strategi pengembangan ekowisata kawasan hutan dengan

107
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS DI MALILI KABUPATEN LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN DEVELOPMENT STRATEGY OF ECOTOURISM FOREST AREA WITH SPECIAL DESTINATION IN MALILI, EAST LUWU REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE E R W I N P3700210508 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Upload: others

Post on 05-Nov-2021

13 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS DI MALILI

KABUPATEN LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN

DEVELOPMENT STRATEGY OF ECOTOURISM FOREST AREA WITH SPECIAL DESTINATION IN MALILI, EAST

LUWU REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE

E R W I N P3700210508

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

2

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS DI MALILI KABUPATEN LUWU TIMUR

PROPINSI SULAWESI SELATAN

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Mangister

Program Studi Ilmu Kehutanan

Disusun dan Diajukan Oleh

E R W I N

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2013

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

3

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

4

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini Nama : E R W I N Nomor Mahasiswa : P3700210508 Program Studi : Ilmu Kehutanan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Agustus 2013

Yang menyatakan, E R W I N

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

5

PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas semua hidayah-Nya

sehingga tesis dengan Judul Strategi Pengembangan Ekowisata

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Di Malili Kabupaten Luwu Timur

Propinsi Sulawesi Selatan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu

yang direncanakan.

Salah satu hutan yang cukup potensial untuk dikembangkan

sebagai obyek wisata alam adalah Kawasan Hutan Dengan Tujuan

Khusus (KHDTK) Malili yang terdapat di Kabupaten Luwu Timur, Propinsi

Sulawesi Selatan. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No. 275/Kpts-II/1994 tanggal 28 Juni 1994 dengan luasan ± 737,7 hektar

yang kewenangannya di kelola oleh Balai Penelitian Kehutanan Makassar.

Pertimbangan utama KHDTK Malili berpotensi dijadikan obyek wisata

adalah berbagai daya tarik biofisik yang khas dan unik. Obyek-obyek

berupa kelimpahan flora dan fauna yang endemik serta pemandangan

alam. Terkait dengan rencana pemanfaatan KHDTK sebagai suatu obyek

ekowisata, maka diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui berbagai

potensi dan prospek pengembangannya, sehingga dapat disusun strategi

pengembangan ekowisata di kawasan tersebut.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tesis

ini banyak kendala yang penulis hadapi. Namun berkat usaha, doa dan

bantuan berbagai pihak, maka penyusunan tesis ini dapat terselesaikan

dengan baik. Sehingga dengan rasa syukur dan ikhlas yang besar penulis

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

6

mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Iswara Gautama, M.Si. dan Dr. A. Mujetahid, S. Hut, MP.

selaku tim penasehat yang dengan penuh kesabaran telah

memberikan banyak instruksi, saran dan pengetahuannya.

2. Prof. Dr. Ir. Baharuddin Mappangaja, M.SC., Prof. Dr. Ir. Djamal

Sanusi dan Dr. Ir. A. Sadapotto, MP. selaku tim penguji yang telah

memberikan masukan dan sarannya.

3. Prof. Dr. Ir. Muh. Restu, MP. selaku Dekan Fakultas Kehutanan

Universitas Hasanuddin serta jajarannya yang telah memberi

dukungannya.

4. Prof. Dr. Ir. Djamal Sanusi, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kehutanan Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin yang

telah banyak memberikan petunjuk dan arahan kepada penulis

selama masa pendidikan.

5. Staf pengajar Program Studi Magister Kehutanan Universitas

Hasanuddin

6. Kepala Balai Penelitian Kehutanan Makassar beserta jajarannya yang

telah memberi dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan

pendidikan.

7. Pemerintah dan masyarakat daerah Kabupaten Luwu Timur Propinsi

Sulawesi Selatan yang merupakan responden dan telah memberikan

data dan informasi berharga untuk penulisan Tesis ini.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

7

8. Teman-teman seperjuangan PPS Program studi Ilmu Kehutanan

tahun 2010, terima kasih atas kebersamaannya dan semangat yang

diberikan, tercipta mulai awal hingga akhir kuliah, memberikan warna

dalam kehidupan penulis yang akan dikenang selamanya.

9. Ir. Turbani Munda, M.Hut., Abdul Kadir Tayeb, S.Hut., Asmariani, SE.,

Ir. Achmad Rizal, MT., Sarifuddin Kado, S.Hut., Wahidah HS dan

Syarif Kaso yang telah memberikan dukungan dan semangat yang

sangat berarti kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan.

10. Mertua tercinta H. Bacruddin, A.Md dan Hj. Murniati Wahid, A.Ma

telah memberikan dukungan dan semangat selama mengikuti

pendidikan.

11. Istriku tercinta dan tersayang Irawati, S.Si., S.Pd., M.Kes dan anak-

anakku Nisrina Huwaida, Muhammad Al Fharabi dan Muhammad

Aimar Haritz dalam memberikan dukungan, doa, dan kasih

sayangnya.

Terkhusus, ucapan terimah kasih dan hormat penulis kepada

kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm. H. Muhammad Amin Kadir dan

Hj. Andi Tajang Hasta, serta saudariku Emmy Susanti, ST., S.Pd., MM.,

Asriani Amin, S.Pd dan Erma Damayanti, S.Pd., yang telah banyak

memberikan dukungan baik dalam bentuk materil maupun moril yang

sangat memberikan motivasi kepada penulis sehingga tugas akhir ini

dapat terselesaikan. Masih banyak pihak yang penulis tidak dapat

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

8

sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih

atas segala bantuannya.

Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini masih terdapat

kesalahan yang penulis tidak menyadari keberadaannya. Sehingga

penulis sangat mengharapkan segala saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tesis ini. Selain itu harapan penulis

semoga karya ini dapat bermanfaat bagi khalayak yang membutuhkan.

Makassar, Agustus 2013

E r w i n

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

9

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

10

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

11

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN TESIS .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................. iv

PRAKATA ...................................................................................... v

ABSTRAK ...................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... xvi

I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4

D. Kegunaan Penelitian ............................................................... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6

A. Pengelolaan Sumberdaya Alam ............................................... 6

B. Ekowisata ................................................................................ 8

C. Pengembangan Ekowisata ..................................................... 10

D. Strategi .................................................................................... 14

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

12

E. Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) .................. 15

F. Analisis SWOT ......................................................................... 17

G. Kerangka Pikir .......................................................................... 19

H. Konsep Operasional ................................................................. 22

III. METODE PENELITIAN ................................................................ 24

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 24

B. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 24

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 26

D. Tahap Pengumpulan Data ...................................................... 26

E. Analisis Data ............................................................................ 28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI ....................................................... 35

A. Letak dan Luas ........................................................................ 35

B. Sejarah KHDTK Malili ............................................................. 36

C. Topografi ................................................................................. 37

D. Geologi dan Tanah .................................................................. 38

E. Iklim dan Curah Hujan ............................................................. 40

F. Hidrologi ................................................................................... 43

G. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat ............................... 44

H. Sarana dan Prasarana Pendukung .......................................... 45

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 47

A. Faktor Internal ......................................................................... 47

1. Kekuatan ............................................................................ 47

2. Kelemahan.......................................................................... 57

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

13

B. Faktor Eksternal ...................................................................... 62

1. Peluang ............................................................................. 62

2. Ancaman............................................................................. 66

C. Strategi Pengembangan Ekowisata di KHDTK Malili .............. 69

1. Analisis SWOT .................................................................... 69

2. Matriks Analisis SWOT ....................................................... 76

3. Posisi Strategi pada Matriks Grand Strategi ....................... 79

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 83

A. Kesimpulan ............................................................................. 83

B. Saran ...................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

LAMPIRAN ....................................................................................

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

14

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Matriks SWOT ...................................................................... 19

2. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ......................... 25

3. Contoh Matriks SWOT........................................................... 30

4. Rangkuman matriks internal kekuatan dan kelemahan pengembangan ekowisata..................................................... 32

5. Rangkuman matriks eksternal peluang dan ancaman

pengembangan ekowisata..................................................... 32

6. Sebaran kelas kemiringan lereng KHDTK Malili .................... 38

7. Kondisi Iklim Lokasi KHDTK Malili ........................................ 42

8. Jumlah penduduk yang mendiami desa-desa di sekitar KHDTK Malili ......................................................................... 44

9. Mata pencaharian penduduk pada 4 Desa berbatasan

langsung dengan KHDTK ...................................................... 45

10. Karakteristik responden masyarakat desa sekitar KHDTK Malili ...................................................................................... 52

11. Persepsi responden terhadap pengembangan ekowisata

KHDTK Malili ......................................................................... 55

12. Formulasi strategi pengembangan ekowisata di KHDTK Malili ...................................................................................... 72

13. Faktor Internal ....................................................................... 77

14. Faktor Eksternal .................................................................... 78

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

15

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman

1. Kerangka pikir ......................................................................... 21

2. Model Matriks Grand Strategy ................................................. 33

3. Peta Lokasi Penelitian (Master Plan KHDTK BPK Makassar, 2005) ....................................................................................... 36

4. Rata-rata Curah Hujan Malili Kabupaten Luwu Timur tahun

2002 – 2011 (Stasiun Klimatologi Mangkutana, 2012) ............ 41

5. Keindahan pemukiman, sungai dan keindahan alam yang dilihat dari ketinggian KHDTK Malili......................................... 48

6. Keindahan Bulu Lotong dan pemukiman ................................. 48

7. Beberapa jenis-jenis burung yang terdapat di KHDTK Malili

Kabupaten Luwu Timur (BPK Makassar, 2012) ...................... 51

8. Posisi strategi untuk pengembangan ekowisata di KHDTK berada pada sel 1 dalam Matriks Grand Strategy ................... 80

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

16

DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman

1. Panduan wawancara dengan pemerintah daerah Kabupaten Luwu Timur ............................................................................. 89

2. Panduan wawancara dengan pihak pengelola KHDTK Malili

Kabupaten Luwu Timur .......................................................... 90

3. Panduan wawancara dengan perangkat desa, tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat umum ....... 91

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

17

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hutan sebagai sumberdaya alam merupakan sumber dari

berbagai barang dan jasa yang perlu dikelola secara optimal dan lestari

untuk menjaga eksistensinya. Untuk mewujudkan pengelolaan hutan yang

dapat menjamin fungsi hutan sebagai penyangga pembangunan

berkelanjutan, maka pengelolaan hutan harus diarahkan pada upaya-

upaya peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja

dan berusaha serta peningkatan fungsi hutan untuk kelestarian

lingkungan. Sumberdaya alam tersebut dikelola secara terus menerus

sebagai usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan

kesejahteraan rakyat harus memperhatikan aspek lingkungan.

Dalam Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,

pasal 8 disebutkan bahwa: (1) pemerintah dapat menetapkan kawasan

hutan tertentu untuk tujuan khusus, (2) penetapan kawasan hutan dengan

tujuan khusus dimaksud untuk kepentingan umum, seperti: penelitian dan

pengembangan, pendidikan dan latihan serta keagamaan dan budaya.

Kawasan hutan dengan kategori tersebut ditetapkan oleh pemerintah

sebagai hutan tetap, yaitu hutan yang keberadaannya terus dipertahankan

baik itu sebagai hutan lindung, atau hutan konservasi atau hutan produksi.

Firmansyah dan Diah, (2007) mengemukakan bahwa pengelolaan

sumberdaya alam yang hanya berorientasi ekonomi akan membawa efek

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

18

positif secara ekonomi tetapi menimbulkan efek negatif bagi kelangsungan

kehidupan umat manusia.

Wiharyanto, (2007) mengatakan bahwa untuk mengurangi

kerusakan dan melestarikan fungsi biologis ekositem, perlu suatu

pendekatan yang rasional di dalam pemanfaatannya, dengan melibatkan

masyarakat di sekitar kawasan dan masyarakat yang memanfaatkan

kawasan hutan secara langsung. Keberagaman kekayaan sumberdaya

alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, flora, fauna,

keindahan alam dan bentuknya yang berkepulauan, kaya akan adat

istiadat, budaya, dan bahasa sehingga memiliki daya tarik untuk

dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Daya tarik

tersebut mendorong pemerintah untuk mendirikan industri pariwisata.

Pemanfaatan pariwisata dengan jasa lingkungan ini semakin banyak

diminati oleh masyarakat seperti taman wisata pegunungan, wisata

danau, wisata pantai, laut, hutan lindung, cagar alam, dan wisata alam

menjadi obyek wisata yang bernilai dan menarik.

Nudwi (2011), mengemukakan bahwa sejak tahun 1990,

pertumbuhan kegiatan ekowisata mencapai 20%-34% setiap tahun.

Ekowisata dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi

pembangunan ekonomi secara berkesinambungan. Ekowisata akan

memberikan keuntungan besar jika pengelolaannya dilakukan dengan

baik. Pengembangan ekowisata di era otonomi daerah dapat

meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Yuanjaya (2012),

Page 19: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

19

menyatakan bahwa kontribusi ekowisata Taman Nasional Alas Purwo di

Kabupaten Banyuwangi dari persentase pajak hotel tahun 2007 sampai

dengan tahun 2011 adalah sebesar 0,13%, 0,11%, 0,11%, 0,13%, 0,12%

dan dapat dilihat dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto dari sektor

perdagangan, restoran dan hotel meningkat 24,80 persen pada tahun

2011 dari 24,42 persen pada tahun 2010.

Salah satu hutan yang cukup potensial untuk dikembangkan

sebagai obyek wisata alam adalah Kawasan Hutan Dengan Tujuan

Khusus (KHDTK) Malili yang terdapat di Kabupaten Luwu Timur, Propinsi

Sulawesi Selatan. Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

No. 275/Kpts-II/1994 tanggal 28 Juni 1994 dengan luasan ± 737,7 hektar

yang kewenangannya di kelola oleh Balai Penelitian Kehutanan Makassar.

Pertimbangan utama KHDTK Malili berpotensi dijadikan obyek wisata

adalah berbagai daya tarik biofisik yang khas dan unik. Obyek-obyek

berupa kelimpahan flora dan fauna yang endemik serta pemandangan

alam.

Terkait dengan rencana pemanfaatan KHDTK sebagai suatu

obyek ekowisata, maka diperlukan adanya penelitian untuk mengetahui

berbagai potensi dan prospek pengembangannya, sehingga dapat

disusun strategi pengembangan ekowisata di kawasan tersebut. Selain

memberikan manfaat bagi masyarakat dan perekonomian daerah,

pengembangan ekowisata di KHDTK Malili diharapkan tidak bertentangan

Page 20: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

20

dengan fungsi sebagai hutan produksi terbatas yang diperuntukkan untuk

kegiatan penelitian.

B. Rumusan Masalah

KHDTK mempunyai potensi alam yang khas dan unik, terutama

keaneka ragaman flora, fauna dan budayanya. Bagi masyarakat KHDTK

merupakan bukan suatu ancaman namun merupakan sumber kehidupan.

Masyarakat sekitar kawasan memanfaatkan KHDTK sebagai lahan untuk

tempat menggantungkan hidupnya.

Dalam upaya pengembangan ekowisata di KHDTK diperlukan

penelitian terhadap komponen-komponen obyek dan daya tarik wisata

alam dan budaya masyarakat sekitarnya, agar dapat disusun suatu

rencana pengembangan yang sesuai dengan potensi sumberdaya, dan

tetap menjaga status KHDTK sebagai kawasan hutan penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka masalah penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut, “Bagaimana strategi pengembangan

ekowisata KHDTK di Malili Kabupaten Luwu Timur?”.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pengembangan

ekowisata KHDTK di Malili Kabupaten Luwu Timur.

2. Merumuskan strategi pengembangan ekowisata KHDTK Malili

Kabupaten Luwu Timur.

Page 21: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

21

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan masukan bagi pihak pengelola KHDTK untuk dijadikan

acuan sebagai proses dalam pengembangan ekowisata KHDTK

Malili.

2. Memberikan manfaat agar terjadi peningkatan kesejahteraan

masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat sekitar hutan

dalam penyelenggaraan ekowisata KHDTK Malili.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pada aspek-aspek yang

ditetapkan sebagai kriteria utama dalam prioritas strategi pengembangan

KHDTK Malili yaitu strategi yang berkaitan dengan dukungan Stakeholder

dan instansi terkait terhadap pengembangan KHDTK untuk dijadikan

ekowisata. Substansi penelitian ini menekankan pada Stakeholder dan

instansi terkait sebagai salah satu aspek penilaian kelayakan dan

dukungannya.

Page 22: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

22

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengelolaan Sumberdaya Alam

Hutan adalah ruang atau lapangan yang berisikan pohon-pohon,

unsur-unsur hayati lainnya dan non hayati yang secara keseluruhan

merupakan kesatuan ekosistem. Kondisi tersebut menyebabkan hutan

mempunyai fungsi dan manfaat yang beraneka ragam. Sumberdaya hutan

sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbaharui karena terdiri atas

komponen atau unsur hayati yang dominan mempunyai peranan yang

sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam Undang-Undang Nomor 5

tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya, konservasi dilakukan melalui kegiatan perlindungan sistem

penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa beserta ekosistemnya, dan pemanfaatan secara lestari sumberdaya

alam hayati dan ekosistemnya.

Hutan bias menghasilkan manfaat yang beranekaragam apabila

kegiatan-kegiatan konservasi tersebut dilakukan secara optimal. Aneka

manfaat hutan baik yang tangible maupun intangible semakin berkurang

karena semakin tingginya tekanan terhadap hutan. Dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan

Kawasan Pelestarian Alam dijelaskan bahwa Zona Pemanfaatan Taman

Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pariwisata alam dan rekreasi. Bahkan

Page 23: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

23

dalam kawasan Suaka Margasatwa kita bisa melakukan wisata alam

terbatas melalui kegiatan berkunjung, melihat dan menikmati keindahan

alam serta perilaku satwa di dalamnya dengan syarat tertentu.

Kegiatan wisata di kawasan konservasi ini tentu saja dapat

dilakukan dengan tetap memegang teguh kaidah-kaidah konservasi.

Fungsi dan manfaat sumberdaya hutan yang beranekaragam dapat

menyediakan berbagai kebutuhan dan keinginan manusia, mulai dari

fungsi produksi barang dan jasa untuk kepentingan komsumsi langsung

maupun tidak langsung, berbagai jasa pengatur mekanisme dalam alam

seperti pengatur tata air, siklus hara, perapan CO2, bahkan berbagai

fungsi lain yang sampai ini belum diketahui atau terpikirkan oleh manusia,

(Fahutan IPB, 1999). Pengelolaan hutan lestari (sustainable forest

management) merupakan bentuk pengelolaan yang memiliki sifat hasil

lestari yang ditujukan oleh terjaminnya kelangsungan fungsi produksi,

fungsi ekologis dan fungsi sosial budaya bagi masyarakat lokal (Manan,

1998 dalam Alam, 2007).

Sementara Davis (1966) dalam Alam (2007), memberikan

pengertian manajemen (pengelolaan) hutan adalah aplikasi metode

perusahaan dan prinsip-prinsip teknik kehutanan untuk melaksanakan

pekerjaan kelestarian hutan. Senada dengan hal tersebut Undang-Undang

Nomor 32 tahun 2009, menyebutkan bahwa pengelolaan dan

perlindungan lingkungan hidup merupakan upaya sistematis dan terpadu

yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah

Page 24: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

24

terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang

meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum.

B. Ekowisata

Istilah ekowisata mulai diperkenalkan pada tahun 1987 oleh

Hector Ceballos Lascurain setelah itu beberapa pakar mendefinisikan

ekowisata yang masing-masing meninjau dari sudut pandang berbeda

(Fennell, 1999). Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu

lingkungan baik alam maupun buatan serta budaya yang ada yang

bersifat informative dan partisipatif yang bertujuan untuk menjamin

kelestarian alam dan sosial-budaya (Satria 2009).

Damanik dan Weber (2006) mendefinisikan ekowisata dari tiga

perspektif yakni sebagai : (1) produk, merupakan suatu aktraksi yang

berbasis pada sumberdaya alam. (2) pasar, merupakan perjalanan yang

diarahkan pada upaya pelestarian lingkungan dan (3) pendekatan

pengembangan, merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya parawisata secara ramah lingkungan. Kegiatan wisata yang

bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan

pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas

ekowisata. Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya

wisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour operator) yang memfasilitasi

wisatawan untuk menunjukkan tanggungjawab tersebut.

Page 25: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

25

Lebih lanjut Damanik dan Weber (2006) mengemukakan beberapa

prinsip ekowisata yang dapat diidentifikasi dari beberapa definisi

ekowisata di atas, yakni : (1) Mengurangi dampak negative berupa

kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan

ekowisata; (2) Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan

dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat

lokal maupun pelaku wisatawan lainnya; (3) Menawarkan pengalaman-

pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui

kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan

atau konservasi obyek daya tarik wisata; (4) Memberikan keuntungan

finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi

atau pengeluaran ekstra wisatawan; (5) Memberikan keuntungan finansial

dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk

wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal; (6) Meningkatkan kepekaan

terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di daerah tujuan wisata;

dan (7) Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti

memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk

menikmati aktraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada

aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan

transaksi-transaksi wisata.

Kesuma (2000) dalam Zainun (2008), menyatakan bahwa

ekowisata mempunyai 3 dimensi, yaitu: a) Konservasi: kegiatan wisata

tersebut membantu usaha pelestarian alam setempat dengan dampak

Page 26: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

26

negatif semaksimal mungkin, b) Pendidikan: wisatawan yang mengikuti

wisata tersebut akan mendapatkan ilmu pengetahuan mengenai keunikan

biologis, ekosistem, dan kehidupan sosial di kawasan yang dikunjungi,

c) Sosial: masyarakat mendapat kesempatan untuk menjalankan kegiatan

tersebut. Ekowisata dalam teori dan prakteknya tumbuh dari kritik

terhadap pariwisata massal, yang dipandang merusak terhadap landasan

sumberdayanya, yaitu lingkungan dan budaya. Kritik ini melahirkan

berbagai istilah baru antara lain adalah pariwisata alternatif, pariwisata

yang bertanggungjawab, pariwisata berbasis komunitas, dan ekowisata

(Aoyama, 2000).

C. Pengembangan Ekowisata

Ketersediaan dan kualitas komponen produk wisata sangat

ditentukan oleh kesiapan para pelaku yaitu pemerintah, dunia usaha, dan

masyarakat (Direktorat Bina Pemasaran Wisata 2002). Pengembangan

ekowisata di suatu kawasan sangat erat kaitannya dengan

pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam. Menurut Departemen

Kehutanan (2007) keseluruhan potensi obyek wisata dan daya tarik wisata

alam merupakan daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus

merupakan media pendidikan dan pelestarian alam. Lebih rinci

Departemen Kehutanan (2007) menjelaskan pengembangan obyek daya

tarik wisata alam sangat erat kaitannya dengan peningkatan produktifitas

sumberdaya hutan dalam konteks pembangunan interaksi berbagai

Page 27: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

27

kepentingan yang melibatkan aspek hutan, pemerintah, aspek

masyarakat, dan pihak swasta di dalamnya.

Fennell (1999), mengemukakan bahwa keberhasilan dalam

pengelolaan dan pengembangan ekowisata merupakan hasil kerjasama

antara Stakeholders yaitu: 1) di bangun berdasarkan budaya masyarakat

lokal, 2) memberikan tanggung jawab kepada masyarakat lokal, 3)

mempertimbangkan untuk mengembalikan kepemilikan daerah yang

dilindungi kepada penduduk asli, 4) mengkaji masyarakat lokal, 5) ada

keterkaitan program pembangunan dari pemerintah dengan daerah yang

dilindungi, 6) memberikan prioritas kepada masyarakat dengan skala

kecil, 7) melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, dan 8)

mempunyai keberanian untuk melakukan pelarangan.

Muntasib dkk. (2004) menyebutkan beberapa prinsip dasar

pengembangan ekowisata, yaitu: berhubungan/kontak langsung dengan

alam (touch with nature), pengalaman yang bermanfaat secara pribadi

dan sosial, bukan wisata massal, program-programnya membuat

tantangan fisik dan mental bagi wisatawan, interaksi dengan masyarakat

dan belajar budaya setempat, adatif (menyesuaikan) terhadap kondisi

akomodasi pedesaaan, dan pengalaman lebih diutamakan dibanding

kenyamanan.

Departemen Kebudayaan dan Parawisata (2003) menjelaskan

dalam upaya pengembangan ekowisata akan berjalan dengan baik

diperlukan perencanaan dan kebijakan dan sesuai dengan prinsip-prinsip

Page 28: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

28

pengembangan ekowisata. Secara konseptual ekowisata menekankan

tiga prinsip dasar pengembangan, yaitu: (a) prinsip konservasi yaitu

pengembangan ekowisata harus mampu memelihara, melindungi dan

atau berkontribusi untuk memperbaiki suberdaya alam, (b) prinsip

partisipasi masyarakat adalah pengembangan harus didasarkan atas

musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat serta peka dan

menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut

masyarakat di sekitar kawasan, (c) prinsip ekowisata yaitu pengembangan

ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat

khususnya setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di

wilayahnya untuk memastikan bahwa daerah yang masih alami dapat

mengembangkan pembangunan yang berimbang (balanced development)

antara kebutuhan pelestarian lingkungan dan kepentingan semua pihak.

Dalam pengembangan pariwisata alam di kawasan pelestarian

alam memiliki strategi pengembangan dan program pengembangan obyek

daya tarik wisata di kawasan hutan menurut Suprana (1997), antara lain:

1) Strategi pengembangan obyek daya tarik wisata

Pengembangan potensi obyek daya tarik wisata untuk menunjang

tujuan pembangunan khususnya pengembangan pariwisata mencakup

aspek-aspek perencanaan pembangunan, kelembagaan, sarana

prasarana dan infrastruktur, pengusahaan pariwisata alam, promosi dan

pemasaran, pengelolaan kawasan, sosial budaya dan sosial ekonomi,

penelitian pengembangan, dan pendanaan.

Page 29: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

29

2) Program pengembangan obyek daya tarik wisata

Pembangunan obyek daya tarik wisata khususnya pengembangan

obyek daya tarik wisata dapat diwujudkan dengan melaksanakan

kegiatan-kegiatan: (a) Inventarisasi potensi, pengembangan dan

pemetaan obyek daya tarik wisata, (b) Evaluasi dan penyempurnaan

kelembagaan pengelola obyek daya tarik wisata, (c) Pengembangan dan

pemantapan sistem pengelolaan obyek daya tarik wisata, (d)

Pengembangan sistem perencanaan, (e) Penelitian dan pengembangan

manfaat, (f) Pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur, (g)

Perencanaan dan penataan, (h) Pengembangan pengusahaan pariwisata

alam, dan (i) Pengembangan sumberdaya manusia.

Fandeli dan Muklison (2000) menyatakan bahwa pengembangan

ekowisata didalam suatu kawasan dapat menjamin keutuhan dan

kelestarian ekosistem kawasan, asalkan sesuai demgan prinsip-prinsip

ekowisata harus dipenuhi dalam pengembangan ekowisata. Lebih lanjut

Mackinnon et al (1990) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata di

dalam dan disekitar kawasan yang dilindungi merupakan salah satu cara

terbaik untuk mendatangkan keuntungan ekonomi kawasan terpencil,

dengan cara menyediakan kesempatan kerja masyarakat setempat,

merangsang pasar setempat, memperbaiki sarana angkutan, dan

komunikasi. Usman (1999) mengemukakan bahwa pengembangan

ekowisata Indonesia, hal yang penting dan perlu diperhatikan adalah

keikutsertaan masyarakat setempat dalam setiap kegiatan kepariwisataan.

Page 30: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

30

Konsep pengembangan wisata dengan melibatkan atau mendasarkan

kepada peran serta masyarakat (community based ecotourism), pada

dasarnya adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat yang

tinggal di daerah-daerah yang menjadi obyek dan daya tarik wisata untuk

mengelola jasa-jasa pelayanan bagi wisatawan.

D. Strategi

Strategi merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dalam

perkembangannya, konsep mengenai strategi memiliki perbedaan

pandangan atau konsep selama 30 tahun terakhir. Chandler (1962) dalam

Zainun (2008) menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang

dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua

sumberdaya yang penting untuk mencapai tujuan.

Steiner dan Miner (1997) dalam Zainun (2008), strategi merupakan

respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan

ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat

mempengaruhi organisasi. Assauri (2007) dalam Massijaya (2011)

menyebutkan strategi sebagai serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan

serta aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran

perusahaan dari waktu ke waktu, pada masing-masing tingkatan dan

acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan perusahaan dalam

menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.

Page 31: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

31

E. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

Pengelolaan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK)

merupakan bentuk pengelolaan kawasan hutan di sektor kehutanan.

KHDTK ditetapkan untuk keperluan penyelenggaraan penelitian dan

pengembangan terpadu yang sebelumnnya berstatus hutan

penelitian/kebun percobaaan. Kebijakan tersebut diatur dalam Undang-

undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal 8 yang

menyebutkan bahwa salah satu Kawasan Konservasi adalah Kawasan

Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK), yaitu suatu kawasan untuk

kepentingan kegiatan peneltian, pengembangan, pendidikan, pelatihan,

fungsi keagamaan atau fungsi budaya.

Pasal 8 ayat 3 menyebutkan juga bahwa penetapan kawasan

tersebut tidak merubah fungsi pokok kawasan hutan yang dimaksud.

Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan

Penggunaan Kawasan Hutan. Pada Pasal 4 disebutkan bahwa “dalam

rangka kepentingan penelitian, pengembangan, pendidikan dan pelatihan

kehutanan, religi dan budaya, Menteri menetapkan tata hutan dan

penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan

penggunaan kawasan hutan dengan tujuan khusus”, yang dijelaskan lebih

jauh bahwa tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan,

pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan dengan tujuan khusus

dapat ditetapkan pada hutan konservasi, hutan lindung atau hutan produksi.

Page 32: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

32

Pada pasal 5 dijelaskan bahwa tata hutan merupakan kegiatan awal

dalam pengelolaan hutan mencakup rancang bangun unit pengelolaan

dengan memperhatikan hak-hak masyarakat dan keadaan hutan,

mengelompokkan sumberdaya hutan sesuai ekosistem dan potensi hutan,

melakukan pembagian blok ke dalam hutan. Penetapan status kawasan yang

diatur dalam Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 terdiri dari rangkaian

kegiatan penunjukan, penataan batas, pemetaan dan penetapan kawasan

hutan dengan tujuan khusus untuk memberi kepastian hukum atas status,

letak, batas dan luas kawasan. Berkaitan hal tersebut, diatur juga mengenai

masyarakat yang berada di sekitar kawasan seperti tertuang dalam pasal 68

yang menyebutkan bahwa masyarakat di dalam dan di sekitar hutan berhak

memperoleh kompensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya

sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya akibat

penetapan kawasan hutan, sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Berdasarkan peraturan tersebut, maka penetapan kawasan hutan dan

proses pegukuhan kawasan hutan yang dapat berpengaruh terhadap

putusnya hubungan masayarakat, maka pemerintah dalam hal ini

Kementerian Kehutanan bersama pihak penerima ijin usaha pemanfaatan

hutan/pengelolaan kawasan hutan berkewajiban untuk mengupayakan

kompensasi yang memadai antara lain dalam bentuk mata pencaharian baru

dan keterlibatan dalam usaha pemanfaatan hutan disekitarnya.

Page 33: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

33

F. Analisis SWOT

SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi. SWOT adalah singkatan dari Strengths (kekuatan)

dan Weakness (kelemahan) yang merupakan lingkungan internal serta

Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) yang merupakan

lingkungan eksternal.

Menurut Pearce II dan Robinson (1991), kekuatan (strengths)

adalah sumberdaya, keterampilan atau keunggulan lain relative terhadap

pesaing dan kebutuhan pasar; kelemahan (weakness) merupakan

keterbatasan dalam sumberdaya, keterampilan dan kemampuan yang

secara serius menghalangi kinerja; peluang (opportunities) merupakan

situasi yang menguntungkan, berbagai kecendrungan, peraturan-

peraturan dan perubahan teknologi; sedangkan ancaman (threats) adalah

situasi yang tidak menguntungkan atau rintangan. Dalam melakukan

analisis SWOT dapat ditemukan masalah-masalah yang menyebabkan

kegagalan dalam mempersentasikan hasil analisis SWOT.

Menurut Salusu (1996) dalam Iman (2007) masalah yang

menyebabkan kegagalan adalah sebagai berikut: 1) The missing link

problem, atau masalah hilangnya unsur keterkaitan yang merujuk pada

kegagalan dalam menghubungkan evaluasi terhadap faktor eksternal

dengan evaluasi terhadap faktor internal; 2) The blue sky problem, atau

masalah langit biru. Para pengambil keputusan bersikap terlalu optimis

dalam melihat peluang, yang berakibat munculnya penilaian atas faktor-

Page 34: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

34

faktor internal dan eksternal yang tidak cocok; 3) The silver lining problem,

para pengambil keputusan memandang remeh akan pengaruh dari

ancaman lingkungan yang sangat potensi yang ditafsirkan sebagai akan

mendapatkan keberuntungan; 4) The all things to all people problem, para

pengambil keputusan cendrung memusatkan perhatiannya pada

kelemahan-kelemahan organisasinya dan kurang melihat potensi

kekuatan yang dimilikinya; 5) The putting the car before the horse

problem, menempatkan kereta di depan kuda adalah suatu aktifitas

terbalik. Para pengambil keputusan langsung mengembangkan strategi

dan rencana tindak lanjut sebelum menentukan kebijaksanaan strategi

yang akan di jalankan organisasinya.

Oleh sebab itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal perlu

mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang memiliki oleh kawasan

dan objek ekowisata tersebut. Menurut Damanik (2006), agar hasil

analisis SWOT sebaiknya menggambarkan: Perkembangan produk dan

pasar ekowisata itu sendiri; Organisasi dan kelembagaan parawisata;

Peluang-peluang pengembangan inti kegiatan ekowisata (core activites);

Jasa-jasa dan kegiatan lain yang mungkin berkembang.

Menurut Santoso dan Tangkilisan (tanpa tahun) dalam Qomariah

(2009) menyebutkan bahwa ada beberapa strategi yang diperoleh dari

teknik analisa SWOT sebagai berikut: 1) strategi SO (Strength

Opportunity): memperoleh keuntungan dari peluang yang tersedia di

lingkungan eksternal, 2) strategi WO (Weakness Opprtunity):

Page 35: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

35

memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari

lingkungan luar, 3) strategi ST (Strength Threat): menggunakan kekuatan

yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari lingkungan

luar, dan 4). strategi WT (Weakness Threat): memperkecil kelemahan

internal dan menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar.

Tabel 1. Matriks SWOT

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan (Strengths) Menentukan faktor-faktor yang merupakan kekuatan internal

Kelemahan (Weakness) Menentukan faktor-faktor yang merupakan kelemahan internal

Peluang (Opportunity) Menentukan faktor-faktor yang merupakan peluang eksternal

Strategi S-O Menghasilkan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Menghasilkan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan kelemahan

Ancaman (Threat) Menentukan faktor-faktor yang merupakan ancaman eksternal

Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi T-W Menghasilkan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

G. Kerangka Pikir

Sumberdaya alam hutan KHDTK Malili baik hayati maupun non

hayati, dan sistem lingkungan di sekitarnya merupakan salah satu modal

untuk mendukung aktifitas ekonomi, sosial, pembangunan, juga menjadi

sistem pendukung kehidupan. Potensi sumberdaya alam harus dikelola

dan dimanfaatkan secara bijaksana sehingga memberikan manfaat yang

optimal dan berkelanjutan. Prinsip pengelolaan sumberdaya alam dan

lingkungan berkelanjutan menekankan keharusan setiap aktifitas individu

ataupun kelompok untuk dapat memenuhi kebutuhannya saat ini dan

Page 36: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

36

mampu juga menyediakan kebutuhan generasi penerusnya dalam jumlah,

kualitas dan lingkungan yang secara umum tidak jauh berbeda dengan

kondisi saat ini.

Hutan KHDTK Malili telah lama dikelola dan dimanfaatkan oleh

masyarakat sekitar. Kesalahan, kekurang-cermatan atau ketidak-akuratan

dalam merencanakan dan melaksanakan sistem pengelolaan sumberdaya

alam memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap menurunnya

kualitas lingkungan dan mahluk hidup di dalamnya. Issu konflik

sumberdaya alam secara umum banyak menyangkut alokasi dan

distribusi sumberdaya alam yang adil, ekonomis dan ramah lingkungan.

KHDTK Malili mempunyai obyek dan daya tarik wisata yang

sangat potensial untuk dikembangkan. Kerangka pemikiran yang

mendasari penelitian ini adalah upaya pengembangan ekowisata di

KHDTK Malili melalui pengelolaan wisata. Potensi wisata alam kawasan

tersebut kaya akan keanekaragaman hayati dan keindahan alam yang

menjadi daya tarik wisata.

Dengan demikian, diperlukan rumusan strategi pengembangan

kawasan tersebut menjadi kawasan bernilai jual yang tinggi, tetapi tetap

menjaga kelestarian dan keaslian lingkungannya. Bertitik tolak dari konsep

pemikiran tersebut, maka ruang lingkup penelitian ini ditujukan untuk

menginventarisasi potensi obyek daya tarik wisata alam KHDTK Malili,

menganalisis budaya masyarakat lokal yang meliputi karakteristik

Page 37: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

37

persepsi, partisipasi, harapan serta motivasi terhadap kegiatan

pengembangan KHDTK Malili menjadi kawasan ekoswisata.

Untuk mengetahui strategi pengembangan ekowisata KHDTK

Malili dilakukan analisis SWOT. Secara skematis konsep pemikiran

dimaksud disajikan dalam kerangka pikir pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pikir

KHDTK Malili

Potensi Biofisik dan Budaya

Pengelolaan Ekowisata

KHDTK Malili

Partisipasi Stakeholder dan

Masyarakat

Analisis SWOT

Rumusan Strategi Pengembangan Ekowisata

KHDTK Malili

Page 38: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

38

H. Konsep Operasional

Konsep operasional untuk mengoperasionalisasi kerangka pikir

penelitian perlu didefinisikan agar terjadi kesamaan persepsi dalam

memahami proses penelitian. Beberapa konsep operasional dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam

persekutuan alam dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya yang

tidak dapat dipisahkan.

2. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaanya

sebagai hutan tetap.

3. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan

hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara

terpadu.

4. Strategi adalah pola atau rencana memadukan tujuan utama,

kebijakan, dan rangkaian kegiatan sebuah organisasi dalam suatu

kesatuan yang utuh.

5. Ekowisata adalah kegiatan wisata alam di daerah yang

bertanggungjawab dengan memperhatikan unsur pendidikan,

pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi

sumberdaya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

Page 39: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

39

6. Pengembangan ekowisata adalah kegiatan pemanfaatan, dan

pengendalian ekowisata.

7. Pariwisata adalah tempat dimana kita bisa tinggal untuk sementara

dengan tujuan untuk kesenangan, bisnis ataupun melakukan

pekerjaan.

8. Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah salah satu

jenis kawasan hutan yang di atur dalam Undang-undang Kehutanan

No. 41 tahun 1999 pasal 8, yaitu suatu kawasan untuk kepentingan

kegiatan penelitian, pengembangan, pendidikan, pelatihan, fungsi religi

dan budaya.

9. Matriks SWOT adalah identifikasi sistematik dari faktor-faktor internal

dan eksternal yang dapat digunakan untuk mengarahkan strategi yang

menggambarkan pedoman terbaik dari organisasi.

Page 40: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

40

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kawasan Hutan dengan Tujuan

Khusus (KHDTK) Kabupaten Luwu Timur Propinsi Sulawesi Selatan,

waktu penelitian dilaksanakan bulan Februari sampai April 2013.

Penelitian yang dilakukan di batasi hanya pada wilayah atau desa-

desa tertentu, mengingat letaknya yang strategis yaitu berbatasan

langsung dan yang memiliki akses terdekat menuju KHDTK Malili. Desa

yang terpilih sebagai sampel adalah Desa Ussu, Desa Puncak Indah,

Desa Balantang, dan Desa Baruga. Desa-desa tersebut berada dalam

Kecamatan Malili.

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan dengan mengunakan metode non

experimental yaitu deskriptif eksploratif, pengamatan lapangan (observasi)

dan studi literatur pustaka guna mengumpulkan data yang diperlukan.

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder,

secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 41: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

41

Tabel 2. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian

No Kegiatan Jenis Data Sumber

Data

Metode Pengambilan

data

1 Pengumpulan data Pokok

1. Persepsi Stakeholder tentang KHDTK Malili

2. Jenis Atraksi obyek daya tarik wisata, Budaya masyarakat yang mendukung kegiatan ekowisata yang ada disana

3. Identifikasi faktor pendukung seperti Sarpras dan aksesibilitas

4. Keadaan umum kawasan KHDTK Malili, yang terdiri dari letak, luas wilayah, status kawasan, kondisi iklim, curah hujan, suhu, topografi, tanah, kondisi geologi, kelerengan, dan hidrologi

5. Kondisi biologis untuk flora dan fauna

6. Rencana pengembangan ekowisata yang akan dilakukan

Dinas terkait, Masyarakat

Wawancara, pengamatan langsung dan studi literatur

2 Pengumpulan data pendukung

1. Profil Desa yang ada disekitar kawasan KHDTK

2. Profil KHDTK yang ada didalam KHDTK (Litbang Makassar, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisarta dan Budaya)

3. Peraturan Perundang-undangan dan kegiatan yang mendukung ekowisata di KHDTK Malili

Instansi Terkait

Studi literatur dan wawancara mendalam

3 Analisis Data 1. Tabulasi data 2. Analisis SWOT

Hasil observasi dan Studi Literatur

-

Page 42: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

42

C. Tehnik Pengumpulan Data

Pengambilan sampel responden masyarakat dilakukan dengan

purposive sampling (sengaja), yaitu anggota masyarakat yang tinggal

disekitar kawasan dan memiliki akses terdekat menuju kawasan,

merupakan kepala keluarga dan memiliki usaha atau keinginan berusaha

dibidang wisata khususnya ekowisata.

Adapun yang dipilih sebagai responden dalam penelitian ini adalah

masyarakat secara keseluruhan 30 orang yang terdiri dari perangkat desa,

tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan masyarakat umum, dari 4

desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini untuk mengetahui

gambaran umum mengenai kondisi masyarakat sekitar KHDTK. Dan

sebagai informan dalam penelitian ini adalah pengelola KHDTK Malili,

Dinas Kehutanan, Bappeda, Bapedalda, Dinas Pendidikan, Kebudayaan

Pariwisata Pemuda dan Olahraga, dan BKSDA adalah pihak-pihak yang

berkompoten dan memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam

menyusun strategi pengembangan ekowisata.

D. Tahap Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data di masyarakat, terlebih

dahulu dilakukan klasifikasi terhadap masyarakat berdasarkan ketokohan

mereka dalam masyarakat (perangkat desa, tokoh adat, tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat umum). Pengumpulan data

primer dilakukan dengan melalui pengamatan langsung di lapangan dan

Page 43: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

43

wawancara secara mendalam terhadap masyarakat dan instansi terkait.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, publikasi

ilmiah, perundang-undangan, dan bentuk publikasi lainnya yang terkait

dengan penelitian.

Pada tahap ini dapat diharapkan diperoleh data yang terkait

dengan strategi pengembangan ekowisata pada KHDTK Malili. Tahap

pengumpulan data yang dilakukan di lapangan meliputi studi pustaka,

pengamatan langsung di lapangan (observasi lapangan), wawancara

langsung dan wawancara secara mendalam. Wawancara merupakan

proses memperoleh keterangan untuk tujuan peneliti dengan mengajukan

pertanyaan sambil bertatap muka antara responden dan peneliti dengan

menggunakan alat.

1. Studi Pustaka atau Literatur

Studi pustaka adalah kegiatan mengumpulkan berbagai data

penunjang meliputi laporan studi dan penelitian, publikasi ilmiah,

peraturan perundangan, peta dan bentuk publikasi lainnya yang terkait

dengan penelitian. Data yang dikumpulkan terutama mengenai kondisi

umum KHDTK Malili saat ini.

2. Pengamatan Lapangan

Pengamatan langsung di lapangan atau observasi merupakan

metode pengumpulan data pokok yang sangat mendasar dalam

melakukan inventarisasi potensi wisata dilokasi penelitian. Unsur-unsur

yang diamati antara lain pengamatan terhadap flora dan fauna, gejala

Page 44: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

44

alam dan keunikannya, sarana dan prasarana (akomodasi, aksesibilitas,

infrastruktur serta fasilitas dan pelayanan), kearifan lokal, kegiatan

spiritual serta budaya dan adat istiadat dari masyarakat sekitarnya.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan kuesioner,

dengan sasaran masyarakat yang terdapat di KHDTK Malili. Wawancara

merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data pokok dilapangan,

yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih lanjut mengenai

kawasan penelitian dan kesiapan pengelola dan berbagai pihak-pihak

yang terkait dengan pengembangan ekowisata di KHDTK Malili. Data

sosial-ekonomi dan budaya masyarakat setempat dilakukan dengan

wawancara dan penyebaran kuesioner. Kuesioner berisi pertanyaan

mengenai (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, asal desa,

karateristik, persepsi dan partisipasi). Selain itu, wawancara dan

penyebaran kuesioner juga diberikan kepada stakeholders yang terkait

dengan kegiatan penelitian ini.

E. Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisa dengan cara

menganalisis faktor lingkungan internal (kekuatan, kelemahan), dan faktor

lingkungan eksternal (peluang, ancaman) yang ada, dengan

menggunakan analisis SWOT. Selain itu analisis tersebut juga digunakan

untuk mengetahui peluang pengembangan ekowisata yang dapat digali di

KHDTK Malili.

Page 45: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

45

Metode analisis data adalah metode analisis deskriptif. Data yang

diperoleh dikumpulkan, diolah dengan cara tabulasi data dan kemudian

dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Analisis data

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis potensi obyek daya tarik wisata alam sebagai pengembangan ekowisata

Analisis potensi pada kawasan KHDTK Malili yang berhubungan

dengan sumberdaya alam hayati (flora dan fauna), keindahan alam, adat

istiadat, budaya, sarana dan prasarana penunjang. Analisis ini bertujuan

untuk mengetahui potensi sumberdaya di KHDTK Malili.

2. Analisis terhadap masyarakat

Analisis terhadap masyarakat ini bertujuan untuk mengetahui

tanggapan masyarakat atas rencana pengelolaan dan kegiatan

pengembangan ekowisata dengan keadaan umum KHDTK Malili. Analisis

ini meliputi: karateristik motivasi, persepsi dan harapan masyarakat

setempat.

3. Analisis Strategi Pengembangan

Untuk merumuskan arahan strategi pengembangan ekowisata

digunakan pendekatan analisis SWOT. Menurut Rangkuti (2008),

analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi pengembangan ekowisata. Analisis ini didasarkan

pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT

Page 46: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

46

membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan

faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut

dapat diambil suatu keputusan strategi. Adapun matriks SWOT disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3. Contoh Matriks SWOT

Faktor Eksternal Faktor Internal

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weaknesses)

Peluang (Opportunities) SO WO

Ancaman (Threats) ST WT

Dalam matriks analisis SWOT pada Tabel 3, akan dihasilkan 4

(empat) set kemungkinan alternatif strategi untuk membuat rencana

pengembangan ekowisata kawasan KHDTK. Keempat set kemungkinan

alternatif dari suatu strategi, adalah:

1. Strategi SO : strategi pemanfaatan seluruh kekuatan yang ada di

KHDTK dan sekitarnya untuk merebut dan

memanfaatkan peluang sebesar-besarnya bagi

kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah setempat.

2. Strategi ST : strategi dalam menggunakan kekuatan yang ada di

KHDTK dan sekitarnya untuk mengatasi ancaman

penggunaan kawasan tersebut sebagai kawasan

ekowisata yang tetap memelihara fungsinya sebagai

hutan konservasi yang diperuntukkan untuk kegiatan

penelitian.

Page 47: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

47

3. Strategi WO : strategi memanfaatkan berbagai peluang untuk

pengembangan KHDTK sebagai suatu kawasan

ekowisata secara bertanggungjawab dengan tetap

menjaga fungsinya sebagai hutan konservasi, dengan

cara meminimalkan kelemahan-kelemahan yang

berpotensi tidak mendukung tujuan tersebut.

4. Strategi WT : strategi meminimalkan kelemahan-kelemahan yang

berpotensi tidak mendukung tujuan pengembangan

kawasan KHDTK sebagai kawasan ekowisata secara

sadar lingkungan, serta menghindari ancaman

kerusakan KHDTK setelah difungsikan sebagai

kawasan ekowisata.

Analisis ini merupakan suatu strategi pengembangan ekowisata

yang sesuai dengan harapan untuk mendukung kesejahteraan

masyarakat lokal secara berkelanjutan. Formulasi strategi ini disusun

berdasarkan analisis yang diperoleh dari penerapan model SWOT dengan

tahap - tahap yang dilakukan untuk menyusun strategi sebagai berikut:

a. Penentuan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) di dalam

menyusun strategi pengembangan ekowisata

b. Penentuan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) di dalam

menyusun strategi pengembangan ekowisata

c. Perumusan alternatif strategi pengembangan ekowisata

Page 48: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

48

Tabel 4. Rangkuman matriks internal kekuatan dan kelemahan pengembangan ekowisata

Faktor Internal Bobot Rating Skor Keterangan

1 2 3 4 5

1. Kekuatan

2. Kelemahan

Jumlah

Tabel 5. Rangkuman matriks eksternal peluang dan ancaman pengembangan ekowisata

Faktor Eksternal Bobot Rating Skor Keterangan

1 2 3 4 5

1. Peluang

2. Ancaman

Jumlah

Untuk pengisian tabel, baik tabel internal maupun tabel eksternal

(Tabel 4 dan Tabel 5) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Melakukan pengisian di dalam kolom 1 (berbagai peluang dan

ancaman atau kekuatan dan kelemahan).

2. Melakukan pembobotan pada kolom 2, dengan skala mulai dari angka

1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting). Semua bobot

jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00.

3. Melakukan rating pada kolom 3, dengan skala mulai dari 4

(outstanding) sampai dengan 1 (poor).

4. Pada kolom 4 akan diperoleh nilai tertimbang yang merupakan hasil

perkalian bobot dengan rating. Faktor tersebut merupakan penetapan

skor (scooring) untuk menjawab hasil bobot dikalikan dengan rating.

Page 49: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

49

5. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 mengenai alasan

dipilihnya faktor tersebut.

6. Melakukan penjumlahan nilai tertimbang yang ada di kolom 4,

sehingga akan diperoleh total nilai tertimbang. Nilai tertimbang ini

akan menunjukkan seberapa besarnya nilai eksternal dan internal dan

nantinya nilai tersebut akan digunakan didalam Matriks Grand

Strategi. Matriks Grand Strategi di gunakan untuk menentukan

apakah pihak yang berkepentingan (pengelola) akan memanfaatkan

posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada.

Sel 3 Sel 1

Sel 4 Sel 2

Gambar 2. Model Matriks Grand Strategy

Keterangan :

Sel 1 = Mendukung strategi yang agresif, konsep strategi pada sel ini

adalah pengembangan ekowisata pada segmen tertentu secara

intensif dan lebih luas.

Berbagai Peluang

Kekuatan Internal Kelemahan Internal

Berbagai Ancaman

Page 50: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

50

Sel 2 = Mendukung strategi diversifikasi seperti pengembangan berbagai

paket wisata dengan pola partisipasi.

Sel 3 = Mendukung strategi turn around dengan orientasi putar haluan.

Strategi yang diajukan adalah dengan membuka kerjasama

dengan seluruh stakeholder dan memberikan berbagai intensif.

Sel 4 = Mendukung strategi defensif, dengan meningkatkan pelayanan

pengunjung untuk strategi pengembangan ekowisata pada minat

khusus ekowisata.

Page 51: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

51

IV. KEADAAN UMUM LOKASI

A. Letak dan Luas

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) berada dalam

wilayah Kabupaten Luwu Timur, Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak

kurang lebih 520 km arah utara Kota Makassar. Untuk mencapai lokasi

KHDTK Malili dari Kota Makassar dapat digunakan sarana perhubungan

darat dan udara. Jalur darat dapat ditempuh sekitar 10 jam sedangkan

jalur udara dengan menggunakan pesawat kecil melalui Makasar-Soroako

dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan

perjalanan darat setengah jam dari Soroako ke KHDTK Malili.

Secara administrasi pemerintahan, KHDTK mencakup kedalam

satu kecamatan yaitu kecamatan Malili, dan empat desa, yaitu: Desa

Ussu, Desa Puncak Indah, Desa Balantang dan Desa Baruga. KHDTK

Malili termasuk dalam wilayah Dinas Kehutanan Kabupaten Luwu Timur

dan dibawah pengelolaan Balai Penelitian Kehutanan Makassar (BPK

Makassar) sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor :

367/Menhut-II/2004 dengan luas sebesar 737,7 ha.

Page 52: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

52

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian (Master Plan KHDTK BPK Makassar, 2005)

B. Sejarah Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Malili

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) adalah

kawasan hutan yang ditetapkan untuk keperluan penelitian dan

pengembangan, pendidikan dan pelatihan, serta religi dan budaya

setempat, sesuai dengan amanat Undang-undang No. 41 tahun 1999

tentang Kehutanan. Balai Penelitian Kehutanan Makassar sebagai salah

satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Kehutanan,

mendapatkan tanggung jawab untuk mengelola KHDTK Malili di

ZWB

ZWA

Page 53: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

53

Kabupaten Luwu Timur. Sejarah penetapan KHDTK dimulai dengan

terbitnya SK Menteri Kehutanan No. 275/Kpts-1/1994 tentang penunjukan

beberapa lokasi kawasan hutan di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai

Stasiun Penelitian dan Uji Coba (SPUC). Selanjutnya status SPUC ini

berubah menjadi KHDTK melalui SK Menteri Kehutanan No. 367/Menhut-

II/2004 dengan luasan 737,7 ha. Dalam pengelolaan KHDTK lebih lanjut,

diterbitkan SK Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

No.166/Kpts/VIII/2004 tentang Rencana Induk Pengelolaan KHDTK

lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

KHDTK dewasa ini dipandang sebagai kawasan yang mempunyai

potensi wisata. Kondisi hutannya masih asli dengan ditemukannya

berbagai macam flora dan fauna serta obyek wisata lainnya seperti

bentang alam dan adanya bukit yang terdapat air terjun kecil berasal dari

aliran air bawah tanah yang disebut oleh masyarakat setempat dengan

nama Bulu Lotong (gunung hitam). Dengan potensi ini maka pihak Balai

Penelitian Makassar merencanakan untuk mengelolanya sebagai daerah

tujuan wisata minat khusus ekowisata dan wisata penelitian (Balai

Penelitian Kehutanan Makassar, 2012).

C. Topografi

KHDTK Malili berada pada ketinggian antara 12,5 sampai 300 m di

atas permukaan laut. Topografi KHDTK Malili adalah datar, berombak

sampai bergunung. Kemiringan lereng KHDTK Malili dapat di bagi lima

kelas (menurut sistem USDA) mulai dari persentase luasan paling besar

Page 54: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

54

sampai yang terkecil secara berurutan, yaitu 25-40% (agak curam) seluas

302,97 ha (41,07%), dan lereng >40% (curam) seluas 245,88 ha

(33,33%), 15-25% (berbukit) seluas 145,99 ha (19,76%), 8-15%

(bergelombang) seluas 29,95 ha (4,06%), dan 0-8% (datar) seluas 13,06

ha (1,77%). Sebaran kelas kemiringan lereng diperlihatkan pada tabel 6.

Tabel 6. Sebaran kelas kemiringan lereng KHDTK Malili

No Kelas Lereng Luas Persentase

(Ha) (%)

1 (0-8) Datar 13,06 1,77 2 (8-15) Bergelombang 29,95 4,06 3 (15-25) Berbukit 145,99 19,79 4 (25-40) Agak curam 302,97 41,07 5 (>45) Curam 245,88 33,33

Jumlah 737,70 100,00 Sumber : BPK Makassar tahun 2012

Kondisi kelerengan (topografi, jenis tanah dan geologi) turut

mempengaruhi wisatawan dalam menikmati alam. Dimana kelerengan

yang terjal akan membutuhkan lebih banyak tenaga untuk mendaki atau

akan dapat berakibat kelelahan bagi wisatawan serta berpengaruh

terhadap faktor usia wisatawan. Kepekaan erosi tanah akan

mempengaruhi kerentanan terhadap risiko bencana sehingga akan

mempengaruhi wisatawan dalam berkunjung.

D. Geologi dan Tanah

Keadaan stratigrafi dan struktur serta sejarah geologi sulawesi dan

pulau-pulau disekitarnya, dapat dibagi kedalam tiga satuan geologi

(mendala). Ketiga satuan geologi tersebut adalah Mendala Sulawesi

Barat, Mendala Sulawesi Timur dan Mendala Banggai Sula. Mendala

Page 55: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

55

Sulawesi Barat dicirikan oleh suatu kompleks atas batuan metamorf yang

tertindih oleh batuan sedimen dan gunung api, sementara Mendala

Sulawesi Timur terbentuk dari batuan beku basik dan ultrabasik, batuan

sedimen pelagos Mesozoikum (misalnya batu gamping laut dalam dengan

sisipan rijang) dan batuan metamorf.

Mendala Banggai Sula terbentuk dari alas batuan metamorf

Paleozoikum serta batuan terobosan Permo-Trias yang tertindih oleh

batuan sedimen mesozoikum. Berdasarkan peta geologi Lembar Malili

nampak bahwa wilayah KHDTK malili termasuk kedalam Mendala

Sulawesi Timur (Simandjuntak dkk. 1991). Uji petrografis menunjukkan

bahwa batuan induk dari formasi geologi di daerah KHDTK Malili

merupakan intrusi batuan ultrabasik Dunit.

Komposisi mineral di dalam batuan ini didominasi oleh mineral

olivin, dengan sebagian kecil kandungan mineral piroksin dan serpentin.

Batuan ini tersebar di seluruh wilayah KHDTK, tersingkap jelas pada

potongan jalan (road cut) dan daerah torehan. Berdasarkan analisis peta

geologi maka KHDTK Malili dibagi dalam 3 jenis geologi meliputi: Alluvial

sub alluvial fan (2,99%), flat with hillock marine terrace (9,11%) dan strong

dissect Mnt slope gradien 30-75% (87,89%).

Tanah-tanah yang berkembang di KHDTK Malili umumnya

dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk, bentuk wilayah (topografi), iklim

serta umur. Bahan induk yang sangat bervariasi umumnya menyebabkan

perbedaan tanah dari kategori ordo sampai subgrup. Perbedaan bahan

Page 56: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

56

induk tersebut menyebabkan perbedaan warna, tekstur, struktur, porositas

maupun kedalaman tanah.

Jenis tanah di KHDTK Malili dibagi dalam 3 jenis tanah yaitu,

Dytropepts (87,89%), Eutropepts (9,11%) dan Tropaquepts (2,99%).

Selain itu, keadaan relief yang umumnya berombak hingga bergunung,

dengan kelerengan yang secara nisbi agak terjal menyebabkan tanah-

tanah yang terbentuk tidak mempunyai solum yang dalam. Kondisi pH

tanah umumnya agak asam, pH 6,1 – 6,5 (97,01%) dan selebihnya adalah

sangat asam, pH 4.6 – 5,0 (2,99%).

Penutupan lahan di KHDTK Malili meliputi, hutan sekunder

sebesar 89,05%, hutan mangrove sekunder 0,96%, semak/belukar 7,69%,

pertanian lahan kering campuran 2,29% dan pemukiman 0,03%. Kondisi

penutupan lahan juga turut mempengaruhi wisatawan dalam menikmati

alam. Penutupan lahan yang alami akan memberikan suasana

kerindangan dan udara yang sejuk, di bandingkan dengan kondisi lahan

yang terbuka tanpa pohon naungan. Kepekaan erosi tanah juga di

pengaruhi oleh penutupan lahan, bagi lahan-lahan terbuka akan

mengalami bahaya erosi yang tinggi sehingga akan mengakibatkan

kerentanan terhadap resiko bencana.

E. Iklim dan Curah Hujan

Seperti halnya yang berlaku di daerah-daerah lain di Indonesia,

keadaan iklim di wilayah KHDTK Malili dipengaruhi oleh siklus tahunan

pergantian arah angin secara musiman yaitu musim angin barat dan

Page 57: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

57

musim angin timur. Kondisi curah hujan di lokasi KHDTK dan sekitarnya

mempunyai jumlah curah hujan rata-rata bulanan dalam setahun tidak

pernah lebih rendah dari angka 23 mm. Tipe iklim menurut klasifikasi

Schmidt dan Fergusson termasuk tipe A atau tipe iklim basah karena

hujan turun sepanjang tahun.

Sementara menurut zona agroklimat Oldeman KHDTK Malili

termasuk ke dalam zona agroklimat C1 yang bercirikan jumlah bulan

basah >200 mm berlangsung selama enam bulan berturut-turut dan

hanya terjadi curah hujan bulanan < 100 mm satu kali dalam setahun.

Data curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan selama 10 tahun (2002-

2011) yang tercatat oleh stasiun pengamat cuaca terdekat di Mangkutana

dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. Sedangkan kondisi iklim lokasi

selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

Gambar 4. Rata-rata Curah Hujan Malili Kabupaten Luwu Timur tahun

2002 – 2011 (Stasiun Klimatologi Mangkutana, 2012)

Page 58: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

58

Data iklim yang tersedia menunjukkan bahwa suhu rata-rata

bulanan di daerah survei Malili 26,80o C. Suhu udara merupakan salah

satu faktor penting yang mempengaruhi proses pembungaan dan

pembuahan tanaman. Suhu udara yang terlampau rendah akan

menghambat proses pembungaan, sementara suhu yang lebih tinggi akan

mengurangi produksi tanaman. Kisaran suhu yang optimum untuk

pertanaman adalah antara 20o C sampai 30o C. Data pada Tabel 7

menunjukkan bahwa suhu udara rata-rata bulanan adalah 26,8o C, dengan

suhu udara minimum 25,92o C pada bulan Juli dan suhu udara maksimum

27,25o C pada bulan Desember.

Tabel 7. Kondisi Iklim Lokasi KHDTK Malili

Bulan

KONDISI IKLIM

Suhu Hujan (oC)

Kelembaban Relatif (%)

Kecepatan Angin

(km/jam)

Penyinaran Matahari (jam/hari)

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

27,22 27,04 27,23 27,11 26,93 26,68 25,92 26,00 26,34 26,78 27,11 27,25

27,40 79,76 79,95 81,73 82,69 79,50 77,42 78,28 79,36 74,31 80,82 80,27

52,96 49,10 48,18 40,39 38,38 34,44 34,73 39,18 44,90 47,72 52,81 51,67

5,76 5,81 6,08 6,46 5,69 5,25 4,98 5,81 6,68 7,73 6,35 5,80

Jumlah 321,61 901,49 534,46 72,40 Rata 26,80 75,12 44,53 6,03

Sumber: Stasiun Klimatologi Malili No. 379, Lokasi 02o43’S E, Rata-rata 10 tahun terakhir (2002-2011)

Page 59: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

59

Pada Tabel 7 terlihat bahwa kecepatan angin rata-rata bulanan

adalah 44,53 km/jam dengan kecepatan minimum 34,44 km/jam pada

bulan Juni dan kecepatan maksimum 52,968 km/jam pada bulan Januari.

Kelembaban udara mempengaruhi transpirasi dan perkembangan hama

dan penyakit tanaman. Pada kelembaban tinggi ( 90%) transpirasi melalui

daun menjadi berkurang sehingga menghambat laju pertumbuhan

tanaman dan merangsang perkembangan hama penyakit tanaman.

Kelembaban udara rata-rata tahunan di areal KHDTK Malili 75,12%

dengan kelembaban udara maksimum 82,69% pada bulan Mei dan

minimum pada bulan Januari.

Curah hujan, kecepatan angin serta kelembaban merupakan salah

faktor yang mempengaruhi mempengaruhi aktivitas wisatawan. Semakin

tinggi curah hujan, akan dapat mengganggu kenyamanan berwisata.

Meski dari sisi ekologis, kestabilan curah hujan dapat menjaga debit air di

Sungai Malili sehingga air tanah yang keluar di Bulu Lotong tetap terjaga.

F. Hidrologi

Kondisi ekologi dan hidrologi KHDTK Malili pada umumnya masih

bagus dan fungsinya masih sangat signifikan sebagai sumber persediaan

air bagi pemungkiman disekitarnya termasuk Malili (Ibukota Kabupaten

Luwu Timur). KHDTK berperan sangat penting sebagai daerah tangkapan

air dan melindungi sistem tata air di kawasan tersebut. Beberapa sungai

dan anak sungai yang terkait dengan KHDTK adalah Sungai Solo Ussu

Page 60: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

60

dan Sungai Malili. Selanjutnya di jumpai pula anak sungai yaitu Sungai

Bangker.

G. Keadaan Sosial dan Ekonomi Masyarakat

1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan

Masyarakat yang bermukim dan melakukan aktivitas di dalam dan

sekitar KHDTK, meliputi masyarakat pendatang etnis Bugis, etnis

Makassar, etnis Toraja serta penduduk asli Malili. Berdasarkan data

Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Timur (2012), jumlah penduduk

yang mendiami daerah-daerah kecamatan di sekitar KHDTK seperti

tertera dalam Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah penduduk yang mendiami desa-desa di sekitar KHDTK

Malili

Kecamatan/Desa Luas Wilayah

(Km2)

Penduduk Jumlah

L P

Kecamatan Malili

1 Desa Ussu 8,30 785 804 1.589

2 Desa Puncak Indah 2,76 1.014 934 1.948

3 Desa Balantang 13,40 1.086 1.026 2.112

4 Desa Baruga 7,20 1.709 1.591 3.300

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Timur 2012

2. Mata Pencaharian dan Ekonomi Masyarakat Setempat

Mata pencaharian penduduk pada 4 desa yang berbatasan

langsung dengan KHDTK disajikan pada Tabel 9.

Page 61: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

61

Tabel 9. Mata pencaharian penduduk pada 4 Desa berbatasan langsung dengan KHDTK

No Mata Pencaharian Persentase per Desa

Puncak Indah (%)

Baruga ( %)

Ussu (%)

Balantang (%)

1. Petani 34 0,5 40 - 2. Nelayan - 13 5 45 3. Peternak - 0,5 - - 4. Wiraswasta 3 30 10 10 5. PNS/TNI/Polri 30 12 10 5 6. Karyawan Swasta 32 20 5 10 7. Pengrajin 1 7 - - 8. Petani Tambak - 8 30 15 9. Lain-lain - 9 - 15

Total 100 100 100 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu Timur 2012

Pada tabel diatas menunjukkan Desa puncak indah di dominasi

oleh penduduk yang bermata pencaharian petani yaitu sebesar 34%,

Desa Baruga didominasi oleh penduduk yang bermata pencaharian

wiraswasta dengan persentase 30%, Desa Ussu didominasi penduduk

yang bermata pencaharian petani tambak dengan persentase 30% dan

Desa Balantang didominasi penduduk dengan mata pencaharian nelayan

dengan persentase 45%.

H. Sarana dan Prasarana Pendukung

Berbagai sarana dan prasarana pendukung yang telah ada di

sekitar KHDTK dalam rangka mendukung pengembangan kawasan

tersebut sebagai satu tujuan objek wisata. Sarana transportasi merupakan

perangkat yang sangat diperlukan untuk memperlancar mobilisasi

penduduk dan ekonomi pada suatu daerah, baik intra maupun extra.

Untuk lingkungan KHDTK maupun kota atau daerah sekitarnya. Kondisi

Page 62: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

62

sarana transportasi yang telah ada adalah Kondisi sarana jalan raya pada

desa maupun antar kecamatan yang berbatasan wilayah dengan KHDTK

adalah berupa jalan raya aspal.

Jenis kendaraan darat sebagai sarana angkutan umum yang

digunakan masyarakat di sekitar wilayah KHDTK adalah angkutan umum

antar kabupaten dan ojek. Sarana pendukung mobilisasi kendaraan

angkutan darat berupa station pengisian bahan bakar minyak tersedia

hanya 1 instalasi. Akses memasuki Kabupaten Luwu Timur melalui lintas

udara sudah tersedia. Mobilisasi tersebut melalui bandara Sultan

Hasanuddin Makasar menuju bandara PT. Vale Soroako dengan jarak

tempuh kurang lebih 1 jam. Dari kota Soroako dilanjutkan dengan perjalan

darat, satu setengah jam dari Soroako ke KHDTK Malili. Sarana

transportasi lain yang menghubungkan antar desa-desa atau kecamatan-

kecamatan di sekitar KHDTK juga menggunakan speedboat untuk

menyeberangi sungai.

Page 63: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

63

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Internal KHDTK Malili

1. Kekuatan (Strength)

a. Potensi biofisik dapat dijadikan produk ekowisata.

KHDTK Malili mempunyai potensi sumberdaya alam yang baik

untuk pengembangan ekowisata. Potensi yang ditawarkan ekowisata

KHDTK Malili yaitu obyek wisata daya tarik dan keunikannya, seperti

potensi biofisik. Keindahan panorama alam, keanekaragaman flora,

fauna dan ekosistem yang beragam serta tantangan medan yang

kerap menjadi daya tarik tersendiri.

Pengamatan dilapangan bahwa bentuk estetika lanskap

tersebut terdapat di KHDTK dengan luas 737,7 ha yang mewakili

ekosistem hutan tropis basah dengan ketinggian tempat 12,5 – 300 m

dpl. Secara fisiografis bentang lahan KHDTK Malili termasuk dalam

kategori bergelombang dan berbukit sehingga sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai kawasan wisata lingkungan. Dari ketinggian

nampak panorama alam yang indah dan perumahan penduduk yang

terletak di lembah pegunungan KHDTK Malili. Seperti disajikan dalam

Gambar 5 dan 6.

Page 64: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

64

(a) (b)

Gambar 5. (a) Memperlihatkan keindahan pemukiman penduduk dan sungai malili yang nampak dari ketinggian KHDTK Malili. (b) memperlihatkan keindahan alam yang Nampak dari ketinggian KHDTK Malili

(a) (b)

Gambar 6. (a) Memperlihatkan keindahan Bulu Lotong (Gunung Hitam) yang dialiri air bawah tanah dari KHDTK Malili. (b) memperlihatkan pemukiman penduduk dari atas Bulu Lotong dari KDHTK Malili

Kecamatan Malili memiliki objek dan daya tarik wisata yang

sangat beragam, hal ini tidak lepas dari posisi dan kedudukan

Kecamatan Malili yang secara alamiah mempunyai potensi alam yang

berdimensi empat dengan lingkaran teluk bone yang melingkari

Page 65: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

65

wilayah pesisirnya, Pegunungan Verbeg yang menyimpan kandungan

sumberdaya alam yang melimpah berupa nikel dan biji besi. Potensi

kepariwisataan Malili dapat menjadi penunjang bagi daerah ini untuk

mensejahterakan masyarakatnya. Disamping pengembangan objek

wisata yang berbasis ekowisata, pengembangan KHDTK Malili untuk

ekowisata dinilai strategis dan memiliki prospek yang menjanjikan

kedepan.

Hal ini didasarkan pada suatu pertimbangan bahwa KHDTK

Malili memiliki bentang lahan pegunungan yang indah serta

bergelombang yang membentang di seluruh kawasan yang masih

alami tanpa mengalami rekayasa. Sebagai salah satu potensi wisata

bentang lahan yang masih bersifat alami membawa daya tarik

tersendiri bagi pengunjung/wisatawan yang datang di kawasan KHDTK

Malili tersebut.

Flora langkah dan endemik dapat menjadi obyek yang menarik

bagi para pengunjung khususnya untuk tujuan pendidikan dan

penelitian. Flora yang menonjol dan sering ditemui pada hutan adalah

Agathis alba, Calophyllum waworoentil, Casuarina celebica, Hopea

dolosa, Hopea celebica, Parartocarpus sp., Parianri corymbosa,

Cananga odorata, Heriteria sp., Dysoxysylum densiflorum,

Metroxideros sp., Castanosis buruana, Palaqium obovatum, Palaqium

mililiense, Litsea firma, Santiria laevigata, Ailanthus integrifolia, dan

Alseodaphne macrocarp.

Page 66: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

66

KHDTK memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi. Hal

tersebut ditemukan selama penelitian ini, yaitu melalui wawancara

dengan masyarakat setempat dan petugas KHDTK serta pengamatan

secara langsung berdasarkan hasil inventarisasi fauna yang

dilaksanakan Balai Penelitian Kehutanan Makassar (2012), ditemukan

beberapa species kunci di KHDTK Malili, yaitu jenis Kera Hitam

(Macaca tongkeana), Tarsius (belum diketahui jenis/nama latinnya),

Biawak (Varanus salvator) dan berbagai jenis burung. Pada saat pagi

hari dimana beberapa kawanan kelompok burung terlihat terbang dari

arah Pegunungan Verbeck melintasi kantor KHDTK menuju kawasan

KHDTK Malili. Beberapa jenis burung seperti Merpati, Punai

penganten (Treron griseicauda), Uncal Ambon (Macropygia

amboinensis), terlihat terbang sendiri ataupun berpasangan, hingga

kawanan kelompok Bangau, Cangak, Kring-kring Dada Kuning

(Prioniturus flavicans), Perkici Dora (Trichoglossus ornatus) dengan

jumlah individu dalam satu kelompok dapat mencapai puluhan ekor

terlihat terbang menuju kawasan KHDTK Malili.

Sementara pada sore hari kawanan beberapa jenis tersebut di

atas terlihat meninggalkan kawasan KHDTK menuju ke pegunungan

Verbeck. Di sekitar kantor KHDTK Malili sendiri dan di sekitar kantor

Manggala Agni dapat dijumpai burung seperti Cekakak Sungai

(Halcyon chloris), Kekep Babi (Artamus leucorhynchus), Punai

Penganten (Treron griseicauda), Uncal Ambon (Macropygia

Page 67: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

67

amboinensis), Gagak Hutan (Corvus enca), Cabai Panggul Kelabu

(Dicaeum celebicum), Cabai Panggul Kuning (Dicaeum

aureolimbatum), Srigunting Jambul Rambut (Dicrurus hottentottus),

Tepekong Jambul (Hemiprocne longipennis), Layang-layang Batu

(Hirundo tahitica), Burung Madu Hitam (Nectarinia Aspasia), Burung

Madu Kelapa (Anthreptes malacensis), Burung Madu Sriganti

(Nectarinia jugularis), Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis),

Burung Bondol, Burung Gereja Erasia (Passer montanus), Kring-kring

Dada Kuning (Prioniturus flavicans), Perkici Dora (Trichoglossus

ornatus). Seperti yang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Beberapa jenis-jenis burung yang terdapat di KHDTK Malili Kabupaten Luwu Timur (BPK Makassar, 2012)

b. Menciptakan peluang kerja di bidang ekowisata

Masyarakat desa sekitar lokasi yang menjadi sampel responden

dalam penelitian ini terdiri dari 26 orang laki-laki (86,67%) dan 4 orang

Page 68: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

68

perempuan (13,33%). Tingkat pendidikan responden tamat SD

(6,67%), SLTP (23,33%), SLTA (66,67%). Sedangkan yang memiliki

pendidikan sampai tamat perguruan tinggi (3,3%).

Pekerjaan pokok responden umumnya adalah bertani atau

berladang (40%), pegawai negeri sipil (16,67%), wiraswasta (26,67%)

dan pekerjaaan lainnya (16,67%). Jenis pekerjaan lainnya ini meliputi

kegiatan pelayanan jasa (tukang ojek, buruh, disamping wiraswasta

dan lainnya). Jenis pekerjaan ini terkait erat dengan tingkat pendidikan

responden. Seperti yang disajikan dalam Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik responden masyarakat desa sekitar KHDTK Malili

No Parameter Kriteria Masyarakat Desa Total %

Ussu Puncak Indah

Balantang Baruga

1 Jenis A Laki-laki 7 6 7 8 26 86,67 Kelamin B Perempuan - 2 1 1 4 13,33 2 Umur A 18-35 2 3 4 1 10 33,33 B 36-55 5 5 4 6 20 66,67 3 Pendidikan A SD - - 1 1 2 6,67 B SLTP 2 1 3 1 7 23,33 C SLTA 5 7 4 4 20 66,67 D S1 - - - 1 1 3,33 4 Pekerjaan A PNS 1 2 1 1 5 16,67 B Petani/Ladang 3 3 3 3 12 40,00 C Wiraswasta 2 1 3 2 8 26,67 D Lain-lain 1 2 1 1 5 16,67

Keterangan : Responden 30 orang

Berdasarkan data BPS tahun 2012, Desa Puncak Indah

didominasi penduduk yang mata pencaharian sebagai petani dengan

persentase 34%, Desa Baruga didominasi penduduk yang mata

pencaharian sebagai wiraswasta dengan persentase 30%, Desa Ussu

didominasi penduduk yang mata pencaharian sebagai petani dengan

persentase 40%, dan Desa Balantang didominasi penduduk yang mata

Page 69: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

69

pencaharian sebagai nelayan dengan persentase 45% seperti

disajikan pada Tabel 9 akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya

masyarakat yang membuka lahan garapan di dalam KHDTK. Dengan

adanya rencana pengembangan ekowisata pada KHDTK Malili

memberi peluang hadirnya bentuk kegiatan yang dapat menghasilkan

untuk kebutuhan masyarakat.

Menurut Buckley (2010), di negara-negera berkembang,

pariwisata komersial membentuk proporsi kecil kunjungan rekreasi ke

kawasan konservasi dan KHDTK dalam skala kecil mengelola secara

luas kepada pengunjung independen. Namun tekanan ke areal wisata

dengan jumlah pengunjung yang semakin besar akan mempersulit

kehendak politik untuk tujuan wisata alam.

Pemberdayaan masyarakat lokal dalam aktivitas pariwisata

alam memegang peranan untuk mengoptimalkan pendapatan.

Kemampuan untuk mengolah produk maupun jasa wisata secara

kreatif akan mengubah paradigma semakin banyak pengunjung

semakin besar peluang terjualnya produk atau jasa wisata. Perilaku

para pedagang juga akan memberikan pengaruh pada pengembangan

kewirausahaannya (Ritchie dkk. 2001).

Masyarakat lokal khususnya masyarakat Malili diharapkan lebih

menitikberatkan kepada kualitas produk atau jasa dengan harga

bersaing. Melalui ekonomi kreatif, diharapkan nilai keistimewaan

produk atau jasa akan menjadi acuan jangka panjang. Kondisi yang

Page 70: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

70

dianggap lebih baik daripada berharap jangka pendek pada peluang

terjualnya produk atau jasa dengan volume tinggi berkualitas rendah

(Godfrey, 2000).

c. Adanya dukungan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap perkembangan ekowisata di KHDTK

Masyarakat di keempat desa ini sangat mendukung rencana

pengembangan ekowisata KHDTK Malili, dengan harapan dengan

adanya pengembangan di KHDTK Malili sebagi ekowisata maka

aksesibilitas menuju kawasan kiranya akan mendapatkan perhatian

dari pihak-pihak terkait sehingga dapat menjadikan aksesibilitas

menjadi lebih baik dan lebih lancar. Masyarakat juga mengharapkan

dengan adanya pengembangan dan KHDTK Malili ini dikelola dengan

baik, ini bisa memberikan lapangan pekerjaan pada mereka sehingga

masyarakat sekitar tidak lagi tergantung akan hasil alam yang ada di

KHDTK Malili.

Rata-rata masyarakat yang ada di sekitar kawasan KHDTK

setuju (86,67%) dan mendukung (90,00%) apabila KHDTK dilestarikan

dan dikembangkan sebagai obyek wisata alam minat khusus

ekowisata. Persetujuan dan dukungan tersebut merupakan modal

dasar yang baik bagi pengembangan ekowisata di masa mendatang.

Meskipun ada sebagian kecil (13,33 %) yang tidak setuju KHDTK

untuk dilestarikan. Masyarakat yang tidak setuju ini adalah masyarakat

yang mempunyai lahan garapan di dalam KHDTK. Seperti yang

disajikan dalam Tabel 11.

Page 71: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

71

Tabel 11. Persepsi responden terhadap pengembangan ekowisata KHDTK Malili

No Variabel Kriteria Jumlah (%)

1 Pengelolaan KHDTK dengan melibatkan masyarakat lokal

a. Setuju 20 66,67 b. Tidak setuju 10 33,33 2 Melestarikan KHDTK a. Setuju 26 86,67 b. Tidak setuju 4 13,33 3 Pengembangan ekowisata di

KHDTK a. Setuju 27 90,00

b. Tidak setuju 3 10,00 4 Masyarakat lokal berperan aktif

dimasa akan datang a. Setuju 29 96,67

b. Tidak setuju 1 3,33 5 Pengetahuan tentang status

KHDTK a. Tahu 28 93,33

b. Tidak Tahu 2 6,67 6 Pengetahuan tentang kerusakan

yang terjadi di KHDTK a. Tahu 26 86,67

b. Tidak Tahu 4 13,33 7 Pengetahuan masyarakat

terhadap tujuan pengunjung ke KHDTK

a. Tahu 29 96,67

b. Tidak Tahu

1 3,33

Masyarakat disekitar KHDTK Malili ini dapat bersosialisasi

dengan baik, ini dibuktikan dengan awal kunjungan penelitian yang

langsung mendapat sambutan baik dan ramah serta penggunaan

bahasa mereka yang semuanya bisa memahami bahasa Indonesia

dan bahasa setempat yaitu bahasa Bugis, Makassar, dan Toraja.

d. Status KHDTK

Sebagian besar masyarakat yang menjadi responden (93%)

memiliki pemahaman dan pengetahuan yang cukup baik tentang

status KHDTK. Hal ini berkat adanya berbagai kegiatan dan

sosialisasi yang telah dilakukan oleh pihak pengelola bekerjasama

dengan pihak-pihak terkait lainnya terhadap masyarakat sekitar

kawasan.

Page 72: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

72

Sedang masyarakat yang belum mengetahui dengan baik

tentang status kawasan hendaknya dapat diberikan penyuluhan yang

intensif. Dikarenakan, tidak banyak orang yang mengetahui peraturan

dalam pelaksanaan kegiatan yang boleh ataupun dilarang dalam

KHDTK Malili. Masyarakat menganggap bahwa KHDTK adalah milik

masyarakat. Hal ini dikarenakan kurangnya penyuluhan dan

sosialisasi oleh pihak pengelola (BPK Makassar). Beberapa

masyarakat di antaranya mengaku mengenal dan mengetahui kegiatan

pengelolaan BPK Makassar hanya sebatas penelitian dan

pemasangan plang peringatan

Arah dan tujuan pengelolaan kehutanan dalam hal

pembangunan kehutanan di masa mendatang yang mewujudkan

pengelolaan hutan secara lestari yang dapat memberikan

kesejahteraan masyarakat yang secara umum terlihat pada kondisi

ekologi, sosial ekonomi dan kelembagaan. Rencana program dan

kegiatan dilaksanakan berdasarkan kebijakan pengelolaan yang juga

mengarah pada kondisi ekologi, sosial ekonomi dan kelembagaan.

Sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan segala bentuk

pengelolaan dalam KHDTK menjadi tanggungjawab BPK Makassar.

BPK Makassar berwenang untuk menetapkan peraturan

meliputi persyaratan masuk kawasan dan boleh tidaknya suatu

kegiatan dilakukan dalam KHDTK. Sesuai dengan SK Menteri

Kehutanan No.: 367/Menhut-II/2004 tentang penunjukan lokasi

Page 73: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

73

kawasan hutan menjadi KHDTK yang didasari dari Undang-undang

No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan.

e. Akses sarana jalan yang baik

Kondisi sarana jalan raya pada desa maupun antar kecamatan

yang berbatasan wilayah dengan KHDTK adalah berupa jalan raya

aspal. Jenis kendaraan darat sebagai sarana angkutan umum yang

digunakan masyarakat di sekitar wilayah KHDTK adalah angkutan

umum antar kabupaten dan ojek. Sarana pendukung mobilisasi

kendaraan angkutan darat berupa station pengisian bahan bakar

minyak tersedia hanya 1 instalasi. Akses memasuki Kabupaten Luwu

Timur melalui lintas udara sudah tersedia. Mobilisasi tersebut melalui

bandara Sultan Hasanuddin Makasar menuju bandara PT. Vale

Soroako dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam. Dari kota Soroako

dilanjutkan dengan perjalan darat, satu setengah jam dari Soroako ke

KHDTK Malili. Sarana transportasi lain yang menghubungkan antar

desa-desa atau kecamatan-kecamatan di sekitar KHDTK juga

menggunakan speed boat untuk menyeberangi sungai.

2. Kelemahan (Weaknesses)

a. Fasilitas pendukung pariwisata belum memadai

Fasilitas wisata berfungsi untuk memenuhi kebutuhan

pengunjung selama berwisata untuk menambah rasa dalam menikmati

aktivitas wisata. Semakin banyak fasilitas wisata yang disuguhkan

bukan patokan akan semakin banyak wisatawan. Akan tetapi, fasilitas

Page 74: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

74

yang khas, unik dan menarik serta bernuansa alamiah mampu menjadi

objek wisata tertentu menjadi prioritas pilihan dalam berwisata.

Oleh sebab itu, wisatawan pun lebih menginginkan fasilitas

yang mampu memenuhi kebutuhan selama melakukan kegiatan

wisata. Fasilitas yang biasa yang umumnya berada atau terdapat di

objek wisata adalah fasilitas akomodasi, restaurant, gazebo, souvenir,

listrik dan fasilitas pelayanan lainnya. Peningkatan sarana juga untuk

memperkuat pengawasan, dalam pengembangan suatu kawasan

menjadi lebih benilai guna tidak terlepas dari upaya-upaya pihak

tertentu untuk melakukan gangguan yang merugikan.

b. Kurangnya SDM yang mengetahui tentang ekowisata

Masyarakat merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

pengelolaan KHDTK Malili, secara tidak langsung, masyarakat dengan

KHDTK Malili adalah satu. Karena KHDTK merupakan salah satu

sumber kehidupan bagi masyarakat. Masyarakat memanfaatkan

sumberdaya alam yang ada di dalam KHDTK Malili untuk memenuhi

kebutuhannya sehari-hari.

Persepsi masyarakat adalah pengetahuan dan pandangan

mereka terhadap pengembangan ekowisata di KHDTK. Persepsi

masyarakat dapat diketahui dari pengetahuan dan pemahaman

mereka terhadap KHDTK, pengetahuan terhadap tujuan wisata yang

akan berkunjung ke KHDTK, persetujuan terhadap pengembangan

Page 75: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

75

ekowisata di KHDTK, keinginan terlibat langsung dalam pengelolaan

dan keinginan berpartisipasi lebih aktif dimasa mendatang.

Sebagian besar masyarakat yang setuju dan mendukung juga

belum semuanya dapat memahami tentang wisata alam mereka

beranggapan bahwa pengembangan wisata yang dimaksud seperti

halnya wisata pada umumnya yang akan mendatangkan banyak

wisatawan untuk sekali berkunjung. Keadaan tersebut menunjukkan

bahwa tingkat kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya

KHDTK dapat dikatakan cukup baik, meskipun untuk pemahaman

wisata alam itu sendiri belum dimengerti dengan baik. Oleh karena itu,

diperlukan adanya penyuluhan kepada masyarakat setempat

mengenai wisata alam dan pengembangannya, agar masyarakat tidak

salah persepsi. Disamping itu, menurut mereka dengan adanya wisata

alam minat khusus ekowisata nantinya di dalam kawasan, masyarakat

berharap pemerintah dapat membuka akses yang lebih baik menuju

kawasan, utamanya jalan transportasi karena selama ini mereka

merasa sangat kesulitan dalam melakukan berbagai kegiatan guna

menunjang kehidupan sehari-hari.

c. Belum adanya jalinan kerjasama dengan mitra yang bergerak dalam bidang pengelolaan ekowisata

Dalam upaya pengembangan ekowisata di KHDTK kerjasama

dengan berbagai pihak sangat penting untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat dengan melibatkan kelompok-kelompok atau lembaga

swadaya masyarakat sebagai pendamping atau lembaga-lembaga

Page 76: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

76

yang bergerak dibidang konservasi sumberdaya alam untuk

memperkenalkan potensi wisata KHDTK kepada publik.

d. Adanya ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KHDTK

Dalam upaya pengembangan KHDTK sebagai obyek wisata tidak

terlepas dari kondisi aktual yang ada serta permasalahan internal

maupun esternal. Berbagai penelitian dan kajian terhadap potensi

KHDTK telah dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk survei yang

dilakukan dalam penelitian ini. Interpretasi yang diberikan terhadap

KHDTK adalah bahwa kawasan ini memiliki keunikan dan berpotensi

sebagai obyek wisata yang menjanjikan. Meskipun demikian

teridentifikasi pula permasalahan-permasalahan yang dapat menjadi

hambatan upaya pengelolaan kawasan KHDTK menjadi suatu obyek

wisata yang tetap menjaga keasliannya. Sebab disadari bahwa untuk

menjadikan KHDTK sebagai suatu obyek wisata yang tetap

menghindari kerusakan lingkungannya, maka berbagai hambatan

harus ditekan serendah mungkin.

Sebesar 24,83% masyarakat yang mendiami daerah sekitar

KHDTK yang berprofesi sebagai petani ladang. Profesi sebagai petani

ladang yang dijalani secara turun temurun, menjadi ancaman lain

untuk perambahan hutan sebagai lahan berladang. Hal ini dapat

dianggap sebagai salah satu faktor yang mengancam

keberlangsungan kelestarian KHDTK. Perluasan ladang, juga menjadi

faktor yang rawan terjadinya kebakaran hutan.

Page 77: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

77

e. Terbatasnya sumber dana karena alokasi baik dari pusat maupun di daerah belum ada karena masih dalam tahap perencanaan

Kendala dalam pengelolaan KHDTK adalah minimnya dana

pengelolaan, kurangnya fasilitas dan sumberdaya manusia dalam

kegiatan pengembangan dan perlindungan, sehingga pengelolaan

KHDTK masih belum optimal. Penyokong utama dana pengelolaan

KHDTK Malili adalah APBN Pusat.

Kebijakan dalam hal pengembangan wisata belum ada tetapi

sudah ada perencanaan hanya belum tersosialiasikan dengan baik.

BPK Makassar terbuka bagi rencana kegiatan pengembangan apapun

dalam KHDTK Malili asalkan sesuai dengan fungsi hutan. Apabila

nantinya pengembangan wisata KHDTK benar direalisasikan, maka

BPK Makassar mengharapkan pengembangan wisata tersebut

dilakukan secara terbatas pada wisata pendidikan, penelitian dan

wisata yang bersifat khas/spesifik serta unik dengan tetap menjaga

kelesatarian KHDTK Malili.

Pengembangan ekowisata di Kabupaten Luwu Timur tidak

menutup kemungkinan bagi objek wisata apapun dan di mana pun,

termasuk KHDTK Malili. KHDTK Malili dinilai cukup strategis apabila

dijadikan salah satu tujuan wisata, khususnya sebagai objek wisata

alam. Potensi kekayaan alam yang masih alami menjadi potensi daya

tarik wisata tersendiri yang dimiliki KHDTK Malili. Hanya saja, perlu

manajemen pengelolaan yang profesional, sarana transportasi,

akomodasi dan pemandu wisata yang handal. Apabila semua upaya

Page 78: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

78

tersebut telah dilakukan, maka kegiatan promosi wisata KHDTK Malili

selanjutnya mudah dilakukan. Intinya adalah kesiapan objek wisata

tertentu untuk dikunjungi wisatawan, barulah dilakukan promosi yang

menarik.

Dinas Pendidikan, Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Luwu Timur menilai bahwa pengelolaan KHDTK

saat ini belum terdengar gemanya dalam pengembangan ekowisata

dan berkesan pengelolaan hanya sebatas hutan penelitian. Dinas

Pendidikan, Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Luwu Timur belum merencanakan memasukkan KHDTK

Malili dalam agenda pengembangan ekowisata Kabupaten, baru

sebatas hutan kota. Kendala yang dihadapi saat ini adalah minimnya

biaya pengelolaan dan pengembangan wisata serta belum adanya

investor.

B. Faktor Eksternal KHDTK Malili

1. Peluang (Opportunies)

a. Kebutuhan obyek wisata semakin meningkat

Dewasa ini, masyarakat menyukai wisata kembali ke alam (back

to nature) yaitu wisata yang bernuansa alami untuk mendekatkan diri

pada alam dengan alasan untuk santai, kesenangan, petualangan, dan

rekreasi untuk menghabiskan waktu liburan yang panjang. Hal ini

disebabkan karena rutinitas keseharian yang sangat sibuk dan

kurangnya ruang terbuka hijau.

Page 79: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

79

b. Menjadi lokasi penelitian fauna dan flora bagi peneliti dalam maupun luar negeri

KHDTK Malili hingga saat ini masih digunakan sebagai lokasi

penelitian oleh Balai Penelitian Kehutanan kerena memiliki potensi

flora dan fauna yang cukup tinggi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya

pada segmen kekuatan faktor internal KHDTK Malili, keragaman jenis

flora dan fauna yang masih terjaga merupakan kekuatan sekaligus

dapat dijadikan sebagai peluang untuk membuat strategi

pengembangan ekowisata.

Pengelola KHDTK Malili adalah Balai Penelitian Kehutanan

Makassar (BPK Makassar). Sejauh ini kegiatan KHDTK berupa

penelitian dan monitoring pengusahaan hutan dalam hal pengamanan

dan perlindungan kawasan yang bekerjasama dengan Dinas

Kehutanan Kabupaten Luwu Timur. Seiring hal tersebut, maka

membuka peluang BPK Makassar dan Dinas Kehutanan untuk dapat

mengelola KHDTK secara adil dan lestari serta memanfaatkannya

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat

di sekitar KHDTK.

c. Menjadi pemikat wisatawan datang ke Kabupaten Luwu Timur

Sarana dan prasarana pendukung yang telah ada di sekitar

KHDTK dalam rangka mendukung pengembangan kawasan tersebut

dapat menjadi pemikat wisatawan untuk datang seperti sarana

transportasi yang memadai, sarana akomodasi dan konsumsi, sarana

komunikasi, sarana perbankan, dan sarana pasar dan perdagangan

Page 80: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

80

yang telah tersedia. Disamping keindahan alam, kekayaan flora dan

fauna, serta bentang alam yang ada dalam KHDTK Malili.

d. Adanya hubungan kerjasama antara pengelola KHDTK dan instasi terkait dengan melibatkan masyarakat sekitar

Peluang dalam pengembangan KHDTK Malili sebagai

ekowisata dapat dilakukan dengan membangun kerjasama dengan

kelembagaan BPK Makassar dengan Pemerintah Daerah Kabupaten

Luwu Kabupaten, Pemerintah Desa dan masyarakat sekitar areal

KHDTK menyangkut : 1) Mekanisme perlindungan dan pengamanan

areal dari pencurian kayu, perambahan dan kerusakan hutan

lainnya. Kerjasama secara tertulis dalam bentuk peraturan

pengamanan areal antara BPK Makassar, Pemda Kabupaten Luwu

Timur (Dinas Kehutanan Kabupaten) dan Kepala-kepala desa yang

terdapat di areal KHDTK Malili. Kesepakatan tertulis tersebut berisi

posisi dan peran masing-masing Stakeholder beserta hak dan

kewajibannya, 2) Mekanisme bagi hasil dalam pengelolaan areal

wisata antara BPK Makassar dengan Kabupaten Luwu Timur pada

saat areal wisata tersebut telah menghasilkan pendapatan. Dalam

merumuskan mekanisme bagi hasil tersebut, Pemerintah Daerah juga

perlu memberikan dukungan berkembangnya areal wisata tersebut,

seperti dukungan promosi dan dukungan pelayanan publik yang

diperlukan untuk berkembangnya areal KHDTK Malili, 3) Pelibatan

aparat desa dan masyarakat sekitar dalam pengelolaan areal KHDTK

yang diikat secara kelembagaan melalui Peraturan Desa menyangkut

Page 81: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

81

apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan pada

areal KHDTK.

Awang, (2000) mengemukakan bahwa pelibatan tersebut

menyangkut pemberian hak kelola terhadap areal yang telah

dirambah, pelibatan dalam kemitraan kerjasama uji coba-uji coba pola

agroforestry, pelibatan sebagai tenaga kerja atau berwirausaha pada

lokasi areal pengembangan untuk wisata untuk terciptanya

pengamanan swadaya oleh masyarakat sekitar. Mekanisme kerjasama

antara BPK Makassar dan Pemda Luwu Timur (Dinas Pendidikan,

Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga) untuk

pengembangan kegiatan ekowisata di area KHDTK.

e. Peluang investasi bagi mitra untuk mendorong minat investor di bidang ekowisata

Berdasarkan penjelasan mengenai status KHDTK Malili,

pemerintah setempat dan pusat mendukung adanya strategi

pengembangan ekowisata disana. Hal ini menjadikan peluang untuk

melakukan investasi untuk melakukan usaha dibidang ekowisata tanpa

menurunkan fungsi KHDTK Malili. Keberadaan potensi biofisik dapat

dijadikan salah satu indikator untuk mendorong para investor untuk

menanamkan modal investasinya untuk pengembangan KHDTK Malili.

Selain itu sarana dan prasarana yang variatif dan jarak yang tidak

begitu jauh dari pusat kota memberikan poin penting sebagai modal

untuk mengajak para investor untuk bergabung.

Page 82: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

82

2. Ancaman (Treaths)

a. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan perambahan hutan

Populasi penduduk yang mendiami desa-desa di sekitar

KHDTK, menunjukkan kondisi tingkat kepadatan yang agak tinggi

(Tabel 8). Kepadatan yang tinggi terlihat melalui luas area ruang gerak

per individu yang relatif rendah. Salah satu faktor penyebab

perambahan hutan adalah kepadatan penduduk atau peningkatan

jumlah penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan KHDTK

Malili. Pada tahun 2012 terjadi perambahan 1,63% dari total luas

KHDTK 737,7 ha (BPK Makassar, 2012). Hal ini dapat menjadi suatu

modal dasar penyusunan suatu strategi pemetaan dan pengelolaan

KHDTK sebagai kawasan ekowisata sejak dini, untuk segera

disosialisasikan sejak awal, diberlakukan dan sedapat mungkin

menjadi suatu kesepakatan yang membudaya untuk generasi

berikutnya demi menjaga kelestarian KHDTK.

Sebab menjadi suatu kondisi umum, bahwa pada suatu daerah

yang telah dikemas menjadi bernilai jual, akan menjadi daya tarik bagi

manusia untuk datang dan menempati daerah tersebut guna berusaha

meningkatkan dan mempertahankan taraf hidup. Kondisi kepadatan

penduduk di suatu daerah dengan tingkat kestabilan lingkungan alam,

merupakan suatu korelasi yang saling berpengaruh. Fenomena umum

yang terjadi di mana-mana menunjukkan bahwa kepadatan penduduk

Page 83: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

83

di suatu daerah menimbulkan beban lingkungan yang tinggi terhadap

daerah tersebut.

b. Degradasi hutan mengancam kelestarian

Secara umum degradasi hutan terjadi akibat adanya kerusakan

sampai pada suatu point/titik dimana penebangan kayu maupun non

kayu pada periode yang akan datang menjadi tertunda atau dapat pula

diartikan sebagai hutan yang terdegradasi sebagai suatu keadaan

dimana fungsi ekologis, ekonomis dan sosial hutan tidak terpenuhi.

Degradasi diakibatkan oleh aktivitas manusia berupa

penebangan liar dan pembukaan lahan pertanian baik itu yang

dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dengan hadirnya

degradasi ini akan memberi efek terancamnya kelestarian KHDTK

Malili. Pada tahun 2012 terjadi degradasi 2,71% dari total luas KHDTK

737,7 ha (BPK Makassar, 2012). Hal ini menjadi ancaman yang perlu

untuk diperhatikan sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan

strategi ekowisata di KHDTK Malili.

c. Rusaknya potensi ekologi dan estetika karena adanya berbagai kegiatan manusia

Seiring dengan terpisahnya Luwu Timur dari Kabupaten Luwu

menjadi kabupaten sendiri dengan Malili sebagai ibu kota kabupaten

semakin menambah tekanan terhadap rusaknya habitat burung.

Penutupan lahan di sekitar KHDTK Malili berubah dengan cepat

menjadi kawasan perkebunan khususnya kelapa sawit, pemukiman

dan perkantoran. Sehingga KHDTK Malili yang kondisi habitatnya

Page 84: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

84

relative masih terjaga menjadi tempat pilihan burung untuk bermain,

mencari makan dan tinggal.

Saat ini kondisi habitat KHDTK Malili dapat dikatakan cukup

terganggu dengan beberapa aktivitas masyarakat. Penebangan pohon

untuk perkakas rumah maupun untuk dijadikan kayu bakar terutama

pada saat menjelang pesta beberapa kali masih terjadi. Demikian pula

dengan aktivitas perambahan kawasan oleh masyarakat sekitar masih

terjadi khususnya di kawasan dekat perumahan masyarakat dan di

sekitar pelabuhan PT Vale.

Namun kondisi habitat yang relative lebih baik jika dibanding

kawasan sekitarnya menjadikan kawasan KHDTK Malili sebagai

tempat tujuan beberapa jenis burung dalam rangka pemenuhan

makanan, bermain dan istirahat. Hal ini dapat terlihat pada saat pagi

hari dimana beberapa kawanan kelompok burung terlihat terbang dari

arah pegunungan Verbeck melintasi kantor KHDTK menuju kawasan

KHDTK Malili. Kekayaan fauna khususnya burung pada kawasan

KHDTK Malili yang merupakan perwakilan ekosistem hutan tropis

dataran rendah beriklim basah semakin bertambah karena sebagian

kawasannya dikelilingi oleh vegetasi Mangrove.

Sebagai salah satu kawasan hutan yang relatif masih utuh,

KHDTK Malili memiliki areal hutan sampai ke pantai. Hal ini

menyebabkan KHDTK Maili memiliki peranan yang sangat penting

secara ekologis yaitu sebagai “jembatan” atau “koridor” bagi satwa-

Page 85: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

85

satwa yang melakukan pergerakan harian dari kawasan hutan di

sekitar Mangkutana (Cagar Alam Kalaena dan Cagar Alam

Faruhumpenai) ke hutan pantai dan hutan mangrove di sekitar Malili

(Gunawan, dkk 2003).

d. Kurangnya kemampuan pelaku ekowisata

Kurangnya kemampuan pelaku wisata antara lain dalm hal

pemandu, penyedia makanan, keterampilan membuat souvenir dan

pengelolaan usaha ekonomi. Kualitas SDM masyarakat sekitar KHDTK

perlu dipersiapkan dan digalakkan untuk dapat mengikuti berbagai

perkembangan dan akses sebagai akibat dari obyek wisata.

Diharapkan masyarakat tidak terasing didaerah sendiri. Kualitas SDM

pun dipersiapkan untuk menangkap berbagai peluang ekonomi yang

tetap menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku.

Perlunya pelatihan dan keterampilan dan penyuluhan untuk

meningkatkan SDM terkait usaha pengembangan ekowisata. Hal ini

menjadi penting karena dapat menambah pengetahuan dan

meningkatkan kesadaran masyarakat sekitarnya bahwa kegiatan

ekowisata di KHDTK dapat bermanfaat untuk keuntungan ekonomi

bagi kehidupan mereka.

C. Strategi Pengembangan Ekowisata di KHDTK Malili

1. Analisis SWOT

Strategi pengembangan ekowisata KHDTK, dilakukan dengan

didahului kegiatan pengumpulan sejumlah data atau informasi, untuk

Page 86: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

86

menentukan strategi pengembangan ekowisata dilakukan dengan

menggunakan analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities,

dan Threats). Sebagai unit analisisnya adalah KHDTK Malili. Tahap awal

dalam menyusun strategi pengembangan ekowisata KHDTK adalah

dengan mengetahui dampak kegiatan wisata lingkungan dan masyarakat

sekitarnya, baik dampak positif maupun dampak negatifnya. Tentunya

dampak yang ditimbulkan tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor

meliputi faktor sosial, ekonomi, budaya masyarakat dan lingkungan.

Analisis SWOT merupakan suatu analisis kualitatif yang

digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk

memformulasikan strategi suatu kegiatan. Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang suatu kegiatan,

yang secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman

(Rangkuti, 2008).

Dampak kegiatan ekowisata terhadap KHDTK dan masyarakat

dapat dianalisa dengan analisis SWOT, dampak secara langsung

digolongkan kedalam faktor eksternal (peluang dan ancaman). Sedangkan

dampak secara tidak langsung digolongkan kedalam faktor internal

(kekuatan dan kelemahan). Kedua faktor tersebut memberikan dampak

positif yang berasal dari peluang dan kekuatan dan dampak negatif yang

berasal dari ancaman dan kelemahan. Dengan menggunakan matrik

internal dan eksternal, maka dapat diberikan bobot dan rating pada

parameter yang telah ditentukan, sehingga akan diperoleh nilai (skor).

Page 87: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

87

Nilai ini yang akan memberikan arahan tentang prospek kedepan untuk

memperoleh konsep strategi dalam pengembangan ekowisata di KHDTK

Malili.

Teknik menentukan strategi dalam analisis SWOT adalah melalui

strategi silang dari data keempat faktor tersebut seperti yang tercantum

dalam Tabel 12. Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal.

Page 88: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

88

Tabel 12. Formulasi strategi pengembangan ekowisata di KHDTK Malili

Internal

Kekuatan (Strength S)

1. Potensi biofisik dapat dijadikan produk ekowisata

2. Menciptakan peluang kerja di bidang ekowisata

3. Adanya dukungan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap perkembangan ekowisata di KHDTK

4. Status KHDTK 5. Mudah diakses dengan

sarana jalan yang baik

Kelemahan (Weaknesses W)

1. Fasilitas pendukung pariwisata belum memadai

2. Kurangnya SDM yang mengetahui tentang ekowisata

3. Belum adanya jalinan kerjasama dengan mitra yang bergerak dalam bidang pengelolaan ekowisata

4. Adanya ketergantungan masyarakat disekitar kawasan KHDTK

5. Terbatasnya sumber dana karena alokasi baik dari pusat maupun di daerah belum ada karena masih dalam tahap perencanaan

Eksternal

Peluang (Opportunies O)

1. Kebutuhan obyek wisata semakin meningkat

2. Menjadi lokasi penelitian fauna dan flora bagi peneliti dalam maupun luar negeri

3. Menjadi pemikat wisatawan datang ke Kabupaten Luwu Timur

4. Adanya hubungan kerjasama antara pengelola KHDTK dan instasi terkait dengan melibatkan masyarakat sekitar

5. Peluang investasi bagi mitra untuk mendorong minat investor di bidang ekowisata

Strategi SO

Memanfaatkan keindahan, keunikan dan keanekaragaman kekayaan alam dengan status KHDTK yang sudah jelas dan dukungan masyarakat untuk membuka kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan PAD

Strategi WO

Peningkatan fasilitas, peningkatan kualitas SDM, membuka kerjasama dengan pihak lain

Ancaman (Treaths T)

1. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan perambahan hutan

2. Degradasi hutan mengancam kelestarian

3. Rusaknya potensi ekologi dan estetika karena adanya berbagai kegiatan manusia

4. Kurangnya kemampuan pelaku ekowisata

Strategi ST

Membuat kesepakatan dengan masyarakat guna perlindungan kawasan dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat

Strategi WT

Pelatihan dan keterampilan untuk meningkatkan SDM terkait usaha pengembangan wisata alam dan peningkatan sarana untuk memperkuat pengawasan

Strategi pengembangan ekowisata yang dimaksud dalam analisis

SWOT adalah memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang

(opportunity) dari kegiatan pengembangan terhadap masyarakat lokal,

Page 89: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

89

namun secara bersamaan juga dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threat) yang terdapat didalamnya. Pada

penjabaran berbagai kriteria dan indikator yang akan dipergunakan dalam

pengembangan ekowisata. Maka, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi

dan mengevaluasi berbagai kriteria ekowisata yang mempengaruhi

kawasan pengembangan ekowisata termasuk menghitung daya dukung

wisata minat khusus ekowisata pada KHDTK.

Kriteria ekowisata yang dievaluasi merupakan penjabaran dari

renstra ekowisata nasional diantaranya aspek: perlindungan terhadap

kelestarian lingkungan, dampak negatif minimum, kontribusi ekonomi

lokal, pemberdayaan masyarakat termasuk pendidikan dan penelitian

serta potensi pasar wisata. Untuk dapat menjabarkan kriteria kunci

tersebut, maka kondisi awal dari kawasan yang merupakan titik awal bagi

kawasan pengembangan ekowisata ke depan.

Berdasarkan hasil Analisis Swot yang dibuat pada Tabel 12. Maka

diajukan suatu rekomendasi strategis pengembangan obyek wisata di

KHDTK adalah sebagai berikut :

a. Strategi S - O

1) Pengelolaan dan pemanfaatan keindahan, keunikan dan

keanekaragaman kekayaan alam dengan melibatkan pihak,

terutama masyarakat setempat dan lembaga - lembaga yang

bergerak dibidang konservasi sumberdaya alam.

Page 90: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

90

2) Membangun koordinasi antar kelompok masyarakat, organisasi

pemerintahan yang terkait untuk memperkenalkan potensi wisata

alam KHDTK kepada publik.

3) Membuka kesempatan berusaha, kesempatan kerja dan

peningkatan PAD.

b. Strategi S - T

1) Membuat berbagai kesepakatan bersama masyarakat guna

perlindungan kawasan. Masyarakat diberi kepercayaan sebagai

barisan terdepan pelindung KHDTK berikut pengembangannya

sebagai obyek wisata, dan dengan tetap berkoordinasi dengan

pihak pemerintah, serta sama - sama berjalan dalam suatu tata

aturan yang telah disepakati.

2) Kerja sama dengan berbagai pihak untuk peningkatan kesadaran

masyarakat agar eksploitasi secara negatif terhadap sumber daya

alam yang ada, dapat diminimalkan.

c. Strategi W - O

1) Meningkatkan sarana transportasi di daerah sekitar KHDTK

menjadi suatu kebutuhan, dalam rangka mobilisasi penduduk,

dalam menggeluti berbagai bidang ekonomi yang lain selain bertani

ladang. Dan untuk memperlancar pengawasan terhadap KHDTK

serta sebagai suatu faktor pendukung yang menarik minat

wisatawan untuk berkunjung.

Page 91: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

91

2) Kualitas SDM masyarakat sekitar KHDTK perlu dipersiapkan

setelah KHDTK bertambah fungsinya sebagai suatu obyek

ekowisata. Dengan harapan agar masyarakat tidak menjadi

terasing di daerahnya sendiri. Kualitas SDM pun dipersiapkan

untuk menangkap berbagai peluang ekonomi yang akan timbul.

3) Peningkatan sarana dan prasarana KHDTK penting untuk diadakan

sebab merupakan sarana fital dalam setiap gerakan dan aktifitas

hidup manusia setiap saat dan merupakan suatu faktor daya tarik.

d. Strategi W - T

1) Pelatihan keterampilan dan penyuluhan untuk peningkatan SDM

terkait usaha pengembangan ekowisata untuk menambah

pengetahuan serta meningkatkan kesadaran masyarakat

sekitarnya bahwa kegiatan ekowisata di KHDTK dapat bermanfaat

untuk keuntungan ekonomi bagi kehidupan mereka dan

keturunannya. Kegiatan ini juga diharapkan meningkatkan

kesadaran masyarakat terhadap kelestarian sumber daya alam

yang ada, sebagai potensi wisata jangka panjang.

2) Peningkatan sarana untuk memperkuat pengawasan, dalam

pengembangan suatu kawasan menjadi lebih bernilai guna tidak

terlepas dari upaya-upaya pihak tertentu untuk melakukan

gangguan atau tindakan-tindakan penyimpangan yang merugikan.

Terhadap hal ini maka dibutuhkan pengawasan yang relatif intensif.

Page 92: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

92

2. Matriks Analisis SWOT

Analisis SWOT dengan mengkombinasikan faktor internal dan

faktor eksternal digunakan untuk mengetahui prospek pengembangan

ekowisata di KHDTK. Faktor internal dan eksternal dapat memberikan

dampak, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif

berasal dari kekuatan dan peluang sedangkan dampak negatif berasal

dari ancaman dan kelemahan. Inventarisasi, pembobotan dan

pembahasan mengenai prospek dan rumusan strategi pengembangan

ekowisata pada kawasan KHDTK dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 93: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

93

Tabel 13. Faktor Internal

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor

1 Kekuatan (S)

S1 Potensi Biofisik dapat dijadikan produk ekowisata

0.20 4 0.80

S2 Menciptakan peluang kerja di bidang ekowisata 0.15 4 0.60

S3 Adanya dukungan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap pengembangan ekowisata di KHDTK

0.10 3 0.30

S4 Status kawasan sudah jelas 0.10 4 0.40 S5 Mudah diakses dari Ibu Kota Luwu Timur 0.05 3 0.15

Jumlah 0.60 2.25

2 Kelemahan (W)

W1 Fasilitas pendukung pariwisata belum ada 0.10 -4 -0.40

W2 Kurangnya SDM yang mengetahui tentang ekowisata

0.10 -3 -0.30

W3 Belum ada jalinan kerjasama dengan mitra yang bergerak dibidang pengelolaan ekowisata

0.05 -2 -0.10

W4 Adanya ketergantungan masyarakat di sekitar KHDTK

0.05 -2 -0.10

W5 Terbatasnya sumber dana baik pusat maupun daerah karena masih tarap perencanaan

0.10 -4 -0.40

Jumlah 0.40 -1.30

Total 1.00 0.95

Pada Tabel 13. terlihat bahwa faktor strategis internal yang

merupakan kekuatan kawasan KHDTK memiliki skor 1,00. Dari faktor-

faktor kekuatan internal, tampak bahwa faktor potensi biofisik memiliki

nilai skor tertinggi. Potensi biofisik yang dimiliki oleh KHDTK tersebut

adalah dinilai dapat menjadi andalan potensi wisata. Namun karena

potensi-potensi wisata ini berkaitan dengan status KHDTK sebagai

kawasan lindung, maka jenis wisata yang dapat dikembangkan di

kawasan tersebut adalah minat khusus ekowisata.

Dari Tabel 13, faktor strategi internal yang merupakan kelemahan

terbesar yang dimiliki oleh KHDTK dan sekitarnya adalah fasilitas

Page 94: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

94

pendukung pariwisata belum ada dan terbatasnya sumber dana baik

pusat maupun daerah karena masih tarap perencanaan, dengan nilai skor

(-0,40).

Tabel 14. Faktor Eksternal

Faktor-Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

1 Peluang (O)

O1 Kebutuhan obyek wisata semakin meningkat 0.15 4 0.60

O2 Menjadi lokasi penelitian flora dan fauna bagi peneliti 0.10 3 0.30

O3 Menjadi pemikat wisatawan datang ke Kabupaten

Luwu Timur

0.10 3 0.30

O4 Adanya hubungan kerjasama dengan pihak terkait

dengan melibatkan masyarakat

0.05 2 0.10

O5 Peluang investasi bagi mitara untuk mendorong

investor di bidang ekowisata

0.15 4 0.60

Jumlah 0.55 1.90

2 Ancaman (T)

T1 Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan

perambahan hutan

0.15

-4

-0.60

T2 Degradasi hutan mengancam kelestarian 0.15 -4 -0.60

T3 Rusaknya potensi ekologi dan estetika karena

adanya berbagai kegiatan manusia

0.10

-3

-0.30

T4 Kurangnya kemampuan pelaku ekowisata 0.05 -2 -0.10

Jumlah 0.45 -1.60

Total 1.00 0.30

Pada Tabel 14 peluang diketahui bahwa faktor-faktor eksternal

yang merupakan peluang yang dimiliki oleh KHDTK untuk tujuan

pengembangan wisata, memiliki skor 1,90. Di antara peluang-peluang

pada Tabel 14 meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan peluang

investasi mitra untuk mendorong investor di bidang ekowisata merupakan

dua peluang terbesar dengan skor 0,15 yang dapat diandalkan untuk

pengembangan KHDTK menjadi kawasan ekowisata yang lebih bernilai

Page 95: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

95

guna. Pada tabel ancaman, faktor-faktor strategis eksternal yang

merupakan ancaman terhadap rencana pengembangan KHDTK sebagai

kawasan wisata, memiliki skor (-1,60) di antara faktor-faktor strategis

eksternal yang menjadi ancaman tersebut, terlihat bahwa faktor ancaman

terbesar memiliki skor (-0,60).

3. Posisi Strategi pada Matriks Grand Strategy

Matriks grand strategi dipergunakan untuk menentukan strategi

prioritas, dengan menempatkan nilai (skor) yang diperoleh dari matriks

eksternal-internal. Nilai penjumlahan faktor internal menunjukkan antara

kekuatan (2,25) dan kelemahan (-1,30) yaitu dengan memiliki total rata-

rata 0,95 (positif), berarti faktor kekuatan lebih dominan dibandingkan

faktor kelemahan yang dimiliki. Sedangkan nilai penjumlahan faktor

eksternal antara peluang (1,90) dan ancaman (-1,60) dengan memiliki

total rata-rata 0,30 (positif).

Nilai ini berarti antara peluang dan ancaman, faktor yang paling

dominan adalah kekuatan. Jadi posisi ordinat berada pada (0,95 ; 0,30),

sehingga posisi strategi berada pada sel 1. Artinya memiliki kekuatan

pada faktor internal sehingga mempunyai peluang untuk lebih maju dalam

pengembangan dimasa yang akan datang (Gambar 8).

Page 96: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

96

Gambar 8. Posisi strategi untuk pengembangan ekowisata di KHDTK

berada pada sel 1 dalam Matriks Grand Strategy

Pada matriks grand strategy, posisi ordinal berada pada sel 1

mendukung strategi agresif, dengan mendukung kebijakan pertumbuhan

dalam pengembangan ekowisata pada minat khusus ekowisata. Hal itu

berarti bahwa posisi strategi KHDTK memiliki peluang dan kekuatan

sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada untuk

pengembangannya menjadi areal kawasan ekowisata. Strategi yang

harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy) untuk menjadikan

KHDTK menjadi obyek wisata minat khusus ekowisata dengan tetap

menjaga keasliannya. Bentuk strategi yang dapat diterapkan untuk

mengoptimalkan kekuatan dan peluang untuk menjadikan KHDTK sebagai

kawasan ekowisata adalah kesempatan dan peluang otonomi daerah dan

berbagai sarana pendukung (media promosi) serta dukungan masyarakat

Sel 3 Sel 1

Sel 2 Sel 4

0.95

0.30

Berbagai Peluang

Kekuatan Internal Kelemahan Internal

Berbagai Ancaman

Page 97: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

97

untuk mempublikasikan dan menyusun tata kelolah optimalisasi kekuatan-

kekuatan yang ada didalam KHDTK sebagai statu obyek ekowisata.

Berdasarkan hasil analisis SWOT dan penempatan komponen

pada matriks grand strategy, maka strategi pengembangan ekowisata di

KHDTK yang dapat dilakukan dengan menggerakkan kekuatan-kekuatan

untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada, adalah sebagai berikut:

a) Menyusun kebijakan pengembangan pariwisata dan lingkungan hidup

sebagai sarana mempersiapkan masyarakat lokal untuk menghadapi

perkembangan pengelolaan dan pemanfaatan potensi KHDTK sebagai

suatu obyek wisata.

b) Mempromosikan keanekaragaman flora dan fauna beserta

keunikannya, agar menjadi daerah tujuan studi keanekaragaman

hayati melalui kegiatan ekowisata.

c) Perlunya kerjasama antar dinas terkait (Dinas Kehutanan dan Dinas

Pariwisata) untuk menyusun program pengembangan dan

pengawasan bersama.

d) Perlunya kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat lokal

untuk mempersiapkan berbagai kebutuhan dan cendramata yang

diperlukan dalam mendukung kegitan pariwisata. Pendidikan dan

pelatihan diperlukan pula untuk mengarahkan masyarakat lokal

mengurangi ketergantungan hidup melalui hasil-hasil hutan, tetapi

memiliki alternatif hidup yang lain.

Page 98: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

98

e) Membuka pintu bagi masuknya investor yang berinvestasi di bidang

pariwisata alam pengunungan, Namun tetapi menempatkan

masyarakat lokal sebagai pemilik hak ulayat.

Strategi yang akan dilakukan dalam pengembangan ekowisata

adalah sebagai berikut:

a) Pemantapan Perencanaan Pengembangan Ekowisata. Mencakup

sistem perencanaan kawasan, penataan ruang, standarisasi,

identifikasi, pendanaan, pengelolaan lingkungan, dan pengelolaan

pengunjung.

b) Pengembangan Produk Ekowisata, ditujukan untuk peningkatan

produk ekowisata agar wisatawan tertarik untuk memiliki,

memanfaatkan dan mengkonsumsi produk. Strategi ini meliputi sistem

pengembangan obyek, peningkatan daya tarik obyek, sistem informasi,

promosi, dan pengembangan investasi.

c) Peningkatan Program Pengembangan Kesadaran Konservasi,

ditujukan untuk peningkatan pemahaman masyarakat akan wisata

yang meliputi peningkatan sadar akan wisata, pendidikan dan

pelatihan interpretasi.

d) Pemantapan Kelembagaan, meliputi pemanfaatan dan peningkatan

kapasitas institusi sebagai mekanisme yang dapat mengatur berbagai

kepentingan, penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang -

undangan, peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan sarana

prasarana.

Page 99: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

99

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh seperti yang telah dipaparkan di

atas, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. Dalam pengembangan ekowisata di KHDTK mempunyai faktor internal

dan eksternal :

a. Kekuatan, yaitu tingginya nilai potensi biofisik; menciptakan peluang

kerja; adanya dukungan masyarakat; status KHDTK dan

aksessibilitas baik.

b. Kelemahan, yaitu fasilitas pendukung belum ada; kurangnya SDM;

belum adanya kerjasama dibidang ekowisata; ketergantungan

masyarakat di sekitar kawasan; serta sumber dana baik daerah

maupun pusat.

c. Peluang, yaitu kebutuhan objek wisata yang semakin meningkat;

menjadi lokasi penelitian; menjadi pemikat wisatawan; terjalinnya

kerjasama dengan melibatkan masyarakat; peluang investasi bagi

mitra; dan peluang peningkatan PAD

d. Ancaman, yaitu degradasi hutan; peningkatan jumlah penduduk

yang mempengaruhi perambahan; degradasi hutan; rusaknya

potensi ekologi; dan kurangnya kemampuan pelaku ekowisata.

Page 100: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

100

2. Dengan menggunakan analisa SWOT dalam penyusunan strategi

pengembangan KHDTK, maka diketahui matriks grand strategy, posisi

ordinal berada pada sel 1 Mendukung strategi agresif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan agar pemerintah

Kabupaten Luwu Timur:

1. Membuat peraturan daerah yang berkaitan dengan pengembangan

ekowisata yang terintegrasi dalam tataruang wilayah kabupaten,

provinsi dan nasional.

2. Balai Penelitian Kehutanan sebagai pengelola KHDTK agar dalam

pengembangan ekowisata berkoordinasi dengan, Dinas Pendidikan,

Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Luwu

Timur sebagai instansi teknis, Dinas Kehutanan dan Bappeda

Kabupaten Luwu Timur dalam merencanakan dan memfasilitasi

pendampingan bagi masyarakat lokal sehingga proaktif dalam proses

pengembangan kawasan ekowisata yang bernilai guna.

Page 101: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

101

DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. 2007. Nilai Manfaat dan Pola Konversi Hutan Kemiri Rakyat di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan.

Aoyoma, G. 2000. Pengembangan Eko-tourism di Kawasan Konservasi di

Indonesia. JICA Expert/RAKATA. Jakarta. Awang, S.A. 2000. Kelembagaan Kehutanan Masyarakat, Belajar dari

Pengalaman. Yokyakarta: Aditya Media Badan Pusat Statistik, 2012. Kecamatan Malili dalam Angka 2012 Balai Penelitian Kehutanan Makassar kerjasama Yayasan IKA Kehutanan

Unhas. 2005. Master Plan KHDTK Lokasi Malili, Borisallo dan Mengkendek. Makassar.

Balai Penelitian Kehutanan Makassar, 2012. Master Plan KHDTK Malili,

Balai Penelitian Kehutanan Makassar 2013-2017. Makassar. Buckley, R. 2010. Conservation Tourism. CABI. Oxfordshire. United

Kindom. Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata, dari teori ke

aplikasi. Pusat Studi Parawisata (Puspar) UGM dan ANDI Press. Yogyakarta.

Direktorat Bina Pemasaran Wisata, 2002. Rencana Pemasaran

Parawisata Daerah. Proyek Peningkatan Pemasaran. Jakarta Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2003. Ekowisata Prinsip dan

Kriteria. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. Jakarta.

Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Kemungkinan

Meningkatkan Ekowisata. Perlindungan dan Hutan Pelestarian Alam. Jakarta.

Fakultas Kehutanan IPB, 1999. System Pengelolaan Hutan. Lembaga

Penelitian Institut Pertanian Bogor . Bogor. Fandeli C, Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas

Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Page 102: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

102

Fennell, D.A. 1999. Ecotourism An Introduction. London : Routledge. 315p.

Firmansyah, M. & S. G. Diah, 2007. Antara pembangunan ekonomi dan

Degradasi Lingkungan. Eko-Regional. Jakarta. Godfrey K., dan Jackie C. 2000. The Tourism Development

Handbook: A Practical Approach To Planning and Marketing. London and New York : CASSEL.

Gunawan, H., H. Nur, dan Y. Yayat. 2003. Profil Masyarakat Asli dan

Implikasinya terhadap Manajemen Taman Nasional Rawa Aopa Watu-Mohai Sulawesi Tenggara. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi. Makassar

Iman, F. 2007. Analisis dan Strategi Pemanfaatan Ruang di Kabupaten

Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam. Universitas Sumatera Utara. Medan

MacKinnon, J and Kathy MacKinnon, Graham Child, Jim Thorsel. 1990.

Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika. Harry Harsono (Terj). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Massijaya, A.M. 2011. Analisis Strategi Pemsaran Hutan Pendidikan

Gunung Walat Sebagai Hutan Wisata. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Muntasib E. K. S. H, Ricky A, Eva R, Yun Y, dan Resti M. 2004. Rencana

Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bogor. Laporan Akhir. Laboratorium Rekreasi Alam. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Bogor.

Nudwi. 2011. Ekowisata sebagai Upaya Pembangunan Ekonomi.

(http://nudwi.wordpress.com/2011/06/29/ekowisata-sebagai-upaya-pembangunan-ekonomi/, diakses 10 Mei 2013)

Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 1998 tentang Kawasan Suaka

Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2002

:TentangTata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan Dan Penggunaan Kawasan Hutan. Jakarta

Page 103: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

103

Peace II JA, dan Robinson RB. 1991. Strategi Management Formulation, Implementation and Control. Irwin Boston.

Qomariah, L. 2009. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di

Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT : Tehnik Membeda Kasus Bisnis. PT.

Gramedia Pusaka Utama. Jakarta Ritchie, C. Mc., Dougall., Mandy., Higgith., Nicolette, B., dan De Olivera.

2001. Kriteria dan Indikator Kelestarian Hutan yang Dikelola oleh Masyarakat. Centre for International Forestry Research (CIFOR). Jakarta

Satria, D. 2009. Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Ekonomi

Lokal Dalam Rangka Program Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Kabupaten Malang. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol. 3 No.1 Mei 2009, 37-47. Universitas Brawijaya. Malang

Simandjuntak, T.O, Rusmana, E, Surono, T.O. 1991. Peta Lembar

Geologi Malili Sulawesi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.

Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan No. 166/Kpts/VIII/2004 tentang Rencana Induk Pengelolaan KHDTK Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.275/Kpts-1/1994 tentang

Penunjukan Beberapa Lokasi Kawasan Hutan di Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Stasiun Penelitian dan Uji Coba. Jakarta.

Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 367/Menhut-II/2004 tentang Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus BPK Makassar. Jakarta.

Stasiun Klimatologi Malili, 2012. Kondisi Iklim 10 Tahun Terakhir.

Kabupaten Luwu Timur. Stasiun Klimatologi Mangkutana, 2012. Curah Hujan Malili tahun 2002-

2012. Kabupaten Luwu Timur. Suprana, N. 1997. Pengembangan Parawisata Alam di Kawasan

Pelestarian Alam: Suatu Peluang, Ekonomi, Peran Serta Masyarakat dan Ramah Lingkungan Dalam Pengembangan

Page 104: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

104

Obyek Wisata Alam. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Perencanaan Parawisata Berkelanjutan, ITB. Bandung

Undang-Undang No. 5 Tahun 1990. Tentang Konservasi Sumber daya

Alam Hayati dan Ekosistemnya. Departemen Kehutanan. Jakarta Undang-undang No. 41 Tahun 1999. Tentang Kehutanan. Jakarta Undang-Undang No. 32 Tahun 2009. Tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. Usman. M. 1999. Peluang Pengembangan Ekoturisme Indonesia sebagai

Andalan Alternatif Kepariwisataan Nasional, Makalah Pada Seminar Prospek dan Manajemen Ekoturisme Memasuki Milenium Ketiga. Departemen Kehutanan. Bogor. Jawa Barat.

Wiharyanto D. 2007. Kajian Pengembangan Ekowisata Mangroved

Kawasan Konservasi Pelabuhan Tengkayu II Kota Tarakan Kalimantan Timur. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yuanjaya, P. 2012. Pengembangan Ekowisata (Ecotourism) di Taman

Nasional Alas Purwo Kabupaten Banyuwangi. (http://tnalaspurwo.org/pandhu-yuanjaya.html, diakses 10 Mei 2013)

Zainun M. 2008. Strategi Pengembangan Ekowisata Hutan Lindung

Gunung Lumut Kabupaten Paser Propinsi Kalimantan Timur. (Tesis). Institut Pertanian Bogor. Bogor

Page 105: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

105

Lampiran 1. Panduan Wawancara dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur

Panduan Wawancara dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur

Obyek-obyek wisata yang ada di wilayah Pemerintah Kabupaten Luwu

Rencana dalam pembangunan dan pengembangan daerah yang

terkait dengan usaha wisata minat khusus ekowisata

Kegiatan wisata yang akan dan yang telah dilaksanakan

Kerjasama dengan instansi lain dalam pengembangan ekowisata baik

dengan instansi pemerintah maupun swasta

Pendapat secara umum tentang kegiatan wisata di Kabupaten Luwu

Timur

Pendapat dan saran bila dilaksanakan pengembangan ekowisata di

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Malili

Kebijakan yang berlaku di Kabupaten Luwu Timur mengenai ekowisata

dan Kendala yang dihadapi apabila dilakukan pengembangan

ekowisata

Upaya yang telah dan yang akan dilaksanakan dalam usaha

penyelesaian permasalahan mengenai hambatan/kendala dalam

pengembangan ekowisata

Kondisi Prasarana jalan dari kota Malili menuju KHDTK

Status KHDTK sebagai objek wisata dan pengelolaannya

Anggaran yang tersedia untuk pengelolaan KHDTK Malili

Kerjasama Pemda Kabupaten Luwu Timur dan Kementerian

Kehutanan

Hambatan/kekurangan dalam mewujudkan KHDTK Malili sebagai

objek wisata

Page 106: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

106

Lampiran 2. Panduan Wawancara dengan Pihak Pengelola KHDTK Malili, Kabupaten Luwu Timur

Panduan Wawancara dengan Pihak Pengelola KHDTK Malili, Kabupaten Luwu Timur

Nilai kekhasan utama yang terdapat di KHDTK Malili yang dapat

dijadikan obyek wisata

Jenis flora dan fauna yang khas, langka/dilindungi dan unik yang

mendominasi di KHDTK Malili

Daya tarik wisata lain yang terdapat di KHDTK Malili seperti sejarah,

budaya, pemandangan alam

Pendapatan mengenai potensi yang menarik untuk dikembangkan

menjadi obyek wisata minat khusus ekowisata

Apakah pernah ada pengunjung yang datang ke KHDTK Malili untuk

tujuan lain seperti berziarah, rekreasi dan lain-lain

Pendapatan apabila ada pengembangan ekowisata di KHDTK Malili

Rencana pengembangan ekowisata yang belum dan yang sudah

dilaksanakan

Sarana dan Prasarana penunjang yang telah tersedia dan yang akan

di kembangkan

Apakah sudah ada kerjasama dengan pengelola di KHDTK Malili

Page 107: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KAWASAN HUTAN DENGAN

107

Lampiran 3. Panduan Wawancara dengan Perangkat Desa, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Masyarkat Umum

Panduan Wawancara dengan Perangkat Desa, Tokoh Adat, Tokoh

Masyarakat, Tokoh Agama dan Masyarakat Umum

Pendapat tentang kondisi KHDTK Malili secara umum

Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat

Kondisi sarana prasarana ekonomi, kesehatan, transportasi,

komunikasi dan keamanan yang tersedia

Potensi yang dimiliki masyarakat mengenai sistem sosial budaya yang

khas ataupun ketrampilan yang khas dan unik

Rencana pengembangan pemerintah Desa yang sedang dan yang

akan dilakukan

Kemungkinan jika dikembangkan wisata minat khusus ekowisata di

KHDTK Malili

Pendapat mengenai potensi KHDTK Malili yang dapat dikembangkan

menjadi wisata minat khusus ekowisata

Tumbuhan flora yang berguna dan menarik bagi masyarakat

Satwa fauna yang sering ditemukan di KHDTK Malili

Lokasi - lokasi di KHDTK Malili yang menarik menurut masyarakat dan

belum dikembangkan

Pendapat tentang pengembangan ekowisata di KHDTK Malili

Permasalahan/kendala yang dihadapi masyarakat apabila adanya

pengembangan wisata minat khusus ekowisata di KHDTK Malili

Harapan dan keinginan masyarakat apabila adanya pengembangan

wisata alam di KHDTK Malili