strategi nafkah rumah tangga petani di desa...

38
1 STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali KERTAS KERJA Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Novi Maryam Lempao NIM : 222008011 Program Studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2014 E-mail :[email protected]

Upload: docong

Post on 17-Sep-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

1

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI

Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali

KERTAS KERJA

Diajukan kepada

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Novi Maryam Lempao

NIM : 222008011

Program Studi Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2014 E-mail :[email protected]

Page 2: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to
Page 3: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to
Page 4: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

2

STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI

Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali

Oleh :

Novi Maryam Lempao

NIM : 222008011

KERTAS KERJA

Diajukan kepada

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna Memenuhi Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Fakultas : Ekonomika dan Bisnis

Program Studi Ilmu Ekonomi

Disetujui oleh :

Marthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D

Pembimbing

Program Studi Ilmu Ekonomi

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

2014

Page 5: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

3

ABSTRACT

Household living in remote villages have limited access to fullfill their advanced needs.

The household have limitations in cash. Therefore they need a livelihood strategies by

utilizing the resources available in the village to survive from poverty or normal conditions to

improve household prosperity .

The purpose of this study was to analyze the utilization of resources used as a source of

household income, description of selected livelihood startegies and the basic that motivated

the choice. Data collection was carried out in June to July 2012 in the village of Lembobaru ,

Morowali regency, Central Sulawesi Province. Eight peasant household selected as

informants. The data were analyzed using descriptive qualitative analysis with additional

primary data and secondary data such as population size and the village potential.

The results showed that peasant household are both producers and consumers. They

manage natural resources available in the village to earn income to survive. Moreover they

use social capital by maintained strong relationship between each household in the village. It

help minimize the risks and overcome the economic problem. This is the selected livelihood

strategies run by the people in Lembobaru.

Keywords : Livelihood Strategies , natural resource management , social capital , Peasant

household

ABSTRAK

Kehidupan rumahtangga yang tinggal di desa terpencil memiliki keterbatasan dalam

mengakses pemenuhan kebutuhan yang lebih maju. Keterbatasan in cash yang dimiliki

rumahtangga menuntut rumahtangga untuk mengelola strategi nafkah dengan memanfaatkan

sumberdaya yang tersedia di desa untuk tetap bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau

dalam kondisi normal untuk meningkatkan kesejatheraan rumahtangga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang

digunakan sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, dan gambaran pilihan strategi nafkah

serta dasar yang melatar belakangi pilihan strategi nafkah rumahtangga tersebut.

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2012 di Desa Lembobaru,

Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah. Delapan rumahtangga petani dipilih sebagai

informan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif dengan

menggunakan data primer dan tambahan data sekunder seperti jumlah penduduk dan potensi

desa.

Hasil penelitian menunjukan bahwa rumahtangga petani merupakan produsen sekaligus

konsumen, mengelolah sumberdaya alam yang tersedia di desa untuk memperoleh

pendapatan yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Selain itu modal sosial yang

membentuk ikatan-ikatan sosial yang kuat dan tetap dijaga antar penduduk untuk

membangun sarana komunitas yang berguna untuk meminimalkan resiko-resiko yang terjadi

di desa serta membantu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi rumahtangga, menjadi

pilihan strategi nafkah yang dijalankan oleh penduduk desa Lembobaru.

Kata Kunci : Strategi Nafkah, Pengelolaan sumberdaya alam, Modal sosial, Rumahtangga

petani

Page 6: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

4

I. PENDAHULUAN

Rumahtangga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang dipengaruhi oleh

sistem yang lebih besar didalamnya. Dalam arti lain keadaan ekonomi rumahtangga

mencakup produksi dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup berkaitan erat dengan

keadaan ekonomi lingkungan serta komunitas tempat ia berada saat ini (Bryant, 2006). Setiap

anggota rumahtangga memiliki fungsi masing-masing yang saling berkaitan untuk dapat

mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan dalam rumahtangga.

Bagi rumahtangga yang tinggal di desa terpencil, kebutuhan hidup mereka baik jumlah

maupun macamnya relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat

modern yang tinggal di kota. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasana

untuk menghasilkan barang barang dan jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan

mereka sangat kecil, sehingga banyak kebutuhan mereka yang tidak dapat terpenuhi.

Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan rumahtangga, maka

dengan sadar atau tidak rumahtangga harus membuat pilihan, mereka akan memilih pilihan

yang mendatangkan manfaat sebesar-besarnya dengan penggunaan alat pemuas kebutuhan

tertentu, atau memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan pengorbanan

paling kecil di antara pilihan-pilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu

(Bayu,2012).

Kehidupan di desa secara umum dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan serta

mencari hasil hutan sebagai sumber pendapatan utama yang memiliki kecenderungan sikap

yang bergantung pada sumberdaya alam. Petani di desa terpencil sebagai produsen sekaligus

konsumen terhadap hasil-hasil pertanian dihadapkan dengan banyak tekanan dalam ekonomi

rumahtangganya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat kompleks. Faktor-faktor

tersebut berkaitan dengan musim, keterbatasan sumberdaya manusia, modal, akses terhadap

teknologi yang lebih maju dan dukungan sarana dan prasarana seperti infrastruktur yang

masih terbatas, mengakibatkan pemasaran, pengolahan, serta pengangkutan hasil-hasil

pertanian belum memadai membuat petani sebagai produsen belum dapat memaksimalkan

potensi yang ada.

Salah satu pendekatan dalam memahami kehidupan ekonomi rumahtangga di pedesaan

adalah dengan menggunakan strategi nafkah (livelihood strategies). Pendekatan ini tidak

hanya berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih memahami bagaimana

kehidupan rumahtangga, apa prioritas hidup mereka dan apa yang dapat membantu mereka

sehingga dapat bertahan hidup. Kerentanan terhadap fluktuasi harga serta cuaca atau iklim

yang tidak menentu, membuat rumahtangga petani mengelola struktur nafkah sehingga

mampu meminimalkan resiko.

Studi tentang strategi nafkah ini dilakukan untuk lebih memahami pilihan strategi yang

dilakukan yang diambil oleh rumahtangga sebagai hubungan antara akses sumberdaya, dan

aktivitas yang dipengaruhi oleh sistem ekologi dan sistem sosial kemasyarakatan.

Sumberdaya yang dimiliki atau yang dapat diakses oleh rumahtangga digunakan untuk

Page 7: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

5

bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi rumahtangga (Ashley dan Carney ; Ellis, 2000).

Penelitian sebelumnya mengenai strategi nafkah yang dilakukan Purnomo (2006)

menunjukan bahwa strategi nafkah dikelompokan menjadi dua kelompok, strategi nafkah

berbasis modal alami dan strategi nafkah berbasis bukan modal alami. Rumahtangga

memiliki pilihan sendiri mengenai modal alami, pendapatan in cash dari modal alami yang

ada di desa tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga sehingga harus

memanfaatkan modal sosial serta bermigrasi keluar desa agar memiliki pendapatan

tambahan. Penelitian lain dilakukan oleh widodo (2010) mengimplikasikan bahwa petani di

pedesaan mengalami mixed ethic, pada satu sisi berorientasi pada etika sosial-kolektif dan

pada sisi lain harus berorientasi pada keuntungan material. Kedua etika tersebut “dimainkan”

oleh rumahtangga petani sebagai upaya untuk membangun sistem nafkah berkelanjutan.

Sementara Grootaert (1999) menunjukan bahwa perekonomian pada tingkat individu atau

kelompok tidak hanya sepenuhnya dijelaskan oleh pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun

peran “modal sosial” sangat mempengaruhi untuk mencapai kesejahteraan, dalam konteks

mikro, Modal sosial mengacu pada hubungan dan norma-norma yang mengatur interaksi

antara rumahtangga dan komunitas yang ada.

Desa Lembobaru merupakan salah satu desa terpencil di kabupaten Morowali, Sulawesi

Tengah yang menjadikan pertanian sebagai sumber nafkah rumahtangga, 86% masyarakat di

desa Lembobaru bekerja sebagai petani. Letak desa Lembobaru adalah di sekitar hutan, Pada

kasus pertanian di Desa Lembobaru, sebagian besar petani pernah melakukan kegiatan

berkebun, mengolah sawah, perkebunan karet rakyat, kakao, kopi, dan pencari hasil hutan.

Namun saat ini mayoritas penduduk desa mengganti lahan perkebunan kopi dan kakao

dengan perkebunan karet1. Sulitnya akses terhadap pemasaran hasil produksi pertanian

mengakibatkan rendahnya in cash yang dimiliki rumahtangga, sehingga masyarakat

mengandalkan hasil sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu

hubungan sosial kemasyarakatan membantu rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan

hidup.

Penelitian ini difokuskan pada pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa

Lembobaru. Bagaimana dan apa saja yang mempengaruhi terbentuknya strategi nafkah

rumahtangga, merupakan pertanyaan yang mendasari penelitian ini. Strategi nafkah yang

dimaksudkan menunjuk pada aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam serta sumberdaya

manusia yang digunakan untuk tujuan bertahan hidup atau peningkatan status ekonomi.

Dalam hal ini keputusan dan tindakan rumahtangga melakukan pilihan strategi nafkah

ditentukan oleh rasionalitas dan keyakinan rumahtangga yang bersangkutan.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang digunakan

sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, serta menggambarkan pilihan strategi nafkah

1 Perkebunan karet dijadikan sumber pendapatan utama bagi masyarakat desa Lembobaru karena tamanam

karet merupakan komoditas yang dianggap masyarakat setempat mampu untuk meningkatkan pendapatan (sumber utama mendapatkan uang cash) dan tidak memerlukan perawatan yang sulit.

Page 8: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

6

yang dilakukan oleh rumahtangga petani dan dasar yang melatar belakangi pilihan strategi

nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Desa Lembobaru Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali

Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi penelitian ini secara sengaja karena desa Lembobaru

merupakan salah satu desa yang masyarakatnya notabene bermata pencaharian sebagai petani

serta letak desa yang terpencil berada jauh dari akses-akses ekonomi/sosial seperti pasar,

sekolah, rumah sakit/puskesmas, dll. Kondisi jalan yang rusak juga menjadi salah satu yang

menghambat masyarakat desa untuk berinteraksi dengan orang-orang diluar desa. Agar

informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti memilih dua tipe

rumahtangga dalam penelitian ini, yaitu: (1) Rumahtangga yang pekerjaan utamanya sebagai

petani, (2) Rumahtangga yang menjadikan pertanian sebagai pekerjaan tambahan. Penelitian

dilakukan pada tanggal 23 Juni sampai 25 Juli 2012, pemilihan waktu penelitian dilakukan

dengan alasan memanfaatkan waktu liburan semester.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena sesuai dengan permasalahan yang

menuntut gambaran realitas ekonomi-sosial. Informasi yang didapatkan melalui wawancara

mendalam dan pengamatan berpartisipasi dengan para informan selama penelitian dilakukan.

Wawancara dilakukan dengan acuan beberapa pertanyaan lapangan yang telah disusun agar

informasi yang didapatkan dapat menjawab masalah penelitian. Dalam mencari informasi

tidaklah terlalu sulit buat peneliti, karena Desa Lembobaru adalah kampung halaman orang

tua peneliti, sehingga mayoritas penduduk desa Lembobaru masih memiliki hubungan

kekeluargaan dengan peneliti, selain itu penduduk desa Lembobaru juga memiliki sifat yang

ramah terhadap orang baru yang berkunjung ke desa mereka.

Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, delapan rumahtangga

petani yang dijadikan sebagai rumahtangga kasus. Pemilihan delapan rumahtangga kasus

didasari oleh perbedaan karakter nafkah rumahtangga, akses sumber nafkah, dan aktivitas

nafkah anggota rumahtangga. Delapan rumahtangga kasus sebagai informan sudah dianggap

cukup untuk mewakili rumahtangga yang lain dalam karena tipe dan aktivitas rumahtangga

memiliki kesamaan. Pemilihan rumahtangga kasus dilakukan berdasarkan wawancara dan

pengamatan saat berada di Desa Lembobaru.

Namun untuk mendapatkan informasi yang sangat kompleks peneliti juga menemui

masalah yang dihadapi ketika mengumpulkan data, yaitu beberapa informan memiliki gengsi

yang tinggi sehingga malu ketika ditanyai tentang pendapatan dan masalah- masalah ekonomi

yang dihadapi. Pemecahan masalah dalam menghadapi informan seperti ini yang dilakukan

peneliti yaitu sebelumnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada pemerintah desa

khususnya kepala desa setempat dan kemudian kepala desa yang menjelaskan terlebih dahulu

kepada rumahtangga yang telah dipilih sebagai informan, sehingga peneliti lebih mudah

masuk dan mendekati informan dengan baik. Peneliti berusaha menyatu dengan anggota

rumahtangga agar terjalin keakraban. Contohnya saja rumahtangga Pak Nyong yang

suami/istri bekerja sebagai petani, ketika hendak melakukan wawancara, peneliti datang

Page 9: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

7

dengan membawa ole-ole (kecenderungan masyarakat desa ditempat penelitian sangat

senang ketika ada orang dari kota yang datang bertamu apalagi membawakan sesuatu atau

bingkisan) dan meminta ijin untuk menginap di rumah mereka untuk beberapa hari. Saat

itulah peneliti mulai membangun relasi dengan rumahtangga agar lebih dekat dan tidak

dianggap orang asing, setelah keakraban mulai terjalin peneliti meminta ijin untuk ikut pergi

ke perkebunan karet dan kebun, tidak hanya untuk melihat pekerjaan yang mereka lakukan

namun ikut terlibat dalam pekerjaan tersebut, sehingga dengan mudah informasi-informasi

didapatkan. Begitu seterusnya dilakukan pada informan-informan yang lain bahkan banyak

informan yang memberikan informasi yang lengkap tanpa ditanyai dengan menceritakan

keadaan rumahtangganya.

Dalam penulisan, peneliti membuat matrix tematik analisis dari hasil wawancara atau

informasi-informasi untuk memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan hasil wawancara.

Deskripsi yang telah dibuat akan digunakan untuk bahan interpretasi dan analisis ekonomi

desa serta rumahtangga petani di desa Lembobaru.

Dalam penulisan ini, peneliti akan menganalisis bagaimana keadaan ekonomi-sosial

masyarakat di pedesaan serta strategi-strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah-

masalah ekonomi-sosial yang dihadapi. Pertama, peneliti akan mendeskripsikan profil

Ekonomi-sosial rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kedua, peneliti akan menganalisis

Aktivitas nafkah dan pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, dan

kemudian membuat kesimpulan.

III. HASIL DAN ANALISIS

PROFIL EKONOMI-SOSIAL DESA LEMBOBARU

Lokasi dan Lingkungan Fisik

Secara administratif Desa Lembobaru termasuk dalam wilayah Kecamatan Lembo

Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Desa Lembobaru merupakan salah satu desa yang

terletak disekitar hutan produksi dengan kontur tanah datar. Kontur tanah yang datar

menyebabkan cukupnya dataran yang dapat digunakan untuk sawah, kebun, perkebunan

karet, serta pemukiman penduduk. Sawah, kebun, dan pemukiman berada pada tempat-

tempat yang menyediakan sumber air. Sumber air di Desa Lembobaru berasal dari sungai dan

mata air.

Sungai dan mata air digunakan sebagai penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari

hari penduduk Desa Lembobaru dan untuk pengairan sawah yang berada dekat dengan

sungai. Mata air dan sungai hanya dimanfaatkan beberapa penduduk yang tinggal berdekatan

dengan sungai dan mata air, sehingga kebanyakan penduduk Desa Lembobaru memiliki

sumur galian disekitar rumah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Jenis tanah di Desa Lembobaru adalah tanah merah dan masih sangat subur untuk

dijadikan lahan pertanian. Kondisi jalan di Desa Lembobaru masih buruk, Jalan masih berupa

Page 10: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

8

jalan tanah dan berbatu sehingga pada musim hujan jalan akan berubah menjadi kumpulan

lumpur. Sehingga untuk transportasi didalam Desa seperti dari pemukiman ke daerah kebun

dan sawah selain berjalan kaki penduduk juga menggunakan roda2 dan sebagian kecil sudah

menggunakan sepeda motor.

Keterhubungan Dengan Daerah Lain

Aktifitas ekonomi penduduk Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan di Desa

Beteleme3. Pasar Beteleme merupakan pasar terdekat tempat penduduk menjual atau

membeli barang. Di Desa Beteleme ini juga tempat penduduk sekolah dan berobat, hal ini di

karenakan di Desa Lembobaru hanya terdapat satu Taman kanak-kanak dan satu Sekolah

Dasar sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP/SMA anak-anak disekolahkan

di Beteleme. Pelayanan kesehatan yang ada di Desa Lembobaru hanyalah seorang Bidan

Desa, sehingga sebagian besar penduduk yang sakit akan dirawat di Beteleme, namun pada

kasus tertentu keterbatasan fasilitas kesehatan4 di Beteleme membuat penduduk Desa

Lembobaru memilih untuk berobat di Kolonodale5 walau jarak antara Desa Lembobaru-

Kolonodale lebih jauh. Contohnya ibu Nona, yang menderita penyakit Jantung, keluarganya

lebih memilih untuk membawa berobat di Kolonodale daripada di Beteleme hal ini

disebabkan karena penanganan kesehatan di Beteleme sering terlambat karena terkadang

tidak ada dokter serta alat dan obat-obatan untuk penanganan penyakit jantung belum ada6.

Desa Lembobaru berada 6 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Lembo, dan 121 km

dari pusat Pemerintahan Kabupaten Morowali. Alat transportasi yang dapat digunakan

penduduk Desa Lembobaru untuk pergi ke Desa lain adalah mobil dan sepeda motor bagi

yang memiliki kendaraan pribadi. Sementara untuk transportasi umum yaitu dengan

menggunakan taksi7 dengan tarif angkutan Rp.3.000,-, taksi yang menjadi alat transportasi

yang masuk ke Desa Lembobaru hanya ada pada pukul 06.00 pagi yaitu pada jam berangkat

sekolah dan jam 14.00 siang pada jam pulang sekolah. Setelah itu, penduduk Desa

Lembobaru yang ingin keluar desa dan tidak memiliki kendaraan sendiri harus menggunakan

ojek8 tarif angkutan tergatung jauh-dekatnya tujuan biasanya penduduk memberi seiklasnya

sebagai ucapan terima kasih atau mengganti uang bensin.

Jalan menuju Desa Lembobaru adalah jalan tanah dan berbatu-batu. Jalan beraspal

hanya sampai di Desa Beteleme. Setelah melalui desa Beteleme, kita akan menemui

perkebunan karet dan pemukiman penduduk desa Korobonde9. Wilayah pemukiman desa

2 Roda adalah gerobak menggunakan Sapi sebagai penarik beban, sebutan penduduk Desa Lembobaru 3 Desa Beteleme adalah ibukota Kecamatan Lembo 4 Fasilitas Kesehatan di Beteleme terbatas karena hanya berupa Puskesmas dan harus memfasilitasi 10 Desa

yang ada di Kecamatan Lembo 5 Rumah Sakit terdekat dari Desa Lembobaru terdapat di Daerah Kolonedale berjarak ±120km dari Desa Lembobaru. 6 Wawancara Ibu Nona, 2012

7 Taksi adalah sebutan masyarakat untuk mobil sejenis angkot

8 Ojek di desa Lembobaru adalah penduduk Desa yang memiliki sepeda motor dan memiliki waktu untuk

mengantar. 9 Desa transmigran dari pulau jawa.

Page 11: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

9

Lembobaru berbatasan langsung dengan wilayah pemukiman desa Korobonde, perjalanan

ditempuh ± 20menit tergantung kondisi jalan10

.

Kondisi Pemukiman

Kepadatan Penduduk

Desa Lembobaru belum mengenal pembagian-pembagian wilayah atau dusun. Desa

Lembobaru ditinggali 64 rumahtangga. Dengan jumlah penduduk Desa Lembobaru 271 jiwa

yang terdiri dari 136 laki-laki dan 135 perempuan pada tahun 201211

. Pemukiman di Desa

Lembobaru dibangun di tanah landai yang cukup luas. Kondisi tanah yang datar menyediakan

lahan pemukiman yang masih luas. Masih luasnya lahan pemukiman di Desa Lembobaru

menyebabkan rumah-rumah di Desa Lembobaru tidak selalu berdekatan. Rumah masih

dengan halaman yang cukup luas sehingga hampir disetiap halaman rumah terlihat banyak

kebun-kebun kecil12

yang dibuat penduduk di Desa Lembobaru.

Pemukiman di Desa Lembobaru tersusun dengan pola yang tetap. Rumah selalu

menghadap ke jalan utama atau ke arah gang-gang dalam wilayah pemukiman. Bagian

belakang rumah atau bagian dapur akan diberi pintu untuk berhubungan dengan tetangga

yang berada dibelakang atau disebelah rumah. Percakapan antar dapur menjadi pemandangan

yang biasa diwaktu memasak atau mencuci pakaian13

.

Kebiasaan merantau tidak banyak mempengaruhi penambahan bangunan rumah di

Desa Lembobaru. Meskipun ada beberapa penduduk yang merantau dan memilih tinggal

diperantauan, namun banyak yang tetap membangun rumah di Desa Lembobaru. Beberapa

penduduk yang merantau akan kembali dengan membawa suami atau istri dari tempat

merantau.

Fasilitas dalam Rumah

Hampir semua lantai rumah di Desa Lembobaru masih berupa semen kasar. Desa

Lembobaru tidak pernah mendapatkan bantuan untuk pembagunan rumah/lantai dari

pemerintah, sehingga keadaan rumah bergantung pada ekonomi masing-masing rumahtangga.

Beberapa rumah tangga sudah menggunakan lantai keramik namun masih ada juga rumah

yang berlantai tanah.

Setiap rumah dilengkapi dengan kamar mandi. Bentuk kamar mandi setiap

rumahtangga beragam, mulai dari yang permanen, ditembok dan menggunakan keramik

sampai dengan kamar mandi sederhana, yang hanya diberi dinding kayu atau terpal yang

dapat dilihat dari luar. Letak kamar mandipun beragam ada yang berada didalam rumah

10 Ketika musim hujan kondisi jalan akan berlumpur dan akan menambah waktu tempuh. 11 Data dari data Kependudukan tahunan Desa Lembobaru , 2012. 12

Pekarangan yang luas dimanfaatkan penduduk desa untuk menanam tanaman seperti singkong, dan buah-buahan musiman, bahkan ada juga penduduk yang menanam pohon karet di pekarangan. 13

Waktu memasak adalah waktu-waktu dimana ibu rumah tangga memasak nasi dan mempersiapkan lauk-pauk untuk makanan sehari-hari atau untuk bekal ke Kebun/sawah. Sementara disela-sela memasak ibu rumahtangga biasanya memanfaatkan waktu untuk mencuci pakaian disumur. Memasak dilakukan pada pagi hari dimulai pukul 04.00 atau 05.00 dan sore hari dimulai pukul 15.00 atau 16.00.

Page 12: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

10

namun lebih banyak yang dibangun sekedarnya dibelakang rumah, biasanya terletak beberapa

meter dari sumur galian.

Kamar mandi di rumah di dukung dengan sarana air bersih buatan masing-masing

rumahtangga. Sarana air bersih yang digunakan penduduk Desa Lembobaru berupa sumur

galian namun ada beberapa rumahtangga yang yang tidak memiliki sumur masih

menggunakan air pancoran14

.

Sebagian besar rumah berdiding kayu. Hanya ada beberapa rumah yang berdinding

tembok. Dinding kayu terbuat dari kayu nangka, mahoni, atau kayu hasil penebangan dari

hutan. Tidak ada rumah yang terbuat dari kayu jati. Kayu-kayu yang dipakai penduduk untuk

membangun rumah biasanya adalah kayu-kayu yang di ambil dari

pembongkaran/penebangan hutan15

. Penggunaan kayu-kayu sederhana sebagai dinding

rumah menyebabkan dinding rumah di Desa Lembobaru lebih cepat rusak oleh rayap.

Sebagian besar penduduk Desa Lembobaru masih menggunakan tungku sebagai sarana

memasak. Disamping itu kompor minyak hampir selalu dimiliki selain tungku. Kompor

minyak biasanya digunakan untuk rumahtangga yang tidak lagi memiliki sarana untuk

mencari kayu bakar. Penggunaan tungku lebih disukai karena murah dan rasa makanan yang

dimasak menggunakan tungku dianggap lebih enak.

Listrik telah ada hampir di semua rumah. Listrik ada yang memasang langsung dan ada

yang menyambung dari tetangga. Setiap rumah rata-rata memasang listrik 450 watt. Listrik

digunakan untuk penerangan, TV serta alat elektronik lainnya, setrika, dan kulkas yang

digunakan untuk membuat es untuk dijual atau untuk keperluan rumahtangga. Lampu listik

digunakan untuk penerangan didalam rumah atau teras rumah. Selain itu lampu listrik juga

digunakan untuk penerangan jalan di desa.

TV telah menjadi barang elektronik yang paling diinginkan ada didalam rumah, namun

hanya ada beberapa rumah yang memiliki TV. Rumahtangga yang tidak memiliki TV akan

menonton TV pada tetangga. Contohnya saja ibu Ele, setiap malam sehabis makan malam

sekitar jam 19.00 - 22.00 bersama kedua anaknya akan meluangkan waktu untuk pergi ke

rumah tetangga hanya untuk sekedar menonton TV16

. Bagi rumahtangga yang memiliki TV

dengan senang hati menerima tamu yang datang untuk menonton. Contohnya saja Pak San,

setiap malam rumahnya akan dipenuhi sekitar lima sampai tujuh keluarga biasanya lebih

didominasi oleh ibu-ibu dan anak-anak yang dantang untuk menonton17

. Tape recorder

merupakan elektronik berikutnya yang ada di rumah penduduk Desa Lembobaru. Tape

recorder lebih disukai oleh bapak-bapak dan anak-anak muda. Penduduk yang berusia 50

tahun ke atas lebih senang mendengarkan radio dengan model lama.

14

Sebutan penduduk desa untuk Sumber mata air yang ada didalam Desa, biasanya digunakan penduduk untuk mandi, mencuci pakaian dan untuk kebutuhan didalam rumah. 15

Penduduk sering menebang pohon dihutan untuk dibuat papan sebagai bahan bangunan rumah. 16

Wawancara dengan ibu Ele, 2012. 17 Wawancara dengan Pak San, 2012.

Page 13: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

11

Beberapa rumah telah mengganti kursi kayu lama dengan “kursi sudut”18

. Namun

sebagian besar rumah dilengkapi dengan kursi kayu dan kursi plastik yang merupakan model

kursi standar yang ada di rumah di Desa Lembobaru. Ranjang yang digunakan masih berupa

ranjang kayu dengan karus yang diisi kapuk. Hanya ada beberapa keluarga yang telah

menggunakan “spring bed”.

Fasilitas didalam rumah penduduk Desa Lembobaru berasal dari usaha pemilik rumah.

fasilitas diperoleh dari pendapatan rumahtangga. Fasilitas didalam rumah menunjukan

kemampuan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan lebih dari konsumsi.

Penduduk Desa Lembobaru

Struktur Demografi Penduduk Desa Lembobaru

Gambar 1. Peningkatan Jumlah Penduduk di Desa Lembobaru

Sumber : Data Kependudukan Desa Lembobaru 2007 dan 2012

Peningkatan jumlah penduduk di Desa Lembobaru selama lima tahun terakhir 2007-

2012 sebesar 3,9% per tahun. Kelahiran anak di Desa Lembobaru kecil, ada kecenderungan

untuk membatasi jumlah anak. Setiap rumahtangga memiliki anak tidak lebih dari empat

orang. Pengurangan jumlah kelahiran ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi

tekanan biaya pemeliharaan anak, biaya sekolah anak, dan mengurangi pengasuhan anak usia

balita.

Selain kelahiran, mobilitas penduduk keluar desa merupakan faktor yang

mempengaruhi struktur demografi Desa Lembobaru. Pergi merantau merupakan alasan utama

warga Desa Lembobaru keluar dari desa Lembobaru. Merantau biasanya dilakukan oleh

anak-anak muda untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Daerah tujuan perantauan

bagi anak-anak yang ingin melanjutkan studi adalah ke kota Palu, Poso atau Tentena di kota-

kota ini merupakan kota terdekat yang telah memiliki fasilitas pendidikan untuk perguruan

18

Kursi sudut adalah sebutan penduduk untuk kursi jok dengan model melingkar yang tepat untuk disimpan disudut ruangan.

223

271

0

50

100

150

200

250

300

Tahun 2007 2012

Page 14: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

12

tinggi. Pergi merantau akan dilakukan dengan menggunakan rental19

. Perantau akan kembali

ke Desa Lembobaru setiap enam bulan sekali biasanya dilakukan saat libur semester.

Perantau pulang ke Desa Lembobaru untuk berlibur, mengunjungi keluarga, atau untuk

merayakan hari-hari besar seperti Padungku20

dan Natal.

Keterpencilan Desa Lembobaru menyebabkan banyak uang yang akan dikeluarkan

untuk ongkos. Pilihan untuk pergi keluar desa menunjukan rumahtangga bersedia membayar

sejumlah uang untuk tujuan yang akan dicapai.

Keperluan administratif dan keperluan perbankan tidak dilakukan oleh setiap orang.

Keperluan administratif hanya akan dilakukan oleh penduduk Desa Lembobaru yang

memiliki keterkaitan dengan pemerintah seperti pengurus Desa atau penduduk Desa

Lembobaru yang memiliki pekerjaan di luar Desa Lembobaru seperti guru, tenaga kesehatan

atau pengurus organisasi desa. Sementara keperluan perbankan hanya dilakukan oleh

penduduk Desa Lembobaru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) setiap bulan mereka

akan ke Bank Rakyat Indonesia cabang Beteleme untuk mengambil Gaji, atau membayar

utang.

Mengobati anggota rumahtangga yang sakit dilakukan di Beteleme atau Kolonedale.

Jika orang sakit tersebut sampai harus dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit, penduduk lain

akan datang menjenguk. Menjenguk dilakukan dengan rombongan kecil dengan

menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Pergi keluar desa dengan rombongan

juga dilakukan penduduk Desa Lembobaru jika akan menghadiri pesta kawin21

warga Desa

Lembobaru yang dilakukan di desa lain, biasanya kunjungan ini dilakukan oleh rombongan

besar dengan menggunakan trek22

yang disewakan oleh penyelenggara acara.

Sebagian besar kebutuhan konsumsi sehari-hari dipenuhi dengan hasil garapan dan

pertukaran langsung di desa. Pembelian kebutuhan sehari-hari yang tidak terdapat didesa atau

kebutuhan barang dagangan untuk pedagang serta kebutuhan untuk pertanian sepeti bibit dan

pupuk dilakukan penduduk Desa Lembobaru di Beteleme. Namun untuk jenis kebutuhan

tertentu seperti ikan, peralatan rumahtangga, dan pakaian biasanya penduduk Desa

Lembobaru membelinya pada pedagang keliling yang masuk ke Desa Lembobaru23

.

Pemasaran produk banyak dilakukan didalam Desa Lembobaru. Penjualan hasil

perkebunan dilakukan melalui tengkulak yang datang mengunjungi perkebunan karet.

Penjualan hasil perkebunan karet dilakukan setiap sebulan sekali, penjualan dilakukan

serentak oleh semua petani karet karena proses tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru

19 Rental adalah sebutan masyarakat setempat untuk mobil jenis avansa yang digunakan sebagai alat transportasi antar daerah di Sulawesi Tengah. 20 Padungku adalah hari ucapan syukur Penduduk desa setelah panen, padungku dilakukan rutin setiap tahun sekali. 21

Pesta kawin merupakan sebutan masyarakat desa setempat untuk acara pernikahan, sesuai adat yang berlaku di Desa Lembobaru acara pernikahan dilaksanakan dirumah mempelai perempuan, sehingga penduduk laki-laki yang akan menikahi perempuan yang bertempat tinggal di desa lain akan melangsungkan pernikah di luar desa Lembobaru. 22

Trek adalah sebutan penduduk untuk angkutan truk. 23 Wawancara dengan Ibu Ele, 2012

Page 15: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

13

hanya sekali dalam sebulan. Harga penjualan hasil karet tergantung pada tengkulak yang

masuk ke Desa. Hasil sawah sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh rumahtangga penjualan

beras hasil sawah hanya dilakukan pada saat-saat tertentu ketika rumahtangga benar-benar

membutuhkan uang, penjualan dilakukan dipenggilingan padi yang ada di desa. Sementara

hasil ladang seperti Ubi, singkong, jagung, cabe, pisang serta sayur-sayuran selain

dikonsumsi oleh rumahtangga akan dijual pada penduduk lain yang ingin membeli dengan

cara menyimpan barang yang akan dijual di depan rumah. Penjualan juga dilakukan dengan

memesan contohnya ibu Elin yang memiliki warung Binte24

akan memesan jagung dan

pisang pada petani sehingga setiap habis panen petani akan langsung mengantarkan jagung

dan pisang ke rumah ibu Elin25

.

Penjualan secara langsung ke pasar akan dilakukan jika harga di pasar lebih baik atau

barang yang ada terlalu banyak dan tidak dapat dijual di desa. Petani jagung misalnya akan

menjual jagung hasil kebunnya pada penduduk desa atau pemesan yang datang ke rumahnya.

Ketika hendak ke pasar untuk membeli kebutuhan lain Jagung akan sekalian dibawa untuk

dijual ke pasar Beteleme jika hasil dari panen jagung banyak dan tidak ada yang membeli di

Desa Lembobaru26

.

Struktur Sosial Masyarakat

Setiap kali ditanyai tentang pelapisan sosial, informan selalu akan menjawab tidak ada

perbedaan yang mencolok diantara penduduk Desa Lembobaru, semua warga dianggap rata-

rata sama. Berdasarkan informasi yang tersirat, ada tiga hal yang menjadi dasar penghargaan

dalam masyarakat Desa Lembobaru, (1) penghargaan yang diberikan berdasarkan

kepemilikan barang, (2) penghargaan yang diberikan berdasarkan pekerjaan, (3) penghargaan

yang diberikan berdasarkan pendidikan formal atau informal yang dimiliki. Warga akan

dianggap mampu jika telah mampu mengganti lantai rumah dengan keramik, memiliki

perkebunan dan sawah yang luas, memiliki kendaraan bermotor terutama mobil, memiliki

rumah yang bagus terutama dilengkapi dengan peralatan elektronik. Kemampuan

menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi atau kedudukan dalam lembaga pemerintah

dan keagamaan yang ada di Desa akan menempatkan seseorang pada kelas sosial yang lebih

tinggi. Tabel 1 menunjukan aset yang dimiliki rumah tangga dan dasar pembentuk stratifikasi

dalam masyarakat.

24

Binte adalah makanan rebusan jagung yang telah dikeluarkan dari tongkolnya. Binte dihidangkan didalam mangkok seperti soup yang akan diberikan bumbu sendiri oleh pembelinya sesuai selera masing-masing, penduduk setempat biasa memakannya dengan tambahan pisang goreng. 25

Wawancara dengan ibu Elin, 2012. 26 Wawancara ibu Nona, 2012

Page 16: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

14

Tabel 1

Jenis Aset dan Dasar Penghargaan di Masyarakat

Aset Dasar penghargaan

Status dalam Desa Jenis, Kedudukan

Rumah Ukuran, model, bahan pembuat

Kendaraan Jenis, jumlah, penggunaan

Tanah Luas tanah, kelas tanah, jenis tanaman

Pendidikan formal Tingkat pendidikan

Pekerjaan Jabatan, pendapatan

Barang elektronik Jenis, ukuran, merk

Hewan ternak Jenis, jumlah

Perabotan rumah Model, harga

Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Urutan dalam tabel menunjukan urutan aset yang dapat meningkatkan status sosial

dalam masyarakat. Kepemilikan berbagai aset meningkatkan status sosial seseorang. Dua

orang yang memiliki aset yang sama tidak selalu ditempatkan pada kelas sosial yang sama.

Dasar penghargaan atas pemilikan suatu aset menentukan kelas sosial seseorang. Pak San

adalah seorang PNS dan memiliki rumah yang bagus dengan lantai keramik, namun

penduduk setempat lebih menempatkan Pak Sinapa pada status sosial yang lebih tinggi

karena dia adalah tokoh adat dan majelis jemaat di Gereja padahal pekerjaan sehari-harinya

adalah seorang guru SD. Kedudukan seseorang pada lembaga-lembaga penting di desa yang

sangat menentukan status sosial seseorang. Rumahtangga Dewan adat, kepala desa, serta

Pendeta dan majelis jemaat di Gereja memiliki status sosial yang tinggi di Desa Lembobaru27

.

Selanjutnya Pak Nover dianggap kaya karena memiliki 2000 pohon karet dan 5 hektar

sawah, namun pak San dianggap lebih kaya dari pak Nover karena memiliki 3 sepeda motor

dan rumah yang besar dan menggunakan keramik. Padahal pak Nover merupakan pemilik

pohon karet dan sawah paling banyak di Desa Lembobaru. Ini menunjukan penghargaan atas

pemilikan sepeda motor dan rumah yang besar dan berlantai keramik lebih besar dari pada

penghargaan atas pemilikan tanah28

.

Pekerjaan yang dimiliki oleh anggota rumahtangga merupakan hal yang dihargai oleh

masyarakat Desa Lembobaru. Seseorang yang memiliki pangkat atau kedudukan akan lebih

dihargai dari pada seseorang yang tidak memiliki pangkat atau kedudukan. Pekerjaan diluar

pertanian dihargai lebih tinggi dari pada pekerjaan mengolah lahan atau bertani. Ini

menyebabkan rumahtangga petani berusaha keras menyekolahkan anak-anaknya agar

mendapatkan pekerjaan diluar pertanian dengan pangkat dan kedudukan yang lebih baik.

Pegawai Negeri masih menjadi pilihan utama. Selain pangkat dan kedudukan hal yang

dihargai dari pekerjaan seseorang adalah penghasilan yang diperoleh.

27

Wawancara ibu Ele, 2012 28Wawancara ibu Nona, 2012

Page 17: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

15

Kemampuan menyekolahkan anak-anak dianggap memilki nilai. Sekolah yang

dianggap tinggi adalah perguruan tinggi. Hal ini juga yang menjadikan rumahtangga petani

berusaha agar anak-anak mereka bisa sekolah sampai perguruan tinggi.

Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru

Satuan rumahtangga yang dikenal oleh pemerintah Desa Lembobaru adalah Kepala

Keluarga (KK). KK adalah orang yang dianggap bertanggungjawab dalam rumahtangga. KK

biasanya adalah laki-laki, suami atau ayah pencari nafkah utama. Seorang laki-laki yang telah

menikah akan dianggap sebagai KK. KK perempuan hanya dianggap ada jika keluarga

tersebut sudah tidak memiliki ayah atau suami karena proses perceraian atau kematian29

.

Beberapa KK dapat tinggal dalam satu rumah. Anak laki-laki atau perempuan yang

telah menikah dan belum memiliki rumah sendiri akan hidup menumpang di rumah orang

tua. Tidak ada aturan khusus mengenai tempat tinggal tempat tinggal anak yang telah

menikah ini, pilihan untuk tinggal dengan orang tua laki-laki atau perempuan ditentukan oleh

kesediaan pasangan, orang tua, dan kemampuan ekonomi orang tua yang akan ditempati.

Beberapa KK yang tinggal dalam satu rumah masih memiliki keterkaitan dalam

konsumsi rumahtangga. Bagi KK anak yang belum memiliki pekerjaan dan sumber

pendapatan yang tetap, kebutuhan makan, air bersih, penerangan, dan kebutuhan keluarga

lailnya akan diperoleh dari KK orang tua. Aliran bantuan seperti ini terjadi pada rumahtangga

dengan KK orang tua yang dianggap “baik”, tidak semua pasangan yang baru menikah

mendapatkan kesempatan makan ditempat orang tua, beberapa KK yang tinggal bersama KK

orang tua harus memasak nasi dan lauk-pauk sendiri30

.

KK yang tinggal dalam satu rumah melakukan pembagian kerja bersama. Setiap pagi

ibu dalam rumahtangga (orang tua) memasak nasi dan lauk pauk untuk seluruh anggota

rumahtangga. Anak/menantu perempuan akan membantu mencuci pakaian, membersihkan

rumah dan mengasuh anak. Anak/menantu laki-laki akan mengerjakan pekerjaan yang

menjadi sumber pendapatan utamanya. Jika belum memiliki pekerjaan tetap anak/menantu

laki-laki akan membantu pekerjaan di perkebunan karet atau sawah dan lahan garapan milik

orang tua.

Pendapatan diatur dalam KK. Pendapatan yang diperoleh suami akan diberikan kepada

istri. Pembagian pendapatan antar KK dilakukan juga dalam bentuk pinjaman atau pemberian

uang dari KK orang tua atau bantuan untuk pembuatan rumah kepada KK anak. Pak nyong

bersama istrinya diberi kepercayaan untuk mengolah 500 pohon karet milik keluargannya,

dan hasil penjualan karet akan dibagi dua dengan orang tuanya31

. KK anak merupakan pihak

yang secara aktif menabung untuk mengumpulkan keperluan untuk pembangunan rumah,

namun bantuan KK orang tua merupakan faktor penting pembagunan rumah anak di Desa

Lembobaru. KK orang tua juga dapat mengharapkan perawatan dan jaminan konsumsi hari

tua saat sudah tidak dapat menjalankan usaha pertanian.

29

Wawancara dengan pak Mifraim, Kepala Desa Lembobaru, 2012 30

Wawancara dengan Eltha yang masih tinggal di rumah mertuanya , 2012 31 Wawancara dengan pak Nyong, 2012

Page 18: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

16

Selain warisan dalam bentuk barang, secara alami KK orang tua mewariskan hubungan

persaudaraan untuk anak. Hubungan baik dengan tetangga dan penduduk desa juga

merupakan sesuatu yang dibangun KK orang tua yang hasilnya dapat dinikmati oleh KK

anak, begitupulah sebaliknya . Hubungan persaudaraan dan hubungan baik dengan tetangga

merupakan bagian yang sangat penting dalam strategi nafkah petani di Desa Lembobaru32

.

Selain itu KK orang tua atau KK anak juga memberikan pengaruh pada status dalam

masyarakat. Status sosial ekonomi KK orang tua seperti kepemilikan akan memberi

kebanggaan dan mempengaruhi status sosial KK anak, dan begitu juga sebaliknya. Aliran

pengaruh antara KK orang tua dan KK anak dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2. Aliran Sumberdaya dalam Rumahtangga yang berisi

KK orang tua dan KK anak

Sumber : Diolah dari data primer saat penelitian, 2012

Berdasarkan uraian diatas, beberapa KK yang masih tinggal dalam satu rumah

merupakan satu unit ekonomi yang memperoleh pendapatan, mengalokasikan pendapatan,

dan memenuhi kebutuhan hidup bersama. Orang-orang yang tinggal dalam satu rumah masih

memiliki hubungan sosial dalam hubungan-hubungan di masyarakat. Antar KK memiliki

perbedaan orientasi ekonomi, sumber nafkah, dan alokasi pendapatan. Lingkup tempat

tinggal dalam satu rumah menunjukan kesatuan ekonomi yang memberikan jaminan

pemenuhan kebutuhan, dan keamanan sosial bagi anggota rumahtangga.

Struktur Kepemilikan dan Penggunaan Lahan

Lahan memiliki peranan penting dalam rumahtangga petani Desa Lembobaru. Peran

tersebut akan terasa jika ada akses milik dan akses manfaat. Akses pada milik dan manfaat

diatur oleh sistem kepemilikan yang dibangun oleh masyarakat, negara dan pihak lain yang

terkait dengan lahan tersebut.

32

Pembahasan mengenai ikatan-ikatan dalam komunitas dapat dilihat pada bagian strategi nafkah rumahtangga petani.

Page 19: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

17

Kepemilikan lahan di Desa Lembobaru dapat dibagi menjadi tiga, lahan milik pribadi,

lahan milik pemerintah desa, dan lahan milik pemerintah. Struktur kepemilikan lahan di Desa

Lembobaru dapat diamati pada tabel berikut :

Tabel 2. Pemanfaatan Lahan dan Struktur Kepemilikan Lahan

di Desa Lembobaru

Pemanfaatan

Lahan

Pemilik Penggarap Pengalihan akses

Perkebunan

Karet

Petani Perusahaan/Petani Pewarisan/pengalihan antar penggarap/

penjualan

Sawah Petani Petani Penjualan/Penyewaan/pewarisan

Kebun Petani Petani Penjualan/pewarisan

Tanah Desa Pemerintah

desa

Pemerintah

desa/penyewa

Peralihan jabatan/penyewaan

Lahan Hutan Perhutani Perhutani/petani Pengalihan antar penggarap

Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Perkebunan Karet

Produksi karet merupakan komoditas yang diunggulkan sebagai sumber pendapatan in

cash bagi penduduk di Desa Lembobaru. Wilayah desa Lembobaru meliputi 330ha wilayah

perkebunan karet. Perkebunan karet di Desa Lembobaru telah berusia 20-30 tahun. Awalnya

Perkebunan karet di Desa Lembobaru merupakan perkebunan plasma33

yang bekerja sama

dengan Perusahaan inti rakyat (PIR)34

sebagai pemberi modal mulai dari pembongkaran

lahan sampai pada penyediaan bibit serta pembimbing dalam pelaksanaan perkebunan karet.

Pola PIR adalah pelaksanaan pengembangan perkebunan yang membantu dan membimbing

perkebunan rakyat dalam suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan dan

berkesinambungan. Petani akan mengembalikan modal pada PIR dalam bentuk kredit yang

telah disepakati, dengan cara menjual hasil karet pada koperasi35

yang dibentuk oleh

perusahaan (harga ditentukan oleh perusahaan) dan memotong hasil produksi petani untuk

pembayaran kredit36

.

Saat perkebunan karet telah resmi menjadi milik keluarga petani, petani akan

mengelolah perkebunan sebagai sumber pendapatan. Pengelolaan perkebunan karet akan

diajarkan secara turun-temurun kepada anggota keluarga (anak). Perkebunan karet dapat

dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui penjualan, penyewaan atau pewarisan.

Penjualan perkebunan hanya dilakukan ketika ada keperluan yang sangat mendesak.

33 Tanah/Lahan yang digunakan untuk perkebunan plasma adalah tanah/lahan milik warga, lahan yang dimiliki minimal 2 hektar. 34

Perusahaan inti rakyat adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik swasta maupun milik negara yang ditetapkan sebagai pelaksana proyek. 35

Saat penelitian dilakukan, 2012, tidak ada lagi koperasi yang ada di Desa Lembobaru, sehingga penjualan getah karet dlakukan dengan pedagan pengepul yang datang ke desa (tengkulak) 36

Pemotongan hasil produksi saat itu adalah 50% dari hasil produksi petani sampai kredit selesai sesuai kesepakatan dan perkebunan resmi menjadi milik petani, wawancara dengan Pak Nover, 2012.

Page 20: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

18

Sementara bagi petani yang memiliki perkebunan yang luas dan tidak dapat mengelola

perkebunan sendiri akan menyewakan perkebunannya pada petani lain yang tidak memiliki

perkebunan karet. Pemilik perkebunan dan penyewa akan menyepakati berapa pohon karet

yang siap untuk diolah dengan sistem bagi hasil37

. Sementara pewarisan akan dilakukan

ketika petani (orang tua) sudah tidak mampu lagi untuk bekerja di perkebunan karet, sehingga

akan membagi perkebunan kepada anak-anaknya secara merata.

Penyadapan karet dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit. Penyadapan pohon

karet bergantung pada musim, ketika hujan petani tidak melakukan penyadapan karena getah

karet yang keluar akan terbawa air hujan. Pak jufri, adalah salah satu penyewa kebun karet

milik saudaranya, jumlah pohon karet yang dikerjakan sebanyak 200 pohon. Kondisi pohon

karet yang sudah tua dan tinggi serta hanya menggunakan alat yang sederhana menyebabkan

pak Jufri hanya mampu menyadap sekitar 60pohon setiap harinya, sehingga memerlukan

waktu sekitar tiga hari untuk dapat menyadap semua pohon karet. Getah karet yang telah

terkumpul dalam wadah penampungannya akan diambil setiap dua hari sekali38

dan

dibebukan dalam sebuah lubang yang berada di area perkebunan dan akan menjualnya ketika

pengepul (tengkulak) datang ke desa biasanya penimbangan/penjualan dilakukan sebulan

sekali. Menurut informan Jumlah getah karet yang dihasilkan setiap bulannya tidak menentu,

karena masih sangat bergantung dengan musim, ketika musim hujan tiba penghasilan getah

karet menurun dibandingkan saat kemarau. Sehingga terkadang dalam sebulan pak Jufri dapat

menjual hasil getah karet kurang lebih sebanyak 450 kilo gram (kg). Harga per kg getah

karet ditentukan oleh pengepul yang datang ke desa dan petani tidak dapat ikut menentukan

harga39

. Total hasil penjualan getah karet itu nantinya akan dibagi dua dengan pemilik lahan.

Sawah

Berdasarkan tempat, sawah di Desa Lembobaru dapat dikelompokan dengan sawah

yang berdekatan dengan sungai dan sawah yang berjauhan dengan sungai. Kedua jenis sawah

ini memiliki produktivitas yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Sawah yang

letaknya berdekatan dengan sungai menghasilkan padi yang lebih baik pada musim kemarau,

sedangkan sawah yang letaknya berjauhan dengan sungai bisa sampai tidak panen saat musim

kemarau.

Meskipun dianggap berat, mengelola sawah tetap diinginkan petani di Desa

Lembobaru. Sawah menghasilkan padi, suatu komoditas penting bagi rumahtangga petani

Desa Lembobaru. Masyarakat Desa Lembobaru menempatkan kebutuhan beras sebagai

kebutuhan nomor satu dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan-kegiatan besar dalam

kehidupan masyarakat Desa Lembobaru.

Kepemilikan sawah berkisar antara tidak memiliki sampai 5 hektar sawah. Informan

yang diwawancarai rata-rata mengelola sawah dengan luas 0,25 – 1 hektar (ha). Sawah hanya

menghasilkan padi yang digunakan sebagai konsumsi utama masyarakat Desa Lembobaru.

37

Sistem bagi hasil adalah 50%-50% , wawancara dengan Pak Nover, 2012. 38

Pengumpulan dibantu oleh istri dan anak-anak, wawancara dengan Pak Jufri, 2012 39

Harga yang berlaku mulai januari –juni, 2012 sebesar Rp.8.000,- Rp. 9.000 per kg terjadi penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara Rp. 16.000-Rp.18.000 per kg, wawancara dengan Pak Jufri, 2012.

Page 21: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

19

Sawah di Desa lembobaru hanya akan ditanami padi. Petani tidak menanam tanaman lain.

produksi gabah kering per 0,25ha sawah adalah 15karung dengan ukuran 50kg/karung atau

sama dengan 750kg. Sawah dipanen satu sampai dua kali dalam satu tahun tergantung pada

musim.

Penggarapan tanah sawah dilakukan oleh petani dengan bantuan tenaga kerja

keluarga40

. Sementara sawah dapat dialihkan penggarapannya kepada orang lain melalui

penjualan, penyewaan, dan pewarisan. Penjualan sawah hanya dilakukan jika ada keperluan

yang sangat mendesak. Petani yang tidak memiliki sawah dapat menggarap sawah orang lain

melalui penyewaan atau penggarapan melalui sistem bagi hasil. Pak Nover yang memiliki

5ha tanah sawah hanya menggarap 1ha sawah miliknya sementara sisahnya digarap oleh

orang lain. Menurut informan, pembayaran sewa sawahnya diberikan dalam bentuk gabah

kering. Pak Sony salah satu warga yang menyewa sawah milik pak Nover seluas 0,25ha

pembayaran sewa dilakukan pasca panen, saat panen mendapatkan 15karung gabah kering,

maka 5karung gabah kering akan diberikan kepada pak Nover41

. Pewarisan akan dilakukan

ketika petani (orang tua) sudah tidak lagi mampu bertani dan lahan sawah akan dibagikan

secara merata pada anak-anaknya.

Kebun

Semua penduduk Desa Lembobaru memiliki lahan untuk kebun dengan ukuran dan

jenis tanaman yang bervariasi. Kebun diolah oleh petani untuk menanam beragam tanaman

yang digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga sehari-hari dan sumber tambahan

pendapatan. Tanah yang masih subur ditanami jenis tanaman mulai dari Jagung, ubi, talas,

sagu, pisang, pepaya, cabe, tomat, jeruk, serta beragam jenis sayur-sayuran seperti bayam,

kacang panjang, labu, serta buah-buahan seperti manggis, rambutan, durian, kelapa, dan aren.

Beberapa petani juga membuat kolam disekitar kebun untuk memelihara ikan.

Jenis tanaman yang ditamam di kebun tidak memerlukan perawatan khusus dengan

waktu panen yang tidak menentu. Kegiatan berkebun merupakan warisan budaya atau hobi

bagi penduduk di Desa Lembobaru. Beberapa masyarakat yang bekerja bukan sebagi petani

juga senang berkebun. Berkebun biasanya dilakukan oleh penduduk untuk mengisi waktu

luang setelah selesai mengerjakan pekerjaan utama. Bagi petani penyadap karet kegiatan

berkebun akan dilakukan setelah selesai menyadap karet. Hampir disetiap kebun yang ada di

Desa Lembobaru terdapat pondok yang dilengkapi dengan dapur. Biasanya penduduk akan

memanen hasil kebun dan langsung memasaknya dikebun.

Tambahan pendapatan juga bisa didapat dari penjualan hasil kebun. Tanaman buah-

buahan misalnya durian dari pohon akan dihargai Rp. 2.000,- sampai Rp. 20.000,- per buah

tergantung dari jenis dan ukuran, manggis dihargai Rp. 10.000,- per Kg. Jagung lebih sering

dijual Rp. 50.000,- per karung atau Rp. 3.000,- per kati42

untuk jagung yang telah

dikeluarkan dari tongkolnya. Air aren atau lebih dikenal dengan saguer43

juga sering dijual

40

Tenaga kerja melibatkan istri, anak, atau saudara yang masih memiliki hubungan darah. 41

Wawancara dengan pak Sony, 2012 42

Kati adalah satuan berat tradisional dengan menggunakan alat ukur seperti mangkuk yang digunakan penduduk Desa Lembobaru. 1 kati ± setara dengan 6ons. 43

Seguer adalah sebutan masyarakat untuk air aren yang mengandung alkohol beberapa daerah menyebutnya dengan sebutan tuak.

Page 22: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

20

dengan harga Rp. 3.000,- sampai Rp. 5.000,- per botol tergantung kualitas. Sagu biasanya

akan diolah oleh beberapa rumahtangga yang nantinya hasil akan dibagi rata untuk konsumsi

rumahtangga. Daun sagu juga dipakai untuk membuat atap, untuk 1 lembar atap jadi dihargai

Rp. 3.000,-. Sedangkan hasil kebun yang tidak terlalu banyak dan tidak laku di desa akan

dijadikan konsumsi rumahtangga dan makanan ternak.

Kebun juga merupakan tempat untuk memelihara binatang peliharaan seperti babi44

,

babi juga sengaja diternak diarea kebun, karena kotoran babi dianggap masyarakat dapat

menyuburkan tanah. Kebun dapat dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui

penjualan dan pewarisan. Penjualan hanya akan dilakukan ketika ada hal-hal yang sangat

mendesak. Sementara pewarisan dilakukan petani (orang tua) kepada anak-anaknya secara

merata.

Tanah Desa

Tanah milik pemerintah desa dikenal dengan sebutan tanah Desa. Tanah desa

merupakan tanah pemerintah yang diberikan pada kepala desa sebagai gaji. Tanah desa

dikelola dan diambil hasilnya selama orang tersebut menjabat sebagai kepala desa. Tanah

desa berupa sawah dan kebun. Tanah desa dapat pula disewakan kepada orang lain selama

masa kerja kepala desa masih berlaku.

Lahan Hutan

Lahan hutan merupakan milik perhutani, namun tidak ada aturan khusus atau teratur di

Desa Lembobaru. Sehingga petani-petani sering mengambil hasil hutan tanpa ijin. Hutan

sering dimanfaatkan petani untuk berburu, mencari kayu bakar, sampai pada menebang

pohon untuk dijadikan papan sebagai bahan bangunan rumah. Beberapa petani yang tidak

memiliki kebun membongkar hutan untuk dijadikan kebun. Selain itu sungai yang berada

didekat hutan juga menyediakan potensi pasir yang bagus untuk dijadikan campuran batako

yang dipakai untuk bahan bangunan rumah.

Penggarapan lahan di Desa Lembobaru dilakukan oleh tenaga kerja rumahtangga. Tabel

berikut menunjukan jenis lahan dan ekonomi lahan bagi rumahtangga.

44

Babi adalah hewan yang senang dipelihara masyarakat Lembobaru, karena tidak sulit untuk mengurus dan pasti sangat bermanfaat saat ada acara-acara khusus misalnya pesta pernikahan, kematian, atau pesta padungku dan natalan.

Page 23: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

21

Tabel 3. Jenis Lahan dan Ekonomi Lahan bagi Rumahtangga

Jenis

Lahan

Hasil utama Skala

penanaman

Sumber

pengairan

Tenaga

kerja

pengelola

Orientasi

produksi

Perkebunan

karet

Pohon karet Skala besar Air hujan Tenaga kerja

rumahtangga

Sumber

pendapatan

rumahtangga

Sawah Padi Skala kecil Air

hujan/sungai

Tenaga kerja

rumahtangga

Pemenuhan

kebutuhan

harian

rumahtangga

Kebun Singkong,jagun

g,sayur-

sayuran,buah-

buahan

musiman,talas

Skala kecil Air

hujan/sungai

Tenaga kerja

rumahtangga

Pemenuhan

konsumsi

rumahtangga

, tambahan

pendapatan,

pakan ternak

Lahan

hutan

Kayu bakar,

papan, pasir,

hewan buruan.

Skala kecil Air hujan Tenaga kerja

rumahtangga

Pemenuhan

kebutuhan

sehari-hari,

bahan dasar

bangunan

rumah

Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Selain lahan hewan ternak merupakan sumberdaya yang penting dala ekonomi

rumahtangga di Desa Lembobaru. Hewan ternak yang dimiliki petani di Desa Lembobaru

adalah babi, sapi, anjing, ayam. Ayam dan babi dimiliki oleh hampir seluruh petani di Desa

Lembobaru. Ayam digunakan untuk dijual atau disembeli atau diambil telurnya. Ayam dan

babi dijadikan makanan yang harus ada saat acara-acara syukuran pada rumahtangga.

Kelembagaan Ekonomi

Simpan-Pinjam Informal

Meminjam uang secara formal di bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki

penghasilan tetap per bulan seperti PNS. Jumlah uang yang diperoleh dari pinjaman formal

ditentukan oleh pengajuan dan persetujuan bank. Uang yang diperoleh dari pinjaman formal

digunakan untuk kebutuhan besar, bukan untuk kebutuhan sehari-hari. Pinjaman formal tidak

banyak dilakukan oleh rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kebutuhan uang banyak

dipenuhi dari pinjaman informal.

Uang dari simpan pinjam informal menggunakan ikatan-ikatan dalam komunitas.

Secara ringkas, uang yang diperoleh dari pinjaman formal dan informal dapat diamati pada

tabel 4.

Page 24: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

22

Tabel 4. Pinjaman dan Uang yang Diperoleh Rumahtangga

Jenis pinjaman Keperluan peminjaman Jumlah uang

(Rp)

Waktu

pengembalian

Formal di bank Kebutuhan menikah anak >5.000.000 Setiap bulan

dipotong gaji

Informal Melalui

saudara

Biaya acara syukuran,

biaya berobat, biaya

sekolah anak

50.000-

5.000.000

Segera setelah

memiliki uang

Pinjaman

pada

tetangga

Ongkos anak sekolah 5.000-100.000 Segera setelah

memiliki uang

Pedagang

perantara

Biaya acara syukuran,

biaya sekolah anak.

20.000– 300.000 Pada saat panen hasil

tanaman yang telah

dijanjikan

Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Kegiatan simpan pinjam penduduk di Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan secara

informal. Pinjam meminjam antar saudara atau tetangga masih memungkinkan karena

pinjaman yang dilakukan merupakan pinjaman kecil yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Meminjam uang pada saudara dan tetangga disukai karena uang dapat

tersedia dengan segera dan mudan dalam pengembaliannya. Saudara menjadi pilihan pertama

peminjaman uang. Jumlah pinjaman berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 5.000.000.

Peminjaman secara formal ke Bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki akses

pada Bank dan memiliki kemudahan untuk mengembalikan pinjaman. Penduduk yang

meminjam uang di bank merupakan penduduk yang memiliki penghasilan tetap sebulan,

seperti PNS. Contoh kasus, Ibu Yatmin adalah PNS yang mendapatkan gaji Rp. 5.000.000,-

per bulan. Uang gagi PNS sekarang dipotong cicilan pinjaman Rp. 600.000,- per bulan45

.

Peluang untuk meminjam atau menabung di bank tidak menarik perhatian penduduk

Desa Lembobaru. Beberapa informan yang diwawancarai memilih tidak menabung di bank

karena jauh dan tidak memiliki cukup banyak uang untuk ditabung. Menabung dengan cara

menyisihka sisa uang belanja atau penjualan hasil kebun merupakan cara menabung yang

paling umum dilakukan.

Warung merupakan salah satu tempat menabung selain untuk meminjam. Warung ibu

Nona menjadi sarana untuk menabung sehari-hari. Seorang petani, langganan ibu Nona

biasanya menyimpan uang Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- setelah menjual hasil karet,

uang tersebut disimpan untuk berjaga-jaga apabila ada keperluan belanja berikutnya.

Penyimpanan juga biasanya dilakukan oleh orang yang akan membangun

rumah/membuat acara rumahtangga. Mereka akan menyimpan uang pada saat ia punya uang

dan menitipkan uang tersebut pada toko untuk pembelian barang-barang yang dibutuhkan.

Uang tersebut nantinya akan ditukarkan dengan barang yang diperlukan sesuai harga toko46

.

Berdasarkan uraian diatas, simpan pinjam informal dilakukan atas dasar hubungan

sosial yang terbentuk dalam komunitas petani Desa Lembobaru. Hubungan kedekatan dan

45

Wawancara dengan ibu Yatmin, 2012 46 Wawancara dengan Ibu Nona, 2012

Page 25: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

23

kepercayaan antara saudara atau tetangga lebih diandalkan sebagai pengikat hubungan

piutang. Ini didukung dengan sifat pinjaman yang bersifat segera dan dalam jumlah yang

terbatas. Simpan pinjam informal disukai karena tidak memiliki aturan pengembalian atau

penyimpanan yang mengikat.

Arisan

Arisan merupakan cara yang paling umum untuk menabung di Desa Lembobaru.

Arisan merupakan suatu cara untuk memaksa peserta arisan untuk menabung. Arisan

ditentukan oleh kebutuhan peserta yang diselenggarakan oleh kelompok didalam

perkumpulan Gereja. Jenis arisan dapat berupa uang dan barang. Jenis arisan yang

diselenggarakan dapat diamati pada tabel 5.

Tabel 5. Jenis Arisan Desa Lembobaru

Jenis arisan Jumlah

iuran/minggu

Anggota arisan Jumlah

penarikan/orang

Waktu

penarikan

Uang Rp. 2.000 60 orang Rp.480.000 1 bulan

Perabotan Rp. 5.000 Tidak tentu Satu lusin kursi

plastik

Jika jumlah

uang telah

cukup

Sumber: Diolah dari data primer, 2012

Arisan ditangani oleh pengurus yang ditunjuk oleh peserta berdasarkan kepercayaan.

Pengurus bertugas untuk mencatat dan mengumpulkan uang arisan. Penarikan arisan

biasanya berdasarkan kebutuhan peserta arisan, jika ada yang benar-benar membutuhkan

maka akan didahului. Dalam arisan ini peserta yang telah mendapatkan penarikan haus tetap

membayar iuran/minggu. Sementara arisan perabotan diadakan dengan kerjasama petugas

arisan dengan pemilik toko perabotan. Arisan perabotan hampir seperti kredit barang. Peserta

bole menukar barang hasil kredit dengan barang lain yang diinginkan dengan menambah

jumlah uang yang ditentukan petugas arisan.

Ikatan Sosial (Sosial Ties)

Ikatan sosial yang berfungsi sebagai modal sosial pada rumahtangga di Desa

Lembobaru adalah ikatan persaudaraan, ikatan pertetanggaan, ikatan keanggotaan komunitas

dan ikatan diluar komunitas. Ikatan sosial ini dibangun berdasarkan kedekatan tempat tinggal

dan hubungan darah. Ikatan-ikatan sosial-ekonomi dibangun untuk menjamin kehidupan

petani dan mengurangi resiko yang tidak dapat dibayar oleh petani sendiri.

Kepercayaan adalah dasar pembentukan hubungan. Kepercayaan dibangun atas dasar

anggapan bahwa setiap anggota dalam komunitas akan melakukan hal kebaikan yang sama

dengan kebaikan yang dilakukan oleh setiap individu. Rasa tidak enak, tidak saling

mengganggu dan saling menyakiti sudah seharusnya dilakukan. Atas pertimbangan bahwa

hal yang sama bisa terjadi pada setiap individu merupakan dasar yang melanggengkan ikatan-

ikatan sosial pada penduduk Desa Lembobaru.

Page 26: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

24

AKTIVITAS NAFKAH DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA DI DESA

LEMBOBARU

Aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru merupakan serangkaian

upaya menggunakan modal yang dimiliki rumahtangga dan membangun modal yang

dibutuhkan rumahtangga untuk mencapai tujuan kesejahteraan rumahtangga. Istilah modal

digunakan untuk menunjukan sumberdaya yang telah dimiliki atau telah diakses oleh

rumahtangga. Konsep modal yang digunakan mengacu pada Purnomo, Multi (2000) tentang

modal alami dan modal sosial.

Berdasarkan profil sosial-ekonomi Desa Lembobaru, terdapat dua sumberdaya yang

penting bagi nafkah rumahtangga penduduk, yaitu Sumberdaya alam dan modal sosial.

Sumberdaya alam meliputi lahan, hewan ternak, serta kondisi alam Desa Lembobaru. Modal

sosial meliputi hubungan kelembagaan ekonomi dan ikatan sosial penduduk Desa.

Secara keseluruhan rumahtangga petani di Desa Lembobaru membangun aktivitas

nafkah, dapat digolongkan menjadi dua: (1) aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan

sumberdaya alam lokal (2) aktivitas nafkah berdasarkan modal sosial bagi rumahtangga.

Kedua kelompok nafkah ini akan diuraikan berdasarkan peranannya dalam nafkah

rumahtangga.

Aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan Sumberdaya alam lokal

Penggunaan sumberdaya alam lokal yang penting bagi rumahtangga penduduk Desa

Lembobaru adalah perkebunan karet, sawah, kebun dan lahan hutan. Sumberdaya ini

dianggap penting karena digunakan untuk kegiatan pertanian dan penting untuk menjalankan

ekonomi rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidup petani di Desa Lembobaru.

Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, dan hutan tidak dapat memberikan

kebutuhan hidup secara langsung. Ada proses pengolahan yang harus dilakukan petani

sampai bisa mendapatkan hasil dan memanfaatkannya untuk mendukung ekonomi

rumahtangga. Proses ini memerlukan biaya untuk membeli bibit, pupuk, sarana produksi

pertanian lain, serta waktu tenaga kerja rumahtangga. Selain itu pertanian juga melibatkan

modal alami lain seperti sumber air dan hewan.

Kandungan pasir serta dan hasil hutan lainnya mendorong eksploitasi sumberdaya alam

sebagai salah satu aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga di Desa Lembobaru.

Eksploitas hasil hutan yang dilakukan seperti penebangan pohon-pohon secara liar yang

dipakai untuk membuat papan serta kebutuhan kayu bakar, selain itu pemburuan hewan-

hewan liar di hutan masih dilakukan oleh masyarakat. Beberapa cara mengelola aktivitas

nafkah yang dilakukan oleh masyarakat dengan berdasarkan penggunaan sumberdaya alam

lokal :

Mengurangi Biaya Produksi

Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, serta hasil hutan membutuhkan sarana

produksi pertanian. Penurunan biaya produksi pertanian merupakan pilihan yang harus

dilakukan rumahtangga agar biaya produksi yang dikeluarkan seimbang dengan hasil

Page 27: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

25

produksi pertanian. Aktivitas penurunan biaya produksi dilakukan dengan tiga cara, (1)

mengurangi penggunaan sarana produksi pertanian yang dianggap mahal, (2) menghasilkan

sendiri sarana produksi pertanian, (3) penggunaan modal sosial untuk mendapatkan sarana

produksi secara gratis.

Sawah merupakan satu-satunya lahan yang mendapatkan pemupukan dengan

menggunakan pupuk kimia. Perkebunan dan kebun tidak pernah dipupuk oleh pupuk kimia.

Tanaman padi dipupuk dengan pupuk kimia karena tanaman padi tidak dapat tumbuh baik

tanpa menggunakan pupuk kimia. Tanaman padi memiliki nilai ekonomi dan sosial bagi

rumahtangga di Desa Lembobaru, karena secara ekonomis padi merupakan konsumsi utama

rumahtangga dan secara sosial padi merupakan barang utama yang harus dimiliki

rumahtangga petani.

Untuk mengurangi biaya produksi padi, petani mengurangi biaya pembelian pupuk

kimia yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi pemupukan dan jumlah yang diberikan.

Menurut pak Oke, petani yang memiliki sawah, ia masih melakukan pemupukan dua kali

selama musim tanam. Pak Oke menggunakan 500kg untuk dua kali pemupukan pada sawah

seluas 0,5ha, ini merupakan dosis yang seharusnya diberikan. Petani lain hanya melakukan

pemupukan satu kali dengan dosis setengah dari dosis yang seharusnya diberikan. Mereka

hanya melakukan penyemprotan hama jika konsisi hama sangat mengancam pertumbuhan

padi47

.

Petani menyediakan sarana produksi pertanian sendiri selain pupuk kimia. Untuk lahan

kebun dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran hewan peliaraan, petani

akan mengambil kotoran babi dan membawanya ke kebun, hal ini juga yang menyebabkan

kebanyakan petani yang memelihara babi di kebun agar kotoran hewan mudah diambil dan

dijadikan pupuk. Sementara penyediaan bibit padi diperoleh dari padi yang dipanen pada

musim sebelumnya, bibit singkong, jagung dan sayur-sayuran serta buah-buahan juga diambil

dari hasil panen sebelumnya yang dimiliki petani atau dari saudara dan tetangga. Perluasan

perkebunan karet bagi petani yang masih memiliki lahan juga mengambil bibit karet dari

anakan karet diperkebunan sebelumnya dengan membuat pembibitan dihalaman rumah atau

kebun48

.

Penurunan biaya produksi petani juga dilakukan dengan bantuan yang diperoleh dari

ikatan-ikatan sosial. Penurunan biaya produksi dilakukan dengan saling membagi bibit

tanaman, selain itu bagi petani yang tidak memiliki alat membajak sawah dan sapi dapat

meminjam kepada saudara atau penduduk desa yang memiliki, tanpa harus membayar.

Pengolahan lahan bersama-sama juga dapat menurunkan biaya produksi petani, misalnya satu

lahan sawah dapat diolah beberapa keluarga yang nantinya hasilnya akan dibagi rata, selain

47

Wawancara di rumah pak Oke, 2012. 48 Wawancara dengan Pak Agus, 2012.

Page 28: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

26

itu tanaman Sagu49

juga merupakan tanaman yang diolah bersama-sama oleh beberapa petani,

hal ini dapat menurunkan biaya produksi petani melalui penurunan biaya tenaga kerja.

Menanam Beragam Tanaman dalam Satu Luasan Lahan dan Pengurangan Resiko

Pertanian

Lahan perkebunan karet dan Sawah merupakan lahan yang ditanami secara monokultur.

Lahan kebun ditanami oleh beragam tanaman baik yang dapat dipanen mingguan, bulanan

atau tahunan. Tanaman yang sering ditanam di kebun adalah Singkong, jagung, pisang,

pepaya, sayur-sayuran, rempah rempah seperti cabe, tomat, lengkuas, kunyit, sereh, serta

buah-buahan tahunan seperti durian, manggis, rambutan, langsat, dan bagi beberapa petani

yang memiliki lahan kebun didekat mata air menanam sagu.

Petani di Desa Lembobaru memilih untuk menanam tanaman yang biasa ditanam dan

sudah menghasilkan dari pada tanaman baru yang belum pasti menghasilkan. Petani juga

menanam tanaman pertanian tidak dalam jumlah besar. Misalnya saja cabe, petani menanam

cabe hanya dalam jumlah kecil untuk konsumsi rumahtangga. Singkong juga merupakan

salah satu tanaman yang hampir ditanam oleh semua petani di Desa Lembobaru walau tidak

memiliki harga untuk dijual. Petani di Desa Lembo baru mau menanam tanaman baru jika

tanaman tersebut tidak memerlukan perawatan khusus dan pasti menghasilkan atau laku di

pasaran.

Dulu kebun di Desa Lembobaru juga ditanami kopi dan cokelat, namun para petani

menganggap perkebunan kopi dan cokelat membutuhkan biaya perawatan yang mahal dan

harus rutin dirawat sehingga petani memilih mengganti tanaman kopi dan cokelat dengan

tanaman karet.

Memanfaatkan hasil Hutan dan Sungai

Lingkungan fisik yang ada di Desa Lembobaru menyediakan sumberdaya alam yang

dapat langsung diambil dan digunakan untuk kebutuhan hidup rumahtangga. Pasir, kayu, air

dan hewan buruan merupakan sumberdaya yang ada dan digunakan oleh rumahtangga di

Desa Lembobaru.

Hutan tropis dengan aliran sungai di Desa Lembobaru merupakan sumberdaya

potensial untuk menyediakan bangunan rumah. Disela-sela waktu luang sebagian petani

(laki-laki) pergi ke hutan untuk menebang pohon yang nantinya akan dijadikan papan sebagai

bahan bangunan rumah. Selain itu kandungan pasir yang ada di Desa juga dimanfaatkan

penduduk untuk bahan dasar bangunan rumah. Menurut pak Oke, penebangan pohon dan

pengambilan pasir biasanya dilakukan setelah masa tanam padi, sehingga banyak waktu

luang untuk pergi ke hutan setelah menyadap karet.

49

Sagu merupakan makanan pengganti nasi yang digunakan oleh penduduk di Desa Lembobaru, selain itu daun sagu dapat dibuat menjadi atap. Pengolahan sagu biasanya dilakukan bersama-sama oleh petani yang masih memiliki ikatan kekeluargaan.

Page 29: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

27

Penebangan pohon dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat mesin

sensor kayu yang telah dimiliki petani, setelah pohon ditebang akan diolah menjadi papan

dan dibiarkan di hutan sampai kering barulah dibawah masuk ke Desa, sisa-sisa penebangan

akan dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh petani. Selain menebang pohon biasanya petani

saat masuk ke hutan akan memasang jerat untuk berburu binatang, target buruan di hutan

adalah babi hutan. Sehingga waktu akan kembali ke Desa para petani akan memeriksa hasil

buruannya.

Pengambilan pasir dilakukan beberapa petani dengan menggunakan gerobak kayu,

pasir yang diambil dari sungai akan digunakan sebagai bahan bangunan rumah. Menurut

informan pengambilan pasir tidak hanya melibatkan laki-laki, perempuanpun (ibu

rumahtangga) yang tidak memiliki pekerjaan di rumah atau di kebun akan ikut ke sungai

untuk mengambil pasir atau memancing ikan.

. Penebangan pohon dan pengumpulan pasir diketahui oleh pemerintah Desa

Lembobaru. Pemerintah Desa Lembobaru pun memanfaatkan kayu dan pasir untuk

kepentingan desa.

Sampai saat penelitian dilakukan, hasil dari pengambilan kayu dan pasir di Desa

Lembobaru tidak di jual kepada orang lain, tetapi digunakan sendiri oleh rumahtangga petani

yang mengambil. Pengambilan kayu dan pasir biasanya dilakukan oleh penduduk yang

sedang mempersiapkan pembangunan rumah atau untuk memperbaiki rumah agar

mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan rumah.

Memelihara Babi dan Sapi

Selain ayam, babi dan sapi merupakan hewan ternak yang penting bagi nafkah Desa

Lebobaru. Babi merupakan hewan ternak yang banyak dipelihara petani Desa Lembobaru.

Babi dapat diperoleh dengan cara membeli anakan atau warisan dari orang tua. Babi biasanya

dipelihara didalam kandang yang dibuat didalam wilayah pemukiman atau di kebun-kebun

petani. Babi-babi akan diberi makanan dari sisa-sisa konsumsi rumahtangga serta hasil kebun

lainnya seperti, daun talas, pepaya, pisang/batang pisang dan konga50

yang akan diolah

menjadi makanan babi. Babi dijadikan hewan peliharaan di desa untuk konsumsi

rumahtangga saat ada acara-acara besar seperti padungku, natal, pesta kawin, atau acara-acara

ucapan syukur keluarga lainnya, selain daging babi dipakai untuk konsumsi rumahtangga,

kotorannya juga menguntungkan bagi petani sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman

dikebun. Penjualan hewan ternak babi hanya dilakukan jika ada yang benar-benar

membutuhkan, penjualan biasa dilakukan dengan tukar tambah, rumahtangga yang

membutuhkan babi besar untuk dikonsumsi akan menukarkan babi kecil (anakan) dengan

memberi tambahan sejumlah uang sesuai kesepakatan.

Selain babi, sapi merupakan hewan ternak yang juga dimiliki petani di Desa

Lembobaru. Pemeliharan sapi sangat dibutuhkan petani untuk membantu saat membajak

50

Konga adalah serbuk kulit padi dari hasil penggilingan gabah menjadi beras, biasanya petani mendapatkannya dari penggilingan padi yang ada di desa.

Page 30: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

28

sawah, dan juga dipakai untuk konsumsi saat acara-acara besar di desa. Sapi-sapi di Desa

Lembobaru tidak dikandangi tetapi diikat dialam terbuka. Pengikatan sapi dialam terbuka

disebabkan karena masih banyaknya lahan padang-padang yang menyediakan banyak rumput

sebagai pakan sapi. Saat pagi hari hendak berangkat ke perkebunan, petani akan membawa

serta sapi-sapinya untuk mencari tempat mengikat dan meninggalkannya, dan saat sore hari

petani akan kembali melihat sapi-sapinya dan memberi minum.

Pendapatan dari penggunaan Sumberdaya alam lokal dan Pemanfaatannya bagi

rumahtangga

Pendapatan dari sumberdaya alam yang dimanfaatkan rumahtangga dalam bentuk

barang (in kind) atau pendapatan dalam bentuk uang (in cash) (Ellis,2000). Rumahtangga

memanfaatkan pendapatan untuk kebutuhan hidup rumahtangga agar mencapai tujuan yang

diinginkan yaitu kesejahteraan.

Pendapatan dari sumberdaya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi rumahtangga. Sawah menghasilkan beras, kebun menghasilkan sayur-sayuran,

rempah-rempah serta buah-buahan, hutan menghasilkan hewan buruan, sungai menghasilkan

ikan. Rumahtangga di Desa Lembobaru biasanya menggunakan hasil pertanian untuk

kebutuhan konsumsi sehari-hari. Mereka makan nasi dari beras yang dihasilkan sawah,

memasak dengan menggunakan kayu bakar dari hutan dan makan dengan sayuran dari kebun

serta ikan hasil pancingan dari sungai atau hewan buruan dihutan.

Penggunaan sumberdaya alam juga dapat memberi pendapatan dalam bentuk uang

tunai. Uang diperlukan untuk membeli kebutuhan rumahtangga yang tidak dapat dipenuhi

oleh hasil sumberdaya alam, seperti biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, serta pembelian

perabotan rumahtangga. Uang didapatkan dengan menukar hasil sumberdaya alam melalui

proses jual beli, seperti perkebunan karet menghasilkan getah karet yang setiap bulannya

akan dijual pada tengkulak.

Uang yang didapatkan dari pertanian tidak dapat dipastikan dengan tepat, karena

bergantung pada kuantitas dan kualitas hasil produksi serta harga pasar yang tidak pasti.

Contohnya uang dari hasil penjualan getah karet tidak menentu karena harga selalu berubah-

ubah tergantung pada tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru, saat penelitian dilakukan

harga getah karet Rp.8.000,- sampai Rp.9.000,- pendapatan juga bergantung pada kuantitas

getah yang didapatkan. Perkiraan uang dari penjualan produk pertanian dapat dilihat pada

Tabel 6, data pada tabel tersebut menunjukan sifat penghasilan dari penjualan produk

pertanian yang bersifat terus menerus dalam jumlah kecil.

Page 31: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

29

Tabel 6. Jenis komoditas pertanian dan perkiraan jumlah uang per tahun

Jenis komoditas Satuan penjualan Harga (Rp) Waktu pemanenan

Getah karet Kilogram 8.000 – 9.000 1 bulan

Beras Kilogram 6.000 – 8.000 6 bulan

Jagung Kati/karung 3.000/50.000 3 bulan

Air aren Botol 3.000 - 5.000 1 minggu

Durian Buah 2.000 – 20.000 1 tahun

Manggis Kilogram 10.000 1 tahun

Rambutan Kilogram 2.000 – 5.000 1 tahun

Langsat Kilogram 2.000 – 5.000 1 tahun

Atap rumbia Lembar 3.000 1 minggu

Sumber : diolah dari data primer, 2012

Data pada tabel diatas hanya bersifat perkiraan. Harga dan perkiraan jumlah uang dapat

berubah karena produk pertanian ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hasil serta perubahan

harga pasar.

Tabel 7. Pendapatan dan Manfaat sumber daya alam lokal bagi rumahtangga

Aktifvitas

berdasarkan

modal alami

Tipe manfaat ekonomi Kegunaan untuk nafkah

Pendapatan

barang

Pendapatan

tunai

Kegunaan

utama

Kegunaan

tambahan

Perkebunan

karet

Getah karet Uang dari

penjualan getah

karet

Pemenuhan

kebutuhan

konsumsi

rumahtangga

Biaya pendidikan,

kesehatan, tabungan.

Sawah Padi Uang dari hasil

penjualan padi

Pemenuhan

kebutuhan

konsumsi

rumahtangga

Dipakai untuk

posintuwu51

Kebun Sayur-sayuran,

buah-buahan,

dan rempah-

rempah

Uang dari

penjualan

pendapatan

barang

Kebutuhan

konsumsi

Biaya sehari-hari,

Tabungan

Hutan Papan, pasir,

kayu bakar,

hewan buruan

- Pemenuhan

kebutuhan

konsumsi, bahan

bangunan

Bahan bangunan

Hewan

peliharaan

Daging, pupuk - Mengurangi

biaya produksi

pertanian

Konsumsi untuk

acara-acara besar

Sumber : data primer, 2012

51

Posintuwu adalah pemberian sumbangan yang diberikan pada acara pernikahan atau kematian serta acara-acara besar lainnya.

Page 32: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

30

Berdasarkan tabel diatas, pendapatan berupa barang merupakan pendapatan utama yang

diharapkan dari pengelolaan sumber daya alam lokal. Pendapatan dari sumber daya alam

lokal sebagian besar dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan biaya

kehidupan sehari-hari.

Aktivitas Nafkah berdasarkan penggunaan Modal Sosial

Penggunaan modal sosial mengacu pada Grootaert (1999) dimana bukan hanya

pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun peran “modal sosial” sangat berpengaruh untuk

mencapai kesejahteraan. Modal sosial dibangun oleh masyarakat desa Lembobaru untuk

mempererat ikatan kekeluargaan. Modal sosial dilakukan dengan dua cara (1) melalui

kegiatan sehari-hari, (2) melalui tindakan yang direncanakan. Ikatan sosial yang melalui

tindakan sehari-hari dilakukan sebagai suatu kebiasaan, seperti menyapa tetangga atau

penduduk yang ada, berbagi makanan hasil panen, membantu mengasuh anak tetangga atau

saudara pada waktu luang, atau membantu saat ada acara-acara, menengok dan membantu

tetangga/saudara yang sakit, serta membiarkan tetangga menonton TV di rumah, hal ini

dilakukan tanpa harus menyiapkan waktu khusus untuk melakukannya.

Tindakan yang direncanakan membutuhkan persiapan waktu dan modal, kumpulan

kelompok gereja misalnya kumpulan ini dilakukan setiap hari sabtu sore, semua anggota

gereja yang tergabung dalam kumpulan harus mengalokasikan waktu untuk ikut serta..

Berdasarkan penelitian di Desa Lembobaru, rumahtangga menggunakan modal sosial

pada saat (1) rumahtangga tidak dapat memenuhi kebutuhan barang atau uang sendiri, (2)

rumah tangga menyelenggarakan acara atau kegiatan yang membutuhkan kehadiran atau

bantuan orang lain, (3) rumahtangga mendapatkan musibah atau kesulitan.

Penduduk di Desa Lembobaru meyakini bahwa ikatan sosial memiliki peran penting

dalam mencapai kesejahteraan karena ada hubungan timbal balik didalamnya. Menurut

informan saling membantu saat ada acara-acara di desa akan memberi nilai lebih antar

penduduk desa, membantu membuat tenda atau meminjamkan kursi saat akan melaksanakan

kumpulan atau ibadah-ibadah di rumah masyarakat atau membantu memasak saat

menyiapkan konsumsi acara, Selain itu saling meminta bumbu dapur atau berbagi makanan

merupakan kegiatan yang sering dilakukan antar penduduk Desa Lembobaru.

Barang dapat dengan mudah diperoleh dengan cara meminta, sementara uang akan

diperoleh dengan cara meminjam. Contoh kasus pak Nyong akan meminjam uang pada

mertuanya jika membutuhkan uang untuk keperluan mendadak seperti biaya sekolah anak52

,

dan akan mengembalikannya setelah memiliki uang tanpa ada batasan waktu yang

ditentukan.

Melalui ikatan sosial dalam komunitas, rumahtangga dapat menekan bahkan

menghilangkan pembayaran uang, contoh kasus Pak san saat melaksanakan acara besar

dirumahnya, dia tidak kesulitan untuk membuat/menyewa tenda, pembuatan tenda dilakukan

secara bersama-sama dengan tetangga dan saudara, selain itu ketersediaan perlengkapan kursi

52 Wawancara dengan pak Nyong, 2012

Page 33: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

31

dan sound sistem milik Gereja dapat dipinjam secara gratis oleh penduduk desa53

. Kebiasaan

saling membantu kepada tetangga dan saudara sudah menjadi kebiasaan di Desa Lembobaru.

Modal sosial dapat memberikan pendapatan secara langsung, baik berupa makanan

ataupun uang yang diperlukan oleh rumahtangga. Makanan dapat diperoleh dengan cara

meminta atau sumbangan yang diberikan saat melaksanakan acara-acara rumahtangga,

biasanya berupa beras atau hasil kebun yang diberikan dalam jumlah besar. Penduduk Desa

Lembobaru jarang memberi sumbangan dalam bentuk uang, karena uang merupakan alat

tukar yang tidak setiap saat dimiliki oleh sebagian petani di Desa Lembobaru.

Melalui modal sosial rumahtangga diberi kesempatan untuk mendapatkan modal alami

melalui proses pewarisan. Hampir seluruh Perkebunan karet, sawah, dan kebun yang dimiliki

oleh rumahtangga kasus diperoleh dari warisan orang tua. Selain lahan pertanian, warisan

yang diperoleh berupa tanah untuk membangun rumah dan binatang peliharaan. Tabel 8

menguraikan pendapatan rumahtangga melalui modal sosial dan pemanfaatannya.

Tabel 8. Pendapatan dari Modal Sosial dan Pemanfaatannya dalam rumahtangga

Aktivitas

nafkah

berdasarkan

modal sosial

Keuntungan yang diperoleh Kegunaan untuk nafkah

Pendapatan

sosial

Pendapatan

barang

Pendapatan

tunai

Kegunaan

utama

Kegunaan

tambahan

Ikatan

persaudaraan

Hubungan baik

dengan

saudara,bantuan

saat sakit,

bantuan tenaga

kerja

Modal

alami dari

pewarisan,

pemberian

makanan

dan pakaian

Peminjaman

uang,

pemberian

uang

Penambahan

untuk

konsumsi

dan tenaga

kerja

Pendapatan

melalui

pewarisan,

sumber

pinjaman

saat kesulitan

dan bantuan

barang,

Ikatan

pertetanggaan

Hubungan baik

dengan

tetangga

Pemberian

makanan,

pakaian

Pinjaman

uang

Penambahan

untuk

kebutuhan

konsumsi

Bantuan saat

sakit,

bantuan saat

acara

rumahtangga

Ikatan

keanggotaan

komunitas

Hubungan baik

dengan anggota

komunitas

Pemberian

fasilitas

yang

dimiliki

komunitas

Pinjaman

uang

Untuk

mengurangi

biaya yang

dikeluarkan

untuk

memenuhi

kebutuhan

Mendapatkan

pinjaman

fasilitas

secara gratis.

Sumber : diolah dari data primer, 2012

53 Wawancara dengan pak San, 2012

Page 34: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

32

Pilihan Strategi Nafkah

Telah dibahas sebelumnya tentang aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa

Lembobaru, aktivitas nafkah dikelompokan menjadi dua yaitu aktivitas berdasarkan

penggunaan sumberdaya alam lokal dan aktivitas berdasarkan penggunaan modal sosial.

Aktivitas nafkah merupakan bagian dari strategi nafkah rumahtangga sebagai pilihan-pilihan

tindakan ekonomi yang dilakukan oleh rumahtangga untuk mencapai tujuan yaitu

kesejahteraan. Strategi nafkah berkaitan erat dengan kondisi sosial-ekonomi desa,

pembahasan tentang modal sosial merupakan bukti pengaruh sosial-ekonomi desa pada

strategi nafkah penduduk (Purnomo, 2006). Strategi nafkah pilihan rumahtangga petani di

Desa Lembobaru dapat dilihat dari gambar 3.

Gambar 3. Pilihan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru

Sumber : Diolah dari data primer, 2012

Strategi Nafkah Menggunakan Sumberdaya Alam Lokal

Pengelolaan sumberdaya alam lokal menjadi pilihan strategi nafkah rumahtangga petani

di Desa Lembobaru, 86% penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Potensi Desa

Lembobaru, 2012). Data tidak menunjukan data sebenarnya, karena rumahtangga yang

bermata pencaharian sebagai PNS, tukang dan pedagang juga bekerja sebagai petani.

Petani di Desa Lembobbaru merupakan produsen sekaligus konsumen dari hasil-hasil

pertaniannya, pengelolaan sumberdaya alam lokal merupakan sumber pendapatan utama

rumahtangga di Desa Lembobaru, pendapatan dari sumberdaya alam merupakan pendapatan

dalam bentuk barang (in kind) dan pendapatan dalam bentuk uang tunai (in cash) (Ellis,

2000). Rumahtangga petani menggunakan pendapatan dari sumberdaya alam lokal untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, membangun aset yang berguna untuk masa depan dan

menghadapi keadaan sulit rumahtangga.

Pendapatan dalam bentuk barang (in kind ) digunakan rumahtangga untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan aset yang berguna untuk masa depan. Beras hasil sawah dan

tanaman hasil kebun, digunakan sebagai konsumi rumahtangga sehingga rumahtangga tidak

mengeluarkan banyak uang untuk makanan. Sementara papan dan pasir yang diperoleh dari

hutan dan sungai digunakan rumahtangga sebagai bahan bangunan rumah, sehingga

Page 35: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

33

rumahtangga dapat mengurangi biaya pembangunan rumah. Lahan dan hewan peliharaan

juga merupakan investasi aset yang dapat digunakan rumahtangga untuk masa depan

Seperti yang telah dijelaskan pada aktivitas nafkah, rumahtangga memperoleh in cash

dari hasil penjualan pendapatan barang yang diperoleh. In cash diperoleh dari penjualan

getah karet, serta hasil pertanian lainnya yang laku di pasaran. In cash digunakan

rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga yang tidak dipenuhi dari pendapatan

barang, seperti biaya pendidikan, biaya kesehatan, pembelian perabot rumahtangga, sepeda

motor, serta tabungan pada lembaga ekonomi informal yang dibentuk oleh masyarakat.

Strategi Nafkah Menggunakan Modal Sosial

Pendapatan sosial didapatkan rumahtangga melalui peranan hubungan sosial untuk

mendapatkan utilitas (Weber, 1968). Mempertahankan diri dan tetap hidup bersama dalam

komunitas merupakan salah satu strategi nafkah yang dilakukan oleh penduduk Desa

Lembobaru untuk memperoleh pendapatan sosial. Komunitas memberikan dukungan melalui

ikatan-ikatan sosial dan kelembagaan yang tidak diperoleh jika rumahtangga tidak termasuk

dalam anggota komunitas Desa Lembobaru.

Modal sosial selalu digunakan dalam strategi nafkah rumahtangga petani di Desa

Lembobaru. Modal sosial menciptakan sarana komunitas yang terbentuk berdasarkan ikatan-

ikatan sosial berkaitan erat dengan keanggotaan dalam komunitas, jika rumahtangga dapat

membangun dan melestarikan modal sosial, maka rumahtangga mendapatkan fasilitas sebagai

anggota komunitas.

Hubungan baik antara anggota komunitas merupakan sumber pendapatan sosial, barang

dan uang bagi rumahtangga. Contohnya pak Mifran sebagai kepala desa, mendapatkan luasan

lahan sawah sebagi bentuk penghargaan selama dia menjabat sebagai kepala desa. Hubungan

baik yang dipelihara setiap anggota komunitas juga akan sangat membantu saat rumahtangga

akan melaksanakan acara-acara besar seperti pesta pernikahan atau kematian anggota

keluarga, rumahtangga dapat mengurangi pengeluaran karena mendapat bantuan dari anggota

komunitas lain mulai dari pembuatan tenda, penyediaan konsumsi, sampai pada pemberian

sumbangan. Perlengkapan acara seperti kursi, sound sistem, tarpal untuk tenda bisa

didapatkan secara gratis dari fasilitas publik yang dimiliki Desa dan Gereja.

Modal sosial juga menciptakan trust bagi setiap anggota komunitas sehingga

terbentuklah lembaga-lembaga informal ekonomi informal di desa. Melalui hubungan baik

dengan sodara dan tetangga rumahtangga bisa mendapat pinjaman uang saat menghadapi

masalah ekonomi. Selain itu rumahtangga juga dapat menabung sebagian dari pendapatan

yang mereka miliki yang dapat digunakan untuk keperluan yang akan datang melalui arisan

yang dibentuk dari sarana komunitas di Gereja.

Hubungan baik antar anggota rumahtangga juga merupakan aset yang berguna untuk

masa depan. Status sosial KK orang tua akan diwariskan pada KK anak, begitu juga dengan

investasi yang dimiliki KK orang tua akan diwariskan terhadap KK anak melalui hubungan

Page 36: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

34

sosial yang baik. Hal ini yang menyebabkan mengapa modal sosial merupakan strategi

nafkah yang dianggap sebagai suatu kebiasaan dan keharusan untuk dijalankan oleh

rumahtangga.

IV. KESIMPULAN

Strategi nafkah rumahtangga penduduk Desa Lembobaru terbentuk dari ketersediaan

sumberdaya yang dapat digunakan sebagai sumber nafkah. Tipologi strategi nafkah

dikelompokan menjadi dua, strategi nafkah berbasis sumberdaya alam lokal dan strategi

nafkah berbasis modal sosial. Strategi berbasis sumberdaya alam dapat menunjukan pola-pola

penggunaan sumberdaya alam dalam rumahtangga dan strategi berbasis modal sosial dapat

menunjukan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

Pola pilihan strategi nafkah mengarah pada desakan kondisi desa yang terpencil serta

sarana dan prasarana yang terbatas, sehingga rumahtangga harus mengelolah sumberdaya

yang ada didesa untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Sumberdaya alam yang masih melimpah

membuat rumahtangga petani tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup walau dengan

keterbatasan akses terhadap pertanian yang lebih maju. Namun dalam jangka panjang

eksploitasi terhadap penggunaan sumberdaya alam seperti penebangan hutan akan

menimbulkan masalah baru pada Desa.

Rumahtangga petani memiliki pilihan sendiri mengenai pengelolaan sumberdaya alam.

Pilihan ditentukan oleh (1) kepemilikan lahan; (2) nilai barang yang diproduksi dilahan, nilai

produksi ini meliputi nilai ekonomi dan nilai sosial; (3) kemudahan untuk mengelola,

memilih tanaman yang tidak membutuhkan biaya perawatan yang besar; (4) jaminan

keamanan akses pengolahan dan pemanenan hasil lahan, rumahtangga lebih memilih

perkebunan karet dibandingkan kakao dan kopi karena dianggap lebih aman.

Nilai-nilai kemasyarakatan juga mempengaruhi strategi nafkah rumahtangga, yang

tercermin dalam peran modal sosial dalam strategi nafkah rumahtangga petani. Bagi

penduduk Desa Lembobaru nilai-nilai masyarakat mempengaruhi dan mengendalikan strategi

nafkah rumahtangga. Kelembagaan sosial dan ikatan-ikatan sosial sebagai bentuk

institusionalisasi nilai yang membangun keamanan ekonomi dan keamanan sosial bagi

anggota komunitas.

Pilihan strategi nafkah dapat memberikan gambaran tentang karakter lahan yang

dikelola, hasil yang diperoleh, alasan pengelolaan sumberdaya yang dilakukan, pemanfaatan

hubungan sosial, serta kondisi rumahtangga petani yang tinggal di desa terpencil yang berada

disekitar hutan.

Page 37: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

35

DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, Tenny; Huda, Hakim,M dan Nasution, Zahri. 2010, Profil Usaha, Pendapatan dan

Konsumsi Rumahtangga Pembudidaya Ikan di Desa Cikidang Bayabang Ciaanjur

Jawa barat, Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP, Vol.5, No.02, Hal. 227-244.

Bryant, Keith,W dan Zick, Cathleen,D. 2006, The Economic Organization of the Household:

second edition, Cambridge University Pres, America.

Cancian, Frank,1989, Economic Behavior in Peasant Community, dalam Stuart Plattner

(Eds.), 1989, Economic Anthropology, Stanford University Press, California.

Chambers, Robert dan Conway, Gordon, 1991, Sustainable Rural Livelihoods: Practical

Concepts For the 21st Century, IDS Discussion Paper 296, Desember 1991.

Dharmawan, Arya, H dan Manig, Winfried. 2000, Livelihood Strategies and Rural Changes

in Indonesia; Studies on Small Farm Communities, Session: Assessment of Poverty and

Livelihood Strategies, Institut of Rural Development the University of Germany,

Waldweg 26, 37073 Gottingen.

Dharmawan, Arya, H; Tulak, Paulina, P dan Juanda, Bambang, Struktur Nafkah

Rumahtangga Petani Transmigran: Studi Sosio-Ekonomi di Tiga Kampung di Distrik

Masno Kabupaten Manokwari, Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi

Manusia, ISSN: 1978-4333,Vol.03,No.02,Hal.203-220.

Ellis, Frank, 2000. Rural Livelihoods and Diversityin Developing, Oxford University Press,

New York.

Giles, Jhon dan Yoo, Keyongwon. 2002, Precautionary Behavior and Household

Consumptiom and Saving Decisions: An Empirical Analysis Using Household Panel

Data From Rural China, Preliminary Draft Prepared of NEUDC Michigan State

University, Michigan.

Ihsaniyati, Hanifah. 2010, Kebutuhan Informasi Petani Gurem :Desa Rowo Kec Kandangan

Kabupaten Temanggung,Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian

UNS, Solo.

Iqbal, Moch. 2004, Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan:Studi kaus di dua Desa Nelayan

Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur (tesis), Bogor: Sekolah Pascasarjana

Institut Pertanian Bogor.

Laporan Keadaan Penduduk Desa Lembobaru, 2012, Pemerintah Desa Lembobaru.

McC. Netting, Robert, 1993, Smalholders, Householders, Farm Families and the Ecology of

Intensive, Sustainable Agriculture, Stanford University Press, Stanford, California.

Musyarofah, Siti, A. 2006, Strategi Nafkah Rumahtangga Miskin Perkotaan: Studi Kasus

Kampung Sawah Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cikiling, Jakarta Utara

(Skripsi), Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 38: Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5036/2/T1_222008011_Full... · Household living in remote villages have limited access to

36

Profil Desa Lembobaru, 2007, Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Propinsi Sulawesi

Tengah.

Purnomo, Agustina, M. 2006, Strategi Nafkah RumahTangga Desa Sekitar Hutan: Studi

Kasus Dea Peserta PHBM (tesis), Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

Pramutoko, Bayu. 2012, Ekonomi Mikro: Pengantar Ilmu Ekonomi 1, Surabaya, Jendela

Pustaka Utama.

Ramadhan, Andrian dan Hafsaridewi, Rani. 2012, dampak Perubahan Lingkungan Terhadap

Perkembangan Aktivitas Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Kawasan

Segara Anakan, Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP, Vol.7, No.01, Hal. 33-53.

Rauf, A, Wahid dan SriLestari, Martina. 2009, Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai

Sumber Pangan Alternatif di Papua, Jurnal Litbang Pertanian 28(2), hal. 54-62.

Samuelson, Paul, A dan Nordhaus, William, D. 2003, Ilmu Mikro Ekonomi, Edisi 17,

diterjemahkan oleh : Rosyidah, Nur; Elly, Anna dan Carvallo Bosco, P.T. Media Global

Edukasi, Jakarta.

Sumarti, Titik. 2007, Kemiskinan Petani dan Strategi Nafkah Ganda Rumahtangga

Pedesaan, Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, ISSN: 1978-

4333,Vol.01,No.02,Hal.271-232.

Subali, Agus. 2005, Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga Petani:

Studi Kasus Dea Batujajar Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor (skripsi), Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Widodo, Slamet. 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah

Pesisir, Makara Sosial Humaniora. Vol.15,No.1:10-20, Bangkalan-Indonesia.

Widiyanto; Dharmawan, Hadi, H dan Prasodjo, Nuraini,W. 2010, Strategi Nafkah

Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing:Studi Kasus Desa

Wonotirto dan Desa Campursari Kec.Bulu Kab.Temanggung, Sodality: Jurnal

Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, ISSN: 1978-4333,Vol.04,No.01,Hal.91-

114.