strategi pengembangan dan pengelolaan...

18
STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN EKOWISATA MANGROVE KOTA REBAH SEI CARANG TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU Rendi Angga Saputra Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Andi Zulfikar Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] Fitria Ulfah Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected] ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan kondisi ekosistem mangrove, mengetahui indeks kesesuaian ekosistem mangrove, daya dukung kawasan untuk kegiatan ekowisata mangrove dan menyusun rekomendasi berupa strategi alternatif untuk pengembangan dan pengelolaan lanjutan ekowisata mangrove di Kota Rebah Sei Carang Tanjungpinang Kepulauan Riau. Dari hasil penelitian dan Pembahasan dapat disimpulkan bahwa ekosistem mangrove Kota Rebah Sei Carang ditemukan 6 jenis mangrove, yaitu Bakau Hitam (Rhizophora spp.), Nyireh (Xylocarpus moluccensis spp.), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus spp.), Teruntum (Lumnitzera littorea spp.), Perepat Lariang (Scyphiphora hydropillaceae spp.), Jeruju Hitam (Acanthus ilicifolius spp.). Sedangkan hasil indeks kesesuaian ekosistem untuk kegiatan wisata mangrove di Kota Rebah Sei Carang yang didapatkan adalah kategori sesuai bersyarat (SB). Telah didapat 3 priorotas utama strategi alternatif untuk pengelolaan ekowisata mangrove di Kota Rebah Sei Carang, yang mencangkup tiga aspek (ekowisata, masyarakat dan sarana prasarana) yaitu Pertama meningkatkan sistem pengelolaan ekosistem mangrove di kota rebah lebih maksimal, serta menjaga ekosistem mangrove dan fauna yang ada guna menarik wisatawan lokal maupun manca negara, Kedua memaksimalkan keterlibatan masyarakat tempatan dalam kegiatan ekowisata dan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola bisnis ekowisata seperti menjadi pemandu, jasa rumah penginapan, dsb., dan yang Ketiga membangun track (jalur darat dan perairan) sebagai media pengunjung dalam mengamati ekosistem mangrove dan fauna yang ada. Terdapat 2 Usulan track dengan nilai daya dukung kawasannya untuk track perairan adalah 40 dan track darat 69,6 dapat digenapkan menjadi 70. Nilai daya dukung kawasan ini bisa berubah dan bersifat tidak mutlak, karena harus disesuaikan dengan track yang akan dibuat oleh pihak pengelola. Kata Kunci: mangrove, ekowisata, indeks kesesuaian, daya dukung kawasan dan strategi pengembangan.

Upload: ngohuong

Post on 06-Mar-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN EKOWISATA MANGROVE

KOTA REBAH SEI CARANG TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU

Rendi Angga Saputra

Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Andi Zulfikar

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

Fitria Ulfah

Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan, FIKP UMRAH, [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan kondisi ekosistem

mangrove, mengetahui indeks kesesuaian ekosistem mangrove, daya dukung kawasan untuk

kegiatan ekowisata mangrove dan menyusun rekomendasi berupa strategi alternatif untuk

pengembangan dan pengelolaan lanjutan ekowisata mangrove di Kota Rebah Sei Carang

Tanjungpinang Kepulauan Riau. Dari hasil penelitian dan Pembahasan dapat disimpulkan bahwa

ekosistem mangrove Kota Rebah Sei Carang ditemukan 6 jenis mangrove, yaitu Bakau Hitam

(Rhizophora spp.), Nyireh (Xylocarpus moluccensis spp.), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus spp.),

Teruntum (Lumnitzera littorea spp.), Perepat Lariang (Scyphiphora hydropillaceae spp.), Jeruju

Hitam (Acanthus ilicifolius spp.). Sedangkan hasil indeks kesesuaian ekosistem untuk kegiatan

wisata mangrove di Kota Rebah Sei Carang yang didapatkan adalah kategori sesuai bersyarat (SB).

Telah didapat 3 priorotas utama strategi alternatif untuk pengelolaan ekowisata mangrove di Kota

Rebah Sei Carang, yang mencangkup tiga aspek (ekowisata, masyarakat dan sarana prasarana) yaitu

Pertama meningkatkan sistem pengelolaan ekosistem mangrove di kota rebah lebih maksimal, serta

menjaga ekosistem mangrove dan fauna yang ada guna menarik wisatawan lokal maupun manca

negara, Kedua memaksimalkan keterlibatan masyarakat tempatan dalam kegiatan ekowisata dan

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola bisnis ekowisata seperti menjadi pemandu,

jasa rumah penginapan, dsb., dan yang Ketiga membangun track (jalur darat dan perairan) sebagai

media pengunjung dalam mengamati ekosistem mangrove dan fauna yang ada. Terdapat 2 Usulan

track dengan nilai daya dukung kawasannya untuk track perairan adalah 40 dan track darat 69,6

dapat digenapkan menjadi 70. Nilai daya dukung kawasan ini bisa berubah dan bersifat tidak

mutlak, karena harus disesuaikan dengan track yang akan dibuat oleh pihak pengelola.

Kata Kunci: mangrove, ekowisata, indeks kesesuaian, daya dukung kawasan dan strategi

pengembangan.

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

ABSTRACT

The purpose of this research was to know the potential and condition of mangrove

ecosystems, to know suitability index of mangrove ecosystems, the carrying capacity of the

region's mangrove ecotourism activities and make recommendations in the form of alternative

strategies for continued development and management of ecotourism mangrove at Kota Rebah Sei

Carang Tanjungpinang Kepulauan Riau. From the result of research and discussion can be

concluced that the mangrove ecosystem at Kota Rebah Sei Carang found 6 species of mangrove,

Bakau Hitam (Rhizophora spp.), Nyireh (Xylocarpus moluccensis spp.), Waru Laut (Hibiscus

tiliaceus spp.), Teruntum (Lumnitzera littorea spp.), Perepat Lariang (Scyphiphora hydropillaceae

spp.), Jeruju Hitam (Acanthus ilicifolius spp.). While the results of the suitability index mangrove

ecosystem for tourism activities in the city of Kota Rebah Sei Carang obtained are as many

categories suit conditional. Has obtained 3 main priorities prime strategy alternatives for ecotourism

management, mangrove at Kota Rebah Sei Carang, which includes 3 aspects (ecotourism,

community and infrastructure) are first increase the system of management of mangrove ecosystems

in Kota Rebah more leverage, as well as maintaining mangrove ecosystems and fauna that exist in

order to attract local and foreign travelers, Second maximize the involvement of local communities

in ecotourism activities and increase the ability of communities to manage ecotourism business as a

guide, services of lodging houses, etc., and the third build a track (land and water) as a medium for

visitors to observe the mangrove ecosystem and fauna there. There are 2 Proposed track with

carrying capacity to track the waters of the region is 40 and land track can be fullfilled 69.6 to 70.

Carrying capacity of this region can be changed and are not absolute, because it must be adapted to

the track that will be made by the manager.

Keyword : mangrove, ecotourism, suitability index, the carrying capacity of the region and

the development strategy.

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

PENDAHULUAN

Mangrove sebagai salah satu

komponen ekosistem pesisir memegang

peranan yang cukup penting, baik di dalam

memelihara produktivitas perairan pesisir

maupun di dalam menunjang kehidupan

penduduk di wilayah tersebut. Bagi wilayah

pesisir, keberadaan hutan mangrove, terutama

sebagai jalur hijau di sepanjang pantai/muara

sungai sangatlah penting untuk suplai kayu

bakar, nener/ikan dan udang serta

mempertahankan kualitas ekosistem

pertanian, perikanan dan permukiman yang

berada di belakangnya dari gangguan abrasi,

instrusi dan angin laut yang kencang. Onrizal

(2002) dalam Muhaerin (2008). Salah-satu

potensi yang juga dapat dikembangkan pada

ekosistem mangrove adalah ekowisata.

Pengertian ekowisata adalah suatu

bentuk wisata yang bertanggung jawab

terhadap kelestarian area yang masih alami

(natural area), memberikan manfaat secara

ekonomi dan mempertahankan keutuhan

budaya pada masyarakat setempat (Fandeli,

2000). Sumberdaya ekowisata terdiri dari

sumberdaya alam dan sumberdaya manusia

yang dapat diintegrasikan menjadi komponen

terpadu bagi pemanfaatan wisata.

Berdasarkan konsep pemanfaatan, wisata

dapat diklasifikasikan menjadi wisata alam,

wisata budaya dan ekowisata (Fandeli, 2000;

META, 2002 dalam Yulianda, 2007).

Salah-satu wilayah di Kota

Tanjungpinang yang sangat potensi untuk

pengembangan dan pengelolaan ekowisata

mangrove adalah Kota Rebah Sei Carang.

Sungai Carang terletak di Kecamatan

Tanjungpinang Timur, Kelurahan Air Raja.

Hutan mangrove memiliki fungsi-fungsi

ekologis penting, antara lain sebagai penyedia

nutrien, tempat pemijahan (spawning

grounds), tempat pengasuhan (nursery

grounds) dan tempat mencari makan (feeding

grounds) bagi biota laut tertentu. Ekosistem

hutan mangrove merupakan tipe sistem

fragile, yang sangat peka terhadap perubahan

lingkungan. Wiharyanto (2007) dalam

Shiddieqy (2014). Kota Rebah sebelumnya

pernah dijadikan tempat ekowisata mangrove

oleh Pemerintah Kota Tanjungpinang, namun

dengan berjalannya waktu kawasan ekowisata

mangrove tersebut tidak terurus dan terbiar

hingga mengalami kerusakan pada sarana dan

prasarana yang cukup parah. Kawasan Kota

Rebah memiliki potensi yang baik jika

dilakukan pengembangan dan pengelolaan

lanjutan untuk dijadikan tempat ekowisata

mangrove, karena dilihat dari beberapa faktor

pendukungnya seperti diketahui dari hasil

penelitian terdahulu dari aspek sumberdaya

mangrovenya terbilang baik, selain itu akses

jalan menuju ke Kota Rebah tersebut sangat

baik, pengunjung ramai menghabiskan waktu

bersantai di Kota Rebah karena pemandangan

yang indah menjadi tujuan utama para

pengunjung. Jika kawasan Kota Rebah

tersebut dikelola lagi dengan maksimal

dijadikan kawasan ekowisata mangrove dapat

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

meningkatkan taraf perekonomian bagi

masyarakat tempatan dan dapat menjadi salah

satu pendapatan asli daerah dari sisi

pariwisatanya.

Oleh karena itu, untuk dapat

mengoptimalkan potensi sumberdaya dan

lingkungan di kawasan hutan mangrove yang

terletak di Kota Rebah Sei Carang

Tanjungpinang perlu dilakukan pengkajian

lanjutan untuk mengetahui potensi, daya

dukung kawasan, permasalahan dan alternatif

strategi pengembangan berkelanjutan yang

mampu berkembang secara optimal untuk

dijadikan sebagai kawasan ekowisata.

Hutan mangrove Kota Rebah dengan

kondisinya yang sangat berpotensi pernah

dilakukan pengelolaan oleh pemerintah Kota

Tanjungpinang di era Kepemimpinan

Walikota Hj. Suryatati A. Manan, saat itu

fasilitas pendukung seperti sarana dan

prasarana seperti Boardwalk atau pelantar

kayu menjadi track utama bagi pengunjung

dalam mengamati dan menikmati keindahan

ekosistem mangrove yang ada, fasilitas

lainnya juga layak pakai seperti toilet umum

dan pondok-pondok peranginan tempat

pengunjung bersantai. Namun dengan

berjalannya waktu kawasan ekowisata

mangrove tersebut tidak terurus dan terbiar

hingga mengalami kerusakan pada sarana dan

prasarana yang cukup parah. Boardwalk atau

track pelantar kayu yang ada mengalami

kerusakan sehingga tidak layak pakai dan

akhirnya dibongkar namun sampai saat ini

belum ada gantinya. Selain itu fasilitias

lainnya juga tidak terawat dan tidak dapat

digunakan.

Berdasarkan survey pendahuluan

kegiatan pemanfaatan yang dilakukan oleh

masyarakat di sekitar Kota Rebah khususnya

di ekosistem mangrove ini belum terdeteksi,

maka perlu dilakukan kajian kepada

masyarakat tempatan kawasan Kota Rebah.

Apakah dapat menimbulkan dampak positif

dan negatif baik itu terhadap sumberdaya

mangrovenya maupun pada masyarakat

tempatan Kota Rebah. Sebagai gambaran

dampak positif dari kegiatan pemanfaatan ini

contohnya adalah dapat menambah

penghasilan bagi masyarakat yang

memanfaatkan, seperti hasil sumberdaya

mangrove (berupa kayu, ikan, udang dan

kepiting) yang dapat dijual. Dampak negatif

contohnya adalah kerusakan ekosistem

mangrove itu sendiri karena pemanfaatan

yang tidak terkelola dengan baik, seperti

pemanfaatan sumberdaya yang over

eksploitasi. Agar dampak pemanfaatan yang

bersifat positif dapat dioptimalkan dan

berkelanjutan, serta dampak negatifnya dapat

diminimalkan maka perlu adanya suatu

pengelolaan secara benar dengan mengikuti

kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian.

Dari hasil penelitian terdahulu

Shiddieqy (2014) diketahui bahwa hasil

perhitungan nilai kelayakan ekowisata (NKE)

di lokasi pengamatan, kawasan ekowisata Sei

Carang memiliki kriteria kategori sedang

dengan hasil kategori bernilai 1,72. Kategori

sedang menunjukan bahwa kondisi biofisik

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

mangrove sebelum dikembangkan untuk

kawasan objek ekowisata, perlu pengelolaan

yang lebih lanjut agar potensi yang ada pada

ekosistem mangrove ini dapat menjadi

kawasan ekowisata, beberapa hal yang yang

dapat dilakukan adalah dengan melaksanakan

reboisasi mangrove serta menjaga kebersihan

sungai dan wilayah sekitarnya.

Pengembangan konsep ekowisata

dapat didekati melalui analisis potensi,

kesesuaian ekologis, daya dukung ekosistem

mangrove serta analisis SWOT (Strengths,

Weaknesses, Opportunities dan Threats) guna

mendapatkan alternatif strategi untuk

pengembangan ekowisata, serta rekomendasi

pengelolaan yang berkelanjutan. Untuk itulah

maka dilakukan penelitian lanjutan mengenai

strategi pengembangan dan pengelolaan

ekowisata mangrove di Kota Rebah Sei

Carang Tanjungpinang Kepulauan Riau.

TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui potensi dan kondisi

ekosistem mangrove di Kota Rebah Sei

Carang Tanjungpinang Kepulauan Riau.

2. Mengetahui indeks kesesuaian ekosistem

mangrove Kota Rebah dan daya dukung

kawasannya untuk kegiatan ekowisata

mangrove.

3. Menyusun rekomendasi berupa strategi

alternatif untuk pengembangan dan

pengelolaan lanjutan ekowisata mangrove

di Kota Rebah Sei Carang Tanjungpinang

Kepulauan Riau.

TINJAUAN PUSTAKA

Wisata merupakan suatu bentuk

pemanfaatan sumberdaya alam yang

mengandalkan jasa alam untuk kepuasan

manusia. Kegiatan manusia untuk

kepentingan wisata dikenal juga dengan

pariwisata (Yulianda, 2007). Ekowisata lebih

popular dan banyak dipergunakan

dibandingkan dengan terjemahan yang

seharusnya dari istilah ecotourism. Pengertian

tentang ekowisata mengalami perkembangan

dari waktu ke waktu. Namun, pada

hakekatnya, pengertian ekowisata adalah

suatu bentuk wisata yang bertanggung jawab

terhadap kelestarian area yang masih alami

(natural area), memberikan manfaat secara

ekonomi dan mempertahankan keutuhan

budaya pada masyarakat setempat. Atas dasar

pengertian ini, bentuk ekowisata pada

dasarnya merupakan bentuk gerakan

konservasi yang dilakukan oleh penduduk

dunia. Eco-traveler ini pada hakekatnya

konservasionis (Fandeli, 2000).

Menurut Dahuri (1996), alternative

pemanfaatan ekosistem mangrove yang paling

memungkinkan tanpa merusak ekosistem ini

meliputi: penelitian ilmiah (scientific

research), pendidikan (education), dan

rekreasi terbatas/ ekoturisme (limited

recreation/ecoturism).

Menurut Muhaerin (2008), Sifat dan

karakteristik dari ekowisatawan adalah

mempunyai rasa tanggung jawab sosial

terhadap daerah wisata yang dikunjunginya.

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

Kunjungan yang terjadi dalam satu satuan

tertentu yang mereka lakukan tidak hanya

terbatas pada sebuah kunjungan dan wisata

saja. Wisatawan ekowisata biasanya lebih

menyukai perjalanan dalam kelompok-

kelompok kecil sehingga tidak mengganggu

lingkungan disekitarnya. Daerah yang padat

penduduknya atau alternatif lingkungan yang

serba buatan dan prasarana lengkap kurang

disukai karena dianggap merusak daya tarik

alami.

Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada

Desember 2015 - Maret 2016. Penelitian

dilaksanakan dalam dua tahap yaitu :

1. Pengumpulan data, baik itu data

sekunder maupun data primer

2. Pengolahan data dan penyusunan

laporan hasil penelitian.

Lokasi penelitian berada di Kota

Rebah Sei Carang. Secara administratif Kota

Rebah Sei Carang berada di Kecamatan

Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang,

Provinsi Kepulauan Riau. Batasan wilayah

penelitian berada pada 1 (satu) Kelurahan,

yaitu Kelurahan Batu IX, Kecamatan

Tanjungpinang Timur (Gambar 3).

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Kota Rebah Sei Carang, Kota

Tanjungpinang (Sumber: Peta Kab. Bintan - Citra

Spot Tahun 2007)

B. Alat Dan Bahan

C. Metode Pengambilan Data

Penelitian

Data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini dikelompokan menjadi empat

kelompok jenis data. Kelompok jenis data

tersebut terdiri dari faktor fisik, faktor sosial

(masyarakat dan wisatawan), faktor biologi

dan faktor-faktor lainnya (isu-isu yang

berkembang dan kebijakan pengelola di

wilayah penelitian).

Data yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

Tabel Komposisi dan Jenis Data

a. Metode Pengamatan Ekosistem

Mangrove

Data vegetasi mangrove yang diambil

berupa data sekunder dan penentuan lokasi

stasiun pengamatan dibantu oleh literatur

penelitian terdahulu.

b. Metode Pengambilan Data

Responden (masyarakat dan

pengunjung)

1) Masyarakat

Data responden (masyarakat)

dikumpulkan secara langsung di lokasi

penelitian melalui wawancara secara

terstruktur dengan responden (pedoman

dengan kuisioner terlampir). Metode

pengambilan sampel/responden yang

digunakan adalah accidental sampling, adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel, bila dipandang

orang yang kebetulan ditemui itu cocok

sebagai sumber data (Sugiyono, 2001).

Adapun jumlah responden sebanyak 46 orang

yang merupakan masyarakat tempatan yang

bersdomisili di Kota Rebah Sei Carang.

Dalam hal ini yang menjadi

pertimbangan adalah responden (masyarakat)

yang memanfaatkan ekosistem mangrove dan

bersedia untuk diwawancarai. Data yang

dikumpulkan meliputi:

- Data Karakteristik Responden (umur,

pendidikan formal, pekerjaan)

- Kegiatan Pemanfaatan Kawasan

Perairan Kota Rebah Sei Carang oleh

Masyarakat

- Pemahaman atau Persepsi Masyarakat

Tentang Ekowisata Mangrove

- Keterlibatan Masyarakat

2) Pengunjung/wisatawan

Data responden (pengunjung/

wisatawan) dikumpulkan secara langsung di

lokasi penelitian melalui wawancara secara

terstruktur dengan responden (pedoman

dengan kuisioner terlampir). Metode

pengambilan sampel/responden yang

digunakan adalah accidental sampling,

Pertimbangan yang digunakan adalah

responden (pengunjung/wisatawan) yang

berada di sekitar lokasi penelitian dan

bersedia diwawancarai. Data responden

pengunjung ini diambil dalam 4 tahap per

akhir pekan selama rentang waktu 1 bulan

dengan jumlah responden sebanyak 40 orang.

Data yang dikumpulkan meliputi:

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

- Data karakter responden (umur,

pendidikan, pendapatan, asal

wisatawan)

- Pemahaman atau persepsi wisatawan

tentang ekowisata, mangrove, kondisi

mangrove serta sarana dan prasarana

- Keinginan untuk berwisata mangrove.

3) Faktor Fisik dan Faktor Biologi

Pengumpulan data Faktor Fisik dan

Faktor Biologi Ekosistem Mangrove di

Daerah Penelitian. dilakukan dengan cara

mengumpulkan hasil penelitian terdahulu dari

Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi dan

sebagainya. Adapun data hasil penelitian

terdahulu yang digunakan adalah keadaan

umum atau faktor fisik lokasi penelitian

seperti (geografi, topografi, demografi,

aksesibilitas, d.s.b.) yang didapatkan dari

Pemerintah Daerah. Sedangkan data faktor

biologi (vegetasi mangrove dan obyek biota

mangrove) menggunakan hasil penelitian

terdahulu Shiddieqy (2014).

C. Analisis Data

1. Analisis Potensi Ekosistem

Mangrove

Data yang dikumpulkan meliputi: data

mengenai jenis spesies, jumlah individu, dan

diameter pohon yang didapatkan dari

penelitian terdahulu, data-data tersebut

kemudian diolah untuk mengetahui kerapatan

setiap spesies dan kerapatan total semua

spesies.

a. Kerapatan Spesies

Kerapatan spesies adalah jumlah

individu spesies i dalam suatu unit

area yang dinyatakan sebagai

berikut :

Kerapatan Spesies = ni / A

b. Kerapatan Total

Kerapatan Total adalah jumlah

semua individu mangrove dalam

suatu unit area yang dinyatakan

sebagai berikut :

Kerapatan Total = ∑n / A

Keterangan :

Ni: Jumlah total individu dari spesies i

∑n: Jumlah total individu seluruh

spesies

A: Luas area pengambilan contoh

2. Analisis Kesesuaian Ekologis

Kegiatan wisata yang akan

dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan

potensi sumberdaya dan peruntukannya.

Setiap kegiatan wisata mempunyai

persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang

sesuai objek wisata yang akan dikembangkan.

Rumus yang digunakan untuk kesesuaian

wisata pantai dan wisata bahari adalah

(Yulianda, 2007) :

Penentuan kesesuaian berdasarkan

perkalian skor dan bobot yang diperoleh dari

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

setiap parameter. Kesesuaian kawasan dilihat

dari tingkat persentase kesesuaian yang

diperoleh penjumlah nilai dari seluruh

parameter.

Kesesuaian wisata pantai kategori

wisata mangrove mempertimbangkan 5

parameter dengan 4 klasifikasi penilaian.

Parameter kesesuaian wisata pantai kategori

wisata mangrove antara lain: ketebalan

mangrove, kerapatan mangrove, jenis

mangrove, pasang surut, dan obyek biota.

Matriks Kesesuaian Lahan Untuk Wisata

Pantai Kategori Wisata Mangrove

Sumber : Yulianda (2007)

3. Analisis Daya Dukung

Analisa daya dukung ditujukan untuk

pengembangan wisata bahari dengan

memanfaatkan potensi sumberdaya pesisir,

pantai dan pulau-pulau kecil secara lestari.

Mengingat pengembangan wisata bahari tidak

bersifat mass tourism, mudah rusak dan ruang

untuk pengunjung sangat terbatas, maka perlu

penentuan daya dukung kawasan. Metode

yang diperkenalkan untuk menghitung daya

dukung pengembangan ekowisata alam

adalah dengan menggunakan konsep Daya

Dukung Kawasan (DDK).

DDK adalah jumlah maksimum

pengunjung yang secara fisik dapat

ditampung di kawasan yang disediakan pada

waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan

pada alam dan manusia. Perhitungan DDK

dalam bentuk rumus adalah sebagai berikut

(Yulianda, 2007) :

4. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi

berbagai faktor secara sistematis untuk

merumuskan strategi pengelolaan. Analisis ini

didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan

peluang (Opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats).

Kekuatan dan kelemahan merupakan faktor

internal, sedangkan faktor eksternal meliputi

peluang dan ancaman. Keterkaitan antara

faktor internal dan faktor eksternal tersebut

digambarkan dalam matriks SWOT.

Alternatif strategi yang diperoleh adalah SO,

ST, WO, dan WT. Matriks SWOT adalah alat

yang dapat menggambarkan bagaimana

kekuatan dan kelemahan yang merupakan

faktor internal dipadukan dengan peluang dan

ancaman yang merupakan faktor eksternal

untuk menghasilkan empat golongan

alternatif strategi yang dapat diterapkan bagi

kelangsungan suatu kegiatan.

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Potensi Sumberdaya Mangrove

Ekosistem mangrove merupakan

komunitas vegetasi pantai tropis, yang

didominasi oleh beberapa spesies pohon

mangrove yang mampu tumbuh dan

berkembang pada daerah pasang-surut pantai

berlumpur. Komunitas vegetasi ini umumnya

tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal

yang cukup mendapat aliran air, dan

terlindung dari gelombang besar dan arus

pasang surut yang kuat. Ekosistem mangrove

banyak ditemukan di pantai-pantai teluk yang

dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai

yang terlindung (Bengen, 2001 dalam

Muhaerin, 2008).

Data potensi ekosistem mangrove

pada penelitian ini menggunakan dari hasil

penelitian terdahulu yang dilakukan di Kota

Rebah Sei Carang, oleh Shiddieqy (2014).

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan 8

spesies mangrove dari 6 famili, yaitu famili

Rhizophoraceae, Meliaceae, malvaceae,

Combretaceae, Rubiaceae, Acanthaceae

(Lampiran 1 dan 2).

Dari penelitian yang dilakukana

Shiddieqy (2014) diperoleh kisaran Kerapatan

jenis dan Kerapatan total setiap stasiunnya

baik itu untuk tingkat pohon, anakan maupun

semai (lampiran 3).

Stasiun 1 terdiri dari 4 jenis

mangrove, yaitu Rhizopora apiculata,

Rhizophora mucronata, Lumnitzera littorea,

Scyphiphora hydropillaceae Kerapatan jenis

yang paling besar pada stasiun ini adalah pada

jenis Rhizophora Apiculata. Pada stasiun ini,

kisaran kerapatan total semua jenis

mangrovenya adalah 32 ind/ 100 m2 untuk

tingkat pohon, 3 ind/ 25 m2 untuk tingkat

anakan dan 0 ind/ 1 m2 untuk tingkat semai

(Shiddieqy, 2014).

Stasiun 2 terdiri dari 6 jenis

mangrove, yaitu Rhizopora apiculata

Rhizophora mucronata, Bruguiera

gymnorrhiza , Xylocarpus mekongensis,

Hibiscus tiliaceus, Acanthus ilicifolius.

memiliki kisaran kerapatan yang paling besar.

Kisaran kerapatan total semua jenis mangrove

pada stasiun ini adalah 9 ind/ 100 m2 untuk

tingkat pohon, 2-6 ind/ 25 m2 untuk tingkat

anakan dan 4 - 16 ind/ 1 m2 untuk tingkat

semai (Shiddieqy, 2014).

Sama halnya dengan stasiun 1, pada

stasiun 3 terdapat 4 jenis mangrove, yaitu

Rhizopora apiculata, Rhizophora mucronata,

Bruguiera gymnorrhiza, Hibiscus tiliaceus.

Kerapatan jenis yang paling besar pada

stasiun ini adalah pada jenis Rhizophora spp..

Pada stasiun ini, kisaran kerapatan total

semua jenis mangrovenya adalah 16 ind/ 100

m2 untuk tingkat pohon, 0 - 6 ind/ 25 m2

untuk tingkat anakan dan 1 - 4 ind/ 1 m2

untuk tingkat semai (Shiddieqy, 2014).

B. Keberadaan Fauna Ekosistem

Mangrove

Mangrove memiliki fungsi ekologis

sebagai habitat berbagai jenis satwa.

Komunitas fauna yang didapati berdasarkan

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

pengamatan langsung serta pengkolaborasian

data penelitian Shiddieqy (2014) yang

dijadikan data sekunder terdapat dua jenis

kelompok fauna, yaitu kelompok fauna darat

(terestrial) dan kelompok fauna perairan

(akuatik). Kelompok fauna darat (terestrial)

di sei carang terdapat burung jenis bangau

putih (Pandio haliateus alba), burung gagak

hutan (Covvus enca), reptil jenis biawak

(Varanus salvator), dan hewan mamalia yaitu

monyet yang termasuk hewan primata dengan

jenis Mocca fascicularis.

C. Kesesuaian Ekologis untuk

Kegiatan Ekowisata

Muhaerin (2008), Kegiatan wisata

yang akan dikembangkan hendaknya

disesuaikan dengan potensi sumberdaya dan

peruntukannya. Indeks kesesuaian ekologis

dapat mengidentifikasikan apakah suatu

ekosistem sesuai (S), sesuai bersyarat (SB),

atau tidak sesuai (N) untuk suatu kegiatan

wisata. Kesesuaian wisata mangrove

mempertimbangkan 5 parameter dengan 4

klasifikasi penilaian. Parameter-parameter

tersebut adalah ketebalan mangrove,

kerapatan mangrove, jenis mangrove, pasang

surut dan obyek biota.

Parameter ketebalan mangrove, kerapatan

mangrove, jenis mangrove dan obyek biota

menggunakan data penelitian terdahulu

(Shiddieqy, 2014). Sedangkan parameter

pasang surut menggunakan data

perbandingan, yaitu antara data primer yang

diakses melalui situs resmi pasanglaut.com

dan data berdasarkan pengamatan langsung di

lapangan demi keakuratan data yang

didapatkan.

Indeks kesesuaian ekosistem untuk wisata

mangrove

Dari 3 stasiun penelitian yang dibagi

menjadi 18 plot tidak didapat satupun lokasi

yang berkategori sesuai (S). Hasil indeks

kesesuaian ekosistem tingkat kesesuaian yang

didapatkan adalah kategori sesuai bersyarat

(SB) yang menunjukkan bahwa kondisi

ekosistem mangrove di Kota Rebah Sei

Carang dapat dijadikan daerah wisata

mangrove, dengan syarat terlebih dahulu

harus dilakukan pengelolaan yang matang

sebelum kawasan ini dijadikan kawasan

wisata mangrove.

D. Rekomendasi Usulan Track Darat

dan Perairan berdasarkan Analisis

Daya Dukung Kawasan untuk

Kegiatan Ekowisata Mangrove

Salah satu rekomendasi yang

diberikan pada penelitian ini adalah

membangun track (darat dan perairan)

sebagai media pengunjung dalam mengamati

ekosistem mangrove dan fauna yang ada.

Berdasarkan pertimbangan melihat kondisi

track lama yang pernah dibuat sudah rusak

dan tidak layak untuk digunakan lagi, maka

demi keselamatan pengukuran track lama

yang dibutuhkan untuk analisis daya dukung

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

kawasan (DDK) menggunakan ukuran

perkiraan, dengan menyesuaikan ukuran track

lama.

Adapun nilai daya dukung kawasan

ekosistem mangrove Kota Rebah Sei Carang

berdasarkan track yang diusulkan adalah

sebagai berikut.

Nilai daya dukung kawasan untuk wisata

mangrove

1) Perairan

Kegiatan ekowisata mangrove Kota

Rebah Sei Carang dapat dilakukan dengan

mengitari sungai di kawasan ekosistem

mangrove tersebut, namun kegiatan yang

dilakukan harus mematuhi daya dukung

kawasan sebagaimana terdapat 1 usulan track

perairan di kawasan ini dengan nilai DDK 40.

Artinya dalam 1 hari pengunjung yang bisa

menggunakan track perairan hanya 40 orang

dengan rentang waktu yang disediakan selama

4 jam/hari dengan pertimbangan faktor

pasang surut perairan di kawasan ini. Para

wisatawan dapat menikmati keindahannya

langsung dari perairan. Sarana dan prasarana

yang dibutuhkan adalah alat transportasi laut

tradisional seperti sampan kolek dan pelantar

tempat mengangkut dan menurunkan

wisatawan. Selain dapat digunakan sebagai

media observasi juga dapat digunakan untuk

kegiatan lain seperti fotografi, memancing

dan tempat olah raga air seperti olah raga

kano, lomba dayung dan sebagainya. Untuk

penjelasan penghitungan analisis DDK.

2) Daratan

Pada penelitian ini terdapat 3 usulan

track daratan yang dapat dilakukan dalam

kegiatan ekowisata mangrove di Kota Rebah

Sei Carang dengan total nilai DDK 69,6

dimana pengunjung yang dapat melakukan

aktifitas sebanyak 69,6 digenapkan menjadi

70 orang dalam 1 hari dengan rentang waktu

8 jam/hari. Kegiatan yang dilakukan di

daratan lebih efektif guna pengamatan yang

lebih jelas pada ekosistem mangrove itu

sendiri maupun fauna yang ada di kawasan

ini. Untuk penjelasan penghitungan analisis

DDK.

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan

pada kawasan ini salah satunya adalah

boardwalk atau pelantar kayu yang dibuat

guna mengitari kawasan mangrove ini.

Kawasan ini tidak terlalu dipengaruhi oleh

pasang surut air, namun untuk mengantisipasi

perlu dibangun boarwalk yang tingginya

melebihi dari kondisi pasang tertinggi air laut

di kawasan ini.

G. Strategi Pengembangan dan

Pengelolaan Ekowisata Mangrove

Analisis SWOT digunakan untuk

mengidentifikasi relasi-relasi sumberdaya

ekowisata dengan sumberdaya yang lain.

Oleh sebab itu, semua pihak khususnya

masyarakat lokal perlu mengetahui apa

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh

kawasan dan obyek ekowisata tersebut

(Damanik dan Weber, 2006). dalam

(Muhaerin, 2008).

1. Faktor-Faktor Internal (IFAS)

Identifikasi faktor-faktor strategis

internal didapatkan dari hasil wawancara

dengan masyarakat, pengunjung dan

pengamatan secara langsung di lapangan.

a. Kekuatan (strengths)

1) Potensi ekosistem mangrove yang

mendukung untuk dilakukan pengelolaan

lanjutan kegiatan ekowisata mangrove.

Kawasan mangrove kota rebah sei carang

ditemukan 8 spesies mangrove dari 6

famili, yaitu famili Rhizophoraceae,

Meliaceae, malvaceae, Combretaceae,

Rubiaceae, Acanthaceae (Tabel 10).

2) Antusias masyarakat setempat yang ingin

terlibat dalam kegiatan ekowisata

mangrove kota rebah, baik itu sebagai

penyedia jasa home stay, pemandu

wisata, berdagang kuliner, dan jasa

transportasi air (pengemudi pompong

atau perahu).

3) Keberadaan Fauna ekosistem mangrove

kota rebah yaitu terdapat 2 kelompok

fauna, kelompok fauna darat (terestrial)

dan kelompok fauna perairan (akuatik).

Kelompok fauna darat (terestrial) di sei

carang terdapat burung jenis bangau putih

(Pandio haliateus alba), burung gagak

hutan (Covvus enca), reptil jenis biawak

(Varanus salvator), dan hewan mamalia

yaitu monyet yang termasuk hewan

primata dengan jenis Mocca fascicularis.

(Shiddieqy, 2014).

b. Kelemahan (weaknesses)

1) Berdasarkan indeks kesesuaian ekosistem

tingkat kesesuaian yang didapatkan

adalah kategori sesuai bersyarat (SB)

yang menunjukkan bahwa kondisi

ekosistem mangrove di Kota Rebah Sei

Carang dapat dijadikan daerah wisata

mangrove, namun dengan syarat terlebih

dahulu harus dilakukan pengelolaan yang

matang sebelum kawasan ini dijadikan

kawasan wisata mangrove. Jika tidak

dilakukan pengelolaan yang serius

dikhawatirkan nilai indeks kesesuaian

ekosistem akan menurun dan tidak sesuai

sebagai kawasan ekowisata mangrove.

2) Kesadaran sebagian masyarakat tentang

pentingnya ekosistem mangrove masih

rendah. Sebagian masyarakat setempat

menyadari kurangnya perhatian mereka

terhadap ekosistem mangrove yang ada di

kota rebah, sehingga lambat laun

kondisinya semakin memperihatinkan

dan terkesan tidak terjaga.

3) Terjadi erosi tanah di sekitar kawasan

ekowisata mangrove kota rebah sei

carang saat dilanda hujan yang

mengakibatkan perairan berubah warna

menjadi kemerahan (keruh) dan kondisi

ini dapat dilihat secara kasat mata.

Sehingga dikhawatirkan akan

mempengaruhi ekosistem mangrove yang

ada.

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

2. Faktor-faktor Eksternal (EFAS)

Identifikasi faktor-faktor strategis

eksternal didapatkan dari hasil wawancara

dengan masyarakat, pengunjung dan

pengamatan secara langsung di lapangan.

a. Peluang (opportunity)

1) Adanya event tahunan yang

diselenggarakan di kawasan kota rebah

sei carang. Event tahunan yang telah

menjadi agenda tetap menjadi harapan

besar bagi kawasan ini untuk dapat

diketahui banyak orang. Salah satu

agenda besar yang selalu melibatkan

banyak pengunjung adalah serangkaian

Festival Sungai Carang. Selain

pesertanya dari dalam daerah, ada pula

peserta yang berasal dari luar daerah

Provinsi Kepri bahkan juga menarik

peserta dari manca negara untuk ikut

serta.

2) Nilai Daya Dukung Kawasan (DDK)

yang mendukung, dapat dibangun 2 jenis

track yaitu track darat dan track perairan

guna pengunjung mengamati dan

menikmati wisata mangrove di Kota

Rebah. Dari 2 jenis track tersebut jika

ditotalkan daya tampung pengujung

sebanyak 110 orang perhari dalam jangka

waktu 8 jam. Nilai DDK ini dapat

berubah dan ditingkatkan lagi sesuai

keinginan dan desain perencanaan

sebagaimana yang diinginkan oleh pihak

pengelola.

3) Keinginan pengunjung untuk berwisata

mangrove, sebanyak 85% pengunjung

mengatakan akan datang kembali

berwisata di kawasan hutan mangrove ini

jika fasilitas, sarana dan prasarana sudah

terpenuhi sesuai perencanaan pengelolaan

yang ditawarkan.

b. Ancaman (threats)

1) Sistem pengelolaan yang dilakukan

pemerintah daerah yang kurang

maksimal. Kurang maksimalnya sistem

pengelolaan yang dilakukan oleh

pemerintah kota Tanjungpinang terhadap

kawasan ini dapat menghambat proses

pengembangannya. Tidak fokusnya

instansi atau dinas yang ditunjuk dalam

mengelola akan berdampak sangat buruk.

2) Berpotensi dilakukannya perbuatan-

perbuatan tidak terpuji. Seperti yang

diketahui kawasan ini selain tempatnya

tertutup, tempat ini juga sudah tak ramai

pengunjung sehingga suasana menjadi

sepi. Kondisi yang seperti inilah kerap

mengundang hal-hal yang tidak terpuji.

Terutama yang terjadi dikalangan anak

muda, tidak menutup kemungkinan

termasuk yang masih berstatus pelajar.

3. Penentuan Bobot dan Skor Setiap

Faktor

Pemberian bobot masing-masing

faktor harus sesuai dengan kriteria penilaian

obyek wisata hutan mangrove. Sedangkan

hasil penilaian faktor-faktor internal dan

eksternal digunakan untuk menghitung rating

atau tingkat kepentingan suatu faktor terhadap

suatu kegiatan. (Muhaerin, 2008).

Page 15: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

4. Matriks SWOT

Setelah matriks IFAS dan EFAS

selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut

dihubungkan dalam matriks untuk

memperoleh beberapa alternative strategi.

Matriks ini menghubungkan empat

kemungkinan strategi, yaitu menggunakan

kekuatan yang dimiliki untuk mengambil

peluang yang ada (strategi S-O), mengunakan

peluang yang dimiliki untuk mengatasi

ancama yang dihadapai (Stategi S-T),

mendapatkan keuntungan dari peluang

dengan mengatasi kelemahan (Stategi W-O),

meminimalkan kelemahan untuk menghindari

ancama (Stategi W-T) (Muhaerin, 2008).

5. Alternatif Strategi

Prioritas dari strategi yang dihasilkan

dengan memperhatikan faktor-faktor yang

saling terkait. Rangking akan ditentukan

berdasarkan urutan jumlah skor terbesar

sampai terkecil (Muhaerin, 2008)

Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)

Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Berdasarkan hasil analisis SWOT

yang dilakukan maka telah diperoleh

alternatif strategi kegiatan ekowisata

mangrove di Kota Rebah Sei Carang sebagai

berikut :

1. Meningkatkan sistem pengelolaan

ekosistem mangrove di kota rebah

lebih maksimal, serta menjaga

ekosistem mangrove dan fauna yang

ada guna menarik wisatawan lokal

maupun manca negara.

2. Memaksimalkan keterlibatan masyarakat

tempatan dalam kegiatan ekowisata dan

meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam mengelola bisnis ekowisata seperti

menjadi pemandu, jasa rumah penginapan,

dsb.

3. Membangun track (jalur darat dan

perairan) sebagai media pengunjung

dalam mengamati ekosistem mangrove

dan fauna yang ada.

4. Meningkatkan pemahaman masyarakat

dengan melaksanakan sosialisasi,

seminar maupun pelatihan tentang

ekosistem mangrove. Guna menjadi

Page 16: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

pemandu wisata yang berwawasan

dalam melayani pengunjung.

5. Membangun komitmen bersama antara

Pemda dengan Instansi/dinas/badan

bahkan pihak ke 3 dalam

menyukseskan proses pengembangan

dan pengelolaan kawasan ekosistem

mangrove kota rebah sebagai daerah

ekowisata mangrove.

6. Membangun sistem monitoring dan

evaluasi yang baik dengan melibatkan

para pemangku kepentingan.

7. Meningkatkan nilai indeks kesesuaian

ekosistem guna kelayakan kawasan kota

rebah sebagai kawasan ekowisata

mangrove sehingga mendapatkan nilai

kategori sesuai (S).

8. Merangkul masyarakat dan pengunjung

dalam kegiatan reboisasi secara rutin,

untuk menghindari erosi tanah dan

meningkatkan ekosistem mangrove yang

ada.

9. Perbanyak event agar kawasan kota rebah

menjadi lebih ramai dikunjungi sehingga

tidak terlihat sepi.

10. Meningkatkan kesadaran masyarakat dan

pengunjung tentang pentingnya menjaga

serta menciptakan suasana alam dan

lingkungan yang sehat.

Dari sepuluh alternatif strategi yang

didapat, maka telah diambil tiga prioritas

utama alternatif strategi untuk pengelolaan

ekosistem mangrove kota rebah sei carang

sebagai daerah ekowisata. tiga strategi

prioritas utama yang diperoleh adalah :

Pertama : Meningkatkan sistem

pengelolaan ekosistem mangrove di kota

rebah lebih maksimal, serta menjaga

ekosistem mangrove dan fauna yang ada guna

menarik wisatawan lokal maupun manca

negara.

Kedua : Memaksimalkan keterlibatan

masyarakat tempatan dalam kegiatan

ekowisata dan meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam mengelola bisnis ekowisata

seperti menjadi pemandu, jasa rumah

penginapan, dsb.

Ketiga : Membangun track (jalur darat

dan perairan) sebagai media pengunjung

dalam mengamati ekosistem mangrove dan

fauna yang ada.

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ekosistem mangrove Kota Rebah Sei

Carang ditemukan 6 jenis mangrove, yaitu

Bakau Hitam (Rhizophora spp.), Nyireh

(Xylocarpus moluccensis spp.), Waru Laut

(Hibiscus tiliaceus spp.), Teruntum

(Lumnitzera littorea spp.), Perepat Lariang

(Scyphiphora hydropillaceae spp.), Jeruju

Hitam (Acanthus ilicifolius spp.). Nilai

kerapatan spesies didominasi oleh jenis

Rhizophora spp. Baik itu ditingkat pohon,

semai maupun anakan.

Hasil indeks kesesuaian ekosistem

untuk kegiatan wisata mangrove di Kota

Rebah Sei Carang yang didapatkan adalah

kategori sesuai bersyarat (SB) yang

Page 17: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

menunjukkan bahwa kondisi ekosistem

mangrove di Kota Rebah Sei Carang dapat

dijadikan daerah wisata mangrove, dengan

syarat terlebih dahulu harus dilakukan

pengelolaan yang matang sebelum kawasan

ini dijadikan kawasan wisata mangrove. Ada

2 usulan lokasi track yaitu track perairan dan

track darat, dimana track perairan berjumlah

1 track usulan dan track darat berjumlah 3

track usulan. adapun nilai daya dukung

kawasan untuk track perairan adalah 40 dan

track darat 69,6 dapat digenapkan menjadi 70.

Nilai daya dukung kawasan ini bisa berubah

dan bersifat tidak mutlak, karena harus

disesuikan dengan track yang akan dibuat

oleh pihak pengelola.

Telah didapat 3 priorotas utama

strategi alternatif untuk pengelolaan

ekowisata mangrove di Kota Rebah Sei

Carang, yang mencangkup 3 aspek

(ekowisata, masyarakat dan sarana prasarana)

yaitu adalah :

1. Meningkatkan sistem pengelolaan

ekosistem mangrove di kota rebah lebih

maksimal, serta menjaga ekosistem

mangrove dan fauna yang ada guna

menarik wisatawan lokal maupun manca

negara.

2. Memaksimalkan keterlibatan masyarakat

tempatan dalam kegiatan ekowisata dan

meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam mengelola bisnis ekowisata seperti

menjadi pemandu, jasa rumah

penginapan, dsb.

3. Membangun track (jalur darat dan

perairan) sebagai media pengunjung

dalam mengamati ekosistem mangrove

dan fauna yang ada.

B. Saran

1. Perlu perhatian khusus Pemerintah

Daerah dalam hal pengembangan dan

Pengelolaan kawasan Kota Rebah ini,

sehingga apa yang direncanakan dapat

berjalan sesuai harapan.

2. Perlu dilaksanakannya program

rehabilitasi mangrove di kawasan Kota

Rebah Sei Carang ini, agar

mendapatkan nilai kategori sesuai (S)

sebagai kawasan ekowisata mangrove.

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, A. 2004. Kajian Kesesuaian dan Daya

Dukung Ekosistem Mangrove untuk

Pengembangan Ekowisata di Gugus

Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar,

Sulawesi Selatan [Tesis]. Bogor: Institut

Pertanian Bogor.

Bengen, D. G. 2001. Ekosistem dan

sumberdaya pesisir dan laut serta

pengelolaan secara terpadu dan

berkelanjutan. Prosiding pelatihan

pengelolaan wilayah pesisir terpadu.

Bogor, 29 Oktober – 3 November 2001.

Bengen, D. G. 2002. Ekosistem dan

Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian

Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor

BPS (Badan Pusat Statistik) Kota

Tanjungpinang. 2014. Tanjungpinang

Page 18: STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · hingga mengalami kerusakan pada sarana dan prasarana yang cukup parah

dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota

Tanjungpinang.

BPS (Badan Pusat Statistik) Kota

Tanjungpinang. 2015. Tanjungpinang

dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota

Tanjungpinang.

BPS (Badan Pusat Statistik) Kota

Tanjungpinang. 2016. Tanjungpinang

dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota

Tanjungpinang.

Dahuri, R. 1996. Pengembangan Rencana

Pengelolaan Pemanfaatan Berganda

Hutan Manrove di Sumatera. PPLH.

Institut Pertanian Bogor. Bogor

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati

Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Damanik, J dan H. Weber. 2006. Perencanaan

Ekowisata. Yogyakarta: Universitas

Gadjah Mada dan C.V Andi Offset.

Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata.

Yogyakarta: Fakultas kehutanan.

Universitas Gadjah mada.

Kelurahan Air Raja. 2013. Kondisi Umum

Wilayah Kelurahan Air Raja. Pemerintah

Kota Tanjungpinang.

Kelurahan Air Raja. 2014. Kondisi Umum

Wilayah Kelurahan Air Raja. Pemerintah

Kota Tanjungpinang.

Muhaerin, M. 2008. Kajian Sumberdaya

Ekosistem Mangrove untuk Pengelolaan

Ekowisata di Estuari Perancak,

Jembrana, Bali [Skripsi]. Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan. Bogor

: Institut Pertanian Bogor.

Irwanto. 2006. Keanekaragaman Fauna Pada

Habitat Mangrove.

http:// www.irwantoshut.com. Diakses 1

April 2014.

Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Jakarta:

Djambatan.

Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu

Tinjauan Ekologis. Jakarta: PT.

Gramedia.

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT: Teknik

membedah kasus bisnis-reorientasi

konsep perencanaan strategis untuk

menghadapi Abad 21. cetakan ke-10.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Santoso, N. 2006. Pengelolaan Ekosistem

Mangrove Berkelanjutan di Indonesia.

Dalam bahan pelatihan. 2006. “Training

Workshop on Developing The Capacity

of Environmental NGOs in Indonesia to

Effeticvely Implement Wetland Project

According to the Ramsar Guidelines and

Obyectives of the Convention on

Biodiversity”. Bogor.

Shiddieqy, 2014. Kelayakan Ekowisata

Mangrove Arungan Sungai Di Sungai

Carang Berdasarkan Pada Biofisik

Mangrove [Skripsi]. Fakultas Ilmu

Kelautan dan Perikanan : Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Sugiyono, 2015. Defenisi sampling dan

teknik

sampling. www.eurekapendidikan.com/

2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-

sampling.html. Disalin dan

dipublikasikan melalui Eureka

Pendidikan. Diakses 26 Desember 2015.

Yulianda, F. 2006. Bahan Kuliah Pengelolaan

Kawasan Wisata Air. Departemen

Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK.

IPB.

Yulianda, F. 2007. Ekowisata bahari sebagai

alternatif pemanfaatan sumberdaya

pesisir berbasis konservasi. Makalah

Seminar Sains 21 Februari 2007.

Departemen Manajemen Sumberdaya

Perairan, FPIK. IPB.