strategi pengelolaan zakat pada baitul mal kabupaten aceh...

71
STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH TAMIANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S. H.) Oleh: Rauzatul Mulia (11140460000007) PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 01-Oct-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH

TAMIANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S. H.)

Oleh:

Rauzatul Mulia

(11140460000007)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,
Page 3: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,
Page 4: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,
Page 5: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

ABSTRAK

Rauzatul Mulia. NIM 11140460000007. STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT

PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH TAMIANG. Program Studi Hukum

Ekonomi Syariah (Muamalat), Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2019 M. Ix 59 halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengelolaan zakat di

Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat yang dianalisis menggunakan undang-undang nomor 23

Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat apakah telah sesuai dengan aturan hukum

yang berlaku tersebut.

Penelitian ini menrupakan jenis penelitian kualitatif-deskriptif dengan

pendekatan normatif-yuridis, yaitu spesifikasi penelitian field research (penelitian

lapangan). Dalam penelitian ini dilakukan analisis antara teori yang sudah ada

yaitu berupa hukum yang telah disahkan dengan realitas di lapangan, yaitu

mengkaji bagaimana praktek pengelolaan zakat pada Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011. Sumber

data yang digunakan adalah data primer, yaitu wawancara dan data sekunder,

yaitu berupa buku-buku dan jurnal. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang telah menerapkan dengan baik sistem pengelolaan zakat yang

berdasarkan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011, yaitu dalam hal perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan dalam melakukan pengelolaan

zakat. Dalam menjalankan fungsinya sebagai Lembaga Amil Zakat Baitul Mal

Kabupaten Aceh Tamiang mengalami beberapa kendala secara internal maupun

eksternal. Namun Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang terus berbenah dan

bersinergi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui zakat di Aceh

Tamiang. Dalam hal pendayagunaan zakat secara produktif hingga tahun 2018

Baitul Mal Aceh Tamiang belum mampu menjalankan kembali program tersebut

dikarenakan oleh terbatasnya amil pada lembaga tersebut dan kurangnya kejujuran

dari penerima manfaat tersebut.

Kata Kunci : Pengelolaan, Zakat, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

Pembimbing : Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M.

Daftar Pustaka : 1988-2019

Page 6: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

i

KATA PENGANTAR

حيم حمن الر بسم هللا الر

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, atas segala rahmat serta

hidayahnya yang telah Engkau berikan kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGELOLAAN

ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH TAMIANG” telah disusun

dengan baik, tidak lupa pula shalawat serta salam tetap dilimpahkan kepada Nabi

Muhammad saw serta keluarga dan para sahabatnya. Adapun tujuan penulisan

skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana

Strata Satu (S1) jurusan Hukum Ekonomi Syariah (Muamalat) pada Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penulisan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan

kelemahannya, untuk itu penulis ingin menyampaikan permohonan kritik dan

saran dalam rangka menyempurnakan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini tidak

mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Dr. Ahmad Tholabi Karlie, S.H., M.H., M.A, selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah mencurahkan pengetahuan dan pengalamannya selama masa

kuliah.

2. A.M. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Jurusan dan Dr. Abdurrauf, L.c,

M.A., Selaku Seketaris Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang telah

memberikan tuntunan dan arahannya selama ini.

3. Prof. Dr. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M., selaku Dosen

Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu ditengah-

tengah kesibukannya, serta sabar dalam memberikan bimbingan,

pengarahan, nasihat, solusi, dan motivasi bagi penulis, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik.

Page 7: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

ii

4. Dr. Euis Amalia, M.Ag., selaku penguji satu dan Dr. Muh. Fudhail

Rahman, Lc., M.A., selaku penguji kedua, penulis ucapkan terimakasih

banyak telah memberikan banyak masukan dan arahan sehingga skripsi

ini menjadi lebih baik dan sempurna dalam penyusunannya.

5. Para Dosen Pengajar dan Civitas Akademik Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengampu beberapa materi

dalam perkuliahan.

6. Segenap Jajaran Staff dan Karyawan Akademik, Para Pengurus

Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang

telah memberikan fasilitas berupa buku-buku untuk menambah

pengetahuan penulis dan pengadaan studi kepustakaan.

7. Untuk segenap keluarga, kedua orang tua tercinta Ayahanda Muhammad

Husin dan Ibunda Darmawati, kakak, abang dan adik-adik terima kasih

atas semua doa, pengorbanan, perjuangan, nasihat, dan bimbingan, serta

kasih sayang yang telah kalian berikan untuk penulis.

8. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, telah

memberikan dorongan, bantuan baik berupa materi, moral maupun

bantuan lainnya.

Terimakasih atas kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan kepada

penulis. Penulis hanya bisa berdoa dan berusaha, karena hanya Allah swt yang

dapat membalas kebaikan kalian semua. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat

yang menjadi salah satu khazanah ilmu dan pengetahuan.

Page 8: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................................. 4

C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

E. Tinjauan Kajian Terdahulu........................................................................ 6

F. Kerangka Konseptual ............................................................................. 9

G. Metode Penelitian ..................................................................................... 9

H. Sistematika Penulisan ................................................................................ 11

BAB II PENGELOLAAN ZAKAT ............................................................................. 13

A. Zakat ......................................................................................................... 13

B. Sejarah Pengelolaan Zakat Nasional ........................................................ 21

C. Lembaga Amil Zakat ................................................................................ 29

D. UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat ................................ 33

BAB III PERAN DAN POTENSI ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN

ACEH TAMIANG ........................................................................................ 38

A. Sejarah Singkat ......................................................................................... 38

Page 9: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

iv

B. Program Kerja dan Realisasi ..................................................................... 39

C. Analisis Strategi Pengelolaan Zakat Pada Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang .................................................................................................... 45

D. Analisis Kesesuaian Pengelolaan dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat .................................................. 48

BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 58

A. Simpulan ................................................................................................... 58

B. Saran ......................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim

atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai

dengan syariat Islam.1 Menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi orang

yang mampu sesuai dengan syariat Islam.

Zakat merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk

meningkatkan keadilan, kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan

kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil usaha, zakat

harus dikelola secara lembaga sesuai dengan syariat Islam, amanah,

kemanfaatan, keadilan kepastian hukum, terintegrasi dan akuntabilitas

sehingga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat.

Di Indonesia zakat diatur secara khusus pengelolaanya pada

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Di

dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa dalam rangka

pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota

dibentuk BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota. Dalam

konteks kehidupan bernegara 2 (dua) lembaga pengelola zakat ini

sangatlah berperan penting dalam melaksanakan pengelolaan dana zakat,

keduanya merupakan lembaga yang akan menentukan keberhasilan

pengelolaan potensi ekonomi masyarakat Indonesia dan berperan penting

untuk mewujudkan syiar agama Islam. Sehingga 2 (dua) lembaga ini

diharapkan mampu berkembang agar tujuan utama pengelolaan zakat

dapat tercapai.

Dalam penjelasan pasal 15 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

terkait dengan pengelolaan zakat pada tingkat Provinsi dan

Kabupaten/Kota disebutkan, “Di Provinsi Aceh, penyebutan BAZNAS

1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Pasal 1 angka 2.

Page 11: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

2

provinsi atau BAZNAS kabupaten/kota dapat menggunakan istilah Baitul

Mal.” Baitul Mal adalah Lembaga Daerah Non-Struktural yang diberi

kewenangan untuk mengelola dan mengembangkan zakat, wakaf, harta

agama dengan tujuan untuk kemaslahatan umat serta menjadi wali/wali

pengawas terhadap anak yatim piatu dan/atau hartanya serta pengelolaan

terhadap harta warisan yang tidak ada wali berdasarkan Syariat Islam.

Dasar hukum Baitul Mal di Provinsi Aceh ialah Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Kemudian aturan

tersebut diatur lebih lanjut dalam Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007

tentang Baitu Mal yang menetapkan kedudukan Baitul Mal sebagai

Lembaga Daerah. Dalam melaksanakan tugasnya Baitul Mal pada tingkat

Provinsi dibantu oleh Sekretariat yang aturannya terdapat dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pedoman

Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan Provinsi Aceh

(termasuk Baitul Mal) yang menetapkan sekretariat Baitul Mal Aceh

merupakan Satuan Kerja Perangkat Aceh dalam jabatan struktural pada

tingkat Kabupaten/kota. Sedangkan sekretariat tingkat Kabupaten/Kota

diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2009

tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Keistimewaan

Kabupaten/Kota Provinsi Aceh yang menetapkan Sekretariat Baitul

Mal/Kota merupakan Satuan Kerja Perangkat Kabupaten/Kota dalam

Jabatan Struktural.

Suatu kekhususan di Aceh ialah memberlakukan zakat sebagai

salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersifat khusus.

Tetapi walaupun sebagai PAD, zakat tidak dapat digunakan untuk

membiayai pengeluaran yang telah dianggarkan dalam APBD, kecuali

untuk penyaluran zakat yang sesuai dengan syariat Islam. Dalam hal

pengelolaan zakat di Aceh, hingga saat ini telah terbentuk 23 Baitul Mal

yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota se-Provinsi Aceh.2 Salah satunya

2http://pusat.baznas.go.id/posko-aceh/baitul-mal-aceh-bagian-dari-sistem-pengelolaan-

zakat-nasional/, diakses pada 16 Agustus 2018

Page 12: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

3

ialah Baitul Mal kabupaten Aceh Tamiang yang akan dijadikan sasaran

dalam penelitian ini.

Menyoal perkara zakat, maka yang terpenting dan tidak boleh

dilupakan adalah peran amil zakat selaku pengemban amanah dalam

melakukan manajemen pengelolaan zakat. Jika amil zakat atau lembaga

yang berwenang mengumpulkan zakat dapat berperan dengan baik, maka

meningkatlah kesejahteraan delapan asnaf yang disebutkan di dalam Al-

Qur’an, namun sebaliknya jika amil zakat atau lembaga yang berwenang

mengumpulkan zakat tidak dapat berperan dengan baik, maka harapan

terhadap kesejahteraan delapan asnaf pun tidak akan mampu diwujudkan.

Itulah nilai strategis amil. Dengan kata lain, hal yang terpenting dari zakat

adalah bagaimana sistem pengelolaannya.

Menurut undang-undang nomor 23 tahun 2011 pengelolaan zakat

bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat, meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat serta penanggulangan kemiskinan. Dalam sistem

pengelolaannya lembaga amil zakat menjalankan fungsinya dalam hal

perencanaan, pelaksanaan dan pengoordinasian baik dalam hal

pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Zakat dalam

pendayagunaannya dapat digunakan untuk usaha produktif dalam rangka

penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. Selain itu dalam

undang-undang juga terdapat pelarangan, yaitu setiap orang tidak

dibenarkan untuk bertindak selaku amil zakat dalam hal melakukan

pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan zakat tanpa izin

pejabat yang berwenang.

Di Kabupaten Aceh Tamiang, Baitul Mal terus mengumpulkan

dana zakat dengan berbagai cara, sehingga dana yang dikumpulkan terus

meningkat dari tahun ke tahun, namun manfaatnya belum cukup signifikan

dirasakan oleh masyarakat dalam hal meningkatkan kesejahteraan, hal ini

dibuktikan dengan angka kemiskinan yang terus meningkat dari tahun ke

tahun. Zakat seharusnya dikelola secara produktif dan profesional

Page 13: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

4

sehingga zakat dapat mengambil bagian dalam mewujudkan ide-ide Islam

untuk mensejahterakan masyarakat. Persoalan yang muncul pada Baitul

Mal Kabupaten Aceh Tamiang ini disebabkan oleh pemahaman

masyarakat yang masih minim dalam persoalan zakat juga kurangnya

kepercayaan mustahik zakat kepada lembaga amil zakat. Kemudian pada

Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang tidak memiliki program berbentuk

pemberdayaan ekonomi produktif sejak tahun 2016 sampai sekarang,

padahal pada tahun-tahun sebelumnya program ini masih dijalankan.

Karena sejatinya program pemberdayaan merupakan salah satu cara

mendistribusikan zakat dalam kegiatan pengelolaan. Selain itu masyarakat

pun masih cenderung membayarkan zakatnya langsung kepada mustahiq,

padahal menurut undang-undang hal itu tidak dibenarkan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Strategi Pengelolaan

Zakat Pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas di identifikasi oleh penulis, sebagai

berikut:

a. Strategi pengelolaan zakat oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang

b. Bentuk pengelolaan zakat di Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

c. Kendala yang dihadapi Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

dalam melakukan pengelolaan zakat

d. Konstribusi Baitul Mal Aceh Tamiang dalam meningkatkan

ekonomi masyarakat.

2. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang akan dibahas oleh penulis tidak meluas

sehingga dapat mengakibatkan ketidakjelasan dalam pembahasan masalah,

Page 14: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

5

maka penulis memfokuskan dan membatasi pembahasan dalam penelitian

ini hanya akan membahas mengenai Srategi Pengelolaan Zakat pada Baitul

Mal Kabupaten Aceh Tamiang.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka penulis merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana strategi pengelolaan zakat di Baitul Aceh Tamiang?

b. Apakah pengelolaan zakat pada Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang telah sesuai dengan Undang-undang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana strategi pengelolaan zakat pada Baitul

Mal Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Untuk mengetahui apakah pengelolaan zakat yang dilakukan oleh

Baitul Mal Aceh Tamiang telah sesuai dengan undang-undang

pengelolaan zakat.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis:

1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu

muamalat (hukum ekonomi syariah) di masyarakat maupun kalangan

eksekutif mengenai strategi pengelolaan zakat pada Baitul Mal Aceh

Tamiang dan apakah pengelolaan yang dilakukan telah sesuai dengan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan zakat.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para akademisi

dalam rangka mengembangkan pemikiran hukum Islam khususnya

ilmu muamalat (hukum ekonomi syariah)

Page 15: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

6

Manfaat Praktis:

1. Menjadi masukan bagi Baitul Mal Aceh Tamiang dalam menjalankan

tugas dan wewenangnya dimasa yang akan datang, terutama dalam

kaitannya dengan strategi pengelolaan zakat.

2. Diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bacaan bagi para

praktisi yang diberi kewenangan dalam menjalankan tugas di Baitul

Mal Aceh Tamiang.

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis

menyertakan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai perbandingan

tinjauan kajian materi yang akan dibahas, sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Hidayat

Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dalam skripsinya

yang berjudul “Analisis Pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat (BAZ)

Kabupaten Kulonprogo”.3 Dalam skripsi tersebut menjelaskan bahwa

pengelolaan zakat di Badan Amil Zakat Kabupaten Kulonprogo masih

belum efektif, ini dilihat dari beberapa hal yaitu: (1) dana zakat yang

terkumpul masih sedikit, sehingga penyalurannya pun terbatas, (2)

pendayagunaan zakat produktif baru diterapkan pada beberapa dusun-

dusun tertentu, (3) amil tidak terlalu fokus dalam mengelola zakat, (4)

kurangnya sosialisasi kepada masyarakat, sehingga walaupun Badan Amil

Zakat Kabupaten Kulonprogo telah berdiri sejak tahun 2009, namun pada

kenyataannya belum ada perubahan yang signifikan tentang peningkatan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten tersebut. Persamaan penelitian ini

dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama membahas

mengenai pengelolaan zakat yang ada pada Badan Amil Zakat adapun

perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan ialah,

(1) penelitian penulis dilakukan pada Baitul Mal Kabupaten Aceh

3 Rahmat Hidayat, “Analisis Pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat (BAZ) Kabupaten

Kulonprogo” (Yogyakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2016)

Page 16: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

7

Tamiang, (2) penelitian penulis lebih mengarah pada bagaimana strategi

Baitul Mal dalam pengelolaan zakat dengan mengacu pada Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Zulhamdi dalam sebuah

jurnal Hukum & Ekonomi Syariah yang berjudul “Urgensi Lembaga Amil

Zakat & Perkembangannya di Aceh”.4 Jurnal tersebut menjelaskan tentang

perkembangan regulasi zakat di Aceh, eksistensi Baitul Mal di kalangan

masyarakat khususnya dalam hal pengelolaan zakat dan juga kendala yang

dihadapi oleh Baitul Mal baik dari kalangan masyarakat aceh sendiri

maupun dukungan politik. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian

yang akan penulis lakukan ialah bahwa dalam penelitian ini penulis

memfokuskan objek penelitian pada Lembaga Amil Zakat (Baitul Mal)

yang berada di Kabupaten Aceh Tamiang tentang bagaimana strategi yang

dilakukan oleh Baitul Mal dalam mengelola zakat.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Indah Purbasari dalam

sebuah Jurnal Mimbar Hukum Volume 27 yang berjudul “Pengelolaan

Zakat Oleh Badan Lembaga Amil Zakat Di Surabaya dan Gresik”.5 Dalam

jurnal tersebut dijelaskan berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa

pemberdayaan zakat masih berorientasi pada zakat individu. Perusahaan

BUMN maupun bank syariah menyalurkan dana tanggung jawab sosial

perusahaan tetapi tidak menyalurkan zakat perusahaannya, padahal potensi

zakat perusahaan tentunya lebih besar. Oleh karena itu, model regulasi

pengelolaan zakat diperlukan untuk mengoptimalkan pemberdayaan zakat

baik individu maupun perusahaan sebab Undang-Undang Pengelolaan

Zakat hanya mengatur manajemen zakat, bukan pada kewajiban

menunaikannya. Letak perbedaan penelitian terdahulu dengan yang akan

penulis lakukan ialah, dalam penelitian ini penulis akan menganalisis

apakah sistem pengelolaan zakat yang dijalankan oleh Baitul Mal

4 Zulhamdi, “Urgensi Lembaga Amil Zakat & Perkembangannya di Aceh”, Al-Muamalat

Jurnal Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah, II, 01. (Februari, 2016) 5 Indah Purbasari, “Pengelolaan Zakat Oleh Badan Lembaga Amil Zakat Di Surabaya dan

Gresik”, Mimbar Hukum, 27, 1 (Februari, 2015) h. 68-81

Page 17: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

8

Kabupaten Aceh Tamiang telah sesuai dengan Undang-Undang nomor 23

tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Jasafat dalam sebuah

jurnal Al Ijtimaiyyah yang berjudul “Manajemen Pengelolaan Zakat, Infaq

dan Sadaqah Pada Baitul Mal Aceh Besar”.6 Jurnal tersebut memaparkan

pola manajemen zakat yang diterapkan pada Baitul Mal Aceh Besar, yaitu

Secara umum pengelolaan zakat diupayakan dapat menggunakan fungsi-

fungsi manajemen modern yang meliputi; Perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengarahan serta pengawasan. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian terdahulu ialah, bahwa dalam penelitian ini penulis

hanya memfokuskan pada sistem pengelolaan zakat saja dengan mengacu

pada undang-undang Pengelolaan Zakat.

Terakhir, penelitian yang dilakukan oleh Syapar Alim Siregar

mahasiswa program pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

dalam tesis yang berjudul “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS

Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Deskriptif Pada Instansi Pemerintah

Kabupaten Tapanuli Selatan)”.7 Tesis tersebut menyebutkan Pertama,

bahwa implementasi UU Nomor 23 Tahun 2011 dalam pengumpulan dan

pendistribusian zakat pada BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan belum

terlaksana secara optimal sesuai dengan amanat yang terdapat dalam

Undang-undang. Kedua, dampak pelaksanaan undang-undang tersebut

belum maksimal, dibuktikan dengan jumlah penerimaan zakat sangat

minim. Ketiga, adapun kendala yang dihadapi BAZNAS Kabupaten

Tapanuli Selatan dalam mengimplementasikan undang-undang zakat

tersebut di antaranya adalah: (a) Kurangnya dukungan pemerintah dalam

bentuk kebijakan. (b) Kurangnya dana untuk melakukan sosialisasi yang

6 Jasafat, “Manajemen Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sadaqah Pada Baitul Mal Aceh

Besar”, Al Ijtimaiyyah, 1, 1 (Januari – Juni, 2015) 7 Syapar Alim Siregar, “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2011 Terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten Tapanuli Selatan (Studi Deskriptif

Pada Instansi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan)” (Medan: Tesis Universitas Islam Negeri

Sumatera Utara, 2016).

Page 18: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

9

membutuhkan dana banyak. (c) Tidak diaturnya sanksi bagi muzakki yang

tidak membayar zakat. (d) Kurangnya pemahaman dan kesadaran

masyarakat khususnya tentang zakat dan berzakat melalui suatu lembaga.

(e) Kurangnya rasa peduli para penerima zakat produktif untuk

mengembalikan modal usahanya. (f) Kurangnya kerjasama antara

pengurus BAZNAS dengan para UPZ yang telah dibentuk dibeberapa

Instansi/lembaga. Perbedaan tesis ini dengan penelitian yang penulis

lakukan ialah dalam penelitian ini fokus terhadap kesesuaian praktek yang

dijalankan oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang dengan aturan yang

tertulis dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan

zakat.

F. Kerangka Konseptual

1. Kerangka Konseptual

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

deskriptif yang kemudian diarahkan untuk mendeskripsikan dan

UU No.23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat di Baitul Mal

Kabupaten Aceh Tamiang

Kekuatan, kelemahan, peluang

dan tantangan Strategi

Page 19: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

10

menganalisa sistem pengelolaan zakat di Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang.

2. Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

normatif-yuridis, yaitu usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat

hukum yang nyata, atau sesuai dengan kenyataan yang hidup dalam

masyarakat dan berdasarkan ketentuan hukum yang mengaturnya.

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan ada 2 macam,

sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan data-data yang diperoleh secara langsung

dari masyarakat8, yakni data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

pengurus Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang sebagai pengelola zakat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan.9 Data

sekunder merupakan data-data pelengkap, meliputi buku-buku dan jurnal-

jurnal yang menjadi referensi terhadap tema yang akan dibahas dalam

penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Wawancara

Wawancara adalah salah satu dari alat pengumpulan data yang

menggali dengan pertanyaan baik dengan menggunakan panduan

(pedoman) wawancara maupun kuesioner (daftar pertanyaan).10

Dalam

penelitian ini, wawancara dilakukan dengan Kepala Baitul Maal di

Kabupaten Aceh Tamiang.

8 Sri Mamudji, dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005, Cet. Pertama), h.28. 9 Sri Mamudji, dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, h.28.

10 Sri Mamudji, dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, h.50.

Page 20: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

11

Teknik wawancara yang digunakan yaitu secara bebas terpimpin

dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja dengan berpedoman

pada garis besar tentang hal-hal yang ingin ditanyakan.

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data secara dokumentasi adalah salah satu

metode pengumpulan data dengan melihat atau menganalisis dokumen-

dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau orang lain tentang subjek

penelitian.

5. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan mengurai sesuatu sampai

komponen-komponennya dan kemudian menelaah hubungan masing-

masing komponen dengan keseluruhan konteks dari berbagai sudut

pandang. Penelaahan dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan.11

Data yang diperoleh dalam penelitian ini baik berupa data primer

maupun data sekunder dianalisis menggunakan metode deskripsi analitis,

yaitu mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang

diteliti melalui data yang telah diperoleh dan menganalisa semua aspek

yang berkaitan dengan masalah penelitian guna menilai peran dan sistem

suatu lembaga dalam menjalankan tugasnya.

6. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dan pedoman yang digunakan dalam penulisan

ini adalah buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.

H. Sistematika Penulisan

Rancangan sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberi gambaran

besar mengenai tiap-tiap bab, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, memuat latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

11

Sri Mamudji, dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, h.67.

Page 21: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

12

dan manfaat, tinjauan kajian terdahulu, kerangka teori dan

konseptual, dan metode penelitian.

BAB II Tinjauan umum mengenai zakat, membahas tentang hukum

dan dasar hukum zakat, kategori delapan asnaf yang berhak

menerima zakat dalam Islam, lembaga amil zakat,

pengelolaan zakat, Undang-undang nomor 23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat.

BAB III Memaparkan gambaran umum Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang, Sejarah berdirinya, program kerja dan

realisasinya, analisis strategi pengelolaan serta analisis

kesesuaian dengan UU No. 23 Tahun 2011.

BAB IV Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Page 22: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

155113

13

BAB II

PENGELOLAAN ZAKAT

A. Zakat

Zakat merupakan rukun Islam ketiga sebagai ketentuan sejak

zaman Rasulullah saw. Dengan demikian zakat menurut sejarah telah

berkembang seiring dengan laju perkembangan Islam itu sendiri.

Gambaran tersebut meliputi sejarahnya pada masa awal Islam dan

perkembangan pemikiran zakat pada tatanan hukum Islam masyarakat

Indonesia dalam kerangka modern.1

1. Pengertian Zakat

Zakat (zakâh) secara bahasa bermakna “mensucikan”, “tumbuh”

atau “berkembang”. Menurut istilah syara’, zakat bermakna mengeluarkan

sejumlah harta tertentu untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak

menerimanya (mustahik) sesuai dengan syarat-syarat yang telah

ditentukan syariat Islam. Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam

yang lima dan hukum pelaksanaanya adalah wajib. Zakat terbagi dua jenis,

yaitu zakat jiwa (zakâh al-fithr) dan zakat harta (zakâh al-mâl).

Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang utama, dipujinya orang

yang melaksanakan dan diancamnya orang yang tidak melaksanakannya

dengan berbagai upaya dan cara.2 Dengan posisi sentralnya dalam ajaran

agama Islam sebagai salah satu ritual formal (‘ibâdah mahdhah)

terpenting, zakat memiliki ketentuan-ketentuan opsional yang lengkap

meliputi jenis harta yang terkena zakat (mâl al-zâkah), tarif zakat (miqdâr

al-zâkah), batas minimal harta terkena zakat (nishâb), batas waktu

pelaksanaan zakat (haul) hingga sasaran pembelanjaan zakat (mashârif al-

zakâh).3

1 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),

hlm. 9 2Yusuf al-Qaradhawi, Hukum Zakat, penterj. Salman Harun (Jakarta: Pustaka Litera

AntarNusa, 1993), h. 73. 3 Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia, (Jakarta: Kenana, 2015), hlm. 1

Page 23: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

14

Menurut undang-undang nomor 23 tahun 2011, bahwa zakat

adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan

usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan

syariat Islam.4 Ahmad Bello Dogarawa

5 menyebutkan zakat merupakan

bagian tertentu dari kekayaan yang ditentukan oleh Allah untuk

didistribusikan kepada kategori orang yang berhak menerimanya. Ini

diwajibkan kepada orang yang memiliki kelebihan herta kepada orang

yang kekurangan harta.

Zakat adalah ibadah maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi

yang strategis dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat.

Zakat tidak hanya berfungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal

kepada Allah (hablumminallah), namun zakat juga berfungsi sebagai

wujud ibadah yang bersifat horizontal (hablumminannas).6

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa zakat adalah harta

yang wajib dikeluarkan zakatnya dari harta tertentu yang telah mencapai

nishab dan haul untuk diberikan kepada orang yang berhak menerimanya

agar harta yang dimiliki menjadi tumbuh, berkah, berkembang dan

bertambah serta suci dan baik.

2. Hukum dan Dasar Hukum Zakat

a. Hukum Zakat

Hukum menunaikan Zakat adalah wajib sebagaimana yang

tercantum dalam Al-Qur‟an dalam Surat At-Taubah ayat 103:

يهم با وصل عليهم رىم وت زك إن صلتك خذ من أموالم صدقة تطه

يع عليم سكن لم واللو س

4 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Pasal 1 angka 2.

5 Dogarawa, “Poverty Alleviation Through Zakah and Waqf Institutions: A Case For the

Muslim Ummah in Ghana”, MPRA, 23191. (10 June 2010). 6 Nurul Huda, dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset, (Jakarta: Kencana,

2015), h. 5

Page 24: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

15

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan

mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu

(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Zakat dan shalat dalam Al-Qur‟an dan Hadist dijadikan sebagai

lambang keseluruhan ajaran Islam. Pelaksanaan shalat melambangkan

baiknya hubungan seseorang secara vertikal dengan Tuhannya, sedangkan

zakat adalah lambang harmonisnya hubungan antar manusia.

b. Dasar Hukum Zakat

Zakat memiliki beberapa sumber pijakan, yaitu:

1) Dasar hukum zakat di dalam Al-Qur‟an

Al-baqarah (2): 110

ن خي تدوه عند وأقيموا الصلة وآتوا الزكاة موا لنفسكم م وما ت قد

إن اللو با ت عملون بصي اللو

Artinya: “Dan laksanakanlah solat dan tunaikanlah zakat. Dan

segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan

mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha

Melihat apa yang kamu kerjakan”.

At-Taubah (9): 60

ها والمؤلفة ق لوب هم وف الرقاب ا الصدقات للفقراء والمساكني والعاملني علي إن

بيل ن اللو والغارمني وف سبيل اللو وابن الس واللو عليم حكيم فريضة م

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk

orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus

zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untk

Page 25: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

16

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk

jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan,

sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah

Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Dari beberapa ayat tersebut secara jelas dapat diambil sejumlah

pesan antara lain tentang perintah wajib zakat dan perincian kelompok

yang berhak menerimanya. Mereka yang menunaikannya kewajiban ini

Allah janjikan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sedangkan yang

menolak pembayaran zakat diancam dengan hukuman keras karena

kelalaiannya. Zakat juga ditunjukkan sebagai pernyataan yang jelas akan

kebenaran dan kesucian iman serta pembeda antara muslim dan kafir.

2) Dasar hukum zakat menurut Hadist

Selain Al-Qur‟an, beberapa hadist telah mengungkap

kewajiban pelaksanaan zakat, yaitu:

Hadist diriwayatkan dari Umar bin Khattab

اهلل اهلل عن ابن عمر رضي رسو هما قا : عليو وسلم صلي اهلل عن

اهلل وإقام شهادة أن ل خس علي ااإلسلم ن ب دا رسو إلو إل اهلل وأن مم

لبخاري(الصلة وإتاء الزكاة واحلج وصوم رمضان )رواه ا

Artinya: “Dari Umar ra, Rasulullah Saw bersabda: Islam

dibangun di atas lima pondasi pokok, yakni kesaksian bahwa

tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad itu utusan

Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan

haji, dan berpuasa bulan Ramadhan”.7

7 Al-Bukhari, Kitab Iman, Bab Buniya al-Islam ala Khams, nomor 7.

Page 26: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

17

3. Rukun Zakat dan Syarat Wajib Zakat

a. Rukun Zakat

Dalam tata pelaksanaan zakat terdapat beberapa komponen yang

menjadi inti dari pelaksanaan zakat yaitu:8

1) Muzakki merupakan orang yang wajib membayar zakat

2) Mustahik merupakan penerima zakat

3) Amil merupakan pengurus zakat

4) Harta yang dizakatkan

b. Syarat Wajib Zakat

Menurut Wahbah az-Zuhaili syarat zakat bagi muzakki (orang yang

wajib membayar zakat) adalah Islam, merdeka, baligh-akal, harta

yang dimiliki termasuk harta yang wajib dizakati, kepemilikan harta

yang sempurna dan mencapai nishab.9

Syarat zakat yang menyangkut harta adalah;10

1) Kepemilikan penuh, maksudnya adalah penguasaan seseorang

terhadap harta tersebut sehingga digunakannya secara khusus,

karena Allah SWT telah mengkaruniakan harta tersebut kepada

para agniya, seperti firman-Nya dalam QS: An-Nur (23): 33

dan Allah AWT mewajibkan kepada mereka untuk membayar

zakat.

2) Berkembang. Ketentuan tentang kekayaan yang wajib

dizakatkan adalah bahwa kekayaan itu dikembangkan dengan

sengaja atau mempunyai potensi untuk berkembang.

Rasulullah bersabda:

ق د ص ه د ب ع ل و و س ر ف م ف ل مس ى ال ل ع س ي ل

8 M. Umar, Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif, (Jambi: Sulthan Thaha

Press), h. 24 9 Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I’tikaf-Zakat-Haji-Umrah),

Jilid 3, h. 172 10

Yusuf al-Qaradhawi, Hukum Zakat, Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat

Zakat Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, ter. Salman Harun dkk, Jilid 1, h. 125

Page 27: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

18

“Seorang muslim tidak wajib mengeluarkan zakat dari kuda

atau budaknya”.

Dari hadist di atas menjelaskan bahwa Nabi Muhammad hanya

menwajibkan zakat atas kekayaan yang berkembang dan diinvestasi.

3) Mencapai Nishab. Artinya, ketentuan bahwa kekayaan yang

terkena kewajiban zakat harus mencapai satu nishab.

4) Lebih dari kebutuhan biasa. Menurut ulama fiqh ketentuan

nishab kekayaan yang berkembang itu dengan lebihnya

kekayaan itu dari kebutuhan biasa pemiliknya.

5) Bebas dari hutang

6) Berlalu satu tahun. Maksudnya adalah bahwa pemilikan yang

berada di tangan si pemilik sudah berlalu masanya dua belas

bulan Qomariyah.

4. Yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang

telah ditentukan Allah Swt dalam Al-Qur‟an. Mereka itu terdiri atas

delapan golongan sesuai dengan firman Allah dalam surah at-Taubah (9)

ayat 60:

ا الصدقات للفقراء والمساكني ها والمؤلفة ق لوب هم وف الرقاب إن والعاملني علي

بيل ن الل والغارمني وف سبيل اللو وابن الس واللو عليم حكيم و فريضة م

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-

orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para

muallaf yang dibujuk hatinya, untk (memerdekakan) budak, orang-

orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang

sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Page 28: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

19

Berikut akan dijelaskan secara rinci mengenai delapan golongan

yang berhak menerima zakat, yaitu:

a. Fakir

Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta sama sekali,

pun tidak memiliki pekerjaan halal.11

Menurut Mazhab Hanafi

yang dimaksud dengan fakir ialah orang yang tidak memiliki apa-

apa di bawah nilai nisab menurut hukum zakat yang sah, atau nilai

sesuatu yang dimiliki mencapai nisab atau lebih, yang terdiri dari

perabot rumah tangga, barang-barang, pakaian, buku-buku sebagai

keperluan pokok sehari-hari. Sedangkan menurut Imam Mazhab

yang tiga, fakir ialah mereka yang tidak memiliki harta atau

penghasilan yang layak dalam memenuhi keperluannya, baik untuk

diri sendiri ataupun bagi mereka yang menjadi tanggungannya.12

b. Miskin

Orang miskin adalah orang yang mempunyai harta atau

pekerjaan halal yang dapat mencukupi separuh kebutuhannya

seumur hidup pada umumnya.13

Menurut Prof. Dr. Drs.

Muhammad Amin Suma yang dimaksud dengan miskin ialah orang

yang tidak cukup penghidupannya karena kecilnya penghasilan

meskipun dia memiliki pekerjaan atau mata pencaharian tetap dan

bersifat continue, yang karenanya dia tetap dalam keadaan

kekurangan dalam pengertian tidak mampu memenuhi hajat hidup

diri atau keluarganya dengan layak/wajar.14

c. „Amil

„Amil menurut Mazhab Hanafi ialah orang yang diangkat

untuk mengambil dan mengurus zakat, menurut Mazhab Maliki

11

Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I’tikaf-Zakat-Haji-

Umrah), Jilid 3, h. 291 12

Yusuf al-Qaradhawi, Hukum Zakat, penterj. Didin Hafidhuddin (Jakarta: Pustaka

Litera AntarNusa, 1993), h. 513 13

Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I’tikaf-Zakat-Haji-

Umrah), Jilid 3, h. 291 14

Muhammad Amin Suma, Sinergi Fikih & Hukum Zakat Dari Zaman Klask Hingga

Kontemporer, (Ciputat: Kholam Publishing, 2019), h. 200

Page 29: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

20

„Amil adalah pengurus zakat, pencatat, pembagi, penasihat, dan

sebagainya yang bekerja untuk kepentingan zakat. Menurut

Hambali „Amil ialah pengurus zakat, dia diberi zakat sekedar upah

pekerjaannya (sepadan dengan upah pekerjaannya), dan menurut

Imam Syafi‟i „Amil yaitu semua orang yang bekerja mengurus

zakat, sedangkan dia tidak mendapat upah selain dari zakat itu.15

Maka, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan „amil

zakat ialah, mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan

zakat, mulai dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan

para penjaganya, juga mulai dari pencatat sampai kepada

penghitung yang mencatat keluar masuknya dana zakat dan

membagi kepada para mustahiknya.

d. Muallaf

Muallaf ialah mereka yang diharapkan kecenderungan

hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam, atau

terhalangnya niat mereka terhadap kaum Muslimin, atau harapan

akan adanya kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong

kaum Muslimin dari musuh.16

Mereka diberi zakat agar keislaman

mereka menjadi kuat.

e. Gharim

Gharim adalah orang-orang yang mempunyai banyak

hutang. Menurut para ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah, baik

seorang itu berhutang untuk dirinya sendiri maupun untuk orang

lain.17

f. Ibnu Sabil

Ibnu sabil adalah orang yang bepergian atau orang yang

hendak bepergian untuk menjalankan sebuah ketaatan, bukan

15

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013, Cet. 59), h. 211 16

Yusuf al-Qaradhawi, Hukum Zakat, penterj. Didin Hafidhuddin (Jakarta: Pustaka Litera

AntarNusa, 1993), h. 563 17

Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I’tikaf-Zakat-Haji-

Umrah), Jilid 3, h. 285

Page 30: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

21

kemaksiatan. Ibnu sabil diberi zakat sebanyak keperluannya untuk

mencapai tempat tujuannya, jika dia memang membutuhkan dalam

perjalanannya tersebut, sekalipun di negerinya dia adalah orang

kaya.18

g. Riqab

Riqab artinya hamba sahaya. Bagian ini diberikan untuk

memerdekakan budak. Riqab memiliki hak untuk mendapatkan

zakat, karena zakat ini dipergunakan untuk membebaskan budak

dan menghilangkan segala bentuk perbudakan atau belenggu.

h. Fi Sbilillah

Fi Sabilillah adalah para mujahid yang berperang dan tidak

mempunyai hak dalam honor sebagai tentara, karena jalan mereka

adalah mutlak berperang untuk menegakkan agama dan negara

bukan untuk keperluan pribadi.19

5. Harta Yang Wajib Dizakati

Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua yaitu:

a. Zakat Fitrah (badan) merupakan zakat yang wajib bagi setiap

muslim, baik mampu maupun tidak mampu, ditunaikan setelah

melakukan ibadah puasa pada Bulan Ramdhan sampai dengan

sebelum shalat Idul Fitri.

b. Zakat Mal (harta) merupakan harta yang dimiliki oleh muzakki

perseorangan atau badan usaha.20

B. Sejarah Pengelolaan Zakat Nasional

Pengelolaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah suatu

proses atau cara melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan

18

Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I’tikaf-Zakat-Haji-

Umrah), Jilid 3, h. 287 19

Wahbah Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I’tikaf-zakat-Haji-

Umrah), Jilid 3, h.286 20

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 4 ayat (3)

Page 31: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

22

tenaga orang lain atau proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan

dan tujuan organisasi. Adapun kata pengelolaan berasal dari kata “kelola”

yang berarti mengendalikan atau menyelenggarakan. Pengelolaan dalam

organisasi pengelola zakat adalah sejumlah rangkaian proses mulai dari

pengumpulan zakat, pengaturan hingga pendistribusiannya tepat sasaran

yaitu benar-benar sampai kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 yang dimaksud

dengan pengelolaan zakat ialah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan

zakat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengelolaan

zakat adalah satu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan pengumpulan

dana zakat dari muzakki, pelaksanaan, sampai pengoordinasian

pendistribusian dan pendayagunaan zakat kepada mustahik sesuai dengan

syariat Islam. Ketentuan pengelolaan zakat termaktub dalam Al-Qur‟an

surat At-taubah ayat 103,

ر يهم با وصل عليهم خذ من أموالم صدقة تطه إن صلتك سكن ىم وت زك

يع عليم لم واللو س

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman

jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui”. (Qs. At-Taubah 9:103)

Sejak kedatangan Islam di Nusantara pada awal abad ke 7 M,

kesadaran masyarakat Islam terhadap zakat pada waktu itu ternyata masih

menganggap zakat tidak sepenting shalat dan puasa. Padahal walaupun

tidak menjadi aktivitas prioritas, kolonialis Belanda menganggap bahwa

seluruh ajaran Islam termasuk zakat merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan Belanda kesulitan menjajah Indonesia khususnya di Aceh

Page 32: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

23

sebagai pintu masuk. Atas hal tersebut, Pemerintah Belanda melalui

kebijakannya Bijblad Nomor 1892 tahun 1866 dan Bijblad 6200 tahun

1905 melarang petugas keagamaan, pegawai pemerintah dari kepala desa

sampai bupati, termasuk priayi pribumi ikut serta dalam pengumpulan

zakat. Peraturan tersebut mengakibatkan penduduk di beberapa tempat

enggan mengeluarkan zakat atau tidak memberikannya kepada peng hulu

dan naib sebagai amil resmi waktu itu, melainkan kepada ahli agama yang

dihormati, yaitu kiyai atau guru mengaji.

Pada saat yang sama masyarakat Aceh sendiri telah menggunakan

sebagian dana zakat untuk membiayai perang dengan Belanda,

sebagaimana Belanda membiayai perangnya dengan sebagian dana pajak.

Sebagai gambaran, pengumpulan zakat di Aceh sudah dimulai pada masa

Kerajaan Aceh, yakni pada masa Sultan Alaudin Riayat Syah (1539-1567).

Pada Masa kerajaan Aceh penghimpunan zakat masih sangat sederhana

dan hanya dihimpun pada waktu ramadhan saja yaitu zakat fitrah yang

langsung diserahkan ke Meunasah (tempat ibadah seperti masjid). Pada

waktu itu sudah didirikan Balai Baitul Mal tetapi tidak dijelaskan fungsi

spesifik dalam mengelola zakat melainkan sebagai lembaga yang

mengurus keuangan dan perbendaharaan negara, yang dipimpin oleh

seorang wazir yang bergelar Orang Kaya Seri Maharaja.

Ketika terdapat tradisi zakat dikelola secara individual oleh umat

Islam. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pemimpin Muhammadiyah

mengambil langkah mengorganisir pengumpulan zakat di kalangan

anggotanya. Menjelang kemerdekaan, praktek pengelolaan zakat juga

pernah dilakukan oleh umat Islam ketika Majlis Islam Ala Indonesia

(MIAI), pada tahun 1943, membentuk Baitul Mal untuk

mengorganisasikan pengelolaan zakat secara terkoordinasi. Badan ini

dikepalai oleh Ketua MIAI sendiri, Windoamiseno dengan anggota komite

yang berjumlah 5 orang, yaitu Mr. Kasman Singodimedjo, S.M.

Kartosuwirjo, Moh. Safei, K. Taufiqurrachman, dan Anwar

Tjokroaminoto.

Page 33: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

24

Dalam waktu singkat, Baitul Mal telah berhasil didirikan di 35

kabupaten dari 67 kabupaten yang ada di Jawa pada saat itu. Tetapi

kemajuan ini menyebabkan Jepang khawatir akan munculnya gerakan anti

Jepang. Maka pada 24 Oktober 1943 Jepang memaksa MIAI untuk

membubarkan diri. Praktis sejak saat itu tidak ditemukan lagi lembaga

pengelola zakat yang eksis. Perhatian Pemerintah terhadap pengelolaan

zakat ditunjukkan dengan menerbitkan Peraturan Menteri Agama Nomor 4

Tahun 1968 tentang Pembentukan Badan Amil Zakat dan Peraturan

Menteri Agama Nomor 5 Tahun 1968 tentang Pembentukan Baitul Mal di

tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kotamadya. Keputusan tersebut

dikuatkan oleh pernyataan Presiden Soeharto dalam acara Peringatan Isra'

dan Mi'raj Nabi Muhammad Saw di Istana Negara 26 Oktober 1968

tentang kesediaan Presiden untuk mengurus pengumpulan zakat secara

besar-besaran. Namun demikian pernyataan tersebut tidak ada

tindaklanjut, yang tinggal hanya teranulirnya pelaksanaan Peraturan

Menteri Agama terkait dengan zakat dan baitul mal tersebut. Penganuliran

Peraturan Menteri Agama Nomor 5 Tahun 1968 semakin jelas dengan

lahirnya Instruksi Menteri Agama No 1 tahun 1969, yang menyatakan

pelaksanaan Peraturan Menteri Agama Nomor 4 dan Nomor 5 Tahun 1968

ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Dengan latar belakang tanggapan atas pidato Presiden Soeharto 26

Oktober 1968 11 orang alim ulama di ibukota yang dihadiri antara lain

oleh Buya Hamka mengeluarkan rekomendasi perlunya membentuk

lembaga zakat ditingkat wilayah yang kemudian direspon dengan

pembentukan BAZIS DKI Jakarta melalui keputusan Gubernur Ali

Sadikin Nomor Cb-14/8/18/68 tentang pembentukan Badan Amil Zakat

berdasarkan syariat Islam tanggal 5 Desember 1968. Pada tahun 1969

pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden No. 44 tahun 1969 tentang

Pembentukan Panitia Penggunaan Uang Zakat yang diketuai Menko Kesra

Dr. KH. Idham Chalid. Perkembangan selanjutnya di lingkungan pegawai

Page 34: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

25

kementerian/lembaga/BUMN dibentuk pengelola zakat dibawah

koordinasi badan kerohanian Islam setempat.

Keberadaan pengelola zakat semi-pemerintah secara nasional

dikukuhkan dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Dalam

Negeri dan Menteri Agama Nomor 29 dan Nomor 47 Tahun 1991 tentang

Pembinaan BAZIS yang diterbitkan oleh Menteri Agama dan Menteri

Dalam Negeri setelah melalui Musyawarah Nasional MUI IV tahun 1990.

Langkah tersebut juga diikuti dengan dikeluarkan juga Instruksi Menteri

Agama Nomor 5 Tahun 1991 tentang Pembinaan Teknis BAZIS sebagai

aturan pelaksanaannya. Baru pada tahun 1999 pemerintah melahirkan

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.

Dalam Undang-Undang tersebut diakui adanya dua jenis organisasi

pengelola zakat yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah

dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat dan

dikukuhkan oleh pemerintah. BAZ terdiri dari BAZNAS pusat, BAZNAS

Propinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota.

Sebagai implementasi UU Nomor 38 Tahun 1999 dibentuk Badan

Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dengan Surat Keputusan Presiden

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2001. Dalam Surat Keputusan ini

disebutkan tugas dan fungsi BAZNAS yaitu untuk melakukan

penghimpunan dan pendayagunaan zakat. Langkah awal adalah

mengupayakan memudahkan pelayanan, BAZNAS menerbitkan nomor

pokok wajib zakat (NPWZ) dan bukti setor zakat (BSZ) dan bekerjasama

dengan perbankan dengan membuka rekening penerimaan dengan nomor

unik yaitu berakhiran 555 untuk zakat dan 777 untuk infak. Dengan

dibantu oleh Kementerian Agama, BAZNAS menyurati lembaga

pemerintah serta luar negen untuk membayar zakat ke BAZNAS.

Tingkat kesadaran masyarakat untuk berzakat melalui amil zakat

terus ditingkatkan melalui kegiatan sosialisasi dan publikasi di media

massa nasional. Sejak tahun 2002, total dana zakat yang berhasil dihimpun

BAZNAS dan LAZ mengalami peningkatan pada tiap tahunnya. Selain

Page 35: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

26

itu, pendayagunaan zakat juga semakin bertambah bahkan menjangkau

sampai ke pelosok-pelosok negeri. Pendayagunaan zakat mulai

dilaksanakan pada lima program yaitu kemanusiaan, pendidikan,

kesehatan, ekonomi, dan dakwah.

Pada tanggal 27 Oktober 2011, Pemerintah dan Dewan Perwakilan

Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) menyetujui Undang-undang

pengelolaan zakat pengganti Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 yang

kemudian diundangkan sebagai UU Nomor 23 Tahun 2011 pada tanggal

25 November 2011. UU ini menetapkan bahwa pengelolaan zakat

bertujuan (1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat dan (2) meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan

kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Untuk

mencapai tujuan dimaksud, UU mengatur bahwa kelembagaan pengelola

zakat harus terintegrasi dengan BAZNAS sebagai koordinator seluruh

pengelola zakat, baik BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota

maupun LAZ. Mandat BAZNAS sebagai koordinator zakat nasional

menjadi momentum era Kebangkitan Zakat di Indonesia. Dengan berharap

rahmat dan ridha Allah SWT, semoga kebangkitan zakat mampu

mewujudkan stabilitas negara, membangun ekonomi kerakyatan, dan

mengatasi kesenjangan sosial.21

Implementasi zakat dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat pada pasal (3) ditegaskan bahwa pengelolaan

zakat bertujuan:

a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam

pengelolaan zakat

b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

21

Rencana Strategis Zakat Nasional 2016-2020

Page 36: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

27

Hal ini sejalan dengan amanat dan tanggung jawab yang

dibebankan kepada Badan Amil Zakat (BAZ), yaitu:22

a. Memperbaiki keadaan dan taraf perekonomian masyarakat dalam

hal ini para mustahik.

b. Menyediakan fasilitas yang akan menunjang upaya perbaikan

penghasilan bagi umat.

c. Melakukan penataan administrasi umum, personalia dan keuangan

zakat.

Selain itu, lembaga amil zakat punya tugas penting lain yaitu

melakukan sosialisasi tentang zakat kepada masyarakat secara terus

menerus dan berkesinambungan, melalui berbagai forum dan media.

Dengan sosialisasi yang baik dan optimal, diharapkan masyraakat muzakki

akan semakin sadar untuk membayar zakat melalui lembaga yang kuat,

amanah dan terpercaya.

Setiap lembaga pengelola zakat dalam operasional kegiatannya

perlu menerapkan prinsip kerja lembaga yang intinya tercermin dalam tiga

kata kunci: Amanah, Profesional, dan Transparan. Amanah, adalah

memiliki sifat jujur, dapat dipercaya dan bertanggung jawab atas tugas

yang diembannya. Sifat amanah merupakan syarat mutlak yang harus

dimiliki oleh setiap amil zakat. Sebaik apapun sistem ekonomi yang ada,

akan hancur jika pelakunya tidak memiliki sifat amanah. Terlebih dana

yang dikelola oleh pengelola zakat itu adalah dana umat. Dana yang

dikelola itu pada dasarnya adalah dana mustahiq. Dan muzakki setelah

memberikan zakatnya kepada pengelola zakat, tidak ada keinginan

sedikitpun untuk mengambil dananya itu lagi. Kondisi ini menuntut

dimilikinya sifat amanah dari para amil zakat.

Profesional, adalah kemampuan yang merupakan perpaduan antara

pengetahuan, keterampilan dan sikap seorang amil dalam mengemban

suatu tugas tertentu dan dilaksanakan secara penuh waktu, penuh

22

Departemen Agama, Fiqh Zakat, (Jakarta: Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan

Direktorat Pemberdayaan Zakat, Departemen Agama, 2008), h. 107

Page 37: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

28

kreatifitas dan inovatif. Hanya dengan profesionalitas yang tinggi, dana

zakat yang dikelola akan menjadi efektif dan efisien, apalagi jika

profesionalitas itu diimbangi dengan sifat amanah.

Transparan, adalah sifat terbuka dalam pengelolaan melalui

penyertaan semua unsur dalam pengambilan keputusan dan proses

pelaksanaan kegiatan. Dengan transparannya pengelolaan zakat, maka

dapat diciptakan suatu sistem kontrol yang baik, karena tidak hanya

melibatkan pihak intern organisasi saja tetapi juga akan melibatkan pihak

ekstern seperti para muzakki maupun masyarakat secara luas. Dengan

transparansi ini akan meminimalkan rasa curiga dan ketidak percayaan

masyarakat terhadap amil.23

Pengelolaan dan pendayagunaan dana zakat mesti berorientasi pada

pemberdayaan zakat produktif dan menjadi solusi pengentasan kemiskinan

bagi setiap mustahiq. Upaya ini difokuskan pada peningkatan ekonomi

produktif yang bersifat pemberdayaan produktivitas zakat sebagai bentuk

program yang diharapkan bisa meningkatkan taraf hidup mustahiq dari sisi

ekonomi. Artinya, program tersebut bisa menjadikan usaha mustahiq

berkembang dan memiliki nilai tambah serta bisa memperbaiki kondisi

finansialnya.

Fiqih tradisional secara umum tidak menjelaskan secara memadai

persoalan manajemen pengelolaan dana-dana zakat dan sedekah. Dalam

hal pengelolaan zakat, misalnya, tidak muncul gagasan yang memadai

tentang bagaimana pendayagunaan zakat agar memiliki dampak sosial dan

ekonomi yang lebih meningkat bagi kalangan masyarakat yang tak

mampu. Seperti dalam hal zakat fitrah, gagasan progresif seperti itu

terhambat oleh karena adanya doktrin yang dipegang teguh dalam fiqih

bahwa zakat fitrah hanya sah bila diserahkan kepada mustahik sebelum

akhir bulan Ramadhan. Dengan terpaku pada pandangan ini, zakat fitrah

23

Departemen Agama RI, Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan

Zakat, 2007, h. 20

Page 38: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

29

mustahil untuk di mobilisasi secara luas guna dijadikan modal bagi

pendanaan kegiatan pemberdayaan sosial ekonomi jangka panjang.

Dengan demikian pengelolaan dan pendayagunaan zakat

didasarkan pada firman Allah SWT yang terdapat dalam surat At-taubah

ayat 60 yang menjelaskan tentang kelompok orang yang berhak menerima

zakat dan berdasarkan surat At-taubah ayat 103 yang menjelaskan tentang

pentingnya zakat untuk diambil (dijemput) oleh para petugas (amil)

zakat.24

demikian pula petunjuk yang diberikan oleh Rasulullah SAW

kepada Muadz bin Jabal ketika diutus ke Yaman, beliau

mengatakan”........jika mereka telah mengucapkan dua kalimat shahadat

dan melaksanakan shalat, maka beritahukanlah bahwasanya Allah SWT

telah mewajibkan zakat yang diambil dari orang kaya mereka dan

diberikan kepada orang-orang fakirnya.......”.

Dalam pengelolaan zakat terdapat berbagai macam landasan

pengelolaan, diantaranya:

a. Undang-Undang RI nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan

Zakat;

b. Undang-Undang RI nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat;

c. Peraturan Pemerintah RI nomor 14 tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat;

d. Peraturan Menteri Agama;

e. Peraturan BAZNAS, di antaranya terutama Peraturan BAZNAS

nomor 2 tahun 2014 tentang Pedoman Tata Cara Pemberian

Rekomemndasi Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat;

f. Undang-undang dan/atau Peraturan Perundang-undangan lain yang

terkait langsung dengan Pengelolaan Zakat.

24

Didin Hafidhuddin, Mimbar Agama & Budaya, (Jakarta: UIN Jakarta, Volume XIX,

No. 3, 2002), h. 268

Page 39: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

30

C. Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat adalah lembaga yang dibentuk oleh

masyarakat dan mendapatkan pengakuan dari pemerintah.25

Lembaga

Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah lembaga yang dibentuk

masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan, pendistribusian,

dan pendayagunaan zakat.26

Dalam hal pengelolaan zakat, Al-Qur‟an

menyebutkan kata “amilin” dalam salah satu asnaf menyebutkan kata

tersebut memiliki arti sebagai pihak yang berhak menerima dana zakat.

Hal ini tercantum dalam surat At-Taubah ayat 60, yaitu:

ها والمؤلفة ق لوب هم وف الرقاب ا الصدقات للفقراء والمساكني والعاملني علي إن

بيل ن اللو والغارمني وف سبيل اللو وابن الس حكيم واللو عليم فريضة م

Artinya: “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-

orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zaka, para

muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,

orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang

yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang

diwajibkan Allah; dan Allah mengetahui lagi Maha Bijaksana”.

Amil zakat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah mereka yang

melaksanakan segala kegiatan urusan zakat mulai dari para pengumpul

sampai kepada bendahara dan para penjaganya. Juga mulai dari yang

mencatat, sampai kepada yang menghitung masuk dan keluarnya dana

zakat, dan membaginya kepada para mustahik, dengan kata lain amil

adalah orang-orang yang ditugaskan oleh imam atau kepala negara untuk

mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang

25

Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang: UIN Malang Press, 2007),

hlm. 95 26

Muhammad Amin Suma, Sinergi Fikih & Hukum Zakat Dari Zaman Klask Hingga

Kontemporer, (Ciputat: Kholam Publishing, 2019), h. 269

Page 40: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

31

diambilnya dari para muzakki untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya.27

Dengan kata lain, amil zakat adalah orang-orang yang terlibat atau

ikut aktif dalam pelaksanaan zakat dari sejak mengumpulkan atau

mengambil zakat dari muzakki, sampai membaginya kepada yang berhak

menerimanya (mustahiq zakat). Termasuk penanggung jawab, perencana,

konsultan, pengumpul, pembagi, penulis, dan orang-orang lain seperti

tenaga kasar yang terlibat didalamnya.28

Adapun M. Rasyid Ridha, sebagaimana disampaikan oleh M.

Quraish Shihab menjelaskan amil zakat adalah mereka yang ditugaskan

oleh Imam atau pemerintah atau yang mewakilinya, untuk melaksanakan

pengumpulan zakat dan dinamai al-jubat, serta menyimpan atau

memeliharanya yang dinamai dengan al-hazanah (bendaharawan),

termasuk pula para penggembala, petugas administrasi, harus muslim.29

Di Indonesia, menurut Hafidhuddin, dunia perzakatan sebelum

1990 masih bersifat tradisional, antara lain karakteristiknya adalah sebagai

berikut:30

a. Pada umumnya diberikan langsung oleh muzakki kepada mustahiq

tanpa melalui amil zakat;

b. Jika pun melalui amil zakat hanya terbatas pada zakat fitrah;

c. Zakat diberikan pada umumnya hanya bersifat konsumtif untuk

keperluan sesaat dan bukan bersifat produktif;

d. Harta objek zakat hanya terbatas pada harta-harta yang secara

eksplisit dikemukakan secara rinci didalam Al-Qur‟an maupun

Hadist Nabi, yaitu emas, perak, pertanian (terbatas pada tanaman

yang menghasilkan makanan pokok), peternakan (terbatas pada

27

Yusuf al-Qaradhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:

Rabbani Press, 2001), hlm. 51 28

Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam

Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), hlm. 162 29

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan Pustaka, 2004), hlm.

326. 30

Didin Hafidhudin, The Power of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia

Tenggara, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 93

Page 41: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

32

sapi, kambing atau domba), perdagangan (terbatas pada komoditas-

komoditas yang berbentuk barang), dan rikaz (harta temuan).

Kondisis tersebut disebabkan beberapa hal, antara lain adalah:31

a. Belum tumbuhnya lembaga pemungutan zakat, kecuali dibeberapa

daerah tertentu.

b. Rendahnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga amil zakat.

c. Profesi amil zakat masih dianggap sebagai profesi sambilan.

d. Sosialisasi tentang zakat, baik yang berkaitan tentang hikmah,

urgensi dan tujuan zakat, tata cara pelaksanaan zakat, obyek harta

zakat, mupun kaitan zakat dengan peningkatan kegiatan ekonomi

atau peningkatan kesejahteraan masyarakat masih jarang

dilakukan.

Sistem pengelolaan zakat diatur sedemikian rupa antara lain dalam

UU Nomor 38 tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan UU

Nomor 23 tahun 2011. Dijelaskan bahwa amil zakat yang ditunjuk oleh

pemerintah harus mempunyai kualifikasi sebagai berikut:32

a. Bergama Islam

b. Mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal dan fikirannya, serta

siap menerima tanggung jawab agama

c. Memiliki sifat amanah dan kejujuran

d. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat

e. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-

baiknya (profesional)

f. Memiliki kesungguhan (komitmen) waktu dalam melaksanakan

tugasnya (fulltime).

31

Didin Hafidhudin, The Power of Zakat: Studi Perbandingan Pengelolaan Zakat Asia

Tenggara, hlm. 94 32

Didin Hafidhudin, Zakat dalam Perrekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press,

2004), hlm. 23

Page 42: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

33

Kriteria ini ditambahkan lagi dalam pasal 18 UU Nomor 23 tahun

2011 tentang Pengelolaan Zakat, yaitu izin lembaga amil zakat hanya

diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:

a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatn Islam yang mengelola

bidang pendidikan, dakwah dan sosial;

b. Berbentuk lembaga berbadan hukum;

c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

d. Memiliki pengawas syariat;

e. Memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan untuk

melaksanakan kegiatannya;

f. Bersifat nirlaba;

g. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi

kesejahteraan umat; dan

h. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

Lembaga amil zakat pun diwajibkan melaporkan pelaksanaan

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah

diaudit kepada BAZNAS secara berkala. Hal ini mempunyai tujuan

penting, yaitu:33

a. Untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat;

b. Untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahiq zakat apabila

berhadapan langsung untuk menerima zakat para muzakki;

c. Untuk mencapai efisien dan efektifitas, serta sasaran yang tepat

dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada

dalam suatu tempat;

d. Untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat

penyelenggaraan pemerintahan yang Islam

33

Didin Hafidhudin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002),

hlm. 39

Page 43: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

34

D. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Pengelolaan zakat pada masa penjajahan dan kemerdekaan

memberikan gambaran buram akan fungsi zakat di Indonesia. Antara

komunitas muslim dengan hasil zakat tidak memberikan gambaran yang

seimbang. Pada masa orde baru, kekhawatiran terhadap Islam ideologis

memaksa pemerintah untuk tidak terlibat dalam urusan zakat. Bahkan

secara struktural, pemerintah tidak secara tegas memberikan dukungan

secara legal formal. Zakat masih sering dikumpulkan dengan cara

konvensional dan musiman. Namun dimulainya sistem demokrasi setelah

jatuhnya Presiden Soeharto pada tahun 1998, yang kemudian lahirnya

Undang-undang zakat Nomor 38 Tahun 1999 merupakan sebuah awal dari

terbukanya keterlibatan publik secara aktif. Peran lembaga zakat, bersama

dengan struktur negara telah memfasilitasi pengaturan zakat dengan

lembaga-lembaga khusus yang dilindungi oleh Undang-undang. Namun

kemudian undang-undang zakat Nomor 38 Tahun 1999 dianggap masih

belum optimal untuk mengakomodir penyelenggaraan kewajiban zakat

dalam sistem yang profesional. Karenanya undang-undang tersebut sudah

tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat

sehingga perlu diganti agar kebijakan pengelolaan zakat dapat dilakukan

lebih terarah, terpadu, dan terkoordinasi dengan baik serta disesuaikan

dengan kebutuhan hukum saat ini.

Undang-undang nomor 39 tahun 1999 menjadi milestone sejarah

zakat Indonesia modern, berbasis desentralisasi dan kemitraan antara

pemerintah dan masyarakat sipil dalam pengelolaan zakat nasional.

Undang-undang nomor 23 tahun 2011 secara drastis merubah rezim zakat

nasional dengan mendesentralisasi pengelolaan zakat nasional sepenuhnya

oleh pemerintah melalui BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) yang

melaksanakan seluruh aspek pengelolaan zakat nasional meliputi fungsi

Page 44: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

35

regulator (pasal 7 ayat 1 huruf a, b, dan c) maupun fungsi operator (pasal 7

ayat 1 huruf b).34

Ada beberapa pokok yang diajukan dalam revisi undang-undang

Nomor 38 Tahun 1999 yaitu, tata kelola zakat, saksi mangkir zakat, dan

persoalan wajib zakat dan pajak karena diperlukan kejelasan tentang peran

pengatur, pengawas, dan operator. Setelah resmi menjadi Undang-Undang,

terdapat penambahan pasal-pasal dalam UU Pengelolaan Zakat Nomor 23

Tahun 2011 yang belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 38 tahun

1999, yaitu:

a. Terdapat penambahan ayat, penjabaran definisi yang terkait

dengan pengelolaan zakat.

b. Pasal 5 ayat (1), untuk melaksanakan pengelolaan zakat,

pemerintah membentuk BAZNAS.

c. Pasal 7 ayat (1), dalam melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud dalam pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:

1) Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat;

2) Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan

3) pendayagunaan zakat;

4) Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat; dan pelaporan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

d. Pasal 17, untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan

pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat,

masyarakat dapat membentuk LAZ.

e. Pasal 18, penjelasan mengenai ayat (1), yaitu pembentukan LAZ

wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh

Menteri dan ayat (2), izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

34

Yusuf Wibisono, Mengelola Zakat Indonesia Diskursus Pengelolaan Zakat Nasional,

(Jakarta: Prenamedia Group, 2015), hlm. 113

Page 45: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

36

hanya diberikan apabila memenuhi persyaratan paling sedikit

bila;

1) Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang

mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;

2) Berbentuk lembaga berbadan hukum;

3) Mendapat rekomendasi dari BAZNAS;

4) Memiliki pengawas syariat;

5) Memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan

untuk melaksanakan kegiatannya;

6) Bersifat nirlaba;

7) Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi

kesejahteraan umat; dan

8) Bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara

berkala.

f. Pasal 38, setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku

amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribsian, atau

pendayagnaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.

g. Pasal 41, setiap orang yang sengaja dan melawan hukum

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 38

dipidana dengan pidanan kurungan paling alama 1 (satu) tahun

dan/atau pidana dengan paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah).

Pengelolaan dana ZIS oleh Negara, atau dari pengurusan zakat

yang bersifat perseorangan-dan swasta sepanjang masa-masa penjajahan

dan dimasa-masa awal kmerdekaan bangsa dan negara, oleh Djamil Doa

diistilahkan dengan “Indonesia menggagas pengelolaan zakat oleh

Negara”. Menurutnya, paling sedikit ada delapan manfaat zakat dikelola

oleh negara yaitu:35

35

Muhammad Amin Suma, Sinergi Fikih & Hukum Zakat Dari Zaman Klask Hingga

Kontemporer, (Ciputat: Kholam Publishing, 2019), h. 253

Page 46: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

37

1. Kelompok masyarakat yang lemah dan kekurangan tidak merasa

hidup dibelantara, tempat berlakunya hukum rimba, dimana

yang kuat menggilas yang lemah.

2. Para muzakki lebih disiplin dalam menunaikan kewajibannya

dan kaum fakir miskin lebih terjamin haknya.

3. Perasaan fakir miskin lebih terjaga, karena dia tidak lagi

(merasa) seperti peminta-minta.

4. Distribusinya akan lebih tertib dan teratur.

5. Peruntukkan bagi kepentingan umum, seperti fii sabilillah, dapat

disalurkan dengan baik, karena pemerintah lebih mengetahui

sasaran dan pemanfaatannya.

6. Zakat bisa mengisi (kas) perbendaharaan negara.

7. Dana zakat yang dikelola pemerintah dapat digunakan untuk

mengelola dan mengembangkan potensi-potensi ekonomi rakyat

yang bersifat produktif, seperti membuka lapangan kerja dari

usaha yang diambil dari dana zakat atau memberikan bantuan

modal untuk membuka usaha mandiri.

8. Menghilangkan rasa rikuh dan canggung yang mungkin dialami

oleh mustahik ketika berhubungan dengan muzakki.

Perbedaan signifikan ditemukan dalam hal pengaturan pengelolaan

zakat itu sendiri yang menjadi materi inti dalam undang-undang lama

maupun undang-undang baru yang pengaturannya lebih jelas. Dalam

undang-undang nomor 38 tahun 1999 bab tentang Pengumpulan Zakat

Dan Pendayagunaan Zakat pengaturannya ditempatkan dalam bab yang

berbeda, namun dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011

pengaturannya disatukan dalam satu bab.

Page 47: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

38

BAB III

PERAN DAN POTENSI ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN

ACEH TAMIANG

A. Sejarah Singkat

Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang didirikan pada tahun 2008

berdasarkan adanya keputusan Bupati Aceh Tamiang agar dapat

membantu Bupati dalam menjalankan tugas-tugasnya yang berhubungan

dengan Zakat dan Infaq para pihak untuk disalurkan kepada orang yang

berhak menerimanya. Pada saat sebelum dibentuknya Baitul Mal dana

zakat dan infaq yang diperoleh sangatlah minim, hal ini disebabkan oleh

ketidaktahuan masyarakat dimana tempat untuk menyalurkan dana

tersebut sehingga Bupati Kabupaten Aceh Tamiang berinisiatif untuk

membentuk sebuah lembaga yang bisa mengatasi masalah tersebut.

Keberadaan Baitul Mal pada awalnya ditandai dengan dibentuknya

Badan Penerbitan Harta Agama (BPHA) pada tahun 1973 melalui

keputusan Gubernur Nomor 5 tahun 1973. Kemudian pada tahun 1975

BPHA diganti dengan Badan Harta Agama (BHA). Selanjutnya, BHA

diganti dengan Badan Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) melalui

keputusan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 18 tahun

2003. Kemudian BAZIS diganti dengan Baitul Mal sehubungan dengan

lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh yang merupakan tindak lanjut dari perjanjian Mou Helsinky.

Untuk melaksanakan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006

tentang Pemerintahan Aceh dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2007

sebagaimana telah diuraikan diatas memerlukan peraturan turunan

(derevatif) dalam bentuk Qanun, yaitu Qanun Nomor 10 tahun 2007

tentang Baitul Mal. Pelaksanaan Qanun tersebut diatur kembali dalam

Peraturan Gubernur (PERGUB) Nomor 92 tahun 2008 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Baitul Mal Aceh dan Peraturan Gubernur

Page 48: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

39

(PERGUB) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Mekanisme Pengelolaan

Zakat.1

B. Program Kerja Dan Realisasi

Untuk mencapai visi dan misi dalam menjalankan program kerja

serta evaluasi tentang apa yang telah dilakukan sebelumnya, Baitul Mal

Kabupaten Aceh Tamiang secara periodik melakukan Rapar Kerja

(RAKER) setiap satu kali dalam satu tahun dan dilakukan 4 (empat) bulan

sebelum memasuki tahun selanjutnya. Dalam RAKER masing-masing

Divisi mengajukan usulan program yang akan dijalankan, apabila program

disetujui dalam Raker selanjutnya program tersebut diajukan kembali

kepada Tim Pembina untuk mendapat pengesahan.

Berikut dipaparkan program kerja dan realisasi yang telah

dijalankan oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2016

sampai 2018:

No Asnaf Program Rencana Anggaran Realisasi

1 Fakir

1. Bantuan Konsumtif seumur

hidup 935 orang Rp 900.000.000 Rp 900.000.000

2. Paket Sehat Lansia

(Triwulan) Rp 12.500.000 Rp 12.500.000

3. Bantuan Konsumtif

Seumur Hidup 6 Bulan

(Baru)

Rp 1.233.000.000 Rp 1.233.000.000

2 Miskin

1. Beasiswa Pelajar SD/MI

184 Sekolah Rp 736.000.000 Rp 736.000.000

2. Beasiswa Pelajar

SMP/MTs 78 Sekolah Rp 390.000.000 Rp 390.000.000

Pengembalian 2% UPZ Rp 240.000.000 Rp 240.000.000

1 Wawancara dengan Kepala Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang Bapak Mulkan Tarida Tua

Tambubolon pada hari Rabu 5 Juli 2018

Page 49: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

40

4. Bantuan Pendidikan Rp 3.100.000 Rp 3.100.000

5. Santunan Penyandang

Disabilitas Rp 250.000.000 Rp 250.000.000

6. Perempuan Kepala

Keluarga Rp 766.800.000 Rp 766.800.000

3 Amil Pengembalian 2% UPZ Rp 75.000.000 -

4 Muallaf

1. Bantuan Penguatan

Ekonomi Rp 50.000.000 Rp 50.000.000

2. Bantuan Perlengkapan

Shalat, al-Qur’an, dan Buku Rp 6.000.000 Rp 6.000.000

5 Gharim

1. Bencana Rp 80.245.837 Rp 58.000.000

2. Lamus (Layanan

Mustahik) Rp 50.000.000 Rp 50.000.000

6 Fisabilillah

1. Bantuan Khadam Masjid Rp 63.900.000 Rp 63.900.000

2. Bantuan Guru TPA Rp 63.900.000 Rp 63.900.000

3. Bantuan Bilal Mayit Rp 127.800.000 Rp 127.800.000

4. Bantuan Guru Ngaji

Rumah Rp 300.900.000 Rp 300.900.000

7 Ibnu Sabil

1. Beasiswa Santri Dayah al-

Athiyah Banda Aceh Rp 14.400.000 Rp 14.400.000

2. Wisuda Santri Dayah al-

Athiyah Banda Aceh Rp 2.100.000 Rp 2.100.000

3. Beasiswa Santri Pesantren

al-Fuad Seruway Rp 28.800.000 Rp 28.800.000

4. Bantuan Musafir Rp 26.900.000 Rp 15.900.000

5. Pesantren al-Fuad Seruway

6 Bulan Rp 36.000.000 Rp 36.000.000

6. Dayah Tahfidz Qur’an

Syuhada 6 Bulan Rp 21.600.000 Rp 21.600.000

7. Dayah Tahfidz Qur’an at- Rp 25.200.000 Rp 25.200.000

Page 50: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

41

Thoyyib Rantau 6 Bulan

8. Tahfidzul Qur’an Ihyaus

Sunnah Karang Baru 6 Bulan Rp 21.600.000 Rp 21.600.000

9. Pesantren Khodijatul

Qubro Karang Baru 6 Bulan Rp 25.200.000 Rp 25.200.000

10. Penghargaan Hafidz

Qur’an Rp 58.780.766 Rp 58.780.766

Total Rp 5.609.726.603 Rp 5.501.480.766

Terbilang: Lima Milyar Lima Ratus Satu Juta Empat Ratus Delapan Puluh Ribu Tujuh Ratus

Enam Puluh Enam Rupiah

Sumber: Laporan Buku Kas Umum Dana zakat Tahun Anggaran 2016

No Asnaf Program Rencana Anggaran Realisasi

1 Fakir

1. Bantuan Konsumtif Seumur

Hidup 935 Orang Rp 3.366.000.000 Rp 3.366.000.000

2. Bantuan Konsumtif Seumur

Hidup 65 Orang Rp 78.000.000 Rp 78.000.000

2 Miskin

1. Bantuan Peyandang

Disabilitas Tetap 50 Orang Rp 180.000.000 Rp 180.000.000

2. Bantuan Peyandang

Disabilitas Tetap 250 Orang Rp 300.000.000 Rp 300.000.000

3. Bantuan Lansia Rp 700.000.000 Rp 700.000.000

4. Beasiswa Pelajar TK Rp 12.500.000 Rp 12.500.000

5. Beasiswa Pelajar SD/MI Rp 900.000.000 Rp 900.000.000

6. Beasiswa Pelajar SMP/MTs Rp 385.000.000 Rp 385.000.000

7. Beasiswa Pelajar

SMA/SMK/MA Rp 280.000.000 Rp 280.000.000

3 Amil

1. Bantuan Idul Fitri Dan Idul

Adha Rp 54.000.000 Rp 54.000.000

2. Pengembalian 2% UPZ Rp 150.000.000 Rp 125.132.156

Page 51: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

42

3. Honorarium Penyaluran ZIS

(PNS) 11 Orang Rp 42.000.000 Rp 42.000.000

4. Honorarium Amil 8 Orang Rp 89.760.000 Rp 89.760.000

5. Honorarium Penyaluran ZIS

(NON PNS) 15 Orang Rp 53.200.000 Rp 53.200.000

4 Muallaf Bantuan Penguatan Aqidah

(Biaya Hidup) Rp 120.000.000 Rp 120.000.000

5 Gharim 1. Bencana Rp 100.000.000 Rp 100.000.000

2. Lamus (Layanan Mustahik) Rp 80.149.833 Rp 80.000.000

6 Fisabilillah

1. Bantuan Skripsi Mahasiswa

181 Orang Rp 181.000.000 Rp 181.000.000

2. Bantuan Guru Ngaji Rp 144.600.000 Rp 144.600.000

3. Beasiswa Santri Tahfidz al-

Fuad Seruway Rp 86.400.000 Rp 86.400.000

4. Beasiswa Santri Tahfidz

Syuhada Karang Baru Rp 50.400.000 Rp 50.400.000

5. Beasiswa Santri Tahfidz at-

Thoyyib Rantau Rp 50.400.000 Rp 50.400.000

6. Beasiswa Santri Tahfidz

Ihyaus Sunnah Karang Baru Rp 50.400.000 Rp 50.400.000

7. Beasiswa Santri Tahfidz

Khodijatul Qubro Karang Baru Rp 50.400.000 Rp 50.400.000

8. Beasiswa Santri Tahfidz

Fazrus Salam Rp 9.000.000 Rp 9.000.000

9. Beasiswa Santri Tahfidz

Jamalul Arafah Hajar Bandar

Pusaka

Rp 9.000.000 Rp 9.000.000

7 Ibnu Sabil Bantuan Musafir Rp 34.500.000 Rp 34.500.000

TOTAL Rp. 7.556.709.833 Rp 7.531.692.156

Terbilang: Tujuh Milyar Lima Ratus Tiga Puluh Satu Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Dua

Page 52: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

43

Ribu Seratus Lima Puluh Enam Rupiah

Sumber: Laporan Buku Kas Umum Dana zakat Tahun Anggaran 2017

No Asnaf Program Rencana Anggaran Realisasi

1 Fakir Bantuan Konsumtif Seumur

Hidup Rp 3.240.000.000 Rp 3.240.000.000

2 Miskin

Bantuan Penyandang

Disabilitas Tetap Rp 720.000.000 Rp 720.000.000

Beasiwa Mahasiswa Miskin

Berprestasi Rp 100.000.000 -

Beasiswa Pelajar SD/MI Rp 360.000.000 -

Beasiswa Pelajar SMP/MTs Rp 305.200.000 -

Beasiswa Santri

Dayah/Pesantren Rp 400.000.000 -

3 Amil

Bantuan Idul Fitri dan Idul

Adha Rp 124.000.000 Rp 124.000.000

Tunjangan Prestasi Amil 11

Orang Rp 132.000.000 Rp 88.000.000

4 Muallaf Bantuan Penguatan Aqidah

(Biaya Hidup) Rp 105.000.000 Rp 75.000.000

Pelatihan Ibadah Rp 20.000.000 -

5 Gharim Bencana Rp 50.000.000 Rp 30.000.000

Lamus (Layanan Mustahik) Rp 80.000.000 Rp 63.700.000

6 Fisabilillah

Bantuan Tugas Akhir

Mahasiswa Rp 400.000.000 Rp 200.000.000

Bantuan Mahasiswa Luar

Negeri Rp 30.000.000 Rp 30.000.000

Penghargaan Tahfidz

Honorarium Tim Seleksi (2

Hari)

Page 53: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

44

: Ketua Rp 1.400.000 -

: Sekretaris Rp 1.000.000 -

: Anggota Rp 7.000.000 -

Honorarium Panitia Pelaksana

Seleksi (2 Hari)

: Penanggung Jawab Rp 1.000.000 -

: Ketua Rp 1.000.000 -

: Wakil Ketua Rp 800.000 -

: Sekretaris Rp 800.000 -

: Anggota Rp 14.700.000 -

Penghargaan Tahfidz 5 Juz Rp 100.000.000 -

Penghargaan Tahfidz 10 Juz Rp 100.000.000 -

Penghargaan Tahfidz 20 Juz Rp 90.000.000 -

Penghargaan Tahfidz 30 Juz Rp 40.000.000 -

Makan dan Minum Kegiatan Rp 7.000.000 -

Bantuan Guru Ngaji Rp 500.000.000 Rp 500.000.000

Bantuan Kegiatan Keislaman Rp 20.000.000 Rp 20.000.000

7 Ibnu Sabil Bantuan Musafir Rp 21.587.787 Rp 13.250.000

TOTAL Rp 6.972.487.787 Rp 5.103.950.000

Lima Milyar Seratus Tiga Juta Sembilan Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah

Sumber: Laporan Buku Kas Umum Dana zakat Tahun Anggaran 2018

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa program kerja pada

tahun 2016 yang dikepalai oleh Ibu Sri Hidayati, Lc., Msi dapat terealisasi

hampir 98% meskipun pada tahun tersebut sudah tidak lagi memiliki

program pendistribusian zakat untuk usaha produktif. Namun secara

keseluruhan program yang telah direncanakan dapat dijalankan dengan

baik oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang. Selanjutnya, pada tahun

2017 program kerja terealisasi 100% meskipun masih terdapat dana yang

tersisa dari jumlah yang dianggarkan, namun program kerja terealisasi

Page 54: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

45

sepenuhnya. Pada tahun 2018 Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

dikepalai oleh Bapak Mulkan Tarida Tua Tampubolon, S.Pd.I., Lc., M.HI

berdasarkan data yang diperoleh oleh penulis seperti yang dipaparkan pada

tabel diatas, Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang mengalami penurunan

realisasi program kerja dimana ada beberapa program yang tidak

dijalankan oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang dikarenakan sedang

mengalami transisi dengan adanya pergantian Kepala Baitul Mal.

Berdasarkan laporan Sekretariat Baitul Mal pada tahun 2017 untuk

indikator jumlah dana zakat dan infaq yang disalurkan ditargetkan sebesar

Rp 11.556.709.833,- terealisasi sebesar Rp 11.450.492.156.- dengan

persentase capaian kerja sebesar 94,09%. Pada tahun 2018 ditargetkan

sebesar Rp 15.000.000.000,- terealisasi sebesar Rp 10.147.331.479,-

dengan persentase capaian kinerja sebesar 88,76%. Bila dibandingkan

dengan tahun 2017, maka jumlah dana yang disalurkan tahun 2018

mengalami penurunan. Penurunan ini didasarkan pada tidak tersedianya

dana pada BUD yang sesuai dengan Perjanjian Kerja yang telah disetujui.2

C. Analisis Strategi Pengelolaan Zakat Pada Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang

Suatu lembaga dalam menjalankan tugas dan amanahnya tentu

mengalami halangan dan rintangan, oleh karena itu suatu analisis perlu

dilakukan untuk melihat seberapa sukses suatu lembaga tersebut, dibawah

ini merupakan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities dan

Threats) yang ada pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

1. Kekuatan (Strength)

Adapun kekuatan-kekuatan yang dimiliki Baitul Mal Aceh

Tamiang, adalah: Tingkat keberhasilan Baitul Mal Aceh Tamiang dalam

menghimpun dana pihak ketiga dari tahun ke tahun perkembangannya

terus meningkat, dengan meningkatnya dana dari pihak ketiga yang dititip

oleh Baitul Mal Aceh Tamiang itu menunjukan bahwa keberadaan Baitul

2 Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2018 Sekretariat Baitul Mal

Page 55: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

46

Mal Aceh Tamiang ini di terima oleh masyarakat sekitar. Kekuatan

lainnya ialah terbentuknya UPZ yang sangat berpengaruh dalam

pengumpulan dana zakat.

2. Kelemahan (Weakness)

Kelemahan yang dimiliki Baitul Mal Aceh Tamiang, adalah

minimnya pemahaman dan kesadaran masyarakat (muzakki) untuk

mengeluarkan zakat sehingga sulit menyatukan pemahaman mengenai

kewajiban zakat. Selain itu juga kurangnya tindak lanjut dari pihak yang

lebih berhak untuk mengeluarkan kebijakan mengenai pemotongan

langsung gaji untuk diberikan sebagai zakat. Kelemahan lain yang dimiliki

oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang ialah tidak adanya program

berbentuk pembiayaan ekonomi produktif yang sangat bermanfaat bagi

mustahik dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

3. Kesempatan (Opportunities)

Kesempatan yang dimiliki oleh Baitul Mal Aceh Tamiang ialah

adanya penerimaan secara baik dari para muzakki ketika dilakukan

penjemputan zakat, juga adanya keterbukaan dari para instansi dalam

melakukan kerjasama berupa diadakannya sosialisasi mengenai

pentingnya zakat, di Kabupaten Aceh Tamiang juga terdapat para Da’i

baik Da’i kecamatan maupun Da’i perbatasan sehingga melalui para Da’i

tersebut pemahaman mengenai zakat dapat tersampaikan kepada

masyarakat-masyarakat awam di pedalaman.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman yang dihadapi oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

ialah berupa kejujuran muzakki dalam memberikan zakatnya karena

kurangnya kesadaran wajib zakat, selain itu juga masih terdapat mustahik

yang melakukan penyelewengan berupa penggelapan dana zakat yang

diambil atas nama keluarga.

Page 56: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

47

Strategi Yang Dilakukan Oleh Baitul Mal Aceh Tamiang

1. Strategi S-O

Terus giat melakukan sosialisasi secara langsung maupun tidak

langsung kepada instansi-instansi vertikal, PNS dan juga para pedagang

tentang kesadaran wajib zakat, Baitul Mal juga menyediakan layanan

jemput zakat untuk memudahkan para muzakki dalam membayar zakat.

Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang juga membuka rekening zakat bagi

muzakki yang ingin menyetorkan zakatnya.

2. Strategi S-T

Dengan dana zakat yang semakin berkembang diperlukan adanya

pengawasan dan prosedur yang lebih teliti dalam memberikan dana zakat

sehingga tidak terjadi penyalahgunaan wewenang seperti pengambilan

dana zakat atas nama keluarga namun dana yang diberikan tidak sampai

pada mustahik.

3. Strategi W-O

Melakukan koordinasi secara rutin kepada pihak yang berwenang

untuk mengeluarkan kebijakan agar segera dapat dilakukan pemotongan

gaji PNS secara langsung. Dengan adanya Da’i kecamtan dan perbatas

memberikan peluang bagi Baitul Mal untuk memberikan pemahaman

kepada mustahik dan muzakki mengenai zakat.

4. Strategi W-T

Terus memberikan pemahaman kepada muzakki tentang kewajiban

mengeluarkan zakat. Kemudian kembali memberikan pinjaman berupa

dana produktif dengan akad qardhul hasan dan terus melakukan

pendampingan usaha produktif bagi mustahik sehingga dana yang

diberikan dapat bermanfaat dalam mensejahterakan kehidupan mustahik

dan dana yang diberikan dapat dikembalikan kepada Baitul Mal.

Page 57: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

48

D. Analisis Kesesuaian Pengelolaan dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

Zakat merupakan salah satu instrumen yang dapat mengurangi

angka kemiskinan, oleh karena itu dibutuhkan regulasi yang benar-benar

mampu mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengannya. Peran

Baitul Mal sangat penting dalam mengumpulan, mendistribusikan, dan

mendayagunakan zakat, sehingga esensi zakat sesungguhnya dapat

tercapai.

Dalam melakukan kegiatan pengelolaan zakat, Lembaga Amil

Zakat dinaungi dibawah payung hukum yaitu berupa Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, berikut analisis sistem

pengelolaan zakat yang ada pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

dalam perspektif Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat:

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan serangkaian proses rencana kegiatan

tahunan yang ditetapan berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang

telah dirumuskan dalam Rencana Strategis. Langkah pertama yang diambil

oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang dalam perencanaan awal adalah

merumuskan keadaan atau kondisi zakat yang ada di Kabupaten Aceh

Tamiang. Perencanaan pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

dilakukan oleh staff, kepala baitul mal dan sekretariat Baitul Mal.

Perencanaan ini dirapatkan dalam Rapat Program Kerja yang dilakukan 4

(empat) bulan sebelum tahun yang akan datang bersama staff, Kepala

Baitul Mal, dan juga Kepala Sekretariat Baitul Mal. Seluruh program yang

direncanakan bila telah disepakati, selanjutnya diserahkan kepada Tim

Pembina untuk ditinjau kembali, diberi masukan dan persetujuan.

Selanjutnya program kerja yang telah disetujui oleh Tim Pembina

diusulkan kepada Bupati Kabupaten Aceh Tamiang untuk persetujuan.

Selanjutnya perumusan untuk para mustahiq, sebelum pendistribusian

zakat dibagikan kepada 8 asnaf maka petugas zakat perlu memilih para

Page 58: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

49

calon mustahiq yang benar-benar berhak menerima harta zakat dengan

sangat selektif agar pendistribuan zakat tepat pada sasarannya.3

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan terhadap rencana/program kerja tahunan yang telah

dibuat Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang dilakukan oleh Pengurus dari

masing-masing bidang pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang, yaitu

melaksanakan pengumpulan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dari

masyarakat, termasuk para pegawai yang ada di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Aceh Tamiang dan menyalurkan dana ZIS tersebut kepada

mustahik sesuai dengan hasil musyawarah pada rapat kerja. Adapun

pelaksanaan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Pengumpulan

Dalam menjalankan tugasnya sebagai lembaga amil zakat,

pengumpulan dilakukan oleh bagian pengumpulan sesuai dengan

aturan yang tertulis di dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Zakat, dimana Pada pasal 21, 22, 23 dan 24

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat

menjelaskan bahwa “dalam rangka pengumpulan zakat, muzakki

melakukan penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Dalam hal

tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya, muzakki dapat

meminta bantuan BAZNAS. Zakat yang dibayarkan oleh muzakki

kepada BAZNAS atau LAS dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat kepada

setiap muzakki. Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak”.

Selama ini Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang baru bisa

mengumpulkan dana zakat dan infaq dari kalangan Pegawai Negeri

Sipil, PDPK, Pejabat Politik, Instansi Vertikal, Perusahaan Swasta,

3 Wawancara dengan Kepala Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang Bapak Mulkan Tarida

Tua Tambubolon pada hari Kamis 5 Juli 2018

Page 59: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

50

dan pribadi. Ditambah lagi dengan pemotongan infaq dari Perusahaan

(Rekanan) yang mendapat pekerjaan pada Pemerintah Kabupaten

Aceh Tamiang sebesar 0,5% dari nilai pekerjaan diatas Rp. 20.000.

Kendatipun demikian, masih banyak juga PNS terutama di lingkungan

sekolah yang enggan menyetorkan zakat dan infaqnya ke Baitul Mal

Kabupaten Aceh Tamiang. Berbagai alasanpun dikemukakan untuk

mengelakkan pemotongan zakat dan infaq. Ada yang berdalih gajinya

sudah habis karena harus membayar pinjaman di bank, ada juga yang

beralasan karena terlalu banyak pengeluaran dan lain-lain.4

Sebelum ini Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang telah

mengupayakan untuk membuat Instruksi Bupati tentang pemotongan

langsung zakat dan infaq PNS melalui Bendaharawan Umum Daerah

(BUD) sebagaimana yang telah dilaksanakan di Baitul Mal Provinsi

Aceh dan beberapa Baitul Mal Kabupaten/Kota. Namun sampai

sekarang masih belum ada tanggapan dari Pemerintah Daerah untuk

menindaklanjuti upaya tersebut.

Sejauh ini Baitul Mal juga melakukan upaya lainnya dalam

mengumpulkan zakat, yaitu berupa mendatangi langsung para

mustahik untuk menjemput zakat, baitul mal terus gencar melakukan

sosialisasi kepada pihak-pihak instansi secara vertikal, sehingga sejak

pertama berdirinya yaitu pada tahun 2008 hingga 2018 pemasukan

zakat dan infaq pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang terus

meningkat.

4 Wawancara dengan Kepala Bidang Pengumpulan Bapak Hadi Primanda pada hari Jumat

6 Juli 2018

Page 60: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

51

Grafik: 3.1

Sumber: Laporan Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa dana pemasukan zakat dan

infaq pada Baitul Mal Aceh Tamiang semakin meningkat dari tahun

ke tahun, hal ini tidak lepas dari semangat dan usaha para amil dalam

melakukan pengumpulan zakat, bahkan Kepala Baitul Mal Bapak

Mulkan Tarida Tua Tambubolon, S. Pd. I, Lc, M.H.I tidak segan-

segan untuk turun ke lapangan untuk menjemput langsung zakat dari

para muzakki. Dalam hal pengumpulan, Baitul Mal telah menjalankan

fungsinya sesuai dengan aturan Undang-undang Nomor 23 tahun 2011

Tentang Pengelolaan Zakat, namun demikian Baitul Mal masih

mengalami banyak kendala dalam mengoptimalkan pengelolaan,

kendala tersebut baik berupa:

a. Kurangnya kesadaran aparatur pemerintah dan

masyarakat/Instansi Vertikal (Kepolisian, TNI, Kejaksaan,

Pengadilan Negeri, Mahkamah Syar’iyah, Kementrian

Agama Kabupaten), BUMN/BUMD dan perusahaan-

3,670,024,097

8,900,000,000

11,377,694,985

12,142,169,185

2014 2015 2016 2017

Pemasukan Zakat dan Infaq Baitul Mal Aceh Tamiang

2014-2017

Page 61: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

52

perusahaan lingkungan Kabupaten Aceh Tamiang dalam

membayar zakat, infaq dan sedekah.

b. Kurangnya sumber daya manusia yang profesional dibidang

zakat, infaq dan sedekah.

c. Sarana dan prasarana serta sumber dana yang belum

memadai dalam melaksanakan operasional.

d. Masih rendahnya dedikasi para pejabat untuk

mengaplikasikan peranannya dalam mensosialisasikan ZIS.

Dalam mengumpulkan dana ZIS Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang membentuk UPZ, melaksanakan pendataan muzakki, melakukan

sosialisasi secara langsung di kalangan PNS, Instansi Vertikal, Karyawan

Perusahaan, BUMN, BUMD dan Pengusaha, serta sosialisasi media

seperti spanduk, baliho, leflet, stiker, kalender, running teks, papan

informasi, media internet seperti blog, facebook dan twitter, media massa

dan lain-lain. Disamping itu juga, salah satu cara sosialisasi sadar zakat

dan infak kepada para pedagang dan pengusaha Baitul Mal Kabupaten

Aceh Tamiang menyurati dan membagikan kalender Baitul Mal dan juga

menyebarkan spanduk ke Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Tamiang.

Disamping itu juga Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang terus melakukan

safari jum’at ke mesjid-mesjid, sosialisasi di kalangan Da’i Kecamatan

dan Da’i Perbatasan Aceh Tamiang untuk kemudian disampaikan kepada

masyarakat. Selain itu, Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang juga

memfasilitasi layanan jemput zakat dengan mendatangi langsung para

pedagang-pedagang maupun pegawai BUMN dan BUMD. Dalam

pelaksanaannya muzakki juga dapat membayarkan langsung zakat dan

infaqnya ke Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang atau bisa transfer

melalui rekening yang telah disediakan oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang, yaitu Rekening Zakat Bank Aceh: 141.01.02.580024-7,

Rekening Infaq Bank Aceh: 041.01.020580023-5

Page 62: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

53

b. Pendistribusian

Dalam Pasal 25 dan 26 “Zakat wajib didistribusikan kepada

mustahik sesuai dengan syariat Islam dan pendistribusian zakat,

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, dilakukan berdasarkan skala

prioritas dengan memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan

kewilayahan”. Pendistribusian oleh Baitul Mal Aceh Tamiang

dilakukan setelah mendapat persetujuan oleh Tim Pembina mengenai

program-program yang diajukan untuk dilaksanakan. Zakat

didistribusikan kepada 8 (delapan) asnaf yang disebutkan di dalam Al-

qur’an. Bentuk pendistribusian tersebut direalisasikan dalam bentuk-

bentuk program yang telah dijabarkan sebelumnya.

Pendistribusian yang dilakukan oleh Baitul Mal telah memenuhi

pasal 25 dan 26 Undang-undang nomor 23 tahun 2011. Meskipun

pada dasarnya Provinsi Aceh memiliki Undang-Undang khusus

mengenai Baitul Mal yaitu berupa Qanun Aceh Nomor 10 tahun 2007

Tentang Baitul Mal. Dalam pendistribusiannya dana zakat

dikumpulkan terlebih dahulu baru pada tahun selanjutnya disalurkan,

berbeda dengan pengelolaan zakat secara Nasional dimana

pengumpulan dan penyalurannya dilakukan pada tahun yang sama.

Petugas Baitul Mal setiap tahunnya selalu melakukan validasi pada

mustahiq dengan cara bekerjasama dengat aparat kelurahan dan

masyarakat setempat. Dengan demikian pendistribusian zakat bisa

tepat sasaran. Cara pendistribusian yang dilakukan ada dengan cara

diantar langsung kepada mustahik, ada pula yang datang langsung ke

kantor Baitul Mal untuk mengambil langsung zakatnya, adapula

dengan cara diwakili oleh sanak keluarga apabila yang bersangkutan

dalam keadaan berhalangan untuk hadir.

Pendistribusian dana zakat pada setiap tahunnya dibagi dalam tiga

tahap. Baitul Mal sebelum melakukan pendistribusian, terlebih dahulu

melakukan kegiatan “Launching Program Penyaluran ZIS” yang

Page 63: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

54

dibagi dalam 3 tahap. Sehingga semua program dapat berjalan sesuai

yang direncanakan.5

c. Pendayagunaan Zakat

Dalam Pasal 27 ayat (1) disebutkan bahwa pendayagunaan zakat

tidak selamanya konsumtif “zakat dapat digunakan untuk usaha

sproduktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan

kualitas umat”. Namun untuk melakukan hal tersebut, tetap terdapat

syarat yaitu setelah kebutuhan mustahik terpenuhi (Pasal 27 ayat 2)

“pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah

terpenuhi”. Pada Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang,

pendayagunaan zakat secara produktif pernah dijalankan pada tahun

2013 sampai tahun 2015, namun pada tahun 2016 program tersebut

tidak lagi dijalankan. Berdasarkan wawancara dengan kepala bidang

pendistribusian dan pendayagunaan Bapak Asy’ari. S. Sos

mengatakan bahwa kendala yang dihadapi oleh Baitul Mal ialah

terbatasnya tenaga kerja (amil) pada Baitul Mal yang mampu

mengkoordinir kegiatan usaha yang dijalankan oleh para penerima

zakat produktif, juga kurangnya kesadaran para penerima manfaat

modal usaha yang diberikan.

“Sejak tahun 2016 ke atas, 2017 dan 2018 tidak ada

pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh Baitul

Mal Aceh Tamiang, namun sebelumnya ada. Sebenarnya

pemberdayaan ekonomi masyarakat harus ada karena itu

mrupakan salah satu jalan untuk memudahkan bagi masyarakat

yang membutuhkan bantuan”.6

5 Wawancara dengan Kepala Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Bapak Asy’ari,

S. Sos pada hari Rabu 4 Juli 2018 6 Wawancara dengan Kepala Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Bapak Asy’ari,

S. Sos pada hari Rabu 4 Juli 2018

Page 64: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

55

Bentuk pemberdayaan zakat, infaq, dan sadaqah produktif yang

dulu pernah dijalankan oleh Baitul Mal ialah berupa pinjaman dengan

akad Qardhul Hasan yaitu pengembalian modal sesuai dengan

nominal yang dipinjam yang diberikan kepada masyarakat dengan

status ekonomi kecil.

Dalam pengamatan penulis, untuk hal mengenai pemberdayaan

ekonomi yang tidak lagi dijalankan menilai bahwa Baitul Mal Aceh

Tamiang belum sepenuhnya mampu berkonstribusi dalam

meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat, hal ini dibuktikan

dengan statistik jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Aceh

Tamiang dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017 terus mengalami

peningkatan.

Pendistribusian dan pendayagunaan zakat di Baitul Mal Kabupaten

Aceh Tamiang dilakukan dalam 3 (tiga) tahap pada setiap tahunnya,

adapun penyaluran dan pendayagunaannya dilakukan dengan 3 (tiga)

cara yaitu :

1) Permohonan bantuan

Cara pendayagunaan ini dilakukan oleh Baitul Mal

Kabupaten Aceh Tamiang untuk memudahkan masyarakat

dalam menerima bantuan yaitu dengan cara mustahiq

mengajukan permohonan dengan mendatangi langsung

kantor Baitul Mal atau mengunduh dan mengisi formulir

yang telah disediakan pada website Baitul Mal.

2) Pemberitahuan dari masyarakat

Hal ini dilakukan agar memudahkan pihak Baitul Mal,

dalam memberdayakan masyarakat yang kurang mampu,

agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan

dirinya menjadi lebih baik.

3) Survei lapangan

Selain dua strategi di atas, pihak Baitul Mal juga mensurvei

langsung ke lokasi masyarakat yang kurang mampu,

Page 65: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

56

dengan menjumpai kepala Gampong terlebih dahulu.

Kemudian Baitul Mal akan didampingi oleh kepala

Gampong saat proses mensurvei.

Untuk zakat fitrah penyalurannya di semua tingkat UPZ yang

dibagikan langsung kepada mustahik terutama untuk fakir miskin sebelum

pelaksanaan Idul Fitri sedangkan Baitul Mal hanya menerima laporan saja

dari UPZ. Sedangkan untuk penyaluran dana selain zakat fitrah disalurkan

setelah rencana/program kerja tahunan dibuat dan disetujui oleh Bupati

Kabupaten Aceh Tamiang. Adapun pendistribusian dan pendayagunaan

dana ZIS di Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang dilakukan melalui

program pemberdayaan yang tercakup dalam kategori program sektor

pendidikan, dakwah, kesehatan, sosial dan sektor kemitraan dengan dayah

dengan jumlah pendistribusian yang dipaparkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

No Tahun Jumlah

1 2016 Rp 5.501.480.766

2 2017 Rp 7.531.692.156

3 2018 Rp 5.103.950.000

Total Rp 18.137.122.922

Sumber: Laporan Buku Kas Umum Dana Zakat Baitul Mal Aceh Tamiang

3. Pengoordinasian

Dalam mengoordinasi kinerja Baitul Mal Kabupaten Aceh

Tamiang langsung diawasi oleh Tim Pembina Kepemerintahan Aceh

Tamiang yang dilakukan sesuai dengan Peraturan Bupati Nomor 7 Tahun

2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Baitul Mal Aceh

Tamiang. Bahwa tim pembina di usulkan oleh Baitul Mal untuk membina

dan mengawasi Baitul Mal, dan tim pembina juga bertanggung jawab

kepada Bupati Kabupaten Aceh Tamiang. Sedangkan di dalam Baitul Mal

Page 66: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

57

sendiri langsung diawasi oleh Kepala Baitul Mal. Namun, dalam

mengoordinasi para petugas zakat bukan hanya Kepala Baitul Mal yang

berperan, melainkan orang-orang yang terdapat pada bidang pelaksana

tersebut. Diantaranya, anggota bidang pengumpulan diawasi atau

dikoordinasi oleh kepala bidangnya, begitu pula dengan bidang lain seperti

bidang pendistribusian dan pendayagunaan, bidang pengelolaan, dan juga

bidang pengembangan.7

7 Wawancara dengan Kepala Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang Bapak Mulkan Tarida

Tua Tambubolon pada hari Kamis 5 Juli 2018

Page 67: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

58

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya tentang strategi pengelolaan zakat pada Baitul Mal Kabupaten

Aceh Tamiang, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari tahun ke tahun

dana yang dikumpulkan oleh Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang terus

mengalami peningkatan. Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang telah

berhasil dalam hal pengelolaan zakat yang dibuktikan dengan perencanaan

awal Baitul Mal berupa merumuskan keadaan atau kondisi zakat yang ada

di Kabupaten Aceh Tamiang. Perencanaan pada Baitul Mal Kabupaten

Aceh Tamiang dilakukan oleh staff, kepala baitul mal dan sekretariat

Baitul Mal. Perencanaan ini dirapatkan dalam Rapat Program Kerja yang

dilakukan 4 (empat) bulan sebelum tahun yang akan datang bersama staff,

Kepala Baitul Mal, dan juga Kepala Sekretariat Baitul Mal. Perencanaan

yang dirancang sudah terstruktur, terlihat dari program-program

penyaluran dan pendayagunaan zakat yang sudah teralokasikan dengan

baik dan maksimal.

Kemudian, tahap pelaksanaannya juga sudah mencapai tahap

kepuasan dari segi pembagian zakat, meskipun terdapat beberapa kendala

kecil yang timbul seperti keterlambatan instruksi yang dikeluarkan oleh

pihak yang berwenang maupun dari pihak mustahik yang tidak dapat

diakomodir sepenuhnya oleh Baitul Mal. Dalam hal pendayagunaan zakat

Baitul Mal belum mampu menjalankan kembali program pendayagunaan

zakat produktif, hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya tenaga kerja amil

yang bisa mendampingi mustahik dalam menjalankan usaha nya sehingga

hal tersebut belum dijalankan kembali.

Pengorganisasian yang yang dilakukan oleh Baitul Mal sudah

terkoordinasi dengan baik dan tanggap sehingga memudahkan pihak

Baitul Mal dalam mengumpulkan dan menyalurkan zakat.

Page 68: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

59

Dengan segala kendala yang terjadi Baitul Mal telah mengambil

strategi-strategi yang memungkinkan Baitul Mal terus mendapat

kepercayaan sebagai Lembaga Pengelola Zakat dan terus menjadi lebih

baik sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terus berkembang.

B. Saran

Setelah meninjau terkait strategi pengelolaan zakat yang sudah

diberdayakan sejauh ini, penulis menyarankan kepada Baitul Mal Aceh

Tamiang supaya mengadakan kembali program pemberdayaan ekonomi

produktif yang pernah dijalankan sebelumnya dengan melakukan

pendampingan kepada para mustahik yang menerima manfaat tersebut,

agar hal-hal yang tidak diinginkan terulang kembali. Dengan adanya

program berupa zakat produktif ini perputaran ekonomi akan lebih

produktif, tidak menutup kemungkinan bagi mustahik untuk

memberdayakan dana zakat yang diterima dan mengembangkannya

sehingga statusnya dapat beralih menempati posisi muzakki. Jika dana

zakat yang diberikan hanya sebatas konsumtif maka roda perekonomian

tidak berjalan dengan dinamis dan berputar sebagaimana mestinya justru

menjadi statis dan roda ekonomi tersebut tidak berkembang secara

maksimal.

Baitul Mal juga disarankan agar tidak menyerah dalam

menyerukan kepada Pemerintah untuk diterbitkannya PERDA yang

mewajibkan atau mengikat masyarakat terutama dari kalangan pegawai

negeri sipil (PNS) atau aparatur sipil negara (ASN) untuk berzakat, guna

menyadarkan masyarakat akan pentingnya zakat.

Page 69: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

81

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim; Terjemahan Departemen Agama

Ali, Mohammad Daud. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf. Jakarta: UI Press,

1988.

Al-Qaradhawi, Yusuf. Hukum Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan

Filsafat Zakat Berdasarkan Quran dan Hadis, terj. Salman Harun, dkk.

Jilid 1. Bogor: PT. Pustaka Litera AntarNusa, 1993.

Al-Qaradhawi, Yusuf. Konsepsi Islam Dalam Mengentas Kemiskinan, alih

bahasa Umar Fanany. Cet. Ke-3. Surabaya: Bina Ilmu, 1996.

Az-Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu (Puasa-I’tikaf-Zakat-

HajiUmroh), terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Jilid 3. Jakarta: Gema

Insani, 2011.

Bello, Dogarawa Ahmad. “Poverty Alleviation Through Zakah and Waqf

Institutions: A Case For the Muslim Ummah in Ghana”. MPRA. 23191,

(2010).

Departemen Agama. Fiqh Zakat. Jakarta: Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam

dan Direktorat Pemberdayaan Zakat, 2008.

Fakhruddin. Fiqh dan Manajemen Zakat Di Indonesia. Malang: UIN

MalangPress, 2008.

Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi, 2017.

Hafidhuddin, Didin, dkk. Fiqh Zakat Indonesia. Jakarta: BAZNAS, 2015.

--------------. The Power Of Zakat. Malang: UIN Malang-Press, 2008.

--------------. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani, 2002.

Handayani, Putri. “Pengaruh Pendayagunaan Infaq Produktif Di Baitul Mal

Terhadap Etos Kerja Masyarakat Miskin Aceh Tamiang.” Langsa: Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) zawiyah Cot Kala Langsa, 2016.

Hidayat, Rahmat. “Analisis Pengelolaan Zakat di Badan Amil Zakat (BAZ)

Kabupaten Kulonprogo.” Skripsi S1 Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga, 2016.

http://pusat.baznas.go.id/posko-aceh/baitul-mal-aceh-bagian-dari-sistem-

pengelolaan-zakat-nasional/, diakses pada 16 Agustus 2018.

Jasafat. “Manajemen Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sadaqah Pada Baitul Mal

Aceh Besar.” Al Ijtimaiyyah. 1, 1 (2015).

Page 70: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

82

Khallaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqih, terj. H. Moh. Zuhri dan Ahmad Qarib.

Cet. Ke2. Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2014.

Mamudji, Sri, dkk. Metode Peneitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan

Penerbit Fakultas Universitas Indonesia, 2005.

Nurul, Novarini, dkk. Zakat Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset. Jakarta:

Kencana, 2015.

Panduan Zakat Praktis, Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat

Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat. Jakarta,

2013.

Purbasari, Indah. “Pengelolaan Zakat Oleh Badan Lembaga Amil Zakat Di

Surabaya dan Gresik.” Mimbar Hukum. 27, 1 (2015).

Qanun Aceh Nomor 10 Tahun 2007 tentang Baitul Mal.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013.

Rencana Strategis Zakat Nasional 2016-2020

Shihab,Muhammad Quraish. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan Pustaka,

2004.

Siregar, Syapar Alim. “Implementasi dan Implikasi Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2011 Terhadap Pengelolaan Zakat di BAZNAS Kabupaten

Tapanuli Selatan (Studi Deskriptif Pada Instansi Pemerintah Kabupaten

Tapanuli Selatan).” Tesis S2 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,

2016.

Sudirman. Zakat Dalam Pusaran Arus Modernitas. Malang: UIN-Malang Press,

2016.

Suma, Muhammad Amin. Sinergi Fiqh Dan Hukum Zakat Dari Zaman Klasik

Hingga Kontemporer. Ciputat: Kholam Publishing, 2019.

Umar, Muhammad. Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif. Jambi:

Sulthan Thaha Press, 2010.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

Usman, Suparman. Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam

dalam Tata Hukum Indonesia. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002.

Wawancara dengan Kepala Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan Bapak

Asy’ari, S. Sos pada hari Rabu 4 Juli 2018.

Wawancara dengan Kepala Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang Bapak Mulkan

Tarida Tua Tambubolon pada hari Kamis 5 Juli 2018

Page 71: STRATEGI PENGELOLAAN ZAKAT PADA BAITUL MAL KABUPATEN ACEH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · Baitul Mal Kabupaten Aceh Tamiang yaitu berupa kegiatan perencanaan,

83

Wawancara dengan Kepala Bidang Pengumpulan Bapak Hadi Primanda pada hari

Jumat 6 Juli 2018

Wibisono, Yusuf. Mengelola Zakat Indonesia. Jakarta: Kencana, 2015.

Zulhamdi. “Urgensi Lembaga Amil Zakat & Perkembangannya di Aceh.” Al-

Muamalat Jurnal Ilmu Hukum & Ekonomi Syariah. II, 01. (2016).