“strategi yayasan semarak bengkulu dalam
TRANSCRIPT
“STRATEGI YAYASAN SEMARAK BENGKULU DALAM
PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN PANCASILA
DI ERA DIGITAL 4.0”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S.Pd) Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh
RAICITA DENARA
NIM. 161 121 0120
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
TAHUN 2020
iii
iv
v
vi
MOTTO
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.
(Ali-Imran : 191).
Kalau Kita Hidup Senang Tidak Usah Belajar Bagaimana Caranya Karena Kita Pasti Bisa Menjalaninya
Tetapi Kita Harus Belajar Hidup Susah Dan Penuh Dengan Perjuangan
Karena Disitulah Keberhasilan Akan Tercapai.
(Raicita Denara)
vii
PERSEMBAHAN
Karya indah ini tidak dapat terwujud tanpa adanya doa dan harapan dari
orang-orang tercinta dan terkasih yang ada disekelilingku. Untuk itu peneliti
mengucapkan terima kasih dan mempersembahkannya kepada :
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Orang tuaku tercinta, ayahanda Burman P dan ibunda Armadin yang sangat
kucinta, yang selalu rela berkerja keras banting tulang, bercucuran keringat,
tidak mengenal rasa lelah dan yang terus memberikanku dorongan dan
motivasi demi keberhasilanku dan selalu berdoa untuk keberhasilanku yang
menjadi inspirasi besar dalam hidupku semoga tetap dalam lindungan Allah
SWT.
Saudara kandungku Andri Sudrajad dan Saudari kandungku Ria Risatia yang
tidak bosan-bosannya memberikan dukungan, semangat dan motivasi untuk
menyelesaikan perkuliahan dan selalu menantikan keberhasilanku.
Calon imamku Wahyu Afrizal yang luar biasa baik setia menemani dan
banyak membantu dalam menyelesaikan perkuliahan, serta tak pernah bosan
mendengarkan keluh kesahku dan selalu memberikan semangat, dukungan
dan motivasi.
Kakak Tingkatku yaitu Tison Haryanto, M.Pd, Yuli Partiana, M.Pd yang
selalu memberikan motivasi sehingga aku bisa menyelesaikan Skripsi ini.
Teman-teman seperjuangan PAI angkatan 2016, khususnya teman-teman PAI
D 2016.
Kelompok 29 KKN IAIN Bengkulu Desa Pagar Dewa, Kecamatan Kota
Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan.
Kepala Yayasan Semarak Bengkulu, Kepala Pondok Pesantren Pancasila,
Wakil Kepala Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu, Sekretaris, serta para
dewan guru yang lainnya, yang telah membantu saya dalam pembuatan
skripsi ini.
viii
Para Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu yang telah membantu
dalam berbagai hal selama saya melakukan penelitian.
Semua dosen dan karyawan IAIN Bengkulu yang telah mengajari arti
perjuangan dan tidak lupa terima kasih banyak juga kepada pembimbingku
Bapak. Dr. Suhirman, M.Pd dan Adi Saputra, S.Sos, M.Pd yang sudah
membantuhku menyelesaikan perjuanganku .
Almamater kebanggaanku yang telah membuatku meraih keberhasilan.
ix
ABSTRAK
Raicita Denara, NIM. 161 121 0120. Skripsi: “Strategi Yayasan Semarak
Bengkulu Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila di Era Digital 4.0”.
Program Studi Pendidikan Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah
Fakultas Tarbiyah dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Bengkulu. Pembimbing 1: Bapak. Dr. Suhirman, M.Pd, Pembimbing II: Adi
Saputra, S.Sos, M.Pd.
Kata kunci: Strategi Yayasan, Pengembangan Pondok, Era Digital 4.0
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana strategi Pendidikan di
Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 Apa saja faktor
pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di pondok Pesantren Pancasila
Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 Metode dalam penelitian ini menggunakan
motode kualitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi
observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data adalah Editing,
Kategorisasi, dan Penafsiran data. Hasil penelitian ini adalah Strategi Pendidikan
di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 yaitu
Pertama, penguatan basis nilai dalam arti bahwa pondok pesantren Pancasila
Bengkulu harus tetap berpijak pada dasar dan tujuan asal pendidikan Islam.
Kedua, mempersiapkan sumber daya yang mumpuni wajib dilakukan oleh
Pesantren Pancasila Bengkulu. Kompetensi tersebut adalah kemampuan berpikir
kritis, inovatif, kreatif serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu
berkolaborasi dan memiliki kepercayaan diri. Ketiga, peningkatan infrastruktur
(sarana) yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Keempat, pengembangan
kurikulum pesantren yang tepat guna, berkesusaian dengan perkembangan zaman.
Adapun faktor pendukung dalam berkembangnya Pondok Pesantren antara lain
sebagai berikut: Faktor Internal, Kinerja pengurus dan tenaga pendidik yang baik,
Keunggulan Kurikulum, Biaya pendidikan terjangkau. Sedangkan Faktor
Eksternal adanya dukungan dari para Wali Santri dan Sebagian Masyarakat, Letak
Geografis yang Startegis. Sedangkan faktor penghambat pondok pesantren
pancasila ada dua yaitu Faktor Internal, Kurangnya Lahan Untuk Perluasan
Yayasan Semarak Bengkulu dan Kurangnya Tenaga Pengajar. Sedangkan faktor
eksternalnya Kurangnya Dukungan dari Masyarakat sekitar dan Kompetisi antar
Lembaga Pendidikan.
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
Skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga Alah SWT, selalu mencurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menegakan kebenaran
di muka bumi ini.
Skripsi berjudul : “Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam
Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Di Era Digital 4.0.” Skripsi ini
dibuat bertujuan guna memperoleh Gelar Sarjana Strata satu Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri IAIN Bengkulu. Untuk itu
izinkanlah peneliti menghaturkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak. Prof. Dr. H. Sirajuddin M, M.Ag., MH, selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri IAIN Bengkulu yang telah memberikan berbagai fasilitas dalam
menuntut ilmu pengetahuan di IAIN Bengkulu.
2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.
Yang telah banyak memberikan bantuan dalam perkuliahan mahasiswa.
3. Bapak Dr. Suhirman, M.Pd selaku Pembimbing I skripsi program studi PAI,
yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing penulis.
4. Bapak Adi Saputra, S.Sos, M.Pd selaku kepala Prodi PAI dan Pembimbing II
skripsi program studi PAI, yang telah sabar dan ikhlas dalam membimbing
penulis.
xi
5. Segenap staf perpustakaan dan karyawan IAIN Bengkulu yang telah
menyediakan fasilitas sehingga membantu penulis menyelesaikan proposal
skripsi.
6. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam
Negeri IAIN Bengkulu yang telah banyak memberikan bantuan dalam
penyusunan skripsi.
7. Bangsa, Negara dan Agama yang tercinta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karana
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya bermanfaat
bagi kita semua terutama dapat memberikan kontribusi yang positif dalam
mengajar siswa. Aamiin.
Bengkulu, 24 Agustus 2020
Penulis
Raicita Denara
NIM. 161 121 0120
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii
PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7
C. Batasan Masalah .................................................................................. 7
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hakekat Strategi Pembelajaran ............................................................ 10
1. Pengertian Strategi Pembelajaran .................................................... 10
2. Pengertian Pondok Pesantren .......................................................... 11
3. Tujuan Pondok Pesantren ................................................................ 12
4. Karakteristik Pokok Pesantren......................................................... 14
5. Fungsi Pokok Pesantren .................................................................. 17
B. Pondok Pesantren Era Digital 4.0 ........................................................ 20
1. Karakteristik Sang Calon Santri dari Generasi Alfa ........................ 22
2. Tantangan dan Peluang Pesantren Dalam Pendidikan
di Era Digital 4.0 ............................................................................. 27
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 34
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 34
C. Data dan Sumber Data .......................................................................... 35
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 36
E. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 39
F. Uji Kredibilitas ..................................................................................... 40
G. Teknik Analisa Data ............................................................................. 43
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah ................................................................................ 46
1. Letak Geografis Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu ........ 46
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu ............ 47
3. Sistem Pendidikan ........................................................................... 49
4. Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu .......... 51
B. Hasil Penelitian .................................................................................... 53
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu
di Era Revolusi Industri 4.0 ............................................................. 54
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksaaan teknologi
di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi
Industri 4.0 ...................................................................................... 64
C. Pembahasan .......................................................................................... 69
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu
Bengkulu Relevan dengan Era Revolusi Industri 4.0 ..................... 69
2. Faktor pendukung dan penghambat Pelaksanaan teknologi
di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi
Industri 4.0 ...................................................................................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 84
B. Saran-Saran ................................................................................... 85
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tantangan Industri 4.0 .................................................................. 29
Tabel 1.2 Jumlah Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu .................. 50
Tabel 1.3 Organisasi kelembagaan yang ada di pondok pesantren
pancasila Bengkulu ...................................................................... 52
Tabel 1.4 Jumlah Dewan Guru ...................................................................... 52
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Uji Kredibilitas Dalam Penelitian Kualitatif ............................ 41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Foto Wawancara
Lampiran 3 Pedoman Dokumentasi
Lampiran 4 Instrumen Penelitian
Lampiran 5 Berita Acara Penelitian
Lampiran 6 Surat Pemberitahuan Kelulusan
Lampiran 7 Surat Mohon Izin Penelitian
Lampiran 8 Surat Penunjukan Pembimbing Skripsi
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Prodi
Lampiran 10 Surat Keterangan telah melakukan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi, pondok pesantren dihadapkan pada beberapa
perubahan sosial budaya yang tidak terelakkan, pondok pesantren tidak dapat
melepaskan diri dari perubahan-perubahan. Kemajuan teknologi informasi dapat
menembus benteng budaya pondok pesantren. Dinamika sosial ekonomi telah
mengharuskan pondok pesantren untuk tampil dalam persaingan dunia pasar
bebas (free market), belum lagi sejumlah perkembangan lain yang terbungkus
dalam dinamika masyarakat yang juga berujung pada pertanyaan tentang
resistensi (ketahanan), responsibilitas (tanggung jawab), kapabilitas
(kemampuan), dan kecanggihan pondok pesantren dalam tuntutan perubahan
besar. Usaha mencari alternatif jawaban itu relatif akan ditemukan bila. diketahui
dan dipahami secara persis antropologi internal dan eksternal pondok pesantren.
Upaya ini meniscayakan penelanjangan yang jujur dan rela melepaskan diri dari
segala asumsi negatif dan sikap apriori terhadap pondok pesantren.1
Pesantren, dengan teologi yang dianutnya hingga kini, ditantang untuk
menyikapi globalisasi secara kritis dan bijak. Pesantren harus mampu mencari
solusi yang benar-benar mencerahkan, sehingga pada pada suatu sisi, dapat
menumbuh kembangkan kaum santri untuk memiliki wawasan yang luas, yang
tidak gamang menghadapi modernitas, dan sekaligus tidak kehilangan identitas
1Abdul Kholiq Syafa‟at, Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Era
Globalisasi Di Kabupaten Banyuwangi, (Surabaya, Juni 2014), INFERENSI, Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1, h. 246-247.
1
55
dan jati dirinya, dan pada sisi lain, dapat mengantarkan masyarakatnya menjadi
komunitas yang menyadari tentang persoalan yang dihadapi dan mampu
mengatasi dengan penuh kemandirian dan peradaban.2
Pesantren sebagai lembaga pendidikan berbasis agama yang memiliki tugas
pokok yaitu transmisi ilmu-ilmu dan pengetahuan Islam, pemeliharaan tradisi
Islam, dan reproduksi (calon-calon) ulama telah dihadapkan pada tantangan
perubahan zaman dan karakter generasi yang hidup pada masa sekarang. Kajian
ini bersifat deskriptif eksploratif yang menganalis tantangan pesantren dalam
aspek pendidikan dan dakwah di era revolusi industri keempat (RI 4.0) dan
kehadiran peserta didik dari generasi alfa dengan segala karakteristik mereka
sebagai penduduk asli digital.3
Keberadaan pondok pesantren dalam sejarahnya, selain menjadi pusat kajian
ilmu-ilmu agama Islam, juga menjadi pusat kajian dakwah dan benteng aqidah
umat, bahkan pernah membuktikan dirinya sebagai pelopor pergerakan
kemerdekaan, pengawal budaya bangsa, serta penggerak ekonomi kerakyatan.
Selain itu pendidikan pesantren selama ini juga terbukti berhasil dalam
mengembangkan seluruh kemampuan dan potensi manusia Indonesia dengan
seimbang dan profesional, baik potensi fisik, akal maupun hati (qaib), sehingga
akan lebih mampu melahirkan manusia-manusia yang tinggi kualitas
2Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan,
Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1, h. 351. 3Juhasz, & Horvath-Csikos, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS :
Jurnal Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2, h.94.
56
ketaqwaannya, baik dalam segi pemahaman agamanya dan manusia yang banyak
memberikan kemanfaatan kepada manusia lainnya.4
Fungsi pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak lepas dari tujuan
berdirinya pesantren itu sendiri yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada awalnya pendidikan pesantren menggunakan sistem tradisonal, sistem ini
sangat sederhana contohnya seperti sorogan, watona dan bandongan lebih maju
lagi sistem pendidikan pesantren menggunakan sistem modern karena sistem yang
lama dianggap kurang sesuai dengan perkembangan zaman maka perlu adanya
inovasi di samping sistem tradisional sebagai ciri khas pesantren.5
Dengan adanya pengetahuan modern, industri, hasil teknologi dan
kebudayaan yang dibawa orang asing akan sangat berpengaruh baik positif
maupun negatif terhadap kehidupan bagai badai yang tak dapat dihindari lagi. Hal
itu bukan suatu hal yang mustahil bakal terjadi. Perkembangan teknologi dan
informasi yang disertai dengan nilai-nilai budaya Barat pada akhirnya akan
mengikis nilai-nilai Islam yang sudah mengakar di masyarakat. Sebagaimana
pengalaman dampak globalisai. Sementara budaya negatif semakin dominan
dengan merajalelanya perjudian, minuman-keras (alkohol), dan prostitusi.6
Pesantren yang menjadi harapan masyarakat dan tempat menuntut ilmu bagi
masyarakat dengan harapan mampu menghadapi permasalahan yang ada, ternyata
4Hasjim Munif, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1, h. 352. 5RZ. Ricky Satria Wiranata, Tantangan, Prospek Dan Peran Pesantrendalam
Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019), Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1, h.80. 6Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruhan,
Maret 2018), Jurnal Ja‟far, h.351.
57
pesantren itu sendiri juga menghadapi problem adapun permasalahan yang
dihadapi pondok pesantren yaitu:
1. Problem kurikulum karena kebanyakan pesantren terutama yang salaf
kurikulumnya masih tetap menggunakan kurikulum tradisional sehingga
lulusannya maksimal guru ngaji atau penceramah sebagian ada yang jadi petani
dan jadi pengangguran.
2. Manajemen dan perencanaannya, banyak pesantren yang tanpa menggunakan
manajemen dan perencanaan pokoknya yang penting jalan sehingga pesatren
ini tidak ada perkembangan dan kemajuan.
3. Keuangan. Keuangan pesantren dihasikan dari iuran santri sementra
kebanyakan santrinya dari ekonomi rendah dan iurannya disesuaikan dengan
kemampuan akibat untuk biaya operasionalnya sering kekurangan.
4. Kesiswaan karena kebanyakan santrinya berasal dari pelosok desa dan bermata
pencaharian pertanian, ketika musim panen tiba wali santri meminta ijin untuk
meliburkan anaknya agar dapat membantunya tapi seiring dengan
perkembangan wali santri sudah mulai menerima perubahan.
Menyadari kompleksitas masalah yang dihadapi mengharuskan pondok
pesantren untuk berbenah diri mencari alternatif solusinya mengadakan
pembaharuan serta pengembangan dalam semua aspek pendidikan, sebab kalau
tidak eksistensi pondok pesantren akan terisolasi dari dunia pendidikan.7
Sementara pembelajaran yang bersifat konvensional dan dogmatis telah
lama menghadirkan nuansa kegersangan dan kehampaan bagi mereka. Model
7Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi…, h.352.
58
pendidikan yang tidak kreatif sama saja membelenggu diri mereka untuk lebih
berkembang. Padahal derasnya pengaruh teknologi dan internet, telah
memberikan dampak yang cukup signifikan bagi kalangan kaum muda muslim
dalam menentukan peran mereka untuk merespons perubahan global. Sehingga
pendidikan Islam menyadari pentingnya melakukan perubahan untuk merespons
euphoria teknologi yang sangat digandrungi generasi muda millenial.
Pondok ini bernama Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu. Nama tersebut
diberikan oleh Presiden RI Bapak Soeharto pada saat peresmian Pondok Pesantren
pada tanggal 18 November 1974 yang diwakili oleh Menteri Agama RI Bapak
Prof. Dr. H. Mukti Ali, MA. Salah satu syarat mendirikan lembaga pendidikan
swasta saat itu adalah adanya yayasan yang menaunginya, maka Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu didirikan dibawah naungan Yayasan Semarak
Bengkulu. Modal awal pembangunan pondok ini berasal dari masyarakat
Kelurahan Jembatan Kecil yang ketika itu bernama Pasar Jembatan Kecil berupa
tanah wakaf seluas + 9 Ha (sekarang tinggal + 6 Ha) dan uang bantuan dari
Presiden RI Bapak Soeharto sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
yang diserahkan kepada Pemda Provinsi (Bapak Gubernur H. Ali Amin, SH )
pada waktu kunjungan beliau ke Bengkulu tahun 1972. Pada awal berdirinya
Pondok Pesantren Pancasila dipimpin oleh Kyai yang penuh kharismatik yaitu K.
H. Nawawi alumni Darul Ulum Mekkah sebagai direktur dan Buya Muh Rusli
Alumni MTI Syeikh Angku Lakung Sumatera Barat sebagai wakil direktur, telah
berhasil meletakkan pilar-pilar pondok yang mempunyai ke khasan sebagai
lembaga pendidikan pondok dengan menyelenggarakan madrasah diniyah dari
59
kelas 1 sampai kela IV, kepemimpinan berikutnya berlanjut kepada Buya H. Muh
Rusli kemudian Prof. KH. Jama‟an Nur, Drs. H. M. Asy‟ari Husein dan sampai
saat ini di pimpin oleh KH. Ahmad Suhaimi, S.Ag.8
Untuk menghadapi kemajuan di era digital 4.0 Pondok Pesantren Pancasila
Bengkulu, kini memiliki asrama baru yang megah. Berdiri di lahan seluas 570
meter persegi. Asrama berlantai 2 ini semakin terlihat lebih modern, elegan, serta
kekinian. di Sekretariat Pondok Pesantren Pancasila menjelaskan:
“Asrama ini dibangun di lahan ukuran 15X38 meter. Dengan nilai bangunan
Rp 6 miliar bersumber dari bantuan Kementerian Pekerjaan Umum
Perumahan Rakyat (PUPR).”9
Bangunan itu dibagi untuk 8 kamar. Masing-masing kamar berukuran 7X10
meter. Asrama ini ditargetkan bisa menampung sekitar 180 santri. Asrama ini juga
dilengkapi dengan fasilitas aula. Jadi asrama ini bukan hanya sebatas untuk
tempat tidur saja, tetapi juga untuk kegiatan yang sifatnya dapat mengasah
keterampilan para santri. Selain bangunan asrama, Kementerian PUPR juga
menyediakan fasilitas furnitur bagi para santri. Kehadiran asrama baru ini,
semakin menambah fasilitas bagus di Pondok Pesantren Pancasila. Diharapkan
bisa memberikan dampak postif timbulnya keinginan masyarakat di Provinsi
Bengkulu, menitipkan anaknya dididik di Pondok Pesantren Pancasila. Sekolah
yang lebih mendalami tentang ilmu agama. Dikesempatan sama, Kepala Asrama
Putra, mengutarakan:
8Muhammad Alfian, MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASA H
DINIYAH PONDOK PESANTREN (Studi Multi Kasus P ada Pondok Pesantren Pancasila
dan Pondok Pesantren Al-Quraniyah di Bengkulu), (UIN Raden Fatah Palembang, 2017),
CONCIENCIA, Jurnal Pendidikan Islam, h. 45 9Jhon Indri, Sekretaris Pondok Pesantren Pancasila kepada BE saat diwawancarai,
Kamis, 9 Februari 2019.
60
“Dengan adanya bantuan pembangunan asrama dari pemerintah kepada
Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu ini, bisa mengatasi masalah
pengadaan tempat tinggal para santri. Kemudian, bisa memberikan
kenyamanan bagi para santri dengan bangunan asrama yang lebih bagus.”10
Di era Industri 4.0 merupakan fenomena tersendiri dalam dunia pendidikan
sehingga menimbulkan hipotesis untuk diteliti bahwa cara yang ditempuh dalam
pondok pesantren dalam mempertahankan eksistensi layak untuk diteliti, untuk itu
penulis mengangkat judul: “Strategi Yayasan Semarak Bengkulu Dalam
Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Di Era Digital 4.0.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Kurangnya Sarana prasarana yang memadai.
2. Metode dan media pengajaran yang di terapkan di pondok pesantren Pancasila
Bengkulu masih kurang maksimal seperti media infokus hanya tersedia
masing-masing satu untuk satu lembaga formal.
3. Visi dan misi sekolah pesantren Pancasila Bngkulu yang masih kurang
mengikuti kebutuhan perkembangan zaman modern.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas. Maka penulis berfokus pada
permasalahan:
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi
Industri 4.0.
10
Nunu Nurahman, Kepala Asrama Putra Pondok Pesantren Pancasila kepada BE saat
diwawancarai, Kamis, 9 Februari 2019.
61
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren
Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas dapat diketahui rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era
Revolusi Industri 4.0?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian Untuk mengetahui:
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi
Industri 4.0.
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok Pesantren
Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan tentang hal-hal yang berkenaan dengan hakikat pesantren sebagai
sistem pendidikan Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi para Kyai akan lebih memperhatikan anak didiknya dalam strategi
untuk memajukan pondok pesantren.
62
b. Bagi peneliti, dapat memperluas ilmu pengetahuan serta lebih mendalami
lagi dibidang spesifikasi pendidikannya.,
G. Sistematika Penulisan
Agar penulis tidak keluar dari ruang lingkup dan pengaruh inti persoalan,
maka pembahasan ini di bagi menjadi beberapa BAB yang terdiri:
BAB I yang merupakan BAB Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian dan Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
Kemudian ada BAB II Berisikan tentang Landasan Teori, yang
berhubungan dengan Strategi Yayasan Dalam Pengembangan Pondok Pesantren
di Era Digital 4.0.
Pada BAB III Berisikan tentang metode penelitian dengan menguraikan
jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, Fokus Penelitian. kemudian
dilanjutkan dengan mencari sumber data, Teknik Pengumpulan Data dan
keabsahan data.
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari deskripsi wilayah
penelitian, dan penyajian Data.
Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Penutup.
63
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hakikat Strategi Pembelajaran
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Srategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan
seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat dalam berperang, seperti dalam
angkatan darat atau angkatan laut. Secara umum, strategi merupakan suatu
teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi adalah ilmu
dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk
melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Strategi
adalah seperangkat alat yang melibatkan individu secara langsung untuk
mengembangkan bahasa kedua atau bahasa asing. Strategi sering
dihubungkan dengan .11
Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu,
yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan
pengalaman belajar kepada siswa.12
Strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran.
Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan
11
O‟Malley dan Chamot, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam
Sekolah Menengah Atas, (Jakarta: 2018), Mudarrisa: PENA LITERASI: Jurnal PBSI
Volume1No. 2 Bulan Oktober, h. 109. 12
Gerlach & Ely, Strategi Pembelajaran, PEFI 4201/MODUL 1, h. 13.
10
64
prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.13
Strategi belajar antara lain:14
1. Strategi Utama dan Strategi Pendukung.
Strategi utama dipakai secara langsung dalam mencerna materi
pembelajaran. Strategi pendukung dipakai untuk mengembangkan sikap
belajar dan membantu pembelajar dalam mengatasi masalah seperti
gangguan, kelelahan, frustasi, dan lain sebagainya.
2. Strategi Kognitif dan Strategi Metakognitif.
Strategi kognitif dipakai untuk mengelola materi pembelajaran agar
dapat diingat untuk jangka waktu yang lama. Strategi metakognitif
adalah langkah yang dipakai untuk mempertimbangkan proses kognitif,
seperti monitoring diri sendiri, dan penguatan diri sendiri.
3. Strategi Sintaksis dan Strategi Semantik.
Strategi sintaksis adalah kata fungsi, awalan, akhiran, dan
penggolongan kata. Strategi semantik adalah berhubungan dengan objek
nyata, situasi, dan kejadian.
2. Pengertian Pondok Pesantren
Kata pesantren bersinonim dengan kata surau (di Sumatera Barat) dan
dayah (di Aceh), kata pesantren atau pondok pesantren lebih umum dikenal
masyarakat Jawa dan Kalimantan. Pesantren didefinisikan sebagai lembaga
13
Dick & Carey, Strategi Pembelajaran, Modul 1, h. 13 14Huda, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah
Atas, (Jakarta: 2018), Mudarrisa: PENA LITERASI: Jurnal PBSI Volume1 No. 2, h. 109.
65
pendidikan keagamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda
dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi
pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan
lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang
umumnya menetap di pesantren. Tempat dimana para santri menetap, di
lingkungan pesantren, disebut dengan istilah pondok. Lembaga pendidikan
Islam dengan sistem asrama atau pondok, di mana sosok kyai sebagai figur
sentral, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya, dan pengajaran
agama Islam dibawah bimbingan sang kyai yang diikuti para santri sebagai
kegiatan utamanya.15
Oleh karena itu, pesantren merepresentasikan pendidikan yang unik
yang mensintesakan dimensi sosial, budaya dan agama. Akar dan sintesis ini
kemudian mempengaruhi fungsi pesantren baik secara internal maupun
eksternal. Pesantren muncul sebagai sebuah komunitas. Kehidupan yang
memiliki kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas kreatif yang
menggunakan pendidikan alternatif yang menggabungkan pendidikan dan
pengajaran dengan pembangunan komunitas.
3. Tujuan Pondok Pesantren
Tujuan yang hendak dibidik dalam pendidikan Islam yang dewasa ini
dikenal ialah untuk membimbing, mengarahkan, dan mendidik seseorang
untuk memahami dan mempelajari ajaran agama Islam sehingga diharapkan
mereka memiliki kecerdasan berpikir (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan
15
Wiryosukarto & Efendi, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (Februari 2018), OASIS : Jurnal Ilmiah Kajian
Islam Vol. 2, No. 2. h. 97.
66
memiliki kecerdasan Spiritual (SQ) untuk bekal hidup menuju kesuksesan
dunia dan akhirat. Orientasi eskatologis terlihat begitu dominan dalam
diskursus tujuan pendidikan Islam. Sehingga, pola pemahaman yang
diterima oleh pembelajar cenderung melingkupi pemahaman kognitif ansich
walaupun aspek keceradasan emosional sudah diperhatikan.16
Fungsi tujuan pendidikan mencakup tiga aspek yang semuanya masih
bersifat normatif. Pertama, memberikan arah bagi proses pendidikan.
Kedua, memberikan motivasi dalam aktivitas pendidikan, karena pada
dasarnya tujuan pendidikan merupakan nilai-nilai pendidikan yang ingin
dicapai dan diinternalisasi pada anak didik. Ketiga, tujuan pendidikan
merupakan kriteria atau ukuran dalam evaluasi pendidikan.17
Adapun tujuan dibentuknya pondok pesantren adalah:
a. Mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama dalam hal ini Allah
SWT berfirman:
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
16
Miftahur Rohman, Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai
Sosial Kultural (Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I,
h. 22. 17Yasin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural
(Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No. I, h. 24-25.
67
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya.18
4. Karakteristik Pondok Pesantren
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam berbeda dengan
pendidikan lainnya baik dari aspek sistem pendidikan maupun unsur
pendidikan yang dimilikinya. Perpaduan dari sistem pendidikannya, terlihat
dari proses belajar mengajarnya yang cenderung kesederhanaan dan
tradisional, sekalipun juga terdapat pesantren yang bersifat memadukannya
dengan sistem pendidikan Islam modern. Yang mencolok dari perbedaan itu
merupakan unsur-unsur dominan dalam keberadaan pondok pesantren.
Bahkan unsur-unsur dominan itu merupakan ciri-ciri (karakteristik) khusus
pondok pesantren.
Ada beberapa tanda yang secara jelas dimiliki pondok pesantren
sebagai lembaga pendidikan sekaligus sebagai lembaga sosial yang
memberikan dukungan dalam pengembangan masyarakat. Ada lima bagian
pondok pesantren yang melekat atas dirinya yang meliputi: pondok, masjid,
pengajaran kitab-kitab kuno, santri dan kyai.
Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatan-kegiatan
pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu
lembaga pengembangan masyarakat.19
18
Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, surat At-taubah ayat 122. H 253. 19
Moh Hsjim Munif, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 356.
68
Oleh karena itu pondok pesantren sejak semula merupakan ajang
mempersiapkan kader masa depan.20
a. Masjid
Masjid adalah institusi yang inheren dengan masyarakat Islam.
Keberadaannya dapat menjadi ciri bahwa disitu tinggal komunitas
muslim. Masjid, pada umumnya terlepas dari keragaman bentuk dan
ukuran besar atau kecilnya menjadi kebutuhan yang mutlak bagi umat
Islam sebagai tempat untuk menemukan kembali suasana religius yang
menjadi simbol keterikatan warga muslim tersebut satu sama lainnya.21
Penamaan Masjid itu sendiri sebagai suatu institusi dalam pranata
religius Islam diambil dari bahsa aslinya (Arab) yaitu dari sajada-sujud
yang berarti patuh taat serta tunduk dengan penuh hormat dan takzim.
Dan Masjid dimaknai sebagai tempat bersujud. Pemaknaan ini sejalan
dengan fungsi utama Masjid sebagai tempat bersujud (yaitu dalam sholat)
yang dilakukan oleh umat Islam.22
Masjid pada dasarnya adalah tempat untuk beribadah kepada Allah
dan sebagai pusat kebudayaan Islam. Masjid dalam pengertian ini
mengandung dua fungsi pokok yaitu sebagai tempat ibadah kepada Allah
dan sebagai pusat kebudayaan Islam. Masjid merupakan tempat mereka
berkumpul dan menghadiri pengajian-pengajian keagamaan. Di sekitar
20
George R.Terry, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 358. 21
Shihab, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-
Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV Nomor 11, h. 601. 22
Al Faruqi, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-
Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV Nomor 11, h. 601.
69
masjid ini pula madrasah-madrasah didirikan, dan buku-buku keagamaan
ditulis atau didatangkan dari negeri Arab dan Persia, dikirim ke
pesantren, disalin, disadur atau diterjemahkan agar dapat disebar luaskan
kepada masyarakat. Di sini pula dirancang strategi penyebaran agama
mengikuti jaringan-jaringan yang telah mereka bina sejak lama.23
b. Pondok
Pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu pondok dan
pesantren. Pondok berasal dari bahasa Arab Funduq yang berarti tempat
menginap, atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari bahasa Tamil,
dari kata santri, diimbuhi awalan pe dan akhiran an yang berarti para
penuntut ilmu. Menurut istilah pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekankan
pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.24
c. Kyai
Kyai adalah orang yang selama hidupnya dengan khusus
menjalankan ibadah semata-mata karena Allah. Kyai merupakan tokoh
sentral di pesantren. Maju dan mundurnya pesantren turut ditentukan
pula oleh wibawa dan karisma seorang kyai.25
23
Sumalyo, Masjid sebagai Pelestari Tradisi, (Semarang: Juli-Desember 2011), Jurnal
“Analisa” Volume XVIII, No. 02, h. 230. 24
Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia, (Padang
sidimpuan : 2013), Jurnal Darul „Ilmi Vol. 01, No. 02, h. 166. 25
Sokamto, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan Pesantren (Penelitian di
Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012), Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol.
06, No. 01, h. 23.
70
Kata kyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yaitu :
Pertama Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
keramat, seperti kyai garuda kencana dipakai untuk sebutan kereta emas
yang ada di keraton Yogyakarta. Kedua Gelar kehormatan bagi orang tua
umumnya. Ketiga Gelar kehormatan yang diberikan oleh masyarakat
kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki pesantren dan mengajar
kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya.26
d. Santri
Santri adalah para murid yang belajar pengetahuan keislaman dari
kyai. Ada juga yang mengartikan santri sebagai orang yang sedang dan
pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali
informasi-informasi ilmu agama dari seorang kyai (pengasuh) selama
berada di asrama atau di pondok. Terdapat dua jenis santri yang belajar di
pesantren di antaranya yaitu santri mukmin serta santri kalong. Santri
mukmin yaitu murid-murid yang berasal dari daerah jauh dan menetap
dalam kelompok pesantren.27
5. Fungsi Pondok Pesantren
Pondok pesantren memiliki bebagai fungsi yang unik misalkan di
jaman penjajahan sampai sekarang tetap eksis meskipun dengan bentuk
yang sangat sederhana. Oleh karena itu perkembangan masyarakat
26
Sokamto, Haidar Putra Daulay, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan
Pesantren (Penelitian di Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012), Jurnal
Pendidikan Universitas Garut Vol. 06, No. 01, h. 23. 27
Dhofier, Pola Komunikasi Santri terhadap Kiai: Studi atas Alumni Pondok Modern
dan Alumni Pondok Salaf, (IAIN Surakarta : Januari - Juni 2017), Academica-Vol. 1 No. 1,
h. 10.
71
sekitarnya tentang pemahaman keagamaan (Islam) lebih jauh mengarah
pada nilai-nilai normatif, edukatif, progresif. Nilai-nilai normatif pada
dasarnya meliputi kemampuan masyarakat dalam mengerti dan mendalami
ajaran-ajaran Islam dalam arti ibadah sehingga masyarakat menyadari akan
pelaksanaan ajaran agama yang selama ini dipupuk.28
Nilai-nilai pendidikan meliputi pengetahuan dan pemahaman
masyarakat muslim secara menyeluruh dapat dikategorikan terbatas, baik
dalam masalah agama maupun ilmu pengetahuan pada umumnya.
Sedangkan nilai-nilai progresif yang dimaksud adalah adanya kemampuan
masyarakat dalam memahami perubahan zaman seiring dengan adanya
tingkat perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam hal ini masyarakat sangat
terbatas dalam masalah perubahan itu sehubungan dengan arus
perkembangan desa ke kota.
Oleh karena itu adanya perubahan di pesatren memang sesuai harapan
dan sesuai dengan tujuan pondok pesantren yang sedemikian rupa maka
pesantren memiliki fungsi sebagai berikut:29
a. Pesantren sebagai lembaga pendidikan
Berawal dari bentuk pengajaran yang sangat sederhana, pada
akhirnya pesantren berkembang menjadi lembaga pendidikan formal
yang diikuti oleh masyarakat, dalam pengertian materi pelajaran secara
material maupun imaterial, yakni mengajarkannya bacaan kita-kitab
28
Sukamto, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan,
Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 367. 29
Bahari Ghazli, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 368.
72
kuning. Titik tekan pola pendidikan semacam itu adalah diharapkan
setiap santri mampu menghatamkan kitab-kitab kuning sesuai dengan
tingkat yang dihadapkan, sedangkan pendidikan dalam pengertian
immaterial cenderung berbentuk suatu upaya perubahan sikap santri, agar
santri menjadi seorang pribadi yang kuat dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman fungsi pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan
terletak pada persiapan pesantren dalam menyiapkan diri ikut serta dalam
pembangunan di bidang pendidikan dengan jalan adanya perubahan
sistem pendidikan sesuai dengan arus perkembangan zaman dan erat
tekhnologi secara global Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah.30
Pengertian sebagai lembaga dakwah terus melihat kiprah pesantren
dalam melakukan dakwah di kalangan masyarakat dalam arti melakukan
suatu aktivitas menumbuhkan kesadaran beragama atau melaksanakan
ajaran-ajaran agama secara konsekuen sebagai pemeluk agama Islam.
Sebenarnya secara mendasar seluruh gerakan pondok pesantren baik di
dalam maupun di luar pondok pesantren merupakan langkah-langkah
dakwah, sebab pada hakekatnya berdrinya pondok pesantren tidak lepas
dari tujuan agama secara total.
b. Pondok pesantren sebagai lembaga sosial
Fungsi pondok pesantren sebagai lembaga sosial menunjukkan
keterlibatan pesantren dalam menangani masalah-masalah sosial yang
dihadapi oleh masyarakat atau dapat juga dikatakan bahwa pesantren
30
Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi, (Pasuruan,
Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1, h. 364.
73
bukan saja sebagai lembaga pendidikan dan dakwah tetapi lebih jauh dari
pada itu ada kiprah yang besar dari pesantren yang telah disajikan oleh
pesantren untuk masyarakatnya. Pengertian masalah-masalah sosial yang
dimaksud oleh pesantren pada dasarnya bukan saja terbatas pada aspek
duniawi melainkan tercakup didalamnya masalah-masalah kehidupan
ukhrawi.31
B. Pondok Pesantren Era Digital 4.0
Di Abad ke-21 ini, bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba-lomba
mengembangkan berbagai teknologi strategis. Dampak pengembangan
teknologi ini menyebabkan kompetisi perekonomian di satu sisi menjadi
semakin tajam dan di sisi lain semakin meluas. Keadaan tersebut sebagai akibat
dari cepatnya perkembangan teknologi informasi dan transportasi yang
menyebabkan makin mudahnya bagi negara-negara untuk mengakses informasi
bisnis, industri dan teknologi. Perkembangan teknologi yang semakin canggih
dan arus modal yang semakin cepat berputar dan meluas memungkinkan
banyak orang memiliki, membeli dan menggunakannya, walaupun masih
belum mampu menguasai atau mengembangkan sendiri teknologi tersebut.
Kesempatan memanfaatkan dan menguasai teknologi dan bisnis juga bisa
diraih oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejak dasawarsa
1980-an, kemajuan teknologi dan pertumbuhan industri yang begitu pesat di
31
Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi…, h. 364.
74
berbagai bidang telah berdampak dan secara dramatis mengubah pengertian
konseptual kita tentang jarak, waktu, budaya, gaya hidup dan perilaku.32
Dalam menghadapi era globalisasi dan informasi yang begitu cepat,
pesantren sebagai institusi pendidikan, keagamaan, dan sosial diharapkan
melakukan kebijakan strategis dengan melakukan pembaharuan-pembaharuan
adaptif terhadap kebutuhan masyarakat Millennial terutama aspek pendidikan
dan pemberdayaan masyarakat yang lebih accessible dan kontekstual tanpa
harus mengorbankan watak aslinya sebagai penjaga tradisi dan budaya
pendidikan Islam yang khas Indonesia.33
Pendidikan 4.0 adalah respons terhadap kebutuhan revolusi industri 4.0
di mana manusia dan teknologi diselaraskan untuk menciptakan peluang-
peluang baru dengan kreatif dan inovatif. menjelaskan “that the new vision of
learning promotes learners to learn not only skills and knowledge that are
needed but also to identify the source to learn these skills and knowledge.”34
Ada sembilan tren atau kecenderungan terkait dengan pendidikan 4.0,
yakni sebagai berikut:35
Pertama, belajar pada waktu dan tempat yang berbeda. Siswa akan
memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar pada waktu dan tempat yang
berbeda. E-learning memfasilitasi kesempatan untuk pembelajaran jarak jauh
32
Pannen P, 2005, Perkembangan Pesantren Di Era Teknologi, (Tulungagung, 2013),
Vol. XXVIII No. 2, h. 116. 33
Tolbize , Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian
IslamVol. 2, No.2, h. 98. 34
Delipiter Lase, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal
Sunderman, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx, h. 29. 35
Fisk, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal Sundermann,
pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx, h. 29.
75
dan mandiri. Kedua, pembelajaran individual. Siswa akan belajar dengan
peralatan belajar yang adaptif dengan kemampuannya. Ini menunjukkan bahwa
siswa pada level yang lebih tinggi ditantang dengan tugas dan pertanyaan yang
lebih sulit ketika setelah melewati derajat kompetensi tertentu.
Aspek-aspek pendidikan di pesantren yang menjadi sorotan diantaranya
visi, misi tujuan, kurikulum, manajemen dan kepemimpinan pesantren yang
perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman era globalisasi. Oleh karena itu
kurikulum pesantren selain harus kontekstual dengan kebutuhan zaman juga
harus mampu merangsang daya intelektual kritis santri. Disisi lain tetap
mampu mempertahankan identitas dirinya sebagai penjaga tradisi keilmuan
klasik, tanpa harus larut sepenuhnya dengan modernisasi, serta mampu
mengambil sesuatu yang dipandang manfaat positif untuk perkembangan
pesantren.36
Gagasan modernisasi pesantren bertitik tolak dari modernisasi
pendidikan Islam yang mempunyai akar-akar dalam gagasan tentang
modernisasi pemikiran dan institusi Islam secara keseluruhan yaitu modernisasi
pemikiran dan kelembagaan Islam yang merupakan prasyarat bagi kebangkitan
kaum muslimin dimasa modern. Karena itu, pemikiran kelembagaan Islam
(termasuk pendidikan) harus dimodernisasi sesuai dengan kerangka
modernitas.37
36
Abdullah, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian
IslamVol. 2, No.2, h. 99. 37
Solichin, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian
IslamVol. 2, No.2, h. 104.
76
1. Karakteritik sang calon santri dari generasi Alfa
Karakteritik sang calon santri dari generasi Alfa Kata generasi adalah
sekelompok orang yang dapat diidentifikasi berdasarkan tahun kelahiran,
usia, lokasi, dan peristiwa dalam kehidupan yang memberi pengaruh
signifikan terhadap tahapan perkembangan mereka. Anggota generasi saling
berbagi pengalaman yang mempengaruhi pikiran, nilai, perilaku, dan reaksi
mereka. Setiap Individu, tentu saja, membawa kepribadian mereka sendiri,
pengaruh, dan latar belakang tertentu dari ras, kelas sosial, jenis kelamin,
wilayah, keluarga, agama dan banyak lagi, tetapi beberapa generalisasi luas
dimungkinkan tentang karakteristik mereka yang lahir di sekitar tahun yang
sama.38
Satu kunci pokok tugas dan kedudukan guru sebagai tenaga
professional menurut ketentuan pasal 4 UU RI tentang guru dan dosen
adalah sebagai agen pembelajaran (learning agent) yang berfungsi
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai agen pembelajaran,
guru memiliki peran sentral dan cukup strategis antara lain sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi
inspirasi belajar bagi peserta didik. Guru yang profesional pada intinya
adalah guru yang memiliki daya kreasi dan kompetensi dalam melakukan
tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi guru adalah seperangkat
38
Kunandar, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:
Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO. 2, h. 269.
77
penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat
mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.39
Oleh sebab itu dalam berinteraksi melakukan kebiasaan, siswa tidak
dapat semaunya saja, tugas guru dalam kondisi ini adalah membelajarkan
dan mendidiknya. Tugas guru yang sesungguhnya bukanlah mengajarkan
ilmu atau kecakapan tertentu pada anak didiknya saja, akan tetapi juga
merealisir atau mencapai tujuan pendidikan khususnya tujuan pendidikan
Islam. Pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan kepribadian
manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran,
perasaan, dan indra.40
Generasi Alfa atau disebut juga dengan Gen-A adalah penduduk bumi
yang terlahir di tahun 2010. Mereka adalah penerus dari generasi
sebelumnya yang dikenal dengan generasi Z. Generasi Alfa adalah anak-
anak yang lahir dari generasi Millennial, mereka tumbuh berinteraksi
dengan ragam teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan) dan
robot yang layaknya manusia. Mereka akan bermain dengan mainan yang
terhubung yang akan merespon perintah dan juga mampu menunjukkan
kecerdasan emosional.41
Generasi Alfa akan menjadi generasi paling banyak di antara yang
pernah ada. Sekitar 2,5 juta Generasi Alfa lahir setiap minggu. Membuat
39
Oemar Hamalik, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:
Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO.2, h. 269. 40
Ramayulis, Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK
Negeri 1 Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin,(Palembang: 2014), h. 36. 41
Williams, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian
IslamVol. 2, No.2, h. 99.
78
jumlahnya akan membengkak menjadi sekitar 2 miliar pada 2025. Generasi
ini dianggap sebagai generasi milenium yang sesungguhnya, ia lahir dan
terbentuk sepenuhnya di abad 21, dan generasi pertama yang dalam jumlah
besar yang akan terlihat di abad ke-22. itulah mengapa dia menamainya
generasi Alfa. bukan kembali ke awal pasca munculnya Generasi X, Y, dan
Z, tetapi awal dari nomenklatur baru untuk generasi yang sepenuhnya baru,
di era Millennial baru ini. Istilah lain yang digunakan untuk
menggambarkan generasi ini adalah digital native. Julukan ini dimana siswa
masa sekarang sebagai Gen-N (Net/ jaringan Internet) atau Gen-D
(digital).42
Empat hal yang perlu disiapkan oleh guru sebelum siswa-siswa dari
generasi alfa memasuki ruang belajarnya:43
a. Fokus pada keterampilan, bukan isi materi (Focus on skills, not
content).
Bukan suatu berlebihan di era teknologi dengan akses informasi
yang terbuka saat ini bila kita nyatakan bahwa materi belajar dan
perangkat aksesnya sangat melimpah dan tersedia dimana saja dan kapan
saja. Ditopang pesatnya perkembangan perangkat teknologi dan
kecepatan internet yang dapat digunakan siswa untuk mengakses banyak
42
Mark Mc Crindle, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di
Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian
IslamVol. 2, No.2, h. 100. 43
Zmuda, Alcock, & Fisher, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal
Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101.
79
informasi termasuk materi-materi belajar. Karena itu, tugas guru harus
lebih memperhatikan keterampilan siswanya ketimbang pada isi materi.44
b. Memberikan pembelajaran dengan fleksibilitas dan tujuan yang
lebih besar (Provide learning with flexibility and a greater purpose)
Generasi Alfa akan tertarik pada keaslian dan menolak materi
pelajaran yang terpisah dengan konteks yang mereka alami. Mereka ingin
menciptakan produk bernilai yang memungkinkan mereka memadukan
materi yang mereka pelajari dengan pengalaman pengetahuan yang
mereka miliki dan menunjukkan apa yang mereka ketahui tersebut
dengan cara yang tidak tradisional. Guru perlu mempertimbangkan hasil
belajar yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan apa yang mereka
ketahui dan mampu lakukan dengan cara inovatif dan kreatif di berbagai
bidang materi dan berbagi kreasi tersebut dengan masyarakat virtual
(virtual community) baik lokal maupun global.45
c. Perencanaan untuk peningkatan kemampuan kolaboratif (Plan for
collaboration).
Dalam beberapa tahun terakhir, orientasi belajar mengarah pada
kemampuan berpikir kritis dan mengatasi masalah secara kreatif
(Learning innovationskills), khususnya melalui upaya kolaborasi dengan
siswa lain. Teknik ini akan terus berlanjut. Guru perlu memberikan
pengalaman kepada siswa berinteraksi secara digital atau interaksi virtual
44
Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan
di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah
Kajian IslamVol. 2, No.2, h. 101. 45
Gus Dur, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian
IslamVol. 2, No.2, h. 101.
80
(proses penyampaian dan penerimaan pesan menggunakan atau melalui/
ruang maya (cyberspace) yang bersifat interaktif), pembuatan prototipe,
permaianan edukatif virtual, memproduksi video, dan sebagainya.46
d. Mengembangkan soft skill (Cultivate soft skills).
Siswa generasi alfa membutuhkan pengalaman kelas dengan
menumbuhkan soft skill mereka, yaitu keterampilan non teknis yang
digunakan dalam berinteraksi dengan orang lain (intrapersonal) dan
dirinya sendiri (interpersonal). Bagaimana berperilaku dengan orang
lain, pengaturan diri, dan penetapan tujuan hidup dan karir. Softskill
adalah keterampilan yang membutuhkan proses untuk dikembangkan.
Guru perlu melibatkan siswa dalamberbagai kesempatan untuk
membangun sumber daya manusia baik sebagai modal manusia (human
capital), modal sosial (social capital), dan modal putusan (decisional
capital).
2. Tantangan dan Peluang Pesantren Dalam Pendidikan Di Era Digital
4.0
Dampak Inovasi disrupsi bisa kita rasakan langsung dalam gaya hidup
dan bermasyarakat era revolusi digital, perkembangan sains dan teknologi.
Seperti kehadiran Internet of Things (IoT), big data, cloud data base,
blockchain, dan lain-lain telah mengubah pola kehidupan manusia.
Mobilitas semakin mudah dengan perkembangan sains dan teknologi. Akses
internet yang mudah mendorong pertumbuhan e-commerce yang melahirkan
46
Solichin, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian
IslamVol. 2, No.2, h. 101.
81
transportasi online, niaga elektronik. Peralihan transaksi tunai ke e-cash
atau e-money perlahan mulai mengerus transaksi tunai di kehidupan era RI
4.0.47
Kemajuan teknologi memungkinkan terjadinya otomatisasi hampir di
semua bidang. Teknologi dan pendekatan baru yang menggabungkan dunia
fisik, digital, dan biologi secara fundamental akan mengubah pola hidup dan
interaksi manusia.48
Industri 4.0 sebagai fase revolusi teknologi mengubah cara beraktifitas
manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari
pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidak
pastian (uncertainty) global, oleh karena itu manusia harus memiliki
kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat.
Tiap negara harus merespon perubahan tersebut secara terintegrasi dan
komprehensif. Respon tersebut dengan melibatkan seluruh pemangku
kepentingan politik global, mulai dari sektor publik, swasta, akademisi,
hingga masyarakat sipil sehingga tantangan industri 4.0 dapat dikelola
menjadi peluang.
Tantangan industri 4.0 sebagai berikut:
a. Masalah keamanan teknologi informasi.
b. Keandalan dan stabilitas mesin produksi.
c. Kurangnya keterampilan yang memadai.
47
Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan
di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal Ilmiah
Kajian IslamVol. 2, No.2, h.102. 48
Tjandrawinata, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan
Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 6.
82
d. Keengganan untuk berubah oleh para pemangku kepentingan, dan
e. Hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.49
Lebih spesifik, menjelaskan tantangan industri 4.0 sebagai berikut.50
Tabel 1.1
Tantangan Industri 4.0
Tantangan ekonomi 1. Globalisasi yang terus berlanjut:
a. Keterampilan antar budaya
b. Kemampuan berbahasa
c. Fleksibilitas waktu
d. Keterampilan jaringan
e. Pemahaman proses
2. Meningkatnya kebutuhan akan inovasi:
a. Pemikiran wirausaha
b. Kreativitas,
c. Pemecahan masalah
d. Bekerja di bawah tekanan
e. Pengetahuan mutakhir
f. Keterampilan teknis
g. Keterampilan penelitian
h. Pemahaman proses
3. Permintaan untuk orientasi layanan yang lebih
tinggi:
a. Pemecahan konflik
49Wolter, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan
Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 7. 50
Hecklau et al, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan
Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018), h. 7.
83
b. Kemampuan komunikasi
c. Kemampuan berkompromi
d. Keterampilan berjejaring
4. Tumbuh kebutuhan untuk kerja sama dan
kolaboratif:
a. Mampu berkompromi dan kooperatif
b. Kemampuan bekerja dalam tim
c. Kemampuan komunikasi
d. Keterampilan berjejaring
Tantangan Sosial 1. Perubahan demografi dan nilai sosial:
a. Kemampuan mentransfer pengetahuan
b. Penerimaan rotasi tugas kerja dan perubahan
pekerjaan yang terkait (toleransi ambiguitas)
c. Fleksibilitas waktu dan tempat
d. Keterampilan memimpin
2. Peningkatan kerja virtual:
a. Fleksibilitas waktu dan tempat
b. Keterampilan teknologi
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
3. Pertumbuhan kompleksitas proses:
a. Keterampilan teknis
b. Pemahaman proses
c. Motivasi belajar
d. Toleransi ambiguitas
e. Pengambilan keputusan
84
f. Penyelesaian masalah
g. Keterampilan analisis
Tantangan Teknis 1. Perkembangan teknologi dan penggunaan data
eksponensial:
a. Keterampilan teknis
b. Kemampuan analisis
c. Efisiensi dalam bekerja dengan data
d. Keterampilan koding
e. Kemampuan memahami keamanan TI
f. Kepatuhan
2. Menumbuhkan kerja kolaboratif:
a. Mampu bekerja dalam tim
b. Kemampuan komunikasi virtual
c. Keterampilan media
d. Pemahaman keamanan TI
e. Kemampuan untuk bersikap kooperatif
Tantangan
Lingkungan
Perubahan iklim dan kelangkaan sumber daya:
a. Pola pikir berkelanjutan
b. Motivasi menjaga lingkungan
c. Kreativitas untuk mengembangkan solusi
keberlanjutan baru
Tantangan Politik
dan Aturan
1. Standarisasi:
a. Keterampilan teknis
b. Keterampilan koding
c. Pemahaman proses
2. Keamanan data dan privasi:
85
a. Pemahaman keamanan teknologi informasi
b. Kepatuhan
a. Dakwah di era digital
Pada hakekatnya dakwah adalah segala upaya orang Islam yang
bersifat mengajak atau memotivasi umat manusia untuk menerima,
merealisasikan dan mengaktualisasikan ajaran Islam dalam setiap aspek
kehidupannya yang dilaksanakan secara teratur dan sungguh-sungguh
dengan menggunakan media dan metode tertentu. Dakwah yang
dimaksudkan adalah dakwah dalam dimensi kerisalahan dan dimensi
kerahmatan. Dakwah dalam dimensi kerisalahan ialah usaha seseorang
atau sekelompok muslim untuk meneruskan tugas Rasulullah SAW
menyampaikan dinul Islam kepada seluruh umat manusia agar mereka
lebih mengetahui, memahami, menghayati (mengimani) dan
mengamalkan ajaran Islam sebagai pandangan hidupnya.51
Dengan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
yang demikian, maka dakwah sebenarnya mengarah pada perubahan
perilaku manusia pada tingkat individual maupun kelompok atau
masyarakat ke arah perilaku yang semakin Islami.
Metode dan strategi dengan cara yang bijaksana. Sebagaimana
firman Allah swt.
51
Abdul Karim Syeikh, Pola Dakwah Dalam Era Informasi, Jurnal Al-Bayan / VOL.
22, NO. 31, Januari-Juni 2015, h. 110.
86
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.52
Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan supaya dakwah di era
informasi tetap relevan, responsif, efektif dan produktif, yaitu:53
1. Jika selama ini makna da‟i dipahami dalam arti yang sangat sempit,
disamakan dengan muballigh, maka sekarang makna da‟i harus
diperluas.
2. Jika selama ini isi pesan (materi dakwah) agak terfokus pada
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan ibadah mahdhah, kini
perlu diperluas mencakup segala aspek kehidupan umat manusia
sebagai realisasi dari ajaran Islam yang bersifat kaffah.
3. Di samping tidak mengenyampingkan penggunaan pendekatan
interpersonal, semua jenis media massa, seperti radio, video, audio
casset, televisi, surat kabar, internet dan lain-lain dapat digunakan
sebagai media dakwah.
52
Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, An-Nahl: 125. h. 364. 53
Abdul Karim Syeikh, Pola Dakwah Dalam Era Informasi…, h. 115-118.
87
4. Lapangan dakwah sebagai tempat beradanya objek dakwah tidak
hanya dipusatkan di mesjid-mesjid, mushalla, dan balai-balai
pengajian, tetapi juga perlu diperluas kepada objek dakwah (warga
masyarakat) yang berada di tempat-tempat lain.
5. Evaluasi pelaksanaan dakwah sangat perlu diadakan oleh
penyelenggara dakwah untuk mengetahui umpan balik daripada objek
dakwah.
6. Pemahaman tentang paradigma dakwah sebagai suatu pemahaman
yang secara aktual terkait dengan kondisi masyarakat objek dakwah
perlu dipikirkan dan dipertimbangkan oleh penyelenggara dakwah.
7. Aktivitas dakwah harus dilakukan secara terus-menerus di setiap
waktu dan di semua tempat.
8. Orientasi dakwah harus mengacu pada kegiatan internalisasi,
sosialisasi dan pengaktualisasian ajaran Islam dengan menggunakan
pendekatan yang dapat menggugah aspek rasionalitas ranah kognitif
dan ranah afektif yang memungkinkan bertumbuhnya pemahaman
objek dakwah terhadap pesan yang telah diterimanya menjadi sikap
atau prilaku islami, yang selanjutnya tercermin dalam tingkah laku
dan perbuatannya sehari-hari.
88
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan motode kualitatif, dengan pendekatan
deskriptif yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara
obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan. Metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Kemudian lebih lanjut penelitian kualitatif berakar pada akar alamiah
sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat penelitian,
memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif,
mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar,
bersifat deskriptif.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan metode
deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada berdasarkan data-data, serta menyajikan data, menganalisis
dan menginterprestasi, serta bersifat koperatif dan korelatif.54
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini, mengambil tempat di Yayasan Semarak Kota Bengkulu.
Waktu penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu bulan 26 Juni 2020 s.d 6
54
Aan Prabowo Heriyanto, Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik ( E-Book ) oleh
pemustaka di perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Volume 2,
Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-9. Diakses pada hari senin, 1 Agustus 2019.
35
89
Agustus 2020 dalam waktu 1 bulan dirasa cukup bagi peneliti untuk
mendapatkan data-data yang diperlukan.
C. Data dan Sumber Data
Data penelitian adalah informasi yang terdapat pada segala sesuatu
apapun yang menjadi bidang dan sasaran penelitian. Data penelitian dapat
digali dan dikumpulkan melalui berbagai sumber data, antara lain: dokumen,
narasumber (informant), peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi, dan
benda.55
Berbagai sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini
sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data
primer antara lain observasi, wawancara, dan dokumentasi.56
Data ini berupa teks hasil pengamatan dan wawancara dengan
informan yang sedang dijadikan subjek dalam penelitian ini adalah Ketua
Yayasan Semarak Bengkulu, Pimpinan Pondok Pesantren Pancasila kota
55
Edi Subroto, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Surakarta, 11 Juni 2014), h. 211. 56
Sandu Siyoto, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Juni 2015), Literasi Media
Publishing, ISBN: 978-602-1018-18-7, Cetakan 1, h. 67.
90
Bengkulu, Anak-anak yayasan dan Santri Pondok Pesantren Pancasila kota
Bengkulu.
b. Data Sekunder
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat
diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan.
Termasuk dalam kategori data dokumentasi.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data, dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non interaktif.
Teknik interaktif antara lain meliputi: wawancara mendalam (in depth
interviewing),dan observasi berperan (participant observation). Sementara itu,
teknik non interaktif meliputi: analisis dokumen (content analysis), dan
kuesioner terbuka (open ended questionnaire).57
Untuk memperolah data yang valid, dalam penelitian penulis
menggunakan beberapa metode yang diantaranya adalah sebagai berikut:58
1. Metode Observasi
Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang
hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi, dilanjutkan dengan
57LeComte, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Surakarta, 11 Juni 2014), h. 213. 58
Aan Prabowo Heriyanto, Pemanfaatan Buku Elektronik ( E-Book ) oleh pemustaka di
perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu Perpustakaan, Volume 2, Nomor 2,
Tahun 2013 Halaman 1-9. Diakses pada hari senin, 1 Agustus 2019.
91
membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran
penelitian.59
Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan,
maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak
terstruktur. Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi tempat yang
hendak diteliti. Setelah tempat penelitian diidentifikasi, dilanjutkan dengan
membuat pemetaan, sehingga diperoleh gambaran umum tentang sasaran
penelitian.60
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi objek pengamatan meliputi
tiga aspek yaitu tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang
ada di Yayasan Semarak Kota Bengkulu dalam Pengembangan Pondok
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.
2. Metode Wawancara
Teknik wawancara, merupakan teknik penggalian data melalui
percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau
lebih. Pewawancara (interviewer) adalah orang yang memberikan
pertanyaan, sedangkan orang yang diwawancarai (interview) berperan
sebagai narasumber yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan yang
disampaikan. Wawancara dapat dilakukan untuk mengkonstruksi perihal
59
Conny R. Semiawan, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, Penerbit PT Grasindo, Jalan Palmerah Selatan 22 - 28, Jakarta 10270, h.112. 60
Conny R. Semiawan, Metode Penelltlan Kualltatlf Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya, (Penerbit PT Grasindo, Jakarta 10270), h.112.
92
orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan,
kepedulian, merekonstruksi kebulatan harapan pada masa yang akan datang,
memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi dari berbagai sumber,
dan mengubah atau memperluas konstruksi yang dikembangkan peneliti
sebagai triangulasi. Teknik wawancara dipilih peneliti untuk memperoleh
data yang lebih banyak, akurat dan mendalam.61
Wawancara ini merupakan teknik pengumpulan data yang esensial
dalam studi kasus. Wawancara mendalam merupakan wawancara yang
dilakukan dengan lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, dan tidak
dalam suasana formal. Wawancara ini dilakukan berulang pada informan
yang sama, dengan pertanyaan berbentuk open-ended, yaitu pertanyaan
tentang fakta dari peristiwa atau aktivitas, dan opini.62
Tujuan utama wawancara adalah untuk dapat menyajikan konstruksi
saat sekarang dalam suatu konteks mengenai para pribadi, peritiwa,
aktivitas, perasaan, motivasi, tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk
keterlibatan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, dalam wawancara mendalam,
informant dapat mengemukakan pendapatnya, dan pendapat itu dapat
digunakan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya63
Dalam wawancara terlebih dahulu perlu dipersiapkan pedoman
wawancara, sesuai dengan tujuan penelitian. Tanpa pedoman, wawancara
61
Lincoln dan Guba, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Surakarta, 11 Juni 2014), h. 125. 62
Yin, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa, (Surakarta, 11
Juni 2014), h. 125. 63
Basrowi & Suwandi, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa, (Surakarta, 11 Juni 2014), h. 125.
93
mendalam tidak akan terarah. Adapun yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:64
1) Kepala Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu.
2) Wakil Kepala Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
3) Direktur Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu.
4) Santri Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan metode penelitian dengan mencari
data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku,
surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, leger, agenda, dan sebagainya.
Di bandingkan dengan metode lain, dokumentasi tidak begitu sulit, dalam
arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap atau belum
berubah.65
Dalam tahap ini, peneliti melakukan pengumpulkan data yang
bersumber dari arsip yang terdapat di Yayasan Semarak Kota Bengkulu
dalam Pengembangan Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu yang
berkaitan dengan stretegi pengembangan Pondok Pesantren Pancasila dalam
menghadapi era digital 4.0.
E. Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian sering ditekankan pada uji validitas
dan reabilitas. Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dapat dinyatakan
64
Sunyono, Teknik Wawancara (Interview) Dalam penelitian kualitatif, Program Studi
S3 Pendidikan Sains Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya, (Surabaya: 2011),
h. 4. 65
Sugiono, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif, (Wacana Volume
XIII No.2, Juni 2014), h. 178.
94
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa
yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.66
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekkan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Triangulasi di bagi menjadi 3, yaitu: Triangulasi Sumber. Triangulasi
sumber adalah pengujian untuk menguji kredibilitas data, dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi
Teknik, Triangulasi teknik adalah pengujian yang dilakukan untuk menguji
kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik dengan berbeda. Triangulasi Waktu, Waktu juga
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber
masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredible.
Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber,
dalam hal ini peneliti mengecek kembali data-data yang telah diperoleh dari
beberapa sumber dan mengumpulkan sesuai yang dibutuhkan.
F. Uji Kredibilitas
Bermacam-macam cara pengujian kredibilitas data ditunjukan pada
gambar 2.1. Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa uji kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,
66
Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 267
95
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member
check.
Gambar 2.1
Uji Kredibilitas dalam Penelitian Kualitatif
a. Meningkatkan Ketekunan
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Kepastian data dan urutan peristiwa akan
dapat direkam secara pasti dan sistematik. Meningkatkan ketekunan
diibaratkan kita sedang mengerjakan soal-soal ujian atau meneliti kembali
tulisan dalam makalah ada yang salah atau tidak. Meningkatkan ketekunan,
peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang ditemukan
itu salah atau tidak sehingga dapatmemberikan deskripsi data yang akurat
dan sistematis tentang apa yang diamati.67
67
Surya Dharma, Pengolahan Dan Analisis Data penelitian, Direktur Tenaga
Kependidikan Ditjen PMPTK..., h.21.
Peningkatan
Ketekunan
Trigulasi Member Check
Uji Kredibilitas
Data
Penggunaan
Bahan Referensi
Analisis Kasus
Negatif
96
b. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian kualitatif diartikan sebagai pengujian
keabsahan data yang diperoleh dari berbagai sumber, berbagai metode, dan
berbagai waktu. Oleh karenanya terdapat teknik pengujian keabsahan data
melalui triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu.
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan teknik berbeda.
Misalnya data yang diperoleh melalui wawancara kemudian dicek dengan
data hasil observasi, atau hasil analisis dokumen. Bila menghasilkan data
berbeda, peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang
bersangkutan untuk mendapatkan data yang dianggap benar. Atau mungkin
semuanya benar karena setiap sumber data memiliki sudut pandang yang
berbeda.68
Waktu pengambilan data seringkali mempengaruhi kredibilitas data.
Misalnya, data yang diperoleh melalui wawancara pada pagi hari, berbeda
dengan data yang diperoleh melalui wawancara pada siang hari atau sore
hari. Untuk itu, diperlukan pengujian pada waktu dan situasi yang berbeda.
Bila menghasilkan data berbeda pengambilan data perlu dilakukan berulang-
ulang sampai mendapatkan kepastian data.69
68
Mohammad Mulyadi, Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar
Menggabungkannya, Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni
2011), h.136 69
Olsen, Pemeriksaan Keabsahan Data Penelitian Kualitatif Pada Skripsi..., h. 78.
97
c. Analisis Data Kasus Negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan
hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Melakukan analisis kasus negatif
berarti peneliti mencari data yang bertentangan dengan data yang telah
ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan
hasil temuan maka hasil temuan tersebut sudah dapat dipercaya. Akan tetapi
bila masih terdapat data yang berbeda atau bertentangan dengan hasil
temuan terdapat kemungkinan peneliti harus merubah temuannya. Hal ini
tergantung pada seberapa besar kasus negatif yang muncul.
d. Member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada sumber datanya. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian
data yang ditemukan dengan data yang diberikan oleh sumber data. Apabila
data yang ditemukan disepakati oleh sumber data maka data tersebut valid,
akan tetapi bila tidak disepakati perlu dilakukan diskusi lebih lanjut dengan
sumber data. Member check dapat dilakukan setelah pengumpulan data
selesai, setelah mendapat temuan, atau setelah memperoleh kesimpulan.
G. Teknik Analisa Data
Setelah data dikumpul melalui metode di atas maka penulis mengolah
atau menganalisis data tersebut dengan menggunakan komponen analisis yaitu:
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.70
70
Marzuki. Metodologi Riset. (Yogyakarta: BPFE-UII, 2000), h. 87
98
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
semakin lama peneliti ke lapangan maka jumlah data akan semakin banyak
kompleks dan rumit, oleh karena itu perlu dilakukan analisis data melalui
reduksi data.71
Mereduksi data berarti merangkum, hal pokok memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dengan demikian data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya
bila diperlukan. Proses transformasi data yang ada di lapangan dari
penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data, Dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat
dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya.
Melalui penyajian data tersebut maka terorganisasikan, tersusun dalam pola
hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami, penyajian data bisa
dilakukan dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori dan
sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk penyajian data dalam
penelitian kualitatif adalah teks bersifat naratif.72
71
Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 247 72
Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 249
99
Dari data yang ditemukan dapat dikatakan minimnya pemanfaatan
teknologi dapat dikatakan belum menyentuh kedalam substantifnya,
melainkan hanya sekedar sampai pada level pengenalan, konsumtif. Dalam
penelitian ini, peneliti memberikan pengertian dan pemahaman kepada para
pendidik terutama dikalangan santri tentang manfaat IT di era digital 4.0.
3. Penarikan kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan, kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data selanjutnya.73
73
Sugiyono. Metode Penelitian. (Bandung: Alfabeta, 2018), h. 252
100
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah
1. Letak Geografis Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu
Pondok ini bernama Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu. nama
tersebut diberikan oleh presiden RI Bapak Soeharto pada saat persemian
pondok pesantren pancasila pada tanggal 18 November 1974 yang diwakili
oleh Menteri Agama RI Bapak prof. Dr. H. Mukti Ali, MA. Modal awal
pembangunan pondok ini berasal dari masyarakat kelurahan jembatan kecil
yang ketika itu bernama Jembatan Kecil berupa tanah wakaf seluas ± 9 Ha
(sekarang tinggal 6 Ha) dan uang bantuan dari presiden RI Bapak Soeharto
sebesar Rp. 50.000.000, yang diserakan pada pemda provinsi (Bapak
Gubernur H. Ali Amin, SH) pada tahun 1972. Pondok Pesantren Pancassila
Bengkulu yang luasnya 6 Ha ini terletak ditempat yang strategis, karena
perkembangan kota Bengkulu, sejak berdirinya beralamat di Jl. Rinjani
kelurhan Jembatan Kecil Kecamatan Gading Cempaka kota Bengukulu,
kemudian karena pemekaran kecaatan dalam kota Bengkulu sekarang
berada dalam wilayah kecamatan Singaran Pati kota Bengkulu dengan
nomor telpon 073620262.74
Sejarah berdirinya pondok ini tergolong unik tidak seperti pondok lain
(terutama pondok salfiah), yang dimulai dari seorang figur yang mempunyai
74
Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.
47
101
kharisma tinggi. Akan tetapi pondok ini berdiri dilatar belakangi oleh parah
sepuh/kyai dan masyarakat Bengkulu untuk memeiliki sebuah lembaga
islam yang bertujuan mencetak kader-kader muslim, berilmu pengetahuan
dan memepunyai ketrampilan dalam berbagai bidang kehidupan, sebagai
peran serta nyata dalam mensuskseskan pembangunan nasional dalam
bidang pendidikan. Pada awal berdirinya pondok pesantren pancasila di
pimpin oleh kyai yang penuh kharismatik yaitu KH Nawawi Alumni Darul
Ulum Mekah, telah berhasil meletakan pilar-pilar pondok yang mempunyai
kekhasan sebaggai lembaga pendidik pondok. Kepemimpinan KH Nawawi
dilanjutkan oleh Buyah H. Muh Rusli alumni pondok pesantren krakyak
Yogyakarta. Kemudian dilanjutkan oleh Prof. Dr. KH Djaman Nur dengan
wakil Buyah H. Muh Rusli seiring dengan perjalanan waktu Buyah H. Muh
Rusli pensiun maka pondok tettap dipimpin oleh Prof. Dr. KH Djaman Nur
dengan Wakil ust. H. Yakin Sabri. Hs kemudian dilanjutkan oleh Drs. H. M.
Asyahri Husien dengan ust. Rozian Kameli, MA. Oleh karena ust. Rozian
Karnedi, MA diangkat menjadi dosen tetap STAIN Bengkulu, maka pondok
teap dipimpin oleh Drs. H. M. Asyahri Husien dengan wakil ust. Rahman
Umar, M.Pd.I setelah 2 tahun menjabat wakil direktur ust. Rahman Umar
M.Pd.I diangkat menjadi PNS di kabupaten Muko-muko, selanjutnya wakil
direktur dijabat oleh ust. Syamsul Komar sampai tahun 2014. Setelah Drs.
H. M. Asy‟ari Husein habis masa jabatannya, maka diangkatlah KH. Ahmad
102
Suhaimi, S.Ag seorang mantan qori‟ Nasional sebagai direktur setelah
pensiun sebagai Guru PNS di MAN Model Bengkulu. 75
Pada periode kepemimpinan KH. Ahmad Suhaimi, S.Ag ini
dimulailah kebangkitan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu dari tidur
panjangnya. Kebangkitannya dimulai dengan pembenahan di asrama dan
sekolah/madrasah dan menerapkan program-program yang diyakini bisa
membawa pondok pesantren pancasila pada puncak kejayaan seperti tahfizul
quran, berbahasa arab dan inggris secara aktif serta membangkitkan kembali
seni-seni budaya Islami. Dimunculkan juga program-program asrama yang
akan membentuk mental dan spiritual santri dengan mental pesantren dan
menjadikan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu sebagai kota santri serta
menggiatkan kembali baca kitab-kitab kuning salafiah, seperti : kitan
Nahwu, sorof, Tafsir, Hadist, Akhlak dan kitab-kitab salaf lainnya.76
2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila
a. Visi
Menjadi pusat pembinaan akidah, ibadah dan akhlaqul karimah dan
Terwujudnya Madrasah/Sekolah yang unggul dalam IMTAQ dan IPTEK.
b. Misi
Mencerdaskan putra putri muslim melalui Tafakuh Fiddin (pendalaman
ilmu keagamaan).
75
Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020. 76
Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.
103
3. Sistem Pendidikan
1) Sekolah / Madrasah Pancasila
Sistem dan tipe pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila
Bengkulu bertipe kombinasi Khollaf dan salaf dengan sistem
menerapkan kurikulum Nasional Kementerian Agama untuk MTs
Pancasil dan MA Pancasila serta Nasional Kementerian Pendidikan
untuk SMP. BP pancasila dan SMA pancasila.
a. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pancasila, terakreditasi “B”.
MTs Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat menengah
dengan memakai kurikulum Nasional Kementerian agama yang
dipadukan dengan kurikulum Pondok Pesantren dengan Model
Salafiah.
b. Sekolah Menengah Pertama Berbasis Pesantren (SMP.BP) Pancasila
terakreditasi “B”.
SMP.BP Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat
menengah dengan memakai kurikulum Nasional Kementerian
Pendidikan Nasional yang dipadukan dengan kurikulum Pondok
Pesantren dengan model Salafiah.
c. Madrasah Aliyah (MA) Pancasila terakreditasi “B”.
MA Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat atas
dengan memakai kurikulum Nasional Kementerian agama yang
dipadukan dengan kurikulum Pondok Pesantren dengan Model
Salafiah.
104
2) Sekolah Menengah Atas (SMA) Pancasila, terakreditasi
SMA Pancasila menyelenggarakan Pendidikan tingkat atas dengan
memakai kurikulum Nasional Kementerian Pendidikan Nasional yang
dipadukan dengan kurikulum Pondok Pesantren dengan model Salafiah.
Asrama Sistem pendidikan di asrama, baik di asrama putra maupun
asrama putri lebih ditekankan kepada pembinaan mental, spiritual
karakter para santri agar berakhlakul karimah.Selain penerapan
pendidikan Nasional di sekolah/madrasah, para santri diajarkan untuk
menghafalkan al-quran dan kitab kuning seperti, nahwu, sorof, Kitab-
kitab Hadits, fiqh dan akhlak dengan model salafiah.
Tabel 1. 2
Jumlah Santri Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu
NO Tahun
Pelajaran
Jumlah
MTs SMP.BP MA SMA JML
1 2003/2004 162 103 89 94 448
2 2004/2005 147 85 67 124 404
3 2005/2006 105 94 73 114 386
4 2006/2007 109 88 77 115 389
5 2007/2008 105 84 73 89 351
6 2008/2009 121 70 68 83 342
7 2009/2010 121 75 71 81 348
8 2010/2011 137 71 73 95 376
9 2011/2012 157 78 92 106 433
10 2012/2013 85 180 109 129 503
11 2013/2014 99 181 101 131 512
12 2014/2015 96 184 74 126 480
13 2015/2016 147 67 61 121 396
14 2016/2017 136 58 43 123 360
15 2017/2018 124 47 46 125 342
16 2018/2019 126 44 40 13 345
17 2019/2020 144 47 54 116 361
Sumber: Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.
105
4. Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu
Pada awalnya berdiri pondok hanya memiliki satu sekolah (madrasah)
dan kelas I sampai IV, belum dikelompokan menjadi dua jejnjang
pendidikan. Baru 1977 dibentukla dua jenjang pendidikan yaitu Madarash
Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA). Kemudian pada tahun 1987
didirikan SMP dan SMA pondok pesantren pancasila. Tujuan agar
pendidikan yang didirikan lebih terarah dan lebih menguasai bidang
keilmuan masin-masing sesuai dengan jenjang pendidikan.77
Sejak berdirinya pondok ini secara perlahan tapi pasti terus berusaha
mengembangkan dirirnya, baik fisik maupun non fisik sampai saat ini
memiliki santri ± 480 orang santri putra dan puteri, namun demikian
kmajuan diikuti di bidang kuantitas ini belum sepenuhnya diikuti oleh
perkembangan fisik/bangunan pondok. Seiring dengan kemajuan zaman
alhamdulilah saat ini pondok telah dapat membangun sarana dan pra-sarana
pendidikan baik baik gedung sekolah/ madrasah semuanya telah bersifat
permanen, assrama juga permanen tinggal yang menjadi PR bagi pengelolah
pondok adalah perumahan guru dan karyawan yang bersifat semi permanen.
Selain itu untuk meningkatkan mutu pendidikan di pondok ini telah
dilengkapi beberapa laboratrium seperti lab komputer, bahasa, biologi,
kimia, dan fisika yang telah dilengkapi dengan alat-alat teknologi sebagai
penunjang pendidikan. Dan pada tiap-tiap seekolah/ madrassah elah
memilki perpustakan masing-masing disamping perpustakan pondok
77
Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.
106
sebagai wadah untuk mengembangkan wawasan santri tidak hanya dalam
bidang agama, tapi juga ilmu pengetahuann umum dan teknologi, yang
buku-bukunya diperoleh dari bantuan Diknas dan Depak serta wakaf dari
masyarakat yang peduli pendidikan.78
Pada tahun 2001-2003 pihak Diknas RI jakarta dengan dan Loan IDB
Jeddah, telah memberi bantuan sarana gedung Pada tahun 2001-2003 pihak
Diknas RI jakarta dengan dan Loan IDB Jeddah, telah memberi bantuan
ssarana gedung dan alat laboratriumn komputer, bahsa, biologi, kimi, fisika
dan alat perpustakaan yang moderen yang kesemuanya menambah
kemampuan bagi pondok pesantren pancasila untuk mengmbangkan dir dan
meningkatkan ilmu.79
Tabel 1. 3
Organisasi kelembagaan yang ada di pondok pesantren pancasila Bengkulu
No Nama Jabatan Status
1 K.H. Ahmad Suhaimi S.Ag Direktur PNS
2 KHALIDI, S.Pd.I Wakil Direktur PNS
3 Ust. Syamsul Komar Lurah Pondok PNS
4 Riki Jon Indri, S.H.I Ka. T.U Pondok PNS
5 Wahyudin, S. Pd.I Ka. Asrama Putra PNS
6 HJ. Nurhamna Ka. Asrama Putri PNS
7 Eki Andriani, A.Md Kabag Keuangan/Bendahara PNS
8 M. Yusub Mustakim Staf Administrasi PNS
Sumber: Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.
Tabel 1.4
Jumlah Dewan Guru
No
Tahun Pelajaran Jumlah
GTT PNS JML
1 2010/2011 63 orang 22 orang 85
2 2011/2012 64 orang 22 orang 86
3 2012/2013 44 orang 22 orang 66
78
Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020. 79
Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.
107
4 2013/2014 45 orang 25 orang 70
5 2014/2015 68 orang 28 orang 96
6 2015/2016 68 orang 28 orang 96
7 2016/2017 68 orang 28 orang 96
8 2017/2018 57 orang 20 orang 77
9 2018/2019 60 orang 25 orang 85
10 2019/2020 58 orang 9 orang 67
Sumber: Profil Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Tahun 2020.
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah kepada guru
Pendidikan Agama Islam dalam bentuk pembinaan yang dilakukan kepala
sekolah dalam meningkatkan profesionalitas guru PAI. Dimana bentuk
pelaksanaan Remedial Teching itu dilakuk ada pembinaan secara langsung
yang meliputi kepala sekolah meperhatikan guru Pendidikan Agama Islam
mengajar, melakukan kunjungan kelas dan menggantikan guru Pendidikan
Agama Islam yang kurang maksimal dalam mengajar. Pembinaan secara
tidak langsung yang meliputi kegiatan keIslamian di sekolah.
B. Hasil Penelitian
Pengajaran ilmu-ilmu keislaman di pesantren, pada umumnya
dilaksanakan melalui pengajian kitab-kitab Islam klasik. Namun pada sebagian
pesantren, khususnya pesantren shalafiyyah, pengajaran ilmu-ilmu keislaman
meskipun ada yang menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab namun tidak
tergolong ke dalam kitab-kitab klasik. Kitab-kitab Islam klasik yang lebih
populer dengan sebutan kitab kuning, ditulis oleh para ulama Islam zaman
pertengahan. Kepintaran dan kemahiran seorang santri diukur dari
kemampuannya membaca dan mensyarahkan (menjelaskan) isi kandungan
kitab-kitab tersebut. Agar bisa membaca dan memahami sebuah kitab, seorang
108
santri dituntut terlebih dahulu memahami dan menguasai ilmu-ilmu alat/bantu
seperti: nahwu, sharaf, balaghah, ma’ani, dan bayan.
Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui observasi, wawancara, yang
dilakukan peneliti kepada Ketua Yayasan, Pimpinan Pondok, dan Santri serta
dokumentasi sebagai pelengkap penyajian hasil skripsi ini maka dapat
diketahui sebagai berikut:
3. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era
Revolusi Industri 4.0
Yang pertama peneliti melakukan wawancara berkenaan dengan
sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu. Dari hasil wawancara
peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok yaitu sebagai berikut:
“Ada dua sistem pendidikan yang digunakan yaitu yang dilakukan di
sekolah dan diteruskan di asramah seperti dengan cara muhadarah,
pengajian dan mufradat”. 80
Hal yang sama disampaikan Direktur Pondok Pesantren sebagai
berikut.
“Di pesantren ini menyelenggarakan dua sistem pendidikan yaitu
pendidikan formal dan non formal, dimana pendidikan formal dimulai
pada pukul 07.15 WIB selsai pukul 13.30 WIB dan pendidikan non
formal dimulai pukul 14.00 WIB sampai pada malam hari”.81
Dan berdasarkan hasil dari pengamatan penulis melalui observasi dan
dari wawancara terkait lainya bahwa pondok pesantren pancasila kota
Bengkulu melakukan strategi pendidikan yang terbagi menjadi dua yaitu
mereka menerapkan pendidikan formal (madrasah/ sekolah) dan pendidikan
80
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 27 Juni 2020 di ruang kerja). 81
Ahmad Suhaimi, Direktur Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 27 Juni 2020 di ruang kerja).
109
pondok yang diatur langsung dengan yayasan pondok itu sendiri. Dari
beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa di pondok pesantren
pancasila Kota Bengkulu tahun 2020 menerapkan strategi pendidikan
Madrasah/ sekolah umum pada Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah (MA), dan Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan sistem pendidikan kepondokan sperti mempelajari kitab-
kitab kuning, menghafal ayat-ayat, dan lain sebagainya.82
Peneliti kembali melakukan wawancara berkenaan dengan sistem
pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu masih relevan di Era
modern. Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok
yaitu sebagai berikut:
“Ada dua strategi pendidikan yang digunakan yaitu yang dilakukan di
sekolah dan diteruskan di asramah seperti dengan cara muhadarah,
pengajian dan mufradat”.83
Hal yang sama disampaikan Wakil Ketua Bidang Kepegawaian
sebagai berikut:
“Bahwa strategi pendidikan yang digunkan di pondok pesantren
pancasila bengkulu ini adalah masih sangat relevan sekali ya karena
kita menggunakan kurikulum DIKNAS yaitu dilakukan oleh SMP dan
SMA dan kurikulum dari kementerian agama yaitu yang dilakukan
oleh MTs dan MA yang mana jam belajarnya dimulai dari pukul
07.15-13.30 dan ditambah dengan kurikulum yang disusun sendiri
oleh pondok, dimana dilakukan mualai pada pukul 14.00 sampai
dengan malam hari yaitu seperti pengajian pada malam juma‟at,
Muhadarah pada malam sabtu, dan Mufradhat pada mlam minggu.
Dan pada hari libur pun sebenarnya tidak libur massih ada
kegiatankegiatan lainya, seperti kebersihan pondok pada pagi hari dan
siangnya mereka kembali beraktifitas seperti biasanya mengikuti
ekstrakulikuler masing-masing. Dan menuntut supayah lulusan
82
Hasil Observasi Rabu, 27 Juni 2020. 83
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 27 Juni 2020 di ruang kerja).
110
pesantren ini ada nilai lebihnya daripada sekolah-sekolah lainnya,
kami selaku para pemimpin dan pengurus pondok pesantren pancasila
akan selalu berbenah diri dan akan selalu mengupayakan yang terbaik
untuk pesantren pancasila ini kedepannya”. 84
Dan berdasarkan hasil dari penulis amati selama penelitian bahwa
pondok pesantren pancasila kota Bengkulu melaksanakan dua strategi
pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal. Dari beberapa pendapat
dari informan di atas dan hasil pengamatan yang dilkukan oleh penulis,
maka dapat disimpulkan bahwa sistem pendidikan di pondok pesantren
pancasila Kota Bengkulu masih sangat relevan dengan era moderen
sekarang ini karena para santri belajar di sekolah/ madrasah dimulai dari
pukul 07.15-13.30 dan setelah itu dilanjutkan dengan program kepondokan
sampai malam hari seperti belajar kitab-kitab kuning dan pengajian serta
mengikuti ekstrakulikuler dan lain sebagainya.85
Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Bpk. Sekretaris
Yayasan Semarak Bengkulu masih berkenaan dengan apakah teknologi di
perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, dari hasil
wawancara yaitu sebagai berikut:
“Saya sependapat apa yang dikatakan oleh bapak Ketua Yayasan di
atas, bahwa Pada era jaman sekarang teknologi itu sudah merambah
kedunia umum di dunia pendidikan. Jadi, dengan adanya perubahan
dan perkembangan revolusi industri 4.0 sangat dinamis. Sehingga
seorang santri yang sejatinya adalah seorang terpelajar, dituntut agar
dapat membaca situasi yang sedang terjadi untuk meraih peluang di
masa kemajuan zaman. Santri tidak boleh tertinggal dalam arus
perkembangan zaman. Walaupun notabenenya tinggal di pesantrean
yang identik dengan ilmu agama, namun di zaman milenial saat ini
84
Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,
(Wawancara pada tanggal, 28 Juni 2020 di ruang kerja). 85
Hasil Observasi Kamis, 28 Juni 2020.
111
seorang santri harus mengenal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)”.86
Peneliti kembali melakukan wawancara berkenaan dengan apakah
teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu. Dari
hasil wawancara peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok yaitu sebagai
berikut:
“Pada era jaman sekarang teknologi itu sudah merambah kedunia
umum terutama pesantren. Pesantren harus ada pengembangan karena
tanpa adanya teknologi kita akan ketinggalan jadi mungkin alangkah
lebih baiknya adalah teknologi di pondok pesantren harus ada
pengembangan selain kita menjaga nilai salafiyah kita tapi kita tetapi
harus berusaha menyesuaikan dengan jaman modern. Untuk saat ini
teknologi diperlukan , karena ini kaitannya dengan basic teknologi
seperti microsof office atau internet, tetapi juga harus dibatasi bagi
santri seperti facebookan, teknologi pemanfaatanya lebih ke skill,
seperti penulisan karena nanti kalau kita lulus kita perlu”. 87
Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Direktur Pondok
masih berkenaan dengan apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu, dari hasil wawancara peneliti dengan Direktur
Pondok yaitu sebagai berikut:
“Saya sependapat apa yang dikatakan oleh bapak Ketua Yayasan di
atas, bahwa Pada era jaman sekarang teknologi itu sudah merambah
kedunia umum di dunia pendidikan. Jadi, dengan adanya perubahan
dan perkembangan revolusi industri 4.0 sangat dinamis. Sehingga
seorang santri yang sejatinya adalah seorang terpelajar, dituntut agar
dapat membaca situasi yang sedang terjadi untuk meraih peluang di
masa kemajuan zaman. Santri tidak boleh tertinggal dalam arus
perkembangan zaman. Walaupun notabenenya tinggal di pesantrean
yang identik dengan ilmu agama, namun di zaman milenial saat ini
seorang santri harus mengua Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK)”.88
86
Nawawi Kadir, Sekretaris Yayasan Semarak Bengkulu, (Wawancara pada tanggal, 28
Juni 2020 di ruang kerja). 87
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 28 Juli 2020 di ruang kerja). 88
Ahmad Suhaimi, Direktur Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 28 Juni 2020 di ruang kerja).
112
Setelah melakukan wawancara dengan kedua informan. Maka
selanjutnya penulis melakukan observasi dengan mengamati secara
langsung memang tidak bisa dipungkiri bahwa pondok Pesantren Pancasila
juga mulai mengikuti era digital. Pondok Pesantren Pancasila dalam hal ini
melakukan proses adaptasi. Adapatasi (adaptation) Talcott Parsons yang
menyatakan bahwa sistem harus mengatasi kebutuhan situasional yang
datang dari luar. Pondok Pesantren Pancasila harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan dan kebutuhan-kebutuhannya. Pencapaian tujuan (Goal
Attainment), untuk mencapai tujuan tersebut Pondok Pesantren Pancasila
harus menentukan, mengatur, dan memfasilitasi pencapaian tujuan dan
kesepakatan dengan memiliki alat dan sumber daya.89
Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Wakil Kepala Bidang
Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu berkenaan dengan cara memadukan
teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, dari hasil
wawancara yaitu sebagai berikut:
“Cara memadukannnya yaitu kita mencari waktu untuk
pengembangan teknologi jadi kita mengaji kitab tetap jalan dengan
pemanfaatan teknologi, dan terkait teknologi juga masih jalan seperti
yang ada di Pondok Pesantren Pancasila apalagi disaat pandemi covid
19 ini. Pondok Pesantren sudah menerapkan pembelajaran sistem
online. Meskipun masih terdapat kekurangan. Untuk saat ini, terkait
itu pondok pesantren sendiri punya web yaitu menampilkan kegiatan-
kegiatan terkait penyebaran informasi pondok. Terkait pengembangan
oleh para santri masih belum ada pemanfaatannya karena itu hanya
segelintir orang yang memang paham tentang teknologi”.90
89
Hasil Observasi Sabtu, 30 Juni 2020. 90
Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,
(Wawancara pada tanggal, 30 Juni 2020 di ruang kerja).
113
Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Kepala Tata Usaha
Pondok berkenaan dengan cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu, Dari hasil wawancara peneliti dengan Kepala
Tata Usaha Pondok yaitu sebagai berikut:
“Cara memadukannnya yaitu saat ini masih sedang didalami karena
pondok pesantren ini jika mau menerapkan sistem teknologi secara
utuh itu tidak mungkin karena pondok pesantren ini masih
menggunakan kurikulum tradisional, sebagai uji coba lebih kurang
satu bulan Pondok Pesantren menerapkan sistem belajar menggunakan
aplikasi android.” 91
Setelah melakukan wawancara dengan kedua informan. Maka
selanjutnya penulis melakukan observasi dengan mengamati secara
langsung memang benar adanya selama pandemik covid 19 yang sampai
saat ini masih mewaba. Sehingga pimpinan yayasan memberlakukan sistem
belajar secara virtual, dengan memberikan tugas kepada para santri untuk
mengerjakan tugas mereka lewat aplikasi android.92
Peneliti kembali melakukan wawancara kepada Wakil Ketua Bidang
Kepegawaian Pondok berkenaan dengan kurikulum/materi yang diajarkan di
Pondok pesantren pancassila kota Bengkulu, dari hasil wawancara peneliti
dengan Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu yaitu
sebagai berikut:
“Yaitu sesuai dan sama dengan materi atau isi dari kurikulum dari
sekolah-sekolah yang lainya karena tujuan kita tadi adalah untuk
menciptakan tamatan yang berakhlakul karimah dan mampu
menguasai IPTEK, supaya nantinya mereka bisa bersaing di era
moderen sperti sekarang ini, bahkan kita disini harus bisa lebih unggul
91
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 30 Juni 2020 di ruang kerja). 92
Hasil Observasi Rabu, 1 Juli 2020.
114
dari sekolah-sekolah lain sebab kita mengadakan program unggulan
misalnya seperti plajaran mulok disini diisi dengan mata pelajaran
tahfis qur‟an, seni baca al-qur‟an dan lainnya”.93
Senada dengan yang disampaikan Kepala Tata Usaha Pondok:
“Di pesantren pancasila Bengkulu ini bukan hanya mengajarkan
pendidikan agamanya saja melainkan sama dengan sekolah-sekolah
lainnya yang ada diluar sana disini kita menyeimbangkan antara ilmu
agam dengan ilmu umum, karena ilmu umum tanpa di dampingi
dengan ilmu agama bagai kapal tanpa layar. Jadi disini santri kita
medapatkan materi pelajaran yang bersifat umum dimulai dari pagi
hari sampai siang hari yaitu pada sekolah-sekolah formal kita dan
setelah selesai mereka melanjutkan kependalaman ilmu keagamaan di
asramah. Dengan ilmu umum nantinya santri diharapkan bisa bersaing
dalam menentukan masa depannya dan dengan dibakali dengan ilmu
keagamaan maka mereka nanti tidak akan menyimpang dari akhidah
agama.”94
Berdasarkan hasil dari penulis amati selama penelitian bahwa pondok
pesantren pancasila kota Bengkulu memang mengajarkan materi-materi
pelajaran yang bersifat umum pada pendidikan formalnya dan setelah
selasai para santri melanjutkan pendalaman ilmu keagamaan di asramah
pesantren atau masijid dan tempat lainnya. Dari beberapa pendapat diatas
dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat penulis simpulkan
bahwa pondok Pesantren Pancasila tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu
keagamaan saja melainkan meraka sama dengan sekolah-sekolah lainnya
yang ada diluar sana dengan mengajakan plajaran yang bersifat umum pada
pendidikan formalnya dan diteruskan mempelajari dan mendalami ilmu
keagamaan pada pendidikan non-formalnya.95
93
Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,
(Wawancara pada tanggal, 1 Juli 2020 di ruang kerja). 94
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 1 Juli 2020 di ruang kerja). 95
Hasil Observasi Kamis, 2 Juli 2020.
115
Peneliti kembali melakukan wawancara Kepala Tata Usaha Pondok
Pesantren berkenaan dengan materi/kurikulum diajarkan kepada para santri
untuk mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan modern, Dari hasil
wawancara peneliti dengan Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren yaitu
sebagai berikut:
“Ya kita memasukan kedalam pelajaran tertentu untuk bisa bersaing
dalam kehidupan moderen seperti mempersiapkan mereka untuk
mencapai dan menduduki posisi sosial-ekonomi tertentu dan, karena
itu, pembelajaran harus dapat membekalai peserta didik dengan
kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat
mereka mampu memainkan peran sosial-ekonomis dalam
masyarakat”.96
Begitu juga yang disampaikan oleh santri Pesantren Pancasila:
“Kami disini dituntut untuk bisa mengabdi kepada masyarakat dan
bisa mengikuti perkembangan zaman, seperti kami langsung terjun
kemasyarakat kami melaksanakan kegiatan tersebut berlangsung
beberapa hari yaitu langsung bersosialisasi dengan masyarakat
setempat dan melaksanakan beberapa acara dimasjid”. 97
Berdasarkan penulis amati pada saat penelitian bahwa pondok
Pesantren Pancasila telah membekali para santri dengan ilmu sosial-
ekonomi yaitu sperti kegiatan yang langsung terjun kemasyarakat dan santri
dituntut untuk bisa bersosialisasi kepda masyarakat setempat.98
Peneliti kembali melakukan wawancara Sekretaris Pondok Pesantren
berkenaan dengan materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk
mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan moderen, Dari hasil
wawancara peneliti dengan Sekretaris Pondok Pesantren yaitu sebagai
96
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 4 Juli 2020 di ruang kerja). 97
Ratna Ningsih, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 4 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 98
Hasil Observasi Senin, 6 Juli 2020.
116
berikut:
“Kalau penggunaan media di sekolah pesantren pancasila untuk
sementara ini belum sepenuhnya menggunakan media yang
multimedia karena masih keterbatasan jumlah dan digunakan apabila
itu dianggap penting saja akan tetapi setiap apa yang disampaikan
sudah mengacu kepada kurikulum 2013 misalnya murid disuruh
memperhatikan apa yang disekiter mereka setelah itu mereka disuruh
menjelaskan apa yang mereka pahami tadi di depan kelas sesuai
dengan tuntutkan kurikulum 2013 itu sendiri. Begitu juga dengan
metode yang digunakan disisni menyesuaikan apa yang akan
disampaikan dan materi apa yang akan diajrkan, tidak hanya
menggunakan metode ceramah saja melainkan di iringi dengan
metodemetode lainya99
Hal serupa yang diutarakan oleh Wakil Ketua Bidang Kepegawaian
Yayasan Semarak Bengkulu, sebgai berikut:
“Dalam penyamapain materi pelajaran berlangsung biasanya guru-
guru disini menggunakan media sedehana dan menyesuaikan dengan
isi materi yang akan disampaikan karena disini penggunaan
multimedia beum sepenuhnya sempurnah sperti penggunaan alat
tersebut ada materi penting yang memang harus memakai alat
tersebut. Yang penting apa yang disampaikan dapat dipahami dan di
amalkan oleh peserta didik kita. Sama halnya dengan metode yang
digunkan masih cukup sederhana dan di gunakan menyesuaikan
dengan materi apa yang akan disampaikan.”100
Berdasarkan hasil dari penulis amati selama penelitian bahwa
penngunaan media nya masih terbilang sederhana karena peneliti melihat
penggunaan alat multimedia masih kurang karena keterbatasan di gunakan
apabila perlu saja begitu juga dengan penggunaan metode disana
menggunakan metode ceramah, berdiskusi, tanya jawab dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dan hasil pengamatan peneliti sendiri
dapt penulis simpulkan bahwa penggunaan media dan metode pelajaran
99
Erita suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,
(Wawancara pada tanggal, 6 Juli 2020 di ruang kerja). 100
NK, Sekretaris Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara pada
tanggal, 6 Juli 2020 di ruang kerja).
117
pada pesantren pancasila tidak begitu tertinggal dari sekolah-sekolah lainnya
hanya saja mereka belum sepenuhnya merelisasikannya, tetapi untuk
bersaing di di era moderen sekarang ini tidak tertinggal dibelakang sebab
mereka juga melaksakan UNBK pada saat ujian lalu. 101
Peneliti kembali melakukan wawancara dengan Kepala Tata Usaha
Pondok Pesantren berkenaan dengan cara mengevaluasi hasil belajar peserta
didik di pesantren pancasila kota Bengkulu. Berikut hasil wawancaranya:
“Sama ya dengan sekolah lain karena kita juga sudah menggunkan
kurikulum 2013 juga meskipun masih ada kelas yang masih
menggunakan kurikulum KTSP yaitu dengan melakukan tes terulis
atau pun tes lisan sperti yang ada dalam silabus dan RPP yang lulus
kita berikan pengayaan dan yang belum kita berikan lagi remidial
untuk menunjang nilai yang tadinya anjlok”. 102
Senada dengan yang disampaikan oleh Wakil Ketua Bidang
Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu, sebagai berikut.
“Cara mengevaluassi hasil belajar Siswa kita disini juga melakukan
beberapa latihan atau beberapa tes sperti tes tertulis atau tes lisan
bahkan kita sering ,elakukan fretes juga ya. Ya kita menyesuaikan
dengan panduan kurikulum yang kita gunkanla yang pastinya supaya
nanti kta tau seberapa jauh pemahaman peserta didika yang kita
ajarkan” 103
Berdasrakan hasil dari pengamatan yang dilakukan peneliti ditempat
bersangkutan bahwa memang guru-guru disana melakukan evaluasi hasil
belajar siswa dengan baik. Dari beberapa pendapat diatas dan hasil dari
observasi maka penulis dapat simpulkan bahwa pesantren pancasila kota
Bengkulu melakukan beberapa tes dan latihan seperti tes tertulis dan tes
101
Hasil Observasi Selasa, 7 Juli 2020. 102
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 7 Juli 2020 di ruang kerja). 103
Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu, (Wawancara pada tanggal, 7 Juli 2020 di ruang kerja).
118
lisan serta fretes untuk mengevaluassi hasil belajar siswa supaya mereka tau
kelebihan dan kekurangan para peserta didik mereka. 104
4. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0
Peneliti kembali melakukan wawancara dengan Kepala Tata Usaha
Pondok Pesantren berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat
pondok pesantren di era relolusi 4.0. Berikut hasil wawancaranya:
“Yayasan Semarak Bengkulu ini berdiri berkat kegigihan serta
dukungan dari kedua orang tua saya, sehingga pihak Yayasan
mempunyai tekad besar untuk mendirikan lembaga pendidikan, yang
tujuannya untuk mewadahi kebutuhan masyarakat yang heterogen dan
dinamis khususnya dalam bidang pendidikan dan sosial keagamaan.
Pada akhirnya saya dapat mendirikan sebuah yayasan yang saya beri
nama Yayasan Nurul Amanah Al Makky”.105
Dan senada dari pernyataan wakil Kepala Bidang Kepegawaian
Yayasan Semarak Bengkulu:
“Yayasan Semarak Bengkulu adalah salah satu lembaga pendidikan
sosial dan keagamaan, yang tentunya menaungi beberapa lembaga
pendidikan, diantaranya pondok pesantren, MTs, SMP, SMA. Disetiap
kegiatan pembelajarannya pasti terdapat pengurus dan tenaga pendidik
yang mempunyai peran aktif demi terlaksananya visi misi yayasan ini.
Fungsi tenaga pengajar sangalah penting bagi kelangsungan lembaga-
lembaga pendidikan tersebut, dengan adanya pengurus dan tenaga
pendidikan yang mempuni, Yayasan ini dapat berkembangan dengan
baik dan dapat diterima dengan baik pula oleh masyarakat sekitarnya
hingga saat ini”.106
Dari beberapa pendapat diatas dan hasil dari observasi maka penulis
dapat simpulkan bahwa pondok pesantren pancasila juga harus tetap perlu
waspada terhadapa isu-isu kontemporer yang membuat beberapa pesantren
104
Hasil Observasi Rabu, 8 Juli 2020. 105
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 7 Agustus 2020 di ruang kerja). 106
Erita Suartini, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu,
(Wawancara pada tanggal, 7 Agustus 2020 di ruang kerja).
119
akhirnya kehilangan kharismatiknya di muka masyarakat, lebih parah lagi
kasus yang terjadi dibeberapa persantren digenalisir sehingga berdampak
kepada semua pesantren di Indonesia seperti munculnya berbagai gerakan
Islam yang mempunyai jenis lain dengan wataknya yang ekstrim, keras dan
kurang toleran dalam menghadapi perbedaan, hal tersebut pada gilirannya
menjadi tantangan dakwah yang harus dihadapi oleh pesantren. Sehingga
perlu kesadaran dari semua pihak khususnya pesantren agar segera bergerak
melakukan introspeksi terhadap ajaran dasarnya, sebagai upaya menghadapi
tantangan radikalisme, sehingga pesantren tidak terlalu kaku dalam
mentransfer serta mensikapi perubahan-perubahan sosial yang terjadi saat
ini.107
Tantangan diatas harus menjadi warning bagi pesantren agar dapat
meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang berbasis pendidikan karakter,
sehingga problem global seperti pemberdayaan ekonomi, kesehatan, sosial
kemasyarakatan tidak menjadi beban bagi dunia pesantren saat ini.
Pesantren harus selalu optimis karena sejarah pesantren terbukti secara
konsisten mampu membentengi setiap pribadi santri terhadap derasnya
budaya Barat yang masuk ke Indonesia. Tentu sembari memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang selama ini terjadi. Selain itu konsep, peran
dan prospek pesantren kedepan sangat cerah karena mengingat pendidikan
karakter dalam pendidikan nasional akan selalu menjadi pilar utama bagi
pendidikan nasional, sehingga pesantren dapat mengambil peran sebagai
107
Hasil Observasi Kamis, 9 Juli 2020.
120
lembaga pendidikan yang konsen dibidang Pendidikan Agama Islam yang
menjunjung tinggi konsep akhklaqul karimah.
Sebagaimana pernyataan Direktur Pondok Pesantren Pancasila
tantangan yang berat:
“yaitu menemukan perbedaan individu santri. Alat untuk memahami
kitab kuning berkaitan dengan hukum Islam (fiqh) yaitu dengan
mempelajari „Ilm al-nahw dan ‘ilm al-ṣarf, karena ilmu inilah
menjadi penyokong santri untuk dapat membaca kitab kuning
dengan mudah dan baik. Dengan adanya perbedaan individu ini,
diperlukan sebuah bimbingan khusus untuk santri yang masih
dibawah rata-rata atau cara membaca kitab kuning yang masih perlu
dibenahi. Bimbingan khusus yang dimaksud yaitu bimbingan yang
dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan santri dalam
memahami kitab kuning”.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa
Faktor pendukung dan penghambat yaitu kyai dan guru yang cukup
berkualitas, dukungan orang tua santri, ketersediaan kitab, metode yang
digunakan dan lomba-lomba yang diadakan merupakan faktor pendukung
peran kyai dan ustadz. Sedangkan, faktor penghambatnya yaitu kemampuan
bahasa Arab yang masih perlu dibenahi, perbedaan individu santri,
kurikulum madrasah dan fasilitas yang masih perlu ditingkatkan.
Peneliti kali ini melakukan wawancara kepada para santri, berkenaan
sistem pendidikan/pembelajaran di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu,
dari hasil wawancara ke pada beberapa santri sebagai berikut:
“Ratna Ningsih, menyatakan bahwa sistem pembelajaran disini adalah
tetap mengikuti zaman namun tidak meninggalkan sistem
pembelajaran salaf, beberapa tahun lalu saya pernah menerapkan
adanya penambahan sistem pembelajaran, seperti yang dilaksanakan
121
pada saat pandemic mewabanya covid 19 ini para santri dilakukan
gaya belajar yang lebih modern”.108
“Bayu Prayoga, menyatakan sistem pembelajaran yang ada disini
adalah perpaduan antara salaf dan modern, di pondok ini sering ada
kegiatan seminar, adanya progam-progam yang diadakan sesuai
dengan minat santri, terkadang dalam proses pembelajaran
menghadirkan guru dari luar”.109
“Damar Anggara Putra, mengungkapkan sistem pembelajaran di
pondok ini berupa mengutamakan sistem salaf, namun tetap mengikuti
adanya sistem pembelajaran modern, tetapi ciri khas sistem salaf tetap
diutamakan dan dipertahankan”.110
Dari pernyataan para santri di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa di zaman seperti sekarang ini, ilmu dan teknologi secara bersamaan
semakin maju dan berkembang. Teknologi merupakan pendorong utama
globalisasi dalam berbagai bidang. Kemajuan teknologi yang sangat pesat
membawa dampak positif dan negatif terutama dalam bidang pendidikan.
Yayasan ini mengutamakan sistem salaf, namun tetap mengikuti adanya
sistem pembelajaran modern, tetapi ciri khas sistem salaf tetap diutamakan
dan dipertahankan.
Peneliti kembali melakukan wawancara kepada para santri, berkenaan
strategi yang diterapkan di dalam pondok dalam menghadapi tantangan era
digital, dari hasil wawancara ke pada beberapa santri sebagai berikut:
“Cici Haryani, berpendapat bahwa stategi yang diterapkan sangatlah
berpengaruh, banyaknya kegiatan yang terdapat didalam pondok dapat
108
Ratna Ningsih, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 11 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 109
Bayu Prayoga, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 13 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 110
Damar Anggara Putra, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas
XII Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 13 Juli 2020 di depan Ruang Belajar).
122
membentengi santri untuk tidak mengikuti kegiatan diluar pondok,
ketika santri melanggar maka akan dikenakan denda atau takziran”.111
“Bayu Prayoga, mengungkapkan bahwa stretegi yang diterapkan
berpengaruh terhadap santri, karena dengan adanya peraturan dan
takziran yang terdapat dipondok berefek jera terhadap santri, santri
tidak akan mengulangi kesalahan yang sama”.112
“Arbet Saputra, menyatakan bahwa stretegi yang diterapkan di
pondok sangatlah berpengaruh terhadap santri, santri lebih menaati
peraturan dan menjadikan santri lebih baik” 113
“Junianto, mengungkapkan bahwa strategi yang diterapkan di pondok
sangatlah berpengaruh, santriwati dapat mengkondisikan ketika
waktunya sholat, mengaji, belajar, ketika waktunya menggunakan hp,
ketika istirahat”.114
Dari pernyataan para santri di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa strategi yayasan dalam menghadapi era digital sudah cukup baik hal
ini bisa tergambar dari beberapa pernyataan para santri.
Peneliti kembali melakukan wawancara kepada para santri, berkenaan
Problematika pondok dalam menghadapi tantangan di era digital 4.0:
“Ratna Ningsih, menyatakan bahwa problematika yang terdapat
didalam pondok ini adalah adanya tantangan dari luar, jadi disini
ternyata bahwa minat dari santri dan keluarganya ada perubahan,
kalau dulu yang dicari adalah ciri khas yang ada dipondok ini, tetapi
yang dicari adalah letaknya yang mudah dijangkau, kegiatan yang ada
dipondok yang tidak terlalu padat, boleh membawa alat komunikasi.
Problematika yang lain berupa adanya kegiatan-kegiatan organisasi
dan komunitas diluar yang lebih menarik bagi santri dibanding dengan
kegiatan yang terdapat didalam pondok”.115
111
Cici Haryani, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 112
Bayu Prayoga, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas X
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 113
Arbet Saputra, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas X
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 114
Junianto, Santri Putra Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas VII Tingkat
SMP, (Wawancara pada tanggal, 15 Juli 2020 di depan Ruang Belajar). 115
Ratna Ningsih, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 15 Juli 2020 di depan Ruang Belajar).
123
“DA, mengungkapkan bahwa problematika yang terdapat dipondok
ini dalam menghadapi tantangan globalisasi adalah semakin
menurunnya jumlah santri, banyak orang tua yang lebih
mementingkan anaknya sekolah dibanding dengan anaknya mondok.
Banyaknya pondok baru terutama dekat dengan kampus maupun
sekolahan sehingga sebagian orang tua lebih memilih letak geografis
yang mudah dijangkau dibanding pondok yang sudah lama berdiri
kokoh dengan ciri khas yang dimiliki”.116
Dari pernyataan para santri di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa problem yang sangat dirasakan oleh kalangan santri dengan
banyaknya pendirian sekolah-sekolah modern otomatis berkurangnya minat
anak-anak untuk mondok..
C. Pembahasan
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era
Revolusi Industri 4.0.
Dengan kedewasaan pesantren di kota Bengkulu sebagai lembaga
yang tumbuh dan berkembang bersama masyarakat, pesantren telah
membuktikan eksistensinya selama bertahun-tahun. Keberadaannya telah
sepenuhnya membantu masyarakat di tengah-tengah gempuran problematika
hidup. Di tengah-tengah persoalan masyarakat yang makin komplek itulah,
pesantren justru menunjukkan kemapanannya. Kiprah para alumni pesantren
mampu menembus sendi-sendi kehidupan manusia di berbagai bidang,
seperti bidang keagamaan, sosial, politik, hukum, budaya dan sebagainya.
Untuk itu, setidaknya beberapa strategi Pendidikan di pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 sebagai berikut:
116
Damar Anggara, Santri Putri Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu Kelas XII
Tingkat SMA, (Wawancara pada tanggal, 14 Juli 2020 di depan Ruang Belajar).
124
1) Strategi pengembangan pendidikan pada pondok pesantren Pancasila
kota Bengkulu ada 2, yaitu:
a. Konsisten, dengan peluang dan kekuatan yang dimiliki oleh pesantren
berupa kepercayaan dari masyarakat sebagai lembaga pendidikan
berbasis pendidikan moral, sekaligus adanya kyai sebagai tokoh sentral
pesantren dengan kharisma serta kelebihan lain yang dimiliki mampu
menjadi daya tarik masyarakat untuk mendaftarkan putra-putrinya belajar
di pesantren, maka sudah seharusnya pesantren berupaya sedemikian
rupa mewujudkan asumsi masyarakat, bahwa pesantren layak
menyandang predikat The High Moral. Adapun caranya dengan
mempertahankan strategi pendidikan yang telah diselenggarakannya
selama ini yakni pendidikan berbasis keagamaan melalui madrasah
diniyah yang disebut sebagai ruhnya pesantren. Hal inilah yang selaras
dengan konsep almuhafadhotu ‘alaa al-qodiimi as-shoolih
(mempertahankan sitem lama yang baik).
b. Adaptif, untuk bersaing dengan lembaga pendidikan non pesantren baik
yang dibina oleh pemerintah maupun swasta, maka pesantren melalui
lembaga pendidikan Islam yang dikelolanya harus mau membuka diri
dengan cara transformasi pendidikan, misalnya dengan strategi
pendidikan yang berbasis IT yang memungkinkan lembaga pendidikan
Islam tersebut mampu menerapkan variasi metode pembelajaran dengan
media visual maupun audio visual dan pada akhirnya bisa menciptakan
suasanan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan
125
(PAIKEM). Kondisi inilah yang sebenarnya selaras dengan konsep wa
al-akhdu bi al-jadiid al-ashlah (mengambil sistem baru yang lebih baik).
2) Strategi pembaruan manajemen pesantren selama ini pesantren sangat
kental dengan manajemen tradisionalnya. Hal ini tampak pada struktur
kepemimpinan pesantren serta personalia pengelolanya yang cenderung
atas restu dari kyai sepuh yang menjadi pengasuh utama pesantren.
Keadaan ini membawa dampak diantaranya: pengambilan
keputusan/kebijakan, penentuan ustadz/ustadzahnya, termasuk kinerjanya
hanya berorientasi pada pengabdian, sehingga berakibat pada
peningkatan kinerja yang rendah. Oleh karena itu untuk memperbarui
manajemen pesantren harus ada wacana baru yang berupa penerapan
manajemen profesional, diantaranya rekuitment pegawai harus melalui
tes kemampuan, kepemilikin latar belakang pendidikan yang mendukung
dengan ketrampilannya selain tingkat kepatuhan kepada kyai (mengikuti
aturan pesantren).117
ini membawa dampak diantaranya: pengambilan keputusan/ kebijakan,
penentuan ustadz/ustadzahnya, termasuk kinerjanya hanya berorientasi
pada pengabdian, sehingga berakibat pada peningkatan kinerja yang
rendah. Oleh karena itu untuk memperbarui manajemen pesantren harus
ada wacana baru yang berupa penerapan manajemen profesional,
diantaranya rekuitment pegawai harus melalui tes kemampuan,
kepemilikin latar belakang pendidikan yang mendukung dengan
117
Abdul Kholiq Syafa‟at, Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Era
Globalisasi Di Kabupaten Banyuwangi, (Surabaya, Juni 2014), INFERENSI, Jurnal
Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1, h. 267-268.
126
ketrampilannya selain tingkat kepatuhan kepada kyai (mengikuti aturan
pesantren). Dengan demikian akan terbangun kualitas pelayanan
pendidikan yang baik sehingga bisa meningkatkan mutu lembaga
pendidikan Islam di pesantren.
3) Strategi peningkatan sumber daya pesantren ada 2, yaitu:
a. Peningkatan Sumber Daya Insani, diantaranya dengan memberikan
pembinaan mendatangkan tim ahli sesuai dengan bidang yang
dibutuhkan, mengadakan pelatihan yang mendukung pada
peningkatan kreatifitas sumber daya insani bahkan bisa dengan
memberikan rekomendasi beasiswa untuk melanjutkan pendidikan
melalui kerjasama dengan pihak pemerintah maupun swasta.
b. Peningkatan Sumber Daya Alam, pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam mandiri sudah seharusnya mampu mengoptimalkan
aset yang dimilikinya agar bisa dimanfaatkan sepenuhnya untuk
meningkatan eksistensinya. Diantara cara yang bisa ditempuh adalah
mengembangkan Koperasi Pesantren melalui berbagai unit usahanya
(berupa jasa pelayanan, baik untuk santri maupun masyarakat) dalam
rangka memenuhi operasional penyelenggaran pendidikan pesantren.
Adapun pengelolaan Koperasi Pesantren tersebut harus dengan
manajemen profesional dan berbadan hukum secara resmi agar
perkembangannya tidak mendapat hambatan, baik hambatan yang
datang dari pemerintah maupun swasta.
127
Strategi pondok pesantren dalam mengadapi nilai-nilai peradaban
modern, harus tetap berkontribusi dalam menjaga peradaban umat.
Sebagaimana yang diketahui, bahwa pesantren adalah benteng terakhir
peradaban Islam di Indonesia. Hal memungkinkan bagi pesantren untuk
memainkan peran dan fungsinya, khususnya di Indonesia yang berideologi
pancasila dimana kebebasan beragama menjadi salah satu piranti dalam
menjaga keutuhan bangsa. Namun, bila negara tidak lagi mampu
memberikan jaminan ini, menurut konsep habitus, maka pondok pesantren
dapat berfungsi sebagai kerangka yang melahirkan dan memberi bentuk
kepada persepsi, representasi, dan tindakan seseorang dan karena itu
menjadi structuring structures.
Strategi berikutnya yang kini dikembangkan oleh pondok pesantren
yang ada di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu adalah mulai bergerak
membuat kerja-kerja integrasi ilmu. Meskipun secara metodologis, Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu mulai mengembangkan pengajarannya.
Namun Pada level tertentu, kerja-kerja integrasi ilmu antar fardhu„ain dan
fardhu kifayah belum diorientasikan secara maksimal. Hal ini didukung
dengan konsep habitus yang dapat terarah kepada tujuan dan hasil tindakan
tertentu, tetapi tanpa ada maksud secara sadar untuk mencapai hasil-hasil
tersebut dan juga tanpa penguasaan kepandaian yang bersifat khusus untuk
mencapainya. Hal ini karena sesuai dengan jati dirinya, pesantren adalah
lembaga pendidikan Islam yang memiliki tugas utama menjaga peradaban
Islam khususnya di Indonesia.
128
Namun di sisi lain, adanya gagasan modernisasi pesantren yaitu
dengan memasukkan ilmu-ilmu umum ke dalam kurikulum pesantren telah
menimbulkan permasalahan. Kemudian muncul persoalan tentang
bagaimana tepatnya secara epistimologi menjelaskan ilmu-ilmu empiris dari
kerangka epistimologi Islam. Kurikulum yang berorentasi kekinian terus
berlanjut dikhawatirkan pesantren tidak mampu lagi memenuhi fungsi
pokoknya yaitu menghasilkan manusia-manusia santri. Oleh karena itu
pesantren harus mengkaji ulang secara cermat dan hati-hati berbagai
gagasan modernisasi tersebut dan pesantren harus lebih mengorientasikan
peningkatan kualitas para santrinya ke arah pengusaan ilmu-ilmu agama. 118
.
Berdasar pada paparan dalam hasil penelitian, menurut pengamatan
peneliti Secara operasional, menurut penulis terdapat beberapa strategi
pendidikan pondok pesantren Pancasila pada era revolusi industri 4.0, yaitu:
penguatan basis nilai, peningkatan sumber daya manusia, pemenuhan sarana
dan mengembangkan kurikulum.
Pertama, penguatan basis nilai dalam arti bahwa pondok pesantren
Pancasila Bengkulu harus tetap berpijak pada dasar dan tujuan asal
pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang dikembangkan hendaknya
dibangun atas dasar paradigma yang kokoh secara spiritual, unggul secara
intelektual, dan anggun secara moral dengan Al-qur‟an sebagai acuan yang
pertama dan utama. Pendidikan Islam harus tetap berakar konsep ta‟lim,
ta‟dib dan tarbiyah agar berfungsi pengembangan potensi manusia secara
118
Nurhati, dkk, Model Pondok Pesantren di Era Milenia,…, h. 15.
129
utuh. Kedua, mempersiapkan sumber daya yang mumpuni wajib dilakukan
oleh Pesantren. Kompetensi tersebut adalah kemampuan berpikir kritis,
inovatif, kreatif serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik, mampu
berkolaborasi dan memiliki kepercayaan diri. Untuk mencapai itu semua
kemudian dilakukan beberapa upaya kongkrit, pengembangan infrastruktur
(Massive Open Online Course), teaching industry, dan e-library. Ketiga,
peningkatan infrastruktur (sarana) yang sesuai dengan perkembangan
teknologi. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun basis internet yang
kuat yang mampu menjadi Big Data. Kemudian dikembangkanlah smart
class and smart learning. Keduanya merupakan kebutuhan wajib dalam
pengembangan Pendidikan Islam 4.0. Smart class merupakan konsep kelas
yang memiiki segudang fasilitas di dalamnya untuk menunjang
pembelajaran seperti akses internet dan fasilitas pendukung lainya yang
nantinya akan membantu dalam pelaksanaan smart learning. Keempat,
pengembangan kurikulum pesantren yang tepat guna, berkesusaian dengan
perkembangan zaman. Maksudnya adalah dalam mengembangan kurikulum
Pendidikan Islam haruslah mempertimbangkan kebutuhan peserta didik
dalam menghadapi tantangan dan kebutuhan dimasa kini dan mendatang.
Pengembangan kurikulum seyogyanya memenuhi seluruh aspek sistem
kurikulum yakni subyek, tujuan, metode, isi, media dan evaluasi
pembelajaran.
130
2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Relolusi Industri 4.0.
Di tengah dunia yang semakin maju dan canggih seperti sekarang ini,
menjadi tantangan serius bagi eksistensi dunia pesantren. Konsistensi
pesantren akan terus menjadi kawah candradimuka bagi pendidikan
(khususnya keagamaan) bagi generasi bangsa. Proses adaptasi terus
dilakukan seiring laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penelitian ini akan mendeskripsikan bagaimana pesantren mampu
berinovasi dengan melakukan adaptasi pembaharuan dengan realitas
revolusi industri 4.0. Tantangan kedepan bagaimana menyiapkan generasi
santri yang mampu beradaptasi dengan menyiapkan seperangkat sistem
yang mampu mendukung eksistensi pesantren pada perubahan dunia global.
Selain itu, bagaimana pesantren dengan modal kearifan lokal dan potensi
yang dimiliki, menjadi pelopor bagi perdamaian dunia pada era industri 4.0
yang didasari oleh nilai-nilai pendidikan keagamaan khas pesantren.
1) Faktor Pendukung
Kemajuan suatu Pondok Pesantren tentu tidak lepas dari beberapa
faktor yang mendukung yayasan tersebut. Faktor pendukung tersebut
setidaknya bisa diklasifikasikan secara sederhana menjadi dua bagian,
yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor pendukung dalam
berkembangnya Yayasan Pondok Pesantren antara lain sebagai
berikut:119
119
Sukarma, Strategi Sekolah Dalam Pendidikan Multikultural , (Yogyakarta, Agustus
2016), JPSD : Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar Vol. 2, No. 2, h. 116-117.
131
a. Faktor Internal
Faktor Internal adalah faktor pendukung dalam perkembangan
suatu yayasan dari sisi dalam yayasan tersebut. Biasanya sisi dalam ini
berupa nilai jual yang dimiliki pondok pesantren untuk masyarakat.
Jika dilihat dari sisi internal, faktor pendukung perkembangan dan
kemajuan yayasan Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu antara lain:
Kinerja pengurus dan tenaga pendidik yang baik, Keunggulan
kurikulum, Biaya pendidikan terjangkau.
b. Faktor Eksternal
a) Dukungan Dari Para Wali Santri dan Sebagian Masyarakat
Respon positif dari masyarakat bisa dilihat dari kepercayaan
mereka menitipkan anak-anaknya untuk belajar agama di Yayasan
Semarak Bengkulu. Mereka memilih yayasan Semarak Bengkulu
sebagai rujukan untuk putera-puterinya tentu bukan hanya karena
ikut-ikutan semata. Namun mereka memilih Pondok Pesantren
Pancasila kota Bengkulu, mereka tau kualitas keilmuan urusan
agama sudah tidak diragukan lagi. Selain itu, kurikulum serta
pengelolaan sistem yang bagus dalam yayasan Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat.
b) Letak Geografis yang Startegis.
Yayasan Semarak Bengkulu mempunyai letak yang cukup
strategis di kota Bengkulu. Oleh karena itu, kehadiran Yayasan
132
Semarak Bengkulu menjadi salah satu solusi bagi mereka untuk
menitipkan anak-anak meraka. Selain itu, letak Yayasan Semarak
Bengkulu juga mudah dijangkau menggunakan kendaraan umum
jenis angkot karena dekat dengan jalan raya. Jadi kawasan Yayasan
Semarak Bengkulu mudah diakses bagi mereka yang mempunyai
kendaraan pribadi maupun menggunakan fasilitas kendaraan
umum.
Hal tersebut diperkuat lagi dengan pernyataan Kepala Tata
Usaha Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu Bengkulu yaitu:
“Iya, hal ini dapat kita lihat dan dirasakan dengan adanya
setiap kegiatan yang ada di dalam pondok pesantren
masyarakat ikut membantu dalam setiap acara pesantren.
Dengan adanya pesantren terkadang masyarakat sangat
bersyukur, karena tidak perlu jauh-jauh untuk belajar agama.
Jadi, masyarakat mendukung dengan adanya pesantren,
sampai terkadang masyarakat juga ada yang menyumbang
dalam bentuk materi maupun non materi untuk membangun
pesantren sebagai tempat belajar dan mengajar para santri.
Selain itu dengan adanya Pondok Pesantren Al-Amien
menjadikan wilayah Ngasinan Rejomulyo di kenal di
masyarakat luas”.120
Hal tersebut diperkuat lagi dengan pernyataan Wakil Kepala
Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu yaitu:
“Faktor pendukung dari sarana harus ada, terus dukungan
dari pengasuh juga perlu, tapi biasanya kemauan santri juga
beragam. Manfaat teknologi bagi santri yaitu supaya tidak
ketinggalan, tidak kampungan dan kalau kita sudah bisa
memahami teknologi itu bisa bermanfaat ketika santri itu
pada akhirnya akan kuliah dan sebagainya”.121
120
Riki, Kepala Tata Usaha Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 20 Juli 2020 di ruang kerja). 121
Es, Wakil Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu, (Wawancara
pada tanggal, 14 Agustus 2020 di ruang kerja).
133
2) Faktor Penghambat
Suatu lembaga atau yayasan pasti akan mengalami prosoes naik
turun dalam hal perkembangan. Hal ini sudah lazim terjadi karena
hambatan itu berbanding lurus dengan perkembangan. Semakin
berkembang suatu yayasan, maka tantangan yang akan dihadapi juga
semakin kompleks. Yayasan Pondok Pesantren Pancasila kota Bengkulu
juga tidak luput dari fenomena teresebut. Ada beberapa hambatan yang
dialami oleh Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu dalam
perkembangannya. Beberapa faktor penghambat tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal
yang akan dipaparkan sebagaimana berikut:
a. Faktor Internal
Kurangnya Lahan Untuk Perluasan Yayasan Semarak Bengkulu
dan Kurangnya Tenaga Pengajar.
b. Faktor Eskternal
a) Kurangnya Dukungan dari Masyarakat sekitar
Dalam hidup bermasyarakat, tentunya setiap orang ingin
berdampingan secara rukun dan harmonis dengan mereka. Kondisi
ini dibutuhkan agar tercipta kenyamanan pada diri kita serta tidak
ada tekanan yang datang dari luar. Untuk mewujudkan hal tersebut
kita dituntut berprilaku sesuai norma yang telah berlaku dalam
masyarakat. Namun terkadang perilaku kita yang telah baik tidak
mendapatkan respon yang baik pula dari masyarakat. Jangan heran
apabila ada seorang yang meminjam pulpen kepada anda dan
134
dengan pulpen itu pula dia dia menuliskan keburukan-keburukan
anda, karena begitulah watak dunia.
b) Kompetisi antar Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan yang telah menjamur di Indonesia
memberikan berbagai penawaran yang menarik hati masyarakat
dalam memilih pendidikan untuk anaknya. Semakin banyak
fasilitas yang ditawarkan, semakin menarik pula pendidikan yang
ditampilkan, maka semakin besar pula kesempatan lembaga itu
menjadi pilihan masyarakat. Kompetisi antar lembaga ini tidak bisa
dihindari, sebab setiap lembaga sama-sama punya misi untuk
memajukan lembaganya. Lembaga yang kurang menarik dari sisi
fasilitas, sarana prasarana, maupun program unggulan, maka
hampir dapat dipastikan lembaga itu akan sepi peminat. Untuk itu,
diperlukan kreatifitas yang tinggi agar lembaga pesantren tetap
diminati masyarakat dengan berbagai cara yang dapat menarik
simpati dari masyarakat. Kompetisi antar lembaga seharusnya
bukan menjadi faktor penghambat kemajuan bagi Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu. Namun hal ini harus dijadikan
cambuk bagi para pemimpin pesantren agar terus berupaya
memberikan yang terbaik untuk masyarakat, agar Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu tidak kehilangan peminatnya.
Perbaikan dalam hal sarana prasarana, kurikulum, sistem
pendidikan serta pengelolaan yayasan perlu ditingkatkan agar bisa
135
menjadi lebih baik. Jika hal itu telah dilakukan, maka Yayasan
Semarak Bengkulu tidak perlu khawatir dengan berjamurnya
lembaga pendidikan di Indonesia.
Masalah yang dihapai pesantren terhadap arus modernisasi
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pertama, dari segi kepemimpinan pesantren secara kukuh
masih terpola dengan kepemimpinan yang sentralistik dan hierarkis
yang berpusat pada satu orang Kyai. Kedua, kelemahan di bidang
metodologi, pesantren mempunyai tradisi yang kuat di bidang
transmisi keilmuan klasik. Namun karena kurang adanya
improvisasi metodologi, proses transmisi itu hanya melahirkan
penumpukan keilmuan. Ketiga, masalah kurikulum pesantren yang
sudah usang. Hal tersebut umunya pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam, materi pembelajarannya lebih mengutamakan
pelajaran agama Islam yang bersumber dari kitab-kitab klasik,
seperti tauhid, hadis, tafsir, fiqih dan sejenisnya. Kurikulum
didasarkan pada tingkat kemudahan dan kompleksitas kitab-kitab
yang dipelajari, mulai dari tingkat awal, menengah dan lanjut.
Keempat, terjadinya disorientasi, yakni pesantren kehilangan
kemampuan mendefinisikan dan memosisikan dirinya di tengah
136
realitas sosial yang sekarang ini mengalami perubahan yang
demikian cepat.122
Dari keempat persoalan tersebut Azra menawarkan solusi.
Untuk permasalahan pertama dapat diselesaikan dengan pembaruan
sistem manajemen dan kepemimpinan. Kepemimpinan yang
semula besifat sentralistik dan hierarkis yang berpusat pada satu
orang Kyai, harus ditransformasikan menjadi manajemen dan
kepemimpinan kolektif. Masalah kedua dapat diatasi dengan
kontekstualisasi dan improvisasi metode pembelajaran atau bahkan
membangun sebuah paradigma baru yang berorientasi pada
paradigma emansipatoris. Masalah ketiga dapat diatasi dengan cara
tidak jauh berbeda dengan masalah kedua, yakni kontekstualisasi
kurikulum dengan zaman yang tengah berlangsung.123
Hal tersebut diperkuat lagi dengan pernyataan kepala Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu yaitu:
“Pastinya ada faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan
teknologi di Pondok Pesantren ini, salah satunya dengan
masukknya android otomatis mereka bisa mengenali betapa
pentingnya penguasaan teknologi, kalau hambatan saat ini sih
lebih ke manajemen saja. Dalam sebuah pesantren mayoritas
itu manjemen agak kurang karena sistem pesantren berbeda
dengan sistem yang lain. Kenapa saya bilang begitu karena
saya sampai detik ini belum bisa menemukan sebabnya
karena banyak faktor. Mungkin dalam kurikulum pelajaran
pun tidak diajarkan manajemen. Mungkin yang diajarkan
122
Hasan, Desain Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Sindangsari Al-Jawami
Cileunyi Bandung dalam Menghadapi Generasi Milenial, (Bandung, Januari-Juni 2019,
Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 1. 24. 123
Heriyudanta, Desain Pendidikan Islam di Pondok Pesantren Sindangsari Al-Jawami
Cileunyi Bandung dalam Menghadapi Generasi Milenial, (Bandung, Januari-Juni 2019,
Jurnal Tarbawi Vol. 16. No. 1. 25.
137
manjemen kondisional gak ada yang baku, khusus dalam
masalah teknologi ini kendalanya di manajemen.”.124
Dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis tarik
kesimpulan walaupun ada kekhawatiran tersendiri dalam
pergeseran dari pesantren tradisional menjadi pesantren modern,
namun aktualisasi modernisme lembaga pendidikan Islam
khususnya pondok pesantren menjadi keniscayaan yang perlu
dipertimbangkan guna menjawab sebuah tantangan global.
Kekhawatiran tersebut tentu berhubungan dengan identitas
pesantren yang bisa saja akan tergerus dengan nilai-nilai global
yang begitu bebas. Namun demikian, nilai modernitas yang
dibarengi dengan kesiapan jati diri pesantren akan memperkokoh
identitas pensatren di kancah dunia. Tentu hal tersebut harus
dibarengi dengan kuatnya identitas pesantren sebagai lembaga
pendidikan yang mampu berkembang dalam situasi apapun.
124
Ri, Kepala Pondok Pesantren Pancasila Kota Bengkulu, (Wawancara pada tanggal,
21 2020 di ruang kerja).
138
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisa data yang telah peneliti lakukan dapat diambil
kesimpulan secara empiris yaitu Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren
Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0 yaitu Pertama, penguatan basis
nilai dalam arti bahwa pondok pesantren Pancasila Bengkulu harus tetap
berpijak pada dasar dan tujuan asal pendidikan Islam. Pendidikan Islam harus
tetap berakar konsep ta‟lim, ta‟dib dan tarbiyah agar berfungsi pengembangan
potensi manusia secara utuh. Kedua, mempersiapkan sumber daya yang
mumpuni wajib dilakukan oleh Pesantren Pancasila Bengkulu. Kompetensi
tersebut adalah kemampuan berpikir kritis, inovatif, kreatif serta memiliki
kemampuan komunikasi yang baik, mampu berkolaborasi dan memiliki
kepercayaan diri. Untuk mencapai itu semua kemudian dilakukan beberapa
upaya kongkrit, pengembangan infrastruktur (Massive Open Online Course),
teaching industry, dan e-library. Ketiga, peningkatan infrastruktur (sarana)
yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Hal ini bisa dilakukan dengan
membangun basis internet yang kuat yang mampu menjadi Big Data. Keempat,
pengembangan kurikulum pesantren yang tepat guna, berkesusaian dengan
perkembangan zaman.
Faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Relolusi Industri 4.0. Adapun faktor
pendukung dalam berkembangnya Pondok Pesantren antara lain sebagai
berikut: Faktor Internal, Faktor pendukung perkembangan dan kemajuan
85
139
Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu antara lain: Kinerja pengurus dan tenaga
pendidik yang baik, Keunggulan kurikulum, Biaya pendidikan terjangkau.
Sedangkan Faktor Eksternal yaitu: Adanya dukungan dari para Wali Santri dan
Sebagian Masyarakat, Letak Geografis yang Startegis. Sedangkan faktor
penghambat pondok pesantren pancasila ada dua yaitu Faktor Internal,
Kurangnya Lahan Untuk Perluasan Yayasan Semarak Bengkulu dan
Kurangnya Tenaga Pengajar. Sedangkan faktor eksternalnya Kurangnya
Dukungan dari Masyarakat sekitar dan Kompetisi antar Lembaga Pendidikan.
B. Saran
Berdasarkan temuan dari hasil penelitian, maka beberapa saran yang
perlu penulis sampaikan, yaitu:
1. Bagi Pendidik atau pengasuh, diharapkan supaya meningkatkan kedisiplinan
mengaji, peraturan penggunaan tekhnologi. Karena adanya santri dalam
menggunakan teknologi bisa berdampak buruk, santri lebih tertarik terhadap
aplikasi yang ada didalamnya.
2. Hendaknya para santri selalu menaati peraturan yang ada dan
memanagemen waktu dengan baik. Tindak lanjut yang harus dilakukan oleh
peneliti ketika memilih tema yang sama seperti penulis adalah lebih
mendalami tentang strategi pembelajaran yang diterapkan di pondok serta
tantangan pondok pesantren yang dihadapi di era digital 4.0. Mencari
sumber informasi yang lebih banyak lagi atau dari berbagai pihak.
140
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal
Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
Al, et, Hecklau, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan
Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret
2018).
Alcock, Zmuda, & Fisher, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari
2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
Alfian, Muhammad, MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MADRASA H
DINIYAH PONDOK PESANTREN (Studi Multi Kasus P ada Pondok
Pesantren Pancasila dan Pondok Pesantren Al-Quraniyah di Bengkulu),
(UIN Raden Fatah Palembang, 2017), CONCIENCIA, Jurnal Pendidikan
Islam.
Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, An-Nahl: 125.
Al-qur‟an terjemahan kementerian agama, surat Attaubah ayat 122.
Ami, Saifuddin, Tantangan Prospek Dan Peran Pesantrendalam Pendidikan
Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019), Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1.
Bower & Christensen, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari
2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
Crindle, Mc, Mark, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari
2018), OASIS: Jurnal Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
Dhofier, Pola Komunikasi Santri terhadap Kiai: Studi atas Alumni Pondok
Modern dan Alumni Pondok Salaf, (IAIN Surakarta : Januari-Juni 2017),
Academica-Vol. 1 No. 1.
Dur, Gus, Pesantren Di Antara Generasi AlfaDan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal
Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
141
Faruqi, Al, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-
Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV
Nomor 11.
Fisk, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal
Sundermann, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx.
Gerlach & Ely, Strategi Pembelajaran, Modul 1.
Ghazli, Bahari, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.
Hamalik, Oemar, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran,
(Makasar: Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO.2.
Heriyanto, Prabowo, Aan, Analisis Pemanfaatan Buku Elektronik (E-Book) oleh
pemustaka di perpustakaan SMA Negeri 1 Semarang, Jurnal Ilmu
Perpustakaan, Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013 Halaman 1-9. Diakses pada
hari senin, 1 Agustus 2019.
Huda, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah
Atas, (Semarang: 2013), Mudarrisa: PENA LITERASI: Jurnal PBSI
Volume1 No. 2.
Ja‟far, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1.
Kunandar, Penerapan Fungsi Guru Dalam Proses Pembelajaran, (Makasar:
Desember 2014), AULADUNA, VOL. 1 NO. 2.
Lase, Delipiter, Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (November 2019), Jurnal
Sundermann, pISSN : 1979-3588, eISSN : xxxx-xxxx.
LeComte, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Surakarta, 11 Juni 2014).
Lincoln dan Guba, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa, (Surakarta, 11 Juni 2014).
Munif, Hasjim, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol. 2, No. 1.
Munif, Hsjim, Moh, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren di Era
Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.
142
O‟Malley dan Chamot, Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam
Sekolah Menengah Atas, (Semarang: 2013), Mudarrisa: PENA LITERASI:
Jurnal PBSI Volume1 No. 2.
P, Pannen, Perkembangan Pesantren Di Era Teknologi, (Tulungagung, 2013),
Vol. XXVIII No. 2.
Ramayulis, Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK
Negeri 1 Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin, (Palembang:
2014).
Rohman, Miftahur, & Hairudin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif
Nilai-Nilai Sosial Kultural (Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Pendidikan Islam, Volume 9, No. I.
Shihab, Transformasi Sosial Umat Islam Berbasis Masjid, (Jakarta, Sptember-
Desember 2010), Jurnal Balai Diklat Keagamaan Bandung, Volume IV
Nomor 11.
Siyoto, Sandu, Dasar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta, Juni 2015), Literasi
Media Publishing, ISBN: 978-602-1018-18-7, Cetakan 1.
Sokamto, Haidar Putra Daulay, Pola Kepemimpinan Kyai Dalam Pendidikan
Pesantren (Penelitian di Pondok Pesantren As-syi’ar Leles), (Garut : 2012),
Jurnal Pendidikan Universitas Garut Vol. 06, No. 01.
Solichin, Pesantren di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal
Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
Subroto, Edi, Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Surakarta, 11 Juni 2014).
Sugiono, Memahami Studi Dokumen Dalam Penelitian Kualitatif, (Wacana
Volume XIII No.2, Juni 2014).
Sukamto, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era Globalisasi,
(Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.
Sumalyo, Masjid sebagai Pelestari Tradisi, (Semarang: Juli-Desember 2011),
Jurnal “Analisa” Volume XVIII, No. 02.
Sunyono, Teknik Wawancara (Interview) Dalam penelitian kualitatif, Program
Studi S3 Pendidikan Sains Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri
Surabaya, (Surabaya: 2011).
143
Syafa‟at, Kholiq, Abdul, Strategi Pengembangan Pondok Pesantren Dalam Era
Globalisasi Di Kabupaten Banyuwangi, (Surabaya, Juni 2014),
INFERENSI, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 1
Syeikh, Karim, Abdul, Pola Dakwah Dalam Era Informasi, Jurnal Al-Bayan /
VOL. 22, NO. 31, Januari-Juni 2015.
Terry, R. George, Problematika Pendidikan Pondok Pesantren Di Era
Globalisasi, (Pasuruan, Maret 2018), EVALUASI. Vol.2, No. 1.
Tjandrawinata, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan
Pendidikan Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret
2018).
Tolbize , Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal
Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
Williams, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan Pendidikan di Era
Revolusi Industri 4.0, (IAIN Syekh Nurjati, Februari 2018), OASIS: Jurnal
Ilmiah Kajian IslamVol. 2, No.2.
Wiranata, Satria, Ricky, Tantangan, Prospek Dan Peran Pesantrendalam
Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019),
Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1.
Wiryosukarto & Efendi, Pesantren Di Antara Generasi Alfa Dan Tantangan
Pendidikan di Era Revolusi Industri 4.0, (Februari 2018), OASIS : Jurnal
Ilmiah Kajian Islam Vol. 2, No. 2.
Wolter, Era Industri 4.0: Tantangan dan Peluang Perkembangan Pendidikan
Kejuruan Indonesia, (Universitas Negeri Makassar : Maret 2018).
Yasin, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai-Nilai Sosial Kultural
(Lampung: 2018), Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 9, No.
I.
Zarkasyi, Syukri, Abdullah, Tantangan, Prospek Dan Peran Pesantren dalam
Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0, (Yogyakarta, Juni 2019),
Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 8, Nomor 1.
Zulhimma, Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Di Indonesia, (Padang
sidimpuan : 2013), Jurnal Darul „Ilmi Vol. 01, No. 02.
LAMPIRAN
55
PHOTO DOKUMENTASI
Wawancara Dengan Ibu Erita Suhartini WK Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan
Semarak Bengkulu
Wawancara Dengan Bapak. Nawawi Kadir Sekretaris Yayasan Semarak Bengkulu
56
Wawancara Dengan Bpk. Ahmad Suhaimi Direktur Pondok Pesantren Pancasila
Wawancara Dengan Bapak Riki Jon Indri Kepala TU Pondok Pesantren Pancasila
57
Wawancara Bayu Prayoga. Dengan Santri Putra kls. XII Tingkat SMA
Wawancara Dengan Ratna Ningsih. Santri Putri kls. XII Tingkat SMA
58
Wawancara Dengan Gea Riski Febrianti. Santri Putri kls. VIII Tingkat MTs
Wawancara Dengan Cici Haryani. Santri Putri kls. XII Tingkat SMA
59
Wawancara Dengan Junianto Santri Putra kls. VIII Tingkat SMP
Wawancara Dengan Nurlaila Lindriyani. Santri Putri kls. VIII Tingkat MTs
60
KISI-KISI PEDOMAN OBSERVASI
No Poin Observasi Hasil Observasi
1. Pengamatan terhadap lingkungan
Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu
Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu memiliki santri yang cukup
banyak, asrama santri laki-laki dan
perempuan letaknya terpisah.
2. Melihat dokumen-dokumen profil
Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu
Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu merupakan salah satu
pondok pesantren tertua di pulau
Bengkulu. Berdiri tahun 1989.
3. Penulis ikut berpartisipasi dalam
kegiatan sholat I’tikaf di masjid
Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu.
Sholat i’tikaf dilaksanakan pada
malam jumat dan di ikuti oleh para
santri dan ustadz.
4. Penulis mengamati kehidupan
sehari-hari santri.
Para santri di Pondok Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu melakukan
kegiatannya sesuai dengan jadwal
yang sudah ada, mulai dari mengaji,
bersekolah dan sholat jamaah.
5. Mengamati kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan
teknologi.
Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu mempunyai sarana dan
prasana yang cukup baik.
6. Mengamati keunikan atau
identitas dari Pondok Pesantren
Pancasila Kota Bengkulu.
Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu mempunyai keunikan
sebagai identitas pesantren salafiyah,
seperti tradisi-tradisi yang mungkin
tidak bisa ditemui di pondok
pesantren lainnya.
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
A. Kepala Pondok Pesantren Pancasila
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era
Revolusi Industri 4.0.
1) Bagaimana sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu?
2) Apakah sistem pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu
masih relevan di Era modern?
3) Apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu?
4) Bagaimana cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu?
5) Bagaimana Isi kurikulum/materi yang diajarkan di Pondok pesantren
pancassila kota Bengkulu?
6) Apakah dalam materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk
mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan moderen?
7) Apa saja media dan metode yang digunakan pada saat belajar di pesantren
pancasila?
8) Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik di pesantren
pancasila kota Bengkulu?
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.
1) Apa faktor pendukung pemanfaatan teknologi di pondok pesantren
pancassila kota Bengkulu?
2) Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu?
2
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
A. WK Ketua Bidang Kepegawaian Yayasan Semarak Bengkulu
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era
Revolusi Industri 4.0.
1) Bagaimana sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu?
2) Apakah sistem pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu
masih relevan di Era modern?
3) Apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu?
4) Bagaimana cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu?
5) Bagaimana Isi kurikulum/materi yang diajarkan di Pondok pesantren
pancassila kota Bengkulu?
6) Apakah dalam materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk
mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan moderen?
7) Apa saja media dan metode yang digunakan pada saat belajar di pesantren
pancasila?
8) Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik di pesantren
pancasila kota Bengkulu?
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.
1) Apa faktor pendukung pemanfaatan teknologi di pondok pesantren
pancassila kota Bengkulu?
2) Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu?
3
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
A. Direktur Pondok Pesantren Pancasila
1. Strategi Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila Bengkulu di Era
Revolusi Industri 4.0.
1) Bagaimana sistem Pendidikan di Pesantren Pancasila Bengkulu?
2) Apakah sistem pendidikan pondok pesantren pancasila Kota Bengkulu
masih relevan di Era modern?
3) Apakah teknologi di perlukan di Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu?
4) Bagaimana cara memadukan teknologi di Pondok Pesantren Pancasila Kota
Bengkulu?
5) Bagaimana Isi kurikulum/materi yang diajarkan di Pondok pesantren
pancassila kota Bengkulu?
6) Apakah dalam materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk
mempersiapkan dalam menghadapi kehidupan modern?
7) Apa saja media dan metode yang digunakan pada saat belajar di pesantren
pancasila?
8) Bagaimana cara mengevaluasi hasil belajar peserta didik di pesantren
pancasila kota Bengkulu?
2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Bengkulu di Era Revolusi Industri 4.0.
1) Apa faktor pendukung pemanfaatan teknologi di pondok pesantren
pancassila kota Bengkulu?
2) Apa faktor pendukung dan penghambat penerapan teknologi di Pondok
Pesantren Pancasila Kota Bengkulu
4
KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA
A. Para Santri Pondok Pesantren Pancasila
1. Apakah materi/kurikulum diajarkan kepada para santri untuk mempersiapkan
dalam menghadapi kehidupan modern?
2. Bagaiman sistem pendidikan/pembelajaran di Pondok Pesantren Pancasila
Bengkulu?
3. Apa strategi yang diterapkan di dalam pondok dalam menghadapi tantangan
era digital?
4. Apa Problematika pondok dalam menghadapi tantangan di era digital 4.