kifayah belum diorientasikan secara maksimal. Hal ini didukung

dengan konsep habitus yang dapat terarah kepada tujuan dan hasil tindakan

tertentu, tetapi tanpa ada maksud secara sadar untuk mencapai hasil-hasil

tersebut dan juga tanpa penguasaan kepandaian yang bersifat khusus untuk

mencapainya. Hal ini karena sesuai dengan jati dirinya, pesantren adalah

lembaga pendidikan Islam yang memiliki tugas utama menjaga peradaban

Islam khususnya di Indonesia.

Page 91: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

128

Namun di sisi lain, adanya gagasan modernisasi pesantren yaitu

dengan memasukkan ilmu-ilmu umum ke dalam kurikulum pesantren telah

menimbulkan permasalahan. Kemudian muncul persoalan tentang

bagaimana tepatnya secara epistimologi menjelaskan ilmu-ilmu empiris dari

kerangka epistimologi Islam. Kurikulum yang berorentasi kekinian terus

berlanjut dikhawatirkan pesantren tidak mampu lagi memenuhi fungsi

pokoknya yaitu menghasilkan manusia-manusia santri. Oleh karena itu

pesantren harus mengkaji ulang secara cermat dan hati-hati berbagai

gagasan modernisasi tersebut dan pesantren harus lebih mengorientasikan

peningkatan kualitas para santrinya ke arah pengusaan ilmu-ilmu agama. 118

.

Berdasar pada paparan dalam hasil penelitian, menurut pengamatan

peneliti Secara operasional, menurut penulis terdapat beberapa strategi

pendidikan pondok pesantren Pancasila pada era revolusi industri 4.0, yaitu:

penguatan basis nilai, peningkatan sumber daya manusia, pemenuhan sarana

dan mengembangkan kurikulum.

Pertama, penguatan basis nilai dalam arti bahwa pondok pesantren

Pancasila Bengkulu harus tetap berpijak pada dasar dan tujuan asal

pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang dikembangkan hendaknya

dibangun atas dasar paradigma yang kokoh secara spiritual, unggul secara

intelektual, dan anggun secara moral dengan Al-qur‟an sebagai acuan yang

pertama dan utama. Pendidikan Islam harus tetap berakar konsep ta‟lim,

ta‟dib dan tarbiyah agar berfungsi pengembangan potensi manusia secara

118

Nurhati, dkk, Model Pondok Pesantren di Era Milenia,…, h. 15.

Page 92: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

129

utuh. Kedua, mempersiapkan sumber daya yang mumpuni wajib dilakukan

oleh Pesantren. Kompetensi tersebut adalah kemampuan berpikir kritis,

inovatif, kreatif serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu

berkolaborasi dan memiliki kepercayaan diri. Untuk mencapai itu semua

kemudian dilakukan beberapa upaya kongkrit, pengembangan infrastruktur

(Massive Open Online Course), teaching industry, dan e-library. Ketiga,

peningkatan infrastruktur (sarana) yang sesuai dengan perkembangan

teknologi. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun basis internet yang

kuat yang mampu menjadi Big Data. Kemudian dikembangkanlah smart

class and smart learning. Keduanya merupakan kebutuhan wajib dalam

pengembangan Pendidikan Islam 4.0. Smart class merupakan konsep kelas

yang memiiki segudang fasilitas di dalamnya untuk menunjang

pembelajaran seperti akses internet dan fasilitas pendukung lainya yang

nantinya akan membantu dalam pelaksanaan smart learning. Keempat,

pengembangan kurikulum pesantren yang tepat guna, berkesusaian dengan

perkembangan zaman. Maksudnya adalah dalam mengembangan kurikulum

Pendidikan Islam haruslah mempertimbangkan kebutuhan peserta didik

dalam menghadapi tantangan dan kebutuhan dimasa kini dan mendatang.

Pengembangan kurikulum seyogyanya memenuhi seluruh aspek sistem

kurikulum yakni subyek, tujuan, metode, isi, media dan evaluasi

pembelajaran.

Page 93: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

130

2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Relolusi Industri 4.0.

Di tengah dunia yang semakin maju dan canggih seperti sekarang ini,

menjadi tantangan serius bagi eksistensi dunia pesantren. Konsistensi

pesantren akan terus menjadi kawah candradimuka bagi pendidikan

(khususnya keagamaan) bagi generasi bangsa. Proses adaptasi terus

dilakukan seiring laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana pesantren mampu

berinovasi dengan melakukan adaptasi pembaharuan dengan realitas

revolusi industri 4.0. Tantangan kedepan bagaimana menyiapkan generasi

santri yang mampu beradaptasi dengan menyiapkan seperangkat sistem

yang mampu mendukung eksistensi pesantren pada perubahan dunia global.

Selain itu, bagaimana pesantren dengan modal kearifan lokal dan potensi

yang dimiliki, menjadi pelopor bagi perdamaian dunia pada era industri 4.0

yang didasari oleh nilai-nilai pendidikan keagamaan khas pesantren.

1) Faktor Pendukung

Kemajuan suatu Pondok Pesantren tentu tidak lepas dari beberapa

faktor yang mendukung yayasan tersebut. Faktor pendukung tersebut

setidaknya bisa diklasifikasikan secara sederhana menjadi dua bagian,

yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor pendukung dalam

berkembangnya Yayasan Pondok Pesantren antara lain sebagai

berikut:119

119

Sukarma, Strategi Sekolah Dalam Pendidikan Multikultural , (Yogyakarta, Agustus

2016), JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2, h. 116-117.

Page 94: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

131

a. Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor pendukung dalam perkembangan

suatu yayasan dari sisi dalam yayasan tersebut. Biasanya sisi dalam ini

berupa nilai jual yang dimiliki pondok pesantren untuk masyarakat.

Jika dilihat dari sisi internal, faktor pendukung perkembangan dan

kemajuan yayasan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu antara lain:

Kinerja pengurus dan tenaga pendidik yang baik, Keunggulan

kurikulum, Biaya pendidikan terjangkau.

b. Faktor Eksternal

a) Dukungan Dari Para Wali Santri dan Sebagian Masyarakat

Respon positif dari masyarakat bisa dilihat dari kepercayaan

mereka menitipkan anak-anaknya untuk belajar agama di Yayasan

Semarak Bengkulu. Mereka memilih yayasan Semarak Bengkulu

sebagai rujukan untuk putera-puterinya tentu bukan hanya karena

ikut-ikutan semata. Namun mereka memilih Pondok Pesantren

Pancasila kota Bengkulu, mereka tau kualitas keilmuan urusan

agama sudah tidak diragukan lagi. Selain itu, kurikulum serta

pengelolaan sistem yang bagus dalam yayasan Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu menjadi daya tarik

tersendiri bagi masyarakat.

b) Letak Geografis yang Startegis.

Yayasan Semarak Bengkulu mempunyai letak yang cukup

strategis di kota Bengkulu. Oleh karena itu, kehadiran Yayasan

Page 95: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

132

Semarak Bengkulu menjadi salah satu solusi bagi mereka untuk

menitipkan anak-anak meraka. Selain itu, letak Yayasan Semarak

Bengkulu juga mudah dijangkau menggunakan kendaraan umum

jenis angkot karena dekat dengan jalan raya. Jadi kawasan Yayasan

Semarak Bengkulu mudah diakses bagi mereka yang mempunyai

kendaraan pribadi maupun menggunakan fasilitas kendaraan

umum.

Hal tersebut diperkuat lagi dengan pernyataan Kepala Tata

Usaha Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Bengkulu yaitu:

“Iya, hal ini dapat kita lihat dan dirasakan dengan adanya

setiap kegiatan yang ada di dalam pondok pesantren

masyarakat ikut membantu dalam setiap acara pesantren.

Dengan adanya pesantren terkadang masyarakat sangat

bersyukur, karena tidak perlu jauh-jauh untuk belajar agama.

Jadi, masyarakat mendukung dengan adanya pesantren,

sampai terkadang masyarakat juga ada yang menyumbang

dalam bentuk materi maupun non materi untuk membangun

pesantren sebagai tempat belajar dan mengajar para santri.

Selain itu dengan adanya Pondok Pesantren Al-Amien

menjadikan wilayah Ngasinan Rejomulyo di kenal di

masyarakat luas”.120

Hal tersebut diperkuat lagi dengan pernyataan Wakil Kepala

Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu yaitu:

“Faktor pendukung dari sarana harus ada, terus dukungan

dari pengasuh juga perlu, tapi biasanya kemauan santri juga

beragam. Manfaat teknologi bagi santri yaitu supaya tidak

ketinggalan, tidak kampungan dan kalau kita sudah bisa

memahami teknologi itu bisa bermanfaat ketika santri itu

pada akhirnya akan kuliah dan sebagainya”.121

120

Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 20 Juli 2020 di ruang kerja). 121

Es, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu, (Wawancara

pada tanggal, 14 Agustus 2020 di ruang kerja).

Page 96: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

133

2) Faktor Penghambat

Suatu lembaga atau yayasan pasti akan mengalami prosoes naik

turun dalam hal perkembangan. Hal ini sudah lazim terjadi karena

hambatan itu berbanding lurus dengan perkembangan. Semakin

berkembang suatu yayasan, maka tantangan yang akan dihadapi juga

semakin kompleks. Yayasan Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu

juga tidak luput dari fenomena teresebut. Ada beberapa hambatan yang

dialami oleh Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu dalam

perkembangannya. Beberapa faktor penghambat tersebut dapat

diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal

yang akan dipaparkan sebagaimana berikut:

a. Faktor Internal

Kurangnya Lahan Untuk Perluasan Yayasan Semarak Bengkulu

dan Kurangnya Tenaga Pengajar.

b. Faktor Eskternal

a) Kurangnya Dukungan dari Masyarakat sekitar

Dalam hidup bermasyarakat, tentunya setiap orang ingin

berdampingan secara rukun dan harmonis dengan mereka. Kondisi

ini dibutuhkan agar tercipta kenyamanan pada diri kita serta tidak

ada tekanan yang datang dari luar. Untuk mewujudkan hal tersebut

kita dituntut berprilaku sesuai norma yang telah berlaku dalam

masyarakat. Namun terkadang perilaku kita yang telah baik tidak

mendapatkan respon yang baik pula dari masyarakat. Jangan heran

apabila ada seorang yang meminjam pulpen kepada anda dan

Page 97: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

134

dengan pulpen itu pula dia dia menuliskan keburukan-keburukan

anda, karena begitulah watak dunia.

b) Kompetisi antar Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan yang telah menjamur di Indonesia

memberikan berbagai penawaran yang menarik hati masyarakat

dalam memilih pendidikan untuk anaknya. Semakin banyak

fasilitas yang ditawarkan, semakin menarik pula pendidikan yang

ditampilkan, maka semakin besar pula kesempatan lembaga itu

menjadi pilihan masyarakat. Kompetisi antar lembaga ini tidak bisa

dihindari, sebab setiap lembaga sama-sama punya misi untuk

memajukan lembaganya. Lembaga yang kurang menarik dari sisi

fasilitas, sarana prasarana, maupun program unggulan, maka

hampir dapat dipastikan lembaga itu akan sepi peminat. Untuk itu,

diperlukan kreatifitas yang tinggi agar lembaga pesantren tetap

diminati masyarakat dengan berbagai cara yang dapat menarik

simpati dari masyarakat. Kompetisi antar lembaga seharusnya

bukan menjadi faktor penghambat kemajuan bagi Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu. Namun hal ini harus dijadikan

cambuk bagi para pemimpin pesantren agar terus berupaya

memberikan yang terbaik untuk masyarakat, agar Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu tidak kehilangan peminatnya.

Perbaikan dalam hal sarana prasarana, kurikulum, sistem

pendidikan serta pengelolaan yayasan perlu ditingkatkan agar bisa

Page 98: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

135

menjadi lebih baik. Jika hal itu telah dilakukan, maka Yayasan

Semarak Bengkulu tidak perlu khawatir dengan berjamurnya

lembaga pendidikan di Indonesia.

Masalah yang dihapai pesantren terhadap arus modernisasi

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Pertama, dari segi kepemimpinan pesantren secara kukuh

masih terpola dengan kepemimpinan yang sentralistik dan hierarkis

yang berpusat pada satu orang Kyai. Kedua, kelemahan di bidang

metodologi, pesantren mempunyai tradisi yang kuat di bidang

transmisi keilmuan klasik. Namun karena kurang adanya

improvisasi metodologi, proses transmisi itu hanya melahirkan

penumpukan keilmuan. Ketiga, masalah kurikulum pesantren yang

sudah usang. Hal tersebut umunya pesantren sebagai lembaga

pendidikan Islam, materi pembelajarannya lebih mengutamakan

pelajaran agama Islam yang bersumber dari kitab-kitab klasik,

seperti tauhid, hadis, tafsir, fiqih dan sejenisnya. Kurikulum

didasarkan pada tingkat kemudahan dan kompleksitas kitab-kitab

yang dipelajari, mulai dari tingkat awal, menengah dan lanjut.

Keempat, terjadinya disorientasi, yakni pesantren kehilangan

kemampuan mendefinisikan dan memosisikan dirinya di tengah

Page 99: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

136

realitas sosial yang sekarang ini mengalami perubahan yang

demikian cepat.122

Dari keempat persoalan tersebut Azra menawarkan solusi.

Untuk permasalahan pertama dapat diselesaikan dengan pembaruan

sistem manajemen dan kepemimpinan. Kepemimpinan yang

semula besifat sentralistik dan hierarkis yang berpusat pada satu

orang Kyai, harus ditransformasikan menjadi manajemen dan

kepemimpinan kolektif. Masalah kedua dapat diatasi dengan

kontekstualisasi dan improvisasi metode pembelajaran atau bahkan

membangun sebuah paradigma baru yang berorientasi pada

paradigma emansipatoris. Masalah ketiga dapat diatasi dengan cara

tidak jauh berbeda dengan masalah kedua, yakni kontekstualisasi

kurikulum dengan zaman yang tengah berlangsung.123

Hal tersebut diperkuat lagi dengan pernyataan kepala Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu yaitu:

“Pastinya ada faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan

teknologi di Pondok Pesantren ini, salah satunya dengan

masukknya android otomatis mereka bisa mengenali betapa

pentingnya penguasaan teknologi, kalau hambatan saat ini sih

lebih ke manajemen saja. Dalam sebuah pesantren mayoritas

itu manjemen agak kurang karena sistem pesantren berbeda

dengan sistem yang lain. Kenapa saya bilang begitu karena

saya sampai detik ini belum bisa menemukan sebabnya

karena banyak faktor. Mungkin dalam kurikulum pelajaran

pun tidak diajarkan manajemen. Mungkin yang diajarkan

122

Hasan, Desain Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Sindangsari Al-Jawami

Cileunyi Bandung dalam Menghadapi Generasi Milenial, (Bandung, Januari-Juni 2019,

Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 1. 24. 123

Heriyudanta, Desain Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Sindangsari Al-Jawami

Cileunyi Bandung dalam Menghadapi Generasi Milenial, (Bandung, Januari-Juni 2019,

Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 1. 25.

Page 100: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

137

manjemen kondisional gak ada yang baku, khusus dalam

masalah teknologi ini kendalanya di manajemen.”.124

Dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis tarik

kesimpulan walaupun ada kekhawatiran tersendiri dalam

pergeseran dari pesantren tradisional menjadi pesantren modern,

namun aktualisasi modernisme lembaga pendidikan Islam

khususnya pondok pesantren menjadi keniscayaan yang perlu

dipertimbangkan guna menjawab sebuah tantangan global.

Kekhawatiran tersebut tentu berhubungan dengan identitas

pesantren yang bisa saja akan tergerus dengan nilai-nilai global

yang begitu bebas. Namun demikian, nilai modernitas yang

dibarengi dengan kesiapan jati diri pesantren akan memperkokoh

identitas pensatren di kancah dunia. Tentu hal tersebut harus

dibarengi dengan kuatnya identitas pesantren sebagai lembaga

pendidikan yang mampu berkembang dalam situasi apapun.

124

Ri, Kepala Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara pada tanggal,

21 2020 di ruang kerja).

Page 101: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

138

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil analisa data yang telah peneliti lakukan dapat diambil

kesimpulan secara empiris yaitu Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren

Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 yaitu Pertama, penguatan basis

nilai dalam arti bahwa pondok pesantren Pancasila Bengkulu harus tetap

berpijak pada dasar dan tujuan asal pendidikan Islam. Pendidikan Islam harus

tetap berakar konsep ta‟lim, ta‟dib dan tarbiyah agar berfungsi pengembangan

potensi manusia secara utuh. Kedua, mempersiapkan sumber daya yang

mumpuni wajib dilakukan oleh Pesantren Pancasila Bengkulu. Kompetensi

tersebut adalah kemampuan berpikir kritis, inovatif, kreatif serta memiliki

kemampuan komunikasi yang baik, mampu berkolaborasi dan memiliki

kepercayaan diri. Untuk mencapai itu semua kemudian dilakukan beberapa

upaya kongkrit, pengembangan infrastruktur (Massive Open Online Course),

teaching industry, dan e-library. Ketiga, peningkatan infrastruktur (sarana)

yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Hal ini bisa dilakukan dengan

membangun basis internet yang kuat yang mampu menjadi Big Data. Keempat,

pengembangan kurikulum pesantren yang tepat guna, berkesusaian dengan

perkembangan zaman.

Faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Relolusi Industri 4.0. Adapun faktor

pendukung dalam berkembangnya Pondok Pesantren antara lain sebagai

berikut: Faktor Internal, Faktor pendukung perkembangan dan kemajuan

85

Page 102: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

139

Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu antara lain: Kinerja pengurus dan tenaga

pendidik yang baik, Keunggulan kurikulum, Biaya pendidikan terjangkau.

Sedangkan Faktor Eksternal yaitu: Adanya dukungan dari para Wali Santri dan

Sebagian Masyarakat, Letak Geografis yang Startegis. Sedangkan faktor

penghambat pondok pesantren pancasila ada dua yaitu Faktor Internal,

Kurangnya Lahan Untuk Perluasan Yayasan Semarak Bengkulu dan

Kurangnya Tenaga Pengajar. Sedangkan faktor eksternalnya Kurangnya

Dukungan dari Masyarakat sekitar dan Kompetisi antar Lembaga Pendidikan.

B. Saran

Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang

perlu penulis sampaikan, yaitu:

1. Bagi Pendidik atau pengasuh, diharapkan supaya meningkatkan kedisiplinan

mengaji, peraturan penggunaan tekhnologi. Karena adanya santri dalam

menggunakan teknologi bisa berdampak buruk, santri lebih tertarik terhadap

aplikasi yang ada didalamnya.

2. Hendaknya para santri selalu menaati peraturan yang ada dan

memanagemen waktu dengan baik. Tindak lanjut yang harus dilakukan oleh

peneliti ketika memilih tema yang sama seperti penulis adalah lebih

mendalami tentang strategi pembelajaran yang diterapkan di pondok serta

tantangan pondok pesantren yang dihadapi di era digital 4.0. Mencari

sumber informasi yang lebih banyak lagi atau dari berbagai pihak.

Page 103: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

140

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal

Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Al, et, Hecklau, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan

Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret

2018).

Alcock, Zmuda, & Fisher, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari

2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Alfian, Muhammad, MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASA H

DINIYAH PONDOK PESANTREN (Studi Multi Kasus P ada Pondok

Pesantren Pancasila dan Pondok Pesantren Al-Quraniyah di Bengkulu),

(UIN Raden Fatah Palembang, 2017), CONCIENCIA, Jurnal Pendidikan

Islam.

Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, An-Nahl: 125.

Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, surat Attaubah ayat 122.

Ami, Saifuddin, Tantangan Prospek Dan Peran Pesantrendalam Pendidikan

Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019), Jurnal

Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1.

Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari

2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Crindle, Mc, Mark, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari

2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Dhofier, Pola Komunikasi Santri terhadap Kiai: Studi atas Alumni Pondok

Modern dan Alumni Pondok Salaf, (IAIN Surakarta : Januari-Juni 2017),

Academica-Vol. 1 No. 1.

Dur, Gus, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal

Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Page 104: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

141

Faruqi, Al, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-

Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV

Nomor 11.

Fisk, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal

Sundermann, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx.

Gerlach & Ely, Strategi Pembelajaran, Modul 1.

Ghazli, Bahari, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.

Hamalik, Oemar, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran,

(Makasar: Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO.2.

Heriyanto, Prabowo, Aan, Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) oleh

pemustaka di perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu

Perpustakaan, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-9. Diakses pada

hari senin, 1 Agustus 2019.

Huda, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah

Atas, (Semarang: 2013), Mudarrisa: PENA LITERASI: Jurnal PBSI

Volume1 No. 2.

Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1.

Kunandar, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:

Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO. 2.

Lase, Delipiter, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal

Sundermann, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx.

LeComte, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,

(Surakarta, 11 Juni 2014).

Lincoln dan Guba, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan

Bahasa, (Surakarta, 11 Juni 2014).

Munif, Hasjim, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1.

Munif, Hsjim, Moh, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren di Era

Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.

Page 105: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

142

O‟Malley dan Chamot, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam

Sekolah Menengah Atas, (Semarang: 2013), Mudarrisa: PENA LITERASI:

Jurnal PBSI Volume1 No. 2.

P, Pannen, Perkembangan Pesantren Di Era Teknologi, (Tulungagung, 2013),

Vol. XXVIII No. 2.

Ramayulis, Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK

Negeri 1 Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin, (Palembang:

2014).

Rohman, Miftahur, & Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif

Nilai-Nilai Sosial Kultural (Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal

Pendidikan Islam, Volume 9, No. I.

Shihab, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-

Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV

Nomor 11.

Siyoto, Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Juni 2015), Literasi

Media Publishing, ISBN: 978-602-1018-18-7, Cetakan 1.

Sokamto, Haidar Putra Daulay, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan

Pesantren (Penelitian di Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012),

Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol. 06, No. 01.

Solichin, Pesantren di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal

Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Subroto, Edi, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,

(Surakarta, 11 Juni 2014).

Sugiono, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif, (Wacana

Volume XIII No.2, Juni 2014).

Sukamto, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,

(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.

Sumalyo, Masjid sebagai Pelestari Tradisi, (Semarang: Juli-Desember 2011),

Jurnal “Analisa” Volume XVIII, No. 02.

Sunyono, Teknik Wawancara (Interview) Dalam penelitian kualitatif, Program

Studi S3 Pendidikan Sains Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri

Surabaya, (Surabaya: 2011).

Page 106: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

143

Syafa‟at, Kholiq, Abdul, Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Era

Globalisasi Di Kabupaten Banyuwangi, (Surabaya, Juni 2014),

INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1

Syeikh, Karim, Abdul, Pola Dakwah Dalam Era Informasi, Jurnal Al-Bayan /

VOL. 22, NO. 31, Januari-Juni 2015.

Terry, R. George, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era

Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.

Tjandrawinata, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan

Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret

2018).

Tolbize , Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal

Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Williams, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era

Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal

Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.

Wiranata, Satria, Ricky, Tantangan, Prospek Dan Peran Pesantrendalam

Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019),

Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1.

Wiryosukarto & Efendi, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan

Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (Februari 2018), OASIS : Jurnal

Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2.

Wolter, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan

Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018).

Yasin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural

(Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No.

I.

Zarkasyi, Syukri, Abdullah, Tantangan, Prospek Dan Peran Pesantren dalam

Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019),

Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1.

Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia, (Padang

sidimpuan : 2013), Jurnal Darul „Ilmi Vol. 01, No. 02.

Page 107: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

LAMPIRAN

Page 108: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

55

PHOTO DOKUMENTASI

Wawancara Dengan Ibu Erita Suhartini WK Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan

Semarak Bengkulu

Wawancara Dengan Bapak. Nawawi Kadir Sekretaris Yayasan Semarak Bengkulu

Page 109: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

56

Wawancara Dengan Bpk. Ahmad Suhaimi Direktur Pondok Pesantren Pancasila

Wawancara Dengan Bapak Riki Jon Indri Kepala TU Pondok Pesantren Pancasila

Page 110: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

57

Wawancara Bayu Prayoga. Dengan Santri Putra kls. XII Tingkat SMA

Wawancara Dengan Ratna Ningsih. Santri Putri kls. XII Tingkat SMA

Page 111: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

58

Wawancara Dengan Gea Riski Febrianti. Santri Putri kls. VIII Tingkat MTs

Wawancara Dengan Cici Haryani. Santri Putri kls. XII Tingkat SMA

Page 112: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

59

Wawancara Dengan Junianto Santri Putra kls. VIII Tingkat SMP

Wawancara Dengan Nurlaila Lindriyani. Santri Putri kls. VIII Tingkat MTs

Page 113: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

60

KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI

No Poin Observasi Hasil Observasi

1. Pengamatan terhadap lingkungan

Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu

Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu memiliki santri yang cukup

banyak, asrama santri laki-laki dan

perempuan letaknya terpisah.

2. Melihat dokumen-dokumen profil

Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu

Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu merupakan salah satu

pondok pesantren tertua di pulau

Bengkulu. Berdiri tahun 1989.

3. Penulis ikut berpartisipasi dalam

kegiatan sholat I’tikaf di masjid

Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu.

Sholat i’tikaf dilaksanakan pada

malam jumat dan di ikuti oleh para

santri dan ustadz.

4. Penulis mengamati kehidupan

sehari-hari santri.

Para santri di Pondok Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu melakukan

kegiatannya sesuai dengan jadwal

yang sudah ada, mulai dari mengaji,

bersekolah dan sholat jamaah.

5. Mengamati kegiatan-kegiatan

yang berhubungan dengan

teknologi.

Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu mempunyai sarana dan

prasana yang cukup baik.

6. Mengamati keunikan atau

identitas dari Pondok Pesantren

Pancasila Kota Bengkulu.

Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu mempunyai keunikan

sebagai identitas pesantren salafiyah,

seperti tradisi-tradisi yang mungkin

tidak bisa ditemui di pondok

pesantren lainnya.

Page 114: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

A. Kepala Pondok Pesantren Pancasila

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era

Revolusi Industri 4.0.

1) Bagaimana sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu?

2) Apakah sistem pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu

masih relevan di Era modern?

3) Apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu?

4) Bagaimana cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu?

5) Bagaimana Isi kurikulum/materi yang diajarkan di Pondok pesantren

pancassila kota Bengkulu?

6) Apakah dalam materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk

mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan moderen?

7) Apa saja media dan metode yang digunakan pada saat belajar di pesantren

pancasila?

8) Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik di pesantren

pancasila kota Bengkulu?

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

1) Apa faktor pendukung pemanfaatan teknologi di pondok pesantren

pancassila kota Bengkulu?

2) Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu?

Page 115: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

2

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

A. WK Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era

Revolusi Industri 4.0.

1) Bagaimana sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu?

2) Apakah sistem pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu

masih relevan di Era modern?

3) Apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu?

4) Bagaimana cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu?

5) Bagaimana Isi kurikulum/materi yang diajarkan di Pondok pesantren

pancassila kota Bengkulu?

6) Apakah dalam materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk

mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan moderen?

7) Apa saja media dan metode yang digunakan pada saat belajar di pesantren

pancasila?

8) Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik di pesantren

pancasila kota Bengkulu?

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

1) Apa faktor pendukung pemanfaatan teknologi di pondok pesantren

pancassila kota Bengkulu?

2) Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu?

Page 116: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

3

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

A. Direktur Pondok Pesantren Pancasila

1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era

Revolusi Industri 4.0.

1) Bagaimana sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu?

2) Apakah sistem pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu

masih relevan di Era modern?

3) Apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu?

4) Bagaimana cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota

Bengkulu?

5) Bagaimana Isi kurikulum/materi yang diajarkan di Pondok pesantren

pancassila kota Bengkulu?

6) Apakah dalam materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk

mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan modern?

7) Apa saja media dan metode yang digunakan pada saat belajar di pesantren

pancasila?

8) Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik di pesantren

pancasila kota Bengkulu?

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.

1) Apa faktor pendukung pemanfaatan teknologi di pondok pesantren

pancassila kota Bengkulu?

2) Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok

Pesantren Pancasila Kota Bengkulu

Page 117: “STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM

4

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

A. Para Santri Pondok Pesantren Pancasila

1. Apakah materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk mempersiapkan

dalam menghadapi kehidupan modern?

2. Bagaiman sistem pendidikan/pembelajaran di Pondok Pesantren Pancasila

Bengkulu?

3. Apa strategi yang diterapkan di dalam pondok dalam menghadapi tantangan

era digital?

4. Apa Problematika pondok dalam menghadapi tantangan di era digital 4.