strategi p2mkp citra mina lestari dalam …repository.radenintan.ac.id/8792/1/skripsi kamel.pdf ·...
TRANSCRIPT
STRATEGI P2MKP CITRA MINA LESTARI DALAM
MENINGKATKAN EKONOMI MELALUI BUDIDAYA IKAN
LELE PADAT TEBAR DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN
NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.sos)
Dalam Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Oleh
KAMELIA YULIANTI
NPM : 1541020031
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
1440/2019
i
STRATEGI P2MKP CITRA MINA LESTARI DALAM MENINGKATKAN
EKONOMI MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA IKAN LELE PADAT
TEBAR DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapat Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Dakwah
Oleh:
KAMELIA YULIANTI
NPM : 1541020031
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Pembimbing I : Prof. Dr. H. MA. Achlami HS,MA
Pembimbing II : Mardiyah, S.Pd. M.Pd
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1441 H / 2019 M
ii
ABSTRAK
STRATEGI P2MKP CITRA MINA LESTARI DALAM MENINGKATKAN
EKONOMI MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA IKAN LELE PADAT
TEBAR DI DESA SUKADAMAI KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
Oleh
KAMELIA YULIANTI
Masyarakat Desa Sukadamai yang mayoritas bermata pencaharian sebagai
petani banyak dari mereka yang hanya mengandalkan dari hasil panen saja. Inilah
yang dialami oleh masyarakat desa Sukadamai karena desa Sukadamai ini desa
yang pertaniannya tadah hujan selebihnya mereka bekerja serabutan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat ini agar masyarakat desa Sukadamai bisa
mandiri bahkan berkelanjutan (sustainbility) dalam berwirausaha budidaya ikan
lele untuk meningkatkan perekonomiannya. Dengan mengadakan pelatihan
kewirausahaan yang diadakan oleh P2MKP Citra Mina Lestari di bidang
perikanan dalam memberdayakan masyarakat tujuannya agar masyarakat
Sukadamai bisa menciptakan peluang usaha dapat mandiri dan mampu mengatasi
permasalahan hidupnya, menjadi aktif, produktif serta kreatif sehingga
masyarakat tidak mengandalkan penghasilan dari bertani saja tetapi mempunyai
suatu penghasilan tambahan dari kegiatan wirausaha budidaya ikan lele padat
tebar.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan bersifat
deskriptif yaitu memberikan gambaran data lengkap yang diperoleh dari
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penulis mengambil data sampel dengan
menggunakan teknik sampel purposive sampling dengan populasi 30 orang
dengan mengambil sampel sebanyak 6 orang. Teknik yang digunakan adalah
pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data serta penarikan kesimpulan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bagaimana proses
P2MKP Citra Mina Lestari dalam meningkatkan ekonomi melalui budidaya ikan
lele padat tebar dengan menggunakan tahap-tahap pemberdayaan yang dilakukan
oleh Iwan Bariyadi selaku Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat.
Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan
oleh fasilitator pemberdayaan telah dilakukan cukup baik dengan dengan
memberikan pelatihan kewirausahaan di bidang perikanan dan telah sesuai dengan
konsep teori yang digunakan yaitu tahap-tahap pemberdayaan mulai drai tahap
penyadaran, tahap pengkapasitasan dan tahap pendayaan.
Kata Kunci : Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Citra Mina Lestari,
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Kamelia Yulianti
NPM : 1541020031
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Strategi P2MKP
Citra Mina Lestari Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat Melalui
Budidaya Ikan Lele Padat Tebar di Desa Sukadamai Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan, adalah hasil karya pribadi tidak mengandung
plagiarism dan tidak berisi materi yang dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain
kecuali bagian-bagian tertentu yang penyusun ambil sebagai acuan dengan tata
cara yang dibenarkan secara ilmiah.
Demikian surat pernyataan ini saya buat, apabila ternyata dikemudian hari
terdapat plagiarism, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai hokum yang
berlaku.
Bandar Lampung, Oktober 2019
Yang Membuat Pernyataan
Kamelia Yulianti
NPM. 1541020031
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi : STRATEGI P2MKP CITRA MINA LESTARI
DALAM MENINGKATKAN EKONOMI
MASYARAKAT MELALUI BUDIDAYA IKAN
LELE PADAT TEBAR DI DESA SUKADAMAI
KECAMATAN NATAR KABUPATEN
LAMPUNG SELATAN
Nama Mahasiswa : Kamelia Yulianti
NPM : 1541020031
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi
MENYETUJUI
Untuk dimunaqasahkan dan dipertahankan dalam Sidang Munaqasah Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung
Bandar Lampung, Oktober 2019
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.H.MA. Achlami HS,MA Mardiyah, S.Pd,M.Pd
NIP. 1955011419873001 NIP. 197112152007012020
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Dr. H. M. Mawardi J, M.SI
NIP. 196612221995031002
v
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul : STRATEGI P2MKP CITRA MINA LESTARI
DALAM MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI
BUDIDAYA IKAN LELE PADAT TEBAR DI DESA SUKADAMAI
KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Disusun
oleh KAMELIA YULIANTI, NPM : 1541020031, Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam (PMI), telah di ujikan dalam siding munaqosyah Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada
TIM PENGUJI
Ketua Sidang : (……………………)
Sekretaris : (……………………)
Penguji I : (……………………)
Penguji II : (……………………)
Mengetahui
Dekan Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si
NIP. 196104091990031002
Alamat : Jl. Let.Kol.H. Endro Suratmin Bandar Lampung Telp: (0721) 703260
vi
MOTTO
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala
penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah
kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
(QS. AL-Mulk : 15)
vii
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahkan sebagai wujud ungkapan terimakasih
yang mendalam kepada :
1. Apah dan Amah tercinta kupersembahkan karya kecil ini kepada Amahku
tersayang (Rini Mulyati (Almh), Apahku tercinta (Baharudin).
2. My lovely Sisters. Untuk Uniku Harmayenti, Apriyani, S.E, Marliyenti
yang selalu memberikan dorongan dan semangat terimakasih atas doa dan
bantuan kalian selama ini.
3. Teruntuk Ivan Maulana, seseorang yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Untuk keponakanku tersayang Joni, Fazia, Fatiya yang selalu menghibur
dan gangguin saat mengerjakan skripsi ini.
5. Sahabat karibku Fitri Wulandari A.Md Kep, Yosi Dwi Saputra, Apriska
Anjani yang senantiasa mendo’akan dan memberikan semangat untukku.
6. Sahabat-sahabatku Romadona, Icha Marissah, Siti Nur’aini, Kurnia
Ningsih, Angelia Ramadhani, Hesti Nur Sahadatillah. Terimakasih telah
menjadi sahabat untukku semoga persaudaraan ini selalu berjalan, amin.
7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015 PMI A yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu namanya, yang selalu berjuang bersama dalam
menyelesaikan studi ini hingga selesai semoga kita semua bisa menjadi
orang sukses, amin.
8. Almamater tercinta UIN Raden Intan Lampung yang selalu menjadi
kebanggan yang telah menghantarkanku dalam meraih cita-cita.
viii
RIWAYAT HIDUP
Kamelia Yulianti, dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal 17 Juli
1997, anak terakhir dari empat (4) bersaudara. Lahir dari pasangan Ibu Rini
Mulyati dan Bapak Baharudin. Alhamdulillah Allah SWT mengamanhkan 4 orang
bersaudara kepada pasangan tersebut. Adapun Riwayat Pendidikan yang telah
ditempuh oleh penulis adalah:
1. Raudhatul Athfal TK Aulia Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan, lulus pada tahun 2003
2. Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Natar Kecamatan Natar Kabupaten Lampung
Selatan, lulus pada tahun 2009
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Natar Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan, lulus pada tahun 2012
4. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Natar Kecamatan Natar
Kabupaten Lampung Selatan, lulus pada tahun 2015
5. Pada tahun 2015, penulis melanjutkan pendidikan ke program S1 di UIN
Raden Intan Lampung, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyak milik Allah yang berhak dipuji karena nikmat yang
begitu besar telah diberikan kepada kita semua. Tidak sedikit perjuangan pun
yang luput dari pengawasan-Nya, karena Dia-lah yang mengatur jiwa-jiwa kita.
Semoga keberkahan senantiasa tercurahkan kepada kita semua. Sholawat dan
salam selalu kita sanjungkan kepada sang tauladan sejati, pembawa risalah yaitu
Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Ssemoga kelak kita semua diberikan
syafaatnya dihari kiamat.
Adapun tujuan penulis skripsi ini adalah bentuk Tri Darma Perguruan
Tinggi dibidang penelitian untuk menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1)
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung dan
Alhamdulillah teleh menyelesaikannya sesuai dengan ketentuan yang ada.
Penulis menyadarai bahwa dalam upaya penyelesaian penulisan skripsi ini,
tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Khomsahrial Romli, M.Si selaku Dekan Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Raden Intan Lampung
2. Bapak Dr. Mawardi J, M.Si Selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam serta Bapak H. Zamhariri, S.Ag M.Sos.I selaku Sekretaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
(FDIK) UIN Raden Intan Lampung.
x
3. Bapak Prof. Dr. H. MA Achlami, HS, MA selaku Pembiming I dan Ibu Hj.
Mardiyah, S.Pd, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah sabar memberikan
bantuan, pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Tim penguji munaqasyah yang telah menguji dan menentukan kelulusan
dalam ujian munaqasyah hingga saya memperoleh gelar Sarjana Sosial S.Sos.
5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu dan arahan pada penulis.
6. Pihak perpustakaan pusat dan juga perpustakaan Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah menyediakan buku-buku referensi.
7. Warga desa Sukadamai yang telah bersedia memberikan informasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
Akhirnya ungkapan Do’a terucap dengan ikhlas dan mudah-mudahan seluruh jasa
baik moral maupun material berbagai pihak, dinilai baik dan membuahkan pahala
disisi Allah SWT.
Bandar Lampung, Oktober 2019
Penulis
Kamelia Yulianti
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum penulis menjelaskan secara langsung maksud dari judul proposal
ini adalah “Strategi P2MKP Citra Mina Lestari Dalam Meningkatkan
Ekonomi Melalui Budidaya Ikan Lele Padat Tebar di Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan”.
Untuk menghindari agar tidak terjadi salah pengertian dalam memilih judul,
dijelaskan terlebih dahulu kalimat-kalimat yang dianggap perlu, sebagai berikut:
Menurut Bintaro Tjokro Mijoyo dan Mustafat Jaya, strategi adalah
keseluruhan langkah-langkah dan rangkaian kebijakan guna mencapai suatu
tujuan atau untuk mengatasi persoalan yang ada.1 Sedangkan pengertian lain
menurut Sondang P. Siagian strategi dapat didefinisikan dengan kebijakan-
kebijakan pokok yang berkaitan langsung dalam pencaaian tujuan yang mencakup
sumber dana sumber daya manusia dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi
internal dan eksternal.2
Strategi yaitu kegiatan pemberdayaan masyarakat yang memiliki tujuan
yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan pemberdayaan
masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi keberhasilannya
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi sering diartikan sebagai langkah-
1 Bintaro Tjokro Mijoyo dan Mustafa Jaya, Teori dan Strategi Pembangunan Nasional,
(Jakarta: Gunung Agung, 1990), hal.13 2 Sondang P. Siagian, Analisis Serta Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi,
(Jakarta: Gunung Agung,1985),hal.17
2
langkah atau tindakan tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu
tujuan atau penerima manfaat yang dikehendaki.3
Menurut Ginanjar Kartasasmita pemberdayaan itu suatu upaya untuk
membangun daya dengan cara mendorong, memotivasi, dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya untuk mengembangkan
dengan memperkuat potensi yang dimiliki oleh masyarakat.4
Strategi yang penulis maksud adalah cara-cara yang dilakukan oleh
Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) untuk memberdayakan ekonomi anggota
guna mencapai tujuan yang diharapkan. Dimana kelompok budidaya ikan adalah
beberapa orang pembudidaya atau peternak ikan yang menghimpun didi dalam
suatu kelompok karena memiliki keserasian dalam tujuan, motif, dan minat.5
Sedangkan kelompok budidaya ikan merupakan kumpulan peternak ikan yang
mempunyai keakraban, kekeluargaan serta kesamaan kepentingan yang
memanfaatkan lahan perkarangan rumah menjadi produktif dengan usaha
budidaya ikan lele padat tebar untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
3 Totok Mardikanto, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik,
(Bandung: Alfabeta, 2015) hal.167 4 Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan Dan
Pemerataan, (Jakarta: PT Pustaka Cidesindo,1996)hal.145 5 Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan abnormal itu
(Jakarta: Rajawali Pers,2009),hal.112
3
Jadi, yang dimaksud peneliti dalam skripsi ini adalah strategi
pemberdayaan adalah upaya mengembangkan potensi yang ada di
masyarakat, sehingga memberikan perubahan terhadap masyarakat dalam
segi ekonomi dan merupakan suatu proses penting yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
tercapainya tujuan.
P2MKP adalah Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan
merupakan lembaga pelatihan kelautan dan perikanan mandiri yang di
tetapkan oleh kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan
dan Perikanan untuk melaksanakan pelatihan kelautan dan perikanan.
P2MKP dikelola oleh pelaku utama atau pelaku usaha baik perorangan
maupun kelompok yang merencanakan, menyelenggarakan atau
melaksanakan pelatihan di bidang kelautan dan perikanan. Disini peneliti
melakukan penelitian kelompok budidaya ikan Pokdakan Citra Mina Lestari
di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Ekonomi masyarakat di Desa Sukadamai mereka hanya mengandalkan
penghasilan dari sektor pertanian saja. Hasil pertanian tersebut hanya cukup
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut teori ilmu jiwa, bahwa manusia memiliki berbagai daya, yakni
daya tau kekuatan berfikir, bersikap, dan bertindak. Daya-daya itulah yang
harus ditumbuhkembangkan manusia dan kelompok manusia agar tingkat
berdayanya optimal untuk mengubah diri dan lingkungannya.
4
Penguatan usaha kecil dan sektor informal menjadi salah satu fokus
dalam upaya pengentasan kemiskinan. Dalam kaitannya dengan ini,
sumbangan dari ilmu ekonomi dan manajemen dalam kerangka berpikir
pengembangan usaha kecil dan sektor informal akan sangat membantu
praktisi kesejahteraan sosial yang banyak melakukan program pemberdayaan
ekonomi masyarakat miskin. Ketika agen perubahan (dalam hal ini
community worker) harus mengembangkan komunitas sasaran yang
mempunyai angka pengangguran dan angka penduduk miskin yang cukup
tinggi, ataupun pada komunitas yang mempunyai cukup banyak masyarakat
yang bergerak di sektor informal dan usaha kecil. Kemampuan mengelola dan
membuat pembukuan sederhana merupakan bagian dari sumbangan praktis
ilmu ekonomi dan manajemen yang dapat diadopsi oleh tenaga
pengembangan masyarakat (community development worker) dalam upaya
mengembangkan usaha kecil yang biasanya juga dikelola dengan „seadanya‟
oleh masyarakat miskin, baik yang tinggal di perkotaan maupun perdesaan.
Jadi dalam penelitian ini meningkatkan ekonomi adalah kehidupan
yang saling berinteraksi kemasyarakatan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya baik konsumsi, produksi maupun pendistribusian. Kesejahteraan
ekonomi untuk masyarakat bertujuan untuk membantu individu atau
masyarakat guna memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasarnya dan
meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan
masyarakat.
5
Budidaya ikan adalah salah satu bentuk budi daya perairan yang khusus
membudidayakan ikan di tangki atau ruang tertutup, biasanya untuk
menghasilkan bahan pangan, ikan hias, dan rekreasi (pemancingan). Ikan
yang paling banyak di budidayakan adalah ikan mas, salmon, lele, ikan nila
dan ikan patin.6 Jadi yang di maksudkan dalam budidaya ikan ini adalah
budidaya ikan lele padat tebar, budidaya ikan padat tebar ini bisa di
aplikasikan pada kolam beton kolam fiber dan kolam terpal namun tidak pada
kolam tanah, karena kolam tanah tidak mudah di kontrol seperti halnya kolam
terpal kolam fiber dan kolam beton. Rata-rata kolam yang di gunakan untuk
budidaya dengan padat tebar biasanya bundar ataupun kolam yang tidak
memiliki sudut mati.
Padat tebar dalam judul skripsi ini adalah pemanfaatan lahan sempit
yaitu lahan atau areal sekeliling rumah tempat tinggal masih kosong belum di
manfaatkan. Lahan sempit yang tersedia bisa saja di pekarangan, samping
kiri-kanan dan belakang rumah. Areal kosong ini bisa diolah menjadi lahan
produktif. Lahan kosong ini bisa menjadi pendidikan gratis bagi anak di
lingkungan keluarga. Dalam budidaya ikan padat tebar ini tebar bibit 10.000
ekor untuk kolam semen ukuran 4x6 meter dengan hasil panen 1 ton 50kg
dan lama pemeliharaan 70 hari menghabiskan pakan 730 kg. Menjaga dan
memanfaatkan lingkungan sekitar dengan baik agar memberikan nilai tambah
bagi kesejahteraan anggota keluarga.
6Tersedia di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budi_daya_ikan.htmldiunduh pada 7 Nov
2018.
6
Jadi, penulis menarik kesimpulan bahwa pemberdayaan memberikan
perubahan suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya,
kekuatan atau kemampuan kepada individu dan masyarakat lemah agar dapat
mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta
masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya
dengan mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara
mandiri. Strategi P2MKP Citra Mina Lestari melaksanakan pelatihan kepada
masyarakat dengan budidaya ikan lele padat tebar dengan memanfaatkan
lahan perkarangan rumah bisa memberikan nilai tambah untuk meningkatkan
perekonomian keluarga karena adanya SDM, ruang sehingga memungkinkan
untuk melakukan usaha budidaya ikan lele sehingga dapat meningkatkan
ekonomi secara berkelanjutan
B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan penulis memilih judul “Strategi P2MKP Citra Mina
Lestari Dalam Meningkatkan Ekonomi Melalui Budidaya Ikan Lele di Desa
Sukadamai Kec. Natar Lampung Selatan” adalah sebagai berikut:
1. Alasan Objektif
Pengangguran musiman merupakan masalah pelik yang sering di
alami masyarakat desa Sukadamai terutama bagi mereka yang
menggantungkan dari hasil pertanian. Produktifitas petani hanya aktif di
saat musim tanam dan panen, selepas itu mereka menganggur dan kerja
serabutan.
7
P2MKP Citra Mina Lestari dalam memberdayakan masyarakat desa
Sukadamai kecamatan Natar kabupaten Lampung Selatan dibidang
kewirausahaan dan mengubah mindset masyarakat yang awalnya pasif
menjadi aktif dan produktif sehingga masyarakat tidak ketergantungan lagi
dengan hasil pertanian terlebih saat musim paceklik tiba.
Sebuah peluang usaha dengan memanfaatkan perkarangan rumah
sehingga hasilnya bisa meningkatkan perekonomian keluarga. Maka dari
itu saya memilih judul proposal Strategi P2MKP Citra Mina Lestari Dalam
Meningkatkan Ekonomi Melalui Budidaya Ikan Lele Padat Tebar di Desa
Sukadamai Kecamatan Natar Lampung Selatan.
2. Alasan Subjektif
Penelitian ini dalam rangka pengembangan keilmuwan pada fakultas
dakwah jurusan pengembangan masyarakat islam, sebab penelitian ini
berusaha mengkaji tentang suatu pemberdayaan masyarakat dalam
pemanfaatan lahan sempit budidaya ikan lele padat tebar terhadap
kehidupan sosial ekonomi melalui P2MKP Citra Mina Lestari agar
tercapainya suatu tujuan bersama yaitu untuk kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat.
C. Latar Belakang Masalah
Pertanian tadah hujan adalah usaha pertanian yang memanfaatkan
hujan sepenuhnya sebagai sumber air. Usaha pertanian ini telah
menyediakan bahan pangan di berbagai kawasan di negara miskin dan
berkembang.
8
Di Provinsi Lampung khususnya di daerah Metro dan Pringsewu
pertaniannya tidak tadah hujan artinya pertanian ini memiliki
pengairan/irigasi yang mengalirkan air ke sawah sehingga petani dapat
mengolah lahan pertaniannya berbeda dengan beberapa daerah di Provinsi
Lampung terutama di Desa Sukadamai di desa ini pertaniannya tadah hujan
yaitu sawah yang system pengairannya sangat mengandalkan curah hujan
karena air sulit sekali di dapat. Sawah tadah hujan umumnya hanya dipanen
setahun sekali. Intensitas penggunaan tenaga kerja di sawah tadah hujan
lebih tinggi karena petani harus menyulam (menanam kembali) lebih sering
dibandingkan sawah beririgasi, akibat suplai air yang tidak stabil.
Inilah yang di alami oleh masyarakat desa Sukadamai karena desa
Sukadamai ini desa yang pertaniannya tadah hujan dan para petani hanya
mengandalkan dari hasil panen saja selebihnya mereka bekerja serabutan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat ini agar masyarakat desa
Sukadamai bisa mandiri bahkan berkelanjutan (sustainbility) dalam
berwirausaha budidaya ikan lele untuk meningkatkan perekonomiannya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang
harus dilakukan pada saat ini karena ketidakberdayaan masyarakat menjadi
salah satu sumber dari permasalahan nasional yang sedang di hadapi saat
ini. Pemberdayaan merupakan suatu konsep untuk memberikan tanggung
jawab yang lebih besar kepada orang-orang tentang bagaimana melakukan
pekerjaan. Pemberdayaan akan berhasil jika di lakukan oleh pengusaha,
pemimpin atau kelompok yang dilakukan secara terstruktur dengan
9
membangun budaya kerja yang baik. Konsep pemberdayaan terkait dengan
pengertian pembangunan masyarakat dan pembangunan yang bertumpu
pada masyarakat.
Sumberdaya lokal untuk pembangunan adalah sesuatu yang tersedia
dan atau dapat disediakan guna memproduksi sesuatu. Sumberdaya
(resources), merupakan segala sesuatu yang diperlukan dalam proses
kegiatan, baik proses produksi komoditas tertentu, proses pengolahan atau
perbaikan nilai-tambah (added value), maupun proses pengembangan
masyarakat yang bertujuan untuk memperbaiki kesejahteraan atau mutu
hidupnya, lahir dan batin, material dan spiritual, di dunia maupun di
akhirat.7
Secara konseptual, strategi sering diartikam dengan beragam
pendekatan, seperti :
a. Strategi sebagai suatu rencana, strategi merupakan pedoman atau acuan
yang dijadikan landasan pelaksanaan kegiatan, demi tercapainya tujuan-
tujaun yang ditetapkan. Rumusan strategi senantiasa memperhatikan
kekuatan dan kelemahan internal serta peluang dan ancaman eksternal
yang dilakukan oleh (para) pesaingnya.
b. Strategi sebagai kegiatan, strategi merupakan upaya-upaya yang
dilakukan oleh setiap individu, organisasi, atau perusahaan untuk
memenangkan persaingan, demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau
telah ditetapkan.
c. Strategi sebagai suatu instrumen, strategi merupakan alat yang digunakan
oleh semua unsur pemimpin organisasi/perusahaan, terutama manajer
puncak, sebagai pedoman sekaligus alat pengendali pelaksanaan
kegiatan.
d. Strategi sebagai suatu sistem, sistem merupakan satu kesatuan rencana
dan tindakan-tindakan yang komprehensif dan terpadu, yang diarahkan
untuk menghadapi tantangan-tantangan guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
7Totok Mardikanto dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat,(Bandung: Alfabeta,2015)
hal.33
10
e. Strategi sebagai pola pikir, strategi merupakan suatu tindakan yang
dilandasi oleh wawasan yang luas tentang keadaan internal maupun
eksternal untuk rentang waktu memilih alternatif-alternatif terbaik yang
dapat dilakukan dengan memaksimalkankekuatan yang dimiliki untuk
memanfaatkan peluang-peluang yang ada, yang dibarengi dengan upaya-
upaya untuk “menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi atau
meminimumkan ancaman-ancamannya.8
Jadi penulis memfokuskan strategi P2MKP Citra Mina Lestari dalam
meningkatkan perekonomian keluarga yaitu harus terencana kegiatannya
serta melihat permasalahan akan kebutuhan masyarakat dalam
meningkatkan perekonomian mereka selain dari hasil pertanian dengan
strategi yang terencana tujuan P2MKP Citra Mina Lestari sebagai fasilitator
harapannya masyarakat bisa mengatasi permasalahan mereka sendiri secara
mandiri dan berkelanjutan.
Sebenarnya peluang usaha itu banyak tetapi tergantung dari individu
itu sendiri bisa membaca peluang usaha tersebut atau tidak. Kelompok
budidaya ikan Pokdakan Citra Mina Lestari ini memanfaatkan sebagian
areal perkarangan rumah agar bisa produktif. Banyak masyarakat yang tidak
memanfaatkan lahan perkarangan rumahnya dan di biarkan terbengkalai
begitu saja padahal bisa menjadi sebuah peluang usaha. Tidak sedikit
banyak petani pembudidaya ikan yang gagal karna tidak di barengi dengan
inovatif dan produktif serta kerja keras yang maksimal memang harus
berani mengambil resiko dalam membuka usaha khususnya pembudidaya
ikan lele.
Dengan adanya Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan
(P2MKP) Citra Mina Lestari masyarakat di Desa Sukadamai memanfaatkan
8 Ibid.hal.167
11
lahan perkarangan rumah untuk berwirausaha yaitu dengan budidaya ikan
lele sebagai membantu memberdayakan dan meningkatkan kesejateraan
masyarakat.
Berdasarkan potensi dari usaha yang dijalankan oleh P2MKP Citra
Mina Lestari keberadaannya tentu sangat diperlukan dan bermanfaat bagi
masyarakat sekitar. Sekarang telah banyak dari warga masyarakat sekitar
yang mencontoh dari kegiatan usaha yang dijalanan oleh Citra Mina Lestari.
Tidak hanya dari masyarakat sekitar yang berlatih di tempat ini, banyak dari
masyarakat luar daerah bahkan mahasiswa ikut praktek dan magang di Citra
Mina Lestari dalam rangka menambah wawasan kewirausahaan budidaya
ikan lele.
Mengapa saya menyatakan demikian, karena saat ini masyarakat
Sukadamai menggantungkan kreatifitas dan produktifitas mereka dengan
hasil panen. Masyarakat Sukadamai yang sebagian besar adalah buruh dan
petani. Pada studi kasus ini saya meneliti dan melakukan observasi di
kelompok budidaya ikan pokdakan Citra Mina Lestari di Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Lampung Selatan. Daerah Sukadamai ini bukanlah daerah
yang terlalui oleh aliran irigasi sehingga inilah yang membuat mereka
berhenti bercocok tanam. Dalam memanfaatkan lahan sempit ini untuk
budidaya ikan lele padat tebar pastinya sangat berpengaruh terhadap
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat terlebih masyarakat desa
Sukadamai ini bermata pencarian sebagai buruh dan petani.
12
Citra Mina Lestari hadir ditengah masyarakat untuk membantu
permasalahan yang sedang mereka hadapi selama ini. P2MKP Citra Mina
Lestari sangat di rasakan oleh masyarakat Sukadamai maupun masyarakat
luar. Banyak masyarakat yang mencontoh dari usaha yang dijalankan oleh
P2MKP Citra Mina Lestari. Dengan harapan agar masyarakat Sukadamai
bisa mandiri dan membuka usaha sendiri. Sehingga kreatifitas dan
produktifitas mereka tidak tergantung pada hasil musim panen saja. Dengan
melakukan pelatihan kepada masyarakat tentang budidaya ikan lele padat
tebar dan mulai langsung mempraktekkannya di lapangan sehingga
masyarakat tadi bisa mandiri dan mencobanya untuk membuka usaha seperti
yang bapak Iwan Bariyadi lakukan ini budidaya ikan lele padat tebar.
Sehingga mereka bisa meningkatkan kebutuhan perekonomian keluarga.
Dalam penelitian ini pada pemanfaatan lahan sempit dengan budidaya
lele padat tebar dalam meningkatkan perekonomian keluarga yang saya
harapkan bukan hanya petani namun seluruh masyarakat dapat
memanfaatkan baik lahan yang luas ataupun perkarangan rumah warga.
Karna pertumbuhan bibit yang cepat, hasil panen yang banyak dan tidak
mudah terserang penyakit ini membuat pertumbuhan ekonomi petani di
Desa Sukadamai Kecamatan Natar Lampung Selatan ini meningkat dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.
13
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka
yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana strategi
P2MKP Citra Mina Lestari Dalam Meningkatkan Ekonomi Melalui Budidaya
Ikan Lele Padat Tebar di Desa Sukadamai kecamatan Natar Lampung
Selatan?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengetahui strategi P2MKP Citra Mina Lestari dalam meningkatkan
ekonomi melalui budidaya ikan lele di Desa Sukadamai kecamatan Natar
Lampung Selatan.
Mendeskripsikan bagaimana strategi P2MKP Citra Mina Lestari Dalam
meningkatkan ekonomi melalui budidaya ikan lele di Desa Sukadamai
kecamatan Natar Lampung Selatan.
2. Sedangkan manfaatnya adalah :
Melalui penelitian ini peneliti berharap dapat memberikan manfaat
kepada beberapa pihak sebagai berikut:
Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk
dikembangkan kembali terkait masalah banyaknya pengangguran dam mulai
mencoba berwirausaha dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada
masyarakat agar lebih banyak lagi alternative yang dapat digunakan dalam
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat tersebut bisa mandiri.
14
Secara praktis selain sebagai syarat akhir penulis dalam menempuh SI,
diharapkan juga penelitian ini menjadi stimulant yang unggul dalam memberi
solusi terhadap sejawat lain dalam pemberdayaan masyarakat.
F. Metode Penelitian
Metode adalah “cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dengan
menggunakan pikiran dengan seksama untuk mencapai tujuan. Sedangkan
penelitian adalah “pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis
masalah yang pemahamannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran
fakta-fakta”.9
Dari penjelasan diatas penuis menggunakan metode penelitian kualitatif.
Adapun tujuan penulis yaitu untuk mendapatkan data yang diinginkan
berdasarkan pada fakta strategi P2MKP Citra Mina Lestari dalam
meningkatkan ekonomi masyarakat melalui budidaya ikan lele di Desa
Sukadamai. Untuk menjawab soal yang dirumuskan dalam skripsi ini
dibutuhkan suatu metode penelitian dan dalam rangka memenuhi kebutuhan
tersebut penulis menggunakan beberapa metode. Sebelum penulis
mengemukakan tentang metode pengumpulan data dan analisa data, terlebih
dahulu penulis akan mengemukakan jenis dan sifat penelitian, diantaranya
sebagai berikut:
9Cholid Norobuko dan Ahmadi, Metode Penelitian, (PT.Bumi Aksara, Jakarta,1997).hal.1
15
1. Jenis dan sifat penelitian
a. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenisnya maka penelitian yang penulis lakukan adalah
penelitian lapangan (field research), yaitu suatu jenis penelitian yang
berusaha untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai
permasalahan di lapangan.10
disebut juga penelitian kancah. Suatu
penelitian kancah kehidupan atau lapangan kehidupan masyarakat
Sukadamai yang mempunyai tujuan mengumpulkan data dan informasi
tentang masalah tertentu mengenai kehidupan masyarakat yang menjadi
objek penelitian.Adapun penelitian ini akan dilaksanakan di desa
Sukadamai Kecamatan Natar Lampung Selatan terkait pemanfaatan lahan
sempit untuk berwirausaha dalam kehidupan sosial ekonomi.
b. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat Deskriptif (Descriptive
ricearch) yaitu penelitian yang mempunyai tujuan untuk membuat
penggambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta
dan populasi daerah tertentu.11
Dari pengertian ini, maka penelitian yang penulis gagas hanya
ditujukan untuk melukiskan, menggambarkan dan atau melaporkan
kenyataan-kenyataan yang lebih terfokus pada masalah kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang memang jelas terlihat perbedaanya, antara
10
M. Ahmad Anar, Prinsip – prinsip Metodologi
Reaserch,(Yogyakarta:Sumbangsih,1975, hal.22 11
Sumadi Surya Brata, Metode Penelitian, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada,1998).
hal.18
16
rumah tangga miskin, sangat miskin, sedang dan kaya. Hal ini disebabkan
karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-beda
pula. Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah masyarakat yang
memanfaatkan lahan sempit atau perkarangan rumahnya untuk di lakukan
suatu usaha agar bisa menambah penghasilan ekonomi keluarga dengan
budidaya ikan lele di desa Sukadamai kecamatan Natar kabupaten
Lampung Selatan melalui P2MKP Citra Mina Lestari.
Jadi penelitian ini selain menggambarkan kejadian yang terjadi di
masyarakat dalam pemanfaatan lahan sempit untuk berwirausaha juga
mengungkapkan data yang ada padanya dan juga memberikan analisis
untuk memperoleh kejelasan dan kebenaran masalah yang dihadapi.
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah: “jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-
cirinya akan diduga, yang dimaksudkan untuk diteliti.”12
Sedangkan
menurut Sudjana, “Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin
hasilnya menghitung atau pengukur, kuantitatif maupun kualitatif
mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang
lengkap dan jelas yang ingin di pelajari sifat-sifatnya.”13
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga
masyarakat yang melakukan budidaya ikan lele padat tebar di Desa
Sukadamai Kecamatan Natar Lampung Selatan yaitu berjumlah 30 orang.
12
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,(Yogyakarta:PT.Adi Ofset,1991),hal.220 13
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito,2002),hal.6
17
b. Sampel
Sampel adalah: “Sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang
diteliti yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil
dengan menggunakan teknik tertentu.”14
Dalam penelitian ini, tidak semua
populasi akan dijadikan sumber data, melainkan dari sampel saja,
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode non random
sampling, yaitu tidak semua individu dalam populasi di beri peluang sama
untuk ditugaskan menjadi anggota sampel.15
Dari populasi yang diteliti agar lebih spesifik perlu diadakan
pemilihan objek secara khusus yang akan di teliti, dalam hal ini adalah
sampel penelitian. Untuk itu diperlukan teknik sampling (cara yang
digunakan untuk mengambil sampel).16
Menurut Imam Suprayogo dan
Tobroni teknik sampling adalah suatu cara yang berkaitan dengan
pembatasan jumlah dan jenis sumber data yang akan digunakan dalam
penelitian.17
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan ciri-ciri tertentu.18
Dalam penelitian ini data yang di harapkan dapat terkumpul adalah
mengenai kelompok budidaya ikan (pokdakan) P2MKP Citra Mina
Lestari. Adapun ciri-ciri yang penulis maksud ialah:
14
Ali Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung:
Angkasa,1987),hal.193 15
Sutrisno Hadi. Op.Cit,hal.80 16
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1, Yogyakarta, (Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM,1973) hal.75. 17
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung:
Remaja Rosdakarya,2003), hal.165. 18
M.Iqbal Hasan, Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia,2002),
hal.85
18
1) Orang yang paling mengetahui budidaya ikan lele
2) Pengurus yang tetap aktif sejak diadakannya budidaya ikan lele
Citra Mina Lestari
3) Anggota yang berhasil melakukan usaha budidaya ikan lele.
Berdasarkan ciri – ciri tersebut, diperoleh 12 orang pengurus yang aktif
di P2MKP Citra Mina Lestari yang masih tetap berjalan budidaya ikan lele
ada 6 orang.
3. Alat Pengumpul Data
a. Interview
Metode interview merupakan salah satu teknik mengumpulkan data
yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan sumber data. Hal ini dijelaskan oleh Sutrisno
Hadi sebagai berikut: “interview dapat dipandangsebagai metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan
sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua
orang atau lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab itu.”19
Dalam hal ini penulis berusaha melakukan pengumpulan data melalui
wawancara, atau dialog terhadap orang yang dapat memberikan informasi
yang dibutuhkan,dengan cara bertanya langsung kepada responden.20
Disini penulis melakukan interview dengan ketua kelompok budidaya
ikan (pokdakan) P2MKP Citra Mina Lestari sekaligus beliau adalah
19
Sutrisno Hadi, Op.Cit,hal.193 20
Kartono Kartini, Pengantar Riset Sosial, (Bandung: CV. Mandar Maju,1996),hal.49
19
seseorang yang memiliki usaha budidaya ikan lele dan cacing di perkarangan
rumahnya.
Menurut jenisnya interview dibedakan menjadi tiga yaitu: “interview
terpimpin, interview tidak terpimpindan interview bebas terpimpin.”21
Jenis
interview yang dipakai dalam penelitian ini adalah interview bebas terpimpin,
di mana pelaksanaan wawancara yang berpatokan pada daftar yang
disusundan responden dapat memberikan jawabannya secara bebas atau tidak
dibatasiruang lingkupnya, selagi tidak menyimpang dari pertanyaan yang
telah disediakan sebelumnya.
Dengan interview ini sebagai metode pokok dalam menggali data yang
berkaitan dengan masalah pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan
lahan sempit budidaya ikan lele terhadap kehidupan sosial ekonomi di Desa
Sukadamai Kecamatan Natar Lampung Selatan.
b. Observasi
Pengertian observasi adalah sebagai pengamat dan mencatat dengan
sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki, dalam arti yang luas observasi
sebenarnya tidak hanya terbatas pada pengamatan baikyang dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung, seperti melalui angket dan tes.22
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi
partisipatif, metode ini digunakan sebagai metode pelengkap guna
mengumpulkan data yang diperlukan, khususnya wujud pemeberdayaan
masyarakat dalam pemanfaatan lahan sempit budidaya ikan lele di Desa
21
Ibid,hal.193 22
Ibid,hal.136
20
Sukadamai Kecamatan Natar Lampung Selatan melalui P2MKP Citra Mina
Lestari.
c. Dokumentasi
Penelitian ini menggunkan teknik dokumentasi yang membahas
masalah-masalah sebagai berikut: “sejarah Desa Sukadamai, Struk Desa
Sukadamai, Dokumen pelatihan budidaya ikan lele, foto-foto, serta aspek-
aspek yang terkait di dalamnya. Karena yang menjadi fokus pembahasan
dalam skripsi ini adalah kelompok budidaya ikan lele, maka yang lebih di
perdalam adalah sejarah berdirinya keompok budidaya ikan (pokdakan)
P2MKP Citra Mina Lestari, struktur organisasinya, foto-foto dan lain
sebagainya terkait pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan lahan
sempit budidaya ikan lele.
Agar lebih lengkap, dalam hal ini penulis menggunkan dua sumber
data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang
didapatkan langsung oleh peneliti, dan tentunya terkait langsung dengan
pokok bahasan.23
Data primer dimaksud adalah dengan menggunakan
interview sebagai sumber utama, sedangkan observasi serta dokumentasi
sebagai data pendukung (sekunder). Dalam hal ini ada catatan-catatan yang
peneliti dapat dari hasil diskusi penulis dengan pihak yang terkait dengan
objek penelitian.
23
Cholid Nurboko, Metodologi Penelitian, Jakarta, (Bumi: Aksara,1998),hal.43.
21
G. Teknik Analisa Data
Data yang dikumpulkan menggunakan metode pengumpulan data yang
telah disebutkan di atas lalu di olah yaitu di pilih-pilih dan di kelompokkan
menurut jenisnya masing-masing, yaitu data tentang bentuk upaya, materi,
metode, baik didapat dari interview, observasi maupun dokumentasi, sesudah
diolah data tersebut kemudian di analisis. Penelitian ini penulis menggunakan
analisis data kualitatif yaitu analisa yang digunakan terhadap data yang bukan
berwujud angka-angka melainkan yang jumlahnya hanya sedikit, bersifat
monografi atau kasus – kasus (sehingga tidak dapat disusun kedalam suatu
struktur klasifikasi). Dalam mengambil kesimpulan penulis menggunakan,
analisis induktif yaitu cara menganalisis terhadap sesuatu objek ilmiah
tertentu yang bertitik tolak dari pengantar hal-hal atau kasus-kasus yang
sejenis kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum.24
Metode analisis yang peneliti gunakan dalam menganalisis data adalah
bersifat deskriptif kualitatif yaitu penyajian data dalam bentuk tulisan dan
menerangkan apa adanya sesuai dengan data yang di peroleh dari hasil
penelitian yang kemudian dilakukan analisis. Analisis data yang dilakukan
biasanya bersifat manual.25
Jadi dalam analisis data ini peneliti akan
mendeskripsikan segala sesuatu tentang strategi P2MKP Citra Mina Lestari
dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sesuai dengan apa yang didengar
dan dilihat tanpa menguranginya.
24
Sutrisno Hadi, Op. Cit,hal.43 25
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Selamba Humanika, 2010),
hal.48
22
Alat analisis data pada penelitian ini adalah analisa data deskriptif
kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah penyajian data dalam bentuk
tulisan dan menerangkan apa adanya sesuai data yang diperoleh dari hasil
penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data, data yang dikumpulkan berasal dari hasil observasi,
wawancara dan studi dokumen.
2. Mengklarifikasi materi data, langkah ini digunakan untuk memilih data
yang dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Mengklarifikasi
materi data dapat dilakukan dengan mengelompokkan data yang diperoleh
dan hasil observasi, wawancara dan studi dokumen.
3. Pengeditan, yaitu melakukan penelaahan terhadap data yang terkumpul
melalui teknik-teknik yang digunakan kemudian dilakukan penelitian dan
pemeriksaan kebenaran serta perbaikan apabila terdapat kesalahan
sehingga mempermudah proses penelitian lebih lanjut.
4. Menyajikan data, yaitu data yang telah ada dideskripsikan secara verbal
kemudian diberikan penjelasan dan uraikan berdasarkan pemikiran yang
logis, serta memberikan argumentasi dan dapat ditarik kesimpulannya.
Tahapan analisis data yang peneliti lakukan yakni dengan
mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian mengklasifikasikannya.
Selanjutnya analisis dilakukan dalam bentuk kalimat yang sederhana dan
mudah dipahami sebagai penjelas agar bisa didapatkan kesimpulan sebagai
hasil dari penelitian.
23
H. Tinjauan Pustaka
1. Skripsi SYAMSUDDIN tentang Pemberdayaan Ekonomi Keluarga
melalui Usaha Kelompok Peternakan Ayam di Kelurahan Yukum Jaya
Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah, yang menjelaskan tentang
meningkatnya standar ekonomi dari keadaan semula yaitu kurang baik
menjadi lebih baik seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, dan
pendidikan sesuai dengan keadaan masyarakatnya, dengan melalui
beberapa cara, yaitu dengan cara perencanaan peternakan yang meliputi
pemilihan lokasi peternakan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana pemberdayaan ekonomi keluarga melalui usaha kelompok
peternak ayam di kelurahan Yukum Jaya kecamatan Terbanggi Besar
Lampung Tengah. Ini sangat berbeda dengan penelitian skripsi yang saya
teliti pada skripsi ini saya menjelaskan tentang sebuah strategi lembaga
kelompok budidaya ikan (Pokdakan) dalam meningkatkan ekonomi
masyarakat melalui budidaya ikan lele yang menggunakan lahan
perkarangan rumah agar dapat dimanfaatkan dengan baik dan produktif.
2. Skripsi JAJANG ABDUL GOFAR tentang Strategi Pemberdayaan
Ekonomi Kelompok Tani Bina Karya Desa Mekar Sari Kecamatan Way
Sulan Lampung Selatan, adapun hasil penelitiannya, ia menjelaskan
tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagai upaya merubah
keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan taraf ekonomi yang telah
menjadi hal yang biasa didengar oleh seluruh lapisan masyarakat. Bahkan
dalam implementasinya beberapa strategi pemberdayaan seperti proses
pemandirian masyarakat, kebebasan berkreasi, memilih inovasi tepat guna,
24
serta penyediaan sarana dan prasarananya telah disusun sedemikian rupa
agar kondisi masyarakat benar-benar dapat diberdayakan. Ini sangat
berbeda dengan hasil penelitian pada skripsi saya yang berjudul Strategi
P2MKP Citra Mina Lestari Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Melalui Budidaya Ikan Lele Padat Tebar di Desa Sukadamai, dari tempat
penelitiannya pun sudah berbeda, objek penelitiannya pun juga berbeda
tetapi sama membahas tentang sebuah strategi pemberdayaan. Pada
penelitian saya lebih memfokuskan suatu strategi kelompok budidaya ikan
untuk meningkatkan perekonomian keluarga melalui budidaya ikan lele.
3. Skripsi MUNAWIR SADZALI tentang Pemanfaatan Sumberdaya Lokal
Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di RT 019 Griya Sukarame
Bandar Lampung, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat
berinisiatif dan berupaya semaksimal mungkin untuk mengatasi masalah
kemiskinan yang sebagian kecil berada di lingkungan RT 019 dengan
membentuk pengurus kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan
memberikan dana pinjaman kepada masyarakat yang dinilai miskin
melalui pemanfaatan lahan kosong untuk kegiatan wirausaha perdagangan
makanan dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi
masyarakat melalui penumbuhan usaha ekonomi produktif.
Walaupun judul penelitian hampir sama yaitu bertujuan untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat akan tetapi ada perbedaan yaitu lokasi
penelitian yang berbeda serta penelitian terdahulu lebih menjelaskan
tentang pemanfaatan sumber daya lokal.
25
25
BAB II
STRATEGI PEMBERDAYAAN DAN MENINGKATKAN EKONOMI
MASYARAKAT
A. Strategi Pemberdayaan
Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang
memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja
tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Strategi
sering diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu yang
dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang
dikehendaki.
1. Definisi Strategi Pemberdayaan
Strategi merupakan suatu proses dimana dianalisis kesempatan-
kesempatan, dilakukan pemilihan sasaran-sasaran, perumusan rencana dan
pelaksanaan serta pengawasan.1 Strategi dipahami sebagai upaya yang
dilakukan dengan menggunakan berbagai cara atau upaya (berdasarkan ilmu
atau seni) agar apa yang telah direncanakan dapat dicapai dengan efektif serta
efisien.2
Pendapat lain menyatakan bahwa, strategi merupakan cara-cara yang
digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian
segala keunggulan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang
1Rosnia Wati, Kamus Lengkap Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Ilmu,2005).hal.437
2Ali Moertopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: PT. Yayasan Proklamasi CSIS,Tt) hal.7
26
dihadapi dan potensial untuk dihadapi dimasa mendatang oleh organisasi yang
bersangkutan.3
Teori mengenai pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith (1776)
proses pertumbuhan dimulai apabila perekonomian mampu melakukan
pembagian kerja (division of labour). Pembagian kerja akan meningkatkan
produktivitas yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Adam
Smith juga menggarisbawahi pentingnya skala ekonomi. Dengan meluasnya
pasar, akan terbuka inovasi-inovasi baru yang pada gilirannya akan mendorong
perluasan pembagian kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.4
Pada dasarnya strategi secara operasional adalah suatu proses yang telah
dikemas sedemikian rupa untuk meraih sesuatu yang diinginkan. Dengan
demikian makna strategi merupakan sebuah alat yang dapat digunakan untuk
mengolah serta mengatur menyusun suatu rencana.
Terdapat tiga tindakan strategi yang dapat dilakukan dalam melakukan
aktifitas maupun berwirausaha, yaitu :
1. Kemampuan Analisis. Kemampuan ini diperlukan untuk melihat
perusahaan maupun analisis pasar. Analisis ini berkaitan dengan
peningkatan mutu penerapan berbagai aspek manajemen. Misalnya
masalah biaya, personalia, produk dan sebagainya. Ada pun analisis
pasar berguna untuk melihat kecenderungan pasar, segmen-segmen pasar
dan sebagainya.
2. Mengelola diri dan orang lain. Ini berkaitan dengan kemampuan
menghasilkan rencana kerja, pelaksanaan dan pengendalian kerja. Aspek
ini berguna bagi pihak atasan maupun bawahan.
3Diah Tuhfat Yoshida, Arsitertur Strategic (Solusi Meraih Kemenangan dalam Dunia
yang Senantiasa Berubah), (Jakarta: PT. Alex Media Komputindo,2006), hal.22-23 4 Aprillia Theresia dan Totok Mardikanto,dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat
acuan bagi praktisi, akademis, dan pemerhati pengembangan masyarakat. (Bandung:
Alfabeta,2015), hal.14
27
3. Menciptakan keunggulan komparatif. Strategi ini berguna untuk melihat
keunggulan program serta barang maupun jasa, apakah sudah lebih baik
jika dibandingkan dengan produk-produk lain.5
Strategi sebagaimana dipahami merupakan sebuah upaya yang dilakukan
dengan menggunakan berbagai cara atau upaya (berdasarkan ilmu atau seni)
agar apa yang telah direncanakan dapat dicapai dengan efektif serta efisien.6
Pendapat lain menyatakan bahwa, strategi merupakan cara-cara yang
digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian
segala keunggulan organisasi dalam menghadapi tantangan dan ancaman yang
dihadapi dan potensial untuk dihadapi dimasa mendatang oleh organisasi yang
bersangkutan.7
Menurut definisinya, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk
memberikan daya (empowerment) atau penguatan (strengthening) kepada
masyarakat (Mas‟oed,1990). Keberdayaan masyarakat oleh Sumodiningrat
(1997) diartikan sebagai kemampuan individu yang bersenyawa dengan
masyarakat dalam membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan.
Karena itu, pemberdayaan dapat disamakan dengan perolehan kekuatan dan
akses terhadap sumberdaya untuk mencari nafkah (Pranarka,1996).8
Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok
rentan dan lemah, untuk:
5Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, dari
Ideologi, Strategi, sampai Tradisi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2001), hal.53-54 6Ali Moertopo, Op.Cit,hal.7
7Diah Tuhfat Yoshida, Op.Cit, hal.22-23
8Totok Mardikanto dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat, (Bandung: Alfabeta)
2015.hal.114
28
1. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang
dan jasa-jasa yang mereka perlukan
2. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian
kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.(Swift dan Levin
(1987).
Istilah pemberdayaan, juga dapat diartikan sebagai upaya memenuhi
kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan masyarakat luas agar
mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan dan mengontrol
lingkungannya agar dapat memenuhi keinginan-keinginannya, termasuk
aksesbilitasnya terhadap sumber daya yang terkait dengan pekerjaannya
aktivitas sosialnya, dll.9
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari „power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Pengertian ini
mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau
tidak dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan
senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta
dalam relasi sosial. Pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian
memiliki konsep yang bermakna.10
Strategi pemberdayaan dapat saja di lakukan secara individual, meskipun
pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas dalam arti
mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya.11
Dalam konteks pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau
matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, makro.
9Ibid.hal.117
10Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,(Bandung:PT Refika
Aditama) 2005.hal.58 11
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (PT;Refika Aditama:
Bandung) 2010. hal.66
29
1. Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individual
melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.
Tujuan utamanya dalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan
tugas-tugas kehidupannya.
2. Aras mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang di hadapinya.
3. Aras makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(large-system strategy) karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, manajemen
konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Dalam pembangunan dan pemberdayaan ekonomi di wilayah Perkotaan
dan Pedesaan, terdapat empat strategi pemberdayaan ekonomi yaitu :
a. Strategi Pertumbuhan; Strategi pertumbuhan umumnya dimaksudkan
untuk mencapai peningkatan secara cepat dalam nilai ekonomis melalui
peningkatan pendapatan perkapita, produksi dan produktivitas sektor
pertanian, permodalan, kesempatan kerja dan peningkatan kemampuan
partisipasi masyarakat.
b. Strategi Kesejahteraan; Strategi kesejahteraan bertujuan untuk
memperbaiki taraf hidup atau kesejahteraan penduduk melalui pelayanan
dan peningkatan program-program pembangunan sosial yang berskala
besar dan nasional. Seperti perbaikan Pendidikan, kesehatan dan gizi,
30
penanggulangan urbanisasi, perbaikan pemukiman penduduk, dan
pembangunan fasilitas transportasi.
c. Strategi Responsif Terhadap Kebutuhan Masyarakat; Strategi ini
merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan
untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan pembangunan
yang dirumuskan oleh masyarakat sendiri mungkin saja dengan bantuan
pihak luar untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan
teknologi dan sumber daya yang dibutuhkan wilayah pedesaan dan
perkotaan.
d. Strategi Terpadu dan Menyeluruh; Strategi Terpadu dan Menyeluruh
tujuan utamanya adalah pertumbuhan, persamaan, kesejahteraan dan
partisipasi aktif masyarakat. Sasaran Strategi ini adalah membangun dan
memperkuat kemampuan untuk melaksanakan pembangunan bersama
pemerintah.12
Menurut Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafei salah satu
persoalan serius yang di hadapi bangsa ini adalah tingkat kesenjangan ekonomi
yang terlampau lebar dan tingkat kemiskinan yang terlampau menakutkan.
Dengan demikian gerakan pemberdayaan ekonomi rakyat perlu diarahkan
untuk mendorong terjadinya kesejahteraan rakyat. Maka pilihan kebijakan
pemberdayaan ekonomi rakyat hendaknya dilaksanakan dalam beberapa
langkah strategis berikut :
a. Pemberian akses yang lebih besar kepada aset produksi yaitu sumber dana
yang melimpah upaya penguatan modal usaha.
b. Memperkuat posisi transaksi dan kemitraan ekonomi rakyat dengan
membangun kebersamaan dan kesetiakawanan agar timbul rasa percaya
diri dan harga diri dalam menghadapi era keterbukaan ekonomi.
c. Meningkatkan pelayanan pendidikan dan kesehatan dalam upaya
menciptakan sumber daya manusia yang kuat dan tangguh.
d. Pemerataan pembangunan antar Daerah agar rakyat mudah mengakses
bantuan modal usaha dan banyaknya pelatihan ketenaga kerjaan. Dengan
demikian, inti pemberdayaan ekonomi kerakyatan tidak lain adalah
mensejahterakan masyarakat dalam dimensi lahir dan batin.13
12
Rahardjo Adisasmita Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2006), hal.21-22 13
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, dari
Ideologi, Strategi, sampaiTradisi, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,2001), hal.70-71
31
Menurut Suharto (1997) terhadap strategi pemberdayaan masyarakat, ia
mengemukakan adanya 5 (lima) aspek penting yang dapat dilakukan dalam
melakukan pemberdayaan masyarakat, khususnya melalui pelatihan dan
advokasi terhadap masyarakat miskin, yaitu :
1. Motivasi, dalam hubungan ini setiap keluarga harus memahami nilai
kebersamaan, interaksi sosial dan kekuasaan melalui pemahaman akan
haknya sebagai warga negara dan anggota masyarakat. Karena itu, setiap
rumah tangga harus di dorong untuk membentuk kelompok yang merupakan
mekanisme kelembagaan penting untuk mengorganisir dan melaksanakan
kegiatan pengembangan masyarakat di desa atau kelurahannya. Kelompok
ini kemudian di motivasi untuk terlibat dalam kegiatan peningkatan
pendapatan dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan-
kemampuan mereka sendiri.
2. Peningkatan Kesadaran dan Pelatihan Kemampuan, dapat dicapai melalui
pendidikan, perbaikan kesehatan, imunisasi dan sanitasi. Sedangkan
keterampilan-keterampilan vokasional bisa dikembangkan melalui cara-cara
partisipatif, pengetahuan lokal yang biasanya di peroleh melalui pengalaman
dapat dikombinasikan dengan pengetahuan dari luar. Pelatihan semacam ini
dapat membantu masyarakat miskin untuk menciptakan mata pencaharian
sendiri atau membantu meningkatkan keahlian mereka untuk mencari
pekerjaan di luar wilayahnya.
3. Manajemen diri, setiap kelompok masyarakat harus mampu memilih
pemimpin mereka sendri dan mengatur kegiatan mereka sendiri, seperti
melaksanakan pertemuan-pertemuan, melakukan pencatatan dan pelaporan,
mengoperasikan tabungan dan kredit, resolusi konflik dan manajeman
kepemilikan masyarakat. Pada tahap awal pendamping dari luar dapat
membantu mereka dalam mengembangkan sebuah sistem. Kelompok
kemudian dapat diberi wewenang penuh untuk melaksanakan dan mengatur
sistem tersebut.
4. Mobilisasi sumberdaya, untuk memobilisasi sumber daya masyarakat, di
perlukan pengembangan metode untuk menghimpun sumber-sumber
individual melalui tabungan reguler dan sumbangan sukarela dengan tujuan
menciptakan modal sosial. Ide ini didasari pandangan bahwa setiap orang
memiliki sumberdaya sendiri yang jika dihimpun, dapat meningkatkan
kehidupan sosial ekonomi secara substansial. Pengembangan sistem
penghimpunan, pengalokasian dan penggunaan sumber perlu dilakukan
secara cermat sehingga semua anggota memiliki kesempatan yang sama.
Hal ini dapat menjamin kepemilikan dan pengelolaan secara berkelanjutan.
5. Pembangunan dan Pengembangan Jejaring
Pengorganisasian kelompok-kelompok swadaya masyarakat perlu disertai
dengan peningkatan kemampuan para anggotanya membangun dan
mempertahankan jaringan dengan berbagai sistem sosial di sekitarnya.
32
Jaringan ini sangat penting dalam menyediakan dan mengembangkan
berbagai akses terhadap sumber dan kesempatan baik peningkatan
keberdayaan masyarkat miskin.14
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan implikasi dari strategi pembangunan yang
berbasis pada masyarakat (people centered development). Terkait dengan hal
ini, pembangunan apapun pengertian yang diberikan terhadapnya, selalu
merujuk pada upaya perbaikan, terutama perbaikan pada mutu hidup manusia,
baik secara fisik , mental, ekonomi maupun sosial budaya-nya.15
Pembangunan selama ini telah melahirkan sejumlah “pelayanan kepada
masyarakat sementara itu pembangunan yang berorientasi pemberdayaan
masyarakat akan melairkan “masyarakat ke dalam layanan”. Memberdayakan
masyarakat bukan sekedar “memobilisasi masyarakat untuk ambil bagian”,
melainkan untuk “mengejar jaringan kemitraan”.
Menurut Zimmerman (1996), proses pemberdayaan masyarakat
(community empowerment) merupakan upaya membantu masyarakat untuk
mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu untuk
mengatasi masalah dan mengambilkan keputusan secara mandiri. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan (power),
aksesbilitasi terhadap sumberdaya dan lingkungan yang akomodif.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang diwujudkan dalam
pembangunan secara partisipatif kiranya sangat sesuai dan dapat dipakai untuk
mengantisipasi timbulnya perubahan-perubahan dalam masyarakat beserta
lingkungan strategisnya. Sebagai konsep dasar pembangunan partisipatif
14
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta,2015), hal.171 15
Totok Mardikanto, Pembangunan Berbasis Masyarakat, (Bandung:Alfabeta) 2015.
hal.150
33
adalah melakukan upaya pembangunan atas dasar pemenuhan kebutuhan
masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat mampu untuk berkembang dan
mengatasi permasalahannya sendiri secara mandiri, berkesinambungan dan
berkelanjutan. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam surah Ar-Rad
ayat 1116
“bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila
Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang
dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.
(QS. Ar-Rad :11)
Dari ayat ini dapat kita ketahui, umat manusia tetap diperintahkan untuk
terus berusaha tidak berpangku tangan dari orang lain, meskipun berhasil
tidaknya adalah kehendak Allah. Allah yang memberikan kebebasan untuk
menentukan nasib manusia sendiri dimasa depan. Sehubungan dengan itu maka
pemberdayaan berarti usaha (program, proses) mengembangkan keberdayaan
dari suatu sistem sosial guna mencapai tujuan secara mandiri.17
Pemberdayaan ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat agar
mampu berdaya sehingga ia dapat peningkatan kualitas hidup dan
16 Kesi Widjiayanti, “Model Pemberdayaan Masyarakat” Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Semarang), No. 01/Juni 2015, hal.73 17
Sumaryo Gitosaputro, Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat,(Yogyakarta,
Graha Ilmu, 2015) hal.28
34
kesejahteraannya. Namun keberhasilan pemberdayaan tidak sekedar
menekankan pada hasil, tetapi juga pada prosesnya melalui tingkat partisipasi
yang tinggi, yang berbasis kepada kebutuhan dan potensi masyarakat. Untuk
meraih keberhasilan itu, agen pemberdayaan dapat melakukan pendekatan
bottom-updengan cara menggali potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat.
Potensi dan kebutuhan tersebut tentu saja sangat beragam walaupun dalam satu
komunitas. Dalam hal ini agen pemberdayaan dapat menentukan skala prioritas
yang dipandang sangat perlu untuk dikembangkan. Kondisi inilah yang
menjadi acuan agen pemberdayaan untuk menentukan perencanaan
pemberdayaan (tujuan, materi, metode, alat, evaluasi) yang dirumuskan
bersama-sama dengan klien/sasaran. Keterlibatan sasaran dalam tahapan
perencanaan ini, merupakan salah satu cara untuk mengajak mereka katif
terlibat dalam proses pemberdayaan. Dengan keterlibatan tersebut, mereka
memiliki ikatan emosional untuk mensukseskan program pemberdayaan.18
3. Konsep Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan ini berkembang dari realitas individu atau
masyarakat yang tidak berdaya atau pihak yang lemah (powerless).
Ketidakberdayaan atau memiliki kelemahan dalam aspek: pengetahuan,
pengalaman, sikap, keterampilan, modal usaha, networking, semangat, kerja
keras, ketekunan dan aspek lainnya. Kelemahan dalam berbagai aspek tadi
mengakibatkan ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kemiskinan.
18
Oos M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, (Bandung; Alfabeta)
2014.hal.87.
35
Menurut Pranarka dan Muljarto (1996) dalam bukunya Sumaryo
Gitosaputro yang berjudul Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat,
pemberdayaan adalah suatu upaya untuk membangun eksistensi pribadi,
keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintah, negara, dan tata nilai dalam
kerangka proses aktulisasi kemanusiaan yang adil dan beradab, yang terwujud
di berbagai kehidupan politik, hukum, pendidikan, dan lain sebagainya.
Pemberdayaan juga memiliki makna menghidupkan kembali tatanan nilai,
budaya, dan kearifan lokal dalam membangun jati dirinya sebagai individu dan
masyarakat. Misalnya, menghidupkan kembali sifat gotong royong dan tolong
menolong dalam masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan,
merupakan salah satu wujud/bentuk pemberdayaan masyarakat. Meskipun
pemberdayaan masyarakat bukan semata-mata konsep ekonomi, tetapi
seringkali ditujukan untuk tujuan pengentasan kemiskinan dan kesejahteraan
masyarakat.19
4. Tahapan-Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut pendapat Tim Deluvery tahapan-tahapan pemberdayaan
masyarakat ialah :
a. Seleksi wilayah
Seleksi wilayah dilakukan sesuai dengan kriteria yang disepakati oleh
lembaga, pihak-pihak terkait dan masyarakat, penetapan kriteria penting agar
pemilihan lokasi dilakukan sebaik mungkin, sehingga tujuan pemberdayaan
masyarakat akan tercapai seperti yang diharapkan.
19
Oos M. Anwas, Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, (Bandung; Alfabeta) 2014.
hal.48
36
b. Sosialisasi pemberdayaan masyarakat
Sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk
menciptakan dialog dengan masyarakat, melalui sosialisasi akan membantu
untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait tentang program
dan atau kegiatan pemberdayaan masyarakat yang telah direncanakan. Proses
soosialisasi menjadi sangat penting, karena akan menentukan minat atau
ketertarikan masyarakat untuk berpartisipasi dalam program pemberdayaan
masyarakat yang telah dikomunikasikan.
c. Proses pemberdayaan masyarakat
Pada hakekatnya, pemberdayaan merupakan suatu kegiatan yang lebih
menekankan proses, tanpa bermaksud menafikan hasil dari pemberdayaan itu
sendiri. Dalam kaitannya, dengan proses, maka partisipasi atau keterlibatan
masyarakat dalam setiap tahapan pemberdayaan mutlak diperlukan. Dengan
menekankan pada proses yang diikutip dari Angelia Ramadhani maka
pemberdayaan pun memiliki tahap-tahap sebagai berikut:
a) Penyadaran, pada tahap ini dilakukan sosialisasi terhadap masyarakat asgar
mereka mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi
peningkatan kualitas kehidupan mereka dan dilakukan secara mandiri (self
help)
b) Pengkapasitasan, sebelum diberdayakan masyarakat perlu diberdayakan
kecakapan dalam mengelolanya. Tahap ini sering disebut capacity building,
yang terdiri atas pengkapasitasan manusia, organisasi, dan system nilai.
37
c) Pendayaan, pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan dan peluang
sesuai dengan kecakapan yang sudah diperolehnya. Tahapan program
pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah siklus perubahan yang
berusaha mencapai taraf keidupan yang lebih baik.
d) Tahap capacity building dan networking tahapan ini mencakup :
1) Melakukan pelatihan, workshop, dan sejenisnya untuk membangun
setiap kapasitas setiap individu masyarakat agar siap menjalankan
kekuasaan yang di berikan kepada mereka.
2) Masyarakat secara bersama-sama membuat aturan main dalam
menjalankan program berupa anggaran dasar organisasi, system dan
prosedurnya.
3) Membangun jaringan dengan pihak luar seperti pemerintah daerah
setempat yang mendukung kelembagaan lokal.
4) Tahap pelaksanaan dan pendampingan.
5) Melaksanakan kegiatan yang telah di susun dan direncanakan bersama
masyarakat.
6) Tahap evaluasi mencakup;
a. Memantau setiap pemberdayaan yang dilakukan.
b. Mengevaluasi kekurangan dan kelebihan dari tahapan pemberdayaan
yang dilakukan.
c. Mencari solusi atau konflik yang mungkin dalam setiap tahapan
pemberdayaan. Tahap evaluasi akhir menjadi jembatan menuju tahap
terminasi.
38
7) Tahap terminasi; tahap terminasi dilakukan setelah program dinilai
berjalan sebagaimana di harapkan.20
Hakikat pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.
Dalam proses tersebut masyarakat bersama-sama melakukan hal-hal berikut:
1) Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah, permasalahan serta
peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar masyarakat mampu
dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaannya,
baik potensi maupun permasalahannya. Pada tahap ini diharapkan dapat
diperoleh gambaran mengeni aspek sosial, ekonomi, kelembagaan.
Proses ini meliputi:
a. Persiapan masyarakat dan pemerintah setempat untuk melakukan
pertemuan-pertemuan dan teknis pelaksanannya.
b. Persiapan peyelenggara pertemuan
c. Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan
d. Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tindak lanjut
2) Menyusun rencana kegiatan kelompok, berdasarkan hasil kajian, meliputi:
a. Meprioritaskan dan menganalisa masalah-masalah
b. Identifikasi alternative pemecahan masalah yang terbaik
c. Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk pemecahan masalah
20
Isbandi Rukminto Adi, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal.251-258
39
d. Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian
pelaksanaannya.
3) Menerapkan rencana kegiatan kelompok: rencana yang telah disusun
bersama dengan dukungan fasilitas dari pendamping selanjutnya
diimplementasikan dalam kegiatan yang konkrit dengan tetap
memperhatikan realisasi dan rencana awal. Termasuk dalam kegiatan ini
adalah peamantauan pelaksanaan dan kemajuan kegiatan menjadi
perhatian semua pihak, selain itu juga dilakukan perbaikan jika diperlukan.
4) Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara
partisipatif (Participatory monitoring and evaluation/PME). PME ini
dilakukan secara mendalam pada semua tahapan pemberdayaan
masyarakat agar prosesnya berjalan sesuai dengan tujuannya. PME adalah
suatu penilaian, pengkajian dan pemantauan kegiatan baik prosesnya
(pelaksanaan) maupun hasil dan dampaknya agar dapat disusun proses
perbaikan kalau diperlukan.
e. Pemandirian masyarakat
Berpegang pada prinsip pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk
memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya, maka arah
pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan untuk menyiapkan
masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.21
21
Totok Mardikanto, Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif
Kebijakan Publik, (Bandung:Alfabeta,2015),hal.93
40
B. Peningkatan Ekonomi Masyarakat
1. Definisi Ekonomi Masyarakat
Ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani takni Oikonomia.
Oikonomia sendiri berasal dari dua suku kata yakni oikos dan nomos. Oikos
berarti rumah tangga dan nomos berarti aturan. Dengan demikian ekonomi
sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan mengurus rumah tangga yang
dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah economics.22
Sedangkan secara
terminologi atau istilah, ekonomi adalah pengetahuan tentang peristiwa dan
persoalan yang berkaitan dengan upaya manusia baik individu atau kelompok
dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber
sumber terbatas.23
Sedangkan menurut para ahli ekonomi seperti Marshall sebagimana yang
dikutip oleh Ahmad Karim dalam bukunya, berpendapat bahwa ekonomi dalam
ikatan pekerjaan sehari-hari yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh
pendapatan dan bagaimana pula mempergunakan pendapatan tersebut.24
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan pendapatan
nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila
terjadi pertumbuhan. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa
pertumbuhan terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi
menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.
22
Edi Soeharto, Metodologi Pengembangan Masyarakat : Jurnal Comev, (Jakarta.BEMJ
PMI,2004). Vol.I.,hal.3 23
Abdullah Zaky, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung:Pustaka Setia,2001), hal.5 24
Ahmad Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung:Pustaka
Setia,1999), hal.10
41
Teori pertumbuhan ekonomi pada dasarnya adalah mengenai bagaimana
proses pertumbuhan terjadi. Teori ini menjelaskan dua hal, yaitu (1) mengenai
faktor-faktor apa yang menetukan kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang dan (2) mengenai bagaimana faktor-faktor tersebut berinteraksi satu
sama lain sehingga terjadi proses pertumbuhan. Secara umum teori
pertumbuhan ekonomi menurut para ahli yang sesuai dengan penelitian yang
penulis angkat ini yaitu Teori pertumbuhan ekonomi historis.
Teori pertumbuhan ekonomi historis, aliran historis berkembang di
jerman dan kemunculannya merupakan reaksi terhadap pandangan kaum klasik
yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat dengan
revolusi industry, sedangkan aliran historis menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi dilakukan secara bertahap. Pelopor aliran historis antara lain
Frederich List (1789-1846).
Menurut teori dari Frederich List (1789-1846) tahap-tahap pertumbuhan
ekonomi adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien
(teori tangga) adalah sebagai berikut:
1. Masa berburu dan mengembara. Pada masa ini manusia belum memenuhi
kebutuhan hidupnya sangat menggantungkan diri pada pemberian alam dan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sendiri.
2. Masa beternak dan bertanam. Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir
untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam.
3. Masa bertani dan kerajinan. Pada masa ini manusia sudah hidup menetap
sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar
usaha sampingan.
4. Masa kerajinan, industri, dan perdagangan. Pada masa ini kerajinan bukan
sebagai usaha sampingan melainkan sebagai kebutuhan untuk dijual ke
42
pasar, sehingga industry berkembang dari industry kerajinan menjadi
industri besar.25
Pakar-pakar ilmu sosial mempunyai perhatian besar pada masalah
penerapan ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan seperti ilmu ekonomi, guna
memecahkan berbagai masalah sosial. Misalnya, masalah kemiskinan, besar
pengaruhnya pada pembangunan, untuk tercapainya kondisi ekonomi
masyarakat yang baik perlu adanya pendekatan non direktif (partisipatif). Maka
yang harus dilakukan yaitu26
:
a. Menumbuhkan kegiatan masyarakat untuk berwirausaha bergelut dalam
aspek ekonomi, bertindak dengan merancang munculnya diskusi tentang apa
yang menjadi masalah dalam masyarakat.
b. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain yang telah
sukses dari sejahtera.
c. Membantu masyarakat untuk membuat analisis situasi usaha yang
prospektif secara sistematik tentang hakekat dan penyebab dari masalah
berbisnis.
d. Menghubungkan masyarakat dengan sumber yang dapat dimanfaatkan
Bagi Sayogyo “bahwa untuk menggerakkan ekonomi masyarakat yang
bermula pada komunitas lokal, ada 3 syarat terlebih dahulu yang harus
dipenuhi yaitu27
: pertama, restrukturisasi kelembagaan ekonomi masyarakat
sebagai dasar komunitas. Hal ini sebagai tatanan dasar ekonomi yang mengatur
25
Ika Novita Sari, “Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Para Ahli “ (On-line), tersedia
di:https://www.Academia.edu/121844366/teori_pertumbuhan_ekonomi_menurut_para_ahli.htm
(13Oktober 2019). 26
Lili Bariadi,dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED Center for Enterpreneurship
Development,2005), hal. 56 27
Ibid.hal.57
43
kehidupan komunitas perlu diorentasikan. Kedua, meninjau kembali segala
kebijakan yang memperlemah ekonomi masyarakat, dan menggantinya dengan
kebijakan yang lebih memihak pada upaya peningkatan keberdayaan ekonomi
masyarakat desa untuk memperbaiki nasib sendiri. Ketiga, pada aras program,
pendekatan top-down harus segera diganti pendekatan botton-upyang tercermin
dari mekanisme pengambilan keputusan dan penyelenggaraan program.
2. Strategi Pemberdayaan Ekonomi
Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki
tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi
keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengertian
sehari-hari stratetgi sering diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan
tertentu yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau tindakan tertentu
yang dilaksanakan demi tercapainya suatu tujuan atau penerima manfaat yang
dikehendaki, oleh karena itu, pengertian strategi sering rancu dengan metode,
teknis atau taknik.
Strategi-strategi yang digunakan dalam metode community development,
sebagai upaya peningkatan d an pengembangan kapasitas masyarakat miskin
adalah sebagai berikut:
a. Strategi pemecahan masalah, dimaksud untuk mengajak warga masyarakat
miskin melihat dan menyadari permasalahan yang di hadapi, kemudian
didiskusikan bersama bagaimana cara mengatasi masalah tersebut. Teknik
motivating dan supporting bisa digunakan untuk membangkitkan
44
kepercayaan diri (Self-reliance) mereka, sebagai unsur penting yang harus
dikembangkan dalam meminimalisasi dampak negatif budaya kemiskinan.
b. Konfrontasi, merupakan strategi mengonfrontasikan masyarakat miskin
dengan permasalahan yang dihadapi. Strategi ini dimaksudkan untuk dapat
menimbulkan kesadaran, menggalang, kesatuan dan kekuatan mereka untuk
bertindak dalam menangani masalah tersebut.
c. Membangun kelembagaan baru, yaitu membangun lembaga-lembaga dalam
masyarakat dengan menggunakan sumber daya manusia setempat, dimana
masyarakat miskin diintegrasikan dalam lembaga tersebut. Lembaga-
lembaga yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat miskin
senantiasa ditumbuh kembangkan, mislanya: lembaga ekonomis produktif
(LEP), kelompok usaha bersama (KUP), wirausaha baru (WUB),
pemberdayaan ekonomi kecil, koperasi, baitul maal, dll. Jika dilingkungan
masyarakat sudah ada lembaga, tetapi tidak berfungsi maka yang harus
dilakukan adalah bagaimana mengaktifkan kembali lembaga tersebut.
d. Pengembangan dan peningkatan keterampilan hidup (life skills), dengan
mengajarkan cara-cara atau alat-alat dalam perubahan yang direncanakan.
e. Terapi pendidikan, yaitu strategi yang mengikutsertakan masyarakat miskin
dalam suatu program penanggulangan kemiskinan, biasanya dalam bentuk
latihan-latihan, saling bekerjasama secara demokratis, dan belajar untuk
menilai dan menghargai kerjasama tersebut. Strategi ini akan memperkuat
45
pemerintah pada tingkat lokal, mendorong proses pembangunan serta
menimbulkan perasaan sebagai anggota masyarakat dalam suatu kesatuan.28
Sementara disisi lain pemberdayaan dapat dilakukan dengan melakukan
tiga hal pokok, yaitu:
a. Enabling, yaitu menciptakan iklim yang mendukung agar potensi
berkembang. Iklim yang ada dapat mendorong, motivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan sumberdaya yang dimiliki agar dapat
berupaya mengembangkannya.
b. Empowering, yaitu meningkatkan kapasitas dengan memperkuat potensi
yang mereka miliki. Peningkatan kapasitas ini ditujukan untuk membuka
akses pada peluang dan penyediaan berbagai masukan yang berkaitan
dengan pasar in put dan out put.
c. Protecting, yaitu , karena kedatangan anggota ada tiga sebab, karena
dundangmelindungi kepentingan dengan mengembangkan system
perlindungan bagi masyarakat menjadi subjek pengembangan. System
ini diarahkan untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan
praktek eksploitasi.29
Secara umum, pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat dibagi menjadi
empat strategi, yaitu :30
28
Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan Strategi
Pembangunan Berbasis Kerakyatan, (Bandung: Humaniora,2011), hal.187 29
Adi Fahudin, Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat,
(Bandung: Humaiora)hal. 96-97 30
Soetandyo Wignyosoebroto,dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta:
LKIS Pustaka Pesantren,2005), hal.8-11
46
a. The Growth Strategy: Penerapan strategi pertumbuhan ekonomi masyarakat
pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan pendapatan yang
cepat dalam nilai ekonomis melalui peningkatan pendekatan perkapita
penduduk, produktivitas, sektor pertanian, permodalan, dan kesempatan
kerja yang di barengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat terutama di
pedesaan.
b. The Walfare Strategy: strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan
untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
c. The Responsive Strategy: strategi ini merupakan reaksi terhadap startegi
kesejahteraan melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang
sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan.
d. The Integrated or Holistic Strategy: dalam startegi ini, terdapat tiga prinsip
dasar sebagai konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok ketiga strategi
diatas, yaitu :
1) Persamaan, keadilan, pemerataan dan partisipasi merupakan tujuan yang
secara eksplisit harus ada dari tiga startegi yang menyeluruh maka badan
publik yang ditugasi harus melakukan untuk melaksanakan harus :
a) Memahami dinamika sosial masyarakat sebagai intervensinya
b) Intervensi dilakukan untuk memperkokoh kemampuan masyrakat
sendiri dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, serta
mengambil langkah-langkah instrumental yang membutuhkan
kemampuan aparatur untuk melakukan intervensi sosial.
47
2) Memerlukan perubahan-perubahan mendasar, baik dalam komitmen
maupun dalam gaya dan cara bekerja, maka badan publik yang belum
memiliki kemampuan intervensi sosial akan memerlukan pemimpin yang
kuat komitmen pribadinya terhadap tercapainya tujuan strategi holistic
tersebut, yakni untuk :
a) Menentukan arah nilai organisasi, energy dan proses menuju strategi.
b) Memelihara integritas organisasi yang didukung oleh institusional
leadership
3) Keterlibatan badan publik dan organisasi sosial secara terpadu maka
memerlukan suatu pedoman untuk memfungsikan organisasi yang
bertugas antara lain :
a) Membangun dan memelihara perspektif menyeluruh
b) Melaksanakan rekrutmen dan pengembangan pimpinan kelembagaan
c) Membuat mekanisme kontrol untuk mengatur saling berkaitan antara
organisasi formal dan informal melalui sistem management strategis.
Dengan demikian strategi itu diperlukan keterlibatan banyak ahli yang
bekerja secara professional sesuai dengan bidangnya masing-masing. Maka
pola strategi pemberdayaan masyarkat haruslah mencapai berbagai aspek
dengan memperhatikan hal, nilai dan keyakinan yang harus dihormati dan
harus disertai kesadaran bahwa tujuan akhir dan perubahan yang dilakukan
adalah untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat, bukan sekedar
menaikkan pendapatan satu kelompok saja.
48
Berpegang pada prinsip pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk
memandirikan masyarakat dan meningkatkan taraf hidupnya, maka arah
pemandirian masyarakat adalah berupa pendampingan untuk menyiapkan
masyarakat agar benar-benar mampu mengelola sendiri kegiatannya.31
3. Meningkatkan Ekonomi Dalam Perspektif Islam
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi
yang merangkum nilai-nilai sosial mencerminkan pembangunan yang bersifat
“people-centered, participatory, empowering and sustainable”.
People centered merupakan tatanan kepemerintahan yang berorientasi
pada kepentingan-kepentingan masyarakat dan dalam prosesnya pun dominan
dilakukan oleh masyarakat. Pada kenyataannya proses pemberdayaan
masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat tetapi juga
harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya. Secara khusus yang
menjadi tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan.
Strategi utama pemberdayaan dalam praktek perubahan sosial, yaitu
tradisional, direct action (aksi langsung), dan transformasi. Strategi tradisional
menekankan pada kebebasan dalam memilih kepentingan dengan sebaik-
baiknya dalam berbagai keadaan. Direct action atau tindakan langsung yaitu
memunculkan dominasi kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang
terlibat dan mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya perubahan.
Ketiga, strategi transformatif yaitu pemberdayaan yang berbasis pendidikan
31
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta,2015), hal.127
49
masyarakat secara partisipatif yang menekankan kesadaran-kesadaran krisis
untuk menjunjung nilai-nilai kebersamaan dan hubungan mutualistik.32
Dari pernyataan diatas dapatlah dikatakan bahwa manusia memang
harus belajar, untuk mewujudkan perubahan yang besar, meningkatkan harkat
dan martabat serta melestarikan eksistensi dirinya. Sebagaimana Allah Swt
berfirman dalam QS. Al-A‟raf ayat 10 bahwa menempatkan manusia dimuka
bumi dan telah menjadikan penghidupannya di dunia.dalam ayat ini berkaitan
dengan tamkin (pemberdayaan) adalah manusia telah diciptakan oleh Allah Swt
di bumi agar mereka berusaha.
“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan
Kami adakan bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah
kamu bersyukur”. (QS. Al-A’raf:10)
Guna mengingatkan hambanya akan anugrah yang telah diberikan
kepada mereka yaitu Dia menjanjikan bumi berikut segala kebaikan yang
terdapat di dalamnya, usaha dan manfaat yang menjadi sarana penghidupan
mereka. Walaupun anugrah Allah demikian banyak akan tetapi sedikit sekali
yang bersyukur.33
Allah menciptakan manusia dimuka bumi sekaligus juga
menciptakan segala sarana untuk memenuhi kebutuhan bagi kehidupan
manusia. Sumber bagi penghidupan manusia Allah ciptakan segala sumber
32 Asep Iwan Setiawan, “Dakwah Berbasis Pemberdayaan Ekonomi dan Peningkatan
Kesejahteraan Mad’u” Ilmu Dakwah: Academic Journal For Homiletic Studies Vol 6 No.2 Juli-
Desember 2012, hal.305 33
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Cetakan Ke 2
(Jakarta: Gema Insani,2007),hal.340
50
daya alam, air dan lain sebagainya tetapi bukan untuk dipergunakan secara
semena-mena oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Al-Qur‟an dalam sebagian ayatnya, memberikaan dorongan-dorongan
kepada manusia untuk mengadakan perjalanan di muka bumi dalam bentuk
usaha dan memberikan manfaat sehingga menjadi sarana penghidupan yang
lebih baik. Secara Islam juga sudah diatur dalam berbagai macam usaha untuk
meningkatkan perekoniman dalam QS. Al-Mulk ayat 15 berikut ini :
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di
segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya
kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk :15)
Allah telah mengatur sedemikian rupa bumi dan segala isinya agar
mudah dikelola untuk bermacam usaha. Keinginan untuk menjunjung mutu
pekerjaan akan terlihat dengan cara seseorang memandang pekerjaan.
Dorongan mencari rezeki dan bekerja bagi setiap muslim harus dimaknai
sebagai salah satu bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan tidak ada sekutu
bagi-Nya juga menunjukkan kuasa-Nya dan menginatkan nikmat-nikmat-Nya.
Perintah Allah sebagaimana di tegaskan dalam QS. Al-Jumu‟ah ayat 10 sebagai
berikut :
51
“apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung”. (QS. Al-Jumuah:10)
Maksudnya ialah orang yang beriman adalah orang yang setelah
malaksanakan tugasnya sebagai hamba Allah (hablu min allah), ia harus
bekerja keras dan tidak malas carilah rezeki yang halal dan keuntungan yang
halal. Agar sukses dan tetap dalam perintah Allah dan Rasulnya, Allah
mengingatkan agar dalam bekerja manusia harus selalu banyak mengingat-
Nya, sehingga tetap terjaga usaha yang dibenarkan Allah dan tidak merugikan
orang lain.
4. Bentuk Peningkatan Ekonomi
Secara umum ada 5 bentuk praktik dalam pemberdayaan ekonomi, yaitu
sebagai berikut :34
a) Bantuan Modal
Salah satu aspek permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah
permodalan. Faktor modal juga menjadi salah satu sebab tidak munculnya
usaha-usaha baru di luar sektor ekstraktif. Oleh sebab itu tidak salah, kalau
dalam pemberdayaan ekonomi, pemecahan dalam aspek modal ini penting
dan memang harus dilakukan.
b) Bantuan Pembangunan Prasarana
34
Ibid, hal.7-9
52
Usaha mendorong produktivitas dan mendorong tumbuhnya usaha, tidak
akan memiliki arti penting bagi masyarakat, kalau hasil produksinya tidak
dapat dipasarkan atau kalau pun dapat dijual tetapi dengan harga yang amat
rendah. Oleh sebab itu, komponen penting dalam usaha pemberdayaan
masyarakat di bidang ekonomi adalah pembangunan prasarana produksi dan
pemasaran. Tersedianya prasarana pemasaran dan atau transportasi dari
lokasi produksi ke pasar akan mengurangi rantai pemasaran dan pada
akhirnya akan meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro,
pengusaha kecil dan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi pemberdayaan
ekonomi, maka proyek pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal
strategis.
c) Bantuan Pendampingan
Pendampingan masyarakat memang perlu dan penting. Tugas utama
pendamping adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi dan menjadi
mediator untuk penguatan kemitraan baik antara usaha mikro, usaha kecil,
maupun usaha menengah dengan usaha besar. Yang perlu dipikirkan
bersama adalah mengenai siapa yang paling efektif menjadi pendamping
masyarakat. Fasilitator haruslah professional, dalam arti memiliki
kualifikasi tertentu baik yang menyangkut kepribadian, pengetahuan, sikap
dan keterampilan memfasilitasi pemberdayaan masyarakat.
d) Penguatan Kelembagaan
Pemberdayaan ekonomi pada masyarakat dilakukan melalui pendekatan
kelompok. Pendekatan kelompok dimaksudkan untuk tujuan dapat
53
mengndalikan distribusi hasil produksi dan input produksi. Pengelompokan
atau pengorganisasian ekonomi diarahkan pada kemudahan untuk
memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada dan untuk
membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan yang lain
adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar barang,
dan pasar input produksi. Ketiga aspek kelembagaan ini penting untuk
ditangani dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat.
e) Penguatan Kemitraan Usaha
Pemberdayaan ekonomi tidak berarti mengaliensi pengusaha besar atau
kelompok ekonomi kuat. Karena pemberdayaan memang bukan
menegasikan yang lain, tetapi give power to everybody. Pemberdayaan
masyarakat dalam bidang ekonomi adalah penguatan bersama, dimana yang
besar haya akan berkembang kalau ada yang kecil dan menengah dan yang
kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan menengah oleh sebab itu,
melalui kemitraan dalam bidang permodalan, kemitraan dalam proses
produksi, kemitraan dalam distribusi, masing-masing pihak akan
diberdayakan.
54
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA SUKADAMAI DAN STRATEGI P2MKP
CITRA MINA LESTARI DALAM MENINGKATKAN EKONOMI
MASYARAKAT
A. Sejarah Desa Sukadamai
Desa Sukadamai sekitar tahun 50-an masih berupa hutan belantara.
Tepatnya pada tahun 1950an, datanglah sekelompok pendatang yang berasal
dari Kabupaten Lampung Tengah dan yang tersebar menempati daerah Sebelah
Kali Sekampung hingga ke sebelah barat berbatasan dengan Sumbersari
sedangkan sebelah dari perkebunan Trikora hingga sebelah Timur berbatasan
dengan Margajaya dan Kali Kandis.
Mereka datang daalam rangka pengembaraan panjang yang tidak luput
dari sebuah niat yang baik yaitu ingin melanjutkan kehidupan ini yang kelak
dapat diwariskan kepada anak-anaknya dalam kehidupan selanjutnya seperti
yang kita nikmati sekarang ini, oleh sebab itu kita sebagai generasi muda yang
melanjutkan perjuangan mereka wajib berterima kasih kepada mereka yang
telah berjuang mati-matian untuk menjadikan desa yang kita tempati sekarang
ini.
Barulah pada tahun 1957, tepatnya pada hari Selasa Daerah tersebut
diberi nama Sukadamai. Yang diambil dari kata Suka artinya pendatang
tersebut merasa senang dan Damai yang artinya Pendatang tersebut
menghendaki adanya kedamaian, ketentraman dan kemakmuran bagi mereka
dan anak cucunya kelak.
55
Tanah Desa Sukadamai dahulunya merupakan tanah kawasan yang
disebut Tanah Register 37 dan lalu beralih menjadi hutan produksi kemudian
barulah pada tahun 1991 tanah tersebut beralih menjadi Tanah Konversi.
Pemerintah Desa Sukadamai dimulai sejak tahaun 1961, pada saat itu
Kepala Desa dijabat oleh Almarhum Bapak Sutris, Beliau memimpin Desa
Sukadamai selama 1 periode yakni hingga sampai tahun 1965. Kemudian 1
periode berikutnya dilanjutkan oleh Almarhum Bapak Suro Kasmin yakni
tahun 1965 sampai dengan tahun 1969. Periode berikutnya dilanjutkan oleh
Almarhum Bapak Sukeni, namun sering adanya masalah beliau hanya
memerintah selama 2 tahun yaitu tahun 1970 s/d 1972, kemudian pemerintahan
Desa dilanjutkan oleh Almarhum Bapak Suwarjo hingga tahun 1975.
1. Keadaan Geografis
Letak geografis desa Sukadamai berada di sebelah Timur Ibu kota
kecamatan Natar. Jarak dari desa Natar ke Ibu Kota Kecamatan Natar sekitar
16 km dan Ibu Kota Kabupaten sekitar 140 km, dengan batas-batasanya adalah:
Sebelah Utara : desa Kibang Kecamatan Metro Kibang
Sebelah Selatan : desa Rejomulyo kecamatan Jati Agung
Sebelah Barat : desa Bandar Rejo
Secara geografis Desa Sukadamai mempunyai iklim kemarau dan
penghujan dengan suhu rata-rata 24°C dan curah hujan 2400-3000 Mm tinggi
dari permukaan laut 108 Mdl dan memiliki kesuburan tanah 1.615 Ha.
56
Luas Desa Sukadamai adalah 2.781,5 Ha dimana keadaan darat yang
berpotografi datar sebagai berikut1:
Pemukiman : 1.400 Ha
Pertanian swah tadah hujan : 466,5 Ha
Ladang/tegalan : 900 Ha
Sekolah : 7,5 Ha (25km x 3)
Jalan : 1,5 Ha
Lapangan Sepak Bola : 3 Ha
Luas Desa Sukadamai adalah 1.560 Ha dimana keadaan daratan yang
berpotografi datar yaitu2:
Lahan basah (berpengairan) : 342 Ha
Pekarangan : 165 Ha
Tegal : 624 Ha
Kebun rakyat : 401,5 Ha
Kolam : 2 Ha
Lainnya : 2,5 Ha
Orbitrasi Desa Sukadamai adalah: jarak ke Ibu Kota terdekat 1 km, lama
jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan dengan kendaraan bermotor 1 jam, jarak
ke Ibu Kota Kabupaten 140km, lama jarak tempuh ke Ibu Kota Provinsi
2,5jam. Kondisi jalan menuju desa yaitu beraspal.
Sumber Daya Alam yang dimiliki Desa Sukadamai ini di bidang
pertanian yaitu padi sawah, padi ladang, kebun karet, kebun sawit, Jagung,
1 Data RPJMDes 2011
2 Data Kasi Pemerintahan Kecamatan dan OKDA Lampung Selatan
57
singkong dan sayur mayur. Sumber daya alam peternakan berupa kambing,
ayam, sapi, itik, domba dan budidaya ikan. Desa Sukadamai memiliki sarana
dan prasarana untuk masyarakat yang terdapat di tiap dusun yang meliputi
sarana prasarana dibidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan, keagamaan,
dan sarana umum. Kecamatan Natar. Jumlah penduduk 6.524 jiwa, yang terdiri
dari laki-laki 3.210 jiwa, perempuan : 3.314 orang dan 2.066 KK, yang terbagi
dalam 9 (Sembilan) wilayah dusun.3 Pembagian wilayah Desa Sukadamai
dibagi menjadi 9 dusun dan 27 RT masing-masing dusun tidak ada pembagian
wilayah secara khusus, jadi disetiap dusun ada yang mempunyai wilayah
pertanian dan perkebunan, ada pula di Lingkungan Pasar Desa, sementara pusat
Desa Sukadamai berada di dusun 5. Setiap dusun dipimpin oleh seorang
Kepala Dusun.
1) Dusun I dengan Kepala Desa di jabat oleh Bpk. Siswanto, S.Pd.I
2) Dusun II dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bspk. Kun Setyo
3) Dusun III dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bpk. Sumarno
4) Dusun IV dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bpk. Sopan
5) Dusun V dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bpk. Mad Zaini
6) Dusun VI dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bpk. Sutarto
7) Dusun VII dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bpk. Suwadi
8) Dusun VIII dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bpk. Triono
9) Dusun IX dengan Kepala Desa di Jabat oleh Bpk. Dul Muhid
3 Sekretaris Desa Sukadamai, 2017
58
2. Kondisi Demografis
a) Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia
Desa Sukadamai mempunyai Jumlah Penduduk 6.524 jiwa, yang
terdiri dari laki-laki 3.210 jiwa, perempuan 3.314 jiwa, yang terbagi dalam 9
wilayah dusun dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1
Data Penduduk Berdasatkan Usia/Tahun
No Usia/Tahun Penduduk
Laki-laki Perempuan
1 0-5 382 191
2 6-10 159 281
3 11-15 240 250
4 16-20 208 202
5 21-25 339 337
6 26-30 177 349
7 31-35 205 201
8 36-40 359 350
9 41-45 358 254
10 46-50 159 191
11 51-55 241 251
12 56-60 204 200
13 ≤ 61 179 257
Total 3.210 3.314
Sumber: data Monografi Desa Sukadamai tahun 2017
b) Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan jumlah penduduk yang ada di desa Sukadamai yaitu
berjumlah 6.524 jiwa memiliki perbedaan tingkat pendidikan. Mayoritas
pendidikan masyarakat di Desa Sukadamai rata-rata sampai hanya jenjang
SMA sederajat. Secara rinci jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan
dapatdilihat pada table berikut ini.
59
Tabel 2
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Jenjang Pendidikan Penduduk
Laki-laki Perempuan
1
Usia 3-6 tahun yang sedang
TK/play group
203 101
2 Usia 7-18 tahun yang sedang
sekolah
393 384
3 Usia 18-56 tahun tamat SD 250 259
4 Jumlah usia 12-56 tahun tidak
tamat SMP
795 918
5
Jumlah usia 18-56 tahun tidak
tamat SMA
220 204
6 Tamat SMP 550 490
7 Tamat SMA 655 666
8 D3 118 150
9 S1 20 65
10 S2 10 20
11 Paket ABC 14 39
Jumlah 3.228 3.296
Jumlah Total 6.524
Sumber : Data Monografi Desa Sukadamai tahun 2017
c) Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Sukadamai mempunyai
sekolah dari PAUD sampai sekolah menengah atau yang terdapat dibeberapa
dusun. Hal ini untuk menunjang pendidikan masyarakat di Desa Sukadamai
terutama untuk pendidikan anak usia dini, taman kanak-kanak, dan sekolah
dasar negeri serta madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah sampai sekolah
menengah atas.
d) Sarana dan Prasarana Kesehatan
Untuk menunjang kesehatan masyarakat Desa Sukadamai memiliki
sarana dan prasarana kesehatan yang baik sebagai berikut
60
Tabel 3
Sarana dan Prasarana Kesehatan
No Sarana/Prasarana Jumlah/Volume Keterangan
1 Posyandu 9 unit Dirumah Kader
2 Gedung Posyandu/Permanen - -
3 Puskesmas 1 unit Baik
4 Poliklinik/Balai Pengobatan - -
5 Bidan Desa 2 orang Aktif
6 Perawat Kesehatan 5 orang Aktif
7 Dokter 1 orang Aktif
8 Mantri Kesehatan - -
Sumber: Data Monografi Desa Sukadamai tahun 2017
3. Keadaan Sosial, Ekonomi Masyarakat
Masyarakat Desa Sukadamai mayoritas penduduknya adalah bertani dan
berkebun. Seperti kawasan persawahan, ladang, perkebunan karet ataupun
perkebunan sawit.
Kondisi ekonomi masyarakat Desa Sukadamai secara kasat mata terlihat
jelas perbedaannya antara Rumah Tangga yang berkategori miskin, sangat
miskin, sedang dan kaya. Hal ini disebabkan karena mata pencahariannya di
sektor-sektor usaha yang berbeda-beda pula, sebagian besar disektor non formal
seperti buruh bangunan, buruh tani, petani sayur, buruh perkebunan sawit, dan
sebagian kecil di sektor formal seperti PNS Pemda, Honorer, Tenaga Medis,
TNI/Polri dan lain-lain.
Secara rinci mata pencaharian masyarakat Desa Sukadamai dapat dilihat
pada tabel beikut ini:
61
Tabel 4
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Jiwa
1 Petani 800
2 Buruh Tani 500
2 Pedagang Keliling 45
3 PNS 30
4 Montir 20
5 TNI 2
6 Bidan Swasta 7
7 Perawat swasta 5
8 POLRI 4
9 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 2
10 Pengusaha kecil dan menengah 360
11 Karyawan perusahaan swasta 140
Jumlah 1.915
Sumber: Data Monografi Desa Sukadamai tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas, mata pencaharian yang paling dominan adalah
buruh dan petani. Selain mata pencaharian petani, Desa Sukadamai juga
banyak yang memilih menjadi pelaku usaha kecil menengah, seperti
diantaranya adalah memiliki kios sendiri, berupa kios kelontongan maupun
kios-kios lainnya, dan sisanya membuka usaha budidaya ikan lele dan lain
sebagainya.
4. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
a) Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
Menurut Bapak Suwardi selaku Kepala Desa, penduduk Desa
Sukadamai berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda dimana mayoritas
yang paling dominan berasal dari Pulau Jawa. Sebagian ada yang dari Provinsi
Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatra Utara, Jambi, Sumatra Selatan, Bali, Ambon,
Keturunan Cina, shingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong
royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak
62
adanya Desa Sukadamai dan hak tersebut secara efektif dapat menghindarkan
adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat.
Tabel 5
Data Penduduk Berdasarkan Suku/Etnis
No Suku Jumlah (jiwa)
1 Jawa 6.000
2 Sumatra Utara 10
3 Lampung 320
4 Jambi 7
5 Sumatra Selatan 170
6 Bali 5
7 Padang 7
8 Sunda 5
Jumlah 6.524
b) Kegiatan Musyawarah Mufakat
Musyawarah mufakat merupakan berunding untuk menghasilkan
keputusan yang disetujui bersama. Perbedaan pendapat dalam musyawarah
merupakan hal yang lumrah maka perlu dikembangkan sikap menghormati
pendapat atau keputusan orang lain. Seperti mendiskusikan sebuah program
kerja desa sesuai dengan kepentingan bersama.
c) Kegiatan Gotong Royong
Gotong royong merupakan himbauan dari Kepala Desa kepada seluruh
Rukun Tetangga (RT) yang terdiri dari goyong royong pembuatan rumah,
gotong royong pengelolaan tanah, gotong royong kebersihan dusun, gotong
royong pembangunan jalan. Biasanya, kegiatan gotong royong rutin
dilaksanakan pada Jumat pagi, dengan kegiatan gotong royong diharapkan
dapat meningkatkan kebersamaan antar masyaarkat di Desa Sukadamai.
63
5. Kondisi Sosial Agama Masyarakat
a) Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
Desa Sukadamai mayoritas dihubi oleh penduduk beragama Islam,
dengan jumlah 6.524 jiwa. Adapun secara rinci jumlah penduduk berdasarkan
agama dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Penganut (jiwa)
1 Islam 6.500
2 Katholik 10
3 Kristen 10
4 Hindu 2
5 Budha 2
Jumlah 6.524
Sumber: data Monografi Desa Sukadamai tahun 2017
Berdasarkan tabel diatas, maka penduduk desa Sukadamai adaah
mayoritas beragama Islam. Dan sebagian dikit masyarakatnya menganut agama
Katholik dan Kristen.
b) Kegiatan Pengajian Bapak-bapak
Kegiatan pengajian ini merupakan kegiatan pengajian Bapak-bapak Desa
Sukadamai, yang rutin dilaksanakan pada Malam Juma’at ba’da Magrib.
Bentuk pengajian ini yaitu tahlilan dan tausiyah, serta membaca surat yasin.
Biasanya kegiatan ini dilakukan secara bergantian atau bergiliran dari rumah ke
rumah warga.
c) Kegiatan Interaksi Antar-Masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan pengajian Ibu-ibu Majlis Taklim Desa
Sukadamai, yang rutih dilaksanakan pada hari Jum’at ba’da jum’atan.
Pengajian ini yaitu shalawatan, tausiyah serta membaca yasin dan di akhir
64
pengajian kegiatan diisi dengan arisan. Kegiatan ini juga dilakukan secara
bergaantian atau bergiliran.
d) Kegiatan TPA
Kegiatan TPA yaitu kegiatan mengaji yang dilakukan oleh anak-anak dan
remaja. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 16.00 WIB ba’da shalat ashar, 6
hari setiap harinya dan libur pada hari jum’at. TPA di Desa Sukadamai terdapat
3 tempat yaitu diantaranya di Dusun I, Dusun VII, dan Dusun IX.
B. Kelompok P2MKP Citra Mina Lestari
1. Profil Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan P2MKP Citra
Mina Lestari
Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Citra Mina
Lestari yang beralamat di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan kode pos 35362. Di dirikan pada tahun 2014 dalam
mengelola sebuah usaha budidaya dan pemijahan Lele dan budidaya cacing
sutra. Selain sebagai tempat pemijahan budidaya lele P2MKP Citra Mina
Lestari juga memberikan pelatihan untuk masyarakat seperti pelatihan teknik
manajemen budidaya lele dan pemijahannya, teknik yang ditawarkan teknik
pembutan pakan probiotik, pengenalan budidaya ikan lele, cacing tanah dan
cacing sutra. P2MKP Citra Mina Lestari juga sudah mempunyai dasar hukum
yaitu Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 1 tanggal 1 Januari
2011. Kelompok budidaya ikan (Pokdakan) Citra Mina Lestari ini dikelola oleh
Bapak Iwan Bariyadi, beliau kelahiran Margorejo, 10 Oktrober 1975
pendidikan terkahir beliau Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mempunyai
65
niat dan tujuan yang baik untuk masyarakat Sukadamai dalam menciptakan
peluang usaha untuk meningkatkan perekonomian dalam memenui kebutuhan
sehari-hari.
2. Struktur Anggota Kelompok P2MKP Citra Mina Lestari
Struktur organisai kelompok budidaya ikan P2MKP Citra Mina Lestari
terstruktur dalam pembudidayaan ikan lele padat tebar sebagai berikut:
Dalam kelompok budidaya ikan P2MKP Citra Mina Lestari ini
mempunyai 12 orang anggota yang aktif dan berhasil dalam budidaya ikan lele
diantaranya sebagai berikut:
Pengelola
IWAN BARIYADI
Sekretaris
WILY OKTORA
CHASETIAWAN
Bendahara
RAHAYU
Seksi Produksi
IWAN BARIYADI
Seksi Humas
SUPRI HARTONO
Seksi Publikasi
KOMAR
66
Tabel 7
Daftar Nama Anggota Kelompok P2MKP Citra Mina Lestari
No Nama Alamat Sarana yang
dimiliki
1 Wajiburohman Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
2 Misroni Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
3 Agus Rajab Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
4 Susilo Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
5 Iwan Bariyadi Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
6 Jarwani Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
7 Sukatno Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
8 Heri Agung Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
9 Suroso Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
10 Sopan Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
11 Heri Sugi Yanto Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
12 Oktarina Sukadamai Kolam Terpal
dan Kolam Beton
Sumber: data peneliti yang di dapat dari hasil wawancara
3. Visi dan Misi Kelompok P2MKP Citra Mina Lestari
a. Visi : terwujudnya masyarakat (Pembudidaya Ikan) terampil, Mandiri,
berdaya menjadi pelaku utama ekonomi masyarakat dan pelaku usaha,
berkualitas dan sejahtera.
b. Misi :
i) menjadikan sektor perikanan sebagai (prime over) penggerak utama
ekonomi masyarakat (ekonomi berbasis perikanan)
ii) menghasilkan benih yang memiliki (brand quality)
67
iii) mencetak pengusaha-pengusaha muda yang mampu bersaing secara
profesional
iv) ikut berpartisipasi meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) khususnya pada dimensi pembangunan ekonomi kerakyatan.
4. Kehidupan Masyarakat Sebelum adanya Kelompok P2MKP Citra
Mina Lestari
Desa Sukadamai kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
merupakan desa tergolong ramai karena terlalui oleh jalan yang
menghubungkan antara Metro dengan Bandar Lampung. Namun desa yang
ramai bukanlah menjadi standar kehidupan masyarakat yang sejahtera, karena
semakin ramai penduduk suatu wilayah maka akan semakin ketat persaingan
hidup dan semakin sempit pula peluang mencari kerja. Kondisi ekonomi
masyarakat secara kasat mata memang jelas perbedaannya antar rumah tangga
yang berkategori miskin, sangat miskin, sedang dan kaya. Hal ini disebabkan
karena mata pencahariannya di sektor-sektor usaha yang berbeda-beda pula,
sebagaian besar di sektor non formal seperti buruh bangunan, buruh tani, petani
sayur, buruh perkebunan sawit dan sebagian kecil di sektor formal seperti PNS
pemda, honorer, guru, tenaga medis, TNI/polri, dan sebagainya.
Menunjukkan sebagaian besar mata pencaharian masyarakat Sukadamai
merupakan buruh dan petani. Hal tersebut membuat mereka harus bertahan
hidup dengan mengandalkan hasil panen dan kerja tidak tetap istilah jawa kerja
serabutan, terlebih disaat musim paceklik. Fenomena pengangguran pada
permasalahan tersebut merupakan pengangguran musiman dimana mereka
68
hanya menganggur pada waktu tertentu saja. Hal tersebut sangatlah wajar
karena mneurut data survey letak geografis Sukadamai tidak terlalui oleh
irigasi. Sehingga untuk mengairi lahan pertanian mereka menggunakan sistem
tadah hujan, maka dalam satu tahun mereka hanya dapat bercocok tanam 2 kali
setelah itu lahan menganggur.
Dalam rangka mengatasi masalah pengangguran musiman di desa
Sukadamai sebagaimana permasalahan di atas, dibentuklah suatu kelompok
masyarakat guna memberdayakan masyarakat terutama budidaya ikan lele.
Organisasi yang dimaksud ialah pusat pelatihan mandiri kelautan dan
perikanan (P2MKP) Citra Mina Lestari yang terletak di desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Pusat Pelatihan Mandiri
Kelautan dan Perikanan (P2MKP) adalah lembaga pelatihan/pemagangan di
bidang kelautan dan perikanan yang dibentuk dan dikelola oleh pelaku utama
maju di bidang kelautan dan perikanan baik perorangan maupun kelompok.4
Pelaku utama atau pelaku usaha baik perorangan maupun kelompok,
merencanakan, menyelenggarakan atau melaksanakan pelatihan di bidang
kelautan dan perikanan pada penelitian ini adalah Bapak Iwan Bariyadi selaku
pelopor terbentuknya P2MKP Citra Mina Lestari.
Ada 12 pengurus P2MKP Citra Mina Lestari merupakan peternak ikan
yang memiliki banyak pengalaman. Pak Iwan mengumpulkan mereka untuk
diajak merintis mendirikan P2MKP Citra Mina Lestari. Tujuan mereka
dikumpulkan untuk bertukar pengalaman satu sama lain yang masing-masing
4 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.01/Men/2011
Tentang Pembentukan dan Pengembangan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan perikanan
Pasal 1 ayat 1
69
dari mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan di bidang perikanan. Ada
yang mahir dibidang pemijahan, ada pula yang hanya membesarkan saja
(peternak ikan konsumsi), ada yang mempunyai strategi kolam sebar padat,
Bapak Iwan sendiri yang mahir dibidang budidaya ikan lele. Potensi P2MKP
Citra Mina Lestari yang siap mengabdi kemasyarakat dan umumnya
masyarakat luas.
Berdasarkan potensi dari usaha yang dijalankan oleh P2MKP Citra Mina
Lestari keberadaannya tentu sangat diperlukan dan bermanfaat bagi masyarakat
sekitar. Sekarang telah banyak dari warga masyarakat sekitar yang mencontoh
dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh Citra Mina Lestari. Tidak hanya dari
masyarakat sekitaryang berlatih ditempat ini, banyak dari masyarakat luar
daerah bahkan mhasiswa ikut serta mengikuti praktek dan magang di Citra
Mina Lestari dalam rangka menambah wawasan dalam budidaya ikan.
Bapak Iwan Bariyadi menuturkan ada beberapa tahapan dalam membina
anggota, pada awal kegiatan pelatihan, masyarakat masih membutuhkan
pendampingan dari pembina P2MKP Citra Mina Lestari. Bapak Iwan sendiri
sebagai pendamping lebih banyak memberikan informasi atau penjelasan
bahkan contoh langsung terutama budidaya ikan padat tebar kepada mereka.
Pada tahap kedua masyarakat anggota lebih banyak praktik dan meniru apa
yang dilakukan beliau selaku pembina. Pada tahap ini pembina masih banyak
memantau kinerja mereka sampai benar-benar bisa dilepaskan. Pada tahap
berikutnya Bapak Iwan Bariyadi memberikan kesempatan kepada mereka
untuk mencobanya sendiri hingga mampu dan terbiasa.
70
Setelah terbiasa melakukan sebagaimana yang dicontohkan pembina,
dikemudian hari anggota mencoba memulai usaha sendiri meskipun masih
kecil-kecilan. Mayoritas pada tahap pelepasan ini anggota memulai usaha
dengan kolam kecil, kadang hanya satu dan dua kolam. Dari dua kolam
bertambah menjadi tiga kemudian empat bahkan sekarang ada yang memiliki
10 hingga belasan kolam, baik kolam pemijahan, pembesaran atau konsumsi
maupun kolam khusus reproduksi.5
Anggota Citra Mina Lestari sebagian besar kini hidup mandiri dengan
membuka usaha sendiri sebagaimana yang dicontohkan pembina. Kreatifitas
dan produktifitas mereka tidak lagi bergantung dengan musim panen saja
sebagaimana mereka alami sebelumnya. Mereka dapat menjalankan usaha
budidaya ikan dimusim kemarau dengan bantuan sumur bor yang mengalir
sepanjang tahun.
Selepas mereka mandiri dan membangun usaha sendiri, disaat mereka
mnemukan problema pada usahanya, mereka bisa berkonsultasi lewat media
sosial atau datang langsung kepada pembina Citra Mina Lestari. Konsultasi
anggota yang berdatangan bermacam-macam, ada yang berkaitan dengan
proses pembenihan kurang maksimal, pola makan yang teratur, pembuatan
probiotik sendiri untuk menjaga kesehatan pada ikan dan ada juga kaitannya
dimana mereka harus menjual hasil panen mereka.
Agenda rutin pelatihan P2MKP Citra Mina Lestari setidaknya 1-2 bulan
sekali bahkan apanila dibutuhkan bisa lebih sering mengadakan pelatihan.
5 Iwan Bariyadi, Masyarakat Yang Menjadi Fasilitator, Wawancara, tanggal 21 Agusutus
2019
71
Namun, P2MKP juga sering memberikan pelatihan-pelatihan diluar yang
diagendakan, seperti memberikan pelatihan-pelatihan kepada kelompok
masyarakat maupun instansi pendidikan yang memintanya untuk bisa
memberikan motivasi dibidang kewirausahaan. Karena kedatangan anggota ada
tiga sebab, karena diundang, kemauan mereka sendiri dan adapula ditugaskan
oleh lembaga.6
Kelemahan P2MKP Citra Mina Lestari diantaranya ialah Pertama, Citra
Mina Lestari belum memanfaatkan limbah hasil pembuangan air kolam yang
mereka miliki, padahal limbah air kolam yang telah busuk sangat bik untuk
proses penyuburan tanaman meski tanpa pupuk. Air kolam yang dibuang
alangkah baik jika dimanfaatkan sebagai pengairan tanaman sehingga tanaman
tidak ketergantungan dengan musim hujan karena limbah kolam setiap hari
terus mengalir.7 Kedua, sebagai lembaga pendamping inspirasi dan motivasi
anggotanya, Citra Mina Lestari belum dapat meberikan suntikan modal bagi
mereka yang baru memulai usaha atau yang sedang jatuh usahanya, Citra Mina
Lestari hanya memberikan nasihat berupa solusi dan saran. Ketiga, lahan yang
dimiliki Citra Mina Lestari sangat terbatas. Mereka hanya memiliki kurang
lebih ¼ hektar lahan yang biasa digunakan praktik dilapangan termasuk aula.
Namun, dengan keterbatasan inilah mendorong mereka begitu sangat
memanfaatkan lahan yang sempit. Kolam ukuran 4x4 meter pun mampu
menampung 10.000 ekor lele konsumsi dengan strategi budidaya lele padat
tebar.
6 Supri, Anggota P2MKP Citra Mina Lestari, Wawancara, tanggal 21 Agustus 2019 7 Veri, anggota P2MKP Citra Mina Lestari angkatan pertama, wawancara, 22 Agustus
2019
72
Sumberdana dari seluruh kegiatan P2MKP Citra Mina Lestari sebagian
mendapat bantuan pemerintah menteri kelautan dan perikanan berupa sumur
bor, benih ikan, pakan ikan, probiotik untuk kekebalan tubuh ikan, airator dan
peralatan panen (serokan, timbangan dan baki) selebihnya dari iuran para
anggota atau anak didik P2MKP Citra Mina Lestari. Mereka dikenai iuran
ketika keadaan memang dibutuhkan seperti pengembangan usaha pelatihan dan
segala sesuatu menjadi pendukung kegiatan mereka konsumsi sarana dan
prasarana.
5. Tujuan dan Kegiatan Kelompok P2MKP Citra Mina Lestari
Dalam kelompok P2MKP Citra Mina Lestari ini mempunyai sebuah
tujuan pemberdayaan masyarakat yang memampukan dan memandirikan
masyarakat yang lemah untuk bisa menjadi kuat, yang pasif menjadi aktif dan
yang tidak produktif untuk bisa menjadi produktif. Masyarakat Sukadamai
yang sebagian besar adalah buruh dan petani, sehingga menggantungkan
kreatifitas dan produktifitasnya dengan hasil panen saja sehingga inilah yang
membuat masyarakat Sukadamai kurang produktif tidak mempunyai pekerjaan
tetap.
Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Citra Mina
Lestari hadir ditengah masyarakat untuk membantu permasalahan yang
dihadapi. Kehadiran P2MKP Citra Mina Lestari sangat dirasakan masyarakat
Sukadamai maupun masyarakat luar banyak yang mencontoh dari usaha yang
dijalankan P2MKP Citra Mina Lestari berdatangan mengikuti pelatihan praktik
lapangan maupun magang untuk menambah wawasan kewirausahaan di bidang
73
budidaya ikan. Bukan hanya masyarakat tetapi mahasiswa juga banyak yang
mengikuti pelatihan ini untuk mendapatkan ilmu dan wawasan kewirausahaan
untuk menciptakan peluang dan berpikiran positif harapannya agar aktif dalam
berwirausaha kreatif dan produktif.
Tujuan akhir dari proses pemberdayaan masyarakat adalah untuk
memandirikan warga masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarga
dan mengoptimalkan sumberdaya yang dimilikinya.8 Tujuan awal P2MKP
Citra Mina Lestari dibentuk untuk mencetak masyarakat yang produktif,
mandiri, sehingga tidak menggantungkan hidup mereka kepada orang lain.
Setelah pencapaian proses Pokdakan Citra Mina Lestari menunjukkan
eksistensinya dalam memberdayakan masyarakat kini masyarakatnya telah
mampu menjalankan usaha sendiri dengan mandiri dan baik.
Kegiatannya yang diberikan oleh P2MKP Citra Mina Lestari dalam
memberikan pelatihan seperti teknik manajemen budidaya ikan lele dan
pemijahannya, teknik pembutan pakan probiotik dan lain sebagainya.
C. Strategi Dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat
Strategi yang dilakukan oleh fasilitator/pelopor pemberdayaan dalam
memanfaatkan lahan sempit/lahan perkarangan rumah melalui budidaya ikan
lele sebuah peluang usaha menjanjikan dan bisa menciptakan ramuan
probiotik untuk pakan lele yang dapat menghemat pakan sampai 30% dan
banyak sekali keuntungan dari probiotik tersebut dengan melihat peluang
pasar dengan kebutuhan masyarakat yang begitu banyak dan berusaha
8 Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2013),hal.17
74
memenuhi kebutuhan pasar tersebut dengan budidaya ikan lele terutama
untuk menambah penghasilan sehari-hari dengan menggunakan strategi
peningkatan ekonomi sebagaimana yang menjadi landasan teori dalam
melaksanakan penelitian. Beberapa strategi tersebut diantaranya pemecahan
masalah, konfrontasi, membangun kelembagaan baru, pengembanagn dan
peningkatan keterampilan hidup dan terapi pendidikan bagi masyarakat.
1. Strategi Pemecahan Masalah
Strategi ini dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat agar
mereka mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi
meningkatkan kualitas hidup mereka. Maksud dari strategi pemecahan
masalah ini yaitu bentuk penyadaran masyarakat yang akan diberikan
wawasan, motivasi dan membangkitkan kesadaran serta pengetahuan tentang
budidaya ikan lele menggunakan lahan sempit/perkarangan rumah. Wawasan
dan pengetahuan yang diberikan kepada masyarakat yaitu tentang
menciptakan peluang usaha dan menciptakan ramuan pakan ikan lele
probiotik.
Program penyadaran tentang budidaya ikan lele padat tebar ini sangat
perlu dilakukan karena untuk membuka wawasan masyarakat dan menambah
ilmu pengetahuan serta untuk membantu merubah perekonomian dan taraf
hidup masyarakat yang tadinya hanya bekerja dan mendapat hasil dari satu
pekerjaan saja terlebih masyarakat Sukadamai ini bermata pencaharian
sebagai petani dan lahan pertaniannya adalah lahan pertanian tadah hujan
hanya mengandalkan dari hasil panen saja selebihnya mereka kerja serabutan.
75
2. Konfrontasi
Dalam konfrontasi ini fasilitator mengajak masyarakat Sukadamai
dengan tujuan agar mempermudah saat melakukan pelatihan. Pertemuan biasa
dilakukan oleh fasilitator dirumah ketua kelompok P2MKP Citra Mina
Lestari yaitu Bapak Iwan Bariyadi karena sudah memiliki fasilitas yang
lengkap, pertemuan tersebut diantaranya sebagai berikut:
“dalam melaksanakan pertemuan pelatihan budidaya ikan lele biasa dilkukan
di rumah saya, mulai melakukan pelatihan kewirausahaan budidaya ikan lele
ini pada tahun 2014, dalam pelatihan ini juga menjelaskan tentang wirausaha
budidaya ikan lele untuk mengajak masyarakat untuk belajar dan mulai
berwirausaha. Memberikan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
perkarangan rumah untuk dijadikan sebuah tempat untuk usaha, memberikan
pengetahuan serta wawasan tentang budidaya ikan lele padat tebar dan juga
saling berkonsultasi dengan permasalahan yang dihadapi dengan memberikan
solusi dan saran”.9
Upaya Bapak Iwan Bariyadi sebagai fasilitator pemberdayaan dalam
menyadarkan masyarakat melalui pertemuan yang dilakukan dirumahnya untuk
mengajak mereka dan untuk menyadarkan masyarakat akan menciptakan
peluang usaha. Upaya yang dilakukan oleh Bapak Iwan Bariyadi ini masuk
dalam tahap Enabling yaitu yang memberikan dorongan motivasi
membangkitkan kesadaran agar dapat mengembangkannya. Meskipun
demikian respon yang didapatkan dari masyarakat tidak langsung semua mau
ikut serta, hanya beberapa saja yang mau ikut yang kemudian dengan
berjalannya waktu secara bertahap masyarakat lainnya mempunyai kemauan
dan minat untuk ikut. Kemudian, warga yang tertarik dan mau mengikuti akan
diberi penjelasan yang lebih jelas tentang cara mengolah budidaya ikan lele
9 Iwan Bariyadi, Masyarakat Yang Menjadi Fasilitator, Wawancara, Tanggal 25 Agustus
2019
76
padat tebar. Karena sasaran peningkatan ekonomi disini adalah masyarakat
desa Sukadamai, khususnya mereka yang tidak memiliki pekerjaan tetap saat
musim kemarau/musim paceklik tiba atau masyarakat yang memang sudah
mempunyai ketertarikan untuk berwirausaha.
Desa Sukadamai sebagian masyarakatnya sudah banyak yang membuka
usaha budidaya ikan lele dan saat ini menjadi tambahan ekeonomi. Masyarakat
desa Sukadamai mayoritas bekerja sebagai petani dan buruh tani dimana hasil
dari lahan pertanian tersebut tidak menentu hanya cukup untuk biaya makan,
dikarenakan penghasilan yang bersifat musiman, penghasilan yang mereka
peroleh itu biasanya habis terpakai untuk kebutuhan rumah tangga saja,
termasuk kebutuhan untuk biaya pendidikan anak sekolah yang rata-rata hanya
mampu pada tingkat SMP atau SMA, dengan demikian dapat dikatakan taraf
kehidupan mereka hanya terbatas pada tingkat untuk mempertahankan
kelangsungan hidup.
3. Membangun Kelembagaan Baru
Salah satu lembaga kelompok budidaya ikan (Pokdakan) P2MKP Citra
Mina Lestari berperan penting dalam melaksanakan pemberdayaan
anggotanya, lembaga kelompok budidaya ikan ini menjadi agen perubahan
yaitu sebagai fasilitator yang memiliki kewajiban untuk memotivasi dan
memberikan arahan serta bimbingan kepada anggotanya.
Kehadiran P2MKP Citra Mina Lestari ini sebagai suatu proses untuk
berwirausaha budidaya ikan lele padat tebar dengan menggunakan lahan
perkarangan rumah yang dapat dimanfaatkan sehingga mampu membawa
77
perubahan ekonomi bagi masyarakat desa Sukadamai dan sekitarnya.
Kesadaran tersebut berawal dari salah seorang warga masyarakat bernama
Iwan Bariyadi yang sekaligus menjadi pelopor yang mengenalkan usaha
budidaya ikan lele padat tebar kepada masyarakat desa Sukadamai. Iwan
sendiri yang merupakan warga masyarakat asli Desa Sukadamai ini melihat
bahwa usaha budidaya ikan lele ini sangat menjanjikan.
“awal mulanya budidaya ikan lele ini karna melihat peluang kunci utamanya
kita bisa memikirkan bagaimana caranya bisa berhasil budidaya ikan lele ini
yaitu dengan cara menciptakan ramuan probiotik pakan yang bisa menghemat
pakan sampai 30% dan banyak sekali keuntungan dari probiotik itu, melihat
peluang pasar kebutuhan pasar yang begitu banyak berusaha mencukupi
kebutuhan pasar itu dengan budidaya ikan lele terutama untuk mencukupi atau
menambah penghasilan sehari-hari. P2MKP Citra Mina Lestari ini juga sebuah
wadah kelompok yang sudah diakui pemerintah dinas perikanan dan kelautan,
dulu sama sekali belum tersentuh oleh Dinas semacam budidaya ikan lele
pribadi tetapi alangkah baiknya jika budidaya ikan lele ini mendapatkan
perhatian dari Dinas dan mengkoordinasi dengan Dinas Perikanan dan
Kelautan dan P2MKP Citra Mina Lestari dengan sebuah koordinasi yang
unggulan untuk melatih kewirausahaan itu jadi kita mengajukan ke kementrian
pusat untuk menjadikan Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan dan
mendapatkan izin dari Pemerintah”.10
Berawal dari situlah seorang Iwan Bariyadi mencoba terus
mengkoordinasikan dengan Dinas Perikanan dan Kelautan untuk melatih
masyarakat yang ingin benar-benar mau berwirausaha. Iwan mencoba terus
melakukan pendampingan terhadap anggotanya di bawah pengawasan Bapak
Iwan kalau ada pertemuan saling sharing dengan para anggota dan pastinya
selalu menjunjung tinggi nilai kerukunan antar anggota. Kalau untuk
pemasarannya sangat luas untuk pasar di desa Sukadamai sendiri dibilang
masih tergolong kurang tapi kita tetap menentukan untuk masalah
10
Iwan Bariyadi, Masyarakat Yang Menjadi Fasilitator, Wawancara, Tanggal 21 Agustus
2019
78
pemasarannya itu tergantung pribadi masing-masing artinya mereka memilih
kepada pedagang/bakul yang cocok dan pas artinya masih banyak peluang.
Biasanya kita memasarkan kepada bakul di Bandar Lampung, Natar dan juga
Metro jadi mana mereka yang butuh dan mana mereka yang mempunyai harga
yang bagus disesuaikan. Iwan mengajak masyarakat untuk mengikuti jejak
sepertinya dengan memanfaatkan lahan perkarangan rumah untuk
berwirausaha budidaya ikan lele. Karena masyarakat desa Sukadamai yang
menjadi buruh tani pun tidak menentu hasil dari bertani bahkan banyak juga
yang bekerja sebagai buruh serabutan. Berangkat dari tekat dan usahanya untuk
menyadarkan masyarakat akan pentingnya berwirausaha, upayanya pun
berhasil membuat beberapa warga sadar meskipun hanya sebagaian.
“sebelumnya memang belum tertarik untuk berwirausaha budidaya ikan lele
ini, tapi sekitar tahun 2014 ada kelompok P2MKP Citra Mina Lestari yang
sering memberikan pelatihan dan memberikan motivasi kepada masyarakat lain
untuk menyadarkan bahwa sebenarnya peluang usaha itu banyak tergantung
bagaimana setiap orang yang melihatnya apakah bisa di jadikan sebuah usaha
atau tidak. Terbukti setelah saya belajar dari teman saya Iwan Bariyadi,
akhirnya saya bisa membuka usaha budidaya ikan lele sendiri, tapi masih
banyak terkendala di modal, bibit dan peralatan yang belum memadai, tapi
saya juga punya keinginan belajar dan menambah ilmu untuk pembuatan pakan
probiotiknya”.11
Tidak hanya sampai disitu warga lainnya pun ikut secara bertahap,
melihat besarnya antusias warga desa. Kemudian Bapak Iwan Bariyadi
berusaha membantu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan para
warga yang berminat untuk menekuni budidaya ikan lele padat tebar, Bapak
Iwan Bariyadi memberikan pendampingan dan pelatihan yang semuanya
11
Wajibburohman, Masyarakat anggota P2MKP Citra Mina Lestari, Wawancara, 21
Agustus 2019
79
diikuti oleh kaum laki-laki dan perempuan saat pelatihan karena pelatihannya
juga membahas tentang pakan probiotik untuk budidaya ikan lele. Bapak Iwan
Bariyadi dalam melakukan tahap penyadaran ini dengan cara memberikan
pencerahan berupa materi baik teori, wawasan dan praktek bagaimana caranya
mengelola budidaya ikan lele padat tebar yang menggunakan lahan
perkarangan rumah dan membuat pakan probiotik. Materi yang disampaikan
adalah wawasan dan teori seputar tentang budidaya ikan lele padat tebar
kemudian diajarkan cara membuat sampai bisa dan lihat membuatnya.
Beberapa data kegiatan tersebut diantaranya seperti tabel dibawah ini.
Tabel 8
Data Kegiatan Pemberdayaan
No Tempat Waktu Materi Pemateri
1 Rumah Bpk.
Iwan Bariyadi
Februari,
2016
Teori dan wawasan
tentang menciptakan
peluang usaha
Bpk Iwan
Bariyadi
2 Rumah Bpk
Iwan Bariyadi
Maret, 2016 Wawasan tentang
budidaya ikan lele,
pelatihan pemijahan
dan pembesaran lele,
teknik pembenihan,
pembuatan pakan
probiotik serta praktek
langsung di lokasi
kolam lele padat tebar
milik Bpk Iwan
Bpk. Iwan
Bariyadi
Sumber data: data peneliti yang didapat dari hasil wawancra
Berdasarkan data tabel diatas menunjukkan upaya penyadaran dengan
pencerahan dilakukan oleh Bapak Iwan Bariyadi adalah melalui beberapa
langkah seperti pemberian materi baik teori atau wawasan serta kegiatan
praktek langsung belajar pemijahan ikan lele dan pembuatan pakan probiotik.
Penetapan lokasi kegiatan yang dilakukan adalah dikediaman rumah Bapak
80
Iwan Bariyadi yang berperan sebagai fasilitator. Biasanya peserta pelatihan
diundang oleh calon P2MKP, ada yang memang dari keinginan peserta
sendiri/kelompok dan ada juga yang ditugaskan oleh lembaga.
4. Pengembangan dan Peningkatan Keterampilan Hidup (life skills)
Dalam pengembangan dan peningkatan keterampilan hidup masyarakat
diberikan keterampilan dan kegiatan lainnya untuk meningkatkan
keterampilannya. Dilakukan dengan melakukan pelatihan yang diadakan oleh
Iwan Bariyadi sebagai fasilitator pemberdayaan masyarakat Desa Sukadamai
dan Dinas Perikanan dan Kelautan. Pelatihan tersebut diadakan karena adanya
ketertarikan masyarakat dan minat belajar masyarakat. Upaya Bapak Iwan
Bariyadi yang mengajak warga sekitar juga membuahkan hasil dan tanpa
disadari juga telah mempengaruhi warga untuk mulai berwirausaha budidaya
ikan lele dengan menggunakan lahan perkarangan rumah untuk menekuni
usaha tersebut. Sebagaimana yang dituturkan oleh Mas Veri saat
diwawancarai.
“pelatihan budidaya perikanan ini sebagaimana yang telah diperankan oleh
P2MKP Citra Mina Lestari termasuk dalam lingkup kewirausahaan atau
enterpreneur merupakan suatu kegiatan produktifitas, kreatifitas, inovasi dalam
mengembangkan usaha dan mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi
barang yang bernilai jual, awalnya saya hobby memelihara ikan kemudian ikut
bergabung dengan P2MKP Citra Mina Lestari ikut pelatihan dan mulai
mengembangkannya sehingga bisa menghasilkan uang buat nambah-nambah
penghasilan sehari-hari bisa mencukupi kebutuhan hidup dengan adanya
pekerjaan sampingan budidaya ikan lele ini perekonomian keluarga mulai
membaik”.12
12
Veri, Masyarakat yang sudah memiliki budidaya ikan lele sendiri, wawancara, tanggal
23 Agustus 2019
81
Dalam tahapan ini pelatihan-pelatihan yang diberikan tersebut diantaranya
sebagai berikut:
Tabel 9
Kegiatan Pemberian Pelatihan
No Tempat dan Waktu Bentuk Kegiatan Narasumber
1 Rumah Bpk Iwan Bariyadi,
Maret 2016
Pelatihan dan
pembinaan,
konsultasi terkait
permasalahan
budidaya ikan lele
Iwan Bariyadi
2 Rumah Bpk Iwan Bariyadi,
Mei 2016
Pelatihan dan
pendampingan
keberlanjutan
antar peserta
dalam hal usaha
perikanan serta
konsultasi dan
pemasaran produk
dari hasil
pelatihan
Dinas Kelautan
dan Perikanan
Sumber data di dapat dari hasil wawancara
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dalam pengembangan
dan keterampilan ini masyarakat diberikan pelatihan untuk lebih bisa membaca
peluang usaha dengan budidaya ikan lele padat tebar. Dalam pelatihan yang
diberikan oleh Iwan Bariyadi diantaranya memberikan pelatihan bagaimana
cara memasarkan barang produksi. Produksi yang dimaksud adalah
menghasilkan ikan lele yang terbaik. Sedangkan pelatihan yang diberikan dari
Dinas Perikanan dan Kelautan berupa materi wawasan seputar tentang
pemanfaatan sumber daya alam berupa materi wawasan seputar tentang
pemijahan budidaya ikan lele dengan lahan perkarangan rumah dan
memberikan pakan probiotik yang nantinya untuk meningkatkan perekonomian
melalui budidaya ikan lele.
82
Strategi pengembangan dan peningkatan keterampilan ada pengadaan
bantuan untuk membantu memaksimalkan budidaya ikan lele yang sudah
diajarkan, pengadaan bantuan yang dimaksud adalah berupa bantuan seperti
modal, bibit, peralatan diantaranya sumur bor, benih ikan, pakan ikan,
probiotik untuk kekebalan tubuh ikan, airator dan peralatan panen (serokan,
timbangan dan baki). Seiring berjalannya waktu semakin banyak yang mau
belajar berwirausaha budidaya ikan lele ini.
Pengembangan usaha dan jejaring kerja perlu adanya peningkatan
kapasitas produksi, diversifikasi produksi dan pemanfaatan teknologi semenjak
didirikan tahun 2014 unit usaha mengalami peningkatan produksi panen lele
dengan kapasitas 1000 Kg menjadi 2000 Kg/Bulan dan pengembangan hasil
produksi dengan penggunaan probiotik herbal juga memberikan wawasan
tentang usaha siklus biofarming antara peternakan, perikanan dan pertanian.
5. Terapi Pendidikan
Dalam tahapan ini masyarakat diberi kesempatan atau otoritas untuk
menggunakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang telah mereka
miliki untuk mengembangkan diri mereka sendiri. Setelah masyarakat diberi
pencerahan oleh fasilitator dan pihak-pihak lainnya mulai berkembang sendiri
(pemandirian) dengan mereka sudah bisa membuka usaha sendiri dan
memasarkannya ke pasar-pasar. Mereka yang sudah memiliki pengetahuan
mampu membuka usaha budidaya ikan lele. Beberapa upaya yang telah
dilakukan oleh Iwan Bariyadi dan beberapa bantuan dari beberapa pihak untuk
memanfaatkan lahan kosong untuk memulai budiaya ikan lele. Dari hasil
83
kemauan, belajar, keuletan dan ketekunan serta motivasi pada setiap individu,
mereka mulai perlahan membuka usaha budidaya ikan lele sendiri.13
“saya sama Iwan ini sudah berteman lama, kita memang sama-sama senang
memelihara ikan. Saya mulai belajar dan bisa menjadi sampai sekarang juga
atas usaha dia karena Iwan suka memberikan pelatihan. Dan pada akhirnya
saya membuka usaha sendssiri, kalau saya masih punya kesulitan saya tetap
masih belajar konsultasi terhadap permasalahan yang dihadapi masih belajar
sama Iwan karena dia yang sudah lebih dahulu dan ilmunya sudah lebih
banyak”.14
Sekarang sudah ada 12 orang yang telah berhasil membuka usaha sendiri.
Dan juga sekarang masyarakat Sukadamai sudah mulai menjadi masyarakat
yang sebagiannya menjadi seorang pembudidaya ikan lele. Dengan
menciptakan peluang usaha ini banyak membantu dan memberikan peluang
tambahan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan hidup.
“saya masyarakat yang kerjanya sebagai petani di Desa Sukadamai ini,
memang daerah Sukadamai ini bukan daerah yang terairi oleh aliran air irigasi,
Sukadamai ini pertanian tadah hujan dan saya hanya mengandalkan
penghasilan saya dari hasil panen saja kemudian, saya melihat pembudidayaan
ikan lele yang dijalankan oleh Bapak Iwan Bariyadi saya tertarik dengan usaha
ini karna memang kita harus bisa membaca peluang usaha dalam memenuhi
kebutuhan pasar. Dari situ saya mau belajar dan alhamdulillah sampai saat ini
usaha saya terus berkembang dengan pendampingan dari Bpk Iwan Bariyadi
penghasilan saya pun bertambah untuk kehidupan sehari-hari.”15
Selain membantu memberikan pekerjaan bagi masyarakat lain atas
hadirnya Kelompok Budidaya Ikan (Pokdakan) Citra Mina Lestari ini sangat
membantu perekonomian masyarakat juga menciptakan peluang usaha dan
memandirikan masyarakat dengan memiliki kemampuan menjadi soerang
pembudidaya ikan.
13 Observasi, tanggal 21 Agustus 2019 14
Wajibburohman, Masyarakat yang sudah memiliki budidaya ikan lele sendiri,
wawancara, tang gal 21 Agustus 2019 15
Supri Hartono, Masyarakat yang sudah memiliki budidaya ikan lele sendiri,
wawancara, tanggal 23 Agustus 2019
84
Sebagai strategi dalam meningkatkan ekonomi mempunyai lima strategi
yaitu : tahap pemecahan masalah, konfrontasi, membangun kelembagaan baru,
pengembangan dan peningkatan keterampilan hidup serta terapi pendidikan
bagi masyarakat. Pemecahan masalah yakni dimana masyarakat diberi sebuah
pencerahan dalam artian memberikan penyadaran bahwa mereka mempunyai
kemampuan untuk potensi yang ada dalam diri mereka. Strategi kedua tahap
konfrontasi yaitu tahap dimana masyarakat yang diberdayakan diberikan
program kemampuan atau capacity building untuk membuat mereka memiliki
kemampuan dalam mengelola manajemen diri dan sumber daya yang dimiliki.
Kemudian pengembangan dan peningkatan keterampilan pada strategi ini
mereka diberikan daya, kekuasaan atau peluang. Pemberian ini sesuai dengan
kualitas kecakapan yang telah dimiliki sesuai kecakapan mereka.
Dalam meningkatkan ekonomi masyarakat, maka akan dijelaskan
profil dari masing-masing masyarakat yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini. Penulis mengambil sampel 6 orang yang telah mewakili. Berikut hasil
wawancara penulis dengan beberapa orang dari sampel tersebut diantaranya:
1) Iwan Bariyadi
Iwan Bariyadi adalah seseorang yang melakukan wirausaha budidaya
ikan lele. Sebelum menjadi seorang pembudidaya ikan lele ini pekerjaan yang
dilakukan adalah buruh tani . iwan sudah memulai usahanya dari tahun 2012
hingga sekarang. Keberhasilannya mengangkat namanya menjadi seorang
wirausaha budidaya ikan lele. Bahkan usahanya pun sudah dikenal dan
mendapat bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan. Menjadi seorang
85
pengusaha budidaya ikan lele ini Iwan Bariyadi juga membentuk sebuah
kelompok budidaya ikan (Pokdakan) untuk membantu dan memotivasi
masyarakat lain agar mempunyai penghasilan tambahan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
“Penghasilan yang di dapat sebelum menjadi seorang pembudidaya ikan lele
sekitar Rp. 1.500.000 - Rp. 2.000.000 dalam sebulan karena sebelumnya hanya
bekerja sebagai buruh tani. Setelah menjadi seorang pembudidaya ikan lele
penghasilan yang didapatkan sekitar Rp 4.000.000 perbulannya dengan panen
10.000 ekor sama dengan 1 ton dengan melakukan perlakuan khusus
fermentasi pakan probiotik.”16
Tentu hal ini adanya peningkatan pendapatan. Iwan belajar mengolah
fermentasi pakan probiotik jadi dalam budidaya ikan lele ini harus paham
dengan manajemennya berbeda dengan hanya sekedar memelihara saja akan
lama tumbuh kembangnya. Awalnya memang hobby lalu dimanfaatkan
menjadi pundi-pundi uang. Karena sasarannya pun semua kalangan dari
orangtua, remaja, bahkan ibu-ibu.
2) Wajiburohman
Wajiburohman merupakan pembudidaya ikan lele yang memang
menekuninya didasari atas hobby juga kecintaannya terhadap ikan. Sebelum
menjadi seorang pembudidaya ikan lele yang dilakukannya adalah berkebun.
Ketika ia mulai tertarik untuk belajar dan menekuninya dan masuk bersama
kelompok budidaya ikan (Pokdakan) kini pendapatannya mulai bertambh
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
“Sebelum menjadi seorang budidaya ikan lele padat tebar pendapatan yang
didapat sekitar Rp 2.000.000 perbulan, adanya peningkatan yan dirasakan
setelah menjadi pembudidaya ikan lele yaitu sekitar Rp 3.500.000 per bulan.
16
Iwan Bariyadi, Masyarakat yang Menjadi Fasilitator, Wawancara, Tanggal 24 Agustus
2019
86
Dalam proses pengolahan budidaya ikan dan pembuatan pakan probiotiknya
Wajiburohman sering berkonsultasi kepada anggota P2MKP Citra Mina Lestari
menututnya, usaha ini jika dimanfaatkan dengan baik akan menghasilkan
pundi-pundi uang dan dapat menjadi penunjang kebutuhan sehari-hari”.17
3) Agus Rajab
Hampir sama dengan kelompok budidaya ikan lainnya, awal mula
Agus menekuni budidaya ikan ini berawal dari teman saya Iwan Bariyadi yang
kemudian menjadikan peluang untuk menambah pendapatan. Pekerjaan Agus
adalah serabutan, namun tidak pula menjadikan budidaya ikan ini menjadi mata
pencaharian pokok. Budidaya ikan ini merupakan pekerjaan sambilan selain
menjadi buruh serabutan. Sebelumnya pendapatan yang didapatkan sekitar
Rp1.350.000 per bulan, sekarang pendapatan yang diperoleh Rp2.500.000 per
bulan. Dengan demikian, memanfaatkan lahan sempit/lahan perkarangan
rumah yang tidak terpakai berdampak positif dilihat dari segi ekonomi.18
4) Suroso
Menjadi seorang pengusaha budidaya ikan lele yaitu karena melihat
teman-temannya lalu tertarik mempelajarinya dan akhirnya membuka usaha
sendiri. Sebelum menjadi seorang pengusaha budidaya ikan lele pekerjaan yang
dilakukan adalah kuli bangunan. Untuk usaha budidaya ikan lele ini harus
menggunakan pakan probiotik yang aman dan terjamin untuk lelenya dengan
pakan probiotik ini pertumbuhan dan perkembangan lele menjadi sangat bagus
oleh karena itu saya berusaha belajar juga bagaimana cara pembuatannya dan
setelah saya mendalami akhirnya saya bias dan dapat memanen ikan lele untuk
17 Wajiburohman, Masyarakat Yang Sudah Memiliki Budidaya Ikan Lele Sendiri,
Wawancara, tanggal 25 Agustus 2019 18
Agus Rajab, Masyarakat Yang Sudah Memiliki Budidaya Ikan Lele Sendiri,
Wawancara, tanggal 25 Agustus 2015
87
dipasarkan ke pasar-pasar terdekat terutama pasar Sukadamai. Untuk
pendapatan yang diperoleh sebelum menjadi seorang pengusaha budidaya ikan
lele diperoleh sekitar Rp 2.000.000 per bulan, sekarang setelah menjadi
pengusaha budidaya ikan lele padat tebar ini pendapatan yang saya peroleh
sekitar Rp 3.500.000 per bulannya. Dilihat dari pendapatan ini memang adanya
peningkatan ekonomi.19
5) Jarwani
Jarwani memulai usahanya tahun 2016, hingga sekarang. Jarwani
memanfaatkan lingkungan rumahnya menjadi suatu peluang. Menurutnya,
usaha pemijahan ikan lele ini mempunyai nilai jual yang tinggi. Untuk
pemasarannya pun Jarwani menjualnya ke pasar-pasar Sukadamai, pasar
Pancasila dan Pasar Natar memilih kepada bakul yang cocok dan pas dengan
harga jual. Pekerjaan yang ditekuni sebelum membuka usaha budidaya ikan
lele ini adalah petani. Setelah pulang bertani biasanya hal yang dilakukan
adalah mengurusi lele membuat pakan probiotiknya. Pendapatan yang di
dapatkan sekitar Rp 4.000.000 per bulan dalam panen 1 ton. Dampak
perubahan ekonomi pun dirasakan oleh Jarwani setelah menekuni usaha
budidaya ikan lele padat tebar ini.20
6) Sukatno
Sukatno memang memiliki hobby memelihara ikan berbagai jenis ikan
ia pelihara tetapi jika hanya sekedar memelihara saja itu tidak cukup jadi hobby
19 Suroso. Masyarakat Yang Sudah Memiliki Budidaya Ikan Lele Sendiri, Wawancara,
tanggal 26 Agustus 2019 20
Jarwani, Masyarakat Yang Sudah Memiliki Budidaya Ikan Lele Sendiri, Wawancara,
tanggal 27 Agustus 2019
88
ini harus di damping dengan ilmu pengetahuan dan manajemen yang baik agar
nantinya bisa menjadi pundi-pundi uang yang bisa menambah penghasilan
sehari-hari. Pekerjaan sehari-harinya ialah buruh serabutan. Modal awal untuk
mengembangkan budidaya ikan lele ini dengan menjual satu ekor kambing lalu
bertahap untuk membeli alat-alatnya Sukatno juga termasuk kelompok
budidaya Ikan (Pokdakan) Citra Mina Lestari dan sering mendapat bantuan
berupa peralatan, mendapatkan ilmu pengetahuan serta wawasan baru. Untuk
pendapatan yang di peroleh sebelum menjadi seorang budidaya ikan lele sekitar
Rp 2.000.000 per bulan, sekarang setelah menjadi pengusaha budidaya ikan
lele pendapatan yang diperoleh adalah Rp 3.500.000 per bulannya. Biasanya
Sukatno mendapat orderan langganan dari Pasar Metro, karna pertumbuhan lele
dengan pemberian pakan probiotiknya ini hasilnya jadi bagus dan cepat karna
pakan probiotik ini adalah pakan yang terbuat dari bahan-bahan alami/herbal.21
Berdasarkan penjelasan diatas bias dikatakan bahwa dengan menjadi
pegusaha budidaya ikan lele adalah suatu usaha dan proses dalam menciptakan
peluang usaha untuk menigkatkan perekonomian masyarakat. Untuk itu
tujuannya adalah memampukan dan memandirikan taraf ekonomi kehidupan
masyarakat sehingga menjadikan masyarakat yang sejahtera, mandiri dan dapat
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
21
Sukatno, Masyarakat Yang Sudah Memiliki Budidaya Ikan Lele Sendiri, Wawancara,
tanggal 27 Agustus 2019
89
BAB IV
ANALISIS STRATEGI KELOMPOK BUDIDAYA IKAN (POKDAKAN)
P2MKP CITRA MINA LESTARI DALAM MENINGKATKAN EKONOMI
MASYARAKAT
Bagian ini menjelaskan hasil-hasil yang didapatkan dari penelitian dan
memaparkan secara mendalam dengan membandingkan keputusan yang dimuat
dalam bagian-bagian sebelumnya. Bagian yang akan didiskusikan yaitu
bagaimana Strategi kelompok budidaya ikan (Pokdakan) P2MKP Citra Mina
Lestari dalam meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Sukadamai Kecamatan
Natar Kabupaten Lampung Selatan.
A. Strategi Kelompok Budidaya Ikan Dalam Meningkatkan Ekonomi
Masyarakat
Kegiatan pemberdayaan masyarakat adalah sauatu kegiatan yang
terencana dan memiliki tujuan yang jelas yang harus dicapai lewat perwujudan
potensi kemampuan yang mereka miliki. Pemberdayaan masyarakat sebagai
pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai pihak
yang memberdayakan (kelompok budidaya ikan). Strategi ini dimaksudkan
untuk menumbuhkan kegiatan masyarakat untuk berwirausaha dalam
meningkatkan perekonomiannya.
Dalam hal ini masyarakat dikumpulkan atau dipertemukan dalam suatu
kegiatan untuk memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi
dengan memberikan wawasan, motivasi, membangkitkan kesadaran
masyarakat bahwa permasalahan saat ini banyaknya pengangguran musiman
yang mengakibatkan petani tidak dapat bercocok tanam karna sawah di Desa
90
Sukadamai ini adalah persawahan tadah hujan, kebanyakan dari petani di desa
ini merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Tujuannya
untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang
mereka miliki. Dalam analisis penelitian ini pemberdayaan yang dilakukan
oleh fasilitator kepada masyarakat setempat, dengan tujuan agar sasaran
mampu meningkatkan kualitas hidupnya untuk berdaya, memiliki daya saing
dan mandiri dalam melaksanakan pemberdayaan khususnya kepada
masyarakat. Jadi tidak hanya mengandalkan penghasilan dari hasil panen saja
tetapi punya penghasilan lain dari berwirausaha budidaya ikan lele.
Dalam strategi ini masyarakat dengan permasalahan yang dihadapi
dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran agar mereka bertindak dalam
menangani masalahnya. Upaya penyadaran yang dilakukan oleh Bapak Iwan
Bariyadi melalui beberapa langkah seperti pemberian materi wawasan serta
kegiatan dan praktek langsung belajar pemijahan ikan lele dan pakan
probiotik.
Salah satu lembaga kelompok budidaya ikan (Pokdakan) P2MKP Citra
Mina Lestari berperan penting dalam melaksanakan pemberdayaan
anggotanya, lembaga kelompok budidaya ikan ini menjadi agen perubahan
yaitu sebagai fasilitator yang memiliki kewajiban untuk memotivasi dan
memberi arahan, bimbingan kepada anggotanya agar mampu mewujudkan
hidup sejahtera dan meningkatkan perekonomian untuk kehidupan sehari-hari.
Setelah penulis menyampaikan landasan teori dan data-data lapangan
dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh fasilitator untuk
91
meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pelatihan berwirausaha, yang
mengajarkan masyarakat untuk dapat mandiri serta mendapatkan wawasan
dan pengaturan managmen yang baik. Melalui observasi, wawancara,
dokumentasi selanjutnya penulis pada bab ini akan menganalisis data tersebut
dari berbagai sisi dengan rumusan masalah yang ada.
Peningkatan keterampilan yang diupayakan dengan baik oleh Iwan
Bariyadi dan masyarakat pun mampu meresponnya secara bertahap dan
menunjukkan hasil. Apa yang dilakukan oleh Iwan bertujuan untuk
membantu menyadarkan masyarakat agar dapat menciptakan peluang usaha
sebagai taraf hidup dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Dengan upaya
pemberdayaan itu sendiri Iwan berusaha meningkatkan kemandirian dan
pengetahuan dari anggota kelompok budidaya ikan agar mereka memiliki
keterampilan untuk menunjang atau menjadikan masyarakat yang mandiri
dan memiliki kemauan untuk merubah keadaan mereka yang tadinya tidak
tahu menjadi tahu. Iwan juga tidak sungkan mengupayakan tahapan
pendayaan dengan memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat
untuk berani mendirikan usaha sendiri dan memandirikan masyarakat agar
lebih bisa mandiri. Pemanfaatan areal lahan perkarangan rumah untuk
melakukan budidaya ikan melalui tahapan pemberdayaan juga telah
membawa keberhasilan untuk penelitian, karena didalam penelitian yang
dilakukan oleh penulis telah menjelaskan bahwa semua tahapan yang di
upayakan telah dilakukan dengan baik oleh fasilitator dan telah sesuai dengan
konsep teori.
92
Lembaga kelompok budidaya ikan (Pokdakan) Desa Sukadamai
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan telah berdiri tahun 2014
hingga sekarang yang mempunyai tujuan untuk memberdayakan anggotanya.
Pelaksanaan dalam pemberdayaan ini harus memiliki kerjasama antara
anggota dan lembaga kelompok budidaya ikan (Pokdakan), karena adanya
saling terikat atau saling memerlukan bantuan satu dengan yang lainnya.
Apabila keduanya mempunyai hubungan kerjasama yang erat, maka program
pemberdayaan akan berjalan baik dan benar.
Meningkatnya ekonomi masyarakat di Desa Sukadamai terjadi
karena adanya sebuah strategi kelompok budidaya ikan yang dikelola dengan
baik sehingga membuat masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki
keterampilan life skills menjadi bisa memiliki keterampilan untuk
meningkatkan ekonomi masyarakat. Upaya untuk memaksimalkan dalam
berwirausaha budidaya ikan yang dilakukan oleh fasilitator masyarakat dan
dibantu oleh beberapa pihak serta adanya kemauan dari setiap masyarakat,
secara tidak langsung memberikan perubahan ekonomi masyarakat Desa
Sukadamai yang sebelumnya menjadi buruh serabutan dan buruh tani. Upaya
untuk memaksimalkan dalam menciptkan peluang usaha budidaya ikan yang
dilakukan oleh fasilitator masyarakat dan dibantu oleh beberapa pihak seperti
mendapat bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikanan serta adanya kemuan
dari setiap masyarakat, secara tidak langsung memberikan perubahan
ekonomi masyarakat desa Sukadamai yang sebelumnya banyak
93
masyarakatnya merupakan petani dan buruh serabutan kini banyak memiliki
tambahan pekerjaan menjadi seorang pengusaha budidaya ikan lele.
Strategi kelompok budidaya ikan lele dapat dilihat dan disadari oleh
seseorang masyarakat desa Sukadamai yang sekaligus menjadi fasilitator
pemberdayaan melalui ide kreatifnya untuk membuat usaha yaitu budidaya
ikan dan berupaya memaksimalkannya, dimana Iwan adalah sebelumnya
seorang petani dan setelah menjalani hobinya beliau memanfaatkan untuk
menambah pendapatan. Namun terlepas dari hal tersebut adanya potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia bukan berarti seuatu hal yang
mudah untuk langsung menyadarkan dan mengajak masyarakat yang
memiliki beragam karakteristik berbeda-beda pemikirannya, untuk menyadari
semua itu perlu adanya strategi agar masyarakat menyadarinya dan mulai
bertindak.
Dalam tahap penyadaran ini fasilitator sebagai agen perubahan
mengupayakan dengan baik, dia berusaha menyadarkan dan membangun
kesadaran masyarakat Desa Sukadamai dengan memberikan pencerahan
memalui pelatihan, memberikan pengetahuan dan membuka wawasan agar
bisa menyadarkan masyarakat bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
memulai berwirausaha budidaya ikan untuk menunjang kelangsungan hidup.
Fasilitator pada dasarnya membuat masyarakat yang mau memulai
menciptakan peluang usaha dan mengerti bahwa mereka perlu membangun
sebuah kesadaran kemudian diberdayakan dan proses pemberdayaan itu
dimulai dari dalam diri mereka sendiri. Jadi, penyadaran ini mereka yang
94
diberdayakan untuk membangun kesadaran diri bahwa mereka juga
mempunyai kemampuan untuk berusaha dan mengembangkannya
Cara selanjutnya adalah dengan strategi konfrontasi dan
pengembangan keterampilan hidup life skills, strategi ini juga dilakukan
dengan baik oleh fasilitator, Iwan melakukan upaya ini setelah masyarakat
sudah berhasil melalui strategi peningkatan ekonomi ini dengan memberikan
masyarakat keterampilan, pelatihan, pembinaan dan pendampingan dalam
budidaya ikan lele. Dalam strategi ini juga di bantu oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan dalam pemberian pelatihan SDM serta bantuan modal seperti bibit,
peralatan, benih ikan, pakan ikan, peralatan panen, serta sumur bor dan
aerator. Dalam pelatihan yang diberikan Iwan diantaranya memberikan
pendampingan dan pembinaan seperti pelatihan manajemen kewirausahaan,
manajemen dalam pembutan pakan probiotik untuk kekebalan daya tahan
tubuh ikan, keterampilan produksi, wawasan dan pengetahuan. Namun,
dalam peningkatan keterampilan yang mengajarkan cara-cara atau alat-alat
dalam perubahan yang direncanakan berupa bantuan peralatan dari Dinas
Kelautan dan Perikanan hanya diberikan kepada fasilitator dalam hal ini
pengadaan bantuan peralatan tidak diberikan secara merata.
Tahapan-tahapan sudah dilakukan dengan baik sebelumnya oleh
fasilitator telah mengantarkan masyarakat yang berdayakan pada tahap
terakhir, tahap pendayaan setelah masyarakat disadarkan dan diberikan
kapasitas berupa pengetahuan, wawasan dan keterampilan kemudian
selanjutnya adalah masyarakat diberi kesempatan untuk menggunakan
95
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang telah mereka miliki untuk
mengurus dan mengembangkan diri mereka sendiri. Masyarakat yang
sebelumnya tidak tahu dalam pembudidayaan ikan lele setelah mereka diberi
pelatihan, pendampingan dan pembinaan sekarang mereka sudah mampu
membuka usaha budidaya ikan lele sendiri dan sekarang sudah bisa
menjadikan pekerjaan yang memberikan penghasilan tambahan dan
membantu perekonomian masyarakat. Iwan juga memantau kemampuan
masyarakat bahkan semakin mengarahkan masyarakat menuju kemandirian
melalui pemberian motivasi serta informasi dan wawasan yang membuahkan
hasil dan membuat masyarakat memberanikan diri untuk mulai membuka
usaha sendiri.
Sebagaimana yang telah penulis paparkan bahwa masyarakat Desa
Sukadamai adalah bermata pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Salah
satu upaya sebagian masyarakat dengan menambah penghasilan yaitu dengan
menjadi seorang pengusaha budidaya ikan lele. Pemberdayaan yang
dimaksud disini adalah dengan memanfaatkan lahan perkarangan rumah
untuk menciptakan peluang usaha. Pemberdayaan merupakan usaha untuk
meningkatkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki masyarakat kemudian
dikembangkan lagi. Sedangkan pemberdayaan ekonomi adalah usaha yang
dilakukan untuk meningkatkan pendapatan ekonomi melalui budidaya ikan
lele padat tebar ini.
Pemberdayaan yang dilakukan fasilitator kepada warga bertujuan
untuk meningkatkan atau memanfaatkan potensi yang ada dalam suatu daerah
96
menuju keadaan yang lebih baik. Meningkatkan ekonomi masyarakat dengan
memanfaatkan lahan perkarangan rumah yang kosong dan mengelola
tumbuh-tumbuhan untuk dijadikan pakan probiotik. Walaupun penghasilan
yang didapat dari menjadi seorang pengusaha budidaya ikan lele tetapi
peningkatan ekonomi masyarakat dapat berubah, karena dalam proses
berwirausaha budidaya ikan lele harus punya manajemen yang baik dalam
pengolahan budidaya ikan sehingga pada saat oanen akan memperoleh hasil
yang baik juga. Sekarang anggota Citra Mina Lestrai telah banyak yang
memiliki usaha sendiri mereka telah memiliki pekerjaan tetap disamping
masih sebagai petani manakala musim hujan. Mereka tidak lagi dikatakan
sebagai pengangguran musiman, karena mereka dapat mengembangkan
kreatifitasnya meski di musim paceklik.
97
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dilakukan penulis dapat
diambil kesimpulan bahwa:
1. P2MKP Citra Mina Lestari telah berhasil memberdayakan masyarakat
yang dilakukan oleh fasilitator sudah cukup baik, hal ini dilihat dari upaya
yang dilakukan seperti menyadarkan masyarakat akan pentingnya
menciptakan peluang usaha, memberikan informasi, motivasi dan
pelatihan kewirausahaan, keterampilan produksi serta ada pengadaan
bantuan dari beberapa pihak yang ikut juga membantu memaksimalkan
pemberdayaan ini. Serta masyarakat diberi kesempatan untuk
mengembangkan apa yang sudah mereka dapatkan. Sehingga masyarakat
mampu mendirikan usaha sendiri. Tujuan dari tahap penyadaran,
pengkapasitasan dan pendayaan sudah berjalan baik dari yang awalnya
masyarakat tidak memperdulikannya kemudian menjadi masyarakat yang
antusias dan mau ikut berpartisipasi. Yang awalnya hanya didominasi oleh
masyarakat yang bekerja sebagai petani atau buruh serabutan yang
penghasilannya tidak menentu sekarang setelah menjadi seorang
pengusaha budidaya ikan lele sebagai pekerjaan tambahan dapat
membantu menambah pendapatan ekonomi masyarakat untuk mencukupi
kehidupan mereka sehari-hari.
2. Dalam membangun sebuah kesadaran diri masyarakat bahwa setiap
masyarakat memiliki hak untuk menikmati kehidupan yang lebih baik.
98
Iwan mencoba menyadarkan masyarakat bahwa penting sekali
menciptakan peluang usaha dengan memberikan informasi pengetahuan
seputar budidaya ikan, wawasan, keterampilan life skills, dorongan,
motivasi maka akan mampu memberikan kontribusi terhadap kehidupan
dan kemandirian masyarakat.
3. Setelah memberikan penyadaran informasi, moyivasi, pelatihan
kewirausahaan dan juga dilakukan praktek dilapangan Iwan juga selaku
fasilitator memberikan kesempatan anggota untuk mencobanya sendiri
hingga mampu dan terbiasa. Sekarang banyak anggotanya telah banyak
memulai usaha sendiri dibidang budidaya ikan baik anggota yang berasal
dari desa Sukadamai maupun luar daerah. Perekonomian masyarakat juga
mengalami perubahan yang cukup baik karena jika dilihat dari hasil
penelitian, pendapatan masyarakat berubah, seperti Iwan, Wajiburohman,
Agus Rajab, Suroso, Jarwani, Sukatno mengalami perubahan ekonomi,
meskipun dengan hasil yang berbeda-beda.
B. Saran
Adapun saran-saran yang peneliti berikan sehubungan dengan
penelitian ini yang kiranya dapat berguna bagi semua pihak yaitu sebagai
berikut.
1. P2MKP Citra Mina Lestari
Sebagai lembaga penampung aspirasi dan motivasi anggotanya,
lebih baik lagi apabila Citra Mina Lestari dapat memberikan bantuan
berupa tambahan modal bagi anggota yang akan memulai usaha, tujuan
99
pemberdayaan akan lebih baik pula jia hasil panen anggota dapat
ditampung oleh P2MKP Citra Mina Lestari jika didapati anggota yang
kesulitan mendistribusikan hasil panen ke pasaran.
2. Pemerintah
Program ini sangat efektif dan efisien dalam rangka mengurangi
angka pengangguran masyarakat, maka diperlukan program
pemberdayaan dibidang kewirausahaan dengan pemberdayaan di bidang
kewirausahaan masyarakat akan mampu memenuhi kebutuhan hidup
sendiri tanpa ketergantungan dengan orang lain yang pada akhirnya dapat
mengurangi angka pengangguran suatu daerah.
3. Masyarakat
Meningkatkan kemampuannya dan terus mengembangkan
pengetahuan karena semakin maju suatu daerah maka semakin besar
persaingan hidup, semakin sempit pula peluang mendapatkan pekerjaan.
Untuk dapat bersaing maka perlu peningkatan kualitas SDM dari segi
pengetahuan, wawasan, kreatifitas dan produktifitas.
C. Penutup
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan puji syukur
kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan izin-Nya skripsi ini dapat
terselesaikan. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh
dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan penulis. Oleh karenanya penuis sangat mengharapkan koreksi
yang bersifat membangun agar skripsi ini lebih baik.
100
Akhirnya penulis berharap semoga kerja keras yang selama ini
dilakukan benar-benar bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan
umunya bagi pembaca skalian, Amin.
Daftar Pustaka
Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: Model dan
Strategi Pembangunan Berbasis Kerakyatan, (Bandung:
Humaniora,2011)
Abdullah Zaky, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung:Pustaka Setia,2001)
Adi Fahudin, Pemberdayaan, Partisipasi dan Penguatan Kapasitas Masyarakat,
(Bandung: Humaiora)
Agus Sjafari, Kemiskinan dan Pemberdayaan Kelompok, (Yogyakarta: Graha
Ilmu)
Ahmad Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Bandung:Pustaka
Setia,1999)
Ali Moertopo, Strategi Kebudayaan, (Jakarta: PT. Yayasan Proklamasi CSIS,Tt)
Ali Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung:
Angkasa,1987)
Aprillia Theresia dan Totok Mardikanto,dkk, Pembangunan Berbasis Masyarakat
acuan bagi praktisi, akademis, dan pemerhati pengembangan
masyarakat. (Bandung: Alfabeta,2015)
Diah Tuhfat Yoshida, Arsitertur Strategic (Solusi Meraih Kemenangan dalam
Dunia yang Senantiasa Berubah), (Jakarta: PT. Alex Media
Komputindo,2006)
Edi Suharto.Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,Bandung: PT
Refika Aditama,2005.
Enizar, Hadis Ekonomi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2013)
Ginanjar Kartasasmita.Pembangunan Untuk Rakyat: Memadukan Pertumbuhan
Dan Pemerataan, Jakarta:PT Pustaka Cidesindo,1996.
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Selamba Humanika,
2010)
Harry Hikamat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora
Utama,2001)
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama, (Bandung:
Remaja Rosdakarya,2003)
Isbandi Rukminto Adi. Kesejahteraan Sosial (pekerjaan sosial, pembangunan
sosial, dan kajian Pembangunan), Depok:PT Raja Grafindo
Persada,2013.
Isbandi Rukminto.Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003)
Jumanta Hamdayama, Metodologi Pengajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2016)
Kartono Kartini, Pengantar Riset Sosial, (Bandung: CV. Mandar Maju,1996)
Kesi Widjiayanti, “Model Pemberdayaan Masyarakat” Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Semarang),
No. 01/Juni 2015
Lili Bariadi,dkk., Zakat dan Wirausaha (Jakarta: CED Center for
Enterpreneurship Development,2005)
M. Ahmad Anar, Prinsip – prinsip Metodologi Reaserch,
Yogyakarta:Sumbangsih,1975
Mardi Yatmo Hutomo, Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi:
Tinjauan Teoritik dan Implementasi, dalam Naskah No.20, Juni – Juli
2000
Mami Suciati, Pemberdyaan Masyarakat Melalui Sekolah Perempuan: Studi
terhadap PNPM Peduli-Lakpesdam NU Bantul, (Yogyakarta: UIN
Sunan Kalijaga, 2004)
M. Syaifudin, Pembangunan Masyarakat Dengan Pengembangan Kelembagan
Pedesaan, (Majalah Mufidah, Media Informasi Dakwah Pembangunan,
Vol.12 Juli 1999)
M.Iqbal Hasan, Metode Penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia
Indonesia,2002)
Mubyarto, Ekonomi Rakyat dan Program IDT, Yogyakarta: Aditya Media ,1996
Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, Cetakan Ke 2
(Jakarta: Gema Insani,2007)
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat
Islam, dari Ideologi, Strategi, sampai Tradisi, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya,2001)
Oos M. Anwas. Pemberdayaan Masyarakat Di Era Global, (Bandung:Alfabeta)
2014
Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2006)
Rohiman Notowidagdo. Pengantar Kesejahteraan Sosial Ed.1 Cet.1,
(Jakarta:Amzah,2016)
Rosnia Wati, Kamus Lengkap Ilmiah Populer, (Surabaya: Karya Ilmu,2005).
Soetandyo Wignyosoebroto,dkk. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat,
(Yogyakarta: LKIS Pustaka Pesantren,2005)
Soetomo,2013. Strategi – strategi Pembangunan Masyarakat (Yogyakarta;
Pustaka Pelajar).
Sumaryo Gitosaputro, Pengembangan dan Pemberdayaan
Masyarakat,(Yogyakarta, Graha Ilmu, 2015)
Sumadi Surya Brata, Metode Penelitian, (Jakarta; PT. Raja Grafindo
Persada,1998).
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito,2002)
Sutarto, Joko.2007. Pendidikan Nonformal (Konsep Dasar, Proses Pembelajaran
dan Pemberdayaan Masyarakat. Semarang:UNNES Press.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research,(Yogyakarta:PT.Adi Ofset,1991)
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, jilid 1, Yogyakarta, (Yayasan Penerbit
Fakultas Psikologi UGM,1973)
Totok Mardikanto, Pembangunan Berbasis Masyarakat, Bandung:Alfabeta,2015.
Cetakan kedua
Totok Mardikanto dan Poerwoko Soebiato, Pemberdayaan Masyarakat Dalam
Perspektif Kebijakan Publik, (Bandung: Alfabeta,2015)
On-Line Informatika Via Internet
Asep Iwan Setiawan, “Dakwah Berbasis Pemberdayaan Ekonomi dan
Peningkatan Kesejahteraan Mad’u” Ilmu Dakwah: Academic Journal
For Homiletic Studies Vol 6 No.2 Juli-Desember 2012
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor
Per.01/Men/2011 Tentang Pembentukan dan Pengembangan Pusat
Pelatihan Mandiri Kelautan dan perikanan Pasal 1 ayat 1 (21 Agustus
2019)
Wikipedia,“Budidaya ikan” (On-line)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Budi_daya_ikan.html diunduh pada 7
Nov 2018