strategi pemberdayaan masyarakat dalam...
TRANSCRIPT
Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PHBS INDIVIDU PADA MASYARAKAT PANTAI
DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG REJO KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009
TESIS
OLEH
SUSI EVANTA MARIA SEMBIRING 077030037/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2009
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PHBS INDIVIDU PADA MASYARAKAT PANTAI
DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG REJO KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009
T E S I S
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUSI EVANTA MARIA SEMBIRING 077030037/IKM
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2 0 0 9
Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009
Judul Tesis : STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PHBS INDIVIDU PADA MASYARAKAT PANTAI DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG REJO KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2009
Nama Mahasiswa : Susi Evanta Maria Sembiring Nomor Induk Mahasiswa : 077030037 Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Menyetujui, Komisi Pembimbing
( Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM ) ( dr. Halinda Sari Lubis, MKKK ) Ketua Anggota Ketua Program Studi, Dekan,
( Dr. Drs. Surya Utama, MS) ( dr.Ria Masniari Lubis, MSi ) Tanggal Lulus : 11 Agustus 2009
Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009
Telah diuji Pada Tanggal : 11 Agustus 2009
PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM
Anggota : 1. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK
2. Drs. Edi Syahrial, MS
3. Ir. Indra Chahaya, MSi
Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009
Susi Evanta Maria Sembiring : Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan Phbs Individu Pada Masyarakat Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009, 2009
PERNYATAAN
STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENINGKATAN PHBS INDIVIDU PADA MASYARAKAT PANTAI
DI WILAYAH PUSKESMAS TANJUNG REJO KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2009
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, Agustus 2009
Susi Evanta Maria Sembiring
ABSTRAK
Tujuan pembangunan kesehatan adalah mencapai kondisi yang sehat dan merata kepada setiap lapisan masyarakat untuk itu haruslah tercipta kondisi yang saling mendukung antara masyarakat dan pemerintah. Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah kegiatan dalam bentuk Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Akan tetapi kegiatan program PHBS tersebut belum berjalan dengan maksimal. Hasil kegiatan program PHBS yang diukur melalui 10 indikator berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 2004 menunjukkan bahwa pencapaian PHBS secara nasional masih jauh dari target minimal 65% pada tahun 2010. Pelaksanaan program PHBS di Kabupaten Deli Serdang khususnya wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo yang merupakan salah satu unit pelaksana kesehatan di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, meskipun telah melakukan program seperti penyuluhan PHBS namun hasil kegiatan tersebut menunjukkan bahwa PHBS di kawasan ini belum mencapai target. Hasil penelitian melalui wawancara mendalam yang dilakukan kepada 6 (enam) orang informan yang merupakan masyarakat pantai (daerah Paluh Merbau) didapat kesimpulan bahwa masyarakat mengalami beberapa hambatan/kendala seperti masalah ekonomi, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang PHBS, kurangnya kesadaran masyarakat, masalah transportasi dan jarak ke Puskesmas sehingga masyarakat terkendala untuk melakukan PHBS. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa keluarga merupakan faktor paling mendukung dalam pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat, selain itu dalam masyarakat juga telah terbentuk beberapa kelompok pemberdayaan masyarakat. Dari wawancara yang dilakukan didapat bahwa informan juga berharap program PHBS dapat dikembangkan melalui kelompok-kelompok yang telah mereka bina. Melihat sikap informan (masyarakat) yang telah terbuka terhadap PHBS, maka kegiatan Promosi Kesehatan (penyuluhan) yang telah dilakukan petugas Puskesmas Tanjung Rejo dapat semakin ditingkatkan, serta lebih aktif untuk meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu melalui strategi pemberdayaan masyarakat. Strategi pemberdayaan masyarakat yang tepat bagi masyarakat pantai (Paluh Merbau) dalam peningkatan PHBS adalah strategi promosi kesehatan dengan melakukan kemitraan dengan kelompok-kelompok yang telah ada di masyarakat dan juga kepada pemerintah, sehingga sasaran PHBS yang dimulai dari pendekatan individu, keluarga, kelompok hingga masyarakat berhasil dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat. Kata kunci : Strategi, Pemberdayaan Masyarakat, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
i
ABSTRACT
Health goals is to reach a healthy and equitable to every layer of society to create conditions that must be a mutual support between the community and the government. One of the efforts that have been made to achieve health development activities are in the form of Clean and Healthy Lifestyle (PHBS). But program activity PHBS is not running optimally. Results PHBS program activities that were measured through 10 indicators based on National Health Surveys in 2004 indicate that the achievement of the national PHBS still far from the target at least 65% in 2010. Implementation of the program PHBS in Deli Serdang regency, especially the work of Puskesmas Tanjung Rejo is one of the implementing units in the District health Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, although such programs have been conducted espionage activities PHBS but the results showed that PHBS in this area have not reached the target. Results of research through in-depth interviews conducted by the 6 (six) the informant is a beach community (local Paluh Merbau) obtained the conclusion that the people experienced some obstacles / problems such as economic constraints, lack of knowledge about community PHBS, lack of public awareness, the problems of transportation and distance to public health so that constrainted to do PHBS.
Research also shows that family support is a factor in the implementation of clean and healthy living, in addition, the community also have several groups of community empowerment. From interviews conducted obtained informants also hope that the program can be developed through PHBS groups that have their building.
See attitude informants (community) that have been open to PHBS, the Health Promotion activities (espionage) that has been done Tanjung Rejo health officials can more improved, and more active participation to improve the community through community empowerment strategies. Community development strategy that is right for the public beach (Paluh Merbau) PHBS in increasing health promotion strategy is to make partnerships with groups that already exist in society and also to the government, so that the target PHBS approach that starts from individuals, families, groups and communities successfully able to behave and live clean and healthy. Keywords: Strategy, Community Empowerment, Behavior Clean and Healthy
Lifestyle (PHBS)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Strategi
Pemberdayaan Masyarakat dalam Peningkatan PHBS Individu pada Masyarakat
Pantai di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008”
tepat pada waktunya.
Dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan,
dukungan dan doa dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, MKM, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis sehingga penulisan tesis ini
selesai.
4. dr. Halinda Sari Lubis, MKKK, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
dengan sabar dan penuh perhatian membimbing penulis dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
5. Drs. Edi Syahrial, MS selaku pembanding yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan saran dan perbaikan dalam penulisan tesis ini.
iii
6. Ir. Indra Chahaya, MSi. yang telah berkenan meluangkan waktu untuk
memberikan saran-saran untuk perbaikan penulisan tesis ini.
7. Seluruh petugas Puskesmas Tanjung Rejo yang telah berperan dalam membantu
penulis menyelesaikan penulisan tesis ini.
8. Seluruh informan yang terlibat dalam penelitian ini, yang telah memberikan
informasi kepada penulis dan telah meluangkan waktunya sehingga penulis dapat
meyelesaikan penulisan tesis ini dengan baik.
9. Suami dan anak-anakku tercinta, yang senantiasa memberi perhatian, dukungan
serta doa selama penulis dalam masa pendidikan dan dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini
10. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang senantiasa
mendukung penulis baik secara moriil maupun materiil
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran serta masukan yang mendukung. Harapan
penulis, semoga tesis ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iv
RIWAYAT HIDUP
Susi Evanta M. Sembiring dilahirkan di Biru-Biru pada tanggal 6 September
1976, anak tunggal dari pasangan Ayahanda Jonathan Sembiring dan Ibunda Piah
Malem Barus. Menikah dengan Sopar Sirait, SH pada tanggal 21 Mei 2005, dan telah
dikaruniai satu orang putri yaitu Patricia Stefani Sirait, sekarang menetap di
Kompleks Rumah Dinas Perwira POLRI Jl. Jamin Ginting Km. 9,5 Blok D No. 1
Padang Bulan Medan.
Memulai pendidikan di SD Katolik Deli Murni Deli Tua lulus tahun 1988,
melanjutkan pendidikan di SMP St. Maria Medan lulus tahun 1991. Kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Katolik Deli Murni Deli Tua lulus tahun 1994.
Selanjutnya meneruskan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Methodist
Indonesia Medan dan selesai tahun 2002.
Pernah bekerja sebagai dokter fungsional di RSUD Porsea Kabupaten Tobasa,
pada tahun 2003, selanjutnya diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil pada tahun
2004. Kemudian tahun 2005 pindah ke Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang
sebagai dokter fungsional di Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan.
Selanjutnya pada bulan November tahun 2007 diunjuk sebagai Pelaksana Harian
Kepala Puskesmas Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan sampai dengan Bulan
Juni tahun 2009. Dan seterusnya diunjuk kembali sebagai Pelaksana Harian Kepala
Puskesmas Rawat Inap Namorambe Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli Serdang
sampai dengan sekarang.
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR........................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v DAFTAR ISI.......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii DAFTAR MATRIKS ............................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1 1.2. Permasalahan ............................................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Program PHBS......... 7 2.2. Pemberdayaan Masyarakat........................................................... 11
2.2.1. Pengorganisasian Masyarakat ......................................... 12 2.2.2. Pemasaran Sosial Air bersih dan Sanitasi ....................... 13 2.2.3. Pendamping Masyarakat Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat ..................................................................... 15
2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).................................. 16 2.4. Puskesmas. ................................................................................. 21 2.5. Promosi Kesehatan..................................................................... 21 2.6. Masyarakat Pantai ...................................................................... 23 2.7. Landasan Teori........................................................................... 25 2.8. Kerangka Pikir ........................................................................... 25
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian............................................................................. 26 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 26 3.3. Pemilihan Informan...................................................................... 26 3.4. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 28 3.5. Metode Analisis Data................................................................... 28
vi
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Letak Geografis............................................................................ 29 4.2. Kondisi Demografi....................................................................... 30 4.2.1. Penduduk........................................................................... 30 4.2.2. Sosial Ekonomi ................................................................. 31 4.3. Gambaran Informan ..................................................................... 33 4.4. Profil Informan............................................................................. 34 4.5. Hasil Penelitian (Indeph Interview) ............................................. 42 4.5.1. Pengetahuan Informan Tentang PHBS ............................. 42 4.5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS ............................................... 46 4.5.3. Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS........................................................... 48 4.5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS ................................................ 49 4.5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo........................ 51 4.5.6. Pengaruh yang Dirasakan Informan Melalui Kegiatan Penyuluhan Yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo............................. 52 4.5.7. Peran Kelompok Pemberdayaan Masyarakat.................... 53 4.5.8. Harapan Informan Dalam Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .................................................. 55 BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Pengetahuan Informan Tentang PHBS ........................................ 58 5.2. Hambatan/Kendala yang dihadapi Informan Dalam menjalankan PHBS.......................................................... 60 5.3. Pihak-pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS..................................................................... 63 5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS .......................................................... 66 5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan Penyuluhan Yang Puskesmas Tanjung Rejo dan Pengaruhnya Bagi Informan 67 5.6. Peran kelompok Pemberdayaan Masyarakat .............................. 68 5.7. Harapan Informan Dalam Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ............................................................ 72 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan .................................................................................. 77 6.2. Saran-saran................................................................................... 78 DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1. Kondisi Geografis Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Tahun 2008 .................................................................... 29
4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo .................... 31
4.3. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo....................................................................... 32
4.4. Persentase keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Tahun 2008 ................................... 33
4.5. Karakteristik Informan ......................................................................... 33
viii
DAFTAR MATRIKS
Nomor Judul Halaman
4.5.1. Informasi Tentang PHBS ............................................................... 43
4.5.1.1. Pengetahuan Informan Mengenai PHBS ....................................... 44
4.5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS........................................................................ 46
4.5.3. Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS........................................................................ 48
4.5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS ............................................................. 49
4.5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo..................................... 51
4.5.6. Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Bagi Informan....................... ...... 52
4.5.7. Peran Kelompok Pemberdayaan Masyarakat................................. 53
4.5.8. Harapan Infoman Dalam Peningkatan PHBS........................... ..... 56
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Pedoman Wawancara ................................................................... 82
2. Hasil Pengolahan Data Ez-Text ................................................... 84
3. Dokumentasi................................................................................. 99
x
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Visi pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 yang dituangkan
dalam rencana pembangunan kesehatan tahun 2005-2009 adalah mencapai kondisi
yang sehat dan merata kepada setiap lapisan masyarakat haruslah tercipta kondisi
yang saling mendukung antara masyarakat dan pemerintah. Sejalan dengan tujuan
pembangunan kesehatan tersebut telah mencanangkan Gerakan Pembangunan
Berwawasan Kesehatan dengan kegiatan operasional antara lain dalam bentuk
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau PHBS (Depkes RI, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) tentang Perilaku Kesehatan
Masyarakat Desa Talang Pauh, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu
Utara menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang
Pauh akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu,
sehingga sikap yang sudah positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud.
Selanjutnya penelitian Sinaga, dkk (2004) tentang Program Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat : Studi Kasus Kabupaten Bantul 2003 menyatakan bahwa rendahnya
cakupan PHBS di Kabupaten Bantul di sebabkan oleh kurangmya pemberdayaan
masyarakat, minimnya alokasi anggaran untuk PHBS, rendahnya peran puskesmas
dalam mensosialisasikan PHBS kepada masyarakat serta minimnya dukungan dari
lintas sektoral terhadap program PHBS.
1
2
Hasil kegiatan program PHBS yang diukur melalui 10 indikator berdasarkan
Survei Kesehatan Nasional (2004) menunjukkan bahwa pencapaian PHBS secara
nasional masih jauh dari target minimal 65 % pada tahun 2010. Secara rinci
berdasarkan indikator PHBS yaitu pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 64%,
masyarakat yang mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan 19%, ketersediaan air
bersih 81%, ketersediaan jamban sehat 49%, kesesuaian lantai rumah dengan jumlah
penghuni 35%, lantai rumah bukan tanah 35%, tidak merokok di dalam rumah 36%,
melakukan aktivitas fisik setiap hari 18% dan makan buah dan sayur setiap hari 16%.
Berdasarkan Surkesda Kabupaten Deli Serdang (2007) diketahui jumlah
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 93%, tidak merokok dalam ruangan
9,65%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 29,16%, makan buah dan sayuran setiap
hari 11,15%, ketersediaan jamban sehat 52,7%, ketersediaan air bersih 56,44%, lantai
rumah bukan tanah 7,0%.
Untuk mengatasi masalah tersebut Departemen Kesehatan RI membuat suatu
program promosi kesehatan dan telah ditetapkan sebagai salah satu program
unggulan. Depkes RI, (2006) mengemukakan bahwa promosi kesehatan bertujuan
untuk (1) peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, dan
(2) pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat dan untuk itu diperlukan
peningkatan upaya promosi kesehatan.
Upaya promosi kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses pemberdayaan masyarakat yaitu melalui proses pembelajaran dari, oleh dan
bersama masyarakat, sesuai dengan lingkungan sosial budaya setempat, agar
3
masyarakat dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan. Upaya promosi
kesehatan diharapkan dapat mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat yang
menjadi pilar pembangunan kesehatan (Depkes RI, 1999).
Demikian juga dengan pelaksanaan program PHBS di Kabupaten Deli
Serdang telah dilakukan melalui program dinas kesehatan maupun puskesmas.
Namun hasil kegiatan menunjukkan bahwa PHBS di kawasan ini belum mencapai
target. Menurut Profil Kesehatan Kab. Deli Serdang (2007), salah satu kecamatan di
Kabupaten Deli Serdang yang mempunyai cakupan PHBS rendah adalah Kecamatan
Percut Sei Tuan yakni di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo, yaitu 38 % dari 210
rumahtangga yang dipantau.
Hal lain yang memperburuk masalah PHBS ini adalah dengan ditemukannya
angka persentase rumah sehat hanya 64,47 % dari 1.520 rumah tangga yang
diperiksa. Ketiadaan sumber air bersih yang memakai ledeng dimana 64,34 %
masyarakatnya kebanyakan menggunakan sumur gali langsung ketimbang sumur
pompa, jumlah rumahtangga yang memiliki jamban 75 %, yang menggunakan tempat
sampah sehat 69,96 %, pengelolaan air limbah sehat 55,67 %. Dari 2518 bayi di
wilayah kerja Puskesmas ini hanya 13,07 % yang mendapat ASI Eksklusif (Profil
Kesehatan Kab. Deli Serdang 2007).
Puskesmas Tanjung Rejo yang merupakan salah satu unit pelaksana kesehatan
di Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki luas wilayah mencakup 9 desa dari 20 desa
yang ada di Kecamatan Percut Sei Tuan. Hasil survei pendahuluan dengan pemegang
program promosi kesehatan yang ada di puskesmas mengatakan bahwa Tanjung Rejo
4
merupakan desa binaan Puskesmas karena sampai saat ini masih banyak masalah
kesehatan yang belum teratasi, salah satu masalah yang menonjol adalah perilaku
hidup bersih dan sehat yang rendah (20%), terutama di 3 dusun yaitu dusun XI, XII,
dan XIII yang terletak di daerah pantai yang dikenal dengan daerah Paluh Merbau
(Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2007).
Rendahnya pencapai program PHBS ini di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Rejo, terkait dengan kondisi geografis ketiga dusun tersebut berada pada daerah
pantai yang merupakan sebuah dataran pantai yang dikelilingi oleh laut sehingga
terpisah dari dusun-dusun lain yang berada di desa Tanjung Rejo. Dari hasil
pengamatan penulis daerah ini memang sulit dijangkau, satu-satunya jalan
penghubung untuk keluar dan masuk dusun tersebut adalah sebuah jembatan yang
dibangun oleh masyarakat secara swadaya dan konstruksinya hanya terbuat dari kayu
sehingga hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki dan pengendara sepeda motor. Kondisi
ini mengakibatkan sulitnya petugas kesehatan melakukan pelayanan sehingga
masyarakat kurang mendapatkan pelayanan kesehatan, disamping itu masyarakat
memang masih memiliki kesadaran yang rendah untuk berperilaku hidup sehat (Profil
Puskesmas Tanjung Rejo, 2007).
Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang melalui
Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam meningkatkan pelaksanaan program PHBS
antara lain melalui penyuluhan kesehatan mengacu kepada indikator program PHBS.
Namun upaya tersebut ternyata belum mampu meningkatkan program PHBS di
Kabupaten Deli Serdang, karena kurangnya partisipasi masyarakat.
5
Salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan
strategi pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat yang dimaksud adalah
sesuai dengan visi PHBS 2010 dalam Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan 2004
bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah pendekatan melalui
individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat melalui
pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.
Oleh karena itu dalam kegiatan PHBS ini perlu dikembangkan konsep
pemberdayaan masyarakat, dimana dalam pengimplemetasiannya harus sesuai
dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.
Untuk mengetahui bagaimana implementasi pemberdayaan masyarakat dalam
suatu strategi promosi kesehatan untuk peningkatan PHBS tersebut sesuai dengan
kondisi serta karakteristik masyarakat desa pantai, maka penting dilakukan penelitian
tentang “ strategi pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan PHBS masyarakat
pantai di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
sebagai rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi
pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu strategi promosi kesehatan dalam
peningkatan PHBS masyarakat pantai di wilayah kerja puskesmas Tanjung Rejo
Kabupaten Deli Serdang tahun 2009.
6
1.3. Tujuan Penelitian
Program PHBS telah dilakukan oleh petugas puskesmas melalui kegiatan
penyuluhan, namun belum mampu meningkatkan PHBS masyarakat, maka yang
menjadi tujuan dilakukannya penelitian ini untuk membuat strategi pemberdayaan
masyarakat sebagai salah satu strategi promosi kesehatan dalam peningkatan PHBS
masyarakat pantai (daerah Paluh Merbau) di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo
Kabupaten Deli Serdang.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Departemen Kesehatan
Sebagai masukan bagi pengelola program promosi kesehatan dalam
meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk peningkatan PHBS di masa yang
akan datang.
1.4.2. Bagi Puskesmas Tanjung Rejo
Sebagai masukan untuk pelaksanaan dan pengembangan strategi
pemberdayaan masyarakat dalam program promosi kesehatan sebagai upaya
meningkatkan PHBS masyarakat desa pantai di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Rejo Kabupaten Deli Serdang.
1.4.3. Bagi Mahasiswa
Sebagai referensi ilmiah dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan
pengembangan strategi pemberdayaan masyarakat melalui program promosi
kesehatan dalam peningkatan PHBS masyarakat desa pantai.
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Program PHBS
Upaya untuk pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan program PHBS
sangat ditentukan peran dari tenaga kesehatan, karena peran tenaga kesehatan sangat
pending dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat
Program promosi PHBS atau promosi higiene merupakan pendekatan terencana
untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan perilaku
oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan
dilakukan masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi
tersebut (Curtis V dkk, 1997; UNICEF dan WHO).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan
kelompok yang mempunyai kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan
masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan mampu melaksanakan
komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang
sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat
diharapkan mampu mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat
melakukan perubahan perilaku masyarakat untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga
kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk dikembangkan dan
pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja. Dalam
7
8
mewujudkan PHBS secara terencana, tepat berdasarkan situasi daerah maka
diperlukan pemahaman dan tahapan sebagai berikut :
a. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program
promosi hygiene PHBS, yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah
penyakit diare melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara
meluas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan
masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat
dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan
pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik
yang dirancang untuk dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
b. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan
dilakukan identifikasi perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga
dapat ditentukan cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene sehingga
diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang terkontaminasi.
c. Memotivasi perubahan perilaku masyarakat, langkah-langkah untuk memotivikasi
orang untuk mengadopsi perilaku hygiene termasuk (1) memilih beberapa
perubahan perilaku yang diharapkan dapat diterapkan, (2) mencari tahu apa yang
dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi
terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku, (3) membuat pesan yang tepat
sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku, (4) menciptakan sebuah
pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran,
(5) merancang paket komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan
9
perubahan perilaku dan menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan
semua informasi yang telah dikumpulkan.
Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih
komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi
dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang
berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan
fisik seperti sanitasi dan higiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air
bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan
pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna.
Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat
yang berhubungan dengan PHBS.
Perubahan terhadap lingkungan memerlukan intervensi dari tenaga kesehatan
terutama tenaga kesehatan masyarakat yang mempunyai kompetensi sehingga
terciptanya lingkungan yang kondusif.
Metode yang dapat digunakan dalam memberdayakan masyarakat dalam
program PHBS dapat dilakukan dengan mengacu kepada skema berikut :
10
Kualifikasi Peserta: Mewakili semua kelompok masyarakat pendidikan, jenis kelamin, umur, pekerjaan sampingan, dan beberapa tokoh masyarakat yang dianggap mewakili
Persiapan : 1. Pemberitahuan kegiatan
kepada pemerintah setempat
2. Menentukan tempat pertemuan
Observasi lapangan : 1. Wawancara dengan petani
yang ditemui di lapangan 2. Catat semua data dan informasi
yang diperoleh Waktu dan tempat: Waktu senggang bagi masyarakat, tempat mudah dijangkau, konsentrasi tinggal masyarakat Pembukaan Pertemuan:
1. Pemandu menjelaskan maksud dan tujuan pertemuan
2. Pemandu memilih petandu yang akan memimpin diskusi secara demokratis
Pelaksanaan Pertemuan : 1. Inventarisasi masalah yang dihadapi masyarakat 2. Bahas usaha pemecahan masalah yang ditekankan
pada penggalian potensi masyarakat untuk memecahkannya Susun skala 3. prioritas pemecahan masalah
Petandu yang baik : Rendah hati, meng-hargai peserta diskusi, terbuka, kreatif, tidak menggurui,akrab, santai,dan tidak me-mihak
Penutupan Pertemuan: 1. Ditutup oleh pemandu dengan ucapan
terima kasih 2. Mencoba menelusurkan temuan tetapi
tidak menjanjikan bantuan
Skala Prioritas: Semua masalah yang dihadapi masyarakat segera diatasi terutama yang sesuai dengan potensi masyarakat
Penyelesaian : 1. Mengklasifikasi kebutuhan ke dalam bentuk fisik maupun kebutuhan pelatihan 2. Mengkoordinasi tindak lanjut dari hasil pertemuan
Sumber: Curtis V dkk, 1997
Gambar 2.1. Metode Pemberdayaan Masyarakat
11
2.2. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,
agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice) (Notoatmodjo, 2003).
Sasaran utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak
pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya
diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang
bersangkutan belum mengetahu dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan
masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih
lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya
harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan
(Depkes RI, 2006).
Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan,
boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang
bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan
adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat
(community organization) atau pembangunan masyarakat (community development).
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan kemitraan. Pada saat ini
banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di
12
bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang
kerjasamanya, baik diantara mereka maupun anatara mereka dengan pemerintah, agar
upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdayaguna dan berhasilguna.
Perlu diketahui bahwa dalam promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat
merupakan ujung tombak, yang untuk keberhasilannya harus didukung oleh upaya
bina suasana (opini publik) dan advokasi. Namun demikian, selama ini dirasakan
bahwa upaya pemberdayaan masyarakat kurang mendapat perhatian dengan
minimnya dana pelaksanaan.Kegiatan-kegiatan komponen pemberdayaan masyarakat
meliputi serangkaian kegiatan yang diawali dengan membangun kesadaran kritis
masyarakat, pengorganisasian masyarakat hingga perencanaan partisipatif untuk
penyusunan rencana tindak pengelolaan sampah berbasis komunitas dari, oleh dan
untuk masyarakat.
2.2.1. Pengorganisasian Masyarakat
Kegiatan pengorganisasian masyarakat diawali dengan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pembangunan kesadaran kritis masyarakat, melalui
serangkaian kegiatan diskusi kelompok terarah atau Focussed Group Discussion
(FGD) dan pemetaan swadaya atau Survai Kampung Sendiri (SKS), sebagai upaya
mendorong masyarakat membahas bersama persoalan riil di bidang air bersih dan
sanitasi yang dihadapi dan bagaimana menyelesaikannya, serta apa yang dibutuhkan
untuk menanggulangi masalah air bersih dan sanitasi secara efektif dalam bentuk
13
antara lain; komitmen (individu dan kelompok), keahlian, sumberdaya, kelembagaan,
organisasi dan lain-lainnya.
Proses pengorganisasian masyarakat ini akan mengarah pada terbentuknya
kader masyarakat yang kemudian bersama fasilitator mendorong peran aktif
masyarakat, dalam proses pengukuhan lembaga komunitas sebagai representasi
masyarakat yang akan berperan sebagai motor penggerak masyarakat dalam
melakukan pengelolaan sampah berbasis komunitas di wilayahnya.
2.2.2. Pemasaran Sosial Air Bersih dan Sanitasi
Masalah air bersih dan sanitasi merupakan masalah yang melibatkan beberapa
faktor antara lain: masyarakat sebagai pelaku penghasil sampah, teknologi dan
managemen pengelolaan sanitasi yang masing-masing saling pengaruh
mempengaruhi. Oleh karena warga masyarakat merupakan faktor yang sangat
menentukan baik sebagai penghasil, pengguna teknologi dan pelaksana manajemen
pengelolaan sampah, maka keterlibatan warga masyarakat dalam pengelolaan sampah
merupakan titik sentral dalam pekerjan pemberdayaan ini.
Metode menumbuhkan Kesadaran dan Partisipasi masayarkat dirumuskan
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Menyampaikan pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan, sanitasi,
teknologi Sanitasi
b. Menumbuhkan keinginan untuk mengatasi masalah sanitasi
c. Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan fasilitas sanitasi
14
d. Pengenalan penggunaan teknologi sanitasi
e. Menyediakan fasilitas sanitasi di tingkat rumah tangga maupun kelompok
(komunal)
f. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi sanitasi di tingkat RT/RW
secara mandiri
g. Perencanaan Partisipatif Rencana Tindak Komunitas Pengelolaan Sampah
Berbasis Komunitas
Perencanaan partisipatif pada dasarnya adalah sebuah proses untuk
mengidentifikasi tujuan dan menterjemahkan tujuan tersebut ke dalam kegiatan yang
nyata/konkret dan spesifik. Perencanaan partisipatif akan diawali dengan kegiatan
survai kampung sendiri, dimana kegiatan ini dimaksudkan untuk memetakan kondisi
fisik lingkungan dan sosial masyarakat. Untuk menciptakan rasa percaya masyarakat
terhadap hasil-hasil perencanaan, maka survai kampung sendiri dilakukan oleh
masyarakat dengan didampingi oleh fasilitator. Hasil dari pemetaan tersebut
selanjutnya akan menghasilkan data tentang kebutuhan masyarakat yang kemudian
diinventarisasikan untuk bidang persampahan dan sanitasi sesuai dengan tujuan dan
sasaran program.
Untuk menjamin bahwa perencanaan benar-benar dilakukan secara
partisipatif, Fasilitator dibantu oleh Kader Masyarakat memfasilitasi pelaksanaan
perencanaan di masyarakat dengan mempergunakan input data yang diperoleh dari
survai kampung sendiri. Hasil dari perencanaan partisipatif tersebut selanjutnya akan
dituangkan dalam Rencana Tindak. Hasil dari kegiatan penyusunan rencana tindak
15
komunitas tersebut adalah disepakatinya visi dan misi pengelolaan persampahan dan
sanitasi di wilayah Pilot Projec.
Pengertian masyarakat dalam pekerjaan ini adalah seluruh warga di lokasi
sasaran yang setelah melalui proses pemberdayaan dapat menyadari dan memahami
kondisi wilayahnya serta persoalan persampahan dan sanitasi yang perlu dihadapi dan
sepakat untuk menanggulangi permasalahan persampahan dan sanitasi tersebut secara
sistematik.
2.2.3. Pendamping Masyarakat Dalam Proses Pemberdayaan Masyarakat
Tim Fasilitator sebagai input proyek, secara intensif memfasilitasi Kader
Masyarakat; Lembaga Komunitas serta masyarakat secara umum. Tim fasilitator
merupakan bagian dari Tim Konsultan. Adapun tugas dari fasilitator adalah:
a. Melakukan sosialisasi yaitu menyebarkan informasi mengenai program
pemberdayaan masyarakat dalam masalah air bersih dan sanitasi.
b. Menyebar luaskan pengetahuan mengenai sanitasi lingkungan.
c. Mencatat semua data kemajuan proyek di lapangan.
d. Melakanakan kegiatan pelatihan untuk memperkuat dan mengembangkan
kapasitas kader masyarakat sebagai agen pemberdayaan masyarakat dalam
mengelola air bersih dan sanitasi yang sehat di wilayah lokasi pilot project.
e. Dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat, tim fasilitator bertugas
antara lain bersama masyarakat (kader masyarakat) memfasilitasi proses
diskusi kelompok terfokus, mengembangkan lembaga kemasyarakatan yang
16
berkaitan dengan pengelolaan sanitasi yang sehat; memperkenalkan berbagai
macam teknologi sederhana air bersih dan sanitasi terpadu,
f. Melaksanakan tugas advokasi, mediasi dan kemitraan strategis (networking)
antar semua pihak terkait yang bermanfaat bagi masyarakat.
g. Melaksanakan monitoring dan evaluasi
2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya memberikan
pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan
membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan Advokasi, Bina
Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment) sehinga dapat
menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat Depkes RI (2002).
Adapun sasaran dari program PHBS tersebut mencakup lima tatanan, yaitu:
tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana
kesehatan (Puspromkes Depkes RI, 2006).
Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI (2006), PHBS di rumah tangga
adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau mampu
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah tangga adalah sebagi
berikut:
17
1) Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif petugas kesehatan, petugas
lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat, LSM, tokoh masyarakat,
tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan PHBS di rumah
tangga.
2) Meningkatkan kemampuan keluarga untuk melaksanakan PHBS berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara
keluarga, yaitu: pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan
remaja, usia lanjut, dan pengasuh anak (Puspromkes Depkes RI, 2006).
Indikator adalah suatu petunjuk yang membatasi fokus perhatian suatu
penilaian. Adapun indikator PHBS tatanan rumah tangga (Puspromkes Depkes RI,
2006) adalah:
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada
persalinan balita termuda dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).
2) Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI
saja sejak lahir sampai usia 6 bulan.
3) Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah anggota-anggota rumah
tangga mempunyai pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat,
dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya;
4) Ketersediaan air bersih, adalah rumah tangga yang memilki akses terhadap air
bersih dan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air
18
dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan.
Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter
dari tempat penampungan kotoran atau limbah.
5) Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki atau
menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang
penampung kotoran sebagai pembuangan akhir.
6) Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni, adalah rumah tangga yang
mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan untuk keperluan
sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni (9m2 per orang);
7) Lantai rumah bukan tanah, adalah rumah tangga yang mempunyai rumah
dengan bawah atau dasar terbuat dari semen, papan ubin dan kayu.
8) Tidak merokok dalam rumah, adalah penduduk/anggota keluarga umur 10
tahun keatas tidak merokok dalam rumah selama ketika berada bersama
anggota keluarga selama 1 bulan terakhir.
9) Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah penduduk/anggota keluarga umur
10 tahun keatas dalam 1 minggu terakhir melakukan aktifitas fisik (sedang
maupun berat) minimal 30 menit setiap hari.
10) Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota keluarga umur 10 tahun
keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir.
Program PHBS ini merupakan program nasional, sehingga tidak membuat
perbedaan indikator penilaian untuk wilayah atau kawasan tertentu, seperti wilayah
19
pantai. Dengan demikian dalam pelaksanaan program PHBS di kawasan pantai juga
menggunakan 10 indikator PHBS yang telah ditetapkan tersebut.
Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga,
dibuat suatu klasifikasi tingkat pencapaian berdasarkan 10 indikator yang ada. Target
yang ingin dicapai dari program PHBS pada substansi dasarnya adalah klasifikasi IV,
sehingga penggolongan pada klasifikasi I, II, III dapat saja digabungkan menjadi satu
klasifikasi tersendiri tanpa mengurangi makna target yang dicapai. Namun dari aspek
pemantauan pelaksanaan program hasil pelaksanaan maka dilakukan stratifikasi
untuk melihat sejauh mana hasil yang telah dicapai. Penggabungan klasifikasi I, II,
dan III merupakan tingkat PHBS yang belum mencapai target dapat dijadikan satu
klasifikasi tersendiri selain tidak mengurangi makna target, juga dapat terjadi
keluarga yang berada di klasifiksi langsung mencapai klasifikasi IV tanpa melalui
tahapan klasifikasi I, II, dan III.
Pada Renstra Depkes 2005-2009, PHBS merupakan salah satu program
prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2006).
Indonesia saat ini menghadapi permasalahan masih tingginya angka penyakit
infeksi juga peningkatan penyakit degeneratif. Buruknya kondisi lingkungan serta
belum baiknya perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat diduga menjadi
penyebab permasalahan tersebut. Implementasi program PHBS yang telah
dicanangkan pemerintah, masih menemui banyak kendala di berbagai daerah
(Timisela, 2005)
20
Berdasarkan hasil Susenas (Survey Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001
menyatakan bahwa 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam
rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, hal ini biasa dilakukan pada
pagi hari disaat sarapan bersama anak-anak dan sore sampai malam hari ketika
sedang berkumpul dengan anggota keluarganya
Berdasarkan survei environmental service program (ESP) tentang perilaku
masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan yang dilakukan Depkes dan instansi
lainnya pada tahun 2006 - walau penetrasi sabun telah masuk ke hampir seluruh
rumah tangga di Indonesia, rata-rata hanya 3% saja yang menggunakan sabun untuk
cuci tangan, hanya 12% yang mencuci tangan pascabuang air besar, hanya 9% yang
melakukan CTPS setelah membantu buang air besar bayi, hanya 14% CTPS
dilakukan sebelum makan, 7% sebelum memberi makan bayi dan 6% sebelum
menyiapkan makanan.
Menurut Gochman dalam Notoatmodjo (2003), perilaku sehat (health
behaviour) dapat dilihat sebagai atribut-atribut personal seperti kepercayaan-
kepercayaan, harapan-harapan, motif-motif, nilai-nilai, persepsi dan unsur-unsur
kognitif lainnya, sebagai karakteristik individu meliputi unsur-unsur dan keadaan
afeksi dan emosi dan sebagai pola-pola perilaku yang tampak yakni tindakan-
tindakan dan kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan mempertahankann,
memelihara dan untuk meningkatkan kesehatan.
Green (1980) menjelaskan secara umum bahwa kualitas hidup dipengaruhi
oleh kesehatan, sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan gaya hidup serta
21
lingkungan. Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposing
factors, reinforcing factors, dan enabling factors. Ketiga faktor tersebut dipengaruhi
oleh pendidikan kesehatan dan kebijaksanaan, peraturan dan organisasi. Semua
faktor-faktor tersebut merupakan ruang lingkup dalam pelaksanaan suatu promosi
kesehatan.
2.4. Puskesmas
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada
suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar,
1996). Berdasarkan Kepmenkes No. 128 (2004), Puskesmas merupakan unit
pelaksana tehnis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.
Puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan masyarakat dalam
mengembangkan dan menjalankan pelaksanaan memerlukan dukungan berbagai
pihak terutama pengambil keputusan yang terkait dalam program ini seperti DPRD,
Bupati, Lembaga Swadaya Masyarakat, PKK, BKKBN, dan instansi lainnya.
2.5. Promosi Kesehatan
Committee on Health Education and Promotion Terminology yang dikutip
oleh Mc.Kenzie (2007) mendefinisikan promosi kesehatan sebagai kombinasi
22
terencana apapun dari mekanisme pendidikan, politik, lingkungan, peraturan, maupun
mekanisme organisasi yang mendukung tindakan dan kondisi kehidupan yang
kondusif untuk kesehatan individu, kelompok dan masyarakat. Pada Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah
upayauntuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai sosial budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Dalam melakukan promosi kesehatan tidak terlepas dari perilaku. Perilaku
tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma,
melainkan juga sistem ekonomi. Sistem nilai dan norma merupakan rambu-rambu
bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sistem nilai dan
norma ”dibuat” oleh masyarakat untuk dianut oleh individu-individu anggota
masyarakat tersebut. Namun demikian sistem nilai dan norma, sebagai sistem sosial,
adalah sesuatu yang dinamis. Artinya, sistem nilai dan norma suatu masyarakat akan
berubah mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dari masyarakat yang
bersangkutan (Depkes RI, 2006).
Hasil Konferensi Internasional ke-4 tentang Promosi kesehatan, yang dikutip
oleh Liliweri (2007), menyatakan bahwa prioritas promosi kesehatah dalam abad
21 adalah: (1). Mempromosikan tanggung jawab sosial bagi kesehatan;
(2). Meningkatkan modal untuk pengembangan kesehatan; (3). Konsolidasi dan
perluasan kemitraan untuk kesehatan; (4). Meningkatkan kapasitas komonitas
23
memperkuat individu dan; (5). Melindungi keamanan infrastruktur promosi
kesehatan.
Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat
paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan,
yaitu (1) gerakan pemberdayaan, (2) bina suasana, (3) advokasi, yang diperkuat oleh
kemitraan serta metode sarana komunikasi yang tepat (Depkes RI, 2006).
Mengacu kepada konteks penelitian ini tentang pemberdayaan masyarakat
dalam peningkatan PHBS masyarakat, maka uraian tentang strategi promosi
kesehatan difokuskan kepada pemberdayaan masyarakat.
2.6. Masyarakat Pantai
Sensus penduduk tahun 2000 menujukkan jumlah penduduk Indonesia sekitar
210 juta jiwa. Pada saat ini setidaknya terdapat 2 juta rumah tangga yang
menggantungkan hidupnya pada sector perikanan. Dengan asumsi tiap rumah tangga
nelayan memiliki 6 jiwa maka sekurang-kurangnya terdapat 12 juta jiwa yang
menggantungkan hidupnya sehari-hari pada sumber daya laut termasuk pesisir
tentunya (Pangemanan, dkk, 2000).
Mereka pada umumnya mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir
termasuk danau dan sepanjang aliran sungai. Penduduk tersebut tidak seluruhnya
menggantungkan hidupnya dari kegiatan menangkap ikan akan tetapi masih ada
bidang bidang lain seperti usaha pariwisata bahari, pengangkutan antar pulau danau
24
dan penyeberangan, pedagang perantara/ eceran hasil tangkapan nelayan,penjaga
keamanan laut, penambangan lepas pantai dan usaha-usaha lainnya yang
berhubungan dengan laut dan pesisir (Pangemanan, dkk, 2000).
Rumah tangga nelayan pada umumnya memiliki persoalan yang lebih
komplek dibandingkan dengan rumah tangga pertanian. Rumah tangga nelayan
memiliki ciri-ciri khusus seperti pengunaan wilayah pesisir dan lautan (common
property) sebagai factor produksi, jam kerja yang harus mengikuti siklus bulan yaitu
dalam 30 hari satu bulan yang dapat dimanfaatkan untuk melaut hanya 20 hari
sisanya mereka relatif menganggur. Selain daripada itu pekerjaan menangkap ikan
adalah merupakan pekerjaan yang penuh resiko dan umumnya karena itu hanya dapat
dikerjakan oleh lelaki, hal ini mengandung arti keluarga yang lain tidak dapat
mebantu secara penuh (Elfindri, 2002).
Dengan persoalan yang demikian tentunya kita harus memahami bahwa
rumah tanga nelayan memerlukan perhatian yang multi dimensi. Tantangan yang
terbesar adalah bagaimana membangun sector ini agar dapat mengangkat harkat dan
martabat kehidupan masyarakat nelayan maupun masyarakat lainnya yang terkait
dengan sumber daya kelautan dan pesisir (Elfindri, 2002).
Masalah pembangunan nelayan adalah masalah manajemen pengembangan
masyarakat pesisir yang meliputi tiga masalah yaiyu : masalah sosial ekonomi rumah
tangga nelayan, masalah kenapa mereka miskin dan selanjutnya bentuk intervensi
yang bagimana diperlukan. Selanjutnya jika didasarkan pada dimensi waktu, maka
kebijakan pembangunan rumah tangga nelayan dibagi menjadi tiga dimensi waktu
25
yaitu; kebijakan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek (Bappenas,
2004).
2.7. Landasan Teori
Sesuai dengan Visi PHBS 2010 dalam Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan 2004 bahwa pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah
pendekatan melalui individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat
melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat.
2.8. Kerangka Pikir
Berdasarkan kerangka pikir diatas maka diperlukan suatu penelitian kualitatif
yang mampu menggali bagaimana strategi yang tepat dalam pemberdayaan
kelompok-kelompok yang ada di masyarakat pantai sehingga masyarakat mau dan
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
BAB 3
STRATEGI PEMBERDAYAAN KELOMPOK PADA
MASYARAKAT PANTAI
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
SEHAT INDIVIDU
26
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif pada masyarakat
yang mempunyai perilaku PHBS yang rendah. Alasan pemilihan jenis kualitatif
disebabkan peneliti ingin menguraikan masalah yang sedang terjadi dan upaya yang
dilakukan untuk penanggulangan masalah rendahnya PHBS.
3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Paluh Merbau Desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Alasan peneliti memilih lokasi
penelitian ini adalah merupakan daerah pantai yang memiliki persentase terendah
dalan ber-PHBS di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Rejo yakni 20 %. Penelitian
akan dilaksanakan selama 6 (enam) bulan terhitung bulan Desember 2008 sampai
dengan Mei 2009.
3.3. Pemilihan Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini adalah masyarakat di dusun XI, XII, dan XIII
Desa Tanjung Rejo (Paluh Merbau) Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang, dengan jumlah 846 KK, serta petugas kesehatan Puskesmas Tanjung Rejo.
Mengingat penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, maka
informan penelitian dibatasi pada masyarakat di dusun XI, XII, dan XIII Desa
26
27
Tanjung Rejo dengan menentukan jumlah wakil masyarakat sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingan pada saat penelitian.
Dalam penentuan informan dilakukan melalui key informan, kemudian setelah
mendapat informan peneliti mendatangi informan satu-persatu (door to door). Hasil
observasi di dapat bahwa kondisi wilayah dan karakteristik masyarakat homogen.
Informan yang di wawancarai berjumlah 6 (enam) orang, 5 orang ibu rumah tangga
dan 1 orang laki-laki dan merupakan tokoh masyarakat di daerah Paluh Merbau.
Peneliti memilih 6 orang informan karena pada saat wawancara dilakukan, hasil
penelitian (wawancara) yang didapat bersifat homogen dari ke enam informan.
Peneliti menyimpulkan, dengan karakteristik masyarakat yang homogen akan didapat
hasil wawancara yang homogen pula sehingga hasil wawancara dari ke enam
informan sudah mewakili masyarakat Paluh Merbau.
Pada saat peneliti melakukan penelitian (wawancara mendalam), peneliti
mendapat beberapa kesulitan diantaranya jarak ke daerah Paluh Merbau memerlukan
waktu yang cukup lama, kondisi jalan yang rusak dan adanya jembatan yang sulit
dilalui kendaraan beroda empat. Disamping itu peneliti melihat informan pada
awalnya menolak untuk diwawancarai karena ada rasa takut, namun akhirnya dapat
diwawancarai bahkan memberi respon yang sangat baik. Peneliti tidak mendapat
kesulitaan saat wawancara berlangsung, bahkan informan kelihatan begitu santai dan
tenang untuk menjawab semua pernyataan. Informan juga dengan senang hati untuk
menunggu informan selesai membersihkan rumah atau melakukan pekerjaan yang
lainnya.
28
3.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara mendalam (indeph
interview) di lokasi, pemilihan informan berdasarkan key informan, melakukan
wawancara mendalam (indeph interview) tentang topik penelitian berdasarkan
pedoman wawancara yang telah disusun peneliti. Alat yang digunakan pada saat
wawancara adalah tape recorder. Untuk data sekunder diperoleh data dari
Puskesmas Tanjung Rejo dan data dari Kecamatan Tanjung Rejo Kabupaten Deli
Serdang.
3.5. Metode Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program EZ-TEXT, dimana
terlebih dahulu peneliti membuat transkrip wawancara yang diperoleh dari
mendenganrkan berulang-ulang hasil rekaman wawancara dan catatan lapangan (field
note).
Setelah itu peneliti mulai merancang template, diawali dengan membentuk
database baru (pengisian nama penelitian, pertanyaan terbuka, informasi informan
dan coding jika diperlukan). Langkah selanjutnya adalah memasukkan data (entering
data) sampai seluruh data selesai dimasukkan. Selanjutnya peneliti meminta EZ-
TEXT untuk membuat laporan menurut informan maupun pertanyaan-pertanyaan.
Untuk mempermudah analisis data, peneliti mencetak seluruh laporan yang
dibutuhkan. Analisis data dilakukan berdasarkan variabel penelitian, lalu dianalisa
dan dikaji dengan membandingkan hasil wawancara sebelumnya.
29
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Letak Geografis
Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo terletak di Kecamatan Percut Sei Tuan
dengan luas wilayah 134,13 Km², dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan : berbatasan dengan kota Medan
Sebelah timur : berbatasan dengan Kecamatan Batang Kuis
Sebelah Barat : berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli
Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo terdiri dari 9 desa. Secara terperinci
keterangan desa dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Kondisi Geografis Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Tahun 2008
No Desa Luas/Km
1 Saentis 24 2 Tj. Rejo 19 3 Sampali 23.93 4 Medan Estate 6.9 5 Tj. Selamat 16.33 6 Cinta damai 11.76 7 Percut 10.63 8 Cinta Rakyat 1.5 9 P.Lalang 20.1
Jumlah 134.13 Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang, 2008
29
30
4.2. Kondisi Demografi
4.2.1. Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Tanjung rejo pada tahun 2008 adalah
98.936 jiwa dan terdiri dari 20.175 kepala keluarga (KK).
Kepadatan penduduk rata-rata 733,59 jiwa/km², terdapat di daerah Desa Cinta
Rakyat dengan kepadatan penduduk mencapai 7.843,92 jiwa/km² dan daerah paling
kecil kepadatan penduduknya di wilayak Puskesmas Tanjung Rejo adalah desa
Padang Lalang dengan kepadatan 131,54 jiwa/km². Sebaran jumlah penduduk
terbesar terletak di Desa Sampali dengan jumlah penduduk mencapai 23.376 jiwa dan
Desa Saentis dengan jumlah penduduk mencapai 16.590 jiwa, sedangkan jumlah
penduduk terkecil terdapat di daerah Desa P. Lalang yaitu 2.644 jiwa.
Pada Tabel 4.2. dapat dilihat karakteristik kelompok umur terbesar adalah
pada kelompok umur 5-9 tahun dengan jumlah 10.656 jiwa, selanjutnya diikuti
dengan kelompok umur 1-4 tahun dengan jumlah 9.188 jiwa dan terakhir adalah
kelompok umur diatas 55-59 tahun yakni 3.009 jiwa. Kelompok umur diatas 65 tahun
sudah mulai meningkat jumlahnya, yang berarti pelayanan kesehatan khusus manula
sudah harus mendapat perhatian yang lebih serius.
Jumlah Penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur wilayah
Puskesmas Tanjung Rejo dapat dilihat pada tabel berikut ini :
31
Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Wilayah
Puskesmas Tanjung Rejo
JUMLAH PENDUDUK NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1 2 3 4 5 1 <1 2,450 2,042 4,492 2 1-4 4,998 4,190 9,188 3 5-9 5,321 5,335 10,656 4 10-14 3,688 3,878 7,566 5 15-19 3,160 3,897 7,057 6 20-24 3,810 3,960 7,770 7 25-29 3,516 3,140 6,656 8 30-34 2,551 3,097 5,648 9 35-39 2,561 3,896 6,457
10 40-44 2,542 2,671 5,213 11 45-49 2,673 2,057 4,730 12 50-54 2,445 1,998 4,443 13 55-59 1,134 1,875 3,009 14 60-64 1,188 1,977 3,165 15 65-69 2,262 1,898 4,160 16 70-74 2,140 1,990 4,130 17 75+ 2,013 2,043 4,056
JUMLAH 48,452 49,944 98,396 Sumber : BPS Kabupaten Deli Serdang, 2008
4.2.2. Sosial Ekonomi
Untuk tingkat pendidikan di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo sampai tahun
2008, pendidikan tamat SD merupakan jumlah terbesar dalam kualifikasi pendidikan
pada penduduk yang mencapai 14.567 jiwa. Sementara untuk jumlah terkecil
kualifikasi pendidikan pada kelompok penduduk di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo
adalah tamatan SLTA/MA yakni 3.331 jiwa. Secara rinci dapat dilihat tabel dibawah
ini :
32
Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Ke Atas Dirinci Menurut Tingkat
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo No Desa Tidak/
belum Pernah sekolah
Tidak/ belum tamat
SD
SD/MI SLTP/MTs
SLTA/MA
AK/ DIPLO
MA
UNIVERSITAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Sampali - - 2.437 551 1.281 - - 2 M. Estate - - 1.913 580 1.074 - - 3 Saentis - - 2.030 1.114 - - - 4 C. Rakyat - - 1.587 369 558 - - 5 Tj. Rejo - - 1.140 - - - - 6 Tj. Selamat - - 589 - - - - 7 C. Damai - - 788 59 - - - 8 Percut - - 2.385 1.883 418 - - 9 P.Lalang - - 1.698 - - - -
JUMLAH - - 14.567 4.556 3.331 - - Sumber : Dinas P&P Kecamatan Percut Sei Tuan, 2008
Sementara untuk jumlah keluarga miskin adalah sebesar 34.817 jiwa dengan
sebaran terbesar ada di Desa Percut dengan jumlah 9.232 jiwa dan terkecil di desa P.
Lalang dengan jumlah 1.586 jiwa. Jumlah KK Miskin per Desa secara rinci dapat
dilihat pada tabel 4.4. berikut ini :
33
Tabel 4.4. Persentase keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan Wilayah
Puskesmas Tanjung Rejo Tahun 2008
Masyarakat Miskin Dicakup
ASKESKIN
Mendapat YANKES
No
Desa
Jumlah
yang ada
Jumlah
%
Rawat Jalan
%
Rawat inap
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tj. Rejo 7,800 7,800 100 7,200 92,31 9,231 118,35 2 Sampali 1,720 1,720 100 1,070 62,21 6,220 361,63 3 Tj. Selamat 3,220 3,220 100 2,420 75,16 7,516 233,42 4 Saentis 3,618 3,618 100 3,018 83,42 8,342 230,57 5 C. Rakyat 3,166 3,166 100 2,566 81,05 8,105 224,02 6 C. Damai 1,990 1,990 100 1,190 59,80 5,978 188,82 7 Percut 9,232 9,232 100 9,000 97,49 9,749 489,90 8 P.Lalang 1,586 1,586 100 1,086 68,47 6,845 343,97 9 M. Estate 2,485 2,485 100 2,000 80,48 8,049 87,19
JUMLAH 34,817 34,817 29,550 84,87 70,035 201,15 Sumber : Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2008
4.3. Gambaran Informan
Dari pengumpulan data primer yang diperoleh peneliti, diperoleh karakteristik
informan sebagai berikut :
Tabel 4.5. Karakteristik Informan
No Nama Usia (thn)
Sex Alamat Pekerjaan Pend. Terakhir
Suku Jlh anak
Anggota kelompok
1. Informan 1 42 Pr Dusun XI IRT/PKK SD Jawa 4 org Ya
2. Informan 2 35 Pr Dusun XI IRT/PKK SMP Jawa 3 org Ya
3. Informan 3 55 Lk Dusun XII Petani/Tokoh Masy. SMP Jawa 6 org Ya
4. Informan 4 38 Pr Dusun XII IRT SMP Jawa 3 org Tidak
5. Informan 5 40 Pr Dusun XIII IRT/Kader SMP Jawa 3 org Ya
6. Informan 6 56 Pr Dusun XIII Petani SD Jawa 5 org Ya
34
Pada tabel 4.5. menunjukkan umur informan berkisar antara 35-56 tahun,
dengan lokasi tempat tinggal berada di Dusun XI dua orang, Dusun XII dua orang,
Dusun XIII dua orang. Dari enam informan, hanya satu yang berjenis kelamin laki-
laki. Pekerjaan informan sebahagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga dan
hanya dua orang yang bekerja sebagai petani, satu orang merupakan tokoh
masyarakat di Paluh Merbau. Dua informan adalah anggota PKK, dan satu informan
bertindak sebagai kader posyandu. Pendidikan terakhir SMP ada empat orang, SD
dua orang. Suku dari seluruh informan adalah suku jawa. Jumlah anak yang dimiliki
informan berbeda-beda yaitu, tiga informan memiliki tiga orang anak, satu informan
memiliki empat orang anak, satu informan memiliki lima orang anak dan satu
informan lain memiliki enam orang anak. Lima informan merupakan anggota
kelompok yang ada di masyarakat, hanya satu informan yang tidak anggota kelompok
(dikarenakan kelompok belum bergulir).
4.4. Profil Informan
Profil informan 1
Seorang perempuan berusia 42 tahun, berkulit sawo matang, berparas
manis, memiliki postur tubuh yang tinggi besar, diperkirakan berat badan
informan sekitar 75 kg, tinggi badan 160 cm, mudah tersenyum dan ramah
dan aktif sebagai anggota PKK.
Perkenalan peneliti dengan informan diawali saat peneliti melakukan
observasi lapangan. Sejak itu hubungan peneliti dengan informan terbina
35
melalui komunikasi. Peneliti memberitahu kepada informan bahwa peneliti
akan datang untuk melakukan wawancara dan informan sangat senang
mendengarnya dan memberikan respon yang sangat baik.
Rumah informan berada di dusun XI, masih terbuat dari papan. Tidak
sulit untuk mencapai rumah informan karena informan cukup terkenal di
dusun XI ini. Sesampai dirumah informan, peneliti disambut hangat dan akrab
oleh keluarga (suami dan 4 orang anak mereka). Siang itu informan memakai
baju pink dan celana pendek berwarna coklat muda. Informan sedang
mempersiapkan makan siang bagi keluarga. Peneliti pun dipersilahkan masuk
oleh informan. Setelah berbasa-basi sejenak sebagai kata pembuka sembari
peneliti melepas lelah sejenak, maka wawancarapun dimulai.
Informan menceritakan bahwa keluarga mereka sudah 20 tahun tinggal
di dusun XI. Dilihat dari kondisi rumah mereka yang terbuat dari papan,
rumah mereka sangat sederhana, ventilasi rumah masih belum memadai.
Informan dan keluarga menggunakan air yang bersumber dari sumur bor. Air
itu digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti memasak dan menyuci,
namun sebelum digunakan air tesebut disaring tersebih dahulu dengan
menggunakan batu-batuan dan pasir. Kondisi rumah bersih, lantai rumah
sudah tidak tanah. Kakus keluarga berada diluar rumah dan sudah
menggunakan kakus model leher angsa. Atap rumah terbuat dari seng.
Kondisi diluar rumah kurang bersih karena masih terdapat sampah yang
bertebaran.
36
Informan menceritakan bahwa suaminya bekerja sebagai petani dan
memiliki empat orang anak yang masih bersekolah. Pada saat bercerita,
peneliti melihat suami informan merokok di dalam rumah. Sejak awal
wawancara sampai selesai, informan sangat enak diajak bicara.
Selanjutnya diakhir wawancara peneliti memohon kesediaan informan
untuk menunjukkan/memilih informan berikutnya. Informan sangat antusias
dan memberikan nama informan ke dua serta menunjukkan rumah informan
kedua tersebut, akhirnya peneliti dan informan bersama-sama menuju rumah
informan kedua.
Profil Informan 2
Seorang ibu rumah tangga yang masih muda berusia 35 tahun, berkulit
putih, tinggi, kurus,dan pada saat bertemu informan sedang memakai
kerudung. Informan juga aktif menjadi anggota PKK.
Rumah informan juga berada di dusun XI dan tidak jauh dari rumah
informan 1, bentuk rumah yang telah dibangun dengan beton namun masih
sederhana terdiri dari ruang tamu, dua buah kamar tidur, kamar mandi dan
dapur yang sempit. Sumber air berasal dari sumur bor yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari.
Pada saat peneliti datang hanya informan yang berada dirumah,
sementara suami bekerja dan anak-anak mereka sedang sekolah. Peneliti
memasuki ruangan tamu dan duduk di kursi tamu yang sederhana. Topik
37
pembicaraan diawali dari memberitahukan tujuan peneliti datang. Pada
awalnya informan terlihat malu-malu namun selanjutnya menjadi santai.
Kemudian setelah berbasa-basi 15 menit, maka peneliti meminta izin kepada
informan untuk memulai wawancara. Pada saat wawancara berlangsung
sekitar 10 menit, anak-anak informan pulang dari sekolah. Informan meminta
waktu sejenak untuk mempersiapkan makanan bagi anak-anaknya. Setelah itu
wawancara kemudian dilanjutkan kembali. Informan dengan santai dan lancar
untuk menjawab semua pertanyaan bahkan banyak bercerita.
Setelah wawancara berakhir, peneliti mengucapkan terima kasih dan
mengatakan jika ada informasi yang kurang, peneliti meminta izin kesediaan
informan untuk dapat dihubungi kembali dan informan dengan ramah dan
senang hati mengatakan bersedia. Penelitipun pamit, karena waktu sudah
menunjukkan pukul 17.30 Wib.
Profil Informan 3
Seorang laki-laki berusia 55 tahun memiliki enam orang anak, berkulit
hitam dan berbadan kurus dan memakai kacamata, ramah dan informan
merupakan salah satu tokoh masyarakat di Paluh Merbau dan tinggal di dusun
XII.
Pada saat peneliti berkunjung, informan sedang berada dirumah dan
baru selesai mengadakan pertemuan di balai desa. Setelah mengutarakan
maksud dan tujuan peneliti, informan langsung menyetujui dan wawancara
38
dimulai. Informan mengawalinya dengan menceritakan kondisi rumah mereka
yang sangat sederhana dan kecil. Rumah informan beratapkan seng dan belum
memenuhi standar rumah sehat. Saat ini informan tinggal bersama istri dan
enam orang anak. Pekerjaan informan sehari-hari adalah petani sedangkan
istri informan hanya sebagai ibu rumah tangga.
Informan meceritakan saat ini mereka sedang sibuk dan serius
membentuk kelompok-kelompok tadi di daerah mereka, dan selaku tokoh
masyarakat informan sangat mendukung terbentuknya kelompok tani tersebut.
Penelitipun dengan serius mendengarnya, wawancara berjalan lancar, santai
namun serius hingga wawancara berakhir. Penelitipun mengucapkan terima
kasih, dan mohon pamit, karena peneliti masih harus meneruskan wawancara
berikutnya ke informan lain.
Profil Informan 4
Masih bertempat tinggal di dusun XII, informan adalah ibu rumah
tangga yang masih muda berumur 38 tahun, berkulit hitam namun berparas
manis dan memiliki postur tubuh sedang, berat badan sekitar 55 kg dengan
tinggi 158 cm. Peneliti disambut oleh informan sendiri, disaat itu informan
sedang menyapu rumah. Informan memiliki tiga orang anak yang masih kecil-
kecil, dua orang perempuan dan satu orang laki-laki yang pada saat itu anak-
anak dan suami informan sedang tidak berada di rumah.
39
Seperti biasa peneliti mengutarakan terlebih dahulu maksud dan tujuan
berkunjung, setelah mendapat persetujuan informan, wawancara pun di mulai.
Setelah wawancara berlangsung 30 menit, suami informan pulang ke
rumah. Setelah peneliti merasa cukup memperoleh data, peneliti
menghentikan wawancara, namun sebelumnya mengucapkan terima kasih.
Profil Informan 5
Seorang ibu rumah tangga dari 3 orang anak, berusia 40 tahun, aktif
menjadi kader posyandu, berperawakan kecil, berat badan sekitar 50 Kg,
tinggi 155 cm dan berkulit putih. Informan merupakan penduduk dusun XIII.
Saat peneliti berkunjung ke rumah informan, peneliti di sambut oleh
informan yang saat itu memakai kerudung. Peneliti mengutarakan maksud
dan tujuan kedatangan. Peneliti dipersilahkan masuk ke dalam rumah, dan
saat itu peneliti melihat kondisi rumah yang sederhana namun rapi dan bersih.
Sebelum wawancara dimulai, informan meminta izin sejenak untuk
menganggat telepon. Setelah itu wawancarapun dimulai.
Wawancara berlangsung lancar, sesekali diselingi canda tawa, suasana
wawancara santai. Informan juga sempat bercerita (curhat) tentang kondisi
keluarga mereka yang saat ini mengalami banyak masalah. Saat itu peneliti
merasa heran, karena informan sudah merasa sangat dekat dengan peneliti.
Setelah wawancara selesai, peneliti ditawari makanan ringan dan penelitipun
mencicipinya. Setelah itu peneliti mengucapkan terima kasih atas waktu dan
40
makanan yang diberikan. Peneliti pamit dan saat hendak pulang, peneliti
bertemu dengan suami informan. Informan memperkenalkan peneliti dengan
suaminya dan informan menceritakan maksud kedatangan peneliti. Karena
waktu sudah sore, peneliti minta izin pulang.
Profil Informan 6
Seorang ibu setengah baya berusia 56 tahun, memiliki 5 orang anak,
masuk menjadi anggota kelompok tani, berperawakan gemuk, berat badan
diperkirakan 80 kg dengan tinggi 160 cm, berkulit sawo matang dan berambut
ikal hitam.
Pada saat peneliti datang ke rumah informan, rumah kelihatan sepi,
setelah beberapa menit akhirnya pintu dibuka juga. Peneliti disambut oleh
anak informan yang kelihatannya baru saja bangun tidur. Saat itu sekitar jam
10 pagi. Peneliti menanyakan keberadaan informan yang saat itu berada di
halaman belakang rumah. Peneliti dipersilahkan masuk dan duduk, sementara
anak informan memanggil ibunya. Tidak berapa lama informan pun datang
dengan kaki dan tangan yang kotor dengan tanah. Informan tersenyum
melihat peneliti dan meminta izin untuk membersihkan badan terlebih dahulu.
Tidak berapa lama, informan kemudian menghampiri peneliti dengan kondisi
yang sudah bersih dan wangi. Peneliti pun berjabat tangan dengan informan.
Semula informan sedikit heran karena belum pernah melihat peneliti
sebelumnya. Akhirnya peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan
41
peneliti dan informan pun menerimanya. Setelah berbasa-basi peneliti
meminta kesediaan informan untuk memulai wawancara dan wawancara pun
dimulai.
Informan menceritakan perihal keluarganya yang merupakan
penduduk asli Paluh Merbau. Suami informan juga bekerja sebagai petani.
Saat ini informan tinggal dengan suami dan anak-anaknya dirumah yang
sangat sederhana. Informan menceritakan bagaimana mereka melakukan
PHBS seperti mandi teratur, makan yang bersih, air yang dipakai bersumber
dari sumur bor. Informan juga mengatakan bahwa mereka minum susu, sayur
dan makan buah-buahan walaupun tidak sering dan tidak merokok.
Setelah wawancara selesai sekitar 30 menit, peneliti meminta izin
kepada informan untuk melihat sekitar rumah dan informan pun
mengizinkannya. Peneliti melihat rumah informan yang kecil, WC yang
belum memenuhi standar kesehatan, ventilasi rumah yang belum memadai
dan sumber air yang digunakan berasal dari sumur bor milik tetangga. Jadi air
yang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari sangat terbatas. Informan
menjelaskan juga lingkungan rumah mereka yang kurang bersih, karena
masyarakat yang sering membuang sampah sembarangan. Setelah melihat
kondisi rumah, peneliti mengucapkan terima kasih kepada informan dan
meminta izin pulang.
42
4.5. Hasil Penelitian (Indept Interview)
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 6 (enam) orang informan yang
merupakan masyarakat pantai di wilayah Puskesmas Tanjung Rejo, yaitu yang
dikenal dengan daerah Paluh Merbau di dapat hasil wawancara yang dapat
menggambarkan bagaimana kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
masyarakat tersebut.
4.5.1. Pengetahuan Informan Tentang PHBS
Pengetahuan informan tentang PHBS dalam penelitian ini dapat dilihat dari
apakah informan tahu tentang PHBS, bagaimana informan dapat menjelaskan tentang
perilaku hidup bersih dan sehat, yang didukung oleh sumber informasi yang diperoleh
informan serta sejak kapan informasi tersebut didapat informan. Secara rinci
pengetahuan informan ini dapat dirangkum dalam matriks 4.5.1 dan matriks 4.5.1.1
43
Matriks 4.5.1 Informasi Tentang PHBS
Informasi Tentang PHBS
Informan Pernah/
Tdk pernah mendengar ttg PHBS
Sumber Informasi Kpn mendapat informasi
1 Pernah, tentang...ya..keadaan rumah bersih ya kan?trus lingkungannya sehat, itu aja, orangnya sehat lah, makanan pun bergizi.itu kan?
Kumpulan PKK, tetangga
Sudah lama
2 Kalau belum pernah dengar sebenarnya gak mungkin, ya kan? tau lah sikit-sikit. Mungkin sudah diterapkan tapi istilahnya gak tau..
Kumpulan kelompok wanita (tani,simpan pinjam),dari balai desa, PKK
Sejak tahun 2008
3 Pernah, saya selaku warga masyarakat tentang PHBS yaitu untuk kebersihan lingkungan masyarakat.
Kader-kader Puskesmas
2 tahun yang lalu
4 Tentang bersih sehat pernah..Singkatannya aja kurang tau buk hmm...(informan tersenyum).
TV, kader, PKK 1 bulan
5 Ia, pernah buk.. Kader 4 – 5 tahun yang lalu
6 Pernah, tau lah.. Puskesmas Sudah sangat lama
Dari matriks diatas dapat dilihat bahwa dari 6 informan yang diwawancarai,
seluruh informan pernah mendengar tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat,
dimana dua informan tidak mengetahui istilah PHBS. Sumber informasi yang didapat
juga bervariasi seperti dari media televisi, kumpulan PKK, kader, puskesmas,
kumpulan kelompok wanita serta dari balai desa. Informasi PHBS yang diperoleh
dari petugas puskesmas didapat melalui penyuluhan yang dilakukan di puskesmas
sendiri maupun petugas puskesmas yang langsung datang ke rumah-rumah
masyarakat. Informasi PHBS yang didapat dari kumpulan PKK, kader maupun dari
44
kumpulan kelompok wanita sendiri berasal dari pertemuan-pertemuan yang telah
mereka sepakati sesuai jadwal untuk membicarakan masalah PHBS atau tentang
kegiatan kelompok mereka. Dari matriks diatas juga dapat dilihat bahwa hanya ada
satu informan yang baru mendapat informasi tentang PHBS yaitu sejak satu bulan
yang lalu, sedangkan 5 informan lain sudah cukup lama pernah mendengar dan
mendapat informasi tentang PHBS.
Pengetahuan informan dilihat bagaimana informan dapat menjelaskan PHBS
dapat dilihat dalam matriks 4.5.1.1 dibawah ini.
Matriks 4.5.1.1 Pengetahuan Informan Mengenai PHBS
INFORMAN PENJELASAN
1 Untuk diri sendiri, ya harus sehat, ya..mandi yang bersih, sikat gigi, makan cuci tangan yang bersih pake sabun. untuk keluarga, ya sama..mandi pagi jam 5 sembahyang subuh udah gitu ya sarapan pagi, udah sarapan pagi pigilah orang itu ke ladang, masing-masing lah. anak ada dua, satu sudah berumah tangga, kalau aku dirumah. untuk masyarakat, membersihkan lingkungan, gotong royong bersihkan parit, nimbun sampah, membakar sampah, tempat penampungan air harus dikuras. Jadi satu hari sekali langsung di kuras dan ada obatnya apa itu namanya...ya, abate.kami kan pake air PAM.
2 Untuk diri sendiri, otomatis pertama-tama kita harus menjaga kebersihan tubuh, makanan, minuman, tempat tinggal kita bagaimana supaya bersih sehat. untuk keluarga, ya mungkin sama saja kan jadi kita ajari anak=anak kita, suami kita untuk hidup bersih sama kayak diri sendiri. dan untuk masyarakat, ya..gotong royong lingkunganlah
3 Untuk diri sendiri terutama kita harus bersihkan diri dengan cara mandi yang bersih, pakaian bersih dan teratur. Saya sebagai kepala keluarga ya mudah-mudahan jangan bosan memberi saran/nasehat kepada keluarga terutama orang rumah, melihat harus bersih semua, bagaimana cara membersihkan rumah. Sebenarnya rumah belum memadai hanya sekedar. Kalau ada sampah di buang atau dibakar atau ditimbun. Penampungan air dibersihkan ataupun dibuang yang tergenang,
45
penyimpanan air harus ada tutupnya biat tidak ada jentik-jentik nyamuk. 4 Bersih-bersih rumah, bersih kamar mandi, makanan dijaga supaya bersih,
cuci tangan pake sabun sebelum makan. Buat keluarga, anak-anak seh kadang belum cuci tangan pake sabun sebelum makan. Rumah dibersihin, sampah dibakar aja semua. Kalo untuk masyarakat seh disuruh bersihinlah rumahnya itu.
5 Ya, membersihkan lingkungan rumah ya kan..mandi bersih. Dirumah dulu lah baru lingkungan sekitarnya bersih. Trus kan, jangan merokok di dalam rumah, karna kan kalau orang tuanya yang merokok, anak-anak kan yang lebih parah yang menghirup yang lebih rentan. Makan sayur dan buah wajib
6 Ya mandi, makan bersih lah. Airnya sudah bersih, air sumur bor. Minum susu, sayur dan makan buah-buahan sekali-sekali, makan nasi, nggak merokok lah. paling bapak aja yang merokok, rumah kan banyak jendela.
Dari penjelasan informan (dapat dilihat dalam matrix) dapat di tarik
kesimpulan bahwa pengetahuan seluruh informan tentang Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat masih sangat kurang. Hal ini dapat kita lihat bagaimana informan memandang
PHBS tersebut hanya dari segi hygiene/kebersihan saja. Seluruh informan
mengatakan PHBS hanya sekedar mandi yang bersih, sikat gigi, makan cuci tangan
yang bersih pakai sabun, menguras tempat penampungan air, menjaga kebersihan
makanan, minuman, tempat tinggal. Bahkan dari 6 informan ada 2 informan yang
mengatakan bahwa untuk kebersihan lingkungan yaitu dengan cara membakar
sampah yang sama sekali sudah dilarang oleh pemerintah.
46
4.5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS
Hasil penelitian yang di peroleh melalui wawancara terhadap 6 orang
informan mengenai hambatan yang dihadapi dalam menjalankan PHBS dapat di lihat
dalam matriks berikut :
Matriks 4.5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS
INFORMAN HAMBATAN/KENDALA
1 Keadaan lingkungan, ya kalau keadaan lingkungan kita inikan masih itu kurang maju, jadi kalau di kasi tau ini yang sehat, orang kalau kita bilang ginikan, bisalah orang ibu sehat mentang-mentang mampu. Mereka pasti bilang makanan aja bisa syukur itu, apalagi masalah sehat bukan makanan itu, tapi harus cemana gitu keadaannya..kadang-kadang cemana gitu payah jugalah bilang ke masyarakat sehat cemana.tapikan kalau kita lihat tetangga kita sehatkan jadi niru juga gimana sehat gitu. Untuk diri sendiri dan keluarga ga da masalah. Dari petugas puskesmas kurasa tidak ada karna kami jugakan belum berkecimpung di bidang ini, masalah kesehatan ini. Petugas kesehatan ini kan orang sekali sebulan datang mereka cerita tentang PHBS ini.
2 Agak sulit mengajak orang lain, menerapakan dulu di diri sendiri dan keluarga. Karna kan begini kadangkan orang ini ada Susahnya ada gampangnya. memang kita kan perlu pendekatan untuk mengajak seseorang untuk gitu kan susah kaksudnya gini, saya mau buktikan dulu gitukan baru kita memberi contoh.Takutnya belum ada bukti, orang malah enggak percaya. mungkinkan cuma karna masalah jarak aja yang jauh. tapi ya dari jaman dulu, mendingan sekarang jugalah..
3 Sebenarnya masalah atau kendala dari PHBS ini adalah yaitu pertama sekali kami selaku masyarakat, untuk mengunjungi posyandu kami kurang karna tergantung ekonomi kami juga. Kami juga kurang mendapat informasi penuh dari pada kesehatan tersebut termasuk masalahnya dari diri sendiri, faktor ekonomi. Kalau dari keluarga, kesadaran juga masih kurang tapi mudah-mudahan semakin kedepan ini kami juga akan kami giatkan soal PHBS. Kalau kendala dari petugas puskesmas, kendalanya mungkin di dekat kami ini karna di ujung paluh Merbau ini terutama sarana. Kalau tanggal 5 misalnya harus hadir dari Dinas, mungkin karna jalan itu juga jadi terhambat. Transportasinya juga sulit sehingga petugas kesehatan sulit menjangkau masyarakat.
4 Tidak ada sama sekali di keluarga, paling di masyarakat. Sudah ada yang
47
sadar tapi ada juga yang belum sadar tentang kesehatan dan kebersihan. Dari petugas kesehatan juga tidak ada masalah karna menurut saya mereka sudah cukup baik.
5 Apa ya? cuma masalah yang kita hadapi cuma pas musim hujan gini, payah bersihnya, hujan, banjir, kotor lagi gak bisa total bersih. Daerah ini rendah jadi rentan banjir, becek lah apalagi paretnya kan apalagi musim pasang besar kalo disini ya kan air penuh, mana halaman penuh sama air-air itu, gak ngalir..becek terus. Tapi kalo air sendiri, saya seh gak masalah tapi orang laen mungkin karna pake sumur bor. kalau yang gak punya sumur bor sih sulit, karna langka disini yang punya sumur bor kan terbatas jadinya air kalau sudah ngangkat-ngangkat..Masyarakat sini dan kondisi lingkungan disini kan, yang rendah yang buat lingkungan sini kurang bersih dan sehat. kalau dari puskesmas seh gak ada masalah karna sebulan sekali datang. Imunisasi pasti datang, imunisasi kan sering juga dilakukan, penyuluhan dari petugas juga ada sebulan sekali. kadang ini penyuluhan dari kader pun ada juga kan dari puskesmas juga
6 Alhamdullillah, sehat terus, enggak ada masalah. Alhamdullillah bisa hidup sehat dan bersih, tapi kalau masyarakat lain ga tau lah, tapi lingkungan sekitar sudah bersih lah.
Dari matriks dapat dilihat bahwa, 1 informan yaitu informan 6 yang sama
sekali tidak mengalami hambatan dalam menjalankan PHBS. 4 informan mengatakan
tidak mengalami hambatan dari diri sendiri maupun dari keluarga. Hanya 1 informan
yang mengalami masalah dalam diri sendiri dan keluarga dikarenakan masih
kurangnya kesadaran akan berperilaku hidup bersih dan sehat serta mengalami
masalah dalam ekonomi. Disamping masalah itu, masalah lain dalam masyarakat
seperti sulit untuk diajak/diberi informasi tentang PHBS, kurang kesadaran
masyarakat dialami 3 informan. 2 informan mengatakan mengalami kendala
dikarenakan jarak ke Puskesmas yang cukup jauh, serta 1 informan juga
menyampaikan bahwa lingkungan mereka rawan banjir yang dianggap kendala di
wilayah mereka.
48
4.5.3. Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS
Hasil wawancara mengenai pihak-pihak yang mendukung informan dalam
menjalankan PHBS dapat dilihat dalam matriks berikut :
Matriks 4.5.3 Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS
INFORMAN PERNYATAAN
1 Ya, kader-kader itulah ikut mendukung, orang ibu ikut-ikut juga empang paret-paret itu. Kumpulan-kumpulan ibu dari kelompok kami yang bergotong royong melaksanakan itu termasuk kepala desa, ibu desa, kepala dusun, keluarga sendiri juga mendukung apalagi bapaknya sangat...hehehehe (informan tertawa). Orang ibunya ikut gotong royong kok lakinya enggak.
2 Keluarga pastinya ya..mungkin selama ini masih keluarga lah bu..karna kan cemana ya saya bilang kadang pun begini, bukan semua warga disana ga hidup sehat ada juga sebagian yang rumahnya hidup bersih sehat. Saya meniru itu juga cuma gak semuanya tu maksudnya adalah salah satunya dia, rumahnya bagus bersih, kita kan juga kepengen, kadang saya contoh juga dari luar, bagaimana orang itu tadi, rumahnya, tempat tinggalnya, orangnya, pakaiannya saya kadang tiru. Tapi lebih banyak mendukung lah, sebagian ga yang mendukung cemanalah ya..ya mungkin satu ekonominya lah. Ibu tau mereka kan banyak orang berladang, kadang anak pun belum mandi ditinggalkan ajalah, mau keladang gitu..
3 Sebenarnya ya buk, kami baru-baru ini baru beberapa kelompok, tapi setelah ini akan kami kembangkan tentang PHBS ke masyarakat. PHBS akan dibawakan juga ke kelompok kami baru setelah itu menyebar ke masyarakat. Saling sambung menyambung. Keluarga juga sangat mendukung karna kalau kita bersih pasti kita sehat.
4 Keluarga saya sangat mendukung, masyarakat ada juga lah dukungan kayak gotong royong gitu..membersihkan lingkungan adalah sebulan sekali. Kalau dari puskesmas sendiri datang ke masyarakat kasi penyuluhan.
5 Kalo disini, ibu-ibu perwiritan, ibu-ibu kelompok tani mendukung untuk hidup sehat dan bersih, keluarga lah paling utama.
6 Alhamdullillah, anak-anak semua mendukung, keluarga lah.
49
Dari matriks diatas, dapat dilihat bahwa keluarga merupakan pihak yang
paling mendukung informan dalam menjalankan PHBS. Hal ini dinyatakan oleh
seluruh informan dalam penelitian. Disamping keluarga, kepala desa, ibu desa, kepala
dusun, kelompok tani, ibu-ibu perwiritan serta masyarakat yang sudah sadar (melalui
gotong royong) juga turut mendung informan dalam menjalankan perilaku hidup
bersih dan sehat di lingkungan mereka.
4.5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan
PHBS
Wawancara mendalam yang dilakukan kepada 6 orang informan, peneliti
mendapat hasil wawancara mengenai kegiatan yang dilakukan puskesmas tanjung
Rejo dalam peningkatan PHBS tertuang dalam matriks berikut ini.
Matriks 4.5.4 Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan PHBS
INFORMAN PERNYATAAN
1 Kalau masalah ini adek yang tau. Kalau kami kan yang dalam masyarakat aja, kalau dalam puskesmas kami tidak mengikuti itu tadi..tapi puskesmas ikutlah berperan. Yah, dari puskesmas ya..kasi informasi tentang makanan bergizi, posyandu, membuat bubur makanan bergizi untuk anak-anak kurang gizi, itulah contoh-contohnya. Pernah juga kasi penyuluhan sama ibu Laskana kerja sama sama kader.
2 Kadang ya kan memberi pengobatan gratis, posyandu, memberikan gizi-gizi kepada anak-anak kurang gizi gitu, sering kesini bu..karna mayoritas penghasilannya kurang. Mereka sering memberi makanan-makanan bergizi seperti bubur, kadang memberi penataran-penataran gitu juga sering..
3 Sudah banyak, yaitu seperti membuat tanaman-tanaman yang untuk kesehatan sudah dibuat juga, apa itu namanya?hmmm...ya, TOGA, tanaman obat keluarga yang juga sudah dilakukan masyarakat bagi yang sudah menyadari.
50
Sebenarnya kami juga sangat berterima kasih kepada Puskesmas karna sudah memberikan ASKIN kepada warga kami yang mana dapat berobat mudah dan melayani masyarakat kami. Saat ini juga dikantor desa juga kami kumpul sudah dilakukan juga oleh kader-kader yang ada di Puskesmas untuk mengikuti penyuluhan kesehatan.
4 Kalau dari puskesmas sendiri adalah datang ke masyarakat kasi penyuluhan, misalnya KB, imunisasi, apa itu...vitamin apa itulah untuk pencerahan mata. penyuluhan tentang kebersihan itu PHBS juga adalah tapi untuk jadi peserta penyuluhan belum pernah hanya dengar-dengar aja dari kader. Menurut saya seh, akhir-akhir ini aja puskesmas dan petugasnya maju, baru-baru ini aja. Dulu kan belum banyak yang apa, sekarang eceknya sudah maju, sudah banyak yang mau. Masalah jauh seh, tapi saya...gak masalah bagi saya.
5 Ya banyak lah. Salah satunya ya dari segi kesehatan kayak posyandu sangat membantu juga kan? disana juga diberikan penyuluhan-penyuluhan kesehatan, baik di poskesdes, di pengobatan gratis juga. Itulah salah satunya.
6 Kasi obat-obatan, ya cemana lah. kalau kita sakit di kasi obat, ya disuruh makan yang sehat-sehat, kayak empat sehat lima sempurna. Puskesmas turun juga lah kasi penyuluhan trus ada juga kasi bubuk matikan apa itu....hmmm..ya..abate, yang nyemprot-nyemprot itu juga ada. Kasi penyuluhan lah dari puskesmas.
Hasil wawancara ini dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Tanjung Rejo
sudah berperan dalam peningkatan PHBS di masyarakat. Ini dapat dilihat dari
pernyataan seluruh informan yang mengatakan kegiatan yang dilakukan Puskesmas
dalam peningkatan PHBS yaitu melalui kegiatan penyuluhan yang sering dilakukan
Puskesmas dan langsung datang ke masyarakat, disamping kegiatan-kegiatan
pelayanan pokok yang wajib dilakukan Puskesmas. 1 informan juga mengatakan
bahwa Puskesmas juga turut mengembangkan TOGA untuk masyarakat serta
memberikan ASKIN bagi masyarakat miskin.
51
4.5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan
Puskesmas Tanjung Rejo
Hasil wawancara mengenai tanggapan informan terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo, secara lengkap dapat dilihat dalam matriks
4.5.5.
Matriks 4.5.5 Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan Puskesmas
Tanjung Rejo
INFORMAN TANGGAPAN INFORMAN
1 Ya, baiklah kepada kebersihan. Pernah dengar dan jadi peserta penyuluhan. Penyuluhan ya masalah PHBS yang sehat-sehat lah dibilangin kepada masyarakat, cara sehat, lingkungan sehat...
2 Sebetulnya bagus cuma kurang sering aja. kadang kan orang gini, kalau orang dikasi tau penataran kalau sudah lamakan jadi lupa.
3 Sebenarnya saya selaku masyarakat hmmm...yang sadar diri, terima kasih sekali, sehingga pihak-pihak terkait atau insatansi terkait kesehatan berkesinambugan melakukan tugas-tugas kesehatan seperti penyuluhan kepada masyarakat kami. Saya sebagai katakanlah sebagai tokoh masyarakat selalu juga di kantor desa selalu bergabung dengan kader-kader jadi sering ikut penyuluhan. Penyuluhan tertama sekali yaitu apa itu...em..bumil, balita yaitu untuk lansia juga terutama jadi semua pihak masyarakat yang kurang mampu itu terlayani.
4 Ya, gimana ya...(informan kelihatan bingung) hhmm...bagus seh..bermanfaat saya pikir..
5 Ya, bagus sekali. Sarannya maunya lebih sering datang untuk memberi penyuluhan kesehatan tentang PHBS itu kepada masyarakat. Imunisasi kan sering, trus kami dianjurkan juga dan wajib dianjurkan cuci tangan pake sabun sebelum makan. Banyak seh, aku lupa lagi tentang penyuluhannya hehehe (informan tertawa). Trus ada juga penyuluhan yang dianjurkan kader untuk memberi ASI sampai 2 tahun itu yang penting biar anaknya kebal dari penyakit dan sehat. Penyuluhan DBD juga, dianjurkan untuk membakar sampah, membersihkan bak mandi dan penampungan air, WC jangan yang WC cemplung. Saya lihat di sini, sudh ada
52
sedikit kemajuan. Masyarakat sudah mulai membuat WC, ga WC cemplung lagi. Kebetulan jembatan sudah mulai selesai, jadi masyarakat beli bahannya gak susah lagi.
6 Penyuluhannya baguslah. Saya ikut juga. Disuruh biar hidup sehat, kalau sakit cepat berobat.
Dari hasil wawancara yang diperoleh, dapat dilihat bahwa seluruh informan
mengatakan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas sudah baik.
Informan berharap agar kegiatan-kegiatan penyuluhan semakin sering dilakukan.
4.5.6. Pengaruh yang Dirasakan Informan Melalui Kegiatan Penyuluhan yang
Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo
Penyuluhan yang dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo merupakan salah satu
kegiatan dalam peningkatan PHBS. Dari hasil wawancara mendalam, didapat
tanggapan informan mengenai kegiatan tersebut seperti tertuang dalam matriks
berikut ini.
Matriks 4.5.6 Pengaruh Kegiatan Penyuluhan Bagi Informan
INFORMAN PERNYATAAN INFORMAN
1 Ya, baiklah kepada kebersihan. Pernah dengar dan jadi peserta penyuluhan. Penyuluhan ya masalah PHBS yang sehat-sehat lah dibilangin kepada masyarakat, cara sehat, lingkungan sehat...
2 Saya ikutlah, biar tau, kita mengerti cemana hidup sehat, bagaimana caranya kita sehat kan diberitahu. Kalo penyuluhan kesehatan kayak mengenai balita rentan dari penyakit, harus di jaga dengan baik. Menyusui harus menjaga payudara, trus ASI kan paling baik untuk bayi
3 Ya..jadi tau lah buk. Saya senang karna masyarakat yang kurang mampu jadi terlayani dan juga jadi tau juga, dapat informasi baru gitu lah buk.
4 Hmmm...(informan malu dan bingung) yah...lupa lah. Ya cuma tau aja. Ya tertarik lah untuk berperilaku hidup bersih sehat itu. Manfaat untuk masyarakat, hhmm...hhmm..kalau
53
rakyatnya sadar, ya kita seneng, sama sama sehat lah... 5 Saya jadi termotivasi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga
yang terutama. Mudah-mudahan masyarakat sini juga tau, sehat semua. 6 Ya, biar sehat. ga gatal-gatal nih.. kayak ibu ke ladang tapi tetap sehat.
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa seluruh informan mendapat
pengaruh positif dari kegiatan penyuluhan yang dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo.
Informan mendapat informasi mengenai bagaimana cara sehat dan bersih dari tidak
tahu menjadi tahu. 1 Informan termotivasi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan
keluarganya.
4.5.7. Peran Kelompok Pemberdayaan Masyarakat
Wawancara terhadap 6 informan, maka didapat hasil wawancara mengenai
peran kelompok pemberdayaan masyarakat seperti berikut :
Matriks 4.5.7 Peran Kelompok Pemberdayaan Masyarakat
INFORMAN PERNYATAAN
1 Kalau dari kami ada kelompok mekar jadi, kelompok.....lupa saya namanya (informan tersenyum).Karna kelompok itu bisa membangkitkan kelompok perempuan bisa jadi berguna karna kan kelompok ibu jadi semua tau lah apa guna kelompok tiu, sudah dikasi lah saran-saran sama bapak-bapak pembina, manfaatnya apa. Jumlah nya 28 orang, sudah terbentuk kelompok tiu barulah kami dikasi kambing satu orang empat ekor kambing. gunanya saya masuk kelompok inikan bisa membangkitkan ekonomi keluarga, dapat pengetahuan biar perempuannya itu enggak cemana gitu caranya..biar gak dirumah aja, ada kegiatannya.
2 Mulai bulan delapan 2008 kemaren kami mulai bentuk kelompok karna kelompok kami itu memang masih bersifat dibidang, hmm...hewan..ya...peternakan. kami kan membentuk kelompok itu dari
54
ternak tadi bagaimana supaya kami bisa membantu apa..perekonomian keluarga dengan memelihara ternak setelah itukan ternaknya itukan mempunyai kotoran apa itukan..itulah kami pergunakan, lalu kami juga membentuk memanfaatkan pekarangn rumah suapaya bersih asri gitu, ditanam gitu..cabe-cabean atau ditanami bunga dengan cara mempergunakan pupuk dari kotoran ternak kami itu tadi.. Selain halaman kami juga bersih, bermanfaat gitu...lagipun kalau kita menanam sendiri kan, kalau gak belikan, maksudnya bisa mengurangi pengeluaran keluarga itu juga sudah kami pelajari. Untuk kelompok PKK seh baru-baru ini aja. jadi tau hidup bersih dan sehat itu sudah tau, cuma kadangkan begini kita terapkan untuk keluarga kita, tapikan kalo untuk hmmm tetangga atau apa..enggak berani untuk mengomentarinya jadi untuk menerapkan untuk diri sendiri dan keluarga dan untuk keluar dari keluarga belum berani
3 Sudah buk. Timbulnya juga sebenarnya dari Yayasan Bahtera Sejahtera baru-baru ini. Sudah pembinaan, sudah mantap kami lihat dan membuat satu Toga orang itu, membuat koperasi baik itu kurang lebih enam kelompok itu buk. Sebenarnya kami belum diperbolehkan karna masih dirangkum dalam kaum ibu. Itu harus khusus ibu-ibu, kalau bapak-bapak hanya sekedar untuk kelompok tani. Bagi kami jelas ada manfaatnya buk. karna setiap kami membuat pembibitan harus muasyawarah ini membuat kesepakatan dalam kelompok tersebut biar ada kesamaan dalam pertanian gitu.. dan saya sangat mendukung kelompok ini. Sebetulnya saya juga sebagai ketua kelompok, mudah-mudahan kelompok ini bisa maju. menurut saya juga masalah kesehatan bisa dilibatkan dalam kelompok ini.
4 Ada kelompoknya, ya kelompok tani. Saya belum ikut dalam kelompok itu. Masih bagian kampung sana. belum bergulir. Manfaatnya kan kita ada hasilnya, bisa membangun ekonomi keluarga.
5 Kelompok kami Mekar Jadi, kelompok ibu petani nelayan, ibu petani pesisir, sudah ada empat kelompok lah disini. satu lagi lupa namanya. Ini kelompok perempuannya, kelompok laki-lakinya ada lagi, banyak lah disini yang sudah buat-buat kelompok. Manfaatnya banyak lah. Ya, disamping disitu dibuat kelompok..persatuan itu otomatis lebih erat satu sama lainnya. kedua, e..e..e..ini, kelompok ini kan, kayak kami membuat kelompok simpan pinjam kan lebih menguntungkan perekonomian, terbantulah. Hal-hal kesehatan juga kan bisa masuk kelompok ini karna kelompok ini kan sudah terarah, lebih gampang membinanya.
6 Ada, ya ada. Semalam ada. Kelompok peternakan, tanaman obat juga. Saya ikut. Alhamdullillah ikut. Ikutlah rame-rame, banyak orang, untuk kebaikan, membantu ekonomi, kita ditolong.
55
Dari 6 orang informan, 5 diantaranya mengatakan bahwa mereka bergabung
menjadi anggota kelompok pemberdayaan masyarakat yang ada di wilayah mereka,
seperti bergabung dalam kelompok tani dan simpan pinjam. Ke lima informan
mengatakan bahwa kelompok pemberdayaan masyarakat tersebut sangat bermanfaat
bagi mereka khususnya dalam membantu meningkatkan ekonomi keluarga,
disamping itu juga meningkatkan pengetahuan kaum ibu yang selama ini hanya
sebagai ibu rumah tangga. Hanya 1 informan yang mengatakan belum bergabung
dalam kelompok pemberdayaan masyarakat dikarenakan belum bergulirnya
kelompok tersebut di lingkungan mereka. Dari pernyataan-pernyataan informan juga
dapat dilihat bahwa informan juga berharap masalah kesehatan seperti PHBS dapat
juga dikembangkan melalui kelompok yang mereka bina.
4.5.8. Harapan Informan Dalam Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Hasil wawancara mengenai harapan-harapan informan dalam peningkatan
PHBS yang dilakukan kepada 6 orang informan, di dapat hasil seperti yang tertuang
dalam matriks 4.5 8. dibawah ini.
56
Matriks 4.5.8 Harapan Infoman Dalam Peningkatan PHBS
INFORMAN PERNYATAAN
1 Harus ada penyuluhan dari anggota puskesmas lah. Di kelompok tadi saya juga harapannya diadakan penyuluhan, kasi saranlah bagaimana cara hidup sehat. Untuk masyarakat, ya.. dikumpulkanlah entah dimana biar di kasi tau puskesmas ini, trus harus adalah kesadaran dan kemauan dari masyarakat karna kan ga mungkin dikasi tau satu persatu, orang itu kan gak ada di rumah juga, orang itu kan sibuk di ladang kalau dikai tau kan untuk kumpul cara bagaimana cara sehatkan bisa..Trus rasaku hari Jumat karnakan orang islam itu kan sholat, banyak dirumah setengah harikan, jadi disitulah dibuat penyuluhan. Setelah wiridpun rasaku bisa jam-jam 5, biasanya masyarakat-masyarakat bisa dikumpulkan, sorelah...
2 Ada juga seh yang memberi penyuluhan dari Bahtera Sejahtera yang membimbing kami. Jadi petugas kesehatan juga bisa turut serta membina kesehatan di kelompok kami. Contohnya kalau bisa membangun MCK secara bergilir dan diharapkan peran sertanya pemerintah.
3 Kami selaku warga masyarakat, harapan kami terutama sekali berkesinambungan dari dinas kesehatan kepada kami, apa-apa kebutuhan demi kesehatan bagi masyarakat kami. Mudah-mudahan terlayani. Itu aja harapan kami dari masyarakat. Harapan buat masyarakat, mudah-mudahan kita kembangluaskan. Saya berharap masyarakat yang tergabung dalam kelompok ini bisa menerima kesehatan juga, kalo bisa semua masyarakat ini bisa sehat semua dengan cara pelayanan, kebersamaan dan kesadaran dan mau untuk membersihkan diri sendiri dulu baru keluarga bersih baru mudah-mudahan masyarakat dapat mencontoh kita.
4 Masyarakat sini kan masih kurang sadar dan ekonominya masih rendah. Ya harapannya petugas kesehatan dekat dan seringlah kasi-kasi apa itu..hhmm...penyuluhan. Kalau dari Dinas/Pemerintah sama juga, kepengenlah buat sesuatu kayak MCK itu biar masyarakat sehat dan bersih..
5 Hhmm....apa ya..oh..karna puskesmas jauh kan dari wilayah kami, disinikan ada cuma Poskesdes jadi kami masyarakat kecil ini mengharapkan poskesdes ini buka setiap hari karna kan kalau keluar butuh biaya besar. Sekaligus memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Buat masyarakat, harapannya maunya mengikuti aturanlah, biar mereka bersih dan sehat. Jadi ikut lah apa yang disampaikan oleh petugas kesehatan itu.
6 Harapannya biar semua bersih dan sehat lah, hehehe (informan tertawa) Puskesmas, ya...mereka sering datang kasi penyuluhan, trus tanggal berobat di kasi tau lah. Trus tanggal jam berapa dikasi penyuluhan..maunya sorelah kan enak. Kita jadikan gak keladang, khusus ngumpul. Mau lah dikasi penyuluhan.
57
Dari matriks diatas dapat dilihat bagaimana harapan ke enam informan agar
perilaku hidup bersih dan sehat ini dapat ditingkatkan. 2 informan mengatakan agar
pemerintah turut serta untuk membangun MCK di wilayah mereka, informan ke tiga
mengatakan agar kesinambungan juga dari dinas kesehatan. Informan 1 mengatakan
agar diadakan penyuluhan dikelompok yang mereka bentuk. Informan 4 dan 6
mengatakan agar penyuluhan semakin sering diadakan serta mengatur waktu
penyuluhan yang sesuai dengan waktu mereka. Informan 5 berharap agar poskesdes
yang ada buka setiap hari mengingat Puskesmas Tanjung Rejo jauh dari tempat
tinggal mereka.
58
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan Informan Tentang PHBS
Pengetahuan merupakan dasar/kunci untuk melakukan sesuatu karena
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap
objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya)
(Notoatmodjo, 2005). Jadi dapat dikatakan bahwa pengetahuan seseorang harus
dimulai dari tingkat tahu serta didukung oleh informasi-informasi yang membangun
yang dapat di peroleh dari berbagai sumber.
Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 6 informan, diperoleh bahwa
seluruh informan sudah pernah mendengar tentang PHBS yang diperoleh dari
berbagai sumber, seperti media televisi, kumpulan PKK, kader, puskesmas, kumpulan
kelompok wanita serta dari balai desa. Namun bila dilihat dari bagaimana informan
menjelaskan tentang PHBS tersebut, terlihat bahwa pengetahuan informan masih
pada tahap tahu saja. Informan belum dapat menjelaskan secara terperinci dan benar
hal-hal yang termasuk dalam perilaku hidup bersih dan sehat. Pengetahuan Informan
masih sebatas tentang masalah kebersihan (hygiene) perorangan saja bahkan masih
memiliki tanggapan yang salah terhadap penanganan masalah sampah, seperti yang
diutarakan oleh informan 1 berikut ini :
“Untuk diri sendiri, ya harus sehat, ya..mandi yang bersih, sikat gigi, makan cuci tangan yang bersih pake sabun. untuk keluarga, ya sama..mandi pagi jam 5 sembahyang subuh udah gitu ya sarapan pagi, udah sarapan pagi pigilah orang itu ke ladang, masing-masing lah. anak ada dua, satu sudah
59
berumah tangga, kalau aku dirumah. untuk masyarakat, membersihkan lingkungan, gotong royong bersihkan parit, nimbun sampah, membakar sampah, tempat penampungan air harus dikuras. Jadi satu hari sekali langsung di kuras dan ada obatnya apa itu namanya...ya, abate.kami kan pake air PAM.”
Hal senada juga disampaikan oleh informan 3 :
“Untuk diri sendiri terutama kita harus bersihkan diri dengan cara mandi yang bersih, pakaian bersih dan teratur. Saya sebagai kepala keluarga ya mudah-mudahan jangan bosan memberi saran/nasehat kepada keluarga terutama orang rumah, melihat harus bersih semua, bagaimana cara membersihkan rumah. Sebenarnya rumah belum memadai hanya sekedar. Kalau ada sampah di buang atau dibakar atau ditimbun. Penampungan air dibersihkan ataupun dibuang yang tergenang, penyimpanan air harus ada tutupnya biat tidak ada jentik-jentik nyamuk.”
Dari pernyataan ke dua informan diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan
informan tentang perilaku hidup bersih dan sehat hanya terletak pada hanya sebatas
masalah kebersihan diri seperti mandi bersih, makanan bersih, rumah bersih dan
pakaian bersih. Disamping itu informan juga masih salah dalam
mengatasi/menanggulangi sampah yang ada. Informasi melakukan pembakaran
sampah yang sebenarnya sudah dilarang oleh pemerintah mengingat pemanasan
global yang mendunia.
Sebenarnya sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus
lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan
biologi dan lingkungan social-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang
berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan
fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya
air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan
60
pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna.
Lingkungan social-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat
yang berhubungan dengan PHBS. Peneliti menyimpulkan pengetahuan informan
masih rendah didasarkan penjelasan informan yang kurang tepat sasaran mengenai
PHBS.
5.2. Hambatan/Kendala yang Dihadapi Informan Dalam Menjalankan PHBS
Untuk mencapai hidup sehat merupakan suatu proses yang dalam
pelaksanaannya membutuhkan pengorbanan dan tidak sedikit hambatan yang
dihadapi untuk mencapai hidup sehat yang berperilaku sehat dan bersih.
Salah satu masalah yang terjadi di masyarakat adalah masalah ekonomi,
masalah jarak dan transportasi seperti yang dikemukakan oleh informan 3 yang
mengalami masalah-masalah tersebut sehingga menghalangi informan dalam
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, berikut :
“sebenarnya masalah atau kendala dari PHBS ini adalah yaitu pertama sekali kami selaku masyarakat, untuk mengunjungi posyandu kami kurang karna tergantung ekonomi kami juga. Kami juga kurang mendapat informasi penuh dari pada kesehatan tersebut termasuk masalahnya dari diri sendiri, faktor ekonomi. Kalau dari keluarga, kesadaran juga masih kurang tapi mudah-mudahan semakin kedepan ini kami juga akan kami giatkan soal PHBS. Kalau kendala dari petugas puskesmas, kendalanya mungkin di dekat kami ini karna di ujung paluh Merbau ini terutama sarana. Kalu tanggal 5 misalnya harus hadir dari Dinas, mungkin karna jalan itu juga jadi terhambat. Transportasinya juga sulit sehingga petugas kesehatan sulit menjangkau masyarakat.”
Selain masalah diatas, kurangnya pengetahuan masyarakat yang ada di Paluh
Merbau juga menjadi kendala dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Informan
61
(mewakili masyarakat Paluh Merbau) belum memahami PHBS, informasi masih
berada pada tingkat tahu saja. Indikator PHBS tatanan rumah tangga harus mencakup
hal-hal berikut, yaitu (1) pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, (2) Bayi
diberi ASI Ekslusif, (3) Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, (4)
Ketersediaan air bersih, (5) Ketersediaan jamban sehat, (6) kesesuaian luas lantai
dengan jumlah penghuni, (7) lantai rumah bukan tanah, (8) Tidak merokok dalam
rumah, (9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) Makan buah dan sayur setiap
hari (Puspromkes Depkes RI, 2006).
Disamping masalah ekonomi dan kurangnya pengetahuan masyarakat,
masalah kurangnya kesadaran masyarakat juga pemicu rendahnya perilaku sehat
bersih di desa Paluh Merbau, seperti pernyataan informan 3 ini :
“…Kalau dari keluarga, kesadaran juga masih kurang tapi mudah-mudahan semakin kedepan ini kami juga akan kami giatkan soal PHBS….” Hal yang sama seperti diungkapkan informan 4 :
“…paling di masyarakat. Sudah ada yang sadar tapi ada juga yang belum sadar tentang kesehatan dan kebersihan….”
Masalah-masalah diatas adalah masalah yang paling dominan yang terjadi di
tengah-tengah masyarakat, tidak hanya terjadi di masyarakat Paluh Merbau akan
tetapi ditemui juga di wilayah lain melalui penelitian yang dilakukan sebelumnya
oleh Darubekti dan Sinaga, dkk. Penelitian ini juga menguatkan penelitian yang
dilakukan di masyarakat pantai desa Paluh Merbau.
62
Penelitian yang dilakukan oleh Darubekti (2001) tentang Perilaku Kesehatan
Masyarakat Desa Talang Pauh, kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu
Utara menyimpulkan bahwa kurangnya perilaku kesehatan masyarakat di desa Talang
Pauh akibat kurangnya pengetahuan, alasan ekonomi dan tidak adanya waktu,
sehingga sikap yang sudah positip terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud
(Darubekti, 2001). Selanjutnya penelitian Sinaga, dkk (2004) tentang Program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Studi Kasus Kabupaten Bantul 2003 menyatakan
bahwa rendahnya cakupan PHBS di Kabupaten Bantul di sebabkan pemberdayaan
masyarakat yang belum dilakukan secara optimal, minimnya alokasi anggaran untuk
PHBS, rendahnya peran puskesmas dalam mensosialisasikan PHBS kepada
masyarakat serta minimnya dukungan dari lintas sektoral terhadap program PHBS
(Sinaga, dkk, 2004)
Belajar dari hasil 3 penelitian yang telah dilakukan ini, tergambar bahwa
inilah masalah-masalah yang kerap terjadi di tanah air kita disamping masih banyak
masalah besar yang terjadi yang memperburuk kondisi lingkungan masyarakat.
Indonesia saat ini menghadapi permasalahan masih tingginya penyakit infeksi juga
peningkatan penyakit degeneratif. Buruknya kondisi lingkungan serta belum baiknya
perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat diduga menjadi penyebab
permasalahan tersebut. Implementasi program PHBS yang telah dicanangkan
pemerintah, masih menemui banyak kendala di berbagai daerah (Timisela, 2005).
Masalah-masalah yang terjadi dilapangan saat ini seharusnya menjadi
pedoman evaluasi bagi pemerintah ataupun masyarakat itu sendiri. Untuk
63
menciptakan kesadaran dan partisipasi masyarakat ada metode yang dapat digunakan
seperti yang dirumuskan dengan tahapan sebagai berikut :
h. Menyampaikan pengetahuan mengenai kesehatan lingkungan, sanitasi,
teknologi Sanitasi
i. Menumbuhkan keinginan untuk mengatasi masalah sanitasi
j. Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan fasilitas sanitasi
k. Pengenalan penggunaan teknologi sanitasi
l. Menyediakan fasilitas sanitasi di tingkat rumah tangga maupun kelompok
(komunal)
m. Mengembangkan sistem monitoring dan evaluasi sanitasi di tingkat RT/RW
secara mandiri
n. Perencanaan Partisipatif Rencana Tindak Komunitas Pengelolaan Sampah
Berbasis Komunitas
5.3. Pihak-Pihak yang Mendukung Informan Dalam Menjalankan PHBS
Perilaku hidup bersih dan sehat kenyataannya memang harus dimulai dari diri
sendiri. Namun bila tidak didukung oleh pihak-pihak lain, perilaku tersebut dapat
hilang dan tidak berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Green (1980)
menjelaskan secara umum bahwa kualitas hidup dipengaruhi oleh kesehatan,
sedangkan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku dan gaya hidup serta lingkungan.
Perilaku dan gaya hidup dipengaruhi oleh tiga factor yaitu predisposing factors,
reinforcing factors dan enabling factors.
64
Salah satu sasaran dari program PHBS adalah tatanan rumah tangga, yang
didalamnya ada keluarga. Hasil wawancara, didapat bahwa seluruh informan
mendapat dukungan serta sikap keluarga untuk berperilaku bersih dan sehat, seperti
yang disampaikan oleh informan 2 dan informan 4 berikut :
“ keluarga pastinya ya..mungkin selama ini masih keluarga lah....”
Pernyataan informan 4 :
“ Keluarga saya sangat mendukung….”
Dukungan serta sikap keluarga sangat dibutuhkan dalam berperilaku hidup
bersih dan sehat. Menurut Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI ( 2006), PHBS di
rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau,
mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat. Adapun sasaran dari program PHBS mencakup lima
tatanan, yaitu: tatanan rumah tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum
dan sarana kesehatan (Puspromkes Depkes RI, 2006).
Perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat akan tercapai jika keluarga
mau dan mampu untuk ber-PHBS. Untuk itu keluarga sebagai bagian dari masyarakat
harus mendapatkan dukungan dari masyarakat, tokoh agama dan juga tokoh
msyarakat. Suami adalah kepala keluarga sebagai motor penggerak di dalam keluarga
untuk memotivasi seluruh anggota keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat,
sehingga perlu didukung melalui pendekatan-pendekatan pada perkumpulan
kelompok tani. Istri juga sangat berperan di dalam keluarga untuk memotivasi seluruh
65
anggota keluarga agar berperilaku hidup bersih dan sehat. Melalui tokoh agama dan
juga tokoh masyarakat, istri diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran untuk ber-PHBS yang dapat dilakukan melalui pengajian, kebaktian
ataupun pertemuan dalam kelompok-kelompok yang sudah terbentuk sehingga
melalui cara seperti ini baik suami maupun istri bersama-sama termotivasi untuk ber-
PHBS dan menjadi contoh bagi seluruh anggota keluarga. Keluarga yang demikian
juga menjadi contoh dan motivasi bagi keluarga lain untuk ber-PHBS karena keluarga
merupakan kunci keberhasilan program PHBS.
Disamping dukungan keluarga, informan juga mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak seperti kepala desa, ibu desa, kepala dusun, kelompok tani, ibu-ibu
perwiritan serta masyarakat yang sudah sadar, seperti yang disampaikan oleh
informan 5 berikut :
“ kalo disini, ibu-ibu perwiritan, ibu-ibu kelompok tani mendukung untuk hidup sehat dan bersih….”
Informan 1 menambahkan dengan mengatakan :
“ Ya, kader-kader itulah ikut mendukung, orang ibu ikut-ikut juga empa paret-paret itu. Kumpulan-kumpulan ibu dari kelompok kami yang melaksanakan bergotong royong melaksanakan itu termasuk kepala desa, ibu desa, kepala dusun….”
Dari hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa seluruh informan sudah
mendapat dukungan yang baik dari berbagai pihak, sehingga dengan dukungan dan
peran aktif dari petugas kesehatan, kelompok pemberdayaan masyarakat, tokoh
masyarakat serta tim penggerak PKK dapat memotivasi keluarga (individu) untuk
66
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat dan berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat.
5.4. Kegiatan yang Dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo Dalam Peningkatan
PHBS
Pada Renstra Depkes 2005-2009, PHBS merupakan salah satu program
prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2006).
Oleh karena itu, puskesmas harus berperan aktif untuk menggalakkan
kegiatan agar masyarakat di wilayah puskesmas tersebut dapat dan mampu
berperilaku hidup bersih dan sehat. Dari pernyataan salah satu informan ini,
mengatakan bahwa di samping sudah melakukan tugas-tugas pokok puskesmas
seperti pelayanan imunisasi, posyandu, pelayanan lansia, KB, Puskesmas Tanjung
Rejo juga melakukan kegiatan penyuluhan tentang PHBS dan datang langsung ke
masyarakat, seperti yang dikemukakan informan 4 berikut :
“Kalau dari puskesmas sendiri adalah datang ke masyarakat kasi penyuluhan, misalnya KB, imunisasi, apa itu...vitamin apa itulah untuk pencerahan mata. penyuluhan tentang kebersihan itu PHBS juga adalah tapi untuk jadi peserta penyuluhan belum pernah hanya dengar-dengar aja dari kader....”
Hal senada juga disampaikan informan :
“...Sebenarnya kami juga sangat berterima kasih kepada Puskesmas karna sudah memberikan ASKIN kepada warga kami yang mana dapat berobat mudah dan melayani masyarakat kami. Saat ini juga dikantor desa juga kami kumpul sudah dilakukan juga oleh kader-kader yang ada di Puskesmas untuk mengikuti penyuluhan kesehatan”.
67
5.5. Tanggapan Informan Terhadap Kegiatan-kegiatan yang Dilakukan
Puskesmas Tanjung Rejo dan Pengaruhnya Bagi Informan
Hasil wawancara yang diperoleh menggambarkan tanggapan positif dari
seluruh informan dengan mengatakan kegiatan tersebut sudah baik, seperti yang
diungkapkan informan berikut ini :
“Ya, bagus sekali. Sarannya maunya lebih sering datang untuk memberi penyuluhan kesehatan tentang PHBS itu kepada masyarakat. imunisasi kan sering, trus kami dianjurkan juga dan wajib dianjurkan cuci tangan pake sabun sebelum makan. Banyak seh, aku lupa lagi tentang penyuluhannya hehehe (informan tertawa). Trus ada juga penyuluhan yang dianjurkan kader untuk memberi ASI sampai 2 tahun itu yang penting biar anaknya kebal dari penyakit dan sehat. Penyuluhan DBD juga, dianjurkan untuk membakar sampah, membersihkan bak mandi dan penampungan air, WC jangan yang WC cemplung. Saya lihat di sini, sudah ada sedikit kemajuan. Masyarakat sudah mulai membuat WC, ga WC cemplung lagi. Kebetulan jembatan sudah mulai selesai, jadi masyarakat beli bahannya gak susah lagi.” Dapat dilihat dari pernyataan informan diatas, bahwa kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo memberikan arti bagi masyarakat Paluh Merbau.
Harapannya kegiatan-kegiatan tersebut semakin ditingkatkan sehingga implementasi
program PHBS yang telah dicanangkan pemerintah dapat berjalan optimal.
Seluruh informan juga mengatakan mendapat pengaruh yang baik dari hasil
kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan yang telah dilakukan Puskesmas Tanjung Rejo.
Pengetahuan informan semakin bertambah, dan semakin termotivasi untuk
mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti apa yang diutarakan oleh
informan 3 dan informan 5 dibawah ini :
Informan 3 : “ Ya..jadi tau lah buk. Saya senang karna masyarakat yang kurang mampu jadi terlayani dan juga jadi tau juga, dapat informasi baru gitu lah buk.”
68
Informan 5 : “ Saya jadi termotivasi untuk menjaga kebersihan dan kesehatan keluarga yang terutama. Mudah-mudahan masyarakat sini juga tau, sehat semua.”
Dari pernyataan-pernyataan informan diatas, Puskesmas Tanjung Rejo sudah
menjalankan fungsinya dengan baik. Puskesmas Tanjung Rejo, salah satu dari sekian
banyak puskesmas yang ada ditanah air bila melakukan hal yang sama akan mampu
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan tercapainya visi PHBS 2010 karena
puskesmas adalah suatu unit pelaksanan fungsional yang berfungsi sebagai pusat
pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang
kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan
kegiatan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan pada suatu masyarakat
yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu (Azwar, 1996)
5.6. Peran Kelompok Pemberdayaan Masyarakat
Rendahnya pencapaian program PHBS di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Rejo (Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2008) disamping dipengaruhi masalah-
masalah yang telah diuraikan sebelumnya (5.2), disebabkan juga kurangnya
partisipasi masyarakat. Upaya melalui penyuluhan kesehatan mengacu kepada
indikator program PHBS ternyata belum mampu meningkatkan program PHBS di
Kabupaten Deli Serdang.
Namun bila dilihat dari pernyataan-pernyataan informan, masih ada harapan
untuk mencapai terwujudnya implementasi program PHBS. Hal ini dapat dilihat dari
pernyataan-pernyataan informan yang sudah bergabung dalam kelompok
69
pemberdayaan masyarakat, seperti bergabung dalam kelompok wanita tani ataupun
kelompok simpan pinjam, seperti yang diutarakan informan berikut ini :
“ Kalau dari kami ada kelompok mekar jadi, kelompok.....lupa saya namanya (informan tersenyum). Karna kelompok itu bisa membangkitkan kelompok perempuan bisa jadi berguna karna kan kelompok ibu jadi semua tau lah apa guna kelompok itu, sudah dikasi lah saran-saran sama bapak-bapak pembina, manfaatnya apa. Jumlah nya 28 orang, sudah terbentuk kelompok itu barulah kami dikasi kambing satu orang empat ekor kambing. gunanya saya masuk kelompok inikan bisa membangkitkan ekonomi keluarga, dapat pengetahuan biar perempuannya itu enggak cemana gitu caranya..biar gak dirumah aja, ada kegiatannya.’
Dari enam informan hanya satu informan yang belum masuk menjadi anggota
kelompok pemberdayaan masyarakat, namun hal ini disebabkan bukan karena tidak
ada keinginan dari informan akan tetapi hanya karena belum bergulirnya kelompok
tersebut di daerah tempat tinggal informan bersangkutan. Salah satu informan yang
sudah merasakan manfaat bergabung dalam kelompok pemberdayaan masyarakat
seperti terbantunya masalah perekonomian, informan juga menyampaikan agar hal-
hal kesehatan (PHBS) dapat disampaikan dalam kelompok mereka, seperti
pernyataan informan 5 berikut ini :
“ Kelompok kami Mekar Jadi, kelompok ibu petani nelayan, ibu petani pesisir, sudah ada empat kelompok lah disini. satu lagi lupa namanya. Ini kelompok perempuannya, kelompok laki-lakinya ada lagi, banyak lah disini yang sudah buat-buat kelompok. Manfaatnya banyak lah. Ya, disamping disitu dibuat kelompok..persatuan itu otomatis lebih erat satu sama lainnya. kedua, e..e..e..ini, kelompok ini kan, kayak kami membuat kelompok simpan pinjam kan lebih menguntungkan perekonomian, terbantulah. Hal-hal kesehatan juga kan bisa masuk kelompok ini karna kelompok ini kan sudah terarah, lebih gampang membinanya." Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam PHBS adalah dengan strategi
70
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan melalui pendekatan individu, keluarga
dan kelompok-kelompok dalam masyarakat melalui pengorganisasian dan
penggerakan masyarakat.
Program PHBS yang telah dilakukan melalui kegiatan penyuluhan (seluruh
informan mengatakan sudah baik), namun belum mampu meningkatkan PHBS
masyarakat (Profil Puskesmas Tanjung Rejo, 2008). Oleh karena itu, harus ada suatu
strategi baru yang harus dilakukan melihat sudah terbentuknya kelompok
pemberdayaan masyarakat di masyarakat pantai daerah Paluh Merbau khususnya.
Upaya untuk pemberdayaan masyarakat dalam peningkatan program PHBS
sangat ditentukan peran dari tenaga kesehatan, karena peran tenaga kesehatan sangat
penting dalam mengubah perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat.
Program promosi PHBS merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit
menular yang lain melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat luas.
Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan
masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut
(Curtis V, dkk, 1997;UNICEF dan WHO).
Promosi kesehatan diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat
paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan
nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan,
yaitu : (1) gerakan pemberdayaan, (2) bina suasana, (3) advokasi, yang diperkuat oleh
kemitraan serta metode sarana komunikasi yang tepat (Depkes RI, 2006).
71
Melihat kondisi masyarakat pantai Desa Paluh Merbau, yang ada harapan-
harapan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat serta kerja sama antara
masyarakat dengan petugas kesehatan (Puskesmas). Penyuluhan-penyuluhan yang
telah dilakukan petugas puskesmas harus semakin di galakkan dan dimodifikasi
pendekatannya kepada masyarakat. Promosi kesehatan kepada masyarakat yang telah
bergabung dalam kelompok-kelompok pemberdayaan masyarakat merupakan strategi
yang tepat sasaran dikarenakan masyarakat telah dibina dalam kemitraan, sehingga
pendekatan yang dimulai dari individu, keluarga, kelompok, hingga kemasyarakat
berhasil dan masyarakat mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Kegiatan-kegiatan komponen pemberdayaan masyarakat meliputi serangkaian
kegiatan yang diawali dengan membangun kesadaran kritis masyarakat,
pengorganisasian masyarakat hingga perencanaan partisipatif untuk penyusunan
rencana tindak pengelolaan berbasis komunitas dari, oleh dan untuk masyarakat.
Sasaran utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok
masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak
pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya
diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang
bersangkutan belum mengetahu dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan
masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih
lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya
harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan
(Depkes RI, 2006).
72
Kegiatan pengorganisasian masyarakat diawali dengan kegiatan-kegiatan
yang berkaitan dengan pembangunan kesadaran kritis masyarakat, melalui
serangkaian kegiatan diskusi kelompok terarah atau Focussed Group Discussion
(FGD) dan pemetaan swadaya atau Survai Kampung Sendiri (SKS), sebagai upaya
mendorong masyarakat membahas bersama persoalan riil di bidang air bersih dan
sanitasi (contoh) yang dihadapi dan bagaimana menyelesaikannya, serta apa yang
dibutuhkan untuk menanggulangi masalah air bersih dan sanitasi secara efektif dalam
bentuk antara lain; komitmen (individu dan kelompok), keahlian, sumberdaya,
kelembagaan, organisasi dan lain-lainnya.
Proses pengorganisasian masyarakat ini akan mengarah pada terbentuknya
kader masyarakat yang kemudian bersama fasilitator mendorong peran aktif
masyarakat, dalam proses pengukuhan lembaga komunitas sebagai representasi
masyarakat yang akan berperan sebagai motor penggerak masyarakat dalam
melakukan pengelolaan sampah berbasis komunitas di wilayahnya.
5.7. Harapan Informan Dalam Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Hasil penelitian menunjukkan harapan-harapan yang berbeda diantara
informan. Dua informan mengatakan agar pemerintah turut serta untuk membangun
MCK di wilayah mereka, ada informan mengatakan agar berkesinambungan juga dari
dinas kesehatan, berharap agar penyuluhan semakin sering diadakan serta mengatur
waktu penyuluhan yang sesuai dengan waktu mereka. Informan lainnya berharap agar
73
poskesdes yang ada buka setiap hari mengingat Puskesmas Tanjung Rejo jauh dari
tempat tinggal mereka. Dan dari harapan-harapan yang disampaikan informan,
informan 1 mengatakan agar diadakan penyuluhan dikelompok yang mereka bentuk,
berikut :
“ harus ada penyuluhan dari anggota puskesmas lah.di kelompok tadi saya juga harapannya diadakan penyuluhan, kasi saranlah bagaimana cara hidup sehat....” Peneliti menggambarkan dari pernyataan informan ini, bahwa adanya kaitan
dengan apa yang peneliti sampaikan sebelumnya, yaitu melakukan strategi promosi
kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat (kelompok-kelompok yang telah
terbentuk di masyarakat) karena pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan
kemitraan. Pada saat ini banyak dijumpai Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli terhadap kesehatan. LSM ini
harus digalang kerjasamanya, baik antara mereka maupun dengan pemerintah agar
upaya pemberdayaan masyarakat dapat berdaya guna dan berhasil guna dan
terwujudnya pemberdayaan (Notoatmodjo, 2003) yang adalah proses pemberian
informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu
menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude),
dan dari mau menjadi mampu melaksanankan perilaku yang diperkenalkan, salah
satunya mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Informan yang tergabung dalam anggota kelompok yang ada di masyarakat
sudah merasakan manfaat positif baik bagi diri sendiri mapun keluarga terutama
74
dalam peningkatan ekonomi keluarga. Dikaitkan dengan harapan-harapan informan
yang berkeinginan agar masalah kesehatan khususnya PHBS dapat dikembangkan
melalui kelompok yang telah mereka bina. Respon yang diberikan informan sangat
mendukung agar masyarakat mau dan mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
Hasil wawancara yang didapat terhadap 6 informan disamping dari jawaban
informan berdasarkan pedoman wawancara didapat bahwa seluruh informan memang
masih mendapatkan banyak kendala untuk dapat dikatakan telah berperilaku hidup
bersih dan sehat. Salah satu contoh adalah kondisi rumah informan yang belum
memenuhi standar ketentuan yaitu kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni,
rumah tangga yang mempunyai luas lantai rumah yang ditempati dan digunakan
untuk keperluan sehari-hari dibagi dengan jumlah penghuni.
Masalah ketersediaan air bersih yang langka yang terjadi di masyarakat juga
belum dapat dikategorikan dalam indikator PHBS. Masalah air ini seperti yang
disampaikan oleh informan 5 brikut :
“Tapi kalo air sendiri, saya seh gak masalah tapi orang laen mungkin karna pakai sumur bor. kalau yang gak punya sumur bor sih sulit, karna langka disini yang punya sumur bor kan terbatas jadinya air kalau sudah ngangkat-ngangkat. Masyarakat sini dan kondisi lingkungan disini kan, yang rendah yang buat lingkungan sini kurang bersih dan sehat....”
Disamping ketersediaan air bersih yang belum memadai, di masyarakat juga
masih terdapat penggunaan jamban yang tidak sehat seperti jamban cemplung namun
sudah terjadi peningkatan dimana masyarakat sudah mulai membuat dan tidak lagi
menggunakan WC cemplung, seperti yang diutarakan oleh informan berikut :
75
“...Masyarakat sudah mulai membuat WC, ga WC cemplung lagi....”
10 indikator PHBS belum terlaksana di desa Tanjung Rejo khususnya daerah
masyarakat pantai. Perilaku hidup bersih dan sehat belum tercapai, dimana dari
kesepuluh indikator itu, yang paling buruk terjadi di masyarakat pantai adalah kurang
memadainya ketersediaan air bersih dan penggunaan WC cemplung yang dianggap
masyarakat praktis penggunaannya.
Hasil penelitian pada masyarakat pantai ini berkaitan dengan penelitian yang
sebelumnya telah dilakukan di Kabupaten Deli Serdang bahwa perilaku hidup bersih
dan sehat masyarakat masih rendah. Berdasarkan Surkesda Kabupaten Deli Serdang
(2007) diketahui jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 93%, tidak
merokok dalam ruangan 9,65%, melakukan aktivitas fisik setiap hari 29, 16%, makan
buah dan sayuran setiap hari 11,15%, ketersediaan jamban sehat 52,7%, ketersediaan
air bersih 56,44%, lantai rumah bukan tanah 7,0%.
Bila dihubungkan dengan hasil Surkesda tersebut, dapat dilihat bahwa
persentase makan buah dan sayuran masih sangat rendah, ketersediaan jamban sehat
belum memadai, ketersediaan air bersih juga belum memadai namun sudah memiliki
lantai rumah bukan tanah (Semen).
Untuk mengatasi masalah-masalah diatas maka perlu dilakukan peningkatan
kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat dan bersih serta membangun
kemitraan dan pemberdayaan masyarakat melalui upaya promosi kesehatan sehingga
seluruh (10) indikator PHBS dapat terpenuhi dan terciptalah masyarakat yang
berperilaku hidup bersih dan sehat.
76
PHBS pada masyarakat tercapai bila setiap individu mau mempraktekkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Peran puskesmas adalah melakukan suatu upaya
(promosi kesehatan) untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong
dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat
sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan
kesehatan.
77
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Adapun kesimpulan yang didapat dari penelitian yang berjudul “Strategi
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan PHBS Individu Pada Masyarakat
Pantai Di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008”
adalah sebagai berikut :
1. Rendahnya pencapaian program PHBS di masyarakat pantai (Paluh Merbau)
akibat rendahnya pengetahuan masyarakat, masalah ekonomi, kesadaran
masyarakat yang belum memadai, masalah transportasi dan jarak yang jauh ke
Puskesmas Tanjung Rejo.
2. Petugas Puskesmas Tanjung Rejo telah melakukan pelayanan dan kegiatan
penyuluhan PHBS dalam peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Masyarakat mendapat tanggapan dan pengaruh yang positif terhadap kegiatan
yang dilakukan petugas Puskesmas Tanjung Rejo.
4. Keluarga merupakan faktor paling mendukung dalam melaksanakan program
PHBS.
5. Dukungan dan peran aktif dari petugas kesehatan, kelompok pemberdayaan
masyarakat, tokoh masyarakat serta tim penggerak PKK dapat memotivasi
keluarga (individu) untuk mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat dan
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
77
78
6. Strategi pemberdayaan masyarakat yang tepat bagi masyarakat pantai (Paluh
Merbau) dalam peningkatan PHBS adalah strategi promosi kesehatan dengan
melakukan kemitraan dengan kelompok-kelompok yang telah ada di
masyarakat dan kepada pemerintah, sehingga sasaran PHBS yang dimulai dari
pendekatan individu, keluarga, kelompok hingga masyarakat berhasil dan
mampu berperilaku hidup bersih dan sehat.
6.2. Saran
Saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut :
1. Peran aktif Petugas kesehatan khususnya pemegang program promosi
kesehatan semakin ditingkatkan antara lain melalui penyuluhan-penyuluhan
tentang PHBS maupun kunjungan-kunjungan langsung ke tengah-tengah
masyarakat untuk memberikan informasi yang lebih lengkap dan jelas
mengenai PHBS.
2. Pembinaan kepada petugas kesehatan melalui monitoring dan evaluasi
kegiatan yang dilakukan sehingga program PHBS semakin optimal
dilaksanakan.
3. Program PHBS semakin digalakkan di dalam kelompok-kelompok
pemberdayaan masyarakat seperti melakukan pertemuan/diskusi mengenai
PHBS dan kegiatan gotong royong bersama serta mengadakan berbagai
kegiatan menarik lainnya untuk memotivasi masyarakat melaksanakan PHBS
79
dalam kehidupan sehari-hari, contohnya kegiatan green and clean dan lomba
bersih-bersih kampung
4. Peran dan dukungan lintas sektoral terhadap PHBS dapat dilakukan melalui
diskusi/pertemuan pada rapat koordinasi Kecamatan setiap bulannya dan
kerjasama dengan puskesmas untuk bersama-sama membahas kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan masalah PHBS untuk
mencegah munculnya penyakit-penyakit menular yang sering timbul akibat
rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
5. Peran tokoh masyarakat dan tokoh agama agar semakin ditingkatkan untuk
memotivasi setiap kepala keluarga agar mau dan mampu memotivasi anggota
keluarganya masing-masing untuk mempraktekkan PHBS dalam kehidupan
sehari-hari, seperti melalui pengajian, kebaktian atau kegiatan rohani lainnya
yang didalammya tercakup kegiatan-kegiatan yang memotivasi keluarga
untuk mempraktekkan PHBS.
6. Peran media elektronik (televisi, radio) dan media cetak dapat dipakai sebagai
alat yang efektif untuk mempromosikan pentingnya PHBS di tengah-tengah
masyarakat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 1996. Konsep Mutu dalam Pelayanan Kesehatan, MKMI, Jakarta. Bappenas, 2004. Rencana Pembangunan Nasional Kawasan Pesisir, Jakarta. Curtis V dkk, 1997. Bersih, Sehat dan Sejahtera, Peran Tenaga Kesehatan
Masyarakat Dalam Merubah Perilaku Masyarakat Menuju Hidup Bersih dan Sehat, UNICEF, WHO, Jakarta.
Darubekti 2001. Perilaku Kesehatan Masyarakat Desa Talang Pauh, Kecamatan
Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu. Center Magister KMPK UGM, http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Depkes RI, 1999. Indonesia Sehat 2010, Jakarta. ________, 2002. Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat Pusat
Promosi Kesehatan, Jakarta. ________, 2005. Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah, Pusat Promosi
Kesehatan Departemen Kesehatan RI , Jakarta ________, 2006, Rencana Strategis Departemen Kesehatan tahun 2005-2009,
Jakarta. ________,2006. Dokumentasi Modul Kemitraan Promosi Kesehatan, Pusat Promosi
Kesehatan Depkes. RI, Jakarta. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, 2007, Profil Kesehatan Kab. Deli
Serdang, Lubuk Pakam. Elfindri, 2002. Ekonomi Patron Client : Fenomena Mikro Rumah Tangga Nelayan
dan Kebijakan Makro. Andalas Press, Universitas Andalas Padang. Faisal S, 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi, yayasan Asih Asah
Asuh, Bandung. Green, Lawrence, 1980. Health Education Planning, a diagnostic Approach.
California: Mayfield Publishing Company.
81
Laazulva I, 2006. Promosi Kesehatan Berbasis Keluarga. Provincial Coordinator of Program United Nation for Population Fund.
Liliweri A, 2007. Promosi Kesehatan: Makalah dalam Konferensi Internasional ke-4,
Jakarta. McKenzie, 2007. Committee on Health Education and Promotion Terminology.
California: Mayfield Publishing Company. Notoatmodjo S, 2003. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka
Cipta. Pangemanan A, Naniek S, Syisferi, M Yafiz, C Suyadi, dan Supartono, 2000,
Sumber Daya Manusia (SDM) Masyarakat Nelayan. Program Pasca Sarjana.Institut Pertanian Bogor.
Puskesmas Tanjung Rejo, 2007, Profil Puskesmas Tanjung Rejo, Tanjung Rejo Puspromkes Depkes RI, 2006. Pemberdayaan Kesehatan Desa. Pusat Promosi
Kesehatan, Jakarta. Sinaga, Dewi Marhaeni Diah Herawati2, Mubasysyir Hasanbasri, 2004. Program
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Studi Kasus Kabupaten Bantul, Center Magister KMPK UGM, http://lrc-kmpk.ugm.ac.id
Survei Kesehatan Nasional, 2004. Survei Kesehatan Nasional: Status Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan, Perilaku Hidup Sehat dan Kesehatan Lingkungan: Susenas 2004 – Substansi Kesehatan. Penyusun, Titiek Setyowati, [et al.]; penyunting, Soeharsono Soemantri.Jakarta: Balitbang Depkes. RI.
Susenas 2001, Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001, Depkes RI- BPS,
Jakarta. Timisela Agustinus, 2005, Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
pada Karyawan Dinas Kesehatan Propinsi Papua. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
82
PEDOMAN WAWANCARA (INDEPTH INTERVIEW)
Strategi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Peningkatan
PHBS Individu Pada Masyarakat Pantai di Wilayah Puskesmas Tanjung Rejo
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009
I. Identitas Informan 1. Nama :…………………………. 2. Umur :…………………………. 3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan 3 Pekerjaan : a. Pegawai swasta b. Wiraswasta
c. Nelayan d. Lain-lain……………….. (sebutkan)
4. Pendidikan : a. SD b. SLTP c. SLTA d. Akad/PT
II. Daftar Pertanyaan
1. Menurut Ibu/Bapak PHBS itu apa-apa saja?
Probing : - Apakah ibu/Bapak pernah mendengar tentang PHBS (Perilaku
Hidup bersih dan sehat)?
- Dari mana Ibu/Bapak mendapat informasi tentang PHBS dan
sejak kapan?
2. Dalam melaksanakan PHBS tersebut, apa Ibu/Bapak mengalami
hambatan/kendala?baik dari diri sendiri, keluarga, masyarakat atau dari petugas
puskesmas sendiri?
82
83
3. Menurut Ibu/Bapak siapa saja yang mendukung dalam pelaksanaan PHBS?
4. Menurut Ibu/Bapak kegiatan apa saja yang sudah dilakukan puskesmas
Tanjung Rejo dalam peningkatan PHBS di wilayah ini?
5. Tanggapan ibu/bapak terhadap kegiatan yang dilakukan Puskesmas tersebut?
6. Pengaruh kegiatan tersebut buat ibu/bapak?
7. Menurut ibu/bapak apa saja peran kelompok pemberdayaan masyarakat yang
ada di wilayah ini?(manfaatnya bagi ibu/bapak)
Probing : - Adakah kelompok pemberdayaan di daerah ini?
- Apakah bergabung menjadi anggota kelompok?
8. Harapan ibu/bapak terhadap masyarakat, puskesmas dan pemerintah dalam
peningkatan PHBS ini?
84
HASIL PENGOLAHAN EZ-TEXT
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
DOKUMENTASI
99
100
101
102
103
104