strategi komunikasi mujahidin nur dalam...
TRANSCRIPT
STRATEGI KOMUNIKASI MUJAHIDIN NUR
DALAM MENYUSUN KISAH PENDAKWAH
SYEKH SYARIFUDDIN KHALIFAH
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Fithriyani
NIM: 109051000115
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 2013
Fithriyani
ABSTRAK
Strategi Komunikasi Penulis dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh
Syarifuddin Khalifah
Kisah Syarifuddin Khalifah adalah bukti nyata dari kebesaran Allah SWT
untuk meyakinkan hamba-hamba-Nya akan kebenaran agama Islam. Kisahnya
yang fenomenal ini membuat Mujahidin Nur tertarik untuk menjadikannya sebuah
buku dengan judul Bocah Yang Mengislamkan Ribuan Orang. Buku tersebut
mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti
dengan menjadi Active Selling Book versi Gramedia Indonesia, penjualan buku
tercepat versi Ufuk Publishing House, dan dalam dua minggu buku itu sudah
memasuki cetakan kedua. Dalam menyusun kisah tersebut, Mujahidin tentu
membuat strategi komunikasi yang tepat agar pembaca dapat memahami dengan
baik dan benar isi pesannya. Strategi komunikasi merupakan cara tertentu yang
dilakukan seseorang untuk menyampaikan pesannya agar dapat diterima dengan
baik dan memberikan efek sesuai harapan. Karena itu, strategi komunikasi perlu
diterapkan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Adapun rumusan
masalahnya adalah bagaimana strategi signing, framing, dan priming Mujahidin
Nur dalam menyusun kisah pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah? Bagaimana
Mujahidin Nur menghadapi faktor innocently, internality, dan externality?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
deskriptif. Konsep strategi yang digunakan adalah konsep Ibnu Hamad yang
terdiri dari strategi signing, framing, dan priming. Strategi signing adalah strategi
penggunaan tanda-tanda bahasa. Strategi framing adalah strategi pemilahan dan
pemilihan fakta yang (tidak) akan dimasukkan kedalam wacana. Strategi priming
adalah strategi mengatur tempat untuk pemublikasian dihadapan khalayak. Ketiga
strategi tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang disampaikannya
dapat memberikan efek yang diharapkan. Untuk menyusun strategi itu, Mujahidin
terlebih dahulu mempertimbangkan faktor internal dan eksternal, yakni faktor
innocently, internality, dan externality. Karena faktor tersebut dapat
memengaruhinya dalam menggunakan strategi.
Dalam menyusun kisah Syarifuddin, Mujahidin menggunakan kata-kata
(pesan verbal) yang mengandung makna positif (mengajak kebaikan). Ia juga
menggunakan bahasa populis untuk memudahkan pembaca memahami maknanya.
Beliau mengungkapkan fakta-fakta yang baik, menakjubkan, dan menginspirasi
pembaca, serta meletakkan wacana utama di depan halaman, tempat yang mudah
dilihat oleh pembaca. Untuk menghadapi faktor innocently, Mujahidin berusaha
semaksimal mungkin untuk mencari informasi tentang Syarifuddin. Minat dan
kepentingannya tidak untuk memihak siapa pun, tetapi lebih kepada ideologinya
yang Islami, itu terbukti dari strategi signing dan framing-nya. Dalam menyusun
kisah ini, tidak ada paksaan dan tekanan dari siapa pun. Karena itu, strategi
signing, framing, dan priming penulis terlihat natural.
Keterkaitan antara strategi signing, framing, dan priming sangat erat.
Ketiganya mempunyai peran penting untuk memberikan efek tertentu. Strategi
inilah yang menjadi salah satu pendukung suksesnya buku tersebut.
Keywords: Syarifuddin Khalifah, Strategi Komunikasi (Signing-Framing-
Priming), Faktor Innocently, Internality, dan Externality.
KATA PENGANTAR
حيم الر حمن الر بسم اهلل
Al-hamdulillah, segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang telah menganugerahkan nikmat yang tidak terhingga kepada segenap
hamba-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Berkat rahmat dan hidayah dari Allah SWT, akhirnya peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Strategi Komunikasi Penulis dalam
Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah”.
Betapa pun hambatan dan kesulitan seakan terasa ringan berkat dukungan
dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, sekaligus dosen pembimbing peneliti yang telah memberi
arahan dan masukan dalam penulisan ini.
2. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
beserta Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti.
4. Seluruh Karyawan Perpustakaan di lingkungan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Mujahidin Nur selaku penulis buku yang bersedia meluangkan waktunya
untuk peneliti.
6. Kedua orang tuaku tercinta, H. Chairullah Azhari dan Hj. Munawaroh
yang telah banyak berjasa dan berkorban untuk peneliti.
7. Saudara-saudaraku tersayang yang telah memberikan kebahagiaan.
Semoga Allah selalu memberkahi kehidupan kalian.
8. Sahabat sejatiku, Neidat Khoir, yang selalu siap membantu peneliti kapan
pun, di mana pun, bagaimana pun keadaannya.
9. Segenap sahabat yang telah menemani dan banyak memberikan motivasi
kepada peneliti serta dapat menghibur dikala kesedihan datang: Tri
Lestari, Devi Ratna Sari, Bintang Nurul Kawakib, Fajrin Dwi Ayu Novani,
Tika Aprilia, Hidayati Nur Fajrina, Khoirunisyah, dan Agnitia Citra
Resmi.
10. Seluruh teman KPI angkatan 2009, terutama kelas-D yang telah
memberikan warna hidup semasa kuliah. Perjalanan indah bersama kalian
tidak akan terlupakan.
11. Dan kepada seluruh pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini,
yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Namun, tidak mengurangi
sedikit pun rasa terima kasih peneliti kepada kalian.
Semoga Allah SWT melipatgandakan pahala atas semua kebaikan kalian.
Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitian selanjutnya,
Aamiin.
Peneliti, 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………………………………………………….... i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..…… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….…... iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ……………………………... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………….... 5
D. Tinjauan Pustaka ……………………………………………. 6
E. Metodologi Penelitian ……………………………………..... 8
F. Sistematika Penulisan ……………………………………… 10
BAB II KERANGKA TEORI ………………………………………… 11
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi …………………………………....... 11
2. Pengertian Komunikasi ………………………………… 16
3. Proses Komunikasi ……………………………………... 19
4. Pengertian Strategi Komunikasi ………………………... 21
5. Tujuan Sentral Strategi Komunikasi ………………........ 26
B. Strategi Signing, Framing, Priming, dan Faktor Internal-
Eksternal
1. Pengertian Strategi Signing …………………………….. 27
2. Pengertian Strategi Framing …………………………… 29
3. Pengertian Strategi Priming ………………………......... 32
4. Faktor Internal dan Eksternal …………………………... 33
BAB III GAMBARAN UMUM ………………………………………… 35
A. Profil Mujahidin Nur
1. Riwayat Hidup …………………………………………. 35
2. Latar Belakang Pendidikan …………………………….. 38
3. Karya-karya …………………………………………….. 40
B. Profil Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang …… 42
C. Sinopsis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang … 44
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN………………………….... 49
A. Strategi Signing, Framing, dan Priming ………………........ 49
B. Menghadapi Innocently, Internality, dan Externality …...…. 51
BAB V PENUTUP …………………………………………………...... 55
A. Kesimpulan ………………………………………………… 55
B. Saran ……………………………………………………….. 55
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 57
LAMPIRAN …………………………………………………………………... 59
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia Islam digemparkan oleh munculnya seorang anak laki-laki yang
memiliki kemampuan sangat menakjubkan. Ia berasal dari keluarga nonmuslim.
Kemampuan yang dimilikinya sungguh sulit untuk dipahami oleh akal sehat
manusia. Kehadiran anak itu pun telah membawa banyak perubahan pada
kehidupan kedua orang tuanya. Bayi yang terlahir dari sebuah benua
bertemperatur hangat, Afrika, akan menjadi pembicaraan jutaan masyarakat di
dunia.1
Syarifuddin Khalifah, itulah anak yang memiliki kemampuan luar biasa.
Seorang anak dari keluarga nonmuslim dapat menghafal al-Qur’an dan bible, serta
dapat mengerjakan sholat lima waktu saat berumur 1,5 tahun. Sedangkan saat
berumur 4-5 tahun, ia sudah menguasai lima bahasa asing dan telah
mengislamkan ribuan orang termasuk mengislamkan kedua orang tuanya.2
Bila dipikirkan dengan akal sehat, maka kisah tersebut seakan-akan
mustahil terjadi. Akal manusia tidak akan mampu menjangkau berbagai keajaiban
yang ada pada Syarifuddin. Hanya hatilah yang mampu menjangkau dan meyakini
bahwa tidak ada sesuatu yang tidak mungkin bagi Allah SWT untuk menunjukkan
kebesaran-Nya di muka bumi ini. Sebagaimana Firman-Nya dalam surat al-
Baqarah ayat 117:
1 Mujahidin Nur, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, (Jakarta: PT Ufuk Publishing
House, 2012), cet. Ke-5, hlm. 33. 2 Ibid, hlm. 54.
Artinya: Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:
"Jadilah!" lalu jadilah ia.
Serta dalam surat Yaasiin ayat 82:
Artinya: Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah
berkata kepadanya: “Jadilah!” maka jadilah ia.
Di saat perkembangan teknologi semakin pesat dan berdampak pada
minimnya keimanan masyarakat, Allah SWT menunjukkan tanda-tanda kebesaran
dan kekuasaan-Nya dengan hadirnya seorang anak ajaib di Arusha, Tanzania.
Kisah Syarifuddin ini banyak menginspirasi masyarakat dunia khususnya umat
muslim untuk lebih yakin akan keagungan-Nya. Ia bagaikan perantara untuk
orang-orang nonmuslim di sekitarnya agar menuju jalan yang lurus, yaitu jalan
yang diridhai Allah SWT.
Kisah fenomenal ini telah diangkat menjadi sebuah buku yang
menginspirasi iman umat muslim. Buku dengan judul Bocah yang Mengislamkan
Ribuan Orang telah meraih sukses besar dalam perbukuan Indonesia. Sejak tiga
minggu diluncurkan ke pasar, buku ini banyak diminati dan diperbincangkan oleh
masyarakat Indonesia. Buku tersebut mendapat apresiasi yang sangat baik. Itu
terbukti dengan menjadi Active Selling Book versi Gramedia Indonesia, penjualan
buku tercepat versi Ufuk Publishing House, dan dalam dua minggu buku itu sudah
memasuki cetakan kedua, serta telah menjadi buku Best Seller di Gramedia.3
3 Wawancara Pribadi, pada 1 Februari 2013 dengan Mujahidin Nur, Penulis Buku Bocah
yang Mengislamkan Ribuan Orang
Apresiasi yang diterima oleh buku ini tidak lepas dari kemampuan
Mujahidin Nur selaku penulis buku dalam membuat strategi untuk mengolah
bahasa yang akan digunakan (strategi signing), memilih fakta yang akan
dikemukakan (strategi framing), dan mengatur tempat penyampaian (strategi
priming). Strategi tersebut dapat dikatakan strategi komunikasi, karena ketiga
strategi itu dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang disampaikannya
memberi efek yang diharapkan.4 Sebagaimana pengertian komunikasi menurut
Lasswell, yaitu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan
melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
J.L Thompson seperti dikutip Sandra Oliver menjelaskan strategi sebagai
cara untuk mencapai sebuah hasil akhir.5 Strategi terdiri dari tindakan penting
yang diperlukan untuk mewujudkan arah yang akan dicapai.6 Jadi, strategi
komunikasi dapat diartikan sebagai cara tertentu yang dilakukan seseorang untuk
menyampaikan pesannya agar dapat diterima dengan baik dan memberikan efek
sesuai harapan.
Strategi komunikasi sama pentingnya dengan komunikasi itu sendiri.
Strategi komunikasi menentukan berhasil tidaknya kegiatan komunikasi itu.
Sedangkan komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia. Karena
sebagian besar hidup ini diisi oleh komunikasi. Sejak bangun dari tidur hingga
kembali tidur, manusia melakukan komunikasi.7 Ketika berkomunikasi, manusia
memilih kata, gambar, angka, gerakan, atau tanda bahasa lainnya baik verbal
4 Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, (Jakarta: La Tofi Enterprise, 2010), cet. Ke-
1, hlm. ix-x. 5 Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 2.
6 Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. Ke-1,
hlm. 242. 7 Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. vii.
maupun nonverbal untuk menyampaikan realitas (berupa gagasan, perasaan,
peristiwa, orang, alam, dan sebagainya). Bila kata, angka, dan gambar itu
dituliskan, maka jadilah pesan yang dilihat (visual message). Jika kata, angka, dan
gambar itu dikatakan, maka jadilah pesan yang didengar (auditory message).8
Setiap konstruktor (penulis, wartawan, peneliti, dan lain-lain) bisa
dipastikan telah dengan sengaja mengatur strategi signing, framing, dan priming.
Ketiga strategi tersebut sengaja diatur untuk memperkuat kepentingannya. Untuk
menyusun strategi itu, pengguna strategi terlebih dahulu mempertimbangkan
faktor-faktor internal dan eksternal.9 Karena faktor tersebut merupakan faktor
yang memengaruhi penggunanya dalam membuat strategi signing, framing, dan
priming.
Mujahidin Nur adalah seorang penulis buku inspiratif yang bernuansa
dakwah. Menulis buku bernuansa dakwah tidak semudah menulis buku-buku
lainnya. Efek yang akan timbul dan penggunaan bahasanya harus diperhatikan
agar pembaca tidak merasa bosan. Ia sadar akan keindahan bahasa yang bila
diatur dengan baik akan memberikan pesan yang bermakna. Karena itu,
Mujahidin membuat strategi tertentu dalam mengolah bahasa yang akan
digunakan dan memilih fakta yang akan dikemukakan, serta ia mengatur tempat
penyampaian dalam menyusun kisah Syarifuddin ini. Kisahnya yang
menakjubkan, aneh, unik, dan tidak masuk diakal, itulah yang perlu diperhatikan
agar pembaca dapat mengerti makna dari pesan itu.
Karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai
strategi signing, framing, dan priming Mujahidin dalam menyusun kisah
8 Ibid, hlm. viii-x.
9 Ibid, hlm. 45.
Syarifuddin. Peneliti pun mengambil judul penelitian yaitu, “Strategi
Komunikasi Mujahidin Nur dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh
Syarifuddin Khalifah”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Peneliti membatasi permasalahan, yaitu fokus pada penggunaan
strategi signing, framing, dan priming. Penelitian ini hanya meneliti
komunikator dan medianya yakni, buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan
Orang. Sebaliknya, tidak fokus meneliti tokoh Syarifuddin, pesan, fans
Syarifuddin, dan efek terhadap pembaca buku tersebut.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a) Bagaimana strategi signing, framing, dan priming Mujahidin Nur
dalam menyusun kisah pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah?
b) Bagaimana Mujahidin menghadapi faktor innocently, internality, dan
externality?
C. Tujuan dan Manfa’at Penelitian
1. Tujuan penelitian:
a. Untuk mengetahui strategi signing, framing, dan priming
Mujahidin dalam menyusun kisah pendakwah Syekh Syarifuddin
Khalifah.
b. Untuk mengetahui cara Mujahidin menghadapi faktor innocently,
internality, dan externality.
2. Manfa’at penelitian adalah:
a. Manfaat Akademik
1) Untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang studi Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai strategi komunikasi,
khususnya mengenai strategi signing, framing, dan priming.
2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai strategi signing, framing,
dan priming Mujahidin dalam menyusun kisah pendakwah Syekh
Syarifuddin Khalifah.
b. Manfaat Praktis
Menjadi acuan untuk mahasiswa yang akan meneliti strategi
komunikasi, khususnya mengenai strategi signing, framing, dan
priming. Peneliti pun berharap penelitian ini dapat memberi masukan
kepada penulis buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang agar
lebih baik dan menarik lagi.
D. Tinjauan Pustaka
Ratna Dwi Guna dalam skripsinya menemukan bahwa strategi komunikasi
dinas kebersihan DKI Jakarta dilakukan melalui berbagai kegiatan antara lain;
mensosialisasikan kebersihan seperti penyuluhan GAKIN dua kali pada satu
tahun, membuat iklan pada media cetak berupa iklan kebersihan dan himbauan
kebersihan, serta adanya kegiatan talkshow dengan tema 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle) di empat stasiun radio. Persamaan dengan penelitian ini adalah
metodologinya yang menggunakan penelitian kualitatif. Perbedaan dengan
penelitian ini dari subjeknya yaitu dinas kebersihan DKI Jakarta dan objeknya
adalah segala bentuk strategi komunikasi yang dilakukan bidang pengembang
peranserta masyarakat dan usaha kebersihan.10
Putri Wulandari Tri Rizki Kusuma dalam skripsinya menemukan bahwa
strategi komunikasi jurnalis VOA dalam pemberitaan warga muslim di Amerika
dilakukan melalui tiga tahap yaitu; perumusan strategi, implementasi strategi, dan
evaluasi strategi. Perbedaan dengan penelitian ini dari subjeknya yaitu jurnalis
VOA dan objeknya ialah strategi komunikasi dalam pemberitaan warga muslim di
Amerika.11
Dian Putra dalam skripsinya menemukan bahwa strategi komunikasi yang
digunakan oleh rumah busana ranti adalah media dan komunikasi langsung berupa
pelayanan, kesopanan, dan ramah tamah. Strategi komunikasinya pun sudah
terealisasi cukup baik dan dapat dikatakan berhasil. Perbedaan dengan penelitian
ini dari subjeknya yakni rumah busana dan objeknya yaitu strategi komunikasi
dalam mensosialisasikan busana Islami.12
Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Strategi Komunikasi Mujahidin
Nur dalam Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah. Perbedaan
skripsi ini dengan skripsi tersebut adalah strategi yang diteliti berupa; strategi
10
Ratna Dwi Guna, Strategi Komunikasi Dinas Kebersihan Provinsi Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta dalam Mensosialisasikan Kesadaran Bersih Lingkungan, Skripsi, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2009. 11
Putri Wulandari Tri Rizki Kusuma, Strategi Komunikasi Jurnalis Voice of America
(VOA) dalam Pemberitaan Warga Muslim di Amerika, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010. 12
Dian Putra, Strategi Komunikasi Rumah Busana Ranti dalam Mensosialisasikan
Busana Islami, Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta 2011.
signing, framing, dan priming yang digunakan penulis buku. Dengan demikian,
skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya dan layak untuk diajukan sebagai
penelitian ilmiah.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Kualitatif
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan tersebut
menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis
statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Menurut Jane Richie, kualitatif sebagai
upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi
konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. Penelitian
kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.13
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah penulis buku Bocah yang Mengislamkan
Ribuan Orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini ialah strategi komunikasi
penulis.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti melakukan penelitian pada Februari-Mei 2013 dengan
mewawancarai Mujahidin Nur selaku penulis buku. Adapun tempat penelitian,
peneliti mewawancarai penulis di Poins Square, Lebak Bulus.
13
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007) Cet. Ke-23, hlm. 6.
4. Tahapan Penelitian:
a. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil penelitian
melalui tiga (3) tahap. Pertama, peneliti membaca buku Bocah yang
Mengislamkan Ribuan Orang untuk menentukan strategi signing, framing, dan
priming yang digunakan penulis. Kedua, peneliti mewawancarai penulis. Ketiga,
peneliti mengumpulkan data dari buku-buku dan tulisan yang berkaitan dengan
penelitian ini.
b. Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian ini melalui beberapa tahap; data
dikelompokkan, disederhanakan, dan dikemas kedalam tabel.
Adapun mengenai teknik penulisan ini, peneliti menggunakan buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), yang diterbitkan
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.14
c. Analisis Data
Analisa data menurut Patton adalah proses mengatur uraian data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satu uraian dasar.15 Data
yang terkumpul melalui wawancara mendalam dan dokumen-dokumen
diklasifikasikan kedalam kategori tertentu.16
Peneliti menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif yang
melaporkan data dengan menerangkan, memberikan gambaran,
14
Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),
(Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda, 2007), Cet. Ke-1, hlm. 34. 15
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 103. 16
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm.
193.
mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan data yang terkumpul, kemudian
disimpulkan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah
penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima
bab dengan rincian sebagai berikut:
BAB I : Berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfa’at Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi
Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
BAB II : Berisi Pengertian Strategi, Pengertian Komunikasi, Proses
Komunikasi, Pengertian Strategi Komunikasi, Tujuan Sentral Strategi
Komunikasi, Pengertian Strategi Signing, Framing, Priming, dan Faktor Internal-
Eksternal.
BAB III : Berisi Riwayat Hidup Mujahidin Nur, Latar Belakang
Pendidikan, Karya-karya, Profil dan Sinopsis Buku Bocah yang Mengislamkan
Ribuan Orang.
BAB IV : Berisi Strategi Signing, Framing, Priming Mujahidin dalam
Menyusun Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah dan Cara Mujahidin
Menghadapi Faktor Innocently, Internality, Externality.
BAB V : Berisi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Strategi Komunikasi
1. Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari akar kata Bahasa Yunani “Strategos” yang secara
harfiah berarti “Seni Umum”. Kata strategos bermakna sebagai:
a) Keputusan untuk melakukan suatu tindakan dalam jangka panjang dengan
segala akibatnya
b) Penentuan tingkat kerentanan posisi seseorang dengan posisi para pesaing
(ilmu perang dan bisnis)
c) Pemanfaatan sumber daya dan penyebaran informasi yang relatif terbatas
terhadap kemungkinan penyadapan informasi oleh para pesaing
d) Penggunaan fasilitas komunikasi untuk penyebaran informasi yang
menguntungkan berdasarkan analisis geografis dan topografis
e) Penemuan titik-titik kesamaan dan perbedaan penggunaan sumber daya
dalam pasar informasi.17
Hill dan Jones seperti dikutip Hendrawan Supratikno, dkk., mengemukakan
terdapat dua pendekatan untuk mendefinisikan strategi, yang dikenal sebagai
pendekatan tradisional dan pendekatan baru. Dalam pendekatan tradisional,
strategi dipahami sebagai suatu rencana ke depan, bersifat antisipatif (forward
looking). Sedangkan dalam pendekatan yang baru, strategi lebih dipahami
sebagai suatu pola dan bersifat reflektif (backward looking).
17
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. Ke-
1, hlm. 240.
Tabel 1: Hampiran dalam Mendefinisikan Strategi
Hampiran Tradisional Hampiran Baru
The determination of the basic long-
term goals and objectives of an
enterprise, and the adoption of
course of action and the allocation of
resources necessary for carrying out
these goals (Alfred Chandler).
The pattern or plan that integrates an
organization’s major goals, policies,
and action sequences into a cohesive
whole (James Brian Quinn).
A unified, comprehensive, and
integrated plan designed to ensure
that the basic objectives of the
enterprises are achieved (William F.
Glueck).
A pattern in a stream of
decisions or actions (Henry
Mintzberg).
Sementara itu, Henry Mintzberg menginventaris lima (5) definisi tentang
strategi, yaitu:
1) Rencana; suatu petunjuk, suatu tuntunan atau tindakan yang akan
dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi tindakan-tindakan di masa
depan. Strategi adalah sebuah rencana, “bagaimana”, suatu cara untuk
mendapatkan sesuatu dari sini atau sana
2) Pola: perilaku yang konsisten antar waktu. Strategi adalah pola tindakan
dari waktu ke waktu, misalnya: sebuah perusahaan yang secara teratur
memasarkan produknya yang sangat mahal, sehingga harus menggunakan
strategi high-end (dari awal-akhir tetap mahal demi menjamin nama
produk)
3) Posisi: penentuan posisi dalam konteks persaingan. Strategi adalah suatu
posisi yang mencerminkan keputusan untuk menawarkan produk atau jasa
tertentu di pasar tertentu
4) Perspektif: bagaimana suatu organisasi menjalankan kegiatannya. Strategi
adalah perspektif terhadap visi dan arah terhadap visi
5) Permainan: kumpulan manuver untuk “menjinakkan” pihak lawan atau
suatu cara yang dilakukan untuk mengecoh pesaing.
Meski demikian, mazab yang dominan adalah mazab yang melihat strategi
sebagai suatu rencana. Kata “strategi” berkonotasi antisipasi, prediksi, dan
hal-hal lain yang mengesankan sifat cerdas dalam menghadapi masa depan
yang penuh dengan ketidakpastian. Strategi pun dipandang sebagai suatu yang
dibuat untuk mengamankan masa depan.18
Menurut Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, strategi adalah taktik, ilmu
menggunakan sumber daya manusia untuk melaksanakan kebijaksanaan
tertentu dalam berperang; rencana langkah-langkah yang dilakukan secara
sistematis dalam perang.19 J.L Thompson, seperti dikutip Sandra Oliver
menjelaskan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir; Hasil
akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi.20
Strategi adalah konsep yang mengacu pada suatu jaringan yang kompleks
dari pemikiran, ide-ide, pengertian yang mendalam, pengalaman, sasaran,
keahlian, memori, persepsi, dan harapan yang membimbing untuk menyusun
18
Hendrawan Supratikno, dkk., Advanced Strategic Management, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2003), hlm. 1-4. 19
Tim Reality, Kamus Terbaru Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008),
cet. Ke-1, hlm. 605. 20
Sandra Oliver, Strategi Public Relations, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 2.
suatu kerangka pemikiran umum, agar dapat memutuskan tindakan-tindakan
yang spesifik bagi tercapainya tujuan.
Strategi merupakan suatu keputusan yang tepat, jelas, komprehensif, valid
atau apa pun namanya, sebagai dasar filosofis dan praksis untuk berpikir,
berperilaku, beraktivitas, dan bertindak. George Steiner mendefinisikan
tentang strategi meliputi:
a. Strategi adalah apa yang dilakukan oleh manajemen puncak, karena hal itu
sangat penting bagi organisasi
b. Strategi mengacu pada dasar keputusn yang terarah, yaitu demi
tercapainya tujuan dan misi
c. Strategi terdiri dari tindakan penting yang diperlukan untuk mewujudkan
arah yang akan dicapai
d. Strategi menjawab pertanyaan: apa yang harus organisasi lakukan?
e. Strategi menjawab pertanyaan: apa yang pada akhirnya harus dicari dan
bagaimana mencapainya?
Strategi adalah jembatan yang menghubungkan kebijakan dengan sasaran.
Strategi dan taktik merupakan jembatan yang menghubungkan kesenjangan
antara tujuan dan alat yang dipakai untuk mencapai tujuan.21
Istilah strategi juga mengandung arti sebagai memilih cara yang paling
efektif untuk menggunakan sumber-sumber perusahaan atau lainnya guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi direncanakan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam dan di luar perusahaan. Artinya,
21
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hlm. 239-242.
strategi menunjukkan faktor-faktor mana yang harus mendapatkan perhatian
utama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.22
Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa strategi pada hakikatnya adalah
perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu
tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.23
Keberadaan strategi tidak terlepas dari tujuan yang dicapai. Hal itu
ditunjukkan oleh suatu jaringan kerja yang membimbing tindakan yang akan
dilakukan, dan pada saat yang sama, strategi akan memengaruhi tindakan
tersebut. Ini berarti bahwa prasyarat yang diperlukan untuk merumuskan
strategi adalah meningkatkan pemahaman tentang tujuan, dalam artian setelah
bersama-sama memahami hakikat dan makna suatu tujuan, ditentukanlah
strategi untuk mencapai tujuan. Tanpa tujuan, tindakan yang dibuat semata-
mata sekadar suatu taktik yang dapat meningkat cepat namun, sebaliknya
dapat merosot kedalam suatu masalah lain.24
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa strategi adalah cara
tertentu yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan. Penggunaan strategi yang tepat akan memberikan hasil sesuai
harapan. Karena itu, strategi diperlukan dalam hal apa pun guna mendapatkan
hasil yang maksimal.
22
Georgr R. Terry, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), cet.
Ke-8, hlm. 58. 23
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), cet. Ke-20, hlm. 32. 24
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hlm. 239.
2. Pengertian Komunikasi
Istilah “Komunikasi” merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yakni
“Communication”. Roudhonah dalam bukunya Ilmu Komunikasi menjelaskan
bahwa komunikasi secara etimologi berasal dari kata Latin, yaitu:
a. Communicare, yang berarti berpartisispasi atau memberitahukan.
b. Communis, yang berarti milik bersama atau berlaku di mana-mana.
c. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum atau pendapat mayoritas.
d. Communico, yang berarti membuat sama.
e. Communication yang bersumber dari kata communis yang berarti sama.
Sama di sini maksudnya sama arti atau pengertian.
Arti komunikasi secara bahasa ini memberi pengertian bahwa komunikasi
yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang atau bahasa yang
mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang
yang menerima pesan.
Sedangkan secara terminologi, pengertian komunikasi menurut beberapa
pakar Ilmu Komunikasi adalah:
1) Carl I. Hovland, komunikasi adalah proses di mana seseorang
(komunikator) menyampikan perangsang-perangsang (biasanya lambang-
lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan).
2) Berelson dan Steiner, 1964, komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan
simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka-angka, dan lain-lain.
3) Harold D. Lasswell, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, “dengan saluran apa”,
“kepada siapa”, dan “dengan akibat atau hasil apa”.
4) Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan
dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk
merubah tingkah laku mereka.25
Seseorang akan dapat merubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain
apabila komunikasinya itu memang komunikatif. Untuk memahami pengertian
komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat
komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold
D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication
in Society. Lasswell mengetakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Who Says What In Which Channel
To Whom With What Effect?”
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima
unsur, yakni: komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek. Jadi,
berdasarkan paradigma tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek
tertentu.
Pada umumnya, komunikasi sering didefinisikan sebagai suatu proses
penyampaian pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan dan
kemudian direspon kembali. Komunikasi itu dilakukan secara sengaja dan
25
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), cet. Ke-1, hlm. 19-
21.
mempunyai tujuan tertentu, untuk itu diperlukan partisipasi antara
komunikator dan komunikan, sehingga sifatnya transaksional, dalam
pengertian ada yang memberi dan ada yang menerima pesan atau informasi.
Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak, komunikasi adalah
bagian dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sejak dilahirkan sudah
berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama pada
saat ia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi.26 Para ahli komunikasi
mengungkapkan terdapat tiga (3) tahapan dalam berkomunikasi, yaitu:
a. Persepsi, yaitu pengindraan suatu gejala di luar dirinya
b. Ideasi, yaitu penataan hasil persepsinya itu ke dalam alam idenya
(benaknya)
c. Transmisi, yaitu melontarkannya kepada orang lain dalam bentuk pesan
komunikasi.
Jadi, seseorang dalam berkomunikasi pastilah dimulai dengan persepsi,
kemudian disimpan dalam alam idenya, dan barulah dapat menyampaikannya
sesuai dengan hal yang dibutuhkan.27
Dari pendapat di atas mengenai pengertian komunikasi, dapat diambil
kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses di mana seseorang
menyampaikan pesannya, baik dengan lambang bahasa maupun isyarat,
gambar, gaya yang antara keduanya sudah terdapat kesamaan makna,
sehingga keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan.
26
H.A.W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008), cet. Ke-5, hlm. 1. 27
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, hlm. 10-11.
3. Proses Komunikasi
Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pikiran berupa gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari
benaknya. Perasaan berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan,
kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang
timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni,
secara primer dan sekunder.
a. Proses Komunikasi Secara Primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi
adalah bahasa, gesture, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara
langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator
kepada komunikan. Bahasa paling banyak dipergunakan dalam komunikasi,
karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang
kepada orang lain; baik berbentuk idea, informasi atau opini; mengenai hal
yang konkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang
terjadi pada saat sekarang, melainkan pada waktu yang lalu dan masa yang
akan datang.
Gesture memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga
terekspresikan secara fisik. Akan tetapi, menggapaikan tangan atau
memainkan jari-jemari atau mengedipkan mata atau menggerakkan anggota
tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja (sangat
terbatas).
Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong,
bedug, sirene, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu.
Kedua lambang itu amat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan
pikiran seseorang kepada orang lain.
Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi
memang melebihi gesture, isyarat, dan warna dalam hal kemampuan
“menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Buku-
buku yang ditulis dengan bahasa sebagai lambang untuk “menerjemahkan”
pemikiran tidak mungkin diganti oleh gambar, apalagi oleh lambag-lambang
lainnya. Akan tetapi, demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut
sering dipadukan penggunaannya.28
b. Proses Komunikasi Secara Sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang
relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telefon, surat kabar, majalah, radio,
televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi.
28
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, hlm. 11-12.
Pentingnya peranan media yakni media sekunder dalam proses
komunikasi disebabkan oleh efisiensinya dalam mencapai komunikan. Surat
kabar, radio, atau televisi merupakan media yang efisien dalam mencapai
komunikan dalam jumlah yang amat banyak. Jelas efisien karena dengan
menyiarkan sebuah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada
khalayak yang begitu banyak jumlahnya; bukan saja jutaan, melainkan
puluhan juta, bahkan ratusan juta.
Akan tetapi, oleh para ahli komunikasi diakui bahwa keefektifan dan
efisiensi komunikasi bermedia hanya dalam menyebarkan pesan-pesan yang
bersifat informatif. Menurut mereka, yang efektif dan efisien dalam
menyampaikan pesan persuasif adalah komunikasi tatap muka karena
kerangka acuan (frame of reference) komunikan dapat diketahui oleh
komunikator, sedangkan dalam proses komunikasinya, umpan balik
berlangsung seketika, dalam arti kata komunikator mengetahui tanggapan atau
reaksi komunikan pada saat itu juga.29
4. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan
manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana
operasionalnya secara taktis harus dilakukan, dalam pengertian bahwa
29
Ibid, hlm. 16-17.
pendekatan bisa berbeda sewaktu-waktu, bergantung kepada situasi dan
kondisi.30
Alo Liliweri mendefinisikan strategi komunikasi sebagai berikut:
a) Strategi yang mengartikulasikan, menjelaskan, dan mempromosikan suatu
visi komunikasi dan satuan tujuan komunikasi dalam suatu rumusan yang
baik
b) Strategi untuk menciptakan komunikasi yang konsisten, komunikasi yang
dilakukan berdasarkan satu pilihan (keputusan) dari beberapa opsi
komunikasi
c) Strategi berbeda dengan taktik, strategi komunikasi menjelaskan tahapan
konkret dalam rangkaian aktivitas yang berbasis pada satuan teknik bagi
pengimplementasian tujuan komunikasi. Adapun taktik adalah satu pilihan
tindakan komunikasi tertentu berdasarkan strategi yang telah ditetapkan
sebelumnya
d) Tujuan akhir komunikasi, strategi berperan memfasilitasi perubahan
perilaku untuk mencapai tujuan komunikasi manajemen.
Karena itu strategi komunikasi selalu dihubungkan dengan; siapa bicara,
maksud apa bicara, pesan apa yang harus disampaikan kepada seseorang, cara
bagaimana menyampaikan pesan kepada seseorang, dan bagaimana mengukur
dampak pesan tersebut.31
Strategi komunikasi yang baik adalah strategi yang dapat menetapkan atau
menempatkan posisi seseorang secara tepat dalam komunikasi dengan lawan
30
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), cet. Ke-6, hlm. 29. 31
Alo Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba Makna, hlm. 240.
komunikasinya, sehingga dapat mencapai tujuan komunikasi yang telah
ditetapkan.32
Dalam rangka menyusun strategi komunikasi diperlukan suatu pemikiran
dengan memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor
penghambat. Akan lebih baik apabila dalam strategi itu diperhatikan
komponen-komponen komunikasi dan fakor-faktor pendukung dan
penghambat pada setiap komponen tersebut.
a. Mengenali Sasaran Komunikasi
Sebelum melancarkan komunikasi, sebagai komunikator haruslah
mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran komunikasinya. Sudah
tentu ini bergantung pada tujuan komunikasi, apakah agar komunikan hanya
sekedar mengetahui atau agar komunikan melakukan tindakan tertentu. Apa
pun tujuannya, metodenya, dan banyaknya sasaran, pada diri komunikan perlu
diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:
1) Faktor Kerangka Referensi
Pesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus
disesuaikan dengan kerangka referensi (frame of reference)-nya. Kerangka
referensi seseorang terbentuk dalam dirinya sebagai hasil dari paduan
pengalaman, pendidikan, gaya hidup, norma hidup, status sosial, ideologi,
cita-cita, dan sebagainya.
2) Faktor Situasi dan Kondisi
Situasi di sini ialah situasi komunikasi pada saat komunikan akan
menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi yang bisa menghambat jalannya
32
Ibid, hlm. 239.
komunikasi dapat diduga sebelumnya, dapat juga datang tiba-tiba pada saat
komunikasi dilancarkan. Kondisi di sini ialah state of personality komunikan,
yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pada saat ia menerima pesan
komunikasi. Komunikasi tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah,
sedih, bingung, sakit, atau lapar. Dalam menghadapi komunikan dengan
kondisi seperti itu, kadang-kadang bisa menangguhkan komunikasi sampai
datangnya suasana yang menyenangkan.
b. Pemilihan Media Komunikasi
Media komunikasi jumlahnya banyak, mulai dari media tradisional
sampai yang modern. Untuk mencapai sasaran komunikasi, dapatlah memilih
salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang
akan dicapai, pesan yang akan disampaikan, dan teknik yang akan
dipergunakan.
c. Pengkajian Tujuan Pesan Komunikasi
Pesan komunikasi mempunyai tujuan tertentu. Ini menentukan teknik
yang harus diambil, apakah itu teknik informasi, teknik persuasi, atau teknik
instruksi. Apa pun tekniknya, pertama-tama komunikasi harus mengerti pesan
komunikasi itu.
Pesan komunikasi terdiri atas isi pesan dan lambang. Isi pesan
komunikasi bisa satu, tetapi lambang yang dipergunakan bisa macam-macam.
Lambang yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan isi komunikasi ialah
bahasa, gambar, warna gesture, dan sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari
banyak isi pesan komunikasi yang disampaikan kepada komunikan dengan
menggunakan gabungan lambang, seperti pesan komunikasi melalui surat
kabar, film, atau televisi.
d. Peranan Komunikator dalam Komunikasi
Ada faktor yang penting pada diri komunikator bila ia melancarkan
komunikasi, yaitu daya tarik sumber (source attractiveness) dan kredibilitas
sumber (source credibility).
1) Daya Tarik Sumber
Seorang komunikator akan berhasil dalam komunikasi, akan mampu
mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya
tarik jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengannya.
Dengan lain perkataan, komunikan merasa ada kesamaan antara komunikator
dengannya sehingga komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan
oleh komunikator.
2) Kredibilitas Sumber
Faktor kedua yang bisa menyebabkan komunikasi berhasil ialah
kepercayaan komunikan pada komunikator. Kepercayaan ini banyak
bersangkutan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator.
Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam
menghadapi komunikan harus bersikap empatik, yaitu kemampuan seseorang
untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan orang lain. Dengan kata lain,
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seorang komunikator
harus bersikap empatik ketika ia berkomunikasi dengan komunikan yang
sedang sibuk, marah, bingung, sedih, sakit, kecewa, dan sebagainya.33
5. Tujuan Sentral Strategi Komunikasi
R. Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam
Techniques for Effective Communication, seperti yang dikutip Onong Uchjana
Effendy mengemukakan, tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas tiga
tujuan utama, yaitu:
a. To secure understanding: memastikan bahwa komunikan mengerti pesan
yang diterimanya. Tujuan sentral ini sangat terkait dengan pengertian
komunikasi, di mana keduanya sudah terdapat kesamaan makna, sehingga
keduanya dapat mengerti apa yang sedang dikomunikasikan.
b. To establish acceptance: Andaikata ia sudah dapat mengerti dan
menerima, maka penerimaannya itu harus dibina. Komunikator harus
membina apa yang telah diterima dan dimengerti oleh komunikan. Di saat
komunikan dan komunikator telah sepaham dan sepakat mengenai tanda
bahsa yang digunakan, komunikator harus membangun saling pengertian
di antara keduanya.
c. To motivate action: Pada akhirnya kegiatan dimotivasikan.34 Komunikasi
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang menghasilkan kegiatan
untuk memberikan motivasi kepada komunikannya.
33
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, 35-39. 34
Ibid, hlm 32.
Setelah komunikan mengerti apa yang disampaikan oleh komunikator,
komunikator pun harus menjaga hubungan baiknya dengan komunikan,
komunikator harus membina apa yang telah diterima oleh komunikan, dan
akhirnya kegiatan itu pun menjadi kegiatan yang memotivasikan, sebagaimana
komunikator berkomunikasi dengan komunikan dan bertujuan agar
komunikan mengikuti apa yang diinginkan oleh komunikator.
Dalam buku Rosady Ruslan, tujuan sentral kegiatan komunikasi terdiri atas
empat tujuan utama, yang keempat adalah The goals which the communicator
sought to achieve: bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh
pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut.35 Tujuan ini lebih kepada
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh komunikator.
Setelah kegiatan komunikasi menjadi kegiatan yang memotivasikan,
komunikator pun mencari cara agar tujuan dari motivasi tersebut dapat
tercapai.
B. Strategi Signing, Framing, Priming, dan Faktor Internal-Eksternal
1. Pengertian Strategi Signing
Ibnu Hamad dalam bukunya Komunikasi Sebagai Wacana menjelaskan
Strategi Signing adalah strategi penggunaan tanda-tanda bahasa, baik bahasa
verbal (dalam bentuk kata-kata) maupun nonverbal (dalam bentuk gambar,
grafik, gerakan, dan sebagainya). Dalam pembuatan wacana, sistem tanda
merupakan alat utama dalam proses konstruksi realitas. Proses konstruksi
realitas dimulai ketika seorang konstruktor melakukan objektifikasi terhadap
35
Rosady Ruslan, Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2005), hlm. 37.
suatu kenyataan yakni melakukan persepsi terhadap suatu obyek. Selanjutnya,
hasil dari pemaknaan melalui proses persepsi itu diinternalisasikan kedalam
diri seorang konstruktur. Dalam tahap inilah dilakukan konseptualisasi
terhadap suatu obyek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan
internalisasi atas hasil dari proses permenungan secara internal melalui
pernyataan-pernyataan. Alat membuat pernyataan tersebut tiada lain adalah
kata-kata atau bahasa. Tampak dalam proses ini bahasa menempati peranan
yang sangat sentral. Begitu pentingnya bahasa, maka tidak ada berita, cerita,
ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa.
Secara disadari atau tidak orang-orang menggunakan cara kerja tanda
(sign) secara semiotis. Dilihat dari semiotika (ilmu yang mempelajari sistem
tanda dan makna), setiap tanda itu mempunyai cara kerja selain memiliki
makna masing-masing.36 Dalam semiotika, segala sesuatu yang dapat diamati
atau dibuat dapat diteramati, mengacu pada hal yang dirujuknya, dan dapat
diinterpretasikan, itu semua adalah tanda. Fungsi tanda pertama-tama adalah
alat untuk membangkitkan makna. Itu karena tanda selalu dapat dipersepsi
oleh perasaan dan pikiran. Dengan menggunakan akal sehatnya, seseorang
biasanya menghubungkan sebuah tanda pada rujukannya (reference) untuk
menemukan makna tanda itu. Tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa
penggunaan tanda itu tiada lain karena seseorang memiliki tujuan. Orang
tersebut ingin menyampaikan dan atau mencapai sesuatu dalam menggunakan
tanda.37
36
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, (Jakarta: La Tofi Enterprise, 2010), Cet.
Ke-1, hlm. 53. 37
Ibid, hlm. 58-60.
Menurut Pierce, sebuah tanda ialah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu
yang lain dalam batas-batas tertentu. Tanda akan selalu mengacu ke sesuatu
yang lain, oleh Pierce disebut objek. Mengacu berarti mewakili atau
menggantikan. Tanda baru berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak
penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna
yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya tanda baru dapat berfungsi
sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi.38 Dengan
demikian, sebuah tanda memiliki relasi triadik langsung dengan interpretan
dan objeknya.39
2. Pengertian Strategi Framing
Strategi Framing adalah strategi pemilahan dan pemilihan fakta yang
(tidak) akan dimasukkan kedalam wacana. Penyebabnya, karena fakta yang
terkait dengan realitas sering lebih banyak dibandingkan dengan tempat dan
waktu yang tersedia. Karena itu fakta harus dipilah dan dipilih mana yang
akan dimasukkan kedalam wacana dan mana yang dikeluarkan dari wacana.
Pemilahan dan pemilihan itu dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu
yang digunakan oleh si pembuat wacana, baik faktor internal maupun
eksternal.40
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson tahun
1955. Mulanya, frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat
kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, wacana, serta
38
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), hlm.
11. 39
Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004), hlm. 26. 40
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 62-63.
yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasikan realitas.
Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974,
yang mengandaikan frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of
behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas.
Framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagimana perspektif
atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan
menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan
fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta
hendak dibawa ke mana berita tersebut.41
Salah satu aspek dalam framing adalah memilih fakta atau realitas. Proses
memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat
peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua
kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (exluded).
Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu,
memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek
tertentu, dan melupakan aspek lainnya. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi
atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain.
Dari aspek teknis, di dunia media massa, pemilahan dan pemilihan fakta
dilandasi oleh pertimbangan waktu dan tempat. Media cetak memiliki
keterbatasan-keterbatasan kolom dan halaman; sementara pada media
elektronik terbatas dalam durasi dan jadwal siaran. Karena itu jarang ada
41
Alex Sobur, Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis wacana, Analisis
semiotik, dan Analisis Framing), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. Ke-5, hlm. 161-
162.
media yang mewacanakan peristiwa secara utuh mulai dari detik pertama
kejadian hingga ke detik paling akhir.42
Terdapat dua model realitas media (realitas yang dikonstruksi oleh media)
yakni, model peta analog dan model refleksi realitas. Model peta analog yaitu
model di mana realitas sosial dikonstruksi oleh media berdasarkan sebuah
model analogi sebagaimana suatu realitas itu terjadi secara rasional.
Realitas peta analog adalah suatu konstruksi realitas yang dibangun
berdasarkan konstruksi sosial media massa, seperti sebuah analogi kejadian
yang seharusnya terjadi, bersifat rasional, dan dramatis. Realitas terkonstruksi
itu begitu dahsyat, karena pemberitaan itu Lebih Cepat diterima masyarakat
luas, Lebih Luas jangkauan pemberitaannya, Sebaran Merata, karena media
massa dapat ditangkap oleh masyarakat luas secara merata dan di mana-mana,
Membentuk Opini Massa, karena merangsang masyarakat untuk beropini atas
kejadian tersebut, Massa Cenderung Terkonstruksi, karena masyarakat mudah
terkonstruksi dengan pemberitaan-pemberitaan yang sensitif, bahkan Opini
Masyarakat Cenderung Apriori sehingga mudah menyelahkan berbagai pihak
yang bertangggung jawab atas musibah tersebut, serta Opini Massa
Cenderung Sinis, karena peritiwa bencana amat tragis dan sering terjadi di
Indonesia.
Sedangkan model refleksi realitas yaitu model yang merefleksikan suatu
kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat.43 Sebagaimana penelitian ini,
strategi framing buku tersebut menggunakan model refleksi realitas. Kisah
42
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 63.
43
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet. Ke-1,
hlm. 201-203.
seorang anak yang mengislamkan ribuan orang merupakan realitas yang
terjadi di Tanzania, Afrika Timur. Syarifuddin Khalifah, seorang anak yang
menjadi perantara Allah untuk menunjukkan jalan yang diridhai-Nya kepada
orang-orang di sekitar Syarifuddin. Kemampuannya yang tidak dapat dicerna
oleh akal telah membuat orang-orang meyakini kebesaran Allah dan
mempercayai hanya agama Islam yang benar, serta diridhai oleh Allah SWT.
3. Pengertian Strategi Priming
Strategi Priming adalah strategi mengatur ruang atau waktu untuk
pemublikasian wacana dihadapan khalayak. Dalam praktik media massa,
praktik penonjolan isu ini terlebih dahulu dikenal dengan teori Agenda
Setting. Asumsi teori tersebut adalah perhatian masyarakat terhadap suatu isu
sangat bergantung pada kesediaan media massa memberi tempat pada isu itu.
Semakin besar tempat yang diberikan oleh media massa, semakin besar pula
perhatian yang diberikan oleh khalayak.44
Konsep priming pada dasarnya konsep yang dikembangkan oleh tradisi
cognitive neoassociation. Tradisi dan perspektif psikologi sosial ini berada
dalam lingkaran teori kognitif dalam konteks ilmu komunikasi. Priming
adalah proses di mana media massa berfokus pada sebagian isu dan tidak pada
isu lainnya, dengan demikian mengubah juga standar evaluasi yang digunakan
khalayak untuk menilai realitas sosial yang dihadapinya.45
44
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 70-72. 45
AG. Eka Wenats Wuryanta, “Priming - Framing - Agenda Setting?”,
http://ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agenda-setting.html, diakses pada 25
Februari 2013.
4. Faktor Internal dan Eksternal
Terdapat tiga (3) faktor yang memengaruhi pengolahan bahasa,
pengungkapan fakta, dan pengaturan pemublikasian. Pertama, faktor
innocently yang mencakup kekurangmampuan dan kesalahpahaman. Faktor
tersebut adalah faktor human error. Manusia itu memiliki keterbatasan dalam
menguasai realitas. Seorang konstruktor baik wartawan dan peneliti, belum
tentu bisa mendapatkan fakta mengenai sebuah realitas secara lengkap tanpa
ada yang terlewatkan sedikitpun. Hal ini disebabkan karena
kekurangmampuan konstruktor untuk mengendalikan realitas sepenuhnya.
Selain itu, kerap kali karena kekurangan pengetahuan dan pengalaman
membuat konstruktor salah memahami fakta-fakta tentang suatu realitas.
Kedua, faktor internality terjadi karena ada minat dan kepentingan untuk
memihak pada seseorang atau sekelompok orang. Minat dan kepentingan
mungkin saja ada kaitannya dengan nilai dan norma sosial yang dianut sang
konstruktor. Sebagai pribadi, seorang konstruktor tidak dapat dipungkiri jika
memiliki minat dan kepentingan. Yang jelas, jika kedua aspek ini muncul
dalam pembuatan wacana, maka bahasa, fakta, dan pemublikasian yang dipilih
akan bersifat pembelaan kepada pihak yang mendapatkan simpati; bersifat
memojokkan kepada pihak yang tidak disukai.
Ketiga, faktor externality berupa tekanan dari luar. Dalam komunikasi
antar individu, tekanan itu bisa datang dari lingkungan sekitarnya atau justru
dari kawan atau lawan bicara. Dalam lingkungan yang nyaman, pilihan
bahasa, fakta, dan penyampaian cenderung lebih natural dibandingkan jika di
lingkungannya menekan. Begitu pula dalam menghadapi kawan atau lawan
bicara yang rasional dan argumentatif, pilihan bahasa, fakta, dan penyampaian
akan berbeda kalau menghadapi teman atau lawan bicara yang emosional dan
konfrontatif.
Dalam praktik komunikasi melalui media massa (tepatnya dalam industri
media), faktor eksternal itu berupa pemilik modal, sponsor, dan tuntutan pasar.
Seorang wartawan sebuah media massa (surat kabar, majalah, radio, tv)
misalnya tidak akan memilih bahasa, fakta, dan cara pemublikasian yang
memojokkan si pemilik media tersebut. Ia juga tidak akan sembarang
menyerang pihak yang mensponsori dan pemasang iklan di media tersebut.
Setali tiga uang, ia tidak akan menjelek-jelekkan konsumen media tersebut
karena khalayak juga menjadi elemen penting dalam industri media.
Berkembang atau matinya sebuah media bergantung pada besar kecilnya
sponsor, pengiklan, dan konsumen; disamping kuat lemahnya modal dari
pemilik atau investor.46
46
Ibnu Hamad, Komunikasi Sebagai Wacana, hlm. 73-76.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Mujahidin Nur
1. Riwayat Hidup
Mujahidin Nur atau lebih dikenal dengan Iding adalah seorang penulis
buku inspiratif yang berbakat. Ia lahir di Indramayu, 11 November 1978.
Beliau adalah anak ke-11 dari 12 bersaudara pasangan Alm. H. Nuryadi dan
Almh. Subaechah. Sang ayah pergi saat Iding duduk di bangku Sekolah Dasar
(SD) menginjak MTsN. Sejak kepergiannya, ia pun selalu menuruti apa yang
diinginkan oleh ibunya walaupun harus bertentangan dengan keinginannya.
Ketika Iding menginjakkan kaki di MTsN yang berjarak cukup jauh dari
rumahnya, ia berkeinginan untuk mempunyai sepeda seperti teman-teman
sebayanya. Namun, Iding hanya bisa menumpang dengan teman-temannya
atau menaiki kendaraan umum dikarenakan sang ibu tidak memiliki cukup
uang untuk membelikannya sepeda. Iding pun berinisiatif agar ia mempunyai
uang untuk membeli sepeda, sampai akhirnya beliau bekerja menjadi kuli
kasar, buruh tani, mencabuti rumput di sawah, mengalirkan air ke kebun dan
lahan-lahan pertanian.
Iding termasuk orang yang beruntung. Walaupun ia tidak memiliki ayah,
beliau masih bisa melanjutkan sekolahnya hingga menjadi seorang sarjana
luar negeri. Sejak kuliah, Iding bertekat untuk membiayai diri sendiri dari
hasil keringatnya. Ia pun berdagang tempe, tiket, sampai akhirnya beliau
mendapat beasiswa dari Islamic Brotherhood.
Iding mempunyai pengalaman yang kurang baik dalam perjalanan
kuliahnya. Karena ambisinya yang tidak dapat ditahan, ia pun harus
merasakan kekecewaan yang sangat dalam. Dari kejadian yang menimpa
dirinya, Iding pun pergi ke Tanah Suci untuk melakukan Ibadah Haji dan
Umroh. Ia pergi ke sana dengan biaya yang terbatas, hingga akhirnya beliau
menaik kapal laut selama tiga hari tiga malam.
Di Tanah Suci, Iding banyak merenung akan kehidupan yang telah
dijalaninya. Ia merasa bingung dengan pilihan hatinya. Apakah ia akan
mempertahankan keinginannya dengan mengejar cita-citanya ataukah beliau
harus mencintai apa yang telah dimilikinya.
“Mencintai apa yang telah dimiliki, mencintai apa yang telah Allah
berikan itu lebih baik daripada mengharapkan yang lebih dan merusak yang
telah dijalani”.47
Berangan-angan yang lebih dapat pula menghancurkan kehidupan sendiri,
karena lupa dengan rasa bersyukur atas takdir Allah. Beliau pun mengambil
hikmah dari kejadian yang menimpanya dan bertekat untuk menjadi orang
yang lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Setelah kekecewaan yang Iding rasakan mulai pudar sedikit demi sedikit,
ia pun mendapat kenang-kenangan dari seorang pengusaha asal Meuretania.
Kenang-kenangan yang beliau dapat bukanlah sebuah barang atau pun benda-
benda yang dapat dilihat dengan mata, akan tetapi ia mendapatkan sebuah
nama panggilan yang bermakna bagi pemberinya. Saat itu Iding telah
melakukan ibadah Dhuha di Masjidil Haram. Ketika beliau sedang membaca
al-Qur’an terjemahan Bahasa Perancis, datanglah seorang laki-laki. Ia
47
Wawancara Pribadi, pada 1 Februari 2013 dengan Mujahidin Nur, Penulis Buku Bocah
yang Mengislamkan Ribuan Orang
mengajak Iding berbicara Bahasa Perancis dan memintanya untuk
menjelaskan mengenai sejarah kenabian berkaitan dengan Makkah dan
Madinah. Setelah panjang lebar mendiskusikan hal tersebut, pengusaha itu
pun memangilnya dengan sebutan Nabiel. Sejak itu teman-teman kuliah Iding
memanggilnya Nabiel.
Saat ini Iding bertempat tinggal di Bandung bersama seorang istri dan
kedua buah hatinya. Sang istri adalah seorang Embriologis di RS. Hasan
Sadikin Bandung. Dari pernikahannya, ia dikarunia seorang anak perempuan
dan laki-laki. Putri pertamanya diberi nama Hanna Aulia Melvana yang
berumur 7 tahun. Sedangkan putra keduanya diberi nama Alfian Muhammad
yang berumur 6 tahun. Mereka selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang
dilakukan Iding, hingga ia pun merasa ringan dan senang di setiap
pekerjaannya.
Iding memiliki aktivitas yang cukup padat. Disela-sela kegiatan menulis
dan menjadi peneliti, ia pun aktif di International Conference of Islamic
Scholars (ICIS) yakni sebuah organisasi yang fokus menyelesaikan konflik-
konflik yang terjadi di berbagai negara dunia. Organisasi tersebut dimiliki
oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang bertempat di Matraman.
Beliau telah aktif di ICIS selama 3 tahun.
Selain itu, ia mengkader anak-anak SMA melalui dunia maya untuk
menjadi penulis. Iding mengajarkan mereka pada levelnya masing-masing.
Muridnya pun berasal dari berbagai kota, mulai dari Cirebon, Bandung,
Jombang, Tangerang, dan lain-lain. Itulah yang menjadi alasannya untuk
mengkader anak-anak SMA melalui dunia maya. Iding mengaku tidak dapat
mengkader anak-anak hanya pada satu titik tempat. Paling tidak beliau
mengkader anak-anak di sekolahnya yang biasa disebut writing academy.
Ia bersama anak-anak The London School For Public Relations (LSPR)
Jakarta, mendirikan Melvana For Translating and Publishing Agency yang
bertempat di Duren Sawit, Jakarta Timur. Iding dan kawan-kawan mendirikan
Melvana untuk memayungi para penerjemah, akuisator naskah, dan penulis
pemula. Mereka melakukan akuisasi naskah di Eropa, Amerika, Australia dan
menawarkan naskah tersebut ke publishing-publishing di Jakarta, Kuala
Lumpur, Bandung, tepatnya publishing semua negara. Di samping mengurus
Melvana, beliau juga tercatat sebagai Chief Editor di Aura Pustaka, Jakarta.
2. Latar Belakang Pendidikan
Iding menempuh pendidikan SD dan MTsN di Sliyeg Indramayu.
Sedangkan pendidikan Aliyahnya di MAN Babakan sambil mengaji di
Pondok Pesantren Miftahul Muta’alimin dan Pondok Pesantren Assanusi
Ciwaringin Cirebon. Setelah tamat Aliyah, ia pun melanjutkan ke Perguruan
Tinggi International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan. Beliau
masuk ke Fakultas Ekonomi, Jurusan Ekonomi Islam. Iding sendiri
mempunyai cita-cita menjadi Diploma dengan menekuni Jurusan
Internasional Law. Namun, ia harus mengikuti kemauan sang ibu yang ketika
itu menjadi ibu-ayah untuknya.
Saat terjadi krisis-moneter di Pakistan, Iding pun pindah belajar ke al-
Azhar University, Kairo-Mesir. Di sana ia menekuni Jurusan Islamic Law
yang merupakan keinginan sang ibu. Ibunda Iding berharap agar kelak ia
menjadi seorang Ustadz dan guru ngaji. Beliau pun kurang berminat dan
tertarik untuk belajar di Universitas al-Azhar. Bukan karena keilmuan yang
diajarkan di Universitas tersebut, melainkan karena cita-citanya yang ingin
menjadi seorang Diploma.
Saat di Kairo-Mesir, Iding pun banyak melakukan aktivitas di American
University. Ia masih memimpikan belajar Hubungan Internasional. Di situ
pula beliau mengenal dunia tulis-menulis secara real dalam arti mulai
berinteraksi dengan media massa lokal dan media massa di Indonesia.
Iding sempat meninggalkan al-Azhar dan tidak mengikuti satu semester.
Obsesinya untuk masuk ke Jurusan Internasional Law sangat mantap,
sehingga ia pun mengirim aplikasi ke Catan University di Afrika. Perjuangan
Iding tidak sia-sia karena ia berhasil masuk di Universitas tersebut. Akan
tetapi, Allah belum mengizinkan niatnya untuk belajar di Afrika karena
kepergiannya terhalang oleh biaya. Setelah itu, beliau meninggalkan Afrika
dan pergi ke Arab Saudi untuk melakukan Ibadah Haji dan Umroh sekaligus
merenungkan kehidupan untuk ke depannya. Akhirnya, Iding memutuskan
untuk kembali belajar di al-Azhar. Ia pun menerima segala kehendak Allah
dengan hati yang ikhlas.
“Manusia memang hanya bisa berencana dan memimpikan apa pun yang
ia inginkan, tetapi Allahlah yang menentukan segalanya. Keputusan yang
diambil tanpa dipikirkan dengan matang dapat menggagalkan sesuatu yang
sudah dijalani”.48
Dari kejadian yang menimpanya, beliau berjanji akan menjadi orang yang
lebih bijak dalam memutuskan segala sesuatu. Tahun ke-2 setelah Iding gagal
kuliah di Afrika, ia pun sudah mulai melakukan penulisan-penulisan artikel
48
Wawancara Pribadi
dan opini di berbagai media di Indonesia. Sejak Aliyah, beliau sudah senang
dengan kegiatan tulis-menulis. Iding pun tidak menyadari bahwa ia
mempunyai talenta itu. Beliau sering membuat buletin sekolah dan mading.
Iding sudah lama mencintai dunia sastra. Saat Aliyah, ia pun mengambil
Jurusan Bahasa.
Iding sangat terkesima bila mendengarkan seseorang membaca puisi dan
menarasikan sesuatu dengan baik. Beliau menyadari bahwa keindahan
bahasalah yang menggerakkan hatinya.
“Segala sesuatu, baik itu masalah atau lain hal yang apabila dinarasikan
dengan baik akan mempunyai kesan yang lebih dalam”.49
Ia pun sudah lama mengagumi karya-karya pujangga, seperti Hamka, A.
Nafis, Simatupang, dan lain-lain. Ia sangat gemar membaca novel dan ingin
menjadi novelis. Di setiap karyanya, ia selalu menulis seperti novel. Karya
beliau selanjutnya pun kemungkinan besar adalah novel dan biografi.
3. Karya-karya
Karya-karya Iding sudah banyak diterbitkan di Jakarta dan Kuala Lumpur.
Berikut ini adalah karya-karya beliau:
20 Bidadari Surga diterbitkan oleh Gramedia
Jakarta Selingkuh Club diterbitkan oleh Violet Publishing
The Miracle Of ASI Medina diterbitkan oleh Media Utama
Pelukan Terakhir Ibunda Aminah diterbitkan oleh Ufuk Publishing
Husnudzan Agar Kesedihan Menjadi Kebahagiaan diterbitkan oleh Ufuk
Publishing
49
Wawancara Pribadi
Tanda-tanda Orang Akan Masuk Neraka diterbitkan oleh aura pustaka
Berguru Kepada Setan diterbitkan oleh Ufuk Publishing
Pengalaman Ajaib Para Penyantun Anak Yatim oleh Ufuk Publishing
Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang oleh Ufuk Publishing
Iding telah mendapat beberapa penghargaan di Indonesia, seperti Quraish
Sihab Award untuk karya tulis ilmiah bidang keagamaan dan Syafii Ma’arif
Award untuk karya tulis bertema Hubungan Islam dan Barat.
Karya beliau pun yang berjudul Jakarta Selingkuh Club telah mendapat
apresiasi dari Monash University sebagai literatur sastra modern di Indonesia.
Begitu pula dengan Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang,
mendapat penghargaan sebagai buku terfavorit dan paling laris di Indonesia
pada tahun 2012, The Most Favorite Book (IBF).50
Saat ini Iding sedang menyelesaikan sebuah buku biografi tentang Agnes
Monica. Beliau tertarik pada sosok artis multitalenta ini melalui lagunya yang
berjudul Matahariku. Di sana ia melihat totalitas dan penghayatan yang sangat
dalam. Beliau pun salut dengan anak muda ini, karena ia menyadari bahwa
tidak mudah untuk menjalani suatu hal dengan totalitas sebagaimana yang
dilakukan Agnes. Philosofinya yang bijak dalam memaknai kehidupan dan
pribadinya yang smart, menjadi alasan Iding untuk mengagumi sosok Agnes.
Dream, Believe, and Make It Happen, itulah philosofi yang menginspirasi
banyak orang.
50
Wawancara Pribadi, pada 20 Maret 2013
B. Profil Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang
Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang telah meraih sukses besar
dalam perbukuan Indonesia. Sejak tiga minggu diluncurkan ke pasar, buku ini
banyak diminati dan diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Buku tersebut
mendapat apresiasi yang sangat baik. Itu terbukti dengan menjadi Active Selling
Book versi Gramedia Indonesia, penjualan buku tercepat versi Ufuk Publishing
House, dan dalam dua minggu buku itu sudah memasuki cetakan kedua, serta
telah menjadi buku Best Seller di Gramedia.
Penulisan buku tersebut membutuhkan waktu satu setengah bulan.
Dimulai dari awal bulan sebelum Ramadhan, hingga awal Ramadhan. Apresiasi
masyarakat terhadap buku ini sangat luar biasa. Buku Bocah yang Mengislamkan
Ribuan Orang mendapat predikat National Best Seller, bahkan selang beberapa
bulan kemudian buku tersebut berpredikat menjadi Mega Best Seller.
Inspirasi Iding bermula dari sebuah tayangan TV yakni On The Spot
Trans|7. Ketika itu acara tersebut sedang menayangkan rekaman dari YouTube
mengenai lahirnya anak ajaib di Arusha, Tanzania. Anak yang bernama lengkap
Syarifuddin Khalifah, sebenarnya sudah lama menjadi trending topic hangat di
dunia maya dan membuat jutaan mausia di berbagai penjuru dunia terheran-heran,
bahkan nyaris tidak percaya. Kemampuan yang dimiliki Syarifuddin sangat aneh,
bahkan tidak dapat diterima oleh akal manusia. Hal tersebut membuat banyak
orang yang meragukan mengenai kebenaran berita tentang Syarifuddin Khalifah.
Iding mengaku bahwa ketertarikannya pada bayi tersebut mengalahkan
segalanya. Beliau sangat tertarik dengan kisah Syarifuddin, karena selama ini ia
belum pernah mendengar tentang anak yang mengislamkan orang, bahkan ribuan
orang. Iding pun menyanggupkan diri saat diminta oleh pemimpin redaksi Ufuk
Publishing House lini keagamaan, Syafawi, untuk menulis buku mengenai
Syarifuddin Khalifah. Padahal, beliau pun sedang mempersiapkan dua buah
naskah buku yang penulisannya sudah setengah tahunan.
Besarnya apresiasi masyarakat terhadap Buku Bocah yang Mengislamkan
Ribuan Orang terbukti ketika acara Talk and Book Signing buku tersebut
diselenggarakan. Acara tersebut telah dilakukan di beberapa tempat, seperti di
Gramedia Bintaro pada 6 Oktober 2012, di Gramedia Mall Lippo Karawaci pada
7 Oktober 2012, di Pesantren Miftahul Muta'alimat Babakan Ciwaringin Cirebon
pada 25 Desember 2012, di Auditorium Universitas Pendidikan Indonesia,
Purwakarta, pada 11 Januari 2013, dan di Gramedia Cirebon pada 16 Februari
2013. Pra Talk and Book Signing di Cirebon, Iding pun melakukan Road Show ke
Tiga Radio FM di Cirebon dan wawancara dengan beberapa koran lokal. Salah
satu Boarding School SMP, SMA, dan SMK Ihsanul Fikri, sekolah favorit dan
terkemuka di Pabelan, Magelang, memberikan kehormatan kepada Iding untuk
bertemu dan berdialog dengan siswa-siswinya dalam acara Talk and Book
Signing, pada 10 Maret 2013.
Masyarakat yang hadir pada acara tersebut sangat antusias. Acara Talk and
Book Signing pun berjalan sesuai rencana dan harapan dari banyak pihak,
terutama dari penulis. Saat acara diadakan di Auditorium Universitas Pendidikan
Indonesia, 300 lembar tiket sesuai dengan kapasitas auditorium terjual habis.
Iding sangat bersyukur karena antusias masyarakat tidak berhenti di beberapa kota
saja.
Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang ini memang pantas
mendapatkan apresiasi yang sangat baik dan luar biasa dari masyarakat Indonesia.
Buku tersebut pun akan diterbitkan dan didistribusikan oleh Humaira Book Store
Enterprise, Taman Putra Kajang, Selangor Malaysia, dengan menggunakan
Bahasa Melayu. Malaysia menjadi distributor dan publisher pertama di luar negeri
yang akan menerbitkan dan mendistribusikan buku ini. Iding berharap buku
tersebut dapat diterima di Singapura dan di negara lainnya.51
C. Sinopsis Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang
Afrika Timur tepatnya di Arusha, Tanzania merupakan kota yang menjadi
saksi suatu peristiwa menakjubkan. Di kota tersebut telah lahir bayi laki-laki dari
pasangan Domisia Kimaro dan Francis Fundinkira. Mereka adalah pasangan yang
berasal dari keluarga Katolik. Mereka pun tergolong keluarga yang rajin
beribadah. Kelahiran putra pertamanya telah memberikan mereka anugerah dan
kemuliaan dalam hidup. Anak merekalah yang kelak mengantar mereka mengenal
Islam, membukakan hati mereka akan kebenaran agama Islam, dan berkat anak ini
akhirnya mereka berdua mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Syarifuddin Khalifah, itulah nama anak Domisia dan Francis. Syarifuddin
mempunyai kelebihan yang sangat menakjubkan. Ia dapat menghafal al-Qur’an
dan sholat lima waktu dengan baik, tanpa belajar dan tanpa diajari saat berumur
1,5 tahun. Sedangkan saat berumur 5 tahun, Syarifuddin dapat berbicara dengan
lima bahasa asing dan telah mengislamkan ribuan orang termasuk mengislamkan
kedua orang tuanya. Kemampuan yang dimilikinya memang tidak dapat diterima
51
Wawancara Pribadi
oleh akal manusia begitu saja, tetapi ingatlah Allah Maha Kuasa, apa pun yang
dikehendaki-Nya akan terjadi.
Selang beberapa hari dari kelahiran Syarifuddin, kedua orang tuanya
menginginkan anaknya dibaptis karena mereka memahami bahwa itu salah satu
perkara penting yang harus secepatnya dilakukan sesudah anak mereka lahir.
Orang-orang Kristiani meyakini bahwa pembaptisan merupakan proses
melahirkan kembali anak-anak karena mereka terlahir dengan dinodai oleh dosa-
dosa asal supaya dibebaskan dari kekuasaan kegelapan dan dimasukkan ke dalam
kerajaan kebebasan anak-anak Allah.
Sesudah langkah kaki Domisia dan Francis terayun jauh meninggalkan
rumah dan hanya berjarak selangkah lagi, mereka seakan mendengar suara yang
mengagetkan telinganya. Ternyata itu adalah suara bayi kecil mereka. Domisia
dan Francis sama sekali tidak percaya dengan kemampuan anaknya yang
mengatakan, Ibu tolong jangan baptis saya, saya adalah orang beriman kepada
Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW. Mereka pun gemetar dan saling
memandang dalam kebingungan. Akhirnya, mereka kembali ke rumah dan tidak
jadi membaptis anak mereka.
Hal yang aneh lagi dirasakan oleh Domisia dan Francis. Ketika bayi-bayi
seumuran Syarifuddin sedang senang-senangnya menyususi, bayi kecilnya malah
melarang Domisia untuk menyusuinya. Umur dua bulan Syarifuddin menolak ASI
yang diberikan oleh ibunya. Ia hanya menyusu dari susu formula. Hanya Allah
yang lebih mengetahui makna hal tersebut.
Tidak semua kejadian harus dimaknai dengan rasionalitas manusia. Akal
manusia tidak sebanding dengan kekuasaan Allah. Manusia hanya dapat
mengambil hikmah dari setiap kejadian yang terjadi. Saat Syarifuddin berumur
empat bulan, ia mengucapkan kalimat yang berasal dari al-Qur’an. Kalimat itu
terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 54, yaitu:
Mulut mungilnya melafalkan ayat al-Qur’an yang bermaksud mengajak
orang yang mendengarnya, khususnya orang tua Syarifuddin untuk bertaubat
kepada Allah. Awalnya, Domisia dan Francis merasa bingung akan kondisi
Syarifuddin. Tetangga bahkan pastur pun mengira ia kerasukan setan dan tidak
ada yang dapat mengerti apa yang diucapkan Syarifuddin.
Apa yang dialami oleh anak Domisia dan Francis rupanya menjadi bahan
pembicaraan di area sekitar rumah mereka. Sampai-sampai berita tersebut
terdengar oleh Abou Ayub yang merupakan seorang muslim yang tinggal di
wilayah tersebut. Ayub pun penasaran dan mencoba ingin membantu keluarga
Syarifuddin. Setelah Ayub mendengar sendiri apa yang dikatakan Syarifuddin, ia
pun terdiam seribu bahasa, bacaan Syarifuddin begitu fasih dan tartil, Ayub pun
menjatuhkan dirinya untuk bersujud mensyukuri keagungan Allah SWT.
Beberapa saat lamanya, Ayub mengatakan kepada Domisia dan Francis
bahwa sebenarnya Syarifuddin tidak kerasukan setan, ia hanya mengajak kalian
untuk bertaubat. Mereka pun kaget dan bingung apa yang harus mereka lakukan.
Setelah keduanya memikirkan matang-matang, mereka pun mendapat hidayah
dari Allah. Domisia dan Francis mendatangi Ayub dan mengatakan bahwa mereka
ingin memeluk agama Islam. Ayub pun merasa terharu yang meledak-ledak di
dalam rongga dadanya. Ia memandang Francis dengan binar-binar kebahagiaan.
Ayub mengajak mereka menuju masjid terdekat. Sesudah jama’ah dzuhur
selesai, Imam Masjid, Ustadz Nur Ismaeel, menceritakan keinginan Domisia dan
Francis untuk masuk Islam. Beliau pun memberikan tausiyah berkaitan dengan
keutamaan orang-orang yang masuk Islam, serta keharusan umat Islam untuk
membantu dan menjaga keimanannya lahir-batin. Setelah itu digelarlah prosesi
pembacaan syahadat untuk keduanya.
Syarifuddin Khalifah, sebuah nama indah yang akan senantiasa domisia
dan francis kenang, bukan hanya ketika mereka menjalani kehidupan di dunia ini,
namun juga sampai akhirat nanti. Begitulah kuasa Allah pada hamba-hamba-Nya.
Dia Maha berkehendak dan Maha menjadikan segala kehendaknya. Apa yang
terjadi dengan Syarifuddin Khalifah sungguh sangatlah berbeda, sebagian orang
meyakini bahwa ilmu yang dimiliki oleh Syarifuddin adalah ilmu laduni.
Hampir di setiap Syekh Syarifuddin berceramah, puluhan bahkan
terkadang ratusan orang masuk Islam saat itu juga. Betapa sayangnya Allah
dengan anak ini, sehingga kehidupannya mampu memberikan ribuan hidayah bagi
orang lain di sekitarnya. Kemampuannya yang susah dicerna oleh akal inilah
membuat Syekh Syarifuddin dihujani pertanyaan oleh orang-orang Kristen yang
meyakini bahwa dia adalah Yesus.
Syarifuddin dapat menghafal al-Qur’an, Injil, dan Hadits-hadits Rasulullah
yang membuat ceramahnya sangat kuat sekali memengaruhi audiensnya. Ia pun
sering dihujani pertanyaan seperti, Are you Jesus? No, I’m not Jesus, I’m created
by God. The same God who created Jesus!
Hidayah adalah sesuatu yang nilainya melebihi segala yang ada di langit
dan di bumi Allah SWT. Hidayah yang keindahannya mampu mewarnai
kehidupan manusia di seluruh aspek kehidupannya. Beruntunglah bagi orang-
orang yang mendapat hidayah dari Allah. Bersyukur dan jagalah hidayah tersebut,
karena hidayah adalah harta termahal dalam kehidupan manusia.52
52
Mujahidin Nur, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, hlm. 23-114.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Strategi Signing, Framing, dan Priming Mujahidin Nur dalam Menyusun
Kisah Pendakwah Syekh Syarifuddin Khalifah
Strategi komunikasi memang diperlukan dalam proses komunikasi, karena
berhasil tidaknya kegiatan komunikasi secara efektif banyak ditentukan oleh
strategi komunikasi. Strategi signing, framing, dan priming merupakan strategi
yang saling terkait. Karena tanda bahasa yang dipergunakan dipengaruhi oleh
fakta yang akan diungkapkan, serta tempat pemublikasian dihadapan khalayak.
Begitu pula dengan hal yang sebaliknya, fakta yang akan diungkap serta tempat
pemuatan akan menentukan tanda bahasa yang dipergunakan. Lihat tabel di
belakang.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa strategi signing/ pesan verbal
(kata-kata) yang digunakan Mujahidin mengandung makna positif (mengajak
kebaikan). Rangkaian kata-katanya menjadi kalimat informatif dan sugestif untuk
perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan cara pandang yang hanya
berpegang teguh pada rasionalitas semata. Karena tidak semua kejadian yang
terjadi di dunia ini harus dipahami oleh rasionalitas manusia. Ada kekuasaan
Allah yang tidak bisa dijangkau oleh logika manusia.
Ia menggunakan ayat-ayat al-Qur’an untuk menguatkan narasinya dan
memilih bahasa yang populer/ populis di semua kalangan agar apa yang
disampaikannya dapat dipahami dengan baik dan benar. Dalam menyusun kisah
ini, Mujahidin dapat dikatakan berhasil membawa imajinasi pembaca mengenai
keadaan di Tanzania beserta keajaibannya. Walaupun penulis masih kekurangan
data, tetapi ia mampu menggambarkannya dengan baik.
Dari kelebihan-kelebihan yang peneliti temukan dalam buku ini, ada
sedikit bahasan yang belum peneliti pahami mengenai arti dari ayat al-Qur’an
surat al-Baqarah: 54.
Artinya: Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai
kaumku, Sesungguhnya kamu telah Menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah
menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang
menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu53
. hal itu adalah lebih baik bagimu pada
sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu.
Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Sebagian dari ayat tersebut adalah ayat pertama yang dibacakan oleh
Syarifuddin ketika berumur 4 bulan. Yang masih jadi pertanyaan adalah arti yang
penulis tuliskan tidak lengap karena ada yang terpotong. Mungkin itu adalah cara
agar pembaca mudah memahami maksud ayat tersebut, tetapi bila arti dari ayat al-
Qur’an dipotong seperti itu apakah mananya tidak berbeda. Ayat al-Qur’an
memang tidak diartikan secara sempit tetapi dalam mengartian ayat tersebut ada
batasan-batasan tertentu yang harus diperhatikan.
Untuk strategi framing, salah satu aspek dalam framing adalah memilih
fakta atau realitas. Model realitas media terbagi menjadi dua. Salah satunya
adalah model refleksi realitas. Model tersebut adalah model yang merefleksikan
53
Membunuh dirimu ada yang mengartikan: orang-orang yang tidak menyembah anak
lembu itu membunuh orang yang menyembahnya. Adapula yang mengartikan: orang yang
menyembah patung anak lembu itu saling bunuh-membunuh, dan apa pula yang mengartikan:
mereka disuruh membunuh diri mereka masing-masing untuk bertaubat.
suatu kehidupan yang terjadi di dalam masyarakat. Seperti buku Bocah yang
Mengislamkan Ribuan Orang. Buku tersebut merupakan kisah nyata yang terjadi
di Arusha Tanzania, Afrika Timur.
Mujahidin memilih fakta yang positif (baik) dan memberi inspirasi kepada
pembaca. Ia mengungkapkan fakta-fakta yang dapat dikatakan sangat
menakjubkan, hingga pembaca pun merasa tertarik untuk mengetahuinya lebih
dalam. Berdasarkan fakta-fakta yang diungkap beliau, peneliti mengartikan bahwa
ada tujuan dalam penulisan kisah ini, yaitu untuk menggerakkan hati masyarakat
akan kebenaran agama Islam.
Untuk strategi priming, Mujahidin meletakan wacana utama di depan
halaman, tempat yang mudah dilihat oleh pembaca. Itu merupakan cara agar
pembaca tidak jenuh dan bosan. Ahmad Syafawi juga membenarkan;
“Itu namanya take line bab, kesimpulan dari babnya. Kalimat yang
menariklah yang diambil. Kalau baca buku semuanya text kan bosan, ini salah
satu cara agar pembaca tidak bosan. Cara ini juga untuk membuat buku lebih
menarik”.54
B. Menghadapi Faktor Innocently, Internality, dan Externality
Faktor innocently, internality, dan externality merupakan faktor yang
memengaruhi seseorang dalam membuat strategi signing, framing, dan priming.
Sebelum konstruktor mengatur ketiga strategi tersebut, ia mempertimbangkan
dahulu faktor innocently, internality, dan externality guna menciptakan efek
tertentu ditengah khalayaknya.
Faktor innocently adalah faktor human error atau kekurangmampuan
manusia untuk mengendalikan realitas sepenuhnya. Manusia itu memiliki
54
Wawancara Pribadi, pada 14 Mei 2013 dengan Ahmad Syafawi, Pemimpin Redaksi PT
Ufuk Publishing House Lini Keagamaan
keterbatasan dalam menguasai realitas. Setiap konstruktor pun belum tentu bisa
mendapatkan fakta mengenai sebuah realitas secara lengkap tanpa ada yang
terlewatkan.
Dalam menyusun kisah Syarifuddin ini, Mujahidin merasa kurang puas
atas data yang telah diperolehnya. Faktor keterbatasan dalam menguasai realitas
memang murni kekurangannya sebagai manusia, untuk kisah ini tentu sangat
berbeda. Sumber data yang sedikit serta jauhnya jarak antara Indonesia dan
Tanzania menambah keterbatasan Mujahidin untuk menguasai realitas.
“Dari berbagai macam cara pencarian sumber berkaitan dengan bocah
ini, sejujurnya saya masih menemukan banyak ketidakpuasan. Saya
menganggap minimnya sumber berkaitan dengan bocah ini, sulitnya
melakukan wawancara, dan lain-lain adalah tantangan yang harus saya lewati
dengan baik”.55
Ketidakpuasan beliau dikarenakan sumber data yang berkaitan dengan
kisah ini tidak banyak. Ia mendapatkan data dari menerjemahkan semua sumber
Youtube berkaitan dengan kisah Syarifuddin dan melakukan wawancara dengan
mahasiswa di Tanzania melalui dunia maya, ditambah sulitnya proses wawancara
karena terkendala oleh beberapa sebab di antaranya; perbedaan bahasa, waktu,
dan lain-lain.
Untuk menghilangkan rasa kekurangpuasannya, Mujahidin berusaha agar
dapat pergi ke Tanzania dan mewawancarai bocah itu secara langsung. Ia pun
ingin menghadirkan Syarifuddin ke Indonesia, karena itu merupakan cara agar
masyarakat Indonesia khususnya orang-orang yang belum/percaya dengan kisah
ini dapat mempercayainya dan dapat memaknai secara mendalam atas kebesaran
dan kekuasaan Allah SWT. Seperti ungkapan penulis dalam bukunya;
55
Mujahidin Nur, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang, hlm. 19-20.
“Idealnya, saya mampu menghadirkan figur bocah ini dalam gambaran
hidup yang detail dan utuh, sehingga pembaca yang budiman mampu untuk
mencercap setiap fase kehidupan bocah ini dengan seksama dan mampu
memaknainya secara mendalam dengan bersandarkan pada hati yang
mensyukuri setiap keagungan dan tanda-tanda kebenaran agama Allah
SWT”.56
Menghadapi faktor innocently yang merupakan faktor murni keterbatasan
manusia, Mujahidin hanya bisa memaksimalkan waktu untuk memperoleh data
tentang kisah ini. Ini membuktikan bahwa ia tidak putus semangat dan harapan
untuk menyelesaikan penulisannya.
Dalam penulisan buku tersebut, Mujahidin menemukan sebagian orang
yang meragukan kisah Syarifuddin. Ia juga tidak menyalahkan mereka, karena
kisah tersebut memang kisah yang sulit untuk dipahami oleh akal sehat manusia.
Beliau mempunyai niat yang sangat besar untuk memperbaiki bukunya agar lebih
baik, detail, dan lengkap. Walaupun buku ini terbilang cukup sukses, namun
hasrat untuk meyakinkan masyarakat akan kebenaran agama Islam membuatnya
tidak berhenti begitu saja.
Faktor internality terjadi karena ada minat dan kepentingan untuk
memihak pada seseorang atau sekelompok orang. Semua orang pasti mempunyai
minat dan kepentingan pribadi. Minat dan kepentingan penulis tidak untuk
memihak siapa pun. Tekad Mujahidin yang ingin memberikan informasi kepada
masyarakat tentang keajaiban ini disertai harapan semoga Allah memberikan
kekuatan pada buku sederhananya agar bisa menjadi hidayah bagi saudara-
saudara di Indonesia akan kebenaran agama yang diridhai oleh Allah SWT.
Kisah unik seperti ini merupakan kisah yang sangat disenangi oleh
masyarakat khususnya umat muslim. Kemungkinan besar ada kepentingan untuk
56
Ibid, hlm. 20.
mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil penjualan buku. Hal itu pun tidak
dibantah oleh salah satu pihak penerbit yang menangani buku tersebut;
“Memang pikiran seperti itu ada. Saya berpikir kisah seperti ini akan
laris, tetapi tidak sampai selaris ini. Tidak ada di penerbit yang seperti ini”.57
Memang tidak ada yang bisa menduga mengenai larisnya penjualan buku.
Mungkin ini cara Allah agar semua orang mengetahui kisah tersebut. Kisah ajaib
ini membawa keajaiban pada bukunya. Allah sudah mengatur dan mempunyai
rencana indah yang tidak dapat ditebak oleh manusia.
Faktor externality berupa tekanan dari luar/ lingkungan sekitar.
Lingkungan yang nyaman dapat memengaruhi pilihan bahasa, fakta, dan
penyampaian seseorang yang cenderung lebih natural. Dalam menyusun kisah ini,
tidak ada tekanan atau paksaan dari siapa pun. Lingkungan sekitar sangat
mendukung Mujahidin untuk menyelesaikan tulisannya.
“Pihak PT Ufuk Publishing sangat membantu saya dalam mencari
informasi tentang Syarifuddin. Mereka membantu saya mencarikan link-nya.
Mereka juga membantu saya untuk bertemu dengan Syarifuddin”.58
Mereka mendorong semangat beliau untuk menyelesaikan tulisan ini. Ia
merasa sangat senang bisa menyusun kisah inspiratif iman ini, walaupun sempat
merasa tidak mampu untuk meneruskannya. Dorongan dari orang-orang
terdekatlah yang sangat membantunya hingga selesailah tulisan ini.
Faktor ini memang dapat memengaruhi strategi untuk mengkonstruksikan
suatu realitas. Mujahidin menyadari bahwa keberhasilan tulisan ini tidak terlepas
dari orang-orang di luar dirinya. Rasa nyaman, aman, senang, dan mensyukuri
dalam menulis kisah ini yang menyebabkan pula buku ini mendapat apresiasi
yang baik dari masyarakat Indonesia.
57
Wawancara Pribadi dengan Ahmad Syafawi 58
Wawancara Pribadi dengan Mujahidin Nur
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian strategi komunikasi Mujahidin Nur
dalam menyusun kisah Syarifuddin Khalifah, peneliti menyimpulkan bahwa:
Keterkaitan antara strategi signing, framing, dan priming sangat erat.
Faktor internal dan eksternal terbukti dapat memengaruhi ketiganya.
Faktor innocently memengaruhi penggunaan bahasa, pengungkapan fakta,
dan tempat pemublikasian yang diulang-ulang oleh penulis.
Faktor internality memengaruhi penggunaan bahasa yang Islami, populer,
dan mudah untuk dipahami oleh semua orang. Penulis memilih fakta yang
memberikan inspirasi kepada pembaca dengan meyakinkan mereka akan
kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.
Faktor externality memengaruhi penggunaan bahasa, pengungkapan fakta,
dan tempat pemublikasian yang cenderung natural.
B. Saran
Dalam menulis kisah inspiratif diperlukan strategi komunikasi yang tepat
dalam menyusun kisah tersebut, agar para pembaca tidak merasa jenuh, bosan,
dan dapat memahami isi pesannya dengan benar. Pengemasan yang menarik dan
potongan ayat-ayat al-Qur’an terbukti menjadi pendukung yang kuat dalam
meyakinkan pembaca akan isi pesannya. Berdasarkan hasil dari penelitian ini,
peneliti menyarankan:
1. Untuk Mujahidin Nur, agar lebih baik lagi dalam membuat strategi untuk
mengajak kebaikan dan lebih teliti dalam menyederhanakan bahasa al-
Qur’an.
2. Untuk mahasiswa, agar lebih memahami bahwa tidak semua kejadian yang
terjadi di dunia ini harus dimaknai dengan rasionalitas kita sebagai
manusia. Ada kekuasaan Allah yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan
manusia. Dan adanya penelitian ini diharapkan penelitian selanjutnya
menggunakan pendekatan yang berbeda agar dapat memperluas dan
menambah keilmuan.
3. Untuk masyarakat umum, janganlah menjadi golongan orang-orang yang
menuhankan teknologi semata. Yakinlah akan kebesaran dan kekuasaan
Allah, karena tidak satu pun dari peristiwa yang terjadi di dunia ini tanpa
tujuan.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. Semiotika Visual. Yogyakarta: Penerbit Buku Baik, 2004.
Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana, 2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
-------------, Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004.
Hamad, Ibnu. Komunikasi Sebagai Wacana. Jakarta: La Tofi Enterprise, 2010.
Kriyanto, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2007.
Liliweri, Alo. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana, 2011.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2007.
Nasuhi, Hamid, dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi). Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda, 2007.
Nur, Mujahidin. Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang. Jakarta: PT Ufuk
Publishing House, 2012.
Oliver, Sandra. Strategi Public Relations. Jakarta: Erlangga, 2007.
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007.
Ruslan, Rosady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media (Suatu Pengantar Untuk Analisis wacana,
Analisis semiotik, dan Analisis Framing). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009.
Supratikno, Hendrawan, dkk. Advanced Strategic Management. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Terry, George R. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Tim Reality. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality Publisher,
2008.
Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra, 2008.
Widjaja, H.A.W. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2008.
Internet
AG. Eka Wenats Wuryanta, “Priming - Framing - Agenda Setting?”,
http://ekawenats.blogspot.com/2006/12/priming-framing-agenda-
setting.html, diakses pada 25 Februari 2013.
LAMPIRAN
Tabel 2: Hasil Analisis Strategi Signing, Framing, dan Priming
No. Hlm Signing Framing Priming
1
4 Dialah arsitek Maha
Agung. Ia mampu
menjadikan apa pun
sesuai dengan
kehendak-Nya.
Andai Ia
menginginkan
sesuatu terjadi, maka
Ia cukup
mengatakan
terjadilah!
Syarifuddin Khalifah
adalah salah satu
bukti kebesaran-Nya
Syarifuddin
Khalifah
merupakan
anak dari
keluarga
nonmuslim
yang sudah
mengerti dan
mengerjakan
ajaran Islam di
usianya yang
masih sangat
kecil
Di bagian atas agak ke
tengah (take line bab)
2
Maka bertaubatlah
kepada Tuhan yang
menjadikanmu,
maka Allah akan
menerima taubatmu.
Sesungguhnya
Dialah yang maha
penerima taubat lagi
maha penyayang
Kalimat yang
diucapkan
Syarifuddin
Khalifah ketika
berumur 4
bulan
Di bagian tengah
setelah judul dan
sebelum masuk
pembahasan
3 23-27 Arusha, Tanzania,
saksi sebuah
keajaiban yang
langka dan
menakjubkan
Afrika Timur Bab 1, paragrap 10, baris
ke-7
4 28-33 Anak menakjubkan
inilah yang kelak
nantinya
mengantarkan
mereka mengenal
Islam, membukakan
hati mereka akan
kebenaran agama
Islam
Domisia
Kimaro dan
Francis
Fundinkira
anugerah dan
kemuliaan
mengenal Islam
berkat anak
mereka, hingga
akhirnya
mereka masuk
Islam
Di bagian atas agak ke
tengah dan di bab 2,
paragrap 7, baris ke-6
5 Kelahiran dalam
kehidupan adalah
sebuah misteri besar
Misteri pada
jenis kelamin
bayi, pada
keadaannya
yang normal
atau tidaknya,
dan pada ibu
yang
melahirkannya
apakah selamat
atau tidak
Bab 2, paragrap 1, baris
ke-1
6 Kelahiran itu penuh
keberkahan
Kehidupan
manusia
bermula dari
kelahiran.
Dalam
kehidupan
(suka-duka)
yang dirasakan,
semua adalah
berkah
Paragrap 4, baris ke-1
7 34-40 Di tengah
dominannya nuansa
keagamaan
penduduk Kristen
Katolik di Arusha,
Allah SWT
menurunkan
mukjizat atau tanda-
tanda kebenaran
agama Islam dengan
lahirnya seorang
bayi yang benar-
benar ajaib dan
mempunyai
kemampuan yang
tidak masuk akal
Syarifuddin
bagaikan
perantara untuk
orang-orang di
sekitarnya agar
memeluk
agama Islam
Di bagian atas agak ke
tengah dan di bab 3,
paragrap 3, baris ke-1
8 Bayi itu terlahir dari
sebuah keluarga
Kristen Katolik yang
taat
Domisia
Kimaro dan
Francis
Fundinkira, dua
penganut
Kristen Katolik
adalah orang
tua kandung
Syarifuddin
Khalifah
Bab 3, paragrap 3, baris
ke-6
9 Kelahirannya
menjadi pertanda
akan kebesaran
Allah SWT dan
kebenaran agama
Islam
Seorang anak
kecil yang
mempunyai
kemampuan
menakjubkan,
banyak
keajaiban-
keajaiban yang
keluar dari
mulut kecilnya
Paragrap 7, baris ke-8
10 Mungkin ini adalah
cara Allah untuk
menunjukkan
kebenaran agama
Islam, Ia memberi
peringatan melalui
anak ajaib yang
terlahir dari
kalangan mereka
sendiri agar mereka
mengetahui, sadar,
dan meyakini
kebenaran agama
Allah SWT
Anak ajaib yang
berasal dari
keluarga
nonmuslim
mampu
mengajak
orang-orang
nonmuslim di
sekitarnya untuk
memeluk agama
Islam
Paragrap 9, baris ke-10
11 Hanya hati
nonmuslim yang
terbuka dan mereka
yang mempunyai
keikhlasanlah yang
bisa menerima
kebenaran ini untuk
kemudian mampu
mengambil
hikmahnya.
Tidak akan
mempunyai
manfaat apa-apa
bagi orang-
orang
nonmusim
andai mereka
tetap sombong
dengan
kebenaran-
kebenaran yang
Allah tunjukkan
Paragrap 10, baris ke-1
12 41-44 Pembaptisan
(Kristiani): identitas
berkaitan dengan
kematian Kristus,
penguburannya, dan
kebangkitannya dari
kematian
Pemahaman
umat Kristiani
mengenai
pembaptisan
yang harus
dilakukan
kepada seorang
anak yang baru
lahir
Bab 4, paragrap 3, baris
ke-4
13 Ibu tolong jangan
baptis saya, saya
adalah orang
beriman kepada
Allah SWT dan
Rasul-Nya
Muhammad SAW
Ucapan
Syarifuddin saat
orang tuanya
ingin
mengajaknya ke
gereja untuk
dibaptiskan
Paragrap 9, baris ke-2
14 45-47 Ketika bayi-bayi
seumurannya sedang
senang-senangnya
menyususi, namun
bayi kecilnya malah
melarang dia untuk
menyusuinya
Umur dua bulan
Syarifuddin
melarang
ibunya untuk
menyusuinya
Bab 5, paragrap 6, baris
ke-2
15 48-55 Anak kecil dari
Tanzania ini sudah
mampu menghafal
al-Qur’an dan Bible
tanpa belajar dan
diajari sama sekali
Kemampuan
Syarifuddin
itulah yang
meyakinkan
orang-orang
Kristen untuk
masuk Islam
di bagian atas agak ke
tengah dan di bab 6,
paragrap 10, baris ke-6
16 Tidak semua yang
terjadi harus
dimaknai dengan
rasionalitas manusia
Syarifuddin
merupakan
bukti kebesaran
Allah.
Kemampuan
yang dimiliki
Syarifuddin
memang sulit
diterima oleh
akal manusia
Bab 6, 72aragraph 3,
baris ke-1
17 Tak satu pun dari
peristiwa yang
terjadi dan tak satu
pun dari hukum
yang berlaku di
dalam semesta ini
yang sia-sia atau pun
tanpa tujuan. Jadi,
masuk akalkah
orang yang
menanyakan semua
keajaiban Allah
berdasarkan logika
semata seakan-akan
pada kebesaran
dan kekuasaan-Nya
itu terdapat kesia-
siaan atau
kemustahilan
Semua kejadian
yang terjadi di
dunia ini pasti ada
hikmahnya,
karena Allah
SWT yang lebih
mengetahui
tentang hamba-
hamba-Nya
Paragrap 4, baris
ke-4
18 Akal manusia tidak
akan mampu
menjangkau
berbagai keajaiban
yang ada pada anak
ini. Hanya hatilah
yang mampu
menjangkau dan
meyakini bahwa
tidak ada sesuatu
yang tidak mungkin
bagi Allah untuk
menunjukkan
kebesaran-Nya di
muka bumi ini
Kemampuan yang
dimiliki
Syarifuddin tidak
akan bisa
dipercaya bila
hanya
mengandalkan
rasionalitas
semata. Bukalah
hati, Allah maha
segalanya, Ia
Maha Kuasa atas
segalanya
Paragrap 9, baris
ke-7
19 Apabila kita
melihatnya dalam
sudut pandang
keimanan, sungguh
itu sesuatu yang
sangat mungkin,
sejatinya semakin
mempertebal
keyakinan dan
keimanan kita
kepada Allah SWT
Allah telah
menunjukkan
kuasa dan
keagungan-Nya
melalui
Syarifuddin
Paragrap 10, baris
ke-10
20 56-61 Papa, lihat apa yang
terjadi dengan anak
kita. Dia bisa bicara
dan mengucapkan
bahasa yang aneh!
Itulah yang
diucapkan ibu
kandung
Syarifuddin
ketika ia
mendengar suara
anaknya yang
melafalkan ayat
al-Qur’an
21 Mulut anaknya
bergerak-gerak pelan
dan tenang sambil
mengucapkan
kalimat,
Syarifuddin
melafalkan Surat
al-Baqarah: 54,
yang bermakna
menyuruh
manusia untuk
bertaubat kepada
Allah
Bab 7, paragrap
10, baris ke-5
22 62-70 Pastur! Tolong anak
saya kerasukan
setan. Doakanlah
anak saya pastur,
tolonglah!
Saking takutnya,
Domisia meminta
bantuan pastur
untuk
menyembuhkan
Syarifuddin
23 Mulut mungilnya
masih melafalkan
sesuatu yang aneh
dan tidak bisa
dipahami (ayat al-
Qur’an)
Kedua orang tua
dan tetangga
Syarifuddin tidak
dapat memahami
Bahasa Arab
Bab 8, paragrap 3,
baris ke-7
24 Anak kalian tidak
kerasukan setan, ia
mengajak kalian
untuk bertaubat
kepada Allah
Ketika
Syarifuddin
melafalkan ayat
al-Qur’an yang
tidak dipahami
oleh kedua orang
tua dan
tetangganya
Paragrap 12, baris
ke-1
25 71-79 Manusia adalah
manusia terlepas
dari keyakinan apa
pun yang dia pegang
sejak lahir, andai
hidayah dari Allah
telah datang,
manusia tidak akan
mampu untuk
menolak karunia
indah itu
Kedua orang tua
Syarifuddin
dengan tulus hati
meninggalkan
agama Katolik
yang telah lama
diyakininya.
Mereka pun
termasuk orang
yang paling taat
beribadah
Bab 9, paragrap 3,
baris ke-1
26 Aku akan datang
anakku. Aku akan
memenuhi
panggilan-Nya dan
akan bersabar
menghadapi apapun
cobaan kehidupan ke
depan karena-Nya
Perkataan Francis
setelah mendapat
hidayah dari
Allah untuk
memeluk agama
Islam
Bab 9, paragrap
17, baris ke-8
27 80-83 Kebenaran pasti
akan mendekatkan
orang dengan
kebahagiaan dan
ketenangan
Kebenaran akan
selalu membuat hati
siapa pun merasa
tenang
Bab 10, paragrap
1, baris ke-9
28 Sekhe tunataka
kuukumbatia uislam
(Ustaz, kami ingin
memeluk agama
Islam)
Kedua orang tua
Syarifuddin
menemui ayub
untuk
mengutarakan
niatnya
Paragrap 3, baris
ke-1
29 84-88 Sebuah nama indah
yang akan senantiasa
ia kenang, bukan
hanya ketika mereka
menjalani kehidupan
di dunia ini, namun
juga sampai akhirat
nanti
Syarifuddin
Khalifah
Di bagian atas
agak ke tengah dan
di bab 11, paragrap
7, baris ke-8
30 Nama Syarifuddin
Khalifah mewakili
makna kemanusiaan
dan ke-Tuhanan
Syarifuddin
mewakili makna
sebagai pertanda
kemuliaan dan
kebenaran agama
Allah. Khalifah,
dengan harapan
anak ini dapat
membantu umat
di dunia dalam
menyelesaikan
masalah
keagamaan
Bab 11, paragrap
7, baris ke-7
31 89-92 Seorang anak yang
masih berumur 1,5
tahun sudah mampu
mengerjakan shalat
lima waktu dengan
baik, tanpa belajar
dan tanpa diajari
Dalam ilmu
pendidikan, anak-
anak
seumurannya
adalah peniru
yang baik.
Kemampuan yang
dimiliki
Syarifuddin
seharusnya
didapat karena ia
mencontoh atau
diajari
Bab 12, paragrap
7, baris ke-6
32 Begitulah kuasa
Allah pada hamba-
hamba-Nya, Dia
Maha berkehendak
dan Maha
menjadikan segala
kehendaknya
Hamba-Nya pun
yang terlahir dari
keluarga non
Muslim mampu
menjalankan
perintah Allah
Bab 12, paragrap
9, baris ke-1
33 93-99 Berbagai anugerah
keajaiban yang
dimilikinya juga
menunjukkan tanda-
tanda kebesaran
Allah untuk umat
Islam agar keimanan
mereka makin teguh
kepada Allah SWT
Semua kelebihan
yang dimiliki
Syarifuddin
adalah tanda
kebesaran Allah
SWT
Bab 13, paragrap
1, baris ke-7
34 Tanpa pernah belajar
al-Qur’an atau
dilatih menghafal
al-Qur’an tepat
ketika umurnya 1,5
tahun anak ini sudah
mampu menghafal
bahkan mampu
menghafal Injil
dengan baik
Kemampuan yang
dimiliki
Syarifuddin yang
susah dicerna
oleh akal manusia
Bab 13, paragrap
8, baris ke-6
35 Apa yang terjadi
dengan Syarifuddin
Khalifah sungguh
sangatlah berbeda,
sebagian orang
meyakini bahwa
ilmu yang dimiliki
oleh Syarifuddin
Khalifah adalah ilmu
laduni
Berbeda dengan
kisah Muhammad
Hussein Tabtaba’i
yang telah hafal
al-Qur’an dan
memahami
maknanya ketika
berumur 5 tahun.
Hussein berasal
dari keluarga
beragama Islam.
Selama hamil
ibunda Hussein
senantiasa
membaca al-
Qur’an minimal
satu juz dalam
sehari
Bab 13, paragrap
9, baris ke-7
36 100-106 Hari itu di Kenya,
Syekh Syarifuddin
datang dengan
pengawalan sangat
ketat layaknya
pengawalan seorang
presiden atau tokoh
besar berkaliber
dunia
Ketika
Syarifuddin
datang ke Kenya
untuk berceramah
Di bagian atas
agak ke tengah
37 Hampir di setiap
Syekh Syarifuddin
berceramah, puluhan
bahkan terkadang
ratusan orang
sekaligus masuk
Islam saat itu juga
Stadion Ethiopia
adalah salah satu
saksi bagaimana
ratusan orang
melakukan
syahadat secara
berjamaah
Bab 14, paragrap
10, baris ke-10
38 Betapa sayang Allah
sama anak ini,
sehingga
kehidupannya
mampu memberikan
ribuan hidayah bagi
orang lain di
sekitarnya
Kehadirannya
bagaikan
perantara untuk
orang-orang non
Muslim di
sekitarnya agar
menuju jalan
yang lurus, yaitu
jalan yang
diridhai Allah
SWT
Bab 14, paragrap
11, baris ke-5
39 107-114 Kemampuannya
yang susah dicerna
oleh akal inilah
membuat Syekh
Syarifuddin dihujani
pertanyaan oleh
orang-orang Kristen
yang meyakini
bahwa dia adalah
Yesus yang telah
bangkit kembali
Syarifuddin
menghafal al-
Qur’an, Injil, dan
Hadits-hadits
Rasulullah yang
membuat
ceramahnya
sangat kuat sekali
memengaruhi
audiensnya
Bab 15, paragrap 5,
baris ke-1
40 Are you Jesus? No,
I’m not Jesus, I’m
created by God. The
same God who
created Jesus!
Pertanyaan yang
sering ditemui
Syarifuddin
sesudah
menyampaikan
ceramahnya
Bab 15, paragrap
5, baris ke-5
41 Hidayah yang
keindahannya
mampu mewarnai
kehidupan manusia
di seluruh aspek
kehidupannya.
Hidayah yang
nilainya melebihi
segala sesuatu yang
ada di langit dan di
bumi Allah SWT
Allah yang
menghendaki
kepada siapa
hidayah itu
diberikan. Jika
hidayah telah
datang pada diri
seorang hamba,
sungguh ia sangat
beruntung
Bab 15, paragrap
11, baris ke-2
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PENULIS BUKU BOCAH YANG
MENGISLAMKAN RIBUAN ORANG
1. Siapa nama lengkap bapak?
Jawaban:
Mujahidin Nur, saya lahir di Indramayu, 11 November 1978
2. Nama orang tua bapak?
Jawaban:
Orang tua saya bernama H. Nuryadi dan Subaechah, sekarang mereka sudah
tidak ada
3. Siapa yang membiayai sekolah setelah ayah meninggal?
Jawaban:
Kalau SD ibu, pas kuliah biaya sendiri dengan berdagang tempe, tahun kedua
berdagang tempe dan tiket, sampai akhirnya dapat beasiswa dari Islamic
Brotherhood
4. Bapak anak ke berapa?
Jawaban:
Saya anak ke 11 dari 12 bersaudara
5. Siapa nama istri bapak?
Jawaban:
Istri saya namanya sintia, dia seorang Embriologis di RS. Hasan Sadikin
Bandung
6. Bapak dikaruniai berapa anak?
Jawaban:
Alhamdulillah, dua...pertama perempuan berumur 7 tahun, kedua laki-laki
berumur 6 tahun
7. Aktivitas bapak apa saja?
Jawaban:
Aktivitas saya selain kegiatan menulis, saya aktif di International Conference
of Islamic Scholars (ICIS), sebuah organisasi yang fokus menyelesaikan
konflik-konflik yang terjadi di berbagai negara dunia. Itu punyanya PBNU,
tempatnya di Matraman. Di sana saya sebagai relawan. Selain itu, saya
mengkader anak-anak SMA melalui dunia maya untuk menjadi penulis. Saya
mengajarkan mereka pada levelnya masing-masing. Mereka berasal dari
berbagai kota, mulai dari Cirebon, Bandung, Jombang, Tangerang, dan lain-
lain. Saya tidak dapat mengkader anak-anak hanya pada satu titik tempat.
Paling tidak mengkader anak-anak di sekolahnya yang disebut writing
academy
8. Kalo yang sama anak London pak?
Jawaban:
Ohh, itu untuk memayungi para penerjemah, akuisator naskah, dan penulis
pemula. Mereka melakukan akuisasi naskah di Eropa, Amerika, Australia dan
menawarkan naskah tersebut ke publishing-publishing di Jakarta, Kuala
Lumpur, Bandung, tepatnya publishing semua negara. Kalo mereka tertarik,
mereka membeli rightnya kepada kami. Tetapi, itu sudah kurang aktif karena
orang-orangnya punya kesibukan masing-masing. Ya lebih karena kekurangan
SDM-lah
9. Kalau pendidikan SD bapak di mana?
Jawaban:
SD-SMP di Indramayu, SMA di Cirebon
10. Kok bisa pindah-pindah gitu pak?
Jawaban:
Iyaa, saya sambil mondok di Pesantren Miftahul Muta’alimin dan Pondok
Pesantren Assanusi Ciwaringin Cirebon. Sekolahnya tamat tetapi mondoknya
tidak tamat. Setelah tamat Aliyah, saya melanjutkan ke Perguruan Tinggi
International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan. Saya masuk ke
Fakultas Ekonomi. Saat terjadi krisismoneter, saya pindah belajar ke al-Azhar
University, Kairo-Mesir. Di sana saya menekuni Jurusan Islamic Law.
Sebenarnya saya bercita-cita menjadi Diploma, tetapi ibu saya ingin agar
kelak saya menjadi seorang Ustadz dan guru ngaji.
Saat di Mesir, saya banyak melakukan aktivitas di American University. Saya
masih memimpikan belajar Hubungan Internasional. Di situ pula saya
mengenal dunia tulis-menulis secara real, dalam artian mulai berinteraksi
dengan media massa lokal dan media massa di Indonesia.
Saya sempat meninggalkan al-Azhar dan tidak mengikuti satu semester,
karena saya mengirim aplikasi ke Catan University di Afrika, tetapi Allah
belum mengizinkan saya untuk belajar di Afrika. Udah masuk tapi biayanya
gak ada
11. Terus bapak balik lagi belajar di al-Azahar?
Jawaban:
Iyaa, karena waktu itu saya hanya tidak ikut satu semester, saya tidak
langsung pindah dari situ. Setelah itu saya meninggalkan Afrika dan pergi ke
Arab Saudi untuk melakukan Haji dan Umroh. Di sana saya banyak merenung
apa yang saya inginkan dalam hidup ini. Manusia memang hanya bisa
berencana dan memimpikan apa pun yang ia inginkan, tetapi Allahlah yang
menentukan segalanya. Keputusan yang diambil tanpa dipikirkan dengan
matang dapat menggagalkan sesuatu yang sudah dijalani. Dari kejadian ini
saya berjanji akan menjadi orang yang lebih bijak dalam memutuskan segala
sesuatu
12. Pergi ke tanah suci dengan biaya sendiri?
Jawaban:
Iya, dengan biaya yang terbatas, menaik kapal laut selama tiga hari tiga
malam.
13. Bapak mulai melakukan penulisan kapan?
Jawaban:
Tahun ke-2 setelah gagal kuliah di Afrika, saya sudah mulai melakukan
penulisan-penulisan artikel dan opini di berbagai media di Indonesia. Sejak
Aliyah, saya sudah senang dengan kegiatan tulis-menulis, tetapi saya tidak
sadar kalau punya talenta itu.
Dulu di sekolah saya suka membuat buletin dan mading. Saya sangat
menyukai dunia sastra. Saat Aliyah saya mengambil jurusan bahasa. Saya
sangat terkesima ketika mendengar seseorang membacakan puisi dan
menarasikan sesuatu dengan baik. Keindahan bahasalah yang menggerakkan
hati saya. Karena segala sesuatu, baik itu masalah atau lain hal yang apabila
dinarasikan dengan baik akan mempunyai kesan yang lebih dalam. Saya sudah
lama mengagumi karya-karya pujangga, seperti Hamka, A. Nafis,
Simatupang, dan lain-lain. Dari dulu saya gemar membaca novel dan
sebenarnya saya ingin menjadi novelis. Makanya di setiap buku yang saya
tulis, saya selalu menulisnya seperti novel
14. Ide pembuatan buku bermula dari mana pak, kan banyak juga pak kisah-kisah
anak ajaib, ada buku baru tuh pak, dia gabungin di satu buku itu 5 kisah anak
ajaib?
Jawaban:
Kalau itu saya tidak mengapresiasi. 2 kisahnya juga sudah pernah ditulis. Saya
tidak mengapresiasi karena ia tidak menyebutkan referensinya. Saya yakin
tentang Syarifuddin itu banyak mengambil dari buku saya. Di buku saya tidak
disebutkan referensinya karena di kata pengantar saya sudah mengatakan
bahwa ini murni hasil wawancara dan terjemahan Youtube, selainnya
pengembangan dialektika saya sendiri dengan objek yang saya telusuri. Jadi
ide itu mulanya dari tayangan On The Spot
15. Dari banyak kisah anak ajaib, kisah ini yang menurut bapak menarik?
Jawaban:
Ya karena saya tidak pernah mendengar seorang anak yang mengislamkan
orang apalagi ini ribuan. Itu kan suatu yang unik. Penulis apabila disuguhin
tema yang unik itu sangat menyenangkan. Walaupun sulit tetapi tidak
terbebani
16. Kira-kira butuh waktu berapa lama menulis buku itu?
Jawaban:
Saya membuat buku itu dari awal bulan sebelum Ramadhan, hingga awal
Ramadhan
17. Siapa yang banyak mendukung tulisan ini?
Orang yang mendukung banyak, para penerjemah bahasa Kiswahili pada
mendukung, keluarga, dan penerbit. Mereka semua pada mndukung. Penerbit
sangat membantu saya dalam mencarikan link bocah ini. Berkat dukungan
mereka akhirnya penulisan buku itu selesai
18. Bagaimana apresiasi masyarakat terhadap buku itu?
Jawaban:
Buku Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang telah meraih sukses besar
dalam perbukuan Indonesia sejak tiga minggu diluncurkan ke pasar. Buku itu
menjadi Active Selling Book versi Gramedia Indonesia, penjualan buku
tercepat versi Ufuk Publishing House, dalam dua minggu sudah memasuki
cetakan kedua, dan menjadi buku Best Seller di Gramedia
19. Bapak merasa buku ini masih ada yang kurang?
Iya, ini masih banyak kekurangannya karena sumber tentang anak ini sedikit
20. Strategi menutupi kekurangan ini menurut bapak apa?
Ya dengan mendatangkan anak ini ke Indonesia. Sekarang saya lagi berusaha
agar ia bisa datang ke Indonesia
TRANSKIP WAWANCARA VIA CHATTING
Neidat Khoir
ass..pak, saya fithri..lngsung saja ya pak, saya mw nnya nma pnggilan akrab bpk
dari kluarga atau teman cpa pak?
Biru Laut
Nabiel
Neidat Khoir
dari temen2 pak? kok bisa nabiel? ada sejarahnya gak pak?
Biru Laut panggilan kecilku namanya Iding
tp semasa kuliah dipanggil nabiel
yang memberi nama itu seorang pengusaha dari meuretania
Neidat Khoir oo, gtuu pak..bpk knal dr mna pngusaha itu?
Biru Laut kenal begitu saja di masjid hotel hilton di Makkah
waktu itu saya sedang menjalankan ibadah duha
beliau juga sedang shalat
saya waktu itu membaca al quran terjemahan bahasa prancis
dia mengajak saya berbicara bahasa prancis
dan memnta saya menjelaskan mengenai sejarah kenabian berkaitan dengan
makah dan madinah
begitulah akhirnya kami akrab
dan dia memberikan aku nama Nabiel
nama itu smp skrng dipakai
dikalangan teman temannku
Neidat Khoir oo, bgtuu..panggilanx bagus pak..saya ikutan mnggil juga ya pak, bpk
nabiel..kalau cerita berkesan bpk sewktu kecil dengan keluarga apa?
Biru Laut silahkan
makash hehehe
cerita berkesan adalah ketika aku minta dibeliin sepeda
ke ibuku...waktu itu ayah sudah tidak ada lagi
ayahku meninggal ketika kukecil
ibu waktu itu tidak kuat membelikanku sepeda
karena tidak punya uang....akhinrya aku menjadi kuli kasar menjadi buruh tani
mencmbuti rumput di sawah
mengaliri air ke kebun dan lahan-lahan pertanian
sampai aku punya uang untuk membeli sepeda
hehehehe
Neidat Khoir itu bpk lakukan demi mndpatkn sepeda? saat umur brp pak? apakah ibu tw bpk
nglkuin hal itu?
Biru Laut smp kelas satu kalau tidak salah
beliau tau
karena waktu itu teman-temnku sudah pada naik sepeda ke sekolah
aku sendiri belum punya sepeda dan mash sering bonceng ke orang atau naik
angkot
Neidat Khoir oo, gtuu pak..ayah bpk meninggal krna knp? apkah skit? bpk sedang duduk di SD
kelas brp tuh?
Biru Laut ayah meninggal ketika ku mash SD kleas enaman mau masuk SMP
beliau sakit magh....
Neidat Khoir sekarang saya mau nnya tentang jdul2 buku bpk neyh..ketiga belas buku yg sudah
bpk tulis selain buku bocah yang mengislmkan ribuan orang dan pengalaman
ajaib para penyantun anak yatim apa lg pak?
Biru Laut kita bicara buku yang diterbitkan di JKT dl yah
20 Bidadari Surga diterbitkan oleh Gramedia
Jakarta Selingkuh Club Violet Publishing
The Miracle of ASI Medina Media Utama
Neidat Khoir iya pak..
Biru Laut Pelukan Terakhir Ibunda Aminah UFUK Publishing
Husnudzan Agar Kesedihan Menjadi Kebahagiaan
UFUK Publishing
Tanda-tanda orang akan masuk Neraka Aura Pustaka
Berguru Kepada Setan UFUK Publishing
Neidat Khoir wawww, dr jdul2nya saja bagus banget pak, aplgi isinya..inspirasi dari mana pak
smpe bisa bkin buku dengan tema menarik?
Biru Laut kebanyakan inspirasinya dari kehidupan sosial
dari masyarakat
Neidat Khoir oo, gtuu..selain terbit djakarta dmn lg pak?
Biru Laut di Kuala Lumpur
Neidat Khoir bisa smpe sna bgaimna caranya pak?
buku2 yang lainnya dengan jdul apa lgi?
Biru Laut Tuhan yang mengatur semuanya
saya menulis saja
penerbit penerbit dari Kuala Lumpur dtang ke JKT
mereka tertarik dengan nama saya
melakukan negosiasi untuk membeli rightsnya
sehingga sebagian besar naskah saya diterbtkan juga disana
Neidat Khoir kerenn pak, smpe penerbitx tertariikk..owy pak, bgaimana tanggapan bpk jika
dinilai sebagai penulis buku inspiratif yang berbakat?
Biru Laut saya tidak bisa menilai diri saya sendiri mbak maaf
biarkan orang lain saja yang memberikan pnilaian
tidak pantas saya menilai diri sya sendiri
Neidat Khoir dengan melihat buku2 yang bpk tulis kemungkinan saja pak penilaian itu
diberikan k bpk..kalo tentg penghrgaan pak, dari buku2 yang telah bpk tulis, buku
apa saja yang mndapat apresiasi penuh?
Biru Laut Jakarta Selingkuh Club mendapat apresiasi dari Monash University
sebagai literatur sastra modern di Indonesia
buku Bocah Mendapat penghargaan buku terfavorit dan paling laris di Indonesia
pada tahun 2012
the most favorite book (IBF)
Neidat Khoir pnghargaan pada quraish sihab award buku apa pak?
Biru Laut oh itu bukan buku karya tulis
Neidat Khoir lalu apa?
Biru Laut karya tulis ilmiah
syafii maarif award
untuk karya tulis ilmiah Hubungan Islam dan Barat
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PEMIMPIN REDAKSI UFUK
PUBLISHING HOUSE LINI KEAGAMAAN
1. Siapa nama lengkap bapak:
Jawaban:
Ahmad Syafawi
2. Bapak kan orang yang menelfon pak’mujahidin untuk menulis kisah ini,
kenapa bapak tertarik dengan kisah ini?
Jawaban:
Tadinya ada temen yang ngusulin, dia lihat video di Youtube. Ya karena anak
segitu bisa hafal al-Qur’an, bisa beberapa bahasa, sholat lima waktu, dan dia
dari keluarga nonmuslim, ini kan aneh, unik gitu. Kebetulan saya di bidang
agama Islam, salah satunya untuk tujuan dakwah agar kisah ini dapat
menambah keyakinan kita kepada Allah SWT
3. Alasan bapak memilih pak’mujahidin untuk menulis kisah itu?
Jawaban:
Kebetulan saya sudah kenal lama sama dia, saya juga mencari penulis yang
bisa mengakses sumber-sumber ini. Bisa bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa
Kiswahili. Gak ada yang bisa bahasa Kiswahili karena itu bahasa orang-orang
Tanzania. Tetapi pak’mujahidin meminta bantuan mahasiswa Tanzania untuk
menerjemahkannya ke bahasa Inggris
4. Pak’mujahidin ada teman di sana?
Jawaban:
Iyaa beliau ada teman
5. Untuk cover, ini murni dari penerbit?
Jawaban:
Iya ini murni dari penerbit
6. Sinopsis juga pak?
Jawaban:
Iyaa ini semua dari penerbit
7. Kata pengantar dan pilihan orang-orangnya?
Jawaban:
Itu dari pak’mujahidin
8. Sebelum masuk ke bagian ada yang seperti ini, itu dari siapa?
Jawaban:
Itu namanya take line bab, kesimpulan dari babnya. Kalimat yang menariklah
yang diambil.
9. Tujuannya apa pak?
Jawaban:
Kalau baca buku semuanya text kan bosan, ini salah satu cara agar pembaca
gak bosan. Suka juga dikasih gambar biar gak bosan. Cara ini untuk membuat
buku lebih menarik agar menarik minat orang
10. Menurut bapak tuturan bahasa beliau bagaimana?
Jawaban:
Bahasa beliau sudah bagus, beliau itu sudah pernah jadi wartawan
11. Oiya pak, di bagian akhir buku ini kan ada iklannya, ini dipilih penerbit?
Iyaa dipilih penerbit
Itu buku-buku pilihan?
Iya, ya tema yang sejenis
12. Kalau kata-kata yang ada di cover ini ada artinya gak pak?
Jawaban:
Oohh, tidak ada itu hanya estetika saja
13. Segmen buku ini ditujukan kepada siapa pak?
Khususnya muslim untuk memperkuat keimanannya. Kalau dari umur, dari
anak kecil sampai orang tua bisa baca buku itu, untuk semua kalanganlah kan
enak kalau banyak pembacanya
12. Buku ini sudah berapa copy?
Jawaban:
70.000 eksemplar
13. Kan bapak nyuruh pak’mujahidin untuk menulis buku ini, buku ini dibeli
penerbit atau tidak?
Jawaban:
Ini sistem royalty, pak’mujahidin sebagai penulis mendapat bagian dari
penjualan buku
16. Awalnya apa bapak ngeduga kalau buku ini akan laris?
Jawaban:
Iya, ada pikiran buku itu akan laris, tetapi tidak selaris ini. Gak ngeduga sama
sekali seperti ini. Gak ada di penerbit yang seperti ini.
17. Menurut bapak yang membuat laris buku itu apa?
Jawaban:
Tema dan judul, karena pertama kali melihat buku itu membuat orang ingin
tahu ceritanya.
18. Judul ini dari penerbit?
Jawaban:
Iya, dari penerbit. Untuk bikin judul buku diperlukan waktu yang sangat lama.
Buku ini prosesnya dari bulan April, bulan ke 7-8 cetak, Agustus pertengahan
terbit bukunya.
19. Ada yang mengatakan bahwa penerbit itu hanya menyediakan kertas,
bagaimana tanggapan bapak tentang hal itu?
Jawaban:
Ya tidak hanya itu, kan di penerbit ada proses editing, tulisan dari penulis kan
masih kasar makanya diedit dulu. Yang diedit itu kontennya dan bahasa yang
sulit dipahami oleh pembaca. Terus ada proses dibaca terakhir sebelum cetak.
Ya insya Allah penulis akan wawancara dengan bocah itu di Tanzania untuk
merevisi buku ini. Buku ini kan masih tipis. Ada juga yang belum percaya
tentang kisah ini, ya dengan datangnya bocah itu akan membuktikan
kebenarannya
20. Awal menghubungi pihak sana bagaimana pak?
Jawaban:
Penulis menghubungi Dubes Tanzania di Malaysia dan Dubes luar negeri di
Indonesia untuk mempertemukannya dengan bocah itu
Mujahidin Nur, saat melakukan Road Show ke salah satu Radio FM di Cirebon
Saat acara Talk and Book Signing di Gramedia