strategi penanganan pembiayaan bermasalah …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/3074/1/muhammad...
TRANSCRIPT
STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA
PRODUK PEMBIAYAAN DI BMT AMAL MULIA SURUH
TUGAS AKHIR
Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh
Gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syari’ah
OLEH:
MUHAMMAD ASYHURI (201 10 021)
JURUSAN SYARIAH
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
SALATIGA
2013
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706 Fax 323706 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Asyhuri
NIM : 201 10 021
Jurusan : Syariah
Program Studi : DIII Perbankan Syariah
Menyatakan bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 31 Juli 2013
Yang Menyatakan,
Muhammad Asyhuri
NIM: 201 10 021
MOTTO: v Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan – kesalahan,
tetapi jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar
tidak terjadi kesalahan lagi.
v Berusahalah jangan sampai terlengah walau sedetik saja, karena atas
kelengahan kita tak akan bisa dikembalikan seperti semula.
v Hati suci selalu benar, tetapi gejolak hati selalu mengubah hasrat hati
suci. Orang yang ada dalam hati suci adalah orang yang taqwa dan
beriman. Itulah tantangan hidup.
PERSEMBAHAN
v Allah S.W.T
v Nabi Agung Muhammad S.A.W
v Bapak dan Ibu tercinta
v Seluruh keluarga besarku
v Sahabat-sahabatku
v STAIN Salatiga
v BMT AMAL MULIA Suruh
v Mahasiswa DIII Perbankan Syari’ah angkatan 2010
v Semua pihak yang membantu penyelesaian Tugas Akhir ini
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan Tugas
Akhir ini tepat pada waktunya.
Maksud dari penulis Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan
kelulusan mencapai derajad Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III
Perbankan Syari’ah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu melalui ruang ini penulis mengucapkan penghargaan
dan terima kasih kepada :
1. Bpk. Imam Sutomo selaku Ketua beserta Dosen dan Staff STAIN
Salatiga, yang telah memberikan dukungan dan fasilitas baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Bpk. Abdul Aziz, N.P, MM selaku Kaprodi DIII Perbankan Syari’ah
STAIN Salatiga yang telah memberikan tuntunan hingga selesainya
penulisan Tugas Akhir ini.
3. Bpk. Ari Setiawan, S.Pd., MM selaku Dosen pembimbing yang telah
dengan sabar memberikan pengarahan hingga selesainya penulisan
Tugas Akhir ini.
4. Mustofa Al Amin, S.Ag selaku manajer BMT AMAL MULIA Suruh
beserta staff karyawan, Terkhusus buat mas Yogie Aryanto, SKM yang
selalu rela untuk penulis ikuti selama berada di BMT.
5. Bapak dan Ibu serta saudara-saudara penulis, yang memberikan
dorongan moril maupun materiil hingga penulis mampu menyelesaikan
studi tepat waktu.
6. Teman-teman seangkatan penulis serta kepada semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan namanya, yang telah memberikan bantuan yang
berguna bagi kelancaran penulisan Tugas Akhir ini.
Akhirnya, penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam
penyelesaian Tugas Akhir ini, sehingga masih ditemui kekurangan dan
ketidaksempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis nantikan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis
berharap hasil Tugas Akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca dan
terutama akan dapat membantu meningkatkan kinerja BMT AMAL
MULIA Suruh, dimana penulis melakukan penelitian.
Salatiga, 20 Juli 2013 Penulis
Muhammad Asyhuri
ABSTRAK
Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah sekarang telah menunujukkan peningkatan yang signifikan. Dalam hal ini diperkuat dengan semakin banyaknya Bank Syariah, Bank Unit Syariah, Usaha Unit Syariah, Serta Lembaga Keuangan mikro lainnya seperti BMT (Baitul Maal wa Tamwil). BMT sebagai lembaga keuangan non Bank dengan system syariah ( bagi hasil ) yang saat ini juga mengalami perkembangan yang begitu pesat. Seiring dengan kemajuan lembaga keuangan ini, BMT diharuskan untuk memiliki manajemen yang baik. Baik dalam hal mengatasi masalah serta mengurusi dana yang dititipka masyarakat serta dana yang disalurkan kepada masyarakat. Karena semakin kuat BMT mengatasi permasalahan yang ada maka akan semakin menunjukkan bahwa lembaga tersebut bonafit dan masyarakatpun akan mempercayakan dananya kepada fihak BMT. Untuk mengatasi pembiayaan bermasalah seharusnya dilakukan dengan prosedur yang sesuai dan aturan yang telah dibuat. Selain hal tersebut selalu tingkatkan kualitas penilaian kredit yang sesuai dengan aturan yang berlaku, karena semakin sesuai dengan aturan, maka pembiayaan bermasalah akan dapat dicegah. Untuk penanganan kredit macet, nasabah harus selalu didampingi dalam hal penyelesainnya, supaya segala kesulitan yang dihadapi nasabah dapat diperingan dengan adanya kerjasama dengan fihak BMT. Kata kunci: Pencegahan dan Penyelamatan, Kredit Macet
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................ i
Halaman Pengesahan…............................................................................................... ii
Persetujuan Pembimbing ............................................................................................ iii
Motto ............................................................................................................................... iv
Persembahan ................................................................................................................... v
Kata Pengantar ................................................................................................................ vi
Abstrak ............................................................................................................................. viii
Daftar Isi ........................................................................................................................... ix
Daftar Gambar, Tabel, Grafik ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................... 5
D. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 7
E. Metode Penelitian ....................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan.............................................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian BMT ........................................................................ 13
B. Pengertian pembiayaan ............................................................. 13
C. Tujuan Pembiayaan ................................................................... 15
D. Fungsi Pembiayaan .................................................................... 16
E. Unsur-unsur Pembiayaan ........................................................... 16
F. Prinsip-prinsip Pembiayaan ....................................................... 18
G. Jenis-jenis Pembiayaan .............................................................. 22
H. Prosedur Pengajuan Pembiayaan ............................................... 24
I. klasiikasi kolektabilitas pembiayaan, ........................................ 26
J. penanganan pembiayaan bermasalah ......................................... 29
BAB III LAPORAN OBJEK
A. Sejarah Berdiri BMT AMAL MULIA Suruh ........................................... 33
B. Visi dan Misi ............................................................................................... 34
C. Lokasi dan Wilayah Usaha ......................................................................... 35
D. Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh .................................... 36
E. Produk-produk BMT AMAL MULIA Suruh ............................................ 38
F. Proses Pengajuan Pembiayaan ................................................................... 40
G. Laporan Bidang Usaha ............................................................................... 44
H. Pencegahan Kredit Bermasalah BMT AMAL MULIA ........................... 46
I. Penyelamatan Kredit Macet BMT AMAL MULIA................................... 50
BAB IV ANALISIS
A. Strategi pencegahan kredit macet ……………………………….55
B. Strategi penyelamatan kredit macet ……………………………..58
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………...…………..65
B. Saran……………………………………………………………....66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh ……………....38
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 : data perkembangan outstanding pembiayaan tahun 2012……. 46
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.3 : pencairan dana pembiayaan tahun 2013……………………… 46
Grafik 3.4 : Angsuran masuk tahun 2013…………………………………. 47
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belakangan ini, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup
cemerlang. Seperti yang diungkapkan oleh Saputro (2013) dalam artikelnya
yang berjudul “Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia” bahwa saat
ini semakin menjamur bank dan lembaga keuangan lain yang berbasis syariah.
Dimulai sejak awal 2000-an, industri perbankan syariah terus berkembang,
dan perkembangannya pun tidak main-main. Terus menunjukkan grafik
peningkatan yang luar biasa. Apalagi, beberapa waktu lalu terjadi krisis
ekonomi yang terjadi di dunia. Tapi disisi lain justru semakin membuat
ekonomi syariah naik daun. Ekonomi syariah diprediksi akan menjadi sistem
ekonomi yang tidak akan terpengaruh krisis yang terjadi di belahan dunia
mana pun. Tidak hanya itu, ekonomi syariah juga dianggap sebagai solusi
penyelesaian permasalahan ekonomi.
Berdasarkan ajaran Islam, ekonomi merupakan salah satu hal yang
dibahas dan mempunyai aturan. Seperti yang dikutip oleh Fachrudin
(1993:30-36) yang membahas tentang inti dari sistem ekonomi syariah itu
adalah perekonomian yang dilakukan berdasarkan prinsip hukum islam dan
mengharamkan adanya sistem riba, sebagaimana telah ditetapkan dalam ayat-
ayat yang terkandung dalam Alquran.
Perekonomian syariah mulai banyak dilirik oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Alasannya, karena sistem perekonomian ini dianggap
menguntungkan dan memberikan keadilan bagi semua pihak. Karena dalam
sistem ekonomi konvensional pemilik modal tentu akan lebih dominan
mendapatkan keuntungan, namun dengan sistem ekonomi syariah semua
pihak akan merasakan keuntungan bersama. Berkembangnya ekonomi syariah
di Indonesia juga didasari karena kondisi negara Indonesia itu sendiri.
Pasalnya, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Indonesia juga
merupakan negara muslim terbesar di dunia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi
syariah yang tinggi. Dimotori sektor perbankan, perkembangan industri
keuangan syariah di Indonesia dalam dua dekade ini sangat menggembirakan.
Menurut Bank Indonesia (2013) melaporkan bahwa bank syariah di Indonesia
tumbuh dengan pesat antara 40-60% per tahun. Dan pada tahun ini terdapat 11
Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (USS) dan 158 Bank
Pembiayaanan Rakyat Syariah (BPRS) sampai dengan tahun 2013. Dengan
diberlakukannya pasar bebas ASEAN pada tahun 2015, Bank Syariah di
Indonesia memiliki peluang sekaligus tantangan dalam mengembangkan dan
meningkatkan kontribusi Bank Syariah terhadap industri perbankan di
Indonesia. Untuk itu tentunya diperlukan strategi yang tepat dan efektif untuk
dapat mewujudkan Bank Syariah yang sehat dan kuat secara finansial dan
senantiasa patuh prinsip-prinsip syariah.
Seperti yang dikutip oleh Sumiyanto (2008:16) yang menyatakan
bahwa di Indonesia pada tahun 1990-an Ikatan Cendikiawan Muslim
Indonesia (ICMI) sangat aktif melakukan pengkajian tentang pengembangan
ekonomi Islam di Indonesia. Hasil diskusi oleh beberapa kalangan,
diantaranya ICMI dan para ulama yang tergabung dengan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) menghendaki adanya lembaga keuangan syari’ah dan bebas
dari unsur riba, salah satunya lembaga keuangan syari’ah adalah BMT.
Karena keterbatasan jangkauan dari Bank terhadap usaha lapisan
bawah, banyak para rentenir yang meminjamkan uangnya kepada pelaku
usaha kalangan kecil dengan bunga yang tinggi. Hal ini sangat jelas
mendhzolimi orang-orang yang lemah secara ekonomi. seperti yang dikutip
oleh Yunus (2009:7) yang membahas tentang kehadiran BMT (baitul maal wa
tamwil) adalah untuk menghilangkan para rentenir, yang sangat jelas menjerat
kalangan usaha kecil dan menengah dengan jeratan hutang yang berbunga
tinggi.
Ketika Indonesia mengalami masa-masa sulit selama krisis ekonomi
dan moneter, BMT banyak berperan hingga ke lapisan bawah. Dengan kata
lain, BMT sering melakukan pendekatan dan bantuan kepada kalangan usaha
kecil dan menengah untuk mendorong kemajuan usaha mereka.
BMT dilihat dari fungsinya merupakan lembaga intermediasi
keuangan antara pemilik dana (surplus unit) dan peminjam (defisit unit).
seperti yang dikutip oleh Ridwan (2004:150-159) yang membahas tentang
BMT beroperasi berlandaskan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang pada
intinya menerapkan bahwa dana pada dasarnya merupakan salah satu alat
produksi untuk meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan orang atau
perorang. BMT tumbuh dari keinginan dan prakarsa masyarakat sendiri,
sehingga BMT merupakan salah satu jenis kelompok swadaya masyarakat
yang bekerja dari, oleh dan untuk anggota.
BMT sebagaimana yang dipahami orang sebagai lembaga ekonomi
kaum akar rumput, yang dibentuk atas prakarsa dan swadaya masyarakat
dengan segala kelebihan dan kelemahannya, terbukti sangat efektif untuk
menolong pengusaha kecil dan mikro dalam mengakses sumber dana
pembiayaan.
. Sejalan dengan pengertian diatas, koperasi BMT Amal Mulia
merupakan koperasi yang bergerak dalam bidang jasa khususnya simpan
pinjam secara syariah. Koperasi BMT Amal Mulia berkembang pesat di
daerah Salatiga dan keberadaanya memberikan manfaat bagi penduduk
sekitar.
Semakin berkembangnya BMT AMAL MULIA SURUH tidak
terlepas dengan masalah yang dihadapai. Antara lain adalah perputaran modal
yang belum tentu kembali 100 % untuk BMT. Salah satu masalah yang sering
dihadapi adalah pembiayaan bermasalah. Lambatnya angsuran yang diterima
oleh BMT menjadi alasan yang klasik bagi BMT. Persoalan ini sudah menjadi
hal yang umum tiap terjadi akad-akad pembiayaan walaupun tidak semua
peminjam selalu bermasalah.
Atas dasar inilah yang mendorong penulis untuk meneliti lebih dalam
mengenai strategi apa yang dilakukan atau dijalankan BMT AMAL MULIA
SURUH dalam rangka pencegahan pembiayaan bermasalah dan penyelamatan
pembiayaan bermasalah. Hasilnya disusun dalam bentuk tugas akhir (TA)
dengan judul : “STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN
BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN DI BMT AMAL
MULIA SURUH ”.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di
atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tugas
akhir sebagai berikut::
1. Bagaimana cara pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah di
BMT AMAL MULIA Suruh ?
2. Bagaimana cara penyelamatan terhadap pembiayaan bermasalah yang
telah terjadi di BMT AMAL MULIA Suruh pada produk pembiyaan ?
C. Tujuan dan Kegunaan
Penelitian Tugas Akhir ini dibuat untuk mengetahui jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul di atas, dengan tujuan:
1. Untuk mengetahui cara atau strategi pencegahan terjadinya pembiayaan
bermasalah yang akan mungkin dihadapi oleh BMT AMAL MULIA
Suruh.
2. Untuk mengetahui cara atau strategi yang dilakukan oleh BMT AMAL
MULIA Suruh dalam rangka penyelamatan pembiayaan bermasalah.
Selain memiliki tujuan-tujuan yang telah disebutkan di atas, penulis
juga memaparkan kegunaan dalam penulisan Tugas Akhir ini, baik bagi
mahasiswa, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, maupun
bagi pembaca. Adapun kegunaannya antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Untuk prasarat kelulusan diploma pada Program Studi DIII Perbankan
Syariah di STAIN Salatiga.
b. Memberikan pengetahuan dan informasi dari dunia praktis yang sangat
berguna untuk disinkronkan dengan pengetahuan teori yang didapat di
bangku kuliah.
2. Bagi STAIN Salatiga
a. Memperkenalkan STAIN Salatiga kepada masyarakat luar
khususnya Program Studi DIII Perbankan Syariah.
b. Sebagai tambahan referensi literatur serta informasi khususnya bagi
mahasiswa STAIN Salatiga Program Studi DIII Perbankan Syariah.
3. Bagi Pembaca
Sebagai tambahan wawasan tentang bagaimana BMT melakukan
penanganan mengenai Pembiayaan masalah. Dalam hal ini
berhubungan dengan strategi yang digunakan pihak BMT dalam
pencegahan Pembiayaan bermasalah dan penyelamatan Pembiayaan
bermasalah.
D. PENELITIAN TERDAHULU
Pembiayaan merupakan kegiatan yang penting dilakukan di
lembaga keuangan. Tidak sedikit akademisi tertarik terhadap pembiayaan
sebagai obyek penelitian. Pada tahun 2008 telah dilakukan penelitian yang
dilakukan oleh Ade Nur Setyanto dengan judul ‘Strategi penyelesaian
pembiayaan bermasalah di BMT Sumber Mulia Tuntang Tahun 2007’’.
Penelitian tersebut menghasilkan strategi penanganan pembiayaan
bermasalah meliputi kerja sama dan pencarian jaminan. Pada penelitian ini
hanya mencakup strategi penyelesaian pembiayaan saja tidak membahas
cara meminimalisasi pembiayaan bermasalah.
Penelitian ini juga dilakukan pada tahun 2010 oleh Abdul Ghofur
dengan judul “Penaganan pembiayaan bermasalah di KSU BISAMA
Klumpit Salatiga”. Penelitian tersebut membahas faktor utama yang
menyebabkan terjadinya Pembiayaan bermasalah karena adanya kedekatan
dan keakraban yang terlalu berlebihan antara pihak BMT dan nasabah,
selain itu faktor lain yang mendorong terjadinya pembiayaan bermasalah
adalah lemahnya sistem pengamatan dari lembaga terkait dengan barang
jaminan. Selain faktor diatas ada beberapa faktor-faktor lain diantaranya
kebangkrutan nasabah, kematian, dan akibat ketidaksengajaan nasabah
yang tidak mau membayar hutangnya. Selain meneliti faktor-faktor
penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah, dalam penilitiannya
dijelaskan juga bagaimana BMT BISAMA Klumpit menangani
pembiayaan bermasalah yang dihadapi, yaitu dengan menerapkan strategi
rescheduling, reconditioning, restrucuting, dan kombiasi untuk kategori
diragukan.
Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Liza Muzayana Afifah
pada tahun 2010 dengan judul “Srategi Meminimalisasi dan
menanggulangi resiko pembiayaan bermasalah pada BMT MUHAJIRIN
Salatiga”. Dalam penelitian ini membahas tentang analisis yang diterapkan
dalam pembiayaan adalah berdasarkan informasi yang berhubungan
dengan identitas pribadi calon debitur. Selanjutnya membahas penyebab
terjadinya pembiayaan bermasalah, faktor utama yang mendorong
terjadinya pembiayaan bermasalah adalah kurang telitinya dalam
melakukan penilain debitur. Kemudian alam penelitian ini dijelaskan juga
mengenai strategi yang digunakan oleh pihak BMT dalam meminimalisasi
resiko pembiayaan bermasalah yaitu dengan menyarankan nasabah untuk
mengangsur secara harian dan mensyaratkan keanggotaan minimal 3 bulan
untuk memperoleh fasilitas pembiayaan.
Menurut Kurniawati, (2008), bahwa sistem penilaian terhadap calon
nasabah pembiayaan mudharabah dilakukan dengan pengumpulan data
yang dikenal dengan prinsip 5c yaitu: Character, Capital, Capacity,
Condition dan Collateral.Character, artinya sifat atau karakter nasabah
pengambil pinjaman.Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan
peminjam. Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha
dan mengembalika pinjaman yang diambil. Condition, yaitu keadaan
usaha atau nasabah yang prospek atau tidak
Menurut Astuti, (2009), menyatakan bahwa persyaratan yang harus
dipenuhi nasabah dalam mengajukan pembiayaan adalah: fotocopy
identitas diri (KTP, SIM, KK, dan Surat Nikah), surat pengantar dari
kelurahan, fotocopy agunan BPKB dan STNK yang masih berlaku serta
sertifikat tanah, rekening pembayaran listrik, telepon dan air, surat
kesanggupan potong gaji dan slip gaji untuk pegawai negeri dan pegawai
swasta serta mengisi formulir permohonan pembiayaan. Dengan
persyaratan tersebut apakah nantinya nasabah berhak mendapatkan
pembiayaan atau tidak setelah di data keseluruhan.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian atau penulisan dalam tugas akhir ini
menggunakan pendekatan kualitatif, menurut Daymon (2008:7-9)
karakteristik penelitian kualitatif yaitu:
a. Kata, dalam penelitian ini berfokus pada kata bukan angka.
Penelitian menggunakan penyusunan kata-kata yang dirangkai
menjadi sebuah kalimat.
b. Keterlibatan peneliti, peneliti terlibat dekat dengan hal-hal yang
diteliti.
c. Sudut pandang partisipan, menyelidiki dan menyajikan berbagai
perspektif subjektif para partisipan.
d. Riset skala kecil, mengeksplorasi penelitian secara terperinci.
e. Fokus yang holistik, tidak hanya terpaku pada satu atau dua
variabel, tetapi lebih luas cakupannya.
f. Fleksibel, tidak hanya meneliti topik, tetapi juga menyelidiki hal
baru yang diungkapkan informan tentang pemahaman mereka.
g. Proses, menangkap proses yang berlangsung dari waktu ke
waktu.
h. Latar alami, dilakukan di lingkungan alami tempat orang
berada.
i. Induktif ke deduktif, mendapatkan gagasan dari hasil
mengumpulkan dan meneliti data.
2. Jenis data yang dibutuhkan
a. Data primer
Data primer yang dimaksud yaitu data yang diperoleh dari
observasi, penulis memperoleh data dengan pengamatan secara
langsung dari sumber penelitian yang diamati.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen,
buku-buku dan arsip-arsip yang berkaitan dengan topik yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini menggali beberapa teori-teori yang
berhubungan dengan pokok permasalahan.
3. Teknik pengumpulan data
a. Wawancara
peneliti menggali dan mengumpulkan data penelitian,
dengan melakukan pertanyaan dan pernyataan secara lisan untuk
dijawab oleh responden peneliti.
b. Observasi partisipan
Peneliti terlibat secara langsung dengan objek penelitian.
Disini penulis ikut dalam proses pengumpulan kelengkapan data
yang diperlukan.
c. Analisa dokumen
Teknik Analisis Data menggunakan reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan.
Dalam pendahuluan ini dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dan
berhubungan dengan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
kegunaan, penelitian terdahulu, metodologi laporan tugas akhir, serta
sistematika penulisannya.
Bab II Landasan Teori.
Dalam bab ini berisi tentang telaah pustaka dan membahas tentang
pengertian BMT, pengertian pembiayan, tujuan pembiayaan, fungsi
pembiayaan, unsur-unsur pembiayaan, prinsip pembiayaan, jenis-jenis
pembiayaan, prosedur pengajuan pembiayaan, klasiikasi kolektabilitas
pembiayaan, penanganan pembiayaan bermasalah.
Bab III Laporan Obyek.
Dalam bab ini berisi tentang gambaran umum dan sejarah berdirinya
Bank Syariah Mandiri, visi dan misi, struktur organisasi, produk-produk,
proses pengajuan pembiayaan, penyajian data pembiayaan, serta strategi
penanganan kedit bermasalah pada BMT AMAL MULIA Suruh.
Bab IV Analisis.
Bab ini berisi tentang analisis bagaimana strategi yang dijalankan oleh
pihak BMT AMAL MULIA Suruh dalam semua hal yang menyangkut
Pembiayaan bermasalah atau pembiayaan yang bermasalah. Dimulai dari cara
pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah dilakukan BMT AMAL
MULIA Suruh serta yang dijalankan oleh pihak BMT dalam menyelamatkan
pembiayaan bermasalah.
Bab V Penutup.
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
a. Pengertian BMT
Menurut Sumiyanto (2008:24-25) Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan baitut tamwil. Baitul maal
lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang
non – profit, seperti; zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil
sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Secara kelembagaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) didampingi
atau didukung Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK). Pusat
Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) sebagai lembaga primer karena
mengemban misi yang lebih luas, yakni menetapkan usaha kecil. Dalam
prakteknya, Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) menetapkan
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan pada gilirannya Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) menetapkan usaha kecil. Keberadaan Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana
Baitul Maal wa Tamwil (BMT) itu berada, dengan jalan ini Baitul Maal
wa Tamwil (BMT) mampu mengakomodir kepentingan ekonomi
masyarakat.
b. Pengertian Pembiayaan
Seperti yang dikutip oleh Kasmir (2002:325) pembiayaan adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti Bank Syariah kepada
nasabah. Dalam kondisi ini arti pembiayaan menjadi sempit dan pasif.
Seperti yang dikutip oleh Muhammad (2001:10) pembiayaan
berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.
Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan
menyatakan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan atau bagi hasil.
c. Tujuan Pembiayaan
Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan
nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-
banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri, pertanian, dan
perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi
dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi
kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Menurut Kasmir (2002:106)
tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. mencari keuntungan
Segala kegiatan usaha tentunya mengharapkan suatu nilai
tambah atau menghasilkan laba yang diinginkan. Sedangkan dari fihak
BMT sendiri memperolehnya dalam bentuk bagi hasil..
2. Membantu Pemerintah
Kegiatan kredit dapat berdampak berkembangnya
pembangunan diberbagai sektor, terutama sector usaha yang nyata.
Hal ini dapat membantu masyarakat dalam hal penerimaan pajak,
Memperluas lapangan kerja, meningkatka jumlah barang dan jasa.
Sehingga dengan ini pemerintah akan mendapatkan devisa yang
semakin menguatkan suatu Negara itu sendiri.
3. Membantu Usaha Nasabah
Dari kegiatan yang dikucurkan lembaga keuangan diharapkan
dapat meningkatkan usaha dan pendapat masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini fihak lembaga
keuangan dapat menjadi sarana bagi para nasabah untuk mendapatkan
modal yang diinginkan.
d. Fungsi Pembiayaan
Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan
meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan
lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:
1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang
menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.
2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank
konvensional
3. Karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
bank konvensional.
4. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan
oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha
yang dilakukan.
e. Unsur - unsur Pembiayaan
Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan
kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur – unsur yang direkatkan
menjadi satu. Menurut Kasmir (2002:103 ) terdapat 5 unsur pembiayaan,
antara lain:
1. Kepercayaan.
Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan
yang diberikan benar – benar diterima kembali dimasa yang akan
datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang
diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa
suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum
pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian
terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara
intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi
pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai
kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.
2. Kesepakatan.
Kesepakatan antara pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan
ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing - masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing - masing. Kesepakatan ini
kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani
kedua belah pihak.
3. Jangka Waktu.
Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan
yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu
pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak.
Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
4. Resiko.
Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian
pembiayaan akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau
macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu
pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya.
Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko disengaja,
maupun resiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam
atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya,
sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.
5. Balas Jasa.
Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama
bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga
membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga
merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.
f. Prinsip Pembiayaan
Dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan bank syariah
bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang
berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia
perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S dan 7P
Menurut Kasmir (2009:109) 5C + 1S adalah sebagai berikut:
1) Character
Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon
penerima pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan
kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi
kewajibannya.
2) Capacity
Yaitu penilaian secara subyektif tentang kemampuan penerima
pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur
dengan catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang
didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti
toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.
3) Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh
calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan
secara keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan
pada komposisi modalnya.
4) Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan.
Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu
resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi , maka jaminan dapat
dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
5) Condition
Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di
masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis
usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut
karena kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya
usaha calon penerima pembiayaan.
6) Syariah
Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang
akan dibiayaai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai
dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah
Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah.
Sedangkan menurut (Kasmir,2009:110) 7 P kredit adalah sebagai
berikut:
a. Personality
Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian dan tingkah
lakunya sehari – hari maupun masa lalunya. Personality juga
mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabh dalam
menghadapi suatu masalah
b. Party
Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau
golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta
karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu
dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.
c. Purpose
Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit, termasuk jenis kredit yang dinginkan nasabah. Tujuan
pengambilan kredit dapat bermacam – macam apakah tujuan untuk
konsumtif, produktif atau tujuan untuk perdagangan.
d. Prospect
Yaitu untuk menilai nasabah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospect
atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit
yang dibiayai tanpa mempunyai prospect, bukan hanya bank yang rugi
tetapi jaga nasabah.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan
kredit yang diambil atau sumber dari mana saja dana untuk
pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber
penghasilan debitur maka akan semakin baik.
f. Profitability
Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam
mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap
sama atau meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang
diperolehnya dari bank.
g. Protection
Yaitu bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank
namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa
jaminan barang, orang atau jaminan asuransi.
g. Jenis-jenis Pembiayaan
Menurut Muhammad (2002;91), Manajemen Bank Syariah.
Penyaluran dananya pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaan syariah terbagi dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaanya yaitu:
1. Pembiayaan dengan prinsip jual beli ( Ba’i )
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang atau benda Transfer Of Property.
Tingkat keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dapat dibedakan
berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni
sebagai berikut:
a. Pembiayaan Murabahah
b. Pembiayaan Salam
c. Pembiayaan Istisnah
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa ( Ijarah )
Transaksi ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat.
Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli,
tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual
beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksi
adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang
yang disewakan kepada nasabah.
a. Prinsip bagi hasil
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip
bagi hasil adalah sebagai berikut :
b. Pembiayaan Musyarakah
c. Pembiayaan Mudharabah
3. Pembiayaan dengan akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad
ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut:
h. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang)
i. Rahn (Gadai)
j. Qardh
k. Wakalah (Perwakilan)
l. Kafalah (Garansi Bank)
Sedangkan menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat
dibagi menjadi dua hal, yaitu:
a) Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
b) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang dipergunakan
untuk memenuhi konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
h. Prosedur Pengajuan Kredit
Menurut Kasmir (2009:115) prosedur pemberian kredit secara
umum oleh badan hukum adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan berkas-berkas
Permohonan kredit mengajukan permohonan kredit yang
dituangkan dalam suatu proposal yang dilampiri berkas-berkas
antara lain latar belakang perusahaan, maksud dan tujuan,
besarnya kredit dan jangka waktu, cara pemohonan
mengembalikan kredit.
2. Penyelidikan berkas pinjaman.
Tujuannya mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar agar permohonan
kredit dapat segera diproses.
3. Wawancara I
Wawancara bertujuan untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan nasabah yang sebenarnya.
4. On the Spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan
meninjau berbagai objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan,
kemudian hasilnya dicocokkan dengan hasil wawancara I.
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas bila masih ada
kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot
di lapangan.
6. Keputusan kredit
Yakni menentukan apakah kredit akan diberikan atau
ditolak, jika diterima, maka dipersiapkan administrasinya. Bila
ditolak, maka hendaknya dikirim surat penolakan sesuai dengan
alasannya masing-masing.
7. Penandatanganan akad kredit/perjanjian lainnya
Sebelum kredit dicairkan, maka terlebih dahulu calon
nasabah menandatangi akad kredit, mengikat jaminan dengan
hipotek dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap
perlu. Penandatanganan dilaksanakan antara bank dengan debitur
secara langsung, atau dengan melalui notaris.
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-
surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau
tabungan di bank yang bersangkutan.
9. Penyaluran/penarikan dana
Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening
sebagai realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai
ketentuan dan tujuan kredit.
i. Klasifikasi kolektabilitas pembiayaan
Dalam pembiayaan diperlukan pengelompokan atau klasifikasi
tentang ukuran atau kualitas ketepatan waktu atau jumlah pengembalian
pembiayaan. Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No.
7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Kualitas
pembiayaan menurut ketentuan kredit adalah sebagai berikut :
1. Lancar, Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening Bank dan
tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit,
b. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu
menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat,
c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.
2. Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kredit yang digolongkan
Dalam Perhatian Khusus (DPK) apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga
sampai 90 hari
b. Jarang mengalami cerukan overdraft
c. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu
menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih
akurat,
d. Dukumentasi kredit lengkap dan pengikat agunan kuat
e. Pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil
3. Kurang lancar, Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang
telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.
b. Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang kali
khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan
kekurangan arus kas.
c. Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan informasi
keuangan debitur tidak dapat dipercaya, dokumentasi kredit
kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.
d. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.
e. Perpenjangan kredit untuk menghubungkan kesulitan
keuangan.
4 Diragukan, Kredit yang digolongkan diragukan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga
yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari.
b. Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen
khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan
kekurangan arus kas.
c. Hubungan debitur dengan Bank semakin memburuk dan
informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat
dipercaya.
d. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan
yang lemah.
e. Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan pokok
dalam perjanjian kredit.
5. Macet, Kredit yang digolongkan Macet apabila memenuhi
criteria sebagai berikut:
a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga
yang telah melampaui 270 hari
b. Dokumentasi kredit dan atau pengikatan agunan tidak ada
j. Penanganan Pembiayaan Bermasalah
Menurut Siamat (1993:222-223) untuk menyelesaikan dan
menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh
usaha-usaha sebagai berikut:
a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang)
Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal
pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang grace
period dan perubahan besarnya angsuran kredit. Tentu tidak kepada
semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh bank, melainkan
hanya kepada debitur yang menunjukkan itikad dan karakter yang
jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit. Di
samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau
likuiditas.
b. Reconditioning (Persyaratan Ulang)
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit
yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu,
tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh
bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tersebut tidak
termasuk penambahan dana atau injeksi dan konversi sebagian atau
seluruh kredit menjadi equity perusahaan. Debitur yang bersifat jujur,
terbuka dan cooperative yang usahanya sedang mengalami kesulitan
keuangan dan diperkirakan masih dapat beroperasi dengan
menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan
persyaratan ulang.
c. Restructuring (Penataan Ulang)
Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut
1. Penambahan dana Bank
2. Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi
pokok kredit baru, dan atau
3. Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi
penyertaan bank atau mengambil partner yang lain untuk
menambah penyertaan.
d. Liquidation (Liquidasi)
Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam
rangka pelunasan utang. Pelaksanaan likuidasi ini dilakukan terhadap
kategori kredit yang memang benar-benar menurut bank sudah tidak
dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang
sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. Proses likuidasi
ini dapat dilakukan dengan menyerahkan penjualan barang tersebut
kepada nasabah yang bersangkutan. Sedang bagi bank-bank umum
milik negara, proses penjualan barang jaminan dan aset bank dapat
diserahkan kepada BPPN, untuk selanjutnya dilakukan eksekusi atau
pelelangan.
Sedangkan mengenai penyelamatan kredit bermasalah dapat dilakukan
dengan berpedoman kepada Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/4/BPPP
tanggal 29 Mei 1993 yang pada prinsipnya mengatur penyelamatan kredit
bermasalah sebelum diselesaikan melalui lembaga hukum adalah melalui
alternatif penanganan secara penjadwalan kembali (rescheduling), persyaratan
kembali (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring). Dalam surat
edaran tersebut yang dimaksud dengan penyelamatan kredit bermasalah
melalui rescheduling, reconditioning, dan restructuring adalah sebagai
berikut:
1. Melalui rescheduling (penjadwalan kembali), yaitu suatu upaya
hukum untuk melakukan perubahan terhadap beberapa syarat
perjanjian kredit yang berkenaan dengan jadwal pembayaran
kembali/ jangka waktu kredit termasuk tenggang (grace priod),
termasuk perubahan jumlah angsuran. Bila perlu dengan
penambahan kredit.
2. Melalui reconditioning (persyaratan kembali), yaitu melakukan
perubahan atas sebagian atau seluruh persyaratan perjanjian, yang
tidak terbatas hanya kepada perubahan jadwal angsuran, atau
jangka waktu kredit saja. Tetapi perubahan kredit tersebut tanpa
memberikan tambahan kredit atau tanpa melakukan konversi atas
seluruh atau sebagian dari kredit menjadi equity perusahaan.
3. Melalui restructuring (penataan kembali), yaitu upaya berupa
melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian kredit berupa
pemberian tambaha kredit, atau melakukan konversi atas seluruh
atau sebagian kredit menjadi perusahaan, yang dilakukan
dengan atau tanpa rescheduling atau reconditioning
BAB III
LAPORAN OBJEK
a. Sejarah berdirinya BMT AMAL MULIA Suruh
BMT Amal Mulia merupakan salah satu dari 15 Koperasi
Syariah baru di wilayah Kabupaten Semarang yang lahir melalui
program P3T (Penanggulangan Pengangguran Pekerja Terampil) pada
bidang LEP (Lembaga Ekonomi Produktif) yang diselenggarakan atas
kerjasama antara Depnaker Kabupaten Semarang dengan fasilitator
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) Dati II Kabupaten
Semarang.
Proses pendirian diawali dengan sosialisasi Koperasi Syariah
oleh PINBUK Dati II Kabupaten Semarang pada acara pengajian IPHI
Kecamatan Suruh yang diselenggarakan di rumah Bapak H. Syahri di
Dusun Morangan Desa Suruh, sosialisasi perdana Kecamatan Suruh ini
baru bersifat informative.
Bersamaan dengan Calon Pengelola yang terseleksi melalui
P3T tersebut mengikuti pelatihan tentang manajemen operasional
Koperasi Syariah se-Jawa Tengah di Asrama Haji Donohudan Solo
yang diselenggarakan oleh PINBUK Dati I Propinsi Jawa Tengah.
Pelatihan tersebut diadakan selama dua minggu dan dilanjutkan dengan
Job on Training di Koperasi Syariah Assa’adah Gedangan Salatiga
selama tiga hari.
Setelah pelatihan purna dan Job on Training selesai kemudian
diadakan pertemuan ulang pada pertengahan bulan Agustus 1998 di
rumah Bapak H. Badarudin yang dihadiri oleh beberapa orang yang
merupakan tim formatur yang mengagendakan segera dibentuk
susunan pengurus sementara, kemudian ditindak lanjuti pertemuan di
gedung Ar-Rohmah yang dihadiri oleh calon pendiri, tepat pada acara
tersebut disahkan susunan pengurus BMT AMAL MULIA Suruh serta
disepakati ketentuan simpanan pokok per anggota Rp. 200.000,- dan
simpanan wajib per anggota pendiri sebanyak Rp. 2.000,- setiap
bulanya.
Akhirnya pada hari selasa Pon tanggal 20 Oktober 1998 telah
diresmikan BMT Amal Mulia oleh Bapak Camat Suruh yang diwakili
oleh MPP Kecamatan Suruh Bapak Suparno Andes di kantor BMT
Amal Mulia Suruh yang berlokasi di Jl. Sumberejo Suruh No. 57 yang
dihadiri oleh sejumlah tokoh masyarakat, pengurus, Anggota Pendiri
dan tamu undangan lainya.
b. Visi dan Misi
1. Visi
“ Menjadi lembaga ekonomi swadaya yang tumbuh dan
berkembang di wilayah kecamatan Suruh dan sekitarnya ”
2. Misi
“ Terbentuknya pusat penghimpunan dan pendistribusian dana umat
berdasarkan prinsip syariat Islam dengan sistem bagi hasil melalui
kegiatan usaha yang bersifat produktif, social, perspektif, untuk
memberi semangat usaha masyarakat dalam rangka mencapai
kesejahteraan hidup.”
c. Lokasi dan Wilayah Perusahaan
1. Lokasi
Lokasi BMT Amal Mulia Suruh dalam melakukan kegiatan
operasional sehari-hari berlokasi di Jl suruh – Salatiga, Kecamatan
Suruh Kab. Semarang
2. Wilayah
Wilayah kerja Koperasi BMT Amal Mulia meliputi daerah
salatiga dan sekitarnya.
d. Struktur Organisasi Koperasi BMT Amal Mulia Suruh
Gambar 3.I Struktur Organisasi BMT AMAL MULIA Suruh
Sumber : Koperasi BMT Amal Mulia, Tahun : 2013
General Manager Mustofa Al Amin, S.Ag
Manager Cabang Iwan Susiyanto,SE
Manager Cabang Amir Mahmud
Pembiayaan Siti Saidah, AMd
1. Pembiayaan Hamdan Majid, AMd
Pengawas
Manager Cabang Isti’anah, SE
Pembiayaan Yogie Aryanto, SKM
Marketing :
1. Edy Yulianto
2. Slamet Bagyo
3. Shihabudin, SE
Marketing : 1. Wahyu Adi .P
,S.Kom 2. Puji Haryono,
S.Pd
Marketing /CS: 2. Anny Puji
Rahayu, AMd
3. Hamdan Majid, AMd
Kasir/Teller : Restina Hardanik,
SE
Kasir/Teller : 1. Nur Faizah,
AMd 2. Kiptiyah, BA
Kasir/Teller : Fatmawati, AMd
Customer Service Linta Aftukha
Royana, SE
Struktur organisasi Koperasi BMT Amal Mulia Suruh adalah sebagai
berikut :
1. Pengurus
a. Ketua : Fathul Munib
b. Sekretaris : H. Hartoyo, S.Pd
c. Bendahara : H. Budoyo Akbar
2. Pengawas
a. Ketua : Ahmad Hazim, SE
b. Anggota 1 : Hj. Robiyah
c. Anggota 2 : Dra. Hj Rachmawati
3. Pengelola
a. Manajer Umum : Mustofa Al Amin, S.Ag
b. Manajer Cabang : Isti’anah, SE
Iwan Susiyanto, SE
Amir Mahmud
c. Kasir/Teller : Restina Hardanik, SE
Nur Faizah, AMd
Kiptiyah, BA
Fatmawati, AMd
d. Pembiayaan : Yogie Aryanto, SKM
Siti Sai’dah, AMd
e. Marketing : Edi Yulianto
Slamet Bagyo
Shihabudin, SE
Hamdan Majid, AMd
Anny Puji Rahayu, AMd
Sri Susilowati, AMd
Wahyu Adi Prasetyo, S.Kom
Puji Hartoyo, S.Pd
f. Customer Service : Linta Aftukha Royana, SE
g. Penjaga : sukarli
Afid Eka Ardana
Wahyudi
Sugito
e. Produk-produk BMT Amal Mulia Suruh
1. SI RELA (Simpanan Sukarela Lancar)
Merupakan bentuk simpanan Mudharabah biasa, yaitu
simpanan pihak ketiga yang di simpan di BMT atas dasar akad
wadi’ah (titipan) dan BMT berkewajiban memelihara dana
tersebut yang oleh para penyimpan sewaktu-waktu dapat
ditarik.
Syarat :
a. Foto copy kartu identitas (KTP/SIM/PASPOR)
b. Setoran awal minimal Rp. 10.000,-
c. Selanjutnya minimal Rp. 5.000,-
d. Menandatangani kesepakatan nisbah bagi hasil.
Nisbah bagi hasil : 35% nasabah : 65% BMT
2. SI SUKA (Simpanan Sukarela Berjangka)
Merupakan bentuk simpanan berupa deposito yang
penarikanya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
perjanjian nasabah dengan BMT. Jangka waktu jatuh temponya
adalah sebagai berikut :
a. Tiga (3) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil 40%
untuk penabung dan 60% untuk BMT.
b. Enam (6) bulan, dengan prosentase nisbah bagi hasil
45% untuk penabung dan 55% untuk BMT.
c. Dua belas (12) bulan, dengan prosentase nisbah bagi
hasil 50% untuk penabung dan 50% untuk BMT.
3. Pembiayaan Mudharabah
Merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk
membiayaai modal yang diperlukan nasabah dengan bagi hasil
yang telah disepakati bersama dan pengembalian sesuai jangka
waktu yang telah disepakati (muqayyadah)
4. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang
yang diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara
tangguh pada waktu yang telah ditentukan sebesar harga barang
ditambah mark up yang diberikan kepada BMT.
5. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil
Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian yang
diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara angsur
sebesar harga pokok ditambah kelebihan yang telah disepakati
(mark up)
6. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan yang dilakukan untuk investasi / modal
kerja dengan kondisi berbagi modal dan pengelolaan antara
BMT dengan anggota, dengan pembagian keuntungan sesuai
nisbah yang telah disepakati.
Selain produk yang tersebut di atas , Koperasi BMT juga
mempunyai produk layanan yang bertujuan untuk lebih
mempermudah nasabah koperasi BMT Amal Mulia Suruh yang
meliputi:
1. Pembayaran listrik dengan biaya Rp. 1.600,-
2. Pembayaran rekening Telepon dengan biaya Rp. 2.000,-
3. Pembelian pulsa
4. FIF
f. Proses pengajuan pembiayaan BMT
Demi keefektifan dan efisiensinya suatu proses pemberian
pembiayaan, maka perlu adanya suatu pedoman atau prosedur dalam
pemberian pembiayaan yang layak, sehingga terjadi saling control
antara satu dengan lainnya yang diharapkan tidak terjadi penyalah
gunaan tugas dan wewenang dalam penanganan pembiayaan. Prosedur
itu dibuat mengingat tingginya resiko terjadinya pembiayaan macet
yang kerap kali menjadi batu sandungan bagi BMT AMAL MULIA
Suruh untuk tumbuh dan berkembang layaknya lembaga-lembaga
keuangan lainnya.
Menurut Linta Aftukha Royana, SE selaku CS di BMT AMAL
MULIA Suruh secara garis besar, proses pemberian pembiayaan
dalam 11 tahapan, yaitu:
a. Calon nasabah datang ke BMT kemudian menghubungi
petugas BMT pada bagian pelayanan nasabah (CS) untuk
mengajukan permohonan pembiayaan.
b. Petugas BMT (CS) akan menyodorkan blangko permohonan
pembiayaan antara lain berisi: Nama pemohon, tempat dan
tanggal lahir, pekerjaan, alamat, no telp, jenis pembiayaan,
jumlah pembiayaan yang diminta, jangka waktu angsuran,
dll
c. Untuk kelengkapan data, maka calon nasabah harus
menyerahkan berupa fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
suami dan istri atau wali, fotocopy Kartu Kelurga (KK),
fotocopy akte nikah dan fotocopy jaminan, masing-masing
rangkap 2 (dua).
d. Menyerahkan bukti agunan/jaminan fisik berupa BPKB
(motor, mobil), SHM (tanah), SHGB, fotocopy bukti
jaminan.
e. Calon nasabah menandatangani surat permohonan
pembiayaan tersebut dan diserahkan kepada Costumer
Service (CS).
f. Costumer Service(CS) kemudian menyerahkan berkas-
berkas permohonan pembiayaan calon nasabah kepada
Account Officer
g. Account Officer (AO) atau Marketing Pembiayaan akan
survey dan membuat analisa kelayakan pembiayaan calon
nasabah baik dari segi kualitatif, meliputi: karakter, watak,
kepribadian, serta komitmen calon nasabah dan juga dari
segi kuantitatif, yaitu menghitung kemampuan membayar
calon nasabah dengan cara menghitung pendapatan dan
biaya-biaya yang menjadi beban calon nasabah untuk
mengetahui pendapatan bersih calon nasabah untuk
membayar angsuran kepada BMT
h. Apabila menurut Kepala Cabang/Manajer permohonan
pembiayaan calon nasabah di anggap tidak layak dan tidak
memenuhi kriteria yang di biayai, maka semua dokumen
harus dikembalikan kepada calon nasabah. Tetapi jika proses
pengajuan permohonan pembiayaan telah disetujui oleh
Manajer, maka CS akan menghubungi calon nasabah melalui
telepone atau langsung mendatangi rumah calon nasabah.
i. Setelah itu dilanjutkan akad pembiayaan antara BMT dengan
calon nasabah. Pada saat itu juga BMT akan meminta
menyerahkan agunan/jaminan
j. Pelunasan dapat dilakukan dengan cara angsuran atau dicicil
sesuai dengan akad perjanjian kesepakatan kedua belah
pihak (BMT dan nasabah).
k. Dan pada akhirnya dana dapat diberikan kepada nasabah
pembiayaan
g. Laporan Bidang Usaha
Laporan data-data yang berhubungan dengan pembiayaan BMT
AMAL MULIA Suruh, data diperoleh berdasarkan laporan RAT tahun
2012. Laporan tersebut adalah sebagai berikut
Tabel 3.2
data perkembangan outstanding pembiayaan tahun 2012
Jenis Akad 2011 2012 Kenaikan (%)
Al Murobahah 337.068.050 359.123.850 -17.944.200 -4.74
Bai’ Bitsaman
Ajil
6.009.263.566 9.716.595.566 3.707.331.800 61.69
Al-Musyarakah 2.847.474.150 2.034.070.250 813.403.900 28.56
Qordul Hasan 118.320.000 75.200.000 43.120.000 36.44
Total 9.352.125.966 12.184.989.666 2.832.863.700 30.29
Grafik 3.3
pencairan dana pembiayaan tahun 2013
Grafik 3.4
Angsuran masuk tahun 2013
h. Pencegahan Pembiayaan bermasalah BMT AMAL MULIA
Suruh
0.00
2,000,000,000.00
4,000,000,000.00
6,000,000,000.00
8,000,000,000.00
10,000,000,000.00
12,000,000,000.00
14,000,000,000.00
16,000,000,000.00
13-ینایر 13-فبرایر 13-مارس 13-أبریل 13-مایو 13-یونیو
GRAFIK PENCARIAN PEMBIAYAAN
0.00
1,000,000,000.00
2,000,000,000.00
3,000,000,000.00
4,000,000,000.00
5,000,000,000.00
6,000,000,000.00
7,000,000,000.00
8,000,000,000.00
9,000,000,000.00
10,000,000,000.00
13-ینایر 13-فبرایر 13-مارس 13-أبریل 13-مایو 13-یونیو
GRAFIK ANGSURAN MASUK
1. Penilaian/Analisis terhadap Permohonan Pembiayaan.
Setiap permohonan pembiayaan yang diajukan oleh
calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama
oleh pejabat BMT. Terlebih lagi untuk pemberian pembiayaan
jangka panjang, mengingat semakin lama jangka waktu
pembiayaan, maka semakin tinggi faktor ketidak pastiannya,
sehingga semakin besar pula resiko yang dihadapi BMT.
Namun sebelum menyalurkan dana kepada debitur, pihak
BMT Terlebih dahulu meneliti kelengkapan syarat-syarat
pengajuan pembiayaan yang telah diberikan oleh nasabah.
Syarat-syarat yang telah ditentukan oleh pihak BMT merupakan
prosedur awal yang harus diserahkan oleh debitur atau calon
penerima pembiayaan. Kelengkapan ini menjadi tolak ukur
kesiapan pihak debitur untuk melakukan pengajuan pembiayaan.
Semua syarat yang telah ditentukan harus komplit karena
nantinya syarat-syarat yang telah diajukan akan dinilai oleh
pihak BMT. Adapun syarat-syarat mengajukan pembiayaan
BMT AMAL MULIA Suruh adalah sebagai berikut :
a. Foto copy Kartu anggota BMT Amal Mulia.
Untuk pengajuan baru atau nasabah yang belum
masuk dalam anggota BMT, calon nasabah diwajibkan untuk
menjadi anggota terlebih dahulu. Karena BMT merupakan
lembaga yang berdiri dalam bentuk perkoperasian. Sehingga
mewajibkan nasabah untuk menjadi anggotanya terlebih
dahulu, agar bisa melakukan peminjaman dana atau
Pembiayaan.
b. Foto copy Buku Tabungan SIRELA.
Seperti halnya kartu anggota, pihak nasabah
diwajibkan untuk memiliki buku tabungan SIRELA. Dalam
hal ini dimaksutkan bagi nasabah yang akan melakukan
pembayaran angsuran secara harian. Pihak BMT
memberikan keringanan kepada debitur dalam pembayaran
angsuran, khususnya daerah area pasar. Setiap harinya
Karyawan BMT akan melakukan penarikan tabungan. Pada
akhir bulan jumlah tabungan yang telah terkumpul akan
dipotong sebagai pembayaran angsuran.
c. Foto copy KTP cuami Istri / Saksi 3 lembar
Salah satu kelengkapan yang lazim digunakan pada
setiap lembaga perbankan adalah KTP. Syarat tersebut
menunjukkan identitas calon nasabah dalam mengajukan
pembiayaan. Pihak BMT harus mengetahui secara rinci
identitas calon nasabahnya.
d. Foto Copy KK 2 lembar
Kartu keluarga merupakan salah satu syarat yang
harus dilengkapi oleh pihak nasabah.
e. Foto Copy Jaminan 2 lembar
1. BPKB dan STNK (Pajak Hidup) sepeda motor
minimal tahun 2002
2. Sertifikat Tanah dan SPPT wilayah Karang
Gede, Suruh, dan sekitarnya
2. Dalam penilaian Pembiayaan, ada prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan. Yaitu prinsip 5 C + 1C, penggunaan prinsip-
prinsip disamping dilakukan oleh pihak BMT yaitu melalui
survey kepada calon nasabah. Adapun hal-hal yang dinilai
adalah sebagai berikut :
a. Character
BMT akan melakukan penilaian watak debitur, sifat
dan kepribadian.
b. Capacity
Kemampuan nasabah dalam mengembalikan
pinjaman pokok beserta marginnya.
c. Capital
modal yang dimiliki oleh debitur sendiri,
biasanya bisa dilihat dari pendapatan nasabah per bulan
dikurangi pengeluarannya.
d. Collateral
Nilai barang jaminan yang digunakan oleh
debitur sepadan dengan jumlah pembiayaan yang
diberikan oleh BMT.
e. Condition
Kondisi dunia usaha, prospek ekonomi dan
kepastian hukum. Bertujuan untuk melihat dan
memprediksi resiko yang akan terjadi.
f. Constraint
BMT perlu juga mengetahui dan
mempertimbangkan hambatan (constraint) yang
mungkin muncul di lapangan.
3. Pemantauan penggunaan pembiayaan.
Setelah BMT memutuskan untuk memberikan
pembiayaan kepada nasabahnya, Selanjutnya BMT
memantau pembiayaan yang telah disalurkannya. Apakah
debitur benar-benar menggunakan pembiayaannya sesuai
dengan permohonan semula, atau digunakan untuk keperluan
lain? Bagaimana perkembangan dan prospek usaha debitur?
Bagaimana keadaan perekonomian nasional secara
keseluruhan, kondusif atau tidak bagi perkembangan usaha
debitur?
i. Penyelamatan Pembiayaan Macet BMT AMAL MULIA
Suruh
Untuk menyelamatkan dan menyelesaikan pembiayaan yang
dikategorikan macet, BMT mempunyai langkah penyelesaian dengan
menerapkan cara-cara sebagai berikut:
1. Pemberitahuan melalui telepon kepada nasabah yang telat
melakukan pembayaran.
2. Pemberian surat penagihan I
Angsuran belum terbayarkan selama beberapa bulan, adapun
surat penagihan pertama tersebut berisi pemberitahuan
mengenai nominal tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil
yang harus dibayar sampai bulan bersangkutan.
3. Penagihan langsung oleh pengelola
Apabila surat penagihan pertama tidak berhasil,
selanjutnya pihak BMT melakukan penagihan langsung
dengan mendatangi rumah nasabah tersebut.
4. Penagihan oleh Pengurus “Managemen BMT”
Karena pembiayaan bermasalah belum
terselesaikan, nasabah akan diminta untuk datang ke kantor
dan menemui pengurus agar permasalahan dapat
terselesaikan dengan baik-baik melalui perundingan.
Adapun perundingan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang)
Yaitu perubahan syarat pembiayaan hanya
menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka
waktu termasuk masa tenggang dan perubahan
besarnya angsuran pembiayaan. Tentu tidak kepada
semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh
pihak BMT, melainkan hanya kepada debitur yang
menunjukkan itikad dan karakter yang jujur dan
memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi
pembiayaan. Di samping itu, usaha debitur juga
tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas.
Perubahan syarat Pembiayaan terdiri dari :
1. Memperpanjang jangka waktu
Pembiayaan
Dalam hal ini debitur diberikan
keringanan dalam masalah jangka waktu
pembiayaan misalnya perpanjangan jangka
waktu pembiayaan dari 6 bulan menjadi satu
tahun sehingga si debitur mempunyai waktu
yang lebih lama untuk mengembalikannya.
2. Memperpanjang jangka waktu angsuran
Memperpanjang angsuran hampir
sama dengan jangka waktu Pembiayaan.
Dalam hal ini jangka waktu angsuran
Pembiayaannya diperpanjang
pembayarannya pun misalnya dari 36 kali
menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah
angsuran pun menjadi mengecil seiring
dengan penambahan jumlah angsuran.
b. Reconditioning (Persyaratan Ulang)
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh
syarat-syarat pembiayaan yang tidak terbatas.
Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang
ada seperti:
1. Kapitalisasi bagi hasil yaitu margin
bagi hasil dijadikan hutang pokok.
2. Penundaan pembayaran margin bagi
hasil sampai waktu tertentu. Dalam hal
penundaan pembayaran bagi hasil
sampai waktu tertentu, maksudnya
hanya margin bagi hasil yang dapat
ditunda pembayarannya, sedangkan
pokok pinjamannya tetap harus dibayar
seperti biasa.
3. Penurunan margin bagi hasil. Penurunan
margin bagi hasil dimaksudkan agar
lebih meringankan beban nasabah.
Sebagai contoh jika margin bagi hasil
per tahun sebelumnya dibebankan 20 %
diturunkan menjadi 18 %. Hal ini
tergantung dari pertimbangan yang
bersangkutan. Penurunan margin bagi
hasil akan mempengaruhi jumlah
angsuran yang semakin mengecil,
sehingga diharapkan dapat membantu
meringankan nasabah.
c. Restructuring (Penataan Ulang)
Yaitu perubahan syarat pembiayaan yang
menyangkut:
1.Penambahan dana bank
2.Konversi seluruh atau sebagian tunggakan
bunga menjadi pokok Pembiayaan baru
3.Konvensi seluruh atau sebagian dari
pembiayaan menjadi penyertaan modal
sementara.
e. Sita Jaminan
Cara selanjutnya yang dilakukan oleh pihak BMT
adalah melalui sita jaminan. Barang yang dijaminkan akan
disita sebagai ganti untuk melunasi hutangnya.
f. Eksekusi Jaminan
Tahap ini merupakan cara yang paling akhir ketika
pembiayaan bermasalah tersebut tidak dapat terselesaikan.
Barang jaminan ini dapat dilakukan dengan jenis
jaminannya, untuk sertifikat tanah melalui pihak notaris,
sedangkan untuk BPKB kendaraan bermotor dilakukan
secara langsung disertai hak kuasa menjual yang telah
ditandatangani oleh pemilik.
BAB IV
ANALISIS
A. Pencegahan Terjadinya Pembiayaan Bermasalah BMT AMAL
MULIA Suruh
Bagi sebuah lembaga keuangan, pembiayaan bermasalah bukanlah hal
yang asing lagi didengarkan, Penulis yakin bahwa semua lembaga keuangan
pasti mengalami hal tersebut. Oleh karena itu, masalahnya sekarang adalah
bagaimana menghadapi masalah tersebut. pencegahan dapat dilakukan supaya
pembiayaan bermasalah tidak terjadi. Tidak sedikit lembaga keuangan yang
hancur karena tidak mampu memanajemen masalah ini dengan baik.
Seperti halnya lembaga keuangan lain, BMT AMAL MULIA Suruh
juga memiliki masalah yang serupa. Resiko pembiayaan bermasalah atau
pembiayaan bermasalah pasti akan dihadapi oleh BMT sebagai resiko
lembaga keuangan. Setiap penyaluran pembiayaan oleh BMT tentu
mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan manusia dalam
memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi
‘lingkungan’ yang cepat berubah dan penuh ketidak pastian seperti sekarang
ini.
BMT AMAL MULIA Suruh telah menerapkan beberapa strategi
pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaannya.
Cara-cara yang ditentukan oleh pihak BMT tentu
mempunyai tujuan agar pembiayaan bermasalah dapat dikurangi atau
diminimalisir.
Namun pada kenyataannya strategi yang digunakan masih tidak
berjalan dengan sebagaimana mestinya. Karena memang untuk menemukan
strategi yang tepat untuk mencegah pembiayaan bermasalah tidaklah
semudah seperti terdapat pada teori. Penanganannya diperlukan suatu sistem
yang berkesinambungan. Masalahnya menurut penulis berdasarkan kenyataan
dilapangan, terkadang teori yang yang digunakan sangatlah bertolak belakang
dengan dilapangan sehingga untuk menerapkan teori 100% didalam pekerjaan
sangatlah sulit.
Penulis akan memaparkan strategi-strategi yang dijalankan oleh BMT
AMAL MULIA SURUH. Untuk yang pertama adalah penilaian atau analisis
terhadap permohonan pembiayaan. Setiap permohonan pembiayaan yang
diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama
oleh pejabat BMT. Dalam penilaan permohonan pembiayaan ini berhubungan
dengan kelengkapan persyaratan pengajuan pembiayaan. Tidak semua
persyaratan yang telah diberikan oleh calon nasabah diteliti dengan seksama
oleh pihak BMT. Terkadang syarat-syarat masih saja tidak komplit dan tidak
sesuai dengan peraturan yang ada. Sebagai contoh adalah yang terjadi pada
Bapak X selaku calon nasabah pembiayaan, Seperti yang diungkapkan oleh
Linta Aftukha Royana, SE (25 Juli 2013) bahwa Bapak X menggunakan
jaminan BPKB kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan 1995, padahal
pada persyaratan sudah jelas ditentukan, bahwa jaminan kendaraan bemotor
minimal tahun pembuatannya adalah 2002.
Tahap kedua adalah dilihat dari penilaian pembiayaan, ada prinsip-
prinsip yang harus diperhatikan. Yaitu prinsip 5 C + 1C yaitu character,
Capacity, Colateral, Capital, Condition, Constraint. Dalam penilaiannya,
marketing pembiayaan selaku pihak surveyer harus teliti dalam melakukan
penilain yang menyangkut seluruh aspek yang berhubungan dengan debitur.
Namun dari pihak BMT hanya menggunakan 3 prinsip yang dianggap paling
penting. Ketiganya adalah character (sifat), Capacity (kemampuan), dan
Collateral (jaminan). Untuk ketiga prinsip ini dapat diketahui ketika survey
kepada calon nasabah, namun ketiganya dianggap sulit diprediksi oleh
surveyer. Biasanya surveyer menanyakan kepada orang-orang terdekat
nasabah, saudara dan tempat bekerja. Namun pada kenyatannya data yang
telah didapatkan oleh surveyer tidak sesuai dengan keadaannya. Nasabah akan
pintar untuk menutupi segala kekurangan yang mereka miliki. Hal inilah yang
membuat surveyer tidak mengetahui secara pasti data-data yang dibutuhkan
dari nasabah itu sendiri. Menurut penulis apabila hanya menggunakan ketiga
prinsip tersebut kemungkinan pembiayaan bermasalah akan menjadi lebih
besar karena tidak memperhatikan prinsip-prinsip yang lain.
Tahapan yang terakhir atau ketiga adalah pemantauan atau
pengawasan penggunaan pembiayaan. Setelah BMT memutuskan untuk
memberikan pembiayaan kepada debiturnya, bukan berarti bahwa tugas BMT
sebagai perantara keuangan selesai sampai di situ, melainkan itulah awal mula
tugas BMT yang sesungguhnya dalam penyaluran pembiayaan. BMT
senantiasa harus memantau pembiayaan yang telah disalurkannya. Menurut
penulis pemantauan dan pengawasan tidak dapat dijalankan dengan maksimal,
karena memiliki hambatan yang dihadapi, adapun hambatannya adalah
petugas tidak akan mampu mengunjungi nasabah secara keseluruhan karena
jumlahnya ribuan. Sebenarnya hal-hal yang dapat dilakukan BMT yaitu
dengan cara bersilaturahmi dengan nasabah. Seperti hasil wawancara dengan
Bapak Edi Yuliyanto selaku karyawan marketing (20 Juli 2013) bahwa pihak
BMT AMAL MULIA Suruh kesulitan dalam mengawasi semua pembiayaan
yang telah disalurkan, karena jumlah nasabah sangat banyak sehingga tidak
memungkinkan semua untuk diawasi. Selain itu pihak nasabah juga akan
merasa malu ketika mereka sering didatangi oleh petugas BMT. Alasannya
adalah apabila mereka didatangi petugas BMT, maka mereka pasti
mempunyai masalah dengan BMT, walaupun sebenarnya tidak. Sungguh
merupakan hal yang sulit untuk meyakinkan nasabah akan maksud baik cara
ini.
B. Penyalamatan Pembiayaan Bermasalah BMT AMAL MULIA Suruh
Pemberian pembiayaan yang tertuang dalam suatu perjanjian tidak
dapat dilepaskan dari prinsip kepercayaan, yang sering menjadi sumber
malapetaka bagi nasabah sehubungan dengan pembiayaan bermasalah.
Pembiayaan bermasalah biasanya cenderung untuk diselesaikan apabila
tidak diatasi dengan cara yang benar.
Menurut penulis penanganan pembiayaan bermasalah akan lebih
efektif apabila dilakukan sejak dini yaitu ketika pembiayaan tersebut sudah
teridentifikasi akan mengalami masalah. Penyelesaian pembiayaan
bermasalah melalui cara damai dapat dilakukan antara lain dengan
keringanan pembayaran tunggakan pokok, penjualan agunan, pengambil
alihan aset debitur oleh lembaga keuangan, novasi pembiayaan bermasalah
kepada pihak ketiga dengan kompensasi aset perusahaan debitur kepada
pihak ketiga. Penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui saluran hukum
tidak dilakukan oleh semua BMT, karena penyelesaian pembiayaan
bermasalah melalui hukum tergantung kebijakan dari pihak BMT. Namun
jika ada BMT yang memakai jalur hukum dalam penyelesaian
pembiayaannya, maka antara lain dengan penyelesaian pembiayaan melalui
pengadilan negeri, yang mencakup somasi atau peringatan dan gugatan,
penyerahan pengurusan kepada Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang
Negara, permohonan pernyataan kepailitan melalui pengadilan niaga,
penyelesaian pembiayaan bermasalah melalui kejaksaaan, penyelesaian
pembiayaan dengan mengajukan klaim.
Sebagai cara untuk menyelamatkan dan menyelesaikan pembiayaan
yang bermasalah, BMT AMAL MULIA Suruh memiliki cara-cara atau
strategi yang dipergunakan. Yang dimaksud dengan penyelamatan
pembiayaan adalah suatu langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah
melalui perundingan kembali antara BMT dan nasabah peminjam sebagai
debitur. Mengenai penyelamatan pembiayaan bermasalah sebelum
diselesaikan melalui lembaga hukum adalah dengan melalui perundingan.
Strategi yang telah digunakan oleh BMT AMAL MULIA Suruh
selama ini telah berjalan dengan baik. Namun masih ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan diperbaiki oleh pihak manajemen BMT. Sedikit
mengulas tentang tindakan yang dilakukan BMT dalam penyelamatan
pembiayaan bermasalah. Menurut penulis beberapa prosedur yang
dijalankan oleh BMT belum 100% sesuai dengan teori yang ada. Terdapat
beberapa faktor yang mengakibatkan hal tersebut dapat terjadi.
Pada kenyataan di lapangan prosedur awal yang digunakan adalah
pemberitahuan melalui via telepone, namun persoalan masih saja muncul
ketika nasabah memberikan nomor yang tidak dapat dihubungi. Seperti
hasil wawancara dengan Bapak Edi Yuliyanto selaku karyawan marketing
(21 Juli 2013) bahwa, Beberapa alasan yang didapat pihak BMT. Yang
pertama adalah terdapat sebagian nasabah yang telah mengganti nomor
telepone mereka, namun selanjutnya nasabah tidak memberitahukan
kembali nomor terbaru mereka kepada pihak BMT, yang kedua faktor
kesengajaan dari nasabah itu sendiri untuk tidak mengangkat telepone atau
membalas sms dari petugas. Hal inilah yang membuat petugas kesulitan
untuk menggunakan prosedur pertama tersebut.
Selanjutnya prosedur yang kedua yaitu pemberian surat penagihan
I. Menurut penulis pada kenyataan di lapangan sebagian besar prosedur ini
tidak memberikan hasil yang maksimal, karena alasannya hanya sebuah
surat pemberitahuan dan tidak berdampak terlalu besar untuk nasabah.
Seperti yang terjadi dengan Bapak Y, Hasil wawancara dengan Bapak Edy
Yuliyanto karyawan marketing (19 Juli 2013), bahwa Bapak Y
mengganggap enteng surat pemberitahuan ini dan cendurung untuk tidak
membayar karena belum didatangi oleh petugas BMT.
Prosedur yang ketiga adalah penagihan langsung. Penagihan
langsung ini dilakukan oleh petugas dengan mendatangi rumah nasabah.
Yang intinya adalah untuk mengetahui keadaan nasabah serta melakukan
penagihan tunggakan. Namun pada tindakan ini masih ada saja yang belum
mampu melunasi tunggakan hutangnya. Bahkan terdapat beberapa nasabah
yang sengaja untuk tidak menemui atau beralasan tidak ada dirumah atau
bisa disebut dengan sembunyi dari petugas. Seperti kasus yang terjadi pada
Bapak X yang menunggak hutangnya selama 4 bulan, hasil pengamatan
langsung penulis ketika melakukan penagihan pada tanggal 30 Juli 2013,
bahwa menurut tetangga terdekat Bapak X baru saja melewati depan
rumahnya, namun pada saat didatangi oleh petugas Bapak X mengunci
tempat tinggalnya. Meskipun tidak semua nasabah yang melakukan hal
tersebut, namun kendala-kendala yang dialami oleh petugas tergolong
banyak apabila berhubungan langsung dengan nasabah yang telat
melakukan pembayaran. Tetapi catatan yang terbaik adalah pihak BMT
selalu mengedepankan asas kemanusiaan dan menjauhkan kekerasan dalam
melakukan penagihan terhadap nasabah yang mengalami masalah.
Ketika prosedur ketiga tidak mendapatkan hasil prosedur yang
selanjutnya adalah penagihan oleh managemen BMT, yaitu dengan cara
meminta nasabah yang belum mampu membayar tunggakannya untuk
datang ke kantor BMT AMAL MULIA Suruh. Adapun tujuannya adalah
untuk melakukan perundingan dengan nasabah yaitu melalui Rescheduling
(penjadwalan ulang), Reconditioning (Persyaratan ulang), dan
Restructuring (penataan ulang). Menurut penulis ketiga cara inilah yang
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Sepeti yang diungkapkan oleh
Bapak Y selaku nasabah yang belum mampu membayar tunggakan
hutangnya (15 Juli 2013). Bapak Y merasa terbantu dengan perundingan
yang telah dilakukan dengan pihak BMT, karena alasannya Bapak Y
merasa kesulitan untuk membayar tunggakan hutang yang semakin besar
pada setiap bulannya. Hal tersebut di yakini sanat membantu bagi Bapak Y
untuk sedikit meringankan beban tunggakan hutangnya.
Untuk selanjutnya adalah melalui penyitaan jaminan. Ketika prosedur
di atas tidak mampu menemukan titik terang, maka pihak BMT akan
melakukan penyitaan barang jaminan nasabah. Namun pada kenyataannya
masih saja terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh nasabah. Persoalan
muncul ketika nasabah pergi atau dengan sengaja tidak membayar dan
meninggalkan barang jaminannya berupa BPKB atau sertiikat tanah saja. Pada
kenyataan yang ada, pihak BMT hanya memiliki sebuah BKPB atau sertifikat
tanah saja. Barang yang akan disita oleh pihak BMT telah dijual kepada pihak
lain, hal inilah yang menjadi masalah bagi BMT, pihak BMT tidak dapat
melakukan sita jaminan karena memang barang telah berpindah kepada pihak
lain. Selain masalah tersebut pihak BMT juga memiliki masalah yang lain
ketika barang disita telah mengalami kerusakan. Penulis menilai bahwa
barang tidak akan terjual dengan maksimal karena barang yang telah disita
telah mengalami kerusakan. Seperti yang terjadi dengan barang sitaan berupa
mobil kijang tahun 1989 yang didapat dari Ibu Y, keadaan barang sitaan
sudah mengalami kerusakan. Hasil wawancara dengan ibu Linta Aftukha
Royana, SE selaku CS (18 Juli 2013).
Prosedur yang paling akhir adalah eksekusi jaminan. Menurut penulis
hal ini dianggap paling akhir dan paling efektif yang dapat dilakukan oleh
pihak BMT supaya pembiayaan bermasalah dapat terbayarkan. Eksekusi
terhadap barang jaminan ini dilakukan apabila tidak ada i’tikad baik dari
nasabah untuk melunasi tunggakan hutangnya. Jangka waktu dan keringanan-
keringanan yang telah diberikan tidak mendapat tanggapan baik dari
peminjam setelah barang telah disita. Selama ini untuk pelelengan terhadap
jaminan sertifikat tanah belum pernah terjadi di BMT AMAL MULIA Suruh,
namun untuk penjualan jaminan berupa sepeda motor telah beberapa kali
terjadi dan semuanya berjalan dengan baik karena tidak memerlukan proses
yang berbelit-belit. Pihak BMT dapat secara langsung menjual barang sitaan
kepada pihak ketiga yang bersedia membeli barang tersebut.
. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian diatas maka penulis dalam bab ini akan
memaparkan kesimpulan dan implikasi yang diperlukan. Maka dengan
analisa diatas penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk melakukan pencegahan terjadinya pembiayaan bermasalah
pada produk pembiayaannya BMT AMAL MULIA Suruh
melakukan 3 tindakan atau prosedur pokok, yaitu dengan
melakukan analisis atau penilaian terhadap permohonan
pembiayaan, analisis penilaian pembiayaan yaitu menggunakan 3
prinsip character (sifat), Capacity (kemampuan), dan Collateral
(jaminan), serta yang terakhir dengan pemantauan penggunaan
pembiayaan. Namun tidak semua strategi tersebut dapat berjalan
dengan baik karena kurang mampunya pihak BMT dalam
meramalkan masa yang akan datang serta kurang teliti dalam
menganalisa permohonan pembiayaan dan persyaratan yang
diajukan oleh nasabah. Tetapi yang menjadi faktor utama tidak
berjalannya strategi pencegahan pembiayaan bermasalah ini adalah
karena kurangnya pemantauan terhadap pembiayaan yang telah
dicairkan. Dalam hal ini berhubungan dengan jumlah karyawan
yang menjadi pengelola, pengelola tidak mampu mengcover seluruh
nasabah pembiayaan karena memang jumlahnya ribuan
2. Untuk menyelamatkan pembiayaan bermasalah, BMT AMAL
MULIA Suruh melakukan 6 prosedur yang dijalankan atau
digunakan yaitu dengan pemberitahuan via telepone, pemberian
surat penagihan I, Penagihan secara langsung oleh pengelola,
penagihan langsung oleh manajemen, penyitaan jaminan, serta
eksukusi jaminan. Namun pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang terjadi dalam setiap prosedur yang dijalani.
Kekurangan pengawasan terhadap nasabah serta ketidak mampuan
pihak BMT dalam melakukan pengawasan terhadap prosedur
penanganan pembiayaan bermasalah yang sesuai dengan aturan
yang ada. Kekurangan yang lain adalah kekurangan tenaga ahli
dalam penanganan pembiayaan bermasalah. Namun yang menjadi
faktor utama srategi tidak berjalan dengan maksimal karena dari
pihak nasabah sendiri yang tidak patuh terhadap aturan yang telah
disampaikan oleh pihak BMT.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan diatas, maka penulis ingin memberikan
beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan masukan
bagi perbankan syari’ah pada umumnya dan BMT AMAL MULIA Suruh
pada khususnya:
1. Untuk melakukan pencegahan terhadap pembiayaan bermasalah,
alangkah baiknya pihak BMT melakukan prosedur penerimaan
pembiayaan dengan teliti dan selalu melakukan pengawasan
terhadap pembiayaan yang telah tersalurkan
2. Penyelamatan pembiayaan bermasalah pihak BMT seharusnya
memperbanyak karyawan yang berkompeten untuk melakukan
tugas tersebut. Selanjutnya tingkatkan kerjasama antar
karyawan dalam melakukan tindakan penyelamatan pembiayaan
bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA
Sumiyanto, Ahmad.2008. BMT Menjadi Koperasi Modern, Yogyakarta: Ises
Publishing Kasmir. 2002. Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ridwan. 2004. Muhammad, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT),
Yogyakarta: UII Press Yunus, Jamal Lulail. 2009. Manajemen Bank Syariah Mikro, Malang: UIN-
Malang Press, Fachrudin, Fuad Mohd. 1993. Riba Dalam Bank, Koperasi, Perseroan, &
Assuransi, Bandung: PT Alma’arif Kasmir. 2009. Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada Muhammad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Edisi revisi. Yogyakarta.: UPP
AMP YKPN Siamat. 1993. Manajemen Bank Umum. Jakarta: Intermedia Ghofur, Abdul. 2010. Penaganan pembiayaan bermasalah di KSU BISAMA
Klumpit Salatiga, Salatiga: STAIN Setyanto, Ade Nur. 2008. Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di
BMT Sumber Mulia Tuntang Tahun 2007, Salatiga: STAIN Afifah, Liza Muzayana. 2008. Srategi Meminimalisasi dan menanggulangi
resiko pembiayaan macet pada BMT MUHAJIRIN Salatiga, Salatiga: STAIN
Kurniawati, Desi Tri. 2008. Pembiayaan Mudharabah dan Aplikasinya di
BMI Cabang Pembantu Magelang, Salatiga: STAIN Astuti, Yuli. 2009. Prosedur Pembiayaan Mudharabah Pada BMT Al-
Muaawanah Bringin Kab. Semarang, Salatiga: STAIN Rapat Anggota Tahunan (RAT), Tahun 2012, BMT AMAL MULIA Suruh
http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres//77FFB81A-7E62-4408-89BB-B87DE48 2D7D0/227761/ OutlookBS2013Seminar1 http://teropongbisnis.com/teropong-perbankan/perkembangan-perbankan-
syariah-di-indonesia/
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Asyhuri
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 23 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Manggung, RT/RW 24/10, Patemon, Tengaran, Kabupaten Semarang
Jenjang Pendidikan:
- TK Tarbiyatul Banin 34
- SDN 2 Patemon
- SMPN 2 Tengaran
- SMAN 1 Tengaran
- DIII Perbankan Syari’ah STAIN Salatiga
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 20 Juli 2012
Penulis
Muhammad Asyhuri NIM. 20110021